269
i PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KREATIF PRODUKTIF DENGAN PEMANFAATAN BARANG BEKAS PADA MATERI CAHAYA DAN ALAT OPTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 GETASAN TAHUN PELAJARAN 2018/2019 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: HAYI’ QOIDATUR ROFIAH NIM :23060-15-0023 PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2019

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KREATIF PRODUKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5684/1/FULL SKRIP.pdf · i pengaruh model pembelajaran kreatif produktif dengan pemanfaatan

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

i

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KREATIF

PRODUKTIF DENGAN PEMANFAATAN BARANG BEKAS

PADA MATERI CAHAYA DAN ALAT OPTIK TERHADAP

KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA DI KELAS VIII

SMP NEGERI 3 GETASAN TAHUN PELAJARAN 2018/2019

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

HAYI’ QOIDATUR ROFIAH

NIM :23060-15-0023

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2019

ii

ii

ii

ii

DEKLARASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Hayi’ Qoidatur Rofiah

NIM : 23060150023

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Tadris Ilmu Pengetahuan Alam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

etik ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk dipublikasikan oleh perpustakaan

IAIN Salatiga.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

ii

MOTTO

“Bismillahi Wa Laa Haula Wa Laa Quwwata Illa Billahil „Aliyyil „Adziim”

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karunia-Nya,

skripsi ini penulis persembahkan untuk :

1. Ibuku tercinta, Sumbulatin Miatu Habbah yang senantiasa memberikan doa-

doa terbaik untuk saya, merelakan kebahagiaannya untuk saya, terima kasih

atas segala support baik yang berwujud maupun tak berwujud dan teruntuk

Abahku terkasih, Dakhori yang selalu memberikan doa-doa terhebat untuk

saya, terima kasih sudah ada di dunia ini, yang tak pernah lelah bersamaku.

2. Keluarga besar saya, khususnya simbah putri dan kakung, bulek Dewi

Lailatul Ubudiyah dan paklek Abdul Hakim yang selalu memberikan doa dan

motivasi yang tak ada hentinya sehingga proses penempuhan gelar sarjana ini

bisa tercapai.

3. Adik saya, Muhammad Aniq dan Abdullah Salam yang menjadi penyemangat

saya untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

4. Dosen pembimbing skripsi, Ibu Anggun Zuhaida, M.Pd. yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada saya untuk segera menyelesaikan

skripsi ini.

5. Sahabat saya, Intan Fikrianingsih dan Eka Indriani, terima kasih untuk empat

tahun yang penuh dengan tawa dan kebahagiaan yang tidak pernah terduga.

6. Sahabat saya, Devina Puspitasari, Cici Azimatus Su’udah, Ellisa Nailizzulfa,

Aufi Millatuzzuhriyah, Annas Putri Warrahmah, Rusmanto dan semua orang

terdekat saya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih sudah

melengkapi kebahagiaan saya, dan terima kasih sudah menjadi partner

diskusi yang penuh dengan ilmu.

ii

7. Keluarga baru PPL SMP Negeri 3 Getasan dan KKN Desa Tembelang,

Candimulyo, Magelang yang sudah memberikan kebahagiaan yang tak

terduga dan terima kasih untuk pengalaman dan ilmu-ilmunya selama ini.

8. Keluarga besar Ma’had Jam’iyah Putri IAIN Salatiga yang sudah

memberikan banyak ilmu, pengalaman dan tentunya teman bagi saya.

9. Keluarga besar PP. An-Nur khususnya sahabat-sahabat saya Nurfauziyah,

Dwi Wahyu Sabariyati, Shofiana Lestari, dan semua teman kamar 8 dan 12.

10. Keluarga besar Scientists in Laga khususnya sahabat-sahabat seperjuanganku

angkatan 2015.

11. Channel Youtube Sahid Raharjo yang sangat membantu dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

12. Semua orang yang menanyakan “skripsinya sampai mana? dan “kapan

wisuda?”.

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim

Puji syukur alhamdulillahi robbil‟alamin, penulis panjatkan kepada Allah

SWT yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada

penulis sehinggap penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pengaruh

Model Pembelajaran Kreatif Produktif dengan Pemanfaatan Barang Bekas pada

Materi Cahaya dan Alat Optik terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa Kelas

VIII di SMP Negeri 3 Getasan Tahun Pelajaran 2018/2019.

Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

nabi agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya

yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-

satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman

kegelapan menuju zaman terang benderang yakni dengan ajarannya agama Islam.

Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai

pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh

karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

3. Ibu Dr. Eni Titikusumawati, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Tadris Ilmu

Pengetahuan Alam.

4. Ibu Anggun Zuhaida, M.Pd. selaku pembimbing skripsi yang telah

membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk

penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.

5. Ibu Rini Verary Shanthi, S.Pd, M.Si. selaku pembimbing akademik.

6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta

karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang

pendidikan S1.

ii

Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga

hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca

pada umumnya.Amin.

Salatiga, 29 Juli 2019

Hayi’ Qoidatur Rofiah

NIM. 23060150023

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i

LOGO IAIN ..................................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................iii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN .................................................iv

HALAMAN DEKLARASI ................................................. ............................ v

HALAMAN MOTTO ......................................................................................vi

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii

ABSTRAK ....................................................................................................... xix

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 8

1. Manfaat Teoritis ....................................................................... 8

2. Manfaat Praktis ........................................................................ 9

E. Defisnisi Operasional ..................................................................... 9

ii

F. Sistematika Penulisan .................................................................... 13

BAB II: LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori ............................................................................... 15

1. Model Pembelajaran................................................................. 15

2. Model Pembelajaran Kreatif Produktif .................................... 23

3. Barang Bekas ........................................................................... 40

4. Kemampuan Berfikir Kreatif ................................................... 46

5. Materi Cahaya dan Alat Optik ................................................ 53

B. Kajian Pustaka ................................................................................ 70

C. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 72

BAB III: METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ............................................................................... 74

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 76

C. Populasi dan Sampel ...................................................................... 76

1. Populasi .................................................................................... 76

2. Sampel ...................................................................................... 77

D. Variabel Penelitian ......................................................................... 79

E. Instrumen Penelitian....................................................................... 79

1. Tes ............................................................................................ 80

2. Nontes ...................................................................................... 80

F. Uji Coba Instrumen Penelitian ....................................................... 82

1. Instrumen Tes ........................................................................... 82

2. Instrumen Nontes ..................................................................... 88

ii

G. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 88

1. Observasi .................................................................................. 88

2. Angket ...................................................................................... 90

3. Tes ............................................................................................ 90

4. Dokumentasi ............................................................................ 91

H. Teknik Analisis Data ...................................................................... 92

1. Analisis Data Tes ..................................................................... 92

2. Analisis Data Nontes ................................................................ 102

BAB IV: DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Data ................................................................................ 106

B. Analisis Data .................................................................................. 108

1. Uji Coba Instrumen .................................................................. 108

2. Analisis Data dan Pembahasan ................................................ 114

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 132

B. Saran ............................................................................................... 133

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 135

ii

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 Kegiatan Guru dan Siswa Selama Proses Pembelajaran ...... 35

2. Tabel 2.2 Aspek Keterampilan Berfikir Kreatif (KBK) ........................ 53

3. Table 3.1 Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Getasan ................. 77

4. Tabel 3.2 Indikator Observasi Aktivitas Siswa ..................................... 81

5. Tabel 3.3 Skala Likert .......................................................................... 82

6. Tabel 3.4 Indeks Kesukaran .................................................................. 87

7. Tabel 3.5 Kategori Daya Pembeda ....................................................... 88

8. Tabel 3.6 Pedoman Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ........ 99

9. Tabel 3.7 Kualifikasi Presentase Skor Observasi ............................... 103

10. Tabel 3.8 Kategori Penilaian Angket .................................................. 105

11. Tabel 4.1 Data Nilai Pretest dan Posttest ........................................... 106

12. Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Butir Soal ............................................. 108

13. Tabel 4.3 Tingkat Reliabel .................................................................. 109

14. Tabel 4.4 Uji Reliabilitas Soal ............................................................ 109

15. Tabel 4.5 Kategori Taraf Kesukaran ................................................... 110

16. Tabel 4.6 Tingkat Kesukaran Butir Soal ............................................. 110

17. Tabel 4.7 Kategori Daya Pembeda ..................................................... 111

18. Tabel 4.8 Hasil Uji Beda Butir Soal.................................................... 112

19. Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Uji Coba Angket .................................. 113

20. Tabel 4.10 Uji Reliabilitas Angket Kemampuan Berfikir Kreatif ...... 114

21. Tabel 4.11 Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov SPSS ......... 115

ii

22. Tabel 4.12 Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............ 116

23. Tabel 4.13 Uji Homogenitas ............................................................... 117

24. Tabel 4.14 Uji Independent Sample T-Test ......................................... 118

25. Tabel 4.15 Uji Paired Sample T-test ................................................... 119

26. Tabel 4.16 Uji Koefisien Korelasi ...................................................... 120

27. Tabel 4.17 Uji Regresi Linier Sederhana ............................................ 121

28. Tabel 4.18 Hasil Uji Nilai R Square .................................................. 122

29. Tabel 4.19 Uji Ketuntasan Belajar ...................................................... 123

ii

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1 Lup Sederhana dari Plastik Bekas ..................................... 45

2. Gambar 2.2 Periskop Sederhana dari Barang Bekas ............................. 45

3. Gambar 2.3 Percobaan Penerapan Materi Dispersi Cahaya.................. 46

4. Gambar 2.4 Keberadaan Bayang-Bayang ............................................. 54

5. Gambar 2.5 Melihat Bayanganmu Sendiri di Cermin ........................... 55

6. Gambar 2.6 Cahaya yang Dipantulkan Mengikuti Hukum Pemantulan56

7. Gambar 2.7 Jalan Sinar pada Pemantulan Teratur ................................ 56

8. Gambar 2.8 Jalan Sinar pada Pemantulan Baur .................................... 57

9. Gambar 2.9 Pembiasan.......................................................................... 59

10. Gambar 2.10 Cahaya Putih Diuraikan Menjadi Warna-warni .............. 60

11. Gambar 2.11 Lintasan Sinar Datang dari Udara ke Kaca ..................... 62

12. Gambar 2.12 Bentuk Lensa Cembung .................................................. 66

13. Gambar 2.13 Bentuk Lensa Cekung ..................................................... 67

14. Gambar 2.14 Lup .................................................................................. 67

15. Gambar 2.15 Kamera ............................................................................ 68

16. Gambar 2.16 Mikroskop ....................................................................... 68

17. Gambar 2.17 Teleskop Bumi ................................................................ 69

18. Gambar 2.18 Teleskop Bintang............................................................. 69

19. Gambar 2.19 Periskop ........................................................................... 70

20. Gambar 3.1 Pola Desain Pretest-Posttest Control Group Design ........ 75

ii

21. Gambar 4.1 Hasil Lembar Observasi .................................................. 124

22. Gambar 4.2 Angket Respon Siswa Kelas Eksperimen ....................... 126

23. Gambar 4.3 Angket Kemampuan Berfikir Kreatif Kelas Kontrol ...... 128

24. Gambar 4.4 Angket Kemampuan Berfikir Kreatif Kelas Eksperimen 129

ii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Curriculum Vitae ........................................................................ 138

Lampiran 2. Surat Penunjukan Dosen Pembimbing ....................................... 139

Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian .............................................. 140

Lampiran 4. Surat Selesai Penelitian ............................................................. 141

Lampiran 5. Lembar Konsultasi Skripsi ......................................................... 142

Lampiran 6. SKK ............................................................................................ 143

Lampiran 7. RPP ............................................................................................. 148

Lampiran 8. Daftar Nama Siswa ..................................................................... 180

Lampiran 9. Kisi-kisi Soal Uji Coba ............................................................... 183

Lampiran 10. Soal Uji Coba ........................................................................... 185

Lampiran 11. Kunci Jawaban Uji Coba Soal .................................................. 187

Lampiran 12. Rubrik Penilaian Soal Uji Coba ............................................... 191

Lampiran13. Hasil Uji Coba Soal ................................................................... 203

Lampiran14. Uji Validitas Soal ...................................................................... 204

Lampiran 15. Uji Reliabilitas Soal .................................................................. 205

Lampiran 16. Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal ............................................ 206

Lampiran 17. Uji Daya Beda Butir Soal ......................................................... 207

Lampiran 18. Lembar Soal Pre-posttest ......................................................... 208

Lampiran 19. Kunci Jawaban Pre-posttest ..................................................... 209

Lampiran 20. Rubrik Penilaian Pre-posttest ................................................... 212

ii

Lampiran 21. Daftar Nilai Pre-posttest ........................................................... 219

Lampiran 22. Lembar Uji Coba Angket Kemampuan Berfikir Kreatif .......... 224

Lampiran 23. Angket Kemampuan Berfikir Kreatif ....................................... 227

Lampiran 24. Hasil Angket Kemampuan Berfikir Kreatif.............................. 229

Lampiran 25. Angket Respon Siswa ............................................................... 235

Lampiran 26. Hasil Angket Respon Siswa ..................................................... 236

Lampiran 27. Lembar Observasi ..................................................................... 239

Lampiran 28. Hasil Observasi ......................................................................... 240

Lampiran 29. Hasil Analisis Data ................................................................... 243

Lampiran 30. Foto ........................................................................................... 246

ii

ABSTRAK

Qoidatur Rofiah, Hayi’. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Kreatif Produktif

dengan Pemanfaatan Barang Bekas pada Materi Cahaya dan Alat Optik

terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3

Getasan Tahun Pelajaran 2018/2019. Skripsi, Program Studi Tadris Ilmu

Pengetahuan Alam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama

Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Anggun Zuhaida, M.Pd.

Kata Kunci: barang bekas, kemampuan berfikir kreatif, kreatif produktif

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran

kreatif produktif dengan pemanfaatan barang bekas terhadap kemampuan berfikir

kreatif siswa, untuk mengetahui hubungan model pembelajaran kreatif produktif

dengan pemanfaatan barang bekas terhadap kemampuan berfikir kreatif siwa, dan

untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kreatif produktif dengan

pemanfaatan barang bekas terhadap kemampuan berfikir kreatif siswa.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif eksperimental semu. Pengambilan

sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling yaitu kelas

VIIIB (kelas eksperimen) dan kelas VIIIA (kelas kontrol) SMP Negeri 3 Getasan,

masing-masing berjumlah 28 siswa pada kelas ekperimen dan 27 siswa pada kelas

kontrol. Teknik pengumpulan data melalui tes, angket, observasi, dan

dokumentasi. Instrumen penelitian ini meliputi soal, angket dan lembar observasi.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan koefisien korelasi dan regresi linier

sederhana, dan koefisien determinasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran

kreatif produktif sangat membantu proses pembelajaran siswa. Hal tersebut dapat

dilihat pada hasil angket yang telah disebarkan pada kedua sampel. Sebanyak

20,37% pada kelas eksperimen dengan jawaban sangat setuju, 54,64% dengan

jawaban setuju, dan sebanyak 19,64% dengan jawaban ragu-ragu, sedangkan yang

menjawab tidak setuju hanya sebanyak 5,35% dengan penerapan model

pembelajaran kreatif produktif. Hasil uji korelasi menunjukkan adanya hubungan

yang sangat kuat dengan nilai signifikansi sebesar 0,943 antara variabel yang

dihubungkan dan terdapat pengaruh pada hasil uji regresi linier sederhana dengan

nilai signifikansi sebesar 0,000 dengan persamaan regresi Y = 16,514 + 0,769X,

sedangkan nilai koefisien determinasinya sebesar 88,9%. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa adanya pengaruh model pembelajaran kreatif produktif

dengan pemanfaatan barang bekas terhadap kemampuan berfikir kreatif pada

materi cahaya dan alat optik siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Getasan.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah hak bagi setiap orang dan merupakan keharusan

untuk mendapatkannya. Karena pada dasarnya pendidikan tidak akan pernah

bisa terpisah dari kehidupan manusia dan melalui pendidikan setiap manusia

dapat menjadi berguna. Selain itu pendidikan merupakan usaha dalam

mewujudkan cita-cita luhur pendiri bangsa yang termuat dalam pembukaan

UUD 1945 pada alenia ke empat. Pendidikan yang berkualitas sangat

diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan berdaya

saing. Berdasarkan hal tersebut, suatu proses pendidikan dan pembelajaran

dapat dikatakan berhasil apabila siswa mengalami perubahan menuju ke arah

yang lebih baik. Baik dalam hal bertambahnya ilmu pengetahuan, perubahan

kemampuan keterampilan maupun perubahan perilaku. Jumali (2004: 85)

mendefinisikan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

1

Sekolah sebagai lembaga pendidikan resmi, dalam

menyelenggarakaan kegiatan pendidikan secara berencana, sengaja, terarah,

sistematis, oleh para pendidik profesional dengan program yang dituangkan ke

dalam kurikulum untuk jangka waktu tertentu (Jumali, 2004: 47). Namun hal

ini berarti tercapai atau tidaknya suatu program pendidikan dalam sekolah

tegantung pada bagaimana proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik.

Menurut Morgan (dalam Suprijono, 2011: 3) menyatakan bahwa

“learning is any relativety permanent change in behaviour that is a result of

past experience (belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen

sebagai hasil dari pengalaman)”. Belajar dalam idealisme berarti kegiatan

psiko-fisik-sosio menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas

yang dipahami oleh sebagian besar masyarakaat tidaklah demikian. Belajar

dianggapnya properti sekolah. Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-

tugas sekolah. Sebagian besar masyarakat menganggap belajar di sekolah

adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan. Anggapan tersebut

tidaklah seluruhnya salah, sebab seperti dikatakan Reber, belajar adalah the

process of acquiring knowledge. Belajar adalah proses mendapatkan ilmu.

Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya banyak

dianut. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu

pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau

menerimanya (Suprijono, 2011: 3).

Kegiatan belajar di Sekolah menengah (SMP) dalam proses

pembelajarannya membahas berbagai macam pelajaran, salah satunya adalah

1

mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan alam (IPA)

adalah ilmu yang mempelajari tentang kejadian yang ada di alam semesta ini

yang tersusun secara sistematis dan berupa data yang nyata. Mata pelajaran

IPA merupakan mata pelajaran yang selama ini dianggap sulit oleh sebagian

besar siswa, mulai dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah.

Anggapan sebagian besar siswa yang menyatakan bahwa pelajaran IPA ini

sulit adalah benar terbukti dari minimnya pemahaman siswa terhadap materi

pelajaran maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi

pembelajaran IPA di SMP saat ini masih banyak yang dilaksanakan secara

konvensional. Guru belum sepenuhnya melaksanakan pembelajaran secara

aktif dan kreatif dalam melibatkan siswa serta belum menggunakan berbagai

pendekatan atau strategi pembelajaran yang bervariasi berdasarkan karakter

materi pelajaran (Susanto, 2013: 165-166).

Kurangnya kemampuan berpikir kreatif pada siswa dapat disebabkan

oleh penggunaan metode maupun model dalam pembelajaran yang kurang

variatif. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, pembelajaran

di kelas cenderung kurang variatif. Siswa cenderung pasif pada kegiatan

pembelajaran di kelas dan sedikit berargumentasi atau menanggapi terkait

informasi yang didapatkannya. Padahal keaktifan siswa di kelas sangat

dibutuhkan dalam mengasah kemampuan berpikir kreatif mereka.

Saat proses pembelajaran di kelas penggunaan model pembelajaran

secara tidak langsung ikut mempengaruhi. Seorang guru seharusnya

menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan materi yang

1

akan disampaikan agar kegiatan pembelajaran berlangsung secara efektif dan

membuat siswa lebih aktif, banyak berpikir, berinteraksi dengan guru maupun

temannya dan mampu mengemukakan pendapat dan menanggapinya. Salah

satu model yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekreatifan siswa

dalam pembelajaran adalah model pembelajaran kreatif produktif. Dimana

model pembelajaran yang mengedepankan kerja sama untuk memenuhi tujuan

pembelajaran serta mendrong siswa untuk berfikir kreatif untuk menciptakan

hal-hal baru.

Berdasarkan Survey yang dilakukan peneliti pada tanggal 20

November 2018 melalui wawancara dengan guru kelas VIII yaitu Bapak

Ahmad Hadziq Zaka, S.Pd., M.Si. ditemukan masalah dalam pembelajaran

IPA. Masalahnya adalah siswa SMP Negeri 3 Getasan masih rendah dalam

memahami materi IPA. Siswa belum begitu paham mengenai materi-materi

yang ada di mata pelajaran IPA, hal ini dikarenakan siswa kurang

berkonsentrasi dalam pembelajaran. Sedangkan guru sendiri merasa kesulitan

dalam mentransfer materi kepada siswa karena karakter setiap siswa

bervariasi.

Faktor penghambat lainnya adalah guru sudah menggunakan metode

pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif, akan tetapi siswa cenderung

pasif dan kurang memiliki rasa ingin tahu. Akibatnya siswa hanya mengetahui

hal-hal yang diterangkan guru tanpa memahami materi dengan mendalam

serta belum dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini

dibuktikan dengan banyaknya siswa yang belum menyadari bahwa terdapat

1

manfaat lain yang dapat diambil dari bahan bekas yang dapat digunakan untuk

berbagai macam kreasi, salah satunya yaitu untuk media pembelajaran untuk

menunjang berlangsungnya pembelajaran di kelas.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penggunan model

pembelajaran kreatif produktif diterapkan dalam pembelajaran IPA. Model

pembelajaran menurut Suprijono (2011: 46) merupakan pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.

Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

untuk mencapai tujuan belajar. Melalui model pembelajaran guru dapat

membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara

berfikir, dan mengekspresikan ide. Pembelajaran kreatif produktif merupakan

strategi yang dikembangkan dengan mengacu pada berbagai pendekatan

pembelajaran yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas proses belajar

mengajar. Guru menerapkan model pembelajaran kreatif produktif untuk

membangkitkan pemikiran kreatif siswa agar pembelajaran tidak hanya

terfokus pada guru. Guru tidak lagi berdiri di depan kelas sebagai ahli dan

sebagai satu-satunya sumber yang siap untuk memberikan pelajaran. Guru

bersifat sebagai fasilitator yang bertugas memberikan fasilitas dan

mengaktifkan kelompok untuk memastikan siswa mencapai kemajuan secara

bermakna melalui pembahasan masalah yang tersaji. Siswa diberikan

kesempatan untuk menganalisis dan memecahkan masalah dari suatu tema

yang diberikan guru. Siswa diharapkan akan berfikir secara kritis dan

1

menemukan pemahaman sesuai dengan keadaan sebenarnya yang diketahui

oleh siswa serta siswa diharapkan dapat menghasilkan sesuatu yang kreatif

sebagai re-kreasi atau pencerminan pemahamannya terhadap masalah/topik

yang dikaji. Pemahaman tersebut sesuai dengan ayat Al-Qur’an yang

memerintahkan kepada manusia agar selalu berfikir,

(Al- Baqarah: 219) لكم اآليات لعلهكم تتفكهرون كذلك يبين للاه …

Artinya:

… demikian Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu supaya berfikir (Al-

Baqarah: 219).

Ayat tersebut memberikan penjelasan bahwa sebenarnya telah diperintahkan

untuk berkreasi dengan akal pikirannya melalui berbagai kekreativitasan

untuk menyelesaikan berbagai persoalan dengan suatu hal yang baru maupun

hal yang telah ada sebelumnya.

Hal ini menekankan akan kebutuhan lingkungan belajar dengan

menyediakan kesempatan siswa untuk melakukan eksplorasi dari konsep

bidang ilmu yang sedang dikaji serta menafsirkan hasil eksplorasi tersebut.

Siswa diberi kebebasan untuk menjelajahi berbagai sumber yang relevan

dengan topik/konsep/masalah yang sedang dikaji. Eksplorasi ini akan

meningkatkan siswa melakukan interaksi dengan lingkungan dan

pengalamannya sendiri, sebagai media untuk mengkonstruksi pengetahuan.

Penerapan proses pembelajaran ini diharapkan siswa akan mengalami

1

peningkatan kemampuan berfikir kreatif pada mata pelajaran IPA khususnya

materi cahaya dan alat optik dengan memanfaatkan barang-barang bekas yang

ada di lingkungan sekitar siswa.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka timbulah masalah

yang mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian kuantitatif dengan

judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kreatif Produktif dengan Pemanfaatan

Barang Bekas pada Materi Cahaya dan Alat Optik terhadap Kemampuan

Berfikir Kreatif Siswa di Kelas VIII SMP Negeri 3 Getasan Tahun Pelajaran

2018/2019”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan di atas,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan model pembelajaran kreatif produktif dengan

pemanfaatan barang bekas pada materi cahaya dan alat optik terhadap

kemampuan berfikir kreatif siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Getasan tahun

pelajaran 2018/2019?

2. Bagaimana hubungan penggunaan model pembelajaran kreatif produktif

dengan pemanfaatan barang bekas pada materi cahaya dan alat optik

terhadap kemampuan berfikir kreatif siswa kelas VIII di SMP Negeri 3

Getasan tahun pelajaran 2018/2019?

3. Bagaimana pengaruh penggunaan model pembelajaran kreatif produktif

dengan pemanfaatan barang bekas pada materi cahaya dan alat optik

1

terhadap kemampuan berfikir kreatif siswa kelas VIII di SMP Negeri 3

Getasan tahun pelajaran 2018/2019?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya maka

tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran kreatif produktif

dengan pemanfaatan barang bekas pada materi cahaya dan alat optik

terhadap kemampuan berfikir kreatif siswa kelas VIII SMP Negeri 3

Getasan tahun pelajaran 2018/2019?

2. Untuk mengetahui hubungan penggunaan model pembelajaran kreatif

produktif dengan pemanfaatan barang bekas pada materi cahaya dan alat

optik terhadap kemampuan berfikir kreatif siswa kelas VIII di SMP

Negeri 3 Getasan tahun pelajaran 2018/2019?

3. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kreatif

produktif dengan pemanfaatan barang bekas pada materi cahaya dan alat

optik terhadap kemampuan berfikir kreatif siswa kelas VIII di SMP

Negeri 3 Getasan tahun pelajaran 2018/2019?

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan membantu menumbuhkan kemampuan berfikir

kreatif siswa pada mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran kreatif

produktif dalam pembelajaran yang akan disampaikan secara mendalam.

Adapun pelaksanaan penelitian ini akan bermanfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

1

Manfaat penelitian ini sebagai dasar pengembangan kajian ilmu

metode pembelajaran dalam bidang IPA materi cahaya dan alat optik

dengan menggunakan model pembelajaran Kreatif Produktif pada siswa

kelas VIII SMP Negeri 3 Getasan tahun pelajaran 2018/2019.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru memberikan wawasan dan pengetahuan tentang model

pembelajaran Kreatif Produktif;

b. Bagi siswa akan mengalami pengalaman belajar yang menarik karena

desain pembelajaran secara langsung dan berdasarkan atas

pengalaman secara nyata dalam konteks IPA;

c. Bagi sekolah model pembelajaran Kreatif Produktif dapat dijadikan

referensi untuk meningkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa;

d. Bagi peneliti lain dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut dengan

menambah permasalahan lain;

e. Bagi pengambil kebijakan sebagai masukan atau saran bagi kepala

sekolah dalam pengambilan kebijakan untuk mengarahkan guru-guru

agar mencoba menerapkan model-model pembelajaran untuk

membantu peningkatan keaktifan dan kemampuan berfikir kreatif.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional dari penelitian ini adalah:

1. Model Pembelajaran Kreatif Produktif

Pembelajaran ini diharapkan dapat menantang siswa untuk

menghasilkan sesuatu yang kreatif sebagai re-kreasi atau pencerminan

1

pemahamannya terhadap masalah/topik yang dikaji. Menurut Solihatin

(2012: 161) model pembelajaran kreatif produktif merupakan model yang

dikembangkan dengan mengacu kepada berbagai pendekatan

pembelajaran yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas proses dan

hasil belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas tentang model pembelajaran

kreatif produktif, maka peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran

kreatif produktif merupakan model pembelajaran yang mengajak siswa

untuk membangun pengetahuan awal yang dimiliki dari suatu

konsep/masalah yang sedang dikaji, kemudian mendorong siswa mencari

dan menemukan jawaban dari pengetahuan maupun pengalaman langsung

sehingga menghasilkan sesuatu yang baru atau re-kreasi sebagai hasil dari

pemahamannya. Model pembelajaran kreatif produktif mengarahkan siswa

untuk berpikir kreatif, membentuk sikap tanggung jawab dan kerjasama

dalam pembelajaran yang dilakukan baik secara individual maupun

kelompok.

2. Kemampuan Berfikir Kreatif

Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang

bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus

dipecahkan. Menurut Madhi (2009: 21-28) makna berpikir adalah

berusaha menambah ilmu, pengetahuan, dan pengalaman, yang

selanjutnya akan menumbuhkan kekuatan untuk mengubah perilaku dan

mengontrol semua tindakan. Adapun fungsi berpikir adalah membawa

1

banyak manfaat bagi kita sebagai kaum muda dalam menghadapi

kehidupan kita sehari-hari, dalam mencari jawaban dan solusi yang tepat

untuk setiap permasalahan. Terdapat bermacam-macam cara berpikir,

antara lain: berpikir vertikal, lateral, kritis, analitis, kreatif dan strategis.

Pada penelitian ini akan difokuskan pada berpikir kreatif. Menurut Supardi

(2015: 255) upaya menjadi kreatif berkaitan dengan antusiasme dan gairah

yang dikenal sebagai faktor substansial pada tingkat puncak kerja. Akan

tetapi, banyak orang yang mengabaikan kreativitas sebab dia tidak

menyadari manfaat dari kreativitas. Istilah kreativitas atau daya cipta

sering digunakan di lingkungan sekolah, perusahaan maupun lingkungan

lainnya. Dalam situasi pendidikan, proses belajar mengajar merupakan

salah satu dari bentuk kegiatan kreatif. Melalui proses belajar mengajar,

kreativitas siswa dapat dipupuk dan dikembangkan. Kreativitas adalah

suatu kemampuan, yaitu kemampuan untuk membayangkan atau

menciptakan sesuatu yang baru, kemampuan untuk membangun ide-ide

baru dengan mengkombinasikan, merubah, menerapkan ulang ide-ide

yang sudah ada; suatu sikap, yaitu kemampuan menerima perubahan dan

pembaruan, kemauan untuk bermain dengan ide dan kemungkinan untuk

fleksibilitas pandangan, kebiasaan menikmati sesuatu dengan baik, ketika

mencari cara untuk mengimprovisasi ide tersebut; suatu proses, yaitu

orang kreatif bekerja keras dan terus menerus, sedikit demi sedikit

membuat perubahan dan perbaikan terhadap pekerjaannya.

1

Pemikiran kreatif terwujud dengan adanya beberapa sistem dan

pola pandang dan mewakili salah satu kondisi otak, serta tampak sebagai

suatu pemikiran yang di arahkan oleh keinginan-keinginan dalam mencari

orisinalitas dan sesuatu yang benar-benar asli. Jadi, pemikiran kreatif

merupakan pemikiran yang disandarkan kepada gerakan nilai-nilai.

Artinya dalam kreativitas tersebut, pemikiran dirinya tampak dominan,

dengan tampak menghilangkan obyektifitas secara keseluruhan. Pemikiran

ini tampak jelas dalam upaya-upaya penemuan, dan yang menuntut

fleksibilitas, serta bergantung kepada keberagaman. Sehingga, pemikiran

kreatif ini meyerupai pemecahan masalah, karena pemecahan masalah itu

berarti uasaha mencapai produksi kreatif, dan inilah yang dimaksud dalam

pemikiran kreatif.

Adapun yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan

berpikir kreatif merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan

sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif

berbeda dengan yang telah ada sebelumnya. Sesuatu yang baru disini tidak

harus berupa hasil/ciptaan yang benar-benar baru walaupun hasil akhirnya

mungkin akan tampak sebagai sesuatu yang baru, tetapi dapat berupa hasil

pengembangan atau penggabungan dua atau lebih konsep-konsep yang

sudah ada. Hal ini dapat ditunjukkan oleh adanya hasil yang berupa media

pembelajaran sederhana yang menggunakan penerapan dari materi cahaya

dan alat optik.

3. Pemanfaatan Barang Bekas

1

Pemanfaatan barang bekas yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah bahan bekas yang berada di lingkungan sekitar diharapkan dapat

dimanfaatkaan oleh peserta didik untuk membuat media pembelajaran

sederhana yang berkaitan dengan materi pembelajaran yaitu cahaya dan

alat optik guna menunjang terselenggaranya kegiatan belajar mengajar

dengan menggunakan model kreatif produktif untuk meningkatkan

kreatifitas peserta didik.

4. Materi Cahaya dan Alat Optik

Cahaya memiliki sifat antara lain; dapat merambat lurus, dapat

dipantulkan, dapat dibiaskan, dapat dilenturkan, dapat digabungkan, dapat

merambat dalam ruang hampa, dan memiliki kecepatan 300.000.000 m/s.

Selain penjelasan tentang cahaya, ada pula materi yang berhubungan

dengan cahaya yaitu cermin dan lensa. Cermin dibedakan menjadi tiga,

yaitu; cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung. Sedangkan lensa

hanya dibagi menjadi dua, yaitu; lensa cekung dan lensa cembung.

Adapun alat-alat yang menggunakan penerapan dari cermin maupun lensa,

yaitu; periskop, mikroskop, lup, kamera, dan teleskop.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam penulisan penelitian ini sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan

sistematika penulisan.

1

BAB II: Landasan Teori, terdiri dari pengertian model pembelajaran, ciri-

ciri model pembelajaran, prinsip model pembelajaran, langkah-

langkah model pembelajaran, fungsi model pembelajaran,

pengertian model pembelajaran kreatif produktif, karateristik

model pembelajaran kreatif produktif, strategi model pembelajaran

kreatif produktif, langkah-langkah model pembelajaran kreatif

produktif, kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kreatif

produktif, dampak instruksional dan dampak pengiring model

pembelajaran kreatif produktif, definisi barang bekas, jenis-jenis

barang bekas, pengolahan barang bekas, kemampuan berfikir

kreatif, tingkat kemampuan berfikir kreatif, materi cahaya dan alat

optik. Sedangkan sub bab kedua mencakup kajian pustaka dan sub

bab yang terakhir mencakup hipotesis penelitian.

BAB III: Pelaksanaan Penelitian, terdiri dari jenis penelitian, lokasi dan

waktu penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian,

instrumen penelitian, uji coba instrumen penelitian, teknik

pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan, terdiri dari diskripsi data,

analisis data dan pembahasan.

BAB V: Kesimpulan dan Saran, terdiri dari kesimpulan dan saran.

1

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Model Pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran

Istilah model dalam perspektif dangkal hampir sama dengan

strategi. Menurut Sagala yang dikutip Mahmud (2015: 29) model

dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai

pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain,

model juga diartikan sebagai barang atau benda sesungguhnya,

seperti “globe” yang merupakan model dari bumi tempat kita hidup.

Secara kaffah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep

yang digunakan untuk mempresentasikan suatu hal. Suatu yang nyata

dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif

(Mahmud, 2015: 29). Atas dasar pemikiran tersebut, maka yang

dimaksud model belajar mengajar adalah kerangka konseptual dan

prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, berfungsi sebagai

pedoman bagi perancang pengajaran, serta para guru dalam

merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Selanjutnya, model pembelajaran menurut Suprijono (2011:

46) merupakan pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

1

merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model

pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Melalui model

pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan

informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide.

Adapun menurut Suprijono (2016: 51) model pembelajaran

mempunyai karakteristik yang sama dengan strategi pengajaran dan

metode pengajaran. Namun model pembelajaran menyiratkan

sesuatu yang lebih besar daripada strategi, metode, atau taktik

pembelajaran tertentu karena model pembelajaran mencakup

pendekatan pembelajaran secara keseluruhan dan bukan strategi atau

teknik tertentu. Model pembelajaran memiliki beberapa atribut yang

tidak dimiliki oleh strategi dan metode pembelajaran spesifik.

Atribut-atribut tersebut adalah adanya basis teori yang koheren

tentang apa yang seharusnya dipelajari dan bagaimana peserta didik

mempelajarinya. Model pembelajaran memberi rekomendasi

berbagai perilaku mengajar dan susunan kelas yang dibutuhkan

untuk mewujudkan berbagai tipe pembelajaran yang berbeda model

pembelajran adalah an instructional model is a step-by-step

procedure that leads to specific learning outcomes. (Model

pembelajaran adalah prosedur langkah-demi-langkah yang mengarah

ke hasil belajar spesifik) (Suprijono, 2016: 51-52). Sedangkan

1

menurut Suprijono (2011: 46) model pembelajaran mengacu pada

pendekatan yang digunakan termasuk di dalamnya tujuan-tujuan

pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan

pembelajaran dan pengelolaan kelas.

Menurut Ngalimun (2017: 39) model pembelajaran memiliki

makna yang lebih luas dari pendekatan, strategi, metode, dan teknik.

Karena itu, suatu rancangan pembelajaran atau rencana pembelajaran

disebut menggunakan model pembelajaran apabila mempunyai

empat ciri khusus, yaitu:

1) Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau

pengembangnya.

2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar

(tujuan pembelajaran yang akan dicapai).

3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut

dapat dilaksanakan dengan berhasil.

4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu

dapat tercapai.

Dalam pembelajaran yang efektif dan bermakna peserta didik

dilibatkan secara aktif, karena peserta didik adalah pusat dari

kegiatan pembelajaran serta pembentukan kompetensi dan karakter.

Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar

peserta didik dan gaya mengajar guru. Usaha guru dalam

membelajarkan peserta didik merupakan bagian yang sangat penting

1

dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah

direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi,

teknik maupun model pembelajaran merupakan suatu hal yang

utama.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah

suatu perencanaan yang digunakan oleh seorang guru sebagai

pedoman dalam menyampaikan pembelajaran di kelas, agar tujuan

dari pembelajaran dapat tersampaikan secara maksimal.

b. Ciri-ciri Model Pembelajaran

Berkaitan dengan ciri-ciri model pembelajaran, Suprijono

(2016: 61-62) menjelaskan bahwa ada empat ciri model

pembelajaran diantaranya adalah:

1) Rasional teoritik bersifat logis yang bersumber dari

perencanaannya.

2) Dasar pemikiran tentang tugas pembelajaran yang hendak dicapai

dan bagimana peserta didik belajar mencapai tujuan tersebut.

3) Aktivitas mengajar guru yang diperlukan agar model

pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif.

4) Lingkungan belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

Ciri-ciri model pembelajaran yang baik yaitu adanya

keterlibatan intelektual dan emosional peserta didik melalui kegiatan

mengalami, menganalisis, berbuat, dan pembentukan sikap, adanya

keikutsertaan peserta didik secara aktif dan kreatif. Selama

1

pelaksanaan model pembelajaran guru bertindak sebagai fasilitator,

koordinator, mediator dan motivator kegiatan belajar peserta didik.

c. Prinsip Model Pembelajaran

Menurut Suprijono (2016: 56) agar model pembelajaran

menghasilkan rencana yang efektif dan efisien, prinsip-prinsip

berikut patut diperhatikan:

1) Model pembelajaraan hendaknya mempunyai dasar nilai yang

jelas dan mantap. Nilai yang menjadi dasar bila berupa nilai

budaya, nilai moral, dan nilai religus, maupun gabungan daari

ketiganya. Acuan nilai yang jelas dan mantap akan memberikan

motivasi yang kuat untuk menghasilkan rencana yang sebaik-

baiknya.

2) Model pembelajaran berangkat dari tujuan umum. Tujuan ini

dirinci menjadi tujuan khusus. Rumusan tujuan umum dan tujuan

khusus pembelajaran menjadi dasar untuk mengembangkan

komponen-komponen pembelajaran (materi,

pendekatan/strategi/metode, sumber belajar, teknik evaluasi)

dalam suatu sistem pembelajaran. Dengan demikian di dalam

model pembelajaran terdapat relevansi antara tujuan

pembelajaran dengan keseluruhan komponen pembelajaran yang

diorganisasikan.

3) Model pembelajaran realistis. Model pembelajaran disesuaikan

dengan sumber daya dan dana yang tersedia.

1

4) Model pembelajaran mempertimbangkan kondisi sosial budaya

masyarakat, baik yang medukung maupun yang menghambat

pelaksanaan pembelajaran.

5) Model pembelajaran fleksibel. Meskipun berbagai hal terkait

dengan pelaksanaan rencana pembelajaran telah dipertimbangkan

sebaik-baiknya masih mungkin terjadi hal-hal yang di luar

perhitungan tersebut. Oleh karena itu, dalam mengembangkan

model pembelajaran perlu disediakan ruang gerak sebagai

antisipasi terhadap hal-hal yang terjadi di luar perhitungan model

pembelajaran.

d. Langkah-Langkah Pengembangan Model Pembelajaran

Menurut Suprijono (2016: 57) pada garis besarnya

mengembangkan model pembelajaran melalui langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Menetapkan tujuan yang akan dicapai. Tujuan yang ditetapkan

merupakan rincian umu, baik tujuan individual maupun tujuan

pokok.

2) Menetapkan standar keberhasilan. Standard keberhasilan

meliputi standar kualitas.

3) Menetapkan sistem evaluasi. Sistem evaluasi mencakup evaluasi

proses dan evaluasi hasil.

4) Menganalisis situasi dan kondisi yang terkait dengan tujuan yang

akan dicapai. Analisis diaksentuasikan pada pengungkapan

1

faktor-faktor penunjang dan penghambat tercapainya tujuan

pembelajaran.

5) Menetapkan kegiatan belajar yang akan dilakukan untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar yang ditetapkan

sudah mempertimbangkan faktor-faktor penunjang dan

penghambat tercapainya tujuan pembelajaran melalui analisis

terhadap situasi dan kondisi yang terkait dengan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai.

6) Menetapkan urutan hirarki dari kegiatan belajar untuk mencapai

tujuan pembelajaran.

7) Menetapkan alternatif kegiatan belajar lainnya untuk

mengantisipasi kemungkinan tidak efektif dan tidak efisiennya

kegiatan belajar yang telah ditetapkan itu.

8) Mengalokasikan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan

setiap kegiatan belajar.

e. Fungsi Model Pembelajaran

Menurut Suprijono (2016: 59) model pembelajaran berfungsi

sebagai alat komunikasi yang penting bagi guru. Para pencetus

konsep model pembelajaran khususnya Joyce, dkk., telah

mengklasifikasi instruksional, sintaksisnya, dan sifat lingkungan

belajarnya. Tujuan instruksionalnya merujuk student outcome yang

dirancang untuk dicapai oleh suatu model pembelajaran. penggunaan

model pembelajaran membantu guru mencapai tujuan tertentu.

1

Kegiatan belajar secara keseluruhan ditunjukkan dalam sintaks

model pembelajaran. Lingkungan belajar adalah konteks bahwa

semua tindakan pembelajaran harus dilaksanakan, termasuk tata cara

pemotivasian dan pengelolaan peserta didik.

Model pembelajaran menurut Suprijono (2016: 60)

mempunyai fungsi sebagai berikut:

1) Membimbing guru memilih teknik, strategi, dan metode

pembelajaran untuk memanfaatkan secara efektif situasi dan

materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

2) Membawa perubahan perilaku peserta didik seperti yang

diharapkan.

3) Membantu menemukan cara yang berarti bagi terciptanya situasi

lingkungan yang menguntungkan bagi terlaksananya proses

pembelajaran.

4) Membantu terwujudnya interaksi belajar mengajar yang

diinginkan.

5) Membantu pengonstruksiakan kurikulum dan isi matapelajaran.

6) Membantu memilih dengan tepat bahan ajar untuk pelajaran.

7) Membantu merancang aktivitas/kegiatan pembelajaran yang

sesuai.

8) Membantu prosedur material untuk menghasilkan sumber materi

dan sumber belajar yang menarik dan efektif.

9) Merangsang pengembangan inovasi pendidikan.

1

10) Membantu pembentukan teori belajar.

11) Membantu terciptanya hubungan pengajaran dan pembelajaran

secara empiris.

2. Model Pembelajaran Kreatif Produktif

a. Pengertian Model Pembelajaran Kreatif Produktif

Kreativitas merupakan hal yang sangat penting untuk

dikembangkan. Kreativitas diperlukan dalam berbagai segi

kehidupan, dalam kehidupan bermasyarakat, dunia kerja,

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Wena

(2014: 138) kreativitas terkait langsung dengan produktivitas dan

merupakan bagian esensial dalam pemecahan masalah.

Kreativitas dan produktivitas merupakan hal hal yang saling

berkaitan dan dalam proses pembelajaran hal tersebut harus

ditumbuhkan secara bersamaan.

Awalnya model pembelajaran kreatif produktif khusus

dirancang untuk pembelajaran apresiasi sastra. Namun pada

perkembangan kemudian, dengan berbagai modifikasi, model ini

dapat digunakan untuk pembelajaran berbagai bidang studi. Jika

pada awalnya model ini disebut sebagai strategi kreatif produktif

disebut dengan strategi strata. Kemudian menurut Wena (2014:

139), dengan berbagai starategi ini disebut dengan pembelajaran

kreatif produktif. Pembelajaran kreatif produktif merupakan

strategi yang dikembangkan dengan mengacu pada berbagai

1

pendekatan pembelajaran yang diasumsikan mampu

meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Pendekatan

tersebut antara lain belajar aktif dan kreatif (CBSA) yang juga

dikenal dengan strategi inkuiri, pembelajaran konstruktif,

pembelajaran kolaboratif dan kooperatif.

Strategi pembelajaran inkuiri adalah strategi yang

membutuhkan siswa menemukan sesuatu dan mengetahui

bagaimana cara memecahkan asalah dalam suatu penelitian

ilmiah. Tujuan utamanya adalah mengembangkan sikap dan

ketrampilan siswa yang memungkinkan mereka menjadi

pemecah masalah yang mandiri.

Pendekatan inkuiri didasarkan atas tiga pengertian, yaitu

siswa terlibat dalam kesempatan belajar dengan derajat “self

direction” yang tinggi; siswa dapat mengembangkan sikap yang

baik terhadap belajar, juga siswa dapat menjaga dan

menggunakan informasi untuk waktu yang lama (Ngalimun,

2017: 89).

Hosnan (2014: 270) mengemukakan konstruktif

merupakan proses pembelajaran yang menekankan terbangunnya

pemahaman sendiri secara aktif, kreatif dan produktif

berdasarkan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar

yang bermakna. Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta,

konsep dan kaidah yang siap dipraktikkannya. Manusia harus

1

mengkonstruksikannya terlebih dahulu pengetahuan itu dan

memberikan makna melalui pengalaman nyata.

Pembelajaran kolaboratif menggambarkan suatu

perubahan signifikan dari pembelajaran yang berpusat pada guru

menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Menurut

Hosnan (2014: 309). Pembelajaran kolaboratif dilandasi oleh

pemikiran bahwa kegiatan belajar hendaknya mendorong dan

membantu siswa untuk terlibat secara langsung membangun

pengetahuan sehingga mencapai pemahaman yang mendalam.

Pembelajaran kolaboratif biasanya siswa bekerja dalam suatu

kelompok, saling mencari pemahaman, penyelesaian atau arti,

atau membuat suatu produk.

Menurut Majid (2015: 174) pembelajaran kooperatif

adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif

(cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan

cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil

secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6

orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Belajar secara berkelompok, selain dapat meningkatkan

motivasi dan minat siswa, juga dapat meningkatkan dan

mengembangkan cara berpikir kreatif. Hal ini terkait dengan

meningkatkan tanggung jawab siswa dalam belajar secara

1

berkelompok sehingga dapat menciptakan seseorang yang

berpikir kreatif. Pembelajaran ini diharapkan dapat menantang

siswa untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif sebagai re-kreasi

atau pencerminan pemahamannya terhadap masalah/topik yang

dikaji. Menurut Solihatin (2012: 161) model pembelajaran

kreatif produktif merupakan model yang dikembangkan dengan

mengacu kepada berbagai pendekatan pembelajaran yang

diasumsikan mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil

belajar. Berdasarkan pendapat para ahli di atas tentang model

pembelajaran kreatif produktif, maka peneliti menyimpulkan

bahwa model pembelajaran kreatif produktif merupakan model

pembelajaran yang mengajak siswa untuk membangun

pengetahuan awal yang dimiliki dari suatu konsep/masalah yang

sedang dikaji, kemudian mendorong siswa mencari dan

menemukan jawaban dari pengetahuan maupun pengalaman

langsung sehingga menghasilkan sesuatu yang baru atau re-

kreasi sebagai hasil dari pemahamannya. Model pembelajaran

kreatif produktif mengarahkan siswa untuk berpikir kreatif,

membentuk sikap tanggung jawab dan kerjasama dalam

pembelajaran yang dilakukan baik secara individual maupun

kelompok.

1

b. Karakteristik Model Pembelajaran Kreatif Produktif

Pembelajaran kreatif produktif memiliki beberapa

karakteristik yang membedakannya dengan pembelajaran

lainnya. Menurut Suryosubroto (2009: 124) karakteristik

pembelajaran kreatif produktif antara lain sebagai berikut :

1) Keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam

pembelajaran. Keterlibatan ini difasilitasi melalui pemberian

kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi dari

konsep bidang ilmu yang sedang dikaji serta menafsirkan

hasil eksplorasi tersebut. Siswa diberi kebebasan untuk

menjelajahi berbagai sumber yang relevan dengan

topik/konsep/masalah yang sedang dikaji. Eksplorasi ini akan

meningkatkan siswa melakukan interaksi dengan lingkungan

dan pengalamannya sendiri, sebagai media untuk

mengkonstruksi pengetahuan.

2) Siswa didorong untuk menemukan/mengkonstruksi sendiri

konsep yang sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan

dengan berbagai cara seperti observasi, diskusi atau

percobaan.

Cara ini, konsep tidak ditransfer oleh guru kepada siswa, tetapi

dibentuk sendiri oleh siswa berdasarkan pengalaman dan

interaksi dengan lingkungan yang terjadi ketika melakukan

eksplorasi serta interpretasi. Siswa didorong untuk memberikan

1

makna dari pengalamannya, sehingga pemahamannya terhadap

fenomena yang sedang dikaji menjadi meningkat. Disamping

itu, siswa didorong untuk memunculkan berbagai sudut pandang

terhadap topik/konsep/masalah yang sama, menggunakan

argumentasi yang relevan. Hal-hal ini merupakan salah satu

realisasi hakikat konstruktiviance dalam pembelajaran.

3) Siswa diberi kesempatan untuk bertanggungjawab

menyelesaikan tugas bersama.

Kesempatan ini diberikan melalui kegiatan eksplorasi,

interpretasi dan rekreasi. Disamping itu, siswa juga mendapat

kesempatan untuk membantu temannya dalam menyelesaikan

satu tugas. Kebersamaan, baik dalam eksplorasi, interpretasi

serta rekreasi dan pemajangan hasil merupakan arena interaksi

yang memperkaya pengalaman.

4) Pada dasarnya untuk menjadi kreatif seseorang harus bekerja

keras, berdedikasi tinggi, antusias, serta percaya diri.

Konteks pembelajaran, kreativitas dapat ditumbuhkan dengan

menciptakan suasana kelas yang memungkinkan siswa dan guru

merasa bebas mengkaji dan mengeksplorasi topik-topik penting

kurikulum. Guru mengajukan pertanyaan yang membuat siswa

berpikir keras, kemudian mengejar pendapat siswa tentang ide-

ide besar dari berbagai persepektif. Guru juga mendorong siswa

untuk menunjukkan/mendemonstrasikan pemahamannya tentang

1

topik-topik penting dalam kurikulum menurut caranya sendiri

menurut Black (dalam Suryosubroto, 2009: 126).

Karakteristik yang dimiliki model pembelajaran kreatif

produktif membantu guru menerapkan model ini didalam

pembelajaran sehingga siswa dapat mengembangkan

kemampuan berpikir kreatif, tanggung jawab dan kerjasama

dalam menyelesaikan suatu masalah dalam pembelajaran.

c. Strategi Pembelajaran Kreatif Produktif

Kreativitas terkait langsung dengan produktivitas dan

merupakan bagian esensial dalam pemecahan masalah. Dalam

usaha mendorng agar siswa menjadi kreatif, dapat dilakukan degan

cara sebagai berikut:

1) Mengembangkan beberapa pemecahaan masalah yang kreatif

untuk suatu masalah;

2) Memberikan beberapa cara dalam memecahkan suatu masalah;

3) Membuat daftar beberapa kemungkinan solusi untuk suatu

masalah.

Dalam mengajari siswa agar menjadi kreatif, dapat dilakukan

dengan hal-hal berikut

1) Mengembangkan ide sebanyak-banyaknya;

2) Mengembangkan ide berdasarkan ide-ide orang lain;

3) Jangan member kritik pada saat pengembangan ide;

4) Mengevaluasi ide-ide yang telah ada;

1

5) Menyimpulkan ide yang terbaik.

Terimalah ide-ide kreatif yang dihasilkan siswa. Hal terpenting

dalam tahap ini adalah menerima ide-ide siswa dan bantulah siswa

membangun ide-ide lebih cemerlang. Secara operasional hal ini

bias dilakukan dengan:

1) Memberi catatan tentang aspek yang positif dari ide;

2) Memberi catatan tentang aspek negatif dari ide; dan

3) Memberi catatan hal yang sangat menarik dari ide.

Namun, harus diakui bahwa antara kreativitas dan

produktivitas merupakan hal yang saling berkaitan dan dalam

proses pembelajaran hal tersebut harus ditumbuhkan secara

bersamaan. Pembelajaran kreatif produktif merupakan strategi

yang dikembangkan dengan mengacu pada berbagai pendekatan

pembelajaran yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas

proses belajar mengajar.

Strategi pembelajaran kreatif produktif memiliki beberapa

karakteristik yang membedakannya dengan strategi pembelajaran

lainnya. Karakteristik strategi pembelajaran kreatif produktif antara

lain sebagai berikut.

1) Keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam

pembelajaran;

2) Siswa didorong untuk menemukan/mengonstruksi sendiri

konsep yang sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan

1

dengan berbagai cara seperti observasi, diskusi, atau

percobaan;

3) Siswa diberi kesempatan untuk bertanggung jawab

menyelesaikan tugas bersama;

4) Pada dasarnya untuk menjadi kreatif, seseorang harus bekerja

keras, berdedikasi tinggi, antusias, serta percaya diri.

Dengan mengacu pada karakteristik tersebut, strategi

pembelajaran kreatif produktif diasumsikan mampu memotivasi

siswa dalam melaksanakan kegiatan sehingga merasa tertantang

menyelesaikan tugas-tugas secara kreatif.

d. Langkah - langkah Model Pembelajaran Kreatif Produktif

Ada lima langkah pembelajaran kreatif produktif. Lama

waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap tahapan

pembelajaran tergantung pada jangkauan masalah yang

diselesaikan.

Menurut Wena (2014: 140), kegiatan pembelajaran dibagi

menjadi lima langkah yaitu orientasi, eksplorasi, interpretasi,

rekreasi dan evaluasi. Setiap langkah dapat dikembangkan lebih

lanjut oleh para guru dengan berpegang pada hakikat setiap

langkah sebagai berikut :

1) Orientasi

Tahap ini di awali dengan orientasi untuk menyepakati

tugas dan langkah pembelajaran dalam hal ini guru

1

mengomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah-langkah

pembelajaran, hasil akhir yang diharapkan dari siswa, serta

penilaian yang diterapkan. Tahap orientasi sangat penting

dilakukan pada awal pembelajaran, karena dapat memberi arah

dan petunjuk bagi siswa tentang kegiatan pembelajaran yang

akan dilakukan. Pada kesempatan ini siswa diberi kesempatan

untuk mengungkapan pendapat tentang langkah/cara kerja serta

hasil akhir yang diharapkan serta penilaian. Dalam tahap ini

terjadi negoisasi antara siswa dan guru tentang aspek-aspek

tahap ini, siswa tersebut, namun pada akhirnya diharapkan

terjadi kesepakatan antara guru dan siswa.

2) Eksplorasi

Tahap ini, siswa melakukan eksplorasi terhadap

masalah/konsep yang dikaji. Eksplorasi dapat dilakukan dengan

berbagai cara seperti membaca, melakukan observasi,

wawancara, melakukan percobaan, browsing lewat internet dan

sebagainya. Melalui kegiatan eksplorasi siswa akan dirangsang

untuk meningkatkan rasa ingin tahunya (curiosity) dan hal

tersebut dapat memacu kegiatan belajar selanjutnya. Kegiatan

ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Waktu

untuk eksplorasi disesuaikan dengan luasnya cakupan

bidang/bahasan yang akan dibahas. Agar eksplorasi terarah,

1

guru harus membuat panduan singkat, yang memuat tujuan,

waktu, materi, cara kerja serta hasil akhir yang diharapkan.

3) Interpretasi

Tahap ini hasil eksplorasi diinterpretasikan melalui

kegiatan analisis, diskusi, tanya jawab, atau bahkan berupa

percobaan kembali, jika memang hal itu diperlukan kembali.

Tahap interpretasi sangat penting dilakukan dalam kegiatan

pembelajaran karena melalui tahap interpretasi siswa didorong

untuk berpikir tingkat tinggi (analisis, sintesis, dan evaluasi)

sehingga terbiasa dalam memecahkan masalah meninjau dari

berbagai aspek. Interpretasi sebaiknya dilakukan pada jam tatap

muka. Jika eksplorasi dilakukan oleh kelompok, setiap

kelompok selanjutnya diharuskan menyajikan hasil

pemahamannya di depan kelas dengan cara masing-masing,

diikuti tanggapan oleh siswa lain. Pada akhir tahap ini

diharapkan semua siswa sudah memahami

konsep/topik/masalah yang dikaji.

4) Re-kreasi

Tahap ini siswa ditugaskan untuk menghasilkan sesuatu

yang mencerminkan pemahamannya terhadap

konsep/topik/masalah yang dikaji menurut kreasinya masing-

masing. Pada setiap akhir suatu pembelajaran, sebaiknya siswa

dituntut untuk mampu menghasilkan sesuatu sehingga apa yang

1

telah dipelajarinya menjadi bermakna, lebih-lebih untuk

memecahkan masalah yang sering dijumpai pada kehidupan

sehari-hari. Re–kreasi dapat dilakukan secara individual atau

kelompok sesuai dengan pilihan siswa. Hasil re-kreasi

merupakan produk kreatif sehingga dapat dipresentasikan,

dipajang atau ditindak lanjuti.

5) Evaluasi

Menurut Wena (2014: 142) evaluasi dilakukan selama

proses pembelajaran dan pada akhir pembelajaran. Selama

proses pembelajaran evaluasi dilakukan dengan mengamati

sikap dan kemampuan berpikir siswa. Hal-hal yang dinilai

selama proses pembelajaran adalah kesungguhan mengerjakan

tugas, hasil eksplorasi, kemampuan berpikir kritis dan logis

dalam memberikan pandangan/argumentasi, kemampuan untuk

bekerja sama dan memikul tanggung jawab bersama.

Sedangkan evaluasi pada ahkir pembelajaran adalah evaluasi

terhadap produk kreatif yang dihasilkan oleh siswa. Kriteria

penilaian dapat disepakati bersama pada waktu orientasi.

Menurut Wena (2014: 143) secara operasional kegiatan guru

dan siswa selama proses pembelajaran dapat digambarkan

sebagai berikut.

1

Tabel 2.1 Kegiatan Guru dan Siswa Selama

Proses Pembelajaran

No Tahap Kegiatan Guru Kegiatan siswa

1 Orientasi Mengkomunikasikan

tujuan, waktu,

langkah

pembelajaran, hasil

yang diharapkan dan

penilaian.

Menanggapi/

mendiskusikan

langkah

pembelajaran,

hasil yang

diharapkan dan

penilaian.

2 Eksplorasi Fasilitator,

motivator,

mengarahkan dan

memberi bimbingan

belajar.

Membaca,

melakukan

observasi,

wawancara,

melakukan

percobaan,

browsing lewat

internet, dan

sebagainya

3 Interpretasi Membimbing,

fasilitator,

mengarahkan

Analisis,

diskusi, tanya

jawab atau

berupa

1

percobaan

kembali

4 Re-kreasi Membimbing,

mengarahkan,

memberi dorongan,

menumbuhkembang

kan daya cipta

Mengambil

kesimpulan,

menghasilkan

sesuatu/produk

baru

5 Evaluasi Mengevaluasi,

memberi balikan

Mendiskusikan

hasil evaluasi

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, peneliti

menyimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran

kreatif produktif dimulai dari menyampaikan tujuan dan

langkah-langkah pembelajaran serta hasil akhir dan penilaian

yang akan dilakukan (orientasi), mengarahkan dan

memberikan bimbingan belajar menggunakan sumber belajar

(eksplorasi), memfasilitasi proses diskusi baik secara

individual maupun kelompok (interpretasi), mengarahkan

siswa untuk menghasilkan produk baru dari hasil

pemahamannya (re-kreasi), dan mengevaluasi proses

pembelajaran (evaluasi).

1

e. Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Kreatif

Produktif

Kelebihan model pembelajaran kreatif produktif menurut

artikel Gemmadeo (2011) adalah model pembelajaran yang

mencerminkan kekuatannya sebagai kelompok model yang

berfokus pada kebutuhan siswa, sesuai dengan paradigma student

centered learning, sebagai berikut.

1) Dalam setiap tahap kegiatan, siswa terlibat secara aktif, baik

intelektual maupun emosional.

2) Di samping mencapai dampak instruksional, perstrukturan

kegiatan dalam model ini memungkinkan terbentuknya

dampak pengiring.

3) Melalui tahap-tahap kegiatan dalam model pembelajaran

kreatif produktif ini, siswa mendapat kesempatan untuk

berinteraksi langsung dengan sumber belajar sehingga

kesempatan untuk membentuk pengetahuan sendiri terbuka

lebar.

4) Melalui kegiatan re-kreasi, kreativitas terpacu untuk

menghasilkan sesuatu yang baru berdasarkan pemehaman

mereka terhadap konsep yang sedang dikaji.

5) Penilaian proses dan hasil belajar yang dilakukan sepanjang

kegiatan memungkinkan dilakukannya penilaian secara utuh

1

dan komprehensif, di samping siswa mendapat kesempatan

untuk menampilkan pemahamannya dalam berbagai bentuk.

Menurut Solihatin (2012: 167) model pembelajaran kreatif dan

produktif ini juga tidak terlepas dari kelemahan disamping

kekuatan yang dimilikinya. Kelemahan tersebut, antara lain terkait

dengan kesiapan guru dan siswa untuk terlibat dalam model

pembelajaran seperti ini karena memang sangat berbeda dari

pembelajaran tradisional. Guru yang terbiasa menyampaikan

semua materi melalui ceramah, mungkin memerlukan waktu untuk

dapat secara berangsur-angsur mengubah kebiasaan tersebut. Siswa

juga yang terbiasa mendengarkan penjelasan yang diberikan guru

harus mengubah kebiasaan tersebut menjadi aktif mencari sumber

belajar yang dibutuhkan.

Jika dicermati, kelemahan yang telah diuraikan sebenarnya

bukan merupakan kelemahan model pembelajaran kreatif

produktif, tetapi model ini baru muncul ketika model ini diterapkan

dan mengacu kepada ketidaksiapan lingkungan. Jika kelemahan

dapat diminimalkan, maka kekuatan model ini akan membuahkan

proses dan hasil belajar yang diharapkan sekaligus meningkatkan

kualitas pembelajaran.

Berdasarkan teori di atas peneliti dapat menyimpulkan

bahwa langkah-langkah model pembelajaran kreatif produktif

dimulai dari menyampaikan tujuan dan langkah-langkah

1

pembelajaran serta hasil akhir dan penilaian yang akan dilakukan

(orientasi), mengarahkan dan memberikan bimbingan belajar

menggunakan sumber belajar (eksplorasi), memfasilitasi proses

diskusi baik secara individual maupun kelompok (interpretasi),

mengarahkan siswa untuk menghasilkan produk baru dari hasil

pemahamannya (re-kreasi), dan mengevaluasi proses pembelajaran

(evaluasi).

f. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring Model

Pembelajaran Kreatif Produktif

Pemilihan metode dan mengajar harus mengandung dampak

langsung (intruksional) dan dampak pengiring (nurturant effects).

Dampak intruksional merupakan tujuan yang secara langsung akan

dicapai melalui pelaksanaan program pengajaran (satuan pelajaran)

yang dilaksanakan guru setelah selesai suatu pertemuan belajar

mengajar. Sedangkan dampak pengiring merupakan hasil

pengajaran yang hasilnya akan berpengaruh kepada siswa dan akan

mengiringi atau menyertai belakangan. Dampak pengiring ini

berkaitan dengan effective domain (sikap dan nilai).

Dampak intruksional yang dapat dicapai melalui model

pembelajaran kreatif dan produktif menurut Solihatin (2012: 163-

164) antara lain :

1) Pemahaman terhadap suatu nilai, konsep atau masalah tertentu

2) Kemampuan menerapkan konsep/memecahkan masalah, serta

1

3) Kemampuan mengkreasikan sesuatu berdasarkan pemahaman

tersebut.

Dampak pengiring (nurturant effect), melalui model

pembelajaran kreatif produktif diharapkan dapat dibentuk

kemampuan berpikir kritis kreatif, bertanggung jawab serta

bekerja sama, yang kesemuanya merupakan tujuan pembelajaran

jangka panjang. Tentu saja dampak pengiring hanya mungkin

terbentuk jika kesempatan untuk mencapai/menghayati berbagai

kemampuan tersebut memang benar-benar disediakan secara

memadai. Hal tersebut akan tercapai, jika model pembelajaran ini

diterapkan secara benar dan memadai.

3. BARANG BEKAS

a. Pengertian Barang Bekas

Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia “barang” diartikan

sebagai benda yang berwujud, sedangkan arti kata “bekas” adalah sisa

habis dilalui, sesuatu yang menjadi sisa dipakai. Jadi dapat

disimpulkan bahwa brang bekas adalah benda yang sudah pernah

dipakai baik sekali maupun lebih dari satu kali.

b. Jenis-jenis Barang Bekas

Apabila dilihat secara umum barang bekas selalu ada pada

setiap individu, baik itu dari anak kecil sampai kepada orang tua. Dari

beragam macam barang bekas yang ada disekitar kita, ada sebagian

1

orang yang menjadikan itu sebagai lahan investasi atau bisnis bagi

kehidupannya sehari-hari. Namun hanya sedikit orang-orang tersebut

melakukan kegiatan tersebut, masyarakat lebih memilih bersifat

sederhana hanya mengelola, mengubah, menjual kembali dan

memberikan kepada orang yang membutuhkan.

Adapun jenis-jenis barang bekas adalah sebagai berikut:

1) Kain/kulit, seperti : pakaian, sepatu, dan tas

2) Besi, seperti : perabot rumah tangga

3) Kardus, plastik, kaca, kertas dan lain-lain.

Masih banyak jenis-jenis barang bekas yang ada di lingkungan

sekitar. Keseluruhan jenis barang yang ada apabila habis kegunaannya

atau bisa diambil manfaatnya kembali, maka itulah disebut dengan

barang bekas.

Pada dasarnya barang bekas yang mereka kumpulkan

mempunyai nilai-nilai kegunaan dan manfaat, bahkan beberapa ahli

membagi beberapa jenis-jenis barang bekas tersebut dari segi

harganya, segi kualitasnya, segi manfaatnya, bahkan segi nilai

ekonominya di industri.

c. Pengolahan Barang Bekas

Banyak yang mengangap barang-barang yang sudah dipakai

tersebut sisanya tidak bermanfaat dan dibuang begitu saja. Namun,

tahukah kita bagi sebagian orang, barang bekas itu justru menjadi

sumber insiprasi, tidak hanya menjadi sumber insiprasi, barang bekas

1

juga dapat digunakan kembali atau dimanfaatkan kembali untuk

kebutuhan-kebutuhan sehari-hari. Adapun yang menjadikannya

sebagai sumber rupiah. Kebanyakan orang yang bermata pencaharian

mengumpulkan barang bekas untuk kemudian dijual dan dimanfaatkan

kembali.

Pengelohan barang bekas sangat beragam, dilihat dari

perkembangan penggunaan barang-barang yang secara terus menurus

dan tidak diimbangi dengan pengelolaan secara maksimal

mengakibatkan semakin bertumpuknya barang bekas yang berada pada

lingkungan sekitar. Meningkatnya produksi barang bekas setiap

tahunnya butuh berbagai upaya dari semua pihak, terutama pada diri

individu sendiri dengan adanya kesadaran untuk memanfaatkannya

kembali atau dapat dikelola dengan bijak.

Disamping itu, kita melihat barang bekas bisa dijadikan sebuah

investasi dan bisnis yang berharga dalam kehidupan sehari-hari.

Apabila kita mengumpulkan dan membuat sebuah list (daftar) nama-

nama barang bekas yang kita miliki, baik itu kapan barang itu dibeli

pertama kali atau siapa yang menciptakan barang tersebut. Pasti kita

mengetahui seberapa besar mutu, kualitas dan nilai jual barang bekas

tersebut. Misalnya jika ternyata dari hasil pencatatan tersebut

ditemukan sebuah barang elektronik namun tidak memiliki nilai

historis, maka barang tersebut digolongkan tidak memiliki nilai jual

yang tinggi. Berikanlah keterangan pada semua barang yang telah

1

tercatat. Kadangkala ada barang yang kita tidak perlu melakukan

sentuhan apapun tetapi memiliki nilai jual yang tinggi, namun juga

ditemukan barang yang bisa memiliki nilai jual yang tinggi apabila

dilakukan retouching (pengolahan kembali). Jika seandainya

memerlukan biaya saat retouching barang tersebut, usahakan biayanya

seminim mungkin.

Hal-hal seperti ini harus diperhatikan kembali. Jika ternyata di

rumah kita tidak terdapat barang bekas yang memiliki nilai jual yang

tinggi, maka tidak usah khawatir karena di lingkungan sekitar rumah

kita pun pasti ada, jika pun tetap tidak ada kita bisa membelinya dari

orang-orang yang memerlukan uang, namun tidak mengetahui nilai

ekonomis barang bekas yang dijual. Biasanya kita akan mendapatkan

harga yang sangat murah. Contoh barang bekas yang bisa kita jadikan

alternatif investasi adalah lukisan, uang kuno, perangko lama, barang

antik dan masih banyak yang sejenisnya. Kategori barang penulis

sebutkan diatas, semakin lama akan memiliki nilai historis yang makin

tinggi sehingga harganya pun semakin mahal. Namun, ada juga barang

bekas yang bisa dijadikan investasi jangka pendek (1-6 bulan),

misalkan oli bekas, pakaian bekas, spanduk bekas, sampul bekas dan

masih banyak barang sejenis yang lain. Untuk kategori ini, kita

memerlukan biaya untuk melakukan retouching agar barang tersebut

memiliki nilai lebih sehingga kita bisa menjualnya lebih mahal.

1

Cara untuk mengelola barang bekas tersebut harus disesuaikan

dengan jenis barang bekasnya, seperti barang bekas jenis plastik,

plastik berdampak negatif terhadap lingkungan karena tidak dapat

terurai dengan cepat dan dapat menurunkan kesuburan tanah. Plastik

yang dibuang sembarangan juga dapat menyumbat saluran drainase,

selokan dan sungai sehingga menyebabkan banjir. Selain itu apabila

plastik yang dibakar dapat mengeluarkan zat-zat yang berbahaya bagi

kesehatan manusia.

Oleh karena itu kebanyakan plastik dapat dirubah menjadi

sesuatu kreatifitas yang dapat menghasilkan uang, apalagi pada zaman

sekarang sudah banyak yang mengelola plastik untuk membuat tas

anyaman, pot bunga, hiasa dan aneka pernak-pernik lainnya dengan

beragam warna dan bentuk. Barang-barang bekas seperti inilah yang

bisa dikelola untuk menjadi sumber penghidupan atau menghasilkan

uang.

Adapun jenis barang bekas lainnya yaitu berupa kertas, kaca,

besi, kain dan lain sebagainya dapat dimanfaatkan untuk media

pembelajaran atau alat permainan edukatif untuk menunjang

berlangsungnya pembelajaran apabila terdapat keterbatasan fasilitas

maupun untuk menunjang tingkat kratif peserta didik.

Berikut ini merupakan media pembelajaran sederhana yang

memanfaatkan barang bekas:

1

Gambar 2.1 Lup Sederhana dari Plastik Bekas

Sumber: (Dokumentasi Peneliti: 2019)

Gambar 2.2 Periskop Sederhana dari Barang Bekas

Sumber: (Dokumentasi Peneliti: 2019)

1

Gambar 2.3 Percobaan Penerapan Materi Dispersi Cahaya

Sumber: (Dokumentasi Peneliti: 2019)

5. KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF

a. Berpikir Kreatif

Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami

seseorang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi

yang harus dipecahkan. Menurut Madhi (2009: 21-28) makna berpikir

adalah berusaha menambah ilmu, pengetahuan, dan pengalaman, yang

selanjutnya akan menumbuhkan kekuatan untuk mengubah perilaku

dan mengontrol semua tindakan. Berpikir adalah fitrah dalam diri

semua orang, yang mau berkembang, memperbaiki diri, dan mengubah

1

dirinya. Berpikir bukanlah tindakan acak dan serampangan, bukan pula

permainan undian nasib. Berpikir pada masa kita sekarang ini sudah

menjadi jalan hidup yang memiliki kaidah, asas, pokok, dan rukunnya.

Berpikir itu menumbuhkan dalam diri manusia kemampuan untuk

menganlisis dan merangkai, yang memungkinkan seseorang bekerja

secara sistematis dalam menyelesaikan masalah, menjawab tantangan,

dan mengambil keputusan. Tahapan usia akan ikut membentuk pola

pikir manusia, bagaimana seseorang mendapatkan pendidikan dan

melewati fase pertumbuhannya, mendapatkan pengajaran dan

pengetahuan, bagaimana menjalin koneksi dan komunikasi, serta apa

saja yang telah dialaminya, baik peristiwa positif maupun negatif.

Semua variabel itu akan menyusun dan membentuk pandangan dan

pendapatnya, yang selanjutnya hal itu akan menjadi pegangannya

sepanjang hayat. Sebagaimana berpikir merupakan pengetahuan, ilmu,

dan manhaj, berpikir juga merupakan pengajaran, seni, dan

profesionalitas. Pemikiran akan memengaruhi lingkungan orang yang

tumbuh di sana. Ada lingkungan yang kondusif untuk berpikir, tetapi

ada pula lingkungan yang mematikan, membinaskan, dan membatasi

pemikiran.berpikir positif yang sehat dan lurus adalah bersikap optimis

dengan segala makna yang dikandung oleh kata ini. Optimis adalah

memanadang segala sesuatu yang indah. Segala sesuatu meninggalkan

kesan yang lebih mendalam dalam diri kita, dalam kehidupan kita

sehari-hari, serta kehidupan masa depan.

1

Adapun fungsi berpikir adalah membawa banyak manfaat bagi

kita sebagai kaum muda dalam menghadapi kehidupan kita sehari-hari,

dalam mencari jawaban dan solusi yang tepat untuk setiap

permasalahan. Berpikir tantang benda, fenomena, manusia, dan situasi,

akan berunjung pada hasil yang berbeda-beda, sesuai dengan karakter

data, eksistensinya, dan jenisnya, serta sesuai dengan kemampuan akal

dan kemampuan untuk menyelesaikannya (Madhi, 2009: 133).

Terdapat bermacam-macam cara berpikir, antara lain: berpikir vertikal,

lateral, kritis, analitis, kreatif dan strategis. Pada penelitian ini akan

difokuskan pada berpikir kreatif. Menurut Supardi (2015: 255) upaya

menjadi kreatif berkaitan dengan antusiasme dan gairah yang dikenal

sebagai faktor substansial pada tingkat puncak kerja. Akan tetapi,

banyak orang yang mengabaikan kreativitas sebab dia tidak menyadari

manfaat dari kreativitas. Istilah kreativitas atau daya cipta sering

digunakan di lingkungan sekolah, perusahaan maupun lingkungan

lainnya. Dalam situasi pendidikan, proses belajar mengajar merupakan

salah satu dari bentuk kegiatan kreatif. Melalui proses belajar

mengajar, kreativitas siswa dapat dipupuk dan dikembangkan.

Kreativitas siswa dapat muncul sewaktu-waktu pada sembarang

tempat, oleh karena itu perlu dilatih agar kemunculannya tidak

sewaktu-waktu pada sembarang tempat, tetapi kreativitas ini muncul

pada waktu menghadapi permasalahan. Kreativitas adalah suatu

kemampuan, yaitu kemampuan untuk membayangkan atau

1

menciptakan sesuatu yang baru, kemampuan untuk membangun ide-

ide baru dengan mengkombinasikan, merubah, menerapkan ulang ide-

ide yang sudah ada; suatu sikap, yaitu kemampuan menerima

perubahan dan pembaruan, kemauan untuk bermain dengan ide dan

kemungkinan untuk fleksibilitas pandangan, kebiasaan menikmati

sesuatu dengan baik, ketika mencari cara untuk mengimprovisasi ide

tersebut; suatu proses, yaitu orang kreatif bekerja keras dan terus

menerus, sedikit demi sedikit membuat perubahan dan perbaikan

terhadap pekerjaannya.

Pemikiran kreatif terwujud dengan adanya beberapa sistem dan

pola pandang dan mewakili salah satu kondisi otak, serta tampak

sebagai suatu pemikiran yang di arahkan oleh keinginan-keinginan

dalam mencari orisinalitas dan sesuatu yang benar-benar asli. Jadi,

pemikiran kreatif merupakan pemikiran yang disandarkan kepada

gerakan nilai-nilai. Artinya dalam kreativitas tersebut, pemikiran

dirinya tampak dominan, dengan tampak menghilangkan obyektifitas

secara keseluruhan. Pemikiran ini tampak jelas dalam upaya-upaya

penemuan, dan yang menuntut fleksibilitas, serta bergantung kepada

keberagaman. Sehingga, pemikiran kreatif ini meyerupai pemecahan

masalah, karena pemecahan masalah itu berarti uasaha mencapai

produksi kreatif, dan inilah yang dimaksud dalam pemikiran kreatif.

Selain itu, pemikiran kreatif juga bergantung kepada beberapa

proses kerja akal yang utama. Seperti kreativitas pemikiran-pemikiran,

1

taktik, dan pembatasan masalah. Dalam beberapa tempat, pemikiran

kreatif menggunakan strategi dalam menyelesaikan permasalahan,

mengambil keputusan, dan menciptakan suatu pemahaman. Menurut

Rahmawati (2015: 27) kreativitas pada intinya merupakan kemampuan

seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan

maupun karya nyata, baik dalam bentuk karya baru maupun kombinasi

dari hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan

apa yang telah ada sebelumnya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

kreativitas adalah produk dari berpikir kreatif yang dapat

menghasilkan sesuatu yang baru dan dapat diterapkan dalam

pemecahan masalah. Baru yang dimaksud bukan hanya dari yang tidak

ada menjadi ada, tetapi juga kombinasi baru dari sesuatu yang sudah

ada.

b. Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif

Kemampuan berpikir kreatif seseorang dapat ditingkatkan

dengan memahami proses berpikir kreatifnya dan berbagai faktor yang

mempengaruhinya serta melalui latihan yang tepat. Kemampuan

berpikir kreatif seseorang dapat ditingkatkan dari satu tingkat ke

tingkat yang lebih tinggi dengan cara memahami proses berpikir, dan

faktor-faktornya serta melalui latihan. Berdasarkan pendapat tersebut,

dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan berpikir kreatif

seseorang dapat berubah dari satu tingkat ke tingkat selanjutnya.

1

Menurut Madhi (2009: 135-136) berpikir memiliki karakter sebagai

berikut :

1) Berpikir itu perilaku yang memiliki tujuan, tidak muncul di waktu

senggang tanpa tujuan.

2) Berpikir itu perilaku evolutif, bertambah secara bertahap seiring

dengan pertambahan usia serta bertambahnya pengalaman.

3) Berpikir efektif adalah berpikir yang berbasis pada data paling

valid yang bisa didapatkan.

4) Kesempurnaan dalam berpikir adalah sesuatu yang tidak mungkin

didapatkan dalam realitas, sedangkan berpikir efektif merupakan

tujuan yang dapat dicapai secara bertahap.

5) Aktivitas berpikir terbentuk dari intervensi unsur-unsur yang

meliputinya, yang terdiri dari waktu (amasa berpikir, situasi dan

kondisis, serta tema yang menjadi sentral dari aktivitas berpikir itu.

6) Aktivitas berpikir itu memunculkan berbagai tipe (tipe ucapan,

simbolik, mekanik, dan seterusnya).

Menurut Madhi (2009: 136-137) dalam tingkatnya berpikir dibagi

menjadi dua diantaranya :

1) Berpikir tingkat dasar atau berpikir tingkat rendah

Berpikir tingkat dasar mengandung sejumlah keahlian diantaranya

pengetahuan (seseorang mengusahakannya dan mengingatnya),

mengamati, membandingkan, dan menyusunnya. Semua itu adalah

1

keahlian yang harus ada sebelum seseorang dapat berpindah

menuju tingkat berpikir kompleks.

2) Berpikir kompleks atau yang memiliki tingkat kesulitan tinggi

Adapun berpikir kompleks memiliki karakter yaitu metode berpikir

ini tidak memungkinkan seseorang untuk mampu menentukan

suatu perencanaan dengan jelas dan memadai, membuat solusi

masalah yang kompleks dan pihak, mengandung keputusan hukum,

menggunakan standar yang beragam, memerlukan kerja keras,

membangun moral untuk menghadapi situasi tertentu.

Liliawati dan Puspita (2010: 425) mengatakan bahwa keterampilan

berpikir kreatif adalah keterampilan kognitif untuk memunculkan dan

mengembangkan gagasan baru, ide baru sebagai pengembangan dari

ide yang telah lahir sebelumnya dan keterampilan untuk memecahkan

masalah secara divergen (dari berbagai sudut pandang). Kemampuan

berpikir kreatif seorang dapat ditingkatkan dengan cara seorang

tersebut lebih memahami proses berpikir kreatifnya dari berbagai

faktor yang ada, juga serta melakukan latihan yang tepat.

Terdapat empat indikator dari berpikir kreatif yaitu:

1

Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Berfikir Kreatif

No Indikator Keterangan Indikator

1. Kelancaran

(fluency)

Kemampuan untuk menghasilkan banyak

gagasan.

2. Keluwesan

(fleksibility)

Kemampuan untuk mengemukakan bermacam-

macam pemecahan.

3. Keaslian

(originality)

Kemampuan memberikan gagasan yang relatif

baru dan jarang diberikan kebanyakan orang.

4. Elaborasi

(elaboration)

Kemampuan merinci secara detail jawaban

yang dibuat.

Sumber: Rahmazatullaili (2017: 171)

6. MATERI CAHAYA DAN ALAT OPTIK

a. Sifat-sifat Cahaya

Cahaya memiliki sifat antara lain; dapat merambat lurus, dapat

dipantulkan, dapat dibiaskan, dapat dilenturkan, dapat digabungkan, dapat

merambat dalam ruang hampa, dan memiliki kecepatan 300.000.000 m/s.

1

1) Cahaya Merambat Lurus

Gambar 2.4 Keberadaan Bayang-Bayang Merupakan

Bukti Bahwa Cahaya Merambat Lurus

Sumber: (Zubaidah: 2014)

Kamu melihat suatu berkas cahaya lurus. Jika sebuah benda

memasuki berkas tersebut, maka benda tersebut menghalangi

sebagian cahaya tersebut dan dihasilkan sebuah bayang-bayang.

Cahaya tidak membelok di sekitar benda tersebut.

Bayang-bayang merupakan suatu daerah gelap yang terbentuk

pada saat sebuah benda menghalangi cahaya yang mengenai suatu

permukaan. Kamu dapat melihatnya pada Gambar 2.3 Jika sumber

cahaya cukup besar, bayang-bayang sering terdiri dari dua bagian.

Apabila cahaya tersebut terhalang seluruhnya, terbentuklah umbra,

yaitu bagian pertama bayang-bayang yang sangat gelap. Daerah di

luar umbra menerima sebagian cahaya, terbentuklah penumbra, yaitu

1

bagian kedua bayang-bayang yang terletak di luar umbra dan tampak

berwarna abu-abu kabur.

2) Pemantulan Cahaya

Gambar 2.5 Melihat Bayanganmu Sendiri di Cermin

Merupakan Contoh Pemantulan Cahaya

Sumber: (Zubaidah: 2014)

Sesaat sebelum kamu berangkat sekolah, kamu mungkin

menyempatkan bercermin sejenak untuk melihat penampilanmu. Agar

kamu dapat melihat bayanganmu dicermin, cahaya harus terpantul

darimu, mengenai cermin, dan dipantulkan kembali oleh cermin ke

dalam matamu. Pemantulan cahaya terjadi ketika cahaya mengenai

suatu benda dan dipantulkan oleh benda tersebut. Gambar 2.4

menunjukkan sebuah contoh pemantulan.

3) Hukum Pemantulan

Berkas sinar yang mengenai cermin disebut sinar datang.

Sedangkan berkas sinar yang meninggalkan cermin disebut sinar

pantul. Sebuah garis putus-putus yang digambar tegak lurus

permukaan cermin disebut garis normal. Sudut yang dibentuk oleh

1

sinar datang dan garis normal disebut sudut datang, yang

dilambangkan dengan i. Sedangkan sudut yang dibentuk oleh sinar

pantul dan garis normal disebut sudut pantul, yang dilambangkan

dengan r. Hukum pemantulan menyatakan bahwa sudut datang sama

dengan sudut pantul. Setiap cahaya yang dipantulkan, apakah

dipantulkan dari sebuah cermin, aluminium foil, atau bulan mengikuti

hukum pemantulan tersebut.

Hukum Pemantulan Cahaya (Hukum Snellius)

Gambar 2.6 Setiap Cahaya yang Dipantulkan oleh Benda

Mengikuti Hukum Pemantulan

Sumber: (Zubaidah: 2014)

4) Jenis Pemantulan

Pemantulan teratur

Gambar 2.7 Jalan Sinar pada Pemantulan Teratur

Sumber: (Zubaidah: 2014)

1

Pemantulan baur

Gambar 2.8 Jalan Sinar pada Pemantulan Baur

Sumber: (Zubaidah: 2014)

Mengapa kamu dapat melihat pantulanmu atau bayanganmu

pada cermin? Mengapa kamu tidak dapat melihat pantulanmu atau

bayanganmu pada dinding? Pada kedua kasus tersebut cahaya

dipantulkan dari suatu permukaan. Jawabannya terletak pada

bagaimana cahaya itu dipantulkan. Jenis permukaan yang dikenai

cahaya menentukan jenis pemantulan yang dihasilkan.

Cermin mempunyai permukaan halus. Semua sinar yang

mencapai permukaan cermin datang dengan sudut yang sama

sehingga sinar itu juga dipantulkan pada sudut yang sama. Jenis

pemantulan ini disebut pemantulan teratur. Ini serupa dengan bola

yang memantul dari lantai datar , ditunjukkan Gambar 2.8 Permukaan

suatu dinding tidak benar-benar halus. Ini mungkin mengherankan

kamu karena boleh jadi kamu berpikir bahwa kebanyakan dinding

memiliki permukaan halus. Jika kamu memperbesar permukaan suatu

dinding, kamu akan melihat bahwa permukaan itu kasar dan tidak

teratur. Karena permukaan dinding tidak halus, tiap-tiap sinar

1

mencapai permukaan tersebut dengan sudut berbeda. Tiap-tiap sinar

masih mematuhi hukum pemantulan. Sehingga, tiap-tiap sinar

tersebut dipantulkan pada sudut yang berbeda. Jadi cahaya yang

dipantulkan itu dihamburkan kesegala arah. Cahaya yang dipantulkan

yang tersebar kebanyak arah yang berbeda dikarenakan suatu

permukaan tidak teratur disebut pemantulan baur. Gambar 2.8

memperlihatkan pemantulan baur.

Meskipun pemantulan baur tidak dikehendaki untuk melihat

bayanganmu, pemantulan baur itu penting. Seandainya sinar matahari

tidak dihamburkan ke segala arah oleh permukaan tidak rata dan

partikel-partikel debu diudara, kamu hanya akan dapat melihat benda-

benda yang terkena sinar matahari langsung. Segala sesuatu yang

terlindung di bawah pohon atau berada di dalam rumah akan tidak

terlihat karena berada dalam tempat gelap gulita. Di samping itu,

cahaya sinar matahari akan begitu kuat sehingga kamu akan

mengalami kesulitan dalam penglihatan.

b. Pembiasan Cahaya

Gelombang-gelombang cahaya normalnya merambat dalam garis

lurus. Apabila gelombang-gelombang cahaya itu bergerak dari satu jenis

zat ke jenis zat yang lain, seperti dari udara ke air, kecepatan gelombang

cahaya itu berubah. Bagaimana arah rambat cahaya, apabila cahaya

merambat dari satu jenis zat ke jenis zat lain, seperti dari udara menuju ke

air?

1

Gambar 2.9 Pembiasan Menyebabkan Tongkat di Dalam

Akuarium Terlihat Patah

Sumber: (Zubaidah: 2014)

Pembelokan ini disebabkan cahaya itu merambat melewati zat-zat

yang berbeda dan berubah kelajuannya. Pembelokan cahaya itu disebut

pembiasan cahaya. Pembiasan cahaya adalah pembelokan gelombang

cahaya yang disebabkan oleh suatu perubahan dalam kelajuan gelombang

cahaya pada saat gelombang cahaya tersebut merambat dari satu zat ke zat

lainnya.

1) Indeks Bias

Setiap medium mempunyai suatu indeks bias tertentu, yang

merupakan suatu ukuran seberapa besar suatu bahan membiaskan

cahaya. Indeks bias suatu zat adalah perbandingan kelajuan cahaya di

udara dengan kelajuan cahaya di dalam zat tersebut. Kelajuan cahaya

di udara selalu lebih besar daripada di dalam zat lain. Oleh karena itu,

indeks bias zat selain udara selalu lebih besar daripada satu. Semakin

besar indeks bias suatu zat, semakin besar cahaya dibelokkan oleh zat

1

tersebut. Besarnya pembiasan juga bergantung pada panjang

gelombang cahaya. Dalam spektrum cahaya tampak, panjang

gelombang cahaya bervariasi dari gelombang merah yang terpanjang

sampai gelombang ungu yang terpendek.

2) Dispersi Cahaya

Pernahkah kamu melihat pelangi di langit? Apakah warna-

warna dalam pelangi tersebut? Bagaimanakah terjadinya warna-warna

dalam pelangi itu? Jika kamu pernah melihat pelangi, berarti kamu

pernah melihat suatu contoh peristiwa dispersi cahaya. Dispersi

cahaya merupakan peristiwa terurainya cahaya putih menjadi warna-

warna spektrum.

Gambar 2.10 Cahaya Putih Diuraikan Menjadi Warna-Warna

Pelangi pada Saat Cahaya Putih Melalui Sebuah Prisma

Sumber: (Zubaidah: 2014)

Gambar 2.10 menunjukkan apa yang terjadi ketika cahaya

putih melalui sebuah prisma. Prisma segitiga membiaskan cahaya

dua kali. Pertama, pada saat cahaya masuk ke dalam prisma dan

kedua pada saat cahaya keluar dari prisma dan keluar ke udara.

Oleh karena cahaya dengan panjang gelombang lebih pendek

1

dibiaskan lebih besar daripada cahaya dengan panjang gelombang

lebih panjang, maka warna ungu dibelokkan paling besar. Warna

cahaya manakah yang kamu harapkan dibelokkan paling kecil?.

Sebagai hasil dari pembiasan yang berbeda-beda tersebut,

warna-warna yang berbeda dipisahkan ketika warna-warna tersebut

keluar dari prisma. Apakah cahaya yang meninggalkan prisma

mengingatkan kamu pada sebuah pelangi? Sama halnya dengan

prisma, titik-titik hujan juga membiaskan cahaya. Pembiasan

cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda dapat

menyebabkan cahaya putih dari matahari terurai menjadi warna-

warna tunggal spektrum cahaya tampak.

Isac Newton mengemukakan bahwa sesungguhnya cahaya

putih mengandung semua dari tujuh warna yang terdapat pada

pelangi. Berdasarkan urutan penurunan panjang gelombang, maka

warna-warna yang seharusnya kamu lihat pada pelangi adalah

merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.

3) Hukum Pembiasan

Tentunya kamu sudah dapat menyebutkan contoh kejadian

sehari-hari yang dapat dijelaskan dengan konsep pembiasan. Dasar

kolam tampak lebih dangkal dari sebenarnya, sebatang pensil yang

dicelupkan ke dalam air tampak bengkok, merupakan contoh

kejadian sehari-hari yang berkaitan dengan terjadinya pembiasan

cahaya.

1

Gambar 2.11 Lintasan Sinar Berbagai Sudut Datang dari

Udara ke Kaca

Sumber: (Zubaidah: 2014)

Orang pertama yang menemukan bahwa terdapat

perbandingan yang tetap antara proyeksi sinar datang dengan

proyeksi sinar bias itu adalah seorang ilmuwan Belanda bernama

Snellius. Nilai perbandingan tersebut dikenal dengan nama indeks

bias, dan dinyatakan dengan lambang n. Jadi, untuk sinar dari

udara ke kaca, indeks bias kaca adalah:

Sinar datang masuk ke kaca, dibiaskan mendekati garis

normal. Sudut datang adalah sudut yang dibentuk sinar datang

dan garis normal. Sudut bias adalah sudut yang dibentuk sinar

bias dengan garis normal. Berdasarkan kegiatan di atas juga dapat

disimpulkan bahwa:

1

(1) Jika sinar merambat dari zat optik kurang rapat kezat optik

lebih rapat, maka sinar dibiaskan mendekati garis normal.

(2) Sebaliknya, jika sinar merambat dari zat optik lebih rapat ke

zat optik kurang rapat, maka sinar dibiaskan menjauhi garis

normal.

(3) Sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu

bidang datar.

c. Cermin Dan Lensa

1) Cermin

Cermin terbuat dari kaca yang salah satu permukaannya

dilapisi dengan lembaran tipis aluminium atau perak. Cahaya yang

mengenai cermin akan dipantulkan. Ada tiga jenis cermin, yaitu

cermin datar, cekung, dan cembung.

a) Cermin Datar

Jenis cermin yang sering kamu gunakan untuk bercermin

setiap pagi adalah sebuah cermin datar. Cermin datar adalah

sepotong kaca datar yang dilapisi dengan bahan yang bersifat

memantulkan cahaya pada salah satu permukaannya.

b) Cermin Cekung dan Cermin Cembung

Cermin tidak selalu datar. Jika permukaan sebuah cermin

melengkung ke dalam, cermin itu disebut cermin cekung. Jika

permukaan sebuah cermin melengkung ke luar cermin itu disebut

cermin cembung.

1

c) Persamaan Cermin Cekung dan Cermin Cembung

Hubungan antara jarak benda, jarak bayangan, dan jarak

fokus pada cermin cekung dan cermin cembung, dapat dinyatakan

dengan persamaan berikut ini.

Keterangan:

So = jarak benda ke cermin (meter)

Si = jarak bayangan ke cermin (meter)

F = jarak fokus cermin (meter)

Sedangkan jarak fokus cermin cekung maupun cermin

cembung dapat dinyatakan dengan persamaan

Oleh karena itu persamaan cermin cekung dan cermin

cembung dapat pula dinyatakan dengan persamaan:

dengan R adalah jari-jari kelengkungan cermin.

Dalam menggunakan persamaan cermin cekung maupun

cermin cembung, perlu diperhatikan aturan-aturan tanda berikut

ini.

1

a) Jarak benda (So) bertanda positif (+) untuk benda nyata (benda

terletak di depan cermin) dan bertanda negative (-) untuk benda

maya (benda terletak di belakang cermin).

b) Jarak bayangan (Si) bertanda positif (+) untuk bayangan nyata

(bayangan terletak di depan cermin) dan bertanda negatif (-)

untuk bayangan maya (bayangan terletak di belakang cermin).

c) Jari-jari kelengkungan (R) dan jarak fokus (f) bertanda positif

(+) untuk cermin cekung dan bertanda negatif (-) untuk cermin

cembung.

d) Lensa

Kebanyakan lensa terbuat dari kaca atau plastik dengan dua

permukaan. Lensa mempunyai dua permukaan lengkung atau satu

permukaan lengkung. Seperti halnya cermin lengkung, berdasarkan

bentuknya, lensa dibedakan atas lensa cembung dan lensa cekung.

1) Lensa Cembung

Lensa cembung adalah lensa dengan bagian tengah

lebih tebal daripada bagian tepi. Sinar-sinar cahaya yang

datang sejajar sumbu lensa dibiaskan menuju titik fokus. Sinar-

sinar itu mengumpul pada titik fokus, sehingga sinar-sinar itu

bisa membentuk bayangan nyata yang dapat diproyeksikan

pada layar. Besar pembiasan cahaya pada suatu lensa

bergantung pada indeks bias bahan lensa dan lengkung

1

permukaan lensa, sedangkan indeks bias bergantung pada

cepat rambat cahaya dalam bahan lensa tersebut.

Gambar 2.12 Bentuk Lensa Cembung

Sumber: (Zubaidah: 2014)

Lensa cembung dapat menghasilkan banyak jenis

bayangan, baik nyata maupun maya, tegak, terbalik, diperbesar,

atau diperkecil. Jenis bayangan yang dibentuk bergantung pada

posisi benda dan panjang fokus lensa.

Adapun bentuk lensa cembung ada tiga macam, yaitu

sebagai berikut:

1. Cembung-cembung (bikonveks)

2. Cembung-datar (plan konveks)

3. Cembung-cekung (konkaf konveks)

2) Lensa Cekung

Bayangan yang dibentuk selalu maya, tegak, dan lebih

kecil daripada benda sesungguhnya. Bayangan yang dibentuk

lensa cekung mirip dengan bayangan yang dibentuk cermin

1

cembung. Dua-duanya, lensa cekung dan cermin cembung

menyebarkan cahaya dan membentuk bayangan maya.

Gambar 2.13 Bentuk Lensa Cekung

Sumber: (Zubaidah: 2014)

Adapun bentuk lensa cekung ada tiga macam, yaitu

sebagai berikut:

a) cekung-cekung (bikonkaf)

b) Cekung-datar (plan konkaf)

c) Cekung-cembung (konveks konkaf)

d. Alat optik

1) Lup

Lup digunakan untuk melihat benda-benda kecil.

Gambar 2.14 Lup

Sumber: (Zubaidah: 2014)

1

2) kamera

Gambar 2.15 Kamera

Sumber: (Zubaidah: 2014)

Sifat bayangan pada kamera; nyata, terbalik, dan diperkecil.

2) Mikroskop

Mikroskop digunakan untuk mengamati benda-benda

yang sangat kecil.

Gambar 2.16 Mikroskop

Sumber: (Zubaidah: 2014)

1

Sifat bayangan: maya, terbalik, diperbesar.

3) Teleskop (Teropong)

a. Teleskop Bumi (Teropong Medan)

Digunakan untuk mengamati benda-benda di

permukaan bumi pada jarak jauh.

Gambar 2.17 Teleskop Bumi

Sumber: (Zubaidah: 2014)

b. Teleskop Bintang

Digunakan untuk mengamati benda-benda

angkasa (di langit).

Gambar 2.18 Teleskop Bintang

Sumber: (Zubaidah: 2014)

1

5) Periskop

Digunakan untuk mengamati benda-benda di permukaan

laut. Alat ini pada umumnya untuk perlengkapan kapal selam.

Gambar 2.19 Periskop

Sumber: (Zubaidah: 2014)

B. Kajian Pustaka

Penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2017) mahasiswa

Universitas Muhammadiyah Purwokerto dalam skripsinya yang berjudul

“Pengaruh Model Pembelajaran Kreatif-Produktif terhadap Kemampuan

Pemahaman Siswa Kelas XI Materi Biologi di SMA Negeri Ajibarang Tahun

Ajaran 2016/2017” dengan menggunakan metode penelitian Quasi

eksperimental design dan menggunakan teknik pengambilan sampel dengan

tekni cluster random sampling, sedangkan teknik analisis data menggunakan

uji korelasi person product moment dan uji t independen-sample t test. Hasil

dari penelitian ini adalah model pembelajaran kreatif-produktif berpengaruh

positif terhadap kemampuan pemahaman siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2015) mahasiswa Universitas

Lampung dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran

1

Kreatif Produktif untuk Meningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika

pada Siswa Kelas IV B SD Negeri 2 Bumiharjo Tahun Pelajaran 2014/2015”

dengan menggunakan teknik pengumpulan data non tes dan tes dan

menggunakan teknik analisis data dengan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Sedangkan hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan

hasil belajar siswa. Persentase siswa aktif siklus I sebesar 47,62% dan siklus II

sebesar 76,19% mengalami peningkatan sebesar 28,57%. Rata-rata hasil

belajar afektif pada siklus I sebesar 57,44 “cukup baik” dan siklus II sebesar

66,37 “baik” mengalami peningkatan sebesar 8,93. Rata-rata hasil belajar

Psikomotor pada siklus I sebesar 57,94 “cukup terampil” dan siklus II sebesar

70,04 “terampil” mengalami peningkatan sebesar 12,1. Ketuntasan hasil

belajar kognitif pada siklus I sebesar 71,43% dan siklus sebesar II 80,95%

mengalami peningkatan sebesar 9,52%.

Penelitian yang dilakukan oleh Arifah (2015) mahasiswa Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga yang berjudul “Pengaruh Metode Mind Map

terhadap Kreativitas dan Prestasi Belajar Kimia Peserta Didik Kelas X di Sma

Negeri Karanganom Klaten Jawa Tengah” dengan menggunakan metode

penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dan menggunakan teknik

pengambilan sampel secara acak (cluster random sampling), sedangkan teknik

untuk mengumpulkan data penelitian dengan menggunakan skala likert dan

tes yaitu pre test dan post test untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik.

Analisis data kreativitas dan prestasi belajar menggunakan uji prasyarat uji

normalitas dan uji homogenitas, kemudian dianalisis menggunakan uji t. Hasil

1

dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan

penerapan metode mind map terhadap kreativitas dan prestasi belajar peserta

didik.

Persamaan dari kedua penelitian tersebut dengan penelitian yang

dilakukan peneliti adalah penelitian menggunakan model yang sama yaitu

model pembelajaran kreatif produktif. Sedangkan perbedaannya adalah pada

variabel, waktu dan tempat penelitian, indikator yang digunakan dalam

penelitian, siklus yang dilaksanakan, mata pelajaran atau materi yang diteliti,

dan hasil yang diperoleh. Sedangkan persamaan dari penelitian yang

dilakukan oleh Arifah (2015) dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

adalah pengaruh terhadap tingkat berfikir kreatif peserta didik dengan

perbedaan pada model pembelajaran, waktu dan tempat penelitian, indikator

yang digunakan dalam penelitian, siklus yang dilaksanakan, mata pelajaran

atau materi yang diteliti, dan hasil yang diperoleh.

Berdasarkan uraian di atas, ketiga penelitian tersebut cukup relevan

terhadap efektivitas penerapan model pembelajaran kreatif produktif dalam

mempengaruhi tingkat berfikir kreatif siswa sekolah menengah pertama.

C. Hipotesis

Menurut Setyosari (2015) hipotesis adalah suatu keadaan atau

peristiwa yang diharapkan dan dilandasi oleh generalisasi, dan biasanya

menyangkut hubungan di antara variabel penelitian. Sedangkan menurut

Sugiyono (2016:64) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan

1

dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang

diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada

fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis

juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah

penelitian, belum jawaban yang empirik. Berdasarkan kajian pustaka dan

landasan teori yang telah diuraikan sebelumnya maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah:

Ha: ada pengaruh penggunaan model kreatif produktif dengan pemanfaatan

barang bekas terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.

Ho: tidak ada pengaruh penggunaan model kreatif produktif dengan

pemanfaatan barang bekas terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.

1

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

eksperimen. Penelitian eksperimen pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai

metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung hubungan

sebab akibat. Menurut Setyosari (2015: 47) penelitian eksperimen adalah

penelitian dimana penelitinya mengkaji pengaruh atau efek dari manipulasi

atau perlakuan secara sistematis suatu variabel (atau lebih) terhadap variabel

lain. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif. Pendekatan kuantitatif diidentifikasikan sebagai proses kerja

ilmiah yang berlangsung secara ringkas, terbatas, dan memilah-milah

permasalahan menjadi bagian yang dapat diukur atau dinyatakan dalam angka-

angka (Trianto, 2010: 174). Sedangkan menurut Sugiyono (2016: 7)

menyatakan bahwa metode kuantitatif disebut sebagai metode positivistik

karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode

ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu

konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini disebut

dengan metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan

analisis menggunakan statistik.

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuasi

eksperimen (quasi experimental design) dengan menggunakan desain non

1

equivalent control group design, karena pada desain ini terdapat dua

kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada masing-

masing kelompok akan diberikan tes awal (pretest) untuk mengetahui sejauh

mana kemampuan dasar yang telah mereka miliki pada materi cahaya dan alat

optik. Selanjutnya keduanya akan diberikan perlakuan yang berbeda.

Kelompok kontrol akan diberikan perlakuan berupa pembelajaran

biasa/konvensional, sedangkan kelompok eksperimen akan diberikan

perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kreatif produktif. Setelah diberi perlakuan, kedua kelompok akan diberikan tes

akhir (posttest) untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan dari

masing-masing kelompok. Adapun pola desain penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 3.1 Pola Desain Pretest-Posttest Control Group Design

Sumber: Arikunto (2013: 125)

Keterangan:

E = Kelas Eksperimen

K = Kelas Kontrol

Q1 = Pretest kelompok eksperimen sebelum diberi treatment

Q3 = Pretest pada kelompok kontrol

X = treatment yang diberikan ( variabel independen)

E Q1 X Q2

K Q3 Q4

1

Q2 = posttest akhir pada kelompok yang diberi treatment

Q4 = posttest pada kelompok kontrol.

Penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif dalam penelitian

ini digunakan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran

kreatif produktif terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa sekolah

menengah pertama.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Getasan.

Berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan, materi Cahaya dan Alat Optik

diajarkan pada peserta didik kelas VIII semester dua. Oleh karena itu

penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 April - 30 April 2019.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi menurut Setyosari (2015: 221) merupakan keseluruhan

dari objek, orang, peristiwa, atau sejenisnya yang menjadi perhatian dan

kajian dalam penelitian. Pada kegiatan penelitian untuk mendapatkan

kesimpulan tentang suatu kelompok yang besar dalam lingkup wilayah

yang luas, dapat hanya dengan meneliti kelompok kecil yang terdapat di

wilayah yang sempit dan mewakili kelompok yang besar. Menurut

Sugiyono (2016: 80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannnya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan

1

benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada

pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh

karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek lain.

Berdasarkan pengertian tersebut maka disimpulkan bahwa

pengertian populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti dan

menempati pada suatu wilayah tertentu. Populasi dalam penelitian ini

adalah siswa kelas VIII-A, VIII-B, VIII-C di SMP Negeri 3 Getasan.

Berikut ini merupakan jumlah keseluruhan siswa SMP Negeri 3 Getasan:

Tabel 3.1 Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Getasan

No. Kelas Jumlah

1 VIII A 27

2 VIII B 28

3 VIII C 25

Jumlah 80

Tabel 3.1 merupakan jumlah keseluruhan siswa di SMP Negeri 3 Getasan

Tahun pelajaran 2018/2019 yaitu 80 siswa.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi. Apabila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan

dana, tenaga dan waktu, maka penelitian menggunakan sampel itu,

1

kesimpulannnya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu

sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative

(mewakili). Sedangkan menurut Setyosari (2015: 221) menyebutkan

sampel penelitian mencerminkan dan menentukan seberapa jauh sampel

tersebut bermanfaat dalam membuat kesimpulan penelitian, dengan kata

lain sampel penelitian adalah suatu kelompok yang lebih kecil atau bagian

dari populasi secara keseluruhan. Suatu sampel juga harus mampu

mencerminkan karakteristik dari seluruh populasi.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

metode sampel bertujuan atau Purposive Sample, sampel bertujuan

dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata,

random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik

ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan

keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil

sampel yang besar dan jauh (Arikunto, 2013: 183). Pada penelitian ini

sampel yang diambil dari populasi yaitu kelas VIII-A dan VIII-B di SMP

Negeri 3 Getasan. Berdasarkan pertimbangan bapak Hadziq Zaka, M.Pd.,

M.Si. selaku guru pengampu mata pelajaran IPA memilih kelas VIII-A

sebagai kelas kontrol, sedangkan kelas VIII-B sebagai kelas eksperimen

karena kelas VIII B lebih mudah untuk diatur dari pada kelas lainnya dan

apabila kelas tersebut diberi perlakuan akan lebih memudahkan dalam

proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kreatif

produktif.

1

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek

pengamatan dalam penelitian (Setyosari, 2015: 163). Variabel yang digunakan

dalam penelitian ini antara lain:

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau

memengaruhi, yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi, atau dipilih

oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena yang

diobservasi atau diamati (Setyosari, 2015: 164). Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah aktivitas penggunaan model pembelajaran kreatif

produktif.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan faktor-faktor yang diobservasi atau

diukur untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas (Setyosari,

2015: 165). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan

berpikir kreatif siswa sekolah menengah pertama.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiono, 2016: 102). Instrumen

yang akan digunakan peneliti untuk mengetahui pengaruh model

pembelajaran Kreatif Produktif dengan pemanfaatan barang bekas pada

materi cahaya dan alat optik terhadap tingkat berfikir kreatif siswa kelas VIII

SMP Negeri 3 Getasan tahun pelajaran 2018/2019.

1

1. Tes

Instrumen tes dalam penelitian ini menggunakan soal yang

berjumlah 10 butir soal essai yang diberikan kepada kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Sebelum tes dilaksanakan, soal diuji cobakan terlebih

dahulu untuk mengetahui validitas, reabilitas, tingkat kesukaran, dan daya

beda.

2. Nontes

a. Lembar Observasi

Lembar observasi adalah selembar kertas yang berisi nama-

nama observi yang disusun dalam sebuah daftar yang berfungsi

untuk mempermudah proses pengamatan dan mencatat apa yang

terjadi dalam proses pembelajaran (Arifin, 2013: 155). Peneliti

menggunakan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa

dalam berpikir kreatif selama pembelajaran baik di kelas kontrol

maupun di kelas eksperimen. Lembar observasi dikembangkan dari

indikator-indikator kemampuan berpikir kreatif siswa.

Selama kegiatan pembelajaran siswa diobservasi dengan

menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dalam berpikir

kreatif. Berikut adalah aspek-aspek yang akan diobservasi:

1

Tabel 3.2 Indikator Observasi Aktivitas Siswa

dalam Berpikir Kreatif

No Indikator/Aspek yang Diamati

1 Memahami masalah

2 Mengidentifikasi masalah

3 Mengumpulkan informasi yang dibutuhkan

4 Memecahkan masalah dengan terciptanya kreasi produk baru

5 Menyimpulkan

6 Mengevaluasi hasil yang dibuat

b. Angket (Kuesioner)

Instrumen angket yang digunakan dalam penelitian berupa

daftar pertanyaan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif yang

disusun sedemikian rupa, terstruktur dan terencana, dipakai untuk

mengumpulkan data data kuantitatif yang digali dari responden.

Dalam angket tersebut terdapat 4 indikator kemampuan berpikir

kreatif (1) kelancaran (fluency), (2) keluwesan (flexibility), (3)

keaslian (originality), dan (4) keterincian (elaboration). Angket yang

digunakan dalam penelitian ini adalah angket dengan skala Likert,

siswa memberikan respon terhadap pernyataan-pernyataan dengan

empat alternatif jawaban. Berikut adalah rentang skala Likert dan

kategori penilaian dalam penelitian ini.

1

Tabel 3.3 Skala Likert

Alternatif Jawaban Skor

Selalu 4

Kadang-kadang 3

Jarang 2

Sangat Jarang 1

F. Uji Coba Instrumen Penelitian

1. Instrumen Tes

a. Uji Validitas Instrumen Soal Essay

Menurut Tanzeh (2011: 83) validitas adalah kebenaran bagi

posivitivisme diukur berdasar besarnya frekwensi kejadian atau

berdasar berartinya (significancy) variansi obyeknya. Validitas

merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat atau

kevalidan suatu instrumen. Langkah yang harus digunakan agar

instrumen memiliki validitas yang tinggi adalah dengan cara uji coba

instrumen (Trianto, 2010: 269).

Uji coba instrumen akan dilakukan pada siswa kelas IX C SMP

Negeri 3 Getasan dengan berdasarkan pemilihan oleh guru mata

pelajaran IPA. Pada penelitian ini peneliti akan mengumpulkan dan

menganalisis hasil uji coba dengan melakukan penghitungan antara

skor item soal dengan rumus Pearson. Adapun rumus Pearson adalah

sebagai berikut (Arikunto, 2013: 213):

1

( )( )

√* ( ) + * ( ) +

Keterangan:

X = skor dari tes pertama (instrumen A)

Y = skor dari tes kedua (instrumen B)

XY = hasil kali skor X dengan Y untuk setiap responden

X2 = kuadrat skor instrumen A

Y2 = kuadrat skor instrumen B

Σ = tanda jumlah

Pengujian validitas ini dilakukan dengan bantuan program

SPSS Statistik 22.0. Pengambilan keputusan pada uji validitas

dilakukan dengan batasan rtabel dengan taraf signifikansi 0,05. Jika nilai

positif dan rhitung ≥ rtabel maka item soal dapat dikatakan valid. Jika

rhitung < rtabel maka item soal dinyatakan tidak valid.

Adapun langkah-langkah pengujian validitas terhadap uji coba soal:

1. Mendefinisikan variabel dengan cara memilih Variable View lalu

melakukan uji validitas varibel pelayanan

2. Membuat variabel soal 1 sampai 15 dan jumlah skor

3. Menginput data pada Data View lalu isikan secara manual data

soal 1 sampai 15

4. Memilih menu Analyze – Correlate – Bivariate

5. Memasukkan variabel soal 1 sampai 15 ke kolom Variables

1

6. Memilih Pearson, Two Tailed, Flag significant complatition

7. Oke.

b. Uji Reliabilitas Instrumen Soal Essay

Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu

instrumen. Reliabilitas tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu

tes teliti dan dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah

diterapkan (Arifin, 2013: 258). Pada penelitian ini peneliti akan

menguji reliabilitas instrumen dengan menggunakan bantuan program

SPSS Statistik 22.0. dengan langkah-langkah pengujian Reliabilitas

sebagai berikut:

1. Mendefinisikan variabel dengan cara memilih Variable View lalu

melakukan uji Reliabilitas variabel pelayanan

2. Membuat variabel soal 1 sampai 15

3. Menginput data pada Data View lalu isikan secara manual data soal

1 sampai 15

4. Memilih Analize – Scale – Reliability Analysis

5. Memasukkan variabel soal 1 sampai 15 ke kolom Items

6. Ok.

Kriteria pengujian hipotesis menurut Janti (2014: 158) yaitu:

1) rhitung > rtabel : Ho diterima

2) rhitung < rtabel : Ho ditolak

Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji

instrumen tes hasil belajar. Rumus Alpha digunakan untuk mencari

1

reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket

atau soal bentuk uraian (Arikunto, 2013: 239). Adapun rumus Alpha

dari pengujian ini adalah sebagai berikut:

r11 = (

( )) (1 -

)

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

= jumlah varians butir

= varians total

Instrumen dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien

alpha, maka digunakan untuk kemantapan alpha yang diinterpretasikan

sebagai berikut :

1) Nilai Alpha Cronbach‟s 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang

reliabel.

2) Nilai Alpha Cronbach‟s 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak

reliabel.

3) Nilai Alpha Cronbach‟s 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup

reliabel.

4) Nilai Alpha Cronbach‟s 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel.

5) Nilai Alpha Cronbach‟s 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat

reliabel.

1

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan

pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh

dengan menjumlah skor setiap nomor soal (Sugiyono, 2015: 192).

c. Tingkat Kesukaran (Difficulty Index)

Taraf kesukaran tes adalah kemampuan tes tersebut dalam

menjaring banyaknya subjek peserta tes yang dapat mengerjakan

dengan betul. Jika banyak subjek peserta tes yang dapat menjawab

dengan benar maka nilai taraf kesukaran tes atau indeks kesukaran

tersebut tinggi. Sebaliknya jika hanya sedikit dari subjek yang dapat

menjawab dengan benar maka nilai taraf kesukaran atau indeks

kesukaran tersebut rendah. Pengujian ini menggunakan Microsoft

Excel dengan menghitung tingkat kesukaran yang dapat menganalisis

bentuk soal uraian. Adapun rumus yang dipakai dalam perhitungan

taraf kesukaran soal adalah sebagai berikut.

Penentuan kriteria derajat kesukaran suatu butir soal didasarkan pada

tabel 3.4 berikut (Arikunto, 2011: 210):

1

Tabel 3.4 Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran Kategori

0,00-0,30 Sukar

0,31-0,70 Sedang

0,71-1,00 Mudah

d. Daya Pembeda (discriminating power)

Menurut Arikunto (2016: 177), yang dimaksud dengan daya

pembeda tes adalah kemampuan tes tersebut dalam memisahkan

antara subjek yang pandai dengan subjek yang kurang pandai.

Rumus yang digunakan setiap butir tes adalah:

Keterangan:

D = daya pembeda butir soal

= banyaknya kelompok atas yang menjawab benar

= banyaknya subjek kelompok atas

B = banyaknya subjek kelompok bawah yang menjawab

benar

B = banyaknya subjek kelompok bawah

Daya pembeda diuji dengan bantuan program SPSS 22.0.

Penentuan kriteria daya beda soal didasarkan pada Tabel 3.5

berikut ini (Arikunto, 2016: 177):

1

Tabel 3.5 Kategori Daya Pembeda

Daya Pembeda (D) Kategori

0,00-0,20 Buruk

0,21-0,40 Cukup

0,41-0,70 Baik

0,71-1,00 Sangat Baik

2. Uji Instrumen Nontes

Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah

lembar observasi dan angket. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

validitas isi yang dilakukan dengan pertimbangan ahli oleh dosen

pembimbing yaitu ibu Anggun Zuhaida M.Pd. dan guru mata pelajaran

IPA SMP Negeri 3 Getasan yaitu bapak Hadziq Zaka, S. Pd., M.Si. dan

program SPSS 22.0.

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara

sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik

dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk

mencapai tujuan tertentu (Arifin, 2013: 153).

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila,

penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala

alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

1

Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat

dibedakan menjadi dua, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Observasi berperan serta (participant observasion) adalah observasi

yang pelaku observasi (observer) turut berpartisipasi dalam kehidupan

masyarakat yang sedang diamati.

b. Observasi nonpartisipan adalah observasi dimana observer tidak

terlibat dalam situasi kehidupan orang-orang yang diobservasi,

melainkan menempatkan orang-orang yang diobservasi pada situasi

yang dibuat oleh observer sesuai dengan tujuan penyelidikannya.

Dilihat dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat

dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut:

a. Observasi berstruktur adalah observasi yang dicirikan oleh adanya

kerangka yang memuat faktor-faktor yang diatur kategorinya terlebih

dahulu.

b. Observasi tidak terstruktur merupakan observasi yang dilakukan

terhadap suatu objek melalui perantara suatu alat atau cara, baik

dilaksanakan dalam situasi sebenarnya maupun buatan.

Observasi pada penelitian ini untuk mengumpulkan data berupa

penilaian proses kerja yang dilakukan oleh peserta didik kelas VIII SMP

Negeri 3 Getasan dalam menggunakan model pembelajaran Kreatif

Produktif pada pelajaran IPA materi cahaya dan alat optik.

1

2. Angket (kuesioner)

Metode pengumpulan data dengan angket dilakukan dengan cara

menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis

untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Dapat pula dikatakan

angket (kuesioner) adalah daftar pertanyaan yang disusun sedemikian

rupa, terstruktur dan terencana, dipakai untuk mengumpulkan data

kuantitatif yang digali dari responden (Tanzeh, 2011: 90).

Peneliti menggunakan angket berjumlah 30 butir pertanyaan yang

berbentuk skala Likert untuk mengukur sikap dengan pertanyaan bersifat

tertutup dengan 4 alternatif pilihan jawaban yaitu selalu, kadang-kadang,

jarang, dan sangat jarang. Metode angket pada penelitian ini dilakukan

untuk mengumpulkan data hasil kreativitas siswa pada materi cahaya dan

alat optik di kelas VIII SMP Negeri 3 Getasan. Adapun lembar angket

respon siswa dapat dilihat pada Lampiran.

3. Tes

Instrumen tes merupakan metode pengumpulan data yang

menggunakan jenis soal tes buatan peneliti dengan prosedur tertentu yang

diuji validitasnya dan reliabilitas dengan menggunakan bantuan program

SPSS 22.0.

Tes dalam penelitian ini berupa tes uraian/essay yang berjumlah 10

soal yang sudah mencakup indikator-indikator materi dan indikator

berfikir kreatif. Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti

pergunakan dalam penelitian ini adalah soal pre-test (tes awal) dan post-

1

test (tes akhir). Tes awal diberikan sebelum proses pembelajaran

berlangsung, ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa

mengenai pelajaran yang akan disampaikan. Dan tes akhir diberikan

setelah proses pembelajaran berlangsung, ini bertujuan untuk mengetahui

keberhasilan penerapan model pembelajaran kreatif produktif.

4. Dokumetasi

Menurut Tanzeh (2011: 92) dokumentasi yaitu mengumpulkan data

dengan melihat atau mencatat suatu laporan yang sudah tersedia. Metode

ini dilakukan dengan melihat dokumen-dokumen resmi seperti monografi,

catatan-catatan serta buku-buku peraturan yang ada. Dokumen yang

dipergunakan dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi dokumen pribadi

yang berisi catatan-catatan yang bersifat pribadi, dan dokumen resmi yang

berisi catatan-catatan yang sifatnya formal. Alasan dokumen dijadikan

sebagai data untuk membuktikan penelitian karena dokumen merupakan

sumber yang stabil, dapat berguna sebagai bukti untuk pengujian,

mempunyai sifat yang alamiah, tidak reaktif, sehingga mudah ditemukan

dengan teknik kajian isi, disamping itu hasil kajian isi akan membuka

kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap sesuatu yang

diselidiki (Tanzeh, 2011: 93).

Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk

mengetahui nama siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Getasan. Selain itu

metode dokumentasi akan menghasilkan dokumen, baik dokumen tertulis,

gambar yang berkaitan dengan proses pembelajaran.

1

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Tes

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel

yang diteliti berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak.

Normalitas data diuji dengan bantuan program SPSS 22.0.

dengan rumus Kolmogorv-Smirnov, yaitu (Sugiyono, 2007: 159):

KS = 1,36 √

Keterangan:

KS = harga Kolmogorv-Smirnov yang dicari

= jumlah sampel yang diobservasikan/diperoleh

= jumlah sampel yang diharapkan.

Jika nilai signifikansi dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov >

0,05 maka distribusi normalitas terpenuhi. Sebaliknya, jika nilai

signifikansi dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov < 0,05 maka distribusi

normalitas tidak terpenuhi.

Adapun langkah-langkah pengujian normalitas sebagai berikut:

1. Mendefinisikan variabel dengan cara memilih Variable View lalu

melakukan uji Normalitas varibel pelayanan

2. Membuat variabel hasil dan kelas

1

3. Menginput data pada Data View lalu isikan secara manual data

nilai

4. Memilih menu Analyze - Descriptive Statistics – Explore

5. Memasukkan variabel hasil ke kolom Dependent List dan variabel

kelas ke kolom Factor List

6. Memilih Plots – Factor Levels Together – Stem-And-Leaf –

Normality Plots With Tests - Continue

7. Ok.

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk memperlihatkan bahwa dua

atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki

variasi yang sama. Uji homogenitas dikenakan pada data hasil posttest

dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk mengukur

homogenitas dari dua kelompok data, maka digunakan rumus uji F

sebagai berikut:

F =

Taraf signifikasi yang digunakan adalah 𝛼 = 0,05. Uji

homogenitas menggunakan program SPSS 22.0 One Way Anova

dengan kriteria yang digunakan untuk mengambil kesimpulan apabila

Fhitung lebih besar dari Ftabel maka memiliki varian yang homogen.

Akan tetapi apabila Fhitung lebih besar dari Ftabel, maka varian tidak

1

homogen (Sugiyono, 2013: 276). Sedangkan untuk menguji

homogenitas menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mendefinisikan variabel dengan cara memilih Variable View lalu

melakukan uji Homogenitas varibel pelayanan

2. Membuat variabel hasil dan kelas

3. Menginput data pada Data View lalu isikan secara manual data

nilai dan kode kelas

4. Memilih menu Analyze – Compare Means – One Way Anova

5. Memasukkan variabel hasil ke kolom Dependent List dan variabel

kelas ke kolom Factor List

6. Memilih Options – Homogeneity of variance test - Continue

7. Ok.

c. Uji Kesamaan Dua Varians

Uji kesamaan dua varians dapat dilakukan berdasarkan kriteria

kenormalan dan kehomogenan data skor posttes. Kedua kelas

berdistribusi normal dan bervariansi homogen, maka pengujian

hipotesis dilakukan dengan uji-t atau Independent Sample T-Test. Uji

kesamaan dua rata-rata diuji dengan bantuan program SPSS 22.0.

Hipotesisnya dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik (uji dua

pihak).

Ho : σ1 = σ2

Ha : σ1 ≠ σ2

1

Keterangan :

σ1 : varians kemampuan awal hasil belajar materi cahaya dan alat

optik dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

σ2 : varians kemampuan awal hasil belajar IPA materi cahaya dan alat

optik menggunakan model pembelajaran kreatif produktif.

Kriteria pengujian hipotesis menurut Sugiyono (2016: 120):

1) 𝐻𝑜 ditolak apabila nilai signifikansi < 0,05.

2) 𝐻𝑜 diterima apabila nilai signifikansi ≥ 0,05.

Adapun langkah-langkah pengujian kesamaan dua varians adalah

sebagai berikut:

1. Mendefinisikan variabel dengan cara memilih Variable View lalu

melakukan uji kesamaan dua varians

2. Membuat variabel hasil posttest dari kelas kontrol dan kelas

eksperimen

3. Menginput data pada Data View lalu isikan secara manual data

nilai

4. Memilih menu Analyze – Compare Means – Independent samples

T-test

5. Memasukkan variabel hasil ke kolom Test Variable(s) dan variabel

kelas ke kolom Grouping Variables

1

6. Memilih Define Groups – mengisi kolom pada pilihan Use

specified values – Continue

7. Ok.

d. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Variabel independen kualitatif dalam penelitian ini memiliki

dua kategori. Oleh sebab itu, dilakukan pengujian dengan metode uji

beda rata-rata untuk dua sampel berpasangan (paired sample t-test).

Model uji beda ini digunakan untuk menganalisis model penelitian

pre-post atau sebelum dan sesudah. Uji beda digunakan untuk

mengevaluasi perlakuan (treatment) tertentu pada satu sampel yang

sama pada dua periode pengamatan yang berbeda. Paired sample t-

test digunakan apabila data berdistribusi normal dengan menggunakan

SPSS 22.0 (Pramana, 2012: 38).

Dasar pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak Ho pada

uji ini adalah sebagai berikut (Pramana, 2012: 38-39):

1) Jika thitung > ttabel dan probabilitas (Asymp.Sig) < 0,05, maka Ho

ditolak dan Ha diterima. Artinya rata-rata kedua kelas tersebut

berbeda.

2) Jika thitung < ttabel dan probabilitas (Asymp.Sig) > 0,05, maka Ho

diterima dan Ha ditolak. Artinya rata-rata kedua kelas tersebut

sama.

Adapun langkah-langkah pengujian kesamaan dua rata-rata adalah

sebagai berikut:

1

1. Mendefinisikan variabel dengan cara memilih Variable View lalu

melakukan uji perbedaan dua rata-rata

2. Membuat variabel hasil pretest dan posttest dari kelas kontrol dan

kelas eksperimen

3. Menginput data pada Data View lalu isikan secara manual data

nilai

4. Memilih menu Analyze – Compare Means – Paired samples T-test

5. Memasukkan variabel hasil pretest ke kolom Variable 1 dan

variabel hasil posttest ke kolom Variable 2

6. Ok.

e. Uji Hipotesis

1) Uji Koefisien Korelasi

Kofisien korelasi adalah suatu alat statistik, yang dapat

digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dua variabel

yang berbeda agar dapat menentukan tingkat hubungan antara

variabel-variabel ini (Arikunto, 2013: 313).

Uji korelasi berfungsi untuk mencari derajat keeratan

hubungan dan arah hubungan, semakin tinggi nilai korelasi maka

semakin tinggi keeratan hubungan kedua variabel. Koefisien

korelasi menunjukkan kekuatan hubungan linear dan arah

hubungan dua variabel acak. Melalui analisis korelasi kita dapat

mengetahui koefisien determinasi yang bertujuan untuk melihat

1

seberapa besar kontribusi pengaruh variabel satu dengan variabel

yang lain.

( )( )

√* ( ) + * ( ) +

Keterangan:

X = skor dari tes pertama (instrumen A)

Y = skor dari tes kedua (instrumen B)

XY = hasil kali skor X dengan Y untuk setiap responden

X2 = kuadrat skor instrumen A

Y2 = kuadrat skor instrumen B

Σ = tanda jumlah

Jika data terdistribusi normal, maka untuk menguji

hipotesis dapat digunakan uji Pearson. Namun, jika tidak

terdistribusi normal, dapat menggunakan uji Spearman, yaitu

uji nonparametrik dimana tidak memerlukan prasyarat data

terdistribusi normal. Berdasarkan nilai signifikansi sig. (2-

tailed): jika nilai sig. (2-tailed) < 0,05 maka terdapat korelasi

antara variabel yang dihubungkan dan sebaliknya (Sugiyono,

2015: 255).

Menurut Sugiyono (2016: 184) untuk memudahkan

melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua

variabel maka dikreteriakan sebagai berikut:

1

Tabel 3.6 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi

Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 - 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

Sumber: Sugiyono (2016: 184)

Uji korelasi dilakukan dengan bantuan program SPSS 22.0.

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mendefinisikan variabel dengan cara memilih Variable View

lalu melakukan uji korelasi

2. Membuat variabel X dan Y dari kelas eksperimen

3. Menginput data pada Data View lalu isikan secara manual data

nilai

4. Memilih menu Analyze –Correlate – Bivariate

5. Memasukkan variabel X dan variabel Y ke kolom Variables

6. Memilih kotak Pearson – Two-tailed – Flag significant

correlations

7. Ok.

1

2) Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi sederhana digunakan untuk mengetahui

pengaruh model pembelajaran kreatif produktif terhadap tingkat

berfikir kreatif mata pelajaran IPA. Darmawan (2016: 179)

menjelaskan bahwa regresi digunakan krtika periset ingin

memprediksi hasil atas variabel-variabel tertentu dengan

menggunakan variabel lain. Dalam bentuknya yang paling

sederhana yang hanya melibatkan dua buah variabel, yaitu

variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen).

Adapun rumus yang digunakan untuk pengujian regresi ini yaitu:

Y = a + bX

Keterangan:

Y = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan.

a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan).

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan

angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen

yang didasarkan pada variabel independen.

Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.

X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai

tertentu.

Uji regresi linier sederhana pada penelitian ini

menggunakan SPSS 22.0. dengan langkah-langkah analisis

Regresi Linier sebagai berikut:

1

1. Mendefinisikan variabel dengan cara memilih Variable View

lalu melakukan uji regresi linier

2. Membuat variabel X dan Y dari kelas eksperimen

3. Menginput data pada Data View lalu isikan secara manual

data nilai

4. Memilih menu Analyze – Regression – Linier

5. Memasukkan variabel X ke kolom independent(s) dan

variabel Y ke kolom dependent.

6. Ok.

Jika nilai signifikansi (Sig.) kurang dari probabilitas 0,05

mengandung arti bahwa ada pengaruh antara dua variabel dan

sebaliknya jika nilai signifikansi lebih besar dari probabilitas

0,05 mengandung arti tidak ada pengaruh antara dua variabel

(Sugiyono, 2010: 270).

3) Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi merupakan koefisien yang

menyatakan berapa persen besarnya pengaruh variabel X

terhadap Y, adapun rumus yang digunakan sebagai berikut:

𝐾𝑃 = 2 100%

Keterangan:

KP = besarnya koefisien

r = koefisien korelasi.

1

4) Hasil Uji Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar siswa diperoleh dengan rumus

sebagai berikut (Arikunto, 2010: 18):

𝑜

Siswa dinyatakan tuntas belajar apabila memperoleh nilai ≥ 70

sesuai dengan standart ketuntasan belajar di SMP Negeri 3

Getasan. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal dihitung

dengan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2010: 18):

Indikator ketuntasan belajar siswa secara klasikal apabila 70%

dari seluruh jumlah siswa dinyatakan tuntas belajar.

2. Analisis Data Nontes

Dalam penelitian ini analisis data instrumen nontes

menggunakan teknik analisis data deskriptif.

a. Observasi

Observasi pada penelitian ini untuk mengumpulkan

data berupa penilaian proses kerja yang dilakukan oleh

peserta didik kelas VIII SMP Negeri 3 Getasan dalam

1

menggunakan model pembelajaran kreatif produktif pada

pelajaran IPA materi cahaya dan alat optik. Adapun penilaian

atau pemberian skor berdasarkan pernyataan sebagai berikut:

4: Jika selalu melakukan

3: Jika kadang-kadang melakukan

2: Jika jarang melakukan

1: Jika sangat jarang melakukan

Tabel 3.7 Kualifikasi Presentase Skor Observasi

Presentase (P) Kualifikasi

80%<P< 100% Sangat Tinggi

60% < P < 80% Tinggi

40% < P < 60% Sedang

20% < P < 40% Rendah

0% < P < 20% Sangat Rendah

Sumber: (Tri Astuti Arigiyati: 2016)

b. Angket (kuesioner)

Metode angket (kuesioner) adalah salah satu cara

yang digunakan untuk mengumpulkan data yang bertujuan

memperoleh informasi data dari responden mengenai

penggunaan model pembelajaran dengan penggunakan

barang bekas di SMP Negeri 3 Getasan. Angket yang

1

digunakan dalam penelitian ini berupa memberi respon

terhadap pernyataan-pernyataan dengan empat alternatif

jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R),

tidak setuju (TS). Sedangkan cara yang digunakan untuk

mengumpulkan data yang bertujuan memperoleh informasi

data dari responden mengenai tingkat kemampuan berfikir

kreatif di SMP Negeri 3 Getasan yaitu berupa memberi

respon terhadap pernyataan-pernyataan dengan empat

alternatif jawaban yaitu sering (S), kadang-kadang (K),

jarang (J), sangat jarang (SJ).

Bentuk angket dalam penelitian ini berupa pertanyaan

dengan lima alternatif jawaban yang harus dipilih oleh

subyek. Adapun penilaian atau pemberian skor berdasarkan

pernyataan sebagai berikut:

1) Skor 4 untuk jawaban sering/sangat setuju

2) Skor 3 untuk jawaban kadang-kadang/setuju

3) Skor 2 untuk jawaban jarang/ragu-ragu

4) Skor 1 untuk jawaban sangat jarang/tidak setuju.

1

Tabel 3.8 Kategori Penilaian Angket

Rentan Nilai Tingkat Rentan Nilai Tingkat

90,2 ≤ x < 97 Sangat tinggi

83,4 ≤ x < 90,2 Tinggi

76,6 ≤ x < 83,4 Sedang

69,8 ≤ x < 76,6 Rendah

63 ≤ x < 69,8 Sangat rendah

Sumber: Sugiyono (2015: 93)

1

BAB IV

DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Data

Hasil pengumpulan data dan penelitian yang telah dilakukan di SMP

Negeri 3 Getasan pada pelajaran IPA materi cahaya dan alat optik mempunyai

tujuan untuk mengetahui bahwa variasi dalam proses belajar mengajar yang

menggunakan model pembelajaran kreatif produktif dengan pemanfaatan

barang bekas berpengaruh terhadap kemampuan berfikir kreatif siswa melalui

nilai pretest dan posttest.

Analisis data nilai ini menggunakan data dari hasil belajar dengan

instrumen soal essai yang berjumlah 10 item soal. Berikut ini merupakan data

hasil pretest dan posttest kelas Eksperimen dan kelas Kontrol:

Tabel 4.1 Data Nilai Pretest dan Posttest

N Minimum Maximum Mean

Pening

katan

Std.

Deviati

on

Pretest

Eks

28 40 55 48.39 24.29 4.565

Postest

Eks

28 63 85 72.68 5.320

Pretest

Kon

27 40 55 43.85 23.74 3.570

Postest

Kon

27 58 80 67.59 6.733

Valid

N

(listwis

e)

27

Sumber: Data Peneliti

1

Berdasarkan tabel 4.1 data pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol

memiliki rata-rata nilai yang tidak jauh berbeda. Diperlihatkan bahwa nilai

pretest kelas eksperimen yaitu 48,39 sedangkan nilai pretest kelas kontrol

yaitu 43,85. Dari kedua data nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai dari

keduanya masih jauh dibawah nilai ketuntasan yaitu 70. Hal ini dikarenakan

siswa belum mendapatkan materi tentang cahaya dan alat optik, sehingga

pengetahuan siswa masih sangat minim. Setelah diberi perlakuan dengan

model pembelajaran yang berbeda, hasil nilai rata-rata posttest mengalami

perubahan. Nilai posttest kelas eksperimen sebesar 72,68 dan kelas kontrol

sebesar 67,59. Sedangkan perbedaan peningkatan hasil belajar siswa sebelum

dan sesudah diberikan materi pembelajaran juga terdapat perbedaan. Kelas

kontrol mengalami peningkatan nilai sebesar 23,74, sedangkan untuk kelas

eksperimen sebesar 24,29.

Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata nilai

posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini

dikarenakan siswa mendapatkan metode pembelajaran yang lebih optimal

dengan adanya model pembelajaran kreatif produktif. Dengan pembelajaran

tersebut siswa lebih aktif dan berfikir kreatif dalam melakukan pengalaman

belajar yang baru.

1

B. Analisis Data

1. Uji Coba Instrumen

a. Tes

1) Validitas

Dasar kriteria validnya suatu soal ditentukan dari

banyaknya validitas masing-masing soal. Apabila jumlah rhitung >

rtabel maka dikatakan “valid”, tetapi apabila rhitung < rtabel, maka

tergolong “tidak valid” dengan taraf signifikansi 5%.

Pada penelitian ini soal yang akan diujikan kepada kelas IX-

C SMP Negeri 3 Getasan sebesar 15 soal essai. Uji validitas soal

dengan menggunakan program SPSS 22.0 didapatkan hasil sebagai

berikut:

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Butir Soal

Nomor soal Total Keterangan

1, 2, 5, 6, 8, 9, 11, 12, 13, 15 10 Valid

3, 4, 7, 10, 14 5 Tidak Valid

Sumber: Data Peneliti

Berdasarkan tabel 4.2 terdapat 5 soal yang tidak valid

dikarenakan rphi < rtabel dan 10 soal yang valid dikarenakan rphi >

rtabel. Dengan didasarkan pada rphi yaitu < 0,404.

1

2) Uji reliabilitas

Instrumen dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai

koefisien alpha, maka digunakan untuk kemantapan alpha yang

diinterpretasikan sebagai berikut Sugiyono, 2015: 192):

Tabel 4.3 Tingkat Reliabel

No Nilai alpha Cronbach‟s Tingkat Reliabel

1 0,00-0,20 Kurang Reliabel

2 0,21-0,40 Agak Reliabel

3 0,41-0,60 Cukup Reliabel

4 0,61-0,80 Reliabel

5 0,81-1,00 Sangat Reliabel

Sumber: Desain Peneliti

Dari perhitungan uji reliabilitas soal diperoleh hasil sebagai

berikut:

Tabel 4.4 Uji Reliabilitas Soal

Cronbach's Alpha N of Items

.557 15

Sumber: SPSS 22.0

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diperoleh hasil nilai

Cronbach's Alpha sebesar 0,557, nilai tersebut kemudian

dibandingkan dengan nilai rtabel, sedangkan nilai rtabel dicari pada

signifikasi 0,05. Maka didapat rtabel sebesar 0,404. Oleh karena

1

rhitung 0,557 > 0,404, maka dapat disimpulkan bahwa soal-soal

tersebut reliabel.

3) Tingkat kesukaran

Tingkat kesukaran tes dilihat dari banyak subjek peserta tes

yang dapat menjawab dengan benar maka taraf kesukaran tes

tersebut tinggi. Sebaliknya jika hanya sedikit dari subjek yang

dapat menjawab dengan benar maka taraf kesukaranya rendah

Arikunto (2011: 210).

Tabel 4.5 Kategori Taraf Kesukaran

Indeks Kesukaran Kategori

0,00-0,30 Sukar

0,31-0,70 Sedang

0,71-1,00 Mudah

Sumber: Arikunto (2011: 210)

Berikut ini merupakan hasil uji kesukaran butir soal:

Tabel 4.6 Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat Kesukaran Nomor soal Total

Sedang 3, 4, 5, 6, 8, 9, 11, 13, 14, 15 10

Mudah 1, 2, 7, 10, 12 5

Jumlah 15

Sumber: Data Peneliti

1

Berdasarkan tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa sebanyak

10 soal dikatakan tingkat kesukarannya sedang, dan 5 soal

dikatakan mudah.

4) Daya Pembeda

Daya pembeda tes adalah kemampuan tes tersebut dalam

memisahkan antara subjek yang pandai dengan subjek yang kurang

pandai. Arikunto (2016: 177).

Tabel 4.7 Kategori Daya Pembeda

Daya Pembeda (D) Kategori

0,00 - 0,20 Buruk

0,21 - 0,40 Cukup

0,41 - 0,70 Baik

0,71 - 1,00 Baik Sekali

Sumber: Arikunto (2016: 177)

Berikut ini merupakan data hasil uji pembeda butir soal dengan

SPSS:

1

Tabel 4.8 Hasil Uji Beda Butir Soal

No. Soal rhitung Daya Beda

1 0.607 Baik

2 0.495 Baik

3 0.066 Buruk

4 0.095 Buruk

5 0.677 Baik

6 0.421 Baik

7 0.249 Cukup

8 0.422 Baik

9 0.494 Baik

10 0.100 Buruk

11 0.685 Baik

12 0.453 Baik

13 0.527 Baik

14 -0.115 Buruk

15 0.438 Baik

Sumber: Data Peneliti

Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh kesimpulan bahwa terdapat

10 butir soal yang dapat dikategorikan baik, 1 butir soal cikup, dan

4 butir soal dalam kategori buruk.

1

b. Nontes

Pengujian kalayakan instrumen nontes berupa angket dan

lembar observasi dilakukan oleh para ahli yaitu Ibu Anggun Zuhaida,

M.Pd. selaku dosen pembimbing dan Bapak Hadziq Zaka, M.Pd.,

M.Si. selaku guru mata pelajaran IPA SMP Negeri 3 Getasan.

1) Uji Validitas Angket

Berdasarkan hasil validitas angket kemampuan berfikir

kreatif dengan menggunakan program SPSS 22.0 diperoleh hasil

bahwa validitas terhadap 30 soal angket kemampuan berfikir

kreatif diperoleh hasil hanya 15 soal yang dapat dinyatakan valid

sebagai angket (kuesioner) penelitian.

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Uji Coba Angket

Nomor soal Total Keterangan

1, 2, 3, 8, 12, 15, 16, 19, 22, 23,

24, 25, 26, 29, 30

15 Valid

4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 13, 14, 17, 18,

20, 21, 27, 28

15 Tidak Valid

Sumber: Data Peneliti

2) Uji Reliabilitas Angket

Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan program

SPSS 22.0 untuk menentukan tingkat reliabilitas instrumen.

1

Tabel 4.10 Uji Reliabilitas Angket Kemampuan

Berfikir Kreatif

Cronbach’s Alpha N of item

.646 30

Sumber: Data Peneliti

Berdasarkan tabel 4.10 uji reliabilitas terhadap 30 item

angket kemampuan berfikir kreatif diketahui bahwa nilai α yang

diperoleh yaitu sebesar 0,646 yang artinya α > 0,05. Artinya item

soal angket tersebut reliabel.

2. Analisis Data dan Pembahasan

a. Tes

Analisis data kuantitatif dalam penelitian ini terdiri dari uji

normalitas dan uji hipotesis menggunakan olah data SPSS regresi

linier sederhana. Sedangkan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan

rata-rata antar dua perlakuan dari kelompok sampel yang sama

digunakan Uji Paired T Test dan Uji Independen T Test.

1) Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel

yang diteliti berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau

tidak. Uji normalitas ini menggunakan bantuan program komputer

SPSS 16.0. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis

pengujiannya yaitu :

1

Ho: Tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kreatif

produktif terhadap tingkat berfikir kreatif.

Ha: Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kreatif

produktif terhadap tingkat berfikir kreatif.

Pedoman pengambilan keputusan (Sugiyono, 2007: 159):

1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas ˂ 0,05 maka

distribusinya adalah tidak normal.

2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas ˃ 0,05 maka

distribusinya adalah normal.

Berikut hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-

Smirnov SPSS 22.0:

Tabel 4.11 Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov

S

P

S

S

2

2

.

0

Kelas

Kolmogorov-Smirnova

Statistic Df Sig.

Hasil belajar

siswa

Posttest

Eksperimen

.131 28 .200*

Posttest

Kontrol

.167 27 .053

1

Tabel 4.12 Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas rhitung rtabel Keterangan

Eksperimen 0,200 0,05 Normal

Kontrol 0,053 0,05 Normal

Sumber: Data Peneliti

Berdasarkan perhitungan uji normalitas pada tabel 4.11

dapat disimpulkan bahwa semua data dari kelas eksperimen

maupun kelas kontrol terdistribusi normal.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk memperlihatkan bahwa

dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang

memiliki variasi yang sama, Uji ini juga digunakan sebagai syarat

dalam analisis independen sampel t-test dan Anova. Dasar

pengambilan keputusan adalah (Sugiyono, 2013: 276):

1) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka varian kedua kelompok

homogen.

2) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka varian kedua kelompok

tidak homogen.

Berikut hasil uji homogenitas dengan menggunakan SPSS 22.0:

1

Tabel 4.13 Uji Homogenitas

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3.336 1 53 .073

Sumber: SPSS 22.0

Berdasarkan uji homogenitas pada tabel 4.13 diperoleh hasil

sebesar 0,075 > 0,005 yang berarti bahwa rhitung > rtabel. Artinya

kedua kelompok tersebut homogen.

3) Uji kesamaan dua varians

Uji kesamaan dua varians dapat dilakukan berdasarkan

kriteria kenormalan dan kehomogenan data skor posttes. Kedua

kelas berdistribusi normal dan bervariansi homogen, maka

pengujian hipotesis dilakukan dengan uji-t atau Independent

Sample T-Test. Hipotesisnya dirumuskan dalam bentuk hipotesis

statistik (uji dua pihak) (Sugiyono, 2016: 120).

Kriteria pengujian hipotesis menurut Sugiyono (2016: 120):

1) 𝐻𝑜 ditolak apabila nilai signifikansi < 0,05.

2) 𝐻𝑜 diterima apabila nilai signifikansi ≥ 0,05.

Berikut ini merupakan hasil uji kesamaan dua varians dengan

menggunakan program SPSS 22.0.

1

Tabel 4.14 Uji Independent Sample T-Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Sig.

(2-

taile

d)

Mean

Diffe

rence

Std.

Error

Diffe

rence

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

ha

sil

Equal

variances

assumed

3.336 .073 3.115 53 .003 5.086 1.633 1.811 8.361

Equal

variances

not

assumed

3.101 49.465 .003 5.086 1.640 1.791 8.381

Sumber: SPSS 22.0

Berdasarkan tabel 4.14 menggunakan uji independent

sample t-test yang menyatakan bahwa nilai sig (2-tailed) adalah

sebesar 0,003, yang artinya nilai signifikansi < 0,05 maka kedua

rata-rata tersebut memiliki perbedaan. Perbedaan rata-rata tersebut

dapat dilihat pada peningkatan rata-rata hasil posttest kelas kontrol

maupun kelas eksperimen. Adapun peningkatan rata-rata pada

kelas kontrol yaitu sebesar 23,74, sedangkan pada kelas

eksperimen yaitu sebesar 24,29. Hal ini dapat diartikan bahwa rata-

rata nilai kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol.

Adanya perbedaan rata-rata tersebut mengartikan bahwa metode

1

pembelajaran mempengaruhi kemampuan berfikir kreatif siswa

sehingga terjadi perbedaan pada hasil belajar siswa.

4) Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata ini menggunakan uji Paired

Sample T-test yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

perbedaan rata-rata antar dua perlakuan dari kelompok sampel

yang sama. Adapun yang diujikan yaitu hasil belajar pretest dan

posttest kelas eksperiment maupun kelas kontrol. Dalam penelitian,

uji ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil

belajar siswa sebelum dengan sesudah model pembelajaran yang

berbeda diberikan untuk kedua kelas tersebut. Adanya perbedaan

yang signifikan jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.

Tabel 4.15 Uji Paired Sample T-test

Paired Differences

t df

Sig.

(2-

tailed) Mean

Std.

Devi

ation

Std.

Error

Mean

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 PreEksp –

PostEksp

-

24.286

6.694 1.265 -

26.881

-

21.690

-19.199 27 .000

Pair 2 PreKon -

PostKon

-

23.741

7.823 1.506 -

26.835

-

20.646

-15.769 26 .000

Sumber: SPSS 22.0

Berdasarkan tabel 4.15 uji Paired Sample T-test dengan

menggunakan program SPSS 22.0 diperoleh hasil sig (2-tailed)

1

sebesar 0,000. Yang berarti bahwa nilai signifikansi < 0,05, artinya

ada perbedaan hasil belajar siswa untuk pretest dan posttest untuk

kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

5) Uji hipotesis

a) Koefisien Korelasi

Berikut ini merupakan hasil uji koefisien korelasi dengan

menggunakan program SPSS 22.0.

Tabel 4.16 Uji Koefisien Korelasi

angket angket

Angket berfikir

kreatif

Pearson Correlation 1 .943**

Sig. (2-tailed) .000

N 28 28

Angket kreatif

produktif

Pearson Correlation .943**

1

Sig. (2-tailed) .000

N 28 28

Sumber: SPSS 22.0

Berdasarkan tabel 4.16 hasil uji koefisien korelasi yang

dilakukan dengan menggunakan program SPSS 22.0 diperoleh

hasil data sig (2-tailed) sebesar 0,000 yang berarti bahwa nilai

signifikansi < 0,05, artinya kedua data tersebut berkorelasi.

Sedangkan dilihat dari nilai Pearson Correlation sebesar 0,943,

artinya kedua data tersebut berhubungan sangat kuat.

Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan angket

respon siswa, maka dapat disimpulkan bahwa model

1

pembelajaran kreatif produktif sangat berhubungan dengan

tingkat kemampuan berfikir kreatif siswa.

b) Regresi Linier Sederhana

Tabel 4.17 Uji Regresi Linier Sederhana

Sumber: Data SPSS 22.0

Berdasarkan tabel 4.17 uji regresi linier sederhana

dengan menggunakan program SPSS 22.0 diperoleh hasil nilai

signifikansi sebesar 0,000 yang berarti bahwa nilai sig < 0,05,

sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara

model pembelajaran kreatif produktif dengan kemampuan

berfikir kreatif siswa pada mata pelajaran IPA. Dari data tabel

tersebut diketahui bahwa nilai a sebesar 16,514 dan nilai b

sebesar 0,769 yang artinya setiap penambahan 1% dari nilai b,

maka nilai a bertambah sebesar 0,769. Maka persamaan regresi

sebesar: Y = 16,514 + 0,769X.

Unstandardized

Coefficients

Standar

dized

Coeffic

ients

T Sig. B Std. Error Beta

(Constant) 16.514 3.889 4.246 .000

Model

pembelajaran

.769 .053 .943 14.414 .000

1

c) Koefisien Determinasi

Tabel 4.18 Hasil Uji Nilai R Square

Model R R Square

Adjusted

R Square

Std.

Error of

the

Estimate

1 .943a .889 .885 1.475

Sumber: SPSS 22.0

Berdasarkan tabel 4.18 diketahui bahwa nilai R Square adalah

0,889, maka jika dimasukkan rumus:

KP = r2

x 100%

KP = 0,889 x 100 %

KP = 88,9%

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka besarnya

pengaruh model pembelajaran kreatif produktif dengan

kemampuan berfikir kreatif sebesar 88,9% atau dapat dikatakan

sangat mempengaruhi. Sedangkan 11,1% belum terpenuhi

dikarenakan kurangnya penguasaan dalam pengendalian

keaktifan siswa oleh peneliti.

d) Hasil Uji Ketuntasan Belajar

Berikut hasil uji ketuntasan hasil belajar kelas eksperimen dan

kelas kontrol:

1

Tabel 4.19 Uji Ketuntasan Belajar

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

%lulus %tidak lulus %lulus %tidak lulus

82,75% 17,25% 46% 54%

Sumber: Data Peneliti

Berdasarkan tabel 4.19 pada kelas eksperimen siswa

yang mendapat nilai di atas KKM (70) sebanyak 82,75% (24

anak). Pada kelas kontrol yang mendapat nilai di atas KKM

(70) sebanyak 46% (13). Artinya secara individual kelas

eksperimen dikatakan tuntas. Secara kelompok rata-rata kelas

eksperimen sebesar 72,68 (diatas KKM) dan rata-rata kelas

kontrol 67,59 (dibawah KKM). Berdasarkan hasil tersebut

dapat diketahui bahwa rata-rata nilai kelas eksperimen lebih

tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini dikarenakan siswa

kelas eksperimen mendapatkan metode pembelajaran yang

lebih optimal dengan adanya model pembelajaran kreatif

produktif. Dengan pembelajaran tersebut siswa lebih aktif dan

berfikir kreatif dalam melakukan pengalaman belajar yang

baru. Sedangkan kelas kontrol dengan metode pembelajaran

konvensional kurang mampu membuat siswa lebih aktif dan

kreatif pada saat proses pembelajaran. Artinya secara

berkelompok penggunaan model pembelajaran kreatif

produktif telah berhasil dan Ha diterima.

1

b. Nontes

1) Observasi Aktivitas Siswa

Selain penilaian terhadap ranah kognitif (posttest)

adapun penilaian yang dilakukan melalui observasi aktivitas

belajar siswa yang berlangsung di dalam kelas. Penilaian

aktivitas siswa dilakukan pada saat materi cahaya dan alat optik

karena pada materi tersebut siswa kelas eksperimen melakukan

praktikum secara berkelompok, sedangkan untuk kelas kontrol

melakukan diskusi secara berkelompok.

Berikut ini merupakan hasil lembar observasi antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol:

Gambar 4.1 Hasil Lembar Observasi Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol

Sumber: Data Peneliti

0

23

5

0 0 0

7

20

0 0 0

5

10

15

20

25

sangat

tinggi

tinggi sedang rendah sangat

rendah

Eksperimen Kontrol

1

Berdasarkan gambar 4.1 terdapat perbedaan rata-rata

penilaian aktivitas siswa antara kelas kontrol dan kelas

eksperimen pada materi cahaya dan alat optik. Kekreatifan

siswa kelas eksperimen memperoleh rata-rata nilai dengan

kategori tinggi sejumlah 23 siswa, dan 5 siswa dalam kategori

sedang. Sedangkan pada kelas kontrol, dalam kategori tinggi

sebanyak 7 siswa, dan 20 siswa dalam kategori sedang.

Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa tingkat

kekreatifan kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan

kelas kontrol dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,

mengikuti diskusi, serta berani bertanya pada saat

berlangsungnya proses pembelajaran. Hal ini disebabkan

karena proses pembelajaran di kelas eksperimen lebih

menyenangkan dibandingkan dengan kelas kontrol, oleh karena

itu kelas eksperimen lebih termotivasi untuk terus berfikir

secara aktif dan kreatif. Dimana pada kelas eksperimen

menggunakan model pembelajaran kreatif produktif dengan

pemanfaatan barang bekas lebih menekankan pada berfikir

kreatif siswa untuk membangun pengetahuannya akan hal baru

baik secara individu maupun dengan bekerjasama dalam

kelompok.

Proses belajar mengajar dengan menggunakan model

pembelajaran kreatif produktif dengan pemanfaatan barang

1

bekas mampu membuat siswa lebih mudah memahami materi

serta penerapan dari materi cahaya dan alat optik serta mampu

membuat siswa lebih berfikir kreatif dan tanggap dengan

keadaan dan fenomena yang berada di lingkungan sekitar

mereka.

2) Angket Respon Siswa

Berikut ini merupakan data angket respon siswa kelas

eksperimen terhadap penggunaan model pembelajaran kreatif

produktif dengan pemanfaatan barang bekas:

Gambar 4.2 Angket Respon Siswa Kelas Eksperimen

terhadap Penggunaan Model Pembelajaran

Kreatif Produktif

Sumber: Data Peneliti

Berdasarkan perolehan hasil angket respon siswa kelas

eksperimen menyatakan bahwa sebelum diterapkannya model

pembelajaran kreatif produktif terdapat siswa sebanyak 22

yang memiliki antusias dalam kategori sedang, dan terdapat

2

26

0 0 0

22

6

0 0

5

10

15

20

25

30

sangat

tinggi

tinggi sedang rendah sangat

rendah

posttest pretest

1

siswa berjumlah 6 yang memiliki antusias yang rendah

terhadap pelaksanaan pembelajaran materi Cahaya dan Alat

Optik. Sedangkan setelah diterapkannya model pembelajaran

ini, sebagian besar siswa tertarik dengan pembelajaran materi

Cahaya dan Alat Optik menggunakan model pembelajaran

kreatif produktif. Hasil angket respon siswa kelas eksperimen

yaitu sebesar 26 siswa yang berantusias dengan penerapan

model pembelajaran ini, sedangkan hanya 2 anak yang

tergolong dalam kategori siswa yang memiliki antusias yang

sangat tinggi. Dari data yang diperoleh berdasarkan sebaran

angket respon siswa dapat disimpulkan bahwa siswa merasa

lebih mudah memahami penerapan dari materi cahaya dan alat

optik setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran kreatif produktif dengan pemanfaatan

barang bekas.

3) Angket Berfikir Kreatif

Berikut ini merupakan data angket berfikir kreatif siswa di

kelas eksperimen dan kelas kontrol:

1

Gambar 4.3 Angket Pretest dan Posttest Kemampuan

Berfikir Kreatif Kelas Kontrol

Sumber: Data Peneliti

Berdasarkan gambar 4.3 angket berfikir kreatif pada

kelas kontrol dapat dilihat pada saat pretest siswa yang

termasuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak 24 anak

sedangkan siswa yang tergolong dalam kategori rendah yaitu

berjumlah 3 anak. Pada materi cahaya dan alat optik di kelas

kontrol siswa dibimbing untuk melakukan diskusi secara

berkelompok. Dari perlakuan yang diberikan tersebut ternyata

mampu meningkatkan kemampuan berfikir kreatif pada siswa.

Pada saat posttest angket berfikir kreatif terdapat siswa yang

memiliki kemampuan berfikir kreatif yang tinggi yaitu hanya

berjumlah 20 siswa, sedangkan jumlah siswa yang termasuk

dalam kategori sedang dalam berfikir kreatif yaitu sebanyak 7

siswa.

0 0

24

3

0 0

20

7

0 0 0

5

10

15

20

25

30

sangattinggi

tinggi sedang rendah sangatrendah

pretest

posttest

1

Berikut ini merupakan angket kemampuan berfikir kreatif

siswa kelas eksperimen:

Gambar 4.4 Angket Pretest dan Posttest Kemampuan

Berfikir Kreatif Kelas Eksperimen

Sumber: Data Peneliti

Berdasarkan gambar 4.4 angket berfikir kreatif pada

kelas eksperimen dapat dilihat pada saat pretest siswa yang

termasuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak 22 siswa,

sedangkan siswa yang tergolong dalam kategori rendah yaitu

berjumlah 6 siswa. Pada materi cahaya dan alat optik di kelas

eksperimen siswa diarahkan untuk melakukan diskusi dan

praktikum secara berkelompok. Dari aktivitas yang dilakukan

tersebut ternyata mampu meningkatkan kemampuan berfikir

kreatif pada siswa. Pada saat posttest angket berfikir kreatif

0 0

22

6

0 0

28

0 0 0 0

5

10

15

20

25

30

sangat tinggi tinggi sedang rendah sangat rendah

pretest

posttest

1

terdapat siswa yang memiliki kemampuan berfikir kreatif yang

tinggi yaitu sebanyak 28 siswa.

Berdasarkan data kelas kontrol dan kelas eksperimen

terlihat bahwa pada saat pretest angket jumlah siswa yang

termasuk dalam kategori rendah dalam berfikir kreatif hampir

sama. Setelah diberi perlakuan yang berbeda kepada kedua

kelas tersebut maka terlihat bahwa tingkat kemampuan berfikir

kreatif siswa sudah sangat berbeda. Terlihat pada kelas

eksperimen tingkat kemampuan berfikir kreatif siswa yang

tergolong tinggi yaitu sebanyak 28 siswa sedangkan pada kelas

kontrol yaitu sebanyak 20 siswa. Hal ini disebabkan oleh kelas

eksperimen mendapatkan pembelajaran dengan model

pembelajaran kreatif produktif yang proses pembelajarannya

menekankan pada keaktifan dan kekreatifan siswa di dalam

kelas. Sehingga siswa mendapatkan pengalaman dan semangat

belajar dalam menerima pembelajaran dengan metode belajar

yang baru. Sedangkan dibandingkan dengan kelas kontrol yang

hanya mendapatkan perlakuan berupa pembelajaran dengan

menggunakan metode pembelajaran konvensional yang proses

pembelajarannya mengacu pada guru sehingga kurang

membuat siswa aktif di dalam kelas. Sedangkan dalam hal

penilaian indikator berfikir kreatif dari kelas kontrol maupun

kelas eksperimen, keduanya sama-sama memiliki indikator

1

yang dominan dalam hal penilaian secara keseluruhan dari

siswa dari kedua kelas tersebut. Adapun indikator tersebut

yaitu indikator fluency (kelancaran). Karena indikator ini

menitikberatkan kepada kemampuan berfikir yang lancar.

Dalam hal ini siswa lebih mudah untuk mengikuti pelajaran

seperti biasanya dengan menggunakan metode pembelajaran

konvensional maupun metode yang mengharuskan siswa untuk

aktif didalam kelas.

1

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil uji angket (kuesioner) menjelaskan bahwa

penggunaan model pembelajaran kreatif produktif sangat membantu

dalam proses belajar mengajar siswa. Terdapat siswa sebanyak 20,37%

pada kelas eksperimen dengan jawaban sangat setuju, 54,64% dengan

jawaban setuju, dan sebanyak 19,64% dengan jawaban ragu-ragu,

sedangkan yang menjawab tidak setuju hanya sebanyak 5,35% dengan

penerapan model pembelajaran kreatif produktif. Adapun indikator

berfikir kreatif yang paling dominan di dalam kelas kontrol maupun

kelas eksperimen yaitu indikator kelancaran (fluency).

2. Ada hubungan antara penggunaan model pembelajaran kreatif

produktif dengan pemanfaatan barang bekas terhadap kemampuan

berfikir kreatif pada materi Cahaya dan Alat Optik siswa kelas VIII

SMP Negeri 3 Getasan. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji korelasi

Pearson yang menunjukkan adanya hasil sebesar 0,943 antara dua

variabel, artinya kedua data tersebut berhubungan sangat kuat.

3. Ada pengaruh positif yang signifikan antara penggunaan model

pembelajaran kreatif produktif dengan pemanfaatan barang bekas

terhadap kemampuan berfikir kreatif siswa kelas VIII SMP Negeri 3

1

Getasan. Dapat dilihat pada uji hipotesis menggunakan uji regresi

linier sederhana dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang berarti

bahwa nilai sig < 0,05 yang menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha

diterima. Artinya terdapat pengaruh antara model pembelajaran kreatif

produktif dengan kemampuan berfikir kreatif. Berdasarkan data hasil

uji Regresi juga diketahui nilai a sebesar 16,514 dan nilai b sebesar

0,769 yang artinya setiap penambahan 1% dari nilai b, maka nilai a

bertambah sebesar 0,769. Maka persamaan regresi sebesar: Y = 16,514

+ 0,769X. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan dari koefisien

determinasi, maka besarnya pengaruh model pembelajaran kreatif

produktif dengan kemampuan berfikir kreatif sebesar 88,9% atau dapat

dikatakan sangat mempengaruhi. Sedangkan 11,1% belum terpenuhi

dikarenakan kurangnya penguasaan dalam pengendalian keaktifan

siswa oleh peneliti.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan simpulan yang terdapat

pada skripsi ini maka terdapat beberapa saran yang diajukan penulis untuk

pihak-pihak terkait:

1. Bagi guru

Seorang pendidik hendaknya memiliki kemampuan berfikir kreatif

dalam melaksanakan proses belajar mengajar dan mampu menciptakan

suasana kelas yang kondusif tetapi tetap memberikan kebebasan

kepasa siswa untuk berperan aktif saat proses pembelajaran, hal ini

1

bertujuan agar terciptanya suasana belajar yang menyenangkan siswa

selama proses belajar dan mampu mengembangkan potensi siswa

dalam mengembangkan ide kreatifnya melalui berbagai strategi

pembelajaran yang jauh lebih baik dan efisien.

2. Bagi siswa

Siswa diharapkan dapat memanfaatkan adanya proses belajar mengajar

yang menggunakan model pembelajaran kreatif produktif dengan

pemanfaatan barang bekas. Karena pembelajaran tersebut menuntut

siswa untuk aktif pada saat pembelajaran dan dapat berfikir secara

kreatif untuk memanfaatkan sesuatu yang terdapat pada lingkungan

sekitar guna untuk mengetahui penerapan dan terdapat potensi apa saja

yang ada pada lingkungan sekitar agar terciptanya proses pembelajaran

yang menyenangkan.

3. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian serupa, diharapkan agar

menambahkan faktor apa saja yang menyebabkan tinggi rendahnya

minat siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kreatif

produktif dan tingkat kemampuan berfikir kreatif siswa pada saat

proses pembelajaran.

1

DAFTAR PUSTAKA

Arigiyati, Tri Astuti. 2016. Implementasi penilaian Autentik untuk Meningkatkan

Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Siswa SMP. Jurnal LPPM, 4 (2).

Arikunto, Suharsimi. 2010. Presedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

_________________. 2011. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

_________________. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

_________________. 2016. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arifah, Isnaini. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kreatif Produktif untuk

Meningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas

IVB SD Negeri 2 Bumiharjo Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi tidak

diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Darmawan, Deni. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Gemmadeo. 2011. Model Pembelajaran Kreatif dan Produktif, (Online),

(http://deo2029.wordpress.com, diakses pada 23 Agustus 2019 pukul 13:

50).

Gunawan, Sigit. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Kreatif Produktif untuk

Meningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas

IVB SD Negeri 2 Bumiharjo Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi tidak

diterbitkan. Purwokerto: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammad Purwokerto.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran

Abad 21: Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Janti, Suhar. 2014. Analisis Validitas dan Reliabilitas dengan Skala Likert

terhadap Pengembangan SI/TI dalam Penentuan Pengambilan Keputusan

Penerapan Strategic Planning pada Industri Garmen. Prosiding Seminar

Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST), ISSN: 1979-911X.

Jumali. 2004. Landasan Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

1

Khalqo, Asrori Qudrota. 2012. Tinjauan Ekonomi Islam terhadap Pengelolaan

Barang Bekas (Studi Kasus Kelurahan Harjosari Kecamatan Sukajadi

Pekanbaru). Skripsi tidak diterbitkan. Riau: fakultas Syari’ah dan Ilmu

Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Pekanbaru Riau.

Liliawati, Winny, dan Erna Puspita. 2010. Efektivitas Pembelajaran Berbasis

Masalah dalam Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kreatif Siswa.

Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010.

Madhi, Jamal. 2009. Kreatif Berpikir. Surakarta: Ziyad Visi Media.

Maftukhah, Nur Laeli, Kartika Chrysti S, dan Suhartono. 2016. Pemanfaatan

Barang Bekas dalam Peningkatkan Kreativitas Siswa pada Mata Pelajaran

SBK Kelas V SD Negeri 2 Karangpoh Tahun Ajaran 2015/2016. Kalam

cendekia, 5 (1.1)

Mahmud. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Majid, Abdul. 2015. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Offset.

Marwiyah, Siti, Kamid, dan Risnita. 2015. Pengembangan Instrumen Penilaian

Keterampilan Berpikir Kreatif pada Mata Pelajaran IPA Terpadu Materi

Atom, Ion, dan Molekul SMP Islam Al Falah. Jurnal Edu-Science, 4 (1).

Ngalimun. 2017. Strategi Pendidikan. Yogyakarta: Parama Ilmu.

Pramana, Andi. 2012. Analisis Perbandingan Volume Activity dan Abnormal

Return Sebelum dan Sesudah Pemecahan Saham. Skripsi tidak diterbitkan.

Semarang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Pratiwi, Nanda. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kreatif Produktif untuk

Meningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas

IVB SD Negeri 2 Bumiharjo Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi tidak

diterbitkan. Lampung: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung.

Rahmawati, Lusy, Eko Setyadi Kurniawan, dan Ashari. 2015. Pengaruh Model

Pembelajaran Treffinger terhadap Kreativitas dan Hasil Belajar Suhu dan

Kalor Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran

2014/2015. Radiasi, 7 (1).

Rahmazatullaili, Cut Morina Zubainur, dan Said Munzir. 2017. Kemampuan

Berfikir Kreatif dan Pemecahan Masalah Siswa Melalui Penerapan Model

Project Based Learning. Jurnal Tadris Matematika, 10 (2).

Setyosari, Punaji. 2015. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.

Jakarta: Prenadamedia Group.

1

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2012. Cooperative Learning Analisis Model

Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

_____ . 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

_____ . 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

_____ . 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

_____ . 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Supardi. 2015. Peran Berpikir Kreatif dalam Proses Pembelajaran Matematika.

Jurnal Formatif, 2 (3).

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

_____ . 2016. Model-Model Pembelajaran Emansipatoris. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:

Prenada media Group.

Suryosubroto. 2009. Proses Belajar dan Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Trianto. 2010. Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan dan Profesi

Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Prenadamedia Group.

Wena, Made. 2014. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan

Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Zubaidah, Siti, dkk. 2014. IPA SMP/MTs kelas VIII Buku Siswa. Jakarta:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

1

Lampiran 1

CURRICULUM VITAE

Nama : Hayi’ Qoidatur Rofiah

Tempat, Tanggal Lahir : Jepara, 13 Maret 1997

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Mahasiswa

Agama : Islam

Alamat Sekarang : Jl. KH Ahmad Nur, Ds. Candirejo, Kec. Tuntang,

Kab. Semarang

Alamat Asal : Ds. Buaran, Kec. Mayong, Kab. Jepara

Nomor Telepon : 085875364756

Email : [email protected]

Pendidikan Terakhir : MAN 1 Kudus

RIWAYAT PENDIDIKAN

JENJANG NAMA SEKOLAH TAHUN LULUS

SD SDN Babadan 1 Ngawi 2009

SMP/MTs MTsN 2 Paron Ngawi 2012

SMA/MA MAN 1 Kudus 2015

Perkuliahan IAIN Salatiga Sekarang

1

Lampiran 2

1

Lampiran 3

1

Lampiran 4

1

Lampiran 5

1

Lampiran 6

SATUAN KREDIT KEGIATAN

Nama : Hayi’ Qoidatur Rofiah Jurusan : Tadris IPA

NIM : 23060-15-0023 Dosen P.A : Rini Verary S, S.Pd, M.Si.

No Nama Kegiatan Pelaksanaan Sebagai Nilai

1. Program Ma’had Al Jami’ah

Putri IAIN Salatiga

Juli 2015 – Juni

2016

Peserta 15

2. Seminar Internasional dengan

tema “Petani untuk Negeri”

24 September 2016 Peserta 10

3. Call for paper and nasional

conference islamic natural

science dengan tema

“Pendidikan Sains Berbasis

Nilai-Nilai Islam dan Kearifan

Lokal”

05 November 2018 Presenter 10

4. International forum on science

(IfoS) 2018 dengan tema

“Science As An Integral Part

Of Islam”

12 Mei 2018 Peserta 10

5. Muria Scientific Competion

2018

09 April 2018 Finalis 10

6. Workshop dengan tema

“Integrated Science Programe:

Implementasi Integrasi

Keilmuan dalam Pembelajaran

Sains pada Madrasah

Tsanawiyah Se-Kota Salatiga”

09 November 2018 Fasilitator 9

7. Seminar Nasional dengan tema 17 November 2015 Peserta 8

1

“Pendidikan Karakter untuk

Melahirkan Pemimpin Masa

Depan”

8. Seminar Nasional dengan tema

“Peran Sistem Ekonomi Islam

Dalam Meningkatkan

Stabilitas Ekonomi Global

dengan Mensinergikan Sektor

Riil dan Sektor Keuangan”

13 Oktober 2015 Peserta 8

9. Seminar Nasional 2015

dengan tema “Epistemologi

Tafsir Kontemporer; Integrasi

Hermeneutika dalam Metode

Penafsiran Al-Qur’an”

30 September 2015 Peserta 8

10. Seminar Nasional denan tema

“Stay Positive! Can’t Live a

Positive Life with a Negative

Mind”

08 Desember 2015 Peserta 8

11. Seminar nasional dengan tema

“Reinventing Kebudayaan

Indonesia untuk Kebangkitan

HMI di Era Modern”

28 Mei 2016 Peserta 8

12. Seminar Nasional Revolusi

Industri 4.0

08 November 2018 Peserta 8

13. Seminar nasional dengan tema

“Preparing Your Future By

Winning Your CV”

17 November 2018 Peserta 8

14. Workshop dengan tema “Go

Recycle Training”

19 September 2015 Peserta 6

15. Seminar dan bedah film HMI 14 November 2015 Peserta 6

1

cabang Salatiga dengan tema

“Menggugah Jiwa

Nasionalisme Pemuda di Era

Moderenitas”

16. Seminar dengan tema “Literasi

Keuangan Syariah dan

Kebijakan Mikroprudensial

dalam Stabilitas Ekonomi”

12 Oktober 2015 Peserta 6

17. SIBA 22 Februari – 10

Juni 2016

Peserta 6

18. SIBI 22 Februari – 10

Juni 2016

Peserta 6

19 Seminar Revolusioner dengan

tema “Empowering Woman

To Do The Best”

28 Agustus 2015 Peserta 6

20. Training Makalah dan

Motivasi Lembaga Dakwah

Kampus (LDK) Fathir Ar-

Rasyid

12 September 2015 Peserta 6

21. Mimbar ilmiah sains indonesia

1 dengan tema “Menjaring

Matahari; Kearifan Akademik

Terhadap Lingkungan Melalui

Paperless Berbasis Teknologi

Informasi dan Komunikasi”

28 Juni 2016 Panitia 6

22. Makrab Tadris IPA 2 Desember 2016 Panitia 6

23. Sarasehan tadris ipa dengan

tema “Wahana Mewujudkan

Solidaritas Antar Mahasiswa

Jurusan Tadris Ipa”

26 Mei 2016 Panitia 6

1

24. Pelatihan Kepramukaan 19 – 21 Juli 2018 Peserta 6

25. Anggota HMJ 2015-2016 Masa bakti 2015-

2016

Anggota 6

26. Talkshow dengan tema

“Bercinta dengan Sastra”

Bersama Tere Liye

24 September 2017 Peserta 6

27. MAKESTA dengan tema

“Membangun Pelajar yang

Kritis Berlandas Aswaja”

27-28 Januari 2018 Peserta 6

28. Salatiga science olimpiade 1 15 Oktober 2016 Panitia 6

29. Nusantara mengaji 300.000

khataman Al- Qur’an

08 Mei 2016 Peserta 6

30. Workshop dengan tema “Your

CV, Your Future”

17 November 2018 Peserta 6

31. Salatiga Science Olympiade 2

Tingkat SMP/Mts Se-Jawa

Tengah

06 Oktober 2017 Panitia 6

32. Salatiga Science Olympiade 3

Tingkat SMP/Mts Se-Jawa

Tengah

12 Mei 2018 Panitia 6

33. OPAK FTIK IAIN Salatiga

2015 dengan tema “Integrasi

Pendidikan Karakter

Mahasiswa Melalui Kampus

Edukatif Humanis dan

Religius”

13 Agustus 2015 Peserta 3

34. OPAK IAIN Salatiga 2015

dengan tema “Penguatan

Nilai-Nilai Islam Indonesia

Menuju Negara yang Aman

14 Agustus 2015 Peserta 3

1

dan Damai”

35. UPT Perpustakaan IAIN

Salatiga dengan tema “Library

User Education”

21 Agustus 2015 Peserta 3

36. Apreasi akademik dosen dan

mahasiswa tadris IPA FTIK

IAIN Salatiga

20 September 2017 Peserta 3

37. Apreasi akademik dosen dan

mahasiswa tadris IPA FTIK

IAIN Salatiga

06 Oktober 2018 Peserta 3

38. Bedah buku dengan tema

“alam terkembang menjadi

guru: memotret fenomena

lingkungan melalui pendidikan

lingkungan hidup”

31 Oktober 2018 Peserta 3

39. Sosialisasi Dan Desiminasi

Buku Dengan Tema “Model

Pendekatan Saintifik dalam

Kehidupan Keagamaan

Masyarakat Kampung Mualaf”

28 Desember 2016 Peserta 3

Jumlah

255

1

Lampiran 7

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 3 Getasan

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam

Kelas/semester : VIII/Genap

Materi Pokok : Cahaya Dan Alat Optik

Sub Materi : Alat Optik dalam Kehidupan Sehari-hari

Alokasi Waktu : 3 pertemuan (6 JP 6 x 40 menit)

A. Kompetensi Inti

1. KI1dan KI2: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang

dianutnya serta menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,

santun, percaya diri, peduli, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi

secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan,

keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa,

negara.

2. KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual,

prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik

sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,

dan kenegaraan terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

3. KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji

secara kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif,

dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang dipelajari

di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.

1

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator

6.3 Menyelediki sifat-sifat

cahaya dan hubungannya

dengan berbagai bentuk

cermin dan lensa

1. Menjelaskan sifat-sifat cahaya dan

pembentukan bayangan pada lensa dan

cermin

2. Mengidentifikasi jenis pembentukan

bayangan pada lensa dan cermin

6.4 Mendeskripsikan alat-alat

optik dan penerapannya

dalam kehidupan sehari-

hari

3. Menjelaskan fungsi mata dan alat optik

C. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti proses pembelajaran menggunakan model

pembelajaran kreatif produktif, peserta didik diharapkan dapat:

1. membuat alat sederhana dengan penerapan dari sifat cahaya dan alat

optik yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan

menggunakan bahan bekas melalui kegiatan diskusi.

2. mengetahui manfaat dari barang bekas untuk membuat alat

sederhana yang berkaitan dengan sifat cahaya dan alat optic melalui

kegiatan diskusi.

3. mengidentifikasi sifat cahaya dan mengetahui macam-macam alat

optic melalui kegiatan diskusi.

D. Materi Pembelajaran

1. Pengertian cahaya

Cahaya dapat kita temui dimana-mana. Cahaya bersifat

gelombang dan partikel, Maxwell (1831-1874) mengemukakan

pendapatnya bahwa cahaya dibangkitkan oleh gejala kelistrikkan dan

kemagnetan sehingga tergolong gelombang elektromagnetik. Cahya

1

sendiri pada hakekatnya tidak dapat dilihat, adanya cahaya apabila

cahaya tersebut mengenai suatu benda melalui pendekatan cahaya

sebagai gelombang dan partikel maka peristiwa refraksi, defraksi,

dispersi, dan refleksi.

2. Sifat Cahaya

a. Cahaya merambat lurus

Cahaya yang dipancarkan oleh sebuah sumber cahaya

merambat ke segala arah. Bila medium yang dilaluinya homogen,

maka cahaya merambat menurut garis lurus. Bukti cahaya

merambat lurus tampak pada berkas cahaya matahari yang

menembus masuk ke dalam ruangan yang gelap. Demikian pula

dengan berkas lampu sorot pada malam hari. Berkas-berkas itu

tampak sebagai batang putih yang lurus. Ketika menyentuh

permukaan suatu benda maka rambatan cahaya akan mengalami

dua hal, yaitu pemantulan atau pembiasan. Pemantulan biasanya

dialami benda yang tidak tembus cahaya, sedangkan pembiasan

terjadi pada benda yang transparan atau tembus cahaya.

b. Cahaya Dapat Dipantulkan

Kita dapat melihat benda di sekitar kita karena benda itu

memantulkan cahaya. Kemudian cahaya pantulan tersebut masuk

ke mata kita. Jelas tidaknya benda tergantung pada banyaknya

cahaya yang dipantulkan oleh benda. Benda tampak bewarna

merah karena benda tersebut memantulkam spektrum warna merah

dan menyerap spektrum warna lain. Benda tampak hitam karena

benda tidak memantulkan cahaya tetapi menyerap semua spektrum

warna, sedangkan benda putih akan memantulkan semua cahaya.

Jenis pemantulan cahaya ada 2 yakni pemantulan teratur

dan pemantulan baur. Pemantulan teratur adalah pemantulan yang

sama sudutnya dengan sinar datang dan terjadi pada benda teratur.

Sedangkan pemantulan baur adalah cahaya yang dipantulkan yang

1

tersebar ke banyak arah yang berbeda dikarenakan suatu permukaan

tidak teratur.

c. Cahaya Dapat Dibiaskan

Setiap berkas cahaya yang masuk dari medium yang satu ke

medium yang lain akan dibiaskan atau dibelokkan arah rambatnya

disebut pembiasan refreksi.

Besarnya pergeseran berkas cahaya yang keluar dari suatu

medium bergantung pada kerapatan optik medium tersebut. jika

cahaya masuk dari zat optik kurang rapat ke zat optik lebih rapat,

cahaya dibiaskan mendekati garis nol. Sebaliknya, jika cahaya

masuk dari zat optik lebih rapat ke zat optik kurang rapat, dapat

diuraikan menjauhi normal.

d. Cahaya Dapat Diuraikan (Dispersi)

Dispersi cahaya merupakan peristiwa terurainya cahaya

putih menjadi warna-warna spektrum. Isac Newrton

mengemukakkan bahwa sesungguhnya cahaya putih mengandung

semua dari tujuh warna yang terdapat pada pelangi. Berdasarkan

urutan penurunan panjang gelombang, maka warna-warna yang

seharusnya kamu lihat pada pelangi adalah merah, jingga, kuning,

hijau, biru, nila, dan ungu.

3. Pembentukan Bayangan pada Cermin

a. Pembentukan Bayangan pada Cermin Datar

Pada saat menentukan bayangan pada cermin datar

melalui diagram sinar, titik bayangan adalah titik potong berkas

sinar-sinar pantul. Bayangan bersifat nyata apabila titik potongnya

diperoleh dari perpotongan sinar-sinar pantul yang konvergen

(mengumpul). Sebaliknya, bayangan bersifat maya apabila titik

potongnya merupakan hasil perpanjangan sinar-sinar pantul yang

divergen (menyebar).

1

Bayangan pada cermin datar bersifat nyata. Titik bayangan

dihasilkan dari perpotongan sinar-sinar pantul yang digambarkan

oleh garis putus-putus.

b. Pembentukan Bayangan pada Cermin Lengkung

Cermin lengkung adalah cermin yang permukaannya

melengkung. Ada dua jenis cermin lengkung sederhana yaitu

cermin silinder dan cermin bola. Khususnya tentang cermin cekung

dan cembung.

Cermin cekung adalah cermin yang bentuknya lengkung,

dimana permukaan cermin yang memantulkan cahaya melengkung

ke belakang. Sedangkan, Cermin cembung adalah cermin yang

bentuknya lengkung, dimana permukaan cermin yang

memantulkan cahaya melengkung kedepan .

4. Pembentukan Bayangan pada Lensa

Lensa adalah benda bening yang memiliki permukaan

berbentuk cekung atau cembung dan berfungsi untuk membiaskan

cahaya. Lensa cembung yang berfungsi untuk memperbesar bayangan

benda yang akan diteliti. Jika dipegang, lensa cembung bagian

tengahnya lebih tebal dari bagian pinggir, kalau lensa cekung bagian

tengahnya lebih tipis dari bagian pinggirnya.

Persamaan pada Lensa cembung dan lensa cekung:

Perbesarannya, M =|

Keterangan:

f : jarak fokus

s : jarak benda

jarak bayangan

1

Pada lensa cembung, titik fokus bernilai positif (sama seperti

pada cermin cekung), sedangkan pada lensa cekung, titik fokus

bernilai negatif (sama seperti pada cermin cembung).

5. Alat-alat Optik

a. Mata

Mata dalah alat optik manusia dan hewan lainnya. Mata

manusia terpasang pada tulang rongga mata dengan tiga pasang otot-

otot mata berfungsi untuk menggerakkan bola mata ke kiri, kanan, atas

dan bawah. Kornea adalah selaput yang bening yang tembus cahaya.

Iris atau selaput yang bening yang tembus cahaya. Iris atau selaput

pelangsi, merupakan bagian yang mempunyai warna di belakangruang

depan. Pupil pada tengah lensa dapat mengcil dan membesar. Satu

sumbu dengan pupil adalah lensa mata. Lensa tergantung pada otot-

otot polos yang berkontraksi sehingga lebih pipih atau lebih cembung.

Mata yang normal bayangan jatuh tepat di bintik kuning pada

retina. Berdasarkan jatuhnya bayangan pada retina, cacat mata

dibedakan menjadi miopi, hipermetropi, presbiopi dan astigmatisma.

b. Lup

Lup adalah alat yang digunakan untuk melihat atau mengamati

benda-benda yang kecil supaya tampak lebih besar dan jelas. Lup

merupakan lensa cembung yang diberi pegangan agar mudah

digunakan. Lup sering digunakan tukang saat memperbaiki arloji.

c. Kamera

Kamera adalah alat yang digunakan untuk membidik suatu

objek dan menyimpannya dalam bentuk film. Terdapat beragam

bentuk kamera ada kamera klasik yang membutuhkan flat film dan ada

kamera digital yang menyimpan film dalam bentuk file.

Kamera digital dan nondigital memiliki struktur yang berada di

bagian dalam namun memiliki kesamaan pada bagian lensa

pembidiknya. Lensa pembidik dari kamera inilah yang merupakan alat

1

optik saat membidik suatu objek. Objek dapat dibuat seperti ukuran

asli atau pun diperbesar dengan menggunakan zoom. Alat zoom pada

kamera merupakan serangkaian lensa cembung yang dapat diatur dan

diputar saat diperlukan.

d. Mikroskop

Pengamatan terhadap gejala alam dapat kita amati dengan mata

telanjang atau pun dengan menggunakan alat tertentu. Pengamatan

komponen biotik di laboratorium sering menggunakan alat yang kita

sebut sebagai mikroskop. Mikroskop merupakan alat yang didisain

untuk melihat objek kecil seperti sel atau bakteri.

e. Periskop

Digunakan untuk mengamati benda-benda di permukaan laut. Alat

ini pada umumnya untuk perlengkapan kapal selam.

E. Metode Pembelajaran

1. Pendekatan Pembelajaran : Scientific

2. Model Pembelajaran : Kreatif Produktif

3. Metode Pembelajaran : Diskusi, Praktikum dan Presentasi

F. Media dan Bahan Pembelajaran

1. Media pembelajaran

Power point

Worksheet atau lembar kerja siswa

Lembar penilaian

2. Bahan pembelajaran

Laptop

LCD proyektor

Papan tulis dan Alat tulis

1

G. Sumber Belajar

a. Bagi Guru

Zubaidah, Siti, dkk. 2014. IPA SMP/Mts kelas VIII Buku Siswa.

Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

b. Bagi Siswa

Zubaidah, Siti, dkk. 2014. IPA SMP/Mts kelas VIII Buku Siswa.

Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

LKS Intan Pariwara Ilmu Pengetahuan Alam kelas VIII

H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Ke-1 (2 x 40) Waktu

Kegiatan Pendahuluan Guru :

Orientasi

Melakukan pembukaan dengan salam pembuka

dan berdoa untuk memulai pembelajaran

Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap

disiplin

Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam

mengawali kegiatan pembelajaran.

Apersepsi

Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran

yang akan dilakukan dengan pengalaman peserta

didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya.

Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya

dengan pelajaran yang akan dilakukan.

“Bagaimanakah posisi tangan kananmu pada saat

terlihat di cermin datar pada saat kamu

bercermin?”

Motivasi

Guru menanyakan kepada siswa “apakah kalian

pernah melihat bayangan kalian dengan

menggunakan sendok?

15 menit

1

Pemberian Acuan

Memberitahukan materi pelajaran yang akan

dibahas pada pertemuan saat itu.

Memberitahukan tentang kompetensi inti,

kompetensi dasar, indikator, dan KBM pada

pertemuan yang berlangsung

Menjelaskan mekanisme pelaksanaan

pengalaman belajar sesuai dengan langkah-

langkah pembelajaran

Kegiatan Inti 55 menit

Sintak Model Kegiatan Pembelajaran

Orientation

Guru memberikan soal Pre-

test sebelum dimulai

pembelajaran mengenai

cahaya dan alat optik

Guru memberikan penjelasan

materi kepada siswa tentang

sifat cahaya dan macam-

macam alat optik

Guru menanyai siswa

mengenai sifat-sifat bayangan

yang dihasilkan oleh berbagai

cermin maupun lensa

Guru meminta salah satu siwa

untuk menyebutkan macam-

macam alat optik yang

mereka ketahui

Guru mengkomunikasikan

tujuan, waktu, langkah

pembelajaran, dan hasil yang

1

Eksplorasi

diharapkan selama

pembelajaran berlangsung dan

pertemuan selanjutnya

Guru membagi siswa menjadi

tiga kelompok secara acak

Siswa mendiskusikan langkah

pembelajaran

Guru mengarahkan siswa agar

mempersiapkan alat, bahan,

dan panduan praktikum yang

akan dilakukan dipertemuan

selanjutnya

Guru memberikan bimbingan

kepada siswa untuk mencari

informasi dan materi melalui

buku, observasi, browsing

melalui internet, dan

sebagainya yang berkaitan

dengan praktikum yang akan

dilakukan pada pertemuan

selanjutnya

Siswa membaca buku IPA

untuk mencari informasi dan

materi untuk mempersiapkan

praktikum yang akan

dilakukan pada pertemuan

selanjutnya

Siswa membuat cacatan

tentang hal-hal apa saja yang

harus dipersiapkan dan

dibawa pada pertemuan

1

selanjutnya

Guru memberi kesempatan

kepada siswa untuk

menanyakan hal-hal yang

belum difahami terkait

langkah pembelajaran untuk

pertemuan selanjutnya.

Kegiatan Penutup Guru memberikan bimbingan

terhadap siswa untuk

menyimpulkan materi

pelajaran yang dipelajari pada

pertemuan ini

Peserta didik mengagendakan

projek yang harus dipelajari

pada pertemuan berikutnya di

luar jam sekolah atau

dirumah.

Guru memberikan salam

penutup.

10 menit

Pertemuan ke 2 (2 x 40 menit) Waktu

Kegiatan Pendahuluan Guru :

Orientasi

Melakukan pembukaan dengan salam pembuka

dan berdoa untuk memulai pembelajaran

Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap

disiplin

Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam

mengawali kegiatan pembelajaran.

10 menit

1

Apersepsi

Mengaitkan ateri/tema/kegiatan pembelajaran

yang akan dilakukan dengan pengalaman peserta

didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya.

Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya

dengan pelajaran yang akan dilakukan. “Mengapa

cermin pemantau di toko-toko atau swalayan

menggunakan cermin cembung?”

Motivasi

Guru menanyakan kepada siswa “Alat apakah yang

digunakan oleh tukang arloji pada saat memperbaikai

arloji?”

Pemberian Acuan

Memberitahukan tentang kompetensi inti,

kompetensi dasar, indikator, dan KBM pada

pertemuan yang berlangsung

Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman

belajar sesuai dengan langkah-langkah

pembelajaran.

Kegiatan Inti 60 menit

Sintak Model Kegiatan Pembelajaran

Interpretasi

Guru mengarahkan siswa untuk

berkumpul dengan kelompoknya

masing-masing sesuai dengan

yang telah dibentuk pada

pertemuan yang lalu

Guru mengarahkan siswa untuk

mempersiapkan alat dan bahan

yang telah dibawa untuk

praktikum

1

Re-kreasi

guru membimbing siswa dalam

melakukan praktikum membuat

produk baru yang berkaitan

dengan materi cahaya dan alat

optik

siswa berdiskusi dengan

kelompoknya untuk menciptakan

produk baru yang berkaitan

dengan materi pelajaran

siswa melakukan praktikum

untuk menghasilkan media

pembelajaran yang berkaitan

dengan materi cahaya dan alat

optic

Guru menginformasikan untuk

mempersiapkan presentasi

mengenai produk yang dihasilkan

pada pertemuan yang selanjutnya

Penutup Guru memberikan bimbingan

terhadap siswa untuk

menyimpulkan kegiatan

pembelajaran yang dilakukan pada

pertemuan ini

Peserta didik mempersiapkan

agenda pada pertemuan berikutnya

di luar jam sekolah atau dirumah

Guru menginformasikan bahwa

dalam pertemuan selanjutnya akan

diadakan post test

Guru memberikan salam penutup.

10 menit

1

Pertemuan ke 3 (2 x 40 menit) Waktu

Kegiatan Pendahuluan Guru :

Orientasi

Melakukan pembukaan dengan salam

pembuka dan berdoa untuk memulai

pembelajaran

Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai

sikap disiplin

Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik

dalam mengawali kegiatan pembelajaran.

Apersepsi

Mengaitkan materi/tema/kegiatan

pembelajaran yang akan dilakukan dengan

pengalaman peserta didik dengan

materi/tema/kegiatan sebelumnya.

Motivasi

Guru menanyakan kepada siswa “Alat apakah yang

digunakan oleh siswa yang bermata minus?”

Pemberian Acuan

Memberitahukan materi pelajaran yang akan

dibahas pada pertemuan saat itu

Guru menyampaikan tujuan dan manfaat

pembelajaran pada pertemuan saat itu

Memberitahukan tentang kompetensi inti,

kompetensi dasar, indikator, dan KBM pada

pertemuan yang berlangsung

Menjelaskan mekanisme pelaksanaan

pengalaman belajar sesuai dengan langkah-

10 menit

1

langkah pembelajaran.

Kegiatan Inti 30 menit

Sintak model Kegiatan pembelajaran

Evaluasi masing-masing kelompok

mempresentasikan produk baru

yang diciptakan dengan

berdasarkan materi apa dan

bagaimana cara

menggunakannya

kelompok lain mengajuakan

pertanyaan yang berkaitan

dengan produk baru yang

sedang dipresentasikan

guru mengevaluasi masing-

masing dari produk baru yang

dihasilkan setiap kelompok.

Penutup Siswa dengan didampingi oleh

guru menyimpulkan materi

yang telah dipelajari pada

pertemuan ini

Guru memberikan soal post test

Guru memberikan salam

penutup

40 menit

1

1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMP Negeri 3 Getasan

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam

Kelas/Semester : VIII/Genap

Materi Pokok : Cahaya dan Alat Optik

Alokasi Waktu : 3 pertemuan (6 JP 6 x 40 menit)

A. Kompetensi Inti

1. KI1 dan KI2: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

serta Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya

diri, peduli, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif

sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah,

masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan

regional.

2. KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual,

prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik sederhana

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,

budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan

terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

3. KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara

kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam

ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang dipelajari di sekolah

dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.

1

B. Kompetensi Dasar Dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator

6.3 Menyelediki sifat-sifat cahaya

dan hubungannya dengan

berbagai bentuk cermin dan

lensa

4. Menjelaskan sifat-sifat cahaya dan

pembentukan bayangan pada lensa dan

cermin

5. Mengidentifikasi jenis pembentukan

bayangan pada lensa dan cermin

6.4 Mendeskripsikan alat-alat

optik dan penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari

6. Menjelaskan fungsi mata dan alat optik

C. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat:

1. Menjelaskan sifat-sifat cahaya dan pembentukan bayangan

2. Mengidentifikasi jenis pembentukan bayangan

3. Menjelaskan fungsi mata dan alat optik

D. Materi Pembelajaran

1. Pengertian cahaya

Cahaya dapat kita temui dimana-mana. Cahaya bersifat gelombang

dan partikel, Maxwell (1831-1874) mengemukakan pendapatnya bahwa

cahaya dibangkitkan oleh gejala kelistrikkan dan kemagnetan sehingga

tergolong gelombang elektromagnetik. Cahya sendiri pada hakekatnya

tidak dapat dilihat, adanya cahaya apabila cahaya tersebut mengenai suatu

benda melalui pendekatan cahaya sebagai gelombang dan partikel maka

peristiwa refraksi, defraksi, dispersi, dan refleksi.

2. Sifat Cahaya

a. Cahaya merambat lurus

Cahaya yang dipancarkan oleh sebuah sumber cahaya merambat ke

segala arah. Bila medium yang dilaluinya homogen, maka cahaya

1

merambat menurut garis lurus. Bukti cahaya merambat lurus tampak

pada berkas cahaya matahari yang menembus masuk ke dalam ruangan

yang gelap. Demikian pula dengan berkas lampu sorot pada malam

hari. Berkas-berkas itu tampak sebagai batang putih yang lurus.

Ketika menyentuh permukaan suatu benda maka rambatan cahaya

akan mengalami dua hal, yaitu pemantulan atau pembiasan.

Pemantulan biasanya dialami benda yang tidak tembus cahaya,

sedangkan pembiasan terjadi pada benda yang transparan atau tembus

cahaya.

b. Cahaya Dapat Dipantulkan

Kita dapat melihat benda di sekitar kita karena benda itu

memantulkan cahaya. Kemudian cahaya pantulan tersebut masuk ke

mata kita. Jelas tidaknya benda tergantung pada banyaknya cahaya

yang dipantulkan oleh benda. Benda tampak bewarna merah karena

benda tersebut memantulkam spektrum warna merah dan menyerap

spektrum warna lain. Benda tampak hitam karena benda tidak

memantulkan cahaya tetapi menyerap semua spektrum warna,

sedangkan benda putih akan memantulkan semua cahaya.

Jenis pemantulan cahaya ada 2 yakni pemantulan teratur dan

pemantulan baur. Pemantulan teratur adalah pemantulan yang sama

sudutnya dengan sinar datang dan terjadi pada benda teratur.

Sedangkan pemantulan baur adalah cahaya yang dipantulkan yang

tersebar ke banyak arah yang berbeda dikarenakan suatu permukaan

tidak teratur.

c. Cahaya Dapat Dibiaskan

Setiap berkas cahaya yang masuk dari medium yang satu ke

medium yang lain akan dibiaskan atau dibelokkan arah rambatnya

disebut pembiasan refreksi.

Besarnya pergeseran berkas cahaya yang keluar dari suatu medium

bergantung pada kerapatan optik medium tersebut. jika cahaya masuk

dari zat optik kurang rapat ke zat optik lebih rapat, cahaya dibiaskan

1

mendekati garis nol. Sebaliknya, jika cahaya masuk dari zat optik lebih

rapat ke zat optik kurang rapat, dapat diuraikan menjauhi normal.

d. Cahaya Dapat Diuraikan (Dispersi)

Dispersi cahaya merupakan peristiwa terurainya cahaya putih

menjadi warna-warna spektrum. Isac Newrton mengemukakkan bahwa

sesungguhnya cahaya putih mengandung semua dari tujuh warna yang

terdapat pada pelangi. Berdasarkan urutan penurunan panjang

gelombang, maka warna-warna yang seharusnya kamu lihat pada

pelangi adalah merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.

3. Pembentukan Bayangan pada Cermin

a. Pembentukan Bayangan pada Cermin Datar

Pada saat menentukan bayangan pada cermin datar melalui

diagram sinar, titik bayangan adalah titik potong berkas sinar-sinar

pantul. Bayangan bersifat nyata apabila titik potongnya diperoleh dari

perpotongan sinar-sinar pantul yang konvergen (mengumpul).

Sebaliknya, bayangan bersifat maya apabila titik potongnya

merupakan hasil perpanjangan sinar-sinar pantul yang divergen

(menyebar).

Bayangan pada cermin datar bersifat nyata. Titik bayangan

dihasilkan dari perpotongan sinar-sinar pantul yang digambarkan oleh

garis putus-putus.

b. Pembentukan Bayangan pada Cermin Lengkung

Cermin lengkung adalah cermin yang permukaannya melengkung.

Ada dua jenis cermin lengkung sederhana yaitu cermin silinder dan

cermin bola. Khususnya tentang cermin cekung dan cembung.

Cermin cekung adalah cermin yang bentuknya lengkung, dimana

permukaan cermin yang memantulkan cahaya melengkung ke

belakang. Sedangkan, Cermin cembung adalah cermin yang bentuknya

lengkung, dimana permukaan cermin yang memantulkan cahaya

melengkung kedepan .

1

4. Pembentukan Bayangan pada Lensa

Lensa adalah benda bening yang memiliki permukaan berbentuk

cekung atau cembung dan berfungsi untuk membiaskan cahaya. Lensa

cembung yang berfungsi untuk memperbesar bayangan benda yang akan

diteliti. Jika dipegang, lensa cembung bagian tengahnya lebih tebal dari

bagian pinggir, kalau lensa cekung bagian tengahnya lebih tipis dari

bagian pinggirnya.

Persamaan pada Lensa cembung dan lensa cekung:

Perbesarannya, M =|

Keterangan:

f : jarak fokus

s : jarak benda

jarak bayangan

Pada lensa cembung, titik fokus bernilai positif (sama seperti pada

cermin cekung), sedangkan pada lensa cekung, titik fokus bernilai negatif

(sama seperti pada cermin cembung).

5. Alat-alat Optik

a. Mata

Mata dalah alat optik manusia dan hewan lainnya. Mata

manusia terpasang pada tulang rongga mata dengan tiga pasang otot-

otot mata berfungsi untuk menggerakkan bola mata ke kiri, kanan, atas

dan bawah. Kornea adalah selaput yang bening yang tembus cahaya.

Iris atau selaput yang bening yang tembus cahaya. Iris atau selaput

pelangsi, merupakan bagian yang mempunyai warna di belakangruang

depan. Pupil pada tengah lensa dapat mengcil dan membesar. Satu

sumbu dengan pupil adalah lensa mata. Lensa tergantung pada otot-

otot polos yang berkontraksi sehingga lebih pipih atau lebih cembung.

1

Mata yang normal bayangan jatuh tepat di bintik kuning pada

retina. Berdasarkan jatuhnya bayangan pada retina, cacat mata

dibedakan menjadi miopi, hipermetropi, presbiopi dan astigmatisma.

b. Lup

Lup adalah alat yang digunakan untuk melihat atau mengamati

benda-benda yang kecil supaya tampak lebih besar dan jelas. Lup

merupakan lensa cembung yang diberi pegangan agar mudah

digunakan. Lup sering digunakan tukang saat memperbaiki arloji.

c. Kamera

Kamera adalah alat yang digunakan untuk membidik suatu objek

dan menyimpannya dalam bentuk film. Terdapat beragam bentuk

kamera ada kamera klasik yang membutuhkan flat film dan ada kamera

digital yang menyimpan film dalam bentuk file.

Kamera digital dan nondigital memiliki struktur yang berada di

bagian dalam namun memiliki kesamaan pada bagian lensa

pembidiknya. Lensa pembidik dari kamera inilah yang merupakan alat

optik saat membidik suatu objek. Objek dapat dibuat seperti ukuran

asli atau pun diperbesar dengan menggunakan zoom. Alat zoom pada

kamera merupakan serangkaian lensa cembung yang dapat diatur dan

diputar saat diperlukan.

d. Mikroskop

Pengamatan terhadap gejala alam dapat kita amati dengan mata

telanjang atau pun dengan menggunakan alat tertentu. Pengamatan

komponen biotik di laboratorium sering menggunakan alat yang kita

sebut sebagai mikroskop. Mikroskop merupakan alat yang didisain

untuk melihat objek kecil seperti sel atau bakteri.

e. Periskop

Digunakan untuk mengamati benda-benda di permukaan laut. Alat

ini pada umumnya untuk perlengkapan kapal selam.

E. Metode Pembelajaran

1

1. Pendekatan Pembelajaran : Scientific

2. Metode Pembelajaran : Ceramah, Diskusi-Presentasi

3. Model Pembelajaran : Konvensional

F. Media Pembelajaran

1. Media Pembelajaran

Power point

Worksheet atau lembar kerja siswa

Lembar penilaian

2. Bahan Pembelajaran

Laptop

LCD proyektor

Papan tulis dan Alat tulis

G. Sumber Belajar

c. Bagi Guru

Zubaidah, Siti, dkk. 2014. IPA SMP/Mts kelas VIII Buku Siswa. Jakarta:

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

d. Bagi Siswa

Zubaidah, Siti, dkk. 2014. IPA SMP/Mts kelas VIII Buku Siswa. Jakarta:

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

LKS Intan Pariwara Ilmu Pengetahuan Alam kelas VIII

H. Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan Ke-1 (2 x 40)

Tahap Kegiatan Waktu

Pendahuluan Kegiatan Pendahuluan Guru:

Orientasi

Melakukan pembukaan dengan salam

pembuka dan berdoa untuk memulai

pembelajaran

Memeriksa kehadiran peserta didik

sebagai sikap disiplin

10 menit

1

Menyiapkan fisik dan psikis peserta

didik dalam mengawali kegiatan

pembelajaran.

Apersepsi:

Mengaitkan materi/tema/kegiatan

pembelajaran yang akan dilakukan

dengan pengalaman peserta didik

dengan materi/tema/kegiatan

sebelumnya.

Mengajukan pertanyaan yang ada

keterkaitannya dengan pelajaran yang

akan dilakukan.

“Bagaimanakah posisi tangan

kananmu pada saat terlihat di cermin

datar pada saat kamu bercermin ?”

Motivasi:

Guru menanyakan kepada siswa

“apakah kalian pernah melihat

bayangan kalian dengan menggunakan

sendok?

Pemberian Acuan:

Memberitahukan materi pelajaran

yang akan dibahas pada pertemuan

saat itu.

Memberitahukan tentang kompetensi

inti, kompetensi dasar, indikator, dan

KBM pada pertemuan yang

berlangsung

Menjelaskan mekanisme pelaksanaan

pengalaman belajar sesuai dengan

langkah-langkah pembelajaran.

1

Kegiatan Inti

Guru memberikan soal Pre-test sebelum

dimulai pembelajaran mengenai cahaya

dan alat optik

Mengamati:

Siswa mengamati penjelasan materi

tentang sifat-sifat cahaya melalui slide

yang ada di depan.

Memberi kesempatan kepada siswa untuk

menyusun pertanyaan mengenai apa yang

sudah diamati berdasar slide proyektor

tersebut.

Menanya:

Guru menanya siswa mengenai materi

sifat-sifat cahaya yang sudah dilihat

melalui slide.

Mencoba:

Meminta siswa mengemukakan

pertanyaani tentang materi sifat-sifat

cahaya.

Menalar:

Siswa mendiskusikan hasil sifat-sifat

cahaya dengan teman sebangkunya

Mengkomunikasikan:

Siswa mempresentasikan hasil diskusi

bersama teman sebangku mengenai materi

sifat-sifat cahaya

50 Menit

Penutup Siswa dengan dibimbing oleh guru

menyimpulkan materi pembelajaran yang 20 Menit

1

dipelajari pada pertemuan ini.

Guru meminta siswa untuk menyampaikan

pertanyaan seputar materi pembelajaran,

apabila terdapat kebingungan dalam

memahami materi.

Mengagendakan projek yang harus

dipelajari pada pertemuan berikutnya di

luar jam sekolah atau dirumah.

Memberikan penghargaan kepada

kelompok yang memiliki kinerja dan

kerjasama yang baik.

Guru memberikan salam penutup.

Pertemuan Ke-2 (2 x 40)

Tahap Kegiatan Waktu

Pendahuluan Kegiatan Pendahuluan Guru:

Orientasi

Melakukan pembukaan dengan salam

pembuka dan berdoa untuk memulai

pembelajaran

Memeriksa kehadiran peserta didik

sebagai sikap disiplin.

Menyiapkan fisik dan psikis peserta

didik dalam mengawali kegiatan

pembelajaran.

Apersepsi:

Mengaitkan materi/tema/kegiatan

pembelajaran yang akan dilakukan

dengan pengalaman peserta didik

dengan materi/tema/kegiatan

sebelumnya.

15 menit

1

Mengajukan pertanyaan yang ada

keterkaitannya dengan pelajaran yang

akan dilakukan.

“Mengapa cermin pemantau di toko-

toko atau swalayan menggunakan

cermin cembung?”

Motivasi:

Guru menanyakan kepada siswa “Alat

apakah yang digunakan oleh siswa yang

bermata minus?”

Pemberian Acuan:

Memberitahukan materi pelajaran yang

akan dibahas pada pertemuan saat itu.

Guru menyampaikan tujuan dan manfaat

pembelajaran pada pertemuan ini.

Memberitahukan tentang kompetensi

inti, kompetensi dasar, indikator, dan

KBM pada pertemuan yang

berlangsung.

Menjelaskan mekanisme pelaksanaan

pengalaman belajar sesuai dengan

langkah-langkah pembelajaran.

Mengamati:

Siswa mengamati penjelasan materi

tentang pembentukan bayangan pada

cermin dan lensa melalui slide yang ada di

depan.

Memberi kesempatan kepada siswa untuk

menyusun pertanyaan mengenai apa yang

sudah diamati berdasar slide proyektor

50 Menit

1

tersebut.

Menanya:

Guru menanya siswa mengenai materi

pembentukan bayangan pada cermin dan

lensa yang sudah dilihat melalui slide.

Mencoba :

Siswa duduk dalam tatanan kelompok dan

menjelaskan kegiatan yang dilakukan

dengan mengenal karakter siswa.

Meminta siswa berdiskusi dan

membandingkan hasil diskusi tentang

materi pembentukan bayangan pada

cermin dan lensa.

Menalar:

Siswa mendiskusikan hasil pembentukan

bayangan pada cermin dan lensa.

Mengkomunikasikan:

Siswa mempresentasikan hasil diskusi

bersama teman sekelompok mengenai

materi pembentukan bayangan pada

cermin dan lensa.

Penutup

Siswa dengan didampingi oleh guru

menyimpulkan materi yang telah dipelajari

pada pertemuan ini.

Guru memberikan evaluasi akhir mengenai

materi alat optik.

Guru memberikan salam penutup.

15 Menit

Pertemuan ke 3 (2x 40 menit)

Tahap Kegiatan Waktu

1

Pendahuluan Kegiatan Pendahuluan Guru:

Orientasi

Melakukan pembukaan dengan salam

pembuka dan berdoa untuk memulai

pembelajaran

Memeriksa kehadiran peserta didik

sebagai sikap disiplin.

Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik

dalam mengawali kegiatan pembelajaran.

Apersepsi:

Mengaitkan materi/tema/kegiatan

pembelajaran yang akan dilakukan dengan

pengalaman peserta didik dengan

materi/tema/kegiatan sebelumnya.

Motivasi:

Guru bertanya kepada siswa “Alat apakah

yang digunakan oleh siswa yang bermata

minus?”

Pemberian Acuan:

Memberitahukan materi pelajaran yang

akan dibahas pada pertemuan saat itu.

Guru menyampaikan tujuan dan manfaat

pembelajaran pada pertemuan ini.

Memberitahukan tentang kompetensi inti,

kompetensi dasar, indikator, dan KBM

pada pertemuan yang berlangsung.

Menjelaskan mekanisme pelaksanaan

pengalaman belajar sesuai dengan

langkah-langkah pembelajaran.

15 menit

1

Mengamati:

Siswa mengamati penjelasan materi tentang

macam-macam alat optik

Memberi kesempatan kepada siswa untuk

menyusun pertanyaan mengenai apa yang

sudah diamati berdasar slide proyektor

tersebut.

Menanya:

Guru menanya siswa mengenai macam-

macam alat optik

Mencoba :

Meminta siswa mengemukakan pertanyaan

yang berhubungan dengan macam-macam

alat optik.

Menalar:

Siswa mendiskusikan dengan teman

sebangku tentang penerapan alat optik untuk

kehidupan sehari-hari

Mengkomunikasikan:

Siswa mempresentasikan hasil diskusi

bersama teman sebangku tentang penerapan

alat optik untuk kehidupan sehari-hari

20 Menit

Penutup

Siswa dengan didampingi oleh guru

menyimpulkan materi yang telah dipelajari

pada pertemuan ini.

Guru memberikan evaluasi akhir mengenai

materi alat optik.

Guru memberikan soal Post-test.

Guru memberikan salam penutup usai siswa

mengerjakan soal Post-test.

45 Menit

1

1

1

Lampiran 8

DAFTAR SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 3 GETASAN

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

KELAS KONTROL

No Nama Siswa Kode Siswa

1 Ade Rizal K-01

2 Ali Nur R K-02

3 Andri W K-03

4 Anggar Wisnu K-04

5 Arga K-05

6 Arkhelaus Raya K-06

7 Choirul Anwar K-07

8 Danang A. S K-08

9 Della Pramesti K-09

10 Dinda K-10

11 Eda Devi A K-11

12 Feri Yulianto K-12

13 Gilang R K-13

14 Hidayat Danu W K-14

15 Ilham Yusuf M K-15

16 Kharisma Dhiya K-16

17 Lanang Adi W K-17

18 Maulina Dwi A K-18

19 Nur Rohman K-19

20 Paryudi K-20

21 Pujiyati K-21

22 Putra Sebtiawan K-22

23 Rizqi Febriyanti K-23

24 Semiyati K-24

25 Solekah Novia K-25

26 Supriati K-26

27 Suryono Nurul F K-27

1

DAFTAR SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 3 GETASAN

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

KELAS EKSPERIMEN

No Nama Siswa Kode Siswa

1 Alya Marta S E-01

2 Andi Setiawan E-02

3 Arif Eko P E-03

4 Budi Cahyono E-04

5 Danang E-05

6 David Rikky F E-06

7 Dediy Setiawan E-07

8 Devi Utmania E-08

9 Dian Nur Sagita E-09

10 Dista Fitria A E-10

11 Fais Noor Rizky E-11

12 Galang R E-12

13 Henik Devi R E-13

14 Imam Habi B E-14

15 Khuswatun K E-15

16 M Abdul Kharim E-16

17 M Faturohim K E-17

18 Ridho Maulana E-18

19 Riska Alviani E-19

20 Rista Agus W E-20

21 Rohmat W E-21

22 Roni Yanuar N K E-22

23 Rudi Cahyono E-23

24 Sari Mulyati E-24

25 Sriyono E-25

26 Sulastri E-26

27 Tegar Suwito E-27

28 Tika Septiani E-28

1

DAFTAR SISWA KELAS IX-C SMP NEGERI 3 GETASAN

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

KELAS UJI COBA

No Nama Siswa

Kode Siswa

1 Agus Triya Wulandari U-01

2 Andriei Setya Budi U-02

3 Anis Cahyani U-03

4 Bintang U-04

5 Catur Rizki Nanda S U-05

6 Dani Ferdian Eka S U-06

7 Dimas Sandi M R U-07

8 Diyah Prajna Olivia U-08

9 Ema Fani Sefiyani U-09

10 Endi Siswoko U-10

11 Erika Septia K S U-11

12 Fani Widya A U-12

13 Fauzan Eko S U-13

14 Hasan Askari U-14

15 Maya Septa A U-15

16 Noviyanto U-16

17 Putri Oktavia H U-17

18 Ragil Wahyu Widodo U-18

19 Rahmat Eko U-19

20 Rini N U-20

21 Rohmah Hidayanti U-21

22 Ruwanto U-22

23 Titik Yuliati U-23

24 Wahyu Aji Sutanto U-24

1

Lampiran 9

` Kisi-kisi Soal Uji Coba Kemampuan Berpikir Kreatif

Kompetensi

Dasar

Indikator Soal Tujuan yang ingin dicapai Ranah

Kognitif

dan Nomor

Soal

6.3 Menyelidiki

sifat-sifat

cahaya dan

hubungannya

dengan

berbagai

bentuk

cermin dan

lensa

1. Menggali penerapan dari sebuah

cermin

2. Menjelaskan sifat bayangan

cermin datar

3. Menghitung letak bayangan dari

cermin cembung

4. Menjelaskan sifat bayangan yang

dibentuk oleh cermin cekung

5. Menyebutkan perbedaan cermin

cekung dan cembung

6. Menghitung letak, perbesaran

bayangan

7. Menunjukkan letak fokus pada

lensa

8. Menganalisis masalah dari

penglihatan kabur

9. Menganalisis sifat bayangan.

10. Menunjukkan jarak fokus lensa

1. Siswa dapat menentukan jenis

cermin

2. Siswa dapat menentukan sifat

bayangan cermin datar

3. Siswa dapat menghitung letak

dari cermin cembung

4. Siswa dapat menentukan sifat

bayangan cermin cekung

5. Siswa dapat menentukan

perbedaan antara cermin

cekung dan cembung

6. Siswa dapat menghitung letak,

perbesaran bayangan

7. Siswa dapat menganalisis

fokus lensa

8. Siswa dapat menyintesis

masalah dari penglihatan kabur

9. Siswa dapat menganalisis sifat

bayangan

10. Siswa dapat menganalisis

jarak fokus lensa

C1 (2, 4, 5,

12, 13, 14,

15)

C2 (1, 10)

C3 (3, 6, 7)

C4 (8, 9)

C5 (11)

6.4

Mendeskripsi

kan alat-alat

optik dan

penerapannya

dalam

kehidupan

sehari-hari

11. Mengkreasikan suatu barang

yang berkaitan dengan alat optik

12. mengidentifikasi cacat mata dan

cara mengatasinya

13. Menjelaskan tetang lup

14. Mengidentifikasi bayangan

tegak dan perbesaran lup

15. Menyebutkan bagian mikroskop

11. Siswa dapat Mengkreasikan

suatu barang yang berkaitan

dengan alat optik

12. Siswa dapat mengidentifikasi

cacat mata dan cara

mengatasinya

13. Siswa dapat menjelaskan

tetang lup

14. Siswa dapat mengidentifikasi

bayangan tegak dan perbesaran

lup

15. Siswa dapat menyebutkan

bagian mikroskop

1

Tabel Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

No. Konsep Indikator Kompetensi Siswa Indikator Berpikir

Kreatif

1. Jenis cermin 1. Menggali penerapan dari sebuah

cermin Kelancaran

2. Sifat bayangan

cermin datar

2. Menjelaskan sifat bayangan

cermin datar

Kelancaran

3.

Menghitung letak

bayangan dari

cermin cembung

3. Menghitung letak bayangan dari

cermin cembung Keaslian

4.

Sifat bayangan

yang dibentuk oleh

cermin cekung

4. Menjelaskan sifat bayangan yang

dibentuk oleh cermin cekung Kelancaran

5.

Perbedaan cermin

cekung dan

cembung

5. Menyebutkan perbedaan cermin

cekung dan cembung Kelancaran

6. Menghitung letak,

perbesara bayangan

6. Menghitung letak, perbesaran

bayangan

Keaslian

7. Fokus lensa 7. Menunjukkan letak fokus pada

lensa Keluwesan

8. Masalah dari

penglihatan kabur

8. Menganalisis masalah dari

penglihatan kabur Keluwesan

9. Sifat bayangan 9. Menganalisis sifat bayangan

Keluwesan

10. Jarak fokus lensa 10. Menunjukkan jarak fokus lensa

Keluwesan

11. Alat optic 11. Mengkreasikan suatu barang

yang berkaitan dengan alat optic Elaborasi

12. Mengatasi cacat

mata

12. mengidentifikasi cacat mata dan

cara mengatasinya Kelancaran

13. Lup 13. Menjelaskan tetang lup

Kelancaran

14. Bayangan tegak dan

perbesaran lup

14. Mengidentifikasi bayangan tegak

dan perbesaran lup Kelancaran

15. Mikroskop 15. Menyebutkan bagian mikroskop

Kelancaran

1

Lampiran 10

Nama : Hari/Tanggal :

Mata Pelajaran : IPA Alokasi Waktu: 40 menit

Kelas : Materi : Cahaya dan Alat Optik

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat !

1. Mengapa cermin yang dipakai sebagai spion sepeda motor atau mobil merupakan cermin

cembung?

Jawab : ................................................................................................................

.............................................................................................................................

2. Jelaskan sifat bayangan yang dihasilkan oleh cermin datar!

Jawab : .................................................................................................................

.............................................................................................................................

3. Sebuah benda setinggi 6 cm diletakkan 25 cm di depan cermin cembung yang jarak

fokusnya 10 cm. Tentukan letak bayangan pada cermin tersebut!

Jawab : ................................................................................................................

.............................................................................................................................

4. Jelaskan sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung berdasarkan posisi benda di

depan cermin!

Jawab:..................................................................................................................

.............................................................................................................................

5. Sebutkan perbedaan antara sifat cermin cekung dan cermin cembung!

Jawab:..................................................................................................................

.............................................................................................................................

6. Sebuah benda terletak 15 cm di depan lensa cembung dengan jarak fokus 10 cm. Tentukan

letak bayangan lensa tersebut!

Jawab: .................................................................................................................

.............................................................................................................................

7. Sebuah lensa mempunyai fokus 20 cm. Pada jarak berapakah sebuah benda harus di

letakkan agar mengalami perbesaran 2 kali ukuran sebenarnya?

Jawab: .................................................................................................................

.............................................................................................................................

8. Beni memiliki penglihatan normal, kemudian dia mencoba kacamata udin yang berlensa

negatif. Ternyata, penglihatan beni menjadi kabur. Mengapa hal ini terjadi?

Jawab:...................................................................................................................

..............................................................................................................................

9. Di sudut-sudut jalan yang berbelok, terkadang sering terpasang sebuah cermin untuk

mengetahui kendaraan yang datang dari arah yang berlawanan.

1

Bagaimana sifat bayangan yang terlihat pada cermin?

Jawab:..................................................................................................................

.............................................................................................................................

10. Seseorang menderita rabun jauh memiliki titik jauh 200 cm. Ia ingin melihat benda-benda

yang sangat jauh (pada jarak tak terhingga) dengan jelas. Berapa jarak fokus lensa

kacamata yang harus digunakan?

Jawab:..................................................................................................................

.............................................................................................................................

11. Rafi memiliki sebuah bola lampu bekas. Bola lampu bekas tersebut merupakan salah satu

jenis benda yang terbuat dari kaca bening dan berbentuk cembung.

a. Bagaimana gambar desain lup sederhana yang akan rafi buat dari sebuah lampu bekas?

b. Bagaimana langkah-langkah membuat lampu sederhana tersebut?

Jawab:....................................................................................................................

...............................................................................................................................

12. Mata merupakan alat optik bagi kita. Apabila mata mengalami gangguan penglihat maka

mata akan mengalami cacat mata. Sebutkan cacat mata apa saja yang anda ketahui dan

bagaimana cara untuk mengatasinya cacat mata tersebut!

Jawab:.................................................................................................................

.............................................................................................................................

13. Jelaskan pengertian dari lup!

Jawab:................................................................................................................

............................................................................................................................

14. Mengapa untuk menghasilkan bayangan yang tegak dan diperbesar pada lup, benda harus

diletakkan di antara F dan O? bagaimana jika benda diletakkan lebih jauh dari F?

Jawab:...................................................................................................................

..............................................................................................................................

15. Sebutkan lensa yang digunakan dalam mikroskop dan jelaskan letak lensa tersebut!

Jawab:....................................................................................................................

...............................................................................................................................

1

Lampiran 11

Kunci Jawaban Soal Uji Coba

Sekolah : SMP Negeri 3 Getasan Alokasi Waktu :

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Jumlah Soal :

Kelas : VIII Penyusun : Hayi’ Q.R

Indikator Soal Soal Jawaban

16. Menggali

penerapan dari sebuah

cermin

17. Menjelaskan sifat

bayangan cermin

datar

18. Menghitung letak

bayangan dari cermin

cembung

19. Menjelaskan sifat

bayangan yang

dibentuk oleh cermin

cekung

20. Menyebutkan

perbedaan cermin

cekung dan cembung

21. Menunjukkan

letak fokus pada lensa

22. Menghitung

letak, perbesaran

bayangan

23. Menganalisis masalah

dari penglihatan kabur

24. Menganalisis sifat

bayangan

25. Menunjukkan jarak

1. Mengapa cermin yang

dipakai sebagai spion

sepeda motor atau mobil

merupakan cermin

cembung?

2. Jelaskan sifat bayangan

yang dihasilkan oleh

cermin datar!

3. Sebuah benda setinggi 6

cm diletakkan 25 cm di

depan cermin cembung

yang jarak fokusnya 10 cm.

Tentukan letak bayangan

pada cermin tersebut!

4. Jelaskan sifat bayangan

yang dibentuk oleh cermin

cekung berdasarkan posisi

benda di depan cermin!

5. Sebutkan perbedaan antara

sifat cermin cekung dan

cermin cembung

6. Sebuah benda terletak 15

cm di depan lensa cembung

dengan jarak fokus 10 cm.

Tentukan letak bayangan

lensa tersebut

7. Sebuah lensa mempunyai

fokus 20 cm. Pada jarak

berapakah sebuah benda

harus di letakkan agar

1. Ada dua alasan yaitu:

a. Bayangan yang dibentuk oleh

cermin cembung selalu maya

dan di perkecil. Akibatnya,

supir atau pengendara dapat

melihat keadaan di belakang

kendaraannya secara utuh

dengan baik

b. Cermin cembung memberikan

sudut pandangan yang lebih

luas daripada cermin datar

sehingga hampir semua benda

yang berada di belakang

kendaraan tampak dari cermin

(spion)

2. Tegak seperti benda, bayangan

bersifat maya, sama besar dengan

benda, jarak bayangan ke cermin

sama dengan jarak benda ke cermin.

3. Diketahui:

h = 6 cm

s = 25 cm (di depan cermin)

f = -10

Ditanya:

s´ .....?

jawab:

Letak bayangan ( )

+

=

1

fokus lensa mengalami perbesaran 2

kali ukuran sebenarnya?

8. Beni memiliki penglihatan

normal, kemudian dia

mencoba kacamata udin

yang berlensa negatif.

Ternyata, penglihatan beni

menjadi kabur. Mengapa hal

ini terjadi?

9. Di sudut-sudut jalan yang

berbelok, terkadang sering

terpasang sebuah cermin

untuk mengetahui

kendaraan yang datang

dari arah yang berlawanan.

Bagaimana sifat bayangan

yang terlihat pada cermin?

10. Seseorang menderita rabun

jauh memiliki titik jauh 200

cm. Ia ingin melihat benda-

benda yang sangat jauh

(pada jarak tak terhingga)

dengan jelas. Berapa jarak

fokus lensa kacamata yang

harus digunakan?

=

-

=

-

=

= -7,14 cm

4. Pada O < s < f : maya, tegak,

diperbesar

Pada f < s < 2f : nyata, terbalik,

diperbesar

Pada s > 2f : nyata, terbalik,

diperkecil

Pada s = f : bayangan terbentuk tak

terhingga

Pada s = 2f :nyata, terbalik, sama

besar

5. Cermin cekung bersifat konvergen

sedangkan cermin cembung bersifat

divergen.

6. Diketahui:

s = 15 cm

f = 10 cm

Ditanya:

s´......?

Jawab:

Letak bayangan (s´)

+

=

=

-

=

s´ = -30 cm

7. Diketahui:

f = 20 cm

M = 2 kali

Ditanya: s ......?

Jawab:

M =

Maka, 2 =

Sehingga s´ = 2s

1

s = 30 cm

8. Lensa mata beni yang

berpenglihatan normal dapat

membentuk bayangan tepat pada

retina. Oleh karena itu, dia tidak

membutuhkan kacamata agar

dapat melihat benda dengan jelas.

Berbeda dengan udin, bayangan

yang di bentuk oleh lensa mata

udin jatuh di depan retina karena

dia menderita rabun dekat

(hipermetropi). Dengan kondisi

yang demikian udin membutuhkan

lensa mata negatif (cekung) agar

bayangan yang dihasilkan dapat

jatuh tepat pada retina sehingga

dia dapat melihat benda dengan

jelas. Penglihatan beni menjadi

kabur ketika memakai kacamata

udin karena dengan adanya lensa

tambahan (kacamata) akan

menyebabkan bayangan benda

tidak dapat jatuh tepat pada retina.

9. Sifat bayangan yang terlihat pada

cermin adalah maya, diperkecil,

tegak

10. Diketahui:

s´ = -200 cm (bayangan di depan

lensa

s = ~

Ditanya:

f ......?

Jawab:

Jarak fokus (f)

1

f = -200 cm

1. Mengkreasikan

suatu barang yang

berkaitan dengan

alat optik

2. mengidentifikasi

cacat mata dan cara

mengatasinya

3. Menjelaskan tetang

lup

4. Mengidentifikasi

bayangan tegak dan

perbesaran lup

5. Menyebutkan

bagian mikroskop

11. Rafi memiliki sebuah bola

lampu bekas. Bola lampu

bekas tersebut merupakan

salah satu jenis benda yang

terbuat dari kaca bening

dan berbentuk cembung.

c. Bagaimana gambar

desain lup sederhana

yang akan rafi buat

dari sebuah lampu

bekas?

d. Bagaimana langkah-

langkah membuat

lampu sederhana

tersebut?

12. Mata merupakan alat optik

bagi kita. Apabila mata

mengalami gangguan

penglihat maka mata akan

mengalami cacat mata.

Sebutkan cacat mata apa

saja yang anda ketahui dan

bagaimana cara untuk

mengatasinya cacat mata

tersebut !

13. Jelaskan pengertian dari

lup!

14. Mengapa untuk

menghasilkan bayangan

yang tegak dan diperbesar

pada lup, benda harus

diletakkan di antara F dan

O? bagaimana jika benda

diletakkan lebih jauh dari

F?

15. Sebutkan lensa yang

digunakan dalam

mikroskop dan jelaskan

letak lensa tersebut!

11. Siswa dapat:

a. Menggambarkan dan

menyebutkan nama bagian-

bagiannya.

b. buka penutup lampu pada

bagian bawah, keluarkan isi

dari bolalampu, isi bola lampu

dengan air, tutup lampu

bagian bawah dengan penutup

buatan.

12. Rabun jauh (miopia),

Presbiopi, Astigmatisme.

13. Lup atau kaca pembesar adalah alat

optik dari lensa cembung yang

dibuat untuk melihat benda-benda

berukuran kecil.

14. Agar mendapat bayangan yang

sebesar-besarnya. Bayangan akan

berada di jauh tak hingga.

15. Mikroskop terdiri dari dua lensa

yaitu lensa objektif dan lensa

okuler. Lensa objektif berhadapan

dengan objek yang diamati,

sedangkan lensa okuler berhadapan

dengan mata pengamat.

1

Lampiran 12

Rubrik Kemampuan Berpikir Kreatif

Nilai Deskripsi

6

Semua konsep benar, jelas dan spesifik.

Semua uraian jawaban benar, jelas dan spesifik, didukung oleh alasan yang kuat,

benar, argument jelas.

Alur berpikir baik, semua konsep saling berkaitan dan terpadu.

Tata bahasa baik dan benar.

Semua aspek nampak, bukti baik dan seimbang.

Menyebutkan semua uraian dari pertanyaan.

5

Semua konsep benar, jelas dan spesifik.

Semua uraian jawaban benar, jelas dan spesifik, didukung oleh alasan yang kuat,

benar, argument jelas.

Alur berpikir baik, semua konsep saling berkaitan dan terpadu.

Tata bahasa baik dan benar.

Semua aspek nampak, bukti baik dan seimbang.

4

Sebagian besar konsep benar, jelas namun kurang spesifik.

Sebagian besar uraian jawaban benar, jelas, namun kurang spesifik.

Alur berpikir baik, sebagian konsep saling berkaitan dan terpadu.

Tata bahasa baik dan benar, ada kesalahan kecil.

Semua aspek nampak, namun belum seimbang.

3

Sebagian kecil konsep benar dan jelas.

Sebagian kecil uraian jawaban benar dan jelas namun alasan dan argumen tidak

jelas.

Alur berpikir cukup baik, sebagian kecil saling berkaitan.

Tata bahasa cukup baik, ada kesalahan pada ejaan.

Sebagian besar aspek yang nampak benar.

2 Konsep kurang fokus atau berlebihan atau meragukan.

1

Uraian jawaban tidak mendukung.

Alur berpikir kurang baik, konsep tidak saling berkaitan.

Tata bahasa baik, kalimat tidak lengkap.

Sebagian kecil aspek yang nampak benar.

1

Semua konsep tidak benar atau tidak mencukupi.

Alasan tidak benar.

Alur berpikir tidak baik.

Tata bahasa tidak baik.

Secara keseluruhan aspek tidak mencukupi.

0 Tidak ada jawaban atau jawaban salah

Rubrik Penilaian Soal Uji Coba

Ranah

Kognitif

No.

Soal Tujuan Pembelajaran Skor Aspek yang diamati

(C2)

1 Menentukan jenis

cermin

4 - Mampu memberi pendapat dari

berbagai jenis cermin.

- Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dengan

dua alasan dengan benar dan

runtut.

3 - Mampu memberi pendapat dari

berbagai jenis cermin.

- Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dengan

dua alasan secara tidak lengkap.

2 - Mampu memberi pendapat dari

berbagai jenis cermin.

1

- Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dengan

satu alasan dengan benar.

1 - Tidak mampu memberi

pendapat dari berbagai jenis

cermin.

- Bahasa yang digunakan tidak

jelas.

0 - Tidak ada jawaban

(C1)

2 Menjelaskan sifat

bayangan

4 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan empat

alasan dengan benar dan runtut.

3 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan tiga alasan

dengan benar.

2 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dua alasan

dengan benar.

1 - Bahasa yang digunakan tidak

jelas.

- Mampu menyebutkan satu alasan

dengan benar.

0 - Tidak ada jawaban

(C3)

3 5 - Menyelesaikan soal dengan

menuliskan diketahui, ditanya,

dan menjawab semua pertanyaan

dengan benar.

4 - Menyelesaikan soal dengan

menuliskan diketahui, ditanya,

dan menjawab semua pertanyaan

1

dengan tidak tepat.

3 - Menyelesaikan soal dengan

menuliskan diketahui, ditanya,

dan menjawab satu pertanyaan

dari dua pertanyaan dengan

benar.

2 - Menyelesaikan soal dengan

menuliskan diketahui, ditanya,

dengan benar, tetapi jawaban

salah.

1 - Menyelesaikan soal dengan

menuliskan diketahui, ditanya,

dan menjawab salah.

0 - Tidak ada jawaban

(C1)

4 5 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan lima

alasan dengan benar dan runtut.

4 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan empat

alasan dengan benar dan runtut.

3 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan tiga alasan

dengan benar.

2 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dua alasan

dengan benar.

1 - Bahasa yang digunakan tidak

jelas.

- Mampu menyebutkan satu alasan

dengan benar.

1

0 - Tidak ada jawaban

(C1)

5 Membedakan sifat

cermin

4 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dengan

dua alasan dengan benar dan

runtut.

3 - Mampu memberi pendapat dari

berbagai jenis cermin.

- Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dengan

dua alasan secara tidak lengkap.

2 - Mampu memberi pendapat dari

berbagai jenis cermin.

- Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dengan

satu alasan dengan benar.

1 - Tidak mampu memberi

pendapat dari berbagai jenis

cermin.

- Bahasa yang digunakan tidak

jelas.

0 - Tidak ada jawaban

(C3)

6 Menghitung letak

bayangan

5 - Menyelesaikan soal dengan

menuliskan diketahui, ditanya,

dan menjawab semua pertanyaan

dengan benar.

4 - Menyelesaikan soal dengan

menuliskan diketahui, ditanya,

dan menjawab semua pertanyaan

dengan tidak tepat.

3 - Menyelesaikan soal dengan

1

menuliskan diketahui, ditanya,

dan menjawab satu pertanyaan

dari dua pertanyaan dengan

benar.

2 - Menyelesaikan soal dengan

menuliskan diketahui, ditanya,

dengan benar, tetapi jawaban

salah.

1 - Menyelesaikan soal dengan

menuliskan diketahui, ditanya,

dan menjawab salah.

0 - Tidak ada jawaban

(C3)

7 Analisis perbesaran

lensa

4 - Menyelesaikan soal dengan

menuliskan diketahui, ditanya,

dan menjawab semua pertanyaan

dengan tidak tepat.

3 - Menyelesaikan soal dengan

menuliskan diketahui, ditanya,

dan menjawab satu pertanyaan

dari dua pertanyaan dengan

benar.

2 - Menyelesaikan soal dengan

menuliskan diketahui, ditanya,

dengan benar, tetapi jawaban

salah.

1 - Menyelesaikan soal dengan

menuliskan diketahui, ditanya,

dan menjawab salah.

0 - Tidak ada jawaban

4 - Bahasa yang digunakan jelas.

1

(C4) 8 Menganalisis masalah

dari penglihatan kabur

- Mampu menyebutkan dengan

dua alasan dengan benar dan

runtut.

3 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dengan

dua alasan secara tidak lengkap.

2 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dengan

satu alasan dengan benar.

1 - Tidak mampu memberi

pendapat dari berbagai jenis

cermin.

- Bahasa yang digunakan tidak

jelas.

0 - Tidak ada jawaban

(C4) 9 Menjelaskan sifat

bayangan

3 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan tiga alasan

dengan benar.

2 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dua alasan

dengan benar.

1 - Bahasa yang digunakan tidak

jelas.

- Mampu menyebutkan satu alasan

dengan benar.

0 - Tidak ada jawaban

(C2) 10 Menghitung jarak fokus

lensa

4 - Menyelesaikan soal dengan

menuliskan diketahui, ditanya,

dan menjawab semua pertanyaan

1

dengan benar.

3 - Menyelesaikan soal dengan

menuliskan diketahui, ditanya,

dan menjawab semua pertanyaan

dengan tidak tepat.

2 - Menyelesaikan soal dengan

menuliskan diketahui, ditanya,

dan menjawab satu pertanyaan

dari dua pertanyaan dengan

benar.

1 - Menyelesaikan soal dengan

menuliskan diketahui, ditanya,

dan menjawab salah.

0 - Jika tidak menjawab

(C5) 11 Cara membuat lup

sederhana

6 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dengan

dua alasan dengan benar dan

runtut.

- Mampu menggambar lup dari

bolham beserta nama bagian-

bagiannya.

5 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dengan

dua alasan dengan benar dan

runtut.

- Mampu menggambar lup dari

bolham beserta nama bagian-

bagiannya akan tetapi kurang

lengkap.

4 - Bahasa yang digunakan jelas.

1

- Mampu menyebutkan dengan

dua alasan dengan benar.

- Mampu menggambar lup dari

bolham beserta nama bagian-

bagiannya akan tetapi kurang

lengkap.

3 - Bahasa yang digunakan kurang

jelas.

- Mampu menyebutkan dengan

satu alasan dengan benar.

- Mampu menggambar lup dari

bolham beserta nama bagian-

bagiannya akan tetapi kurang

lengkap.

2 - Bahasa yang digunakan kurang

jelas.

- Mampu menyebutkan dengan

satu alasan dengan benar.

1 - Bahasa yang digunakan kurang

jelas.

- Mampu menyebutkan dengan

satu alasan kurang tepat.

0 - Tidak ada jawaban

(C1) 12 Menyebutkan jenis

cacat mata

3 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan tiga alasan

dengan benar.

2 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dua alasan

dengan benar.

1 - Bahasa yang digunakan tidak

1

jelas.

- Mampu menyebutkan satu alasan

dengan benar.

0 - Tidak ada jawaban

(C1) 13 Pengertian lup 3 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan tiga alasan

dengan benar.

2 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dua alasan

dengan benar.

1 - Bahasa yang digunakan tidak

jelas.

- Mampu menyebutkan satu alasan

dengan benar.

0 - Tidak ada jawaban

C1 14 Bayangan pada Lup 2 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dua alasan

dengan benar.

1 - Bahasa yang digunakan tidak

jelas.

- Mampu menyebutkan satu alasan

dengan benar.

0 - Tidak ada jawaban

Analisis

(C1) 15 Menjelaskan macam

lensa

4 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dengan

dua alasan dengan benar dan

runtut.

3 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dengan

1

dua alasan secara tidak lengkap.

2 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dengan

satu alasan dengan benar.

1 - Tidak mampu memberi

pendapat dari berbagai jenis

cermin.

- Bahasa yang digunakan tidak

jelas.

0 - Tidak ada jawaban

Skor Maksimal : 60

Teknik Penskoran : Skor =

x 100

Keterangan:

Skor = Nilai yang diharapkan (dicari)

R = Jumlah skor yang diperoleh

N = Jumlah total skor maksimal

Penilaian

Penilaian Pengetahuan (Kognitif)

1) Teknik : Tes tertulis

2) Bentuk Instrumen : tes essay

Kriteria Penilaian

Penilaian Pengetahuan (Kognitif)

Apabila jawaban benar, jelas dan dijelaskan secara spesifik dan runtut maka skor 6.

Apabila jawaban benar, jelas dan spesifik maka skor 5.

Apabila jawaban benar, jelas namun kurang spesifik maka skor 4.

Apabila jawaban benar namun alasan dan argumen tidak jelas maka skor 3.

Apabila jawaban tidak mendukung maka skor 2.

Apabila jawaban tanpa alasan yang benar maka skor 1.

1

Apabila jawaban salah atau tidak ada jawaban maka skor 0.

Persentase hasil =

x 100 %

Tabel Klasifikasi Kemampuan Berpikir Kritis siswa berdasarkan persentase

skor perolehan siswa

Poin Kriteria

80,1 – 100 Sangat tinggi

60,1 – 80 Tinggi

40,1 – 60 Sedang

20,1 – 40 Rendah

0,0 – 20 Sangat Rendah

1

Lampiran 13

Hasil Uji Coba Soal IPA Materi Cahaya dan Alat Optik Kelas IX-C

No Kode Siswa

Nilai Uji Coba

1 U-01 45

2 U-02 48

3 U-03 47

4 U-04 53

5 U-05 52

6 U-06 55

7 U-07 53

8 U-08 48

9 U-09 47

10 U-10 47

11 U-11 47

12 U-12 47

13 U-13 45

14 U-14 42

15 U-15 43

16 U-16 47

17 U-17 47

18 U-18 50

19 U-19 35

20 U-20 45

21 U-21 40

22 U-22 42

23 U-23 38

24 U-24 42

Jumlah 1103

Mean 46

Median 47

1

Lampiran 14

Hasil Validitas Uji Coba Soal

Nomor

Soal

rhitung rtabel

Keterangan

1 0.607 0,404 Valid

2 0.495 0,404 Valid

3 0,066 0,404 Tidak Valid

4 0,095 0,404 Tidak Valid

5 0,677 0,404 Valid

6 0,421 0,404 Valid

7 0,249 0,404 Tidak Valid

8 0,422 0,404 Valid

9 0,494 0,404 Valid

10 0,100 0,404 Tidak Valid

11 0,685 0,404 Valid

12 0,453 0,404 Valid

13 0,527 0,404 Valid

14 -0,115 0,404 Tidak Valid

15 0,438 0,404 Valid

1

Lampiran 15

Hasil Reliabilitas Uji Coba Soal

Nomor

Soal

Cronbach‟s Alpha Tingkat Reliabel

1 0.472 Cukup Reliabel

2 0.509 Cukup Reliabel

3 0.615 Reliabel

4 0.588 Cukup Reliabel

5 0.465 Cukup Reliabel

6 0.535 Cukup Reliabel

7 0.570 Cukup Reliabel

8 0.529 Cukup Reliabel

9 0.510 Cukup Reliabel

10 0.571 Cukup Reliabel

11 0.479 Cukup Reliabel

12 0.514 Cukup Reliabel

13 0.508 Cukup Reliabel

14 0.628 Reliabel

15 0.536 Cukup Reliabel

1

Lampiran 16

Hasil Tingkat Kesukaran Uji Coba Soal

Nomor

Soal

rhitung Tingkat Kesukaran

1 0,736 Mudah

2 0,903 Mudah

3 0,486 Sedang

4 0,431 Sedang

5 0,556 Sedang

6 0.514 Sedang

7 0,847 Mudah

8 0,389 Sedang

9 0,583 Sedang

10 0,708 Mudah

11 0,611 Sedang

12 0,806 Mudah

13 0,611 Sedang

14 0,472 Sedang

15 0,569 Sedang

1

Lampiran 17

Hasil Uji Beda Butir Soal

Nomor

Soal

rhitung Daya Beda

1 0.607 Baik

2 0.495 Baik

3 0.066 Buruk

4 0.095 Buruk

5 0.677 Baik

6 0.421 Baik

7 0.249 Cukup

8 0.422 Baik

9 0.494 Baik

10 0.100 Buruk

11 0.685 Baik

12 0.453 Baik

13 0.527 Baik

14 -0.115 Buruk

15 0.438 Baik

1

Lampiran 18

Nama : Hari/Tanggal :

Mata Pelajaran : IPA Alokasi Waktu: 30 menit

Kelas : Materi : Cahaya dan Alat Optik

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat !

1. Mengapa cermin yang dipakai sebagai spion sepeda motor atau mobil merupakan cermin

cembung?

Jawab:....................................................................................................................................

2. Jelaskan sifat bayangan yang dihasilkan oleh cermin datar!

Jawab:....................................................................................................................................

3. Sebutkan perbedaan antara sifat cermin cekung dan cermin cembung!

Jawab:....................................................................................................................................

4. Sebuah benda terletak 15 cm di depan lensa cembung dengan jarak fokus 10 cm. Tentukan

letak bayangan lensa tersebut!

Jawab:....................................................................................................................................

5. Beni memiliki penglihatan normal, kemudian dia mencoba kacamata udin yang berlensa

negatif. Ternyata, penglihatan beni menjadi kabur. Mengapa hal ini terjadi?

Jawab:....................................................................................................................................

6. Di sudut-sudut jalan yang berbelok, terkadang sering terpasang sebuah cermin untuk

mengetahui kendaraan yang datang dari arah yang berlawanan.

Bagaimana sifat bayangan yang terlihat pada cermin?

Jawab:....................................................................................................................................

7. Rafi memiliki sebuah bola lampu bekas. Bola lampu bekas tersebut merupakan salah satu

jenis benda yang terbuat dari kaca bening dan berbentuk cembung.

a. Bagaimana gambar desain lup sederhana yang akan Rafi buat dari sebuah lampu

bekas?

b. Bagaimana langkah-langkah membuat lampu sederhana tersebut?

Jawab:......................................................................................................................................

8. Mata merupakan alat optik bagi kita. Apabila mata mengalami gangguan penglihat maka

mata akan mengalami cacat mata. Sebutkan cacat mata apa saja yang anda ketahui dan

bagaimana cara untuk mengatasinya cacat mata tersebut!

Jawab:.......................................................................................................................................

9. Jelaskan pengertian dari lup!

Jawab:.......................................................................................................................................

10. Sebutkan lensa yang digunakan dalam mikroskop dan jelaskan letak lensa tersebut!

Jawab:.......................................................................................................................................

1

Lampiran 19

Kunci Jawaban Soal Pre-Posttest

Sekolah : SMP Negeri 3 Getasan Alokasi Waktu:

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Jumlah Soal :

Kelas : VIII Penyusun : Hayi’ Q.R

Indikator Soal Soal Jawaban

1. Menggali penerapan dari

sebuah cermin

2. Menjelaskan sifat

bayangan cermin datar

3. Menyebutkan perbedaan

cermin cekung dan

cembung

4. Menunjukkan letak

fokus pada lensa

5. Menganalisis masalah

dari penglihatan kabur

6. Menganalisis sifat

bayangan

1. Mengapa cermin yang

dipakai sebagai spion

sepeda motor atau mobil

merupakan cermin

cembung?

2. Jelaskan sifat bayangan

yang dihasilkan oleh

cermin datar!

3. Sebutkan perbedaan antara

sifat cermin cekung dan

cermin cembung

4. Sebuah benda terletak 15

cm di depan lensa

cembung dengan jarak

fokus 10 cm. Tentukan

letak bayangan lensa

tersebut

5. Beni memiliki penglihatan

normal, kemudian dia

mencoba kacamata udin

yang berlensa negatif.

Ternyata, penglihatan beni

menjadi kabur. Mengapa hal

ini terjadi?

6. Di sudut-sudut jalan yang

berbelok, terkadang sering

terpasang sebuah cermin

untuk mengetahui

kendaraan yang datang

dari arah yang berlawanan.

1. Ada dua alasan yaitu:

c. Bayangan yang

dibentuk oleh cermin

cembung selalu maya

dan di perkecil.

Akibatnya, supir atau

pengendara dapat

melihat keadaan di

belakang

kendaraannya secara

utuh dengan baik

d. Cermin cembung

memberikan sudut

pandangan yang lebih

luas daripada cermin

datar sehingga hampir

semua benda yang

berada di belakang

kendaraan tampak

dari cermin (spion)

2. Tegak seperti benda,

bayangan bersifat maya,

sama besar dengan benda,

jarak bayangan ke cermin

sama dengan jarak benda

ke cermin.

3. Cermin cekung bersifat

konvergen sedangkan

cermin cembung bersifat

divergen.

4. Diketahui:

s = 15 cm

1

Bagaimana sifat bayangan

yang terlihat pada cermin?

7. Seseorang menderita rabun

jauh memiliki titik jauh 200

cm. Ia ingin melihat benda-

benda yang sangat jauh

(pada jarak tak terhingga)

dengan jelas. Berapa jarak

fokus lensa kacamata yang

harus digunakan?

f = 10 cm

Ditanya:

s´......?

Jawab:

Letak bayangan (s´)

+

=

=

-

=

s´ = -30 cm

5. Lensa mata beni yang

berpenglihatan normal

dapat membentuk

bayangan tepat pada

retina. Oleh karena itu,

dia tidak membutuhkan

kacamata agar dapat

melihat benda dengan

jelas. Berbeda dengan

udin, bayangan yang di

bentuk oleh lensa mata

udin jatuh di depan

retina karena dia

menderita rabun dekat

(hipermetropi). Dengan

kondisi yang demikian

udin membutuhkan

lensa mata negatif

(cekung) agar bayangan

yang dihasilkan dapat

jatuh tepat pada retina

sehingga dia dapat

melihat benda dengan

jelas. Penglihatan beni

menjadi kabur ketika

memakai kacamata udin

karena dengan adanya

lensa tambahan

(kacamata) akan

menyebabkan bayangan

benda tidak dapat jatuh

tepat pada retina.

6. Sifat bayangan yang

terlihat pada cermin

1

adalah maya, diperkecil,

tegak

7. Mengkreasikan suatu

barang yang berkaitan

dengan alat optik

8. mengidentifikasi cacat

mata dan cara

mengatasinya

9. Menjelaskan tetang lup

10. Menyebutkan

bagian mikroskop

7. Rafi memiliki sebuah bola

lampu bekas. Bola lampu

bekas tersebut merupakan

salah satu jenis benda

yang terbuat dari kaca

bening dan berbentuk

cembung.

a. Bagaimana gambar

desain lup sederhana

yang akan rafi buat

dari sebuah lampu

bekas?

b. Bagaimana langkah-

langkah membuat

lampu sederhana

tersebut?

8. Mata merupakan alat optik

bagi kita. Apabila mata

mengalami gangguan

penglihat maka mata akan

mengalami cacat mata.

Sebutkan cacat mata apa

saja yang anda ketahui dan

bagaimana cara untuk

mengatasinya cacat mata

tersebut !

9. Jelaskan pengertian dari

lup!

10. Sebutkan lensa yang

digunakan dalam

mikroskop dan jelaskan

letak lensa tersebut!

7. Siswa dapat:

a. Menggambarkan dan

menyebutkan nama

bagian-bagiannya.

b. buka penutup lampu

pada bagian bawah,

keluarkan isi dari

bolalampu, isi bola

lampu dengan air,

tutup lampu bagian

bawah dengan

penutup buatan.

8. Rabun jauh (miopia),

Presbiopi, Astigmatisme.

9. Lup atau kaca pembesar

adalah alat optik dari

lensa cembung yang

dibuat untuk melihat

benda-benda berukuran

kecil.

10. Mikroskop terdiri dari

dua lensa yaitu lensa

objektif dan lensa okuler.

Lensa objektif

berhadapan dengan objek

yang diamati, sedangkan

lensa okuler berhadapan

dengan mata pengamat.

1

Lampiran 20

Rubrik Kemampuan Berpikir Kreatif

Nilai Deskripsi

6

Semua konsep benar, jelas dan spesifik.

Semua uraian jawaban benar, jelas dan spesifik, didukung oleh alasan yang kuat,

benar, argument jelas.

Alur berpikir baik, semua konsep saling berkaitan dan terpadu.

Tata bahasa baik dan benar.

Semua aspek nampak, bukti baik dan seimbang.

Menyebutkan semua uraian dari pertanyaan.

5

Semua konsep benar, jelas dan spesifik.

Semua uraian jawaban benar, jelas dan spesifik, didukung oleh alasan yang kuat,

benar, argument jelas.

Alur berpikir baik, semua konsep saling berkaitan dan terpadu.

Tata bahasa baik dan benar.

Semua aspek nampak, bukti baik dan seimbang.

4

Sebagian besar konsep benar, jelas namun kurang spesifik.

Sebagian besar uraian jawaban benar, jelas, namun kurang spesifik.

Alur berpikir baik, sebagian konsep saling berkaitan dan terpadu.

Tata bahasa baik dan benar, ada kesalahan kecil.

Semua aspek nampak, namun belum seimbang.

3

Sebagian kecil konsep benar dan jelas.

Sebagian kecil uraian jawaban benar dan jelas namun alasan dan argumen tidak

jelas.

Alur berpikir cukup baik, sebagian kecil saling berkaitan.

Tata bahasa cukup baik, ada kesalahan pada ejaan.

Sebagian besar aspek yang nampak benar.

2 Konsep kurang fokus atau berlebihan atau meragukan.

Uraian jawaban tidak mendukung.

1

Alur berpikir kurang baik, konsep tidak saling berkaitan.

Tata bahasa baik, kalimat tidak lengkap.

Sebagian kecil aspek yang nampak benar.

1

Semua konsep tidak benar atau tidak mencukupi.

Alasan tidak benar.

Alur berpikir tidak baik.

Tata bahasa tidak baik.

Secara keseluruhan aspek tidak mencukupi.

0 Tidak ada jawaban atau jawaban salah

Rubrik Pretes Dan Postes

Ranah

Kognitif

No.

Soal Tujuan Pembelajaran Skor Aspek yang diamati

(C2)

1 Menentukan jenis cermin

4 - Mampu memberi pendapat dari

berbagai jenis cermin.

- Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dengan dua

alasan dengan benar dan runtut.

3 - Mampu memberi pendapat dari

berbagai jenis cermin.

- Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dengan dua

alasan secara tidak lengkap.

2 - Mampu memberi pendapat dari

berbagai jenis cermin.

- Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dengan satu

alasan dengan benar.

1 - Tidak mampu memberi pendapat

dari berbagai jenis cermin.

- Bahasa yang digunakan tidak

jelas.

1

0 - Tidak ada jawaban

(C1)

2 Menjelaskan sifat

bayangan

4 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan empat

alasan dengan benar dan runtut.

3 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan tiga alasan

dengan benar.

2 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dua alasan

dengan benar.

1 - Bahasa yang digunakan tidak

jelas.

- Mampu menyebutkan satu alasan

dengan benar.

0 - Tidak ada jawaban

(C4)

3 Membedakan sifat cermin 4 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dengan dua

alasan dengan benar dan runtut.

3 - Mampu memberi pendapat dari

berbagai jenis cermin.

- Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dengan dua

alasan secara tidak lengkap.

2 - Mampu memberi pendapat dari

berbagai jenis cermin.

- Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dengan satu

alasan dengan benar.

1 - Tidak mampu memberi pendapat

dari berbagai jenis cermin.

- Bahasa yang digunakan tidak

jelas.

0 - Tidak ada jawaban

(C3) 4 Menghitung letak

bayangan

5 - Menyelesaikan soal dengan

menuliskan diketahui, ditanya, dan

menjawab semua pertanyaan

dengan benar.

4 - Menyelesaikan soal dengan

menuliskan diketahui, ditanya, dan

menjawab semua pertanyaan

1

dengan tidak tepat.

3 - Menyelesaikan soal dengan

menuliskan diketahui, ditanya, dan

menjawab satu pertanyaan dari

dua pertanyaan dengan benar.

2 - Menyelesaikan soal dengan

menuliskan diketahui, ditanya,

dengan benar, tetapi jawaban

salah.

1 - Menyelesaikan soal dengan

menuliskan diketahui, ditanya, dan

menjawab salah.

0 - Tidak ada jawaban

(C4) 5 Menganalisis masalah dari

penglihatan kabur

4 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dengan dua

alasan dengan benar dan runtut.

3 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dengan dua

alasan secara tidak lengkap.

2 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dengan satu

alasan dengan benar.

1 - Tidak mampu memberi pendapat

dari berbagai jenis cermin.

- Bahasa yang digunakan tidak

jelas.

0 - Tidak ada jawaban

(C4) 6 Menjelaskan sifat

bayangan

3 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan tiga alasan

dengan benar.

2 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dua alasan

dengan benar.

1 - Bahasa yang digunakan tidak

jelas.

- Mampu menyebutkan satu alasan

dengan benar.

0 - Tidak ada jawaban

1

(C5) 7 Cara membuat lup

sederhana

6 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dengan dua

alasan dengan benar dan runtut.

- Mampu menggambar lup dari

bolham beserta nama bagian-

bagiannya.

5 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dengan dua

alasan dengan benar dan runtut.

- Mampu menggambar lup dari

bolham beserta nama bagian-

bagiannya akan tetapi kurang

lengkap.

4 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dengan dua

alasan dengan benar.

- Mampu menggambar lup dari

bolham beserta nama bagian-

bagiannya akan tetapi kurang

lengkap.

3 - Bahasa yang digunakan kurang

jelas.

- Mampu menyebutkan dengan

satu alasan dengan benar.

- Mampu menggambar lup dari

bolham beserta nama bagian-

bagiannya akan tetapi kurang

lengkap.

2 - Bahasa yang digunakan kurang

jelas.

- Mampu menyebutkan dengan

satu alasan dengan benar.

1 - Bahasa yang digunakan kurang

jelas.

- Mampu menyebutkan dengan satu

alasan kurang tepat.

0 - Tidak ada jawaban

(C1) 3 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan tiga alasan

1

8 Menyebutkan jenis cacat

mata

dengan benar.

2 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dua alasan

dengan benar.

1 - Bahasa yang digunakan tidak

jelas.

- Mampu menyebutkan satu alasan

dengan benar.

0 - Tidak ada jawaban

(C1) 9 Pengertian lup 3 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan tiga alasan

dengan benar.

2 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dua alasan

dengan benar.

1 - Bahasa yang digunakan tidak

jelas.

- Mampu menyebutkan satu alasan

dengan benar.

0 - Tidak ada jawaban

(C1) 10 Menjelaskan macam lensa 4 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dengan dua

alasan dengan benar dan runtut.

3 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dengan dua

alasan secara tidak lengkap.

2 - Bahasa yang digunakan jelas.

- Mampu menyebutkan dengan satu

alasan dengan benar.

1 - Tidak mampu memberi pendapat

dari berbagai jenis cermin.

- Bahasa yang digunakan tidak

jelas.

0 - Tidak ada jawaban

Skor Maksimal : 40

Teknik Penskoran : Skor =

x 100

1

Skor = Nilai yang diharapkan (dicari)

R = Jumlah skor yang diperoleh

N = Jumlah total skor maksimal

Penilaian

Penilaian Pengetahuan (Kognitif)

Teknik : Tes tertulis

Bentuk Instrumen : tes essay

Kriteria Penilaian

Penilaian Pengetahuan (Kognitif)

Apabila jawaban benar, jelas dan dijelaskan secara spesifik dan runtut maka skor

6.

Apabila jawaban benar, jelas dan spesifik maka skor 5.

Apabila jawaban benar, jelas namun kurang spesifik maka skor 4.

Apabila jawaban benar namun alasan dan argumen tidak jelas maka skor 3.

Apabila jawaban tidak mendukung maka skor 2.

Apabila jawaban tanpa alasan yang benar maka skor 1.

Apabila jawaban salah atau tidak ada jawaban maka skor 0.

Persentase hasil =

x 100 %

Tabel Klasifikasi Kemampuan Berpikir Kritis siswa berdasarkan persentase

skor perolehan siswa

Poin Kriteria

80,1 – 100 Sangat tinggi

60,1 – 80 Tinggi

40,1 – 60 Sedang

20,1 – 40 Rendah

0,0 – 20 Sangat Rendah

1

Lampiran 21

Daftar Nilai IPA Materi “Cahaya dan Alat Optik” Kelas Eksperimen

No Nama Siswa Nilai Pretest Keterangan

1 Alya Marta S 48 Tidak Tuntas

2 Andi Setiawan 43 Tidak Tuntas

3 Arif Eko P 48 Tidak Tuntas

4 Budi Cahyono 48 Tidak Tuntas

5 Danang 50 Tidak Tuntas

6 David Rikky F 55 Tidak Tuntas

7 Dediy Setiawan 43 Tidak Tuntas

8 Devi Utmania 48 Tidak Tuntas

9 Dian Nur Sagita 48 Tidak Tuntas

10 Dista Fitria A 53 Tidak Tuntas

11 Fais Noor Rizky 55 Tidak Tuntas

12 Galang R 45 Tidak Tuntas

13 Henik Devi R 48 Tidak Tuntas

14 Imam Habi B 43 Tidak Tuntas

15 Khuswatun K 53 Tidak Tuntas

16 M Abdul Kharim 50 Tidak Tuntas

17 M Faturohim K 40 Tidak Tuntas

18 Ridho Maulana 48 Tidak Tuntas

19 Riska Alviani 53 Tidak Tuntas

20 Rista Agus W 48 Tidak Tuntas

21 Rohmat W 55 Tidak Tuntas

22 Roni Yanuar N K 55 Tidak Tuntas

23 Rudi Cahyono 45 Tidak Tuntas

24 Sari Mulyati 45 Tidak Tuntas

25 Sriyono 55 Tidak Tuntas

26 Sulastri 45 Tidak Tuntas

27 Tegar Suwito 40 Tidak Tuntas

28 Tika Septiani 48 Tidak Tuntas

1

Daftar Nilai IPA Materi “Cahaya dan Alat Optik” Kelas Eksperimen

No Nama Siswa Nilai Posttest Keterangan

1 Alya Marta S 75 Tuntas

2 Andi Setiawan 73 Tuntas

3 Arif Eko P 73 Tuntas

4 Budi Cahyono 63 Tidak Tuntas

5 Danang 85 Tuntas

6 David Rikky F 78 Tuntas

7 Dediy Setiawan 65 Tidak Tuntas

8 Devi Utmania 75 Tuntas

9 Dian Nur Sagita 73 Tuntas

10 Dista Fitria A 73 Tuntas

11 Fais Noor Rizky 78 Tuntas

12 Galang R 68 Tidak Tuntas

13 Henik Devi R 70 Tuntas

14 Imam Habi B 70 Tuntas

15 Khuswatun K 75 Tuntas

16 M Abdul Kharim 65 Tidak Tuntas

17 M Faturohim K 83 Tuntas

18 Ridho Maulana 70 Tuntas

19 Riska Alviani 70 Tuntas

20 Rista Agus W 78 Tuntas

21 Rohmat W 78 Tuntas

22 Roni Yanuar N K 63 Tidak Tuntas

23 Rudi Cahyono 70 Tuntas

24 Sari Mulyati 75 Tuntas

25 Sriyono 73 Tuntas

26 Sulastri 73 Tuntas

27 Tegar Suwito 70 Tuntas

1

28 Tika Septiani 73 Tuntas

Daftar Nilai IPA Materi “Cahaya dan Alat Optik” Kelas Kontrol

No Nama Siswa Nilai Pretest Keterangan

1 Ade Rizal 43

Tidak Tuntas

2 Ali Nur R 45

Tidak Tuntas

3 Andri W 43

Tidak Tuntas

4 Anggar Wisnu 40 Tidak Tuntas

5 Arga 40 Tidak Tuntas

6 Arkhelaus Raya 45

Tidak Tuntas

7 Choirul Anwar 40

Tidak Tuntas

8 Danang A. S 43

Tidak Tuntas

9 Della Pramesti 45

Tidak Tuntas

10 Dinda 40 Tidak Tuntas

11 Eda Devi A 48

Tidak Tuntas

12 Feri Yulianto 43

Tidak Tuntas

13 Gilang R 45

Tidak Tuntas

14 Hidayat Danu W 43

Tidak Tuntas

15 Ilham Yusuf M 43

Tidak Tuntas

16 Kharisma Dhiya 43

Tidak Tuntas

17 Lanang Adi W 50

Tidak Tuntas

18 Maulina Dwi A 55

Tidak Tuntas

19 Nur Rohman 45

Tidak Tuntas

20 Paryudi 48 Tidak Tuntas

21 Pujiyati 43

Tidak Tuntas

22 Putra Sebtiawan 40

Tidak Tuntas

23 Rizqi Febriyanti 43

Tidak Tuntas

24 Semiyati 40

Tidak Tuntas

1

25 Solekah Novia 40

Tidak Tuntas

26 Supriati 43

Tidak Tuntas

27 Suryono Nurul F 48

Tidak Tuntas

Daftar Nilai IPA Materi “Cahaya dan Alat Optik” Kelas Kontrol

No Nama Siswa Nilai Posttest Keterangan

1 Ade Rizal 68

Tidak Tuntas

2 Ali Nur R 78

Tuntas

3 Andri W 60

Tidak Tuntas

4 Anggar Wisnu 60 Tidak Tuntas

5 Arga 73 Tuntas

6 Arkhelaus Raya 73

Tuntas

7 Choirul Anwar 78

Tuntas

8 Danang A. S 70

Tuntas

9 Della Pramesti 70

Tuntas

10 Dinda 60 Tidak Tuntas

11 Eda Devi A 68

Tidak Tuntas

12 Feri Yulianto 68

Tidak Tuntas

13 Gilang R 58

Tidak Tuntas

14 Hidayat Danu W 60

Tidak Tuntas

15 Ilham Yusuf M 70

Tuntas

16 Kharisma Dhiya 73

Tuntas

17 Lanang Adi W 68

Tidak Tuntas

18 Maulina Dwi A 63

Tidak Tuntas

19 Nur Rohman 60

Tidak Tuntas

20 Paryudi 63 Tidak Tuntas

21 Pujiyati 80

Tuntas

22 Putra Sebtiawan 78

Tuntas

1

23 Rizqi Febriyanti 60

Tidak Tuntas

24 Semiyati 60

Tidak Tuntas

25 Solekah Novia 63

Tidak Tuntas

26 Supriati 70

Tuntas

27 Suryono Nurul F 73

Tuntas

1

Lampiran 22

Uji Coba Angket Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

Nama Siswa :

Kelas :

Petunjuk Pengisian Angket:

1. Masukkan tanda checklist pada kolom yang tersedia untuk setiap pertanyaan yang

diberikan sesuai dengan pilihan anda.

2. Untuk satu pertanyaan hanya satu pendapat.

SL: selalu j : jarang

K : kadang-kadang SJ : sangat jarang

No

Pertanyaan Rentang

SL K J S J

1. Saya senang bertanya saat pembelajaran berlangsung.

2. Saat pembelajaran, jika saya tidak mengerti saya segera

bertanya.

3. Jika ada pertanyaan dari guru saya berusaha untuk

menjawabnya.

4. Saya segera bertanya jika ada yang tidak saya mengerti dalam

belajar

5. Saya menjawab pertanyaan dari guru dengan lebih dari satu

jawaban

6. Saya berlomba-lomba dengan teman yang lain untuk selesai

lebih awal dalam menjawab soal.

7. Saya sering diminta guru untuk mengerjakan soal di papan

tulis dan menjelaskannya.

8. Dalam pembelajaran ini saya selalu mengerjakan soal yang

diberikan oleh guru.

1

9. Dalam pembelajaran ini Saya tidak hanya mengerjakan soal

yang diberikan oleh guru saja. Saya juga mengerjakan soal

yang tidak diberikan oleh guru sebagai tambahan.

10. Dalam proses pembelajaran saya menjelaskan jawaban yang

didapat di depan kelas.

11. Saya senang membantu teman saya yang kesulitan dalam

mengerjakan soal.

12. Saya memberi tanggapan jika guru menampilkan gambar atau

bercerita.

13. Saat guru menampilkan gambar atau bercerita saya akan

memberi tanggapan.

14. Saya ikut memberikan tanggapan jika guru menampilkan

gambar atau bercerita.

15. Saya selalu memberikan contoh yang berbeda dengan contoh

yang diberikan guru.

16. Saya memberikan contoh kejadian dalam kehidupan sehari-

hari yang berbeda dari contoh yang diberikan guru.

17. Dalam pembelajaran saya selalu memiliki pendapat yang

berbeda dengan teman dikelas.

18. Saat diskusi saya memiliki pendapat yang berbeda dengan

pendapat teman yang lain.

19. Saya menanggapi masalah yang diberikan guru dengan cara

yang berbeda-beda.

20. Saat mengerjakan soal yang diberikan guru, saya

menjawabnya dengan cara baru yang lebih mudah.

21. Saat berdiskusi saya mengajukan gagasan yang baru dalam

menyelesaikan soal dengan cara lebih mudah.

22. Saya mencoba mengerjakan soal dengan gagasan baru yang

menurut saya dapat mempermudah menyelesaikan

permasalahan.

1

23. Saya selalu bertanya jika ada yang tidak saya pahami dalam

langkah-langkah penyelesaian soal

24. Dalam menyampaikan pendapat, saya memberikan alasan

yang dapat menguatkan.

25. Saya mengerjakan soal dengan cara yang berbeda agar lebih

singkat dan mudah.

26. Dalam mengerjakan soal saya selalu berusaha untuk

memahaminya dan mengerjakan dengan langkah-langkah

yang terperinci.

27. Saya mengerjakan soal dengan langkah-langkah yang rinci

dan teliti untuk memahaminya.

28. Dalam pembelajaran saya selalu menambahkan gagasan yang

diajukan teman saya.

29. Saya menambahkan jawaban teman yang kurang lengkap di

papan tulis.

30. Dalam menjawab pertanyaan saya berusaha memberikan

jawaban beserta alasannya.

1

Lampiran 23

Angket Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

Nama Siswa :

Kelas :

Petunjuk Pengisian Angket:

1. Masukkan tanda checklist pada kolom yang tersedia untuk setiap pertanyaan yang

diberikan sesuai dengan pilihan anda.

2. Untuk satu pertanyaan hanya satu pendapat.

SL: selalu j : jarang

K : kadang-kadang SJ : sangat jarang

No Pertanyaan Rentang

SL K J S J

1. Saya senang bertanya saat pembelajaran berlangsung.

2. Saat pembelajaran, jika saya tidak mengerti saya segera bertanya.

3. Jika ada pertanyaan dari guru saya berusaha untuk menjawabnya.

4. Dalam pembelajaran ini saya selalu mengerjakan soal yang

diberikan oleh guru.

5. Saya memberi tanggapan jika guru menampilkan gambar atau

bercerita.

6. Saya selalu memberikan contoh yang berbeda dengan contoh yang

diberikan guru.

7. Saya memberikan contoh kejadian dalam kehidupan sehari-hari

yang berbeda dari contoh yang diberikan guru.

8. Saya menanggapi masalah yang diberikan guru dengan cara yang

berbeda-beda.

9. Saya mencoba mengerjakan soal dengan gagasan baru yang

menurut saya dapat mempermudah menyelesaikan permasalahan.

10. Saya selalu bertanya jika ada yang tidak saya pahami dalam

langkah-langkah penyelesaian soal

11. Dalam menyampaikan pendapat, saya memberikan alasan yang

1

dapat menguatkan.

12. Saya mengerjakan soal dengan cara yang berbeda agar lebih

singkat dan mudah.

13. Dalam mengerjakan soal saya selalu berusaha untuk

memahaminya dan mengerjakan dengan langkah-langkah yang

terperinci.

14. Saya menambahkan jawaban teman yang kurang lengkap di papan

tulis.

15. Dalam menjawab pertanyaan saya berusaha memberikan jawaban

beserta alasannya.

1

Lampiran 24

Hasil Pretest Angket Berfikir Kreatif Kelas Kontrol

No Kode

Siswa

Skor Tiap Aspek Skor

Total

Nilai Kriteria

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 K-01 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 19 32

Rendah

2 K-02 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 23 38

Rendah

3 K-03 1 2 3 3 2 2 4 3 2 1 1 1 2 2 1 30 50

Sedang

4 K-04 2 1 2 1 2 2 3 2 2 1 1 2 2 2 1 26 43

Sedang

5 K-05 3 2 3 3 2 2 4 3 2 1 1 1 2 2 1 32 53

Sedang

6 K-06 2 2 4 4 3 2 3 2 1 2 1 3 3 3 1 36 60

Sedang

7 K-07 2 1 2 1 2 2 3 2 2 1 1 2 2 2 1 26 43

Sedang

8 K-08 2 2 2 4 3 2 3 3 2 3 1 2 2 2 1 34 57

Sedang

9 K-09 2 2 3 2 2 2 3 2 1 1 1 1 3 2 1 28 47

Sedang

10 K-10 3 2 2 3 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 29 48

Sedang

11 K-11 3 2 3 4 4 2 3 4 4 2 1 2 2 2 1 39 65

Sedang

12 K-12 3 3 3 3 2 2 4 3 2 2 2 1 2 2 2 36 60

Sedang

13 K-13 2 2 2 1 2 2 3 2 2 1 1 2 2 2 1 27 45

Sedang

14 K-14 2 2 3 3 2 2 4 3 2 1 1 1 2 2 1 31 52

Sedang

15 K-15 2 2 3 3 2 2 4 3 2 1 1 1 2 2 1 31 52

Sedang

16 K-16 2 2 2 1 1 1 2 3 3 2 1 2 3 3 1 29 48

Sedang

17 K-17 2 2 3 2 2 2 3 4 1 3 1 3 3 2 1 34 57

Sedang

18 K-18 2 2 1 1 1 2 2 1 4 4 1 4 2 3 1 31 52

Sedang

19 K-19 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 1 3 2 2 1 32 53

Sedang

20 K-20 2 2 2 1 2 2 3 2 2 1 1 2 2 2 1 27 45

Sedang

1

21 K-21 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 26 43

Sedang

22 K-22 2 2 2 1 2 2 3 2 2 1 1 2 2 2 1 27 45

Sedang

23 K-23 2 2 1 2 2 2 2 3 2 1 1 3 1 1 1 26 43

Sedang

24 K-24 2 2 2 1 3 2 3 1 2 1 1 2 2 2 1 27 45

Sedang

25 K-25 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 1 1 22 37

Rendah

26 K-26 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 25 42

Sedang

27 K-27 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 26 43

Sedang

Hasil Posttest Angket Berfikir Kreatif Kelas Kontrol

No Kode

Siswa

Skor Tiap Aspek Skor

Total

Nilai Kriteria

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 K-01 1 2 1 3 3 1 3 4 2 3 3 2 2 2 2 34 57

Sedang

2 K-02 3 3 3 3 2 3 2 4 3 2 3 2 2 3 2 40 67

Tinggi

3 K-03 3 3 2 4 2 2 3 4 1 4 3 3 1 1 3 39 65

Tinggi

4 K-04 2 3 2 4 2 3 3 2 2 1 3 3 3 2 2 37 62

Tinggi

5 K-05 3 2 3 3 2 3 4 3 2 1 3 1 2 2 2 36 60

Sedang

6 K-06 3 2 4 4 3 4 3 2 1 2 4 3 3 3 2 43 72

Tinggi

7 K-07 4 1 4 4 1 1 1 4 4 3 4 4 1 1 1 38 63

Tinggi

8 K-08 3 3 2 4 3 4 3 3 2 3 4 2 2 2 3 43 72

Tinggi

9 K-09 1 2 3 2 2 3 3 2 1 1 2 1 3 3 4 33 55

Sedang

10 K-10 3 3 2 3 3 4 1 4 2 2 4 2 2 2 1 38 63

Tinggi

11 K-11 3 3 3 4 4 4 3 4 4 2 2 2 2 2 2 44 73

Tinggi

12 K-12 4 4 4 3 3 4 3 4 3 2 3 3 2 3 2 47 78

Tinggi

13 K-13 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 4 3 2 2 3 40 67

Tinggi

1

14 K-14 3 2 4 4 3 4 3 2 1 2 4 3 3 3 2 43 72

Tinggi

15 K-15 3 3 2 4 3 4 3 3 2 3 4 2 2 2 3 43 72

Tinggi

16 K-16 3 2 2 1 1 1 2 3 3 2 2 2 3 3 4 34 57

Sedang

17 K-17 1 3 3 2 2 2 3 4 1 3 3 3 3 2 2 37 62

Tinggi

18 K-18 2 2 1 1 1 1 2 1 4 4 3 4 2 3 2 33 55

Sedang

19 K-19 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 38 63

Tinggi

20 K-20 4 4 4 3 3 1 3 4 3 1 4 4 3 4 1 46 77

Tinggi

21 K-21 3 3 3 4 4 4 3 3 4 2 2 2 3 2 3 45 75

Tinggi

22 K-22 2 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 2 2 2 45 75

Tinggi

23 K-23 2 3 3 2 2 2 2 3 2 4 4 3 3 3 3 41 68

Tinggi

24 K-24 3 3 2 4 3 4 3 3 2 3 4 2 2 2 3 43 72

Tinggi

25 K-25 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 4 2 2 2 2 37 62

Tinggi

26 K-26 3 2 2 3 2 2 3 3 1 2 4 2 2 2 2 35 58

Sedang

27 K-27 2 1 2 3 2 3 2 4 2 1 3 2 2 1 2 32 53

Sedang

1

Hasil Pretest Angket Berfikir Kreatif Kelas Eksperimen

No Kode

Siswa

Skor Tiap Aspek Skor

Total

Nilai Kriteria

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 E-01 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 18 30

Rendah

2 E-02 1 1 1 1 1 3 2 1 1 1 1 2 1 1 1 19 32

Rendah

3 E-03 1 3 3 1 3 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 26 43

Sedang

4 E-04 1 3 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 24 40

Sedang

5 E-05 1 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2 3 2 2 1 28 47

Sedang

6 E-06 1 2 3 1 1 2 2 2 3 2 3 3 1 2 1 29 48

Sedang

7 E-07 3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 3 1 3 1 1 22 37

Rendah

8 E-08 3 1 1 1 2 3 2 2 1 1 1 2 3 2 1 26 43

Sedang

9 E-09 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 23 38

Rendah

10 E-10 2 3 1 1 1 2 2 1 3 3 3 1 3 1 1 28 47

Sedang

11 E-11 3 3 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 27 45

Sedang

12 E-12 2 4 1 1 1 2 2 2 2 1 3 1 3 2 2 29 48

Sedang

13 E-13 3 3 1 1 1 2 1 2 2 2 3 1 3 1 2 28 47

Sedang

14 E-14 2 2 1 1 1 2 2 1 1 3 2 1 3 1 2 25 42

Sedang

15 E-15 2 3 1 1 1 2 2 2 1 3 3 1 1 1 2 26 43

Sedang

16 E-16 2 2 1 1 1 2 2 3 2 1 3 3 2 3 1 29 48

Sedang

17 E-17 2 3 1 1 1 2 1 2 3 3 2 1 2 3 1 28 47

Sedang

18 E-18 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 3 1 2 1 1 23 38

Rendah

19 E-19 2 3 1 1 1 2 1 3 1 2 2 2 3 3 1 28 47

Sedang

20 E-20 1 2 1 1 1 2 1 2 1 3 2 2 1 2 1 23 38

Rendah

21 E-21 2 3 1 1 1 1 1 2 3 1 2 2 2 1 1 24 40

Sedang

22 E-22 2 3 1 1 1 2 1 2 3 1 2 2 1 1 1 24 40

Sedang

1

23 E-23 2 3 1 1 1 2 2 2 3 2 3 2 2 2 1 29 48

Sedang

24 E-24 2 3 1 1 1 1 2 2 2 3 3 1 1 1 1 25 42

Sedang

25 E-25 2 2 2 3 1 2 2 1 2 2 3 2 3 1 1 29 48

Sedang

26 E-26 2 2 3 3 1 1 2 1 3 2 2 1 2 1 1 27 45

Sedang

27 E-27 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 3 2 1 1 26 43

Sedang

28 E-28 3 3 3 2 3 2 3 3 2 1 1 2 3 1 1 33 55

Sedang

Hasil Posttest Angket Berfikir Kreatif Kelas Eksperimen

No Kode

Siswa

Skor Tiap Aspek Skor

Total

Nilai Kriteria

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 E-01 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 45 75

Tinggi

2 E-02 3 2 4 4 3 4 3 2 1 2 4 3 3 3 3 44 73

Tinggi

3 E-03 3 2 4 4 3 4 3 2 1 2 4 3 3 3 3 44 73

Tinggi

4 E-04 4 1 4 4 1 1 1 4 4 3 4 4 1 1 1 38 63

Tinggi

5 E-05 3 3 3 4 4 3 4 3 4 2 3 2 3 3 3 47 78

Tinggi

6 E-06 3 3 3 4 4 3 4 3 4 2 3 2 3 3 3 47 78

Tinggi

7 E-07 4 1 4 4 1 1 1 4 4 3 4 4 2 1 1 39 65

Tinggi

8 E-08 3 3 2 4 3 4 3 3 2 3 4 3 2 3 3 45 75

Tinggi

9 E-09 3 2 4 4 3 4 3 2 1 2 4 3 3 3 3 44 73

Tinggi

10 E-10 3 2 4 4 3 4 3 2 1 2 4 3 3 3 3 44 73

Tinggi

11 E-11 3 3 3 4 4 4 3 4 4 2 2 3 3 3 2 47 78

Tinggi

12 E-12 3 3 3 4 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 41 68

Tinggi

13 E-13 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 4 3 2 2 3 42 70

Tinggi

14 E-14 3 2 4 4 3 4 3 2 1 2 4 3 3 2 2 42 70

Tinggi

15 E-15 3 3 2 4 3 4 3 3 2 3 4 2 3 3 3 45 75

Tinggi

1

16 E-16 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 4 42 70

Tinggi

17 E-17 3 3 3 4 4 4 3 4 4 2 2 3 3 3 2 47 78

Tinggi

18 E-18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 42 70

Tinggi

19 E-19 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 42 70

Tinggi

20 E-20 4 4 4 3 3 1 3 4 3 1 4 4 3 4 2 47 78

Tinggi

21 E-21 3 3 3 4 4 3 4 3 4 2 3 2 3 3 3 47 78

Tinggi

22 E-22 2 3 3 3 4 4 3 2 2 3 1 3 2 2 1 38 63

Tinggi

23 E-23 2 3 3 2 2 2 3 3 2 4 4 3 3 3 3 42 70

Tinggi

24 E-24 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 4 3 2 2 3 45 75

Tinggi

25 E-25 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 4 2 4 4 3 44 73

Tinggi

26 E-26 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 4 2 4 4 3 44 73

Tinggi

27 E-27 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 4 2 4 4 3 42 70

Tinggi

28 E-28 3 3 3 4 3 2 2 3 3 2 3 3 3 4 3 44 73

Tinggi

1

Lampiran 25

Angket Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran Kreatif Produktif

Nama Siswa :

Kelas :

Petunjuk Pengisian Angket:

1. Masukkan tanda checklist pada kolom yang tersedia untuk setiap pertanyaan yang diberikan

sesuai dengan pilihan anda.

2. Untuk satu pertanyaan hanya satu pendapat.

SS : Sangat Setuju R : Ragu-ragu

S : Setuju TS : Tidak Setuju

No Pertanyaan Rentang

SS S R TS

1 Saya senang belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran kreatif

produktif

2 Saya antusias belajar IPA pada saat menggunakan model pembelajaran IPA

dengan pemanfaatan barang bekas

3 Saya lebih mudah memahami materi dan penerapan pelajaran IPA saat

menggunakan model pembelajaran kreatif produktif

4 Model pembelajaran kreatif produktif dapat membantu saya belajar IPA

dengan mudah

5 Saya merasa tertantang saat belajar IPA menggunakan model pembelajaran

kreatif produktif

6 Model pembelajaran kreatif produktif dapat membuat saya lebih berfikir

kreatif pada saat pembelajaran

7 Saya dapat bekerjasama dengan baik bersama teman ketika melakukan

praktikum di kelas

8 Saya dapat mengetahui manfaat barang bekas untuk media pembelajaran dan

cara pembuatannya pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran kreatif produktif

9 Melalui model pembelajaran kreatif produktif saya memahami penerapan dari

materi cahaya dan alat optik

10 Saya lebih aktif dan bersemangat saat belajar menggunakan model

pembelajaran kreatif produktif

1

Lampiran 26

Hasil Penilaian Pre-Angket Respon Model Pembelajaran Kelas Eksperimen

No Kode

Siswa

Skor Tiap Aspek Skor

Total

Nilai Kriteria

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 E-01 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 25

Rendah

2 E-02 1 1 1 1 1 3 2 1 1 1 13 33

Rendah

3 E-03 1 3 3 1 3 2 2 2 1 2 20 50

Sedang

4 E-04 1 3 2 1 1 2 2 2 2 1 17 43

Sedang

5 E-05 1 2 2 1 1 2 2 2 2 3 18 45

Sedang

6 E-06 1 2 3 1 1 2 2 2 3 2 19 48

Sedang

7 E-07 3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 13 33

Rendah

8 E-08 3 1 1 1 2 3 2 2 1 1 17 43

Sedang

9 E-09 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 15 38

Rendah

10 E-10 2 3 1 1 1 2 2 1 3 3 19 48

Sedang

11 E-11 3 3 1 1 1 2 2 2 2 1 18 45

Sedang

12 E-12 2 4 1 1 1 2 2 2 2 1 18 45

Sedang

13 E-13 3 3 1 1 1 2 1 2 2 2 18 45

Sedang

14 E-14 2 2 1 1 1 2 2 1 1 3 16 40

Sedang

15 E-15 2 3 1 1 1 2 2 2 1 3 18 45

Sedang

16 E-16 2 2 1 1 1 2 2 3 2 1 17 43

Sedang

17 E-17 2 3 1 1 1 2 1 2 3 3 19 48

Sedang

18 E-18 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 15 38

Rendah

19 E-19 2 3 1 1 1 2 1 3 1 2 17 43

Sedang

20 E-20 1 2 1 1 1 2 1 2 1 3 15 38

Rendah

21 E-21 2 3 1 1 1 1 1 2 3 1 16 40

Sedang

1

22 E-22 2 3 1 1 1 2 1 2 3 1 17 43

Sedang

23 E-23 2 3 1 1 1 2 2 2 3 2 19 48

Sedang

24 E-24 2 3 1 1 1 1 2 2 2 3 18 45

Sedang

25 E-25 2 2 2 3 1 2 2 1 2 2 19 48

Sedang

26 E-26 2 2 3 3 1 1 2 1 3 2 20 50

Sedang

27 E-27 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 18 45

Sedang

28 E-28 3 1 2 2 2 2 2 2 1 1 18 45

Sedang

Hasil Penilaian Post-Angket Respon Model Pembelajaran Kelas Eksperimen

No Kode

Siswa

Skor Tiap Aspek Skor

Total

Nilai Kriteria

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 E-01 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 30 75

Tinggi

2 E-02 3 2 4 4 3 4 3 2 2 2 29 73

Tinggi

3 E-03 3 2 4 4 3 4 3 2 3 2 30 75

Tinggi

4 E-04 4 1 4 4 1 1 1 3 3 3 25 63

Tinggi

5 E-05

3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 34 85

Sangat

Tinggi

6 E-06 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 31 78

Tinggi

7 E-07 4 1 4 4 1 1 1 3 4 3 26 65

Tinggi

8 E-08 3 3 2 4 3 4 3 3 2 3 30 75

Tinggi

9 E-09 3 2 4 4 3 4 3 2 3 1 29 73

Tinggi

10 E-10 3 2 4 4 3 4 3 2 1 3 29 73

Tinggi

11 E-11 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 31 78

Tinggi

12 E-12 3 3 3 4 2 2 2 3 3 2 27 68

Tinggi

13 E-13 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 28 70

Tinggi

14 E-14 3 2 4 4 3 4 3 2 1 2 28 70

Tinggi

15 E-15 3 3 2 4 3 4 3 3 2 3 30 75

Tinggi

1

16 E-16 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 26 65

Tinggi

17 E-17

3 3 3 4 4 4 2 4 4 2 33 83

Sangat

Tinggi

18 E-18 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 28 70

Tinggi

19 E-19 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 28 70

Tinggi

20 E-20 4 4 4 4 3 1 3 4 3 1 31 78

Tinggi

21 E-21 3 3 3 4 3 3 3 3 4 2 31 78

Tinggi

22 E-22 2 3 3 3 3 3 3 1 1 3 25 63

Tinggi

23 E-23 2 3 3 2 2 3 3 3 3 4 28 70

Tinggi

24 E-24 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 30 75

Tinggi

25 E-25 2 2 3 3 2 3 4 4 3 3 29 73

Tinggi

26 E-26 2 2 3 3 2 3 3 4 4 3 29 73

Tinggi

27 E-27 2 2 3 3 4 3 4 3 2 2 28 70

Tinggi

28 E-28 3 3 3 4 3 3 2 3 3 2 29 73

Tinggi

1

Lampiran 27

Lembar Observasi : Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

Sekolah/Kelas : SMP Negeri 3 Getasan

Hari/Tanggal :

Nama Guru :

Nama Observeri :

No Kegiatan Belajar Siswa Skala Penilaian

4 3 2 1

1. Mampu mengungkapkan ide dalam merespon pertanyaan guru

2. Mudah memahami dan mencerna informasi awal yang diberikan guru

3. Mengajukan pertanyaan apabila ada informasi guru yang kurang jelas

4. Memberikan banyak gagasan atau usulan terhadap suatu masalah

5.

Memiliki banyak jawaban yang bervariasi dan berbeda dari

biasanya

6. Menghargai gagasan atau ide-ide dari teman lain

7.

Menanggapi atau mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan hasil

presentasi kelompok lain

8.

Memberikan jawaban/tanggapan atas pertanyaan/pendapat yang

disampaikan oleh kelompok lain

9.

Mampu memilih teknik penyelesaian soal yang dianggap paling

Tepat

10.

Mempunyai semangat yang besar dalam menemukan jawaban dan

mencoba hal-hal baru

1

Lampiran 28

Hasil Penilaian Observasi Kelas Eksperimen

No Kode

Siswa

Skor Tiap Aspek Skor

Total

Nilai Kriteria

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 E-01 4 3 4 2 3 2 2 2 4 4 30 75

Tinggi

2 E-02 2 3 2 2 3 3 2 3 4 4 28 70

Tinggi

3 E-03 2 3 2 2 3 3 2 3 4 4 28 70

Tinggi

4 E-04 3 3 2 2 2 2 3 2 2 1 22 55

Sedang

5 E-05 3 3 2 4 3 2 3 4 4 4 32 80

Tinggi

6 E-06 4 3 4 2 3 2 2 2 4 4 30 75

Tinggi

7 E-07 4 3 2 2 2 2 3 2 2 1 23 58

Sedang

8 E-08 2 3 2 2 3 3 2 3 4 4 28 70

Tinggi

9 E-09 2 3 2 2 3 3 2 3 4 4 28 70

Tinggi

10 E-10 2 3 2 2 3 3 2 3 4 4 28 70

Tinggi

11 E-11 3 3 2 4 3 2 3 4 4 4 32 80

Tinggi

12 E-12 4 3 4 2 3 2 2 2 4 4 30 75

Tinggi

13 E-13 4 3 4 2 3 2 2 2 4 4 30 75

Tinggi

14 E-14 4 3 2 2 2 2 3 2 2 1 23 58

Sedang

15 E-15 2 3 2 2 3 3 2 3 4 4 28 70

Tinggi

16 E-16 2 3 2 2 3 3 2 3 4 4 28 70

Tinggi

17 E-17 3 3 2 2 2 2 3 2 2 1 22 55

Sedang

18 E-18 4 3 4 2 3 2 2 2 4 4 30 75

Tinggi

19 E-19 4 3 4 2 3 2 2 2 4 4 30 75

Tinggi

20 E-20 2 3 2 2 3 3 2 3 4 4 28 70

Tinggi

21 E-21 3 3 2 4 3 2 3 4 4 4 32 80

Tinggi

1

22 E-22 3 3 2 4 3 2 3 4 4 4 32 80

Tinggi

23 E-23 3 3 2 2 2 2 3 2 2 1 22 55

Sedang

24 E-24 2 3 2 2 3 3 2 3 4 4 28 70

Tinggi

25 E-25 3 3 2 4 3 2 3 4 4 4 32 80

Tinggi

26 E-26 3 3 2 3 3 2 3 4 4 4 31 78

Tinggi

27 E-27 3 3 2 4 3 2 3 4 4 4 32 80

Tinggi

28 E-28 2 3 2 4 3 2 3 4 4 4 31 78

Tinggi

Hasil Penilaian Observasi Kelas Kontrol

No Kode

Siswa

Skor Tiap Aspek Skor

Total

Nilai Kriteria

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 K-01 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 22 55

Sedang

2 K-02 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 23 58

Sedang

3 K-03 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 29 73

Tinggi

4 K-04 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 21 53

Sedang

5 K-05 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 29 73

Tinggi

6 K-06 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 29 73

Tinggi

7 K-07 2 3 2 2 1 2 2 3 3 2 22 55

Sedang

8 K-08 2 3 2 2 1 2 2 3 2 2 21 53

Sedang

9 K-09 3 2 3 2 3 1 2 3 4 3 26 65

Sedang

10 K-10 2 3 2 2 1 2 2 3 2 2 21 53

Sedang

11 K-11 3 2 3 2 3 1 2 3 4 3 26 65

Sedang

12 K-12 4 3 4 3 4 3 3 3 3 2 32 80

Tinggi

13 K-13 2 3 2 2 1 2 2 3 2 2 21 53

Sedang

14 K-14 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 30 75

Tinggi

1

15 K-15 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 30 75

Tinggi

16 K-16 2 3 2 2 1 2 2 3 2 2 21 53

Sedang

17 K-17 3 2 3 2 3 1 2 3 4 3 26 65

Sedang

18 K-18 3 2 3 2 3 1 2 3 4 3 26 65

Sedang

19 K-19 2 3 2 2 1 2 2 3 2 2 21 53

Sedang

20 K-20 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 22 55

Sedang

21 K-21 2 3 2 2 2 2 2 4 2 2 23 58

Sedang

22 K-22 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 22 55

Sedang

23 K-23 3 2 3 2 3 1 2 3 4 3 26 65

Sedang

24 K-24 3 2 3 2 3 1 2 3 4 3 26 65

Sedang

25 K-25 3 2 3 2 3 2 2 3 4 3 27 68

Sedang

26 K-26 2 3 2 2 1 2 2 3 2 2 21 53

Sedang

27 K-27 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 30 75

Tinggi

1

Lampiran 29

Deskripsi Data Nilai Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PRETESTeks 28 40 55 48.39 4.565

POSTESTeks 28 63 85 72.68 5.320

PRETESTkon 27 40 55 43.85 3.570

POSTTESTkon 27 58 80 67.59 6.733

Valid N (listwise) 27

Uji Normalitas Nilai Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas

Kolmogorov-Smirnova

Statistic df Sig.

Hasil POSTESTeks .131 28 .200*

POSTTESTkon .167 27 .053

Uji Homogenitas Nilai Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3.336 1 53 .073

Hasil Uji Kesamaan Dua Varians

Group Statistics

Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

hasil postEKS 28 72.68 5.320 1.005

postKON 27 67.59 6.733 1.296

1

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Sig.

(2-

tailed

)

Mean

Differen

ce

Std. Error

Difference

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

hasil Equal

variances

assumed

3.33

6

.073 3.115 53 .003 5.086 1.633 1.811 8.361

Equal

variances not

assumed

3.101 49.46

5

.003 5.086 1.640 1.791 8.381

Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 PREEE & POSTEE 28 .089 .651

Pair 2 PREKK & POSTKK 27 -.065 .747

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed) Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

PREEE -

POSTEE

-

24.28

6

6.694 1.265 -26.881 -21.690 -

19.19

9

27 .000

Pair

2

PREKK -

POSTKK

-

23.74

1

7.823 1.506 -26.835 -20.646 -

15.76

9

26 .000

1

Uji Hipotesis

Uji Koefisien Korelasi

Correlations

Angket Kreatif Angket Model

angket Pearson Correlation 1 .943**

Sig. (2-tailed) .000

N 28 28

pooo Pearson Correlation .943** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 28 28

Uji Regresi Linier Sederhana

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 16.514 3.889 4.246 .000

pooo .769 .053 .943 14.414 .000

Uji Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate

1 .943a .889 .885 1.475

1

Lampiran 30

Gambar 1. Gapura SMP Negeri 3 Getasan

Sumber: (Dokumentasi Peneliti: 2019)

Gambar 2. Uji Validitas Soal Kelas IX C

Sumber: (Dokumentasi Peneliti: 2019)

1

Gambar 3. Kegiatan Diskusi Kelas Kontrol

Sumber: (Dokumentasi Peneliti: 2019)

Gambar 4. Percobaan oleh Kelas Eksperimen Materi Dispersi Cahaya

Sumber: (Dokumentasi Peneliti: 2019)

1

Gambar 5. Percobaan Penerapan Lup Sederhana dari Plastik Bekas

oleh Kelas Eksperimen

Sumber: (Dokumentasi Peneliti: 2019)

Gambar 6. Proses Pembuatan Periskop dari Barang Bekas oleh

Kelas Eksperimen

Sumber: (Dokumentasi Peneliti: 2019)

1

Gambar 7. Percobaan Penggunaan Periskop Sederhana dari Barang Bekas

Sumber: (Dokumentasi Peneliti: 2019)

Gambar 8. Presentasi oleh Kelompok 1 (Dispersi Cahaya)

Sumber: (Dokumentasi Peneliti: 2019)

1

Gambar 8. Presentasi oleh Kelompok 2 (Periskop)

Sumber: (Dokumentasi Peneliti: 2019)

Gambar 9. Presentasi oleh Kelompok 3 (Lup)

Sumber: (Dokumentasi Peneliti: 2019)