Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS VII SMP NEGERI 8 LUBUKLINGGAU
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
ARTIKEL ILMIAH
Oleh:
Nama : Mira Purnama Sari
NPM : 4011090
Prodi : Pendidikan Matematika
Dosen Pembimbing : 1. Anna Fauziah, S.Si., M.Pd.
2. Drajat Friansah, S.Si., M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
( STKIP-PGRI ) LUBUKLINGGAU
2017
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS VII SMP NEGERI 8 LUBUKLINGGAU
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh Mira Purnama Sari 1, Anna Fauziah 2, Drajat Friansah 3
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Metode Pembelajaran Discovery Terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Lubuklinggau Tahun
Pelajaran 2016/2017”. Permasalahan penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh
yang signifikan metode pembelajaran Discovery terhadap hasil belajar matematika
siswa kelas VII SMP Negeri 8 Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran
discovery terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 8
Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017. Metode penelitian yang digunakan
berbentuk true experimental design yaitu eksperimen yang membandingkan
metode pembelajaran discovery dengan pembelajaran konvensional. Populasinya
seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 8 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017
yang terdiri dari tujuh kelas dan berjumlah 242 dan sebagai siswa sampelnya
diambil secara acak dan kelas yang terpilih kelas VII.G diberi pembelajaran
dengan metode pembelajaran Discovery sedangkan kelas VIII.D diberi
pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. Teknik pengumpulan data yang
digunakan teknik tes. Nilai rata-rata siswa untuk kelas yang diajarkan dengan
metode pembelajaran discovery sebesar 81,53 sedangkan untuk kelas yang
diajarkan dengan konvensional sebesar 77,80. Data yang terkumpul dianalisis
menggunakan uji-t pada taraf signifikan 05,0 . Berdasarkan hasil perhitungan
uji-t semu diperoleh thitung 4,97 > ttabel 1,67 dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
yang signifikan metode pembelajaran discovery terhadap hasil belajar matematika
siswa kelas VII SMP Negeri 8 Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017.
Kata kunci: Metode Pembelajaran Discovery, Hasil Belajar, Matematika.
Pendahuluan
Menurut Buchori (dalam Trianto, 2011:1) menyatakan bahwa pendidikan
yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya
untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah
yang dihadapinya dalam kehidupan sehari hari. Sanjaya, (2011:1)
mengungkapkan bahwa salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita
adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak
kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Proses
pembelajaran didalam kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal
informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbul berbagai informasi
tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk
menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya, ketika siswa lulus
dari sekolah, maka siswa pintar secara teoritis, akan tetapi kurang aplikasi.
Menurut Suherman (2011:28), matematika sebagai ratu ilmu atau ibunya
ilmu, dimaksudkan bahwa matematika adalah sebagai sumber dari ilmu yang lain.
Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh siswa dari SD hingga
SMA dan bahkan juga diperguruan tinggi. Mata pelajaran Matematika ini
diberikan agar siswa memiliki kemampuan berpikir logis, sistematis, kritis, dan
kreatif serta kemampuan berkerja sama. Namun dalam mempelajari matematika
dianggap sebagai salah satu mata pelajaran yang sulit untuk dipahami dan
membuat banyak siswa kurang tertarik untuk mempelajarinya. Pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap rendahnya tingkat hasil belajar matematika siswa
Berdasarkan hasil observasi awal penelitian lakukan di SMP Negeri 8
Lubuklinggau penyampaian materi oleh guru masih menggunakan metode
konvensional, hal ini terlihat dari nilai rata-rata ulangan harian yang diperoleh
siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan
oleh sekolah yaitu 75. Berdasarkan informasi dari guru matematika SMP Negeri 8
Lubuklinggau bahwa rata-rata ulangan harian siswa pada pelajaran matematika di
kelas VII yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal yakni dari 242 orang siswa,
hanya 104 siswa (42,98%) siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal dari
138 siswa (57,02%) belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal yang
telah di tetapkan oleh pihak sekolah yakni 75 dan rata-rata ulang harian sebesar 60
sehingga membuat sebagaian besar 75 dengan rata-rata ulangan harian sebesar 60.
Dan masih banyak siswa yang tidak dapat menjawab atau menyelesaikan soal
yang sedikit berbeda dengan contoh soal yang diberikan oleh guru dan siswa tidak
berani untuk mengajukan pertanyaan tentang materi yang belum dimengerti.
Melihat permasalahan di atas, perlu perhatian dan peningkatan terhadap
pembelajaran matematika di sekolah. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
matematika tidak hanya menekankan pada pencapaian kurikulum, tetapi juga
membuat siswa aktif. Oleh sebab itu, perlu diterapkan pembelajaran yang dapat
mengaktifkan siswa. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengajak siswa berperan aktif dalam pembelajaran adalah metode pembelajaran
discovery.
Metode pembelajaran discovery adalah metode mengajar yang mengatur
pengajaran sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum siswa ketahui
sebelumnya. Dalam pembelajaran discovery, kegiatan atau pembelajaran
dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep,
siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau
prinsip (Hamiyah dan Jauhar, 2014:180).
Landasan Teori
Hamiyah dan Jauhar (2014:180) metode pembelajaran discovery
(penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sehingga siswa
memperoleh pengetahuan yang belum siswa ketahui sebelumnya. Dalam
pembelajaran discovery (penemuan), kegiatan atau pembelajaran dirancang
sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-
prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa
melakukan pengamatan, mengolongkan, membuat dugan, menelaskan, menarik
kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.
Menurut Sani (2014:97), metode pembelajaran discovery merupakan metode
pembelajaran kongnitif yang menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang
dapat membuat siswa belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri.
Langkah-langkah yang akan digunakan untuk pembelajaran dengan metode
pembelajaran discovery sebagai berikut: a) Guru menyampaikan topik yang akan
dikaji, tujuan belajar, motivasi, dan memberikan penjelasan ringkas.; b) Guru
membagi siswa menjadi kelompok kecil (4-5 orang); c) Guru membagikan
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang harus diselesaikan oleh siswa; d) Guru
mengajukan permasalahan atau pertanyaan terkait dengan topik yang dikaji; e)
Guru memfasilitasi kelompok dalam melaksanakan percobaan /investigasi; f)
Kelompok melakukan percobaan atau pengamatan untuk mengumpulkan data
yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan; g) Kelompok
mengorganisasikan dan menganalisis data serta membuat laporan hasil percobaan
atau pengamatan; h) Kelompok mempaparkan hasil investigasi (percobaan atau
pengamatan) dan mengemukakan konsep yang ditemukan. Guru membimbing
siswa dalam mengkonstruksi konsep berdasarkan hasil investigasi.
Metode Peneltian
Sugiyono (2011:1) mengemukakan bahwa penelitian merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sesuai
dengan permasalahan yang akan diteliti maka jenis penelitian ini adalah true
experimental design (eksperimen sebenarnya). Variabel penelitian adalah suatu
atribut atau sifat atau nilai orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya ( Sugiyono, 2011:61). Populasi dalam penelitian ini adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VII SMP Negeri 8 Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017. Tes yang
digunakan adalah tes berbentuk soal uraian sebanyak 6 soal. Tes dalam penelitian
ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test)
materi yang diajarkan. Teknis analis data dalam penelitian adalah uji-t, karena
data berdistribusi normal dan homogen.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 8 Lubuklinggau
Tahun Pelajaran 2016/2017, dimulai dari tanggal 29 Juli s.d 29 Agustus 2016.
Dalam pelaksanaannya, peneliti melakukan lima kali pertemuan yaitu sebanyak
lima kali pertemuan, satu kali pemberian pre-test , tiga kali proses pembelajaran,
dan satu kali post-test.
Kemampuan awal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan
awal yang dimiliki siswa sebelum diberikan perlakuan, data mengetahui
kemampuan awal siswa sebelum mengetahui pembelajaran materi pertidaksamaan
liner satu variabel diperoleh dari hasil pres-test atau soal yang diberikan sebelum
siswa mendapat pembelajaran dari guru. Pelaksanaan pre-test dilakukan pada
pertemuan pertama yang dikuti oleh siswa yang berjumlah 30 orang pada kelas
eksperimen dan 30 orang pada kelas kontrol. Soal pre-test yang digunakan
berbentuk uraian yang terdiri dari 6 soal. Berdasarkan Hasil rata-rata (�̅�) dan
simpangan baku (s) hasil pre-test eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada
tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel.
Rata-rata (�̅�) dan Simpangan Baku (s) Nilai Pre-test
No Uraian Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1 Rentang nilai 27 29
2 Nilai rata-rata 17,37 14,23
3 Simpangan Baku 7,35 6,05
4 Nilai terkecil 5 0
5 Nilai terbesar 32 29
Berdasarkan Tabel 4.1 dilihat bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen 17,37
dengan simpangan baku 7,35 sedangkan kelas kontrol nilai rata-rata 14,23 dengan
simpangan baku 6,05. Dari data di atas menujukan bahwa selisih rata-rata antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut adalah sebesar 3,15.
Post-test adalah Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi
pertidaksamaan liner satu variabel merupakan hasil belajar siswa diperoleh
melalui post-test yang diikuti oleh 30 siswa kelas eksperimen dan 30 siswa pada
kelas kontrol. Pelaksanaan post-test bertujuan untuk mengetahui kemampuan
akhir siswa dalam penguasaan materi pertidaksamaan liner satu variabel setelah
diberikan perlakuan dengan menggunakan metode Discovery. perhitungan rata-
rata (�̅�) dan simpangan baku (S) hasil Post-test kelas eksperimen dan kelas
kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut :
Tabel.
Rata-rata (�̅�) dan Simpang Baku (S) Nilai Post-test
No Uraian Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1 Rentang Nilai 35 45
2 Nilai rata-rata 81,53 77,80
3 Simpangan Baku 7,19 9,96
4 Nilai Terkecil 63 46
5 Nilai Terbesar 98 91
Berdasarkan Tabel 4.5, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas
eksperimen sebesar 81,53 dengan simpang baku 7,19 sedangkan nilai rata-rata
kelas kontrol 77,80, dengan simpangan baku 9,96. Dari data diatas menujukan
bahwa selisih rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 3,75.
Pembahasan
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini Adakah pengaruh metode
pembelajaran Discovery terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP
Negeri 8 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017. Hasil belajar matematika
yang diukur adalah pada aspek kongnitif siswa setelah diberi perlakuan dengan
menggunakan metode pembelajaran Discovery dalam bentuk tes yang berisi
pertanyaan untuk mengukur penguasaan materi siswa. Penelitian ini dilakukan
pada dua kelas yang digunakan sebagai sampel yaitu, kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Kemudian kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda, yaitu pada
kelompok eksperimen diberi perlakuan menggunakan metode pembelajaran
Discovery, sedangkan pada kelompok kontrol diberi perlakuan dengan
menggunakan metode pembelajaran Konvensional.
Adapun pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan sebanyak lima kali
pertemuan untuk melihat hasil belajar yang dicapai kedua kelas. Pelaksanaan
pembelajaran pada kelas yang telah terpilih sebagai sampel adalah pada kelas
eksperimen yaitu VII.G di terapkan metode pembelajaran Discovery, dan kelas
VII.D sebagai kelas kontrol diterapkan metode pembelajaran Konvensional.
Metode pembelajaran Discovery merupakan metode yang mampu membantu
siswa dalam menggali informasi, keterampilan, cara berpikir dan mampu
memperkaya perkembangan intelektual siswa.
Pada saat dilaksanakan tes awal (pre-test), masih terdapat kesalahan pada
jawaban siswa baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol sehingga hasil
belajar siswa masih sangat rendah. Hal ini diakibatkan karena siswa memang
belum pernah mempelajari materi Pertidaksamaan liner satu variabel.
Setelah pemberian tes awal (pre-test) pada kelas eksperimen, kemudian
siswa diberikan perlakuan menggunakan metode pembelajaran discovery
sebanyak tiga kali pertemuan. Sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran
dilakukan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Pelaksanaan
pembelajaran dengan metode pembelajaran discovery dilakukan dengan cara guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, kemudian guru membagi
dan terbentuklah 6 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa yang
heterogen. Setelah kelompok terbentuk kemudian membagikan Lembar Kerja
Siswa (LKS) yang harus diselesaikan oleh siswa. Setiap siswa berdiskusi dengan
teman satu kelompoknya untuk menyusun, mengorganisir dan menganalisis data
sesuai petunjuk pada LKS. Kemudian siswa mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya.
Pada pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus 2016,
setelah peneliti menjelaskan bentuk dari proses pembelajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran discovery, menyampaikan tujuan
pembelajaran dan membagi kelompok, peneliti membagi LKS mengenai materi
Pertidaksamaan Liner Satu Variabel dengan indikator yang harus dicapai siswa
adalah Menjelaskan PtLSV dalam berbagai bentuk dan Variabel. Saat siswa
berdiskusi untuk menemukan konsep dalam materi Pertidaksamaan Liner Satu
variabel tersebut. siswa mengalami kesulitan. Adapun kesulitan yang dialami
siswa antara lain cara mengajar yang digunakan adalah hal yang baru bagi siswa
sehingga siswa memerlukan pemahaman terhadap metode pembelajaran yang
digunakan dan setelah siswa mendapatkan LKS, siswa banyak yang bertanya
karena mereka masih bingung dengan permasalahan yang ada dalam LKS. Selain
itu siswa juga mengalami kesulitan dalam melakukan penemuan konsep dari suatu
materi yang sedang mereka pelajari, hal ini disebabkan karena siswa terbiasa
menerima materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Adapun hambatan yang lain
siswa kurang berani dalam mempresentasikan hasil penemuannya di depan kelas
sehingga dalam menyampaikan hasil penemuannya kurang maksimal karena
terdengar kurang jelas oleh siswa lain. Dengan demikian peneliti memberi
pengarahan dan bimbingan supaya siswa lebih berani dalam mengemukakan
pendapatnya. Dari hasil diskusi, kemudian dengan bimbingan peneliti, siswa
menyimpulkan kegiatan diskusi. Pada pertemuan pertama kelompok yang mampu
menyelesaikan masalah dengan baik sebanyak tiga kelompok, sedangkan dua
kelompok lagi masih banyak kesalahan.
Hasil penemuan siswa pada kelas eksperimen setelah diterapkan metode
Discovery dapat dilihat pada gambar 4.1.
Proses pembelajaran pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari 22
Agustus 2016 dengan materi yang sama dan indikator yang harus dicapai siswa
adalah Menentukan penyelesaian Pertidaksamaan Liner Satu Variabel. Pada
pertemuan kedua siswa sudah mulai memahami metode pembelajaran discovery,
setelah LKS II dibagikan mereka sudah tahu apa yang harus dilakukannya.
Sehingga mereka langsung menyelidiki dan menemukan permasalahan yang ada
dalam LKS. Tetapi sebagian dari mereka ada yang masih bingung dan mengalami
kesulitan karena mungkin lupa dengan pelajaran yang sudah dipelajari
Gambar 4.1
Hasil Jawaban LKS Siswa kelas eksperimen
sebelumnya. Dengan demikian peneliti memberikan arahan kepada siswa yang
belum mengerti. Setelah hasil diskusi mereka selesai, mereka mempresentasikan
didepan kelas. Setelah itu membuat kesimpulan. Kelompok yang mampu
menyelesaikan masalah pada pertemuan kedua sebanyak dua kelompok,
sedangkan kelompok lain juga sudah mampu menyelesaikan masalah namun
belum mampu memberikan penjelasan yang sesuai dan masih terdapat kesalahan.
Hasil penemuan siswa pada kelas eksperimen setelah diterapkan metode
Discovery dapat dilihat pada gambar 4.2.
Menurut Hamiyah dan Jauhar (2014:180) mengatakan bahwa metode
pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur
pengajaran sehingga siswa memperoleh pengetahuan yang belum siswa ketahui
sebelumnya. Dalam pembelajaran discovery (penemuan), kegiatan atau
pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam
menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, mengolongkan, membuat
Gambar 4.2
Hasil Jawaban LKS Siswa kelas eksperimen
dugan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan
beberapa konsep atau prinsip.
Proses pembelajaran pada pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari 23
Agustus 2016 dengan indikator yang harus dicapai siswa adalah Menentukan
bentuk pertidaksamaan liner satu variabel pecahan, Menyelesaikan grafik
himpunan penyelesaian pertidaksamaan liner satu variabel. Dan proses
pembelajarannya sama dengan pertemuan pertama dan ke dua, perbedaannya
hanya pada indikator yang harus dicapai. Pada tahap pertemuan ketiga ini tidak
ada siswa yang mengalami kesulitan karena mereka sudah paham dengan
permasalahan yang ada pada LKS yang diberikan. Dan semua siswa telah
mencapai hasil yang baik karena sudah memahami materi yang telah diberikan
sebelumnya, sehingga peran peneliti hanya mengecek dan mengawasi. Pada
pertemuan ketiga lima kelompok sudah mampu menyelesaikan masalah dengan
baik, sedangkan satu kelompok lagi masih terdapat kesalahan.
Hasil penemuan siswa pada kelas eksperimen setelah diterapkan metode
Discovery dapat dilihat pada gambar 4.3.
Gambar 4.3
Hasil Jawaban LKS Siswa kelas eksperimen
Setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran
discovery pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol diberikan perlakuan
pembelajaran konvensional, selanjutnya kedua kelas diberikan tes akhir (post-test)
sebagai tolak ukur keberhasilan pembelajaran yang dilakukan. Tes akhir
dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus 2016. Berdasarkan hasil post-test pada
kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata siswa (�̅�) adalah 81,53 sedangkan hasil
post-test pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata siswa (�̅�) adalah 77,80.
Berdasarkan hasil nilai rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
ternyata nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
Hal ini disebabkan karena kelas eksperimen menggunakan metode pembelajaran
discovery sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.
Setelah dilakukan uji hipotesis dengan uji-t semu menghasilkan bahwa
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan nilai 4,97 > 1,67 ini membuktikan bahwa hipotesis dalam
penelitian ini diterima dan H0 ditolak yaitu rata-rata hasil belajar matematika yang
menggunakan metode pembelajaran discovery lebih dari rata-rata hasil belajar
matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima, yaitu ada pengaruh
metode pembelajaran Discovery terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII
SMP Negeri 8 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017.
Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil uji penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan nilai rata-rata post-test kelas eksperimen
sebesar 81,53 dan kelas kontrol sebesar 77,80 dan uji kesamaan dua rata-rata (uji-
t semu) pada taraf signifikan = 0,05 dan dk = 60 menunjukkan nilai
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 4,97 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙1,67 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan hasil
penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa “terdapat pengaruh
metode pembelajaran discovery terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII
SMP Negeri 8 Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017”.
Daftar Pustaka
Hamiyah, Nur dan Muhamad Jauhar. 2014. Strategi Belajar-Mengajar di Kelas.
Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad
21. Ciawi-Bogor: Ghalia Indonesia.
Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi
Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, W. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenata Media.
Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suherman, E dan Sukjaya. (2011). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi
Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.
Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
.