Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH LABA BERSIH, ARUS KAS
OPERASI DAN KOMPONEN-KOMPONEN
AKRUAL DALAM MEMPREDIKSI ARUS KAS
OPERASI DI MASA DEPAN
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Sarajana (S1)
pada Program Sarjana Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro
Disusun oleh :
WAHYU SULISTYAWAN M
NIM. 12030110130176
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
ii
PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama Penyusun : Wahyu Sulistyawan M
Nomor Induk Mahasiswa : 12030110130176
Fakultas/Jurusan : Ekonomika dan Bisnis/Akuntansi
Judul Skripsi : PENGARUH LABA BERSIH, ARUS KAS
OPERASI DAN KOMPONEN-KOMPONEN
AKRUAL DALAM MEMPREDIKSI ARUS
KAS OPERASI DI MASA DEPAN
Dosen Pembimbing : Aditya Septiani, S.E., M.Si., Akt.
Semarang, Agustus 2015
Dosen Pembimbing,
Aditya Septiani, S.E., M.Si., Akt.
NIP. 19790924 200812 2003
iii
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN
Nama Penyusun : Wahyu Sulistyawan M
Nomor Induk Mahasiswa : 12030110130176
Fakultas/Jurusan : Ekonomika dan Bisnis / Akuntansi
Judul Skripsi : PENGARUH LABA BERSIH, ARUS KAS
OPERASI DAN KOMPONEN-KOMPONEN
AKRUAL DALAM MEMPREDIKSI ARUS
KAS OPERASI DI MASA DEPAN
Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 25 Agustus 2015
Tim Penguji :
1. Aditya Septiani, S.E., M.Si., Akt. (...............................................)
2. Herry Laksito, S.E., M.Adv. Acc., Akt. (...............................................)
3. Dr. Hj. Zulaikha, M.Si., Akt. (...............................................)
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Wahyu Sulistyawan Marsono,
menyatakan bahwa skripsi dengan judul : “PENGARUH LABA BERSIH, ARUS
KAS OPERASI DAN KOMPONEN-KOMPONEN AKRUAL DALAM
MEMPREDIKSI ARUS KAS OPERASI DI MASA DEPAN” adalah hasil
tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa
dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang
saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau
simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain,
yang saya akui seolah-olah menjadi sebagai tulisan saya sendiri, dan/atau tidak
terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru atau yang saya ambil
dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya.
Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut di
atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang
saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa
saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil
pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh universitas
batal saya terima.
Semarang, 25 Agustus 2015
Yang membuat pernyataan,
(Wahyu Sulistyawan M)
NIM : 12030110130176
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Dan jika sudah selesai
suatu urusan maka kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan
kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap.” (QS. Al-Insyirah: 5-8)
“Jika dalam 10 kesempatan kamu berusaha untuk meraih sesuatu kemudian gagal,
berarti kamu membutuhkan 9 kegagalan untuk mencapai suatu keberhasilan
tersebut. (Wahyu Sulistyawan M)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tuaku, kakakku, saudara-
saudara, sahabat serta almamater tercinta yang telah memberikan pembelajaran
hidup yang sangat luar biasa.
vi
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine about the influence of earning,
operation of cash flows, and accrual components in predicting cash flow operations
in the future of the manufacturing companies. This research using four accrual
components as independent variable, namely changes in receivables, changes in
payables, changes in inventories, and changes in depreciation.
The type of data that is used in this research was secondary data from the
financial statement manufacturing company registered in indonesia stock exchange
in 2009-2013. The sample collection in this research is done by purposively
sampling to manufacturing companies in indonesia. This research using model of
multiple regression.
The results shows that earning, operation of cash flow, changes in
receivables changes in payables, changes in inventories and changes in
depreciation costs significantly affect to the future operation cash flow.
Keyword : operating of cash flows, earnings, accrual, changes in receivable,
changes in inventories, changes in payable, and changes in depreciation.
vii
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji mengenai pengaruh laba
bersih, arus kas operasi dan komponen-komponen akrual dalam memprediksi arus
kas operasi di masa depan dalam perusahaan manufaktur. Penelitian ini
menggunakan empat komponen akrual sebagai variabel bebas, yaitu perubahan
piutang usaha, perubahan hutang usaha, perubahan persediaan dan perubahan beban
depresiasi.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari
laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2009-2013. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara
purposive sampling pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Penelitian ini
menggunakan model regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa laba bersih, arus kas operasi,
perubahan piutang usaha, perubahan hutang usaha, perubahan persediaan dan
perubahan beban depresiasi berpengaruh secara signifikan terhadap arus kas operasi
di masa depan.
Kata kunci: arus kas operasi, laba bersih, akrual, perubahan piutang,
perubahan hutang, perubahan persediaan dan perubahan beban depresiasi.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat,
karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Laba Bersih, Arus Kas Operasi dan
Komponen-Komponen Akrual dalam Memprediksi Arus Kas Operasi di Masa
Depan” dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun dengan tujuan sebagai salah
satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan program sarjana (S1) Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Dalam proses penyusunan skripsi
ini penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan namun berkat bantuan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu perkenankan penulis menyampaikan banyak terima
kasih kepada:
1. Allah SWT atas segala limpahan karunia, petunju, dan rahmat-Nya yang luar
biasa sehingga penulis senantiasa semangat selalu menyelesaikan skripsi
hingga akhir.
2. Kedua orang tuaku tercinta, Sumarsono dan Enny Fatimah yang selalu
menyemangati, nasihat, dukungan dan do’a agar penulis dapat segera
menyelesaikan skripsi ini. Kakakku Novita Yuliana Setyoningsih yang
senantiasa memberikan dukungan semangat yang tak pernah putus kepada
penulis sehingga terciptanya skripsi ini.
3. Dr. Suharnomo, SE, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro Semarang.
ix
4. Prof. Dr. H. Muchamad Syafruddin, M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang.
5. Ibu Aditya Septiani S.E., M.Si., Akt. selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia memberikan waktu, bimbingan, dan arahan selama proses
penyusunan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik dan lancar.
6. Bapak Drs. Daljono M.Si., Akt. selaku Dosen Wali yang telah membimbing
penulis dari awal hingga akhir studi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro Semarang.
7. Seluruh dosen, karyawan, dan staff Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro Semarang yang telah bersedia melayani dan
memberikan pengalaman dari pertama kali penulis menginjakkan kaki di
kampus hingga selesai studi.
8. Mas Nur Ardiansyah dan istrinya Mbak Anis yang telah membantu dan
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Ricky “acil”, deko dan icha yang memberikan bantuan dan arahannya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10. Randi, Adit, Tyan, Amita dan Shofia sebagai teman satu bimbingan yang saling
mendukung dan mendo’akan kepada penulis sehingga terciptanya skripsi ini.
11. Seluruh tim futsal “Ledger United”, Vito, Deko, Acil, Nikho, Seno, Lais, Rino,
Haris, Tommy, Evan, Adit, Bagus, Arya Y, Kennedy, Aldo, Muffid, Andik,
Dimas, Nikodemus semoga tetap kompak dalam futsal dan sudah mempercayai
penulis sebagai kapten tim.
x
12. Yudha (dekat rumah penulis) dan Erlang “Gentong”, kalian yang pertama kali
memanggil penulis dengan sebutan “Bos”. Sehingga teman-teman lain pada
ikut memanggil “Bos” dari semester 1 sampai penulis menyelesaikan skripsi
ini.
13. Teman-teman Tim KKN TEMATIK Kab. Semarang, Desa Genting, Jambu
pada khususnya Wahyu Sentun selaku Kordes, TIM 2 yaitu Haris, Alda,
Nanda, Noviar, Dimas, Heranda, Mas Alfin, Anin, Ayu, Purwi, Alfat, Upi,
Adis dan TIM 1, 3, 4 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
memberikan rasa kekeluargaannya kepada penulis.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah menjadi
bagian dari cerita kehidupan penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangan dan kekeliruan, karena itu penulis menerims kritik dan saran
demi tercapainya hasil yang lebih baik. Penulis hanya dapat berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan pihak-pihak terkait.
Semarang, 25 Agustus 2015
Wahyu Sulistyawan M
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN v
ABSTRACT vi
ABSTRAK vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR GAMBAR xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 6
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 6
1.3.1 Tujuan Penelitian 7
1.3.2 Kegunaan Penelitian 7
1.4 Sistematika Penulisan 8
BAB II TELAAH PUSTAKA 10
2.1 Landasan Teori dan Peneltian Terdahulu 10
2.1.1 Teori Sinyal 10
2.1.2 Arus Kas 11
2.1.2.1 Laporan Arus Kas 12
2.1.2.2 Laporan Arus Kas Aktivitas Operasi 14
2.1.3 Laporan Keuangan 15
2.1.4 Komponen-Komponen Akrual 19
xii
2.1.5 Laba Besih 23
2.2 Penelitian Terdahulu 25
2.3 Kerangka Pemikiran 28
2.4 Hipotesis 30
2.4.1 Pengaruh Laba dalam Memprediksi Arus Kas Operasi di Masa
Depan 30
2.4.2 Pengaruh Arus Kas Operasi dalam Memprediksi Arus Kas
Operasi di Masa Depan 32
2.4.3 Pengaruh Perubahan Piutang Usaha dalam Memprediksi
Arus Kas Operasi di Masa Depan 34
2.4.4 Pengaruh Perubahan Hutang Usaha dalam Memprediksi
Arus Kas Operasi di Masa Depan 35
2.4.5 Pengaruh Perubahan Persediaan dalam Memprediksi
Arus Kas Operasi di Masa Depan 35
2.4.6 Pengaruh Perubahan Beban Depresiasi dalam Memprediksi
Arus Kas Operasi di Masa Depan 36
BAB III METODE PENELITIAN 38
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 38
3.1.1 Variabel Bergantung (Variabel Dependen) 38
3.1.2 Variabel bebas (Variabel Independen) 39
3.1.2.1 Laba Bersih 39
3.1.2.2 Arus Kas Operasi 39
3.1.2.3 Komonen-Komponen Akrual 39
3.2 Populasi dan Sampel 40
3.3 Jenis dan Sumber Data 41
3.4 Metode Pengumpulan Data 41
3.5 Metode Analisis 41
3.5.1 Analisis statistik deskriptif 43
3.5.2 Uji Asumsi Klasik 43
xiii
3.5.2.1 Uji Normalitas 43
3.5.2.2 Uji Heterokedastisitas 44
3.5.2.3 Uji Multikolinearitas 45
3.5.2.4 Uji Autokorelasi 45
3.5.3 Pengujian Hipotesis 46
3.5.3.1 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t) 46
3.5.3.2 Uji Signifikan Simultan (Uji F) 47
3.5.3.3 Koefisien determinasi 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 49
4.1 Deskripsi Objek Penelitian 49
4.2 Analisis Data 51
4.2.1 Statistik Deskriptif 51
4.2.2 Hasil Uji Asumsi Klasik 56
4.2.2.1 Hasil Uji Normalitas 56
4.2.2.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas 58
4.2.2.3 Hasil Uji Multikolinearitas 61
4.2.2.4 Hasil Uji Autokorelasi 62
4.2.3 Pengujian Hipotesis 64
4.2.3.1 Uji Analisis Regresi Berganda 64
4.2.3.2 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t) 64
4.2.3.3 Uji Signifikan Simultan (Uji F) 66
4.2.3.4 Uji Koefisien determinasi 68
4.3 Pembahasan 69
BAB V PENUTUP 72
5.1 Kesimpulan 72
5.2 Keterbatasan Penelitian 73
5.3 Saran 73
DAFTAR PUSTAKA 75
LAMPIRAN-LAMPIRAN 79
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 26
Tabel 4.1 Jumlah Data Sampel Perusahaan ..................................................... 50
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ............................................................ 51
Tabel 4.3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test........................................... 58
Tabel 4.4 Uji Glejser ........................................................................................ 60
Tabel 4.5 Uji Multikolonieritas ........................................................................ 61
Tabel 4.6 Uji Autokolerasi ............................................................................... 63
Tabel 4.7 Hasil Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t) ............................ 64
Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji F) .............................................. 67
Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien determinasi ....................................................... 68
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Model Kerangka Penelitian .......................................................... 30
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas dengan Analisis Grafik Plot ....................... 57
Gambar 4.2 Grafik Plot ZPRED dan SRESID ................................................. 59
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A Daftar Perusahaan .......................................................................... 80
Lampiran B Data Perusahaan Tahun 2013......................................................... 82
Lampiran C Data Perusahaan Tahun 2012......................................................... 84
Lampiran D Data Perusahaan Tahun 2011 ........................................................ 87
Lampiran E Data Perusahaan Tahun 2010 ......................................................... 90
Lampiran F Data Perusahaan Tahun 2009 ......................................................... 93
Lampiran G Output SPSS .................................................................................. 96
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Memprediksi arus kas masa depan perusahaan adalah masalah mendasar
dalam akuntansi dan keuangan yang mengingatkan bahwa nilai perusahaan
sekuritas tergantung pada kemampuannya untuk menghasilkan arus kas.
Berdasarkan Financial Accounting Standards Board (FASB) (1978; paragraf 37-9)
menyatakan dalam Pernyataan dari Financial Accounting Concepts No. 1 bahwa
tujuan laporan keuangan harus menyediakan informasi untuk membantu investor,
kreditor, dan lain-lain menilai jumlah, waktu yang tepat, dan ketidakpastian aliran
kas bersih kepada pihak perusahaan. Salah satu cara untuk mengurangi
ketidakpastian aliran kas tersebut adalah dengan melakukan analisis terhadap
laporan keuangan perusahaan. Penilaian investor pada laba di masa yang akan
datang dapat diperoleh ketika investor mempunyai informasi yang berhubungan
dengan perusahaan.
Dalam memprediksi kondisi perusahaan masa depan, para pelaku ekonomi
membutuhkan data historis dan laporan keuangan, yang dapat membantu para
pelaku ekonomi memprediksi hal tersebut. Dalam penyajian laporan keuangan,
pelaporan keuangan dibagi menjadi 6, meliputi (PSAK 1, 2009):
1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode;
2. Laporan laba rugi komprehensif selama periode;
3. Laporan perubahan ekuitas selama periode;
2
4. Laporan arus kas selama periode;
5. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting
dan informasi penjelasan lainnya; dan
6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika
entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau
membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas
mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
Dengan pelaporan keuangan tersebut, para pelaku ekonomi dapat
memprediksi kondisi perusahaan di masa depan. Para pelaku ekonomi dapat
menggunakan laporan keuangan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat
keputusan ekonomi, salah satunya yaitu laporan arus kas. Berdasarkan PSAK No.2
Tahun 2009, semua perusahaan diwajibkan membuat laporan arus kas. Peraturan
tersebut menyatakan perusahaan harus menyusun laporan arus kas dan menyajikan
laporan tersebut sebagai bagian yang tak terpisahkan (integral) dari laporan
keuangan untuk setiap periode tertentu dalam penyajiannya. Komponen arus kas
terdiri dari aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan.
Kemudian PSAK No. 2 Tahun 2009 menjelaskan, informasi yang disajikan
dalam laporan arus kas berguna untuk :
1 Mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan
(termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi
jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan
dan peluang.
3
2 Menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan
memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan
membandingkan nilai sekarang terhadap arus kas masa depan dari berbagai
perusahaan.
3 Meneliti kecermatan dari taksiran arus kas masa depan yang telah dibuat
sebelumnya dan dalam menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas
bersih serta dampak perubahan harga.
FASB tahun 1978 menyatakan, bahwa laba historis memiliki kekuatan
dalam memprediksi arus kas masa depan. Kemudian muncul satu pertanyaan
mendasar yang telah digunakan banyak peneliti yaitu apakah laba memiliki
kekuatan lebih baik dari arus kas lancar ketika memprediksi arus kas masa depan
perusahaan. Namun, bukti empiris selama ini pada keunggulan laba dan arus kas
dalam memprediksi arus kas masa depan tetap tidak meyakinkan. Banyak penelitian
yang secara tidak langsung menguji pernyataan FASB pada keunggulan laba dalam
memprediksi arus kas masa depan dengan menguji hubungan antara perhitungan
laba dan (return) harga saham menunjukkan bahwa hubungan antara laba dan
(return) harga saham telah menurun kemampuanya dari waktu ke waktu (Ryan dan
Zarowin, 2003; Jones, 2003; Brown et al., 1999; Ely dan Waymire, 1999; Francis
dan Schipper, 1999; Lev dan Zarowin, 1999; Collins et al., 1997). Ada satu
penjelasan pada penurunan hubungan antara laba dan harga saham (return) adalah
berkurangnya kemampuan laba dalam memprediksi arus kas masa depan karena
harga saham yaitu nilai sekarang dari arus kas masa depan. Sebaliknya, Kim dan
Kross (2005) meneliti hubungan antara laba dan arus kas aktivitas operasi satu
4
tahun ke depan dari tahun 1973-2000 membuktikan bahwa saat kemampuan laba
dalam memprediksi arus kas masa depan mempengaruhi tingkat pengembalian laba
telah menurun beberapa dekade terakhir, kemampuan laba saat ini untuk
memprediksi satu tahun ke depan arus kas operasi telah meningkat secara signifikan
selama periode yang sama.
Penelitian yang dilakukan Parawiyati dan Baridwan (1998) yang di
sebutkan dalam Agustina Ratna Dwiati (2008), menyatakan bahwa laba signifikan
dalam memprediksi arus kas dan laba masa depan. Hasil penelitian Parawiyati dan
Baridwan (1998) ini juga sesuai dengan hasil penelitian Syafriadi (2000) dalam
Dahler dan Febrianto (2006). Kemudian Subramanyam dan Wild (2010) dalam
Utami Budi Wardani (2013), menggunakan arus kas aktivitas operasi dan
komponen akrual untuk memprediksi laba masa depan karena aktivitas operasi
merupakan aktivitas yang terkait dengan laba. Laporan arus kas aktivitas operasi
meliputi pendapatan dan beban yang disajikan dalam laporan laba rugi, arus kas
masuk dan arus kas keluar bersih yang berasal aktivitas terkait, seperti pemberian
kredit kepada pelanggan, investasi dalam persediaan, dan perolehan kredit dari
pemasok. Aktivitas operasi terkait dengan pos-pos laporan laba rugi dan dengan
pos-pos operasi dalam neraca seperti pos piutang, persediaan, pembayaran di muka,
utang dan beban masih harus dibayar.
Adanya penelitian lain yang menjadikan komponen-komponen akrual
sebagai prediktor arus kas di masa mendatang, penelitian yang telah dilakukan oleh
Elingga dan Supatmi (2008) telah melakukan penelitian dalam dua periode. Periode
penelitian yang digunakan merupakan kondisi ekonomi di Indonesia sebelum dan
5
sesudah krisis. Dari penelitian tersebut, pada saat krisis hanya komponen beban
depresiasi yang berpengaruh terhadap arus kas operasi di masa mendatang.
Sedangkan pada saat kondisi ekonomi yang stabil, secara parsial semua komponen
yaitu, piutang, persediaan, beban depresiasi dan hutang masing-masing
berpengaruh signifikan terhadap arus kas di masa mendatang. Kemudian penelitian
yang dilakukan oleh Barth, et al. (2001) yang membuktikan bahwa laba disaggregat
menjadi akrual dan arus kas utama komponen yaitu perubahan piutang dan utang,
persediaan, depresiasi, amortisasi, dan akrual lainnya secara signifikan
meningkatkan laba untuk memprediksi arus kas masa depan.
Dari berbagai penelitian terdahulu yang telah dilakukan membuktikan hasil
yang bervariasi, maka peneliti mereplikasi penelitian yang di lakukan oleh Ibrahim
El-Sayed Ebaid (2011) yang membutikan bahwa laba dan disaggregat akrual
menjadi komponen utama perubahan dalam piutang usaha, perubahan hutang
usaha, perubahan persediaan, perubahan depresiasi secara signifikan meningkatkan
kemampuan prediksi laba untuk arus kas masa depan di Mesir. Peneliti kemudian
menguji kemampuan laba bersih, arus kas operasi dan komponen-komponen akrual
yang terdiri dari perubahan piutang usaha, perubahan hutang usaha, perubahan
persediaan dan perubahan beban depresiasi untuk memprediksi arus kas operasi di
masa depan di Indonesia.
Peneliti ingin membuktikan apakah penelitian yang di lakukan oleh Ibrahim
El-Sayed Ebaid (2011) dapat diteliti di Indonesia, dengan menggunakan alat
prediksi arus kas operasi di masa depan. Untuk mendapatkan hasil dari penelitian
ini, peneliti menggunakan data yang berupa laporan keuangan yang sudah
6
dipublikasikan kepada masyarakat luas dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia
(BEI). Dari berbagai jenis perusahaan yang terdaftar di BEI, peneliti melakukan
penelitiannya pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di BEI.
1.2 Rumusan Masalah
Banyak penelitian yang secara tidak langsung menguji pernyataan FASB
(1978) bahwa laba historis memiliki kekuatan dalam memprediksi arus kas masa
depan lebih baik daripada arus kas historis. Namun hasil penelitian FASB ada
perbedaan dengan hasil dari yang dilakukakan penelititan lain. Ketika beberapa
peneliti (Kim dan Kross, 2005; Barth et al., 2001; Dechow et al., 1998; Murdoch
and Krause, 1990; Greenberg et al., 1986) mengusulkan bahwa laba memiliki
kemampuan yang lebih baik dari pada arus kas dalam memprediksi arus kas masa
depan, penelitian lainnya (Lorek dan Willinger, 2009; Finger, 1994; Bowen et al.,
1986) menyediakan bukti bahwa arus kas menjadi prediktor yang lebih baik dalam
memprediksi arus kas masa depan dari operasi dari pada pendapatan.
Berdasarkan perumusan masalah yang di uraikan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah apakah laba bersih, arus kas operasi, perubahan piutang
usaha, perubahan hutang usaha, perubahan persediaan dan perubahan beban
depresiasi berpengaruh terhadap arus kas operasi di masa depan?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menguji pengaruh laba bersih, arus
kas operasi dan komponen-komponen akrual yang dipisahkan menjadi perubahan
7
piutang usaha, perubahan hutang usaha, perubahan persediaan dan perubahan beban
depresiasi dalam memprediksi arus kas di masa depan. Kegunaan penelitian ini
dibagi menjadi dua yaitu kegunaan penelitian dari aspek teoritis dan aspek praktis
yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berdasarkan perumusan masalah yang telah disusun
adalah untuk menganalisis pengaruh laba bersih, pengaruh arus kas operasi,
pengaruh perubahan piutang usaha, pengaruh perubahan hutang, pengaruh
perubahan persediaan dan pengaruh perubahan beban depresiasi terhadap arus kas
operasi di masa depan.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
a. Aspek Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
penambahan atau masukan baru bagi bidang akuntansi keuangan dan
bentuk prediksi arus kas operasi di masa depan berdasarkan analisis laba
bersih, arus kas operasi dan komponen-komponen akrual.
b. Aspek Praktis
1. Meningkatkan pengetahuan tentang laba bersih, arus kas operasi dan
komponen-komponen akrual sebagai sumber yang dapat digunakan
sebagai prediksi arus kas operasi di masa depan.
8
2. Sebagai pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti
investor, kreditur, pemerintah dan profesi lain yang terkait dalam
pengambilan keputusan investasi.
3. Memberikan informasi kepada penyedia dan pemakai laporan
keuangan dalam memprediksi laba.
1.4 Sistematika Penulisan
Penulisan pada penelitian ini disusun dalam lima bab yang terdiri dari :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengapa penelitian ini menarik untuk diteliti
dan untuk apa penelitian ini dilakukan. Bab ini juga menjelaskan
mengenai mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : TELAAH PUSTAKA
Bab ini yang membahas teori dan konsep yang melandasi
permasalahan penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan, serta
mendukung masalah yang diteliti timbulnya hipotesis penelitian dan
diuraikan mengenai hubungan variabel dependen dan independen
yang digunakan dalam penelitian ini.
9
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai operasional pelaksanaan penelitian,
obyek penelitian, rancangan penelitian, jenis dan sumber data, ruang
lingkup penelitian, prosedur pengumpulan data, dan teknik analisis
yang digunakan.
BAB IV : HASIL DAN ANALISIS
Bab ini menjelaskan hasil dan pembahasan penelitian, dengan cara
menguraikan mengenai objek penelitian, hasil pengolahan data serta
interprestasi hasil statistik.
BAB V : PENUTUP
Bab ini membahas kesimpulan hasil dalam penelitian ini serta
keterbatasan dan saran-saran untuk penelitian.
10
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu
2.1.1 Teori Sinyal
Teori sinyal menunjukkan adanya informasi yang lebih banyak/lebih baik
antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan
informasi tersebut. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya
perusahaan memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan.
Menurut Jama’an (2008), signaling theory mengemukakan tentang
bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna
laporan keuangan. Sinyal ini berbentuk informasi mengenai apa yang sudah
dilakukan oleh perusahaan untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal berupa
promosi dan prinsip informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut
lebih baik daripada perusahaan lain. Kemudian Brigham dan Houston (2001 : 36)
menjelaskan teori sinyal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen
perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen
memandang prospek perusahaan.
Menurut Maria Immaculatta (2006) kualitas keputusan investor dipengaruhi
oleh kualitas informasi yang diungkapkan perusahaan dalam laporan keuangan.
Kualitas informasi tersebut bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi yang
timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan
di masa mendatang dibanding pihak eksternal perusahaan. Informasi yang berupa
11
pemberian peringkat obligasi perusahaan yang dipublikasikan diharapkan dapat
menjadi sinyal kondisi keuangan perusahaan tertentu dan menggambarkan
kemungkinan yang terjadi terkait dengan utang yang dimiliki.
Menurut Jogiyanto (2000 : 392), informasi yang dipublikasikan sebagai
suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan
keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka
diharapkan pasar akan bereaksi pada saat pengumuman tersebut diterima oleh
pasar.
2.1.2 Arus Kas
Menurut PSAK No.2 Tahun 2009 (paragraf 43), mengharuskan perusahaan
untuk mengungkapkan komponen kas dan setara kas serta harus menyajikan
rekonsiliasi jumlah tersebut dalam laporan arus kas dengan pos yang sama dengan
pos yang ada di neraca. PSAK No. 2 Tahun 2009 menjelaskan bahwa kas terdiri
dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro. Setara kas (cash equivalent) adalah
investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan yang dengan cepat
dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai
yang signifikan. Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas.
Dalam Statement of Financial Accountuing Standars no. 95, FASB menyatakan
bahwa suatu laporan arus kas harus menjelaskan selisih yang terjadi antara saldo
awal dan saldo akhir serta setara kas (cash equivalent). Hal ini berarti dalam laporan
kas, kas memiliki pengertian yang lebih luas yang tidak hanya terbatas pada saldo
12
kas tersedia di perusahaan (cash on hand) dan kas di bank, tetapi juga termasuk
perkiraan-perkiraan yang dikenal sebagai setara kas (cash equivalent).
2.1.2.1 Laporan Arus Kas
Menurut PSAK No. 2 Tahun 2009 laporan arus kas adalah sebuah laporan
keuangan dasar yang melaporkan kas yang diterima, kas yang dibayarkan, dan
perubahannya. Perlunya pelaporan arus kas dilihat dari tujuan utama akuntansi
menurut FASB adalah menyediakan kepada investor dan pihak lain, informasi yang
berguna untuk menetapkan jumlah, waktu dan ketidakpastian dari arus kas
prospektif. Arus kas ini diasumsikan membentuk dasar untuk mengestimasi nilai
pasar dari utang, ekuitas, dan instrumen keuangan lain yang diterbitkan oleh sebuah
perusahaan (Hendriksen dan Breda, 1992).
PSAK No. 2 Tahun 2009 menyatakan, Laporan arus kas harus melaporkan
arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi,
investasi, dan pendanaan. Arus kas merupakan arus masuk dan arus keluar kas dan
setara kas. Laporan arus kas terdiri dari tiga aktivitas, yaitu aktivitas operasional,
aktivitas pendanaan, dan aktivitas investasi. Entitas menyajikan arus kas dari
aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan dengan cara yang paling sesuai dengan
bisnis entitas tersebut. Klasifikasi menurut aktivitas memberikan informasi yang
memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai pengaruh aktivitas tersebut
terhadap posisi keuangan entitas serta terhadap jumlah kas dan setara kas.
Aktivitas Dalam Laporan Arus Kas menurut Kieso, dkk (2008 : 213)
sebagai berikut :
13
1. Aktivitas operasi (operating activities) meliputi pengaruh kas dari transaksi
yang digunakan untuk menentukan laba bersih.
2. Aktivitas investasi (investing activities) meliputi pemberian dan penagihan
pinjaman serta perolehan dan pelepasan investasi (baik utang maupun
ekuitas) serta property, pabrik, dan peralatan.
3. Aktivitas pendanaan (financing activities) melibatkan pos-pos kewajiban
dan ekuitas pemilik. Aktivitas ini meliputi:
a. Perolehan sumber daya dari pemilik dan komposisinya kepada mereka
dengan pengembalian atas dan dari investasinya, dan
b. Peminjaman uang dari kreditor serta pelunasannya.
Tujuan laporan arus kas menurut SFAS No. 95 adalah menyajikan informasi
yang relevan mengenai penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan selama satu
periode. Sedangkan menurut PSAK No. 2 Tahun 2009 menyatakan bahwa
keutamaan informasi arus kas dalam kaitannya dengan laporan keuangan lainnya
adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dan setara kas.
2. Memungkinkan para pemakai laporan keuangan mengembangkan model
untuk membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan dari
berbagai perusahaan.
3. Informasi laporan arus kas dapat digunakan sebagai indikator dari jumlah,
waktu dan kepastian arus kas masa depan.
14
4. Meneliti kecermatan taksiran arus kas masa depan dan menentukan
hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan
harga.
2.1.2.2 Laporan Arus Kas Aktivitas Operasi
Berdasarkan PSAK No. 2 Tahun 2009, aktivitas operasi adalah aktivitas
penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenue-producing activities)
dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas
pendanaan. Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi dapat digunakan
sebagai indikator utama dalam menentukan apakah operasi entitas dapat
menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara
kemampuan operasi entitas, membayar deviden, dan melakukan investasi baru
tanpa mengandalkan sumber pendapatan dari luar serta berguna dalam memprediksi
arus kas operasi masa depan.
Arus kas operasi diperoleh dari aktivitas utama pendapatan perusahaan.
Dengan demikian, arus kas pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain
yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih. Beberapa contoh arus kas
operasi adalah :
1. Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa
2. Penerimaan kas dari royalti, fees, komisi dan pendapatan lain
3. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa
4. Pembayaran kas kepada karyawan
5. Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan
dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat asuransi lainnya.
15
6. Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan
kecuali jika dapat diinvestasikan secara khusus sebagai bagian aktivitas
pendanaan dan investasi.
7. Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan
transaksi usaha dan perdagangan.
2.1.3 Laporan Keuangan
Menurut DSAK-IAI dalam PSAK, revisi 2009, paragraph 7 menyebutkan
bahwa laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan
dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan
keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan
kepada mereka.
Laporan keuangan (financial statements) terdiri dari :
1. Neraca
a. Neraca disiapkan per tanggal tertentu.
b. Neraca melaporkan aktiva yang dimiliki perusahaan per tanggal tersebut serta
klaim dari kreditor dan pemilik atas aktiva tersebut.
2. Laporan laba rugi
a. Laporan laba rugi disiapkan untuk periode tertentu, misalnya satu tahun,
satu kuartal, atau satu bulan.
16
b. Melaporkan pendapatan dan beban dan laba atau ruginya.
3. Laporan ekuitas
a. Laporan ekuitas disiapkan untuk periode yang sama seperti laporan laba rugi.
b. Melaporkan perubahan dalam ekuitas karena laba atau rugi serta keuntungan
dan kerugian tertentu yang meliputi laba komprehensif lainnya, dan transaksi
lain dengan pemilik yang menambah atau mengurangi ekuitas. Transaksi
lainnya tersebut termasuk investasi tambahan oleh pemilik dalam usaha,
pembayaran dividen atau distribusi kepada pemilik, atau pembelian kembali
saham dari pemilik oleh perusahaan.
4. Laporan arus kas
a. Laporan arus kas disiapkan untuk periode yang sama dengan laporan laba
rugi dan laporan ekuitas.
b. Laporan arus kas berisi penerimaan dan pembayaran kas perusahaan selama
periode tertentu dan memperlihatkan bagaimana semua perubahan-
perubahannya secara bersama-sama menghasilkan perubahan kas di neraca
dari awal hingga akhir periode.
5. Catatan atas laporan keuangan
Penjelasan atau daftar rinci analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam
laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas.
Tujuan dari laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
memberikan manfaat kepada pengguna laporan keuangan dalam pengambilan
keputusan secara ekonomi. Dalam PSAK No. 1 Revisi (2009), paragraf 7, tujuan
17
laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan
kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan
keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya perusahaan. Untuk
mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai
entitas meliputi :
a. Aset
b. Liabilitas
c. Ekuitas
d. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian
e. Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai
pemilik
f. Arus kas
Informasi tersebut dan informasi lainnya yang ada dalam catatan atas
laporan keuangan, dapat membantu pengguna laporan keuangan dalam
memprediksi arus kas masa depan khususnya dalam hal waktu dan
kepastiasn diperolehnya kas dan setara kas
Pelaporan keuangan tidak terbatas pada isi dari laporan keuangan tetapi juga
media pelaporan lainnya. Kemudian FASB menyatakan :
Pelaporan keuangan mencakup tidak hanya laporan keuangan tetapi juga
media pelaporan informasi lainnya, yang berkaitan langsung atau tidak
langsung, dengan informasi yang disediakan oleh sistem akuntansi, yaitu
18
informasi tentang sumber-sumber ekonomi, hutang, laba periodik dan lain-
lain.
Tujuan pelaporan keuangan yang terdapat dalam SFAC No. 1 dalam Anis Chariri
dan Imam (2007) adalah sebagai berikut :
1. Pelaporan keuangan memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor dan
kreditor, dan pemakai lainnya dalam mengambil keputusan investasi, kredit
yang serupa secara rasional. Informasi tersebut harus bersifat komprehensif
bagi mereka yang memiliki pemahaman yang rasional tentang kegiatan bisnis
dan memiliki kemampuan untuk mempelajari informasi dengan cara yang
rasional
2. Pelaporan keuangan memberikan informasi untuk membantu investor, kreditor
dan pemakai lainnya dalam menilai jumlah, pengakuan, dan ketidakpastian
tentang penerimaan kas bersih yang berkaitan dengan perusahaan.
3. Pelaporan keuangan memberikan informasi tentang sumber-sumber ekonomi
suatu perusahaan, klaim terhadap sumber-sumber tersebut (kewajiban suatu
perusahaan untuk menyerahkan sumber-sumber para entitas lain atau pemilik
modal), dan pengaruh transaksi, peristiwa, dan kondisi yang mengubah sumber-
sumber ekonomi dan klaim terhadap sumber-sumber tersebut.
4. Pelaporan keuangan menyediakan informasi tentang hasil usaha (performa
keuangan) suatu perusahaan selama suatu periode.
5. Pelaporan keuangan menyediakan informasi tentang bagaimana perusahaan
memperoleh dan membelanjakan kas, tentang pinjaman dan pembayaran
kembali pinjaman, tentang transaksi modal, termasuk dividen kas dan distribusi
lainnya yang mempengaruhi likuiditas dan solvensi.
19
6. Pelaporan keuangan menyediakan informasi tentang bagaimana manajemen
perusahaan mempertanggungjawabkan pengelolaan kepada pemilik (pemegang
saham) atas pemakaian sumber ekonomi yang dipercayakan kepadanya.
7. Pelaporan keuangan menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajer dan
direktur sesuai dengan kepentingan pemilik.
2.1.4 Komponen-Komponen Akrual
Berdasarkan definisinya, akrual merupakan jumlah penyesuaian akuntansi
yang membuat laba bersih berbeda dari arus kas bersih (Subramanyam dan Wild,
2010). Penyesuaian ini yang mempengaruhi laba saat tidak terdapat dampak arus
kas, karena penggunaan jurnal berpasangan dengan konsep akrual juga
mempengaruhi neraca melalui peningkatan dan penurunan aset atau kewajiban
dalam jumlah yang sama.
Menurut DSAK-IAI dalam PSAK, paragraph 25 (revisi 2009) menyebutkan
bahwa Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus
kas. Ketika akuntansi berbasis akrual digunakan, entitas mengakui pos-pos sebagai
asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban (unsur-unsur laporan keuangan)
ketika pos-pos tersebut memnuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk unsur-unsur
tersebut dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
(PSAK, revisi 2009, paragraph 26).
Menurut FASB, arus kas dari aktivitas operasi biasanya adalah pengaruh
kas terhadap transaksi dan kejadian lain yang menentukan laba bersih (Richardson
et al., 2001). Berdasarkan hal tersebut, maka Sloan (1996) dalam Richardson et al.
20
(2001) mendefinisikan akrual sebagai selisih laba bersih dengan arus kas dari
aktivitas operasi.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Barth, et al. (2001) yang
membuktikan bahwa laba disaggregat menjadi akrual dan arus kas utama
komponen yaitu perubahan piutang dan utang, persediaan, depresiasi, amortisasi,
dan akrual lainnya secara signifikan meningkatkan laba untuk memprediksi arus
kas masa depan.
1. Piutang
Pengertian piutang menurut S. Hadibroto, piutang merupakan klaim
terhadap pihak lain, apakah klaim tersebut berupa uang, barang atau jasa, untuk
maksud akuntansi istilah dipergunakan dalam arti yang lebih sempit yaitu
merupakan klaim yang diharapkan akan diselesaikan dengan uang. Penjelasan
tersebut menggambarkan bahwa piutang secara luas diartikan sebagai tagihan
atas segala sesuatu hak perusahaan baik berupa uang, barang maupun jasa atas
pihak ketiga setelah perusahaan melaksanakan kewajibannya, sedangkan
secara sempit piutang diartikan sebagai tagihan yang hanya dapat diselesaikan
dengan diterimanya uang di masa yang akan datang.
Piutang timbul ketika sebuah perusahaan menjual barang atau jasa secara
kredit dan berhak atas penerimaan kas di masa mendatang. Prosesnya dimulai
dari pengambilan keputusan untuk memberikan kredit kepada pelanggan,
melakukan pengiriman barang, penagihan dan akhirnya menerima
pembayaran.
21
2. Hutang
Menurut FASB dalam SFAC No. 6, kewajiban adalah pengorbanan
manfaat ekonomi masa mendatang yang mungkin timbul karena keharusan
(obligation) sekarang suatu entitas untuk menyerahkan aktiva atau memberikan
jasa kepada entitas lain di masa mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu.
Sementara itu pengertian kewajiban menurut IAI (1994), merupakan hutang
perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus kas keluar dari sumber daya perusahaan yang
mengandung manfaat ekonomi.
Karakteristik kewajiban yaitu :
1) Pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti
a. Adanya Tugas atau tanggungjawab kepada pihak lain untuk
mentransfer sumber ekonomik
b. Cukup pasti bermakna bahwa jumlahnya atau wujudnya dapat
ditentukan secara layak.
c. Bersifat memaksa bukan sukarela.
d. Melibatkan kesatuan usaha lain.
2) Keharusan sekarang
a. Keharusan jelas ada pada tanggal pelaporan.
b. Dapat dipaksakan sekarang (pada tanggal neraca), walaupun belum
waktunya dilunasi.
22
c. Aspek yuridis bukan satu-satunya faktor penentu munculnya
kewajiban sekarang
3) Transaksi masa lalu
Transaksi atau kejadian masa lalu merupakan kriteria untuk
mengakui kewajiban.
3. Persediaan
Pengertian persediaan berdasarkan PSAK No. 14 (revisi 2008), sebagai
aset yang :
(a) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
(b) Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
(c) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan
dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Menurut PSAK No. 14 (Paragraf 4), persediaan meliputi barang
yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali, misalnya, barang dagang
dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti
lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakupi barang jadi yang
telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi
perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan
dalam proses produksi. Pengukuran persediaan harus diukur berdasarkan
biaya atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah (the lower of cost
and net realizable value).
23
4. Penyusutan
Menurut PSAK No. 17 Tahun 2004, penyusutan merupakan alokasi
jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang
diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Aktiva yang dapat disusutkan adalah aktiva yang :
a) Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi, dan
b) Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas, dan
c) Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau
memasok barang dan jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan
administrasi.
Masa manfaat adalah :
a) Periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan; atau
b) Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva
oleh perusahaan.
2.1.5 Laba Bersih
Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi
sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari badan usaha dan dari semua
transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama suatu periode,
kecuali yang termasuk dari pendapatan (revenue) atau investasi pemilik (Zaky
Baridwan, 2004 : 29). Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan
24
di atas biaya-biayanya dalam jangka waktu (periode) tertentu. Laba sering
digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan deviden, pedoman
investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi (Harnanto, 2003 :444).
Penghasilan bersih (laba) sering digunakan sebagai ukuran kinerja atau
sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi (return of investment)
atau penghasilan per saham (earning per share). Unsur yang langsung berkaitan
dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan dan beban.
Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan
kewajiban yang menyebabkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
penanaman modal. Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama
suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau
terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak
menyangkut pembagian kepada penanam modal.
Menurut PSAK No. 25, laporan laba rugi merupakan laporan utama untuk
melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama suatu periode tertentu. Informasi
tentang kinerja suatu perusahaan, terutama tentang profitabilitas, dibutuhkan untuk
mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu
perusahaan di masa yang akan datang. Informasi tersebut juga seringkali digunakan
untuk memperkirakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan kas dan
aktiva yang disamakan dengan kas di masa yang akan datang.
25
2.2 Penelitian Terdahulu
Sampai saat ini penelitian-penelitian mengenai kemampuan laba dalam
memprediksi arus kas masa depan telah banyak dilakukan dan terus berkembang.
Peranan dari laba akrual dalam memprediksi arus kas masa depan merupakan
masalah mendasar pelaporan keuangan (Barth et al., 2001; Francis dan Schipper,
1999) dalam (Ibrahim, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim El-Sayed
Ebaid mengungkapkan bahwa penelitian terdahulu yang membahas isu yang ada
menghasilkan hasil yang berbeda.
Bowen et al., (1986) meneliti kemampuan laba yang dibagi menjadi lima
unsur arus kas dalam memprediksi arus kas masa depan dalam satu tahun kedepan
dari kegiatan operasi. Menggunakan data pada periode 1971-1981, hasilnya
menunjukkan bahwa unsur-unsur arus kas, terutama modal kerja dari operasi dan
laba bersih sebelum pos luar biasa dan operasi-operasi yang tidak dilanjutkan
ditambah depresiasi dan amortisasi, memiliki kemampuan memprediksi yang lebih
unggul dalam memprediksi arus kas dari operasi daripada laba. Demikian pula
dengan dengan penelitian lainnya oleh Quirin et al., (1999); Percy dan Stokes,
(1992); Arnold et al., (1991) menggunakan model prediksi yang dikembangkan
oleh Bowen et al., (1986) dan memberikan hasil yang sama.
Kim dan Kross (2005) meneliti kemampuan laba untuk memprediksi arus
kas operasi masa depan meningkat pada 1973 sampai 2000 menunjukkan bahwa
kemampuan laba untuk memprediksi arus kas operasi masa depan telah mengalami
peningkatan kemampuan dari waktu ke waktu. Dechow et al., (1998) model arus
kas dan proses akrual terkait dengan piutang, utang, dan persediaan menunjukkan
26
bahwa laba saat ini merupakan prediktor yang lebih baik dari arus kas masa depan
karena akrual mengecualikan kontemporer arus keluar satu tahun ke depan untuk
modal kerja dari saat periode-periode laba dan menggabungkan prediksi arus kas
masa depan.
Dari beberapa penelitian terdahulu yang telah diuraikan, dapat dirangkum
dalam tabel yang disajikan di bawah ini :
Tabel 2.1
Peneltian Terdahulu
Peneliti Judul
Penelitian
Variabel Obyek
Penelitian
Metode
Analisis
Hasil
Bowen et
al. (1986)
Evidence on
the
relationships
between
earnings and
Various
measures of
cash flows.
Variabel
Dependen :
Arus kas
Variabel
Independen :
Laba, arus kas,
pendapatan
bersih,
depresiasi
Dan amortisasi,
working
capital.
Perusahaan
periode
1971-1981
Analisis
Regresi
berganda
Arus kas dan
beban depresiasi
memiliki
pengaruh
melebihi laba
dalam
memprediksikan
arus kas operasi.
Dechow et
al. (1998)
The Relation
Between
Earnings and
Cash Flows
Variabel
Dependen:
Arus Kas
Operasi Masa
Depan
Variabel
Independen:
Laba, Arus
Perusahaan
periode
1963-1992
Analisis
Regresi
Laba dapat
memprediksi
arus kas operasi
masa depan
lebih baik
dibanding arus
kas operasi
- Akrual
27
Kas,
Akrual(Biaya
Tetap, Utang,
Piutang,
Persediaan)
menjadikan laba
lebih timely
Kim dan
Kross
(2005)
The ability
of earnings
to predict
future
operating
cash flows
has been
increasing
- not
decreasing.
Variabel
Dependen :
Arus kas
Variabel
Independen :
Arus kas, laba,
piutang,
persediaan, aset
lancar,
utang dan
depresiasi
Perusahaan
periode
1980-1999
Analisis
regresi
berganda
Kemampuan
laba dalam
meningkat
dalam
memprediksi
arus kas operasi
masa
mendatang.
Dahler dan
Febrianto
(2006)
Kemampuan
Prediktif
Earnings dan
Arus Kas
Masa Depan
Variabel
Dependen : Arus
Kas Operasi
Masa Depan
Variabel
Independen :
Arus kas Operasi
dan Laba
Perusahaan
periode
1999-2004
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Arus Kas Operasi
Tahun Berjalan
Memiliki
Kemampuan yang
Lebih Baik
dibanding Laba
dalam
Memprediksi
Arus Kas Operasi
Masa Depan
Elingga
dan
Supatmi
(2008)
Pengaruh
komponen
akuntansi
komponen
akrual
sebagai
prediktor
arus kas
operasi pada
saat krisis
dan setelah
krisis.
Variabel
Dependen :
Arus kas
Variabel
Independen :
Piutang,
persediaan,
utang dan
beban
depresiasi
Perusahaan
manufaktur
BEJ periode
1995-2003
Analisis
regresi
berganda
Semua variabel
Memiliki
pengaruh
terhadap arus
kas operasi masa
mendatang pada
saat kondisi
ekonomi stabil.
28
Ibrahim
el-sayed
(2011)
Accrual
and the
predicition
of future
cash flows
- Empirical
evidence
from an
emerging
market.
Variabel
Dependen :
Arus kas
Variabel
Independen :
laba, arus kas,
perubahan
piutang,
persediaan,
perubahan
utang, beban
depresiasi dan
akrual
Perusahaan
periode
1999-2007
Analisis
regresi
berganda
Laba memiliki
pengaruh yang
lebih prediktif
dibandingkan
dengan arus kas
tahun berjalan.
Utami
Budi
Wardani
(2013)
Perbandingan
Model
Agregat dan
Model
Disagregat
Arus Kas
Aktivitas
Operasi
Untuk
Memprediksi
Laba Masa
Depan
Variabel
Dependen :
Laba masa
depan
Variabel
Independen :
Komponen
Akrual dan
Komponen
Arus Kas
Aktivitas
Operasi
Perusahaan
Periode
2007-2010
Analisis
regresi
Model
disagregat arus
kas aktivitas
operasi dapat
memprediksi
laba masa depan
lebih baik
daripada model
agregat arus kas
aktivitas operasi
2.3 Kerangka Pemikiran
Informasi tentang kinerja suatu perusahaan, terutama tentang profitabilitas,
dibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang akan
dikelola oleh suatu perusahaan di masa yang akan datang. Informasi tersebut juga
seringkali digunakan untuk memperkirakan kemampuan suatu perusahaan untuk
menghasilkan kas dan aktiva yang disamakan dengan kas di masa yang akan datang
29
(PSAK No. 25). Fokus utama pelaporan keuangan pada informasi mengenai laba
dan komponenya. Laba merupakan salah satu parameter kinerja perusahaan yang
mendapat perhatian utama dari investor dan kreditor. Dalam SFAC No.1 (1992)
mengenai informasi laba, disebutkan bahwa informasi laba berfungsi untuk menilai
kinerja manajemen, membantu memperkirakan kemampuan laba dalam jangka
panjang, memprediksi laba, dan menaksir resiko dalam meminjam atau investasi
(Dahler dan Febrianto, 2006).
Informasi mengenai laba perusahaan dapat digunakan sebagai dasar
pembagian dividen. Apabila semakin besar laba perusahaan semakin besar juga
dividen yang akan diterima investor. Ketika dividen meningkat diharapkan arus kas
operasi juga akan meningkat, karena jumlah arus kas yang berasal dari aktifitas
operasi merupakan indikator yang menentukkan apakah dari operasinya perusahaan
dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara
kemampuan operasi perusahaan, dan membayar deviden. Jadi informasi laba
merupakan sinyal yang baik bagi investor untuk memprediksi arus kas operasi masa
depan, dengan mengetahui sifat laba sebagai data seri waktu, maka perubahan laba
itu bersifat acak dan terdapat korelasi yang serial, hal ini menunjukkan bahwa laba
memiliki potensi sebagai alat prediktor (Syafriadi, 2000).
Teori fungsi akuntansi akrual mengkategorikan akuntansi akrual melalui
fungsi-fungsinya dan disebabkan dari pengamatan akuntansi akrual (Etheridge dan
Hsu, 2004). Transaksi komponen akuntansi akrual periode sekarang akan
menyebabkan adanya arus kas masuk atau keluar di masa yang akan datang,
sehingga komponen akuntansi akrual sering digunakan dalam memprediksi arus kas
30
H1
H2
H3
H4
H5
H6
operasi. Komponen akrual terdiri perubahan piutang, perubahan utang, perubahan
persediaan, depresiasi, amortisasi, dan komponen akrual lainnya. Net CFO
merupakan hasil akhir dari arus kas aktivitas operasi. Net CFO pada penelitian ini
nantinya akan didisagregat menjadi komponen-komponen arus kas aktivitas operasi
metode langsung terdiri dari komponen utama dan bukan komponen utama.
Gambar 2.1
Model Kerangka Penelitian
2.4 Hipotesis
2.4.1 Pengaruh Laba Bersih dalam Memprediksi Arus Kas Operasi di Masa
Depan
Berdasarkan Kieso, Weygandt (2007; 140) laporan laba rugi menyediakan
informasi yang diperlukan oleh para investor dan kreditor untuk membantu mereka
memprediksi jumlah, penetapan waktu, dan ketidakpastian dari arus kas masa
depan. Investor dan kreditor dapat menggunakan informasi yang terdapat dalam
Laba Bersih
Arus Kas Operasi
di Masa Depan
Arus Kas Operasi
Perubahan Piutang
Usaha
Perubahan Hutang
Usaha
Perubahan Beban
Depresiasi
Perubahan Persediaan
31
laporan laba rugi untuk membantu menilai resiko atau ketidakpastian pencapaian
arus kas masa depan. Informasi tentang berbagai komponen laba seperti
pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian memperlihatkan hubungan antara
komponen-komponen tersebut dan dapat digunakan untuk menilai resiko kegagalan
perusahaan meraih tingkat arus kas tertentu di masa depan.
Pada teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh
manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi
melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi
konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini
mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu
pengguna laporan keuangan dalam menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate
Brigham dalam Jama`an, 2008). Menurut Fitri Apriliana (2014) menjelaskan
investor, kreditor dan pengguna laporan keuangan lainnya membutuhkan informasi
laba perusahaan untuk membuat keputusan bisnis. Informasi laba berhubungan
dengan arus kas karena ketika laba pada perusahaan meningkat, akan ada
peningkatan deviden yang akan dibagikan perusahaan kepada pemegang saham
atau investor dan hal tersebut akan menarik investor lain untuk menanamkan
modalnya. Ketika perusahaan mendapatkan tambahan modal, maka perusahaan
memiliki dana lebih untuk meningkatkan aktivitas operasional perusahaan.
Sebaliknya, ketika aktivitas operasi perusahaan semakin baik maka perusahaan
dapat menghasilkan arus kas untuk membayar deviden, melunasi pinjaman dan
meningkatkan kegiatan operasional perusahaan.
32
Barth et al., (2001) menyatakan bahwa laba tidak hanya memberikan
perbedaan informasi tentang arus kas yang terhubung pada transaksi masa lalu,
tetapi juga memprediksi arus kas masa depan yang terhubung pada prediksi
aktivitas pengoperasian masa depan dan investasi masa depan. Informasi mengenai
laba pada laporan keuangan memberikan sinyal yang baik kepada investor dalam
membuat suatu keputusan ekonomi, sehingga investor dapat menggunakan
informasi tersebut sebagai bahan pertimbangan dalam membuat suatu keputusan
ekonomi. Berdasarkan pada hasil tersebut, peneliti memprediksi bahwa laba bersih
dapat dijadikan sebagai prediktor arus kas dari aktivitas operasi di masa depan.
Maka, hipotesis pertama dari penelitian ini yaitu :
H1 : Laba Bersih Berpengaruh dalam Memprediksi Arus Kas Operasi
di Masa Depan.
2.4.2 Pengaruh Arus Kas Operasi dalam Memprediksi Arus Kas Operasi di
Masa Depan
Menurut PSAK No. 2 (revisi 2009), informasi arus kas historis sering
digunakan sebagai indikator dari jumlah, waktu, dan kepastian arus kas masa depan.
Selain itu, informasi arus kas juga berguna untuk meneliti kecermatan dari
taksiran arus kas masa depan yang telah dibuat sebelumnya dan dalam
menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak
perubahan harga. Jadi informasi yang terdapat dalam arus kas historis sering
digunakan sebagai pengukuran dari jumlah, waktu, kepastian arus kas dimasa
mendatang.
33
PSAK No. 2 Tahun 2009 menjelaskan informasi tentang arus kas suatu
perusahaan berguna bagi pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta menilai
kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Informasi arus kas
berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara
kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan
membandingkan nilai sekarang arus kas masa depan dari berbagai perusahaan.
Informasi tersebut juga meningkatkan daya banding laporan kinerja operasi
berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan
akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama.
Arus kas yang berasal dari aktivitas operasi yang berasal dari kegiatan
utama perusahaan yang sifatnya berulang dan berkesinambungan memungkinkan
arus kas dari aktivitas operasi dapat mencerminkan sebagian besar kelanjutan arus
kas masuk atau arus kas keluar dari aktivitas operasional perusahaan di periode
selanjutnya (Fitri Apriliana, 2014). Arus kas dari aktivitas operasi merupakan
indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan
kas yang dapat digunakan untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan
operasi perusahaan, membayar deviden dan melakukan investasi baru tanpa
mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Jadi arus kas aktivitas operasi dapat
menjadi sinyal bagi investor mengenai kondisi perusahaan. Ibrahim El-Sayed Ebaid
(2011) dalam penelitiannya menunujukkan bahwa arus kas operasi berpengaruh
dalam memprediksi arus kas operasi dimasa depan. Maka hipotesis kedua penelitian
ini yaitu :
34
H2 : Arus Kas Operasi Berpengaruh dalam Memprediksi Arus Kas
Operasi di Masa Depan.
2.4.3 Pengaruh Perubahan Piutang Usaha dalam Memprediksi Arus Kas
Operasi di Masa Depan
Komponen-komponen akrual dapat memberikan sinyal kepada pengguna
laporan keuangan khususnya investor dalam membuat suatu keputusan. Sinyal-
sinyal tersebut dapat berupa informasi yang terkandung dalam laporan keuangan.
Dengan adanya informasi tersebut, diharapkan dapat membantu investor dalam
mengambil keputusan dalam melakukan investasi.
Komponen-komponen akrual yang pertama adalah piutang. Menurut
Triyono (2011) Penjualan yang dilakukan secara kredit akan menghasilkan
peningkatan piutang, dimana pengumpulan kas dilakukan beberapa waktu
mendatang. Jadi kenaikan penjualan kredit akan diikuti kenaikan atau perubahan
dalam piutang, dan aliran kas masuk operasi setelah penjualan (lags sales).
Penelitian Ibrahim El-Sayed Ebaid (2011) yang mengembangkan penelitian dari
(Barth et al, 2001); Dechow et al. 1998) menggunakan komponen perubahan
piuatang usaha, perubahan utang usaha, dan perubahan persediaan dalam menguji
kemampuan komponen akrual tersebut terhadap arus kas operasi di masa
mendatang. Maka hipotesis ketiga dari penelitian ini yaitu :
H3 : Perubahan Piutang Usaha Berpengaruh dalam Memprediksi Arus
Kas Operasi di Masa Depan.
35
2.4.4 Pengaruh Perubahan Hutang Usaha dalam Memprediksi Arus Kas
Operasi di Masa Depan
Komponen akrual lainnya adalah hutang yang timbul dari transaksi
pembelian secara kredit yang memberikan manfaat di masa mendatang. Hutang
dapat mempengaruhi arus kas operasi di masa depan ketika perusahaan membayar
atau melunasi hutang tersebut, sehingga menimbulkan arus kas keluar dan
mengurangi arus kas aktivitas operasi di masa depan. Ibrahim El-Sayed Ebaid
(2011) dalam penelitiannya membuktikan bahwa komponen akrual yaitu hutang
usaha berpengaruh dalam memprediksi arus kas operasi dimasa depan. Maka
hipotesis keempat penelitian ini yaitu :
H4 : Perubahan Hutang Usaha Berpengaruh dalam Memprediksi Arus
Kas Operasi di Masa Depan.
2.4.5 Pengaruh Perubahan Persediaan dalam Memprediksi Arus Kas
Operasi di Masa Depan
Selain piutang dan hutang, komponen akrual yang mempengaruhi arus kas
aktivitas operasi adalah persediaan. Menurut PSAK No. 14 Tahun 2009, persediaan
merupakan aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha, dalam proses
produksi, atau dalam bentuk bahan perlengkapan untuk digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa. Perubahan persediaan menggambarkan bahwa terjadi
peningkatan dan penurunan dalam penjualan, sehingga mempengaruhi aliran arus
kas masuk pada aktivitas operasi di masa depan pada saat pendapatan tersebut
36
diterima. Dalam penelitiannya Ibrahim El-Sayed Ebaid (2011) membuktikan
bahwa komponen akrual yaitu persediaan berpengaruh dalam memprediksi arus kas
operasi dimasa depan. Maka hipotesis kelima penelitian ini yaitu :
H5 : Perubahan Persediaan Berpengaruh dalam Memprediksi Arus
Kas Operasi di Masa Depan.
2.4.6 Pengaruh Perubahan Beban Depresiasi dalam Memprediksi Arus Kas
Operasi di Masa Depan
Beban depresiasi merupakan proses akuntansi dalam pengalokasian harga
perolehan aktiva tetap ke beban selama periode-periode aktiva yang digunakan.
Biaya perolehan akan dibebankan secara bertahap terhadap barang yang akan
dijual. Penjualan akan menghasilkan pendapatan perusahaan yang akan
mempengaruhi arus kas masuk pada saat menerima pendapatan tersebut. Kemudian
(Fitri Apriliana, 2014) menjelaskan amortisasi merupakan pengurangan dari nilai
aktiva tidak berwujud, seperti merek dagang, hak dagang, dan hak cipta secara
bertahap pada setiap periode akuntansi dalam jangka waktu tertentu. Pengurangan
nilai ini akan mempengaruhi aliran arus kas aktivitas operasi di masa depan.
Penelitian yang dilakukan oleh Barth, et al. (2001) yang membuktikan
bahwa laba disaggregat menjadi akrual dan arus kas utama komponen yaitu
perubahan piutang dan utang, persediaan, depresiasi, amortisasi, dan akrual lainnya
secara signifikan dapat mempengaruhi arus kas operasi di masa depan. Hal ini
menunjukkan bahwa komponen akrual membantu dalam memprediksikan arus kas
masa depan. Maka, hipotesis keenam dari penelitian ini yaitu :
37
H6 : Perubahan Beban Depresiasi Berpengaruh dalam Memprediksi
Arus Kas Operasi di Masa Depan.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini disajikan motede penelitian yang terdiri dari : (1) variabel
penelitian dan definisi operasional variabel; (2) populasi dan sampel penelitan; (3)
jenis dan sumber data; (4) metode pengumpulan data; (5) metode analisis. Variabel
penelitian dan definisi operasional merupakan penjelasan dari definisi setiap
variabel yang digunakan dalam penelitan ini dan cara pengukurannya. Populasi dan
sampel penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2009 sampai tahun 2013. Jenis dan
sumber data data diperoleh dari data sekunder yaitu laporan keuangan perusahaan
manufaktur yang diperoleh dari website www.idx.co.id. Pengumpulan data
dilakukan dengan pengumpulan data sekunder berupa laporan keuangan dan untuk
metode analisisnya menggunakan analisis regresi.
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.1.1 Variabel Bergantung (Variabel Dependen)
Variabel bergantung (dependent variable) yang digunakan dalam penelitian
ini adalah arus kas operasi (cash flow operation). Variabel arus kas operasi
diperoleh dari yang tercantum pada laporan keuangan yang tercatat sebagai arus kas
bersih dari aktifitas operasi setelah tahun amatan atau pada periode t+1.
39
3.1.2 Variabel bebas (Variabel Independen)
3.1.2.1 Laba Bersih
Laba bersih yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba setelah
disesuaikan pajak, diperoleh dari angka yang menunjukkan selisih antara seluruh
penjualan dikurangi beban-beban dan pajak penghasilan dari kegiatan operasi
perusahaan dan non operasi perusahaan pada tahun amatan atau pada periode t.
3.1.2.2 Arus Kas Operasi
Arus kas operasi yang digunakan penelitian ini adalah diperoleh dari yang
tercantum pada laporan keuangan yang tercatat sebagai arus kas bersih dari aktifitas
operasi pada tahun amatan atau pada periode t.
3.1.2.3 Komponen-Komponen Akrual
Komponen-komponen akrual yang digunakan oleh peneliti diperoleh dari
laporan keuangan konsolidasi pada tahun amatan atau pada periode t. Komponen-
komponen akrual terdiri dari perubahan piutang usaha, perubahan hutang usaha,
perubahan persediaan, perubahan beban depresiasi.
a. Perubahan Piutang Usaha
Perubahan piutang usaha diperoleh dari selisih piutang usaha tahun
berikutnya dengan tahun amatan atau pada periode t dari laporan keuangan.
b. Perubahan Hutang Usaha
Perubahan hutang usaha diperoleh dari selisih hutang usaha tahun
berikutnya dengan tahun amatan atau pada periode t pada laporan keuangan.
40
c. Perubahan Persediaan
Perubahan persediaan diperoleh dari selisih persediaan tahun berikutnya
dengan tahun amatan atau pada periode t pada laporan keuangan.
d. Perubahan Beban Depresiasi
Perubahan beban depresiasi diperoleh dari selisih depresiasi tahun
berikutnya dengan tahun amatan atau pada periode t pada laporan keuangan.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode
tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Metode yang digunakan dalam pemilihan
sampel objek penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu metode pemilihan
objek dengan beberapa kriteria tertentu. Kriteria yang dimaksudkan adalah sebagai
berikut :
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)
dari tahun 2009-2013.
2. Mengungkapkan dan menyajikan secara lengkap data yang dibutuhkan
dalam penelitian (arus kas operasi, laba bersih, piutang, hutang,
persediaan, dan depresiasi) selama periode tahun 2009-2013 secara
berturut-turut.
3. Perusahaan tidak mengalami kerugian atau laba bersih tidak negatif.
41
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan oleh peneliti merupakan data sekunder meliputi
laporan keuangan yang telah dipublikasikan. Laporan keuangan tersebut diambil
dari database Bursa Efek Indonesia (BEI), data dari laporan keuangan selama tahun
2009 sampai dengan tahun 2013 yang termuat dalam website www.idx.co.id.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain adalah dengan melakukan dokumentasi
dimana peneliti mencari data langsung dari catatan-catatan atau laporan keuangan
yang ada pada Bursa Efek Indonesia. Data sekunder yang diambil dari laporan laba
rugi dan laporan arus kas setiap perusahaan manufaktur yang terdaftar dan sesuai
dengan kriteria pemilihan sampel.
3.5 Metode Analisis
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model
prediksi yang digunakan oleh peneliti sebelumnya Ibrahim El-Sayed Ebaid (2011)
yaitu regresi berganda. Analisis regresi berganda dimaksudkan untuk menguji
sejauh mana dan bagaimana arah lebih dari satu variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen. Peneliti menggunakan formulasi analisis dari Ibrahim
El-Sayed Ebaid (2011) yang mengembangkan penelitian dari (Barth et al, 2001).
Analisis yang digunakan untuk menguji persamaan tersebut secara matematis
dirumuskan sebagai berikut :
42
CFOt+1 = β0 + β1EARNt + β2CFOt + β3ΔARt + β4ΔINVt + β5ΔAPt +
β6ΔDEPRt + εt
Keterangan :
CFOt+1 : Arus kas operasi pada periode selanjutnya atau
tahun amatan selanjutnya (2010, 2011, 2012, 2013)
β0, β1, β2, β3, β4, β5 : Koefisien
t : Tahun amatan
EARN : Laba bersih pada periode amatan (2009, 2010,
2011, 2012)
CFO : Arus kas operasi pada periode amatan (2009, 2010,
2011, 2012)
ΔAR : Perubahan Piutang usaha pada peridode amatan
(2009, 2010, 2011, 2012)
ΔINV : Perubahan persediaan pada peridode amatan (2009,
2010, 2011, 2012)
ΔAP : Perubahan Hutang usaha pada peridode amatan
(2009, 2010, 2011, 2012)
ΔDEPR : Perubahan beban depresiasi pada peridode amatan
(2009, 2010, 2011, 2012)
ε : Error term
43
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, Kurtosis dan Skewness (Ghozali, 2011). Tujuan
dilakukannya uji analisis statistik deskriptif adalah untuk mempermudah
memahami variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Penggunaan uji asumsi klasik dilakukan untuk menguji kelayakan atas
model regresi yang digunakan pada penelitian ini juga untuk memastikan bahwa di
dalam model regresi yang diuji mempunyai data yang terdistribusikan secara
normal dan bebas dari heterokedistisitas, multikolonieritas, serta autokorelasi.
Pengujian asumsi klasik terdiri atas :
3.5.2.1 Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011).
Terdapat cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak
yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.
a. Analisis Grafik
Menurut Ghozali (2011) salah satu cara untuk melihat normalitas
residual adalah dengan menggunakan metode normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Distribusi normal
44
akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan
dibandingkan dengan garis diagonal.
b. Uji Statistik
Salah satu cara yang dapat untuk menguji normalitas residual adalah
dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smitrov (K-S), dengan
membuat hipotesis:
H0 : Data residual berdistribusi normal
HA : Data residual tidak berdistribusi normal
3.5.2.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu observasi ke observasi lainnya. Jika
varians dari residual satu observasi ke observasi yang lain tetap disebut
homoskedastisitas, dan apabila varians dari residual satu observasi ke observasi lain
berbeda disebut heterokedastisitas. Pengujian ini dilakukan dengan melihat grafik
plot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan nilai residual
SRESID. Pendeteksian ada tidaknya dapat dilakukan dengan cara melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana
sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi
- Y sesungguhnya) yang telah distandarisasi (standardized). Dilakukan pula uji
Glejser dengan cara meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut
residualnya. Jika nilai signifikansi antara variabel independen dengan absolut
45
residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas (Ghozali,
2011).
3.5.2.3 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Metode yang
digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas adalah dengan
melihat dari tolerance dan lawannya serta dari variance inflation factor (FIV).
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh
variabel bebas lainnya. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang
tinggi. Nilai tolerance kurang dari 10 atau nilai VIF lebih dari 10 menunujukkan
adanya multikolonieritas (Ghozali, 2011).
3.5.2.4 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntun sepanjng waktu berkaitan
satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi
ke observasi lainnya. Dengan kata lain, masalah ini seringkali ditemukan apabila
menggunakan data runtut waktu. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas
dari autokorelasi. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
autokorelasi adalah uji statistik run test. Suatu persamaan regresi dikatakan terbebas
autokorelasi jika hasil uji statistik run testnya tidak signifikan atau diatas 0,05
(Ghozali, 2011). Pengambilan keputusan pada uji run test didasarkan pada acak
46
tidaknya data. Apabila data bersifat acak, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
data tidak terkena autokorelasi.
3.5.3 Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis mengenai pengaruh variabel bebas (independen)
terhadap variabel bergantung (dependen) dapat digunakan alat analisa statistik yaitu
dengan melakukan Uji t dan Uji F.
3.5.3.1 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t)
Uji t dilakukan untuk melihat seberapa jauh pengaruh variabel bebas
(independen) secara individual dalam menjelaskan variabel bergantung (dependen).
Pengujian ini dilaksanakan dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel.
Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :
(i) Perumusan Hipotesis
a. Ho : ρ = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial.
b. Ha : ρ = 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen
terhadap variabel dependen secara parsial.
(ii) Menentukan tingkat signifikansi (α) yaitu sebesar 5%.
(iii) Menentukan kriteria penerimaan/penolakan H0, yakni dengan melihat nilai
signifikan :
a. Jika signifikan <5% maka Ho ditolak atau Ha diterima
b. Jika signifikan >5% maka Ho diterima atau Ha ditolak
47
(iv) Pengambilan kesimpulan
3.5.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk melihat apakah semua variabel bebas (independen)
dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
bergantung (dependen). Uji F dilakukan juga untuk mengetahui kelayakan model
regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian ini dilakukan dengan
membandingkan nilai F hitung dengan F tabel. Langkah-langkah pengujiannya
adalah sebagi berikut :
(i) Perumusan hipotesis
a. Ho:β = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari variable
independen secara bersama-sama terhadap variable dependen.
b. Ha:β = 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variable independen
secara bersama-sama terhadap variable dependen
(ii) Menentukan tingkat signifikansi (α) yaitu sebesar 5%.
(iii)Menentukan kriteria penenimaan/ penolakan Ho, yakni dengan melihat nilai
signifikan :
a. Jika signifikan <5% maka Ho ditolak atau Ha diterima
b. Jika signifikan> 5% maka Ho diterima atau Ha ditolak
(iv) Pengambilan kesimpulan.
3.5.3.3 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (𝑅2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
48
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai (𝑅2) yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen (Ghozali, 2011).
Namun Ghozali (2011) juga menambahkan bahwa koefisien determinasi
hanyalah salah satu dan bukan satu-satunya kriteria memilih model yang baik
dengan alasan apabila suatu estimasi regresi linear menghasilkan koefisien
determinasi yang tinggi tetapi tidak konsisten dengan teori yang dipilih oleh
peneliti, atau tidak lolos dari uji asumsi klasik maka model tersebut bukanlah model
penelitian yang baik dan seharusnya tidak dipilih menjadi model empiris dan
menggantinya dengan model lain.