Upload
hadiep
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH KOMPENSASI, IKLIM KERJA, DAN MOTIVASI KERJATERHADAP KINERJA GURU PENJASKES
SMP DI BANDAR LAMPUNG
(Tesis)
Oleh
RIZKI DWI CAHYA
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKANFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRACT
EFFECT OF COMPENSATION, WORKING CLIMATE AND WORKINGMOTIVATION PHYSICAL EDUCATION TEACHER TO
PERFORMANCE SMP IN BANDAR LAMPUNG
BY
RIZKI DWI CAHYA
The purpose of this study was to determine and analyze the effect ofcompensation, working climate and working motivation on the performance ofphysical education teachers in Bandar Lampung SMP either partially orsimultaneously.
This research is a quantitative approach, by taking a sample of 60 physicaleducation teachers in Bandar Lampung. Data was collected byquestionnaire. Analysis of data using path analysis.
The results of this study indicate that there is significant influence; (1)compensation for work motivation of teachers (2) the working climate on themotivation of the teacher's performance (3) compensation directly on teacherperformance (4) work environment directly on teacher performance (5) motivationto work directly on teacher performance (6) compensation the performance ofteachers through work motivation of teachers (7) working climate on teacherperformance through work motivation of teachers (8) compensation and climatework together on work motivation of teachers (9) compensation, work climate,and motivation to work together to junior high school physical education teacherperformance of Bandar Lampung, this means that if the compensation is appliedand implemented, executed correctly working climate and work motivation areapplied with the correct procedure then the teacher's performance will alsoincrease.
Keywords: compensation, working climate, motivation, teacher performance,physical education
ABSTRAK
PENGARUH KOMPENSASI, IKLIM KERJA DAN MOTIVASI KERJATERHADAP KINERJA GURU PENJASKES
SMP DI BANDAR LAMPUNG
Oleh
RIZKI DWI CAHYA
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruhkompensasi, iklim kerja, dan motivasi kerja terhadap kinerja guru Penjaskes SMPdi Bandar Lampung baik secara parsial maupun secara simultan.
Jenis penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, dengan mengambil sampel 60guru Penjaskes di Bandar Lampung. Pengumpulan data dilakukan dengankuesioner. Analisis data menggunakan analisis jalur (path analysis).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan; (1)kompensasi terhadap motivasi kerja guru (2) iklim kerja terhadap motivasikinerja guru (3) kompensasi secara langsung terhadap kinerja guru (4) iklim kerjasecara langsung terhadap kinerja guru (5) motivasi kerja secara langsung terhadapkinerja guru (6) kompensasi terhadap kinerja guru melalui motivasi kerja guru (7)iklim kerja terhadap kinerja guru melalui motivasi kerja guru (8) kompensasi daniklim kerja secara bersama-sama terhadap motivasi kerja guru (9) kompensasi,iklim kerja, dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guruPenjaskes SMP Kota Bandar Lampung, hal ini bermakna bahwa apabilakompensasi diterapkan dan dilaksanakan dengan baik, iklim kerja dilaksanakandengan benar dan motivasi kerja diterapkan dengan prosedur yang benar makakinerja guru juga akan mengalami peningkatan.
Kata Kunci: kompensasi, iklim kerja, motivasi kerja, kinerja guru, penjaskes
PENGARUH KOMPENSASI, IKLIM KERJA, DAN MOTIVASI KERJATERHADAP KINERJA GURU PENJASKES
SMP DI BANDAR LAMPUNG
Oleh
RIZKI DWI CAHYA
TesisDiajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Magister Manajemen PendidikanFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKANFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 28
Desember 1990, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara
pasangan Bapak Ponijan dan Ibu Ratini, S.IKom.
Pendidikan Taman kanak-kanak (TK) Dharma Wanita Unila Bandar Lampung selesai
pada tahun 1996, Sekolah Dasar (SD) di SDN 2 Kampung Baru Bandar Lampung
selesai pada tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Muhammadiyah
3 Bandar Lampung selesai pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di
SMA Negeri 6 Bandar Lampung lulus pada tahun 2008, Strata 1 Pendidikan Jasmani
Kesehatan dan Rekreasi Universitas Lampung lulus tahun 2013.
Tahun 2013 – 2014, penulis mulai bekerja sebagai instruktur renang di Yayasan
SDIT Baitul Jannah Bandar Lampung. Pada Tahun 2014, penulis bekerja sebagai
guru olahraga di yayasan DCC Global School Bandar Lampung.
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,
dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”
(Q.S-Al Insyirah:6-8)
“Jika kita mempunyai keinginan yang kuat dari dalam hati, maka seluruh alam
semesta akan bahu-membahu mewujudkannya”
(Soekarno)
PERSEMBAHAN
Dengan Mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim
Kupersembahkan karyaku ini kepada
Bapak Ponijan dan Ibu Ratini, S.IKom tercinta yang telah memberikan kasih
sayangnya dukungan serta doanya dalam setiap sujudnya demi keberhasilanku.
Terima kasih atas semua cinta dan pengorbananmu serta jerih payah dari setiap tetes
keringatmu yang telah diberikan kepadaku.
Kakakku Novi Nurhayati, A.Md. A.K., Ahmad Faturozak, S.P. dan adikku
Yulistia Safitri, terima kasih atas doa dan perhatian selama ini.
Seluruh keluarga besar bapak dan ibu serta teman-teman yang telah menjadi
tempat untuk keluh kesahku selama ini terima kasih atas dukungan
dan do’a yang telah diberikan.
SANWACANA
Assalamualaikum. Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada
program studi Magister Manajemen Pendidikan FKIP Unila, dengan judul
“Pengaruh Kompesasi, Iklim Kerja, Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru
Penjaskes SMP di Bandar Lampung”
Tesis ini dapat dibuat dengan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada.
1. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam
menyelesaikan tesis ini.
2. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S selaku Direktur Pascasarjana Universitas
Lampung yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam
menyelesaikan tesis ini.
3. Dr. Riswanti Rini, M.Si selaku ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam
menyelesaikan tesis ini.
4. Dr. Irawan Suntoro, M.S selaku ketua Program Studi Magister Manajemen
Pendidikan sekaligus selaku dosen pembimbing akademik dan
Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
membimbing, memberikan perhatian, motivasi dan semangat kepada
penulis demi terselesaikannya tesis ini.
5. Dr. Alben Ambarita, M.Pd selaku Pembimbing Akademik dan Dosen
Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk untuk
konsultasi dan memberikan bimbingan, motivasi dan saran selama
penyusunan tesis sehingga tesis ini menjadi lebih baik.
6. Dr. Sumadi, M.S selaku Dosen Pembahas yang telah bersedia memberikan
bimbingan, motivasi dan saran selama penyusunan tesis sehingga tesis ini
menjadi lebih baik.
7. Bapak, Ibu dosen dan staf karyawan Program Studi S2 Magister
Manajemen Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang
telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
8. Adek Agustina tersayang yang selalu menemani dan memberikan
semangat kepadaku, semoga cinta kita akan abadi untuk selamanya.
9. Sahabat-sahabat terbaik ku dan seluruh teman Manajemen Pendidikan
angkatan 2014, Yulistian Arismunandar, Triyantika Sari Mb Tri, Dyah,
Nurhafifah, Made Puja, Mb Yessi, Mb Herlina, Kak Ferryzar, Pak
Ridwan, Muklasin, Mb Rafika, Ibu Dewi, Ibu Dwi, Ibu Duwi, Ibu Evi
Amalia, Fransiska, Ibu Hapipah, Pak Heri, Ibu Ida, Bang Sapren, Mb
Sarah, Pak Suwandi, dan Pak Bowo yang selama ini memberiku semangat
dan selalu menemani saat suka maupun duka. Semoga kebersamaan kita
selalu terjaga meski kita tak lagi menjadi mahasiswa dan semoga menjadi
kenangan terindah dan takkan pernah terlupakan untuk selamanya.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga tesis ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
kita semua, amin
Wassalamualaikum, Wr. Wb.
Bandar Lampung, April 2016Penulis
Rizki Dwi Cahya
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................... i
DAFTAR TABEL .................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ..................................................... 9
1.3 Pembatasan Masalah..................................................... 10
1.4 Rumusan Masalah......................................................... 10
1.5 Tujuan Penelitian.......................................................... 11
1.6 Kegunaan Penelitian ................................................... 12
1.7 Ruang Lingkup Penelitian ............................................ 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kinerja Guru ............................................................... . 14
2.1.1 Pengertian Kinerja Guru ................................... 14
2.1.2 Penilaian Kerja Guru ........................................ 15
2.1.3 Pengukuran Kerja Guru .................................... 17
2.2 Kompensasi .................................................................. 18
2.3 Iklim Kerja ................................................................... 24
2.4 Motivasi Kerja ............................................................. 27
2.5 Penelitian yang relevan................................................. 31
2.6 Kerangka Pikir .............................................................. 34
2.7 Hipotesis ....................................................................... 41
ii
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian.................................................. 43
3.2 Populasi Dan Sampel ................................................... 43
3.2.1 Populasi ............................................................. 43
3.2.2 Sampel ............................................................... 44
3.2.3 Teknik pengambilan sampel .............................. 45
3.3 Variabel Penelitian ...................................................... 46
3.4 Definisi Konseptual Variabel ...................................... 47
3.5 Definisi Operasional Variabel ..................................... 48
3.6 Teknik Pengumpulan Data ........................................... 52
3.7 Instrumen Penelitian ..................................................... 52
3.8 Uji validitas dan realibilitas ......................................... 56
3.8.1 uji validitas ......................................................... 56
3.8.2 uji reliabilitas ...................................................... 57
3.9 Uji Persyaratan Analisis Data....................................... 62
3.9.1 Uji Normalitas .................................................... 62
3.9.2 Uji Homogenitas ................................................. 62
3.10 Uji Persyaratan Regresi Linier ganda ........................... 63
3.10.1 Uji Linearitas .................................................... 63
3.10.2 Uji Multikolinearitas ......................................... 63
3.10.3 Uji Autokorelasi ............................................... 64
3.10.4 Uji Heterokedastisitas ....................................... 65
3.11 Teknik Analisis Data .................................................... 66
3.12 Pengujian Hipotesis ...................................................... 66
3.12.1 Regresi Linier Sederhana .................................. 66
3.12.2 Regresi Linier Multiple .................................... 68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ............................................................... 70
4.1.1 Deskripsi Data ...................................................... 70
4.1.1.1 Deskripsi data variabel kinerja guru ......... 71
4.1.1.2 Deskripsi data variabel kompensasi ......... 73
iii
4.1.1.3 Deskripsi data variabel iklim kerja .......... 74
4.1.1.4 Deskripsi data variabel motivasi............... 75
4.1.2 Uji Persyaratan Statistik Parametrik ..................... 77
4.1.2.1 Uji Normalitas Data.................................. 77
4.1.2.2 Uji Homogenitas Data ............................. 78
4.1.3 Uji Asumsi Klasik ................................................. 79
4.1.3.1 Uji Linearitas Garis Regresi ..................... 79
4.1.2.2 Uji Multikolinearitas ................................ 81
4.1.2.1 Uji Autokorelasi........................................ 82
4.1.2.2 Uji Heterokedastisitas .............................. 83
4.1.4 Analisis Data ......................................................... 84
4.1.4.1 Persamaan Struktural ............................... 87
4.1.4.2 Besarnya Pengaruh Variabel Eksogen
Terhadap Variabel Endogen ................... 88
4.1.5 Pengujian Hipotesis/Menguji Kebermaknaan
Koefisien Jalur ...................................................... 93
4.1.5.1 Uji t Pengujian Hipotesis Secara Sendiri-
sendiri/Parsial ......................................... 93
4.1.5.2 Uji F untuk Pengujian Hipotesis Secara
Simultan/Gabungan ................................ 100
4.1.6 Kesimpulan Analisis Statistik ............................... 102
4.2 Pembahasan ................................................................. 106
4.3 Keterbatasan Peneitian .................................................... 115
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan .................................................................... 117
5.2. Implikasi ......................................................................... 118
5.3. Saran ............................................................................... 120
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 122
LAMPIRAN ............................................................................................ 126
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Data pendidikan guru penjas SMP di Bandar Lampung...................... 3
2 Kegiatan kepengawasan tentang kinerja .............................................. 4
3. Sample penelitian................................................................................. 45
4. Daftar pembobotan penilaian kinerja guru ......................................... 49
5. Daftar pembobotan penilaian kompensasi ........................................... 50
6. Daftar pembobotan penilaian iklim kerja ........................................... 51
7. Daftar pembobotan penilaian motivasi kerja ....................................... 51
8. Kisi-Kisi instrumen penelitian ............................................................. 52
9. Pengujian validitas variabel kinerja guru ............................................ 58
10. Pengujian validitas variabel kompensasi ............................................ 59
11. Pengujian validitas variabel iklim kerja .............................................. 60
12. Pengujian validitas variabel motivasi kerja ........................................ 60
13. Pengujian reliabilitas............................................................................ 61
14. Skor variabel penelitian ....................................................................... 71
15. Deskripsi data variabel kinerja guru .................................................... 72
16. Deskripsi data variabel kompensasi ..................................................... 73
17. Deskripsi data variabel iklim kerja ..................................................... 74
18. Deskripsi data variabel motivasi kerja ................................................. 76
19. Rekapitulasi uji normalitas .................................................................. 78
20. Rekapitulasi uji homogenitas ............................................................... 79
21. Rekapitulasi linearitas regresi ............................................................. 80
22. Rekapitulasi hasil uji heterokedastisitas ............................................. 84
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Model hubungan struktural .................................................................. 40
2. Histogram variabel kinerja guru .......................................................... 72
3. Histogram variabel kompensasi ........................................................... 74
4. Histogram variabel iklim kerja ........................................................... 75
5. Histogram variabel motivasi kerja ....................................................... 76
6. Model diagram jalur paradigma penelitian .......................................... 85
7. Model persamaan dua jalur .................................................................. 86
8. Substruktur 1 ........................................................................................ 86
9. Substruktur 2...................................................................................... 86
10. Substruktur 1 terhadap motivasi kerja ............................................ 88
11. Substruktur 2 terhadap kinerja......................................................... 90
12. Diagram jalur lengkap.......................................................................... 92
13. Pengaruh Tidak Langsung X1 Terhadap Z Melalui Y ......................... 98
14. Pengaruh Tidak Langsung X2 Terhadap Z Melalui Y ......................... 99
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Hasil pengujian validitas dan realibilitas ............................................. 126
2. Butir nilai kinerja guru......................................................................... 142
3. Butir nilai kompensasi ......................................................................... 144
4. Butir nilai iklim kerja ......................................................................... 146
5. Butir nilai motivasi kerja .................................................................... 148
6. Rekapitulasi data ................................................................................. 150
7. Uji normalitas ...................................................................................... 152
8. Uji homogenitas .................................................................................. 153
9. Uji Linieritas Regresi .......................................................................... 154
10. Uji multikolienaritas ........................................................................... 155
11. Uji autokorelasi .................................................................................... 156
12. Uji heterokedasitas............................................................................... 157
13. Uji hipotesis ......................................................................................... 158
14. Uji hubungan ....................................................................................... 159
15. Kuesioner penelitian ............................................................................ 160
16. Tabel r ................................................................................................. 170
17. Tabel t ................................................................................................. 171
18. Tabel F ................................................................................................ 172
BAB IPENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi dunia ditandai oleh perkembangan yang semakin cepat di segala
bidang kegiatan, begitu pula dalam kegiatan pendidikan. Globalisasi ini sangat
mempengaruhi terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia sehingga
diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas atau yang unggul.
Sumber daya manusia unggul merupakan persyaratan utama bagi terwujudnya
bangsa dan negara yang maju. Berapa pun besar sumber daya alam (SDA), modal
sarana prasarana yang tersedia, pada akhirnya di tangan SDM yang handal sajalah
target pembangunan bangsa dan negara dapat dicapai. Dalam perspektif berpikir
seperti ini, suatu bangsa tak dapat mencapai kemajuan tanpa adanya suatu sistem
pendidikan yang baik.
Pendidikan adalah modal dasar untuk menciptakan SDM yang unggul. Dunia
pendidikan yang utama adalah sekolah yang merupakan salah satu lembaga
alternatif pelayanan pendidikan. Sekolah sebagai suatu lembaga tentunya
memiliki visi, misi, tujuan dan fungsi, untuk mengemban tersebut sekolah
memerlukan tenaga profesional, tata kerja organisasi dan sumber-sumber yang
mendukung baik finansial maupun nonfinansial.
2
Sekolah sebagai suatu sistem memiliki komponen-komponen yang berkaitan satu
sama lain serta berkontribusi pada pencapaian tujuan. Komponen-komponen
tersebut adalah siswa, kurikulum, bahan ajar, guru, kepala sekolah, tenaga
kependidikan lainnya, lingkungan, sarana, fasilitas, proses pembelajaran dan hasil
atau output. Semua komponen tersebut harus berkembang sesuai tuntutan zaman
dan perubahan lingkungan yang terjadi di sekitarnya. Untuk berkembang tentunya
harus ada proses perubahan. Pengembangan ini hendaknya bertolak dari hal-hal
yang menyebabkan organisasi tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik sesuai
dengan yang diharapkan. Dalam konsepsi pengembangan kelembagaan tercermin
adanya upaya untuk memperkenalkan perubahan cara mengorganisasikan suatu
lembaga, struktur, proses dan sistem lembaga yang bersangkutan sehingga lebih
dapat memenuhi misinya. Oleh karena itu, perubahan yang terjadi pada lembaga
sekolah harus meliputi seluruh komponen yang ada di dalamnya.
Perubahan tersebut terjadi dalam struktur, proses, ketenagaan dan sistem suatu
lembaga serta proses perubahan itu sendiri, menyangkut bagaimana sekolah
sebagai lembaga diorganisasikan sehingga mampu mengemban misinya dengan
baik. Dalam proses perubahan tersebut, setiap individu dalam organisasi dan
lembaga meningkatkan kemampuan dan performanya berkaitan dengan tujuan,
sumber-sumber, dan lingkungannya. Perubahan tidak akan berjalan tanpa
dukungan dari sumber daya manusia yang merupakan asset yang dapat
memberikan kontribusi lebih dalam pencapaian tujuan organisasi.
Guru merupakan salah satu komponen yang mendukung berlangsungnya kegiatan
di sekolah. Kinerja guru di sekolah mempunyai peran penting dalam pencapaian
tujuan sekolah. Masalah kinerja menjadi sorotan berbagai pihak, kinerja
3
pemerintah akan dirasakan oleh masyarakat dan kinerja guru akan dirasakan oleh
siswa atau orang tua siswa. Berbagai usaha dilakukan untuk mencapai kinerja
yang baik. Perhatian pemerintah terhadap pendidikan sudah disosialisasikan,
anggaran pendidikan yang diamanatkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
sudah mulai dilaksanakan. Maka kinerja guru tentunya akan menjadi perhatian
semua pihak. Guru harus benar-benar kompeten di bidangnya dan guru juga harus
mampu mengabdi secara optimal. Kinerja guru yang optimal dipengaruhi oleh
berbagai faktor, baik internal maupun eksternal.
Berdasarkan data yang diperoleh dari MGMP Penjaskes Kota Bandar Lampung
mengenai data pendidikan guru penjaskes di Kota Bandar Lampung dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 1.1 Data Pendidikan Guru Penjas SMP di Bandar Lampung
Lulusan SGO 8 Orang
S1 Penjas/OR 45 Orang
S1 Non Penjas 6 Orang
S2 Penjas/OR 8 Orang
S2 Non Penjas 3 Orang
JUMLAH 70 Orang
Sumber : MGMP Penjaskes 2015
Jumlah guru penjaskes yang telah menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak
42 orang dan guru penjaskes tidak tetap atau honorer sebanyak 28 orang. Hal ini
menandakan bahwa perbandingan guru penjaskes yang telah PNS dan tidak tetap
di Bandar Lampung tidak jauh berbeda, dengan kondisi tersebut guru penjaskes
tidak tetap yang bekerja pada sekolah negeri maupun swasta sampai saat ini
belum memiliki standar gaji, dan jumlah kompensasi yang menitik beratkan pada
4
jam pembelajaran, tingkat jabatan, dan tanggung jawab masa depan siswanya.
Apalagi guru yang bekerja di tingkat SMP, banyak di antara mereka yang bekerja
melebihi dari imbalan yang mereka terima. Dengan kata lain, insentif atau gaji
yang mereka terima tidak sebanding dengan pekerjaan yang mereka laksanakan
dan tanggung jawab yang mereka terima terhadap masa depan siswanya. Hal
demikian akan mempengaruhi kinerja dari guru penjas itu sendiri.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung
mengenai kinerja guru di Kota Bandar lampung dapat dilihat pada tabel di bawah
ini :
Tabel 1.2 Kinerja guru berdasarkan hasil kegiatan kepengawasan guru SMPdi Kota Bandar lampung
No. Kinerja Guru Persentase1 Guru tidak menggunakan pengetahuannya dalam
menerapkan strategi belajar yang bervariasi43,25%
2 Guru tidak menggunakan pengetahuannya dalammenerapkan struktur kegiatan pembelajaran efektif
39,31%
3 Guru tidak menggunakan pengetahuanya dalammemperbaiki kinerja mengajar melalui PenelitianTindakan Kelas
48,48%
4 Dalam pengembangan silabus guru tidak menggunakanpengetahuaanya dalam melakukan analisa konteks
37,23%
Rata-rata 42,07 %Sumber: Dinas Pendidikan Laporan Kepengawasan Sekolah Tahun 2014-2015
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa nilai rata-rata rendahnya kinerja guru pada
SMP di Kota Bandar Lampung sebesar 42,07%. Hal ini menunjukkan bahwa
kinerja guru SMP di Kota Bandar Lampung tahun 2014-2015 masih rendah
karena kinerja guru masih di bawah standar dan kurang dari 60%.
5
Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan yang dilakukan penulis, di beberapa
sekolah menengah pertama di Bandar Lampung, menunjukkan bahwa kinerja guru
Penjas masih belum optimal. Hal ini bisa diduga dipengaruhi faktor individu guru
penjas masih rendah. Keadaan guru penjas di beberapa Sekolah Menengah
Pertama Negeri di Bandar Lampung menunjukkan temuan sebagai berikut (1)
tidak membuat persiapan untuk mengajar, (2) belum menunjukkan sikap disiplin,
(3) kurang menguasai bahan ajar. Di samping itu, prestasi guru penjas yang belum
tampak adalah (1) kurang termotivasi pada dirinya untuk memberikan dan
menerima kritik/saran, (2) kurang berkomunikasi dengan penuh keakraban sesama
guru, (3) jarang berdiskusi dengan sesama guru, (4) kurang memberikan
dukungan terhadap sesama guru, (5) kurang merasakan bahwa pekerjaan sebagai
guru adalah milik bersama, (6) kurang mengendalikan suasana yang kondusif.
Sementara dari segi kinerjanya diduga bahwa guru penjas (1) belum dapat
menyelesaikan tugas dengan cepat dan tepat, (2) kurang bekerja secara kreatif dan
inovatif, (3) masih menunggu instruksi atasan, (4) memberikan layanan yang
kurang memuaskan kepada siswa. Akibatnya pengaruh terhadap kinerja guru
penjas makin rendah. Kalau dibiarkan, maka dunia pendidikan khususnya penjas
akan menurun dan berdampak buruk bagi hidup orang banyak.
Menurut Samsudin dalam Sadili (2006:187), keberhasilan prestasi sekolah
ditentukan oleh berbagai faktor, di antaranya kompensasi. Perhatian organisasi
atau sekolah terhadap pengaturan kompensasi secara rasional dan adil sangat
diperlukan. Bila guru memandang pemberian kompensasi tidak memadai prestasi
kerja, motivasi maupun kepuasan kerja mereka cenderung akan menurun.
6
Menurut Ruky (2001:10), kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima para
karyawan sebagai balas jasa atas kerja mereka, dan kompensasi itu sendiri dapat
dibagi menjadi dua, yaitu kompensasi langsung dan tak langsung. Kompensasi
langsung merupakan imbalan jasa kepada pegawai yang diterima secara langsung,
rutin atau periodik karena yang bersangkutan telah memberikan bantuan atau
sumbangan untuk mencapai tujuan organisasi dan kompensasi langsung meliputi
gaji, bonus atau insentif, komisi. Selain kompensasi langsung, kompensasi tak
langsung juga mempunyai peranan yang tak kalah pentingnya untuk
meningkatkan kinerja karyawan. Kompensasi tak langsung meliputi tunjangan
hari raya dan tunjangan kesehatan. Kompensasi yang diberikan sekolah terdapat
dua macam, yaitu kompensasi langsung dan kompensasi tidak langsung.
Kompensasi langsung berupa gaji pokok dan insentif, sedangkan kompensasi
tidak langsung berupa tunjangan yang terdiri atas tunjangan hari raya Idul Fitri,
tunjangan pengabdian, tunjangan wali kelas, dan tunjangan seragam. Penerapan
sistem dalam penggajian tidak memberikan dampak yang positif terhadap guru
karena gaji yang diberikan relatif kecil dan tidak didasarkan pada pendidikan,
jabatan, dan pengalaman kerja. Hal tersebutlah yang mengakibatkan guru
menurunkan produktivitas kinerjanya dengan tidak mengajar. Apalagi pemberian
gaji disamaratakan antara guru yang sudah lama mengajar ataupun belum lama
mengajar.
Faktor lain yang dapat meningkatkan kinerja guru menurut Pidarta (1988:176),
adalah iklim kerja. Iklim kerja di sekolah adalah suasana bekerja, belajar,
berkomunikasi, dan bergaul dalam organisasi pendidikan. Dengan terciptanya
iklim kerja sekolah yang kondusif, maka guru akan merasa nyaman dalam bekerja
7
dan terpacu untuk bekerja lebih baik. Hal tersebut mencerminkan bahwa suasana
sekolah yang kondusif sangat mendukung peningkatan kinerja.
Pada sisi lain faktor lain yang dapat meningkatkan kinerja guru adalah motivasi
kerja. Seorang guru dapat bekerja secara professional jika pada dirinya terdapat
motivasi yang tinggi. Pegawai atau guru yang memiliki motivasi yang tinggi
biasanya akan melaksanakan tugasnya dengan penuh semangat dan energik,
karena ada motif-motif atau tujuan tertentu yang melatarbelakangi tindakan
tersebut. Motif itulah sebagai faktor pendorong yang memberi kekuatan
kepadanya sehingga ia mau dan rela bekerja keras. Mangkunegara (2005 : 28),
menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara motivasi berprestasi
dengan pencapaian kinerja atau prestasi kerja. Artinya pimpinan, manajer, dan
pegawai yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan mencapai kinerja yang
tinggi, dan sebaliknya mereka yang kinerjanya rendah disebabkan karena motivasi
kerjanya rendah.
Pada sisi lain faktor disiplin dapat pula meningkatkan kinerja guru. Simamora
(2006 : 610) menyatakan bahwa, disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau
menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin
merupakan bentuk pengendalian diri karyawan dan pelaksanaan yang teratur dan
menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja di dalam suatu organisasi.
Davis (2003 : 129) menyatakan disiplin kerja sebagai pelaksanaan manajemen
untuk memperteguh pedoman-pedoman dipandang erat keterkaitannya dengan
kinerja.
8
Selanjutnya, faktor yang mendukung kinerja guru adalah kepuasan kerja,
kepuasan kerja sendiri dapat diartikan sebagai sikap emosional yang
menyenangkan dan mencintainya pekerjaannya dengan tolok ukur tingkat disiplin,
moral kerja dan turnover guru. Menurut Robbins (2006 : 78), kepuasan kerja
adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang, yang menunjukkan perbedaan
antara jumlah penghargaan yang diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini
seharusnya mereka terima. Kepuasan kerja merupakan kunci pendorong moral
kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja guru dalam mendukung terwujudnya tujuan
sekolah. Robbins (2006 : 83) menyatakan seorang guru yang bekerja dengan baik
dan menghasilkan kinerja yang baik akan merasa puas sebab ia telah mampu
memberikan hasi yang terbaik. Kinerja yang baik akan mendorong moral seorang
guru untuk melakukan dengan lebih baik sehingga ia mempunyai prestasi yang
tinggi. Prestasi yang tinggi ini merupakan perwujudan dari kinerja kerja. Kinerja
akan sangat mempengaruhi kepuasan kerja seorang guru.
Faktor lain adalah sarana dan prasarana. Mulyasa (2007 : 49) menyatakan bahwa
sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung
dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar-
mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media
pengajaran. Sarana pendidikan merupakan sarana penunjang bagi proses belajar-
mengajar.
Faktor lain, konflik organisasi diartikan sebagai ketidaksesuaian antara dua atau
lebih anggota-anggota atau kelompok-kelompok organisasi yang timbul karena
adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber daya yang terbatas atau
9
kegiatan-kegiatan kerja, atau karena mereka mempunyai perbedaan status, tujuan,
nilai, persepsi.
Berdasarkan latar belakang masalah dengan teori di atas dan belum adanya
penelitian tentang kinerja guru penjaskes di Kota Bandar Lampung maka penulis
tertarik melakukan penelitian dengan judul pengaruh kompensasi, iklim kerja,
motivasi kerja terhadap kinerja guru penjaskes di Bandar Lampung.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan paparan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah yang
mempengaruhi kinerja guru adalah sebagai berikut.
1. Iklim Kerja yang belum kondusif.
2. Motivasi guru untuk berprestasi masih rendah dan kemampuan mengajar
yang belum optimal.
3. Disiplin kerja guru masih rendah.
4. Budaya kerja belum tercipta dengan baik.
5. Konflik organisasi belum teratasi dengan baik.
6. Kompetensi guru belum dikuasai menyeluruh.
7. Kesadaran diri akan tugas masih lemah.
8. Kompensasi yang diberikan belum maksimal
9. Komitmen pencapaian kinerja guru Penjaskes SMP di Bandar Lampung
masih rendah.
10. Tingkat kepuasan kerja guru masih rendah.
11. Sarana prasarana yang tersedia di sekolah belum dimanfaatkan secara
maksimal.
10
1.3 Pembatasan Masalah
Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam dunia pendidikan sangatlah
kompleks. Salah satunya adalah masalah manajemen sumber daya manusia.
Permasalahan-permasalahan perlu mendapat tanggapan dan solusi. Dalam tesis ini
penulis membatasi masalah terkait variabel yang mempengaruhi kinerja guru
Penjaskes SMP di Bandar Lampung, yaitu kompensasi, iklim kerja, dan motivasi
kerja.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut.
1. Apakah terdapat pengaruh secara parsial kompensasi terhadap motivasi
kerja guru Penjaskes SMP di Bandar Lampung?
2. Apakah terdapat pengaruh secara parsial iklim sekolah terhadap motivasi
kerja guru Penjaskes SMP di Bandar Lampung?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan kompensasi terhadap kinerja
guru Penjaskes SMP di Bandar Lampung?
4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan iklim kerja terhadap kinerja
guru Penjaskes SMP di Bandar Lampung?
5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan motivasi kerja terhadap kinerja
Guru Penjaskes SMP di Bandar Lampung?
6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan kompensasi terhadap kinerja
guru melaui motivasi kerja Guru Penjaskes SMP di Bandar Lampung?
11
7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan iklim sekolah terhadap kinerja
guru melalui motivasi kerja guru Penjaskes SMP di Bandar Lampung?
8. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan kompensasi dan iklim kerja
secara bersama-sama terhadap motivasi kerja guru Penjaskes SMP di
Bandar Lampung?
9. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan kompensasi, iklim kerja dan
motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru Penjaskes SMP
di Bandar Lampung?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui dan menganalisis sebagai berikut.
1. Apakah terdapat pengaruh secara parsial kompensasi terhadap motivasi
kerja guru Penjaskes SMP di Bandar Lampung
2. Apakah terdapat pengaruh secara parsial iklim kerja terhadap motivasi
kerja guru Penjaskes SMP di Bandar Lampung
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan kompensasi terhadap kinerja
guru Penjaskes SMP di Bandar Lampung
4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan iklim kerja terhadap kinerja
guru Penjaskes SMP di Bandar Lampung
5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan motivasi kerja terhadap kinerja
guru Penjaskes SMP di Bandar Lampung
6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan kompensasi terhadap kinerja
guru melalui motivasi kerja guru Penjaskes SMP di Bandar Lampung
12
7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan iklim kerja terhadap kinerja
guru melalui motivasi kerja guru Penjaskes SMP di Bandar Lampung
8. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan kompensasi dan iklim kerja
secara bersama-sama terhadap motivasi kerja guru Penjaskes SMP di
Bandar Lampung
9. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan kompensasi, iklim kerja dan
motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru Penjaskes SMP
di Bandar Lampung
1.6 Kegunaan Penelitian
Peneliti berharap hasil penelitian ini berguna baik secara teoretis maupun
praktis.
1. Kegunaan Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pengembangan
keilmuan untuk penelitian selanjutnya, terutama yang berhubungan
dengan peningkatan kinerja guru penjaskes di sekolah.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi guru
Dapat memberikan masukan kepada guru untuk memahami
penggunaan kompensasi, iklim kerja, dan motivasi kerja.
b. Bagi Kepala Sekolah
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai input bagi pimpinan
dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan
peningkatan kinerja guru.
13
c. Bagi Dinas Pendidikan
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan
kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan peningkatan kinerja
guru.
d. Bagi Peneliti
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran untuk
diterapkan di tempat tugas peneliti.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup.
1. Ruang Lingkup Ilmu.
Ruang lingkup ilmu yang berhubungan dengan penelitian ini adalah
manajemen pendidikan, yang mengkaji tentang sumber daya manusia
dalam organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan yang efektif dan
efisien dalam bidang pendidikan.
2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian.
Subjek penelitian ini adalah guru Penjaskes SMP Negeri dan Swasta di
Bandar Lampung.
3. Ruang Lingkup Objek Penelitian.
Objek penelitian ini adalah kompensasi, iklim kerja, motivasi kerja dan
kinerja guru.
4. Ruang Lingkup Tempat dan waktu Penelitian.
Tempat penelitian ini adalah Lokasi MGMP Penjaskes SMP di Bandar
Lampung. Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada Tahun Pelajaran
2015/2016.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kinerja Guru
2.1.1 Pengertian Kinerja Guru
Menurut Robbins dalam Sinambela (2012:5) kinerja diartikan sebagai hasil
evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan individu dibandingkan dengan kriteria
yang ditetapkan bersama. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja seseorang sangatlah
perlu, sebab dengan kinerja akan diketahui seberapa jauh kemampuan seseorang
dalam melaksanakan tugasnya. Untuk mengetahui hal tersebut diperlukan
penentuan kriteria pencapaian yang ditetapkan secara bersama-sama. Menurut
Whitmore dalam Uno (2014 : 59) secara sederhana mengemukakan, kinerja
adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang. Pengertian ini
merupakan pengertian yang menuntut kebutuhan paling minim untuk berhasil.
Kinerja menuntut tergambarnya tanggung jawab yang besar dari pekerjaan
seseorang. Dengan demikian kinerja adalah suatu perbuatan, suatu prestasi apa
yang diperlihatkan melalui keterampilan yang nyata.
Menurut McDaniel dalam Uno (2014 : 62), kinerja adalah interaksi antara
kemampuan seseorang dengan motivasinya. Menurut Mangkunegara dalam
Wahyudi (2012 : 7), kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadannya. Selain itu, kinerja juga dapat diartikan sebagai suatu
15
hasil dan usaha seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan perbuatan
dalam situasi tertentu. Berbagai pengertian kinerja di atas, dapat dipahami bahwa
kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan yang dilakukan seseorang secara
kualitas dan kuantitas sesuai dengan kemampuan dan perbuatannya.
Kinerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kinerja guru. Kinerja guru
adalah hasil kerja nyata secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu apa yang dikerjakan di dalam kelas dan
bagaimana caranya mengajar menggunakan metode dan model pembelajaran
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru
adalah hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan individu dibandingkan
dengan kriteria yang ditetapkan bersama dengan pelaksanaan fungsi-fungsi yang
dituntut dari seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadannya.
2.1.2 Penilaian Kinerja Guru
Menurut Wahyudi (2012:96), penilaian kinerja seseorang adalah untuk
mengetahui seberapa besar mereka bekerja melalui suatu sistem formal dan
terstruktur, seperti menilai, mengukur, dan mempengaruhi sifat-sifat yang
berkaitan dengan pekerjaan, perilaku, dan hasil termasuk tingkat ketidakhadiran.
Menurut Wibowo (2008:351) suatu proses kinerja apabila telah selesai
dilaksanakan, akan memberikan hasil kinerja atau prestasi kerja. Suatu proses
kinerja dapat dikatakan selesai apabila telah mencapai suatu target tertentu yang
16
telah ditetapkan sebelumnya. Atau dapat pula dinyatakan selesai berdasarkan pada
suatu batasan waktu tertentu, misalnya pada akhir tahun. Evaluasi kinerja
dilakukan untuk memberikan penilaian terhadap hasil kerja atau prestasi kerja
yang diperoleh organisasi, tim atau individu. Evaluasi kinerja akan memberikan
umpan balik terhadap tujuan dan sasaran kinerja, perencanaan dan proses
pelaksanaan kinerja. Evaluasi kinerja dapat pula dilakukan terhadap proses
penilaian, review dan pengukuran kinerja. Atas dasar evaluasi kinerja dapat
dilakukan langkah-langkah untuk melakukan perbaikan kinerja di waktu yang
akan datang.
Menurut Mulyasa (2010:137) kinerja mempunyai hubungan erat dengan
produktivitas karena merupakan indikator dalam menentukan usaha untuk
mencapai produktivitas yang tinggi. Sehubungan hal tersebut maka upaya untuk
mengadakan penilaian terhadap kinerja organisasi merupakan hal penting.
Berbicara tentang kinerja tenaga kependidikan, erat kaitanya dengan cara
mengadakan penilaian terhadap pekerjaan seseorang sehingga perlu ditetapkan
standar kinerja atau standar performance.
Berdasarkan pendapat di atas, penilaian kinerja adalah adalah proses
mengevaluasi atau menilai kerja seseorang. Penilaian kinerja menjadi sangat
penting karena terdapat hubungan dengan penilaian terhadap pekerjaan seseorang.
Penilaian kinerja ini adalah penilaian kinerja guru. Apabila penilaian prestasi kerja
guru dilaksanakan dengan baik, tertib, dan benar maka dapat membantu
meningkatkan motivasi berprestasi sekaligus dapat meningkatkan loyalitas para
anggota yang ada didalamnya, dan apabila ini terjadi akan menguntungkan
sekolah itu sendiri. Oleh karena itu, penilaian kerja perlu dilakukan secara formal
17
dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh sekolah secara objektif.
2.1.3 Pengukuran Kinerja
Menurut Wibowo (2008:319), pengukuran terhadap kinerja perlu dilakukan untuk
mengetahui apakah selama pelaksanaan kinerja terdapat deviasi dari rencana yang
telah ditentukan, atau apakah kinerja dapat dilakukan sesuai jadwal waktu yang
ditentukan, atau apakah hasil kinerja telah tercapai sesuai dengan yang
diharapkan. Untuk melakukan pengukuran tersebut, diperlukan kemampuan untuk
mengukur kinerja sehingga diperlukan adanya ukuran kinerja. Pengukuran kinerja
hanya dapat dilakukan terhadap kinerja yang nyata dan terukur. Apabila kinerja
tidak dapat diukur, tidak dapat dikelola. Untuk dapat memperbaiki kinerja, perlu
diketahui seperti apa kinerja saat ini. Menurut Uno (2013:93), untuk mengukur
kinerja guru dapat dilihat dari kualitas kerja, kecepatan atau ketepatan kerja,
inisiatif kerja, kemampuan kerja, dan komunikasi kerja.
Menurut Mitchel dalam Rusman (2012:52), salah satu ukuran standar kinerja
adalah quality of works, hal ini diperjelas Ivancevich bahwa ukuran kualitas
kinerja guru dapat dilihat dari Produktivitas Pendidikan yang telah dicapai
menyangkut output siswa yang dihasilkan.
Ukuran kinerja yang di maksud adalah ukuran kinerja guru yang dalam
pengukurannya memperhatikan indikator yang dipakai dalam penelitian, juga cara
dalam pengukuran yang jelas. Sehingga kita dapat mengukur kinerja guru dengan
baik dan sesuai standar.
18
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah
hasil kerja nyata secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang guru
dalam melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Variabel
kinerja guru, diukur melalui indikator-indikator sebagai berikut: (1) kualitas kerja,
(2) kecepatan dan ketepatan kerja, (3) inisiatif kerja, (4) kemampuan kerja, (5)
komunikasi kerja.
2.2 Kompensasi
2.2.1 Pengertian Kompensasi
Kompensasi merupakan pengeluaran dan biaya bagi perusahaan Perusahaan
mengharapkan pengeluaran dan biaya kompensasi ini memperoleh imbalan
prestasi kerja yang lebih besar dari karyawan supaya perusahaan tersebut
mendapakan laba yang terjamin. Ada beberapa pendapat ahli tentang pengertian
kompensasi yang dapat diberikan. Menurut Hasibuan (2000:118), kompensasi
adalah Semua pendapatan yang berbentuk uang atau barang langsung atau tidak
langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan pada
perusahaan Sedangkan Menurut Dessler (1998:85), kompensasi adalah semua
bentuk upah atau imbalan yang berlaku bagi karyawan dan muncul dari pekerjaan
mereka, dan mempunyai dua komponen. Ada pembayaran keuangan langsung
dalam bentuk upah, gaji, insentif, komisi, dan bonus, dan ada pembayaran yang
tidak langsung dalam bentuk tunjangan keuangan seperti uang asuransi dan uang
liburan yang dibayarkan oleh majikan.
Dalam bukunya heidjrachman (2002:138), kompensasi adalah suatu penerimaan
sebagai suatu imbalan dari pemberian kerja kepada penerima kerja untuk suatu
19
pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan dan berfungsi sebagai jaminan
kelangsungan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan dinilai dalam bentuk
uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan, undang-undang peraturan dan
dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja dan penerima
kerja. Ruky (2001:10) menyatakan kompensasi langsung merupakan imbalan jasa
kepada pegawai yang diterima secara langsung, rutin atau periodik karena yang
bersangkutan telah memberikan bantuan atau sumbangan untuk mencapai tujuan
organisasi.
Kompensasi inilah yang akan dipergunakan karyawan itu untuk memenuhi
kebutuhannya. Besarnya kompensasi menerima status, pengakuan, dan tingkat
pemenuhan kebutuhan yang dinikmati oleh karyawan bersama keluarganya. Jika
kompensasi yang diterima karyawan semakin besar maka jabatannya semakin
tinggi. Statusnya semakin baik dan pemenuhan kebutuhan yang dinikmatinya
akan semakin banyak pula. Disinilah letak pentingnya kompensasi bagi karyawan
sebagai seorang penjual tenaga (fisik dan pikiran).
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kompensasi adalah sesuatu yang
diberikan perusahaan kepada karyawan sebagai balas jasa atas pekerjaan yang
mereka lakukan dan kompensasi tersebut dapat dinilai dengan uang atau
penghargaan dan mempunyai kecenderungan yang tetap.
20
2.2.2 Tujuan Pemberian Kompensasi
Pemberian kompensasi bertujuan sebagai berikut:
a. Pemenuhan kebutuhan.
Karyawan menerima kompensasi berupa upah, gaji atau bentuk lainnya
adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau
dengan kata lain, kebutuhan ekonominya. Dengan adanya kepastian
menerima upah atau gaji tersebut secara periodik, bararti adanya
jaminan economic security bagi dirinya dan keluarganya yang menjadi
tanggunganya.
b. Meningkatkan produktifitas kerja.
Pemberian kompensasi yang semakin baik akan mendorong karyawan
bekerja secara produktif.
c. Memajukan organisasi atau perusahaan.
Semakin berani suatu perusahaan atau organisasi memberikan
kompensasi yang tinggi, semakin menunjukkan betapa makin
suksesnya suatu perusahaan sebab pemberian kompensasi yang tinggi
hanya mungkin apabila pendapatan perusahaan yang digunakan untuk
itu makin besar.
d. Menciptakan keseimbangan dan keadilan.
Ini berarti pemberian kompensasi berhubungan dengan persyaratan
yang harus dipenuhi oleh karyawan pada jabatan sehingga tercipta
keseimbangan antara input (syarat-syarat) dan output. Menurut
Sedarmayanti (2001:24) tujuan sistem kompensasi dalam suatu
21
organisasi harus diatur agar merupakan sistem yang baik dalam
organisasi.
2.2.3 Fungsi Kompensasi
Adapun fungsi pemberian kompensasi menuru Martoyo (2000:128) antara lain
yaitu:
a. Pengalokasian sumber daya manusia secara efisien.
Fungsi ini menunjukkan bahwa pemberian kompensasi yang cukup baik
pada karyawan yang berprestasi baik akan mendorong para karyawan
untuk bekarja lebih baik kearah pekerjaan yang lebih produktif. Dengan
kata lain ada kecenderungan para karyawan dapat bergeser atau
berpindah dari yang kompensasinya rendah ketempat kerja yang
kompensasinya tinggi dengan cara menunjukkan prestasi kerja yang
lebih baik.
b. Mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.
Sebagai akibat aplikasi dan penggunaan sumber daya manusia, dalam
organisasi yang bersangkutan secara efisien dan efektif tersebut maka
dapat diharapkan bahwa sistem pemberian kompensasi tersebut secara
langsung dapat memberikan stabilitas organisasi dan secara tidak
langsung ikut andil dalam mendorong stabilisasi dan pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan.
c. Penggunaan sumberdaya manusia secara lebih efisien dan efektif.
Dengan pemberian kompensasi yang tinggi kepada karyawan
mengandung implikasi bahwa organisasi akan menggunakan tenaga
kerja karyawan dengan seefisien mungkin. Sebab dengan cara demikian
22
organisasi yang bersangkutan akan memperoleh manfaat dan
keuntungan semaksimal mungkin. Disinilah produktifitas karyawan
sangat menenukan.
2.2.4 Bentuk-Bentuk Kompensasi
1. Kompensasi Langsung
Sampai saat ini pengertian kompensasi langsung masih menggunakan istilah
administrasi gaji dan upah, adapun pengertian dari kompensasi secara terpisah
diungkapkan oleh Dessler (1998:89) kompensasi dengan pembayaran keuangan
langsung dalam bentuk upah gaji, insentif, komisi dan bonus tetapi menurut
Hasibuan (2000:133) kompensasi dibedakan menjadi dua macam yaitu
kompensasi langsung yang berupa gaji, upah, dan upah insentif, komisi dan
bonus. Dari penjelasan di atas kompensasi langsung merupakan bagian dari
kompensasi secara keseluruan yang pembayaranya pada umumnya menggunakan
uang, dan langsung terkait dengan dengan prestasi kerja yang dapat berbentuk
gaji, upah, insentif, komisi dan bonus. Dan pengertian bentuk-bentuk kompensasi
langsung adalah.
1) Gaji.
Gaji adalah balas jasa dalam bentuk uang yang diterima karyawan sebagai
konsekuensi dari kedudukanya sebagai seorang karyawan yang memberikan
sumbangan tenaga dan pikiran dalam mencapai tujuan perusahaan. Dapat juga
dikatakan sebagai bayaran tetap yang diterima seseorang dari keanggotaannya
dalam sebuah perusahaan.
23
2) Upah
Upah merupakan imbalan financial langsung yang dibayarkan kepada karyawan
berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan atau banyaknya pelayanan
yang diberikan. Jadi tidak seperti gaji yang jumlahnya relatif tetap, besarnya upah
dapat berubah-ubah tergantung pada keluaran dan dihasilkan.
3) Insentif/Bonus
Insentif menurut Rivai (2009:360) merupakan imbalan langsung yang dibayarkan
kepada karyawan karena kinerja melebihi standar yang ditentukan. Insentif
merupakan bentuk lain dari upah langsung diluar upah dan gaji yang merupakan
kompensasi tetap, yang biasa disebut kompensasi berdasarkan kinerja (pay for
performance plan). Ruky (2001:10) di dalam bukunya mengatakan kompensasi
langsung diantaranya yaitu:
a) Upah/Gaji pokok
b) Tunjangan tunai sebagai suplemen upah/ gaji yang diterima setiap bulan
atau minggu.
c) Tunjangan Hari Raya Keagamaan dan gaji ke-14,15 dst.
d) Bonus yang dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan prestasi kerja atau
kinerja perusahaan.
e) Insentif sebagai penghargaan untuk prestasi termasuk komisi bagi
tenaga penjualan.
f) Segala jenis pembagian catu yang diterima rutin.
2. Kompensasi Tidak Langsung
Selain kompensasi langsung, kompensasi tidak langsung juga mempunyai peranan
yang tidak kalah pentingnya untuk meningkatkan kinerja karyawan. Menurut
24
Dessler (1998 : 85), yaitu Semua pembayaran keuangan tidak langsung yang
diterima oleh seorang karyawan untuk melanjutkan pekerjaan dengan perusahaan.
Pembagian kompensasi tidak langsung dalam tunjangan keuangan, tunjangan hari
raya, kesejahteraan karyawan jamsostek dan pelayanan kesehatan.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kompensasi adalah
sesuatu yang diberikan perusahaan kepada karyawan sebagai balas jasa atas
pekerjaan yang mereka lakukan dan kompensasi tersebut dapat dinilai dengan
uang atau penghargaan dan mempunyai kecenderungan yang tetap. Adapun
indikator untuk mengukur kompensasi adalah: (1) kompensasi langsung, dengan
sub indikator gaji, upah, insentif atau bonus (2) kompensasi tidak langsung.
2.3 Iklim Kerja
2.3.1 Pengertian Iklim Kerja
Iklim kerja sebagai suatu konsep yang mereflesikan isi dan kekuatan nilai-nilai
umum, norma, sikap, tingkah laku dan perasaan anggota terhadap suatu sistem.
Iklim kerja disekolah diidentifikasikan sebagai perangkat atribut yang memberi
warna atau karakter, spirit, etos, suasana batin, dari setiap sekolah secara
operasional, sebagaimana halnya pengertian iklim pada cuaca, iklim kerja di
sekolah diukur dengan menggunakan rata-rata dari persepsi komunitas sekolah
terhadap aspek-aspek yang menentukan lingkungan kerja.
Menurut Gorge Litwin dan Robert Stringer dalam Hoy dan Miskel ( 2008 : 198),
iklim kerja adalah seperangkat sifat terukur dari lingkungan kerja, berdasarkan
persepsi kolektif masyarakat yang tinggal dan bekerja di lingkungan dan terbukti
mempengaruhi tingkah laku mereka. Hal ini berarti, iklim kerja sekolah yang
25
kondusif akan berdampak pada kinerja guru. Hal tersebut mencerminkan bahwa
suasana sekolah yang kondusif sangat mendukung peningkatan kinerja guru.
Menurut De Roche dalam Daryanto (2015:10), iklim kerja adalah sebagai
hubungan antara personil, sosial dan faktor–faktor kultural yang mempengaruhi
individu dan kelompok dalam lingkungan sekolah.
Menurut Marzuki dalam Supardi (2014:121), iklim kerja sekolah adalah keadaan
sekitar sekolah dan suasana yang sunyi dan nyaman yang sesuai dan kondusif
untuk pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi akademik. Menurut
Creamers dan Scheerens dalam Supardi (2014:121), iklim kerja sekolah
merupakan suasana yang terdapat di dalam suatu sekolah. Iklim kerja sekolah
menggambarkan keadaan warga sekolah tersebut dalam keadaan riang dan mesra
ataupun kepedulian antara satu sama lainnya. Hubungan mesra pada iklim kerja
sekolah terjadi karena disebabkan terdapat hubungan yang baik di antara kepala
sekolah, guru, dan di antara guru dan peserta didik.
Iklim kerja sekolah berarti berkaitan denga sifat-sifat atau ciri yang dirasa dalam
sebuah lingkungan kerja sekolah, dan timbul karena adanya kegiatan yang
dilakukan secara sadar atau tidak, dan dianggap mempengaruhi tingkah laku
kemudian dengan kata lain iklim dapat dipandang sebagai kepribadian organisasi
seperti yang dilihat oleh para anggotanya.
Suharsaputra (2010:30) menyatakan terdapat lima faktor yang mempengaruhi
iklim kerja sekolah yang kondusif, yaitu (1) Penempatan personalia, (2).
Pembinaan antar hubungan dan komunikasi, (3) Dinaminisasi dan penyelesaian
26
konflik, (4) Pemanfaatan informasi, (5) Peningkatan lingkungan kerja serta
lingkungan belajar.
Proses komunikasi merupakan faktor yang sangat esensial untuk terciptanya iklim
kerja yang kondusif. Secara kodrat manusia satu sama lain saling berhubungan
dam membutuhkan, dimana hal ini dapat terwujud melalui proses komunikasi.
Proses komunikasi berfungsi mengikat masing-masing anggota sekolah menjadi
satu bagian yang integral, utuh dan bersatu. Ikatan yang tebentuk karena
komunikasi yang harmonis dan lancar dapat mendorong semangat kerjasama dan
menumbuhkan sikap peduli dengan lingkungan kerja, semua itu mempengaruhi
iklim kerja sekolah. Tanpa komunikasi pikiran kita tidak dapat mengembangkan
sikap alami manusia yang asli tetapi tetap dalam keadaan yang tidak normal dan
sikap yang lebih kasar. Kutipan ini mengisaratkan supaya setiap komponen
sekolah membuat satu sistem komunikasi kerjasama yang harmonis sehingga
tercipta iklim kerja yang kondusif dan harmonis.
Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian iklim kerja
adalah kondisi lingkungan kerja yang dirasakan secara langsung maupun tidak
langsung oleh guru dalam melaksanakan tugas di sekolah. Adapun indikator untuk
mengukur iklim kerja disekolah dapat dilihat berdasarkan aspek – aspek antara
lain yaitu (1) Hubungan antara atasan dengan bawahan, (2) Hubungan antara
sesama anggota organisasi, (3) Tanggung jawab, (4) Imbalan yang adil, (5)
Pengendalian, struktur, dan birokrasi yang nalar, dan, (6) Keterlibatan pegawai
dan partisipasi.
27
2.4 Motivasi Kerja
2.4.1 Pengertian Motivasi
Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai yang mempengaruhi individu untuk
mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sikap dan nilai tersebut
merupakan suatu yang invisible yang memberikan kekuatan untuk mendorong
individu bertingkah laku dalam mencapai tujuan. Veithzal (2005:455 ), Beliau
juga mengemukakan : “Dua hal yang dianggap sebagai dorongan individu yaitu
arah prilaku (kerja untuk mencapai tujuan) dan kekuatan prilaku (seberapa kuat
usaha individu dalam bekerja)”.
Menurut Robbins (2006:208), motivasi adalah sebagai suatu proses yang
menghasilkan suatu intensitas, arah, dan ketekunan individual dalam mencapai
usaha untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Widyoko (2012:233), Motivasi
secara umum diartikan sebagai daya penggerak dalam diri seseorang untuk
melakukan aktivitas-aktivitas guna mencapai tujuan tertentu. Woolfolk dan
Nicolich dalam Widyoko (2012:233), menyatakan bahwa motivasi pada umumnya
didefinisikan sebagai sesuatu yang mendorong seseorang melakukan tindakan.
Menurut McClelland dalam Widyoko (2012 : 233), mengartikan motivasi sebagai
suatu dorongan yang menggerakkan, mengarahkan dan menentukan atau memilih
prilaku.
Motivasi mengandung tiga elemen sebagai berikut: 1) Bahwa motivasi mengawali
terjadinya perubahan energy pada diri setiap individu manusia, 2) Motivasi
ditandai dengan munculnya rasa (felling), afeksi seseorang, 3) Motivasi akan
dirangsang karena adanya tujuan. Motivasi memiliki cirri-ciri sebagai berikut : a)
28
tekun terhadap tugas, b) ulet mengalami kesulitan, c) menunjukkan minat
terhadap bermacam-macam masalah, d) lebih senang bekerja mandiri, e) cepat
bosan dengan tugas-tugas rutin, f) dapat mempertahankan pendapatnya jika sudah
yakin akan sesuatu, g) tidak mudah melepas sesuatu yang telah diayakini, h)
senang mencari dan memecahkan masalah.
Menurut McClelland dalam Robbins (2006:216) mengelompokkan tiga kebutuhan
manusia yang dapat memotivasi gairah bekerja yaitu : kebutuhan akan kekuasaan
(Nedd for Power) adalah kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam
suatu cara yang orang-orang itu (tanpa dipaksa) tidak akan berperilaku demikian.
Kebutuhan afiliasi (Ned for Affliation) adalah hasrat untuk hubungan antar pribadi
yang ramah dan akrab. Kebutuhan prestasi (Ned for Achievement) adalah
dorongan untuk menggungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat
standar, dan berusaha keras untuk sukses .
Mcclland dalam Mangkunegara (2005:19) mengemukakan : “Ada 6 (enam)
karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi yaitu: 1) memiliki
tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi, 2) berani mengambil dan memikul
resiko, 3) memiliki tujuan yang realistic, 4) memiliki recana kerja yang menyuruh
dan berjuang untuk merealisasikan tujuan, 5) memanfaatkan umpan balik yang
kongkrit dalam semua kegiatan yang dilakukan dan 6) mencari kesempatan untuk
merealisasikan rencana yang telah diprogramkan”.
Berdasarkan hasil penelitian Mcclalland, Edwad Murray, Miller dan Gordon W
menyimpulakan bahwa “ ada hubungan yang positif antara motivasi kerja dengan
pencapain prestasi”. Artinya guru yang memiliki motivasi kerja tinggi akan
29
cenderung memiliki prestasi kerja yang tinggi dan sebaliknya guru yang memiliki
motivasi kerja rendah cenderung memiliki prestasi kerja rendah.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu
dorongan yang menyebabkan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung
dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Yang dimaksud
motivasi dalam penelitian ini adalah motivasi mengajar guru. Adapun pengertian
motivasi mengajar guru adalah guru adalah suatu perangsang dan pendorong bagi
para guru untuk menyampaikan pengetahuan pada anak didik.
2.4.2 Macam-macam Motivasi
Dimyati dan Mudjiono (1994:80) menggolongkan motivasi menjadi dua bagian
yaitu.
a. Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar.
Motif dasar adalah motif yang berkaitan dengan kebutuhan biologis atau
kebutuhan jasmani seseorang.
b. Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Motif yang dipelajari
adalah motivasi yang diperoleh dari hasil belajar seseorang.
Sukmadinata (1997:11), membedakan motivasi menjadi dua yaitu: (1) motivasi
internal adalah motivasi yang muncul dari dalam diri sendiri, (2) motivasi
eksternal adalah motivasi yang muncul karena ada desakan atau rangsangan dari
luar.
30
Wahjosumidjo (1994:398) berpendapat bahwa motivasi timbul diakibatkan oleh
faktor dari dalam diri seseorang itu (intrinsik) dan faktor dari luar diri seseorang
(ekstrinsik).
a. Motivasi Intrinsik
Yaitu motivasi yang berfungsi atau aktif tanpa adanya dorongan dari
luar. Karena dalam diri orang tersebut sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu pekerjaan. Yang termasuk faktor intrinsik ini
adalah kepribadian, sikap pengalaman dan pendidikan, atau berbagai
harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa depan.
b. Motivasi Ekstrinsik
Yaitu motivasi yang timbul karena adanya rangsangan dari luar diri
seseorang. yang termasuk faktor ekstrinsik adalah pengaruh
pimpinan, kolega atau teman sejawat, tuntutan organisasi atau tugas
dan faktor lain yang sangat kompleks.
Merujuk pada pendapat dari Semiawan (1995:29) maka seseorang yang memiliki
motivasi kerjaakan memenuhi karakteristik sebagai berikut: (1) tekun menghadapi
tugas, (2) ulet menghadapi kesulitan, (3) tidak memerlukan dorongan dari luar
untuk berprestasi, (4) ingin mendalami pekerjaan yang dipercayakan, (5) selalu
berusaha untuk berprestasi sebaik mungkin, (6) menunjukan minat yang positif;
lebih senang bekerja mandiridan bosan terhadap tugas-tugas rutin, dan (7) senang
memecahkan persoalan yang dialami selama bekerja.
2.4.3 Komponen utama dalam Motivasi
Ada tiga komponen utama dalam motivasi Hasibuan (2000:103), yaitu:
31
a. Kebutuhan, kebutuhan individu merasa adanya ketidak seimbangan antara
output dan input.
b. Dorongan, merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam
rangka memenuhi harapan yang berorientasi pada pencapaian tujuan.
Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti motivasi.
c. Tujuan, hal yang ingin dicapai oleh seseorang individu. Tujuan tersebut
mengarahkan perilaku individu tersebut.
Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
suatu dorongan yang menyebabkan kondisi atau sistem lingkungan yang
mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Yang di
maksud motivasi dalam penelitian ini adalah motivasi mengajar guru. Adapun
pengertian motivasi mengajar guru adalah guru adalah suatu perangsang dan
pendorong bagi para guru untuk menyampaikan pengetahuan pada anak didik.
Adapun indikator motivasi yaitu: (1) kebutuhan akan kekuasaan (Nedd for
Power), (2) Kebutuhan afiliasi (Ned for Affliation), (3) Kebutuhan prestasi (Ned
for Achievement).
2.5 Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Slamet (2007), dengan judul tesis analisis kepemimpinan, kecerdasan
emosi, kedisiplinan dan kompetensi terhadap kinerja guru SMPN 8
Purworejo. Dengan hasil penelitian kepemimpinan, kecerdasan emosi,
kedisiplinan, dan kompetensi secara bersama mempunyai pengaruh
32
secara positif dan signifikan terhadap kinerja guru sebesar 86,7 %.
Persamaan dalam penelitian ini adalah terletak pada variabel terikat yaitu
kinerja guru, sedangkan perbedaan dalam penelitian ini adalah terletak
pada variabel lainnya dan sampel penelitiannya.
2. Rijanto (2008), dengan judul tesis pengaruh komitmen, motivasi kerja
dan infrastruktur terhadap kinerja petugas sistem informasi manajemen
puskesmas. Dengan hasil penelitian variabel motivasi secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap kinerja SIM Puskesmas. Hal ini
dibuktikan bahwa nilai t hitung variabel tsb lebih besardari t tabel ( 4,085
> 2,03) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Variabel yang paling dominan
adalah motivasi dengan nilai β terbesar (β = 0,620) diantara variabel
lainnya. Persamaan dalam penelitian ini adalah terletak pada variabel
motivasi yang berpengaruh secara parsial terhadap kinerja, sedangkan
perbedaan dalam penelitian ini adalah variabel lainnya yang
mempengaruhi kinerja.
3. Ulga (2005), dengan judul tesis pengaruh faktor kepuasan yang berupa
kompensasi dan disiplin kerja terhadap peningkatan kinerja pegawai PT
Telkom Kantor Cabang Telekomunikasi. Dengan hasil penelitian
terdapat pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja pegawai memberikan
kontribusi sebesar 45,3 %. Persamaan dalam penelitian ini adalah terletak
pada variabel bebas yaitu kompensasi, sedangkan perbedaan dalam
penelitian ini terletak pada sampel penelitian.
33
4. Romlah (2010), dengan judul tesis pengaruh kepemimpinan kepala
sekolah, kompetensi dan motivasi terhadap kinerja guru SMPN 1
Margahayu Kabupaten Bandung. Dengan hasil penelitian kepemimpinan
kepala sekolah, kompetensi dan motivasi secara bersama-sama
berpengaruh terhadap kinerja guru sebesar 79,4 %. Persamaan dalam
penelitian ini adalah variabel penghubung yaitu motivasi dan variabel
terikat nya adalah kinerja guru, sedangkan perbedaan dalam penelitian ini
adalah variabel lainnya yang mempengaruhi kinerja guru dan sampel
penelitiannya.
5. Ristiana (2010) dengan judul tesis pengaruh kompensasi, lingkungan
kerja, dan motivasi kerja terhadap kinerja guru tidak tetap (GTT) “(Studi
pada SD/MI Kabupaten Kudus)”, dengan hasil penelitian dengan
menggunakan metode analisis regresi, dapat disimpulkan bahwa variabel
kompensasi ( X1 ) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
GTT. Dengan demikian berarti bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa
kompensasi memiliki pengaruh terhadap kinerja GTT dapat diterima (
Hipotesis 1 diterima ). Selain itu, terdapat pengaruh positif dan signifikan
terhadap variabel Lingkungan kerja ( X2 ) terhadap kinerja guru tidak
tetap. Secara simultan lingkungan kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja GTT. Ada juga pengaruh positif dan
signifikan antara variable motivasi kerja (X3) terhadap kinerja GTT.
Secara simultan motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja GTT . Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat
disimpulkan bahwa kompensasi, lingkungan kerja , dan motivasi kerja
34
memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja guru tidak tetap di tingkat
SD/MI kabupaten Kudus.
2.6 Kerangka Berpikir
2.6.1 Pengaruh Secara Parsial Kompensasi Terhadap Motivasi Kerja Guru
Penjaskes SMP Kota Bandar Lampung
Pada hakekatnya semua manusia dalam hidupnya selalu ingin memenuhi segala
kebutuhannya, baik kebutuhan yang bersifat materi maupun kebutuhan yang
bersifat non materi. Bagi organisasi yang mempunyai pendorong kesannya tentu
akan memikirkan bagaimana cara pemenuhan kebutuhan yang diperlukan setiap
pegawai tersebut. Salah satu cara yang tepat bagi perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut yaitu dengan cara memberikan kompensasi yang layak dan
adil sebagai penghargaan yang diberikan perusahaan kepada pegawainya,
kemudian dengan pemberian kompensasi tersebut perusahaan mengharapkan
adanya rasa timbal balik dari pegawai tersebut untuk bekerja dengan prestasi yang
baik.
Kompensasi yang diterapkan dengan baik akan memberikan motivasi kerja bagi
karyawan. Kompensasi diketahui terdiri dari kompensasi langsung dan tidak
langsung. Jika perbandingan kedua kompensasi ditetapkan sedemikian rupa maka
motivasi karyawan akan lebih baik.
Diyakini bahwa kompensasi akan memotivasi kerja pegawai, mengurangi
perputaran tenaga kerja, mengurangi kemangkiran dan menarik pencari kerja yang
berkualitas kedalam perusahaan. Oleh karena itu, kompensasi dapat dipakai
35
sebagai dorongan atau motivasi pada suatu tingkat perilaku dan prestasi serta
dorongan pemilihan perusahaan sebagai tempat bekerja.
2.6.2 Pengaruh Secara Parsial Iklim Kerja Terhadap Motivasi Kerja Guru
Penjaskes SMP Kota Bandar Lampung
Keberhasilan yang ditunjukkan sekolah mengindikasikan bahwa sumber daya
manusia yang dimiliki perusahaan memiliki kehandalan dan tingkat
profesionalisme yang tinggi. Oleh karena itu, keberhasilan sekolah sangat
ditentukan oleh keberhasilan dalam mengelola guru dan mempertahankannya. Hal
ini dapat dilakukan dengan memperhatikan guru, yaitu dengan melihat kebutuhan,
keinginan, harapan, bakat dan keterampilan guru serta menciptakan lingkungan
kerja yang kondusif, sehingga guru termotivasi untuk melakukan pekerjaan dan
akhirnya akan berpengaruh terhadap kinerja guru.
2.6.3 Pengaruh Kompensasi Secara Langsung Terhadap Kinerja Guru
Penjaskes SMP Kota Bandar Lampung
Berbicara tentang kebijakan pemberian kompensasi, umumnya hanya tertuju pada
jumlah yang dibayarkan kepada karyawan. Apabila jumlah kompensasi telah
cukup memadai, berarti sudah cukup layak dan baik. Permasalahannya sebenarnya
tidak sesederhana itu, sebab cukup memadai menurut kacamata perusahaan,
belum tentu dirasakan cukup oleh karyawan yang bersangkutan. Pengaruh
kompensasi terhadap karyawan sangatlah besar. Semangat kerja yang tinggi,
keresahan dan loyalitas karyawan banyak dipengaruhi oleh besarnya kompensasi.
Pada umumnya, pemogokan kerja yang sering terjadi di negara kita ini, sebagian
besar disebabkan karena masalah upah.
36
Pembayaran kompensasi berdasarkan keterampilan, sebenarnya dalam kondisi
tertentu dapat meningkatkan kinerja guru, disamping dapat pula membuat
karyawan frustasi. Bagi guru yang memang memiliki keterampilan yang dapat
diandalkan, maka pemberian kompensasi berdasarkan keterampilan akan dapat
meningkatkan kinerja, sebaliknya bagi guru yang tidak memiliki keterampilan dan
tidak mempunyai kemampuan untuk meningkatkan keterampilannya, maka sistem
pemberian kompensasi ini dapat mengakibatkan frustasi.
Dikaitkan dengan teori pengharapan, maka pemberian kompensasi berdasarkan
keterampilan akan memotivasi guru, sebab dalam teori pengharapan dikatakan
bahwa seorang guru akan termotivasi untuk mengerahkan usahanya dengan lebih
baik lagi apabila karyawan merasa yakin, bahwa usahanya akan menghasilkan
penilaian prestasi yang baik. Penilaian yang baik akan diwujudkan dengan
penghargaan dari perusahaan seperti pemberian bonus, peningkatan gaji atau
promosi dan penghargaan itu dapat memuaskan guru.
Jadi dalam teori pengharapan terdapat tiga hubungan, yaitu hubungan antara usaha
dengan prestasi, hubungan prestasi dengan penghargaan perusahaan dan hubungan
antara penghargaan perusahaan dengan tujuan guru. Apabila penghargaan yang
diberikan oleh perusahaan sesuai dengan pengharapan dan dapat memuaskan
kebutuhannya, maka guru tersebut akan termotivasi untuk lebih meningkatkan
usaha/kinerjanya, sebaliknya apabila usaha yang dilakukan tidak mendapat
penghargaan sesuai dengan harapan guru, maka guru yang bersangkutan akan
merasa frustasi, sehingga tidak termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya.
37
2.6.4 Pengaruh Iklim Kerja Secara Langsung Terhadap Kinerja Guru
Penjaskes SMP Kota Bandar Lampung
Iklim kerja adalah kondisi lingkungan kerja yang dirasakan langsung oleh guru
dan diasumsikan dapat berpengaruh terhadap perilaku dan motivasi mereka. Jika
guru merasakan iklim kerja sekolah baik diharapkan kinerjannya akan tinggi, dan
sebaliknya jika iklim kerja sekolah kurang baik maka kinerjanya akan rendah.
iklim kerja adalah seperangkat sifat terukur dari lingkungan kerja, berdasarkan
persepsi kolektif masyarakat yang tinggal dan bekerja di lingkungan dan terbukti
mempengaruhi tingkah laku mereka. Hal ini berarti Iklim kerja sekolah yang
kondusif akan berdampak pada kinerja guru. Hal tersebut mencerminkan bahwa
suasana sekolah yang kondusif sangat mendukung peningkatan kinerja guru.
2.6.5 Pengaruh Motivasi Kerja Secara Langsung Terhadap Kinerja Guru
Penjaskes SMP Kota Bandar Lampung
Motivasi Kerja adalah semangat atau dorongan dalam diri seseorang untuk
melakukan kerja guna mencapai tujuan yang dapat berpengaruh positif dalam
mencapai kinerja yang lebih baik. Jika seseorang guru memiliki motivasi tinggi
dalam bekerja diharapkan kinerjanya akan meningkat, dan sebaliknya jika
motivasi seseorang dalam bekerja rendah maka kinerjanya akan menurun.
Motivasi secara umum diartikan sebagai daya penggerak dalam diri seseorang
untuk melakukan aktivitas-aktivitas guna mencapai tujuan tertentu. Kinerja yang
baik akan dipengaruhi oleh dua hal yaitu tingkat kemampuan dan motivasi kerja
yang baik. Jadi dapat disimpulkan motivasi dapat meningkatkan kinerja guru.
Kemampuan seseorang dipengaruhi pemahaman atas jenis pekerjaan dan
keterampilan melakukannya, oleh karenanya seseorang harus dapat meningkatkan
38
kemampuan dan keterampilannya. Selain itu kontribusi motivasi kerja terhadap
kinerja tidaklah dapat diabaikan. Meskipun kemampuan guru sangat baik apabila
motivasi kerjanya rendah, sudah pasti tentu kinerjanya juga rendah. Dengan
demikian Mitchel memformulasikan kinerja adalah fungsi dari kemampuan di kali
motivasi. Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat
meningkatkan kinerja.
2.6.6 Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Guru Melalui Motivasi Kerja
Penjaskes SMP Kota Bandar Lampung
Dikaitkan dengan teori pengharapan, maka pemberian kompensasi berdasarkan
keterampilan akan memotivasi karyawan, sebab dalam teori pengharapan
dikatakan bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerahkan
usahanya dengan lebih baik lagi apabila karyawan merasa yakin, bahwa usahanya
akan menghasilkan penilaian prestasi yang baik. Penilaian yang baik akan
diwujudkan dengan penghargaan dari perusahaan seperti pemberian bonus,
peningkatan gaji atau promosi dan penghargaan itu dapat memuaskan karyawan.
2.6.7 Pengaruh Iklim Kerja Terhadap Kinerja Guru Melalui Motivasi Kerja
Penjaskes SMP Kota Bandar Lampung
Iklim kerja adalah seperangkat sifat terukur dari lingkungan kerja, berdasarkan
persepsi kolektif masyarakat yang tinggal dan bekerja di lingkungan dan terbukti
mempengaruhi tingkah laku mereka. Hal ini berarti iklim kerja sekolah yang
kondusif akan berdampak pada kinerja guru. Hal tersebut mencerminkan bahwa
iklim kerja yang kondusif akan menciptakan motivasi kerja yang tinggi dan
sangat mendukung peningkatan kinerja guru.
39
2.6.8 Pengaruh Kompensasi Dan Iklim Kerja Secara Bersama-Sama
Terhadap Motivasi Kerja Guru Penjaskes SMP Kota Bandar Lampung
Kompensasi yang diterapkan dengan baik akan memberikan motivasi kerja bagi
karyawan. Kompensasi diketahui terdiri dari kompensasi langsung dan tidak
langsung. Jika perbandingan kedua kompensasi ditetapkan sedemikian rupa maka
motivasi karyawan akan lebih baik”.
Iklim tidak dapat dilihat dan disentuh, tetapi ia ada seperti udara dalam ruangan.
Ia mengitari dan mempengaruhi segala hal yang terjadi dalam suatu organisasi.
Iklim yang kondusif dapat mempengaruhi motivasi kerja, prestasi dan kepuasan
kerja dalam suatu organisasi.
2.6.9 Pengaruh Kompensasi, Iklim Kerja, Dan Motivasi Kerja Secara
Bersama-Sama Terhadap Kinerja Guru Penjaskes SMP Kota Bandar
Lampung
Pengaruh kompensasi terhadap karyawan sangatlah besar. Semangat kerja yang
tinggi, keresahan dan loyalitas karyawan banyak dipengaruhi oleh besarnya
kompensasi. Pada umumnya, pemogokan kerja yang sering terjadi di negara kita
ini, sebagian besar disebabkan karena masalah upah.
Iklim kerja adalah kondisi lingkungan kerja yang dirasakan langsung oleh guru
dan diasumsikan dapat berpengaruh terhadap perilaku dan motivasi mereka. Jika
guru merasakan iklim kerja sekolah baik diharapkan kinerjannya akan tinggi, dan
sebaliknya jika iklim kerja sekolah kurang baik maka kinerjanya akan rendah.
Iklim kerja adalah seperangkat sifat terukur dari lingkungan kerja, berdasarkan
persepsi kolektif masyarakat yang tinggal dan bekerja di lingkungan dan terbukti
mempengaruhi tingkah laku mereka.
40
Motivasi kerja adalah semangat atau dorongan dalam diri seseorang untuk
melakukan kerja guna mencapai tujuan yang dapat berpengaruh positif dalam
mencapai kinerja yang lebih baik. Jika seseorang guru memiliki motivasi tinggi
dalam bekerja diharapkan kinerjanya akan meningkat, dan sebaliknya jika
motivasi seseorang dalam bekerja rendah maka kinerjanya akan menurun.
Motivasi secara umum diartikan sebagai daya penggerak dalam diri seseorang
untuk melakukan aktivitas-aktivitas guna mencapai tujuan tertentu.
Dari uraian kerangka berpikir di atas, untuk memperjelas dan menguji teori
dengan temuan hasil di lapangan mengenai pengaruh kompensasi, iklim kerja dan
motivasi kerja terhadap kinerja guru yang dapat digambarkan dalam model
kerangka pemikiran sebagai berikut.
ρ ε ρ εε ερ ρρρ ρ
Gambar 2.1Model hubungan struktural dengan satu variabel intervening
Kompensasi( )
Iklim Kerja( )
Motivasi Kerja(Y)
KinerjaGuru (Z)
41
Keterangan :X = KompensasiX = Iklim kerjaY = Motivasi KerjaZ = Kinerja Guruρ = Kofisien Jalur X terhadap Yρ = Kofisien Jalur X terhadap Yρ = Kofisien Jalur X terhadap Zρ = Kofisien Jalur X terhadap Zρ = Kofisien Jalur Y terhadap Zρ ε = Kofisien Jalur variabel lain terhadap Y di luar variabelX dan Xρ ε = Kofisien Jalur variabel lain terhadap Z di luar variabelX ,X , dan Y
2.7 Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan dalam penelitian ini,
maka dapat diajukan hipotesis berikut.
1. Terdapat pengaruh yang parsial kompensasi terhadap motivasi kerja guru
Penjaskes SMP di Bandar Lampung.
2. Terdapat pengaruh yang parsial iklim sekolah terhadap motivasi kerja guru
Penjaskes SMP di Bandar Lampung.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan kompensasi terhadap kinerja guru
Penjaskes SMP di Bandar Lampung.
4. Terdapat pengaruh yang signifikan iklim kerja terhadap kinerja guru
Penjaskes SMP di Bandar Lampung.
5. Terdapat pengaruh yang signifikan motivasi kerja terhadap kinerja guru
Penjaskes SMP di Bandar Lampung.
6. Terdapat pengaruh yang signifikan kompensasi terhadap kinerja guru
melalui motivasi kerja guru Penjaskes SMP di Bandar Lampung.
42
7. Terdapat pengaruh yang signifikan iklim sekolah terhadap kinerja guru
melalui motivasi kerja guru Penjaskes SMP di Bandar Lampung.
8. Terdapat pengaruh yang signifikan kompensasi dan iklim kerja secara
bersama-sama terhadap motivasi kerja guru Penjaskes SMP di Bandar
Lampung.
9. Terdapat pengaruh yang signifikan kompensasi, iklim kerja dan motivasi
kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru Penjaskes SMP di
Bandar Lampung.
BAB IIIMETODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif,
melalui penelitian dengan korelasional atau mencari pengaruh antara variabel
bebas dengan variable terikat. Pendekatan kuantitatif adalah suatu metode
pendekatan untuk mengkaji objek penelitian dengan berupaya menjelaskan
keterkaitan antara variable penelitian dengan menggunakan perhitungan statistik
dan statistik deskriptif.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2014:117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya.
Selanjutnya Arikunto (2010:95) mengatakan populasi merupakan obyek atau
subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu
berkaitan dengan masalah penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru Penjaskes SMP di Bandar
Lampung yang berjumlah 70 orang guru.
44
3.2.2 Sampel
Sugiyono (2014:62) menjelaskan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Menurut Arikunto (2010:174)
menyatakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi.
Pengambilan sample tersebut dapat dihitung dengan rumus.= 2+ 1Keterangan :
n : Jumlah sample yang diketahui
N : Populasi
d : Nilai presisi
1 : Bilangan konstan
Sumber : Metode Slovin (Umar : 2004)
Hasil yang diperoleh dalam menentukan jumlah sampel sebagai berikut.
= 7070 (0,05) + 1= 701,17= 59.82 = 60Kemudian dilakukan penentuan jumlah sampel pada masing-masing jenjang
pendidikan guru penjas dengan menentukan proporsinya sesuai dengan jumlah
guru pada jenjang pendidikan yang diteliti. Jumlah sampel setiap jenjang
pendidikan guru penjaskes didapatkan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
N = --------------- XS
45
Keterangan: N : jumlah sampel: jumlah populasi: sampel
S : jumlah total populasi
Hasil yang didapatkan dari masing-masing proporsional random sampling adalah
sebagai berikut.
Lulusan SGO 60 = 7S1 Penjas / OR 60 = 39S1 non penjas 60 = 5S2 penjas / OR 60 = 7S2 non penjas 60 = 2
Tabel 3.1 Sample Penelitian Guru Penjaskes SMP di Bandar Lampung
No Jenjang PendidikanGuru Penjaskes
JumlahPopulasi
JumlahSampel
1. Lulusan SGO 8 7
2. S1 Penjas/OR 45 39
3. S1 Non Penjas 6 5
4. S2 Penjas/OR 8 7
5. S2 Non Penjas 3 2
JUMLAH 70 60
3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel
Menurut Sugiyono (2014:120), pengambilan sampel dari populasi penelitian
dilakukan dengan teknik proporsional random sampling, yaitu cara pengambilan
sampel dari anggota populasi dengan menggunakan cara acak tanpa
memperhatikan strata dalam populasi tersebut. Cara yang ditempuh dengan
mengundi sampel penelitian. Langkah-langkah yang dimaksudkan adalah sebagai
46
berikut: (1) Masing-masing jenjang pendidikan guru penjaskes akan dipilih
sejumlah guru sesuai dengan jumlah yang ditentukan sebelumnya, (2) dibuat
potongan kertas kecil sejumlah guru di jenjang pendidikan tersebut dan ditulis
nama-nama guru yang ada di sekolah tersebut, (3) nama-nama guru yang ditulis
pada potongan kertas, kemudian digulung dan dimasukkan dalam tabung dan
dikocok, lalu dikeluarkan satu per satu, (4) gulungan kertas yang keluar, dicatat
sebagai sampel kemudian dikembalikan dalam tabung, lalu dikocok untuk
mendapatkan sampel berikutnya, (5) jika yang keluar nama yang sudah menjadi
sampel, maka kembali lagi dan dikocok lagi hingga keluar nama yang lain
sebanyak jumlah guru yang dibutuhkan. Begitu dilakukan seterusnya pada jenjang
pendidikan guru penjas yang lain hingga terpenuhi sejumlah guru yang akan
dijadikan sampel penelitian.
3.3 Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2014:2), variabel penelitian adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Sedangkan menurut Arikunto (2010:161), variabel Penelitian adalah objek
penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel yang
terdapat dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Independen atau Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam
penelitian ini yang menjadi bebas yaitu kompensasi (X ), iklim kerja(X ), dan motivasi kerja (X ).
47
2. Variabel Dependen atau Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian
ini adalah kinerja guru (Y).
3.4 Definisi Konseptual Variabel
Menurut Widyoko (2012 :128), definisi konseptual variabel adalah definisi dalam
konsepsi peneliti mengenai sebuah variabel. Definisi berada dalam pikiran peneliti
(mental image) berdasarkan pemahamannya terhadap teori variabel tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut maka definisi konsep dalam penelitian ini adalah.
3.4.1 Kinerja Guru
Kinerja guru adalah hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan individu
dibandingkan dengan kriteria yang ditetapkan bersama dengan pelaksanaan
fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadannya.
3.4.2 Kompensasi
Kompensasi adalah sesuatu yang diberikan sekolah kepada guru sebagai balas jasa
atas pekerjaan yang mereka lakukan dan kompensasi tersebut dapat dinilai dengan
uang atau penghargaan dan mempunyai kecenderungan yang tetap.
3.4.3 Iklim Kerja
Iklim kerja adalah kondisi lingkungan kerja yang dirasakan secara langsung
maupun tidak langsung oleh guru dalam melaksanakan tugas di sekolah.
48
3.4.4 Motivasi Kerja
Motivasi adalah suatu dorongan yang menyebabkan kondisi atau sistem
lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses
belajar. Definisi motivasi dalam penelitian ini adalah motivasi mengajar guru.
Adapun pengertian motivasi mengajar guru adalah suatu perangsang dan
pendorong bagi para guru untuk menyampaikan pengetahuan pada anak didik.
3.5 Definisi Operasional Variabel
Menurut Widyoko (2012:130), definisi operasional variabel merupakan definisi
yang didasarkan pada sifat - sifat yang didefinisikan yang dapat diamati
(diobservasi). Dengan kata lain definisi opresional variabel adalah pernyataan
yang sangat jelas sehingga tidak menimbulkan kesalah pahaman penafsiran karena
dapat diobservasi dan dibuktikan perilakunnya. Berdasarkan pengertian di atas
maka definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
3.5.1 Definisi Operasional Kinerja Guru
Kinerja guru adalah hasil kerja nyata secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan. Variabel kinerja guru, diukur melalui indikator-indikator sebagai
berikut.
1. Kualitas kerja
2. Kecepatan dan ketepatan kerja
3. Inisiatif kerja
4. Kemampuan kerja
5. Komunikasi kerja
49
Variabel kinerja guru dalam penelitian ini akan diukur menggunakan skala likert,
dengan lima pilihan, yaitu S (selalu), S (sering), KK (kadang-kadang), K
(jarang), dan TP (tidak pernah), Masing-masing pilihan diberi nilai dengan
pembobotan seperti tertera pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.2 Daftar Pembobotan Penilaian Kinerja Guru
No Pilihan Jawaban Bobot Nilai1 Selalu (SL) 52 Sering (SR) 43 Kadang-kadang (KK) 34 Jarang (J) 25 Tidak Pernah (TP) 1
3.5.2 Definisi Operasional Kompensasi
kompensasi adalah sesuatu yang diberikan perusahaan kepada karyawan sebagai
balas jasa atas pekerjaan yang mereka lakukan dan kompensasi tersebut dapat
dinilai dengan uang atau penghargaan dan mempunyai kecenderungan yang tetap.
Adapun indikator untuk mengukur kompensasi adalah.
1. Kompensasi langsung
- Gaji
- Upah
- insentif atau bonus
2. Kompensasi tidak langsung
Definisi operasional variabel kompensasi adalah skor total yang diperoleh dari
kuisioner kompensasi yang meliputi aspek tunjangan, insentif, dan penghargaan.
Variabel kompensasi dalam penelitian ini akan diukur menggunakan skala likert
dengan lima pilihan, yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), N (netral), TS (tidak
50
setuju), dan STS (sangat tidak setuju), masing-masing pilihan diberi nilai dengan
pembobotan seperti tertera pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.3 Daftar Pembobotan Penilaian Kompensasi
No Pilihan Jawaban Bobot Nilai1 Sangat Setuju (SS) 52 Setuju (S) 43 Netral (N) 34 Tidak Setuju (TS) 25 Sangat Tidak Setuju (STS) 1
3.5.3 Definisi Operasional Iklim Kerja
Iklim kerja adalah sifat-sifat atau ciri yang dirasa seorang guru dalam sebuah
lingkungan kerja sekolah, dan timbul karena adanya kegiatan yang dilakukan
secara sadar atau tidak, dan dianggap mempengaruhi tingkah laku. Variabel iklim
kerja, diukur melalui indikator-indikator sebagai berikut.
1. Hubungan antara atasan dengan bawahan
2. Hubungn antara sesama anggota organisasi
3. Tanggung jawab
4. Struktur kerja
5. Keterlibatan dan partisipasinya
Variabel iklim kerja dalam penelitian ini akan diukur menggunakan skala likert,
dengan lima pilihan, yaitu SB (sangat baik), B (baik), S (sedang), K ( kurang),
dan SK ( sangat kurang ), Masing-masing pilihan diberi nilai dengan pembobotan
seperti tertera pada tabel di bawah ini.
51
Tabel 3.4 Daftar Pembobotan Penilaian Iklim Kerja
No Pilihan Jawaban Bobot Nilai1 Sangat Baik (SB) 52 Baik (B) 43 Sedang (S) 34 Kurang (K) 25 Sangat Kurang (SK) 1
3.5.4 Definisi Operasional Motivasi Kerja
Motivasi kerja adalah suatu dorongan bagi guru yang menyebabkan kondisi atau
sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya
proses belajar. Variabel motivasi kerja, diukur melalui indikator-indikator sebagai
berikut.
1. Kebutuhan akan kekuasaan (Need For Power)
2. Kebutuhan akan afiliasi (Need ForAffiliation)
3. Kebutuhan akan prestasi (Need For Achievement)
Variabel motivasi kerja dalam penelitian ini akan diukur menggunakan skala
Likert, dengan lima pilihan, yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TT (tidak tahu),
KS (kurang setuju), dan STS ( sangat tidak setuju), Masing-masing pilihan diberi
nilai dengan pembobotan seperti tertera pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.5 Daftar Pembobotan Penilaian Motivasi Kerja
No Pilihan Jawaban Bobot Nilai1 Sangat Setuju (SS) 52 Setuju (S) 43 Tidak Tahu (TT) 34 Kurang Setuju (KS) 25 Sangat Tidak Setuju (STS) 1
52
3.6 Teknik Pengumpulan Data
3.6.1 Kuisioner (Angket)
Menurut Widoyoko (2012 : 33), angket atau kuisioner merupakan metode
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan
atau pernyataan tertulis kepada responden untuk diberikan respon sesuai dengan
permintaan pengguna. Skala data yang digunakan adalah skala likert. Apabila ada
kesulitan dalam memahami kuisioner, resonden bisa langsung bertanya kepada
peneliti. Angket ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai kompensasi,
iklim kerja, motivasi kerja, dan kinerja guru dengan skala likert.
3.7 Instrumen Penelitian
Kisi – kisi instrumen penelitian ini terdiri dari variabel kinerja guru, kompensasi,
iklim kerja, dan motivasi kerja instrument penelitian sebelum dilakukan uji coba
dapat dilihat pada tabel tabel berikut.
Tabel 3.6 Kisi - Kisi Instrumen Penelitian
Variabel Indikator SubIndikator
NoButir
NoButir
1 KinerjaGuru(Y)
1. Kualitas Kerja 1. Merencanakanprogrampengajarandengan tepat
1,2,3 1,2,3
2. Kecepatan danketepatan kerja
1. Menerapkan hal-hal yang barudalampembelajaran
4,5,6 4,5,6
3. Inisiatif dalamkerja
1. Menggunakanmedia dalampembelajaraan
7,8,9 7,8
53
4. Kemampuankerja
1. Mampumengelolainteraksi belajarmengajar
2. Mampumemimpinkelas
10,11,
12,13
14
9,10,
11
12
5. Komunikasi 1. Terbuka dalammenerimamasukan untukperbaikanpembelajaraan
15,16 13,14
2 Kompensasi(X )
1. KompensasiLangsung
1. Guru menerimagaji, berupa gajipokok, gajiberkala, gaji ke– 13, tunjanganfungsional,tunjangankeluarga,tunjangan berassesuai denganperaturan
2. Diberikan honorselain gaji,insentif berupauang transportmengajar
3. uang kelebihanjam mengajardan transportkegiatan rapatdan bimbingansiswa, Gurumenerimatransport untukpenataran
4. Transportsebagaipembina ekskul,Menerimahonor/transportketikamenjalankantugas tertentu,misalnyasebagai panitiaPSB
1,2
3,4
5,6,
7
1, 2,3, 4,5, 6,7, 8, 9
54
5. Dana sosial bagikeluarga yangterkena musibah
8, 9
2. KompensasiTidakLangsung
1. Menerimatunjangan hariraya
2. Study bandingke sekolah laindan Mengikutikaryawisataserta Mengikutikegiatansilaturahmi
3. Asuransikesehatan(Askes) danMasuk dalamTabunganAsuransiPensiun(Taspen)
4. Pakaianseragam danmendapatkemudahandalam pinjaman(koperasi)
5. Penyediaansaranaberibadah untukguru, Makanbersama yangdiadakansekolah
10
11, 12
13, 14
15
16
10, 1112,
13, 14
3 Iklim Kerja(X )1. Hubungan antara
atasan denganbawahan
1. Sopan santun,dan Salingmenghargai
2. Dialogis, danPemanfaatanwaktu
1,2
3,4
1,2
3,4
2. Hubugan atarasesama anggotaorganisasi/sekolah
1. Kerjasama, danSalingmenghargai
2. Kejujuran, danKomitmenbersama dalam
5,6
7,8
5
6,7
55
mencapaitujuan
3. Tanggung jawab 1. Motivasimelakukantugas,Keberanianmenanggungresikopekerjaan
9,10 8,9
4. Imbalan 1. Pemberianreward danhadiah,Promosi dankarir
11,12 10,11
5. Struktur kerja 1. Pembagiantugas danPerumusantujuanorganisasi/Sekolah
13,14 12,13
6. Keterlibatan danpartisipasi
1. Peran sertadalampenyusunanprogramsekolah danKeterlibatandalam kegiatansekolah
15,16 14
4 MotivasiKerja(Y)
1. Kebutuhanakankekuasaan(Need For
Power)
1. Kebutuhan untukmembuat oranglain berperilakudalam suatu carayang orang-orang itu (tanpadipaksa) tidakakan berperilakudemikian.
1,2,3,4,5,6
1,2,3,4,5
2. Kebutuhanakan afiliasi(Need ForAffiliation)
1. Hasrat untukhubungan antarpribadi yangramah dan akrab.
7,8,9,10,11
6,7,8,9,10
56
3. Kebutuhanakan prestasi(Need ForAchievement)
1. Dorongan untukmenggungguli,berprestasisehubungandenganseperangkatstandar, danberusaha kerasuntuk sukses.
12,13,14,15,16
11,12,13,14
3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas
Kuntadi (2002:57), berpendapat agar hasil penelitian valid dan reliabel, butir-butir
pertanyaan dalam kuesioner perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
3.8.1 Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan
sudah tepat mengukur apa yang seharusnya diukur atau belum, sehingga dapat
dikatakan bahwa semakin tinggi validitas suatu test, maka alat test tersebut akan
semakin tepat mengenai sasaran.
Nilai validitas pada dasarnya adalah nilai korelasi. Oleh karena itu, untuk menguji
validitas dilakukan dengan teknik korelasi item total yang merupakan dasar dari
korelasi pearson. Pengujian validitas diberikan kepada guru penjaskes SMP di
Bandar Lampung di luar sample penelitian dengan jumlah 10 orang guru dan
dilaksanakan sebelum penelitian, untuk mengetahui jumlah pertanyaan yang
dinyatakan valid.
Adapun rumus korelasi pearson adalah :
= Σ − (Σ )(Σ ){ Σ − (Σ ) }{ Σ − (Σ )
57
Keterangan :
r = korelasi validitas item yang dicari
x = skor yang diperoleh subyek dari seluruh item
y = skor total yang diperoleh subyek dari seluruh item
Σx = jumlah skor dalam distribusi x
Σy = jumlah skor dalam distribusi y
= jumlah kuadrat skor dalam distribusi x
= jumlah kuadrat skor dalam distribusi y
N = jumlah responden
Bila korelasi tiap faktor ( ) tersebut positif dan besarnya > 0,3 maka faktor
tersebut merupakan construct yang kuat (valid), demikian pula sebaliknya, jika
< 0,3 maka dikatakan tidak valid.
3.8.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan terhadap hasil suatu pengukuran.
Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi merupakan pengukuran yang mampu
memberikan hasil ukur terpercaya (reliable).
Untuk uji reliabilitas digunakan metode belah dua (Split Half Method) dari
Spearman Brown. Metode belah dua ini dilakukan dengan cara membagi
instrument menjadi dua belahan, bisa ganjil-genap dan bisa pula belahan pertama
dan kedua dengan rumus :
=
58
Keterangan ;
= reliabilitas internal seluruh instrument
= korelasi product moment antara belahan kesatu dan kedua kemudian
dikorelasikan dengan rumus yang sama seperti uji validitas.
= Σ − (Σ )(Σ ){ Σ − (Σ ) }{ Σ − (Σ )Jika > 7, maka instrument tersebut dikatakan reliabel. Demikian bila
sebaliknya, jika < 7 maka dikatakan tidak reliabel.
a. Hasil Uji Validitas
1. Variabel Kinerja Guru (Z)
Hasil perhitungan validitas pada kinerja guru disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.10 Pengujian Validitas Kinerja Guru
Nopada taraf
kepercayaan 95%Keterangan
1 0.850 0.632 Valid2 0.350 0.632 Tidak Valid3 0.850 0.632 Valid4 0.658 0.632 Valid5 0.676 0.632 Valid6 0.850 0.632 Valid7 0.786 0.632 Valid8 0.697 0.632 Valid9 0.841 0.632 Valid10 0.786 0.632 Valid11 0.732 0.632 Valid12 0.850 0.632 Valid13 0.877 0.632 Valid14 0.836 0.632 Valid15 0.199 0.632 Tidak Valid16 0.850 0.632 Valid
Sumber : Pengelolaan Data Tahun 2015
59
Hasil pengujian validitas menunjukkan bahwa pada variabel mutu pendidikan,
terdapat 2 pernyataan yang tidak valid, yaitu nomor 2 dan 15, sedangkan
pernyataan lainya dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai instrumen
pengambilan data.
2. Variabel Kompensasi (X1)
Hasil perhitungan validitas pada variabel kompensasi disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.7 Pengujian Validitas Variabel kompensasi
Nopada taraf
kepercayaan 95%Keterangan
1 0.723 0.632 Valid2 0.766 0.632 Valid3 0.680 0.632 Valid4 0.731 0.632 Valid5 0.680 0.632 Valid6 0.691 0.632 Valid7 0.766 0.632 Valid8 0.387 0.632 Tidak Valid9 0.672 0.632 Valid10 0.680 0.632 Valid11 0.652 0.632 Valid12 0.286 0.632 Tidak Valid13 0.880 0.632 Valid14 0.766 0.632 Valid15 0.766 0.632 Valid16 0.880 0.632 Valid
Sumber : Pengelolaan Data Tahun 2015
Hasil pengujian validitas menunjukkan bahwa pada variabel kompensasi, terdapat
2 pernyataan yang tidak valid, yaitu nomor 8 dan 12, sedangkan pernyataan lainya
dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai instrumen pengambilan data.
3. Variabel Iklim kerja (X2)
Hasil perhitungan validitas pada variable iklim kerja disajikan pada tabel berikut :
Tabel 3.8 Pengujian Validitas Variabel Iklim kerja
60
Nopada taraf
kepercayaan 95%Keterangan
1 0.785 0.632 Valid2 0.815 0.632 Valid3 0.774 0.632 Valid4 0.245 0.632 Tidak Valid5 0.697 0.632 Valid6 0.774 0.632 Valid7 0.664 0.632 Valid8 0.793 0.632 Valid9 0.786 0.632 Valid10 0.687 0.632 Valid11 0.820 0.632 Valid12 0.673 0.632 Valid13 0.316 0.632 Tidak Valid14 0.648 0.632 Valid15 0.734 0.632 Valid16 0.693 0.632 Valid
Sumber : Pengelolaan Data Tahun 2015
Hasil pengujian validitas menunjukkan bahwa pada variabel iklim kerja, terdapat
2 pernyataan yang tidak valid, yaitu nomor 4 dan 13, sedangkan pernyataan lainya
dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai instrumen pengambilan data.
4. Variabel motivasi kerja (Y)
Hasil perhitungan validitas pada variabel kinerja guru disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.9 Pengujian Validitas variabel motivasi kerja
Nopada taraf
kepercayaan 95%Keterangan
1 0.719 0.632 Valid2 0.787 0.632 Valid3 0.777 0.632 Valid4 0.708 0.632 Valid5 0.755 0.632 Valid6 0.205 0.632 Tidak Valid7 0.688 0.632 Valid8 0.718 0.632 Valid9 0.727 0.632 Valid10 0.727 0.632 Valid
61
11 0.654 0.632 Valid12 0.777 0.632 Valid13 0.708 0.632 Valid14 0.644 0.632 Valid15 0.251 0.632 Tidak Valid16 0.708 0.632 Valid
Sumber : Pengelolaan Data Tahun 2015
Hasil pengujian validitas menunjukkan bahwa pada variabel kinerja guru, terdapat
2 pernyataan yang tidak valid, yaitu nomor 6 dan 15, sedangkan pernyataan lainya
dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai instrumen pengambilan data.
b. Hasil Uji Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas variabel kompensasi (X1), iklim kerja (X2), motivasi kerja
(Y), dan kinerja guru (Z) disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.11 Pengujian ReliabilitasNo Variabel
PenelitianAlpa( ) pada taraf
kepercayaan95%
Keterangan
1 Kompensasi (X1) 0.763 0.632 Reliable
2 Iklim kerja (X2) 0.762 0.632 Reliable
3 Motivasi Kerja (Y) 0.760 0.632 Reliable
4 Kinerja Guru (Z) 0.766 0.632 ReliableSumber : Pengelolaan Data Tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa instumen kompensasi, iklim kerja,
motivasi kerja, dan kinerja guru dinyatakan reliable dan dapat dipergunakan
sebagai instrumen pengambilan data.
62
3.9 Uji Persyaratan Analisis Data
3.9.1 Uji Normalitas
Pengujian normalitas data digunakan untuk dilakukan terhadap semua variabel
yang diteliti, yaitu meliputi kompensasi (X1), iklim kerja (X2), motivasi kerja
(X3), dan kinerja guru (Y). Hasil pengujian terhadap sampel penelitian digunakan
untuk menyimpulkan apakah populasi yang diamati berdistribusi normal atau
tidak. Apabila pengujian normal, maka hasil perhitungan statistik dapat
digeneralisasikan pada populasinya. Uji normalitas dilakukan dengan baik secara
manual maupun menggunkan computer program SPSS. Dalam penelitian ini, uji
normalitas dapat digunakan uji Kolmogrov > 0,05 berarti berdistribusi normal.
Untuk keperluan pengujian normal tidaknya distribusi masing-masing data
dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
H0 : Data berasal dari sampel tidak berdistribusi normal
H1 : Data berasal dari sampel berdistribusi normal
Kriteria uji : tolak H0 jika nilai sig 0,05 dan terima H0 untuk selainnya.
3.9.2 Uji Homogenitas
Tujuan uji homogenitas sampel adalah untuk mengetahui apakah data sampel
yang diambil merupakan sampel yang berasal dari populasi bervarian homogen.
Pengujian homogenitas dilakukan terhadap semua variabel dependen yang diteliti,
yaitu meliputi variabel kompensasi (X1), iklim kerja (X2), motivasi kerja (X3),
dan kinerja guru (Y). Untuk keperluan pengujian digunakan metode uji analisis
One-Way Anova, dengan langkah-langkah berikut:
63
H0 : Varians populasi tidak homogen
H1 : Varians populasi adalah homogen
Kriteria uji: tolak H0 jika nilai sig >0,05 dan terima H0 untuk selainnya.
3.10. Uji Persyaratan Regresi Linier Ganda
3.10.1 Uji Lineritas
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah persamaan regresi yang ada
merupakan persamaan linier atau berupa persamaan non linier. Hipotesis yang
dugunakan untuk menguji lineritas garis regresi tersebut dinyatakan sebagai
berikut.
H0 : Model regresi berbentuk linier.
H1 : Model regresi berbentuk non linier.
Untuk menyatakan apakah garis regresi tersebut linier atau tidak, ada dua cara
yaitu dengan menggunakan harga koefisien F hitung linearity atau F hitung pada
Deviation from liniearity.
Bila menggunakan F hitung, F hitung > F tabel atau Sig hitung (0,05) maka
dikatakan linier bila menggunakan Deviation from linierity, F hitung < F tabel
atau sig hitung > (0,05) maka dikatakan linier.
3.10.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas untuk membuktikan ada tidaknya hubungan yang linier
antara variabel bebas satu dengan variabel bebas lainya. Hal yang diharapkan
adalah tidak terjadi adanya hubungan yang linier (multikolienearitas) diantara
64
variabel-varibel bebas. Karena apabila terjadi hubungan antara variabel bebas
maka :
a. Tingkat ketelitian prediksi atau pendugaan sangat rendah sehingga
tidak akurat.
b. Koefisien regresi akan bersifat tidak stabil karena adanya perubahan
data kecil akan mengakibatkan perubahan yang signifikan pada
variabel bebas (Y).
c. Sulit untuk memisahkan pengaruh masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikatnya.
Hipotesis yang digunakan untuk membuktikan ada tidaknya multikolinearitas
adalah :
H0 : Tidak terdapat hubungan antar variabel bebas
H1 : Terdapat hubungan antar variabel bebas
Kriteria yang digunakan adalah dengan melihat koefisien signifikansi
1. Koefisien signifikansi < (0,05) terjadi multikolinearitas
2. Koefisien signifikansi > (0,05) tidak terjadi multikolinearitas
3.10.3 Uji Autokorelasi
Pengujian ini dimaksud untuk mengetahui apakah terjadi korelasi di antara data
pengamatan atau tidak, uji autokorealasi dilakukan apabila data yang dianalisis
adalah time series, adapun harapannya adalah tidak terjadinya autokorelasi.
Apabila terjadi autokorelasi, maka :
1. Variabel penafsiran menjadi titik efisien.
2. Varian tidak minimum sehingga tidak efisien
3. Apabila terjadi autokorelasi maka uji t dan uji f menjadi tidak sah
65
4. Penafsiran akan memberi gambaran yang menyimpang dari
populasi sehingga akibat perubahan akan menjadi sensitif.
Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi perlu dikemukakan hipotesis dengan
bentuk sebagai berikut.
H0 : Tidak terjadi autokorelasi
H1 : Terjadi autokorelasi
3.10.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskeditas adalah untuk mengetahui apakah variasi residual absolut sama
atau tidak sama untuk semua pengamatan. Dalam hal ini yang diperlukan adalah
yang sama. Apabila asumsi hetero tidak terpenuhi maka variabel bebas tidak
efisien untuk memprediksi baik pada sampel kecil maupun pada sampel besar,
akibatnya estimasi dari koefisien regresi menjadi tidak akurat.
Hipotesis yang diuji untuk membuktikan ada tidaknya heterokedastisitas adalah :
H0 : Tidak ada hubungan yang sistemik antara variabel yang
menjelaskan dan nilai mutlak dari residualnya.
H1 : Ada hubungan yang sistemik antara variabel yang menjelaskan
dan nilai mutlak dari residualnya.
Kriteria yang digunakan adalah dengan melihat koefisien signifikansi
1. Koefesien signifikansi < , terjadi heteroskedastisitas
2. Koefisien signifikansi > , tidak terjadi heteroskedasrisitas.
66
3.11. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis). Menurut
Sugiyono ( 2014 : 297 ), analisis jalur adalah analisis untuk melukiskan dan
menguji model hubungan antar variabel yang berbentuk sebab akibat (bukan
bentuk hubungan interaktif / reciprocal). Dengan demikian dalam model
hubungan antar variabel tersebut, terdapat variabel independen yang dalam hal ini
disebut variabel eksogen (exogeneus), dan variabel dependen yang disebut
variabel endogen (endogenous). Melalui analisis jalur ini akan dapat ditemukan
jalur mana yang paling tepat dan singkat suatu variabel independen menuju
variabel dependen terakhir.
3.12. Pengujian Hipotesis
3.12.1 Regresi Linier Sederhana
Untuk menguji pengaruh kompensasi terhadap kinerja guru, pengaruh iklim kerja
terhadap kinerja guru, pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru
menggunakan statistik uji t dengan model regresi linier sederhana. Regresi
sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel
indepeden dengan satu variabel dependen. Persamaan umum regresi linier
sederhana adalah :
Ŷ = a + bX
Keterangan :
Ŷ = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan.
a = Harga Y ketika harga X = 0 (harga konstan)
67
b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka
peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang
didasarkan pada perubahan variabel independen. Bila (+)
arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun.
X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai
tertentu.
Jadi harga b merupakan fungsi dari koefisien korelasi. Bila koefisien korelasi
tinggi, maka harga b juga besar, sebaliknya bila koefisien korelasi rendah maka
harga b juga rendah (kecil). Selain itu, bila koefisien korelasi negatif maka harga b
juga negatif, dan sebaliknya bila koefisien korelasi positif maka harga b juga
positif.
Selain itu harga a dan b dapat dicari dengan rumus berikut.
Sugiyono, (2014 : 261-262).
Setelah menguji hipotesis regresi linier sederhana dilanjutkan dengan uji
signifikan dengan rumus uji t. Menggunakan rumus uji t karena simpangan baku
populasinya tidak diketahui. Simpangan baku dapat dihitung berdasarkan data
yang sudah terkumpul. Jadi rumus yang tepat untuk uji signifikan dalam
penelitian ini adalah uji t, dengan rumus sebagai berikut.
=
)
68
Keterangan :
= nilai teoretis observasi
b = koefien arahregresi
Sb = Standar deviasi
Kriteria pengujian hipotesis yaitu :
Jika > maka Ho ditolak dan jika < maka Ho
diterima. diperoleh dari daftar distribusi t dengan peluang
(1- ) dan dk = n-2.
3.12.2 Regresi Linier Multiple
Untuk mengetahui pengaruh kompensasi, iklim kerja, dan motivasi kerja terhadap
kinerja guru menggunakan linier multiple.
Persamaan regresi ganda untuk tiga prediktor yaitu :
Ŷ = a + + +
(Sugiyono, 2014 : 275)
Kemudian untuk menguji signifikan simultan dilakukan uji F dengan
rumus :
F =//( )
Keterangan :
JK (reg) = ∑ Y+ ∑ Y+ ∑ Y
JK (res) = ∑ -JK (reg)
n = banyaknya responden
k = banyaknya kelompok
69
Dengan F = F (k : n – k – 1)
Keterangan :
= tingkat signifikansi
k = banyaknya kelompok
n = banyaknya responden
Dengan kriteria uji adalah tolak Ho jika F >F dan demikian
pula sebaliknya, jika F <F maka Ha diterima dk pembilang
= k dan dk penyebut = (n-k-1) dengan taraf signifikansi = 0,05.
BAB VKESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Terdapat pengaruh yang parsial kompensasi terhadap motivasi kerja guru
Penjaskes SMP Kota Bandar Lampung.
2. Terdapat pengaruh yang parsial iklim kerja terhadap motivasi kerja guru
Penjaskes SMP Kota Bandar Lampung.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan kompensasi secara langsung terhadap
kinerja guru Penjaskes SMP Kota Bandar Lampung.
4. Terdapat pengaruh yang signifikan iklim kerja secara langsung terhadap
kinerja guru Penjaskes SMP Kota Bandar Lampung.
5. Terdapat pengaruh yang signifikan motivasi kerja secara langsung
terhadap kinerja guru Penjaskes SMP Kota Bandar Lampung.
6. Terdapat pengaruh yang signifikan kompensasi terhadap kinerja guru
melalui motivasi kerja guru Penjaskes SMP Kota Bandar Lampung.
7. Terdapat pengaruh yang signifikan iklim kerja terhadap kinerja guru
melalui motivasi kerja guru Penjaskes SMP Kota Bandar Lampung.
118
8. Terdapat pengaruh yang signifikan kompensasi dan iklim kerja secara
bersama-sama terhadap motivasi kerja guru Penjaskes SMP Kota Bandar
Lampung.
9. Terdapat pengaruh yang signifikan kompensasi, iklim kerja, dan motivasi
kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru Penjaskes SMP Kota
Bandar Lampung.
5.2 Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah diambil dari hasil penelitian ini baik
secara parsial maupun simultan mempunyai pengaruh dan signifikan terhadap
kinerja guru. Hal ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan kinerja guru
dapat dilakukan dengan meningkatkan kompensasi, iklim kerja dan motivasi
kerja.
5.2.1 Implikasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memperkuat pengetahuan dan teori
bahwa variabel kinerja guru dipengaruhi oleh berbagai variabel bebas.
Dalam hal ini hasil penelitian yang diperoleh konsisten dengan model
teori yang digunakan. Dengan merujuk pada model penelitian, maka
dalam memaksimalkan kinerja guru perlu dipertimbangkan untuk
memperhatikan ketiga variabel penelitian yaitu : kompensasi, iklim
kerja, dan motivasi kerja.
119
5.2.2 Implikasi Teoretis
Kompensasi merupakan faktor yang sangat penting untuk dapat
menarik, menjaga, dan mempertahankan para guru dan karyawan bagi
kepentingan organisasi suatu yayasan dalam pendidikan. Iklim
organisasional atau suasana kerja juga disebut dengan istilah non
physical working environtment, iklim usaha atau cuaca organisasi,
dengan adanya suasana yang baik maka akan terjadi suatu
keseimbangan yang mengarah pada peningkatan kinerja. Sedangkan
motivasi kerja adalah semangat atau dorongan dalam diri seseorang
untuk melakukan kerja guna mencapai tujuan yang dapat berpengaruh
positif dalam mencapai kinerja yang lebih baik. Jika seseorang guru
memiliki motivasi tinggi dalam bekerja diharapkan kinerjanya akan
meningkat, dan sebaliknya jika motivasi seseorang dalam bekerja
rendah maka kinerjanya akan menurun
Peningkatan kinerja tentu tidak lepas dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya seperti dalam penelitian ini terdapat tiga faktor
yakni: kompensasi, iklim kerja, dan motivasi kerja sebagaimana hasil
analisis dan pembahasan di atas, bahwa ketiga faktor tersebut
memiliki pengaruh yang sangat baik terhadap kinerja baik secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Hal ini menunjukan bahwa
kinerja dapat meningkat jika ketiga faktor tersebut meningkat, namun
sebaliknya jika ketiga faktor tersebut menurun dapat menurunkan
kinerja para guru. Artinya pihak sekolah dan seluruh jajarannya perlu
memikirkan, melihat, memperhatikan, dan mengambil sifat yang arif
120
dalam menciptakan kompensasi, iklim kerja, dan motivasi kerja agar
para guru terdorong untuk terus dan lebih meningkatkan kinerja
mereka.
5.3 Saran
Beberapa saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru.
Hendaknya kompetensi guru penjaskes dalam proses belajar mengajar
perlu ditingkatkan lagi untuk mencapai tujuan belajar yang lebih baik,
yaitu baik dengan memberikan pembinaan, pendidikan dan pelatihan.
Kompetensi guru harus dikuasai untuk menjalankan tugas secara
profesional.
2. Bagi kepala sekolah.
Kompensasi, iklim kerja dan motivasi kerja guru memberikan kontibusi
pada peningkatan kinerja guru. oleh karena itu, sekolah perlu melakukan
upaya-upaya yang dapat menumbuhkan kompensasi, iklim kerja dan
motivasi kerja guru.
3. Bagi Dinas Pendidikan.
Memfasilitasi dan mendorong pihak sekolah untuk memperhatikan iklim
kerja, kompensasi dan motivasi kerja dengan aspek yang dapat
meningkatkan kinerja guru.
121
4. Bagi peneliti.
Penelitian ini dapat menganalisis pengaruh kompensasi, iklim kerja dan
motivasi kerja terhadap kinerja guru penjaskes. Oleh karena itu, di
rekomendasi bagi peneliti berikutnya untuk menganalisis variabel lainnya
dengan populasi yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Ambar. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Aminudin, 2008, Pengaruh Kompetensi dan Motivasi Kerja Terhadap KinerjaPegawai Dinas Pendidikan Semarang, http//etd.eprins,ums.ac.id/6816/.
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta RinekaCipta.
Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung:Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.
Davis, Keith dan John W. Newstrom. 2003, Perilaku dalam Organisasi,(Terjemahan Agus Darma), Jakarta : Erlangga.
Dessler. 1998. Manajemen sumber daya manusia. Jakarta. Phenhalinndo.
Fathoni. 2006. Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : PTRineka Cipta.
Hakim. 2006. Analisis pengaruh motivasi, komitmen organisasi, dan iklimorganisasi terhadap kinerja pegawai pada dinas perhubungan dantelekomunikasi provinsi Jawa Tengah.
Hamzah. 2013. Teori Motivasi Dan Pengukurannya. Jakarta : BumiAkasara
Hamzah. 2014. Teori Kinerja Dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Akasara.
Hasibuan. 2000.Organisasi dan Motivasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Heidjrachman. 2002. Manajemen personalia. Jogjakarta. BPFE UGM.
Hernowo. 2005, Pengaruh Motivasi dan Disiplin Terhadap Kinerja PegawaiBadan Kepegawaian Daerah, http.etd.eprins, ums.ac.id/6864/.
Hoy, Wayne K. & Miskel. 2008. Education Administration. New York.
Husen. 2004. Riset Sumber Daya Manusia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
123
Mangkunegara. 2005. Sumber daya manusia perusahaan. Bandung : RemajaRosdakarya.
Martoyo. 2000. Manajemen sumber daya manusia. Yogjakarta. BPFE.
Mathis dan jackson. 2000. Manajemen sumber daya manusia. Jakarta : PT.Salemba Emban Patria.
Mulyasa. 2010. Menjadi Guru Profesional, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Mudjiono. 1994. Belajar dan pembelajaran. Jakarta : Proyek pembinaan danpeningkatan mutu tenaga dikti.
Nawawi. 2005. Kepemimpinan yang Efektif, Jakarta : Gajah Mada UniversityPress.
Nitisemito. 1996. Manajemen personalia. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Panggabean. 2002. Manajemen sumber daya manusia. Jakarta : ghalia Indonesia.
Patrusi. 2012. Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta : Rinekacipta.
Pidarta. 1988. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta : Bina Aksara Jakarta
Riduwan. 2013. Path Analysis. Bandung : Alfabeta.
Riduwan. 2014. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung :Alfabeta.
Rivai. 2009. Education Management : Analisis Teori dan Praktik. Ed. 1, Jakarta :Rajawali Pers.
Ristiana. 2010. Pengaruh Kompensasi, Lingkungan Kerja, dan Motivasi KerjaTerhadap Kinerja Guru Tidak Tetap (GTT) “(Studi Pada SD/MI KabupatenKudus). Diakses tanggal 7 juli 2015.
Robbins. 2006. Organizational Behavior, New Jersey: Prentice Hall International.
Romlah. (2010), Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kompetensi danMotivasi terhadap Kinerja Guru SMPN 1 Margahayu KabupatenBandung. Diakses tanggal 28 juni 2015.
Ruky. 2001. Manajemen penggajian dan pengupahan untuk karyawanperusahaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Rusman. 2012. Model-model pembelajaran. Depok : PT. Raja Grafindo Persada.
Sadili. 2006. Manajemen sumber daya manusia, CV Pustaka Setia.
124
Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Semiawan. 1995. Perspektif pendidikan anak berbakat. Jakarta. Gramedia.
Simamora. 2004. Manajemen sumber daya manusia. Yogyakarta : STIE YKPN.
Sinambela, 2012. Kinerja Pegawai Teori Pengukuran dan Implikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Slamet. 2007. Analisis Kepemimpinan, Kecerdasan Emosi, Kedisiplinan danKompetensi terhadap Kinerja Guru SMPN 8 Purworejo. Diakses tanggal24 agustus 2015.
Sopiah. 2008. Prilaku organisasi. Yogyakarta. CV Andi offset.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Cara Mudah Menyusun Skipsi, Tesis, Dan Disertasi. Bandung :Alfabeta.
Suharsaputra. 2010. Administrasi pendidikan. Bandung. PT Refika Aditama.
Sujana. 2005. Metode Statistika, bandung : CV Tarsito.
Sujana. 2003. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi, Bandung : CV Tarsito.
Sukmadinata. 1997. Pengembangan kurikulum. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Supardi. 2014. Kinerja Guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Tabrani. 2000. Upaya Meningkatkan Budaya Kinerja Guru, Cianjur: CVDinamika Karya.
Umar. 2004. Metode penelitian untuk skrpsi dan tesis bisnis. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Uno, Hamzah B dan Lamatenggo,Nina. 2014. Teori Kinerja Dan Pengukurannya.Jakarta: Bumi Akasara.
Veithzal. 2005. Manajemen sumber daya manusia untuki perusahaan dan teori kepraktik. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Wahjosumidjo. 1994. Kepemimpinan dan motivasi. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Wahyudi. 2012. Mengejar Profesionalisme Guru. Jakarta: PrestasiPustaka.
Wexley dan Yukl. 1988. Perilaku organisasi dan psikologi personalia. Jakarta :Bina Aksara.
125
Wibowo. 2008. Manajemen Kinerja, Jakarta : PT Raja Grapindo Persada.
Widyoko. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Winardi. 2001. Pemotivasian dalam Manajemen, Jakarta : PT Raja GrapindoPersada.