Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH KOMBINASI KOMPOSISI PUPUK NPK DENGAN MEDIATANAM TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN
ANGGREK DENDROBIUM (Dendrobium sp.)
(Skripsi)
Oleh
Asriani Nurul Habibah
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
ABSTRAK
PENGARUH KOMBINASI KOMPOSISI PUPUK NPK DENGAN MEDIATANAM TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN
ANGGREK DENDROBIUM (Dendrobium sp.)
Oleh
ASRIANI NURUL HABIBAH
Upaya meningkatkan pertumbuhan tanaman anggrek Dendrobium antara lain
dapat dilakukan melalui perbaikan sistem budidaya, misalnya menggunakan
komposisi pupuk NPK dengan jenis media tanam. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh kombinasi komposisi pupuk NPK dengan media tanam
terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman anggrek Dendrobium.
Penelitian ini dilaksanakan di Jl. Purnawirawan Gg. Swadaya VI No. 51 Gunung
Terang, Bandar Lampung pada Juni sampai dengan Oktober 2018. Penelitian ini
menggunakan perlakuan faktor tunggal tidak terstruktur yaitu kombinasi
komposisi pupuk NPK dengan media tanam. Delapan kombinasi perlakuan
adalah (1) pupuk NPK 20-20-20 + media tanam pakis, (2) pupuk NPK 32-10-10 +
media tanam pakis, (3) pupuk NPK 10-55-10 + media tanam pakis, (4) pupuk
NPK 6-30-30 + media tanam pakis, (5) pupuk NPK 20-20-20 + media tanam
sphagnum moss, (6) pupuk NPK 32-10-10 + media tanam sphagnum moss,
(7) pupuk NPK 10-55-10 + media tanam sphagnum moss, dan (8) pupuk NPK
Asriani Nurul Habibah6-30-30 + media tanam sphagnum moss. Perbedaan antarkombinasi perlakuan
diuji dengan menggunakan standar deviasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi pupuk NPK
kandungan N tinggi (20-20-20 dan 32-10-10) dengan media tanam pakis maupun
sphagnum moss cenderung menghasilkan pertumbuhan vegetatif tanaman anggrek
Dendrobium lebih baik daripada kombinasi lainnya untuk tinggi tanaman, jumlah
daun, jumlah tunas, dan bobot segar tanaman anggrek Dendrobium.
Kata kunci: anggrek Dendrobium sp., pakis, pupuk NPK, sphagnum moss.
PENGARUH KOMBINASI KOMPOSISI PUPUK NPK DENGAN MEDIATANAM TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN
ANGGREK DENDROBIUM (Dendrobium sp.)
Oleh
ASRIANI NURUL HABIBAH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan AgroteknologiFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada 23 November 1996. Penulis merupakan anak
kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak H. Juhairi Abu Bakar, Lc. dan Ibu
Asnanita.
Penulis mengawali pendidikan formal Sekolah Dasar “Kertapawitan” Jakarta
Barat pada 2002–2008. Penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah
Pertama “Daar El-Falaah” Pandeglang Banten pada 2008–2011 dan Sekolah
Menengah Atas “Global Madani” Kota Bandar Lampung pada 2011–2014.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Lampung pada 2014 melalui jalur Ujian Mandiri (UM).
Penulis selama menjadi mahasiswa aktif di organisasi kemahasiswaan Persatuan
Mahasiswa Agroteknologi (Perma AGT) periode 2016/2017 sebagai anggota
bidang Pengembangan Minat dan Bakat (PMB). Penulis melaksanakan Praktik
Umum di Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK), Desa Mekarsari, Kecamatan
Pasirjambu, Kabupaten Bandung pada 2017 dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di
Desa Sri Rahayu, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Pringsewu pada 2018.
Alhamdulillahirabbil’alamin
Dengan ketulusan hati dan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, akupersembahkan karya ini
kepada:
Keluargaku Tercinta,Ayah H. Juhairi Abu Bakar, Lc. dan Ibu Asnanita,
Kakak Mutia Permatasari dan Adik M. Akbar Mubarok.
dosen pembimbing dan penguji, keluarga Agroteknologi 2014, serta seluruh insanakademis dan Almamater tercinta,
Universitas Lampung.
Semoga karya ini bermanfaat.
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu,sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar
(Q.S. Al-Baqoroh: 153).
Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila engkau telahselesai dari suatu urusan, tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain. Dan
hanya kepada tuhanmulah engkau berharap(Q.S. Al-Insyiah: 6–7).
Kehidupan remaja demi Allah harus dengan ilmu dan taqwa. Dan apabilakeduanya tidak ada pada diri remaja itu maka ia tidak memiliki citra apa-apa
(Asy-Syafi,i).
Luruskan niat sempurnakan dengan ikhtiar(Anonymous).
SANWACANA
Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa selama penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan, bimbingan, dan saran dari banyak pihak. Pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung;
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung;
3. Ibu Ir. Tri Dewi Andalasari, M.Si. (alm) yang telah banyak memberikan ide
penelitian dan bantuan demi kelancaran penelitian kepada penulis;
4. Bapak Ir. Setyo Widagdo, M.Si. selaku Pembimbing Pertama yang telah
memberikan bimbingan, arahan, nasehat, dan saran selama penulis
melaksanakan penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini;
5. Ibu Ir. Ermawati, M.S. selaku Pembimbing Kedua yang telah memberikan
bimbingan, arahan, nasehat, dan saran selama penulis melaksanakan
penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini;
6. Bapak Ir. Yohannes Cahya Ginting, M.P. selaku Penguji bukan Pembimbing
yang telah memberikan saran, kritik, nasehat, dan bimbingan yang diberikan
dalam perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini;
7. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc. selaku Ketua Bidang Budidaya
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas koreksi, saran, dan
persetujuan percetakan skripsi;
8. Bapak Dr. Ir. Afandi, M.P. selaku Dosen Pembimbing Akademik (PA) yang
telah memberikan bimbingan dan nasehat;
9. Kedua orang tua ku tercinta Bapak H. Juhairi Abu Bakar, Lc. dan Ibu
Asnanita, Kakakku tercinta Mutia Permatasari, serta Adikku tercinta M.
Akbar Mubarok yang telah memberikan dukungan, doa, dan semangat
kepada penulis;
10. Teman-temanku tercinta Alvin Andriano, Belgies, Agnes, Binti, Bagus,
Alief, Agus Paksi, Alvika, Afrida, Ari, Bayu, dan seluruh keluarga besar
Jurusan Agroteknologi 2014 yang telah banyak membantu pelaksanaan dan
kelancaran penelitian ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bandar Lampung, 5 Desember 2019Penulis,
Asriani Nurul Habibah
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xvi
I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian ......................................................................... 3
1.3 Landasan Teori ............................................................................ 3
1.4 Hipotesis ...................................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 6
2.1 Anggrek Dendrobium ................................................................ 6
2.2 Morfologi Anggrek Dendrobium ............................................... 7
2.3 Syarat Tumbuh Anggrek Dendrobium ...................................... 8
2.3.1 Ketinggian tempat …………………………………........ 8
2.3.2 Cahaya ……………………………………………….…. 9
2.3.3 Kelembaban …………………………….………….…… 10
2.3.4 Suhu ………………………………………………..…… 11
2.3.5 Angin …………………………………….……….…….. 11
2.3.6 Ketersediaan air …………………………………..…….. 12
2.4 Media Tanam ............................................................................. 12
2.4.1 Pakis ……………………………………………………. 14
2.4.2 Sphagnum moss ………………………………………… 15
2.5 Pemupukan …………………………………………….…...…. 16
III. BAHAN DAN METODE ................................................................ 20
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 20
3.2 Bahan dan Alat ............................................................................ 20
3.3 Metode ......................................................................................... 20
xiv
3.4 Pelaksanaan Penelitian ................................................................. 21
3.4.1 Persiapan pot dan media tanam ………………………… 21
3.4.2 Pemindahan tanaman anggrek (repotting) ……………… 23
3.4.3 Teknik aplikasi pemupukan .....……………………….… 24
3.4.4 Pemeliharaan ……………………………………………. 25
3.4.5 Pengamatan …………………………………………..… 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 28
4.1 Hasil ............................................................................................. 28
4.2 Pembahasan ................................................................................. 36
V. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 39
5.1 Simpulan ...................................................................................... 39
5.2 Saran ............................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 40
LAMPIRAN .............................................................................................. 43
Tabel 2-6 ..................................................................................................... 44
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Nilai rata-rata variabel vegetatif tanaman anggrek
Dendrobium ..................................................................................... 29
2. Data tinggi tanaman anggrek Dendrobium …................................. 44
3. Data jumlah daun tanaman anggrek Dendrobium ........................... 45
4. Data jumlah tunas tanaman anggrek Dendrobium .......................... 46
5. Data bobot segar tanaman anggrek Dendrobium ............................ 47
6. Data panjang akar anggrek Dendrobium ......................................... 48
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Gelas plastik wadah media tanam …………............................... 22
2. Media tanam pakis ...................................................................... 22
3. Media tanam sphagnum moss ..................................................... 23
4. Pemindahan tanaman anggrek meliputi: tanaman anggrek yang
siap pindah tanam (a), anggrek pada media spagnum moss (b),
dan anggrek pada media akar pakis (c) ……………….……..… 24
5. Pemupukan dengan sistem irigasi tetes ....................................... 25
6. Penyemprotan hama dan penyakit ………………………...….... 26
7. Pengaruh kombinasi komposisi pupuk cair NPK dengan media
tanam pada tinggi tanaman anggrek Dendrobium ....……….….. 30
8. Pengaruh kombinasi komposisi pupuk cair NPK dengan media
tanam pada jumlah daun tanaman anggrek Dendrobium ……… 31
9. Pengaruh kombinasi komposisi pupuk cair NPK dengan media
tanam pada bobot segar tanaman anggrek Dendrobium …....… 33
10. Pengaruh kombinasi komposisi pupuk cair NPK dengan media
tanam pada jumlah tunas tanaman anggrek Dendrobium …….. 34
11. Pengaruh kombinasi komposisi pupuk cair NPK dengan media
tanam pada panjang akar tanaman anggrek Dendrobium …….... 35
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anggrek merupakan tanaman hias yang sangat populer karena memiliki jenis
yang beragam. Jenis anggrek yang digemari antara lain adalah jenis Dendrobium
sp. Bunga anggrek Dendrobium sp. memiliki bentuk unik dan warna yang
menarik. Bunganya digunakan untuk berbagai keperluan misalnya upacara
keagamaan, hiasan dan dekorasi ruangan, ucapan selamat dan ungkapan suka cita
maupun duka cita. Anggrek Dendrobium sp. banyak digunakan dalam rangkaian
bunga karena memiliki kesegaran yang relatif lama, warna dan bentuk bunganya
bervariasi, serta tangkai bunga lentur sehingga mudah dirangkai (Widiastoety,
2010).
Tanaman anggrek termasuk tanaman yang mempunyai kecepatan tumbuh relatif
lambat. Kecepatan tumbuh ini berbeda-beda pada setiap jenis anggrek,
dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan tersebut
adalah cahaya, suhu, kelembaban, kadar O2, media tumbuh, dan ketersediaan
unsur hara (Sandra, 2005). Percepatan pertumbuhan vegetatif tanaman anggrek
Dendrobium dapat dilakukan dengan teknik budidayanya, antara lain dengan
penggunaan komposisi pupuk dengan jenis media tanam yang digunakan. Media
tanam yang baik untuk anggrek harus memenuhi kriteria tidak mudah lapuk, tidak
2mudah menjadi sumber penyakit, beraerasi baik, mampu mengikat air dan unsur
hara dengan baik, mudah didapat dan harga relatif murah. Media tanam yang
biasa digunakan antara lain adalah pakis dan sphagnum moss (Iswanto, 2002).
Pakis merupakan media yang layak dipilih karena memiliki daya ikat air tinggi,
beraerasi dan drainase baik, lapuk secara perlahan-lahan, dan menyediakan unsur
hara yang dibutuhkan anggrek untuk pertumbuhannya (Syaifullah dkk., 1997).
Lumut yang biasa disebut dengan sphagnum moss juga mempunyai sifat lembab,
sehingga tidak mudah mengakibatkan busuk akar pada tanaman bunga anggrek.
Media ini termasuk awet karena bisa digunakan selama satu tahun.
Media tanam anggrek umumnya tidak dapat menyimpan dan menyediakan hara
bagi tanaman. Ketersediaan hara pada media tanam anggrek dapat tersedia
melalui pemberian pupuk. Kandungan pada media tanam yang telah diberi pupuk
NPK dapat meningkatkan ketersediaan dan mengikat unsur hara yang dibutuhkan
tanaman anggrek Dendrobium. Pupuk yang digunakan biasanya adalah pupuk
majemuk. Penggunaan pupuk majemuk dapat menyediakan unsur hara makro dan
mikro yang dibutuhkan anggrek untuk pertumbuhan maupun perkembangannya
(Havlin dkk., 1999). Pemberian dosis pupuk N yang tinggi mengakibatkan
peningkatan ketersediaan unsur N dalam media tanam dan aktifitas fotosintesis
pada tanaman. Pada saat tanaman dewasa dan mulai berbunga, proporsi
pemberian pupuk dengan kandungan P dan K tinggi perlu ditingkatkan agar
perkembangan bunga tidak terganggu (Yusnita, 2010).
Penyediaan unsur hara dapat dilakukan menggunakan pupuk NPK dengan
penggunaan media tanam yang baik yaitu berupa media tanam pakis atau
3sphagnum moss. Kombinasi antara pemberian pupuk NPK dengan penggunaan
media tanam yang tepat dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman anggrek
Dendrobium optimal. Penerapan kombinasi komposisi pupuk NPK dengan jenis
media tanam yang digunakan diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan
vegetatif tanaman anggrek Dendrobium yang lebih baik.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kombinasi komposisi
pupuk NPK dengan media tanam pada pertumbuhan vegetatif tanaman anggrek
Dendrobium.
1.3 Landasan Teori
Perkembangan dan pertumbuhan vegetatif tanaman anggrek Dendrobium yang
baik berpengaruh dari media tanam. Media tanam mempunyai peran penting
dalam memenuhi berbagai keperluan hidup tanaman yaitu memberi dukungan
mekanik dengan menjadi tempat berjangkarnya akar tanaman, menyediakan ruang
untuk pertumbuhan dan perkembangan akar, serta menyediakan udara untuk
respirasi air dan hara. Menurut Tirta (2006), para pencinta anggrek selalu mencari
media tanam yang tepat yang dapat menyimpan air dan unsur hara serta
melepaskannya pada perakaran secara perlahan-lahan, tidak mudah melapuk,
tersedianya udara yang cukup bagi perakaran, mudah didapat, dan relatif murah
harganya. Media tanam yang digunakan berupa pakis dan sphagnum moss.
Pakis dan sphagnum moss merupakan media yang baik untuk aggrek
Dendrobium. Menurut Syaifullah dkk. (1997), pakis layak dipilih karena
4memiliki daya ikat air tinggi, aerasi dan drainase yang baik, lapuk secara
perlahan-lahan, dan menyediakan unsur hara yang dibutuhkan anggrek untuk
pertumbuhannya. Lumut yang biasa disebut dengan sphagnum moss juga
mempunyai sifat kelembaban, sehingga tidak mudah mendatangkan busuk akar
pada tanaman bunga anggrek. Media tanam pakis dan sphagnum moss termasuk
awet karena dapat digunakan selama satu tahun. Kandungan pada media tanam
yang telah diberi pupuk NPK dapat meningkatkan ketersediaan dan mengikat
unsur hara yang dibutuhkan tanaman anggrek Dendrobium.
Tanaman anggrek Dendrobium sama seperti tanaman lainnya, menyerap unsur
hara yang dibutuhkan, mengadakan metabolisme dan melangsungkan
pertumbuhan maupun perkembangan. Pertumbuhan tanaman anggrek tidak akan
dapat tumbuh optimal bila hanya mengandalkan tersedianya unsur hara di dalam
media tanam. Pemberian nutrisi melalui pemupukan mutlak diberikan agar
kebutuhan tanaman akan unsur hara terpenuhi. Nutrisi merupakan faktor penting
bagi pertumbuhan tanaman yang dapat diibaratkan sebagai zat makanan bagi
tanaman.
Unsur N, P, dan K merupakan tiga elemen makro yang harus diperhatikan dalam
format, rasio, dan aplikasi pemupukan. Nutrisi makro N, P, dan K mempunyai
peranan tersendiri bagi tanaman (Hew dan Yong, 2004). Nitrogen (N) merupakan
unsur hara esensial yang keberadaannya bersifat mutlak untuk kelangsungan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta dibutuhkan dalam jumlah banyak.
Peranan utama nitrogen bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan
5tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun serta
pembentukan hijau daun yang berguna dalam proses fotosintesis (Novizan, 2001).
Fosfor dibutuhkan tanaman untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar
benih dan tanaman muda, asimilasi, mempercepat pembungaan, dan pembentukan
biji (Lingga, 1999). Unsur K bagi tanaman berfungsi sebagai katalisator enzim
dalam pembentukan protein dan karbohidrat serta memperkuat tubuh tanaman
agar buah, bunga, dan daun tanaman tidak mudah gugur (Lingga, 1999).
Salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman anggrek adalah dengan
menyediakan unsur hara tambahan dan penggunaan media tanam baik untuk
tanaman anggrek. Penyediaan unsur hara dapat dilakukan menggunakan pupuk
NPK dengan penggunaan media tanam yang bagus yaitu berupa media tanam
pakis dan sphagnum moss. Kombinasi antara pemberian pupuk NPK dengan
penggunaan media tanam yang tepat diharapkan dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman anggrek Dendrobium.
1.4 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat kombinasi terbaik komposisi pupuk
NPK dengan media tanam untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman
anggrek Dendrobium.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anggrek Dendrobium
Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae, suatu famili yang sangat besar dan
sangat bervariasi. Famili tersebut terdiri dari 800 genus dan tidak kurang dari
25.000 spesies (Gunawan, 2006). Anggrek Dendrobium adalah salah satu bunga
yang termasuk dalam salah satu genus yang mempunyai posisi sangat tinggi
dalam kultur dan industri bunga potong di Indonesia (Gunadi, 1985).
Klasifikasi dari tanaman anggrek Dendrobium adalah Kingdom: Plantae, Divisi:
Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas: Monocotyledoneae, Ordo:
Orchidales, Famili: Orchidaceae, Suku: Epidendreae, Genus: Dendrobium, dan
Spesies: Dendrobium sp. (Dressler dan Dodson, 2000).
Dendrobium merupakan salah satu kekayaan alam Indonesia. Spesies anggrek
Dendrobium terbaik banyak terdapat di kawasan timur Indonesia, misalnya Papua
dan Maluku. Anggrek Dendrobium banyak digunakan dalam rangkaian bunga
karena memiliki kesegaran yang relatif lama, warna dan bentuk bunganya
bervariasi, tangkai bunga lentur sehingga mudah dirangkai, dan produktivitasnya
tinggi. Tingkatan warna anggrek Dendrobium sangat bervariasi. Anggrek
Dendrobium umumnya berwarna lembayung muda, putih, kuning keemasan atau
kombinasi warna-warna tersebut. Beberapa hibrida Dendrobium hasil pemuliaan
7modern memiliki warna kebiruan, gading, atau jingga tua sampai merah tua.
Dendrobium dapat berbunga beberapa kali dalam setahun. Tangkai bunganya
panjang dan dapat dirangkai sebagai bunga potong (Puchooa, 2004).
2.2 Morfologi Anggrek Dendrobium
Anggrek sebagian besar tergolong epifit yang memiliki batang berbentuk bulb,
oleh karena itu batang anggrek disebut pseudobulb (batang semu). Berdasarkan
jumlah ruas (internode), batang semu anggrek dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu yang mempunyai banyak ruas (tipe homoblastik) dan yang hanya
mempunyai satu ruas (tipe heteroblastik). Anggrek Dendrobium termasuk dalam
anggrek yang memiliki batang semu homoblastik (Hew dan Yong, 2004).
Daun anggrek sangat beragam berdasarkan dari bentuk, ukuran, dan ketebalannya.
Umumnya anggrek mempunyai bentuk daun yang mirip dengan daun tanaman
monokotil lainnya, yaitu memanjang dengan tulang daun sejajar dan tepi daun
yang rata. Ketebalan daun anggrek digolongkan menjadi dua yaitu tebal
berdaging dan tipis. Daun yang tebal dijumpai pada jenis anggrek Dendrobium
(Yusnita, 2010).
Bentuk akar jenis anggrek sangat dipengaruhi oleh habitatnya. Akar anggrek
epifit sering kali merupakan akar udara atau akar nafas yang menggantung bebas
atau menempel. Akar anggrek umumnya lunak dan mudah patah, ujungnya
meruncing, licin, dan sedikit lengket. Akar anggrek mempunyai lapisan velamen
yang bersifat berongga (spongy) dan pada bagian bawahnya terdapat lapisan yang
8mengandung klorofil. Pada anggrek simpodial, akar keluar dari dasar pseudobulb
atau sepanjang rhizoma (Hew dan Yong, 2004).
Bunga anggrek mempunyai bentuk, susunan, warna, dan corak yang sangat
beragam. Pada bagian bunga anggrek, terdapat infloresens bunga terdiri dari
poros malai bunga (axis) dan kuntum-kuntum bunga. Dalam satu malai atau
tandan bunga terdapat 40 kuntum bunga. Ukuran kuntum bunga sangat bervariasi
dari 2-3 cm hingga 10-15 cm. Umumnya bunga anggrek merupakan bunga
sempurna, yaitu mempunyai organ reproduksi jantan (androecium) dan organ
reproduksi betina (gymnoecium) (Hew dan Yong, 2004).
Buah anggrek Dendrobium berwarna kuning bila telah masak, memiliki bentuk
bulat dengan tiga rusuk sejati. Biji-biji dalam polong terkumpul di tiga rusuk
sejati yang berjumlah 1.300-4.000.000 biji dalam satu polong. Bentuk polong
buah anggrek dan waktu yang diperlukan sejak pembuahan hingga buah masak
bervariasi tergantung pada genus atau spesies. Buah Dendrobium memerlukan
waktu 3,0-3,5 bulan hingga masak (Yusnita, 2010).
2.3 Syarat Tumbuh Anggrek Dendrobium
Beberapa syarat tumbuh tanaman anggrek Dendrobium adalah ketinggian tempat,
cahaya, kelembaban, suhu, angin, dan ketersediaan air.
2.3.1 Ketinggian tempat
Anggrek Dendrobium akan tumbuh optimal pada lokasi kurang dari 400 m dpl.
Dendrobium umumnya lebih menyukai daerah panas daripada daerah
9dingin, tetapi beberapa jenis Dendrobium hanya bisa tumbuh di daerah dingin,
misalnya Dendrobium nabile (Setiawan, 2009).
Anggrek tumbuh baik di daerah tropis. Ketinggian tempat menentukan
pertumbuhannya. Berdasarkan ketinggian tempat tumbuhnya, anggrek dibagi
menjadi tiga kelompok, yaitu anggrek yang baik tumbuh di dataran tinggi, di
dataran sedang, dan di dataran rendah. Anggrek yang baik tumbuh di dataran
tinggi dengan ketinggian 1.000 m dpl (dari permukaan laut) dengan suhu siang
18-21oC dan pada malam hari 13-18oC adalah jenis anggrek Cymbidium,
Miltonia, dan Paphiopedium. Anggrek yang baik tumbuh di dataran sedang
dengan ketinggian 501-1.000 m dpl dengan suhu pada siang hari 29-32oC dan
pada malam hari 19-21oC adalah jenis anggrek Dendrobium, Catlleya,
Phalaenopsis, dan Oncidium. Anggrek yang tumbuh baik di dataran rendah
dengan ketinggian sampai 500 m dpl dengan suhu pada siang hari 34-38oC dan
suhu pada malam hari 22-24oC adalah jenis anggrek Arachnis, Renanthera, dan
Vanda (Parnata, 2007).
2.3.2 Cahaya
Anggrek Dendrobium bersifat epifit yaitu hidupnya menempel pada batang,
dahan, atau ranting pohon yang sudah mati. Dendrobium hanya membutuhkan
intensitas cahaya dan lama penyinaran terbatas. Besarnya intensitas cahaya yang
dibutuhkan 1.500-3.000 fc. Intensitas cahaya matahari di siang hari 7.000-
10.000 fc, sehingga Dendrobium membutuhkan naungan berupa paranet
(Setiawan, 2009).
10Cahaya matahari sangat penting bagi pertumbuhan anggrek. Cahaya matahari
merupakan sumber energi yang penting dalam fotosintesis. Fotosintesis sendiri
akan menghasilkan energi bagi seluruh kehidupan anggrek. Kebutuhan anggrek
terhadap cahaya matahari dibagi menjadi tiga kelompok yaitu (1) anggrek yang
tumbuh baik di daerah yang terkena cahaya matahari langsung atau memerlukan
100% cahaya matahari adalah Arachnis, Renanthera, Vandhopsis, dan Vanda
terete; (2) anggrek yang setengah ternaungi atau memerlukan 40-50% cahaya
matahari adalah Cymbidium, Oncidium, Vanda, Dendrobium, dan Cattleya; dan
(3) anggrek yang tumbuh di daerah yang ternaungi (teduh) atau hanya
memerlukan cahaya matahari kurang dari 25% adalah Paphiopedilum dan
Phalaenopsis (Parnata, 2007).
2.3.3 Kelembaban
Kelembaban yang paling baik bagi pertumbuhan anggrek tidak kurang dari 70%.
Pada kelembaban udara 50%, anggrek dapat tumbuh dengan baik tapi tidak sebaik
pada kelembaban 70%. Kelembaban tinggi tanaman anggrek akan mudah
terserang penyakit, seperti penyakit busuk daun dan busuk tunas (Parnata, 2007).
Tanaman anggrek saat hujan akan basah, tetapi dua jam kemudian kering kembali.
Kondisi ini mengindikasikan tanaman anggrek tidak menyukai keadaan banyak
air. Kelembaban yang terlalu kering, kebutuhan tanaman anggrek terhadap air
sulit terpenuhi dan pada keadaan terlalu kering anggrek juga sangat rentan
terhadap serangan penyakit dan dehidrasi (Parnata, 2007).
112.3.4 Suhu
Suhu udara mempengaruhi proses metabolisme tanaman. Suhu udara tinggi
memacu proses metabolisme, sedangkan suhu udara rendah memperlambat laju
metabolisme. Pertumbuhan Dendrobium membutuhkan suhu rata-rata 25–27oC,
dengan suhu siang sebaiknya 27–30oC dan suhu pada malam hari sebaiknya
20– 23oC (Setiawan, 2009).
Berdasarkan kebutuhan suhu, tanaman anggrek dibagi menjadi tiga golongan
yaitu anggrek tipe dingin, anggrek tipe sedang, dan anggrek tipe hangat. Anggrek
tipe dingin membutuhkan suhu 13-18oC pada malam hari dan suhu siang hari
kisaran 18-21oC yaitu jenis Cymbidium dan Phalaenopsis. Anggrek tipe sedang
membutuhkan suhu malam hari 18-20oC dan siang hari 27-29oC yaitu jenis
Dendrobium, Cattleya, dan Oncidium). Anggrek tipe hangat membutuhkan suhu
malam hari 21-24oC dan siang hari 24-30oC yaitu jenis Vanda, Arachnis, dan
Renanthera (Widiastoety, 1997).
2.3.5 Angin
Sirkulasi udara memegang peranan penting dalam pertukaran O2 dan CO2 di
lingkungan. Sirkulasi udara juga berfungsi mengendalikan kondisi kelembaban
udara. Anggrek dibudidayakan pada tempat dengan sirkulasi udara yang kurang
baik, akan mengalami kelambatan pertumbuhan dan pembungaan, dan lebih
rentan terhadap serangan penyakit. Pertukaran udara yang baik, lancar, dan
teratur sangat mendukung proses pemeliharaan anggrek. Angin yang bertiup
terlalu kencang dapat mengganggu pertumbuhan bunga anggrek (Setiawan, 2009).
12Anggrek membutuhkan sirkulasi udara yang baik. Udara yang baik untuk
pertumbuhan anggrek adalah udara yang berhembus lembut secara terus-menerus.
Sirkulasi udara yang terlalu kencang bisa menyebabkan anggrek mengalami
dehidrasi karena air di permukaan daun dan akar mudah terbawa embusan udara.
Kondisi udara tidak berhembus, menyebabkan proses respirasi dan fotosintesis
tidak berjalan dengan baik (Parnata, 2007).
2.3.6 Ketersediaan air
Lokasi tempat budidaya anggrek Dendrobium harus memiliki ketersediaan air
yang cukup. Hal tersebut merupakan syarat mutlak saat musim kemarau.
Dendrobium memang menyukai air tapi tidak boleh berlebihan. Air diperlukan
saat pertumbuhan vegetatif laju pesat, dan pada saat tanaman belum berbunga.
Keperluan air berkurang saat tangkai bunga tumbuh sampai bunga mekar
(Setiawan, 2009).
Tanaman anggrek akan tumbuh dengan baik jika kebutuhan airnya tercukupi.
Frekuensi dan banyaknya penyiraman sangat tergantung pada cuaca (suhu, angin,
dan cahaya), jenis, ukuran tanaman, serta keadaan lingkungan tanaman.
Penyiraman berlebihan akan menyebabkan kebusukan yang disebabkan oleh
bakteri atau cendawan (Prasetyo, 2009).
2.4 Media Tanam
Cara hidup anggrek Dendrobium adalah menempel pada benda lain misalnya
batang pohon, lempengan pakis, batu-batuan di lereng pegunungan, dan tumbuh
13memanjat pada batang tanaman lain tanpa merugikan tempat yang ditempeli
(bersifat epifit).
Para pencinta anggrek selalu mencari media tumbuh yang baru. Media tumbuh
yang baik adalah media yang dapat menyimpan air dan unsur hara serta
melepaskannya pada perakaran secara perlahan-lahan, tidak mudah melapuk,
menyediakan udara yang cukup bagi perakaran, mudah didapat dan relatif murah
harganya. Fungsi utama media tanaman anggrek bukan untuk menyediakan unsur
hara yang dibutuhkan, tetapi lebih untuk tempat melekatnya akar,
mempertahankan kelembaban, dan menyimpan air (Tirta, 2006). Media tumbuh
merupakan suatu syarat penting yang perlu diperhatikan dalam budidaya anggrek,
karena media berfungsi sebagai tempat berpijak tanaman, mempertahankan
kelembaban, dan tempat penyimpanan hara serta air yang diperlukan (Ningsih,
2007).
Syarat media tanam yang digunakan untuk tanaman anggrek adalah memiliki
kemampuan untuk menjaga kelembaban, tidak mudah lapuk (dapat bertahan 2-3
tahun), drainase dan aerasenya baik, dan mampu mengikat air serta unsur hara
(Setiawan, 2003). Akar pakis sesuai untuk media anggrek karena memiliki daya
mengikat air, aerasi dan drainase baik, melapuk secara perlahan-lahan, dan
mengikat unsur-unsur hara yang dibutuhkan anggrek untuk pertumbuhannya
(Syaifullah dkk., 1997).
142.4.1 Pakis
Akar pakis merupakan media tumbuh yang baik untuk pertumbuhan tanaman
anggrek. Berdasarkan warnanya, batang pakis dibedakan menjadi dua, yaitu
batang pakis hitam dan batang pakis coklat. Batang pakis hitam lebih umum
digunakan sebagai media tanam. Batang pakis hitam berasal dari tanaman pakis
yang sudah tua sehingga lebih kering. Batang pakis ini pun mudah dibentuk
menjadi potongan kecil dan dikenal sebagai cacahan pakis. Batang pakis juga
banyak dijual sebagai media tanam siap pakai dalam bentuk lempengan persegi
empat. Bentuk lempengan pakis digunakan sebagai media tanam anggrek
(Widiastoety dan Hendastuti, 1985).
Keunggulan media pakis dibandingkan dengan media tanam yang lain adalah
karena media pakis mampu mengikat dan menyimpan air dengan baik, memiliki
aerasi dan drainase baik, dan mengikat unsur hara yang diperlukan bagi tanaman
anggrek (Widiastoety, 2010). Kemampuan pakis dalam mengikat dan menyerap
air mengakibatkan pakis mudah menyerap cairan pupuk yang disemprotkan dan
dapat menambah kandungan unsur hara pada media dan dapat membantu
mempercepat pertumbuhan anggrek. Pakis memiliki kandungan gula, asam
amino, dan asam alifatik, dan konsituen ester yang dibutuhkan anggrek (Don dkk.,
2001).
Kelemahan lempengan batang pakis adalah sering dihuni oleh semut atau
binatang-binatang kecil lainnya. Karakteristik yang menjadi keunggulan media
batang pakis lebih karena sifat-sifatnya yang mudah mengikat air, memiliki aerasi
dan drainase yang baik serta bertekstur lunak sehingga mudah ditembus oleh akar
15tanaman. Akar pakis yang tumbuh di hutan ini diambil secara terus menerus
untuk digunakan sebagai media tanam, dikhawatirkan keseimbangan ekosistem
akan terganggu (Widiastoety dan Hendastuti, 1985).
2.4.2 Sphagnum moss
Media sphagnum moss merupakan media yang berbahan lumut kering. Media
tersebut jarang digunakan di Indonesia karena selain harganya yang mahal, dan
keberadaannya sulit didapat. Media sphagnum moss berasal dari tanaman
sphagnum golongan lumut Bryophyta. Media ini mengandung nitrogen dan
sedikit fosfor. Media sphagnum moss memiliki banyak rongga sehingga
memungkinkan akar anggrek tumbuh dengan leluasa. Media sphagnum moss
memiliki beberapa kelebihan yaitu dapat mengikat dan menyerap air yang baik
serta mempunyai aerasi dan drainase yang baik, menjaga kelembaban media dan
lingkungan sekitar anggrek, mengandung 2-3% unsur N, dan dapat menyerap dan
menyimpan pupuk (Suradinata, Nuraini, dan Setiadi, 2012).
Kelemahan media ini dibutuhkan kecermatan dalam menyiram tanaman anggrek.
Media yang terlalu basah dapat mengakibatkan media jenuh air, sehingga media
menjadi asam, lapuk, dan ditumbuhi lumut. Media sphagnum ini juga tidak baik
terlalu kering, karena sifat sphagnum moss yang dapat menyerap kelembaban dan
air di akar anggrek (Parwito, 2012).
Penggunaan media tanam moss atau lumut memberikan pertumbuhan yang paling
baik untuk bibit anggrek bulan yang berasal dari alam dibandingkan dengan media
tanam lainnya, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan akar dan tinggi
16tanaman. Akar anggrek yang menggunakan media moss lebih cepat tumbuh dan
lebih jarang busuk dan berwarna putih mulus, panjang, mampu menyimpan air
dengan baik tetapi tidak menyebabkan media terlalu basah karena drainasenya
termasuk bagus. Pori-porinya yang besar menyebabkan akar anggrek bulan
tergolong agak besar akan mudah berkembang dengan baik (Kartana, 2017).
2.5 Pemupukan
Anggrek selalu membutuhkan pemupukan atau unsur hara untuk mempertahankan
hidupnya. Kebutuhan tanaman anggrek terhadap unsur hara sama dengan
tumbuhan lainnya, hanya saja anggrek membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk memperlihatkan gejala-gejala defisiensi, mengingat pertumbuhan anggrek
sangat lambat (Tirta, 2006).
Habitat tanaman anggrek tidak cukup mampu menyediakan unsur-unsur yang
dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan, biasanya tanaman diberi pupuk
organik maupun anorganik. Pupuk yang digunakan biasanya pupuk majemuk,
yaitu pupuk yang mengandung unsur makro dan mikro (Tirta, 2006).
Pemupukan merupakan cara terbaik untuk memberikan unsur hara yang sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan serta meningkatkan
produktivitas tanaman. Aplikasi pemupukan yang tepat pada anggrek harus
disesuaikan dengan fase pertumbuhannya. Tanaman anggrek menyerap air
melalui akar udara dan stomata (Rosmanita, 2008). Tanaman Anggrek menyerap
70% unsur hara diserap lewat stomata dan akar udara (Gunawan, 2007).
17Pupuk berdasarkan bentuk fisiknya dibedakan menjadi pupuk padat dan pupuk
cair. Pupuk padat adalah pupuk yang diproduksi dalam bentuk padat. Pupuk ini
diperdagangkan dalam bentuk onggokan, remahan, butiran, atau kristal. Pupuk
cair adalah pupuk yang diproduksi dalam bentuk cair. Pupuk cair biasanya adalah
pupuk dengan unsur hara mikro. Pupuk cair diperdagangkan dalam bentuk
konsentrat dan cairan. Cara mengaplikasikan pupuk cair yaitu dengan cara
disemprot ke tubuh tanaman (Mulyani, 1999).
Berdasarkan unsur hara yang dikandungnya, terdiri pupuk tunggal dan pupuk
majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang mengandung satu jenis hara
tanaman yaitu N, P, atau K saja. Pupuk majemuk adalah pupuk yang
mengandung banyak unsur hara yang digunakan untuk menambah kesuburan
tanah. Pupuk majemuk yaitu NP, NK, dan NPK. Pupuk majemuk yang paling
banyak digunakan adalah pupuk NPK yang mengandung senyawa ammonium
nitrat (NH4NO3), amonium dihidrogen fosfat (NH4H2PO4) dan kalium klorida
(KCl). Penggunaan pupuk majemuk harus disesuaikan dengan kebutuhan dari
jenis tanaman yang akan dipupuk karena setiap jenis tanaman memerlukan
perbandingan N, P , dan K tertentu. Di Indonesia, beberapa jenis pupuk majemuk
dengan komposisi N, P, dan K yang beragam (Lindawati, 2000).
Nitrogen merupakan unsur hara yang diperlukan terutama untuk pertumbuhan
vegetatif. Tanaman menyerap N pada umumnya dalam bentuk amonium (NH4+)
dan nitrat (NO3-). Pemberian N yang berlebihan akan mengakibatkan
pertumbuhan vegetatif yang sangat pesat, warna daun menjadi hijau tua, dan
tanaman menjadi lebih sukulen. Kekurangan N menyebabkan tanaman kerdil,
18perakaran terbatas, daun kuning, dan senescene. Pada awalnya gejala kekurangan
unsur N terlihat pada daun yang lebih tua, hal ini karena unsur N merupakan unsur
yang mobil sehingga akan ditranspor dari daun ke daun muda (Novizan, 2001).
Pupuk nitrogen merupakan pupuk yang sangat penting bagi semua tanaman,
karena nitrogen merupakan penyusun dari semua senyawa protein, lemak, dan
berbagai persenyawaan organik lainnya. Nitrogen juga memiliki peranan yaitu
merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang,
dan daun. Nitrogen penting dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna
sekali dalam proses fotosintesis (Lindawati, 2000).
Bagi tanaman pupuk fosfat berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan akar
semai, serta memacu dan memperkuat tanaman. Unsur P merupakan bahan
pembentukan sel inti, selain itu mempunyai peranan penting bagi pembelahan sel
serta perkembangan jaringan meristematik (Sutejo, 2002).
Kalium berperan penting dalam peristiwa-peristiwa fisiologis misalnya
metabolisme karbohidrat, pembentukan, pemecahan dan translokasi pati,
metabolisme protein dan sintesis protein, mengatur aktivitas berbagai unsur
mineral, mengaktifkan berbagai kerja enzim, mempercepat pertumbuhan jaringan
meristematik, netralisasi asam-asam organik bagi hasil fisiologis, mengatur
membuka dan menutup stomata serta hal-hal yang berkaitan dengan air (Damanik
dkk., 2010).
Keuntungan menggunakan pupuk majemuk adalah penggunaannya yang lebih
efisien baik dari segi pengangkutan maupun penyiraman. Pupuk majemuk
misalnya NPK dapat menghemat waktu, ruangan, dan waktu. Keuntungan pupuk
19majemuk adalah bahwa unsur hara yang dikandung telah lengkap sehingga tidak
perlu menyediakan atau mencampurkan berbagai pupuk tunggal (Naibaho, 2003).
Penggunaan pupuk NPK akan menghemat biaya pengangkutan dan tenaga kerja
dalam penggunaanya.
Pupuk daun majemuk NPK (20-20-20) dengan merk dagang Growmore Biru
adalah pupuk daun lengkap dalam bentuk kristal berwarna biru pekat sangat
mudah larut dalam air, dapat diserap dengan mudah oleh tanaman melalui
penyemprotan dan mengandung hara lengkap. Pupuk daun Growmore Biru
memiliki komposisi NPK seimbang 20-20-20. Pemupukan NPK (11-8-6) dengan
konsentrasi 2 cc/l pada aklimatisasi anggrek Dendrobium menghasilkan tinggi
tanaman, diameter batang, jumlah daun, dan jumlah tunas yang lebih baik
dibandingkan dengan penggunaan jenis pupuk Sprint dengan konsentrasi yang
sama (Wardani dkk., 2011). Perlakuan NPK 6-20-30 dengan konsentrasi 2 g/l dan
NPK 20-20-20 dengan konsentrasi 1 g/l mampu mengoptimalisasi pertumbuhan
vegetatif dan menginduksi pembungaan anggrek Oncidium sp (Situngkir, 2014).
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Jl. Purnawirawan Gg. Swadaya VI No. 51 Gunung
Terang, Bandar Lampung pada Juni sampai dengan Oktober 2018.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah bibit tanaman anggrek Dendrobium, botol bekas
dan selang infus, akar pakis, sphagnum moss, pupuk NPK Growmore (20-20-20),
pupuk NPK Growmore (32-10-10), pupuk NPK Growmore (10-55-10), pupuk
NPK Growmore (6-30-30), gelas plastik, label, Diazinon 66 EC, dan Dithane
M-45. Alat yang digunakan adalah meja anggrek, hand spayer, sarung tangan,
kawat, pengaduk dan wadahnya, timbangan digital, penggaris, kamera, dan alat
tulis.
3.3 Metode
Penelitian ini menggunakan perlakuan faktor tunggal tidak terstruktur yaitu
kombinasi komposisi pupuk NPK dengan media tanam. Delapan kombinasi
perlakuan yaitu
(A) Pupuk NPK 20-20-20 + media tanam pakis
(B) Pupuk NPK 32-10-10 + media tanam pakis
21(C) Pupuk NPK 10-55-10 + media tanam pakis
(D) Pupuk NPK 6-30-30 + media tanam pakis
(E) Pupuk NPK 20-20-20 + media tanam sphagnum moss
(F) Pupuk NPK 32-10-10 + media tanam sphagnum moss
(G) Pupuk NPK 10-55-10 + media tanam sphagnum moss
(H) Pupuk NPK 6-30-30 + media tanam sphagnum moss
Perbedaan antarkombinasi perlakuan diketahui dengan menggunakan standar
deviasi.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Beberapa pelaksanaan penelitian yang dilakukan adalah persiapan pot dan media
tanam, pemindahan tanaman anggrek (repotting), pemupukan, pemeliharaan, dan
pengamatan.
3.4.1 Persiapan pot dan media tanam
Pot yang digunakan berupa gelas plastik yang berdiameter 6-8 cm dengan tinggi
12 cm (Gambar 1). Gelas plastik tesebut diberi lubang kecil-kecil di sekelilingnya
dengan diameter sekitar 0,2-0,5 cm. Pemberian lubang ini bertujuan untuk
mengeluarkan kelebihan air dari media tanam. Lubang juga berfungsi sebagai
ventilasi untuk pertukaran udara dari ke dalam pot. Media tanam yang digunakan
yaitu pakis dan sphagnum moss.
22
Gambar 1. Gelas plastik wadah media tanam.
Tahap-tahap persiapan media tanam meliputi media tanam pakis dan media tanam
sphagnum moss.
(1) Media tanam pakis
Pakis dipotong kecil-kecil dengan menggunakan gunting menjadi ukuran
2-3 cm (Gambar 2). Hal tersebut dilakukan agar media lebih padat dan mudah
untuk memindahkan tanaman, sehingga media lebih kuat untuk menopang
tanaman anggrek. Pakis direndam terlebih dahulu menggunakan larutan fungisida
Diazinon 66 ECsebanyak 2 g/l agar tidak terserang jamur selama dua jam. Bahan
dimasukkan ke dalam gelas plastik sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan,
3/4 bagian gelas plastik diisi penuh media tanam.
Gambar 2. Media tanam pakis.
23(2) Media tanam sphagnum moss
Sphagnum moss yang berukuran besar dihancurkan atau dipotong kecil-kecil
(Gambar 3). Hal tersebut dilakukan agar mudah untuk memindahkan tanaman
dan media akan lebih padat, sehingga media lebih kuat untuk menopang tanaman
anggrek. Sphagnum moss direndam menggunakan larutan fungisida Diazinon
sebanyak 2 g/l air selama 2 jam, lalu ditiriskan. Bahan dimasukkan ke dalam
gelas plastik sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan, 3/4 bagian botol plastik
diisi penuh media tanam.
Gambar 3. Media tanam spagnum moss.
3.4.2 Pemindahan tanaman anggrek (repotting)
Repotting atau pindah tanam dilakukan pada tanaman anggrek yang telah
memasuki usia 90 hari (Gambar 4) menggunakan pot yang berukuran
12 cm dengan sebanyak 80 pot, yaitu 40 pot berisi media tanam pakis dan 40 pot
berisi media tanam sphagnum moss. Tanaman anggrek dipindahkan secara
perlahan dari gelas plastik berukuran 5 cm ke dalam gelas plastik berukuran
12 cm satu per satu. Tanaman setelah repotting diberi label perlakuan.
24Penelitian ini menggunakan bibit tanaman anggrek berumur tiga bulan dengan
tinggi tanaman 10 cm dan kondisinya sehat. Menurut Febrizawati dkk. (2014),
kriteria bibit tanaman anggrek yang baik adalah bibit tanaman anggrek yang sudah
siap berbunga, memiliki batang dan perakaran yang kuat, daunnya terlihat sehat
dengan daun berwarna hijau cerah, lebat, tebal, dan pertumbuhan pesat. Jumlah
akar yang sebanding dengan jumlah daun, dengan panjang daun berkisar 2-5 cm.
Ketebalan daun ini menandakan asupan nutrisi yang baik pada tanaman anggrek
tersebut.
Gambar 4. Pemindahan tanaman anggrek meliputi: tanaman anggrek siap pindahtanam (a), anggrek pada media sphagnum moss (b), dan anggrek padamedia akar pakis (c).
3.4.3 Teknik aplikasi pemupukan
Pemupukan merupakan kegiatan memberikan nutrisi atau unsur hara yang
diberikan pada tanaman. Pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Growmore Biru dengan empat komposisi NPK yang berbeda yaitu 20-20-20,
32-10-10, 10-55-10, dan 6-30-30.. Cara aplikasinya adalah dua gram pupuk NPK
dilarutkan dalam air sebanyak 600 ml, lalu diaduk hingga merata. Pupuk cair
a b c
25dikeluarkan melalui selang infus ke permukaan media tanam. Pada selang infus
ada bagian pengatur jumlah tetesan yang mengatur jumlah debit air yang keluar
dari selang. Air pada botol penampung akan terus mengalir secara terus menerus
selama delapan jam per hari dengan jumlah yang sama setiap waktunya sehingga
akan menjamin ketersediaan air yang diperlukan oleh tanaman anggrek
Dendrobium. Pemupukan dilakukan setiap dua kali dalam seminggu.
Penggunaan selang infus ini pada aplikasi irigasi tetes (Gambar 5) berfungsi
sebagai pengatur debit dan menyalurkannya pada daerah perakaran tanaman.
Penyiraman dan pemupukan biasanya dilakukan secara bersamaan disebut sistem
fertigasi, yaitu pengairan tanaman sekaligus dengan pemberian pupuk.
Gambar 5. Pemupukan dengan sistem irigasi tetes.
3.4.4 Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman yang dilakukan adalah penyiraman, penyiangan gulma,
dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan setiap satu hari
sekali pada sore hari atau disesuaikan dengan kondisi cuaca dengan menggunakan
sistem irigasi tetes melalui selang infus. Penyiraman dilakukan untuk menjaga
26kelembaban media tanam. Penyiangan dilakukan pada gulma yang tumbuh pada
media tanam secara manual dengan cara mencabut gulma tersebut dengan tangan.
Penyiangan ini bertujuan membersihkan gulma dari pot tanaman anggrek, agar
pupuk terserap baik oleh tanaman anggrek dan juga mencegah datangnya hama
pemakan gulma yang pindah ke tanaman anggrek setelah gulma habis, seperti
ulat, mites, dan lain-lain.
Gambar 6. Penyemprotan hama dan penyakit.
Pengendalian hama dan penyakit (Gambar 6) yaitu untuk fungisida dengan
menggunakan Dhitane M-45 dengan konsentrasi 2 g/liter air agar akar tidak
mudah berjamur dan insektisida menggunakan Diazinon 66 EC dengan
konsentrasi 2 g/l agar tidak mudah terkena hama maupun penyakit. Setiap dua
minggu sekali menggunakan hand sprayer sampai akhir penelitian.
3.4.5 Pengamatan
Pengamatan dilakukan setelah tanaman berumur tiga bulan setelah aplikasi atau
akhir penelitian. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, panjang akar,
27jumlah daun, jumlah tunas, dan bobot segar tanaman.
(1) Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang hingga ujung daun tertinggi (cm)
dengan menggunakan penggaris dan diukur pada akhir penelitian.
(2) Panjang akar (cm)
Panjang akar dipilih hanya bagian akar terpanjang dan diukur dari pangkal
akar hingga ujung akar dalam satuan senti meter (cm) dengan menggunakan
penggaris dan diukur pada akhir penelitian.
(3) Jumlah daun (helai)
Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah tumbuh sepanjang satu
sentimeter per helai dan dihitung pada akhir penelitian.
(4) Jumlah tunas baru
Jumlah tunas yang dihitung adalah tunas yang tumbuh yang telah memiliki
tinggi minimal satu sentimeter dan dihitung pada akhir penelitian.
(5) Bobot segar tanaman (g)
Bobot segar tanaman merupakan bobot semua bagian tanaman (tajuk dan
akar). Pengukuran bobot segar tanaman dilakukan dengan cara menimbang
tanaman tersebut dalam satuan gram (g) dan ditimbang pada akhir penelitian.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perlakuan kombinasi
pupuk NPK kandungan N yang tinggi (20-20-20 dan 32-10-10) dengan media
tanam pakis maupun sphagnum moss cenderung menghasilkan pertumbuhan
vegetatif tanaman anggrek Dendrobium lebih baik daripada kombinasi lainnya
untuk tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah tunas, dan bobot segar tanaman
anggrek Dendrobium.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kombinasi komposisi pupuk
NPK dengan media tanam menggunakan rancangan percobaan, agar mendapatkan
hasil penelitian yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Damanik, M.M.B., Bachtiar, E.H., Fauzi., Sariffudin, dan Hanum, H. 2010.Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.
Don, W.S., Emir, T., dan Hadibroto, C. 2001. Cara Menanam dan MerawatAnggrek Bulan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 48 hlm.
Dressler, R. dan Dodson, C. 2000. Classification dan Phylogeny in Orchidaceae.Journal Annal of the Missouri Botanic Garden. 47: 25-67.
Febrizawati., Murniati., dan Yoseva, S. 2014. Pengaruh Komposisi MediaTanam dengan Konsentrasi Pupuk Cair terhadap Pertumbuhan TanamanAnggrek Dendrobium (Dendrobium sp.). Jom Faperta. 1 (2): 248-249.
Gunadi, T. 1985. Anggrek untuk Pemula. Angkasa. Bandung. 12-15 hlm.
Gunawan, L.W. 2006. Budidaya Anggrek. Penebar Swadaya Edisi. Jakarta.75 hlm.
Ginting, B. 2008. Pengaruh Pemberian Media dan Pemupukan terhadapPertumbuhan Anggrek. Balai Penelitian Tanaman Hias. Jakarta.
Havlin, J.L., Beaton, J.D., Tisdale, S.L., dan Nelson, W.L. 1999. Soil FertilityAnd Fertilizers. An Introduction to Nutrient Management. Sixth edition.Upper Saddle River: Prentice Hall. Pp 497.
Hew, C. S. dan Yong, J.W.H. 2004. The Phisiology of Tropical Orchids In-Relation To The Industry. World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd. USA.Pp 369.
Islami, T. dan Utomo, W.H. 1994. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. BukuIKIP Semarang Press. Semarang. 297 hlm.
Iswanto, H. 2002. Petunjuk Perawatan Anggrek. Agromedia Pustaka. Jakarta.65 hlm.
Kartana, S.N. 2017. Uji Berbagai Media Tanam dalam MeningkatkanPertumbuhan Bibit Anggrek Bulan yang Berasal dari Alam. PIPER.13 (24): 20-27.
41Lindawati, N. 2000. Pengaruh Pemupukan Nitrogen dan Interval Pemotongan
terhadap Produktivitas dan Kualitas Rumput Lokal Kumpai pada TanahPodzolik Merah Kuning. JPPTP. 2 (2): 130-133.
Lingga, P. 1999. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 163hlm.
Lingga, P. dan Marsono. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.Jakarta. 150 hlm.
Mulyani, M.S. 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan Cetakan ke-3. Rineka Cipta.Jakarta. 177 hlm.
Naibaho, R. 2003. Pengaruh Pupuk Phonska dan Pengapuran terhadapKandungan Unsur Hara NPK dan pH Beberapa Tanah Hutan. (Skripsi).Sarjana Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 36 hlm.
Ningsih, Y.L. 2007. Pengaruh Pemberian Kompos Azolla dan Macam MediaTerhadap Pertumbuhan Bibit Anggrek Dendrobium sp. Pada Fase SinglePot. (Skripsi). Jurusan Budidaya Pertanian Muhammadiyah Malang.Malang. 41 hlm.
Novizan. 2001. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agro Media Pustaka.Jakarta. 130 hlm.
Parnata, A.S. 2007. Panduan Budidaya Perawatan Anggrek. Agro MediaPustaka. Jakarta. 194 hlm.
Parwito, D.L. 2012. http://lcnursery.wordpress.com/2010/10/04/sphagnummoss-sebagai-media-tanam-anggrek/. Diakses pada tanggal 28 Februari2019. Pukul 21.00 WIB.
Prasetyo, C.H. 2009. Teknik Kultur Jaringan Anggrek Dendrobium sp. diPembudidayaan Anggrek Widorokandang Yogyakarta. (Skripsi).Program Diploma III Agribisnis Hortikultura dan Arsitektur PertamananUniversitas Sebelas Maret. Surakarta.
Puchooa, D. 2004. Comparison of Different Culture Media for The InvitroCulture of Dendrobium (Orhidaceae). Int J Agric Bio. 16: 884-888.
Rosmanita, B. 2008. Pengaruh Paclobutrazol dan Pupuk Daun terhadapPertumbuhan dan Perkembangan Anggrek Dendrobium “Jiad Gold xBooncho Gold”. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sandra, E. 2005. Membuat Anggrek Rajin Berbunga. Penebar Swadaya.Jakarta. 54 hlm.
42Sandra, E. 2006. Membuat Anggrek Rajin Berbunga. Penebar Swadaya.
Jakarta. 86 hlm.
Setiawan, H. 2009. Usaha Pembesaran Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta.88 hlm.
Situngkir, D. 2014. Induksi Pembungaan Anggrek Oncidium sp. MelaluiPemakaian Jenis dan Konsentrasi Pupuk Daun. (Skripsi). BudidayaPertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu. Bengkulu. 33 hlm.
Suradinata, Y.R., Nuraini, A., dan Setiadi, A. 2012. Pengaruh Kombinasi MediaTanam dan Konsentrasi Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan TanamanAnggrek Dendrobium sp. pada Tahap Aklimatisasi. J. Agrivigor.11 (2): 104-116.
Sutejo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Rineka Cipta.Jakarta. 72 hlm.
Sutedjo, M. 2010. Pupuk Dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.177 hlm.
Syaifullah, B., Marwoto, A., Muharam, dan Sutater, T. 1997. Anggrek. BalaiPenelitian Tanaman Hias. Jakarta. 63 hlm.
Tirta, I.G. 2006. Pengaruh Jenis Media Tanam dan Pupuk Daun terhadapPertumbuhan Vegetatif Anggrek Jamrud (Dendrobium macrophyllum A.Rich). Jurnal Lembaga ilmu Pengetahuan Indonesia. 7(1): 81-84.
Wardani, S., Setiado, H. dan Ilyas, S. 2011. Pengaruh Media Tanam dan PupukDaun terhadap Aklimatisasi Anggrek Dendrobium (Dendrobium sp.).Jurnal Agroteknologi, Fakultas Petanian USU. Medan. 5 (1): 11-16.
Widiastoety, D. dan Hendastuti, L. 1985. Pengaruh Penggunaan BerbagaiMacam Medium Tumbuh terhadap Pertumbuhan Anggrek Phalaenopsiscornucervi. Bulletin Penelitian Hortikultura. 12 (3): 39-48.
Widiastoety, D. 1997. Pembibitan dan Budidaya Anggrek. Buku Komoditas.Balai Penelitian Tanaman Hias. 71 hlm.
Widiastoety, D. 2010. Potensi Anggrek Dendrobium dalam MeningkatkanVariasi dan Kualitas Anggrek Bunga Potong. Jurnal Penelitian danPengembangan. 29 (3): 101-106.
Yusnita. 2010. Perbanyakan In Vitro Tanaman Anggrek. Universitas LampungPress. Bandar Lampung. 128 hlm.