Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Pengaruh Kode Etik Perusahaan terhadap Pelaksanaan Filantropi Perusahaan yang Berdampak pada Niat Pengunduruan Diri Karyawan dalam
Industri Manufaktur
Tika Amanda Ikhsan dan Rachmadi Agus Triono
Manajemen SDM, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Depok, 16425, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari kode etik persusahaan terhadap pelaksanaan filantropi perusahaan di salah satu perusahaan manufaktur, PT. SPPI, sebagai salah satu bagian dari Siam Cement Group yang merupakan sebuah perusahaan multinasional yang berasal dari Thailand dan memiliki fokus terhadap kegiatan CSR dan pembangunan berkelanjutan untuk wilayah sekitar, khususnya di mana perusahaannya berada. Di mana hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa kode etik memiliki pengaruh terhadap filantropi perusahaan dan pada akhirnya berdampak pada niat pengunduran diri karyawan. Penelitian ini dilakukan pada bulan November-Desember 2016 dengan metode deskriptif single cross section dan melibatkan 101 responden yang merupakan karyawan dari PT. SPPI. Pengolahan data penelitian dilakukan dengan menggunakan structural equation modelling (SEM).
The Influence of Company’s Ethic Code towards the Company Philanthropy Action which Impacts Turnover Intention of Employee in the Manufacturing
Industry
Abstract
This study is aimed to identify the influence of company’s ethic code towards company philanthropy action in one of manufacturing companies, PT. SPPI, as a part of Siam Cement Group, a multinational company originated from Thailand and focused on CSR and continuous development in their surroundings. The results of this study are ethic code has influence on company philanthropy and eventually impacted on turnover intention of employee. This study is done on November-December 2016 with single cross section descriptive method, and involving 101 respondents which are employees of PT. SPPI. The researcher used structural equation modeling (SEM) as data processing technique.
Pengaruh Kode ..., Tika Amanda Ikhsan, FEB UI, 2017
Key Words: Company Philanthropy; CSR; Ethic; Ethic Code; Manufacture; Turnover Intention.
Pendahuluan
Niat pengunduran diri mencerminkan sejauh mana individu atau karyawan dalam suatu
organisasi ingin meninggalkan pekerjaan mereka dan secara aktif terlibat dalam setiap upaya
untuk melakukannya (Kraut, 1975). Niat pengunduran diri karyawan merupakan tantangan
tersendiri untuk pengembangan SDM yang ada di perusahaan karena hal tersebut terjadi begitu
saja, tanpa dapat diprediksi terlebih dahulu. Karena itulah, perusahaan harus dapat melakukan
antisipasi dalam menghadapi niat pengunduran diri karyawan serta persiapan untuk melakukan
penggantian terhadap karyawan yang mengundurkan diri tersebut.
Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa pengunduran diri karyawan dapat memberikan
pengaruh yang kurang baik bagi organisasi. Hal tersebut dapat dilihat dari segi biaya maupun dari
segi waktu serta kesempatan dalam memanfaatkan peluang yang ada. Dari segi biaya, terdapat
biaya-biaya pelatihan dan pengembangan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk
karyawan yang mengundurkan diri tersebut dan menjadi sia-sia, di mana hasilnya tidak bisa
didapatkan oleh perusahaan. Selain itu, untuk menggantikan karyawan yang mengundurkan diri,
tentunya perusahaan harus melakukan rekrutmen pegawai baru, di mana akan membuat biaya-
biaya lainnya dari tahap pembukaan lowongan, seleksi hingga rekrutmen. Dari segi waktu, dapat
dilihat dari waktu yang hilang sejak karyawan yang bersangkutan mengundurkan diri hingga
mendapatkan penggantinya dari proses rekrutmen yang telah dilakukan. Sementara dari segi
kesempatan adalah kemungkinan pengembangan-pengembangan yang dilakukan oleh karyawan
yang telah mendapatkan pelatihan dan pengembangan dari perusahaan harus hilang karena
karyawan tersebut mengundurkan diri dan sebagai gantinya, perusahaan mendapatkan karyawan
baru dengan ilmu dan kemampuan yang terbilang baru di tempat tersebut.
Ada beberapa hal yang menyebabkan niat pengunduran diri dalam suatu perusahaan. Di
antaranya adalah bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) terhadap para stakeholder.
Trinidad and Tobaco Bureau of Standards (TTBS), menyatakan bahwa tanggung jawab sosial
perusahaan dapat diartikan sebagai komitmen usaha untuk melakukan tindakan yang sesuai
Pengaruh Kode ..., Tika Amanda Ikhsan, FEB UI, 2017
dengan etika, melakukan tindakan usaha secara legal dan berkontribusi untuk meningkatkan
ekonomi serta kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, penduduk lokal dan masyarakat
luas (Budimanta, Prasetijo & Rudito, 2004).
Menurut Lee, Choi, Moon dan Babin (2011), dalam pelaksanaan CSR, dimensi yang
paling tinggi adalah dimensi filantropi di mana dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya,
perusahaan berusaha melakukan tanggung jawabnya untuk meningkatkan kemakmuran serta
kesejahteraan dari para pemangku kepentingan atau stakeholder. Hal tersebut membuat
perusahaan diharuskan untuk dapat memberikan peran serta kontribusi yang dapat dinikmati
secara langsung oleh stakeholder.
Salah satu pendorong diadakannya kegiatan CSR atau filantropi perusahaan adalah kode
etik yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Valentine dan Barnett (2003) kode etik adalah
ekspresi tertulis dari norma-norma dan nilai etika organisasi. Kode etik memberikan panduan
yang berguna untuk kebijakan manajerial dan pengambilan keputusan oleh karyawan (Sims,
1991). Kode etik harus memengaruhi keputusan tentang segala macam masalah termasuk
perilaku antara atasan dan bawahan.
PT. SPPI sebagai salah satu perusahaan multinasional yang ada di Indonesia, yang
bergerak dalam pembuatan dan pengembangan produk beton pracetak khususnya produk-produk
beton pracetak untuk saluran air, tentunya menyadari akan fenomena akan pentingnya menekan
tingkat niat pengunduran diri karyawan menjadi serendah mungkin. Terlebih lagi, di saat
tingginya tingkat persaingan di dunia manufaktur pembuatan beton dan pracetak saat ini.
Menurut laporan tahunan PT. SPPI, persentase penjualan yang dimiliki oleh PT. SPPI sejak akhir
tahun 2015 hingga pertengahan tahun 2016 dapat dikatakan terlalu stabil bahkan cenderung
menurun, sementara perusahaan-perusahaan pesaing utama mampu meningkatkan penjualannya
dengan signifikan, dan selalu berada di atas PT. SPPI dan satu perusahaan pesaing lainnya
bahkan memiliki penjualan dua kali lipat dari yang dimiliki oleh PT. SPPI. Selain itu, beberapa
waktu belakangan ini mulai muncul home industry-home industry yang bergerak di bidang yang
sama, di mana mereka dapat bersaing dalam segi harga mengingat biaya produksi yang jauh lebih
rendah dari perusahaan-perusahaan besar lainnya.
Hal tersebut tentu menjadi perhatian bagi PT. SPPI. Selain menjadi ancaman dalam dunia
usahanya, bukan tidak mungkin akan memberi pengaruh terhadap pandangan karyawan terhadap
Pengaruh Kode ..., Tika Amanda Ikhsan, FEB UI, 2017
perusahaannya, dan pada akhirnya membuat karyawan memiliki niat untuk mengundurkan diri
karena menganggap perusahaan tidak mampu bertahan dalam persaingan. Selain itu, karyawan
juga akan berusaha untuk mencari perusahaan yang lebih baik dan dianggap lebih mampu untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan keinginannya.
Untuk mencegah hal tersebut, PT. SPPI melakukan beberapa upaya, di antaranya adalah
dengan melaksanakan tanggung jawab sosialnya terhadap lingkungan sekitar. Sebagai bagian dari
SCG yang memiliki perhatian besar terhadap tanggung jawab sosial dan menjadikannya sebagai
visi perusahaan, berupa pelaksanaan pembangunan berkelanjutan khususnya di tempat usahanya
berlangsung dan menempatkan satu departemen khusus dalam struktur organisasinya, PT. SPPI
sendiri memiliki acuan atau dasar untuk melakukan tanggung jawab sosialnya. Hal tersebut
tertuang dalam kode etik perusahaan atau code of conduct yang dimiliki oleh perusahaan, di mana
salah satu poinnya berbunyi “concern for social responsibility” yang berarti bahwa perusahaan
tersebut memiliki kepedulian untuk melakukan tanggung jawab sosialnya kepada para pemangku
kepentingan atau stakeholder.
Dalam pelaksanaan tanggung jawab sosialnya, khususnya terhadap lingkungan sekitar di
mana perusahaan berada, PT. SPPI kerap terlibat dalam usaha perbaikan dan pembangunan
sarana dan prasarana yang ada seperti perbaikan jalan yang rusak ataupun berlubang, pembuatan
atau perbaikan saluran air, perbaikan atau pembangunan fasilitas-fasilitas umum seperti balai
kesehatan, tempat ibadah dan lain sebagainya. Hal tersebut dilakukan dengan cara memberikan
donasi berupa produk-produk yang dihasilkan oleh PT. SPPI maupun perusahaan lainnya yang
masih dalam grup SCG. Selain itu, PT. SPPI juga melakukan pemberian santunan pada
masyarakat kurang mampu serta yatim piatu yang ada di lingkungan sekitar, pemberian beasiswa
pada siswa-siswa berprestasi dan lain sebagainya.
Dengan dilaksanakannya tanggung jawab sosial, khususnya terhadap lingkungan di
sekitar tempat usaha perusahaan, diharapkan akan menimbulkan keterikatan antara karyawan
dengan perusahaan dan pada akhirnya akan menekan niat pengunduran diri yang ada di
perusahaan.
Pengaruh Kode ..., Tika Amanda Ikhsan, FEB UI, 2017
Tinjauan Teoritis
Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang artinya adalah adat istiadat atau kebiasaan
yang baik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan
apa yang buruk, yang bisa juga diartikan sebagai hak dan kewajiban moral atau akhlak.
Sedangkan kode etik adalah suatu pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis saat melakukan
suatu kegiatan atau suatu pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai
pedoman untuk berperilaku.
Menurut Sims (1991), perusahaan yang berorientasi pada etika dapat diuntungkan.
Dukungan perusahaan terhadap diterapkannya standar etika yang tinggi dapat diterapkan melalui
pengembangan kode etik. Kode etik tersebut tidak hanya membantu mengembangkan komitmen
manajemen puncak, tetapi juga membantu meningkatkan kepercayaan publik, tekanan
profesionalisme manajerial, mendorong karyawan untuk mematuhi peraturan yang berlaku dan
melindungi para pemangku kepentingan dari kesalahan yang mungkin dibuat oleh karyawan.
Sebuah kode etik harus memberi kontribusi lebih dari sekedar pendukung. Setidaknya, kode etik
dapat menjadi standar minimal dalam berkelakuan sesuai dengan tren etika global pada saat itu
(Week dan Nantel, 1992).
Filantropi perusahaan merupakan tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk
memberikan sebagian dari keuntungan yang dimilikinya kepada masyarakat sebagai ungkapan
terimakasih atas kontribusi yang dilakukan oleh masyarakat (Nada Kakabadse dan Rozuel, 2005).
Filantropi sendiri berasal dari bahasa Yunani, philein yang berarti cinta, dan anthropos berarti
manusia. Maka, filantropi dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang
memiliki rasa cintai atau kasih terhadap sesama manusia, sehingga orang tersebut mau
menyumbangkan waktu, harta, serta tenaga yang dimilikinya untuk membantu orang lain.
Menurut Carrol (2010), pada umumnya, CSR harus memenuhi empat harapan
masyarakat: ekonomi, hukum, etika dan filantropi. Jika poin ekonomi, hukum dan etika bersifat
wajib, maka filantropi bersifat suka rela dan diinginkan.
Robbins (2013) mendefinisikan turnover sebagai pemberhentian pegawai yang bersifat
permanen dari perusahaan, baik yang dilakukan oleh pegawai itu sendiri (secara sukarela)
Pengaruh Kode ..., Tika Amanda Ikhsan, FEB UI, 2017
maupun yang dilakukan oleh perusahaan. Menurut Harnoto (2002) niat pengunduran diri pada
dasarnya sama dengan keinginan karyawan untuk melakukan perpindahan dari satu tempat kerja
ke tempat kerja lainnya demi mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Menurut Robbins (2013) terdapat beberapa faktor lainnya yang menjadi penyebab dari
niat pengunduran diri karyawan di suatu perusahaan, di antaranya adalah usia, masa kerja, tingkat
pendidikan, keterikatan terhadao organisasi, kepuasan kerja dan budaya perusahaan. Harnoto
(2002) menyatakan beberapa indikasi terjadinya niat pengunduran diri, diantaranya adalah
absensi yang meningkat, mulai malas bekerja, peningkatan terhadap pelanggaran tata tertib kerja,
peningkatan protes terhadap atasan serta perilaku positif yang sangat berbeda dari biasanya.
Hipotesis 1: Kode etik berhubungan positif dengan Filantropi Perusahaan
Valentine dan Fleischman (2008) memperdebatkan bahwa pengembangan moral,
misalnya program etika, memberikan fasilitas lebih luas atas kewajiban etis perusahaan terhadap
masyarakat. Mereka melihat filantropi perusahaan dan kode etik adalah cara untuk mendorong
dilakukannya tanggung jawab sosial oleh perusahaan, dengan demikian hal tersebut dapat
memberikan sinyal perkembangan moral (Koonmee et al, 2009). Penulis lain juga menunjukkan
manfaat kinerja seperti integritas dan filantropi masyarakat sebagai sumber potensial dari
keunggulan kompetitif (Turban dan Greening, 1997). Penelitian bisnis juga menyatakan bahwa
perusahaan yang memiliki kode etik yang terdengar etis lebih banyak terlibat dalam melakukan
filantropi perusahaan.
Pada penelitian sebelumnya, Lee, Choi, Moon dan Babin (2014) dalam jurnalnya yang
berjudul “Codes of ethics, corporate philanthropy, and employee responses” telah melakukan
percobaan dan menguji beberapa variabel yang berhubungan seperti kode etik, filantropi
perusahaan, keterikatan pekerjaan dan organisasi serta niat pengunduran diri. Dari penelitian
tersebut, Lee et al. telah membuktikan bahwa kesadaran akan kode etik dapat memengaruhi
filantropi perusahaan secara positif dan signifikan.
Hipotesis 2: Filantropi Perusahaan berhubungan negatif dengan niat pengunduran diri
Pengaruh Kode ..., Tika Amanda Ikhsan, FEB UI, 2017
Menurut institut penelitian Kenexa (2010), filantropi perusahaan berfungsi sebagai
sumber daya positif untuk karyawan. Filantropi perusahaan meningkatkan niat baik serta moral
yang dimiliki oleh karyawan, serta memungkinkan perusahaan untuk menarik karyawan yang
cakap atau memiliki kemampuan (Porter dan Kramer, 2002). Sebuah survei enam negara
menunjukkan bahwa karyawan berniat untuk tetap tinggal di perusahaan saat mereka
menganggap bahwa perusahaan tempatnya bekerja tersebut memiliki tanggung jawab sosial.
Dalam jurnalnya yang berjudul “Codes of ethics, corporate philanthropy, and employee
responses” Lee, Choi, Moon dan Babin (2014) telah melakukan percobaan yang membuktikan
bahwa filantropi perusahaan memberi pengaruh negatif terhadap intensti turnover pada
perusahaan yang tengah ditelitinya pada saat itu. Adapun nilai dari hubungan dari dua variabel
tersebut adalah β = −0.159 dan t-value = −2.41, yang menandakan bahwa kedua variabel tersebut
memiliki hubungan yang negatif.
Hipotesis 3: Kode etik berhubungan negatif dengan niat pengunduran diri
Sebelumnya Sparks dan Johlke (1996) mengungkapkan akan pengakuan yang berasal dari
seorang karyawan mengenai kode etik perusahaan yang tidak sesuai dengan dirinya membuatnya
berupaya untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya tersebut. Hal ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Eder dan Eisenberger (2008) yang menunjukkan pengakuan dari seorang
karyawan mengenai komitmen terhadap pekerjaan yang sesuai dengan etika yang ada pada
organisasinya berkaitan dengan kecilnya keinginan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan
tersebut.
Dalam penelitiannya yang membahas tentang hubungan kreatifitas kelompok dan nilai
etika perusahaan pada kepuasan kerja dan tingkat niat pengunduran diri karyawan, Valentine
Godkin, Fleischman dan Kidwell (2011) telah membuktikan bahwa nilai etika yang diterapkan
oleh perusahaan memiliki korelasi negatif dengan niat pengunduran diri yang ada pada
perusahaan yang tengah ditelitinya.
Metode Penelitian
Pengaruh Kode ..., Tika Amanda Ikhsan, FEB UI, 2017
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian konklusif deskriptif, di mana
penelitian bertujuan untuk menguji hipotesis dan pengaruh antara variabel kode etik perusahaan,
filantropi perusahaan dan niat pengunduran diri karyawan berdasarkan model yang dibuat oleh
Lee, Choi, Moon dan Babin (2014). Penelitian dilakukan dengan analisis kuantitatif dan
pengunmpulan data yang berasal dari kuesioner yang diisi oleh karyawan dari perusahaan yang
bersangkutan. Selain itu, penelitian dilakukan dengan metode single cross section, di mana
penelitian dilakukan terhadap satu kelompok tertentu dan dalam satu periode tertentu.
Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala likert 6 (enam) poin
untuk menghindari jawaban ragu-ragu atau yang bersifat netral dari responden, yang terdiri dari
“Sangat tidak setuju” hingga “Sangat Setuju”. Setelahnya, hasil dari kuesioner tersebut akan
diolah menggunakan program SPSS 22 untuk uji validitas dan reliabilitas data pre-test serta
pengolahan distribusi frekuensi, lalu diolah lebih lanjut menggunakan program Lisrel 8.51 untuk
uji validitas dan reliabilitas dari data utama serta hipotesis model penelitian.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode non probability sampling, di
mana tidak semua anggota sampel memiliki kesempatan untuk dipilih sebagai anggota sampel.
Adapun teknik yang dilakukan adalah dengan cara melakukan proportional sampling, di mana
sampel diambil dari setiap subpopulasi atau area yang ada di tempat penelitian (PT. SPPI Plant
Bogor). Peneliti memutuskan untuk menggunakan teknik tersebut dikarenakan teknik tersebut
dianggap dapat mewakili pernyataan dari setiap subpopulasi yang terdapat di perusahaan terkait.
Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan item based sample size yang
dikemukakakn oleh Hair et al. (2010) yang menyatakan bahwa jumlah yang dibutuhkan untuk
pengolahan data lebih lanjut menggunakan program Lisrel, sedikitnya berjumlah sesuai dengan
jumlah item pertanyaan dalam kuesioner dikalikan lima. Dalam penelitian ini, jumlah item
pertanyaan yang digunakan adalah empat belas item pertanyaan, sehingga jumlah minimal
responden dalam penelitian adalah tujuh puluh orang. Adapun jumlah total seluruh karyawan PT.
SPPI adalah sejumlah 263 orang. Sehingga persentase responden terhadap jumlah karyawan
adalah sebesar 27%
Model penelitian yang digunakan merupakan replikasi dari jurnal penelitian yang berjudul
"Codes of ethics, corporate philanthropy, and employee responses" oleh Lee, Choi, Moon dan
Babin (2014) dengan modifikasi berupa pengurangan variabel keterikatan kerja dan keterikatan
Pengaruh Kode ..., Tika Amanda Ikhsan, FEB UI, 2017
organisasi serta penambahan hubungan antara kode etik dengan niat pengunduran diri yang
didukung oleh jurnal yang berjudul “Corporate Ethical Values, Group Creativity, Job
Satisfaction and Turnover Intention: The Impact of Work Context on Work Response” oleh
Valentine, Godkin, Fleischman dan Kidwell (2011).
Gambar 1 Model Penelitian
Sumber: Valentine, Godkin, Fleischman dan Kidwell (2011) dan Lee, Choi, Moon dan Babin (2014)
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel laten, yang terdiri dari
variabel eksogen dan endogen, serta variabel teramati. Dalam penelitian ini, variabel eksogennya
adalah kode etik perusahaan. Sedangkan variabel endogennya adalah filantropi perusahaan dan
niat pengunduran diri, yang menjadi tujuan utama dalam penelitian kali ini. Variabel teramati
yang digunakan diwakilkan oleh 14 (empat belas) item pertanyaan yang digunakan untuk
mengukur semua variabel laten yang telah disebutkan sebelumnya. Tujuh item pertanyaan yang
berasal dari Schwepker (2001) digunakan untuk mengukur variabel kode etik, sementara itu lima
item pertanyaan untuk filantropi perusahaan dan dua item pertanyaan untuk mengukur niat
pengunduran diri berasal dari Yong-Ki Lee, et al. (2014).
Hasil Penelitian
Pada tahap uji Pre-Testing, data diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Data yang telah
memenuhi syarat yang ditentukan, kemudian disebarkan pada responden utama. Adapun data
yang disebarkan oleh peneliti adalah sebanyak 110 (seratus sepuluh) data dan diberikan kepada
H2 H1
Niat Pengunduran Diri
Filantropi Perusahaan
Kode Etik H3
Pengaruh Kode ..., Tika Amanda Ikhsan, FEB UI, 2017
supervisor atau superintendent di setiap departemen atau area yang akan diteliti pada perusahaan
terkait. Namun, hanya 104 (seratus empat) data yang kembali dan 3 (tiga) data di antaranya tidak
bisa digunakan karena pengisian pada item pertanyaan kuesioner yang tidak lengkap.
Berikut ini adalah distribusi frekuensi untuk mengetahui komposisi responden yang
terlibat dalam penelitian utama yang dilakukan di PT. SPPI Plant Bogor. Selain itu juga untuk
menjabarkan bahwa kuesioner telah disebarkan pada setiap area kerja dengan merata.
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Penelitian
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Jenis Kelamin Laki-laki 98 97%
Perempuan 3 3%
Usia
< 22 Tahun 0 0% 22 - 35 Tahun 44 44% 36 - 51 Tahun 50 50% ≥ 52 Tahun 7 7%
Tingkat Pendidikan
SMP 14 14% SMA 62 61% D3 8 8% S1 17 17%
Masa Kerja
< 3 Tahun 5 5% 3 - 6 Tahun 25 25% 7 - 10 Tahun 27 27% > 10 Tahun 44 44%
Area Kerja
Office 30 / 40 30% Caging 18 / 55 18% Plant 1 15 / 50 15% Plant 2 20 / 65 20%
Stockyard 5 / 15 5% Quality Control 4 / 10 4%
Maintenance 4 / 10 4% Lain-lain 5 / 15 5%
Sumber: Hasil Olah Data Ms. Excel Oleh Peneliti 2016
Pengaruh Kode ..., Tika Amanda Ikhsan, FEB UI, 2017
Sementara itu, rincian untuk analisis model pengukuran dalam penelitian ini, dapat dilihat
dari tabel di bawah ini:
Tabel 2 Goodness of Fit pada Model Penelitian dalam Uji Pengukuran
No Ukuran GoF
Nilai yang Didapat Kategori Nilai yang Didapat Kategori Nilai yang Didapat Kategori
Goodness of Fit Respesifikasi I Respesifikasi II
Absolute Fit-‐Measures
1 Chi-‐Square 163.19 Poor Fit 84.15 Good Fit 70.72 Good Fit
2 NCP 95.13 Poor Fit 33.15 Good Fit 20.72 Good Fit
3 RMR 0.085 Poor Fit 0.044 Good Fit 0.041 Good Fit
4 RMSEA 0.113 Poor Fit 0.081 Marginal Fit 0.064 Good Fit
5 ECVI
Model : 231.13
Good Fit
Model : 138.15
Good Fit
Model : 126.72
Good Fit Saturated : 210.00 Saturated : 156.00 Saturated : 156.00
Independence : 505.50
Independence : 420.68
Independence : 420.68
Incremental Fit Measures
1 TLI atau NNFI
0.72 Poor Fit 0.85 Marginal Fit 0.91 Good Fit
2 IFI 0.78 Poor Fit 0.89 Marginal Fit 0.93 Good Fit
3 CFI 0.78 Poor Fit 0.89 Marginal Fit 0.93 Good Fit
Parsimonious Fit Measures
1 PNFI 0.54 Marginal Fit 0.6 Good Fit 0.62 Good Fit
2 AIC
Model : 231.13
Good Fit
Model : 138.15
Good Fit
Model : 126.72
Good Fit Saturated : 210.00 Saturated : 156.00 Saturated : 156.00
Independence : 505.50
Independence : 420.68
Independence : 420.68
3 CAIC
Model : 343.19
Poor Fit
Model : 235.75
Good Fit
Model : 227.94
Good Fit Saturated : 589.59 Saturated : 437.98 Saturated : 437.98
Independence : 556.11
Independence : 464.06
Independence : 464.06
Other GOF
1 Critical "N" 66.39 Poor Fit 88.74 Poor Fit 104.49 Marginal Fit
Sumber: Output LISREL 8.51 Hasil Olah Data Peneliti 2016
Pengaruh Kode ..., Tika Amanda Ikhsan, FEB UI, 2017
Dari percobaan pertama, nilai RMSEA yang didapat adalah 0.113. Oleh karena itu,
peneliti melakukan respesifikasi untuk melakukan perbaikan terhadap model pengukuran yang
ada. Dalam melakukan respesifikasi, peneliti melakukan eliminasi terhadap indikator yang nilai
standar loading factor (SLF) nya tidak memenuhi syarat yang ditentukan (< 0.3). Adapun
indikator yang dieliminasi tersebut adalah dua indikator dari variabel kode etik.
Dalam respesifikasi yang pertama, nilai RMSEA masih berada pada kategori marginal fit
(0.081). Karena itulah, peneliti memutuskan untuk melakukan respesifikasi yang kedua untuk
memperbaiki kecocokan model pengukuran. Pada tahap respesifikasi yang kedua, peneliti
melihat output pengolahan data dan memeriksa bagian modification indices dan mendapati bahwa
terdapat dua indikator dari variabel filantropi perusahaan yang dapat dimodifikasi.
Setelah melakukan respesifikasi yang kedua dapat dilihat bahwa indikator RMSEA yang
dihasilkan dari respesifikasi yang kedua telah telah memenuhi kategori good fit, dengan nilai
sebesar 0.064, maka dapat disimpulkan bahwa kecocokan dari keseluruhan model penelitian
sudah baik sehingga pengujian data dapat dilakukan ke tahap selanjutnya, berupa uji validitas dan
uji reliabilitas dari model pengukuran.
Pada tahap selanjutnya, dilakukan uji validitas serta reliabilitas pada uji Main Test, di
mana hasilnya dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 3 Uji Validitas dan Reliabilitas pada Main Test
Variabel Notasi Item Pertanyaan SLF T-Values CR VE
Validitas Reliabilitas
Kode Etik
CE1 Perusahaan memiliki kode etik tertulis 0.4 3.77
0.75 0.4
CE2 Perusahaan melaksanakan kode etiknya 0.6 6.1
CE3 Perusahaan memiliki kebijakan mengenai perilaku etis 0.76 8.02
CE4 Perusahaan memberlakukan kebijakan mengenai perilaku etis 0.84 9.13
CE5 Perilaku tidak etis tidak dapat ditoleransi 0.37 3.51
CE6 Memberi teguran pada karyawan yang melakukan perilaku tidak etis untuk keuntungan pribadi
0.24 2.25
CE7 Memberi teguran pada karyawan yang melakukan perilaku tidak etis untuk keuntungan perusahaan
0.24 2.24
Pengaruh Kode ..., Tika Amanda Ikhsan, FEB UI, 2017
Variabel Notasi Item Pertanyaan SLF T-Values CR VE
Validitas Reliabilitas
Filantropi Perusahaan
CP1 Perusahaan berusaha untuk memberikan bantuan pada masyarakat miskin 0.51 4.78
0.72 0.37
CP2 Perusahaan berkontribusi pada perbaikan untuk masyarakat sekitar 0.56 5.35
CP3 Perusahaan berusaha untuk memenuhi tanggung jawab sosialnya 0.71 7.04
CP4 Perusahaan berusaha untuk mengakomodasi permintaan pemerintah 0.62 6.01
CP5 Perusahaan berusaha untuk mengakomodasi permintaan dari LSM 0.63 6.13
Niat pengunduran
diri
TI1 Saya akan keluar dari pekerjaan ini dalam tiga bulan ke depan 0.84 6.42
0.85 0.74 TI2 Saya akan keluar dari pekerjaan ini, suatu
saat di tahun depan 0.89 6.65 Sumber: Output Lisrel 8.51 Hasil Olah Data Peneliti
Setelah melakukan uji model pengukuran serta uji validitas dan reliabilitas, hal yang
selanjutnya dilakukan adalah melakukan uji signifikansi yang digunakan untuk menguji
kebenaran atau ketidakcocokan dari hasil hipotesis nol dari sampel penelitian. Adapun hasil dari
uji signifikansinya akan ditampilkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4 Evaluasi T-Value
No Path T Value Kesimpulan
1 Kode Etik → Filantropi Perusahaan 2.12 Signifikan
2
Filantropi Perusahaan →
Niat pengunduran diri -2.97 Signifikan
3 Kode Etik → Niat pengunduran diri -0.20
Tidak
Signifikan Sumber: Output Lisrel 8.51 Hasil Olah Data Peneliti
Nilai t-value akan dianggap signifikan, sehingga hipotesis yang diajukan dapat diterima
bila ≥ 1.645. Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa hubungan antara kode etik dan filantropi
perusahaan serta filantropi perusahaan dengan niat pengunduran diri berpengaruh secara
Pengaruh Kode ..., Tika Amanda Ikhsan, FEB UI, 2017
signifikan, dengan nilai t-value sebesar 2.12 dan -2.97. Namun, untuk hubungan kode etik dengan
niat pengunduran diri ternyata tidak berpengaruh secara signifikan, dengan nilai t-value sebesar -
0.20.
Di dalam penelitian ini, terdapat variabel yang memiliki peran sebagai mediator. Di mana
variabel filantropi perusahaan menjadi mediator di antara variabel kode etik dan niat
pengunduran diri. Untuk lebih jelasnya, akan dijabarkan lebih lanjut mengenai hubungan tidak
langsung di antara variabel kode etik dengan niat pengunduran diri melalui mediasi dari variabel
filantropi perusahaan dengan melihat angkat SLF yang dimiliki oleh setiap hubungan tersebut, di
bawah ini:
Gambar 2 Pengaruh tidak Langsung Kode Etik terhadap Niat Pengunduran Diri
Sumber: Output Lisrel 8.51 Hasil Olah Data Peneliti
Dari gambar di atas dapat dilihat angka-angka SLF yang didapat dalam setiap hubungan
antara variabel yang digunakan dalam model penelitian. Berikut ini, akan dijelaskan mengenai
nilai-nilai direct serta indirect effect yang dimiliki oleh setiap variabel.
Tabel 5 Analisis Hubungan tidak Langsung
Hubungan
Direct
Effect
Indirect
Effect
Total
Effect
Kode Etik → Niat Pengunduran Diri -0.02 - -0.02
Kode Etik → Filantropi Perusahaan →
Niat Pengunduran Diri
-0.02 -0.11 -0.13
Sumber: Output Lisrel 8.51 Hasil Olah Data Peneliti
Pengaruh Kode ..., Tika Amanda Ikhsan, FEB UI, 2017
Pembahasan
Berdasarkan tabel uji hipotesis, dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 yang menyatakan
bahwa kode etik berhubungan positif terhadap filantropi perusahaan dengan nilai t-value sebesar
2.12, dapat diterima. Hal tersebut dianggap signifikan karena nilai t-value yang ≥1.645, juga
karena data primer yang dikumpulkan mendukung hipotesis tersebut. Dengan kata lain, kode etik
dan filantropi perusahaan memiliki hubungan pengaruh yang positif dan signifikan.
Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa semakin baik kode etik perusahaan, maka akan
semakin baik penerapan filantropi perusahaan di perusahaan tersebut. Untuk PT. SCG sendiri hal
tersebut sejalan dengan code of conduct yang dimiiliki, di mana salah satunya berbunyi "Concern
for Social Responsibility". Dari pernyataan tersebut, dapat dilihat bahwa PT. SCG memiliki
perhatian khusus terhadap pelaksanaan tanggung jawab sosialnya terhadap masyarakat dan
lingkungan sekitar dan mewujudkannya ke dalam aksi nyata berupa penerapan filantropi
perusahaan di perusahaan-perusahaan yang tergabung di dalam SCG itu sendiri, di mana PT.
SCG Pipe and Precast Indonesia (PT. SPPI) Plant Bogor adalah salah satunya.
Pada analisis model struktural antara variabel filantropi perusahaan dan niat pengunduran
diri, diketahui bahwa nilai t-value yang diperoleh menunjukkan hasil yang signifikan. Hal
tersebut dapat dilihat dari nilai t-value yang dihasilkan dari olah data yang telah dilakukan, yaitu
sebesar -2.97. Di mana nilai t-value ≥1.645. Hasil yang signifikan tersebut membuktikan bahwa
terdapat hubungan antara filantropi perusahaan dengan niat pengunduran diri. Adapaun nilai
negatif tersebut menyatakan bahwa adanya hubungan yang negatif antara filantropi perusahaan
dengan niat pengunduran diri. Sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis yang menyatakan
filantropi perusahaan berpengaruh negatif terhadap niat pengunduran diri dapat diterima.
Dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin baik suatu perusahaan
menerapkan filantropi perusahaan, maka tingkat keinginan karyawan untuk mengundurkan diri
dari perusahaan tersebut akan semakin kecil. Hal tersebut dimungkinkan karena pada saat
perusahaan melakukan kegiatan filantropi tersebut, karyawan akan merasa bahwa perusahaan
telah melaksanakan tanggung jawabnya sebagai organisasi yang berada di lingkungan masyarakat
dan berusaha untuk memberikan kontribusinya terhadap masyarakat, khususnya di tempat
Pengaruh Kode ..., Tika Amanda Ikhsan, FEB UI, 2017
perusahaan tersebut berada. Dengan begitu, rasa pengakuan karyawan terhadap perusahaan akan
semakin besar, sehingga keterikatan dan rasa memiliki pada perusahaan pun akan semakin besar.
Pada akhirnya hal tersebut akan mengurangi niat pengunduran diri yang dimiliki oleh karyawan.
Berdasarkan tabel uji hipotesis di atas, dapat dilihat bahwa t-value yang diperoleh dari
hubungan antara variabel kode etik dan niat pengunduran diri adalah sebesar -0.20. Meski
bernilai negatif dan sejalan dengan bunyi hipotesis antara hubungan kode etik dan niat
pengunduran diri, namun nilai dari t-value yang didapatkan <1.645, sehingga hubungan tersebut
tidaklah signifikan. Dengan begitu, dapatkan dikatakan bahwa hipotesis yang berbunyi kode etik
memiliki pengaruh negatif terhadap niat pengunduran diri tidak dapat diterima.
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa kode etik tidak selalu berpengaruh
negatif signifikan terhadap niat pengunduran diri yang ada di perusahaan. Hal tersebut bisa
disebabkan oleh berbagai macam faktor, dari yang berasal dari internal karyawan tersebut hingga
dari segi perusahaan yang bersangkutan. Di PT. SPPI sendiri, ternyata kode etik yang dimiliki
oleh perusahaan tidak terlalu berpengaruh terhadap niat pengunduran diri yang dimiliki oleh
karyawan.
Dapat dikatakan bahwa fakta tersebut cukup bertolak belakang dengan tren yang terjadi
pada saat ini, di mana kebanyakan orang berusaha mencari perusahaan yang memiliki etika yang
baik untuk tempatnya bekerja dan menghindari perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki etika
dalam kegiatan usahanya.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pengolahan serta analisis data yang telah dilakukan dan dibahas
pada bab sebelumnya, berikut ini adalah kesimpulan yang dapat dibuat oleh peneliti:
a. Kode etik memberi pengaruh positif dan signifikan terhadap filantropi perusahaan. Hal
tersebut berarti, semakin baik kode etik yang dimiliki dan diterapkan oleh perusahaan maka
akan semakin baik pula pelaksanaan filantropi perusahaan.
b. Filantropi perusahaan memberikan pengaruh negatif signifikan terhadap niat pengunduran
diri. Dengan kata lain, semakin baik pelaksanaan filantropi perusahaan maka niat
pengunduran diri di perusahaan tersebut akan semakin rendah.
Pengaruh Kode ..., Tika Amanda Ikhsan, FEB UI, 2017
c. Kode etik memberi pengaruh negatif, namun tidak signifikan, terhadap niat pengunduran diri.
Maka dapat disimpulkan bahwa kode etik yang dimiliki dan diterapkan oleh perusahaan tidak
memiliki pengaruh terhadap niat pengunduran diri yang ada di perusahaan tersebut.
Saran
Dalam melakukan penelitian ini, terdapat beberapa hal yang membatasi peneliti. Adapun
batasan-batasan tersebut adalah:
a. Kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner terstruktur, di mana responden melakukan
pengisian secara langsung tanpa didampingi atau dipandu oleh peneliti (self administered
questionnaire). Hal tersebut menyebabkan minimnya informasi yang hanya terbatas dari
pilihan yang ada.
b. Peneliti hanya bisa menitipkan kuesioner kepada para kepala bagian untuk membantu proses
pengisian kuesioner. Hal tersebut menyebabkan kurangnya pengawasan langsung dari
penelitian.
c. Dalam penelitian ini, variabel bebas yang menyebabkan dilakukannya filantropi perusahaan
sangatlah terbatas pada kode etik perusahaan saja, sehingga tidak benar-benar dapat diketahui
akan variabel apa saja yang dapat menyebabkan dilaksanakannya filantropi perusahaan.
d. Terbatasnya waktu dalam mengadakan penelitian.
Selain itu, peneliti berusaha untuk memberikan beberapa saran bagi pihak manajemen PT.
SPPI, di mana peneliti berharap dengan adanya saran tersebut pihak manajemen dapat
meningkatkan upaya dalam pengelolaan sumber daya manusianya dan hal-hal lainnya yang
berkaitan, khususnya yang terkait dengan kode etik, filantropi perusahaan serta niat pengunduran
diri karyawan.
a. Dari hasil kuesioner, dapat dilihat bahwa beberapa karyawan merasa bahwa perusahaan
belum menerapkan kode etiknya dengan baik. Hal tersebut tentunya harus menjadi
perhatian dari pihak manajerial, agar dapat memperjelas kembali akan kode etik atau
peraturan-peraturan etika yang dimiliki oleh perusahaan. Selain itu, pihak manajerial juga
dapat mempertegas akan efek atau sanksi yang akan didapatkan oleh karyawan saat
Pengaruh Kode ..., Tika Amanda Ikhsan, FEB UI, 2017
melanggar atau melakukan hal-hal yang tertentangan dengan etika atau kode etik
perusahaan.
b. Penerapan filantropi perusahaan telah sejalan dengan kode etik yang dimiliki oleh
perusahaan. Selain itu, rendahnya niat pengunduran diri karyawan, di mana salah satu
faktor pendukungnya adalah pelaksanaan filantropi yang baik membuat perusahaan harus
mempertahankan kegiatan filantropi yang selama ini dilaksanakan.
c. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa kode etik yang dimiliki
oleh perusahaan ternyata tidak terlalu berpengaruh dengan niat pengunduran diri
karyawan. Padahal, pengakuan karyawan terhadap kode etik atau aturan etika di
perusahaan membuatnya bekerja dan berkelakuan sesuai dengan etika. Karena itulah, ada
baiknya jika perusahaan kembali menegaskan peran kode etik serta aturan etika yang ada
agar dapat dipahami dengan lebih baik lagi oleh seluruh karyawan.
Berdasarkan proses yang terjadi selama dilakukannya penelitian, berikut ini adalah
beberapa masukan yang dapat diberikan oleh peneliti untuk penelitian selanjutnya:
a. Apabila peneliti selanjutnya ingin melakukan penelitian di tempat yang sama atau sejenis,
sebaiknya mengambil waktu di luar jam kerja (beberapa menit sebelum atau sesudah jam
kerja) agar proses pengumpulan data tidak mengganggu kegiatan kerja dari responden.
b. Untuk penelitian selanjutnya yang membahas tentang topik yang sama, sebaiknya mencoba
melakukannya di industri-industri lainnya yang memang diketahui cukup giat dalam
melakukan kegiatan CSR atau filantropi perusahaan agar dapat melihat dampaknya secara
langsung.
c. Untuk penelitian selanjutnya, mungkin dapat ditambahkan variabel lainnya yang memang
memiliki pengaruh terhadap pelaksanaan filantropi perusahaan.
d. Penelitian selanjutnya, dapat mempertimbangkan untuk melakukan penelitian filantropi
perusahaan yang dilakukan untuk pihak internal perusahaan.
Pengaruh Kode ..., Tika Amanda Ikhsan, FEB UI, 2017
Daftar Referensi
Aminudin, N. (2013). Corporate Social Responsibility and Employee Retention of 'Green' Hotels.
Social and Behavior Sciences, 105.
Budimanta, A., Prasetijo, A., & Rudito, B. (2004). Corporate Social Responsibility, Jawaban
bagi Model Pembangunan Indonesia Masa Kini. Jakarta: ICSD.
Carrol, A. B., & Shabana, K. M. (2010). The Business Case for Corporate Social Responsibility:
A Review of Concepts, Research and Practice. International Journal of Management
Reviews.
Eder, P., & Eisenberger, R. (2008). Perceived Organizational Support: Reducing the Negative
Influence of Coworker Withdrawal Behavior. Journal of Management.
Hair, J. F., et al. (2010). Multivariate data analysis 7th edition. New Jersey: Pearson Education
Inc.
Harnoto. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia (2nd ed.). Jakarta: PT. Prenhallindo.
Kakabadse, N. K., Rozeul, Cecile, Lee-Davies, & Linda. (2005). Corporate social responsibility
and stakeholder approach: a conceptual review. International Journal of Business
Governance and Ethics, 1 (4): 277-302.
Koonmee, K. et.al. (2009). Ethics Institutionalization, Quality of Work Life, and Employee Job-
related Outcomes: A Survey of Human Resources Managers in Thailand. Journal of
Business Research.
Kraut, A. I. (1975). Predicting Turnover of Employees from Measured Job Attitudes.
Organizational Behavior and Human Performance, 13: 233-243.
Porter, M. E., & Kramer, M. R. (2002). The Competitive Advantage of Corporate Philanthropy.
Harvard Business Review.
Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2013). Organizational Behavior. Edisi Kelima Belas. Pearson
Education.
Schwepker, C. H. (2001). Ethical climate’s relationship to job satisfaction, organizational
commitment, and turnover intention in the salesforce. Journal of Business Research, 54:
39–52.
Sims, R. R., & Sims, S. J. (1991). Increasing Applied Business Ethics Courses in Business
School Curricula. Journal of Business Ethics, 10 (3): 211-219.
Pengaruh Kode ..., Tika Amanda Ikhsan, FEB UI, 2017
Sparks, J. R., & Johlke, M. (1996). Factors influencing student perceptions of unethical behavior
by personal salespeople: An experimental investigation. Journal of Business Ethics,
871–887.
Turban, D. B., & Greening, D. W. (1997). Corporate social performance and organizational
attractiveness to prospective employees. Academy of Management Journal, 40: 658-672.
Valentine, S., & Barnett, T. (2003). Ethics Codes and Sales Professionals Perceptions of Their
Organizations Ethical Values, Journal of Business Ethics. 40 (3): 191-200.
Valentine, S., & Fleischman, G. (2008). Ethics Programs, Perceived Corporate Responsibility
and Job Satisfaction. Journal of Business Ethics, 77 (4): 159-172.
Valentine, S., Godkin, L., Fleischman, G. M., & Kidwell, R. (2011). Corporate Ethical Values,
Group Creativity, Job Satisfaction and Turnover Intention: The Impact of Work Context
on Work Response. Journal of Business Ethics, 98 (3): 353-372.
Weeks, W. A., & Nantel, J. (1992). Corporate codes of ethics and sales force behavior: A case
study. Journal of Business Ethics, 11 (10): 753-760.
Yong-Ki, L., Joowon, C., Bo-young, M., & Babin, B. J. (2014). Codes of ethics, corporate
philanthropy, and employee responses. International Journal of Hospitality
Management.
Pengaruh Kode ..., Tika Amanda Ikhsan, FEB UI, 2017