Upload
lekhanh
View
273
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGARUH KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
TERHADAP KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK
SISWA KELAS V SD DI KECAMATAN PUCAKWANGI
KABUPATEN PATI
SKRIPSI
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
PRIYATI OKTAVIASARI
1401412159
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
ii
iii
iv
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
“Jelajah dan tafsirkan dunia dengan membaca”. (Priyati Oktaviasari)
“Strive not to be a success, but rather to be a value”. Kerja keras bukan untuk
sukses tetapi untuk sebuah nilai. (Albert Enstein)
PERSEMBAHAN
Tanpa mengurangi rasa syukur peneliti kepada
Allah SWT, karya tulis ini peneliti persembahkan
untuk:
1. Orang tua tercinta (Bapak Sutar dan Ibu
Sureni) terimakasih atas kasih sayang, doa,
semangat dan dukungan yang selalu
menyertaiku setiap langkahku.
2. Almamaterku PGSD UNNES.
vi
PRAKATA
Peneliti mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kelancaran dan kemudahan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kemampuan Membaca Pemahaman
terhadap Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Siswa Kelas V SD di
Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati”. Skripsi ini diselesaikan sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu
peneliti menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menuntut ilmu di
Universitas Negeri Semarang.
2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan izin melasanakan penelitian.
3. Drs. Isa Ansori. M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang
telah memberikan bantuan pelayanan khususnya dalam memperlancar
penyelesaian skripsi ini.
4. Drs. A. Zaenal Abidin, M.Pd., Dosen Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan, saran, arahan, dan motivasi dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Dra. Sri Susilaningsih, M.Pd., Dosen Pembimbing Pendamping yang telah
memberikan bimbingan, saran, arahan, dan motivasi dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Dra. Nuraeni Abbas, M.Pd., Dosen Penguji Utama skripsi.
7. Segenap dosen jurusan PGSD FIP UNNES yang telah membekali ilmu yang
bermanfaat.
vii
8. Seluruh Kepala Sekolah SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi
Kabupaten Pati yang telah memberikan izin melaksanakan penelitian
9. Seluruh guru kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi
Kabupaten Pati yang telah membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusuan skripsi yang tidak dapat
peneliti sebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan pelaksanaan pembelajaran di SD.
Semarang, 5 Agustus 2016
Peneliti
Priyati Oktaviasari
NIM 1401412159
viii
ABSTRAK
Oktaviasari, Priyati. 2016. “Pengaruh Kemampuan Membaca Pemahaman
terhadap Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Siswa Kelas V SD di
Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati”. Skripsi. Jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing Drs. A. Zaenal Abidin, M.Pd. dan Dra. Sri
Susilaningsih, M.Pd. 238 Hlm.
Membaca pemahaman digunakan untuk memeroleh informasi dari suatu
bacaan secara menyeluruh sehingga siswa mengetahui unsur-unsur pembangun
dari bacaan tersebut. Sehingga membaca pemahaman dapat membantu siswa
dalam kegiatan apresiasi sastra. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan dan pengaruh kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan
mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan
Pucakwangi Kabupaten Pati.
Penelitian dilaksanakan pada tujuh SD di Gugus Sultang Agung
Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati, pada bulan Mei 2016. Populasinya
adalah siswa kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi
Kabupaten Pati sejumlah 120 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
yaitu Proportional Random Sampling dengan jumlah 60 siswa (50%). Teknik
pengumpulan data menggunakan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis deskriptif persentase, uji korelasi, dan regresi linear sederhana.
Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara
kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita
pendek yaitu sebesar 0,828 termasuk dalam kategori sangat kuat. Perhitungan
persamaan regresi menunjukkan Ŷ = 0,611 + 0,816X, artinya apabila nilai
kemampuan membaca pemahaman bertambah satu satuan, maka nilai kemampuan
mengapresiasi cerita pendek akan bertambah 0,816. Nilai determinasi kemampuan
membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek sebesar
68,6%, artinya kemampuan mengapresiasi cerita pendek 68,6% ditentukan oleh
tingginya kemampuan membaca pemahaman, dan 31,4% ditentukan oleh faktor
lainnya, misalnya tingkat intelegensi siswa.
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat dinyatakan bahwa terdapat
hubungan positif dan pengaruh signifikan antara kemampuan membaca
pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Hal ini harus
menjadi perhatian guru dalam proses pembelajaran, guru perlu merencanakan
kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang peningkatan keterampilan membaca
siswa.
Kata Kunci: kemampuan; membaca pemahaman; mengapresiasi cerita pendek
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ v
PRAKATA ................................................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................. viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTRA GAMBAR ................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 10
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 10
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................... 12
2.1 Kajian Teori ................................................................................ 12
2.1.1 Hakikat Belajar ........................................................................... 12
2.1.1.1 Pengertian Belajar ......................................................................... 12
2.1.1.2 Pengertian Pembelajaran ............................................................... 13
2.1.2 Hakikat Bahasa Indonesia dan Keterampilan Berbahasa
Indonesia ....................................................................................... 15
2.1.2.1 Pengertian Bahasa Indonesia ......................................................... 15
2.1.2.2 Fungsi Bahasa Indonesia................................................................ 16
2.1.2.3 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ........................ 17
2.1.2.4 Keterampilan Berbahasa Indonesia ............................................... 19
2.1.3 Hakikat Membaca ....................................................................... 21
x
2.1.3.1 Pengertian Membaca ..................................................................... 21
2.1.3.2 Tujuan Membaca .......................................................................... 23
2.1.3.3 Teknik Membaca .......................................................................... 25
2.1.3.4 Jenis Membaca .............................................................................. 26
2.1.4 Hakikat Kemampuan Membaca Pemahaman ......................... 29
2.1.4.1 Pengertian Kemampuan Membaca Pemahaman ........................... 29
2.1.4.2 Tujuan Membaca Pemahaman ...................................................... 30
2.1.4.3 Jenis-jenis Membaca Pemahaman ................................................ 31
2.1.4.4 Faktor yang Mempengaruhi Membaca Pemahaman ..................... 32
2.1.4.5 Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Pemahaman ....................... 34
2.1.4.6 Kendala dan Solusi dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman .. 36
2.1.4.7 Pengukuran Kemampuan Membaca Pemahaman ......................... 36
2.1.5 Hakikat Kemampuan Mengapresiasi Sastra ............................ 40
2.1.5.1 Pengertian Sastra dan Sastra Anak ............................................... 40
2.1.5.2 Pengertian Apresiasi Sastra ........................................................... 42
2.1.5.3 Manfaat Mengapresiasi Sastra ...................................................... 44
2.1.5.4 Pendekatan dalam Apresiasi Sastra .............................................. 45
2.1.5.5 Jenis-jenis Karya Sastra ................................................................ 47
2.1.5.6 Pengertian Cerita Pendek .............................................................. 49
2.1.5.7 Jenis-jenis Cerita Siswa SD .......................................................... 50
2.1.5.8 Unsur Pembangun Cerita Pendek ................................................. 51
2.1.5.9 Langkah-langkah Mengapresiasi Cerita Pendek ........................... 53
2.1.5.10 Kendala dan Solusi dalam Pembelajaran Apresiasi Sastra ............ 54
2.1.6 Pengaruh Kemampuan Membaca Pemahaman terhadap
Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek ............................. 56
2.2 Kajian Empiris ............................................................................ 57
2.3 Kerangka Berpikir ...................................................................... 61
2.4 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 64
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 65
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ........................................................ 65
3.2 Prosedur Penelitian ..................................................................... 66
xi
3.3 Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian ...................................... 67
3.3.1 Subjek Penelitian .......................................................................... 67
3.3.2 Lokasi Penelitian ........................................................................... 67
3.3.3 Waktu Penelitian ........................................................................... 67
3.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling .................................. 67
3.4.1 Populasi ......................................................................................... 67
3.4.2 Sampel dan Teknik Sampling ....................................................... 68
3.5 Variabel Penelitian ...................................................................... 70
3.5.1 Variabel Bebas (X) ....................................................................... 70
3.5.2 Variabel Terikat (Y) ...................................................................... 71
3.6 Definisi Operasional Variabel .................................................... 71
3.7 Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 73
3.8 Instrumen Penelitian .................................................................. 73
3.8.1 Uji Validitas Instrumen ................................................................. 75
3.8.2 Uji Reliabilitas Instrumen ............................................................. 79
3.9 Analisis Data ................................................................................ 81
3.9.1 Analisis Data Awal ....................................................................... 81
3.9.1.1 Analisis Statistik Deskriptif .......................................................... 81
3.9.1.2 Uji Prasyarat Analisis .................................................................... 84
3.9.1.2.1 Uji Normalitas ............................................................................... 84
3.9.1.2.2 Uji Homogenitas ........................................................................... 85
3.9.1.2.3 Uji Linearitas Regresi ................................................................... 87
3.9.2 Analisis Data Akhir ....................................................................... 88
3.9.2.1 Pengujian Hipotesis ...................................................................... 88
3.9.2.2 Uji Signifikansi ............................................................................. 88
3.9.2.3 Analisis Regresi Linear Sederhana ............................................... 90
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..... 91
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................ 91
4.1.1 Analisis Deskriptif Persentase ...................................................... 91
4.1.1.1 Data Variabel Kemampuan Membaca Pemahaman ..................... 92
4.1.1.2 Data Variabel Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek ........... 102
xii
4.1.2 Pengujian Prasyarat Analisis Data ................................................ 110
4.1.2.1 Uji Normalitas ............................................................................... 110
4.1.2.2 Uji Homogenitas ........................................................................... 112
4.1.2.3 Uji Linearitas ................................................................................ 113
4.1.3 Analisis Data Akhir ....................................................................... 114
4.1.3.1 Pengujian Hipotesis ...................................................................... 114
4.1.3.2 Analisis Regresi Sederhana ........................................................... 117
4.1.3.3 Uji Signifikansi ............................................................................. 118
4.2 Pembahasan ................................................................................. 119
4.2.1 Kemampuan Membaca Pemahaman (Variabel X) ....................... 120
4.2.2 Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek (Variabel Y) ............. 122
4.2.3 Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan
Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek .................................. 123
4.2.4 Pengaruh Kemampuan Membaca Pemahaman dengan
Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek .................................. 127
4.2.5 Implikasi Hasil Penelitian ............................................................. 129
4.2.5.1 Implikasi Teoritis .......................................................................... 129
4.2.5.2 Implikasi Praktis ........................................................................... 130
4.2.5.3 Implikasi Pedagogis ...................................................................... 130
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 131
5.1 Simpulan ...................................................................................... 131
5.2 Saran ............................................................................................ 132
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 134
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
3.1 Data Siswa Kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan
Pucakwangi Kabupaten Pati Tahun pelajaran 2015/2016 ...................... 68
3.2 Data Pengambilan Sampel Siswa Kelas V SD di Gugus Sultan
Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati Tahun pelajaran
2015/2016 ............................................................................................... 70
3.3 Validitas Item Variabel Kemampuan Membaca Pemahaman ................ 76
3.4 Validitas Item Variabel Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek
................................................................................................................. 78
3.5 Reliabilitas Item Variabel Kemampuan Membaca Pemahaman ............ 81
3.6 Reliabilitas Item Variabel Kemampuan Mengapresiasi Cerita
Pendek .................................................................................................... 81
3.7 Bobot Penskoran dan Distribusi Skor .................................................... 83
3.8 Kriteria Kemampuan Membaca Pemahaman dan Kemampuan
Mengapresiasi Cerita Pendek ................................................................. 84
3.9 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ............... 89
4.1 Analisis Deskripsi Kemampuan Membaca Pemahaman dan
Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek ............................................ 91
4.2 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Membaca Pemahaman ............ 93
4.3 Kriteria Ketuntasan Kemampuan Membaca Pemahaman ...................... 94
4.4 Analisis Deskripsi Persentase Kemampuan Membaca Pemahaman ...... 95
4.5 Presentase Skor Per Indikator Kemampuan Membaca Pemahaman ...... 96
4.6 Analisis Deskripsi Persentase Indikator Memahami Arti Kata-kata
sesuai Penggunaan dalam Wacana ......................................................... 97
4.7 Analisis Deskripsi Persentase Indikator Mengenali Susunan
Organisasi Wacana dan Antar Hubungan Bagian-bagiannya ................ 98
4.8 Analisis Deskripsi Persentase Indikator Mengenali Pokok-pokok
Pikiran yang Terungkapkan dalam Wacana ........................................... 99
xiv
4.9 Analisis Deskripsi Persentase Indikator Menjawab Pertanyaan-
pertanyaan yang Jawabannya secara Eksplisit terdapat dalam
Wacana ................................................................................................... 101
4.10 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Mengapresiasi Cerita
Pendek .................................................................................................... 103
4.11 Kriteria Ketuntasan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek ........... 104
4.12 Analisis Deskripsi Persentase Kemampuan Mengapresiasi Cerita
Pendek .................................................................................................... 105
4.13 Presentase Skor Per Indikator Kemampuan Mengapresiasi Cerita
Pendek .................................................................................................... 106
4.14 Analisis Deskripsi Persentase Indikator Aspek Kognitif ....................... 107
4.15 Analisis Deskripsi Persentase Indikator Aspek Emotif .......................... 108
4.16 Analisis Deskripsi Persentase Indikator Aspek Evaluatif ...................... 109
4.17 Hasil Uji Normalitas Variabel X dan Y ................................................. 111
4.18 Hasil Uji Homogenitas ........................................................................... 113
4.19 Hasil Uji Linearitas antar Variabel ......................................................... 114
4.20 Hasil Uji Korelasi antar Variabel ........................................................... 115
4.21 Hasil Analisis Regresi Sederhana ........................................................... 118
4.22 Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ...................................................... 119
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Desain Kerangka Berpikir .................................................................... 63
3.1 Desain Penelitian ................................................................................. 65
4.1 Histogram Frekuensi Skor Kemampuan Membaca Pemahaman ......... 94
4.2 Histogram Frekuensi Skor Kemampuan Mengapresiasi Cerita
Pendek .................................................................................................. 104
4.3 P-Plots Hasil Uji Normalitas ............................................................... 112
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Daftar Nama Sampel Uji Coba .......................................................... 138
2. Kisi-kisi Tes Kemampuan Membaca Pemahaman (Uji Coba) ......... 139
3. Tes Kemampuan Membaca Pemahaman (Uji Coba) ........................ 140
4. Lembar Hasil Uji coba Tes Kemampuan Membaca Pemahaman ..... 150
5. Tabulasi Data Uji Coba Kemampuan Membaca Pemahaman ........... 152
6. Uji Validitas Kemampuan Membaca Pemahaman ............................ 153
7. Uji Reliabilitas Kemampuan Membaca Pemahaman ........................ 155
8. Kisi-kisi Tes Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek (Uji
Coba) .................................................................................................. 157
9. Tes Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek (Uji Coba) .............. 158
10. Lembar Hasil Uji coba Tes Kemampuan Mengapresiasi Cerita
Pendek ................................................................................................ 162
11. Tabulasi Data Uji Coba Kemampuan Mengapresiasi Cerita
Pendek ................................................................................................ 163
12. Uji Validitas Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek ................. 164
13. Uji Reliabilitas Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek .............. 165
14. Daftar Nama Sampel Penelitian ......................................................... 166
15. Kisi-kisi Tes Kemampuan Membaca Pemahaman (Penelitian) ........ 167
16. Tes Kemampuan Membaca Pemahaman (Penelitian) ....................... 168
17. Lembar Hasil Penelitian Tes Kemampuan Membaca
Pemahaman ........................................................................................ 176
18. Kisi-kisi Tes Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek
(Penelitian) ......................................................................................... 178
19. Tes Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek (Penelitian) ............. 179
20. Lembar Hasil Penelitian Tes Kemampuan Mengapresiasi Cerita
Pendek ................................................................................................ 183
21. Tabulasi Data Variabel Kemampuan Membaca Pemahaman ........... 185
xvii
22. Tabulasi Data Variabel Kemampuan Mengapresiai Cerita
Pendek ................................................................................................ 188
23. Analisis Deskriptif Persentase Kemampuan Membaca
Pemahaman ........................................................................................ 189
24. Analisis Deskriptif Kemampuan Membaca Pemahaman Per
Indikator ............................................................................................. 193
25. Analisis Deskriptif Persentase Kemampuan Mengapresiasi
Cerita Pendek ..................................................................................... 201
26. Analisis Deskriptif Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek
Per Indikator ...................................................................................... 205
27. Uji Normalitas ................................................................................... 212
28. Uji Homogenitas ................................................................................ 213
29. Uji Linearitas ..................................................................................... 214
30. Uji Regresi Sederhana ....................................................................... 215
31. Jadwal Penelitian ............................................................................... 218
32. Dokumentasi Penelitian ..................................................................... 219
33. Surat Keputusan Dosen Pembimbing ................................................ 221
34. Surat Ijin Penelitian ........................................................................... 222
35. Surat Keterangan Penelitian .............................................................. 229
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia
karena setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang
dalam pendidikan. Berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Bab III Pasal
4 Butir 5 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan
diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan
berhitung bagi segenap warga masyarakat (Sisdiknas 2011:8). Sesuai dengan hal
tersebut, Indonesia perlu memposisikan dirinya menjadi bangsa yang berbudaya
baca tulis, maka perlu dilakukan upaya pengembangan, baik melalui jalur
pendidikan formal maupun nonformal. Pengembangan melalui pendidikan formal
dimulai dari sekolah dasar yang berfungsi sebagai pusat budaya dan pembudayaan
baca tulis. Jadi sekolah harus membekali lulusannya dengan kemampuan dan
keterampilan dasar yang memadai (Zulela 2013:1).
Pedoman pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar mengacu pada
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 yang memuat
standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, bahwa Bahasa memiliki
peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik
dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.
Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan
2
baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi
terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (BSNP 2006:231).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar isi menyebutkan bahwa mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar
memiliki tujuan sebagai berikut: (1) berkomunikasi secara efektif dan efisien
sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis; (2) menghargai
dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa
Negara; (3) memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan; (4) menggunakan bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; (5)
menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa; (6) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia. Berdasarkan tujuan tersebut,
pembelajaran bahasa di sekolah dasar diharapkan siswa mendapat bekal yang
matang untuk mengembangkan dirinya dalam pendidikan berikutnya dan hidup
bermasyarakat (BSNP 2006:231).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006
mengemukakan bahwa ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mencakup komponen kemampuan
berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi: (a) aspek mendengarkan; (b)
aspek berbicara; (c) aspek membaca; dan (d) aspek menulis (BSNP 2006:232).
Dalam Penelitian ini ruang lingkup bahasa Indonesia yang di ambil adalah ruang
3
lingkup membaca karena sesuai dengan masalah yang ada yaitu rendahnya
keterampilan membaca pemahaman siswa dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran bahasa Indonesia di SD dilaksanakan secara terpadu, yaitu
dilaksanakan sesuai dengan cara anak memandang dan menghayati dunianya,
maka pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan siswa dapat memahami secara
rasional serta konsep-konsep yang terkait dengan pembelajaran bahasa Indonesia.
Membaca juga berperan dalam mengetahui berbagai macam kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang. Melalui membaca, kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diketahui dan dipahami sebelum dapat
diaplikasikan.
Salah satu jenis membaca yang dapat digunakan untuk menggali ilmu
pengetahuan dan teknologi adalah membaca pemahaman. Tujuan membaca
pemahaman ialah untuk memperoleh pemahaman atau informasi dari suatu bacaan
secara menyeluruh agar pembaca mampu menghubungkan informasi lama dan
informasi yang baru diketahuinya. Hal ini didukung oleh pendapat dari Dalman
(2014:87), membaca pemahaman merupakan keterampilan membaca yang berada
pada urutan yang lebih tinggi. Membaca pemahaman adalah membaca secara
kognitif (membaca untuk memahami), maka pembaca dituntut mampu memahami
isi bacaan. Setelah membaca teks, pembaca dapat menyampaikan hasil
pemahaman membacanya dengan cara membuat rangkuman isi bacaan dengan
menggunakan bahasa sendiri dan menyampaikannya baik secara lisan maupun
tulisan. Jadi hal terpenting dalam mengajar membaca pemahaman adalah
bagaimana cara siswa mampu memahami isi bacaan yang dibacanya. Dalam hal
4
ini, peran guru sangat diharapkan untuk dapat menemukan berbagai ide kreatif
dalam mengajar agar siswa mampu memahami isi bacaan yang dibacanya.
Sehingga siswa akan dapat menggali pengetahuan yang terdapat dalam suatu
bacaan serta dapat mengikuti arus perkembangan zaman. Pembelajaran membaca
pemahaman digunakan oleh guru untuk mengetahui sejauh mana tingkat
pemahaman siswa terhadap suatu karya sastra.
Dalam pelajaran sastra, salah satu hal yang penting adalah apresiasi sastra.
Pelajaran sastra harus menumbuhkan apresiasi siswa terhadap karya sastra.
Mengapresiasi sastra ialah mengenal, memahami, menghayati, dan menikmati
karya sastra. Seseorang yang sudah menikmati karya sastra akan senang dengan
karya sastra, dan kemudian dapat menghargai karya sastra.
Pelajaran sastra di sekolah tidak untuk membuat siswa menjadi seorang
sastrawan atau seorang ahli sastra, melainkan ingin menanamkan apresiasi sastra.
Pelajaran sastra mengarahkan agar siswa menjadi orang yang menggemari karya
sastra, mau membaca sendiri karya sastra sehingga dapat menyerap nilai-nilai
terutama nilai moral yang terkandung dalam karya sastra. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat dari Zulela (2013:5), kemampuan bersastra untuk sekolah dasar
bersifat apresiatif, karena dengan sastra dapat menanamkan rasa peka terhadap
kehidupan, mengajarkan siswa bagaimana menghargai orang lain, mengerti hidup,
dan belajar bagaimana menghadapi berbagai persoalan.
Kemampuan apresiasi sastra bagi siswa sekolah dasar itu sangat penting
untuk diajarkan dalam pendidikan formal. Apresiasi sastra dapat melatih siswa
mengembangkan tingkat imajinasinya, menambah wawasan dan memberi
5
pengetahuan baru sehingga siswa sadar dengan kehidupan sekelilingnya, serta
dapat membantu siswa menyelesaikan atau meringankan masalah yang
dihadapinya. Pengajaran sastra di sekolah-sekolah diharapkan banyak
memberikan kegiatan kepada siswa untuk membaca karya sastra secara langsung
dan utuh. Karya sastra yang diajarkan di sekolah di antaranya drama, novel,
cerpen, dan puisi. Maka dari itu, di sekolah siswa diperkenalkan langsung pada
sastra tersebut secara langsung bukan pada teorinya, sehingga siswa akan
mempunyai kemampuan mengapresiasi sastra.
Berdasarkan naskah akademik kajian kebijakan kurikulum mata pelajaran
Bahasa (BSNP, 2007:9-11) ditemukan beberapa permasalahan pelaksanaan
standar isi mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu guru banyak mengalami kendala
dalam memahami kurikulum untuk merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi
progam pembelajaran. Pelaksanaan program tersebut tidak sesuai dengan prinsip
pengembangan KTP, silabus, RPP, dan prinsip pelaksanaan KTSP. Cara
mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan beberapa kegiatan, yaitu (a) pelatihan,
(b) sosialisasi, dan (c) supervisi klinis. Selain itu, guru belum menguasai penilaian
yang sesuai dengan karakteristik keterampilan berbahasa, misalnya kompetensi
berbicara diujikan secara tertulis.
Berdasarkan kajian PIRLS (Progress in International Reading Literacy
Study) 2011 yaitu studi internasional dalam bidang membaca pada anak-anak di
seluruh dunia ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca siswa kelas IV
sekolah dasar di Indonesia berada pada urutan terakhir dari 45 negara di dunia.
Subtansi yang diteskan terkait dengan kemampuan siswa menjawab beragam
6
proses pemahaman, pengula-ngan, pengintegrasian, dan penilaian atas teks yang
dibaca. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa Indonesia mampu menjawab
butir soal level sempurna (0,1%), mampu menjawab butir soal level tinggi 4%,
mampu menjawab butir soal level sedang 28%, dan mampu menjawab butir soal
level lemah 66%. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan anak-anak Indonesia
dalam menguasai bahan bacaan masih rendah, karena mereka mengalami
kesulitan dalam menjawab soal-soal bacaan yang memerlukan pemahaman dan
penalaran (Pusat Penilaian Badan Penelitian Kemendikbud).
Fenomena permasalahan pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia
tersebut, merupakan gambaran yang terjadi di kelas V sekolah dasar di Gugus
Sultan Agung Pucakwangi Kabupaten Pati. Hasil wawancara dengan guru dan
siswa kelas V, saat pembelajaran bahasa Indonesia ditemukan beberapa
permasalahan yaitu seringkali pengajaran membaca hanya untuk kepentingan
praktis yakni siswa mampu menjawab pertanyaan berdasarkan isi karya sastra
sehingga kemampuan apresiasi sastra siswa masih kurang. Selain tingkat apresiasi
siswa kurang, pemahaman siswa terhadap isi bacaan secara menyeluruh juga
kurang, karena siswa hanya konsen membaca untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang ada. Masalah lain yang ditemukan yaitu: (1) siswa merasa
kesulitan dalam memahami makna yang terkandung dalam suatu karya sastra; dan
(2) minat atau motivasi membaca siswa yang masih rendah. Hal ini dapat
disebabkan karena pada era sekarang jarang sekali orang tua yang membiasakan
bercerita atau mendongeng kepada anaknya. Padahal melalui cerita/dongeng yang
dibacakan sebelum tidur akan meningkatkan kecerdasan emosional anak dan rasa
7
ingin tahu yang tinggi. Hilangnya kebiasaan orang tua tersebut mengakibatkan
anak kesulitan memahami makna yang terkandung dalam suatu cerita dan malas
untuk membaca cerita karena tidak terbiasa membaca atau mendengarkan cerita.
Sehingga anak juga akan kesulitan dalam kegiatan apresiasi cerita. Sesuai dengan
masalah tersebut dan mengingat pentingnya peranan ke empat keterampilan
berbahasa, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh
kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita
pendek.
Permasalahan mengenai kualitas pembelajaran bahasa Indonesia yang
masih belum optimal tersebut terutama pada keterampilan membaca pemahaman
merupakan masalah yang perlu diketahui sebab dan/atau akibatnya karena
keterampilan membaca pemahaman merupakan aspek yang sangat penting dan
berpengaruh bagi mata pelajaran yang lainnya. Peneliti akan mengidentifikasi
sebab dan/atau akibat dari masalah keterampilan membaca siswa untuk
mengetahui akar permasalahan pada pembelajaran bahasa Indonesia tersebut
dengan cara mengidentifikasi pengaruh kemampuan membaca pemahaman
terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa. Sehingga diharapkan
dapat memperbaiki proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam aspek
keterampilan membaca pemahaman dan apresiasi cerita pendek.
Penelitian yang mendukung dalam pemecahan masalah ini adalah
penelitian yang dilakukan Oleh Rabiatul Adawiyah, dkk tahun 2013 dengan judul
“Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Metode Diskusi Siswa
Kelas IV SDN Inti Tomoli”. Hasil penelitiannya pada pelaksanaan tindakan siklus
8
I ketuntasan klasikal siswa adalah 60% (12 orang siswa yang tuntas hasil belajar),
tetapi hal tersebut belum mencapai kriteria ketuntasan yang diharapkan, yaitu
tuntas secara klasikal bila mencapai = 75% atau memperoleh skor = 65. Pada
tindakan siklus II, diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 100% dengan perolehan
nilai semua siwa (20 siswa) sudah mencapai skor = 65. Dengan demikian,
kemampuan membaca pemaha-man siswa Kelas IV SDN Inti Tomoli dapat
ditingkatkan melalui metode diskusi.
Penelitian lain yang mendukung dalam pemecahan masalah ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Suhartiningsih tahun 2012 dengan judul
“Meningkatkan Kemampuan Mengapresiasi Bacaan Cerita Siswa Kelas IV
Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Area Isi”. Hasil yang diperoleh adalah sebagai
berikut: (1) 80% dari siswa bisa menemukan unsur-unsur yang membentuk cerita
dengan benar, (2) 75% dari siswa dapat menemukan nilai-nilai yang terkandung
dalam cerita dengan benar, dan (3) 80% dari siswa bisa memberikan tanggapan
tertulis tentang isi cerita dengan bahasa kronologis yang mudah dipahami.
Penelitian lain yang telah dilakukan oleh Ombra A. Imam, dkk tahun 2013
dengan judul “Correlation between Reading Comprehension Skills and Students’
Performance in Mathematics”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor secara
signifikan berkorelasi dengan nilai koefisien korelasi berikut: Pemahaman
Membaca 0,670 dan Matematika 0,596. Tes ditetapkan pada tingkat signifikansi
0,05. Jadi kemampuan membaca pemahaman siswa tidak memiliki kaitan
langsung pada kinerja matematika mereka secara keseluruhan menyiratkan bahwa
9
faktor lain yang tidak berhubungan dengan membaca harus dieksplorasi untuk
menjelaskan kinerja yang buruk siswa dalam matematika.
Kemampuan apresiasi cerita pendek yang memadai, dapat dimiliki oleh
siswa jika siswa mempunyai kemampuan membaca yang baik. Oleh karena itu,
untuk memastikan ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan kemampuan
membaca pemahaman terhadap kemampuan apresiasi cerita pendek siswa sekolah
dasar perlu diadakan penelitian.
Mengingat cakupan karya sastra itu luas dan banyak faktor yang
mempengaruhi tingkat kemampuan apresiasi sastra yaitu: 1) kepekaan emosi atau
perasaan sehingga pembaca mampu memahami dan menikmati unsur-unsur
keindahan yang terdapat dalam cipta sastra; 2) pemilikan pengetahuan dan
pengalaman yang berhubungan dengan masalah kehidupan dan kemanusiaan;
3) pemahaman terhadap aspek kebahasaan; dan 4) pemahaman terhadap unsur-
unsur instrinsik, maka tidak mungkin seluruh masalah dibahas di dalam penelitian
ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembatasan masalah. Genre karya sastra
yang dijadikan objek kajian adalah cerita pendek (cerpen), sedangkan faktor-
faktor yang dipandang dominan dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca
pemahaman. Jadi, dalam penelitian ini kemampuan apresiasi cerita pendek
dipandang sebagai variabel terikat; sedangkan faktor yang lain, yakni faktor
kemampuan membaca pemahaman dijadikan variabel bebas.
Berdasarkan ulasan latar belakang, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan topik yang sama mengenai kemampuan membaca pemahaman
dengan sasaran siswa sekolah dasar, maka peneliti akan mengkaji melalui
10
penelitian korelasional dengan judul “Pengaruh Kemampuan Membaca
Pemahaman terhadap Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Siswa Kelas V
SD di Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati”.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan permasalahan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah ada pengaruh yang signifikan kemampuan membaca pemahaman
terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V SD di
Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui adakah pengaruh yang signifikan kemampuan membaca pemahaman
terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V SD di
Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Manfaat Teoretis
1.4.1.1 Memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan khususnya di Indonesia.
1.4.1.2 Memperluas khasanah pengetahuan guru tentang pengaruh kemampuan
membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita
pendek.
11
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran guru tentang pengaruh
kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi
cerita pendek.
1.4.2.2 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat memperdalam pengetahuan dan menerapkan
ilmu yang telah diperoleh di bangku perkuliahan dalam kehidupan
praktek belajar mengajar yang sesungguhnya.
1.4.2.3 Bagi Pembaca
Memberikan sumbangan bagi pengembangan khasanah ilmu pendidikan
khususnya yang berkaitan dengan pengaruh kemampuan membaca
pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 KAJIAN TEORI
2.1.1 Hakikat Belajar
2.1.1.1 Pengertian Belajar
Winataputra (2008:1.4), belajar sebagai proses mendapatkan pengetahuan
dengan membaca dan menggunakan pengalaman sebagai pengetahuan yang
memandu perilaku pada masa yang akan datang. Perilaku belajar sebagai proses
psikologis individu dalam interaksinya dengan lingkungan secara alami,
sedangkan pakar pendidikan melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis-
pedagogis yang ditandai dengan adanya interaksi individu dengan lingkungan
belajar yang sengaja diciptakan.
Daryanto (2010:2), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamanannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Sardiman (2012:20) menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan
tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya membaca,
mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya.
Gagne (dalam Rifa’i dan Anni, 2012:66) menyatakan bahwa belajar
merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama
periode tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan.
13
Ada tiga unsur utama dalam konsep belajar yaitu: (1) belajar berkaitan dengan
perubahan perilaku; (2) perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh
proses pengalaman; (3) perubahan perilaku karena belajar bersifat permanen.
Ciri-ciri belajar menurut William Burton (dalam Hamalik, 2013:31)
diantaranya yaitu: (1) proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan
melampaui; (2) proses itu mulai bermacam-macam ragam pengalaman dan mata
pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu; (3) pengalaman belajar secara
maksimum bermakna bagi kehidupan murid; (4) pengalaman belajar bersumber
dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu;
(5) proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan; (6)
proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil dipengaruhi oleh perbedaan-
perbedaan individual di kalangan murid-murid.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka hakikat belajar yaitu proses
yang dilalui seseorang untuk membangun pemahaman dan perubahan perilaku ke
arah yang lebih baik menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang
diperoleh dari pengalaman dan pengetahuannya. Proses belajar didapatkan dari
beberapa sumber belajar, yaitu salah satunya adalah pendidikan formal di sekolah.
Proses belajar di sekolah dilakukan dalam suatu pembelajaran setiap mata
pelajaran yang telah ditetapkan.
2.1.1.2 Pengertian Pembelajaran
Kegiatan belajar tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran.
Pembelajaran merupakan proses interaksi yang sengaja dilakukan antara pendidik
dengan siswa ke arah yang lebih baik dengan menggunakan sumber belajar dan
14
lingkungan yang dapat memudahkan siswa mengembangkan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik untuk mendukung meningkatkan kualitas belajar pada
diri siswa.
Pengertian pembelajaran tersebut didukung oleh Winataputra (2008:1.18),
pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memfasilitasi dan
meningkatkan intensitas serta kualitas belajar pada diri siswa. Menurut Undang-
Undang No 20 Tahun 2003 Pasal 1 butir 20 tentang Sisdiknas (Sisdiknas 2011:5),
pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Dalam konsep tersebut terkandung 5 konsep, yakni
interaksi, siswa, pendidik, sumber belajar, dan lingkungan belajar.
Gagne (dalam Rifa’i dan Anni, 2012:158), pembelajaran merupakan
serangkaian peristiwa eksternal siswa yang dirancang untuk mendukung proses
internal belajar. Peristiwa ini dirancang agar siswa memperoleh informasi yang
nyata dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Hamdani (2011:71), pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru
sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Jadi pembelajaran
adalah upaya guru menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan,
potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang amat beragam agar terjadi
interaksi optimal antara guru dan siswa serta antarsiswa. Salah satu pembelajaran
yang sangat penting dalam proses interaksi antara guru dan siswa serta antarsiswa
adalah bahasa Indonesia, karena proses interaksi akan berjalan dengan lancar jika
menggunakan bahasa yang baik dan benar sehingga terjadi hubungan timbal balik
yang baik juga.
15
2.1.2 Hakikat Bahasa Indonesia dan Keterampilan Berbahasa Indonesia
2.1.2.1 Pengertian Bahasa Indonesia
Manusia adalah makhluk sosial yang mempunyai naluri untuk senantiasa
hidup bersama. Manusia harus mengadakan interaksi sosial untuk dapat hidup
dengan sesamanya, karena interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan
sosial. Syarat terjadinya Interaksi sosial yaitu adanya kontrak sosial dan
komunikasi. Kontrak sosial merupakan tahap pertama terjadinya interaksi sosial.
Oleh sebab itu, manusia harus memiliki alat komunikasi yang disebut bahasa. Jadi
hakikat bahasa dapat dimaksudkan bahasa menjadi alat komunikasi yang
diperlukan dalam komunikasi antar manusia sebagai makhluk sosial. Bahasa
Indonesia merupakan bahasa yang kita pakai sehari-hari dan juga bahasa resmi
negara kita. Dalam penggunaannya, bahasa Indonesia mempunyai beberapa aturan
yang harus ditaati agar kita bisa menggunakannya dengan baik dan benar.
Kridalaksana (dalam Doyin dan Wagiran, 2012:1), bahasa Indonesia
merupakan salah satu ragam bahasa melayu. Bahasa Indonesia memiliki peran
sebagai alat komunikasi dalam peri kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Bahasa Indonesia tidak hanya digunakan sebagai bahasa resmi dalam
penyelenggaraan kehidupan negara dan pemerintahan, tetapi juga sebagai bahasa
pengantar pada jenis dan jenjang pendidikan.
Keraf (dalam Faisal, 2009:1.4), bahasa meliputi dua bidang yaitu: (1)
bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ucap dan arti atau makna yang tersirat dalam
arus bunyi; dan (2) bunyi itu merupakan getaran yang bersifat fisik yang
merangsang alat pendengar kita, serta arti atau makna adalah isi yang terkandung
16
di dalam arus bunyi yang menyebabkan adanya reaksi itu. Sehingga Bahasa
adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat, yang berupa lambang bunyi
suara, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
2.1.2.2 Fungsi Bahasa Indonesia
Secara umum fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi, baik
komunikasi secara lisan maupun tulis. Sehubungan dengan hal tersebut, Santosa
(dalam Faisal, 2009:1.6) berpendapat bahwa bahasa sebagai alat komunikasi
memiliki fungsi sebagai berikut.
1. Fungsi informasi, yaitu untuk menyampaikan informasi timbal-balik
antaranggota keluarga ataupun anggota-anggota masyarakat.
2. Fungsi ekspresi diri, bahasa sebagai alat ekspresi diri berarti dengan bahasa
manusia dapat menyatukan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di
dalam pikiran manusia untuk mengekspresikan diri.
3. Fungsi integrasi dan adaptasi sosial, bahasa sebagai alat integrasi, bahasa
memungkinkan setiap penuturannya merasa diri terikat dalam kelompok
sosial atau masyarakat yang menggunakan bahasa yang sama, para anggota
kelompok itu dapat melakukan kerja sama dan membentuk masyarakat.
Bahasa yang sama yang memungkinkan mereka bersatu atau berintegrasi di
dalam masyarakat tersebut.
4. Fungsi kontrol sosial, bahasa dapat digunakan untuk mengatur berbagai
aktivitas sosial, merencanakan berbagai kegiatan, dan mengarahkan kedalam
suatu tujuan yang di inginkan. Bahasa pula yang dilakukan oleh seseorang.
17
Segala kegiatan atau aktivitas dapat berjalan dengan baik apabila diatur atau
dikontrol dengan bahasa.
Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai: (1) lambang
kebangsaan; (2) lambang identitas nasional; (3) alat penghubung antarwarga,
antardaerah dan antarbudaya; dan (4) alat yang memungkinkan penyatuan
berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasa yang
berbeda-beda ke dalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat. Sedangka sebagai
bahasa negara, bahasa indonesia berfungsi sebagai: (1) bahasa resmi kenegaraan;
(2) bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan; (3) alat perhubungan pada
tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan;
dan (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.1.2.3 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar perlu dilaksanakan
dengan benar. Kridalaksana (dalam Doyin dan Wagiran, 2012:1), bahasa
Indonesia merupakan salah satu ragam bahasa melayu. Bahasa Indonesia memiliki
peran sebagai alat komunikasi dalam peri kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Bahasa Indonesia tidak hanya digunakan sebagai bahasa resmi
dalam penyelenggaraan kehidupan negara dan pemerintahan, tetapi juga sebagai
bahasa pengantar pada jenis dan jenjang pendidikan.
Keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh siswa dari sekolah dasar
adalah keterampilan berbahasa yang baik, karena bahasa merupakan modal
terpenting bagi manusia. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (dalam
Susanto, 2015:245), pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar diarahkan
18
untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta
menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
Zulela (2013:4) menyatakan bahwa Standar Kompetensi pembelajaran
bahasa Indonesia di SD merupakan kualifikasi minimal siswa, yang
menggambarkan penguasaan keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap
bahasa dan sastra Indonesia, maka tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam
pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa dapat:
1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,
baik secara lisan maupun tulisan.
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa negara.
3. Memahami bahasa Indonesia dan dapat menggunakan dengan cepat dan efektif
dalam berbagai tujuan.
4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,
serta kematangan emosional dan sosial.
5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
menghaluskan budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa.
6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan
intelektual manusia Indonesia.
Susanto (2015:242), pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar tidak
terlepas dari empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara,
19
membaca, dan menulis. Keterampilan berbahasa bagi manusia sangat diperlukan.
Sebagai makhluk sosial, manusia berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia
lain dengan menggunakan bahasa sebagai media, baik berkomunikasi
menggunakan bahasa lisan maupun bahasa tulis.
2.1.2.4 Keterampilan Berbahasa Indonesia
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006
mengemukakan bahwa ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mencakup komponen kemampuan
berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi: (a) aspek mendengarkan; (b)
aspek berbicara; (c) aspek membaca; dan (d) aspek menulis (BSNP 2006:232).
Sejalan dengan pendapat Doyin dan Wagiran (2009:11), keterampilan berbahasa
mempunyai empat komponen yang saling berhubungan yaitu: (1) keterampilan
menyimak (listening skills); (2) keterampilan berbicara (speaking skills); (3)
keterampilan membaca (reading skills); (4) keterampilan menulis (writing skills).
Pemerolehan keempat keterampilan berbahasa tersebut melalui urutan yang
teratur. Keterampilan menyimak dan berbicara merupakan keterampilan
berbahasa lisan yang bersifat alamiah yang didapatkan melalui peniruan yang
bersifat alamiah dan langsung dalam proses komunikasi. Keterampilan membaca
dan menulis diperoleh secara sengaja melalui proses belajar dan digunakan dalam
komunikasi tertulis secara tidak langsung.
1. Keterampilan Menyimak (listening skills)
20
Logan (dalam Santosa, 2007:6.31), menyimak dapat dilihat dari berbagai
segi. Menyimak dapat dipandang sebagai suatu sarana, sebagai suatu
keterampilan, sebagai seni, sebagai suatu proses, sebagai suatu respons atau
sebagai suatu pengalaman kreatif.
2. Keterampilan Berbicara (speaking skills)
Brown dan Yule (dalam Santosa, 2007:6.34), berbicara dapat diartikan
sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan
atau menyampaikan pikiran, gagasan, atau perasaan secara lisan.
3. Keterampilan Membaca (reading skills)
Santosa (2007:6.3), membaca terdiri dari dua bagian, yaitu membaca
sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca sebagai proses mengacu
pada aktivitas mental dan fisik dalam usaha memahami bacaan. Sedangkan
membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari kegiatan membaca yang
dilakukan saat membaca.
4. Keterampilan Menulis (writing skills)
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang digunakan
dalam komunikasi secara tidak langsung. Keterampilan menulis tidak didapatkan
secara alamiah, melainkan melalui proses belajar dan berlatih. Dalam kegiatan
menulis, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, kosa-kata, struktur
kalimat, pengembangan paragraf, dan logika berbahasa.
Dalam berbahasa Indonesia terdapat empat keterampilan yang dipelajari
secara berurutan yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara,
keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keterampilan berbahasa
21
tersebut dapat diperoleh secara alamiah dan melalui proses belajar. Salah satu
keterampilan yang diperoleh melalui proses belajar adalah keterampilan
membaca. Jadi keterampilan berbahasa Indonesia yang akan diteliti pada
penelitian ini adalah keterampilan membaca.
2.1.3 Hakikat Membaca
2.1.3.1 Pengertian Membaca
Salah satu keterampilan berbahasa Indonesia yang sangat penting adalah
membaca. Tarigan (2008:7), membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan
oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Dalam hal ini, membaca adalah
suatu usaha untuk menelusuri makna yang ada dalam tulisan.
Somadayo (2011:3), membaca merupakan salah satu keterampilan
berbahasa yang sangat penting di samping tiga keterampilan lainnya. Hal ini
karena membaca merupakan sarana untuk mempelajari dunia lain yang diinginkan
sehingga manusia bisa memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dan menggali
pesan-pesan tertulis dalam bahan bacaan. Somadayo juga mengungkapkan bahwa
membaca adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti
atau makna yang terkandung di dalam bahan tulis. Membaca semakin penting
dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Setiap aspek melibatkan
kegiatan membaca dan kemampuan membaca juga merupakan tuntutan realitas
kehidupan sehari-hari manusia.
Klein, dkk (dalam Rahim, 2011:3), membaca mencakup: pertama,
membaca merupakan suatu proses. Maksudnya adalah informasi dari teks atau
22
pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam
membentuk makna. Kedua, membaca adalah strategis. Pembaca yang efektif
menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks
dalam rangka mengonstruk makna ketika membaca. Ketiga, membaca interaktif.
Keterlibatan membaca dengan teks tergantung pada konteks. Berdasarkan uraian
tersebut dapat dikatakan bahwa membaca merupakan proses memahami kata dan
memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan, sehingga pembaca
mampu memahami isi teks yang dibacanya dan pada akhirnya dapat merangkum
isi teks yang bacaan tersebut dengan menggunakan bahasa sendiri.
Dalman (2014:5), membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif
yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan.
Hal ini berarti membaca merupakan proses berpikir untuk memahami isi teks yang
dibaca. Oleh sebab itu, membaca bukan hanya sekedar melihat kumpulan huruf
yang telah membentuk kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, dan wacana saja,
tetapi lebih dari itu bahwa membaca merupakan kegiatan memahami dan
menginterprestasi-kan lambang/tanda/tulisan yang bermakna sehingga pesan yang
disampaikan penulis dapat diterima oleh pembaca.
Berdasarkan beberapa definisi membaca di atas, maka membaca adalah
proses perubahan bentuk lambang/tanda/tulisan menjadi wujud bunyi yang
bermakna. Kegiatan membaca sangat ditentukan oleh kegiatan fisik dan mental
yang menuntut seseorang untuk menginterpretasikan simbol-simbol tulisan
dengan aktif dan kritis sebagai pola komunikasi dengan diri sendiri, agar pembaca
dapat menemukan makna tulisan dan memperoleh informasi yang dibutuhkan.
23
2.1.3.2 Tujuan Membaca
Setiap kegiatan membaca, pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai oleh
pembacanya. Tujuan membaca dapat dicapai sesuai dengan kepentingan pembaca.
Dalam hal ini, teks bacaan (fiksi atau nonfiksi) yang digunakan untuk membaca
perlu disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Pembaca perlu mencari teks
yang sesuai dengan tujuan membacanya.
Tarigan (2008:9), tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta
memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti
(meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam
membaca. Tujuan membaca adalah sebagai berikut.
1. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang
telah dilakukan oleh tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh tokoh; apa yang
telah terjadi pada tokoh khusus; atau untuk memecahkan masalah-masalah
yang dibuat oleh tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk
memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or
facts).
2. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan
menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau
yang dialami tokoh, merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh tokoh untuk
mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk
memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).
3. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap
bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan
24
ketiga/seterusnya, setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah,
adegan-adegan dan kejadian-kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca
untuk mengetahui urusan atau susunan, organisasi cerita (reading for
sequence or organization).
4. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh
merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh
pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-
kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal.
Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for
inference).
5. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak
wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita
itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan,
membaca untuk mengklasifikasi (reading to classify).
6. Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan
ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh
tokoh, atau bekerja seperti cara tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut
membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluate).
7. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah, bagaimana
hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita
mempunyai persamaan, dan bagaimana tokoh menyerupai pembaca. Ini
disebut membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading
to compare or contrast).
25
Tampubolon (dalam Haryadi, 2012:15), tujuan umum membaca ada tiga
jenis, yaitu untuk studi, usaha, dan kesenangan. Membaca untuk studi ialah
membaca untuk menemukan informasi-informasi yang diperlukan dalam
menyelesaikan masalah-masalah studi untuk memperkaya pengetahuan dalam
bidang ilmu atau disiplin yang ditekuninya. Membaca untuk usaha ialah membaca
untuk menemukan dan memahami berbagai informasi yang terkait dengan usaha
yang dilaksanakan. Membaca untuk kesenangan ialah membaca untuk mengisi
waktu luang atau senggang dan memuaskan perasaan dan imajinasi. Tujuan
membaca yang telah dijelaskan tersebut dapat tercapai jika menggunakan teknik
membaca yang tepat.
2.1.3.3 Teknik Membaca
Pada dasarnya, membaca bertujuan mendapat informasi. Untuk
menemukan informasi fokus secara efisien, ada beberapa teknik membaca yang
digunakan, yaitu:
1. Baca-pilih (selecting) ialah bahwa pembaca memilih bahan bacaan dan/atau
bagian (bagian-bagian) bacaan yang dianggapnya relevan, atau berisi
informasi fokus yang ditentukannya.
2. Baca-lompat (skipping) ialah bahwa pembaca dalam menemukan bagian atau
bagian-bagian bacaan yang relevan, melampaui atau melompati bagian-
bagian lain.
3. Baca-layap (skimming) yaitu membaca dengan cepat untuk mengetahui isi
umum suatu bacaan atau bagiannya.
26
4. Baca-tatap (scanning) yaitu membaca dengan cepat dan dengan memusatkan
perhatian untuk menemukan bagian bacaan yang berisi informasi fokus yang
telah ditentukan, dan seterusnya membaca bagian itu dengan teliti sehingga
informasi fokus itu ditemukan dengan tepat dan dipahami benar (Dalman
2014:15).
Setelah menentukan teknik yang akan digunakan dalam proses membaca,
maka pembaca juga harus menentukan jenis/cara membaca yang disesuaikan
dengan keinginan dan kemampuan pembaca itu sendiri.
2.1.3.4 Jenis Membaca
Berdasarkan teknik membaca yang sudah dijelaskan di atas, maka terdapat
dua macam jenis membaca yang dapat diterapkan saat kegiatan membaca, yaitu:
1. Membaca Nyaring
Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan mengeluarkan suara
atau kegiatan melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang
cukup keras. Membaca nyaring bertujuan agar seseorang mampu mempergunakan
ucapan yang tepat, membaca dengan jelas dan tidak terbata-bata, membaca
dengan tidak terus-menerus melihat pada bahan bacaan, membaca dengan
menggunakan intonasi dan lagu yang tepat dan jelas.
2. Membaca Senyap (dalam hati)
Membaca senyap atau dalam hati adalah membaca tidak bersuara, tanpa
gerakan bibir, tanpa gerakan kepala, tanpa berbisik, memahami bahan bacaan
yang dibaca secara diam atau dalam hati, kecepatan mata dalam membaca tiga
kata per detik, menikmati bahan bacaan yang dibaca dalam hati, dan dapat
27
menyesuaikan kecepatan membaca dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam
bahan bacaan itu. Membaca senyap dapat dibagi atas:
1). Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif berarti membaca secara luas, objeknya meliputi
sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Membaca ekstensif
meliputi membaca survei, membaca sekilas, dan membaca dangkal.
a. Membaca Survei
Membaca survei adalah jenis membaca dengan memeriksa, meneliti indeks,
bagan, skema, dan buku yang bersangkutan.
b. Membaca Sekilas
Membaca sekilas adalah sejenis membaca yang membuat mata kita bergerak
dengan cepat melihat, memerhatikan bahan tertulis untuk mencari serta
mendapatkan informasi penerangan.
c. Membaca dangkal
Membaca dangkal bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal
yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan.
2). Membaca Intensif
Membaca intensif adalah studi saksama, telaah, teliti, dan penanganan
terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek
kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Membaca intensif dibedakan atas
membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa.
a. Membaca telaah isi terdiri atas:
a). Membaca teliti
28
Membaca jenis ini sama pentingnya dengan membaca sekilas, maka
seringkali seseorang perlu membaca dengan teliti bahan yang disukai.
b). Membaca pemahaman
Membaca pemahaman adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk
memahami tentang standar-standar atau norma kesastraan, resensi kritis, dan
pola-pola fiksi.
c). Membaca kritis
Membaca kritis adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara bijaksana,
mendalam, evaluatif, dengan tujuan untuk menemukan keseluruhan bahan
bacaan, baik makna baris-baris, makna antarbaris, maupun makna balik baris.
d). Membaca ide
Membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang ingin mencari,
memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan.
e). Membaca kreatif
Membaca kreatif adalah kegiatan membaca yang tidak hanya sekadar
menangkap makna tersurat, makna antarbaris, tetapi juga mampu secara
kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kehidupan sehari-hari.
b. Membaca telaah bahasa terdiri atas:
a). Membaca bahasa
Tujuan utama membaca bahasa adalah memperbesar daya kata dan
mengembangkan kosakata.
b). Membaca sastra
29
Dalam membaca sastra, perhatian pembaca harus dipusatkan pada
penggunaan bahasa dalam karya sastra agar dapat membedakan antara bahasa
ilmiah dan bahasa sastra (Dalman 2014:63).
Dalam kegiatan membaca, untuk memperoleh informasi yang lengkap
dapat menggunakan jenis membaca intensif. Pada penelitian ini akan
memfokuskan pada jenis membaca intensif khususnya membaca telaah isi yaitu
membaca pemahaman.
2.1.4 Hakikat Kemampuan Membaca Pemahaman
2.1.4.1 Pengertian Kemampuan Membaca Pemahaman
Hal yang paling penting dalam kegiatan membaca ialah kemampuan
seseorang untuk memahami makna bacaan secara menyeluruh, atau yang disebut
dengan kemampuan membaca pemahaman. Tarigan (2008:56), membaca
pemahaman merupakan jenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-
standar atau norma kesastraan (literal standars), resensi kritis (critical review),
drama tulis (printed drama) serta pola-pola fiksi (patterns of ficion).
Somadayo (2011:10), membaca pemahaman merupakan suatu proses
pemerolehan makna yang secara aktif melibatkan pengetahuan dan pengalaman
yang telah dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan dengan isi bacaan. Dengan
demikian, terdapat tiga hal pokok dalam membaca pemahaman, yaitu: (1)
pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki tentang topik; (2)
menghubungkan pengetahuan dan pengalaman dengan teks yang akan dibaca; dan
(3) proses memperoleh makna secara aktif sesuai dengan pandangan yang
dimiliki.
30
Dalman (2014:87), membaca pemahaman merupakan keterampilan yang
berada pada urutan paling tinggi. Membaca pemahaman adalah membaca secara
kognitif (membaca untuk memahami). Oleh sebab itu, setelah membaca teks,
pembaca diharapkan dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya dengan
cara membuat rangkuman isi bacaan dengan menggunakan bahasanya sendiri dan
menyampaikannya baik secara lisan maupun tulisan.
Berdasarkan pendapat di atas, maka kemampuan membaca pemahaman
ialah kemampuan untuk memahami isi bacaan atau teks secara menyeluruh dan
dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya dengan cara membuat
rangkuman isi bacaan dengan menggunakan bahasanya sendiri melalui aktivitas
proses kognitif yang dilakukan oleh pembaca.
2.1.4.2 Tujuan Membaca Pemahaman
Selain untuk memahami isi bacaan atau teks secara menyeluruh dan dapat
menyampaikan hasil pemahaman membacanya, membaca pemahaman juga
mempunyai tujuan lainnya. Tarigan (2008:117), tujuan utama membaca
pemahaman adalah untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang
disediakan oleh pembaca berdasarkan pada teks bacaan. Untuk itu, pertanyaan-
pertanyaan tersebut adalah: (1) mengapa hal itu merupakan judul atau topik; (2)
masalah apasajakah yang dikupas atau dibentangkan dalam bacaan tersebut; (3)
hal-hal apa yang dipelajari dan dilakukan oleh sang tokoh.
Nutall (dalam Somadayo, 2011:11), tujuan membaca merupakan bagian
dari proses membaca pemahaman, pembaca memperoleh pesan atau makna dari
31
teks yang dibaca, pesan atau makna tersebut dapat berupa informasi, pengetahuan,
dan bahkan ungkapan pesan senang atau sedih.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka tujuan membaca
pemahaman adalah untuk memperoleh pemahaman atau informasi dari suatu
bacaan secara menyeluruh agar pembaca mampu menghubungkan informasi lama
dan informasi yang baru diketahuinya. Tujuan membaca pemahaman tersebut
dapat dicapai jika pembaca mengetahui jenis membaca pemahaman secara
menyeluruh.
2.1.4.3 Jenis-jenis Membaca Pemahaman
Dalam proses membaca, pembaca menggunakan beberapa jenis membaca
pemahaman, yaitu:
1. Pemahaman Literal
Membaca literal merupakan kegiatan membaca sebatas mengenal dan
menangkap arti yang tertera secara tersurat sehingga pembaca hanya berusaha
menangkap informasi yang terletak secara literal dalam bacaan dan tidak
berusaha menangkap makna yang lebih dalam, yakni makna-makna
tersiratnya, baik tataran antarbaris, apalagi makna yang terletak di balik
barisnya.
2. Pemahaman Interpretasi
Burns menyatakan bahwa membaca interprestasi merupakan suatu proses
pelacakan gagasan yang disampaikan secara tidak langsung. Dalam membaca
interpretasi, pembaca memainkan peran yang aktif untuk membangun makna
dari apa yang dinyatakan di dalam teks.
32
3. Pemahaman Kritis
Membaca kritis menurut Rubin merupakan tingkat pemahaman dan lebih
tinggi dari dua kategori sebelumnya karena tingkat ini melibatkan evaluasi
pribadi, dan kebenaran apa yang dibaca. Membaca kritis merupakan
kemampuan pembaca untuk mengolah bahan bacaan secara kritis dan
menemukan keseluruhan makna bahan bacaan, baik makna tersurat maupun
makna tersirat.
4. Pemahaman Kreatif
Membaca kreatif merupakan tingkatan tertinggi dari kemampuan membaca
seseorang. Artinya, pembaca tidak hanya menangkap makna tersurat, makna
antarbaris, dan makna di balik baris, tetapi juga mampu secara kreatif
menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari (Somadayo
2011:19).
2.1.4.4 Faktor yang Mempengaruhi Membaca Pemahaman
Syafi’ie (dalam Somadayo, 2011:27), faktor yang berpengaruh terhadap
proses pemahaman siswa terhadap suatu bacaan adalah penguasaan struktur
wacana/teks bacaan. Proses pemahaman tidak datang dengan sendirinya,
melainkan memerlukan aktifitas berpikir yang terjadi melalui kegiatan
menghubungkan pengetahuan-pengetahuan yang relevan yang dimiliki
sebelumnya. Sedangkan Ebel mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi
tinggi rendahnya kemampuan pemahaman bacaan yang dapat dicapai oleh siswa
dan perkembangan minat bacanya tergantung pada faktor: a) siswa yang
bersangkutan; b) keluarganya; c) kebudayaan-nya; dan d) situasi sekolah.
33
Pada umumnya, faktor kemampuan membaca yang dimaksud disini adalah
ditujukan oleh pemahaman seseorang pada bacaan yang dibacanya dan tingkat
kecepatan yang dimilikinya. Adapun faktor-faktor yang dimaksud antara lain:
1. Tingkat intelegensia, membaca pada hakekatnya proses berpikir dan
memecahkan masalah.
2. Kemampuan berbahasa, seseorang yang menghadapi bacaan yang bahasanya
tidak pernah didengarnya maka akan sulit memahami bacaan tersebut, salah
satu penyebabnya adalah keterbatasan kosakata yang dimilikinya.
3. Sikap dan minat, sikap ditunjukan oleh rasa senang dan tidak senang,
sedangkan minat merupakan keadaan dalam diri seseorang untuk
mendorongnya melakukan sesuatu.
4. Keadaan bacaan, tingkat kesulitan yang dikupas, aspek perwajahan, atau desain
halaman-halaman buku, besar kecilnya huruf, dan sebagainya.
5. Kebiasaan membaca, seseorang menentukan waktu atau kesempatan membaca
yang disediakan sebagai sebuah kebutuhan.
6. Pengetahuan tentang cara membaca, pengetahuan untuk menemukan ide pokok
secara cepat, menangkap kata-kata kunci secara cepat, dan lain sebagainya.
7. Latar belakang sosial, ekonomi, budaya, seseorang akan kesulitan dalam
menangkap isi bacaan jika bacaan yang dibacanya memiliki latar belakang
kebudayaannya.
8. Emosi, keadaan emosi yang berubah akan mempengaruhi membaca seseorang.
9. Pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya.
2.1.4.5 Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Pemahaman
34
Tujuan utama dalam pembelajaran membaca pemahaman adalah untuk
mengembangkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Adapun tahapan
pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman meliputi:
1. Tahap Prabaca
Pelaksanaan kegiatan prabaca adalah kegiatan pengajaran yang
dilaksanakan sebelum siswa melakukan kegiatan membaca. Guru perlu
mengarahkan perhatian pada pengaktifan skemata siswa yang berhubungan
dengan topik bacaan. Kegiatan pembelajaran pada tahap prabaca adalah
membangkitkan skemata siswa tentang topik sehingga siswa dapat menggunakan
pengetahuan dan pengalaman latarnya. Kegiatan yang dilakukan oleh guru dan
siswa pada tahap ini adalah mengajukan sejumlah pertanyaan tentang topik,
kemudian siswa menjawab pertanyaan tersebut dengan menghubungkan latar
pengalaman yang dimiliki.
2. Tahap Saat Baca
Kegiatan saat baca dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan
memonitor pemahaman siswa terhadap bacaan dengan cara memusatkan perhatian
siswa terhadap bacaan yang disediakan oleh guru maupun bacaan yang dipilih
siswa sendiri. Rubin menyatakan bahwa pada saat ini, kegiatan saat baca
dilakukan dengan cara guru mendorong terjadinya diskusi tentang materi bacaan.
3. Tahap Pascabaca
35
Burns, dkk mengemukakan bahwa kegiatan pascabaca digunakan untuk
membantu siswa memadukan informasi baru yang dibacanya ke dalam skemata
yang telah dimilikinya sehingga diperoleh tingkat pemahaman yang lebih tinggi.
Pada kegiatan ini, siswa diberi kesempatan mengembangkan belajar mereka
dengan menyuruh siswa mempertimbangkan apakah siswa tersebut membutuhkan
atau menginginkan informasi lebih lanjut tentang topik tersebut dan dimana
mereka bisa menemukan informasi lebih lanjut. Setelah itu, mereka membaca
tentang topik dan berbagai temuannya dengan teman-temannya (Somadayo
2011:35).
2.1.4.6 Kendala dan Solusi dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman
Pemahaman bacaan menjadi salah satu aspek yang sangat penting dan
merupakan alat ukur untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa menguasai
keterampilan membaca. Siswa dituntut untuk dapat memahami bacaan dengan
cara menentukan informasi, baik yang tersurat maupun yang tersirat serta
memahami kosa kata tertentu dalam bacaan sesuai indikator pembelajaran yang
telah ditetapkan. Tetapi pada kenyataannya ditemukan beberapa permasalahan
yang menjadi kendala dari pembelajaran membaca pemahaman, yaitu sebagai
berikut.
1. Masih kurangnya budaya membaca siswa di sekolah maupun di rumah.
2. Ketersediaan buku bacaan untuk anak-anak yang masih kurang.
3. Guru banyak mengalami kesulitan dalam memahami kurikulum untuk
merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi program pembelajaran.
36
4. Guru belum menguasai penilaian yang sesuai dengan karakteristik
keterampilan berbahasa.
5. Pengawasan dan perhatian orang tua yang perlahan menghilang terhadap
perkembangan pendidikan anak.
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan pada pembelajaran membaca
pemahaman di atas, maka solusi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut.
1. Memberikan motivasi kepada siswa dengan menciptakan kegiatan membaca
yang menyenangkan dan rutin, sehingga siswa mempunyai minat untuk
membaca dan budaya membaca dapat berjalan secara aktif.
2. Melengkapi buku-buku bacaan di perpustakaan sekolah sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa.
3. Perlu adanya seminar atau workshop peningkatan kinerja guru, khususnya
tentang perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian keterampilan berbahasa.
4. Perlu adanya komunikasi timbal balik antara anak dan orang tua tentang
perkembangan pendidikan anak di sekolah.
2.1.4.7 Pengukuran Kemampuan Membaca Pemahaman
Pembelajaran membaca perlu difokuskan pada aspek kemampuan
memahami isi bacaan. Oleh sebab itu, siswa perlu dilatih secara intensif untuk
memahami suatu teks bacaan. Menurut Dalman (2014:9) yang perlu diuji dalam
kemampuan memahami isi bacaan yaitu meliputi:
a. Memahami makna kata-kata yang dibaca;
b. Memahami makna istilah-istilah di dalam konteks kalimat;
c. Memahami inti sebuah kalimat yang dibaca;
37
d. Memahami ide, pokok pikiran, atau tema dari suatu paragraf yang dibaca;
e. Menangkap dan memahami beberapa pokok pikiran dari suatu wacana yang
dibaca, dan menarik kesimpulan dari suatu wacana yang dibaca;
f. Membuat rangkuman isi bacaan secara tertulis dengan menggunakan bahasa
sendiri;
g. Menyampaikan hasil pemahaman isi bacaan dengan menggunakan bahasa
sendiri di depan kelas.
Penilaian kemampuan membaca yang bertujuan untuk mengukur
kompetensi siswa dalam memahami isi informasi yang terdapat dalam bacaan
dapat dilakukan dengan melihat ikhtisar kemampuan membaca. Farr (dalam
Djiwandono, 2011: 117) mengemukakan ikhtisar rincian kemampuan memahami
bacaan untuk siswa SD sebagai berikut.
a. Memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana,
b. Mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-bagiannya,
c. Mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana, dan
d. Mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara ekplisit
terdapat dalam wacana.
Dari keempat kemampuan tersebut, indikator dalam kemampuan membaca
pemahaman dalam penelitian ini akan dijelaskan pada masing-masing indikator,
yaitu:
a. Memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana
Siswa dapat mengerti makna kata-kata sulit (yang tidak biasa digunakan)
dalam cerita.
38
b. Mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-bagiannya
Siswa dapat menjelaskan keruntutan cerita antar bagian satu dengan bagian
lain dan dapat memberikan sebuah kesimpulan.
c. Mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana
Siswa dapat menjelaskan pokok pikiran paragraf dalam cerita pendek.
d. Mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara ekplisit
terdapat dalam wacana.
Burns (dalam Somadayo, 2011:39), tes kemampuan membaca
dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa mamahami isi atau informasi
yang terdapat dalam bacaan. Pemilihan wacana hendaknya dipertimbangkan dari
beberapa segi, yaitu:
1. Tingkat Kesulitan Wacana
Tingkat kesulitan wacana terutama ditentukan oleh kekomplekan kosakata
dan struktur. Wacana yang baik untuk bahan tes kemampuan membaca adalah
wacana yang tingkat kesulitannya sedang, atau yang sesuai dengan tingkat
kemampuan siswa. Tingkat kesulitan wacana biasanya ditentukan oleh jumlah
dan/atau tingkat kesulitan kosakata. Tingkat kesulitan kosakata yang
ditentukan berdasarkan frekuensi pemunculannya. Tingkat kesulitan wacana
dapat dilihat dari tingkat kesulitan dan jumlah kosakata yang dipergunakan.
2. Isi Wacana
Secara pedagogis, bacaan yang baik adalah yang sesuai dengan tingkat
perkembangan jiwa, dan kebutuhan atau menarik perhatian siswa.
39
3. Panjang Pendek Wacana
Wacana yang diteskan sebaiknya tidak terlalu panjang. Wacana pendek yang
dimaksudkan dapat berupa satu atau dua alenia, kira-kira 50 sampai 100 kata.
4. Bentuk-bentuk Wacana
Wacana yang digunakan adalah berbentuk prosa (narasi), dialog (drama),
ataupun puisi. Pada umumnya wacana yang berbentuk prosa banyak
dipergunakan orang, tetapi jika dimanfaatkan secara tepat, ketiga bentuk
wacana tersebut dapat sama-sama efektif.
Nurgiyantoro (2014:376), penilaian hasil membaca pemahaman dapat
dilakukan dengan menggunakan tes kompetensi membaca. Tes kompetensi
membaca dibagi dalam dua cara, yaitu:
a. Tes Kompetensi Membaca dengan Merespon Jawaban
Tes kompetensi membaca dengan cara ini mengukur kemampuan membaca
siswa dengan cara memilih jawaban yang telah disediakan oleh pembuat soal.
Soal yang biasa digunakan adalah pilihan ganda. Jenis penilaian ini biasa
disebut tes tradisional karena siswa hanya menjawab soal dengan memilih
opsi jawaban.
b. Tes Kompetensi Membaca dengan Mengonstruksi Jawaban
Tes kompetensi membaca dengan cara ini tidak sekedar meminta siswa
memilih jawaban yang benar dari sejumlah jawaban yang tersedia, akan tetapi
siswa harus mengemukakan jawaban sendiri dengan mengkreasikan bahasa
berdasarkan informasi yang diperoleh dari wacana yang diteskan. Dalam
mengerjakan tes ini, siswa dituntut untuk memahami wacana, dan
40
berdasarkan pemahamannya itu kemudian siswa mengerjakan tugas yang
diberikan. Tugas dalam bentuk ini merupakan tugas otentik yang menuntut
siswa untuk berunjuk kerja secara aktif produktif. Dengan demikian, tes
kompetensi membaca yang semula bersifat reseptif diubah menjadi tugas
reseptif dan produktif.
Berdasarkan pemaparan di atas, tes yang akan dipilih dalam penelitian ini
adalah tes kompetensi membaca dengan merespon jawaban, yaitu menuntut siswa
mengidentifikasi, memilih, atau merespon jawaban yang disediakan. Bentuk tes
yang digunakan adalah tes objektif yang mampu menampung banyak soal dan
lebih efektif, serta jenis bacaan yang digunakan adalah teks sastra.
2.1.5 Hakikat Kemampuan Mengapresiasi Sastra
2.1.5.1 Pengertian Sastra dan Sastra Anak
Tujuan dari membaca pemahaman adalah agar siswa memahami makna isi
bacaan secara menyeluruh sehingga siswa mampu melakukan apresiasi sastra.
Sastra merupakan bagian dari kesenian yang dapat memberikan kesenangan,
hiburan, kebahagiaan pada manusia. Untuk itu, maka manusia ingin mewujudkan
keindahan itu dalam bentuk, seperti: seni tari, mewujudkan keindahan gerak tubuh
manusia; seni rupa, mewujudkan keindahan bentuk benda dan susunannya; seni
sastra, mewujudkan keindahan bentuk keindahan susunan bahasa; dan masih
banyak seni lainnya. Sastra berhubungan dengan penciptaan dan ungkapan pribadi
(ekspresi). Jadi sastra merupakan bagian kecil dari kebutuhan hidup manusia yang
berupa perwujudan dari rasa seni dan keindahan yang menjadikan bahasa sebagai
41
media. Keindahan karya sastra terletak pada pengolahan bahan pokoknya melalui
bahasa. Jadi sastra adalah seni, bukanlah ilmu pengetahuan (Zulela 2013:18).
Dalam bahasa Indonesia, karya sastra berasal dari bahasa Sansekerta,
yakni berasal dari akar kata sas-, yang dalam kata kerja turunannya diartikan
sebagai “mengarahkan”, “mengajar”, dan “memberi petunjuk atau intruksi”.
Akhiran –tra menunjukkan alat berdasarkan kata dalam bahasa Sansekerta,
diartikan sebagai alat untuk mengajar, buku petunjuk, dan buku instruksiatau
pengajaran (Rosdiana 2008:5.3).
Sedangkan sastra siswa merupakan suatu karya sastra yang bahasa dan
isinya sesuai perkembangan usia dan kehidupan anak, baik ditulis oleh pengarang
yang sudah dewasa, remaja, atau oleh siswa itu sendiri. Dalam segi bahasa, sastra
siswa memiliki nilai estetis dan dari segi isi mengandung nilai-nilai yang dapat
memperkaya pengalaman ruhani bagi kalangan siswa (Faisal, dkk 2009:7.4).
Rosdiana (2008:5.3) mendeskripsikan sastra anak adalah sastra yang
disampaikan dalam bentuk lisan maupun tulisan, baik berupa prosa, puisi, maupun
drama, dan berisi pelajaran moral untuk siswa, serta ditulis oleh orang tua.
Berdasarkan pendapat di atas, maka sastra adalah karya fiksi yang
merupakan hasil kreasi berdasarkan ungkapan perasaan atau emosi yang spontan
dan mampu mengungkapkan aspek estetika baik yang didasarkan aspek
kebahasaan maupun aspek makna. Sedangkan sastra anak merupakan karya sastra
yang ditujukan untuk siswa dan mengandung nilai-nilai moral yang ditulis oleh
orang dewasa, remaja, maupun siswa. Salah satu hal penting dalam pembelajaran
membaca karya sastra adalah apresiasi sastra, karena siswa dapat mengenal,
42
memahami, menghayati, dan menikmati karya sastra, serta dapat menyerap nilai-
nilai yang terkandung dalam karya sastra.
2.1.5.2 Pengertian Apresiasi Sastra
Upaya pemahaman unsur-unsur bacaan sastra tidak dapat dilepaskan dari
masalah membaca. Jadi untuk mengetahui pemahaman terhadap unsur-unsur
sastra, perlu adanya kegiatan apresiasi. Apresiasi berasal dari bahasa latin
apreciatio yang berarti “mengindahkan” atau “menghargai”. Dalam konteks yang
lebih luas, istilah apresiasi menurut Gove (dalam Aminuddin, 2013:34)
mengandung makna: (1) pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin; dan
(2) pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan
pengarang. Selain itu, Squire dan Taba berkesimpulan bahwa sebagai suatu
proses, apresiasi melibatkan tiga unsur inti, yakni: (1) aspek kognitif; (2) aspek
emotif; dan (3) aspek evaluatif. Aspek kognitif berkaitan dengan keterlibatan
intelek pembaca dalam upaya memahami unsur-unsur kesastraan yang bersifat
objektif. Aspek emotif berkaitan dengan keterlibatan unsur emosi pembaca dalam
upaya menghayati unsur-unsur keindahan dalam teks sastra yang dibaca. Aspek
evaluatif berhubungan dengan kegiatan memberikan penilaian terhadap baik-
buruk, indah-tidak indah, sesuai-tidak sesuai serta sejumlah ragam penilaian lain
yang tidak harus hadir dalam sebuah karya kritik, tetapi secara personal cukup
dimiliki oleh pembaca. Berdasarkan pendapat Squire dan Taba tersebut, indikator
dalam kemampuan apresiasi ini meliputi tiga unsur inti apresiasi yang telah
dikembangkan lagi oleh peneliti.
43
Effendi mengemukakan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli
karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian,
penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap
karya sastra. Jadi kegiatan apresiasi dapat tumbuh dengan baik apabila pembaca
mampu menumbuhkan rasa akrab dengan teks sastra yang diapresiasinya,
menumbuhkan sikap sungguh-sungguh serta melaksanakan kegiatan apresiasi itu
sebagai bagian dari hidupnya, sebagai suatu kebutuhan yang mampu memuaskan
rohaniahnya (Aminuddin 2013:35).
Bentuk apresiasi sastra yang diharapkan dapat berwujud kegiatan langsung
maupun kegiatan tak langsung. Apresiasi sastra secara langsung adalah kegiatan
membaca untuk menikmati cipta sastra berupa teks maupun performansi secara
langsung. Kegiatan membaca suatu teks sastra secara langsung itu dapat terwujud
dalam perilaku membaca, memahami, menikmati, serta mengevaluasi teks sastra,
baik yang berupa cerpen, novel, roman, naskah drama, maupun teks sastra yang
berupa puisi. Sedangkan kegiatan apresiasi sastra secara tidak langsung itu dapat
ditempuh dengan cara mempelajari teori sastra, membaca artikel yang
berhubungan dengan kesastraan, baik di majalah maupun di koran, mempelajari
buku-buku maupun essay yang membahas dan memberikan penilaian terhadap
suatu karya sastra serta mempelajari sejarah sastra (Aminuddin, 2013:36).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka apresiasi sastra merupakan
suatu kegiatan seseorang dalam menggauli karya sastra untuk memberikan
penilaian/pujian terhadap kualitas sebuah karya melalui perasaan atau kepekaan
batin, pemikiran kritis, pemahaman, dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan
44
yang diungkapkan oleh pengarang. Sedangkan apresiasi sastra anak merupakan
serangkaian kegiatan bermain dengan sastra sehingga tumbuh pemahaman,
penghargaan, kepekaan pikiran kritis, kepekaan perasaan yang baik bagi siswa
terhadap karya sastra anak. Apresiasi sastra sangat bermanfaat bagi siswa, karena
dapat melatih siswa mengembangkan tingkat imajinasi dan menambah wawasan
dan pengetahuan baru kepada siswa.
2.1.5.3 Manfaat Mengapresiasi Sastra
Sebagai sesuatu yang mengandung berbagai aspek, manfaat yang
diperoleh seseorang sewaktu atau setelah membaca sastra dibedakan menjadi dua
ragam, yaitu:
1. Manfaat secara Umum
Sebagian besar masyarakat peminat atau pembaca sastra melakukan kegiatan
membaca hanya untuk mendapatkan hiburan dan pengisi waktu luang.
Sedangkan menurut Olsen, cipta sastra pada dasarnya mampu memberikan
man-faat yang lebih bernilai dari sekedar pengisi waktu luang atau pemberi
hiburan.
2. Manfaat secara Khusus
Manfaat yang akan diperoleh oleh seorang pembaca sehubungan dengan
upaya pencapaian tujuan-tujuan tertentu yaitu: (1) dapat dijadikan pengisi
waktu luang; (2) pemberian atau pemerolehan hiburan; (3) untuk
mendapatkan informasi; (4) media pengembang dan pemerkaya pandangan
kehidupan; (5) memberikan pengetahuan nilai sosio-kultural dari zaman atau
masa karya sastra itu dilahirkan (Aminuddin 2013:60).
45
Manfaat lain dari apresiasi sastra menurut Moody dan Leslie (dalam
Faisal, 2009:7.6) yaitu: (1) melatih keempat keterampilan berbahasa; (2)
menambah pengetahuan tentang pengalaman hidup manusia seperti adat istiadat,
agama, kebudayaan, dsb; (3) membantu mengembangkan pribadi; (4) membantu
pembentukan watak; (5) memberi kenyamanan; (6) meluaskan dimensi kehidupan
dengan pengalaman baru.
2.1.5.4 Pendekatan dalam Apresiasi Sastra
Pendekatan sebagai prinsip dasar atau landasan yang digunakan oleh
seseorang sewaktu mengapresiasi karya sastra dapat bermacam-macam.
Berdasarkan dari tujuan dan apa yang akan diapresiasi, pembaca dapat
menggunakan beberapa pendekatan yaitu:
1. Pendekatan Parafrastis dalam Mengapresiasi Sastra
Pendekatan parafrastis adalah strategi pemahaman kandungan makna dalam
suatu cipta sastra dengan jalan mengungkapkan kembali gagasan yang
disampaikan pengarang dengan menggunakan kata-kata maupun kalimat yang
digunakan pengarangnya. Tujuan akhir dari penggunaan pendekatan
parafrastis adalah untuk menyederhanakan pemakaian kata atau kalimat
seorang pengarang sehingga pembaca lebih mudah memahami kandungan
makna yang terdapat dalam suatu cipta sastra.
2. Pendekatan Emotif dalam Mengapresiasi Sastra
Pendekatan emotif adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan
unsur-unsur yang mengaduk emosi dan perasaan pembaca. Prinsip-prinsip
dasar adanya pendekatan emotif adalah pandangan bahwa cipta sastra
46
merupakan bagian dari karya seni yang hadir di hadapan masyarakat pembaca
untuk dinikmati sehingga mampu memberikan hiburan dan kesenangan.
3. Pendekatan Analitis dalam Mengapresiasi Sastra
Pendekatan analitis adalah suatu pendekatan yang berusaha memahami
gagasan, cara pengarang atau mengimajinasikan ide-idenya, sikap pengarang
dalam menampilkan gagasan-gagasannya, elemen intrinsik dan mekanisme
hubungan dari setiap elemen intrinsik itu sehingga mampu membangun
adanya keselarasan dan kesatuan dalam rangka membangun totalitas bentuk
maupun totalitas maknanya.
4. Pendekatan Historis dalam Mengapresiasi Sastra
Pendekatan historis adalah suatu pendekatan yang menekankan pada
pemahaman tentang biografi pengarang, latar belakang peristiwa kesejarahan
yang melatar-belakangi masa-masa terwujudnya cipta sastra yang dibaca,
serta tentang bagaimana perkembangan kehidupan penciptaan maupun
kehidupan sastra itu sendiri pada umumnya dari zaman ke zaman.
5. Pendekatan Sosiopsikologis dalam Mengapresiasi Sastra
Pendekatan sosiopsikologis adalah suatu pendekatan yang berusaha
memahami latar belakang kehidupan sosial-budaya, kehidupan masyarakat,
maupun tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang terhadap lingkungan
kehidupannya ataupun zamannya pada saat cipta sastra itu diwujudkan.
6. Pendekatan Didaktis dalam Mengapresiasi Sastra
Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan dan
memahami gagasan, tanggapan evaluatif maupun sikap pengarang terhadap
47
kehidupan. Penerapan pendekatan didaktis akan menuntut daya kemampuan
intelektual, kepekaan rasa, maupun sikap yang mapan dari pembacanya
(Aminuddin 2013:40).
2.1.5.5 Jenis-jenis Karya Sastra
Jenis sastra merupakan hasil dari klasifikasi terhadap bentuk dan isi dari
karya sastra. Berdasarkan bentuknya, karya sastra terbagi atas prosa, puisi, dan
drama.
1. Prosa
Surana (dalam Faisal, 2009:7.16), prosa adalah bentuk karangan sastra
dengan bahasa biasa, bukan puisi, terdiri atas kalimat-kalimat yang jelas pula
runtutan pemikirannya, biasanya ditulis satu kalimat setelah yang lain, dalam
kelompok-kelompok yang merupakan alenia-alenia. Sedangkan prosa fiksi adalah
kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan,
latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi
pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita (Aminuddin 2013:66). Karya sastra
berbentuk prosa dapat berupa novel, roman, novelet, cerpen, dan beberapa istilah
lain, yang berisi sebuah cerita tentang kehidupan khusus untuk anak-anak bisa
dikelompokkan ke dalam cerita anak-anak. Sebuah karya prosa dibangun oleh
unsur-unsur yang saling mendukung, yaitu: tokoh, tema, alur, latar, gaya, dan
pusat pengisahan (Rosdiana 2008:5.18). Unsur intrinsik prosa adalah unsur yang
terdapat dalam diri prosa. Unsur intrinsik prosa meliputi ; tema, penokohan, latar,
alur, amanat, gaya bahasa, dan sudut pandang.
48
2. Puisi
Puisi berasal dari bahasa Yunani pocima “membuat” atau poeisis
“pembuatan”, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Hudson
menyatakan bahwa puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-
kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi. Unsur
pembentuk puisi meliputi (1) bunyi; (2) kata; (3) larik atau baris; (4) baik; dan (5)
tipografi (Aminuddin 2013:134).
3. Drama
Drama adalah suatu cerita konflik tentang kehidupan manusia yang ditulis
dalam bentuk dialog. Secara teknis unsur drama meliputi wawancang atau dialog
dan kramagung yang merupakan petunjuk bagi aktor, penata panggung, dan
sutradara yang melaksanakan tugasnya dengan baik (Faisal, dkk 2009:9.27).
Dalam penelitian ini, peneliti akan memfokuskan pada apresiasi karya
sastra prosa dalam bentuk cerita pendek, karena siswa sekolah dasar lebih tertarik
untuk membaca cerita pendek daripada drama, puisi, atau yang lainnya.
2.1.5.6 Pengertian Cerita Pendek
Cerita adalah susunan dari beberapa kalimat yang mengisahkan atau
menjelaskan sesuatu. Cerita ada dua macam yakni, cerita fiksi dan cerita nonfiksi.
Cerita fiksi adalah cerita yang isinya berdasarkan imajinasi atau khayalan
pengarang. Misalnya, cerita Abu Nawas, Si Kancil dan Aladin. Sedangkan cerita
nonfiksi adalah cerita yang isinya berdasarkan kejadian nyata. Misalnya, cerita
sejarah, laporan penelitian dan karangan ilmiah.
49
Cerita pendek adalah suatu bentuk karya sastra yang mengisahkan
kehidupan manusia, baik nyata atau khayalan yang disajikan secara singkat dan
padat. Karena cerita pendek ditunjukan untuk anak SD, isi cerita pendek berbeda
dengan cerita pendek untuk anak dewasa. Cerita pendek anak sering disebut
dengan cerita anak yang merupakan cerita pendek berisi tentang kehidupan siswa.
Sejalan dengan itu, Nurgiyantoro (2013: 12) mengatakan sesuai dengan namanya,
cerpen adalah cerita yang pendek. Akan tetapi, berupa ukuran panjang pendek itu
memang tidak ada aturannya, tidak ada satu kesepakatan diantara para pengarang
dan para ahli.
Ian Reid (dalam Herman, 2014:4) menyebutkan panjang cerita pendek
antara 1.600 kata sampai dengan 20.000 kata. Sementara S. Tasrif menyatakan
bahwa panjang cerita pendek antara 500 sampai dengan 32.000 kata. Nugroho
Notosusanto menyebut panjang cerita pendek sekitar 5.000 kata atau 17 halaman
kertas kuarto spasi rangkap. Guntur Tarigan membandingkan panjang cerita
pendek 10.000 kata, sedangkan novel kurang lebih 35.000 kata (atau 30 halaman
dibandingkan 100 halaman kertas folio). Untuk panjang cerita pendek anak sekitar
5.000 kata. Jika dibaca memerlukan waktu sekitar 10-20 menit. Pendapat lain dari
Nurgiyantoro (2013:12), ada cerpen yang pendek (short short story), bahkan
mungkin pendek sekali: berkisar 500-an kata; ada cerpen yang panjangnya
cukupan (middle short story), serta ada cerpen yang panjang (long short story),
yang terdiri dari puluhan (atau bahkan beberapa puluh) ribu kata.
Tarigan (dalam Herman, 2014:5) menyatakan bahwa ciri-ciri cerita pendek
adalah: (1) singkat, padu, dan ringkas; (2) memiliki unsur utama berupa adegan,
50
tokoh, dan gerakan; (3) bahasanya tajam, sugestif, dan menarik perhatian; (4)
mengandung tentang konsepsi kehidupan; (5) memberikan efek tunggal dalam
pikiran pembaca; (6) mengandung detil dan insiden yang betul terpilih; (7) ada
pelaku utama yang benar-benar menonjol dalam cerita; (8) menyajikan kebulatan
efek dan kesatuan emosi.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka cerpen adalah cerita yang
pendek yang menceritakan kehidupan manusia dengan panjang atau jumlah kata-
katanya di bawah 10.000 kata. Cerita pendek mempunyai beberapa jenis/genre
yang khusus untuk siswa sekolah dasar yang biasanya berisi nilai-nilai moral
kehidupan.
2.1.5.7 Jenis-jenis Cerita Siswa SD
Rosdiana (2008:6.7), cerita dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan atau
fungsi cerita, kelompok usia anak, atau sifat cerita itu sendiri. Untuk keperluan
sekolah (SD) maka pengelompokan cerita siswa didasarkan atas perkembangan
jiwa sesuai dengan usia anak. Jenis-jenis cerita untuk siswa SD, yaitu:
1. Cerita Jenaka
Cerita jenaka merupakan cerita yang mengungkapkan hal ihwal atau tingkah
laku seorang tokoh yang lucu. Misalnya cerita Kabayan, Abu Nawas,
Nasaruddin, dan lainnya.
2. Dongeng
Dongeng adalah cerita yang didasari atas angan-angan atau khayalan.
Dongeng mengandung cerita yang menggambarkan sesuatu di luar dunia
51
nyata. Misalnya kisah-kisah Ketimun Emas, Tongkat Ajaib, Cinderella, dan
lainnya.
3. Fabel
Fabel adalah cerita yang menampilkan hewan-hewan sebagai tokoh-
tokohnya. Misalnya cerita Kancil dan Kera, Kancil dan Buaya, dan lainnya.
4. Legenda
Legenda adalah cerita yang berasal dari zaman dahulu. Cerita legenda
bertalian dengan sejarah yang sesuai dengan kenyataan yang ada pada alam.
Misalnya cerita Malin Kundang, Batu Menangis, Sangkuriang, dan
sebagainya.
5. Mite atau Mitos
Mite atau mitos merupakan cerita yang berkaitan dengan kepercayaan kuno,
menyangkut kehidupan dewa-dewa atau kehidupan makhluk halus. Misalnya
cerita Nyi Roro Kidul.
Setiap jenis cerita terdiri dari unsur-unsur pembangun, baik unsur
instrinsik maupun unsur ekstrinsik. Unsur pembangun cerita inilah yang membuat
sebuah cerita menjadi hidup dan dapat dinikmati oleh pembacanya, serta pembaca
dapat memahami makna yang ingin disampaikan oleh penulis.
2.1.5.8 Unsur Pembangun Cerita Pendek
Suatu karya sastra yang baik pasti mengandung unsur-unsur pembangun
yang mendukung karya sastra tersebut. Unsur-unsur pembangun/intrinsik yang
dapat dimanfaatkan pengarang untuk membangun suatu cerita yang
menyenangkan dan bermakna dalam cerita pendek yaitu:
52
1. Tema
Tema adalah permasalahan yang merupakan titik tolak pegarang dalam
menyusun cerita dan sekaligus merupakan permasalahan yang ingin
dipecahkan pengarang dalam karyanya serta merupakan gagasan, ide, atau
pikiran yang ada dalam cerita. Tema yang terkandung dalam cerita anak dapat
berupa pendidikan, hiburan, kasih sayang orang tua, cita-cita, dan lain-lain.
2. Alur/plot
Alur merupakan cara pengarang menjalin kejadian-kejadian secara berentetan
dengan memperhatikan hukum sebab akibat sehingga membentuk suatu
kesatuan cerita yang utuh dan padu. Dilihat dari segi bentuknya, alur terdiri
atas beberapa macam seperti alur maju, mundur, dan maju mundur.
3. Penokohan
Penokohan merupakan pelaku yang mengalami peristiwa dalam cerita.
Penokohan ini dapat berwujud manusia, hewan, atau yang lain. Dalam suatu
cerita ada tiga macam pelaku, yaitu protagonis, antagonis, dan tritagonis.
Protagonis, yaitu tokoh yang berwatak baik, sedangkan antagonis yaitu tokoh
yang berwatak kurang baik (penentang protagonis) dan tokoh yang menjadi
penengah antara protagonis dan antagonis adalah tritagonis.
4. Latar Cerita (setting)
Latar adalah segala petunjuk, keterangan, atau hal yang berkaitan dengan
waktu, tempat, dan suasana dalam cerita. Penggambaran latar yang rinci
dalam narasi dapat membantu penyusunan alur, memperjelas pelaku narasi,
53
dan memudahkan pembaca menangkap amanat atau pesan yang disampaikan
oleh penulisnya.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah posisi penulis dalam cerita yang ditulisnya. Secara
garis besar, ada dua sudut pandang yang digunakan dalam menulis cerita
yaitu: (a) sudut pandang orang pertama atau gaya saya (aku atau kami); dan
(b) sudut pandang orang ketiga atau gaya dia (manusia atau binatang).
6. Amanat
Amanat merupakan hal-hal yang baik untuk dilakukan atau hal yang negatif
untuk tidak dilaksanakan yang terdapat dalam karya sastra.
7. Gaya Pengungkapan
Gaya merupakan teknik penyampaian gagasan pengarang tertentu dalam
bercerita sebagai karakteristik tersendiri bagi dirinya yang tidak ditemukan
pada pengarang yang lain (Faisal, dkk 2009:8.8).
Seorang apresiator harus menguasai unsur-unsur pembangun/instrinsik
dari suatu cerita sebelum melakukan kegiatan apresiasi. Setelah apresiator
mengetahui dan memahami, selanjutnya apresiator harus menguasai juga langkah-
langkah yang harus dilakukan dalam mengapresiasi suatu karya sastra khususnya
cerita pendek.
2.1.5.9 Langkah-langkah Mengapresiasi Cerita Pendek
Seorang apresiator harus memiliki pengetahuan awal dalam megapresiasi
cerita pendek. Apresiasi sastra merupakan suatu kegiatan seseorang dalam
menggauli karya sastra untuk memberikan penilaian/pujian terhadap kualitas
54
sebuah karya melalui perasaan atau kepekaan batin, pemikiran kritis, pemahaman,
dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan oleh pengarang.
Pengetahuan awal yang harus dimiliki oleh seorang calon apresiator adalah (1)
kepekaan emosi atau perasaan sehingga mampu memahami dan menikmati unsur-
unsur keindahan dalam cipta sastra, (2) pemilikan pengetahuan dan pengalaman
yang berhubungan dengan masalah kehidupan dan masalah kemanusiaan, baik
melalui penghayatan kehidupan ini, maupun dengan membaca buku yang
berhubungan dengan masalah kemanusiaan, baik lewat penghayatan kehidupan ini
secara intensif-kontemplantif maupun dengan membaca buku-buku yang
berhubungan dengan masalah humanitas, (3) pemahaman terhadap aspek
kebahasaan, dan (4) pemahaman terhadap unsur-unsur instrinsik cipta sastra yang
akan berhubungan dengan telaah teori sastra.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam mengapresiasi cerita pendek
seorang apresiator dituntut mempunyai pengetahuan tentang karya sastra yang
akan diapresiasi. Langkah-langkah dalam mengapresiasi cerita pendek yaitu
mengetahui unsur-unsur instinsik cerita pendek, membaca cerita pendek dan
memahami maknanya, kemudian menemukan dan memahami unsur-unsur
instrinsik cerita pendek yang telah dibaca. Melalui langkah-langkah tersebut
diharapkan seorang apresiator dapat mengapresiasi cerita pendek dengan tepat dan
hasilnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.5.10 Kendala dan Solusi dalam Pembelajaran Apresiasi Sastra
Pengajaran sastra di lembaga pendidikan formal banyak ditemukan
berbagai persoalan yang disebabkan karena berbagai hal yaitu sebagai berikut.
55
1. Rendahnya tingkat keaktifan siswa dalam mengapresiasi karya sastra.
2. Pembelajaran sastra Indonesia yang dianggap membosankan, karena bentuk
penyampaian materi yang kurang menarik.
3. Pengetahuan dan kemampuan dasar dalam bidang kesastraan para guru sangat
terbatas.
4. Keterbatasan buku dan bacaan penunjang pembelajaran sastra di sekolah.
5. Minat belajar dan minat membaca para siswa masih sangat rendah.
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan pada pembelajaran apresiasi
sastra di atas, maka solusi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut.
1. Memperbaiki kurikulum dengan mengarahkan pengajaran sastra pada
penumbuhan apresiasi sastra para siswa sesuai dengan tingkat kematangan
emosionalnya.
2. Pengajaran sastra harus diarahkan pada penumbuhan kemampuan siswa
dalam menilai atau mengkritik kelebihan dan kekurangan teks yang ada.
3. Mengadakan program membawa kembali sastra ke sekolah dan melibatkan
guru-guru untuk mengikuti pelatihan sastra.
4. Pemanfaatan media massa tercetak, seperti koran harian, mingguan, tabloid,
dan majalah yang memuat karya sastra serta
5. Penggunaan metode penyajian dan pengevalusian hasil pembelajaran sastra di
sekolah yang menarik sehingga pengajaran sastra tidak hanya bersifat
teoretis. Serta guru juga dapat mengundang sastrawan ke sekolah untuk
menarik minat siswa dalam belajar sastra.
56
2.1.6 Pengaruh Kemampuan Membaca Pemahaman terhadap Kemampuan
Mengapresiasi Cerita Pendek
Kemampuan apresiasi sastra bagi siswa sekolah dasar sangat penting untuk
diajarkan dalam pendidikan formal. Manfaat dari apresiasi sastra adalah dapat
melatih siswa mengembangkan tingkat imajinasi, menambah wawasan dan
memberi pengetahuan baru sehingga siswa sadar dengan kehidupan sekelilingnya,
serta dapat membantu siswa menyelesaikan atau meringankan masalah yang
dihadapinya. Selain itu, pelajaran sastra di sekolah akan mengarahkan siswa
menjadi orang yang menggemari karya sastra sehingga dapat menyerap nilai-nilai
terutama nilai moral yang terkandung dalam karya sastra. Jadi untuk melakukan
kegiatan apresiasi sastra khususnya cerita pendek, siswa harus memahami dan
menguasai unsur-unsur pembangun pada cerita pendek tersebut. Kegiatan
apresiasi memerlukan tingkat pemahaman yang menyeluruh dalam membaca
karena pembaca harus teliti dalam memahami setiap kalimatnya.
Membaca pemahaman merupakan salah satu bagian dari pengajaran
membaca yang sangat penting. Jika diselenggarakan dengan baik, pengajaran ini
akan memberikan dampak positif terhadap keberhasilan belajar siswa pada masa
mendatang. Nurgiyantoro (2014: 369), membaca pemahaman tampaknya yang
paling penting dan harus mendapat perhatian khusus. Kompetensi pemahaman
terhadap berbagai teks yang dibaca tidak akan diperoleh secara mudah tanpa ada
usaha untuk meraihnya. Kompetensi membaca pemahaman yang baik diperlukan
dan menjadi prasyarat untuk dapat membaca dan memahami berbagai literatur
kompetensi dan mata pelajaran yang lain.
57
Sesuai dengan tujuan membaca pemahaman yaitu untuk memperoleh
pemahaman atau informasi dari suatu bacaan secara menyeluruh agar pembaca
mampu menghubungkan informasi lama dengan informasi yang baru
diketahuinya, maka membaca pemahaman dapat membantu siswa dalam kegiatan
apresiasi cerita pendek. Karena melalui membaca pemahaman, siswa akan
mendapatkan pengetahuan yang mendalam dan menyeluruh dari suatu bacaan.
Jadi siswa akan mudah menentukan dan memahami unsur pembangun cerita
pendek yang dibacanya, serta siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Secara langsung kemampuan membaca pemahaman akan mempengaruhi
kemampuan mengapresiasi unsur-unsur pembangun cerita pendek. Jadi apabila
siswa mempunyai kemampuan membaca pemahaman yang tinggi maka
kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa akan tinggi. Sebaliknya jika siswa
mempunyai kemampuan membaca pemahaman yang rendah maka kemampuan
mengapresiasi cerita pendek siswa juga akan rendah. Kedua kemampuan ini akan
saling mempengaruhi satu sama lain dalam kegiatan membaca.
2.2 KAJIAN EMPIRIS
Untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antara kemampuan membaca
pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek, didasarkan pada
penelitian yang dilakukan oleh Abbas Pourhosein tahun 2011 dengan judul “The
Relationship between L2 Reading Comprehension and Schema Theory: A Matter
of Text Familiarity”. Untuk mengetahui pengaruh dalam kemampuan membaca
58
ini, peneliti mengambil sampel sebanyak 125 subjek. Sebagian subjek membaca
dua teks cerita yang tidak diadaptasi dari bahasa Inggris, sebuah cerita rakyat
bahasa Iran, dan sebuah cerita rakyat Amerika. Sedangkan sebagian subjek yang
lain membaca beberapa cerita yang diadaptasi dari Amerika. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa siswa lebih mudah mempelajari teks bacaan yang sesuai
dengan budaya dan kebiasaannya jika dibandingkan dengan teks bacaan yang lain.
Jadi siswa lebih tertarik untuk mempelajari bacaan yang menggunakan bahasa
pertama (L1) daripada bahasa kedua (L2).
Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Omid Pourkalhor
tahun 2013 dengan judul “Teaching Reading Comprehension Through Short
Stories in Advance Classes”. Semua subjek belajar bahasa Inggris sebagai bahasa
asing, usia mereka antara 18-24 tahun yang terbagi menjadi dua grup siswa yaitu
grup A dan grup B berdasarkan level usia. Pada kegiatan Pre-Test, penelitian pada
kelas kontrol menggunakan desain membaca pelajaran dengan materi dari buku
bacaan, internet, majalah, dan lain-lain. Sedangkan pada kelas eksperimen
menggunakan cerita pendek. Saat kegiatan Post-Test terdiri dari lima seleksi
membaca dari perbedaan buku TOEFL. Sehingga dalam penelitian ini ditemukan
alasan yang signifikan dalam mempelajari cerita pendek dalam kelas kemampuan
membaca bahasa Iran.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Nurdia Artu tahun 2013
dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa
Kelas IV SDN Pembina Liang melalui Penerapan Strategi Survey Questions
Reading Recite Review (SQ3R)”. Hasil penelitiannya pada siklus I nilai rata-rata
59
kelas mencapai 66,13 dengan ketuntasan belajar mencapai 50%, siklus II nilai
rata-rata kelas mencapai 72,27 dengan ketuntasan belajar mencapai 63,63%, dan
siklus III nilai rata-rata kelas mencapai 77,95 dengan ketuntasan belajar mencapai
86,36%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan
strategi SQ3R dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas
IV SDN Pembina Liang yang dilihat dari hasil tes kemampuan membaca
pemahaman setiap siklusnya.
Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Idah Faridah Laily tahun 2014
dengan judul “Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan
Kemampuan Memahami Soal Cerita Matematika Sekolah Dasar”. Berdasarkan
hasil penelitiannya, kemampuan memahami isi bacaan dengan belajar matematika
merupakan salah satu faktor yang menentukan optimal tidaknya hasil belajar
matematika yang diperoleh. Apabila siswa mempunyai kemampuan memahami isi
bacaan dengan baik, maka siswa dapat menyelesaikan soal, siswa akan paham
dengan apa ditanyakan oleh soal dan dapat menyelesaikan permasalahan dengan
menggunakan model matematika yang siswa ketahui sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar matematika. Dari penjelasan tersebut, maka jelas
bahwa pembelajaran memerlukan pemahaman agar pembelajaran lebih bermakna
bagi siswa sehingga dapat diaplikasikan oleh siswa sehingga tidak akan mudah
dilupakan oleh siswa.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Auzar tahun 2013
dengan judul “Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan
Kemampuan Memahami Bahasa Soal Hitungan Cerita Matematika Murid-Murid
60
Kelas 5 SD 006 Pekanbaru”. Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi yang
kuat atau signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dengan
kemampuan memahami bahasa soal hitungan cerita matematika dengan nilai r =
0,726. Kemampuan membaca pemahaman murid-murid kelas 5 SD 006 Tampan,
Pekanbaru digolongkan sedang, yaitu 7,19. Kemampuan memahami bahasa soal
hitungan cerita matematika murid-murid kelas 5 SD 006 Tampan, Pekanbaru
digolongkan rendah, yaitu 4,79. Serta terdapat hubungan yang signifikan antara
kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan memahami bahasa soal
hitungan cerita matematika, tetapi tidak ada pengaruh kemampuan membaca
pemahaman terhadap kemampuan memahami bahasa soal hitungan cerita
matematika.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Imam Agus Basuki tahun 2011 dengan
judul “Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SD Berdasarkan Tes
Internasional dan Tes Lokal”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan
membaca pemahaman siswa kelas IV SD berada pada tahap sangat rendah. Siswa
hanya menguasai 30% bahan bacaan. Berdasarkan hasil tes lokal berkorelasi
secara signifikan dengan skor kemampuan memahami keseluruhan bacaan
berdasarkan hasil tes internasional dengan tingkat korelasi yang sangat tinggi
(0,907). Skor kemampuan memahami bacaan informasi berdasarkan hasil tes lokal
berkorelasi secara signifikan dengan skor kemampuan memahami bacaan
informasi berdasarkan hasil tes internasional dengan tingkat korelasi yang tinggi
(0,780). Skor kemampuan memahami bacaan sastra berdasarkan hasil tes lokal
juga berkorelasi secara signifikan dengan skor kemampuan memahami bacaan
61
sastra berdasarkan hasil tes internasional dengan tingkat korelasi yang sangat
tinggi (0,826). Jadi, hasil tes PIRLS yang menunjukkan kondisi lemahnya
kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV SD merupakan kondisi
senyatanya, bukan karena tes yang digunakan berlatar bukan keindonesiaan.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Samirun tahun 2013 dengan
judul “Korelasi Penguasan Kosa Kata dan Membaca Pemahaman dengan
Kemampuan Menulis Karangan Siswa Kelas V SDN Margomulyo 1 Ngawi”.
Berdasarkan analisis data diperoleh, hasil data nilai R = 0,546; R² = 0,298; F =
8,819, F kritis tabel = 4,21, nilai tersebut signifikan pada taraf 0,05. Hasil ini
menggambarkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara
penguasaan kosakata dan membaca pemahaman dengan kemampuan menulis
karangan siswa kelas V SDN Margomulyo Ngawi Tahun 2012/2013.
Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, hasil analisis data menunjukkan
adanya pengaruh yang signifikan antara kemampuan membaca pemahaman
dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Maka dari itu, peneliti
menggunakan penelitian tersebut sebagai acuan untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Kemampuan Membaca Pemahaman terhadap
Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Siswa Kelas V SD di Kecamatan
Pucakwangi Kabupaten Pati”.
2.3 KERANGKA BERPIKIR
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang menggunakan dua
variabel yang terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel
62
bebas (X) yang digunakan dalam penelitian ini kemampuan membaca pemahaman
dan variabel terikat (Y) adalah kemampuan mengapresiasi cerita pendek.
Kemampuan membaca pemahaman adalah kemampuan untuk memahami
isi bacaan atau teks secara menyeluruh dan dapat menyampaikan hasil
pemahaman membacanya. Membaca pemahaman memerlukan tingkatan kognitif
dan konsentrasi yang tinggi agar dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh
pembaca. Siswa dikatakan mempunyai kemampuan membaca pemahaman yang
tinggi apabila telah mencapai indikator yang telah ditetapkan, yaitu: (1)
memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana; (2) mengenali
susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-bagiannya; (3) mengenali
pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana; dan (4) mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara ekplisit terdapat dalam
wacana.
Kemampuan mengapresiasi cerita pendek dapat meningkatkan kecerdasan
siswa, terutama kecerdasan emosional. Karena kegiatan apresiasi memerlukan
pemahaman yang mendalam terhadap suatu cerita yang dibaca serta siswa harus
mampu menemukan dan memahami unsur-unsur pembangun dari cerita tersebut.
Siswa dikatakan mempunyai kemampuan mengapresiasi cerita pendek yang tinggi
apabila telah mencapai indikator yang telah ditetapkan, meliputi: (1) aspek
kognitif; (2) aspek emotif; dan (3) aspek evaluatif.
Secara teoretis, membaca pemahaman merupakan kegiatan yang sangat
penting dilakukan oleh siswa agar mendapat pengetahuan/informasi dari sebuah
cerita secara utuh. Sehingga siswa akan mampu mengetahui unsur pembangun
63
dari cerita dan dapat mengapresiasi cerita tersebut. Jadi kemampuan membaca
pemahaman siswa dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek mempunyai
hubungan dan pengaruh yang positif dan signifikan. Artinya semakin tinggi
kemampuan membaca pemahaman siswa, maka semakin tinggi pula kemampuan
mengapresiasi cerita pendeknya. Begitu sebaliknya, semakin rendah tingkat
kemampuan membaca pemahaman siswa, maka siswa akan mengalami kesulitan
dalam mengapresiasi cerita pendek. Dengan demikian terdapat hubungan dan
pengaruh yang positif dan signifikan antara kemampuan membaca pemahaman
terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek.
Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti memastikan bahwa kemampuan
membaca pemahaman (X) mempunyai pengaruh terhadap kemampuan
mengapresiasi cerita pendek (Y). Untuk memperjelas kerangka berpikir yang telah
diuraikan di atas, berikut ini disajikan skema alur berpikir yang mengambarkan
pengaruh variabel bebas dan variabel terikat untuk penelitian jenis korelasi.
Gambar 2.1 Desain Kerangka Berpikir
Membaca
Kemampuan Membaca
Pemahaman
Tinggi Rendah
Kemampuan Mengapresiasi Cerita
Pendek
64
2.4 HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan kajian teoretis dan kerangka berpikir di atas, maka peneliti
merumuskan hipotesis penelitian ini bahwa.
1. Ada hubungan positif dan signifikan antara kemampuan membaca
pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V
SD di Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.
Ha: Ada hubungan positif dan signifikan antara kemampuan membaca
pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa
kelas V SD di Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.
Ho: Tidak ada hubungan positif dan signifikan antara kemampuan membaca
pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa
kelas V SD di Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.
2. Terdapat pengaruh signifikan kemampuan membaca pemahaman terhadap
kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V SD di Kecamatan
Pucakwangi Kabupaten Pati.
Ha: Terdapat pengaruh signifikan kemampuan membaca pemahaman
terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V SD di
Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.
Ho: Tidak terdapat pengaruh signifikan kemampuan membaca pemahaman
terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V SD di
Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.
65
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 JENIS DAN DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian yang telah ditetapkan, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan
(Sugiyono 2012:14).
Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasional sebab-akibat, karena
untuk mengetahui pengaruh variabel X terhadap variabel Y (Sugiyono 2013:5).
Adanya hubungan sebab-akibat didasarkan atas kajian teoretis, bahwa sesuatu
variabel disebabkan atau dilatarbelakangi oleh variabel tertentu atau
mengakibatkan variabel tertentu. Sedangkan desain penelitian korelasional
menggunakan penelitian hubungan (bivariat) yaitu untuk mengetahui hubungan
antara dua variabel yang berbeda dalam waktu yang bersamaan.
Pola hubungan antar variabel dalam penelitian ini digambarkan dalam
desain penelitian sebagai berikut:
Gambar 3.1: Desain Penelitian
Keterangan:
X : kemampuan membaca pemahaman
Y : kemampuan mengapresiasi cerita pendek
X Y
66
3.2 PROSEDUR PENELITIAN
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian kuantitatif korelasional
ini adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi masalah, yaitu proses pengamatan awal tentang
permasalahan dan menentukan permasalahan yang akan dikaji.
2. Menyusunan kerangka teori dan pengajuan hipotesis.
3. Mengembangkan instrumen berdasarkan kerangka teori dan menggunakannya
untuk pengumpulan data.
Prosedur dalam tahap ini adalah dimulai dari penyusunan kisi-kisi dan
instrumen penelitian. Instrumen berupa sebuah tes berupa soal-soal untuk
mengukur kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi
cerita pendek dari masing-masing siswa dengan bentuk pilihan ganda dan
uraian, sehingga responden (subjek penelitian) dapat langsung menjawab
pertanyaan dengan benar. Presentase pemahaman yang diperoleh masing-
masing siswa harus rata-rata 50%, atau berkisar 40-60 %. Jika nilai hasil
jawaban yang dicapai siswa sudah memenuhi ketentuan berarti dapat
dikatakan pengukuran kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan
mengapresiasi cerita pendek siswa sudah sesuai dengan aturan dalam
membaca.
4. Menganalisis data dengan teknik analisis data yang telah ditentukan untuk
menguji hipotesis dan menjawab permasalahan.
67
3.3 SUBJEK, LOKASI, DAN WAKTU PENELITIAN
3.3.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian korelasi ini adalah siswa kelas V SD di
Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.
3.3.2 Lokasi Penelitian
Adapun lokasi dalam penelitian ini adalah SD di Gugus Sultan Agung
Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.
3.3.3 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2016.
3.4 POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK SAMPLING
3.4.1 Populasi
Sugiyono (2012:117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas: obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Sedangkan Arikunto (2013:173), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Jadi populasi merupakan keseluruhan obyek atau subjek yang memiliki kualitas
serta karakteristik tertentu untuk dipelajari oleh peneliti kemudian ditarik
kesimpulan.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V sekolah dasar di
Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati berjumlah 120
siswa dari tujuh sekolah tahun pelajaran 2015/2016 dengan rincian sebagai
berikut.
68
Tabel 3.1
Data Siswa Kelas V SD di Gugus Sultan Agung
Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2015/2016
No Nama Sekolah Jumlah Siswa Kelas V
1 SDN Karangwotan 01 27
2 SDN Karangwotan 02 28
3 SDN Karangwotan 03 9
4 SDN Bodeh 7
5 SDN Kepoh Kencono 27
6 SDN Triguno 14
7 SDN Grogolsari 8
Jumlah 120
Sumber : UPTD Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati
3.4.2 Sampel dan Teknik Sampling
Sugiyono (2012:118), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi. Apa yang dipelajari oleh sampel kesimpulannya akan
dapat diberlakukan oleh populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi
harus betul-betul representatif (mewakili). Sejalan dengan pernyataan tersebut,
Arikunto (2013:174) yang mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti. Jadi, sampel adalah bagian dari kualitas dan
karakteristik yang dimiliki populasi. Sampel yang diambil harus betul-betul
representatif karena kesimpulan yang diambil dari sampel tersebut akan
diberlakukan untuk populasi.
Dalam penelitian ini untuk menentukan ukuran sampel dengan
menggunakan acuan dari Musfiqon (2012:91) yang menyatakan bahwa
pengambilan sampel disesuaikan dengan besarnya populasi, yaitu berkisar antara
20-30 persen dari total jumlah populasi. Hal ini didukung juga oleh pendapat dari
Darmawan (2014:143) menyatakan bahwa jika ukuran populasinya sekitar 100,
sampelnya paling sedikit 30%. Dalam penelitian ini dengan populasi sejumlah
69
120 siswa dan akan diambil 50% dari jumlah populasi yang ada untuk dijadikan
sebagai sampel penelitian. Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan sampel
yang berjumlah 60 siswa.
Peneliti menggunakan teknik Probability Sampling yaitu Proportional
Random Sampling untuk menentukan pengambilan sampel. Menurut Sugiyono
(2012:120), proportional sampel merupakan teknik sampling yang dapat
digunakan apabila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan
berstrata secara proporsional. Menurut Arikunto (2013:182), proportional artinya
pengambilan sampel dilakukan dengan menyeleksi setiap unit sampling yang
sesuai, tiap kelas ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek
dari setiap kelas. Random artinya menganggap semua subjek memiliki hak yang
sama dalam memperoleh kesempatan untuk dipilih menjadi sampel. Dari tujuh SD
di Gugus Sultan Agung kelas V, peneliti menggunakan semua sekolah untuk
dijadikan sampel penelitian dengan jumlah sampel setiap sekolah yang berbeda-
beda sesuai dengan perhitungan dan dapat memenuhi kuota sampel yang telah
ditentukan. Perhitungan jumlah sampel dari setiap SD ditentukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
ni =
x n
Sumber: (Riduwan 2015:29)
dimana : ni = jumlah sampel menurut stratum
n = jumlah sampel seluruhnya
Ni = jumlah proporsi menurut sampel
N = jumlah populasi seluruhnya
70
Tabel 3.2
Data Pengambilan Sampel Siswa Kelas V SD di
Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati
Tahun pelajaran 2015/2016
No Nama Sekolah Perhitungan Proporsi Jumlah Sampel
1 SDN Karangwotan 01
x 27 = 13,5 13
2 SDN Karangwotan 02
x 28 = 14 14
3 SDN Karangwotan 03
x 9 = 4,5 5
4 SDN Bodeh
x 7 = 3,5 4
5 SDN Kepoh Kencono
x 27 = 13,5 13
6 SDN Triguno
x 14 = 7 7
7 SDN Grogolsari
x 8 = 4 4
Jumlah 60
3.5 VARIABEL PENELITIAN
Sugiyono (2012:61), variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau
nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Sedangkan Kerlinger menyatakan bahwa variabel adalah suatu sifat yang diambil
dari suatu nilai yang berbeda, jadi variabel merupakan suatu yang bervariasi.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel
terikat.
3.5.1 Variabel bebas (X)
Sugiyono (2012:61) menyatakan bahwa variabel bebas (independent
variable) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah kemampuan membaca pemahaman.
71
3.5.2 Variabel terikat (Y)
Sugiyono (2012:61) menyatakan bahwa variabel terikat (dependent
variable) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya veriabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat
adalah kemampuan mengapresiasi cerita pendek.
3.6 DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
Pada penelitian ini, variabel-variabel yang diteliti yaitu kemampuan
membaca pemahaman (X) dan kemampuan mengaresiasi cerita pendek (Y).
Variabel-variabel tersebut didefinisikan secara operasional sebagai berikut.
1. Kemampuan Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman merupakan suatu rangkaian aktivitas proses kognitif
yang dilakukan oleh pembaca untuk memahami isi bacaan atau teks secara
menyeluruh dan dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya dengan
cara membuat rangkuman isi bacaan dengan menggunakan bahasanya sendiri.
Pemahaman bacaan dalam penelitian ini ialah memahami isi/pesan yang
terkandung dalam suatu cerita pendek berupa rincian-rincian/fakta-fakta,
mendapatkan ide pokok paragraf, membuat kesimpulan bacaan, dan
mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya serta
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Nilai yang diperoleh siswa
mencerminkan kesanggupan siswa dalam menangkap ide/informasi yang
disampaikan oleh seorang penulis sehingga ia mampu menginterpretasikan
ide-ide yang ia temukan dalam sebuah bacaan baik secara tersurat maupun
72
tersirat. Indikator yang digunakan untuk mengukur pemahaman dalam
penelitian ini ialah: 1) memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam
wacana; 2) mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-
bagiannya; 3) mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam
wacana; dan 4) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara
ekplisit terdapat dalam wacana.
2. Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek
Apresiasi sastra merupakan suatu kegiatan seseorang dalam menggauli karya
sastra untuk memberikan penilaian/pujian terhadap kualitas sebuah karya
melalui perasaan atau kepekaan batin, pemikiran kritis, pemahaman, dan
pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan oleh pengarang.
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada jenis/genre karya sastra
cerita pendek. Nilai yang diperoleh siswa mencerminkan kesanggupannya
dalam mengenali, memahami, menghayati, dan menghargai cerita pendek,
yang diukur melalui keterampilannya untuk menangkap unsur-unsur dalam
cerita pendek yang dibacanya. Indikator yang digunakan untuk mengukur
kemampuan mengapre-siasi dalam penelitian ini ialah: (1) aspek kognitif:
memahami unsur-unsur kesastraan yang bersifat objektif; (2) aspek emotif:
menghayati unsur-unsur keindahan dalam teks sastra yang dibaca
(menyebutkan nilai-nilai yang terkandung dalam bacaan cerita); dan (3)
Aspek evaluatif: memberikan penilaian terhadap isi bacaan.
73
3.7 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, sumber, dan
cara. Ada beberapa teknik pengumpulan data baik berupa tes maupun nontes.
Teknik nontes antara lain wawancara, angket, observasi, dan dokumentasi. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik tes. Dikutip dari Webster’s
Collegiate (dalam Arikunto, 2013:46), tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur siswa dan mengukur
keberhasilan program pengajaran yaitu untuk mendapatkan data tingkat
kemampuan membaca pemahaman siswa dan kemampuan mengapresiasi cerita
pendek. Pada tes ini, siswa berkonsentrasi dalam membaca teks cerita pendek
yang berisikan 500-1.600 kata. Cara pengukuran kemampuan membaca
pemahaman, peneliti menyediakan soal berbentuk obyektif sesuai indikator yang
telah ditetapkan. Sedangkan untuk mengukur kemampuan mengapresiasi cerita
pendek, peneliti menyediakan soal uraian yang berhubungan dengan unsur
pembangun cerita. Tes dikerjakan secara individu, setelah siswa selesai dalam
membaca teks.
3.8 INSTRUMEN PENELITIAN
Sugiyono (2012:147), instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Sedangkan
Arikunto (2010:203), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang
74
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih
mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis
sehingga lebih mudah diolah.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes yaitu
menggunakan dua kali tes. Tes pertama untuk mengukur variabel bebas (X) yaitu
kemampuan membaca pemahaman, sedangkan tes kedua untuk mengukur variabel
terikat (Y) yaitu kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Sebelum menentukan
istrumen tes, peneliti terlebih dahulu menentukan indikator yang kemudian
dirumuskan ke dalam kisi-kisi tes uji coba. Kisi-kisi dibuat berdasarkan indikator,
selanjutnya menyusun tes yang akan digunakan untuk penelitian.
Instrumen tes kemampuan membaca pemahaman adalah tes pilihan ganda
sebanyak 30 butir. Skor dihitung dengan cara memberi nilai 1 untuk butir soal
yang dijawab benar dan nilai 0 untuk butir soal yang dijawab salah. Persentase
pemahaman dihitung dengan melihat persentase jawaban yang benar atas
pertanyaan-pertanyaan yang tersedia, misalnya jika ada 10 pertanyaan, dan
jawaban yang benar adalah 5, maka persentase pemahaman isi adalah
x 100%
= 50%. Sedangkan instrumen tes kemampuan mengapresiasi cerita pendek adalah
tes uraian sebanyak 15 soal dengan rentang skor 0-5 untuk menjelaskan unsur
pembangun atau instrinsik cerita serta aspek-aspek di dalamnya. Tes pilihan ganda
dan uraian ini dikembangkan peneliti berdasarkan indikator-indikator kemampuan
membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek, kemudian
peneliti menjelaskan dalam butir-butir pertanyaan. Sebelum melakukan
pengambilan data, instrumen yang telah disusun diuji cobakan terlebih dahulu
75
kepada 32 siswa yang berada di luar sampel penelitian untuk dihitung validitas
dan reliabilitas instrumennya.
3.8.1 Uji Validitas Instrumen
Arikunto (2010:211), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen
dikatakan valid atau sahih mempunyai validitas tinggi dan mampu mengukur apa
yang diinginkan.
Validitas sangat erat berkaitan dengan masalah tujuan suatu pengukuran.
Jadi tidak ada validitas yang berlaku umum untuk semua tujuan pengukuran.
Suatu alat ukur dirancang hanya untuk satu tujuan yang spesifik sehingga hanya
menghasilkan data yang valid untuk tujuan tersebut saja (Azwar 2015:11).
Instrumen penelitian selanjutnya akan diuji cobakan pada subjek uji coba
yaitu subjek di luar sampel penelitian yang masik termasuk dalam populasi
penelitian. Dalam menghitung validitas instrumen hasil uji coba pada instrumen
tes kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita
pendek dengan menggunakan teknik korelasi product moment dengan rumus
sebagai berikut.
rxy = ∑ (∑ )(∑ )
√* ∑ (∑ ) +* ∑ (∑ ) +
Sumber : (Arikunto 2012:87)
Keterangan: rxy : koefisien korelasi
N : jumlah sampel
X : nilai variabel 1
Y : nilai variabel 2
76
∑X2 : jumlah kuadrat dari skor item
∑Y2 : jumlah kuadrat dari skor total
∑XY : jumlah perkalian antara skor item dan skor total
Harga r yang diperoleh kemudian dicocokkan dengan tabel product
moment dengan taraf signifikan 5%. Jika r hitung > r tabel maka item soal dikatakan
valid, jika r hitung < r tabel maka item soal tidak valid.
1. Uji Validitas Variabel Kemampuan Membaca Pemahaman
Uji validitas dilakukan oleh peneliti dengan mengujicobakan
instrumen penelitian berupa tes kepada 32 siswa sekolah dasar dengan jumlah
item sebanyak 30 soal pilihan ganda. 32 siswa tersebut diambil dari populasi
di luar sampel secara acak pada setiap sekolah dasar. Langkah pengujian
validitas tersebut harus dibandingkan dengan rtabel, dapat diketahui bahwa
rtabel untuk 32 responden dengan taraf signifikansi 0,05 adalah 0,349. Hasil uji
validitas variabel kemampuan membaca pemahaman siswa dari tiap item
yang menggunakan rumus product moment dengan penggunaan Microsoft
Excel dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.3
Validitas Item Variabel Kemampuan Membaca Pemahaman
No Soal r
Hitung
R
Tabel
Keterangan
1 0.477158867 0,349 Valid
2 0.541634143 0,349 Valid 3 0.41406348 0,349 Valid 4 0.445611174 0,349 Valid 5 0.513764681 0,349 Valid 6 0.448240148 0,349 Valid 7 0.586930629 0,349 Valid 8 0.483002615 0,349 Valid 9 0.477158867 0,349 Valid
77
10 0.031111234 0,349 Tidak Valid 11 0.41406348 0,349 Valid 12 0.400202167 0,349 Valid 13 0.183422335 0,349 Tidak Valid 14 0.444493038 0,349 Valid 15 0.477158867 0,349 Valid 16 0.356277189 0,349 Valid 17 -0.082812696 0,349 Tidak Valid 18 0.586930629 0,349 Valid 19 0.41406348 0,349 Valid 20 0.349248045 0,349 Valid 21 0.432074574 0,349 Valid 22 0.372752434 0,349 Valid 23 -0.041146573 0,349 Tidak Valid 24 -0.027604232 0,349 Tidak Valid 25 0.075044279 0,349 Tidak Valid 26 0.04324752 0,349 Tidak Valid 27 0.541634143 0,349 Valid 28 0.586930629 0,349 Valid 29 0.329040301 0,349 Tidak Valid 30 0.549861326 0,349 Valid
Berdasarkan perhitungan validitas pada tabel 3.5, dapat terlihat bahwa
30 item soal mengenai kemampuan membaca pemahaman yang diberikan
kepada responden, terdapat delapan soal yang tidak memenuhi kriteria
validitas atau tidak valid yaitu nomor 10, 13, 17, 23, 24, 25, 26, dan 29. Soal
yang tidak valid tersebut kemudian dapat digugurkan atau dihilangkan,
sehingga jumlah soal yang valid berjumlah 22 item soal yang akan diujikan
kembali kepada 60 responden.
2. Uji Validitas Variabel Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek
Uji validitas dilakukan oleh peneliti dengan mengujicobakan
instrumen penelitian berupa tes kepada 32 siswa sekolah dasar dengan jumlah
item sebanyak 15 soal uraian. 32 siswa tersebut diambil dari populasi di luar
78
sampel secara acak pada setiap sekolah dasar. Langkah pengujian validitas
tersebut harus dibandingkan dengan rtabel, dapat diketahui bahwa rtabel untuk
32 responden dengan taraf signifikansi 0,05 adalah 0,349. Hasil uji validitas
variabel kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa dari tiap item yang
menggunakan rumus product moment dengan penggunaan Microsoft Excel
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.4
Validitas Item Variabel Kemampuan Mengapresiasi
Cerita Pendek
No Soal r
Hitung
r
Tabel
Keterangan
1 0.549137845 0,349 Valid
2 -0.033677267 0,349 Tidak Valid 3 0.553886162 0,349 Valid 4 0.381395112 0,349 Valid 5 0.390840337 0,349 Valid 6 0.351505018 0,349 Valid 7 0.255497998 0,349 Tidak Valid 8 0.504016322 0,349 Valid 9 0.396610328 0,349 Valid 10 0.572453052 0,349 Valid 11 0.306417938 0,349 Tidak Valid 12 0.690815395 0,349 Valid 13 0.60881607 0,349 Valid 14 0.48835632 0,349 Valid 15 0.784578886 0,349 Valid
Berdasarkan tabel uji validitas di atas, terdapat tiga item soal yang
tidak valid, yaitu nomor 2, 7, dan 11. Dengan demikian item soal tersebut
dibuang atau dihilangkan sehingga jumlah soal yang valid adalah 12 item soal
yang akan diujikan kembali kepada 60 responden.
79
3.8.2 Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes berhubungan
dengan masalah ketetapan hasil tes. Jika hasilnya berubah-ubah, perubahan yang
terjadi dapat dikatakan tidak berarti (Arikunto 2012:100). Instrumen yang reliabel
berarti instrumen yang apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek
yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Hasil penelitian yang dikatakan
reliabel apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda (Sugiyono
2012:348).
Perhitungan koefisien reliabilitas untuk instrumen kemampuan membaca
pemahaman dilakukan dengan menggunakan rumus KR-21. Alasan digunakannya
KR-21 adalah karena instrumen tersebut bersifat dikotomi (1-0), maka reliabilitas
instrumen dalam penelitian ini menggunakan rumus K-R 21 sebagai berikut.
ri = ( )
* ( )+
Sumber: (Arikunto 2010:232)
Keterangan : ri = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir soal
M = skor rata-rata
Vt = varians total, dimana: Vt = ∑
(∑ )
∑X = jumlah skor total
∑X2 = jumlah kuadrat skor total
80
n = banyaknya responden atau subjek
Sedangkan perhitungan koefisien reliabilitas untuk instrumen kemampuan
mengapresiasi cerita pendek dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha
Cronbach yaitu sebagai berikut.
r11 =
2
2
11
t
b
k
k
Keterangan :
r11 = koefisien reliabilitas instrumen yang dicari
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
2
b = jumlah variansi skor butir soal ke-i
i = 1, 2, 3, 4, …n
2
t = variansi total
Adapun kriteria keputusan pengujiannya adalah dengan membandingkan
rhitung dengan rtabel, dengan ketentuan jika rhitung > rtabel berarti dinyatakan reliabel,
sedangkan rhitung ≤ rtabel berarti tidak reliabel.
1. Uji Reliabilitas Kemampuan Membaca Pemahaman
Pengujian reliabilitas ini harus membandingkan antara rhitung dengan
rtabel. Variabel kemampuan membaca pemahaman diperoleh rtabel dari
responden yang berjumlah 32 siswa dengan taraf signifikansi 0,05 sebesar
0,349. Hasil uji validitas variabel kemampuan membaca pemahaman siswa
dari tiap item yang menggunakan rumus KR-21 dengan penggunaan
Microsoft Excel dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
81
Tabel 3.5
Reliabilitas Item Variabel Kemampuan Membaca Pemahaman
r hitung r tabel Keterangan
0.705026423 0,349 Reliabel
2. Uji Reliabilitas Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek
Pengujian reliabilitas ini harus membandingkan antara rhitung dengan
rtabel. Variabel kemampuan mengapresiasi cerita pendek diperoleh rtabel dari
responden yang berjumlah 32 siswa dengan taraf signifikansi 0,05 sebesar
0,349. Hasil uji validitas variabel kemampuan membaca pemahaman siswa
dari tiap item yang menggunakan rumus alpha cronbach dengan penggunaan
Microsoft Excel dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.6
Reliabilitas Item Variabel Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek
r hitung r tabel Keterangan
0.735103975 0,349 Reliabel
3.9 ANALISIS DATA
3.9.1 Analisis Data Awal
3.9.1.1 Analisis Statistik Deskriptif
Sugiyono (2012:207) statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan
untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Dalam menganalisis data dengan
statistik deskriptif, data yang dianalisis berupa data kuantitatif. Data dalam
penelitian ini berupa skor tes kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan
82
mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan
Pucakwangi Kabupaten Pati.
Metode ini digunakan untuk mendiskripsikan masing-masing variabel
yang ada dalam penelitian ini yaitu kemampuan membaca pemahaman dan
kemampuan mengapresiasi cerita pendek dengan berpedoman pada PAP
(Penilaian Acuan Patokan). Deskripsi awal juga menggambarkan tabel distribusi
frekuensi yang ditentukan dengan rumus Sturges, cara yang dilakukan adalah
sebagai berikut.
1. Menghitung jumlah kelas interval
K = 1 + 3,3 log n
n : jumlah responden
2. Menghitung rentang data
R = data terbesar – data terkecil + 1
3. Menghitung panjang kelas
P = R : K
4. Menyusun interval kelas
5. Membuat tabel distribusi frekuensi relatif dan kumulatif (Sugiyono 2012:36).
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penilaian dengan menggunakan
penilaian skala – 100 dan skala – 5 adalah sebagai berikut.
a. Membuat tabel bobot penskoran dan distribusi skor tes
83
Tabel 3.7
Bobot Penskoran dan Distribusi Skor Tes
Variabel Nomor Bentuk Soal Bobot St
Kemampuan Membaca Pemahaman 1 s/d 30 Pilihan
ganda
1 30
Kemampuan Mengapresiasi Cerita
Pendek
1 s/d 15 Uraian 5 75
b. Menentukan skor berdasarkan proporsi
Skor =
x 100%
B = banyaknya butir yang dijawab benar (bentuk pilihan ganda) atau jumlah
skor jawaban benar pada setiap butir/item soal (tes bentuk
menguraikan)
St = skor teoretis
c. Menentukan batas minimal nilai ketuntasan
Depdiknas RI atau beberapa sekolah biasanya telah menentukan batas
minimal siswa dikatakan tuntas menguasai kompetensi yang dikontrakkan
misalnya 60%.
d. Hasil yang diperoleh dikonsultasikan dalam tabel.
Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut, selanjutnya skor yang diperoleh
(dalam %) dengan analisis deskriptif presentase dikonsultasikan dengan tabel
kriteria. Menentukan presentase yang diperoleh, maka dibuat tabel kategori
yang disusun dengan perhitungan sebagai berikut.
84
Tabel 3.8
Kriteria Kemampuan Membaca Pemahaman dan
Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek
Tingkat Penguasaan
(%)
Hasil Penilaian
Nilai Kualifikasi
80 ke atas A Sangat Baik
70-79 B Baik
60-69 C Cukup
50-59 D Kurang
49 ke bawah E Sangat Kurang
Sumber: (Poerwanti 2008:6.14)
3.9.1.2 Uji Prasyarat Analisis
3.9.1.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk memastikan bahwa data setiap variabel
yang dianalisis berdistribusi normal. Hal tersebut didasarkan pada asumsi statistik
parametris yang mensyaratkan bahwa data setiap variabel yang akan dianalisis
harus berdistribusi normal. Oleh karena itu, sebelum pengujian hipotesis
dilakukan maka terlebih dahulu akan dilakukan pengujian normalitas data
(Sugiyono, 2012:241).
Uji normalitas menggunakan Uji Lileifors dengan hipotesis nol bahwa
sampel berasal berdistribusi normal dan hipotesis tandingan bahwa distribusi tidak
normal. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, kita membandingkan Lo
dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis untuk Uji Liliefors untuk
taraf nyata α yang dipilih. Kriterianya adalah tolak hipotesis nol bahwa populasi
berdistribusi normal jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari
daftar. Dalam hal lainnya hipotesis nol diterima (Sudjana 2005:466-468).
Langkah-langkah menguji hipotesis nol sebagai berikut.
85
a. Pengamatan x1, x2, x3….xn dijadikan bilangan baku zi, z2, z3, ……… zn
dengan menggunakan rumus ̅
dengan ̅ dan s masing-masing
merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel.
b. Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang F (Zi) = P(z ≤ zi).
c. Selanjutnya menghitung jumlah proporsi z1, z2, z3, …zn yang lebih kecil atau
sama dengan zi yang dijadikan S(Zi). Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(z1)
maka ( )
d. Hitung selisih F (Zi – S (Z1), kemudian ditentukan harga mutlaknya.
e. Ambil harga mutlak tersebar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut
kemudian diberi symbol Lo.
Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, kita bandingkan Lo dengan
nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis untuk Uji Liliefors untuk taraf
nyata α yang dipilih. Kriterianya adalah tolak hipotesis nol bahwa populasi
berdistribusi normal jika Lo diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari
daftar. Dalam hal lainnya hipotesis nol diterima (Sudjana 2005:466-468).
3.9.1.2.2 Uji Homogenitas
Uji Homogenitas menggunakan rumus Uji Bartlett (Sudjana 2005:261-
264). Adapun langkah-langkah dalam uji homogenitas dengan Uji Bartlett adalah
sebagai berikut.
Kita misalkan masing-masing sampel berukuran n1, n2, …., nk dengan data Yij(i =
1,2, …., k dan j= 1,2 ,…., nk) dan hasil pengamatan telah disusun seperti daftar
berikut.
86
Data Populasi ke
1 2 ... K
Data Hasil
Pengamatan
y11 y21 … yk1
y12 y21 yk1
.
.
.
.
.
.
.
.
.
y1n1 y2n1 … ykn1
Selanjutnya, dari sampel-sampel itu kita hitung variansnya masing-masing adalah
S12, S2
2, …., Sn
2.
Untuk mempermudah perhitungan, satuan-satuan yang diperlukan untuk uji
Bartlett lebih baik disusun dalam sebuah daftar berikut.
Sampel ke Dk 1/dk si2 Log si
2 dk log (si
2)
1 n1-1 1/(n1-1) S12 Logs1
2 (n1-1)logsi
2
2 n2-1 1/(n2-1) S22 Logs2
2 (n2-1)logsi
2
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
K nk-1 1/(nk-1) Sk2 Logsk
2 (nk-1)logsk
2
Dari daftar ini kita hitung harga-harga yang diperlukan, yaitu sebagai berikut.
1. Varians gabungan dari semua sampel:
S2 = (∑(ni – 1) si
2 / (∑(ni-1))
2. Harga satuan B dengan rumus:
B = (log s2) ∑(ni-1)
3. Ternyata bahan uji Bartlett digunakan statistik chi-kuadrat
X2 = (in 10) {B - ∑(ni-1) log si
2
Dengan ln10= 2,3026, disebut logaritmas asli dari bilangan 10. Dengan
taraf nyata α, kita tolak hipotesis Ho jika x2≥x
2(1-α)(k-1), di mana x
2(1-α)(k-1) didapat
dari daftar distribusi chi-kuadrat dengan peluang (1-α) dan dk = (k-1).
87
Keterangan:
si2 = varians masing-masing kelompok
s2 = varians gabungan
ni = banyaknya anggota dalam tiap kelompok/kelas
B = koefisien bartlett
3.9.1.2.3 Uji Linearitas Regresi
Uji linearitas digunakan untuk melihat garis regresi antara X (kemampuan
membaca pemahaman) dan Y (kemampuan mengapresiasi cerita pendek)
membentuk garis linier atau tidak (Sugiyono 2012:265). Pengujian linieritas
dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut.
JK (T) = ∑
JK (A) = ∑
JK (b׀a) = b *∑ - (∑ )(∑ )
}
JK (S) = JK (T) – JK (A) – JK (b׀a)
JK (G) = ∑*∑ -
(∑ )
}
JK (TC) = JK (S) – JK (G)
Sumber : (Sugiyono 2012:265)
Keterangan : JK (T) = jumlah kuadrat total
JK (A) = jumlah kuadrat koefisien a
JK (b׀a) = jumlah kuadrat regresi (b׀a)
JK (S) = jumlah kuadrat sisa
JK (G) = jumlah kuadrat galat
88
JK (TC) = jumlah kuadrat tuna cocok
3.9.2 Analisis Data Akhir
3.9.2.1 Pengujian Hipotesis
Teknik pengujian hipotesis untuk mencari nilai korelasi antara variabel X
dengan variabel Y menggunakan teknik korelasi sederhana yaitu rumus “r”
product moment. Adapun rumus korelasi sederhana sebagai berikut.
rxy = ∑ (∑ )(∑ )
√* ∑ (∑ ) +* ∑ (∑ ) +
Sumber : (Arikunto 2012:87)
Keterangan: rxy : koefisien korelasi
N : jumlah sampel
X : nilai variabel 1
Y : nilai variabel 2
∑X2 : jumlah kuadrat dari skor item
∑Y2 : jumlah kuadrat dari skor total
∑XY : jumlah perkalian antara skor item dan skor total
Dengan ketentuan r tidak lebih dari harga ( ). Apabila nilai r = -1
artinya korelasi negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1
berarti korelasinya sangat kuat.
3.9.2.2 Uji Signifikansi
Uji signifikansi digunakan untuk menguji data hubungan antara variabel X
dengan variabel Y. Rumus uji signifikansi adalah sebagai berikut.
89
thitung = √
√
Sumber:(Sugiyono 2012:257)
Keterangan: thitung : nilai t
r : nilai koefisien korelasi
n : jumlah sampel
Harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel. Namun
sebelumnya mencari dk (derajat kebebasan) untuk menentukan ttabel dengan rumus
sebagai berikut.
dk = n – 2
Setelah diperoleh dk selanjutnya adalah mengkonsultasikan dk dengan
tabel nilai “t”, baik pada taraf signifikan 5% maupun 1% dengan kaidah
pengujian:
Jika thitung ttabel, maka hipotesis diterima, artinya signifikan dan
thitung ttabel, maka hipotesis ditolak, artinya tidak signifikan.
Untuk memberikan penafsiran terhadap korelasi dapat dengan menggunakan
tabel sebagai berikut.
Tabel 3.9
Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Sumber : (Sugiyono 2012: 257)
90
Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X
terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut.
KD = r2 x 100%
Keterangan:KD : nilai koefisien determinan
r : nilai koefisien korelasi
3.9.2.3 Analisis Regresi Linear Sederhana
Analisis data akhir dalam penelitian ini menggunakan regresi linear
sederhana untuk mengetahui pengaruh yang diberikan variabel X terhadap
variabel Y dengan rumus sebagai berikut.
Ŷ = a + b X
Dimana:Ŷ = subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan.
a = harga Y ketika harga X = 0 (harga konstan).
b = angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka
peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan
pada perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan
bila (-) maka arah garis turun.
X = subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.
Rumus untuk mencari harga a dan b adalah sebagai berikut.
( )(
) ( )( )
(
)
( )( )
(
)
Sumber: (Sugiyono 2012:262)
91
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENELITIAN
Deskripsi data yang disajikan dari hasil penelitian ini adalah untuk
memberikan gambaran secara umum mengenai penyebaran data yang diperoleh di
lapangan. Pada bab ini dijelaskan mengenai proses dan hasil serta pembahasan
dari pengolahan data yang telah dilakukan. Sebagai alat bantu analisis digunakan
software Microsoft Excel dan SPSS versi 16.0 for Windows, untuk mengetahui dan
mendeskripsikan pengaruh kemampuan membaca pemahaman terhadap
kemampuan mengapresiasi cerita pendek, serta kesimpulan berdasarkan uji
hipotesis yang digunakan.
4.1.1 Analisis Deskriptif Persentase
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 60 responden didapatkan rata-rata
kemampuan membaca pemahaman 70,08 dengan standar deviasi 16,89 dan rata-
rata kemampuan mengapresiasi cerita pendek adalah 57,78 dengan standar deviasi
16,64.
Tabel 4.1
Analisis Deskripsi Kemampuan Membaca Pemahaman dan
Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek
Variabel Rata-rata N
Kemampuan Membaca
Pemahaman
70% 60
Kemampuan Mengapresiasi
Cerita Pendek
58% 60
Berdasarkan uraian pada tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa rata-rata
penguasaan kemampuan membaca pemahaman di Gugus Sultan Agung termasuk
92
kategori baik dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa di Gugus Sultan
Agung termasuk kategori kurang. Deskripsi dari masing-masing variabel
berdasarkan hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
4.1.1.1 Data Variabel Kemampuan Membaca Pemahaman
Kemampuan membaca pemahaman adalah kemampuan untuk memahami
isi bacaan atau teks secara menyeluruh dan dapat menyampaikan hasil
pemahaman membacanya dengan cara membuat rangkuman isi bacaan dengan
menggunakan bahasanya sendiri melalui aktivitas proses kognitif yang dilakukan
oleh pembaca. Membaca pemahaman bertujuan untuk memperoleh pemahaman
atau informasi dari suatu bacaan secara menyeluruh agar siswa mampu
menghubungkan informasi lama dan informasi yang baru diketahuinya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kelas V SD di Gugus
Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati diperoleh hasil perhitungan
skor tertinggi 91, skor terendah 23, mean (skor rata-rata) adalah 70; rentang skor
69; banyak kelas 7; dan panjang kelas 10.
Data yang diperoleh, akan ditentukan jumlah kelas intervalnya agar lebih
mudah untuk ditabulasikan dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Distribusi frekuensi data ini dapat dilihat pada tabel 4.2 dan histogram
frekuensinya dapat dilihat pada gambar 4.1. Langkah-langkah menentukan tabel
distribusi frekuensi (Sugiyono 2012:35) sebagai berikut.
1. Menghitung jumlah kelas interval, dengan menggunakan rumus Sturges
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 60
93
= 6,9 yang dibulatkan menjadi 7
2. Menghitung rentang data
Rumus R = data terbesar – data terkecil + 1
= 91-23+1
= 69
3. Menentukan panjang kelas
Menentukan panjang kelas digunakan rumus panjang kelas = R : K = 69 : 7 =
9,9 dibulatkan menjadi 10.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Membaca Pemahaman
No
kelas
Kelas
Interval
Batas
Bawah
Batas
Atas
Mean
Tengah F
F
Relatif
%
F
Kumulatif
%
1 83-92 82,5 92,5 87,5 13 22% 22%
2 73-82 72,5 82,5 77,5 23 38% 60%
3 63-72 62,5 72,5 67,5 8 13% 73%
4 53-62 52,5 62,5 57,5 6 10% 83%
5 43-52 42,5 52,5 47,5 5 8% 92%
6 33-42 32,5 42,5 37,5 3 5% 97%
7 23-32 22,5 32,5 27,5 2 3% 100%
60 100%
94
Gambar 4.1 Histogram Frekuensi Skor Kemampuan Membaca Pemahaman
Dari hasil perhitungan data tersebut dapat diketahui persentase ketuntasan
hasil tes kemampuan membaca pemahaman siswa. Batas minimal ketuntasan
peserta tes didasarkan pada pedoman yang sudah ada, yaitu berdasarkan
Depdiknas RI yang telah menentukan batas minimal ketuntasan sebesar 60%,
sehingga siswa yang memperoleh nilai 60 ke atas dapat dikatakan masuk kategori
tuntas. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3
Kriteria Ketuntasan Kemampuan Membaca Pemahaman
No. Perolehan Nilai Kategori Frekuensi Persentase %
1. ≥ 60 Tuntas 44 73%
2. < 60 Tidak Tuntas 16 27%
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa sudah
tuntas dalam kemampuan membaca pemahaman yaitu sebanyak 44 dari 60 siswa
0
5
10
15
20
25
26,5 36,5 46,5 56,5 66,5 76,5 86,5
Fre
kuen
si A
bso
lut
95
atau 73%. Sedangkan siswa yang belum tuntas dalam kemampuan membaca
pemahaman adalah 16 dari 60 siswa atau 27%.
Untuk mengetahui tingkatan kriteria nilai tersebut, selanjutnya skor yang
diperoleh siswa dijelaskan dengan analisis deskriptif persentase dengan
mengonsultasikan pada tabel kriteria (lihat BAB III pada tabel 3.8).
Berdasarkan pedoman kriteria penilaian, perolehan nilai dari siswa
dijelaskan dengan pemberian kategori sebagai berikut.
Tabel 4.4
Analisis Deskripsi Persentase Kemampuan Membaca Pemahaman
No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata
1 80 ke atas Sangat Baik 23 38%
70
2 70 – 79 Baik 13 22%
3 60 – 69 Cukup 8 13%
4 50 – 59 Kurang 8 13%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 8 13%
60 100% Baik
Berdasarkan tabel perhitungan tersebut, sebanyak 23 siswa atau 38% dari
60 siswa mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat baik. Tingkat
kemampuan membaca pemahaman pada interval 70 – 79 terdapat 13 siswa atau
22%% dari 60 siswa dengan kategori baik. Tingkat kemampuan membaca
pemahaman pada interval 60 – 69 terdapat 8 siswa atau 13% dari 60 siswa
mendapat kategori cukup. Tingkat kemampuan membaca pemahaman pada
interval 50 – 59 terdapat 8 siswa atau 13% dari 60 siswa mendapat kategori
kurang dan pada interval 49 ke bawah terdapat 8 siswa atau 13% dari 60 siswa
mendapat kategori sangat kurang. Rata-rata perolehan skor pada hasil sebaran tes
kemampuan membaca pemahaman adalah 70, sehingga dapat diketahui bahwa
96
sebagian besar siswa kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi
Kabupaten Pati memiliki kemampuan membaca pemahaman yang baik.
Data yang terkumpul dari hasil penyebaran tes variabel kemampuan
membaca pemahaman pada 60 responden dapat diketahui presentase skor dari
masing-masing indikator yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.5
Presentase Skor Per Indikator Kemampuan Membaca Pemahaman
No. Indikator Jumlah
Soal
Jumlah
Skor % Skor Kategori
1. Memahami arti kata-kata sesuai
penggunaan dalam wacana 3 135 75% Baik
2.
Mengenali susunan organisasi
wacana dan antar hubungan
bagian-bagiannya
3 149 83% Sangat
Baik
3.
Mengenali pokok-pokok pikiran
yang terungkapkan dalam
wacana
3 46 46% Sangat
Kurang
4.
Menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang jawabannya
secara eksplisit terdapat dalam
wacana
13 558 72% Baik
Skor Rata-rata 70
Kategori Baik
Dari hasil pengumpulan data tersebut diketahui bahwa rata-rata perolehan
skor pada hasil sebaran tes adalah 70 dengan kategori baik, dimana perolehan skor
tertinggi (83%) terdapat pada indikator “mengenali susunan organisasi wacana
dan antar hubungan bagian-bagiannya” dengan jumlah tiga butir soal diperoleh
skor sebesar 149. Skor tertinggi kedua (75%) terdapat pada indikator “memahami
arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana” dengan jumlah tiga butir soal
diperoleh skor sebesar 135. Selanjutnya yaitu indikator “menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang jawabannya secara eksplisit terdapat dalam wacana” dengan
97
jumlah tiga belas butir soal diperoleh skor sebesar 558 (72%) dan skor paling
rendah (46%) terdapat pada indikator “mengenali pokok-pokok pikiran yang
terungkapkan dalam wacana” dengan jumlah tiga butir soal diperoleh skor sebesar
46. Adapun penjelasan dari masing-masing indikator adalah sebagai berikut.
1. Memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana
Pada indikator ini terdiri dari tiga butir soal yaitu pada nomor 9, 20, dan
21. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan hasil bahwa sebanyak 29 responden
mendapatkan nilai A dengan kategori sangat baik. Secara keseluruhan, indikator
“memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana” termasuk dalam
kategori baik dengan persentase sebesar 75. Perinciannya adalah sebagai berikut.
Tabel 4.6
Analisis Deskripsi Persentase Indikator Memahami Arti Kata-kata sesuai
Penggunaan dalam Wacana
Butir Soal Jumlah Nilai (%) Skor
9 45 33,3%
20 45 33,3%
21 45 33,3%
Jumlah 135 100%
No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata
1 80 ke atas Sangat Baik 29 48%
75
2 70 – 79 Baik 0 0%
3 60 – 69 Cukup 20 33%
4 50 – 59 Kurang 0 0%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 11 18%
60 100% Baik
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa perolehan skor untuk tiap
butir soal adalah 33,3%, jadi setiap butir soal menyumbangkan sebesar 33,3%
terhadap indikator memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana.
98
Hasil perhitungan setiap butir soal pada indikator ini 29 siswa atau 48% dari 60
siswa mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat baik. Pada interval nilai
70 – 79 tidak ada siswa yang mendapat kategori baik. Interval nilai 60 – 69
diperoleh 20 atau 33% dari 60 siswa dengan kategori cukup. Tidak ada siswa atau
yang mendapat kategori kurang dan 11 siswa atau 18% dari 60 siswa mendapat
nilai 49 ke bawah dengan kategori sangat kurang.
2. Mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-bagiannya
Pada indikator ini terdiri dari tiga butir soal yaitu pada nomor 2, 12, dan
18. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan hasil bahwa sebagian besar (35
responden) mendapatkan nilai A dengan kategori sangat baik. Secara keseluruhan,
indikator “mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-
bagiannya” termasuk dalam kategori sangat baik dengan persentase sebesar 83.
Adapun perinciannya adalah sebagai berikut.
Tabel 4.7
Analisis Deskripsi Persentase Indikator Mengenali Susunan Organisasi Wacana
dan Antar Hubungan Bagian-bagiannya
Butir Soal Jumlah Nilai (%) Skor
2 45 30,2%
12 55 36,9%
18 49 32,9%
Jumlah 149 100%
No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata
1 80 ke atas Sangat Baik 35 58%
83
2 70 – 79 Baik 0 0%
3 60 – 69 Cukup 19 32%
4 50 – 59 Kurang 0 0%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 6 10%
60 100% Sangat Baik
99
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada butir soal nomor 9
diperoleh skor 30,2%, nomor 12 diperoleh skor 36,9%, dan nomor 18 diperoleh
skor 32,9%. Jadi pada indikator ini butir soal nomor 12 mendapatkan skor
tertinggi. Hasil perhitungan keseluruhan pada indikator ini didapatkan 35 siswa
atau 58% dari 60 siswa mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat baik.
Pada interval nilai 70 – 79 tidak ada siswa yang mendapat kategori baik. Interval
nilai 60 – 69 diperoleh 19 atau 32% dari 60 siswa dengan kategori cukup. Tidak
ada siswa yang mendapat kategori kurang dan 6 siswa atau 10% dari 60 siswa
mendapat nilai 49 ke bawah dengan kategori sangat kurang.
3. Mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana
Pada indikator ini terdiri dari tiga butir soal yaitu pada nomor 16, 17, dan
22. Berdasarkan hasil perhitungan penilaian terhadap kemampuan membaca
pemahaman didapatkan hasil bahwa sebagian besar (32 responden) mendapatkan
nilai E dengan kategori sangat kurang. Secara keseluruhan, indikator “mengenali
pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana” termasuk dalam kategori
sangat kurang dengan persentase sebesar 46. Adapun perinciannya adalah sebagai
berikut.
Tabel 4.8
Analisis Deskripsi Persentase Indikator Mengenali Pokok-pokok Pikiran yang
Terungkapkan dalam Wacana
Butir Soal Jumlah Nilai (%) Skor
16 32 38,6%
17 38 45,8%
22 13 15,7%
Jumlah 83 100%
100
No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata
1 80 ke atas Sangat Baik 5 8%
46
2 70 – 79 Baik 0 0%
3 60 – 69 Cukup 23 38%
4 50 – 59 Kurang 0 0%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 32 53%
60 100% Sangat Kurang
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui pada butir soal nomor 16
diperoleh skor 338,6%, nomor 17 diperoleh skor 45,8%, dan nomor 22 diperoleh
skor 15,7%. Jadi pada indikator ini butir soal nomor 17 mendapatkan skor
tertinggi. Hasil perhitungan keseluruhan pada indikator ini didapatkan 5 siswa
atau 8% dari 60 siswa mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat baik. Pada
interval nilai 70 – 79 tidak ada siswa yang mendapat kategori baik. Interval nilai
60 – 69 diperoleh 19 siswa atau 38% dari 60 siswa dengan kategori cukup. Tidak
ada siswa yang mendapat kategori kurang dan 32 siswa atau 53% dari 60 siswa
mendapat nilai 49 ke bawah dengan kategori sangat kurang.
4. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara eksplisit terdapat
dalam wacana
Pada indikator ini terdiri dari 13 butir soal yaitu pada nomor 1, 3-8, 10, 11,
13, 14, 15, dan 19. Berdasarkan hasil perhitungan penilaian terhadap kemampuan
membaca pemahaman didapatkan hasil bahwa terdapat 22 responden yang
mendapatkan nilai A dengan kategori sangat baik. Secara keseluruhan, indikator
“menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara eksplisit terdapat
dalam wacana” termasuk dalam kategori baik dengan persentase sebesar 72.
Adapun perinciannya adalah sebagai berikut.
101
Tabel 4.9
Analisis Deskripsi Persentase Indikator Menjawab Pertanyaan-pertanyaan yang
Jawabannya secara Eksplisit terdapat dalam Wacana
Butir Soal Jumlah Nilai (%) Skor
1 50 9%
3 42 7,5%
4 55 9,9%
5 46 8,2%
6 54 9,7%
7 40 7,2%
8 19 3,4%
10 43 7,8%
11 36 6,5%
13 56 10%
14 44 7,9%
15 40 7,2%
19 33 6%
Jumlah 558 100%
No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata
1 80 ke atas Sangat Baik 22 37%
72
2 70 – 79 Baik 15 25%
3 60 – 69 Cukup 8 13%
4 50 – 59 Kurang 4 7%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 11 18%
60 100% Baik
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui pada butir soal nomor 13
diperoleh skor tertinggi yaitu 10% dan skor terendah terdapat pada butir soal
nomor 8 yaitu 3,4%. Hasil perhitungan keseluruhan pada indikator ini didapatkan
22 siswa atau 37% dari 60 siswa mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat
baik. Pada interval nilai 70 – 79 terdapat 15 siswa atau 25% dari 60 siswa
mendapat kategori baik. Interval nilai 60 – 69 diperoleh 8 siswa atau 13% dari 60
siswa dengan kategori cukup. Terdapat 4 siswa atau 7% dari 60 siswa mendapat
102
kategori kurang dan 11 siswa atau 18% siswa dari 60 siswa mendapat nilai 49 ke
bawah dengan kategori sangat kurang.
4.1.1.2 Data Variabel Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek
Apresiasi sastra khususnya cerita pendek dapat melatih siswa
mengembangkan tingkat imajinasi, menambah wawasan dan memberi
pengetahuan baru sehingga siswa sadar dengan kehidupan sekelilingnya, serta
dapat membantu siswa menyelesaikan atau meringankan masalah yang
dihadapinya. Selain itu, kegiatan apresiasi di sekolah akan mengarahkan siswa
menjadi orang yang menggemari karya sastra sehingga dapat menyerap nilai-nilai
terutama nilai moral yang terkandung dalam cerita pendek tersebut.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kelas V SD di Gugus
Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati diperoleh hasil perhitungan
skor tertinggi 87, skor terendah 20, mean (skor rata-rata) 58; rentang skor 68;
banyak kelas 7; dan panjang kelas 10.
Data yang diperoleh, akan ditentukan jumlah kelas intervalnya agar lebih
mudah untuk ditabulasikan dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Distribusi frekuensi data ini dapat dilihat pada tabel 4.12 dan histogram
frekuensinya dapat dilihat pada gambar 4.2. Langkah-langkah menentukan tabel
distribusi frekuensi (Sugiyono 2012:35) sebagai berikut.
1. Menghitung jumlah kelas interval, dengan menggunakan rumus Sturges
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 60
= 6,9 yang dibulatkan menjadi 7
103
2. Menghitung rentang data
Rumus R = data terbesar – data terkecil + 1
= 87-20+1
= 68
3. Menentukan panjang kelas
Menentukan panjang kelas digunakan rumus panjang kelas = R : K = 68 : 7 =
9,7 dibulatkan menjadi 10.
Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Mengapresiasi
Cerita Pendek
No
kelas
Kelas
Interval
Batas
Bawah
Batas
Atas
Nilai
Tengah F
F
Relatif
%
F
kumulatif
%
1 80-89 79,5 89,5 84,5 5 8% 8%
2 70-79 69,5 79,5 74,5 10 17% 25%
3 60-69 59,5 69,5 64,5 15 25% 50%
4 50-59 49,5 59,5 54,5 12 20% 70%
5 40-49 39,5 49,5 44,5 8 13% 83%
6 30-39 29,5 39,5 34,5 8 13% 97%
7 20-29 19,5 29,5 24,5 2 3% 100%
Jumlah 60 100%
104
Gambar 4.2 Histogram Frekuensi Skor Kemampuan Mengapresiasi Cerita
Pendek
Dari hasil perhitungan data tersebut dapat diketahui persentase ketuntasan
hasil tes kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa. Batas minimal
ketuntasan peserta tes didasarkan pada pedoman yang sudah ada, yaitu
berdasarkan Depdiknas RI yang telah menentukan batas minimal ketuntasan
sebesar 60 %, sehingga siswa yang memperoleh nilai 60 ke atas dapat dikatakan
masuk kategori tuntas. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.11
Kriteria Ketuntasan Kemampuan Mengapresiasi
Cerita Pendek
No. Perolehan Nilai Kategori Frekuensi Persentase %
1. ≥ 60 Tuntas 30 50%
2. < 60 Tidak Tuntas 30 50%
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang sudah tuntas
dalam kemampuan mengapresiasi cerita pendek yaitu sebanyak 30 dari 60 siswa
0
2
4
6
8
10
12
14
16
19,5 29,5 39,5 49,5 59,5 69,5 79,5
Fre
kuen
si A
bso
lut
105
atau 50%. Sedangkan siswa yang belum tuntas dalam kemampuan mengapresiasi
cerita pendek adalah 30 dari 60 siswa atau 50%.
Untuk mengetahui tingkatan kriteria nilai tersebut, selanjutnya skor yang
diperoleh siswa dijelaskan dengan analisis deskriptif persentase dengan
mengonsultasikan pada tabel kriteria (lihat BAB III pada tabel 3.8).
Berdasarkan pedoman kriteria penilaian, perolehan nilai dari siswa
dijelaskan dengan pemberian kategori sebagai berikut.
Tabel 4.12
Analisis Deskripsi Persentase Kemampuan Mengapresiasi
Cerita Pendek
No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata
1 80 ke atas Sangat Baik 5 8%
58
2 70 – 79 Baik 10 17%
3 60 – 69 Cukup 15 25%
4 50 – 59 Kurang 12 20%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 18 30%
Jumlah 60 100% Kurang
Berdasarkan tabel perhitungan tersebut, terlihat bahwa sebanyak 5 siswa
atau 8% dari 60 siswa mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat baik.
Tingkat kemampuan mengapresiasi cerita pendek pada interval 70 – 79 terdapat
10 siswa atau 17% dari 60 siswa dengan kategori baik. Tingkat kemampuan
mengapresiasi cerita pendek pada interval 60 – 69 terdapat 15 siswa atau 25% dari
60 siswa mendapat kategori cukup. Tingkat kemampuan mengapresiasi cerita
pendek pada interval 50 – 59 terdapat 12 siswa atau 20% dari 60 siswa mendapat
kategori kurang dan pada interval 49 ke bawah terdapat 18 siswa atau 30% dari 60
siswa mendapat kategori sangat kurang. Rata-rata perolehan skor pada hasil
106
sebaran tes kemampuan mengapresiasi cerita pendek adalah 58, sehingga dapat
diketahui bahwa sebagian besar siswa kelas V SD di Gugus Sultan Agung
Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati memiliki kemampuan mengapresiasi
cerita pendek yang kurang.
Data yang terkumpul dari hasil penyebaran tes variabel kemampuan
mengapresiasi cerita pendek pada 60 responden dapat diketahui presentase skor
dari masing-masing indikator yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.13
Presentase Skor Per Indikator Kemampuan Mengapresiasi
Cerita Pendek
No. Indikator Jumlah
Soal
Jumlah
Skor % Skor Kategori
1.
Aspek kognitif: memahami unsur-
unsur kesastraan yang bersifat
objektif
7 1140 54% Kurang
2.
Aspek emotif: menghayati unsur-
unsur keindahan dalam teks sastra
yang dibaca (menyebutkan nilai-
nilai yang terkandung dalam
bacaan cerita)
3 615 68% Cukup
3. Aspek evaluatif: memberikan
penilaian terhadap isi bacaan 2 325 54% Kurang
Skor Rata-rata 58
Kategori Kurang
Dari hasil pengumpulan data tersebut diketahui bahwa rata-rata perolehan
skor pada hasil sebaran tes adalah 58 termasuk dalam kategori kurang, dimana
perolehan skor tertinggi (68%) terdapat pada indikator “aspek emotif” dengan
jumlah tujuh butir soal diperoleh skor sebesar 1140. Skor aspek kognitif dengan
jumlah tiga butir soal diperoleh skor sebesar 615 (54%) dan aspek evaluatif
dengan jumlah dua butir soal diperoleh skor sebesar 325 (54%). Adapun
penjelasan dari masing-masing indikator adalah sebagai berikut.
107
1. Aspek kognitif: memahami unsur-unsur kesastraan yang bersifat objektif
Pada indikator ini terdiri dari tujuh butir soal yaitu pada nomor 1-4, 6, 7,
dan 9. Berdasarkan hasil perhitungan penilaian terhadap kemampuan
mengapresiasi cerita pendek didapatkan hasil bahwa sebanyak 24 responden
mendapatkan nilai E dengan kategori sangat kurang. Secara keseluruhan, indikator
“aspek kognitif” termasuk dalam kategori kurang dengan persentase sebesar 54.
Adapun perinciannya adalah sebagai berikut.
Tabel 4.14
Analisis Deskripsi Persentase Indikator Aspek Kognitif
Butir Soal Jumlah Nilai (%) Skor
1 97 8,5%
2 151 13,2%
3 132 11,6%
4 138 12,1%
6 155 13,6%
7 284 24,9%
9 183 16,1%
Jumlah 1140 100%
No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata
1 80 ke atas Sangat Baik 3 5%
54
2 70 – 79 Baik 13 22%
3 60 – 69 Cukup 11 18%
4 50 – 59 Kurang 9 15%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 24 40%
60 100% Kurang
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui pada butir soal nomor 7
diperoleh skor tertinggi yaitu 24,9% dan skor terendah terdapat pada butir soal
nomor 1 yaitu 8,5%. Hasil perhitungan keseluruhan pada indikator ini didapatkan
3 siswa atau 5% dari 60 siswa mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat
baik. Pada interval nilai 70 – 79 terdapat 13 siswa atau 22% dari 60 siswa
108
mendapat kategori baik. Interval nilai 60 – 69 diperoleh 11 siswa atau 18% dari 60
siswa dengan kategori cukup. Terdapat 9 siswa atau 15% dari 60 siswa mendapat
kategori kurang dan 24 siswa atau 40% siswa mendapat nilai 49 ke bawah dengan
kategori sangat kurang.
2. Aspek emotif: menghayati unsur-unsur keindahan dalam teks sastra yang
dibaca
Pada indikator ini terdiri dari tiga butir soal yaitu pada nomor 5, 8, dan 11.
Berdasarkan hasil perhitungan penilaian terhadap kemampuan mengapresiasi
cerita pendek didapatkan hasil bahwa sebanyak 24 responden mendapatkan nilai
A dengan kategori sangat baik. Secara keseluruhan, indikator “aspek emotif”
termasuk dalam kategori cukup dengan persentase sebesar 68. Adapun
perinciannya adalah sebagai berikut.
Tabel 4.15
Analisis Deskripsi Persentase Indikator Aspek Emotif
Butir Soal Jumlah Nilai (%) Skor
5 224 36,4%
8 225 36,6%
11 166 27%
Jumlah 615 100%
No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata
1 80 ke atas Sangat Baik 24 40%
68
2 70 – 79 Baik 6 10%
3 60 – 69 Cukup 13 22%
4 50 – 59 Kurang 3 5%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 14 23%
60 100% Cukup
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada butir soal nomor 5
diperoleh skor 36,4%, nomor 8 diperoleh skor 36,6%, dan nomor 11 diperoleh
109
skor 27%. Jadi pada indikator ini butir soal nomor 8 mendapatkan skor tertinggi.
Hasil perhitungan keseluruhan pada indikator ini didapatkan 24 siswa atau 40%
dari 60 siswa mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat baik. Pada interval
nilai 70 – 79 terdapat 6 siswa atau 10% dari 60 siswa mendapat kategori baik.
Interval nilai 60 – 69 diperoleh 13 siswa atau 22% dari 60 siswa dengan kategori
cukup. Terdapat 3 siswa atau 5% dari 60 siswa mendapat kategori kurang dan 14
siswa atau 23% siswa mendapat nilai 49 ke bawah dengan kategori sangat kurang.
3. Aspek evaluatif: memberikan penilaian terhadap isi bacaan
Pada indikator ini terdiri dari dua butir soal yaitu pada nomor 10 dan 12.
Berdasarkan hasil perhitungan penilaian terhadap kemampuan mengapresiasi
cerita pendek didapatkan hasil bahwa sebanyak 26 responden mendapatkan nilai E
dengan kategori sangat kurang. Secara keseluruhan, indikator “aspek evaluatif”
termasuk dalam kategori kurang dengan persentase sebesar 54. Adapun
perinciannya adalah sebagai berikut.
Tabel 4.16
Analisis Deskripsi Persentase Indikator Aspek Evaluatif
Butir Soal Jumlah Nilai (%) Skor
10 166 51,1%
12 159 48,9%
Jumlah 325 100%
No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata
1 80 ke atas Sangat Baik 16 27%
54
2 70 – 79 Baik 7 12%
3 60 – 69 Cukup 2 3%
4 50 – 59 Kurang 9 15%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 26 43%
60 100% Kurang
110
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada butir soal nomor 10
diperoleh skor 51,1% dan nomor 12 diperoleh skor 48,9%. Jadi pada indikator ini
butir soal nomor 10 mendapatkan skor tertinggi. Hasil perhitungan keseluruhan
pada indikator ini didapatkan 16 siswa atau 27% dari 60 siswa mendapat nilai 80
ke atas dengan kategori sangat baik. Pada interval nilai 70 – 79 terdapat 7 siswa
atau 12% dari 60 siswa mendapat kategori baik. Interval nilai 60 – 69 diperoleh 2
siswa atau 3% dari 60 siswa dengan kategori cukup. Terdapat 9 siswa atau 15%
dari 60 siswa mendapat kategori kurang dan 26 siswa atau 43% siswa mendapat
nilai 49 ke bawah dengan kategori sangat kurang.
4.1.2 Pengujian Prasyarat Analisis Data
Karakteristik data penelitian yang telah dikumpulkan sangat menentukan
teknik analisis yang digunakan. Oleh karena itu, sebelum analisis data secara
inferensial untuk kepentingan pengujian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu data-
data tersebut diadakan pemeriksaan atau diuji. Pengujian yang dilakukan
menyangkut (1) pengujian normalitas; (2) pengujian homogenitas; (3) pengujian
linearitas; dan (4) keberartian regresi. Perhitungan prasyarat analisis data dalam
penelitian ini menggunakan perangkat lunak program SPSS versi 16.0 for
Windows.
4.1.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data
yang diambil dari sampel berdistribusi normal atau tidak. Taraf signifikansi yang
digunakan sebagai aturan untuk menerima atau menolak pengujian atas normal
111
atau tidaknya suatu distribusi data yaitu α = 0,05. Untuk menguji data normal atau
tidak maka, digunakan rumusan sebagai berikut.
Ho : Data berdistribusi normal
Ha : Data tidak berdistribusi normal
Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
a. Jika signifikansi p< 0,05, maka Ho ditolak
b. Jika signifikansi p> 0,05, maka Ho diterima
Hasil perhitungan dilakukan dengan metode One Sample Kolmogorov-Smirnov
melalui program SPSS versi 16.0 for Windows, untuk mengidentifikasi data
berdistribusi normal atau tidak dengan melihat nilai 2-tailed significance. Hasil
perhitungan uji normalitas diketahui sebagai berikut.
Tabel 4.17
Hasil Uji Normalitas Variabel X dan Y
Kemampuan
Membaca
Pemahaman
Kemampuan
Mengapresiasi
Cerita Pendek
N 60 60
Normal Parametersa Mean 70,0758 57,7778
Std. Deviation 16,88959 16,64028
Most Extreme
Differences
Absolute 0,162 0,070
Positive 0,109 0,050
Negative -0,162 -0,070
Kolmogorov-Smirnov Z 1,258 0,541
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,085 0,932
112
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa pengujian normalitas terhadap
data kemampuan membaca pemahaman didapatkan nilai signifikansi 0,085 p>
0,05. Dan nilai signifikansi variabel kemampuan mengapresiasi cerita pendek
0,932 p> 0,05. Sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, apabila nilai
signifikansi p> 0,05, maka dapat dikatakan bahwa data kemampuan membaca
pemahaman dan data kemampuan mengapresiasi cerita pendek berdistribusi
normal (Ho diterima).
Gambar 4.3 P-Plots Hasil Uji Normalitas
Grafik normal plot pada gambar 4.3 menunjukkan bahwa penyebaran titik-
titik mengikuti garis diagonal, maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi
normal dan model regresi memenuhi asumsi normalitas.
4.1.2.2 Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui data yang
diperoleh tersebut berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Pengujian
113
dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 16.0 for Windows untuk melihat nilai
signifikansi. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut.
Tabel 4.18
Hasil Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Kemampuan Membaca Pemahaman
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
0,001 1 118 0,977
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi variabel
kemampuan membaca pemahaman (X) berdasarkan variabel kemampuan
mengapresiasi cerita pendek (Y) adalah 0,977 > 0,05, artinya data variabel
kemampuan membaca pemahaman (X) berdasarkan variabel kemampuan
mengapresiasi cerita pendek (Y) mempunyai varian yang sama (homogen).
4.1.2.3 Uji Linearitas
Tujuan uji linieritas adalah untuk mengetahui hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat linier atau tidak. Kriteria pengujian linieritas adalah jika
nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05, maka hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat adalah linier. Untuk pengujian linearitas ini peneliti menggunakan
SPSS versi 16.0 for Windows. kriteria yang telah ditentukan adalah jika
signifikansi p< 0,05, maka hubungannya adalah linear, sebaliknya jika
signifikansi p> 0,05, maka hubungannya adalah tidak linear. Hasil
perhitungannya adalah sebagai berikut.
114
Tabel 4.19
Hasil Uji Linearitas antar Variabel
(Anova Table)
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Kemampuan
mengapresiasi
cerita pendek *
Kemampuan
membaca
pemahaman
Between
Groups
(Combined
) 11894,656 14 849,618 8,606 0,000
Linearity 11200,519 1 11200,519 113,458 0,000
Deviation
from
Linearity
694,137 13 53,395 0,541 0,886
Within Groups 4442,381 45 98,720
Total 16337,037 59
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh hasil taraf signifikansi =
0,000 < 0,05, maka dapat diartikan hubungan antara variabel kemampuan
membaca pemahaman dan variabel kemampuan mengapresiasi cerita pendek
adalah linear.
4.1.3 Analisis Data Akhir
4.1.3.1 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui dan membuktikan
apakah hipotesis nol (Ho) yang telah diajukan ditolak atau sebaliknya pada taraf
kepercayaan tertentu hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan diterima dan
berdasarkan data yang ada di lapangan. Peneliti mengajukan dua hipotesis sebagai
berikut.
115
1. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemampuan membaca
pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V
SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.
2. Terdapat pengaruh signifikan kemampuan membaca pemahaman terhadap
kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V SD di Gugus Sultan
Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.
Adapun rumusan hipotesis pertama adalah sebagai berikut.
Ha : Terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemampuan membaca
pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek
Ho : Tidak terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemampuan
membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek
Koefisien korelasi dicari untuk menguji hipotesis dengan melihat seberapa
besar hubungan antara kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan
mengapresiasi cerita pendek. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan
menggunakan bantuan program SPSS versi 16.0 for Windows, hasil
perhitungannya adalah sebagai berikut.
Tabel 4.20
Hasil Uji Korelasi antar Variabel
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 0,828a 0,686 0,680 9,41067 0,686 126,473 1 58 0,000
a. Predictors: (Constant), Kemampuan membaca pemahaman
b. Dependent Variable: Kemampuan mengapresiasi cerita pendek
116
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa ada korelasi antara
kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek
sebesar r hitung = 0,828. Untuk mengetahui koefisien korelasi tersebut bernilai
signifikan atau tidak, maka harus dibandingkan dengan r tabel. Taraf kesalahan
yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu 5% dan N = 60, maka harga r tabel =
0,254, ternyata harga r hitung lebih besar dari harga r tabel, sehingga Ho ditolak dan
Ha diterima. Jadi ada hubungan positif dan signifikan antara kemampuan
membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek sebesar 0,828
termasuk dalam kategori sangat kuat. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang
berbunyi “terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemampuan membaca
pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek” dinyatakan diterima.
Adapun rumusan hipotesis kedua adalah sebagai berikut.
Ha : Terdapat pengaruh signifikan antara kemampuan membaca pemahaman
terhadap
kemampuan mengapresiasi cerita pendek
Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan kemampuan membaca pemahaman
terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek
Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linear sederhana untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan kemampuan membaca pemahaman
terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Besarnya nilai pengaruh
kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita
pendek dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi. Adapun nilai determinasi
kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita
117
pendek sebesar (r hitung)2 x 100% = (0,828)
2 x 100% = 0,686 x 100% = 68,6%. Hal
ini berarti keeratan korelasi antara kemampuan membaca pemahaman terhadap
kemampuan mengapresiasi cerita pendek sebesar 68,6%. Nilai determinasi dapat
dilihat pada kolom R square dalam tabel model summary.
Jadi dapat dikatakan bahwa hipotesis yang berbunyi “terdapat pengaruh
signifikan kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan
mengapresiasi cerita pendek” dinyatakan diterima, karena kemampuan membaca
pemahaman memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan
mengapresiasi cerita pendek sebesar 68,6%.
4.1.3.2 Analisis Regresi Sederhana
Analisis regresi dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana
dengan satu prediktor yaitu kemampuan membaca pemahaman (X) sebagai
variabel bebas dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek (Y) sebagai variabel
terikat. Regresi sederhana didasarkan pada hubungan antara satu variabel bebas
dan satu variabel terikat. Dari analisis regresi ini dapat diketahui model regresi
yang dapat digunakan untuk mengetahui bentuk pengaruh antara kemampuan
membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Pada
penelitian ini, analisis regresi sederhana dihitung menggunakan program SPSS
versi 16.0 for Windows dengan hasil perhitungan sebagai berikut.
118
Tabel 4.21
Hasil Analisis Regresi Sederhana
Coefficients
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 0,611 5,226 0,117 0,907
Kemampuan
membaca
pemahaman
0,816 0,073 0,828 11,246 0,000
a. Dependent Variable: Kemampuan mengapresiasi cerita pendek
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa pada kolom
B didapatkan harga a sebesar 0,611 dan harga b sebesar 0,816. Sehingga
persamaan regresinya adalah Ŷ = 0,611 + 0,816 X. Berdasarkan persamaan
tersebut, apabila nilai kemampuan membaca pemahaman bertambah 1, maka nilai
kemampuan mengapresiasi cerita pendek akan bertambah 0,816 atau setiap nilai
kemampuan membaca pemahaman bertambah 10, maka nilai kemampuan
mengapresiasi cerita pendek akan bertambah 8,16. Nilai X dan Y berbanding
lurus, artinya semakin besar nilai X maka semakin besar pula nilai Y dan
sebaliknya semakin kecil nilai X maka semakin kecil pula nilai Y (X dan Y
memiliki pengaruh yang signifikan).
4.1.3.3 Uji Signifikansi
Uji t atau uji signifikansi parsial digunakan untuk mengetahui ada
pengaruh atau tidaknya antar variabel. Antar variabel dependen dan independen
dikatakan memiliki pengaruh jika nilai signifikansi < 0,05 dan jika nilai
signifikansi > 0,05 maka antar variabel dependen dan independen tidak
119
berpengaruh. Hasil perhitungan uji t dengan menggunakan program SPSS versi
16.0 for Windows adalah sebagai berikut.
Tabel 4.22
Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Coefficients
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2,126 0,162 13,164 0,000
kemampuan membaca
pemahaman -0,010 0,002 -0,347 -4,023 0,000
a. Dependent Variable: kemampuan mengapresiasi cerita pendek
Dari tabel hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa variabel kemampuan
membaca pemahaman diperoleh hasil t hitung = 4,023 dengan nilai signifikansi
0,000. Jadi nilai signifikan < 0,05 sehingga terdapat pengaruh antara kemampuan
membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek.
4.2 PEMBAHASAN
Hasil analisis dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kedua hipotesis
kerja yang diajukan dalam penelitian ini semuanya diterima. Temuan dalam
penelitian ini meliputi kemampuan membaca pemahaman, kemampuan
mengapresiasi cerita pendek, hubungan antara kemampuan membaca pemahaman
dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek, dan pengaruh kemampuan
membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Secara
120
lengkap pembahasan hasil analisis dan pengujian hipotesis diuraikan sebagai
berikut.
4.2.1 Kemampuan Membaca Pemahaman (Variabel X)
Keterampilan membaca merupakan modal awal siswa untuk menggali
ilmu pengetahuan yang akan dikembangkan dalam pendidikan formal. Pada
dasarnya, hampir semua jenis membaca memerlukan pemahaman karena kualitas
membaca manusia khususnya kalangan pelajar diukur dari kecepatan membaca,
pemahaman yang mendalam, pengingatan kembali dan penerapan informasi yang
didapat secara kreatif. Kegiatan membaca menuntut siswa untuk lebih terfokus
pada apa yang dibacanya dari segi kemampuan dan pemahamannya. Peranan guru
sangat membantu dalam memilah-milah dan menentukan sumber bacaan,
sehingga siswa tidak hanya terlatih untuk membaca dari berbagai sumber bacaan,
tetapi juga memahami apa yang dibacanya, serta mampu menyampaikan
informasi dalam bentuk lisan maupun tertulis. Salah satu jenis membaca yang
dapat digunakan dalam pembelajaran adalah membaca pemahaman, karena
dengan membaca pemahaman pembaca akan dapat memahami isi bacaan secara
menyeluruh dan dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya dengan
membuat rangkuman isi bacaan. Hal ini sejalan dengan Somadayo (2011:10),
membaca pemahaman merupakan suatu proses pemerolehan makna yang secara
aktif melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca
serta dihubungkan dengan isi bacaan. Semakin tinggi tingkat kemampuan
membaca pemahaman siswa, maka semakin tinggi pula tingkat pemahaman isi
121
bacaan siswa. Jadi pembelajaran membaca pemahaman dapat digunakan oleh guru
untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap suatu bacaan.
Tingkat kemampuan membaca pemahaman diketahui dengan
menggunakan teknik tes secara individual yaitu tes objektif (pilihan ganda). Tes
kemampuan membaca pemahaman terdiri dari 22 butir soal yang diujikan pada 60
responden. Berdasarkan hasil perhitungan, 23 siswa atau 38% dari 60 siswa
mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat baik. Tingkat kemampuan
membaca pemahaman pada interval 70 – 79 terdapat 13 siswa atau 22% dari 60
siswa dengan kategori baik. Tingkat kemampuan membaca pemahaman pada
interval 60 – 69 terdapat 8 siswa atau 13% dari 60 siswa mendapat kategori
cukup. Tingkat kemampuan membaca pemahaman pada interval 50 – 59 terdapat
8 siswa atau 13% dari 60 siswa mendapat kategori kurang dan pada interval 49 ke
bawah terdapat 8 siswa atau 13% dari 60 siswa mendapat kategori sangat kurang.
Nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SD di Gugus
Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati adalah 70 yang termasuk
dalam kategori baik.
Hasil perhitungan untuk masing-masing indikator yaitu pada indikator
“mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-bagiannya”
mendapatkan skor tertinggi yaitu 83% termasuk dalam kategori sangat baik. Skor
tertinggi kedua (75%) terdapat pada indikator “memahami arti kata-kata sesuai
penggunaan dalam wacana” termasuk dalam kategori baik. Kedua indikator
tersebut sesuai dengan pendapat dari Tarigan (2008:56) bahwa membaca
pemahaman bertujuan untuk memahami standar-standar norma kesastraan, resensi
122
kritis, drama tulis, serta pola-pola fiksi. Didukung juga oleh Nutall (dalam
Somadayo, 2011:11) bahwa tujuan membaca merupakan bagian dari proses
membaca pemahaman, pembaca memperoleh pesan atau makna dari teks yang
dibaca, pesan atau makna tersebut dapat berupa informasi, pengetahuan, dan
bahkan ungkapan pesan senang atau sedih.
Indikator “menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara
eksplisit terdapat dalam wacana” didapatkan skor sebesar 72% termasuk kategori
baik. Skor paling rendah (46%) terdapat pada indikator “mengenali pokok-pokok
pikiran yang terungkapkan dalam wacana” dengan kategori sangat kurang. Hal ini
didukung oleh pendapat dari Tarigan (2008:117) bahwa tujuan utama membaca
pemahaman adalah untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang
disediakan oleh pembaca berdasarkan pada teks bacaan. Untuk itu, pertanyaan-
pertanyaan tersebut adalah: (1) mengapa hal itu merupakan judul atau topik; (2)
masalah apasajakah yang dikupas atau dibentangkan dalam bacaan tersebut; (3)
hal-hal apa yang dipelajari dan dilakukan oleh sang tokoh.
Berdasarkan hasil perhitungan yang didapatkan pada penelitian di Gugus
Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati termasuk dalam kategori
tuntas dan baik dalam kemampuan membaca pemahaman. Jadi siswa memperoleh
informasi/pemahaman dari bacaan secara menyeluruh dan mampu
menghubungkan informasi lama dengan informasi yang baru diketahuinya.
4.2.2 Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek (Variabel Y)
Kemampuan bersastra untuk sekolah dasar bersifat apresiatif, karena sastra
dapat menanamkan rasa peka terhadap kehidupan, mengajarkan siswa bagaimana
123
menghargai orang lain, mengerti hidup, dan belajar bagaimana menghadapi
berbagai persoalan. Dalam pembelajaran sastra, salah satu hal yang penting adalah
apresiasi sastra. Effendi (dalam Aminuddin, 2013:34), apresiasi sastra adalah
kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan
pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang
baik terhadap karya sastra. Apresiasi bertujuan agar siswa secara emosional dan
estetis peka terhadap suatu karya dan meminta bereaksi terhadap nilai dan
kekayaan unsur-unsur psikologis dan artistik yang ada di dalam karya itu. Siswa
lebih tertarik untuk membaca sastra cerita pendek dibandingkan dengan jenis
prosa lainnya. Karena cerita pendek mengisahkan kehidupan manusia, baik nyata
atau khayalan yang disajikan secara singkat dan padat. Sehingga jika siswa
mempunyai kemampuan mengapresiasi cerita pendek yang baik, maka siswa akan
dapat memahami dan menentukan unsur-unsur pembangun dari cerita tersebut,
serta siswa dapat mengambil pelajaran dari cerita yang dibacanya untuk
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya.
Tingkat kemampuan mengapresiasi cerita pendek dapat diketahui dengan
dilakukan tes uraian singkat. Tes kemampuan mengapresiasi cerita pendek dalam
penelitian ini terdiri dari 12 butir soal yang diujikan pada 60 responden.
Berdasarkan hasil perhitungan, terlihat bahwa sebanyak 5 siswa atau 8% dari 60
siswa mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat baik. Tingkat kemampuan
mengapresiasi cerita pendek pada interval 70 – 79 terdapat 10 siswa atau 17% dari
60 siswa dengan kategori baik. Tingkat kemampuan mengapresiasi cerita pendek
pada interval 60 – 69 terdapat 15 siswa atau 25% dari 60 siswa mendapat kategori
124
cukup. Tingkat kemampuan mengapresiasi cerita pendek pada interval 50 – 59
terdapat 12 siswa atau 20% dari 60 siswa mendapat kategori kurang dan pada
interval 49 ke bawah terdapat 18 siswa atau 30% dari 60 siswa mendapat kategori
sangat kurang. Nilai rata-rata kemampuan mengapresiasi cerita pendek dari 60
responden siswa kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi
Kabupaten Pati adalah 58 yang termasuk dalam kategori kurang.
Hasil perhitungan masing-masing indikator yaitu perolehan skor tertinggi
(68%) terdapat pada indikator “aspek emotif” dengan kategori cukup. Hal ini
sesuai dengan pendapat Effendi bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli
karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian,
penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap
karya sastra.
Indikator aspek kognitif diperoleh skor sebesar 54% termasuk dalam
kategori kurang. Hal ini didukung oleh pendapat Moody dan Leslie (dalam Faisal,
2009:7.6) bahwa manfaat apresiasi sastra yaitu: (1) melatih keempat keterampilan
berbahasa; (2) menambah pengetahuan tentang pengalaman hidup manusia seperti
adat istiadat, agama, kebudayaan, dsb; (3) membantu mengembangkan pribadi;
(4) membantu pembentukan watak; (5) memberi kenyamanan; (6) meluaskan
dimensi kehidupan dengan pengalaman baru.
Indikator aspek evaluatif diperoleh skor sebesar 54% dengan kategori
kurang. Hal ini sesuai dengan pengertian apresiasi sastra yaitu suatu kegiatan
seseorang dalam menggauli karya sastra untuk memberikan penilaian/pujian
terhadap kualitas sebuah karya melalui perasaan atau kepekaan batin, pemikiran
125
kritis, pemahaman, dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang
diungkapkan oleh pengarang.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dapat dikatakan bahwa
kemampuan mengapresiasi cerita pendek termasuk dalam kategori kurang. Jadi
tujuan dari kegiatan mengapresiasi cerita pendek belum tercapai secara maksimal.
4.2.3 Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Kemampuan
Mengapresiasi Cerita Pendek
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah akan ada hubungan positif
dan signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan
mengapresiasi cerita pendek siswa SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan
Pucakwangi Kabupaten Pati. Berdasarkan hasil analisis data dan uji prasyarat
diperoleh data variabel X dan variabel Y berdistribusi normal, homogen, dan
linear. Hubungan kedua variabel dihitung menggunakan program SPSS versi 16.0
for Windows dengan rumus Product Moment dan hasil yang diperoleh adalah r xy
= 0,828 dan r tabel dengan N = 60 adalah 0,254 pada taraf signifikan 0,05, sehingga
r xy lebih besar dari r hitung berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel
kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita
pendek. Untuk mengetahui interpretasi koefisien korelasi maka harus berpedoman
pada tabel interpretasi. Hasil perhitungan menunjukkan r xy = 0,828 yaitu
termasuk dalam kategori sangat kuat. Hubungan antara kemampuan membaca
pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek bersifat positif atau
searah, karena koefisien korelasi bernilai positif yaitu sebesar 0,828. Hal ini juga
didasarkan pada hasil perhitungan analisis deskripsi persentase kemampuan
126
membaca pemahaman dengan rata-rata perolehan skor hasil sebaran tes adalah 70
yang termasuk dalam kategori baik dan juga pada hasil perhitungan kemampuan
mengapresiasi cerita pendek dengan rata-rata perolehan skor hasil sebaran tes
adalah 58 yang termasuk dalam kategori kurang.
Sejalan dengan hasil perhitungan tersebut, menurut Moody dan Leslie
(dikutip dari Wardani, 1981 dalam Faisal, 2009:7.6) salah satu manfaat apresiasi
sastra yaitu melatih keempat keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa
yang diperlukan siswa dalam kegiatan apresiasi adalah membaca, karena dengan
membaca siswa akan mengetahui dan memahami dengan jelas isi dari karya sastra
yang dibacanya. Agar pemahaman siswa terhadap karya sastra menyeluruh, maka
siswa dapat menggunakan salah satu jenis membaca, yaitu membaca pemahaman.
Menurut Nutall (dalam Somadayo, 2011:11), tujuan membaca merupakan bagian
dari proses membaca pemahaman, pembaca memperoleh pesan atau makna dari
teks yang dibaca, pesan atau makna tersebut dapat berupa informasi, pengetahuan,
dan bahkan ungkapan pesan senang atau sedih. Jadi membaca pemahaman akan
memudahkan siswa untuk mengapresiasi suatu karya sastra, karena dalam
kegiatan apresiasi sastra siswa harus memahami unsur-unsur pembangun dalam
karya sastra tersebut.
Berdasarkan hasil perhitungan dan pendapat ahli tersebut, dapat dikatakan
bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan membaca
pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek kelas V SD di
Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati. Jadi semakin tinggi
kemampuan membaca pemahaman maka akan semakin besar kemampuan
127
mengapresiasi cerita pendek. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan membaca
pemahaman maka akan semakin rendah kemampuan mengapresiasi cerita pendek.
4.2.4 Pengaruh Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Kemampuan
Mengapresiasi Cerita Pendek
Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh signifikan
kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita
pendek siswa kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi
Kabupaten Pati. Pengujian hipotesis ini menggunakan program SPSS versi 16.0
for Windows dengan menggunakan persamaan regresi Ŷ = a + bX. Berdasarkan
hasil perhitungan didapatkan harga a sebesar 0,611 dan harga b sebesar 0,816.
Sehingga persamaan regresinya adalah Ŷ = 0,611 + 0,816X. Berdasarkan
persamaan tersebut, apabila nilai kemampuan membaca pemahaman bertambah
satu satuan, maka nilai kemampuan mengapresiasi cerita pendek akan bertambah
0,816 atau setiap nilai kemampuan membaca pemahaman bertambah 10, maka
nilai kemampuan mengapresiasi cerita pendek akan bertambah 8,16. Nilai X dan
Y berbanding lurus, artinya semakin besar nilai X maka semakin besar pula nilai
Y dan sebaliknya semakin kecil nilai X maka semakin kecil pula nilai Y (X dan Y
memiliki pengaruh yang signifikan).
Besarnya nilai pengaruh kemampuan membaca pemahaman terhadap
kemampuan mengapresiasi cerita pendek dapat dilihat dari nilai koefisien
determinasi. Adapun nilai determinasi kemampuan membaca pemahaman
terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek sebesar (r hitung)2 x 100% =
(0,828)2 x 100% = 0,686 x 100% = 68,6%. Hal ini berarti keeratan korelasi antara
128
kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita
pendek sebesar 68,6%. Jadi dapat diketahui bahwa kemampuan mengapresiasi
cerita pendek 68,6% ditentukan oleh tingginya kemampuan membaca
pemahaman, dan 31,4% ditentukan oleh faktor lainnya, misalnya tingkat
intelegensi siswa.
Hasil penelitian ini sesuai dengan kajian teori yang dikemukakan pada bab
II yaitu, kemampuan membaca pemahaman merupakan salah satu faktor
terpenting dalam kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Tujuan membaca
pemahaman yaitu untuk memperoleh pemahaman atau informasi dari suatu
bacaan secara menyeluruh agar pembaca mampu menghubungkan informasi lama
dengan informasi yang baru diketahuinya, maka membaca pemahaman dapat
membantu siswa dalam kegiatan apresiasi cerita pendek. Karena melalui
membaca pemahaman, siswa akan mendapatkan pengetahuan yang mendalam dan
menyeluruh dari suatu bacaan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap katya
kesastraan manusia Indonesia. Jadi siswa akan mudah menentukan dan
memahami unsur-unsur pembangun cerita pendek yang dibacanya, serta siswa
dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu berdasarkan
jurnal dari Harlin (2015) menyatakan bahwa siswa yang memiliki pemahaman
yang baik terhadap bacaan, maka akan mudah dalam memahami masalah
sehingga dapat menyelesaikan soal cerita dengan baik pula. Artinya jika siswa
baik dalam membaca pemahaman, maka akan diikuti dengan kemampuan
menyelesaikan soal yang baik pula. Begitu sebaliknya, apabila siswa memiliki
kemampuan membaca pemahaman rendah, maka kemampuan menyelesaikan soal
129
juga akan rendah. Berdasarkan hasil perhitungan dan penjelasan tersebut, maka
kemampuan membaca pemahaman siswa berpengaruh signifikan terhadap
kemampuan mengapresiasi cerita pendek.
4.2.5 Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat memberikan
implikasi baik secara teoretis, praktis, dan pedagogis. Implikasi yang dimaksud
dijelaskan sebagai berikut.
4.2.5.1 Implikasi Teoretis
Dalman (2014:87), membaca pemahaman adalah membaca secara kognitif
(membaca untuk memahami). Oleh sebab itu, setelah membaca teks, pembaca
diharapkan dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya dengan cara
membuat rangkuman isi bacaan dengan menggunakan bahasanya sendiri. Melalui
kegiatan membaca pemahaman, siswa akan mampu mengapresiasi suatu bacaan
dan menyampaikannya baik secara lisan maupun tulisan. Serta memberikan
penilaian/pujian terhadap kualitas sebuah karya melalui perasaan atau kepekaan
batin, pemikiran kritis, pemahaman, dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan
yang diungkapkan oleh pengarang.
Hasil penelitian secara teoretis membuktikan bahwa kemampuan membaca
pemahaman berhubungan erat dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek.
Semakin tinggi kemampuan membaca pemahaman yang dimiliki seseorang, maka
akan semakin tinggi pula kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Sebaliknya,
semakin rendah kemampuan membaca pemahaman yang dimiliki seseorang, maka
semakin rendah pula kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Selanjutnya, hasil
130
penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya mengenai
kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek.
4.2.5.2 Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini, secara praktis dapat memberikan acuan kepada guru
SD untuk mengembangkan kemampuan akademik siswa melalui pembelajaran
membaca dan sebagai bahan pertimbangan guru dalam memperhatikan kebutuhan
siswa pada pembelajaran membaca. Selain itu, agar guru memiliki indikator yang
jelas berkaitan dengan peningkatan kemampuan membaca dan kemampuan
apresiasi siswa.
4.2.5.3 Implikasi Pedagogis
Setelah mengetahui hubungan dan pengaruh kemampuan membaca
pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek, secara pedagogis
implikasi dari penelitian ini adalah guru dapat mengatasi kesulitan siswa dalam
kegiatan membaca dan memahami isi bacaan dengan membantu siswa
meningkatkan kemampuan membaca yang dimiliki siswa melalui kegiatan
apresiasi karya sastra.
131
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengolahan data kemampuan membaca pemahaman dan
kemampuan mengapresiasi cerita pendek, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas V SD di Gugus Sultan
Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati termasuk pada kategori baik
yaitu dengan rata-rata 70.
2. Kemampuan mengapresiasi cerita pendek pada siswa kelas V SD di Gugus
Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati termasuk pada
kategori kurang yaitu dengan rata-rata 58.
3. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemampuan membaca
pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V
SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati yang
ditunjukkan dengan hasil perhitungan r xy = 0,828 dan r tabel dengan N = 60
adalah 0,254 pada taraf signifikan 0,05, sehingga r xy lebih besar dari r hitung.
Hasil perhitungan menunjukkan r xy = 0,828 yaitu termasuk dalam kategori
sangat kuat. Hubungan antara kemampuan membaca pemahaman dengan
kemampuan mengapresiasi cerita pendek bersifat positif atau searah, karena
koefisien korelasi bernilai positif yaitu sebesar 0,828.
4. Terdapat pengaruh yang signifikan kemampuan membaca pemahaman
terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek pada siswa kelas V SD di
Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati yang
132
ditunjukkan dengan hasil perhitungan menggunakan persamaan regresi Ŷ = a
+ bX dan didapatkan harga a sebesar 0,611 dan harga b sebesar 0,816.
Sehingga persamaan regresinya adalah Ŷ = 0,611 + 0,816X. Adapun nilai
determinasi kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan
mengapresiasi cerita pendek sebesar 68,6%. Hal ini berarti keeratan antara
kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi
cerita pendek sebesar 68,6%. Jadi dapat diketahui bahwa kemampuan
mengapresiasi cerita pendek 68,6% ditentukan oleh tingginya kemampuan
membaca pemahaman, dan 31,4% ditentukan oleh faktor lainnya, misalnya
tingkat intelegensi siswa.
5.2 SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan pada penelitian ini, peneliti
memberikan saran sebagai berikut.
1. Bagi Siswa
Siswa hendaknya banyak berlatih membaca khususnya membaca
pemahaman, karena dengan membaca dan memahami isi bacaan maka siswa
akan mudah untuk mengapresiasi karya sastra. Selain itu, membaca
merupakan keterampilan yang sangat mendukung ketercapaian tujuan
pembelajaran semua bidang studi.
2. Bagi Guru
Guru hendaknya memberikan motivasi dan bimbingan yang teratur kepada
siswa dalam kegiatan membaca. Guru juga perlu merencanakan kegiatan-
133
kegiatan yang dapat menunjang peningkatan keterampilan membaca siswa,
khususnya kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa yang dirasa masih
kurang.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Kemampuan mengapresiasi cerita pendek tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
kemampuan membaca pemahaman saja, maka diharapkan kepada peneliti lain
untuk meneliti variabel lain yang dapat mempengaruhi kemampuan
mengapresiasi cerita pendek.
134
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, Rabiatul, dkk. Peningkatan Kemampuan membaca Pemahaman
Melalui Metode Diskusi Siswa Kelas IV SDN Inti Tomoli. Jurnal Kreatif
Tadulako Online 5:14-25.
Aminuddin. 2013. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Anitah, Sri. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
________________. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Artu, Nurdia. 2013. Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman
Siswa Kelas IV SDN Pembina Liang melalui Penerapan Strategi Survey
Questions Reading Recite Review (SQ3R). Jurnal Kreatif Tadulako Online
2:105-113.
Auzar. 2013. Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Kemampuan
Memahami Bahasa Soal Hitungan Cerita Matematika Murid-Murid Kelas
5 SD 006 Pekanbaru. Jurnal Bahas 8:33-38.
Azwar, Saifuddin. 2015. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Basuki, Imam Agus. 2011. Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV
SD Berdasarkan Tes Internasional dan Tes Lokal. Jurnal Bahasa dan Seni
2:202-212.
BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Dalman. 2014. Keterampilan Membaca. Jakarta: Rajawali Perss.
Daryanto. 2013. Belajar dan Mengajar. Bandung: Yrama Widya.
Darmawan, Deni. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Djiwandono, Soenardi. 2011. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Malang: Indeks.
135
Doyin dan Wagiran. 2012. Bahasa Indonesia. Semarang: Unnes Press.
Faisal, dkk. 2009. Kajian Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Direktorat Jenderal
Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Gilakjani, Abbas Pourhosein, dkk. 2011. The Relationship between L2 Reading
Comprehension and Schema Theory: A Matter of Text Familiarity.
International Journal of Information and Education Technology 1:142-149.
Hamalik, Oemar. 2014. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Harlin, Arum Titis. 2015. Hubungan antara Kemampuan Membaca Pemahaman
dengan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Siswa Kelas
IV SDN se-Gugus 3 Imogiri Bantul.
Haryadi, 2012. Dasar-dasar Membaca Bermuatan Berpikir Kreatif dan
Pendidikan Karakter. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Herman, J. Waluyo. 2014. Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: UNS
Press.
Imam, Ombra A., dkk. 2013. Correlation between Reading Comprehension Skills
and Students’ Performance in Mathematics. International Journal of
Evaluation and Research in Education (IJERE) 2:1-8.
Laily, Idah Faridah. 2014. Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan
Kemampuan Memahami Soal Cerita Matematika Sekolah Dasar. Jurnal
Eduma 3:52-62.
Musfiqon. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Prestasi
Pustakaraya.
Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis
Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.
Nurhadi. 2005. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bandung:
Sinar Baru Algensindo.
. 2005. Membaca Cepat dan Efektif (Teori dan Latihan). Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
Poerwanti, Endang. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
136
Pourkalhor, Omid, dkk. 2013. Teaching Reading Comprehension Through Short
Stories in Advance Classes. Asian Journal of Social Sciences &
Humanities 2:52-60.
Priyatno, Dwi. 2014. SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis. Yogyakarta: CV Andi
Offset.
Rahim, Farida. 2011. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Riduwan. 2015. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Riffa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang:
Unnes Press.
Rosdiana, Yusi, dkk. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Samirun. 2013. Korelasi Penguasaan Kosa Kata dan Membaca Pemahaman
dengan Kemampuan Menulis Karangan Siswa Kelas V SDN Margomulyo
1 Ngawi. Jurnal NOSI 1:287-295.
Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Somadayo, Samsu. 2011. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suhartiningsih. 2012. Meningkatkan Kemampuan Mengapresiasi Bacaan Cerita
Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Area Isi. Jurnal Ilmu
Pendidikan Sekolah Dasar 1:131-142.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Susanto, Ahmad. 2015. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenadamedia.
137
Tampubolon. 2008. Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien.
Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Trianto. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Kontekstual. Jakarta: Prenadamedia.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 2011. Jakarta: Diperbanyak oleh Sinar Grafika.
Winataputra, Udin S. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Zulela. 2013. Pembelajaran Bahasa Indonesia Apresiasi Sastra di Sekolah Dasar.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
138
Lampiran 1
DAFTAR NAMA SAMPEL UJI COBA
NO. NAMA KODE
1. AR UC-01
2. AT UC-02
3. AF UC-03
4. AD UC-04
5. BS UC-05
6. CH UC-06
7. DD UC-07
8. DN UC-08
9. VI UC-09
10. FN UC-10
11. HR UC-11
12. ID UC-12
13. IS UC-13
14. IN UC-14
15. IR UC-15
16. MR UC-16
17. MS UC-17
18. RS UC-18
19. RN UC-19
20. MF UC-20
21. RK UC-21
22. RA UC-22
23. RT UC-23
24. RC UC-24
25. SA UC-25
26. MA UC-26
27. MF UC-27
28. BL UC-28
29. AK UC-29
30. DP UC-30
31. IA UC-31
32. MI UC-32
139
Lampiran 2
KISI-KISI
TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN (UJI COBA)
No. Indikator No. Item Jumlah Item
1
Memahami arti kata-kata sesuai penggunaan
dalam wacana
9, 27-29 4
2
Mengenali susunan organisasi wacana dan antar
hubungan bagian-bagiannya
2, 10, 14, 21, 24 5
3
Mengenali pokok-pokok pikiran yang
terungkapkan dalam wacana
19, 20, 26, 30 4
4
Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawaban-
nya secara eksplisit terdapat dalam wacana
1, 3-8, 11-13, 15-
18, 22, 23, 25
17
Jumlah item 30
Sumber: Farr (dalam Djiwandono, 2011:117)
140
Lampiran 3
TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN (UJI COBA)
Petunjuk:
1. Isilah nama dan nomor absen anda pada kolom identitas yang telah
disediakan.
2. Baca dan pahami dahulu bacaan di bawah ini sebelum menjawab pertanyaan-
pertanyaan.
3. Bacalah setiap pertanyaan di bawah ini dengan teliti.
4. Pilihlah satu jawaban yang paling benar dengan memberikan tanda silang (X)
pada lembar jawaban yang tersedia.
5. Kerjakan semua pertanyaan secara individu.
6. Jika jawaban anda salah dan ingin dibetulkan caranya sebagai berikut:
Contoh: a b c d diperbaiki a b c d
(Bacaan untuk soal no. 1-12)
Pada zaman dahulu, di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang bahagia.
Keluarga itu mempunyai anak yang cantik bernama Bawang Putih. Kehidupan
bahagia itu terganggu saat ibu Bawang Putih sakit keras dan pada akhirnya
meninggal dunia. Bawang Putih dan ayahnya sangat berduka. Sekarang Bawang
Putih hanya tinggal berdua bersama ayahnya.
Di desa itu, hiduplah seorang janda yang mempunyai anak bernama
Bawang Merah. Sejak ibu Bawang Putih meninggal, ibu Bawang Merah sering
berkunjung ke rumah Bawang Putih untuk membawakan makanan, menolong
Bawang Putih membereskan rumah dan menemani Bawang Putih serta ayahnya
mengobrol.
Akhirnya, sang janda itu menikah dengan ayah Bawang Putih. Kehidupan
Bawang Putih tidak sepi lagi. Dia mendapat ibu baru sekaligus saudara
perempuan, yaitu Bawang Merah. Pada awalnya, sang ibu tiri dan saudara tiri itu
amat baik pada Bawang Putih, tetapi lama-kelamaan sifat asli mereka mulai
141
terlihat. Mereka sering memarahi Bawang Putih serta memberinya pekerjaan berat
bila ayah mereka pergi berdagang.
Suatu hari, ayah Bawang Putih sakit keras dan kemudian meninggal.
Tinggallah Bawang Putih bersama ibu dan saudara tirinya. Setiap hari Bawang
Putih disiksa oleh Bawang Merah dan ibunya. Namun, Bawang Putih menerima
kehidupan itu dengan tabah dan tetap menuruti perintah Bawang Merah dan
ibunya.
1. Apakah judul yang sesuai dengan cerpen di atas?
a. Bawang Merah dan Bawang Putih
b. Bawang Putih dan ibunya
c. Bawang Merah dan ibunya
d. Bawang Merah yang jahat
2. Siapakah tokoh utama dalam cerita di atas?
a. Bawang Putih
b. Bawang Merah
c. Ayah Bawang Putih
d. Ibu Bawang Merah
3. Bagaimanakah watak Ibu Bawang Merah dalam cerpen di atas?
a. Penipu dan jahat
b. Jahat dan kejam
c. Senang berbohong dan licik
d. Penipu dan licik
4. Bagaimanakah kehidupan Bawang Putih sebelum ibunya meninggal?
a. Bawang Putih merasa sangat kesepian
b. Bawang Putih disiksa oleh ibunya
c. Bawang Putih hidup bahagia dan tentram
d. Bawang Putih tidak pernah bekerja
5. Bagaimanakah kehidupan Bawang Putih bersama ibu tirinya?
a. Bawang Putih mendapat perhatian dari ibu tirinya
b. Bawang Putih hidup bahagia dengan ibu tirinya
c. Bawang Putih difitnah oleh ibu tirinya
142
d. Bawang Putih disiksa oleh ibu tirinya
6. Apakah yang dilakukan Bawang Merah dan ibunya kepada Bawang Putih
ketika ayahnya pergi berdagang?
a. Memberi pekerjaan yang berat kepada Bawang Putih
b. Menyuruh Bawang Putih ikut ayahnya berdagang
c. Memberikan perhatian kepada Bawang Putih
d. Mengajak Bawang Putih pergi berlibur
7. Bagaimana Bawang Putih menjalani kehidupan dengan ibu tirinya?
a. Putus asa
b. Menyerah
c. Bahagia
d. Tabah
8. Terlihatnya sifat asli Bawang Merah dan ibunya terdapat pada paragraf ke ….
a. Satu
b. Dua
c. Tiga
d. Empat
9. Kata “meninggal” pada paragraf pertama, memiliki sinonim dengan kata ....
a. Pergi
b. Layu
c. Wafat
d. Mengusir
10. Cerita pendek di atas termasuk ....
a. Sage
b. Dongeng
c. Mitos
d. Legenda
11. Apa yang dilakukan Bawang Merah dan ibunya sebelum menikah dengan
ayah Bawang Putih?
a. Memberikan makanan
b. Berlibur bersama
143
c. Mengawasi Bawang Putih
d. Menolong Bawang Putih
12. Pesan moral dari cerita di atas adalah ....
a. Perbuatan jahat akan mendapatkan balasannya
b. Tabah menjalani musibah
c. Jangan menilai orang dari penampilannya
d. Kerjakan semua pekerjaan dengan ikhlas
(Bacaan untuk soal no. 13-16)
Pahlawan Kecil
Namaku Joni. Semenjak ayahku meninggal, aku tinggal dengan ibuku dan
ketiga adikku. Aku sangat sayang dengan mereka. Aku tinggal di desa Suka Maju,
Kecamatan Sukabumi. Rumahku sangat sederhana. Karena aku yang paling besar,
aku bertanggung jawab atas semua keluargaku. Setiap pulang sekolah aku
berangkat mengamen di pinggir jalan. Walaupun mengamen aku tetap sekolah
untuk menggapai cita-citaku. Aku selalu giat belajar dan bekerja untuk keluarga.
13. Berdasarkan penggalan cerita di atas, tema dari cerita tersebut adalah ....
a. Perjuangan hidup seorang anak
b. Perjuangan pahlawan kemerdekaan
c. Pengamen jalanan
d. Keluarga sejahtera
14. Tokoh utama dalam cerita “Pahlawan Kecil” adalah ....
a. Adik
b. Ibu
c. Ayah
d. Joni
15. Apakah yang biasanya dilakukan Joni setelah pulang sekolah?
a. Meminta-minta
b. Mengamen
c. Bekerja
d. Belajar
144
16. Amanat yang terdapat di dalam cerita “Pahlawan Kecil” adalah ....
a. Jangan Berbohong
b. Taat Kepada Orang Tua
c. Jangan Boros
d. Menyayangi keluarga
(Bacaan untuk soal no. 17-18)
Raden Pangantin
Di sebuah desa di kawasan hulu sungai Kalimantan Selatan, hidup seorang
janda yang bernama Diang Ingsun bersama anaknya yang bernama Raden
Pangantin. Kehidupan mereka sangat sederhana, Raden Pangantin sangat
menyayangi Ibunya yang sudah tua renta. Mereka berdua hidup bahagia, namun
semua berubah ketika pemuda itu pergi merantau untuk bekerja di luar desanya.
17. Berdasarkan cerita di atas, watak Diang Ingsun adalah ....
a. Anak yang sangat menyayangi ibunya
b. Ibu yang sombong namun sangat menyayangi anaknya
c. Ibu yang sederhana dan tua renta
d. Ibu yang tidak mengakui anaknya
18. Sifat Raden Pengantin kepada ibunya sebelum ia pergi merantau adalah….
a. Penurut
b. Penyayang
c. Pekerja keras
d. Berbakti
19. Bacalah cerita di bawah ini!
Anton anak yang pandai. Setiap hari Anton belajar dengan penuh semangat.
Sehabis pulang dari sekolah, Anton selalu mengulang pembelajaran yang
dipelajari di sekolah. Setiap tugas dan pekerjaan rumah selalu dikerjakannya
tanpa bantuan orang lain.
Gagasan utama pada paragraf di atas adalah ....
a. Setiap tugas dan pekerjaan rumah selalu dikerjakannya
b. Anton anak yang pandai
145
c. Anton belajar penuh semangat
d. Anton mengulang selalu mengulang pembelajaran
20. Cuaca buruk menyebabkan terhambatnya distribusi barang-barang ke pulau
sumatra. Kapal-kapal feri tidak beroperasi karena tinggi ombak di selat sunda.
Akibatnya puluhan truk mengantre di pelabuhan merak. Hal tersebut cukup
merugikan produsen, distributor dan konsumen.
Pikiran pokok dari paragraf diatas adalah….
a. Cuaca buruk menghambat distribusi barang
b. Banyaknya antrian truk di pelabuhan
c. Ombak tinggi di selat sunda
d. Cuaca buruk merugikan produsen
(Bacaan untuk soal no. 21 dan 22)
Pada zaman dahulu, di Bali ada sebuah kerajaan bernama Soma Kencana.
Suatu saat Raja bingung dengan ulah si burung. Burung itu suka merusak tanaman
istana. Akhirnya sang raja membuat pengumuman, siapa yang berhasil menagkap
burung itu akan diberi jabatan di istana. Akhirnya seekor tikus berhasil
menangkap burung itu dengan cepat.
21. Tokoh dalam cerita di atas adalah….
a. Tikus
b. Burung
c. Raja
d. Tikus, burung, dan raja
22. Amanat dari cerita di atas adalah….
a. Binatang harus patuh pada raja
b. Kita tidak boleh membantu rang lain
c. Kita jangan suka berbuat jahat kepada orang lain
d. Semua perbuatan akan ada balasannya
23. Matahari menampakkan diri dari ufuk timur. Petani berangkat ke sawah
dengan gembira. Mereka membawa perlengkapan panen dan makanan
secukupnya. Hamparan butiran padi yang menguning menunduk minta dituai.
146
Latar cerita pada paragraf di atas adalah...
a. Di pegunungan
b. Di pinggir hutan
c. Di sawah pagi hari
d. Di sawah siang hari
(Bacaan untuk soal no. 24 dan 25)
Nunu tak peduli diejek kawan-kawannya. Dia tetap masuk Taman Bacaan
"Kancil". Siang itu dia sengaja menyempatkan mampir ke tempat baca itu.
"Semakin banyak membaca buku, ternyata makin banyak yang ku tahu", gumam
Nunu.
24. Tokoh utama dalam penggalan cerita di atas adalah....
a. Dia
b. Taman Bacaan "Kancil"
c. Nunu
d. Kawan-kawannya
25. Amanat yang terkandung dalam cerita di atas adalah....
a. Rajin membaca
b. Semakin banyak membaca buku semakin banyak tahu
c. Taman bacaan tempat anak yang hobi membaca
d. Meski banyak yang mengejek, Nunu tetap pergi ke Taman Bacaan
"Kancil"
26. Longsornya timbunan sampah di Batujajar menyebabkan bencana alam.
Peristiwa ini telah menelan banyak korban jiwa dan harta benda. Sebagian
penduduk mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Gagasan utama pada paragraf di atas adalah....
a. Bencana alam
b. Longsornya timbunan sampah
c. Korban bencana banyak
d. Penduduk mengungsi ke tempat aman
147
27. Kakak Rudi bekerja sebagai reporter televisi swasta.
Makna kata yang dicetak miring ialah....
a. Orang yang mengetik berita
b. Orang yang melaporkan berita
c. Orang yang menjual berira
d. Orang yang membaca berita
28. Para penonton ... karena lucu.
Kata yang tepat untuk me lengkapi titiktitik tersebut ialah ....
a. Tersipusipu
b. Terisakisak
c. Tersedusedu
d. Terbahakbahak
29. Sungguh megah bangunanmu
Indah dan menggugah
Siapa pun memandang akan ter pesona
Kau salah satu tujuh keajaiban dunia
Kebanggaan bangsa Indonesia
Kutipan puisi tersebut menceritakan ....
a. Candi Borobudur
b. Monas
c. Prasasti
d. Museum
30. Seruni lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Dia tak memiliki teman.
Bahkan, kakaknya juga tak mempedulikannya. Terlahir sebagai gadis bisu
dan tuli. Seruni hanya bisa bermain dengan ibu dan kawan khayalannya.
Pokok pikiran pada paragraf di atas adalah....
a. Seruni tidak memiliki teman
b. Seruni terlahir sebagai gadis bisu dan tuli
c. Seruni hanya bisa bermain dengan ibunya
d. Kakak Seruni tak mempedulikannya
148
LEMBAR JAWABAN
TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
16. A B C D
17. A B C D
18. A B C D
19. A B C D
20. A B C D
21. A B C D
22. A B C D
23. A B C D
24. A B C D
25. A B C D
26. A B C D
27. A B C D
28. A B C D
29. A B C D
30. A B C D
1. A B C D
2. A B C D
3. A B C D
4. A B C D
5. A B C D
6. A B C D
7. A B C D
8. A B C D
9. A B C D
10. A B C D
11. A B C D
12. A B C D
13. A B C D
14. A B C D
15. A B C D
NILAI : Nama :
Absen :
Kelas :
Sekolah :
149
KUNCI JAWABAN
TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
1. A
2. D
3. B
4. C
5. D
6. A
7. D
8. C
9. C
10. B
11. A
12. A
13. A
14. D
15. B
16. D
17. C
18. B
19. B
20. A
21. D
22. C
23. C
24. C
25. B
26. B
27. B
28. D
29. A
30. A
150
Lampiran 4
LEMBAR HASIL UJI COBA
TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
151
152
Lampiran 5
TABULASI DATA UJI COBA KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 UC-01 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 15
2 UC-02 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 24
3 UC-03 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 23
4 UC-04 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 22
5 UC-05 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 29
6 UC-06 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 18
7 UC-07 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 26
8 UC-08 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 22
9 UC-09 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 16
10 UC-10 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 24
11 UC-11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 26
12 UC-12 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 24
13 UC-13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 27
14 UC-14 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 17
15 UC-15 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 26
16 UC-16 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 26
17 UC-17 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 18
18 UC-18 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 25
19 UC-19 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 27
20 UC-20 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 17
21 UC-21 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 23
22 UC-22 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 21
23 UC-23 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 23
24 UC-24 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 18
25 UC-25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 29
26 UC-26 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 17
27 UC-27 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 25
28 UC-28 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 21
29 UC-29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29
30 UC-30 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 26
31 UC-31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
32 UC-32 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 26
30 21 30 30 28 27 22 9 30 29 30 23 26 28 30 22 20 22 30 23 24 22 31 30 18 22 21 22 28 10 738N
No RespondenButir Soal
Skor
153
Lampiran 6
UJI VALIDITAS KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 UC-01 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0
2 UC-02 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
3 UC-03 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
4 UC-04 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1
5 UC-05 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 UC-06 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1
7 UC-07 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
8 UC-08 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
9 UC-09 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0
10 UC-10 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
11 UC-11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
12 UC-12 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
13 UC-13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 UC-14 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1
15 UC-15 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
16 UC-16 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
17 UC-17 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1
18 UC-18 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1
19 UC-19 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
20 UC-20 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1
21 UC-21 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
22 UC-22 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1
23 UC-23 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
24 UC-24 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1
25 UC-25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
26 UC-26 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1
27 UC-27 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
28 UC-28 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1
29 UC-29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
30 UC-30 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
31 UC-31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
32 UC-32 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
30 21 30 30 28 27 22 9 30 29 30 23 26 28 30
0.477158867 0.541634143 0.41406348 0.445611174 0.513764681 0.448240148 0.586930629 0.483002615 0.477158867 0.031111234 0.41406348 0.400202167 0.183422335 0.444493038 0.477158867
0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349
VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID DROP VALID VALID DROP VALID VALID
N
Rxy
r tabel
Keterangan
No RespondenButir Soal
154
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0
0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0
1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0
1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0
1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1
0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0
1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1
1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1
1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0
0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1
0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0
1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0
1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0
0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0
0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1
22 20 22 30 23 24 22 31 30 18 22 21 22 28 10
0.356277189 -0.082812696 0.586930629 0.41406348 0.349248045 0.432074574 0.372752434 -0.041146573 -0.027604232 0.075044279 0.04324752 0.541634143 0.586930629 0.329040301 0.549861326
0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349
VALID DROP VALID VALID VALID VALID VALID DROP DROP DROP DROP VALID VALID DROP VALID
Butir Soal
1 UC-01
2 UC-02
3 UC-03
4 UC-04
5 UC-05
6 UC-06
7 UC-07
8 UC-08
9 UC-09
10 UC-10
11 UC-11
12 UC-12
13 UC-13
14 UC-14
15 UC-15
16 UC-16
17 UC-17
18 UC-18
19 UC-19
20 UC-20
21 UC-21
22 UC-22
23 UC-23
24 UC-24
25 UC-25
26 UC-26
27 UC-27
28 UC-28
29 UC-29
30 UC-30
31 UC-31
32 UC-32
N
Rxy
r tabel
Keterangan
No Responden
155
0.9375 0.65625 0.9375 0.9375 0.875 0.84375 0.6875 0.28125 0.9375 0.90625 0.9375 0.71875 0.8125 0.875 0.9375
0.0625 0.34375 0.0625 0.0625 0.125 0.15625 0.3125 0.71875 0.0625 0.09375 0.0625 0.28125 0.1875 0.125 0.0625
0.05859375 0.225585938 0.05859375 0.05859375 0.109375 0.131835938 0.21484375 0.202148438 0.05859375 0.084960938 0.05859375 0.202148438 0.15234375 0.109375 0.05859375
p
q
pq
Lampiran 7
UJI RELIABILITAS KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 UC-01 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0
2 UC-02 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
3 UC-03 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
4 UC-04 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1
5 UC-05 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 UC-06 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1
7 UC-07 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
8 UC-08 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
9 UC-09 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0
10 UC-10 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
11 UC-11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
12 UC-12 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
13 UC-13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 UC-14 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1
15 UC-15 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
16 UC-16 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
17 UC-17 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1
18 UC-18 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1
19 UC-19 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
20 UC-20 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1
21 UC-21 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
22 UC-22 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1
23 UC-23 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
24 UC-24 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1
25 UC-25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
26 UC-26 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1
27 UC-27 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
28 UC-28 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1
29 UC-29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
30 UC-30 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
31 UC-31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
32 UC-32 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
30 21 30 30 28 27 22 9 30 29 30 23 26 28 30N
No RespondenButir Soal
156
0.6875 0.625 0.6875 0.9375 0.71875 0.75 0.6875 0.96875 0.9375 0.5625 0.6875 0.65625 0.6875 0.875 0.3125
0.3125 0.375 0.3125 0.0625 0.28125 0.25 0.3125 0.03125 0.0625 0.4375 0.3125 0.34375 0.3125 0.125 0.6875
0.21484375 0.234375 0.21484375 0.05859375 0.202148438 0.1875 0.21484375 0.030273438 0.05859375 0.24609375 0.21484375 0.225585938 0.21484375 0.109375 0.21484375
p
q
pq
30
4.42578125
16.74609375
23.0625
0.705026423
var
mean
ρ (KR 21)
k
∑pq
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0
0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0
1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0
1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0
1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1
0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0
1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1
1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1
1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0
0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1
0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0
1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0
1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0
0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0
0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1
22 20 22 30 23 24 22 31 30 18 22 21 22 28 10
0.356277189 -0.082812696 0.586930629 0.41406348 0.349248045 0.432074574 0.372752434 -0.041146573 -0.027604232 0.075044279 0.04324752 0.541634143 0.586930629 0.329040301 0.549861326
0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349
VALID DROP VALID VALID VALID VALID VALID DROP DROP DROP DROP VALID VALID DROP VALID
Butir Soal
1 UC-01
2 UC-02
3 UC-03
4 UC-04
5 UC-05
6 UC-06
7 UC-07
8 UC-08
9 UC-09
10 UC-10
11 UC-11
12 UC-12
13 UC-13
14 UC-14
15 UC-15
16 UC-16
17 UC-17
18 UC-18
19 UC-19
20 UC-20
21 UC-21
22 UC-22
23 UC-23
24 UC-24
25 UC-25
26 UC-26
27 UC-27
28 UC-28
29 UC-29
30 UC-30
31 UC-31
32 UC-32
N
Rxy
r tabel
Keterangan
No Responden
157
Lampiran 8
KISI-KISI
TES KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK
(UJI COBA)
No. Indikator No. Item Jumlah Item
1.
Aspek kognitif: memahami unsur-unsur kesastraan yang
bersifat objektif
1-5, 7-9,
12
9
2.
Aspek emotif: menghayati unsur-unsur keindahan dalam
teks sastra yang dibaca (menyebutkan nilai-nilai yang
terkandung dalam bacaan cerita)
6, 10, 11,
14
4
3. Aspek evaluatif: memberikan penilaian terhadap isi bacaan 13, 15 2
Jumlah 15
Sumber: Aminudin (2013:34)
158
Lampiran 9
TES KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK (UJI COBA)
Petunjuk:
1. Isilah identitas anda pada kolom identitas lembar jawaban yang telah
disediakan.
2. Baca dan pahamilah dahulu bacaan di bawah ini sebelum menjawab
pertanyaan-pertanyaan.
3. Bacalah setiap pertanyaan di bawah ini dengan teliti.
4. Kerjakan semua pertanyaan secara individu pada lembar yang telah
disediakan.
Putri Gisela
Dalam sebuah hutan yang gelap dan penuh dengan pohon besar, tinggal
seorang wanita tua yang bernama Gisela. Ia hidup seorang diri. Tidak ada
seorangpun yang mau menemaninya karena wajahnya buruk. Penduduk di sekitar
itu menyebutnya “Penyihir Tua”. Anak-anak dilarang bermain di dekat rumahnya.
Gisela hanya berteman dengan burung-burung yang terbang dan
bertengger di atap rumahnya. Sambil bernyanyi-nyanyi, Gisela bermain dengan
burung-burung itu. Ia merasa bahagia mempunyai teman meskipun hanya burung.
Kepada burung-burung itulah Gisela mencurahkan segala perasaannya.
Sebenarnya, Gisela adalah seorang putri raja di negeri Anta. Ia disihir oleh
penasehat kerajaan. Oleh karena itu, ia berubah menjadi wanita tua. Ia difitnah
dan dianggap sebagai penjelmaan iblis jahat. Gisela diusir dari istana.
Suatu malam, ketika Gisela sedang menyalakan obor untuk menerangi
rumahnya, ada seorang berkuda menghampiri gubuknya. Ternyata, orang itu
adalah pemuda yang cakap. Pemuda itu berkata, ”Permisi, Nenek yang baik. Saya
tersesat dan kemalaman. Bolehkah saya menumpang tidur di rumah Nenek?”
Gisela menjawab, ”Oh, tentu saja. Silakan masuk. Apakah kamu sudah makan?
Kalau belum, aku akan menyiapkan makanan untukmu.” Gisela senang karena
159
ada yang mau berbicara padanya. Sebenarnya, ia sedikit kecewa karena dianggap
sudah tua.
Sambil menyiapkan makanan, Gisela bertanya pada pemuda itu, “Siapakah
kamu? Mau kemanakah kamu? Pemuda itu menjawab, ”Aku Pangeran Jonathan.
Aku mau ke negeri Anta. Di sana ada sayembara. Raja sedang mencari putrinya
yang hilang. Katanya, putrinya disihir oleh penasihat kerajaan. Raja kemudian
mengetahui bahwa putrinya disihir oleh penasehat kerajaan. Penasehat kerajaan
dihukum. Sekarang, raja sedang mencari putrinya.”
Gisela terkejut bercampur senang dan sedih. Senang, karena ayahnya
mencarinya. Sedih karena ia tidak tahu caranya untuk menjadi muda kembali.
Tanpa disadarinya, ia bergumam, ”Apakah benar warga negeri Anta
menginginkan aku kembali?” Pangeran Jonathan mendengar ucapan Gisela dan
bertanya, ”Nek, siapakah Nenek ini? Mengapa Nenek tinggal seorang diri di hutan
ini?” Dengan sedih Gisela menjawab, “Sebenarnya, aku ini Gisela, putri Raja
Anta. Aku disihir menjadi tua. Aku ingin kembali, tetapi pasti tidak ada
seorangpun yang akan menyukaiku. Wajahku buruk dan tua.”
Pangeran Jonathan berkata, ”Jangan khawatir, Gisela. Aku akan
membantumu supaya kamu bisa berubah. Aku yakin, kamu pasti seorang putri
yang cantik, yang sangat cantik!” Setelah ia mengucapkan kata yang terakhir itu,
tiba-tiba keluar asap dari tubuh Gisela dan Gisela berubah kembali menjadi Putri
Gisela yang cantik. Rupanya, Gisela dapat berubah jika ada seorang pangeran
yang menyebutnya cantik.
Gisela senang sekali. Bersama Pangeran Jonathan, Gisela kembali ke
negeri Anta. Raja Anta senang sekali melihat putrinya kembali. Akhirnya, Gisela
menikah dengan Pangeran Jonathan dan hidup bahagia.
(Diolah dari : Ahya Rezqiaufa dalam Bobo no. 05/XXXIV, 2006 hlm 40-41)
160
Berdasarkan cerita di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Apakah tema dari cerita Putri Gisela di atas?
2. Sebutkan tokoh-tokoh dalam cerita Putri Gisela!
3. Apakah alur yang digunakan dalam cerita Putri Gisela!
4. Sebutkan setting tempat dalam cerita Putri Gisela!
5. Jelaskan watak/sifat penasehat kerajaan!
6. Pada paragraf kedua, mengapa Putri Gisela merasa bahagia?
7. Mengapa Putri Gisela diusir dari istana?
8. Pada paragraf kelima terdapat kata “sayembara”, apakah maksud dari kata
tersebut?
9. Siapakah yang menolong Putri Gisela?
10. Bagaimanakah Putri Gisela dapat berubah cantik?
11. Bagaimanakah akhir cerita Putri Gisela?
12. Apakah amanat yang terkandung dalam cerita Putri Gisela?
13. Apakah isi cerita Putri Gisela tersebut menarik? Jelaskan pendapat kalian!
14. Pada paragraf berapakah Pangeran Jonathan memuji kecantikan Putri Gisela?
15. Apakah cerita Putri Gisela cocok untuk anak-anak? Jelaskan pendapat kalian!
Nama :
Absen :
Kelas :
Sekolah :
NILAI :
161
KUNCI JAWABAN
TES KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK (UJI COBA)
1. Perjuangan atau percintaan.
2. Tokoh: Putri Gisela, Pangeran Jonathan, Penasehat Kerajaan, Raja negeri
Anta.
3. Alur maju.
4. Setting tempat: sebuah hutan, di dekat rumah, di atap, istana, negeri Anta.
5. Watak Penasehat Kerajaan adalah jahat, karena telah menyihir Putri Gisela
menjadi wanita tua.
6. Karena Putri Gisela bisa mencurahkan isi hatinya kepada burung-burung yang
bertengger di atap rumahnya.
7. Karena Putri Gisela disihir oleh Penasehat Kerajaan menjadi wanita tua dan
dianggap sebagai penjelmaan iblis.
8. Sayembara adalah memerebutkan sesuatu yang menjadi bahan perlombaan.
9. Pangeran Jonathan.
10. Putri Gisela bertemu dengan Pangeran Jonathan dan mendapat pujian bahwa
Putri Gisela adalah putrid yang sangat cantik.
11. Putri Gisela dan Pangeran Jonathan kembali ke negeri Anta untuk bertemu
dengan Raja dan akhirnya hidup bahagia selamanya.
12. Jangan melihat orang lain dari penampilan luarnya saja.
13. (tergantung jawaban siswa).
14. Paragraf ketujuh.
15. Cerita Putri Gisela cocok untuk bahan bacaan anak-anak karena mengajarkan
anak untuk selalu sabar dalam menghadapi cobaan dan tidak menilai orang
dari penampilan luarnya.
162
Lampiran 10
LEMBAR HASIL UJI COBA
TES KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK
163
Lampiran 11
TABULASI DATA UJI COBA KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 UC-01 2 4 5 2 4 1 5 5 5 1 1 3 3 1 4 46
2 UC-02 1 4 5 2 3 1 5 5 5 4 5 5 1 1 2 49
3 UC-03 1 1 2 2 5 5 5 5 5 5 5 1 4 5 5 56
4 UC-04 1 5 1 2 3 4 4 5 5 5 5 5 3 5 5 58
5 UC-05 1 4 5 3 3 4 4 5 5 5 2 4 3 1 5 54
6 UC-06 1 4 1 2 3 4 4 5 5 5 5 5 3 1 5 53
7 UC-07 1 5 5 2 3 5 4 4 5 3 5 4 3 5 3 57
8 UC-08 5 3 5 2 3 1 3 5 5 5 2 5 2 5 5 56
9 UC-09 1 5 1 2 3 5 4 3 4 2 5 1 1 1 1 39
10 UC-10 1 3 1 2 2 1 5 2 5 4 5 5 2 5 3 46
11 UC-11 1 4 1 1 1 2 1 5 5 5 5 3 2 1 3 40
12 UC-12 1 5 1 2 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 61
13 UC-13 5 3 5 2 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 67
14 UC-14 1 5 1 2 2 1 5 5 5 5 0 3 1 1 2 39
15 UC-15 1 5 5 3 3 1 2 5 1 5 4 4 4 1 2 46
16 UC-16 2 4 5 3 2 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 62
17 UC-17 1 4 1 2 3 5 3 1 5 1 3 1 1 5 2 38
18 UC-18 1 5 5 5 2 1 5 5 5 5 5 5 3 5 5 62
19 UC-19 1 4 5 2 3 1 5 5 5 5 5 4 1 1 4 51
20 UC-20 1 4 1 2 1 1 5 1 5 1 4 1 3 1 3 34
21 UC-21 2 3 1 2 3 2 5 1 5 4 5 1 3 5 1 43
22 UC-22 1 3 1 2 1 1 5 5 1 1 3 2 2 1 2 31
23 UC-23 1 4 5 2 3 1 5 5 5 5 2 3 3 1 2 47
24 UC-24 2 4 5 2 3 1 5 5 5 5 4 5 3 1 2 52
25 UC-25 5 3 5 2 3 3 5 5 5 4 5 5 5 5 5 65
26 UC-26 2 5 3 2 2 4 5 5 5 4 5 5 5 1 5 58
27 UC-27 1 4 5 2 3 4 4 5 5 4 5 5 2 1 5 55
28 UC-28 2 4 5 3 5 5 4 5 5 5 3 5 3 1 5 60
29 UC-29 2 4 5 3 2 2 2 5 1 4 4 4 4 1 2 45
30 UC-30 5 4 5 4 3 5 5 5 5 4 4 4 3 5 5 66
31 UC-31 1 3 1 2 3 2 5 2 5 5 4 4 2 5 3 47
32 UC-32 5 3 5 2 2 1 5 5 5 5 3 4 5 5 5 60
59 125 107 73 88 84 139 139 147 131 128 121 95 92 115 1643
0.549137845 -0.033677267 0.553886162 0.381395112 0.390840337 0.351505018 0.255497998 0.504016322 0.396610328 0.572453052 0.306417938 0.690815395 0.60881607 0.48835632 0.784578886
0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349
VALID DROP VALID VALID VALID VALID DROP VALID VALID VALID DROP VALID VALID VALID VALID
N
Rxy
r tabel
Keterangan
No RespondenButir Soal
Skor (X)
164
Lampiran 12
UJI VALIDITAS KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 UC-01 2 4 5 2 4 1 5 5 5 1 1 3 3 1 4 46
2 UC-02 1 4 5 2 3 1 5 5 5 4 5 5 1 1 2 49
3 UC-03 1 1 2 2 5 5 5 5 5 5 5 1 4 5 5 56
4 UC-04 1 5 1 2 3 4 4 5 5 5 5 5 3 5 5 58
5 UC-05 1 4 5 3 3 4 4 5 5 5 2 4 3 1 5 54
6 UC-06 1 4 1 2 3 4 4 5 5 5 5 5 3 1 5 53
7 UC-07 1 5 5 2 3 5 4 4 5 3 5 4 3 5 3 57
8 UC-08 5 3 5 2 3 1 3 5 5 5 2 5 2 5 5 56
9 UC-09 1 5 1 2 3 5 4 3 4 2 5 1 1 1 1 39
10 UC-10 1 3 1 2 2 1 5 2 5 4 5 5 2 5 3 46
11 UC-11 1 4 1 1 1 2 1 5 5 5 5 3 2 1 3 40
12 UC-12 1 5 1 2 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 61
13 UC-13 5 3 5 2 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 67
14 UC-14 1 5 1 2 2 1 5 5 5 5 0 3 1 1 2 39
15 UC-15 1 5 5 3 3 1 2 5 1 5 4 4 4 1 2 46
16 UC-16 2 4 5 3 2 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 62
17 UC-17 1 4 1 2 3 5 3 1 5 1 3 1 1 5 2 38
18 UC-18 1 5 5 5 2 1 5 5 5 5 5 5 3 5 5 62
19 UC-19 1 4 5 2 3 1 5 5 5 5 5 4 1 1 4 51
20 UC-20 1 4 1 2 1 1 5 1 5 1 4 1 3 1 3 34
21 UC-21 2 3 1 2 3 2 5 1 5 4 5 1 3 5 1 43
22 UC-22 1 3 1 2 1 1 5 5 1 1 3 2 2 1 2 31
23 UC-23 1 4 5 2 3 1 5 5 5 5 2 3 3 1 2 47
24 UC-24 2 4 5 2 3 1 5 5 5 5 4 5 3 1 2 52
25 UC-25 5 3 5 2 3 3 5 5 5 4 5 5 5 5 5 65
26 UC-26 2 5 3 2 2 4 5 5 5 4 5 5 5 1 5 58
27 UC-27 1 4 5 2 3 4 4 5 5 4 5 5 2 1 5 55
28 UC-28 2 4 5 3 5 5 4 5 5 5 3 5 3 1 5 60
29 UC-29 2 4 5 3 2 2 2 5 1 4 4 4 4 1 2 45
30 UC-30 5 4 5 4 3 5 5 5 5 4 4 4 3 5 5 66
31 UC-31 1 3 1 2 3 2 5 2 5 5 4 4 2 5 3 47
32 UC-32 5 3 5 2 2 1 5 5 5 5 3 4 5 5 5 60
59 125 107 73 88 84 139 139 147 131 128 121 95 92 115 1643
0.549137845 -0.033677267 0.553886162 0.381395112 0.390840337 0.351505018 0.255497998 0.504016322 0.396610328 0.572453052 0.306417938 0.690815395 0.60881607 0.48835632 0.784578886
0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349
VALID DROP VALID VALID VALID VALID DROP VALID VALID VALID DROP VALID VALID VALID VALID
N
Rxy
r tabel
Keterangan
No RespondenButir Soal
Skor (X)
165
2.071572581 0.797379032 3.78125 0.53125 0.838709677 2.887096774 1.13608871 1.845766129 1.410282258 1.894153226 1.870967742 2.111895161 1.708669355 4.112903226 2.055443548
29.05342742
92.55544355
0.735103975
VARIAN ITEM
JUMLAH VAR ITEM
JUMLAH VAR TOTAL
RELIABILITAS
Lampiran 13
UJI RELIABILITAS KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 UC-01 2 4 5 2 4 1 5 5 5 1 1 3 3 1 4 46 2116
2 UC-02 1 4 5 2 3 1 5 5 5 4 5 5 1 1 2 49 2401
3 UC-03 1 1 2 2 5 5 5 5 5 5 5 1 4 5 5 56 3136
4 UC-04 1 5 1 2 3 4 4 5 5 5 5 5 3 5 5 58 3364
5 UC-05 1 4 5 3 3 4 4 5 5 5 2 4 3 1 5 54 2916
6 UC-06 1 4 1 2 3 4 4 5 5 5 5 5 3 1 5 53 2809
7 UC-07 1 5 5 2 3 5 4 4 5 3 5 4 3 5 3 57 3249
8 UC-08 5 3 5 2 3 1 3 5 5 5 2 5 2 5 5 56 3136
9 UC-09 1 5 1 2 3 5 4 3 4 2 5 1 1 1 1 39 1521
10 UC-10 1 3 1 2 2 1 5 2 5 4 5 5 2 5 3 46 2116
11 UC-11 1 4 1 1 1 2 1 5 5 5 5 3 2 1 3 40 1600
12 UC-12 1 5 1 2 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 61 3721
13 UC-13 5 3 5 2 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 67 4489
14 UC-14 1 5 1 2 2 1 5 5 5 5 0 3 1 1 2 39 1521
15 UC-15 1 5 5 3 3 1 2 5 1 5 4 4 4 1 2 46 2116
16 UC-16 2 4 5 3 2 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 62 3844
17 UC-17 1 4 1 2 3 5 3 1 5 1 3 1 1 5 2 38 1444
18 UC-18 1 5 5 5 2 1 5 5 5 5 5 5 3 5 5 62 3844
19 UC-19 1 4 5 2 3 1 5 5 5 5 5 4 1 1 4 51 2601
20 UC-20 1 4 1 2 1 1 5 1 5 1 4 1 3 1 3 34 1156
21 UC-21 2 3 1 2 3 2 5 1 5 4 5 1 3 5 1 43 1849
22 UC-22 1 3 1 2 1 1 5 5 1 1 3 2 2 1 2 31 961
23 UC-23 1 4 5 2 3 1 5 5 5 5 2 3 3 1 2 47 2209
24 UC-24 2 4 5 2 3 1 5 5 5 5 4 5 3 1 2 52 2704
25 UC-25 5 3 5 2 3 3 5 5 5 4 5 5 5 5 5 65 4225
26 UC-26 2 5 3 2 2 4 5 5 5 4 5 5 5 1 5 58 3364
27 UC-27 1 4 5 2 3 4 4 5 5 4 5 5 2 1 5 55 3025
28 UC-28 2 4 5 3 5 5 4 5 5 5 3 5 3 1 5 60 3600
29 UC-29 2 4 5 3 2 2 2 5 1 4 4 4 4 1 2 45 2025
30 UC-30 5 4 5 4 3 5 5 5 5 4 4 4 3 5 5 66 4356
31 UC-31 1 3 1 2 3 2 5 2 5 5 4 4 2 5 3 47 2209
32 UC-32 5 3 5 2 2 1 5 5 5 5 3 4 5 5 5 60 3600
59 125 107 73 88 84 139 139 147 131 128 121 95 92 115 1643 87227N
No RespondenButir Soal
Skor (X) Skor Kuadrat
166
Lampiran 14
DAFTAR NAMA SAMPEL PENELITIAN
No. Nama Kode No. Nama Kode
1 R SP-01 31 YS SP-31
2 AK SP-02 32 AR SP-32
3 BS SP-03 33 VA SP-33
4 DA SP-04 34 FH SP-34
5 DL SP-05 35 NA SP-35
6 IN SP-06 36 TS SP-36
7 KN SP-07 37 AC SP-37
8 RE SP-08 38 DA SP-38
9 RW SP-09 39 ES SP-39
10 YS SP-10 40 IA SP-40
11 SN SP-11 41 ND SP-41
12 DS SP-12 42 RS SP-42
13 GR SP-13 43 DM SP-43
14 MF SP-14 44 AK SP-44
15 AF SP-15 45 AN SP-45
16 AK SP-16 46 CC SP-46
17 BA SP-17 47 SG SP-47
18 IK SP-18 48 AS SP-48
19 KF SP-19 49 II SP-49
20 MC SP-20 50 MF SP-50
21 MA SP-21 51 AA SP-51
22 MK SP-22 52 FN SP-52
23 PA SP-23 53 GT SP-53
24 RS SP-24 54 IG SP-54
25 SJ SP-25 55 MK SP-55
26 TA SP-26 56 AR SP-56
27 TH SP-27 57 SA SP-57
28 FA SP-28 58 DM SP-58
29 FR SP-29 59 MH SP-59
30 HA SP-30 60 AE SP-60
167
Lampiran 15
KISI-KISI
TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN (PENELITIAN)
No. Indikator No. Item Jumlah Item
1
Memahami arti kata-kata sesuai penggunaan
dalam wacana
9, 20, 21 3
2
Mengenali susunan organisasi wacana dan antar
hubungan bagian-bagiannya
2, 12, 18 3
3
Mengenali pokok-pokok pikiran yang
terungkapkan dalam wacana
16, 17, 22 3
4
Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawaban-
nya secara eksplisit terdapat dalam wacana
1, 3-8, 10, 11, 13,
14, 15, 19
13
Jumlah item 22
Sumber: Farr (dalam Djiwandono, 2011:117)
168
Lampiran 16
TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN (PENELITIAN)
Petunjuk:
1. Isilah nama dan nomor absen anda pada kolom identitas yang telah
disediakan.
2. Baca dan pahami dahulu bacaan di bawah ini sebelum menjawab pertanyaan-
pertanyaan.
3. Bacalah setiap pertanyaan di bawah ini dengan teliti.
4. Pilihlah satu jawaban yang paling benar dengan memberikan tanda silang (X)
pada lembar jawaban yang tersedia.
5. Kerjakan semua pertanyaan secara individu.
6. Jika jawaban anda salah dan ingin dibetulkan caranya sebagai berikut:
Contoh: a b c d diperbaiki a b c d
(Bacaan untuk soal no. 1-11)
Pada zaman dahulu, di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang bahagia.
Keluarga itu mempunyai anak yang cantik bernama Bawang Putih. Kehidupan
bahagia itu terganggu saat ibu Bawang Putih sakit keras dan pada akhirnya
meninggal dunia. Bawang Putih dan ayahnya sangat berduka. Sekarang Bawang
Putih hanya tinggal berdua bersama ayahnya.
Di desa itu, hiduplah seorang janda yang mempunyai anak bernama
Bawang Merah. Sejak ibu Bawang Putih meninggal, ibu Bawang Merah sering
berkunjung ke rumah Bawang Putih untuk membawakan makanan, menolong
Bawang Putih membereskan rumah dan menemani Bawang Putih serta ayahnya
mengobrol.
Akhirnya, sang janda itu menikah dengan ayah Bawang Putih. Kehidupan
Bawang Putih tidak sepi lagi. Dia mendapat ibu baru sekaligus saudara
perempuan, yaitu Bawang Merah. Pada awalnya, sang ibu tiri dan saudara tiri itu
amat baik pada Bawang Putih, tetapi lama-kelamaan sifat asli mereka mulai
169
terlihat. Mereka sering memarahi Bawang Putih serta memberinya pekerjaan berat
bila ayah mereka pergi berdagang.
Suatu hari, ayah Bawang Putih sakit keras dan kemudian meninggal.
Tinggallah Bawang Putih bersama ibu dan saudara tirinya. Setiap hari Bawang
Putih disiksa oleh Bawang Merah dan ibunya. Namun, Bawang Putih menerima
kehidupan itu dengan tabah dan tetap menuruti perintah Bawang Merah dan
ibunya.
1. Apakah judul yang sesuai dengan cerpen di atas?
a. Bawang Merah dan Bawang Putih
b. Bawang Putih dan ibunya
c. Bawang Merah dan ibunya
d. Bawang Merah yang jahat
2. Siapakah tokoh utama dalam cerita di atas?
a. Bawang Putih
b. Bawang Merah
c. Ayah Bawang Putih
d. Ibu Bawang Merah
3. Bagaimanakah watak Ibu Bawang Merah dalam cerpen di atas?
a. Penipu dan jahat
b. Jahat dan kejam
c. Senang berbohong dan licik
d. Penipu dan licik
4. Bagaimanakah kehidupan Bawang Putih sebelum ibunya meninggal?
a. Bawang Putih merasa sangat kesepian
b. Bawang Putih disiksa oleh ibunya
c. Bawang Putih hidup bahagia dan tentram
d. Bawang Putih tidak pernah bekerja
5. Bagaimanakah kehidupan Bawang Putih bersama ibu tirinya?
a. Bawang Putih mendapat perhatian dari ibu tirinya
b. Bawang Putih hidup bahagia dengan ibu tirinya
c. Bawang Putih difitnah oleh ibu tirinya
170
d. Bawang Putih disiksa oleh ibu tirinya
6. Apakah yang dilakukan Bawang Merah dan ibunya kepada Bawang Putih
ketika ayahnya pergi berdagang?
a. Memberi pekerjaan yang berat kepada Bawang Putih
b. Menyuruh Bawang Putih ikut ayahnya berdagang
c. Memberikan perhatian kepada Bawang Putih
d. Mengajak Bawang Putih pergi berlibur
7. Bagaimana Bawang Putih menjalani kehidupan dengan ibu tirinya?
a. Putus asa
b. Menyerah
c. Bahagia
d. Tabah
8. Terlihatnya sifat asli Bawang Merah dan ibunya terdapat pada paragraf ke ….
a. Satu
b. Dua
c. Tiga
d. Empat
9. Kata “meninggal” pada paragraf pertama, memiliki sinonim dengan kata ....
a. Pergi
b. Layu
c. Wafat
d. Mengusir
10. Apa yang dilakukan Bawang Merah dan ibunya sebelum menikah dengan
ayah Bawang Putih?
a. Memberikan makanan
b. Berlibur bersama
c. Mengawasi Bawang Putih
d. Menolong Bawang Putih
11. Pesan moral dari cerita di atas adalah ....
a. Perbuatan jahat akan mendapatkan balasannya
b. Tabah menjalani musibah
171
c. Jangan menilai orang dari penampilannya
d. Kerjakan semua pekerjaan dengan ikhlas
(Bacaan untuk soal no. 12-14)
Pahlawan Kecil
Namaku Joni. Semenjak ayahku meninggal, aku tinggal dengan ibuku dan
ketiga adikku. Aku sangat sayang dengan mereka. Aku tinggal di desa Suka Maju,
Kecamatan Sukabumi. Rumahku sangat sederhana. Karena aku yang paling besar,
aku bertanggung jawab atas semua keluargaku. Setiap pulang sekolah aku
berangkat mengamen di pinggir jalan. Walaupun mengamen aku tetap sekolah
untuk menggapai cita-citaku. Aku selalu giat belajar dan bekerja untuk keluarga.
12. Tokoh utama dalam cerita “Pahlawan Kecil” adalah ....
a. Adik
b. Ibu
c. Ayah
d. Joni
13. Apakah yang biasanya dilakukan Joni setelah pulang sekolah?
a. Meminta-minta
b. Mengamen
c. Bekerja
d. Belajar
14. Amanat yang terdapat di dalam cerita “Pahlawan Kecil” adalah ….
a. Jangan Berbohong
b. Taat Kepada Orang Tua
c. Jangan Boros
d. Menyayangi keluarga
Raden Pangantin
Di sebuah desa di kawasan hulu sungai Kalimantan Selatan, hidup seorang
janda yang bernama Diang Ingsun bersama anaknya yang bernama Raden
Pangantin. Kehidupan mereka sangat sederhana, Raden Pangantin sangat
172
menyayangi Ibunya yang sudah tua renta. Mereka berdua hidup bahagia, namun
semua berubah ketika pemuda itu pergi merantau untuk bekerja di luar desanya.
15. Sifat Raden Pengantin kepada ibunya sebelum ia pergi merantau adalah….
a. Penurut
b. Penyayang
c. Pekerja keras
d. Berbakti
16. Bacalah cerita di bawah ini!
Anton anak yang pandai. Setiap hari Anton belajar dengan penuh semangat.
Sehabis pulang dari sekolah, Anton selalu mengulang pembelajaran yang
dipelajari di sekolah. Setiap tugas dan pekerjaan rumah selalu dikerjakannya
tanpa bantuan orang lain.
Gagasan utama pada paragraf di atas adalah ....
a. Setiap tugas dan pekerjaan rumah selalu dikerjakannya
b. Anton anak yang pandai
c. Anton belajar penuh semangat
d. Anton selalu mengulang pembelajaran
17. Cuaca buruk menyebabkan terhambatnya distribusi barang-barang ke pulau
sumatra. Kapal-kapal feri tidak beroperasi karena tinggi ombak di selat sunda.
Akibatnya puluhan truk mengantre di pelabuhan merak. Hal tersebut cukup
merugikan produsen, distributor dan konsumen.
Pikiran pokok dari paragraf diatas adalah….
a. Cuaca buruk menghambat distribusi barang
b. Banyaknya antrian truk di pelabuhan
c. Ombak tinggi di selat sunda
d. Cuaca buruk merugikan produsen
(Bacaan untuk soal no. 18 dan 19)
Pada zaman dahulu, di Bali ada sebuah kerajaan bernama Soma Kencana.
Suatu saat Raja bingung dengan ulah si burung. Burung itu suka merusak tanaman
istana. Akhirnya sang raja membuat pengumuman, siapa yang berhasil menagkap
173
burung itu akan diberi jabatan di istana. Akhirnya seekor tikus berhasil
menangkap burung itu dengan cepat.
18. Tokoh dalam cerita di atas adalah….
a. Tikus
b. Burung
c. Raja
d. Tikus, burung, dan raja
19. Amanat dari cerita di atas adalah….
a. Binatang harus patuh pada raja
b. Kita tidak boleh membantu rang lain
c. Kita jangan suka berbuat jahat kepada orang lain
d. Semua perbuatan akan ada balasannya
20. Kakak Rudi bekerja sebagai reporter televisi swasta.
Makna kata yang dicetak miring ialah....
a. Orang yang mengetik berita
b. Orang yang melaporkan berita
c. Orang yang menjual berira
d. Orang yang membaca berita
21. Para penonton ... karena lucu.
Kata yang tepat untuk me lengkapi titiktitik tersebut ialah ....
a. Tersipusipu
b. Terisakisak
c. Tersedusedu
d. Terbahakbahak
22. Seruni lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Dia tak memiliki teman.
Bahkan, kakaknya juga tak mempedulikannya. Terlahir sebagai gadis bisu
dan tuli. Seruni hanya bisa bermain dengan ibu dan kawan khayalannya.
Pokok pikiran pada paragraf di atas adalah....
a. Seruni tidak memiliki teman
b. Seruni terlahir sebagai gadis bisu dan tuli
c. Seruni hanya bisa bermain dengan ibunya
d. Kakak Seruni tak mempedulikannya
174
LEMBAR JAWABAN TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
1. A B C D
2. A B C D
3. A B C D
4. A B C D
5. A B C D
6. A B C D
7. A B C D
8. A B C D
9. A B C D
10. A B C D
11. A B C D
12. A B C D
13. A B C D
14. A B C D
15. A B C D
16. A B C D
17. A B C D
18. A B C D
19. A B C D
20. A B C D
21. A B C D
22. A B C D
Nama :
Absen :
Kelas :
Sekolah :
NILAI :
175
KUNCI JAWABAN
TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
1. A
2. D
3. B
4. C
5. D
6. A
7. D
8. C
9. C
10. A
11. A
12. D
13. B
14. D
15. B
16. B
17. A
18. D
19. C
20. B
21. D
22. A
176
Lampiran 17
LEMBAR HASIL PENELITIAN
TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
177
178
Lampiran 18
KISI-KISI
TES KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK
(PENELITIAN)
No. Indikator No. Item Jumlah Item
1.
Aspek kognitif: memahami unsur-unsur kesastraan
yang bersifat objektif
1, 2, 3, 4, 6, 7,
9
7
2.
Aspek emotif: menghayati unsur-unsur keindahan
dalam teks sastra yang dibaca (menyebutkan nilai-
nilai yang terkandung dalam bacaan cerita)
5, 8, 11 3
3.
Aspek evaluatif: memberikan penilaian terhadap isi
bacaan
10, 12 2
Jumlah 12
Sumber: Aminuddin
(2013:34)
179
Lampiran 19
TES KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK
(PENELITIAN)
Petunjuk:
1. Isilah identitas anda pada kolom identitas lembar jawaban yang telah
disediakan.
2. Baca dan pahamilah dahulu bacaan di bawah ini sebelum menjawab
pertanyaan-pertanyaan.
3. Bacalah setiap pertanyaan di bawah ini dengan teliti.
4. Kerjakan semua pertanyaan secara individu pada lembar yang telah
disediakan.
Putri Gisela
Dalam sebuah hutan yang gelap dan penuh dengan pohon besar, tinggal
seorang wanita tua yang bernama Gisela. Ia hidup seorang diri. Tidak ada
seorangpun yang mau menemaninya karena wajahnya buruk. Penduduk di sekitar
itu menyebutnya “Penyihir Tua”. Anak-anak dilarang bermain di dekat rumahnya.
Gisela hanya berteman dengan burung-burung yang terbang dan
bertengger di atap rumahnya. Sambil bernyanyi-nyanyi, Gisela bermain dengan
burung-burung itu. Ia merasa bahagia mempunyai teman meskipun hanya burung.
Kepada burung-burung itulah Gisela mencurahkan segala perasaannya.
Sebenarnya, Gisela adalah seorang putri raja di negeri Anta. Ia disihir oleh
penasehat kerajaan. Oleh karena itu, ia berubah menjadi wanita tua. Ia difitnah
dan dianggap sebagai penjelmaan iblis jahat. Gisela diusir dari istana.
Suatu malam, ketika Gisela sedang menyalakan obor untuk menerangi
rumahnya, ada seorang berkuda menghampiri gubuknya. Ternyata, orang itu
adalah pemuda yang cakap. Pemuda itu berkata, ”Permisi, Nenek yang baik. Saya
tersesat dan kemalaman. Bolehkah saya menumpang tidur di rumah Nenek?”
Gisela menjawab, ”Oh, tentu saja. Silakan masuk. Apakah kamu sudah makan?
180
Kalau belum, aku akan menyiapkan makanan untukmu.” Gisela senang karena
ada yang mau berbicara padanya. Sebenarnya, ia sedikit kecewa karena dianggap
sudah tua.
Sambil menyiapkan makanan, Gisela bertanya pada pemuda itu, “Siapakah
kamu? Mau kemanakah kamu? Pemuda itu menjawab, ”Aku Pangeran Jonathan.
Aku mau ke negeri Anta. Di sana ada sayembara. Raja sedang mencari putrinya
yang hilang. Katanya, putrinya disihir oleh penasihat kerajaan. Raja kemudian
mengetahui bahwa putrinya disihir oleh penasehat kerajaan. Penasehat kerajaan
dihukum. Sekarang, raja sedang mencari putrinya.”
Gisela terkejut bercampur senang dan sedih. Senang, karena ayahnya
mencarinya. Sedih karena ia tidak tahu caranya untuk menjadi muda kembali.
Tanpa disadarinya, ia bergumam, ”Apakah benar warga negeri Anta
menginginkan aku kembali?” Pangeran Jonathan mendengar ucapan Gisela dan
bertanya, ”Nek, siapakah Nenek ini? Mengapa Nenek tinggal seorang diri di hutan
ini?” Dengan sedih Gisela menjawab, “Sebenarnya, aku ini Gisela, putri Raja
Anta. Aku disihir menjadi tua. Aku ingin kembali, tetapi pasti tidak ada
seorangpun yang akan menyukaiku. Wajahku buruk dan tua.”
Pangeran Jonathan berkata, ”Jangan khawatir, Gisela. Aku akan
membantumu supaya kamu bisa berubah. Aku yakin, kamu pasti seorang putri
yang cantik, yang sangat cantik!” Setelah ia mengucapkan kata yang terakhir itu,
tiba-tiba keluar asap dari tubuh Gisela dan Gisela berubah kembali menjadi Putri
Gisela yang cantik. Rupanya, Gisela dapat berubah jika ada seorang pangeran
yang menyebutnya cantik.
Gisela senang sekali. Bersama Pangeran Jonathan, Gisela kembali ke
negeri Anta. Raja Anta senang sekali melihat putrinya kembali. Akhirnya, Gisela
menikah dengan Pangeran Jonathan dan hidup bahagia.
(Diolah dari : Ahya Rezqiaufa dalam Bobo no. 05/XXXIV, 2006 hlm 40-41)
181
Berdasarkan cerita di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Apakah tema dari cerita Putri Gisela di atas?
2. Apakah alur yang digunakan dalam cerita Putri Gisela!
3. Sebutkan setting tempat dalam cerita Putri Gisela!
4. Jelaskan watak/sifat penasehat kerajaan!
5. Mengapa Putri Gisela diusir dari istana?
6. Pada paragraf kelima terdapat kata “sayembara”, apakah maksud dari kata
tersebut?
7. Siapakah yang menolong Putri Gisela?
8. Bagaimanakah Putri Gisela dapat berubah cantik?
9. Apakah amanat yang terkandung dalam cerita Putri Gisela?
10. Apakah isi cerita Putri Gisela tersebut menarik? Jelaskan pendapat kalian!
11. Pada paragraf berapakah Pangeran Jonathan memuji kecantikan Putri Gisela?
12. Apakah cerita Putri Gisela cocok untuk anak-anak? Jelaskan pendapat kalian!
Nama :
Absen :
Kelas :
Sekolah :
NILAI :
182
KUNCI JAWABAN
TES KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK
1. Perjuangan atau percintaan.
2. Alur maju.
3. Setting tempat: sebuah hutan, di dekat rumah, di atap, istana, negeri Anta.
4. Watak Penasehat Kerajaan adalah jahat, karena telah menyihir Putri Gisela
menjadi wanita tua.
5. Karena Putri Gisela disihir oleh Penasehat Kerajaan menjadi wanita tua dan
dianggap sebagai penjelmaan iblis.
6. Sayembara adalah memerebutkan sesuatu yang menjadi bahan perlombaan.
7. Pangeran Jonathan.
8. Putri Gisela bertemu dengan Pangeran Jonathan dan mendapat pujian bahwa
Putri Gisela adalah putrid yang sangat cantik.
9. Jangan melihat orang lain dari penampilan luarnya saja.
10. (tergantung jawaban siswa).
11. Paragraf ketujuh.
12. Cerita Putri Gisela cocok untuk bahan bacaan anak-anak karena mengajarkan
anak untuk selalu sabar dalam menghadapi cobaan dan tidak menilai orang
dari penampilan luarnya.
183
Lampiran 20
LEMBAR HASIL PENELITIAN
TES KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK
184
185
Lampiran 21
TABULASI DATA VARIABEL KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
No. Kode Butir Soal
Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
1 SP-01 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 14
2 SP02 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 15
3 SP-03 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 6
4 SP-04 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 16
5 SP-05 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 20
6 SP-06 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 9
7 SP-07 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 16
8 SP-08 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 20
9 SP-09 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 11
10 SP-10 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 18
11 SP-11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 19
12 SP-12 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 8
13 SP-13 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 17
14 SP-14 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 9
15 SP-15 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 16
16 SP-16 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
17 SP-17 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 17
18 SP-18 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 16
19 SP-19 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 16
20 SP-20 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 18
21 SP-21 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 10
186
No Kode Butir Soal
Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
22 SP-22 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 13
23 SP-23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 19
24 SP-24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 18
25 SP-25 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 19
26 SP-26 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 12
27 SP-27 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 15
28 SP-28 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 18
29 SP-29 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 15
30 SP-30 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 17
31 SP-31 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 16
32 SP-32 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 19
33 SP-33 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 5
34 SP-34 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 20
35 SP-35 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 16
36 SP-36 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 10
37 SP-37 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 13
38 SP-38 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 10
39 SP-39 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 18
40 SP-40 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 16
41 SP-41 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 18
42 SP-42 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 19
43 SP-43 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 18
44 SP-44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 18
187
No Kode Butir Soal
Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
45 SP-45 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 20
46 SP-46 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 19
47 SP-47 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 19
48 SP-48 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 18
49 SP-49 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 18
50 SP-50 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 20
51 SP-51 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 14
52 SP-52 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 16
53 SP-53 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 15
54 SP-54 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 12
55 SP-55 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 14
56 SP-56 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 15
57 SP-57 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 11
58 SP-58 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 16
59 SP-59 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 13
60 SP-60 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12
JUMLAH 50 45 42 55 46 54 40 19 45 43 36 55 56 44 40 32 38 49 33 45 45 13 925
188
Lampiran 22
TABULASI DATA
VARIABEL KEMAMPUAN MENGAPRESIAI CERITA PENDEK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 SP-01 1 5 2 3 4 1 5 5 1 2 1 2 32
2 SP-02 1 1 2 4 4 5 5 5 5 4 1 3 40
3 SP-03 1 1 2 1 3 1 5 3 1 1 1 1 21
4 SP-04 1 1 2 2 5 1 5 4 5 3 5 3 37
5 SP-05 2 1 2 2 2 3 5 5 5 5 5 5 42
6 SP-06 1 1 2 1 3 1 2 4 1 2 1 5 24
7 SP-07 1 1 2 2 5 5 5 5 0 3 1 4 34
8 SP-08 1 5 2 2 5 5 5 5 5 2 1 3 41
9 SP-09 1 1 1 2 1 1 5 4 1 2 1 1 21
10 SP-10 1 1 2 3 4 5 5 4 4 4 1 4 38
11 SP-11 1 5 1 2 5 5 5 5 1 2 1 3 36
12 SP-12 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 13
13 SP-13 1 1 2 3 4 1 5 5 3 2 5 2 34
14 SP-14 5 5 2 2 1 1 5 0 0 0 0 0 21
15 SP-15 1 5 3 2 3 5 5 5 5 3 5 4 46
16 SP-16 1 5 2 2 3 1 5 5 5 4 5 3 41
17 SP-17 1 5 2 3 5 5 5 5 4 2 1 2 40
18 SP-18 0 5 2 5 3 4 5 3 5 2 1 2 37
19 SP-19 1 5 3 1 3 5 5 4 5 1 1 2 36
20 SP-20 1 5 3 2 3 5 5 5 5 4 1 4 43
21 SP-21 1 1 2 1 3 1 1 2 1 2 1 2 18
22 SP-22 5 5 2 2 3 1 5 5 1 2 5 2 38
23 SP-23 1 0 2 2 3 5 5 5 4 3 1 2 33
24 SP-24 1 1 2 2 4 5 5 5 5 2 5 2 39
25 SP-25 1 5 2 3 5 5 5 5 4 5 5 4 49
26 SP-26 1 1 2 2 3 0 5 2 1 1 1 1 20
27 SP-27 1 5 2 3 3 1 5 3 4 2 1 1 31
28 SP-28 1 1 2 3 4 1 5 5 5 2 5 2 36
29 SP-29 3 1 5 2 5 1 5 5 5 3 0 0 35
30 SP-30 1 5 3 2 3 1 5 4 5 2 5 2 38
31 SP-31 1 5 3 2 3 1 5 5 3 4 5 3 40
32 SP-32 3 1 2 2 3 1 5 5 3 3 1 2 31
33 SP-33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
34 SP-34 3 5 3 2 5 5 5 4 5 5 5 5 52
35 SP-35 1 1 3 1 2 1 4 2 3 5 5 3 31
36 SP-36 1 1 2 1 3 1 5 1 1 2 1 1 20
37 SP-37 5 1 1 2 5 0 5 2 1 2 1 1 26
38 SP-38 1 1 2 1 5 1 5 1 1 2 1 2 23
39 SP-39 1 1 2 2 5 1 5 5 5 2 1 3 33
40 SP-40 5 5 2 2 5 1 5 3 4 3 5 5 45
41 SP-41 1 5 2 3 3 5 5 5 5 4 5 4 47
42 SP-42 5 1 2 2 4 1 5 5 5 5 1 3 39
43 SP-43 5 5 3 2 3 5 5 5 2 4 1 4 44
44 SP-44 1 1 3 5 5 5 5 3 5 5 5 3 46
45 SP-45 1 1 3 5 4 5 5 5 5 5 5 3 47
46 SP-46 1 1 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 51
47 SP-47 3 5 2 3 3 5 5 5 5 3 5 3 47
48 SP-48 2 5 3 3 5 5 5 5 5 5 5 3 51
49 SP-49 1 5 3 2 5 5 5 4 5 5 5 5 50
50 SP-50 1 1 2 5 5 5 5 5 5 5 5 3 47
51 SP-51 3 1 2 1 3 1 5 2 1 1 5 2 27
52 SP-52 1 1 2 2 5 1 5 2 3 3 5 4 34
53 SP-53 1 1 2 2 5 1 5 1 1 3 1 2 25
54 SP-54 1 1 2 2 5 1 5 5 1 1 1 3 28
55 SP-55 3 5 2 2 4 1 5 3 1 2 5 3 36
56 SP-56 1 1 1 1 5 1 5 1 1 3 1 2 23
57 SP-57 1 1 1 5 5 5 5 3 1 1 1 1 30
58 SP-58 1 1 3 2 3 1 5 3 1 2 1 2 25
59 SP-59 1 1 3 2 3 1 5 2 1 2 5 3 29
60 SP-60 1 1 2 1 3 1 5 4 1 0 5 3 27
97 151 132 138 224 155 284 225 183 166 166 159 2080
No. KodeButir Soal
Jumlah
JUMLAH
189
Lampiran 23
ANALISIS DESKRIPTIF PERSENTASE
KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
1. Mencari skor yang diperoleh masing-masing responden dengan rumus
Skor =
B = banyaknya butir yang dijawab benar atau jumlah skor jawaban benar
pada setiap butir/item soal
St = Skor teoretis
2. Menentukan batas minimal ketuntasan yaitu 60%
No. Kode Total Nilai % Skor Kategori
1 SP-01 14 64 Tuntas
2 SP-02 15 68 Tuntas
3 SP-03 6 27 Tidak Tuntas
4 SP-04 16 73 Tuntas
5 SP-05 20 91 Tuntas
6 SP-06 9 41 Tidak Tuntas
7 SP-07 16 73 Tuntas
8 SP-08 20 91 Tuntas
9 SP-09 11 50 Tidak Tuntas
10 SP-10 18 82 Tuntas
11 SP-11 19 86 Tuntas
12 SP-12 8 36 Tidak Tuntas
13 SP-13 17 77 Tuntas
14 SP-14 9 41 Tidak Tuntas
15 SP-15 16 73 Tuntas
16 SP-16 20 91 Tuntas
17 SP-17 17 77 Tuntas
18 SP-18 16 73 Tuntas
19 SP-19 16 73 Tuntas
20 SP-20 18 82 Tuntas
21 SP-21 10 45 Tidak Tuntas
190
22 SP-22 13 59 Tidak Tuntas
23 SP-23 19 86 Tuntas
24 SP-24 18 82 Tuntas
25 SP-25 19 86 Tuntas
26 SP-26 12 55 Tidak Tuntas
27 SP-27 15 68 Tuntas
28 SP-28 18 82 Tuntas
29 SP-29 15 68 Tuntas
30 SP-30 17 77 Tuntas
31 SP-31 16 73 Tuntas
32 SP-32 19 86 Tuntas
33 SP-33 5 23 Tidak Tuntas
34 SP-34 20 91 Tuntas
35 SP-35 16 73 Tuntas
36 SP-36 10 45 Tidak Tuntas
37 SP-37 13 59 Tidak Tuntas
38 SP-38 10 45 Tidak Tuntas
39 SP-39 18 82 Tuntas
40 SP-40 16 73 Tuntas
41 SP-41 18 82 Tuntas
42 SP-42 19 86 Tuntas
43 SP-43 18 82 Tuntas
44 SP-44 18 82 Tuntas
45 SP-45 20 91 Tuntas
46 SP-46 19 86 Tuntas
47 SP-47 19 86 Tuntas
48 SP-48 18 82 Tuntas
49 SP-49 18 82 Tuntas
50 SP-50 20 91 Tuntas
51 SP-51 14 64 Tuntas
52 SP-52 16 73 Tuntas
53 SP-53 15 68 Tuntas
54 SP-54 12 55 Tidak Tuntas
55 SP-55 14 64 Tuntas
56 SP-56 15 68 Tuntas
57 SP-57 11 50 Tidak Tuntas
58 SP-58 16 73 Tuntas
191
59 SP-59 13 59 Tidak Tuntas
60 SP-60 12 55 Tidak Tuntas
3. Menentukan kategori penilaian skala -5 dengan membuat tabel kerja
distribusi frekuensi kemampuan membaca pemahaman.
No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata
1 80 ke atas Sangat Baik 23 38%
70
2 70 – 79 Baik 13 22%
3 60 – 69 Cukup 8 13%
4 50 – 59 Kurang 8 13%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 8 13%
60 100% Baik
4. Membuat diagram lingkaran kemampuan membaca pemahaman
Diagram Presentase Kemampuan Membaca
Pemahaman
Sangat Baik 38%
Baik 22%
Cukup 13%
Kurang 13%
Sangat Kurang 13%
192
ANALISIS DESKRIPTIF KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
1 3 4 5 6 7 8 10 11 13 14 15 19 Jumlah % skor 9 20 21 Jumlah % skor 2 12 18 Jumlah % Skor 16 17 22 Jumlah % Skor
1 SP-01 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 8 62 1 0 1 2 67 1 1 1 3 100 1 0 0 1 33 14 64 Cukup
2 SP02 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 10 77 1 0 1 2 67 0 1 0 1 33 1 1 0 2 67 15 68 Cukup
3 SP-03 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 4 31 0 0 0 0 0 0 1 1 2 67 0 0 0 0 0 6 27 Sangat Kurang
4 SP-04 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 10 77 0 0 1 1 33 1 1 1 3 100 1 1 0 2 67 16 73 Baik
5 SP-05 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 11 85 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 20 91 Sangat Baik
6 SP-06 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 5 38 0 1 1 2 67 0 1 1 2 67 0 0 0 0 0 9 41 Sangat Kurang
7 SP-07 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 10 77 0 1 1 2 67 1 1 1 3 100 0 1 0 1 33 16 73 Bak
8 SP-08 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 92 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 1 1 0 2 67 20 91 Sangat Baik
9 SP-09 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 6 46 0 1 1 2 67 1 1 1 3 100 0 0 0 0 0 11 50 Kurang
10 SP-10 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 11 85 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 0 1 0 1 33 18 82 Sangat Baik
11 SP-11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 12 92 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 0 1 0 1 33 19 86 Sangat Baik
12 SP-12 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 5 38 0 0 0 0 0 0 1 1 2 67 0 1 0 1 33 8 36 Sangat Kurang
13 SP-13 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 92 0 1 0 1 33 1 1 1 3 100 1 0 0 1 33 17 77 Baik
14 SP-14 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 5 38 1 0 0 1 33 1 0 0 1 33 1 1 0 2 67 9 41 Sangat Kurang
15 SP-15 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 9 69 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 0 0 1 1 33 16 73 Baik
16 SP-16 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 92 0 1 1 2 67 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 20 91 Sangat Baik
17 SP-17 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 10 77 1 0 1 2 67 1 1 1 3 100 1 1 0 2 67 17 77 Baik
18 SP-18 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 10 77 1 0 0 1 33 1 1 1 3 100 1 1 0 2 67 16 73 Baik
19 SP-19 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 10 77 1 1 0 2 67 1 1 0 2 67 1 0 1 2 67 16 73 Baik
20 SP-20 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 10 83 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 0 1 1 2 67 18 82 Sangat Baik
21 SP-21 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 5 38 1 1 0 2 67 1 1 0 2 67 0 1 0 1 33 10 45 Sangat Kurang
22 SP-22 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 6 46 0 1 0 1 33 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 13 59 Kurang
23 SP-23 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 11 85 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 1 1 0 2 67 19 86 Sangat Baik
24 SP-24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 12 92 1 1 1 3 100 1 1 0 2 67 1 0 0 1 33 18 82 Sangat Baik
25 SP-25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 100 1 0 1 2 67 0 1 1 2 67 1 1 0 2 67 19 86 Sangat Baik
26 SP-26 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 6 46 1 1 0 2 67 1 1 1 3 100 0 1 0 1 33 12 55 Kurang
27 SP-27 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 9 69 1 1 1 3 100 1 1 0 2 67 0 0 1 1 33 15 68 Cukup
28 SP-28 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 10 77 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 1 0 1 2 67 18 82 Sangat Baik
29 SP-29 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 9 69 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 0 0 0 0 0 15 68 Cukup
30 SP-30 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 10 77 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 1 0 0 1 33 17 77 Baik
31 SP-31 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 10 77 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 0 0 0 0 0 16 73 Baik
32 SP-32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 11 85 0 1 1 2 67 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 19 86 Sangat Baik
33 SP-33 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 3 23 0 1 0 1 33 0 0 1 1 33 0 0 0 0 0 5 23 Sangat Kurang
34 SP-34 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 92 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 1 1 0 2 67 20 91 Sangat Baik
35 SP-35 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 10 77 1 1 1 3 100 0 1 0 1 33 1 1 0 2 67 16 73 Baik
36 SP-36 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 7 54 1 0 0 1 33 1 1 0 2 67 0 0 0 0 0 10 45 Sangat Kurang
37 SP-37 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 9 69 1 0 0 1 33 1 0 0 1 33 1 1 0 2 67 13 59 Kurang
38 SP-38 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 7 54 0 0 0 0 0 1 1 0 2 67 0 1 0 1 33 10 45 Sangat Kurang
39 SP-39 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 11 85 1 0 1 2 67 1 1 1 3 100 1 1 0 2 67 18 82 Sangat Baik
40 SP-40 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 11 85 1 0 1 2 67 1 1 0 2 67 0 1 0 1 33 16 73 Baik
41 SP-41 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 11 85 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 0 1 0 1 33 18 82 Sangat Baik
42 SP-42 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 10 77 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 19 86 Sangat Baik
43 SP-43 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 11 85 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 0 1 0 1 33 18 82 Sangat Baik
44 SP-44 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 10 77 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 1 1 0 2 67 18 82 Sangat Baik
45 SP-45 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 92 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 0 1 1 2 67 20 91 Sangat Baik
46 SP-46 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 92 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 0 1 0 1 33 19 86 Sangat Baik
47 SP-47 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 11 85 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 0 1 1 2 67 19 86 Sangat Baik
48 SP-48 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 10 77 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 1 1 0 2 67 18 82 Sangat Baik
49 SP-49 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 12 92 1 1 1 3 100 0 1 1 2 67 1 0 0 1 33 18 82 Sangat Baik
50 SP-50 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 12 92 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 1 1 0 2 67 20 91 Sangat Baik
51 SP-51 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8 62 1 0 1 2 67 1 0 1 2 67 1 1 0 2 67 14 64 Cukup
52 SP-52 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 11 85 0 1 1 2 67 1 1 1 3 100 0 0 0 0 0 16 73 Baik
53 SP-53 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 10 77 1 1 0 2 67 0 1 1 2 67 1 0 0 1 33 15 68 Cukup
54 SP-54 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 6 46 1 1 1 3 100 0 1 1 2 67 0 1 0 1 33 12 55 Kurang
55 SP-55 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 9 69 1 1 1 3 100 0 0 1 1 33 1 0 0 1 33 14 64 Cukup
56 SP-56 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 10 77 1 1 1 3 100 0 1 1 2 67 0 0 0 0 0 15 68 Cukup
57 SP-57 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 54 1 1 0 2 67 0 1 1 2 67 0 0 0 0 0 11 50 Kurang
58 SP-58 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 9 69 1 1 1 3 100 1 1 1 3 100 1 0 0 1 33 16 73 Baik
59 SP-59 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 7 54 0 1 1 2 67 0 1 1 2 67 1 1 0 2 67 13 59 Kurang
60 SP-60 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 6 46 0 1 1 2 67 0 1 1 2 67 0 1 1 2 67 12 55 Kurang
KategoriNo. Kode
KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
Total % skorMenjawab Pertanyaan secara Eksplisit Memahami Arti Kata
Susunan Wacana dan
Hubungan antar BagiannyaMengenali Pokok Pikiran
193
Lampiran 24
ANALISIS DESKRIPTIF KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
PER INDIKATOR
1. Memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana
a. Mencari skor yang diperoleh masing-masing responden dengan rumus
Skor =
B = banyaknya butir yang dijawab benar atau jumlah skor jawaban benar
pada setiap butir/item soal
St = Skor teoretis
b. Menentukan batas minimal ketuntasan yaitu 60%
NO. KODE INDIKATOR 1
Total Nilai % Skor Kriteria
1 SP-01 2 67 Tuntas
2 SP-02 2 67 Tuntas
3 SP-03 0 0 Tidak Tuntas
4 SP-04 1 33 Tidak Tuntas
5 SP-05 3 100 Tuntas
6 SP-06 2 67 Tuntas
7 SP-07 2 67 Tuntas
8 SP-08 3 100 Tuntas
9 SP-09 2 67 Tuntas
10 SP-10 3 100 Tuntas
11 SP-11 3 100 Tuntas
12 SP-12 0 0 Tidak Tuntas
13 SP-13 1 33 Tidak Tuntas
14 SP-14 1 33 Tidak Tuntas
15 SP-15 3 100 Tuntas
16 SP-16 2 67 Tuntas
17 SP-17 2 67 Tuntas
18 SP-18 1 33 Tidak Tuntas
19 SP-19 2 67 Tuntas
20 SP-20 3 100 Tuntas
21 SP-21 2 67 Tuntas
22 SP-22 1 33 Tidak Tuntas
23 SP-23 3 100 Tuntas
24 SP-24 3 100 Tuntas
25 SP-25 2 67 Tuntas
26 SP-26 2 67 Tuntas
194
27 SP-27 3 100 Tuntas
28 SP-28 3 100 Tuntas
29 SP-29 3 100 Tuntas
30 SP-30 3 100 Tuntas
31 SP-31 3 100 Tuntas
32 SP-32 2 67 Tuntas
33 SP-33 1 33 Tidak Tuntas
34 SP-34 3 100 Tuntas
35 SP-35 3 100 Tuntas
36 SP-36 1 33 Tidak Tuntas
37 SP-37 1 33 Tidak Tuntas
38 SP-38 0 0 Tidak Tuntas
39 SP-39 2 67 Tuntas
40 SP-40 2 67 Tuntas
41 SP-41 3 100 Tuntas
42 SP-42 3 100 Tuntas
43 SP-43 3 100 Tuntas
44 SP-44 3 100 Tuntas
45 SP-45 3 100 Tuntas
46 SP-46 3 100 Tuntas
47 SP-47 3 100 Tuntas
48 SP-48 3 100 Tuntas
49 SP-49 3 100 Tuntas
50 SP-50 3 100 Tuntas
51 SP-51 2 67 Tuntas
52 SP-52 2 67 Tuntas
53 SP-53 2 67 Tuntas
54 SP-54 3 100 Tuntas
55 SP-55 3 100 Tuntas
56 SP-56 3 100 Tuntas
57 SP-57 2 67 Tuntas
58 SP-58 3 100 Tuntas
59 SP-59 2 67 Tuntas
60 SP-60 2 67 Tuntas
c. Membuat tabel presentase skala -5 indikator 1
No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata
1 80 ke atas Sangat Baik 29 48%
75
2 70 – 79 Baik 0 0%
3 60 – 69 Cukup 20 33%
4 50 – 59 Kurang 0 0%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 11 18%
60 100% Baik
195
2. Mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-bagiannya
a. Mencari skor yang diperoleh masing-masing responden dengan rumus
Skor =
B = banyaknya butir yang dijawab benar atau jumlah skor jawaban benar
pada setiap butir/item soal
St = Skor teoretis
b. Menentukan batas minimal ketuntasan yaitu 60%
NO. KODE INDIKATOR 2
Total Nilai % Skor Kriteria
1 SP-01 3 100 Tuntas
2 SP-02 1 33 Tidak Tuntas
3 SP-03 2 67 Tuntas
4 SP-04 3 100 Tuntas
5 SP-05 3 100 Tuntas
6 SP-06 2 67 Tuntas
7 SP-07 3 100 Tuntas
8 SP-08 3 100 Tuntas
9 SP-09 3 100 Tuntas
10 SP-10 3 100 Tuntas
11 SP-11 3 100 Tuntas
12 SP-12 2 67 Tuntas
13 SP-13 3 100 Tuntas
14 SP-14 1 33 Tidak Tuntas
15 SP-15 3 100 Tuntas
16 SP-16 3 100 Tuntas
17 SP-17 3 100 Tuntas
18 SP-18 3 100 Tuntas
19 SP-19 2 67 Tuntas
20 SP-20 3 100 Tuntas
21 SP-21 2 67 Tuntas
22 SP-22 3 100 Tuntas
23 SP-23 3 100 Tuntas
24 SP-24 2 67 Tuntas
25 SP-25 2 67 Tuntas
26 SP-26 3 100 Tuntas
27 SP-27 2 67 Tuntas
196
28 SP-28 3 100 Tuntas
29 SP-29 3 100 Tuntas
30 SP-30 3 100 Tuntas
31 SP-31 3 100 Tuntas
32 SP-32 3 100 Tuntas
33 SP-33 1 33 Tidak Tuntas
34 SP-34 3 100 Tuntas
35 SP-35 1 33 Tidak Tuntas
36 SP-36 2 67 Tuntas
37 SP-37 1 33 Tidak Tuntas
38 SP-38 2 67 Tuntas
39 SP-39 3 100 Tuntas
40 SP-40 2 67 Tuntas
41 SP-41 3 100 Tuntas
42 SP-42 3 100 Tuntas
43 SP-43 3 100 Tuntas
44 SP-44 3 100 Tuntas
45 SP-45 3 100 Tuntas
46 SP-46 3 100 Tuntas
47 SP-47 3 100 Tuntas
48 SP-48 3 100 Tuntas
49 SP-49 2 67 Tuntas
50 SP-50 3 100 Tuntas
51 SP-51 2 67 Tuntas
52 SP-52 3 100 Tuntas
53 SP-53 2 67 Tuntas
54 SP-54 2 67 Tuntas
55 SP-55 1 33 Tidak Tuntas
56 SP-56 2 67 Tuntas
57 SP-57 2 67 Tuntas
58 SP-58 3 100 Tuntas
59 SP-59 2 67 Tuntas
60 SP-60 2 67 Tuntas
c. Membuat tabel presentase skala -5 indikator 2
No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata
1 80 ke atas Sangat Baik 35 58%
83
2 70 – 79 Baik 0 0%
3 60 – 69 Cukup 19 32%
4 50 – 59 Kurang 0 0%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 6 10%
60 100% Sangat Baik
197
3. Mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana
a. Mencari skor yang diperoleh masing-masing responden dengan rumus
Skor =
B = banyaknya butir yang dijawab benar atau jumlah skor jawaban benar
pada setiap butir/item soal
St = Skor teoretis
b. Menentukan batas minimal ketuntasan yaitu 60%
NO. KODE INDIKATOR 3
Total Nilai % Skor Kriteria
1 SP-01 1 33 Tidak Tuntas
2 SP-02 2 67 Tuntas
3 SP-03 0 0 Tidak Tuntas
4 SP-04 2 67 Tuntas
5 SP-05 3 100 Tuntas
6 SP-06 0 0 Tidak Tuntas
7 SP-07 1 33 Tidak Tuntas
8 SP-08 2 67 Tuntas
9 SP-09 0 0 Tidak Tuntas
10 SP-10 1 33 Tidak Tuntas
11 SP-11 1 33 Tidak Tuntas
12 SP-12 1 33 Tidak Tuntas
13 SP-13 1 33 Tidak Tuntas
14 SP-14 2 67 Tuntas
15 SP-15 1 33 Tidak Tuntas
16 SP-16 3 100 Tuntas
17 SP-17 2 67 Tuntas
18 SP-18 2 67 Tuntas
19 SP-19 2 67 Tuntas
20 SP-20 2 67 Tuntas
21 SP-21 1 33 Tidak Tuntas
22 SP-22 3 100 Tuntas
23 SP-23 2 67 Tuntas
24 SP-24 1 33 Tidak Tuntas
25 SP-25 2 67 Tuntas
26 SP-26 1 33 Tidak Tuntas
27 SP-27 1 33 Tidak Tuntas
198
28 SP-28 2 67 Tuntas
29 SP-29 0 0 Tidak Tuntas
30 SP-30 1 33 Tidak Tuntas
31 SP-31 0 0 Tidak Tuntas
32 SP-32 3 100 Tuntas
33 SP-33 0 0 Tidak Tuntas
34 SP-34 2 67 Tuntas
35 SP-35 2 67 Tuntas
36 SP-36 0 0 Tidak Tuntas
37 SP-37 2 67 Tuntas
38 SP-38 1 33 Tidak Tuntas
39 SP-39 2 67 Tuntas
40 SP-40 1 33 Tidak Tuntas
41 SP-41 1 33 Tidak Tuntas
42 SP-42 3 100 Tuntas
43 SP-43 1 33 Tidak Tuntas
44 SP-44 2 67 Tuntas
45 SP-45 2 67 Tuntas
46 SP-46 1 33 Tidak Tuntas
47 SP-47 2 67 Tuntas
48 SP-48 2 67 Tuntas
49 SP-49 1 33 Tidak Tuntas
50 SP-50 2 67 Tuntas
51 SP-51 2 67 Tuntas
52 SP-52 0 0 Tidak Tuntas
53 SP-53 1 33 Tidak Tuntas
54 SP-54 1 33 Tidak Tuntas
55 SP-55 1 33 Tidak Tuntas
56 SP-56 0 0 Tidak Tuntas
57 SP-57 0 0 Tidak Tuntas
58 SP-58 1 33 Tidak Tuntas
59 SP-59 2 67 Tuntas
60 SP-60 2 67 Tuntas
c. Membuat tabel presentase skala -5 Indikator 3
No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata
1 80 ke atas Sangat Baik 5 8%
46
2 70 – 79 Baik 0 0%
3 60 – 69 Cukup 23 38%
4 50 – 59 Kurang 0 0%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 32 53%
60 100% Sangat Kurang
199
4. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara eksplisit terdapat
dalam wacana
a. Mencari skor yang diperoleh masing-masing responden dengan rumus
Skor =
B = banyaknya butir yang dijawab benar atau jumlah skor jawaban benar
pada setiap butir/item soal
St = Skor teoretis
b. Menentukan batas minimal ketuntasan yaitu 60%
NO. KODE INDIKATOR 4
Total Nilai % Skor Kriteria
1 SP-01 8 62 Tuntas
2 SP-02 10 77 Tuntas
3 SP-03 4 31 Tidak Tuntas
4 SP-04 10 77 Tuntas
5 SP-05 11 85 Tuntas
6 SP-06 5 38 Tidak Tuntas
7 SP-07 10 77 Tuntas
8 SP-08 12 92 Tuntas
9 SP-09 6 46 Tidak Tuntas
10 SP-10 11 85 Tuntas
11 SP-11 12 92 Tuntas
12 SP-12 5 38 Tidak Tuntas
13 SP-13 12 92 Tuntas
14 SP-14 5 38 Tidak Tuntas
15 SP-15 9 69 Tuntas
16 SP-16 12 92 Tuntas
17 SP-17 10 77 Tuntas
18 SP-18 10 77 Tuntas
19 SP-19 10 77 Tuntas
20 SP-20 10 83 Tuntas
21 SP-21 5 38 Tidak Tuntas
22 SP-22 6 46 Tidak Tuntas
23 SP-23 11 85 Tuntas
24 SP-24 12 92 Tuntas
25 SP-25 13 100 Tuntas
26 SP-26 6 46 Tidak Tuntas
200
27 SP-27 9 69 Tuntas
28 SP-28 10 77 Tuntas
29 SP-29 9 69 Tuntas
30 SP-30 10 77 Tuntas
31 SP-31 10 77 Tuntas
32 SP-32 11 85 Tuntas
33 SP-33 3 23 Tidak Tuntas
34 SP-34 12 92 Tuntas
35 SP-35 10 77 Tuntas
36 SP-36 7 54 Tidak Tuntas
37 SP-37 9 69 Tuntas
38 SP-38 7 54 Tidak Tuntas
39 SP-39 11 85 Tuntas
40 SP-40 11 85 Tuntas
41 SP-41 11 85 Tuntas
42 SP-42 10 77 Tuntas
43 SP-43 11 85 Tuntas
44 SP-44 10 77 Tuntas
45 SP-45 12 92 Tuntas
46 SP-46 12 92 Tuntas
47 SP-47 11 85 Tuntas
48 SP-48 10 77 Tuntas
49 SP-49 12 92 Tuntas
50 SP-50 12 92 Tuntas
51 SP-51 8 62 Tuntas
52 SP-52 11 85 Tuntas
53 SP-53 10 77 Tuntas
54 SP-54 6 46 Tidak Tuntas
55 SP-55 9 69 Tuntas
56 SP-56 10 77 Tuntas
57 SP-57 7 54 Tidak Tuntas
58 SP-58 9 69 Tuntas
59 SP-59 7 54 Tidak Tuntas
60 SP-60 6 46 Tidak Tuntas
c. Membuat tabel presentase skala -5 Indikator 4
No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata
1 80 ke atas Sangat Baik 22 37%
72
2 70 – 79 Baik 15 25%
3 60 – 69 Cukup 8 13%
4 50 – 59 Kurang 4 7%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 11 18%
60 100% Baik
201
Lampiran 25
ANALISIS DESKRIPTIF PERSENTASE
KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK
1. Mencari skor yang diperoleh masing-masing responden dengan rumus
Skor =
B = banyaknya butir yang dijawab benar atau jumlah skor jawaban benar
pada setiap butir/item soal
St = Skor teoretis
2. Menentukan batas minimal ketuntasan yaitu 60%
No. Kode Total Nilai % Skor Kategori
1 SP-01 32 53 Tidak Tuntas
2 SP-02 40 67 Tuntas
3 SP-03 21 35 Tidak Tuntas
4 SP-04 37 62 Tuntas
5 SP-05 42 70 Tuntas
6 SP-06 24 40 Tidak Tuntas
7 SP-07 34 57 Tidak Tuntas
8 SP-08 41 68 Tuntas
9 SP-09 21 35 Tidak Tuntas
10 SP-10 38 63 Tuntas
11 SP-11 36 60 Tuntas
12 SP-12 13 22 Tidak Tuntas
13 SP-13 34 57 Tidak Tuntas
14 SP-14 21 35 Tidak Tuntas
15 SP-15 46 77 Tuntas
16 SP-16 41 68 Tuntas
17 SP-17 40 67 Tuntas
18 SP-18 37 62 Tuntas
19 SP-19 36 60 Tuntas
20 SP-20 43 72 Tuntas
21 SP-21 18 30 Tidak Tuntas
202
22 SP-22 38 63 Tuntas
23 SP-23 33 55 Tidak Tuntas
24 SP-24 39 65 Tuntas
25 SP-25 49 82 Tuntas
26 SP-26 20 33 Tidak Tuntas
27 SP-27 31 52 Tidak Tuntas
28 SP-28 36 60 Tuntas
29 SP-29 35 58 Tidak Tuntas
30 SP-30 38 63 Tuntas
31 SP-31 40 67 Tuntas
32 SP-32 31 52 Tidak Tuntas
33 SP-33 12 20 Tidak Tuntas
34 SP-34 52 87 Tuntas
35 SP-35 31 52 Tidak Tuntas
36 SP-36 20 33 Tidak Tuntas
37 SP-37 26 43 Tidak Tuntas
38 SP-38 23 38 Tidak Tuntas
39 SP-39 33 55 Tidak Tuntas
40 SP-40 45 75 Tuntas
41 SP-41 47 78 Tuntas
42 SP-42 39 65 Tuntas
43 SP-43 44 73 Tuntas
44 SP-44 46 77 Tuntas
45 SP-45 47 78 Tuntas
46 SP-46 51 85 Tuntas
47 SP-47 47 78 Tuntas
48 SP-48 51 85 Tuntas
49 SP-49 50 83 Tuntas
50 SP-50 47 78 Tuntas
51 SP-51 27 45 Tidak Tuntas
52 SP-52 34 57 Tidak Tuntas
53 SP-53 25 42 Tidak Tuntas
54 SP-54 28 47 Tidak Tuntas
55 SP-55 36 60 Tuntas
56 SP-56 23 38 Tidak Tuntas
57 SP-57 30 50 Tidak Tuntas
58 SP-58 25 42 Tidak Tuntas
203
59 SP-59 29 48 Tidak Tuntas
60 SP-60 27 45 Tidak Tuntas
3. Menentukan kategori penilaian skala -5 dengan membuat tabel kerja
distribusi frekuensi kemampuan mengapresiasi cerita pendek.
No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata
1 80 ke atas Sangat Baik 5 8%
58
2 70 – 79 Baik 10 17%
3 60 – 69 Cukup 15 25%
4 50 – 59 Kurang 12 20%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 18 30%
Jumlah 60 100% Kurang
4. Membuat diagram lingkaran kemampuan mengapresiasi cerita pendek
Diagram Presentase Kemampuan Mengapresiasi
Cerita Pendek
Sangat Baik 8%
Baik 17%
Cukup 25%
Kurang 20%
Sangat Kurang 30%
204
ANALISIS DESKRIPTIF
KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK
1 2 3 4 6 7 9 Jumlah % Skor 5 8 11 Jumlah % Skor 10 12 Jumlah % Skor
1 SP-01 1 5 2 3 1 5 1 18 51 4 5 1 10 67 2 2 4 40 32 53 Kurang
2 SP-02 1 1 2 4 5 5 5 23 66 4 5 1 10 67 4 3 7 70 40 67 Cukup
3 SP-03 1 1 2 1 1 5 1 12 34 3 3 1 7 47 1 1 2 20 21 35 Sangat Kurang
4 SP-04 1 1 2 2 1 5 5 17 49 5 4 5 14 93 3 3 6 60 37 62 Cukup
5 SP-05 2 1 2 2 3 5 5 20 57 2 5 5 12 80 5 5 10 100 42 70 Baik
6 SP-06 1 1 2 1 1 2 1 9 26 3 4 1 8 53 2 5 7 70 24 40 Sangat Kurang
7 SP-07 1 1 2 2 5 5 0 16 46 5 5 1 11 73 3 4 7 70 34 57 Kurang
8 SP-08 1 5 2 2 5 5 5 25 71 5 5 1 11 73 2 3 5 50 41 68 Cukup
9 SP-09 1 1 1 2 1 5 1 12 34 1 4 1 6 40 2 1 3 30 21 35 Sangat Kurang
10 SP-10 1 1 2 3 5 5 4 21 60 4 4 1 9 60 4 4 8 80 38 63 Cukup
11 SP-11 1 5 1 2 5 5 1 20 57 5 5 1 11 73 2 3 5 50 36 60 Cukup
12 SP-12 1 1 1 1 1 1 1 7 20 2 1 1 4 27 1 1 2 20 13 22 Sangat Kurang
13 SP-13 1 1 2 3 1 5 3 16 46 4 5 5 14 93 2 2 4 40 34 57 Kurang
14 SP-14 5 5 2 2 1 5 0 20 57 1 0 0 1 7 0 0 0 0 21 35 Sangat Kurang
15 SP-15 1 5 3 2 5 5 5 26 74 3 5 5 13 87 3 4 7 70 46 77 Baik
16 SP-16 1 5 2 2 1 5 5 21 60 3 5 5 13 87 4 3 7 70 41 68 Cukup
17 SP-17 1 5 2 3 5 5 4 25 71 5 5 1 11 73 2 2 4 40 40 67 Cukup
18 SP-18 0 5 2 5 4 5 5 26 74 3 3 1 7 47 2 2 4 40 37 62 Cukup
19 SP-19 1 5 3 1 5 5 5 25 71 3 4 1 8 53 1 2 3 30 36 60 Cukup
20 SP-20 1 5 3 2 5 5 5 26 74 3 5 1 9 60 4 4 8 80 43 72 Baik
21 SP-21 1 1 2 1 1 1 1 8 23 3 2 1 6 40 2 2 4 40 18 30 Sangat Kurang
22 SP-22 5 5 2 2 1 5 1 21 60 3 5 5 13 87 2 2 4 40 38 63 Cukup
23 SP-23 1 0 2 2 5 5 4 19 54 3 5 1 9 60 3 2 5 50 33 55 Kurang
24 SP-24 1 1 2 2 5 5 5 21 60 4 5 5 14 93 2 2 4 40 39 65 Cukup
25 SP-25 1 5 2 3 5 5 4 25 71 5 5 5 15 100 5 4 9 90 49 82 Sangat Baik
26 SP-26 1 1 2 2 0 5 1 12 34 3 2 1 6 40 1 1 2 20 20 33 Sangat Kurang
27 SP-27 1 5 2 3 1 5 4 21 60 3 3 1 7 47 2 1 3 30 31 52 Kurang
28 SP-28 1 1 2 3 1 5 5 18 51 4 5 5 14 93 2 2 4 40 36 60 Cukup
29 SP-29 3 1 5 2 1 5 5 22 63 5 5 0 10 67 3 0 3 30 35 58 Kurang
30 SP-30 1 5 3 2 1 5 5 22 63 3 4 5 12 80 2 2 4 40 38 63 Cukup
31 SP-31 1 5 3 2 1 5 3 20 57 3 5 5 13 87 4 3 7 70 40 67 Cukup
32 SP-32 3 1 2 2 1 5 3 17 49 3 5 1 9 60 3 2 5 50 31 52 Kurang
33 SP-33 1 1 1 1 1 1 1 7 20 1 1 1 3 20 1 1 2 20 12 20 Sangat Kurang
34 SP-34 3 5 3 2 5 5 5 28 80 5 4 5 14 93 5 5 10 100 52 87 Sangat Baik
35 SP-35 1 1 3 1 1 4 3 14 40 2 2 5 9 60 5 3 8 80 31 52 Kurang
36 SP-36 1 1 2 1 1 5 1 12 34 3 1 1 5 33 2 1 3 30 20 33 Sangat Kurang
37 SP-37 5 1 1 2 0 5 1 15 43 5 2 1 8 53 2 1 3 30 26 43 Sangat Kurang
38 SP-38 1 1 2 1 1 5 1 12 34 5 1 1 7 47 2 2 4 40 23 38 Sangat Kurang
39 SP-39 1 1 2 2 1 5 5 17 49 5 5 1 11 73 2 3 5 50 33 55 Kurang
40 SP-40 5 5 2 2 1 5 4 24 69 5 3 5 13 87 3 5 8 80 45 75 Baik
41 SP-41 1 5 2 3 5 5 5 26 74 3 5 5 13 87 4 4 8 80 47 78 Baik
42 SP-42 5 1 2 2 1 5 5 21 60 4 5 1 10 67 5 3 8 80 39 65 Cukup
43 SP-43 5 5 3 2 5 5 2 27 77 3 5 1 9 60 4 4 8 80 44 73 Baik
44 SP-44 1 1 3 5 5 5 5 25 71 5 3 5 13 87 5 3 8 80 46 77 Baik
45 SP-45 1 1 3 5 5 5 5 25 71 4 5 5 14 93 5 3 8 80 47 78 Baik
46 SP-46 1 1 4 5 5 5 5 26 74 5 5 5 15 100 5 5 10 100 51 85 Sangat Baik
47 SP-47 3 5 2 3 5 5 5 28 80 3 5 5 13 87 3 3 6 60 47 78 Baik
48 SP-48 2 5 3 3 5 5 5 28 80 5 5 5 15 100 5 3 8 80 51 85 Sangat Baik
49 SP-49 1 5 3 2 5 5 5 26 74 5 4 5 14 93 5 5 10 100 50 83 Sangat Baik
50 SP-50 1 1 2 5 5 5 5 24 69 5 5 5 15 100 5 3 8 80 47 78 Baik
51 SP-51 3 1 2 1 1 5 1 14 40 3 2 5 10 67 1 2 3 30 27 45 Sangat Kurang
52 SP-52 1 1 2 2 1 5 3 15 43 5 2 5 12 80 3 4 7 70 34 57 Kurang
53 SP-53 1 1 2 2 1 5 1 13 37 5 1 1 7 47 3 2 5 50 25 42 Sangat Kurang
54 SP-54 1 1 2 2 1 5 1 13 37 5 5 1 11 73 1 3 4 40 28 47 Sangat Kurang
55 SP-55 3 5 2 2 1 5 1 19 54 4 3 5 12 80 2 3 5 50 36 60 Cukup
56 SP-56 1 1 1 1 1 5 1 11 31 5 1 1 7 47 3 2 5 50 23 38 Sangat Kurang
57 SP-57 1 1 1 5 5 5 1 19 54 5 3 1 9 60 1 1 2 20 30 50 Kurang
58 SP-58 1 1 3 2 1 5 1 14 40 3 3 1 7 47 2 2 4 40 25 42 Sangat Kurang
59 SP-59 1 1 3 2 1 5 1 14 40 3 2 5 10 67 2 3 5 50 29 48 Sangat Kurang
60 SP-60 1 1 2 1 1 5 1 12 34 3 4 5 12 80 0 3 3 30 27 45 Sangat Kurang
Kategori No. KodeTotal % skor
KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK
EvaluatifKognitif Emotif
205
Lampiran 26
ANALISIS DESKRIPTIF KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA
PENDEK PER INDIKATOR
1. Aspek kognitif: memahami unsur-unsur kesastraan yang bersifat objektif
a. Mencari skor yang diperoleh masing-masing responden dengan rumus
Skor =
B = banyaknya butir yang dijawab benar atau jumlah skor jawaban benar
pada setiap butir/item soal
St = Skor teoretis
b. Menentukan batas minimal ketuntasan yaitu 60%
NO. KODE INDIKATOR 1
Total Nilai % Skor Kriteria
1 SP-01 18 51 Tidak Tuntas
2 SP-02 23 66 Tuntas
3 SP-03 12 34 Tidak Tuntas
4 SP-04 17 49 Tidak Tuntas
5 SP-05 20 57 Tidak Tuntas
6 SP-06 9 26 Tidak Tuntas
7 SP-07 16 46 Tidak Tuntas
8 SP-08 25 71 Tuntas
9 SP-09 12 34 Tidak Tuntas
10 SP-10 21 60 Tuntas
11 SP-11 20 57 Tidak Tuntas
12 SP-12 7 20 Tidak Tuntas
13 SP-13 16 46 Tidak Tuntas
14 SP-14 20 57 Tidak Tuntas
15 SP-15 26 74 Tuntas
16 SP-16 21 60 Tuntas
17 SP-17 25 71 Tuntas
18 SP-18 26 74 Tuntas
19 SP-19 25 71 Tuntas
20 SP-20 26 74 Tuntas
21 SP-21 8 23 Tidak Tuntas
22 SP-22 21 60 Tuntas
23 SP-23 19 54 Tidak Tuntas
24 SP-24 21 60 Tuntas
25 SP-25 25 71 Tuntas
206
26 SP-26 12 34 Tidak Tuntas
27 SP-27 21 60 Tuntas
28 SP-28 18 51 Tidak Tuntas
29 SP-29 22 63 Tuntas
30 SP-30 22 63 Tuntas
31 SP-31 20 57 Tidak Tuntas
32 SP-32 17 49 Tidak Tuntas
33 SP-33 7 20 Tidak Tuntas
34 SP-34 28 80 Tuntas
35 SP-35 14 40 Tidak Tuntas
36 SP-36 12 34 Tidak Tuntas
37 SP-37 15 43 Tidak Tuntas
38 SP-38 12 34 Tidak Tuntas
39 SP-39 17 49 Tidak Tuntas
40 SP-40 24 69 Tuntas
41 SP-41 26 74 Tuntas
42 SP-42 21 60 Tuntas
43 SP-43 27 77 Tuntas
44 SP-44 25 71 Tuntas
45 SP-45 25 71 Tuntas
46 SP-46 26 74 Tuntas
47 SP-47 28 80 Tuntas
48 SP-48 28 80 Tuntas
49 SP-49 26 74 Tuntas
50 SP-50 24 69 Tuntas
51 SP-51 14 40 Tidak Tuntas
52 SP-52 15 43 Tidak Tuntas
53 SP-53 13 37 Tidak Tuntas
54 SP-54 13 37 Tidak Tuntas
55 SP-55 19 54 Tidak Tuntas
56 SP-56 11 31 Tidak Tuntas
57 SP-57 19 54 Tidak Tuntas
58 SP-58 14 40 Tidak Tuntas
59 SP-59 14 40 Tidak Tuntas
60 SP-60 12 34 Tidak Tuntas
207
c. Membuat tabel presentase skala -5 indikator 1
No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata
1 80 ke atas Sangat Baik 3 5%
54
2 70 – 79 Baik 13 22%
3 60 – 69 Cukup 11 18%
4 50 – 59 Kurang 9 15%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 24 40%
60 100% Kurang
2. Aspek emotif: menghayati unsur-unsur keindahan dalam teks sastra yang
dibaca
a. Mencari skor yang diperoleh masing-masing responden dengan rumus
Skor =
B = banyaknya butir yang dijawab benar atau jumlah skor jawaban benar
pada setiap butir/item soal
St = Skor teoretis
b. Menentukan batas minimal ketuntasan yaitu 60%
NO. KODE INDIKATOR 2
Total Nilai % Skor Kriteria
1 SP-01 10 67 Tuntas
2 SP-02 10 67 Tuntas
3 SP-03 7 47 Tidak Tuntas
4 SP-04 14 93 Tuntas
5 SP-05 12 80 Tuntas
6 SP-06 8 53 Tidak Tuntas
7 SP-07 11 73 Tuntas
8 SP-08 11 73 Tuntas
9 SP-09 6 40 Tidak Tuntas
10 SP-10 9 60 Tuntas
11 SP-11 11 73 Tuntas
12 SP-12 4 27 Tidak Tuntas
13 SP-13 14 93 Tuntas
14 SP-14 1 7 Tidak Tuntas
15 SP-15 13 87 Tuntas
16 SP-16 13 87 Tuntas
208
17 SP-17 11 73 Tuntas
18 SP-18 7 47 Tidak Tuntas
19 SP-19 8 53 Tidak Tuntas
20 SP-20 9 60 Tuntas
21 SP-21 6 40 Tidak Tuntas
22 SP-22 13 87 Tuntas
23 SP-23 9 60 Tuntas
24 SP-24 14 93 Tuntas
25 SP-25 15 100 Tuntas
26 SP-26 6 40 Tidak Tuntas
27 SP-27 7 47 Tidak Tuntas
28 SP-28 14 93 Tuntas
29 SP-29 10 67 Tuntas
30 SP-30 12 80 Tuntas
31 SP-31 13 87 Tuntas
32 SP-32 9 60 Tuntas
33 SP-33 3 20 Tidak Tuntas
34 SP-34 14 93 Tuntas
35 SP-35 9 60 Tuntas
36 SP-36 5 33 Tidak Tuntas
37 SP-37 8 53 Tidak Tuntas
38 SP-38 7 47 Tidak Tuntas
39 SP-39 11 73 Tuntas
40 SP-40 13 87 Tuntas
41 SP-41 13 87 Tuntas
42 SP-42 10 67 Tuntas
43 SP-43 9 60 Tuntas
44 SP-44 13 87 Tuntas
45 SP-45 14 93 Tuntas
46 SP-46 15 100 Tuntas
47 SP-47 13 87 Tuntas
48 SP-48 15 100 Tuntas
49 SP-49 14 93 Tuntas
50 SP-50 15 100 Tuntas
51 SP-51 10 67 Tuntas
52 SP-52 12 80 Tuntas
53 SP-53 7 47 Tidak Tuntas
54 SP-54 11 73 Tuntas
55 SP-55 12 80 Tuntas
56 SP-56 7 47 Tidak Tuntas
57 SP-57 9 60 Tuntas
58 SP-58 7 47 Tidak Tuntas
59 SP-59 10 67 Tuntas
60 SP-60 12 80 Tuntas
209
c. Membuat tabel presentase skala -5 indikator 2
No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata
1 80 ke atas Sangat Baik 24 40%
68
2 70 – 79 Baik 6 10%
3 60 – 69 Cukup 13 22%
4 50 – 59 Kurang 3 5%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 14 23%
60 100% Cukup
3. Aspek evaluatif: memberikan penilaian terhadap isi bacaan
a. Mencari skor yang diperoleh masing-masing responden dengan rumus
Skor =
B = banyaknya butir yang dijawab benar atau jumlah skor jawaban benar
pada setiap butir/item soal
St = Skor teoretis
b. Menentukan batas minimal ketuntasan yaitu 60%
NO. KODE INDIKATOR 3
Total Nilai % Skor Kriteria
1 SP-01 4 40 Tidak Tuntas
2 SP-02 7 70 Tuntas
3 SP-03 2 20 Tidak Tuntas
4 SP-04 6 60 Tuntas
5 SP-05 10 100 Tuntas
6 SP-06 7 70 Tuntas
7 SP-07 7 70 Tuntas
8 SP-08 5 50 Tuntas
9 SP-09 3 30 Tidak Tuntas
10 SP-10 8 80 Tuntas
11 SP-11 5 50 Tidak Tuntas
12 SP-12 2 20 Tidak Tuntas
13 SP-13 4 40 Tidak Tuntas
14 SP-14 0 0 Tidak Tuntas
15 SP-15 7 70 Tuntas
16 SP-16 7 70 Tuntas
17 SP-17 4 40 Tidak Tuntas
18 SP-18 4 40 Tidak Tuntas
210
19 SP-19 3 30 Tidak Tuntas
20 SP-20 8 80 Tuntas
21 SP-21 4 40 Tidak Tuntas
22 SP-22 4 40 Tidak Tuntas
23 SP-23 5 50 Tidak Tuntas
24 SP-24 4 40 Tidak Tuntas
25 SP-25 9 90 Tuntas
26 SP-26 2 20 Tidak Tuntas
27 SP-27 3 30 Tidak Tuntas
28 SP-28 4 40 Tidak Tuntas
29 SP-29 3 30 Tidak Tuntas
30 SP-30 4 40 Tidak Tuntas
31 SP-31 7 70 Tuntas
32 SP-32 5 50 Tidak Tuntas
33 SP-33 2 20 Tidak Tuntas
34 SP-34 10 100 Tuntas
35 SP-35 8 80 Tuntas
36 SP-36 3 30 Tidak Tuntas
37 SP-37 3 30 Tidak Tuntas
38 SP-38 4 40 Tidak Tuntas
39 SP-39 5 50 Tidak Tuntas
40 SP-40 8 80 Tuntas
41 SP-41 8 80 Tuntas
42 SP-42 8 80 Tuntas
43 SP-43 8 80 Tuntas
44 SP-44 8 80 Tuntas
45 SP-45 8 80 Tuntas
46 SP-46 10 100 Tuntas
47 SP-47 6 60 Tuntas
48 SP-48 8 80 Tuntas
49 SP-49 10 100 Tuntas
50 SP-50 8 80 Tuntas
51 SP-51 3 30 Tidak Tuntas
52 SP-52 7 70 Tuntas
53 SP-53 5 50 Tidak Tuntas
54 SP-54 4 40 Tidak Tuntas
55 SP-55 5 50 Tidak Tuntas
56 SP-56 5 50 Tidak Tuntas
57 SP-57 2 20 Tidak Tuntas
58 SP-58 4 40 Tidak Tuntas
59 SP-59 5 50 Tidak Tuntas
60 SP-60 3 30 Tidak Tuntas
211
c. Membuat tabel presentase skala -5 Indikator 3
No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F % Rata-rata
1 80 ke atas Sangat Baik 16 27%
54
2 70 – 79 Baik 7 12%
3 60 – 69 Cukup 2 3%
4 50 – 59 Kurang 9 15%
5 49 ke bawah Sangat Kurang 26 43%
60 100% Kurang
212
Lampiran 27
UJI NORMALITAS
Hasil Perhitungan Uji Normalitas
Kemampuan
Membaca
Pemahaman
Kemampuan
Mengapresiasi
Cerita Pendek
N 60 60
Normal Parametersa Mean 70,0758 57,7778
Std. Deviation 16,88959 16,64028
Most Extreme
Differences
Absolute 0,162 0,070
Positive 0,109 0,050
Negative -0,162 -0,070
Kolmogorov-Smirnov Z 1,258 0,541
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,085 0,932
213
Lampiran 28
UJI HOMOGENITAS
Hasil Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Kemampuan Membaca Pemahaman
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
0,001 1 118 0,977
214
Lampiran 29
UJI LINEARITAS
Hasil Uji Linearitas (Anova Table)
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Kemampuan
mengapresiasi
cerita pendek *
Kemampuan
membaca
pemahaman
Between
Groups
(Combined
) 11894,656 14 849,618 8,606 0,000
Linearity 11200,519 1 11200,519 113,458 0,000
Deviation
from
Linearity
694,137 13 53,395 0,541 0,886
Within Groups 4442,381 45 98,720
Total 16337,037 59
215
Lampiran 30
UJI REGRESI SEDERHANA
Hasil Uji Korelasi antar Variabel
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 0,828a 0,686 0,680 9,41067 0,686 126,473 1 58 0,000
c. Predictors: (Constant), Kemampuan membaca pemahaman
d. Dependent Variable: Kemampuan mengapresiasi cerita pendek
Hasil Analisis Regresi Sederhana
Coefficients
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 0,611 5,226 0,117 0,907
Kemampuan
membaca
pemahaman
0,816 0,073 0,828 11,246 0,000
b. Dependent Variable: Kemampuan mengapresiasi cerita pendek
216
Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Coefficients
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2,126 0,162 13,164 0,000
kemampuan membaca
pemahaman -0,010 0,002 -0,347 -4,023 0,000
a. Dependent Variable: kemampuan mengapresiasi cerita pendek
217
218
Lampiran 31
JADWAL PENELITIAN
No. Pelaksanaan
Penelitian
Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Identifikasi
Masalah x x
2.
Pembuatan
Proposal
Korelasi
x x x x x
3.
Seminar
Proposal dan
revisi
x x x
4.
Penyebaran
tes uji
instrumen
x
5.
Uji validitas
dan
reliabilitas
x
6.
Penyebaran
tes kelas
sampel
x
7. Pengolahan
data
x x
8. Pelaporan x x x x x x x x x x x
219
Lampiran 32
DOKUMENTASI PENELITIAN
Siswa di SDN Bodeh sedang mendegarkan
arahan dari peneliti
Siswa di SDN Bodeh sedang mengerjakan
tes
Peneliti membimbing siswa dalam
mengerjakan tes di SDN Grogolsari
Peneliti membagikan lembar tes kepada
siswa di SDN Karangwotan 01
220
Siswa di SDN Karangwotan 01 sedang
mengerjakan tes
Siswa di SDN Karangwotan 02 sedang
mengerjakan tes
Siswa di SDN Karangwotan 03 sedang
mengerjakan tes
Peneliti membimbing siswa dalam
mengerjakan tes di SDN Kepohkencono
Peneliti membacakan petunjuk mengerjakan
tes di SDN Triguno
Siswa di SDN Triguno sedang
mengerjakan tes
221
Lampiran 33
SURAT KEPUTUSAN DOSEN PEMBIMBING
222
Lampiran 34
SURAT IJIN PENELITIAN
223
224
225
226
227
228
229
Lampiran 35
SURAT KETERANGAN PENELITIAN
230
231
232
233
234
235