Upload
vuquynh
View
222
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016
1
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP
KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR
Imas Masruroh
Nenden Sundari1
Neneng Sri Wulan2
Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Kampus Daerah Serang Universitas Pendidikan
Indonesia
Email : [email protected]
ABSTRAK
Usia siswa Sekolah dasar masih terbilang usia emas bagi mereka, karena pada usia 7-12
tahun perkembangan dan pertumbuhan dapat dipupuk dan dibina sedini mungkin agar
perkembangan kemampuan dan keterampilan yang dimilki dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal. mesti diperhatikan adalah salah satunya keterampilan berbicara. Dimana kemampuan
dalam berbicara sangat penting bagi kehidupan sosial karena melalui berbicara dengan penguasaan
kosa kata yang baik akan memberikan kepemahaman terhadap orang lain sebagai alat untuk
berkomunikasi dengan baik. Pengaruh perkembangan keterampilan tersebut tidak terlepas dari
kemampuan yang dimilki. Dimana EQ sangat menunjang untuk mendapat keterampilan.Maka
siswa harus memilki kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi diri, empati, membina hubungan.
Dan berkaitan dengan kondisi yang harus dimiliki dalam keterampilan berbicara, yaitu kecerdasan,
keinginan, berkomunikasi, motivasi, dan kepribadian.Peneliti memilih pendekatan kuantitatif
dengan metode korelasi sebagai metode penelitian. Pencapaian tujuan penelitian adalahmengetahui
kecerdasan emosional (EQ), keterampilan berbicara, dan pengaruh kecerdasan emosional (EQ)
terhadap keterampilan berbicara siswa kelas IV SDN Sempu 1 Kota Serang. Peneliti mengunakan
tes dan kuesioner/angket untuk mendapatkan data penelitian.Hasil analisis diketahui 50 siswa. Dari
perhitungan rxy diatas bahwa antara Kecerdasan Emosional (EQ) dan Keterampilan Berbicara siswa
diketahui bahwa indeks koefisien korelasi sebesar 0,96678 dan setelah dikonsultasikan dengan
tabel interpretasi, ternyata angka „r‟ berada diantara (0,80 – 0,100) yaitu antara Variabel X dan
Varibael Y terdapat korelasi pada pengaruh yang tinggi. Pengujian hipotesis H0 : rᵪᵧ = 0 tidak
terdapat pengaruh yang signifikan, antara kecerdasan emosional EQ terhadap keterampilan
berbicara siswa ditolak. H1 : rᵪᵧ ˃ 0 terdapat pengaruh yang signifikan, antara EQ terhadap
keterampilan berbicara siswa diterima. disini terdapat pengaruh yang tinggi antara EQ
terhadap keterampilan berbicara siswa. Dewasa ini kita harus menyadari akan perubahan
yang semakin membawa arus ke dalam hal yang negatif. Manusia hidup diberikan akal
sehat, maka pengendalian emosi dalam berkomunikasi harus diperhatikan, agar apa yang
disampaikan mempunyai kebermaknaan.
Kata Kunci : Kecerdasan Emosional (EQ), Keterampilan Berbicara
Imas Masruroh, Nenden Sundari, Neneng Sri Wulan. Pengaruh kecerdasan emosional (EQ)
Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Sekolah Dasar.
EFFECT OF EMOTIONAL INTELLIGENCE TO SPEAK SKILLS ELMENTARAY SCHOOL OF STUDENT
Imas Masruroh
Nenden Sundari1
Neneng Sri Wulan2
Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Kampus Daerah Serang, Universitas Pendidikan
Indonesia
Email : [email protected]
ABSTRACT
Elementary school age students msih spelled a golden age for them, because at the age of 7-12 years of development and growth can be fostered and nurtured early enough to allow the development of abilities and skills that owned can grow and develop optimally. must be considered is the one speaking skills. Where the ability to speak is very important for social life because through talking with a good vocabulary mastery will give kepemahaman against others as a means to communicate well. The influence of these skills can not be separated from the ability of being owned. Where EQ is very supportive to gain skills. Then students should have the self-awareness, self-regulation, self-motivation, empathy, relationships. And relating to the conditions to be held in the speaking skills, namely intelligence, desire, communication, motivation, and personality. Researchers chose a quantitative approach with a correlation method as a method of research. Achievement of the objectives of this research is to know the emotional intelligence (EQ), speaking skills, and the influence of emotional intelligence (EQ) to the students' speaking skills class IV SDN Sempu 1 Kota Serang. Researcher using tests and questionnaires / questionnaire to obtain research data. the results of analysis of 50 students. From the calculations above that the r xy between Emotional Intelligence (EQ) and Speaking Skills students known that the index correlation coefficient of 0.96678 and after consultation with the interpretation table, it turns out the number 'r' is between (0.80 to 0.100), ie between variables X and Varibael Y correlation at high impact. Testing the hypothesis H0: rᵪᵧ = 0 is not a significant difference between emotional intelligence EQ rejected the students' speaking skills. H1: rᵪᵧ ˃ 0 significant difference, between the EQ to the speaking skills of students accepted. here there is high impact between the EQ to the students' speaking skills. Today we must be aware of the changes that increasingly bring the current into a negative thing. Human life is given a healthy mind, then the emotional control in the communication must be considered, so that what is communicated have a meaning.
Key word: smart of emotional (eq), speak of skills
Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 3
Pendidikan di sekolah bukan hanya
perlu mengembangkan rational
intelligence, yaitu model pemahaman
yang lazimnya dipahami siswa saja
melainkan juga perlu mengembangkan
emotional intelligence. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Goleman (2009)yang
membahas bahwasuatukecerdasan
intelegensisecara rasional ada di bawah
kecerdasan emosional.
Asalnyaemosidaribahasalatinadalah
“emovere”artinyabergeraksecaramenjauh.
Hal
inimenyiratkanbahwaketikabertindakadak
ecenderungandalamhalemosi.DimanaEm
osi merujuk pada suatu perasaan dan
pikiran seseorangyang berasal dari
pembawaanseniri, dansuatu keadaan fisik
dan serangkayan merujuk untuk
bertindak.
“Kecerdasan Emosional”
merupakanistilah yang dipertama kali
dikemukananolehpsikolog Pater Salovey
dari Harvard University dan Jon Myor
dari University of New Hampshire pada
tahun 1990.
Dimanahaltersebutsebagaipenengahdalam
kualitasemosi yang
ditampakkanuntukkeberhasilan.Pengaruht
erhadapkecerdasanemosionalolehlingkun
gansifatnyatidakbegitumenetapsehinggad
apatberubah-ubahkapan pun.Makadari itu
lakonlingkungan terutama orang tua pada
masa kanak-kanak begituberpengaruh
dalam pembentukkan kecerdasan
emosionalsecara optimal. Keterampilan
EQ bukan semata menjadi lawan dari
pada keterampilan IQ atau keterampilan
secara kognitif, namun diantara keduanya
berinteraksi secara dinamis, baik pada
tingkat konsep maupun di dunia yang
nyata. Selain itu, EQ tidak dipengaruhi oleh faktor keturunan (Shapiro, 1998).
AdapunKecerdasan emosional (EQ)
jugadapat diartikan sebagaikemampuan
yang dimilikiseseorang dalammengatur
kehidupan agar lebih selaras dan nyaman,
emosinya dengan intelegensia (to manage
our emotional life whit
intelligence).Dalammenjaga emosi yang
selarasdan pengungkapannya (the
appropriateness of emotion and its
expression) melalui keterampilan sadaran
diri, pengendalian dirisendiri, memotivasi
diri, berempati, dan keterampilan
berbicara.
Pada proses belajar yang
merupakan salah satu bentuk kegiatan
anak akan terjadi jika ada faktor
pendorong yaitu keterampilan berbicara.
Oleh karena itu penulis membahas
tentang Kecerdasan Emosional (EQ) yang
berkenaan dengan keterampilan
berbahasa.
Semakin terampil seseorang
dalam berbahasa, maka semakin jelas
pula jalan pikiran orang tersebut.
Keterampilan berbahasa meliputi empat
keterampilan dasar, yaitu menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis.
Setiap keterampilan
memilikiketerkaitan yang erat dengan
keterampilan lainnya.
Pemerolehanketerampilantersebuat aka
lebihdikuasaidengansecarapraktik dan
latihan yang banyak. Tarigan (1986: 2)
menyatakan
bahwapemerolehanberbasadidapakanseca
raruntut. Diawalideganketerampilan
menyimak danberbicara dan kemudian
membaca dan menulis.
Berbicara adalah suatu
keterampilan berbahasa yang tumbuh
berkembang pada kehidupan anak,
diawali dari anak mulai menyimak
sesuatu yang ia terima, selajutnya anak
mulai utuk mengungkapkan apa yang ia
simak dengan cara lisan atau berujar..
Berbicara sudah menjadiketentuan berhubungan erat dengan perkembangan
kosa katadanhuruf yang diperoleh sang
anak, melalui kegiatan menyimak dan
membaca. Kebelum-matangan matangan
Imas Masruroh, Nenden Sundari, Neneng Sri Wulan. Pengaruh kecerdasan emosional (EQ)
Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Sekolah Dasar.
dalam perkembangan bahasa juga
merupakan suatu keterlambatan dalam
kegiatan-kegiatan berbahasa. Perlu kita
sadari juga bahwa keterampilan-
keterampilan yang diperlukan bagi
kegiatan berbicara yang efektif banyak
persamaannya dengan yang dibutuhkan
bagi komunikasi efektif, dalam
keterampilan-keterampilan berbahasa
yang lainnya.
Penjelasan kondisi dalam
kehidupan yang harus dimiliki dalam
keterampilan berbicara, yaitu kecerdasan,
keinginan berkomunikasi, dorongan
(motivasi), dan kepribadian. Kemahiran
berbahasa ini tercermin dalam aktivitas
menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Dengan demikian siswa
dikatakan mahir berbahasa Indonesia jika
terampil dalam kegiatan menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis.
Pembelajaran dalam keterampilan
berbicara di sekolah juga bertujuan untuk
mendongkrak kemampuan intelektual,
kematangan emosional, menumbuhkan
spiritual dan sosial. Hal ini berarti
pengajaran berbahasa berkaitan pula
dengan kegiatan mendidik siswa dari
berbagai aspek, salah satunya yaitu
terhadap cerdas secara emosional. Maka,
peneliti ingin mengetahui Bagaimana
Kecerdasan Emosional (EQ),
Keterampilan Berbicara Siswa Kelas IV
SD Negeri Sempu 1 Kota Serang, dan
Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ)
Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa
Kelas IV SD Negeri Sempu 1 Kota
Serang.
METODE
Ini penelitian kuantitatif, yang
berlandaskan pada filsafat positivism
tujuannya untuk mencari hubungan atau menjelaskan sebab-sebab perubahan yang
berdasarkan fakta-fakta yang terukur.
Adapun Langkah-langkah yang
dilakukan peneliti diantaranya yaitu
penentuan lokasi penelitian (study survey
/eksplorasi), menentukan populasi dan
sampel, menentukan sumber data,
menentukan metode dan teknik
pengumpulan data.
Lokasi penelitian adalah SDN
Sempu 1 Kota Serang arena penulis
merasa ada masalah yang dapat diteliti
mengenai kondisi psikologis terhadap
keterampilan berbicara siswa dengan
populasi 2015/2016 memiliki 360 siswa
dengan memiliki dua rombel. SD tersebut
merupakan sekolah yang bersih dan
kedisiplinannya sangat tinggi. Bentuk tata
ruang dalam belajarnya juga cukup baik.
Para pendidiknya merupakan contoh dari
kedisiplinan sekolah tersebut. Adapun
sampel dari penelitian ini yang dipilih
oleh peneliti atau secara random
sampling yang menjadikan kelas IV A
dan kelas IV B sebagai sampelnya.
Dengan jumlah siswa keseluruhan kelas
IV A adalah 25 siswa dengan siswa
perempuan 12 siswa dan laki-laki 13
siswa. Sedangkan kelas IV B memiliki 25
siswa dengan siswa perempuan ada 17
siswa dan jumlah siswa laki-laki ada 8
siswa.
Sementara untuk mengumpulkan
data. Peneliti mencari sumber data
penelitian, penulis mengumpulkan buku-
buku yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti dan untuk dilapangan yang
di analisis dengan sumber datanya
kualitatif dan kuantitatif, yaitu Psikolog
(informan), kepala sekolah, dewan guru,
dan siswa sebagai responden untuk
melengkapi data kuantitatif.
Sementara itu, penggunaan
metode dalam penelitian ini adalah
metode korelasi yang bertujuan untuk
mengetahui apakah di antara dua variabel
atau lebih terdapat hubungan.
Teknik didalam pengumpulan
data ini penulis menggunakan cara tes
keterampilan berbicara dan
kuesioner/angket.
Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 5
Penelitian ini dibagi menjadi empat
tahapan, yaitu tahap persiapan penelitian,
tahap pelaksanaan penelitian, tahap
pengolahan data dan tahap menyimpulkan
hasil penelitian. Dijelaskan sebagai
berikut:
1. Tahap persiapan penelitian, terdiri
dari :
a. menentukan masalah yang akan
diteliti
b. Melakukan
studipendahuluandenganpra
penelitian terhadap keterampilan
berbicara siswa kelas IV SDN
Sempu 1 Kota Serang
2. Tahap pelaksanaan penelitian
a. Melakukan perizinan kepada
pihak-pihak yang berhubungan
dengan penelitian ini.
b. Membuat rancangan test
keterampilan berbicara selama
satu kali pertemuan.
c. Menyusun instrument soal test
tentang Kecerdasan Emosiona
selama dua kali pertemuan.
d. Menyusun instrument
wawancara dan observasi.
e. Menentukan jumlah soal test
yang akan dijadikan sebagai
instrument penelitian.
f. Didapat instrument soal tes
peneliti menentukan sampel
dengan cara random
g. Menentukan waktu penelitian
untuk dilakukannya tes,
berdasarkan konsultasi dengan
guru kelas.
h. Memberikan tes (EQ)
i. Melakkan tes bercerita untuk
mengetahui Kemampuan
Keterampilan Berbicara Siswa.
3. Tahap pengolahan data
Dalam tahap ini data-
data yang didapat seperti hasil
tes akan diolah untuk dapat
melihat hasil dari perlakuan ini
apakah ada pengaruh (korelasi)
antara kondisi psikologis
terhadap keterampilan berbicara
siswa.
4. Tahap kesimpulan hasil penelitian
Peneliti menyimpulkan
apakah pengaruh kondisi
psikologis ini memberikan
pengaruh atau tidak terhadap
keterampilan berbicara.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Awalnnyapenelitimengidentifikasi
masalahdenganmenentukantempat yang
yangakanditelitipadabulan Mei 2016,
penelitimelakukanperizinandenganpihak
yang berkaitan. Yaituantaralain denga
guru, kepalasekolah, danpsikolog.
Setelahpenelitimelakukanperizinandenga
npihaksekolahyaitudengan guru
dankepalasekolah.Padasaatitu,
penelitimenceritakanpermasalah yang
akanditeliti di sekolahtersebut,
denganmelakukanpenngetesandanpembag
ianangket EQ. Demi kelancaran study
kasus yang dilakukan, guru
dankepalasekolahmemberikandukungand
anmemberikanmotivasiatas study kasus
yang penelitiakanlakukan di
sekolahtersebut.
Melihattanggapan guru
dankepalasekolah yang
mendukungadanyapenelitianini,
karenapenelitianinidapatmembantudalam
Imas Masruroh, Nenden Sundari, Neneng Sri Wulan. Pengaruh kecerdasan emosional (EQ)
Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Sekolah Dasar.
mengetahuiperkembanganketerampilanbe
rbicarapadaanakdidikmereka.
selanjutnyauntukmenindaklanjutire
spondaripihaksekolahmakapenelitiberkol
aborasidenganpsikologuntukmerancangse
suatu yang
harusdisiapkandalampenelitiandiantarany
amerumuskan instrument
penelitianberupaangketuntukmengukursej
auh mana kecerdasanemosional (EQ)
yang anakmilikisebagaisumber data.
Setelahmerancanginstrumen EQ,
denganmenentukan indicator
mengenaliemosidiri, mengelolaemosi,
memotivasidirisendiri, mengenaliemosi
orang lain,
danmembinahubunganbaikdengandirisedi
rimaupunn orang lai.
Setelahitupenelitimerancang instrument
untukmengukurketerampilanberbicarayait
uberupates,
dimanadidalamindikatornyadenganmenen
tukanlafal, kosa kata, struktur, materi,
kelancaran, gesturdan nada. Penilaian
yang diberikandenganindikator yang
sudahditentukan,
makapenelitimemulaitestersebutterhadaps
iswakelas IV di sekolah yang
sudahditentukansebagaitempatstudikasus.
Dalamtesberbicaraternyatabanyaka
nak yang berantusiasdalambercerita,
merekamenceritakanpengalaman-
pengalaman yang
pernahdilaluidandialami,
dalamduniaseusianyaternyatamerekasang
atmenyenangkandalamhalbercerita.Peneli
tidalampenilaian pun
sangatmemberikansebuahpenghargaanunt
uksiswa, ternyatadengansiswa yang
mempunyaikecerdasanemosional (EQ)
yang
tinggimerekamampumemaparkanapa
yang hendakmerekaceritakan.
Begitupunsebaliknyamerekaketika EQ
merekarendahmerekatidakbisamengontrol
emosidanmengendalikandirinya.Sehingga
gestur, kosa kata, nada, struktur, materi,
kelancarandanlafal pun
sangatkurangdalampenilaian.
Dalam tes ini penelititemukan
beberapa siswa yang kurang dalam
keterampilan berbicaranya, setelah saya
teliti dengan mengajak anak untuk
berkomunikasi ternyata siswa ini
memiliki kesulitan dalam mengucapkan
kata, muncul rasa malu untuk berbicara
dimuka umum, bahkan dia tidak ingin
berkomunikasi dengan teman sebayanya.
Walaupun berkomunikasi, hanya
seperlunya. Dalam proses ini peneliti
memberikan wawancara orang-orang
yang selalu rada disekitarnya, terutama
guru dan keluarga. Karena menurut
peneliti dua faktor inilah yang
berpengaruh dalam kondisi anak.
Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 7
Ketika saya mewawancarai wali
kelasnya ternyata anak mempunyai
sebuah masalah dari faktor keluarga, ia
selalu murung ketika berada disekitar
temannya sekalipun. Peristiwa keluarga
ini membuat ia tak mampu
mengendalikan emosi, mengenali diri,
berhubungan dengan temannya, bahkan
untuk memotivasi dirinya pun sulit.
Ketika ia duduk dikelas, ia selalu
menyendiri dan tidak ingin berbaur
dengan orang disekitarnya. Ia lebih
nyaman, untuk menyendiri dan tidak
mempunyai hubungan komunikasi
dengan sekitarnya.
Guru selalu memperlakukan anak
ini dengan selalu mengajak
berkomunikasi, walaupun tanpa respon
darinya. Motivasi tak henti guru berikan,
untuk mendapat responnya. Karena
melihat situasi ini guru berinisiatif untuk
berkomunikasi dari pihak keluarga.
Ketika informasi didapatkan, ternyata
anak selalu mendapat bentakan dari pihak
keluarga. Sehingga membuat anak sedikit
terganggu dalam kondisi jiwanya, hal ini
yang menyebabkan anak tidak bisa
mengontrol emosinya. Sehingga
kecerdasan emosional (EQ) yang dimiliki
terganggu, terutama ketika ia ingin
mengungkapan kata-kata. Dan kondisi
didepan umum, yang semakin
membuatnya semakin gugup dan tak
mempunyai rasa berani.
Peneliti mencoba untuk
mendekati anak dan mencoba bertanya,
tetapi tak ada respon oleh anak. Dalam
proses belajar ia bisa berprilaku normal,
akan tetapi dalam berbicara ia sangat
menunjukkan rasa takut yang terlihat.
Jangankan untuk mempunyai
keterampilan dalam berbicara, hanya
berbicara saja anak tampak rasa
ketakutannya. Adanya kegugupan pada
anak, keringatnya membasahi seluruh
badannya.
Sehingga kegugupan yang
dirasakan anak membuat ia tak terkendali
dalam gerak tubuhnya. Melihat tubuhnya
yang bergetar, matanya yang melirik
kesana kemari, dan mulutnya yang
bergerak tanpa mengeluarkan kata.
Membuat anak terlihat tidak memiliki
kecerdasan, dan memunculkan
kebodohan dalam diri anak.
Sementara itu, ketika melihat
anak yang mampu berbicara dan
mengeluarkan banyak kosa kata dengan
sikap percaya diri, bahkan tak ada rasa
malu dalam dirinya. Hal tersebut
Membuat berbagai keterampilan muncul
dengan sendirinya. Gestur percaya diri,
lancar dalam berucap, nada jelas, kaya
Imas Masruroh, Nenden Sundari, Neneng Sri Wulan. Pengaruh kecerdasan emosional (EQ)
Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Sekolah Dasar.
akan kosa kata, struktur yang sempurna,
dan materi yang dikuasainya membuat
keterampilan berbicaranya begitu
sempurna.
Ia mampu menceritakan berbagai
cerita dengan waktu yang diberikan oleh
penguji, dan waktu terisi dengan cerita-
cerita yang pernah dialaminya. Anak
bercerita tentang hal-hal yang
menyenangkan dengan keluarganya.
Pada saat anak bercerita berlibur
ke kebun binatang dengan keluarga, anak
menceritakan satu persatu binatang apa
yang ada di sana. Ketika menceritakan
gajah, anak memperagakan dan meniru
suara gajah. Menempelkan kedua telpak
tangannya ke hidung membentuk belalai,
dan berjalan selayaknya gajah. Ketika
menceritakan harimau anak
memperagakan dan meniru suara
harimau, dan banyak binatang-binantang
yang ia ceritakan ketika datang ke kebun
binatang.
Nada cerita anak yang lantang,
dan nyaring membuat teman-teman seisi
kelas menjadi serius dalam
mendengarkan cerita. Waktu yang
diberikan terisi penuh dengan ceritanya
yang membuat teman-temannya terpana
untuk mendengarkannya. berbicara yang
muncul dari anak sangat luar biasa, dan
membuat teman-teman kelasnya menjadi
termotivasi untuk dapat bercerita secara
optimal berdasarkan kemamapuan dan
keceerdasan yang dimiliki.
Selanjutnya siswa yang berada
dalam tingkatan sedang dalam
keterampilan berbicaranya. Seperti yang
ditumakan pada lokasi penelitian,
ditemukan saat siswa bercerita didepan,
kelas ia bercerita dengan nada yang pelan
dan sedikit malu-malu, sambil
menundukan kepala. Tampak nada yang
terputus-putus dan ragu-ragu membuat
pendengar tak mengerti apa yang sedang
diceritakan dan disampaikan oleh siswa
tersebut.
Kemudian adapula siswa yang
saat menceritakan berlibur ke pantai, ia
menceritakan dengan nada rendah,
gerakan yang ragu-ragu dan setengah-
setengah untuk digerakan. Sehingg
membuat cerita yang disampaikan
menjadi tersendat-sendat. Akibatnya
cerita yang diceritakn oah siswa tersebut
tidak terstruktur sistematis dan materi
yang dikuasainya terbilang kurang.
Penilaian yang diberikan oleh pengamat
pun tidak memberikan nilai yang tinggi,
disesuaikan dengan keterampilan yang
anak kuasai.
Adapun siswa yang tergolong
memilki keterampilan berbicara diatas
rata-rata dan sesuai dengan karakteristik
Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 9
yang mesti ada didalamnya yakni siswa
dapat berbicara dengan penuh percaya
diri, nada dan ucapan yang dilontarkan
jelas dan dapat dipahami oleh siswa. Hal
ini terlihat saat siswa tersebut
menceritakan suasana liburan ke rumah
nenek. Ia menceritakan dengan rasa
senang, hal ini terlihat dengan adanya
mimik wajah yang riang serta siswa dapat
mengatur emosi dirinya yaitu dengan
ditampakannya suassana perasaan sedih
beralih ke suasana senang. Rasa empati
pun diperlihatkan anak saat menceritakan
ada seorang pengemis disekitanya. Dapat
disimpulkan bahwa peneliti menemukan
beragam kemampuan siswa dalam
berbicara. Dalam hal ini ketika peneliti
menemukan siswa yang memilki
perkembangan kemampuan bicara yang
dimilki dapat terpegaruhi oleh suasana
psikolgis anak baik kesehatan maupun
suasana dan perasaan diri anak.
Dari permasalahan ini, peneliti
menyarankan untuk lebih memperhatikan
bahasa yang digunakan untuk anak.
Membatasi akan bahasa yang tidak
diperkenankan untuk didengar oleh anak,
terutama untuk menghindarkan anak dari
kemarahan yang membuat anak merasa
ketakutan yang mengakibatkan gangguan
emosionalnya. Karena ini sangat
berpengaruh dan membuat kecerdasan
emosional anak terganggu.
Kecerdasan anak penting untuk
diperhatikan, karena kecerdasan sangat
berpengaruh dalam pengendalian
individu.
Setelahmelakukantesberbicaradan
membagikankuesioneruntukmengukur
EQ anak,
penelitimelakukankonsultasikembalideng
anpsikolog.
Denganmelihathasilpenngetesanberbicara
danpembagiankuesioner EQ,
secarafisikpsikologmengungkapkanbahw
asemuasiswadalamkeadaansempurna.Na
mun yang
berbedaadalahdayatangkapatauberfikirber
gantungdenganpengalamanataulatarbelak
anganakangtelahterjadi.Makadariitupenel
itimenyelidikiapaangdisampaikanolehpsi
kologtersebutdengankeadaan yang
sebenarnya, yang terjadipadasiswakelas
IV di
sekoahtersebutbaiksecrapsikologismaupu
nkecerdasanemosional.
Dalam peristiwa ini peneliti
semakin yakin bahwa kecerdasan
emosional (EQ) berpengaruh terhadap
keterampilan berbicara siswa.
Dari penjelasan diatas bahwa
disini terdapat pengaruh yang tinggi
Imas Masruroh, Nenden Sundari, Neneng Sri Wulan. Pengaruh kecerdasan emosional (EQ)
Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Sekolah Dasar.
antara kecerdasan emosional (EQ)
terhadap keterampilan bebricara siswa.
Didunia yang semakin dewasa ini kita
harus menyadari akan perubahan yang
semakin membawa kedalam arus yang
membawa ke dalam hal yang negatif.
Manusia diciptakan dan diberi akal oleh
Sang Maha Pencipta, maka dari itu kita
harus mampu mengendalikan diri dan
mengelola diri untuk melakukan segala
sesuatu. Dalam berkomunikasipun jika
kita tidak dapat menguasai emosi diri,
arah dalam pembicara tidak akan
menemukan tujuannya.
Selanjutnya peneliti dalam
menemukan keberhasilan penelitian maka
peneliti mengumpulkan data dari
berbagai instrument dari 50 responden.
Setelah mendapatkan data peneliti
mengolah data tersebut dan memperoleh
jumlah data X sebesar 4409, jumlah Y
sebesar 1170, jumlah X2 sebesar 403723,
jumlah Y2
28206, dan jumal XY sebesar
103174. Kemudian data tersebut
dikorelasikan
untuk mencari nilai rxy dengan
menggunnakan rumus product moment :
rᵪᵧ𝑁 𝑋𝑌 − ( 𝑋) − ( 𝑌)
⦃𝑁 𝑋2 − ( 𝑋)2)⦄⦃𝑁 𝑌2 – ( 𝑌)2⦄
berdasarkan perhitungan product moment
menghasilkan nilai rxy 0,96678 maka
setelah itu peeliti menginterpretasikan
nilai tersebut kedalam interpretasi
koefisien korelasi. Berikut adalah tabel
interpretai koefisien korelasi :
Besar „r‟
Product
Moment
Interprestasi
0,00 – 0,19 Korelasi Variabel X dan
Y yang
sangatrendah/sangatlemah
0,20 – 0,
39
Korelasi Variabel X dan
Y terdapatkorelasi yang
rendah/lemah
0,40 – 0,59 Korelasi Variabel X dan
Yterdapatkorelasi yang
sedang
0,60 – 0,79 Korelasi Variabel X dan
Yterdapatkorelasi yang
tinggi
0,80 – 1,00 Korelasi Variabel X dan
Yterdapatkorelasi yang
sangattinggi.
Berdasarkan tabel interpretasi
koefisien korelasi bahwa nilai rxy =
0,96678 di iterpretasikan bahwa antara
variable x dan y memiliki hubungan yang
sangat tinggi. Maka dapat disimpulkan
variabel x dan y sangat saling
mempengaruhi. Begitu pula, yang di
Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 11
bahas dalam penelitian ini adalah
kecerdasan emosioal (EQ) berpengaruh
terhadap keterampilan berbicara siswa.
Hal ini berlandaskan dari pemerolehan
data tes dan angket yang diberikan oleh
peneliti, hasil tes menyatakan bahwa
antara kecerdasan emosional (EQ)
terhadap keterampilan berbicara siswa
memiliki hubungan yang saling
mempengaruhi. Dengan adanya hasil tes
keterampilan berbicara memalui bercerita
secara
lisan.Berikutrekapitulasihasilnilaites yang
mencakup 7 aspek :
No
Komponen
yang
dinilai
Skala nilai
5 4 3 2 1
1. Lafal 7 16 12 13 2
2. Kosa Kata 8 17 20 17 8
3. Struktur 4 18 14 11 3
4. Materi 8 14 22 5 1
5. Kelancaran 6 27 7 8 2
6. Gaya 8 13 19 8 2
7. Nada 3 19 13 9 6
Sementara itu nilai anngket akan
dijabarkan kedalam uraian berikut ini,
berdasarkan pemerolehan angket yang
meggunakan 35 pernyataan terhadap 50
responden, menghasilkan pemerolehan
data jumlah yang memilih Sangat Setuju
(SS) sebanyak 421, yang memilih Setuju
(S) sebesar 473, yang memilih Tidak
Setuju (TS) sebesar 450, dan yang
memilih Sangat Tidak Setuju (STS)
sebesar 406.
KESIMPULAN
Berlandaskan pada penjelasan yang
disampaikan, penulis dapat menarik
kesimpulan, yaitu sebagai berikut :
Menjelaskan Kecerdasan
Emosional terhadap Keterampilan
Berbicara (EQ) Siswa Kelas IV SD
Negeri Sempu 1 Kota Serang, dengan
hasil analisis diketahui 50 siswa. Dari
perhitungan rxy diatas bahwa antara
Kecerdasan Emosional (EQ) dan
Keterampilan Berbicara siswa diketahui
bahwa indeks koefisien korelasi sebesar
0,96678 dan setelah dikonsultasikan
dengan tabel interpretasi, ternyata angka
„r‟ berada diantara (0,80 – 0,100) yaitu
antara Variabel X dan Varibael Y
terdapat korelasi pada pengaruh yang
sangat tinggi.Dalam pengujian hipotesis
H0 : rᵪᵧ = 0 tidak terdapat pengaruh
yang signifikan, antara kecerdasan
emosional (EQ) terhadap keterampilan
berbicara siswa ditolak. H1 : rᵪᵧ ˃
0terdapat pengaruh yang signifikan,
antara kecerdasan emosional (EQ)
terhadap keterampilan berbicara siswa
diterima.
BIBLIOGRAFI
Imas Masruroh, Nenden Sundari, Neneng Sri Wulan. Pengaruh kecerdasan emosional (EQ)
Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Sekolah Dasar.
Arikunto. Suharsini. (2013). Prosedur
Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta
Hurlock. Elizabeth B. (1980). Psikologi
perkembangan. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Pals. Daniel L. (2001). Seven Theories of
Religion. Yogyakarta: Penerbit Qalam
Rakhmat, Jalaluddin. (1986). Psikologi
Komunikasi. Bandung: Remadja Karya
CV
S. Margono. Metodologi Penelitian
Pendidikan. (2000). Jakarta : PT. Rineka
Cipta
Tarigan. (1979). Berbicara Sebagai
Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Percetakan Angkasa
Tarigan, Djago.1997. Pengembangan
Keterampilan Berbicara.
Jakarta:Depdikbud.
Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 13
PENGESAHAN ARTIKEL TURUNAN SKRIPSI
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP
KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR
Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Nenden Sundari, M.Pd. Neneng Sri Wulan, M.Pd.
NIP 196305301988032001 NIP 198404132010122003