26
SNA VII DENPASAR-BALI, 2-3 DESEMBER 2004 PENGARUH KEBIJAKAN PENGENDALIAN ORGANISASI PADA PROSES dan OUTCOMES NEGOTIATED TRANSFER PRICING Oleh Gagaring Pagalung Universitas Hasanuddin & Sekar Mayangsari Universitas Trisakti The objective of this study is to examine the effect of incentives and arbitration on the process and outcomes of negotiated transfer pricing. Two experiments were performed, one with high interdependence between the trading divisions, and the second with low interdependence. The result in this study showed that high interdependence using either incentives or arbitration was superior to using both. The other side, low interdependence using non- arbitration was superior to using of organizational control in negotiated transfer pricing. Key words: experiment study, incentives, arbitration, negotiated transfer pricing Pendahuluan Studi penetapan harga transfer (transfer pricing) hingga saat ini masih hangat diperdebatkan karena efek yang ditimbulkan dalam organisasi perusahaan dapat menimbulkan dysfunctional consequences yang mencakup praktik-praktik judi (gaming), sabotase, pencurian, inefisiensi, pseudo-profit centres, konflik tujuan (conflict of objectives), dan motivasi divisional yang bersifat individual dan lain-lain (McAulay dan Tomkins, 1992). Efek tersebut dapat diselesaikan atau diminimalisir dengan melihat permasalahan kebijakan harga transfer yang dianut suatu organisasi. Salah satu permasalahan yang timbul dalam penetapan kebijakan harga transfer adalah penetapan harga transfer negosiasi (negosiated transfer pricing). Negosiated transfer pricing (NTP) merupakan salah model yang berkembang dalam usaha pemecahan permasalahan transfer pricing. Model ini disebut pula model keprilakuan (Behavioral Models), karena model ini mengkanji 267

Pengaruh Kebijakan Pengendalian Pada Proses … · Web viewTujuan studi ini adalah untuk meneliti pengaruh faktor-faktor pengendalian organisasional (organizational control) pada

  • Upload
    buidien

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengaruh Kebijakan Pengendalian Pada Proses … · Web viewTujuan studi ini adalah untuk meneliti pengaruh faktor-faktor pengendalian organisasional (organizational control) pada

SNA VII DENPASAR-BALI, 2-3 DESEMBER 2004

PENGARUH KEBIJAKAN PENGENDALIAN ORGANISASI PADA PROSESdan OUTCOMES NEGOTIATED TRANSFER PRICING

Oleh Gagaring Pagalung

Universitas Hasanuddin&

Sekar MayangsariUniversitas Trisakti

The objective of this study is to examine the effect of incentives and arbitration on the process and outcomes of negotiated transfer pricing. Two experiments were performed, one with high interdependence between the trading divisions, and the second with low interdependence. The result in this study showed that high interdependence using either incentives or arbitration was superior to using both. The other side, low interdependence using non-arbitration was superior to using of organizational control in negotiated transfer pricing.

Key words: experiment study, incentives, arbitration, negotiated transfer pricing

Pendahuluan

Studi penetapan harga transfer (transfer pricing) hingga saat ini masih hangat diperdebatkan karena efek yang ditimbulkan dalam organisasi perusahaan dapat menimbulkan dysfunctional consequences yang mencakup praktik-praktik judi (gaming), sabotase, pencurian, inefisiensi, pseudo-profit centres, konflik tujuan (conflict of objectives), dan motivasi divisional yang bersifat individual dan lain-lain (McAulay dan Tomkins, 1992). Efek tersebut dapat diselesaikan atau diminimalisir dengan melihat permasalahan kebijakan harga transfer yang dianut suatu organisasi. Salah satu permasalahan yang timbul dalam penetapan kebijakan harga transfer adalah penetapan harga transfer negosiasi (negosiated transfer pricing).

Negosiated transfer pricing (NTP) merupakan salah model yang berkembang dalam usaha pemecahan permasalahan transfer pricing. Model ini disebut pula model keprilakuan (Behavioral Models), karena model ini mengkanji dan menelaah perilaku manajer divisi suatu perusahaan dalam hubungannya dengan kegiatan harga transfer. Model ini masih diperdepatkan apakah dapat mengatasi perilaku manager yang menyimpang ataukah bahkan menimbulkan efek tambahan. Watson dan Baumler (1975) menyatakan bahwa model NTP menguntungkan organisasi karena berpotensi sebagai wahana untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dari berbagai tujuan divisi, sedangkan kelemahannya adalah dapat menimbulkan kinerja yang melihat fungsi kekuatan negosiasi lebih dominan daripada kinerja berbasis ekonomi. Selain itu, kemampuan tawar menawar (bargaining) lebih kuat daripada kontribusi aspek ekonominya.

Tujuan studi ini adalah untuk meneliti pengaruh faktor-faktor pengendalian organisasional (organizational control) pada negotiated transfer pricing dengan berbagai tingkat ketergantungan divisional. Ada dua jenis organizational control yaitu insentif dan arbritage. Insentif merupakan faktor yang mendukung kesuksesan sistem transfer pricing. Grabski (1985) menyimpulkan bahwa dalam proses

267

Page 2: Pengaruh Kebijakan Pengendalian Pada Proses … · Web viewTujuan studi ini adalah untuk meneliti pengaruh faktor-faktor pengendalian organisasional (organizational control) pada

SNA VII DENPASAR-BALI, 2-3 DESEMBER 2004

negotiated transfer pricing akan lebih baik kalau menggunakan insentif yang didasarkan pada laba korporasi (corporate profits) daripada laba divisi (division profits). Temuan Spicer (1988) menunjukkan bahwa semakin besar penghasilan (reward) yang diterima manajer divisi yang dihubungkan dengan laba korporasi, maka akan semakin besar pula dukungan manajer divisi untuk korporasi. Arbitrase merupakan salah satu faktor yang mendukung keberhasilan suatu sistem penetapan harga transfer (transfer pricing). Temuan Greenberg et al. (1994) menunjukkan bahwa arbitrase adalah salah satu faktor yang mendorong kesuksesan sistem transfer pricing.

Riset struktur organisasi dalam hubungannya dengan penetapan harga transfer telah dilakukan oleh Bailey dan Boe (1976); Eccles (1983); Lambert (1979); dan Watson dan Baumler (1975). Pengendalian kebijakan dan struktur organisasi dapat mempengaruhi tingkat efektifitas atau tercapainya tujuan perusahaan (Williamson 1979; Swieringa dan Waterhouse 1982; Spicer 1988; Melumad dan Reichelstein 1987). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan mengetahui pengaruh kebijakan kontrol organisasi pada sistem penetapan harga transfer dalam berbagai struktur perusahaan akan dapat diketahui manfaatnya bagi pencapaian tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi laba.

Motivasi penelitian ini adalah membahas system penetapan harga transfer dalam suatu organisasi dengan penekanan pada factor-faktor pengendalian organisasional. Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana mengintegrasikan dua tujuan perusahaan yaitu efisiensi dan efektifitas dalam bentuk proses penetapan negosiasi harga transfer (negotiated transfer pricing) dalam rangka mengevaluasi kinerja divisional dan otonomi manajerial suatu organisasi perusahaan. Negotiated transfer pricing telah menjadi mekanisme yang dapat digunakan untuk mencapai efisiensi dan efektifitas perusahaan (Watson dan Baumler 1975; Ackelsberg dan Yukl 1979; Grabski 1985). Meskipun banyak perusahaan yang telah menggunakan negotiated transfer pricing, namun masih sedikit bukti empiris yang membahas pengaruh kebijakan kontrol perusahaan untuk mengintegrasikan antara kepentingan perusahaan dengan kepentingan divisi (Anctil dan Dutta 1999). Salah satu cara pengintegrasian tersebut adalah dengan menggunakan sistem negotiated transfer pricing (Greenberg et al. 1994).

Pengembangan HipotesisPada kondisi tingkat ketergantungan tinggi sebagaimana dijelaskan

Ackelsberg dan Yukl (1979) menyatakan bahwa jika produk yang ditransfer penting bagi divisi lain maka evaluasi kinerja yang didasarkan pada laba perusahaan akan mendorong tercapainya laba yang lebih besar dibandingkan jika didasarkan pada laba divisional. Arbitrase dapat digunakan untuk meningkatkan laba perusahaan. Spicer (1988) mengungkapkan bahwa salah satu pengaruh arbitrase adalah untuk menjaga perilaku opportunistik pihak manajer divisional. Dengan demikian hipotesis yang diturunkan adalah:H1a: Dalam kondisi tingkat ketergantungan tinggi, maka laba perusahaan yang memberikan insentif dengan menggunakan dasar laba perusahaan akan lebih tinggi dibandingkan dengan insentif yang didasarkan pada laba divisional

H1b:  Dalam kondisi tingkat ketergantungan tinggi, maka laba perusahaan yang menggunakan arbitrase secara signifikan akan lebih tinggi dibandingkan tidak ada arbitrase

268

Page 3: Pengaruh Kebijakan Pengendalian Pada Proses … · Web viewTujuan studi ini adalah untuk meneliti pengaruh faktor-faktor pengendalian organisasional (organizational control) pada

SNA VII DENPASAR-BALI, 2-3 DESEMBER 2004

H1c: Dalam kondisi tingkat ketergantungan tinggi, kelompok yang menggunakan arbitrase dan skema insentif perusahaan akan memiliki tingkat laba yang lebih tinggi dibandingkan kelompok yang lain

Otonomi PersepsianSurvey Vancil (1979) pada 250 perusahaan menunjukkan terdapat hubungan

yang signifikan antara kompensasi insentif dan otonomi persepsian. Ronen dan McKinney (1970) mendefinisikan keinginan otonomi manajer divisi berhubungan dengan adanya perdagangan yang independen. Karena skema insentif divisional sama dengan perdagangan independen maka diharapkan adanya skema insentif perusahaan akan dapat menurunkan persepsi manajer terhadap otonomi.

Riset Spicer (1988) menunjukkan bahwa arbitrase dapat pula menjadi kendala otonomi divisi karena adanya variabel negosiasi harga transfer sebagai variabel intervening. Hal ini terjadi karena dengan adanya proses negosiasi harga transfer sebagai variable intervening, hubungan antara arbritase dengan otonomi persepsian akan turun. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini menggabungkan faktor skema insentif dan arbitrase untuk mempengaruhi persepsi otonomi. Motivasinya adalah ingin menguji ada atau tidaknya interaksi antara arbitrase dengan skema insentif karena perbedaan kedua variabel tersebut akan berpengaruh pada otonomi persepsian. Greenberg (1994) menyatakan bahwa perbedaan pengaruh arbitrase terhadap otonomi persepsian dipengaruhi oleh skema insentif. Berdasarkan pertimbangan di atas, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:H2: Persepsi otonomi akan lebih tinggi pada kelompok yang menggunakan skema insentif divisional dan tidak ada arbitrase.

Proses dan Hasil NegosiasiKaplan dan Atkinson (1989) menyatakan bahwa insentif yang didasarkan

pada kinerja perusahaan akan lebih memotivasi manajer untuk bersikap kooperatif dibandingkan pemberian insentif yang hanya didasarkan pada kinerja individual. Dalam setting penetapan harga transfer, menunjukkan bahwa skema insentif perusahaan akan lebih efisien dalam proses negosiasi penetapan harga transfer. Greenberg et al. (1994) menyatakan menyatakan bahwa riset Johnson dan Pruitt (1972) meneliti mediasi versus arbitrase dan hasilnya menunjukkan bahwa manajer yang bernegosiasi (negosiator) yang menggunakan arbitrase akan lebih kooperatif dan lebih cepat mencapai kesepakatan harga. Demikian pula Rubin (1980) menemukan bahwa adanya pihak ketiga akan mempercepat pencapaian solusi pada saat terjadi kondisi konflik. Hal yang sama dikatakan Harris dan Carnevale (1990) menunjukkan adanya pengaruh arbitrase pada proses negosiasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan menerapkan arbritase dalam melakukan negosiasi harga transfer, para manajer divisi (negosiator) selalu mendapatkan solusi.

Skema insentif perusahaan dan arbitrase akan menyebabkan peningkatan efisiensi dan disposisi penawaran dalam proses negosiasi. Hipotesis interaksi proses negosiasi merupakan analog untuk laba dan hipotesis interaksi otonomi persepsian. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis yang berhubungan dengan interaksi proses negosiasi sebagai berikut:H3a: Dalam kondisi tingkat ketergantungan tinggi, kelompok yang memiliki skema insentif perusahaan dan arbitrase akan lebih efisien dan efektif

269

Page 4: Pengaruh Kebijakan Pengendalian Pada Proses … · Web viewTujuan studi ini adalah untuk meneliti pengaruh faktor-faktor pengendalian organisasional (organizational control) pada

SNA VII DENPASAR-BALI, 2-3 DESEMBER 2004

H3b: Ada interaksi yang signifikan antara kelompok dengan proses dan hasil negosiasi.

Design PenelitianPenelitian ini menggunakan metoda eksperimen between subject 2 x 2, dengan

manipulasi pada skema insentif dan arbitrase. Skenario eksperimen melibatkan seorang manajer divisi pembelian dan seorang manajer divisi penjualan. Negosiasi antara kedua manajer tersebut dilakukan secara tertulis dengan tujuan mencapai kesepakatan harga dengan kuantitas barang yang dikehendaki. Manajer divisi pembelian memiliki skedul pendapatan berkaitan dengan harga jual kembali tetapi tidak memiliki informasi tentang kos marjinal. Manajer divisi penjualan hanya memiliki skedul kos marjinal untuk barang yang ditawarkannya. Dalam kondisi ketergantungan tinggi, 67% laba divisi optimal berasal dari perdagangan dan 33% berasal dari pendapatan tetap. Pendapatan marjinal dan skedul kos untuk tingkat ketergantungan tinggi mengacu pada penelitian DeJong et al. (1989).

Manipulasi InsentifSkema insentif dibagi atas dua jenis skema, yaitu skema divisional dan skema

perusahaan. Dalam kondisi skema insentif divisional, subjek menerima 10% dari laba divisinya sendiri, yang terdiri atas pendapatan tetap ditambah dengan laba perdagangan yang berasal dari transfer internal. Untuk divisi pembelian, laba perdagangannya adalah selisih antara nilai jual kembali barang dan jumlah pembayaran yang telah dinegosiasikan dengan penjual. Sedangkan, divisi penjualan, laba perdagangannya berasal dari perbedaan antara jumlah penerimaan negosiasian dari pembeli dan kos yang terjadi dalam memperoleh barang. Model skema kedua, yaitu skema insentif divisional, partner perdagangan (perdagangan manajer divisi penjualan dengan pembelian) tidak mengetahui laba partner.

Dalam skema insentif perusahaan, subjek mendapatkan 10% dari pendapatan tetap divisi ditambah setengah laba perdagangan perusahaan, yaitu perbedaan antara nilai jual kembali barang dan kos yang terjadi dalam memproduksi atau memperoleh barang. Jadi berdasarkan skema insentif ini, divisi pembelian dan penjualan memperoleh laba transfer internal dalam jumlah yang sama. Dalam kondisi skema insentif perusahaan, partner perdagangan membagi laba perdagangannya pada perusahaan, sehingga mereka dapat menghitung dengan mudah laba perdagangan partner.

Manipulasi Arbitrase Manipulasi arbitrase adalah dikotomi antara tidak adanya arbritase dengan

adanya arbitrase (arbitrase compulsory). Dalam kondisi tidak ada arbitrase, jika dalam 6 babak negosiasi tidak menghasilkan kesepakatan maka terjadi deadlock. Dalam kondisi seperti ini, tidak diperlukan lagi usaha tambahan menyelesaikan negosiasi, sehingga tidak terjadi transfer internal dan laba yang diperoleh hanya laba divisi dari pendapatan tetap.

Dalam kondisi arbitrase compulsory, jika dalam 6 babak negosiasi tidak mencapai kesepakatan maka ada prosedur arbitrase untuk bisa mencapai kesepakatan. Prosedur arbitrase dalam studi ini diambil dari penelitian Hirshleifer (1956) dan tidak menghapuskan informasi privat yang dimiliki partner perdagangan. Informasi privat ini berupa pendapatan marjinal dan kos marjinal. Prosedur arbitrase menetapkan harga transfer dan jumlah barang yang diperjualbelikan didasarkan pada proses negosiasi antara manajer divisi penjualan dan pembelian. Usaha arbitrase tidak untuk

270

Page 5: Pengaruh Kebijakan Pengendalian Pada Proses … · Web viewTujuan studi ini adalah untuk meneliti pengaruh faktor-faktor pengendalian organisasional (organizational control) pada

SNA VII DENPASAR-BALI, 2-3 DESEMBER 2004

mencapai harga dan kuantitas yang optimal. Kondisi ini konsisten dengan adanya informasi privat yang hanya diketahui manajer divisional. Jika transaksi jual-beli dapat mencapai harga dan jumlah transaksi telah disepakati kedua belah pihak, maka terjadilah transfer internal sesuai dengan kesepakatan tersebut. Tetapi jika terjadi deadlock maka tidak ada transfer internal sehingga laba divisi hanya pendapatan tetap.

Tahapan Eksperimen Jumlah subjek penelitian eksperiman ini sebanyak 120 orang. Subjeknya adalah mahasiswa akuntansi yang sudah mengikuti mata kuliah sistem pengendalian manajemen dan akuntansi manajemen dengan asumsi telah mempelajari dan mengetahui materi harga transfer. Pemilihan partner antar manajer adalah anonim. Subjek ditempatkan pada posisi penjual atau pembeli secara random. Tiap subjek hanya terlibat pada satu kondisi eksperimen, yaitu kondisi ketergantungan tinggi atau kondisi ketergantungan rendah. Partner tiap subjek juga sama sampai perioda eksperimen berakhir.

Sebelum sesi eksperimen dimulai terlebih dahulu diberikan sesi pelatihan dengan tujuan memberikan pemahaman terhadap proses negosiasi dan perhitungan reward yang dapat diperoleh. Jika selama sesi pelatihan subjek mengalami kesulitan atau salah dalam menghitung kompensasinya akan diberitahu secara lisan. Jika sampai selesai sesi pelatihan masih ada subjek yang tidak mengerti maka subjek tersebut tidak diperkenankan ikut dalam sesi eksperimen.

Negosiasi dijalankan selama 8 perioda transaksi. Tiap perioda mencakup 6 babak dimana pada tiap babak dilakukan proses tawar-menawar antara penjual dan pembeli. Tiap babak diperkenankan untuk dapat atau tidak mencapai kesepakatan harga transfer. Semua komunikasi selama perioda tawar menawar (negosiasi) dilakukan secara tertulis dan informasi tentang harga dan kuantitas juga dibatasi.

Pembeli mempunyai 2 pilihan, yaitu: (a) menerima kombinasi jumlah dan harga tertentu. Hal ini menunjukkan terjadi kesepakatan dan ada transfer internal; (b) menolak semua harga dan jumlah yang ditawarkan oleh penjual dan kemudian pembeli menawarkan harga dan jumlah sesuai dengan keinginannya. Demikian pula pihak Penjual juga memiliki 2 pilihan, yaitu: (a) menerima kombinasi harga dan jumlah tertentu. Hal ini menunjukkan terjadi kesepakatan dan terjadilah transfer internal; atau (b) menolak kombinasi harga dan jumlah yang ditawarkan pembeli dan penjual kemudian memberikan tawaran tandingan. Jika sampai dengan 6 babak (3 tawaran dari pembeli dan 3 tawaran dari penjual) tidak tercapai kesepakatan maka terjadi deadlock. Jika dalam manipulasi tidak ada arbitrase maka tidak ada transfer internal. Jika dalam manipulasi arbitrase compulsory, transfer internal terjadi jika terjadi kesepakatan diantara penjual dan pembeli, kesepakatan harus terjadi dalam 2 babak tambahan. Jika dalam arbitrase juga tidak tercapai kesepakatan maka tidak ada transfer internal.

Tiap penjual dan pembeli akan menghitung laba perdagangan divisinya. Dalam kondisi skema insentif divisional, subjek kemudian menambahkan dengan pendapatan tetapnya. Total laba divisional ini akan menjadi dasar kompensasi yang akan diterima subjek. Dalam kondisi skema insentif perusahaan, tiap penjual dan pembeli melaporkan laba perdagangan pada eksperimenter. Eksperimenter kemudian membagi sama rata pembagian total laba perdagangan antar divisi. Subjek kemudian menambahkan pendapatan tetap dengan jumlah pembagian laba yang diterima dari hasil perdagangan. Total ini yang dijadikan dasar perhitungan kompensasi yang diterima oleh subjek.

271

Page 6: Pengaruh Kebijakan Pengendalian Pada Proses … · Web viewTujuan studi ini adalah untuk meneliti pengaruh faktor-faktor pengendalian organisasional (organizational control) pada

SNA VII DENPASAR-BALI, 2-3 DESEMBER 2004

Pada akhir sesi subjek akan menghitung kompensasi yang akan diterimanya. Eksperimen ini berjalan selama 2 jam. Untuk meningkatkan validitas internal berbeda dengan yang telah dilakukan Greenberg (1994), maka metoda eksperimen ini menggunakan between subjek. Pembagian kelompok eksperimen ini disajikan dalam Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Kelompok Eksperimen

Skema Insentif Divisional Perusahaan

Arbritase

Tidak ada

Compulsory

(Div; NoABT*) (Prsh;NoABT)

(Div;Comp) (Prsh;Comp)

*ABT: Arbitrase

Ukuran Variabel Outcomes Skema insentif divisonal identik dengan adanya perdagangan yang independen karena pendapatan divisinya hanya bergantung pada tindakan manajer divisi tersebut. Sebaliknya skema insentif perusahaan berarti pendapatan divisinya juga dipengaruhi oleh pendapatan divisi lain. Dengan demikian skema insentif perusahaan akan dapat menurunkan persepsi manajer terhadap otonomi. Perbedaan persepsi otonomi dari para manajer dalam berbagai kondisi dioperasionalkan dengan besar kecilnya laba perusahaan yang berasal dari transfer internal.

Persepsi otonomi diukur dengan menggunakan kuesioner Job Characteristics Inventory (JCI) yang dikembangkan oleh Sims et al. (1976). Ada 5 pertanyaan yang digunakan untuk mengukur JCI tersebut, yaitu:

1. Apakah anda senang melakukan negosiasi sendiri?2. Apakah anda bersikap independen dalam eksperimen ini?3. Apakah sikap anda dipengaruhi oleh partner transaksi anda?4. Apakah anda ingin melakukan negosiasi tanpa ada paksaan?5. Bagaimana sikap anda terhadap kontrol terhadap transaksi?

Skala pengukurannya adalah 5 point skala likert, mulai dari “sangat tidak senang sampai dengan sangat senang”. Semakin tinggi skornya akan menunjukkan semakin tinggi persepsi otonomi seorang manajer.

Ukuran Proses Negosiasi Ukuran pertama proses negosiasi adalah efisiensi yang diukur dengan jumlah babak untuk mencapai kesepakatan. Jumlah babak maksimum yang dapat digunakan oleh pembeli maupun penjual sebanyak 3 babak untuk pembeli dan 3 babak untuk penjual. Ukuran kedua adalah disposisi penawaran, yang diukur dengan jarak tawaran pertama pembeli dan penjual untuk mencapai kesepakatan harga dan kuantitas barang yang diperjualbelikan. Disposisi tawar-menawar diukur secara terpisah antara penjual dan pembeli. Disposisi tawar-menawar tersebut mengukur sikap kooperatif manajer divisi. Semakin kecil jaraknya akan menunjukkan bahwa negosiator lebih kooperatif pada babak awal transaksi.

272

Page 7: Pengaruh Kebijakan Pengendalian Pada Proses … · Web viewTujuan studi ini adalah untuk meneliti pengaruh faktor-faktor pengendalian organisasional (organizational control) pada

SNA VII DENPASAR-BALI, 2-3 DESEMBER 2004

Metoda AnalisisVariabel dependen penelittian ini adalah proses negosiasi yang diukur dengan:

(1) efisiensi, yaitu banyaknya sesi atau waktu yang digunakan untuk mencapai kesepakatan; (2) disposisi tawaran negosiator yang diukur dengan jarak tawaran pertama dengan tawaran kesepakatan. Sedangan variabel independen atau variabel manipulasi adalah arbitrase yang dibedakan antara tidak ada arbitrase dan arbitrase compulsory, dan variabel skema insentif yang dibedakan antara divisional dan perusahaan.

Alat analisis yang digunakan adalah ANOVA yang digunakan untuk menguji hipotesa 1 dan hipotesis 2 yang membandingkan jawaban tiap kelompok, sedangkan pengujian hipotesa 3 menggunakan MANOVA. Hasil analisis ANOVA dan MANOVA tersebut akan diuji lebih lanjut untuk mengetahui kelompok mana yang menunjukkan perbedaan, maka digunakan uji post-hoc MANOVA dan post-hoc ANOVA dengan uji Tamhane’s T2. Uji ini digunakan karena mengabaikan faktor homogenitas varians antar kelompok. Pengabaian ini penting karena beberapa kondisi yang berada diluar kendali peneliti terutama dalam pengumpulan subjek eksperimen. Tetapi jika dari hasil pengujian homogenitas varians menunjukkan adanya kehomogenan maka post-hoc ANOVA maupun MANOVA menggunakan uji Bonferonni.

Analisis Data dan Pengujian HipotesisData-data yang telah dikumpulkan akan diolah sesuai dengan disain penelitian

di atas. Penyajian bagian ini akan dibagi dalam dua subbagian. Bagian pertama akan membahas data yang digunakan dalam penelitian. Bagian kedua membahas hasil pengujian hipotesis.

Data Partisipan Subjek yang digunakan adalah mahasiswa yakni mahasiswi jurusan akuntansi

pada tingkatan S-1 yang telah menyelesaikan mata kuliah sistem pengendalian manajemen dan akuntansi manajemen, dengan asumsi telah mengetahui topik transfer pricing. Secara terperinci subjek eksperimen berjumlah 120 orang yang terdiri atas 62 laki-laki dan 58 wanita. Namun dari hasil pengujian validitas manipulasi ada sebanyak 19 jawaban yang tidak sesuai dengan manipulasi yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga pada akhirnya ada sebanyak 101 jawaban yang diolah. Ketidakbisaan jawaban diolah karena subjek tidak mengerti dengan tugasnya atau tidak sesuai dengan manipulasi yang dikenakan pada subjek tersebut. Pengujian validitas antara jawaban dan manipulasi dilakukan dengan mempertanyakan kembali kepada subjek setelah menyelesaikan tugasnya dengan “apakah anda diperkenankan melakukan tawar-menawar?” jika jawaban mereka “ya” padahal mereka termasuk kelompok non-arbritrase, maka jawaban subjek pada eksperimen ini tidak dapat digunakan dan demikian pula sebaliknya.

Hasil pengujian hipotesis 1Pengujian hipotesis pertama akan diuji dengan uji ANOVA. Tabel 2 berikut ini menujukkan Statistik deskriptif pengujian hipotesis 1 sebagai berikut:

Tabel 2. Statistik DeskriptifKelompok Jumlah Rata-rata Laba Deviasi StandarNo-ABT;Persh 28 24609,64 3838,0990

273

Page 8: Pengaruh Kebijakan Pengendalian Pada Proses … · Web viewTujuan studi ini adalah untuk meneliti pengaruh faktor-faktor pengendalian organisasional (organizational control) pada

SNA VII DENPASAR-BALI, 2-3 DESEMBER 2004

No-ABT;Div 27 21717,37 2577,8137ABT;Persh 24 44432,08 5155,2261ABT;Div 22 41018,41 4651,5370

Sebelum dilakukan pengujian ANOVA terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi homogenitas varians dengan uji LEVENE TEST. Hasilnya seperti tersaji pada tabel berikut:Tabel 3

Test of Homogeneity of Variances

LABA

1,033 3 97 ,382

LeveneStatistic df1 df2 Sig.

Berdasarkan hasil pengujian di atas, tampak bahwa Pval>0.05 (Signifikan = 0,382) yang berarti terdapat homogenitas varians antar kelompok. Dengan demikian uji asumsi homogenitas varians dapat diterima, sehingga uji ANOVA dapat digunakan. Tabel 4 dan 5 menunjukkan hasil uji ANOVA dan post-hoc.

Tabel 4 Uji ANOVAANOVA

LABA

9,9E+09 3 3,3E+09 195,273 ,0001,6E+09 97 1,7E+071,2E+10 100

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df

MeanSquare F Sig.

Dari Tabel 4 di atas, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang secara statistis signifikan (Pval,0.05) diantara kelompok-kelompok yang diteliti. Pengujian berikutnya adalah dengan uji Bonferonni sebagaimana ditunjukkan dalam table 5 berikut.

Tabel 5. Hasil Uji Bonferonni

274

Page 9: Pengaruh Kebijakan Pengendalian Pada Proses … · Web viewTujuan studi ini adalah untuk meneliti pengaruh faktor-faktor pengendalian organisasional (organizational control) pada

SNA VII DENPASAR-BALI, 2-3 DESEMBER 2004

Multiple Comparisons

Dependent Variable: LABABonferroni

2892,2725* 1107,7575 ,063 193,5466 5590,9983-19822,44* 1142,4608 ,000 -22605,7 -17039,2-16408,77* 1170,0890 ,000 -19259,3 -13558,2

-2892,2725* 1107,7575 ,063 -5591,00 -193,5466-22714,71* 1152,1840 ,000 -25521,7 -19907,8-19301,04* 1179,5846 ,000 -22174,8 -16427,3

19822,4405* 1142,4608 ,000 17039,17 22605,7122714,7130* 1152,1840 ,000 19907,76 25521,673413,6742* 1212,2333 ,035 460,4238 6366,9247

16408,7662* 1170,0890 ,000 13558,19 19259,3419301,0387* 1179,5846 ,000 16427,33 22174,75-3413,6742* 1212,2333 ,035 -6366,92 -460,4238

(J) klmpkno ABT;divABT;pershABT;divno ABT;pershABT;pershABT;divno ABT;pershno ABT;divABT;divno ABT;pershno ABT;divABT;persh

(I) klmpkno ABT;persh

no ABT;div

ABT;persh

ABT;div

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig.LowerBound

UpperBound

90% ConfidenceInterval

The mean difference is significant at the .10 level.*.

Tabel 5 menunjukkan bahwa perbedaan antar kelompok secara statistis signifikan (Pval<0.10). Dengan demikian hipotesis 1a, 1b dan 1c didukung. Pengujian hipotesis 1a dengan data Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata laba untuk kelompok yang dimanipulasi menerima skema insentif perusahaan lebih tinggi baik dibandingkan kelompok menerima skema insentif divisional baik untuk kelompok yang diperkenankan melakukan arbritase maupun yang tidak melakukan arbitrase, dan perbedaan tersebut secara statistis signifikan. Pengujian hipotesa 1b berdasarkan Tabel 1 juga menunjukkan bahwa kelompok yang berada pada kelompok arbritrase memiliki rata-rata laba yang secara statistis signifikan lebih tinggi dibandingkan kelompok non-arbitrase baik untuk skema insentif perusahaan maupun divisional. Hipotesa 1c juga didukung karena rata-rata laba kelompok arbritrase dan memiliki skema insentif perusahaan signifikan lebih tinggi dibandingkan ketiga kelompok yang lain.

Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa bentuk skema insentif dan prosedur transfer pricing dapat mempengaruhi besar kecilnya laba perusahaan. Dengan skema insentif perusahaan dan arbritrase para manajer termotivasi untuk melakukan negosiasi yang win-win solution sehingga berdampak pada laba perusahaan. Tetapi jika skema insentif divisional yang digunakan maka para manajer hanya akan memperhatikan laba divisinya saja, apalagi jika penilaian kinerja hanya didasarkan pada laba divisi maka manajer akan terdorong untuk melakukan kebijakan yang zero game, yaitu menguntungkan divisinya tapi justru merugikan divisi lain dalam satu perusahaan sehingga berdampak pada laba perusahaan secara keseluruhan. Pengujian selanjutnya adalah ingin mengetahui apakah ada-tidaknya interaksi antara skema insentif dengan proses transfer pricing terhadap perolehan laba. Pengujian ini dilakukan dengan uji plot. Hasilnya tampak digambarkan pada Grafik 1 (Lampiran 1). Grafik 1 menunjukkan adanya interaksi antara skema insentif dengan arbritrase. Dengan demikian laba dari proses transfer pricing akan dapat menyumbangkan banyak pada laba perusahaan, jika perusahaan tidak hanya

275

Page 10: Pengaruh Kebijakan Pengendalian Pada Proses … · Web viewTujuan studi ini adalah untuk meneliti pengaruh faktor-faktor pengendalian organisasional (organizational control) pada

SNA VII DENPASAR-BALI, 2-3 DESEMBER 2004

menerapkan arbritrase tetapi juga menggunakan skema insentif perusahaan pada proses tranfer pricing. Hasil ini secara intuitif menunjukkan bahwa meskipun perusahaan menggunakan arbritrase tetapi skema insentifnya divisional, maka manajer tetap hanya akan mementingkan divisinya. Dengan demikian secara keseluruhan laba perusahaan tidak akan optimal karena bisa saja harga transfer yang disepakati merugikan divisi lain, apalagi jika divisi pembuat barang tidak mempunyai target pembeli yang lain.

Hasil pengujian hipotesis 2Pengujian hipotesis kedua akan diuji dengan uji ANOVA. Tabel 6 berikut ini menujukkan Statistik deskriptif pengujian hipotesis 2 sebagai berikut:

Tabel 6. Statistik Deskriptif OtonomiKelompok N Skor otonomi Deviasi standarNo-ABT;Persh

28 3,2321 0,4611

No-ABT;Div 27 4,5926 0,4169ABT;Persh 24 2,3750 0,4299ABT;Div 22 2,8636 0,7143

Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang secara statistis signifikan diantara kelompok-kelompok yang diuji (Pval<0.05).

Tabel 7. Uji ANOVA OtonomiANOVA

OTONOMI

69,950 3 23,317 89,660 ,00025,225 97 ,26095,176 100

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df

MeanSquare F Sig.

Pengujian selanjutnya lebih menunjukkan kelompok mana saja yang menyebabkan perbedaan.

Tabel 8. Post-hoc ANOVA Otonomi

276

Page 11: Pengaruh Kebijakan Pengendalian Pada Proses … · Web viewTujuan studi ini adalah untuk meneliti pengaruh faktor-faktor pengendalian organisasional (organizational control) pada

SNA VII DENPASAR-BALI, 2-3 DESEMBER 2004

Multiple Comparisons

Dependent Variable: OTONOMIBonferroni

-1,3604* ,1375 ,000 -1,6955 -1,0254,8571* ,1419 ,000 ,5115 1,2027,3685* ,1453 ,077 1,456E-02 ,7225

1,3604* ,1375 ,000 1,0254 1,69552,2176* ,1431 ,000 1,8691 2,56611,7290* ,1465 ,000 1,3721 2,0858-,8571* ,1419 ,000 -1,2027 -,5115

-2,2176* ,1431 ,000 -2,5661 -1,8691-,4886* ,1505 ,010 -,8553 -,1219-,3685* ,1453 ,077 -,7225 -1,46E-02

-1,7290* ,1465 ,000 -2,0858 -1,3721,4886* ,1505 ,010 ,1219 ,8553

(J) klmpkno ABT;divABT;pershABT;divno ABT;pershABT;pershABT;divno ABT;pershno ABT;divABT;divno ABT;pershno ABT;divABT;persh

(I) klmpkno ABT;persh

no ABT;div

ABT;persh

ABT;div

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig.LowerBound

UpperBound

90% ConfidenceInterval

The mean difference is significant at the .10 level.*.

Tabel 8 di atas, menunjukkan adanya perbedaan skor otonomi yang secara statistis signifikan diantara keempat kelompok tersebut. Hipotesis kedua inipun didukung karena berdasarkan statistik deskriptif menunjukkan bahwa skor otonomi pada kelompok yang berskema insentif divisi dan tidak ada arbritrase secara statistis signifikan lebih tinggi dibandingkan ketiga kelompok yang lain. Secara intuitif hasil ini menunjukkan bahwa tanpa ada proses arbritrase dan skema insentif divisi, manajer lebih memiliki keleluasaan dalam mengambil keputusan tanpa harus memperhatikan dan mempertimbangkan kepentingan pihak lain.

Pengujian lebih lanjut untuk melihat interaksi antara skema insentif dan arbritrase terhadap persepsi otonomi digambarkan dalam grafik 2 (lampiran 2). Grafik 2 menunjukkan tidak adanya interaksi antara skema insentif dan arbritrase dalam menentukan persepsi otonomi seorang manajer. Dengan demikian baik skema insentif maupun arbritrase dapat secara individual mempengaruhi persepsi otonomi seseorang. Seorang manajer merasa memiliki otonomi yang tinggi jika skema insentifnya didasarkan pada laba divisi, karena dia tidak perlu mengetahui kinerja divisi yang lain meskipun dalam proses transfer pricing ada arbritrase. Proses arbritrase tidak terlalu mempengaruhi manajer karena dia tidak perlu memikirkan laba divisi lain karena insentif yang diterima hanya didasarkan pada laba divisi. Jadi meskipun divisi lain merugi atau laba perusahaan secara keseluruhan menurun, manajer tidak risau karena insentifnya hanya didasarkan pada laba divisi. Hasil pengujian hipotesis 3

Pengukuran efisien dan efektif dengan menggunakan disposisi (jarak tawaran pertama dan terakhir) dan efisien (berapa kali tawar menawar dilakukan) dilakukan denganuji MANOVA. Uji asumsi MANOVA menunjukkan hasilnya sebagai berikut.

Tabel 9. Deskriptif Statistik

277

Page 12: Pengaruh Kebijakan Pengendalian Pada Proses … · Web viewTujuan studi ini adalah untuk meneliti pengaruh faktor-faktor pengendalian organisasional (organizational control) pada

SNA VII DENPASAR-BALI, 2-3 DESEMBER 2004

Descriptive Statistics

1556,2500 1394,2611 281054,6296 587,2867 272850,0000 1261,4691 242227,2727 1188,5092 221875,7426 1320,1489 101

1,0000 ,0000 281,0000 ,0000 272,7917 ,4149 242,2727 ,7673 221,7030 ,8893 101

klmpkno ABT;DIVno ABT;PershABT;DIVABT;pershTotalno ABT;DIVno ABT;PershABT;DIVABT;pershTotal

DISPSISI

EFISIEN

MeanStd.

Deviation N

Tabel 10. Uji asumsi MANOVA

Berdasarkan uji asumsi sebagaimana tabel di atas, tampak bahwa semua asumsi MANOVA terpenuhi. Pertama, terdapat homogenitas varians karena Pval>0.01 (Box’s test). Kedua, terdapat korelasi diantara variabel-variabel independennya (Pval<0.01, untuk uji Barlett).

Tabel 11. Uji MANOVAMultivariate Tests

,959 1118,548 2,000 96,000 ,000,041 1118,548 2,000 96,000 ,000

23,303 1118,548 2,000 96,000 ,00023,303 1118,548 2,000 96,000 ,000

,841 23,443 6,000 194,000 ,000,181 43,246 6,000 192,000 ,000

4,411 69,835 6,000 190,000 ,0004,384 141,736 3,000 97,000 ,000

Pillai's TraceWilks' LambdaHotelling's TraceRoy's Largest RootPillai's TraceWilks' LambdaHotelling's TraceRoy's Largest Root

EffectIntercept

KLMPK

Value FHypothesi

s df Error df Sig.

278

Page 13: Pengaruh Kebijakan Pengendalian Pada Proses … · Web viewTujuan studi ini adalah untuk meneliti pengaruh faktor-faktor pengendalian organisasional (organizational control) pada

SNA VII DENPASAR-BALI, 2-3 DESEMBER 2004

Tabel 11 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang secara statistis signifikan (Pval<0.01) antar kelompok pada proses dan hasil negosiasi. Pengujian lebih lanjut pada Tabel 12 menunjukkan bahwa kelompok yang menyebabkan perbedaan pada disposisi adalah pada kelompok yang memiliki perbedaan proses tranfer pricing (arbritrase dan non-arbritrase). Hasil ini sesuai dengan kondisi bahwa dalam proses arbritrase subjek tidak diperkenankan melakukan tawar-menawar sehingga selisih yang terjadi relatif lebih rendah karena penjual ataupun pembeli tidak menawarkan barangnya dengan harga yang terlalu tinggi agar saat itu juga terdapat kesepakatan. Demikian pula dengan efisien, kelompok yang non-arbritrase tentu saja lebih efisien karena mereka tidak melalui proses tawar menawar. Tabel 12. Uji post-hoc MANOVA

Multiple Comparisons

Tamhane

501,6204 309,5002 ,427-1293,7500* 319,1961 ,006-671,0227 326,9153 ,364-501,6204 309,5002 ,427

-1795,3704* 321,9127 ,000-1172,6431* 329,5683 ,0011293,7500* 319,1961 ,0061795,3704* 321,9127 ,000622,7273 338,6901 ,439671,0227 326,9153 ,364

1172,6431* 329,5683 ,001-622,7273 338,6901 ,439

,0000 ,1106 ,-1,7917* ,1141 ,000-1,2727* ,1169 ,000

,0000 ,1106 ,-1,7917* ,1151 ,000-1,2727* ,1178 ,0001,7917* ,1141 ,0001,7917* ,1151 ,000,5189* ,1211 ,049

1,2727* ,1169 ,0001,2727* ,1178 ,000-,5189* ,1211 ,049

(J) klmpkno ABT;PershABT;DIVABT;pershno ABT;DIVABT;DIVABT;pershno ABT;DIVno ABT;PershABT;pershno ABT;DIVno ABT;PershABT;DIVno ABT;PershABT;DIVABT;pershno ABT;DIVABT;DIVABT;pershno ABT;DIVno ABT;PershABT;pershno ABT;DIVno ABT;PershABT;DIV

(I) klmpkno ABT;DIV

no ABT;Persh

ABT;DIV

ABT;persh

no ABT;DIV

no ABT;Persh

ABT;DIV

ABT;persh

Dependent VariableDISPSISI

EFISIEN

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig.

Based on observed means.The mean difference is significant at the ,05 level.*.

Grafik 3 (lihat lampiran 3) menunjukkan terdapat interaksi antar kelompok baik pada disposisi maupun efisiensi. Dengan demikian jika perusahaan menekankan pada efisiensi pada proses tranfer pricing, maka lebih baik perusahaan menggunakan proses non-arbritrase dengan konsekuensi laba yang diperoleh tidak tinggi karena kedua pihak dalam kondisi ketergantungan tinggi tidak memiliki alternatif lain untuk

279

Page 14: Pengaruh Kebijakan Pengendalian Pada Proses … · Web viewTujuan studi ini adalah untuk meneliti pengaruh faktor-faktor pengendalian organisasional (organizational control) pada

SNA VII DENPASAR-BALI, 2-3 DESEMBER 2004

menjual maupun membeli barang tersebut. Jadi bagi penjual daripada rugi lebih dia menetapkan harga yang tidak terlalu tinggi, sedangkan bagi yang diperkenankan melakukan arbritrase maka ada kesempatan oportunis untuk lebih dulu memberi penawaran dengan harga yang tinggi.

Simpulan dan Keterbatasan

Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh skema insentif dan proses negosiasi terhadap peristiwa transaksi transfer pricing. Peristiwa ini penting karena transfer pricing merupakan kondisi yang lazim ada dalam suatu perusahaan besar dan sering menimbulkan konflik diantara divisi-divisi yang ada. Ada beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa transfer pricing hanya akan menimbulkan kerugian karena harga yang ditawarkan lebih rendah dibandingkan jika perusahaan menjualnya pada pihak luar. Tapi disisi lain divisi yang membutuhkan akan diuntungkan karena dapat kepastian pasokan bahan baku serta mungkin harga yang lebih kompetitif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laba, persepsi otonomi, efisiensi dan efektivitas dipengaruhi oleh skema insentif, yang dibedakan atas divisi dan perusahaan serta proses transfer pricing (arbritrase dan nonarbritrase). Hasil lain menunjukkan bahwa laba maksimal akan dapat diperoleh perusahaan jika menerapkan skema insentif perusahaan dan terdapat arbritrase.

Keterbatasan penelitian ini terutama pada subjek eksperimen yang secara praktik belum pernah melakukan proses negosiasi. Hasil penelitian ini mungkin akan berbeda jika menggunakan subjek para manajer sesungguhnya. Sebagaimana penelitian eksperimen lainnya maka penelitian ini juga memiliki keterbatasan pada generalisasi hasil penelitian. Penelitian selanjutnya bisa melengkapi dengan uji meta-analisis untuk mengatasi masalah generalisasi (Rosenthal 1991).

DAFTAR PUSTAKA

Ackelsberg, R dan G. Yukl. 1979. Negotiated Transfer Pricing and Conflict Resolution inOrganizations. Decision Sciences (July): hal. 387-398

Anctil, Regina M. dan Sunil Dutta. 1999. Negotiated Transfer Pricing and Divisional vs Firm –Wide Performance Evaluation. The Accounting Review (January): hal. 87-104

Charlos, Peter dan Susan Haka, 1990, Transfer Pricing Under Bilateral Bargaining, TheAccounting Review (July); hal 624-641

Bailey, A.D dan W.J. Boe, 1976. Goal and Resource Transfers in the Multigoal Organization, The Accounting Review (July): hal.559-573

DeJong, V.D., R.Forsythe, J.Kim dan C.W.Uecker. 1989. A Laboratory Investigation of Alternative Transfer Pricing Mechanism. Accounting, Organization and Society

14: 41-64

Eccles, R.G. (1983), Control with Fairness in Transfer Pricing, Harvard Business Review

(November-December): hal. 149-161

280

Page 15: Pengaruh Kebijakan Pengendalian Pada Proses … · Web viewTujuan studi ini adalah untuk meneliti pengaruh faktor-faktor pengendalian organisasional (organizational control) pada

SNA VII DENPASAR-BALI, 2-3 DESEMBER 2004

Edlin, Aaron S., dan Stefan Reichelstein, (1995). Specific Investment Under Negotiated Transfer Pricing: An Efficiency Result, The Accounting Review, (April): hal.275-291

Grabski, S.V. 1985. Transfer Pricing in Complex Organizations: A Review and Integration of Recent Empirical and Analytical Research. Journal of Accounting Literature 4:hal. 33-75

Greenberg, Penelope dan Ralph.H.Greenberg. 1994. The Impact of Control Policies on the Process and Outcomes of Negotiated Transfer Pricing. Journal of Management Accounting Research 6 (Fall): 93-127

Harris, K.L. dan P. Carnevale. 1990. Chilling and Hastening: The Influence of Third Party Power and Interest on Negotiation. Organizational Behavior and Human Decision Process 47: hal. 138-160

Hirshleifer, J. (1956), On the Economics of Transfer Pricing, Journal of Business (July): hal. 172-184

Kaplan, R.S., dan A.A. Atkinson, (1989) Advanced Management Accounting, Prentice Hall, Englewood Cliffs, NJ.

McAulay, L. dan C.R. Tomkins, (1992). A Review of The Contemporary Trasfer Pricing Literature With Recommendations For Future Research, British Journal of Management, Vol.3: hal.101-122

Melumad, N.D. dan S. Reichelstein (1987), Decentralization Versus Delegation and The Value of Communication, Journal of Accounting Research (Supplement):hal.1-18

Lambert, D. (1979) Transfer Pricing and Interdivisional Conflict, California Management Review (Summer): hal.70-75

Ronen, J. dan G.McKinney. 1970. Transfer Pricing for Divisional Autonomy. Journal of Accounting Research (Spring): hal. 99-112

Rosenthal, Robert. 1991. Meta-Analytic Procedures for Social Research. Sage Publication, Inc.

Schepanski, A, R.M.Tubbs, dan R.A. Grimlund. 1992. Issues of Concern Regarding Within and Between-Subjects Designs in Behavioral Accounting Research. Journal of Accounting Literature 11: hal. 121-150

Sims, P., D. Szilagyl, dan R.T. Keller, (1976), The Measurement of Job Characteristics, Academy of Management Journal (19): hal.195-112

Spicer, H.B. 1988. Towards an Organizational Theory of Transfer Pricing Process. Accounting, Organizations and Society 7: hal. 149-165

281

Page 16: Pengaruh Kebijakan Pengendalian Pada Proses … · Web viewTujuan studi ini adalah untuk meneliti pengaruh faktor-faktor pengendalian organisasional (organizational control) pada

SNA VII DENPASAR-BALI, 2-3 DESEMBER 2004

Swieringa, R.J. dan J.H. Waterhouse (1982), Organizational Views of Transfer Pricing. Accounting, Oragnizations and Society, No.2: hal. 149-165

Watson, D.J.H., dan J.V. Baumler, 1975, Transfer Pricing: A Behavioral Context, The Accounting Review, (July): hal. 466-474

Lampiran 1

Grafik 1. Plot Interaksi Skema Insentif dan Arbitrase

282

Page 17: Pengaruh Kebijakan Pengendalian Pada Proses … · Web viewTujuan studi ini adalah untuk meneliti pengaruh faktor-faktor pengendalian organisasional (organizational control) pada

SNA VII DENPASAR-BALI, 2-3 DESEMBER 2004

LABA

pershdiv

34000

32000

30000

28000

26000

24000

22000

ktgri

noabt

abt

Lampiran 2

Grafik 2. Plot Skema Insentif* Arbitrase pada Otonomi

283

Page 18: Pengaruh Kebijakan Pengendalian Pada Proses … · Web viewTujuan studi ini adalah untuk meneliti pengaruh faktor-faktor pengendalian organisasional (organizational control) pada

SNA VII DENPASAR-BALI, 2-3 DESEMBER 2004

OTONOMI

pershdiv

4,5

4,0

3,5

3,0

2,5

2,0

ktgri

noabt

abt

Lampiran 3

Grafik 3. Plot Disposisi dan Efisien

284

Page 19: Pengaruh Kebijakan Pengendalian Pada Proses … · Web viewTujuan studi ini adalah untuk meneliti pengaruh faktor-faktor pengendalian organisasional (organizational control) pada

SNA VII DENPASAR-BALI, 2-3 DESEMBER 2004

DISPOSISI

klmpk

ABT;pershABT;DIVno ABT;Pershno ABT;DIV

Estim

ated

Mar

gina

l Mea

ns6000

5000

4000

3000

2000

1000

0

2,25

2,50

2,75

3,00

3,25

3,50

4,00

4,25

4,50

4,75

5,00

EFISIEN

klmpk

ABT;pershABT;DIVno ABT;Pershno ABT;DIV

3,5

3,0

2,5

2,0

1,5

1,0

,5

2,25

2,50

2,75

3,00

3,25

3,50

4,00

4,25

4,50

4,75

5,00

285