Upload
phammien
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Pengaruh Karakteristik ………. (Provita Wijayanti) 251
PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PENERIMAAN PERILAKU
DISFUNGSIONAL AUDIT (Studi Empiris pada Auditor Pemerintah Yang bekerja
di BPKP Perwakilan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta)
PROVITA WIJAYANTI
Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang
ABSTRACT
This study examines the influence of personal auditor characteristics on acceptance of dysfunctional audit behavior. The model is designed to enable an assessment of the direct and undirect influence of personal auditor characteristics which consist of : locus of control, employee performance, organizational commitment, and turnover intention on acceptance of dysfunctional audit behavior that comprise of prematur sign off, underreporting of time, and altering replacing audit procedure.
This research uses the empirical with convenience sampling technique in the data collection. Data were collected using a survey on 140 government auditors who work at BPKP Central java and DI Yogyakarta, Indonesia. Data were analyzed by using Structural Equation Model (SEM) with the program Visual-PLS (Partial Least Square).
The result of hypothesis examination indicate thats there positive influence of locus of control on acceptance of dysfunctional audit behavior, there is positive influence of turnover intention on acceptance of dysfunctional audit behavior with locus of control, employee performance and organizational commitment as antecedent. Negative influence of employee performance on acceptance of dysfunctional audit behavior with locus of control and organizational commitment as antecedent and negative influence of organizational commitment on acceptance of dysfunctional audit behavior with locus of control as antecedent is rejected. Keywords: Locus of Control, Employee Performance, Organizational Commitment, Turnover
Intention, Acceptance of Dysfunctional Audit Behavior, Structural Equation Model (SEM), Visual Partial Least Square (Visual-PLS).
PENDAHULUAN Latar Belakang
Peringkat korupsi negara Indonesia sebagai negara terkorup kedua di Asia
menimbulkan pertanyaan besar mengenai
pengawasan dan pertanggungjawaban di lembaga pemerintahan (Sindo, 17 Maret
2007). Predikat tersebut mengindikasikan kurang berfungsinya akuntan dan penegak
hukum yang merupakan tenaga profesional teknis yang secara sistematis bekerjasama
untuk mencegah dan mengungkapkan kasus
korupsi di Indonesia secara tuntas (Arif, 2002). Penyebab utama yang mungkin adalah
karena kelemahan dalam audit pemerintahan di Indonesia.
Mardiasmo (2000) menjelaskan bahwa
terdapat beberapa kelemahan dalam audit pemerintahan di Indonesia. Kelemahan
tersebut antara lain: pertama tidak tersedianya indikator kinerja yang memadai
sebagai dasar pengukur kinerja pemerintahan baik pemerintah pusat maupun daerah. Hal
tersebut umum dialami oleh organisasi publik
karena output yang dihasilkan yang berupa pelayanan publik tidak mudah diukur. Kedua,
berkaitan dengan masalah struktur lembaga audit terhadap pemerintahan pusat dan
daerah di Indonesia. Permasalahanya adalah banyaknya lembaga pemeriksa fungsional
yang overlapping satu dengan yang lainnya
yang menyebabkan ketidakefisienan dan ketidakefektifan pelaksanaan pengauditan.
Di Indonesia yang melaksanakan fungsi pemeriksaan secara garis besar
dipisahkan menjadi dua yaitu auditor eksternal
dan auditor internal. Auditor eksternal pemerintah diimplementasikan oleh Badan
252 JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 : 251-271
Pemeriksa Keuangan (BPK) yang dibentuk
sebagai perwujudan pasal 23E UUD 1945. Auditor internal pemerintah diimplemantasikan
oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Badan Pengawas
Daerah (BAWASDA) dan badan pengawas
internal di setiap departemen yaitu Inspektorat Jendral (IRJEN).
BPKP merupakan salah satu lembaga audit internal pemerintah yang melaksanakan
fungsi pemeriksaan. Berdasarkan tujuan pembentukannya, BPKP berperan untuk
menciptakan pemerintahan yang good governance yaitu menciptakan pemerintahan yang bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN). Berdasarkan fungsinya tersebut BPKP harus melaksanakan audit secara umum atau
audit laporan keuangan dan audit khusus atau
audit forensik (Arif, 2002). Salah satu hasil audit dari BPKP adalah sebuah kesimpulan
mengenai ada tidaknya indikasi tindak pidana ataupun perdata yang menyebabkan kerugian
keuangan dan kekayaan negara. Oleh karena itu audit yang dilakukan oleh BPKP harus
berkualitas.
Kualitas audit adalah probabilitas seorang auditor untuk menemukan dan
melaporkan pelanggaran sistem kliennya. (Dangelo, 1981 dalam Samsul Ulum, 2005).
Penemuan-penemuan terhadap pelanggaran
harus didukung oleh bukti kompeten yang cukup agar laporan yang disampaikan atau
opini audit dapat dipertanggungjawabkan.Untuk memperoleh
bukti kompeten yang cukup maka auditor
harus melaksanakan prosedur audit yang diperlukan dengan benar atau tidak
melakukan perilaku disfungsioanal audit.(Herningsih, 2001 dalam Maryanti,
2005). Perilaku disfungsional audit dan
berhentinya auditor (turnover) dari
pekerjaannya berhubungan dengan penurunan kualitas audit (Public Oversight Board, 2000
dalam Donelly et al. 2003). Perilaku ini bisa mempunyai pengaruh langsung dan tidak
langsung terhadap kualitas audit. Perilaku
yang mempunyai pengaruh langsung termasuk premature sign-off, pemerolehan bukti yang
kurang (Otley & Pierce, 1995; Donelly et al. 2003), pemrosesan yang kurang akurat (Mc
Danield, 1990) dan kesalahan dari tahapan audit (Margheim & Pany, 1986),
altering/replacing of audit procedure (Donelly,
et al. 2003) dan perilaku audit yang mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap
kualitas audit adalah under reporting of time
(Donelly et al. 2003) Literatur terdahulu sudah
mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan (seperti tekanan waktu, model atau gaya
pengawasan) dan faktor personal auditor
secara signifikan mempengaruhi perilaku disfungsional (Kelly & Margheim, 1990; Otley
& Pierce,1996). Tingkat perilaku disfungsional (Disfungsional Behavior) yang sangat
mengganggu berhubungan dengan profesi auditing (Otley & Pierce, 1995). Menurut
Jansen & Glinow (1985) dalam Malone &
Roberts (1996), perilaku individu merupakan refleksi dari sisi personalitasnya sedangkan
faktor situasional yang terjadi saat itu akan mendorong seseorang untuk membuat suatu
keputusan. Dari pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa perilaku disfungsional audit dapat disebabkan oleh faktor
karakteristik personal dari auditor (faktor internal) serta faktor situasional saat
melakukan audit (faktor eksternal). Penelitian ini penting dilakukan karena
Indonesia masih menempati peringkat kedua
sebagai negara terkorup di Asia (Sindo, 17 Maret 2007). Hal tersebut menunjukkan
kurang berfungsinya badan pengawas yaitu BPKP sebagai auditor internal pemerintah yang
mempunyai logo atau semboyan menciptakan
pemerintahan yang bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (www.bpkp.co.id).
Kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah perlu dipulihkan dan hal itu
tergantung pada praktek profesional yang
dijalankan para auditor pemerintah terutama yang bertugas sebagai pengawas.
Profesionalisme mensyaratkan tiga hal utama yang harus dimiliki oleh setiap anggota profesi
yaitu: keahlian, pengetahuan, dan karakter. Karakter menunjukkan personality (kepribadian) seorang profesional yang
diantaranya diwujudkan dalam sikap dan tindakan etis (Mar’ie, 2002 dalam Crismastuti
& Vena, 2006).
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini
adalah bagaimana pengaruh karakteristik personal yang terdiri dari locus of control, komitmen organisasi, turnover intention, kinerja karyawan (Employee Performance)
auditor pemerintah yang bekerja di BPKP
terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit.
Pengaruh Karakteristik ………. (Provita Wijayanti) 253
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini audit adalah menguji dan memperoleh bukti empiris
pengaruh karakteristik personal auditor yang terdiri dari locus of control, komitmen
organisasi, turnover intention, kinerja
karyawan (Employee Performance) terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Pengembangan teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
pengembangan ilmu, terutama dalam bidang akuntansi keperilakuan dan
auditing mengenai variabel-variabel yang
signifikan menjelaskan penerimaan perilaku disfungsional audit dan juga
diharapkan dapat dipakai sebagai acuan untuk riset-riset mendatang.
2. Pengembangan praktik Penelitian ini diharapkan akan dapat
memberikan kontribusi praktis, yaitu bagi
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan profesi untuk
merencanakan program profesional dan praktek manajemen untuk mendorong
pekerjaan audit yang berkualitas dalam
menciptakan pemerintahan yang Good Governance.
KERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Motivasi Menurut Gibson (1994) motivasi
merupakan konsep yang menguraikan tentang kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri
seseorang yang akan memulai atau mengarahkan perilakunya. Secara lebih khusus
Hellriegel et al. (2001) dalam (Ghozali & Ivan,
2006) menyatakan bahwa motivasi merupakan dorongan-dorongan individu untuk bertindak
yang menyebabkan orang tersebut berperilaku dengan cara tertentu yang mengarah pada
tujuan. Prinsip dasar motivasi tersebut
dinyatakan tingkat kemampuan individu (ability) dan motivasi individu. Berdasarkan
prinsip tersebut tidak ada tugas yang dapat dilaksanakan dengan baik tanpa didukung oleh
kemampuan untuk melaksanakannya. Kemampuan merupakan bakat individu untuk
melaksanakan tugas yang berhubungan
dengan tujuan, namun kemampuan tidak mencukupi untuk menjamin tercapainya
performance (kinerja) terbaik. Individu harus
memiliki motivasi untuk mencapai kinerja
terbaik (Helriegel et al. 2001 dalam Ghozali & Setiawan, 2006).
Pada umumnya para ahli psikologi membagi teori motivasi atas dua kelompok
yaitu content theory dan process theory.
Content theory memfokuskan pada faktor-faktor spesifik yang mendorong, mengarahkan
dan menghalangi perilaku individu. Teori need hierarky Maslow, ERG Adelfer, Achievement
Mclelland dan motivator-hiegene Hertzberg tergolong dalam content theory. Sedangkan
process theory digunakan untuk menguraikan
dan menganalisis mengenai bagaimana faktor-faktor personal (internal individu) berinteraksi
dan mempengaruhi satu sama lain untuk menyebabkan beberapa perilaku (Ghozali &
Setiawan, 2006).
Hubungan Locus Of Control dengan
Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit.
Locus of control adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Rotter (1966) dalam
Donelly et al. (2003) dan sudah digunakan
secara meluas dalam berbagai riset mengenai perilaku disfungsional dalam sebuah
lingkungan auditing dengan latar belakang perusahaan. Rotter (1966) dalam Donelly et al. (2003) menjelaskan bahwa Individu-
individu mengembangkan harapan-harapan mereka yang digeneralisasikan dengan
memperhatikan apakah sukses atau keberhasilan dalam suatu situasi yang tersedia
atau situasi yang ada tergantung kepada
perilaku personil mereka sendiri atau dikontrol oleh kekuatan-kekuatan eksternal.
Individu yang memiliki locus of control internal cenderung menghubungkan hasil atau
outcome dengan usaha-usaha mereka atau mereka percaya bahwa kejadian-kejadian
adalah dibawah pengendalian atau kontrol
mereka dan mereka memiliki komitmen terhadap tujuan organisasi yang lebih besar
dibanding individu yang memiliki locus of control eksternal. Sedangkan individu yang
memiliki locus of control eksternal adalah
individu yang percaya bahwa mereka tidak dapat mengontrol kejadian-kejadian dan hasil
atau outcome (Spector, 1982 dalam Donelly et al. 2003). Jadi, individu yang memiliki locus of control internal dengan eksternal akan memiliki pengaruh kuat dan tindakan yang
berbeda dalam kehidupan mereka ketika
menghadapi situasi-situasi yang identik. Penelitian-penelitian terdahulu telah
menunjukkan suatu hubungan yang kuat dan
254 JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 : 251-271
positif diantara eksternal locus of control individual dengan suatu keinginan-keinginan atau maksud-maksud untuk menggunakan
penipuan atau manipulasi untuk memperoleh tujuan-tujuan personil (Gable & Dangelo,
1994; Comer, 1985; Solar & Bruehl, 1971
dalam Donelly et al. 2003). Mudrack (1989) dalam Donelly et al. (2003) menyimpulkan
bahwa penggunaan manipulasi, penipuan atau taktik menjilat atau mengambil muka dapat
menggambarkan suatu usaha dari locus of control eksternal untuk mempertahankan
pengaruh mereka terhadap lingkungan yang
kurang ramah dan memberikan kepada mereka sebuah pendekatan berorientasi
internal seperti kerja keras. Dalam situasi-situasi dimana pihak
eksternal tidak dapat memperoleh penguatan
atau dukungan-dukungan yang diperlukan untuk berkembang atau survive, mereka
memandang bahwa manipulasi terhadap yang lain adalah suatu pertahanan yang perlu dan
penting (Solar dan Bruehl, 1971 dalam Donelly et al. 2003). Perilaku ini sangat mungkin
mewujudkannya dalam bentuk perilaku
disfungsional. Perilaku-perilaku ini adalah alat bagi auditor untuk memanipulasi proses audit
dengan maksud untuk memperoleh tujuan-tujuan kinerja individu. Lebih lanjut perilaku ini
akan lebih terjadi pada pegawai yang
mempersepsikan struktur pengendalian dan pengawasan yang ketat (Gable & Dangello,
1994). Dalam konsteks auditing tindakan
manipulasi atau penipuan akan terwujud
dalam bentuk perilaku disfungsional. Perilaku ini memiliki arti bahwa auditor akan
memanipulasi proses auditing untuk mencapai tujuan kinerja individu. Pengurangan kualitas
auditing bisa dihasilkan sebagai pengorbanan yang harus dilakukan auditor untuk bertahan
di lingkungan audit. Perilaku ini akan terjadi
pada individu yang memiliki locus of control eksternal. Sehingga hipotesis yang diuji adalah
: H1: Locus of control berhubungan positif
dengan penerimaan perilaku
disfungsional audit.
Locus Of Control Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai dengan
Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit.
Locus of control memainkan peranan
penting dalam kinerja dalam akuntansi seperti pada anggaran partisipatif (Brownel, 1981;
Frucot & Shearon, 1991) dan konflik audit
(Tsui & Gul, 1996 dalam Maryanti, 2005).
Locus of control juga mempengaruhi perilaku disfungsional audit, kepuasan kerja, komitmen
organisasi dan turnover intention (Reed et al;1994 dalam Puji,2005; Donelly et al. 2003)
Penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa locus of control berhubungan signifikan dengan kinerja. Individu yang memiliki locus of control internal cenderung menggunakan tekanan atau mendesak usaha yang lebih
besar dibandingkan dengan individu yang memiliki locus of control eksternal ketika
diyakini bahwa usaha nampak atau mengarah
kepada reward (Spector, 1982 dalam Hyatt & Prawitt, 2001; Rotter, 1990 dalam Hyatt &
Prawitt, 2001; Phares, 1968 dalam Donelly et al. 2003). Internal menunjukkan sikap
pembelajaran yang lebih baik, keahlian-
keahlian memecahkan permasalahan dan penggunaan informasi (Phares, 1976; Wolk
dan Ducette, 1974; dalam Donelly et al. 2003).
Investigasi tentang peranan locus of control dalam literatur akuntansi sedikit agak
terbatas. Locus of control dijelaskan sebagai
suatu moderator dalam partisipasi/ hubungan kinerja didalam beberapa penelitian anggaran
partisipatif (Frucot dan Shearon, 1991). Hyatt dan Prawitt (2001) telah memberikan
beberapa bukti bahwa internal locus of control berhubungan dengan kinerja yang ditingkatkan atau yang ditinggikan.
Disebabkan oleh sifat-sifat teknis dan sifat profesi dari lingkungan kerja audit dan
konsisten dengan temuan-temuan sebelumnya
maka locus of control internal seharusnya memiliki tingkatan yang lebih tinggi dibanding
locus of control eksternal dalam sebuah lingkungan audit.
Fakta mengenai hubungan yang terjadi antara kinerja dan perilaku
disfungsional dengan locus of control sebagai
variabel anteseden secara umum belum terdapat bukti yang konklusif. Diperkirakan
bahwa tujuan dari perilaku disfungsional adalah untuk memanipulasi pengukuran
kinerja dan untuk mempersulit memperoleh
indikator kinerja sesungguhnya. Namun, terdapat bukti teoretis yang mendukung
bahwa perilaku disfungsional akan lebih sering terjadi dalam situasi dimana persepsi
seseorang terhadap sebuah kinerja bernilai rendah (Donelly.et al. 2003). Sedangkan
seseorang yang memiliki persepsi kinerja
bernilai rendah dipengaruhi oleh karakteristik individu yaitu locus of control eksternal (Hyatt
& Prawitt, 2001).
Pengaruh Karakteristik ………. (Provita Wijayanti) 255
Hubungan antara kinerja pegawai
yang bernilai rendah dengan penerimaan perilaku disfungsional dianggap akan lebih
kuat dalam sebuah lingkungan yang dipersepsikan oleh pegawai memiliki struktur
pengendalian dan pengawasan yang tinggi.
Penggunaan program audit, anggaran waktu, dan pengawasan dari dekat dapat
menyebabkan proses audit dipersepsikan sebagai sebuah lingkungan dengan struktur
bertingkat tinggi (Gable & Dangello, 1994). Seorang auditor akan memiliki persepsi yang
lebih rendah terhadap kinerjanya sendiri dan
kinerja yang bernilai rendah dipengaruhi oleh locus of control eksternal yang dimiliki auditor,
sehingga seorang auditor yang memiliki locus of control eksternal akan mempunyai kinerja
pribadi yang rendah dan diperkirakan akan
lebih menerima perilaku disfungsional yang makin besar. Sehingga hipotesa yang diuji
adalah : H2: Locus of control berhubungan negatif
dengan kinerja pegawai yang menyebabkan terjadinya hubungan
positif dengan penerimaan perilaku
disfungsional audit.
Komitmen Organisasi Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai dengan
Penerimaan Perilaku Disfungsional
Audit. Sejumlah penelitian telah memandang bahwa
komitmen organisasional adalah sebagai anteseden terhadap kinerja (Randhall, 1990).
Mowday et al. (1974) dalam (Donelly et al. 2003) menyatakan, bahwa membentuk karyawan-karyawan dengan komitmen yang
tinggi lebih baik daripada karyawan-karyawan yang kurang kommit. Ferris (1981) dalam
Ghozali & Setiawan (2006) telah menemukan, bahwa kinerja yang ditampilkan oleh para
akuntan professional tingkat junior sebagian
dipengaruhi oleh tingkat komitmen organisasi mereka. Dalam suatu penelitian terhadap
determinan-determinan kinerja auditor, Ferris dan Laccker (1983) dalam Donelly et al. (2003) menjelaskan bahwa kinerja auditor
sebagian merupakan suatu fungsi dari komitmen organisasi. Nouri dan Parker (1998)
telah menemukan bahwa komitmen organisasional mempengaruhi kinerja secara
positif. Hasil-hasil analisis yang telah
dilakukan oleh Randall (1990) menunjukkan
bahwa komitmen organisasional memiliki hubungan yang positif dengan kinerja
karyawan; tetapi hubungan ini adalah kecil.
Dalam penelitian yang sedang dilakukan,
karyawan-karyawan dengan komitmen organisasional yang lebih besar atau lebih
tinggi diharapkan menunjukkan kinerja yang lebih baik.
Fakta mengenai hubungan yang
terjadi antara kinerja dan penerimaan perilaku disfungsional dengan komitmen organisasi
sebagai variabel anteseden secara umum belum terdapat bukti yang konklusif.
Diperkirakan bahwa tujuan dari perilaku disfungsional adalah untuk memanipulasi
pengukuran kinerja dan untuk mempersulit
memperoleh indikator kinerja sesungguhnya. Namun, terdapat bukti teoretis yang
mendukung bahwa perilaku disfungsional akan lebih sering terjadi dalam situasi dimana
persepsi seseorang terhadap sebuah kinerja
bernilai rendah. (Donelly et al. 2003). Sehingga hipotesa yang diuji adalah :
H3: Komitmen organisasi berhubungan positif dengan kinerja pegawai yang
menyebabkan terjadinya hubungan negatif dengan penerimaan perilaku
disfungsional audit.
Locus of control Sebagai Anteseden
Hubungan Turnover Intention dengan penerimaan perilaku disfungsional audit.
Fakta mengenai hubungan yang
terjadi antara turnover intention dan penerimaan perilaku disfungsional dengan
locus of control sebagai variabel anteseden secara umum belum terdapat bukti yang
konklusif. Beberapa penelitian telah
menemukan suatu hubungan yang signifikan antara internal locus of control dan masa
jabatan pekerjaan yang menunjukkan bahwa internal kurang cenderung untuk
mengundurkan diri daripada eksternal (Andrisani & Nestle, 1976; dalam Donelly et al. 2003). Malone & Roberts (1996) menyatakan
bahwa para auditor yang dengan tujuan atau bermaksud untuk meninggalkan perusahaan
bisa jadi lebih mau untuk ikut turut serta dalam perilaku disfungsional audit dengan
tujuan menurunkan atau mengurangi
kekhawatiran atau rasa takut akan kemungkinan penghentian atau pemecatan
jika perilaku mereka tersebut dideteksi. Individu-individu yang sedang bermaksud
meninggalkan perusahaan, sedikit disangkal berhubungan dengan penerimaan perilaku-
perilaku dysfunctional yang lebih besar. Untuk
penilaian kinerja dan promosi dan individu yang bermaksud meninggalkan perusahaan
256 JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 : 251-271
biasanya memiliki lokus kendali eksternal.
Sehingga hipotesis yang diuji adalah : H4: Locus of control berhubungan positif
dengan Turnover intention yang menyebabkan terjadinya hubungan
positif dengan penerimaan perilaku
disfungsional audit
Kinerja pegawai Sebagai Anteseden Hubungan Turnover Intention dengan
Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit.
Kinerja karyawan sebagai anteseden
terhadap turnover, telah menjadi suatu perhatian yang dapat dipertimbangkan.
Meskipun hal itu pernah diperdebatkan, bahwa pelaku-pelaku senior atau atasan memiliki
kesempatan atau opportunity yang lebih besar
sehingga lebih mungkin untuk mengundurkan diri (Price, 1977 dalam Donelly et al. 2003).
Penelitian baru-baru ini memberi kesan bahwa hal tersebut tidak menjadi permasalahan.
Dalam kenyataannya, para pelaku atasan atau senior pernah ditemukan lebih cenderung atau
lebih mungkin dipromosikan dan tinggal
menetap dengan organisasi mereka masing-masing daripada para pelaku rendahan atau
bawahan (Vicchio & Norris, 1996; Wells & Muchinsky, 1985; Dreher, 1982; dalam Donelly
et al. 2003).
Hasil-hasil dari beberapa studi yang telah dibentuk dan telah dilakukan oleh
McEvoy & Cascio (1987) dalam Donelly et al. (2003), menemukan bahwa Turnover sangat
rendah diantara para pelaku yang berkinerja
sangat baik. Adanya promosi dan masa jabatan akuntan publik, seseorang akan
mengharapkan tipe hubungan ini ada dan tetap hidup. Para auditor yang menunjukkan
tingkat kinerja yang tinggi dipromosikan, sementara yang tidak mampu mencapai
standar kinerja minimum akhirnya terpaksa
keluar ataupun dipecat dari organisasi. Berdasarkan temuan-temuan ini, diharapkan
bahwa kinerja akan berhubungan secara terbalik dengan turnover intention. Hal ini
menjelaskan bahwa kinerja yang rendah
mengakibatkan turnover yang tinggi; tetapi di pihak lain harus dimaklumi bahwa kinerja yang
tinggi juga kemungkinan atau cenderung mengundurkan diri jika tidak memperoleh
reward seperti promosi atau tidak memperoleh kepuasan kerja.
McEvoy & Cascio (1987) dalam
Donelly et al. (2003) menemukan bahwa Turnover sangat rendah diantara para pelaku
yang berkinerja sangat baik. Malone &
Roberts (1996) menyatakan bahwa para
auditor yang dengan tujuan atau bermaksud untuk meninggalkan perusahaan bisa jadi
lebih mau untuk ikut turut serta dalam perilaku disfungsional audit dengan tujuan
menurunkan atau mengurangi kekhawatiran
atau rasa takut akan kemungkinan penghentian atau pemecatan jika perilaku
mereka tersebut dideteksi. Sedangkan faktor yang menyebabkan individu-individu yang
sedang bermaksud meninggalkan perusahaan, dihubungkan dengan lebih besar untuk
menerima perilaku-perilaku dysfunctional. Sehingga hipotesis yang diuji adalah : H5: Kinerja pegawai berhubungan negatif
terhadap turnover intention yang menyebabkan terjadinya hubungan
positif dengan penerimaan perilaku
disfungsional audit.
Komitmen Organisasi sebagai Anteseden Hubungan Turnover Intention dengan
Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit.
Komitmen organisasional sering dan
selalu digunakan sebagai anteseden dalam penelitian-penelitian yang memprediksi
perilaku-perilaku pengunduran diri atau penarikan diri. Mowday et al. (1982) dalam
(Donelly et al. 2003) telah memprediksi dan
telah menemukan bahwa yang terkuat dan yang sangat dapat diprediksi tentang
konsekwensi perilaku komitmen organisasional adalah dasar-dasar turnover yang lebih
rendah. Hasil analisis dari Mathieu dan Zajac
(1990) dalam Donelly et al. (2003) bahwa komitmen organisasional berhubungan positif
dengan kehadiran dan berhubungan negatif dengan keadaan yang sudah lewat dan
turnover. Komitmen organisasional menunjukkan hubungan yang lebih luas
dengan keinginan-keinginan yang
dihubungkan dengan turnover, yaitu keinginan atau maksud untuk meninggalkan pekerjaan.
Fakta mengenai hubungan yang terjadi antara turnover intention dan
penerimaan perilaku disfungsional dengan
komitmen organisasi sebagai variabel anteseden. Mowday et al. (1982) dalam
(Donelly et al. 2003) telah memprediksi dan telah menemukan bahwa yang terkuat dan
yang sangat dapat diprediksi tentang konsekuensi perilaku komitmen organisasional
adalah dasar-dasar turnover yang lebih
rendah. Hasil analisis dari Mathieu dan Zajac (1990) dalam Donelly et al. (2003)
menyatakan bahwa komitmen organisasional
Pengaruh Karakteristik ………. (Provita Wijayanti) 257
berhubungan positif dengan kehadiran dan
berhubungan negatif dengan keadaan yang sudah lewat dan turnover. Malone & Roberts
(1996) menyatakan bahwa para auditor dengan tujuan atau bermaksud untuk
meninggalkan perusahaan bisa jadi lebih mau
untuk ikut turut serta dalam perilaku disfungsional audit dengan tujuan
menurunkan atau mengurangi kekhawatiran atau rasa takut akan kemungkinan
penghentian atau pemecatan jika perilaku mereka tersebut dideteksi. Individu-individu
yang sedang bermaksud meninggalkan
perusahaan, dihubungkan dengan lebih besar untuk menerima perilaku-perilaku
dysfunctional untuk penilaian kinerja dan promosi. Sehingga hipotesis yang diuji adalah
:
H6 = Komitmen organisasi berhubungan negatif dengan turnover intention sehingga menyebabkan terjadinya hubungan positif dengan
penerimaan perilaku disfungsional audit.
Locus of Control sebagai Anteseden Hubungan Komitmen Organisasi dengan
Penerimaan Perilaku Disfungsional. Locus of control telah ditemukan
menjadi anteseden terhadap komitmen
organisasional (Luthan et al. 1987; Kinicki & Vecchio, 1994; dalam Donelly et al. 2003).
Didalam beberapa teori menjelaskan bahwa karyawan yang komit bekerja lebih keras,
tinggal bersama dengan organisasi dan
memberi kontribusi lebih efektif terhadap organisasi tersebut (Mowday et al. 1979 dalam
Donelly et al. 2003). Para individu yang memiliki lokus kendali internal merasa atau
mempersepsikan bahwa mereka memiliki kesempatan atau opportunity yang lebih besar
daripada individu yang memiliki lokus kendali
eksternal (Spector, 1982 dalam Donelly et al. 2003). Oleh sebab itu, ketika internal
bergabung dengan perusahaan, mereka
cenderung memiliki komitmen yang relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan eksternal (Luthans et al. 1987 dalam Hyatt & Prawitt,
2001). Selama masa jabatan mereka dengan suatu organisasi, internal akan merasa atau
mempersepsikan ada alternatif yang sama
dalam pasar kerja dan oleh karena sisa-sisa kebaikan mereka dengan suatu organisasi
akan mengembangkan komitmen organisasi yang lebih besar (Spector, 1987 dalam Donelly
et al. 2003). Kontrasnya, eksternal merasa atau mempersepsikan bahwa pilihan-pilihan
lebih sedikit dan kurang mungkin untuk
bertindak pada pilihan-pilihan itu, maka eksternal dapat merasa bahwa mereka tidak
memiliki pilihan walaupun mereka tinggal bersama dengan organisasi yang sedang
berjalan. sementara internal membuat suatu
pilihan aktif untuk tetap dan komitmen mereka terhadap organisasi kemudian meningkat atau
naik setelah pilihan itu. Komitmen organisasional menurut
Luthans (1987) dalam (Donelly et al. 2003) ditentukan oleh nilai pribadi (usia, lama kerja,
perangai atau sifat seperti pengaruh positif
atau negatif, sifat pengendalian locus of control eksternal atau internal) dan
organisasional (desain pekerjaan, gaya kepemimpinan seorang pengawas). Komitmen
organisasional juga dihubungkan dengan
perilaku disfungsional seperti tidak mau berubah yang disebabkan karena kurangnya
kemampuan (Aranya & Ferris 1984, dalam Otley & Pierce, 1996). Jadi hipotesis yang
diharapkan adalah :
H7: Locus of control berhubungan negatif dengan komitmen organisasi sehingga
menyebabkan terjadinya hubungan negatif dengan penerimaan perilaku
disfungsional audit.
MODEL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian diatas maka model penelitian dapat digambarkan sebagai
berikut :
258 JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 : 251-271
Gambar 1 :
Model Penelitian PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PENERIMAAN PERILAKU
DISFUNGSIONAL AUDIT
METODE PENELITIAN
Disain Penelitian Pada dasarnya jenis penelitian ini
berdasarkan karakteristik masalah yang diteliti adalah explanatory causal-comparative research yaitu penelitian untuk menguji
hipotesis yang menjelaskan hubungan-hubungan sebab akibat antara variabel
independen dengan variabel dependen (Bambang Supomo & Nur Indriantoro, 2002).
Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah auditor
pemerintah yang yang bekerja pada Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) di Jawa Tengah dan DIY. Sedangkan alasan pemilihan lembaga audit pemerintah
BPKP di Jawa Tengah dan DIY adalah:
1. Kemudahan bagi peneliti untuk mengakses informasi
2. Untuk memfokuskan penelitian pada
wilayah kerja dengan indeks persepsi korupsi tertinggi dibawah
Jakarta.([email protected])
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
ini adalah non-probability sampling dengan metode penentuan sampel convenience sampling. Pendistribusian kuisioner ini dilakukan secara langsung dalam lokasi
penelitian.
Definisi Operasional Variabel
Locus of Control Locus of control diukur dengan
menggunakan jumlah skala dari total 16 item yang berasal dari studi milik Spector (1988)
dalam Donelly et al. (2003). Skore yang lebih
tinggi nilainya dari nilai median skore locus of control memberikan indikasi bahwa
kepribadian eksternal makin besar sedangkan
Kinerja
pegawai
Turnover
intention
Komitmen
organisasion
al
Penerimaan
dysfunctional
audit behavior
Locus of
control
H3+
H7_
H2 _
H1+
_
H4+ H6+
H5+
H2 _
H3 _
H4+
H7_
H5 _
H6_
Pengaruh Karakteristik ………. (Provita Wijayanti) 259
skore yang lebih rendah dari nilai median
skore locus of control berhubungan dengan perilaku atau sikap internal (Hyatt & Prawitt,
2001).
Variabel Kinerja pegawai
Variabel kinerja pegawai diukur dengan menggunakan instrumen yang
dikembangkan oleh Mahoney et al. (1963,1965) dalam Donelly et al. (2003).
Setiap responden diminta untuk mengevaluasi kinerja mereka yang terbagi dalam enam
dimensi kinerja; perencanaan; koordinasi;
supervisi; representasi; dan pengaturan staff. Responden diminta untuk memberikan
peringkat efektivitas yang ada secara keseluruhan dalam pertanyaan terakhir. Skore
1 menunjukkan kinerja yang jauh dibawah
rata-rata atau kinerja rendah. Sedangkan skore 7 menunjukkan kinerja diatas rata-rata
atau kinerja tinggi.
Komitmen Organisasi Variabel komitmen organisasi diukur
dengan menggunakan instrumen yang
dikembangkan oleh Mowday (1979) dalam Donelly et al. (2003) dengan menggunakan
sembilam item pertanyaan yang diambil dari Organizational Commitment Questionnaire (OCQ) dengan menggunakan skala Likert 7
poin, Responden dengan nilai 7 (sangat setuju), menunjukkan komitmen karyawan
tersebut sangat tinggi. Responden yang menjawab dengan nilai 1 (sangat tidak
setuju), menunjukkan komitmen karyawan
tersebut sangat rendah.
Keinginan Karyawan Untuk Berpindah (Turnover Intention)
Variabel ini diukur dengan tiga skala tentang keinginan pegawai untuk berhenti dari
pekerjaannya dinilai berdasarkan keinginan
yang timbul segera yaitu timbul dalam jangka waktu 2 tahun, dan pada periode menengah
yaitu lima tahun dan pada periode jangka panjang (hingga pensiun). Pendekatan multi
item ini didukung oleh literatur sebelumnya
(Scandura dan Viator, 1994; Rasch dan Harrell, 1990; Aranya dan Ferris, 1984 dalam
Donelly et al. 2003). Item-item tersebut ditulis dalam format skala Likert tujuh poin dengan
nilai 1 berarti sangat tidak setuju dan nilai 7 berarti sangat setuju, item ini memilki nilai
berbalik sehingga semakin rendah nilainya
mengindikasikan keinginan pegawai untuk berhenti dari pekerjaannya tinggi.
Penerimaan Perilaku Disfungsional
Audit Variabel ini diukur dengan
menggunakan 12 item pertanyaan yang dikembangkan oleh Donelly, et al.(2003). Tiga
bagian instrumen tentang perilaku
disfungsional dibentuk untuk menangkap informasi mengenai perilaku disfungsional
yang diperlukan dalam sebuah lingkungan auditing. Empat item yang behubungan
dengan masing-masing jenis perilaku disfungsional disertakan. Item dalam
instrumen penelitian ini dibentuk untuk
mengukur bagaimana seorang auditor menerima beragam bentuk perilaku
disfungsional. Item ini dibentuk dengan berdasarkan skala Likert tujuh poin yaitu nilai
1 = sangat tidak setuju dan 7 = sangat
setuju. Pertanyaan akan ditulis sehingga responden dengan nilai 7 memberikan indikasi
diterimanya perilaku disfungsional oleh responden dengan tingkatan yang tinggi.
TEKNIK ANALISIS
Uji Statistik Deskriptif
Stratistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi empiris suatu data
mengenai demografi responden yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,
varian, maksimum, minimum. Gambaran
tersebut meliputi jenis kelamin, pendidikan, jabatan dan masa kerja.(Ghozali, 2005).
Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian
ini akan dilakukan dengan menggunakan struktural (Structural Equation Model) dengan
pertimbangan bahwa SEM memiliki kemampuan untuk menggabungkan
measurement model dengan structural model secara simultan dan efisien bila dibandingkan
dengan teknik multivariat lainnya Hair et al.. (1998). Penggunaan model persamaan tersebut dengan menggunakan pendekatan
partial least square (PLS) dengan menggunakan software VisualPLS .
HASIL DAN PEMBAHASAN Data Penelitian
Data penelitian dikumpulkan dengan membagikan sebanyak 397 kuisioner kepada
responden yaitu 250 kepada auditor BPKP dikantor perwakilan Jawa Tengah dan 147
kepada auditor BPKP dikantor perwakilan DIY.
Jumlah kuisioner yang kembali sebanyak 150 ekslempar. Dari jumlah tersebut yang diisi
lengkap dan dapat digunakan untuk olah data
260 JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 : 251-271
sebanyak 140 dan yang tidak dapat digunakan
10 karena tidak diisi dengan lengkap sehingga tidak dapat diolah. Dengan demikian tingkat
pengembalian (respon rate) dari kuisioner
yang disebarkan sebesar 37,78%. Ringkasan
jumlah pengiriman dan pengembalian kuisioner dalam penelitian ini dapat dilihat
pada tabel 1.
Tabel 1 :
Ringkasan Pengiriman dan Pengembalian Kuisioner
NO Uraian Jumlah Prosentase
1 Kuisioner yang dikirim 397 100% 2 Kuisioner yang dikirim di perwakilan Jawa Tengah 250 63%
3 Kuisioner yang dikirim di perwakilan DIY 147 37% 4 Kuisioner yang tidak kembali 247 62,2%
5 Kuisioner yang kembali 150 37,78%
6 Kuisioner yang tidak dapat dianalisis 10 2,52% 7 Kuisioner yang dapat dianalisis 140 35,26%
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian, 2007
Demografi Responden
Jumlah responden yang dipakai untuk pengolahan data dalam penelitian ini sebanyak
140 orang. Gambaran umum mengenai profil
responden dapat dilihat pada tabel 2.
TABEL 2 :
PROFIL RESPONDEN(N=140)
No Keterangan Jumlah Prosentase
1 Gender Wanita 32 22,85%
Pria 108 77,14% Jumlah 140 100%
2 Pendidikan SMA 1 0,7% D3 33 20,71%
SI 94 71,43%
S2 12 7,86% Jumlah 140 100%
3 Lama bekerja Antara 1 s/d 5 tahun 1 0,7% Antara 6 s/d 10 tahun 25 17,85%
Antara 11 s/d 15 tahun 28 20%
Diatas 15 tahun 86 61,43% Jumlah 140 100%
4 Jabatan Auditor ahli madya 23 16,43% Auditor ahli muda 13 9,3%
Auditor ahli pratama 24 17,14% Auditor penyelia 29 20,71%
Auditor pelaksana lanjutan 50 35,71%
Auditor pelaksana 1 0,7% Jumlah :
Auditor BPKP Jateng Auditor BPKP DIY
Total responden
59 81
140
42,14% 57,86%
100%
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian, 2007
Pengaruh Karakteristik ………. (Provita Wijayanti) 261
Statistik Deskriptif
TABEL 3 :
STATISTIK DESKRIPTIF
Variabel Teoritis Sesungguhnya Standar
deviasi Kisaran Median Kisaran Mean
LC 16 s/d 112 64 16 s/d 75 41,93 10,063 KO 9 s/d 63 36 33 s/d 62 48,70 5,507
TI 3 s/d 21 12 3 s/d 14 7,24 1,705 K 7 s/d 49 28 24 s/d 46 36,97 3,397
PDA 12 s/d 84 48 15 s/d 54 32,31 7,480
Sumber: Data primer Hasil Penelitian, 2007
Berdasarkan tabel 3 Nilai rata-rata jawaban responden terhadap item pertanyaan konstruk
locus of control dibawah nilai median kisaran
teoritis, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum karakteristik personal
responden memiliki internal locus of control. Nilai rata-rata jawaban responden terhadap
item pertanyaan konstruk komitmen
organisasional diatas nilai median kisaran teoritis, maka dapat disimpulkan bahwa
karakteristik personal responden secara umum memiliki komitmen organisasional yang tinggi.
Nilai rata-rata jawaban responden terhadap item pertanyaan konstruk turnover intention dibawah nilai median kisaran teoritis, maka
dapat disimpulkan bahwa karakteristik personal responden secara umum memiliki
turnover intention yang rendah. Nilai rata-rata jawaban responden terhadap item pertanyaan
konstruk kinerja pegawai diatas nilai median
kisaran teoritis, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik personal responden
secara umum memiliki kinerja yang tinggi.
Nilai rata-rata jawaban responden terhadap item pertanyaan konstruk penerimaan perilaku
disfungsional audit dibawah nilai median kisaran teoritis, maka dapat disimpulkan
bahwa responden secara umum memiliki
toleransi yang rendah terhadap perilaku disfungsional audit.
TEKNIK ANALISIS
Menilai Outer Model dengan Convergent Validity
a.Outer Model atau Measurement Model Locus of Control Variabel locus of control dijelaskan oleh 16
indikator yang terdiri dari LC1 sampai dengan LC16.
TABEL 4 :
NILAI OUTER LOADINGS (MEASUREMENT MODEL) VARIABEL LOCUS OF CONTROL
Variabel Indikator Entire Sample
Estimate Mean Of
Subsample Standar
Deviation T-Statistic
LC LC1 0.2812 0.2978 0.0951 2.9578
LC2 0.2812 0.2978 0.0951 2.9578
LC3 0.5111 0.4987 0.0803 6.3637
LC4 0.493 0.4798 0.0719 6.8555
LC5 0.4506 0.4501 0.1121 4.0186
LC6 0.5279 0.4885 0.0965 5.4685
LC7 0.5591 0.544 0.0743 7.5271
LC8 0.4175 0.4378 0.108 3.8648
LC9 0.5147 0.5122 0.0756 6.8065
LC10 0.6577 0.6469 0.0616 10.6723
LC11 0.5709 0.5774 0.0667 8.5568
LC12 0.3946 0.4058 0.0931 4.2394
LC13 0.5157 0.5009 0.1034 4.9852
LC14 0.5331 0.5149 0.1043 5.1095
LC15 0.5288 0.54 0.0855 6.1855
LC16 0.3588 0.3589 0.0956 3.7544
Sumber: Output Visual PLS 2007
262 JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 : 251-271
Berdasarkan tabel 4 outer loading indikator
LC1, LC2, LC4, LC5, LC8, LC12, dan LC16 harus dikeluarkan dari model karena memiliki
loading kurang dari 0,5. Selanjutnya model kita re-estimasi kembali dengan membuang
indikator yang loadingnya kurang dari 0,5.
Tabel 5 adalah hasil re-estimasi kembali.
Berdasarkan tabel 4.5 indikator LC3 harus dikeluarkan dari model karena memiliki
loading kurang dari 0,5. Selanjutnya model kita re-estimasi kembali dan indikator
loadingnya sudah lebih dari 0,5. Tabel 6.
TABEL 5 :
NILAI OUTER LOADINGS (MEASUREMENT MODEL) VARIABEL LOCUS OF CONTROL
Variabel Indikator Entire Sample
Estimate Mean Of
Subsample Standar
Deviation T-Statistic
Lc LC3 0.3229 0.3199 0.1001 3.2257
LC6 0.6243 0.6201 0.0748 8.3482
LC7 0.6471 0.639 0.0561 11.5261
LC9 0.6358 0.63 0.0658 9.6593
LC10 0.7378 0.7291 0.0437 16.8941
LC11 0.6526 0.6502 0.0767 8.5084
LC13 0.6497 0.6472 0.0837 7.7614
LC14 0.6745 0.6842 0.0748 9.0227
LC15 0.5284 0.5265 0.0903 5.8534
Sumber: Output Visual PLS 2007
TABEL 6 : NILAI OUTER LOADINGS (MEASUREMENT MODEL)
VARIABEL LOCUS OF CONTROL
Variabel Indikator Entire Sample
Estimate
Mean Of
Subsample
Standar
Deviation T-Statistic
LC LC6 0.6068 0.5943 0.0715 8.4913
LC7 0.6558 0.6523 0.0628 10.4497
LC9 0.6766 0.6749 0.0554 12.2179
LC10 0.7196 0.7161 0.0421 17.1108
LC11 0.6783 0.6801 0.0628 10.801
LC13 0.6773 0.666 0.078 8.6855
LC14 0.6952 0.687 0.0699 9.9495
LC15 0.5276 0.5252 0.0851 6.2004
Sumber: Output Visual PLS 2007
b.Outer Model atau Measurement Model Komitmen Organisasional
Variabel komitmen organisasional memiliki 9 indikator yang terdiri dari KO1 sampai dengan
KO9. Hasil lengkap pengolahan data dapat
dilihat pada lampiran, tabel 7. Indikator KO1
harus dikeluarkan dari model karena memiliki loading kurang dari 0,5. Selanjutnya model
kita re-estimasi kembali dengan membuang indikator yang loadingnya kurang dari 0,5.
Tabel 8.
Pengaruh Karakteristik ………. (Provita Wijayanti) 263
TABEL 7 :
NILAI OUTER LOADINGS (MEASUREMENT MODEL) VARIABEL KOMITMEN ORGANISASIONAL
Variabel Indikator Entire Sample
Estimate Mean Of
Subsample Standar
Deviation T-Statistic
KO KO1 0.1559 0.1563 0.0966 1.6144
KO2 0.5583 0.5591 0.0725 7.6985
KO3 0.7842 0.7841 0.0437 17.9408
KO4 0.6264 0.6367 0.0706 8.878
KO5 0.8652 0.8628 0.0321 26.9352
KO6 0.7996 0.7961 0.0594 13.4651
KO7 0.8397 0.8425 0.0306 27.4471
KO8 0.8538 0.8515 0.0359 23.7771
KO9 0.7201 0.7107 0.0929 7.7516
Sumber: Output Visual PLS 2007
TABEL 8 :
NILAI OUTER LOADINGS (MEASUREMENT MODEL)
VARIABEL KOMITMEN ORGANISASIONAL
Variabel Indikator
Entire Sample
Estimate
Mean Of
Subsample
Standar
Deviation T-Statistic
Ko KO2 0.5576 0.5555 0.0733 7.6097
KO3 0.7823 0.7825 0.0425 18.4154
KO4 0.6214 0.6436 0.0653 9.5105
KO5 0.8661 0.8616 0.0286 30.2856
KO6 0.8013 0.7933 0.0626 12.8103
KO7 0.8395 0.8365 0.0356 23.6016
KO8 0.8556 0.8525 0.0412 20.7439
KO9 0.7227 0.7318 0.0911 7.9328
Sumber: Output Visual PLS 2007
c.Outer Model atau Measurement Model Kinerja Pegawai
Variabel kinerja pegawai memiliki 7 indikator yang terdiri dari K1 sampai dengan K7. Hasil
lengkap pengolahan data menggunakan Visual
PLS dapat dilihat pada lampiran dan tabel 9.
indikator K1 harus dikeluarkan dari model karena memiliki loading kurang dari 0,5. Selanjutnya model kita re-estimasi kembali dengan membuang indikator yang loadingnya
kurang dari 0,5. Tabel 10.
TABEL 9 : NILAI OUTER LOADINGS (MEASUREMENT MODEL)
VARIABEL KINERJA PEGAWAI
Variabel Indikator Entire Sample
Estimate Mean Of
Subsample Standar
Deviation T-
Statistic
Kinerja K1 0.4459 0.4376 0.0761 5.859
K2 0.7552 0.7608 0.0589 12.8157
K3 0.8511 0.8581 0.0315 27.0106
K4 0.9275 0.9241 0.0204 45.5555
K5 0.74 0.7364 0.0817 9.0595
K6 0.8022 0.7963 0.0565 14.2005
K7 0.6923 0.6835 0.0757 9.1496
Sumber: Output Visual PLS 2007
264 JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 : 251-271
TABEL 10 : NILAI OUTER LOADINGS (MEASUREMENT MODEL)
VARIABEL KINERJA PEGAWAI
Variabel Indikator Entire Sample
Estimate Mean Of
Subsample Standar
Deviation T-Statistic
Kinerja K2 0.7789 0.7854 0.0548 14.2239
K3 0.8476 0.855 0.0359 23.6285
K4 0.9288 0.9285 0.0211 44.0109
K5 0.7255 0.7082 0.0929 7.8129
K6 0.8268 0.8183 0.0418 19.7782
K7 0.7276 0.7185 0.072 10.1082
Sumber: Output Visual PLS 2007
d.Outer Model atau Measurement Model Turnover Intention Variabel turnover intention memiliki 3 indikator yang terdiri dari TI1 sampai dengan TI3. Hasil lengkap pengolahan data menggunakan Visual PLS dapat dilihat pada lampiran dan tabel 4.11. ( Lampiran ). Berdasarkan tabel 4.11. diatas tampak bahwa semaua nilai outer model atau korelasi
antara indikator dengan konstruk atau variabel yaitu entire sample estimate atau loading factor semuanya diatas 0,5 oleh karena itu variabel turnover intention sudah memenuhi syarat dari kecukupan model atau Convergent Validity yang baik dan dapat dilanjutkan kedalam pengolahan data.
TABEL 11 :
NILAI OUTER LOADINGS (MEASUREMENT MODEL) VARIABEL TURNOVER INTENTION
Variabel Indikator Entire Sample
Estimate Mean Of
Subsample Standar
Deviation T-Statistic
TI TI1 0.8072 0.8137 0.0504 16.0265
TI2 0.6554 0.6638 0.0786 8.3392
TI3 0.7262 0.7237 0.058 12.5288
Sumber: Output Visual PLS 2007 e.Outer Model atau Measurement Model
Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit. Variabel Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit memiliki 12 indikator yang terdiri dari PDA1 sampai
dengan PDA12. Hasil lengkap pengolahan data menggunakan Visual PLS dapat dilihat pada lampiran dan tabel 12, tabel 13 dan tabel 14.
TABEL 12 :
NILAI OUTER LOADINGS (MEASUREMENT MODEL) VARIABEL PENERIMAAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT
Variabel Indikator Entire Sample
Estimate Mean Of
Subsample Standar
Deviation T-Statistic
PDA PDA1 0.1947 0.2217 0.1069 1.8215
PDA2 0.3595 0.3749 0.1007 3.5717
PDA3 0.4343 0.4372 0.0927 4.6857
PDA4 0.6796 0.6863 0.0563 12.0706
PDA5 0.5955 0.6183 0.074 8.0499
PDA6 0.6845 0.7026 0.0624 10.974
PDA7 0.7069 0.7134 0.0487 14.5044
PDA8 0.581 0.5847 0.0744 7.8135
PDA9 0.585 0.5801 0.0839 6.9731
PDA10 0.3882 0.369 0.1035 3.7511
PDA11 0.5198 0.5085 0.0809 6.4234
PDA12 0.4827 0.4725 0.0842 5.7299
Sumber: Output Visual PLS 2007
Pengaruh Karakteristik ………. (Provita Wijayanti) 265
TABEL 13 :
NILAI OUTER LOADINGS (MEASUREMENT MODEL) VARIABEL PENERIMAAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT
Variabel Indikator Entire Sample
Estimate Mean Of
Subsample Standar
Deviation T-Statistic
PDA PDA4 0.7571 0.7721 0.0441 17.1612
PDA5 0.6654 0.6755 0.0737 9.0279
PDA6 0.7481 0.7633 0.0782 9.5621
PDA7 0.807 0.8128 0.0348 23.1636
PDA8 0.6095 0.6112 0.0984 6.1952
PDA9 0.6048 0.5979 0.0946 6.3964
PDA11 0.377 0.3572 0.1043 3.6148
Sumber: Output Visual PLS 2007
TABEL 14 :
NILAI OUTER LOADINGS (MEASUREMENT MODEL) VARIABEL PENERIMAAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT
Variabel Indikator Entire Sample
Estimate
Mean Of
Subsample
Standar
Deviation
T-
Statistic
PDA PDA4 0.8119 0.8121 0.0318 25.4988
PDA5 0.7104 0.7143 0.064 11.0915
PDA6 0.796 0.8049 0.0516 15.4186
PDA7 0.8277 0.8255 0.0326 25.4155
PDA8 0.5688 0.5606 0.1019 5.5799
PDA9 0.5594 0.5495 0.0939 5.9579
Sumber: Output Visual PLS 2007.
2. Menilai Outer Model dengan Composite Reliability
Outer model juga dilihat dari composite reliability dari blok indikator yang
mengukur konstruk atau variabel. dapat dilihat
tabel 15. Dari tabel diatas dapat dilihat nilai composite reliability untuk masing-masing
konstruk sebelum eliminasi yaitu Kinerja (K) 0,901, Locus of Control (LC) 0,825, Komitmen
organisasi (KO) 0,899, Turnover Intention (TI) 0,774, dan Penerimaan perilaku disfungsional
audit (PDA) 0,819. Sedangkan sesudah
eliminasi diperoleh hasil composite reliability yaitu : variabel kinerja (K) 0,918, Locus of
Control (LC) 0,857, Komitmen organisasi (KO) 0,916, Turnover Intention (TI) 0,775, dan
Penerimaan perilaku disfungsional audit (PDA) 0,863. Dari hasil diatas menunjukkan nilai
composite reliability untuk masing-masing
konstruk sebelum dan sesudah eliminasi diatas 0,6, dan setelah adanya eliminasi nilai
composite reliability untuk masing-masing konstruk mengalami kenaikan. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa semua variabel atau konstruk lebih reliabel setelah dilakukan
eliminasi terhadap indikator yang outer
loading < 0,5.
TABEL 15 :
NILAI COMPOSITE RELIABILITY
Variabel Composite Reliability
Kriteria Belum Eliminasi Sesudah Eliminasi
Kinerja 0,901 0.918 Baik
LC 0,825 0.857 Baik KO 0.899 0.916 Baik PDA 0.819 0.863 Baik TI 0.774 0.775 Baik
Sumber: Output Visual PLS 2007
266 JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 : 251-271
3. Pengujian Model Struktural (Inner Model)
Pada tabel 16 menunjukkan R-Square
konstruk KO sebesar 0,218, Kinerja sebesar 0,238, TI sebesar 0,600 , PDA sebesar 0,532.
Semakin tinggi R-Square maka semakin besar
variabel independen tersebut menjelaskan variabel dependen sehingga semakin baik
persamaan struktural.
Untuk menguji hipotesis yang
diajukan, dapat dilihat nilai t-statistik. Batas untuk menolak dan menerima hipotesis yang
diajukan adalah apabila nilai t berada pada rentang nilai -1,96 s/d 1,96 maka hipotesis
akan ditolak atau menerima hipotesis nol (H0).
Hasil estimasi ststistik dapat dilihat pada tabel 17.
TABEL 16 : NILAI R-Square
Variabel R-Square LC - KO 0,218
K 0,238 TI 0,600
PDA 0,532
Sumber: Output Visual PLS 2007
TABEL 17 : ESTIMASI PARAMETER DAN UJI SIGNIFIKANSI PATH
Variabel
Entire Sample
Estimate
Mean of
Subsamples
Standar
d Error
T-
Statistic
Hipotesi
s
Terima /
Tolak
Lc->Kinerja -0.313 -0.3113 0.0786 -3.983 H2 Terima
Kinerja->TI -0.178 -0.1818 0.0528 -3.3717 H5 Terima
Ti->Pda 0.476 0.4837 0.0814 5.8494 H4, H5 Terima
Lc->Ko -0.467 -0.47 0.0641 -7.2837 H7 Terima
Ko->Pda -0.126 -0.1389 0.0793 -1.5891 H7 Tolak
Kinerja->PDA -0.11 -0.1126 0.0657 -1.6743 H2, H3 Tolak
Lc->Ti 0.501 0.4983 0.0558 8.983 H4 Terima
Ko->Ti -0.273 -0.2771 0.0594 -4.5974 H6 Terima
Lc->Pda 0.14 0.1392 0.0749 2,0329 H1 Terima
Ko->Kinerja 0.256 0.2661 0.1158 2.2104 H3 Terima
Sumber: Output Visual PLS 2007
Hipotesis kesatu (H1)
Hasil uji terhadap koefisien parameter antara locus of control terhadap penerimaan perilaku
disfungsional audit menunjukkan ada pengaruh positif sebesar 14% (yaitu
berdasarkan nilai entire sample estimate LCPDA dengan nilai 0,14) dan signifikan
pada ( =0,05) dengan nilai t-statistik 2,0329
nilai t-statistik diatas 1,96, sehingga penelitian ini menerima hipotesis alternatif pertama pada
signifikansi ( =0,05). Hasil ini menunjukkan
bahwa auditor yang bekerja di BPKP wialayah Jawa Tengah dan DIY memiliki kecenderungan
locus of control internal dan memberikan
toleransi yang rendah terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit. Secara konsep
teori auditor BPKP sudah memenuhi kriteria
ideal yaitu lokus kendali internal harus dimiliki pada tenaga ahli yang bekerja pada sebuah
lingkungan audit. (Hyatt & Prawitt, 2001).
Hipotesis kedua (H2)
Hasil uji terhadap koefisien parameter antara locus of control terhadap kinerja pegawai
menunjukkan ada pengaruh negatif sebesar 31,3% (yaitu berdasarkan nilai entire sample estimate LCK dengan nilai -0,313) dan
signifikan pada ( =0,05) dengan nilai t-
statistik -3,983. Nilai t-statistik diatas -1,96.
Sedangkan pengaruh kinerja terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit (PDA)
adalah negatif sebesar 11% (yaitu
Pengaruh Karakteristik ………. (Provita Wijayanti) 267
berdasarkan nilai entire sample estimate KPDA dengan nilai -0,11) tetapi tidak
siginfikan pada ( =0,05) yaitu (-1,6743 < -
1,96). Dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan bahwa penalitian ini tidak menerima hipotesis
alternatif kedua (H2). Hasil ini mengindikasikan auditor dengan
kecenderungan LC internal memilki kinerja
yang tinggi, tetapi tingkatan kinerja pada auditor BPKP tidak menjadi faktor penerimaan
perilaku disfungsioanal audit. Kondisi tersebut umum karena dilembaga sektor publik evaluasi
kinerja dengan sistem rewards tidak dilakukan dengan optimal, Sehingga tingkatan kinerja
tidak dapat menjadi indikator tinggi rendahnya
penerimaan perilaku disfungsional audit.
Hipotesis ketiga (H3) Hasil uji terhadap koefisien parameter antara
komitmen organisasional terhadap kinerja
pegawai menunjukkan ada pengaruh positif sebesar 25,6% (yaitu berdasarkan nilai entire sample estimate KOK dengan nilai 0,256)
dan signifikan pada ( =0,05) dengan nilai t-
statistik 2,2104. Nilai t-statistik diatas 1,96. Sedangkan pengaruh kinerja terhadap
penerimaan perilaku disfungsional audit (PDA)
adalah negatif sebesar 11% (yaitu berdasarkan nilai entire sample estimate KPDA dengan nilai -0,11) tetapi tidak
siginfikan pada ( =0,05) dengan nilai t-
statistik sebesar 1,6743 Nilai t-statistik dibawah -1,96. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa penelitian ini tidak menerima hipotesis
alternatif ketiga (H3) pada signifikansi 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan komitmen
tinggi berdampak pada kinerja yang tinggi, tetapi tinggi rendahnya kinerja tidak
berdampak pada tinggi rendahnya penerimaan perilaku disfungsioanal audit.
Hipotesis keempat (H4) Hasil uji terhadap koefisien parameter antara
locus of control terhadap turnover intention menunjukkan ada pengaruh positif sebesar
50,1% (yaitu berdasarkan nilai entire sample estimate LCTI dengan nilai 0,501) dan
signifikan pada ( =0,05) dengan nilai t-
statistik 8,983. Nilai t-statistik diatas 1,96. Sedangkan pengaruh turnover intention
terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit (PDA) adalah positif sebesar 47,6%
(yaitu berdasarkan nilai entire sample estimate TIPDA dengan nilai 0,476) dan siginfikan
pada ( =0,05) dengan nilai t-statistik sebesar
5,894. Nilai t-statistik diatas 1,96. Dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis
alternatif keempat (H4) diterima pada
signifikansi ( =0,05). Hasil ini sejalan dengan
penelitian Malone & Robert (1996) yaitu auditor dengan LC internal memliki turnover intention yang rendah dan cenderung memberikan toleransi yang rendah terhadap
perilaku disfungsioanal audit.
Hipotesis kelima (H5)
Hasil uji terhadap koefisien parameter antara kinerja pegawai terhadap turnover intention
menunjukkan ada pengaruh negatif sebesar
17,6 % (yaitu berdasarkan nilai entire sample estimate KTI dengan nilai -0,176) dan
signifikan pada ( =0,05) dengan nilai t-
statistik sebesar -3,3717. Nilai t-statistik diatas
-1,96. Sedangkan pengaruh turnover intention terhadap penerimaan perilaku disfungsional
audit (PDA) adalah positif sebesar 47,6%
(yaitu berdasarkan nilai entire sample estimate TIPDA dengan nilai 0,476) dan signfikan
pada ( =0,05) dengan nilai t-statistik sebesar
5,894. Dari hasil uji tersebut dapat
disimpulkan bahwa hipotesis alternatif kelima
(H5) diterima pada signifikansi ( =0,05). Hasil
ini menunjukkan auditor dengan kinerja
rendah akan melakukan penerimaan perilaku
disfungsional audit ketika ada keinginan untuk keluar dari instansi tempat auditor bekerja.
Hipotesis keenam (H6)
Hasil uji terhadap koefisien parameter antara
komitmen organisasional terhadap turnover intention menunjukkan ada pengaruh negatif
sebesar 27,3% (yaitu berdasarkan nilai entire sample estimate KOTI dengan nilai -0,273)
dan signifikan pada ( =0,05) dengan nilai t-
statistik -4.5974. Nilai t-statistik diatas -1,96.
Sedangkan pengaruh turnover intention terhadap penerimaan perilaku disfungsional
audit (PDA) adalah positif sebesar 47,6%
(yaitu berdasarkan nilai entire sample estimate TIPDA dengan nilai 0,476) dan siginfikan
pada ( =0,05) dengan nilai t-statistik sebesar
5,894. Dari hasil uji tersebut dapat
disimpulkan bahwa hipotesis alternatif keenam
(H6) diterima pada signifikansi ( =0,05). Hasil
ini menunjukkan tingginya komitmen organisasional akan meminimalkan keinginan
untuk pindah kerja yang akan berdampak pada rendahnya penerimaan perilaku
disfungsioanal audit.
Hipotesis ketujuh (H7)
Hasil uji terhadap koefisien parameter antara locus of control terhadap komitmen
organisasional menunjukkan ada pengaruh
268 JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 : 251-271
negatif sebesar 46,7% (yaitu berdasarkan nilai entire sample estimate LCKO dengan nilai -
0,467) dan signifikan pada ( =0,05) dengan
nilai t-statistik -7,2837. Nilai t-statistik diatas -1,96. Sedangkan pengaruh komitmen
organisasional terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit (PDA) adalah negatif
sebesar 12,6% (yaitu berdasarkan nilai entire sample estimate KOPDA dengan nilai -
0,126). Dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini tidak
menerima hipotesis alternatif ketujuh (H7)
pada signifikansi ( =0,05). Hasil penelitian ini
membuktikan auditor dengan lokus kendali
internal memiliki komitmen organisasi yang
tinggi tetapi tingkatan komitmen tidak bisa menjadi indikator tinggi rendahnya
penerimaan perilaku disfungsioanal audit. Hal tersebut disebabkan adanya standar prosedur
audit yang baku pada BPKP dan adanya sangsi yang tegas jika melanggar, sehingga auditor
cenderung bersikap menghindari hal-hal yang
akan merugikan diri sendiri.
KESIMPULAN Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa karekteristik personal auditor yang
bekerja di BPKP wilayah Jawa Tengah dan DIY yaitu locus of control berhubungan positif
terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit tetapi tidak signifikan dan secara konsep
teori, auditor pada BPKP sudah memenuhi kriteria ideal yaitu lokus kendali internal harus
dimiliki pada orang yang bekerja pada sebuah
lingkungan audit. (Hyatt & Prawitt, 2001) Berdasarkan hasil pengujian SEM
dengan alat bantu analisis Visual-PLS disimpulkan bahwa: (H1 diterima) konsisten
dengan penelitian Donelly et al. (2003) dan
tidak konsisten dengan penelitian Malone & Robert (1996) dan Maryanti (2005). (H2 dan
H3 ditolak), hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Donelly et al. (2003). (H4
diterima), hasil penelitian konsisten dengan
penelitian Donelly et al. (2003). (H5 diterima), hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
Donelly et al. (2003), Maryanti (2005), (H6 diterima), Hasil penelitian konsisten dengan
penelitian Aranya et al. (1982), Lachman & Aranya (1986) dalam Otley & Pierce (1996),
Mathiew dan Zajac (1990) dalam Donelly et al. (2003), Donelly et al. (2003) dan penelitian Maryanti (2005). (H7 ditolak) hasil penelitian
ini tidak konsisten dengan penelitian Otley & Pierce (1996) dan Maryanti (2005,dan
konsisten dengan penelitian Malone & Robert
(1996)
Keterbatasan
Peneliti menyadari adanya beberapa keterbatasan yang mungkin mempengaruhi
hasil penelitian ini, dan bisa diperbaiki oleh peneliti yang akan datang yaitu:
1. Lokasi penelitian yang digunakan adalah
BPKP perwakilan Jateng dan DIY, sehingga kesimpulan yang dihasilkan tidak
bisa men-generalisasi untuk auditor BPKP seluruh Indonesia. Penelitian yang akan
datang kemungkinan akan menunjukkan hasil yang berbeda jika diterapkan pada
auditor BPKP seluruh perwakilan di
Indonesia. 2. Penelitian ini menggunakan self rating
scale pada pengukuran kinerja sehingga menyebabkan kecenderungan para
responden mengukur kinerja mereka lebih
tinggi dari kinerja aktualnya.Penelitian mendatang diharapkan dapat
menggunakan ukuran kinerja yang lebih obyektif, misalnya menggunakan standar
penilaian kinerja yang sudah ada pada instansi tersebut.
Implikasi Praktis dan Saran Bagi BPKP diharapkan untuk dapat
mengetahui karakteristik personal auditor yang dapat menunjang kesuksesan personal
dan membawa kesuksesan bagi BPKP dalam
menjalankan fungsinya sebagai lembaga pengawasan terhadap lembaga pemerintah
dari tindak pidana korupsi, kolusi dan nepotisme. Langkah yang bisa dilaksanakan
oleh BPKP adalah melakukan seleksi pada saat
merekrut, memberikan program pelatihan dan pengembangan untuk peningkatan
profesionalisme auditor. Selain itu sangat penting bagi BPKP untuk menekankan pada
semua personel audit untuk bekerja secara profesional dengan memberikan prioritas yang
tinggi dalam evaluasi kinerja, kompensasi,
promosi dan keputusan untuk mempertahankan pegawai.
Saran untuk penelitian yang akan datang adalah :
1. Penelitian yang akan datang perlu untuk
menggunakan populasi yang lebih luas yaitu auditor BPKP seluruh perwakilan
Indonesia. Sehingga hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar pijakan untuk
evaluasi bagi instansi BPKP seluruh Indonesia untuk meminimalisir faktor
personal yang dapat mengurangi kualitas
audit. 2. Penelitian mendatang diharapkan dapat
menggunakan ukuran kinerja yang lebih
Pengaruh Karakteristik ………. (Provita Wijayanti) 269
obyektif, misalnya menggunakan standar
penilaian kinerja yang sudah ada pada instansi tersebut.
3. Penelitian mendatang hendaknya juga mengakomodasi variabel karakteristik
personal selain dari peneletian Donelly et al.(2003.Misalnya gender,dan komitmen profesional. (Rasch & Harrel, 1990;
Malone & Robert, 1996; Micheal & Eaton, 2003)
4. Penelitian mendatang hendaknya juga
mengakomodasi variabel yang berasal dari faktor eksternal/lingkuangan audit,
misalnya time budget pressure, Audit Firm Structure, quality control dan Review procedure, dan gaya kepemimpinan
(Malone & Robert, 1996; Otley & Pierce, 1996).
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Soekrisno. 1996. Auditing. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
Akers. M.D & Eaton. T.V. 2003. “Underreporting of Chargable Time : The Impact of Gender and Characteristics OF underreporters.” Journal of Managerial Issues 1.
Akhmad Samsul Ulum. 2005. Pengaruh Orientasi Etika Terhadap Hubungan Antara Time Pressure Dengan Perilaku Prematur Sign-Off Prosedur Audit. Jurnal Manajemen Akuntansi dan Sistem Informasi. Vol 5. No 2.
An Empirical Study of The Impact of Leadership Style.” Accounting, Organizations and Society 20.
Arens, Alvin, A and James, K.L.1995. Auditing An Integrated Approach, 4th ed. New Jersey : Prentice Hall, Inc.
Blau G.J. & Boal K.B. (1987), “Conceptualizing How Job Involvement and Organizational Commitment Affect Turnover and Absenteeism.” The Academy of Management Review. Vol 12. No 2.
Bluedorn, A.C. 1982, “A Unified Model of Turnover from Organizations”, Human Relations, Vol. 35 No.
2.
Brownell, P. 1981. Participation and Budgeting, Locus of Control and Organizational Effektiviness. The Accounting Review. Vol LVI (4).
Christina Sososutikno, 2003. “ Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dengan Perilaku Disfungsional
serta Pengaruhnya terhadap kualitas Audit. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya.
Donnely, David P., Jeffrey J. Q, and David O., 2003 ”Auditor Acceptance of Dysfunctional Audit Behavior : An Explanatory Model Using Auditors’ PersonalCharacteristics.” Behavior Research In Accounting : vol 15.
Ferdinand, A. 2004. Structural Equation Modeling (SEM) dalam penelitian Manajemen. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang.
Frucott, V, and Shearon, W.T. 1991. Budgetary Participation, Locus of Control, and Mexican Managerial Performance and Job Satisfaction. The Accounting Review. Vol 66. No 3.
Gable, M., and F. Dangello. 1994. “Locus of Control, Machiavellianism, and Managerial Job Performance.” Journal of Psychology 128.
Ghozali, I. 2006. “Partial Least Square (PLS)”. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Gibson et al. 1994. Organization Behaviour, Structure and Process, 8thEd.New York. Irwin Inc.
Hartman F.G.H. and Moers F. 1999. “Testing Contingency Hipotheses in Budgetary Research: an
Evaluation of The US Moderated Regression Analysis. Accounting: Organizations and Society 24.
Hyatt, T., and D. Prawitt. 2001. “Does Congruence Between Audit Structure and Auditors Locus of Control Affect Job Performance?.” The Accounting Review. 76.
Indonesia Terkorup Kelima Sedunia. 2007. [email protected]
270 JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 : 251-271
Ivan Aris Setiawan dan Imam Ghozali, 2006. Akuntansi Keperilakuan : Konsep dan Kajian Empiris
Perilaku Akuntan. BPFE UNDIP . Semarang.
Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis : Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman.
Yogyakarta : BPFE.
Keller, Robert T. (1984). The Role of Performance and Absenteeism in The Prediction Turnover.
Academy Of Management Journal. Vol 27 No.1.
Keller, Robert T. (1997). Job Involvement and Organizational Commitment as Longitudinal Predictor of Job Performance : A Study of Scientists and Engineers. Journal of Applied Psychology. Vol
82. No 4.
Kelley, T., and L. Margheim. 1990. “The Impact of Time Budget Pressure, Personality,and Leadership
Variables on Dysfunctional Auditor Behavior.” Auditing: A Journal of Practice & Theory 9.
Lee, R.T. and Ashforth, B.E. 1993, “A further examination of managerial burnout: toward an
integrated model”, Journal of Organizational Behavior, Vol. 14 No. 1.
Malone, C.F, and R.W Robberts. 1996. “Factors Associated With The Incidence of Reduced Audit Quality Behaviors.” Auditing: A Journal of Practice and Theory 15.
Mardiasmo. 2000. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Maryanti, P. 2005. “Analisis Penerimaan Auditor atas Disfungsional Audit Behavior: Pendekatan
Karakteristik Personal Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa)”. Jurnal Manajemen Akuntansi dan Sistem Informasi. Vol 5. (2).
McDaniel, L.S. 1990. The Effects of Time Pressure and Audit Program Structure on Audit
Performance. Journal of Accounting Research.
Noury, H., and R. Parker. 1998. “The Relationship Between Budget Participation and JobPerformance:
The Roles of Budget Adequacy and Organizational Commitment.”Accounting: Organizations and Society 23.
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 1999. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Pertama. BPFE.
Yogyakarta.
Otley, D., and B.Pierce. 1995. “The Control Problem in Public Accounting Firms:
Otley, D., and B.Pierce. 1996. “ The Operation Of Control Systems in Large Audit Firms.” Auditing: A Journal of Practice and Theory 15 (2).
Rahman, Arif. 1999. “Auditing Forensik dan Kontribusi Akuntansi dalam Pemberantsan Korupsi”.
Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. Vol 3.(1).
Randall, D. 1990. “The Consequences of Organizational Commitment : Methodological Investigation”.
Journal of Organizational Behavior 11.
Rash R.H. and Harrel A. 1990. “The Impact of Personal Characteristic on The Turrnover Behavior of
Accounting Proffessional”. Auditing: A Journal of Practice and Theory 9 (2).
Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Organisasi. (judul asli: Organizational Behavior 9th edition) jilid 1 dan 2. Penerjemah Tim Indeks. Jakarta: PT. Indeks, Gramedia Grup 2003. Organizational Behavior, 10th edition. New Jersey :PrenticeHall, Inc.
Salemba Empat.
Scandura, T.A. and Viator, R.E. 1994. Mentoring in public accounting firm: an analysis mentor-protégé relationship, mentorship function and protégé turnover intention, Accounting, Organization and Society, vol. 19, no. 9.
Shapeero M. Koh H.C. Killaugh L.N. 2003. “Underreporting and Prematur Sign Off in Public Accounting”. Managerial and Auditing Journal 18.
Sindo, 17 Maret 2007. “Peringkat Korupsi Indonesia.” Koran Seputar Indonesia.
Pengaruh Karakteristik ………. (Provita Wijayanti) 271
Soobaroyen, Teeroven dan Chelven Chengabroyan. 2005. Auditors’ Perception of Time Budget
Pressure, Premature Sign Offs and Under-reporting of Chargeable Time : Evidence from a Developing Country [On-line] http : //www.aber.ac.uk.
St. Vena P. 2006. “Sifat Mechavelian dan Pertimbangan Etis : Anteseden Independensi dan Perilaku Etis Auditor. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.
Suryanita W. Dodi S dan Hanung T. 2006.” Penghentian Prematur atas Prosedur Audit”. Simposium Nasional Akuntansi 9 . Padang.
Tett, R.P. and Meyer, J.P. 1993, “Job Satisfaction, Organizational Commitment, Turnover Intention,
And Turnover: Path Analyses Based on Meta-Analytic Findings”, Personnel Psychology, Vol. 46 No. 2.
Visi dan Misi BPKP. 2007, www.bpkp.co.id