Upload
carlsen
View
41
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Semoga bs membantu
Citation preview
PENGARUH IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI PEMERINTAH KOTA SURABAYA TERHADAP KEPUASAN
KOMUNIKASI PEGAWAI
Oleh :
Carlsen Permadi (NRP : 1423012166)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
SURABAYA
2015
Konsentrasi : Korporasi
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Iklim komunikasi organisasi memiliki pengaruh terhadap
kepuasan komunikasi. Hal ini diutarakan oleh Ruliana (Ruliana,
2014), bahwa iklim komunikasi jelas memiliki keterkaitan atau
pengaruh dengan persepsi bagaimana baiknya aktivitas komunikasi
dari suatu organisasi akan memuaskan tuntutan pribadi.
Komunikasi organisasi merupakan korelasi antara ilmu
komunikasi dengan organisasi. Menurut R. Wayne Pace dan Don F.
Faules yang telah dialihbahasakan oleh Mulyana (2001: 31-32),
komunikasi organisasi merupakan pertunjukan dan penafsiran suatu
pesan yang melibatkan antara unit-unit komunikasi dalam suatu
organisasi, seperti pimpinan organisasi, manajer dan karyawan pada
posisi atau jabatan yang beragam. (Ruliana, Poppy. 2014. Komunikasi
Organisasi: Teori dan Studi Kasus. hlm 17-18. Depok: PT
Rajagrafindo Persada). Dalam praktiknya, posisi dalam sebuah jabatan
tentu akan menentukan bentukan komunikasi terhadap jabatan yang
lain. Komunikasi akan menjadi hal yang sangat vital terhadap
keberlangsungan iklim organisasi dalam suatu perusahaan atau
korporasi. Sebagaimana sebuah komunikasi, menurut Goldhaber
(1993: 14-15), komunikasi organisasi melibatkan pesan dan saluran,
tujuan, arah, dan media. Kemudian, komunikasi dalam sebuah
1
organisasi juga melibatkan orang-orang dan sikap mereka, serta
perasaan, hubungan, dan keterampilan yang dimiliki. Dengan kata
lain, Golhaber ingin menyampaikan bahwa komunikasi organisasi
adalah sebuah proses menciptakan dan saling menukar pesan antar
individu dalam satu sistem atau jaringan hubungan yang saling
bergantung guna untuk mengatasi sebuah permasalahan atau
perubahan lingkungan yang tidak pasti. (Ruliana, Poppy. 2014.
Komunikasi Organisasi: Teori dan Studi Kasus. hlm 20. Depok: PT
Rajagrafindo Persada).
Adapun tujuan daripada komunikasi organisasi adalah untuk
memudahkan, melaksanakan atau melancarkan jalannya suatu
organisasi. Koontz (Moekijat, 1993: 15-16) mengutarakan bahwa
dalam arti yang lebih luas, tujuan daripada komunikasi organisasi
adalah untuk mengadakan perubahan dan untuk mempengaruhi
sebuah tindakan mengarah kepada kesejahteraan perusahaan.
Komunikasi menjadi sangat penting secara internal sebab bilamana
tujuan daripada komunikasi organisasi adalah untuk menyatakan
pemikiran, pandangan, dan pendapat dalam rupa informasi yang
terkadang cukup abstrak untuk dipahami, menurut Harold Koontz
(Moekijat, 1993: 15-16) komunikasi dapat menyatukan berbagai
fungsi dalam manajerial serta komunikasi diperlukan untuk
menentukan dan menyebarkan tujuan perusahaan, mengembangkan
rencana agar tujuan perusahaan dapat tercapai sembari mengatur
2
sumber daya manusia dan sumber daya lainnya secara efektif dan
efisien, kemudian memilih, mengembangkan, dan menilai anggota
organisasi, termasuk untuk memimpin, mengarahkan, memotivasi, dan
menciptakan suasana yang kondusif sehingga masing-masing individu
organsisai dapat memberikan suatu sumbangsih bagi perusahaan atau
organsisasi dan komunikasi pun diperlukan untuk mengawasi
pelaksanaan pekerjaan. Tanpa adanya komunikasi, maka fungsi
manajerial tidak dapat dikomunikasikan dengan baik sehingga
karyawan atau anggota organisasi tidak dapat mengetahui kebijakan
apa yang telah diambil oleh top manajemen yakni para pemimpin
organisasi.
Iklim organisasi dan iklim komunikasi memiliki hubungan yang
erat, karena iklim organisasi dan iklim komunikasi tidak dapat
dipisahkan. Tanpa adanya iklim komunikasi yang kondusif dalam
sebuah iklim organisasi, maka proses organisasi tidak akan dapat
berjalan dengan efektif dan efisien. Pada dasarnya, kata ‘iklim’ adalah
sebuah kata kiasan atau metafora yang artinya diterapkan pada situasi
yang berbeda dengan tujuan menyatakan suatu kemiripan. Menurut
Sackman (2006: 147), iklim adalah sebuah kiasan yang dapat
memberikan sebuah gambaran yang gamblang pada tingkat kognitif,
emosional, perilaku, dan menyatakan suatu bagian tertentu pada
tindakan tanpa menetapkan perilaku sebenarnya. (Ruliana, Poppy.
2014. Komunikasi Organisasi: Teori dan Studi Kasus. hlm 151.
3
Depok: PT Rajagrafindo Persada). Dengan kata lain, iklim komunikasi
maupun iklim organisasi berperan penting untuk mengaitkan konsep,
perasaan, dan harapan dari anggota organisasi dan membantu pula
dalam menjelaskan perilaku anggota organisasi. Hal ini dikukuhkan
pula oleh pernyataan Redding (Pace dan Faules, 2006: 148) yaitu
iklim organisasi jauh lebih penting daripada keterampilan atau teknik
komunikasi yang hanya berfokus pada menciptakan suatu organisasi
yang efektif. Taiguri (1989: 43) pun mengatakan bahwa iklim
organisasi merupakan kualitas lingkungan internal organisasi yang
secara realatif terus berlangsung dan dialami oleh anggota organisasi
serta berdampak pada perilaku mereka serta dapat diintepretasikan
dalam satu set karakteristik tertentu dari lingkungan. ((Ruliana,
Poppy. 2014. Komunikasi Organisasi: Teori dan Studi Kasus. hlm
152. Depok: PT Rajagrafindo Persada).
Iklim komunikasi memiliki pengertian serta pemahaman yang
tidak jauh berbeda dengan definisi fungsional serta operasional iklim
organisasi oleh karena mereka adalah satu kesatuan fungsi dan saling
berkaitan. Menurut Hillreiger dan Slocum (Jablin, 1987), iklim
komunikasi organisasi adalah suatu set atribut organisasi, yang
menyebabkan bagaimana berjalannya subsistem organisasi terhadap
anggota dan lingkungannya. (Ruliana, Poppy. 2014. Komunikasi
Organisasi: Teori dan Studi Kasus. hlm 159. Depok: PT Rajagrafindo
Persada). Iklim dipandang sebagai suatu kualitas pengalaman yang
4
subjektif, berdasarkan pada persepsi masing-masing karakter individu
organisasi tersebut. Sebagaimana sebuah kehidupan sosial, iklim pun
dapat terus berkembang dan sangat dinamis. Perkembangan
diakibatkan dari adanya interaksi antara sifat suatu organisasi dengan
persepsi individu terhadap sifat organisasi tersebut. Bagi Pace dan
Faules (2005, 147), iklim komunikasi organisasi dapat berarti suatu
citra makrol, abstrak dan gabungan dari fenomena global yang disebut
komunikasi organisasi.
Iklim komunikasi organisasi sangatlah penting dalam sebuah
organisasi sebab akan memberikan pengaruh terhadap bagaimana
anggota organisasi berperilaku, berkomunikasi, bekerja hingga cara
penyesuaian diri terhadap organisasi. Redding (Goldhaber, 1994: 66)
menyatakan bahwa iklim komunikasi organisasi jauh lebih penting
daripada keterampilan maupun teknik komunikasi yang semata-mata
hanya untuk menciptakan suatu komunikasi organisasi yang positif.
Pentingnya iklim komunikasi organisasi karena dapat mengaitkan
konteks organisasi dengan konsep maupun perasaan serta harapan dari
anggota organisasi, selain itu dapat membantu untuk lebih memahami
apa yang mendorong anggota organisasi dalam bersikap, berperan
dalam keutuhan suatu budaya (organisasi) serta membantu dalam
proses perkembangannya dan menjadi jembatan bagi praktik
pengelolaan sumber daya manusia dengan produktivitas, dengan kata
lain meningkatkan kinerja. Bagaimanapun juga iklim komunikasi
5
dapat membantu anggota organisasi dalam mengupayakan
penyelesaian tanggung jawab.
Berkaitan dengan variabel kepuasan komunikasi, menurut
Redding (Muhamad, 2005: 87), kepuasan komunikasi adalah semua
tingkat kepuasan seorang karyawan dalam mempersepsi lingkungan
komunikasi secara keseluruhan. Pengertiannya adalah menunjukkan
bagaimana baiknya informasi yang tersedia memenuhi persyaratan
permintaan anggota organisasi akan tuntutan bagi informasi, dari siapa
datangnya, media penyebarluasan, bagaimanakah informasi itu dapat
diterima, diproses dan akhirnya apakah informasi tersebut direspon
oleh individu yang menjadi sasaran informasi tersebut. Dengan kata
lain kepuasan komunikasi adalah satu fungsi dari apa yang seseorang
peroleh dengan apa yang dia harapkan dan kepuasan komunikasi tidak
terikat oleh efektivitas sebuah pesan. Menariknya adalah kepuasan
komunikasi dapat diperoleh sekalipun hanya memenuhi satu
persyaratan dan tidak efektif menurut standar tertentu. Menjadi sebuah
permasalahan adalah karena kepuasan menggambarkan suatu konsep
mikro (individu) sedangkan iklim merupakan konsep makro dan
konsep gabungan, kepuasan atas komunikasi kadang dikacaukan oleh
iklim komunikasi. Menurut Pace dan Faules (2006: 162-163), alasan
mengapa hal tersebut dapat terjadi karena fungsi dari bagaimana
kepuasan terhadapt komunikasi dalam organisasi adalah mikro dan
iklim adalah makro. Dikukuhkan pula oleh pernyataan Schneider
6
(2006: 167), kepuasan menggambarkan evaluasi atas suatu keadaan
internal afektif, sedangkan iklim merupakan deskripsi dari kondisi
eksternal suatu individu. (Ruliana, Poppy. 2014. Komunikasi
Organisasi: Teori dan Studi Kasus. hlm 164. Depok: PT Rajagrafindo
Persada). Iklim terdiri atas gabungan fenomena global yang
didalamnya terdapat komunikasi atau organisasi dan kepuasan
menggambarkan reaksi afektif individu terhadap hasil yang diinginkan
yang berasal dari komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi.
Penulis ingin melihat bagaimanakah pengaruh iklim komunikasi
organisasi di Pemerintah Kota Surabaya terhadap kepuasan
komunikasi pegawai. Pemerintah Kota Surabaya merupakan sebuah
organisasi publik yang jelas berbeda dengan organisasi milik swasta.
Hal ini dikarenakan organisasi yang melayani publik tentu akan
mendahulukan kepentingan serta kepuasan publik melalui pelayanan
dan kemudahan yang diberikan. Dengan kata lain organisasi publik
memiliki tanggung jawab sosial yang sangat tinggi. Pemerintah Kota
Surabaya sebagai organisasi publik tentu dituntut untuk memberikan
pelayana yang baik guna memberikan kepuasan kepada publik
Surabaya. Oleh karena itu diperlukan kinerja yang baik dari anggota
organisasi yakni para pegawai yang bekerja di Pemerintah Kota
Surabaya. Menurut Navi O’Reilly (Ruliana, Poppy. 2014.
Komunikasi Organisasi: Teori dan Studi Kasus. hlm 143. Depok: PT
Rajagrafindo Persada), terdapat hubungan yang sangat erat antara
7
kuantitas serta kualitas komunikasi dengan kinerja organisasi. Istilah
kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance
yang berarti prestasi kerja, dimana seorang karyawan atau anggota
organisasi dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik.
Komunikasi menjadi hal yang sangat penting dalam sebuah organisasi
sebab komunikasi merupakan kebutuhan primer organisasi yang
berperan penting dalam suatu sistem pengendalian organisasi yang
pada hakikatnya menjadi salah satu faktor penunjang efektivitas
pencapaian tujuan organisasi melalui kinerja pegawai atau anggota
organisasi sehingga memperoleh kepuasan komunikasi dalam
organisasi tersebut. Menurut Ketih Davis (Ruliana, Poppy. 2014.
Komunikasi Organisasi: Teori dan Studi Kasus. hlm 149. Depok: PT
Rajagrafindo Persada), suatu organisasi tidak akan eksis tanpa adanya
komunikasi.
Dalam kinerjanya, Pemerintah Kota Surabaya telah meraih
beberapa penghargaan berskala internasional, seperti yang dilansirkan
oleh Suarasurabaya.net, antara lain penghargaan Socrates Award
yakni sebuah penghargaan bagi manajemen kota Surabaya yang telah
mengalami banyak kemajuan, kemudian penghargaan The 2013 Asian
Townscape Sector Award yang diserahkan di Jepang pada 26
November 2013, penghargaan Future Gov Award 2013, yang
diserahkan di Laguna Phuket, Thailand pada 25 Oktober 2013 serta
penghargaan lain seperti Aga Khan Award for Architecture dan Japan
8
Housing Associations-IYSH Matsushita Award (1988). (sumber dari :
http://www.suarasurabaya.net/fokus/200/2014/133934-Prestasi-
Surabaya-yang-Mendunia, diakses pada tanggal 21 Maret 2015 pukul
21.28 WIB). Serangkaian penghargaan yang diperoleh merupakan
bentuk daripada kinerja yang baik oleh pemerintah Kota Surabaya.
Kinerja yang baik tentu berkaitan erat dengan bagaimanakah kepuasan
komunikasi antara pegawai sehingga informasi dapat tersampaikan
dengan baik sesuai dengan standar yang ada sebab menurut Mitchell
(Sedarmayanti, 2001) komunikasi adalah salah satu aspek yang dapat
mempengaruhi kinerja yang dihasilkan oleh pegawai, lebih jelas lagi
adalah komunikasi baik yang bersifat vertikal maupun horizontal.
Dalam olah komunikasi, para pemimpin menggunakan media sosial
untuk berbagi informasi kepada pegawainya, disampaikan oleh Ibu
Puri selaku Pimpinan Redaksi Majalah Gapura. Terdapat banyak
sekali alat bagi pegawai pemerintah Kota Surabaya dalam
meningkatkan kualitas pekerjaan yang dimiliki oleh pegawai tersebut.
Dengan kata lain, segala sesuatu yang dikomunikasikan dengan baik
dapat menghasilkan sesuatu yang baik, termasuk dalam kepuasan
komunikasi bila diraih dan dirasakan oleh pegawai tentu dapat
menghasilkan kinerja yang baik dan kesemuanya itu akibat dari
pengaruh iklim komunikasi organisasi di dalam tubuh organisasi
tersebut, yakni Pemerintah Kota Surabaya.
9
Dalam praktiknya, terdapat beberapa faktor yang membentuk
iklim organisasi dalam tubuh Pemerintah Kota Surabaya, menurut
Liliweri (2014), yaitu faktor internal dan ekstenal. Bilamana faktor
eksternal lebih kepada pendidikan, perundang-undangan, industri dan
sebagainya yang mempengaruhi iklim di Pemerintah Kota Surabaya,
faktor internal berbicara mengenai apa yang menjadi visi, misi dan
struktur organisasi yang akan memberikan dampak terhadap
keberlangsungan iklim komunikasi organisasi di Pemerintah Kota
Surabaya.
Adapula struktur organisasi dalam Pemerintah Kota Surabaya
telah dilampirkan.
Iklim komunikasi organisasi akan memberikan pengaruh kepada
bagaimana kepuasan komunikasi dalam tubuh organisasi sebab tanpa
adanya komunikasi, tentu tidak akan dicapai prestasi yang dapat
membanggakan kota Surabaya, oleh karena itu, penulis ingin
mengetahui Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi Pemerintah Kota
Surabaya terhadap Kepuasan Komunikasi Pegawai.
I.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan ini adalah bagaimana pengaruh
iklim komunikasi organisasi pemerintah Kota Surabaya terhadap
kepuasan komunikasi pegawai ?
10
I.3. Tujuan Penulisan
Tujuan dari diadakannya penulisan ini karena penulis ingin
memahami tentang pengaruh iklim komunikasi organisasi pemerintah
Kota Surabaya terhadap kepuasan komunikasi pegawai.
I.4. Batasan Masalah
Berikut adalah batasan dari penulisan Pengaruh Iklim
Komunikasi Organisasi Pemerintah Kota Surabaya Terhadap
Kepuasan Komunikasi Pegawai, antara lain :
1. Subjek Penelitian: Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi
Pemerintah Kota Surabaya
2. Objek Penelitian: Pegawai Pemerintah Kota Surabaya
3. Waktu: Bulan Juni
4. Lokasi Penelitian: Jl. Jimerto 25-27, Surabaya
I.5. Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk
menambah khasanah penelitian ilmu komunikasi terkhususnya
dalam iklim komunikasi organisasi dan pengaruhnya terhadap
kepuasan komunikasi pegawai di Pemerintah Kota Surabaya.
Selain itu, penelitian ini dapat menjadi literatur bagi peneliti
11
berikutnya saat hendak memperdalam penelitian mengenai iklim
komunikasi organisasi dan pengaruhnya terhadap kepuasan
komunikasi di Pemerintah Kota Surabaya.
1.5.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat menjadi
acuan bagi Pemerintah Kota Surabaya untuk mengoptimalkan
komunikasi organisasi di jajaran divisi atau departemen di
Pemerintahan Kota Surabaya. Penulis berharap penelitian ini
dapat menambah wawasan kepada publik internal Pemerintah
Kota Surabaya berkaitan dengan iklim komunikasi organisasi
dan pengaruhnya terhadap kepuasan komunikasi pegawai atau
anggota organisasi.
12
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Kerangka Teori
2.1.1 Komunikasi
Menurut Ruliana (2014: 2), komunikasi berasal dari
bahasa Inggris, yaitu communication yang berasal dari kata Latin,
communication dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.
Menurut Carl I. Hovland (dalam Ruliana, 2014: 2), komunikasi adalah
upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas
penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.
Terdapat beberapa konsep komunikasi, sebagai berikut:
1. Komunikasi Linier
Harold D. Laswell memiliki paradigma atas pengertian
komunikasi, yaitu dalam sebuah struktur komunikasi terdapat, who,
says what, in which channel, to whom dan what effect. Bilamana
dijabarkan secara kontekstual, maka paradigm Lasswel meliputi:
a. Who (communicator, source, sender)
b. Says What (message)
c. In Which Channel (channel, media)
d. To Whom (communicant, communicate, receiver, recipient)
e. Effect (effect, impact, influence)
2. Komunikasi Interaksional
13
Joseph DeVito (dalam Ruliana, 2014: 3) mengemukakan bahwa
komunikasi mengacu pada tindakan satu orang atau lebih yang
mengirim dan menerima pesan, terjadi dalam suatu konteks
tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk
melakukan umpan balik yang dipengaruhi oleh lingkungan di mana
komunikasi itu terjadi.
3. Komunikasi Transaksional
DeVito (dalam Ruliana, 2014: 153) mengemukakan bahwa
komunikasi adalah transaksi, maksudnya adalah komunikasi
merupakan proses, bahwa komponen komunikasi akan saling
terkait dan bahwa para komunikator bereaksi dan bereaksi sebagai
suatu kesatuan atau keseluruhan. Mulyana (2012) juga menyatakan
bahwa komunikasi transaksional adalah suatu proses personal
karena makna atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya
bersifat pribadi.
2.1.2 Komunikasi Organisasi
R. Wayne Pace dan Don F. Faules mengemukakan
definisi fungsional dari komunikasi organisasi sebagai pertunjukan
dan penafsiran pesan di antara unit komunikasi yang merupakan
bagian dari suatu organisasi1. Unit komunikasi yang dimaksud oleh
1 Ruliana, Poppy. 2014. Komunikasi Organisasi: Teori dan Studi Kasus. hlm 18. Depok: PT Grafindo Persada
14
Wayne dan Faules adalah orang-orang yang memiliki jabatan dalam
organisasi tersebut.
Goldhaber (1993)2, mengemukakan pendapat
berkaitan dengan komunikasi organisasi bahwa dalam sebuah
organisasi, komunikasi dapat didefinisikan serta dipersepsikan dari
beberapa perspektif, seperti :
1. Komunikasi organisasi terjadi dalam sebuah sistem yang terbuka,
kompleks serta dipengaruhi oleh lingkungannya, baik secara
eksternal maupun internal (budaya).
2. Komunikasi organisasi melibatkan pesan, saluran, tujuan, arah, dan
media.
3. Komunikasi organisasi melibatkan orang-orang beserta dengan
sikap, perasaan, hubungan, dan keterampilan mereka.
4. Komunikasi organisasi adalah sebuah proses untuk menciptakan
dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang
saling bergantung satu dengan yang lain guna untuk mengatasi
ketidakpastian dari suatu lingkungan yang selalu berubah-ubah.
Liliweri (2014)3 mengemukakan pendapatnya bahwa
terdapat fungsi umum dan khusus dari komunikasi organisasi,
antara lain:
1. Fungsi Umum
2 Ibid3 Ibid. hlm 26
15
a. Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan atau memberikan
informasi kepada individu maupun kelompok mengenai
pelaksanaan suatu pekerjaan yang disesuaikan dengan
kompetensinya.
b. Komunikasi berfungsi untuk menjual gagasan dan ide, pendapat
serta fakta. Hal ini termasuk dengan menjual sikap organisasi
serta sikap tentang sesuatu yang merupakan subjek layanan.
c. Komunikasi berfungsi untuk meningkatkan kemampuan para
karyawan, agar mereka dapat belajar dari orang lain (internal).
d. Komunikasi berfungsi untuk menentukan apa dan bagaimana
organisasi membagi pekerjaan atau siapa yang menjadi atasan
dan siapa yang menjadi bawahan, dan besaran kekuasan dan
kewenangan, serta menentukan bagaimana menangani sejumlah
orang, pemanfaatan sumber daya manusia, dan mengalokasikan
manusia, mesin, dan sumber daya yang lain dalam sebuah
organisasi.
2. Fungsi Khusus
a. Membuat para karyawan melibatkan diri ke dalam isu-isu
organisasi lalu menerjemahkannya ke dalam tindakan tertentu di
bawah komando atau perintah.
b. Membuat karyawan untuk menciptkana dan menangani relasi
antara karyawan untuk meningkatkan produk organisasi.
16
c. Membuat karyawan memiliki kemampuan untuk menangani dan
mengambil keputusan-keputusan dalam suasana yang ambigu
atau tidak pasti.
Terdapat beberapa dimensi komunikasi internal dalam
sebuah komunikasi organisasi menurut Lawrence D. Brennan
(2005)4, yakni:
1. Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal adalah komunikasi yang berlangsung dari atas
ke bawah (downward communication) dan dari bawah ke atas
(upward communication) atau komunikasi dari pimpinan ke
bawahan dan dari bawahan ke pimpinan secara timbal balik (two
way traffic communication).
2. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal adalah komunikasi yang berlangsung di
antara para karyawan atau bagian yang memiliki kedudukan yang
setara.
3. Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal lintas saluran (cross communication) adalah
komunikasi antara pimpinan seksi dengan karyawan seksi lain.
Menurut Fayol (1916), komunikasi lintas-saluran merupakan hal
yang pantas dan perlu ada terutama bagi karyawan tingkat lebih
rendah dalam suatu saluran.
4 Ibid. hlm 94
17
2.1.3 Iklim Komunikasi Organisasi
Iklim organisasi menurut Stinger (2007) adalah
sebagai koleksi dan pola lingkungan yang menentukan munculnya
motivasi serta berfokus pada persepsi yang masuk akal atau dapat
dinilai, sehingga mempunyai pengaruh langsung terhadap kinerja
anggota organisasi. Dengan kata lain iklim organisasi berkaitan
dengan psikologis internal anggota organisasi, menurut Luthans
(2004). Iklim komunikasi organisasi sangatlah penting sebab dapat
mengaitkan konsep, harapan dan membantu dalam menjelaskan
perilaku anggota organisasi. Redding (dalam Ruliana, 2014: 152)
menyatakan bahwa iklim komunikasi organisasi jauh lebih penting
daripada keterampilan atau teknik-teknik komunikasi semata-mata
untuk menciptakan suatu organisasi yang efektif.
Menurut Steve Kelneer (dalam Ruliana, 2014: 153)
terdapat beberapa dimensi iklim (komunikasi) organisasi, yakni :
1. Flexibility conformity merupakan kondisi organisasi yang
memberikan keleluasaan bertindak bagi karyawan serta melakukan
penyesuaian diri terhadap tugas-tugas yang diberikan.
2. Responsibility berkaitan dengan perasaan karyawan mengenai
pelaksaan tugas atau tanggun jawab yang telah dibebankan.
18
3. Standards berkaitan dengan perasaan karyawan tentang kondisi
organisasi di mana manajemen memberikan perhatian kepada
pelaksanaan tugas dengan baik.
4. Reward berkaitan dengan perasaan karyawan tentang penghargaan
dan pengakuan atas pekerjaan yang baik.
5. Clarity berkaitan dengan perasaan karyawan bahwa mereka
mengetahui apa yang diharapkan dari mereka berkaitan dengan
pekerjaan, peranan, dan tujuan organisasi.
6. Tema Commitmen berkaitan dengan perasaan karyawan mengenai
perasaan bangga mereka memiliki organisasi dan kesediaan untuk
berusahan lebih saat dibutuhkan.
Menurut Liliweri (dalam Ruliana, 2014: 153-155),
terdapat dua faktor, yaitu faktor lingkungan organisasi internal dan
eksternal yang membentuk iklim (komunikasi) organisasi, sebagai
berikut:
1. Lingkungan Organisasi Eksternal
Terdapat beberapa faktor berkaitan dengan eksternal organisasi,
yakni lingkungan alam, fisik, perundang-undangan, pemerintah
pusat, dan sebagainya.
2. Lingkungan Organisasi Internal
Lingkungan Organisasi internal berkaitan dnegan visi, misi,
strategi, struktur organisasi, ukuran, teknologi, sumber daya
manusia, syarat-syarat pekerjaan, keterampilan, dan kemampuan
19
individu, perilaku kepemimpinan, budaya praktik manajemen, serta
kebutuhan individu
a. Visi organisasi merupakan pernyataan tujuan ke mana organisasi
akan diarahkan, lebih berhasil, atau lebih diinginkan sesuai
dengan kondisi sekarang.
b. Misi merupakan penjabaran dari visi dan merupakan gambaran
ringkas mengenai apa yang akan dilaksanakan sehubungan
dengan rumusan visi.
c. Struktur organisasi adalah alokasi formal dari peran/kerja
organisasi, mekanisme administratif untuk mengawasi dan
mengintegrasikan aktivitas organisasi termasuk seluruh aktivitas
organisasi yang melintas batas formal.
d. Ukuran organisasi merupakan konfigurasi yang menerangkan
jumlah atau banyaknya satuan kerja yang diawasi dan
berpengaruh terhadap pola-pola interaksi.
e. Teknologi dan sumber daya adalah semua bentuk metode dan
teknik baik material maupun nonmaterial yang digunakan untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja organisasi.
f. Syarat-syarat pekerjaan adalah bentuk formalisasi yang
menerangkan sejauhmana pengaturan hubungan antara
organisasi dari atas ke bawah, dari bawah ke atas, atau
hubungan horizontal dan juga pengaturan job design.
20
g. Keterampilan dan kemampuan individu berkaitan dengan
pengetahuan dan praktis teknis dari setiap pekerjaan untuk
melaksanakan tugas yang dipercayakan kepada karyawan.
h. Perilaku kepemimpinan individu adalah semua karakteristik
pemimpin yang menggambarkan tidak hanya tindakan, tetapi
latar belakang dari tindakan.
i. Budaya organisasi adalah pola-pola perilaku, keyakinan, dan
perilaku yang timbul dari bentuk interaksi sosial dan tindakan
sosial.
j. Praktik manajemen merupakan keseluruhan pelaksanaan fungsi
organisasi dan manajemen.
Menurut Hillreiger dan Slocum (dalam Ruliana, 2014:
159), iklim komunikasi organisasi merupakan suatu set atribut
organisasi, yang menyebabkan bagaimana berjalannya subsistem
organisasi terhadap anggota dan lingkungannya. Lebih jauh lagi,
Redding (dalam Ruliana, 2014: 159) pun menyatakan bahwa iklim
komunikasi organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat
dalam organisasi yang berperan untuk menunjukkan kepada
anggota organisasi bahwa :
1. Organisasi mempercayai mereka dan memberi mereka kebebasan
dalam mengambil resiko.
21
2. Mendorong mereka dan memberi mereka tanggung jawab dalam
mengerjakan tugas-tugas mereka dan menyediakan informasi yang
terbuka dan cukup tentang organisasi.
3. Mendengarkan dengan penuh perhatian serta memperoleh
informasi yang dapat dipercayai dan terus terang dari anggota
organisasi.
4. Secara aktif memberikan penyuluhan kepada anggota organisasi
sehingga mereka dapat melihat dan menyadari bahwa mereka
terlibat dalam berbagai penarikan keputusan dalam organisasi.
Menurut Pace dan Faules (Ruliana, 2014: 165), iklim
komunikasi organisasi dapat diukur berdasarkan kepercayaan,
pembuatan keputusan partisipatif, kejujuran, keterbukaan dalam
komunikasi, mendengarkan dalam komunikasi ke atas serta
memikirkan tujuan berkinerja tinggi.
2.1.4 Komunikasi Internal
Menurut Lawrence D. Brennan (dalam Ruliana, 2014:
94), komunikasi internal sebagai pertukaran gagasan di antara para
administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan atau
organisasi guna terwujudnya tujuan perusahaan dengan strukturnya
yang khas dan pertukaran gagasan itu berlangsung secara
horizontal dan vertikal dalam perusahaan yang menyebabkan
22
pekerjaan berlangsung. Terdapat beberapa bentuk komunikasi,
sebagai berikut:
1. Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal adalah komunikasi yang berlangsung dari
atas ke bawah (downward communication) dan dari bawah ke
atas (upward communication) atau komunikasi dari pimpinan ke
bawahan dan sebaliknya (two way communication).
Menurut Katz dan Kahn (2000), terdapat lima jenis tipe khusus
komunikasi downward, sebagai berikut:
a. Job instruction atau instruksi kerja yang merujuk pada
penyelesaian tugas
b. Job rationale atau rasio kerja yang akan menghasilkan
pemahaman terhadap tugas dan hubungan dengan peraturan
yang lain
c. Procedure and practice atau prosedur dan pelaksanaan di
mana berkaitan dengan kebijakan, aturan serta regulasi yang
ada
d. Feedback atau umpan balik yang berkaitan dengan
komunikasi yang menghargai tentang bagaimana individu
melaksanakan tugasnya dengan baik.
e. Indoctrinations of goals atau doktrin atas tujuan, yakni
komunikasi yang dirancang dengna karakter ideology yang
23
memberikan motivasi karyawan tentang pentingnya suatu
misi organisasi secara keseluruhan.
Sedangkan empat tipe khusus daripada upward
communication, sebagai berikut:
a. Informasi tentang sikap pekerja, moral dan efisiensi yang
berhubungan dengan kebijakan, perencanaan dan
permasalahan.
b. Pengembangan yang signifikan dalam unit kerja departemen
c. Kesalahan hyang menurunkan efisiensi
d. Masalah tidak diketahui cara penyelesaiannya oleh pekerja
2. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal adalah tindakan komunikasi yang
berlangsung di antara karyawan atau bagian yang memiliki
kedudukan yang setara. Fungsi daripada komunikasi horizontal
adalah untuk memperbaiki koordinasi tugas, upaya pemecahan
masalah, saling berbagi informasi, upaya pemecahan konflik,
dan membina hubungan melalui kegiatan bersama. Adapula
bentukan media atau saluran komunikasi horizontal, seperti
rapat komisi, interaksi pribadi, memo, dan lain sebagainya baik
secara formal maupun informal.
3. Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal adalah komunikasi antara pimpinan seksi
dengan dengan karyawan seksi lain. Menurut Fayol (1916),
24
komunikasi lintas-saluran atau diagonal merupakan hal yang
pantas dan perlu ada, terutama bagi karyawan tingkat lebih
rendah dalam suatu saluran.
2.1.5 Kepuasan Komunikasi
Menurut Redding (dalam Ruliana, 2014: 163),
kepuasan komunikasi adalah semua tingkat kepuasan seorang
karyawan mempersepsi lingkungan komunikasi secara keseluruhan.
Namun, kepuasan atas komunikasi sering dikacaukan dengan iklim
komunikasi, menurut Pace dan Faules (dalam Ruliana, 2014: 164),
hal ini dikarenakan fungsi dari bagaimana kepuasan anggota
terhadap komunikasi dalam organisasi, kepuasan menggambarkan
suatu konsep individu dan konsep mikro sedangkan iklim
merupakan konsep makro atau konsep gabungan. Menurut
Schneider (dalam Ruliana, 2014: 165), kepuasan juga
menggambarkan evaluasi atas suatu keadaan internal afektif,
sedangkan iklim merupakan deskripsi kondisi eksternal bagi
individu.
Berikut adalah dimensi kepuasan komunikasi dan
dimensi iklim komunikasi menurut Pace dan Faules (dalam
Ruliana, 2014: 153):
25
1. Kepuasan Komunikasi
a. Informasi yang berkaitan dengan pekerjaan
b. Kecukupan Informasi
c. Kemampuan untuk menyarankan perbaikan
d. Efisiensi berbagai saluran komunikasi ke bawah
e. Kualitas Media
f. Cara rekan kerja berkomunikasi
g. Informasi tentang organisasi secara keseluruhan
h. Integrasi organisasi
2. Iklim Komunikasi
a. Kepercayaan
b. Pembuatan keputusan partisipatif
c. Kejujuran
d. Keterbukaan dalam komunikasi
e. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas
f. Memikirkan tujuan-tujuan berkinerja tinggi
Istilah kepuasan komunikasi digunakan untuk
menyatakan keseluruhan tingkat kepuasan yang dirasakan
karyawan dalam lingkungan total komunikasinya, menurut
Redding (dalam Ruliana, 2014: 165).
Terdapat beberapa faktor yang dapat mengukur
kepuasan komunikasi organisasi karyawan dalam sebuah organisasi
26
menurut Wiio, Down, Hazen, dan Beckstrom (dalam Ruliana,
2014: 165-167), antara lain:
1. Kepuasan dengan pekerjaan
2. Kepuasan dengan ketepatan informasi
3. Kepuasan dengan kemampuan seseorang yang menyarankan
penyempurnaan
4. Kepuasan dengan efisiensi bermacam-macam saluran komunikasi
5. Kepuasan dengan kualitas media
6. Kepuasan dengan cara komunikasi teman sekerja
7. Kepuasan dengan keterlibatan dalam komunikasi organisasi
sebagai suatu kesatuan
II.2. Nisbah Antar Konsep
Iklim komunikasi organisasi meliputi penelitian atas
persepsi anggota organisasi mengenai pengaruh komunikasi. Menurut
Redding (dalam Ruliana, 2014: 160), iklim komunikasi organisasi
lebih penting daripada keterampilan atau teknik-teknik komunikasi
semata-mata untuk menciptakan suatu organisasi yang efektif. Dalam
organisasi memang tidak akan terlepas dari yang namanya komunikasi
sebab bagaimanapun juga, harapan serta tujuan organisasi tidak akan
dapat tersampaikan dengan baik kepada anggotanya bilamana tidak
ada jalinan komunikasi internal yang baik. Selain itu, iklim
komunikasi pun dapat mendorong produktivitas kerja yang baik
27
karena berpengaruh terhadap usaha anggota organisasi. Menurut
Redding (1993), dimensi iklim komunikasi meliputi, supportiveness
atu dukungan karyawan, yakni memandang hubungan komunikasi
dengan atasan dapat membangun dan meningkatkan kesadaran diri
tentang ‘makna dan kepentingan peran’, dimensi berikutnya adalah
participative decision making atau kesertaan dalam proses keputusan,
truth; confidence; credibility atau kejujuran; percaya diri; keandalan,
openness; candor atau keterbukaan dan ketulusan, dan dimensi high
performance goals atau tujuan kinerja yang tinggi. Berkaitan dengan
iklim komunikasi organisasi, maka akan berhubungan dengan
bagaimana komunikasi internal yang berlangsung, baik secara
horizontal, vertikal maupun diagonal. Komunikasi vertikal meliputi
komponen komunikasi antara atasan dengan bawahan (downward
communication) dan bawahan dengan atasan (upward
communication). Komunikasi horizontal meliputi bagaimana
komunikasi antar rekan sejawat yakni mereka yang berada pada posisi
yang setara berkomunikasi dan bertukar informasi. Komunikasi
diagonal berkaitan dengan bagaimana komunikasi lintas-saluran
berlangsung. Kesemuanya akan memberikan pengaruh terhadap
kepuasan komunikasi pegawai yang meliputi, kepuasan dengan
pekerjaan, kepuasan dengan ketepatan informasi, kepuasan dengan
kemampuan seseorang yang menyarankan kesempurnaan, kepuasan
dengan efisiensi bermacam-macam saluran komunikasi, kepuasan
28
dengan kualitas media, kepuasan dengan cara komunikasi teman
sekerja serta kepuasan dengan keterlibatan dalam komunikasi
organisasi sebagai suatu kesatuan.
29
II.3. Bagan Kerangka Konseptual
30
IKLIM KOMUNIKASI
1. Kepercayaan2. Pembuatan keputusan partisipatif3. Kejujuran4. Keterbukaan dalam komunikasi5. Mendengarkan dalam komunikasi
ke atas6. Memikirkan tujuan-tujuan
berkinerja tinggi
KEPUASAN KOMUNIKASI
1. Informasi yang berkaitan dengan pekerjaan2. Kecukupan informasi3. Kemampuan untuk menyarankan perbaikan4. Efisiensi berbagai saluran komunikasi ke bawah5. Kualitas media6. Cara rekan kerja berkomunikasi7. Informasi tentang organisasi secara keseluruhan8. Integrasi organisasi
IKLIM ORGANISASI
Visi dan Misi
Budaya Organisasi
Sistem kebijakan
Syarat- syarat pekerjaan
Struktur dan ukuran
II.4. Hipotesis
H0 : Hipotesis nol daripada penulisan “Pengaruh Iklim
Komunikasi Organisasi Pemerintah Kota Surabaya Terhadap Kepuasan
komunikasi Pegawai” adalah, iklim komunikasi organisasi di Pemerintah
Kota Surabaya yang baik akan menciptakan kepuasan komunikasi pegawai.
Ha : Hipotesis alternatif daripada penulisan “Pengaruh
Iklim Komunikasi Organisasi Pemerintah Kota Surabaya Terhadap
Kepuasan komunikasi Pegawai” adalah, iklim komunikasi organisasi di
Pemerintah Kota Surabaya yang buruk tidak akan menciptakan kepuasan
komunikasi pegawai.
31
BAB III. METODE PENULISAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penulisan
Penulis akan menggunakan jenis penelitian
eksplanatif. Menurut Morissan (2014: 38), penelitian eksplanatif
bertujuan untuk menjelaskan sesuatu. Penelitian eksplanatif akan
memberikan penjelasan dan alasan dalam bentuk hubungan sebab-
akibat.
3.2 Metode
Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode
survey. Metode ini merupakan metode yang berhubungan dengan riset
yang bersifat kuantitatif. Riset kuantitatif merupakan riset yang
memberikan perhatian besar pada seberapa sering suatu variabel
muncul, dan umumnya menggunakan angka untuk menyampaikan
suatu jumlah. Metode survey akan berguna mengumpulkan angka-
angka tersebut melalui peninjauan langsung ke lapangan dan
menyebarkan kuisioner kepada para responden.
3.3 Identifikasi Variabel Penulisan
Penulisan “Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi
Pemerintah Kota Surabaya terhadap Kepuasan komunikasi Pegawai”,
terdiri atas variabel bebas (variabel independen – X) dan variabel
32
tergantung (variabel dependen – Y). Variabel Dependen (tergantung)
adalah variabel yang diteliti yang memiliki nilai yang diduga berasal
dari pengaruh variabel independen yang ditentukan sendiri oleh
penulis secara sistematis. Dengan kata lain, variabel ‘Y’ akan
bergantung kepada variabel ‘X’ sebagaimana sebuah hubungan sebab-
akibat. Variabel ‘X’ daripada penulisan ini adalah “Pengaruh Iklim
Komunikasi Organisasi” dan Variabel ‘Y’ daripada penulisan ini
adalah “Kepuasan Komunikasi Pegawai".
3.4 Definisi Konseptual
3.4.1 Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi (Variabel
Independen)
Iklim organisasi menurut Stinger (dalam Ruliana, 2014:152),
merupakan koleksi dan pola lingkungan yang menentukan
munculnya motivasi serta berfokus pada persepsi yang masuk
akal dan dapat dinilai, sehingga mempunyai pengaruh
langsung terhadap kinerja anggota organisasi. Taiguri
(Ruliana, 2014: 152) juga berpendapat bahwa iklim
organisasi merupakan kualitas lingkungan internal organisasi
yang secara relatif terus berlangsung, dialami oleh anggota
organisasi dan mempengaruhi perilaku mereka serta dapat
dilukiskan dalam satu set karakteristik tertentu dari
33
lingkungan. Iklim organisasi tidak akan dapat berjalan secara
efektif dan efisien tanpa adanya iklim komunikasi sebab
kedua iklim tersebut memiliki hubungan yang sangat erat.
Iklim komunikasi, menurut Hillreiger dan Slocum (Ruliana,
2014:152) mengatakan bahwa iklim komunikasi organisasi
merupakan suatu set atribut organisasi, yang menyebabkan
bagaimana berjalannya subsistem organisasi terhadap
anggota dan lingkungannya. Iklim komunikasi organisasi
adalah citra makro, abstrak dan gabungan dari fenomena
global yang disebut sebagai komunikasi organisasi (Ruliana,
2014). Dengan kata lain, iklim suatu organisasi dapat terus
berkembang dan memberikan pengaruh sebab selalu
berinteraksi antara sifat suatu organisasi dengan persepsi
individu atas sifat tersebut.
3.4.2. Kepuasan Komunikasi Pegawai (Variabel Dependen)
Menurut Redding (Ruliana, 2014: 163), kepuasan komunikasi
adalah semua tingkat kepuasan seorang karyawan dalam
mempersepsi lingkungan komunikasi secara keseluruhan.
Pengertian yang dimaksudkan oleh Redding adalah
bagaimana informasi dapat memenuhi persyaratan
permintaan anggota organisasi, termasuk distribusi informasi,
bagaimana penerimaannya hingga respons anggota yang
34
menerima informasi tersebut. Kepuasan komunikasi adalah
satu fungsi dari apa yang seorang dapatkan dengan apa yang
dia harapkan. Konsep kepuasan komunikasi tidak terikat pada
efektivitas pesan namun pada bagaimana pengalaman
komunikasi dapat memenuhi satu persyaratan sekalipun
komunikasi tersebut tidak efektif menurut standar tertentu.
Bilamana informasi dikomunikasikan dengan cara yang
konsisten dengan apa yang diharapkan, maka akan tercapai
kepuasan komunikasi. Terkadang, kepuasan komunikasi
dapat dikacaukan oleh iklim komunikasi, menurut Pace dan
Faules (Ruliana, 2014: 164), hal ini disebabkan oleh fungsi
dari bagaimana kepuasan anggota terhadap komunikasi
dalma organisasi dan kepuasan menggambarkan suatu konsep
individu dan konsep mikor, sedangkan iklim merupakan
konsep makro dan konsep gabungan.
3.5 Definisi Operasional
PENGARUH IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI PEMERINTAH KOTA
SURABAYA TERHADAP KEPUASAN KOMUNIKASI PEGAWAI
No. Variabel Definisi Operasional Indikator
1. Iklim Komunikasi
Organisasi
Iklim komunikasi
organisasi dapat diukur
1. Kepercayaan
Persepsi para anggota
35
berdasarkan
kepercayaan, pembuatan
keputusan partisipatif,
kejujuran, keterbukaan
dalam komunikasi,
mendengarkan dalam
komunikasi ke atas serta
memikirkan tujuan
berkinerja tinggi.
organisasi di mana atasan
dengan bawahan memiliki
rasa saling mempercayai
dalam organisasi.
2. Pembuatan keputusan
partisipatif
Persepsi di mana para
anggota melihat
pengambilan keputusan
harus melibatkan semua
anggota.
3. Kejujuran
Persepsi anggota organisasi
mengenai bagaimana
kejujuran dalam
berkomunikasi dipandang.
4. Keterbukaan dalam
36
komunikasi
Persepsi anggota organisasi
terhadap keterbukaan dalam
berkomunikasi antar
anggota.
5. Mendengarkan dalam
komunikasi ke atas
Persepsi anggota organisasi
saat adanya kritikan atau
opini maupun laporan
permasalahan yang
dikomunikasikan
6. Memikirkan tujuan
berkinerja tinggi
Persepsi anggota organisasi
terhadap usaha atau upaya
untuk meningkatkan
produktivitas atau kinerja
2. Kepuasan
Komunikasi
Kepuasan komunikasi
berkaitan dengan
informasi yang
berhubungan dengan
pekerjaan, kecukupan
1. Informasi yang berkaitan
dengan pekerjaan
Berkaitan dengan informasi
mengenai pembagian tugas,
job design, dan lain-lain
37
informasi yang diterima,
kemampuan untuk
menyarankan perbaikan,
efisiensi berbagai
saluran komunikasi ke
bawah, kualitas media,
cara rekan kerja
berkomunikasi, dan
integrasi organisasi
2. Kecukupan Informasi
Bagaimana informasi dapat
tersampaikan dengan cukup
kepada anggota organisasi
3. Kemampuan
menyarankan perubahan
Berkaitan dengan
pemberitahuan mengenai
perubahan untuk tujuan
penyempurnaan dan
bagaimanakah perubahan
tersebut dapat disampaikan.
4. Efisiensi berbagai saluran
38
komunikasi ke bawah
Bagaimanakah informasi
dapat disampaikan melalui
memo, catatan, dan lain-lain
5. Kualitas media
Berhubungan dengan
bagaimana nilai informasi
yang diterima,
keseimbangan informasi
yang tersedia dan ketepatan
informasi yang datang
6. Cara rekan kerja
berkomunikasi
Bagaimana komunikasi
secara horizontal terjalin
termasuk saat adanya
diskusi suatu masalah dan
mendapatkan informasi dari
rekan kerja
7. Integrasi organisasi
Bagaimana keterlibatan
anggota organisasi dengan
organisasinya, ada tidaknya
39
bantuan dari organisasi serta
informasi organisasi dan
kepercayaan dari organisasi
3.6 Populasi dan Sampel
Populasi adalah suatu kumpulan subjek, variabel,
konsep atau fenomena. Sedangkan, sampel merupakan bagian dari
populasi yang mewakili keseluruhan anggota populasi yang bersifat
representatif.
Populasi daripada penulisan “Pengaruh Iklim
Komunikasi Organisasi Pemerintah Kota Surabaya terhadap Kepuasan
Komunikasi Pegawai” adalah pegawai negeri yang aktif bekerja di
kantor Pemerintah Kota sebanyak delapan belas ribu lima ratus
delapan puluh satu (18.581) pegawai negeri menurut data dari IDPKS
2012.
Menurut Roscoe (1975)5, panduan untuk menentukan
ukuran sampel, yaitu ukuran sampel lebih dari tiga puluh dan kurang
dari lima ratus adalah tepat untuk kebanyakan penelitian. Berdasarkan
pada pernyataan Roscoe, penulis mengambil sampel sebanyak lima
puluh sampel.
5 Menentukan Ukuran Sample Sederhana. diakses dari http://teorionline.net/menentukan-ukuran-sampel-menurut-para-ahli/. pada tanggal 22 Maret 2015 pukul 22:13
40
3.7 Teknik Penarikan Sample
Metode yang dipergunakan dalam upaya penarikan
sampel pada penulisan ini adalah dengan menggunakan kuesioner
melalui teknik sampel non-probabilitas. Teknik sampel non-
probabilitas adalah teknik penarikan sampel yang paling unggul dalam
memilih sampel karena sifatnya yang mewakili populasi
(representatif) dan hasil penulisan dapat digeneralisasi terhadap
seluruh populasi6.
Panduan sampel yang digunakan adalah dengan
menentukan batasan jumlah atau kategori responden yang dipilih.
Dalam penulisan ini, batasan jumlah responden adalah lima puluh
orang pegawai negeri.
3.8 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan oleh
penulis adalah kuesioner.
3.9 Teknik Validitas dan Realibilitas
Menurut Morissan (2014), realibilitas adalah indikator
tingkat kepercayaan terhadap suatu hasil pengukuran, sedangkan
6
41
validitas mengacu kepada seberapa jauh suatu ukuran empiris cukup
menggambarkan arti sebenarnya dari konsep yang tengah diteliti.
3.10 Teknik Analisis Data
Analisis regresi linier sederhana merupakan hubungan
secara linear antara satu variabel independen (X) dengan variabel
dependen (Y). Analisis regresi ini dipergunakan untuk mengetahui
arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen
apakah positif atau negatif dan untuk meprediksi nilai dari variabel
dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau
penurunan7.
Berikut adalah rumus regresi linear sederhana :
Y’ = A + bX
Keterangan :
Y’ = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
X = Variabel independen
a = Konstanta (nilai Y’ apabila X = 0)
b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
7
42
DAFTAR PUSTAKA
Ruliana, Poppy. 2014. Komunikasi Organisasi: Teori dan Studi Kasus. Depok: PT
Rajagrafindo Persada
http://teorionline.net/menentukan-ukuran-sampel-menurut-para-ahli/
43