Upload
rahaspeaks
View
2.109
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
Pengaruh Ideologi Juche terhadap Pembagian Kekuasaan di Korea Utara
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Politik
Disusun olehRio Rahadian T.
(41809095)Ilmu komunikasi 3
Universitas Komputer IndonesiaFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Ilmu KomunikasiBandung 2009
bag1pendahuluan
1.1 Latar belakangBahwa pada kenyataannya masih banyak masyarakat termasuk mahasiswa yang
belum dan tidak mau paham perihal Ideologi Juche yang mempengaruhi
Pembagian Kekuasaan di Korea Utara. Padahal, masalah ini perlu dikaji mengingat
posisi Indonesia yang juga mengangkat ideologi bangsa sendiri, seperti korea
Utara.
Oleh karena itu saya mengangkat poin ini untuk dikaji agar dapat memberikan
informasi mendasar tentang Ideologi Juche yang mempengaruhi Pembagian
Kekuasaan di Korea Utara.
1.2 Fokus masalah
Berdasarkan kerangka fikir di bawah, saya berniat untuk menyorot masalah
Pengaruh Ideologi Juche terhadap Pembagian Kekuasaan di Korea Utara
Pascaperang Korea 1945. Dengan masalah utama yang akan diangkat adalah
sebagai berikut :
Dan permasalahan yang ingin diketahui dan dibuktikan adalah:
- Seberapa jauhkah pengaruh Ideologi Juche terhadap pembagian kekuasaan
di Korea Utara?
- Bagaimana pembagian kekuasaan di Korea Utara?
bag2pembahasanpengaruh ideologi juche terhadappembagian kekuasaan di korea utara 1
2.1. kerangkateoritik
2.1.1. Pembagian Kekuasaan
Dalam sebuah praktek ketatanegaraan tidak jarang terjadi pemusatan kekuasaan pada
satu tangan, sehingga terjadi pengelolaan sistem pemerintahan yang dilakukan secara
absolut atau otoriter, sebut saja misalnya seperti dalam bentuk monarki dimana
kekuasaan berada ditangan seorang raja. Maka untuk menghindari hal tersebut perlu
adanya pembagian/pemisahan kekuasaan, sehingga terjadi kontrol dan keseimbangan
diantara lembaga pemegang kekuasaan.
a. Pengertian Pembagian Kekuasaan
Pembagian kekuasaan terdiri dari dua kata, yaitu “pembagian” dan “kekuasaan”.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) pembagian memiliki pengertian
proses menceraikan menjadi beberapa bagian atau memecahkan (sesuatu) lalu
memberikannya kepada pihak lain. Sedangkan kekuasaan adalah wewenang atas
sesuatu atau untuk menentukan (memerintah, mewakili, mengurus, dsb) sesuatu.
Sehingga secara harfiah pembagian kekuasaan adalah proses menceraikan
wewenang yang dimiliki oleh Negara untuk (memerintah, mewakili, mengurus, dsb)
menjadi beberapa bagian (legislatif, eksekutif, dan yudikatif) untuk diberikan kepada
beberapa lembaga Negara untuk menghindari pemusatan kekuasaan (wewenang)
pada satu pihak/ lembaga.
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim memaknai pembagian kekuasaan berarti
bahwa kekuasaan itu memang dibagi-bagi dalam beberapa bagian (legislatif,
eksekutif dan yudikatif), tetapi tidak dipisahkan. Hal ini membawa konsekuensi
bahwa diantara bagian-bagian itu dimungkinkan ada koordinasi atau kerjasama
(Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, 1988: 140). Berbeda dengan pendapat dari Jimly
Asshiddiqie yang mengatakan kekuasaan selalu harus dibatasi dengan cara memisah-
pengaruh ideologi juche terhadappembagian kekuasaan di korea utara 2
misahkan kekuasaan ke dalam cabang-cabang yang bersifat checks dan balances
dalam kedudukan yang sederajat dan saling mengimbangi serta mengendalikan satu
sama lain, namun keduanya ada kesamaan, yaitu memungkinkan adanya koordinasi
atau kerjasama. Selain itu pembagian kekuasaan baik dalam arti pembagian atau
pemisahan yang diungkapkan dari keduanya juga mempunyai tujuan yang sama
yaitu untuk membatasi kekuasaan sehingga tidak terjadi pemusatan kekuasaan pada
satu tangan yang memungkinkan terjadinya kesewanang-wenangan.
Pada hakekatnya pembagian kekuasaan dapat dibagi ke dalam dua cara, yaitu
(Zul Afdi Ardian, 1994: 62):
1. Secara vertikal, yaitu pembagian kekuasaan menurut tingkatnya. Maksudnya
pembagian kekuasaan antara beberapa tingkat pemerintahan, misalnya antara
pemerintah pusat dengan dan pemerintah daerah dalam negara kesatuan, atau
antara pemerintah federal dan pemerintah negara bagian dalam suatu suatu
negara federal.
2. Secara horizontal, yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsinya. Dalam
pembagian ini lebih menitikberatkan pada pembedaan antara fungsi
pemerintahan yang bersifat legislatif, eksekutif dan yudikatif.
b. Pembagian Kekuasaan Menurut John Locke
John Locke, dalam bukunya yang berjudul “Two Treaties of Goverment”
mengusulkan agar kekuasaan di dalam negara itu dibagi dalam organ-organ negara
yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Menurut beliau agar pemerintah tidak
sewenang-wenang, maka harus ada pembedaan pemegang kekuasaan-kekuasaan ke
dalam tiga macam kekuasaan,yaitu:
1. Kekuasaan Legislatif (membuat undang-undang)
2. Kekuasaan Eksekutif (melaksanakan undang-undang)
3. Kekuasaaan Federatif (melakukan hubungan diplomtik dengan negara lain).
pengaruh ideologi juche terhadappembagian kekuasaan di korea utara 3
Pendapat John Locke inilah yang mendasari muncul teori pembagian kekuasaan
sebagai gagasan awal untuk menghindari adanya pemusatan kekuasaan (absolut)
dalam suatu negara.
c. Konsep Trias Politica Montesquieu
Menurut Montesquieu seorang pemikir berkebangsaan Perancis mengemukakan
teorinya yang disebut trias politica. Dalam bukunya yang berjudul “L’esprit des Lois”
pada tahun 1748 menawarkan alternatif yang agak berbeda dari pendapat John
Locke. Menurut Montesquieu untuk tegaknya negara demokrasi perlu diadakan
pemisahan kekuasaan negara ke dalam 3 organ, yaitu:
a) Kekuasaan Legislatif (membuat undang-undang).
b) Kekuasaan Eksekutif (melaksanakan undang-undang).
c) Kekuasaaan Yudikatif (mengadili bila terjadi pelanggaran atas undang-undang).
Konsep yang dikemukakan oleh John Locke dengan konsep yang dikemukakan oleh
Montesquieu pada dasarnya memiliki perbedaan, yaitu:
a) Menurut John Locke kekuasaan eksekutif merupakan kekuasaan yang
mencakup kekuasaan yuikatif karena mengadili itu berarti melaksanakan
undang-undang, sedangkan kekuasaan federatif (hubungan luar negeri)
merupakan kekuasaan yang berdiri sendiri.
b) Menurut Montesquieu kekuasaan eksekutif mencakup kekuasaan ferderatif
karena melakukan hubungan luar negeri itu termasuk kekuasaan eksekutif,
sedangkan kekuasaan yudikatif harus merupakan kekuasaan yang berdiri
sendiri dan terpisah dari eksekutif.
c) Pada kenyataannya ternyata, sejarah menunjukkan bahwa cara pembagian
kekuasaan yang dikemukakan Montesquieu yang lebih diterima. Kekuasaan
ferderatif diberbagai negara sekarang ini dilakukan oleh eksekutif melalui
Departemen Luar Negerinya masing-masing (Moh. Mahfud MD, 2001: 73).
Seperti halnya dalam praktek ketatanegaraan Indonesia selama ini.
pengaruh ideologi juche terhadappembagian kekuasaan di korea utara 4
Mengenai pembagian kekuasaan seperti yang dikemukakan Montesquieu, yang membagi
kekuasaan itu menjadi tiga kekuasaan, yaitu: legislatif, eksekutif, dan yudikatif, Jimly
Asshiddiqie menjelaskan lagi mengenai cabang-cabang dari kekuasaan-kekuasaan itu.
Cabang kekuasaan legislatif terdiri dari:
a. Fungsi Pengaturan (Legislasi).
b. Fungsi Pengawasan (Control).
c. Fungsi Perwakilan (Representasi).
Kekuasaan Eksekutif juga mempunyai cabang kekuasaan yang meliputi :
a. Sistem Pemerintahan.
b. Kementerian Negara.
Begitu juga dengan kekuasaan Yudikatif mempunyai cabang kekuasaan sebagai berikut :
a. Kedudukan Kekuasaan Kehakiman.
b. Prinsip Pokok Kehakiman.
c. Struktur Organisasi Kehakiman.
Jadi menurut Jimly Asshiddiqie kekuasaan itu masing-masing mempunyai cabang
kekuasaan sebagai bagian dari kekuasaan yang dipegang oleh lembaga negara dalam
penyelenggaraan negara.
2.2. sebuahpengantar
pengaruh ideologi juche terhadappembagian kekuasaan di korea utara 5
Ideologi Juche
Ideologi Juche adalah ideologi resmi Korea Utara.
Ideologi ini mengajarkan bahwa “manusia
menguasai segalanya dan memutuskan segalanya”
juga bahwa “orang Korea adalah penguasa
revolusi Korea”.
Ideologi ini adalah bagian dari kimilsungisma atau
kimisme yang merupakan system politik Korea
Utara. Kata “Juche” secara bahasa berarti “bagian utama” atau “subjek”; juga ditranslasi
dari sumber Korea Utara sebagai “berdiri sendiri” atau “semangat kemandirian”.
Pembentukan
Kim Il-Sung mengusung Juche sebagai slogan pada 28 Desember 1955 lewat pidato yang
berjudul “Menghapus dogmatisme dan formalisme juga membangun juche sebagai
ideology kerja” sebagai bentuk penolakan terhadap kebijakan de-stalinisasi di Uni Soviet.
Kim Il-Sung, pengusung ideologi ini, menuliskan tiga dasar fundamental Juche pada 14
April 1965, lewat pidatonya “Konstruksi sosialis dan revolusi Korea Selatan di Republik
Demokratis Korea Utara”. Sebagai berikut :
1. Merdeka dalam berpolitik (chaju)
2. Swasembada ekonomi (charip)
3. Mandiri dalam pertahanan (chawi)
Pemimpin Korea Utara saat ini, Kim Jong-Il, sebagai keturunan langsung dari
pengusungnya, punya otoritas final dalam menginterpretasikan ideologi negara. Maka ia
memasukkan kebijakan Songunisme (dahulukan militer) pada 1996.
pengaruh ideologi juche terhadappembagian kekuasaan di korea utara
Menara Juche
6
Aplikasi praktis
Menurut dokumen Kin Jong-Il yang berjudul Juche Idea, aplikasi Juche sebagai kebijakan
negara adalah sebagai berikut:
1. Rakyat harus punya kebebasan (chajusong) dalam berfikir dan berpolitik,
berswasembada ekonomi, dan mandiri dalam pertahanan.
2. Kebijakan harus merefleksikan keinginan dan aspirasi rakyat dan memekerjakan
mereka sepenuhnya dalam revolusi dan pembangunan.
3. Metode revolusi dan pembangunan harus bersesuaian dengan situasi di negeri.
4. Pekerjaan paling penting dari revolusi dan konstruksi adalah mengumpulkan orang
secara ideologis seperti komunis dan menggerakkannya pada aksi pembangunan.
Pandangan Juche memerlukan loyalitas absolute kepada partai revolusioner dan
pemimpin. Di Korea Utara, inilah Partai Pekerja Korea dan Kim Jong-Il, masing-masing.
Dalam Sejarah resmi Korea Utara, aplikasi pertama Juche adalah Rencana Lima Tahun dari
1956-1961, yang disebut dengan Gerakan Chollima. Gerakan ini mengutamakan
pengembangan ekonoi secara cepat dengan membangun industri-industri besar supaya
bisa mandiri dan tidak terpengaruh secara politik dari rezim Uni Soviet maupun Cina.
Namun, aplikasi gerakan Chollima ini ternyata mirip dengan Rencana Lima Tahun Pertama
dari Soviet pada 1928 dan juga mirip dengan “Lompatan Besar ke Depan” dari Mao
Zedong di Cina.
Selanjutnya, pemasukkan kebijakan Songun dalam Juche pada pertengahan 1990 telah
mengubah inti revolusi dari para pekerja menjadi para militan.
2.3. pembahasan2.3.1. pengaruh ideologi juche terhadap politik korutpengaruh ideologi juche terhadappembagian kekuasaan di korea utara 7
Pembagian kekuasaan di Korea Utara secara sederhana dibagi menjadi 3 kekuatan sesuai
dengan isi teori trias politica, yaitu:
1. Eksekutif, pelaksana Undang-undang
Yaitu dipegang oleh Perdana Menteri, sekarang Kim Yong-Il
2. Legislatif, pembuat Undang-undang (unikameral)
Yaitu dipegang oleh Ketua Majelis Rakyat Tertinggi, sekarang Kim Yong Nam
3. Yudikatif, pengawas Undang-undang
Yaitu dipegang oleh para hakim agung yang dipilih oleh MRT.
Namun, karena ideologi Juche sudah banyak berpengaruh, banyak terdapat perbedaan
yang mendasar terhadap pembagian kekuasaan di Korea utara.
Monopartai
Korea Utara merupakan negara yang hanya memiliki satu partai, yaitu Partai Pekerja
Korea (PPK). Mengingat ideologi Juche yang jadi disebutkan adalah ideologi partai yang
dipimpin oleh pengusungnya, Kim Il-Sung, sudah pasti ideologi tersebut jadi ideologi
partai.
Partai berkuasa yang memusatkan ideologi menempati posisi teratas dalam struktur
kekuatan nasional, dimana secara nyata menguasai kekuatan legislatif, eksekutif dan
judikatif secara keseluruhan. Partai bukan hanya menguasai 3 lembaga itu, melainkan juga
memimpin organisasi sosial dan kehidupan rakyat. Oleh karena itu, Korea Utara bisa
dikatakan sebagai ‘negara yang dipimpin partai’.
Walaupun ada lebih dari satu partai, namun mereka bukan kubu oposisi, tetapi mitra
partai yang berkuasa. Partai berkuasa di Korea Utara adalah Partai Pekerja Korea.
pengaruh ideologi juche terhadappembagian kekuasaan di korea utara 8
Kata kunci sistem politik Korea Utara adalah: ‘ diperintah oleh satu partai, penguasa
tunggal, dan kekuasaan yang diwariskan’. Foto di kanan: Upacara HUT ke-60 tahun
pendirian Partai Pekerja Korea
Ideologi Juche dan Kim Il-Sung
Ideologi Juche lah yang membuat pembagian kekuasaan di Korea Utara menjadi
tertampuk di satu kekuatan. Ideologi Juche yang dibuat oleh presiden pertama Korea
Utara, Kim Il-Sung, berisi ajakan untuk bersemangat dalam swasembada dan ingin
mandiri sebagai negara yang berdaulat, kuat dan sejahtera. Namun, ajakan tersebut
diimplementasikan dalam bentuk doktrin-doktrin yang –agar rakyat Korea mau
menurutinya– menyebutkan bahwa ”tidak ada negara lain yang lebih baik dibanding
Korea Utara, dan itu semua dapat dicapai karena kepemimpinan ketua agung (Kim Il-
Sung) ”. Dan selanjutnya doktrin itulah yang menyebabkan Kim Il-Sung mendapatkan
pendewaan kepribadian yang begitu luar biasa dari rakyatnya.
Dalam implementasi Juche, para pendukung Kim Il-Sung yang berasal dari Partai
Pekerja Korea selalu mendukung dalam pendewaan dan pemujaan kepribadian
terhadap Kim Il-Sung. Sudah jadi rahasia umum bahwa banyak sekali teori politik,
ekonomi bahkan budaya dan seni yang diburamkan pencetusnya dan akhirnya
diumumkan bahwa itu semua adalah buah pemikiran Kim Il-Sung, padahal tidak. Hal
ini tentunya adalah untuk menunjukkan betapa sang ketua agung adalah seorang
pengaruh ideologi juche terhadappembagian kekuasaan di korea utara 9
polymath yang amat mahir dalam berbagai bidang, merupakan sosok ideal dan
memang pantas didewakan.
Sedikit berbicara tentang pendewaan terhadap pribadi Kim Il-Sung. Di Korea Utara,
semua rakyat harus membaca buku biografi Kim Il-Sung setiap baru bangun tidur,
selain itu semua harus hafal sejarah keluarga Kim dan koleganya. Semua buku yang
dicetak di Korea Utara yang mengandung kata ”Kim Il-Sung” harus menebalcetakkan
tulisan tersebut, sehingga namanya akan tampak mencolok di antara deretan huruf.
Nama-nama tempat pun diberi nama Kim Il-Sung seperti Universitas Kim Il-Sung,
Alun-alun Kim Il-Sung, Stadion Kim Il-Sung dan sebagainya. Selain itu terdapat sekitar
11.350 buah patung Kim Il-Sung yang tidak boleh sembarangan diambil gambarnya
dan tersebar di seluruh Korea Utara. Lebih spektakuler lagi, terdapat berjuta-juta
foto Kim Il-Sung di berbagai tempat di Korea Utara, seperti bandara dan kantor
pemerintah (bahkan seluruh rumah pribadi wajib memasang fotonya!).
Pendewaan inilah yang membuat Kim Il-Sung dipercaya untuk memiliki jabatan-
jabatan politis secara sekaligus. Hal ini diperkuat oleh Juche yang menyebutkan
bahwa ”untuk mencapai sebuah kesejahteraan maka dibutuhkan suatu
kepemimpinan yang mengatur segala aspek kehidupan (termasuk seni) agar dalam
implementasi kebijakan tidak akan saling berbenturan dan akhirnya akan
membentuk sebuah sinambung”. Maka tak heran jika dalam waktu 23 tahun ia
dipercaya jadi Perdana Menteri sekaligus Pemimpin tertinggi (seperti Ali Khamenei di
Iran) setelah turun, diangkat jadi Presiden selama 21 tahun dan akhirnya wafat
dengan menyandang jabatan Presiden Abadi.
Karena itu tak heran bila Kim Jong-Il, anaknya dan penerusnya, hanya disebut
sebagai pemimpin tertinggi dan tidak menyandang jabatan Presiden. Karena
Presiden Korea Utara selamanya adalah Kim Il-Sung. Bahkan setelah wafat,
walaupun secara de facto pemimpin Korea Utara adalah Kim Jong-Il, ada masa 3
tahun pasca meninggalnya Kim Il-Sung dimana beliau nampak hidup yang disebut
pengaruh ideologi juche terhadappembagian kekuasaan di korea utara 10
”pemerintahan sesuai dengan nasehatnya”. Di masa ini, Kim Jong-Il hanya
melaksanakan pemerintahan berdasarkan apa yang ayahnya ajarkan. Tak ada
perbedaan samasekali selama tiga tahun tersebut.
Kekuasaan dinasti
Sistem unik dimiliki oleh Korea Utara. Karena Kim Jong-il memiliki kemampuan
sebagai pemimpin yang mewariskan filsafat, bakat dan ajaran dari ayahnya secara
sukses, membuat dinegara itu berjalan suatu sistem kekuasaan tunggal yang
diwariskan dari ayah ke anak. Persiapan untuk mewariskan kekuasaan sudah
dilaksanakan sejak awal tahun 1970an. Sistem itu disempurnakan saat Kim Il-sung
mengatakan bahwa “Kim Jong-il memiliki kemampuan penuh untuk menangani
semua tugas (sebagai pemimpin)”. Setelah kematian ayahnya Kim Il-sung, dan Kim
Jong-il dilantik sebagai Sekretaris Uumum Partai Buruh Korea pada Oktober 1997,
maka sistem pewarisan terwujud secara sukses saat Kim Jong-il menjabat sebagai
ketua Komisi Pertahanan Nasional pada September 1998.
Pembagian kekuasaan
Kekuasaan negara terkonsentrasi pada partai, dan kekuasaan di dalam partai itu dimiliki
oleh satu orang secara eksklusif yaitu Sekretaris Umum di Politbiro.
Dalam masyarakat Korea Utara, pemimpin adalah lambang perwujudan tekat dan
keinginan partai, dan merupakan pusat kekuatan untuk mengorganisir dan memimpin
kegiatan sisiopolitik secara terpadu dan secara utuh. Oleh karena itu, peranan dan
kekuatan pemimpin ditempatkan pada posisi teratas dan posisi yang tidak bisa ditantang.
pengaruh ideologi juche terhadappembagian kekuasaan di korea utara 11
Namun, sebagaimana yang sudah disebutkan di atas, pembagian kekuasaan di Korea
Utara secara konstitusi dibagi menjadi 3 kekuatan sesuai dengan isi teori trias politica,
yaitu:
1. Legislatif, pembuat Undang-undang (unikameral)
Yaitu dipegang oleh Ketua Majelis Rakyat Tertinggi, sekarang Kim Yong Nam
2. Eksekutif, pelaksana Undang-undang
Yaitu dipegang oleh Perdana Menteri, sekarang Kim Yong-Il
3. Yudikatif, pengawas Undang-undang
Yaitu dipegang oleh para hakim agung yang dipilih oleh Majelis Rakyat Tertinggi.
Majelis Rakyat Tertinggi
Majelis rakyat Tertinggi adalah lembaga politik berdaulat tertinggi, sesuai dengan
konstitusi sosialis Korea Utara. Walaupun fungsinya sama seperti DPR dalam segi
kepemilikan hak legislatif, tetapi kekuatannya lebih besar daripada DPR. Namun secara
realita, Majelis rakyat Tertinggi adalah stempel karet yang hanya mengesahkan
kembali UU dan keputusan oleh Partai pekerja Korea.
Pertemuan sidang dibuka satu atau dua kali setahun. Topik yang ditangani oleh sidang
itu termasuk ; pengesahan anggaran nasional, pelantikan anggota kabinet dan
lembaga nasional utama lainya , dan pengesahan UU. Dalam priode reses, fungsi
Majelis rakyat Tertinggi dilaksanakan oleh komite tetap.
Setiap daerah administrasi memiliki majelis rakyat tingkat lokal sendiri.
pengaruh ideologi juche terhadappembagian kekuasaan di korea utara 12
Pertemuan pertama dalam Majelis rakyat Tertinggi ke-11 , September 2003
Yang menjadi catatan adalah karena hanya ada satu partai yang berkuasa maka
Majelis Rakyat Tertinggi adalah mayoritas dari Partai Pekerja Korea. Hal itu secara
otomatis mengangkat Ketua Majelis (legislatif) yang berasal dari partai tersebut, Kim
Yong Nam.
Struktur Partai Pekerja Korea dan Majelis
Organisasi
Secara prinsip, partai itu dijalankan secara demokrat sesuai dengan keinginan
umum anggotanya. Oleh karena itu, sidang dimana keinginan umum terkumpul
(sidang partai) adalah arena untuk memutuskan segala hal yang menyangkut
masalah partai.
Fungsi sidang adalah memberikan mandat kepada badan yang disebut ‘Komite
Sentral ’ dalam partai , maka komite itulah yang sebenarnya memimpin partai.
Sekaligus memimpin Negara.
Komite Sentral terdiri atas Politbiro, yang merupakan badan eksekutif
tertinggi juga ada Sekretariat di Korea Utara. Di bawah Sekretariat, ada bagian
tingkat kerja termasuk komite departemen pemimpin organisasi, bagian
propaganda, urusan eksternal, urusan internasional.
pengaruh ideologi juche terhadappembagian kekuasaan di korea utara 13
Untuk memahami struktur kekuatan Korea Utara, maka urutannya adalah dari
Politbiro, Sekretariat, kemudian Komite Sentral partai. Anggota Politbiro dan
Sekretariat biasanya ada banyak yang memiliki jabatan ganda di dua instansi
berbeda.
Oleh karena itu, pejabat pemerintah yang paling memiliki kekuatan adalah
mereka yang menjadi anggota Politboro sekaligus Sekretariat. Hirarki berikutnya
adalah anggota Politbiro, calon Politbiro, anggota Sekretariat dan anggota
Komite Sentral. Anggota atau calon politbiro yang memiliki kekuatan tetapi
belum menjadi anggota sekretariat, biasanya adalah pejabat-pejabat senior yang
sudah tua atau pejabat tinggi di Kabinet atau instansi utama lainnya. Di tingkat
lokal, ada komite partai yang dikelola oleh setiap pemerintah daerah.
Operasi
Menurut aturan partai, partai dijalankan di bawah prinsip ‘sistem demokrasi
pengaruh ideologi juche terhadappembagian kekuasaan di korea utara 14
terpusat’.
Sidang partai adalah lembaga pengambilan keputusan tertinggi dalam urusan
nasional . Mengenai keputusan yang disahkan dalam sidang itu, semua anggota
partai harus menaati organisasi yang posisinya lebih tinggi, dan semua organisasi
partai harus menaati secara mutlak Komite Sentral dalam partainya. Yaitu,
kewenangan memberi mandat dari tingkat rendah ke Komite Sentral, kemudian
Komite Sentral memberi mandat ke Sekretariat dan kemudian ke Politbiro. Oleh
karena itu, semua kekuatan terfokus di kepala bagian politbiro dan sekretariat
Kepala, yang memiliki jabatan rangkap yaitu sebagai Sekretaris Umum Partai dan
anggota senior Politbiro, sehingga dapat mengontrol ke dua lembaga itu.
Dengan demikian orang yang menjadi sekrataris umum partai anggota senior
politbiro memiliki kekuasan mutlak.
AnggotaPartai
Kelebihan menjadi anggota partai adalah, anggota partai menikmati banyak hak
istimewa di masyarakat Korea Utara. Untuk memiliki status sosial yang tinggi
maka seseorang harus menjadi anggota partai. Bahkan sistem pendidikan juga
dirancangan dan memberikan pendidikan bagaimana untuk menjadi anggota elit
partai.
Saat pendidikan umum dimulai, penduduk Korea Utara harus masuk menjadi
anggota ‘Kesatuan Pemuda Korea’ (usia dari 7 ke 13 tahun) dan ‘Federasi
Pemuda (usia 14~30 tahun), dimana mereka dididik untuk membaktikan diri
pada partai.
Sesuai dengan latar belakang sosial, kemampuan, dan tingkat kesetiaan terhadap
partai dan harapan seseorang, maka dia akan menjadi calon partai sebelum
diangkat sebagai ‘anggota tetap’.
Jumlah total anggota partai berubah, sesuai dengan keperluan politik.
pengaruh ideologi juche terhadappembagian kekuasaan di korea utara 15
Pendidikan
Komite partai pada setiap tingkat pemerintahan dilengkapi dengan sistem
pendidikan kader dan pendidikan lanjutan, yang bertujuan meningkatkan
kemampuan anggota partai dan pengelolaan personil. Fasilitas pendidikan
sentral tertinggi adalah ‘Sekolah partai tingkat tinggi Kim Il sung’. Kesempatan
untuk memasuki sekolah itu hanya diberikan kepada pemimpin atau pejabat
tinggi di kota atau daerah.
Masa pendidikannya cukup bervariasi dari satu bulan sampai 5 tahun. Ada
Universitas Komunis di setiap propinsi, dan di setiap kecamatan ada sekolah
partai. Semua anggota partai harus menerima paling kecil pendidikan lanjutan
selama satu bulan secara wajib pada setiap tahun.
Harian buruh Korea, Nodong Simmun dan perusahaan penerbit harian buruh
Korea juga dikendalikan oleh pemerintah. Melalui media itu pemerintah
mengendalikan semua keperluan propaganda untuk mempromosikan arah baru
politik partai maupun melakukan menjalankan organisasi, atau memobilisasi
rakyat.
Pemerintahan
Di bagian eksekutif, khususnya Perdana Menteri, diangkat oleh Majelis yang biasanya
masih dalam satu partai. Dalam konstitusi Korea, Perdana Menteri ini lah yang
berfungsi menjalankan Undang-undang walau pada praktiknya semua kebijakan
dipegang oleh Ketua Komisi Pertahanan Nasional, Kim Jong-Il.
Pengadilan Sentral
Para hakim di Pengadilan Pusat (Yudikatif) adalah pilihan Majelis yang tentunya
berasal dari PPK. Hakim-hakim di Pengadilan Pusat ini bertaggungjawab secara
langsung terhadap Majelis. Pengadilan provinsi adalah pengadilan pada tingkat
pengaruh ideologi juche terhadappembagian kekuasaan di korea utara 16
menengah dan pengadilan rakyat adalah tingkat rendah. Semua jaksa dikelompokkan
secara terpisah dan tunduk pada rantai komando yang berpusat di kantor prokurator
yang mengawasi jaksa-jaksa lokal.
Komite rakyat tertinggi
Komisi Pertahanan Nasional adalah lembaga politik dan administrasi de fakto tertinggi
di Korea Utara. Undang-undang yang direvisi pada tahun 1998 menjelaskan bahwa
badan ini bukan hanya badan yang menangani semua pasukan militer, melainkan juga
badan yang berwenang untuk menangani seluruh keamanan nasional.
Oleh karena itu, Komite Pertahanan Nasional melakukan kewenangan administratif
maupun pertahanan nasional.
“Ketua Komite Pertahanan Nasional adalah posisi paling penting dan bertanggung
jawab. Ketuanya menangani semua urusan politik, militer, ekonomi yang bertujuan
untuk melindungi negara dan sistem sosialisnya. Posisinya adalah jabatan suci, yang
mewakili keagungan tanah air dan melambangkan wibawa rakyat . “. (5 September
1998 dari pidato oleh Kim Yong-nam, dalam pertemuan pertama Majelis rakyat
Tertinggi ke-10).
Ungkapan itu secara tepat mengeskpresikan posisi dan peranan ketua Komite Pertahaan
Nasional. Pandangan tentang ketua itu menjadi alasan untuk menjalankan secara
mendasar sistem yang mengutamakan militer maupun sistem penguasaan tunggal di
bawah Kim jong-il.
pengaruh ideologi juche terhadappembagian kekuasaan di korea utara 17
Pejabat tertinggi yang tidak bisa ditantang, ketua komite pertahan nasional
mengontrol semua urusan politik, legislatif, judisial dan ekonomi
Sentralisasi kekuasaan
Dalam hal ini perlu dicatat bahwa, Kim Jong-Il, putra Kim Il-Sung, adalah pejabat negara
yang memiliki tiga jabatan sekaligus. Yaitu :
1. dipilih oleh Majelis sebagai ketua Komisi Pertahanan Nasional, membuat ia dapat
mengatur masalah militer dan keamanan,
2. terpilih pula memimpin Tentara Rakyat Korea yang punya 5,9 Juta personel aktif,
dan
3. sebagai Sekretaris Umum Partai Pekerja Korea.
Posisi Sekretaris Umum ini adalah posisi tertinggi dalam partai. Posisi ini adalah
presidium Politbiro yang merupakan bagian dari Komite Sentral. Dan seperti yang
diketahui bahwa Majelis Rakyat dipimpin oleh Partai Pekerja Korea yang
memberi mandat pada Komite Sentral untuk mengurus berbagai aspek bernegara
di Korea Utara.
Bagaimana dengan Kim Yong Nam sebagai ketua Majelis? Dalam struktur partai,
Kim Yong Nam hanya menempati anggota Politbiro (bukan Presidium seperti Kim
Jong-Il) Jadi secara tidak langsung, pemimpin Politbiro, Kim Jong-Il, lah yang
sebenarnya memimpin Majelis (legislatif).
pengaruh ideologi juche terhadappembagian kekuasaan di korea utara 18
Dalam memimpin Majelis secara tidak langsung, sebenarnya pemilihan Hakim di
Yudikatif pun adalah bergantung Kim Jong-Il selaku pemimpin Partai yang
berkuasa. Pun, dalam memilih Perdana Menteri dan Menterinya adalah
bergantung pada Kim Jong-Il. Itu lah mengapa Pembagian kekuasaan di Korea
Utara tidak dapat dikatakan seimbang.
Selain itu, Kim Jong-Il juga merangkap sebagai Sekretariat Komite Sentral. Dan
seperti sudah disebutkan di atas bahwa merangkap antara politbiro dan sekretariat
adalah jabatan yang amat menguntungkan karena keabsolutan yang diterima.
Maka tidaklah salah jika disebutkan bahwa Kim Jong-Il adalah pelaksana segala bentuk
kekuasaan secara langsung di seluruh sektor termasuk politik, pertahanan, diplomatik,
keamanan nasional , ekonomi, industri, perdagangan, sosial, budaya dan seni.
bag3simpulandansaranpengaruh ideologi juche terhadappembagian kekuasaan di korea utara 19
Ditinjau dari beberapa teori-teori mengenai pembagian kekuasaan, baik yang diutarakan
oleh Montesquieu dan John Locke, membuktikan bahwa Korea Utara sama sekali tidak
memenuhi konsep pembagian kekuasaan.
Ideologi Juche yang dicetuskan oleh Kim Il-Sung, yang didewakan oleh penduduk Korea
Utara, telah mendarahdaging di pembuluh masyarakatnya. Ideologi yang berakar dari
komunisme ini memperbolehkan seorang pemimpin negara memiliki banyak jabatan
sekaligus agar semua kegiatan baik itu politik, ekonomi dan lain-lain dapat dilaksanakan
secara sinambung.
Hal ini dapat dilihat dari contoh pemimpin Korea Utara saat ini, Kim Jong-Il yang memiliki
serangkaian jabatan inti sekaligus termasuk sekretariat umum partai pekerja, ketua
komite pertahanan nasional, panglima tertinggi pasukan militer Korea Utara, anggota
tetap senior dalam komite sentral partai pekerja, anggota militer sentral partai pekerja,
anggota dewan perwakilan rakyat tertinggi, dan lain lain.
Hal itu membuat Kim Jong-Il dapat secara leluasa melaksanakan segala bentuk kekuasaan
secara langsung di seluruh sektor termasuk politik, pertahanan, diplomatik, keamanan
nasional , ekonomi, industri, perdagangan, sosial, budaya dan seni. Padahal seperti yang
diketahui, tidaklah mungkin seorang pemimpin tertinggi dapat mengurusi seluruh sektor
tersebut. Apalagi sampai mengurusi masalah seni.
Dan sebagai saran, hendaknya pemerintah Korea Utara mulai berbenah diri, membuka
akses demokrasi yang sesungguhnya ke dalam pemerintahan. Supaya sektor-sektor
pengembangan di Korea Utara dapat dikelola oleh orang yang benar-benar kompeten,
sehingga Korea Utara dapat mengembangkan diri dan pada saatnya akan semapan
negara-negara lain.
pengaruh ideologi juche terhadappembagian kekuasaan di korea utara 20