Pengaruh Hutan Mangrove Belawan Terhadap · PDF filePengenalan nama jenis tumbuhan yang ... dari 13 jenis tumbuhan yang dijumpai di kawasan Hutan Mangrove Belawan ... Daftar Jenis

  • Upload
    lamdien

  • View
    224

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

  • Volume 1 No. 1 ISSN : 2337-6198

    Januari Juni 2013 Halaman 57 - 66

    57

    Pengaruh Hutan Mangrove Belawan Terhadap Keanekaragaman

    Zooplankton

    Edi Azwar

    Dosen Kopertis Wilayah I Dpk. FKIP UISU Medan Jl. Puri No. 18 Medan

    E-mail: [email protected]

    ABSTRAK

    Komunitas Fauna di hutan mangrove bersifat unik, dimana organisme daratan menempati bagian

    atas sedangkan hewan lautan yang sebenarnya menempati bagian bawah. Kelompok organisme

    yang selalu terbawa arus perairan ini dibagi menjadi dua golongan utama yaitu Fitoplankton dan

    Zooplankton. Komposisi Vegetasi Kawasan Hutan Mangrove Belawan disusun oleh 13 jenis

    tumbuhan yang dikelompokkan dalam 2 kelas, 10 ordo dan 10 familia serta 12 genus. Jenis

    Avicennia officinali L. memiliki nilai kepentingan paling besar, kemudian diikuti oleh jenis

    Rhizophora mucronata Lmk. dan Nipa fructicans Thunb. Ditemukan 23 jenis zooplankton di

    Kawasan Hutan Mangrove Belawan Kecamatan Percut Sei Tuan yang dikelompokkan dalam 3

    filum dan 17 famili Difflugia lobostoma memiliki nilai kepentingan paling besar, kemudian diikuti

    oleh jenis Astramoeba radiosa dan Obelia sp. Terdapat pengaruh yang signifikan antara

    keanekaragaman vegetasi Hutan Mangrove Belawan terhadap keanekaragaman Zooplankton.

    Kata kunci : hutan mangrove, Belawan, keanekaragaman, Zooplankton.

    1. Pendahuluan

    Hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu komunitas

    pantai tropik yang didominasi oleh beberapa species pohon-pohon yang khas atau semak-semak

    yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin (Nybakken, 1988).

    Hutan ini merupakan hutan tipe hutan yang khas yang terdapat disepanjang pantai atau muara

    sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut, sehingga seringkah hutan ini disebut dengan

    hutan pasang surut, hutan pantai, hutan payau, atau hutan bakau. Untuk menghindari kekeliruan,

    istilah bakau digunakan hanya untuk jenis-jenis tumbuhan tertentu saja yaitu dari genus

    Rhizopora, sedangkan istilah mangrove digunakan untuk segala jenis tumbuhan yang hidup di

    lingkungan yang khas ini. Oleh karena itu istilah hutan mangrove lebih sering digunakan untuk

    merujuk pada tipe hutan ini (Nontji, 1993).

    Kawasan hutan mangrove Belawan berada di pantai Selat Malaka, pesisir timur propinsi

    Sumatera Utara. Kawasan ini terletak di kecamatan Percut Sei Tuan kabupaten daerah tingkat II

    Deli Serdang.

    Kabupaten Deli Serdang memiliki luas wilayah mencapai 439.794 hektar dengan potensi luas

    areal hutannya 76.401 hektar. Dari luas areal hutan tersebut sekitar 20.300 hektar adalah

    kawasan hutan mangrove, dimana lebih kurang 3.600 hektar terdapat di kawasan Belawan

    kecamatan Percut Sei Tuan kabupaten Deli Serdang.

    Organisme yang hidup melayang-layang atau mengambang di dalam air dan memiliki

    kemampuan gerak yang relatif terbatas disebut plankton. Plankton mempunyai peranan penting

    dalam ekosistem perairan, karena plankton menjadi bahan makanan bagi berbagai jenis

    organisme lainnya di ekosistem perairan tersebut (Hutabarat, 1986).

    Kelompok organisme yang selalu terbawa arus perairan ini dibagi menjadi dua golongan utama

    yaitu Fitoplankton dan Zooplankton. Fitoplankton yang sering juga disebut dengan plankton nabati merupakan organisme autotroph yang sangat banyak dijumpai di ekosistem perairan.

    mailto:[email protected]

  • Edi Azwar: Pengaruh Hutan Mangrove Belawan Terhadap Keanekaragaman Zooplankton

    58

    Sedangkan Zooplankton yang sering disebut plankton hewani merupakan organisme heterotroph

    yang memiliki ukuran lebih besar dari fitoplankton (Nybakken, 1988).

    Menurut Nontji (1993) dalam Ismulhuda (2000) Kelompok Zooplankton memiliki kekayaan

    jenis yang tinggi, ada jenis organisme yang seluruh daur hidupnya tetap sebagai plankton, yang

    disebut holoplankton, dan ada pula yang hanya sebagian daur hidupnya sebagai plankton, yang

    disebut meroplankton. Kehidupan sebagai plankton dijalani meroplankton hanya pada tahap

    awal, sebagai telur atau larva sedangkan setelah dewasa hidup sebagai nekton (berenang bebas)

    atau benthos (hidup didasar laut). Seringkali bentuk larva sebagai plankton sangat jauh bedanya

    dengan bentuk dewasanya, seperti larva kepiting yang tidak menunjukkan persamaan bentuk

    dengan kepiting dewasa.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keanekaragaman vegatasi, tingkat

    keanekaragaman zooplankton dan pengaruh tingkat keanekaragaman vegetasi penyusun

    Kawasan Hutan Mangrove Belawan terhadap keanekaragaman zooplankton.

    Penelitian dilakukan selama 3 (tiga) bulan di Kawasan Hutan Mangrove Belawan Kecamatan

    Percut Sei Tuan yang dimulai pada bulan Juni hingga akhir Agustus 2004.

    Gambar 1. Lokasi Penelitian

    2. Bahan Dan Metode

    Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah kerapatan, kehadiran dominasi vegetasi dan

    kepadatan zooplankton.

    Pengambilan sampel vegetasi menggunakan metode kwadrat. Pada area penelitian dibuat

    kwadrat sebanyak 10 buah dengan luas 100 m2 (10 meter x 10 meter). Penentuan kwadrat

    disesuaikan dengan kondisi, sehingga penentuan lokasi ini diharapkan menunjukkan

    heterogenitas baik komposisi jenis vegetasi maupun kondisi lingkungannya. Berdasarkan hal

    tersebut maka lokasi pengambilan sampel dibagi atas tiga lokasi. Selanjutnya pada masing-

    masing lokasi tersebut ditetapkan 3 stasiun secara subjektif untuk peletakan kwadrat.

  • Edi Azwar: Pengaruh Hutan Mangrove Belawan Terhadap Keanekaragaman Zooplankton

    59

    Selanjutnya dalam kwadrat 100 m2 diletakkan lagi petak sampel berukuran 2 meter x 2 meter

    sebanyak 25 buah. Dari jumlah tersebut ditentukan 9 buah petak sampel yang akan diambil

    sampelnya. Penentuan petak sampel dapat dilihat pada gambar berikut:

    2x2m

    Sampel Zooplankton dilambil secara intuisi dimasing-masing stasiun saat pasang naik pada

    kwadrat 100 m2.

    Untuk memperoleh data vegetasi pada setiap kwadrat yang dikerjakan, dilakukan identifikasi

    untuk mendapatkan data kerapatan, kehadiran dan dominansi setiap jenis tumbuhan. Data

    tersebut dicatat dalam tabel pengamatan. Pengenalan nama jenis tumbuhan yang telah dikenal

    dengan baik langsung didata, sedangkan jenis tumbuhan yang belum dikenal atau masih ragu,

    maka jenis ini diberi kode, sehingga dapat dikenal dan didata pada kwadrat berikutnya.

    Selanjutnya jenis tersebut diambil dan dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi dengan

    mengacu kepada buku Backer dan Bakhuizen (1968), dan Cronquist, A (1981).

    Data jenis Zooplankton diperoleh dengan metode pemekatan sampel, seperti yang dikemukakan

    oleh APHA (1985) bahwa untuk penelitian plankton perairan, dilakukan penyaringan sejumlah

    volume tertentu air diperairan sehingga terkumpul menjadi volume tertentu sebagai sampel.

    Dalam penelitian ini pengumpulan sempel air untuk data Zooplankton dilakukan dengan

    pemekatan 20 liter air menjadi 60 ml.

    Pengumpulan data dilakukan pada setiap stasiun dengan cara pengambilan air dengan botol

    sampel Lamotte sebanyak 20 liter, lalu dimasukkan kedalam ember plastik. Selanjutnya air

    tersebut disaring dengan menggunakan net plankton no. 25 dan ditampung dalam botol yang

    bervolume 60 ml. Karena sampel yang diperoleh tidak langsung diamati, maka sampel-sampel

    tersebut diawetkan dengan membubuhkan formalin 4% dan larutan lugol sebanyak 2 tetes pada

    setiap botol sampel.

    Kegiatan analisis laboratorium meliputi pengamatan sampel di bawah mikroskop dan

    diidentifikasi. Untuk mengidentifikasi digunakan buku pedoman identifikasi Fress-Water

    Biology (Edmonson, 1959) dan Fresh-Water Invertehrates ofthe United States (Pennak,R. W.,

    1953).

    2 10 m

    : Kwadrat sampel

    : Kwadrat tidak di sampel

    Keterangan:

    Gambar 2: Tata Letak Petak Sampel

    2 10 m

  • Edi Azwar: Pengaruh Hutan Mangrove Belawan Terhadap Keanekaragaman Zooplankton

    60

    Menurut Cox (1978) dalam Ismulhuda (2000) untuk menganalisis vegetasi penyusun hutan

    mangrove Belawan, digunakan rumus sebagai berikut:

    Kerapatan jenis ke i (Di) =Jumlah individu jenis ke-i

    Luas area cuplikan

    Kerapatan relatif (Dr) =Kerapatan jenis ke - i

    Kerapatan semua jenis x 100

    Kehadiran (Fi) =Jumlah kehadiran jenis ke - i

    Jumlah kuadrat sampelx100

    Kehadiran relatif (Fr) =Kehadiran satu jenis ke -i

    Kehadiran semua jenisx100

    Penutupan (Ci) =Penutupan oleh jenis ke - i

    Luas area cuplikan100

    Penutupan relatif (Cr) =Penutupan oleh jenis ke - i

    Penutupan oleh semua jenisx100

    Selanjutnya untuk mengetahui tingkat keanekaragaman vegetasi di kawasan hutan mangrove

    Belawan dianalisis dengan menggunakan Indeks Shaunon Wiener (H) dalam Parson (1982)

    yaitu:

    H= pi log2

    pi

    dimana :

    H = Indeks keanekargaman Vegetasi pi = Peluang kepentingan untuk tiap jenis (NP/NPtotal)

    dengan kriteria

    H < 2,303 = Keanekaragaman rendah

    2,303 < H < 6,908 = Keanekaragaman sedang

    H < 6,908 = Keanekaragaman tinggi

    Selanjutnya untuk menghitung kepadatan zooplankton di kawasan Hutan Mangorve Belawan

    dipergunakan rumus (APHA, 1975):

    N= n x 1

    px

    Oi

    Opx

    Vr

    Vox

    1

    Vs

    Keterangan:

    N = Kepadatan