63
PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI KELUARGA, MEDIA DAN TEMAN TERHADAP PEMILIHAN MAKANAN PADA MAHASISWA PPKU IPB LARAS AULIA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI

KELUARGA, MEDIA DAN TEMAN TERHADAP PEMILIHAN

MAKANAN PADA MAHASISWA PPKU IPB

LARAS AULIA

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 2: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana
Page 3: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Gaya

Pengasuhan, Pola Komunikasi Keluarga, Media dan Teman terhadap Pemilihan

Makanan pada Mahasiswa PPKU IPB adalah benar karya saya dengan arahan dari

komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

Laras Aulia

NIM I24120068

_______________________

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak

luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

Page 4: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana
Page 5: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

ABSTRAK

LARAS AULIA. Pengaruh Gaya Pengasuhan, Pola Komunikasi Keluarga, Media

dan Teman terhadap Pemilihan Makanan pada Mahasiswa PPKU IPB. Dibimbing

oleh LILIK NOOR YULIATI.

Pemilihan makanan adalah proses dalam memilih makanan khususnya sayur

untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan

sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana hati, kemudahan,

sensorik, kandungan alami dalam pangan, harga, pengendalian berat badan,

familiaritas, dan masalah etika. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

pengaruh sosialisasi melalui gaya pengasuhan, pola komunikasi keluarga, media

dan teman terhadap pemilihan makanan. Metode dalam penelitian ini

menggunakan survei mengenai persepsi remaja terhadap sosialisasi orang tua di

masa lalu. Data dikumpulkan secara self administered yaitu kuesioner diisi sendiri

oleh responden yang melibatkan 288 mahasiswa PPKU IPB yang dipilih dengan

teknik cluster random sampling. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif,

uji beda independent sample t-tes, uji korelasi, dan uji regresi linear berganda.

Hasil uji korelasi menerangkan bahwa jenis kelamin, asal daerah, uang saku, dan

usia ibu memiliki hubungan dengan alasan pemilihan makan sayur. Hasil uji

regresi linear berganda menunjukan bahwa pemilihan makanan khususnya sayur

pada mahasiswa dipengaruhi oleh gaya pengasuhan otoritatif dan media. Selain

itu, variabel lain yang mempengaruhi pemilihan makanan adalah jenis kelamin.

Mahasiswa laki-laki cenderung memilih makan sayur dibandingkan mahasiswa

perempuan karena alasan harga murah dan terjangkau. Hasil uji regresi ini

menjelaskan sebesar 26.4 persen variabel-variabel penelitian berpengaruh

terhadap pemilihan makanan.

Kata kunci: gaya pengasuhan, pola komunikasi keluarga, sosialisasi, pemilihan

makanan.

ABSTRACT

LARAS AULIA. The Influence of Parenting Style, Family Communication

Pattern, Media and Friends toward Food Choice on Students of PPKU IPB.

Supervised by LILIK NOOR YULIATI.

Food choice is a process in choosing foods especially vegetables for

consumption as a result of the process of adaptation to the physics and social

environment that is influenced by reasons of health, mood, convenience, sensory

appeal, natural content, price, weight control, familiarity, and ethical concern.

This study aimed to analyze the influence of socialization through parenting style,

family communication pattern, media and friends on college student’s food choice

specifically vegetables. Method of this study was using survey on the perceptions

of adolescents towards the socialization of parents in the past. Data were collected

by self-administered questionnaires filled in by the respondents of 288 PPKU IPB

Page 6: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

students selected by cluster random sampling technique. The data analyze used

descriptive, different test independent sample t-tes, correlation test, and multiple

linear regression test. The results of this study showed that gender, regional

origin, allowance, and mother’s age have a relationship to the reason for

vegetables food choice. Multiple linear regression test showed that authoritative

parenting style and media have a significant effect on vegetables food choice. In

addition, other variables that influence the food choice is the difference between

the sexes. Male students tend to choose to eat vegetables more than female

students because of cheap and affordable prices. The explanatory of the factor was

26.4 percent these were statistically significant.

Key words: parenting style, family communication pattern, socialization, food

choice

Page 7: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI

KELUARGA, MEDIA DAN TEMAN TERHADAP PEMILIHAN

MAKANAN PADA MAHASISWA PPKU IPB

LARAS AULIA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains

pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 8: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana
Page 9: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

Judul Skripsi: Pengaruh Gaya Pengasuhan, Pola Komunikasi Keluarga, Media

dan Teman terhadap Pemilihan Makanan pada Mahasiswa PPKU

IPB

Nama : Laras Aulia

NRP : I24120068

Disetujui oleh

Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, M.FSA

Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc

Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

Tanggal Lulus :

Page 10: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana
Page 11: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Gaya

Pengasuhan, Pola Komunikasi Keluarga, Media dan Teman terhadap Pemilihan

Makanan pada Mahasiswa PPKU IPB”. Shalawat serta salam senantiasa tercurah

kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat

untuk mendapatkan gelar sarjana sains di Departemen Ilmu Keluarga dan

Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan

kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Lilik Noor Yuliati, M.FSA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan

saran selama penulisan skripsi.

2. Ir. M. D. Djamaludin, M.Sc dan Alfiasari Sp, M.Si selaku dosen penguji

yang telah bersedia menguji dan memberikan saran kepada penulis untuk

menyempurnakan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc selaku dosen yang telah memberikan arahan dan

masukan mengenai instrumen gaya pengasuhan.

4. Dr. Megawati Simanjuntak S.P., M.Si selaku dosen pemandu seminar, serta

saudari Sukwanti Triani Karsad dan Hasyyati Khairi selaku pembahas

seminar atas saran dan masukan yang diberikan.

5. Dr. Ir. Bonny P. W. Soekarno, M.S selaku Direktur PPKU IPB yang telah

memberikan izin dalam melakukan penelitian ini.

6. Aidha Syah, Hilda Fauziah, Mutiara Purnamawati dan Tri Diana Rochima

sebagai teman satu penelitian. Terima kasih atas kerjasama dan dukungan

yang diberikan selama menyusun skripsi.

7. Kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan

dan keterbatasan. Namun demikian, penulis berharap skripsi ini dapat

memberikan manfaat kepada seluruh pihak yang terkait bagi peneliti maupun

pembaca.

Bogor, Agustus 2016

Laras Aulia

Page 12: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana
Page 13: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 5

Pemilihan Makanan 5

Sosialisasi Konsumen 6

Hubungan Karakteristik Responden dengan Gaya Pengasuhan 8

Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Gaya Pengasuhan 8

Hubungan Karakteristik Responden dengan Pola Komunikasi

Keluarga 9

Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Pola Komunikasi

Keluarga 9

Hubungan Gaya Pengasuhan dengan Pemilihan Makanan 9

Hubungan Pola Komunikasi Keluarga dengan Pemilihan Makanan 9

Hubungan Media dan Teman dengan Pemilihan Makanan 10

KERANGKA PEMIKIRAN 10

METODE PENELITIAN 11

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 11

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 12

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 12

Pengolahan dan Analisis Data 13

Definisi Operasional 15

HASIL DAN PEMBAHASAN 16

Karakteristik Mahasiswa 16

Karakteristik Keluarga 17

Kebiasaan Makan Sayur 17

Gaya Pengasuhan 18

Pola Komunikasi Keluarga 19

Media dan Teman 20

Pemilihan Makanan 20

Hubungan Karakteristik Mahasiswa dengan Gaya Pengasuhan 22

Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Gaya Pengasuhan 23

Hubungan Karakteristik Mahasiswa dengan Pola Komunikasi

Keluarga 23

Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Pola Komunikasi

Keluarga 24

Hubungan Karakteristik Mahasiswa dan Karakteristik Keluarga

dengan Alasan Pemilihan Makanan 25

Hubungan Gaya Pengasuhan dengan Alasan Pemilihan Makanan 25

Hubungan Pola Komunikasi Keluarga dengan Alasan Pemilihan

Makanan 26

Page 14: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

Hubungan Media dan Teman dengan Alasan Pemilihan Makanan 26

Pengaruh Gaya Pengasuhan, Pola Komunikasi Keluarga, Media dan

Teman terhadap Pemilihan Makanan 26

Pembahasan 29

SIMPULAN DAN SARAN 32

Simpulan 32

Saran 33

DAFTAR PUSTAKA 34

LAMPIRAN 39

RIWAYAT HIDUP 47

Page 15: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

9

DAFTAR TABEL

1 Variabel, dimensi variabel, definisi operasional, dan referensi 15

2 Sebaran mahasiswa berdasarkan jumlah, frekuensi, dan jenis sayur

yang dikonsumsi sebelum dan setelah masuk IPB 18

3 Sebaran gaya pengasuhan mahasiswa berdasarkan jenis kelamin 19

4 Sebaran pola komunikasi keluarga mahasiswa berdasarkan jenis

kelamin 19

5 Sebaran indeks capaian paparan informasi berdasarkan jenis kelamin 20

6 Sebaran indeks capaian alasan pemilihan makanan berdasarkan jenis

kelamin 21

7 Koefisien korelasi antara karakteristik mahasiswa dan karakteristik

keluarga dengan gaya pengasuhan 23

8 Koefisien korelasi antara karakteristik mahasiswa, karakteristik

keluarga, dan pola komunikasi keluarga 24

9 Hasil analisis regresi berganda antara karakteristik mahasiswa,

karakteristik keluarga, gaya pengasuhan, pola komunikasi, media

dan teman terhadap pemilihan makan 27

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji asumsi klasik 41

2 Sebaran mahasiswa berdasarkan jenis kelamin 43

3 Sebaran mahasiswa berdasarkan asal daerah 43

4 Sebaran mahasiswa berdasarkan total uang saku setiap bulan 43

5 Sebaran mahasiswa berdasarkan besar keluarga 43

6 Sebaran mahasiswa berdasarkan usia orang tua 44

7 Sebaran mahasiswa berdasarkan tingkat pendidikan orang tua 44

8 Sebaran mahasiswa berdasarkan status pekerjaan orang tua 44

9 Sebaran mahasiswa berdasarkan pendapatan keluarga 45

10 Koefisien korelasi antara karakteristik mahasiswa dan karakteristik

keluarga dengan pemilihan makanan 46

11 Koefisien korelasi gaya pengasuhan, pola komunikasi keluarga,

media dan teman dengan pemilihan makanan 46

Page 16: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

10

Page 17: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masa remaja (11-21 tahun) adalah salah satu periode terbesar dalam

pertumbuhan yang ditandai dengan perubahan hormonal dan fisik serta perubahan

besar dalam perkembangan kognitif, peran dan hubungan sosial. Masa remaja

merupakan saat seseorang mulai berinteraksi lebih banyak dengan lingkungan dan

mengalami pembentukan perilaku. Mahasiswa merupakan sekelompok individu

yang termasuk dalam kategori tahap remaja. Tahap ini merupakan tahap pertama

seseorang untuk membuat pilihan makanan sendiri (Perera dan Madhujith 2012).

Perilaku makan pada remaja sangat berkaitan dengan pemilihan makanan (Fradjia

2008). Pemilihan makanan merupakan salah satu komponen penting yang

menentukan kualitas hidup seseorang. Pemilihan makanan dapat dipengaruhi oleh

pengaruh psikologi, sosial, status ekonomi, dan kesehatan individu.

Beberapa penelitian mengenai pemilihan makanan pada remaja yaitu hasil

penelitian Lyte et al. (2000) menyatakan bahwa terdapat perubahan dalam

pemilihan makanan pada masa anak-anak ke remaja seperti penurunan konsumsi

sayur dan buah serta peningkatan konsumsi makanan instan. Hasil penelitian Ree

et al. (2008) menunjukan bahwa sekitar 70 persen remaja melakukan pemilihan

makanan tanpa memperhatikan masalah kesehatan, sebaliknya cenderung

memperhatikan alasan pengendalian berat badan. Menurut Septiani dan Herawati

(2014) remaja Yogyakarta di perkotaan dan pedesaan mengalami obesitas dan

cenderung suka mengonsumsi makanan siap saji. Jenis makanan siap saji yang

sering dikonsumsi remaja pada waktu sore hari adalah fried chicken, pizza,

spaghetti, dan burger (Hadi 2005).

Hasil penelitian Suyatno (2009) menyatakan bahwa pada masa remaja

terjadi perubahan gaya hidup, perilaku, dan kebiasaan makan. Perubahan tersebut

dapat menyebabkan para remaja rentan terhadap konsumsi makanan yang tidak

sehat. Perilaku mengonsumsi makanan tidak sehat dapat diubah dengan pengaruh

lingkungan keluarga yang mendukung (Kelly et al. 2007). Robert dan Williams

(2000) mengungkapkan bahwa kebiasaan makan dan pilihan makanan di kalangan

remaja lebih kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti fisik, sosial,

lingkungan budaya, pengaruh lingkungan sekitar (keluarga, teman, dan media)

serta faktor psikososial.

Tahap remaja merupakan tahapan seseorang mencari jati diri dan salah

satunya pada pemilihan makanan yang dapat dipengaruhi oleh kebiasaan di rumah

dan lingkungan sekolah (Greenwood dan Richardson 1979). Orang tua dan teman

merupakan peran sosial yang penting dalam perilaku makan remaja. Orang tua

memiliki peran yang kuat terhadap pemilihan makan remaja selama berada di

lingkungan rumah dengan ketersediaan makanan di rumah (Kremes 2003).

Keluarga merupakan salah satu kelompok sosial yang sangat mempengaruhi

perilaku konsumen. Pemilihan makanan merupakan hasil dari proses adaptasi

seseorang dengan lingkungannya. Keluarga memiliki peran utama dalam proses

sosialisasi konsumen yang muncul sebagai badan utama yang mampu

mengajarkan nilai-nilai dan model konsumsi untuk anak. Beberapa penelitian

menunjukan keterkaitan antara orang tua terhadap berat badan anak. Menurut

Page 18: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

2

Raiha et al. (2006) orang tua memiliki pengaruh positif dalam pembentukan pola

makan anak. Keterlibatan orang tua merupakan komponen penting dalam

pengendalian berat badan anak (Epstein et al. 1994). Selain proses sosialisasi, di

dalam keluarga juga berlangsung proses pembentukan kepribadian dan proses

pengasuhan.

Baumrind (1972) mengategorikan gaya pengasuhan menjadi tiga yaitu gaya

pengasuhan otoriter, permisif, dan otoritatif. Pengategorian ini berdasarkan

tingkat kehangatan dan kontrol kedisiplinan yang dipraktekan oleh orang tua.

Gaya pengasuhan bertujuan untuk menggambarkan perbedaan cara orang tua

dalam bersosialisasi dengan anak. Gaya pengasuhan bisa berupa dukungan penuh

ataupun tidak mendukung, serta gaya pengasuhan akan memberikan dampak pada

perkembangan kompetensi, pencapaian, dan perkembangan sosial anak. Orang tua

dengan gaya pengasuhan otoriter yaitu orang tua yang memberikan batasan dan

pemberian aturan yang ketat, ketaatan yang bersifat tidak membantah dan

peraturan yang kaku. Orang tua dengan gaya pengasuhan otoriter memandang

disiplin sebagai cara yang harus ditegakkan dalam seluruh aspek hubungan anak

dengan dunia luar (Hastuti 2008).

Orang tua dengan gaya pengasuhan permisif adalah orang tua yang kurang

memberikan aturan atau batasan, membiarkan anak, dan kurang memberikan

pengarahan serta kehangatan pada anak. Orang tua dengan gaya pengasuhan

otoritatif adalah orang tua yang memberikan batasan, aturan dan memiliki otoritas

tinggi namun juga memberikan kehangatan, kasih sayang, toleran, memberikan

penjelasan dan keterangan pada anak, serta empati kepada anak.

Beberapa penelitian menggunakan tipe gaya pengasuhan untuk mendeteksi

dampak pengasuhan terhadap perilaku makan anak. Menurut Kremes et al.

(2003), gaya pengasuhan otoritatif cenderung berdampak pada anak yang

mengonsumsi buah lebih banyak dibandingkan dengan gaya pengasuhan lainnya.

Orang tua yang menerapkan gaya pengasuhan permisif cenderung membiarkan

anak makan apa yang mereka inginkan (Nicklas et al. 2001). Sedangkan orang tua

otoriter cenderung mengontrol asupan makan anak dan praktik makan anak.

Komunikasi dalam keluarga berperan sangat penting sebagai alat untuk

mentransfer nilai-nilai yang dianut dalam keluarga. Komunikasi berjalan secara

bergantian dari orang tua ke anak atau dari anak ke orang tua. McLeod dan

Chaffe (1972) membagi dua kategori pola komunikasi dalam keluarga yaitu

conversation orientation dan conformity orientation. Pola komunikasi

conversation orientation dicirikan setiap anggota keluarga saling terbuka dalam

mengemukakan pendapat, ide, pengalaman, serta perasaan dalam keluarga. Pola

conformity orientation dicirikan dengan kepatuhan anak terhadap orang tua dan

pengambilan keputusan berada pada orang tua. Hasil penelitian John (1999)

menemukan bahwa komunikasi orang tua dan anak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap sosialisasi anak sebagai konsumen. Orang tua yang memenuhi

keinginan anak akan mendorong anak untuk perhatian terhadap iklan, sedangkan

orang tua yang mendiskusikan permintaan anak akan mendorong anak untuk

mengembangkan keterampilan dalam memilih dan menginterpretasi informasi

mengenai produk (Ward et al. 1990).

Selain pengaruh orang tua, teman dan media juga berperan dalam pemilihan

makan remaja. Hal ini dikarenakan remaja cenderung beraktifitas di luar rumah

dan lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman. Teman merupakan sumber

Page 19: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

3

referensi bagi individu dalam proses pengambilan keputusan termasuk dalam

memilih makanan, sedangkan media merupakan sumber informasi bagi konsumen

dalam membandingkan produk dan membantu mempercepat proses pengambilan

keputusan.

Latar belakang ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian

mengenai pengaruh sosialisasi orang tua, teman, dan media terhadap pemilihan

makanan khususnya sayur pada mahasiswa.

Rumusan Masalah

Konsumsi menjadi salah satu identitas dan cara bersosialisasi dikalangan

anak muda pada saat ini. Praktik konsumsi memungkinkan seseorang beradaptasi

dengan budaya dan lingkungan tempat tinggal. Pemilihan makanan yang

dikonsumsi tidak hanya didasari oleh kriteria yang terkait dengan makanan, tetapi

juga dipengaruhi oleh sosial. Pada saat ini, padatnya aktivitas dan kesibukan

menyebabkan perubahan pola makan seseorang menjadi cenderung mengonsumsi

makanan siap saji dan makanan yang tidak menyehatkan.

Mahasiswa merupakan kelompok yang cukup tinggi terpapar kebiasaan

makan yang tidak sehat (Huang et al. 2003). Mahasiswa berada pada tahap remaja

dan dewasa akhir yaitu masa seseorang membuat pilihan makanan sendiri (Perera

dan Mudhujith 2012). Mahasiswa memiliki karakteristik dan berasal dari berbagai

daerah sehingga memiliki perilaku serta kebiasaan yang berbeda. Mahasiswa

tingkat pertama berada pada tahap adaptasi untuk mengadopsi perilaku makan

sehat ataupun tidak sehat (Sareen et al. 2012).

Makanan sehat adalah jenis makanan yang seimbang sehingga dapat

memenuhi seluruh kebutuhan gizi bagi tubuh dan mampu dirasakan secara fisik

dan mental. Perilaku makan sehat merupakan perilaku mengonsumsi berbagai

jenis kelompok makanan, salah satunya sayur. Sayur merupakan menu yang

hampir selalu terdapat dalam hidangan sehari-hari keluarga Indonesia, baik sayur

dalam bentuk mentah (lalapan segar) atau setelah diolah menjadi berbagai macam

bentuk masakan. Konsumsi sayur secara teratur dapat bermanfaat untuk

melindungi tubuh dari berbagai penyakit seperti penyakit jantung koroner,

hipertensi, dan kanker (British Dietetic Association 2011).

Data BKPD Provinsi Jawa Barat pada tahun 2015 menunjukan bahwa

Indonesia berada pada tingkat konsumsi sayur di bawah standar FAO untuk

memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Standar konsumsi sayur di Indonesia

minimal 200 gr/orang/hari, sedangkan anjuran konsumsi sayur menurut WHO

setiap orang mengonsumsi buah dan sayur sebanyak 400 gr/hari setara dengan 2-4

porsi buah dan 3-5 porsi sayur. Namun, konsumsi buah dan sayur masyarakat

Indonesia berkisar 2.5 porsi per hari. Menurut hasil Riskesdes 2007 (Depkes RI

2008) sebanyak 93.8 persen remaja usia 15-24 tahun kurang mengonsumsi sayur.

Hasil tersebut menunjukan bahwa mayoritas remaja kurang mengonsumsi sayur

yang dibutuhkan agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Pola perilaku mengonsumsi makanan tidak sehat dapat diubah dengan

pengaruh lingkungan keluarga yang mendukung (Kelly et al. 2007). Pemilihan

makanan dapat dipengaruhi melalui sosialisasi. Agen sosialisasi diantaranya orang

tua, teman, dan media. Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam

sosialisasi makanan (Benton 2004) dan memberikan pengalaman pertama

Page 20: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

4

mengenai makanan pada anak (Scaglioni et al. 2008). Orang tua menurunkan

perilaku makan kepada anak melalui beberapa cara yaitu gaya pengasuhan dan

komunikasi dalam keluarga. Orang tua yang menerapkan gaya pengasuhan

otoritatif dan pola komunikasi conversation orientation cenderung menghasilkan

anak yang mengonsumsi makanan sehat (Daniloski 2012).

Media massa memiliki pengaruh untuk mengembangkan motivasi sosial dan

keinginan mengonsumsi suatu produk dan preferensi suatu merek. Anak yang

banyak menghabiskan waktu untuk menonton televisi cenderung akan

mengonsumsi makanan yang tidak sehat karena iklan yang ditampilkan mayoritas

mengenai makanan yang tidak sesuai dengan pola makan sehat atau junk food.

Menurut penelitian Moschis dan Churchill (1978) dalam Tarabashkina (2013),

remaja yang menghabiskan waktu menonton TV cenderung memperlihatkan

motivasi sosial yang tinggi terhadap konsumsi, menggambarkan pengetahuan

tentang produk, dan simbol sosial. Teman memberikan preferensi mengenai suatu

produk makanan dan seseorang yang menghabiskan waktu bersama teman akan

cenderung mengonsumsi lebih banyak makanan.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

1. Bagaimana kebiasaan makan sayur pada mahasiswa sebelum dan setelah

masuk IPB berdasarkan jenis kelamin ?

2. Bagaimana karakteristik mahasiswa, karakteristik keluarga, gaya pengasuhan,

pola komunikasi keluarga, media dan teman, serta pemilihan makanan

khususnya sayur ?

3. Bagaimana hubungan gaya pengasuhan, pola komunikasi keluarga, media dan

teman terhadap alasan mahasiswa dalam pemilihan makanan khususnya sayur

?

4. Bagaimana pengaruh gaya pengasuhan, pola komunikasi keluarga, media dan

teman terhadap pemilihan makanan khususnya sayur ?

Tujuan

Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh

sosialisasi melalui gaya pengasuhan, pola komunikasi keluarga, media dan teman

terhadap pemilihan makanan khususnya sayur pada mahasiswa.

Tujuan Khusus

1. Mengetahui kebiasaan makan sayur pada mahasiswa sebelum dan setelah

masuk IPB berdasarkan jenis kelamin.

2. Mengidentifikasi karakteristik mahasiswa, karakteristik keluarga, gaya

pengasuhan, pola komunikasi keluarga, media dan teman, serta pemilihan

makanan khususnya sayur.

3. Menganalisis hubungan gaya pengasuhan, pola komunikasi keluarga, media

dan teman dengan alasan mahasiswa dalam pemilihan makanan khususnya

sayur.

4. Menganalisis pengaruh gaya pengasuhan, pola komunikasi keluarga, media

dan teman terhadap pemilihan makanan khususnya sayur.

Page 21: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

5

Manfaat Penelitian

Implikasi dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai gaya pengasuhan, pola komunikasi keluarga, media dan teman dalam

pemilihan makanan khususnya sayur pada mahasiswa.

1. Mahasiswa: menambah wawasan dan pembelajaran mengenai bidang ilmu

yang dipelajari pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, yaitu

mengenai gaya pengasuhan, pola komunikasi keluarga, media dan teman

terhadap pemilihan makanan.

2. Orang tua: memberikan informasi mengenai gaya pengasuhan dan pola

komunikasi keluarga yang baik sehingga dapat mendorong agar mahasiswa

meningkatkan pola konsumsi sayur.

3. Institut Pertanian Bogor: memberikan sumbangan pemikiran di bidang

akademik khususnya di bidang Ilmu Keluarga dan Konsumen.

4. Pemerintah: memberikan gambaran mengenai konsumsi sayur pada

mahasiswa.

TINJAUAN PUSTAKA

Pemilihan Makanan

Food Standard Agency (FSA) dalam Anggraini (2012) menyatakan bahwa

pemilihan makanan adalah proses dalam memilih makanan untuk dikonsumsi

sebagai hasil dari pengaruh persaingan, penguatan, dan interaksi berbagai faktor.

Menurut Steptoe et al. (1995) alasan dalam pemilihan makanan terdiri dari

kesehatan, suasana hati, kemudahan, sensorik, kandungan alami dalam pangan,

harga, pengendalian berat badan, familiaritas, dan masalah etika.

Shepherd (1985) dalam Roinien (2001) mengembangkan model mencakup

tiga faktor yang berhubungan dengan pemilihan makanan yaitu (1) makanan,

terkait dengan sifat fisik dan kandungan gizinya, (2) individu, berkaitan

pengalaman sebelumnya dengan makanan yang melibatkan nilai-nilai dan

kebiasaan, dan (3) lingkungan sosial-ekonomi, berkaitan dengan sikap terhadap

makanan. Individu (umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, pengetahuan,

keterampilan memasak, status kesehatan), makanan (rasa, warna, tekstur, harga,

tipe makanan, bentuk makanan, bumbu, kombinasi makanan), dan lingkungan

(musim, pekerjaan, mobilitas, perpindahan penduduk, keluarga, tingkat sosial

masyarakat) merupakan tiga faktor yang mempengaruhi pemilihan makanan.

Faktor yang mempengaruhi pemilihan makanan (Sommer et al. 2012)

adalah faktor biologi, psikologi, sosial budaya, ekonomi dan lingkungan. Faktor

biologi merupakan faktor yang signifikan terhadap proses seleksi makanan. Selain

perspektif biologi, terdapat beberapa faktor lain seperti kebutuhan energi dan

preferensi terhadap rasa. Faktor psikologi terdiri dari emosi, motivasi dan sikap

merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku pemilihan makan (Gedrich 2003).

Faktor sosial budaya merupakan pengaruh yang kuat dalam perilaku pemilihan

makan. Latar belakang budaya merupakan indikator yang baik untuk preferensi

makanan. Model sosial memiliki peran yang penting seperti keluarga, teman, dan

media. Faktor ekonomi dan lingkungan terdiri dari harga makanan, pendapatan,

Page 22: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

6

pengetahuan, dan waktu. Salah satu pengembangan model pemilihan makanan

menurut Ogden (2010) adalah pembelajaran sosial yang mengeksplorasi

pemilihan makanan berdasarkan peran teman sebaya, orangtua, dan media.

Orang tua memiliki peran yang kuat terhadap pemilihan makanan remaja

selama berada di lingkungan rumah dengan sumber daya makanan yang tersedia

dirumah, biasanya menu makanan ditentukan oleh orang tua (Kremers et al.

2003). Selain itu, faktor ekonomi juga memiliki pengaruh penting terhadap

pemilihan makanan. Menurut Berg dan Bergstrom (1995) keluarga yang

mempunyai pendapatan tinggi akan mempengaruhi pemilihan makanan remaja

dalam aspek ekonomi. Uang saku yang tinggi akan mengakibatkan remaja sering

jajan diluar rumah untuk mengikuti makanan yang sedang trend. Faktor lain yang

memiliki pengaruh penting terhadap pemilihan makanan adalah persepsi individu

yang didasari oleh tingkat pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki konsumen

dapat meningkatkan kemampuan untuk mengerti suatu pesan dan membantu

mengamati logika yang salah sehingga dapat terhindar dari penafsiran yang tidak

benar (Engel 1995).

Pengetahuan merupakan salah satu pertimbangan seseorang dalam memilih

dan mengonsumsi makanan sebagai hasil dari proses sosialisasi dari agen

sosialisasi. Semakin baik pengetahuan gizi seseorang maka akan semakin

memperhatikan kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi. Pengetahuan

yang baik tentang makanan akan berpengaruh pada pemilihan makanan yang

sesuai dengan kebutuhan untuk kesehatan (Parmenter dan Wardle 1999). Tingkat

pengetahuan yang kurang akan berakibat remaja memilih pola makan yang kurang

tepat karena pada masa remaja rentan sekali terpengaruh oleh lingkungan sekitar.

Sosialisasi Konsumen

Sosialisasi adalah proses seseorang memperoleh pengetahuan, keahlian, dan

hubungan sosial agar mampu berpartisipasi sebagai anggota masyarakat

(Sumarwan 2011). Sosialisasi konsumen menurut Ward (1974) adalah proses

ketika orang muda memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang

relevan dengan fungsi mereka sebagai konsumen di pasar. Menurut Hawkins et al.

(2002) sosialisasi konsumen adalah proses orang muda (dari lahir hingga 18

tahun) belajar untuk menjadi konsumen. Sosialisasi konsumen menghasilkan

pengetahuan tentang barang dan jasa serta pengetahuan konsumsi dan pencarian

informasi serta keterampilan untuk menawar barang dan jasa. Menurut Mowen

dan Minor (1998) sosialisasi konsumen terdiri dari tiga unsur utama yaitu faktor

latar belakang, yang melakukan sosialisasi, dan proses belajar. Sumarwan (2011)

menyatakan bahwa faktor latar belakang terdiri dari karakteristik konsumen

seperti status sosial ekonomi, jenis kelamin, usia, kelas sosial, dan agama. Faktor

yang melakukan sosialisasi adalah seseorang yang secara langsung berhubungan

dengan konsumen dan memiliki pengaruh terhadap konsumen, seperti orang tua,

saudara, teman, guru, dan media massa. Selanjutnya, faktor yang melakukan

sosialisasi tersebut akan mempengaruhi proses belajar konsumen melalui proses

belajar modeling, penguatan, dan kognitif.

Proses sosialisasi anak menjadi konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor

salah satunya umur yang merupakan indikator penting dalam perkembangan fisik

dan kognitif anak. Menurut Hawkins et al. (2002) sosialisasi konsumen

Page 23: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

7

dipengaruhi oleh perkembangan kognitif mengenai tahapan berpikir anak sebagai

interaksi antara kematangan diri secara biologis dan pengalaman dengan

lingkungan. Terdapat tiga tahapan sosialisasi konsumen berdasarkan

perkembangan usia anak yang dikemukakan oleh John (1999) yaitu:

1. Tahap Persepsi

Tahap ini terjadi pada usia 3-7 tahun yang menunjukan anak belum

mengetahui tentang merek atau suatu tempat yang umumnya ditandai dengan

hal-hal yang mudah diamati secara langsung. Namun, belum sampai pada

tahap mengerti untuk mengorganisasikan informasi tersebut.

2. Tahap Analisis

Tahap ini terjadi pada usia 7-11 tahun ditandai adanya perubahan besar baik

secara kognitif maupun sosial. Pada tahap ini anak memiliki perkembangan

pengetahuan dan keterampilan untuk mengolah dan memahami informasi.

Misalnya dalam hal atribut anak dapat memahami rasa manis yang

merupakan atribut menarik pada produk permen, serta dapat bernegosiasi

untuk barang-barang yang diinginkan.

3. Tahap Reflektif

Tahap ini terjadi pada usia 11-16 tahun yang ditandai dengan pengetahuan

yang lebih kompleks mengenai konsep pasar seperti merek dan harga. Usia

remaja mencerminkan cara berpikir dan penalaran yang berfokus pada makna

sosial dengan lebih memperhatikan aspek-aspek untuk menjadi seorang

konsumen seperti mengonsumsi dan memilih merek, serta membuat

keputusan tergantung pada situasi.

Proses sosialisasi konsumen berlangsung ketika anak dan orang dewasa

berinteraksi dengan agen sosialisasi (Hota dan McGuiggan 2005). Keluarga

terutama orang tua merupakan salah satu faktor yang berperan dalam proses

sosialisasi. Keluarga memiliki fungsi utama untuk mengembangkan kualitas

sumber daya manusia bagi semua anggotanya, termasuk fungsi untuk menjadikan

anak sebagai seorang konsumen (Sumarwan 2011). Agen sosialisasi konsumen

seperti orang tua, teman, dan media massa merupakan pengaruh eksternal bagi

anak dan remaja untuk belajar menjadi konsumen (John 1999). Orang tua adalah

agen sosialisasi yang penting untuk membantu remaja dalam membuat pilihan di

masa yang akan datang (Steinberg 2001 dalam Daniloski 2011). Orang tua

merupakan pengaruh paling utama dan paling efektif dalam menanamkan

kepercayaan dan kebiasaan anak (Hota dan McGuiggan 2005). Anak yang lebih

kecil belajar keterampilan menjadi konsumen melalui proses belajar secara tidak

sengaja, dan ketika mendekati masa remaja anak belajar keterampilan menjadi

konsumen secara sengaja melalui observasi (Ward et al. 1977). Sosialisasi

konsumen mengajarkan anak mengenai harga, pengetahuan tentang produk,

motivasi sosial, nilai ekonomi untuk konsumsi, peran konsumen, dan preferensi di

antara merek dan barang alternatif. Hota dan McGuiggan (2005) menyatakan

bahwa tingkat pengaruh dari sosialisasi konsumen yaitu orangtua, media

(televisi/iklan) dan teman sebaya.

Media massa memiliki pengaruh dalam proses sosialisasi untuk

mengembangkan motivasi sosial dan keinginan mengonsumsi suatu produk dan

preferensi suatu merek. Menurut penelitian Moschis dan Churchill (1978) dalam

Tarabashkina (2013) mengemukakan bahwa nilai konsumen akan mengalami

perubahan pada anak-anak dan remaja melalui program TV dan iklan. Remaja

Page 24: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

8

yang menghabiskan waktu menonton TV cenderung memperlihatkan sosial

motivasi yang tinggi terhadap konsumsi, menggambarkan pengetahuan tentang

produk, dan simbol sosial.

Hubungan Karakteristik Responden dengan Gaya Pengasuhan

Pengasuhan adalah proses menumbuhkembangkan dan mendidik anak dari

kelahiran anak hingga anak memasuki usia dewasa. Menurut Berns 1997 dalam

Hastuti (2014), pengasuhan mengacu kepada upaya untuk mensosialisasikan hal-

hal yang berlaku di dalam suatu masyarakat agar anak dapat berperan secara

efektif dalam masyarakat. Gaya pengasuhan adalah bentuk-bentuk yang

diterapkan dalam rangka merawat, memelihara, membimbing dan melatih, dan

memberikan pengaruh pada anak. Gaya pengasuhan dibagi menjadi dua dimensi

(Baumrind 1996 dalam Hastuti 2014) yaitu responsiveness dan demandingnes.

Responsiveness adalah kecenderungan bersikap hangat, menerima, dan keinginan

untuk menerima permintaan dan perasaan anak. Demandingness adalah

kecenderungan untuk menetapkan peraturan secara ketat, kontrol yang kuat agar

anak berlaku matang dan dewasa.

Berdasarkan dua dimensi tersebut gaya pengasuhan dibagi menjadi tiga tipe

yaitu gaya pengasuhan otoritatif, otoriter, dan permissif (Baumrind 1972) yaitu :

1. Gaya pengasuhan otoritatif adalah orang tua yang memberikan batasan aturan

dan memiliki otoritas tinggi, namun juga memberikan kehangatan, kasih

sayang, memberikan penjelasan dan keterangan pada anak, toleran, dan

empati pada anak.

2. Gaya pengasuhan otoriter adalah orang tua yang memberikan batasan dan

pemberian aturan yang ketat, ketaatan yang bersifat tidak membantah, dan

peraturan yang kaku tanpa penjelasan.

3. Gaya pengasuhan permissif adalah orang tua yang kurang memberikan aturan

atau batasan, membiarkan, dan kurang memberikan pengarahan serta

penjelasan pada anak.

Hasil penelitian Elmanora et al. (2012) menyebutkan bahwa perempuan

cenderung diasuh oleh gaya pengasuhan otoritatif dibandingkan laki-laki.

Anak yang lebih kecil cenderung diasuh dengan gaya pengasuhan otoritatif

dibandingkan anak yang berusia lebih dewasa. Pasaribu (2013) menyatakan

bahwa anak yang berasal dari Jawa Barat cenderung diasuh dengan gaya

pengasuhan permisif.

Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Gaya Pengasuhan

Hasil penelitian Elmanora et al. (2012) menunjukan bahwa tingkat

pendidikan ibu memiliki pengaruh terhadap perbedaan gaya pengasuhan yang

diterapkan. Lama pendidikan ayah dan besar keluarga memiliki hubungan negatif

terhadap gaya pengasuhan otoritatif (Prabandari dan Yuliati 2016). Menurut

Pasaribu (2013) pendapatan keluarga memiliki hubungan terhadap gaya

pengasuhan permissif.

Page 25: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

9

Hubungan Karakteristik Responden dengan Pola Komunikasi Keluarga

Komunikasi keluarga adalah interaksi yang terjalin antara orang tua dan

anak yang bersifat dua arah disertai dengan pemahaman terhadap sesuatu hal yang

disampaikan berupa pendapat, pikiran, dan informasi. Menurut McLeod dan

Chafee (1972) terdapat dua pola komunikasi dalam keluarga, yaitu conversation

orientation dan conformity orientation. Koerner dan Fitzpatrick (2002)

menyatakan bahwa conversation orientation adalah suatu pola komunikasi dalam

keluarga ketika anggota keluarga dapat terlibat dalam interaksi atau topik yang

luas, anggota keluarga bebas dan terbuka untuk saling berinteraksi, serta saling

berbagi tentang pendapat, ide, pengalaman, dan perasaan satu sama lain.

Conformity orientation adalah komunikasi dalam keluarga yang ditandai dengan

kepatuhan terhadap orang tua dan pengambilan keputusan berada pada orang tua.

Hasil penelitian Krisnatuti dan Putri (2012) menunjukan bahwa laki-laki dan

perempuan cenderung menerapkan pola komunikasi conversation orientation.

Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Pola Komunikasi Keluarga

Hasil penelitian Krisnatuti dan Putri (2012) menunjukan bahwa pendidikan

ayah dan pendapatan perkapita dalam keluarga memiliki hubungan positif dengan

pola komunikasi conversation orientation, dan usia ayah memiliki hubungan

negatif dengan pola komunikasi conformity orientation.

Hubungan Gaya Pengasuhan dengan Pemilihan Makanan

Penelitian terdahulu mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara gaya

pengasuhan orang tua terhadap sikap remaja dalam pemilihan makanan melalui

praktik pengasuhan (Daniloski 2011). Gaya pengasuhan orang tua memiliki

pengaruh langsung terhadap hasil sosialisasi anak melalui praktik pengasuhan

(Kim et al. 2015). Vereecken et al. (2004) menemukan bahwa pengasuhan orang

tua memiliki dampak tehadap pemilihan makanan pada remaja. Hasil penelitian

Horst et al. (2003) dalam Daniloski (2011) menyatakan bahwa orang tua otoritatif

berhubungan dengan penurunan konsumsi minuman manis pada remaja. Menurut

Darling dan Steinberg (1993) bahwa remaja dengan gaya pengasuhan otoritatif

akan lebih terdorong untuk bertindak sesuai dengan gaya pengasuhan orang tua.

Hal ini dapat terjadi karena orang tua otoritatif memiliki kontrol yang cukup untuk

mendorong anak mematuhi aturan dan memiliki kehangatan yang baik untuk

mendorong anak terbuka terhadap pengaruh orang tua.

Hubungan Pola Komunikasi Keluarga dengan Pemilihan Makanan

Hasil penelitian John (1999) menyatakan bahwa komunikasi orang tua dan

anak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sosialisasi anak sebagai

konsumen. Orang tua yang memenuhi keinginan anak akan mendorong anak

untuk perhatian terhadap iklan, sedangkan orang tua yang mendiskusikan

permintaan anak akan mendorong anak untuk mengembangkan keterampilan

dalam memilih dan menginterpretasi informasi mengenai produk (Ward et al.

1986).

Page 26: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

10

Hubungan Media dan Teman dengan Pemilihan Makanan

Media dan teman yang berada di sekitar konsumen memiliki pengaruh

terhadap konsumen. Media umumnya berisi informasi yang dibutuhkan konsumen

sehingga konsumen dapat membandingkan beberapa produk dan membantu

mempercepat proses pengambilan keputusan. Teman berfungsi sebagai referensi

bagi individu dalam membuat keputusan. Hasil penelitian Hartup (1983) dalam

Santrock (2003) menyatakan bahwa interaksi dengan teman sebaya yang memiliki

kesamaan usia memainkan peranan unik pada masyarakat Amerika Serikat, dan

salah satu fungsi teman sebaya adalah untuk berbagi informasi mengenai dunia di

luar keluarga.

KERANGKA PEMIKIRAN

Anak merupakan salah satu konsumen namun belum dapat mengambil

keputusan sendiri. Keluarga memiliki kewajiban untuk menjadikan anak sebagai

konsumen yang dapat mengambil keputusan. Cara yang dapat dilakukan oleh

orang tua agar dapat menjadikan anak sebagai konsumen yaitu melalui sosialisasi

yang terjadi sejak anak lahir hingga dewasa. Sosialisasi yang dilakukan orang tua

sejak kecil akan berdampak pada perilaku anak di masa yang akan datang,

termasuk perilaku pemilihan makanan khususnya sayur. Agen-agen sosialisasi

yang mempengaruhi proses sosialisasi yaitu orang tua, teman, dan media. Orang

tua menerapkan sosialisasi melalui gaya pengasuhan dan pola komunikasi

keluarga yang terjadi sejak anak dilahirkan.

Keluarga memiliki praktik gaya pengasuhan yang berbeda-beda menurut

dimensinya. Baumrind (1972) membagi gaya pengasuhan menjadi tiga tipe yaitu

gaya pengasuhan otoritatif, otoriter, dan permissif. Gaya pengasuhan orang tua

didasarkan pada karakteristik anak dan karakteristik keluarga. Lama pendidikan

ayah dan besar keluarga memiliki hubungan negatif dengan gaya pengasuhan

otoritatif (Prabandari dan Yuliati 2016). Menurut Pasaribu (2013) pendapatan

keluarga memiliki hubungan dengan gaya pengasuhan permissif.

Menurut Koerner dan Fitzpatrick (2002) gaya komunikasi keluarga

dibedakan menjadi dua dimensi yaitu conversation orientation dan conformity

orientation. Komunikasi dalam keluarga tidak terlepas dari karakteristik anak dan

karakteristik keluarga. Hasil penelitian Krisnatuti dan Putri (2012) menunjukan

bahwa pendidikan ayah dan pendapatan perkapita dalam keluarga memiliki

hubungan positif dengan pola komunikasi conversation orientation, dan usia ayah

memiliki hubungan negatif dengan pola komunikasi conformity orientation.

Kerangka penelitian yang mendasari penelitian ini disajikan dalam Gambar 1.

H1: terdapat hubungan signifikan antara karakteristik mahasiswa (jenis kelamin,

asal daerah, uang saku) dengan gaya pengasuhan.

H2: terdapat hubungan signifikan antara karakteristik keluarga (besar keluarga,

usia orang tua, pendidikan orang tua, status pekerjaan dan pendapatan

keluarga) dengan gaya pengasuhan.

H3: terdapat hubungan signifikan antara karakteristik mahasiswa (jenis kelamin,

asal daerah, uang saku) dengan pola komunikasi keluarga.

Page 27: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

11

H4: terdapat hubungan signifikan antara karakteristik keluarga (besar keluarga,

usia orang tua, pendidikan orang tua, status pekerjaan dan pendapatan

keluarga) dengan pola komunikasi keluarga.

H5: terdapat pengaruh signifikan antara gaya pengasuhan terhadap pemilihan

makanan.

H6: terdapat pengaruh signifikan antara pola komunikasi keluarga terhadap

pemilihan makanan.

H7: terdapat pengaruh signifikan antara paparan informasi media dan teman

terhadap pemilihan makanan.

H1

H2 H3 H4

H1 H2

H5 H6 H7

H3

Gambar 1 Kerangka pemikiran

METODE PENELITIAN

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu penelitian

yang dilakukan pada satu waktu dengan menggunakan metode survey kuantitatif.

Lokasi penelitian dilakukan di Institut Pertanian Bogor kampus IPB Dramaga.

Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive karena mahasiswa PPKU IPB

merupakan mahasiswa tingkat pertama yang masih dalam tahap beradaptasi

Karakteristik mahasiswa :

Jenis kelamin

Asal daerah

Uang saku

Karakteristik keluarga :

Besar keluarga

Usia orang tua

Pendidikan orang tua

Status pekerjaan orang tua

Pendapatan keluarga

Gaya pengasuhan :

Otoritatif

Otoriter

Permissif

Pola komunikasi keluarga :

Conversation orientation

Conformity orientation

Paparan informasi:

Teman

Media massa

Pemilihan Makanan

(Sayur)

Page 28: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

12

dengan lingkungan asrama dan perilaku makan kemungkinan masih dipengaruhi

oleh kebiasaan makan ketika bersama orang tua. Penelitian dilakukan pada bulan

Februari hingga Juli 2016 yang terdiri dari persiapan, pengumpulan data,

pengolahan data, analisis data, dan penulisan laporan.

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Pendidikan

Kompetensi Umum (PPKU) IPB Tahun 2015/2016 yang berjumlah 3 573 orang

dan terdiri dari 33 kelas. Selanjutnya dipilih secara cluster random sampling

terpilih tiga kelas yaitu P09, Q03, dan R02. Penelitian ini melibatkan 288

mahasiswa yang memenuhi kriteria diasuh oleh orang tua hingga berusia 16

tahun. Alasan pemilihan responden karena mahasiswa berada pada kategori

remaja akhir dan dewasa awal yaitu berusia 17-21 tahun dan berasal dari berbagai

daerah di Indonesia dengan berbagai latar belakang ekonomi. Oleh karena itu,

mahasiswa PPKU IPB dianggap mewakili remaja dari perguruan tinggi di

Indonesia.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer. Data

primer merupakan data yang diperoleh langsung dari mahasiswa yang meliputi

karakteristik mahasiswa (jenis kelamin, asal daerah, dan uang saku setiap bulan),

karakteristik keluarga (besar keluarga, usia orang tua, pendidikan orang tua,

pekerjaan orang tua, dan pendapatan keluarga), gaya pengasuhan yang diterapkan

oleh orang tua (otoritatif, otoriter, dan permissif), pola komunikasi dalam keluarga

(conversation orientation dan conformity orientation), paparan informasi melalui

media dan teman, dan pemilihan makanan. Data dikumpulkan dengan cara self

administered menggunakan kuesioner yaitu mahasiswa mengisi sendiri kuesioner

yang telah dibagikan, namun sebelumnya telah diberikan arahan mengenai cara

pengisian yang bertujuan agar mahasiswa memahami makna yang terkandung

dalam kuesioner tersebut. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan data

sekunder untuk menentukan jumlah mahasiswa. Data sekunder meliputi jumlah

mahasiswa PPKU IPB, jumlah kelas, dan kelompok kelas yang diperoleh dari

Sekretariat PPKU IPB.

Instrumen gaya pengasuhan menggunakan gaya pengasuhan Baumrind

(Otoritatif, Otoriter, dan Permissif) diadopsi dari Robinson et al. (1995).

Instrumen yang digunakan telah dimodifikasi berdasarkan persepsi mahasiswa

terhadap gaya pengasuhan orang tua. Instrumen ini terdiri dari 30 pernyataan

dengan Cronbach’s Alpha 0.701 dengan nilai 0.175-0.688.

Pola komunikasi keluarga menggunakan instrumen Family Communication

Pattern diadopsi dari Chaffe et al. (1972). Instrumen yang digunakan telah

dimodifikasi sesuai dengan topik dalam penelitian ini yaitu mengenai sayur. Pola

komunikasi dibagi menjadi dua dimensi yaitu conversation orientation dan

conformity orientation. Instrumen ini terdiri dari 26 pernyataan dengan nilai

Cronbach’s Alpha 0.660 dengan 0.210 hingga 0.664.

Instrumen media dan teman diadopsi dari Yuliati et al. (2012). Nilai

cronbach alpha instrumen media adalah 0.829 dengan nilai 0.736 hingga 0.808

Page 29: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

13

yang terdiri dari lima pernyataan. Nilai Cronbach’s Alpha instrumen teman adalah

0.882 yang terdiri dari lima pernyataan dengan nilai 0.787 hingga 0.868.

Pemilihan makanan menggunakan instrumen Food Choice Questionnaire

diadopsi dari Steptoe et al. (1995) yang terdiri dari 26 pernyataan dengan nilai

Cronbach’s Alpha 0.948 dengan nilai 0.410 hingga 0.742. Instrumen ini terdiri

dari alasan kesehatan, suasana hati, kemudahan, sensorik, kandungan alami dalam

pangan, harga, pengendalian berat badan, familiaritas, dan masalah etika.

Frekuensi makan sayur diukur menggunakan instrumen Food Frequency

Questionnaire dari Eertmans (2006) yang terdiri dari empat pernyataan terbuka

dan tertutup. Variabel dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala

Likert 1 sampai 5 yang menjelaskan bahwa 1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju,

3=netral, 4=setuju, dan 5=sangat setuju.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis dengan

menggunakan Microsoft Excel dan Statistic Program for Sosial Science (SPSS).

Pengolahan data dilakukan setelah data terkumpul mencakup penyuntingan data

(editing), pemberian kode (coding), pemberian nilai (scoring), entry data,

cleaning data dan analisis data. Dimensi persepsi gaya pengasuhan diukur melalui

skor indeks tertinggi yang mencerminkan kecenderungan gaya pengasuhan yang

dilakukan orang tua menurut persepsi mahasiswa. Dimensi pola komunikasi

keluarga juga diukur melalui skor indeks tertinggi dari dua pola komunikasi yang

mencerminkan kecenderungan komunikasi dalam keluarga yaitu conversation

orientation dan conformity orientation. Media dan teman diukur melalui rata-rata

indeks skor tertinggi paparan informasi mahasiswa antara laki-laki dan

perempuan. Skor indeks memiliki skala 1 hingga 100 yang didapatkan melalui

rumus berikut:

Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan inerensia. Analisis

deskriptif dilakukan untuk menganalisis karakteristik mahasiswa (jenis kelamin,

asal daerah, dan uang saku), karakteristik keluarga (besar keluarga, usia orang tua,

pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, dan pendapatan keluarga), gaya

pengasuhan yang dilakukan oleh orangtua (otoriter, otoritatif, dan permisif), pola

komunikasi keluarga (conversation orientation dan conformity orientation), media

dan teman, dan pemilihan makanan (sayur). Analisis inferensia yang dilakukan

meliputi uji hubungan, uji beda, dan uji regresi linear berganda. Uji hubungan

digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel karakteristik mahasiswa,

karakteristik, gaya pengasuhan, pola komunikasi keluarga, serta media dan teman

dengan alasan mahasiswa dalam pemilihan makanan, uji beda digunakan untuk

menganalisis perbedaan antara mahasiswa berjenis kelamin laki-laki dan

perempuan. Uji beda yang digunakan adalah independent sample T-test, uji

hubungan yang digunakan adalah uji korelasi Pearson. Uji pengaruh digunakan

untuk melihat pengaruh jenis kelamin, asal daerah, uang saku, besar keluarga, usia

orang tua, pendidikan orang tua, status pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua,

Indeks=nilai yang diperoleh-nilai minimum

nilai maksimum-nilai minimum ×100

Page 30: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

14

gaya pengasuhan, pola komuikasi keluarga, serta media dan teman terhadap

pemilihan makanan mahasiswa.

Sebelum melakukan uji regresi linear berganda ada beberapa syarat yang

harus dipenuhi yaitu melakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas,

multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan uji korelasi. Uji normalitas dapat dilihat

jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal

atau grafik histogram maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal

atau model regresi memenuhi asumsi normalitas. Uji multikolinearitas dilakukan

untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel bebas yang diteliti.

Variabel dikatakan terdapat multikolinearitas apabila memiliki tolerance value di

atas 0.1 dan Variance Inflation Factors (VIF) di bawah 10. Uji heteroskedastisitas

digunakan untuk mengetahui apakah model regresi terjadi ketidaksamaan

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi

dikatakan terjadi heteroskedastisitas apabila memiliki nilai signifikan di bawah

0.05 dan pada grafik scatterplot titik-titik tidak menyebar di atas maupun di

bawah angka nol pada sumbu Y. Pada uji autokorelasi dapat dilihat jika Durbin-

Watson mendekati 2 maka model regresi tidak memiliki autokorelasi. Hasil uji

asumsi klasik dapat dilihat pada Lampiran 1.

Analisis data menggunakan uji regresi linear berganda digunakan untuk

menganalisis pengaruh variabel independen terhadap pemilihan makanan (sayur)

pada mahasiswa. Terdapat beberapa variabel yang berpotensi multikolinear

sehingga hanya beberapa variabel yang dimasukan ke dalam model regresi. Uji

regresi diformulasikan sebagai berikut :

Keterangan :

Y = Pemilihan makanan

α = Konstanta regresi

β1,β2,.....,β12 = Koefisien regresi

D1 = Jenis kelamin

X2 = Uang saku

X3 = Usia ayah

X4 = Usia ibu

X5 = Pendidikan ibu

X6 = Gaya pengasuhan otoritatif

X7 = Gaya pengasuhan otoriter

X8 = Gaya pengasuhan permissif

X9 = Conversation orientation

X10 = Conformity orientation

X11 = Media

X12 = Teman

ε = Galat

Y = α + β1D1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + β8X8 + β9D9

+ β10D10 + β11X11 + β12D12 + ε

Page 31: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

15

Definisi Operasional

Pemilihan makanan pada penelitian ini dikhususkan pada makanan sayur.

Sayur adalah makanan yang berasal dari tanaman yang dapat dikonsumsi dalam

bentuk mentah (lalapan segar) atau setelah diolah menjadi berbagai bentuk

masakan dengan cara ditumis maupun berkuah. Tabel 1 menunjukan definisi

operasional dan indikator pembentuk variabel yang digunakan dalam penelitian.

Tabel 1 Variabel, dimensi variabel, definisi operasional, dan referensi

Variabel Dimensi

Variabel Definisi operasional Referensi

Gaya

pengasuhan

Proses menumbuhkembangkan dan

mendidik anak dari kelahiran anak

hingga anak memasuki usia dewasa.

Baumrind

(1997)

Otoritatif Orang tua memberikan batasan aturan

dan memiliki otoritas tinggi namun juga

memberikan kehangatan, kasih sayang,

memberikan penjelasan dan keterangan,

toleran dan empati pada anak.

Otoriter Orang tua memberikan batasan dan

pemberian aturan yang ketat, ketaatan

yang bersifat tidak membantah, dan

peraturan yang kaku tanpa penjelasan.

Permisif

Orang tua kurang memberikan aturan

atau batasan, membiarkan dan kurang

memberikan pengarahan serta

penjelasan pada anak.

Pola

komunikasi

keluarga

Interaksi antara orang tua dan anak yang

disertai dengan pemahaman terhadap

sesuatu yang disampaikan melalui

pendapat, pikiran, dan informasi.

Koerner

dan

Fitzpatrick

(2002)

Conversation

orientation

Keluarga bebas dan terbuka untuk

mengemukakan pendapat, ide, perasaan,

dan pengalaman satu sama lain dan

keputusan keluarga diputuskan secara

bersama-sama.

Conformity

orientation

Anak patuh terhadap orang tua,

pengambilan keputusan ada pada orang

tua.

Media Paparan informasi yang dirasakan

mahasiswa dalam proses pemilihan

makanan yang berasal dari alat atau

sarana yang digunakan untuk

menyampaikan pesan dari sumber

kepada khalayak dengan menggunakan

alat-alat komunikasi mekanis, seperti

surat kabar, radio, dan televisi.

Diadopsi

dari Yuliati

et al.

(2012)

Page 32: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

16

Tabel 1 Variabel, dimensi variabel, definisi operasional, dan referensi (Lanjutan)

Variabel Dimensi

Variabel

Definisi operasional Referensi

Teman Paparan informasi yang dirasakan

mahasiswa dalam proses pemilihan

makanan khususnya sayur yang berasal

dari teman sebaya.

Diadopsi

dari Yuliati

et al.

(2012)

Pemilihan

makanan

Cara seseorang mempertimbangkan

memilih makanan khususnya sayur

untuk dikonsumsi yang terdiri dari

sembilan dimensi berupa alasan

kesehatan, suasana hati, kemudahan,

sensorik, kandungan alami dalam

pangan, harga, pengendalian berat

badan, familiaritas, dan masalah etika.

Steptoe et

al. (1995)

Kesehatan Alasan kandungan vitamin, mineral,

menjaga kesehatan, bergizi, baik untuk

pencernaan, dan tinggi serat.

Suasana hati Alasan dapat meredakan stress,

menyadarkan pola hidup sehat, rileks,

bahagia, dan merasa lebih baik.

Kemudahan Alasan mudah disiapkan, dimasak, dapat

dibeli di warung atau kantin sekitar

asrama dan kampus.

Sensorik Alasan aroma enak, terlihat menarik,

tekstur lembut, dan rasa yang enak.

Kandungan

alami dalam

pangan

Alasan kandungan bahan alami dan

tidak mengandung bahan kimia buatan

yang berbahaya.

Harga Alasan murah dan terjangkau.

Pengendalian

berat badan

Alasan rendah kalori, dapat membantu

mengontrol berat badan, dan rendah

lemak.

Familiaritas Alasan tidak asing dan biasa dimakan

dari sejak kecil.

Masalah

etika

Alasan berasal dari petani Indonesia,

memiliki label asal negara, dan kemasan

ramah lingkungan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Mahasiswa

Pada penelitian ini, lebih dari setengah mahasiswa (58%) adalah

perempuan dan sebanyak 42 persen adalah laki-laki (Lampiran 2). Hal ini sesuai

dengan proporsi mahasiswa IPB yang memiliki jumlah mahasiswa perempuan

lebih banyak dibandingkan mahasiswa laki-laki. Jumlah mahasiswa program

pendidikan Sarjana IPB adalah 16 080 mahasiswa, dengan proporsi laki-laki

sebanyak 6 631 mahasiswa dan perempuan sebanyak 9 449 mahasiswa. Institut

Page 33: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

17

Pertanian Bogor merupakan salah satu perguruan tinggi dengan mahasiswa yang

berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Namun, sebagian besar mahasiswa

berasal dari Jawa Barat. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebanyak 44

persen mahasiswa berasal dari Jawa Barat dan sebanyak 66 persen berasal dari

luar Jawa Barat (Lampiran 3). Uang saku bulanan mahasiswa berasal dari orang

tua, beasiswa, dan bekerja. Mayoritas uang saku bulanan mahasiswa berasal dari

orang tua yang sebagian besar bekerja sebagai PNS, swasta, dan wirausaha.

Proporsi terbesar uang saku (56.6%) berada pada kisaran Rp600 000 sampai Rp1

000 000 dengan rata-rata uang saku sebesar Rp1 120 000 per bulan (Lampiran 4).

Terdapat perbedaan nyata (p<0.05) uang saku antara mahasiswa laki-laki dan

perempuan yaitu perempuan memiliki uang saku lebih besar dibandingkan laki-

laki.

Karakteristik Keluarga

Hasil Pendataan Keluarga tahun 2013 menunjukan bahwa setiap keluarga

memiliki anggota keluarga sekitar tiga hingga empat orang menurut BKKBN

(2014). Namun, lebih dari separuh mahasiswa (52.1%) berada pada kategori

keluarga sedang yaitu jumlah anggota keluarga sebanyak lima hingga tujuh orang

(Lampiran 5). Pemahaman mengenai usia konsumen penting dilakukan karena

perbedaan usia akan menyebabkan seseorang mengonsumsi produk dan jasa yang

berbeda (Sumarwan 2011). Usia dibagi menjadi lima kategori yaitu dewasa awal

(19-24 tahun), dewasa madya (25-35 tahun), separuh baya (36-50 tahun), tua (51-

65 tahun), dan lanjut usia (>65 tahun). Proporsi terbesar usia ayah (56%)

mahasiswa laki-laki berada pada kategori usia tua, sedangkan usia ayah pada

mahasiswa perempuan (53.5%) berada pada kategori separuh baya. Lebih dari tiga

perempat usia ibu mahasiswa (78.4%) berada pada kategori usia separuh baya

dengan rata-rata 46.6 tahun (Lampiran 6).

Tingkat pendidikan orang tua sebanyak 33.7 persen telah menempuh

pendidikan sampai jenjang SMA. Terdapat perbedaan nyata (p<0.05) tingkat

pendidikan ayah antara mahasiswa laki-laki dan perempuan (Lampiran 7). Status

pekerjaan ayah sebanyak 95.6 persen adalah bekerja dan sebagian besar ayah

mahasiswa bekerja sebagai PNS, swasta, dan wirausaha. Sedangkan lebih dari

setengah (53.2%) ibu mahasiswa berstatus tidak bekerja (Lampiran 8).

Pendapatan orang tua berada pada rentang Rp0 sampai Rp44 000 000 dengan rata-

rata sebesar Rp5 740 000 per bulan. Lebih dari separuh (58%) pendapatan orang

tua berada pada kisaran Rp1 000 000 sampai Rp5 000 000 per bulan (Lampiran

9). Lebih dari tiga perempat (87.15 %) mahasiswa berada pada kategori keluarga

tidak miskin karena berada di atas batas garis kemiskinan yaitu Rp313 328

perkapita per bulan menurut garis kemiskinan BPS (2015).

Kebiasaan Makan Sayur

Kebiasaan makan adalah pola perilaku konsumsi pangan yang terjadi secara

berulang. Tabel 2 menunjukan bahwa terdapat perubahan kebiasaan makan

mahasiswa sebelum dan sesudah masuk IPB. Sebelum masuk IPB mahasiswa

laki-laki (48.8%) cenderung makan sayur dengan porsi setengah mangkok,

sedangkan pada mahasiswa perempuan (46.7%) makan sayur dengan porsi satu

mangkok. Namun setelah masuk IPB, mahasiswa laki-laki (67.8%) dan

Page 34: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

18

perempuan (73.1%) terbiasa makan sayur dengan porsi setengah mangkok.

Frekuensi makan sayur pada mahasiswa laki-laki (52.1%) dan perempuan (60.5%)

sebelum masuk IPB adalah lebih dari dua kali setiap hari, namun setelah masuk

IPB pada mahasiswa laki-laki (38.0%) dan perempuan (37.2%) terbiasa makan

sayur sebanyak satu kali setiap hari. Jenis sayur yang dikonsumsi oleh mahasiswa

laki-laki dan perempuan tidak mengalami perubahan antara sebelum dan setelah

masuk IPB. Hal ini dapat dilihat bahwa mahasiswa cenderung terbiasa

mengonsumsi sayur yang ditumis.

Tabel 2 Sebaran mahasiswa berdasarkan jumlah, frekuensi, dan jenis sayur yang

dikonsumsi sebelum dan setelah masuk IPB

Perubahan jumlah dan frekuensi makan sayur pada mahasiswa terjadi

karena kurangnya jenis sayur yang disediakan oleh kantin di sekitar asrama dan

jenis sayur yang tersedia tidak biasa dikonsumsi oleh mahasiswa. Selain itu, rasa

yang tidak sesuai dengan sayur yang dikonsumsi di rumah dapat menjadi

penyebab perubahan kebiasaan makan sayur. Harga yang relatif mahal juga dapat

memicu perubahan kebiasaan makan sehingga mahasiswa cenderung memilih

mengonsumsi makanan lain seperti tahu, tempe, atau telur.

Gaya Pengasuhan

Baumrind (1972) membagi gaya pengasuhan menjadi tiga kategori yaitu

otoritatif, otoriter, dan permissif. Gaya pengasuhan otoriter adalah gaya

pengasuhan yang menekankan pada aturan dan batasan kepada anak. Orang tua

dengan gaya pengasuhan otoriter kemungkinan akan memaksa anak mengonsumsi

sayur tanpa mendiskusikan pendapat anak terhadap makanan. Gaya pengasuhan

permisif adalah pengasuhan yang menerapkan sedikit pembatasan dan cenderung

memberikan kebebasan. Orang tua dengan gaya pengasuhan permisif cenderung

membiarkan anak mengonsumsi makanan yang diinginkan. Gaya pengasuhan

otoritatif adalah pengasuhan yang menggabungkan dua pendekatan, yaitu orang

tua yang memberikan batasan aturan dan memiliki otoritas tinggi, namun juga

merupakan orang tua yang hangat, penuh kasih sayang, memberikan penjelasan

dan keterangan yang sesuai dengan pola pikir anak, toleran, dan empati kepada

Kategori

Sebelum masuk IPB Setelah masuk IPB

Laki-laki

(%)

Perempuan

(%)

Laki-laki

(%)

Perempuan

(%)

Jumlah konsumsi

½ mangkok 48.8 36.5 67.8 73.1

1 mangkok 40.5 46.7 25.6 23.4

≥1 ½ mangkok 10.7 16.8 6.6 3.6

Frekuensi/hari

Jarang/ tidak pernah 9.9 13.8 24.8 38.3

1 kali 38.0 25.7 38.0 40.7

≥ 2 kali 52.1 60.5 37.2 21.0

Jenis sayur

Sayur yang ditumis 56.2 56.3 60.0 55.1

Sayur mentah 9.1 7.2 11.7 9.0

Sayur berkuah 34.7 36.5 28.3 35.9

Page 35: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

19

anak. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas (93.8%) gaya pengasuhan

yang diterapkan oleh orang tua mahasiswa laki-laki dan perempuan adalah gaya

pengasuhan otoritatif. Sebanyak 4.8 persen mahasiswa diasuh dengan gaya

pengasuhan otoriter, dan hanya 1.4 persen mahasiswa diasuh dengan gaya

pengasuhan permisif. Tidak terdapat perbedaan signifikan gaya pengasuhan antara

mahasiswa laki-laki dan perempuan (Tabel 3). Hal ini menjelaskan bahwa

mayoritas orang tua mahasiswa menerapkan gaya pengasuhan otoritatif dan tidak

membedakan gaya pengasuhan antara anak laki-laki dan perempuan.

Tabel 3 Sebaran gaya pengasuhan mahasiswa berdasarkan jenis kelamin

Gaya pengasuhan Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Otoritatif 111 91.7 159 95.2 270 93.8

Otoriter 8 6.6 6 3.6 14 4.8

Permissif 2 1,7 2 1.2 4 1.4

Total 121 100 167 100 288 100

Uji beda (p- value) 0.589

Pola Komunikasi Keluarga

McLeod dan Chafee (1972) membagi dua pola komunikasi dalam keluarga

yaitu conversation orientation dan conformity orientation. Koerner dan

Fitzpatrick (2002) menyatakan bahwa conversation orientation adalah

komunikasi dalam keluarga yang ditandai dengan setiap anggota keluarga bebas

dan terbuka dalam mengemukakan pendapat dan ide, serta keputusan dalam

keluarga diputuskan secara bersama. Conformity orientation adalah komunikasi

dalam keluarga yang ditandai dengan kepatuhan anak terhadap orang tua dan

pengambilan keputusan berada pada orang tua.

Tabel 4 Sebaran capaian dimensi pola komunikasi dalam keluarga berdasarkan

jenis kelamin

Gaya Komunikasi Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Conversation 96 79.33 142 85.03 238 82.64

Conformity 25 20.67 25 14.97 50 17.36

Total 121 100 167 100 288 100

Uji beda (p- value) 0.028* Keterangan : *=signifikan pada level 0.05

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebanyak 82.6 persen mahasiswa

laki-laki dan perempuan merupakan tipe pola komunikasi conversation

orientation dan hanya 17.4 persen mahasiswa dengan pola komunikasi conformity

orientation (Tabel 4). Terdapat perbedaan nyata (p<0.05) pola komunikasi

keluarga antara mahasiswa laki-laki dan perempuan.

Page 36: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

20

Media dan Teman

Media yang dimaksud berupa media massa, baik cetak maupun elektronik.

Sepuluh pernyataan diberikan kepada mahasiswa untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh media dan teman yang dirasakan mahasiswa dalam pemilihan

makanan khususnya sayur. Tabel 5 menunjukan bahwa mahasiswa laki-laki dan

perempuan cenderung terpapar informasi melalui media dibandingkan oleh teman.

Tidak terdapat perbedaan paparan informasi melalui media dan teman antara laki-

laki dan perempuan (p= 0.619). Iklan makanan memiliki potensi untuk

menyampaikan pengaruh yang kuat dalam konsumsi makanan. Pesan yang

ditampilkan melalui media elektronik maupun cetak sering mempengaruhi

konsumsi makanan. Mahasiswa yang banyak menghabiskan waktu menonton TV

cenderung akan memperlihatkan sosial motivasi yang tinggi terhadap konsumsi,

dan memiliki pengetahuan tentang produk suatu makanan.

Tabel 5 Rataan capaian indeks paparan informasi berdasarkan jenis kelamin

Paparan informasi Rata-rata indeks p-value

Laki-laki Perempuan Total

Media 60.0 ± 15.3 61.0 ± 16.8 60.6 ± 16.2 0.619

Teman 41.1± 16.6 40.8 ± 20.1 41.0± 18.7 0.890

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan paparan

informasi melalui teman antara laki-laki dan perempuan (p=0.890). Artinya laki-

laki dan perempuan memiliki kesamaan paparan informasi melalui teman. Teman

memiliki pengaruh terhadap pemilihan makanan yang berakhir pada konsumsi

makanan. Hal ini terjadi karena mahasiswa menghabiskan sebagian besar

waktunya bersama teman dan makan merupakan bagian penting dalam proses

sosialisasi (Cutler et al. 2011). Makanan merupakan simbol dari penerimaan,

kehangatan, dan pertemanan dalam hubungan sosial. Kurangnya pengaruh teman

dalam pemilihan makan sayur pada mahasiswa bisa terjadi karena karakteristik

mahasiswa yang berusia 17 hingga 21 tahun sudah terbiasa untuk menentukan

makanan sendiri.

Pemilihan Makanan

Alasan dalam pemilihan makanan terdiri dari kesehatan, suasana hati,

kemudahan, sensorik, kandungan alami dalam pangan, harga, pengendalian berat

badan, familiaritas, dan masalah etika. Tabel 6 menunjukan bahwa terdapat tiga

alasan utama dalam pemilihan makanan khususnya sayur pada mahasiswa yaitu

kesehatan, suasana hati, dan pengendalian berat badan. Pertama, mahasiswa

memilih makan sayur dengan alasan kesehatan karena mengandung vitamin dan

mineral, dapat menjaga kesehatan tubuh, bergizi, baik untuk pencernaan, dan

tinggi serat. Mahasiswa laki-laki dan perempuan mementingkan alasan kesehatan

dengan mempertimbangkan kesadaran terhadap perilaku kesehatan dan

dampaknya di masa yang akan datang. Hal ini menunjukan bahwa mahasiswa

sadar pada status kesehatan yang rendah sehingga berusaha untuk makan secara

sehat dengan mengonsumsi sayur. Seseorang yang mementingkan alasan

kesehatan dalam pemilihan makanan berhubungan dengan kebiasaan makan sehat

Page 37: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

21

(Steptoe et al. 1998). Manfaat yang ingin diperoleh dalam mengonsumsi makanan

yang sehat adalah agar dapat menjaga kesehatan, mencegah penyakit, mengontrol

berat badan, dan meningkatkan kualitas hidup.

Kedua, mahasiswa laki-laki dan perempuan memiliki kecenderungan

mementingkan alasan suasana hati dengan pertimbangan dapat menjadikan tubuh

lebih sehat, menyadarkan tentang pola hidup sehat, dapat meredakan stress, dan

membuat tubuh merasa lebih baik. Seseorang cenderung mengalami stress apabila

kelebihan makan dan sebaliknya stress dapat mendorong seseorang untuk

kelebihan makan. Kebiasaan makan yang tidak sehat pada mahasiswa disebabkan

karena perubahan lingkungan sebelum dan setelah masuk IPB yang dapat

menyebabkan makan berlebih sehingga berdampak pada penambahan berat badan

pada tahun pertama. Namun, kebiasaan makan sayur tidak akan berdampak pada

pertambahan berat badan sehingga tidak menimbulkan stress.

Tabel 6 Rataan capaian indeks alasan pemilihan makanan berdasarkan jenis

kelamin

Alasan pemilihan makanan Rata-rata indeks

p-value Laki-laki Perempuan Total

Kesehatan 74.5±17.4 75.4±17.8 75.0±17.6 0.651

Suasana hati 66.6±18.0 66.3±17.8 66.4±17.9 0.871

Kemudahan 56.5±14.0 55.1±15.3 55.7±14.7 0.412

Sensorik 59.7±18.3 58.3±19.6 58.9±19.0 0.546

Kandungan alami dalam pangan 57.6±22.4 56.0±23.5 56.7±23.0 0.573

Harga 62.0±20.1 56.7±20.7 58.9±20.6 0.029*

Pengendalian berat badan 64.5±18.5 67.1±19.1 66.0±18.8 0.252

Familiaritas 64.2±19.6 64.5±20.4 64.4±20.1 0.896

Masalah etika 61.6±17.3 59.0±16.9 60.1±17.1 0.203

Keterangan : *=signifikan pada level 0.05

Ketiga, alasan pengendalian berat badan dengan pertimbangan rendah

kalori, dapat membantu mengontrol berat badan, dan rendah lemak. Laki-laki dan

perempuan memiliki kecenderungan mementingkan alasan pengendalian berat

badan karena memiliki hubungan dengan perhatian terhadap kesehatan dalam

mengonsumsi makanan.

Selain tiga alasan di atas, terdapat beberapa alasan dalam pemilihan

makanan yaitu kemudahan, sensorik, kandungan alami dalam pangan, harga,

familiaritas, dan masalah etika. Alasan kemudahan meliputi mudah dalam

menyiapkan makanan (sayur), mudah dimasak, dapat dibeli di warung makan

sekitar asrama, dan banyak tersedia di warung makan sekitar kampus. Laki-laki

dan perempuan cukup mementingkan alasan kemudahan karena dapat diperoleh

dengan mudah di warung-warung sekitar kampus dan asrama.

Alasan sensorik dengan mempertimbangkan aroma yang enak, terlihat

menarik, tekstur yang lembut, dan rasa yang enak. Pada mahasiswa lak-laki dan

perempuan alasan ini cukup penting karena makanan yang memiliki aroma enak

dan tampilan menarik akan mendorong seseorang untuk mencoba dan

mengonsumsi makanan khususnya sayur.

Alasan kandungan alami dalam pangan dengan mempertimbangkan

komposisi makanan yang terdiri dari olahan sayur yang mengandung bahan alami

Page 38: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

22

dan tidak mengandung bahan kimia berbahaya, serta tidak mengandung bahan

buatan. Hasil menunjukan bahwa mahasiswa cukup mementingkan alasan ini

dalam pemilihan makanan. Mahasiswa yang memperhatikan kandungan alami

dalam pangan cenderung menerapkan konsumsi makan sehat seperti sayur.

Alasan harga dalam pemilihan makanan terdiri dari pertimbangan murah

dan harga yang terjangkau. Harga sayur di warung makan sekitar kampus dijual

dengan harga Rp2 000 hingga Rp4 000 per porsi setara dengan setengah

mangkok. Harga tersebut dapat dijangkau oleh mahasiswa dengan uang saku rata-

rata Rp1 120 000 setiap bulan. Terdapat perbedaan nyata alasan harga dalam

pemilihan makanan khususnya sayur antara laki-laki dan perempuan (p<0.05).

Laki-laki lebih mementingkan alasan harga dalam memilih makanan dengan

mempertimbangkan harga murah dan terjangkau dibandingkan perempuan.

Alasan familiaritas meliputi makanan yang sering di konsumsi pada waktu

kecil, makanan yang tidak asing bagi mahasiswa, dan biasa dikonsumsi.

Kebiasaan mengonsumsi makanan didorong oleh ketersediaan makanan yang

disiapkan oleh orang tua di rumah. Pada alasan ini, mahasiswa laki-laki dan

perempuan memiliki kecenderungan mementingkan alasan familiaritas dalam

memilih makanan. Hal ini menunjukan bahwa mahasiswa laki-laki dan

perempuan cenderung memilih dan mengonsumsi makanan yang biasa

dikonsumsi sejak kecil.

Alasan etika dalam pemilihan makanan meliputi sayur yang berasal dari

petani Indonesia dan dikemas dengan ramah lingkungan. Laki-laki lebih

mementingkan alasan ini dibandingkan perempuan. Hal ini menunjukan bahwa

laki-laki lebih memahami dan peduli terhadap makanan yang ramah lingkungan

dan berasal dari petani lokal.

Hubungan Karakteristik Mahasiswa dengan Gaya Pengasuhan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jenis kelamin memiliki hubungan

positif dengan gaya pengasuhan otoritatif (r=0.145; p<0.05) dan memiliki

hubungan negatif gaya pengasuhan otoriter (r=-0.120; p<0.05). Artinya

mahasiswa perempuan cenderung diasuh dengan gaya pengasuhan otoritatif

sebaliknya mahasiswa laki-laki cenderung diasuh dengan gaya pengasuhan

otoriter (Tabel 7). Asal daerah memiliki hubungan positif dengan gaya

pengasuhan permisif (r=0.156; p<0.05). Artinya mahasiswa yang berasal dari

Jawa Barat cenderung diasuh dengan gaya pengasuhan permisif.

Hipotesis pertama (H1) menyebutkan bahwa terdapat hubungan

karakteristik mahasiswa dengan gaya pengasuhan. Hipotesis ini diterima karena

pada penelitian ini terdapat hubungan antara jenis kelamin dan asal daerah dengan

gaya pengasuhan. Hal ini menunjukan bahwa perempuan cenderung diasuh

dengan gaya pengasuhan otoritatif sedangkan laki-laki cenderung diasuh dengan

gaya pengasuhan otoriter. Hal tersebut dikarenakan perempuan lebih terbuka

dalam mengungkapkan pendapat termasuk dalam pemilihan makanan sehingga

orang tua cenderung mendiskusikan kepada anak perempuan mengenai pilihan

makanan yang akan dikonsumsi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Elmanora

et al. (2012) yang menyatakan bahwa perempuan cenderung diasuh orang tua

dengan gaya pengasuhan otoritatif dibandingkan laki-laki. Mahasiswa yang

berasal dari Jawa Barat cenderung diasuh dengan gaya pengasuhan permisif. Hal

Page 39: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

23

ini bisa saja terjadi karena mayoritas orang tua terutama ayah berstatus bekerja

sehingga memiliki waktu yang terbatas untuk anak. Menurut Pasaribu et al.

(2013) remaja di Bogor yang diasuh oleh ayah dengan gaya pengasuhan permisif

menunjukan adanya beban kerja ayah yang tinggi sehingga waktu dan tenaga ayah

banyak tersita untuk pekerjaan. Hal tersebut mengakibatkan ayah tidak terlalu

memperhatikan pengasuhan anaknya.

Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Gaya Pengasuhan

Hasil uji korelasi menunjukan bahwa usia ayah memiliki hubungan negatif

dengan gaya pengasuhan otoritatif (r=-0.128; p<0.05), artinya semakin tua usia

ayah maka semakin rendah gaya pengasuhan otoritatif yang diterapkan pada anak

(Tabel 7).

Tabel 7 Koefisien korelasi antara karakteristik mahasiswa dan karakteristik

keluarga dengan gaya pengasuhan

Variabel Tipe Gaya Pengasuhan

Otoritatif Otoriter Permissif

Jenis kelamin (0= laki-laki; 1=perempuan) 0.145* -0.120* -0.052

Asal daerah (0=luar Jawa Barat; 1= Jawa

Barat) -0.047 0.046 0.156**

Uang saku 0.046 0.000 -0.023

Besar keluarga 0.004 0.090 0.034

Usia ayah -0.128* -0.083 0.011

Usia ibu -0.081 -0.065 0.027

Pendidikan ayah -0.038 -0.105 -0.023

Pendidikan ibu -0.037 -0.071 -0.057

Status pekerjaan ayah (0=tidak bekerja,

1=bekerja) -0.029 -0.033 -0.034

Status pekerjaan ibu (0=tidak bekerja,

1=bekerja) 0.013 -0.060 0.053

Pendapatan keluarga 0.057 -0.106 -0.052

Keterangan : Keterangan : *=signifikan pada level 0.05; **=signifikan pada level 0.01

Hipotesis kedua (H2) menyebutkan bahwa terdapat hubungan karakteristik

keluarga dengan gaya pengasuhan. Hipotesis ini diterima karena dalam penelitian

ini terdapat hubungan negatif antara usia ayah dengan gaya pengasuhan otoritatif.

Artinya ayah yang berada pada kategori tua (51-65 tahun) dan lanjut usia (>65

tahun) cenderung tidak menerapkan gaya pengasuhan otoritatif.

Hubungan Karakteristik Mahasiswa dengan Pola Komunikasi Keluarga

Hasil uji korelasi menunjukan bahwa jenis kelamin memiliki hubungan

positif (r=0.207; p<0.01) dengan pola conversation orientation (Tabel 8). Artinya

mahasiswa perempuan cenderung menerapkan pola komunikasi conversation

orientation.

Page 40: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

24

Hipotesis ketiga (H3) menyebutkan bahwa terdapat hubungan karakteristik

mahasiswa dengan pola komunikasi keluarga. Hipotesis ini diterima karena pada

penelitian ini terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan pola komunikasi

keluarga. Hasil penelitian ini menerangkan bahwa perempuan cenderung memiliki

pola komunikasi conversation orientation. Hal ini disebabkan karena perempuan

cenderung dapat mengungkapkan perasaan dan pendapat terhadap keluarga

dibandingkan laki-laki. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Krisnatuti dan

Putri (2012) yang menyatakan bahwa ayah dan remaja baik laki-laki ataupun

perempuan memiliki pola komunikasi conversation orientation.

Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Pola Komunikasi Keluarga

Tabel 8 menunjukan bahwa usia ayah (r=-0.199; p<0.01) dan usia ibu (r=-

0.168; p<0.01) memiliki hubungan negatif dengan pola conversation orientation.

Artinya semakin tua usia ayah dan ibu maka semakin rendah pola conversation

orientation yang diterapkan. Pendidikan ibu memiliki hubungan negatif terhadap

pola conformity orientation (r=-0.118; p<0.05). Artinya semakin tinggi

pendidikan ibu maka semakin rendah pola conformity orientation dalam keluarga.

Tabel 8 Koefisien korelasi antara karakteristik mahasiswa, karakteristik keluarga,

dan pola komunikasi keluarga

Variabel Tipe Gaya Komunikasi

Conversation Conformity

Jenis kelamin (0= laki-laki; 1=perempuan) 0.207** -0.087

Asal daerah (0=luar Jawa Barat; 1= Jawa Barat) -0.044 0.023

Uang saku 0.100 -0.076

Besar keluarga 0.029 -0.019

Usia ayah -0.199** 0.028

Usia ibu -0.168** 0.032

Pendidikan ayah -0.079 -0.070

Pendidikan ibu -0.071 -0.118*

Status pekerjaan ayah (0=tidak bekerja, 1=bekerja) 0.050 0.011

Status pekerjaan ibu (0=tidak bekerja, 1=bekerja) 0.057 -0.048

Pendapatan keluarga 0.041 -0.069

Keterangan : *-signifikan pada level 0.05; **=signifikan pada level 0.01;

Hipotesis keempat (H4) menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara

karakteristik keluarga dengan pola komunikasi dalam keluarga. Hipotesis ini

diterima karena pada penelitian ini terdapat hubungan negatif antara usia orang

tua dengan pola komunikasi conversation orientation dan hubungan negatif antara

pendidikan ibu dengan pola komunikasi conformity orientation. Orang tua yang

berada pada kategori tua (51-65 tahun) dan lanjut usia (>65 tahun) cenderung

kurang menerapkan pola komunikasi conversation orientation dibandingkan

orang tua yang berusia lebih muda. Semakin tinggi pendidikan ibu maka akan

cenderung tidak menerapkan pola komunikasi conformity orientation. Hal ini

tidak sejalan dengan hasil penelitian Krisnatuti dan Putri (2012) yang menyatakan

Page 41: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

25

bahwa pendidikan ibu tidak memiliki hubungan dengan pola komunikasi

keluarga, sebaliknya pendidikan ayah yang memiliki hubungan dengan pola

komunikasi conversation orientation dan usia ayah yang berada pada kategori tua

akan semakin menurunkan pola komunikasi conformity orientation.

Hubungan Karakteristik Mahasiswa dan Karakteristik Keluarga

dengan Alasan Pemilihan Makanan

Hasil uji korelasi menunjukan bahwa variabel karakteristik mahasiswa,

karakteristik keluarga, gaya pengasuhan, pola komunikasi keluarga, media dan

teman memiliki hubungan dengan pemilihan makanan sehat. Jenis kelamin

memiliki hubungan negatif dengan alasan harga (r=-0.128, p<0.05). Hal ini

menjelaskan bahwa mahasiswa laki-laki cenderung memilih makan sayur dengan

alasan harga yang lebih murah dan terjangkau. Asal daerah memiliki hubungan

positif signifikan dengan alasan familiaritas (r=0.121, p<0.05). Artinya mahasiswa

yang berasal dari Jawa Barat cenderung memilih makan sayur karena alasan

familiaritas yaitu tidak asing dan sering dikonsumsi sejak kecil. Uang saku

memiliki hubungan negatif signifikan (r=-0.152, p<0.01) dengan alasan harga.

Hal ini menerangkan bahwa mahasiswa yang memiliki uang saku di atas rata-rata

cenderung memiliki kemampuan daya beli yang tinggi sehingga tidak

mementingkan alasan harga dalam pemilihan makanan. Usia ibu memiliki

hubungan positif (r=0.124, p<0.05) dengan alasan harga dan alasan masalah etika

(r=0.148, p<0.05) dalam pemilihan makan. Hal ini menjelaskan bahwa ibu yang

berada pada kategori tua (51-65 tahun) dan lanjut usia (>65 tahun) cenderung

memilih makanan dengan mempertimbangkan harga yang murah dan terjangkau,

berasal dari petani lokal, dan dikemas dengan ramah lingkungan (Lampiran 10).

Hubungan Gaya Pengasuhan dengan Alasan Pemilihan Makanan

Hasil uji korelasi menunjukan bahwa gaya pengasuhan otoritatif memiliki

hubungan positif signifikan dengan alasan kesehatan (r=0.373, p<0.01), suasana

hati (r=0.232, p<0.01), sensorik (r=0.173, p<0.01), kandungan alami dalam

pangan (r=0.201, p<0.01), pengendalian berat badan (r=0.153, p<0.01),

familiaritas (r=0.303, p<0.01), dan masalah etika (r=0.255, p<0.01). Hal ini

menerangkan bahwa mahasiswa dengan gaya pengasuhan otoritatif cenderung

memilih makan sayur dengan mempertimbangkan kandungan vitamin, mineral,

serat, bergizi dan dapat menjaga kesehatan tubuh, makanan yang dapat membantu

hidup menjadi lebih sehat, aroma dan rasa yang enak, tidak mengandung bahan

kimia berbahaya, rendah kalori dan lemak, dapat mengontrol berat badan,

makanan yang biasa dikonsumsi, dan berasal dari petani lokal (Lampiran 11).

Gaya pengasuhan otoriter memiliki hubungan positif signifikan dengan

alasan kebiasaan (r=0.118, p<0.05). Hal ini menerangkan bahwa mahasiswa yang

diasuh dengan gaya pengasuhan otoriter cenderung memilih makan sayur dengan

pertimbangan tidak asing bagi mahasiswa dan sering dikonsumsi sejak kecil.

Gaya pengasuhan permissif memiliki hubungan negatif signifikan dengan

alasan kesehatan (r= -0.135, p<0.05), pengendalian berat badan (r= -0.136,

p<0.05), dan alasan familiaritas (r= -0.143, p<0.05). Hal ini menjelaskan bahwa

mahasiswa dengan gaya pengasuhan permisif memilih makanan tanpa

mempertimbangkan kandungan vitamin, mineral, serat, bergizi dan dapat menjaga

Page 42: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

26

kesehatan tubuh, makanan yang dapat membantu hidup menjadi lebih sehat, dapat

mengontrol berat badan, dan makanan yang biasa dikonsumsi.

Hubungan Pola Komunikasi Keluarga dengan Alasan Pemilihan Makanan

Komunikasi conversation orientation memiliki hubungan positif signifikan

dengan alasan kesehatan (r=0.270, p<0.01), suasana hati (r=0.180, p<0.01),

sensorik (r=0.156, p<0.01), kandungan alami dalam pangan (r=0.154, p<0.01),

pengendalian berat badan (r=0.158, p<0.01), familiaritas (r=0.166, p<0.01), dan

masalah etika (r=0.175, p<0.01). Hal ini menerangkan bahwa mahasiswa dengan

pola komunikasi conversation orientation cenderung memilih makanan dengan

mementingkan alasan kandungan vitamin, mineral, serat, bergizi dan dapat

menjaga kesehatan tubuh, makanan yang dapat membantu hidup menjadi lebih

sehat, aroma dan rasa yang enak, tidak mengandung bahan kimia berbahaya,

rendah kalori dan lemak, dapat mengontrol berat badan, makanan yang biasa

dikonsumsi, dan berasal dari petani lokal (Lampiran 11).

Sebaliknya pola komunikasi conformity orientation memiliki hubungan

negatif signifikan dengan alasan kesehatan (r= -0.2118, p<0.05). Hal ini

menerangkan bahwa mahasiswa dengan pola komunikasi conformity orientation

memilih makanan tanpa mempertimbangkan kandungan vitamin, mineral, serat,

bergizi dan dapat menjaga kesehatan tubuh, makanan yang dapat membantu hidup

menjadi lebih sehat.

Hubungan Media dan Teman dengan Alasan Pemilihan Makanan

Hasil uji korelasi menunjukan bahwa media memiliki hubungan positif

dengan semua alasan dalam pemilihan makanan seperti (r=0.442, p<0.01),

suasana hati (r=0.441, p<0.01), kemudahan (r=0.318, p<0.01), sensorik (r=0.365,

p<0.01), kandungan alami dalam pangan (r=0.154, p<0.01), harga (r=0.160,

p<0.01), pengendalian berat badan (r=0.276, p<0.01), familiaritas (r=0.407,

p<0.01), dan masalah etika (r=0.272, p<0.01). Artinya semakin tinggi interaksi

dan paparan media (elektronik dan cetak) maka mahasiswa akan semakin

mempertimbangkan alasan tersebut dalam memilih makanan. Hal ini

menerangkan bahwa mahasiswa yang terpapar informasi mengenai sayur melalui

media cenderung memilih makanan dengan mempertimbangkan alasan kesehatan,

suasana hati, kemudahan, sensorik, kandungan alami dalam pangan, harga,

pengendalian berat badan, familiaritas, dan masalah etika (Lampiran 11).

Teman memiliki hubungan positif dengan alasan sensori dalam pemilihan

makanan (r=0.181, p<0.01). Artinya semakin tinggi interaksi mahasiswa dengan

teman maka mahasiswa akan semakin mempertimbangkan alasan sensorik dalam

pemilihan makanan khususnya sayur seperti aroma yang enak, tampilan menarik

tekstur yang lembut, dan rasa yang enak.

Pengaruh Gaya Pengasuhan, Pola Komunikasi Keluarga, Media dan Teman

terhadap Pemilihan Makanan

Data dalam penelitian ini telah memenuhi syarat uji asumsi klasik

(Lampiran 1). Hasil uji normalitas menunjukan bahwa data penelitian tersebar di

seluruh diagram dan mengikuti model regresi, sehingga dapat disimpulkan bahwa

Page 43: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

27

data terdistribusi normal sehingga uji normalitas terpenuhi. Uji multikolinearitas

dalam penelitian ini menunjukan bahwa nilai toleransi di atas nilai 0.1 dan VIF

dari variabel bebas kurang dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa semua data

bebas dari multikolinearitas. Hasil uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini

menunjukan bahwa variabel bebas dari heteroskedastisitas ditandai dengan titik

pada plot menyebar di atas dan di bawah sumbu Y. Selanjutnya, uji autokorelasi

menunjukan bahwa data tidak memiliki autorkorelasi karena nilai Durbin-Watson

dalam penelitian ini adalah 1.744.

Tabel 9 Hasil analisis regresi berganda antara karakteristik mahasiswa,

karakteristik keluarga, gaya pengasuhan, pola komunikasi, media dan

teman terhadap pemilihan makan

Keterangan : *= signifikan pada level 0.05; **=signifikan pada level 0.01

Hasil analisis regresi linear berganda menerangkan bahwa variabel

independen (jenis kelamin, uang saku, usia ayah dan ibu, pendidikan ibu, gaya

pengasuhan otoritatif, otoriter, permissif, pola komunikasi conversation

orientatin, conformity orientation, media dan teman) memiliki pengaruh terhadap

pemilihan makanan sehat sebesar 26.4 persen (Tabel 9) dan sisanya sebesar 73.6

persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Jenis kelamin memiliki

pengaruh negatif signifikan terhadap pemilihan makanan sebesar 29.64 persen (β=

-2.964; p<0.05). Mahasiswa laki-laki cenderung lebih memilih makan sayur

dibandingkan perempuan. Gaya pengasuhan otoritatif memiliki pengaruh positif

sangat signifikan terhadap pemilihan makanan sebesar 22.7 persen (β= 0.227; p <

0.01). Media memiliki pengaruh positif sangat signifikan terhadap pemilihan

makanan sehat sebesar 34 persen (β= 0.340; p < 0.01). Variabel lain tidak

memiliki pengaruh signifikan terhadap pemilihan makanan khususnya sayur.

Uang saku mahasiswa tidak memiliki pengaruh terhadap pemilihan

makanan. Hal ini bisa terjadi karena lebih dari separuh mahasiswa (56.6%)

memiliki uang saku antara Rp600 000 hingga Rp1 000 000 yang berada di atas

Variabel Pemilihan makanan

𝛽 𝛽 Sig.

Konstanta 16.441 0.110

Jenis kelamin (0=laki-laki; 1=perempuan) -2.964 1.462 0.044*

Uang saku (rupiah/bulan) -0.010 -0.040 0.456

Usia ayah (tahun) -0.016 0.166 0.921

Usia ibu (tahun) 0.335 0.179 0.063

Pendidikan ibu 0.260 0.493 0.599

Otoritatif 0.227 0.077 0.003**

Otoriter -0.027 0.085 0.749

Permissif -0.035 0.052 0.502

Conversation 0.011 0.085 0.898

Conformity 0.010 0.067 0.877

Media 0.340 0.047 0.000**

Teman -0.003 0.041 0.950

𝑅2 0.300

𝐴𝑑𝑗 𝑅2 0.264

F 8.331

Sig. 0.000

Page 44: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

28

rata-rata beasiswa yang diterima mahasiswa setiap bulan dan hanya 3.5 persen

mahasiswa yang memiliki uang saku dibawah Rp600 000. Hal ini menunjukan

bahwa mahasiswa memiliki daya beli untuk mengonsumsi sayur sehingga uang

saku tidak berpengaruh dalam proses pemilihan makanan. Usia orang tua tidak

memiliki pengaruh signifikan terhadap pemilihan makanan karena sebanyak 78.4

persen orang tua mahasiswa berada pada kategori separuh baya dan hanya 0.4

persen yang berada pada kategori lanjut usia sehingga usia orang tua kurang

memperlihatkan pengaruh terhadap pemilihan makanan sayur pada mahasiswa.

Pendidikan ibu tidak memiliki pengaruh terhadap pemilihan makanan karena

sebaran terbesar tingkat pendidikan ibu berada pada tingkat pendidikan SMA.

Gaya pengasuhan otoriter dan permisif tidak memiliki pengaruh terhadap

pemilihan makanan karena hanya sebagian kecil mahasiswa diasuh dengan gaya

pengasuhan ini sehingga kurang memperlihatkan pengaruhnya terhadap pemilihan

makanan. Paparan informasi melalui teman tidak memiliki pengaruh terhadap

pemilihan makanan karena sebagian besar informasi mengenai sayur diperoleh

mahasiswa melalui media.

Berdasarkan hasil uji regresi pengaruh variabel independen terhadap

pemilihan makanan sayur pada mahasiswa maka dapat diformulasikan sebagai

berikut :

Keterangan :

Y = Pemilihan makanan

α = Konstanta regresi

β1,β2,.....,β12 = Koefisien regresi

D1 = Jenis kelamin

X2 = Uang saku

X3 = Usia ayah

X4 = Usia ibu

X5 = Pendidikan ibu

X6 = Gaya pengasuhan otoritatif

X7 = Gaya pengasuhan otoriter

X8 = Gaya pengasuhan permissif

X9 = Conversation orientation

X10 = Conformity orientation

X11 = Media

X12 = Teman

ε = Galat

Hipotesis kelima (H5) menyebutkan bahwa terdapat pengaruh gaya

pengasuhan terhadap pemilihan makanan. Hipotesis ini diterima karena pada

penelitian ini terdapat pengaruh signifikan antara gaya pengasuhan otoritatif

terhadap pemilihan makanan khususnya sayur. Artinya mahasiswa yang diasuh

dengan gaya pengasuhan otoritatif cenderung akan memilih makan sayur. Hal ini

terjadi karena orang tua yang menerapkan gaya pengasuhan otoritatif akan

memberikan batasan, aturan, dan penjelasan serta arahan kepada anak mengenai

Y = 16.441 - 2.964D1 - 0.010X2 - 0.016X3 + 0.335X4 + 0.260X5 + 0.227X6 -

0.027X7 - 0.035X8 + 0.011D9 + 0.010D10 + 0.340X11 - 0.003D12 + ε

Page 45: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

29

makanan yang akan dipilih. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Patrick et al.

(2005) yang menjelaskan bahwa anak dengan gaya pengasuhan otoritatif akan

lebih memperlihatkan peningkatan konsumsi sayur karena orang tua menyediakan

buah dan sayur di rumah.

Hipotesis keenam (H6) menyebutkan bahwa terdapat pengaruh pola

komunikasi keluarga terhadap pemilihan makanan. Hipotesis ini ditolak karena

pada penelitian ini tidak terdapat pengaruh pola komunikasi conversation

orientation dan conformity orientation terhadap pemilihan makanan khusunya

sayur. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Daniloski (2012) yang

menjelaskan bahwa terdapat pengaruh pola komunikasi conversation orientation

terhadap pemilihan makan sayur.

Hipotesis ketujuh (H7) menyebutkan bahwa terdapat pengaruh media dan

teman terhadap pemilihan makanan. Hipotesis ini diterima karena terdapat

pengaruh sangat signifikan paparan informasi melalui media terhadap pemilihan

makanan khususnya sayur. Hal ini menjelaskan bahwa mahasiswa yang banyak

terpapar informasi mengenai sayur melalui media akan cenderung memilih makan

sayur daripada mahasiswa yang kurang terpapar informasi melalui media. Hal ini

terjadi karena media memberikan informasi yang lebih jelas mengenai produk

makanan. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Nadya (2012) yang

menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh media terhadap konsumsi buah dan

sayur. Pada penelitian ini tidak terdapat pengaruh teman terhadap pemilihan

makanan artinya mahasiswa yang terpapar informasi melalui teman cenderung

kurang memilih makan sayur. Hal ini terjadi karena karakteristik mahasiswa yang

berusia 17 hingga 21 tahun telah terbiasa untuk menentukan makanan sendiri.

Pembahasan

Penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat perubahan kebiasaan makan

sayur pada mahasiswa PPKU sebelum dan setelah masuk IPB. Mahasiswa

sebelum masuk IPB terbiasa mengonsumsi sayur dengan jumlah satu mangkok

setiap hari, namun setelah masuk IPB berubah menjadi setengah mangkok.

Frekuensi konsumsi sayur mengalami perubahan yaitu sebelum masuk IPB

mengonsumsi sayur lebih dari dua kali dalam sehari, namun setelah masuk IPB

mengalami penurunan menjadi satu kali dalam sehari. Jenis sayur yang biasa

dikonsumsi oleh mahasiswa sebelum dan sesudah masuk IPB adalah jenis sayur

yang ditumis. Perubahan kebiasaan makan pada mahasiswa terjadi karena jenis

sayur yang disediakan oleh kantin di asrama tidak biasa dikonsumsi oleh

mahasiswa. Selain itu, harga yang relatif mahal dengan kisaran harga Rp2 000

hingga Rp4 000 per porsi juga dapat memicu perubahan dalam mengonsumsi

sayur sehingga mahasiswa cenderung memilih mengonsumsi makanan lain seperti

tahu, tempe, atau telur.

Hasil uji korelasi menerangkan bahwa jenis kelamin, asal daerah, dan usia

ayah memiliki hubungan dengan gaya pengasuhan. Hasil penelitian ini

menjelaskan bahwa mahasiswa perempuan cenderung diasuh dengan gaya

pengasuhan otoritatif, sebaliknya mahasiswa laki-laki cenderung diasuh dengan

gaya pengasuhan otoriter. Penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian

Elamanora et al. (2012) yang menyatakan bahwa perempuan cenderung diasuh

dengan gaya pengasuhan otoritatif dibandingkan laki-laki. Mahasiswa yang

Page 46: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

30

berasal dari Jawa Barat cenderung diasuh dengan gaya pengasuhan permisif

dibandingkan dengan mahasiswa yang berasal dari luar Jawa Barat. Hal ini

diperkuat dengan hasil penelitian Pasaribu et al. (2013) yang menjelaskan bahwa

remaja di Bogor cenderung diasuh oleh ayah dengan gaya pengasuhan permisif

karena adanya beban kerja ayah yang tinggi sehingga waktu dan tenaga ayah

banyak tersita untuk pekerjaan. Ayah yang berada pada kategori tua dan lanjut

usia cenderung kurang menerapkan gaya pengasuhan otoritatif.

Hasil uji korelasi menunjukan bahwa jenis kelamin, usia orang tua, dan

pendidikan ibu memiliki hubungan dengan pola komunikasi keluarga. Mahasiswa

perempuan cenderung menerapkan pola komunikasi conversation orientation

dibandingkan laki-laki. Usia orang tua yang berada pada kategori tua dan lanjut

usia cenderung kurang menerapkan pola komunikasi conversation orientation. Ibu

yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan cenderung kurang menerapkan pola

komunikasi conformity orientation. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian

Krisnatuti dan Putri (2013) yang menjelaskan bahwa pendidikan ayah memiliki

hubungan pola komunikasi conversation orientation.

Hasil penelitian ini menunjukan tiga alasan utama dalam pemilihan

makanan yaitu kesehatan, suasana hati, dan pengendalian berat badan. Hal ini

didukung oleh hasil penelitian Sun (2008) bahwa alasan utama pemilihan

makanan dengan rata-rata usia 21 tahun adalah harga, sensorik, dan suasana hati.

Menurut Steptoe et al. (1995) alasan sensorik, harga dan kesehatan menjadi alasan

utama dalam pemilihan pangan pada usia 17-89 tahun.

Mahasiswa laki-laki cenderung memilih makan sayur karena alasan harga

murah dan terjangkau. Hasil ini sejalan dengan penelitian Missagia et al. (2012)

bahwa laki-laki lebih memilih makanan dengan harga murah namun tidak

bersedia menghabiskan waktu untuk membandingkan harga produk makanan,

sebaliknya perempuan lebih banyak menghabiskan waktu untuk membandingkan

harga sebelum membeli produk makanan.

Mahasiswa yang berasal dari Jawa Barat cenderung memilih makanan yang

tidak asing baginya dan sering dikonsumsi sejak kecil. Pola kebudayaan suatu

kelompok masyarakat memiliki pengaruh kuat dalam perilaku makan yang

meliputi jenis, waktu dan cara dalam mengonsumsi makanan. Seseorang akan

cenderung memilih makanan yang sudah biasa dimakan dibandingkan mengambil

resiko untuk mencoba makanan yang baru (Steptoe et al. 1995).

Uang saku bulanan memiliki hubungan positif sangat signifikan dengan

alasan harga dalam pemilihan makanan. Hal ini menjelaskan bahwa mahasiswa

yang memiliki uang saku setiap bulan di atas rata-rata cenderung tidak

memperhatikan harga yang murah dan terjangkau dalam memilih makan sayur.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Biloukha (2000) bahwa harga makanan

merupakan bagian paling penting dalam pemilihan makanan bagi seseorang

dengan pendapatan rendah. Seseorang dengan keadaan ekonomi baik, cenderung

mengesampingkan harga dalam pemilihan makanan karena adanya pertimbangan

rasa dan kemudahan dalam penyiapan makanan. Wrieden (1996) menyatakan

bahwa anak dari latar belakang sosial ekonomi tinggi mengonsumsi sayur dan

kentang (bukan keripik kentang) lebih banyak dibandingkan anak dari latar

belakang tidak makmur. Benjamin et al. (2004) menyatakan bahwa uang saku

sangat menentukan pemilihan makanan dan konsumsi makanan. Uang saku yang

Page 47: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

31

besar akan mendorong seseorang untuk memilih makanan yang modern dengan

pertimbangan prestice dan harapan akan diterima oleh teman.

Usia ibu berhubungan positif signifikan dengan alasan harga dalam

pemilihan makanan. Hal ini menunjukan bahwa ibu dengan kategori usia tua (51-

65 tahun) dan lanjut usia (>65 tahun) cenderung memilih makanan dengan

mempertimbangan harga murah dan terjangkau, serta berasal dari petani lokal dan

dikemas dengan ramah lingkungan. Hal ini didorong oleh pemahaman ibu

mengenai jenis sayur serta asal sayur tersebut.

Mayoritas mahasiswa dalam penelitian ini diasuh dengan gaya pengasuhan

otoritatif dan tidak terdapat perbedaan signifikan penerapan gaya pengasuhan

antara laki-laki dan perempuan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Alfiasari et

al. (2011) yang menyatakan bahwa orang tua tidak membedakan gaya pengasuhan

berdasarkan jenis kelamin. Gaya pengasuhan memiliki hubungan positif

signifikan terhadap alasan dalam pemilihan makanan khususnya sayur. Hal ini

didukung oleh Darling dan Steinberg (1993) yang menyatakan bahwa remaja

dengan gaya pengasuhan otoritatif akan lebih terdorong untuk bertindak sesuai

dengan gaya pengasuhan orang tua, karena orang tua otoritatif memiliki kontrol

yang cukup untuk mendorong anak mematuhi aturan dan memiliki kehangatan

yang baik agar anak terbuka terhadap pengaruh orang tua.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemilihan makanan khususnya sayur

dipengaruhi oleh dua variabel yaitu gaya pengasuhan otoritatif dan paparan

informasi melalui media. Gaya pengasuhan otoritatif memiliki pengaruh positif

signifikan terhadap pemilihan makanan. Hal ini menunjukan bahwa mahasiswa

dengan gaya pengasuhan otoritatif lebih memilih makan sayur dibandingkan

mahasiswa dengan gaya pengasuhan otoriter dan permisif. Hal ini dibuktikan

dengan hasil uji korelasi yang menerangkan bahwa mahasiswa yang diasuh

dengan gaya pengasuhan otoritatif memilih makan sayur dengan

mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana hati, daya tarik sensorik,

kandungan alami dalam pangan, pengendalian berat badan, familiaritas, dan

alasan masalah etika. Hal ini sejalan dengan penelitian Golan dan Gagak (2004)

bahwa pengasuhan otoritatif lebih menghasilkan anak memilih makanan sehat dan

anak dengan aktivitas yang banyak. Menurut Kremes et al. (2003) anak dengan

gaya pengasuhan otoritatif cenderung lebih banyak mengonsumsi sayur dan buah

dibanding anak dengan pengasuhan yang lainnya. Hasil penelitian Patrick et al.

(2005) menyatakan bahwa anak dengan gaya pengasuhan otoritatif lebih

memperlihatkan peningkatan konsumsi harian dan konsumsi sayur karena orang

tua lebih menyediakan buah-buahan dan sayur di rumah, serta lebih berupaya

untuk memberikan buah dan sayur pada anak mereka.

Media memiliki pengaruh sangat signifikan terhadap pemilihan makanan

khususnya sayur. Hal ini menunjukan bahwa mahasiswa yang terpapar informasi

melalui media akan cenderung memilih makan sayur karena memiliki

pengetahuan mengenai sayur. Hal ini menjelaskan bahwa mahasiswa yang banyak

terpapar informasi melalui media lebih memilih makan sayur karena

mempertimbangkan berbagai alasan. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji korelasi

yang menerangkan bahwa paparan informasi melalui media akan mendorong

mahasiswa untuk mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana hati, kemudahan,

daya tarik sensorik, kandungan alami dalam pangan, harga, pengendalian berat

badan, familiaritas, dan alasan masalah etika. Hal ini tidak sejalan dengan hasil

Page 48: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

32

penelitian (Nadya 2012) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara

media dengan konsumsi buah dan sayur. Hal tersebut dikarenakan adanya

ketidaksesuaian antara iklan-iklan makanan yang ditampilkan dengan pola makan

sehat terutama tidak adanya iklan buah dan sayur.

Variabel lain yang mempengaruhi pemilihan makanan adalah jenis kelamin.

Jenis kelamin memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap pemilihan makanan

khususnya sayur. Hal ini menjelaskan bahwa mahasiswa laki-laki cenderung lebih

memilih makan sayur dibandingkan mahasiswa perempuan. Hal ini dikarenakan

mahasiswa laki-laki cenderung memilih makanan karena mempertimbangkan

alasan harga yang murah dan terjangkau. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan

Sobal (2005) dalam Anggraini (2012) yang menyatakan bahwa laki-laki lebih

memilih mengonsumsi daging, sedangkan perempuan cenderung memilih sayur,

buah, dan susu.

Pemilihan makanan khususnya sayur dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti faktor personal, faktor lingkungan, dan faktor makanan. Faktor lingkungan

mempengaruhi seseorang melalui interaksi secara langsung maupun melalui

pemodelan. Interaksi dengan lingkungan sosial akan memberikan dampak

pengetahuan mengenai suatu produk makanan. Menurut Hota dan McGuiggan

(2005) tingkatan agen sosialisasi yang mempengaruhi sosialisasi konsumen yaitu

orang tua, media (televisi/iklan), dan teman. Media massa mempengaruhi

seseorang untuk mengembangkan pengetahuan dan motivasi untuk mengonsumsi

makanan. Orang tua mempengaruhi praktek makan anak melalui menyediakan

makanan untuk dikonsumsi oleh anak. Orang tua dapat berfungsi sebagai panutan

untuk perilaku makan anak, sikap terhadap makanan, dan preferensi makan

(Rozin et al. 1984). Hal ini menunjukan bahwa pemilihan makanan setelah

dewasa terus dipengaruhi oleh proses sosialisasi yang dimulai pada masa kanak-

kanak dan orang tua sangat berperan dalam proses tersebut.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu pertama, tidak menguji

variabel pengetahuan yang memiki pengaruh langsung terhadap pemilihan

makanan seseorang. Pengetahuan merupakan variabel penghubung yang menjadi

hasil dari proses sosialisasi dalam pemilihan makanan. Kedua, tidak mengukur

konsumsi sayur pada waktu dan situasi tertentu seperti konsumsi di saat pagi,

siang, atau malam maupun saat bersama teman atau sendiri. Ketiga, penelitian ini

hanya menerangkan persepsi gaya pengasuhan dan pola komunikasi keluarga

menurut mahasiswa dan tidak meneliti persepsi dari orang tua karena

kemungkinan terdapat perbedaan persepsi antara orang tua dan anak.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perubahan jumlah dan

frekuensi konsumsi sayur pada mahasiswa sebelum dan setelah masuk IPB.

Sebelum masuk IPB mahasiswa terbiasa mengonsumsi sayur satu mangkok

dengan frekuensi lebih dari dua kali dalam sehari. Namun setelah masuk IPB

berubah menjadi setengah mangkok dengan frekuensi satu kali dalam sehari.

Page 49: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

33

Lebih dari separuh mahasiswa adalah perempuan, lebih dari separuh

mahasiswa berasal dari luar Jawa Barat, dan memiliki uang saku antara Rp600

000 sampai Rp1 000 000 setiap bulan. Lebih dari separuh mahasiswa berada pada

kategori keluarga sedang dengan jumlah keluarga lima hingga tujuh orang. Usia

ayah berada pada kategori tua dan separuh baya, sedangkan usia ibu berada pada

kategori separuh baya. Mayoritas status pekerjaan ayah adalah bekerja, dan ibu

berstatus tidak bekerja. Tingkat pendidikan ayah dan ibu telah menempuh jenjang

pendidikan SMA. Pendapatan keluarga berada pada kisaran Rp1 000 000 hingga

Rp5 000 000 setiap bulan. Mayoritas mahasiswa diasuh dengan gaya pengasuhan

otoritatif dan pola komunikasi conversation orientation. Sebagian besar sosialisasi

dipengaruhi oleh media dibandingkan oleh teman.

Hasil uji korelasi menunjukan bahwa variabel independen (karakteristik

mahasiswa, karakteristik keluarga, gaya pengasuhan, pola komunikasi, dan

sosialisasi) yang memiliki hubungan dengan pemilihan makanan khususnya sayur

adalah jenis kelamin, asal daerah, uang saku bulanan, usia ibu, gaya pengasuhan

otoritatif, otoriter, permissif, conversation orientation, conformity orientation,

media dan teman.

Hasil uji regresi menjelaskan bahwa pengaruh variabel independen

(karakteristik mahasiswa, karakteristik keluarga, gaya pengasuhan, pola

komunikasi, media dan teman) terhadap pemilihan makanan khususnya sayur

yaitu sebesar 26.4 persen. Terdapat dua variabel independen yang memiliki

pengaruh positif signifikan tehadap pemilihan makanan (sayur) yaitu gaya

pengasuhan otoritatif dan media. Selain itu, variabel lain yang berpengaruh

terhadap pemilihan makanan adalah perbedaan jenis kelamin. Hal ini menjelaskan

bahwa mahasiswa yang diasuh dengan gaya pengasuhan otoritatif, sering

menghabiskan waktu untuk berinteraksi dan terpapar informasi melalui media

akan cenderung memilih makanan khususnya sayur. Mahasiswa laki-laki

cenderung memilih makanan (sayur) dibandingkan mahasiswa perempuan.

Saran

Pada penelitian ditemukan hubungan antara jenis kelamin, gaya pengasuhan

otoritatif dan media dengan pemilihan makanan khususnya sayur pada mahasiswa.

Bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian lanjutan diharapkan dapat

menganalisis variabel pengetahuan terhadap pemilihan makanan, mengukur

konsumsi sayur pada waktu dan situasi tertentu, serta mengukur pemilihan

makanan berdasarkan faktor atribut makanan. Bagi orang tua sebagai peran

penting dalam proses sosialisasi konsumen hendaknya dapat memberikan

pengetahuan dan informasi mengenai pemilihan makanan khususnya sayur

dengan menerapkan gaya pengasuhan otoritatif yang memberikan pengetahuan

dan informasi terkait manfaat mengonsumsi makanan sehat sejak dini. Bagi

institusi pendidikan hendaknya menyediakan kantin yang memiliki berbagai menu

sayur sehingga dapat memberikan keleluasaan bagi mahasiswa untuk memilih

sayur yang biasa mahasiswa konsumsi ketika di rumah. Bagi Pemerintah

khususnya Departemen Kesehatan sebaiknya meningkatkan kepedulian terhadap

konsumsi sayur pada remaja melalui berbagai program konsumsi sayur agar dapat

meningkatkan kesehatan remaja di masa yang akan datang.

Page 50: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

34

DAFTAR PUSTAKA

Aggraini S. 2012. Faktor lingkungan dan faktor individu hubungannya dengan

konsumsi makanan pada mahasiswa asrama Universitas Indonesia Depok

tahun 2012. [Skripsi]. Universitas Indonesia: Depok.

Alfiasari, Latifah, M, Wulandari A. 2011. Pengasuhan otoriter berpotensi

menurunkan kecerdasan sosial, self-esteem, dan prestasi akademik remaja.

Jur. Ilm. Kel. & Kons. 4 (1): 46-56.

Baumrind D. 1972. An exploratory study of socialization effects on Black

children: Some Black-White comparisons. Child Development. 43: 261-

267.

Benton D. 2004. Role of parents in the determination of the food preferences of

children and the development of obesity. International Journal of Obesity.

28: 858-869.

British Dietetic Association. 2014. Food and Facts. [Internet]. [diunduh pada 15

Mei 2016]. Tersedia pada :

http:///www.bda.uk.com/foodfacts/vegetarianfoodfacts.pdf.

Berg L, Bergstrom R. 1995. Housing and financial wealth, financial deregulation

and consumption - the Swedish case. 97 (3): 421-439.

Biloukha, Oleg O, Utermohlen V. 2000. Correlates of food consumtion and

perception of food in an educated urban population in Ukraine. Food quality

and preference: 11: 475-485.

BKPD. 2015. Kontribusi sayur dalam pola pangan harapan keluarga Indonesia.

[internet]. [diunduh pada 28 April 2016]. Tersedia pada:

http://bkpd.jabarprov.go.id/kontribusi-sayur-dalam-pola-pangan-harapan-

keluarga-indonesia/.

Cutler GJ, Flood A, Hannan PJ, Slavin JL, Neumark-Sztainer D. 2011.

Association between major patterns of dietary intake and weight status in

adolescents. British Journal of Nutrition. 13: 1–8.

Daniloski K.M. 2011. Adolescent Food Choice: Developing and Evaluating a

Model of Parental Influence [disertasi]. University of. Faculty of Virginia.

Darling N, Steinberg S. 1993. Parenting style as context: An integrative model.

Psychological Bulletin. 113 (3): 487-496.

Elmanora, Muflikhati I, Alfiasari. 2012. Gaya pengasuhan dan perkembangan

sosial emosi anak usia sekolah pada keluarga petani kayu manis. Jurnal

Ilmu Keluarga dan Konsumen. 5(2): 128-137.

Engel JF, Blackwell RD, Miniard PW. 1995. Consumer Behaviour. Ed ke- 8.

Forth Worth, Texas: The Dryden Press

Epstein LH, Wisniewski L, Weng R. 1994. Child and parent psychological

problem influence child weight control. 2(6): 509-515.

Eertmans A. 2006. Sensory-affective and other determinant of food choice: their

relative importance and variability across individualsand snd situations.

[disertasi] Leuven: Chatolic University of Leuven.

Fradjia NP. 2008. Hubungan antara citra raga dengan perilaku makan pada remaja

putri [skripsi]. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Gedrich K. 2003. Deterinants of nutritional behaviour: A multitude of levers for

sucessful intervention?. 41 (3): 231-238.

Page 51: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

35

Gropper S, Simmons KP, Connell LJ, Ulrick PV. 2012. Changes in Body weight,

Composition and Shape: 4 Year Study of College Students. 37: 1118-1123.

Hadi H. 2005. Beban ganda masalah kebijakan gizi dan implikasinya terhadap

pembangunan kesehatan nasional.

Hastuti D. 2014. Pengasuhan: Teori, Prinsip, dan Aplikasinya di Indonesia. IPB

Press.

Hawkins DI, Best RJ, Coney KA. 2002. Consumer Behaviour: Building

Marketing Strategy. New York: Tata McGraw Hill Companies. 212-215.

Hota M, McGuiggan R. 2005. The Relative Influence of Consumer Socialization

Agents on Children and Adolescents – Examining the Past and Modeling

the Future. [internet] diakses pada tanggal 15 Januari 2016

http://www.acrwebsite.org/volumes/13831/eacr/vol7/E-07.

Huang T, Harris KJ, Lee R, Kaur H. 2003. Assesing Overweight, Obesity and

Physical Activity in College Student. Journal of American College Health.

52 (2): 83-86.

John DR. 1999. Consumer Socialization of Children: a retrospective look at

twenty-five years of research. Journal of Consumer Research. 26 (3): 183-

213.

Koerner AF, Fitzpatrick MA. 2002. Understanding family communication

patterns and family functioning: The roles of conversation orientation and

conformity orientation. 26: 37–68.

Kremes SPJ, Bru J, Vries de H, Engels RCME. 2003. Parenting style and

adolescents fruit consumtion. 43-50.

Krisnatuti D, Putri HA. 2012. Gaya pengasuhan orang tua, interaksi serta

kelekatan ayah-remaja, dan kepuasan ayah. JIKK. 5(2): 101-109.

Lyte LA, Seifert S, Greenstein J, McGovern P. 2000. How do children’s eating

patterns and food choices change over time? Results from a cohort study.

American Journal of Health Promotion 14: 222–228.

Rozin P, Fallon A, Mandell R. 1984. Family resembalnce in attitude to foods.

Developmental Psychology. 20: 309-314.

McLeod, J. M. & Chaffee, S. H. (1972). The construction of social reality. In J.

Tedeschi. The social influence process. 50-59.

Missagia SV, Oliveira de R, Rezende de DC. 2012. Food choice motives and

healthy eating: Assessing gender differences. 22-26.

Moschis GP, Churchill GA. 1978. Consumer socialization: A theoritical and

empirical analysis. Journal of Marketing Research. 15(4): 599-609.

Mowen JC., Minor M. 1998. Consumer Behaviour. Ed ke-5. New Jersey: Prentice

Hall.

Nicklas TA, Baranowski T, Baranowski JC, Cullen K, Rittenberry L, Olvera N.

2001. Family and child-care provider influences on preschool children’s

fruit, juice, and vegetable consumption. 59: 224–235.

Ogden J. 2010. The Phsychology of Eating: From Healthy to Disordered

Behavior 2nd. Ed ke- 2. Blackwell Publishing.

Parmenter K, Wardle J. 1999. Development of a general nutrition knowledge

questionnaire for adults. Eur. J. Clin. Nutr. 53: 298-308.

Pasaribu RM, Hastuti D, Alfiasari. 2013. Gaya pengasuhan permisif dan

rendahnya sosialisasi nilai dalam keluarga beresiko terhadap penurunan

karakter remaja. Jur. Ilm. Kel. & Kons. 6 (3): 163-171.

Page 52: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

36

Patrick, Heather, Theresa A. Nicklas, Sheryl OH, Miriam M. 2005. The Benefits

of Authoritative Feeding Style: Caregiver Feeding Styles and Children's

Food Consumption Patterns. 44 (2): 243-49.

Perera T, Madhujith T. 2012. The Pattern of Consumption of Fruits and

Vegetables by Undergraduate Students: A Case Study. 23 (3): 261–271.

Pollard TM, Steptoe A, Wardle J. 1998. Motives underlying healthy eating: using

teh food choice questionnaire to explain variation in dietary intake. J Biosoc

Sci. 30: 165-179.

Prabandari K, Yuliati LN. 2016. The influence of social media use and parenting

style on teenager’s academic motivation and academic achievement.

Journal of Child Development Studies. 1(1): 40

Raiha T, Tossavainen K, Turunen H, Enkenberg J, Halonen P. 2006. Adolescent’s

nutrition health issues: opinion of Finnish seventh-graders. Health

Education. 106 (2): 114-132.

Randall E, Sanjur D. 1981. Food preferences-their conceptualization and

relationship to cunsumtion. Ecology of Food and Nutrition. 11: 151-161.

Ree M, Riedger N, Moghadasian MH. 2008. Factors affecting food selection in

Canadian Population. Eur J Clin Nutr. 62(1):1255-1262.

Robinson C, Mandleco B, Olsen SF, Hart CH. 1995. Authoritative, authoritarian,

and permissive parenting practices: development of a new measure.

Psychological Report. 77: 819-830.

Roinien K. 2001. Evaluation of food choice behavior development and validation

of health and taste attitude scales. [Disertasi]. Helenski: University of

Helenski.

Scaglioni S, Salvioni M, Galimberti C. 2008. Influence of parental attitudes in the

development of children eating behavior. British Journal of Nutrition. 99:

22-25.

Septiani IAP, Herawati. 2014. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan

makanan pada siswa sekolah menengah atas di kota Yogyakarta. [tesis].

UGM: Yogyakarta.

Shepherd, R. 1985. Dietary salt intake. Nutr. Food Sci. 96: 10–11.

Sommer I, MacKenzie H, Venter C, Dean T. 2012. Factor influencing food

choices of food-allergic consumers: findings from focus groups. 67: 1319-

1322.

Steinberg, Laurence. 2001. We know some things: Parent-adolescent relationships

in retrospect and prospect. Journal of Research on Adolescence. 11(1): 1–

19.

Steptoe A, Pollard TM, Wardle J. 1995. Development of a measure of the motives

underlying the selection of food: the food choice questionnaire. 25: 267-

284.

Sumarwan U. 2011. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam

Pemasaran. Ed ke-2. Bogor (ID): Ghalia Indonesia.

Sun YC. 2008. Health concern, food choice motives, and atitudes toward healthy

eating: the mediating role of food choice motives. 51(1):42-49.

Suswanti I. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan makanan

cepat saji pada mahasiswa fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. [Skripsi]. Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah: Jakarta.

Page 53: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

37

Suyatno. 2009. Gizi daur hidup: remaja. [internet] diakses pada tanggal 28 April

2016 http://www.Suyatno.blog.undip.ac.id/files/200912/gizi-remaja.pdf.

Tarabashkina L. 2013. Children’s food consumer socialization: The impact of

food advertising, parents, peers, and social norms on children’s food

preferences, food consumtion, and obesity. [disertasi]. Universitas Adelaide.

Veerecken CA, Keukelier E, Maes L. 2004. Influence of Mother’s Educational

Level on Food Parenting Practice and Food Habit of Young Children.

Journal of Appetite. 43 (1): 93-103.

Ward S. 1974. Consumer socialization. Journal of Consumer Research. 1: 1-14.

Ward S, Donna MK, Daniel BW. 1990. Consumer socialization reserach: Content

analysis of post-1980 studies, and some implications for future work.

Advances in Consumer Research. 17: 798-803

Wrieden W. 1996. Fruit and vegetable consumption of 10–11 year old children in

a region of Scotland. Health Education Journal. 14: 185–19.

Yuliati LN, Retnaningsih, Aprilia D. 2012. Pengaruh kelompok acuan terhadap

kesadaran dan konsumsi beras merah (Oryza nivara). Jur. Ilmu Keluarga

dan Konsumen. 5(2): 166-174.

Page 54: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

38

Page 55: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

39

LAMPIRAN

Page 56: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

40

Page 57: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

41

Lampiran 1 Uji Asumsi Klasik

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .401a .300 .264 16.441 1.744

Page 58: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

42

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 30.000 6.288 4.771 .000

INDEX_PAR1 .248 .077 .234 3.235 .001 .503 1.988

INDEX_PAR2 -.023 .084 -.016 -.280 .780 .779 1.283

INDEX_PAR3 -.044 .050 -.047 -.876 .382 .912 1.097

INDEX_COM1 -.073 .081 -.065 -.906 .365 .513 1.948

INDEX_COM2 .016 .066 .014 .236 .814 .779 1.284

INDEX_SOS1 .344 .046 .424 7.529 .000 .828 1.207

INDEX_SOS2 .015 .039 .022 .393 .695 .870 1.149

a. Dependent Variable: IDX_TOTFCQ

Page 59: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

43

Lampiran 2 Sebaran mahasiswa berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin n %

Laki-laki 121 42

Perempuan 167 58

Total 288 100

Lampiran 3 Sebaran mahasiswa berdasarkan asal daerah

Asal Daerah Laki-laki Perempuan Total

N % n % n %

Jawa Barat 44 36.4 54 32.3 98 34.0

Luar Jawa Barat 77 63.6 113 67.7 190 66.0

Total 121 100 167 100 288 100

Uji beda (p- value) 0.478

Lampiran 4 Sebaran mahasiswa berdasarkan uang saku

Uang saku (Rupiah/ bulan) Laki-Laki Perempuan Total

N % n % n %

≤600 000 6 4.96 4 2.40 10 3.5

600 001-1 000 000 75 61.98 88 53.69 163 56.6

>1 000 000 40 33.06 75 44.91 115 39.9

Total 121 100 167 100 288 100

Nilai Minimum 450 000

Nilai Maksimum 2 000 000

Rataan ± Sd 1 050 000 ± 900

534.1

1 180 000 ± 394

933.1

1 120 000 ± 396

961.5

Uji beda (p- value) 0.011

Lampiran 5 Sebaran mahasiswa berdasarkan besar keluarga

Besar keluarga Laki-laki Perempuan Total

N % n % n %

Keluarga kecil (≤4 orang) 48 39.7 79 47.3 127 44.1

Keluarga sedang (5-7orang) 66 54.5 84 50.3 150 52.1

Keluarga besar (≥ 8 orang) 7 5.8 4 2.4 11 3.8

Total 121 100 167 100 288 100

Nilai minimun 2 2

Nilai maksimum 9 10

Rataan ± Sd 4.91 ± 1.335 4.74 ±1.157 4.81 ± 1.236

Uji beda (p- value) 0.243

Page 60: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

44

Lampiran 6 Sebaran mahasiswa berdasarkan usia orang tua

Usia orang tua Ayah* Ibu**

Laki-laki

(%)

Perempuan

(%)

Total

(%)

Laki-laki

(%)

Perempuan

(%)

Total

(%)

Dewasa awal 0 0 0 0 0 0

Dewasa madya 0 0 0 0.8 0.6 0.7

Separuh baya 44.0 53.5 49.5 75.6 80.4 78.4

Tua 56.0 45.2 49.8 23.6 18.4 20.6

Lanjut usia 0 1.3 0.7 0 0.6 0.4

Total 100 100 100 100 100 100

Nilai minimum 39 39

Nilai maksimum 65 71

Rataan ± Sd 51.4±5.6 50.5±6.0 50.9±5.9 46.9±5.3 46.3±.44 46.6±5.4

Uji beda 0.198 0.325

Keterangan : *15 orang ayah mahasiswa meninggal; **6 orang ibu mahasiswa meninggal

Lampiran 7 Sebaran mahasiswa berdasarkan tingkat pendidikan orang tua

Tingkat

pendidikan

Ayah Ibu

Laki-laki

(%)

Perempuan

(%)

Total

(%)

Laki-laki

(%)

Perempuan

(%)

Total

(%)

Tidak Sekolah 0.9 0 0.4 1.7 0.0 0.7

SD 7.7 10.2 9.2 9.2 11.0 10.3

SMP 5.2 15.3 11.0 8.4 14.7 12.1

SMA 33.6 33.1 33.3 34.5 33.1 33.7

D1/D3 7.8 7.7 7.7 8.4 9.8 9.2

S1 33.6 28.0 30.4 31.1 27.6 29.1

S2/S3 11.2 5.7 8.0 6.7 3.7 5.0

Total 100 100 100 100 100 100

Uji beda (p-

value)

0.025* 0.261

Keterangan : *=signifikan pada level 0.05

Lampiran 8 Sebaran mahasiswa berdasarkan status pekerjaan orang tua

Status pekerjaan Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Ayah

Bekerja 113 97.4 148 94.6 261 95.6

Tidak bekerja 3 2.6 9 5.4 12 4.4

Total 116 100 157 100 273 100

Uji beda (p - value) 0.251

Ibu

Bekerja 52 42.0 80 46.6 132 46.8

Tidak bekerja 69 58.0 87 53.4 156 53.2

Total 119 100 163 100 282 100

Uji beda (p - value) 0.716

Page 61: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

45

Lampiran 9 Sebaran mahasiswa berdasarkan pendapatan orang tua

Pendapatan orang tua Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

≤1 000 000 10 8.26 9 5.4 19 6.6

1 000 001 - 5 000 000 63 52.06 104 62.2 167 58.0

6 000 000 - 10 000 000 37 30.6 38 22.8 75 26,0

>10 000 000 11 9.1 16 9.6 27 9.4

Total 121 100 167 100 288 100

Nilai minimun 0 0 0

Nilai maksimum 27 500 000 44 000 000 44 000 000

Rataan ± sd

5 900 000 ± 5

476 100

5 630 000 ± 6 711

000

5 740 000 ± 6

213 300

Uji beda (p- value) 0.720

Page 62: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

46

Lampiran 10 Koefisien korelasi antara karakteristik mahasiswa dan karakteristik keluarga dengan pemilihan makanan

Kategori Pemilihan Makanan

FCQ1 FCQ2 FCQ3 FCQ4 FCQ5 FCQ6 FCQ7 FCQ8 FCQ9

Karakteristik responden

Jenis kelamin 0.029 -0.008 -0.048 -0.036 -0.035 -0.128* 0.069 0.007 -0.075

Asal daerah -0.040 -0.060 -0.031 -0.049 0.003 0.029 -0.017 -0.121* -0.033

Uang saku -0.011 -0.004 -0.034 -0.037 0.034 -0.152** -0.045 -0.068 -0.061

Karakteristik keluarga

Besar keluarga -0.069 -0.047 -0.076 -0.045 -0.020 -0.107 -0.022 -0.047 -0.061

Usia ayah 0.029 0.068 0.030 0.072 0.009 0.046 0.083 0.081 0.101

Usia ibu 0.025 0.072 0.058 0.080 0.079 0.124* 0.086 0.050 0.148*

Pendidikan ayah -0.008 -0.012 0.009 -0.054 0.067 0.015 0.004 -0.052 -0.073

Pendidikan ibu -0.034 -0.025 0.015 -0.006 0.025 -0.054 -0.025 -0.035 -0.046

Status pekerjaan ayah 0.050 -0.032 -0.030 -0.028 -0.023 -0.014 0.035 0.089 0.008

Status pekerjaan ibu 0.021 0.059 -0.052 -0.040 0.097 -0.026 0.018 -0.068 0.013

Pendapatan orang tua 0.045 -0.008 -0.042 -0.032 0.070 -0.093 0.000 -0.039 -0.044

Keterangan: FCQ1= kesehatan; FCQ2= suasana hati; FCQ3= kemudahan; FCQ4= sensorik; FCQ5= kandungan alami dalam pangan; FCQ6= harga; FCQ7= pengendalian berat badan; FCQ8=

familiaritas; FCQ9= masalah etika

Lampiran 11 Koefisien korelasi gaya pengasuhan, pola komunikasi keluarga, media dan teman terhadap pemilihan makan

Keterangan: FCQ1= kesehatan; FCQ2= suasana hati; FCQ3= kemudahan; FCQ4= sensorik; FCQ5= kandungan alami dalam pangan; FCQ6= harga; FCQ7= pengendalian berat badan; FCQ8= familiaritas; FCQ9= masalah etika

Kategori Pemilihan Makanan

FCQ1 FCQ2 FCQ3 FCQ4 FCQ5 FCQ6 FCQ7 FCQ8 FCQ9

Gaya pengasuhan

Otoritatif 0.373** 0.232** 0.101 0.173** 0.201** 0.006 0.153** 0.303** 0.255**

Otoriter 0.077 0.060 0.082 0.082 0.003 0.013 0.036 0.118* 0.038

Permissif -0.135* -0.052 0.003 -0.062 -0.059 -0.033 -0.136* -0.143* -0.051

Gaya komunikasi

Conversation 0.270** 0.180** 0.067 0.156** 0.154** -0.055 0.158** 0.166** 0.175**

Conformity -0.118* -0.079 0.011 0.005 -0.034 0.149 -0.021 -0.045 0.003

Media 0.442** 0.441** 0.318** 0.365** 0.134** 0.160** 0.276** 0.407** 0.272**

Teman 0.000 0.082 0.181** 0.171** 0.077 0.119* 0.045 0.002 0.175**

46

Page 63: PENGARUH GAYA PENGASUHAN, POLA KOMUNIKASI … · untuk dikonsumsi sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dengan mempertimbangkan alasan kesehatan, suasana

47

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jambi pada tanggal 9 Desember 1993 dari ayah Ali Akbar

Abduh dan ibu Kartika Fentiyenie. Penulis adalah putri kedua dari tiga

bersaudara.

Penulis memulai pendidikan di TK Bhayangkari pada tahun 1999, setelah

itu pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan di SDN 210 Kota Jambi.

Penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 2 Kota Jambi pada tahun 2006

dan lulus pada tahun 2009, kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SMA

Negeri 4 Kota Jambi dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis lulus

selekasi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia.

Selama kuliah penulis pernah mengikuti beberapa organisasi dan

kepanitiaan. Penulis berperan sebagai anggota Departemen Pengembangan Usaha

Desa di LK Bina Desa BEM KM IPB tahun 2014; International Schoolarship and

Education Expo (ISEE) sebagai sekretaris Divisi Workshop dan TOEFL dan

IELTS Prediction Test. Penulis mengikuti kepanitiaan Family and Consumer Day

tahun 2013 dan 2015. Penulis menerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik

(PPA) tahun 2014-2015.