8
Pengaruh Fisioterapi Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Pada Penderita Stroke Non Hemoragik Oleh : Choririn Erick Gumilar / S1-2B / 111.0026 A. Latar Belakang Stroke atau ganguan vaskuler otak atau dikenal dengan cerebrovaskular disease (CVD) adalah suatu kondisi sistem susunan saraf pusat yang patologis akibat adanya gangguan peredaran darah (Satyanegara et,al, 2010 hlm.227). Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak dalam beberapa detik atau secara cepat dalam beberapa jam dengan gejala atau tanda-tanda sesuai dengan daerah yang terganggu. (Soeharto, 2001). Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga dan penyebab kecacatan nomor satu diseluruh dunia, salah satunya dengan menyerang korteks motorik, sehingga berpengaruh pada kekuatan otot ekstremitas. Sebanyak 80-85% penderita stroke adalah stroke non hemoragik. Fisioterapi adalah suatu cara atau bentuk pengobatan untuk mengembalikan fungsi suatu organ tubuh dengan memakai tenaga alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fisioterapi terhadap kekuatan otot ekstremitas pada penderita stroke non hemorhagi. Penggunaan obat sampai saat ini sudah banyak diterapkan, namun belum terbukti secara efektif pada pasien stroke. Selain itu, depresi juga menjadi penghambat pada 1 | Page

Pengaruh Fisioterapi Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gerak tubuh sangat dipengaruhi oleh kekuatan otot. dan berikut penjelasannya

Citation preview

Pengaruh Fisioterapi Terhadap Kekuatan Otot EkstremitasPada Penderita Stroke Non HemoragikOleh : Choririn Erick Gumilar / S1-2B / 111.0026

A. Latar BelakangStroke atau ganguan vaskuler otak atau dikenal dengan cerebrovaskular disease (CVD) adalah suatu kondisi sistem susunan saraf pusat yang patologis akibat adanya gangguan peredaran darah (Satyanegara et,al, 2010 hlm.227). Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak dalam beberapa detik atau secara cepat dalam beberapa jam dengan gejala atau tanda-tanda sesuai dengan daerah yang terganggu. (Soeharto, 2001). Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga dan penyebab kecacatan nomor satu diseluruh dunia, salah satunya dengan menyerang korteks motorik, sehingga berpengaruh pada kekuatan otot ekstremitas. Sebanyak 80-85% penderita stroke adalah stroke non hemoragik. Fisioterapi adalah suatu cara atau bentuk pengobatan untuk mengembalikan fungsi suatu organ tubuh dengan memakai tenaga alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fisioterapi terhadap kekuatan otot ekstremitas pada penderita stroke non hemorhagi. Penggunaan obat sampai saat ini sudah banyak diterapkan, namun belum terbukti secara efektif pada pasien stroke. Selain itu, depresi juga menjadi penghambat pada pengobatan pasien stroke. Depresi juga menyebabkan pasien putus asa dan lesi hemisfer, sehingga memperparah keadaan pasien (Mardiyanto, 2001). Meskipun perbaikan fungsional pada pasien dapat berlangsung secara cepat (6-8 minggu), namun setelah itu berjalan lambat. Terapi pada pasien stroke dapat memakan waktu lebih dari 1 tahun (Redford, 2001). Waktu yang lama menjadi faktor penyulit dalam penyembuhan stroke karena pasien dituntut secara berkala berlatih secara mandiri maupun di pusat rehabilitasi medik (Mardiyanto, 1992). Penurunan kekuatan otot ekstremitas merupakan masalah pribadi dalam melakukan aktifitas sehari-hari (Rani, 2004).Perawatan yang baik merupakan faktor yang penting dalam menentukan hasil keluaran dari pasien stroke. Fisioterapi merupakan hal yang penting diberikan untuk mencegah kekakuan dan imobilisasi. Pada 25-50% kasus setelah stroke, pertama kali penderita tidak mencapai kemandirian kembali dan membutuhkan perawatan yang ekstensif (Davey, 2006). Dari sudut pandang fisioterapi, akan banyak komplikasi yang muncul apabila tidak ditangani dengan baik (Rujito, 2007). Selain dapat dikendalikan dengan fisioterapi, serangan stroke dapat dicegah dengan pola hidup yang sehat (Misbach, 2004).

B. Penelitian terkaitBerikut ini adalah beberapa hasil studi Penelitian mengenai Pengaruh Fisioterapi Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Pada Penderita Stroke Non Hemoragik baik dipadang dalam positif ataupun mungkin negatifnya. Mungkin juga stroke bisa terjadi pada usia muda dan paling sering terjadi di usia lansia. Mungkin fisioterapi dapat menanggulangi penyakit stroke.

1. Muhammad Hayyi Wildani1, Ika Rosdiana2*, Ken Wirastuti2 1 Januari 31 Desember 2009 dalam Pengaruh Fisioterapi Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Pada Penderita Stroke Non Hemoragik

Pada penelitian ini, kekuatan ekstremitas baik atas maupun bawah pada pasien setelah fisioterapi mengalami peningkatan dibandingkan dengan sebelum fisioterapi, sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Hasil uji homogenitas normalitas menunjukkan bahwa data kekuatan ekstremitas terdistribusi tidak normal (p < 0,05) dan varian data tidak homogen (p < 0,05). Uji Wilcoxon menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada kekuatan ekstremitas sebelum dan sesudah fisioterapi (p > 0,05). Fisioterapi berpengaruh terhadap kekuatan otot ekstremitas pada penderita stroke non hemoragik. Hasil ini sesuai dengan Rujito (2007) yang melaporkan bahwa fisioterapi dapat merangsang tonus otot ke arah normal. Jowir (2009) melaporkan bahwa memperkenalkan mobilisasi dini kepada pasien dengan cara pengoptimalan sisi yang sehat untuk mengkompensasi sisi yang sakit, sehingga sirkulasi darah perifer menjadi lancar yang dapat menyebabkan kemampuan ekstremitas dapat dioptimalkan kembali. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p < 0,05) antara penderita yang sebelum dengan sesudah pemberian fisioterapi. Hal ini sesuai dengan penelitian Arisuma (2008) pada kasus hemiparese post stroke non hemoragik dekstra di RSUD Sragen ditemukan terdapat peningkatan aktivitas kemampuan fungsional. peningkatan aktivitas kemampuan fungsional dapat dilihat dari peningkatan kekuatan otot ekstremitasnya. Hal tersebut bisa terjadi karena dalam pelaksanaan fisioterapi memberikan perawatan diri dalam mengatasi masalah pribadi mulai dari ritual, kebiasaan, pengaturan waktu dan metode pembelajaran dalam keluarga sejak dini. Semua hal itu mempengaruhi seseorang untuk mencapai kekuatan otot ekstremitas dalam aktifitas kehidupan fisik sehari-hari (Rani, 2004).

2. Havid Maimurahman dan Cemy Nur Fitria 7 Mei 2012 - 19 Mei 2012 dalam Keefeektifan range of motion (ROM) terhadap kekuatan Otot ekstremitas pada pasien Stroke

Penelitian ini menggunakan desain pre eksperimental one design pretest-postest dilaksanakan di Bangsal Anggrek 2 RSUD Dr. Moewardi sebagai salah satu bangsal yang terdapat Unit Stroke. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2012 sampai dengan 19 Mei 2012. Populasinya adalah pasien stroke menggunakan non probability dengan metode Accidental sampling sebanyak 56 pasien, dengan pasien stroke non hemoragik 19. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi derajat kekuatan otot ekstremitas disertai pengukuran derajat penilaian kekuatan otot tersebut. Analisa data diukur dengan uji Wilcoxon pada signifikansi 95 %. Secara deskriptif diketahui bahwa derajat kekuatan otot sesudah terapi ROM lebih baik dibandingkan sebelum terapi ROM. Apabila diamati secara lebih rinci diketahui bahwa dari 10 pasien yang diteliti, 9 pasien diantaranya mengalami peningkatan derajat kekuatan otot, atau hanya 1 pasien yang tidak mengalami peningkatan derajat kekuatan otot. Perhitungan uji Wilcoxon menghasilkan nilai uji statistik Z sebesar 3,000 dengan p sebesar 0,003. Nilai p < 0,05 sehingga diputuskan H0 ditolak atau Ha diterima. Kesimpulan dari hasil uji statistik bahwa perbedaan derajat kekuatan otot sebelum dan sesudah terapi ROM termasuk signifikan. Terapi ROM berpengaruh terhadap kekuatan otot. Terapi ROM secara efektif dapat meningkatkan derajat kekuatan otot ekstremitas penderita stroke non hemoragik. Temuan dalam penelitian ini mendukung konsep terapi ROM sebagai alat efektif untuk meningkatkan kekuatan otot ekstremitas penderita stroke. Tujuan ROM sendiri adalah mempertahankan atau memelihara kekuatan otot, memelihara mobilitas persendian, merangsang sirkulasi darah, mencegah kelainan bentuk.

C. KesimpulanFisioterapi adalah bentuk layanan kesehatan yang ditunjukkan kepada individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelattihan fungsi dan komunikasi. Dengan dilakukannya Fisioterapi sebanyak 3 kali dalam seminggu pada pasien stroke berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kekuatan otot ekstremitas.

D. Pertimbangan Perawat Pelayanan keperawatan adalah merupakan pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan pendekatan secara holistik/menyeluruh. Ketika kebutuhan dasar pasien terganggu maka fungsi dari sistem sistem yang lain pun dapat terganggu. Perawatan pada pasien dengan Stroke juga tidak lepas dari komplikasi yang mengancam. Salah satu yang komplikasi tersering adalah gangguan imobilitas dan citra diri kaarena faktor kelumpuhan ataupun hemiplegi atau hemiparese yaitu kelumpuhan setangah atau penuh. Dalam penyakit Stroke, penggunaan Pengaruh Fisioterapi Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas dapat memberikan berbagai opsi. Bagi perawat, terapi itu juga bisa menjadi tambahan ilmu untuk kedepannya dan dapat menjadi terapi yang wajib diketahui oleh perawat. Terapi itu juga berguna apabila pasien memiliki alergi obat karena terapi ini disebut terapi non farmakologi.

DAFTAR PUSTAKAArisuma, D., 2008, Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kasus Hemiparese Post StrokeNon Hemorage Dextra Di RSUD Sragen, http://etd.eprints.ums.ac.id/ view/crestors/ARISUMA=3ADWI=3A.html. Dikutip tgl 9.10.2009.

Davey, P., 2006, Medicine at a Glance, Erlangga Medical Series, Jakarta.Ginsberg, M.D., 2004, Albumin-based neurotherapheutic for acute ischemic stroke: frombench to bedside. In: Krieglstein J, Klumpp S, eds. Pharmacology of Cerebral Ischemia,Stutgart, Germany, MedPharm Scientific Publishers.

Guyton, A.C., Hall, J.E., 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, EGC, Jakarta, 399-340

Jowir, R., 2009, Peran Serta Fisioterapi Pada Stroke, http://etede.eprint.co.org/ 2009/04/jornal-peran-fisioterapi-pada-stroke. html Dikutip tgl 16.09.2009

Lumbantobing, S. M., 2000, Neurologi Klinik-Pemeriksaan Fisik dan Mental, FKUI, Jakarta

Mardiyanto, Y., 1992, Rehabilitsi Stroke dalam Hadinoto Soedomo Buku Stroke, UniversitasDiponegoro, Semarang

Misbach, J., 2004, Guidelines Stroke, Seri 3, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia,Jakarta.Cholik Harun. 2009. Buku Ajar Perawatan Cedera Kepala dan Stroke. Yogyakarta: Ardana Media.

Fauzi. 2009. Metode penelitian Kuantitatif. Semarang: Walisongo Press.

Genis Ginanjar. 2009. Stroke Hanya Menyerang Orang Tua?. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Imam Soeharto. 2001. Serangan Jantung dan Stroke. Gramedia Pustaka Utama.

Lumantobing. 2008. Stroke, Bencana Peredaran Darah di Otak. Jakarta: FKUI.1 | Page