21
PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR), KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN SUB SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013-2016 Neli Yanti 1 , Tumpal Manik 2 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang Email : [email protected] ABSTRACK This study aims to determine the effect of corporate social responsibility (CSR), managerial ownership and institutional ownership on firm value. The value of the company in this study is proxied by the Price Book Value. The population in this study were all Consumer Goods Industry Sub-Sector Companies listed on the Indonesia Stock Exchange 2013-2016. The sampling technique used in this study was purposive sampling. The results of this study indicate that corporate social responsibility (CSR) affects the value of the company while managerial and institutional ownership does not affect the value of the company. While simultaneously all variables affect the value of the Company. Keywords: company value, corporate social responsibility, management ownership and institutional ownership. PENDAHULUAN Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan memiliki tujuan yang jelas, yaitu untuk meningkatkan nilai perusahaan. Meningkatnya nilai perusahaan merupakan sebuah prestasi bagi para pemegang saham, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan, kesejahteraan pemililk juga akan meningkat. Tingginya nilai perusahaan dapat ditandai dengan semakin meningkatnya harga saham. Peningkatan nilai perusahaan yang tinggi merupakan tujuan jangka panjang yang seharusnya dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar sahamnya karena penilaian investor terhadap perusahaan dapat diamati melalui pergerakan harga saham perusahaan yang ditransaksikan di bursa untuk perusahaan yang sudah melakukan go public. Indonesia tergolong negara dengan jumlah penduduk sangat banyak. Seiring dengan jumlah penduduk yang besar, tingkat konsumsi masyarakat pun ikut meningkat. Besarnya jumlah penduduk dan tingkat konsumsi masyarakat menjadikan Indonesia dikenal dunia sebagai target pasar potensial. Berbagai macam produk laku laris manis ketika dijual di Indonesia. Mulai dari otomotif, elektronik, gaya hidup, dan juga barang-barang konsumtif lainnya. Melihat besarnya tingkat konsumsi masyarakat, Indonesia bukan hanya menjadi target pasar produk-produk luar negeri yang potensial, tetapi juga sebagai target

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR ...repository.umrah.ac.id/2266/1/JURNAL.pdfdicatatkan sebesar 219 miliar. Perusahaan Ultrajaya Milk, Mayora Indah (MYOR) juga ikut mencatatkan

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR),

KEPEMILIKAN

MANAJERIAL DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP

NILAI PERUSAHAAN PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN SUB

SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013-2016

Neli Yanti1, Tumpal Manik

2

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji

Tanjungpinang

Email : [email protected]

ABSTRACK

This study aims to determine the effect of corporate social responsibility

(CSR), managerial ownership and institutional ownership on firm value. The

value of the company in this study is proxied by the Price Book Value. The

population in this study were all Consumer Goods Industry Sub-Sector

Companies listed on the Indonesia Stock Exchange 2013-2016. The sampling

technique used in this study was purposive sampling. The results of this study

indicate that corporate social responsibility (CSR) affects the value of the

company while managerial and institutional ownership does not affect the value

of the company. While simultaneously all variables affect the value of the

Company.

Keywords: company value, corporate social responsibility, management

ownership and institutional ownership.

PENDAHULUAN

Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan memiliki tujuan yang jelas,

yaitu untuk meningkatkan nilai perusahaan. Meningkatnya nilai perusahaan

merupakan sebuah prestasi bagi para pemegang saham, karena dengan

meningkatnya nilai perusahaan, kesejahteraan pemililk juga akan meningkat.

Tingginya nilai perusahaan dapat ditandai dengan semakin meningkatnya harga

saham. Peningkatan nilai perusahaan yang tinggi merupakan tujuan jangka

panjang yang seharusnya dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar

sahamnya karena penilaian investor terhadap perusahaan dapat diamati melalui

pergerakan harga saham perusahaan yang ditransaksikan di bursa untuk

perusahaan yang sudah melakukan go public.

Indonesia tergolong negara dengan jumlah penduduk sangat banyak.

Seiring dengan jumlah penduduk yang besar, tingkat konsumsi masyarakat pun

ikut meningkat. Besarnya jumlah penduduk dan tingkat konsumsi masyarakat

menjadikan Indonesia dikenal dunia sebagai target pasar potensial. Berbagai

macam produk laku laris manis ketika dijual di Indonesia. Mulai dari otomotif,

elektronik, gaya hidup, dan juga barang-barang konsumtif lainnya. Melihat besarnya tingkat konsumsi masyarakat, Indonesia bukan hanya menjadi

target pasar produk-produk luar negeri yang potensial, tetapi juga sebagai target

investasi para investor. Berdasarkan kabar terakhir, sebuah private equity asal

Amerika (KKR) baru saja mengakuisisi 10% kepemilikan di Tiga Pilar Sejahtera,

salah satu perusahaan yang bergerak di sektor konsumsi (consumer goods). Beberapa tahun sebelumnya, perusahaan – perusahaan sektor konsumsi Indonesia

dikenal tahan terhadap krisis yang sempat terjadi. Pada saat krisis, kinerja dan

pergerakan sahamnya memang ikut turun, tapi tidak begitu signifikan. Setelah itu,

kinerja perusahaan consumer goods ini bisa dapat pulih dengan begitu cepatnya.

Sehingga, di masa harga komoditas perkebunan dan pertambangan belum

membaik, investor pun mulai memperhitungkan consumer goods sebagai

alternatif investasinya. Sepanjang tahun 2014 kinerja penjualan emiten-emiten

sub sektor makanan dan minuman masih mencatatkan kenaikan Rata-rata

pertumbuhan penjualan emiten-emiten ini masih cukup tinggi. seperti penjualan

Tiga Pilar Sejahtera yang tercatat tumbuh 37%. Atau Tri Bayan Tirta yang

mencatatkan pertumbuhan signifikan sebesar 47%. Besarnya beban operasional

perusahaan menyebabkan banyak emiten sub sektor makanan dan minuman

mengalami pencatatan laba bersih yang turun signifikan. Misalnya saja Ultrajaya

Milk (ULTJ). Penjualan selama semester pertama tahun 2014 masih tumbuh 13%.

Namun, beban operasional yang meningkat signifikan menjadikan laba bersihnya

tergerus minus 44%. Laba bersihnya menjadi 123 miliar hingga semester pertama

tahun 2014. Padahal, laba bersih ULTJ di semester pertama tahun 2013 mampu

dicatatkan sebesar 219 miliar. Perusahaan Ultrajaya Milk, Mayora Indah (MYOR)

juga ikut mencatatkan pertumbuhan laba bersih negatif. Laba bersih MYOR

menjadi 308 miliar, turun 33% dari 460 miliar pada periode yang sama di tahun

sebelumnya. Meskipun beberapa perusahaan mencatatkan pertumbuhan laba

negatif, namun perusahaan seperti AISA, DLTA, INDF, ROTI, SKLT, dan STTP

masih mencatatkan pertumbuhan laba bersih positif. (www.idx.co.id).

Fenomena di atas secara langsung dapat mempengaruhi nilai perusahaan.

Nilai perusahaan akan terjamin tumbuh secara berkelanjutan jika perusahaan

memperhatikan dimensi ekonomi, social dan lingkungan hidup karena

keberlanjutan merupakan keseimbangan antara kepentingan-kepentingan

ekonomi, lingkungan dan masyarakat.

Dalam skala makro, perusahaan merupakan salah satu penggerak roda

perekonomian suatu negara. Hal ini dilandasi pada kegiatan perusahaan yang

memberikan manfaat bagi perusahaan itu sendiri dan secara ekonomis bagi

negara. Namun, disamping memberikan manfaat, perusahaan juga memiliki

dampak yang negatif bagi lingkungan sekitar perusahaan. Dampak tersebut

bisa secara langsung maupun tidak langsung.

Misalnya saja pada perusahaan manufaktur industri barang konsumsi

memberikan dampak berupa polusi baik air, tanah, udara maupun suara pada saat

atau setelah proses produksi berjalan. Populasi juga dapat ditemukan dari limbah

yang tidak dikelola dengan baik. Tentu saja hal ini mengganggu kenyamanan dan

keamanan lingkungan sekitar.

Karena dampak negatif dari hadirnya sebuah perusahaan bukan hal yang

pantas dipandang sebelah mata, maka muncul suatu gagasan untuk memberikan

kompensasi dari perusahaan untuk lingkungan sekitarnya. Gagasan ini yang

disebut dengan Corporate social responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab

Sosial Perusahaan. Suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya tidak terlepas

dari masyarakat dan lingkungan sekitarnya, sehingga menciptakan hubungan

timbal balik antara masyarakat dan perusahaan. perusahaan membutuhkan suatu

respon yang positif dari masyarakat yang diperoleh melalui apa yang dilakukan

oleh perusahaan kepada para stakeholder sebagai etika dalam berbisnis.

Maksudnya bahwa perusahaan tidak hanya berkewajiban terhadap shareholder

saja namun lebih dari itu yakni terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar

sebagai steakholder (Primady dan Wahyudi ,2015).

Corporate social responsibility (CSR) merupakan wujud

pertanggungjawaban dari kegiatan perusahaan yang diatur dalam Undang -

Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UU PT), yang

disahkan pada 20 Juli 2007. Pasal 74 Undang - Undang Perseroan Terbatas

menyatakan : (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang

dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung

Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). (2) TJSL merupakan kewajiban Perseroan

yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang

pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. (3)

Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan (www.hukumonline.com). Dengan

adanya peraturan ini, perusahaan khususnya perseroaan terbatas yang bergerak

di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam harus melaksanakan

tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat.

Peraturan mengenai tanggungjawab sosial tersebut dilatar belakangi oleh

kepeduliaan masyarakat global yang semakin besar terhadap produk-produk

ramah lingkungan tetapi tidak diimbangi oleh pelaksanaan corporate social

responsibility (CSR) yang belum dijalankan oleh perusahaan dengan baik. Untuk

itu perusahaan diwajibkan untuk melakukan tanggung jawab sosial dan

lingkungan, dan bukan hanya mementingkan kepentingan internal perusahaan itu

sendiri. Banyak penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa jumlah

perusahaan yang mengungkapkan informasi pertanggungjawaban sosial

(Corporate Social Responsibility) dalam laporan tahunannya semakin bertambah.

Banyak perusahaan semakin menyadari pentingnya menerapkan program CSR

sebagai bagian dari strategi bisnisnya. Menurut penelitian Lestari dan Fidiana

(2015), Latupono dan Andayani (2015) serta penelitian menurut Primady dan

Wahyudi (2015), menunjukkan bahwa corporate Social Responsibility

berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan. sedangkan penelitian menurut Dian dan

Lidyah (2014) menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility tidak

berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan.

Dalam menjalankan aktivitas perusahaan, ada beberapa pihak yang

berperan dalam menentukan kebijakan, seperti manajerial dan institusional. Pihak

manajerial adalah manajer atau direksi, sedangkan pihak institusional adalah

pemegang saham, yang pada umumnya adalah institusional. Pemegang saham

sebagai pemilik perusahaan memberi mandat kepada manajer untuk mengelola

perusahaan yang ia miliki. Manajer sebagai pengelola perusahaan berkewajiban

untuk membuat keputusan terbaik bagi pemegang saham. Menurut penelitian

Afiantoro (2016), serta menurut Latupono dan Andayani (2015) menunjukkan

bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan. sedangkan

penelitian menurut Primady dan Wahyudi (2015), Dian dan Lidyah (2014) serta

Wibowo (2015) menunjukkan bahwa Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh

terhadap Nilai Perusahaan.

Kepemilikan saham institusional dapat membantu untuk melakukan

pengawasan perusahaan. Dengan demikian, semakin tingginya kepemilikan oleh

institusi akan meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan. Hal ini

kemungkinan akan meminimalisasi tingkat penyelewengan-penyelewengan yang

dilakukan oleh pihak manajer. Pengawasan oleh institusi diharapkan dapat

mendorong manajer untuk meningkatkan kinerjanya sebagai pengelola

perusahaan. Kinerja perusahaan yang meningkat tersebut diharapkan dapat

meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan yang tinggi

merupakan tujuan jangka panjang yang seharusnya dicapai perusahaan yang akan

tercermin dari harga pasar sahamnya karena penilaian investor terhadap

perusahaan dapat diamati melalui pergerakan harga saham perusahaan yang

ditransaksikan di bursa untuk perusahaan yang sudah go public. Menurut

penelitian Wibowo (2016) serta Dian dan Lidyah (2014) menunjukkan bahwa

Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan. sedangkan

menurut penelitian Afiantoro (2016) menunjukkan bahwa Kepemilikan

Institusional tidak berpengaruh Terhadap Nilai Perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas dengan adanya perbedaan pendapat dari hasil

penelitian terdahulu maka penulis tertarik ingin mengangkat judul tentang

“Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR), Kepemilikan Manajerial,

Kepemilikan Institusi terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Sub

Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

tahun 2013-2016.”

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMILIRAN DAN HIPOTESIS

Nilai perusahaan

Menurut Harmono, (2009:50) Nilai perusahaan dapat diukur melalui nilai

harga saham di pasar berdasarkan terbentuknya harga saham perusahaan di pasar,

yang merupakan refleksi penilaian oleh publik terhadap kinerja perusahaan secara

riil. Dikatakan secara rill karena terbentuknya harga di pasar merupakan

bertemunya titik-titik kestabilan kekuatan permintaan dan titik-titik kestabilan

kekuatan penawaran harga yang secara riil terjadi transaksi jual beli surat berharga

di pasar modal antara para penjual (emiten) Dan para investor, atau sering disebut

sebagai ekuilibrium pasar. Oleh karena itu, dalam teori keuangan pasar modal

harga saham di pasar disebut sebagai konsep nilai perusahaan.

Harmono, (2009:56) Penilaian surat berharga saham dapat dirinci kedalam

beberapa macam jenis nilai saham, sebagai berikut:

1. Nilai nominal (par value ) adalah nilai kewajiban yang ditetapkan untuk

tiap lembar saham.

2. Agio saham (additional paid in capital atau excess of par value adalah

selisih yang dibayar dengan nilai nominalnya.

3. Nilai modal disetor (paid in capital) adalah total yang dibayar oleh

pemegang saham kepada emiten untuk ditukarkan dengan saham biasa

atau preferen.

4. Laba tahan (retained earning) adalah sebagai laba yang tidak dibagikan

kepada pemegang saham untuk ditanamkan kembali ke perusahaan.

5. Nilai buku adalah menunjukkan aktiva bersih yang dimiliki pemegang

saham dengan memilki satu lembar saham.

6. Nilai pasar adalah harga yang ditentukan oleh pasar pada saat tertentu.

7. Nilai intrinsik atau nilai fundamental adalah nilai saham yang sebenarnya.

Penentuan nilai fundamental ini ada dua pendekatan yang umum

digunakan yaitu analisis fundamental menggunakan data keuangan

perusahaan, misalnya laba, dividen, penjualan, dan sebagainya, Sedangkan

analisis teknikal menggunakan data pasar.

Corporate Social Responsibility

Menurut The World Business Council for Sustainable Devolepment

(WBCSD), Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen bisnis untuk

memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja

sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka,

komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas

kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk

pembangunan. Pada dasarnya, CSR merupakan sebuah konsep tentang perlunya

sebuah perusahaan membangun hubungan harmonis dengan masyarakat dan

stakeholder lainnya. Secara teoretik, CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung

jawab moral suatu perusahaan terhadap para stakeholdernya, terutama komunitas

atau masyarakat disekitar wilayah kerja dan operasinya. CSR berusaha

memberikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya

(Lestari dan Fidiana, 2015). Pengungkapan tanggung jawab sosial diukur dengan

proksi Corporate Social Responsibility Indeks (CSRI) berdasarkan indikator

Global Reporting Initiative (GRI). CSRI dinilai dengan membandingkan jumlah

pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan dengan jumlah pengungkapan

yang disyaratkan dalam GRI G3 yang meliputi 79 item pengungkapan.

Kepemilikan Manajerial

Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat dipengaruhi

oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan

besaran manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer yang sekaligus

sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak bertindak sebagai pemegang

saham. Kepemilikan manajerial akan menjadikan manajer ikut merasakan semua

dampak dari pengambilan keputusan yang mereka lakukan,baik merasakan

keuntungan dari pengambilan keputusan yang benar maupun merasakan kerugian

sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Tetapi kepemilikan

saham manajerial akan dapat memicu konflik kepentingan ketika porsi saham

yang dimiliki manajer berlebihan. Untuk menjaga fungsi keseimbangan terhadap

kepemilikan saham maka kepemilikan oleh manajer harus dibatasi dalam jumlah

maksimalnya. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari adanya kepemilikan

mayoritas oleh manajer yang dapat mempersulit pengawasan tindakan manajer.

Kepemilikan Manajerial diukur dengan proporsi kepemilikan saham yang dimiliki

manajer, direksi, komisaris, maupun pihak lain yang secara aktif ikut dalam

pengambilan keputu san perusahaan. Kepemilikan manajerial dapat dihitung

dengan membagi saham yang dimiliki manajemen dengan seluruh jumlah saham

perusahaan (Latupono dan Andayani, 2015).

Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham yang dimiliki

oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan

investasi, dan kepemilikan institusi lain. Kepemilikan institusional memiliki

peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi

antara manajer dan pemegang saham. Keberadaan investor institusional dianggap

mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan

yang diambil oleh manajer. Semakin besar kepemilikan institusi maka akan

semakin besar kekuatan suara dan dorongan dari institusi tersebut untuk

mengawasi manajemen. Akibatnya, akan memberikan dorongan yang lebih besar

untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan akan

meningkat Wibowo (2016). Kepemilikan institusional memiliki kelebihan antara

lain :

1. Memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga dapat

menguji keandalan informasi

2. Memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan lebih ketat

atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan.

Kerangka Pemikiran

Corporate Social

Responsibility (CSR) (X1)

Kepemilikan Manajerial (X2)

Kepemilikan Institusional (X3)

Nilai Perusahaan (Y)

H1

H2

H3

H4

Pengembangan Hipotesis

H1: Diduga Corporate social responsibility (CSR) berpengaruh terhadap

Nilai perusahaan

Menurut Primady dan Wahyudi (2015) Tujuan utama perusahaan adalah

meningkatkan nilai perusahaaan. Nilai perusahaan akan terjamin tumbuh secara

berkelanjutan (sustainable) apabila perusahaan memperhatikan dimensi ekonomi,

sosial dan lingkungan hidup karena keberlanjutan merupakan keseimbangan

antara kepentingan-kepentingan ekonomi, lingkungan dan masyarakat. Dimensi

tersebut terdapat di dalam penerapan CSR yang dilakukan perusahaan sebagai

bentuk pertanggungjawaban dan kepedulian terhadap lingkungan di sekitar

perusahaan. Pelaksanaan corporate social responsibility akan meningkatkan nilai

perusahaan dilihat dari harga saham dan laba perusahaan (earning) sebagai akibat

dari para investor yang menanamkan saham di perusahaan.

H2 : Diduga Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Nilai

Perusahaan

Menurut Wibowo (2016) Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana

manajer memiliki daham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut

sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. dalam laporan keuangan, keadaan

ini ditunjukkan dengan besarnya presentase kepemilikan saham oleh manajer.

H3 : Diduga Kepemilikan Institusional Berpengaruh terhadap Nilai

Perusahaan Menurut Apiantoro (2016) Kepemilikan institusional adalah saham

perusahaan yang dimiliki oleh institusi seperti perusahaan asuransi, dana pensiun,

pemerintah, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusional lain. Kepemilikan

institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan

adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan

yang lebih optimal. Kepemilikan institusional merupakan salah satu alat yang

dapat digunakan untuk mengurangi agency conflict. Semakin tinggi kepemilikan

institusional maka semakin kuat tingkat pengendalian yang dilakukan oleh pihak

eksternal terhadap perusahaan,sehingga semakin berkurang agency cost yang

terjadi di dalam perusahaan maka akan meningkatkan.

METODOLOGI PENELITIAN

Operasional Variabel Penelitian

Variabel Dependen

Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan dapat diukur melalui nilai harga saham di pasar

berdasarkan terbentuknya harga saham perusahaan di pasar, yang merupakan

refleksi penilaian oleh publik terhadap kinerja perusahaan secara riil. Nilai

perusahaan dapat rumuskan sebagai berikut (Harmono, 2009:50). Nilai

perusahaan dapat dilihat melalui nilai pasar atau nilai buku perusahaan dan

ekuitasnya. Selain itu, dalam neraca keuangan, ekuitas menggambarkan total

modal perusahaan agar nilai pasar bisa menjadi ukuran nilai perusahaan (Primady

dan wahyudi, 2015). Penelitian ini menggunakan price book value untuk

mengukur nilai perusahaan.

Adapun rumus yang dipakai adalah sebagai berikut :

(Arifin, 2007:89), Nilai buku dihitung dengan :

Variabel Independen

Corporate Social Responsibility (CSR) CSR dalam sustainability report. Pengungkapan tanggung jawab sosial

diukur dengan proksi Corporate Social Responsibility Indeks (CSRI) berdasarkan

indikator Global Reporting Initiative (GRI). CSRI dinilai dengan membandingkan

jumlah pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan dengan jumlah

pengungkapan yang disyaratkan dalam GRI G3 yang meliputi 79 item

pengungkapan. GRI terbagi dalam beberapa kategori pengungkapan yang meliputi

ekonomi, lingkungan, praktik kerja, hak asasi manusia, sosial dan tanggung jawab

terhadap produk (Lestari dan Fidiana, 2015). Metode perhitungan CSRI

menggunakan pendekatan dikotomi, yaitu setiap item CSR dalam instrumen

penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan dan diberi nilai 0 jika tidak

diungkapkan. Langkah selanjutnya setelah pemberian skor adalah menjumlahkan

setiap item yang diungkapkan oleh perusahaan dan membaginya dengan jumlah

pengungkapan menurut GRI. Perhitungan CSRI dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan :

CSRIj = Nilai CSR perusahaan j

Ʃnj = jumlah item pengungkapan pada perusahaan j (79 item)

k = jumlah skor maksimal,jika di ungkapkan diberi nilai 1, jika tidak d

ungkapkan diberi nilai 0.

Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah para pemegang saham yang juga berarti

dalam perusahaan dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam

pengambilan keputusan pada suatu perusahaan yang bersangkutan (Apiantoro,

2016). Variabel kepemilikan manajerial diukur dengan menggunakan rumus :

𝑃𝐵𝑉 =𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑢𝑘𝑢 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝑢𝑘𝑢 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

𝐶𝑆𝑅𝐼𝑗 =Ʃnj

𝑘

𝐾𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑛𝑎𝑗𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑚𝑎𝑛𝑎𝑗𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam

meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang

saham. Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme

monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer

(wibowo, 2016).

Variabel kepemilikan Institusional diukur dengan menggunakan rumus :

Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah 37 perusahaan Industri barang

konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013 sampai 2016.

Sampel Penelitian

Menurut Ghozali (2008:73) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Metode penentuan sampel

dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purpose sampling adalah

pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh menggunakan

pertimbangan tertentu umum nya disesuaikan dengan tujuan penelitian. Adapun

kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:

1. Perusahaan Sub Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia selama tahun 2013-2016.

2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dan tahunan 2013-2016.

3. Perusahaan memiliki data secara lengkap pada tahun 2013-2016 berkaitan

dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu Corporate

Social Responsbility, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional

selama tahun 2013-2016.

Berdasarkan Kreteria diatas, maka didapat jumlah sampel sebanyak 48

perusahaanselama tahun 2013-2016 yang memenuhi kriteria yang ditepatkan

penulis.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

a. Statistik Deskriptif

b. Uji Asumsi Klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji

heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Glejser. Dan uji Autokorelasi

c. Untuk mengetahui pengaruh setiap variabel yaitu Corporate Social

Responsbility, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional

terhadap Nilai Perusahaan dapat digunakan metode analisis regresi

berganda dengan persamaan regresi sebagai berikut :

= b1x1 + b2x2 + b3x3 + e........

Keterangan :

Y = Nilai Perusahaan

= Corporate social Responsibility

= Kepemilikan Manajerial

𝐾𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝐼𝑛𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑖𝑛𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

= Kepemilikan Institusional

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan pengambilan sampel dengan menggunakan metode Purposive

Sampling maka didapat sampel sebanyak 12 perusahaan. Jumlah observasi

adalah sebanyak 48 yang diperoleh dari 12 x 4 (perkalian antara jumlah

perusahaan dengan periode pengamatan).

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Uji Statistik Deskriptif

Uji Statistik adalah memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang

dilihat dari nilai rata-rata (mean), standart deviasi, varian, maksimum, minimum,

sum, range, kurtosis dan skewnes dari variabel-variabel independen dan

dependen yang menggunakan SPSS Versi 20.0

Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

LNY 48 -1,26 1,91 ,2793 ,82753 CSR 48 ,02532 ,20250 ,0838572 ,04594642 KM 48 ,00000 ,75547 ,1253964 ,20413804 KI 48 ,00920 ,96090 ,6647396 ,24645237

Valid N (listwise) 48

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 48

Normal Parametersa,b

Mean 0E-7 Std. Deviation ,73160414

Most Extreme Differences Absolute ,132 Positive ,132 Negative -,101

Kolmogorov-Smirnov Z ,918 Asymp. Sig. (2-tailed) ,369

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Berdasarakan tabel 4.4 nilai signifikan > dari 0,05 besarnya nilai

kolmogorove-smirnov adalah 0,918 dan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,369

hal ini berarti H0 diterima yang berarti data residual terdistribusi normal

Uji Multikolinieritas

Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficients

a

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant ) -,298 ,799 -,373 ,711

CSR 7,436 2,538 ,413 2,931 ,005 ,894 1,118

KM ,807 1,063 ,199 ,760 ,452 ,258 3,870

KI -,223 ,874 -,066 -,255 ,800 ,262 3,813

a. Dependent Variable: LNY

Berdasar tabel diatas, menunjukkan hasil pengujian multikolonieritas

dapat dilihat bahwa Corporate social Responsibility (CSR) memiliki nilai

tolerance sebesar 0.894 > dari 0,10 dan nilai VIF sebesar 1.118 < 10%,

Kepemilikan Manajerial memiliki nilai tolerance sebesar 0.258 > 10% dan nilai

VIF sebesar 3,870 < 10%. Kepemilikan Institusional memiliki nilai tolerance

sebesar 0.262 > 10% dan nilai VIF sebesar 3,813 < 10%. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi multikolonieritas dikarenakan

seluruh variabel independen memiliki nilai tolerance berada diatas 10% VIF

kurang dari 10% maka regresi yang ada layak untuk digunakan.

Uji Heteroskedastisitas

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) ,854 ,404 2,116 ,040

CSR -1,002 1,283 -,124 -,781 ,439

KM -,274 ,537 -,150 -,510 ,613

KI -,170 ,442 -,112 -,384 ,703

a. Dependent Variable: ABS

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa data yang diuji dengan uji

glejser memmiliki nilai signifikansi untuk semua variabel independen atau

variabel bebas bahwa nilai signifikansinya diatas 5%. Baik pada variabel

Corporate social responsibility (CSR) 0,439 > 0,05, Kepemilikan manajerial

(KM) 0,613 > 0,05, dan Kepemilikan Institusional (KI) 0,703 > 0,05, semuanya

memiliki nilai signifikansi di atas 5% atau 0.05. Maka model penelitian terbebas

dari masalah heteroskedatisitas, dimana setiap variabel independen (Corporate

social responsibility, Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional)

signifikasi lebih dari 0,05.

Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Durbin-Watson

1 ,467a ,218 ,165 ,75613 1,705

a. Predictors: (Constant), KI, CRS, KM

b. Dependent Variable: LNY

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai Durbin Watson 1,705, dimana

nilai Durbin Watson terletak antara. Nilai Du sebesar 1,474. Nilai 4-DU=

2,526.maka DU < D < 4-DU atau 1,474 < 1,705 < 2,526, sehingga persamaan

regresi ini memenuhi syarat bebas dari autokorelasi.Dapat disimpulkan dari

penjelasan diatas bahwa persamaan regresi terbebas dari autokorelasi.

Pengujian Hipotesis

Analisis Regresi Berganda

Model regresi berganda adalah analisis untuk mengukur besarnya

pengaruh antara dua atau lebih varaiabel independen terhadap satu varaibel

dependen dan memprediksi variabel dependen dengan mengguanakan varaiabel

independen. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda

dikarenakan variabel yang digunakan terdiri dari suatu variabel dependen dan tiga

variabel independen.

Uji Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -,298 ,799 -,373 ,711

CSR 7,439 2,538 ,413 2,931 ,005

KM ,807 1,063 ,199 ,760 ,452

KI -,223 ,874 -,066 -,255 ,800

a. Dependent Variable: LNY

Berdasarkan tabel diatas maka dianalisis model regresi linear berganda sebagai

berikut :

NP = - 0,298 + 7,439CSR +0,807KM - 0,223KI + e

Dari persamaan diatas dapat dijelaskan :

1. Nilai Konstanta sebesar - 0,298 artinya jika semua variabel independen

adalah nol maka nilai persamaan - 0,298.

2. Koefisien regresi CSR (Corporate social Responsibility) sebesar 7,439

mempunyai hubungan yang tidak searah dengan nilai perusahaan artinya

jika variabel CSR meningkat 1 satuan maka variabel nilai perusahaan

menurun 7,439 satuan dengan asumsi variabel independen lainnya

konstanta

3. Koefisien Regresi KM (Kepemilikan Manajerial) sebesar 0,807

mempunyai hubungan yang tidak searah dengan nilai perusahaan artinya

jika variabel Kepemilikan manajerial meningkat 1 satuan maka varaibel

nilai perusahaan menurun 0,807 satuan dengan asumsi variabel

independen lainnya konstanta

4. Koefisien Regresi KI (Kepemilikan Manajerial) sebesar - 0,223

mempunyai hubungan yang searah artinya jika variabel kepemilikan

institusional menurun 1 satuan maka variabel nilai perusahaan meningkat

0,223 dengan asumsi variabel lainnya tidak konstanta.

Uji Hipotesis

Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t)

Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t)

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -,298 ,799 -,373 ,711

CSR 7,439 2,538 ,413 2,931 ,005

KM ,807 1,063 ,199 ,760 ,452

KI -,223 ,874 -,066 -,255 ,800

a. Dependent Variable: LNY

Dari hasil tabel diatas dapat menjelaskan bahwa:

a) Corporate Social Responsibility (CSR) menunjukkan thitung sebesar 2,931 >

ttabel sebesar 2,01063 dan signifikan (p value = 0,005 < α = 0,05), maka

H0 ditolak dan H1 diterima.yang berarti varaibel Corporate Social

Responsibility berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

b) Kepemilikan Manajerial (KM) menunjukkan thitung sebesar 0,760 < ttabel

sebesar 2,01063 dan signifikan (p value = 0,452 > α = 0,05), maka H0

diterima dan H1 ditolak. yang berarti variabel Kepemilikan Manajerial

tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

c) Kepemilikan Institusional (KI) menunjukkan thitung sebesar – 0,255 > ttabel

– 2,01063 dan signifikan (p value = 0,800 > α = 0,05), maka H0 diterima

dan H1 ditolak. Yang berarti variabel Kepemilikan Institusional tidak

berpengaruh terrhadap nilai perusahaan.

Uji Sigfikansi Simultan ( Uji - f )

Hasil Uji F atau Uji Simultan

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1

Regression 7,022 3 2,341 4,094 ,012b

Residual 25,156 44 ,572

Total 32,179 47

a. Dependent Variable: LNY

Dari tabel hasil uji f tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi

sebesar 0,012 < 0,05 dan fhitung 4,094 > 2,80, maka Ha diterima dan H0 ditolak.

Dengan ini dapat dikatakan bahwa ketiga variabel indepanden yaitu Corporate

Social Responsibility, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional

secara simultan mempengaruhi variabel dependen yaitu nilai perusahaan.

Uji Determinasi

Hasil Uji determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,467a ,218 ,165 ,75613

a. Predictors: (Constant), KI, CRS, KM

b. Dependent Variable: LNY

Dari hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil nilai koefisien determinan

(adjusted R2

) adalah sebesar 0,165. Hal ini menunjukkan bahwa 16,5% dari nilai

perusahaan dipengaruhi oleh Corporate Sosial Responsibility, Kepemilikan

Manajerial, Kepemilikan Institusi. Dan sisanya 83,2% dipengaruhi variabel lain

yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.1 Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Nilai

perusahaan

Hipotesis pertama yang diajukan oleh peneliti adalah Corporate Social

Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Pada perusahaansub

sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2013-2016. berdasarkan dari hasil pengujian yang dilakukan oleh peneliti dapat

diSbuktikan bahwa hipotesis pertama dapat diterima dengan hasil penelitian

bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh signifikan terhadap

nilai perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Primady

dan Wahyudi (2015) menyatakan Nilai perusahaan akan terjamin tumbuh secara

berkelanjutan (sustainable) apabila perusahaan memperhatikan dimensi ekonomi,

sosial dan lingkungan hidup karena keberlanjutan merupakan keseimbangan

antara kepentingankepentingan ekonomi, lingkungan dan masyarakat. Dimensi

tersebut terdapat di dalam penerapan Corporate Social Responsibility yang

dilakukan perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban dan kepedulian

terhadap lingkungan di sekitar perusahaan. Pelaksanaan corporate social

responsibility akan meningkatkan nilai perusahaan dilihat dari harga saham dan

laba perusahaan (earning) sebagai akibat dari para investor yang menanamkan

saham di perusahaan., Lestari dan Fidiana (2015) menyatakan Nilai perusahaan

akan terjamin tumbuh secara berkelanjutan (sustainable) apabila perusahaan

memperhatikan dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan hidup karena

keberlanjutan merupakan keseimbangan antara kepentingan-kepentingan

ekonomi, lingkungan dan masyarakat. Dimensi tersebut terdapat di dalam

penerapan CSR yang dilakukan perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban

dan kepedulian terhadap lingkungan di sekitar perusahaan, karena besar kecilnya

praktik CSR mempengaruhi peningkatan nilai perusahaan, serta Latupono dan

Andayani (2015) menyatakan semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR yang

dilakukan, maka nilai nilai perusahaan akan semakin tinggi. Dengan adanya

pengungkapan CSR, maka stakeholder akan memberikan apresiasi positif yang

ditunjukkan dengan peningkatan harga saham perusahaan. Peningkatan ini akan

menyebabkan nilai perusahaan meningkat.

Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan

Hipotesis kedua yang diajukan oleh peneliti adalah pengaruh Kepemilikan

Manajerial terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan sub sektor Industri barang

konsumsi yang terdftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016. berdasarkan

dari hasil pengujian yang dilakukan oleh peneliti dapat dibuktikan bahwa

hipotesis kedua tidak dapat diterima atau ditolak dengan hasil penelitian bahwa

Kepemilikan Manajerial tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Dian dan Lidyah (2014)

menyatakan Semakin tinggi kepemilikan manajerial suatu perusahaan belum tentu

mampu meningkatkan nilai perusahaan, karena hal tersebut juga menunjukan

bahwa sedikitnya pengaruh dari investor terhadap perusahaan maka perusahaan

sulit untuk berkembang dan meningkatkan nilai perusahaannya. Selain ini dengan

kepemilikan manajerial yang tinggi memungkinkan meningkatnya manajemen

melakukan kecurangan-kecurangan. Dan juga sejalan dengan penelitian Wibowo

(2016) menyatakan jumlah kepemilikan manajerial yang rendah menyebabkan

pihak manajemen lebih mementingkan kepentingannya sendiri dari pada

kepentingan perusahaan. Jumlah kepemilikan saham yang belum signifikan

tersebut menyebabkan manajer lebih mementingkan tujuannya sebagai seorang

manager dari pada sebagai pemegang saham. Karena pihak manjemen mempunyai

jumlah saham yang sedikit sehingga pihak manajemen tidak merasa mempunyai

perusahaan dan mengakibatkan pihak manajemen mementingkan kepentingan

pribadinya, sehingga tidak mempengaruhi nilai perusahaan.

Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap nilai Perusahaan

Hipotesis ketiga diajukan oleh penelin ini adalah Kepemilikan

institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Pada perusahaan sub

sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2013-

2016. berdasarkan dari hasil pengujian yang dilakukan oleh peneliti dapat

dibuktikan bahwa hipotesis ketiga tidak dapat diterima atau ditolak dengan hasil

penelitian bahwa Kepemilikan institusi tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Afiantoro ( 2016 ) menyatakan belum

sepenuhnya institusi memiliki informasi yang dimiliki oleh perusahaan sehingga

perusahaan sulit dikendalikan oleh institusional. Jumlah pemegang saham yang

besar, belum tentu efektif dalam memonitor perilaku perusahaan, sehingga

kepemilikan institusional belum mampu menjadi mekanisme untuk menigkatkan

nilai perusahaan.

Pengaruh Corporate Social Responsibility ( CSR ), Kepemilikan Manajerial,

dan Kepemilikan Institusional Terhadap Nilai Perusahaan

Hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah Corporate Social

Responsibility (CSR), Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan Institusional

berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan, berdasarkan uji f diperoleh nilai fhitung

sebesar 4,094 dan ftabel 2,20 dengan signifikan sebesar 0,012. Dengan demikian

dapat diketahi fhitung > ftabel (4,094 > 2,20) dengan signifikansi 0,012 < 0,05 yang

menunjukkan varaibel Corporate Social Responsibility, Kepemilikan Manajerial

dan Kepemilikan Institusional secara bersama-sama berpengaruh terhadap nilai

perusahaan pada perusahaan sub sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016.

PENUTUP DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti pada

bab sebelumnya, maka kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap Nilai

Perusahaan pada perusahaan sub sektor industri barang konsumsi yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016.

2. Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan

pada perusahaan sub sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016.

3. Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan

pada pada perusahaan sub sektor industri barang konsumsi yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016.

4. Corporate Social Responsibility (CSR), Kepemilikan Manajerial,

Kepemilikan Institusional secara bersama – sama berpengaruh terhadap

nilai perusahaan pada pada perusahaan sub sektor industri barang

konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016.

Keterbatasan Penelitian

1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terbatas hanya menggunakan

4 tahun pengamatan (2013-2016) .

2. Penelitian ini hanya menggunakan CSR, kepemilikan manajerial dan

kepemilikan institusional sebagai variabel bebas dalam pengaruhnya

terhadap nilai perusahaan.

Saran

1. Bagi Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperpanjang periode

penelitian untuk memperoleh hasil penelitian yang lebih baik.

2. Penelitian selanjutnya dapat menambah variabel penelitian lainnya dengan

pengukuran yang lebih baik agar hasil yang diperoleh akan menjadi lebih

baik.

3. Populasi penelitian selanjutnya tidak hanya perusahaan sub sektor industri

barang konsumsi.

4. Penelitian selanjutnya diharapkan tidak hanya menggunakan price book

value (PBV) sebagai pengukuran dalam mencari nilai perusahaan, perlu

ditambahkan dengan pengukuran lain.