134
i PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN EXPERIENTAL PURCHASING TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN (Survei Pada Pengunjung Domestik Wisata Benteng Vredeburg) SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Oleh Eanggi Maisaroh NIM 122210063 PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2016

PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

i

PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN EXPERIENTAL PURCHASING TERHADAP KEPUASAN

KONSUMEN (Survei Pada Pengunjung Domestik Wisata Benteng Vredeburg)

SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Oleh Eanggi Maisaroh NIM 122210063

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

2016

Page 2: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

ii

Page 3: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

iii

Page 4: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

iv

MOTTO

“Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Dan, sesungguhnya yang demikian itu berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’ ”. (QS. Al-

Baqarah:45)

“Ridha Allah tergantung pada keridhaan orang tua, dan murka Allah bergantung pada kemurkaan orang tua”. (H.R. Bukhari)

“Barangsiapa yang menapaki suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke Surga”. (H.R. Ibnu Majah & Abu

Dawud)

“Selalulah kamu jujur, karena sesungguhnya jujur itu mengantarkan kamu kepada kebaikan dan kebaikan itu sesungguhnya mengantarkan kamu pada

surga”.

“Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia (lainnya)”. (H.R. Thabrani)

“Jujur merupakan awal untuk menggapai masa depan” (Penulis)

Page 5: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Bapak (Sutarjo) dan Ibu (Tri Ningsih) tercinta yang telah memberikan kasih

sayang, dukungan, doa, dan nasihat untuk kesuksesan saya.

Adik (Furi Faturohmat) yang selalu memberi motivasi dan semangat dalam

hidup saya.

Ibu Dwi Irawati dan Bapak Dedi Runanto yang telah meluangkan waktu,

tenaga, pikiran, dan senantiasa sabar memberikan pengarahan, bimbingan,

dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

Ibu Dwi Irawati, selaku Pembimbing Akademik. Terimakasih atas

bimbingan serta ilmu yang diberikan selama ini.

Bapak dan Ibu dosen keluarga besar program studi manajemen, yang telah

memberikan motivasi, semangat, serta terimakasih atas ilmu yang telah

diberikan.

Sahabat-sahabat (Dewi Ayu Fatmawati dan Fitri Eko Pussandha) yang

selalu menemani saat bahagia dan sedih, selalu sabar menghadapi dan

mendengarkan keluh kesah saya, dan selalu memberikan motivasi.

Teman-teman seperjuangan angkatan 2012, dan

Museum Benteng Vredeburg yang telah mengizinkan saya melakukan

penelitian skripsi ini, dan

Semua pihak yang telah terkait, membantu, dan memberikan banyak

motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, terima kasih.

Page 6: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

vi

Page 7: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

vii

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas

limpahan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul "Pengaruh Citra Destinasi, Fasilitas Wisata, dan

Experiental Purchasing Terhadap Kepuasan Konsumen (Survei pada

Pengunjung Domestik Wisata Benteng Vredeburg)" sebagai salah satu syarat

untuk mencapai gelar Sarjana 1 (S1) Program Studi Manajemen, Fakultas

Ekonomi di Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Peneliti menyadari bahwa dalam proses penelitian skripsi ini banyak

mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai

pihak dan berkat Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi dapat

diatasi. Untuk itu peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan

kepada Ibu Dwi Irawati, S.E, M.Si, P.hD.cand selaku pembimbing I dan Bapak

Dedi Runanto, M.Si. selaku pembimbing II yang telah dengan sabar, tekun, tulus,

dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran memberikan bimbingan,

motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga kepada peneliti selama

penyusunan skripsi.

Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada:

1. Bapak Drs. H. Supriyono, M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Purworejo.

Page 8: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

viii

2. Bapak Ridwan Baraba, S.E, M.M, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Purworejo.

3. Ibu Endah Pri Ariningsih, S.E, M.Sc selaku Ketua Program Studi Manajemen

Universitas Muhammadiyah Purworejo.

4. Ibu Dwi Irawati, S.E, M.Si, Dr.cand, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, masukan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Dedi Runanto, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, masukan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Dosen dan karyawan Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi, terima

kasih atas segala ilmu dan pelayanan yang telah diberikan selama ini.

7. Teman-teman Manajemen atas dukungan, bantuan, dan kebersamaan yang tak

terlupakan.

8. Semua pihak yang telah berkenan memberikan bantuan dan juga dukungan

kepada peneliti.

Penulis hanya dapat berdoa semoga Allah Swt. memberikan balasan yang

berlipat ganda atas budi baik yang telah diberikan. Semoga Skripsi ini bermanfaat

bagi penyusun khususnya dan para pembaca umumnya.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Purworejo, 24 Desember 2016

Peneliti,

Eanggi Maisaroh

Page 9: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

ix

ABSTRAK

Eanggi Maisaroh, Pengaruh Citra Destinasi, Fasilitas Wisata dan Experiental Purchasing terhadap Kepuasan Konsumen (Survei pada Pengunjung Domestik Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta). Program Studi Manajemen. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2016.

Perkembangan kepariwisataan Indonesia selama beberapa tahun terakhir mengalami perkembangan yang signifikan menjadi industri pariwisata dan juga industri bisnis yang seakain berkembang. Industri bisnis pariwisata yang semakin berkembang membuat persaingan antar destinasi pariwisata semakin tajam. Pengelolaan destinasi wisata saling berlomba untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawannya. Museum Benteng Vredeburg yang merupakan salah satu destinasi wisata sejarah yang berada di Yogyakarta diharapkan akan terus mengalami peningkatkan jumlah kunjungan wisata, namun dari tahun 2006-2014 jumlah wisatawan yag berkunjung sangat fuktuatif.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh citra destinasi, fasilitas wisata, dan experiental marketing terhadap kepuasan konsumen pada Museum Benteng Vredeburg. Teknik pengambilan sampel penelitin ini adalah purposive sampling dengan jumlah sempel sebanyak 100 responden yang merupakan pengunjung domestik Museum Benteng Vredeburg, instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner yang dinilai dengan skala likert yang sudah diuji coba dan telah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Analisis dilakukan menggunakan regresi linear berganda, serta uji signifikan (uji t dan uji F).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa analisis linier berganda nilai koefisien dari citra destinasi sebesar 0,203 dengan nilai signifikan 0,040 (<0,05) artinya citra destinasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen, fasilitas wisata sebesar 0,233 dengan nilai signifikan 0,024 (<0,05) artinya fasilitas wisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen, dan experiental purchasing sebesar 0,402 dengan nilai signifikan 0,002 (<0,05) artinya experiental purchasing berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen. Berdasarkan hasil uji signifikan diperoleh nilai sebesar 29,445 dengan nilai signifikan 0,000 (<0,05) yang berarti bahwa citra destinasi, fasilitas wisata, dan experiental purchaing secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan. Kata kunci: citra destinasi, fasilitas wisata, experiental purchasing, kepuasan konsumen

Page 10: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

x

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................iii HALAMAN MOTTO .............................................................................iv HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. v PERNYATAAN ......................................................................................vi PRAKATA ..............................................................................................vii ABSTRAK ..............................................................................................ix DAFTAR ISI ........................................................................................... x DAFTAR TABEL ...................................................................................xi DAFTAR GAMBAR ..............................................................................xii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................... 7 C. Batasan Masalah .......................................................................... 7 D. Rumusan Masalah ....................................................................... 8 E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 8 F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 9

BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, DAN RUMUSAN HIPOTESIS....................................................................................... 10

A. Kajian Teori ................................................................................ 10 B. Tinjauan Pustaka .........................................................................46 C. Kerangka Penelitian .......................................................................47 D. Rumusan Hipotesis .......................................................................48

BAB III METODE PENELITIAN ...........................................................51 A. Desain Penelitian .........................................................................51 B. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................51 C. Populasi dan Sampel ....................................................................51 D. Variabel Penelitian .......................................................................53 E. Definisi Oprasional Variabel dan Indikator Variabel ................. 53 F. Pengumpulan Data ........................................................................58 G. Instrumen Penelitian ....................................................................58 H. Analisis Data ...............................................................................50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..........................63 A. Data Penelitian ............................................................................63 B. Uji Instrumen Penelitian ..............................................................65 C. Pengujian Hasil .............................................................................67 D. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................69

BAB V PENUTUP .......................................................................................73 A. Simpulan .....................................................................................73 B. Implikasi Penelitian .....................................................................73

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................75

Page 11: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

xi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Data Pengunjung ObjekWisata Sejarah Tahun 2014 ........................... 3 Tabel 2. Data Pengunjung Museum Benteng Vredeburg .................................. 4 Tabel 3. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................... 63 Tabel 2. Profil Responden Berdasarkan Pekerjaan............................................ 64 Tabel 3. Profil Responden Berdasarkan Umur .................................................. 64 Tabel 4. Profil Responden Berdasarkan Pendapatan ......................................... 64 Tabel 5. Hasil Uji Validitas Instrumen ............................................................ 65 Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ......................................................... 66 Tabel 7. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda .............................................. 67 Tabel 8. Hasil Uji F .......................................................................................... 68

Page 12: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Konsep Kepuasan Pelanggan .......................................................21 Gambar 2. Kerangka Pemikiran ....................................................................47

Page 13: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini, industri pariwisata di Indonesia menunjukkan bisnis jasa

yang semakin berkembang dan diperhitungkan. Pariwisata di Indonesia

merupakan sektor yang dianggap penting dan strategis, karena tahun 2009

sektor pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa

setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Penguatan

penerimaan devisa cukup beralasan karena bidang pariwisata di Indonesia

sudah berkembang sejak dulu. Masuknya bangsa Belanda pada abad ke-19

ke Indonesia, membuat Indonesia yang semula disebut sebagai kawasan

Hindia Belanda mulai berkembang menjadi daya tarik wisatawan dari bangsa

Belanda dengan ciri banyak bermunculan hotel-hotel untuk singgah bagi para

wisatawan. Masa itu, tepatnya pada 1 juli 1947 dibentuklah HONET (Hotel

National and Turism) oleh pemerintah guna menghidupkan sektor pariwisata

di Indonesia.

(http://kolom.pacific.net.id/ind/setyanto_p._santosa/artikel_setyanto_p._santo

sa/pengembangan__pariwisata__indonesia.html)

Masa Orde Baru pemerintah mengadakan program untuk

meningkatkan kedatangan wisatawan yang diberi nama “Tahun Kunjungan

Indonesia”. Program tersebut dipakai sampai tahun 2009 dengan fokus

pertemuan, kosentif, konvensi, pertunjukan dan wisata laut. Tahun 2010

pemerintah mencanangkan kembali “Tahun Kunjungan Indonesia serta Tahun

Page 14: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

2

Kunjungan Museum 2010”. Program tersebut mendorong kesadaran

masyarakat untuk meningkatkan kunjungan ke museum. Tahun 2011 “Tahun

Kunjungan Indonesia serta Tahun Kunjungan Museum” berganti menjadi

“Wonderful Indonesia”. Seiring dengan perubahan, tuntutan perkembangan

layanan wisata, dan pembentukan citra, pemerintah pada tahun 2015

mengubah nama program menjadi “Wonderful Indonesia dan Pesona

Indonesia”.( https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah Pariwisata_di_Indonesia)

Indonesia memiliki banyak objek pariwisata. Pariwisata di Indonesia

tidak hanya dari wisata alam, wisata budaya tetapi juga wisata sejarah.

Kekhasan wisata sejarah cukup beralasan karena Indonesia merupakan negara

bekas jajahan negara-negara Eropa dan Jepang yang secara tidak langsung

banyak meninggalkan sejarah penting bagi bangsa Indonesia dari Sabang

sampai Merauke. Indonesia sebagai tujuan wisata semakin menjadi pilihan

bagi wisatawan mancanegara, sementara pertumbuhan wisatawan domestik

juga semakin meningkat.

Mengenai daerah tujuan wisata sejarah, Yogyakarta merupakan salah

satu daerah yang memiliki kaitan erat dengan berdirinya Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Yogyakarta, selain terkenal dengan sebutan kota pelajar,

juga dikenal sebagai Kota Wisata, Kota Budaya, dan Kota Perjuangan. Oleh

karena itu, kegiatan pariwisata di Yogyakarta dikembangkan atas dasar dan

berpusat pada budaya jawa yang selaras dengan sejarah dan budaya Kraton

Ngayogyakarta Hadiningrat, kearifan lokal, dan nilai-nilai luhur budaya

bangsa. Objek wisata sejarah yang ada di Yogyakarta, seperti museum

Page 15: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

3

perjuangan Monumen Jogja Kembali, Benteng Vredeburg, Monumen

Dirgantara, Museum Perjuangan, rute perjalanan gerilya, dan makam para

pahlawan. (www.jogjalagi.com)

Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta khususnya objek

wisata sejarah masih rendah, dan objek wisata yang paling banyak diminati

oleh wisatawan adalah Museum Benteng Vredeburg diantara objek wisata

sejarah yang lain, ini berdasarkan data dari Badan Statistik Kepariwisataan

Yogyakarta tahun 2014, sebagai berikut:

Tabel 1 Data Pengunjung Objek Wisata Sejarah tahun 2014

No Objek Wisata Jumlah Pengunjung

1 Monumen Jogja Kembali 361.166 orang

2 Monumen Dirgantara 12.130 orang

3 Makam Para Pahlawan 27.785 orang

4 Museum Benteng Vredeburg 235.485 orang

5 Museum Perjuangan 4.219 orang Sumber: Badan Statistik Kepariwisataan Yogyakarta tahun 2014

Museum Benteng Vredeburg termasuk objek wisata sejarah yang

banyak dikunjungi berada di kawasan Malioboro, Jl. Jenderal Ahmad Yani

Nomor 6 Yogyakarta. Benteng Vredeburg awalnya dibangun sebagai pusat

pemerintahan dan pertahanan Residen Belanda kala itu. Benteng Vredeburg

Yogyakarta berkaitan erat dengan lahirnya kesultanan Yogyakarta, dalam

Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755. Berdasarkan Surat Keputusan Mentri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor

48/OT.001/MKP/2003 tanggal 5 Desember 2003, Museum Benteng

Page 16: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

4

Vredeburg Yogyakarta memiliki tugas melaksanakan pengumpulan,

perawatan, pengawetan, penelitian, penyajian, penerbitan hasil penelitian dan

memberikan bimbingan edukatif kultural mengenai benda dan Sejarah

Perjuangan Bangsa Indonesia.

(https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Benteng_Vredeburg)

Museum Benteng Vredeburg mencatat jumlah wisatawan yang

berkunjung, berdasarkan data pengunjung tahun 2006 sampai 2014, sebagai

berikut:

Tabel 2 Data Pengunjung Museum Benteng Vredeburg Tahun 2006-2014

No Tahun Jumlah Pengunjung 1 2006 103.662 orang 2 2007 52.571 orang 3 2008 83.550 orang 4 2009 54.467 orang 5 2010 187.435 orang 6 2011 68.972 orang 7 2012 240.264 orang 8 2013 163.231 orang 9 2014 235.485 orang

Sumber: Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta

Nampak bahwa jumlah wisatawan yang berkunjung ke Museum

Benteng Vredeburg sangat fluktuatif. Kunjungan wisata terbanyak terjadi

ditahun 2012. Sebenarnya, kunjungan wisata dapat ditingkatkan dan dibangun

dengan memberikan kepuasan kepada para wisatawan. Menurut Kotler dan

Keller (2009:177), kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang

Page 17: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

5

yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan

terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapkan. Menurut Juwandi (2004:37),

ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan pengunjung (wisatawan)

di objek wisata, misalnya saja kualitas produk yang ditawarkan sesuai dengan

apa yang diharapkan oleh pengunjung dan sesuai dengan apa yang diiklankan,

biaya dan kemudahan (fasilitas) yang mendukung untuk memenuhi

kebutuhan pegunjung saat menikmati objek wisata, service quality yang

diberikan oleh karyawan kepada pengunjung, dan emotional factor,

pelanggan akan merasa puas (bangga) karena adanya emotional value yang

diberikan oleh produk tersebut.

Sebagaimana kita ketahui, sebelum melakukan suatu perjalanan kita

harus menentukan dan mencari informasi tempat yang akan kita kunjungi,

dalam hal ini merek (objek wisata) menjadi faktor pembeda yang sangat

penting dalam menawarkan produknya. Untuk meningkatkan daya saing,

merek, dan kinerja merek di pasar, para pemasar mengelola dengan serius

desain strategi untuk meningkatkan keberhasilan target citra merek dibenak

para konsumen. Crompton (1979:408), citra adalah serangkaian kepercayaan,

ide, dan kesan terhadap suatu tempat atau daerah tujuan wisata.

Echtner and Ritchie (1993) dalam Lin Chung-Hsein, et.al. (2007:183)

citra destinasi adalah sejumlah keyakinan, ide dan impresi seseorang terhadap

atribut atau aktivitas disuatu destinasi yang membentuk keseluruhan

gambaran destinasi tersebut. Sedangkan Coshall (2000) dalam Martinez

(2010:865) menyatakan bahwa citra destinasi merupakan kesan wisatawan

Page 18: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

6

secara umum terhadap suatu destinasi wisata. Sedangkan citra yang

dipersepsikan setelah terjadinya kunjungan wisata juga akan mempengaruhi

kepuasan konsumen dan intensitas untuk melakukan kunjungan wisata

kembali di masa mendatang, tergantung pada kemampuan daerah tujuan

wisata dalam menyediakan pengalaman yang sesuai dengan kebutuhan citra

yang wisatawan miliki tentang daerah wisata.

Destinasi yang baik dan bagus yaitu destinasi yang harus mampu

memberi fasilitas wisata yang sesuai dengan kebutuhan pengunjung untuk

memberi kemudahan dan memenuhi kebutuhan mereka selama berkunjung.

Kemampuan memberikan fasilitas wisata, membuat pengunjung nyaman saat

berkunjung. Kotller (2009:45) menyatakan bahwa fasilitas adalah segala

sesuatu yang sengaja disediakan oleh penyedia jasa untuk dipakai serta

dinikmati oleh konsumen yang bertujuan memberkan tingkat kepuasan

maksimal. Fasilitas cenderung mendukung bukan mendorong dan cenderung

berkembang pada saat yang sama atau sesudah attraction berkembang

(James, 1997:40). Jansen-Verbeke yang dikutip oleh Burton (1995:128),

fasilitas wisata adalah fasilitas berupa bangunan yang timbul karena adanya

daya tarik utama yang merupakan fasilitas primer.

Menciptakan kepuasan konsumen dapat dilakukan dengan

menciptakan persepsi positif di benak konsumen mengenai produk. Satu

diantara beberapa konsep pemasaran yang dapat digunakan untuk

mempengaruhi sisi emosional konsumen adalah melalui experiental

marketing. Experiental purchasing adalah mengetahui yang dipilih, saat

Page 19: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

7

pembelian, pengepakan, penghitungan dari lingkungan yang dirasakan

menurut Arnold dan Price dalam Grundey (2008:136).

Berdasarkan uraian tersebut, kepuasan konsumen dan faktor-faktor

apa saja yang menjadi penyebab kepuasan konsumen dalam kunjungan

wisata, menarik untuk diteliti. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Citra Destinasi, Fasilitas Wisata, dan

Experiental Purchasing Terhadap Kepuasan Konsumen (Survei pada

Pengunjung Domestik Wisata Benteng Vredeburg)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dapat diidentifikasi beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Rendahnya minat dan kesadaran masyarakat untuk mengunjungi objek

wisata sejarah (museum).

2. Jumlah pengunjung wisata Benteng Vredeburg Yogyakarta yang fluktuatif.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan permasalahan tersebut dan mengingat luasnya

permasalahan yang ada dalam identifikasi masalah, maka perlu diadakan

batasan masalah. Penelitian ini menitikberatkan pada:

1. Objek penelitian ini yaitu tempat wisata Benteng Vredeburg Yogyakarta.

Page 20: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

8

2. Subjek penelitian ini yaitu pengunjung domestik mandiri (bukan dari

sekolah atau instansi yang salah satu tujuannya mengunjungi objek wisata

Benteng Vredeburg).

3. Variabel penelitian ini yaitu citra destinasi, fasilitas wisata, experiental

purchasing, dan kepuasan konsumen.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan

masalah, dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu:

1. Apakah citra destinasi berpengaruh terhadap kepuasan konsumen?

2. Apakah fasilitas wisata berpengaruh terhadap kepuasan konsumen?

3. Apakah experiental purchasing berpengaruh terhadap kepuasan

konsumen?

4. Apakah citra destinasi, fasilitas wisata, experiental purchasing berpengaruh

terhadap kepuasan konsumen?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk menguji bagaimana pengaruh citra destinasi terhadap kepuasan

konsumen.

2. Untuk menguji bagaimana pengaruh fasilitas wisata terhadap kepuasan

konsumen.

Page 21: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

9

3. Untuk menguji bagaimana pengaruh experiental purchasing terhadap

kepuasan konsumen.

4. Untuk menguji bagaimana pengaruh citra destinasi, fasilitas wisata dan

experiental purchasing terhadap kepuasan konsumen.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan tujuan, manfaat yang diharapkan dari penelitian

ini adalah:

1. Manfaat praktis

a. Bagi Museum Benteng Vredeburg Daerah Istimewa Yogyakarta, hasil

penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar empiris dalam

membangun dan mengelola museum.

b. Bagi Peneliti, penelitian ini bermanfaat menambah pengetahuan

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen

khususnya konsumen objek wisata sejarah.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bukti empiris mengenai

pengaruh citra destinasi, fasilitas wisata, dan experiental purchasing

terhadap kepuasan konsumen.

Page 22: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

10

BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, DAN

HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Pariwisata

a. Konsep Pariwisata

Pariwisata merupakan kegiatan yang dilakukan perorangan maupun

sekelompok orang melakukan perjalanan ke tempat wisata. Pariwisata

berasal dari bahasa Sansekerta “pari” yang berarti hal atau banyak

melakukan dan kata “wisata” berarti perjalanan. Pariwisata adalah

perjalanan atau banyak melakukan perjalanan. Kondhyat dalam James J.

Spillane (1987:21) pariwisata merupakan perjalanan dari suatu tempat ke

tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,

sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan

dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu.

Menurut Wahab (1989:5) pariwisata merupakan industri gaya baru

yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal

kesempatan kerja, pendapatan taraf hidup, dan dalam mengaktifkan sektor

produksi di dalam negara penerima pariwisata. Sedangkan menurut

peraturan perundang-undangan, yakni UU No. 9 tahun 1990 tentang

pariwisata, wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan

tersebut yang dilakukan secara sukarela dan bersifat sementara untuk

menikmati objek dan daya tarik wisata.

10

Page 23: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

11

Menurut Wahab (1989:9) faktor-faktor yang mempengaruhi

pengambilan keputusan berwisata, yaitu:

1) Irasional (Dorongan Bawah Sadar)

a) Lingkup pergaulan dan ikatan-ikatan keluarga;

b) Tingkah laku prestise;

c) Tiruan dan metode;

d) Pengaguman pribadi (dalam polah tingkah laku);

e) Perasaan-perasaan keagamaan;

f) Hubungan masyarakat dan promosi pariwisata;

g) Iklan dan penyebaran informasi paiwisata;

h) Kondisi ekonomi (faktor pendapatan dan biaya).

2) Rasional (Dorongan yang Disadari)

a) Sumber-sumber wisata (asset wisata) (alam, panorama, budaya,

perayaan sosial, dan lain-lain);

b) Fasilitas wisata (pengorganisasian industri pariwisata di dalam

negeri tersebut, transportasi);

c) Fasilitas wisata (prosedur kunjungan, bea cukai, dan lain-lain);

d) Kondisi lingkungan (sikap masyarakat setempat terhadap orang

asing, keramah tamahan dan sikap mudah bergaul);

e) Susunan kependudukan (umur, jenis kelain, dan urbanisasi);

f) Situasi politik (kestabilannya, tingkat kebebasan warganya);

g) Keadaan geografis (jarak dari negara pasaran sumber wisatawan,

keindahan panorama, dan lain-lain).

Page 24: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

12

2. Pemasaran Pariwisata

a. Konsep Pemasaran

Sejarah pariwisata telah berusia berabad-abad. Elemen ‘produk

pariwisata’ dan kondisi ‘target pasar’ yang berubah dengan cepat dalam

beberapa dekade terakhir mau tidak mau juga menuntut penemuhan akan

kebutuhan metode bisnis pariwisata yang lebih responsif. Hal itu telah

membawa pada pengadopsian dan penerapan konsep-konsep pemasaran

pariwisata (tourism marketing) (Pitana, 2009:152).

Menurut Kotler (2005: 10), pemasaran adalah proses sosial yang

dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka

butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara

bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain.

Pendapat lain menurut Kotler dan Keller (2009: 5), pemasaran adalah

mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Sedangkan

pemasaran menurut Surachman (2008: 23), adalah suatu bidang yang

sangat luas dimana mencakup berbagai unsur yang sama dan berbeda

diintegrasikan untuk mencapai tujuan perusahaan. Sebagai contoh banyak

perusahaan yang mengiklankan, mendesain merek, logo, sales calls,

website, brosur, dan pengemasan, pertunjukan, konferensi, dan event-event

lain, dan sebagainya sebagai aktivitas pemasaran dalam mencapai tujuan

perusahaan.

Kartajaya (2002) dalam Buchari (2014:257), marketing is a strategic

business discipline that directs the process of creating, offering, and

Page 25: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

13

changing value from one initiator to its stakeholders. Pemasaran adalah

sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan,

penawaran dan perubahan values dari satu inisiator kepada

stakeholdersnya. Landasan filosofi yang mendasari definisi tersebut dapat

dijabarkan dalam bentuk visi, misi dan nilai dari pemasaran, sebagai

berikut:

1) Visi

Pemasaran harus menjadi suatu konsep bisnis strategis yang memberi

kepuasan berkelanjutan, bukan kepuasan sesaat untuk tiga stakeholder

utama, yaitu konsumen, karyawan, dan pemilik.

2) Misi

Pemasaran akan menjadi jiwa, bukan sekedar salah satu anggota atau

bagian saja dalam lembaga yang harus aktif dalam marketing, tapi

semua harus merasa terpanggil mencapai tujuan perusahaan yaitu

memberi kepuasan.

3) Nilai

Nilainya adalah menjaga merek, agar lebih melekat dihati konsumen.

Setiap orang dalam perusahaan harus merasa terlibat dalam proses

pemuasan konsumen. Karyawan bukan hanya sebagai petugas

perpanjangan tangan dari atasan, tapi semua karyawan harus mampu

menambah nilai terhadap kepuasan konsumen.

Page 26: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

14

b. Pemasaran Pariwisata

Krippendorf (1971:34) dalam bukunya Marketing Et Tourisme,

pemasaran pariwisata sebagai suatu sistem dan koordinasi yang harus

dilakukan sebagai kebijaksanaan bagi perusahaan-perusahaan kelompok

industri pariwisata, baik milik swasta maupun pemerintah, dalam ruang

lingkup lokal, regional, nasional, atau internasional untuk mencapai

kepuasan wisatawan dengan memperoleh keuntungan yang wajar.

Sedangkan Wahab (2000:58), pengertian pemasaran pariwisata

sebagai suatu proses manajemen yang dilakukan oleh organisasi pariwisata

nasional atau perusahaan-perusahaan termasuk dalam kelompok industri

pariwisata untuk melakukan identifikasi terhadap wisatawan yang sudah

punya keinginan untuk melakukan perjalanan wisata dengan jalan

melakukan komunikasi untuk mereka, mempengaruhi keinginan,

kebutuhan, dan memotivasinya, terhadap apa yang disukai dan tidak

disukainya, pada tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional

dengan menyediakan objek dan atraksi wisata agar wisatawan memperoleh

kepuasan optimal.

Menurut Wahab (2000), pemasaran pariwisata mencakup beberapa

aktivitas:

1) Pemasaran pariwisata merupakan suatu proses manajemen yang

dilakukan oleh Organisasi Pariwisata Nasional (OPN), berkerjasama

dengan organisasi pariwisata swasta.

Page 27: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

15

2) Melakukan identifikasi terhadap kelompok wisatawan yang sudah

memiliki keinginan untuk melakukan perjalanan wisata (actual

demand) dan kelompok wisatawan yang memiliki potensi akan

melakukan perjalanan wisata di waktu yang akan datang (potential

demand).

3) Melakukan komunikasi dan mempengaruhi keiginan, kebutuhan,dan

motivasinya terhadap yang disukai atau tidak disukai mereka, baik pada

tingkat lokal, regional, nasional, maupun internasional.

4) Menyediakan objek dan atraksi wisata sesuai dengan persepsi

wisatawan sehingga mereka merasa puas.

3. Jasa

a. Klasifikasi Jasa

Menurut Kotller (2009:36), jasa adalah kegiatan yang dapat

diidentifikasikan secara sendiri, yang pada hakekatnya bersifat tidak teraba

(intangible),yang merupakan pemenuhan kebutuhan dan tidak terkait pada

penjualan produk/jasa lain. Untuk menghasilkan jasa mungkin pula tidak

diperlukan penggunaan benda nyata (tangible). Akan tetapi sekalipun

penggunaan benda itu perlu, namun tidak terdapat adanya perpindahan hak

milik atas benda tersebut (pemilik permanen).

Menurut Haizer dan Render (2005:12), jasa adalah kegiatan ekonomi

yang biasanya menghasilkan barang tidak nyata, seperti: pendidikan,

hiburan, penginapan, pemerintahan, pelayanan keuangan, dan kesehatan.

Sedangkan menurut Haksever, et.al dalam Wahyu (2009:11) jasa atau

Page 28: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

16

pelayanan didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang menghasilkan

waktu, tempat, bentuk, dan kegunaan psikologis.

Evardsson dalam Wahyu (2009:11) memandang jasa atau pelayanan

sebagai bagian dari konsep yang luas tentang suatu produk. Produk

meliputi barang, jasa, perangkat lunak komputer, atau kombinasinya.

Pelanggan terlibat sebagai pembantu produsen dalam proses produksi,

semetara jasa atau pelayanan diciptakan di dalam dan selama proses

produksi.

Menurut Lovelock dalam Berman dan Evans (1990:144) jasa dapat

diklasifikasikan dalam tujuh kriteria:

a. Segmen pasar

Berdasarkan segmen pasar, jasa dapat dibedakan menjadi jasa kepada

konsumen akhir dan kepada konsumen organisasional.

b. Keberwujudan (tangibility)

Berhubungan dengan tingkat keterlibatan produk fisik dengan

konsumen, dapat dibedakan dalam tiga macam, yaitu:

1) Rented goods service, konsumen menyewa dan menggunakan

produk-produk tertentu berdasarkan tarif tertentu selama jangka

waktu tertentu pula.

2) Owned good service, pada owned good service produk-produk yang

dimiliki konsumen direparasi, dikembangkan atau ditingkatkan untuk

kerjanya atau dipelihara atau dirawat oleh perusahaan jasa.

Page 29: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

17

3) Non-goods service, jenis ini adalah jasa personal bersifat intangibel

(tidak berbentuk produk fisik ditawarkan kepada pelanggan).

c. Ketrampilan penyedia jasa.

d. Tujuan organisasi, tujuan organisasi ada dua yaitu komersial service

atau profit service dan nonprofit atau jasa nirlaba.

e. Regulasi, regulasi ada dua jenis yaitu regulasi service dan nonregulasi

service.

f. Tingkat intensitas karyawan, meliputi equipent-based-service dan

people-based-service.

g. Tingkat kontak penyedia jasa dan pelanggan, meliputi hight-contact

service dan low-contact service.

Semua tindakan atau perbuatan yang dilakukan terhadap orang lain

dikatagorikan sebagai jasa akan tetapi jasa dibagi menjadi beberapa jenis

jasa. Menurut Lovelock dalam Sudarmanto (2002:25-26) jasa pada

dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

a. Rented Goods Service, dalam jenis ini konsumen menyewa dan

menggunakan suatu produk berdasarkan tarif yang telah ditetapkan

dalam jangka waktu tertentu konsumen hanya dapat menggunakan

produk tersebut, sedangkan kepemilikannya tetap berada pada pihak

perusahaan atau perorangan yang menyewakannya. Contoh: perusahaan

penyewaan mobil, hotel, apartemen, dan sebagainya.

b. Owned Goods Service, dalam jenis ini produk yang dimiliki konsumen

dikembangkan atau dirawat oleh perusahaan jasa. Jenis jasa ini juga

Page 30: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

18

mencakup perubahan bentuk produk (barang) yang dimiliki konsumen.

Contoh: jasa perbaikan mobil, AC, salon kecantikan, dan sebagainya.

c. Non Goods Service, dalam jenis ini adalah jasa personal bersifat

intangibel (tidak berbentuk produk fisik) ditawarkan pada para

pelanggan. Contoh: jasa bank, jasa asuransi, jasa pariwisata, jasa

pendidikan, dan lain-lain.

b. Strategi Pemasaran Jasa

Untuk merealisasikan kepuasan dan loyalitas ini maka peranan

strategic marketing sangat penting. Menurut Cravens (1997:10), strategic

marketing is a market-driven process of development, taking into account

a constantly changing business environment and the need to achieve high

levels of customer satisfaction. Strategic marketing focuses on

organizational performance rather than the traditional concern about

increasing sales. Aaker (2001) dalam Buchari (2014:258), strategi

marketing sangat mengutamakan orientasi pada konsumen dengan

memberikan kepuasan tertinggi dan fokus pada tampilan lembaga dalam

melayani konsumen dan ini berbeda dengan pemasaran tradisional yang

hanya mengutamakan peningkatan volume penjualan. Dengan

perencanaan yang dilakukan secara aktif dan baik akan mengantisipasi

perkembangan masa depan. Aaker dalam Buchari (2014:258) memberikan

kerangka besar dari strategic market management dalam tiga aspek, yaitu:

Page 31: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

19

1) External analysis

Analisis eksternal ini menyangkut aspek konsumen, saingan, analisis

pasar dan analisa lingkungan.

2) Internal analysis

Analisis internal adalah analisa yang dilakukan di dalam perusahaan

meliputi analisa keuntungan, penjualan, kepuasan konsumen, kualitas

produk, penentuan strategi, sumber daya.

3) Strategy identifications and selection

Sebuah perusahaan dalam merumuskan strategi pemasaran harus

mendefinisikan dulu apa bisnisnya, apa jenis bisninya, tetapkan visi,

misi, serta tujuan perusahaan.

Salah satu strategi pemasaran yang dapat diterapkan dalam

meningkatkan jumlah pengunjung adalah strategi experiental marketing.

Alma (2014:264), konsep experiential marketing dapat dilakukan melalui

Strategy Experiential Moduls (SEMs), yaitu dengan memberikan

pengalaman kepada konsumen atau pelanggan melalui lima tipe

pengalaman seperti sense, feel, think, act dan relate. Pada dasarnya, satu

tujuan dari penerapan experiential marketing adalah terbentuknya

kepuasan konsumen atau pelanggan yang mana merupakan tujuan utama

dari pemasaran.

4. Kepuasan Konsumen

Kotler dan Keller (2009:177), menyatakan bahwa kepuasan adalah

perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah

Page 32: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

20

membandingkan kinerja (hasil) yang diharapkan. Jika kinerja berada

berada di bawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi

harapan, pelanggan puas. Mowen dan Minor (2002:89), kepuasan atau

ketidakpuasan juga didefinisikan sebagai seluruh sikap yang ditujukan

konsumen atas barang atau jasa setelah mereka memperoleh dan

menggunakannya. Pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis adalah untuk

menciptakan para pelanggan yang merasa puas. Terciptanya kepuasan

pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat diantaranya hubungan

antara perusahaan dan pelanggan menjadi harmonis, memberikan dasar

yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas pelanggan dan

membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth) yang

menguntungkan bagi perusahaan (Tjiptono, 2008:24). Secara konseptual,

kepuasan pelanggan dapat digambarkan seperti yang ditunjukkan

gambar berikut.

Page 33: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

21

Gambar 1. Konsep Kepuasan Pelanggan Sumber: Tjiptono (2006:147)

Menurut Juwandi (2004:37), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi kepuasan pengunjung, misalnya saja kualitas produk yang

ditawarkan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pengunjung dan

sesuai dengan apa yang diiklankan, biaya dan kemudahan (fasilitas) yang

mendukung untuk memenuhi kebutuhan pegunjung saat menikmati objek

wisata, service quality yang diberikan oleh karyawan kepada pengunjung,

dan emotional factor, pelanggan akan merasa puas (bangga) karena adanya

emotional value yang diberikan oleh produk tersebut. Sedangkan menurut

Gaspersz (2005:37), faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan dan

ekspektasi konsumen terdiri dari:

1) “Kebutuhan dan keinginan” yang berkaitan dengan hal-hal yang

dirasakan pelanggan ketika ia sedang mencoba melakukan transaksi

Tujuan Perusahaan

Tingkat Kepuasan Pelanggan

Nilai Produk bagi Pelanggan

Harapan Pelanggan Terhadap Produk

Produk

Kebutuhan dan Keinginan Pelanggan

Page 34: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

22

dengan produsen jasa. Jika pada saat itu kebutuhan dan keinginannya

besar, harapan atau ekspektasi pelanggan akan tinggi, demikian pula

sebaliknya;

2) Pengalaman masa lalu (terdahulu) ketika menggunakan jasa pelayanan

dari organisasi jasa maupun pesaing-pesaingnya;

3) Pengalaman dari teman-teman yang menceritakan mengenai kualitas

layanan jasa yang dirasakan oleh pelanggan itu. Hal ini jelas

mempengaruhi persepsi pelanggan terutama pada jasa-jasa yang

dirasakan berisiko tinggi;

4) Komunikasi melalui iklan dan pemasaran juga mempengaruhi

pelanggan. Orang-orang di bagian penjualan dan periklanan

seyogyanya tidak membuat kampanye yang berlebihan melewati

tingkat ekspektasi pelanggan. Kampanye yang berlebihan dan secara

aktual tidak mampu memenuhi ekspektasi pelanggan akan

mengakibatkan dampak negatif terhadap persepsi pelanggan tentang

pelayanan jasa yang diberikan.

Menurut Tjiptono (2014:358) ada beberapa strategi yang dapat

dipadukan untuk meraih dan meningkatkan kepuasan pelanggan yaitu:

1) Barang dan Jasa Berkualitas

Perusahaan yang menerapkan program kepuasaan pelanggan harus

memiliki produk berkualitas baik dan layanan prima. Paling tidak

standarnya harus menyamai para pesaing utama dalam industri.

Page 35: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

23

Biasanya perusahaan yang tingkat kepuasan pelanggan tinggi

menyediakan tingkat layanan pelanggan yang tinggi pula.

2) Relationship Marketing

Merupakan strategi dimana suatu transaksi antara penjual dan

pembeli berkelanjutan dan tidak berakhir setelah proses penjualan

selesai. Dengan kata lain terjalin suatu kemitraan dengan pelanggan

secara terus-menerus.

3) Program Promosi Loyalitas

Program Promosi Loyalitas banyak diterapkan untuk menjalin relasi

antara perusahaan dan pelanggan. Program ini memberikan semacam

penghargaan (rewards) khusus seperti bonus, diskon voucher dan

hadiah yang dikaitkan dengan frekuensi pembelian produk atau jasa

perusahaan.

4) Fokus pada Pelanggan Terbaik

Fokus pada pelanggan terbaik merupakan program yang dapat

dilakukan setiap perusahaan untuk dapat meningkatkan kepuasan

pelanggannya, karena pelanggan terbaik adalah mereka yang mampu

berbelanja banyak dan memiliki kriteria lainnya seperti menyangkut

sistem pembayaran yang lancar dan tepat waktu, tidak terlalu banyak

membutuhkan layanan tambahan (karena mereka sangat paham dalam

berinteraksi dengan pihak perusahaan) dan relatif tidak sensitif terhadap

harga (lebih menyukai harga stabil dari pada harus berpindah pemasok

untuk mendapat harga yang murah).

Page 36: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

24

5) Sistem Penanganan Konflik secara Efektif

Fakta menunjukan bahwa kebanyakan pelanggan mengalami berbagai

macam masalah berkaitan dengan konsumsi beberapa jenis produk,

waktu penyampaian atau layanan pelanggan, maka dari itu perusahaan

harus memiliki sistem penanganan konflik yang efektif. Sistem

penanganan konflik yang efektif membutuhkan beberapa aspek seperti:

permohonan maaf kepada pelanggan atas ketidaknyamanan yang

mereka alami, empati terhadap pelanggan yang marah, kecepatan dalam

penanganan keluhan, kewajaran atau keadilan dalam memecahkan

masalah, kemudahan bagi konsumen untuk menghubungi perusahaan

(via saluran telepon bebas pulsa, surat, e-mail dan sebagainya) dalam

rangka menyampaikan kritik, saran, pertanyaan dan komplain.

6) Unconditional Guarantess

Unconditional Guarantess dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan

program kepuasan pelanggan, garansi merupakan janji eksplisit yang

disampaikan kepada pelanggan mengenai tingkat kinerja yang dapat

diharapkan bakal mereka terima. Garansi ini bermanfaat untuk

mengurangi risiko pembelian oleh pelanggan, memberikan sinyal

mengenai kualitas produk dan secara tegas menyatakan bahwa

perusahaan bertanggung jawab atas produk atau jasa yang diberikan.

7) Program Pay-for-Performance

Program kepuasan pelanggan tidak dapat terlaksana tanpa adanya

dukungan sumber daya manusia organisasi. Sebagai ujung tombak

Page 37: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

25

perusahaan yang berinteraksi langsung dengan pelanggan dan

berkewajiban memuaskan mereka, karyawan juga harus dipuaskan

kebutuhanya.

Menurut Yamit (2001:94), untuk memuaskan konsumen perusahaan

dapat melakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1) Mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen

Mencari tahu kebutuhan dan keinginan dapat dilakukan dengan

mengetahui motif konsumen dalam membeli suatu produk atau jasa.

2) Mengetahui proses pengembalian keputusan dalam membeli

Perusahaan dapat memprediksi faktor yang mempengaruhi konsumen

dalam memutuskan pembelian dan memilih cara pelayanan yang

tepat, dengan mengetahui tipe pembelian keputusan konsumen dalam

membeli produk.

3) Membangun citra perusahaan

Perusahaan perlu memperhatikan proses informasi yang membentuk

peresepsi konsumen terhadap produk perusahaan.

4) Membangun kesadaran akan pentingnya keputusan konsumen

Membangun kesadaran harus diimplementasikan dalam tindakan

nyata bahwa semua unit yang ada dalam perusahaan bertanggung

jawab untuk memuaskan konsumen.

Menurut Yoeti (2003:34), ada tiga tahapan kegiatan untuk

mengetahui tingkat kepuasan pelanggan:

a. Menemukan kebutuhan pokok yang dibutuhkan konsumen.

Page 38: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

26

b. Mencari tau harapan pelanggan, agar pelanggan mau datang

kembali untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan.

c. Kita harus memperhatikan harapan pelanggan dan melalukan

melebihi harapan pelanggan.

Menurut Assegaff (2009:174), kepuasan pelanggan akan

mempengaruhi intensitas perilaku untuk membeli jasa dari penyedia jasa

yang sama . Adapun indikator menurut Assegaff (2009:176), yaitu:

a. Pengunjung Merasa Puas dengan Pelayanan Karyawan Perusahaan.

b. Kesesuaian Kinerja Karyawan dengan Harapan Pelanggan.

c. Produk yang di Tawarkan Sesuai Kebutuhan.

5. Bauran Pemasaran( Marketing Mix)

a. Pengertian Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Bauran pemasaran merupakan konsep utama dari pemasaran modern

yang lebih dikenal sebagai marketing mix. Menurut Kotler (2002:18)

yaitu:”Bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat alat

pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus - menerus mencapai

pemasarannya di pasar sasaran”.

Marrison (2010) dalam Dewi (2011:52), Marketing mix dalam

pemasaran pariwisata meliputi 8P yang merupakan ekstensi dari 4P

tradisional yang berlaku dalam produk secara umum. Kedelapan P atau

elemen-elemen pokok marketing mix adalah product, price, place,

promotion, packaging, programmig, people, patnership.

Page 39: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

27

1) Product and pathnership (Produk dan Kemitraan)

Kotler (2009:55), Produk adalah segala sesuatu yang dapat

ditawarkan kepasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan

konsumen. Dalam industri pariwisata, produk dapat dipahami

dalam dua tingkatan sebagai berikut (Middleton, 1989:30).

a) Produk wisata total secara keseluruhan (total tourist products)

yang meliputi kombinasi dari keseluruhan produk dan jasa yang

dikonsumsi oleh wisatawan mulai dari dia meninggalkan rumah

sampai pada dia kembali.

b) Produk secara spesifik, yang meliputi produk komersial yang

merupakan bagian dari produk wisata keseluruhan.

Kemitraan pemasaran menjadi sangat relevan dalam pemasaran

pariwisata. Konsep relationship marketing membangun,

memelihara, dan meningkatkan relasi jangka panjang dengan

wisatawan, pemasok, dan perantara dalam travel trade

mendapatkan nilai dalam pembangunan pemasaran pariwisata.

2) People (Sumber Daya Manusia)

Produk pariwisata yang mengandung banyak komponen jasa

pelayanan. Oleh karena itu pengelolaan sumber daya manusia

menjadi tantangan tersendiri dalam pemasaran pariwisata. Dalam

hal ini, pelatihan, pengendalian, kualitas, standarisasi kualifikasi

dan sertifikasi kompetisi menjadi bagian penting yang menentukan

keberhasilan pemasaran suatu destinasi pariwisata.

Page 40: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

28

3) Packaging and Programming (Pemaketan dan Perencanaan

Program)

Packaging dan programming merupakan elemen yang ikut

menentukan daya saing produk wisata. Serangkaian produk wisata

yang dikemas dan dijual dengan menarik akan membentuk

pengalaman berwisata yang menarik pula. Packaging adalah

kombinasi dari jasa dan daya tarik wisata yang saling berkaitan

dalam satu paket penawaran harga. Programming adalah suatu

teknik yang berkaitan dengan packaging yaitu pengalaman

aktivitas tertentu, cara atau program untuk menarik dan

meningkatkan nilai tambah pada paket atauproduk wisata

(Morrison, 2010:60).

4) Place (Distribusi dan Penempatan Produk Wisata)

Pemasaran pariwisata perlu memahami karakteristik

pendistribusian produk wisata. Dengan karakteristik produk wista

yang kaya nuansa jasa, tidak ada distribusi fisik dalam industri

pariwisata. Usaha produk pariwisata bisa menyediakan produknya

langsung pada wisatawan (direct distribution) atau melalui jasa

perantara perdagangan produk wisata (travel trade), baik secara

online maupun offline.

5) Promotion.

Promosi atau juga dikenal sebagai komunikasi pemasaran adalah

baerbagai cara untuk menginformasikan, membujuk, dan

Page 41: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

29

mengingatkan konsumen secara langsung maupun tidak lansung

tentang suatu produk atau brand yang dijual (Kotler, 2009:510).

6) Price.

Harga adalah elemen dalam bauran pemasaran yang tidak saja

menentukan profitabilitas tetapi juga sebagai sinyal untuk

mengkomunikasikan proposisi nilai suatu produk/destinasi wisata

(Dewi, 2011:70).

6. Pengembangan Destinasi Pariwisata

a. Pengertian Destinasi Pariwisata

Destinasi merupakan suatu tempat yang dikunjungi dengan waktu

yang signifikan selama perjalanan seseorang dibandingkan dengan tempat

lain yang dilalui selama perjalanan (misalnya daerah transit). Suatu tempat

pasti memiliki batas-batas tertentu, baik secara aktual maupun hukum.

Menurut Ricardson dan Fluker (2004:48), destinasi pariwisata

didefinisikan sebagai berikut: “A significant plance visited ontrip, with

some from of actual or perceived boundary. The basic geographic unit for

the production of tourism statitistics”. Destinasi dapat dibagi menjadi

destination area yang oleh WTO dalam Ricardson dan Fluker (2004:48)

didefinisikan sebagai berikut: “Part of destination. A homogeneous

tourism region or a group of local government regions”.

Menurut Kusudianto (1996:8), destinasi wisata dapat digolongkan

atau dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri destinasi, yaitu:

1) Destinasi sumber daya alam, seperti iklim, pantai, hutan.

Page 42: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

30

2) Destinasi sumber daya budaya, seperti tempat bersejarah, museum,

teater, dan masyarakat lokal.

3) Fasilitas rekreasi, seperti taman hiburan

4) Event, seperti Pesta kesenian Bali, Pesta Danau Toba, pasar malam.

5) Aktivitas spesifik, seperti kasino di Genting Highland Malaysia.

6) Daya tarik psikologis, seperti petualangan, perjalanan romantis,

keterpencilan.

b. Produk Pariwisata

Selama wisatawan berada di daerah tujuan wisata (destinasi wisata),

mereka memerlukan pelayanan akomodasi dan transportasi untuk

menjelajahi destinasi tersebut, makanan, toko souvenir, dan sesuatu yang

akan dilakukan dan yang dilihatnya. Singkatnya, mereka akan

mengkonsumsi produk. Istilah produk mencakup segala sesuatu yang

dibeli atau dikonsumsi oleh orang yang disebut pengunjung atau wistawan

(Pitana, 2009:128). Menurut UN-WTO dalam Pitana (2009:128), produk

(pariwisata) didefinisikan sebagai, “....any good or service purchased by,

or consumend by, a person defined as a visitor”. Sedangkan pelayanan

(service) menurut Ricardon dan Fluker (2004:49), “...any activity or

benefit one party can offten to another that is essentially intanginble and

does not result in the ownership of anything. Its production may or may

not be tied to a physical product”.

Sebagaimana terlihat dalam definisi diatas, pelayanan bersifat tak

terlihat (intangible) dan didapat bukan berdasarkan kepemilikan atas suatu

Page 43: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

31

yang mungkin atau tidak mungkin berhubungan dengan suatu produk

tertentu, Pitana (2009:128). Ricardson dan Fluker (2004:49), sebuah

pelayanan (service) mempunyai empat karakteristik sebagai berikut:

1) Intangibility, karakteristiknya tidah dapat dibaui, didengar, dilihat,

dirasakan,dan dicicipi.

2) Inseparability, sebuah pelayanan tidak dapat dipisahkan dari pihak

yang menyediakannya.

3) Variability, sebuah produk layanan atau penyedia layanan tidak bisa

menstandarisasi output-nya atau mereka tidak dapat memberikan

pelayanan yang sama setiap waktu.

4) Perishability, pelayanan bersifat tidak dapat disimpan.

Jika agregat dari aktivitas produktif dan pelayanan ditunjukan untuk

memenuhi kepuasan dan kebutuhan wisatawan maka aktivitas dan

pelayanan tersebut disebut dengan ‘produk pariwisata total’ (total tourism

product), menurut Ricardson dan Fluker (2004:50), total tourism product

didefinisikan sebagai berikut: “The combination of all the service elements

which a tourist consumes from leaving home to returning”.

Pada saat dijual, sebuah perjalanan dimulai, produk ini hanya berupa

sebuah ‘ide’ atau sebuah ‘harapan’ yang ada dalam pikiran wisatawan.

Sebagian besar dari bagian produk dikonsumsi di daerah atau destinasi

wisata apa yang oleh Middleton (1989) dalam Ricardson dan Fluker

(2004:50) dikenal sebagai: “A bundle of tangible and intangible

components besed on activity at a destination. The package is perceived by

Page 44: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

32

the tourist as an experience, available at a price”. Lebih lanjut,

komponen-komponen tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Atraksi destinasi, merupakan elemen-elemen yang terkandung dalam

destinasi dan lingkungan di dalamnya yang individual atau

kombinasinya memegang peran penting dalam memotivasi wisatawan

untuk berkunjung ke destinasi tersebut.

2) Fasilitas wisata/destinasi, merupakan elemen dalam destinasi atau

berhubungan dengan destinasi yang memungkinkan wisatawan tinggal

di destinasi tersebut untuk menikmati atau berpartisipasi dalam atraksi

yang ditawarkan.

3) Aksesibilitas, merupakan mudah atau sulitnya wisatawan menjangkau

destinasi yang diinginkan.

4) Citra (image), merupakan ide atau kepercayaan yang dimiliki

wisatawan tentang produk atau pelayanan yang mereka beli atau akan

beli.

5) Harga, merupakan jumlah keseluruhan dari biaya-biaya selama

perjalanan wisata yang mencakup akomodasi, makan dan minum,

biaya perjalanan dan partisipasi dalm pelayanan yang dikonsumsi

selama berada di destinasi yang dituju.

7. Citra Destinasi

Menurut Middleton (1989) dalam teori total tourism product citra

merupakan salah satu komponen yang ada dalam marketing mix

pemasaran pariwisata.

Page 45: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

33

Andreassen, et.al., (1998:7), citra tempat tujuan wisata diyakini

dapat menciptakan efek helo pada kepuasan konsumen, dimana wisatawan

menggunakan citra tempat tujuan wisata sebagai alat untuk evaluasi dan

membandingkan objek wisata satu dengan yang lainnya. Chon’s (1990)

dalam Pike (2008:201), mengungkapkan bahwa citra destinasi berperan

dan berpengaruh dalam perilaku pembelian dan kepuasan. Menurut

Middleton (1989) dalam Ricardson dan Fluker (2004:50), bahwa citra

merupakan salah satu komponen yang ada dalam aktivitas destinasi yang

intangible.

Dimana menurut Bologlu (1997:11), citra adalah fenomena

perspektif yang membentuk pemikiran konsumen logis-emosional. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:667), citra adalah penambahan

kesan yang timbul karena penambahan akan suatu kenyataan. Sedangkan

Crompton (1979:408), citra adalah serangkaian kepercayaan, ide, dan

kesan terhadap suatu tempat atau daerah tujuan wisata.

Tasci dan Konzak (2006:304), citra destinasi adalah persepsi

individu terhadap karakteristik destinasi yang dapat dipengaruhi oleh

informasi promosi, media masa serta banyak faktor lainnya. Echtner and

Ritchie dalam Lin Chung-Hsein, et.al. (2007:183) citra destinasi adalah

sejumlah keyakinan, ide dan impresi seseorang terhadap atribut atau

aktivitas disuatu destinasi yang membentuk keseluruhan gambaran

destinasi tersebut. Coshall (2000) dalam Martinez (2010:865) menyatakan

Page 46: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

34

bahwa citra destinasi merupakan kesan wisatawan secara umum terhadap

suatu destinasi wisata.

Peran citra destinasi berpengaruh pada persepsi individu seperti yang

diungkapkan oleh Gallarza, et.al. (2002) dalam Larsen George (2004:5)

bahwa citra destinasi secara universal mempunyai peran penting yaitu

berpengaruh terhadap persepsi individu dan sebagai akibatnya

berpengaruh juga pada perilaku dalam memilih destinasi. Menurut Chung-

Hsein Lin, et.al. (2007:185) menyatakan bahwa turis memilih suatu

destinasi dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap atribut cognitive dan

affective. Pike dan Ryan dalam jurnal Chung-Hsein Lin, et.al. (2007:185)

menyatakan bahwa cognitive image terdiri dari keyakinan dan

pengetahuan mengenai suatu destinasi, terutama yang berfokus pada

atribut fisik (tangible), sedangkan affective image dalam kata lain adalah

gambaran perasaan mengenai suatu destinasi.

Gunn (1998) dalam Pike (2008:205) mengidentifikasi dua komponen

dari citra destinasi yaitu: organic image dan induced image. Organic

image dikembangkan melalui informasi asimilasi individu setiap hari,

yang dapat mencakup berbagai media, dari bacaan sekolah, media massa

(editorial), serta kunjungan yang sebenarnya. Sedangkan induced image

terbentuk melalui pengaruh promosi pariwisata yang dilakukan oleh

pemasar, seperti iklan. Ini biasanya terjadi ketika seseorang mulai mencari

sumber informasi untuk liburan. Perbedaan organic image dan induced

image adalah tingkat pengaruh yang dimiliki oleh pemasar. Qu, et.al.

Page 47: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

35

(2010) dalam Novrisa (2013:22) mengungkapkan bahwa citra destinasi

terdiri dari beberapa dimensi yaitu:

a. Cognitive image, terdiri dari kualitas pengalaman yang didapat oleh

para wisatawan, atraksi wisata yang ada di suatu destinasi, lingkungan

tersebut, dan tradisi budaya dari destinasi tersebut.

b. Unique image, terdiri dari lingkungan alam, kemenarikan suatu

destinasi dan atraksi lokal yang ada di destinasi tersebut.

c. Affective image, terdiri dari atraksi yang menyenangkan,

membangkitkan, santai, dan menarik ketika di suatu destinasi.

8. Fasilitas Wisata

Menurut Middleton (1989) dalam teori total tourism product fasilitas

wisata merupakan salah satu komponen yang ada dalam marketing mix

pemasaran pariwisata.

Menurut Juwandi (2004:37), kemudahan (fasilitas) yang mendukung

untuk memenuhi kebutuhan pengunjung merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kepuasan. Kotller (2009:45) menyatakan bahwa fasilitas

adalah segala sesuatu yang sengaja disediakan oleh penyedia jasa untuk

dipakai serta dinikmati oleh konsumen yang bertujuan memberkan tingkat

kepuasan maksimal. Jansen-Verbeke yang dikutip oleh Burton (1995:128)

mengenai fasilitas wisata adalah fasilitas berupa bangunan yang timbul

karena adanya daya tarik utama yang merupakan fasilitas primer. Fasilitas

yang timbul karena adanya daya tarik antara lain fasilitas pengunjung.

Fasilitas pengunjung adalah bangunan di luar fasilitas primer yang

Page 48: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

36

digunakan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama masih berada di

lokasi wisata. Fasilitas pengunjung terdiri dari fasilitas sekunder dan

fasilitas konvensional.

1) Fasilitas sekunder, yaitu bangunan yang bukan daya tarik utama wisata

akan tetapi digunakan untuk memenuhi kebutuhan utama wisatawan

seperti menginap, makan, toko cinderamata.

2) Fasilitas kondisional, yaitu unsur yang diperlukan sebelum fasilitas

primer dan sekunder dimanfaatkan wisatawan, seperti sarana dan

prasarana trasportasi. Fasilitas kondisional terdiri atas:

a) Kios/warung merupakan tempat yang menjual barang-barang ringan

seperti makanan dan minuman ringan, rokok, obat-obatan dan lain-

lain;

b) Kamar bilas/toilet merupakan ruang dengan sarana air bersih dan

difungsikan untuk umum;

c) Gedung serbaguna, merupakan tempat untuk melakukan kegiatan

yang bersifat dalam ruangan yang dilengkapi dengan fasilitas

kelengkapan pengunjungnya;

d) Gedung pusat informasi yang merupakan sebuah tempat dimana

wisatawan yang berkunjung dapat memperoleh gambaran tempat

yang dikunjungi;

e) Kantor polisi adalah kantor tempat satuan keamanan bekerja sesuai

tugas yang telah diwajibkan kepadanyal;

Page 49: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

37

f) Taman disini adalah ruang terbuka dengan tatanan landscape yang

teratur;

g) Sarana ibadah disini adalah masjid dan musollah dengan fungsi

sebagai tempat masyarakat dan wisatawan melakukan kewajibannya.

Fasilitas wisata menurut Yoeti (2003:56), adalah semua fasilitas

yang fungsinya memenuhi kebutuhan wisatawan yang tinggal untuk

sementara waktu didaerah tujuan wisata yang dikunjungi, dimana mereka

dapat santai menikmati dan berpartisipasi dalam kegiatan yang disediakan

di daerah tujuan wisata tersebut.

Fasilitas wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan

manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di

daerah tujuan wisata (Suwantoro, 1997:49). Menurut Oka (1996:199),

fasilitas wisata terdiri dari sarana pokok kepariwisataan dan sarana

penunjang kepariwisataan.

Warpani (2006) dalam Dwiputra (2013:38), sarana wisata

merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk

melayani kebutuhan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Menurut

Suwantoro (1997:50-51) kebutuhan wisatawan terhadap fasilitas yang

diperlukan pada umumnya adalah:

1) Kebutuhan akan transportasi.

2) Kebutuhan akan penginapan dari berbagai jenis dengan tarif dan

pelayanan yang sesuai dengan budgetnya. Fasilitas yang diberikan

Page 50: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

38

adalah jasa akomodasi yang variabel, antara lain hotel, losmen, dan

jenis penginapan lainnya.

3) Kebutuhan akan makanan dan minuman. Untuk memenuhi kebutuhan

tersebut wisatawan memerlukan jasa pangan yang menyediakan

pelayanan makanan-minuman, baik makanan spesifik daerah setempat

(local food) maupun makanan asal negara wisatawan. Sarana yang

harus tersedia antara lain bar, restoran, dan lain-lain.

4) Kebutuhan untuk melihat dan menikmati objek wisata, atraksi wisata

serta tour tempat-tempat yang menarik. Kunjungan wisatawan di suatu

daerah terutama adalah karena adanya suatu atraksi wisata yang

menarik, di samping karena dorongan rasa ingin tahu. Fasilitas yang

diperlukan adalah jasa angkut, pelayanan perjalanan, biro perjalanan,

guide, dan angkutan wisata.

5) Kebutuhan akan hiburan dan kegiatan rekreasi di waktu senggang.

Fasilitas yang mereka perlukan adalah tempat-tempat hiburan, lapangan

golf, kolam renang, dan lain-lain.

6) Kebutuhan akan barang-barang cinderamata yang spesifik dan khas

buatan masyarakat setempat, yang dapat dijadikan kenang-kenangan

perjalanannya atau untuk oleh-oleh. Untuk memenuhi kebutuhan ini

diperlukan toko-toko cinderamata (souvenir shop) sebagai penyalur

produk seni kerajinan setempat.

7) Kebutuhan untuk mendapatkan barang-barang konsumsi/keperluan

pribadi yang didorong oleh keinginan berbelanja barang-barang yang

Page 51: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

39

harganya relatif lebih murah dibandingkan apabila dibeli di negara

tempat tinggal wisatawan. Fasilitas yang diperlukan adalah tersedianya

toko-toko serba ada atau toko-toko biasa dengan harga bersaing.

9. Experiental Purchasing

Salah satu strategi pemasaran yang dapat diterapkan dalam

meningkatkan jumlah pengunjung adalah strategi experiental marketing.

Alma (2014:264), konsep experiential marketing dapat dilakukan melalui

Strategy Experiential Moduls (SEMs), yaitu dengan memberikan

pengalaman kepada konsumen atau pelanggan melalui lima tipe

pengalaman seperti sense, feel, think, act dan relate. Pada dasarnya, satu

tujuan dari penerapan experiential marketing adalah terbentuknya

kepuasan konsumen atau pelanggan yang mana merupakan tujuan utama

dari pemasaran.

Experiental marketing merupakan konsep yang bertujuan untuk

membentuk pelanggan-pelanggan yang loyal dengan menyentuh emosi

mereka dan memberikan suatu feeling yang positif terhadap produk dan

service (Kartajaya, 2006:163). Gagasan experiental marketing dikenalkan

oleh Schmitt (1999:3), menurutnya di tengah era revolusi ini strategi

experiental marketing akan menggeser pendekatan tradisional yang

menekankan pada fitur dan benefit produk, serta memandang pelanggan

sebagai sosok yang rasional.

Schmitt dalam Ibrahim (2009:23-29) menjelaskan bahwa pengertian

experiental marketing merupakan pendekatan pemasaran yang melibatkan

Page 52: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

40

emosi dan perasaan konsumen dengan menciptakan pengalaman-

pengalaman positif yang tidak terlupakan, sehingga konsumen

mengkonsumsi dan fanatik terhadap produk tertentu. Pendapat ini menurut

Schmitt (1999:12) memiliki empat karakteristik yaitu:

a. Fokus pada Pelanggan

Pengalaman muncul sebagai hasil dari bertemu, menjalani, atau hidup

melalui situasi. Mereka dipicu rangsangan bagi indra, perasaan dan

pikiran mereka. Pengalaman juga menghubungkan antara perusahaan

dan merek dengan gaya hidup pelanggan dan menempatkan tindakan

konsumen serta kesempatan membeli dalam konteks yang lebih luas.

Dengan kata lain, pengalaman memberikan nilai sensorik, emosional,

kogniktif, perilaku dan hubungan yang menggantikan nilai fungsional.

b. Memeriksa Situasi Konsumsi

Pemasar experiental berfokus pada penciptaan produk yang cocok

dengan situasi konsumsi dan bagaimana produk, kemasan, iklan dapat

memberikan pengalaman konsumsi. Para pemasar experiental percaya

bahwa peluang yang paling besar untuk mempengaruhi sebuah merek

muncul pasca pembelian, selama konsumsi.

c. Konsumen adalah Manusia yang Rasional dan Emosional

Bagi pemasar experiental, konsumen didorong secara rasional dan

emosional. Saat konsumen terlibat dalam pilihan rasional, mereka juga

sering kali didorong oleh emosional karena pengalaman konsumsi

biasanya diarahkan menuju pengejaran fantasi, perasaan dan

Page 53: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

41

kesenangan. Jangan memperlakukan konsumen hanya sebagai

pengambil keputusan yang rasional karena mereka ingin dihibur,

distimulasi, dipengaruhi secara rasional, dan ditantang secara kreatif.

d. Metode dan Alat Berwawasan Luas

Expereintal marketing tidak terikat pada satu ideologi metodologis,

tetapi berwawasan luas. Beberapa metode sangat analitis dan kuantitatif

(seperti metodologi pergerakan mata untuk mengukur dampak sensorik

dari komunikasi), atau dapat juga lebih intuitif dan kualitatif (seperti

teknik pemfokusan otak yang digunakan untuk memahami pemikiran

kreatif). Dapat juga variabel mengambil format tradisional dari

kelompok fokus, wawancara mendalam, kuesioner, atau dapat bersifat

fisual.

Dalam perspektif pengalaman, pengalaman mengkonsumsi tidak

dapat dibatasi lebih lama untuk beberapa kegiatan pembelian dan tidak

untuk beberapa aktivitas setelah pembelian. Sebagai contoh menaksir

kepuasan, tetapi termasuk rangkaian kegiatan lain seperti yang

mempengaruhi keputusan konsumen dan tindakan yang akan datang.

Menurut Arnold dan Price dalam Grundey (2008-136), pengalaman

konsumsi dibagi menjadi 4 tahapan:

a. Pre Consumption Experience

Seperti keterlibatan pencarian, perencanaan, termasuk pengalaman

berimajinasi tentang yang ingin dikonsumsi.

Page 54: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

42

b. Purchase Experience

Yaitu mengetahui dari yang dipilih, saat pembelian, pengepakan,

penghitungan dengan pelayanan dan lingkungan yang dirasakan.

c. Core Consumption Experience

Misalnya pemindahan sensasi, puas atau tidak puas, menjengkelkan

atau menyenangkan.

d. Remembered Consumption Experience dan Nostalgia Experience

Gambaran aktivitas untuk menghidupkan kembali pengalaman yang

berdasarkan hitungan sejarahdan pendapat teman-teman tentang masa lalu

sehingga akan menjadi pengelompokan ingatan. . Menurut Seock (2003)

dalam Fransiska (2015:83), experiental purchasing ialah pengalaman

pembelian yang dialamikonsumen selama pembelian produk. Pengalaman

pembelian memberikan gambaran umum kepada konsumen mengenai

suatu produk yang telah ia beli dan dapat menjadi bahan referensi ataupun

rujukan bagiorang disekitarnya.

Schmitt (1999:63), juga berpendapat bahwa experiental purchasing

dapat diukur dengan menggunakan 5 faktor utama, yaitu panca indra

(sense), perasaan (feel), berpikir (think), perilaku (act), dan pertalian atau

relasi (relate):

a. Sense (Panca indera)

Sense merupakan tipe experiental yang muncul untuk

menciptakan pengalaman pancaindra melalui mata, telinga, kulit, lidah,

dan hidung. Sense marketing menurut Kartajaya (2006:163) merupakan

Page 55: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

43

salah satu cara untuk menyentuh emosi konsumen melalui pengalaman

yang dapat diperoleh konsumen lewat pancaindra (mata, telinga, lidah,

kulit,dan hidung) yang mereka miliki melalui produk dan service. Lebih

lanjut Kartajaya (2006:163) bahwa sense artinya pancaindra yang

merupakan pintu masuk ke seorang manusia harus dirangsang secara

benar menggunakan teknik multy-sensory, yang penting harus dijaga

konsistensi pesan yang ingin disampaikan.

b. Feel (Perasaan)

Feel marketing menurut Schmitt (1999:66) adalah upaya

mempengaruhi perasaan dan emosi konsumen dengan cara menciptakan

pengalaman yang dimulai dari suasana hati yang lembut sampai dengan

emosi yang kuat terhadap kesenangan dan kenangan. Feel menurut

Kartajaya (2006:25) adalah suatu perhatian-perhatian kecil yang

ditunjukkan kepada konsumen dengan tujuan untuk menyentuh emosi

pelanggan secara luar biasa. Kartajaya (2006:26) menambahkan bahwa

dalam mengelola feel konsumen, ada dua hal yang mesti diperhatikan,

yaitu mood dan emotion. Seorang pemasar yang berhasil dapat

menciptakan mood dan emotion pelanggan sama seperti yang

diinginkan.

Feel marketing merupakan bagian yang sangat penting dalam

strategi experiental maarketing. Feel dapat dilakukan dengan service

dan layanan yang bagus, serta keramahan pelayanan atau karyawan.

Agar konsumen mendapatkan feel yang kuat terhadap suatu produk atau

Page 56: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

44

jasa, maka produsen harus mampu memperhitungkan kondisi konsumen

dalam arti perhitungan mood yang dirasakan konsumen. Kebanyakan

konsumen akan menjadi pelanggan apabila mereka merasa cocok

terhadap produk atau jasa yang ditawarkan, untuk itu diperlukan waktu

yang tepat, yaitu pada saat konsumen dalam keadaan good mood

sehinggan produk dan jasa benar-benar mampu memberikan memorable

experience sehingga berdampak positif terhadap loyalitas konsumen.

Feel experience yang bagus akan membuat konsumen mampu

berpikir positif. Pelayanan yang memuaskan sangat diperlukan

termasuk di dalamnya keramahan dan sopan santun karyawan,

pelayanan yang tepat waktu, dan sikap sistematik yang membuat

mereka merasa puas sehingga mendorong konsumen untuk melakukan

pembelian ulang produk atau jasa yang ditawarkan di masa yang akan

datang.

c. Think (Berpikir)

Think menurut Schmitt (1999:67) merupakan tipe experience

yang bertujuan untuk menciptakan kognitif, pemecahan masalah yang

mengajak konsumen untuk berpikir. Think marketing menurut

Kartajaya (2006:165) adalah salah satu cara yang dilakukan oleh

perusahaan untuk membawa komoditi menjadi pengalaman

(experience) dengan melakukan customization secara terus-menerus.

Think menurut Kartajaya (2006:165) dibagi menjadi dua, yang pertama

divergen thinking atau pola pikir menyabar, dan yang kedua yaitu

Page 57: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

45

convergen thinking atau pola pikir menyatu. Ketika pelanggan sedang

mencari beberapa alternatif, inilah yang disebut divergen thinking.

Kemudian ketika pelanggan sudah mulai mengevaluasi untuk kemudian

menyempitkan alternatif dan menyatukan pilihan, itulah yang disebut

convergen thinking. Kedua pilihan itu boleh diberikan sama-sama

sekaligus kepada pelanggan.

Ketika pelanggan masuk toko, pelanggan diharapkan pada

pilihan produk atau servis yang diberikan, kemudian pelanggan

diharapkan mengkombinasikan pilihannya sendiri untuk menentukan

dan menikmati kombinasi pikiran pelanggan tersebut. Think marketing

berupa ajakan kepada konsumen untuk berperan aktif bersama produsen

dalam memecahkan masalah yang bertujuan untuk mempengaruhi

pelanggan agar terlibat dalam pemikiran yang kreatif. Hal ini dilakukan

melalui penyediaan produk atau servis yang diberikan kepada

pelanggan kemudian pelanggan diminta untuk berpikir kreatif dalam

menentukan produk atau servis yang akan dibelinya.

d. Act (Perilaku)

Act menurut Schmitt (1999:68) merupakan tipe experince yang

bertujuan mempengaruhi perilaku, gaya hidup dan interaksi dengan

konsumen. Act marketing menurut Kartajaya (2006:172) adalah satu

cara untuk membentuk persepsi konsumen terhadap produk dan jasa

yang bersangkutan. Act menurut Kartajaya (2006:172) adalah tindakan

dari konsumen karena pengaruh luar dan opini dalam diri pelanggan.

Page 58: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

46

e. Relate (Pertalian)

Relate menurut Schmitt (1999:69) merupakan tipe experince yang

digunakan untuk mempengaruhi konsumen dan menggabungkan

seluruh aspek, sense, feel, think, dan act serta menitikberatkan pada

penciptaan positif di mata konsumen. Relate marketing menurut

Kartajaya (2006:174) adalah salah satu cara untuk membentuk atau

menciptakan persepsi positif di mata konsumen.

B. Tinjauan Pustaka

Penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai landasan empiris

penelitian ini, yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Putri, dkk. (2013), tentang pengaruh citra

destinasi, fasilitas wisata, dan experiental marketing terhadap loyalitas

melalui kepuasan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa citra

destinasi, fasilitas wisata, dan experiental marketing, secara parsial

mampu silmultan mempengaruhi kepuasan dan loyalitas pengunjung.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Teguh, dkk. (2015), tentang pengaruh

fasilitas wisata dan harga terhadap kepuasan pelanggan. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa fasilitas wisata memberikan pengaruh yang

nyata terhadap kepuasan konsumen.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Eka dan Eka (2015), tentang pengaruh

experiental marketing terhadap kepuasan pelanggan. Hasil penelitian ini

Page 59: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

47

menunjukkan bahwa experiental marketing memberikan pengaruh yang

nyata terhadap kepuasan konsumen.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Rahman (2015), tentang pengaruh

pelayanan, citra dan fasilitas terhadap kepuasan konsumen Hotel LOR-IN

di Solo, menunjukkan bahwa citra dan fasilitas berpengaruh terhadap

kepuasan konsumen baik parsial maupun simultan.

C. Kerangka Pemikiran

H4(+)

H1(+)

H2(+)

H3(+)

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Keterangan:

: Menunjukkan pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen secara parsial.

: Menunjukkan pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen secara simultan.

Citra destinasi (X1)

Fasilitas Wisata (X2)

Experiental Purchasing (X3)

Kepuasan Konsumen (Y)

Page 60: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

48

D. Rumusan Hipotesis

1. Hubungan Citra Destinasi dengan Kepuasan Konsumen

Citra destinasi adalah persepsi individu terhadap karakteristik

destinasi yang dapat dipengaruhi oleh informasi promosi, media masa serta

banyak faktor lainnya (Tasci dan Konzak, 2006:304). Semakin baik

informasi yang diterima oleh konsumen mengenai destinasi wisata maka

semakin besar keinginan konsumen untuk mengunjungi tempat pariwisata

tersebut. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rahman

(2015) tentang Pengaruh Layanan, Citra, dan Fasilitas Terhadap Kepuasan

Konsumen Hotel LOR-IN di Solo, diperoleh hasil bahwa citra

mempengaruhi terhadap kepuasan konsumen. Begitu juga penelitian dari

Putri, dkk. (2013) mengenai Pengaruh Citra Destinasi Fasilitas Wisata dan

Experiental Marketing Terhadap Loyalitas Melalui Kepuasan,

menunjukkan bahwa citra destinasi mempengaruhi kepuasan pengunjung.

Selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Citra destinasi berpengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

2. Hubungan Fasilitas Wisata dengan Kepuasan Konsumen

Fasilitas wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan

manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di

daerah tujuan wisata (Suwantoro, 1997:49). Rahman (2015) tentang

Pengaruh Layanan, Citra, dan Fasilitas Terhadap Kepuasan Konsumen

Hotel LOR-IN di Solo, bahwa fasilitas secara parsial memberikan

pengaruh terhadap kepuasan konsumen. Putri, dkk. (2013) tentang

Pengaruh Citra Destinasi Fasilitas Wisata dan Experiental Marketing

Page 61: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

49

Terhadap Loyalitas Melalui Kepuasan, menyimpulkan hasil penelitian

bahwa fasilitas wisata secara parsial mempengaruhi kepuasan pengunjung.

Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Teguh, dkk. (2015) Pengaruh

Fasilitas Wisata dan Harga Terhadap Kepuasan Konsumen (Studi Pada

Museum Satwa, bahwa fasilitas wisata memberikan pengaruh yang nyata

terhadap kepuasan konsumen Selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

H2 : Fasilitas wisata berpengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

3. Hubungan Experiental Purchasing Terhadap Kepuasan Konsumen

Menurut Arnold dan Price dalam Grudey (2008:139), experiental

purchasing yaitu mengetahui dari yang dipilih, saat pembelian,

pengepakan, penghitungan dengan pelayanan dari lingkungan yang

dirasakan. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Eka

dan Eka (2015) tentang Pengaruh Experiental Marketing Terhadap

Kepuasan Pelanggan, bahwa experiental marketing secara parsial

memberikan pengaruh nyata terhadap kepuasan konsumen. Begitu juga

penelitian yang dilakukan oleh Putri, dkk. (2013) tentang Pengaruh Citra

Destinasi Fasilitas Wisata dan Experiental Marketing Terhadap Loyalitas

Melalui Kepuasan, menyimpulkan bahwa experiental marketing secara

parsial mempengaruhi kepuasan pengunjung. Dari penjelasan di atas dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Experiental purchasing berpengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

Page 62: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

50

4. Hubungan antara Citra Destinasi, Fasilitas Wisata, dan Experiental

Purchasing Terhadap Kepuasan Konsumen Pengunjung Domestik

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta

Penelitian dari Rahman (2015) tentang Pengaruh Layanan, Citra, dan

Fasilitas Terhadap Kepuasan Konsumen Hotel LOR-IN di Solo, diperoleh

hasil yang menunjukkan pengaruh positif dan signifikan dari variabel citra

dan fasilitas wisata secara simultan terhadap kepuasan konsumen. Begitu

juga penelitian Putri, dkk. (2013) tentang Pengaruh Citra Destinasi

Fasilitas Wisata dan Experiental Marketing Terhadap Loyalitas Melalui

Kepuasan, menunjukkan bahwa citra destinasi, fasilitas wisata dan

experiental marketing secara simultan mempengaruhi kepuasan

pengunjung. Selanjutnya dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H4 : Citra destinasi, fasilitas wisata, dan experiental purchasing berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen pengunjung Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

Page 63: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

51

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain ini menggunakan metode survey, yaitu suatu metode yang

digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah

(bukan buatan), dengan menggunakan kuesioner, test, wawancara terstruktur,

dan sebagainya sebagai alat pengumpulan datanya (Sugiyono, 2009:6).

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pengujian hipotesis

menekankan pada teori-teori melalui pengukuran variabel independen dan

variabel dependen dengan angka dan melakukan analisis data dengan

prosedur statistik.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai pada Juni hingga September 2016.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

Page 64: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

52

(Sugiyono, 2009:80). Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung

atau wisatawan domestik mandiri (yang inisiatif berkunjung) bukan karena

mengikuti paket wisata dari instansi.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009:81). Sampel penelitian ini adalah

pengunjung atau wisatawan domestik mandiri (yang inisiatif berkunjung)

bukan karena paksaan atau paket wisata dari sekolah atau instansi-instansi.

Dalam penelitian ini jumlah pengunjung belum diketahui secara pasti

maka teknik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling

dengan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2009:84-85),

nonprobability adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi

peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi

untuk dipilih menjadi sampel. Sedangkan pengertian porpusive sampling

adalah teknik penentuan sampel dengan kriteria tertentu. Sampel dalam

penelitian ini dipilih dengan menggunakan kriteria-kriteria berikut:

a. Pernah berkunjung ke museum Benteng Vredeburg Yogyakarta;

b. Batas umur yang di gunakan sebagai responden penelitian berusia

minimal 17 tahun, karena sudah mampu mengambil keputusan dengan

baik.;

c. Melakukan kunjungan atas inisiatif sendiri tidak berdasarkan agen

perjalanan.

Adanya aturan penentuan ukuran sampel untuk penelitian menjadi

salah satu hal yang penting, menurut Roscoe (1982), yang dikutip oleh

Page 65: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

53

Sugiyono (2009:90), memberikan sarana tentang ukuran sampel untuk

penelitian yaitu untuk ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah

antara 30 sampai dengan 500. Berdasarkan saran tersebut maka jumlah

responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 responden, dengan

pertimbangan bahwa jumlah tersebut dinilai cukup untuk mewakili

populasi yang jumlahnya tidak diketahui secara pasti.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut, sifat atau nilai dari orang,

objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,

2009:39). Penelitian ini menggunakan variabel-variabel berikut:

1. Variabel Independen, berupa: citra destinasi (X1), fasilitas wisata (X2),

experiental purchasing (X3).

2. Variabel Dependen berupa: kepuasan konsumen (Y).

E. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan suatu unsur definisi variabel-variabel

penelitian yang di dalamnya terdapat batasan dan arti yang spesifik sebagai

alat ukur suatu variabel, karena variabel tersebut memiliki masing-masing

indikator sehingga memungkinkan seorang peneliti untuk mengumpulkan

data yang relevan terhadap variabel yang diteliti. Adapun definisi operasional

variabel dalam penelitian ini, yaitu:

Page 66: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

54

1. Variabel Independen

Variabel independen sering disebut sebagai variabel stimulus,

prediktor, antecedent atau variabel bebas merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya

variabel dependen (Sugiyono, 2009:39). Adapun variabel independen

dalam penelitian ini adalah:

a. Citra Destinasi

Menurut Tasci dan Konzak (2006:304) dalam Putri, dkk.

(2013:4), citra destinasi adalah persepsi individu terhadap

karakteristik destinasi yang dapat dipengaruhi oleh informasi promosi,

media masa serta banyak faktor lainnya. Qu et,al (2010) dalam

Novrisa (2013:22), citra destinasi terdiri dari beberapa dimensi yaitu,

sebagai berikut:

1) Cognitive image:

a) Museum Benteng Vredeburg tempatnya bersih dan

menarik.

b) Infrastruktur Museum Benteng Vredeburg berkualitas.

c) Koleksi benda-benda Museum Benteng Vredeburg berperan

langsung dalam sejarah.

2) Unique image:

a) Lingkungan Museum Benteng Vredeburg asri.

Page 67: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

55

b) Museum Banteng Vredeburg dilengkapi dengan teknologi

yang mempermudah pengunjung dalam mendapatkan

informasi sejarah.

c) Fasilitas yang ada di Museum Benteng Vredeburg dapat

dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan.

3) Affective image:

a) Museum Benteng Vredeburg merupakan tempat wisata

yang edukatif.

b) Museum Benteng Vredeburg dapat menumbuhkan

nasionalisme pengunjung.

b. Fasilitas Wisata

Menurut Jansen-Verbeke yang dikutip oleh Burton (1995:128)

menjelaskan mengenai fasilitas wisata adalah fasilitas berupa

bangunan yang timbul karena adanya daya tarik utama yang

merupakan fasilitas primer. Fasilitas yang timbul karena adanya daya

tarik antara lain fasilitas pengunjung, fasilitas pengunjung adalah

bangunan diluar fasilitas primer yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan wisatawan selama masih berda dilokasi wisata. Fasilitas

pengunjung terdiri dari:

1) Ada fasilitas sekunder:

a) Tersedia transportasi umum dan penginapan.

b) Terdapat banyak penjual di sekitar Museum Benteng

Vredeburg.

Page 68: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

56

2) Ada fasilitas kondisional:

a) Museum Benteng Vredeburg memiliki fasilitas yang dapat

dimanfaatkan oleh pengunjung.

b) Adanya gedung informasi yang mempermudah pengunjung.

c) Tersedianya ruangan yang dapat dimanfaatkan pengunjung

untuk melakukan kegiatan.

c. Experiental Purchasing

Menurut Arnold dan Price dalam Grudey (2008:139),

experiental purchasing yaitu mengetahui dari yang dipilih, saat

pembelian, pengepakan, penghitungan dengan pelayanan dari

lingkungan yang dirasakan. Schmitt (1999:63), berpendapat bahwa

experience dapat diukur dengan menggunakan 5 faktor utama, yaitu:

1) Panca indra (sense):

a) Benda-benda koleksi Museum Benteng Vredeburg tertata

rapi dan terawat.

b) Penunjung dapat mendengar informasi dengan jelas di area

Museum Benteng Vredeburg.

c) Museum Benteng Vredeburg tempatnya sangat terpelihara.

2) Perasaan (feel):

a) Museum Benteng Vredeburg memiliki keamanan yang

baik.

b) Sambutan karyawan sopan dan ramah kepada pengunjung.

Page 69: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

57

c) Museum Benteng Vredeburg aman untuk bermain dan

belajar.

3) Berpikir (Think):

a) Produk yang ditawarkan lengkap.

b) Adanya kesesuaian antara harga dan produk.

4) Perilaku (act):

a) Datang ke Museum Benteng Vredeburg pengunjung lebih

menghargai perjuangan para pahlawan.

b) Pengunjung ikut menjaga kebersihan dan tidak merusak

benda koleksi museum.

5) Hubungan (relate):

a) Kesan yang menyenangkan dan tidak terlupakan oleh

pengunjung.

b) Museum Benteng Vredeburg memiliki citra yang baik.

2. Variabel Dependen

Menurut Sugiyono (2009:39), variabel dependen sering disebut

sebagai output, kriteria, konsekuen atau variabel terikat merupakan

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas. Adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalah

kepuasan konsumen (Y). Adapun indikator variabel kepuasan pelanggan

menurut Assegaff (2009:176):

a. Pengunjung merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh para

karyawan Benteng Vredeburg.

Page 70: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

58

b. Kesesuaian kinerja Benteng Vredeburg dengan harapan pelanggan.

c. Produk yang ditawarkan pengunjung sesuai dengan kebutuhan.

F. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan

penyebaran kuesioner secara langsung kepada calon responden melalui

penilaian skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

sosial (Sugiyono, 2009:93). Menurut Jogiyanto (2013:83), skala Likert

digunakan untuk mengukur respons subjek kedalam lima point skala dengan

interval yang sama. Dengan demikian tipe data yang digunakan tipe interval.

Tipe interval yaitu bernilai klasifikasi, order (ada urutannya), dan berjarak

(perbedaannya dua nilai yang berarti). Skala likert digunakan 5 titik, yaitu

nilai 1 sampai dengan 5 pada setiap pernyataan. Adapun pemberian bobot

sekor jawaban sebagai berikut:

Sangat Setuju (SS) : diberi bobot nilai 5

Setuju (S) : diberi bobot nilai 4

Netral (N) : diberi bobot nilai 3

Tidak Setuju (TS) : diberi bobot nilai 2

Sangat Tidak Setuju : diberi bobot nilai 1

G. Uji Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2009:102), mendefinisikan instrumen penelitian

sebagai suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun

Page 71: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

59

sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebuat variabel

penelitian. Instrumen-instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel

dalam ilmu alam sudah banyak tersedia dan telah teruji validitas dan

reliabilitasnya. Begitu juga dengan penelitian ini, memerlukan berbagai

pengujian untuk menguji kebenaran data penelitian, yaitu dengan cara

melakukan uji validitas dan reliabilitas.

1. Uji Validitas

Menurut Jogiyanto (2013:146), bahwa validitas menunjukkan

seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa yang seharusnya diukur.

Validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur untuk melakukan

tugasnya mencapai sasaran. Validitas berhubungan dengan tujuan dari

pengukuran. Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan

nyata atau benar. Uji validitas dilakukan menggunakan uji program SPSS

yang dilihat berdasarkan corrected item-total correlation. Kriteria

penilaian uji validitas bila korelasi faktor tersebut adalah positif dan

besarnya ≥ 0,3, maka butiran pertanyaan itu valid, tetapi sebaliknya bila

korelasinya <0,3 maka butiran pertanyaan tersebut tidak valid (Sugiyono,

2009:126).

2. Uji Reliabilitas

Menurut Gozali (2001:45), uji reliabilitas sebenarnya alat untuk

mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau

konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban

seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke

waktu. Untuk mengetahui reliabilitas kuesioner dilakukan pengujian

Page 72: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

60

reliabilitas menggunakan Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk atau

variabel dikatakan reliabel apabila mempunyai nilai Cronbach Alpha >

0,60 (Nunnaly, 1960 dalam Gozali, 2001:46)

H. Metode Analisis Data

1. Analisis Regresi Linier Berganda

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis

regresi berganda dimana metode analisis ini untuk mengetahui pengaruh

variabel bebas (independen) berupa citra destinasi (X1), fasilitas wisata

(X2), experiental marketing (X3) terhadap variabel terikat (dependen)

berupa kepuasan konsumen atau pengunjung (Y). Penelitian ini

menggunakan program SPSS sebagai alat bantu memperoleh hasil yang

lebih akurat. Persamaan analisis regresi berganda menggunakan rumus:

Y= b+b1X1+b2X2+b3X3+e

Keterangan: Y = Kepuasan konsumen atau pengunjung b = Konstanta b1,b2,b3 = koefisien regresi

X1 = Citra destinasi X2 = Fasilitas wisata X3 = Experiental marketing e = error trem

2. Pengujian Hipotesis

a. Uji signifikan nilai t hitung

Uji-t merupakan suatu pengujian individu terhadap variabel

independen (X) berupa citra destinasi (X1), fasilitas wisata (X2),

experiental marketing (X3). Dimana variabel independen tersebut

Page 73: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

61

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (Y),

berupa kepuasan konsumen atau pengunjung (Sugiyono, 2006:215).

Cara menafsirkan perhitungan secara statistik dengan

mempertimbangkan nilai signifikasinya yang diperoleh dari perhitungan

regresi, kemudian masing-masing nilai dibandingkan dengan derajat

kepercayaan 95% (α = 5%). Perhitungan dilakukan dengan

menggunakan SPSS.

Kritetia penerimaan atau penolakan sebagai berikut:

1) Jika p-value < α , variabel bebas (X) berpengaruh terhadap variabel

terikat (Y).

2) Jika p-value > α. Berarti variabel bebas (X) tidak berpengaruh

terhadap variabel terikat (Y).

b. Uji-F

Uji-F merupakan pengujian yang digunakan untuk mengetahui

apakah terdapat pengaruh antara variabel bebas (X) terhadap variabel

terikat (Y) secara bersama-sama atau keseluruhan, maka dilakukan

pengujian signifikan atau uji hipotesis terhadap regresi (Sugiyono,

2006:219). Perhitungan regresi menghasilkan nilai yang digunakan

untuk melakukan pengujian secara bersama-sama pada koefisien

regresi, selanjutnya nilai dari perhitungan regresi dibandingkan dengan

derajat kepercayaan 95% (α= 5%).

Page 74: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

62

Kriteria pengujiannya, adalah:

1) Jika p-value < α, berarti ada pengaruh simultan seluruh variabel

bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

2) Jika p-value > α, berarti seluruh variabel bebas (X) tidak

berpengaruh terhadap variabel terikat (Y).

Page 75: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Data Penelitian

1. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui pembagian

kuesioner secara langsung kepada responden. Proses pengumpulan data

dilakukan oleh peneliti sendiri dengan mendatangi pengunjung domestik

Museum Benteng Vredeburg. Pengumpulan data dilakukan selama 14 hari

terhitung mulai 29 Juli - 12 Agustus 2016. Kuesioner yang disebarkan

sebanyak 150 kuesioner, rusak 30 dan dapat dinyatakan bahwa semua

kuesioner tersebut kembali, karena kuesioner dikembalikan pada saat itu

juga setelah responden selesai mengisi kuesioner yang diberikan. Kuesioner

terjawab dengan lengkap, memenuhi kriteria dan sisanya layak untuk

dianalisis karena tidak ada kerusakan maupun jawaban responden yang

tidak lengkap.

2. Deskripsi Karakteristik Responden

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 3 Karkteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase (%)

Laki-laki 43 43 Perempuan 57 57

Jumlah 100 100 Sumber: Data Primer Diolah (2016)

Page 76: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

64

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Responden Persentase (%)

Pelajar/ Mahasiswa 45 45 PNS/TNI/POLRI 5 5

Wiraswasta 10 10 Pegawai Swasta 10 10

Lainnya 30 30 Jumlah 100 100 Sumber: Data Primer Diolah (2016)

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Tabel 5 Karakteristik Responden berdasarkan Umur

Umur Jumlah Responden Persentase (%)

17- 26 tahun 59 59 27- 36 tahun 24 24 37-46 tahun 12 12 ≥46 tahun 5 5 Jumlah 100 100 Sumber: Data Primer Diolah (2016)

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan

Tabel 6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan

Pendapatan per bulan (Rupiah)

Jumlah Responden Persentase (%)

< 1.000.000 57 57 1.000.000 -< 2.500.000 24 24

2.500.000 -< 4.000.000 6 6 ≥4.000.000 13 13

Jumlah 100 100 Sumber: Data Primer Diolah (2016)

Page 77: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

65

B. Uji Instrumen Penelitian

Suatu penelitian yang menggunakan instrumen melalui sebuah

kuesioner memerlukan pengukuran yang berkaitan dengan validitas dan

reliabilitas dalam instrumen tersebut. Hal ini sangat penting untuk

menentukan apakah alat pengukuran tersebut dapat digunakan atau tidak

dalam pengumpulan data yang diperlukan sehingga bisa diperoleh hasil

pengujian hipotesis yang tepat sasaran.

1. Uji Validitas Instrumen

Hasil uji validitas instrumen dari 30 responden dapat dilihat dalam

tabel berikut.

Tabel 7 Hasil Uji Validitas Instrumen

Variabel Item Pernyataan

Corrected Item-Total Correlation

Citra Destinasi (X1) X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8

0,613 0,669 0,740 0,780 0,688 0,650 0,754 0,611

Fasilitas Wisata (X2) X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5

0,681 0,603 0,725 0,755 0,655

Experiental Purchasing

(X3)

X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7 X3.8 X3.9

0,535 0,764 0,622 0,684 0,519 0,741 0,612 0,576 0,696

Page 78: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

66

X3.10 X3.11 X3.12

0,602 0,455 0,577

Kepuasan Konsumen (Y)

Y.1 Y.2 Y.3

0,692 0,711 0,819

Sumber: Data Primer Diolah (2016)

Berdasarkan hasil uji validitas tersebut dapat disimpulkan bahwa

kuesioner terbukti valid, artinya bahwa butir pernyataan dalam kuesioner

tersebut dapat mengukur pengaruh citra destinasi (X1), fasilitas wisata (X2),

experiental Purchasing (X3) dan kepuasan konsumen (Y) dengan tepat.

Oleh karena itu, keseluruhan butir dapat digunakan untuk pengumpulan data

selanjutnya.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Hasil uji reliabilitas instrumen dari 30 responden dapat dilihat dalam

tabel berikut.

Tabel 8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Variabel Item pernyataan Cronbach’s Alpha

Cronbach’s Alpha if Item Deleted

Citra Destinasi (X1)

X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8

0,899 0,893 0,888 0,881 0,877 0,887 0,890 0,881 0,893

Fasilitas Wisata (X2)

X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5

0,860 0,832 0,853 0,819 0,810 0,839

Page 79: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

67

Experiental Purchasing

(X3)

X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7 X3.8 X3.9 X3.10 X3.11 X3.12

0,896 0,891 0,880 0,887 0,884 0,894 0,881 0,888 0,890 0,884 0,889 0,894 0,889

Kepuasan Konsumen

(Y)

Y.1 Y.2 Y.3

0,856 0,834 0,829 0,711

Sumber : Data Primer Diolah (2016)

Berdasarkan hasil uji reliabilitas dapat disimpulkan bahwa kuesioner

terbukti reliabel, artinya butir pernyataan dalam kuesioner memiliki

konsistensi untuk mengukur citra destinasi (X1), fasilitas wisata (X2),

experiental purchasing (X3) dan kepuasan konsumen (Y). Sehingga dapat

digunakan untuk mengumpulkan data selanjutnya.

C. Pengujian Hasil

1. Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil analisis regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel dibawah

ini:

Tabel 9 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Variabel Beta Standardized

p-value Keterangan

Citra Destinasi (X1)

0,203 0,040 Positif dan Signifikan

Fasilitas Wisata (X2)

0,233 0,024 Positif dan Signifikan

Page 80: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

68

Experiental Purchasing (X3)

0,402 0,002 Positif dan Signifikan

Sumber : Data Primer Diolah (2016)

Berdasarkan Tabel 9 tersebut diketahui bahwa nilai koefisien regresi

dari variabel citra destinasi (X1) sebesar 0,203, fasiltas wisata (X2) sebesar

0.233, dan experiental purchasing (X3) sebesar 0,402. Oleh karena itu,

persamaan garis regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y= 0,203X1 + 0,233X2 + 0,402X3

2. Uji Signifikansi

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa koefisien regresi dari variabel

Citra Destinasi (X1), Fasilitas Wisata (X2), Experiental Purchasing (X3)

adalah positif dan p-value < 0,05. Hal tersebut membuktikan bahwa variabel

Citra Destinasi (X1), Fasilitas Wisata (X2), Experiental Purchasing (X3)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan Konsumen

pengunjung domestik wisata Museum BentengVredeburg.

2. Uji F

Tabel 10 Hasil Uji F

F p-value Keterangan 29,445 0,000 Positif dan Signifikan

Sumber : Data Primer Diolah (2016)

Berdasarkan hasil uji F pada Tabel 10 diperoleh nilai Fhiting sebesar

29,445 yang berarti bernilai positif dan p-value sebesar 0,000 lebih kecil

dari 0,05. Hasil tersebut membuktikan bahwa secara simultan (bersama-

sama) variabel Citra Destinasi (X1), Fasilitas Wisata (X2), Experiental

Page 81: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

69

Purchasing (X3) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

Kepusasan Konsumen pengunjung domestik wisata Museum

BentengVredeburg.

D. Pembahasan hasil Penelitian

1. Interpretasi Hasil

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa nilai koefisien regresi citra

destinasi sebesar 0,203 dengan p-value 0,040 (<0,05) sehingga citra

destinasi (X1) memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap

kepuasan konsumen (Y). Nilai koefisien regresi fasilitas wisata sebesar

0,233 dengan p-value 0,024 (<0,05) sehingga fasilitas wisata (X2)

berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen (Y). Nilai koefisien

experiental Purchasing sebesar 0,402 dengan p-value 0,002 (<0,05)

sehingga experiental purchasing (X3) berpengaruh postif terhadap kepuasan

Konsumen (Y). Nilai F sebesar 29,445 dengan p-value 0,000 (<0,05)

sehingga secara simultan (bersama-sama) citra destinasi (X1), fasilitas

wisata (X2), dan experiental purchasing (X3) memberikan pengaruh positif

dan signifikan terhadap kepuasan konsumen (Y).

2. Pembahasan

H1 : Citra Destinasi berpengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa b1 = 0,203 dengan p-value =

0,040 (<0.05) yang berarti positif dan signifikan. Dengan demikian hipotesis

pertama yang menyatakan citra destinasi berpengaruh positif terhadap

kepuasan pengunjung terdukung. Hal ini menunjukkan citra destinasi

Page 82: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

70

merupakan salah satu penentu kepuasan pengunjung, karena jika citra

destinasi baik akan menciptakan kepuasan konsumen.

Terbuktinya hipotesis pertama dalam penelitian ini disebabkan karena

saat konsumen mempunyai penilaian yang baik terhadap elemen yang ada

dalam citra destinasi Museum Benteng Vredeburg meliputi kualitas

pengalaman yang didapat oleh para wisatawan, bahwa atraksi wisata,

lingkungan suatu destinasi sesuai dengan harapan konsumen, maka

konsumen terkesan dan puas dengan kunjungan wisatanya ke museum.

Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang telah

dilakukan oleh Rahman (2015), menyimpulkan bahwa citra memberikan

pengaruh terhadap kepuasan konsumen, dan Putri, dkk (2014), bahwa citra

destinasi mempengaruhi kepuasan pengunjung.

H2 : Fasilitas Wisata berpengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

Berdasarkan Tabel 9, nilai b2 = 0,233 dengan p-value 0,024 (<0,05)

yang berarti signifikan. Dengan demikian, fasilitas wisata (X2) memberikan

pengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung (Y). Hal ini menunjukkan

bahwa, fasilitas wisata merupakan salah satu pembentuk terciptanya

kepuasan pelanggan, karena dengan terpenuhinya fasilitas wisata yang baik

bagi pengunjung akan menciptakan kepuasan tersendiri bagi pengunjung.

Hipotesis kedua pada penelitian ini terbukti sebab pengunjung menilai

kemudahan yang dirasakan wisatawan atas elemen yang ada dalam fasilitas

wisata Museum Benteng Vredeburg, yaitu fasilitas sekunder berupa

tersedianya transportasi umum, penginapan disekitar museum, dan

Page 83: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

71

wisatawan dimanjakan dengan penjual (makanan, cinderamata) disekitar

Museum Benteng Vredeburg. Fasilitas Kondisional, yang berada didalam

museum yang dapat dimanfaatkan pengunjung berupa tersedianya toilet

umum, hospot area, mushola, kantin, guest house, perpustakaan dan

marchandise khas museum, gedung informasi, dan bangunanmuseum yang

dapat dipergunakan oleh khalayak umum untuk kegiatan.

Temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang telah

dilakukan oleh Rahman (2015), bahwa fasilitas secara parsial memberikan

pengaruh terhadap kepuasan konsumen. Putri, dkk. (2013), menyatakan

fasilitas wisata secara parsial mempengaruhi kepuasan pengunjung. Teguh,

dkk. (2015), menyimpulkan bahwa fasilitas wisata berpengaruh nyata

terhadap kepuasan konsumen.

H3 : Experiental Purchasing berpengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

Berdasarkan Tabel 9, nilai b3 = 0,402 dengan p-value 0,002 (<0,05)

yang berarti signifikan. Denga demikian, experiental Purchasing (X3)

memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pengunjung

(Y).

Dengan demikian hipotesis ketiga ini terbukti. Hal ini menunjukkan

bahwa, experiental purchasing merupakan salah satu pembentuk kepuasan

pelanggan. Hal ini dibuktikan dengan tingginya penilaian pengunjung

berkaitan dengan kebersihan seluruh kawasan museum dan temperatur

ruangan koleksi benda-benda museum, pemberitahuan informasi terdengar

dengan jelas, perasaan pengunjung, kesesuaian produk yang ditawarkan

Page 84: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

72

dengan harapan konsumen, dan komunikasi antara pengunjung dengan

pihak museum yang berlangsung dengan baik.

Temuan ini sejalan dengan penelitian Eka dan Eka (2015), bahwa

experiental marketing secara parsial memberikan pengaruh nyata terhadap

kepuasan konsumen, dan Putri,dkk. (2013), menyatakan experiental

marketing secara parsial mempengaruhi kepuasan pengunjung.

H4 : Citra Destinasi, Fasilitas Wisata, Expeiental Purchasing berpengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa nilai F =29,44 bernilai positif

dengan p-value = 0,000 (<0,05) yang berarti signifikan. Dengan demikian

hipotesis keempat yang berbunyi citra destinasi, fasilitas wisata, dan

experiental purchasing secara simultan (bersama-sama) berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kepuasan pegunjung. Semakin bagus citra destinasi

dalam persepsi pengunjung, fasilitas yang dapat memberikan kemudahan

kepada pengunjung, dan experiental purchasing dirasakan cukup baik, maka

pengunjng semakin merasa puas.

Temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang telah

dilakukan oleh Rahman (2015) yang menyimpulkan bahwa adanya

pengaruh positif dan signifikan dari citra dan fasilitas secara simultan

terhadap kepuasan konsumen. Begitu juga penelitian Putri, dkk. (2013),

menunjukkan bahwa citra destinasi, fasilitas wisata, dan experiental

purchasing secara simultan mempengaruhi kepuasan pengunjung.

Page 85: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

73

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh

citra destinasi, fasilitas wisata, dan experiental purchasing terhadap

kepuasan konsumen pada pengunjung domestik Museum Benteng

Vredeburg, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Citra destinasi berpengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung objek

wisata Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

2. Fasilitas wisata berpengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung objek

wisata Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

3. Experiental purchasing berpengaruh positif terhadap kepuasan

pengunjung objek wisata Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

4. Citra destinasi, fasilitas wisata, dan experiental purchasing secara

simultan (bersama-sama) berpengaruh positif terhadap kepuasan

pengunjung objek wisata Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

B. Implikasi Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka implikasi penelitian dibagi

menjadi dua, sebagai berikut:

1. Implikasi Praktis

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar empiris untuk

meningkatkan citra destinasi, fasilitas wisata, dan experiental purchasing

Page 86: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

74

di museum wisata Benteng Vredeburg, sehingga kepuasan pengunjung

dapat ditingkatkan.

2. Implikasi Teoritis

Hasil penelitian ini menjadi tambahan bukti empiris bagi teori

pemasaran mengenai pengaruh citra destinasi, fasilitas wisata, dan

experiental purchasing terhadap kepuasan konsumen dan untuk

penelitian selanjutnya.

Page 87: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

75

DAFTAR PUSTAKA

Alma, B. 2014. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta.

Andreassen, T.W., and Lindestad, B. 1998. Customer Loyalty and Complex Services: the Impact of Corporate Image On Quality, Customer Satisfaction and Loyalty for Customer With Varying Degrees of Service Expertise. International Journal of Services Industry Management, 9(1): 7-23.

Assegaff, M. 2009. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan: Studi Pada Perusahaan Penerbangan di Kota Semarang. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 10(2): 147-176.

Baloglu, S., and David, B. 1997. Affective Image of Destinations. Jurnal of Travel Reseacrh, 35(4):11-15.

Barlow, J., and Diana, M. 2000. Emotional Value: Creating Strong Bond With Your Customers. San Francisco, Berrett-Koehler Publishers. Inc.

Baker, M., and Cameron, E. 2008. Critical Success Factors in Destination Marketing. Jurnal Tourism and Hospitality Research, 8(2): 79.

Berman, B., and Evans J, R. 1990. Retail Management A Strategic Approach. Prentice Hall. Inc. New Jersey, USA

Blain, C, Levy, S. and Ritchie, J.R.B. 2005. Destinations Branding: Insights and Practices from Destinations Management Organization. Jurnal of Travel Research, 43(3): 328-338.

Burton, R. 1995. Travel Geography. London: Pitman Publish.

Dewi, I. J. 2011. Pemasaran Pariwisata yang bertanggungjawab. Yogyakarta: Pinus Book Publisher.

Dinas Pariwisata Yogyakarta. 2014. Statistik Pariwisata 2014. Yogyakarta: Dinas Pariwisata Yogyakarta.

Dwiputra, R. 2013. Referensi Wisatawan Terhadap SaranaWisata di Kawasan Wisata Erupsi Merapi. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota,24(1): 35-48.

Echtner, C.M, Brent R.J.R 2003. The Meaning and Measurement of Destination Image. The Jurnal of Tourism Studies, 14(1): 37-48.

Page 88: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

76

Eka,M.R, dan Eka. Y. 2015. Pengaruh Experiental Marketing Terhadap Kepuasan Pelanggan: Studi Pada Wiki Koffie Bandung. Ekonomi Bisnis. Universitas Telkom.

Fransiska, D. A. 2016. Pengaruh Purchase Experience, Consumer Innovativeness, Vaniti Seeking, Variety Seeking, Sikap Teradap Video Tutorial Make-Up , Dan Brand Image Pada Minat Beli. Manajemen. Universitas Sanata Dharma.

Gaspersz, V. 2005 Total Quality Management. Jakarta: Gramedia.

Ghozali, I. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gronroos, C. 1990. Service Management and Marketing: Managing the Moments of Truth in service Competitions. Massachusetts: Lexington Books.

Grundey, D. 2008. Experiental Marketing vs Experiental Tradisional: Creating Rantional and Emotinal Liaisons With Consumers. Vilnius University. The Romanian Economic Jounarl. Year XI no. 29.

Haizer, j., and Render, B. 2005. Operations Management. Jakarta: Salemba Empat

Ibrahim. 2009. Analisis Pengaruh Experiental Marketing Terhadap Loyalitas Pelanggan. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

J. Krippendorf.1971. Marketing Et Tourisme. Bern: Herbert Lang and Cie AG

James, J. S. 1987. Pariwisata Indonesia Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius.

_________. 1997. Ekonomi Pariwisata, Transpormasi Budaya Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.

_________.1997. Pariwisata Indonesia dan Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius

Jogiyanto,H.M. 2010. Metode Penelitian Bisnis, Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta: BPFE.

. 2013. Metode Penelitian Bisnis, Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta: BPFE.

Juwandi,H.I. 2004. Kualitas Pelayanan Jasa. Jakarta: Erlangga.

Page 89: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

77

Khairani. 2009. Analisis Variabel yang Berpengaruh Terhadap Pembentukan Citra Daerah Tujuan Wisata: Studi Kasus Wisatawan yang Berwisata Ke Yogyakarta Periode 2007-2009. Skripsi. Universitas Indonesia

Kartajaya, H. 2006. Marketing in Venus. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kasali, R. 2007. Manajemen Periklanan : Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti

Kotler, P. dan Gery A. 2003. Dasar-dasar Pemasaran Jilid 1. Edisi 9. Jakarta: PT. Indeks Gramedia.

Kotler, P. 2005. Manajemen Pemasaran Jilid 2. Terjemahan oleh Benyamin Molan. Edisi 11. Jakarta: Erlangga.

Kotler, P. 2006. Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT. Indeks Gramedia.

Kotler, P.dan Keller, K.L. 2007. Manajemen Pemasaran Jilid 2. Edisi 12. Jakarta: PT. Indeks.

. 2009. Manajemen Pemasaran Jilid 1. Edisi 12. Jakarta: PT. Indeks.

. 2009. Manajemen Pemasaran jilid 1. Edisi 13. Jakarta: Erlangga.

Kurniawan, B. 2008. Pola Ruang Wisata Pantai Pulau Untung Jawa Kepulauan Seribu. Skripsi. Universitas Indonesia.

Kusudiatmo, H. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. Jakarta:UI-Press.

Larsen, G. dan George, V. 2004. The Social Construction of Destination Image- A New Zealand Film Example.

Lawson, F. Dan Baud, B. 1997. Tourism and Recreational Development. London:Architectural Press.

LeBlanc, G. and Nguyen, N. 1996. Cues Used by Customers Evaluating Corporate Image in Service Firms. International Journal of Service Industry Management, 7(2): 44-56.

Lin C.H., Duarte, B.M., Deborah, L.K, Jing, S.H. 2007. Examining the Role of Cognitive and Affective Image Predicting Choice Across Natural, Developed, and Theme-Park Destinations. Jurnal of Travel Research, 46: 183-194

Martinez, S.C., Garau, V.J.B., Martinez, R.M.P. 2010. Factor Influencing Repeat Visits to a Destination: The Influence of Group Composition. Jurnal

Page 90: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

78

http://www.researchgate.net/publication/247231152-Factors-Influencing-Visits-to-a-Destination-The-Influence-of-Group-Composition

Mill, R.C. 2000. Tourist the International Business. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Mowen, J. C. dan Minor, M. 2002. Perilaku Konsumen Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Novrisa, D.S. 2013. Pengaruh Citra Destinasi Pariwisata Kabupaten Belitung Terhadap Perilaku Pasca berkunjung Wisatawan Nusantara. Skripsi. Universitas Pendidikan indonesia.

Parasuraman, Zeithaml, A.V. dan Berry L.L. 1985. ‘A Conceptual model of Service Quality’. Journal of Retailing, 67: 420-450.

Pemerintah Republik Indonesia. 1990. Untang-Undang Tentang Kepariwisataan. Jakarta : Sekertariat Negara

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2005

Pike, S. 2008. Destination Marketing. Butterworth-Heineman.

Pitana, I. G. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.Yogyakarta: Andi.

Putri, R.A, Naili, F., dan Reni. S.D. 2013. Pengaruh Citra Destinasi Fasilitas Wisata dan Experiental Marketing Terhadap Loyalitas Melalui Kepuasan: Studi Pada Pengunjung Domestik Taman Wisata Candi Borobudur. Ilmu Administrasi Bisnis. Universitas Diponegiro.

Putra, E.L. 2015. Aktivitas Public Relations Untuk Meningkatkan Daya Tarik Wisata, Pendidikan dan Kebudayaan Di Museum Benteng Vredeburg Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Rahman, M.R. 2015. Pengaruh Layanan, Citra, dan Fasilitas Terhadap Kepuasan Konsumen Hotel LOR-IN di Solo. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Richardos, J.I dan Martin, F. 2004. Understanding and Managing Tourism. Australia: Pearson Education Australia, NSW Australia.

Ruslan, R. 1998. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi : Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Schmitt, B. 1999. Experiental Marketing: How to Get Your Customers to Senes, Feel, Think, Act, Relate to Your Company and Branda. New York: Free Pass

Soekadijo, R.G. 1997. Anatomi Pariwisata. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Page 91: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

79

Spillane, J.J. 1987. Pariwisata Indonesia Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius.

__________. 1997. Ekonomi Pariwisata, Transpormasi Budaya Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.

Sudarmanto. 2002. Kiat Meningkatkan Naluri Menjual Jasa, Teori, & Praktek. Jakarta.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: C.V. Alfabeta.

_________.2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

. 2014. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: C.V. Alfabeta.

Surachman. 2008. Dasar-Dasar Manajemen Merek Alat Pemasaran untuk Memenangkan Persaingan. Bandung: Bayumedia Publishing.

Suwantoro, G. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi Publishing.

Teguh, R.S, Djamhur, H., dan Devi. F. A. 2015. Pengaruh Fasilitas Wisata dan Harga Terhadap Kepuasan Konsumen (Studi Pada Museum Satwa). Jurnal Administrasi Bisnis, 25(1): 1

Tjiptono, F. 2006. Manajemen Jasa.Yogyakarta: Andi.

. 2008. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi.

. 2014. Total Quality Management. Yogyakarta: Andi.

.2016. Service Quality dan Satisfaction. Yogyakarta: Andi.

Wahab, S. 1989. Manajemen Pariwisata. Jakarta: PT Pradya Paramitha.

Wahyu, A. 2009. Manajemen Operasi Jasa.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yamit, Z. 2001. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Yogyakarta: Ekonisis.

Yeoti, O. A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.

. 2003. Tours And Travel Marketing. Jakarta: Pradnya Paramita.

Zeithml, V.A., and Bitner, M.J. 1996. Service marketing. Ney York: McGraw-Hill Companies, Inc.

Data Pengujung Tahun 2006-2014. Data dari Museum Benteng Vredebur

https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Benteng_Vredeburg

Page 92: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

80

www.jogjalagi.com

www.kajianpustaka.com/2013/06/harapan-pelanggan.html?m=1

http://kolom.pacific.net.id/ind/setyanto_p._santosa/artikel_setyanto_p._santosa/pengembangan__pariwisata__indonesia.html.

Page 93: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

LAMPIRAN

Page 94: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN

Page 95: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

PERMOHONAN PENGISISAN KUESIONER PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

EXPERIENTAL PURCHASING TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN

(SURVEI PADA PENGUNJUNG DOMESTIK WISATA BENTENG VREDEBURG)

Kepada Yth:

Bapak/Ibu/Saudara Responden Penelitian

Di Yogyakarta

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan hormat,

Saat ini saya sedang melakukan penyusunan skripsi dengan judul

“Pengaruh Citra Destinasi, Fasilitas Wisata, dan Experiental Purchasing

Terhadap Kepuasan Konsumen (Survei Pada Pengunjung Domestik Wisata

Benteng Vredeburg)” guna memperoleh gelar kesarjanaan program Strata Satu

(S1) di Universitas Muhammadiyah Purworejo. Oleh karena itu saya

mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk meluangkan waktunya

mengisi Kuesioner terlampir. Semua data dan jawaban bapak/Ibu/Saudara akan

dijamin kerahasiaannya. Mohon Bapak/Ibu/Saudara mengisi kuesioner sesuai

dengan pengetahuan Bapak/Ibu/Saudara.

Atas kerjasama dan kesediaannya saya ucapkan terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Hormat saya,

Eanggi Maisaroh NIM:122210063

No. Responden:

Page 96: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

Petunjuk pengisian kuesioner

1. Bagian I berisi data responden, saudara cukup mengisi pada kolom yang

tersedia, dan lingkari yang sesuai.

2. Bagian II berisi angket penelitian, saudara dapat memilih salah satu jawaban

yang tersedia dan yang paling sesuai atau cocok menurut pendapat saudara

dengan memberi tanda (√) pada jawaban yang anda pilih.

SS = Sangat Setuju

S = Setuju

N = Netral

TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

ANGKET KUESIONER

DATA RESPONDEN

1. Nama :.....................................................(boleh inisial)

2. Umur :

a. 17-26 tahun c. 37-46 tahun

b. 27-36 tahun d.≥ 46 tahun

3. Jenis Kelamin :

a. Pria

b. Wanita

4. Pekerjaan :

a. Pelajar/mahasiswa

b. PNS/TNI/POLRI

Page 97: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

c. Wiraswasta

d. Pegawai swasta

e. Lainnya.

5. Pendapatan/ bulan :

a. <Rp 1.000.000 c. Rp 2.500.000-Rp 4.000.000

b. Rp1.000.000-<Rp2.500.000 d.≥Rp4.000.000

Page 98: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

DAFTAR PERTANYAAN

1. CITRA DESTINASI

NO Cognitive Image

JAWABAN SS S N TS STS 5 4 3 2 1

1 Museum Benteng Vredeburg tempat wisata

yang bersih dan menarik.

2

Museum Benteng Vredeburg memiliki

infrastruktur (sarana dan prasarana) yang

berkualitas.

3

Museum Benteng Vredeburg mempunyai

koleksi benda-benda bersejarah yang berperan

langsung dalam proses sejarah di Indonesia

terutama Yogyakarta.

NO Unique Image

JAWABAN

SS S N TS STS

5 4 3 2 1

1

Suasana yang asri di Museum Benteng

Vredeburg membuat udaranya sejuk dan

pengunjung nyaman.

2

Di Museum Benteng Vredeburg ada monitor

layar sentuh dan TV besar yang dilengkapi

audio visual yang dapat memberikan

informasi sejarah bagi pengunjung.

3

Museum Benteng Vredeburg menyediakan

fasilitas umum yang dapat dimanfaatkan

dalam berbagai kegiatan seni, budaya serta

ilmu pengetahuan.

Page 99: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

NO Affective Image

JAWABAN

SS S N TS STS

5 4 3 2 1

1

Selain tempat wisata yang menyenangkan

untuk dikunjungi museum Benteng Vredeburg

juga tempat wisata edukasi.

2

Museum Benteng Vredeburg tempat wisata

yang dapat menumbuhkan nasionalisme

pengunjung.

2. FASILITAS WISATA

NO Fasilitas Sekunder

JAWABAN

SS S N TS STS

5 4 3 2 1

1 Tersedia transportasi umum dan penginapan di

sekitar Museum Benteng Vredeburg.

2

Di Museum Benteng Vredeburg wisatawan dimanjakan dengan banyaknya penjual disekitar benteng yang memudahkan pengunjung untuk mendapatkan barang yang diinginkan.

NO Fasilitas Kondisional

JAWABAN

SS S N TS STS

5 4 3 2 1

1

Di Museum Benteng Vredeburg disediakan

toilet umum, hotspot area, mushola, kantin,

guest house, perpustakaan dan toko yang

menjual souvenir/merchandise khas museum

Benteng Vredeburg.

2 Di Museum Benteng Vredeburg disediakan

gedung pusat informasi untuk mempermudah

Page 100: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

pengunjung memperoleh gambaran mengenai

Museum Benteng Vredeburg.

3 Ruangan di dalam bangunan Benteng dapat

dimanfaatkan sebagai ruang rapat, seminar,

ceramah/ diskusi, lokakarya, pameran.

3. EXPERIENTAL PURCHASING

NO Pancaindra (Sense)

JAWABAN

SS S N TS STS

5 4 3 2 1

1

Koleksi benda-benda Museum Benteng

Vredeburg tertata rapi dan terawat serta

ditampilkan dalam bentuk minirama dengan

detail, ekspresi dan situasi yang mirip aslinya.

2

Apabila ada pemberitahuan (informasi) dari

pengelola museum, pengunjung dapat

mendengar dengan jelas dan di seluruh area

museum.

3

Kebersihan, temperatur ruangan, dan

lingkungan area benteng sangat terpelihara

dengan baik.

NO Perasaan (Feel)

JAWABAN

SS S N TS STS

5 4 3 2 1

1 Keamanan Museum Benteng Vredeburg sangat

baik.

2 Sambutan dari petugas/ karyawan Museum

Benteng Vredeburg sangat sopan dan ramah

kepada pengunjung.

Page 101: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

3 Museum Benteng Vredeburg tempatnya aman

untuk bermain dan belajar sejarah bagi

pengunjung khususnya anak-anak.

NO Berpikir (Think)

JAWABAN

SS S N TS STS

5 4 3 2 1

1 Koleksi Museum Benteng Vredeburg sangat

lengkap.

2 Adanya kesesuain antara harga dengan produk

yang ditawarkan.

NO Perilaku (Act)

JAWABAN

SS S N TS STS

5 4 3 2 1

1

Dengan berkunjung ke Museum Benteng

Vredeburg saya bisa lebih menghargai

perjuangan para pahlawan dalam melawan

para penjajah dan lebih mempunyai rasa

nasionalisme.

2 Saat berkunjung ke Museum Benteng

Vredeburg, saya menjaga kebersihan dan tidak

merusak benda-benda koleksi museum.

NO Hubungan (Relate)

JAWABAN

SS S N TS STS

5 4 3 2 1

1 Museum Benteng Vredeburg memberikan

kesan menyenangkan dan tidak terlupakan bagi

para pengunjung.

2 Museum Benteng Vredeburg memiliki citra

yang baik bagi saya.

Page 102: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

4. KEPUASAN KONSUMEN

NO

JAWABAN

SS S N TS STS

5 4 3 2 1

1

Saya merasa puas dengan pelayanan yang

diberikan oleh para karyawan Benteng

Vredeburg.

2 Menurut saya kinerja karyawan Benteng

Vredeburg sesuai dengan yang saya harapkan.

3

Menurut saya, koleksi benda-benda bersejarah

yang ada di Benteng Vredeburg sesuai dengan

harapan dan kebutuhan saya.

Page 103: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

LAMPIRAN 2

REKAPITULASI DATA RESPONDEN

Page 104: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN
Page 105: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN
Page 106: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

LAMPIRAN 3

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS DATA PRE-

TEST

Page 107: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

UJI INSTRUMEN

1. CITRA DESTINASI

Correlations X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1 X1.1 Pearson

Correlation 1 .413* .389* .493** .367* .560** .545** .667** .695**

Sig. (2-tailed) .023 .033 .006 .046 .001 .002 .000 .000 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X1.2 Pearson Correlation

.413* 1 .647** .527** .626** .383* .514** .477** .757**

Sig. (2-tailed) .023 .000 .003 .000 .036 .004 .008 .000 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X1.3 Pearson Correlation

.389* .647** 1 .681** .526** .677** .552** .467** .821**

Sig. (2-tailed) .033 .000 .000 .003 .000 .002 .009 .000 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X1.4 Pearson Correlation

.493** .527** .681** 1 .708** .456* .789** .481** .840**

Sig. (2-tailed) .006 .003 .000 .000 .011 .000 .007 .000 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Page 108: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

X1.5 Pearson Correlation

.367* .626** .526** .708** 1 .496** .613** .354 .780**

Sig. (2-tailed) .046 .000 .003 .000 .005 .000 .055 .000 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X1.6 Pearson Correlation

.560** .383* .677** .456* .496** 1 .515** .447* .740**

Sig. (2-tailed) .001 .036 .000 .011 .005 .004 .013 .000 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X1.7 Pearson Correlation

.545** .514** .552** .789** .613** .515** 1 .521** .814**

Sig. (2-tailed) .002 .004 .002 .000 .000 .004 .003 .000 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X1.8 Pearson Correlation

.667** .477** .467** .481** .354 .447* .521** 1 .694**

Sig. (2-tailed) .000 .008 .009 .007 .055 .013 .003 .000 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X1 Pearson Correlation

.695** .757** .821** .840** .780** .740** .814** .694** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 109: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

Case Processing Summary N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items

.899 .901 8

Item Statistics Mean Std. Deviation N

X1.1 4.07 .828 30 X1.2 3.90 1.029 30

Page 110: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

X1.3 4.10 1.155 30 X1.4 4.17 .986 30 X1.5 4.03 1.129 30 X1.6 3.80 .997 30 X1.7 4.20 .887 30 X1.8 4.30 .837 30

Inter-Item Correlation Matrix X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8

X1.1 1.000 .413 .389 .493 .367 .560 .545 .667 X1.2 .413 1.000 .647 .527 .626 .383 .514 .477 X1.3 .389 .647 1.000 .681 .526 .677 .552 .467 X1.4 .493 .527 .681 1.000 .708 .456 .789 .481 X1.5 .367 .626 .526 .708 1.000 .496 .613 .354 X1.6 .560 .383 .677 .456 .496 1.000 .515 .447 X1.7 .545 .514 .552 .789 .613 .515 1.000 .521 X1.8 .667 .477 .467 .481 .354 .447 .521 1.000

Page 111: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

X1.1 28.50 30.328 .613 .615 .893 X1.2 28.67 28.230 .669 .652 .888 X1.3 28.47 26.464 .740 .787 .881 X1.4 28.40 27.559 .780 .816 .877 X1.5 28.53 27.223 .688 .683 .887 X1.6 28.77 28.668 .650 .700 .890 X1.7 28.37 28.654 .754 .691 .881 X1.8 28.27 30.271 .611 .520 .893

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

32.57 36.599 6.050 8

Page 112: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

2. FASILITAS WISATA

Correlations X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2

X2.1 Pearson Correlation

1 .385* .619** .645** .596** .791**

Sig. (2-tailed) .036 .000 .000 .001 .000

N 30 30 30 30 30 30

X2.2 Pearson Correlation

.385* 1 .559** .537** .522** .763**

Sig. (2-tailed) .036 .001 .002 .003 .000

N 30 30 30 30 30 30

X2.3 Pearson Correlation

.619** .559** 1 .673** .481** .842**

Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .007 .000

N 30 30 30 30 30 30

X2.4 Pearson Correlation

.645** .537** .673** 1 .573** .857**

Sig. (2-tailed) .000 .002 .000 .001 .000

N 30 30 30 30 30 30

Page 113: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

X2.5 Pearson Correlation

.596** .522** .481** .573** 1 .766**

Sig. (2-tailed) .001 .003 .007 .001 .000

N 30 30 30 30 30 30

X2 Pearson Correlation

.791** .763** .842** .857** .766** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Case Processing Summary N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Page 114: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items

.860 .864 5 Item Statistics Mean Std. Deviation N

X2.1 3.97 .999 30 X2.2 3.73 1.230 30 X2.3 4.07 1.230 30 X2.4 3.93 1.172 30 X2.5 4.03 .928 30 Inter-Item Correlation Matrix X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5

X2.1 1.000 .385 .619 .645 .596 X2.2 .385 1.000 .559 .537 .522 X2.3 .619 .559 1.000 .673 .481 X2.4 .645 .537 .673 1.000 .573 X2.5 .596 .522 .481 .573 1.000

Page 115: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

X2.1 15.77 13.978 .681 .548 .832 X2.2 16.00 13.172 .603 .424 .853 X2.3 15.67 12.299 .725 .561 .819 X2.4 15.80 12.441 .755 .583 .810 X2.5 15.70 14.562 .655 .474 .839

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

19.73 20.064 4.479 5

Page 116: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

3. EXPERIENTAL PURCHASING

Correlations X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7 X3.8 X3.9 X3.10 X3.11 X3.12 X3 X3.1 Pearson

Correlation 1 .459* .179 .368* .249 .404* .479** .097 .565** .365* .348 .677** .609**

Sig. (2-tailed) .011 .343 .045 .184 .027 .007 .611 .001 .048 .060 .000 .000 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X3.2 Pearson Correlation

.459* 1 .418* .623** .361* .627** .440* .553** .504** .741** .522** .420* .810**

Sig. (2-tailed) .011 .022 .000 .050 .000 .015 .002 .005 .000 .003 .021 .000 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X3.3 Pearson Correlation

.179 .418* 1 .291 .470** .542** .531** .540** .628** .212 .449* .477** .690**

Sig. (2-tailed) .343 .022 .119 .009 .002 .003 .002 .000 .261 .013 .008 .000 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X3.4 Pearson Correlation

.368* .623** .291 1 .444* .655** .540** .482** .407* .725** .112 .442* .751**

Sig. (2-tailed) .045 .000 .119 .014 .000 .002 .007 .025 .000 .556 .015 .000 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X3.5 Pearson Correlation

.249 .361* .470** .444* 1 .537** .427* .353 .358 .337 .262 .169 .620**

Sig. (2-tailed) .184 .050 .009 .014 .002 .019 .056 .052 .068 .162 .372 .000

Page 117: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 X3.6 Pearson

Correlation .404* .627** .542** .655** .537** 1 .490** .612** .449* .565** .286 .303 .791**

Sig. (2-tailed) .027 .000 .002 .000 .002 .006 .000 .013 .001 .126 .103 .000 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X3.7 Pearson Correlation

.479** .440* .531** .540** .427* .490** 1 .182 .391* .272 .399* .546** .683**

Sig. (2-tailed) .007 .015 .003 .002 .019 .006 .335 .032 .146 .029 .002 .000 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X3.8 Pearson Correlation

.097 .553** .540** .482** .353 .612** .182 1 .484** .417* .359 .293 .662**

Sig. (2-tailed) .611 .002 .002 .007 .056 .000 .335 .007 .022 .052 .116 .000 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X3.9 Pearson Correlation

.565** .504** .628** .407* .358 .449* .391* .484** 1 .441* .435* .630** .750**

Sig. (2-tailed) .001 .005 .000 .025 .052 .013 .032 .007 .015 .016 .000 .000 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X3.10 Pearson Correlation

.365* .741** .212 .725** .337 .565** .272 .417* .441* 1 .168 .306 .685**

Sig. (2-tailed) .048 .000 .261 .000 .068 .001 .146 .022 .015 .374 .100 .000 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X3.11 Pearson Correlation

.348 .522** .449* .112 .262 .286 .399* .359 .435* .168 1 .248 .546**

Page 118: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

Sig. (2-tailed) .060 .003 .013 .556 .162 .126 .029 .052 .016 .374 .186 .002 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X3.12 Pearson Correlation

.677** .420* .477** .442* .169 .303 .546** .293 .630** .306 .248 1 .649**

Sig. (2-tailed) .000 .021 .008 .015 .372 .103 .002 .116 .000 .100 .186 .000 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X3 Pearson Correlation

.609** .810** .690** .751** .620** .791** .683** .662** .750** .685** .546** .649** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .002 .000 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 119: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

Case Processing Summary N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items

.896 .899 12

Page 120: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

Item Statistics Mean Std. Deviation N

X3.1 4.10 .845 30 X3.2 4.27 .907 30 X3.3 4.00 .910 30 X3.4 3.87 1.042 30 X3.5 4.03 1.129 30 X3.6 4.00 .910 30 X3.7 4.03 .928 30 X3.8 3.83 1.053 30 X3.9 4.10 .845 30 X3.10 4.13 1.074 30 X3.11 4.03 .928 30 X3.12 4.17 .874 30

Page 121: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

Inter-Item Correlation Matrix X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7 X3.8 X3.9 X3.10 X3.11 X3.12

X3.1 1.000 .459 .179 .368 .249 .404 .479 .097 .565 .365 .348 .677 X3.2 .459 1.000 .418 .623 .361 .627 .440 .553 .504 .741 .522 .420 X3.3 .179 .418 1.000 .291 .470 .542 .531 .540 .628 .212 .449 .477 X3.4 .368 .623 .291 1.000 .444 .655 .540 .482 .407 .725 .112 .442 X3.5 .249 .361 .470 .444 1.000 .537 .427 .353 .358 .337 .262 .169 X3.6 .404 .627 .542 .655 .537 1.000 .490 .612 .449 .565 .286 .303 X3.7 .479 .440 .531 .540 .427 .490 1.000 .182 .391 .272 .399 .546 X3.8 .097 .553 .540 .482 .353 .612 .182 1.000 .484 .417 .359 .293 X3.9 .565 .504 .628 .407 .358 .449 .391 .484 1.000 .441 .435 .630 X3.10 .365 .741 .212 .725 .337 .565 .272 .417 .441 1.000 .168 .306 X3.11 .348 .522 .449 .112 .262 .286 .399 .359 .435 .168 1.000 .248 X3.12 .677 .420 .477 .442 .169 .303 .546 .293 .630 .306 .248 1.000

Page 122: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

X3.1 44.47 54.326 .535 .790 .891 X3.2 44.30 50.976 .764 .763 .880 X3.3 44.57 52.668 .622 .795 .887 X3.4 44.70 50.493 .684 .781 .884 X3.5 44.53 51.982 .519 .430 .894 X3.6 44.57 51.220 .741 .762 .881 X3.7 44.53 52.602 .612 .689 .888 X3.8 44.73 51.857 .576 .669 .890 X3.9 44.47 52.464 .696 .711 .884 X3.10 44.43 51.289 .602 .741 .889 X3.11 44.53 54.602 .455 .572 .895 X3.12 44.40 53.559 .577 .765 .889

Page 123: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

48.57 61.702 7.855 12

Page 124: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

4. KEPUASAN PENGUNJUNG

Correlations Y.1 Y.2 Y.3 Y

Y.1 Pearson Correlation

1 .563** .710** .867**

Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 N 30 30 30 30

Y.2 Pearson Correlation

.563** 1 .745** .850**

Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 N 30 30 30 30

Y.3 Pearson Correlation

.710** .745** 1 .933**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 N 30 30 30 30

Y Pearson Correlation

.867** .850** .933** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 N 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 125: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

Case Processing Summary N %

Cases Valid 30 100.0 Excludeda 0 .0 Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items

.856 .860 3

Item Statistics Mean Std. Deviation N

Y.1 3.97 1.098 30 Y.2 3.97 .890 30 Y.3 3.80 1.186 30

Page 126: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

Inter-Item Correlation Matrix Y.1 Y.2 Y.3

Y.1 1.000 .563 .710 Y.2 .563 1.000 .745 Y.3 .710 .745 1.000

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

Y.1 7.77 3.771 .692 .506 .834 Y.2 7.77 4.461 .711 .557 .829 Y.3 7.93 3.099 .819 .678 .711

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

11.73 7.926 2.815 3

Page 127: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

LAMPIRAN 4

ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA

Page 128: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

Regression Variables Entered/Removed

Model Variables Entered

Variables Removed Method

1 X3, X1, X2a . Enter a. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .692a .479 .463 .37467 a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 12.400 3 4.133 29.445 .000a

Residual 13.476 96 .140

Total 25.876 99

a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2 b. Dependent Variable: Y

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .149 .484 .309 .758

X1 .263 .126 .203 2.085 .040

X2 .254 .111 .233 2.293 .024

X3 .444 .136 .402 3.256 .002 a. Dependent Variable: Y

Page 129: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

LAMPIRAN 5

SURAT PENETAPAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI

Page 130: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN
Page 131: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN
Page 132: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN

LAMPIRAN 6

KARTU BIMBINGAN SKRIPSI

Page 133: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN
Page 134: PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN