Upload
truongminh
View
238
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENGARUH CHIEF FINANCIAL OFFICER EXPERT POWER, CHIEF
FINANCIAL OFFICER POLITICAL POWER, LEVERAGE,
PROFITABILITY DAN INTENSITAS PERSEDIAAN TERHADAP TARIF
PAJAK EFEKTIF PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2013-2016
Putri Wati1, Sri Ruwanti2, Fatahurrazak3
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji
(UMRAH), Tanjungpinang, Kepulauan Riau.
Email : [email protected]
ABSTRACT
Tarif pajak efektif adalah penerapan keefektifan suatu perusahaan dalam
mengelola beban pajaknya dengan membandingkan beban pajak penghasilan
dengan laba sebelum pajak. Semakin rendah nilai tarif pajak efektif maka tarif
pajak efektif akan semakin baik dan kinerja perusahaan akan semakin baik dalam
mengelola keefektifitasan pajaknya. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh Chief Financial Officer Expert Power, Chief Financial
Officer Political Power, Leverage, Profitabilitas dan Intensitas Persediaan
terhadap tarif pajak efektif pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2013-2016. Metode pengambilan sampel penelitian ini
adalah purposive sampling dan didapatkan 23 sampel yang memenuhi kriteria dari
138 perusahaan yang menjadi data observasi. Teknik analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Dan hasil dalam penelitian
ini mendapatkan bahwa leverage dan intensitas persediaan berpengaruh terhadap
tarif pajak efektif. Dan Chief Financial Officer Expert Power, Chief Financial
Officer Political Power dan Probabilitas tidak berpengaruh terhadap tarif pajak
efektif.
Kata kunci : Tarif pajak efektif, Chief Financial Officer Expert Power, Chief
Financial Officer Political Power, Leverage, Profitabilitas dan
Intensitas Persediaan
2
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki kurang lebih 17.506 pulau dan sebanyak 92 pulau
termasuk pulau-pulau terluar. Diantara 92 pulau terluar tersebut, Indonesia
memiliki sumber kekayaan yang melimpah seperti gas dan minyak. Dengan
adanya perusahaan besar di Indonesia seperti perusahaan manufaktur maupun
perusahaan jasa menyebabkan perekonomian di pulau-pulau tersebut menjadi
meningkat. Kondisi ini juga dapat menguntungkan pemerintah dalam sektor pajak
sebagai penerimaan Negara.
Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 2 ayat (1) huruf b
menjelaskan bahwa subjek pajak badan adalah sekumpulan orang dan/atau
modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak
melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah dengan
nama dan bentuk apapun, firma kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi
kolektif dan bentuk usaha tetap lainnya. Dalam hal ini, perusahaan sebagai subjek
pajak menganggap pajak sebagai biaya sehingga perlu dilakukan usaha-usaha atau
strategi tertentu untuk menguranginya. Perusahaan biasanya cenderung
melakukan manajemen pajak dengan tujuan mengecilkan pajaknya .
Berdasarkan website resmi Dirjen pajak, realisasi penerimaan pajak tahun
2016 mencapai Rp 870,954 triliun atau 64,27 % dari target penerimaan pajak yang
ditetapkan sesuai APBN-P 2016 sebesar Rp 1.355,203 triliun. Angka ini lebih
tinggi 13,30 % dibandingkan periode yang sama di tahun 2015 yang mana total
realisasi penerimaan pajak tercatat sebesar Rp 768,691 triliun. Jika penerimaan
pajak dipisahkan antara penerimaan Non PPh Migas yang menghimpun pajaknya
merupakan tanggungjawab Ditjen pajak dengan penerimaan PPh Migas yang
merupakan satu-satunya jenis pajak yang menjadi kewajiban Kontraktor Kontrak
Kerja Sama (KKKS), maka penerimaan pajak yang dikelola langsung oleh Ditjen
pajak, yakni penerimaan Non PPh Migas hingga 31 Oktober 2016 adalah Rp
842,979 triliun atau sebenarnya lebih tinggi 16,28% dibandingkan periode yang
sama di tahun 2015 yang mana total realisasi penerimaan pajak tercatat sebesar
Rp 724,968 triliun. Dapat kita lihat penerimaan pajak dari tahun ke tahun semakin
meningkat sehingga menyebabkan penerimaan Negara juga meningkat melalui
sektor pajak.
Bagi perusahaan, pajak terlalu tinggi akan mengurangi laba atau
pendapatan perusahaan sehingga di dalam perusahaan memerlukan peran dari
seorang Chief Financial Officer Expert Power dan Chief Financial Officer
Political Power untuk meminimalkan pajak yang akan dibayarkan oleh
perusahaan (Handayani dan Yumsih, 2016).
CFO yang memiliki keahlian dalam bidang keuangan (seperti sertifikasi
professional, latar belakang keuangan dan pengalaman) cenderung dapat
mengestimasi keuangan dengan baik dibandingkan dengan CFO yang belum
berpengalaman dalam bidangnya. CFO Political Power adalah CFO yang
memiliki hubungan politik dengan pemerintah dan mendukung perusahaan dalam
3
menjalankan tugasnya, karena memberikan banyak manfaat bagi perusahaan
(Handayani dan Yumsih, 2016).
Perusahaan yang menggunakan utang pada komposisi pembiayaan, maka
akan ada beban bunga yang harus dibayar. Salah satu kebijakan pendanaan adalah
kebijakan leverage yaitu tingkat hutang yang digunakan perusahaan untuk
membiayai aktivitas operasinya (Dharma dan Ardiana, 2016). Semakin tinggi
leverage, maka semakin tinggi pula jumlah pendanaan dari utang pihak ketiga
yang digunakan perusahaan dan semakin tinggi biaya bunga yang timbul dari
utang tersebut. Biaya bunga yang semakin tinggi akan memberikan pengaruh
berkurangnya beban pajak perusahaan. Semakin tinggi nilai utang perusahaan,
maka tarif pajak efektif semakin kecil.
Selain dengan memanfaatkan leverage, perusahaan juga dapat menekan
tingkat profitabilitas yang digambarkan oleh return on asset untuk
memaksimalkan tarif pajak perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat
profitabilitas yang tinggi, maka akan dikenakan tarif pajak yang tinggi.
Perusahaan yang memiliki beban pajak yang tinggi cenderung melakukan
penghindaran pajak yang membuat tarif pajak perusahaan semakin rendah (Imelia,
2015).
Intensitas persediaan menggambarkan seberapa besar kekayaan
perusahaan yang diinvestasikan dalam bentuk persediaan. Persediaan atau suatu
jenis aktiva yang dimiliki oleh perusahaan dan digunakan untuk kegiatan
operasional perusahaan yang menimbulkan harga pokok penjualan dalam
penilainnya sebagai pengurang beban pajak penghasilan. Beban-beban tersebut
akan mengurangi laba bersih perusahaan dan mengurangi jumlah tarif pajak yang
dibayarkan oleh perusahaan (Putri dan Lautania, 2016).
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
chief financial officer expert power, chief financial political power, leverage,
profitabilitas dan intensitas persediaan terhadap tarif pajak efektif pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016
baik secara parsial maupun simultan. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis pengaruh chief financial officer expert power, chief financial
political power, leverage, profitabilitas dan intensitas persediaan terhadap tarif
pajak efektif.
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Tarif Pajak Efektif
Berdasarkan website resmi Dirjen pajak, tarif pajak badan ditentukan oleh
pemerintah sesuai Undang-Undang No 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat (2) yang
berisi tarif pajak penghasilan wajib pajak badan adalah sebesar 25% yang mulai
berlaku sejak tahun 2010. Tarif pajak sebesar 25% meupakan update dari pasal 17
ayat (1) huruf b pada Undang-Undang No 36 Tahun 2008 yang berisi tarif pajak
bagi wajib pajak badan dalam Negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28%.
Penurunan tarif ini diharapkan akan meningkatkan kesadaran membayar pajak
dari wajib pajak badan karena tarif telah diturunkan sehingga tidak lagi terlalu
membebani perusahaan. Tarif pajak dikatakan efektif apabila tarif pajak yang
4
dikenakan diatas 25% sesuai dengan Undang-Undang No 36 Tahun 2008 pasal 17
ayat (2).
Tarif pajak efektif merupakan penerapan keefektifan suatu perusahaan
dalam mengelola beban pajaknya dengan membandingkan beban pajak dengan
total laba sebelum pajak. Semakin rendah persentase tarif pajak efektif, semakin
baik kinerja suatu perusahaan dalam mengelola keefektifitasan pajaknya (Putri
dan Lautania, 2016).
Tarif Pajak Efektif =Total Beban Pajak Penghasilan
Laba Sebelum Pajak
Chief Financial Officer Expert Power
Chief Financial Officer Expert Power adalah seorang CFO yang memiliki
kemampuan yang kuat dan berpengalaman dalam bidang akuntansi atau bidang
keuangan. Variabel Chief Financial Officer Expert Power diukur dengan
memberikan nilai 1 untuk seseorang yng memiliki kemampuan dan pengalaman
dalam bidang akuntansi atau bidang keuangan dan 0 jika tidak memiliki
kemampuan dan pengalaman dibidang akuntansi atau bidang keuangan
(Handayani dan Yumsih, 2016).
Chief Financial Officer Political Power
Chief Financial Officer Political Power adalah seorang CFO yang
memiliki hubungan politik dengan pemerintah atau partai politik dan mendukung
perusahaan dalam menjalankan usahanya, karena memberikan banyak manfaat
bagi perusahaan. Variabel Chief Financial Officer Political Power diukur dengan
memberikan nilai 1 untuk perusahaan yang salah satu pemegang sahamnya adalah
pemerintah atau partai politik dan 0 jika tidak ada kepemilikan pemerintah atau
partai politik (Handayani dan Yumsih, 2016).
Leverage
Menurut Hery (2016:162), leverage merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai oleh utang. Dengan kata
lain, leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar
beban utang yang harus ditanggung perusahaan dalam rangka pemenuhan aset.
Leverage juga digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka panjang maupun
kewajiban jangka pendek.
Imelia (2015), menjelaskan bahwa hutang jangka panjang adalah
kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan yang jangka waktu pelunasannya lebih
dari satu tahun, sedangkan hutang jangka pendek adalah semua kewajiban yang
harus dilunasi oleh perusahaan dalam kurung waktu maksimal satu tahun. Jenis
rasio utang yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to equity ratio yaitu
rasio untuk menilai utang terhadap ekuitas dalam pendanaan perusahaan.
5
𝐿𝑒𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 =Total Kewajiban
Total Ekuitas
Profitability
Profitability merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas
manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari
penjualan dan pendapatan investasi. Untuk menghitung profitabilitas peneliti
menggunakan Return On Asset (ROA), karena ROA menunjukan efektifitas
perusahaan dalam mengelola aset baik modal sendiri maupun dari modal
pinjaman, investor akan melihat seberapa efektif perusahaan dalam mengelola
aset (Handayani dan Yumsih, 2016).
Semakin tinggi hasil pengembalian atas aset (Return On Asset) berarti
semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana
yang tertanam dalam total aset. Sebaliknya, semakin rendah hasil pengembalian
atas aset (Return On Asset) berarti semakin rendah pula jumlah laba bersih yang
dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset.
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 (ROA) =Laba bersih
Total Asset
Intensitas Persediaan
Menurut Subramanyam (2012:279), persediaan adalah barang yang dijual
dalam aktivitas normal perusahaan, dengan pengecualian organisasi jasa tertentu,
persediaan merupakan aset inti dan penting dalam perusahaan yang merupakan
komponen utama dari aset operasi dan langsung mempengaruhi laba. Intensitas
persediaan dihitung dengan membandingkan harga pokok penjualan dengan
persediaan awal ditambah persediaan akhir dibagi dua.
Intensitas Persediaan = Harga Pokok Penjualan
(Persediaan Awal + Persediaan Akhir)/2
Kerangka Pemikiran
H1
H2
H3
H4
H5
H6
Chief Financial Officer
Expert Power (X1)
Chief Financial Officer
Political Power (X2)
Leverage (X3)
Profitability (X4)
Intensitas Persediaan (X5)
Tarif Pajak Efektif (Y)
6
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Chief Financial Officer Expert Power terhadap Tarif Pajak Efektif pada Perusahaan Manufaktur
Chief Financial Officer Expert Power (CFO) adalah seorang CFO yang
memiliki kemampuan yang kuat dan berpengalaman dalam bidang akuntansi atau
bidang keuangan (Handayani dan Yumsih, 2016).
Ketika seorang CFO memiliki latar belakang pendidikan, subjek utama
dan pengalaman dibidang akuntansi dan keuangan yang lama, maka perusahaan
akan memiliki tarif pajak efektif yang rendah. Dengan pengalaman tersebut
seorang CFO dapat melakukan manipulasi atas laporan laba rugi untuk
mengurangi tarif pajak efektif tanpa memperhitungkan kepentingan dari pemilik
perusahaan sebagai principal (Handayani dan Yumsih, 2016).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Handayani dan Yumsih,
2016), chief financial officer expert power terbukti berpengaruh signifikan
terhadap tarif pajak efektif.
H1 : Diduga Chief Financial Officer Expert Power Berpengaruh
Terhadap Tarif Pajak Efektif
Pengaruh Chief Financial Officer Political Power terhadap Tarif Pajak
Efektif pada Perusahaan Manufaktur
Chief Financial Officer Political Power adalah seorang CFO yang
memiliki hubungan politik dengan pemerintah dan mendukung perusahaan dalam
menjalankan usahanya, karena memberikan banyak manfaat bagi perusahaan
(Handayani dan Yumsih, 2016).
Penelitian yang dilakukan Faccio (2006) dalam Dharma dan Ardiana
(2016) menjelaskan bahwa perusahaan dianggap memiliki koneksi politik jika
setidaknya salah satu pemegang saham yang besar (seorang yang mengendalikan
setidaknya 10% dari total saham dengan hak suara) atau salah satu pimpinan
perusahaan (CEO, presiden, wakil presiden, ketua dan sekretaris) adalah anggota
parlemen, menteri, atau orang yang berkaitan erat dengan politikus atau partai
politik.
H2 : Diduga Chief Financial Officer Political Power Berpengaruh
Terhadap Tarif Pajak Efektif
Pengaruh Leverage terhadap Tarif Pajak Efektif pada Perusahaan
Manufaktur
Menurut Imelia (2015), manajemen perusahaan harus dapat mengatur
hutang dalam perusahaan yang tujuannya agar menguntungkan dan mengindari
kerugian akibat timbulnya utang. Hutang yang digunakan oleh manajer untuk
menekan biaya pajak perusahaan dengan memanfaatkan biaya bunga hutang. Jika
biaya bunga hutang dapat digunakan untuk menekan beban pajak, maka ada
kemungkinan manajer memilih menggunakan utang untung pendanaan guna
untuk mendapatkan benefit berupa biaya bunga hutang. Biaya bunga hutang yang
7
timbul akan digunakan sebagai pengurang pajak sehingga dapat meningkatkan
laba perusahan. Semakin besar tingkat hutang akan menurunkan tarif pajak
efektif.
H3 : Diduga Leverage Berpengaruh Terhadap Tarif Pajak Efektif
Pengaruh Profitability terhadap Tarif Pajak Efektif pada Perusahaan
Manufaktur
Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba dengan menggunakan aset yang dimilikinya. Return on asset digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba
sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total aset (Imelia, 2015).
Menurut Putri (2016), aset suatu perusahaan didanai oleh pemegang saham
dan kreditor, sehingga aset tersebut akan menjadi modal kerja bagi perusahaan
dalam melakukan usahanya. Perputaran aset perusahaan yang cepat, akan
berbanding lurus dengan tingkat pendapatan yang diperoleh dari kegiatan operasi
perusahaan. Perusahaan yang memiliki kemampuan untuk memperoleh laba yang
tinggi harus mempersiapkan pajak yang akan dibayarkan sebesar persentase
tertentu yang telah ditetapkan dari laba yang diperoleh.
H4 : Diduga Profitability Berpengaruh terhadap Tarif Pajak Efektif
Pengaruh Intensitas Persediaan terhadap Tarif Pajak Efektif Pada
PerusahaanManufaktur
PSAK No. 14 mengatur biaya yang timbul atas kepemilikan persediaan
yang besar harus dikeluarkan dari biaya persediaan da diakui sebagai beban dalam
periode terjadinya biaya. Biaya tambahan atas adanya persediaan yang besar akan
menyebabkan penurunan laba perusahaan. Jika laba perusahaan mengecil, maka
pajak yang dibayarkan oleh perusahaan akan menurun.
Munurut (Putri dan Lautania, 2016), Seorang manajer di dalam suatu
perusahaan akan berusaha meminimalisir beban tambahan karena banyaknya
persediaan agar tidak mengurangi laba perusahaan. Manajer juga akan
memaksimalkan biaya tambahn yang terpaksa ditanggung untuk menekan beban
pajak. Cara lain yang digunakan manajer adalah dengan membebankan biaya
tambahan persediaan untuk menurunkan laba perusahaan sehingga dapat
menurunkan beban pajak perusahaan. Jika laba perusahaan mengecil, maka akan
menyebabkan menurunnya pajak yang dibayarkan oleh perusahaan.
H5 : Diduga Intensitas Persediaan Berpengaruh terhadap Tarif Pajak
Efektif
H6 : Diduga Chief Financial Officer Expert Power, Chief Financial Officer
Political Power, Leverage, Profitability dan Intensitas Persediaan
berpengaruh secara simultan terhadap Tarif Pajak Efektif.
8
METODOLOGI PENELITIAN
Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh
variabel independen yakni Chief Financial Officer Expert Power, Chief Financial
Officer Political Power, Leverage, Profitability dan Intensitas Persediaan terhadap
variabel dependen yakni Tarif Pajak Efektif. Populasi pada penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun
2013 hingga 2016.
Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah metode kuantitatif, dan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi variabel-variabel
independen penelitian yaitu Chief Financial Officer Expert Power, Chief
Financial Officer Polotical Power, Leverage, Profitability dan Intensitas
Persediaan, dan variabel dependen penelitian yaitu tarif pajak efektif.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
purposive sampling. Informasi tentang data yang diperlukan diperoleh dari
Laporan Keuangan dan Catatan Atas Laporan Keuangan yang diunduh dari
website resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).
Teknik Penentuan Populasi dan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode purposive sampling. Metode purposive sampling adalah pengambilan
sampel berdasarkan pertimbangan subjek penelitian (Sugiyono, 2013 : 85).
Sampel dipilih berdasarkan pada kesesuaian karakteristik dengan kriteria sampel
yang ditentukan agar diperoleh sampel yang representative pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2016.
Penelitian ini menggunakan sampel yang berasal dari Bursa Efek
Indonesia tahun 2013-2016. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan beberapa kriteria tertentu yang terdiri dari :
1. Perusahaan manufaktur yang melaporkan Laporan Keuangan secara
lengkap per 31 Desember tahun 2013-2016.
2. Perusahaan manufaktur yang menyajikan laporan keuangan dalam mata
uang Rupiah selama periode 2013-2016.
3. Perusahaan manufaktur yang memperoleh laba bersih selama periode
2013-2016.
4. Perusahaan yang tidak mengungkapkan Direktur Keuangan selama periode
2013-2016.
Jumlah perusahaan yang dijadikan populasi adalah 138 perusahaan, dan
setelah dilakukan seleksi sampel, maka diperoleh sampel sebanyak 23 perusahaan
dan 92 data observasi.
9
Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier
berganda. Dengan bantuan SPSS 20.0. dalam analisis ini, terdiri dari uji statistik
deskriptif, uji asumsi klasik (uji normalitas, multikoliniearitas, autokorelasi, dan
heterokedastisitas), dan uji hipotesis (uji t, uji f dan koefisien determinasi).
Metode ini digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel terikat dengan
variabel-variabel bebas. Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda
digunakan untuk mengetahui pengaruh chief financial officer expert power, chief
financial political power, leverage, profitabilitas dan intensitas persediaan
terhadap tarif pajak efektif pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2012-2016.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Analisis Statistik deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,
(Ghozali, 2013:19). Setelah melakukan konversi data kedalam skor standardized
(z-score), maka dalam penelitian ini data yang termasuk kedalam data outlier
adalah sebanyak 3 data. Sehingga jumlah data yang digunakan sebanyak 49 dari
92 data yang diamati. Berikut hasil analisis statistik deskriptif setelah outlier.
Tabel 1 Hasil Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
LEV 49 .1248 1.9724 .809989 .5400715
ROA 49 .0112 .2726 .089710 .0637946
INVINT 49 .4050 3.2169 1.286278 .6525914
ETR 49 .1667 .3988 .250532 .0424649
Valid N (listwise) 49
Sumber: Data Olahan Penulis, 2018
Hasil Uji Normalitas
Tabel 2 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 49
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation .03480557
Most Extreme Differences
Absolute .092
Positive .092
Negative -.083
Kolmogorov-Smirnov Z .642
Asymp. Sig. (2-tailed) .804
Sumber: Data Olahan Penulis, 2018
10
Hasil uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan signifikan sebesar 0,804
dimana hasil ini lebih besar dari tingkat signifikan sebesar 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa data telah terdistribusi normal.
Hasil Uji Multikolinieritas
Menurut Ghozali (2013:105) untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikoliniearitas didalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan
lawannya variance inflation factor (VIF). Nilai umum yang dipakai untuk
menunjukkan tidak adanya masalah multikolinearitas adalah nilai Tolerance ≥
0,10 atau sama dengan nilai VIF ≤ 10.
Tabel 3 Hasil Uji Multikoliniearitas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
CFO_EP .942 1.061
CFO_PP .882 1.133
LEV .605 1.652
ROA .761 1.314
INVINT .660 1.515
Sumber: Data Olahan Penulis, 2018
Berdasarkan hasil uji multikoliniearitas diatas dapat dilihat bahwa dapat
disimpulkan masing-masing variabel independen yaitu chief financial officer
expert power, chief financial officer political power, leverage, profitabilitas dan
intensitas persediaan yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai tolerance
diatas 0,10 dan nilai variance inflation factor (VIF) dibawah 10 sehingga model
persamaan regresi dalam penelitian ini tidak terdapat masalah pada uji
multikoliniearitas dan model persamaan regresi dapat digunakan dalam penelitian
ini.
Uji Autokorelasi
Persamaan regresi yang baik adalah tidak memiliki masalah autokorelasi.
Jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik atau tidak
layak dipakai prediksi. Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya
autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW).
Tabel 4 Hasil Uji Autokorelasi
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .555a .308 .228 .0367735 2.166
Sumber: Data Olahan Penulis, 2018
11
Berdasarkan tabel Durbin-Watson diatas diketahui bahwa nilai Durbin-
Watson hitung sebesar 2,166. Apabila dibandingkan dengan nilai Durbin-Watson
tabel pada tingkat signifikan 5%, dengan k=5 dan n=49 maka diperoleh dL =
1,3258 dan dU = 1,7716 , maka nilai 4-dU = 2,2284 dan nilai 4-dL = 2,6742.
Hasil dari Durbin-Watson hitung sebesar 2,140 dan nilai ini berada diposisi antara
dU dengan 4-dU, yaitu antara 1,7716 dan 2,2284, yang artinya bahwa tidak
adanya gejala autokorelasi dalam model regresi ini.
Hasil Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain jika sama disebut Homokedastisitas dan jika berbeda
disebut Heterokedastisitas. Model regresi yang baik tidak mengandung
heterokedastisitas. Untuk melihat heterokedastisitas, maka dilakukan uji Rank
Spearman dengan melihat nilai signifikan jika > 0,05 dan melihat model regresi
tidak terkandung adanya Heterokedastisitas (Ghozali, 2013:139). Tabel 5 Hasil Uji Heterokedastisitas Rank Spearman
Correlations
CFO_EP
CFO_PP
LEV ROA INVINT Unstandardized Residual
Spearman's rho
CFO_EP
Correlation Coefficient
1.000 .043 -.010 -.092 .245 -.010
Sig. (2-tailed) . .769 .945 .530 .090 .945
N 49 49 49 49 49 49
CFO_PP
Correlation Coefficient
.043 1.000 .013 .300* -.021 -.016
Sig. (2-tailed) .769 . .928 .036 .886 .914
N 49 49 49 49 49 49
LEV
Correlation Coefficient
-.010 .013 1.000 -
.427** .495** -.042
Sig. (2-tailed) .945 .928 . .002 .000 .775
N 49 49 49 49 49 49
ROA
Correlation Coefficient
-.092 .300* -
.427** 1.000 -.049 .027
Sig. (2-tailed) .530 .036 .002 . .738 .852
N 49 49 49 49 49 49
INVINT
Correlation Coefficient
.245 -.021 .495** -.049 1.000 -.026
Sig. (2-tailed) .090 .886 .000 .738 . .860
N 49 49 49 49 49 49
Unstandardized Residual
Correlation Coefficient
-.010 -.016 -.042 .027 -.026 1.000
Sig. (2-tailed) .945 .914 .775 .852 .860 .
N 49 49 49 49 49 49
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Data Olahan Penulis, 2018
12
Berdasarkan output pada tabel 5 diatas, diketahui bahwa nilai sig untuk
variabel chief financial officer expert power (CFO_EP) sebesar 0,945, nilai sig
untuk variabel chief financial officer political power (CFO_PP) sebesar 0,914,
nilai sig untuk variabel leverage (LEV) sebesar 0,775, nilai sig untuk variabel
profitabilitas diukur dengan return on asset (ROA) 0,852 dan nilai sig untuk
variabel intensitas persediaan (INVINT) sebesar 0,860, sehingga dapat
disimpulkan bahwa semua variabel mempunyai nilai sig > 0,05, maka dapat
dipastikan model tidak mengandung heterokedastisitas.
Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Tabel 6 Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .224 .039 5.806 .000
CFO_EP .021 .038 .072 .554 .583
CFO_PP -.022 .020 -.144 -1.068 .292
LEV .051 .012 .668 4.098 .000
ROA .047 .076 .089 .610 .545
INVINT -.008 .003 -.361 -2.312 .026
a. Dependent Variable: ETR
Sumber : Data Olahan Penulis, 2018
Berdasarkan tabel 6 maka dapat disusun persamaan regresi linear berganda
sebagai berikut:
ETR = 0,224 + 0,021CFO_EPit- 0.022CFO_PPit + 0,051LEVit +
0.047ROAit - 0,008INVINTit + ℮it
Dari persamaan model regresi linear tersebut dapat diinterpretasikan
sebagai berikut :
1. Konstanta (α)
Nilai konstanta (α) sebesar 0,224 menyatakan bahwa jika variabel chief
financial officer expert power, chief financial officer political power,
leverage, profitabilitas dan intensitas persediaan dianggap sama dengan
nol, maka nilai tarif pajak efektif sebesar 0,224.
2. Koefisien β1 untuk variabel chief financial officer expert power
Besarnya nilai koefisien regresi (β1) sebesar 0,021. Nilai β1 yang positif
menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan satu variabel chief financial
officer expert power, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan
menaikan tarif pajak efektif sebesar 0,021.
3. Koefisien β2 untuk variable chief financial officer political power
Besarnya nilai koefisien regresi (β2) sebesar -0,022. Nilai β2 yang negatif
menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan satu variabel chief financial
13
officer political power, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan
menurunkan tarif pajak efektif sebesar 0,022.
4. Koefisien β3 untuk variabel leverage
Besarnya nilai koefisien regresi (β3) sebesar 0,051. Nilai β3 yang positif
menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan satu variabel leverage, dengan
asumsi variabel lain tetap maka akan menaikkan tarif pajak efektif sebesar
0,051.
5. Koefisien β4 untuk variabel profitabilitas
Besarnya nilai koefisien regresi (β4) sebesar 0,047. Nilai β4 yang positif
menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan satu variable profitabilitas,
dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menaikan tarif pajak efektif
sebesar 0,047.
6. Koefisien β5 untuk variabel intensitas persediaan
Besarnya nilai koefisien regresi (β5) sebesar -0,008. Nilai β5 yang negatif
menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan satu variabel intensitas
persediaan, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menurunkan tarif
pajak efektif sebesar 0,008.
Hasil Uji Hipotesis Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji-f)
Uji signifikansi simultan (uji statistik F) dilakukan pada tingkat
signifikansi 0,05. Apabila nilai probability F lebih besar dari 0,05 maka H0 dapat
didukung dan Ha tidak dapat didukung, sebaliknya jika nilai probability F lebih
kecil dari 0,05 maka H0 tidak dapat didukung dan Ha didukung (Ghozali,
2013:98).
Tabel 7 Hasil Uji Signifikasi Simultan (Uji Statistik F) ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression .026 5 .005 3.834 .006b
Residual .058 43 .001
Total .084 48
a. Dependent Variable: ETR
b. Predictors: (Constant), INVINT, CFO_PP, CFO_EP, ROA, LEV
Sumber : Data Olahan Penulis, 2018
Berdasarkan tabel 7 mengenai hasil uji signifikasi simultan (uji statistik F)
atau uji ANOVA dapat diketahui bahwa tingkat signifikansi yaitu 0,006 < 0,05,
maka dapat dikatakan bahwa Ha dapat didukung dan H0 tidak dapat didukung.
Sementara itu dapat juga dilihat nilai Fhitung dibanding dengan nilai Ftabel. Fhitung
memiliki nilai sebesar 3,834. Nilai Ftabel pada tingkat kesalahan α = 5% dengan
derajat kebebasan (df) = df pembilang (k-1) ; df penyebut (n-k). Jumlah variabel
penelitian (k) berjumlah 6, dan jumlah sampel (n) sebanyak 49. Jadi df pembilang
(6-1) = 5 dan df penyebut (49-6) = 41, sehingga Ftabel pada tingkat kepercayaan
95% (α = 5%) adalah 2,44. Jadi Fhitung > Ftabel (2,834 > 2,44) dan tingkat
14
signifikansi sebesar 0,006 < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha dapat
didukung dan H0 tidak dapat didukung artinya chief financial officer expert power
(CFO_EP), chief financial officer political power (CFO_PP), leverage (LEV),
profitabilitas dan intensitas persediaan (INVINT) secara simultan berpengaruh
secara signifikan terhadap tarif pajak efektif pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016.
Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Dengan
menentukan taraf signifikan adalah 0,05. Apabila Thitung > Ttabel atau - Thitung
< - Ttabel dan nilai sig < 0,05 maka hipotesis akan diterima sedangkan jika
Thitung < Ttabel atau - Thitung > - Ttabel dan nilai sig > 0,05 maka hipotesis
akan ditolak atau tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali,
2013:99).
Tabel 8 Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t) Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .224 .039
5.806 .000
CFO_EP .021 .038 .072 .554 .583
CFO_PP -.022 .020 -.144 -1.068 .292
LEV .051 .012 .668 4.098 .000
ROA .047 .076 .089 .610 .545
INVINT -.008 .003 -.361 -2.312 .026
a. Dependent Variable: ETR
Sumber : Data Olahan Penulis, 2018
Berdasarkan hasil uji signifikansi parameter individual (uji-t) pada tabel 8
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Variabel chief financial officer expert power (CFO_EP) memiliki tingkat
signifikansi 0,583 > 0,05. Variabel chief financial officer expert power ini
juga memiliki nilai thitung sebesar 0,554 < 2,01808 (ttabel α = 0,05, df = (49-
6-1) = 42). Hal ini dapat disimpulkan bahwa H1 tidak dapat didukung dan
H0 dapat didukung, yang berarti variabel chief financial officer expert
power secara parsial tidak berpengaruh terhadap tarif pajak efektif.
2. Variabel chief financial officer political power (CFO-PP) memiliki nilai
tingkat signifikansi 0,292 > 0,05. Variabel chief financial officer political
power ini juga memiliki nilai thitung sebesar -1,068 > -2,01808 (ttabel α =
0,05, df = (49-6-1) = 42). Hal ini dapat disimpulkan bahwa H2 tidak dapat
didukung, dan H0 dapat didukung, yang berarti variabel chief financial
15
officer political power secara parsial tidak berpengaruh terhadap tarif
pajak efektif.
3. Variabel leverage (LEV) memiliki nilai tingkat signifikansi 0,000 < 0,05.
Variabel leverage juga memiliki nilai thitung sebesar 4,098 > 2,01808 (ttabel
α = 0,05, df = (49-6-1) = 42). Hal ini dapat disimpulkan bahwa H3 dapat
didukung dan H0 tidak dapat didukung, yang berarti variabel leverage
secara parsial berpengaruh terhadap tarif pajak efektif.
4. Variabel Profitabilitas yang diukur dengan return on asset (ROA)
memiliki nilai tingkat signifikansi 0,545 > 0,05. Variabel profitabilitas
juga memiliki nilai tabel thitung sebesar 0,610 < 2,01808 (ttabel α = 0,05, df =
(49-6-1) = 42). Hal ini dapat disimpulkan bahwa H4 tidak dapat didukung
dan H0 dapat didukung, yang berarti profitabilitas secara parsial tidak
berepengaruh terhadap tarif pajak efektif.
5. Variabel intensitas persediaan (INVINT) memiliki nilai tingkat
signifikansi 0,026 < 0,05. Variabel intensitas persediaan juga memiliki
nilai thitung sebesar -2,312 < -2,01808 (ttabel α = 0,05, df = (49-6-1) = 42).
Hal ini dapat disimpulkan bahwa H5 dapat didukung dan H0 tidak dapat
didukung, yang berarti intensitas persediaan secara parsial berpengaruh
terhadap tarif pajak efektif.
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
1 .555a .308 .228
a. Predictors: (Constant), INVINT, CFO_PP, CFO_EP, ROA, LEV
b. Dependent Variable: ETR
Sumber : Data Olahan Penulis, 2018
Berdasarkan tabel 9 mengenai hasil uji koefisien determinasi (R2) besarnya
nilai adjusted R2square adalah 0,228 hal ini berarti 22,8% variabel tarif pajak
efektif dapat dijelaskan oleh kelima variabel independen, chief financial officer
expert power (CFO_EP), chief financial officer political power (CFO_PP),
leverage (LEV), profitabilitas (ROA) dan intensitas persediaan (INVINT).
Sedangkan sisanya yaitu 77,2% (100%-22,8%) dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak dijelaskan dalam model ini.
Pembahasan Hasil Penelitian Pengaruh Chief Financial Officer Expert Power (CFO_EP) Terhadap Tarif
Pajak Efektif
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Puspita dan Harto (2014),
yang menyatakan bahwa latar belakang keahlian akuntansi atau keuangan komite
audit tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku penghindaran pajak
16
perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa peran komite audit tidak efektif
dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan pajak perusahaan di Indonesia.
Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Handayani dan Yumsih (2016),
yang menyatakan bahwa Chief Financial Officer Expert Power (CFO_EP)
mempunyai pengaruh signifikan terhadap tarif pajak efektif.
Pengaruh Chief Financial Officer Political Power (CFO_PP) terhadap Tarif
Pajak Efektif
Hasil penelitian ini sejalan dengan Dharma dan Ardiana (2016), yang
menyatakan bahwa diduga karena perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki
secara langsung oleh Pemerintah Pusat dan atau Pemerintah Daerah (BUMN /
BUMD) merupakan wajib pajak beresiko rendah berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 71/PMK.03/2010. Penetapan tersebut mengindikasikan bahwa
Direktorat Jenderal Pajak mempercayai perusahaan tersebut sebagai wajib pajak
yang tidak mungkin melakukan tindakan penghindaran pajak. Bukti lain terkait
kepercayaan fiskus terhadap perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki secara
langsung oleh Pemerintah Pusat dan atau Pemerintah Daerah adalah dengan
ditunjuknya BUMN sebagai pemungut.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Handayani dan Yumsih
(2016), yang menyatakan bahwa Chief Financial Officer Political Power
(CFO_PP) mempunyai pengaruh signifikan terhadap tarif pajak efektif di
perusahaan, semakin adanya hubungan yang kuat CFO political power dengan
pemerintah dan partai politik maka akan semakin rendah tarif pajak efektif
perusahaan.
Pengaruh Leverage terhadap Tarif Pajak Efektif
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Imelia (2015), yang
menyatakan bahwa Leverage berpengaruh terhadap tarif pajak efektif. Hal ini
memberikan arti bahwa manajemen perusahaan harus dapat mengatur hutang
dalam perusahaan yang tujuannya agar menguntungkan dan menghindari kerugian
akibat timbulnya hutang. Hutang dapat digunakan oleh manajer untuk menekan
biaya pajak perusahaan dengan memanfaatkan biaya bunga hutang. Jika biaya
bunga hutang dapat digunakan untuk menekan beban pajak, maka ada
kemungkinan manajer memilih menggunakan hutang untuk pendanaan guna
mendapatkan benefit berupa biaya bunga hutang. Biaya bunga hutang yang timbul
akan digunakan sebagai pengurang pajak sehingga dapat meningkatkan laba
perusahaan. Semakin besar tingkat hutang akan menurunkan tarif pajak efektif.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Ardyansyah dan
Zulaikha (2014), yang menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh signifikan
terhadap tarif pajak efektif.
17
Pengaruh Profitabilitas terhadap Tarif Pajak Efektif
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Imelia (2015), yang
menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap tarif pajak
efektif. Ketika laba yang diperoleh membesar, maka secara otomatis jumlah pajak
penghasilan akan meningkat sesuai dengan peningkatan laba perusahaan.
Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi dapat membayar pajak lebih
tinggi dari perusahaan yang memiliki profitabilitas yang rendah. Penyebabnya
adalah karena pajak penghasilan perusahaan akan dikenakan berdasarkan
besarnya penghasilan yang diterima oleh perusahaan.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Putri dan Lautania
(2016), yang menyatakan bahwa Profitability berpengaruh secara parsial terhadap
tarif pajak efektif pada perusahaan manufaktur periode 2011- 2014.
Pengaruh Intensitas Persediaan terhadap Tarif Pajak Efektif
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Putri dan Lautania (2016),
yang menyatakan bahwa inventory intensity mempunyai pengaruh signifikan
terhadap terhadap tarif pajak efektif. Inventory intensity adalah faktor yang sangat
penting dimana manajer harus fokus di dalam bisnis perusahaan, karena
manajemen tingkat persediaan yang baik dapat menghasilkan biaya produksi yang
lebih baik pula di dalam bisnis perusahaan. Hal ini secara langsung juga
mempengaruhi tingkat pendapatan dan tingkat beban pajak perusahaan.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Tarnoto dan
Soepriyanto (2013), yang menyatakan bahwa intensitas persediaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap tarif pajak efektif.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Chief financial officer expert power tidak berpengaruh terhadap tarif pajak
efektif pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2016.
2. Chief financial officer political power tidak berpengaruh terhadap tarif
pajak efektif pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2013-2016.
3. Leverage berpengaruh terhadap tarif pajak efektif pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016.
4. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap tarif pajak efektif pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2013-2016.
5. Intensitas persediaan berpengaruh terhadap tarif pajak efektif pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2013-2016.
59
18
6. Chief financial officer expert power, chief financial officer political power,
leverage, profitabilitas dan intensitas persediaan berpengaruh secara
simultan terhadap tarif pajak efektif pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016.
SARAN
Selain itu, untuk penelitian selanjutnya juga diharapkan agar dapat
menambah periode penelitian yang tidak hanya empat periode, menambah
variabel independen lain yang dapat mempengaruhi tarif pajak efektif seperti
variabel transaksi perusahaan afiliasi, intensitas modal, transfer pricing dan juga
jumlah tenaga professional yang dimiliki perusahaan serta menambah referensi
untuk variabel CFO (Chief Financial Officer).
19
DAFTAR PUSTAKA
Ambarukmi, Khusniyah Tri dan Diana, Nur. 2017.”Pengaruh Size, Leverage,
Profitability, Capital Intensity Ratio, dan Activity Ratio Terhadap
Effective Tax Rate (ETR). e-Jurnal Ilmiah Riset Akuntansi, Volume 06,
Nomor 17, Halaman 13-26. ISSN: 2302-7061.
Ardyansyah, D., & Zulaikha. 2014. Pengaruh Size, Leverage, Profitability,
Capital Intensity Ratio dan Komisaris Independen terhadap Effective Tax
Rate (ETR). Diponegoro Journal Accounting, Volume 15, Nomor 2,
Halaman 2-9.
Bursa Efek Indonesia. “Laporan Tahunan dan Laporan Keauangan Perusahaan”
diakses dari www.idx.co.id
Butje, Stella dan Tjondro Elisa. 2014. Pengaruh Karakter Eksekutif dan Koneksi
Politik terhadap Tax Avoidance. Tax & Accounting Review, Volume 4,
Nomor 2, Halaman 1-9.
Dharma, I Made Surya dan Ardiana, Putu Agus. 2016. Pengaruh Leverage,
Intensitas Aset Tetap, Ukuran Perusahaan, dan Koneksi Politik Terhadap
Tax Avoidance. E-journal Akuntansi Universitas Udayana. Vol.15,
Halaman 584- 613.
Ghozali, Imam. 2013 Aplikasi Analisis Mutivariate dengan SPSS. Edisi Keempat,
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Handayani, Yenny Dwi dan Yumsih, Siti. 2016. Chief Financial Officer Expert
Power, Chief Financial Officer Political Power, dan Karakteristik
Perusahaan terhadap Tarif Pajak Efektif. Jurnal BISNIS & Ekonomi,
Volume 14, Nomor 2, Halaman 132-142.
Hery. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Grasindo. Ikatan Akuntansi
Indonesia. 2008. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 14 Tentang
Persediaan Revisi 2008.
Imelia, Septi. 2015. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Pajak
Dengan Indikator Tarif Pajak Efektif (ETR) pada perusahaan LQ45. Jom
FEKON, Volume 2, Nomor. 1, Halaman 1-15.
Kraft, Anantasia. 2014. What Really Affects German Firms’ Effective Tax Rate.
International Journal of Financial Research, Volume 5, Nomor 3, Halaman
1-19. ISSN: 1923-4023.
Puspita, Silvia Ratih dan Harto, Puji. 2014. Pengaruh Tata Kelola Perusahan
Terhadap Penghindaran Pajak. Diponegoro Journal Of Accounting,
Volume1, Nomor 1, Halaman 1-13.
20
Putri, Citra Lestari dan Lautania, Maya Febrianti. 2016. Pengaruh Capital
Intensity Ratio, Inventory Intensity Ratio, Ownership Structure dan
Profitability terhadap Effective Tax Rate. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Ekonomi Akuntansi, Volume 1, Nomor 1, Halaman 101-119.
Putri, Scania Evana. 2016. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Return on Asset
(ROA), Leverage dan Intensitas Modal Terhadap Tarif pajak Efektif. JOM
Fekon, Volume 3, Nomor 1, Halaman 1506-1519.
Roifah, Nimatur. 2015. Pengaruh Leverage dan Capital Intensity Ratio Terhadap
Effective Tax Rate: Dimoderasi oleh Profitabilitas. Jom FEKON, Volume
2, Nomor 2, Halaman 1-13.
Subramanyam, K.R dan John J. Wild. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Edisi
10. Salemba Empat: Jakarta.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Edisi 9.
Bandung : Mitra Wacana Media. Alfabeta.
Tanoto dan Soepriyanto. 2013. Analisis Dampak Reformasi Perpajakan PPH
Badan dan Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tarif Pajak Efektif
Pada Perusahaan Go Public di Indonesia. Binus University, Jln. Kebon
Raya No.9.
UU No. 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
UU No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
www.pajak.go.id