127

PENGARUH AUDIT SWITCHING DAN AUDIT TENURErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39867/1/IRSAN... · Data analysis technique used is logistic regression ... audit tenure

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH AUDIT SWITCHING DAN AUDIT TENURE

TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN FEE AUDIT

SEBAGAI VARIABEL MODERASI

(Studi Empiris pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang

Terdaftar di BEI 2013-2016)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memenuhi Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Irsan 1113082000091

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439H / 2018M

ii

iii

iv

v

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI

1. NamaLengkap : Irsan

2. TempatTanggalLahir : Lampung, 7Juli 1994

3. Alamat :Jl.PerumVisar 2 blok VZF RT 02 RW 13,

Kel.Cibinong Kec. Cibinong Kab. Bogor

4. Telepon : 087888823555

5. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN

1. SD Negeri 1 Kota Agung Tahun2000-2006

2. MTs N Kota Agung Tahun 2006-2009

3. SMA N 1 Kota Agung Tahun2009-2012

4. S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013-2018

III. PENGALAMAN ORGANISASI

Pernah aktif di Organisasi intera Kampus dan eksternal Kampus

Internal ( Pengurus BEM Fakultas 2014-2016)

Eksternal (Organisasi kemahasiswaan, Himpunan Mahasiswa Islam HMI

2015-2016)

Eksternal (Organisasi kedaerahan primordial (Himpunan Mahasiswa

Lampung se-Tangsel 2016-2017)

Pengurus Dewan Pimpinan Pusat DPP BM PAN (Organisasi sayap Partai

2017-2022)

vii

ABSTRACT

This study aims to obtain the empirical evidence of audit fees as a

moderator of the effect of audit switching and auditor tenure on audit quality. The

quality of the audit used the proxies of the size of the public accounting firm, as

measured by the dummy variable by using the Big Four affiliated KAP auditor

group and KAP Non Big Four, the audit tenure was measured by counting the

number of years in which the same auditor had committed the auditee.

The research was conducted on property and real estate companies listed

on Indonesia Stock Exchange period 2011-2016. Sampling method using

purposive sampling. The number of samples of this research is 140 companies.

Data analysis technique used is logistic regression analysis. The result of the

research shows that switching audit has no effect on audit quality, audit tenure

does not affect audit quality, audit fee can not moderate audit switching

relationship with audit quality, and audit fee can not moderate auditor

relationship with audit quality.

Keywords: audit switching, audit tenure, audit quality, and audit fee

viii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris fee auditsebagai

pemoderasi pengaruh audit switching dan auditor tenure terhadap kualitas audit.

Kualitas audit menggunakan proksi ukuran kantor akuntan publik, yang diukur

dengan variabel dummy dengan menggunakan kelompok auditor KAP beafiliasi

Big Four dan KAP Non Big four, audit tenure diukur dengan menghitung jumlah

tahun dimana auditor yang sama telah melakukan perikatan dengan auditee

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2011-2016. Metode pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling. Jumlah sampel penelitian ini adalah sebanyak

140 perusahaan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi

logistik. Hasil penelitian menunjukan bahwa audit switching tidak berpengaruh

terhadap kualitas audit, audit tenure tidak berpengaruh terhadap kualitas audit, fee

audit tidak dapat memoderasi hubungan audit switching dengan kualitas audit,

dan fee audit tidak dapat memoderasi hubungan auditor tenure dengan kualitas

audit.

Kata kunci: Audit switching, audit tenure, kualitas audit,dan fee audit

ix

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Audit Switching dan

Audit Tenure Terhadap Kualitas Audit dengan Fee Audit sebagai Variabel

Moderasi (studi empiris pada sector perusahaan Properti dan Real Estate

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2016)”.Shalawat serta

salam senantiasa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah

membimbing umatnya menuju jalan kebenaran.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat guna

meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu

dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah

penulis hanturkan atas kekuatan Allah SWT yang telah menganugerahkannya.

Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta, ibunda Sahro dan ayahanda M. Suud yang telah

memberikan bimbingan, dukungan, serta doa yang tiada hentinya

2. Kakak dan Kakak ipar (Sahriel dan Meyda, dan Edo Cardo dan Susi sila serta

adik Yuhandi) yang telah memberikan semangat dan suport dalam proses

penyusunan skripsi ini.

3. Nenek Indalom Asumah serta paman pak Amir Syarifuddin dan bibi Arbaiyah

4. Sepupu yang memberikan kontribusi dalam fasilitas pengerjaan skripsi Defri

Azwar.,SE

5. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

x

6. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si Ak., CA.selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Ibu Fitri Yani Jalil.,SE.,MS.c selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah

bersedia menyediakan waktunya yang sangat berharga untuk membimbing

penulis selama menyusun skripsi. Terima kasih atas segala masukan, motivasi

dan nasihat yang telah diberikan selama ini.

9. Ibu Zuwesty Eka Putri.,SE.,M.Ak yang memberikan bimbingan skripsi yang

sangat berarti hingga menjadi semangat untuk terus berjuang menyelesaikan

skripsi

10. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang

sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang

bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.

11. Seluruh Staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu

peneliti dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.

12. Keluarga besar Akuntansi B angkatan 2013, terimakasih atas kenangan belajar

bersama-samadan semangatnya selama ini dan saling menginspirasi.

13. Sahabat-sahabat (RifkiAzhar, Cerdick, Handiko, Cakra, Taufik, Jibriladam,

Deyan, Yefananda, Iqbal, Andre, Fajar Budiman,dan Arifan Rahman) yang

solid yang saling mengingatkan dan memotivasi untuk menyelesaikan skripsi

ini. Terimakasih banyak atas rasa persahabatan yang kalian berikan, bahagia

berjuang bersama kalian, semoga persahabatan tetap terjalin tida khanya

sebatas bangku kuliah melainkan sampai nanti.

14. Abang abang senior (Ibnoe Nugraha, Reza Yusuf, Radi aditama, Murshal

Darwis serta Iwan satriawan yang selalu menjadi inspirasi)

15. Teman- teman KKN Cocos Nucifera, terimakasih atas perjuangannya

bersama-sama susah senang dan beradaptasi dalam suasana baru, serta penuh

semangat juang bersama menyelesaikan laporan KKN.

xi

16. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Lampung (HML) Tangsel dan keluarga

besar Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Ekonomi dan bisnis ( HMI

KAFEIS).

17. Seluruh teman-teman seperjuangan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Angkatan 2013, terimakasih atas dukungan dan inspirasinya selama

ini.

18. Hana Rohmayana.,SE. yang telah memberikan motivasi,semangat dan selalu

support dalam menyelesaikan skripsi ini.

19. Seluruh pihak yang turut berperan dalam penelitian ini namun tidak dapat

disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

dikarnakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan bahkan

kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 19 Desember 2017

(Irsan)

xii

DAFTAR ISI

JUDUL ......................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ......................... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................. v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... vi

ABSTRACT .................................................................................................. vii

ABSTRAK ................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ................................................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang Penelitian ..................................................... 1

B. Perumusan Masalah .............................................................. 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 12

1. Tujuan Penelitian ............................................................ 12

2. Manfaat Penelitian .......................................................... 12

BAB II TinjauanPustaka ....................................................................... 14

A. Tinjauan Literatur.................................................................. 14

1. Teori Keagenan (Agency Theory) ................................... 14

xiii

2. Teori Stakeholding .......................................................... 16

3. Audit Switching ............................................................... 17

4. Audit Tenure .................................................................... 20

5. Fee Audit ......................................................................... 23

6. Kualitas Audit ................................................................. 25

B. Hasil Penelitian Terdahulu .................................................... 32

C. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis.......... 36

D. Kerangka Pemikiran .............................................................. 42

BAB III METODELOGI PENELITIAN ............................................... 45

A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... 43

B. Metode Penentuan Sampel .................................................... 43

C. Metode Pengumpulan Data ................................................... 44

D. Metode Analisis Data ............................................................ 45

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian..................................... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 56

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................... 56

B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian......................................... 57

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................... 57

2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ......................................... 60

C. Pembahasan................................................................... ........ 67

BAB V Kesimpulan dan Saran ............................................................. 74

A. Kesimpulan ........................................................................... 74

B. Implikasi ................................................................................ 74

xiv

C. Keterbatasan .......................................................................... 75

D. Saran ...................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 77

Lampiran-lampiran

xv

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu………......................................... 32

3.1 Tabel Operasionalvariabel .................................................... 55

4.1 Tabel Seleksi Sampel Dengan Kriteria ................................. 56

4.2 Tabel Descriptive Statistic .................................................... 58

4.3 Tabel Iteration History 0 ....................................................... 61

4.4 Tabel Iteration History 1 ....................................................... 62

4.5 Tabel Hosmer and Lemeshow Test ....................................... 63

4.6 Tabel Model Summary .......................................................... 64

4.7 Tabel Classification................... ........................................... 65

4.8 Tabel Variables in the Equation............................................ 66

xvi

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Hal

2.1 Kerangka Pemikiran……………….............................................. 42

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data Perusahaan Sampel

2. Lampiran Input Data

3. Hasil Output SPSS

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dalam perkembangan saat ini di Indonesia terjadi persaingan yang sangat

ketat antara perusahaan satu dengan perusahaan lainnya, khususnya

persaingan bisnis pelayanan jasa akuntan publik. Semakin banyak perusahaan

yang ingin melakukan go public karena perkembangan yang semakin pesat,

maka audit atas laporan keuangan juga semakin meningkat. Laporan keuangan

adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang

digunakan sebagai alat komunikasi untuk pihak pihak berkepentingan dengan

data keuangan atau aktivitas perusahaan (Sundjaja, 2001: 47). Laporan

keuangan menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan dan juga

menyediakan informasi yang dibutuhkan bagi pihak-pihak yang

berkepentingan baik internal dan eksternal agar memperoleh suatu kewajaran

dan kehandalan suatu laporan keuangan, sangat dibutuhkan profesi untuk

mengetahui keadaan perusahaan dan informasi dari seorang akuntan publik

yang memiliki kualitas baik dan integritas tinggi, agar mampu menjembatani

benturan kepentingan antara pihak prinsipal (pemegang saham) dengan pihak

agen (manajemen) sebagai pengelola perusahaan (Wijayani dan Januarti,

2011).

Menurut Putra (2013), untuk dapat bertahan ditengah persaingan yang

ketat, khususnya dibidang bisnis pelayanan jasa akuntan publik harus dapat

2

menghimpun klien sebanyak mungkin dan mendapatkan kepercayaan dari

masyarakat luas, oleh karena itu menuntut para auditor tetap memiliki kualitas

audit yang baik.

Kepercayaan dari pihak-pihak yang berkepentingan sangatlah penting bagi

perusahaan go public. Namun kini, segelintir masyarakat telah kehilangan

kepercayaannya terhadap auditor. Kondisi ini disebabkan oleh merebaknya

skandal akuntansi yang terjadi antara akuntan publik dan kliennya.

Dalam hal ini, Wallman (1996) dan Francis (2004) berpendapat bahwa

penilaian independensi auditor perlu lebih fokus pada tingkat kantor individu

daripada seluruh tingkat perusahaan karena sebagian besar keputusan

pemeriksaan dengan klien tertentu yang dibuat dalam setiap kantor individu.

Bukti nyatanya terlihat pada runtuhnya Enron, yang telah diaudit oleh Kantor

Houston dari Arthur Andersen, adalah contoh yang baik yang menunjukan

pentingnya kantor yang mempunyai tingkat kualitas audit.

Secara umum bahwa perusahaan yang besar membutuhkan jasa audit dari

KAP Big Four atau keahlian industri menyediakan jasa audit berkualitas

tinggi dari pada perusahaan kecil yang tidak menggunakan jasa audit dari

KAP Big Four. Kualitas audit adalah totalitas jasa dimana seorang auditor

dituntut untuk melakukan proses yang sistematis dalam menjalankan

tugasnya. Hal ini berguna untuk mengevaluasi dan menemukan pelanggaran

yang ada kepada para pemakai yang berkepentingan. (Kovinna dan Betri,

2014).

3

Seorang auditor dapat meningkatkan sikap profesionalisme dalam

melaksanakan audit atas laporan keuangan dengan berpedoman pada standar

audit yang telah ditetapkan oleh Insitut Akuntan Publik Indonesia (IAPI),

yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Selain

itu, seorang auditor juga harus menerapkan dan mematuhi prinsip dasar etika

profesi, yaitu prinsip integritas, prinsip objektivitas, prinsip kerahasiaan, dan

prinsip perilaku profesional (SPAP, 2013).

Dalam menilai kewajaran laporan keuangan suatu perusahaan diperlukan

sikap independen dari para auditor, karena independensi merupakan kunci

utama dari profesi audit. IFAC (The International Federation of Accontant)

secara global mendefinisikan independensi sebagai berikut: independence of

mind dan independence in appearance. Independence of mind merupakan

suatu keadaan pikiran yang memungkinkan pengungkapkan suatu kesimpulan

tanpa terkena pengaruh apapun selain penilaian profesional, sehingga

memungkinkan seorang individu bertindak berdasarkan integritas, serta

menerapkan objektivitas dan skeptisme profesional.Independence in

appearance merupakan penghindaran fakta dan kondisi yang sedemikian

signifikan sehingga pihak ketiga yang paham dan berfikir rasional dengan

memiliki pengetahuan akan semua informasi yang relevan, termasuk

pencegahan yang diterapkan akan tetap dapat menarik kesimpulan bahwa

skeptisme profesional, objektivitas, dan integritas akuntan publik telah

dikompromikan (IFAC Handbook 2012).

4

Untuk menjaga sikap independen sebagai auditor maka perusahaan wajib

untuk melakukan auditor switching. Auditor switching adalah peraturan

perputaran atau pergantian auditor yang harus dilakukan oleh sebuah entitas.

Hal itu menyebabkan Pemerintah Indonesia mengeluarkan suatu Keputusan

Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 423/KMK.06/2002 tentang

“Jasa Akuntan Publik” dimana telah direvisi dalam KMK Nomor

359/KMK.06/2003. Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan

dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Indonesia Nomor

17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Peraturan mengenai

perputaran auditor, maka akan menimbulkan perilaku perusahaan untuk

melakukan auditor switching. Pada pasal 3 ayat 1 dalam peraturan tersebut

menyatakan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari

suatu entitas dilakukan oleh kantor akuntan publik paling lama untuk 6 (enam)

tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk

3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Atas keputusan tersebut maka perusahaan

harus melakukan pergantian auditor dan Kantor Akuntan Publik setelah

terdapatnya jangka waktu yang telah ditentukan oleh peraturan tersebut.

Diharapkan dapat mempertahankan suatu independensi auditor agar kualitas

audit yang dicapai menjadi maksimal.

Kasus mengenai Toshiba terbukti melakukan apa yang disebut oleh

Komite Investigasi Independen sebagai „Pengkhianatan Kepercayaan‟.

Pasalnya perusahaan berusia 140 tahun telah membohongi publik dan investor

dengan cara menggelembungkan keuntungan di laporan keuangan. Dan itu

5

dilakukan bukan jumlah kecil dan tidak dalam tempo setahun dua tahun.

Toshiba melakukan overstated profit 1,2 Milliar US Dollar sejak tahun fiskal

2008 dan keadaan ini direstui oleh petinggi Toshiba sendiri.

Besarnya angka, rentang waktu yang tidak sebentar, juga keterlibatan Top

Management memberi gambaran kepada kita betapa kronis dan kompleksnya

penyakit dalam tubuh Toshiba. Penyelewengan dilakukan secara berjamaah,

sistematis dan cerdas. Sekian lapis sistem kontrol dari mulai divisi akuntansi,

keuangan, internal audit, tidak berfungsi sama sekali. Bagaimana akan

berfungsi, bahkan oknumnya dari staff senior mereka yang sudah hafal seluk

beluk perusahaan. Seiya Shimaoka, seorang internal auditor, mencurigai

kecurangan dan berusaha melaporkan tapi malah dianggap angin lalu oleh

atasannya sendiri seperti yang dilansir jurnalis Financial Times. Sedemikian

rapi dan cerdasnya hingga tim auditor eksternal sekelas Ernst & Young (EY)

tak mampu mencium aroma busuk dari laporan keuangan Toshiba. Belum ada

dugaan kantor akuntan itu terlibat dalam skandal.

Guna mempercantik kinerja keuangannya, Toshiba melakukan berbagai

cara baik mengakui pendapatan lebih awal atau menunda pengakuan biaya

pada periode tertentu namun dengan metode yang menurut investigator tidak

sesuai prinsip akuntansi. Seperti kesalahan penggunaan percentage-of-

completion untuk pengakuan pendapatan proyek, cash-based ketika

pengakuan provisi yang seharusnya dengan metode akrual, memaksa supplier

menunda penerbitan tagihan meski pekerjaan sudah selesai, dan lain

semisalnya (Ritiana, 2015).

6

Kasus Enron sangat menggemparkan dunia akuntansi dan audit yang

terjadi di Amerika, kembali terulang di Asia tepatnya di India. Dalam kasus

Satyam ini terdapat beberapa kesamaan dengan kasus enron, dimana terjadi

konspirasi antara CEO Satyam dengan 2 auditor member Price Waterhouse

Coopers (PWC).

Ramalingu Raju mantan pemimpin Satyam, pada 7 Januari 2009 mengakui

perbuatannya telah memalsukan keuntungan perusahaan. Ramalingu Raju

telah membesar-besarkan laba perusahaan selama bertahun-tahun dan

meningkatkan neracanya hingga lebih dari US $ 1 miliar dan juga mengakui

bahwa dia memalsukan nilai pendapatan bunga diterima dimuka (accrued

interest), mencatat kewajiban lebih rendah dari yang seharusnya (understated

liability) dan menggelembungkan nilai piutang (overstated debtors).

Pada 14 Januari 2009, auditor eksternal Satyam selama 8 tahun terakhir

PWC India mengumumkan bahwa laporan auditnya berpotensi tidak akurat

dan tidak reliable karena dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari

manajemen Satyam. Institusi akuntan di India ICAI, meminta PWC

memberikan jawaban resmi dalam 21 hari terkait skandal Satyam.

Ini bukan pertama kalinya PWC tersangkut masalah di India.Pada 2005,

The Reserve Bank of India melarang PWC untuk mengaudit bank selama 8

tahun karena melakukan audit yang tidak memadai atas non-performing asset

dari Global Trust Bank.PWC menghadapi inestigasi terkait kegagalannya

mengidentifikasi fraud senilai 21 juta euro di divisi air mineral grup

perusahaan Greencore.

7

Satyam merupakan perusahaan teknologi informasi outsourching terbesar

keempat di India. Kliennya terdiri atas Nestle, General Electric dan General

Motors. Akibat kasus ini perusahaan kemudian diambil alih oleh Tech

Mahindra dengan nilai US $ 600 juta untuk kepemilikan mayoritas.

Perusahaan kemudian berganti nama menjadi Mahindra Satyam pada

September 2009 dan melaporkan kerugian US $27,6 juta pada tahun fiscal

hingga MAret 2010 (Margareth, 2014).

Selain kasus tersebut, terdapat juga kasus pelanggaran profesi akuntan

publik juga pernah terjadi di Kota Palembang. Menteri Keuangan Sri Mulyani

pada tahun 2008 menetapkan sanksi pembekukan izin usaha atas akuntan

publik dan kantor akuntan publik. Salah satu yang dijatuhi sanksi tersebut

adalah Akuntan Publik Drs. Muhammad Zen selaku Pemimpin Rekan KAP

Drs. Muhammad Zen & Rekan. Sanksi pembekuan izin Akuntan Publik Drs.

Muhammad Zen disebabkan karena yang bersangkutan telah melakukan

pelanggaran terhadap Standar Auditing (SA) – Standar Profesional Akuntan

Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT.

Pura Binaka Mandiri tahun buku 2007 yang berpengaruh cukup signifikan

terhadap laporan auditor independen.

Setelah muncul banyak yang terjadi di Indonesia semakin banyak pula

pihak luar yang bertanya-tanya tentang kualitas audit. Skandal keuangan

tersebut melibatkan perusahaan besar dan KAP besar. Kualitas audit menjadi

harapan bagi pengguna jasa audit terutama publik atau pemegang saham yang

menaruh laporan keuangan yang bebas dari salah saji material, baik yang

8

disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Nyatanya dengan

banyaknyakasus keuangan mengakibatkan kualitas audit semakin diragukan

(Rosnidah, 2010).

Ada beberapa bank yang melakukan kesalahan namun gagal diperiksa oleh

auditor, misalnya pelanggaran aturan batas maksimum pemberian kredit atau

yang dikenal juga dengan BMPK pada Bank Dagang Nasional Indonesia,

Bank Umum Nasional, Bank Danamon, Bank BCA. Kasus di atas merupakan

kasus yang terjadi dan melibatkan kualitas audit. Pelanggaran tersebut

berkaitan dengan masalah auditor yang kurang mampu memenuhi tanggung

jawab profesionalnya dalam memenuhi kualifikasi Standar Auditing yang

telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan pelanggaran tersebut

bertentangan dengan SPAP (Hastuti, 2010).

Berdasarkan kasus diatas maka dapat dikatakan, bahwa profesi auditor

dalam menjalankan penugasan audit dilapangan sering mengahadapi banyak

tekanan yang mugkin akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi

suatu permasalahan. Dan juga seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya

seharusnya tidak hanya sekedar mengikuti prosedur audit yang tertera dalam

program audit, tetapi juga harus disertai dengan sikap independen agar tidak

terjadi hubungan yang tidak sehat dan ketergantungan yang tinggi antara

auditor dengan klien maupun KAP dengan klien. Auditor juga harus bisa

menjaga hubungan yang baik kepada para klien yang diauditnya dimana

profesionalisme merupakan atribut individual yang sangat penting karena akan

mampu memberikan kontribusi yang baik bagi KAP dan memberikan

9

pelayanan yang optimal bagi kliennya karena auditor dibayar oleh klien untuk

memberikan kepuasan dan untuk mempertahankan bisnisnya. Seorang akuntan

publik harus bisa memperhatikan kualitas audit agar dapat mengembalikan

kepercayaan masyarakat dan harus bisa meningkatkan potensi diri dan

tanggung jawab.

Berdasarkan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik,

bahwa Kantor Akuntan Publik paling lama 6 (enam) tahun buku berturut-turut

dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama 3 (tiga) tahun buku berturut-

turut. Hal ini bertujuan agar menjaga hubungan yang profesionalisme agar

nantinya tidak berujung kepada kehancuran kedua pihak, karena dapat

menimbulkan kecurigaan antara kedua belah pihak akibat hubungan yang

terjalin cukup lama. Disini para klien, KAP, dan auditor harus mentaati

peraturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Apabila klien mendesak

kehendaknya kepada auditor maka auditor harus mengajukan pengunduran

diri karena kalau tidak maka laporan yang diaudit nantinya tidak akan

berkualitas akibat desakan kepentingan klien tersebut.

Dalam perkembangannya, kualitas audit tidak hanya dipengaruhi oleh

faktor internal, tetapi juga faktor eksternal diantaranya pengaruh dari fee audit,

penelitian ini diasumsikan bahwa auditor yang berkualitas lebih tinggi akan

mengenakan fee audit yang lebih tinggi pula, karena auditor yang berkualitas

akan mencerminkan informasi-informasi yang dimiliki oleh pemilik

perusahaan (Ian, 2013 dalam Kurniasih dan Rohman, 2014).

10

Selain itu faktor kedua adalah audit tenure. Menurut Kurniasih dan

Rohman (2014) bahwa kualitas audit juga dapat dilihat dari lamanya audit

tenure antara auditor dengan klien, tenure yang panjang dapat dianggap

auditor sebagai pendapatan, namun tenure yang panjang dapat menimbulkan

adanya hubungan emosional antara auditor dengan klien, sehingga dapat

menurunkan independen auditor. Faktor ketiga dalam kualitas audit adalah

ukuran perusahaan klien. Menurut (O‟Brien dan Bhushan, 1990 dalam

Fernando et al., 2010), perusahaan kecil cenderung memiliki informasi dan

sistem pengawasan yang lemah, sehingga perusahaan kecil akan menghasilkan

audit yang lebih berkualitas.

Dalam mempertahankan kualitas audit maka perlu dilakukan audit

switching.Auditor Switching merupakan pergantian auditor atau KAP yang

dilakukan oleh pihak perusahaan. Auditor Switching disebabkan oleh 2 faktor

yaitu, auditor switching yang terjadi secara mandatory (terjadi karena adanya

peraturan pemerintah yang mengikat) dan auditor switching yang terjadi

secara voluntary(terjadi karena alasan lain diluar peraturan). Peraturan auditor

switching secaramandatory seperti yang telah dijelaskan diatas yakni adanya

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia yang mengharuskan adanya

rotasi audit. Sedangkan auditor switching secara voluntary terjadi atas 2

kemungkinan yaitu : perusahaan yang memberhentikan auditor atau auditor

yang mengundurkan diri. Di sisi lain, semakin besar perusahaan, semakin

meningkat pula agency cost yang terjadi, sehingga perusahaan berukuran

besar akan cenderung memilih jasa auditor besar yang profesional,

11

independen, dan bereputasi baik untuk menghasilkan kualitas audit yang lebih

baik (Watts dan Zimmeman,1986 dalam Nasser, Wahid, Nazri, dan hudaib

(2006)

Di dalam penelitian ini, penelitian memakai studi empiris pada perusahaan

sektor properti dan real estate dikarenakan sektor ini mempunyai peran

penting bagi masyarakat dan kegiatan ekonomi yang ada di dalam negeri

maupun di luar negeri, dan perusahaan yang bergerak di sektor properti dan

real estate mempunyai tanggung jawab agar tidak terjadi penyimpangan serta

menjaga kestabilan pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik dan termotivasi melakukan

penelitian untuk mengetahui pengaruhaudit switching dan audit tenure,

terhadap kualitas audit dengan fee audit sebagai variabel moderasi.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul

“PengaruhAudit Switching, dan Audit Tenure Terhadap Kualitas Audit

Dengan Fee Audit sebagai Variabel Moderasi (Studi pada Perusahaan

Sektor Properti dan Real Estate, Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia (BEI) 2013-2016)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah, maka peneliti

merumuskan beberapa hal mengenai permasalahan penelitian, yaitu:

1. Apakah audit switching berpengaruh terhadap kualitas audit?

2. Apakah audit tenure berpengaruh terhadap kualitas audit?

12

3. Apakah fee audit dapat memoderasi hubungan auditor switching dengan

kualitas audit?

4. Apakah fee audit dapat memoderasi hubungan audit tenure dengan

kualitas audit?

C. Tujuandan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk

memperoleh bukti empiris mengenai:

a. Pengaruh audit switching terhadap kualitas audit.

b. Pengaruhaudit tenure terhadap kualitas audt.

c. Fee audit dapat memoderasi hubungan auditor switching dengan

kualitas audit.

d. Fee audit dapat memoderasi hubungan audit tenuredengan kualitas

audit.

2. Manfaat Penelitian

a. Kontribusi Praktis

1) Bagi perusahaan, penelitian ini dapat menjadi informasi bagi

perusahaan mengenai audit switching, audit tenure dan fee audit

sebagai variabel modersi dapat meningkatkan kualias audit.

2) Bagi profesi akuntan publik, penelitian ini dapat digunakan sebagai

alat analisis audit yang dilaksanakan KAP sehingga KAP dapat

lebih meningkatkan kualitas jasa yang diberikan kepada klien.

13

3) Bagi akademisi, hasil dari penelitian ini dapat dikembangkan dan

dijadikan referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya di

samping memberikan pandangan dan wawasan terhadap

pengembangan ilmu audit khususnya mengenai kualitas audit.

b. Kontribusi Teoritis

1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai

bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk

menambah ilmu pengetahuan.

2) Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang serta menambah

pengetahuan akuntansi khususnya.

3) Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang

akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.

4) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta

menambah referensi mengenai audit, terutama tentang audit

switching, audit tenure, kualitas audit dan fee auditpada

perusahaan sektor properti dan real estate dapat bermanfaat bagi

peneliti dimasa yang akan datang dan juga dapat menambah

pengetahuan peneliti tentang kualitas audit

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Teori agensi ( Agency Theory)

Teori keagenan menjelaskan hubungan antara agen dengan

principal. Di dalam perjalanannya, hubungan prinsipal dan agen tidak

selamanya berjalan dengan lancar dan baik-baik saja. Ada kemungkinan

agen menyalahgunakan kepercayaan dari pemilik untuk mengambil

keuntungan bagi dirinya sendiri. Kondisi inilah yang dikenal sebagai

moral hazard. Hendriksen (2002:200) memberikan solusi atas terjadinya

moral hazard, yaitu dengan menugaskan auditor untuk memeriksa apa

yang dilakukan manajemen. Benturan kepentingan yang terjadi dapat

diselesaikan melalui pihak ketiga yang independen sebagai mediator

pemilik dan agen (Putri dan Rasmini, 2016)

Pihak ketiga ini berfungsi memonitor perilaku manajer sebagai

agen dan memastikan bahwa agen bertindak sesuai kepentingan pemilik

(Rossieta dan Wibowo, 2009). Menurut Jensen dan Meckling (1976)

setuju bahwa untuk mengatasi masalah-masalah antara prinsipal dan agen

dibutuhkan pihak ketiga yang independen. Pihak ketiga yang independen

yang dimaksud adalah auditor eksternal. Dengan audit oleh auditor

eksternal yang independen, agen dapat membuktikan bahwa kepercayaan

dari pemilik tidak diselewengkan untuk kepentingan pribadi agen.

15

Prinsipal juga dapat memiliki keyakinan yang lebih besar kepada

agen dan dapat mengetahui sebaik apa kondisi perusahaan di bawah

pengambilan keputusan agen. Bertolak dari agen dan prinsipal, auditor

dapat dilanda masalah ketika dihadapkan dengan kepentingan-

kepentingan dalam hal keagenan auditor. Rossieta dan Wibowo (2009)

mengatakan bahwa masalah keagenan auditor bersumber pada

mekanisme kelembagaan antara auditor dan manajemen. Manajemen

menunjuk auditor untuk melakukan audit bagi kepentingan prinsipal. Di

lain sisi, manajemen yang membayar dan menanggung jasa audit.

Masalah kelembagaan dapat menimbulkan ketergantungan auditor pada

kliennya. Ketergantungan ini menyebabkan auditor mulai kehilangan

independensinya dan berusaha mengakomodasi keinginan-keinginan

manajemen dengan harapan perikatannya dengan klien tidak terputus.

Menurut (Agoes, 2012:3) auditing adalah suatu pemeriksaan yang

dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen,

terhadap laporan keuangan yang telah dilakukan disusun oleh

manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti

pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat

mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Audit harus dilakukan

oleh seorang yang kompeten, orang independen, sedangkan definisi audit

adalah review metodis dan pemeriksaan obyektif item, termasuk

verifikasi informasi spesifik yang ditentukan oleh auditor atau ditetapkan

oleh praktek umum (Halim, 2008:3). Umumnya, tujuan dari audit adalah

16

untuk menyatakan pendapat atas atau mencapai kesimpulan tentang apa

yang telah diaudit (Putri dan Rasmini,2016).

2. Teori Stakeholding

Relevansi laporan keuangan dibutuhkan oleh pemangku

kepentingan untuk menilai kinerja manajemen perusahaan. Oleh karena

itu dibutuhkan pihak ketiga yaitu auditor yang independen dan objektif

dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan. Freeman (1984)

memperkenalkan teori stakeholding yang menyatakan bahwa perusahaan

merupakan organisasi yang berhubungan dengan pihak lain yaitu pihak

internal dan eksternal, sehingga untuk mempertanggungjawabkan kinerja

pihak internal kepada eksternal maka dibutuhkan auditor yang

independen dan objektif dalam menilai laporan keuangan perusahaan

agar terjamin akuntabilitas, transparansi, serta keandalan informasi

laporan keuangan (Herianti dan Suryani, 2016).

Teori stakeholding dinyatakan bahwa kegiatan operasional yang

dilakukan perusahaan dipertanggungjawabkan tidak hanya untuk

pemegang saham tapi juga stakeholders lain (Praptika dan Rasmini,

2016). Oleh karena itu, ketepatan waktu dalam penyampaian laporan

keuangan mutlak diperlukan untuk menjamin terciptanya proses

pelaporan keuangan yang wajar dan sebagai bentuk pertanggungjawaban

agen atas pengelolaan perusahaan kepada pemegang saham dan pihak

lain yang berkepentingan (Praptika dan Rasmini, 2016).

17

3. Audit Switching

Peraturan di Indonesia mengenai adanya pembatasan masa audit

dan mengharuskan adanya rotasi auditor (auditor switching) diatur dalam

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

17/PMK.01/2008. Auditor switching merupakan pergantian auditor/KAP

yang dilakukan oleh pihak perusahaan. Auditor switching dapat

disebabkan oleh 2 faktor yaitu dari klien maupun dari auditor itu sendiri.

Faktor klien (client-related factors) yaitu : kesulitan keuangan,

perubahan ownership, manajemen yang gagal, initial public offering

(IPO), dan faktor auditor(auditor-related factors) yaitu : fee audit dan

kualitas audit (Mardiyah, 2002).

Auditor switching dapat dibagi menjadi 2 yaitu auditor switching

yang terjadi secara mandatory (terjadi karena adanya peraturan

pemerintah yang mengikat) dan auditor switching yang terjadi secara

voluntary (terjadi karena alasan lain diluar peraturan). Peraturan auditor

switching secara mandatory seperti yang telah dijelaskan diatas yakni

adanya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia yang

mengharuskan adanya rotasi auditor. Sedangkan auditor switching secara

voluntary terjadi atas 2 kemungkinan yaitu : perusahaan yang

memberhentikan auditor atau auditor yang mengundurkan diri. Menurut

Juliantari dan Ketut (2013), auditor Switching dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu :

18

a. Opini Audit

Menurut Halim (2003) Opini audit terdiri dari lima jenis, yaitu

pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), pendapat

wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan

(modified unqualifiedopinion), pendapat wajar dengan pengecualian

(qualified opinion), pendapat tidak wajar (adverse opinion), dan

pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion). Opini

yang terdapat dalam laporan audit sangat penting dalam proses

atestasi lainnya karena opini tersebut merupakan informasi utama

yang dapat di informasikan kepada pemakai informasi tentang apa

yang dilakukan auditor dan apa kesimpulan yang diperoleh.

Pemberian opini yang dilakukan oleh auditor melalui beberapa tahap

proses audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini

yang harus diberikan terhadap laporan keuangan klien yang telah

diaudit.

b. Pergantian Manajemen

Auditor switching juga dapat disebabkan adanya pergantian

manajemen yang baru. Damayanti dan Sudarma (2008) menyatakan

bahwa pergantian manajemen merupakan pergantian direksi

perusahaan yang dapat disebabkan karena keputusan rapat umum

pemegang saham atau direksi berhenti karena kemauan sendiri.

Perubahan suatu kebijakan mungkin saja terjadi karenaadanya

perubahan manajemen yang baru.

19

c. Ukuran KAP

Menurut S.K. Menteri Keuangan No. 470/KMK.017/1999

tanggal 4Oktober 1999, kantor akuntan publik adalah lembaga yang

memiliki izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi akuntan

publik dalam menjalankanpekerjaannya. Perusahaan yang berukuran

besar akan cenderung untukmemakai jasa dari KAP yang berukuran

besar karena sifat dari perusahaan yang lebih kompleks dibandingkan

dengan perusahaan yang berukuran kecil.

d. Ukuran Perusahaan Klien

Ukuran perusahaan klien merupakan suatu skala yang

mengklasifikasikan besar kecilnya perusahaan yang berhubungan

dengan financial perusahaan.Ukuran KAP harus sesuai dengan ukuran

perusahaan klien. Sebuah ketidak sesuaian ukuran antara perusahaan

klien yang besar diaudit oleh perusahaan audit yang kecil dapat

menyebabkan berakhirnya keterlibatan audit.

Fenomena pergantian auditor secara voluntary dapat

menimbulkan beberapa akibat negatif terhadap perusahaan, seperti

biaya yang dikeluakan akan lebih besar apabila perusahaan mengganti

auditornya terlalu sering. Perusahaan yang mengganti auditor akan

mengeluarkan biaya yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan apabila

diatetap menggunakan auditor yang sama. Akibat lain dari adanya

auditor switching dari sisi klien, yaitu auditor yang melaksanakan

tugas audit diperusahaan klien ditahunpertama kurang lebih akan

20

mengganggu kenyamanan kerja karyawan, dengan bertanya tentang

semua persoalan perusahaan yang seharusnya tidak dilakukan apabila

auditor tidak mengalami pergantian (Pratitis, 2012).

Kelemahan lain dari auditor switching adalah pengetahuan

yang diperoleh selama meningkatkan kualita spekerjaan audit akan

sia-sia dengan pengangkatan auditor baru dan dengan kata lain ialah

kualitas audit dapat berpotensi mengalami penurunan. Namun, Chung

(2004) dalam Tandiontong (2016:84) mengemukakan bahwa rotasi

auditor (auditor switching) akan meningkatkan kualitas audit ketika

durasi hubungan antara auditor dengan klien terputus.

Ini menunjukkan bahwa pengamatan rotasi auditor (auditor

switching) bisa meningkatkan independensi auditor dan memberikan

para auditor insentif yang lebih besar untuk menolak tekanan-tekanan

dari manajemen.

4. Audit Tenure

Audit tenure adalah jangka waktu perikatan yang terjalin antara

auditor darikantor akuntan publik dengan auditee yang sama (Werastuti,

2013). Secara umum, audit merupakan suatu kegiatan pemeriksaan yang

dilakukan secara kritis dan sistematis oleh seseorang yang independen

untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif

mengenai pernyataan-pernyataan kegiatan dan kejadian ekonomi. Tipe

audit salah satunya ialah audit atas laporan keuangan. Audit atas laporan

keuangan ialah audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap

21

laporan keuangan yang disajikan oleh klien untuk menyatakan pendapat

mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Jasa audit atas laporan keuangan merupakan jasa yang digunakan

oleh pihak eksternal perusahaan seperti calon investor, investor, dan

pihak lain yang terkaituntuk menilai perusahaan atau badan hukum

lainnya (termasuk pemerintah) untuk menghasilkan pendapat berupa

opini mengenai laporan keuangan yang relevan, akurat, lengkap, dan

disajikan secara wajar. Pengguna laporan keuangan berharap bahwa

laporan keuangan yang telah diaudit oleh seorang auditor eksternal bebas

dari salah saji material, dapat dipercaya kebenarannya untuk dijadikan

sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dan telah sesuai dengan

prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia.

Audit tenure adalah lamanya hubungan antara auditor/KAP

dengan kliennya dalam melakukan pekerjaan audit secara berturut-turut

yang diukur berdasarkan jumlah tahunnya. Tenure antara auditor dari

KAP dengan klien yang sama telah menjadi perbincangan, salah satunya

ketika perusahaan mengalami dilema dalam mengambil keputusan

apakah akan mengganti auditor KAP setelah beberapa periode waktu atau

mempertahankan hubungan jangka panjang dengan auditor KAP yang

sama sedangkan tenure yang panjang dapat menimbulkan temuan yang

diperdebatkan (Mgbame, et.al. 2012).

Di Indonesia, telah keluarkan keputusan oleh Menteri Keuangan

Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 tentang jasa akuntan

22

publik (perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor

423/KMK.06/2002). Peraturan ini menyatakan bahwa pemberian jasa

audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan

oleh Kantor Akuntan Publik (selanjutnya disebut KAP) paling lama

5tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik (selanjutnya

disebut AP) paling lama 3 tahun buku berturut-turut. Peraturan ini

kemudian mengalami pembaharuan dengan dikeluarkannya Peraturan

Menteri Keuangan RepublikIndonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang

jasa akuntan publik. Perubahan yang terjadi diantaranya adalah

pemberian jasa audit umum menjadi 6 tahun buku berturut-turut oleh

Kantor Akuntan Publik dan 3 tahun buku berturut-turut oleh Akuntan

Publik kepada satu klien yang sama.

Audit tenure atau masa perikatan auditor dengan kliennya banyak

menuai prodan kontra sejak dibuat peraturan mengenai pembatasan

tenure audit. Pihak yang pro menyatakan bahwa semakin panjang tenure

audit, maka akan semakin mengurangiindependensi dan objektifitas

auditor, terlebih lagi dengan banyaknya skandal keuangan yang terjadi

antara auditor dengan kliennya.

Dengan adanya pembatasan tenure audit, maka kepercayaan

publik atas opini audit yang dikeluarkan oleh auditor akan lebih

independen dalam menyampaikan temuan auditnya. Namun, bagi yang

kontra akan pembatasan tenure audit menyatakan bahwa kualitas audit

akan bertambah dengan seiring dengan panjangnya tenure audit. Seorang

23

auditor akan lebih memahami karakteristik bisnis dari kliennya seiring

dengan bertambahnya jumlah tenure audit yang dilakukan.

Sedangkan, dengan tenure audit yang pendek dinilai dapat

mengurangi kualitas audit karena seorang auditor belum terlalu

memahami karakteristik bisnis kliennya sehingga besar kemungkinan

kualitas audit yang dihasilkan rendah. Namun Davis et.al (2003) dalam

Tandiontong (2016) jugamenunjukkan hubungan positif antara

discretionary accrualsdan masa jabatan auditor, menyimpulkan bahwa

kualitas audit menurun dengan masa jabatan auditor yang lebih lama.

Audit tenure yang panjang dapat dianggap auditor sebagai pendapatan,

namun tenure yang panjang juga dapat menyebabkan adanya hubungan

emosional antara klien dengan auditor sehingga dapat menurunkan

independensi auditor yang dapat mempengaruhi kualitas audit (Lee dan

Sukartha, 2017).

Kegagalan-kegagalan audit adalah lebih mungkin terjadi bila

masa jabatan auditor panjang dan mendukung pendapat bahwa semakin

panjang masa jabatan semakin rendah kualitas audit (Tandiontong,

2016).

5. Fee Audit

Gammal (2012) menyatakan bahwa fee audit dapat didefinisikan

sebagai jumlah biaya (upah) yang dibebankan oleh auditor untuk

proses audit kepada perusahaan (auditee). Fee audit biasanya

ditentukan sebelum memulai proses audit. Dalam Kode Etik Profesi

24

Akuntan Publik tahun 2013 Seksi 240 disebutkan dalam melakukan

negosiasi mengenai jasa profesional yang diberikan, praktisi dapat

mengusulkan jumlah imbalan jasa profesional yang dipandang sesuai.

Ketika auditor melakukan negoisasi dengan pihak manajemen

mengenai besaran tarif fee yang dibayarkan terkait hasil laporan kerja

auditan, maka kemungkinan besar akan terjadi konsensi resiprokal

yang jelas akan mereduksi kualitas laporan auditan (Lee dan

Sukartha, 2017). Ian (2013) mengemukakan bahwa auditor yang

berkualitas lebih tinggi akan mengenakan fee audit yang lebih tinggi

karena auditor yang berkualitas akan mencermikan informasi privat

perusahaan. Fakta terjadinya jumlah imbalan jasa profesional yang

diusulkan oleh praktisi yang satu lebih rendah dari praktisi yang lain

bukan merupakan pelanggaran terhadap kode etik.

Sedangkan Menurut Kurniasih (2014) bahwa fee audit dapat

didefinisikan sebagai jumlah biaya (upah) yang dibebankan oleh

auditor untuk proses audit kepada perusahaan (auditee). Penentuan fee

audit biasanya didasarkan pada kontrak antara auditor dan auditee

sesuai dengan waktu dilakukannya proses audit, layanan, dan jumlah

staf yang dibutuhkan untuk proses audit. Fee audit biasanya

ditentukan sebelum memulai proses audit. Besarnya fee audit dapat

bervariasi tergantung antara lain: risiko penugasan, kompleksitas jasa

yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan

25

jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan

pertimbangan professional lainnya.

6. Kualitas Audit

Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen ialah

untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang

material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas

sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. laporan auditor

merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau

apabila keadaan mengharuskan untuk menyatakan tidak memberikan

pendapat. Baik dalam hal auditor menyatakan pendapat maupun

menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan apakah

auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan

Institut Akuntan Publik Indonesia.

Standar auditing yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik

Indonesia mengharuskan auditor menyatakan apakah, menurut

pendapatnya, laporan keuangan disajikan sesuai dengan Standar

Akuntansi Keuangan di Indonesia dan jika ada, menunjukkan adanya

ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan

laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan

prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya (Institut Akuntan

Publik Indonesia, 2011:110.1).

Menurut Arens et.al (2008), audit atas laporan keuangan

dilakukan untuk mengurangi risiko informasi serta memperbaiki dalam

26

pengambilan keputusan. Perbaikan kualitas audit harus ditingkatkan agar

dapat menjamin keakuratan penilaian laporan keuangan. Al-Thuneibat

et.al (2011) berpendapat, proses audit dilakukan untuk menentukan

kebenaran laporan keuangan yang disajikan dan apakah sudah dengan

cara yang adil. Kualitas audit merupakan adanya kecenderungan auditor

akan mendeteksi dan mengungkapkan adanya kecurangan (fraud) yang

terdapat dalam laporan keuangan klien. Kualitas audit yang baik akan

menghasilkan informasi yang sangat berguna didalam melakukan

pengambilan keputusan (Tandiontong, 2016).

De Angelo (1981) dalam Tandiontong (2016) menyatakan bahwa

kualitas audit dimaknai sebagai probabilitas seorang auditor dalam

menemukan dan melaporkan suatu kekeliruan atas penyelewengan yang

terjadi dalam suatu sistem akuntansi klien. Kualitas audit diukur dengan

menggunakan indikator kualitas yang seimbang (keuangan dan non-

keuangan) dari 4 kategori yaitu input, proses, hasil dan konteks. Terdapat

empat kelompok definisi kualitas audit yang diidentifikasi oleh watkins

et.al (2004), yaitu :

1. De Angelo (1981) mendefinisikan bahwa :

Kualitas audit sebagai probabilitas penilaian-pasar bahwa

laporan keuangan mengandung kekeliruan material dan auditor akan

menemukan danmelaporkan kekeliruan material tersebut.

2. Lee et.al (1999) mendefinisikan bahwa :

Kualitas audit adalah probabilitas bahwa auditor tidak akan

melaporkan laporan audit dengan opini wajar tanpa pengecualian

untuk laporan keuangan yang mengandung kekeliruan material.

27

3. Davidson dan Neu (1993) mendefinisikan bahwa :

Kualitas audit diukur dari akurasi informasi yang dilaporkan

oleh auditor.

4. Wallace (1980) dalam Watkins et.al (2004) mendefinisikan bahwa :

Kualitas audit ditentukan dari kemampuan audit untuk

mengurangi noise dan bias dan meningkatkan kemurnian (fineness)

pada data akuntansi. De Angelo (1981) setuju dengan pendapat

bahwa kualitas audit harus dilihatdari 2 sisi yaitu : (1). permintaan

atau input atau berhubungan dengan pihak klien dan (2). Pasokan

atau output atau berhubungan dengan pihak auditor. Namun

didalamanalisisnya ia mengabaikan untuk tujuan penyederhaan

analisis, sisi permintaan atau input.

Dengan demikian, output dari audit adalah sebuah verifikasi

independen terhadap data keuangan yang disusun oleh manajemen

yang dilengkapi dengan opinisesuai dengan dimensi kualitas. Karena

auditor bertugas untuk memverifikasi data keuangan yang disusun

oleh manajemen, maka kualitas audit didefinisikan:

“The market-assessed joint probability that a given auditor

will both (a)discover a breach in the client’s accounting system, and

(b) repost the breach”.

Poin-poin penting dari pengertian diatas adalah bahwa audit yang

berkualitas adalah audit yang dilaksanakan oleh orang yang kompeten

dan orang yang independen. Auditor yang kompeten adalah auditor yang

28

memiliki kemampuan teknologi, memahami dan melaksanakan prosedur

audit yang benar, memahami dan menggunakan metode penyampelan

yang benar, dan lain-lain. Sebaliknya, auditor yang independen adalah

auditor yang jika menemukan pelanggaran, akan secara independen

melaporkan pelanggaran tersebut.

Menurut Boynton dan Raymond (2006), setiap profesi selalu

dikaitkan dengan kualitas layanan yang dihasilkannya, tidak terkecuali

untuk akuntan publik. Kualitas jasa sangat penting untuk meyakinkan

bahwa profesi akuntan bertanggungjawab kepada klien, masyarakat

umum, dan aturan-aturan. Kualitas audit tentu saja mengacu pada standar

yang berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu pelaksanaan serta

dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai dengan menggunakan

prosedur yang bersangkutan. Dalam Standar Profesi Akuntan Publik

(SPAP) yang dikeluarkan oleh IAPI tahun 2011 menyatakan bahwa

kriteria atau ukuran mutu mencakup mutu profesional auditor. Kriteria

mutu profesional auditor seperti yang diatur oleh standar umum auditing

meliputi independensi, integritas, dan objektivitas. Independensi

mengacu pada sikap mental yang tidak mudah dipengaruhi, karena

seorang auditor melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.

Integritas merupakan suatu elemen karakter untuk menjaga kepercayaan

umum. Objektivitas merupakan jaminan untuk tidak memihak,

melakukan pekerjaan secara jujur dan intelektual, serta bebas dari

conflicts of interest.

29

Audit yang berkualitas akan mampu mengurangi faktor ketidak

pastian yang berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan oleh

pihak manajemen. Perbaikan terus menerus atau kualitas audit harus

dilakukan, karena itu wajar jika kemudian kualitas audit menjadi topik

yang selalu memperoleh perhatian yang mendalam dariprofesi akuntan,

pemerintah, masyarakat, dan para investor. Benh (1997) dan Agoes

(2003) dalam Tandiontong (2016:83) mengatakan ada 12 atribut kualitas

jasa audityaitu :

1. Pengalaman tim audit dan CPA firm dengan klien.

2. Pengalaman dibidang industri klien.

3. Tingkat responsif auditor (CPA firm) atas kebutuhan klien.

4. Tingkat kebutuhan CPA firm dengan SPAP - kompetensi teknis.

5. Tingkat kepatuhan CPA firm dengan standar umum (general audit

standar)-independensi.

6. Tingkat kebutuhan CPA firm dengan standar umum (general audit

standard due care).

7. Komitmen CPA firm terhadap kualitas.

8. Keterlibatan (involvement) pimpinan pelaksana (executive).

9. Pelaksanaan pekerjaan lapangan.

10. Keterlibatan dengan komite audit.

11. Kode etik profesi akuntan publik dan pengetahuan auditing.

12. Staf CPA firm yang tetap mempertahankan sikap skeptis.

Taylor (2005) dalam Jackson et.al (2008) berpendapat bahwa

kualitas auditterdiri atas kualitas sebenarnya (actual) dan kualitas

30

dirasakan (perceived). Actual quality adalah tingkat dimana risiko dari

pelaporan salah saji material dalam rekeningkeuangan berkurang,

sementara perceived quality adalah seberapa efektif penggunalaporan

keuangan percaya bahwa auditor telah mengurangi salah saji material.

Perceived quality yang lebih tinggi dapat membantu mempromosikan

investasi padaklien yang diaudit. Kualitas audit juga dapat dipengaruhi

oleh faktor-faktor lain,yaitu:

1. Tenure audit yaitu lamanya waktu auditor melakukan pemeriksaan

terhadap kliennya.

2. Jumlah klien

3. Ukuran perusahaan dan kesehatan keuangan klien

4. Adanya pihak ketiga yang akan melakukan review atas laporan audit

5. Independensi auditor yang efisien

6. Tingkat fee audit

Langkah-langkah yang dapat dilakukan auditor untuk

meningkatkan kualitas

audit yaitu:

1. Meningkatkan pendidikan profesional

2. Mempertahankan independensi dan sikap mental

3. Melakukan perencanaan pekerjaan audit dengan baik

4. Memahami struktur pengendalian internal klien dengan baik

5. Memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten

31

6. Membuat laporan audit yang sesuai dengan kondisi klien dan

sesuai denganhasil temuan

32

B. Hasil hasil penelitian terdahulu

Tabel 2.1

No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Perbedaan Persamaan

1 Kadek Dwiyani

Ciptana Putri

dan Ni Ketut

Rasmini (2016).

Fee Audit Sebagai

Pemoderasi Pegaruh

Auditor Switching

Pada Kualitas Audit.

Periode yang digunakan 2014-2016.

Proksi kualitas audit yang

digunakan.

Variable

Auditor

switching, Fee

Audit, dan

Kualitas Audit.

Auditor switching berpengaruh positif pada

kualitas audit dan fee audit memoderasi pengaruh

auditor switching pada kualitas audit.

2

Eko Kurnia

Muliawan dan

I Ketut Sujana

(2017).

Pengaruh Ukuran

Kantor Akuntan

Publik, Auditor

Switching Dan Audit

Tenure Pada Kualitas

Audit.

Perusahaan manufaktur.

Periode penelitian 2014-2016.

VariabelUkuran Kantor Ukuran

Publik.

Variabel

Auditor

Switching,

Audit Tenure,

Kualitas Audit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran

KAP berpengaruh positif pada kualitas audit,

sedangkan auditor switching dan audit tenure

tidak berpengaruh pada kualitas audit.

3 Blandon and

Bosch (2013). Audit Partner Tenure

and Audit Quality.

Variabel Auditor Independen dan

Opini WTP.

Variabel

Kualitas Audit

dan Audit

Tenure.

Hasil penelitian menunjukan audit tenure dalam

jangka waktu yang panjang dapat merusak

independensi auditor sehingga dapat menurunkan

kualitas audit. Dalam penelitian ini mendukung

adanya rotasi audit yang bisa independensi

auditor dan dapat meningkatkan kualitas auditor.

Bersambung pada halaman selanjutnya

33

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Perbedaan Persamaan

4 Margi Kurniasig

dan Abdul

Rohman (2014).

Pengaruh Fee audit,

Audit Tenure, Rotasi

Audit terhadap

Kualitas Audit.

Variabel Ukuran Perusahaan Klien.

Periode yang digunakan 2018-2012.

Variabel Fee

audit, Audit

Tenure, dan

Kualitas Audit.

Variabel fee audit dan rotasi audit berpengaruh

positif terhadap kualitas audit, sedangkan audit

negatif terhadap kualitas audit.

5 Ni Made Dewi

Febriyanti dan I

Made Mertha

(2014).

PengaruhMasa

Perikatan Audit,

Rotasi KAP, Ukuran

Perusahaan Klien,

dan Ukuran KAP

terhadap Kualitas

Audit.

Variabel Rotasi KAP, Ukuran

Perusahaan Klien, dan Ukuran

KAP.

Periode yang digunakan 2009-2012.

Variabel

Kualitas Audit. Hasil menunjukan bahwa masa perikatan audit,

rotasi kap, ukuran kap tidak berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan

ukuran perusahaan klien berpengaruh signifikan

terhadap kualitas audit.

6 Winda Kurnia,

Khomsiyah,

Sofie (2014).

PengaruhKompetensi,

Independensi,

Tekanan Waktu, dan

Klien, dan Etika

Auditor terhadap

Kualitas Audit.

PengaruhKompetensi ,

Independensi, Tekanan Waktu, dan

Klien, dan Etika Auditor.

Variabel

Kualitas Audit. Hasil menunjukan bahwa Kompetensi,

Independensi, Tekanan Waktu, dan Klien, dan

Etika Auditor berpengaruh signifikan terhdap

kualitas audit.

Bersambung pada halaman selanjutnya

34

Tabel2.1 (Lanjutan)

No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Perbedaan Persamaan

7 Octaviana

Arisinta (2013).

PengaruhKompetensi,

Independensi, Time

Budget Pressure, dan

Audit Fee terhadap

Kualitas Audit Pada

Kantor Akuntan

Publik di Surabaya.

Variabel Kompetensi,

Independensi, Time Budget

Pressure.

Variabel Audit

Feedan

Kualitas Audit

Hasil menunjukan bahwa Kompetensi,

Independensi, Time Budget Pressure, danAudit

Fee berpengaruh signifikan terhdap kualitas audit.

Pengaruh yang ditimbulkan bersifat positif. Oleh

karena itu baik Auditor maupun KAP diharapkan

dapat meningkatkan Kualitas Auditnya.

8 Ebraheem

Saleem Salem

Alzoubi (2017)

Audit quality, debt

financing, and

earnings

management:

Evidence from

Jordan.

.

Variabel Audit Tenure, Audit

Switching, danAudit Fee.

Variabel

Kualitas Audit. Hasil menunjukan bahwa kualitas audit ( masa

kerja auditor, ukuran spesialisasi, dan

independensi) dan pembiayaan hutang (low debt)

mengurangi potensi manajemen laba.

9 Fierdha Aisyah,

Hendra

Gunawan, dan

Pupung

Purnamasari

(2015).

Pengaruh Audit

Rotation dan Audit

Tenure terhadap

Kualitas Audit

dengan Fee Audit

Sebagai Variabel

Pemoderasi.

Periode yang digunakan 2014-2016.

Proksi kualitas audit yang

digunakan.

Variable Audit

Tenure, Fee

Audit, dan

Kualitas Audit.

Secara parsial audit rotation dan audit tenure

berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap

kualitas audit, sedangkan Secara parsial interaksi

antara audit rotation dan fee audit serta audit

tenure dan fee audit berpengaruh positif

signifikan terhadap kualitas audit.

Bersambung pada halaman selanjutnya

35

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Perbedaan Persamaan

10

Ida Mayasari

(2013).

Pengaruh

Profesionalisme

Auditor dan Masa

Perikatan Audit

terhadap Kualitas

Audit.

Variabel Profesionalisme Auditor

dan Masa Perikatan Audit.

Variabel

Kualitas Audit. Hasil menunjukan bahwa profesionalisme auditor

dan masa perikatan audit memiliki pengaruh

terhadap kualitas audit.

11

David Lee dan

I Made Sukartha

(2017).

Fee Audit Sebagai

Pemoderasi Pengaruh

AuditorSwitching

Dan Audit Tenure

Pada Kualitas Audit.

Seluruh perusahaan yang ada di

BEI.

Periode penelitian 2010-2015.

Variabel

Auditor

Switching,

Audit Tenure,

Kualitas Audit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa auditor

switching tidak berpengaruh pada

kualitas audit, audit tenure berpengaruh positif

pada kualitas audit, fee audit tidak mampu

memoderasi pengaruh auditor switching pada

kualitas audit, dan fee audit tidak mampu

memoderasi pengaruh audit tenure pada kualitas

audit

36

C. Keterkaitan antar variabel dan perumusan hipotesis

1. Pengaruh audit switching terhadap kualitas audit

Auditor switching merupakan pergantian auditor/KAP yang

dilakukan oleh pihak perusahaan. Peraturan mengenai auditor switching

telah diatur oleh Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik. Perubahan yang terjadi

diantaranya adalah pemberian jasa audit umum menjadi 6 tahun buku

berturut-turut oleh Kantor Akuntan Publik dan 3 tahun buku berturut-

turut oleh Akuntan Publik kepada satu klien yang sama. Kewajiban rotasi

dalam perspektif teori agensi dimana teori ini menggambarkan

keberadaan perusahaan. Teori perusahaan ini pada dasarnya bertujuan

untuk menjawab pertanyaan mengenai keberadaan perusahaan, batas

antara perusahaan dengan pasar, struktur organisasi perusahaan, dan

heterogenitas tindakan perusahaan dalam kinerja perusahaan tersebut

(Kurniasih dan Abdul, 2014).

Hartadi (2009) menemukan bahwa auditor switching tidak

berpengaruh terhadap kualitas audit. Siregar dkk. (2012) menemukan

bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari kualitas audit setelah dan

sebelum masa audit yang lama pada auditor switching dilakukan.

Mgbame et al. (2012) mengungkapkan bahwa audit tenure berhubungan

negatif dengan kualitas audit, auditor switching berpengaruh positif pada

kualitas audit. Jika perusahaan melakukan auditor switching maka

37

independensi dari KAP tetap terjaga sehingga akan menghasilkan

kualitas audit yang baik (Putrid an Rasmini, 2016)

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

Ha1: Auditor Switching berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

2. Pengaruh audit tenure terhadap kualitas audit

Jensen dan Meckling (1976) dalam Rossieta dan Wibowo (2009)

memandang hubungan antara agen dan prinsipal dalam kerangka

hubungan keagenan. Dalam hubungan keagenan, terjadi kontrak antara

kedua belah pihak. Kontrak tersebut mengharuskan agen memberikan

jasa kepada prinsipal. Pendelegasian wewenang dari prinsipal kepada

agen membuatnya memiliki hak untuk melakukan pengambilan

keputusan bisnis bagi kepentingan prinsipal. Akan tetapi, kepentingan

dua pihak ini tidak selalu sejalan sehingga muncul benturan-benturan

kepentingan antara keduanya, (Lee dan Sukartha, 2017).

Auditor yang ditunjuk oleh manajemen dapat dilanda masalah

ketika dihadapkan pada kepentingan-kepentingan dalam hal keagenan

auditor. Manajemen memilih dan menunjuk auditor untuk melakukan

pemeriksaan bagi kepentingan prinsipal, selain itu manajemen juga yang

menanggung jasa audit. Masalah kelembagaan auditor tersebut dapat

menimbulkan ketergantungan auditor kepada kliennya. Hal ini sesuai

dengan asumsi sifat manusia yang dinyatakan oleh Eisenhardt (1989)

bahwa manusia selalu menghindari risiko (risk averse).

38

Hubungan auditor dan klien seharusnya mampu mengakomodasi

kualitas audit yang optimal. Lama masa perikatan audit memiliki pro

dan kontra terhadap kualitas audit yang makin tinggi. Knapp (1991)

dalam Al-Thuneibat et al. (2011) membuktikan bahwa jika terlalu

pendek waktunya, pengetahuan spesifik tentang klien masih sedikit

sehingga kualitas audit rendah. Semakin lama perikatan auditor

dengan klien dipandang sebagai peningkatan pengetahuan spesifik

tentang klien sehingga kualitas auditnya meningkat.Semakin lama

perikatan auditor dengan klien dipandang sebagai peningkatan

pengetahuan spesifik tentang klien sehingga kualitas auditnya

meningkat (Lee dan Sukartha, 2017).

Noviani dkk. (2010) yang mendapatkan bukti bahwa audit tenure

berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Hal serupa Myers et al.

(2003) juga menemukan bukti bahwa kualitas laba semakin meningkat

ketika audit tenure semakin lama. Manry et al.(2008) menemukan bukti

bahwa audit tenure akan semakin meningkatkan kualitas auditor.

Carcello dan Nagy (2004) justru menemukan bukti bahwa audit

fraudakan semakin banyak ditemukan pada audit tenure yang pendek

apabila dibandingkan dengan audit tenure yang panjang (Lee dan

Sukartha, 2017) .

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

Ha2 :Audit tenure berpengaruh positif terhadap kualitas audit

39

3. Fee audit dalam memoderasi hubungan audit switcing dengan

kualitas audit

Gammal (2012) menyatakan bahwa fee audit dapat didefinisikan

sebagai jumlah biaya (upah) yang dibebankan oleh auditor untuk proses

audit kepada perusahaan (auditee). Fee audit biasanya ditentukan

sebelum memulai proses audit. Dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik

tahun 2013 Seksi 240 disebutkan dalam melakukan negosiasi mengenai

jasa profesional yang diberikan, praktisi dapat mengusulkan jumlah

imbalan jasa profesional yang dipandang sesuai. Fakta terjadinya jumlah

imbalan jasa profesional yang diusulkan oleh praktisi yang satu lebih

rendah dari praktisi yang lain bukan merupakan pelanggaran terhadap

kode etik (Putri dan Rasmini, 2016).

Dalam Yuniarti (2011) membuktikan bahwa biaya audit

berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Biaya yang lebih

tinggi akan meningkatkan kualitas audit, karena biaya audit yang

diperoleh dalam satu tahun dan estimasi biaya operasional yang

dibutuhkan untuk melaksanakan proses audit dapat meningkatkan

kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh Nindita dan Siregar (2012)

bahwa manajer perusahaan yang rasional tidak akan memilih auditor

yang berkualitas tinggi dan membayar fee yang tinggi apabila kondisi

perusahaan yang tidak baik. Hal ini disebabkan karena ada anggapan

bahwa auditor yang berkualitas tinggi akan mampu mendeteksi kondisi

perusahaan yang tidak baik dan menyampaikan kepada publik.

40

Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dan Hilda (2009) juga

menyatakan bahwa KAP Big 4 akan mempunyai kemampuan melakukan

penugasan audit yang lebih tinggi dibandingkan KAP kecil atau non Big

4, sehingga mampu menghasilkan kualitas audit yang lebih baik. Sejalan

dengan penelitian yang dilakukan Dong Yu (2007) juga menjelaskan

bahwa kantor akuntan yang lebih besar dapat menghasilkan audit yang

berkualitas lebih baik, namun dapat dikatakan bahwa auditor skala besar

memiliki fee audit yang lebih tinggi dibanding auditor skala kecil.

Perusahaan yang menggunakan KAP dengan membayar fee audit yang

tinggi, jika perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan dan tidak

mampu membayar fee audit yang tinggi makan perusahaan cenderung

melakukan auditor switching, sehingga independensi tetap terjaga maka

kualitas audit yang dihasilkan baik (Putri dan Rasmini, 2016).

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

Ha3 :Fee audit memoderasi hubungan auditor switching dengan kualitas

audit.

4. Fee audit dalam memoderasi hubungan audit tenuredengan kualitas

audit

Sebuah keterikatan selalu dilandasi oleh kontrak, hal itu sesuai

dengan teori keagenan.Kelembagaan antara manajemen dengan auditor

juga terkait dengan kontrak yaitu fee yang diberikan. Penawaran yang

tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh manajemen akan membuat

41

manajemen untuk memilih auditor lain, tetapi jika penawaran yang

ditawarkan oleh auditor sesuai dengan kemampuan dan keinginan

manajemen maka akan menjadi sebuah ikatan yang baik. Ikatan yang

baik tersebut akan menimbulkan suatu hubungan yang bersifat emosional

jika terikat secara terus menerus dan akan mempengaruhi kualitas audit.

Kualitas audit dapat ditingkatkan jika audit tenure dapat berjalan sesuai

dengan yang ditetapkan oleh pemerintah karena dalam jangka waktu 3

tahun auditor baru dapat memahami spesifikasi bisnis klien.

Sebaliknya jika auditor hanya memeriksa perusahaan dalam

waktu 1 tahun maka auditor tersebut dianggap belum dapat memahami

spesifikasi bisnis klien yang kompleks sehingga hasil audit tidak

berkualitas. Auditor dengan fee audit yang tinggi memiliki penguasaan

kompetensi di bidang akuntansi dan keuangan pasti memahami seluk

beluk perusahaan dan proses audit tetapi juga membutuhkan waktu untuk

itu sehingga membutuhkan waktu periode selanjutnya agar laporan audit

lebih berkualitas (Lee dan Sukartha, 2017).

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

Ha4 :Fee audit memoderasi hubungan audit tenure dengan kualitas audit

42

D. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1

Pengaruh Audit Switching Dan Audit Tenure terhadap Kualitas Audit

dengan Fee Audit sebagai Variabel Moderasi

Basis Teori:Teori Keagenan

Teori Stakeholding

Tt

Metode regresi logistik

Hasil dan pembahasan

Simpulan, implikasi, keterbatasan, dan saran

Auditor

Switching

Audit

Tenure

Kualitas audit Fee audit

43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang digunakan untuk

menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu audit tenure dan auditor

switching terhadap variabel dependen, yaitu kualitas audit yang di moderasi

oleh fee audit. Objek penelitian ini adalah sektor perusahaan properti dan real

estate yang terdaftar di BEI selama periode 2013-2016.

Berdasarkan jenisnya, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif,

yaitu menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel

penelitian dengan angka dan melakukan analisis data sekunder dengan

prosedur statistik, di mana data yang digunakan berupa angka-angka yang

diperoleh dengan mengakses website Bursa Efek Indonesia di www.idx.co.id.

B. Metode penentuan sampel

Setelah menentukan ruang lingkup penelitian, pihak peneliti

selanjutnya menentukan populasi yang akan diuji. Populasi dalam

penelitian ini adalah perusahaan sektor properti dan real estate yang terdaftar

di BEI. Menurut Sekaran (2006) yang dimaksud dengan populasi adalah

keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal dan minat yang ingin

peneliti investigasi. Sedangkan sampel adalah sub kelompok atau

sebagian dari populasi. Dengan mempelajari sampel, peneliti akan

44

mampu menarik kesimpulan yang dapat digeneralisasikan terhadap

populasi penelitan (Sekaran, 2006). Populasi yang diambil dalam

penelitian ini adalah perusahaan sektor properti dan real estate yang terdaftar

di BEI, sedangkan pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di

BEI yang sesuai dengan kriteria yang dibuat merupakan sampel. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan dalam menentukan sampel adalah

purposive sampling, mengandung arti bahwa sampel yang diambil didasarkan

kriteria. Adapun kriteria yang digunakan dalam memilih sampel adalah:

1. Perusahaan sektor properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2013-2016.

2. Menerbitkan laporan tahunan (Annual Report) selama periode penelitian

2013-2016.

3. mencantumkan akun professional fees dalam laporan keuangannya.

4. Memiliki data yang lengkap dan selain mencantumkan professional fee

juga mencantumkan kantor Akuntan public serta auditor yg

mengauditnya.

C. Metode Pengumpulan data

Teknik atau metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian ini adalah metode arsip (dokumentasi). Data ini diperoleh dari

website resmi BEI yaitu www.idx.co.id. Selain itu juga peneliti juga

melakukan penelitian kepustakaan dengan memperoleh data yang berkaitan

dengan pembahasan yang sedang diteliti melalui berbagai literatur seperti

45

buku, jurnal, maupun situs dari internet. Ini dikarenakan kepustakaan

merupakan bahan utama dalam penelitian sekunder.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan analisis statistik deskriptif, analisis regresi logisik dan uji

interaksi. Menggunakan regresi logistik karena terdapat terdapat variabel

dummy pada variabel bebasnya yaitu Auditor Switching dan variabel

terikatnya yaitu kualitas audit. Ghozali (2013) menyatakan bahwa regresi

logistik digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel

terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Teknik analisis regresi

logistik tidak memerlukan asumsi normalitas data pada variabel bebasnya

(Ghozali, 2013), dan mengabaikan heteroskedastisitas.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu

data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,

maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan

distribusi) (Ghozali, 2013). Penelitian ini hanya menggambarkan rata-

rata (mean), standar deviasi, maksimum, minimum, dan sum untuk

statistic deskriptif.

2. Analisis Regresi Logistik

Analisis regresi logistik adalah suatu bentuk analisis khusus yang

dimana variabel terikatnya bersifat kategori dan variabel bebasnya

bersifat kategori dan kontinu dari keduanya. Analisis regresi logistik

46

tidak perlu menguji asumsi normalitas data pada variabel bebasnya

karena variabel bebas merupakan campuran antara variabel kontinu dan

kategori (Ghozali, 2013). Variabel moderasi nantinya akan membuktikan

apakah akan memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel

independen dan dependen. Cara pengujian variabel moderasi dalam

penelitian ini menggunakan uji interaksi atau biasa disebut dengan

Moderated Regression Analysis (MRA). Persamaan regresi yang

digunakan dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

Ln

=α+β1Switch+β2Tenure+β3Lnfee+β4Switch*Lnfe

e+β5Tenure*Lnfee+𝜀………………………………….…..….

(1)

Keterangan :

P(Kualitas) = Kualitas Audit

𝛼 = Konstanta

𝛽 = Koefisien regresi

𝑆𝑤𝑖𝑡𝑐ℎ = AuditorSwitching

Tenure =Audit Tenure

LnFee = Logaritma natural dari feeaudit

𝑆𝑤𝑖𝑡𝑐ℎ * LnFee = Interaksi auditorswitching dengan

feeaudit

Tenure* LnFee = Interaksi audit tenure dengan fee audit

ε = Residual error

3. Tahapan Pengujian

Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan regresi logistik

dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Menguji Kelayakan Model Regresi

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan

Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and

47

Lemeshow’s Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa

data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan

antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika

nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama

dengan atau dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesis nol

ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan

nilai observasinya sehingga Goodness of fit model tidak baik

karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya.

Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit

Test lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak

dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau

dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok.

b. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2

Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai

-2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1). Apabila

terdapat penurunan nilai likelihood, ini menunjukkan model regresi

yang baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit

dengan data.

c. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (Uji R2)

digunakan untuk presentase

sumbangan pengaruh variabel independen secara serentak terhadap

variabel dependen (Ghozali, 2013). Dari sini akan diketahui

48

seberapa besar variabel dependen akan mampu dijelaskan oleh

variabel independennya, sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab–

sebab lain di luar model.

d. Matriks klarifikasi

Matriks klarifikasi menunjukan prediksi dari model regresi

untuk memprediksikan kemungkinan terjadinya variabel terikat.

Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi

kemungkinan terjadinya variabel terikat dinyatakan dalam persen.

e. Pengujian Hipotesis

Estimasi parameter dari model dapat dilihat pada output

Variable in the Equation. Output Variable in the Equation

menunjukkan nilai koefisien regresi dan tingkat signifikansinya.

Koefisien regresi dari tiap variabel-variabel yang diuji

menunjukkan bentuk hubungan antar variabel.

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini merupakan uji dua sisi yang

dilakukan dengan cara membandingkan antara tingkat signifikansi (sig)

dengan tingkat kesalahan (α) = 5%. Apabila sig < α maka dapat dikatakan

variabel bebas berpengaruh signifikan pada variabel terikat.Apabila sig > α

maka dapat dikatakan variabel bebas tidak berpengaruh signifikan pada

variabel terikat

49

E. Operasionalisasi variable penelitian

1. AuditorSwitching(X1)

Peraturan di Indonesia mengenai adanya pembatasan masa audit

dan mengharuskan adanya rotasi auditor (auditor switching) diatur dalam

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

17/PMK.01/2008. Auditor switching merupakan pergantian auditor/KAP

yang dilakukan oleh pihak perusahaan. Auditor switching dapat

disebabkan oleh 2 faktor yaitu dari klien maupun dari auditor itusendiri.

Faktor klien (client-related factors) yaitu : kesulitan keuangan,

perubahan ownership, manajemen yang gagal, initial public offering

(IPO), dan faktor auditor(auditor-related factors) yaitu : fee audit dan

kualitas audit (Mardiyah, 2002).Auditor switching diperlukan karena

masa perikatan audit yang lama dengan klien akan mengakibatkan

turunya sikap independensi auditor dan akan terikat secara emosional

serta menimbulkan masalah mengenai eskalasi komitmen terhadap

keputusan yang buruk dari seorang auditor

Auditor switching adalah pergantian auditor/KAP yang dilakukan

oleh pihak perusahaan. Auditor switching diperlukan karena masa

perikatan audit yang lama dengan klien akan mengakibatkan turunya

sikap independensi auditor dan akan terikat secara emosional serta

menimbulkan masalah mengenai eskalasi komitmen terhadap keputusan

syang buruk dari seorang auditor. Variabel auditor switching mengacu

pada penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Rasmini (2016) yaitu

50

menggunakan variabel dummy, nilainya hanya 1 atau 0. Nilai 1 disini

menunjukan adanya pergantian KAP yang dilakukan oleh perusahaan

klien dan nilai 0 bila tidak ada pergantian KAP yang dilakukan oleh

perusahaan klien.

2. Audit tenure (X2)

Audit tenure adalah jangka waktu perikatan yang terjalin antara

auditor darikantor akuntan publik dengan auditee yang sama (Werastuti,

2013). Audit tenure yang panjang dapat dianggap auditor sebagai

pendapatan, namun tenure yang panjang juga dapat menyebabkan adanya

hubungan emosional antara klien dengan auditor sehingga dapat

menurunkan independensi auditor yang dapat mempengaruhi kualitas

audit (Lee dan Sukartha, 2017). Tenure antara auditor dari KAP dengan

klien yang sama telah menjadi perbincangan, salah satunya ketika

perusahaan mengalami dilema dalam mengambil keputusan apakah akan

mengganti auditor KAP setelah beberapa periode waktu atau

mempertahankan hubungan jangka panjang dengan auditor KAP yang

sama sedangkan tenure yang panjang dapat menimbulkan temuan yang

diperdebatkan (Mgbame, et.al. 2012).

Audit tenure atau masa perikatan auditor dengan kliennya banyak

menuai pro dan kontra sejak dibuat peraturan mengenai pembatasan

tenure audit. Pihak yang pro menyatakan bahwa semakin panjang tenure

audit, maka akan semakin mengurangi independensi dan objektifitas

auditor, terlebih lagi dengan banyaknya skandal keuangan yang terjadi

51

antara auditor dengan kliennya. Dengan adanya pembatasan tenure audit,

maka kepercayaan publik atas opini audit yang dikeluarkan oleh auditor

akan lebih independen dalam menyampaikan temuan auditnya. Namun,

bagi yang kontra akan pembatasan tenure audit menyatakan bahwa

kualitas audit akan bertambah dengan seiring dengan panjangnya tenure

audit. Seorang auditor akan lebih memahami karakteristik bisnis dari

kliennya seiring dengan bertambahnya jumlah tenure audit yang

dilakukan. Sedangkan, dengan tenure audit yang pendek dinilai dapat

mengurangi kualitas audit karena seorang auditor belum terlalu

memahami karakteristik bisnis kliennya sehingga besar kemungkinan

kualitas audit yang dihasilkan rendah.

Audit tenure dalam penelitian ini mengacu pada penelitian yang

dilakukan oleh Lee dan Sukartha (2017) yaitu dengan menggunakan

skala interval sesuai dengan lamanya hubungan auditor dari KAP dengan

perusahaan. Audit tenure diukur dengan cara menghitung jumlah tahun

perikatan dimana auditor dari KAP yang sama melakukan perikatan audit

terhadap auditee, tahun pertama perikatan dimulai dengan angka 1 (satu)

dan ditambah dengan 1 (satu) untuk tahun-tahun berikutnya.

3. Fee audit (X3)

Gammal (2012) menyatakan bahwa fee audit dapat didefinisikan

sebagai jumlah biaya (upah) yang dibebankan oleh auditor untuk proses

audit kepada perusahaan (auditee).Fee audit merupakan fee yang

diterima oleh auditor setelah memberikan jasa pemeriksaan kepada klien.

52

Hubungan kelembagaan antara manajemen dengan auditor juga dilandasi

oleh sebuah kontrak yang harus dipatuhi. Fee audit merupakan fenomena

yang juga mempengaruhi kualitas audit yaitu kontrak kerja sama dalam

hal penetuan besaran fee audit antara auditor dan klien (Lee dan

Sukartha, 2017).

Fee audit biasanya ditentukan sebelum memulai proses audit.

Dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik tahun 2013 Seksi 240

disebutkan dalam melakukan negosiasi mengenai jasa profesional yang

diberikan, praktisi dapat mengusulkan jumlah imbalan jasa profesional

yang dipandang sesuai. Fakta terjadinya jumlah imbalan jasa profesional

yang diusulkan oleh praktisi yang satu lebih rendah dari praktisi yang

lain bukan merupakan pelanggaran terhadap kode etik.

Sedangkan Menurut Kurniasih (2014) bahwa fee audit dapat

didefinisikan sebagai jumlah biaya (upah) yang dibebankan oleh auditor

untuk proses audit kepada perusahaan (auditee). Penentuan fee audit

biasanya didasarkan pada kontrak antara auditor dan auditee sesuai

dengan waktu dilakukannya proses audit, layanan, dan jumlah staf yang

dibutuhkan untuk proses audit. Fee audit biasanya ditentukan sebelum

memulai proses audit.

Fee audit merupakan berapa besar imbalan yang diterima auditor

dari kliennya. Variabel Fee audit mengacu pada penelitian yang

dilakukan oleh Putri dan Rasmini (2016) yaitu diukur dengan

53

menggunakan proksi logaritma natural pada professional fees atau

honorarium tenaga ahli yang dibayarkan oleh klien.

4. Kualitas audit (Y)

Kualitas audit merupakan segala kemungkinan dimana auditor pada

saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran

yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam

bentuk laporan keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya

tersebut, auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik

akuntan publik yang relevan.

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh

Mgbame (2012) mengemukakan bahwa kualitas audit merupakan sesuatu

yang abstrak sehingga sulit untuk diukur dan hanya dapat dirasakan oleh

para pengguna jasa audit, sehingga saat ini tidak ada definisi yang jelas

mengenai pengukuran kualitas audit tersebut. Dalam penelitian ini

digunakan proksi ukuran KAP sebagai pengukuran kualitas audit yaitu

dengan menguji secara terpisah terhadap perusahaan sampel yang

merupakan klien KAP Big 4 dan klien KAP Non Big 4.

KAP Big Four sering dikaitkan dengan skala auditor yang

dianggap cenderung memberikan kualitas audit yang baik. Menurut Firth

&Liau tan (1998) dalam Rossieta dan Wibowo (2009), yaitu: (1)

besarnya jumlah dan ragam klien yang ditangani KAP, (2) banyaknya

ragam jasa yang ditawarkan, (3) luasnya cakupan geografis, termasuk

54

adanya afiliasi international dan (4) banyaknya jumlah staf audit dalam

suatu KAP.

Menurut Kurniasih dan Rohman (2014), KAP dengan ukuran Big

Four dianggap perusahaan memiliki kualitas audit yang lebih baik

dibandingkan dengan KAP non Big Four, karena KAP Big Four sangat

menjaga tingkat reputasi perusahaanya itu KAP besar mempunyai

intensif lebih besar untuk mengaudit lebih akurat dengan alasan mereka

memilih lebih banyak hubungan spesifik dengan klien yang akan hilang

jika mereka memberikan laporan yang tidak akurat. Selain itu, adanya

kekayaan atau aset yang lebih besar yang dimiliki KAP besar juga

diindikasi yang merupakan inti kekuatan KAP besar untuk menghasilkan

laporan audit yang lebih akurat dibandingkan dengan auditor dengan

kekayaan yang lebih sedikit. Adanya sumber daya manusia yang lebih

berkualitas juga dapat memperkuat KAP besar untuk menghasilkan audit

yang berkualitas. Yang lebih penting yaitu ketika KAP besar lebih

mempertimbangkan kredibilitasnya saat menerima klien yang memiliki

risiko tinggi, sedangkan KAP kecil lebih menerima klien yang memiliki

risiko tinggi, sedangkan KAP kecil lebih berani menerima klien yang

memiliki risiko yang lebih tinggi dikarenakan adanya motif hubungan

jangka panjang. Dengan demikian, diperkirakan bahwa dibandingkan

dengan KAP kecil, KAP besar mempunyai kemampuan yang lebih baik

dalam melakukan audit, sehingga mampu menghasilkan kualitas audit

yang lebih tinggi.

55

Oleh karena itu variable dependen dalam penelitian ini adalah

kualitas audit. Pengukuran dalam variable ini menggunakan skala auditor

dengan cara melihat ukuran besar atau kecil KAP, maka variable ukuran

KAP merupakan variable dummy yang diukur dengan nilai 1 untuk

perusahaan yang diaudi toleh KAP Big Four dan nilai 0 untuk KAP non

Big Four.

Tabel 3.1

Tabel operasionalisasi variabel

No Variabel Indikator skala

1 Auditor switching

(X1) (Putri dan

Rasmini:2016)

Nilai 1 disini menunjukan

adanya pergantian KAP

yang dilakukan oleh

perusahaan klien dan nilai

0 bila tidak ada pergantian

KAP yang dilakukan oleh

perusahaan klien.

Nominal

2 Audit tenure (X2)

(Lee dan

Sukartha:2017)

Jumlah tahun perikatan

dimana auditor dari KAP

yang sama melakukan

perikatan audit terhadap

audite.

Maka tahun pertama

perikatan dimulai dengan

angka 1 (satu) dan

ditambah dengan 1 (satu)

untuk tahun-tahun

berikutnya.

Interval

3 Fee audit(X3)

(Putri dan

Rasmini:2016)

Logaritma natural pada

professional feesatau

honorarium tenaga ahli

yang dibayarkan oleh

klien.

Rasio

4 Kualitas audit (Y)

(Muliawan dan

Surjana:2017)

Jika perusahaan klien

melakukan audit

menggunakan KAP Big

fourmaka diberikan nilai

1. Sedangkan jika

perusahaan klien

menggunakan KAP non

Big four diberikan nilai 0

Nominal

56

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran UmumPenelitian

Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan sektor properti dan

real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode

2013-2016. Tahun penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah tahun

2013-2016 agar waktu pengamatan panjang sehingga peneliti dapat

menganalisis perkembangan perusahaan selama empat tahun berturut-turut.

Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan

seleksi kriteria pada tabel 4.1.

Tabel 4.1

Tabel Seleksi Sampel Dengan Kriteria

Keterangan Jumlah

Perusahaan properti terdaftar di BEI tahun 2013-2016 40

Perusahaan properti yang tidak memilki data lengkap

dan tidak mencantumkan professional feetahun 2013-

2016

(5)

Jumlah sampel tiap periode 35

Periode Penelitian 4

Total sampel akhir perusahaan yang telah digunakan 140

Sumber: Data yang telah diolah

Dari total perusahaan sampel sektor properti dan real estate yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2016 jumlah perusahaan yang

terdaftar secara empat tahun berturut-turut untuk periode tersebut berjumlah

40 perusahaan. Dari 40 perusahaan, terdapat 5 perusahaan sampel yang data

57

laporan nya tidak lengkap dan tidak mencantumkan akun professional fee.

Berdasarkan data tersebut maka perusahaan yang memenuhi kriteria untuk

dijadikan sampel adalah sebanyak 35 perusahaan dengan periode 4 tahun

sehingga jumlah sampel penelitian adalah sebanyak 35x4 140.

B. Hasil Uji Analisis DataPenelitian

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model

regresi logistik agar diperoleh gambaran mengenai pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen dengan variabel moderasi.

Vaiabel independen dalam penelitian ini adalah auditor switching dan audit

tenure. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu Kualitas audit.

Sedangkan variabel moderasi dalam penelitian ini adalah fee audit.

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diperoleh sebanyak 140

data observasi yang berasal dari perkalian antara periode penelitian 4

tahun dari data tahun 2013-2016 dengan jumlah perusahaan sampel

sebanyak 35 perusahaan.

58

Tabel 4.2

Tabel Descriptive Statistics

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Sum Mean

Std.

Deviation

AS 140 0 1 32 .23 .421

AT 140 1 3 214 1.53 .714

KA 140 0 1 32 .23 .421

FA 140 6.54 25.34 2705.47 19.3248 3.33939

AS_FA 140 .00 23.28 638.09 4.5578 8.44479

AT_FA 140 8.79 72.87 4157.24 29.6946 15.53308

Valid N

(listwise) 140

Sumber: Output SPSS

Berdasarkan tabel 4.2 nilai N menunjukkan banyaknya data yang

digunakan dalam penelitian, yaitu sebanyak 140 data, yang merupakan

jumlah sampel selama periode 2013 sampai dengan 2016.

Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif dijelaskan

sebagaiberikut:

a. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Audit Switching

(AS)

Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel auditor

switching menunjukkan nilai minimum sebesar 0, nilai maksimum

sebesar 1 dengan mean sebesar 0,23 dan standar deviasi 421. Nilai

mean sebesar 0,23 yang lebih kecil daripada 0,50 menunjukan

bahwa nilai paling muncul dari 140 sampel perusahaan yang diteliti

adalah 0, yakni kode perusahaan yang kode perusahaan yang tidak

59

melakukan pergantian KAP. Hal ini menunjukan rata rata dari 140

sampel yang diteliti 23% melakukan pergantian KAP dan sisanya

77% tidak melakukan pergantian KAP.

b. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Audit Tenure (AT)

Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel audit

tenure menunjukkan nilai minimum sebesar 1, nilai maksimum

sebesar 3 dengan nilai mean sebesar 1,53 dan standar deviasi 7,14.

Nilai mean sebesar 1,53 menunjukan bahwa perusahaan sampel

memiliki perikatan dengan KAP yang sama selama 1,53 tahun.

c. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Kualitas Audit

(KA)

Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel kualitas

audit menunjukkan nilai minimum sebesar 0, nilai maksimum

sebesar 1 dengan mean sebesar 0,23 dan standar deviasi 0,421.

Nilai mean sebesar 0,23 yang lebih kecil daripada 0,50 menunjukkan

terdapat lebih sedikit perusahaan yang menggunakan jasa auditor

dari KAP berafiliasi Big four atau yang memiliki kualitas audit yang

baik.

Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata dari 140 sampel

perusahaan yang diteliti 23% berkualitas audit baik dan sisanya

77%berkualitas audit yangkurangbaik.

d. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Fee Audit (FA)

Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel fee audit

60

menunjukan nilai minimum sebesar 6,54; nilai maksimumsebesar

25,34; mean sebesar 19,3248 dan standar deviasi sebesar

3,33939.Nilaimean sebesar 19,3248 menunjukkan bahwa perusahaan

sampel memilikirata-rata pendapatan fee audit sebesar 19,3248.

2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian

Karena variabel dependen bersifat dummy (kualitas audit baik

atau kualitas tidak baik), maka pengujian terhadap hipotesis dilakukan

dengan menggunakan uji regresi logistik. Regresi logistik adalah regresi

yang digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel

terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya dan teknik analisis ini

tidak memerlukan lagi uji normalitas data pada variabel bebasnya

(Ghozali, 2016). Adapun tahapan dalam regresi logistik adalah sebagai

berikut:

a. Hasil Uji Keseluruhan Model (Overall ModelFit)

Pengujian keseluruhan model (overall model fit) dilakukan

dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood pada awal

(Block Number=0) dengan nilai -2 Log Likelihood pada akhir (Block

Number=1). Hipotesis untuk menilai model fit adalah:

H0 : Model yang dihoptesiskan fit dengan data.

Ha: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data.

Berdasarkan hipotesis ini, maka H0 harus diterima dan

Haharus ditolak agar model fit dengan data. Statistik yang digunakan

berdasarkan fungsi likelihood.Likelihood L dari model adalah

61

probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data

input.

Tabel 4.3

Tabel Iteration History0

a. Constant is included in the model.

b. Initial -2 Log Likelihood: 150.512

c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter

estimates changed by less than .001.

Sumber: Output SPSS

Berdasarkan hasil pengolahan SPSS 22.0, pada tabel 4.3

menunjukkan bahwa nilai -2 Log Likelihood awal (tabel Iteration

History 0) adalah sebesar 150.512. Secara matematis, angka tersebut

signifikan pada alpha 5% dan berarti bahwa hipotesis nol (H0)

ditolak. Hal ini berarti hanya konstanta saja yang tidak fit dengan

data (sebelum dimasukkan variabel bebas ke dalam model regresi)

(Ghozali, 2016). Langkah selanjutnya adalah membandingkan antara

nilai -2 Log Likelihood awal (tabel Iteration History 0) dengan -2

Log Likelihood akhir (tabel Iteration History1).

Iteration Historya,b,c

Iteration

-2 Log

likelihood

Coefficient

s

Constant

Step 0 1 150.944 -1.086

2 150.513 -1.212

3 150.512 -1.216

4 150.512 -1.216

62

Tabel 4.4

Tabel Iteration History 1

Iteration Historya,b,c,d

Iteration

-2 Log

likelihood

Coefficients

Constant AS AT FA

AS by

FA

AT by

FA

Ste

p 1

1 138.589 .866 -4.857 -.195 -.072 .190 -.001

2 133.866 .928 -10.568 -.132 -.071 .431 -.009

3 132.083 .888 -19.659 -.103 -.067 .842 -.012

4 131.132 .795 -31.253 -.045 -.061 1.365 -.016

5 130.673 .671 -44.008 .032 -.053 1.933 -.021

6 130.528 .576 -54.937 .092 -.047 2.415 -.024

7 130.510 .537 -60.043 .116 -.045 2.639 -.026

8 130.510 .532 -60.787 .119 -.045 2.671 -.026

9 130.510 .532 -60.800 .119 -.044 2.672 -.026

10 130.510 .532 -60.800 .119 -.044 2.672 -.026

Sumber : Output SPSS

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model.

c. Initial -2 Log Likelihood: 150.512

d. Estimation terminated at iteration number 10 because parameter

estimates changed by less than .001.

Berdasarkan hasil output pada tabel 4.4 tersebut terjadi

penurunan nilai antara -2 Log Likelihood awal dan akhir sebesar

130.510. Penurunan tersebut dapat diartikan bahwa penambahan

variabel bebas ke dalam model regresi memperbaiki model fit atau

dengan kata lain model fit dengandata.

b. Hasil Uji Kelayakan Model (Hosmer and Lemeshow Test)

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan

Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and

Lemeshow’

63

Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data

empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara

model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai

statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit lebih besar daripada

0.05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu

memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat

diterima karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali, 2016).

Selanjutnya ditunjukkan tabel 4.5, Hosmer and Lemeshow

Goodness of Fit yang menunjukkan bisa tidaknya model

memprediksi nilai observasi:

Tabel 4.5

Tabel Hosmer and Lemeshow Test

Sumber : Output SPSS

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa nilai

signifikansi adalah sebesar 0,982. Nilai signifikansi yang diperoleh

tersebut telah memenuhi syarat dengan nilai diatas 0,05 (α) 5% yang

berarti hipotesis 0 (H0) tidak dapat ditolak atau dengan kata lain

model diterima. Hal ini berarti model mampu memprediksi nilai

observasinya atau model dapat diterima karena cocok dengan data

observasi nya sehingga model ini dapat digunakan untuk analisis

selanjutnya.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square Df Sig.

1 1.955 8 .982

64

c. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R.Square)

Uji koefisien determinasi dengan menggunakan Nagelkerke R

Square merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui

seberapa besar variabel independen mampu menjelaskan dan

mempengaruhi variabel dependen. Nilai Nagelkerke R Square

bervariasi antara 1 sampai dengan 0 . Jika nilai semakin mendekati 1

maka model dianggap semakin goodness of fit, sementara jika

semakin mendekati 0 maka model dianggap tidak goodness of fit

(Ghozali, 2016).

Tabel 4.6

Tabel Model Summary

Tabel 4.6 adalah tabel model summary.Pada tabel ini nilai

Nagelkerke R Square menunjukkan nilai 0,202. Hal ini berarti

variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen

dalam penelitian ini adalah sebesar 20,2%. Sisanya sebesar 79,8%

dijelaskan oleh variabel independen lain diluar model penelitian ini,

misalnya ukuran perusahaan, indenpendensi auditordan lain

sebagainya.

Model Summary

Step

-2 Log

likelihood

Cox & Snell

R Square

Nagelkerke

R Square

1 130.510a .133 .202

a. Estimation terminated at iteration number 10

because parameter estimates changed by less than

.001.

Sumber: Output SPSS

65

Dapat dikatakan bahwa variasi variabel independen dalam

penelitian ini yaitu auditor switching dan audit tenure mampu

menjelaskan variasi variabel dependen dalam penelitian ini yaitu

kualitas audit sebesar 20,2%.

d. Hasil Uji Matriks Klasifikasi

Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari

model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan properti

dan real estate yang mempunyai kualitas audit yang baik. Kekuatan

prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan

perusahaan properti dan real estate yang mempunyai kualitas audit

yang baik adalah sebesar0%.

Tabel 4.7

Tabel Classification

Pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa kekuatan prediksi dari

model regresi terhadap kualitas audit baik dilihat dari pemilihan

KAP berafiliasi dengan Big four adalah 0%. Hal ini menunjukan

bahwa dari 140 sampel yang tidak memilih KAP beafiliasi Big

fouradalah 105 sampel, diperediksi memiliki kualitas audit yang

Classification Tablea

Observed

Predicted

KA Percentage

Correct 0 1

Step 1 KA 0 105 3 97.2

1 32 0 .0

Overall

Percentage 75.0

a. The cut value is .500Output SPSS.

66

kurang baik, sedangkan observasi yang sesungguhnya adalah 3

sampel. Sedangkan prediksi perusahaan yang memperoleh kualitas

audit tidak baik adalah 97,2%, Tetapi menurut observasi

sesungguhnya adalah 32 sampel.

Ketepatan dari prediksi keseluruhan model ini adalah

sebesar 75,0%.

e. Hasil Uji Signifikansi Regresi Logistik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah untuk

menguji pengaruh variabel auditor switching dan audit tenure

terhadap variabel dependen kualitas audit yang memakai variabel

moderasi fee audit dengan menggunakan analisis regresi logistik

yang hasilnya ditunjukkan pada tabel 4.8.

Tabel 4.8

Tabel Variables in the Equation

Berdasarkan Tabel 4.8 maka model regresi yang terbentuk

adalah sebagai berikut:

Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

Step 1a AS -60.800 48.252 1.588 1 .208 .000

AT .119 1.674 .005 1 .943 1.127

FA -.044 .147 .092 1 .762 .956

AS by

FA 2.672 2.132 1.571 1 .210 14.466

AT by

FA -.026 .086 .092 1 .761 .974

Constant .532 2.828 .035 1 .851 1.702

Sumber: Output SPSS

67

Ln

=532+-60.800Switch-119Tenure-0,044Lnfee-

0,2672Switch*Lnfee+0,026Tenure*Lnfee+𝜀

Berdasarkan pengujian regresi logistik sebagaimana telah

dijelaskan pada bagian sebelumnya, interpretasi hasil disajikan

dalam empat bagian. Bagian pertama membahas pengaruh auditor

switching (AS) terhadap kualitas audit (KA) (Ha1). Bagian kedua

membahas pengaruh audit tenure(AT) terhadap kualitas audit (KA)

(Ha2). Bagian ketiga membahas pengaruh audit switching (AS)

terhadap kualitas audit (KA) dengan fee audit sebagai moderasi

(Ha3). Bagian keempat membahas pengaruh audit tenure(AT)

terhadap kualitas audit(KA) dengan fee audit (FA) sebagai moderasi

(Ha4).

C. Pembahasan

1. Pengaruh Audit Switching (AS) terhadap Kualitas Audit (KA)

Hasil pengujian memperlihatkan bahwa audit switching

memiliki koefisien senilai -60.800 dan tingkat signifikansi senilai

0,208 yang berarti lebih besar dari 0,05. Hasil tersebut dapat

membuktikan bahwa auditor switching tidak mempunyai pengaruh

pada kualitas audit, maka Ha1 tidak berhasil didukung. Kualitas audit

yang baik tidak selalu diiringi dengan adanya auditor switching

didalamnya.

Berdasarkan persamaan model regresi yang terbentuk maka

dapat dijelaskan bahwa hipotesis pertama menyebutkan bahwa

68

auditor switching tidak mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit.

Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Hartadi (2009) memperoleh

hasil bahwa auditor switching tidak berpengaruh terhadap kualitas

audit. Selain itu juga Knechel dan Vanstraelen (2007) membuktikan

bahwa tidak ditemukan reaksi pasar atas audit tenure atau auditor

switching yang berbeda. Lamanya relasi auditor serta kliennya

(auditor tenure) tidak mengganggu kualitas audit. Jika

dilakukansnya audit switching hal tersebut justru akan menimbulkan

penambahan cost yang dikeluarkan dan jika dilakukan auditor

switching maka akan mengakibatkan timbulnya tambahan biaya

yang dengan tidak langsung akan menyebabkan tanggungan atas

investor meningkat.

Dalam pelaksanaannya, kualitas audit yang baik tidak selalu

diiringi dengan adanya auditor switching didalamnya. Kualitas audit

tidak dipengaruhi oleh pergantian auditor sebab meskipun

perusahaan tidak melakukan pergantian auditor, independensi dari

auditor tidak mengalami penurunan sehingga kualitas audit tetap

baik. Cameran et al. (2010) menemukan bahwa tidak ada perbedaan

yang signifikan dari kualitas audit setelah dan sebelum auditor

switching dilakukan, hal tersebut yang mengakibatkan tidak terdapat

pengaruh antara auditor switching dengan kualitas audit. Hasil

penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Mgbame et al. (2012) mengungkapkan bahwa auditor switching

69

berpengaruh positif pada kualitas audit. Jika perusahaan melakukan

auditor switching maka independensi dari KAP tetap terjaga

sehingga akan menghasilkan kualitas audit yang baik.

2. Pengaruh Audit Tenure(AT) terhadap Kualitas Audit (KA)

Hasil pengujian memperlihatkan bahwa audit tenurememiliki

koefisien senilai 0,119 dan tingkat signifikansi senilai 0,943 yang

berarti lebih besar dari 0,05. Hasil tersebut dapat membuktikan

bahwa audit tenure tidak mempunyai pengaruh pada kualitas audit,

maka Ha2 tidak berhasil didukung

Berdasarkan persamaan model regresi yang terbentuk diatas

maka dapat dijelaskan bahwa hipotesis kedua menyebutkan bahwa

audit tenure tidak mempunyai pengaruh pada kualitas audit.

Pengukuran audit tenure menggunakan jumlah tahun perikatan

dimana auditor dari KAP yang sama melakukan perikatan audit

terhadap auditee. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Yahya

(2016) bahwa audit tenure tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

Hal ini terjadi karena kedekatan antara auditor dengan auditeenya

menimbulkan persepsi bahwa penugasan audit hanya rutinitas belaka

tanpa disertai inovasi inovasi dalam mengembangkan penugasannya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lama perikatan audit tidak

dapat dijadikan indikator dalam penilaian audit. Hal tersebut yang

mengakibatkan tidak terdapat pengaruh antara audit tenure dengan

kualitas audit.

70

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Sukartha (2017) bahwa audit tenure berpengaruh

terhadap kuaitas audit. Hal ini terjadi karena hubungan antara agen

dan prinsipal dalam kerangka hubungan keagenan, sama halnya

seperti dengan manajemen dengan auditor yang memiliki hubungan

kelembagaan. Hubungan kelembagaan ini dilandasi oleh sebuah

kontrak.Kontrak tersebut mengenai pemberian jasa kepada

manajemen dalam rangka memeriksa perusahaan. Dalam

pelaksanaannya, auditor yang ditunjuk oleh manajemen secara terus

menerus atau secara berkelanjutan akan lebih memahami

kompleksitas perusahaan karena auditor sudah mengetahui sistem

pengendalian internal auditee. Hal tersebut yang mengakibatkan

adanya pengaruh antara audit tenure dengan kualitas audit

(Sukartha,2017)..

3. Pengaruh Fee Audit (FA) dalam Memoderasi Audit Switching (AS)

terhadap Kualitas Audit (KA)

Hasil pengujian memperlihatkan bahwa auditor switching

memiliki koefisien senilai 0,2672 dan tingkat signifikansi senilai

0,210 yang berarti lebih besar dari 0,05. Hasil tersebut dapat

membuktikan bahwa Fee Audit tidak dapat memoderasi hubungan

auditor switching dengan kualitas audit, maka Ha3 tidak berhasil

didukung.

71

Berdasarkan persamaan model regresi yang terbentuk maka

dapat dijelaskan bahwa hipotesis ketiga menyebutkan bahwa fee

audit tidak dapat memoderasi hubungan antara auditor switching

terhadap kualitas audit. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Lee

dan Sukartha (2017) bahwa fee audit tidak bisa memoderasi

hubungan antara auditor switching dengan kualitas audit. Hal ini

terjadi karena hubungan keterikatan antara principal dengan

manajemen selalu dilandasi oleh sebuah kontrak. Kontrak yang

efisien adalah kontrak yang harus memenuhi dua syarat, salah

satunya adalah kepastian mengenai imbal jasa. Resiko imbal jasa

yang dibebankan oleh manajemen adalah kecil, artinya imbal jasa

yang diberikan oleh principal kepada manajemen adalah pasti sesuai

dengan kontrak yang tertulis. Begitu pula hubungan kelembagaan

antara manajemen dengan auditor.

Kontrak yang dibuat oleh auditor dengan manajemen juga

dengan tujuan yang efisien, artinya fee yang diberikan manajemen

kepada auditor adalah pasti sesuai dengan yang di sepakati, maka

dari itu pergantian auditor dapat memberikan kualitas audit yang

sesuai dengan standar professional akuntan publik yang berlaku

tanpa memperhitungkan resiko fee yang akan diterimanya baik itu

tiggi maupun rendah. Dengan demikian besarnya fee audit yang

diberikan kepada auditor atau KAP tidak dapat memorasi atau

mempengaruhi hubungan antara auditor switching dengan kualitas

72

audit, karena fee yang diberikan sudah pasti sesuai dengan

kesepakatan yang dilakukan sebelum melakukan kontrak audit,

sehingga auditor tetap akan memberikan jasa audit yang professional

dan berkualitas tanpa memperhatikan besar atau kecil fee atau

imbalan yang diterima. Hal tersebut yang mengakibatkan fee audit

tidak dapat memoderasi hubungan antara auditor switching dengan

kualitas audit (Lee dan Sukartha,2017).

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Putri dan Rasmini (2016) bahwa fee audit bisa

memoderasi hubungan antara auditor switching dengan kualitas

audit. Hal ini terjadi karena ketika perusahaan menggunakan KAP

Big Four maka kualitas audit yang dihasilkan bagus dan baik maka

perusahaan membayar fee audit yang tinggi dan jika perusahaan

tetap mampu membayar fee audit yang tinggi dan jika perusahaan

tetap mampu membayar fee audit yang tinggi, maka auditor

switching cenderung menurun karena perusahaan ingin tetap

mendapatkan hasil kualitas audit yang baik. Hal tersebut yang

mengakibatkan fee audit memperlemah hubungan antara auditor

switching dengan kualitas audit.

4. Pengaruh Fee Audit (FA) dalam Memoderasi Audit Tenure (AT)

terhadap Kualitas Audit (KA)

Hasil pengujian memperlihatkan bahwa audit tenure

memiliki koefisien senilai -0,026 dan tingkat signifikansi senilai

73

0,761 yang berarti lebih besar dari 0,05. Hasil tersebut dapat

membuktikan bahwa Fee Audit tidak dapat memoderasi pengaruh

audit tenure pada kualitas audit, maka Ha4 tidak berhasil didukung.

Berdasarkan persamaan model regresi yang terbentuk diatas

maka dapat dijelaskan bahwa hipotesis keempat menyebutkan bahwa

fee audit tidak dapat memoderasi hubungan antara audit tenure

terhadap kualitas audit. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Lee

dan Sukartha (2017) bahwa fee audit tidak bisa memoderasi

hubungan antara audit tenure dengan kualitas audit. Hal ini terjadi

karena kelembagaan antara manajemen dengan auditor juga terkait

dengan kontrak, yaitu fee yang diberikan. Fee yang diberikan oleh

manajemen kepada auditor tidak akan mempengaruhi masa perikatan

atau lamanya hubungan kelembagaan antara manajemen dengan

auditor untuk kualitas audit yang diberikan, disini artinya baik itu fee

yang tinggi maupun rendah sama-sama akan menghasilkan kualitas

audit yang baik tanpa memperhatikan lamanya masa perikatan antara

manajemen dengan auditor. Fee audit tidak akan membuat auditor

memiliki keterikatan secara emosional karena auditor adalah profesi

yang harus memiliki kompetensi dan sikap independensi untuk

memberikan kualitas audit yang baik. Hal tersebut membuktikan

bahwa imbalan jasa atau fee yang diberikan tidak akan

mempengaruhi panjang atau pendeknya masa perikatan yang terjalin

antara KAP dan auditee, Karena tinggi atau rendahnya fee yang

diberikan tidak dapat mempengaruhi lamanya masa perikatan antara

KAP dan auditee dan tidak dapat mempengaruhi kualitas audit

74

karena tanpa dilakukannya tenure kualitas audit tetap terjaga. Hal

tersebut yang mengakibatkan fee audit tidak dapat memoderasi

hubungan antara auditor tenure dengan kualitas audit (Lee dan

Sukartha, 2017).

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Fierdha et

all (2015) bahwa fee audit dapat memoderasi hubungan antara audit

tenure dengan kualitas audit. Hal ini terjadi karena auditor dengan

fee audit yang tinggi memiliki penguasaan kompetensi di bidang

akuntansi dan keuangan pasti memahami seluk beluk perusahaan dan

proses audit sehingga akan memberikan solusi agar audit tenure

diperpendek demi peningkatan kualitas audit. Hal tersebut yang

mengakibatkan fee audit dapat memperkuat hubungan antara auditor

tenure dengan kualitas audit.

75

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian

yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan model

regresi logistik, maka dapat diambil kesimpulan sebagaiberikut:

1. Audit switching tidak berpengaruh dengan kualitas audit. Hasil penelitian

ini sesuai dengan penelitian Eko Kurniawandan I ketut Sujana (2017).

2. Auditor tenure tidak berpengaruh dengan kualitas audit. Hasil penelitian

ini sesuai dengan penelitianYahya (2016).

3. Fee audit tidak dapat memoderasi hubungan audit switching dengan

kualitas audit. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Lee dan

sukartha (2017).

4. Fee audit tidak dapat memoderasi hubungan audit tenure dengan kualitas

audit. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Lee dan Sukartha

(2017).

B. Implikasi

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

akuntansi khususnya dalam bidang auditing dengan memberikan bukti

empiris mengenai pengaruh fee audit dalam memoderasi pengaruh

audit tenure dan auditor switching terhadap kualitas audit pada

76

perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2013-2016. Disamping itu, penelitian ini diharapkan

dapat memperkuat temuan- temuan dari penelitian sebelumnya. Dan

bagi peneliti selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

referensi bagi penelitian yang akan datang serta dapat memberikan

perbandingan dalam mengadakan penelitian terkait dengan faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi KAP dalam mendapatkan kualitas

audit yang baik.

2 . Bagi Auditor

Berdasarkan hasil penelitian ini, yang menunjukkan bahwa

auditor switching dan audit tenure tidak memiliki pengaruh terhadap

kualitas audit yang diukur menggunakan variabel dummy dengan

melihat apakah ada pergantian KAP yang dilakukan perusahaan atau

tidak dan melihat apakah masa perikatan dengan auditor yang sama

dari dari KAP yang dari tahun tahun selanjutnya. Auditor dapat

mempertimbangkan hal ini, karena dengan dilakukannya auditor

switching atau audit tenure auditor tidak akan mempunyai gambaran

kualitas audit sehingga pelaksanaan audit selanjutnya dapat lebih

berkualitas

3. Bagi Perusahaan

Berdasarkan hasil penelitian ini, yang menunjukkan auditor

switching dan audit tenure tidak berpengaruh terhadap kualitas audit

yang diukur menggunakan variabel dummy dengan memperhatikan

77

apakah adanya pergantian KAP yang dilakukan perusahaan atau

tidak serta melihat apakah masa perikatan dengan auditor yang sama

dari dari KAP yang dari tahun tahun selanjutnya. Perusahaan dapat

mempertimbangkan hal ini, karena jika dilakukannya auditor

switching dan audit tenure maka perusahaan harus

mempertimbangkan jika akan melakukan audit switching dan audit

tenure, karena berdasarkan hasil penelitian ini menemukan bahwa

dengan atau tidak dilakukannya audit switching dan audit tenure

kualitas audit tetap terjaga, karena sikap independensi dan

professionalitas KAP dan auditor tetap terjaga.

Namun justru jika perushaan melakukan audit switching dan

tenure maka akan menambah beban biaya atau tambahan cost yang

akan dikeluarkan perusahaan, sehingga menambah beban bagi

investor, selain itu proses switching dan tenure akan memakan waktu

yang tidak singkat.

C. Keterbatasan

Penelitian ini mempuyai keterbatasan yang mungkin dapat

melemahkan hasilnya. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Terbatasnya variabel yang digunakan pada penelitian ini seperti auditor

switching yang terbatas pada pengukuran variabel dummynya, audit

tenure hanya melihat jumlah tahun perikatan antara auditor dengan

audite.

78

2. Penelitian ini hanya dilakukan pada periode 2013-2016 , sehingga belum

mewakili seluruh perusahaan yang terdaftar diBursa Efek Indonesia

3. Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan properti dan

real estate.

D. Saran

Penelitian ini di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil

penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan

mengenai beberapahal, diantaranya:

1. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk menambah variabel-variabel

yang memiliki keterkaitan dengan kualitas audit audit, seperti ukuran

KAP dan independensi auditor.

2. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah periode penelitian.

3. Penelitian selanjutnya juga disarankan mampu memperluas wilayah

penelitian agar hasil penelitian yang diperoleh lebih tergenaralisasi,

serta diharapkan dapat menggunakan jangka waktu pengamatan yang

lebih panjang untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

4. Kedepannya agar tidak hanya KAP yang terafiliasi dengan KAP Big

Four yang mendapat kepercayaan masyarakat luas, tetapi juga KAP

non Big Four. Sehingg akualitas audit yang terjadi tidak hanya

diakibatkan oleh citra atau adanya afiliasi dengan KAP Big Four atau

tidak.

79

DAFTAR PUSTAKA

Alzoubi, Ebraheem Saleem Salem. 2017. Audit quality, debt financing, and

earnings management: Evidence from Jordan. Journal of International

Accounting, Auditing and Taxation, Vol 12, No.1

Anggara, M. Agung. 2017. “Pengaruh Etika Profesi, Pengalaman, Pengetahuan,

dan Gender Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas”. Jurnal

Akuntansi. Riau.

DeAngelo, L. 1981. Auditor size and Quality. Journal of Accounting and

Economics, 183-199.

Deis, D.R. & Giroux, G.A. 1992. Determinants of Audit Quality in the Public

Sector. The Accounting Review, 67(3): h462-479.

Febrianti, Ni Made Dewi dan I Made Mertha. “Pengaruh Masa Perikatan Audit,

Rotasi KAP, Ukuran Perusahaan Klien, Ukuran KAP Pada Kualitas Audit”,

E-Journal Akuntansi Universitas Udayana 7.2, hal 503-518, Bali.

Fierdha et al. 2015. Pengaruh Audit Rotation dan Audit Tenure terhadap Kualitas

Audit dengan Fee Audit sebagai Variabel Pemoderasi (Studi pada

Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014). Jurnal Akuntansi.

Bandung.

Freeman, R.E . 1994. The Politics of Stakeholder Theory: Some Future

Directions. Business Ethics Quarterly 4: 409-421.

Ghafran, C. and O'Sullivan, N., 2017. The impact of audit committee expertise on

audit quality: Evidence from UK audit fees. The British Accounting

Review, 49 (6), pp. 578-593.

Ghozali, Imam. 2016. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”.

Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gultom, E.R., dan Fitriany, 2013, Pengaruh Tenure Audit dan Rotasi Auditor

terhadap Kualitas Audit dengan ukuran KAP sebagai Variabel Moderasi,

SNA XVI, September: 5436-5472.

Hamid, Abdul. “PengaruhTenur KAP danUkuran KAP terhadapKualitas

Audit”,FakultasEkonomiUniversitasNegeri Padang, 2013.

Hendriksen, Eldon S. dan Michael F. Van Breda. 2013. Teori Akuntansi. Buku 2.

Batam: Interaksara. 70

80

Ian. 2013. “Penentuan Kualitas Audit Berdasarkan Ukuran KAP dan Biaya

Audit” Diakses melalui:

http://journal.wima.ac.id/index.php/JIMA/article?view/248 pada tanggal 15

februari 2018.

Institut Akuntan Publik Indonesia. “Standar Profesi Akuntan Publik”. Jakarta:

Salemba Empat. 2013.

Jensen, M. C., dan W. H. Meckling. 1976. “Theory of The Firm: Managerial

Behavior, Agency Costs and Ownership Structure”. Journal of Financial

Economics, 3(4): h:305-360.

Jensen, Micheal C. dan William H. “Theory of The Firm: Managerial Behavior,

Agency Cost and Ownership Structure”, Journal of Financial Economics 3,

hal 305-360, U.S.A, 1976.Herianti, Eva dan Suryani, Arna. 2016. “Pengaruh Kualitas Auditor, Audit Delay, dan Audit Tenure terhadap Kualitas Audit Perbankan yang Terdaftar di BEI Periode 2012-2014”. Jurnal Akuntansi, Jakarta.

Juliantari, A. Ni Wayan, dan Ni Ketut, Rasmini. 2013. “Auditor Switching dan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya”. E-Jurnal Akuntansi Universitas

Udayana, ISSN : 2302-8556. h. 231-246.

Kovinna, Fransiska dan Betri. “Pengaruh Independensi, Pengalaman Kerja,

Kompetensi, dan Etika Auditor terhadap Kualitas Audit”, Jurusan

AkuntansiSTIE MDP, Palembang, 2013

Kurnia, winda. Khomsiyah. Sofie. 2014. “pengaruh kompetensi, independensi,

tekanan waktu, danetika auditor terhadap kualitas aduit. e-Journal

Akuntansi Fakultas Ekonomi, Volume. 1 Nomor. 2 September 2014 .Hal.

49-67.

Kurniasih, Margi dan Abdul Rohman. 2014. “Pengaruh Audit Fee Audit, Audit

Tenure, dan Rotasi Audit Terhadap Kualitas Audit”. Diponegoro Journal Of

Accounting, 3(3).

Lee, David dan Surakartha, I Made. 2017. “Fee Audit sebagai Pemoderasi

Pengaruh Auditor Switching dan Audit Tenure terhadap Kualitas Audit”. E-

Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, ISSN : 2302-8556.

Mayasari, Ida. 2013 “Pengaruh Profesionalisme Auditor dan Masa Perikatan

Audit Terhadap Kualitas Audit”. Universitas Komputer Indonesia.

Bandung.

Menteri Keuangan. 2008. Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008

Tentang Jasa Akuntan Publik. Jakarta.

81

Mgbame, C.O., Eragbhe, E danOsazuwa, N, “Audit Partner Tenure and Audit

Quality: An Emprical Analysis”, European Journal of Business and

Management, Vol. 4, No. 7, pp.154-159, 2012.

Nasser, Wahid, Nazri, dan Hudaib. “Auditor-Client Relationship: The Case of

Audit Tenure and Auditor Switching in Malaysia”, Manegerial Auditing

Journal, vol. 21, 2006.

Octaviana, Arisinta. 2013. Pengaruh Kompetensi, Independensi, Time Budget

Pressure, dan Audit Fee terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan

Publik di Surabaya. Jurnal Ekonomi dan Bisnis 71

Praptika, Putu Yuli Hartanti dan Rasmini, Ni Ketut. 2016. “Pengaruh Audit

Tenure, Pergantian Auditor, dan Financial Distress Pada Audit Delay Pada

Perushaan Consumer Goods”. Jurnal Akuntansi. Bali.

Putra, I GedeCahyadi. “Kualitas Audit Kantor Akuntan Publik di Bali Ditinjau

dari Time Budget Pressure Risiko Kesalahan, dan Kompleksitas Audit”,

JurnalIlmiahAkuntansidanHumanikaJinah,

Putri, Kadek Dwi Ciptana dan Rasmini, Ni Ketut. 2016. “Fee Audit sebagai

Pemoderasi Pengaruh Auditor Switching pada Kualitas Audit”. E-Jurnal

Akuntansi Universitas Udayana, ISSN : 2302-8556.

Ritiana, Zmau. “Ada Apa Dengan Toshiba”, Diakses melalui:

http://zmauritiana.wordpress.com/2015/07/28/ada-apa-dengan-toshiba.html,

Padatanggal 28 Juli 2015.

Siregar, Fitriany, Wibowo dan Anggraita. 2011. Rotasi dan Kualitas Audit:

Evaluasi Atas Kebijakan Menteri Keuangan KMK.N0.423/KMK.6/2002

Tentang Jasa Akuntan Publik. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia,

8(1): h:1-17.

Tandiontong, Mathius. 2016 “Kualitas Audit dan Pengukurannya”. Bandung:

Penerbit Alfabeta.

Werastuti, S. 2013. Pengaruh Auditor Client Tenure, Debt Default, Reputasi

Auditor, Ukuran Klien dan Kondisi Keuangan Terhadap Kualitas Audit

Melalui Opini Audit Going Concern. Vokasi Jurnal Riset Akuntansi, 2(1).

LAMPIRAN 1

Data PerusahaanSampel

1 PT. Agungpodomoro land Tbk APLN

2 PT.Alam Sutra Realty Tbk ASRI

3 PT. Pikko land development Tbk RODA

4 PT.BekasiAsriPemulaTbk BAPA

5 PT.Bumi Citra PermaiTbk BCIP

6 PT.BekasiFajar Industrial Estate Tbk BEST

7 PT.Bhuwanatala Indah PermaiTbk BIPP

8 PT.BukitDarmoProfertyTbk BKDP

9 PT.Sentul City Tbk BKSL

10 PT.BumiSerpongDamaiTbk BSDE

11 PT.Cowell Development Tbk Cowl

12 PT.DutaAnggada Realty Tbk DART

13 PT.Intiland Development Tbk DILD

14 PT.Duta Pertiwi Tbk DUTI

15 PT.Megapolitan Development Tbk EMDE

16 PT.Fortune Mate Indonesia Tbk FMII

17 PT.Gading Development Tbk GAMA

18 PT.Gowa Makassar Tourism Development Tbk GMTD

19 PT.PerdanaGapuraprimaTbk GPRA

20 PT.Greenwood Sejahtera Tbk GWSA

21 PT.Jaya Real Property Tbk JRPT

22 PT.JababekaTbk KIJA

23 PT.LippoCikarangTbk LPCK

24 PT.LippoKarawaciTbk LPKR

25 PT.Modernland Realty Tbk MDLN

26 PT.Metropolitan Land Tbk MTLA

27 PT.Nirvana Development Tbk NIRO

28 PT.Indonesia Prima Property Tbk MORE

29 PT.Plaza Indonesia Realty Tbk PLIN

30 PT.PakuwonJatiTbk PWON

31 PT.RistiaBintangMahkotasejatiTbk RBMS

32 PT.RodaVivatexTbk RDTX

33 PT.DanayasaArthatamaTbk SCBD

34 PT.SuryamasDutamakmurTbk SMDM

35 PT.SummareconAgungTbk SMRA

Lampiran Input Data

Hasil Tabulasi Data

NO NAMA PERUSAHAAN KODE Audit Switching

2013 2014 2015 2016

1 PT. Agung podomoro land Tbk APLN 0 0 0 0

2 PT.Alam Sutra Realty Tbk ASRI 0 0 0 0

3 PT. Pikko land development Tbk RODA 0 1 0 0

4 PT.Bekasi Asri Pemula Tbk BAPA 0 0 0 0

5 PT.Bumi Citra Permai Tbk BCIP 0 0 0 1

6 PT.Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk BEST 0 0 0 0

7 PT.Bhuwanatala Indah Permai Tbk BIPP 0 1 1 1

8 PT.Bukit Darmo Proferty Tbk BKDP 0 0 0 1

9 PT.Sentul City Tbk BKSL 0 0 0 0

10 PT.Bumi Serpong Damai Tbk BSDE 0 0 0 1

11 PT.Cowell Development Tbk Cowl 0 1 1 0

12 PT.Duta Anggada Realty Tbk DART 0 0 0 0

13 PT.Intiland Development Tbk DILD 0 0 0 1

14 PT.Duta Pertiwi Tbk DUTI 0 0 0 1

15 PT.Megapolitan Development Tbk EMDE 0 1 0 0

16 PT.Fortune Mate Indonesia Tbk FMII 0 1 0 1

17 PT.Gading Development Tbk GAMA 0 1 0 1

18

PT.Gowa Makassar Tourism Development

Tbk GMTD 0 1 0 0

19 PT.Perdana Gapuraprima Tbk GPRA 0 0 0 0

20 PT.Greenwood Sejahtera Tbk GWSA 0 0 0 0

21 PT.Jaya Real Property Tbk JRPT 0 1 0 0

22 PT.Jababeka Tbk KIJA 0 0 0 0

23 PT.Lippo Cikarang Tbk LPCK 0 0 0 0

24 PT.Lippo Karawaci Tbk LPKR 0 0 0 0

25 PT.Modernland Realty Tbk MDLN 0 0 0 0

26 PT.Metropolitan Land Tbk MTLA 0 0 0 0

27 PT.Nirvana Development Tbk NIRO 0 0 0 1

28 PT.Indonesia Prima Property Tbk MORE 0 0 0 0

29 PT.Plaza Indonesia Realty Tbk PLIN 0 0 0 0

30 PT.Pakuwon Jati Tbk PWON 0 0 0 0

31 PT.Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk RBMS 0 1 1 0

32 PT.Roda Vivatex Tbk RDTX 0 0 0 1

33 PT.Danayasa Arthatama Tbk SCBD 0 0 0 1

34 PT.Suryamas Dutamakmur Tbk SMDM 0 0 0 1

35 PT.Summarecon Agung Tbk SMRA 0 0 0 0

Hasil Tabulasi Data

NO NAMA PERUSAHAAN KODE

Tenure Audit

2013 2014 2015 2016

1 PT. Agungpodomoro land Tbk APLN 1 1 2 2

2 PT.Alam Sutra Realty Tbk ASRI 1 2 1 2

3 PT. Pikko land development Tbk RODA 1 1 2 3

4 PT.BekasiAsriPemulaTbk BAPA 1 2 3 1

5 PT.Bumi Citra PermaiTbk BCIP 1 1 2 1

6 PT.BekasiFajar Industrial Estate Tbk BEST 1 2 1 2

7 PT.Bhuwanatala Indah PermaiTbk BIPP 1 1 1 2

8 PT.BukitDarmoProfertyTbk BKDP 1 2 3 1

9 PT.Sentul City Tbk BKSL 1 1 2 3

10 PT.BumiSerpongDamaiTbk BSDE 1 2 3 1

11 PT.Cowell Development Tbk Cowl 1 1 1 2

12 PT.DutaAnggada Realty Tbk DART 1 1 1 2

13 PT.Intiland Development Tbk DILD 1 1 2 3

14 PT.Duta Pertiwi Tbk DUTI 1 2 3 1

15 PT.Megapolitan Development Tbk EMDE 1 1 2 3

16 PT.Fortune Mate Indonesia Tbk FMII 1 1 2 1

17 PT.Gading Development Tbk GAMA 1 1 2 1

18 PT.Gowa Makassar Tourism Development Tbk GMTD 1 1 1 2

19 PT.PerdanaGapuraprimaTbk GPRA 1 1 2 3

20 PT.Greenwood Sejahtera Tbk GWSA 1 2 3 1

21 PT.Jaya Real Property Tbk JRPT 1 1 2 3

22 PT.JababekaTbk KIJA 1 1 2 3

23 PT.LippoCikarangTbk LPCK 1 2 3 1

24 PT.LippoKarawaciTbk LPKR 1 1 2 3

25 PT.Modernland Realty Tbk MDLN 1 1 2 3

26 PT.Metropolitan Land Tbk MTLA 1 2 3 1

27 PT.Nirvana Development Tbk NIRO 1 1 2 1

28 PT.Indonesia Prima Property Tbk MORE 1 2 1 1

29 PT.Plaza Indonesia Realty Tbk PLIN 1 1 2 3

30 PT.PakuwonJatiTbk PWON 1 2 1 2

31 PT.RistiaBintangMahkotasejatiTbk RBMS 1 1 1 1

32 PT.RodaVivatexTbk RDTX 1 2 1 1

33 PT.DanayasaArthatamaTbk SCBD 1 1 2 3

34 PT.SuryamasDutamakmurTbk SMDM 1 1 2 1

35 PT.SummareconAgungTbk SMRA 1 1 1 2

HasilTabulasi Data

NO NAMA PERUSAHAAN KODE Fee Audit

2013 2014 2015 2016

1 PT. Agungpodomoro land Tbk APLN 15.99308364 16.21430779 16.09115828 16.69991242

2 PT.Alam Sutra Realty Tbk ASRI 16.84231258 16.34132192 17.03255815 16.55420344

3 PT. Pikko land development Tbk RODA 21.39130266 21.44141137 21.9957598 22.26402024

4 PT.BekasiAsriPemulaTbk BAPA 19.06253467 19.2091381 19.37619219 19.41393252

5 PT.Bumi Citra PermaiTbk BCIP 22.03838648 21.23974069 19.17091689 19.17091689

6 PT.BekasiFajar Industrial Estate Tbk BEST 8.785692444 8.659386957 8.794824928 6.541029999

7 PT.Bhuwanatala Indah PermaiTbk BIPP 18.31415912 20.741002 21.13931222 21.64827182

8 PT.BukitDarmoProfertyTbk BKDP 14.81454189 19.4194727 19.11382792 19.11382792

9 PT.Sentul City Tbk BKSL 24.20427741 24.15277958 24.25833357 24.28988239

10 PT.BumiSerpongDamaiTbk BSDE 16.81124508 19.11382792 19.2535915 19.16261809

11 PT.Cowell Development Tbk Cowl 14.8124913 17.37085862 22.43762 22.52874324

12 PT.DutaAnggada Realty Tbk DART 10.14521731 13.91987057 14.63749061 14.6909793

13 PT.Intiland Development Tbk DILD 22.63080858 22.88759396 23.48870208 23.28242558

14 PT.Duta Pertiwi Tbk DUTI 16.36495628 19.29614948 19.38766459 19.11382943

15 PT.Megapolitan Development Tbk EMDE 22.19593742 22.28359536 21.70089003 22.16593506

16 PT.Fortune Mate Indonesia Tbk FMII 17.0440497 19.7289526 18.91155338 18.90239439

17 PT.Gading Development Tbk GAMA 20.57782183 20.8801659 20.58068217 20.8826667

18 PT.Gowa Makassar Tourism Development Tbk GMTD 20.31537278 20.76690538 21.31976201 19.72901356

19 PT.PerdanaGapuraprimaTbk GPRA 19.68554754 19.99965945 20.23713283 23.27189908

20 PT.Greenwood Sejahtera Tbk GWSA 17.05560879 21.83017693 20.72326584 20.41725636

21 PT.Jaya Real Property Tbk JRPT 16.15142152 16.77795178 16.94282879 17.16410969

22 PT.JababekaTbk KIJA 22.26316503 23.44829246 23.94153672 24.03385853

23 PT.LippoCikarangTbk LPCK 21.39092104 24.13805547 19.80697511 21.61652315

24 PT.LippoKarawaciTbk LPKR 22.01392194 21.05973807 25.33641397 11.52128046

25 PT.Modernland Realty Tbk MDLN 20.26803398 21.95290639 21.44960598 22.06586951

26 PT.Metropolitan Land Tbk MTLA 14.99329287 14.95812474 15.70987851 15.44493539

27 PT.Nirvana Development Tbk NIRO 22.5362148 23.07765735 21.85101665 22.71546305

28 PT.Indonesia Prima Property Tbk MORE 20.53206138 22.0775088 21.72581761 22.81572991

29 PT.Plaza Indonesia Realty Tbk PLIN 15.39609828 21.03075054 21.09482939 21.14853357

30 PT.PakuwonJatiTbk PWON 15.23248736 16.42477473 16.46111129 16.5518624

31 PT.RistiaBintangMahkotasejatiTbk RBMS 19.1553261 18.68304501 18.68304501 19.73114642

32 PT.RodaVivatexTbk RDTX 19.35037478 18.42068074 18.42068074 19.06253463

33 PT.DanayasaArthatamaTbk SCBD 13.5822851 16.33521051 16.54077547 16.42656824

34 PT.SuryamasDutamakmurTbk SMDM 16.92609749 19.72901356 19.7816573 19.70161525

35 PT.SummareconAgungTbk SMRA 15.97396612 20.9856301 22.27082835 21.55617496

HasilTabulasi Data

NO NAMA PERUSAHAAN KODE

Kualitas Audit

2013 2014 2015 2016

1 PT. Agungpodomoro land Tbk APLN 1 1 1 1

2 PT.Alam Sutra Realty Tbk ASRI 0 0 0 0

3 PT. Pikko land development Tbk RODA 0 0 0 0

4 PT.BekasiAsriPemulaTbk BAPA 0 0 0 0

5 PT.Bumi Citra PermaiTbk BCIP 0 0 0 0

6 PT.BekasiFajar Industrial Estate Tbk BEST 0 0 0 0

7 PT.Bhuwanatala Indah PermaiTbk BIPP 0 0 0 0

8 PT.BukitDarmoProfertyTbk BKDP 0 0 0 0

9 PT.Sentul City Tbk BKSL 0 0 0 0

10 PT.BumiSerpongDamaiTbk BSDE 0 0 0 0

11 PT.Cowell Development Tbk Cowl 0 0 0 0

12 PT.DutaAnggada Realty Tbk DART 1 1 1 1

13 PT.Intiland Development Tbk DILD 0 0 0 0

14 PT.Duta Pertiwi Tbk DUTI 0 0 0 0

15 PT.Megapolitan Development Tbk EMDE 0 0 0 0

16 PT.Fortune Mate Indonesia Tbk FMII 0 0 0 0

17 PT.Gading Development Tbk GAMA 0 0 0 0

18 PT.Gowa Makassar Tourism Development Tbk GMTD 0 0 0 0

19 PT.PerdanaGapuraprimaTbk GPRA 0 0 0 0

20 PT.Greenwood Sejahtera Tbk GWSA 1 1 1 1

21 PT.Jaya Real Property Tbk JRPT 0 0 0 0

22 PT.JababekaTbk KIJA 0 0 0 0

23 PT.LippoCikarangTbk LPCK 0 0 0 0

24 PT.LippoKarawaciTbk LPKR 0 0 0 0

25 PT.Modernland Realty Tbk MDLN 0 0 0 0

26 PT.Metropolitan Land Tbk MTLA 1 1 1 1

27 PT.Nirvana Development Tbk NIRO 0 0 0 1

28 PT.Indonesia Prima Property Tbk MORE 1 1 1 1

29 PT.Plaza Indonesia Realty Tbk PLIN 1 1 1 1

30 PT.PakuwonJatiTbk PWON 1 1 1 1

31 PT.RistiaBintangMahkotasejatiTbk RBMS 0 0 0 0

32 PT.RodaVivatexTbk RDTX 0 0 0 0

33 PT.DanayasaArthatamaTbk SCBD 0 0 0 0

34 PT.SuryamasDutamakmurTbk SMDM 0 0 0 0

35 PT.SummareconAgungTbk SMRA 1 1 1 1

Lampiran 2

Hasil Output SPSS

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation

AS 140 0 1 32 .23 .421

AT 140 1 3 214 1.53 .714

KA 140 0 1 32 .23 .421

FA 140 6.54 25.34 2705.47 19.3248 3.33939

AS_FA 140 .00 23.28 638.09 4.5578 8.44479

AT_FA 140 8.79 72.87 4157.24 29.6946 15.53308

140

Logistic Regresion

Case Processing Summary

UnweightedCasesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 140 79.5

Missing Cases 36 20.5

Total 176 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 176 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of

cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

0 0

1 1

Blok 0: Beginning Block

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant

Step 0 1 150.944 -1.086

2 150.513 -1.212

3 150.512 -1.216

4 150.512 -1.216

a. Constant is included in the model.

b. Initial -2 Log Likelihood: 150.512

c. Estimation terminated at iteration number 4

because parameter estimates changed by less than

.001.

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

KA Percentage

Correct

0 1

Step 0 KA 0 108 0 100.0

1 32 0 .0

Overall Percentage 77.1

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant -1.216 .201 36.525 1 .000 .296

Variables not in the Equation

Score Df Sig.

Step 0 Variables AS 9.160 1 .002

AT .067 1 .796

FA 3.307 1 .069

AS by FA 8.675 1 .003

AT by FA .709 1 .400

Overall Statistics 13.689 5 .018

Blok 1 : Method = Enter

Iteration Historya,b,c,d

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant AS AT FA AS by FA AT by FA

Step 1 1 138.589 .866 -4.857 -.195 -.072 .190 -.001

2 133.866 .928 -10.568 -.132 -.071 .431 -.009

3 132.083 .888 -19.659 -.103 -.067 .842 -.012

4 131.132 .795 -31.253 -.045 -.061 1.365 -.016

5 130.673 .671 -44.008 .032 -.053 1.933 -.021

6 130.528 .576 -54.937 .092 -.047 2.415 -.024

7 130.510 .537 -60.043 .116 -.045 2.639 -.026

8 130.510 .532 -60.787 .119 -.045 2.671 -.026

9 130.510 .532 -60.800 .119 -.044 2.672 -.026

10 130.510 .532 -60.800 .119 -.044 2.672 -.026

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model.

c. Initial -2 Log Likelihood: 150.512

d. Estimation terminated at iteration number 10 because parameter estimates changed by less than .001.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square Df Sig.

Step 1 Step 20.003 5 .001

Block 20.003 5 .001

Model 20.003 5 .001

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 130.510a .133 .202

a. Estimation terminated at iteration number 10 because

parameter estimates changed by less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 1.955 8 .982

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

KA = 0 KA = 1

Total Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 14 14.000 0 .000 14

2 14 13.863 0 .137 14

3 12 12.011 2 1.989 14

4 11 11.252 3 2.748 14

5 12 10.583 2 3.417 14

6 10 10.134 4 3.866 14

7 9 9.817 5 4.183 14

8 9 9.528 5 4.472 14

9 10 8.843 4 5.157 14

10 7 7.969 7 6.031 14

Classification Tablea

Observed

Predicted

KA Percentage

Correct

0 1

Step 1 KA 0 105 3 97.2

1 32 0 .0

Overall Percentage 75.0

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a AS -60.800 48.252 1.588 1 .208 .000

AT .119 1.674 .005 1 .943 1.127

FA -.044 .147 .092 1 .762 .956

AS by FA 2.672 2.132 1.571 1 .210 14.466

AT by FA -.026 .086 .092 1 .761 .974

Constant .532 2.828 .035 1 .851 1.702

a. Variable(s) entered on step 1: AS, AT, FA, AS * FA , AT * FA .

Step number: 1

Observed Groups and Predicted Probabilities

32 +

+

I

I

I

I

F I

I

R 24 +0

+

E I0

I

Q I0

I

U I0

I

E 16 +0

+

N I0

I

C I0

I

Y I0 1

I

8 +0 0 1 1

+

I0 0 1 0 00110 01

I

I00 0 1 00 01 001000010 0011

I

I00 0 000000 000000000000000000 0001010 0 0 0

I

Predicted ---------+---------+---------+---------+---------+---------

+---------+---------+---------+----------

Prob: 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6

.7 .8 .9 1

Group:

0000000000000000000000000000000000000000000000000011111111111111111111

111111111111111111111111111111

Predicted Probability is of Membership for 1

The Cut Value is .50

Symbols: 0 - 0

1 - 1

Each Symbol Representss 2 Cases.