Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH ASPEK BUILDING ENVIRONMENTAL
MANAGEMENT TERHADAP BIAYA KONSTRUKSI GREEN
BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN CONVENTIONAL
BUILDING
SKRIPSI
MUHAMMAD FATIH
0806454361
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM SARJANA
DEPOK
JUNI 2012
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH ASPEK BUILDING ENVIRONMENTAL
MANAGEMENT TERHADAP BIAYA KONSTRUKSI GREEN
BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN CONVENTIONAL
BUILDING
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
MUHAMMAD FATIH
0806454361
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
KEKHUSUSAN MANAJEMEN KONSTRUKSI
DEPOK
JUNI 2012
1102/FT.01/SKRIP/07/2012
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Muhammad Fatih
NPM : 0806454361
Tanda Tangan :
Tanggal : 20 Juni 2012
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
iii
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Jurusan
Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada:
(1) Prof. Dr. Ir. Yusuf Latief, M.T., selaku dosen pembimbing I yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan skripsi ini;
(2) Suratman, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing II yang selalu sabar dan
telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya
dalam penyusunan skripsi ini;
(3) Pak Irwan, Pak Wildan dan pegawai proyek Pembangunan Gedung Kantor
Jasa Marga lainnya yang telah memberikan informasi terkait penerapan
green building di proyek tersebut;
(4) Ibu saya, Farida Hanim dan adik saya, Farah Fadilla yang selalu
memberikan bantuan dukungan material dan moral serta kasih sayang
(5) Ayah saya Almarhum Ir. H. Danial, MM yang selalu menjadi motivasi
saya untuk segera menyelesaikan skripsi ini dan segera menjadi insinyur;
(6) Sahabat “Green Builders” yang terdiri dari Amila, Bundo, Oghie, Nanda,
dan Ezi atas segala pencerahan dan kebersamaannya serta suka dukanya
selama merampungkan skripsi ini;
(7) Seluruh sahabat dan teman-teman satu angkatan Teknik Sipil dan
Lingkungan 2008, khususnya Ridha, Tadho, Gabby, Wakros, Dita, Sandy,
Dimas, Fatchur, Nanda, Budi, Ganjar, Tony, Jauzy, Iqbal, dan lainnya
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas seluruh kebersamaan
dan dukungan moralnya;
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
v
(8) Seluruh jajaran teman-teman dan sahabat sepenanggungan penghuni
kantek dan gazeb atas, yang selalu memberikan kebahagiaan ketika penulis
kesulitan dalam penyusunan skripsi ini;
(9) Keluarga besar 007, SPLT, Futsal Sipil, Pelahap Maut, Mokondo Fast
Track, Peteran, IMS 2010, serta Kresma IMS 2010 atas segala
kebahagiaan dan dukungan moralnya yang senantiasa menyemangati
penulis dalam pembuatan skripsi ini;
.(10) Mindo Stevi atas segala motivasi, kesabaran, semangat, kebersamaan dan
kebahagiaannya yang senantiasa menemani penulis mulai dari awal
penyusunan skripsi ini hingga akhir.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.
Depok, Juni 2012
Penulis
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Muhammad Fatih
NPM : 0806454361
Program studi : Teknik Sipil
Departemen : Teknik Sipil
Fakultas : Teknik
Jenis Karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Pengaruh Aspek Building Environmental Management Terhadap Biaya
Konstruksi Green Building Dibandingkan Dengan Conventional Building
Bersama dengan perangkat lainnya. Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmediakan/format-kan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 20 Juni 2012
Yang Menyatakan
(Muhammad Fatih)
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
vii Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Muhammad Fatih
Program Studi : Teknik Sipil
Judul : Pengaruh Aspek Building Environmental Management Terhadap
Biaya Konstruksi Green Building Dibandingkan Dengan
Conventional Building
Merencanakan operasional gedung yang ramah lingkungan sudah harus dipikirkan
sejak tahap perencanaan desain. Cakupannya adalah pengelolaan sumber daya
melalui rencana operasional konsep yang berkelanjutan, kejelasan informasi
(data), dan penanganan dini yang membantu pemecahan masalah, termasuk
manajemen sumber daya manusia dalam penerapan konsep bangunan hijau untuk
mendukung penerapan tujuan pokok dari kategori lain. Oleh sebab itu, penulis
memilih pengaruh aspek Building Environmental Management (BEM) terkait
biaya konstruksi green building dengan harapan dapat memberikan informasi
mengenai faktor dalam aspek tersebut yang mempengaruhi perubahan biaya
konstruksi green building apabila dibandingkan dengan bangunan konvensional,
dan seberapa besar perubahan yang disebabkan oleh aspek tersebut. Dari
penelitian ini diperoleh pengaruh biaya akibat penerapan BEM sebesar 0,51% dari
nilai kontraknya.
Kata kunci :
Green Building, Aspek Building Environmental Management, biaya konstruksi
ABSTRACT
Name : Muhammad Fatih
Study Program : Civil Engineer
Tittle : The Effect of Building Environmental Management Aspect for
Green Building Construction Cost Compared With
Conventional Building
Planning the operation of environmental-friendly building must be concerned
since design stage. The coverage is all about resource management by sustainable
construction concept planning, data intelligibility, and early handling to help
problems solving, include human resources management in assembling Green
Building concept to encourage main purpose of another aspects. Therefore, the
authors choose the effect of Building Environmental Management (BEM) aspects
related to construction cost of green building in order to provide information
about the factors of Building Environmental Management aspect which influence
changes of green building construction costs compared to conventional buildings,
and how much it changes. This study obtain the influence of Building
Environmental Management aspect is 0,51% from the contract value.
Key words :
Green Building, Building Environmental Management Aspect, cost of
construction
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
viii Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... .iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................. vi
ABSTRAK/ABSTRACT ...................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................xii
1 PENDAHULUAN................................................................................................1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................... 4
1.2.1 Deskripsi Masalah ........................................................................... 4 1.2.2 Signifikansi Masalah ....................................................................... 7
1.2.3 Rumusan Masalah ........................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8
1.4 Batasan Penelitian ....................................................................................... 9
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 9
1.6 Keaslian Penelitian ...................................................................................... 9
2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................13 2.1 Pendahuluan .............................................................................................. 13
2.2 Konsep Green Building ............................................................................. 13
2.2.1 Pengertian Green Building ............................................................ 13
2.2.2 Perencanaan Green Building ......................................................... 18
2.2.3 Peraturan Green Building .............................................................. 21
2.3 Aspek Building Environmental Management ........................................... 24
2.3.1 Basic Waste Facility ..................................................................... 25
2.3.2 Gp As A Member Of Design Team ............................................... 27
2.3.3 Pollution Of Construction Activity ............................................... 28
2.3.4 Advance Waste Management ........................................................ 33
2.3.5 Proper Comissioning ..................................................................... 36
2.3.6 Submission Gb Implementation For Database .............................. 38
2.3.7 Fit-Out Agreement ........................................................................ 39
2.3.8 Occupant Survey ............................................................................ 41
2.4 Perbedaan Biaya Dalam Proyek Green Building ...................................... 42
2.4.1 Penyusunan Biaya Proyek ............................................................. 42
2.4.2 Hal Yang Membedakan Biaya Green Building ............................. 46
2.5 Kerangka Berpikir Dan Hipotesa .............................................................. 54
2.5.1 Kerangka Berpikir ......................................................................... 54
2.5.2 Hipotesa Penelitian ........................................................................ 56
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
ix Universitas Indonesia
3 METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................57 3.1 Pendahuluan .............................................................................................. 57
3.2 Pemilihan Strategi Penelitian .................................................................... 57
3.3 Proses Penelitian ....................................................................................... 58
3.4 Variabel Penelitian .................................................................................... 59
3.5 Instrumen Penelitian .................................................................................. 63
3.6 Pengumpulan Data .................................................................................... 72
3.7 Analisa Data .............................................................................................. 72
3.8 Kesimpulan ................................................................................................ 75
4 PENGOLAHAN DATA ....................................................................................76 4.1 Pendahuluan .............................................................................................. 76
4.2 Pengumpulan Data .................................................................................... 76
4.2.1 Kuesioner Tahap Pertama (Validasi Pakar) .................................. 76
4.2.2 Kuesioner Tahap Kedua (Pilot Survey) ......................................... 81
4.2.3 Kuesioner Tahap Ketiga (Responden) ........................................... 88
4.3 Analisa Data .............................................................................................. 89
4.3.1 Analisa Statistik Kuisioner ............................................................ 89
4.3.1.1 Uji Data Responden ........................................................ 89
4.3.1.2 Tabulasi Data ................................................................... 95
4.3.2 Analisa Deskriptif .......................................................................... 97
4.3.3 Analisa Dengan Menggunakan Ahp .............................................. 99
4.3.3.1 Perbandingan Berpasangan Normalitas........................... 99
4.3.3.2 Bobot Elemen .................................................................. 99
4.3.3.3 Uji Konsistensi Matriks Dan Hirarki ............................ 100
4.3.3.4 Rangking Pada Variabel ................................................ 101
4.3.4 ANALISA STUDI KASUS ......................................................... 103
4.3.4.1 Pendahuluan .................................................................. 103
4.3.4.2 Penerapan Konsep Green Building ............................... 105
4.3.4.3 Kesimpulan .................................................................... 118
5 TEMUAN DAN PEMBAHASAN ..................................................................119 5.1 Pendahuluan ............................................................................................ 119
5.2 Temuan .................................................................................................... 119
5.2.1 Temuan 1 (Hasil Kuisioner) ........................................................ 119
5.2.2 Temuan 2 (Hasil Studi Kasus) ..................................................... 120
5.3 Pembahasan ............................................................................................. 122
5.4 Pembuktian Hipotesa ............................................................................... 124
6 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................125 6.1 Kesimpulan .............................................................................................. 125
6.2 Saran ........................................................................................................ 126
DAFTAR ACUAN ..............................................................................................127
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................130
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
x Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Karakteristik Limbah ......................................................................... 30
Tabel 2.2. Organisme yang Terlibat Dalam Proses Pengomposan ..................... 35
Tabel 2.3. Perbedaan Biaya Konstruksi Non-Green dan Green Building........... 52
Tabel 2.4. Data Proyek Green Building di Subang ............................................. 53
Tabel 3.1. Strategi penelitian .............................................................................. 57
Tabel 3.2. Variabel Penelitian BEM ................................................................... 61
Tabel 3.3. Kuisioner untuk Pengambilan Data Tahap 1 ..................................... 64
Tabel 3.4. Kuisioner untuk Pengambilan Data Tahap 2 ..................................... 68
Tabel 4.1. Profil Pakar ........................................................................................ 77
Tabel 4.2. Kuisioner Tahap Dua ......................................................................... 79
Tabel 4.3. Data Responden Pilot Survey ............................................................ 81
Tabel 4.4 Perubahan Penulisan Variabel akibat Pilot Survey ............................ 83
Tabel 4.5. Kuisioner Untuk Responden .............................................................. 85
Tabel 4.6 Data Profil Responden Tahap Tiga .................................................... 88
Tabel 4.7. Test Statistics ..................................................................................... 91
Tabel 4.8. Kelompok Jabatan Responden ........................................................... 92
Tabel 4.9. Test Statistics Jabatan......................................................................... 93
Tabel 4.10. Test Statistic Pengalaman Kerja ......................................................... 94
Tabel 4.11. Item-Total Statistic ............................................................................. 95
Tabel 4.12. Case Processing Summary ................................................................. 96
Tabel 4.13. Realibility Statistic ............................................................................. 97
Tabel 4.14. Analisa Deskriptif .............................................................................. 97
Tabel 4.15. Matriks Berpasangan Pengaruh Biaya Pengambilan Keputusan ....... 99
Tabel 4.16. Perhitungan Bobot Elemen ................................................................ 99
Tabel 4.17. Perhitungan Bobot Elemen Masing-masing Pengaruh .................... 100
Tabel 4.18. Nilai Perhitungan AHP .................................................................... 102
Tabel 4.19. Faktor Pengaruh Terhadap Biaya Dominan Variabel ...................... 103
Tabel 4.20. Target Pencapaian Rating ................................................................ 105
Tabel 4.21. Deviasi Biaya BEM ......................................................................... 118
Tabel 5.1. Peringkat Proxy Variabel ................................................................. 119
Tabel 6.1. Faktor BEM yang Mempengaruhi Biaya ......................................... 125
Tabel 6.2 Persentase Penambahan Biaya Keseluruhan .................................... 126
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
xi Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Tempat Sampah Organik dan Non Organik ................................... 27
Gambar 2.2. Water Treatment Plant ................................................................... 32
Gambar 2.3. Proses Umum Penanganan Limbah Organik ................................. 34
Gambar 2.4. Proses Penyusunan Anggaran Biaya .............................................. 44
Gambar 2.5. Input, Tools & Techniques, dan Output Estimasi Biaya ................ 45
Gambar 2.6 Aliran data Dalam Proses Penyusunan Estimasi Biaya ................. 45
Gambar 2.7. Proses Cost Budgeting ................................................................... 46
Gambar 2.8. Hubungan antara biaya dengan proses konstruksi ......................... 48
Gambar 2.9 Kerangka Berpikir .......................................................................... 55
Gambar 4.1. Grafik Penyebaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir 90
Gambar 4.2. Grafik Penyebaran Responden Berdasarkan Jabatan ..................... 92
Gambar 4.3. Penyebaran Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ............... 94
Gambar 4.4. Grafik Mean Indikator .................................................................... 98
Gambar 4.5 Masa Kontruksi Proyek ................................................................ 105
Gambar 4.6. Tempat sampah Organik, Anorganik, dan B3 .............................. 107
Gambar 4.7. Alur pembuangan sampah ............................................................ 107
Gambar 4.8. Struktur GP dalam Organisasi Kontraktor ................................... 108
Gambar 4.9. Area Pemilahan dan Pencatatan Limbah Padat ............................ 109
Gambar 4.10. Tempat Sampah di Proyek ........................................................... 110
Gambar 4.11. Penggunaan kembali waste besi beton ......................................... 111
Gambar 4.12. Form monitoring pengeluaran sampah proyek............................. 112
Gambar 4.13. Flowchart pengendalian limbah cair konstruksi........................... 112
Gambar 4.14. Logo Ikatan Pemulung Indonesia (IPI) ........................................ 113
Gambar 4.15. Contoh Limbah Anorganik........................................................... 113
Gambar 4.16. Tim Proper Comissioning ............................................................ 114
Gambar 4.17. Alat Comissioning ........................................................................ 115
Gambar 4.18. Prosedur pelaksanaan Testing dan Komisioning ......................... 115
Gambar 4.19. Surat Pernyataan Penyerahan Implementasi Green Building ...... 117
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
xii Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner Tahap 1
Lampiran 2. Kuisioner Tahap 2
Lampiran 3. Data Responden
Lampiran 4. Instruksi Kerja Pengendalian Limbah Padat
Lampiran 5 Contoh Surat Penunjukan GP
Lampiran 6. Contoh Daftar Hadir GP
Lampiran 7. Flowchat Pengendalian Limbah Padat/Cair Kegiatan Proyek
Lampiran 8. Contoh Surat Pernyataan Pengelolaan Limbah
Lampiran 9. Contoh Surat Pernyataan Pengelolaan Sampah Anorganik
Lampiran 10. Contoh Form Commissioning
Lampiran 11. Contoh Surat Pernyataan Penyerahan Data Implementasi GB
Lampiran 12. Contoh Surat Pernyataan Survey
Lampiran 13. Kuisioner Hasil Validasi Pakar
Lampiran 14. Pedoman New Building Greenship V.1.0
Lampiran 15. Risalah Sidang Skripsi
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sarana dan prasarana fisik, atau sering disebut dengan infrastruktur,
merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem pelayanan masyarakat.
Berbagai fasilitas fisik merupakan hal yang vital guna mendukung gerak roda
pemerintahan, perekonomian, industri dan berbagai kegiatan sosial di masyarakat
dan pemerintahan. Mulai dari sistem energi, transportasi jalan raya, bangunan-
bangunan perkantoran dan sekolah, hingga telekomunikasi, rumah peribadatan
dan jaringan layanan air bersih, semuanya memerlukan adanya dukungan
infrastruktur yang handal. Peran infrastruktur dalam mendukung dinamika suatu
negara menjadi sangat krusial untuk memenuhi luasnya cakupan masyarakat
tersebut.
Dewasa ini bisnis konstruksi semakin marak dan terus berkembang agar
dapat memenuhi infrastruktur yang dibutuhkan masyarakat dan meningkatkan laju
pembangunan di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS)[1] memprediksi sektor
konstruksi pada triwulan IV-2011 akan mengalami pertumbuhan signifikan atau
tajam dalam Indeks Tendensi Bisnis (ITB) alias kondisi bisnis Indonesia.
Sebelumnya pada triwulan III-2011, sektor konstruksi diperkirakan mengalami
peningkatan bisnis paling tinggi dengan nilai indeks sebesar 107,55. Dampak
yang ditimbulkan akibat peningkatan aktivitas konstruksi tersebut tentunya sangat
besar terhadap lingkungan. Dalam rangka menjaga keselamatan lingkungan dan
meningkatkan mutu dari tingginya persaingan bisnis industri konstruksi maka
konsep pembangunan berbasiskan prinsip ramah lingkungan mulai diterapkan.
UU Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung[2] mendorong
pembangunan bangunan berarsitektur lokal yang terasa lebih ramah lingkungan
dan selaras dengan lingkungan asal. Konsep Green Building di dunia internasional
memiliki predikat yang tinggi dan sudah menjadi standard dalam proses
pembangunan, dimana Indonesia baru memulai mengadopsi konsep ini. Dalam
penerapannya terdapat rating yang menjadi tolak ukur bagi para pelaku industri
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
2
Universitas Indonesia
yang menerapkan best practices dan mencapai standar yang terukur sesuai dengan
peraturan pemerintah.
Green Building memberikan keuntungan finansial yang tidak disajikan
oleh bangunan konvensional. Keuntungan-keuntungan tersebut termasuk
penghematan energi dan air, pengurangan sampah, serta biaya operasional dan
maintenance yang lebih rendah. Konsep green yang mengacu kepada prinsip
sustainability/keberlanjutan dan menerapkan praktik-praktik ramah lingkungan
masih merupakan hal yang baru di Indonesia. Tetapi, kenyataannya, telah banyak
pelaku pasar yang sudah menggunakan label green. Ini menunjukkan adanya
kecenderungan pasar terhadap kesadaran betapa pentingnya penerapan prinsip ini,
sehingga muncul keinginan untuk menerapkan praktik ramah lingkungan dan
prinsip keberlanjutan dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun sudah ada
keinginan, masyarakat umum belum memiliki pengetahuan yang cukup serta
aksesibilitas terhadap informasi, praktik-praktik, dan produk-produk ramah
lingkungan. Oleh karena itu, perlu ada suatu jembatan yang menghubungkan
konsep sesungguhnya dengan persepsi yang tersebar di masyarakat.
Fauzi Bowo, Gubernur DKI mengisyarat bahwa dalam upaya melindungi
bumi dari pemanasan global, konsep Green Building pada bangunan pemerintah
akan mulai diterapkan pada tahun 2010[3]. Selain penerapan pada gedung yang
dimiliki, intensif dalam bidang birokrasi juga ditawarkan. Hal ini bertujuan untuk
mempengaruhi pemain properti mengangkat konsep Green Building dalam
proyeknya, yang biasanya diabaikan. Penerapan konsep baru yang merubah
konsep tradisional biasanya akan menimbulkan tambahan biaya. Sebagai contoh;
penerapan IBS (industrial building system) yang bisa menghemat energi ternyata
menimbulkan tambahan biaya sekitar 30-40%, sehingga hal ini ditinggalkan oleh
pelaku konstruksi (Davi Sukamta, 2009)[4]. Hal seperti inilah yang sering
membuat para pelaku jasa konstruksi mempertimbangkan dengan matang
penerapan konsep Green Building di Indonesia.
Merencanakan operasional gedung yang ramah lingkungan sudah harus
dipikirkan sejak tahap perencanaan desain. Cakupannya adalah pengelolaan
sumber daya melalui rencana operasional konsep yang berkelanjutan, kejelasan
informasi (data), dan penanganan dini yang membantu pemecahan masalah,
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
3
Universitas Indonesia
termasuk manajemen sumber daya manusia dalam penerapan konsep bangunan
hijau untuk mendukung penerapan tujuan pokok dari kategori lain.
Untuk membantu para pelaku industri konstruksi, baik pengusaha,
engineer, maupun pelaku pendukung lainnya dalam menerapkan praktik Green
Building, terdapat sistem rating GREENSHIP yang disusun oleh Green Building
Council Indonesia (GBCI)[5]. Dengan adanya sistem rating GREENSHIP, akan
tercapai standar terukur yang dapat dipahami oleh masyarakat umum, pemilik
bangunan, serta pelaku jasa konstruksi. Standar yang ingin dicapai GREENSHIP
adalah terjadinya suatu bangunan hemat energi yang ramah lingkungan sejak
tahap perencanaan, pembangunan, hingga pengoperasian dan pemeliharaan sehari-
hari.
Sistem rating GREENSHIP merupakan alat bantu bagi para pelaku
industri bangunan, baik pengusaha, engineer, maupun pelaku lainnya dalam
menerapkan best practices dan mencapai standar terukur yang dapat dipahami
oleh masyarakat umum, terutama tenant dan pengguna bangunan. Suatu bangunan
akan dinilai rating GREENSHIP oleh seorang Greenship Professional (GP).
Dengan sistem penilaian ini, setiap bangunan yang mencanangkan diri sebagai
Green Building akan disertifikasi berdasarkan kriteria-kriteria baku yang ada
dalam sistem penilaian. Kriteria penilaiannya dikelompokkan menjadi enam
kategori, yaitu:
Appropriate Site Development (Tepat Guna Lahan)
Energy Efficiency and Conservation (Efisiensi dan Konservasi Energi)
Water Conservation (Konservasi Air)
Material Resources and Cycle (Sumber dan Siklus Material)
Indoor Air Health and Comfort (Kualitas Udara dan Kenyamanan Ruangan)
Building Environmental Management (Manajemen Bangunan dan
Lingkungan)
Salah satu aspek yang paling penting dalam penerapan Green Building
adalah Building Environmental Management. Menitikberatkan kepada
pengelolaan sampah, pelibatan Greenship Professional dalam konstruksi Green
Building, serta pengelolaan sumber daya dan data untuk konsep yang
berkelanjutan menjadikan Aspek Building Environmental Management sebagai
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
4
Universitas Indonesia
penilaian yang penting di dalam sertifikasi Green Building. Jika metode
penerapan aspek Building Environmental Management dapat diaplikasikan
dengan tepat, maka biaya yang ditimbulkan dalam proses konstruksi Green
Building dapat terlihat jelas sehingga kedepannya aspek BEM dapat dijadikan
suatu unsur penting dalam proyek konstruksi di Indonesia terutama Green
Building.
1.2 Perumusan Masalah
1.2.1 Deskripsi Masalah
Dalam proses pembangunan Green Building, permasalahan yang
seringkali dihadapi oleh pelaku konstruksi adalah hal-hal sebagai berikut :
a. Peraturan Pemerintah
Saat ini, pemerintah mengikuti perkembangan dunia konstruksi, mengingat
konstruksi merupakan salah satu penunjang sektor ekonomi Indonesia.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dunia konstruksi juga turut serta
dalam perusakan alam yang saat ini terjadi di dunia. Oleh sebab itu, kongres
Internasional tidak jarang turut serta membahas permasalahan lingkungan.
Indonesia sebagai salah satu negara yang mendapatkan dana hibah untuk
terus menjaga kelestarian lingkungannya yang berfungsi sebagai salah satu
paru-paru dunia, secara tidak langsung harus terus memperbarui undang-
undangnya untuk memperketat pengawasannya guna kelestarian
lingkungan.
b. Permintaan Owner
Saat ini Green Building sudah menjadi trend pembangunan masa kini.
Pemilik bangunan saat ini tidak jarang mengusung tema Green Building
dalam bangunannya, sehingga menuntut kontraktor untuk mampu
mengerjakan proyek tersebut dengan baik dan dapat memenuhi aspek-aspek
yang disyaratkan untuk sertifikasi Green Building.
c. Persaingan Bisnis
Semakin banyak pelaku konstruksi di Indonesia yang menawarkan harga
penawaran yang lebih murah ataupun dengan menawarkan konsep
bangunan yang lebih baik dan ramah lingkungan membuat para pelaku
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
5
Universitas Indonesia
konstruksi harus menjalani persaingan antara yang satu dengan yang
lainnya.
d. Harga pembangunan Green Building lebih tinggi dibandingkan bangunan
konvensional
Green Building adalah sebuah konsep baru yang ditawarkan untuk
pembangunan berkelanjutan serta ramah lingkungan. Tentunya penggunaan
metode baru ini akan lebih memakan biaya dibandingkan dengan metode
tradisional untuk pembangunan gedung konvensional, sehingga kontraktor
seringkali terbentur dengan masalah biayanya.
Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, salah satu cara yang bisa
diterapkan adalah mengaplikasikan konsep Green Building kepada bangunan yang
akan dibangun. Menurut Green Building Council Indonesia, Green Building
memiliki enam aspek yang harus dipenuhi di Indonesia yakni Appropriate Site
Development, Energy Efficiency and Conservation, Water Conservation, Material
Resources and Cycle, Indoor Air Helath and Comfort, dan Building and
Environmental Management. Masing-masing aspek memiliki tolak ukur dan
rating masing-masing untuk mendapatkan sertifikasi sebagai Green Building.
Penulis hanya membahas aspek Building Environmental Management, dan hal-hal
yang menjadi tolak ukur dalam aspek tersebut adalah sebagai berikut :
a. Fasilitas Dasar Pengolahan Sampah (Basic Waste Facility)
Hal ini adalah prasyarat yang harus dimiliki oleh setiap gedung yang ingin
disertifikasi bangunannya sebagai Green Building. Banyaknya sampah yang
dihasilkan dalam berbagai bentuk dan semakin sempitnya TPA(Tempat
Pembuangan Akhir) menjadi beban berat dalam pengolahan sampah di
TPA. Oleh karena itu, tolak ukur dalam prasyarat ini adalah adanya instalasi
atau fasilitas di lingkungan gedung untuk memilah dan mengumpulkan
sampah sejenis sampah rumah tanga (UU No. 18 Tahun 2008) berdasarkan
jenis organik dan anorganik. Dengan melakukan pemilahan sampah dari
tahap awal, proses daur ulang akan dimulai lebih cepat sehingga beban TPA
dapat berkurang.
b. Greenship Professional (GP) Sebagai Bagian Dari Tim Desain (GP as a
Member Of Design Team)
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
6
Universitas Indonesia
Setiap bangunan yang akan disertifikasi sebagai Green Building harus
melibatkan seorang tenaga ahli yang sudah tersertifikasi Greenship
Professional (GP), yang bertugas untuk mengarahkan berjalannya proyek
sejak tahap perencanaan desain dan sebelum pendaftaran sertifikasi.
c. Polusi Dari Aktivitas Konstruksi (Pollution Of Construction Activity)
Untuk bangunan baru, penerapan konsep ramah lingkungan tidak hanya
bertitik berat pada desain atas perencanaan. Proses konstruksi untuk
mendirikan bangunan tersebut pun harus menjiwai semangat ramah
lingkungan, sehingga bila suatu bangunan dikatakan memenuhi konsep
ramah lingkungan, berarti proses penilaiannya telah dilakukan secara
komprehensif.
d. Pengelolaan Sampah yang Baik (Advance Waste Management)
Tolak ukur dari aspek ini adalah adanya instalasi pengomposan limbah
organik di tapak bangunan serta memberikan rencana kerjasama dengan
pihak ketiga untuk masalah pengelolaan limbah anorganik di luar sistem
jaringan persampahan kota.
e. Comissioning yang tepat (Proper Comissioning)
Setiap bangunan merupakan suatu produk yang berasal dari perakitan dari
berbagai material yang belum tentu cocok satu sama lain. Oleh karena itu,
perlu diadakan suatu proses yang berkesinambungan untuk memastikan
semua sistem, terutama pada peralatan (equipment), berjalan sesuai dengan
rencana dan berkelanjutan.
f. Penyerahan Data Implementasi Green Building untuk Database (Submission
Green Building Implementation Data for Database)
Lemahnya database merupakan bagian dari kurangnya kesadaran atas
pentingnya riset dan pengembangan, terutama dalam Green Building ini.
Oleh karena itu, dibutuhkan upaya-upaya yang mendorong implementasi
aspek-aspek ramah lingkungan dari setiap gedung. Dengan pemberian data
Green Building kepada GBCI dan pusat data energi Indonesia, diharapkan
kedepannya dapat muncul inovasi serta perubahan baru bagi implementasi
Green Building di Indonesia.
g. Kesepakatan Penyerahan Gedung (Fit-Out Agreement)
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
7
Universitas Indonesia
Ketika bangunan yang menganut prinsip Green Building sudah selesai dan
akan diserahkan kepada penyewa gedung atau tenant, maka perlu dibuat
surat perjanjian dengan tenant untuk memastikan bahwa bangunan akan
tetap mengimplementaasikan prinsip Green Building saat fit-out gedung.
h. Survey Penghuni (Occupant Survey)
Salah satu perhatian dari prinsip keberlanjutan adalah kenyamanan manusia.
Dalam rating ini, didorong suatu tindakan survey untuk mengetahui
kenyamanan termal pengguna gedung.
1.2.2 Signifikansi Masalah
Praktik Green Building yang masih sangat minim selama ini dikarenakan
penerapan konsep Green Building selalu identik dengan penambahan biaya
konstruksi. Akan tetapi, dengan diterbitkannya peraturan yang berkaitan dengan
bangunan hijau melalui Peraturan Menteri dari Kementerian Lingkungan Hidup
(KLH) Nomor 8 Tahun 2010 yang berjudul “Kriteria dan Sertifikasi Bangunan
Ramah Lingkungan” mendesak para pelaku konstruksi untuk menerapkan prinsip-
prinsip lingkungan dalam desain, konstruksi, operasi dan manajemennya, yang
semuanya penting bagi mitigasi dampak perubahan iklim[6]. Dalam penerapan
konsep bangunan ramah lingkungan tersebut, terdapat berbagai macam pendapat
mengenai besaran penambahan biaya konstruksi dalam bangunan tersebut.
Penerapan konsep Green Building pada gedung yang baru akan dibangun, akan
mempengaruhi penambahan biaya investasi sebesar 5-10% dengan memiliki
konsep yang matang, namun apabila dilakukan tidak dengan perencanaan yang
matang oeh pengembang yang juga belum berpengalaman diperkirakan kenaikan
harga pembangunan Green Building dapat bertambah hingga 20% [7]. Pada
proyek Green Building yang bertempat di Dahana, proyek yang baru selesai pada
tahun 2011 ini mengalami kenaikan biaya konstruksi sebesar 13,4%.
Kenaikan harga yang diakibatkan oleh penerapan Green Building ini
memang bersifat pasti. Namun, dengan konsep Green Building yang bertujuan
menghemat energi dan terutama kepedulian terhadap lingkungan ini sebenarnya
dapat memberikan penghematan yang lebih besar bagi tahap operasional gedung.
Misalnya untuk gedung yang sebagian disewa dan dijual, penyewa akan merasa
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
8
Universitas Indonesia
diuntungkan dengan biaya operasional lebih murah untuk listrik, yang
diperkirakan terjadi penghematan sebesar 20%-30% per bulannya [8]. Pihak
Kementerian Perumahan Rakyat[9] juga mendorong pemberian insentif bagi
perusahaan pengembang properti yang menggunakan konsep Green Building.
Insentif tersebut dapat berupa revisi retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB),
pajak, maupun penggunaan bahan bangunan. Penerapan Green Building akan
menambah biaya pembangunan sebesar 2% daripada gedung konvesional, namun
harga property valuenya akan meningkat 10 kali lipat dibandingkan gedung
konvensional[10].
1.2.3 Rumusan Masalah
a. Faktor apa saja dalam aspek Building Environmental Management yang
berpotensi mempengaruhi biaya konstruksi dalam pembangunan green
building.
b. Seberapa besar pengaruh dari penerapan aspek Building Environmental
Management dalam green building terhadap besarnya biaya proyek apabila
dibandingkan dengan konvensional building.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menentukan
seberapa besar Aspek Building Environmental Management akan mempengaruhi
biaya proyek dalam proyek konstruksi Green Building jika dibandingkan dengan
konvensional building dan mengidentifikasi dengan tepat aspek-aspek apa saja
yang terdapat dalam Building Environmental Management yang berpotensi untuk
menaikkan biaya konstruksi dalam pembangunan Green Building. Mengingat
Green Building saat ini sudah menjadi standar dalam pembangunan gedung di
Indonesia, diharapkan penelitian ini dapat mendorong minat dan membantu para
pelaku konstruksi dan investor untuk menerapkan konsep Green Building pada
proyeknya.
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
9
Universitas Indonesia
1.4 Batasan Penelitian
Penelitian ini hanya membahas salah satu aspek Green Building yaitu
aspek Building Environmental Management dan pengaruhnya terhadap biaya
konstruksi suatu proyek. Hal ini terkait penerapan segala subkategori yang
berguna untuk memenuhi aspek Building Environmental Management seperti
yang telah ditetapkan oleh GBCI (Green Building Council Indonesia) dalam
Green Building dan pengaruhnya terhadap kenaikan atau mungkin penurunan
biaya konstruksi. Lingkup penelitian yang digunakan dalam proyek ini adalah
studi kasus bangunan gedung Jasa Marga yang bertemakan Green Building milik
Jasa Marga dan kontraktor pelaksananya adalah PT. PP (Persero) Tbk
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Untuk investor
Mendapatkan cara penerapan aspek Building Environmental Management
yang optimal sehingga mendapatkan derajat pengembalian investasi yang
optimum pada proyek Green Building.
b. Untuk Kontraktor Pelaksana Proyek
Mengetahui dan dapat menerapkan segala aspek Building Environmental
Management secara baik serta bisa mengestimasi biaya proyek dari Green
Building.
c. Untuk penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Green Building dan segala
jenis aspeknya, terutama aspek Building Environmental Management.
d. Untuk bidang IPTEK
Pengetahuan yang baru mengenai aspek Building Environmental
Management pada Green Building serta metode penerapannya.
1.6 Keaslian Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian yang baru
dilakukan dan sebelumnya tidak pernah diteliti oleh siapapun. Walaupun terdapat
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
10
Universitas Indonesia
beberapa penelitian sebelumnya yang terlihat mirip, namun penelitian ini tidak
sama dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, misalnya :
a. Perancangan bangunan dengan mempertimbangkan aspek energi dan
lingkungan (studi kasus: pengamatan beberapa bangunan di Jakarta dan
Surabaya dengan menggunakan LEED NC 2.1) oleh Ridho Masruri Irsal
Universitas Indonesia
Abstrak: “Masalah lingkungan global tidak bisa hanya menjadi sekedar
bahan pembicaraan tanpa ada upaya untuk mencegahnya. Sektor bangunan
ternyata mengkonsumsi sekitar 50% bahan bakar fosil, paling banyak di
antara sektor-sektor lainnya seperti transportasi dan industri. Dapat
dibayangkan peranan bidang arsitektur dalam menyumbangkan CO2 yang
menjadi pemicu utama masalah pemanasan global dan perubahan iklim.
Pembicaraan mengenai pembangunan yang berkelanjutan sudah ada sejak
tahun 1970-an. Konsep sustainability mulai dibahas dan dikembangkan oleh
beberapa pakar sehingga dapat lebih dipahami. Dalam perkembangannya,
istilah Green Building lebih dikenal oleh masyarakat. Tetapi kriteria-kriteria
sebuah bangunan bisa dikatakan green menjadi sulit ditentukan karena
belum ada standar yang bisa dijadikan pedoman.
Amerika Serikat melalui U.S. Green Building Council menjawab tantangan
ini dengan mengeluarkan Leadership in Energy and Environmental Design
(LEED). Sistem penilaian ini menguraikan aspek-aspek yang menjadi dasar
pemikiran sustainable architecture dan juga strategi-strategi perancangan
untuk memenuhi kriteria tersebut. Setelah itu, banyak negara yang ikut
mendirikan Green Building Council dan juga sistem rating, baik yang
mengadopsi versi U.S. Green Building Council ataupun hasil penyusunan
sendiri. Negara kita Indonesia, pada tanggal 12 Maret 2008 sudah
mendirikan Green Building Council of Indonesia yang salah satu misinya
juga menerapkan LEED untuk mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan. Menanggapi hal ini, penulis melakukan studi pengamatan
pada beberapa bangunan di Indonesia dengan menggunakan LEED. Dari
hasil pengamatan pada ketiga bangunan tersebut, memang belum satupun
yang mendapatkan sertifikasi LEED. Tetapi upaya untuk menerapkan
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
11
Universitas Indonesia
prinsip-prinsip sustainability sudah terlihat. Kendalanya, LEED mencakup
sangat banyak disiplin ilmu lainnya sehingga perlu adanya koordinasi dari
berbagai badan/organisasi yang menangani bidangnya masing-masing.
Namun dengan adanya studi pengamatan ini dapat terlihat sejauh mana
Indonesia dapat menerapkan LEED sebagai pedoman bagi Green Building
Council of Indonesia sebelum menyusun sistem rating sendiri.”
Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang saat ini ditulis
adalah bahwa penelitian ini menganut standar prinsip Green Building sesuai
LEED, dimana LEED adalah suatu badan dari Amerika Serikat yang
membahas aspek-aspek green yang dalam pengaplikasiannya masih sulit di
Indonesia. Sedangkan dalam penelitian yang saat ini ditulis membahas
sistem rating GREENSHIP yang ditetapkan oleh GBCI dan membahas
detail salah satu aspek GREENSHIP, yaitu Building Environmental
Management.
b. Analisis Pemenuhan Syarat-Syarat Green Building Pada Rumah Susun
dengan Metode LEED oleh Ifan Tahari, Universitas Tarumanegara
Abstrak : “ Global Warming dan peningkatan penduduk diiringi dengan
pembangunan yang pesat menjadi salah satu isu penting di dunia modern
ini. Pembangunan yang selama ini dilakukan untuk meningkaktkan kualitas
hidup manusia justru menjadi penyumbang terbesar kerusakan alam. Seiring
dengan kesadaran akan pentingnya alam maka manusia mulai merancang
bangunan yang ramah dengan lingkungan.Salah satu metode standar yang
telah digunakan secara luas untuk menilai aspek Green Building suatu
bangunan adalah metode LEED (Leadersip in Energy and Enviromental
Design). Bangunan yang dijadikan tempat studi kasus pada skripsi ini
adalah Rusun Green Parkview di Jl. Daan Mogot Km. 14, Kelurahan Duri
Kosambi, Kecamatan Cengkareng, Kota Administrasi Jakarta Barat dan
Rusun Gading Nias di Jl. Pegangsaan Dua Km. 3,3, Kelurahan Pegangsaan
Dua, Kecamatan Kelapa Gading, Kota Administrasi Jakarta Utara. Apakah
Rusun diatas memenuhi syarat dari Green Building dengan metode LEED
dilihat dari beberapa aspek yaitu Sustainable Sites, Water Efficiency,
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
12
Universitas Indonesia
Energy and Atmosphere, Materials and Resources, Indoor Environmental
Quality. Sedangkan metode yang digunakan dalam pengumpulan data
adalah studi kepustakaan, studi lapangan dan wawancara. Berdarakan dari
ke lima aspek LEED dapat ditarik kesimpulan bahwa ke dua Rusun kurang
memenuhi syarat Green Building. Hal ini tampak jelas terlihat dari
kurangnya poin pada aspek Energy and Atmosphere.”
Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang saat ini ditulis
adalah dalam penelitian ini, digunakan parameter berdasarkan LEED, dan
yang dilakukan adalah penilaian ketercapaian suatu gedung rumah susun
sebagai Green Building. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan penulis,
yang dikaji adalah salah satu aspek dari sistem rating GREENSHIP yaitu
Building Environmental Management . Penulis akan menilai seberapa besar
penambahan biaya pada konstruksi bangunan gedung akibat pengaruh aspek
BEM tersebut.
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
13 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan
Dalam penyusunan bab 2 ini, penulis menggunakan dan mengkaji
berbagai literatur yang ada guna membantu penulisan terkait Green Building,
yaitu aspek Building Environmental Management dan pengaruhnya terhadap
biaya. Adapun beberapa sumber pustaka yang akan dikaji di bab ini adalah Buku
ilmiah, Jurnal baik lokal maupun internasional, Undang-undang, Peraturan
Pemerintah atau yang mendukungnya, website terkait, majalah, surat kabar, hasil
seminar dan sumber lain yang dianggap perlu untuk menunjang tinjauan pustaka
penelitian ini.
2.2 Konsep Green Building
2.2.1 Pengertian Green Building
Menurut Kamus Bahasa Indonesia Online, bangunan memiliki arti
sesuatu yang didirikan atau sesuatu yang dibangun (seperti rumah, gedung,
menara). Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya sebagian atau seluruhnya berada di atas
dan/atau di salam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempay menanusi
melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan
keagamaan, kegiatan usaha kegiatan sosial, budaya maupun khusus.
Green Building didefinisikan sebagai sebuah perencanaan dan
perancangan bangunan melalui sebuah proses yang memperhatikan lingkungan
dan menggunakan sumber daya secara efisien pada seluruh siklus hidup bangunan
dari mulai pengolahan tapak, perancangan, pembangunan, penghunian,
pemeliharaan, renovasi dan perubahan bangunan (US EPA, 2006)[11]. Pada
dasarnya Green Building merupakan suatu praktek dalam membangun, yang
dimulai dari pekerjaan struktur hingga pelaksana konstruksi secara keseluruhan.
Secara nyata, hal tersebut harus diupayakan agar pelaku pembangunan
bertanggungjawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang ada seefisien
mungkin, dalam satu siklus hidup suatu bangunan. Jadi, tidak hanya bermodal
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
14
Universitas Indonesia
desain saja, tetapi juga harus direalisasikan proses konstruksi, pemeliharaan
bangunan, hingga proses renovasi dan dekonstruksi, jika kondisinya perlu
dilakukan pada bangunan yang ada. Pada akhirnya, Green Building adalah sebuah
proses yang menekankan peningkatan efisiensi dalam penggunaan air, energi,
material bahan bangunan maupun sumber daya lainnya. Dengan kata lain konsep
‘green’ dapat dikatakan komitmen menuju hidup yang lebih baik (Techno
Konstruksi, September 2011)[12].
Jika ada pihak mengklaim, bahwa bangunannya telah berkonsep green,
atau bahkan bangunan sudah sesuai aturan Green Building, maka jika hal tersebut
berhubungan dengan pihak lain, misalnya bangunan tersebut nantinya akan
disewakan atau dijual kepada klien/konsumen, alangkah baiknya diberikan
penjelasan mengenai bangunan tersebut. Pada bagian mana bangunan tersebut
yang telah memenuhi persyaratan green, serta institusi atau lembaga mana yang
telah mensahkan atau memberikan label green pada unit properti yang
bersangkutan.
Bangunan dapat dikategorikan sebagai bangunan ramah lingkungan
apabila memenuhi kriteria [13] :
a. Menggunakan material bangunan yang ramah lingkungan yang antara lain
meliputi:
a) Material bangunan yang bersertifikat eco-label
b) Material banguna lokal
b. Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana untuk konservasi sumber daya air
dalam bangunan gedung antara lain:
a) Mempunyai sistem pemanfaatan air yang dapat dikuantifikasi;
b) Menggunakan sumber air yang memperhatikan konservasi sumber daya
air;
c) Mempunyai sistem pemanfaatan air hujan.
c. Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana konservasi dan diversifikasi energi
antara lain:
a) Menggunakan sumber energi alternatif terbarukan yang rendah emisi gas
rumah kaca;
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
15
Universitas Indonesia
b) Menggunakan sistem pencahayaan dan pengkondisian udara buatan yang
hemat energi.
d. Menggunakan bahan yang bukan bahan perusak ozon dalam bangunan
gedung antara lain:
a) Refrigeran untuk pendingin udara yang bukan bahan perusak ozon;
b) Melengkapi bangunan gedung dengan peralatan pemadam kebakaran
yang bukan bahan perusak ozon.
e. Terdapat fasilitas,sarana, dan prasarana pengelolaan air limbah domestik pada
bangunan gedung antara lain:
a) Melengkapi bangunan gedung dengan sistem pengolahan air limbah
domestik pada bangunan gedung fungsi usaha dan fungsi khusus;
b) Melengkapi bangunan gedung dengan sistem pemanfaatan kembali air
limbah domestik hasil pengolahan pada bangunan gedung fungsi usaha
dan fungsi khusus.
f. Terdapat fasilitas pemilahan sampah;
g. Memperhatikan aspek kesehatan bagi penghuni bangunan antara lain:
a) Melakukan pengelolaan sistem sirkulasi udara bersih;
b) Memaksimalkan penggunaan sinar matahari.
h. Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana pengelolaan tapak berkelanjutan
antara lain:
a) Melengkapi bangunan gedung dengan ruang terbuka hijau sebagai taman
dan konservasi hayati, resapan air hujan dan lahan parkir
b) Mempertimbangkan variabilitas iklim mikro dan perubahan iklim;
c) mempunyai perencanaan pengelolaan bangunan gedung sesuai dengan
tata ruang;
d) Menjalankan pengelolaan bangunan gedung sesuai dengan perencanaan;
dan/atau
i. Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana untuk mengantisipasi bencana antara
lain:
a) Mempunyai sistem peringatan dini terhadap bencana dan bencana yang
terkait dengan perubahan iklim seperti: banjir, topan, badai, longsor dan
kenaikan muka air laut;
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
16
Universitas Indonesia
b) Menggunakan material bangunan yang tahan terhadap iklim atau cuaca
ekstrim intensitas hujan yang tinggi, kekeringan dan temperatur yang
meningkat.
Sebuah kawasan atau bangunan dikatakan green, tidak bisa dilihat setelah
bangunan berdiri, tetapi juga harus dilihat bagaimana proses pembangunannya.
Proses pembangunan Green Building tersebut juga harus mengandung hal-hal
yang bersifat green. Green Building juga tidak bisa dilihat dari phisik bangunan.
Ada beberapa kriteria yang diketahui dijadikan dasar ketika ingin mengetahui
konsep green dari suatu bangunan. Setidaknya terdapat enam kriteria bangunan
green, antara lain : Appropriate Site Development, Energi Efficiency dan
Refrigerant, Water Conservation, Material Resource and Cycle, Indoor Health
and Comfort serta Building Environment Management (Sulistiyanto, Totok
2011)[13]. Dari keenam kriteria tersebut, dapat dilihat tipe sebenarnya dari
bangunan tersebut. Green Building tidak hanya dapat dilihat dari fisik
bangunannya semata, tetapi seluruh komponen harus terintegrasi menjadi satu-
kesatuan yang tidak dapat berdiri sendiri-sendiri. Mulai dari proses pembangunan,
hingga bangunan tersebut berdiri dan beroperasi, semuanya harus mengacu pada
konteks bangunan yang ramah lingkungan.
Secara umum, Green Building juga dapat diartikan sebagai sebuah
konsep untuk meningkatkan efisiensi sumber daya yang dibutuhkan untuk sebuah
gedung, rumah, atau bahkan kawasan. Sumber daya yang dimaksud adalah energi,
air, dan material-material pembentuknya. Diharapkan dengan menerapkan konsen
green, dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan dapat
dikurangi (Sulistiyanto, Totok 2011)[14].
Green Building tidak hanya berfokus pada masalah ekologi tetapi juga
memperhatikan masalah keindahan dan keharmonisan antara struktur bangunan
dan lingkungan alamiah disekitarnya, serta tidak melupakan pula perbaikan
lingkungan dengan memadukan unsur keindahan arsitektur dengan keramahan
lingkungan untuk menjaga keseimbangan antara pembangunan dengan pelestarian
lingkungan. Penerapan konsep Green Building merupakan bagian dari green
practice atau tindakan ramah lingkungan yang akan mengurangi life cycle cost
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
17
Universitas Indonesia
dari bangunan gedung, yang menurut Greenship GBCI[15] (Green Building
Council Indonesia) keuntungan membangun sebuah Green Building adalah:
Desain yang lebih kompak dan efisien sehingga mengoptimalkan fungsi-
fungsi gedung
Efisensi yang tinggi dalam konsumsi energi listrik dan air
Biaya yang hemat dalam operasional sehari-hari untuk energi dan konsumsi
air
Kesehatan jasmani-rohani yang lebih baik bagi pengguna gedung
Produktivitas dan kinerja yang meningkat pada pengguna gedung
Biaya pemeliharaan dan operasional yang rendah dalam jangka panjang
Preferensi pasar yang lebih tinggi, terutama perusahaan
internasional/multinasional.
Didapatnya pengakuan internasional sebagai produk unggulan dalam industri
rancang bangun,
Munculnya ketertarikan yang tinggi, baik pada konsumen/klien maupun
karyawan karena merupakan sebuah produk/perusahaan yang memperhatikan
lingkungan
Tumbuhnya sikap ramah lingkungan pada para penggunanya, yang
diharapkan dapat meneruskan sikap tersebut di rumah tangganya masng-
masing dan menimbulkan efek multiplier.
Menurut BPLHD Provinsi DKI Jakarta[16], kriteria Green Building di
Indonesia memiliki parameter sebagai berikut:
a. Pengelolaan Bangunan .
Pada bangunan baru, kriterianya adalah pengelolaan bangunan pada masa
konstruksi, sedangkan pada bangunan eksisting kriterianya adalah
pengelolaan bangunan pada masa operasional.
b. Penggunaan Lahan .
Kriteria ini berlaku untuk bangunan baru, sedangkan untuk bangunan
eksisting tidak memakai kriteria ini.
c. Pemanfaatan Energi Listrik
d. Pemanfaatan dan Konservasi Air
e. Kualitas Udara dan Kenyaman Ruangan
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
18
Universitas Indonesia
2.2.2 Perencanaan Green Building
Dalam penciptaan sebuah Green Building, dilakukan serangkaian proses
selaku persyaratan dalam perancangan bangunan untuk pencapaian rating
bangunan tersebut. Sistem rating tersebut merupakan suatu standart terukur yang
berguna dan dapat dipahami untuk pelaku konstruksi, tenant maupun pengguna
bangunan, yang dinamakan GREENSHIP. Kriteria penilaiannya dikelompokkan
menjadi enam kategori aspek yakni;
Appropriate Site Development (ASD)
Energy Efficiency and Conservation (EEC)
Water Conservation (WAC)
Material Resources andCycle (MRC)
Indoor and Health Comfort (IHC)
Building and Environmental Management (BEM)
Dalam pembuatannya, GREENSHIP sebagai perangkat penilaian
membutuhkan suatu acuan dan dukungan dari pemerintah. Dalam pembuatannya
pun, GREENSHIP menggunakan kriteria penilaian sedapat mungkin berdasarkan
standard lokal baku seperti Undang-Undang (UU), Keputusan Presiden (Keppres),
Instruksi Presiden (Inpres), Peraturan Menteri (Permen), Keputusan Menteri
(Kepmen), dan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Menurut GBCI[17], Peraturan yang menjadi acuan dalam pembuatan
GREENSHIP:
Peraturan Menteri PU 30/PRT/M/2006 mengenai Pedoman Teknis Fasilitas
dan Aksessibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
Peraturan Menteri PU No. 5/PRT/M/2008 mengenai Ruang Terbuka Hijau
(RTH)
B/277/Dep.III/LH/01/2009
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung
UU RI No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
19
Universitas Indonesia
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat RI Nomor
32/PERMEN/M/2006 Petunjuk Teknis Kawasan Siap Bangun dan
Lingkungan Siap Bangun.
Keputusan DNA (Designated National Authority) dalam B-
277/Dep.III/LH/01/2009
Keputusan Menteri No. 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Kotor
Domestik
Permen PU No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002
UU No. 18 Tahun 2008
Pencapaian aspek GREENSHIP menuju pada pencapaian nilai hasil
rating yang memberikan predikat pada bangunan tersebut dengan predikat
penilaian terendah perunggu untuk pencapaian nilai minimal 35, perak dengan
pencapaian nilai 47, emas untuk pencapaian nilai 58 dan tertinggi platinum untuk
pencapaian nilai minimal 74. Angka yang ditetapkan sebagai nilai minimal
peringkat perunggu adalah jumlah nilai yang dapat dicapai apabila sebuah proyek
memenuhi nilai maksimum dari rating yang pencapaiannya relatif mudah, tidak
membutuhkan biaya tambahan dan yang tidak membutuhkan biaya tidak terlalu
besar . Nilai minimal perak dapat dicapai bila sebuah proyek memenuhi semua
rating yang pencapaiannya relatif mudah serta sepertiga dari dari rating yang
pencapaiannya sulit dan butuh biaya yang relatif besar. Nilai minimal emas,
diperoleh apabila sebuah proyek tersebut telah memenuhi semua rating yang
pencapaiannya relatif mudah serta dua per tiga dari dari rating yang
pencapaiannya sulit dan butuh biaya yang relatif besar, sedangkan untuk
pencapaian nilai platinum, dapat dicapai apabila sebuah proyek memenuhi rating
yang pencapaiannya membutuhkan biaya relatif besar dan teknologinya belum
tersedia sehingga dapat dikatakan sangat sulit pencapaiannya.
Dalam pencapaian Green Building yang tercantum dalam greenship
GBCI terdapat persyaratan awal yang harus dicapai sebelum mencapai rating-
rating lainnya dalam setiap kategori aspek yang ada. Berikut adalah persyaratan
awal yang harus dicapai yakni:
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
20
Universitas Indonesia
a. Luas Bangunan Sekurang-kurangnya 2500 m2
Batasan ini diterapkan karena bangunan gedung yang besar berpotensi
memerlukan energi dan sumber daya dalam jumlah yang besar pada saat
membangun, mengoperasikannya, dan memeliharanya. Kondisi ini
membuat keberadaan gedung tersebut dapat memberikan pengaruh yang
signifikan pada lingkungan, sehingga dengan melakukan perbaikan yang
dimulai pada gedung baru berskala besar dapat dirasakan bagaimana
pengaruhnya secara nyata pada lingkungan.
b. Lokasi tapak bangunan sesuai untuk peruntukan berdasarkan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) setempat.
Hal ini bertujuan agar terjadinya pemanfaatan kawasan sesuai dengan
fungsinya dan mendorong pengendalian pembangunan sehingga tercipta
lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan seimbang.
c. Bersedia menandatangani surat yang berisi persetujuan untuk
memperbolehkan data gedung yang berhubungan dengan penerapan Green
Building dipergunakan untuk dipelajari dalam studi kasus yang
diselenggarakan oleh GBCI
Hal ini bertujuan agar pihak pemilik atau manajemen gedung dapat bekerja
sama dengan pihak GBCI untuk menghimpun database yang akurat
sehingga dapat menjadi salah satu dasar perbaikan sistem rating
GREENSHIP, baik untuk bangunan baru maupun bangunan eksisting.
d. Akan menyertakan salinan dokumen upaya pengelolaan lingkungan hidup
(UKL) dan upaya pemantauan lingkungan hidup (UPL) ynang disahkan
bapedal.
Pembangunan bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan umat manusia,
dengan teknologi yang tepat manusia akan mendapatkan manfaat dan
dampak positif dari pembangunan tersebut, namun disaat yang sama terjadi
dampak negatif pada lingkungan akibat teknologi itu sendiri. Oleh sebab itu,
penyerahan dokumen ini bertujuan untuk mendukung pengendalian
pembangunan terhadap lingkungannya sehingga terwujud konsep
berkelanjutan.
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
21
Universitas Indonesia
e. Bersedia menandatangani surat yang menyatakan bahwa gedung yang
bersangkutan akan dibuat tahan gempa.
Indonesia berada pada daerah yang sarat dengan bencana gempa bumi,, oleh
karena itu pembangunan tersebut haruslah menjamin keamanan dan
keselamatan penghuni gedung tersebut dari ancaman bahaya gempa bumi
serta mampu mempertahankan fungsi bangunan tersebut sevcara optimal
dan atas ketahanan strukturnya dan konstruksi terhadap beban bencana
gempa.
f. Bersedia menandatangani surat yang menyatakan bahwa gedung yang
bersangkutan akan memenuhi standart pemakai gedung untuk penyandang
cacat.
Lingkungan yang inklusif merupakan salah satu bentuk usaha dalam
mewujudkan keberlanjutan dari aspek sosial yang tentunya akan berdampak
positif pada aspek ekonomi maupun lingkungan. Dengan mendorong
pembangunan fisik yang responsif terhadap perbedaan kemampuan fisik
setiap individu sebagai bentuk usaha dalam mewujudkan persamaan
kesempatan sehingga berdampak positif secara ekonomi dan lingkungan.
g. Bersedia menandatangani surat yang menyatakan bahwa gedung yang
bersangkutan akan memenuhi standar kebakaran dan keselamatan.
Kebakaran menimbulkan kerugian tidak hanya dari segi materi tetapi juga
sosial dan lingkungan. Oleh karena itu, diterapkan sistem proteksi terhadap
kebakaran yang bertujuan untuk menurunkan resiko terjadinya kebakaran
pada bangunan sehingga keamanan dan keselamatan pengguna gedung
terjamin.
2.2.3 Peraturan Green Building
Munculnya perhatian dunia terhadap permasalahan yang terjadi di
lingkungan hidup, menyebabkan tercetusnya protokol kyoto sebagai salah satu
bentuk kepedulian pemimpin dunia terhadap kondisi lingkungan hidup. Protokol
Kyoto merupakan hasil Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim di Kyoto,
Jepang, pada 1997 yang merupakan amandemen dari Konvensi Rangka Kerja
PBB tentang perubahan iklim (UNFCC) yakni sebuah pesetujuan internasional
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
22
Universitas Indonesia
mengenai pemanasan global. Persetujuan ini mulai berlaku sejak 16 Februari 2005
setelah diratifikasi secara resmi di Rusia pada 18 Novemeber 2004 oleh 141
negara yang mewakili 61% seluruh emisi dunia. Kesepakatan ini mewajibkan
negara maju yang disebut Annex I untuk menurunkan emisi gas rumah kaca 5,2
persen dari level 1990, sehingga suhu bumi tidak naik lebih dari 2 derajat Celsius.
Amerika Serikat akhirnya menolak meratifikasi Protokol Kyoto, sedangkan Cina,
India, dan Brasil ketika itu masih menjadi negara berkembang yang belum maju
perekonomiannya. Meski demikian, protokol ini menjadi dasar hukum program
program mitigasi dan perdagangan karbon (Tempo, 5 Desember 2011)[18]. Jika
protokol kyoto sukses diberlakukan oleh seluruh negara yang meratifikasinya
maka, diprediksi hal tersebut akan mengurangi rata-rata cuaca global antara
0,02 °C dan 0,28 °C pada tahun 2050. (Nature, Oktober 2003)[19].
Memang di Indonesia peraturan yang khusus mengatur tentang Green
Building terbilang masih sangat sedikit. Hal ini dikarenakan kebanyakan pelaku
konstruksi masih menganggap pembangunan dengan konsep ramah lingkungan
akan meningkatkan biaya konstruksi secara signifikan dan sulit untuk dibangun.
Padahal, dalam konsep yang tepat Green Building mampu menghemat konsumsi
energi hingga 50% dengan hanya menambahkan 5% saat pembangunannya
(Kristensen, Poul 2010)[20]. Biaya operasional energi listrik dapat dihemat
sebanyak 20%-30% perbulannya (Sendjaja, Irwan, 2011)[21]. Saat ini, Indonesia
sebagai salah satu negara yang turut meratifikasi green protokol kyoto tersebut,
turut serta dalam usaha pelestarian lingkungan dengan membuat suatu peraturan
yang berkaitan dengan bangunan hijau melalui Peraturan Menteri dari
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Nomor 8 Tahun 2010 yang berjudul
“Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan”. Keputusan KLH yang
dikeluarkan pada tanggal 19 Januari 2010 ini merupakan peraturan pertama di
Indonesia mengenai Green Building. Keputusan ini mendefinisikan “Green
Building” sebagai bangunan yang menerapkan prinsip-prinsip lingkungan dalam
desain, konstruksi, operasi dan manajemennya, yang semuanya penting bagi
mitigasi dampak perubahan iklim. Ada banyak regulasi yang berkaitan dengan
Green Buildings, seperti efisiensi energy, efisiensi air, dan lain lain, tetapi KLH
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
23
Universitas Indonesia
adalah yang pertama yang menggunakan istilah “Green Building” dalam isi
keputusannya.
Pembangunan Green Building ini juga merupakan salah satu sikap
pelaksanaan ISO 14001 yang berisi tentang standarisasi sistem manajemen
lingkungan, yang bertujuan untuk merancang, melaksanakan dan bekerja untuk
mengendalikan dampak lingkungan penting dan untuk mencapai kesesuaian
dengan peraturan serta mempertahankan dan meningkatkan perbaikan sistem
manajemen lingkungan secara terus menerus. Dalam ISO 14001, dijelaskan
bahwa manajemen puncak dari suatu organisasi harus menetapkan kebijakan
lingkungan, yang diantaranya adalah memastikan peningkatan berkesinambungan
dan pencegahan pencemaran akibat dari aktivitas organisasi.
Dengan diterbitkannya peraturan gubernur No.8 Tahun 2011 tentang
sertifikasi ‘bangunan hijau’ atau Green Building merupakan salah satu langkah
dari pemda DKI Jakarta untuk turut serta dalam upaya sosialisasi bangunan ramah
lingkungan dalam konsep pembangunan masa kini. Setelah peraturan ini nantinya
diberlakukan di Jakarta, maka mau tak mau para pengelola maupun pelaku
konstruksi harus beralih ke konsep Green Building. Standarisasi gedung ramah
lingkungan menurut Pergub tersebut antara lain menggunakan material daur
ulang, menggunakan penerangan hemat energi kaca double glassing dan air
limbah buangan harus bisa bermanfaat lagi untuk operasional pemeliharaan
gedung tersebu, misalnya air toilet dapat didaur ulang menjadi air bersih untuk
toilet lagi atau menyiram tanaman (Sendjaja, Irwan 2011) [22].
Sistem rating GREENSHIP merupakan alat bantu bagi para pelaku
industri bangunan, baik pengusaha, engineer, maupun pelaku lainnya dalam
menerapkan best practices dan mencapai standar terukur yang dapat dipahami
oleh masyarakat umum, terutama tenant dan pengguna bangunan. Standar yang
ingin dicapai dalam penerapan greenship adalah terjadinya suatu bangunan hijau
(Green Building) yang ramah lingkungan sejak tahap perencanaan, pembangunan,
hingga pengoperasian dan pemeliharaan sehari-hari. Kriteria penilaiannya
dikelompokkan menjadi enam kategori. Perangkat rating greenship adalah sistem
penilaian yang merupakan bentuk dari salah satu upaya untuk menjembatani
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
24
Universitas Indonesia
konsep ramah lingkungan dan prinsip keberlanjutan dengan praktik yang nyata.
Tujuan penyusunan GREENSHIP adalah :
Mendorong penerapan best practice dalam industri bangunan di Indonesia,
Mendorong terciptanya lingkungan yang berkualitas melalui bangunan baru
yang bermutu baik sehingga meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan,
Mendorong pemecahan masalah lingkungan terkini melalui rating dan
pembobotan nilainya,
Mendorong pertumbuhan industri bangunan yang berbasis ramah lingkungan,
baik operasional maupun produk yang dihasilkannya, di dalam negeri
Republik Indonesia,
Mendorong kemajuan teknologi dan riset dalam industri bangunan di dalam
negeri Republik Indonesia sehingga tercipta berbagai teknologi yang tepat
guna dalam penerapannya,
Mendorong peningkatan dan pemerataan kualitas sumber daya manusia
dalam industri bangunan dari waktu ke waktu, dan
Memerangi fenomena perubahan iklim dengan diterapkannya praktik-praktik
ramah lingkungan sesuai dengan prinsip berkelanjutan.
2.3 Aspek Building Environmental Management
Dalam penerapan Green Building , terdapat tolak ukur yang harus
dipenuhi sebagai persyaratan untuk tersertifikasinya bangunan sebagai Green
Building. Salah satu kategori yang harus dipenuhi adalah Building Environmental
Management, untuk mencapai kategori tersebut terdapat 7 aspek dan 1 prasyarat
yang harus dipenuhi agar bangunan tersebut sebagai Green Building.
Merencanakan operasional gedung yang ramah lingkungan sudah harus
dipikirkan sejak tahap perencanaan desain. Cakupannya adalah pengelolaan
sumber daya melalui rencana operasional konsep yang berkelanjutan, kejelasan
informasi (data), dan penanganan dini yang membantu pemecahan masalah,
termasuk manajemen sumber daya manusia dalam penerapan konsep bangunan
hijau untuk mendukung penerapan tujuan pokok dari kategori lain.
Adanya kategori Building Environmental Management (BEM) juga
memberikan penekanan pada pentingnya faktor manusia sebagai salah satu
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
25
Universitas Indonesia
sumber daya yang memegang peranan penting dalam keberlangsungan suatu
bangunan hijau. Suku bangsa di Indonesia lebih dari 300 kelompok etnik dengan
bahasa dua kali lipat dari jumlah kelompok itu. Adanya luasan geografis yang
besar, bentang alam yang beragam, serta pembangunan dan standar pendidikan
yang belum merata menyebabkan perbedaan cara dan standar kerja dari tiap
manusia.
Dalam pengoperasian suatu bangunan hijau, sangat diperlukan suatu
standar manajemen yang terencana dan baku untuk mengarahkan tindakan dari
pelaku operasional bangunan dalam melakukan pengelolaan gedung agar dapat
menunjukkan hasil yang ramah lingkungan (green performance).
Pada aspek ini terdapat dua jenis kategori rating, yaitu rating prasyarat
dan rating biasa. Rating prasyarat (P) adalah butir rating yang mutlak harus
dipenuhi dan diimplementasi dalam suatu kategori. Apabila butir ini tidak
dipenuhi, butir-butir rating lainnya dalam kategori ini tidak dapat dinilai dan tidak
akan mendapatkan nilai sehingga proses sertifikasi tidak dapat dilanjutkan.
Selanjutnya adalah rating biasa yang merupakan turunan dalam kategori selain
butir prasyarat. Butir ini baru dapat dinilai dan diberi nilai kalau semua butir
prasyarat dalam kategori tersebut telah dipenuhi atau telah dilaksanakan.
2.3.1 Basic Waste Facility (Fasilitas Dasar Pengolahan Sampah)
Prasyarat dalam aspek Building Environmental Management adalah
adanya Fasilitas Dasar Pengolahan Sampah. Banyaknya sampah yang dihasilkan
dalam berbagai bentuk dan semakin sempitnya tempat pembuangan akhir atau
TPA ditambah masih rendahnya kesadaran pengguna gedung dalam melakukan
pemilahan sampah menyebabkan volume sampah hasil buangan dalam berbagai
bentuk yang tercampur baur menjadi beban berat bagi tempat pembuangan akhir
(TPA). Dengan melakukan pemilahan dari tahap awal, proses daur ulang akan
dimulai lebih cepat sehingga beban TPA dapat berkurang.
Pemilahan sampah adalah salah satu bagian tersulit dari tata rentang
pengelolaan sampah, karena berkaitan dengan perilaku manusia yang pasti
membutuhkan waktu panjang dan upaya yang besar (Panduan Praktis Pemilahan
Sampah, KNLH 2008)[23]. Menurut Pasal 11 UU Nomor 18 Tahun 2008[24]
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
26
Universitas Indonesia
tentang pengelolaan sampah, setiap orang berhak memperoleh pembinaan agar
dapat melaksanakan pengelolaan sampah secara baik dan berwawasan lingkungan.
Pembinaan yang dimaksudkan berasal dari pemerintah ataupun instansi tertentu.
Untuk dapat mengaplikasikan pemilahan sampah tersebut, maka di setiap tempat
yang terdapat aktivitas dan kegiatan industri diwajibkan memiliki fasilitas
pemilahan sampah yang baik dan benar. Pengelola kawasan permukiman,
kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas
sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan fasilitas pemilahan sampah.
Menurut pasal 41[25], pengelola sampah yang karena kealpaannya melakukan
kegiatan pengelolaan sampah dengan tidak memperhatikan norma, standar,
prosedur, atau kriteria yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan
masyarakat, gangguan keamanan, pencemaran lingkungan, dan atau perusakan
lingkungan diancam dengan pidana penjara paling lama 3 tahun dan denda paling
banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Dengan adanya UU Nomor 18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, diharapkan masyarakat dapat berperan
serta dalam pengelolaan smapah hingga dapat menikmati hasil dari pengelolaan
sampah yang baik. Sementara bagi pengelola kawasan permukiman, kawasan
komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan
fasilitas lainnya yang belum memiliki fasilitas pemilahan sampah harus segera
membangun fasilitas pemilahan sampah paling lama 1 (satu) tahun sejak masa
konstruksinya. Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah
sejenis sampah rumah tangga juga wajib mengurangi dan menangani sampah
dengan cara yang berwawasan lingkungan.
Peran-serta berbagai pemangku kepentingan sangat dibutuhkan dalam
mengurangi volume sampah perkotaan. Pemangku kepentingan, baik dari sektor
swasta maupun sektor pemerintahan, memiliki tanggung jawab yang sama dalam
mengendalikan dampak lingkungan melalui pengelolaan sampah yang dihasilkan.
Langkah awal pengelolaan sampah pada suatu bangunan adalah dengan
menyediakan fasilitas pembuangan sampah yang terpisah antara tempat sampah
organik dan anorganik untuk memudahkan proses pengolahan sampah
selanjutnya, seperti reuse, reduce, dan recycle.
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
27
Universitas Indonesia
Tujuan dari prasyarat ini adalah untuk mendorong gerakan pemilahan
sampah secara sederhana yang mempermudah proses daur ulang. Tolak ukurnya
adalah adanya instalasi atau fasilitas untuk memilah dan mengumpulkan sampah
sejenis sampah rumah tangga (UU No. 18 Tahun 2008) berdasarkan jenis organik
dan anorganik. Dokumen yang nantinya akan dinilai adalah :
Gambar rencana tapak yang menunjukkan lokasi fasilitas pemilahan sampah
Gambar detil fasilitas pemilahan sampah
Foto fasilitas pemilahan sampah yang memperlihatkan adanya labelisasi jenis
sampah organik dan anorganik.
Gambar 2.1. Tempat Sampah Organik dan Non Organik
Sumber : Olahan Sendiri
2.3.2 GP as a Member of Design Team (GP Sebagai Bagian dari Tim Desain)
Desain bangunan hijau sebaiknya mengintegrasikan keenam aspek
konsep Green Building, yaitu tapak, energi, konservasi air, kondisi udara dalam
ruang, material ramah lingkungan, dan manajemen lingkungan gedung. Menurut
GBCI[26], Greenship Professional (GP) adalah predikat yang dimiliki secara
perorangan yang telah mengikuti pendidikan dan memiliki ketrampilan dan
pengetahuan untuk mengarahkan tim desain dan pelaksanaan dalam proses
pembangunan suatu bangunan hijau yang pada kemudian hari akan disertifikasi
oleh GBC INDONESIA sehingga dapat sejalan dengan sistem rating
GREENSHIP yang berlaku saat itu. Seorang GP dapat membantu tim desain dan
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
28
Universitas Indonesia
proses konstruksi dalam mencapai rating-rating yang ditargetkan tersebut dalam
mengintegrasikan keahlian hingga lebih mudah mendapatkan sertifikasi.
Peran GP dalam tahap desain adalah untuk :
Menganalisis kebutuhan untuk keberlanjutan, peluang, dan hambatan,
Menyarankan implikasi atas kinerja bangunan untuk mencapai target Green
Building,
Menyelenggarakan konsultasi umum mengenai desain dan konstruksi,
Mengkoordinasikan masukan dari teknisi spesialis seperti ahli akustik dan
ekologi,
Menyiapkan rencana kerja desain keberlanjutan, dan
Mengoordinasikan persiapan atas dokumen yang dibutuhkan untuk penilaian
Green Building.
Tujuan dari aspek ini adalah untuk mengarahkan langkah-langkah desain
suatu Green Building sejak tahap awal sehingga memudahkan tercapainya suatu
desain yang memenuhi rating. Tolak ukurnnya adalah melibatkan seorang tenaga
ahli yang sudah tersertifikasi Greenship Professional (GP), yang bertugas untuk
mengarahkan berjalannya proyek sejak tahap perencanaan desain dan sebelum
pendafataran sertifikasi. Poin maksimum yang dicapai apabila terpenuhinya aspek
ini adalah 1. Dokumen yang nantinya akan dinilai.
Daftar nama GP yang terlibat dalam proyek dan spesialisasi keahliannya
Daftar hadir GP selama proyek berlangsung, yang diketahui oleh penanggung
jawab proyek bersangkutan
Daftar hadir rapat koordinasi selama proyek berlangsung.
2.3.3 Pollution of Construction Activity (Polusi dari Aktivitas Konstruksi)
Untuk bangunan baru, penerapan konsep ramah lingkungan tidak hanya
bertitik berat pada desain atau perencanaan. Proses konstruksi untuk mendirikan
bangunan tersebut pun harus menjiwai semangat ramah lingkungan, sehingga bila
suatu bangunan dikatakan memenuhi konsep ramah lingkungan, berarti proses
penilaiannya telah dilakukan secara komprehensif.
Aktivitas konstruksi memiliki dampak negatif terhadap lingkungan.
Meningkatnya aktivitas konstruksi berdampak pada meningkatnya limbah yang
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
29
Universitas Indonesia
dihasilkan. Manajemen limbah konstruksi yang komprehensif sangat dibutuhkan
di setiap proyek konstruksi, karena sekitar 1 – 10% dari material konstruksi pada
umumnya berakhir menjadi limbah di lokasi konstruksi(Susanti, Betty 2009)[27].
Berdasarkan penelitian mengenai manajemen industri konstruksi, terdapat lima
faktor yang umumnya menjadi dampak dari pelaksanaan aktivitas konstruksi,
diantaranya adalah level kebisingan, kualitas udara, kuantitas dan kualitas air,
getaran, dan fasilitas jalan (Sutrisno et, al, 2009)[28]. Terdapat satu faktor yang
juga tak kalah pentingnya yaitu sampah, yang dapat berkontribusi membebani
TPA. Dampak-dampak negatif tersebut sudah seharusnya diantisipasi oleh para
pelaku jasa konstruksi, agar pelaksanaan aktivitas tersebut tidak mengganggu
lingkungan sekitar.
Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai
barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu
dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada
pendekatan akhir (end of pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang
ke tempat pemrosesan akhir sampah. Padahal, timbunan sampah dengan volume
yang besar di lokasi tempat pemprosesan akhir sampah berpotensi melepas gas
metan (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan
kontribusi terhadap pemanasan global. Agar timbunan sampah dapat terurai
melalui proses alam diperlukan jangka waktu yang lama dan diperlukan
penanganan dengan biaya yang besar.
Limbah didefinisikan sebagai material yang dihasilkan dari aktivitas
manusia dan industri yang tidak memiliki nilai sisa (Tam & Tam, 2006)[29].
Sedangkan limbah konstruksi adalah segala sesuatu yang tidak efisien, yang
dihasilkan dari penggunaan peralatan, material, atau tenaga kerja, dalam jumlah
yang besar pada kegiatan produksi bangunan (Koskela, 1992)[30]. Pada
umumnya, limbah konstruksi didefinisikan sebagai produk yang dihasilkan dari
proses konstruksi, renovasi, dan demolisi pekerjaan konstruksi (Cheung,
1993)[31].
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
30
Universitas Indonesia
Tabel 2.1. Karakteristik Limbah
Karakteristik Sumber Limbah
Fisika :
Warna Bahan organik buangan industri dan domestik
Bau Penguraian limbah dan buangan industri
Padatan Sumber air, buangan industri dan domestik
Temperatur Buangan domestik dan industri
Kimia:
Organik Karbohidrat Buangan industri, perdangangan dan domestik
Minyak dan lemak Buangan industri, perdangangan dan domestik
Pestisida Buangan hasil pertanian
Fenol Buangan industri, perdangangan dan domestik
Anorganik Alkali Sumber air, buangan domestik, infiltrasi air tanah,
buangan air ketel
Cholorida Sumber air, buangan domestik, pelemakan air
Logam berat Buangan industri, perdangangan dan domestik
Nitrogen Limbah pertanian dan domestik
pH Limbah industri
Phospor Limbah industri, domestik dan alamiah
Sulfur Limbah industri, domestik dan alamiah
Bahan beracun Perdagangan, limbah industri
Biologi : Virus Limbah domestik
Sumber : Suparni Setyowati Rahayu, Sumber dan Karakteristik Limbah, 2009
Limbah konstruksi dibagi menjadi limbah padat dan limbah cair.
Material konstruksi merupakan sumber daya konstruksi yang potensial menjadi
limbah dibandingkan sumber daya lainnya, karena sebagian besar material mental
yang menjadi input proses konstruksi diperoleh dari sumber tak terbarukan (non
renewable). Limbah yang berasal dari pembongkaran atau penghancuran
bangunan digolongkan sebagai demolition waste, sedangkan limbah yang berasal
dari perubahan bentuk bangunan (remodeling) dan pembangunan rumah atau
bangunan komersial, digolongkan sebagai construction waste. Contoh limbah
material konstruksi yang sering ditemui adalah tiang pancang, beton ready mix,
besi beton, semen, pasir, batu pecah, batu bata, kayu, dan keramik.
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
31
Universitas Indonesia
Menurut Pasal 1 PP Nomor 82 Tahun 2001(pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air)[32], Pencemaran air adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain kedalam air
oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu.
Dalam Pasal 24 disebutkan bahwa setiap orang atau badan usaha dilarang
melakukan kegiatan yang mengakibatkan rusaknya sumber air dan prasarananya,
mengganggu upaya pengawetan air, dan mengakibatkan pencemaran air. Untuk
mencegah limbah cair dari hasil konstruksi, dibutuhkan sebuah Water Treatment
Plant (WTP). Water Treatment Plant adalah sebuah sistem yang difungsikan
untuk mengolah air dari kualitas air baku yang kurang bagus agar mendapatkan
kualitas air pengolahan standard yang diinginkan/ditentukan atau siap untuk
dikonsumsi. Parameter fisik air biasanya di lihat dari unsur yang berhubungan
dengan indra manusia seperti penglihatan, sentuhan, rasa dan penciuman, yang
meliputi Turbidity (kekeruhan), warna, bau, rasa dan suhu. Sistem pengolahan
yang biasa di gunakan adalah Sistem Sedimentasi (Pengenda-pan), Filtrasi dan
penambahan desinfektan. Jika dilihat dari jenis senyawanya dibagi menjadi 2(dua)
yaitu :
a. Parameter Kimia
Senyawa kimia yang sering di temukan pada air adalah Fe, Mn, Ca, Mg, Na,
SO4, CO3. Jika air memiliki kandungan senyawa kimia yang berlebihan
(tidak masuk standart konsumsi yang aman), Pengolahan dapat dilakukan
dengan sistem filtrasi dengan menggunakan media tertentu misalnya system
Reverse Osmosis atau Demineralier dan Softener.
b. Parameter Biologi
Parameternya dilihat berdasarkan adanya mikroorganisme yang ada di
dalam air. Bila jumlah mikro-organisme di dalam air berlebihan biasanya
akan mengganggu kesehatan bila di konsumsi. Pengola-han dapat dilakukan
dengan menggunakan desinfektan atau alat yang biasa digunakan, misalnya
injeksi Chlor, System UV dan System Ozone (O3).
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
32
Universitas Indonesia
Gambar 2.2. Water Treatment Plant
Sumber : Sewage Treatment
Tujuan dari aspek yang kedua ini adalah untuk mendorong pengurangan
sampah yang dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA) dan polusi dari proses
konstruksi. Nilai maksimum yang dapat dicapai dari terpenuhnya aspek ini adalah
2. Tolak ukurnya adalah memiliki rencana manajemen sampah konstruksi yang
terdiri atas :
Limbah padat, dengan menyediakan area pengumpulan, pemisahan, dan
sistem pencatatan. Pencatatan dibedakan berdasarkan limbah padat yang
dibuang ke TPA, digunakan kembali, dan didaur ulang oleh pihak ketiga.
Limbah cair, dengan menjaga kualitas air yang timbul dari aktivitas
konstruksi agar tidak mencemari drainase kota.
Dokumen yang nantinya akan dinilai adalah :
Tolak Ukur 1 :
Foto area pemilahan sampah konstruksi
Dokumen dari pihak kontraktor utama mengenai catatan pemilahan sampah
Surat pernyataan kerjasama antara pihak kontraktor utama dan pihak ketiga
untuk sampah konstruksi yang bisa didaur ulang
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
33
Universitas Indonesia
Tolak Ukur 2 :
Gambar diagram pihak kontraktor utama yang menunjukkan upaya
pengendalian kualitas air yang berasal dari aktivitas konstruksi.
2.3.4 Advance Waste Management (Manajemen Sampah yang Baik)
Pada umumnya penerapan pengelolaan sampah masih terbatas pada tahap
pengumpulan sampah di sumbernya, pengangkutan ke Tempat Pembuangan
Sementara (TPS) dan pembuangan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Untuk
dapat mengurangi beban TPA, maka diperlukan peran serta berbagai pihak dalam
mereduksi volume sampah dari sumber dengan melakukan minimalisasi limbah.
Dimulai dari suatu bangunan yang menyediakan pengolahan terpadu dari mulai
pemilahan sampah sampai mendaur ulang sampah organik menjadi kompos yang
memiliki manfaat ekonomis. Dengan demikian, dukungan pemerintah dan
peranserta individu dan masyarakat dalam hal ini pengelola bangunan swasta
berperan aktif dalam melestarikan lingkungan hidup.
Manajemen limbah konstruksi yang komprehensif sangat dibutuhkan di
setiap proyek konstruksi, karena sekitar 1-10% dari material konstruksi pada
umumnya berakhir menjadi limbah di lokasi konstruksi. Bossink dan Brouwers
(1996)[33] menyatakan 13-30% limbah di berbagai negara merupakan limbah
konstruksi yang harus dibuang ke landfill, padahal 50-80% dari limbah konstruksi
tersebut dapat digunakan kembali atau di daur ulang dengan melakukan
pengomposan. Dalam praktiknya, sangat sedikit bangunan di Indonesia yang
sudah memiliki fasilitas pengomposan.
Menurut J.H. Crawford (2003)[34] kompos didefinisikan sebagai hasil
dekomposisi parsial/tidak lengkap, dipercepat secara artifisial dari campuran
bahan-bahan organik oleh pupulasi berbagai macam mikroba dalam kondisi
lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik. Indonesia telah memiliki standar
kualitas kompos, yaitu SNI 19-7030-2004 dimana peraturan ini memuat batas-
batas maksimum atau minimum sifat-sifat fisik atau kimiawi kompos dan batas
maksimum kandungan logam berat. Lama waktu pengomposan tergantung pada
karakteristik bahan yang dikomposkan, metode pengomposan yang dipergunakan
dan dengan atau tanpa penambahan aktivator pengomposan. Secara alami
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
34
Universitas Indonesia
pengomposan akan berlangsung dalam dalam waktu beberapa minggu sampai 2
tahun hingga kompos benar-benar matang. Pada dasarnya semua bahan-bahan
organik padat dapat dikomposkan, misalnya limbah organik rumah tangga,
sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, dll.
Gambar 2.3. Proses Umum Penanganan Limbah Organik
Sumber : Rynk, 1992
Proses pengomposan akan segera berlangsung setelah bahan-bahan
mentah dicampur. Proses pengomposan aerobik secara sederhana dapat dibagi
menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahal
awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera
dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat
dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu
akan meningkat hingga di atas 500
– 700
C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu
tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu
mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian
bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan
menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
35
Universitas Indonesia
panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-
angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat
lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan
terjadi penyusutan volume maupun biomassa lahan. Pengurangan ini dapat
mencapai 30-40% dari volume/bobot awal bahan.
Tabel 2.2. Organisme yang Terlibat Dalam Proses Pengomposan
Sumber : Isroi, Pengomposan Limbah Padat Organik, 2009
Tujuan utama dari aspek ketiga ini adalah mendorong manajemen
kebersihan dan sampah secara terpadu sehingga mengurangi beban TPA. Nilai
maksimum yang dapat dicapai dari terpenuhinya aspek ini adalah 2. Tolak
ukurnya adalah :
Adanya instalasi pengomposan limbah organik di lokasi tapak bangunan (1
Poin)
Memberikan pernyataan atau rencana kerjasama untuk pengelolaan limbah
anorganik secara mandiri dengan pihak ketiga di luar sistem jaringan
persampahan kota. (1 Poin)
Kelengkapan dokumen yang akan dinilai adalah :
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
36
Universitas Indonesia
Tolak Ukur 1 :
Gambar rencana tapak yang menggambarkan lokasi fasilitas pengomposan.
Gambar detail fasilitas pengomposan
Foto fasilitas pengomposan
Tolak Ukur 2 :
Surat pernyataan kerjasama pihak pemilik gedung sebagai wakil dari
pengelola gedung dengan pihak ketiga yang akan melakukan pengelolaan
sampah tersebut.
2.3.5 Proper Comissioning (Comissioning yang Tepat)
Gedung merupakan suatu produk yang berasal dari perakitan berbagai
material yang belum tentu cocok satu sama lain. Hal ini menjadikan setiap gedung
unik. Karena itu, untuk memastikan semua sistem berjalan baik, perlu diadakan
suatu proses yang berkesinambungan untuk memastikan semua sistem, terutama
pada peralatan (equipment) berjalan sesuai dengan rencana dan berkelanjutan.
Comissioning gedung merupakan sebuah proses sistematis yang
memadukan dan meningkatkan fungsi-fungsi yang sebelumnya terlihat terpisah,
dokumentasi operasional peralatan dan fasilitas pelatihan untuk staf, serta uji
fungsi dan verifikasi kinerja (Panduan Penerapan Greenship, 2010)[35].
Comissioning adalah sebuah proses pemastian kualitas mulai dari pradesain
sampai dengan proses konstruksi, start up, dan meningkatkan kesesuaian harapan
pemilik gedung. Comissioning memungkinkan pemilik gedung untuk memulai
siklus hidup pada produktivitas optimal dan konsisten dalam mempertahankan
kinerja terbaik.
Pada dasarnya semua gedung harus melakukan comissioning terlebih
dahulu sebelum diserahkan kepada penggunanya. Dalam Green Building ini,
proses comissioning terdapat berbagai perbedaan karena harus mengikuti petunjuk
dari GBCI. Proses comissioning ini menekankan kepada pengecekan mesin,
misalnya apakah AC yang digunakan memenuhi kriteria keinginan owner dan
menggunakan power yang cukup sehingga mampu menghasilkan sistem tata udara
hemat energi dengan kenyamanan termal yang baik. Dalam pelaksanaannya,
hampir seluruh proyek gedung di Indonesia melakukan comissioning, tetapi
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
37
Universitas Indonesia
proses pengecekannya tidak berjalan dengan baik. Sesuai petunjuk GBCI, proses
comissioning harus menggunakan alat khusus yang berbeda dengan alat yang
biasa digunakan oleh supplier.
Tujuan dari aspek ini adalah melaksanakan komisioning pada bangunan
yang meliputi item-item tertentu yang antara lain :
a. Sistem tata udara yaitu berupa :
a) Mesin utama
b) Tower-pompa
c) AHU(hanya main supply pada saat dinyalakan)
d) Power (meliputi voltage drop, phase balance, infrared yang hanya di
panel grounding)
b. Sistem tata cahaya dalam lux
Nilai maksimum yang dapat dimiliki apabila aspek ini terpenuhi adalah 3.
Tolak ukur aspek ini adalah :
a) Melakukan prosedur testing commissioning sesuai dengan petunjuk
GBCI, termasuk training dengan baik dan benar agar peralatan/sistem
berfungsi dan menunjukkan kinerja sesuai dengan perencanaan dan
acuan. (2 Poin)
b) Desain serta spesifikasi teknis harus lengkap di saat konstruksi
melaksanakan pemasangan seluruh measuring adjusting instruments. (1
Poin)
Kelengkapan dokumen yang akan dinilai dalam aspek ini adalah :
Tolak ukur 1 :
a) Salinan jadwal komisioning, termasuk nama penanggung jawab, pelaksana
komisioning, dan pengawas
b) Surat pernyataan yang ditandatangani oleh kontraktor bahwa akan tunduk
atas prosedur dan ketentuan komisioning
c) Laporan pelaksanaan komisioning berupa check list formulir
ditandatangani penanggung jawab, pelaksana komisioning, dan pengawas
yang diketahui project manager dan manajemen konstruksi (MK) bila ada.
d) Laporan hasil komisioning antara lain berisi :
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
38
Universitas Indonesia
(a) Perhitungan unjuk kerja peralatan untuk membuktikan kesesuaian
unjuk kerja peralatan yang terpasang dengan yang direncanakan
(b) Gambar mekanikal elektrikal (ME) yang akan dikomisioning
(c) Gambar diagram detail pemasanagan peralatan beserta aksesori
sehingga terlihat measuring dan adjusting instruments
(d) Buku petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan
Tolak Ukur 2 :
a) Gambar mekanikal elektrikal yang menunjukkan instalasi alat-alat ukur
dan adjustment
b) Spesifikasi peralatan ukur dan adjustment
c) Foto peralatan ukur dan adjustment
2.3.6 Submission Green Building Implementation Data for Database
(Penyerahan Data Implementasi Green Building untuk Database)
Lemahnya database merupakan bagian dari kurangnya kesadaran atas
pentingnya riset dan pengembangan. Keadaan ini menyebabkan rendahnya inovasi
di bidang indutri dalam negeri. Terbangunnya suatu pusat data yang terpercaya
diharapkan dapat mendorong adanya inovasi dan peningkatan kinerja yang
signifikan dan berkesinambungan.
Oleh sebab itu, diperlukan upaya-upaya yang dapat mendorong hal
tersebut, dengan tujuan untuk mengetahui implementasi aspek-aspek ramah
lingkungan dari setiap gedung. Hal tersebut dapat memperkaya databse mengenai
gedung-gedung di Indonesia, yang dapat digunakan sebagai kepentingan ilmiah,
seperti penelitian, bahkan kepentingan pihak pembuat kebijakan agar dalam
penyusunan peraturan dapat merespons kondisir riil di Indonesia.
Tujuan dari aspek kelima ini adalah untuk melengkapi database
implementasi Green Building di Indonesia untuk mempertaham standar-standar
dan bahan penelitian. Nilai maksimum yang dapat dicapai apabila terpenuhinya
aspek ini adalah 2. Namun, terdapat pengecualian aspek ini tidak perlu dipenuhi,
yaitu :
Apartemen, tidak termasuk unitnya.
Rumah sakit, mal, dan hotel, tidak termasuk laundry dan F &B.
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
39
Universitas Indonesia
Perkantoran, tidak termasuk data centre.
Tolak ukur dalam aspek ini adalah :
Menyerahkan data implementasi Green Building sesuai dengan form dari
GBCI, yang merupakan prasyarat untuk mendaftarkan diri dalam rating
kategori
Memberi pernyataan bahwa pemilik gedung akan menyerahkan data
implementasi Green Building dari bangunannya dalam waktu 12 bulan
setelah tanggal sertifikasi kepada GBCI dan suatu pusat data energi Indonesia
yang akan ditentukan kemudian. GBCI-Indonesia akan menjaga kerahasiaan
sumber data dan tidak akan menyebarluaskan kepada pihak lain.
Kelengkapan dokumen yang akan dinilai dalam aspek ini adalah :
a. Perhitungan persentase kenaikan investasi pembangunan gedung Green
Building terhadap pembangunan gedung konvensional.
b. Surat pernyataan yang ditandatangani pemilik gedung untuk menyerahkan
data implementasi kepada GBCI, yang berupa :
a) Konsumsi energi setiap tahun (dalam satuan kWh/m2.tahun), yang
meliputi :
(a) IKE Total,
(b) IKE untuk sistem tata udara,
(c) IKE listrik untuk sistem tata cahaya dan kotak kontak, dan
(d) IKE listrik untuk sistem lainnya
b) Konsumsi air dari sumber air primer (PDAM dan air tanah) selama
satu tahun
c) Konsumsi air dari sumber alternatif selama satu tahun
d) Volume sampah organik selama satu tahun
e) Volume sampah anorganik selama satu tahun.
2.3.7 Fit-Out Agreement (Kesepakatan Penyerahan Gedung)
Informasi sebagai acuan saat fitting out area yang disewakan oleh para
penyewa dalam aplikasi prinsip Green Building belum tersosialisasi. Hal ini
menyebabkan persepsi yang berbeda-beda pada penyewa. Untuk itu pihak
manajemen perlu memiliki standar yang digunakan untuk mengedukasi tenant dan
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
40
Universitas Indonesia
pengguna gedung. Definisi tenant sendiri adalah pihak yang menyewa suatu
bagian dari property. Kata tenant awal mulanya berasal dari istilah "tenure" di
Inggris kuno. Tenure adalah "landlord" atau tuan tanah yang menguasai dan
mengelola lahan-lahan untuk keperluan pertanian.
Tujuan dari penerapan aspek keenam ini adalah untuk
mengimplementasikan prinsip Green Building saat fit out gedung dan menjaga
kinerja bangunan agar tetap optimal dalam penerapannya. Nilai maksimum yang
dicapai dari penerapan aspek ini adalah 1. Terdapat pengecualian dalam aspek ini,
yaitu untuk perkantoran yang tidak disewakan, rumah sakit, hotel, dan apartemen
yang tidak berlaku.
Tolak ukur dalam aspek ini adalah memiliki surat perjanjian dengan
penyewa gedung atau tenant, yang terdiri atas :
Menggunakan kayu yang bersertifikat(certified wood)
Mengikuti training yang akan dilakukan oleh manajemen bangunan
Terdapat rencana manajemen indoor air quality setelah konstruksi, dan
implementasi ditandatanganinya surat perjanjian ini merupakan prasyarat
dalam rating kategori gedung terbangun.
Certified Wood bertujuan menggunakan bahan baku kayu yang dapat
dipertanggungjawabkan asal usulnya untuk melindungi kelestarian hutan. Kayu
yang bersertifikat ini juga prasyarat jika ingin mengekspor kayu ke luar negeri. Di
Indonesia terdapat lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) yang melaksanakan proses
akreditasi terhadap lembaga sertifikasi yang akan mengoperasikan sistem
sertifikasi di lapangan, lembaga pelatihan, dan sertifikasi personal. LEI ini yang
akan mensertifikasi bahan kayu yang sah dan terbebas dari perdagangan kayu
ilegal. Dengan mengantongi sertifikat ini, artinya kayu yang dimiliki bukan kayu
ilegal atau bukan dari hasil illegal logging.
Training yang akan dilakukan oleh manajemen bangunan pada dasarnya
wajib diadakan guna mengedukasi pengguna gedung agar mengerti serta mampu
mengimplementasikan prinsip-prinsip gedung sesuai kriteria Green Building yang
berlaku. Dengan adanya training ini, diharapkan tidak terjadi kesalahan dalam
penggunaan gedung misalnya suhu yang terlalu rendah, lampu dinyalakan
melebihi jam kerja, dll.
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
41
Universitas Indonesia
Kelengkapan dokumen yang akan dinilai dalam aspek ini adalah :
Surat pernyataan yang ditandatangani pemilik gedung untuk memasukkan
klausul yang tersebut dalam tolak ukur
Salinan surat perjanjian dengan tenant yang menyebutkan klausul yang
bersangkutan.
2.3.8 Occupant Survey (Survey Penghuni)
Salah satu perhatian dari prinsip keberlanjutan adalah kenyamanan
manusia. Dalam rating ini, didorong suatu tindakan survey untuk mengetahui
kenyamanan termal pengguna gedung. Jika memungkinkan, maka akan diadakan
penghematan energi. Penelitian mengenai kenyamanan termal bangunan modern
kini menjadi trend dalam rangka menciptakan bangunan modern hemat energi.
Salah satu standar yang sudah dibuat adalah standar ASHRAE 55-2005, yang
mengacu pada standar 4 musim. Berbeda dengan Indonesia yang hanya memiliki
2 musim, yaitu musim hujan dan kemarau.
Kenyamanan termal ialah suatu kondisi dimana kita akan merasa nyaman
secara termal, yaitu tidak kepanasan atau kedinginan didalam suatu ruangan
tertentu. Kenyaman termal berfungsi sebagai salah satu faktor yang dapat
meningkatkan performa seseorang untuk bekerja. Untuk menciptakan
kenyamanan termal di suatu tempat tertentu, kondisi-kondisi lingkungan di suatu
tempat akan dirancang kondisi termalnya harus diketahui terlebih dahulu. Standar
kenyamanan termal yang akan kita rancang juga harus ditetapkan terlebih dahulu
guna mencapai hasil yang maksimal.
Salah satu pendekatan survey yang digunakan, yang terkait dengan
kenyamanan termal, adalah pendekatan adaptif. Pendekatan adaptif menggunakan
responden penghuni bangunan yang telah beradaptasi dengan kondisi iklim
sekitar. Premis utama model adaptif adalah bahwa penghuni bangunan tidak
dianggap sebagai penerima pasif lingkungan termal, tetapi sebaliknya memiliki
peran penting dalam menciptakan kondisi yang disukai terkait dengan lingkungan
termalnya, dengan tiga jenis adaptasi, yakni pengaturan perilaku, fisiologis, dan
psikologis (Brager and Dear, 2001)[36].
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
42
Universitas Indonesia
Tujuan adanya aspek ini adalah untuk mengukur kenyamanan pengguna
gedung melalui survey yang baku terhadap pengaruh desain dan sistem
pengoperasian gedung. Nilai maksimum yang dapat dicapai dalam pencapaian
aspek ini adalah 2. Terdapat pengecualian penerapan aspek ini, diantaranya
adalah:
Pusat Perbelanjaan responden survey tidak termasuk building maintenance
staff.
Rumah sakit responden survey tidak termasuk staf administrasi, tenaga
kesehatan, dan dokter tetap.
Hotel dan apartemen responden survey tidak termasuk staf.
Tolak ukur dalam aspek ini adalah memberi pernyataan bahwa pemilik
gedung akan mengadakan survey suhu dan kelembaban paling lambat 12 bulan
setelah tanggal sertifikasi. Apabila hasilnya minimal 20% responden menyatakan
ketidaknyamanannya, maka pemilik gedung setuju untuk melakukan perbaikan
selambat-lambatnya 6 bulan setelah pelaporan hasil survey. Penyerahan data ini
merupakan prasyarat untuk mendaftarkan diri dalam rating kategori existing
building.
2.4 Perbedaan Biaya Dalam Proyek Green Building
2.4.1 Penyusunan Biaya Proyek
Biaya adalah pengeluaran untuk pelaksanaan proyek, operasi, serta
pemeliharaan instalasi hasil proyek (Soeharto, Iman. 1999)[37]. Salah satu tahap
terpenting dalam menyusun biaya proyek atau cost budgeting adalah proses
estimasi biaya. Dysert, Larry R.[38] mengungkapkan bahwa estimasi biaya
merupakan sebuah prediksi terhadap biaya yang akan dibutuhkan dari sebuah
proyek berdasarkan data dan lingkup proyek yang diberikan yang akan
dilaksanakan pada sebuah lokasi dan waktu yang telah ditetapkan. Dalam sebuah
estimasi biaya terdapat identifikasi dan pertimbangan dalam memperkirakan
beberapa alternatif biaya untuk memulai dan menyelesaikan proyek. Jumlah biaya
yang akan dikeluarkan dan risiko harus dapat dipertimbangkan, misalnya seperti
membuat keputusan untuk membeli suatu barang atau hanya dengan menyewanya
saja untuk keperluan proyek. Biaya yang disusun akan memperhitungkan
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
43
Universitas Indonesia
keseluruhan sumber daya yang dibutuhkan dalam sebuah proyek, termasuk tenaga
kerja, material, peralatan, jasa, dan fasilitas serta beberapa kategori spesial seperti
faktor inflasi atau biaya contingency. Estimasi biaya merupakan penilaian
kuantitatif yang mendekati untuk kebutuhan sumber daya dalam proyek. Dilihat
dari kelengkapan datanya dan terhadap tahapan proyek, maka estimasi biaya dapat
dibedakan menjadi 3 yaitu :
a. Preliminary Estimate
Merupakan estimasi biaya pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, desain
proyek belum ada, hanya ada dalam bentuk gagasan, Estimasi biaya
diberikan untuk keperluan studi kelayakan. Estimasi dihitung secara kasar
berdasarkan informasi harga dari proyek sejenis per satuan kapasitas
produksi atau per satuan fungsinya atau per satuan luasnya.
b. Semi Detail Estimate
Estimasi ini ada pada tahap conceptual engineering. Estimasi ini ada pada
tahap conceptual engineering. Estimasi biaya sudah dapat dihitung secara
detail karena basic design proyek sudah ada. Hasil estimasi biaya pada tahap
ini dapat dipergunakan sebagai dasar pertimbangan untuk menyiapkan dana
yang diperlukan bagi proyek tersebut, oleh karena itu sering juga disebut
sebagai budget estimate bagi owner
c. Definitive Estimate
Estimasi ini ada pada tahap detailed engineering, dimana semua informasi
yang diperlukan untuk pelaksanaan sudah lengkap. Estimasi biaya sudah
dapat dihitung secara detail karena construction drawing sudah ada.
Beberapa hal dipertimbangkan dalam estimasi ini antara lain metode
konstruksi, kondisi lokasi proyek, preliminary work yang akan dilakukan,
penggunaan sumber daya tenaga, alat dan material serta subkontraktor
sesuai spesifikasi yang ada serta waktu pelaksanaan proyek.
Secara detail, proses penyusunan anggaran biaya proyek sebelum tahap
pelaksanaan dapat digambarkan seperti ini :
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
44
Universitas Indonesia
Gambar 2.4. Proses Penyusunan Anggaran Biaya
Sumber : Eddy Subiyanto, Kuliah Metode Konstruksi 2010 & Hasil Olahan
Dalam PMBOK disebutkan estimasi biaya adalah prediksi berdasarkan
informasi yang diketahui pada waktu tertentu. Trade-off biaya dan risiko harus
dipertimbangkan, seperti membuat atau membeli, membeli atau menyewa, dan
alokasi sumber daya untuk mendapatkan biaya yang proyek optimal.
Estimasi biaya harus direvisi selama masa perencanaan proyek,
sepanjang terdapat tambahan informasi-informasi. Akurasi dari estimasi biaya
proyek akan membaik sepanjang kemajuan pada siklus proyek. Maka, proses
penyusunan estimasi biaya merupakan proses iterative dari fase ke fase.
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
45
Universitas Indonesia
Gambar 2.5. Input, Tools & Techniques, dan Output Estimasi Biaya
Sumber: PMBOK 2008
Gambar 2.6 Aliran data Dalam Proses Penyusunan Estimasi Biaya
Sumber: PMBOK 2008
Dalam tahap melakukan manajemen proyek jenis apapun, hal mendasar
yang harus dimiliki adalah kumpulan pekerjaan dan tujuan yang ingin dicapai agar
sukses dalam menjalankan proyek tersebut. Elemen utama ketika memasuki tahap
manapun dalam manajemen proyek adalah cost budgeting. Untuk membuat
perencanaan cost budgeting yang efektif, biaya total dari keseluruhan proyek
harus ditetapkan. Untuk mencapai ini, setiap bagian dari proyek harus dianalisa
dan diberikan estimasi biaya masing-masing. Penjumlahan total dari biaya
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
46
Universitas Indonesia
taksiran, baik itu biaya kegiatan maupun dalam paket pekerjaan, dikombinasikan
untuk menghasilkan sebuah parameter yang berfungsi sebagai petunjuk kerja
untuk budgeting. Biaya inilah yang nantinya akan dibagikan berdasarkan
kebutuhan dari proyek tersebut. Hal ini akan memastikan bahwa target budget
akan terpenuhi dengan akurat.
A guide to the project management body of knowledge (PMBOK GUIDE)
fourth edition, 2008[39], menyatakan cost budgeting adalah proses pengumpulan
atau penjumlah untuk perkiraan biaya pada suatu jenis kegiatan atau paket
pekerjaan untuk mendapatkan harga dasar yang sesungguhnya. Masukan, alat dan
teknik hingga hasil dari proses cost budgeting seperti di bawah ini:
Gambar 2.7. Proses Cost Budgeting
Sumber : PMBOK 2008
2.4.2 Hal yang Membedakan Biaya dalam Proyek Green Building
Dalam sebuah proyek konstruksi, tidak jarang terjadi proses perubahan
kontrak (Contract Change Order /CCO). Change order adalah usulan perubahan
secara tertulis antara pemilik dan kontraktor untuk mengubah beberapa kondisi
dari dokumen kontrak awal seperti menambah, mengurangi pekerjaan, adanya
perubahan ini dapat menubah spesifikasi biaya kontrak dan jadwal pembayaran,
jadwal proyek. Contract Change Order bisa didefinisikan sebagai modifikasi dari
original contract , atau dapat pula didefinisikan sebagai sebuah perjanjian yang
ditandatangani oleh kontraktor, arsitek dan pemiliki setelah kontrak awal dibuat,
kemudian dimodifikasi beberapa lingkup pekerjaannya yang menyesuaikan
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
47
Universitas Indonesia
terhadap biaya dan waktu. (Schaufalberg & Holm, 2002)[40]. Menurut Fisk
(2006), Contract Change Order merupakan surat kesepakatan antara pemilik dan
kontraktor untuk mengaskan adanya revisi rencana dan jumlah kompensasi biaya
kepada kontraktor yang terjadi pada saat proses konstruiksi berlangsung, setelah
penandatanganan kontrak kerja antara pemilik dan kontraktor.
Dari semua pendapat yang didefinisikan tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa change order merupakan persetujuan tertulis yang
ditandatangani oleh pemilik, kontraktor dan juga perencana untuk memodifikasi
atau memberikan perubahan pada pekerjaan yang telah diatur dalam dokumen
kontrak dimana perubahan tersebut dapat dipertimbangkan sehingga
mengakibatkan adanya penyesuaian terhadap biaya dan waktu pekerjaan. Menurut
Fisk (2006), tujuan dari adanya change order adalah[41]:
Untuk mengubah rencana kontrak dengan adanya metode khusus dalam
pembayaran
Untuk mengubah spesifikasi pekerjaan, termasuk perubahan pembayaran
dan waktu dari kontrak sebelumnya
Untuk persetujuan tambahan pekerjaan baru, dalam hal ini termasuk
pembayaran dan perubahan dalam kontrak.
Untuk tujuan administrasi, dalam menetapkan metode pembayaran kerja
ekstra maupun penambahannya.
Untuk mengikuti penyesuaian terhadap harga satuan kontrak bila ada
perubahan spesifikasi
Untuk pengajuan pengurangan biaya insentif proposal ada perubahan
proposal value engineering.
Untuk menyesuaikan jadwal proyek akbat adanya perubahan
Untuk menghindari perselisihan antara pihak kontraktor dan pemilik.
Perubahan dalam suatu proses konstruksi baiknya dilakukan pada saat
tahap perencanaan ataupun pada saat studi kelayakan. Hal ini dilakukan agar
perubahan (efek) yang dihasilkan terhadap biaya menjadi lebih kecil. Hal ini dapat
digambarkan melalui gambar dibawah ini:
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
48
Universitas Indonesia
Gambar 2.8. Hubungan antara biaya dengan proses konstruksi
Sumber : Construction Project Cost Management
Konsep Bangunan hijau adalah bangunan dimana di dalam perencanaan,
pembangunan, pengoperasian serta dalam pemeliharaannya memperhatikan
aspek–aspek dalam melindungi, menghemat, mengurangi pengunaan sumber daya
alam, menjaga mutu baik bangunan maupun mutu dari kualitas udara di dalam
ruangan, dan memperhatikan kesehatan penghuninya yang semuanya berdasarkan
kaidah pembangunan berkelanjutan. Suatu bangunan dapat disebut sudah
menerapkan konsep bangunan hijau apabila berhasil melalui suatu proses evaluasi
yang berupa sistem rating untuk mendapatkan sertifikasi bangunan hijau. Untuk
menerapkan segala konsep tersebut, tentunya dibutuhkan biaya yang besarnya
berbeda-beda tergantung dari aspek yang ingin dipenuhi. Masing-masing aspek
memiliki sub kategori masing-masing, dan sub kategori tersebut juga memiliki
tolak ukur yang dalam penerapannya memungkinkan akan terjadinya penambahan
biaya.
Perubahan dalam pengerjaan proyek Green Building dapat terjadi sesuai
dengan ajuan dari kontraktor maupun permintaan owner yang mengininkan
bangunan tersebut menjadi sebuah Green Building. Fokusan dalam penelitian ini
adalah aspek building environmental management, yang dilihat pengaruh
penerapannya dari setiap sub kategori pada sebuah Green Building. Seperti dalam
sub kategori advance waste management, penerapannya dalam sebuah Green
Building dapat menambah biaya konstruksi akibat pembuatan instalasi
pengomposan limbah di area tapak bangunan. Selain itu, seperti dalam aspek GP
as a member of design team maka kita harus sudah melibatkan seorang GP mulai
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
49
Universitas Indonesia
dari tahap perencanaan desain hingga tahap pendaftaran sertifikasi, yang bertujuan
untuk mengarahkan konstruksi bangunan agar lebih mudah mendapatkan
sertifikasi, yang tentunya membutuhkan biaya tersendiri untuk keterlibatan GP
tersebut.
Penerapan aspek – aspek yang harus dipenuhi dalam Green Building
apabila dibandingkan dengan suatu bangunan yang non Green Building , dapat
saja menambah biaya konstruksi. Dalam penelitian ini, akan dibahas mengenai
faktor apa saja dalam aspek Building Environmental Management yang
mempengaruhi biaya konstruksi Green Building.
Aspek Building Environmental Management (BEM) yang terdapat pada
greenship ini berpengaruh pada biaya proyek yang dihasilkan dengan rincian:
a. Basic Waste Facility
Target : Adanya instalasi atau fasilitas untuk memilah dan
mengumpulkan sampah sejenis sampah rumah tangga berdasarkan jenis organik
dan anorganik.
Metode :
a) Menganalisa gambar tapak yang menunjukkan lokasi fasilitas pemilahan
sampah
b) Menganalisa gambar detil fasilitas pemilahan sampah
c) Menganalisa foto fasilitas pemilahan sampah yang memperlihatkan adanya
labelisasi jenis sampah organik dan anorganik.
b. GP as a Member of Design Team
Target : Melibatkan seorang GP sejak tahap desain Green Building.
Metode :
a) Memastikan daftar nama GP yang terlibat dalam proyek dan spesialisasi
keahliannya
b) Memastikan daftar hadir GP selama proyek berlangsung, yang diketahui
oleh penanggung jawab proyek bersangkutan
c) Menganalisa daftar hadir rapat koordinasi selama proyek berlangsung
c. Pollution of Construction Activity
Target : Mengurangi pengurangan sampah yang dibawa ke TPA dan
polusi dari proses konstruksi.
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
50
Universitas Indonesia
Metode :
a) Mengambil foto area pemilahan sampah konstruksi
b) Memastikan adanya dokumen dari pihak kontraktor utama mengenai
catatan pemilahan sampah
c) Memastikan adanya surat pernyataan kerjasama antara pihak kontraktor
utama dan pihak ketiga untuk sampah konstruksi yang bisa didaur ulang
d) Menganalisa gambar diagram pihak kontraktor utama yang menunjukkan
upaya pengendalian kualitas air yang berasal dari aktivitas konstruksi ke
saluran drainase kota.
e) Mengambil foto mengenai pengendalian kualitas air yang berasal dari
aktivitas konstruksi.
d. Advance Waste Management
Target : Mendorong manajemen kebersihan dan sampah secara terpadu
sehingga mengurangi beban TPA
Metode :
a) Menganalisa gambar rencana tapak yang menggambarkan lokasi fasilitas
pengomposan
b) Menganalisa gambar detail fasilitas pengomposan
c) Mengambil foto fasilitas pengumposan
d) Memastikan adanya surat pernyataan kerjasama pihak pemilik gedung
sebagai wakil dari pengelola gedung dengan pihak ketiga yang akan
melakukan pengolaan sampah
e. Proper Comissioning
Target : Melaksanakan komisioning pada bangunan yang meliputi
item-item tertentu
Metode :
a) Menganalisa salinan jadwal komisioning, termasuk nama penanggung
jawab, pelaksana komisioning, dan pengawas
b) Memastikan adanya surat pernyataan yang ditandatangani oleh kontraktor
bahwa akan tunduk atas prosedur dan ketentuan komisioning
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
51
Universitas Indonesia
c) Menganalisa laporan pelaksanaan komisioning berupa check list formulir
ditandatangani penanggung jawab, pelaksana komisioning, dan pengawas
yang diketahui project manager dan MK bila ada
d) Menganalisa laporan hasil komisioning
e) Menganalisa gambar mekanikal elektrikal yang menunjukkan instalasi
alat-alat ukur dan adjustment
f) Menganalisa spesifikasi peralatan ukur dan adjustment
g) Mengambil foto peralatan ukur dan adjustment
f. Submission Green Building Implementation Data for Database
Target : Menyerahkan data implementasi Green Building kepada GBCI
Metode :
a) Menganalisa perhitungan persentase kenaikan investasi pembangunan
gedung Green Building terhadap pembangunan gedung konvensional
b) Menganalisa surat pernyataan yang ditandatangani pemilik gedung untuk
menyerahkan data implementasi kepada GBCI, yang berupa konsumsi
energi, air, dan sampah selama satu tahun
c) Menggunakan alat pengganti udara pada ruangan, misalnya hexox fan
g. Fit-Out Agreement
Target :Mengimplementasikan prinsip Green Building saat fit-out gedung
Metode :
a) Memastikan adanya surat pernyataan yang ditandatangani pemilik gedung
untuk memasukkan klausul mengenai penggunaan kayu bersertifikat,
adanya training oleh manajemen bangunan, dan adanya rencana Indoor Air
Quality (IAQ) setelah konstruksi dalam tolak ukur
b) Memastikan adanya salinan surat perjanjian dengan tenant yang
menyebutkan klausul yang bersangkutan
h. Occupant Survey
Target : Pemilik gedung setuju untuk mengadakan survey suhu dan
kelembaban paling lambat 12 bulan setelah tanggal sertifikasi
Metode :
a) Memastikan adanya surat pernyataan yang ditandatangani oleh pemilik
gedung bahwa akan mengadakan survey kenyamanan setiap tahun
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
52
Universitas Indonesia
Setelah melaksanakan metode yang digunakan pada setiap aspek,
didapatkan perbandingan biaya gedung yang menggunakan Green Building
dengan gedung konvensional. Hasil didapatkan kemudian di rangkum dengan
menggunakan tabel seperti dibawah ini :
Tabel 2.3. Perbedaan Biaya Konstruksi Non-Green dan Green Building
No Aspek Sub variabel Biaya Konstruksi ∆ Cost %
Non Green Building Green Building 1
Prasyarat BEM
Item pekerjaan 1 Item pekerjaan 2
2
BEM-1
Item pekerjaan 1 Item pekerjaan 2
3
BEM-2
Item pekerjaan 1 Item pekerjaan 2
4
BEM-3
Item pekerjaan 1 Item pekerjaan 2
5
BEM-4
Item pekerjaan 1 Item pekerjaan 2
6
BEM-5
Item pekerjaan 1 Item pekerjaan 2
7
BEM-6
Item pekerjaan 1 Item pekerjaan 2
8
BEM-7
Item pekerjaan 1 Item pekerjaan 2
Sumber : Olahan
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
53
Universitas Indonesia
Berdasarkan data dari proyek sebelumnya yaitu proyek Green Building di
Subang, terdapat perbedaan harga yang signifikan yang dapat dijadikan acuan
penelitian.
Tabel 2.4. Data Proyek Green Building di Subang
No Kode rating Teknologi Green
Building yang teraplikasi
Konvensional RAB Tambah %
(prosentase)
1 ASD-3
Fasilitas Jalur Pedesrtian Rp - Rp. 724.804.338 1.64
2 ASD-4
Parkir sepeda dan shower Rp- Rp. 17.400.000 0.04
3 EEC-1
Stopsol dan ceramic glass Rp. 560.022.224 Rp. 902.430.513 0.77
4 EEC-1
AC sistem Water Control
Rp. 1.042.413.080 Rp. 2.088.000.000 2.36
5 EEC-2
Lux dan Motion Sensor Rp - Rp. 612.304.000 1.38
6 WAC-3 Water Recycling Rp. 288.643.200 Rp. 568.127.313 0.63
7 WAC-6
Sensor dan Control Irigasi Rp. - Rp. 550.000.000 1.24
8 MRC-2
Penggunaan material daur ulang
RP. 2.513.236.138 Rp. 4.526.490.549 4.55
9 MRC-4
Kayu bersertifikat legal dan FSC Rp. 179.152.584 Rp. 338.196.839 0.36
10 IHC-1 CO2 Monitoring Rp. - Rp. 184.800.000 0.42
Biaya Total Material
Sumber : Olahan
Dari tabel diatas, terlihat proyek tersebut tidak mengaplikasikan aspek
BEM secara langsung, namun aspek BEM-4 yaitu Proper Comissioning
sebenarnya diaplikasikan dan biayanya digabung dengan poin nomor 4 (EEC 1),
dengan penambahan biaya RAB sebesar Rp 225.000.000,00.
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
54
Universitas Indonesia
2.5 Kerangka Berpikir dan Hipotesa
2.5.1 Kerangka Berpikir
Guna menguraikan rumusan masalah dan untuk mendapatkan kesimpulan
yang bermanfaat, penulis berusaha menarik rumusan masalah dalam bentuk
pertanyaan, pertanyaan ini menggambarkan variabel yang akan diteliti. Untuk
memperdalam konsep dan teori dari masing-masing variabel dan untuk
mendapatkan sub-sub variabel hingga indikatornya, berbagai sumber pustaka
dikaji dengan seksama. Sementara hipotesa adalah hasil dari kajian pustaka yang
menjadi kesimpulan sementara dari penelitian ini. Penentuan metode penelitian
menjadi bagian utama yang sangat berpengaruh terhadap proses penelitian yang
akan dilakukan. Kemudian seluruh bahan yang akan dijadikan variabel penelitian
dikonsultasikan ke pakar untuk mengetahui detail dari setiap komponen variabel.
Kesimpulan penelitian akan diambil dari pengolahan data dan studi kasus yang
dilakukan. Alur kerangka berpikir pada penelitian ini terlihat pada gambar
dibawah ini :
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
55
Universitas Indonesia
Gambar 2.9 Kerangka Berpikir
Sumber : Olahan Sendiri
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
56
Universitas Indonesia
2.5.2 Hipotesa Penelitian
Berdasarkan data yang diperoleh dari literatur, diperoleh bahwa
penerapan konsep Green Building pada bangunan akan menambah biaya
konstruksi. Dalam aspek Building Environmental Management sendiri,
penambahan biaya yang terjadi adalah pada proses comissioning yang terdapat
pada aspek BEM-4. Kenaikan biaya yang dihasilkan adalah sebesar 0,508%
secara keseluruhan. Sehingga dapat disimpulkan sementara bahwa “Penerapan
aspek BEM-4 yaitu Proper Comissioning dalam Green Building dapat
meningkatkan biaya konstruksi.”
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
57 Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendahuluan
Pada bab ini akan diuraikan tentang metode penelitian yang menjelaskan
tentang kerangka berpikir, akan dijelaskan masalah utama penelitian beserta
langkah-langkah dan metode penelitian yang akan dilakukan hingga alat ukur
yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian.
3.2 Pemilihan Strategi Penelitian
Dalam menentukan strategi penelitian perlu dipertimbangkan tiga hal,
yaitu jenis pertanyaan yang akan digunakan, kendala terhadap peristiwa yang akan
diteliti dan fokus terhadap peristiwa yang sedang atau baru diselesaikan. Adapun
jenis metode penelitian dapat dilihat berdasarkan tabel strategi penelitian untuk
masing-masing situasi :
Tabel 3.1. Strategi penelitian
Strategi Jenis pertanyaan yang
digunakan
Kendali terhadap
peristiwa yang
diteliti
Fokus terhadap
peristiwa yang
sedang berjalan /
baru diselesaikan
Eksperimen Bagaimana, mengapa Ya Ya
Survey Siapa, apa, dimana, berapa
banyak, berapa besar Tidak Ya
Analisa
Arsip
Siapa, apa, dimana, berapa
banyak, berapa besar, Tidak ya / tidak
Sejarah Bagaimana, mengapa Tidak Tidak
Studi kasus Bagaimana, mengapa Tidak Ya
Sumber : Yin, (2002)
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
58
Universitas Indonesia
Perbandingan biaya pada aspek BEM proyek Green Building dengan
konvesional, melahirkan pertanyaan “apa dan berapa besar “ pada bab I sehingga
penulis menggunakan strategi survey, sedangkan pengambilan dan analisa data
diambil berdasarkan studi kasus di proyek Y. Tujuan survey ini adalah untuk
mengetahui dan memastikan faktor apa saja pada aspek BEM yang mempengaruhi
kinerja biaya konstruksi dan seberapa besar pengaruhnya. Metode survey yang
digunakan adalah dengan metode pengumpulan data dari sebuah populasi dengan
cara membagi daftar pertanyaan yang disampaikan.
3.3 Proses Penelitian
Langkah-langkah proses penelitian adalah sebagai berikut:
a. Survey pendahuluan
Penulis melakukan survey pendahuluan terhadap berbagai literature yang ada,
proyek konstruksi dan konsultasi dengan pembimbing. Survey yang
dilakukan bersifat umum untuk permasalahan yang ditemukan
b. Identifikasi masalah
Setelah melakukan proses survey, penulis mengidentifikasi masalah yang
ditemukan. Identifikasi masalah ini kemudian dijadikan topik permasalahan
khusus yang akan dibahas lebih spesifik dan mendalam
c. Penetapan topik
Penetapan topik yang dibahas adalah topik atau kajian khusus yang akan
dibahas secara mendalam. Dalam penelitian kali ini, penulis mengkaji
pengaruh aspek Building Environmental Management terhadap kinerja biaya
proyek pada Green Building.
d. Penentuan tujuan
Penentuan tujuan dari penelitian ini berdasarkan identifikasi masalah yang
akan dikaji. Hasil atau tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
faktor apa sajakah pada aspek BEM yang mempengaruhi kinerja biaya
konstruksi pada Green Building dan seberapa besarkah pengaruh aspek
tersebut terhadap kinerja biaya konstruksi Green Building.
e. Persetujuan pembimbing
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
59
Universitas Indonesia
Penetapan topik dan tujuan harus disetujui oleh pembimbing. Apabila topik
belum diterima, maka penulis harus memulai kembali rancangan penelitian,
namun apabila telah disetujui penulis melanjutkan penulisan.
f. Pengumpulan data
Pada studi kasus kali ini, data-data sekunder yang dibutuhkan adalah :
a) Gambaran umum proyek
b) Data umum dan teknis proyek
c) Gambar kerja proyek
d) Biaya proyek
g. Pelakasanaan penelitian
Pelaksanaan penelitian adalah studi kasus di proyek Y oleh PT X dan study
referensi proyek pembangunan yang sejenis, mengumpulkan data-data yang
dibutuhkan dan melakukan pengolahan data
h. Pengolahan data
Data-data yang diolah adalah data pekerjaan atau penggunaan material yang
berhubungan dengan aspek BEM pada GREENSHIP.
i. Analisa data
Dari data yang didapatkan, dianalisa perbedaan biaya yang dihasilkan oleh
design konvensional dengan design green yang diterapkan pada proyek yang
diakibatkan oleh adanya penerapan aspek BEM. Hal ini kemudian
dikomparasi dengan menggunakan tabel.
j. Kesimpulan
Setelah mendapatkan data yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan dari
tujuan penelitian.
3.4 Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono[42], variabel penelitian merupakan suatu atribut, sifat,
gejala atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan diteliti untuk dapat ditarik
kesimpulannya. Variabel pada penelitian kali ini adalah variabel bebas yakni
didapat dari tiap kategori dan subkategori dalam aspek Building Environmental
Management pada green building sesuai dengan pedoman dari greenship v.1.0
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
60
Universitas Indonesia
Green Building Council Indonesia, yang nantinya akan mempengaruhi (menjadi
sebab) dari perubahan atau timbulnya perubahan terhadap biaya konstruksi suatu
bangunan gedung apabila dibandingkan dengan konvensional building. Sementara
untuk indikatornya, diperoleh dari berbagai referensi seperti yang tertera pada
tabel 3.2 berikut ini:
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
61
Universitas Indonesia
Tabel 3.2. Variabel Penelitian BEM
Variabel Sub Variabel indikator Referensi
X1. Basic Waste Facility
X1.1 Adanya instalasi untuk memilah sampah
berdasarkan organik dan anorganik tersedianya tempat sampah organik greenship-GBCI
tersedianya tempat sampah anorganik greenship-GBCI
X2. GP as a Member of Design
Team X2.1
Melibatkan seorang GP sejak tahap desain dan sebelum pendaftaran sertifikasi
membayar team GP dalam proses sertifikasi
pengalaman
GP mendampingi tim desain yang terintegrasi dalam optimasi desain dan
proses konstruksi
Techno Konstruksi, September
2011
X3. Pollution of Construction
Activity
X3.1 Memiliki rencana manajemen limbah
padat
menyediakan area pengumpulan, pemisahan, dan sistem pencatatan
greenship-GBCI
Perencanaan pengurangan/penggunaan waste beton dan besi beton
PP Guideline
X3.2 Memiliki rencana manajemen limbah cair menjaga kualitas seluruh air yang
timbul dari aktivitas konstruksi greenship-GBCI
X4. Advance Waste Management
X4.1 Adanya instalasi pengomposan limbah
organik di lokasi tapak bangunan Foto dan denah instalasi pengomposan
limbah organik greenship-GBCI
X5. Proper Comissioning
X5.1 Melakukan testing komissioning sesuai
petunjuk GBCI
mentraining pihak manajemen bangunan dengan baik dan benar
greenship-GBCI
Laporan pelaksanaan komissioning greenship-GBCI
Menggunakan measuring adjusting instruments sesuai standar GBCI
Pengalaman/Juklak PU
Membayar comissioning yang dilakukan oleh pihak ketiga
pengalaman
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
62
Universitas Indonesia
Tabel 3.2 (sambungan)
Variabel Sub Variabel indikator Referensi
X5.2
Desain & Spesifikasi Teknis harus lengkap saat pemasangan Measuring Adjusting
Instruments
Adanya Gambar mekanikal elektrikal yang menunjukkan instalasi alat-alat
ukur dan adjustment greenship-GBCI
Spesifikasi peralatan ukur dan adjustment
greenship-GBCI
X6. Submission Green Building
Implementation Data for
Database
X6.1 Menyerahkan data implementasi Green
Building sesuai dengan form GBCI
Adanya Perhitungan persentase kenaikan investasi Green Building terhadap pembangunan gedung
konvensional
greenship-GBCI
X6.2
Surat Pernyataan pemilik gedung akan menyerahkan data implementasi Green
Buildingnya paling lambat 12 bulan setelah sertifikasi
Adanya surat pernyataan yang berisi tentang data implementasi volume sampah,konsumsi air, dan konsumsi
energi
greenship-GBCI
X7. Fit-Out Agreement
X7.1 Surat perjanjian dengan tenant
menggunakan kayu yang bersertifikat Surat pernyataan yang ditandatangani greenship-GBCI
X7.2 Surat perjanjian dengan tenant Terdapat rencana manajemen Indoor Air Quality
Surat pernyataan yang ditandatangani greenship-GBCI
X7.3 Surat perjanjian dengan tenant mengikuti
training manajemen bangunan Surat pernyataan yang ditandatangani greenship-GBCI
X8. Occupant Survey
X8.1
Surat pernyataan bahwa pemilik gedung akan mengadakan survey suhu dan
kelembaban maksimal 12 bulan setelah sertifikasi
Surat pernyataan yang ditandatangani bahwa pemilik gedung melaksanakan
survey setiap tahun greenship-GBCI
X8.2 Jika hasil survey 20% responden tidak
nyaman, akan diadakan perbaikan maksimal 6 bulan setelah hasil survey
Surat pernyataan yang ditandatangani greenship-GBCI
Sumber : Olahan Sendiri
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
63
Universitas Indonesia
3.5 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrument yang digunakan penulis untuk
menganalisa penelitian adalah :
Wawancara langsung kepada pakar yang memahami dan mengerti konsep
Green Building dan aspek BEM dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner
merupakan daftar pertanyaan yang bersifat tulisan yang ditujukan kepada
responden untuk kemudian dicatat dan diolah kembali. Dalam kuesioner
tercantum mengenai komentar dan tanggapan mengenai cost component apa
saja dalam aspek BEM yang mempengaruhi pembiayaan dalam
pembangunan Green Building.
Menyebarkan kuesioner tahap kedua, yang bertujuan untuk memeberikan
korelasi seberapa berpengaruhnya variable yang ada terhadap biaya
pembangunan gedung. Kuesioner ini disebarkan kepada responden dan
hasilnya akan dianalisa menggunakan metode statistik. Kriteria responden
tersebut adalah Project Manager, Site Manager, Engineer, maupun orang
yang ahli dan berpengalaman dalam bidang konstruksi.
Pengambilan data langsung sebagai alat instrument dalam pengumpulan
data. Pengambilan data yang diperoleh baik berupa gambar kerja maupun
data historis sebelumnya proyek gedung serupa PT X
Software Microsoft Excel 2007 sebagai alat instrument pengolahan data
dalam perbandingan biaya.
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
64
Universitas Indonesia
Tabel 3.3. Kuisioner untuk Pengambilan Data Tahap 1
Variabel Sub Variabel
Indikator
Referensi
Faktor
Mempengaru
hi Komentar dan
Tanggapan Ya Tidak
X1. Basic
Waste Facility
X1.1 Adanya instalasi
untuk memilah
sampah berdasarkan
organik dan
anorganik
tersedianya tempat sampah
organik greenship-GBCI
tersedianya tempat sampah
anorganik greenship-GBCI
X2. GP as a
Member of
Design Team
X2.1 Melibatkan seorang
GP sejak tahap
desain dan sebelum
pendaftaran
sertifikasi
membayar team GP dalam
proses sertifikasi pengalaman
GP mendampingi tim desain
yang terintegrasi dalam optimasi
desain dan proses konstruksi
Techno Konstruksi,
September 2011
X3. Pollution
of
Construction
Activity
X3.1 Memiliki rencana
manajemen limbah
padat
menyediakan area
pengumpulan, pemisahan, dan
sistem pencatatan
greenship-GBCI
Perencanaan
pengurangan/penggunaan waste
beton dan besi beton
PP Guideline
X3.2 Memiliki rencana
manajemen limbah
cair
menjaga kualitas seluruh air
yang timbul dari aktivitas
konstruksi
greenship-GBCI
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
65
Universitas Indonesia
Tabel 3.3. (Sambungan)
Variabel Sub Variabel Indikator Referensi
Faktor
Mempengaru
hi Komentar dan
Tanggapan Ya Tidak
X4. Advance
Waste
Management
X4.1 Adanya instalasi
pengomposan
limbah organik di
lokasi tapak
bangunan
Foto dan denah instalasi
pengomposan limbah organik
greenship-GBCI
X5. Proper
Comissioning
X5.1
Melakukan testing
komissioning
sesuai petunjuk
GBCI
mentraining pihak manajemen
bangunan dengan baik dan benar greenship-GBCI
Laporan pelaksanaan
komissioning greenship-GBCI
Menggunakan measuring
adjusting instruments sesuai
standar GBCI
Pengalaman/Juklak PU
X5.2
Membayar comissioning yang
dilakukan oleh pihak ketiga pengalaman
Desain &
Spesifikasi Teknis
harus lengkap saat
pemasangan
Measuring
Adjusting
Instruments
Adanya Gambar mekanikal
elektrikal yang menunjukkan
instalasi alat-alat ukur dan
adjustment
greenship-GBCI
Spesifikasi peralatan ukur dan
adjustment greenship-GBCI
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
66
Universitas Indonesia
Tabel 3.3 (Sambungan)
Variabel Sub Variabel Indikator Referensi
Faktor
Mempengaru
hi Komentar dan
Tanggapan Ya Tidak
X6. Submission
Green Building
Implementation
Data for
Database
X6.1
Menyerahkan data
implementasi
Green Building
sesuai dengan
form GBCI
Adanya Perhitungan persentase
kenaikan investasi Green
Building terhadap pembangunan
gedung konvensional
greenship-GBCI
X6.2 Surat Pernyataan
pemilik gedung
akan
menyerahkan data
implementasi
Green
Buildingnya
paling lambat 12
bulan setelah
sertifikasi
Adanya surat pernyataan yang
berisi tentang data implementasi
volume sampah,konsumsi air,
dan konsumsi energi
greenship-GBCI
X7. Fit-Out
Agreement
X7.1 Surat perjanjian
dengan tenant
menggunakan
kayu yang
bersertifikat
Surat pernyataan yang
ditandatangani greenship-GBCI
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
67
Universitas Indonesia
Tabel 3.3 (Sambungan)
X7.2 Surat perjanjian
dengan tenant
Terdapat rencana
manajemen Indoor
Air Quality
Surat pernyataan yang
ditandatangani greenship-GBCI
X7.3 Surat perjanjian
dengan tenant
mengikuti training
manajemen
bangunan
Surat pernyataan yang
ditandatangani greenship-GBCI
X8. Occupant
Survey
X8.1 Surat pernyataan
bahwa pemilik
gedung akan
mengadakan survey
suhu dan
kelembaban
maksimal 12 bulan
setelah sertifikasi
Surat pernyataan yang
ditandatangani bahwa pemlik
gedung melaksanakan survey
setiap tahun
greenship-GBCI
X8.2 Jika hasil survey
20% responden
tidak nyaman, akan
diadakan perbaikan
maksimal 6 bulan
setelah hasil survey
Surat pernyataan yang
ditandatangani greenship-GBCI
Sumber : Olahan
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
68
Universitas Indonesia
Untuk kuisioner tahap 2, maka skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal, yakni skala yang memungkinkan
sesuatu untuk disusun menurut peringkatnya masing-masing, bisa dari peringkat yang paling buruk hingga paling baik. Data
semacam ini sering disebut data peringkat (rank data).
Tabel 3.4. Kuisioner untuk Pengambilan Data Tahap 2
Variabel Sub Variabel indikator Referensi
Pengaruh
Terhadap Kinerja
Biaya
X1. Basic
Waste Facility
X1.1 Adanya instalasi untuk
memilah sampah
berdasarkan organik dan
anorganik
tersedianya tempat sampah organik greenship-GBCI
tersedianya tempat sampah anorganik
greenship-GBCI
X2. GP as a
Member of
Design Team
X2.1 Melibatkan seorang GP
sejak tahap desain dan
sebelum pendaftaran
sertifikasi
membayar team GP dalam proses
sertifikasi pengalaman
GP mendampingi tim desain yang
terintegrasi dalam optimasi desain dan
proses konstruksi
Techno Konstruksi,
September 2011
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
69
Universitas Indonesia
Tabel 3.4 (Sambungan)
Variabel Sub Variabel indikator Referensi Pengaruh Terhadap
Kinerja Biaya
X3. Pollution
of
Construction
Activity
X3.1
Memiliki rencana
manajemen limbah padat
menyediakan area pengumpulan,
pemisahan, dan sistem pencatatan greenship-GBCI
Perencanaan pengurangan/penggunaan
waste beton dan besi beton PP Guideline
X3.2
Memiliki rencana
manajemen limbah cair menjaga kualitas seluruh air yang timbul
dari aktivitas konstruksi greenship-GBCI
X4. Advance
Waste
Management
X4.1 Adanya instalasi
pengomposan limbah
organik di lokasi tapak
bangunan
Foto dan denah instalasi pengomposan
limbah organik greenship-GBCI
X5. Proper
Comissioning
X5.1
Melakukan testing
komissioning sesuai
petunjuk GBCI
mentraining pihak manajemen bangunan
dengan baik dan benar greenship-GBCI
Laporan pelaksanaan komissioning greenship-GBCI
Menggunakan measuring adjusting
instruments sesuai standar GBCI Pengalaman/Juklak
PU
Membayar comissioning yang dilakukan
oleh pihak ketiga pengalaman
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
70
Universitas Indonesia
Tabel 3.4 (Sambungan)
Variabel Sub Variabel indikator Referensi Pengaruh Terhadap
Kinerja Biaya
X5.2
Desain & Spesifikasi
Teknis harus lengkap saat
pemasangan Measuring
Adjusting Instruments
Adanya Gambar mekanikal elektrikal
yang menunjukkan instalasi alat-alat
ukur dan adjustment greenship-GBCI
Spesifikasi peralatan ukur dan
adjustment greenship-GBCI
X6.
Submission
Green
Building
Implementat
ion Data for
Database
X6.1 Menyerahkan data
implementasi Green
Building sesuai dengan
form GBCI
Adanya Perhitungan persentase
kenaikan investasi Green Building
terhadap pembangunan gedung
konvensional
greenship-GBCI
X6.2 Surat Pernyataan pemilik
gedung akan
menyerahkan data
implementasi Green
Buildingnya paling lambat
12 bulan setelah
sertifikasi
Adanya surat pernyataan yang berisi
tentang data implementasi volume
sampah,konsumsi air, dan konsumsi
energi
greenship-GBCI
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
71
Universitas Indonesia
Tabel 3.4 (Sambungan)
Variabel Sub Variabel indikator Referensi
Pengaruh
Terhadap Kinerja
Biaya
X7. Fit-Out
Agreement
X7.1 Surat perjanjian dengan
tenant menggunakan kayu
yang bersertifikat Surat pernyataan yang ditandatangani greenship-GBCI
X7.2 Surat perjanjian dengan
tenant Terdapat rencana
manajemen Indoor Air
Quality
Surat pernyataan yang ditandatangani greenship-GBCI
X7.3 Surat perjanjian dengan
tenant mengikuti training
manajemen bangunan Surat pernyataan yang ditandatangani greenship-GBCI
X8.
Occupant
Survey
X8.1 Surat pernyataan bahwa
pemilik gedung akan
mengadakan survey suhu
dan kelembaban
maksimal 12 bulan
setelah sertifikasi
Surat pernyataan yang ditandatangani
bahwa pemilik gedung melaksanakan
survey setiap tahun greenship-GBCI
X8.2 Jika hasil survey 20%
responden tidak nyaman,
akan diadakan perbaikan
maksimal 6 bulan setelah
hasil survey
Surat pernyataan yang ditandatangani greenship-GBCI
Sumber : Olahan
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
72
Universitas Indonesia
1 = Tidak berpengaruh
2 = Kurang berpengaruh
3 = Cukup berpengaruh
4 = Berpengaruh
5 = Sangat berpengaruh
3.6 Pengumpulan Data
Proses pengumpulan informasi atau data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini dilakuan dengan metode :
a. Dokumen, data teknis dan gambar kerja proyek Green Building Y dan proyek
sejenis
b. Keterangan langsung dari pelaksana di lapangan.Untuk kuisioner tahap satu,
yang menjadi narasumber adalah praktisi konstruksi yang sedang mengerjakan
proyek serupa ataupun yang memiliki pengalaman di bidangnya, maupun
pakar yang mengerti tentang penerapan Green Building. Pengambilan data
mungkin dilakukan sampai 3(tiga) kali sampai mendapatkan keterangan yang
valid dari pakar. Untuk kuisioner tahap dua, yang menjadi narasumber adalah
responden yang memiliki kriteria sebagai Project Manager, Site Manager,
Engineer, maupun orang yang ahli dan berpengalaman dalam bidang
konstruksi terutama konstruksi Green Building.
c. Literatur atau data historis sebelumnya yang berkaitan dengan manajemen
lingkungan bangunan Green Building.
d. Wawancara dengan menggunakan kuisioner kepada pakar atau orang yang
ahli dan berpengalaman dibidangnya.
3.7 Analisa Data
Dalam penelitian ini (analisa studi kasus) , data yang diperoleh dari
kuisioner tahap 1 akan dianalisa dengan metode delphi, sementara untuk analisa
kuisioner tahap 2 akan digunakan metode deskriptif analisis (statistik). Metode
delphi adalah modifikasi dari teknik brainwriting dan survei. Dalam metode ini,
panel digunakan dalam pergerakan komunikasi melalui beberapa kuesioner tang
tertuang dalam tulisan. Objek dari metode ini adalah untuk memperoleh konsesus
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
73
Universitas Indonesia
yang paling reliable dari sebuah grup ahli. Pendekatan delphi memiliki tiga grup
yang berbeda yakni: pembuat keputusan, staf dan responden. Pembuat keputusan
akan bertanggung jawab terhadap keluaran dari kajian delphi. Sebuah grup kerja
yang terdiri dari lima sampai sembilan anggota yang tersusun atas staf dan
pembuat keputusan, bertugas mengembangkan dan menganalisa semua kuisioner,
evaluasi pengumpulan data, dan merevisi kuesioner yang diperlukan.
Prosedur delphi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut ini:
a. Anonymous (mengabaikan nama)
Metode ini tidak mengijinkan anggota komite mengetahui satu sama lain
untuk mencegak kemungkinan keberpihakan pada salah satu opini sesorang
atau dominasi panelis. Hal ini membuat keaslian dari suatu ide dapat berubah
tanpa dipengaruhi satu sama lain, yang masing-masingnya beropini secara
independen.
b. Iterasi dengan feedback terkontrol
Hal ini bertujuan untuk mencegah anggota komite membuat keputusan hanya
berdasarkan opini pribadi. Interaksi diantara anggota komite menggunakan
kuisioner sebagai media, memungkinkan mereka mengetahui posisi dalam
pengumpulan opini, apakah mendukung atau menolak argumen, yang harus
bekerja dalam tujuan awal tanpa dipengaruhi tujuan individu. Dalam setiap
putaran metode delphi ada ringkasan yang memuat masukan sebagai respon
dari kuisioner yang disebarkan.
c. Respon kelompok secara statistik
Hal ini diperlukan untuk mengukur derajat perbedaan opini yang mungkin
ada dalam komite, yang dapat pula berupa istilah misalnya median, mean,
standar deviasi, dsb.
Prosedur metode delphi adalah mengembangkan pertanyaan delphi,
memilih dan kontak dengan responden, memilih ukuran contoh, mengembangkan
kuisioner dan test, analisis kuisioner, pengembangan kuisioner dan test,
menyiapkan laporan akhir. Keunggulan metode delphi apabila dibandingkan
dengan metode yang lain adalah:
a. Metode delphi mengabaikan nama dan mencegah pengaruh yang besar satu
anggota terhadap anggota lainnya.
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
74
Universitas Indonesia
b. Masing-masing responden memiliki waktu yang cukup untuk
mempertimbangkan masing-masing bagian dan jika perlu melihat informasi
yang diperlukan untuk mengisi kuisioner.
c. Menghindari tekanan sosial psikologis
d. Perhatian langsung pada masalah
e. Memenuhi kerangka kerja
f. Menghasilkan catatan dokumen yang tepat.
Tahap kuisioner 2 akan dianalisa dengan menggunakan metode deskriptif
analitis. Dalam analisa ini akan didaptkan gambaran umum karakteristik populasi
data. Diharapkan hasil dari kuisioner ini dapat menggambarkan seberapa besar
konsep Green Building ini dilaksanakan pada pelaksanaan proyek bangunan
gedung.
Kemudian dilakukan studi kasus pengaruh aspek BEM, terhadap kinerja
biaya proyek pada proyek Y yang akan menggunakan data sekunder berupa
rencana anggaran biaya proyek. Dengan menggunakan rencana anggaran biaya
ini, penulis akan membandingkan estimasi pelaksanaan proyek dengan penerapan
konsep green dan conventional building.
Validasi dan realibilitas instrument penelitian
Syarat instrument penelitian harus dapat memenuhi persyaratan validitas
dan reabilitas dengan cara :
a. Uji validitas dilakukan dengan mengkonsultasikan pada pakar, selanjutnya
dianalisa dengan mengkorelasikan antara butir instrument dengan skor
totalnya atau dengan mencari tahu daya pembeda skor tiap item dari kelompok
yang memberikan jawaban tinggi dan jawaban rendah.
b. Uji reliabilitas menyangkut konsistensi alat ukur penelitian. Dikatakan dapat
terpercaya jika alat ukur tersebut mantap, stabil dapat diandalkan dan dapat
diramalkan sehingga alat ukur tersebut konsisten dari waktu ke waktu. Uji
realibilitas dilakuakn dengan menggunakan metode koefisien alpha cronbach
dengan program SPSS. Menurut Sekaran (2003), jika koefisien realibilitas
hasil perhitungan menunjukkan angka ≥ 0.6 maka dapat disimpulkan
instrument yang bersangkutan dinyatakan reliable[43]
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
75
Universitas Indonesia
3.8 Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan studi literatur yang ada, metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan survei dan studi kasus yang
selanjutnya akan dianalisa dengan metode delphi dan deskriptif analisis, dengan
instrumen penelitian wawancara dengan kuisioner.
Data yang dibutuhkan dalam pengumpulan informasi adalah dokumen,
data teknis dan gambar kerja, keterangan dan kuisioner dari pakar dan pelaksana
lapangan, serta literatur. Untuk menganalisa data digunakan delphi method,
deskriptif analisis, dan analisa studi kasus.
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
76 Universitas Indonesia
BAB 4
PENGOLAHAN DATA
4.1 Pendahuluan
Dalam bab 4 ini akan dijelaskan mengenai proses pengumpulan data,
proses analisa data setelah data-data yang dibutuhkan berhasil dikumpulkan mulai
dari analisa statistik dengan bantuan software SPSS versi 20 dan juga analisa studi
kasus pada proyek.
4.2 Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, akan dilakukan 3 langkah untuk mengumpulkan
data yang berguna untuk menjawab rumusan masalah. Langkah pertama yang
dilakukan adalah melakukan validasi seluruh variabel penelitian dengan
mengkonsultasikan kepada pakar, lalu selanjutnya dilakukan pilot survey untuk
memastikan isi kuisioner sebelum disebar pada responden yang sebenarnya, serta
dilakukan penbgumpulan data pada proyek yang akan dijadikan objek studi kasus.
4.2.1 Kuesioner Tahap Pertama (Validasi Pakar)
Berdasarkan hasil kajian pustaka, terdapat 8 variabel dalam penelitian ini
yang diperoleh dari berbagai literatur. Seluruh variable ini kemudian
dikonsultasikan kepada 5 pakar Green Building untuk disusun menjadi kuesioner
responden tahap kedua, yang tentunya akan mengalami banyak perubahan sesuai
komentar dari para pakar tersebut. Para pakar tersebut diminta persetujuan dan
komentarnya untuk menyatakan apakah variable tersebut masih memerlukan
tambahan atau pengurangan terhadap indikatornya dan apakah variable yang
bersangkutan benar mempengaruhi kinerja biaya konstruksi. Variabel yang
diberikan penulis bersumber pada greenship GBCI v1.0 yang kemudian
indikatornya bersumber pada referensi lainnya seperti pengalaman/data proyek
sebelumnya, majalah atau jurnal.
Adapaun pakar yang dihubungi oleh peneliti merupakan seorang
Greenship Profesional (GP), atau seseorang yang telah mengikuti pelatihan Green
Building yang diadakan GBCI dalam jangka waku tertentu serta telah memiliki
sertifikat.. Pakar pada tahap kuesioner pertama ini berjumlah 5 orang yang
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
77
Universitas Indonesia
mempunyai pengalaman dalam menangani pembangunan gedung green. Masing-
masing pakar ini memberikan tanggapan, koreksi, penambahan variable dan
indikator penelitian. Proses yang dilakukan adalah tatap muka langsung. Setiap
variable yang kemudian mengalami perubahan akan dikonsultasikan kembali
kepada pakar untuk dikomentari. Adapun profil pakar dapat dilihat pada tabel :
Tabel 4.1. Profil Pakar
NO Nama Instansi Pengalaman Pendidikan
1 Vidya
Fauzianti
Green Building Council Indonesia
(GBCI) 2 S2
2 Yodi
Danusastro
Green Building Council Indonesia
(GBCI) 2,5 S2
3 Ni Made
Sasanti PT. PP (Persero), Tbk 21 S1
4 Nana Arthana PT Artefak Arkindo 16 S1
5 Ridho Haqi PT. Pertamina (Persero) 4 S1 Sumber : Olahan
Pakar dalam penelitian ini berjumlah 5 (lima) orang dan berasal dari
instansi yang berbeda. Pakar green building tersebut telah disertifikasi sebagai
Greenship Professional (GP) oleh GBCI ataupun sebagai tim rating analyst sistem
rating GREENSHIP. Mengingat lembaga Green Building Council Indonesia
(GBCI) sebagai lembaga perwakilan GBC Internasional di Indonesia belum lama
berdiri, maka ada diantara lima pakar tersebut yang masih memiliki pengalaman
kurang dari 5 (lima) tahun. Meskipun memiliki pengalaman kurang dari lima
tahun, mereka dapat dipastikan memahami green building secara mendalam dan
memiliki latar belakang pendidikan S2, sedangkan pakar yang memiliki
pengalaman lebih dari 15 tahun adalah pengalaman di dunia konstruksi dan sejak
berdirinya GBCI, baru disertifikasi sebagai seorang GP.
Kuisioner untuk tahap pertama dapat dilihat pada Tabel 3-2, dimana hasil
kuesioner kepada kelima pakar di atas merupakan validasi dari variable yang
sangat memungkinkan mempunyai hubungan erat dengan kinerja biaya proyek
khususnya pada proyek bangunan gedung. Hasil yang diperoleh dari varibel ini
dihitung jumlah jawaban ya atau tidaknya sebagai penentu keputusan apakah
variable ini benar mempengaruhi kinerja biaya atau tidak. Jika terjadi perolehan
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
78
Universitas Indonesia
jawaban ya atau tidak yang seimbang, maka variabel tersebut akan ditanyakan
kembali ke pakar yang bersangkutan, sehingga didapatkan jawaban pasti dari para
pakar. Pada pelaksanaannya metode ini sangatlah memakan waktu yang lama
dikarenakan hampir semua pakar merupakan praktisi yang memiliki tingkat
mobilitas yang sangat tinggi sehingga sulit untuk mentepakan waktu untuk
bertemu.
Hasil perhitungan kuisoner tahap pertama ini diperoleh dari 8 buah
variable yang ada, kemudian berkurang menjadi 6 variabel. Kuisioner yang telah
mengalami perubahan ini kemudian disebar kepada para pilot responden untuk
dijadikan kuisioner tahap kedua. Berikut adalah tabel variable kuisioner tahap
dua:
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
79
Universitas Indonesia
Tabel 4.2. Kuisioner Tahap Dua
NO Variabel Sub-
No Sub Variabel
Cost Komponen Apa
Saja yang
Mempengaruhi Biaya
dalam Green Building
Referensi
X1 (Prasyarat) Basic Waste Facility
X.1.1
Adanya instalasi
untuk memilah sampah berdasarkan
organik dan
anorganik
Tersedianya tempat
sampah organik
greenship-
GBCI
Tersedianya tempat
sampah anorganik
greenship-
GBCI
X2 BEM 1 (Greenship Professional (GP) as a Member of
Design Team)
X.2.1
Melibatkan seorang
GP sejak tahap
desain dan sebelum
pendaftaran
sertifikasi
Membayar seorang GP
untuk mengarahkan
jalannya proyek
pengalaman
GP mendampingi team
desain yang terintegrasi
dalam optimasi desain
dan proses konstruksi
Techno
Konstruksi,
September
2011
X3 BEM 2 (Pollution of Construction
Activity)
X.3.1
Memiliki rencana
manajemen limbah
padat
Menyediakan area
pengumpulan,
pemisahan, dan sistem
pencatatan
greenship-
GBCI
Perencanaan
pengurangan waste
beton dan besi beton
PP Guideline
X.3.2
Memiliki rencana
manajemen limbah
cair
Menjaga kualitas
seluruh air yang timbul
dari aktivitas konstruksi
greenship-
GBCI
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
80
Universitas Indonesia
Tabel 4.2. (sambungan)
X4 BEM 3 (Advance Waste Management)
X.4.1
Adanya instalasi
untuk pengomposan
limbah organik di
lokasi bangunan
Foto dan denah
instalasi pengomposan
limbah organik
greenship-
GBCI
X.4.2
Adanya kerjasama
pengelolaan limbah
anorganik dengan
pihak ketiga ataupun
secara mandiri
Penggunaan system
Dry Anaerobic
Digestion and
Composting
greenship-
GBCI
X5 BEM 4 (Proper Comissioning)
X.5.1
Melakukan testing
komissioning sesuai
petunjuk GBCI
Mentraining pihak
manajemen bangunan
dengan baik dan benar
greenship-
GBCI
Laporan pelaksanaan
komissioning
greenship-
GBCI
Menggunakan
measuring adjusting
instruments sesuai
standar GBCI
Pengalaman/J
uklak PU
Membayar comissioner
dari pihak ketiga yang
independen
Pengalaman
X.5.2
Desain dan
Spesifikasi Teknis
harus lengkap saat
pemasangan
measuring Adjusting
Instruments
Adanya gambar
mekanikal elektrikal
yang menunjukkan
instalasi alat-alat ukur
dan adjustment
greenship-
GBCI
Spesifikasi peralatan
ukur dan adjustment
greenship-
GBCI
X6 BEM 7 (Occupant Survey)
X.6.1
Setelah sertifikasi
Green Building, jika
hasil survey suhu
dan kelembaban
menunjukkan 20%
responden tidak
nyaman, akan
diadakan perbaikan
maksimal 6 bulan
setelah hasil survey
Surat pernyataan yang
ditandatangani
greenship-
GBCI
Sumber : Olahan
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
81
Universitas Indonesia
4.2.2 Kuesioner Tahap Kedua (pilot survey)
Pada tahap ini, kuisioner yang telah divalidasi oleh para pakar kemudian
disebar kepada responden yang menjadi pilot survey. Pilot survey adalah para
responden yang menjadi tolak ukur apakah kuisoner yang akan diberikan ini
sudah sangat mudah dimengerti untuk diisi atau tidak. Respoden yang menjadi
pilot survey ini berkriteria sama dengan responden untuk kuisioner tahapa ketiga.
Penyebaran kuisioner ini dilakukan secara tatap muka langsung agar maksud
responden dapat dengan jelas tersampaikan. Yang menjadi pilot survey ini adalah
para praktisi proyek yang berasal dari perusahaan yang berbeda. Para pilot
responden ini kemudian dimintai tanggapannya mengenai kejelasan untuk mengisi
kuisioner apakah sudah jelas atau belum. Kemudian untuk konten variabel
kuisioner, para responden juga dimintai keterangannya mengenai kejelasan
mengenai penulisan indikator apakah para responden sudah mengerti.
Tabel 4.3. Data Responden Pilot Survey
No Nama Jabatan pada proyek Perusahaan Pengalama
n (tahun) Pen
1 A.Syauqi Engineer PT. Waskita Karya 15 S1
2 Agus Ruliyanto Kepala Lapangan PT. Waskita Karya 7 S1
3 Anggraeni Staff Engineer PT, Waskita Karya 1 S1
4 Yucizar Fadli Komersial
PT Wijaya Karya
(Persero), Tbk 12 S1
5
Anastasya
Yolanda Staff Teknik
PT Wijaya Karya
(Persero), Tbk 2,5 S1
6 Ali Abrar Sitepu Kepala Engineering PT WIKA Gedung 4 S1
7 Fajril Lubab Manajer Proyek PT WIKA Gedung 21 S1
8 Juniar Bakti
Site Engineering
Manager PT PP (Persero), Tbk 5 S2
9 M.W.Prayogi Staff Engineer PT PP (Persero), Tbk 1 S1
10 Ade Tauhid Project Manager
PT Lemtek
Konsultan Indonesia 25 S1
Sumber: Olahan Sendiri
Dari hasil pilot survey ini terdapat beberapa revisi mengenai pemilihan
kata yang tepat pada petunjuk penjelasan pengisian dan penjelasanan mengenai
range nilai yang terdapat pada kuisioner. Beberapa responden menginginkan
kejelasan mengenai range nilai tersebut telah dicantumkan angkanya sehingga
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
82
Universitas Indonesia
mereka dapat membandingkan pengaruhnya dengan lebih pasti terhadap biaya
awal konstruksi. Selain itu juga terdapat beberapa perubahan mengenai penulisan
pada indikator dengan tidak merubah arti dari indikator tersebut. Hal tersebut
berubah pada semua indikator untuk kecuali variabel X6. Kemudian perubahan ini
juga telah ditanyakan kembali dan telah disetujui oleh pakar, berikut adalah tabel
perubahan penulisan untuk variabel :
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
83
Universitas Indonesia
Tabel 4.4 Perubahan Penulisan Variabel akibat Pilot Survey
NO Variabel Sub-
No Sub Variabel
Cost Komponen Apa Saja yang Mempengaruhi Biaya dalam Green
Building
Sebelum Sesudah
X1 (Prasyarat) Basic Waste Facility
X.1.1
Adanya instalasi
untuk memilah
sampah
berdasarkan
organik dan
anorganik
Tersedianya tempat sampah
organik
Tersedianya instalasi beserta tempat
sampah untuk memilah sampah
rumah tangga organik
Tersedianya tempat sampah
anorganik
Tersedianya instalasi beserta tempat
sampah untuk memilah sampah
rumah tangga anorganik
X2 BEM 1 (GP as a Member of
Design Team)
X.2.1
Melibatkan
seorang GP sejak
tahap desain dan
sebelum
pendaftaran
sertifikasi
Membayar seorang GP untuk
mengarahkan jalannya proyek Membayar Team GP dalam proses
sertifikasi
GP mendampingi tim desain
yang terintegrasi dalam
optimasi desain dan proses
konstruksi
GP mendampingi team desain
sampai dengan proses sertifikasi
yang terintegrasi dalam optimasi
desain dan proses konstruksi
X3 BEM 2 (Pollution of
Construction Activity)
X.3.1 Memiliki rencana
manajemen limbah
padat
Menyediakan area
pengumpulan, pemisahan, dan
sistem pencatatan
Perencanaan pengurangan
waste beton dan besi beton
Perencanaan
pengurangan/penggunaan waste
beton dan besi beton
X.3.2 Memiliki rencana
manajemen limbah
cair
Menjaga kualitas seluruh air
yang timbul dari aktivitas
konstruksi
X4 BEM 3 (Advance Waste
Management)
X.4.1
Adanya instalasi
untuk
pengomposan
limbah organik di
lokasi tapak
bangunan
Foto dan denah instalasi
pengomposan limbah organik
Foto dan denah instalasi
pengomposan limbah organik atau
diserahkan ke pihak ketiga
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
84
Universitas Indonesia
Tabel 4.4 (sambungan)
X.4.2
Adanya kerjasama
pengelolaan
limbah anorganik
dengan pihak
ketiga ataupun
secara mandiri
Penggunaan system Dry
Anaerobic Digestion and
Composting
Surat pernyataan kerjasama dengan
pihak ketiga yang akan melakukan
pengolahan limbah anorganik
X5 BEM 4 (Proper Comissioning)
X.5.1
Melakukan testing
komissioning
sesuai petunjuk
GBCI
Mentraining pihak manajemen
bangunan dengan baik dan
benar
Laporan pelaksanaan
komissioning
Menggunakan measuring
adjusting instruments sesuai
standar GBCI
Alat ukur dan alat adjustment
telah terpasang instalasi
(bukan portable) dihilangkan
Membayar comissioner dari
pihak ketiga yang independen Membayar comissioning yang
dilakukan oleh pihak ketiga
X.5.2
Desain dan
Spesifikasi Teknis
harus lengkap saat
pemasangan
measuring
Adjusting
Instruments
Adanya gambar mekanikal
elektrikal yang menunjukkan
instalasi alat-alat ukur dan
adjustment
Spesifikasi peralatan ukur dan
adjustment
X6 BEM 7 (Occupant Survey)
X.6.1
Setelah sertifikasi
Green Building,
jika hasil survey
suhu dan
kelembaban
menunjukkan 20%
responden tidak
nyaman, akan
diadakan
perbaikan
maksimal 6 bulan
setelah hasil
survey
Surat pernyataan yang
ditandatangani
Sumber : Olahan
Berdasarkan hasil dari pilot responden yang kemudian di validasi oleh
para pakar, maka variabel kuisioner tahap tiga yang akan diberikan kepada
responden adalah sebagai berikut :
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
85
Universitas Indonesia
Tabel 4.5. Kuisioner Untuk Responden
NO Variabel Sub-
No Sub
Variabel
Cost Komponen Apa
Saja yang Mempengaruhi
Biaya dalam Green
Building
Referensi
Pengaruh
Terhadap
Peningkatan
Biaya
X1 (Prasyarat) Basic Waste
Facility 1 2 3 4 5
X.1.1
Adanya
instalasi
untuk
memilah
sampah
berdasarkan
organik dan
anorganik
Tersedianya instalasi
beserta tempat sampah
untuk memilah sampah
rumah tangga organik
greenship-
GBCI
Tersedianya instalasi
beserta tempat sampah
untuk memilah sampah
rumah tangga anorganik
greenship-
GBCI
X2 BEM 1 (GP as a Member
of Design Team)
X.2.1
Melibatkan
seorang GP
sejak tahap
desain dan
sebelum
pendaftaran
sertifikasi
Membayar Team GP
dalam proses sertifikasi pengalaman
GP mendampingi team
desain sampai dengan
proses sertifikasi yang
terintegrasi dalam
optimasi desain dan
proses konstruksi
Techno
Konstruksi,
September
2011
X3 BEM 2 (Pollution of
Construction Activity)
X.3.1
Memiliki
rencana
manajemen
limbah
padat
Menyediakan area
pengumpulan,
pemisahan, dan sistem
pencatatan
greenship-
GBCI
Perencanaan
pengurangan/penggunaan
waste beton dan besi
beton
PP
Guideline
X.3.2
Memiliki
rencana
manajemen
limbah cair
Menjaga kualitas seluruh
air yang timbul dari
aktivitas konstruksi
greenship-
GBCI
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
86
Universitas Indonesia
Tabel 4.5 (sambungan)
X4 BEM 3 (Advance
Waste Management)
X.4.1
Adanya
instalasi
untuk
pengomposan
limbah
organik di
lokasi tapak
bangunan
Foto dan denah
instalasi
pengomposan
limbah organik
atau diserahkan
ke pihak ketiga
greenship-GBCI
X.4.2
Adanya
kerjasama
pengelolaan
limbah
anorganik
dengan pihak
ketiga
ataupun
secara
mandiri
Surat pernyataan
kerjasama
dengan pihak
ketiga yang akan
melakukan
pengolahan
limbah
anorganik
greenship-GBCI
X5 BEM 4 (Proper
Comissioning)
X.5.1
Melakukan
testing
komissioning
sesuai
petunjuk
GBCI
Mentraining
pihak
manajemen
bangunan
dengan baik dan
benar
greenship-GBCI
Laporan
pelaksanaan
komissioning greenship-GBCI
Menggunakan
measuring
adjusting
instruments
sesuai standar
GBCI
Pengalaman/Juklak
PU
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
87
Universitas Indonesia
Tabel 4.5 (sambungan)
Membayar
comissioning yang
dilakukan oleh
pihak ketiga
Pengalaman
X.5.2
Desain dan
Spesifikasi
Teknis harus
lengkap saat
pemasangan
measuring
Adjusting
Instruments
Adanya gambar
mekanikal
elektrikal yang
menunjukkan
instalasi alat-alat
ukur dan
adjustment
greenship-
GBCI
Spesifikasi
peralatan ukur dan
adjustment
greenship-
GBCI
X6 BEM 7 (Occupant
Survey)
X.6.2
Setelah
sertifikasi Green
Building, jika
hasil survey
suhu dan
kelembaban
menunjukkan
20% responden
tidak nyaman,
akan diadakan
perbaikan
maksimal 6
bulan setelah
hasil survey
Surat pernyataan
yang ditandatangani greenship-
GBCI
Sumber : Olahan
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
88
Universitas Indonesia
4.2.3 Kuesioner Tahap Ketiga (Responden)
Setelah melalui tahap pilot survey, selanjutnya kuisioner disebarkan
kepada para responden. Survey ini dilakukan kepada personil proyek yang sedang
melakukan konstruksi bangunan gedung. Melalui email dan penyebaran langsung,
kuisioner ini disebarkan kepada lebih dari 30 responden. Setelah melalui beberapa
pemeriksaan, maka dipilihlah 31 responden yang sesuai dengan kualifikasi
dimana sebagian besar berasal dari proyek bangunan gedung yang berada di
Jakarta. Berikut adalah tabel profil para responden yang berjumlah 31 responden
dilihat dari pendidikan, pengalaman kerja, dan jabatan. Untuk data lengkap
responden terdapat di Lampiran 3.
Tabel 4.6 Data Profil Responden Tahap Tiga
Responden Jabatan Pengalaman kerja (tahun) Pendidikan Terakhir
R1 HSE 7 S1
R2 Kepala Lapangan 7 S1
R3 Teknik 15 -
R4 QC 4 S1
R5 SOM 25 S1
R6 SEM 5 S1
R7 SEM 7 S1
R8 GSP 18 D3
R9 konsultan 19 S1
R10 pengelola teknis 29 S2
R11 ME 4 S1
R12 staf teknik 3 S1
R13 pengelola teknis 25 -
R14 SOM 12 S1
R15 pengelola teknis 25 S2
R16 QC 8 S1
R17 SOM 15 S1
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
89
Universitas Indonesia
Tabel 4.6 (sambungan)
Responden Jabatan Pengalaman kerja (tahun) Pendidikan Terakhir
R18 SEM 15 S1
R19 team leader & GP 20 S1
R20 GP & ME 24 S1
R21 SE 7 S1
R22 QS 6 -
R23 GSP 12 D3
R24 engineer 5 S1
R25 pengendalian operasional
proyek 14 S1
R26 engineer 10 S1
R27 SM 6 S1
R28 SM 7 S1
R29 Site engineer 18 SLTA
R30 SE 10 S1
R31 SE 4 S2
Sumber : Olahan
4.3 Analisa Data
4.3.1 Analisa Statistik Kuisioner
4.3.1.1 Uji Data Responden
a. Uji Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pengujian data responden berdasarkan latar belakang pendidikan
terakhir dibagi menjadi tiga kelompok dan menggunakan uji Kruskal Wallis
dengan bantuan program SPSS ver. 20. Berikut ini adalah penyebaran jumlah
responden berdasarkan latar belakang pendidikan terakhir.
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
90
Universitas Indonesia
Gambar 4.1. Grafik Penyebaran Responden Berdasarkan Pendidikan
Terakhir
Sumber : Olahan Sendiri
Setelah data dikelompokkan menjadi 4 kelompok, maka selanjutnya
dilakukan uji Kruskal Wallis menggunakan program SPSS versi 20.
Hipotesis yang diusulkan untuk uji Krusian Wallis adalah :
H0 = Tidak ada perbedaan persepsi yang didasari atas dasar pendidikan
reponden yang berbeda
H1 = Ada perbedaan persepsi yang didasari atas dasar jabatan responden
yang berbeda
Pengambilan keputusan
a) Berdasarkan probabilitas :
Ho = Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima
H1 = Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak
b) Berdasarkan nilai Chi-Square :
Ho = Jika statistic hitung < statistik tabel, maka Ho diterima
H1 = Jika statistic hitung > statistic tabel, maka Ho ditolak
Output data hasil uji Kruskal Wallis untuk data responden
berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat seperti tabel berikut ini.
6%
74%
10%
10%
pendidikan terakhir
D3 S1 S2 lainnya
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
91
Universitas Indonesia
Tabel 4.7. Test Statistics
Chi-
Square df
Asymp.
Sig.
X.1.1 3,381 3 0,337
X.1.2 3,539 3 0,316
X.2.1 8,035 3 0,045
X.2.2 8,035 3 0,045
X.3.1.1 4,777 3 0,189
X3.1.2 5,481 3 0,14
X.3.2 2,377 3 0,498
X.4.1 0,681 3 0,878
X.4.2 2,123 3 0,547
X.5.1.1 1,808 3 0,613
X.5.1.2 1,934 3 0,586
X.5.1.3 4,018 3 0,26
X.5.1.4 2,792 3 0,425
X.5.2.1 2,843 3 0,416
X.5.2.2 3,134 3 0,371
X.6.1 1,625 3 0,654 Sumber : Data Hasil Olahan SPSS ver. 20
Berdasarkan tabel Chi-Square apabila nilai minimum Sig. Adalah
0,05 dan nilai df adalah 3, maka nilai Chi-Square adalah 7,81. Pada tabel
output hasil olahan SPSS ver. 20 untuk uji responden berdasarkan latar
belakang pendidikan terakhir, dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1.
Hampir semua variabel diterima sebagai H0, kecuali variabel X.2.1 dan
variabel X.2.2 yang tergolong H1, karena nilai chi-square dan Asymp. Sig.
tidak memenuhi syarat. Sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan persepsi
responden yang berbeda pendidikan terakhir untuk variabel X.2.1 dan
variabel X.2.2.
b. Uji Data Responden Berdasarkan Jabatan
Pengujian data responden berdasarkan jabatan dibagi menjadi enam
kelompok dan menggunakan uji Kruskal Wallis dengan bantuan program
SPSS ver. 20. Pengelompokan jabatan responden dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
92
Universitas Indonesia
Tabel 4.8. Kelompok Jabatan Responden
Kelompok Jabatan
1 Staff Teknik, Engineer ME, Engineer, Quality Control, Quantity Surveyor
2
Site Operational Manager, Kepala Lapangan, Site Engineer Manager,
Manager QC, Pengendali Operasional Proyek, Construction Manager
3 Site Engineer
4 Pengelola Teknis
5 GSP
6 Konsultan, Team Leader, dan Greenship Professional (GP) Sumber: Olahan Sendiri
Berikut ini adalah penyebaran jumlah responden berdasarkan latar
belakang pendidikan terakhir.
Gambar 4.2. Grafik Penyebaran Responden Berdasarkan Jabatan
Sumber : Olahan Sendiri
Setelah membagi enam kelompok jabatan, selanjutnya dilakukan uji
Kruskal-Wallis dengan hasil output yang dapat terlihat seperti pada tabel
berikut ini.
32%
32%
13%
7% 3%
13%
Jabatan
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3
Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
93
Universitas Indonesia
Tabel 4.9. Test Statistics Jabatan
Chi-
Square df Asymp. Sig.
X.1.1 6,257 5 0,282
X.1.2 6,377 5 0,271
X.2.1 11,647 5 0,040
X.2.2 11,647 5 0,040
X.3.1.1 4,278 5 0,510
X3.1.2 4,844 5 0,435
X.3.2 3,295 5 0,655
X.4.1 1,542 5 0,908
X.4.2 3,859 5 0,570
X.5.1.1 10,429 5 0,064
X.5.1.2 13,123 5 0,022
X.5.1.3 5,815 5 0,325
X.5.1.4 6,856 5 0,232
X.5.2.1 7,545 5 0,183
X.5.2.2 6,590 5 0,253
X.6.1 3,794 5 0,579 Sumber : Data Hasil Olahan SPSS
Berdasarkan tabel Chi-Square apabila nilai minimum Sig. Adalah
0,05 dan nilai df adalah 5, maka nilai Chi-Square adalah 11,07. Pada tabel
output hasil olahan SPSS ver. 20 untuk uji responden berdasarkan jabatan
pekerjaan, dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Dapat
dilihat pada tabel, hampir semua variabel dikelompokkan H0, akan tetapi
variabel X.2.1, X.2.2 dan X.5.1.2 tergolong H1 karena tidak memenuhi
persyaratan Sig. dan Chi-Square. Sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan
persepsi jawaban dari responden yang memiliki jabatan pekerjaan yang
berbeda pada variabel X.2.1, X.2.2 dan X.5.1.2.
c. Uji Data Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Pengujian data responden berdasarkan pengalaman kerja dibagi
menjadi enam kelompok dan menggunakan uji Kruskal Wallis dengan
bantuan program SPSS ver. 20. Berikut ini adalah grafik penyebaran jumlah
responden berdasarkan pengalaman kerja.
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
94
Universitas Indonesia
Gambar 4.3. Penyebaran Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Sumber : Olahan Sendiri
Hasil uji Kruskal-Wallis untuk uji data responden berdasarkan
pengalaman kerja dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.10. Test Statistic Pengalaman Kerja
Chi-
Square df
Asymp.
Sig.
X.1.1 2,622 4 0,62
X.1.2 2,727 4 0,60
X.2.1 6,616 4 0,16
X.2.2 6,616 4 0,16
X.3.1.1 1,835 4 0,77
X3.1.2 1,181 4 0,88
X.3.2 3,509 4 0,48
X.4.1 2,126 4 0,71
X.4.2 6,703 4 0,15
X.5.1.1 5,442 4 0,24
X.5.1.2 8,352 4 0,08
X.5.1.3 1,682 4 0,79
X.5.1.4 5,160 4 0,27
X.5.2.1 6,848 4 0,14
23%
32% 19%
10%
16%
pengalaman kerja
1-5 tahun 6-10 tahun 10-15 tahun 15-20 tahun >20 tahun
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
95
Universitas Indonesia
Tabel 4.10 (sambungan)
Chi-
Square df
Asymp.
Sig.
X.5.2.2 4,731 4 0,32
X.6.1 3,402 4 0,49 Sumber: Data Hasil Olahan SPSS ver. 20
Berdasarkan tabel Chi-Square apabila nilai minimum Sig. Adalah
0,05 dan nilai df adalah 4, maka nilai Chi-Square adalah 9.49. Pada tabel
output hasil olahan SPSS ver. 20 untuk uji responden berdasarkan
pengalaman kerja, dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak.
Sehingga dapat dikatakan tidak ada perbedaan persepsi jawaban dari
responden yang memiliki pengalaman kerja yang berbeda.
4.3.1.2 Tabulasi Data
Uji Validitas
Uji validitas ini dilakukan guna mengetahui ketepatan alat ukur
penelitian. Dalam pengujian ini yang menjadi alat ukurnya adalah angka hasil dari
korelasi antara skor pernyataan dan skor keseluruhan pernyataan responden
terhadap informasi pada kuisioner. Dengan menggunakan bantuan software SPSS-
20 berikut adalah tabel hasil pengolahan data :
Tabel 4.11. Item-Total Statistic
Variabel
Scale
Mean if
Item
Deleted
Scale
Variance
if Item
Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if
Item
Deleted
Keterangan
X.1.1.1 39,4194 130,718 ,772 ,941 VALID
X.1.1.2 39,3871 130,312 ,794 ,941 VALID
X.2.1.1 39,0968 133,224 ,714 ,943 VALID
X.2.1.2 39,0968 133,224 ,714 ,943 VALID
X.3.1.1 39,0323 129,966 ,761 ,942 VALID
X.3.1.2 39,4194 136,652 ,527 ,947 VALID
X.3.2 39,3548 135,370 ,605 ,945 VALID
X.4.1 39,4839 133,858 ,679 ,943 VALID
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
96
Universitas Indonesia
Tabel 4.11 (sambungan)
Variabel
Scale
Mean if
Item
Deleted
Scale
Variance
if Item
Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if
Item
Deleted
Keterangan
X.4.2 39,6774 137,092 ,698 ,943 VALID
X.5.1.1 39,9032 136,224 ,768 ,942 VALID
X.5.1.2 39,7097 130,480 ,760 ,942 VALID
X.5.1.3 39,4516 133,656 ,742 ,942 VALID
X.5.1.4 39,3871 136,912 ,624 ,944 VALID
X.5.2.1. 39,6774 136,359 ,702 ,943 VALID
X.5.2.1. 39,5484 135,456 ,654 ,944 VALID
X.6.2 39,3226 129,959 ,795 ,941 VALID
Sumber : Data Hasil Olahan SPSS
Untuk mengukur tingkat valid dan tidaknya dari 16 variabel yang ada,
nilai r (Corrected Item-Total Correlation) harus minimal sama dengan atau lebih
dari nilai r tabel. Berdasrkan nilai responden yang berjumlah 31 responden
didatakan nilai r tabel yaitu r = 0,355. Pada tabel di atas dapat dilihat semua
variabel bersifat valid.
Uji Reabilitas
Tabel 4.12. Case Processing Summary
N %
Cases Valid 31 100,0
Excludeda 0 0,0
Total 31 100,0
Sumber : Data Hasil Olahan SPSS
Dari tabel 4.5 di atas, terlihat bahwa 31 reponden yang diujikan
dinyatakan valid dengan nilai Alpha Cronbach 0.946.
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
97
Universitas Indonesia
Tabel 4.13. Realibility Statistic
Cronbach's
Alpha
N of
Items
,946 16
Sumber : Data Hasil Olahan SPSS
Berdasarkan tabel tingkat reliabilitas, maka nilai Alpha Cronbach yang
didapat adalah 0.946. Nilai tersebut terletak diantara 0.9 hingga 1.00 sehingga
tingkat reliabilitasnya tinggi (dapat dipercaya).
4.3.2 Analisa Deskriptif
Analisa deskriptif adalah analisa untuk mendapatkan nilai mean dan
median dari seluruh jawaban yang diberikan responden atas pertanyaan dari
variabel penelitian. Analisa ini memungkinkan peneliti mengetahui secara cepat
gambaran sekilas dan ringkas dari data yang diperoleh. Dengan menggunakan
bantuan program SPSS, maka akan didapatkan nilai mean yang merupakan nilai
rata-rata, serta nilai median. Deskriptif untuk variabel yang berpengaruh terhadap
biaya konstruksi sebagian besar adalah kurang berpengaruh terhadap biaya
proyek, yaitu 2 (0% - <1%). Secara rinci deskriptif variabel ini terdapat pada tabel
di bawah ini :
Tabel 4.14. Analisa Deskriptif
N Mean Std. Deviation Variance
Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic
VAR00001 31 2,6452 ,19972 1,11201 1,237
VAR00002 31 2,6774 ,19885 1,10716 1,226
VAR00003 31 2,9677 ,18828 1,04830 1,099
VAR00004 31 2,9677 ,18828 1,04830 1,099
VAR00005 31 3,0323 ,20988 1,16859 1,366
VAR00006 31 2,6452 ,19972 1,11201 1,237
VAR00007 31 2,7097 ,19229 1,07062 1,146
VAR00008 31 2,5806 ,18993 1,05749 1,118
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
98
Universitas Indonesia
Tabel 4.14 (sambungan)
N Mean Std. Deviation Variance
Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic
VAR00009 31 2,3871 ,15153 ,84370 ,712
VAR00010 31 2,1613 ,14735 ,82044 ,673
VAR00011 31 2,3548 ,20504 1,14159 1,303
VAR00012 31 2,6129 ,17766 ,98919 ,978
VAR00013 31 2,6774 ,16967 ,94471 ,892
VAR00014 31 2,3871 ,15847 ,88232 ,778
VAR00015 31 2,5161 ,17883 ,99569 ,991
VAR00016 31 2,7419 ,20197 1,12451 1,265
Valid N
(listwise) 31
Sumber : Olahan Data SPSS
Dari tabel di atas, nilai variabel X secara total rata jawaban responden
terdapat pada nilai yang bila dibulatkan ke bilangan terdekat rata-rata menjadi 2.
Sehingga jawaban rata-rata adalah kurang berpengaruh. Grafik rata-rata jawaban
ada pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.4. Grafik Mean Indikator
Sumber : Olahan
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Nilai Mean Indikator
Mean Total Mean
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
99
Universitas Indonesia
4.3.3 Analisa dengan Menggunakan AHP
4.3.3.1 Perbandingan Berpasangan dan normalitas matriks
Tahap pertama yang dilakukan pada analisa AHP adalah membuat
matriks perbandingan berpasangan untuk pengaruh biaya sehingga didapatkan
sebanyak lima (5) buah elemen yang dibandingkan. Di bawah ini diberikan
matriks berpasangan yang dapat dihitung seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 4.15. Matriks Berpasangan untuk Pengaruh Biaya Pengambilan
Keputusan
sangat berpengaruh cukup sedikit tidak
Sangat 1 3 5 7 9
berpengaruh 0.33 1.00 3.00 5.00 7
Cukup 0.20 0.33 1.00 3.00 5
Sedikit 0.14 0.20 0.33 1.00 3
Tidak 0.11 0.14 0.20 0.33 1
Jumlah 1.79 4.68 9.53 16.33 25
Sumber : Data Hasil Olahan
4.3.3.2 Bobot elemen
Perhitungan bobot elemen untuk masing-masing unsur dalam matriks
bisa dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.16. Perhitungan Bobot Elemen
sangat berpenga
ruh cukup sedikit tidak jumlah prioritas presentase
sangat 0.56 0.64 0.52 0.43 0.36 2.51 0.50 100
berpengaruh 0.19 0.21 0.31 0.31 0.28 1.30 0.26 51.75
cukup 0.11 0.07 0.10 0.18 0.20 0.67 0.13 26.72
sedikit 0.08 0.04 0.03 0.06 0.12 0.34 0.07 13.48
tidak 0.06 0.03 0.02 0.02 0.04 0.17 0.03 6.93
jumlah 1.00 1.00 1.00 1.00 1 5 1
Sumber : Data Hasil Olahan SPSS
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
100
Universitas Indonesia
Sehingga dari tabel perhitungan di atas maka bobot elemen untuk
masing-masing risiko dapat dilihat dari tabel di bawah ini :
Tabel 4.17. Perhitungan Bobot Elemen Masing-masing Pengaruh
sangat berpengaruh cukup sedikit tidak
BOBOT 1.00 0.52 0.27 0.13 0.07
Sumber : Data Hasil Olahan SPSS
4.3.3.3 Uji konsistensi matriks dan hirarki
Matriks bobot dari hasil perbandingan berpasangan harus mempunyai
diagonal bernilai satu dan konsistensi. Untuk menguji konsistensi, maka nilai
eigen value maksimum (λmaks) harus mendekati banyaknya elemen (n) dan eigen
value sisa mendekati nol.
Pembuktian konsistensi matriks berpasangan dilakuakan dengan unsur-
unsur pada tiap kolom dibagi dengan jumlah kolom yang bersangkutan diperoleh
matriks sebagai berikut.
sehingga didapatkan nilai z maks = 2.69 + 1.375 + 0.676 + 0.325 + 0.171 = 5.237
dengan banyaknya elemn dalam matriks (n) adalah 5, maka besarnya RCI untuk
n=5 sesuai dengan tabel Sturat H. Mann adalah sebesar 1.12, maka CI = (λmaks-
n)/(n-1) adalah CI = 0.059. Selanjutnya CR = 0.059/1.12= 0.053=5.2 %. Nilai
tersebut menunjukkan nilai CR <10 % , maka hasil ini mempunyai hirarki
konsisten dan tingkat akurasi yang tinggi.
1 3 5 7 9
0.33 1 3 5 7
0.2 0.33 1 3 5
0.14 0.20 0.33 1 3
0.11 0.14 0.2 0.33 1
æ
è
çççççç
ö
ø
÷÷÷÷÷÷
´
0.5
0.26
0.13
0.07
0.03
æ
è
çççççç
ö
ø
÷÷÷÷÷÷
=
2.69
1.375
0.676
0.325
0.171
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
101
Universitas Indonesia
4.3.3.4 Rangking pada Variabel
Berdasarkan uji konsistensi, maka perhitungan untuk pengaruh variabel
terhadap perubahan biaya konstruksi dilakukan dengan memasukkan bobot
elemen masing-masing sesuai dengan hasil. Tabel berikut merupakan perhitungan
nilai pengaruh terhadap biaya yang digunakan untuk menentukan rangking atau
peringkat dalam analisa AHP.
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
102
Universitas Indonesia
Tabel 4.18. Nilai Perhitungan AHP
Variabel Sub-
Variabel
Total Jawaban Pengaruh
Terhadap Peningkatan
Biaya total
prosentase
Nilai Ranking
tidak kurang cukup berpengaruh sangat
1 2 3 4 5 0,07 0,13 0,27 0,52 1
X1 X.1.1 3 14 8 3 3 31 9,677419355 45,16129032 25,80645161 9,677419355 9,677419355 28,22581 7
X.1.2 3 13 9 3 3 31 9,677419355 41,93548387 29,03225806 9,677419355 9,677419355 28,67742 5
X2 X.2.1 1 11 10 6 3 31 3,225806452 35,48387097 32,25806452 19,35483871 9,677419355 33,29032 3
X.2.2 1 11 10 6 3 31 3,225806452 35,48387097 32,25806452 19,35483871 9,677419355 33,29032 2
X3
X.3.1.1 1 13 5 8 4 31 3,225806452 41,93548387 16,12903226 25,80645161 12,90322581 36,35484 1
X3.1.2 3 15 5 6 2 31 9,677419355 48,38709677 16,12903226 19,35483871 6,451612903 27,83871 8
X.3.2 3 12 9 5 2 31 9,677419355 38,70967742 29,03225806 16,12903226 6,451612903 28,3871 6
X4 X.4.1 3 15 7 4 2 31 9,677419355 48,38709677 22,58064516 12,90322581 6,451612903 26,22581 10
X.4.2 3 16 10 1 1 31 9,677419355 51,61290323 32,25806452 3,225806452 3,225806452 21 14
X5
X.5.1.1 6 16 7 2 0 31 19,35483871 51,61290323 22,58064516 6,451612903 0 17,51613 16
X.5.1.2 7 13 6 3 2 31 22,58064516 41,93548387 19,35483871 9,677419355 6,451612903 23,74194 13
X.5.1.3 2 15 9 3 2 31 6,451612903 48,38709677 29,03225806 9,677419355 6,451612903 26,06452 11
X.5.1.4 1 15 10 3 2 31 3,225806452 48,38709677 32,25806452 9,677419355 6,451612903 26,70968 9
X.5.2.1 3 18 5 5 0 31 9,677419355 58,06451613 16,12903226 16,12903226 0 20,96774 15
X.5.2.2 4 13 9 4 1 31 12,90322581 41,93548387 29,03225806 12,90322581 3,225806452 24,12903 12
X6 X.6.1 4 10 9 6 2 31 12,90322581 32,25806452 29,03225806 19,35483871 6,451612903 29,45161 4
Sumber : Data Hasil Olahan
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
103
Universitas Indonesia
Berdasarkan ranking hasil tabel tersebut, diperoleh nilai proxy utama
indikator yang sangat berpengaruh terhadap perubahan biaya konstruksi yang
mewakili variabel tersebut. Indikator tersebut merupakan indikator yang paling
berpengaruh terhadap perubahan biaya konstruksi yang tercantum dalam tabel
berikut.
Tabel 4.19. Faktor Pengaruh Terhadap Biaya Dominan Variabel
Sumber : Data Hasil Olahan
Berdasarkan tabel di atas, variabel yang paling mempengaruhi biaya
konstruksi Green Building adalah menyediakan area pengumpulan, pemisahan,
dan sistem pencatatan limbah padat.
4.3.4 Analisa Studi Kasus
4.3.4.1 Pendahuluan
Setelah melakukan pengumpulan dan analisa data kuisioner, maka
penulis melakukan tahap analisa studi kasus pada proyek pembangunan Green
Building. Proyek yang dijadikan objek studi kasus pada penelitian ini adalah
No Variabel Indikator Nilai
1 X1 Tersedianya instalasi beserta tempat
sampah untuk memilah sampah
rumah tangga anorganik 28,67742
2 X2
GP mendampingi team desain
sampai dengan proses sertifikasi
yang terintegrasi dalam optimasi
desain dan proses konstruksi
33,29032
3 X3 Menyediakan area pengumpulan,
pemisahan, dan sistem pencatatan
limbah padat 36,35484
4 X4 Foto dan denah instalasi
pengomposan limbah organik atau
diserahkan ke pihak ketiga 26,22581
5 X5 Membayar comissioning yang
dilakukan oleh pihak ketiga 26,70968
6 X6 Surat pernyataan yang
ditandatangani 29,45161
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
104
Universitas Indonesia
proyek gedung perkantoran milik PT Jasa Marga yang berlokasi di pintu tol utama
TMII Jakarta Timur, dengan kontraktor pelaksananya adalah PT. PP (Persero),
Tbk. Sesuai dengan visi misi perusahaan kontraktor yang berkomitmen sebagai
Green Contractor, maka pembangunan gedung ini akan berlandaskan prinsip
ramah lingkungan, serta dalam operasionalnya nantipun juga harus tetap
menghemat energi yang dihasilkan. Hal ini didukung pula oleh pemilik gedung
yang setuju untuk berkomitmen melaksanakan prinsip green dalam bangunannya.
Berikut adalah data umum dari proyek tersebut.
Nama proyek : Pembangunan Kantor Pusat Jasa Marga Gerbang
Tol TMII Utama
Pemberi tugas : PT. Jasa Marga (Persero), Tbk
Lingkup pekerjaan : Struktur, Mechanical, electrical dan Arsitektur
Konsultan Prencana : PT. Bita Enarcon Engineering
Biaya Kontrak : Rp 38.859.884.343,-
Luas lahan : 8,741 m2
Zoning : Office building
KDB : -
KLB : -
Gross Building Area : 4879,3 m2
NLA : 3412 m2
Sirkulasi ( Non AC) : 1467 m2
Finishing Gedung : GRC Panel, Alumunium composit
Façade Gedung : Clear glass
Sistem AC : Split unit - inverter
Sistem Lift : VVVF
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
105
Universitas Indonesia
Gambar 4.5 Masa Kontruksi Proyek
4.3.4.2 Penerapan Konsep Green Building
Pembangunan gedung kantor ini ditargetkan memperoleh 65 poin sistem
rating GREENSHIP untuk mendapatkan predikat gold. Desain awal (pada saat
tender) merupakan desain gedung konvensional yang selanjutnya diubah menjadi
desain Green Building. Meskipun desain awalnya adalah konvensional tetapi telah
memiliki baseline poin Green Building yaitu sebesar 22 poin.
Tabel 4.20 Target Pencapaian Rating
NO ITEM Baseline Target
ELIGIBILITY
1 ASD Appropriate Site Development 4 11
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
106
Universitas Indonesia
Tabel 4.20 (sambungan)
NO ITEM Baseline Target
2 EEC Energy Efficiency &
Conservation 2 15
3 WAC Water Conservation 4 15
4 MRC Material Resources & Cycle 4 4
5 IHC Indoor Health & Comfort 6 9
6 BEM Building Environmental
Management 1 11
TOTAL 22 65
Sumber: Data Proyek
Aspek Building Environmental Management (BEM) memiliki target
sebanyak 11 poin darii sebelumnya telah memiliki 1 poin baseline. Target poin
BEM berasal dari subaspek Prasyarat(Basic Waste Facility), BEM-1 (GP as a
Member of Design Team), BEM-2 (Pollution of Construction Activity), BEM-3
(Advance Waste Management), BEM-4 (Proper Comissioning), BEM-5
(Submission Green Building Implementation Data for Database), BEM-6 (Fit-Out
Agreement), dan BEM-7 (Occupant Survey). Berikut ini adalah pembahasan
mengenai perubahan biaya akibat perubahan desain menjadi Green Building
dilihat dari target poin yang berasal dari aspek BEM.
a. Basic Waste Facility (Prasyarat)
Sub kriteria ini merupakan suatu pre-requisite atau syarat keharusan
yang harus dimiliki setiap gedung dalam menyediakan fasilitas untuk
pemilahan sampah domestik dan rencana kerja pemilahan sampah
berdasarkan jenis sampah yaitu sampah organik dan sampah non-organik,
terutama kriteria wajib dari aspek BEM untuk mendapatkan point rating
greenship. Strategi untuk mencapai target pada proyek ini adalah dengan
menyediakan tempat sampah yang memilah sampah berdasarkan jenisnya
(organik dan anorganik) ketika bangunan akan digunakan. Untuk penerapan
aspek ini belum dapat ditinjau karena proyek masih dalam tahap konstruksi,
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
107
Universitas Indonesia
tetapi pihak kontraktor sudah sepakat untuk merencanakan tempat sampah
yang terpilah berdasarkan jenisnya di bangunan ketika sudah jadi, yaitu
berwarna merah untuk sampah B3, berwarna kuning untuk sampah organik,
dan berwarna hijau untuk sampah anorganik.
Gambar 4.6. Tempat sampah Organik, Anorganik, dan B3
Sumber : Data Proyek
Tujuan akhir dari penerapan aspek ini adalah pemilahan sampah di
tempat pengumpulan akhir sampah proyek (TPS) sehingga sampah sudah
terpilah ketika diangkut oleh truk sampah menuju TPA (Tempat Pembuangan
Akhir). Di proyek ini akan disediakan lokasi untuk tempat pembuangan
sampah akhir di lokasi bangunan berbentuk bak sampah, yang letaknya di
pojok lokasi bangunan. Nantinya sampah di bak sampah ini akan diangkut
oleh truk dinas kebersihan kota. Alur dan Instruksi kerja pengendalian limbah
padat terdapat pada lampiran 4. Sesuai keterangan pihak kontraktor, biaya
untuk penerapan aspek ini sudah include kedalam kontrak dan tidak
ditampilkan ke dalam BQ karena biayanya sangat kecil. Penerapannya dalam
proyek tidak memberikan poin, karena hanya berupa prasyarat.
Gambar 4.7. Alur pembuangan sampah
Sumber : Data Proyek
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
108
Universitas Indonesia
b. Greenship Professional (GP) as a Member of Design Team (BEM-1)
Strategi untuk mencapai target ini adalah melibatkan Greenship
Professional yang tersertifikasi dalam masa perencanaan, konstruksi &
sertifikasi. Proyek ini menggunakan seorang GP yang tersertifikasi sejak
tahap perencanaan sampai sertifikasi yang berasal dari kontraktor PT. PP
(Persero), Tbk. GP diberi surat pernyataan penunjukan GP oleh owner,
namun karena proyek ini baru berjalan 20% maka belum dibuat surat
penunjukan GP oleh owner. Untuk contoh surat penunjukan GP terdapat pada
lampiran 5. Posisi GP dalam struktur organisasi kontraktor akan dijelaskan
pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.8. Struktur GP dalam Organisasi Kontraktor
Sumber : Data Proyek
Tugas GP di proyek ini adalah mengarahkan desain suatu Green
Building sejak tahap awal sehingga memudahkan tercapainya suatu desain
yang memenuhi rating, serta berkoordinasi dengan owner. Ketika GP
merencanakan pengaplikasian aspek-aspek Green Building pada suatu
bangunan, maka GP harus membuat draft exercise sebagai tahap awal
perhitungan sebelum aspek-aspek tersebut akan diaplikasikan. GP harus aktif
dalam memberi masukan proyek, serta mengcut ketika terjadi kesalahan
perencanaan aspek Green Building. Untuk contoh daftar absensi GP dapat
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
109
Universitas Indonesia
dilihat di lampiran 6. Sesuai penjelasan dari pihak kontraktor, dimana PT. PP
(Persero), Tbk. adalah kontraktor yang berkomitmen tinggi terhadap green
building, maka dalam hal ini membebaskan biaya GP dalam semua
proyeknya. Dengan kata lain, biaya GP dalam proyek sudah include ke dalam
kontrak. Penerapan aspek ini dalam proyek memberikan 1 poin dari total 1
poin.
c. Pollution of Construction Activity (BEM-2)
Strategi untuk mencapai poin dalam aspek ini adalah kontraktor
diwajibkan mempunyai Rencana Manajemen Sampah konstruksi, baik untuk
limbah padat dan cair yang disyaratkan dalam dokumen tender. Untuk limbah
padat, dengan menyediakan area pengumpulan, pemisahan, dan sistem
pencatatan. Pencatatan dibedakan berdasarkan limbah padat yang dibuang ke
TPA, digunakan kembali, dan didaur ulang oleh pihak ketiga. Untuk limbah
cair, dengan menjaga kualitas seluruh air yang timbul dari aktivitas
konstruksi agar tidak mencemari drainase kota. Flowchart untuk penanganan
limbah padat/cair hasil kegiatan proyek dapat dilihat pada lampiran 7.
Gambar 4.9. Area Pemilahan dan Pencatatan Limbah Padat
Sumber : Data Proyek
Dalam proyek Jasa Marga, penanganan limbah padat dengan
membuat fasilitas untuk pemilahan sudah diterapkan seperti pada gambar 4-4,
namun jenis tempat sampah yang dibedakan di proyek adalah tempat sampah
kaleng dan plastik, tempat sampah kertas, tempat sampah rumah tangga, dan
tempat sampah padat B3. Menurut Manager SHE, hal ini dilakukan untuk
mempermudah karyawan serta tukang yang bekerja agar tidak kebingungan
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
110
Universitas Indonesia
ketika ingin membuang sampah, dan hal ini baru diterapkan di proyek ini
saja. Penggunaan tempat sampah ini sudah efektif karena para tukang
mengerti, namun sosialisasinya saja yang belum maksimal.
Gambar 4.10. Tempat Sampah di Proyek
Sumber : Data Proyek
Proyek Jasa Marga ini menggunakan jasa PT. PP (Persero), Tbk
sebagai kontraktor, dimana PT. PP (Persero), Tbk adalah kontraktor
bersertifikat ISO 14001 dan sudah memiliki standar yang baik dalam
penanganan limbah konstruksi sehingga tidak membutuhkan biaya tambahan.
Pemilihan material yang digunakan ramah lingkungan, serta diantaranya
adalah material daur ulang. Nantinya sisa material seperti waste besi beton
dan Alumunium Composite Panel(ACP) akan digunakan kembali misalnya
untuk pagar pembatas, tempat sampah, tempat duduk, dll.
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
111
Universitas Indonesia
Gambar 4.11. Penggunaan kembali waste besi beton
Sumber : Data Proyek
Waste besi beton yang lain, serta sisa-sisa kayu dari aktivitas
konstruksi akan dibeli oleh pengepul dan diangkut oleh truk. Satuan untuk
waste besi beton dan kayu yang akan dibeli oleh pengepul adalah ritase atau
per satu truk. Setiap sampah dan limbah yang keluar dari proyek harus dicatat
dan dimonitor dengan baik. Surat pernyataan kerjasama pengolahan limbah
dengan pihak ketiga belum dibuat untuk proyek ini, untuk contoh surat
pernyataan tersebut dapat dilihat di lampiran 8. Penerapan aspek ini dalam
proyek memberikan 2 poin dari total 2 poin, dimana 1 poin dari aspek ini
yaitu Manajemen Limbah Padat sudah menjadi baseline.
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
112
Universitas Indonesia
Gambar 4.12. Form monitoring pengeluaran sampah proyek
Sumber : Data Proyek
Untuk penanganan limbah cair selama konstruksi, tidak memerlukan
penanganan dan biaya khusus karena limbah cair yang dihasilkan di proyek
ini sangat sedikit.
Flowchart pengendalian air dari aktivitas konstruksi ke saluran kota
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.13. Flowchart pengendalian limbah cair konstruksi
Sumber : Data Proyek
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
113
Universitas Indonesia
d. Advance Waste Management (BEM-3)
Aspek ini memiliki 2 point jika diaplikasikan secara penuh, namun
proyek Jasa Marga tidak berencana untuk membuat fasilitas pengomposan
limbah organik di lokasi tapak bangunan. Oleh karena itu, strategi yang
digunakan untuk mencapai target ini adalah memberikan pernyataan atau
rencana kerja sama untuk pengelolaan limbah anorganik secara mandiri
dengan pihak ketiga (Ikatan Pemulung Indonesia) di luar sistem jaringan
persampahan kota sehingga bisa mengambil 1 point dari penerapan aspek ini.
Gambar 4.14. Logo Ikatan Pemulung Indonesia (IPI)
Sumber : Data Proyek
Pembuatan surat pernyataan aspek ini tidak membutuhkan biaya.
Surat pernyataan kerjasama belum dibuat karena proyek ini belum teregistrasi
sebagai Green Building, untuk contohnya dapat dilihat di lampiran 9.
Penerapan aspek ini dalam proyek memberikan 1 poin dari total 2 poin.
Gambar 4.15. Contoh Limbah Anorganik
Sumber : Data Proyek
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
114
Universitas Indonesia
e. Proper Comissioning (BEM-4)
Strategi untuk mencapai target poin dalam aspek ini adalah
melakukan testing comissioning sesuai dengan guideline ASHRAE 0-2005.
Tujuan dari Proper Comissioning sendiri adalah untuk mengetahui unjuk
kerja dari peralatan tersebut dan mengecek apakah data-data dari material
tersebut sama dengan seperti yang tertera di spesifikasi teknis dari peralatan
tersebut. Item yang akan dikomisioning setelah bangunan selesai adalah
sistem tata udara, power equipment, dan kuat penerangan (lux) dan prosesnya
harus terdokumentasi dengan baik. Proper Comissioning ini nantinya akan
dilakukan oleh tim yang kompeten dari supplier, PT. PP (Persero), Tbk, dan
pihak GBCI. Tim tersebut merupakan tim yang telah mendapat persetujuan
dari Owner sebagai pelaksana kegiatan Proper Comissioning.
Gambar 4.16. Tim Proper Comissioning
Sumber : Olahan Sendiri
Adapun alat-alat serta prosedur pelaksanaan Testing dan
Komisioning harus melalui tahapan sebagai berikut :
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
115
Universitas Indonesia
Gambar 4.17. Alat Comissioning
Sumber : Olahan Sendiri
Gambar 4.18. Prosedur pelaksanaan Testing dan Komisioning
Sumber : Data Proyek
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
116
Universitas Indonesia
Proses Testing dan Komisioning di proyek Jasa Marga akan
dilaksanakan setelah fisik bangunan selesai dibangun, dan item-item yang
akan dikomisioning masih dalam tahap perencanaan, sehingga biaya untuk
komisioning belum bisa dihitung, hanya berupa estimasi dari pakar. Karena
proyek ini tidak menggunakan chiller, maka biaya komisioning akan
berkurang dibandingkan dengan proyek Green Building terdahulu, misalnya
Dahana atau Kementerian PU. Menurut pakar, estimasi biaya Proper
Comissioning yang akan diajukan ke owner adalah sebesar Rp
200.000.000,00 dan satuannya adalah lumpsum. Contoh form komisioning
dapat dilihat di lampiran 10. Penerapan aspek ini dalam proyek memberikan 3
poin dari total 3 poin.
f. Submission Green Building Implementation Data for Database (BEM-5)
Strategi untuk mencapai target poin dari aspek ini adalah
menyerahkan data implementasi Green Building sesuai dengan form dari
GBCI, yang merupakan prasyarat untuk mendaftarkan diri dalam rating
kategori dan memberi pernyataan bahwa pemilik gedung akan menyerahkan
data implementasi Green Building dari bangunannya dalam waktu 12 bulan
setelah tanggal sertifikasi kepada GBCI dan suatu pusat data energi Indonesia
yang akan ditentukan kemudian. Aspek ini akan diaplikasikan dalam proyek
Jasa Marga, format bentuk surat pernyataannya dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
117
Universitas Indonesia
Gambar 4.19. Surat Pernyataan Penyerahan Data Implementasi Green
Building
Sumber : Data Proyek
Pada kenyatannya, pembuatan surat pernyataan aspek ini tidak
membutuhkan biaya. Contoh surat pernyataan dari proyek terdahulu dapat
dilihat pada lampiran 11. Penerapan aspek ini dalam proyek memberikan 2
poin dari total 2 poin.
g. Fit-Out Agreement (BEM-6)
Aspek ini tidak diterapkan pada proyek Jasa Marga.
h. Occupant Survey (BEM-7)
Strategi untuk mencapai target poin aspek ini adalah memberi
pernyataan bahwa pemilik gedung akan mengadakan survei suhu dan
kelembaban paling lambat 12 bulan setelah tanggal sertifikasi. Apabila
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
118
Universitas Indonesia
hasilnya minimal 20% responden menyatakan ketidaknyamanannya, maka
pemilik gedung harus setuju untuk melakukan perbaikan selambat-lambatnya
6 bulan setelah pelaporan hasil survei. Dalam proyek ini, pihak Jasa Marga
setuju untuk mengadakan survey suhu dan kelembaban setelah okupansi
masuk, namun surat pernyataan belum dapat dibuat karena proyek baru
berjalan 20% dan belum teregistrasi sebagai Green Building. Pada
kenyatannya, pembuatan surat pernyataan aspek ini tidak membutuhkan
biaya. Untuk contoh surat pernyataan dapat dilihat pada lampiran 12.
Penerapan aspek ini dalam proyek memberikan 2 poin dari total 2 poin.
4.3.4.3 Kesimpulan
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan secara terstruktur dan
terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap 1 berupa validasi kepada pakar semua
variabel yang berpengaruh terhadap peningkatan biaya, lalu dilanjutkan tahap 2
yang berupa penyebaran kuisioner kepada responden untuk mengetahui dan
tingkat pemahaman terhadap isi kuisoner tersebut, serta tahap 3 berupa
penyebaran kuisioner pada para responden di proyek gedung untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh dari penerapan indikator yang ada dalam kuisioner
terhadap perubahan biaya konstruksi. Selanjutnya hasil dari pengumpulan data
tahap 3 tersebut diolah dengan SPSS dan metode AHP, kemudian hasilnya
kembali dibawa kepada pakar untuk diberikan pendapatnya. Hasil variabel yang
didapat dibawa ke proyek kantor pusat Jasa Marga sebagai objek studi kasus.
Tabel 4.21 Deviasi Biaya BEM
No Aspek Non-Green
Building
Green
Building Deviasi
1 Prasyarat (Basic Waste Facility)
2 BEM - 1: GP as a member of design team 0 0 0
3 BEM - 2 : Pollution of Construction Activity 0 0 0
4 BEM - 3 : Advance Waste Management 0 0 0
5 BEM - 4 : Proper Comissioning 0 200.000.000 200.000.000
6 BEM - 5 : Submission GB Implementation for
Database 0 0 0
7 BEM - 6 : Fit Out Guide (tidak diterapkan)
8 BEM - 7 : Occupant Survey 0 0 0 Sumber : Olahan
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
119 Universitas Indonesia
BAB 5
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Pendahuluan
Pada bab ini akan dibahas mengenai temuan dan bahasan mengenai
analisa data, sehingga tujuan penelitian dapat terjawab. Pada Sub bab 5.2 akan
membahas mengenai temuan penelitian, Sub bab 5.3 pembahasan dan pada Sub
bab 5.4 adalah pengujian hipotesa.
5.2 Temuan
5.2.1 Temuan 1 (Hasil Kuisioner)
Setelah melakukan validasi pakar untuk semua variabel, pengumpulan
data kuisioner dari responden, dan analisa menggunakan metode Analytical
Hierarchy Process (AHP), maka didapat proxy variabel atau perwakilan suatu
variabel dari setiap indikator-indikator yang ada. Berikut akan disajikan proxy
variabel sesuai dengan peringkat yang paling berpengaruh atau berpotensi
tertinggi dalam meningkatkan biaya konstruksi Green Building sesuai aspek
BEM.
Tabel 5.1. Peringkat Proxy Variabel
Peringkat Variabel Indikator Penjelasan
1 X3 Indikator 5
Menyediakan area pengumpulan, pemisahan,
dan sistem pencatatan limbah padat selama
aktivitas konstruksi
2 X2 Indikator 4
Greensip Professional (GP) mendampingi
team desain sampai dengan proses sertifikasi
yang terintegrasi dalam optimasi desain dan
proses konstruksi
3 X6 Indikator 16
Membuat surat pernyataan yang menyatakan
bahwa setelah sertifikasi Green Building,
owner akan mengadakan survey suhu dan
kelembaban, dan jika hasilnya 20%
responden tidak nyaman maka akan diadakan
perbaikan maksimal 6 bulan setelah hasil
survey
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
120
Universitas Indonesia
Tabel 5.1 (sambungan)
Peringkat Variabel Indikator Penjelasan
4 X1 Indikator 2
Tersedianya instalasi beserta tempat sampah
untuk memilah sampah rumah tangga
anorganik
5 X5 Indikator 13
Membayar proper comissioning sesuai
petunjuk GBCI yang dilakukan oleh pihak
ketiga
6 X4 Indikator 8
Adanya foto dan denah instalasi fasilitas
pengomposan limbah organik di lokasi
bangunan atau diserahkan ke pihak ketiga Sumber : Olahan
Indikator 5 yaitu menyediakan area pengumpulan, pemisahan, dan sistem
pencatatan limbah padat selama aktivitas konstruksi menjadi proxy untuk variabel
X3(Pollution of Construction Activity) dengan nilai 36,35% dan menjadi
peringkat teratas variabel yang paling berpengaruh terhadap biaya konstruksi
Green Building.
5.2.2 Temuan 2 (Hasil Studi Kasus)
Penulis melakukan studi kasus di proyek selama kurang lebih 1 bulan.
Berbagai cara dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai variabel dan
aspek BEM yang diaplikasikan di proyek, misalnya dengan wawancara kepada
Greenship Professional, manager SHE, dan staff proyek. Dari informasi yang
didapat, hanya 6 aspek BEM yang diterapkan di proyek guna meraih poin dari
aspek BEM. Berikut akan dijelaskan subaspek dari aspek BEM yang menjadi
target pencapaian.
a. Basic Waste Facility (Prasyarat Aspek)
Pada proyek pembangunan gedung kantor pusat Jasa Marga,
prasyarat ini akan dilaksanakan nantinya ketika bangunan sudah selesai
dibangun. Untuk penerapan aspek ini biayanya sudah include ke dalam
kontrak dan tidak ditampilkan ke BQ karena biayanya sangat kecil, sehingga
nantinya pengadaan untuk tempat sampah yang terpilah jenisnya akan
dilakukan ketika bangunan sudah selesai.
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
121
Universitas Indonesia
b. GP as a Member of Design Team
Selama penulis melakukan studi kasus di proyek Jasa Marga, GP
selalu standby di kantor dan selalu aktif dalam mengarahkan proses desain
agar gedung menerapkan semua aspek Green Building dengan efektif.
Kekurangannya adalah daftar absen GP selama rapat belum terdokumentasi
dengan baik, karena proyek belum teregistrasi sebagai Green Building. GP di
proyek berjumlah 1 buah, dan tidak terjadi penambahan biaya untuk aspek ini
karena biaya GP sudah dibebaskan oleh pihak kontraktor. Hal ini dikarenakan
PT. PP (Persero), Tbk adalah kontraktor yang berkomitmen tinggi terhadap
green building, sehingga GP akan disediakan langsung oleh pihak PT. PP
(Persero), Tbk dan biayanya sudah include ke dalam kontrak.
c. Pollution of Construction Activity
Pada proyek pembangunan gedung kantor Jasa Marga, aspek ini
sudah diterapkan dengan sangat baik. Hal ini karena PT. PP (Persero), Tbk
bersertifikasi ISO 14001 yang artinya sudah memiliki standar yang baik
dalam penanganan limbah konstruksi, serta PT. PP (Persero), Tbk sudah
berkomitmen sebagai green contractor yang selalu menerapkan
pembangunan berbasiskan ramah lingkungan, sehingga tidak membutuhkan
biaya untuk penerapan aspek ini dan sudah menjadi standar pembangunan
bagi pihak kontraktor. Dari awal pembangunan, pengurangan waste besi
beton sudah direncanakan dengan baik, pembuatan fasilitas untuk pemilahan
sampah konstruksi sudah diterapkan walaupun dengan klasifikasi tempat
sampah yang berbeda dari biasanya. Tidak diperlukan extra cost untuk
penerapan aspek ini, sebaliknya malah menghasilkan uang karena waste besi
beton dan kayu akan diambil oleh pengepul dan dibeli oleh pabrik untuk di
daur ulang. Untuk limbah cair tidak diperlukan penanganan khusus, karena
sangat sedikit limbah cair yang dihasilkan.
d. Advance Waste Management
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
122
Universitas Indonesia
Pembuatan fasilitas pengomposan tidak dilakukan di proyek ini,
namun untuk pengolahan limbah anorganik akan diserahkan kepada pihak
ketiga sehingga tetap didapat 1 poin akibat penerapan aspek ini.
e. Proper Comissioning
Proses comissioning belum dilakukan sebagai penerapan aspek ini
karena comissioning akan dilakukan ketika bangunan selesai dibuat, serta
item-item yang akan dicomissioning nantinya masih dalam tahap
penggodokan, sehingga nominal biaya belum dapat diketahui. Karena proyek
ini tidak menggunakan chiller, maka biaya komisioning akan berkurang
dibandingkan dengan proyek Green Building terdahulu, misalnya Dahana
atau Kementerian PU. Berdasarkan pendapat pakar, estimasi biaya Proper
Comissioning yang akan diajukan ke owner adalah sebesar Rp
200.000.000,00 dan satuannya adalah lumpsum.
f. Submission Green Building Implementation Data for Database
Aspek ini belum dapat ditinjau karena data implementasi Green
Building akan diserahkan ketika bangunan sudah selesai dibangun. Namun
pihak owner dan kontraktor sudah setuju untuk menyerahkan data
implementasi Green Building dari bangunannya dan nantinya akan
dituangkan dalam bentuk surat pernyataan.
g. Occupant Survey
Aspek ini akan diterapkan nantinya dan sebagai buktinya akan dibuat
surat pertanyaan oleh owner untuk mengadakan survey suhu dan kelembaban
paling lambat 12 bulan setelah tanggal sertifikasi. Pihak owner juga sudah
setuju untuk mengadakan perbaikan apabila hasil survey menyatakan minimal
20% responden menyatakan ketidaknyamanannya.
5.3 Pembahasan
Dari hasil pengolahan data menggunakan metode AHP, diperoleh
variabel yang paling signifikan dalam meningkatkan biaya adalah X3 yaitu
menyediakan area pemisahan, pengumpulan, dan pencatatan limbah padat selama
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
123
Universitas Indonesia
konstruksi. Pakar berpendapat bahwa hal ini diakibatkan perbedaan persepsi,
karena responden yang dipilih berasal dari berbagai instansi. Padahal, pelaksanaan
variabel X3 dalam proyek ini tidak menimbulkan biaya, malahan menghasilkan
uang karena limbah padat yang dihasilkan dijual ke pabrik. Hal ini diakibatkan
PT. PP (Persero), Tbk sebagai kontraktor sudah menerapkan manajemen limbah
padat sebagai standar dalam konstruksinya, sehingga sistem manajemen limbah
padat PT. PP (Persero), Tbk sudah sesuai dengan penerapan variabel ini.
Hampir semua aspek BEM diterapkan kepada proyek pembangunan
kantor pusat Jasa Marga, termasuk prasyarat aspek yang harus diterapkan agar
mendapat poin. Aspek yang tidak diterapkan adalah X7 yaitu Fit-Out Agreement,
karena dari awal desain aspek tersebut tidak dijadikan target poin. Aspek X4 yaitu
Advance Waste Management diterapkan hanya pada satu indikatornya saja,
sehingga hanya mendapat 1 dari 2 poin yang dapat dicapai.
Dari hasil penelitian studi kasus dapat dilihat bahwa kenaikan biaya
konstruksi pada variabel aspek BEM diakibatkan oleh variabel X5 atau Proper
Comissioning. Hal ini diakibatkan oleh proses yang dilakukan harus sesuai
standar GBCI, yang jauh lebih rumit dan berbeda dari comissioning yang
dilakukan pada gedung biasa. Pelaksanaan proper comissioning bisa memakan
waktu satu minggu, tergantung berapa banyak item yang akan dicomissioning dan
pelaksanaannya harus didokumentasi dan diawasi dengan ketat, sehingga
membuat variabel ini akan memakan biaya yang besar. Variabel lain yang
berpotensi untuk menaikkan biaya konstruksi secara signifikan adalah X2 yaitu
penggunaan Greenship Professional(GP) sebagai bagian dari tim desain, namun
karena dalam proyek ini biaya GP sudah include dalam kontrak, maka variabel ini
tidak menimbulkan biaya.
Dalam penelitian ini juga diperoleh beberapa masukan dari pakar tentang
penerapan aspek Green Building ini. Perbedaan biaya Green Building akan terjadi
jika terjadi perubahan desain dari yang awalnya non-Green menjadi Green.
Namun jika dari tahap desain sudah berkonsep Green, maka peningkatan biaya
yang terjadi tidak akan signifikan. Sehingga kesimpulannya jika mindset para
pelaku konstruksi sudah green, maka biaya konstruksi Green Building tidak akan
jauh berbeda dibandingkan dengan gedung konvensional. Meskipun diawal
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
124
Universitas Indonesia
dibutuhkan investasi yang lebih tinggi daripada gedung conventional, namun pada
masa operasional biaya yang dikeluarkan menjadi lebih kecil hal ini dikarenakan
adanya penghematan energi dari sistem tata udara, power equipment, dan kuat
penerangan (lux) yang sudah dicomissioning serta perencanaan yang matang sejak
tahap desain.
5.4 Pembuktian Hipotesa
Dari hasil temuan yang ada dalam penelitian ini, dapat dilihat bahwa
hipotesa dari penelitian ini yaitu aspek Proper Comissioning merupakan aspek
yang meningkatkan biaya konstruksi Green Building terbukti. Dengan
peningkatan biaya akibat penerapan aspek tersebut adalah sebesar Rp
200.000.000,- atau 0,51% dari total biaya.
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
125 Universitas Indonesia
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa data, maka dapat disimpulkan hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Penerapan aspek Building Environmental Management yang mempengaruhi
perubahan biaya Green Building adalah sebagai berikut.
Tabel 6.1. Faktor BEM yang Mempengaruhi Biaya
No Variabel Sub
Variabel Indikator
1
BEM-2 Pollution
of Construction
Activity
X.3.1.1
Menyediakan area pengumpulan, pemisahan,
dan sistem pencatatan limbah padat selama
aktivitas konstruksi
2
BEM-1 GP as a
Member of
Design Team
X.2.2
Greensip Professional (GP) mendampingi
team desain sampai dengan proses sertifikasi
yang terintegrasi dalam optimasi desain dan
proses konstruksi
3 BEM-7 Occupant
Survey X.6.1
Membuat surat pernyataan yang menyatakan
bahwa setelah sertifikasi Green Building,
owner akan mengadakan survey suhu dan
kelembaban, dan jika hasilnya 20%
responden tidak nyaman maka akan diadakan
perbaikan maksimal 6 bulan setelah hasil
survey
4
BEM Prasyarat
Basic Waste
Facility
X.1.2
Tersedianya instalasi beserta tempat sampah
untuk memilah sampah rumah tangga
anorganik
5 BEM-4 Proper
Comissioning X.5.1.4
Membayar proper comissioning sesuai
petunjuk GBCI yang dilakukan oleh pihak
ketiga
6
BEM-3 Advance
Waste
Management
X.4.1
Adanya foto dan denah instalasi fasilitas
pengomposan limbah organik di lokasi
bangunan atau diserahkan ke pihak ketiga Sumber : Olahan
b. Peningkatan biaya konstruksi yang diakibatkan aspek Building
Environmental Management adalah sebesar 0,51% dari nilai kontrak,
diakibatkan oleh Variabel X5 yaitu Proper Comissioning.
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
126
Universitas Indonesia
c. Secara keseluruhan, perubahan biaya yang terjadi akibat penerapan aspek
green building pada proyek ini adalah :
Tabel 6.2 Persentase Penambahan Biaya Keseluruhan
No Aspek % Penambahan
1 Appropriate Site Development 1,68%
2 Energy Efficiency & Conservation 3,24%
3 Water Conservation 1,75%
4 Material Resources & Cycle 0,00%
5 Indoor Health & Comfort 0,01%
6 Building Enviromental Management 0,51%
Total 7,19%
Sumber: Olahan Sendiri
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah :
a. Untuk studi kasus proyek Green Building sebaiknya dilakukan lebih dari satu
proyek, karena pengaplikasian Green Building di tiap bangunan akan berbeda
tergantung targetan ratingnya.
b. Penelitian ini dapat diteruskan dengan menghitung penghematan biaya yang
mungkin diperoleh dari penerapan aspek BEM ini pada masa maintenance.
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
127 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
[1] Berita Resmi Statistik Badan Pusat Statistik 2011 No.72/11, 7 November
2011
[2] Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
[3] www.detiknews.com/fauzi-bowo-mengisyarat-green-building.com, diakses
tanggal 11 Desember 2011
[4] Sukamta, Davy, Februari 2009. Mendadak green. 23 Februari 2009
[5] Green Building Council Indonesia. Greenship Panduan Penerapan Versi
1.0 , 2010
[6] Peraturan Menteri Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Nomor 8 Tahun
2010
[7] “Peningkatan Investasi Green Building”, Bisnis Indonesia, Oktober 2011,
hal 8
[8] Irwan Sendjaja - Ketua Umum Asosiasi Manajemen Properti Indonesia,
Saatnya Pengelola Gedung Beralih ke "Green Building". Kompas 17
Februari 2011
[9] http://www.indonesiafinancetoday.com/read/15359/Developer-yang-
Kembangkan-Green-Building-Dapat-Insentif, diakses tanggal 20
Novermber 2011
[10] www.e-realestat.com/wordpress/2009/04/page/2, diakses tanggal 30
Desember 2011
[11] bplhd.jakarta.go.id/06_greenbuilding.php, diakses tanggal 25 November
2011
[12] “Green Building Tidak Bisa Dilihat Dari Phisik Bangunan”, Majalah
Techno Konstruksi, September 2011, hal 12
[13] Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2010 Tentang
Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan Bab II Pasal 4
[14] “Standarisasi Green Building Perlu Dipercepat”, Majalah Techno
Konstruksi, November 2011, hal 8
[15] Green Building Council Indonesia. Greenship Panduan Penerapan Versi
1.0 , 2010
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
128
Universitas Indonesia
[16] http://bplhd.jakarta.go.id/06_greenbuilding.php, diakses tanggal 5 Desember
2011
[17] www.gbcindonesia.org
[18] http://www.tempo.co/read/news/2011/12/05/095370037/Menikam-Protokol-
Kyoto-di-Durban diakses tanggal 5 Desember 2011
[19] http://www.antaranews.com/print/1258882598/javascript: diakses tanggal 5
Desember 2011
[20] Poul E. Kristensen-Direktur Manager IEN Consultant, Media Informasi dan
Komunikasi Dewan Energi Nasional Edisi Ke III, 2010.
[21] (Irwan Sendjaja-Ketua Umum Asosiasi Manajemen Properti Indonesia
AMPRI, Februari 2011).
[22] http://www.indopos.co.id/index.php/politika/71-jakarta-raya-reviews/6292-
gedung-bertingkat-harus-bersertifikat.htmlm, diakses tanggal 4 Desember
2011
[23] http://www.batukar.info/referensi/panduan-praktis-pemilahan-sampah,
diakses tanggal 12 Desember 2011
[24] Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah Pasal
11
[25] Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah Pasal
41
[26] Green Building Council Indonesia. Greenship Panduan Penerapan Versi
1.0, 2010
[27] Susanti, Betty. “Investigasi Komposisi Limbah Material Konstruksi
Perumahan”. Jurnal Rekayasa Sriwijaya No. 1 Vol 18, Maret 2009. Hal 11
[28] Green Building Council Indonesia. Greenship Panduan Penerapan Versi
1.0, 2010. hal. 64
[29] Tam & Tam, A Review On the Viable Technology for Construction Waste
Recycling,
http://www98.griffith.edu.au/dspace/bitstream/10072/1/39236.pdf, diakses
tanggal 1 Desember 2011
[30] Koskela, L., Application of the New Production Philosophy to Construction.
Technical Report # 7. Center for Integrated Facility Engineering.
Department of Civil Engineering. Stanford University, 1992.
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
129
Universitas Indonesia
[31] http://www98.griffith.edu.au/dspace/bitstream/10072/15026/1/146319.pdf,
diakses tanggal 1 Desember 2011
[32] Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air Pasal 1
[33] Bossink, B.A. G., and Brouwers, H.J.H., Construction Waste:
Quantification and Source Evaluation, Journal of Construction Engineering
and Management, 122(1), 55-60, 1996
[34] Crawford, J.H. Composting of Agricultural Waste. In Biotechnology
Applications and Research, Paul N, Cheremisinoff and R. P. Ouellette (ed).
2003. hal 68-77
[35] Green Building Council Indonesia. Greenship Panduan Penerapan Versi
1.0 , 2010
[36] http://www.ccitonline.com/mekanikal/tiki-
pagehistory.php?page=Menentukan+Kenyamanan+Termal+Ruangan+Berda
sarkan+Arah+Aliran+dan+Posisi+Kipas+Exhaust&diff2=9&diff_style=unid
iff, diakses tanggal 3 Desember 2011
[37] Soeharto, Imam, (1998). Manajemen Proyek (Dari konseptual sampai
operasional), Jilid I, Jakarta Erlangga
[38] http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/129191-T%2026784-
Pebgelolaan%20Risiko-Tinjauan%20literatur.pdf, diakses tanggal &
Desember 2011
[39] Project Management Institute, (2008). A Guide to the Project Mangement
Body of Knowledge, 4th
Edition
[40] Sapulette, William. Analisa Penyebab, Proses Administrasi, Pengaruh
Change Order pada Proyek Infrastruktur dan Bangunan Gedung di Ambon.
Tesis Petra Surabaya, 2008
[41] Peter Kurnia Wijaya, Joice Eriana. “Analisa Penyebab Utama Change
Order pada Proyek Konstruksi Gedung T”. Skripsi, Program Sarjana
Fakultas Teknik Sipil Universitas Kristen Petra,Surabaya,2004. hal 15
[42] Murni, Imam. Faktor Penyebab, Akibat dan Proses Pengolahan Change
Order pada proyek Rumah Tinggal di Surabaya. Tesis Petra Surabaya, 2007
[43] Adikusumo, Bayu. Pengaruh Penerapan Konsep Green Construction Pada
Bangunan Gedung Terhadap Penambahan Biaya Pada Pelaksanaan
Proyek.Thesis, Program Sarjana Fakultas Teknik Sipil Universitas
Indonesia,Depok.2010
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
130 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Adikusumo, Bayu. Pengaruh Penerapan Konsep Green Construction Pada
Bangunan Gedung Terhadap Penambahan Biaya Pada Pelaksanaan
Proyek.Thesis, Program Sarhana Fakultas Teknik Sipil Universitas
Indonesia,Depok.2010Cuma Pengembang Ecek-ecek Risaukan Biaya Green
Building. kompas.com, 6 Maret 2011
Anonymous, 2010. Daur Ulang Sampah Anorganik dan Pemberdayaan Pemulung.
[Homepage of Docstoc][Online] http://www.docstoc.com/docs/3379776/
daur-ulang/
Anonymous. 2010. Sampah (Ancaman bagi Kawasan Wisata Alam).
http://www.dephut.go.id/Halaman/Standardisasi_&_Lingkungan
Kehutanan. Jakarta. Indonesia
Arikunto, S. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Ario, D. (2010, Juni 4). Metode Delphi.
Asiyanto.Construction Project Cost Management.Jakarta: Pradnya Paramitha,
2010.
BEAM Society. 2009. Building Environmental Assessment Method. Hongkong
BEAM Plus. 2009. BEAM Society Building Environmental Assessment Method
New Building. Hongkong.
Berita Resmi Statistik Badan Pusat Statistik 2011 No.72/11, 7 November 2011
Bossink, B.A. G., and Brouwers, H.J.H., Construction Waste: Quantification and
Source Evaluation, Journal of Construction Engineering and Management,
122(1), 55-60, 1996
Building Commissioning Association (BCA). 2008. Best Practices in
Commissioning Existing Buildings. BCA. Portland. USA.
Building Commissioning Association (BCA). 2005. Commissioning for Great
Buildings. BCA. Portland. USA.
Crawford, J.H. Composting of Agricultural Waste. In Biotechnology Applications
and Research, Paul N, Cheremisinoff and R. P. Ouellette (ed). 2003. hal 68-
77
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
131
Universitas Indonesia
Dajan, D. A. (1973). Pengantar Metode Statistik Deskriptif. Jakarta: PT. Repro
International.
Dall’O’, Giuliano, Alessandro Speccher, Elisa Bruni. 2012. The Green Energy
Audit, a New Procedure for the Sustainable Auditing of Existing Buildings
Integrated with the LEED Protocols. Journal of Sustainable Cities and
Society 3(2012) 54-65.
Daniel, W. W. (1989). Statistik Nonparametrik. Jakarta: Gramedia.
Green Building Council Indonesia, The Definition in Creating Green
Office.(Jakarta : 2010). hal 1
Green Building Council Indonesia. Greenship Panduan Penerapan Perangkat
Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 , 2010. Jakarta : Green
Building Council Indonesia
Hardjono, R. D. (2009). Pengelolaan gedung Perkantoran dengan Konsep Green
Building di Surabaya. Surabaya: Program Manajemen Keuangan, Program
Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Petra.
Howe, R. (1997, November). ISO 14001: The Green Standard. hal. 133-134.
ISO 14001 Certification. (2005).
Kastaman, R & A. Moetangad. 2006. Perancangan Reaktor Sampah Terpadu dan
Pengembangan Mikroba Penghilang Bau Sampah dalam Rangka Mengatasi
Masalah Sampah di Perkotaan. Jurnal Agrikultura Volume 17 Nomor 3,
Desember 2006.
Koskela, L., Application of the New Production Philosophy to Construction.
Technical Report # 7. Center for Integrated Facility Engineering.
Department of Civil Engineering. Stanford University, 1992.
Kurnia, Peter Wijaya and Joice Eriana. “Analisa Penyebab Utama Change Order
pada Proyek Konstruksi Gedung T”. Skripsi, Program Sarjana Fakultas
Teknik Sipil Universitas Kristen Petra,Surabaya,2004
Sulistiyanto, Totok. “Green Building Tidak Bisa Dilihat Dari Phisik Bangunan”,
Majalah Techno Konstruksi, September 2011, hal 12
Murni, Imam. Faktor Penyebab, Akibat dan Proses Pengolahan Change Order
pada proyek Rumah Tinggal di Surabaya. Tesis Petra Surabaya, 2007
Mills, Evan. 2011. Building Commissioning : a Golden Opportunity for Reducing
Energy Costs and Greenhouse Gas Emissions in the United States.
Springerlink.com.
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
132
Universitas Indonesia
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2010 Tentang
Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan Bab II Pasal 4
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air Pasal 1
Peter Kurnia Wijaya, Joice Eriana. “Analisa Penyebab Utama Change Order
pada Proyek Konstruksi Gedung T”. Skripsi, Program Sarjana Fakultas
Teknik Sipil Universitas Kristen Petra,Surabaya,2004. hal 15
Poerbo, H. 2002. Utilitas Bangunan. Djambatan. Jakarta. Indonesia.
Project Management Institute, (2008). A Guide to the Project Mangement Body of
Knowledge, 4th
Edition
Raharjo, Mursid. 2007. Memahami AMDAL. Graha Ilmu. Yogyakarta. Indonesia.
Redaksi Butaru.Green Building A Sustainable Consept for Construction
Development in Indonesia..2010
Saptoadi. 2003. Studi Potensi Pengomposan Sampah Kota sebagai salah Satu
Alternatif Pengelolaan Sampah di TPA dengan menggunakan Aktivator
EM4 (Effective Microorganism). Dalam Budiharjo, M.A. 2006. Jurnal
Presipitasi, Volume 1 Nomor 1 September 2006.
Sapulette, William. Analisa Penyebab, Proses Administrasi, Pengaruh Change
Order pada Proyek Infrastruktur dan Bangunan Gedung di Ambon. Tesis
Petra Surabaya, 2008
Simulation Report, Dahana, Subang.PT DAHANA,Subang, hal 48
Soeharto, Imam, (1998). Manajemen Proyek (Dari konseptual sampai
operasional), Jilid I, Jakarta Erlangga
Standarisasi Green Building Perlu Dipercepat, Majalah Techno Konstruksi,
November 2011. Hal 12
Sugiarto, D. S. (2002). Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Suratman. Pengaruh penerapan green construction terhadap kinerja biaya proyek
di lingkungan PT PP (persero),Tbk.Thesis, Program Sarjana Fakultas
Teknik Sipil Universitas Indonesia,Depok.2010.
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
133
Universitas Indonesia
Susanti, Betty. “Investigasi Komposisi Limbah Material Konstruksi Perumahan”.
Jurnal Rekayasa Sriwijaya No. 1 Vol 18, Maret 2009. Hal 11
Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah Pasal 11
Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah Pasal 41
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.
Yin, K Robert. Studi Kasus Desain & Metode.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002. hal.8
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
LAMPIRAN 1
KUISIONER PENGUMPULAN DATA TAHAP 1
(VALIDASI PAKAR)
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 1: Kuisioner Tahap 1
PENGARUH ASPEK BUILDING ENVIRONMENTAL MANAGEMENT TERHADAP KINERJA BIAYA KONSTRUKSI
GREEN BUILDING APABILA DIBANDINGKAN DENGAN GEDUNG KONVENSIONAL
(Studi Kasus : Proyek Y pada PT. X)
KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI KEPADA PAKAR GREEN BULDING
(ANALISA VARIABEL ASPEK BUILDING ENVIRONMENTAL MANAGEMENT PADA GREEN BUILDING)
MUHAMMAD FATIH
0806454361
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
DEPOK
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 1: (Lanjutan)
L1-2 Universitas Indonesia
ABSTRAK
Maraknya isu kerusakan lingkungan akibat konstruksi mulai menjadi concern tersendiri bagi para pelaku konstruksi.
Merencanakan operasional gedung yang ramah lingkungan sudah harus dipikirkan sejak tahap perencanaan desain. Cakupannya
adalah pengelolaan sumber daya melalui rencana operasional konsep yang berkelanjutan, kejelasan informasi (data), dan penanganan
dini yang membantu pemecahan masalah, termasuk manajemen sumber daya manusia dalam penerapan konsep bangunan hijau untuk
mendukung penerapan tujuan pokok dari kategori lain. Pada penelitian ini, proyek yang akan peneliti tinjau adalah salah satu proyek
bangunan yang mengikuti prinsip green building yang dibuat oleh Green Building Council Indonesia (GBCI) yang terangkum dalam
greenship dengan targetan rating GOLD. Konstruksi green building biasanya akan menambah biaya jika dibandingkan dengan
conventional buiding. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi faktor-faktor apa saja pada Building Environmental
Management (BEM) dan seberapa besar pengaruh aspek BEM apabila dibandingkan dengan konsep konvensional terhadap kinerja
biaya konstruksi. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survey dan studi kasus pada proyek Y oleh PT. X
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja pada aspek BEM yang mempengaruhi kinerja biaya
2. Menganalisa seberapa besar pengaruh penerapan BEM terhadap peningkatan biaya proyek apabila dibandingkan dengan bangunan
konvensional
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 1: (Lanjutan)
L1-3 Universitas Indonesia
KERAHASIAAN INFORMASI
Seluruh informasi yang Bapak/Ibu berikan dalam penelitian ini akan dijamin kerahasiaannya
INFORMASI HASIL PENELITIAN
Setelah seluruh informasi yang masuk dianalisis, temuan dari studi ini akan di sampaikan kepada perusahaan Bapak/Ibu
Apabila Bapak/Ibu memiliki pertanyaan mengenai penelitian ini, dapat menghubungi
1. Peneliti/Mahasiswa : Muhammad Fatih pada Hp 082113122388 atau pada email [email protected]
2. Dosen Pembimbing 1 : Prof. Dr. Ir. Yusuf Latief, MT pada HP 08128099019 atau pada email [email protected]
3. Dosen Pembimbing 2 : Suratman, S.T, MT pada HP 081586107414 atau e-mail: [email protected]
Terimakasih atas kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner penelitian ini. Semua informasi yang Bapak/Ibu
berikan dalam penelitian ini dijamin kerahasiaannya dan hanya akan dipakai untuk keperluan penelitian saja
Hormat saya
Muhammad Fatih
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 1: (Lanjutan)
L1-4 Universitas Indonesia
DATA RESPONDEN DAN PETUNJUK SINGKAT
1. Nama Responden :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur
4. Nama Proyek :
5. Jabatan Pada Proyek :
6. Perusahaan :
7. Pengalaman Kerja : (tahun)
8. Pendidikan Terakhir : SLTA/D3/S1/S2/S3/ (coret yang tidak perlu)
9. Tanda tangan :
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 1: (Lanjutan)
L1-5 Universitas Indonesia
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
1. Jawaban merupakan komentar/persepsi/pendapat Bapak/Ibu mengenai cost component apa saja dalam aspek Building
Environmental Management yang mempengaruhi peningkatan biaya konstruksi green building apabila dibandingkan dengan
conventional building.
2. Pengisian Kuesioner ini dilakukan dengan menulis komentar/pendapat pada bagian 1 dan memberikan tanda contreng (X) pada
kuesioner bagian 2.
Keterangan Penilaian untuk bagian 2:
1= Tidak berpengaruh dalam perubahan biaya konstruksi
2= Kurang berpengaruh dalam perubahan biaya konstruksi
3= Cukup berpengaruh dalam perubahan biaya konstruksi
4= Berpengaruh dalam perubahan biaya konstruksi
5= Sangat berpengaruh dalam perubahan biaya konstruksi
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 1: (Lanjutan)
L1-6 Universitas Indonesia
Kuesioner Tahap I :
Variabel Sub Variabel Indikator Referensi Faktor
Mempengaruhi Komentar dan Tanggapan
Ya Tidak
X1. Basic Waste Facility
X1.1
Adanya instalasi untuk memilah sampah
berdasarkan organik dan anorganik
tersedianya tempat sampah organik
greenship-GBCI
tersedianya tempat sampah anorganik
greenship-GBCI
X2. GP as a Member of
Design Team X2.1
Melibatkan seorang GP sejak tahap desain dan sebelum pendaftaran
sertifikasi
membayar team GP dalam proses sertifikasi
pengalaman
GP mendampingi tim desain yang terintegrasi dalam
optimasi desain dan proses konstruksi
Techno Konstruksi,
September 2011
X3. Pollution of
Construction Activity
X3.1 Memiliki rencana
manajemen limbah padat
menyediakan area pengumpulan, pemisahan,
dan sistem pencatatan greenship-GBCI
Perencanaan pengurangan/penggunaan
waste beton dan besi beton PP Guideline
X3.2 Memiliki rencana
manajemen limbah cair
menjaga kualitas seluruh air yang timbul dari aktivitas
konstruksi greenship-GBCI
X4. Advance Waste
Management X4.1
Adanya instalasi pengomposan limbah organik di lokasi tapak
bangunan
Foto dan denah instalasi pengomposan limbah
organik greenship-GBCI
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 1: (Lanjutan)
L1-7 Universitas Indonesia
X5. Proper Comissioning
X5.1 Melakukan testing
komissioning sesuai petunjuk GBCI
mentraining pihak manajemen bangunan dengan baik dan benar
greenship-GBCI
Laporan pelaksanaan komissioning
greenship-GBCI
Menggunakan measuring adjusting instruments sesuai
standar GBCI
Pengalaman/Juklak PU
Membayar comissioning yang dilakukan oleh pihak
ketiga pengalaman
X5.2
Desain & Spesifikasi Teknis harus lengkap saat pemasangan Measuring Adjusting Instruments
Adanya Gambar mekanikal elektrikal yang menunjukkan
instalasi alat-alat ukur dan adjustment
greenship-GBCI
Spesifikasi peralatan ukur dan adjustment
greenship-GBCI
X6. Submission
Green Building
Implementation Data for Database
X6.1
Menyerahkan data implementasi green
building sesuai dengan form GBCI
Adanya Perhitungan persentase kenaikan
investasi green building terhadap pembangunan
gedung konvensional
greenship-GBCI
X6.2
Surat Pernyataan pemilik gedung akan
menyerahkan data implementasi green buildingnya paling
lambat 12 bulan setelah sertifikasi
Adanya surat pernyataan yang berisi tentang data
implementasi volume sampah,konsumsi air, dan
konsumsi energi
greenship-GBCI
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 1: (Lanjutan)
L1-8 Universitas Indonesia
X7. Fit-Out Agreement
X7.1 Surat perjanjian dengan
tenant menggunakan kayu yang bersertifikat
Surat pernyataan yang ditandatangani
greenship-GBCI
X7.2
Surat perjanjian dengan tenant Terdapat rencana
manajemen Indoor Air Quality
Surat pernyataan yang ditandatangani
greenship-GBCI
X7.3 Surat perjanjian dengan
tenant mengikuti training manajemen bangunan
Surat pernyataan yang ditandatangani
greenship-GBCI
X8. Occupant Survey
X8.1
Surat pernyataan bahwa pemilik gedung akan
mengadakan survey suhu dan kelembaban
maksimal 12 bulan setelah sertifikasi
Surat pernyataan yang ditandatangani bahwa
pemlik gedung melaksanakan survey setiap
tahun
greenship-GBCI
X8.2
Jika hasil survey 20% responden tidak nyaman, akan diadakan perbaikan maksimal 6 bulan setelah
hasil survey
Surat pernyataan yang ditandatangani
greenship-GBCI
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
LAMPIRAN 2
KUISIONER PENGUMPULAN DATA TAHAP 2
(PENGARUH ASPEK TERHADAP PENINGKATAN BIAYA)
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 2 : Kuisioner Tahap 2
PENGARUH ASPEK BUILDING ENVIRONMENTAL MANAGEMENT TERHADAP KINERJA BIAYA KONSTRUKSI
GREEN BUILDING APABILA DIBANDINGKAN DENGAN GEDUNG KONVENSIONAL
(Studi Kasus : Proyek Y pada PT. X)
KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI KEPADA RESPONDEN GREEN BULDING
(ANALISA VARIABEL ASPEK MANAJEMEN LINGKUNGAN BANGUNAN PADA GREEN BUILDING)
MUHAMMAD FATIH
0806454361
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
DEPOK
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 2: (Lanjutan)
L2-2 Universitas Indonesia
ABSTRAK
Maraknya isu kerusakan lingkungan akibat konstruksi mulai menjadi concern tersendiri bagi para pelaku konstruksi. Merencanakan
operasional gedung yang ramah lingkungan sudah harus dipikirkan sejak tahap perencanaan desain. Cakupannya adalah pengelolaan
sumber daya melalui rencana operasional konsep yang berkelanjutan, kejelasan informasi (data), dan penanganan dini yang membantu
pemecahan masalah, termasuk manajemen sumber daya manusia dalam penerapan konsep bangunan hijau untuk mendukung penerapan
tujuan pokok dari kategori lain. Pada penelitian ini, proyek yang akan peneliti tinjau adalah salah satu proyek bangunan yang mengikuti
prinsip green building yang dibuat oleh Green Building Council Indonesia (GBCI) yang terangkum dalam greenship dengan targetan rating
GOLD. Konstruksi green building biasanya akan menambah biaya jika dibandingkan dengan conventional buiding. Diharapkan penelitian
ini dapat memberikan informasi faktor-faktor apa saja pada salah satu aspek Green Building yaitu aspek Manajemen Lingkungan
Bangunan/Building Environmental Management (BEM) dan seberapa besar pengaruh aspek BEM apabila dibandingkan dengan konsep
konvensional terhadap kinerja biaya konstruksi. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survey dan studi kasus pada
proyek Y oleh PT. X
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja pada aspek BEM yang mempengaruhi kinerja biaya
2. Menganalisa seberapa besar pengaruh penerapan BEM terhadap peningkatan biaya proyek apabila dibandingkan dengan bangunan
konvensional
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 2: (Lanjutan)
L2-3 Universitas Indonesia
KERAHASIAAN INFORMASI
Seluruh informasi yang Bapak/Ibu berikan dalam penelitian ini akan dijamin kerahasiaannya
INFORMASI HASIL PENELITIAN
Setelah seluruh informasi yang masuk dianalisis, temuan dari studi ini akan di sampaikan kepada perusahaan Bapak/Ibu
Apabila Bapak/Ibu memiliki pertanyaan mengenai penelitian ini, dapat menghubungi
1. Peneliti/Mahasiswa : Muhammad Fatih pada Hp 082113122388 atau pada email [email protected]
2. Dosen Pembimbing 1 : Prof. Dr. Ir. Yusuf Latief, MT pada HP 08128099019 atau pada email [email protected]
3. Dosen Pembimbing 2 : Suratman, S.T, MT pada HP 081586107414 atau e-mail: [email protected]
Terimakasih atas kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner penelitian ini. Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan
dalam penelitian ini dijamin kerahasiaannya dan hanya akan dipakai untuk keperluan penelitian saja
Hormat saya
Muhammad Fatih
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 2: (Lanjutan)
L2-4 Universitas Indonesia
DATA RESPONDEN DAN PETUNJUK SINGKAT
1. Nama Responden :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur
4. Nama Proyek :
5. Jabatan Pada Proyek :
6. Perusahaan :
7. Pengalaman Kerja : (tahun)
8. Pendidikan Terakhir : SLTA/D3/S1/S2/S3/ (coret yang tidak perlu)
9. Tanda tangan :
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 2: (Lanjutan)
L2-5 Universitas Indonesia
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
1. Jawaban merupakan komentar/persepsi/pendapat Bapak/Ibu mengenai cost component apa saja dalam aspek Building Environmental
Management yang mempengaruhi peningkatan biaya konstruksi green building apabila dibandingkan dengan conventional building.
2. Pengisian Kuesioner ini dilakukan dengan memberikan tanda contreng (X) pada kuesioner bagian 2.
Keterangan Penilaian untuk bagian 2:
1= Tidak berpengaruh dalam perubahan biaya konstruksi green building bila dibandingkan dengan conventional building (0% dari nilai
kontrak)
2= Kurang berpengaruh dalam perubahan biaya konstruksi green building bila dibandingkan dengan conventional building (0% - < 1% dari
nilai kontrak)
3= Cukup berpengaruh dalam perubahan biaya konstruksi green building bila dibandingkan dengan conventional building (1% - < 2% dari
nilai kontrak)
4= Berpengaruh dalam perubahan biaya konstruksi green building bila dibandingkan dengan conventional building
(2% - < 3% dari nilai kontrak)
5= Sangat berpengaruh dalam perubahan biaya konstruksi green building bila dibandingkan dengan conventional building ( ≥ 3% dari nilai
kontrak)
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 2: (Lanjutan)
L2-6 Universitas Indonesia
Kuesioner Tahap II
NO Variabel Sub- No Sub Variabel
Cost Komponen Apa Saja yang
Mempengaruhi Biaya dalam Green
Building
Referensi Pengaruh Terhadap
Peningkatan Biaya
X1 (Prasyarat) Basic Waste Facility 1 2 3 4 5
X.1.1
Adanya instalasi untuk
memilah sampah berdasarkan
organik dan anorganik
Tersedianya instalasi beserta
tempat sampah untuk memilah
sampah rumah tangga organik
greenship-GBCI
Tersedianya instalasi beserta
tempat sampah untuk memilah
sampah rumah tangga anorganik
greenship-GBCI
X2 BEM 1 (Greenship Professional (GP) as a Member of Design Team)
X.2.1
Melibatkan seorang GP sejak
tahap desain dan sebelum
pendaftaran sertifikasi
Membayar Team GP dalam proses
sertifikasi pengalaman
GP mendampingi team desain
sampai dengan proses sertifikasi
yang terintegrasi dalam optimasi
desain dan proses konstruksi
Techno
Konstruksi,
September 2011
X3 BEM 2 (Pollution of Construction Activity)
X.3.1 Memiliki rencana manajemen
limbah padat
Menyediakan area pengumpulan,
pemisahan, dan sistem pencatatan greenship-GBCI
Perencanaan
pengurangan/penggunaan waste
beton dan besi beton
PP Guideline
X.3.2 Memiliki rencana manajemen
limbah cair
Menjaga kualitas seluruh air yang
timbul dari aktivitas konstruksi greenship-GBCI
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 2: (Lanjutan)
L2-7 Universitas Indonesia
(sambungan)
X4 BEM 3 (Advance Waste Management)
X.4.1
Adanya instalasi untuk
pengomposan limbah organik
di lokasi bangunan
Foto dan denah instalasi
pengomposan limbah organik atau
diserahkan ke pihak ketiga
greenship-GBCI
X.4.2
Adanya kerjasama
pengelolaan limbah anorganik
dengan pihak ketiga ataupun
secara mandiri
Surat pernyataan kerjasama
dengan pihak ketiga yang akan
melakukan pengolahan limbah
anorganik
greenship-GBCI
X5 BEM 4 (Proper Comissioning)
X.5.1
Melakukan testing
komissioning sesuai petunjuk
GBCI
Mentraining pihak manajemen
bangunan dengan baik dan benar greenship-GBCI
Laporan pelaksanaan
komissioning greenship-GBCI
Menggunakan measuring
adjusting instruments sesuai
standar GBCI
Pengalaman/Juklak
PU
Membayar comissioning yang
dilakukan oleh pihak ketiga Pengalaman
X.5.2
Desain dan Spesifikasi Teknis
harus lengkap saat
pemasangan measuring
Adjusting Instruments
Adanya gambar mekanikal
elektrikal yang menunjukkan
instalasi alat-alat ukur dan
adjustment
greenship-GBCI
Spesifikasi peralatan ukur dan
adjustment greenship-GBCI
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 2: (Lanjutan)
L2-8 Universitas Indonesia
(sambungan)
X6 BEM 7 (Occupant Survey)
X.8.2
Setelah sertifikasi Green
Building, jika hasil survey suhu dan kelembaban
menunjukkan 20% responden
tidak nyaman, akan diadakan
perbaikan maksimal 6 bulan
setelah hasil survey
Surat pernyataan yang
ditandatangani greenship-GBCI
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
LAMPIRAN 3
DATA LENGKAP RESPONDEN
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 3 : Data Responden
L3-1 Universitas Indonesia
no name sex age company project jabatan exp education
1 Kurniawan L 35 PT Waskita Karya World Class University HSE 7 S1
2 Agus Ruliyanto L 34 PT Waskita Karya World Class University Kepala Lapangan 7 S1
3 A. Syauqi L 35 PT Waskita Karya World Class University Teknik 15 -
4 Sandy Darmawan L 28 PT PP (persero) Tbk Kemang Village (Infinity Tower and JW Marriot Hotel)
QC 4 S1
5 Wiratno L 50 PT PP (persero) Tbk Kemang Village (Infinity Tower and JW Marriot Hotel)
SOM 25 S1
6 Suci Dwi Cahyani P 25 PT PP (persero) Tbk Kemang Village (Infinity Tower and JW Marriot Hotel)
SEM 5 S1
7 Triady A. K. L 32 PT PP (persero) Tbk Kemang Village (Infinity Tower and JW Marriot Hotel)
SEM 7 S1
8 Andy Paramita L 37 PT PP (persero) Tbk Kemang Village (Infinity Tower and JW Marriot Hotel)
GSP 18 D3
9 Aswin Gautama Pohan L 43 PT Bimatekno Karyatama Konsultan (Beca)
konsultan 19 S1
10 Tulus R. S. L 57 KemenPU Gedung Utama KemenPU pengelola teknis 29 S2
11 M. Sandy Yudha Pratama L 27 KSO PP-Brantas Gedung Utama KemenPU ME 4 S1
12 Untung Susilo L 26 PT PP (persero) Tbk Gedung Utama KemenPU staf teknik 3 S1
13 Dadang Supriandoko L 58 KemenPU Gedung Utama KemenPU pengelola teknis 25 -
14 Hendro Dewantoro L 35 PT PP (persero) Tbk Gedung Utama KemenPU SOM 12 S1
15 Utuy R. Sulaiman L 57 Ditjen Cipta Karya Gedung Utama KemenPU pengelola teknis 25 S2
16 Dian Intan P. P 30 PT Hutama Karya (persero)
Nifarro @ Kalibata QC 8 S1
17 Sardjani L 41 PT Hutama Karya (persero)
Nifarro @ Kalibata SOM 15 S1
18 Kalsum L 40 PT PP (persero) Tbk Gedung Parkir Kemenakertrans SEM 15 S1
19 Chary Bintoro L - PT Arkonin Gedung Penataan Ruang PU team leader & GP 20 S1
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 3: (Lanjutan)
L3-2 Universitas Indonesia
no name sex age company project jabatan exp education
20 Bambang Tutuko L - PT Arkonin Gedung KBI - Solo GP & ME 24 S1
21 Surahman L 35 PT PP (persero) Tbk eye center RSCM SE 7 S1
22 Dedi Nurtopo L 28 PT PP (persero) Tbk PKIA RSCM QS 6 -
23 Sukmono Irwan Diantoro L 46 PT PP (persero) Tbk PKIA RSCM GSP 12 D3
24 Gema Khalid Nur L 30 PT PP (persero) Tbk PKIA RSCM engineer 5 S1
25 Nurkholim L 34 PT PP (persero) Tbk PKIA RSCM pengendalian operasional
proyek 14 S1
26 Yadi Triyadi F. L 34 PT PP (persero) Tbk PKIA RSCM engineer 10 S1
27 Indra Jaya L 32 PT Team Nawa Graha Kencana
BNI cab Gunung Sitoli SM 6 S1
28 Anton I. L 32 PT Candra Baga Lab Biomedis Kemenkes SM 7 S1
29 Sujanto L 41 PT. PP Gedung Parkir Kejaksaan Agung RI Site engineer 18 SLTA
30 Henry Ardianto L 42 PT. PP Kantor JasaMarga SE 10 S1
31 Wildan Nachdy L 28 PT. PP Kantor JasaMarga SE 4 S2
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
LAMPIRAN 4
INSTRUKSI KERJA PENGENDALIAN LIMBAH PADAT
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 4 : Instruksi Kerja Pengendalian Limbah Padat
L4-1 Universitas Indonesia
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
LAMPIRAN 5
SURAT PENUNJUKAN GP (GREENSHIP PROFESSIONAL)
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 5: Contoh Surat Penunjukan GP
L5-1 Universitas Indonesia
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
LAMPIRAN 6
DAFTAR HADIR GP (GREENSHIP PROFESSIONAL)
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 6 : Contoh Daftar Hadir GP
L6-1 Universitas Indonesia
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 6 : (Lanjutan)
L6- 2 Universitas Indonesia
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
LAMPIRAN 7
FLOWCHART PENANGANAN LIMBAH PADAT/CAIR
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 7: Flowchart Penanganan Limbah Padat/Cair Hasil Kegiatan Proyek
L7-1 Universitas Indonesia
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
LAMPIRAN 8
SURAT PERNYATAAN PENGELOLAAN LIMBAH
DENGAN PIHAK KETIGA
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 8: Contoh Surat Pernyataan Pengelolaan Limbah dengan Pihak Ketiga
L8-1 Universitas Indonesia
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
LAMPIRAN 9
SURAT PERNYATAAN PENGELOLAAN SAMPAH ANORGANIK
DENGAN PIHAK KETIGA
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 9: Contoh Surat Pernyataan Pengelolaan Sampah Anorganik dengan Pihak Ketiga
L9-1 Universitas Indonesia
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
LAMPIRAN 10
FORM KOMISSIONING
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 10 : Contoh Form Komissioning
L10-1 Universitas Indonesia
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 10 : (Lanjutan)
L10-2 Universitas Indonesia
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 10 : (Lanjutan)
L10-3 Universitas Indonesia
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 10 : (Lanjutan)
L10-4 Universitas Indonesia
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
LAMPIRAN 11
SURAT PERNYATAAN PENYERAHAN DATA IMPLEMENTASI GREEN BUILDING
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 11 : Contoh Surat Pernyataan Penyerahan Data Implementasi GB
L11-1 Universitas Indonesia
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
LAMPIRAN 12
SURAT PERNYATAAN SURVEY
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 12 : Contoh Surat Pernyataan Survey
L12-1 Universitas Indonesia
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
LAMPIRAN 13
KUISIONER HASIL VALIDASI PAKAR
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 13 : (Lanjutan)
L13-1 Universitas Indonesia
NO Variabel Sub- No Sub Variabel Cost Komponen Apa Saja yang
Mempengaruhi Biaya dalam Green
Building Referensi hasil pakar Hasil
Validasi
X1 (Prasyarat) Basic Waste Facility Ya Tidak
X.1.1 Adanya instalasi untuk
memilah sampah berdasarkan
organik dan anorganik
Tersedianya tempat sampah organik greenship-
GBCI 4 1 Ya
Tersedianya tempat sampah
anorganik greenship-
GBCI 3 2 Ya
X2 BEM 1 (GP as a Member of Design Team)
X.2.1 Melibatkan seorang GP sejak
tahap desain dan sebelum
pendaftaran sertifikasi
Membayar Team GP dalam proses
sertifikasi pengalaman 5 0 Ya
GP mendampingi team desain sampai
dengan proses sertifikasi yang
terintegrasi dalam optimasi desain
dan proses konstruksi
Techno
Konstruksi,
September
2011
5 0 Ya
X3 BEM 2 (Pollution of Construction Activity)
X.3.1 Memiliki rencana manajemen
limbah padat
Menyediakan area pengumpulan,
pemisahan, dan sistem pencatatan greenship-
GBCI 4 1 Ya
Perencanaan
pengurangan/penggunaan waste
beton dan besi beton PP Guideline 3 2 Ya
X.3.2 Memiliki rencana manajemen
limbah cair Menjaga kualitas seluruh air yang
timbul dari aktivitas konstruksi greenship-
GBCI 4 1 Ya
X4 BEM 3 (Advance Waste Management)
X.4.1 Adanya instalasi untuk
pengomposan limbah organik
di lokasi tapak bangunan
Foto dan denah instalasi
pengomposan limbah organik atau
diserahkan ke pihak ketiga
greenship-
GBCI 5 0 Ya
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 13 : (Lanjutan)
L13-2 Universitas Indonesia
X.4.2
Adanya kerjasama
pengelolaan limbah anorganik
dengan pihak ketiga ataupun
secara mandiri
Surat pernyataan kerjasama dengan
pihak ketiga yang akan melakukan
pengolahan limbah anorganik
greenship-
GBCI 5 0 Ya
X5 BEM 4 (Proper Comissioning)
X.5.1 Melakukan testing
komissioning sesuai petunjuk
GBCI
Mentraining pihak manajemen
bangunan dengan baik dan benar greenship-
GBCI 4 1 Ya
Laporan pelaksanaan komissioning greenship-
GBCI 3 2 Ya
Menggunakan measuring adjusting
instruments sesuai standar GBCI Pengalaman/J
uklak PU 4 1 Ya
Membayar comissioning yang
dilakukan oleh pihak ketiga Pengalaman 5 0 Ya
X.5.2
Desain dan Spesifikasi Teknis
harus lengkap saat
pemasangan measuring
Adjusting Instruments
Adanya gambar mekanikal elektrikal
yang menunjukkan instalasi alat-alat
ukur dan adjustment
greenship-
GBCI 0 5 Tidak
Spesifikasi peralatan ukur dan
adjustment greenship-
GBCI 2 3 Tidak
X6 BEM 5 (Submission Green Building Implementation Data for Database)
X.6.1 Menyerahkan data
implementasi green building
sesuai dengan form GBCI
Adanya perhitungan persentase
kenaikan investasi green building
terhadap pembangunan gedung
konvensional
greenship-
GBCI 0 5 Tidak
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 13 : (Lanjutan)
L13-3 Universitas Indonesia
X.6.2
Surat pernyataan pemilik
gedung akan menyerahkan
data implementasi green
buildingnya paling lambat 12
bulan setelah sertifikasi
Adanya surat pernyataan yang berisi
tentang data implementasi volume
sampah, konsumsi air, dan konsumsi
energi
greenship-
GBCI 0 5 Tidak
X7 BEM 6 (Fit -Out Agreement)
X.7.1 Surat perjanjian dengan
tenant menggunakan kayu
yang bersertifikat Surat Pernyataan yang ditandatangani
greenship-
GBCI 1 4 Tidak
X.7.2
Surat perjanjian dengan
tenant terdapat rencana
manajemen Indoor Air
Quality
Surat Pernyataan yang ditandatangani greenship-
GBCI 1 4 Tidak
X.7.3 Surat perjanjian dengan
tenant mengikuti training
manajemen bangunan
Surat Pernyataan yang ditandatangani greenship-
GBCI 1 4 Tidak
X8 BEM 7 (Occupant Survey)
X.8.1
Surat Pernyataan bahwa
pemilik gedung akan
mengadakan survey suhu dan
kelembaban maksimal 12
bulan setelah sertifikasi
Surat pernyataan yang ditandatangani
bahwa pemilik gedung melaksanakan
survey setiap tahun
greenship-
GBCI 1 4 Tidak
X.8.2
Jika hasil survey 20%
responden tidak nyaman, akan
diadakan perbaikan maksimal
6 bulan setelah hasil survey
Surat pernyataan yang ditandatangani greenship-
GBCI 2 3 Tidak
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
LAMPIRAN 14
PEDOMAN NEW BUILDING GREENSHIP V.1.0
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 14 : (Lanjutan)
L14-1 Universitas Indonesia
Kode
Perangkat Penilaian Acuan
Penilaian
Rating Nilai Nilai
Maks
Appropriate Site Development 17%
Prasyar
at 1 Basic Green Area P
Adanya area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang bebas
dari struktur bangunan dan struktur sederhana bangunan
taman (hardscape) di atas permukaan tanah atau di bawah
tanah, dengan luas area minimum 10% dari luas total lahan
atau 50% dari ruang terbuka dalam tapak
P
Area ini memiliki vegetasi mengikuti PERMENDAGRI No 1
tahun 2007 Pasal 13 (2a) dengan komposisi 50% lahan
tertutupi luasan pohon ukuran kecil, ukuran sedang, ukuran
besar, perdu setengah pohon, perdu, semak dalam ukuran
dewasa dengan jenis tanaman sesuai dengan Permen PU No.
5/PRT/M/2008 mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pasal
2.3.1 tentang Kriteria Vegetasi untuk Pekarangan.
P
ASD 1 Site Selection 2
Membangun di dalam kawasan perkotaan dilengkapi sarana -
prasarana serta telah memenuhi standar Peraturan Menteri
Negara Perumahan Rakyat RI Nomor 32/PERMEN/M/2006
Petunjuk Teknis Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap
Bangun yang Berdiri Sendiri paragraph ketiga tentang
Persyaratan Utilitas Kasiba Pasal 68 yang masih berdensitas
rendah, yaitu tingkat okupansi/hunian <300 orang/Ha,
sehingga terjadi pembangunan yang lebih kompak (>300
orang/Ha)
1
Untuk pembangunan yang berlokasi dan melakukan
revitalisasi di atas lahan yang bernilai negatif dan tak terpakai
karena bekas pembangunan atau dampak negatif
pembangunan, seperti tempat pembuangan Akhir (TPA),
badan air yang tercemar, dan daerah padat yang sarana dan
prasarananya di bawah standar Peraturan Menteri Negara
Perumahan Rakyat RI Nomor 32/PERMEN/M/2006 Petunjuk
Teknis Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun
yang Berdiri Sendiri paragraph ketiga tentang Persyaratan
Utilitas Kasiba Pasal 68, revitalisasi dilakukan dengan
melengkapi tapak dengan sarana prasarana tersebut.
1
ASD 2 Community Accessibility 2
Terdapat minimal 7 jenis fasilitas umum dalam jarak
pencapaian jalan utama sejauh 1500 m dari tapak 1
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 14 : (Lanjutan)
L14-2 Universitas Indonesia
Membuka akses pejalan kaki selain ke jalan utama di luar tapak yang menghubungkan-nya dengan jalan sekunder
dan/atau lahan milik orang lain sehingga tersedia akses ke
minimal 3 fasilitas umum sejauh 300 m jarak pencapaian
pejalan kaki
1
Menyediakan fasilitas/akses yang aman, nyaman, dan bebas
dari perpotongan dengan akses kendaraan bermotor untuk
menghubungkan secara langsung bangunan dengan bangunan
lain, di mana terdapat minimal 3 fasilitas umum dan/atau
dengan stasiun transportasi masal
1
Membuka lantai dasar gedung sehingga dapat menjadi akses
pejalan kaki yang aman dan nyaman selama minimum 10 jam
sehari 2
ASD 3 Public Transportation 2
A. Adanya halte atau stasiun transportasi umum dalam
jangkauan 300 m (walking distance) dari gerbang lokasi
bangunan dengan tidak memperhitungkan panjang jembatan
penyeberangan dan ramp
1
atau
B. Menyediakan shuttle bus untuk pengguna tetap gedung
dengan jumlah unit minimum untuk 10% pengguna tetap
gedung 1
Menyediakan fasilitas jalur pedestrian di dalam area gedung
untuk menuju ke stasiun transportasi umum terdekat yang
aman dan nyaman sesuai dengan Peraturan Menteri PU
30/PRT/M/2006 mengenai Pedoman Teknis Fasilitas dan
Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
Lampiran 2B.
1
ASD 4 Bicycle 2
Adanya tempat parkir sepeda yang aman sebanyak 1 unit
parkir per 20 pengguna gedung 1
Apabila butir 1 di atas terpenuhi, perlu tersedianya shower
sebanyak 1 unit untuk setiap 10 tempat parkir sepeda 1
ASD 5 Site Landscaping 3
Adanya area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang bebas
dari bangunan taman (hardscape) yang terletak di atas
permukaan tanah seluas minimal 40% luas total lahan. Luas
area yang diperhitungkan adalah termasuk yang tersebut di
Prasyarat 1, taman di atas basement, roof garden, terrace
garden, dan wall garden, sesuai dengan Permen PU No.
5/PRT/M/2008 mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pasal
2.3.1 tentang Kriteria Vegetasi untuk Pekarangan.
1
Penambahan nilai sebesar 1 poin untuk setiap penambahan
sebesar 10% area lansekap dari luas lahan di tolok ukur 1 di
atas. 1
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 14 : (Lanjutan)
L14-3 Universitas Indonesia
Penggunaan tanaman lokal (indigenous) dan budidaya lokal
dalam skala provinsi menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebesar 60% luas tajuk/ jumlah tanaman
1
ASD 6 Micro Climate 3
Menggunakan berbagai material untuk menghindari efek heat island pada area atap gedung sehingga nilai albedo (daya
refleksi panas matahari) minimum 0,3 sesuai dengan
perhitungan
1
Menggunakan berbagai material untuk menghindari efek heat
island pada area non-atap sehingga nilai albedo (daya refleksi
panas matahari) minimum 0,3 sesuai dengan perhitungan 1
Desain menunjukkan adanya pelindung pada sirkulasi utama
pejalan kaki di daerah luar ruangan area luar ruang gedung
menurut Peraturan Menteri PU No. 5/PRT/M/2008 mengenai
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pasal 2.2.3.c mengenai Sabuk
Hijau
1
dan/atau
Desain lansekap menunjukkan adanya fitur yang mencegah
terpaan angin kencang kepada pejalan kaki di daerah luar
ruangan area luar ruang gedung 1
ASD 7 Storm Water Management 3
Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan
drainase kota dari lokasi bangunan hingga 50 % total volume
hujan harian yang dihitung menurut data BMKG 1
atau
Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan
drainase kota dari lokasi bangunan hingga 85 % total volume
hujan harian yang dihitung menurut data BMKG. 2
Menunjukkan adanya upaya penanganan pengurangan beban
banjir lingkungan dari luar lokasi bangunan 1
Menggunakan teknologi-teknologi yang dapat mengurangi
debit limpasan air hujan 1
SUB TOTAL 17
Energy Efficiency and Conservation 26%
Prasyar
at 1 Electrical Sub Metering P
Memasang kWh meter untuk mengukur konsumsi listrik
pada setiap kelompok beban dan sistem peralatan, yang
meliputi: P
· Sistem tata udara
· Sistem tata cahaya dan kotak kontak
· Sistem beban lainnya
Prasyar
at 2 OTTV Calculation P
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 14 : (Lanjutan)
L14-4 Universitas Indonesia
Perhitungan OTTV berdasarkan SNI 03-6389-2000 tentang Konservasi Energi Selubung Bangunan pada Bangunan
Gedung P
EEC 1 Energy Efficiency Measure 20
Opsi 1 1. EEC 1-1. Energy modelling software 20
Energy modelling software digunakan untuk menghitung
konsumsi energi di gedung baseline dan gedung designed.
Selisih konsumsi energi dari gedung baseline dan designed
merupakan penghematan. Untuk setiap penghematan sebesar
2,5%, yang dimulai dari penurunan energi sebesar 10% dari
gedung baseline, mendapat nilai 1 poin dengan maksimum 20
poin (wajib untuk level platinum).
1 s.d
20
Opsi 2 EEC 1-2. Worksheet standar GBCI 15
Dengan menggunakan perhitungan worksheet, setiap
penghematan 2% dari selisih antara gedung designed dan
baseline mendapat nilai 1 poin. Penghematan mulai dihitung
dari penurunan energi sebesar 10% dari gedung baseline.
Worksheet dimaksud disediakan oleh GBCI.
1 s.d
15
Opsi 3 EEC 1-3. Penghematan per komponen yang sudah ditentukan 10
Caranya adalah dengan memperhitungkan secara terpisah
overall thermal transfer value (OTTV) dari selubung
bangunan dan mempertimbangkan pencahayaan buatan,
transportasi vertikal, dan coefficient of performance (COP).
EEC 1-3-1 BUILDING ENVELOPE 5
Tiap penurunan 3 W/m2 dari nilai OTTV 45 W/m
2 (SNI 03-
6389-2000) mendapatkan nilai 1 poin (sampai maksimal 5
poin). 5
EEC 1-3-2 NON-NATURAL LIGHTING 2
Menggunakan lampu dengan daya pencahayaan sebesar 30%,
yang lebih hemat daripada daya pencahayaan yang tercantum
dalam SNI 03 6197-2000 1
Menggunakan 100% ballast frekuensi tinggi (elektronik)
untuk ruang kerja 1
Zonasi pencahayaan untuk seluruh ruang kerja yang dikaitkan
dengan sensor gerak (motion sensor) 1
Penempatan tombol lampu dalam jarak pencapaian tangan
pada saat buka pintu 1
EEC 1-3-3 VERTICAL TRANSPORTATION 1
Lift menggunakan traffic management system yang sudah
lulus traffic analysis atau menggunakan regenerative drive
system 1
atau
Menggunakan fitur hemat energi pada lift, menggunakan
sensor gerak, atau sleep mode pada eskalator 1
EEC 1-3-4 COP 2
Menggunakan peralatan air conditioning dengan COP
minimum 10% lebih besar dari standar SNI 03-6390-2000 2
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 14 : (Lanjutan)
L14-5 Universitas Indonesia
EEC 2 Natural Lighting 4
Penggunaaan cahaya alami secara optimal sehingga minimal
30% luas lantai yang digunakan untuk bekerja mendapatkan
intensitas cahaya alami minimal sebesar 300 lux 2
Khusus untuk pusat perbelanjaan, minimal 20% luas lantai
nonservice mendapatkan intensitas cahaya alami minimal
sebesar 300 lux
Jika butir satu dipenuhi lalu ditambah dengan adanya lux
sensor untuk otomatisasi pencahayaan buatan apabila
intensitas cahaya alami kurang dari 300 lux, didapatkan
tambahan nilai 2 poin
2
EEC 3 Ventilation 1
Tidak mengondisikan (tidak memberi AC) ruang WC, tangga,
koridor, dan lobi lift, serta tidak melengkapi ruangan tersebut
dengan sistem ventilasi 1
EEC 4 Climate Change Impact 1
Menyerahkan perhitungan pengurangan emisi CO2 yang
didapatkan dari selisih kebutuhan energi antara design
building dan base building dengan menggunakan grid
emission factor (konversi antara CO2 dan energi listrik) yang
telah ditetapkan dalam Keputusan DNA pada
B/277/Dep.III/LH/01/2009
1
EEC 5 On Site Renewable Energy 5
Menggunakan sumber energi baru dan terbarukan. Setiap
0,5% daya listrik yang dibutuhkan gedung yang dapat
dipenuhi oleh sumber energi terbarukan mendapatkan 1 poin
(sampai maksimal 5 poin).
1 s.d
5
SUB TOTAL 26
Water Conservation 21%
Prasyar
at 1 Water Metering P
Pemasangan alat meteran air (volume meter) yang
ditempatkan di lokasi-lokasi tertentu pada sistem distribusi
air, sebagai berikut:
P
1. Satu volume meter di setiap sistem keluaran sumber air
bersih seperti sumber PDAM atau air tanah
2. Satu volume meter untuk memonitor keluaran sistem air
daur ulang
3. Satu volume meter dipasang untuk mengukur tambahan
keluaran air bersih apabila dari sistem daur ulang tidak
mencukupi
WAC 1 Water Use Reduction 8
1. Konsumsi air bersih dengan jumlah tertinggi 80% dari
sumber primer tanpa mengurangi jumlah kebutuhan per orang
sesuai dengan SNI 03-7065-2005 seperti pada tabel terlampir. 1
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 14 : (Lanjutan)
L14-6 Universitas Indonesia
1. Setiap penurunan konsumsi air bersih dari sumber primer sebesar 5% sesuai dengan acuan pada poin 1 akan
mendapatkan nilai 1 dengan dengan nilai maksimum sebesar
7 poin.
1 s.d
7
WAC 2 Water Fixtures 3
A. Penggunaan water fixture yang sesuai dengan kapasitas
buangan di bawah standar maksimum kemampuan alat
keluaran air sesuai dengan lampiran (Tabel 4), pada tekanan
air 3 bar, sejumlah minimal 25% dari total pengadaan produk
water fixture.
1
atau
B. Penggunaan water fixture yang sesuai dengan kapasitas
buangan di bawah standar maksimum kemampuan alat
keluaran air sesuai dengan lampiran (Tabel 4), , pada tekanan
air 3 bar, sejumlah minimal 50% dari total pengadaan produk
water fixture.
2
atau
C. Penggunaan water fixture yang sesuai dengan kapasitas
buangan di bawah standar maksimum kemampuan alat
keluaran air sesuai dengan lampiran (Tabel 4), , pada tekanan
air 3 bar, sejumlah minimal 75% dari total pengadaan produk
water fixture
3
WAC 3 Water Recycling 3
Instalasi daur ulang air dengan kapasitas yang cukup untuk
kebutuhan seluruh sistem flushing, irigasi, dan make up water
cooling tower (jika ada) 3
WAC 4 Alternative Water Resource 2
A. Menggunakan salah satu dari tiga alternatif sebagai
berikut: air kondensasi AC, air bekas wudu, atau air hujan 1
atau
B. Menggunakan lebih dari satu sumber air dari ketiga
alternatif di atas 2
WAC 5 Rainwater Harvesting 3
A. Instalasi tangki penyimpanan air hujan kapasitas 50% dari
jumlah air hujan yang jatuh di atas atap bangunan sesuai
dengan kondisi intensitas curah hujan tahunan setempat
menurut BMKG
1
atau
B. Instalasi tangki penyimpanan air hujan berkapasitas 75%
dari perhitungan di atas 2
atau
C. Instalasi tangki penyimpanan air hujan berkapasitas 100%
dari perhitungan di atas 3
WAC 6 Water Efficiency Landscaping 2
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 14 : (Lanjutan)
L14-7 Universitas Indonesia
Seluruh air yang digunakan untuk irigasi gedung tidak berasal
dari sumber air tanah dan/atau PDAM. 1
Menerapkan sistem instalasi untuk irigasi yang dapat
mengontrol kebutuhan air untuk lansekap yang tepat, sesuai
dengan kebutuhan tanaman. 1
SUB TOTAL 21
Material Resource and Cycle 14%
Prasyar
at 1 Fundamental Refrigerant P
Tidak menggunakan chloro fluoro carbon (CFC) sebagai
refrigeran dan halon sebagai bahan pemadam kebakaran P
MRC 1 Building and Material Reuse 2
Menggunakan kembali semua material bekas, baik dari
bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur
utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding, setara
minimal 10% dari total biaya material baru yang
bersangkutan (struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi,
kusen, dan dinding)
1
atau
Menggunakan kembali semua material bekas, baik dari
bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur
utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding, setara
minimal 20% dari total biaya material baru yang
bersangkutan (struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi,
kusen, dan dinding)
2
MRC 2 Environmentally Processed Product 3
Menggunakan material yang bersertifikat ISO 14001 terbaru
dan/atau sertifikasi lain yang setara dan direkomendasikan
oleh GBCI. Material tersebut minimal bernilai 30% dari total
biaya material.
1
Menggunakan material yang merupakan hasil proses daur
ulang senilai minimal 5% dari total biaya material 1
Menggunakan material yang bahan baku utamanya berasal
dari sumber daya (SD) terbarukan dengan masa panen jangka
pendek (<10 tahun) senilai minimal 2% dari total biaya
material
1
MRC 3 Non ODS Usage 2
Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem
bangunan 2
MRC 4 Certified Wood 2
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 14 : (Lanjutan)
L14-8 Universitas Indonesia
Menggunakan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan Peraturan Pemerintah tentang asal kayu (seperti
faktur angkutan kayu olahan/FAKO, sertifikat perusahaan,
dan lain-lain) dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal
sebesar 100% biaya total material kayu
1
Jika 30% dari butir di atas menggunakan kayu bersertifikasi
dari pihak Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest
Stewardship Council (FSC) 1
MRC 5 Modular Design 3
Desain yang menggunakan material modular atau prafabrikasi
(tidak termasuk equipment) sebesar 30% dari total biaya
material 3
MRC 6 Regional Material 2
Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama
atau fabrikasinya berada di dalam radius 1.000 km dari lokasi
proyek mencapai 50% dari total biaya material 1
Apabila material di atas berasal dari dalam wilayah Republik
Indonesia mencapai 80% dari total biaya material 1
SUB TOTAL 14
Indoor Health and Comfort 10%
Prasyar
at 1 Outdoor Air Introduction P
Desain ruangan yang menunjukkan adanya potensi introduksi
udara luar minimal sesuai dengan Standar SNI 03-6572-2001
Tabel. 4.4.2 P
IHC 1 CO2 Monitoring 1
Untuk ruangan tertentu, antara lain banquet, ruang rapat
umum, general office (ruangan dengan kepadatan tinggi)
dilengkapi dengan instalasi sensor gas karbon dioksida (CO2)
yang memiliki mekanisme untuk mengatur jumlah ventilasi
udara luar sehingga konsentrasi C02 di dalam ruangan tidak
lebih dari 1.000 ppm, sensor diletakkan 1,5 m di atas lantai
dekat return air grill.
1
IHC 2 Environmental Tobacco Smoke Control 2
Memasang tanda “Dilarang Merokok di Seluruh Area
Gedung” dan tidak menyediakan bangunan/area khusus untuk
merokok. Apabila tersedia, bangunan/area merokok itu
minimal berada pada jarak 5 m dari pintu masuk, outdoor air
intake, dan bukaan jendela.
2
IHC 3 Chemical Pollutants 3
Menggunakan cat dan coating yang mengandung kadar
volatile organic compounds (VOCs) rendah, yang ditandai
dengan label/sertifikasi yang diakui GBCI 1
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 14 : (Lanjutan)
L14-9 Universitas Indonesia
Menggunakan produk kayu komposit dan produk agrifiber, antara lain produk kayu lapis, papan partikel, papan serat,
insulasi busa, dan laminating adhesive, dengan syarat tanpa
tambahan urea formaldehyde, atau memiliki kadar emisi
formaldehida rendah, yang ditandai dengan label/sertifikasi
yang diakui GBCI
1
Tidak menggunakan material yang mengandung asbes,
merkuri, dan styrofoam 1
IHC 4 Outside View 1
Apabila 75% dari net lettable area (NLA) menghadap
langsung ke pemandangan luar yang dibatasi bukaan
transparan bila ditarik suatu garis lurus 1
IHC 5 Visual Comfort 1
Menggunakan lampu dengan iluminansi (tingkat
pencahayaan) ruangan sesuai dengan SNI 03-6197-2000
Tabel 1 1
IHC 6 Thermal Comfort 1
Menetapkan perencanaan kondisi termal ruangan secara
umum pada suhu 250C dan kelembaban relatif 60%
1
IHC 7 Acoustic Level 1
Tingkat kebisingan pada 90% dari nett lettable area (NLA)
tidak lebih dari atau sesuai dengan SNI 03-6386-2000, seperti
terlihat pada Tabel 1 1 10
SUB TOTAL 10
Building Environmental Management 13%
Prasyar
at 1 Basic Waste Management P
Adanya instalasi atau fasilitas untuk memilah dan
mengumpulkan sampah sejenis sampah rumah tangga (UU
No. 18 Tahun 2008) berdasarkan jenis organik dan anorganik P
BEM 1 GP as a Member of The Project Team 1
Melibatkan seorang tenaga ahli yang sudah tersertifikasi
Greenship Professional (GP), yang bertugas untuk
mengarahkan berjalannya proyek sejak tahap perencanaan
desain dan sebelum pendaftaran sertifikasi
1
BEM 2 Pollution of Construction Activity 2
Memiliki rencana manajemen sampah konstruksi yang terdiri
atas:
Limbah padat, dengan menyediakan area pengumpulan,
pemisahan, dan sistem pencatatan. Pencatatan dibedakan
berdasarkan limbah padat yang dibuang ke TPA, digunakan
kembali, dan didaur ulang oleh pihak ketiga.
1
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 14 : (Lanjutan)
L14-10 Universitas Indonesia
Limbah cair, dengan menjaga kualitas seluruh air yang timbul
dari aktivitas konstruksi agar tidak mencemari drainase kota 1
BEM 3 Advance Waste Management 2
Adanya instalasi pengomposan limbah organik di lokasi tapak bangunan
1
Memberikan pernyataan atau rencana kerja sama untuk
pengelolaan limbah anorganik secara mandiri dengan pihak
ketiga di luar sistem jaringan persampahan kota 1
BEM 4 Proper Commissioning 3
Melakukan prosedur testing- commissioning sesuai dengan
petunjuk GBCI, termasuk training dengan baik dan benar agar
peralatan/sistem berfungsi dan menunjukkan kinerja sesuai
dengan perencanaan dan acuan.
2
Desain serta spesifikasi teknis harus lengkap di saat
konstruksi melaksanakan pemasangan seluruh measuring -
adjusting instruments. 1
BEM 5 Submission Implementation Green Building Data for
Database 2
· Menyerahkan data implementasi green building sesuai
dengan form dari GBCI, yang merupakan prasyarat untuk
mendaftarkan diri dalam rating kategori
2
· Memberi pernyataan bahwa pemilik gedung akan
menyerahkan data implementasi green building dari
bangunannya dalam waktu 12 bulan setelah tanggal sertifikasi
kepada GBCI dan suatu pusat data energi Indonesia yang
akan ditentukan kemudian
Catatan:
GBC-Indonesia akan menjaga kerahasiaan sumber data dan
tidak akan menyebarluaskan kepada pihak lain.
BEM 6 Fit Out Guide 1
Memiliki surat perjanjian dengan penyewa gedung atau
tenant, yang terdiri atas:
1
a. Menggunakan kayu yang bersertifikat
b. Mengikuti training yang akan dilakukan oleh
manajemen bangunan
c. Terdapat rencana manajemen indoor air quality (IAQ)
setelah konstruksi, dan implementasi ditandatanganinya surat
perjanjian ini merupakan prasyarat dalam rating kategori
gedung terbangun.
BEM 7 Occupant Survey 2
Memberi pernyataan bahwa pemilik gedung akan
mengadakan survei suhu dan kelembaban paling lambat 12
bulan setelah tanggal sertifikasi.
2
Apabila hasilnya minimal 20% responden menyatakan
ketidaknyamanannya, maka pemilik gedung setuju untuk
melakukan perbaikan selambat-lambatnya 6 bulan setelah
pelaporan hasil survei.
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 14 : (Lanjutan)
L14-11 Universitas Indonesia
Penyerahan data ini merupakan prasyarat untuk mendaftarkan
diri dalam rating kategori existing building.
SUB TOTAL 13
45 Total Nilai Keseluruhan Maksimum 101
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
LAMPIRAN 15
RISALAH SIDANG SKRIPSI
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 15 : Risalah Sidang Skripsi
L15-1 Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
DEPOK
RISALAH SIDANG SKRIPSI
Dengan ini dinyatakan bahwa pada:
Hari : Rabu, 20 Juni 2012
Jam : 14.00 WIB – selesai
Tempat : Ruang K.105 Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Telah berlangsung Ujian Skripsi Semester Genap 2011/2012 Program Studi Teknik Sipil,
Fakultas Teknik Universitas Indonesia dengan peserta :
Nama : Muhammad Fatih
NPM : 0806454361
Judul Skripsi : Pengaruh Aspek Building Environmental Management Terhadap
Biaya Konstruksi Green Building Dibandingkan Dengan
Conventional Building
Dan dinyatakan harus menyelesaikan perbaikan Skripsi yang diminta oleh Dosen Penguji,
yaitu :
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 15 : (Lanjutan)
L15-2 Universitas Indonesia
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Yusuf Latief, M.T.
No Pertanyaan Perbaikan (koreksi) Yang
Sudah Dilakukan
1
Perbaikan terhadap sistematika
penulisan, yaitu perbaikan cover, abstrak
dijadikan 1 halaman, serta format
penulisan disesuaikan SK Rektor.
Sudah dilakukan
2 Subbab sistematika penulisan
dihilangkan Sudah dilakukan
3 Penambahan kesimpulan secara global Sudah dilakukan pada hal 124
Dosen Pembimbing : Suratman, S.T., M.T.
No Pertanyaan Perbaikan (koreksi) Yang
Sudah Dilakukan
1 Mencantumkan tabel deviasi biaya BEM Sudah dilakukan pada hal 117
2 Menjelaskan proses Comissioning
menurut GBCI
Sudah dilakukan pada hal 36
dan 37
3 Menghilangkan kalimat tanggungan
kontraktor pada prasyarat sudah dilakukan pada hal. 119
4 Menjelaskan biaya overhead GP Sudah dilakukan pada hal 107-
108
Dosen Penguji : Ir. Wisnu Isvara, M.T.
No Pertanyaan Perbaikan (koreksi) Yang
Sudah Dilakukan
1 Pisahkan biaya konstruksi dan
maintenance
Tidak terdapat biaya selama
konstruksi
2 Penjelasan Green Building akan
mengurangi life-cycle cost Sudah dilakukan pada hal 122
3 Menjelaskan bobot poin yang didapat dari
tiap aspek
Sudah dijelaskan pada bab
studi kasus
4 Menjelaskan aplikasi aspek di proyek Sudah dilakukan pada bab
studi kasus
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 15 : (Lanjutan)
L15-3 Universitas Indonesia
Dosen Penguji : Rosmariani, S.T.,M.T.
No Pertanyaan Perbaikan (koreksi) Yang
Sudah Dilakukan
1 Menjelaskan overhead GP Sudah dilakukan pada hal 107-
108
2 Mencantumkan masa konstruksi proyek Sudah dilakukan pada hal 104
3 Menjelaskan prasyarat apakah sudah
include atau belum Sudah dilakukan pada hal 119
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012
Lampiran 15 : (Lanjutan)
L15-4 Universitas Indonesia
Skripsi ini telah selesai diperbaiki sesuai dengan keputusan sidang seminar
skripsi Rabu, 20 Juni 2012 dan telah mendapat persetujuan dari dosen dan
pembimbing.
Depok 25 Juni 2012
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Prof. Dr. Ir. Yusuf Latief, M.T. Suratman, S.T., M.T.
Dosen Penguji I Dosen Penguji II
Rosmariani, S.T.,M.T. Ir. Wisnu Isvara, M.T.
Pengaruh aspek..., Muhammad Fatih, FT UI, 2012