31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas. Poir) merupakan salah satu tanaman yang cukup penting, baik sebagai makanan pokok alternatif maupun makanan tambahan dalam rangka diversifikasi makanan. Hampir seluruh bagian ubi jalar dapat dimanfaatkan seperti daun untuk sayuran, pakan ternak, batang untuk bahan tanam (stek), pakan ternak, kulit ubi untuk pakan ternak, Ubi segar untuk bahan makanan, tepung ubi jalar untuk makanan, dan pati ubi jalar untuk fermentasi, pakan ternak, asam sitrat. Dalam kondisi tanah yang kurang subur dan kekeringan ubi jalar (Ipomea batatas Poir) merupakan salah satu tanaman bahan makanan yang mempunyai daya adaptasi tinggi. Salah satu varietas ubi jalar unggulan adalah ubi jalar yang berasal dari desa Cilembu. Ubi Jalar Cilembu ST 1, sejak lama menembus pasar Singapura, Malaysia, Korea, dan Jepang. Ubi Cilembu ST 1, merupakan salah satu komoditi palawija unggulan di Kabupaten Sumedang, varietas tersebut telah dirilis oleh menteri pertanian pada Tahun 2001. Ubi ini hanya memiliki rasa dan aroma yang khas apabila di tanam di daerah Cilembu dan sekitarnya. Tanaman ubi jalar yang tumbuhnya baik dan tidak mendapat serangan hama penyakit yang berarti (berat) di Kecamatan Pamulihan dapat menghasilkan umbi basah 15-20 ton per hektar. Keunggulan ubi jalar ini adalah apabila ubi yang telah disimpan lebih dari 10 hari , dimasak dengan cara Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 1

Pengamatan Dilapangan Tan Ubi Cilembu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

diajukan sebagai tugas mata kuliah PHPT

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas. Poir) merupakan salah

satu tanaman yang cukup penting, baik sebagai makanan pokok alternatif maupun

makanan tambahan dalam rangka diversifikasi makanan. Hampir seluruh bagian ubi

jalar dapat dimanfaatkan seperti daun untuk sayuran, pakan ternak, batang untuk

bahan tanam (stek), pakan ternak, kulit ubi untuk pakan ternak, Ubi segar untuk

bahan makanan, tepung ubi jalar untuk makanan, dan pati ubi jalar untuk fermentasi,

pakan ternak, asam sitrat.

Dalam kondisi tanah yang kurang subur dan kekeringan ubi jalar (Ipomea

batatas Poir) merupakan salah satu tanaman bahan makanan yang mempunyai daya

adaptasi tinggi. Salah satu varietas ubi jalar unggulan adalah ubi jalar yang berasal

dari desa Cilembu. Ubi Jalar Cilembu ST 1, sejak lama menembus pasar Singapura,

Malaysia, Korea, dan Jepang. Ubi Cilembu ST 1, merupakan salah satu komoditi

palawija unggulan di Kabupaten Sumedang, varietas tersebut telah dirilis oleh

menteri pertanian pada Tahun 2001. Ubi ini hanya memiliki rasa dan aroma yang

khas apabila di tanam di daerah Cilembu dan sekitarnya. Tanaman ubi jalar yang

tumbuhnya baik dan tidak mendapat serangan hama penyakit yang berarti (berat) di

Kecamatan Pamulihan dapat menghasilkan umbi basah 15-20 ton per hektar.

Keunggulan ubi jalar ini adalah apabila ubi yang telah disimpan lebih dari 10

hari , dimasak dengan cara dioven selama 30-90 menit (bergantung ukuran), bagian

tengah umbi akan menghasilkan cairan sangat manis seperti madu. Lebih manisnya

ubi jalar cilembu disebabkan kadar gula ubi cilembu lebih tinggi dari ubi jalar lain

yaitu ubi mentah mencapai 11-13% dan ubi masak 19-23%, sehingga sangat

digemari oleh konsumen.

Meskipun begitu ada beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya

produksi ubi jalar antara lain disebabkan oleh populasi tanaman rendah per satuan

luas, teknik budidaya masih jarang dilakukan, pemanfaatan lahan intensitasnya tinggi

Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 1

sehingga terjadi kehilangan unsur hara tanah yang terbawa hasil panen maupun erosi

tanah, terjadinya serangan OPT utama yaitu hama boleng apabila musim tanamnya

tidak sesuai dan adanya faktor-faktor non teknis atau faktor penghambat. Untuk lebih

meningkatkan produktivitas ubi jalar varietas Cilembu maka diperlukan

pengendalian hama penyakit terpadu

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari kunujungan dan pengamatan kami ialah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan informasi melalui wawancara dengan narasumber dan

pengamatan langsung mengenai tanaman ubi jalar dan kegiatan pengendalian

hamanya;

2. Mengamati langsung gejala atau tanda kerusakkan yang disebabkan oleh

hama pada tanaman ubi jalar; dan

3. Dapat meromendasikan pengendalian terpadu pada tanaman ubi jalar

khususnya di Cilembu agar prouktivitas tanaman meningkat

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah teknik budidaya ubi jalar yang dilakukan oleh petani daerah

setempat?

2. Hama atau penyakit jenis apa saja yang biasa menyerang tanaman ubi jalar

setempat ?

3. Bagaiman gejala atau tanda kerusakkan yang terjadi pada tanaman ubi jalar

setempat?

4. Bagaimana teknis pengendalian terpadu yang dilakukan ?

Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Ubi Cilembu

Dilepas tanggal : 8 Februari 2001

SK Mentan : 124/Kpts/TP.240/2/2001

Asal : Desa Cilembu, Kec. Tanjungsari, Kab. Sumedang, Jawa Barat

Daya hasil : 20 t/ha

Hasil rata-rata : 12–17 t/ha

Umur panen : 5–7 bulan

Tipe pertumbuhan : Merambat

Bentuk daun : Menjari dengan pinggir daun rata

Warna daun muda : Hijau keunguan

Warna daun tua : Hijau

Warna tulang daun : Bagian bawah hijau keunguan

Warna tangkai daun : Hijau dengan lingkar ungu pada bagian ujung

Panjang tangkai daun : 75–145 mm

Warna bunga : Putih keunguan

Warna batang : Hijau

Panjang batang : 80–130 cm

Warna kulit umbi : Krem kemerahan/kuning

Warna daging mentah: Krem kemerahan/kuning

Warna daging masak : Kuning

Bentuk umbi : Panjang dan berurat nyata

Tekstur umbi : Baik, tidak berair

Rasa umbi : Enak, manis, dan bermadu

Keunggulan lain : Bentuk umbi panjang, bobot bahan kering/ rendemen umbi tinggi

Ketahanan thd hama : Peka hama lanas/penggerek (Cilas formicarius)

Ketahanan thd penyakit : Tahan penyakit kudis/Scab (Elsinoe batatas)

Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 3

Daerah adaptasi : Cocok ditanam pada lahan sawah tadah hujan setelah

tanaman padi pada elevasi 800–1000 m dpl

Pemulia/pengusul : Hamzah B., Titi Mulyati, Endang Priatna., Lenny, Ateng,

Ngadimin PS., Agus T., Agoes Soetrisna, Asep R, Entin

Kartini, Endang S., Musli Rosmali, Ujang Dinar H., Pathmi

Noerhatini, Rijanti R.Maulana, H. Nurdin, Hadi Surachmat,

dan Basuki Satyagraha.

2.2 Budidaya Ubi Cilembu

Teknik budidaya ubi Cilembu tidak jauh berbeda dengan teknik budidaya ubi

jalar biasa, kegiatan dimulai saat pembibitan, pengolahan tanah, penanaman,

pemupukan, pengairan dan pepenyiraman, serta pemeliharaan tanaman,hingga panen.

A. Pembibitan

Tanaman ubi jalar vaarietas Cilembu dapat diperbanyak secara generatif

dengan biji dan secara vegetatif berupa stek batang atau stek pucuk.Namun biasanya

perbanyakan tanaman secara generatif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk

menghasilkan varietas baru.

1. Persyaratan Bibit. Bahan tanaman (bibit) berupa stek pucuk atau stek batang harus

memenuhi syarat sebagai berikut:

Bibit berasal dari varietas Cilembu ST

Bahan tanaman berumur 2 bulan atau lebih.

Bahan tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunas-

tunas ubi yang secara khusus disemai atau melalui proses penunasan.

Perbanyakan tanaman dengan stek batang atau stek pucuk secara terus-

menerus cenderung menurunkan hasil pada generasi-generasi berikutnya.

Oleh karena itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan harus diperbaharui dengan

cara menanam atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan.

2. Penyiapan Bibit

Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 4

Pilih tanaman ubi jalar yang sudah berumur 2 bulan atau lebih,

pertumbuhannya sehat dan normal tidak terlalu subur.

Stek dipotong sepanjang 25-30 cm atau 3-4 ruas, diambil dari ujung batang

atau cabang dan maksimal 3 stek untuk setiap cabang atau batang bagian

tanaman bibit, pemotongan menggunakan pisau yang tajam, dan dilakukan

pada pagi

Setelah dipotong, bibit direndam dalam larutan fungisida dengan konsentrasi

2 g/L larutan selama 5 menit

Gambar 1. Jenis Stek

B. Pengolahan Tanah

a) Penyiapan Lahan Tegalan

Bersihkan lahan dari rumput-rumput liar (gulma)

Olahan tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur sambil

membenamkan rumput-rumput liar

Biarkan tanah kering selama minimal 1 minggu

Buat guludan-guludan dengan ukuran lebar bawah 60 cm, tinggi 30-40 cm,

jarak antar guludan 70-100 cm, dan panjang guludan disesuaikan dengan

keadaan lahan

Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air.

Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 5

b) Penyiapan Lahan Sawah Bekas Tanaman Padi

Babat jerami sebatas permukaan tanah

Tumpuk jerami secara teratur menjadi tumpukan kecil memanjang berjarak 1

meter antar tumpukan

Olah tanah di luar bidang tumpukan jerami dengan cangkul atau bajak,

kemudian tanahnya ditimbunkan pada tumpukan jerami sambil membentuk

guludan. Ukuran guludan adalah lebar bawah 60 cm, tinggi 40 cm, lebar atas

40 cm ( untuk ukuran guludan dengan jarak antara gulud 100 cm ) sedangkan

untuk jarak antar guludan 80 cm digunakan ukuran lebar bawah 50 cm, lebar

atas 30 cm, tinggi guludan 30 cm

Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air antar guludan. Pembuatan

guludan di atas tumpukan jerami atau sisa-sisa tanaman dapat menambah

bahan organik tanah yang berpengaruh baik terhadap struktur dan kesuburan

tanah sehingga ubi dapat berkembang dengan baik dan permukaan kulit ubi

rata. Kelemahan penggunaan jerami adalah pertumbuhan tanaman ubi jalar

pada bulan pertama sedikit menguning, namun segera sembuh dan tumbuh

normal pada bulan berikutnya.

Bila jerami tidak digunakan sebagai tumpukan guludan, tata laksana penyiapan lahan

sebagai berikut :

Babat jerami sebatas permukaan tanah

Singkirkan jerami ke tempat lain untuk dijadikan bahan kompos

Olah tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur

Biarkan tanah kering selama minimal satu minggu

Buat guludan-gululudan berukuran lebar bawah ±60 cm, tinggi 35 cm dan

jarak antar guludan 80-100 cm.

Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air antar guludan.

Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 6

Hal yang penting diperhatikan dalam pembuatan guludan adalah ukuran tinggi tidak

melebihi 40 cm. Guludan yang terlalu tinggi cenderung menyebabkan terbentuknya

ubi berukuran panjang dan dalam sehingga menyulitkan pada saat panen. Sebaliknya,

guludan yang terlalu dangkal dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan atau

perkembangan ubi, dan memudahkan serangan hama boleng Cylas sp.

Gambar 2. Guludan

Teknik Penanaman

Penanaman ubi jalar di lahan kering dilakukan pada awal musim hujan

(Oktober), atau awal musim kemarau (Maret) bila keadaan cuaca normal.

Dilahan sawah, waktu tanam yang paling tepat adalah segera setelah padi

rendengan atau padi gadu, yakni pada awal musim kemarau

Penanaman stek dilakukan pagi hari, setelah direndam dalam larutan

fungisida, stek sebaiknya searah ( menghadap ke timur ) agar pertumbuhan

tanaman menjadi searah

Stek ditanam miring pada guludan, dengan 1/2-2/3 bagian masuk ke dalam

tanah. Jarak tanam 30-40 cm

Pada tiap bedengan ditanam 2 deretan dengan jarak kira-kira 30-40 cm.

Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 7

Gambar 3. Penanaman

c. Pemeliharaan Tanaman

1. Penyulaman

Selama 3 (tiga) minggu setelah ditanam, penanaman ubi jalar harus diamati

kontinu, terutama bibit yang mati atau tumbuh secara abnormal. Bibit yang mati

harus segera disulam. Cara menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati,

kemudian diganti dengan bibit yang baru. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada

pagi atau sore hari, pada saat sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu tidak terlalu

panas. Bibit (setek) untuk penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam

ditempat yang teduh.

2. Penyiangan

Pada sistem tanam tanpa mulsa jerami, lahan biasanya mudah ditumbuhi

rumput liar (gulma) yang merupakan pesaing dalam pemenuhan kebutuhan akan air,

unsur hara, dan sinar matahari. Oleh karena itu, gulma harus segera disiangi.

Bersamaan dengan penyiangan dilakukan pembumbunan, yaitu menggemburkan

tanah guludan, kemudian ditimbunkan pada guludan tersebut. Pengendalian gulma

dilakukan secara manual menggunakan kored dan cangkul pada umur 2 minggu

setelah tanam (MST), 5 MST, dan 8 MST atau dilakukan tergantung dari keadaan

rumput.

3. Pemupukan

Pemupukan bertujuan menggantikan unsur hara yang terangkut saat panen,

menambah kesuburan tanah, dan menyediakan unsur hara bagi tanaman. Sebaiknya

lahan dipupuk dengan pupuk organik baik pepuk kandang maupun kompos dengan

dosis 10.000 - 20.000 ton/ha. Dosis pupuk yang tepat harus berdasarkan hasil analisis

tanah atau tanaman di daerah setempat. Sebagai acuan dosis pupuk/ha yang

dianjurkan adalah :

100 kg N ( ± 200-250 kg Urea)

50 Kg P2O5 (± 100-150 kg TSP/SP-36)

Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 8

200 kg K2O (± 300-350 kg KCL)

Pemberian pupuk dilakukan dalam larikan dengan jarak garitan 10 cm dari lubang

setek sedalam 5 cm. Waktu pemupukan sebagai berikut:

Saat tanam : Urea diberikan 1/3 takaran, SP-36, KCL diberikan

seluruhnya pada saat tanam.

Umur 6 minggu setelah tanam ; Urea 1/3 dari takaran

Umur 12 minggu setelah tanam ; Urea 1/3 dari takaran

4. Pembalikan batang dan pucuk

      Pembalikan batang dan pucuk bertujuan untuk meningkatkan hasil umbi,

pembalikan dan pengangkatan batang dilakukan tiap 3 minggu sekali, sebab pada

tanaman yang pertumbuhannya subur dalam waktu satu bulan akan menjalar

sepanjang 1-1,5 m. Bila batang terus dibiarkan menjalar di atas tanah dengan segera

akan tumbuh akar di ketiak-ketiak daun. Akar akan membentuk umbi-umbi kecil

yang mengurangi cadangan makanan bagi umbi di batang utama. Pembalikan batang

dimaksudkan untuk mematikan akar yang tumbuh pada ketiak daun.

Gambar 4. Pembalikan batang

5. Pemangkasan

      Tanaman yang terlalu subur perlu dipangkasan sebab tanaman yang daunya

terlalu rimbun akan mengurangi hasil umbi. Pemangkasan dilakukan dengan

menggunakan pisau tajam. Mengenai berapa daun yang harus dibuang tidak bisa

ditentukan kapasitasnya karena sangat tergantung pada keadaan tanaman.

Pemangkasan dilakukan pada sulur-sulur yang merayap dalam saluran di sela-sela

bedengan. Hasil pemangkasan dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak.

Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 9

6. Pengairan dan Penyiraman

Meskipun ubi jalar tahan kekeringan, fase awal pertumbuhan memerlukan air tanah

yang memadai.

Seusai tanam, guludan diairi selama 15-30 menit hingga tanah cukup basah,

kemudian airnya dibuang.

Pengairan berikutnya masih diperlukan secara kontinu hingga tanaman

berumur 1-2 bulan.

Pada periode pembentukan dan perkembangan ubi, yaitu umur 2-3 minggu

sebelum panen, pengairan dikurangi atau dihentikan.

Waktu pengairan yang paling baik pagi atau sore hari.

Di daerah yang sumber airnya memadai, pengairan dapat dilakukan kontinu

seminggu sekali. Hal yang penting diperhatikan dalam pengairan adalah

menghindari agar tanah tidak terlalu becek (air menggenang).

D. Pengendalian Hama Dan Penyakit

1. Hama

a) Penggerek Batang Ubi Jalar

      Stadium hama yang merusak tanaman ubi jalar adalah larva (ulat). Cirinya adalah

membuat lubang kecil memanjang (korek) pada batang hingga ke bagian ubi. Di

dalam lubang tersebut dapat ditemukan larva (ulat). Gejala: terjadi pembengkakan

batang, beberapa bagian batang mudah patah, daun-daun menjadi layu, dan akhirnya

cabang-cabang tanaman akan mati.

Pengendalian: (1) rotasi tanaman untuk memutus daur atau siklus hama; (2)

pengamatan tanaman pada stadium umur muda terhadap gejala serangan hama: bila

serangan hama >5%, perlu dilakukan pengendalian secara kimiawi; (3) pemotongan

dan pemusnahan bagian tanaman yang terserang berat; (4) penyemprotan insektisida

yang mangkus dan sangkil, seperti Curacron 500 EC atau Matador 25 dengan

konsentrasi yang dianjurkan.

Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 10

b) Hama Boleng atau Lanas

      Serangga dewasa hama ini (Cylas formicarius Fabr.) berupa kumbang kecil yang

bagian sayap dan moncongnya berwarna biru, namun toraknya berwarna merah.

Kumbang betina dewasa hidup pada permukaan daun sambil meletakkan telur di

tempat yang terlindung (ternaungi). Telur menetas menjadi larva (ulat), selanjutnya

ulat akan membuat gerekan (lubang kecil) pada batang atau ubi yang terdapat di

permukaan tanah terbuka. Gejala: terdapat lubang-lubang kecil bekas gerekan yang

tertutup oleh kotoran berwarna hijau dan berbau menyengat. Hama ini biasanya

menyerang tanaman ubi jalar yang sudah berubi. Bila hama terbawa oleh ubi ke

gudang penyimpanan, sering merusak ubi hingga menurunkan kuantitas dan kualitas

produksi secara nyata.

Pengendalian: (1) pergiliran atau rotasi tanaman dengan jenis tanaman yang

tidak sefamili dengan ubi jalar, misalnya padi-ubi jalar-padi; (2) pembumbunan atau

penimbunan guludan untuk menutup ubi yang terbuka; (3) pengambilan dan

pemusnahan ubi yang terserang hama cukup berat dan sanitasi ; (4)

pengamatan/monitoring hama di pertanaman ubi jalar secara periodik: bila

ditemukan tingkat serangan > 5 %, segera dilakukan tindakan pengendalian hama

secara kimiawi; (5) Pengairan yang cukup dapat menghindarkan tanaman ubijalar

dari serangan hama boleng Cylas formicarius. (6) penyemprotan insektisida yang

mangkus dan sangkil, dengan konsentrasi yang dianjurkan; (7) penanaman jenis ubi

jalar yang berkulit tebal dan bergetah banyak; (8) pemanenan tidak terlambat untuk

mengurangi tingkat kerusakan yang lebih berat. (9) Penggunaan sex feromon

dikombinasikan dengan perendaman stek dengan insektisida, (10) penggunaan

pestisida nabati ekstrak serbuk biji Nimba ( Azadirachta indica).

c) Tikus (Rattus rattus sp)

     Hama tikus biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang berumur cukup tua atau

sudah pada stadium membentuk ubi. Hama Ini menyerang ubi dengan cara mengerat

dan memakan daging ubi hingga menjadi rusak secara tidak beraturan. Bekas gigitan

tikus menyebabkan infeksi pada ubi dan kadang-kadang diikuti dengan gejala

pembusukan ubi.

Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 11

Pengendalian: (1) sistem gerepyokan untuk menangkap tikus dan langsung

dibunuh; (2) penyiangan dilakukan sebaik mungkin agar tidak banyak sarang tikus

disekitar ubi jalar; (3) pemasangan umpan beracun, seperti Ramortal atau Klerat.

2. Penyakit

a) Kudis atau Scab

     Penyebab: cendawan Elsinoe batatas. Gejala: adanya benjolan pada tangkai serta

urat daun, dan daun-daun berkerut seperti kerupuk. Tingkat serangan yang berat

menyebabkan daun tidak produktif dalam melakukan fotosintesis sehingga hasil ubi

menurun bahkan tidak menghasilkan sama sekali.

Pengendalian: (1) pergiliran/ rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup

penyakit; (2) penanaman ubi jalar bervarietas tahan penyakit kudis, seperti daya dan

gedang; (3) kultur teknik budi daya secara intensif; (4) penggunaan bahan tanaman

(bibit) yang sehat.

b) Layu fusarium

     Penyebab: jamur Fusarium oxysporum, F. batatas. Gejala: tanaman tampak

lemas, urat daun menguning, layu, dan akhirnya mati. Cendawan fusarium dapat

bertahan selama beberapa tahun dalam tanah. Penularan penyakit dapat terjadi

melalui tanah, udara, air, dan terbawa oleh bibit.

Pengendalian: (1) penggunaan bibit yang sehat (bebas penyakit); (2)

pergiliran /rotasi tanaman yang serasi di suatu daerah dengan tanaman yang bukan

famili; (3) penanaman jenis atau varietas ubi jalar yang tahan terhadap penyakit

Fusarium.

c) Virus

Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 12

     Beberapa jenis virus yang menyerang tanaman ubi jalar adalah Internal Cork,

Chlorotic Leaf Spot, Yellow Dwarf. Gejala: pertumbuhan batang dan daun tidak

normal, ukuran tanaman kecil dengan tata letak daun bergerombol di bagian puncak,

dan warna daun klorosis atau hijau kekuning-kuningan. Pada tingkat serangan yang

berat, tanaman ubi jalar tidak menghasilkan. Pengendalian: (1) penggunaan bibit

yang sehat dan bebas virus; (2) pergiliran/rotasi tanaman selama beberapa tahun,

terutama di daerah basis (endemis) virus; (3) pembongkaran/eradikasi tanaman untuk

dimusnahkan.

E. Panen

1. Ciri dan Umur Panen

     Tanaman ubi jalar dapat dipanen bila ubi-ubinya sudah tua (matang fisiologis).

Ciri fisik ubi jalar matang, antara lain: bila kandungan tepungnya sudah maksimum,

ditandai dengan kadar serat yang rendah dan bila direbus (dikukus) rasanya enak

serta tidak berair. Penentuan waktu panen ubi jalar didasarkan atas umur tanaman.

Jenis atau varietas ubi jalar berumur pendek (genjah) dipanen pada umur 3-3,5 bulan,

sedangkan varietas berumur panjang (dalam) sewaktu berumur 4,5-5 bulan. Panen

ubi jalar yang ideal dimulai pada umur 3 bulan, dengan penundaan paling lambat

sampai umur 4 bulan. Panen pada umur lebih dari 4 bulan, selain resiko serangan

hama boleng cukup tinggi, juga tidak akan memberikan kenaikan hasil ubi.

2. Cara Panen

Tata cara panen ubi jalar melalui tahapan sebagai berikut:

Tentukan pertanaman ubi jalar yang telah siap dipanen.

Potong (pangkas) batang ubi jalar dengan menggunakan parang atau sabit,

kemudian batang-batangnya disingkirkan ke luar petakan sambil

dikumpulkan.

Galilah guludan dengan cangkul hingga terkuak ubi-ubinya.

Ambil dan kumpulkan ubi jalar di suatu tempat pengumpulan hasil.

Bersihkan ubi dari tanah atau kotoran dan akar yang masih menempel.

Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 13

Lakukan seleksi dan sortasi ubi berdasarkan ukuran besar dan kecil ubi secara

terpisah dan warna kulit ubi yang seragam. Pisahkan ubi utuh dari ubi terluka

ataupun terserang oleh hama atau penyakit.

Masukkan ke dalam wadah atau karung goni, lalu angkut ke tempat

penampungan (pengumpulan) hasil.

F. Pascapanen

1. Pengumpulan

    Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah

dijangkau oleh angkutan. Pemilihan atau penyortiran ubi jalar dapat dilakukan pada

saat pencabutan berlangsung atau setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam

suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi berdasarkan warna kulit

umbi kecacatan, ukuran umbi, bentuk serta bercak hitam/garis- garis pada daging

umbi.

2. Penyimpanan

   Penyimpanan ubi jalar cilembu selain ditujukan untuk mempertahankan daya

simpan, juga bertujuan agar umbi lebih manis. Penyimpanan ubi yang paling baik

dilakukan dalam pasir atau abu dengan cara sebagai berikut:

Angin-anginkan ubi yang baru dipanen di tempat yang berlantai kering

selama 2-3 hari.

Siapkan tempat penyimpanan berupa ruangan khusus atau gudang yang

kering, sejuk, dan peredaran udaranya baik.

Tumpukkan ubi di lantai gudang, kemudian timbun dengan pasir kering atau

abu setebal 20-30 cm hingga semua permukaan ubi tertutup. Cara

Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 14

penyimpanan ini dapat mempertahankan daya simpan ubi sampai 5 bulan.

Ubi jalar yang mengalami proses penyimpanan dengan baik biasanya akan

menghasilkan rasa ubi yang manis dan enak bila dibandingkan dengan ubi

yang baru dipanen. Hal yang penting dilakukan dalam penyimpanan ubi jalar

adalah melakukan pemilihan ubi yang baik, tidak ada yang rusak atau terluka,

dan tempat (ruang) penyimpanan bersuhu rendah antara 27-300C (suhu

kamar) dengan kelembapan udara antara 85-90%.

Penyimpanan juga dapat dilakukan pada rak-rak atau menghindari

penyimpanan umbi di lantai secara langsung atau dalam keranjang bambu

dengan alas berupa abu atau pasir kering dan Penyimpanan ubi pada para-

para ( rak bambu ) yang diletakan dekat dapur

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

Praktikum lapangan Pengendalian Hama dan Penyakit secara terpadu

dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 22 November 2013 di Jalan Cilembu RT 01

RW 08 Desa Cilembu Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang. Disana kami

melakukan wawancara kepada narasumber yaitu Ibu Iis. Dari hasil wawancara

tersebut, kami memperoleh beberapa data.

Identitas narasumber

Nama : Ibu Iis

Umur : 33 tahun

Pendidikan : SLTP

Pekerjaan utama Kep Kel : Petani

Pekerjaan Sampingan : Dagang

Pekerjaan Istri : Ibu rumah tangga dan Pedagang

Tanggungan keluarga : 3 (tiga)

Kondisi agroekosistem lahan tempat pengamatan yaitu jenis lahan yang

digunakan untuk budidaya ubi adalah lahan kering, luas lahan yang dimiliki oleh ibu

Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 15

Iis yaitu 2 Ha. Varietas ubi yang ditanam adaah varietas rancing (Cilembu). Benih

ubi didapatkan dari hasil stek. Lahan terletak di dataran medium yaitu sekitar 600

mdpl, suhu sekitar 28oC, dan curah hujan 200/400 mm per 6 bulan. Topografi

berbukit sehingga terdapat teras-teras. Tekstur tanah termasuk halus dan jenis tanah

berlempung. Sistem tanam yang dipakai adalah monokultur namun dilakukan rotasi

tanaman. Pada musim hujan lahan tersebut dilakukan penanaman padi dan pada

musim kemarau ditanami ubi (Padi satu kali tanam dan ubi dua sampai tiga kali

tanam). Lahan pertanaman ubi yang kami amati sebelah selatan, barat, dan utara

berbatasan dengan kebun ubi lain, dan sebelah timur berbatasan dengan rumah

warga.

Hama yang pernah menyerang pertanaman ubi diantaranya :

1. Ulat , menyerang bagian daun sehingga daun berlubang

2. Kumbang, menyerang bagian batang sehingga batang patah

3. Lanas, menyerang umbi sehingga umbi berlubang dan menyebabkan

perubahan rasa pada ubi

4. Kuuk, terdapat di dalam tanah

Selama bertanam ubi hanya sesekali saja hama menyerang, namun untuk

penyakit hampir tidak ditemukan. Penggunaan trap juga belum pernah

dilakukan.Pemakaian insektisida sangat jarang, hal itu dikarenakan penggunaanya

hanya jika muncul hama dan itu juga jika sudah ada di ambang ekonomi. Insektisida

yang digunakan adalah furadan dan curacron. Jenis insektisida tersebut sangat efektif

sehingga belum pernah diganti oleh insektisida lain.Pada lahan ubi ini tidak diberi

perlakuan mulsa. Hasil produksi biasanya 100 tumbak menghasilkan sebanyak 3 ton,

sehingga 1 ha menghasilkan ubi sebanyak 21 ton. Setelah panen tanaman ubi

dimanfaatkan untuk stek kembali dan untuk pupuk.

Pengendalian yang dilakukan pada lahan milik bu Iis hanya sekedarnya saja,

1. Benih yang digunakan adalah benih tidak bersertifikat dan merupakan hasil

stek dari tanaman ubi sebelumnya.

2. Benih hasil stek ubi tidak diberi perlakuan seed treatment

Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 16

3. Pengolahan tanah sebelum diolah dibiarkan bera selama sekitar 2 minggu,

sedangkan setelah diolah tanah dibiarkan selama 1 bulan

4. Pemupukan

Pupuk dasar yaitu pupuk kandang diberikan 1 minggu sebelum tanam

Pupuk susulan yaitu puupuk NPK, dan TSP

5. jarak tanam yaitu 25 x 25 cm

6. Sistem irigasi , menggunakan sumur sebagai sumber air dan disalurkan

melalui pipa

7. Ketersediaan air dalam setahun <6 bulan

8. Drainase baik

9. Sanitasi

Penanganan gulma : secara mekanik dan fisik, setiap 2 minggu sekali

Penanganan sisa tanaman : dipakai sebagai pupuk

Berikut ini tabel analisis usaha tani yang diperoleh

a Total hasil panen 42 ton

b Harga per kg / ton 3000-6000/kg

c Cara pemasaran hasil langsung

dPengankutan/ transportasi hasil

panenOleh tenaga angkut + mobil

e Biaya pembelian pupuk

Pupuk kandang : 280000

Pupuk NPK :-

Pupuk TSP :-

f Biaya pembelian pestisidaFuradan : 55.000

Curacron : 60.000

gBiaya tenaga kerja

HKP : 50.000 + makan

HKW : 35.000 + makan

h Sumber pendanaan Pribadi

Dalam hal kelembagaan menurut bu Iis, ada petugas penyuluh yang berkunjung

ke desa, namun intensitasnya sangat jarang. Biasanya penyuluh merokomendasikan

dosis pupuk yang digunakan, terkadang ada juga peneliti yang datang dari luar negri

Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 17

seperti dari Jepang dan Singapura. Menurut bu Iis di desa Cilembu terdapat 3

kelompok tani, dan beliau temasuk anggota dari salah satu kelompok tani tersebut.

Pertemuan kelompok tani hanya satu bulan sekali. Dalam pertemuan yang dilakukan

kadang-kadang diberi bibit ubi dan pupuk.

Bu Iis mengetahui dampak pestisida seperti hama akan menjadi resisten jika

pestisda terus digunakan dan tidak aman untuk lingkungan. Untuk pengendalian

seperti pestisida nabati maupun mol bu Iis belum mngetahuinya

3.2 Perbandingan Teknik Pengendalian

Di lapangan petani sudah menjalankan sebagian pengendalian yang termasuk

dalam prinsip PHPT, dimana petani telah melakukan pencegahan hama dan penyakit

secrara preventif dengan cara melakukan teknik budidaya yang baik seperti

melakukan rotasi tanaman untuk mencegah penyebaran hama dan penyakit,

mengatur jarak tanam tidak terlalu rapat, pemupukan berimbang, serta penyiangan.

Meskipun bibit stek tidak bersertifikat dan tidak dilakukan seed treatment ,vaietas

yang ditanam cukup tahan terhadap serangan hama dan penyakit.

Untuk pengendalian secara represif petani sudah sangat paham tentang akibat

penggunaan insektisida ataupun pestisida berlebihan yang merusak lingkungan,

sehingga mereka hanya mengggunakan insektisida saat serangan hama sudah

mencapai tahap merugikan. Para petani juga masih belum mengenal pengendalian

secara biologi maupun pengendalian kimia menggunakan pestisida nabati.

Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 18

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hama yang ditemukan pada pertanaman ubi di desa Cilembu yaitu ulat,

kumbang, dan lanas. Sedangkan untuk penyakit hampir tidak ada yang terkena

serangan penyakit. Jika lanas tidak dapat dikendalikan maka bukan hanya menjadi

hama pada saat di lapangan bahkan bisa menjadi hama gudang yang sangat

merugikan. Teknik pengendalian yang diterapkan oleh petani sudah cukup baik

namun tidak semua komponen pengendalian terpadu dilaksanakan, petani juga sudah

menyadari bahwa tindakan pengendalian secara kimiawi adalah teknik pengendalian

terakhir jika hama sudah tidak dapat dikendalikan lagi dan menyebabkan kerugian

ekonomi.

Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 19

DAFTAR PUSTAKA

Balitkabi.2007. Mengendalikan Hama Boleng pada Ubi Jalar. Tersedia online pada

http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/wr256036.pdf

Dinas pertanian..2012 . Cilembu Tersedia online pada

http://diperta.jabarprov.go.id/assets/data/menu/CILEMBU.pdf

Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 20

LAMPIRAN

Gambar 1. Lahan ubi Gambar 2. Daun terkena hama

Gambar 3. Gulma dan semut pada Gambar 4. Agroekosistem di pertanaman ubi sekitar pertanaman ubi

Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 21

Gambar 5. Perbatasan arah timur Gambar 6. Pertanaman ubi

pertanaman ubi

(

Gambar 7. Ubi hasil panen Gambar 8. Kelompok 5 dan bu Iis

Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 22