Upload
nanang-mutahir
View
51
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
diajukan sebagai tugas mata kuliah PHPT
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas. Poir) merupakan salah
satu tanaman yang cukup penting, baik sebagai makanan pokok alternatif maupun
makanan tambahan dalam rangka diversifikasi makanan. Hampir seluruh bagian ubi
jalar dapat dimanfaatkan seperti daun untuk sayuran, pakan ternak, batang untuk
bahan tanam (stek), pakan ternak, kulit ubi untuk pakan ternak, Ubi segar untuk
bahan makanan, tepung ubi jalar untuk makanan, dan pati ubi jalar untuk fermentasi,
pakan ternak, asam sitrat.
Dalam kondisi tanah yang kurang subur dan kekeringan ubi jalar (Ipomea
batatas Poir) merupakan salah satu tanaman bahan makanan yang mempunyai daya
adaptasi tinggi. Salah satu varietas ubi jalar unggulan adalah ubi jalar yang berasal
dari desa Cilembu. Ubi Jalar Cilembu ST 1, sejak lama menembus pasar Singapura,
Malaysia, Korea, dan Jepang. Ubi Cilembu ST 1, merupakan salah satu komoditi
palawija unggulan di Kabupaten Sumedang, varietas tersebut telah dirilis oleh
menteri pertanian pada Tahun 2001. Ubi ini hanya memiliki rasa dan aroma yang
khas apabila di tanam di daerah Cilembu dan sekitarnya. Tanaman ubi jalar yang
tumbuhnya baik dan tidak mendapat serangan hama penyakit yang berarti (berat) di
Kecamatan Pamulihan dapat menghasilkan umbi basah 15-20 ton per hektar.
Keunggulan ubi jalar ini adalah apabila ubi yang telah disimpan lebih dari 10
hari , dimasak dengan cara dioven selama 30-90 menit (bergantung ukuran), bagian
tengah umbi akan menghasilkan cairan sangat manis seperti madu. Lebih manisnya
ubi jalar cilembu disebabkan kadar gula ubi cilembu lebih tinggi dari ubi jalar lain
yaitu ubi mentah mencapai 11-13% dan ubi masak 19-23%, sehingga sangat
digemari oleh konsumen.
Meskipun begitu ada beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya
produksi ubi jalar antara lain disebabkan oleh populasi tanaman rendah per satuan
luas, teknik budidaya masih jarang dilakukan, pemanfaatan lahan intensitasnya tinggi
Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 1
sehingga terjadi kehilangan unsur hara tanah yang terbawa hasil panen maupun erosi
tanah, terjadinya serangan OPT utama yaitu hama boleng apabila musim tanamnya
tidak sesuai dan adanya faktor-faktor non teknis atau faktor penghambat. Untuk lebih
meningkatkan produktivitas ubi jalar varietas Cilembu maka diperlukan
pengendalian hama penyakit terpadu
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari kunujungan dan pengamatan kami ialah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan informasi melalui wawancara dengan narasumber dan
pengamatan langsung mengenai tanaman ubi jalar dan kegiatan pengendalian
hamanya;
2. Mengamati langsung gejala atau tanda kerusakkan yang disebabkan oleh
hama pada tanaman ubi jalar; dan
3. Dapat meromendasikan pengendalian terpadu pada tanaman ubi jalar
khususnya di Cilembu agar prouktivitas tanaman meningkat
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah teknik budidaya ubi jalar yang dilakukan oleh petani daerah
setempat?
2. Hama atau penyakit jenis apa saja yang biasa menyerang tanaman ubi jalar
setempat ?
3. Bagaiman gejala atau tanda kerusakkan yang terjadi pada tanaman ubi jalar
setempat?
4. Bagaimana teknis pengendalian terpadu yang dilakukan ?
Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Ubi Cilembu
Dilepas tanggal : 8 Februari 2001
SK Mentan : 124/Kpts/TP.240/2/2001
Asal : Desa Cilembu, Kec. Tanjungsari, Kab. Sumedang, Jawa Barat
Daya hasil : 20 t/ha
Hasil rata-rata : 12–17 t/ha
Umur panen : 5–7 bulan
Tipe pertumbuhan : Merambat
Bentuk daun : Menjari dengan pinggir daun rata
Warna daun muda : Hijau keunguan
Warna daun tua : Hijau
Warna tulang daun : Bagian bawah hijau keunguan
Warna tangkai daun : Hijau dengan lingkar ungu pada bagian ujung
Panjang tangkai daun : 75–145 mm
Warna bunga : Putih keunguan
Warna batang : Hijau
Panjang batang : 80–130 cm
Warna kulit umbi : Krem kemerahan/kuning
Warna daging mentah: Krem kemerahan/kuning
Warna daging masak : Kuning
Bentuk umbi : Panjang dan berurat nyata
Tekstur umbi : Baik, tidak berair
Rasa umbi : Enak, manis, dan bermadu
Keunggulan lain : Bentuk umbi panjang, bobot bahan kering/ rendemen umbi tinggi
Ketahanan thd hama : Peka hama lanas/penggerek (Cilas formicarius)
Ketahanan thd penyakit : Tahan penyakit kudis/Scab (Elsinoe batatas)
Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 3
Daerah adaptasi : Cocok ditanam pada lahan sawah tadah hujan setelah
tanaman padi pada elevasi 800–1000 m dpl
Pemulia/pengusul : Hamzah B., Titi Mulyati, Endang Priatna., Lenny, Ateng,
Ngadimin PS., Agus T., Agoes Soetrisna, Asep R, Entin
Kartini, Endang S., Musli Rosmali, Ujang Dinar H., Pathmi
Noerhatini, Rijanti R.Maulana, H. Nurdin, Hadi Surachmat,
dan Basuki Satyagraha.
2.2 Budidaya Ubi Cilembu
Teknik budidaya ubi Cilembu tidak jauh berbeda dengan teknik budidaya ubi
jalar biasa, kegiatan dimulai saat pembibitan, pengolahan tanah, penanaman,
pemupukan, pengairan dan pepenyiraman, serta pemeliharaan tanaman,hingga panen.
A. Pembibitan
Tanaman ubi jalar vaarietas Cilembu dapat diperbanyak secara generatif
dengan biji dan secara vegetatif berupa stek batang atau stek pucuk.Namun biasanya
perbanyakan tanaman secara generatif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk
menghasilkan varietas baru.
1. Persyaratan Bibit. Bahan tanaman (bibit) berupa stek pucuk atau stek batang harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
Bibit berasal dari varietas Cilembu ST
Bahan tanaman berumur 2 bulan atau lebih.
Bahan tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunas-
tunas ubi yang secara khusus disemai atau melalui proses penunasan.
Perbanyakan tanaman dengan stek batang atau stek pucuk secara terus-
menerus cenderung menurunkan hasil pada generasi-generasi berikutnya.
Oleh karena itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan harus diperbaharui dengan
cara menanam atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan.
2. Penyiapan Bibit
Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 4
Pilih tanaman ubi jalar yang sudah berumur 2 bulan atau lebih,
pertumbuhannya sehat dan normal tidak terlalu subur.
Stek dipotong sepanjang 25-30 cm atau 3-4 ruas, diambil dari ujung batang
atau cabang dan maksimal 3 stek untuk setiap cabang atau batang bagian
tanaman bibit, pemotongan menggunakan pisau yang tajam, dan dilakukan
pada pagi
Setelah dipotong, bibit direndam dalam larutan fungisida dengan konsentrasi
2 g/L larutan selama 5 menit
Gambar 1. Jenis Stek
B. Pengolahan Tanah
a) Penyiapan Lahan Tegalan
Bersihkan lahan dari rumput-rumput liar (gulma)
Olahan tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur sambil
membenamkan rumput-rumput liar
Biarkan tanah kering selama minimal 1 minggu
Buat guludan-guludan dengan ukuran lebar bawah 60 cm, tinggi 30-40 cm,
jarak antar guludan 70-100 cm, dan panjang guludan disesuaikan dengan
keadaan lahan
Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air.
Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 5
b) Penyiapan Lahan Sawah Bekas Tanaman Padi
Babat jerami sebatas permukaan tanah
Tumpuk jerami secara teratur menjadi tumpukan kecil memanjang berjarak 1
meter antar tumpukan
Olah tanah di luar bidang tumpukan jerami dengan cangkul atau bajak,
kemudian tanahnya ditimbunkan pada tumpukan jerami sambil membentuk
guludan. Ukuran guludan adalah lebar bawah 60 cm, tinggi 40 cm, lebar atas
40 cm ( untuk ukuran guludan dengan jarak antara gulud 100 cm ) sedangkan
untuk jarak antar guludan 80 cm digunakan ukuran lebar bawah 50 cm, lebar
atas 30 cm, tinggi guludan 30 cm
Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air antar guludan. Pembuatan
guludan di atas tumpukan jerami atau sisa-sisa tanaman dapat menambah
bahan organik tanah yang berpengaruh baik terhadap struktur dan kesuburan
tanah sehingga ubi dapat berkembang dengan baik dan permukaan kulit ubi
rata. Kelemahan penggunaan jerami adalah pertumbuhan tanaman ubi jalar
pada bulan pertama sedikit menguning, namun segera sembuh dan tumbuh
normal pada bulan berikutnya.
Bila jerami tidak digunakan sebagai tumpukan guludan, tata laksana penyiapan lahan
sebagai berikut :
Babat jerami sebatas permukaan tanah
Singkirkan jerami ke tempat lain untuk dijadikan bahan kompos
Olah tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur
Biarkan tanah kering selama minimal satu minggu
Buat guludan-gululudan berukuran lebar bawah ±60 cm, tinggi 35 cm dan
jarak antar guludan 80-100 cm.
Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air antar guludan.
Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 6
Hal yang penting diperhatikan dalam pembuatan guludan adalah ukuran tinggi tidak
melebihi 40 cm. Guludan yang terlalu tinggi cenderung menyebabkan terbentuknya
ubi berukuran panjang dan dalam sehingga menyulitkan pada saat panen. Sebaliknya,
guludan yang terlalu dangkal dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan atau
perkembangan ubi, dan memudahkan serangan hama boleng Cylas sp.
Gambar 2. Guludan
Teknik Penanaman
Penanaman ubi jalar di lahan kering dilakukan pada awal musim hujan
(Oktober), atau awal musim kemarau (Maret) bila keadaan cuaca normal.
Dilahan sawah, waktu tanam yang paling tepat adalah segera setelah padi
rendengan atau padi gadu, yakni pada awal musim kemarau
Penanaman stek dilakukan pagi hari, setelah direndam dalam larutan
fungisida, stek sebaiknya searah ( menghadap ke timur ) agar pertumbuhan
tanaman menjadi searah
Stek ditanam miring pada guludan, dengan 1/2-2/3 bagian masuk ke dalam
tanah. Jarak tanam 30-40 cm
Pada tiap bedengan ditanam 2 deretan dengan jarak kira-kira 30-40 cm.
Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 7
Gambar 3. Penanaman
c. Pemeliharaan Tanaman
1. Penyulaman
Selama 3 (tiga) minggu setelah ditanam, penanaman ubi jalar harus diamati
kontinu, terutama bibit yang mati atau tumbuh secara abnormal. Bibit yang mati
harus segera disulam. Cara menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati,
kemudian diganti dengan bibit yang baru. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada
pagi atau sore hari, pada saat sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu tidak terlalu
panas. Bibit (setek) untuk penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam
ditempat yang teduh.
2. Penyiangan
Pada sistem tanam tanpa mulsa jerami, lahan biasanya mudah ditumbuhi
rumput liar (gulma) yang merupakan pesaing dalam pemenuhan kebutuhan akan air,
unsur hara, dan sinar matahari. Oleh karena itu, gulma harus segera disiangi.
Bersamaan dengan penyiangan dilakukan pembumbunan, yaitu menggemburkan
tanah guludan, kemudian ditimbunkan pada guludan tersebut. Pengendalian gulma
dilakukan secara manual menggunakan kored dan cangkul pada umur 2 minggu
setelah tanam (MST), 5 MST, dan 8 MST atau dilakukan tergantung dari keadaan
rumput.
3. Pemupukan
Pemupukan bertujuan menggantikan unsur hara yang terangkut saat panen,
menambah kesuburan tanah, dan menyediakan unsur hara bagi tanaman. Sebaiknya
lahan dipupuk dengan pupuk organik baik pepuk kandang maupun kompos dengan
dosis 10.000 - 20.000 ton/ha. Dosis pupuk yang tepat harus berdasarkan hasil analisis
tanah atau tanaman di daerah setempat. Sebagai acuan dosis pupuk/ha yang
dianjurkan adalah :
100 kg N ( ± 200-250 kg Urea)
50 Kg P2O5 (± 100-150 kg TSP/SP-36)
Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 8
200 kg K2O (± 300-350 kg KCL)
Pemberian pupuk dilakukan dalam larikan dengan jarak garitan 10 cm dari lubang
setek sedalam 5 cm. Waktu pemupukan sebagai berikut:
Saat tanam : Urea diberikan 1/3 takaran, SP-36, KCL diberikan
seluruhnya pada saat tanam.
Umur 6 minggu setelah tanam ; Urea 1/3 dari takaran
Umur 12 minggu setelah tanam ; Urea 1/3 dari takaran
4. Pembalikan batang dan pucuk
Pembalikan batang dan pucuk bertujuan untuk meningkatkan hasil umbi,
pembalikan dan pengangkatan batang dilakukan tiap 3 minggu sekali, sebab pada
tanaman yang pertumbuhannya subur dalam waktu satu bulan akan menjalar
sepanjang 1-1,5 m. Bila batang terus dibiarkan menjalar di atas tanah dengan segera
akan tumbuh akar di ketiak-ketiak daun. Akar akan membentuk umbi-umbi kecil
yang mengurangi cadangan makanan bagi umbi di batang utama. Pembalikan batang
dimaksudkan untuk mematikan akar yang tumbuh pada ketiak daun.
Gambar 4. Pembalikan batang
5. Pemangkasan
Tanaman yang terlalu subur perlu dipangkasan sebab tanaman yang daunya
terlalu rimbun akan mengurangi hasil umbi. Pemangkasan dilakukan dengan
menggunakan pisau tajam. Mengenai berapa daun yang harus dibuang tidak bisa
ditentukan kapasitasnya karena sangat tergantung pada keadaan tanaman.
Pemangkasan dilakukan pada sulur-sulur yang merayap dalam saluran di sela-sela
bedengan. Hasil pemangkasan dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak.
Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 9
6. Pengairan dan Penyiraman
Meskipun ubi jalar tahan kekeringan, fase awal pertumbuhan memerlukan air tanah
yang memadai.
Seusai tanam, guludan diairi selama 15-30 menit hingga tanah cukup basah,
kemudian airnya dibuang.
Pengairan berikutnya masih diperlukan secara kontinu hingga tanaman
berumur 1-2 bulan.
Pada periode pembentukan dan perkembangan ubi, yaitu umur 2-3 minggu
sebelum panen, pengairan dikurangi atau dihentikan.
Waktu pengairan yang paling baik pagi atau sore hari.
Di daerah yang sumber airnya memadai, pengairan dapat dilakukan kontinu
seminggu sekali. Hal yang penting diperhatikan dalam pengairan adalah
menghindari agar tanah tidak terlalu becek (air menggenang).
D. Pengendalian Hama Dan Penyakit
1. Hama
a) Penggerek Batang Ubi Jalar
Stadium hama yang merusak tanaman ubi jalar adalah larva (ulat). Cirinya adalah
membuat lubang kecil memanjang (korek) pada batang hingga ke bagian ubi. Di
dalam lubang tersebut dapat ditemukan larva (ulat). Gejala: terjadi pembengkakan
batang, beberapa bagian batang mudah patah, daun-daun menjadi layu, dan akhirnya
cabang-cabang tanaman akan mati.
Pengendalian: (1) rotasi tanaman untuk memutus daur atau siklus hama; (2)
pengamatan tanaman pada stadium umur muda terhadap gejala serangan hama: bila
serangan hama >5%, perlu dilakukan pengendalian secara kimiawi; (3) pemotongan
dan pemusnahan bagian tanaman yang terserang berat; (4) penyemprotan insektisida
yang mangkus dan sangkil, seperti Curacron 500 EC atau Matador 25 dengan
konsentrasi yang dianjurkan.
Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 10
b) Hama Boleng atau Lanas
Serangga dewasa hama ini (Cylas formicarius Fabr.) berupa kumbang kecil yang
bagian sayap dan moncongnya berwarna biru, namun toraknya berwarna merah.
Kumbang betina dewasa hidup pada permukaan daun sambil meletakkan telur di
tempat yang terlindung (ternaungi). Telur menetas menjadi larva (ulat), selanjutnya
ulat akan membuat gerekan (lubang kecil) pada batang atau ubi yang terdapat di
permukaan tanah terbuka. Gejala: terdapat lubang-lubang kecil bekas gerekan yang
tertutup oleh kotoran berwarna hijau dan berbau menyengat. Hama ini biasanya
menyerang tanaman ubi jalar yang sudah berubi. Bila hama terbawa oleh ubi ke
gudang penyimpanan, sering merusak ubi hingga menurunkan kuantitas dan kualitas
produksi secara nyata.
Pengendalian: (1) pergiliran atau rotasi tanaman dengan jenis tanaman yang
tidak sefamili dengan ubi jalar, misalnya padi-ubi jalar-padi; (2) pembumbunan atau
penimbunan guludan untuk menutup ubi yang terbuka; (3) pengambilan dan
pemusnahan ubi yang terserang hama cukup berat dan sanitasi ; (4)
pengamatan/monitoring hama di pertanaman ubi jalar secara periodik: bila
ditemukan tingkat serangan > 5 %, segera dilakukan tindakan pengendalian hama
secara kimiawi; (5) Pengairan yang cukup dapat menghindarkan tanaman ubijalar
dari serangan hama boleng Cylas formicarius. (6) penyemprotan insektisida yang
mangkus dan sangkil, dengan konsentrasi yang dianjurkan; (7) penanaman jenis ubi
jalar yang berkulit tebal dan bergetah banyak; (8) pemanenan tidak terlambat untuk
mengurangi tingkat kerusakan yang lebih berat. (9) Penggunaan sex feromon
dikombinasikan dengan perendaman stek dengan insektisida, (10) penggunaan
pestisida nabati ekstrak serbuk biji Nimba ( Azadirachta indica).
c) Tikus (Rattus rattus sp)
Hama tikus biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang berumur cukup tua atau
sudah pada stadium membentuk ubi. Hama Ini menyerang ubi dengan cara mengerat
dan memakan daging ubi hingga menjadi rusak secara tidak beraturan. Bekas gigitan
tikus menyebabkan infeksi pada ubi dan kadang-kadang diikuti dengan gejala
pembusukan ubi.
Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 11
Pengendalian: (1) sistem gerepyokan untuk menangkap tikus dan langsung
dibunuh; (2) penyiangan dilakukan sebaik mungkin agar tidak banyak sarang tikus
disekitar ubi jalar; (3) pemasangan umpan beracun, seperti Ramortal atau Klerat.
2. Penyakit
a) Kudis atau Scab
Penyebab: cendawan Elsinoe batatas. Gejala: adanya benjolan pada tangkai serta
urat daun, dan daun-daun berkerut seperti kerupuk. Tingkat serangan yang berat
menyebabkan daun tidak produktif dalam melakukan fotosintesis sehingga hasil ubi
menurun bahkan tidak menghasilkan sama sekali.
Pengendalian: (1) pergiliran/ rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup
penyakit; (2) penanaman ubi jalar bervarietas tahan penyakit kudis, seperti daya dan
gedang; (3) kultur teknik budi daya secara intensif; (4) penggunaan bahan tanaman
(bibit) yang sehat.
b) Layu fusarium
Penyebab: jamur Fusarium oxysporum, F. batatas. Gejala: tanaman tampak
lemas, urat daun menguning, layu, dan akhirnya mati. Cendawan fusarium dapat
bertahan selama beberapa tahun dalam tanah. Penularan penyakit dapat terjadi
melalui tanah, udara, air, dan terbawa oleh bibit.
Pengendalian: (1) penggunaan bibit yang sehat (bebas penyakit); (2)
pergiliran /rotasi tanaman yang serasi di suatu daerah dengan tanaman yang bukan
famili; (3) penanaman jenis atau varietas ubi jalar yang tahan terhadap penyakit
Fusarium.
c) Virus
Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 12
Beberapa jenis virus yang menyerang tanaman ubi jalar adalah Internal Cork,
Chlorotic Leaf Spot, Yellow Dwarf. Gejala: pertumbuhan batang dan daun tidak
normal, ukuran tanaman kecil dengan tata letak daun bergerombol di bagian puncak,
dan warna daun klorosis atau hijau kekuning-kuningan. Pada tingkat serangan yang
berat, tanaman ubi jalar tidak menghasilkan. Pengendalian: (1) penggunaan bibit
yang sehat dan bebas virus; (2) pergiliran/rotasi tanaman selama beberapa tahun,
terutama di daerah basis (endemis) virus; (3) pembongkaran/eradikasi tanaman untuk
dimusnahkan.
E. Panen
1. Ciri dan Umur Panen
Tanaman ubi jalar dapat dipanen bila ubi-ubinya sudah tua (matang fisiologis).
Ciri fisik ubi jalar matang, antara lain: bila kandungan tepungnya sudah maksimum,
ditandai dengan kadar serat yang rendah dan bila direbus (dikukus) rasanya enak
serta tidak berair. Penentuan waktu panen ubi jalar didasarkan atas umur tanaman.
Jenis atau varietas ubi jalar berumur pendek (genjah) dipanen pada umur 3-3,5 bulan,
sedangkan varietas berumur panjang (dalam) sewaktu berumur 4,5-5 bulan. Panen
ubi jalar yang ideal dimulai pada umur 3 bulan, dengan penundaan paling lambat
sampai umur 4 bulan. Panen pada umur lebih dari 4 bulan, selain resiko serangan
hama boleng cukup tinggi, juga tidak akan memberikan kenaikan hasil ubi.
2. Cara Panen
Tata cara panen ubi jalar melalui tahapan sebagai berikut:
Tentukan pertanaman ubi jalar yang telah siap dipanen.
Potong (pangkas) batang ubi jalar dengan menggunakan parang atau sabit,
kemudian batang-batangnya disingkirkan ke luar petakan sambil
dikumpulkan.
Galilah guludan dengan cangkul hingga terkuak ubi-ubinya.
Ambil dan kumpulkan ubi jalar di suatu tempat pengumpulan hasil.
Bersihkan ubi dari tanah atau kotoran dan akar yang masih menempel.
Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 13
Lakukan seleksi dan sortasi ubi berdasarkan ukuran besar dan kecil ubi secara
terpisah dan warna kulit ubi yang seragam. Pisahkan ubi utuh dari ubi terluka
ataupun terserang oleh hama atau penyakit.
Masukkan ke dalam wadah atau karung goni, lalu angkut ke tempat
penampungan (pengumpulan) hasil.
F. Pascapanen
1. Pengumpulan
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah
dijangkau oleh angkutan. Pemilihan atau penyortiran ubi jalar dapat dilakukan pada
saat pencabutan berlangsung atau setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam
suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi berdasarkan warna kulit
umbi kecacatan, ukuran umbi, bentuk serta bercak hitam/garis- garis pada daging
umbi.
2. Penyimpanan
Penyimpanan ubi jalar cilembu selain ditujukan untuk mempertahankan daya
simpan, juga bertujuan agar umbi lebih manis. Penyimpanan ubi yang paling baik
dilakukan dalam pasir atau abu dengan cara sebagai berikut:
Angin-anginkan ubi yang baru dipanen di tempat yang berlantai kering
selama 2-3 hari.
Siapkan tempat penyimpanan berupa ruangan khusus atau gudang yang
kering, sejuk, dan peredaran udaranya baik.
Tumpukkan ubi di lantai gudang, kemudian timbun dengan pasir kering atau
abu setebal 20-30 cm hingga semua permukaan ubi tertutup. Cara
Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 14
penyimpanan ini dapat mempertahankan daya simpan ubi sampai 5 bulan.
Ubi jalar yang mengalami proses penyimpanan dengan baik biasanya akan
menghasilkan rasa ubi yang manis dan enak bila dibandingkan dengan ubi
yang baru dipanen. Hal yang penting dilakukan dalam penyimpanan ubi jalar
adalah melakukan pemilihan ubi yang baik, tidak ada yang rusak atau terluka,
dan tempat (ruang) penyimpanan bersuhu rendah antara 27-300C (suhu
kamar) dengan kelembapan udara antara 85-90%.
Penyimpanan juga dapat dilakukan pada rak-rak atau menghindari
penyimpanan umbi di lantai secara langsung atau dalam keranjang bambu
dengan alas berupa abu atau pasir kering dan Penyimpanan ubi pada para-
para ( rak bambu ) yang diletakan dekat dapur
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Praktikum lapangan Pengendalian Hama dan Penyakit secara terpadu
dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 22 November 2013 di Jalan Cilembu RT 01
RW 08 Desa Cilembu Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang. Disana kami
melakukan wawancara kepada narasumber yaitu Ibu Iis. Dari hasil wawancara
tersebut, kami memperoleh beberapa data.
Identitas narasumber
Nama : Ibu Iis
Umur : 33 tahun
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan utama Kep Kel : Petani
Pekerjaan Sampingan : Dagang
Pekerjaan Istri : Ibu rumah tangga dan Pedagang
Tanggungan keluarga : 3 (tiga)
Kondisi agroekosistem lahan tempat pengamatan yaitu jenis lahan yang
digunakan untuk budidaya ubi adalah lahan kering, luas lahan yang dimiliki oleh ibu
Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 15
Iis yaitu 2 Ha. Varietas ubi yang ditanam adaah varietas rancing (Cilembu). Benih
ubi didapatkan dari hasil stek. Lahan terletak di dataran medium yaitu sekitar 600
mdpl, suhu sekitar 28oC, dan curah hujan 200/400 mm per 6 bulan. Topografi
berbukit sehingga terdapat teras-teras. Tekstur tanah termasuk halus dan jenis tanah
berlempung. Sistem tanam yang dipakai adalah monokultur namun dilakukan rotasi
tanaman. Pada musim hujan lahan tersebut dilakukan penanaman padi dan pada
musim kemarau ditanami ubi (Padi satu kali tanam dan ubi dua sampai tiga kali
tanam). Lahan pertanaman ubi yang kami amati sebelah selatan, barat, dan utara
berbatasan dengan kebun ubi lain, dan sebelah timur berbatasan dengan rumah
warga.
Hama yang pernah menyerang pertanaman ubi diantaranya :
1. Ulat , menyerang bagian daun sehingga daun berlubang
2. Kumbang, menyerang bagian batang sehingga batang patah
3. Lanas, menyerang umbi sehingga umbi berlubang dan menyebabkan
perubahan rasa pada ubi
4. Kuuk, terdapat di dalam tanah
Selama bertanam ubi hanya sesekali saja hama menyerang, namun untuk
penyakit hampir tidak ditemukan. Penggunaan trap juga belum pernah
dilakukan.Pemakaian insektisida sangat jarang, hal itu dikarenakan penggunaanya
hanya jika muncul hama dan itu juga jika sudah ada di ambang ekonomi. Insektisida
yang digunakan adalah furadan dan curacron. Jenis insektisida tersebut sangat efektif
sehingga belum pernah diganti oleh insektisida lain.Pada lahan ubi ini tidak diberi
perlakuan mulsa. Hasil produksi biasanya 100 tumbak menghasilkan sebanyak 3 ton,
sehingga 1 ha menghasilkan ubi sebanyak 21 ton. Setelah panen tanaman ubi
dimanfaatkan untuk stek kembali dan untuk pupuk.
Pengendalian yang dilakukan pada lahan milik bu Iis hanya sekedarnya saja,
1. Benih yang digunakan adalah benih tidak bersertifikat dan merupakan hasil
stek dari tanaman ubi sebelumnya.
2. Benih hasil stek ubi tidak diberi perlakuan seed treatment
Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 16
3. Pengolahan tanah sebelum diolah dibiarkan bera selama sekitar 2 minggu,
sedangkan setelah diolah tanah dibiarkan selama 1 bulan
4. Pemupukan
Pupuk dasar yaitu pupuk kandang diberikan 1 minggu sebelum tanam
Pupuk susulan yaitu puupuk NPK, dan TSP
5. jarak tanam yaitu 25 x 25 cm
6. Sistem irigasi , menggunakan sumur sebagai sumber air dan disalurkan
melalui pipa
7. Ketersediaan air dalam setahun <6 bulan
8. Drainase baik
9. Sanitasi
Penanganan gulma : secara mekanik dan fisik, setiap 2 minggu sekali
Penanganan sisa tanaman : dipakai sebagai pupuk
Berikut ini tabel analisis usaha tani yang diperoleh
a Total hasil panen 42 ton
b Harga per kg / ton 3000-6000/kg
c Cara pemasaran hasil langsung
dPengankutan/ transportasi hasil
panenOleh tenaga angkut + mobil
e Biaya pembelian pupuk
Pupuk kandang : 280000
Pupuk NPK :-
Pupuk TSP :-
f Biaya pembelian pestisidaFuradan : 55.000
Curacron : 60.000
gBiaya tenaga kerja
HKP : 50.000 + makan
HKW : 35.000 + makan
h Sumber pendanaan Pribadi
Dalam hal kelembagaan menurut bu Iis, ada petugas penyuluh yang berkunjung
ke desa, namun intensitasnya sangat jarang. Biasanya penyuluh merokomendasikan
dosis pupuk yang digunakan, terkadang ada juga peneliti yang datang dari luar negri
Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 17
seperti dari Jepang dan Singapura. Menurut bu Iis di desa Cilembu terdapat 3
kelompok tani, dan beliau temasuk anggota dari salah satu kelompok tani tersebut.
Pertemuan kelompok tani hanya satu bulan sekali. Dalam pertemuan yang dilakukan
kadang-kadang diberi bibit ubi dan pupuk.
Bu Iis mengetahui dampak pestisida seperti hama akan menjadi resisten jika
pestisda terus digunakan dan tidak aman untuk lingkungan. Untuk pengendalian
seperti pestisida nabati maupun mol bu Iis belum mngetahuinya
3.2 Perbandingan Teknik Pengendalian
Di lapangan petani sudah menjalankan sebagian pengendalian yang termasuk
dalam prinsip PHPT, dimana petani telah melakukan pencegahan hama dan penyakit
secrara preventif dengan cara melakukan teknik budidaya yang baik seperti
melakukan rotasi tanaman untuk mencegah penyebaran hama dan penyakit,
mengatur jarak tanam tidak terlalu rapat, pemupukan berimbang, serta penyiangan.
Meskipun bibit stek tidak bersertifikat dan tidak dilakukan seed treatment ,vaietas
yang ditanam cukup tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
Untuk pengendalian secara represif petani sudah sangat paham tentang akibat
penggunaan insektisida ataupun pestisida berlebihan yang merusak lingkungan,
sehingga mereka hanya mengggunakan insektisida saat serangan hama sudah
mencapai tahap merugikan. Para petani juga masih belum mengenal pengendalian
secara biologi maupun pengendalian kimia menggunakan pestisida nabati.
Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hama yang ditemukan pada pertanaman ubi di desa Cilembu yaitu ulat,
kumbang, dan lanas. Sedangkan untuk penyakit hampir tidak ada yang terkena
serangan penyakit. Jika lanas tidak dapat dikendalikan maka bukan hanya menjadi
hama pada saat di lapangan bahkan bisa menjadi hama gudang yang sangat
merugikan. Teknik pengendalian yang diterapkan oleh petani sudah cukup baik
namun tidak semua komponen pengendalian terpadu dilaksanakan, petani juga sudah
menyadari bahwa tindakan pengendalian secara kimiawi adalah teknik pengendalian
terakhir jika hama sudah tidak dapat dikendalikan lagi dan menyebabkan kerugian
ekonomi.
Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 19
DAFTAR PUSTAKA
Balitkabi.2007. Mengendalikan Hama Boleng pada Ubi Jalar. Tersedia online pada
http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/wr256036.pdf
Dinas pertanian..2012 . Cilembu Tersedia online pada
http://diperta.jabarprov.go.id/assets/data/menu/CILEMBU.pdf
Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 20
LAMPIRAN
Gambar 1. Lahan ubi Gambar 2. Daun terkena hama
Gambar 3. Gulma dan semut pada Gambar 4. Agroekosistem di pertanaman ubi sekitar pertanaman ubi
Pengamatan PHPT pada Pertanaman Ubi di desa Cilembu 21