Upload
radinal
View
1.726
Download
14
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hasil kuliah kerja praktek...
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gempa bumi (earthquakes) adalah getaran tanah yang ditimbulkan oleh
lewatnya gelombang seismik yang dipancarkan oleh suatu sumber energi elastik yang
dilepaskan secara tiba-tiba. Gelombang yang dipancarkan mengakibatkan getaran
melalui batuan bumi. Gempa bumi telah dikenal dan ditakuti sejak zaman dulu.
Gempa bumi merupakan salah satu fenomena alam yang sangat merusak dan sering
kali lebih menakutkan dibandingkan dari letusan gunung berapi, karena guncangan
gempa bumi akibat patahan ini langsung pada tanah, yang sejak dulu kita anggap
stabil (Emmons, 1960).
Gempa bumi sendiri merupakan hal yang sangat tidak asing lagi di
masyarakat Aceh karena daerah Aceh berada pada lempeng Indo-Australia dan
lempeng Eurasia serta pada sirkum Mediteranian (Mulyatno, 2008). Selain itu juga
gempa daerah Aceh disebabkan oleh patahan sesar Sumatera yang terbentang dari
laut Andaman sampai Sumatera Selatan. Di masyarakat aceh, istilah gempa bumi
menjadi hal yang sangat menakutkan, terlebih setelah terjadinya gempa bumi dan
tsunami tanggal 24 Desember 2004 di Aceh silam dengan kekuatan mencapai M =
9,0 (Delfebriyadi, 2010) yang termasuk ke dalam tiga gempa bumi terbesar yang
terekam dalam sejarah. Gempa bumi yang mengakibatkan tsunami ini menelan
korban lebih dari 200 ribu jiwa (Rohadi, 2009). Sehingga masyarakat Aceh sangat
sensitif dengan gempa bumi, bahkan ada yang trauma akan gempa bumi.
Dalam pandangan sebagian masyarakat, gempa bumi terjadi hanya pada saat
dirasakan saja. Padahal gempa bumi selalu terjadi, hanya saja tidak dirasakan oleh
manusia. Lantas pertanyaannya, siapakah yang dapat merasakannya? Jawabannya
Gempa bumi selalu dipantau oleh alat yang bernama Seismograf. Alat ini berfungsi
untuk merekam kejadian gempa setiap hari dari gempa kecil hingga gempa besar.
Seismograf sendiri memiliki beberapa tipe berdasarkan jarak jangkauannya, ada yang
1
2
tipe Short period, Long Period , dan Broadband. Dan berdasarkan cara kerjanya
seismograf terbagi atas digital dan analog.
Dari konteks diatas, KKP ini akan terfokus kepada pengamatan dan analisa
dasar gempa yang direkam oleh Siesmograf SPS-3 analog (Short Period System 3
component) (Lampiran Gambar Halaman 32) setiap hari selama bulan Juli 2010.
1.2 Tujuan KKP
KKP ini bertujuan untuk mengamati dan melakukan analisa dasar gempa
yang direkam oleh Seismograf SPS-3 analog (Short Period System 3 Component)
selama bulan Juli 2010.
1.3 Manfaat KKP
Adapun manfaat yang diperoleh dari KKP ini adalah:
1. Diperoleh informasi gempa selama bulan Juli 2010.
2. Mengetahui cara membaca seismogram pada kertas pias.
3. Mengetahui dasar-dasar analisa gempa dari hasil rekaman seismograf SPS-3.
4. Memberikan pemahaman terhadap gempa bumi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profil Stasiun Geofisika Mata Ie
Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah beroperasi sejak tahun 1979.
Stasiun Geofisika Mata Ie beralamat di Jalan Raya Mata Ie Banda Aceh, kode pos
23352. Dengan koordinat 05° 29’ 47.8” LU dan 95° 17’ 45.8” BT.
Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh melaksanakan kegiatan:
1) Pengamatan Geofisika
2) Pengumpulan dan Penyebaran Data Geofisika
3) Pengolahan dan Analisa Data Geofisika
4) Pelayanan Jasa Geofisika
5) Pemeliharaan/ Perbaikan Peralatan
6) Melaksanakan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan Geofisika
Stasiun Geofisika Mata Ie merupakan salah satu instansi BMKG kelas III
yang melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsi berdasarkan struktur Organisasi yang
telah yang ditetapkan (Lampiran halaman 30).
Dalam mendukung kegiatannya, stasiun geofisika Mata Ie mengunakan
beberapa alat, diantaranya:
1. Seismograf SPS-3 Analog digunakan untuk pengamatan gempa bumi.
2. Seismograf SPS-3 Digital digunakan untuk pengamatan gempa bumi.
3. Ranet digunakan untuk peralatan komunikasi.
4. V-Sat digunakan untk peralatan komunikasi.
5. Radio SSB digunakan untuk peralatan komunikasi.
6. Jisnet digunakan untuk perekam gempa bumi.
7. Lightning Detector digunakan untuk pengamatan petir/kilat.
3
4
2.2 Gempa Bumi
Lempeng bumi selalu bergerak karena gaya dari dalam bumi. Gaya ini
menyebabkan bagian lempeng bumi terus berpindah, sehingga menekan bagian
lempeng yang lain. Untuk mengimbangi tekanan tersebut, bagian lempeng
merenggang, menekan dan menekuk seperti tarikan pelastik atau karet. Tetapi jika
gaya terlalu besar, lempeng tersebut akan patah. Patahan ini yang menghasilkan
gelombang seismik yang mengakibatkan getaran pada permukaan bumi. Getaran
inilah yang biasanya disebut gempa bumi (Emmons, 1960 dan Wilson, 1961).
2.2.1 Penyebab Gempa Bumi
Setiap peristiwa yang terjadi tentunya memiliki penyebeb sehingga terjadinya
peristiwa tersebut. Gempa bumi tidak hanya disebabkan oleh patahan lempeng bumi,
tetapi Emmons et.al. (1960) menyebutkan bahwa gempa bumi selain disebabkan oleh
patahan lempeng bumi, juga disebabkan oleh letusan gunung berapi, tumbukan
akibat ledakan bom, nuklir atau bahan peledak lain. Selain itu juga disebakan oleh
kendaraan yang melintas seperti truk, tank, dan kereta api, serta fenomena alam lain
seperti runtuhnya bebatuan pada jurang, air terjun, gua, tambang atau gesekan yang
bukan patahan permukaan bumi seperti longsor dan tabrakan kapal selam pada dasar
laut.
2.2.2 Pengukuran Kekuatan Gempa Bumi
Gempa bumi yang besar terkait dengan besarnya patah yang terjadi pada
fokus, yang menyebabkan pelepasan energi dalam bentuk gelombang seismik dan
mengakibatkan getaran pada permukaan tanah yang luas. Gelombang seismik ini
penting diketahui untuk tujuan rekayasa agar dapat dideskripsikan secara kuantitatif
ukuran gempa bumi (Wiegel, 1970). Wiegel menambahkan bahwa pada tahun 1935,
C. F. Richter dari Institut Teknologi California mendefinisikan kekuatan gempa
untuk guncangan dangkal sebagai
M=log10AA0
5
dimana M adalah magnitude/kekuatan gempa bumi, A adalah amplitudo/simpangan
maksimum yang terekam oleh seismograf Wood-Anderson pada jarak 100 km dari
pusat gempa, dan A0 adalah amplitudo 1000 mm.
Penggunaan skala magnitude gempa merupakan cara yang mudah untuk
mengklasifikasikan gempa berdasarkan ukuran. Namun, karena ketidak seragaman
kerak bumi, memiliki patahan yang berbeda, dll., membuat M bukan merupakan
ukuran yang tepat untuk ukuran sebuah gempa bumi.
Sesuai dengan pernyataan di atas, bahwa setiap daerah memiliki karakter
yang berbeda yang menyebabkan cara menghitung besar magnitude gempa di setiap
daerah berbeda. Di stasiun geofisika Mata Ie menggunakan rumus berikut untuk
menghitung magnitude gempa berdasarkan alat seismograf SPS-3, yaitu:
M=3,4062 log ∆ T +1,1354 log A−2,7512 (BMKG Mata Ie)
∆ T=T S−T P
Di mana: M = Magnitude/kekuatan gempa
T S= Waktu gel. Sekunder
T P= Waktu gel. Primer
A = Amplitudo/simpangan maksimum
Klasifikasi ukuran skala Richter dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Ukuran Skala Richter beserta efek yang diakibatkan
Ukuran Skala Richter
Keterangan
0,0 - 2,9 Tidak diberi label oleh manusia.3,0 - 3,9 Dirasakan oleh masyarakat di sekitar pusat gempa. Lampu
gantung mulai goyang.4,0 - 4,9 Terasa sekali getarannya. Jendela bergetar dan bergerak,
permukaan air beriak-riak, daun pintu terbuka-tutup sendiri.5,0 - 5,9 Sangat sulit untuk berdiri tegak. Porselin dan kaca pecah, dinding
yang lemah pecah, lepas dari batu bata, dan permukaan air di daratan terbentuk gelombang air.
6,0 - 6,9 Batu runtuh bersama-sama, runtuhnya bangunan bertingkat tinggi, rubuhnya bangunan lemah, retakan di dalam tanah.
7,0 - 7,9 Tanah longsor, jembatan roboh, bendungan rusak dan hancur. Beberapa bangunan tetap, keretakan besar di tanah, trek kereta
6
api bengkok. Terjadi kerusakan total di daerah gempa.8,0 - … Dapat menyebabkan kerusakan serius di beberapa daerah dalam
radius seratus kilometer dari wilayah gempa.Sumber wikipedia.com
2.2.3 Klasifikasi Intensitas Gempa Bumi
Selain kekuatan gempa bumi, juga intensitas gempa bumi juga perlu
diketahui. Intensitas gempa bumi merupakan ukuran kerusakan akibat gempa bumi
berdasarkan hasil pengamatan efek gempa bumi terhadap manusia, struktur
bangunan, dan lingkungan pada tempat tertentu. Besarnya intensitas di suatu tempat
tidak tergantung besarnya kekuatan (magnitude) gempa bumi saja, namun juga
tergantung dari besar jarak tempat tersebut ke sumber gempa bumi dan kondisi
geologi setempat. Emmons (1960) menyebutkan skala Mercalli (MMI=Modified
Marcalli Intensity) telah dimodifikasi oleh Wood dan Neumann tahun 1931, yang
biasanya skala ini digunakan di United State. Ringkasannya sebagai berikut:
I. Getaran tidak dirasakan, kecuali dalam keadaan hening oleh beberapa orang.
II. Getaran dirasakan beberapa orang.
III. Getaran dirasakan nyata dalam rumah, terasa getaran seakan-akan ada truk
lewat. Benda- benda yang bergantung bergoyang.
IV. Pada siang hari dirasakan oleh banyak orang dalam rumah, di luar oleh
beberapa orang sebagian terbangun, piring dan gelas berbunyi, jendela dan
pintu bergetar dan dinding berbunyi.
V. Getaran dirasakan oleh hampir semua orang, banyak orang terbangun. Jendela
kaca pecah, barang- barang di atas meja berjatuhan. Pohon- pohon, tiang- tiang
dan lain- lain barang besar tampak bergoyang.
VI. Getaran dirasakan oleh semua orang, kebanyakan terkejut dan lari keluar.
Plester dinding jatuh dan cerobong asap pabrik rusak. Kerusakan ringan.
VII. Hampir semua orang keluar rumah. kerusakan ringan pada rumah dan
bangunan dengan kontruksi yang baik, cerobong asap pecah dan retak- retak.
Goncangan terasa oleh orang yang naik kenderaan.
7
VIII. Kerusakan ringan pada bangunan yang kuat. Retak- retak pada bangunan yang
kuat. Dinding dapat lepas dari rangka rumah. Pabrik- pabrik dan monumen-
monumen roboh. Air menjadi keruh.
IX. Kerusakan pada bangunan yang kuat, rangka- rangka rumah menjadi tidak
lurus, banyak retak- retak pada bangunan kuat. Rumah tampak bergeser dari
pondamennya. Pipa-pipa dalam tanah putus.
X. Bangunan dari kayu yang kuat rusak, rangka- rangka rumah lepas dari
pondamennya, tanah terbelah, rel melengkung. Tanah longsor di sekitar sungai
dan di tanah- tanah yang curam, air bah.
XI. Bangunan- bangunan hanya sedikit yang tetap berdiri. Jembatan rusak, terjadi
lembah. Pipa dalam tanah tidak dapat di pakai sama sekali, tanah terbelah, rel
melengkung sekali.
XII. Hancur sama sekali. Gelombang tampak pada permukaan tanah. Pemandangan
manjadi gelap. Benda- benda terlampar ke udara.
2.2.4 Efek Yang Diakibatkan Oleh Gempa Bumi
Gempa bumi yang besar menyebabkan bencana, tidak hanya karena
kerusakan langsung dari pergerakan tanah dan patahan tetapi karena kerusakan tidak
langsung yang dibuat oleh gerakan gempa. Lebow (1995) menyebutkan bahwa ada
beberapa efek yang disebabkan oleh gempa bumi yaitu:
1. Ground motion; dihasilkan dari gelombang seismik terutama perpindahan lambat
gelombang permukaan (surface wave) melalui lapisan permukaan batuan dan
lapisan tanah. Kadang-kadang gerakan ini terlihat seperti gelombang yang
berombak-ombak, yang membuat seperti mabuk laut. Goncangan ini
menyebabkan bangunan hilang keseimbangan, jembatan runtuh, dan
menyebabkan orang-orang terluka akibat puing-puing reruntuhan.
2. Ketika permukaan tanah patah, banyak bangunan yang ikut patah seperti pagar,
rumah, jalan, atau saluran pipa juga ikut rusak.
3. Efek yang tidak langsung sering lebih parah dari pada goncangan. Seperti
kebakaran yang disebabkan oleh putusnya saluran gas dan kabel listrik.
4. Goncangan megakibatkan longsor dan perpindahan massa lain secara cepat.
8
5. Goncangan secara tiba-tiba yang mengganggu endapan jenuh pada air, dan tanah
akan berubah dari padat menjadi lembek.
6. Gelombang seismik laut atau yang lebih dikenal dengan istilah tsunami terjadi
setelah perpindahan hebat pada dasar laut setelah gempa bumi besar, longsong,
dan letusan gunung berapi.
2.3 Seismograf
Seismograf adalah sebuah perangkat yang mengukur dan mencatat gempa
bumi. Pada prinsipnya, seismograf terdiri dari gantungan pemberat dan ujung lancip
seperti pensil. Dengan begitu, dapat diketahui kekuatan dan arah gempa lewat
gambaran gerakan bumi yang dicatat dalam bentuk seismogram (wikipedia.com).
2.3.1 Sejarah Seismograf
Pada zaman Dinasti Han Timur Tiongkok, sering terjadi gempa bumi di
ibukota Luoyang dan daerah sekitarnya. Menurut catatan buku sejarah, selama 50
tahun dari tahun 89 hingga 140, pernah terjadi 30 kali gempa bumi di daerah
tersebut. Kemudian seorang ilmuwan bernama Zhang Heng melakukan penelitian
bidang gempa bumi tersebut. Akhirnya pada tahun 132, Zhang Heng berhasil
membuat alat pertama yang dapat meramalkan gempa bumi di Tiongkok bahkan di
seluruh dunia, dan dinamakan “ Seismograf”.
Seismograf itu dibuat dari perunggu berbentuk seperti guci yang di tengahnya
terdapat batangan tembaga dan di luarnya terdapat 8 ekor naga yang di kepalanya
tersambung pada 8 batang tembaga tipis yang menghadap ke arah-arah timur, selatan,
barat, utara, timur laut, tenggara, barat laut dan barat daya.
Di dalam mulut setiap naga terdapat bola tembaga yang kecil, di bawah
kepala setiap naga mendekam seekor katak tembaga, mereka semua membuka mulut
besar-besar, yang sewaktu-waktu dapat menyambut bola tembaga kecil yang
dilontarkan dari mulut naga.
Seandainya terjadi gempa bumi, maka batang tembaga Seismograf itu akan
condong ke arah asal gempa bumi tersebut, kemudian menggerakkan kepala naga
dan naga yang berada di arah itu akan membuka lebar mulutnya, maka bola tembaga
9
kecil itu akan keluar dari mulut naga tersebut dan jatuh ke dalam mulut katak yang
justru mendekam di bawahnya. Dengan demikian, akan diketahui di mana terjadinya
gempa bumi.
Gambar 2.1 Seismograf Zhang Heng
Beberapa abad kemudian pada tahun 1855, Luigi Palmieri dari Italia
merancang sebuah Seismometer merkuri. Seismometer buatan Palmieri ini memiliki
tabung berbentuk U diisi dengan merkuri dan disusun di sepanjang titik-titik kompas.
Gambar 2.2 Seismometer Luigi Palmieri
Kemudian pada tahun 1880, John Milne seorang ahli seismologi dan geologi
berkebangsaan Inggris menemukan seismograf modern pertama. Alat ini merupakan
sebuah seismograf pendulum horizontal sederhana, sebuah mesin yang mencatat
getaran yang terjadi dengan gerakan tiba-tiba di sepanjang garis patahan bumi. Dia
juga yang pertama kali mempromosikan pembangunan stasiun seismologi.
10
Gambar 2.3 Seismograf John Milne
Setelah Perang Dunia II, seismograf pendulum horizontal itu dikembangkan
lagi menjadi Press-Ewing seismograf. Alat ini dikembangkan di Amerika Serikat dan
digunakan untuk merekam periode panjang gelombang. Seismograf ini kemudian
digunakan secara meluas di seluruh dunia hingga saat ini
(www.engineeringtown.com).
2.3.2 Jenis-Jenis Siesmograf
Seismograf memiliki dua jenis berdasarkan cara kerjanya yaitu seismograf
analog dan seismograf digital. Sedangkan berdasarkan frekuensi dapat dibagi ke
dalam tiga jenis, yaitu Seismograf Short Period, Seismograf Long Period dan
Seismograf Broadband. Masing-masing memiliki frekuensi 0,1-100Hz ; 0,03-
0,05Hz ; 0,01-50Hz.
2.3.3 Prinsip Kerja Seismograf SPS-3
Seismograf SPS-3 menggunakan elektromagnetik seismographer untuk
memindahkan volatilitas sistem kawat tarik ke suatu daerah magnetis. Peristiwa-
peristiwa yang menimbulkan getaran kemudian dideteksi melalui Accelerasi Pen.
Time System
Sensor
Amplifier/ Pengkondisi Signal
N-S
E-W
Z
Recorder
11
Gambar 2.4 Prinsip Kerja Seismograf SPS-3 Analog
2.3.3 Analisa Gempa Berdasarkan Seismograf SPS-3
Dasar-dasar analisa gempa berdasarkan seismograf SPS-3 dilakukan dengan
menentukan beberapa variabel seperti waktu primer, waktu sekunder, amplitudo
maksimum dan panjang gelombang. Dari variabel-variabel inilah kemudian dianalisa
berdasarkan rumus magnitude lokal dari BMKG Mata Ie sehingga didapatkan besar
kekuatan gempa. Analisa lain yang dilakukan berdasarkan variable di atas seperti
jarak episenter gempa ke stasiun dan waktu awal (Origin Time) terjadinya gempa di
fokus (Ibrahim dan Subardjo, 2005).
12
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan Tempat
KKP dilaksanakan di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Stasiun
Geofisika Kelas III Banda Aceh, Balai Besar Wilayah I Medan dari tanggal 28 Juni –
02 Agustus 2010.
3.2 Alat dan Bahan
Dalam mendukung proses KKP digunakan alat dan bahan seperti Seismograf
SPS-3, Kertas Pias, Meja Tempat Analisa, Pulpen, Tabel Sheet Pengukuran, Kaca
Pembesar, Penggaris, Kalkulator.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Pemasangan Kertas Pias
Kertas pias digunakan untuk merekam hasil pencatatan gempa oleh
seismograf. Pemasangan kertas pias dilakukan tiap hari pada pukul 07.00 wib
yang bertepatan dengan pukul 00.00 GMT. Pemasangan kertas pias meliputi
komponen Z (vertikal), N-S (north-south), dan E-W (east-west). Gambar
pemasangan kertas pias dapat dilihat pada lampiran gambar halaman 35.
3.3.2 Penggantian Kertas Pias
Penggantian kertas pias (Lampiran Gambar Halaman 34) dilakukan
juga tiap hari pada pukul 07.00 wib yang bertepatan dengan pukul 00.00
GMT. Penggantian kertas pias setiap hari dikarenakan pada alat seismograf
telah diatur satu lembar kertas pias merekam untuk satu hari kecuali
komponen Z. Komponen ini diganti setiap pukul 19.00 dan 07.00 wib atau
pukul 12.00 dan 00.00 GMT. Ini dikarenakan komponen vertikal merupakan
komponen yang penting dalam pembacaaan gelombang primer sehingga skala
harus diperbesar agar mudah pada saat pembacaan gelombang.
12
13
3.3.3 Kalibrasi Seismograf
Sama halnya dengan alat ukur lainnya, seismograf juga perlu
dikalibrasi. Kalibrasi seismograf dilakukan setiap pemasangan dan
penggantian kertas pias. Masing-masing komponen Z, E-W, dan N-S harus
dikalibrasi setelah dipasang kertas pias. Tujuannya untuk menstandarkan
seismograf dan juga berfungsi untuk pengecekan seismograf.
3.3.4 Analisa Gempa
Analisa gempa dilakukan setelah penggantian kertas pias. Hasil
rekaman seismograf yang berupa seismogram kemudian dianalisa setiap
gempa yang terjadi selama satu hari.
3.3.4.1 Penentuan Gelombang Primer
Gelombang primer ditentukan pada titik dimana awal tejadinya
perubahan fase pada seismogram. Gelombang primer ditentukan dari
komponen vertikal (Z).
Gambar 3.1 Penentuan Letak Gelombang Primer
3.3.4.2 Penentuan Gelombang Sekunder
Gelombang sekunder ditentukan pada titik dimana awal tejadinya
perubahan fase gelombang setelah terjadinya gelombang primer. Gelombang
14
sekunder ditentukan dari komponen horizontal. Boleh dari komponen E-W
atau juga dari komponen N-S.
Gambar 3.2 Penentuan Letak Gelombang Sekunder
3.3.4.3 Penentuan Amplitudo Maksimum
Amplitudo ditentukan dari simpangan terbesar pada seismogram.
Gambar 3.3 Penentuan Amplitudo Maksimum Gelombang
3.3.4.4 Penentuan Panjang Gelombang
Panjang gelombang ditentukan dari awal datangnya gelombang yaitu
pada gelombang primer, sampai akhir gelombang sekunder yaitu ditandai
dengan perubahan fase gelombang.
15
Gambar 3.4 Penentuan Panjang Gelombang
3.3.4.5 Penentuan Magnutude/Kekuatan Gempa
Magnitude/kekuatan gempa dihitung menggunakan rumus yang telah
ditentukan oleh stasiun BMKG yaitu:
M=3,4062 log ∆ T +1,1354 log A−2,7512 (BMKG Mata Ie).
Rumus ini digunakan karena setiap stasiun memiliki rumus yang berbeda
yang dipengaruhi oleh karakteristik daerah tersebut.
3.3.4.6 Penentuan Jarak Episenter ke Stasiun
Jarak Episenter ke stasiun dihitung berdasarkan konstanta omori.
Dengan rumus sebagai berikut:
∆=8 ×T SP (BMKG Mata Ie).
∆ = Jarak Episenter ke Stasiun (km)
8 = Konstanta Omori
T SP = Waktu Sekunder – Waktu Primer
3.3.4.7 Penentuan Origin Time
Origin Time dianalisa menggunakan rumus sebagai berikut:
OT =T P−T SP
0,75 (BMKG Mata Ie).
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Data-data yang diperoleh merupakan hasil pengamatan selama bulan Juli
2010. Selama satu bulan dilakukan KKP jumlah gempa diperoleh sebanyak 139 kali.
Jumlah setiap harinya tidak konstan, dan jumlah ini tidak dapat diprediksi.
4.1.1 Pengumpulan Data Gempa
Setiap hari stasiun melakukan pengumpulan data gempa pukul 07.00 wib
yang bertepatan dengan pukul 00.00 GMT. Data gempa yang diperoleh berupa
seismogram yang tercatat pada kertas pias. Seismogram selanjutnya ditentukan
waktu primer dan waktu sekunder. Selain itu juga ditentukan amplitudo serta panjang
gelombang. Data gempa selama bulan Juli 2010 selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran tabel halaman 45.
4.2 Analisa Kekuatan Gempa
Setelah data-data tersebut di atas diperoleh, selanjutnya dilakukan
perhitungan kekuatan gempa sesuai rumus yang telah dipaparkan pada metode kerja
(Halaman 15). Tidak semua gempa dapat dihitung kekuatannya, karena ada beberapa
variabel yang kadang-kadang tidak bisa kita tentukan seperti waktu sekunder,
amplitudo maksimum dan panjang gelombang. Penentuan ini tidak dapat dilakukan
karena kurang jelasnya seismogram yang tercatat pada kertas pias. Hal ini
menyebabkan sulitnya untuk menentukan posisi awal atau terakhir terjadinya
perubahan fase gelombang pada seismogram.
Penentuan waktu primer harus pada komponen vertikal (Z), sedangkan waktu
sekunder dapat ditentukan dari komponen horizontal, baik E-W maupun N-S. Hal
tersebut di atas dikarenakan gelombang primer merupakan gelombang longitudinal
yang merambat lebih cepat dari gelombang transversal. Gelombang transversal inilah
16
17
yang menjadi waktu sekunder. Selanjutnya amplitudo maksimum (Amax) diperoleh
dari simpangan gelombang yang terbesar.
Selanjutnya gempa dianalisa kekuatannya berdasarkan rumus:
M=3,4062 log ∆ T +1,1354 log A−2,7512 (BMKG Mata Ie).
Berikut beberapa contoh analisa gempa yang menggunakan rumus di atas:
1. Analisa Kekuatan Gempa Tanggal 1 Juli 2010
Tabel 4.1 Analisa Kekuatan Gempa Tanggal 1 Juli 2010
Tanggal
P S Amax S-PPanjang
Gelombang1 10:21:17.0 10:22:07.0 107.0 50.0 216.0
M=3,4062 log ∆ T +1,1354 log A−2,7512
M=3,4062 log 50,0+1,1354 log107,0−2,7512
M=(3,4062 ×1,69897 )+(1,1354 × 2,02938)−2,7512
M=5,787032+2,3042−2,7512
M=5,3
2. Analisa Kekuatan Gempa Tanggal 10 Juli 2010
Tabel 4.2 Analisa Kekuatan Gempa Tanggal 10 Juli 2010
Tanggal
P S Amax S-PPanjang
Gelombang10 17:58:23.0 17:59:04.0 124.0 51.0 151.0
M=3,4062 log ∆ T +1,1354 log A−2,7512
M=3,4062 log 51,0+1,1354 log124,0−2,7512
M=(3,4062 ×1,70757 )+(1,1354 × 2,09342)−2,7512
M=5,81633+2,3769−2,7512
M=5,4
3. Analisa Kekuatan Gempa Tanggal 13 Juli 2010
18
Tabel 4.3 Analisa Kekuatan Gempa Tanggal 13 Juli 2010
Tanggal
P S Amax S-PPanjang
Gelombang13 23:53:50.0 23:54:39.0 9.0 49.0 82.0
M=3,4062 log ∆ T +1,1354 log A−2,7512
M=3,4062 log 49,0+1,1354 log 9,0−2,7512
M=(3,4062 ×1,69020 )+(1,1354 × 0,95424)−2,7512
M=5,75715+1,08345−2,7512
M=4,1
4. Analisa Kekuatan Gempa Tanggal 18 Juli 2010
Tabel 4.4 Analisa Kekuatan Gempa Tanggal 18 Juli 2010
Tanggal
P S Amax S-PPanjang
Gelombang18 00:55:29,0 00:56:13,0 27.0 44.0 96.0
M=3,4062 log ∆ T +1,1354 log A−2,7512
M=3,4062 log 44,0+1,1354 log 27,0−2,7512
M=(3,4062 ×1,64345 )+(1,1354 ×1,43136)−2,7512
M=5,59793+1,62517−2,7512
M=4,5
5. Analisa Kekuatan Gempa Tanggal 24 Juli 2010
Tabel 4.5 Analisa Kekuatan Gempa Tanggal 24 Juli 2010
Tanggal
P S Amax S-PPanjang
Gelombang24 02:11:17.0 02:12:24.0 109.0 67.0 490.0
M=3,4062 log ∆ T +1,1354 log A−2,7512
M=3,4062 log 67,0+1,1354 log109,0−2,7512
M=(3,4062 ×1,82607 )+(1,1354 × 2,03743)−2,7512
M=6,219976+2,3133−2,7512
M=5,8
19
Kekuatan gempa yang telah dianalisa selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran tabel halaman 45.
4.3 Analisa Jarak Episenter Gempa Ke Stasiun
Data lain yang dianalisa adalah jarak episenter gempa ke stasiun Mata Ie.
Jarak ini dihitung bedasarkan konstanta omori dengan rumus sebagai berikut:
∆=8 ×T SP (BMKG Mata Ie).
Berikut beberapa contoh perhitungan jarak episenter gempa ke stasiun:
1. Jarak Episenter Gempa ke Stasiun Tanggal 1 Juli 2010
Tabel 4.6 Jarak Episenter Gempa ke Stasiun Tanggal 1 Juli 2010
Tanggal P S S-P
110:21:17
.010:22:07
.0 50
∆=8 ×T SP
∆=8 ×50
∆=400 km
2. Jarak Episenter Gempa ke Stasiun Tanggal 10 Juli 2010
Tabel 4.7 Jarak Episenter Gempa ke Stasiun Tanggal 10 Juli 2010
Tanggal
P S S-P
1017:58:23
.017:59:04
.051
∆=8 ×T SP
∆=8 ×51
∆=408 km
20
3. Jarak Episenter Gempa ke Stasiun Tanggal 13 Juli 2010
Tabel 4.8 Jarak Episenter Gempa ke Stasiun Tanggal 13 Juli 2010
Tanggal
P S S-P
13 23:53:50.0 23:54:39.0 49.0
∆=8 ×T SP
∆=8 × 49,0
∆=392 km
4. Jarak Episenter Gempa ke Stasiun Tanggal 18 Juli 2010
Tabel 4.9 Jarak Episenter Gempa ke Stasiun Tanggal 18 Juli 2010
Tanggal
P S S-P
18 00:55:29.0 00:56:13.0 44.0
∆=8 ×T SP
∆=8 × 44,0
∆=352 km
5. Jarak Episenter Gempa ke Stasiun Tanggal 24 Juli 2010
Tabel 4.10 Jarak Episenter Gempa ke Stasiun Tanggal 24 Juli 2010
Tanggal
P S S-P
2402:11:17
.002:12:24
.0 67
∆=8 ×T SP
∆=8 × 67
∆=536 km
Data jarak episenter gempa ke stasiun selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran tabel halaman 45.
21
4.4 Analisa Origin Time Gempa
Origin Time (OT) merupakan waktu awal terjadinya gempa pada fokus.
Origin Time dianalisa menggunakan rumus:
OT =T P−T SP
0,75 (BMKG Mata Ie).
Berikut beberapa contoh perhitungan Origin Time gempa:
1. Origin Time Gempa Tanggal 1 Juli 2010
Tabel 4.11 Origin Time Gempa Tanggal 1 Juli 2010
Tanggal
P S S-P
1 10:21:17.0 10:22:07.0 50.0
OT =T P−T SP
0,75
OT =10:21 :17.0−50,00,75
OT =10:21 :17.0−66,7
OT =10:20 :10.3
2. Origin Time Gempa Tanggal 10 Juli 2010
Tabel 4.12 Origin Time Gempa Tanggal 10 Juli 2010
Tanggal
P S S-P
1017:58:23.0
17:59:04.0 51.0
OT =T P−T SP
0.75
OT =17 :58:23.0− 510,75
OT =17 :58:23.0−68,0
22
OT =17 :57 :15.0
3. Origin Time Gempa Tanggal 13 Juli 2010
Tabel 4.13 Origin Time Gempa Tanggal 13 Juli 2010
Tanggal
P S S-P
13 23:53:50.0 23:54:39.0 49.0
OT =T P−T SP
0.75
OT =23:53 :50.0−49,00,75
OT =23:53 :50.0−65,3
OT =23:52 : 44.7
4. Origin Time Gempa Tanggal 18 Juli 2010
Tabel 4.14 Origin Time Gempa Tanggal 18 Juli 2010
Tanggal
P S S-P
18 00:55:29.0 00:56:13.0 44.0
OT =T P−T SP
0.75
OT =00 :55: 29.0−44,00,75
OT =00 :55: 29.0−58,7
OT =00 :54 :30.3
5. Origin Time Gempa Tanggal 24 Juli 2010
Tabel 4.15 Origin Time Gempa Tanggal 24 Juli 2010
Tanggal
P S S-P
23
2402:11:17.0
02:12:24.0 67.0
OT =T P−T SP
0.75
OT =02:11:17.0−67,00,75
OT =02:11:17.0−89,3
OT =02: 09: 47.4
Data Origin Time gempa selengkapnya dapat dilihat pada lampiran tabel
halaman 45.
4.5 Klasifikasi Gempa Berdasarkan Tipe Gempa
Gempa dikelompokkan ke dalam dua tipe, yaitu: tele seismic (gempa jauh)
dan local seismic (gempa lokal). Gempa yang tercatat oleh seismograf umumnya
merupakan gempa lokal, hanya beberapa gempa yang merupakan gempa tele.
Gelombang gempa tele umumnya memiliki durasi yang panjang dan kebanyakkan
gelombang sekundernya susah ditentukan.
Data klasifikasi gempa berdasarkan tipe gempa selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran tabel halaman 45.
Berikut grafik jumlah gempa berdasarkan tipe gempa yang tercatat selama
bulan Juli 2010:
24
Lokal Tele
123
16
Grafik Jumlah Gempa Berdasarkan Tipe Gempa
Jumlah
Gambar 4.1 Grafik Jumlah Gempa Berdasarkan Tipe Gempa
4.6 Klasifikasi Gempa Berdasarkan Magnitude/Kekuatan Gempa
Dari hasil analisa gempa di atas dapat diklasifikasikan berdasarkan
kekuatannya. Klasifikasi kekuatan gempa ini berdasarkan ukuran skala Richter,
yaitu:
Tabel 4.16 Klasifikasi Gempa Berdasarkan Ukuran Skala Richter
Ukuran Skala Richter
Jumlah Gempa
0,0 - 2,9 59
3,0 - 3,9 30
4,0 - 4,9 26
5,0 - 5,9 6
6,0 - 6,9 0
7,0 - 7,9 0
8,0 - … 0
? 18
25
Berikut grafik jumlah gempa berdasarkan ukuran skala Richter:
0,0 - 2,9 3,0 - 3,9 4,0 - 4,9 5,0 - 5,9 6,0 - 6,9 7,0 - 7,9 8,0 - … ?
59
3026
60 0 0
18
Grafik Jumlah Gempa berdasarkan Skala RichterJumlah Gempa
Gambar 4.2 Grafik Jumlah Gempa Berdasarkan Skala Richter
4.7 Klasifikasi Gempa Berdasarkan Jarak Episenter ke Stasiun
Jarak episenter gempa berdasarkan konstanta Omori dipengaruhi oleh selang
waktu antara waktu primer dan waktu sekunder. Dari data di atas jumlah gempa
dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 4.17 Jarak Episenter ke Stasiun
Jarak Episenter ke Stasiun (km)
Jumlah Gempa
1-99 39100-199 34200-299 11300-399 24400-499 10
>500 4? 17
26
Berikut grafik jumlah gempa berdasarkan jarak episenter gempa:
1-99 100-199 200-299 300-399 400-499 >500 ?
39
34
11
24
10
4
17
Grafik Jumlah Gempa Bedasarkan Jarak Episenter ke Stasiun
Jumlah Gempa
Gambar 4.3 Grafik Jumlah Gempa Berdasarkan Jarak Episenter ke Stasiun
4.8 Pembahasan
Dari hasil pengamatan selama bulan Juli 2010 gempa yang terekam oleh
seismograf sebanyak 139 kali. Dari jumlah tersebut, tidak semua gempa dapat
dihitung kekuatannya. Hal ini disebabkan karena susahnya pembacaan
seismogramnya, baik waktu perimer, waktu sekunder ataupun amplitudo gelombang.
Umumnya yang susah dibaca adalah waktu sekundernya karena sangat rapatnya
gelombang yang dicatat oleh seismograf sehingga sangat sulit ditentukan perubahan
fase gelombangnya.
Jumlah gempa yang dapat dihitung kekuatannya sebanyak 121 kali,
sedangkan yang tidak dapat ditentukan kekuatannya sebanyak 18 kali. Dua gempa
lokal tidak bisa dihitung kekuatannya, karena gelombang sekundernya tidak bisa
ditentukan. Hampir semua gempa yang tidak dapat ditentukan kekuatannya
merupakan gempa yang tidak dapat ditentukan waktu sekundernya karena terlalu
27
kecil dan rapatnya fase gelombang. Dari analisa gempa yang telah dilakukan, gempa
terbesar yang terekam oleh seismograf pada tanggal 24 Juli 2010 pukul 02:11:17.0
dengan kekuatan 5,8. Secara magnitude gempa tersebut memang tergolong besar,
tetapi jarak episenter gempa ini ke stasiun juga jauh mencapai 536 km. Gempa ini
masih termasuk ke dalam gempa lokal. Secara umum, gempa yang terekam oleh
seismograf selama bulan Juli 2010 merupakan gempa lokal yang berkekuatan rendah
sehingga tidak dirasakan oleh manusia.
Ditinjau dari jenis gelombang yaitu tele seismic (gempa jauh) dan local
seismic (gempa lokal), menunjukkan perbandingan yang signifikan dengan
perbandingan 123 kali gempa lokal dan 16 kali gempa tele. Hal ini karena seismograf
yang digunakan berjenis Short Period yang khusus merekam gempa-gempa lokal
walaupun ada beberapa gempa tele yang tercatat tetapi tidak bisa ditentukan
magnitudenya
Bedasarkan kekuatannya, gempa yang terekam oleh seismograf selama bulan
Juli 2010 yang dapat dihitung hanya 121 gempa. Menurut ukuran skala Richter,
gempa yang dominan merupakan gempa kecil dengan kekuatan 0-2,9 berjumlah 59
gempa yang mencapai 49% dari total gempa yang dapat dihitung. Hal ini
menunjukkan bahwa energi aktivitas lempeng tidak terlalu besar pada bulan juli ini.
Dari analisa jarak episenter ke stasiun diperoleh hasil bahwa hingga 60%
gempa yang tercatat berjarak 1-199 km dari stasiun yang didominasi oleh gempa-
gempa kecil yang berkekuatan kurang dari 4 SR. Sehingga gempa tidak terasa
walaupun jaraknya tergolong dekat.
28
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dan analisa gempa yang dilakukan saat KKP selama
bulan Juli 2010, dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:
1. Selama bulan Juli 2010, jumlah gempa yang terekam oleh seismograf sebanyak
139 kali.
2. Tidak semua gempa dapat dianalisa, baik itu kekuatannya, jaraknya maupun
waktu awal gempa pada fokus. Hal ini disebabkan susahnya membaca
seismogram yang tercatat pada kertas pias.
29
3. Selama bulan Juli 2010 tercatat 121 kali gempa yang dapat dihitung
kekuatannya. Sedangkan 18 kali gempa tidak bisa dihitung kekuatannya, karena
tidak bisa ditentukan gelombang sekundernya.
4. Selama bulan Juli 2010 gempa terbesar yang terekam oleh seismograf pada
tanggal 24 pukul 02:11:17.0 dengan kekuatan 5,8 dan jarak episenter 536 km.
Walaupun kekuatannya relatif besar, gempa ini tidak terasa karena episenternya
jauh.
5. Berdasarkan jenis gempa, selama bulan Juli 2010 tercatat sebanyak 123 kali
gempa lokal dan 16 kali gempa tele.
6. Gempa yang terekam selama bulan Juli 2010 sebagian besar merupakan gempa
kecil dengan kekuatan dibawah 4 SR yang tidak terasa oleh manusia dengan
jarak episenter 1-199 km dari stasiun.
5.2 Saran
Diharapkan ke depannya dapat terjalin kerja sama antara Jurusan Ilmu
Kelautan dan Stasiun Geofisika Mata Ie, sehingga memudahkan mahasiswa
memperoleh data atau informasi gempa bumi untuk keperluan praktek maupun bahan
untuk keperluan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Delfebriyadi, 2010 Respons Spektrum Wilayah Kota Padang Untuk Perencanaan Bangunan Gedung Tahan Gempa. TeknikA. Thn.XVII Vol.1 No.33.
Emmons, W.H, Ira S. Alison, Clinton R. Stauffer, and George A. Thiel. 1960. Geology: Principles and Processes. McGraw-Hill Book Company, Inc. New York.
Feather, Ralphand Susan Leach Snyder. 1997. Earth Science. Glencoe/McGraw-Hill. New York.
Ibrahin, G dan Subardjo. 2005. Seismologi. BMG.
28
30
Lebow, Ruth Y. 1995. Study Guide for Introductory Geology: Earth Revealed. Kendall/Hunt Publishing. New York.
Mulyatno, Bagus Sapto. 2008. Penentuan Magnitudo Dan Distribusi Kedalaman Gempa bumi Daerah Lampung Untuk Perencanaan Tata Ruang Kota. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008.
Rohadi, Supriyanto. 2009. Studi Seismotektonik Sebagai Indikator Potensi Gempa Bumi di Wilayah Indonesia. Jurnal Meteorologi dan Geofisika. Vol 10 No. 2: 108-117.
Wilson, J.Tuzo. 1961. Physic and Geology. Alfred A. Knopf, Inc. New York.
http://id.wikipedia.org/wiki/Seismometer
http://www.engineeringtown.com
29