18
PENGAKHIRAN KEHAMILAN Metode yang sering digunakan untuk mengakhiri suatu persalinan secara umum dibagi menjadi tiga metode, yaitu kelahiran per vaginam normal, kelahiran pervaginam operatif, dan kelahiran per abdominal (seksio caesar). a. Persalinan normal Suatu persalinan dapat dikatakan normal apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Persalinan dimulai spontan 2) Berisiko rendah pada awal & selama kehamilan 3) Bayi lahir spontan dgn letak belakang kepala 4) Usia kehamilan 37 – 42 mg 5) Setelah persalinan ibu dan bayi dalam keadaan baik b. Persalinan per vaginam operatif 1) Indikasi a) Ibu 1. Obstetrik : a. Eklampsi/Preeklampsi b. Lingkaran Retraksi Patologis c. Perdarahan hebat d. Oedema jalan lahir e. Infeksi intrauterin f. Ibu kelelahan 2. Non obstetrik : a. Penyakit jantung dan paru

PENGAKHIRAN KEHAMILAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGAKHIRAN KEHAMILAN

PENGAKHIRAN KEHAMILAN

Metode yang sering digunakan untuk mengakhiri suatu persalinan secara umum dibagi menjadi

tiga metode, yaitu kelahiran per vaginam normal, kelahiran pervaginam operatif, dan kelahiran

per abdominal (seksio caesar).

a. Persalinan normal

Suatu persalinan dapat dikatakan normal apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) Persalinan dimulai spontan

2) Berisiko rendah pada awal & selama kehamilan

3) Bayi lahir spontan dgn letak belakang kepala

4) Usia kehamilan 37 – 42 mg

5) Setelah persalinan ibu dan bayi dalam keadaan baik

b. Persalinan per vaginam operatif

1) Indikasi

a) Ibu

1. Obstetrik :

a. Eklampsi/Preeklampsi

b. Lingkaran Retraksi Patologis

c. Perdarahan hebat

d. Oedema jalan lahir

e. Infeksi intrauterin

f. Ibu kelelahan

2. Non obstetrik :

a. Penyakit jantung dan paru

b. Infeksi intrapartum

b) Anak

1. Bunyi jantung anak jelek

2. Tali pusat menumbung

3. Keluarnya mekoneum pada letak kepala

4. Keluarnya mekoneum pada letak sungsang dengan bokong masih tinggi

c) Profilaksis

Page 2: PENGAKHIRAN KEHAMILAN

1. Panggul sempit :

a. Panggul sempit absolut

b. Panggul sempit relatif ( kegagalan partus percobaan)

2. Partus lama :

a. Tidak ada kemajuan dalam pembukaan

b. Tidak ada kemajuan dalam pengeluaran :

i. Kepala belum sampai H III : 2 jam setelah pembukaan lengkap

ii. Anak belum lahir 2 jam setelah dipimpin mengejan

iii. Letak sungsang belum lahir dalam 2 jam setelah pembukaan lengkap

disebut juga

2) Kriteria

a) Ibu :

1. Analgesia yang adekuat

2. Persetujuan lisan dan atau tulisan

3. Posisi litotomi

4. Kandung kemih dikosongkan

5. Pelvimetri klinis yang adekuat

b) Janin :

1. Presentasi vertex

2. Masuk ke panggil secara vertex (yaitu diameter biparietal kepal janin telah

melewati pintu atas panggul)

3. Stase (yaitu titik tulang pemandu kepala janin relatif terhadap spina ischiadica ≥

+2/+5 cm)

4. Posisi, sikap kepala janin serta keberadaan kaput atau molase diketahui

c) Uteroplasenta

1. Serviks telah sepenuhnya membuka

2. Ketuban pecah

3. Tidak terjadi plasenta previa

d) Kriteria lain :

Page 3: PENGAKHIRAN KEHAMILAN

1. Operator yang berpengalaman

2. Kemampuan untuk melakukan kelahiran caesar darurat jika diperlukan

3) Jenis :

a) Anak hidup

1. Ekstraksi Forceps

a. Syarat :

a.1. Pembukaan lengkap

a.2. Ketuban pecah

a.3. Ukuran terbesar kepala sudah melewati pintu atas panggul

a.4. Kepala harus dapat dipegang oleh forceps

a.5. Anak hidup

a.6. Panggul tidak boleh sempit

b. Komplikasi :

b.1. Ibu :

1) Luka/Robekan :

i. Robekan pada cervix, dinding vagina dan perineum

ii. Kerusakan panggul : Symphysiolisis, fraktur os coccygis

iii. Kerusakan pd syaraf : n.Peroneus

2) Perdarahan

i. Atonia uteri

ii. Anak lahir terlalu cepat

iii. Kelemahan his (indikasi Forceps)

3) Infeksi

b.2. Anak :

1) Luka :

i. Luka, oedem, atau hematom

ii. Tekanan pada N.Facialis, plexus cervicalis

2) Kerusakan dalam oleh tekanan forceps

i. Perdarahan dalam tengkorak

ii. Fraktur dasar tengkorak

Page 4: PENGAKHIRAN KEHAMILAN

iii. Impresi fraktur

2. Ekstraksi vakum

a. Prinsip : memasang cup pada caput yang ditimbulkan akibat tekanan negatif

vakum.

b. Keuntungan :

b.1. Cup dapat dipasang waktu kepala msh agak tinggi

b.2. Cup dapat di pasang pada belakang kepala, samping atau dahi

b.3. Tarikan tidak terlalu berat, cup lepas bila tarikan berat

b.4. VE dapat dipergunakan untuk memutar kepala dan mengadakan fleksi

kepala

c. Kerugian: Tidak dapat dipakai apabila indikasinya untuk melahirkan anak

dengan cepat (gawat janin).

d. Ketentuan

d.1. Cup tidak boleh dipasang pada ubun2 besar

d.2. Cup dengan tekanan negatif tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam

d.3. Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pd waktu his dan ibu

mengedan

d.4. Cup tidak boleh dipasang pada muka

d.5. Tidak boleh dilakukan pada bayi prematur

d.6. Penurunan tekanan harus berangsur-angsur

d.7. Bila kepala masih agak tinggi dipasang cup besar

e. Bahaya vakum

Ibu : Robekan bibir cervix atau vagina

Anak : perdarahan dalam otak

3. Versi

a. Versi luar

a.1. Untuk mengubah letak sungsang menjadi kepala serta letak lintang

menjadi memanjang

a.2. Waktu

Trimester ketiga set kehamilan 28 minggu

Page 5: PENGAKHIRAN KEHAMILAN

1) Dalam persalinan :

i Ketuban belum pecah

ii Pembukaan < 3 – 4 cm

iii Gemelli dengan janin kedua letak lintang, versi luar dilakukan

pada pembukaan lengkap

iv Bagian terendah anak masih bisa dibebaskan

a.3. Apabila setelah dilakukan versi,bunyi jantung janin buruk, maka harus

dikembalikan ke letak semula.

a.4. Versi luar dikatakan gagal apabila :

i Dinding perut tegang

ii Tali pusat pendek

iii Kelainan rahim : uterus bicornis, subseptus, mioma uteri

a.5. Bahaya versi luar : Solutio placentae, ruptura uteri dan letak defleksi

a.6. Kontraindikasi :

i. Tensi tinggi mudah terjadi solutio placentae

ii. Bekas SC atau bekas luka enukkleasi mioma uteri

iii. Panggul sempit absolut

iv. Gemelli

v. Hidramnion

vi. Perdarahan antepartum

vii. Hidrosephalus

viii.BJJ buruk

b. Versi Braxton Hicks

b.1. Tamponade dengan bokong pada plasenta previa, karena seksio Caesar

tidak mungkin diilakukan.

b.2. Syarat : pembukaan harus dapat dilalui 2 jari (3-4 cm)

c. Versi ekstraksi

Sudah jarang dilakukan. Dilakukan pada anak II gemelli dengan letak lintang.

c.1. Indikasi :

Page 6: PENGAKHIRAN KEHAMILAN

1) Letak lintang

2) Letak kepala dengan tali pusat menumbung.

c.2. Syarat :

1) Pembukaan lengkap

2) Ketuban sudah pecah

3) Air ketuban baru keluar

4) Bagian depan masih dapat didorong keatas

5) Harus dengan narkose ether

c.3. Kontra indikasi :

1) SBR teregang

2) Air ketuban sudah lama keluar

3) Parut rahim

b) Anak mati (Embriotomi)

Embriotomi ialah suatu cara pembedahan dengan jalan melukai atau merusak janin

sehingga memungkinkan janin dilahirkan pervaginam. Pada umumnya embriotomi

dilakukan pada janin yang sudah meninggal, akan tetapi, kadang-kadang walaupun

sangat jarang kita terpaksa menyelenggarakannya pada janin yang masih hidup,

misalnya pada hidrosefalus. Tindakan-tindakan ini untuk sebagian besar merupakan

tindakan darurat. (Wiknjosastro, 2006)

1. Indikasi

Semua indikasi hanyalah untuk kepentingan ibu, kecuali pada kleidotomi karena

janin sudah mati.

a. Bila ada ancaman keselamatan ibu:

a.1 Pre-eklampsi dan eklampsi

a.2 Ancaman robekan rahim

a.3 Perdarahan yang banyak

a.4 Adanya tanda-tanda infeksi

a.5 Partus lama dan ibu sangat lemah

b. Ibu terlalu lemah dan tidak boleh mengejan:

Page 7: PENGAKHIRAN KEHAMILAN

b.1. Anemia berat (gravis)

b.2. Penyakit jantung (dekompensasi cordis)

b.3. Penyakit paru-paru berat, dan sebagainya

c. Pada keadaan dimana partus spontan tidak mungkin dilakukan:

c.1. Letak lintang

c.2. Disproporsi sefalo-pelvik

c.3. Presentasi muka dan dahi

c.4. Presentasi tulang ubun-ubun posterior

d. Pada janin hidup dengan kelainan:

d.1. Hidrosefalus, anensefalus, dan monstrum

d.2. Hidrops fetalis

d.3. Distosia bahu

2. Kontraindikasi

a. Janin hidup, kecuali pada janin hidup dengan kelainan-kelainan seperti yang

telah disebutkan diatas

b. Kesempitan panggul absolute (conjugate vera kurang dari 6 cm)

3. Jenis

a. Kraniotomi

Kraniotomi dilakukan dengan membuat lubang pada kepala janin; sesudah itu

kepala janin dipegang dengan kranioklast Braun dan ditarik ke bawah

mengikuti arah sumbu panggul; dengan keluarnya otak dari lubang yang telah

dibuat, kepala mengecil dan dapat dilahirkan. Tindakan ini dilakukan pada

janin yang sudah meninggal (kecuali pada hidrosefalus), dan dengan janin

dalam presentasi kepala, walupun pada presentasi sungsang dengan kepala

tidak bisa lahir, tindakan dapat dilakukan pula. (Wiknjosastro, 2006)

Indikasi :

Tindakan ini dilakukan pada :

a.1 Hidrosefalus

a.2 Janin dalam presentasi-kepala, apabila persalinan oleh suatu sebab

(kesempitan panggul, kelainan presentasi kepala janin, kelainan his)

berlangsung lama, janin sudah meninggal dan tidak tampak kemajuan

Page 8: PENGAKHIRAN KEHAMILAN

a.3 Janin dalam presentasi sungsang, apabila kepala janin tidak dapat lahir

dengan cara biasa, dan janin telah meninggal.

b. Dekapitasi

Dekapitasi dilakukan pada persalinan yang macet pada letak lintang dan janin

sudah meninggal. Dengan tindakan ini leher janin dipotong, sehingga badan

terpisah dari kepala.

Tehnik

Pada letak lintang dengan leher janin teraba dari bawah, leher dipegang

diantara ibu jari dan jari telunjuk penolong. Dengan penderita berbaring dalam

letak litotomi, pada letak lintang dengan kepala di kanan, tangan kiri penolong

dimasukkan ke dalam vagina dan memegang leher janin antara ibu jari dan

jari telunjuk (pada kepala kiri, yang dimasukkan ialah tangan kanan).

Dibawah perlindungan dan mengikuti tangan dalam, alat pengait Braun

dimasukkan ke dalam vagina dan setelah sampai ke telapak tangan penolong,

ujungnya dikaitkan pada leher janin. Dengan tetap dilindungi oleh tangan

dalam, alat pengait diputar ke jurusan yang sesuai dengan letaknya kepala

untuk mematahkan tulang vertebra leher. Selanjutnya putaran dilanjutkan

untuk memutuskan jaringan lunak. Karena pemutusan leher seperti diatas

mengandung bahaya ruptura uteri apabila ada regangan segmen bawah uterus,

maka hal itu dapat dilakukan dengan cara lain. Setelah alat pengait Braun

dipasang pada leher janin, dimasukkan spekulum belakang dan depan ke

dalam vagina dan leher janin oleh alat pengait ditarik ke bawah; dibawah

pengawasan mata, leher sedikit demi sedikit dipotong dengan gunting panjang

dan kuat (gunting Siebold), termasuk pemotongan tulang vertebra leher.

Sesudah badan terpisah dari kepala, badan dikeluarkan dengan menarik salah

satu lengan yang sudah menumbung atau yang diturunkan dahulu. Kepala

janin dilahirkan dengan memasukkan jari telunjuk penolong ke dalam mulut

janin dan kemusian dengan kerjasama antara tangan diluar dan jari tersebut

kepala dapat dilahirkan. Dapat pula setelah dipasang spekulum dalam vagina,

pinggir-pinggir leher janin yang terputus dipegang dengan beberapa alat

Page 9: PENGAKHIRAN KEHAMILAN

Museux, dan kepala ditarik keluar. Sesudah janin lahir dilakukan

pemeriksaan, apakah tidak ada luka pada jalan lahir. (Wiknjosastro, 2006)

c. Eviserasi

Eviserasi ialah tindakan untuk mengeluarkan isi perut dan dada janin yang

sudah meninggal. Tindakan ini dilakukan pada letak lintang, apabila leher

janin tidak dapat dipegang dari bawah, atau pada monstrum yang karena

besarnya perut atau dada tidak dapat lahir. Pada letak lintang isi perut dan

dada dikeluarkan, supaya leher bias turun dan dipegang untuk dilakukan

dekapitasi; apabila itu tidak dapat dilaksanakan, tulang-belakang dipunggung

bias ditarik kebawah untuk kemudian dipatahkan (spondilotomi).

Setelah spekulum belakang dan depan dipasang di dalam vagina, di bawah

pengawasan mata, perut atau dada janin dibuka dan dari lubang tersebut isi

kedua ruangan dikeluarkan. Dengan jalan ini monstrum dengan perut besar

dapat dilahirkan. Pada letak lintang sesudah eviserasi, lengan dapat diturunkan

dan dengan tarikan padanya leher dapat ditarik ke bawah untuk kemudian

dilakukan dekapitasi. Apabila leher tidak dapat diturunkan, tulang belakang

dipunggung janin dipotong dengan gunting Siebold, dan dengan

menggunakan alat-alat Museux janin dapat dilahirkan secara konduplikasio

korpore. (Wiknjosastro, 2006)

d. Kleidotomi

Tindakan ini dilakukan setelah janin pada presentasi kepala dilahirkan, akan

tetapi dialami kesulitan untuk melahirkan bahu karena terlalu lebar. Setelah

janin meninggal, tidak ada keberatan untuk melakukan kleidotomi (memotong

klavikula) pada satu atau kedua klavikula. Dibawah perlindungan spekulum

dan tangan kiri penolong dalam vagina, klavikula dan jika perlu klavikula

belakang digunting, dan selanjutnya kelahiran anak dengan berkurangnya

lebar bahu tidak mengalami kesulitan. Apabila tindakan dilakukan dengan

hati-hati, tidak akan timbul luka pada jalan lahir. (Wiknjosastro, 2006)

e. Spondilotomi

Spondilotomi dikerjakan pada letak lintang, bila kepala sangat tinggi sehingga

sukar dilakukan dekapitasi. Salah satu tangan penolong masuk ke dalam jalan

Page 10: PENGAKHIRAN KEHAMILAN

lahir, kemudian pada vagina dipasang speculum. Dengan gunting Siebold dan

dengan lindungan tangan yang didalam, ruas-ruas tulang belakang langsung

dipotong, sehingga ruas-ruas tulang belakang terputus. Pemotongan bagian

perut janin dilanjutkan dengan memakai gunting Siebold, sehingga seluruh

badan janin terpisah dua. Bagian bawah badan janin dilahirkan lebih dulu,

dengan menarik kedua kaki, kemudian baru bagian tubuh atas janin.

(Wiknjosastro, 2006)

f. Pungsi

Pungsi trans-vaginal dikerjakan pada pembukaan lebih dari 4 cm. Didalam

vagina dipasang spekulum, kulit kepala dijepit dengan cunam Willet atau

cunam Muzeaux. Suatu jarum pungsi spinal dengan ukuran 16 atau 18 yang

disambung pada alat suntik ditusukkan pada kepala janin, sedapat mungkin

pada sutura atau ubun-ubun. Setelah kepala janin tertusuk, dilakukan aspirasi

sedikit untuk membuktikan benar tidaknya cairan otak yang keluar. Kemudian

alat suntik dilepas dari jarum pungsi sehingga cairan otak mengalir keluar.

Dengan keluarnya cairan otak, kepala janin akan mengecil dan dapat

dilahirkan pervaginam. Untuk mempercepat lahirnya kepala, dapat juga

kepala janin dilahirkan dengan traksi Muzeaux pada kulit kepalanya.

(Wiknjosastro, 2006)

c. Persalinan per abdominal (Seksio Caesar)

1) Indikasi :

a) Ibu

1. Absolut :

a. Induksi persalinan yang gagal

b. Proses persalinan tidak maju

c. Disproporsi sefalopelvik

2. Relatif :

a. Bedah caesar elektif berulang

Page 11: PENGAKHIRAN KEHAMILAN

b. Penyakit ibu (pre eklamsia berat, penyakit jantung, diabetes mellitus, kanker

serviks)

(Errol, 2009)

b) Uteroplasenta

1. Absolut :

a. Bedah uterus sebelumnya (caesar klasik)

b. Riwayat ruptur uterus

c. Obstruksi jalan lahir

d. Plasenta previa, abruptio plasenta berukuran besar

2. Relatif :

a. Riwayat bedah uterus sebelumnya (miomektomi dengan ketebalan penuh)

b. Presentasi tali pusat saat persalinan

(Errol, 2009)

c) Janin

1. Absolut :

a. Gawat janin atau hasil pemeriksaan janin yang tidak meyakinkan

b. Prolaps tali pusat

c. Malpresentasi janin (posisi melintang)

2. Relatif :

a. Malpresentasi janin (sungsang, presentasi alis, presentasi gabungan)

b. Makrosomia

c. Kelainan janin (hidrosefalus)

(Errol, 2009)

2) Klasifikasi

a) Sectio Caesarea transperitonalis yaitu insisi pada segmen bawah rahim dengan cara

melintang, memanjang, dan insisi ini paling sering digunakan.

1. Sectio Caesarea klasik atau corporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri

kira-kira sepanjang 10 cm dengan ujung bawah di atas batas plika vesicouterina.

Insisi ini hanya dilakukan apabila terdapat halangan untuk melkukan sectio

caesaria transperitonealis profunda, misalnya perlekatan uterus pada dinding

abdomen karena sectio caesaria terdahulu atau resiko perdarahan segmen bawah

Page 12: PENGAKHIRAN KEHAMILAN

rahim meningkat yang berhubungan dengan letaknya placenta pada placenta

previa. Akan tetapi, resiko komplikasi peritonitis dan ruptur uteri akan meningkat

jauh lebih besar. Sehingga, sesudah dilakukan pembedahan jenis ini, sebaiknya

dilakukan sterilisasi atau histerektomi.

2. Sectio Caesarae ismika atau profunda atau low cervikal dengan insisi pada

segmen bawah rahim kira-kira 10 cm. Jenis tersebut merupakan pembedahan

yang paling banyak dilakukan dengan insisi di segmen bawah uterus. Keunggulan

pembedahan ini adalah perdarahan luka insisi tidak terlalu banyak. Bahaya

peritonitis tidak besar. Parut pada uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur

uteri di kemudian hari tidak besar karena dalam masa nifas segmen bawah uterus

tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka

dapat sembuh lebih sempurna.

b) Sectio Caesarea ekstraperitonealis, yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis

dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis. Akan tetapi, jenis pembedahan

ini sudah jarang dilakukan, karena tekniknya yang cukup sulit. (Wiknjosastro, 2006)

REFERNSI :

Errol N, John S. 2009. At A Glance: Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta : Erlangga.

Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.