Upload
others
View
39
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN REALISTIK
DALAM PENDIDIKAN ISLAM:
PENGALAMAN INDONESIA1
Oleh Suwito2
I
Pembicaraan tentang pendidikan Islam di Indonesia tentu diawali
dengan pendidikan pesantren dan pondok, atau sering juga disebut pondok
pesantren. Istilah tersebut berlaku untuk lembaga pendidikan Islam di pulau
Jawa. Mirip dengan di Jawa, lembaga pendidikan Islam di Minangkabau
disebut Surau3 dan di Aceh disebut Meunasah, Dayah, dan Rangkang.
4
Corak dan metode pengajaran di lembaga-lembaga tersebut sejak awal
kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 sampai sekarang
mengalami perkembangan dan perubahan, ada yang masih tradisional tetapi
mayoritas sudah moderen.
Metode pengajaran dan pembelajaran yang ada di pesantren
menggunakan bentuk sorogan dan bandongan atau wetonan. Metode
sorogan bersifat individual, yaitu setiap pelajar berhadapan langsung secara
perorangan dengan kiyai atau ustadz. Dengan metode ini biasanya kiyai
menyuruh siswa untuk membaca, menterjemah, dan menanyakan isi kitab
1Bahan diskusi pada Seminar Antar Bangsa Perguruan dan Pendidikan Islam (SEAPPI)
pada tanggal 8-9 Maret 2012 di Le Grandeur Palm Resort, Senai, Johor Bahru yang
diselenggarakan oleh Fakulti Tamadun Islam Universiti Teknologi Malaysia (UTM)
bekerjasama dengan Kolej UniversitiPerguruan Ugama Seri Begawan, Brunei (KUPU SH)
dan Kolej Pengajian Islam Johor (MARSAH). Penulis sangat berterima kasih kepada Prof.
Dr. Azyumardi Azra, MA, Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
Prof. Madya Dr. Ramli bin Awang Pengarah SEAPPI; pimpinan Fakulti Tamadun Islam
Universiti Teknologi Malaysia (UTM); dan Ibu Norlita Paiman dari UTM yang telah ikut
serta berkontribusi terhadap saya bagi terlaksananya seminar ini. Oleh Suwito, Profesor
Sejarah Pemikiran dan Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, Indonesia. Diterbitkan dalam buku Kaya Gagasan Miskin Kesulitan
oleh Young Progressive Muslim (YPM) 20 Mei 2018, http://www.ypm-publishing.com. 2Deputi Direktur Bidang Akademik dan Kerjasama Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 3Baca misalnya Witrianto, Surau Jembatan Besi: Cikal Bakal Lahirnya Pendidikan
Islam Modern di Padangpanjang, dalam http://witrianto.blogdetik.com/2010/12/13/surau-
jembatan-besi-cikal-bakal-lahirnya-pendidikan-islam-modern-di-padangpanjang/comment-
page-1/ diakses 03 Maret 2012. 4Baca http://syehaceh.wordpress.com/2009/04/18/sekilas-tentang-rangkang/ dikases 03
Maret 2012.
Pengajaran dan Pembelajaran Realistik dalam Pendidikan Islam
2
keagamaan yang berbahasa Arab. Metode ini sering tidak ada diskusi lebih
lanjut berkaitan dengan di luar isi kitab yang sedang dikaji. Metode
bandongan atau wetonan bersifat kolektif, yaitu kelompok pelajar atau siswa
mendengarkan ustadz yang membaca, menterjemahkan, dan menjelaskan
kitab keagamaan yang berbahasa Arab. Para pelajar atau siswa sering
mencatat dalam kitab yang dijadikan bahan kajian dalam bentuk pemberian
harakat huruf Arab yang tanpa harakat, terjemah, dan catatan lain penjelasan
kiyai. Metode ini sering tidak ada tanya jawab, apalagi diskusi. Cara belajar
dengan kedua metode di atas sampai sekarang masih ada di beberapa
pesantren.
Setelah Indonesia merdeka sampai dengan sekarang telah terjadi
perkembangan dan perubahan luar biasa dalam bidang pendidikan (Islam dan
Umum)5 baik dari sisi kelembagaan, metodologi pengajaran, serta anggaran.
Secara umum, semua kebijakan yang ada mengarah kepada terciptanya
otonomi dalam pengertian seluas-luasnya sejak dari otonomi daerah sampai
otonomi pendidikan.
II
Perguruan Tinggi Islam di Indonesia setidaknya pernah digagas oleh
Dr. Satiman Wirjosandjojo pada tahun 19386 tetapi realisasinya dimulai
dengan berdirinya Universitas Islam Indonesia pada tanggal 27 Rajab 1364
H atau bertepatan dengan 8 Juli 1945 (40 hari sebelum Proklamasi
Kemerdekaan Negara Republik Indonesia), dengan nama Sekolah Tinggi
Islam (STI) di Jakarta. STI adalah cita-cita luhur tokoh-tokoh nasional
Indonesia yang melihat kenyataan bahwa ketika itu pendidikan tinggi yang
ada adalah milik Belanda (Technische Hoogeschool atau Institut Teknologi
Bandung kini, Recht Hoogeschool di Jakarta dan Sekolah Tinggi Pertanian di
Bogor). STI lahir untuk menjadi bukti adanya kesadaran berpendidikan pada
masyarakat pribumi.
Para tokoh yang mendirikan Sekolah Tinggi Islam tersebut antara lain
Dr. Moh. Hatta (Proklamator dan mantan Wakil Presiden RI), Moh. Natsir,
5Di Indonesia Lembaga Pendidikan Umum berada di bawah tanggung jawab
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Lembaga Pendidikan Islam berada di bawah
tanggung jawab Kementerian Agama, namun pendidikan secara umum berada di bawah
tanggung jawab Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Baca Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. 6Lihat uraian Sejarah Singkat IAIN di http://www.ditpertais.net/ttgiain.asp diakses 03
Maret 2012.
Masa Lampau untuk Masa Depan
3
Prof. KHA. Muzakkir, Moh. Roem, KH. Wachid Hasyim. Seiring pindahnya
ibukota Republik Indonesia ke Yogyakarta, maka STI pun pindah dan
diresmikan kembali oleh Presiden Soekarno pada tanggal 27 Rajab 1365 H
atau bertepatan dengan tanggal 10 April 1946 bertempat di nDalem
PangulonYogyakarta. Untuk peningkatan peran dalam perjuangan, maka STI
yang ketika itu menjadi satu-satunya perguruan tinggi Islam, diubah menjadi
universitas dengan nama University Islam Indonesia atau sekarang
Universitas Islam Indonesia (Islamic University of Indonesia, Al Jami’ah
Islamiyah Al Indonesiyah) pada tahun 1947.7
Sampai sekarang Perguruan Tinggi Islam berkembang sangat pesat,
yaitu ada 52 Perguruan Tinggi Islam Negeri dan 599 Perguruan Tinggi
Agama Islam Swasta.8 Perkembangan lembaga pendidikan Islam yang lain
juga sangat pesat.9
Metode pengajaran dan pembelajaran pendidikan Islam di Indonesia
mengalami perkembangan dan perubahan seiring dengan perkembangan dan
perubahan kurikulum dan lembaganya. Metode pengajaran dan pembelajaran
di madrasah, lembaga pendidikan Islam tingkat dasar dan menengah serta
perguruan tinggi Islam sampai dengan tahun 1980an masih didominasi
dengan metode ceramah dan kadang-kadang disertai dengan tanya jawab
minus diskusi. Metode diskusi belum ditemukan. Boleh dikatakan, tokoh
yang mulai memperkenalkan metode diskusi dalam pendidikan Islam adalah
Prof. Dr. Harun Nasution, sekitar tahun 1969, ketika menjadi Rektor IAIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Harun Nasution (wafat 18 September 1998)
sering mengajak para dosen muda untuk mendampingi menjadi asisten
ketika mengajar di IAIN Jakarta maupun di berbagai IAIN di Indonesia.10
7Dikutip dari Sejarah UII di http://unisys.uii.ac.id/index.asp?u=100&b=I&v=3 diakses
03 Maret 2012 8Baca Jumlah PTAIN dan PTAIS Menurut Provinsi di http://ranking-
ptai.info/table_15/ptai_provinsi.php diakses 03 Maret 2012. 9Lembaga pendidikan Islam di Indonesia sampai dengan 2009/2010 mencapai 23.007
Raudatul Athfal, 22.239 Madrasah Ibtidaiyah, 14.022 Madrasah Tsanawiyah, 5.897
Madrasah Aliyah, 4.211 Pondok Pesantren Salaf, 311 Paket A, 494 Paket B, 1.310 Paket C,
55.975 Madrasah Diniyah Awwaliyah, 8.445 Madrasah Diniyah Wustha, 1.849 Madrasah
Diniyah Ulya, 52 Perguruan Tinggi Islam Negeri, dan 522 (599?) Perguruan Tinggi Agama
Islam Swasta. Profil statistik Pendidikan Islam Tahu Pelajaran 2009/2010. Lihat pada
http://pendis.kemenag.go.id/file/dokumen/profillembaga01.pdf diakses 01 Maret 2012. 10
Harun Nasution mengajar di berbagai IAIN seperti IAIN Aceh, Medan, Padang,
Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar terutama setelah ia ditunjuk sebagai Direktur
Pascasarjana. Penulis adalah salah seorang di antara asistennya.
Pengajaran dan Pembelajaran Realistik dalam Pendidikan Islam
4
Metode diskusi dengan segala variasinya kemudian berkembang begitu rupa
setelah para dosen belajar di Program Pascasarjana dan para alumni
pendidikan Barat kembali ke Indonesia dan mengajar di beberapa perguruan
tinggi. Para pengajar (pensyarah) di berbagai tingkatan pendidikan tidak lagi
berlaku sepenuhnya otoriter tetapi lebih banyak memposisikan sebagai
fasilitator dalam pendidikan.
III
Setidaknya mulai tahun 1990an metode pengajaran dan pembelajaran
dalam pendidikan Islam dan umum mulai sangat bervariasi sejalan dengan
pemberlakuan kurikulum. Perkembangan pemberlakuan kurikulum
pendidikan (Islam dan Umum) di Indonesia dapat dibuatkan tabel secara
kronologis sebagai berikut:11
Tahun Kurikulum Keterangan
1947 Rencana
Pelajaran 1947
Kurikulum ini merupakan kurikulum
pertama di Indonesia setelah kemerdekaan.
Istilah kurikulum masih belum digunakan.
Sementara istilah yang digunakan adalah
Rencana Pelajaran.
Yang diutamakan pendidikan watak,
kesadaran bernegara dan
bermasyarakat.Materi pelajaran
dihubungkan dengan kejadian sehari-hari.
Sangat perhatian terhadap kesenian dan
pendidikan jasmani.
1954 Rencana
Pelajaran 1954
Kurikulum ini masih sama dengan
kurikulum sebelumnya, yaitu Rencana
Pelajaran 1947.
Fokusnya pada pengembangan daya cipta,
rasa, karsa, karya, dan moral
(Pancawardhana). Mata pelajaran
diklasifikasikan dalam lima kelompok
11
Diambil dari Rosita Oktaviani dengan sedikit modifikasi dan diakses 29 Februari
2012 dalam http://rositaoktavianirusma.blogdetik.com/2009/11/07/sejarah-kurikulum-
indonesia/ diakses 01 Maret 2012
Masa Lampau untuk Masa Depan
5
Tahun Kurikulum Keterangan
bidang studi: moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan
(keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan
dasar lebih menekankan pada pengetahuan
dan kegiatan fungsional praktis.
1968 Kurikulum 1968 Kurikulum ini merupakan kurikulum
terintegrasi pertama di Indonesia. Beberapa
masa pelajaran, seperti Sejarah, Ilmu Bumi,
dan beberapa cabang ilmu sosial mengalami
fusi menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial
(Social Studies). Beberapa mata pelajaran,
seperti Ilmu Hayat, Ilmu Alam, dan
sebagainya mengalami fusi menjadi Ilmu
Pengetahun Alam (IPS) atau yang sekarang
sering disebut Sains.
Pendidikan ditekankan pada upaya untuk
membentuk manusia Pancasila sejati, kuat,
dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan
dan keterampilan jasmani, moral, budi
pekerti, dan keyakinan beragama. Isi
pendidikan diarahkan pada kegiatan
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan,
serta mengembangkan fisik yang sehat dan
kuat.
1975 Kurikulum 1975 Kurikulum ini disusun dengan kolom-kolom
yang sangat rinci.
Menekankan pada tujuan, agar pendidikan
lebih efisien dan efektif. Yang
melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di
bidang manejemen, yaitu MBO
(management by objective)
Metode, materi, dan tujuan pengajaran
dirinci dalam Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI).
1984 Kurikulum 1984 Kurikulum ini merupakan penyempurnaan
Pengajaran dan Pembelajaran Realistik dalam Pendidikan Islam
6
Tahun Kurikulum Keterangan
dari kurikulum 1975
Kurikulum 1984 mengusung process skill
approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap
penting. Kurikulum ini juga sering disebut
“Kurikulum 1975 yang disempurnakan”.
Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek
belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar
Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active
Learning (SAL).
1994 Kurikulum 1994 Kurikulum ini merupakan penyempurnaan
dari kurikulum 1984
Mengkombinasikan Kurikulum 1975 dan
Kurikulum 1984, dalam pendekatan proses.
Beban belajar siswa terlalu berat dengan
muatan nasional hingga lokal. Materi
muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan
daerah masing-masing, misalnya bahasa
daerah, kesenian, keterampilan daerah, dan
lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-
kelompok masyarakat juga mendesakkan
agar isu-isu tertentu masuk dalam
kurikulum.
2004 Kurikulum
Berbasis
Kompetensi
(KBK)
Setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi
yang mesti dicapai siswa.
Kurikulum ini belum diterapkan di seluruh
sekolah di Indonesia. Beberapa sekolah
telah dijadikan uji coba dalam rangka proses
pengembangan kurikulum ini.
2008 Kurikulum
Tingkat Satuan
Pendidikan
(KTSP)
KBK sering disebut sebagai jiwa KTSP,
karena KTSP sesungguhnya telah
mengadopsi KBK. Kurikulum ini
dikembangkan oleh BSNP (Badan Standar
Masa Lampau untuk Masa Depan
7
Tahun Kurikulum Keterangan
Nasional Pendidikan).
Guru lebih diberikan kebebasan untuk
merencanakan pembelajaran sesuai dengan
lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi
sekolah berada.
Kebijakan kurikulum pendidikan di Indonesia sebagaimana tabel di
atas telah sekaligus menyertakan metode pengajaran dan pembelajaran yang
digunakan. Mulai kurikulum 1984 filosofi pengajaran dan pembelajaran
mulai ada perubahan secara signifikan yang tadinya cenderung menempatkan
siswa (pelajar) sebagai obyek berganti menjadi subyek belajar. Hal ini
dikarenakan para guru sudah banyak yang bertitel sarjana. Mereka adalah
alumni pendidikan tinggi Islam maupun umum, baik lulusan dalam maupun
luar negeri. Ketika sebagai mahasiswa, mereka banyak diperkenalkan
metode diskusi dan seminar serta penulisan makalah.
Model pembelajaran Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student
Active Learning (SAL) mulai disosialisasikan di Indonesia tahun 1981an
kemudian dibakukan dalam kurikulum 1984. Oleh karena arus otonomi
semakin deras maka pada tahun 1994 dilakukan perubahan kurikulum
dengan mengikutsertakan adanya kurikulum lokal. Memang prinsip yang
mewarnai kurikulum 1994 adalah siswa sebagai subyek belajar, namun
karena terlalu bersemangat untuk memasukkan muatan lokal dalam
kurikulum, akhirnya dirasa beban belajar siswa menjadi terlalu berat. Setelah
itu dilakukan pembaharuan kurikulum menjadi kurikulum 2004 yang dikenal
dengan nama KBK, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Competency-Based
Curriculum). Perdebatan sangat gencar terhadap pemberlakukan KBK ini,
ada yang pro dan ada yang kontra. Oleh karena itu maka kebijakan tersebut
segera diubah dengan memberlakukan KTSP, Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (School Based Curriculum). Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. KTSP terdiri atas tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,
kalender pendidikan, dan silabus. KTSP ini berlaku sampai sekarang.
Pengajaran dan Pembelajaran Realistik dalam Pendidikan Islam
8
Perubahan sistem pemerintahan dari Orde Baru ke Orde Reformasi
mulai tanggal 21 Mei 1998 berpengaruh secara signifikan terhadap dunia
pendidikan yaitu berubah dari sistem sentralisasi menjadi desentralisasi.
Berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 1999 jo UU Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan pendidikan termasuk
kewenangan daerah propinsi maupun kabupaten/kota. Desentralisasi
pendidikan menempatkan sekolah sebagai garis depan untuk mengelola
pendidikan. Desentralisasi juga memberikan apresiasi terhadap perbedaan
kemampuan dan keberanekaragaman kondisi daerah dan rakyatnya.
Selain itu, masa reformasi berpengaruh besar terhadap anggaran
pendidikan. APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) bidang
pendidikan setelah masa reformasi berubah secara drastis menjadi minimal
20% dari total APBN. Sejak 2005 APBN di bidang pendidikan tercatat
sebagai berikut:12
APBN Tahun Alokasi Rasio
2005 33,40 triliun 8,1 %
2006 44,11 triliun 10,1 %
2007 53,07 triliun 10,5 %
2008 158,52 triliun 18,5 %
2009 207,41 triliun 20,0 %
2010 209,54 triliun 20,0%
2011 248 triliun (266,9 triliun?) 20,02%
Ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan
keterangan pemerintah atas RAPBN 2012 beserta Nota Keuangannya dalam
sidang paripurna DPR di Gedung MPR/DPR, Selasa (16/8) sore
mengungkapkan bahwa pada tahun 2011 jumlah anggaran pendidikan
mencapai 266,9 triliun rupiah atau 20,2 persen dari APBN, pada tahun 2012
direncanakan sebesar 286,6 triliun rupiah atau 20,2 persen.13
Berbagai perubahan kebijakan di atas antara lain disebabkan oleh
adanya perubahan politik pada masa reformasi. Partai politik sebelum masa
12
Dikutip dari http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/23/grafik-anggaran-
pendidikan-2005-2010/ diakses 01 Maret 2012. 13
Dikutip dari Tahun 2012, Pemerintah Utamakan Alokasi Anggaran Pendidikan
dalam http://www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2011/08/16/7125.html diakses 03 Maret
2012
Masa Lampau untuk Masa Depan
9
reformasi hanya 3 (Golkar, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai
Demokrasi Indonesia) tetapi setelah reformasi ada kebijakan multipartai.14
Dengan adanya kebijakan multipartai ini para anggota Dewan di tingkat
Pusat maupun Daerah (Propinsi dan Kabupaten/Kota) banyak yang berasal
dari para sarjana alumni Perguruan Tinggi Islam Negeri dan Swasta.15
Para
anggota dewan ini sangat berpengaruh terhadap pembuatan berbagai
kebijakan negara termasuk penentuan anggaran pendidikan. Lembaga
pendidikan Islam di bawah Kementerian Agama yang tadinya cenderung
tidak memperoleh perhatian, sekarang cenderung memiliki perhatian dan
perlakuan yang sama dengan lembaga pendidikan umum di bawah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.16
Semua ini berdampak secara
meyakinkan terhadap perkembangan dan perubahan dalam pengajaran dan
pembelajaran.
IV
Dalam banyak literatur diketahui bahwa istilah pembelajaran realistik
di Indonesia baru dikenal dalam pengajaran dan pembelajaran matematika,
yaitu dengan istilah Realistic Mathematic Education (RME) atau Pendekatan
Matematika Realistik (PMR). Sudah banyak orang yang melakukan
14
Sejarah partai yang ikuti serta dalam Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia sbb:
Pemilu 1955 diikuti oleh 172 kontestan partai politik, Pemilu 1971 diikuti oleh 10 kontestan,
Pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997 diikuti oleh 3 kontestan yang sama, yaitu: Partai
Persatuan Pembangunan, Golongan Karya, dan Partai Demokrasi Indonesia, Pemilu 1999
diikuti oleh 48 partai politik, Pemilu 2004 diikuti oleh 24 partai politik, Pemilu 2009 diikuti
oleh 38 partai politik nasional dan 6 partai politik lokal Aceh. Lihat daftarnya di
http://kakarisah.wordpress.com/2010/03/09/perkembangan-partai-politik-di-indonesia/
diakses 03 Maret 2012. 15
Nama-nama dan Asal daerah pemilihan anggota dewan dapat dilihat pada Daftar
Anggota DPR 2009-2014 di http://matanews.com/2009/05/25/daftar-anggota-dpr-2009-
2014/ diakses 03 Maret 2012 16
Sampai dengan 2009/2010 keadaan lembaga pendidikan umum di bawah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tercatat sebagai berikut: 1) TK Negeri 1.616, TK
swasta 65.934, 2) PLB Negeri 437, PLB Swasta 1.366, 3) SD Negeri 130.563, SD Swasta
12.689, 4) SMP Negeri 17.714, SMP Swasta 12.152, 5) SM Negeri 7.252, SM Swasta
12.183, 6) SMA Negeri 5.034, SMA Swasta 6.002, 7) SMK Negeri 2.218, SMK Swasta
6.181, 8) PT Negeri 83, PT Swasta 2.928.
Lihat http://www.psp.kemdiknas.go.id/uploads/Statistik20Pendidikan/0910/index
rsp_0910.pdf diakses 03 Maret 2012.
Pengajaran dan Pembelajaran Realistik dalam Pendidikan Islam
10
penelitian tentang PMR ini. Secara umum mereka menyatakan bahwa
melalui PMR hasilnya sangat memuaskan.
Pendekatan pengajaran dan pembelajaran realistik dalam bidang
matematika tersebut dimulai di Institut Freudental Untrech University
Belanda yang didirikan tahun 1971 oleh Prof. Hans Freudental. Prinsip
pendekatan realistik dalam bidang matematika ini menekankan aspek
kegiatan manusia (mathematics as a human being), bukannya sistem
deduktif yang terorganisasi secara baik.
Treffers menemukan 4 pendekatan dalam pendidikan matematika,
yaitu mekanistik, strukturalistik, empiristik, dan realistik. Keempat
pendekatan ini ditinjau dari aspek matematika secara horisontal dan vertikal.
Horisontal, jika mentransformasikan masalah nyata (lapangan) ke dalam
masalah matematika. Vertikal, jika memproses matematika dalam sistem
secara matematis. Pendekatan mekanistik adalah kebalikan dari realistik
yang dinilai lemah dalam matematisasi horisontal dan vertikal. Pendekatan
strukturalistik dan empiris saling bertentangan dalam hal matematisasinya.
Pendekatan strukturalistik lebih menekankan pada matematisasi vertikal
sedangkan pendekatan empirik menekankan pada matematisasi horisontal.
Pada pendekatan realistik, matematika tidak diajarkan kepada siswa
sebagai bentuk yang sudah jadi melainkan sebagai sebuah kegiatan yang
disesuaikan dengan proses perkembangan berfikir siswa.
Agar matematika dapat dipelajari oleh siswa sebagai suatu kegiatan
maka pembelajaran matematika dimulai dengan menyajikan masalah
kontekstual dunia nyata yang pemecahannya dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Oleh sebab itu, melalui pendekatan realistik, para siswa
belajar matematika melalui matematisasi.17
Prinsip dasar pengajaran dan pembelajaran realistik pada matematika
di atas pada dasarnya adalah memposisikan siswa (anak didik) sebagai
17
Disarikan dari beberapa artikel Yenni B. Widjaja dan André Heck dari AMSTEL
Institute, University of Amsterdam, the Netherlands dalam How a Realistic Mathematics
Education Approach and Microcomputer-Based Laboratory Worked in Lessons on
Graphing at an Indonesian Junior High School, Oh Nam KNOW dari Ewha Womans
University, Department of Mathematics Education, Seoul, Korea dalam Conceptualizing the
Realistic Mathematics Education Approach in the Teaching and Learning of Ordinary
Differential Equations, Djamilah Bondan Widjajanti, Jurusan Pendidikan Matematika,
FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, dalam Difusi Inovasi Pendidikan Matematika
Realistik Melalui Lesson Study dan dalam Mengembangkan Keyakinan Siswa Sekolah Dasar
terhadap Matematika Melalui Pembelajaran Realistik.
Masa Lampau untuk Masa Depan
11
subyek pendidikan. Mereka tidak dianggap sebagai botol kosong yang harus
diisi tetapi sebagai manusia yang memiliki potensi yang dapat berkembang
dan dikembangkan melalui motivasi. Teori PMRI sebagaimana disebut di
atas sejalan dengan teori belajar yang berkembang saat ini, seperti
konstruktivisme dan pembelajaran kontekstual (contextual teaching and
learning, disingkat CTL).
V
Paradigma baru pembelajaran sekarang ini menekankan proses
pembelajaran yaitu para siswa diberi kesempatan untuk mencari,
menemukan dan membangun sendiri pengetahuan yang dia perlukan
sehingga benar-benar menjadi pengalaman belajar tersendiri bagi setiap
individu. Teknis pengajaran dan pembelajaran yang menekankan pada
aktivitas siswa dapat dilakukan secara variatif bergantung kemampuan guru
atau dosen (pensyarah).
Khusus terkait dengan pendidikan Islam, mungkin banyak persoalan,
terutama materi yang berkaitan dengan ibadah. Secara umum para guru
menekankan hafalan pada bacaan shalat dan do’a-do’a. Sebetulnya
pengajaran bacaan shalat dan doa-do’a dapat dilakukan secara variatif. Guru
dapat melakukan peragaan yang sangat variatif baik secara tertulis maupun
menggunakan gambar dan suara. Ketika Sunan Kalijaga mengajak shalat,
beliau menampilkan gong sebagai alat kesenian untuk menarik masyarakat
pada zamannya. Sekarang ketika zaman multimedia, anak-anak akan lebih
tertarik dengan multimedia yang menampilkan inovasi desain gambar jelas
dan menarik. Salah satu bentuk aplikasiya adalah metode pembelajaran
berbasis multimedia menggunakan Macromedia Flash tentang tata cara
ibadah shalat menurut sunnah nabi ini telah dilakukan pengujian.18
Praktik pengajaran dan pembelajaran realistik telah dilakukan melalui
metode diskusi di kelas atau perkuliahan. Umumnya para dosen
menyampaikan diskripsi mata kuliah dan pokok-pokok bahasan selama satu
semester berikut tugas-tugas yang harus dilakukan para mahasiswa. Pokok
bahasan dapat ditentukan oleh guru atau dosen tetapi tidak jarang banyak
18
Lihat DumaiSaktiawan (2008) Sistem Informasi Berbasis Multimedia tentang Tata
Cara Ibadah Sholat Menurut Sunnah Nabi Menggunakan Macromedia Flash. Skripsi thesis,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, dalam http://etd.eprints.ums.ac.id/1084/ diakses 03
Maret 2012.
Pengajaran dan Pembelajaran Realistik dalam Pendidikan Islam
12
dosen sekarang ini yang mengajak para mahasiswanya menentukan bersama
topik-topik kajian dan cara memperoleh dan menyajikannya dalam seminar.
Permasalahan masyarakat riil yang diamati para mahasiswa sering
dijadikan bahan diskusi di kelas. Mahasiswa menulis makalah dan
menyajikannya dalam seminar kelas. Dosen sering memberikan pertanyaan
yang kontradiksi dengan kenyataan dalam masyarakat, misalnya yang berkait
dengan paham fiqh. Apakah pelajaran fiqh yang ada masih relevan dengan
perkembangan zaman atau tidak. Misalnya, bolehkah mengusap sepatu
dengan air sebagai pengganti membasuh kedua kaki sampai mata kaki karena
sepatu seharian dipakai lengkap dengan kaos kaki?
Komunikasi dan interaksi guru atau dosen dengan para mahasiswa
sekarang ini bukan terjadi antara bapak/ibu dan anak tetapi justru seperti
teman. Kondisi semacam ini memang sering terjadi perdebatan karena seolah
guru bukan lagi menjadi “yang digugu dan ditiru”, aspek keteladanan dan
yang dipatuhi. Konsep “wibawa” juga telah terjadi pergeseran dari yang
tadinya dalam bentuk penghormatan fisik menjadi penghormatan psikis.
Dalam masyarakat NU tradisi mencium tangan Kiyai sangat dianjurkan
karena hal itu termasuk yang dianjurkan oleh agama.19
Khusus pengajaran dan pembelajaran yang terjadi terutama di Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, para mahasiswa diarahkan
untuk menemukan hal-hal baru sebagai pengembangan keilmuan Islam
secara multidisiplin dan integratif. Program keilmuan yang dikembangkan di
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah agama dan
kedokteran, agama dan kesehatan, agama dan lingkungan, agama dan
deplomasi, agama dan sains, agama dan politik, agama dan hak asasi
manusia, dan lain-lain. Penyelenggaraan program yang monodisiplin seperti
tafsir, hadis, fiqh, tauhid, dan lainnya diserahkan kepada masing-masing
Fakultas. Walau demikian prinsip integrasi keilmuan, keislaman, dan
keindonesiaan tetap menjadi faktor yang tidak boleh diabaikan.20
Pengajaran dan pembelajaran realistik sekarang ini tidak dapat tidak
mesti terjadi dan dilaksanakan karena sumber belajar tidak lagi dimonopoli
19
Baca hadis-hadis Ubudiyyah dalam
http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/10/27612/Ubudiyyah/Tradisi_Mencium_Tangan_
Kyai.html diakses 03 Maret 2012. 20
Ketika ujian proposal tesis atau disertasi para mahasiswa sering diingatkan agar
kesimpulan yang dimajukan berupa kaidah baru di bidang keilmuan mahasiswa yang
bersangkutan.
Masa Lampau untuk Masa Depan
13
oleh guru atau dosen. Para siswa dan mahasiswa sering lebih tahu terlebih
dahulu dibanding para dosen atau gurunya karena mereka lebih dahulu
mengetahuinya via internet yang dapat diakses di mobilephone. Para guru
atau dosen yang memiliki pandangan yang berseberangan dengan informasi
para siswa dan mahasiswa cenderung diabaikan. Kitab-kitab keagamaan
klasik yang tadinya dinilai sebagai materi “agama yang absolut” mulai
bergeser ke “hasil pemikiran manusia biasa yang relatif”. Uraian dan
temuan yang ada dalam kitab keagamaan klasik sering dikritisi para
mahasiswa. Hal tersebut dapat dibaca dalam banyak tesis magister dan
disertasi doktor.
Situasi lain yang mewajibkan adanya pengajaran dan pembelajaran
realistik adalah semakin terbukanya komunikasi dan semerbaknya asas Hak
Asasi Manusia (HAM). Asas ini memberikan peluang sangat besar bagi
adanya keadilan dan persamaan yang merata di banyak kalangan. Para siswa
dan mahasiswa, termasuk para orang tuanya dapat melakukan protes dan
klaim terhadap perilaku, sikap dan tindakan guru atau dosen yang dinilai
tidak sejalan dengan kebebasan atau realitas yang ada.21
Pengajaran dan pembelajaran yang ada sekarang seharusnya
memposisikan siswa atau mahasiswa sebagai seseorang yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya,
sehingga siswa dapat mengembangkan pengetahuan tersebut apabila
diberikan kesempatan untuk mengembangkannya. Dengan demikian, siswa
harus aktif dalam pencarian dan pengembangan pengetahuan.
Guru atau dosen haruslah hanya bertindak sebagai fasilitator. Dia harus
memberikan kesempatan kepada para siswa atau mahasiswa untuk
berkembang, berpendapat, berkreasi sebagai dirinya. Guru atau dosen juga
tidak boleh lagi terpaku dengan materi yang ada di buku-buku pelajaran.
Mereka harus kreatif untuk menemukan materi-materi baru yang up to date
yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Prinsip lain yang perlu dilakukan dalam pengajaran dan pembelajaran
sekarang adalah memberi kesempatan seluas-luasnya kepada anak didik
21
Informasi tentang ini antara lain dapat dibaca di
http://edukasi.kompasiana.com/2012/02/24/siswa-sd-berani-protes-gurunya-sendiri/ diakses
03 Maret 2012, http://aceh.tribunnews.com/2011/12/30/siswa-smk-taman-fajar-protes-ke-
disdik diakses 03 Maret 2012, http://nasional.inilah.com/read/detail/1809886/guru-
tempeleng-murid-wali-murid-protes, http://rimanews.com/read/20120216/54545/kepsek-
selingkuh-siswa-protes, diakses 03 Maret 2012
Pengajaran dan Pembelajaran Realistik dalam Pendidikan Islam
14
untuk melakukan aktifitas dan kreatifitas secara individu maupun kolektif.
Selain itu, semua manusia tanpa membedakan ras, budaya, dan jenis kelamin
memiliki kemampuan dalam hal belajar. Tidak mengherankan jika ada siswa
madrasah yang dapat meraih medali tingkat internasional di bidang
matematika.22
Pengajaran dan pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru atau dosen.
Sekarang paradigma pengajaran dan pembelajaran ke arah pembelajaran
berpusat pada siswa atau mahasiswa. Keragaman mahasiswa menuntut
adanya pola belajar yang berbeda-beda. Guru atau dosen tidak dapat lagi
menyeragamkan perlakuan terhadap mahasiswa. Banyak konsekuensi akibat
perubahan paradigma tersebut. Dosen harus menerima kondisi keberagaman
mahasiswa dan harus mau menyesuaikan cara mengajarya serta harus mau
juga mempersiapkan bahan dan metode pengajaran yang beragam sesuai
karakter masing-masing.
Kalau dahulu pengajaran dan pembelajaran mengandalkan pada
ingatan, sekarang berubah menjadi pemahaman. Mahasiswa diberi
kesempatan banyak untuk aktif melakukan dengan cara mencari dan
menyusun pengetahuan baru. Siswa atau mahasiswa aktif dalam terlibat
dalam perdebatan, menganalisis, berfikir kritis dalam menerima atau
menolak informasi yang ada. Dengan demikian maka selaiknya penilaian
terhadap hasil ujian para siswa atau mahasiswa didasarkan pada banyak
faktor selama proses pengajaran dan pembelajaran, bukan ujian akhir semata.
Pengajaran dan pembelajaran yang efektif harus juga
mempertimbangkan adanya suasana yang menyenangkan, santai, tidak
tertekan, tetapi tetap dalam koridor disiplin dan menunjukkan minat yang
tinggi. Salah satu Pusat Bimbingan Belajar Ganesha Operation menamakan
teori belajar kepada pasa siswanya sebagai Revolusi Belajar. Istilah ini
dimaknai sebagai metode belajar yang mengoptimalkan penggunaan otak kiri
dan otak kanan sehingga belajar menjadi lebih menyenangkan dan pelajaran
mudah dimengerti. Buah dari metode belajar ini adalah para siswanya sering
memperoleh medali tingkat internasional.23
22
Informasi tentang Siswa Madrasah Raih Medali Lomba Matematika Internasional,
lihat http://kajianpsikologi.guru-indonesia.net/artikel_detail-17206.html diakses 03 Maret
2012. 23
Baca http://www.ganesha-operation.com/berita-160-siswa-ganesha-operation-meraih-
medali-pada-kegiatan-asmops.html diakses 03 Maret 2012.
Masa Lampau untuk Masa Depan
15
VI
Berdasarkan uraian sederhana di atas dapat diperoleh pelajaran bahwa
semakin tinggi kepercayaan kepada murid semakin kondusif dalam
pembelajaran.
Kaidah tersebut dapat diberlakukan dalam banyak hal yang berkaitan
komunikasi antar dua arah atau lebih. Misalnya hubungan antara pemerintah
pusat dan daerah, guru dan murid, orang tua dan anak, kebijakan pendidikan
bagi para siswa atau mahasiswanya dan seterusnya. Artinya, tanda
kedewasaan sesuatu terletak pada semakin tinggi atau rendahnya
kepercayaan terhadap orang lain. Bagi lembaga pendidikan Islam,
pendidikan realistik semakin mendekatkan ajaran agama kepada dunia nyata
para siswa atau mahasiswa.
Terima kasih wallah a’lam bi alshawab.
Jakarta, 03 Maret 2012
Pengajaran dan Pembelajaran Realistik dalam Pendidikan Islam
16