Upload
others
View
42
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF CERITA ANAK AL-
AMÎRAH WA AL-TSU'BÂN
KARYA MUHAMMAD 'ATHIYYAH AL-IBRASYI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Humaniora (S. Hum)
Oleh:
Amirudin
NIM: 11150240000040
PROGRAM STUDI TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020 M/1441 H
PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF CERITA ANAK AL-
AMÎRAH WA AL-TSU'BÂN
KARYA MUHAMMAD 'ATHIYYAH AL-IBRASYI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Humaniora (S. Hum)
Oleh:
Amirudin
NIM: 11150240000040
Dosen Pembimbing,
Dr. Akhmad Saehudin, M.Ag.
NIP. 19700505 200003 1 003
PROGRAM STUDI TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020 M/1441 H
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi berjudul “Penerjemahan Komunikatif Cerita Anak al-
Amîrah wa al-Tsu'bân karya Muhammad ‘Athiyyah Al-Ibrasyi”
telah diujikan dalam sidang munâqasah Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Jum’at, 01 Mei
2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) pada Program
Studi Tarjamah.
Jakarta, 12 Juni 2020
Sidang munâqasah
TIM PENGUJI TANDA TANGAN
Dr. Darsita Suparno, M.Hum ( )
(Ketua Sidang) Tgl. 16 Juni 2020
Dr. Ulil Abshar, S.S., M.Hum., M.A ( )
(Sekretaris Sidang) Tgl. 16 Juni 2020
Dr. Karlina Helmanita , M.Ag ( )
(Penguji 1) Tgl. 12 Juni 2020
Umi Kulsum, MA ( )
(Penguji 2) Tgl. 11 Juni 2020
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Amirudin
NIM : 11150240000040
Program Studi : Tarjamah (B.Arab)
Dengan ini menyatakan bahwa, skripsi yang berjudul
“Penerjemahan Komunikatif Cerita Anak al-Amîrah wa al-
Tsu'bân karya Muhammad ‘Athiyyah Al-Ibrasyi” adalah hasil
karya saya sendiri. Adapun kutipan yang ada dalam karya saya
cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Apabila kemudian
hari bahwa karya ini bukan merupakan karya asli saya atau
merupakan hasil plagiat dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian, pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Jakarta, 12 Juni 2020
Amirudin
NIM : 11150240000040
v
ABSTRAK
Amirudin, 111502400000. “Penerjemahan Komunikatif
Cerita Anak al-Amîrah wa al-Tsu'bân Karya Muhammad
'Athiyyah Al-Ibrasyi”. Skripsi, Program Studi Tarjamah,
Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2020.
Penelitian ini bertujuan untuk menerjemahkan buku cerita anak al-
Amîrah wa al-Tsu'bân karya Muhammad ‘Athiyyah Al-Ibrasyi.
Kemudian menjelaskan pertanggungjawaban dari BSu yaitu
Bahasa Arab ke BSa yaitu Bahasa Indonesia dengan menggunakan
strategi penerjemahan. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif-deskriptif. Hasil penelitian ini
mengungkapkan bahwa : pertama, penerapan metode
penerjemahan komunikatif buku cerita anak al-Amîrah wa al-
Tsu'bân menggunakan empat strategi : mendahulukan dan
mengakhirkan, menambahkan, membuang, dan mengganti. Kedua,
Strategi tersebut efektif digunakan dalam menerjemahan buku ini
karena mampu mengatasi perbedaan kaidah bahasa dan budaya
antara bahasa sumber dan bahasa sasaran secara lebih tepat.
Ketiga, mengetahui bagaimana proses penerjemahan yang
dilakukan oleh peneliti terhadap buku cerita anak al-Amîrah wa al-
Tsu'bân.
Kata kunci: al-Amîrah wa al-Tsu'bân, Penerjemahan
Komunikatif, Strategi Penerjemahan.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah. Sholawat dan
salam. Skripsi ini tidak akan selesai tanpa doa, dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis mengucapkan
terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Saiful Umam, M.A., Ph.D selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Dr. Darsita Suparno, M.Hum. selaku Ketua Jurusan
Tarjamah;
3. Dr. Ulil Abshar, S.S., M.Hum., M.A. selaku Sekretaris
Jurusan Tarjamah;
4. Dr. Akhmad Saehudin, M.Ag. selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah meluangkan banyak waktunya untuk
memberikan bimbingan, motivasi tiada henti, arahan
kepada penulis serta kesabaran yang amat luar biasa dalam
membimbing pun mengkoreksi sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini;
5. Dr. Akhmad Saehudin, M.Ag selaku dosen pembimbing
akademik;
6. Dr. Karlina Helmanita, M.Ag dan Umi Kulsum, MA,
selaku penguji yang telah meluangkan waktunya untuk
menguji, menilai, memberi masukan dan saran terhadap
skripsi ini.
7. Seluruh dosen Fakultas Adab dan Humaniora, khususnya
dosen tarjamah yang telah mendidik dan memberikan
berbagai ilmu;
vii
8. Kepada keluarga tercinta terkhusus untuk orang tua tercinta
Bapak (Alm) Ahmad Sukamto dan Ibu Siti Hadijah yang
telah mendidik, mendo’akan dan memberikan kasih sayang
sehingga penulis dapat menjalankan kehidupan yang baik
dan mendapatkan pendidikan sampai ke tahap ini .
9. Semua teman-teaman Tarjamah angkatan 2015, khususnya
Faisal Busro, Nurhadi, Ahnap Toni, Ahmad Safarudin,
Amarta Salsabila, Dawud Bachtiar, Andhika Tiara,
Tamtomi Jauhari, Siti Nur Asyilla, dan Diah Pitaloka yang
telah membantu mensupport penulis dalam melakukan
segala hal positif termasuk menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi yang masih jauh dari kata sempurna ini
dapat memberikan manfaat untuk masyarakat, khususnya bagi
penulis serta para penggiat akademis di dunia penerjemahan.
Jakarta, 12 Juni 2020
Amirudin
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................ v
KATA PENGANTAR ......................................................................... vi
DAFTAR ISI...................................................................................... viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................... x
DAFTAR SINGKATAN .................................................................. xvii
BAB I .................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 5
E. Penelitian Terdahulu ................................................................. 6
F. Metode Penelitian...................................................................... 9
1. Metode Penelitian .................................................................. 9
2. Fokus Penelitian .................................................................. 10
3. Sumber Data ........................................................................ 10
4. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 11
5. Metode Analisis Data .......................................................... 12
6. Teknik Penulisan ................................................................. 12
G. Sistematika Penulisan .............................................................. 13
BAB II ................................................................................................ 14
KERANGKA TEORI ......................................................................... 14
A. Penerjemahan .......................................................................... 14
1. Pengertian Penerjemahan .................................................... 14
2. Metode Penerjemahan ......................................................... 18
3. Penerjemahan Komunikatif ................................................. 23
4. Strategi Penerjemahan Arab-Indonesia ............................... 25
ix
B. Sastra Anak ............................................................................. 27
1. Pengertian Sastra Anak ....................................................... 27
2. Ciri-ciri Sastra Anak ............................................................ 28
3. Ragam Sastra Anak ............................................................. 28
BAB III ............................................................................................... 33
SEKILAS TENTANG BUKU CERITA ANAK AL-AMÎRAH WA AL-
TSA'BÂN KARYA MUHAMMAD 'ATHIYYAH AL-IBRASYI ....... 33
A. Biografi Penulis ....................................................................... 33
1. Kehidupan Muhammad ‘Athiyyah al-Ibrasyi ...................... 33
2. Karya-karya Muhammad ‘Athiyyah al-Ibrasyi .................... 34
B. Sinopsis Buku al-Amîrah Wa al-Tsu'bân ................................ 35
1. Penerbit Maktabah al-khudrâ............................................... 35
2. Isi Buku ............................................................................... 37
BAB IV ............................................................................................... 44
PERTANGGUNGJAWABAN PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF
PADA CERITA AL-AMÎRAH WA AL-TSU'BÂN KARYA
MUHAMMAD 'ATHIYYAH AL-IBRASYI ...................................... 44
A. Pengantar................................................................................. 44
B. Pertanggungjawaban Akademik Penerjemahan Cerita ............ 44
BAB V ................................................................................................ 67
PENUTUP .......................................................................................... 67
A. Kesimpulan ............................................................................. 67
B. Rekomendasi ........................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 69
LAMPIRAN – LAMPIRAN ............................................................... 73
x
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah mengalihaksarakan suatu aksara
ke dalam aksara lain. Misalnya, dari aksara Arab ke aksara
Latin. Transliterasi yang digunakan dalam penelitian skripsi
ini merujuk pada pedoman transliterasi pada Keputusan
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor: 507 Tahun
2017 tentang “Pedoman Penelitian Karya Ilmiah (Skripsi,
Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berikut
daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:
A. Konsonan
Huruf
Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
b Be ب
t Te ت
ts te dan es ث
j Je ج
h h dengan garis bawah ح
kh ka dan ha خ
xi
d De د
dz de dan zet ذ
r Er ر
z Zet ز
s Es س
sy es dan ye ش
s es dengan garis di bawah ص
d de dengan garis di bawah ض
ṯ te dengan garis dibawah ط
z zet dengan garis bawah ظ
‘ عkoma terbalik di atas hadap
kanan
gh ge dan ha غ
f Ef ف
q Ki ق
k Ka ك
xii
l El ل
m Em م
n En ن
w We و
h Ha ه
Apostrof ` ء
y Ye ي
B. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa
Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal
rangkaf atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih
aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
A Fathah ـــ
I Kasrah ـــ
U Dammah ـــ
xiii
Adapun vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya
adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ي ـــ ai a dan i
و ـــ au a dan u
C. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang
dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf,
yaitu:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin Keterangan
ȃ a dengan topi di atas ـــا
ȋ i dengan topi di atas ـــي
ȗ u dengan topi di atas ـــو
D. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab
dilambangkan dengan huruf, yaitu ال, dialihaksarakan menjadi
huruf /I/, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf
qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan
ad- dîwân.
xiv
E. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau Tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan tanda (), dalam alih aksara ini
dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan
huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak
berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak
setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf
syamsiyyah. Misalnya kata “الضرورة” tidak ditulis ad-darûrah
melainkan al-darûrah. Demikian seterusnya.
F. Ta Marbûtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta
marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf
tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di
bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut
diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf
ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf
tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).
Contoh:
No. Kata Arab Alih Aksara
Tarîqah ةق ي ـ ر ط 1
al-jâmi’ah al-islâmiyyah ةي م ل الإس ة ع ام ال 2
xv
Wahdat al-wujûd دو ج و ال ة د ح و 3
G. Huruf Kapital
Meskipun dalam tulisan Arab huruf kapital tidak
dikenal, dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga
digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara
lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal, nama
tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Penting
diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka
yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri
tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. (Contoh: Abû
Hâmid al-Ghazâlî bukan Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-
Kindi).
Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga
dapat diterapkan dalamalih aksara ini, misalnya ketentuan
mengenai huruf cetak miringn (italic) atau cetak tebal (bold).
Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak miring,
maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian
seterusnya.
Berkaitan dengan penelitian nama, untuk nama-nama
tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan
tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari
bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani,
tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak
Nûr al-Dîn al-Rânîrî.
xvi
H. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism),
maupun huruf (harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah
beberapa contoh alih aksara atas kalimat- kalimat dalam
bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di
atas:
Kata Arab Alih Aksara
Dau'u al-Misbah احب ص م ال ء و ض
A’lamu bi al-Sawâb ابو لص ب م ل ع أ
Fî al-Jâmi’ah ةع ام ال ف
xvii
DAFTAR SINGKATAN
BSu : Bahasa Sumber
BSa : Bahasa Sasaran
TSu : Teks Sumber
TSa : Teks Sasaran
KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sastra merupakan beberapa disiplin ilmu yang
memiliki keterkaitan dan hubungan langsung dengan
kajian sastra.1 Perkembangan sastra di Indonesia
mengalami pasang surut. Dari tahun ke tahun karya sastra
mulai bermunculan seperti, novel, puisi, cepen, dongeng,
dan sastra lainnya. Seiring dengan berkembangnya zaman
karya sastra pun ikut berubah-ubah, begitupun dengan
sastra anak.
Berbicara tentang sastra dalam kaitannya dengan
pembentukan karakter, atau mungkin dikatakan
pembentukan sikap dan perilaku, telah banyak dilakukan
orang. Bahkan, tidak jarang timbul kesan bahwa
pembelajaran sastra tidak lain adalah pembelajaran moral
atau nilai-nilai. Berbagai teks kesastraan diyakini
mengandung unsur moral dan nilai-nilai yang dapat
dijadikan “bahan baku” pendidikan dan pembentukan
karakter. Teks-teks kesastraan diyakini mengandung suatu
“ajaran” karena pengarang tak akan menulis tanpa pesan
moral (messages). Dalam proses kelahirannya, karya
sastra, baik sastra Indonesia maupun sastra lainnya, terjadi
1 Ahmad Muzakki, Kesusastraan Arab Pengantar Teori Dan Terapan,(
Yogyakarta : Arruz Media, 2006), h.25.
2
saling keterkaitan antara penciptaan sastra dengan
fenomena kehidupan masyarakatnya.2
Sastra anak merupakan salah satu karya sastra yang
seringkali diterjemahkan, karena minimnya karya-karya
sastra asli di Indonesia. Di Indonesia sastra anak dipandang
sebagai cerita-cerita pengantar anak-anak untuk tidur
seperti dongeng, cerita fantasi atau yang lainnya. Jika
dipikir bahwa cerita anak sangat bermanfaat untuk anak-
anak guna membentuk moral, karakter, imajinasi,
mengasah kemampuan berbicara, dan membaca. Agar
mereka merasa senang maka di buku cerita tersebut
dilampirkan beberapa gambar-gambar fantasi guna
membuat terarik anak untuk membacanya.
Setiap masyarakat memiliki bahasa tersendiri
begitu pun dengan anak dan setiap bahasa mempunyai
karakteristik tertentu yang berbeda dengan bahasa yang
lain. Karakteristik tersebutlah yang tidak dapat dibiarkan
dalam setiap tugas penerjemahan. Dalam perihal ini,
seorang penerjemah harus menyadari bahwa tugas
penerjemahan yang dilakukannya ini memiliki tujuan
untuk menghasilkan sesuatu yang dapat membantu
mengatasi kesenjangan karakteristik antara bahasa sumber
(BSu) dan bahasa sasaran (BSa).
2 Darsita Suparno, Prosiding Seminar Nasional Penerjemahan
Revitalisasi Peran Penerjemahan di Era Global. (Tangerang Selatan :
Tarjamah Center 2013). h. 180
3
Ada beberapa syarat suatu kegiatan dalam
pemindahan pesan itu dapat dikatakan sebagai kegiatan
penerjemahan. Pertama, melibatkan dua bahasa yaitu BSu
dan BSa. Kedua, pengalihan tersebut harus dilakukan
secara sepadan. Ketiga, penerjemahan haruslah wajar
sesuai standar penggunaan yang lazim dalam BSa.3
Disimpulkan bahwa tugas seorang penerjemah merupakan
penyambung lidah penulis (dalam bahasa tulisan) atau
pembicara (dalam bahasa lisan) dan tidak boleh
menambahi ataupun mengurangi pesan tersebut.
Penerjemah harus juga membekali diri dengan kesalahan
umum yang sering ditemukan di dalam penerjemahan
Arab-Indonesia agar tidak terjatuh dalam lubang yang tidak
seharusnya. Menurut Moch. Syarif Hidayatullah
sebagaimana yang dikutip dari Mu’mi (tt: 18-26) bahwa
menyebut beberapa kesalahan umum yang dilakukan oleh
seorang penerjemah, terutama yang pemula. Meskipun ia
mendasarkan kajiannya pada kasus penerjemahan Arab-
Inggris, namun kesalahan itu juga ditemukan dalam kasus
penerjemahan Arab-Indonesia.4
Dari sekian karya sastra anak berbahasa Arab,
peneliti menemukan buku berjudul al-Amîrah wa al-
Tsa'bân karya Muhammad 'Athiyyah al-Ibrasyi dengan
3 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk – Beluk Penerjemahan Arab
Indonesia Kontemporer (Tangerang Selatan: Alkitabah, 2014), h.17. 4 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk – Beluk Penerjemahan Arab
Indonesia Kontemporer, h.47.
4
bahasa sumber dari bahasa Arab yang akan diterjemahkan
menggunakan metode penerjemahan komunikatif. Alasan
peneliti memilih ialah karena memiliki berbagai pesan
moral yang terkandung dalam cerita tersebut yang dapat
diaplikasikan oleh anak dikehidupan sehari-harinya dan
bahasa sumber berasal dari bahasa Arab karena dari sekian
karya sastra anak yang paling sering ditemui seperti
Alibaba, Aladin, Cinderella dan lain-lainnya dan
Muhammad ‘Athiyyah Al-Ibrasyi memiliki berbagai karya
sastra yang beliau miliki tetapi peneliti lebih memilih yang
buku cerita al-Amîrah wa al-Tsu'bân karena memang
belum pernah ada yang menerjemahkannya. Maka dari itu
peneliti tertarik untuk menerjemahkan karya sastra tersebut
dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.
Metode penerjemahan yang peneliti gunakan dalam
proses penerjemahan teks tersebut ialah metode
komunikatif sehingga dapat mempermudah para pembaca
untuk memahami teks tersebut. Dengan demikian penulis
memberi judul pada skripsinya dengan berjudul
“Penerjemahan Komunikatif Cerita Anak al-Amîrah
wa al-Tsu'bân Karya Muhammad 'Athiyyah al-
Ibrasyi”. Dengan melakukan penelitian ini akan diketahui
bagaimana proses penerjemahan teks tersebut
menggunakan metode penerjemahan komunikatif.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini agar pokok masalah tak
meluas, maka berdasarkan permasalahan diatas, peneliti
5
membatasi permasalahan tersebut. Karena itu penelitian ini
hanya memfokuskan pada metode penerjemahan
komunikatif dalam menerjemahkan cerita anak yang
berjudul “al-Amîrah wa al-Tsu'bân.”
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Bagaimana strategi penerjemahan komunikatif
dalam penerjemahan cerita anak al-Amîrah wa al-Tsu'bân
karya Muhammad 'Athiyyah al-Ibrasyi?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan
yang ingin dicapai oleh penelitian ini adalah
mendeskripsikan strategi penerjemahan komunikatif dalam
penerjemahan cerita anak al-Amîrah wa al-Tsu'bân karya
Muhammad 'Athiyyah al-Ibrasyi.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diinginkan dari penelitian ini yaitu :
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini menghasilkan temuan yang dapat
bermanfaat secara teoretis yaitu memberikan
pandangan teoretis tentang menerjemahkan
berbagai naskah-naskah, kitab-kitab yang memang
sudah lama termasuk cerita anak.
2. Manfaat Praktis
a. Dalam penelitian ini besar harapannya
dapat menambah wawasan peneliti,
pembaca, dan para penerjemah agar mampu
menghasilkan terjemahan yang sesuai dan
6
tepat dengan apa yang dimaksud atau pesan
dari bahasa sumber.
b. Sebagai dorongan untuk mahasiswa yang
berada di Prodi Tarjamah untuk upaya
meningkatkan kompetensi dalam bidang
penerjemahannya baik penerjemahan dalam
naskah-naskah, kitab-kitab yang memang
sudah lama, cerita anak dan lain-lainnya.
c. Dapat dimanfaatkan oleh para peneliti
lainnya sebagai bahan pertimbangan untuk
mengembangkan penelitian yang lebih
mendalam lagi terkait penerjemahan cerita
anak.
E. Penelitian Terdahulu
Setelah berbagai macam literature sebagai bahan
rujukan skripsi. Peneliti menemukan beberapa penelitian
terkait produksi terjemahan. Adapun penelitian tersebut
adalah :
Pertama, skripsi dari Siti Fauziyyah Turrohmah
merupakan Mahasiswi Tarjamah Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2018)
berjudul “ Metode Penerjemahan Adaptasi Cerita Anak al-
Sulthân al-Mashûr Karya Muhammad ‘Athiyyah Al-
Ibrasyi.” Dalam penelitian ini Siti mendeskripsikan tentang
metode yang ia gunakan dalam skripsinya dalam
penerjemahan cerita anak, sedangkan peneliti ini fokus
pada penerjemahan dan metode penerjemahannya yang
7
akan digunakan dalam teks cerita anak tersebut. Keduanya
hampir memiliki persamaan yaitu sama-sama
menerjemahkan cerita anak dan korpusnya. Bedanya kalau
Siti mengambil korpus cerita anak berjudul al-Sulthân al-
Mashûr Karya Muhammad ‘Athiyyah Al-Ibrasyi dengan
menggunakan metode penerjemahan adaptasi, sedangkan
penulis mengambil korpus cerita anak dengan judul al-
Amîrah wa al-Tsu'bân Karya Muhammad 'Athiyyah al-
Ibrasyi dengan menggunakan metode komunikatif.
Kedua, skripsi dari Ida Nur Jannah merupakan
Mahasiswi Program Studi Tarjamah Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2018)
berjudul “Penerjemahan Kitab Qasas al–Qur’ân Li al-Atfâl
Karya Mahmud Al-Mishri (Metode Komunikatif)“.
Sebuah skripsi yang menerjemahkan sebuah kitab dengan
menggunakan metode komunikatif. Bedanya dengan
peneliti lakukan adalah objek penelitian yang dipakai,
peneliti menerjemahkan teks cerita anak yaitu al-Amîrah
wa al-Tsu'bân.
Ketiga, skripsi dari Fitria Ningsih merupakan
Mahasiswa Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta (2017) berjudul
“Penerjemahan Cerita Anak dalam Kitab 50 Qishah
Qashirah Lil-Athfâl Karya Tariq Al-Bakri”. Dalam
penelitian ini membahas tentang penerjemahan cerita anak
karya Tariq Al-Bakri dengan menggunakan metode
semantik. Berbeda halnya dengan penulis yang
8
memfokuskan penelitiannya dalam menerjemahkan cerita
anak al-Amîrah wa al-Tsu'bân Karya Muhammad
'Athiyyah al-Ibrasyi yang teks sumbernya berbahasa Arab
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
dengan menggunakan metode komunikatif. Perbedaannya
terletak pada korpus dan metode penerjemahannya yang
Fitria gunakan.
Keempat, skripsi dari Anisah Sarah Fatimah
merupakan Mahasiswa Tarjamah Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2018)
berjudul “Terjemahan Kultural Pada Kitab Min Mukhalafât
Al-Nisâ Karya Abdul Aziz Bin Muhammad Bin Adullah
As-Sadhan“. Dalam penelitian ini menjelaskan bahwa
Anisah menggunakan terjemahan kultural dalam
menerjemahkan korpusnya yang dijadikan untuk skripsi,
sedangkan peneliti fokus pada penerjemahan cerita anak
dan metode yang digunakannya dalam menerjemahkan.
Perbedaannya terletak pada korpusnya dan metode yang
digunakannya.
Kelima, skripsi dari Fitriyani merupakan
Mahasiswi Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta (2018) berjudul
“Penerjemahan Komunikatif Cerita Anak dalam Kitab
Agrab al-Qasas Karya Mustafa Husein al-Mukabbir”.
Sebuah skripsi yang menerjemahkan sebuah cerita anak
dengan menggunakan metode komunikatif juga. Bedanya
dengan peneliti lakukan adalah objek penelitian yang
9
dipakai, peneliti menerjemahkan teks cerita anak yaitu al-
Amîrah wa al-Tsu'bân.
Dari beberapa penelitian terdahulu di atas dapat
disimpulkan bahwa belum terdapat penelitian tentang
Penerjemahan Komunikatif Cerita Anak al-Amîrah wa al-
Tsu'bân Karya Muhammad 'Athiyyah al-Ibrasyi. Oleh
karena itu peneliti ingin melakukan penelitian tentang hal
tersebut agar dapat membantu generasi penerjemah
selanjutnya khususnya bagi mahasiswa Tarjamah.
F. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode
dengan pendekatan library research jenis penelitian
kualitatif deskriptif teori menurut Lexy J. Meleong
penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada
suatu latar alamiah dengan metode alamiah dan
dilakukan oleh orang atau peneliti tang tertarik secara
alamiah.5 Metode ini dihubungkan pula dengan
memperhatikan dua aspek penting yaitu: pertama,
kemampuan menguasai kaidah ata bahasa dan kedua
kemampuan menerjemahkan. Dua kemampuan ini
adalah modal dasar untuk mentransfer ide atau pikiran
yang dikandung tulisan dalam bahasa asing yang
dipelajari atau yang akan diterjemahkan.6
5 Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi Cetakan
Kedua Puluh Dua. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2006). h.5. 6 A. Chaedar Alwasilah, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab .
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014). h.171.
10
Sedangkan deskriptif ialah data yang dikumpulkan
berupa teks. Karena untuk menangkap arti dari yang
terdalam yang tidak mungkin diperoleh dalam bentuk
angka karena angka sendiri tersebut merupakan simbol.7
2. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini ialah menerjemahkan buku
cerita anak al-Amîrah Wa al-Tsu'bân Karya
Muhammad 'Athiyyah al-Ibrasyi dari bahasa Arab ke
bahasa Indonesia dengan menggunakan metode
penerjemahan komunikatif.
3. Sumber Data
Pada penelitian ini peneliti menggunakan langkah
metode kepustakaan (library search) demi
mendapatkan berbagai data yang berkaitan dengan
penelitian untuk menghasilkan penelitian yang akurat.
Sumber data sekunder peneliti merujuk pada literature
yang berkaitan dengan penerjemahan dan kamus-
kamus sebagai memperkuat isi terjemahan diantaranya
yaitu : Kamus al-Munawwir Arab Indonesia, Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kamus Online seperti
al-Ma’ani Arab Indonesia dan Mutarjim, kamus offline,
buku-buku, jurnal, artikel, dan internet.
Sedangkan sumber data primer yaitu data yang
langsung diteliti oleh peneliti. Adapun yang menjadi
sumber primer dalam penelitian ini adalah buku Cerita
7 J.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif (Jeniu, Karakteristik dan
Keunggulannya), h.60.
11
Anak al-Amîrah wa al-Tsu'bân Karya Muhammad
'Athiyyah al-Ibrasyi yang berbahasa Arab sebagai teks
sumber (TSu).
4. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan cara yang
dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.
Dalam mengumpulkan data peneliti melakukan
beberapa tahap dalam melakukan penelitian tersebut.
Adapun tahapannya ialah: menentukan objek penelitian,
membaca objek penelitian, memilah dan memilih data
yang akan dianalisis, menentukan teori yang akan
dipakai pada teks tersebut, menerapkan teori
penerjemahan. Adapun bagan pengumpulan data
sebagai berikut :
Membaca objek
penelitian
Menerapkan teori
penerjemahan
Memilah dan memilih
data yang akan di analisis
Menentukan teori
yang akan dipakai
Menentukan objek
penelitian
12
5. Metode Analisis Data
Dalam metode analisis data, peneliti perlu
menjelaskan sistematika berikut sehingga metode
analisis data dapat berjalan dengan runtut dan tidak
keluar dari pembahasan yang telah ditentukan. Maka
mrtode analisis data adalah sebagai berikut :
a. Menerjemahkan Cerita Anak al-Amîrah wa al-
Tsu'bân Karya Muhammad 'Athiyyah al-Ibrasyi
menggunakan kamus Arab Indonesia seperti kamus
al-Munawwir, al-Ma’ani, Mutarjim, Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) serta berbagai
artikel dan internet sebagai sumber pendukung.
b. Mendeskripsikan pengimplementasian metode
penerjemahan buku cerita anak al-Amîrah wa al
Tsu'bân Karya Muhammad 'Athiyyah al-Ibrasyi
c. Mendeskripsikan penerapan strategi
penerjemahan buku Cerita Anak al-Amîrah wa
al-Tsu'bân Karya Muhammad 'Athiyyah al-
Ibrasyi.
d. Mendeskripsikan efektifitas penggunaan strategi
penerjemahan buku cerita anak al-Amîrah wa al-
Tsu'bân Karya Muhammad 'Athiyyah al-Ibrasyi
6. Teknik Penulisan
Secara teknis skripsi ini berpedoman pada buku
pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
berdasarkan Keputusan Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Nomor: 507 Tahun 2017.
13
G. Sistematika Penulisan
Demi mendapatkan pemahaman yang
komprehensif, maka peneliti merasa perlu untuk
merumuskan sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, meliputi : latar belakang
masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, penelitian terdahulu, metode penelitian
dan sistematika penulisan.
Bab II Kerangka Teori, meliputi : pertama,
penerjemahan terkait pengertian penerjemahan, metode
penerjemahan, strategi penerjemahan Arab-Indo, dan
penerjemahan komunikatif. Kedua, terkait tentang sastra
anak seperti pengertian sastra anak, ciri-ciri sastra anak dan
ragam sastra anak.
Bab III Korpus penelitian meliputi: pertama sekilas
tentang penulis yaitu Muhammad ‘Athiyyah Al-Ibrasyi
seperti kehidupan dan karya-karyanya. Kedua, terkait
sinopsis buku al-Amîrah wa al-Tsu'bân seperti penerbit
buku al-Amîrah wa al-Tsu'bân yaitu Maktabah Al-khudrâ
dan isi buku al-Amîrah wa al-Tsu'bân.
Bab IV Pertanggungjawaban Penerjemahan
Komunikatif Pada Cerita al-Amîrah wa al-Tsu'bân Karya
Muhammad 'Athiyyah Al-Ibrasyi, meliputi : pengantar,
dan pertanggung jawaban akademik penerjemahan.
Bab V Penutup, meliputi kesimpulan dan
rekomendasi.
14
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Penerjemahan
1. Pengertian Penerjemahan
Menurut Catford bahwa penerjemahan adalah suatu
kegiatan yang terjadi dalam bahasa, yaitu proses
mengganti teks dari suatu bahasa ke bahasa lain. Catford
memberikan penekanan definisi penerjemahan pada
pengalihan teks yang tentunya di dalam teks tersebut
terkandung makna.8 Secara garis besar penerjemahan
pemindahan teks BSu ke dalam BSa dengan benar tanpa
kesalahahan dalam menangkap pesan.
Penerjemahan merupakan proses memindahkan
pesan yang telah diungkapkan dalam bahasa yang satu
(BSu) ke dalam bahasa sasaran yang lainnya (BSa)
secara sepadan dan wajar dalam pengungkapannya
sehingga tidak menimbulkan kesalahan persepsi dan
kesan asing dalam menangkap pesan tersebut.9 Jadi,
penerjemahan merupakan menyampaikan suatu pesan
dari seseorang kepada orang lain dengan benar tanpa
kesalahan sedikit pun.
8 Catford, J.C, A Linguistic Theory of Translation, (London: Oxford
University Press, 1965), h. 1. 9 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk – Beluk Penerjemahan Arab
Indonesia Kontemporer (Tangerang Selatan: Alkitabah, 2014), h. 17.
15
Proses penerjemahan terdiri dari empat proses,
sebagaimana seperti bagan berikut :10
Bagan diatas merupakan proses penerjemahan yang
harus dilalui oleh suatu teks saat berbentuk struktur Bsu
hingga akhirnya berubah menjadi struktur BSa.
Untuk dapat berhasil melalui empat proses itu,
seorang penerjemah perlu memperhatikan hal-hal yang
ditunjukkan oleh bagan berikut :11
Bagan diatas merupakan kiat-kiat seorang
penerjemah harus dilakukan kemudian akan diuraikan
sebagai berikut :
10 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk – Beluk Penerjemahan Arab
Indonesia Kontemporer (Tangerang Selatan: Alkitabah, 2014), h. 20. 11 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk – Beluk Penerjemahan Arab
Indonesia Kontemporer (Tangerang Selatan: Alkitabah, 2014), h. 22-23.
Pemahaman Leksikal dan
Gramatikal BSu
Pemahaman Makna BSu
Sinkronisasi Struktur dalam
BSu ke BSa
Pemadanan Makna ke dalam BSa
Leksikologi
Morfologi
Sintaksis
Semantik
Pragmatik
Kelaziman
Keterpahaman
Pemahaman Implikatu
r
Pemahaman
Pemadanan
16
a. Pemahaman pada bagan diatas dimaksudkan
sebagai hasil dari olah intelektual atas teks atau
ujaran dalam BSu yang didapat dari pemahaman
terhadap aspek leksikal oleh aspek gramatikal
melalui bantuan perangkat ilmu leksikologi,
morfologi, sintaksis yang melekat pada teks atau
ujaran dalam BSu.
b. Implikatur merupakan maksud yang dihasilkan
dari ketajaman menangkap aspek semantik dan
pragmatik yang sangat dipengaruhi oleh
pemahaman terhadap teks dan implikasi
kontekstualnya.
c. Pemadanan BSa merupakan aspek tekstual dari
kontekstual dari teks atau ujaran dalam BSu ke
Bsa. Pada saat melakukan pemadanan ini, seornag
penerjemah harus bisa melepaskan diri dari
kungkungan struktur gramatikal BSu, agar hasil
terjemahan menjadi wajar sesuai kelaziman yang
berlaku dalam struktur Bsa baik struktur
gramatikal maupun struktur makna.
Untuk mendapatkan pemahaman, implikatur, dan
pemadanan yang tepat dan wajar, seorang penerjemah
dapat mengikuti beberapa langkah yang terlihat dalam
bagan berikut :12
12 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk – Beluk Penerjemahan Arab
Indonesia Kontemporer (Tangerang Selatan: Alkitabah, 2014), h. 23-24.
17
Bagan diatas merupakan hal-hal yang harus
diperhatikan oleh seorang penerjemah, yang akan
diuraikan sebagai berikut :
a. Pengenalan jenis teks atau ujaran, yaitu mengenali
jenis teks atau ujaran yang akan diterjemahkan
dengan membacanya secara berulang-ulang atau
mempelajari karakter pembicara dengan seksama
sebelum proses penerjemahan berlangsung, yang
tentu saja disesuaikan dengan kebutuhan. Pada
titik ini, seorang penerjemah perlu pula
mengetahui latar belakang topik teks atau ujaran
yang diterjemahkannya.
b. Analisis unsur teks dan ujaran, yaitu mengurai
satuan-satuan kalimat dan unsur-unsur dalam
bagian teks atau ujaran yang lebih besar lagi.
Analisis disini dimaksudkan tidak hanya memberi
uraian linguistik semata, tetapi juga implikasi
nonlinguistisnya saat teks atau ujaran itu dimaknai
dengan pemahaman tertentu.
Pengenalan Jenis Teks
atau Ujaran
Analisis Unsur Teks atau Ujaran
Pengecekan Hasil
Pengolahan dan
Penyesuaian
18
c. Pengolahan dan penyelesuaiannya, yaitu menata
ulang hasil analisis dan dilakukan penyelarasan
pada semua unsur teks atau ujaran baik
sehubungan dengan aspek linguistisnya maupun
aspek nonlinguistisnya dengan mencari istilah dan
ungkapan dalam BSa yang tepat, cermat dan
selaras.
d. Pengecekan hasil, yaitu memeriksa kesalahan-
kesalahan yang mungkin terjadi pada penulisan
kata, pemakaian tanda baca, dan susunan
kaimatnya, juga kualitas terjemahannya.
2. Metode Penerjemahan
Metode menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) merupakan cara teratur yang digunakan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai
dengan kehendak.13 Menurut Molina & Hurtado Albir
sebagaimana yang dikutip oleh Sakut Anshori bahwa
metode penerjemahan sebagai cara sebuah proses
penerjemahan dilakukan sesuai dengan tujuan
penerjemah yakni, opsi global yang berdampak pada
teks bahasa sasaran secara keseluruhan.14
13 KBBI V Online versi 0.3.2 Beta (32) diakses pada 02 Mei 2020
pukul 12:49 WIB. 14 Sakut Anshori, Teknik, Metode Dan Ideologi Penerjemahan Buku
Economic Concepts Of Ibn Taimiyah Ke Dalam Bahasa Indonesia Dan
Dampaknya Pada Kualitas Terjemahan.(Universitas Sebelas Maret
Surakarta:2010), h.21.
19
Menurut Machali sebagaimana yang dikutip oleh
Sakut Anshori bahwa Istilah metode berasal dari kata
method, dalam Macquarie Dictionary didefinisikan
sebagai a way of doing something, especially in
accordance with a definite plan ,yaitu cara melakukan
sesuatu terutama yang berkenaan dengan rencana
tertentu. Dari definisi tersebut, ada dua hal yang menjadi
kata kunci, yaitu: pertama, metode adalah cara
melakukan sesuatu, dalam hal ini adalah cara melakukan
penerjemahan. Cara merupakan langkah-langkah untuk
melakukan sesuatu, kedua adalah metode berkenaan
dengan rencana tertentu, yaitu rencana dalam
pelaksanaan penerjemahan.15 Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) rencana merupakan
rancangan : buram (rangka sesuatu yang akan
dikerjakan).16
Metode Penerjemahan adalah teknik yang
dipergunakan oleh seorang penerjemah saat hendak
menerjemahkan suatu TSu. Menurut Machali
sebagaimana yang dikutip oleh Sakut Anshori bahwa
teknik adalah suatu metode, keahlian atau seni praktis
15 Sakut Anshori, Teknik, Metode Dan Ideologi Penerjemahan Buku
Economic Concepts Of Ibn Taimiyah Ke Dalam Bahasa Indonesia Dan
Dampaknya Pada Kualitas Terjemahan.(Universitas Sebelas Maret
Surakarta:2010), h. 20. 16 KBBI V Online versi 0.3.2 Beta (32) diakses pada 02 Mei 2020
pukul 14:13 WIB.
20
yang diterapkan pada suatu tugas tertentu.17 Menurut
Newmark sebagaimana yang telah dikutip oleh Moch.
Syarif Hidayatullah bahwa banyak metode
penerjemahan yang dikembangkan oleh para ahli.
Namun, diantara metode yang ada, metode yang
ditawarkan Newmark dinilai sebagai paling lengkap
dan memadai. Menurut Newmark, metode ini terbagi
menjadi 8 (delapan). Jadi, dalam menerjemahkan
Newmark memiliki 8 penerjemahan yang
dikelompokkan menjadi 2 kelompok .Dari 8 metode itu,
4 diantaranya berorientasi pada keakuratan TSu,
sementara 4 lainnya berorientasi pada keterbacaan TSu.
a. Metode Penerjemahan yang Berorientasi pada
Keakuratan TSu.
1) Kata demi Kata
Saat menerjemahkan dengan metode ini,
seorang penerjemahan meletakkan kata-kata TSa
langsung di bawah versi TSu. Kata-kata yang
bermuatan budaya diterjemahkan apa adanya.
2) Harfiah
Hal ini dilakukan pada proses awal
penerjemahan untuk menunjukkan masalah yang
harus dipecahkan.Saat menerjemahkan dengan
metode ini, seorang penerjemah mencarikan
17 Sakut Anshori, Teknik, Metode Dan Ideologi Penerjemahan Buku
Economic Concepts Of Ibn Taimiyah Ke Dalam Bahasa Indonesia Dan
Dampaknya Pada Kualitas Terjemahan.(Universitas Sebelas Maret
Surakarta:2010), h. 65.
21
padanan konstruksi gramatikal TSa. Penerjemahan
kata-kata TSu masih dilakukan secara terpisah dari
konteks. Metode ini biasanya digunakan pada tahap
awal (pengalihan).
3) Setia
Penerjemahan ini berusaha menghasilkan
makna kontekstual yang tepat pada teks asal dengan
keterbatasan struktur tata bahasa BSa. Dalam
penerjemahan ini, kosakata kultural dialihkan dan
tingkat abnormalitas gramatikal dan leksikal
(penyimpangan dari norma BSu) dipertahankan.
Penerjemahan diusahakan agar betul-betul setia
pada maksud dan realitas teks dari penulis BSu.18
4) Semantik
Saat menerjemahkan dengan metode ini,
seorang penerjemah telah lebih luwes dan lebih
fleksibel dari pada penerjemah yang menggunakan
penerjemahan setia. Ia mempertimbangkan unsur
estetika TSu dengan mengkompromikan makna
selama masih dalam batas wajar. Kata yang hanya
sedikit bermuatan budaya diterjemahkan dengan
kata yang netral atau istilah fungsional.
b. Metode Penerjemahan yang Berorientasi pada
Keterbatasan TSa.
1) Adaptasi
18 Yoce Aliah Darma, Metode Pembelajaran Penerjemahan. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, No. 067, Tahun ke-13, Juli 2007, h.690.
22
Saat menerjemahkan dengan metode ini,
seorang penerjemah biasanya tidak terlalu
memperhatikan keteralihan struktur TSa. Ia hanya
memperhatikan apakah terjemahannya dapat
dipahami dengan baik oleh si penutur BSa atau
tidak. Karenanya, metode ini dianggap sebagai
metode yang paling bebas dan paling dekat dengan
TSa.
2) Bebas
Penerjemahan bebas mereproduksi masalah
(matter), tanpa cara (manner) atau isi tanpa bentuk
asli.19 menerjemahkan dengan metode ini, seorang
penerjemah biasanya mengutamakan isi dan
mengorbankan bentuk teks BSu. Tak jarang bentuk
retorik (seperti alur) atau bentuk kalimatnya sudah
berubah sama sekali. Dalam metode ini, terjadi
perubahan drastic antara struktur luar TSu dan
struktur luar Tsa. Metode ini biasanya berbentuk
parafrasa yang dapat lebih panjang atau lebih
pendek dari aslinya.
3) Idiomatis
Saat menerjemahkan dengan metode ini,
seorang penerjemah mereproduksi pesan dalam
teks BSu. Metode ini mengharuskan untuk sering
menggunakan kesan keakraban dan ungkapan
19 Yoce Aliah Darma, Metode Pembelajaran Penerjemahan. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, No. 067, tahun ke-13, Juli 2007, h.691.
23
idiomatis yang tidak didapati pada versi aslinya.
Banyak terjadi distorsi nuansa makna, tetapi lebih
hidup dan lebih nyaman dibaca.
4) Komunikatif
Saat menerjemahkan dengan metode ini,
seorang penerjemah mereproduksi makna
kontensual yang sedemikian rupa. Aspek
kebahasaan dan aspek isi langsung dapat
dimengerti oleh pembaca. Metode ini
mengharuskan penerjemah memperhatikan prinsip-
prinsip komunikasi (pembaca dan tujuan
penerjemahan). Metode ini dapat memberikan
variasi penerjemah yang disesuaikan dengan
prinsip-prinsip komunikasi.20
3. Penerjemahan Komunikatif
Penerjemahan komunikatif terdiri dari 2 kata yaitu
penerjemahan dan komunikatif. Penerjemahan ialah
“Proses memindahkan pesan yang telah diungkapkan
dalam bahasa yang satu (BSu) ke dalam bahasa yang
lain (BSa) secara sepadan dan wajar dalam
pengungkapannya sehingga tidak menimbulkan
kesalahan persepsi dan kesan asing dalam menangkap
pesan tersebut.”21 Sedangkan komunikatif ialah dalam
keadaan saling dapat berhubungan (mudah dihubungi),
20 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk – Beluk Penerjemahan Arab
Indonesia Kontemporer (Tangerang Selatan: Alkitabah, 2014), h.57-64. 21 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk – Beluk Penerjemahan Arab
Indonesia Kontemporer (Tangerang Selatan: Alkitabah, 2014), h.17.
24
mudah dipahami (dimengerti).22 Jadi, penerjemahan
komunikatif adalah proses memindahkan pesan dari
BSu ke BSa dengan sepadan agar mudah dimengerti.
Penerjemahan komunikatif adalah menekankan
pada pesan dan memperhatikan prinsip-prinsip
komunikatif, namun tidak menerjemahkan secara
bebas.23 Menurut Sayogie sebagaimana yang dikutip
oleh Nurhayati bahwa dalam penerjemahan sebuah teks
menggunakan metode penerjemahan komunikatif
dapat dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: 24
a. Tahap membaca. Penerjemah terlebih dahulu
membaca teks yang akan diterjemahkan untuk
mendapatkan pesan teks bahasa sumber.
b. Tahap analisis. Penerjemah mulai menganalisis
kalimat-kalimat yang terdapat pada teks bahasa
sumber. Mengoreksi jika terdapat kesalahan
kemudian melakukan pengaturan informasi agar
pesan dalam bahasa sasaran dapat disampaikan
secara utuh.
22 KBBI V Online, versi 0.3.2 Beta(32) – cari komunikatif diakses pada
02 Mei 2020 pukul 14:25 WIB. 23 Imelda Malawaty Simorangkir dan Dewi Mutiara Indah Ayu, Studi
Penerjemahan Metafora dalam Naskah Drama di Universitas Nasional Jakarta.
Jurnal Pujangga. Vol. 3 No. 2, Desember 2017, h. 73. 24 Nurhayati , Penerjemahan Aksara Han Pada Bongpay Di Muntang-
Tanjung Banyumas Menggunakan Metode Komunikatif. Jurnal Cakrawala
Mandarin Asosiasi Program Studi Mandairn Indonesia, Vol.1, No.2, Oktober
2017, h. 30.
25
c. Tahap pengalihan. Penerjemah melakukan
pengalihan pesan dengan tetap mempertahankan
informasi teks bahasa sumber yang sudah
disederhanakan bahasanya.
d. Tahap penyerasian. Penerjemah melakukan
perbandingan teks bahasa sumber dengan teks
yang telah diterjemahkan untuk melihat
penggunaan bahasa yang sesuai dan gaya bahasa
yang wajar.
4. Strategi Penerjemahan Arab-Indonesia
Dalam menerjemahkan tentunya tidak dengan
mudah langsung menerjemahkan secara gamblang
begitu saja, menerjemahkan pun dibutuhkan berbagai
teknik tertentu. Terdapat beberapa strategi yang bisa
dilakukan oleh seorang penerjemah ketika menghadapi
Tsu. Strategi ini sangat dibutuhkan ketika penerjemah
menghadapi perbedaan konstruksi dan pemaknaan
antara Tsu dan Tsa. Strategi tersebut bisa dimanfaatkan
oleh seorang penerjemah dalam menerjemahkan
sebuah naskah atau yang lainnya, berikut macam-
macam strateginya :
a. Mengedepankan dan mengakhirkan (Taqdim dan
Ta’khir)
Strategi ini mengharuskan seorang penerjemah
mengedepankan kata Bsu yang diakhirkan dalam
Bsa dan mengakhirkan kata dalam Bsunyang
dikedepankan dalam Bsa.
26
Contoh :
ق د ح د د الإ س ل م التـ ع د د ب ل و اج
6 5 4 3 2 1 Islam telah membatasi poligami
3 1 2 456
b. Menambahkan (Ziyadah)
Strategi ini mengharuskan seorang
penerjemah untuk menambah kata dalam Bsu
yang disebut Bsa.
Contoh :
ف ـه م ال ق ر ان أ م ر م ه م
4 3 2 1
Memahami Al-qur’an merupakan hal (yang) penting
1 2 T 3 T 4
c. Membuang (Hadzf)
Strategi ini mengharuskan seorang penerjemah
untuk membuang kata dalam Bsa yang disebut
dalam Bsu.
Contoh :
ك م لس ا د ي ص ل د ح ا ب ه ذ م ي ال ن م م و ي ـ ف
9 87 6 5 4 3 2 1
Suatu hari, ahmad (pergi) memancing
27
1234 6 5 789
d. Mengganti (Tabdil) Strategi ini mengharuskan seorang penerjemah
untuk mengganti struktur kata dalam Bsu dengan
memperhatikan makna dalam Bsa.25
Contoh :
ع ا ب ي ـل و ان م ع ز و ي ـ
543 2 1
Gratis atau tidak diperjualbelikan
B. Sastra Anak
1. Pengertian Sastra Anak
Menurut Lukens sebagaimana yang dikutip oleh
Burhan Nurgiyantoro bahwa menawarkan dua hal
utama, yaitu kesenangan dan pemahaman. Sastra hadir
kepada pembaca pertama-tama adalah memberikan
hiburan, hiburan yang menyenangakan. Sastra
menampilkan cerita yang menarik, mengajak pembaca
untuk memanjakan fantasi, membawa pembaca ke
suatu alur kehidupan yang penuh daya suspense, daya
yang menarik pembaca untuk ingin tahu dan merasa
terikat karenanya, “mempermainkan” emosi pembaca
25 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk – Beluk Penerjemahan Arab
Indonesia Kontemporer (Tangerang Selatan: Alkitabah, 2014), h. 54-56.
28
sehingga ikut larut ke dalam arus cerita. Semua itu
dikemas dalam bahasa yang juga tidak kalah menarik.26
Dengan demikian, berdasarkan beberapa
pengertian diatas bahwa sastra anak merupakan sastra
atau naskah tulisan yang memiliki ciri khas tertentu dan
gaya bahasa tertentu pula yang kerap kali dibaca oleh
anak-anak ataupun yang sering kali dibacakan oleh
orang tuanya. Yang bertujuan untuk mendidik anak-
anak melalui kisah atau cerita yang mengandung pesan-
pesan moral.
2. Ciri-ciri Sastra Anak
Adapun ciri-ciri sastra anak sebagai berikut :
a. Dapat memberikan pemahaman dan kesenangan,
b. Bersifat mendidik,
c. Citra dan metafora kehidupan.27
3. Ragam Sastra Anak
Secara garis besar, Lukens mengelompokkan genre
sastra anak ke dalam enam macam yang akan
dijelaskan dibawah ini sebagai berikut :28
a. Realisme
Realisme dalam sastra dapat dipahami bahwa cerita
yang dikisahkan itu mungkin saja ada dan terjadi
26 Burhan Nurgiyantoro, Sastra Anak : Persoalan Genre. Humaniora
Volume 16, No. 2, Juni 2004, h. 108. 27 Riris K Toha dan Sarumpaet, Pedoman Penelitian Sastra Anak
(Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2009), h. 2. 28 Burhan Nurgiyantoro, Sastra Anak : Persoalan Genre. Humaniora
Volume 16, No. 2, Juni 2004: h. 108.
29
walaupun tidak harus bahwa ia memang benar-benar
ada dan terjadi. Peristiwa dan jalinan persistiwa
yang dikisahkan masuk akal, logis.
Ada beberapa cerita yang dapat dikategorikan ke
dalam realisme dan sekali lagi pembacaan
tentangnya dapat tumpeng tindih yaitu :
1) Cerita Realisme
Cerita realisme (realistic stories) biasanya
bercerita tentang masalah-masalah sosial dengan
menampilkan tokoh utama protagonis sebagai
pelaku cerita. Jenis cerita realisme ini terbagi
menjadi tiga yaitu sebagai berikut:
a) Realisme Binatang
b) Realisme Historis
c) Realisme Olahraga
b. Fiksi Formula
Genre ini sengaja disebut sebagai fiksi formula
karena memiliki pola-pola tertentu yang
membedakannya dengan jenis yang lain. Jenis
sastra anak yang dapat dikategorikan ke dalam fiksi
formula adalah cerita misteri dan detektif, ceita
romantic, dan novel serial.
1) Cerita Misterius dan Detektif
2) Cerita Romantis
3) Novel Serial
c. Fantasi
30
Menurut Coleride via Lukens sebagaimana yang
telah dikutip oleh Burhan Nurgiyantoro bahwa
fantasi dapat dipahami sebagai the willing
suspension of disbelief , cerita yang menawarkan
sesuatu yang sulit diterima. Fantasi sering juga
disebut sebagai cerita fantasi (literary fantasy) dan
perlu dibedakan dengan cerita rakyat fantasi (folk
fantasy) yang tak pernah dikenali siapa penulisnya
mencoba menghadirkan sebuah dunia lain (other
world) disamping dunia relistis. Adapun jenis cerita
fantasi sebagai berikut :
1) Cerita Fantasi
2) Cerita Fantasi Tinggi
3) Fiksi Sain
d. Sastra Tradisional
Menurut Nurgiysntoro sebagaimana yang
dikutip oleh La Ode Gusal bahwa Istilah
“tradisional” dalam kesastraan (traditional
literature atau folk literature) menunjuk bahwa
bentuk itu berasal dari cerita yang telah mentradisi,
tidak diketahui kapan mulainya dan siapa
penciptanya, dan dikisahkan secara turun temurun
secara lisan. Sastra tradisional terdiri dari berbagai
jenis seperti mitos, legenda, fable, cerita rakyat,
31
(folktale, folklore), nyanyian rakyat dan lain-lain.29
Adapun jenis ceritanya sebagai berikut :
1) Fabel
2) Dongeng Rakyat
3) Mitos
4) Legenda
5) Epos
e. Puisi
Sebuah karya sastra disebut puisi jika di
dalamnya terdapat pendayungan berbagai unsur
bahasa untuk mencapai efek keindahan.30.
f. Nonfiksi
Apakah buku nonfiksi dapat dikategorikan
sebagai salah satu genre sastra anak? Lukens juga
mengemukakan sebagian orang yang bersifat
purists bisa saja menolaknya. Namun, pada
kenyataannya terdapat jumlah buku bacaan
nonfiksi yang ditulis dengan kadar artistic yang
tinggi, dengan memperhitungkan pencapaian efek
estetik lewat pemilihan unsur-unsur atyle secara
tepat. Untuk kepentingan praktis, bacaan nonfiksi
dapat dikelompokkan ke dalam subgenre buku
informasi dan biografi.
29 La Ode Gusal, Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat
Sulawesi Tenggara Karya La Ode Sidu. Jurnal Humanika No.15, Vol. 3,
Desember 2015, h. 7. 30 Oktavian Muning Sayekti, Sastra Anak untuk Membangun Budaya
Literasi. Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, Vol.2, No.1 September 2015, h. 223.
32
1) Buku Informasi
2) Biografi
g. Pembagian Genre yang Diusulkan
Genre pembagian Lugens diatas cukup
rinci, tetapi kesan adanya tumpeng tindih tidak
dapat dihindari, dan hal itu dapat dijadikan salah
satu keberatan. Lukens mengemukakan ada genre
nonfiksi, tetapi justru tidak ada genre fiksi, fiksi
dalam pengertian umum, sedangkan yang ada
adalah fiksi formula dan fantasi. Padahal
kenyataannya banyak karya sastra anak yang lebih
tepat masuk ke genre fiksi, tanpa kata “formula”,
misalnya cerita pendek dan novel biasa.
Genre sastra anak cukup dibedakan ke
dalam fiksi, nonfiksi, puisi, dan komik dengan
masing-masing memiliki subgenre.
1) Fiksi
2) Nonfiksi
3) Puisi
4) Komik
33
BAB III
SEKILAS TENTANG BUKU CERITA ANAK AL-AMÎRAH
WA AL-TSA'BÂN KARYA MUHAMMAD 'ATHIYYAH AL-
IBRASYI
A. Biografi Penulis
1. Kehidupan Muhammad ‘Athiyyah al-Ibrasyi
Muhammad ‘Athiyyah al-Ibrasyi lahir pada 1 April
1897.31 ‘Athiyyah merupakan seorang Cendikiawan dan
Filsuf yang menghafal al-qur’an di desanya. ‘Athiyyah
memperoleh diploma di Dar Al ‘Uluum pada tahun
1921. Kemudian ‘Athiyyah ditetapkan sebagai guru
bahasa Arab di sekolah dasar. Pada tahun 1924
‘Athiyyah merantau ke Inggris menggunakan beasiswa,
untuk belajar bahasa Inggris dan sastra, ‘Athiyyah juga
belajar ilmu pendidikan dan psikologi. ‘Athiyyah
memperoleh diploma di pendidikan dan psikologi dari
University of Extra pada tahun 1927. ‘Athiyyah tertarik
untuk belajar bahasa asing sehingga beliau belajar
surealisme hingga ‘Athiyyah memperoleh gelar sarjana
dari King's College di London pada tahun 1973. Setelah
itu, ‘Athiyyah memperoleh diploma pada bahasa Ibrani
dari Institute of Oriental Languages pada tahun 1930.
Ketika ‘Athiyyah kembali ke Mesir, ‘Athiyyah
bekerja di Fakultas Dar Al ‘Uluum untuk mengajar
31 Diakses di https://ar.m.wikipedia.org/wiki/محمد_عطية_الإبراشي
pada 03 Mei 2020 pukul 11:28 WIB
34
pendidikan dan psikologi, banyak profesor seperti
‘Athiyyah yang lulus di tangannya. Ahmed al-Hofy,
D. Ahmed Shalaby, D. Syed Rizk, dan lainnya, lalu
dipilih oleh d. Taha Hussein menjadi anggota komite
terjemahan dan penerbitan untuk menerjemahkan
budaya Barat ke dalam bahasa Arab. ‘Athiyyah pindah
ke Kementerian Pengetahuan Publik pada tahu 1945
untuk menduduki beberapa posisi di dalamnya,
‘Athiyyah mengundurkan diri pada tahun 1953,
pengunduran diri ini merupakan titik balik berbahaya
dalam hidupnya, di mana ‘Athiyyah mempraktikkan
metode-metode yang berbeda dalam hidupnya.
pendidikan, yang merupakan pendidikan melalui tulis-
menulis, ‘Athiyyah adalah penulis pertama di Mesir
yang menyusun, mencetak sebuah buku bahasa Semit,
‘Athiyyah membangun sebuah percetakan khusus untuk
mencetak buku-buku Ibrani dan Syria di mesin cetak
Emiri, dan mengimpor surat-surat untuk dua bahasa dari
Perancis pada tahun 1935.32 Kemudian ‘Athiyyah wafat
pada tahun 1981.33
2. Karya-karya Muhammad ‘Athiyyah al-Ibrasyi
Muhammad ‘Athiyyah al-Ibrasyi memiliki latar
belakang pendidikan dalam bidang pendidikan dan
32 Diakses di
https://www.goodreads.com/author/show/3366542._?from_search=true pada
20 Januari 2020 pukul 13.02 WIB 33 Diakses di di https://ar.m.wikipedia.org/wiki/محمد_عطية_الإبراشي
pada 20 Januari 2020 pukul 13:20 WIB
35
psikologi, yang mana setelah mengundurkan dirinya
dari Kementerian Pengetahuan Publik pada tahun
1935beliau mengembangkan metode pendidikan yang
diterapkannya yaitu metode menulis, sehingga ia selalu
produktif dalam hal menulis. Berbagai karya telah
beliau ciptakan termasuk cerita anak al-Amîrah wa al-
Tsu'bân, buku-buku pendidikan dan buku cerita lainnya.
Berikut buku – buku karya beliau :34
a. Athfâl al-ghâyah
b. Al-bintu wa al-asâd
c. Sindrîlâ
d. Al-Amîrah wa al-tsu'bân
e. Al-Malak al-‘aâdil
f. Al-Sulthân al-mashûr
g. Al-Amîrah al-husnâ
h. Al-Burdah Syarhân wa ‘Irâban wa Balaghâh
Lithulâbi al-ma’aâhid wa al-jâmi’ah
i. Al-râ’iy wa al-sujâa’
j. Al-Amîrah al-qashrî Al-dzihâbî
k. Ahdats al-tharq fî al-tarbiyyah Litadrîs al-lughah
al-‘arabiyyah
B. Sinopsis Buku al-Amîrah Wa al-Tsu'bân
1. Penerbit Maktabah al-khudrâ
Maktabah al-khudrâ Ini didirikan pada tahun 1984
oleh penulis dan novelis Aljazair Jamaluddin Sholeh.
34 Diakses di https://books-library.online/a-1465-best-download pada
20 Januari 2020 pukul 14:15 WIB
36
Maktabah al-khudrâ menerbitkan sejumlah karya
dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Arab, Prancis,
Inggris dan Spanyol. Maktabah al-khudrâ menerbitkan
berbagai topik cerita, drama, kurikulum, buku-buku
ilmiah, buku sejarah, biografi dan topik lainnya.35
Sejumlah karya novel dan cerita yang berisikan
berbagai tradisi, budaya dan nilai-nilai moral diseluruh
dunia dengan tujuan dijadikan pembelajaran oleh anak-
anak dengan nilai-nilai moral yang ada. Telah dibentuk
sebuah himpunan pelopor sastra anak yang di pimpin
oleh Guru Besar yaitu Muhammad ‘Athiyyah Al-
Ibrasyi beserta rekannya diantaranya Adel Al-
Ghadban, Ahmad Naguib, Abdullah Al-Kabir, Thuraya
Abdul-Badi, Yaqub Al-Shaouni, Abdul-Tawab Yusuf
dan lainnya.36
Pada tahun 2000 Maktabah al-khudrâ telah
mengalami perubahan fundamental karena Maktabah
al-khudrâ telah menjadi salah satu penerbit yang telah
menyediakan sekolah dengan kurikulum pendidikan di
Aljazair dan dunia Arab. Tahun 2003 Maktabah al-
khudrâ berpartisipasi mpada Pameran Buku
Internasional di Paris (Prancis) karena tahun ini
merupakan partisipasi pertama Maktabah al-khudrâ
35 Diakses di https://ar.m.wikipedia.org/wiki/المكتبة_الخضراء pada 03
Mei 2020 pukul 12:03 WIB 36 Diakses di https://www.riwaya.ga/maktaba_khadra.html pada 27
Februari 2020 pukul 13.15 WIB
37
yang berada di luar Aljazair. Sejak saat itu Maktabah
al-khudrâ secara terus-menerus berpartisipasi di
pameran buku Internasional seperti pameran Abu
Dhabi, Paris, Frankfurt, dan pameran lainnya.
Penerbitan Maktabah al-khudrâ sudah tersedia di 48
negara dan Maktabah al-khudrâ sudah menciptakan
situs web untuk pembelian buku secara online.
Maktabah al-khudrâ adalah salah satu dari berbagai
penerbit Aljazair yang aktif di bidang buku anak-anak,
yang membuatnya mendapatkan penghargaan untuk
buku terbaik bagi kaum muda untuk penerbit Aljazair,
yang dibagikan dengan "Dar Al-Kasaba" dan diajukan
oleh Kementerian Kebudayaan Aljazair selama
kegiatan edisi pertama Festival Budaya Internasional
untuk Sastra dan Buku Anak-anak Alun-alun Riad Al-
Fath pada 2008.37
2. Isi Buku
Buku al-Amîrah wa al-Tsu'bân merupakan
buku cerita anak karya Muhammad ‘ Athiyyah Al-
Ibrasyi dan di terbitkan oleh Maktabah al-khudrâ.
Buku cerita ini terdapat berbagai nilai moral yang patut
dicontoh oleh anak usia dini.
Buku ini mengisahkan tentang sepasang suami
istri yang sudah lama berumah tangga namun tak
37 Diakses di https://ar.m.wikipedia.org/wiki/المكتبة_الخضراء pada 27
Februari 2020 pukul 13:26 WIB
38
kunjung juga dianugrahi anak oleh Tuhan. Hingga
sampai akhirnya ia mengangkat Sang ular sebagai
anaknya sejak kecil hingga dewasa yang ia
sebagaimana layaknya anak manusia dan ia pun
bersikap lemah lembut dan sopan kepada kedua orang
tua angkatnya.
Ketika sang ular dewasa, ia berbicara pada sang
ayah untuk segera dinikahkan kepada seorang
perempuan bukan seekor ular yang berasal dari putri
kerajaan di suatu kota besar dan meminangnya.
Sampai ia sang ayah bertemu dengan sang raja dan
membicarakan tentang peminangannya terhadap sang
ayah kepada sang putri raja yang dipinang oleh seekor
ular besar. Kemudian raja memberi syarat jika sang
ular dapat mengubah buah-buahan yang berada
dikebun istana menjadi emas maka sang ular baru
diijinkan untuk menikahi anaknya.
Setelah sang ayahnya pulang, ia memberitahu
kepada sang ular terdapat beberapa pekerjaan yang
harus dilakukan sebagai syarat untuk meminang. Sang
ular memberitahu ayahnya untukmengumpulkan
benih-benih, akar, dan kayu untuk ditanam di kebun.
Tiba keesokan harinya sang ayah kemabali ke kerajaan
untuk melakukan apa yang sang ular minta, setelah
melakukan beberapa langkah yang dipinta oleh sang
ular kebun pun berubah menjadi emas mulai dari buah,
batang hingga daunnya.
39
Kemudian ketika sang raja turun untuk segera
menyelesaikan pekerjaan kebunnya, sang raja melihat
ke arah kebun dengan terkejut bahwa seisi kebunnya
berubah menjadi emas. Setelah itu sang ular meminta
sang ayah untuk kembali ke kerajaan dan memenuhi
janjinya untuk menikahkannya dengan sang putri.
Setelah sang ayah kembali untuk menanyakan perihal
itu ke kerajaan sang raja membuat satu syarat lagi
untuk meyakinkan bahwa apa sang ular sungguh-
sungguh ingin menikahkan sang putri atau tidak
dengan memberi syarat meminta sang ular melapisi
kerajaan dengan emas disetiap sudutnya.
Kemudian sang ayah kembali memberitahukan
apa yang raja katakan sekalipun berat untuk
mengatakannya. Setelah memberitahukannya pada
sang ular bahwa terdapat satu syarat lagi sang ular
tidak marah. Sang ular meminta sang ayah untuk
mengumpulkan rumput untuk diikat sebagai sapu
untuk menyapu kerajaan kemudian akan terjadi sebuah
keajaiban.
Keesokannya sang ayah kembali ke kerajaan
menyapu kerajaan dengan sapu yang ia buat kemarin,
langkah demi langkah setiap sudutnya yang telah ia
sapu lantainya berubah menjadi emas hingga
seluruhnya. Setelah sang raja melihat semuanya, sang
raja menerima pinangan dari sang ular untuk menikahi
asang putri tanpa berpikir panjang. Kemudian sang raja
40
berbicara pada sang putri bahwa ia akan dipinang oleh
seseorang yang telah sang raja pilihkan untuknya. Sang
putri tidak tahu bahwa ia akan dinikahkan dengan
seekor ular besar.
Setelah itu sang raja mengirim sebuah pesan
kepada sang ayah bahwa yang berisi tentang
mengundangnya ke kerajaan dengan membawa sang
ular yang melamar sang putri. Kemudian sang ular
menuju ke kerajaan dengan delman emas yang ditarik
oleh gajah. Masyarakat sekitar takut ketika melihat
seekor ular dan sang ayah menaiki delman tersebut.
Hingga tiba dikerajaan pengawal, pelayan dan sang
raja dan ratu pun turut melarikan diri karena melihat
sang ular besar dan jelek itu tiba dikerajaan.
Sang ular langsung menuju ke kamar sang putri
untuk menemuinya karena sang putri sudah berjanji
untuk menepati janji ayahnya sekalipun ayahnya
memberi kesempatan padanya untuk kabur. Namun,
sang putri tetap berada dikamar karena menjaga image
sang raja yang telah berjanji. Ketika sang ular
mengetuk dan sang putri membuka pintunya tanpa rasa
takut sang putri berhadapan langsung dengannya dan
sang ular pun mengatakan bahwa “apakah kau
menerima untuk menikah denganku, hai putri cantik?”
kemudian sang putri menerimanya ketika sang putri
menjawab untuk menerimanya sang ular berubah
menjadi sosok pemuda yang gagah dan tampan.
41
Sang raja mengira bahwa anaknya sudah
meninggal dan menyesal atas perjanjiannya karena
berdasarkan harta saja. Hingga sang raja ingin
menolong putrinya. Tetapi ketika sesampainya sang
raja di kamar sang putri, sang raja hanya melihat sosok
pemuda yang gagah dan tampan sang raja pun melihat
disudutnya terdapat kulit ular yang mereka pikir itu
hanyalah sihir. Sang ular menceritakan segalanya
bahwa sang ular merupakan pangeran kerajaan yang
telah disihir oleh penyihir sejak 10 tahun. Sang ratu
pikir ketika sang pangeran telah berubah menjadi
manusia, ia tidak akan berubah menjadi ular lagi dan
demi keselamatan sang pangeran dan sang putri,
kemudian sang ratu membakar kulit ular itu. Setelah
sang ratu membakar kulit ular itu ternyata sang
pangeran berubah menjadi burung putih dan burung
putih tersebut kabur menembus jendela yang tertutup
hingga terbang dengan terluka.
Sang putri menangis bahwa sang pangeran itu
berubah menjadi seekor burung putih dan sang putri
memutuskan untuk mrminta izin pada sang raja dan
ratu untuk pergi mencari peminangnya tanpa seorang
pun yang mengikutinya.
Sang putri berjalan menuju hutan dan terdapat
serigala yang merasa kasihan terhadap sang putri yang
berjalan tengah malam sendirian di dalam hutan.
Serigala pun memutuskan untuk membantu sang putri
42
untuk mencari seekor burung putih. Sang putri terlelap
diatas rerumputan karena kelelahan. Keesokan
paginya ia terbangun dengan kicauan suara burung –
burung yang merdu. Kemudian serigala
memberitahukan apa yang sedang burung itu kicaukan
tentang seorang pangeran yang tersihir 10 tahun lalu
menjadi ular yang diasuh oleh suami istri petani yang
meminang sang putri raja dengan berbagai syarat
ketika pinangannya telah diterima ia menjadi wujud ke
manusianya kembali, akan tetapi ketika sang ratu
membakar kulit ularnya ia berubah menjadi seekor
burung putih yang terluka akibat menerobos kaca
jendela. Seekor burung itu telah menjadi manusia
kembali dengan memiliki luka mematikan di
lengannya yang membutuhkan obat penawar dan sang
pangeran tersebut kembali ke kerajannya.
Serigala memberitahukan perihal cara
mengobati lukanya dengan bulu merpati yang berkicau
merdu yang mengisahkan kisah pilu sang pangeran dan
menunjukkan arah ke istana sang pangeran. Setelah
sang putri mencari obat penawarnya, sang putri tiba di
kerajaan sang pangeran. Sang putri meminta izin untuk
menyembuhkan sang pangeran dengan bulu merpati
terebut. Setelah diobati sang pangeran pun mulai
membaik hari demi hari pangeranpun sehat. Pangeran
menceritakan kisah ia dengan sang putri yang telah
mengobatinya. Sang raja menyetujui pernikahannya
43
dan mengundang orang tua sang putri juga orang tua
angkat sang pangeran beserta serigala yang telah
membantu sang putri diacara pernikahannya. Pesta
pernikahan ini merupakan pesta terindah yang pernah
terjadi di negeri ini.
Sang raja memberikan imbalan terhadap kedua
orang tua angkat sang pangeran berupa penghargaan
besar dan sang putri memberikan hadiah berupa
membuatkan kandang khusus dikerajaan dan menjadi
pemimpin para hewan. akhirnya sang pangeran dan
sang putri hidup berbahagia.
Dari cerita tersebut terdapat nilai-nilai moral
yang mengajarkan kepada khalayak umum khususnya
anak seperti tidak baik menilai seseorang dari
penampilannya dan masih banyak lagi nilai moral yang
terdapat pada cerita tersebut.
44
BAB IV
PERTANGGUNGJAWABAN PENERJEMAHAN
KOMUNIKATIF PADA CERITA AL-AMÎRAH WA AL-
TSU'BÂN KARYA MUHAMMAD 'ATHIYYAH AL-
IBRASYI
A. Pengantar
Pada bab ini peneliti akan memberikan
pertanggungjawaban penerjemahan komunikatif pada cerita
anak al-Amîrah wa al-Tsu'bân karya Muhammad 'Athiyyah
al-Ibrasyi. Pertanggungjawaban ini hanya akan menjelaskan
beberapa kalimat dan paragraf hasil terjemahan dengan
memaparkan penggunaan dan penerapan metode
penerjemahan komunikatif dan strategi penerjemahan
sebagaimana telah dipaparkan di bab II.
B. Pertanggungjawaban Akademik Penerjemahan Cerita
Anak al-Amîrah wa al-Tsu'bân karya Muhammad
'Athiyyah al-Ibrasyi
Teks Pertama
TSU
ان ب ع الث ـ و ة ي م ل ا
TSA 1 (Terjemahan Harfiah) TSA 2 (Terjemahan
Komunikatif)
Putri dan Ular Sang putri dan Pangeran ular
45
Peneliti menambahkan kata “sang” pada penerjemahan kata
“ ة ي م ل ا ” yang bermakna “putri” karena kata sang adalah kata yang
digunakan di depan nama orang, binatang, atau benda yang
dianggap hidup dan dimuliakan.38 Peneliti juga
mempertimbangkan karena ini digunakan untuk judul sehingga
akan tidak cocok dan elegan jika hanya diterjemahkan “putri” saja.
Kata “ ان ب ع الث ـ ” bermakna “ular” tetapi peneliti
menerjemahkannya menjadi “pangeran ular” karena setelah
menerjemahkan seluruh bukunya dapat disimpulkan bahwa ular
yang dimaksud di dalam cerita ini bukanlah ular sungguhan. Tetapi
seorang pangeran yang dikutuk penyihir menjadi seekor ular. Jika
peneliti terjemahkan menjadi “siluman ular” akan menghasilkan
makna yang tidak sesuai dengan makna yang terkandung di dalam
buku karena kata “siluman” digunakan untuk makhluk halus yang
sering menampakkan diri sebagai manusia atau binatang.39
Sedangkan sang ulang di sini bukanlah makhlus halus, tetapi
manusia sungguhan. Sehingga peneliti menambahkan kata
“pangeran” karena setelah peneliti cari melalui penelusuran google
pun ada sebuah cerita yang mirip dengan cerita ini yang berjudul
Sang Pangeran Kodok,40 Kisah Pangeran Kodok dengan Seorang
38 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 1357. 39 KBBI V Online, versi 0.3.2 Beta(32) – cari siluman diakses pada 03
Mei 2020 pukul 19:11 WIB. 40 Diakses di https://youtu.be/rNxNx6Qb-SE pada 14 Maret 2020 pukul
12:00 WIB.
46
Putri Raja,41 dan Kisah Mengharukan Pangeran Kodok dan Putri
Keong.42 Semua cerita tersebut menceritakan seorang pangeran
yang dikutuk menjadi seekor kodok sehingga peneliti pun
mengikutinya dengan menambahkan kata pangeran di depan nama
binatangnya.
Teks Kedua
TSU
. ام ات حي ف ي ن يد ع س ه ت وج ز ع م ش ي ع ي . ب ل ق ال ب ي ، ط ح ل ف اب ش ان ك
TSA 1 (Terjemahan Harfiah) TSA 2 (Terjemahan
Komunikatif)
Ada pemuda petani, yang baik
hati. Dia hidup bersama
istrinya bahagia keduanya
dalam hidup keduanya.
Dahulu kala, hiduplah seorang
pemuda yang bekerja sebagai
petani dan memiliki hati yang
baik. Dia hidup bahagia
bersama istrinya selama
hidupnya.
Kalimat “ ب ل ق ال ب ي ، ط ح ل ف اب ش ان ك ” jika diterjemakan per-
kata akan berartikan “Ada pemuda petani, yang baik hati”. Tetapi
setelah melalui proses metode penerjemahan komunikatif, kalimat
ini berartikan “Dahulu kala, hiduplah seorang pemuda yang
bekerja sebagai petani dan memiliki hati yang baik”.
41 Diakses di https://books-library.online/a-1465-best-download pada
14 Maret 2020 pukul 12:02 WIB 42 Diakses di https://books-library.online/a-1465-best-download pada
14 Maret 2020 pukul 12:07 WIB
47
Peneliti mengubah arti “ ان ك ” yang berarti “ada” menjadi
“dahulu kala” karena kata “ ان ك ” adalah fi’il madhi yang mana
menunjukkan kejadian atau keadaan di masa lampau.43 Kalimat ini
berada di awal kalimat isi cerita sehingga menurut peneliti
pemilihan kata “dahulu kala” sudah sangat tepat karena kata ini
sering digunakan dalam permulaan-permulaan cerita, dongeng,
atau pun kisah yang ada di Indonesia.
Peneliti juga menambahkan kata “hiduplah” karena jika
hanya diterjemahkan “dahulu kala ada seorang petani” akan
kurang layak bagi pembaca dan pendengar Tsa karena kurang
familiar dengan kalimat tersebut. Cerita-cerita Indonesia lebih
lazim menggunakan kata “dahulu kala, hiduplah....” dalam
permulaan cerita yang akan dikisahkan. Sehingga peneliti
menambahkan kata “hiduplah” walaupun dalam Tsu tidak
tercantum kata tersebut.
ام ات حي ف ي ن د ي ع س ه ت ج و ز ع م ش ي ع ي
8 7 6 5 4 3 2 1
Dia hidup bahagia bersama istrinya selama hidupnya
1 5 2 3 4 6 7 8
43 Kamus al-Ma’ani Arab-Arab Versi 3. 1 – cari ثبت له قيام ف كان(فعل ماض نقص( \المان الماضي diakses pada 05 Mei 2020 pukul 10:02 WIB.
48
Dalam menerjemahkan kalimat ini peneliti menggunakan
strategi mengedepankan dan mengakhirkan. Hal ini dapat dilihat
dari perubahan susunan angka antara Tsu dan Tsa. Peneliti
mendahulukan kata “bahagia” yang dalam Tsu berada di akhir
setelah kata “istri”. Jika diterjemahkan “Dia hidup bersama
istrinya bahagia dalam hidupnya” akan kurang enak dibaca
sehingga peneliti mengubah susunannya menjadi “Dia hidup
bahagia bersama istrinya selama hidupnya.”
Karena bahasa Arab memang punya ciri khas tersendiri
dalam pemaikain kata ganti / dhamir, berbeda dengan bahasa
Indonesia yg tidak banyak menggunakan dhamir. Bahasa Arab
lebih sering menggunakan dhamir pada setiap katanya, akan
menjadi tidak lazim jika damir-dhamir itu diterjemahkan utuh ke
dalam bahasa Indonesia..
Bahasa Indonesia cukup menyebutkan personanya satu kali
saja dalam satu kalimat dan tidak perlu diulang, berbeda dengan
bahasa Arab baik apakah kata tersebut kata benda atau verba yg
merujuk pada orangnya selalu memakai dhamir. Tetapi bahasa
Indonesia tidak demikian, baik yg bahagia itu satu, dua, tiga, atau
lebih, tetap saja memakai bahagia saja, berbeda dengan bahasa
Arab yang harus memakai dhamirnya.
Kata “ ف” sangat familiar diterjemahkan dengan “di/dalam”,
namun kata ini pun dapat bermakna selama44. Peneliti memilih
44 Kamus Mutarjim v1.2 – cari في diakses pada 03 Mei 2020 pukul 20
: 27 WIB.
49
kata “selama” karena menurut peneliti kata ini yang pantas
digunakan dalam kalimat ini.
Teks Ketiga
TSU
ت ... ح ر نظ أ ا:ه ج و ل ل و ق ت ـ ي، و ك ب ت ـ وبدأت .ا ال ح ة وج ال ت ر ك ذ ت ث .ال ف ط فـلي س لنا أ ا نن ، أم ار غ ص ا ل ي اب ع الث ـ
TSA 1 (Terjemahan Harfiah) TSA 2 (Terjemahan
Komunikatif)
Kemudian teringat istri
keadaannya. Dan dia mulai
menangis. Dan dia berbicara
kepada suaminya: Lihatlah...
bahkan ular memiliki kecil,
adapun kami maka bukan bagi
kami anak.
Kemudian sang istri teringat
dengan keadaannya dan mulai
menangis. Dia berkata kepada
suaminya, “Lihatlah.. ular saja
memiliki anak. Sedangkan
kita tidak punya anak.”
اال ح ة وج ال ت ر ك ذ ت ث
5 4 3 2 1
Kemudian sang istri teringat dengan keadaannya
1 3 2 45
Dalam penerjemahan kalimat ini pun terjadi penggunaan
strategi mengedepankan dan mengakhirkan karena perbedaan
struktur kalimat antara Tsu dan Tsa. Tsu memiliki pola Predikat
(Fi’il)+Subjek (Fa’il)+Objek (Maf’ul bih), sedangkan Tsa
memiliki pola Subjek + Predikat + Objek atau lebih dikenal dengan
50
sebutan SPO. Sehingga kata istri yang semula berada diurutan
kedua setelah predikat berubah menjadi di awal sebelum predikat.
Kalimat “ اب ع الث ـ ت ... ح ر ظ ن أ الف ط س لنا أ فـلي ن ا ن م ، أ اار غ ا ص ل ي ”
secara per-kata bermakna “Lihatlah.. bahkan ular memiliki yang
kecil. Adapun kita tidak memiliki kita anak” peneliti terjemahkan
menjadi “Lihatlah.. ular saja memiliki anak. Sedangkan kita tidak
punya anak”. Menurut peneliti, walaupun susunan dan pemilihan
katanya berubah. Terjemahan ini tidak mengurangi isi pesan dan
kesan sedih yang terkandung di dalam teks tersebut.
Kata “ ص غ ار” secara harfiah bermakna “kecil”45, tetapi jika
dilihat dari makna yang dimaksud dalam cerita adalah “anak”
sehingga peneliti mengubah kata “anak” dalam penerjemahannya.
Sedangkan kata “أم ا” dalam kamus Mutarjim memiliki
makna “adapun, bagaimanapun, sekalipun, perihal, tetapi, di pihak
lain.46” Tetapi peneliti lebih memilih menggunakan kata
“sedangkan” karena jika dilihat dari maksud kalimatnya adalah
kalimat tersebut merupakan susunan dua kalimat yang
menunjukkan perbandingan/perlawanan. Kata sedangkan dalam
kamus bermakna kata penghubung untuk menandai perlawanan;
meski (sekalipun); selagi (sekalipun); padahal.47 Walaupun kata
45 Kamus al-Ma’ani Arab-Arab Versi 3. 1 – cari صغير( صغار( diakses
pada 03 Mei 2020 pukul 20 :30 WIB. 46 Kamus Mutarjim v1.2 – cari أما diakses pada 03 Mei 2020 pukul 20
:30 WIB. 47 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 1377.
51
“sekalipun” merupakan terjemahan dari kata “أم ا” dan merupakan
kata yang bisa digunakan sebagai penghubung untuk menandai
perlawanan, tetapi kata ini tidak bisa digunakan dalam kalimat ini
karena akan menghasilkan terjemahan “Lihatlah.. ular saja
memiliki anak kecil. Sekalipun kita tidak punya anak” yang mana
terjemahan ini menghasilkan makna yang tidak sesuai dengan
makna yang ada dalam Tsu.
Teks Keempat
TSU
ذ فال ط ي أ ق رز ت ل ك ، عل أن ت د ي س ، ي ي ك ب ت ـ ل ن ي ، ورب ـ ل لك ف ط ن ي ... بر ا ون أك ن ، وأ ك ب ح أ ن ا صادقا ، أ د وع ك د ا، وأن أع ه ل ف ط م ال ب ر ا ت ـم ك ا ذ ي، إ م د ن ت ـ لن ك ن أ - ت د ي ي س -ي ق ث كما. و ا ل ع يـ ، مط ك ج و ، وب ك ب
ك، يـت ب ر ت ـ ك ل س ن أ ن ل ن ، وأن ل المي ك ل د ر أ س ن ن أ ي د ك ا. وت ذ فـعل ت ه .ك ت انك، ورعاي ـك، وحن ت وعناي ـ
TSA 1 (Terjemahan Harfiah) TSA 2 (Terjemahan
Komunikatif)
Jangan menangis wahai
nyonyaku. Atas bahwa kamu
belum diberi rizki anak.
Ambilah aku anak untukmu,
dan didiklah aku sebagaimana
mendidik ibu anaknya. Dan
aku berjanji kamu janji yang
benar untuk mencintaimu dan
untuk menjadi baik kepadamu
dan suami mu tunduk kepada
kamu berdua. Percayalah aku
wahai nyonyaku, bahwa kamu
tidak menyesal jika
“Jangan menangis nyonya,,
hanya karena engkau belum
dikaruniai anak. Ambillah aku
untuk menjadi anakmu.
Didiklah aku seperti seorang
ibu mendidik anaknya. Aku
akan berjanji dengan tulus
untuk menyayangimu, aku
akan patuh dan tunduk
kepadamu dan suamimu.
Percayalah kepadaku nyonya
bahwa engkau tidak akan
menyesal jika engkau
52
melakukan kamu ini.
percayalah kamu bahwa aku
akan menghadirkan untukmu
yang bagus. Dan bahwa aku
tidak akan lupa untuk mu
pendidikanmu, dan
perlindunganmu, dan kasih
sayangmu, dan penjagaanmu.
melakukannya. Percayalah
bahwa aku akan
menghadirkan kebahagiaan.
Aku tidak akan melupakan
didikanmu, perlindunganmu,
kasih sayangmu, dan
penjagaanmu.”
Kata “ فال ط ي أ ق رز ت ل ” diterjemahkan “belum dikaruniai anak”.
Dalam kamus kata “ترزق” berarti “diberi rezeki”,48 tetapi peneliti
mengubahnya menjadi “dikaruniai”. Kata “karunia” bermakna
“pemberian atau anugerah dari yang lebih tinggi kedudukannya
kepada yang lebih rendah”,49 dalam hal ini yang dimaksud adalah
pemberian atau anugerah dari Allah kepada hambanya yaitu
manusia. Dalam keseharian masyarakat Indonesia pun dalam
mengungkapkan pemberian anak dari Allah SWT, mereka biasa
menggunakan kata “karunia dari Allah”. Hal ini bisa diperkuat
dengan banyaknya artikel-artikel yang menyandingkan kata
“anak” dan “karunia”, salah satu contohnya adalah artikel yang
berjudul “anak adalah karunia Allah”.50
Susunan di atas jika diterjemahkan mengikuti struktur Tsu
akan menghasilkan terjemahan “Aku berjanji dengan janji yang
48 Kamus Mutarjim v1.2 – cari ترزق diakses pada 03 Mei 2020 pukul
21 : 24 49 KBBI V Online, versi 0.3.2 Beta(32) – cari karunia diakses pada 03
Mei 2020 pukul 21:25 50 Diakses di
https://www.kompasiana.com/hanifaturosyda/5a011cb39f91ce78c64d0a72/an
ak-adalah-karunia-allah pada 14 Maret 2020 pukul 13:31 WIB
53
tulus untuk menyayangimu dan aku akan patuh kepadamu dan
suamimu, tunduk kepada kalian”. Terjemahan ini terasa berbelit-
belit dalam penyampaiannya dengan mengulang kata janji dua
kali, padahal bisa saja langsung diungkapkan dengan “akan
berjanji dengan tulus” yang mana di dalamnya mengandung makna
“janji tulus”. Terjemahan tersebut juga memisahkan kata patuh dan
tunduk yang sebenarnya keduanya merupakan dua jenis sifat yang
dijanjikan oleh ular kepada istri petani dan suaminya. Sehingga
dua kata ini bisa saja berdampingan dengan dihubungkan
menggunakan kata “dan”. Dengan pertimbangan tersebut, maka
terjemahan yang dihasilkan adalah sebagai berikut: “Aku akan
berjanji dengan tulus untuk menyayangimu, aku akan patuh dan
tunduk kepadamu dan suamimu”.
Kata “ يق ث و ” dan “ يد ك ت ” diterjemahkan dengan kata yang
sama yaitu “percayalah”. Kata “وثق” dalam kamus bermakna
“mempercayai, bersandar, bergantung pada”51, sedangkan kata
bermakna “memastikan, meyakinkan, memeriksa”.52 ”تك د“
Peneliti bisa saja menggunakan kata “Percayalah” dan “Yakinlah”
sehingga dalam terjemahannya memiliki dua penggunaan kata
perintah yang digunakan untuk membuat sang istri petani dan
suaminya mempercayainya. Tetapi peneliti hanya menggunakan
51 Kamus Mutarjim v1.2 – cari وثق diakses pada 03 Mei 2020 pukul
22:46 WIB 52 Kamus Mutarjim v1.2 – cari تأكد diakses pada 03 Mei 2020 pukul
22:46 WIB
54
kata “percayalah” saja karena untuk membuat seseorang percaya
perlu penegasan dalam pengungkapannya. Salah satu cara untuk
memberi penegasan dalam kalimat adalah dengan mengulang kata.
Terjadi strategi hadzf atau menghilangkan/membuang dalam
penerjemahan kalimat “ انك، ، وحن ك ت ك، وعناي ـيـت ب ر ت ـ ك ل س ن أ ن ل ن وأن
ك ت ورعاي ـ ” yang jika diterjemahkan perkata akan berartikan “dan
sesungguhnya aku tidak melupakan kepadamu didikanmu dan
perlindunganmu dan kasih sayangmu dan penjagaanmu”.
Konjungsi “ أن” tidak diterjemahkan karena huruf atau kata untuk
taukid (penegasan) seperti “ أن” tidak perlu diterjemahkan menjadi
kata.53 Huruf “ و” dalam kalimat “ ت ـر ب يـت ك، وعناي ـت ك، وحن انك، ورع اي ـت ك”
tidak perlu diterjemahkan menjadi “dan” semuanya, tetapi bisa
dipadankan dengan koma (,)54 dan hanya menerjemahkannya di
kalimat terakhirnya saja. Dengan perincian di atas sehingga
kalimat ini menghasilkan terjemahan: “Aku tidak akan melupakan
didikanmu, perlindunganmu, kasih sayangmu, dan penjagaanmu.”
Teks Kelima
TSU
ي. وإذاأم له: ي و ق ب حة ل الف ب اط ، وي ب أ له: ي و ق ب ح ل الف ب ياط ان وك ي ش ل إ اج ت اح
ا ف م ه منـ ه ب ل ، ط ء أدب و تام ا
53 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab-
Indonesia Kontemporer (Pamulang:Penerbit Alkitabah, 2014), h. 43. 54 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab-
Indonesia Kontemporer (Pamulang:Penerbit Alkitabah, 2014), h. 43.
55
TSA 1 (Terjemahan Harfiah) TSA 2 (Terjemahan
Komunikatif)
Dan ada berbicara petani laki-
laki dengan perkataannya
wahai ayah saya. Dan
berbicara petani perempuan
dengan perkataannya wahai
ibu saya. Dan apabila
membutuhkan kepada sesuatu,
memintanya dari keduanya
dalam hormat dan sopan.
Dia berkata kepada sang
petani dengan sebutan “Ayah”
dan berkata kepada istri sang
petani dengan sebutan “Ibu”.
Jika dia membutuhkan
sesuatu, dia meminta kepada
keduanya dengan penuh
hormat dan sopan.
Kata “ بقوله” diterjemahkan “dengan sebutan” yang dalam
kamus kata “قول” bermakna “perkataan, pernyataan, deklarasi,
opini, pandangan, pendapat”.55 Peneliti mengubahnya karena
kalimat tersebut membicarakan tentang nama panggilan bagi sang
petani dan istrinya sehingga peneliti mengubahnya menjadi
sebutan. Kata sebutan bermakna sesuatu yang disebut atau
disebutkan, panggilan, nama, gelar56 sehingga kata ini sesuai
digunakan dalam kalimat ini.
Kata “الفلحة” diterjemahkan “istri sang petani” yang
sebenarnya bermakna “petani perempuan” karena jika tetap
diterjemahkan demikian maka dalam seluruh isi teks buku harus
menggunakan kata “petani laki-laki” dan “petani perempuan”
55 Kamus Mutarjim v1.2 – cari قول diakses pada 03 Mei 2020 pukul
23 : 04 WIB 56 KBBI V Online, versi 0.3.2 Beta(32) – cari sebutan diakses pada 03
Mei 2020 pukul 23 : 04 WIB
56
untuk membedakan keduanya. Sehingga peneliti mengubahnya
menjadi istri sang petani untuk menandakan bahwa petani yang
lebih dominan dalam kisah ini adalah si petani laki-laki sehingga
bisa menyebut laki-laki tersebut dengan sebutan “petani” saja,
tidak dengan “petani laki-laki”. Sedangkan untuk perempuannya
dapat menggunakan kata “istrinya” saja atau “istri sang petani”.
Teks Keenam
TSU
ة د اح و ة ر س أ م ن أ ك ن و ش ي ع ، ي ان ب ع ته والث ـ ج و ز و ح ل ، والف ن نـو س ر واله ش ال ت مر دة سعي
TSA 1 (Terjemahan Harfiah) TSA 2 (Terjemahan
Komunikatif)
Berjalan bulan-bulan dan
tahun-tahun, dan petani laki-
laki dan istrinya dan ular
hidup mereka seolah-olah
mereka keluarga satu bahagia.
Berjalan beberapa bulan dan
beberapa tahun, sang petani,
istrinya, dan sang ular hidup
seperti layaknya satu keluarga
yang bahagia.
Kata “ مر ت” dalam kamus berarti “lewat, melalui, melintas,
melewati, berlalu, menerobos, menyebrang, selesai”,57 namun
diterjemahkan menjadi “berjalan” karena waktu atau kehidupan
mereka di dalam cerita tersebut pun masih berlangsung sehingga
kata berjalan lebih tepat digunakan.
57 Kamus Mutarjim v1.2 – cari مر diakses pada 04 Mei 2020 pukul
04:57 WIB.
57
keduanya merupakan bentuk jama’ yang jika ”الشهر والسنون“
diterjemahkan bisa diterjemahkan “bulan-bulan dan tahun-tahun”,
namun peneliti menambahkan kata “beberapa” karena kata ini
digunakan untuk menunjukkan jumlah yang tidak tentu banyaknya
dan bilangan lebih dari dua.58
Sama seperti sebelumnya, kata “ و” dalam susunan “ والفلح
ته والثعبانزوجو ” tidak perlu diterjemahkan seluruhnya, hanya kata
terakhirnya saja. Sehingga peneliti membuang satu huruf yang
berada di awal.
Kata “م ,dalam kamus berarti “seolah-olah, seakan-akan ”كأن
seperti”,59 tetapi peneliti mengubahnya menjadi “seperti layaknya”
karena menurut peneliti pemilihan diksi ini lebih tepat sedangkan
kata “seolah-olah dan seakan-akan” memiliki kesan yang kurang
baik berbeda dengan “seperti layaknya”.
Terjadi strategi mendahulukan dan mengakhirkan dalam
penerjemahan kata “ ة واحدةأسر ” yang secara perkata berartikan
“keluarga satu” menjadi “satu keluarga”. Jika mengikuti susunan
kata Tsu akan menghasilkan terjemahan yang kurang berterima
dan menghasilkan makna yang salah bagi pembaca Tsa.
58 KBBI V Online, versi 0.3.2 Beta(32) – cari beberapa diakses pada
04 Mei 2020 pukul 05:01 WIB. 59 Kamus Mutarjim v1.2 – cari كأن diakses pada 04 Mei 2020 pukul
05:09 WIB.
58
Teks Ketujuh
TSU
دي ـ ار ج ى أش رأ ت ح ,ة اع ر ال و س ر غ ي من ال ه ت نـ ي ـ د ك ي ل و د ق ها، كل قة ال ل ها، إ ه اك و ف ـها ، و ار ث ها، و ها، وأو راق ـع و ر انا، وف ـص ، وأغ ان اق يـ س ت تو ل
.اق ر ب ـ ع م ل ذهب
TSA 1 (Terjemahan Harfiah) TSA 2 (Terjemahan
Komunikatif)
Dan belum hampir selesai dari
menanam dan menanam
sampai melihat pohon-pohon
kebun semuanya telah
berubah batang-batangnya,
ranting-rantingnya, cabang-
cabangnya,daun-daunnya, dan
buah-buahnya, dan buah-
buahnya kepada emas
bercahaya berkilau.
Ketika dia belum selesai
menanam dan menabur, dia
melihat semua pohon-pohon
di kebun dari batang, ranting,
cabang, daun, dan buah-
buahannya telah berubah
menjadi emas yang bercahaya
lagi berkilau.
Paragraf di atas terdiri dari dua kalimat yaitu kalimat “ ل و
,ة اع ر ال و س ر غ ي من ال ه ت نـ ي ـ د ك ي ” dan kalimat “ دي ـ ار ج ى أش رأ ت ح قة ال
ها، ه اك و ها ، وف ـار ث ها، و ها، وأو راق ـع و ر انا، وف ـص ، وأغ ان اق يـ س ت تو ل د ق ها، كل
اق ر ب ـ ع م ل ذهب ل إ ”. Dalam Tsu tidak ada kata “ketika” namun
peneliti menambahkan kata “ketika” di awal kalimat karena kata
ini adalah kata penghubung untuk menandai waktu yang
bersamaan.60 Yang bersamaan dalam teks ini adalah dia sedang
60 KBBI V Online, versi 0.3.2 Beta(32) – cari ketika diakses pada 04
Mei 2020 pukul 06:12 WIB.
59
menanam dan menabur lalu dia melihat pohon-pohon di kebun
sudah berubah menjadi emas.
Kalimat “ هاه اك و وف ـ ها ،ار ث ها، و ها، وأو راق ـع و ر انا، وف ـص ، وأغ ان اق يـ س ”
yang memiliki lima huruf “و” tidak diterjemahkan semua huruf
lainnya dan ”و“ nya, yaitu peneliti membuang empat huruf”و“
hanya mempertahankan satu huruf “و” yang akhir sehingga
menghasilkan terjemahan “batang, ranting, cabang, daun, dan
buah-buahannya”.
“ هاهاكو ارها ، وف ث و ” kedua kata ini memiliki makna yang sama.
Kata “ف و اكه” bermakna “buah-buahan”61 dan kata “ث ار” bermakna
“buah-buahan, buah, hasil”. 62 Sehingga peneliti tidak
menerjemahkan keduanya, tetapi mempertahankan yang satu dan
membuang satu lainnya.
Kata “لمع بر اق” secara perkata berarti “bercahaya berkilau”,
tetapi peneliti menambahkan kata “lagi” karena kata ini memiliki
arti yang sama dengan “dan, serta, juga”63. Jika tetap
diterjemahkan “bercahaya berkilau” akan membingunkan para
61 Kamus Mutarjim v1.2 – cari فاكهة diakses pada 04 Mei 2020 pukul
06:25 WIB. 62 Kamus Mutarjim v1.2 – cari ثمر diakses pada 04 Mei 2020 pukul
06:31 WIB. 63 KBBI V Online, versi 0.3.2 Beta(32) – cari lagi diakses pada 04
Mei 2020 pukul 06:43 WIB.
60
pembaca khususnya anak-anak. Oleh karenya peneliti
menambahkan kata “lagi” sehingga menghasilkan terjemahan
“bercahaya lagi berkilau”.
Teks Kedelapan
TSU
ها أر بـعة ر ، ي ب ه الذ ن م ة ع و ن ـص ، م ة ا عرب ب اك ر بان ع ث ـ ر الض ح اعة د س وبـع ا ف و اس الن ب هر ،نة ال مدي ـ ع شوار ، من ة ي ب ه الذ ة لعرب ا ت نما مر . وحيـ ال ي فـ أ
د ف لس ي ي ذ ، ال ي ب ك ل ابان ع ث ـ ر الظ من ا، من ع وف ـ د ح أ ه ب ان ب ا، و ه ل ا ح ل ف ال .ي
TSA 1 (Terjemahan Harfiah) TSA 2 (Terjemahan
Komunikatif)
Dan setelah jam datang ular
menaiki delman terbuat dari
emas dijalankannya empat
gajah. Dan ketika melalui
delman emas dari jalan-jalan
kota, kabur orang-orang takut
dan panik dari penglihatan
ular besar yang duduk di
dalamnya dan dengan
sampingnya satu petani-
petani.
Setelah beberapa saat, sang
ular datang dengan menaiki
delman yang terbuat dari
emas. Delman itu ditarik oleh
empat ekor gajah. Ketika
delman emas itu melewati
jalan-jalan kota. Orang-orang
berlari ketakutan dan panik
karena melihat ular yang
sangat besar duduk di
dalamnya dan di sampingnya
seorang petani.
Secara perkata kata “وبعد ساعة” berartikan “setelah jam”,
namun jika tetap diterjemahkan demikian akan menghasilkan
terjemahan yang tidak berterima. Kata yang dimaksud dalam teks
adalah setelah beberapa waktu, beberapa saat, atau beberapa jam.
61
Namun peneliti memilih kata saat yang digunakan dalam
penerjemahan teks ini, sehingga menghasilkan terjemahan “setelah
beberapa saat”.
Kata “راكبا” sebenarnya adalah isim fa’il yang bermakna
“penunggang kuda, pengendara, penumoang, tamu”,64 tetapi
peneliti mengubahnya dengan “dengan menaiki”. Peneliti
mengubah kategori kata yang awalnya adalah isim menjadi
fi’il/kata kerja.
Pada penerjemahan kata “أر بـعة أفيال” peneliti menambahkan
kata “ekor” yang dalam Tsu tidak disebutkan karena kata “ekor”
dalam Tsa digunakan sebagai kata penggolong untuk binatang.65
Kalimat terjemahan “Delman itu ditarik oleh empat ekor gajah”
lebih pantas dan enak dibaca dibandingkan dengan kalimat
“Delman itu ditarik oleh empat gajah” yang tidak menggunakan
kata “ekor”.
Kalimat “ نة ال مدي ـ ع شوار ، من ة ي ب ه الذ ة لعرب ا ت نما مر وحيـ ”
diterjemahkan “Ketika delman emas itu melewati jalan-jalan
kota”. Peneliti tidak menerjemahkan kata “من” karena kata ini
terkadang berfungsi sebagai penjelas saja (bayaniyyah) sehingga
64 Kamus Mutarjim v1.2 – cari راكب diakses pada 28 Mei 2020 pukul
13:05 WIB. 65 KBBI V Online, versi 0.3.2 Beta(32) – cari ekor diakses pada 28
Mei 2020 pukul 13:11 WIB.
62
kata tersebut berpadanan zero (tidak diterjemahkan).66 Kata “من”
di sini menjadi penjelas bahwa yang dilewati adalah jalan-jalan
kota.
Teks Kesembilan
TSU
ا، بات ث ـا و ه ئ و د ب ب ج ، فـهو مع ر ي ـ د ق ت ـو اب ج ع ها إ كل ة ر ظ ا ن ه يـ إل بان ع ث ـ ال ر ظ ن وع دها، ا ب ه وفائ ل ر د ق ا، م ه ف اط و ع ط ب ض ب ب ج ع . م ف ي خ م ال ف ق و م ا ال ذ ه ف
له ك ، ش ان ب ع ث ـ، مع أن ه ر ث أ ت لا ل ك ه ا ب ه ائ ض ر ر ب ث ـ ت دها، و ا عل عه ته ظوماف ة ي م أي ـتـها ال ب اج و ال ت ل ب ق ل ا: ه ل ال ق ، ف ـال م ال ة ق ائ ف ة ي م أ ي ه ، و ف ي م
ميـ ؟ ة ل ال
TSA 1 (Terjemahan Harfiah) TSA 2 (Terjemahan
Komunikatif)
Melihat ular kepadanya
penglihatan semuanya kagum
dan penghargaan. Maka dia
kagum dengan ketenangannya
dan ketetapannya dalam ini
kondisi menakutkan. Kagum
dengan pengendalian
perasaanya. Menghargai
kepada kesetiaannya dengan
janjinya dan penjagaannya
atas janjinya. Dan terkesan
dengan keridhaannya dengan
nya semua kesan. Walaupun
dia ular bentuknya
menyeramkan dan dia putri
sangat cantik. Maka berkata
kepadanya: apakah menerima
Sang ular melihat sang putri
dengan tatapan yang penuh
kekaguman dan penghargaan.
Ia kagum dengan ketenangan
dan keteguhannya di kondisi
yang menakutkan ini. Ia
kagum dengan pengendalian
perasaannya. Ia menghargai
kesetiaannya terhadap
janjinya, ketaatannya terhadap
janjinya. Dia juga terkesan
dengan penerimaannya
sepenuh hati. Walaupun ia
adalah seekor ular yang
bentuknya menyeramkan,
sedangkan dia adalah seorang
putri yang sangat cantik. Sang
66 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab-
Indonesia Kontemporer (Pamulang:Penerbit Alkitabah, 2014), h. 43.
63
kamu pernikahan dengan ku
wahai putri cantik?
ular berkata kepada sang putri,
“Apakah engkau menerima
untuk menikah denganku hai
putri yang cantik?”
Kalimat “ ر ي ـ د ق ت ـو اب ج ع ها إ كل ة ر ظ ا ن ه يـ بان إل ع ث ـ ال ر ظ ن ”
diterjemahkan “Sang ular melihat sang putri dengan tatapan yang
penuh kekaguman dan penghargaan”. Terjadi strategi
mengedepankan dan mengakhirkan karena perbedaan struktur
kalimat antara kedua bahasa. Tsu mendahulukan predikat,
sedangkan Tsa mendahulukan subjek. Peneliti juga menambahkan
kata “sang” karena kata sang adalah kata yang digunakan di depan
nama orang, binatang, atau benda yang dianggap hidup dan
dimuliakan.67 Peneliti mengubah terjemahan “إل يها” yang
seharusnya bermakna “kepadanya” menjadi “sang putri” saja. Tsu
tidak menyebutkan orangnya langsung tetapi menggunakan kata
ganti dalam penyebutannya, sedangkan peneliti menggunakan
nama orangnya langsung agar pembaca khususnya anak-anak
mudah memahami yang dimaksud di dalamnya adalah melihat
sang putri, bukan melihat orang lain.
Kalimat “ ف ي خ م ال ف ق و م ا ال ذ ه ا، ف بات ث ـا و ه ئ و د ب ب ج فـهو مع ”
diterjemahkan “Ia kagum dengan ketenangan dan keteguhannya di
kondisi yang menakutkan ini”. Tsu menggunakan kata
67 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 1357.
64
pronomina/kata yang menyatakan milik dalam “ باتاثبدوئها و ” dua
kali, sedangkan ketika diterjemahkan hanya muncul satu –nya saja,
tidak keduanya diterjemahkan.
Kalimat “ ال م ال ة ق ائ ف ة ي م أ ي ه ، و ف ي له م ك ، ش ان ب ع ث ـمع أن ه ” ini
adalah jenis dua kalimat perbandingan sehingga peneliti
menggunakan kata “walaupun” dan “sedangkan” yang mana kedua
kata ini digunakan sebagai kata penghubung untuk menandai
perlawanan. Sehingga terjemahan yang dihasilkan adalah
“Walaupun ia adalah seekor ular yang bentuknya menyeramkan,
sedangkan dia adalah seorang putri yang sangat cantik”. Kata
,dalam kamus bermakna “berlebihan, ekstrim, maksimum ”فائقة“
intensif, layak”,68 tetapi kata “أمية فائقة المال” diterjemahkan
menjadi “seorang putri yang sangat cantik” karena kata “sangat”
sudah mewakili makna yang dimaksud di dalamnya.
Kalimat “ ميـ ة ي م أي ـتـها ال ب اج و ال ت ل ب ق ل ا: ه ل ال ق ف ـ ؟ ة ل ال ”
diterjemahkan “Sang ular berkata kepada sang putri, `Apakah
engkau menerima untuk menikah denganku hai putri yang
cantik?`” Tsu menggunakan kata ganti dalam penulisan “فقال لا”
sedangkan peneliti menerjemahkannya dengan menyebutkan
orang yang dimaksudnya langsung yaitu “sang ular dan sang putri”
68 Kamus Mutarjim v1.2 – cari فائق diakses pada 05 Mei 2020 pukul
10 : 12 WIB.
65
karena hal ini untuk memudahkan pembaca khususnya anak-anak
dalam memahami isi ceritanya. Akan membingungkan anak-anak
jika diterjemahkan “Dia berkata kepadanya”, mereka akan
bertanya-tanya dia yang dimaksud itu siapa dan kepadanya itu –
nya siapa. Sehingga peneliti memilih menyebutkannya langsung.
Teks Kesepuluh
TSU
؟ ر و ح س م ال ي م ال ة ص ق ة ي م ال ت ف ر ع ف ي ك ؟ و ر و ي ـالط ة غ ا ل ل م ج ر ي ت ـذ ا ال م
TSA 1 (Terjemahan Harfiah) TSA 2 (Terjemahan
Komunikatif)
Apa yang menerjemahkan
kepadanya bahasa burung-
burung? Dan bagaimana
mengetahui dia putri cerita
pangeran tersihir?
Siapakah yang
menerjemahkan bahasa
burung? Bagaimana sang putri
dapat mengetahui cerita sang
pangeran yang terkena sihir?
Kata “ما” dalam kalimat ini adalah kata istifham atau kata
yang dipakai untuk sebuah pertanyaan atau permintaan penjelasan.
Dalam kamus kata “ما” bermakna “yang, yang mana, betapa,
tidak”.69 Karena yang dimaksud di sini adalah kata tanya yang
menunjuk kepada sesuatu yang hidup, maka peneliti memilih kata
“siapakah” untuk menerjemahkan kata “ما” dalam kalimat ini.
69 Kamus Mutarjim v1.2 – cari ما diakses pada 28 Mei 2020 pukul
13:15 WIB.
66
؟ر و ح س م ال ي م ال ة ص ق ة ي م ال ت ف ر ع ف ي ك و
7 6 5 4 3 2 1
Bagaimana sang putri dapat mengetahui cerita sang pangeran yang
1 2 4 3 5 6
terkena sihir?
7
Terjadi perubahan posisi yaitu dengan strategi
mendahulukan dan mengakhirkan. Kata sang putri yang dalam Tsu
berada di akhir setelah fi’il “عرفت”, dalam Tsa berubah menjadi di
awal sebelumnya.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil terjemahan buku cerita anak al-
Amîrah wa al-Tsu'bân karya Muhammad ‘Athiyyah Al-
Ibrasyi yang peneliti terjemahkan dengan metode
penerjemahan komunikatif penerjemahan buku al-Amîrah
wa al-Tsu'bân menggunakan strategi penerjemahan
komunikatif. Strategi penerjemahan ini selalu
memperhatikan prinsip-prinsip komunikatif yang berupaya
memproduksi makna kontekstual teks BSu yang
sedemikian rupa ke BSa baik secara kebahasaannya
ataupun secara isinya yang langsung dimengerti dan
dipahami oleh pembaca dan versi sasarannya langsung
berterima, penerapan metode penerjemahan komunikatif
buku cerita anak al-Amîrah wa al-Tsu'bân menggunakan
empat strategi : mendahulukan dan mengakhirkan (taqdim
wa ta’khir), menambahkan (ziyadah), membuang (hadzf),
dan mengganti (tabdil) dan strategi yang digunakan dalam
menerjemahkan buku ini karena mampu mengatasi
perbedaan kaidah bahasa dan budaya antara bahasa sumber
dan bahasa sasaran secara lebih tepat.
B. Rekomendasi
Setelah peneliti menerjemahkan buku cerita anak
al-Amîrah wa al-Tsu'bân dan telah menemukan berbagai
68
kesulitan dan kemudahan. Peneliti menyarankan bahwa
dalam menerjemahkan buku cerita anak ini cocok dengan
menggunakan metode komunikatif, peneliti menyarankan
bahwa ketika menerjemahkan suatu teks harap
menggunakan strategi penerjemahan untuk membantu
pembaca untuk mengetahui proses penerjemahannya
dengan kaidah yang telah ditetapkan dan seiring dengan
berkembangnya zaman cerita anak akan mengalami pasang
surut alangkah baiknya peneliti harapkan pada teman-
teman untuk mengkaji cerita anak dikarenakan masih
banyaknya kumpulan cerita anak yang tidak kita ketahui
dan belum pula diterjemahkan khususnya karya
Muhammad ‘Athiyyah al-Ibrasyi.
69
DAFTAR PUSTAKA
Aliah Darma, Yoce. Metode Pembelajaran Penerjemahan. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, No. 067, Tahun Ke-13, Juli
2007.
Alwasilah, A. Chaedar Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab .
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014).
Anshori, Sakut. Teknik, Metode Dan Ideologi Penerjemahan Buku
Economic Concepts Of Ibn Taimiyah Ke Dalam Bahasa
Indonesia Dan Dampaknya Pada Kualitas Terjemahan.
Universitas Sebelas Maret Surakarta:2010.
Hidayatullah, Moch., Syarif. Seluk – Beluk Penerjemahan Arab
Indonesia Kontemporer (Tangerang Selatan: Alkitabah,
2014.
J.C, Catford, A Linguistic Theory of Translation, (London: Oxford
University Press, 1965).
Kamus al-Ma’ani Arab-Arab Versi 3. 1
Kamus Mutarjim v1.2
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) V Online, versi 0.3.2
Beta(32)
La Ode Gusal, Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat
Sulawesi Tenggara Karya La Ode Sidu. Jurnal Humanika
No.15, Vol. 3, Desember 2015.
Malawaty Simonangkir, Imelda. Studi Penerjemahan Metafora
dalam Naskah Drama di Universitas Nasional Jakarta.
Jurnal Pujangga. Vol. 3 No. 2, Desember 2017.
70
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi,
Cetakan kedua puluh dua. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset, 2006.
Muning Sayekti, Oktavian. Sastra Anak untuk Membangun
Budaya Literasi. Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, Vol.2, No.1
September 2015.
Muzakki, Ahmad. Kesusastraan Arab Pengantar Teori Dan
Terapan,. Yogyakarta : Arruz Media, 2006.
Nurgiyantoro, Burhan. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia
Anak. Yogyakarta : Gadjah Mada Yuniversity Press : 2013.
Nurhayati , Penerjemahan Aksara Han Pada Bongpay Di
Muntang-Tanjung Banyumas Menggunakan Metode
Komunikatif. Jurnal Cakrawala Mandarin Asosiasi Program
Studi Mandairn Indonesia, Vol.1, No.2, Oktober 2017.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa
Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.
Raco, J.R. Metode Penelitian Kualitatif (Jenis, Karakteristik dan
Keunggulannya.)
Resmini, M.Pd, Novi. Sastra Anak dan Pengajarannya di Sekolah
Dasar.Universitas Pendidikan Indonesia.
Riris K Toha dan Sarumpaet, Pedoman Penelitian Sastra Anak
(Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2009).
Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, Jurnal penerjemahan.
Vol 2 , No.1/2, Januari/Desember 2015.
Suparno, Darsita. Prosiding Seminar Nasional Penerjemahan
Revitalisasi Peran Penerjemahan di Era Global.
(Tangerang Selatan : Tarjamah Center 2013).
71
Situs :
Biografi Penerbit Maktabah al-khudrâ
https://ar.m.wikipedia.org/wiki/المكتبة_الخضراء,
https://www.riwaya.ga/maktaba_khadra.html,
Biografi penulis buku cerita anak al-Amîrah wa al-tsa'bân karya
Muhammad ‘Athiyyah Al-Ibrasyi
https://www.goodreads.com/author/show/3366542._?from_
search=true dan https://ar.m.wikipedia.org/wiki/محمد_عطية_الإبراشي
Karya-karya Muhammad ‘Athiyyah Al-Ibrasyi https://books-
library.online/a-1465-best-download
Pertanggungjawaban akademik penerjemahan
https://youtu.be/rNxNx6Qb-SE, https://books-
library.online/a-1465-best-download, dan
https://www.kompasiana.com/hanifaturosyda/5a011cb39f9
1ce78c64d0a72/anak-adalah-karunia-allah
72
LAMPIRAN-LAMPIRAN
73
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran I
Teks al-Amîrah wa al-Tsu'bân karya Muhammad ‘Athiyyah Al
–Ibrasyi
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
Lampiran II
Teks terjemahan al-Amîrah wa al-Tsu'bân karya Muhammad
‘Athiyyah Al – Ibrasyi
Al-Maktabah al-Khudra’i li al-Athfal
Penulis: Muhammad ‘Athiyyah al-Ibrasyi
Penerjemah: Amirudin
Sang Putri
dan
Pangeran Ular
120
Sang Putri
dan
Pangeran Ular
121
Dahulu kala, hiduplah seorang pemuda yang bekerja
sebagai petani dan memiliki hati yang baik. Dia hidup bahagia
bersama istrinya selama hidupnya. Mereka selalu merasa cukup
dengan apa yang Allah berikan kepada mereka. Mereka selalu
merasa ridha dengan kebaikan dan kenikmatan yang Allah berikan
kepada mereka.
Tak ada apapun yang dapat mengganggu kebahagiaan
mereka dan mengusik kehidupan mereka kecuali kekurangan anak.
Mereka tidak dikaruniai anak yang akan mengisi kebahagiaan hati
mereka dan membangkitkan kesenangan dan kebahagiaan di
dalam rumah mereka.
Sang istri sering memohon kepada Allah dalam salatnya
agar dikaruniai anak. Allah mendengar do’anya lalu Dia
memanggilnya, “Ibu, kebahagiaanmu dan kebahagiaan suamimu
akan lengkap.”
Pada suatu hari, sang petani telah selesai melakukan
pekerjaannya lalu dia kembali ke rumahnya sambil membawa
seikat kayu bakar lalu meletakkan kayu bakar itu di samping
122
tembok. Dia mengganti pakaiannya lalu duduk untuk menyantap
makan malam dan di sampingnya ada istrinya.
Setelah makan malam, sang istri mulai berbicara kepada
suaminya. Dia menceritakan mimpi yang dia lihat dalam tidurnya.
Sang istri berkata, “Aku telah bermimpi malam ini bahwa Allah
SWT telah menjawab permohonanku dan menerima do’aku. Allah
mengkaruniai kita anak yang tampan.”
Ketika dia menceritakan mimpinya kepada suaminya,
suaminya mendengarkannya dengan sangat gembira. Dia berharap
mimpi ini jadi kenyataan. Sang suami melihat dua ular kecil keluar
dari sela-sela kayu bakar...
Ular kecil itu bergerak dengan lembut. Ketika pasangan
suami istri ini
melihatnya, mereka
berhenti berbicara
dan memperhatikan
gerakan si ular...
Kemudian
sang istri teringat
dengan keadaannya
dan mulai menangis.
Dia berkata kepada
suaminya, “Lihatlah..
ular saja memiliki
anak kecil.
Sedangkan kita tidak
punya anak.”
123
Sang suami meminta sang istri untuk bersabar dan
menghiburnya, tetapi sang istri tidak berhenti menangis. Pasangan
ini kaget ketika melihat ular kecil ini mendekati mereka dan
mengangkat kepalanya ke arah mereka. Lalu si ular berkata dengan
suara yang indah dan bahasa yang baik, “Jangan menangis
nyonya,, hanya karena engkau belum dikaruniai anak. Ambillah
aku untuk menjadi anakmu. Didiklah aku seperti seorang ibu
mendidik anaknya. Aku akan berjanji dengan tulus untuk
menyayangimu dan aku akan patuh dan tunduk kepadamu dan
suamimu. Percayalah kepadaku nyonya bahwa engkau tidak akan
menyesal jika engkau melakukannya. Percayalah bahwa aku akan
menghadirkan kebahagiaan. Aku tidak akan melupakan
didikanmu, perlindunganmu, kasih sayangmu, dan penjagaanmu.”
Kemudian sang ular memalingkan muka ke arah sang
petani lalu berkata, “Hai tuan, percayalah engkau akan
mendapatkan kebaikan jika engkau mengangkatku menjadi anak.
Engkau akan mendapatkan pada diriku anak yang baik dan patuh.”
Pasangan ini terkejut mendengar perkataan ular kecil.
Mereka sangat terkejut hingga tidak bisa berkata-kata karena
sangat keheranan. Mereka diam beberapa saat. Sang ular ada di
tengah-tengah mereka dan maju ke arah sang istri dengan pelan
dan ketakutan hingga sampai di sampingnya lalu ia berhenti
bergerak. Tubuhnya yang kecil memanjang dan ia mengangkat
kepalanya. Sang istri berkata, “Hai ular kecil yang lembut! Kami
dengan senang hati akan mengangkatmu menjadi anak kami. Kami
akan mendidikmu seperti para ayah dan ibu mendidik anak-anak
124
mereka. Kami akan memperhatikanmu dan mencintaimu seperti
layaknya engkau anak kami yang sesungguhnya.”
Lalu sang istri berdiri dan membawa sang ular lalu dia
membersihkannya dan meletakkannya di tempat yang bersih. Sang
istri membuatkan tempat tidur yang lembut dari beberapa potong
sutra yang dimilikinya.
Dia menidurkannya di lemari pakaian dan membiarkan
sedikit pintu lemarinya terbuka agar ada udara supaya sang ular
tidak mati.
Setiap hari, sang istri menghidangkan makanan dan
minuman terbaik yang dimilikinya untuk sang ular di wadah
khusus setiap waktu sarapan, makan siang, dan makan malam. Dia
memperhatikannya dengan penuh perhatian dan mengurus
urusannya sebagaimana seorang ibu mengurus anak kecilnya.
Sang ular tumbuh hingga besar dan menjadi sangat besar.
Lebih besar dari ular mana pun yang pernah dilihat sang petani dan
istrinya. Ular merayap ke kebun rumahnya di siang hari dan
kembali ke tempatnya di waktu makan, seolah-olah ia seperti
manusia yang dapat diatur dengan baik dan selalu menepati janji.
Jika malam tiba, ia masuk ke dalam lemari dan tertidur hingga pagi
hari.
Dia berkata kepada sang petani dengan sebutan “Ayah” dan
berkata kepada istri sang petani dengan sebutan “Ibu”. Jika dia
membutuhkan sesuatu, dia meminta kepada keduanya dengan
penuh hormat dan sopan. Jika dia mengadu sesuatu, dia
mengatakannya dengan malu-malu dan lemah lembut.
125
Berjalan
beberapa bulan dan
beberapa tahun, sang
petani, istrinya, dan
sang ular hidup
seperti layaknya satu
keluarga yang
bahagia.
Pada suatu
hari, sang ular
berkata kepada
ayahnya, “Ayah, aku
telah besar dan aku telah menjadi seorang pemuda. Aku ingin
menikah..”
Sang petani berkata, “Ini ide yang bagus. Aku akan
mencarikan teman sejenis ular betina untukmu di ladang agar
menjadi istri untukmu. Yang akan menemani hidupmu, manis dan
pahitnya kehidupan.”
Sang ular berkata, “Tidak ayah.. Aku tidak ingin menikah
dengan ular. Ular tidak baik untukku dan aku tidak baik untuknya.
Aku ingin menikah dengan seorang putri yang cantik, seorang anak
raja yang hebat. Pergilah ayah ke kota besar dan tanyakan istana
sang raja lalu mintalah izin untuk menemuinya. Ketika dia
mengijinkanmu untuk menemuinya, katakanlah harapan dan
keinginanku. Katakan kepadanya bahwa engkau mempunyai ular
yang besar yang berniat menikahi anakmu, sang putri.”
126
Sang petani adalah seseorang yang memiliki hati yang
tulus. Dia melakukan apa yang diperintahkan sang ular lalu dia
pergi ke kota. Dia mencari sampai dia tahu istana sang raja, lalu
dia meminta izin menemuinya untuk urusan yang penting. Ketika
dia diijinkan dan berdiri di hadapan sang raja, dia berkata,
“Tuanku, raja yang agung. Di rumahku ada seekor ular yang besar.
Aku telah mendidiknya dari ia kecil. Ia berharap untuk menikahi
sang putri, anakmu. Ia memberi kuasa kepadaku untuk
meminangnya, untuk
menjadikan sang putri istri
baginya. Ia adalah ular yang
sangat ajaib. Ia berbicara
seperti layaknya manusia
berbicara. Ia berpikir seperti
layaknya manusia berpikir.
Walaupun dia dalam bentuk
ular.”
Sang raja
memperhatikan bahwa lelaki
ini sangat berpikir polos, terus terang dalam perkataannya. Sang
raja tertawa penuh dan berkata kepada petani, “Pulanglah ke
rumahmu. Beritahu sang ular bahwa aku bersedia untuk
menikahkannya dengan putriku jika dia bisa mengubah seluruh
buah yang ada di kebun istanaku menjadi emas.” Kemudian sang
petani keluar, sang raja menganggap seluruh perkataan ini
hanyalah lelucon dan belum terpikirkan hal apa selanjutnya.
127
Sang petani pulang ke rumahnya dan memberitahu sang
ular pesan sang raja bahwa dia mengijinkan pernikahannya jika
sang ular bisa mengubah buah yang ada di kebunnya menjadi
emas.
Sang ular berkata, “Aku minta besok engkau keluar pagi-
pagi sekali dan ambilah benih buah yang engkau temukan di
kebun, akarnya, dan kayunya yang baik untuk ditanam dan
dipelihara.
Bawalah ia ke kebun sang raja. Taburkanlah benih tanaman
yang engkau temui. Tanamlah akar dan kayu yang engkau temui.
Engkau akan menemui sebuah keajaiban setelah itu.”
Sang petani berkata, “Aku akan berusaha dengan penuh
upaya. Aku akan melakukan sesuai dengan kemampuanku agar
dapat mewujudkan keinginanmu.”
Ketika fajar, sang petani terbangun dan dia membawa
keranjang besar di tangannya lalu pergi ke kebun. Dia mulai
memungut seluruh yang dia temui dari benih dan akar, juga semua
yang bisa untuk ditanam seperti cabang buah-buahan hingga
keranjang itu penuh. Dia membawa keranjang itu dengan
tangannya lalu pergi ke kebun sang raja kemudian dia menanam
apa yang dia bawa, seperti benih buah aprikot, buah persik, dan
mangga. Dia juga menaburkan benih yang dia bawa dan menanam
akar dan kayu yang dia bawa sebagaimana yang diamanahkan sang
ular kepadanya.
128
Ketika
dia belum
selesai
menanam dan
menabur, dia
melihat semua
pohon-pohon di
kebun dari
batang, ranting,
cabang, daun,
dan buah-
buahannya telah
berubah
menjadi emas
yang bercahaya
lagi berkilau.
Sang petani berhenti dan melihatnya. Dia sangat heran dan
terkejut lalu dia pulang ke rumah dengan tergesa-gesa untuk
memberitahu sang ular dengan apa yang terjadi, yaitu keajaiban
dan keluarbiasaan.
Sang raja turun ke kebun istananya untuk menyelesaikan
pekerjaan sebelumnya. Dia melihat pemandangan yang sangat
ajaib. Dia melihat pohon-pohon, buah-buahan yang ada di kebun
telah berubah semuanya menjadi pohon dari emas, buah-buahan
dari emas, dan bunga-bunga dari emas. Dia belum mempercayai
penglihatannya, lalu dia melihat untuk kedua kalinya, ketiga
kalinya, dia melihat dengan memeriksanya untuk meyakinkan dan
129
memastikan apa yang dia lihat. Dia telah yakin dan mantap dengan
apa yang dia lihat, dan mengetahuinya dengan yakin bahwa
seluruh kebunnya telah berubah menjadi emas sungguhan. Dia
mulai bertanya pada dirinya dengan penuh keheranan,
kebingungan, dan kekaguman, “Apa artinya ini? Apa maksud
semua ini?” Dia mengulang-ulang pertanyaan dalam dirinya,
“Semua ini pasti bukan pekerjaan sang petani yang fakir, miskin,
yang memintaku untuk menikahkan sang ular dengan putriku...”
Setelah ini, sang ular mengutus sang petani kepada sang
raja untuk memintanya menepati janjinya yang telah ia janjikan
kepadanya, yaitu mengijinkannya untuk menikahkan sang ular
dengan sang putri setelah mengubah kebunnya menjadi emas.
Sang raja menjawab, “Tunggu sebentar. Ini tidaklah
semudah yang engkau kira. Jika sang ular benar-benar ingin
mewujudkan keinginannya dan menikahi anakku, sang putri, dia
wajib melapisi tanah istanaku seluruhnya dengan lapisan dari
emas. Dia wajib melaksanakan ini sebelum aku mengijinkan
putriku menikah dengan seekor ular karena putriku adalah salah
satu putri yang paling baik dari putri-putri lainnya.”
Sang petani kembali kepada sang ular, dia takut untuk
menyampaikan pesan sang raja. Agar dia tidak marah dan
meningkat kemarahannya. Tetapi pada akhirnya dia harus
memberi tahu sang ular apa yang dikatakan sang raja.
Lalu sang ular berkata kepada sang petani, “Pergilah sekali
lagi ke kebun. Kumpulkan seikat rerumputan berwarna hijau dan
buatlah ia seperti bentuk sapu, lalu pergilah ke istana sang raja dan
sapulah tanah istana dengan sapu itu mulai dari kamar per kamar,
130
lapisan per lapisan, dan jangan tertinggal sejengkal tangan pun dari
tanah istana untuk disapu dengan sapu ini. Kamu akan melihat
keajaiban yang luar biasa setelah itu. Sang raja akan menemukan
di istana lapisan dari emas di setiap tempat.”
Sang petani berlari ke kebunnya dan mengumpulkan
rerumputan terbaik berwarna hijau. Dia membentuknya menjadi
sebuah ikatan lalu menalinya dan menjadikannya sapu berwarna
hijau. Kemudian dia pergi ke istana dan meminta izin agar
diperbolehkan menyapu istana dari mulai bagian atasnya hingga
bagian bawahnya dengan sapu ini, lalu dia diberikan izin. Dia
mulai menyapu kamar-kamar yang ada di istana. Setiap kali dia
menyapu kamar istana, tanahnya berubah menjadi lapisan emas
yang tebal dan menjadi seperti lantai emas yang berkilau.
Setelah dia selesai dari lantai pertama, dia berpindah ke
lantai kedua, lalu ketiga, hingga menyapu seluruh istana dengan
sapu ajaib ini sehingga seluruh tanah istana ini menjadi lapisan
131
emas yang tebal. Setelah itu, sang petani menemui sang raja,
menjadi wakil bagi sang ular, dan dia berharap untuk memenuhi
janjinya dan mengijinkan untuk menikahkan sang putri yang cantik
dengan sang ular setelah memenuhi kehendak dan keinginan sang
raja dan mengubah tanah istana seluruhnya menjadi lapisan emas
yang berkilau. Sang raja tidak dapat meminta sesuatu yang lain lalu
dia berkata, “Aku telah menerima untuk menikahkan anakku
dengan ular yang telah kau didik dan telah kau ceritakan kepadaku.
Tetapi ada kesulitan lain bagi sang ular, yaitu persetujuan anakku
untuk dinikahkan dengannya.”
Sang raja meminta anaknya, sang putri, dan berkata,
“Anakku yang amat tersayang,, Ayahmu telah menjanjikan janji
yang amat teledor, tidak masuk akal, janji yang jauh dari hikmah.
Aku terlalu terburu-buru dalam berjanji. Tetapi janji pada hal
apapun itu wajib dilaksanakan dan dipenuhi. Aku berharap besar
kau melaksanakan janji ayahmu ini dan memenuhinya. Sehingga
tidak dikatakan bahwa raja di negara ini mengingkari janjinya dan
tidak memenuhinya. Mengingkari janji bagiku itu hina. Sifat yang
tidak boleh dimiliki manusia.”
Sang putri lalu berkata, “Ayah, aku akan patuh akan
kehendakmu. Perintahmu akan aku lakukan, walaupun itu
menyangkut kematianku atau kehancuran untukku. Aku akan
melakukan apapun yang kau perintahkan kepadaku.
Perintahkanlah apa yang kau inginkan. Aku akan melakukan
perintahmu sekarang juga dan aku tidak akan ragu-ragu.”
Sang raja berkata, “Aku akan menikahkanmu dengan
pasangan yang telah aku pilihkan untukmu.” Lalu sang putri
132
menundukkan kepalanya tanda dia patuh pada ayahnya. Dia pun
berjanji untuk memenuhi keinginan ayahnya dan menikah dengan
seseorang yang telah dipilihkan oleh ayahnya, seseorang yang
akan menjadi teman hidupnya di masa mendatang. Putri yang
malang ini belum mengetahui bahwa ayahnya telah berjanji akan
menikahkannya dengan seekor ular, bukan manusia.
Sang putri berjanji kepada ayahnya untuk menikah dengan
orang pilihannya. Lalu sang raja mengirimkan pesan kepada sang
petani untuk menghadirkan sang ular ke istana untuk
memperlihatkan peminangnya kepada sang putri, suami yang
dinantikannya, dan teman hidupnya.
Setelah beberapa saat, sang ular datang dengan menaiki
delman yang terbuat dari emas. Delman itu ditarik oleh empat ekor
gajah. Ketika delman emas itu melewati jalan-jalan kota. Orang-
orang berlari
ketakutan dan
panik karena
melihat ular yang
sangat besar duduk
di dalamnya dan di
sampingnya
seorang petani.
Delman
emas itu pun
sampai di istana. Di
dalamnya ada ular
yang menakutkan
133
dan bersamanya seorang petani. Setiap orang yang melihatnya
bergemetar dari mulai pengawal, pelayan, dan petugas istana.
Mereka sangat ketakutan dan semuanya pun melarikan diri.
Adapun sang raja dan ratu, mereka lari ke kamar sang putri
dan meminta dia untuk melarikan diri bersama dari ular
mengerikan ini. Raja berkata kepadanya, “Mari kita melarikan diri
hai putriku tersayang.. Mari.. Engkau harus bersembunyi dari sini
sebelum ular yang seram dan mengerikan ini datang.”
Sang putri menjawab, “Tidak ayah.. Aku tidak akan
menyelamatkan diri dan melarikan diri. Aku telah berjanji
kepadamu untuk menikah dengan orang yang telah kau pilihkan
untukku. Engkau pun telah berjanji kepada sang ular untuk
menikahiku. Tidak akan benar jika dikatakan bahwa sang raja dan
putrinya telah berjanji dan mengingkari janjinya. Ini perbuatan
tercela, aku tidak mampu. Aku akan tetap di sini hingga
peminangku datang.”
Sang raja dan ratu pun merasa menderita batinnya lalu
melarikan diri ke kamar di lantai istana paling atas dan mengunci
pintunya.
Setelah beberapa saat, sang ular pergi ke kamar sang putri,
lalu ia meminta izin dan masuk. Sang ular melihat sang putri yang
berdiri, tidak bergerak, dan tenang. Sang putri tidak terlihat
ketakutan dari ekspresinya, tidak ada kepanikan di wajahnya. Sang
ular melihat sang putri membungkuk menghormati dan
menyambutnya.
Sang ular melihat sang putri dengan tatapan yang penuh
kekaguman dan penghargaan. Ia kagum dengan ketenangan dan
134
keteguhannya di kondisi yang menakutkan ini. Ia kagum dengan
pengendalian perasaannya. Ia menghargai kesetiaannya terhadap
janjinya, ketaatannya terhadap janjinya. Dia juga terkesan dengan
penerimaannya sepenuh hati. Walaupun ia adalah seekor ular yang
bentuknya menyeramkan, sedangkan dia adalah seorang putri yang
sangat cantik. Sang ular berkata kepada sang putri, “Apakah
engkau menerima
untuk menikah
denganku hai putri
yang cantik?”
Sang putri
menjawab, “Iya, aku
menerimanya.”
Dengan
sekejap ketika sang
putri mengatakan
kalimat ini, sang ular
yang menyeramkan
dan jelek berubah
menjadi seorang
pemuda yang tampan, dandanan yang bagus, bibir yang tersenyum,
mata yang biru, rambut yang hitam, dan terlihat darinya tanda-
tanda kejantanan, keberanian, dan kegagahan.
Sang raja yang ketakutan bersama sang ratu mendengar
dari lantai istana paling atas bahwa sang ular yang besar telah
masuk ke kamar putrinya. Lalu sang raja berkata kepada sang ratu
dengan suara yang tinggi, “Oh, aku menyesal. Oh, aku sedih. Aku
135
takut sang ular membunuh putri tersayang kita satu-satunya. Aku
telah menghancurkannya dan aku telah membunuhnya karena
ketamakanku, kerakusanku, keserakahanku, dan kecintaanku
terhadap emas. Aku hanya memikirkan kekayaan. Aku tidak
memikirkan hal lain selain emas. Tapi apa manfaat emas sekarang?
Apa manfaat harta? Apakah harta dapat mengembalikan putriku
tercinta kepadaku?”
Kemudian sang raja dan ratu keluar dari kamar paling atas
tempat mereka bersembunyi lalu pergi ke kamar sang putri yang
dimasuki oleh sang ular. Mereka mendapati jika kamarnya
terkunci lalu sang raja dan ratu melihat dari jendela. Mereka tidak
menemukan yang bersama sang putri itu sang ular, tetapi mereka
melihat seorang pemuda dengan tubuh yang sempurna,
ketampanan yang mengagumkan, terlihat darinya kekuatan dan
keberanian. Mereka juga melihat bahwa kulit sang ular terjatuh di
salah satu sudut kamar, mereka sangat keheranan dan menyadari
bahwa hal ini adalah sebuah sihir.
Sang raja dan ratu sangat senang tak terhingga ketika
melihat putrinya tidak mengalami kemalangan. Mereka mengetuk
pintu kamar dan meminta izin untuk masuk. Ketika mereka masuk,
mereka memeluk sang putri, menciumnya, dan mengucapkan
selamat kepada peminangnya. Sang ular menceritakan ceritanya
kepada mereka dan bagaimana dia terkena sihir sang penyihir yang
licik hingga menjadi bentuk ular, padahal dia adalah seorang
pangeran, anak seorang raja yang agung. Semua orang sangat
bahagia, tetapi kebahagiaan itu tidak bertahan lama. Sang ratu
berlari ke arah kulit ular itu dan berkata kepada sang pangeran,
136
“Engkau tidak akan menjadi
seekor ular sekali lagi.” Lalu
sang ratu melemparkan
kulitnya ke dalam api.
Pangeran melihatnya dengan
tatapan yang sedih dan
menyakitkan, lalu berkata,
“Engkau tidak tahu apa yang
kau lakukan. Bahaya apa
yang akan kau dapati.”
Setelah selesai
membakar kulit ular, pangeran yang malang ini berubah menjadi
burung putih yang menyedihkan. Dia mulai terbang ke arah jendela
yang terkunci kacanya. Lalu dia menghancurkan kaca jendelanya
dengan kuat. Dia melukai dirinya sendiri dan keluar melalui
jendela, lalu terbang jauh ke langit. Sang raja, ratu, dan putri
melihatnya. Tetesan darah merah terjatuh di atas bulunya yang
putih.
Sang putri berlari ke arah jendela dan melihat burung
malang yang terluka dan ia terbang. Sang putri terus melihatnya
hingga ia hilang
dari pandangan di
langit yang biru.
Sang putri
mengulurkan
tangannya ke langit
dan memohon
137
pertolongan kepada Allah. Sang putri mulai menangis dengan
tangisan yang pedih. Sang ayah berusaha untuk menenangkannya,
menghiburnya, dan menasehatinya untuk bersabar. Tetapi
tangisannya semakin hebat dan kesedihannya semakin bertambah
karena kehilangan peminangnya yaitu seorang pangeran, pemuda
yang tampan.
Malam hari tiba, setiap orang di istana pergi ke tempat
tidurnya kecuali sang putri. Dia memakai pakaiannya dan
meninggalkan kamarnya, lalu dia pergi ke ayah dan ibunya
meminta izin keluar untuk mencari peminangnya, pangeran yang
tersihir. Sang ayah dan ibu tidak dapat menentangnya, maka
mereka mengijinkannya.
Sang putri memutuskan untuk mencari di seluruh dunia
hingga dia menemukan peminangnya, pangeran yang malang yang
telah ia janjikan untuk menikahinya.
Sang putri keluar dari istana sendirian, dia tidak
mengizinkan seorang pun menemaninya dan menjaganya unntuk
mencari bersamanya. Sang putri meninggalkan kota dan terus
berjalan hingga dia sampai di hutan yang besar dan dia
memasukinya. Dia melanjutkan perjalanannya di dalam hutan
hingga dia menemukan seekor serigala. Sang serigala merasakan
kepedihan yang dialami sang putri ketika ia melihat sang putri
bersedih dan menangis. Sang serigala mengajukan diri bahwa dia
siap membantunya dengan cara menunjukkannya jalan di dalam
hutan karena sang putri sendirian dan tidak ada seorang pun yang
melindunginya di tengah malam.
138
Sang putri berterima kasih kepada sang serigala karena
sikap jiwa besarnya. Sang putri pun setuju pergi bersamanya untuk
menunjukkannya jalan. Mereka berjalan bersama di dalam hutan
pada malam hari. Untungnya, malam itu adalah malam purnama
sehingga ada cahaya bulan yang terang di setiap tempat.
Setelah beberapa saat, sang putri kelelahan berjalan dan
semakin meningkat kelelahanya. Dia terpaksa harus duduk di atas
rumput hijau yang lembab di bawah pohon-pohon hutan untuk
beristirahat karena kelelahan, lalu dia akan bangun, melanjutkan
perjalanannya, dan mencari peminangnya yang malang. Sang
serigala duduk dekat dengannya untuk menjaganya dari hewan-
hewan yang buas. Karena dia sangat kelelahan, dia sampai tertidur
dan tidak bisa melawan rasa mengantuknya. Lalu sang putri pun
tertidur pulas.
Dia tidak
bangun dari tidurnya
hingga dia
mendengar suara
burung di atas pohon
bernyanyi dengan
suara yang merdu,
suara yang belum
pernah dia dengar
sebelumnya. Lalu
serigala bertanya
kepada sang ratu,
139
“Apakah engkau memahami apa yang dikatakan oleh burung ini?”
Lalu sang putri menjawab, “Tidak, aku tidak memahami
bahasa burung. Tetapi aku menyukai suaranya yang
menyenangkan itu dan nyanyiannya yang merdu.”
Adapun sang serigala memahami apa yang dikatakan oleh
sang burung lalu dia menjelaskannya kepada sang putri dengan
bahasa yang tenang dan pelan-pelan apa yang dimaksud oleh sang
burung dari nyanyiannya. Sang serigala menjelaskan kepada sang
putri makna nyanyiannya dan menjelaskan kepadanya bahwa
burung ini membicarakan tentang pangeran yang terkena sihir. Dia
berubah bentuk dari bentuk sebelumnya karena pengaruh sihir. Dia
berubah menjadi seekor ular dan hidup seperti layaknya ular.
Kemudian dia diasuh dengan didikan seorang petani perempuan.
Dia menganggap sang ular seperti anaknya dan suaminya pun
mengangkatnya menjadi anak. Hal ini berlangsung hingga sepuluh
tahun. Sepuluh tahun ini telah berlalu. Tahun setelahnya hingga ia
besar, dia menyukai salah seorang putri dan ingin menikahinya.
Ayahnya telah menyetujuinya setelah sang ular melakukan
berbagai hal yang ajaib dan luar biasa. Dia menjanjikannya untuk
menikahkan sang ular dengan putrinya dan sang putri pun telah
setuju untuk menikah dengan sang ular agar tidak dikatakan bahwa
ayahnya mengingkari janjinya. Lalu pengaruh sihirnya
menghilang dan dia kembali ke bentuknya yang semula, yaitu
bentuk manusia seperti sebelumnya. Di tengah-tengah
keberadaannya di kamar sang putri di istana, sang ratu, ibu sang
putri melempar kulit ularnya ke dalam api agar dia bebas dari
140
bentuk dan penampilan ular sehingga anaknya tidak terkena
kejahatan dan keburukan apapun.
Sang serigala pun diam, lalu sang putri menangis ketika dia
mengetahui bahwa sang burung mengingatkan kisah peminangnya
dan menceritakan apa yang terjadi kepadanya dan peminangnya.
Sang putri meminta sang serigala untuk memberitahu sisa
ceritanya yang dinyanyikan oleh sang burung. Lalu sang serigala
menjelaskan kepadanya apa yang terjadi kepada sang pangeran.
Apakah sihir ini menghilang?
Serigala berkata, “Ibunya mengira bahwa apa yang dia
lakukan akan menyelamatkan anaknya, sang putri. Tetapi dia
malah menghadapi keadaan yang lebih buruk walau niatnya yang
baik, karena sang pangeran berubah menjadi seekor burung putih,
seperti burung merpati putih. Situasi itu sungguh sangat
disayangkan. Saat ini, dia dalam keadaan yang sangat bahaya dan
ditakutkan dia mati.”
Sang putri bertanya, “Aku berharap engkau menyebutkan
untukku mengapa dia dalam keadaan yang sangat bahaya?”
Serigala menjawab, “Karena ibu sang putri telah membakar kulit
ularnya. Maka sang pangeran dihukum dengan berubah bentuk lagi
dan dia berubah menjadi burung. Agar dia dapat melarikan diri dari
kamar, maka ia berubah menjadi seekor burung putih. Ketika dia
ingin keluar dari jendela dengan penuh tenaga, kacanya tertutup
sehingga kacanya menjadi pecah. Lengannya terluka dengan luka
yang banyak dan mungkin saja dia mati dengan luka ini.
Dengarkanlah hai nyonya,, apakah kau tidak mendengar suara sang
burung di atas pohon? Itu adalah suara yang amat menyedihkan
141
karena pangeran saat ini dalam keadaan yang sangat bahaya.
Tetapi karena keikhlasan pinangannya, kesetiaannya,
pencariannya, dan pemikirannya kepadanya, burung yang terluka
yang malang itu kini telah kembali menjadi seorang pangeran
seperti sebelumnya. Dia kembali ke istana ayahnya sekalipun dia
dalam keadaan yang bahaya, yaitu luka yang ada di lengannya.
Hari ini dia ada di hari-hari terakhirnya dan dia bisa mati karena
luka ini.”
Sang putri bertanya, “Bisakah kau memberitahuku cara
untuk mengobati dan menyembuhkannya dari lukanya?”
Serigala menjawab, “Hanya ada satu cara untuk mengobati
dan menyembuhkannya, yaitu sang putri yang dipinangnya, yang
akan dinikahinya dan dicintainya, dan dengan tulus setia padanya
mengambil bulu burung dari ekor setiap burung, yaitu empat
burung yang bernyanyi dengan nyanyian yang sedih dan bersiul
dengan siulan yang menyedihkan di atas pohon. Lalu pergi ke
pangeran itu sendirian untuk meletakkan bulu ini di atas lukanya.
Dengan satu-satunya obat ini lah, sang pangeran akan sembuh dari
sakitnya, atas kehendak Allah SWT.”
Sang putri mendengarkan nasihat ini, lalu memberitahu
sang serigala jati dirinya dan berkata kepadanya, “Sesungguhnya
pinangan sang pangeran yang malang itu telah hadir untuk
mencarinya, berusaha untuk menyelamatkannya,
membebaskannya dari pengaruh sihir dan sakit, dan dia berharap
untuk mendapatkan bulu ekor burung dari setiap empat burung ini
lalu memberikan bulu ini untuk menyembuhkan sang pangeran
yang sakit. ” Sang putri memintanya untuk melakukan kebaikan
142
ini. Dia berjanji akan menganggap sang serigala sebagai teman
yang setia selamanya dan akan memberikan imbalan yang amat
baik.
Serigala pun menjawab, “Aku akan mencobanya dengan
penuh suka cita. Tetapi pekerjaan ini butuh kesabaran yang besar
karena burung-burung ini memiliki sifat pemalu, sangat pemalu.
Dia akan terbang dengan cepat jika aku mendekatinya di siang hari.
Kamu lihat bahwa matahari telah muncul dan burung-burung dapat
melihat semua aktifitas. Jika aku mendekatinya sekarang, dia akan
terbang dan melarikan diri. Kita harus menunggunya hingga sore
hari, hingga siang mengakhiri cahayanya dan malam
mendatangkan gelapnya.
Burung-burung itu akan pergi ke sarangnya untuk tidur.
Saat itulah aku akan memanjat pohon dengan sangat pelan-pelan
dan aku akan mengambil bulu ekor burung dari setiap keempat
burung ini ketika mereka di dalam sarangnya.”
Sang putri menghabiskan siang hari di bawah pohon di
dalam hutan dan serigala yang setia dan bijaksana ada bersamanya.
Sang putri terus menghitung jam demi jam di siang hari, dia merasa
siang sangat panjang dan waktu sangat panjang. Dia merasa bahwa
waktu sangat berjalan lamban. Hingga akhirnya matahari pun
terbenam dan malam yang dinantikan sang putri dengan penuh
kesabaran pun tiba. Burung-burung mulai pergi ke sarangnya dan
ke empat burung itu berkumpul di atas pohon untuk tidur di
sarangnya.
143
Sang putri dan serigala mulai memperhatikan burung-
burung yang ada di atas pohon dan mereka menunggu burung itu
pergi ke sarangnya untuk tidur.
Ketika sang serigala yakin bahwa keempat burung ini telah
meninggalkan cabang pohon dan tertidur di sarangnya, ia mulai
memanjat pohon dengan sangat pelan-pelan. Sehingga tak ada
burung yang terbangun dari tidurnya dan tidak bergerak dari
sarangnya. Dengan cepat dan cakap, serigala mengambil bulu ekor
burung dari keempat burung ini untuk pangeran. Burung-burung
itu adalah burung yang bernyanyi dan menceritakan kisah dan apa
yang terjadi pada sang pangeran dengan suara mengharukan dan
menyedihkan dalam nyanyiannya. Lalu sang serigala turun dari
pohon dan memberikan empat helai bulu yang dibutuhkan untuk
menyembuhkan sang pangeran dari lukanya kepada sang putri.
Sang putri berkata, “Hai serigala yang biijaksana. Aku
sangat berterima kasih kepadamu. Hanya Allah lah satu-satunya
yang mampu memberi imbalan kepadamu. Aku tidak akan
melupakan kebaikanmu selama hidupku.”
Serigala menjawab, “Hai putri, aku telah melaksanakan
kewajibanku kepada manusia yang sakit yang sayang terhadap
burung dan manusia. Tidak ada ucapan terimakasih untuk suatu
kewajiban.” Sang serigala memberikan gambaran istana sang
pangeran yang harus dikunjungi sang putri. Sang putri pun
mengucapkan selamat tinggal kepada sang serigala dan lari dengan
sangat cepat seperti larinya seekor rusa yang cepat dan lincah.
144
Hingga dia pun sampai di istana sang pangeran yang
terluka, dimana sang pangeran tinggal bersama sang raja, ayahnya.
Dengan segera, dia menghadap sang raja dan memberitahu bahwa
dia datang untuk menyembuhkan sang pangeran dari lukanya.
Sang raja pun tidak mempercayainya dan berkata, “Bagaimana
bisa seorang anak perempuan menyembuhkan seorang pangeran
yang berubah menjadi ular, lalu berubah menjadi manusia seperti
keadaan sebelumnya kemudian dia terluka dengan luka yang
mematikan. Para dokter dan para ahli bedah pun di negeri ini tidak
ada yang mampu mengobati dan menyembuhkannya dari luka
ini?”
Sang putri memohon dengan sungguh-sungguh kepada
sang raja. Dia bersujud dengan lututnya dan memohon kepada sang
raja agar dia diijinkan untuk mencoba menyembuhkannya. Dia
juga menjelaskan bahwa usaha ini tidak akan bahaya. Kalau pun
itu tidak membantu, usaha ini tidak akan membahayakannya.
145
Kalau pun ini tidak menyembuhkannya, usaha ini tidak akan
menyakitinya.
Sang raja berkata, “Hai nyonya, engkau boleh mencoba
menyembuhkannya dengan apa yang kau ketahui. Saat ini dia
dalam pintu kematian. Dia dalam detik-detik akhir hidupnya. Dia
tidak mungkin berada dalam kondisi yang lebih buruk dari keadaan
dia sekarang.” Sang putri, sang raja, dan beberapa pelayan pergi ke
kamar di mana sang
pangeran tidur. Di
samping sang
pangeran terdapat
ibunya. Sang putri
melihat sang
pangeran sangat
pucat, diam dan tidak
bergerak, matanya
menutup sebelah
mata, dia merasa
sangat kesakitan, dan
nafasnya sangat
lamban. Sang
pangeran terbaring di atas kasurnya.
Sang putri meletakkan keempat bulu burung yang dia bawa
di atas luka sang pangeran. Mata sang pangeran pun terbuka,
nafasnya mulai teratur, darah pun mulai muncul di wajahnya
sedikit demi sedikit dan warna pucat yang ada di wajahnya pun
mulai menghilang. Tanda-tanda kesehatan pun mulai muncul.
146
Setelah beberapa saat, dia benar-benar menjadi sehat dan bugar.
Sang pangeran merasa bahwa lukanya seolah-olah tidak pernah
ada. Pengaruh sihirpun hilang seutuhnya. Sang raja dan sang ratu
pun sangat bahagia. Sang ratu bahagia dengan kesembuhan sang
pangeran. Dia menyelamatkan hidupnya dari kematian.
Kamar tempat di mana sang pangeran tidur itu gelap,
jendela-jendela ditutupi oleh gorden untuk menjauhkannya dari
cahaya yang masuk dan agar sang pangeran dapat beristirahat.
Sang pangeran belum melihat perempuan yang setia dan tulus itu
yang menyembuhkannya dari sakitnya dan menyelamatkan
hidupnya dari kematian ketika tidak ada harapan kesembuhan
untuknya. Para dokter dan para ahli bedah pun sangat yakin bahwa
dia sudah tidak bernyawa dan mustahil untuk sembuh. Tetapi Allah
menunjukkan kuasanya, yang dapat menghidupkan orang yang
sudah mati dan memberikannya kehidupan hingga dia sembuh di
tangan pinangannya. Agar sang raja yakin dengan kesehatan
anaknya dan kesembuhannya dari sakitnya, sang raja melihatnya
dengan sungguh-sungguh dalam terang.
Raja pun menarik penutup yang diletakkan di jendela agar
cahaya dapat masuk ke kamar sang pangeran. Lalu dia yakin akan
kesembuhan anak satu-satunya dan berterima kasih kepada sang
perempuan atas kesanggupannya, kemurahan hatinya,
kedermawanannya, dan keberaniannya. Sang raja pun memuji
Allah SWT atas anugerah dan karunia yang tiada akhir.
Sang pangeran duduk di tempat tidur dan terlihat tanda-
tanda kesehatannya setelah sembuh dari sakitnya. Dia melihat
sekelilingnya dan melihat sang putri pinangannya ada di samping
147
kasurnya. Dia menggenggam tangan sang putri dan mengucapkan
salam, dia sangat senang dan bahagia melihat sang putri. Dia
melihat ke arah ayah dan ibunya lalu memberitahu bagaimana dia
bertemu dengan sang putri sebelumnya, bagaimana
pengorbanannya, keridhaannya untuk menikah dengannya padahal
dia seekor ular, membebaskan dan menyelamatkannya dari
pengaruh sihir, bagaimana sang raja dihukum menjadi seekor
burung lalu sang putri keluar untuk mencarinya hingga dia bisa
datang kepadanya dan menyelamatkannya dengan ketulusannya,
keikhlasannya, penyembuhannya. Sang pangeran berharap
ayahnya dapat memberikan izin agar dia bisa menikahi sang putri.
Sang raja berkata, “Anakku tersayang,, aku sangat bangga
terhadap putri ini. Aku sangat kagum terhadapnya. Aku sangat
menghargai apa yang dilakukannya. Dia menerimamu ketika tak
ada satu orang pun yang dapat menerimamu. Dia menanggung apa
yang dialaminya demi
kamu. Dia berkorban
dengan penuh
pengorbanan untukmu.
Dia yang
menyembuhkanmu dari
lukamu. Dia keluar
malam hari sendirian
untuk mencarimu. Dia
yang
menyelamatkanmu.
Hidupmu ada di
148
tangannya setelah semua dokter dan ahli bedah tidak mampu
menyembuhkanmu. Mustahil untuk menemukan kemuliaan,
kesetiaan, dan keberanian seperti ini di putri-putri lainnya. Aku dan
kamu tidak dapat membalas apa yang telah dia lakukan. Mulai saat
ini, aku akan berusaha untuk memenuhi apa yang engkau
inginkan.”
“Aku akan memanggil kedua orang tua sang putri untuk
memberitahu mereka tentang keselamatanmu oleh sang putri.
Sekarang juga aku akan mempersiapkan pernikahanmu.” Seluruh
orang bahagia dengan kesembuhan sang pangeran dari sakitnya.
Seluruh negeri bahagia mendengar kabar yang cepat menyebar ini.
Para utusan dari berbagai negara hadir ke istana untuk
mengucapkan selamat atas kesembuhan sang pangeran.
Keluarga sang putri dan sang pangeran pun bertemu.
Kebahagiaan dan kegembiraan mereka menjadi satu karena
keselamatan sang pengantin perempuan dan pasangannya.
Kebahagiaan itu terus ada dan berlanjut setiap malam dan setiap
hari. Para juru masak mempersiapkan pesta terbaik untuk
pernikahan yang bahagia ini. Para penjahit mempersiapkan
pakaian terbaik untuk putri yang mulia ini, mereka juga memberi
permata dan mutiara berharga di pakaiannya. Istana dipenuhi oleh
tamu undangan yang merupakaan keluarga-keluarga terhormat,
para pangeran, para pembesar, dan para bangsawan.
Pada suatu hari yang cerah, sang pangeran dan putri telah
menikah. Kegembiraan dan kebahagiaan tersebar di seluruh
penjuru negeri. Seluruh bangsa rajanya yang tercinta dan pangeran
yang terhormat ikut merasakan kebahagiaan dan kegembiraan ini.
149
Pesta pernikahan ini adalah perta terbaik yang pernah
terjadi di negeri ini. Kebahagiaan ini bertambah berkali lipat
karena bahagia dengan kesembuhan sang pangeran dan bahagia
dengan pernikahannya.
Ketika sang pangeran menikah, dia tidak lupa mengundang
sang petani dan istrinya yang telah mendidiknya dan mengurusinya
selama sepuluh tahun. Sang pangeran mengundang ke pesta
pernikahannya. Dia tidak melupakannya dan tidak juga melupakan
kebaikannya.
Mereka telah mendidiknya dan mengangkatnya menjadi
anak pada saat kondisinya yang buruk dan sengsara. Dia
mempersembahkan sebuah istana di samping istana ayahnya untuk
sang petani dan istrinya. Dia membiarkan keduanya untuk
beristirahat dari kesulitannya. Keduanya diangkat ke kedudukan
yang agung di istana sebagai penghargaan atas apa yang telah
mereka lakukan terhadapnya dan apa yang telah mereka berikan
kepadanya tanpa sepengetahuannya.
150
Sang putri juga tidak lupa mengundang sang serigala yang
telah menerjemahkan bahasa burung untuknya, menemani
perjalanannya di hutan, dan memberi tahu cara untuk
menyembuhkan sang pangeran. Sang putri membuatkan tempat
khusus di salah satu kandang sang raja dan menjadikan ia
pemimpin bagi hewan lainnya. Dia juga mengurusi makanan dan
minumannya.
Aku tidak perlu memberitahumu bahwa sang pangeran dan
sang putri hidup bahagia setelah pernikahannya. Keduanya sangat
setia dan tulus sepanjang hidupnya.
151
Pertanyaan Seputar Cerita
1. Apa yang keluar dari seikat kayu yang dibawa oleh petani
untuk dijadikan kayu bakar di rumah?
2. Apa yang dikatakan sang ular kecil kepada istri sang
petani?
3. Bagaimana sang petani dan istrinya memperlakukan ular
yang malang itu?
4. Bahasa apa yang digunakan oleh ular kecil? Apakah dia
ular sungguhan?
5. Siapakah perempuan yang dipikirkan oleh sang ular untuk
dinikahinya setelah dia dewasa?
6. Apa permintaan pertama sang raja kepada sang petani
sebelum dia menyetujui akan menikahkan putrinya dengan
sang ular?
7. Apa permintaan kedua sang raja sebelum dia menyetujui
pernikahannya?
8. Apa yang dirasakan sang raja dan sang ratu ketika sang ular
memasuki kamar sang putri?
9. Bagaimana cara sang ular berubah menjadi manusia?
Bagaimana dia berubah kedua kalinya menjadi seekor
burung putih?
10. Bagaimana burung itu terluka?
11. Apa yang dilakukan sang putri untuk menyelamatkan
peminangnya setelah dia berubah menjadi seekor burung?
12. Siapakah yang membantu sang putri di dalam hutan? Apa
pendapatmu mengenai serigala ini?
152
13. Siapakah yang menerjemahkan bahasa burung? Bagaimana
sang putri dapat mengetahui cerita sang pangeran yang
terkena sihir?
14. Bagaimana sang pangeran dapat sembuh dari lukanya yang
mematikan? Siapakah yang menyelamatkannya dari
kematian?
15. Apa yang dirasakan sang raja dan sang ratu setelah
putranya sembuh?
16. Bagaimana cara sang pangerang membalas jasa sang petani
dan istrinya?
17. Bagaimana cara sang putri membalas jasa sang serigala?
18. Pelajaran apa yang bisa diambil dari cerita ini?
19. Ceritakanlah cerita ini dengan ungkapan yang
sederhanamu!
153
Penulis: Muhammad ‘Athiyyah al-Ibrasyi
Penerjemah: Amirudin
Sang Putri
dan
Pangeran Ular