13
PENERAPAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK GURU BIOLOGI KELAS X DI SMA N 3 KLATEN TAHUN AJARAN 2018/2019 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Oleh: ZUHROTUN NISAK A420150130 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

PENERAPAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK GURU BIOLOGI …eprints.ums.ac.id › 75399 › 19 › NASKAH PUBLIKASI ZUH.pdfpenerapan pembelajaran saintifik pada kelas X SOS 2oleh guru A termasuk

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • PENERAPAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK GURU BIOLOGI

    KELAS X DI SMA N 3 KLATEN TAHUN AJARAN 2018/2019

    Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada

    Jurusan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Oleh:

    ZUHROTUN NISAK

    A420150130

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

    2019

  • i

  • ii

  • iii

  • 1

    PENERAPAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK GURU BIOLOGI KELAS X DI

    SMA N 3 KLATEN TAHUN AJARAN 2018/2019

    Abstrak

    Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran kurikulum 2013 yang mengarah

    pada proses mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasi

    dengan kompetensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan dari peserta didik. Namun,

    guru memegang peranan penting dalam pembelajaran untuk menentukan

    keberhasilan peserta didik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

    penerapan pembelajaran saintifik guru biologi kelas X di SMA N 3 Klaten tahun

    ajaran 2018/2019. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskripsi kualitatif.

    Responden sumber data yaitu 2 guru biologi kelas X yang mengajar kelas yang

    berbeda. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan observasi dan

    dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa

    penerapan pembelajaran saintifik pada kelas X SOS 2oleh guru A termasuk cukup

    (52,94%), pada kelas X SOS 3 oleh guru A termasuk baik(72,90%), dan pada kelas

    X MIPA 3 oleh guru B termasuk kurang baik (36,10%). Dengan demikian, dapat

    disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran saintifik guru biologi kelas X di SMA

    N 3 Klaten Tahun Ajaran 2019 termasuk cukup (53,98%).

    Kata Kunci : pembelajaran saintifik, guru biologi.

    Abstract

    Scientific learning is a 2013 curriculum learning that leads to the process of

    observing, asking, trying, associating, and communicating with the competencies of

    knowledge, attitudes, and skills of students. However, the teacher plays an important

    role in learning to determine the success of students. The purpose of this study was to

    describe the description of the application of scientific learning in biology class X

    teachers in SMA N 3 Klaten in the academic year 2019. This type of research is a

    qualitative description research. Respondents of data sources are 2 class X biology

    teachers who teach different classes. The data collection technique in this study is by

    observation and documentation. Based on the research that has been done the results

    show that the application of scientific learning in class X SOS 2 by teacher A is

    sufficient (52.94%), in class X SOS 3 by teacher A including good (72.90%), and in

    class X MIPA 3 by teacher B including poor (36.10%). So, it can be concluded that

    the application of scientific learning biology teacher class X in Klaten 3 nd High

    School Academic Year 2019 is sufficient (53.98%).

    Keywords: scientific learning, biology teacher.

  • 2

    1. PENDAHULUAN

    Dalam dunia pendidikan, kegiatan inti pembelajaran sering disebut dengan

    metodologi. Bagi semua pemegang kebijakan serta semua pelaksana pendidikan

    sangat penting untuk melihat metodologi pembelajaran sesuai dengan kurikulum

    yang digunakan di sekolah. Menurut Hosnan (2014) dalam proses pembelajaran

    dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga sering kali orang

    merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1)

    pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran, (4)

    teknik pembelajaran, (5) taktik pembelajaran, dan (6) model pembelajaran.

    Kurikulum 2013 memiliki ciri khas tersendiri yaitu adanya penerapan

    pendidikan pendekatan saintifik atau ilmiah dalam proses pembelajarannya.

    Kemendikbud memberikan konsepsi tersendiri bahwa pendekatan ilmiah atau

    scientific approach dalam pembelajaran mencakup komponen: mengamati, menanya,

    mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta Menurut Kurniasih

    dan Sani, A. R. (2014). Komponen-komponen tersebut seyogyanya dapat

    dimunculkan dalam setiap praktik pembelajaran, tetapi bukanlah sebuah siklus

    pembelajaran. Menurut Irwandi (2012) pendekatan saintifik merupakan bagian inti

    dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang

    diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta tetapi

    merupakan hasil menemukan sendiri. Konsep-konsep biologi yang ada, ditemukan

    sendiri oleh siswa,bukan menurut buku.

    Implementasi pendekatan saintifik pembelajaran hendaknya dirancang

    dengan mengikuti prinsip-prinsip khas yang edukatif, yaitu kegiatan yang berfokus

    pada kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Prinsip ini

    mengarahkan pada ketercapaian tujuan dari pendidikan biologi pada jenjang SMA

    diantaranya adalah memahami konsep-konsep biologi dan saling keterkaitannya serta

    mengembangkan keterampilan dasar biologi untuk menumbuhkan nilai serta sikap

    ilmiah.

  • 3

    2. METODE

    Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu

    mendeskripsikan penerapan pembelajaran saintifik guru biologi kelas X di SMA N 3

    Klaten Tahun Ajaran 2018/2019. Sampel dalam penelitian ini adalah guru biologi

    kelas X di SMA N 3 Klaten yang berjumlah 2 guru. Guru kelas X ada yang mengajar

    kelas X IPA dan X IPS. Teknik yang digunakan adalah purposive sampling karena

    pada penelitian ini menggunakan pertimbangan dan kriteria tertentu (Sugiyono,

    2015). Dalam penelitian ini guru yang dipilih adalah guru biologi yang mengajar

    kelas X yang berjumlah 2 orang yang mengajar kelas X SOS 2, X SOS 3, dan X

    MIPA 3. Adapun alasan memilih guru biologi kelas X karena kelas X memiliki

    waktu yang cukup longgar dan memungkinkan untuk dilakukan penelitian dan juga

    peneliti sudah kenal dengan beberapa guru biologi di SMA N 3 Klaten sehingga

    mempermudah proses pengambilan sampel.

    Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode

    observasi dan dokumentasi. Observasi yang digunakan adalah observasi langsung

    dan tidak langsung. Observasi langsung dilakukan dengan pengamatan secara

    langsung menggunakan indera saat proses pembelajaran berlangsung berdasarkan

    lembar observasi. Sedangkan observasi tidak langsung dilakukan dengan perekaman

    video saat proses pembelajaran berlangsung sehingga data yang diperoleh dapat

    terhindar dari kesalahan dan video dapat dilihat kembali diluar proses pembelajaran.

    3.HASIL DAN PEMBAHASAN

    Data yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa persentase penerapan pembelajaran

    saintifik guru biologi kelas X di SMA N 3 Klaten. Menurut Mulyasa (2014),

    pembelajaran kurikulum 2013 khususnya pada tingkat pendidikan dasar dan

    menengah, guru memegang peranan yang sangat dominan karena peranannya belum

    sepenuhnya dapat digantikan oleh teknologi secanggih apapun. Di SMA N 3 Klaten

    sudah diterapkan kurikulum 2013 untuk semua jenjang kelas, dari kelas X, XI, dan

    XII. Responden dalam penelitian ini yaitu guru biologi kelas X SMA N 3 Klaten

    yang berjumlah 2 orang yang berpendidikan terakhir S1. Penelitian ini dilakukan

  • 4

    dikelas X SOS 2 dan X SOS 3 yang dikelola oleh guru A yang mangampu mata

    pelajaran lintas minat biologi untuk anak IPS dan dikelas X MIPA 3 yang dikelola

    oleh guru B.

    Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa guru A dan guru B sudah

    menerapkan pembelajaran saintifik kurikulum 2013. Dari hasil pengamatan diperoleh

    bahwa penerapan pembelajaran saintifik yang diterapkan pada kelas X SOS 3

    termasuk dalam kategori B (Baik). Sedangkan hasil pengamatan yang diperoleh pada

    kelas X SOS 2 termasuk dalam kategori C (Cukup) dan hasil pengamatan pada kelas

    X MIPA 3 termasuk dalam kategori KB (Kurang Baik). Data hasil pengamatan

    penerapan model pembelajaran saintifik dapat dilihat pada tabel 4 berikut:

    Tabel 4. Rekapitulasi Data Hasil Penerapan Pembelajaran Saintifik Guru Biologi Kelas X di

    SMA N 3 KlatenTahun Ajaran 2018/2019

    ASPEK KEGIATAN GURU RATA-RATA KET

    A B

    Perencanaan Pembelajaran 81,25 70,83 77,77 B

    Kegiatan Pendahuluanm 87,47 83,33 86,09 SB

    Kegiatan Inti (Mengamati) 35,41 12,50 27,77 KB

    Kegiatan Inti (Menanya) 79,85 24,30 61,33 B

    Mengumpulkan Informasi (Mencoba)58,33 25 47,22 C

    Mengasosiasi (Menalar) 79,85 50 69,90 B

    Mengkomunikasikan 37,49 8,33 27,77 KB

    Kegiatan Akhir 43,74 14,58 34,02 KB

    Rata-Rata 62,92 36,10 53,98 C

    Kriteria presentase menurut (Arikunto, 2011) : 0-20% = (SKB) Sangat Kurang Baik 61-80% = (B) Baik 21-40% = (KB) Kurang Baik 81-100% = (SB) Sangat Baik 41-60% = (C) Cukup

    Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa penerapan pembelajaran saintifik

    guru biologi kelas X SOS 2, X SOS 3, dan X MIPA 3 di SMA N 3 Klaten termasuk

    cukup (53,98%), hal ini disebabkan karena pembelajaran saintifik yang sudah

    diterapkan oleh guru namun belum mampu untuk menguasai dan mengkolaborasikan

    dengan tepat. Pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang mengadopsi langkah-

    langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah (Rochman,

    2015). Berdasarkan observasi bahwa pada perencanaan pembelajaran yang guru A

    dan guru B terapkan termasuk baik (77,77%). Hal ini dikarenakan perencanaan yang

  • 5

    benar-benar disiapkan oleh guru, seperti RPP (rancangan perencanaan pembelajaran)

    yang sudah dibuat, sumber-sumber belajar yang digunakan sudah ada, media

    pembelajaran yang sudah disiapkan, dan pengecekan materi serta pencarian

    informasi terbaru terkait materi untuk menunjang pembelajaran.

    Kegiatan pendahuluan yang dilakukan guru termasuk kriteria sangat baik

    (86,09%). Kegiatan pendahuluan merupakan tahap kegiatan dimana pendidik

    (guru) menciptakan kondisi untuk peserta didik agar siap mengikuti pembelajaran

    inti (Permendikbud No. 22 tahun 2016). Menurut hasil observasi, guru sudah

    mengajak berdoa, menyapa dan menanyakan kabar, melakukan presensi,

    mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan dengan santai tapi serius,

    menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dikehidupan

    sehari-hari, menyampaikan cakupan garis besar cakupan materi, dan

    menyampaikan lingkup serta teknik penilaian yang akan diajarkan yang

    disampaikann ketika awal materi yang baru.

    Menurut Fadlillah (2014), pendekatan Saintifik adalah pendekatan

    pembelajaran yang dilakukan melakui proses mengamati (observing), menanya

    (questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan

    mengkomunikasikan (communication). Menurut Hosman (2014), mengamati

    (Observing) adalah satu setrategi belajar yang menggunakan pendekatan

    kontekstual dan media asli dalam rangka membelajarkan peserta didik yang

    mengutamakan kebermaknaan proses belajar.

    Berdasarkan observasi bahwa pada kegiatan inti mengamati termasuk

    kurang baik (27,77%). Hal ini disebabkan karena tidak ada pengamatan langsung

    (nyata) di laboratorium. Saat kegiatan inti (mengamati) pada guru A menggunakan

    video untuk materi vertebrata pada kelas X SOS 3 sedangkan pada X SOS 2 hanya

    menggunakan gambar tangan dipapan tulis dengan materi yang sama. Sedangkan

    pada guru B hanya menerangkan saja didepan kelas dengan memberikan gambar

    atau foto yang terdapat di buku panduan.

    Menurut Daryanto (2014), langkah kedua dalam pendekatan alamiah

    (scientifik approach ) adalah questioning (Menanya). Hasil observasi pada guru

  • 6

    termasuk baik (61,33%). Kegiatan ini dilakukan guru A dan guru B untuk peserta

    didik secara individu maupun dalam kelompok diskusi. Guru A dan guru B

    merangsang peserta didik agar muncul proses menanya dengan pertanyaan-

    pertanyaan sesuai materi masing-masing kelas. Selain pertanyaan untuk semua

    peserta didik, guru A juga memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk antar peserta

    didik dan bertukar jawaban secara lisan, serta pertanyaan-pertanyaan dalam

    kelompok diskusi.. Sedangkan guru B hanya memberikan pertanyaan langsung

    untuk semua peserta didik di dlam kelas dan dalam kelompok.

    Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan tindak lanjut dari kegiatan

    bertanya. Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk

    mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar yaitu sikap, keterampilan, dan

    pengetahuan (Rochman, 2015). Tahap mengumpulkan informasi (mencoba) ini

    guru memfasilitasi peserta didik untuk mengumpulkan informasi dari berbagai

    sumber yaitu buku, internet, atau kejadian yang pernah dialami. Hasil observasi

    pada tahap ini termasuk dalam kriteria cukup (47,22%). Guru hanya memfasilitasi

    peserta didik untuk mengumpulkan informasi dari buku dan internet dan belum

    melakukan eksperimen agar informasi yang didapat menjadi lengkap dan dapat

    menambah wawasan pembelajaran.

    Kegiatan mengasosiasi membutuhkan peserta didik harus lebih

    mendalami masalah-masalah yang di temukan dan harus di pecahkan (Sani,

    2014). Pada tahap mengasosiasi (menalar) termasuk dalam kriteria baik (69,90%).

    Pada kegiatan ini guru sudah memfasilitasi siwa untuk mengolah informasi,

    menganalisis data, dan memantau kemajuan peserta didik saat melakukan

    penalaran masalah yang dimunculkan oleh guru baik secara mandiri yaitu

    pertanyaan-pertanyaan langsung maupun kelompok yaitu dengan LKS (Lembar

    Kerja Siswa).

    Pada kegiatan akhir diharapkan peserta didik dapat mengkomunikasikan

    hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan

    atau secara individu dari hasil kesimpulan yang dibuat bersama (Rochman, 2015).

    Pada kegiatan mengkomunikasi ini guru diharapkan memberi kesempatan kepada

    peserta didik untuk mengomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Guru

  • 7

    sudah memberi fasilitas peserta didik untuk menyajikan laporan secara tertulis dan

    lisan tapi tidak dengan media elektronik atau yang lainnya. Pada kegiatan

    mengkomunikasikan ini termasuk kriteria kurang baik (27,77%). Hal ini

    disebabkan karena tidak adanya kegiatan mengkomunikasikan yang dilakukan

    oleh guru B untuk kelas X MIPA 3 sedangkan pada guru A dilakukan kegiatan

    mengkomunikasikan untuk kelas X SOS 2 dan X SOS 3.

    Kegiatan penutup dalam kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan

    saat dimana guru mengakhiri proses pembelajaran. Pada kegiatan penutup ini

    termasuk dalam kriteria kurang baik (34,02%). Hal ini disebabkan karena pada

    guru A hanya melakukan evaluasi untuk kelas X SOS 3 saja sedangkan untuk

    kelas X SOS 2 tidak karena waktu telah habis. Pada guru B juga tidak melakukan

    evaluasi untuk kelas X MIPA 3 dikarenakan waktu juga telah habis. Untuk

    penilaian, guru A dan guru B melakukan penilaian ketika pelajaran telah selesai

    atau ketika tanya jawab di kelas secara mandiri maupun diskusi kelompok. Jadi,

    pada kegiatan penutup ini evaluasi tidak dilakukan oleh guru secara maksimal.

    Akan tetapi, penyampaian rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya

    selalu disampaikan ketika diakhir pertemuan.

    Pendekatan saintifik memberikan pemahaman kepada peserta didik

    dalam mengenal dan memahami berbagai materi bahwa informasi bisa berasal

    dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh

    karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk

    mendorong peserta didik mencari tahu berbagai sumber melalui observasi, dan

    bukan hanya diberi tahu (Daryanto, 2014).

    Guru dan peserta didik harus sama-sama aktif dalam penerapan

    pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik. Guru harus mampu mengelola

    kelas dengan baik dan menjalankan strategi pembelajaran yang dapat sesuai

    dengan tujuan pembelajaran. Sedangkan peserta didik mempunyai tugas untuk

    mencari informasi, mengolah dan mengkomunikasikan hasil temuan mereka

    dalam bentuk gagasan (ide).

    Setelah melakukan observasi, ditemukan masalah-masalah dalam kinerja

    guru dalam penerapan pembelajaran saintifik. Namun, guru dalam menerapkan

  • 8

    pembelajaran saintifik termasuk dalam kriteria cukup (53,98%). Permasalahan-

    permasalahan tersebut diantaranya adalah dalam memberikan kesempatan kepada

    peserta didik untuk mengidentifikasi permasalahan berupa pengajuan pertanyaan

    kepada guru, peserta didik sulit untuk mengemukakan pendapat. Selain itu, peserta

    didik sulit untuk diajak aktf dalam mengikuti pembelajaran dikarenakan kondisi

    kelas yang terkadang kurang kondusif. Seperti peserta didik yang tidak

    memperhatikan pembelajaran dengan mengobrol, diam-diam bermain handphone

    sehingga strategi dan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru dalam

    mengajar kurang mendapat timbal balik dari peserta didik.

    Hal ini sesuai dengan penelitian Mariza Fitri (2015) menyatakan bahwa

    kelemahan pada pembelajaran saintifik yaitu bahwa tidak semua peserta didik siap

    berpikir sehingga bagi siswa yang kurang pandai akan banyak mengalami

    kesulitan dan hambatan yang mengakibatkan frustasi. Selain itu juga kurang

    efektif jika digunakan untuk jumlah peserta didik yang terlalu banyak karena akan

    membutuhkan waktu untuk memecahkan permasalahan.

    Secara keseluruhan, guru juga sudah menerapkan pembelajaran saintifik

    seperti mengamati, menanya, menggumpulkan informasi (mencoba), mengolah

    informasi (mengasosiasi), dan mengkomunikasikan yang sudah terlaksana

    walaupun belum secara maksimal diterapkan oleh guru. Pembelajaran saintifik ini

    juga mempunyai banyak kelebihan yang bermanfaat bagi perkembangan peserta

    didik dalam pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan

    (psikomotor). Kelebihan-kelebihan tersebut dapat menjadi bekal peserta didik

    untuk diterapkan dalam kehidupan nyata dilingkungan.

    3. PENUTUP

    Penerapan pembelajaran saintifik guru biologi kelas X di SMA N 3 Klaten tahun

    ajaran 2018/2019 berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dikategorikan

    cukup (53,98%). Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat

    disampaikan yaitu perlu ditingkatkannya penerapan pembelajaran saintifik guru kelas

    X di SMA N 3 Klaten dalam proses mengajar di kelas yang dapat dilakukan melalui

    kegiatan pelatihan guru dalam menerapkan pembelajaran saintifik secara serentak

  • 9

    dan bersama-sama. Kepala sekolah perlu melakukan pertemuan rutin dan

    pengecekan pembelajaran ketika di kelas secara berkala agar guru benar-benar dapat

    menerapkan pembelajaran saintifik dengan baik dan benar. Saran bagi peneliti

    selanjutnya adalah dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai pembekalan untuk

    mengkaji pendekatan pembelajaran saintifik lebih dalam lagi khususnya dalam

    proses mengajar.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto. (2011). "Pembelajaran Saintifik Elektronika Dasar Berorientasi

    Pembelajaran Berbasis Masalah". INVOTEC. Vol IX. No 2. Hal : 165-178

    Daryanto. (2014). Pembelajaran Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta:

    Gava Media.

    Fadillah. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI,

    SMP/MTs, & SMA/MA. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

    Hosman. (2014). "Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad

    21". Saintifik. Hal :32.

    Fitri, Mariza. (2015). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.

    Bandung : Refika Aditama

    Mulyasa. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT

    Remaja Rosdakarya.

    Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Jurnal Lampiran Peraturan

    Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomer 52 Tahun 2008

    Tentang Kriteria Dan Perangkat Akreditasi Sekolah Menengah

    Atas/Madrasah Aliyah.

    Rochman, M. (2015). "Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu dengan

    Menggunakan Model Pembelajaran Problem Base Melalui Lesson Study".

    Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. Vol 1. Hal : 3

    Sani, A. R. (2014). Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi 2013. Jakarta: PT

    Bumi Aksara.

    Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

    dan R&D). Bandung : Alfabeta.

    .