16
Pembelajaran IPA Terpadu dengan Pendekatan SETS-Edutainment PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN PENDEKATAN SETS-EDUTAINMENT TEMA BATERAI ALAMI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR DI SMPN 1 GONDANG Miftachul Jannah 1) , Wahono Widodo 2) , dan Martini 3) 1) Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Sains FMIPA UNESA. E-mail: [email protected] 2) Dosen Program Studi Pendidikan Sains FMIPA UNESA. E-mail: waho [email protected] 3) Dosen Program Studi Pendidikan Sains FMIPA UNESA. E-mail: martini [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterlaksanaaan pembelajaran IPA terpadu dengan pendekatan SETS-edutainment, keterampilan proses sains, hasil belajar, dan respon siswa di SMPN 1 Gondang setelah mengikuti proses belajar mengajar. Jenis penelitian ini adalah pra- eksperimen dengan menggunakan satu kelas yaitu kelas VIII-D sebanyak 31 siswa. Rancangan penelitian yang digunakan adalah one group pre-test and post- test design. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga kali pertemuan. Instrumen penelitian berupa lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran, keterampilan proses sains, hasil belajar, dan angket. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran telah terlaksana dengan sangat baik. Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh bahwa data berdistribusi normal. Hasil analisis uji N-gain menunjukkan bahwa rata-rata hasil tes tiap jenis KPS termasuk kategori sedang dengan ketuntasan sebesar 71%. Sedangkan hasil analisis uji N- gain pada tes kognitif siswa menunjukkan bahwa rata-rata termasuk kategori sedang dengan ketuntasan klasikal sebesar 97%. Berdasarkan hasil uji-t berpasangan pada tes KPS didapatkan t hitung >t tabel (15,88>1,70) dengan α = 0,05 dan pada hasil tes kognitif didapatkan t hitung > t tabel (15,47>1,70) dengan α = 0,05, hal ini menunjukkan terdapat peningkatan yang signifikan antara nilai pre-test dengan post-test. Hasil belajar psikomotor dan afektif siswa mencapai persentase kategori sangat baik. Respon siswa terhadap pembelajaran juga sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPA Terpadu dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa. Kata Kunci : Pendekatan SETS-edutainment, Keterampilan Proses Sains, Hasil Belajar Abstract This study aims to describe the implementation of integrated science learning with SETS-edutainment approach, science process skills, learning outcomes, and students’ response at the SMPN 1 Gondang after following the process of teaching and learning. This type of research is pre-experimental by using a class that is grade VIII-D contains of 31 students. The research design used was one group pre-test and post test design. This research was conducted in three times of meeting. The research instrument used were observation sheets of learning implementation, skill of science process, the study outcomes, and the 51

PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN PENDEKATAN SETS-EDUTAINMENT TEMA BATERAI ALAMI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR DI SMPN 1 GONDANG

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : MIFTACHUL JANNAH

Citation preview

Page 1: PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN PENDEKATAN SETS-EDUTAINMENT TEMA BATERAI ALAMI UNTUK MENINGKATKAN  KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR DI SMPN 1 GONDANG

Pembelajaran IPA Terpadu dengan Pendekatan SETS-Edutainment

PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN PENDEKATANSETS-EDUTAINMENT TEMA BATERAI ALAMI UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR DI SMPN 1 GONDANG

Miftachul Jannah 1), Wahono Widodo 2), dan Martini 3)

1) Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Sains FMIPA UNESA. E-mail: [email protected]) Dosen Program Studi Pendidikan Sains FMIPA UNESA. E-mail: waho [email protected]

3) Dosen Program Studi Pendidikan Sains FMIPA UNESA. E-mail: martini [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterlaksanaaan pembelajaran IPA terpadu dengan pendekatan SETS-edutainment, keterampilan proses sains, hasil belajar, dan respon siswa di SMPN 1 Gondang setelah mengikuti proses belajar mengajar. Jenis penelitian ini adalah pra-eksperimen dengan menggunakan satu kelas yaitu kelas VIII-D sebanyak 31 siswa. Rancangan penelitian yang digunakan adalah one group pre-test and post-test design. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga kali pertemuan. Instrumen penelitian berupa lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran, keterampilan proses sains, hasil belajar, dan angket. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran telah terlaksana dengan sangat baik. Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh bahwa data berdistribusi normal. Hasil analisis uji N-gain menunjukkan bahwa rata-rata hasil tes tiap jenis KPS termasuk kategori sedang dengan ketuntasan sebesar 71%. Sedangkan hasil analisis uji N-gain pada tes kognitif siswa menunjukkan bahwa rata-rata termasuk kategori sedang dengan ketuntasan klasikal sebesar 97%. Berdasarkan hasil uji-t berpasangan pada tes KPS didapatkan thitung>ttabel

(15,88>1,70) dengan α = 0,05 dan pada hasil tes kognitif didapatkan thitung > ttabel

(15,47>1,70) dengan α = 0,05, hal ini menunjukkan terdapat peningkatan yang signifikan antara nilai pre-test dengan post-test. Hasil belajar psikomotor dan afektif siswa mencapai persentase kategori sangat baik. Respon siswa terhadap pembelajaran juga sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPA Terpadu dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa.

Kata Kunci : Pendekatan SETS-edutainment, Keterampilan Proses Sains, Hasil Belajar

Abstract

This study aims to describe the implementation of integrated science learning with SETS-edutainment approach, science process skills, learning outcomes, and students’ response at the SMPN 1 Gondang after following the process of teaching and learning. This type of research is pre-experimental by using a class that is grade VIII-D contains of 31 students. The research design used was one group pre-test and post test design. This research was conducted in three times of meeting. The research instrument used were observation sheets of learning implementation, skill of science process, the study outcomes, and the questionnaire. The result of observations showed that teaching and learning process has been implemented very well. Based on the observation of KPS showed that communicating skill is higher than observing. Based on the result of normality test is obtained that the data distributed normally. The result of N-gain test analysis showed that the average of every kind of KPS test results was in medium category with the students completion was 71 %. Meanwhile the result of N-gain test analysis in the students cognitive test showed that the average in medium category with 97% classical completion. Based on paired–samples t-test in the KPS test was obtained that tscore>ttable (15,88>1,70 ) with α=0,05 and in the cognitive test was obtained that tscore>ttable

(15,47>1,70) with α=0,05 showed that there is significant increase of students score from pre-test to post-test. The students psychomotor and affective outcomes reach the percentage of excellent category. Students response to the teaching and learning process was also very good. This case showed that Integrated Science learning can improve the science process skills and students learning outcomes.

51

Page 2: PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN PENDEKATAN SETS-EDUTAINMENT TEMA BATERAI ALAMI UNTUK MENINGKATKAN  KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR DI SMPN 1 GONDANG

Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2014, 51-59. ISSN: 2252-7710

Keywords: Integrated Science Learning, SETS-edutainment Approach, Science Process Skills, Learning Outcomes

Page 3: PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN PENDEKATAN SETS-EDUTAINMENT TEMA BATERAI ALAMI UNTUK MENINGKATKAN  KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR DI SMPN 1 GONDANG

Pembelajaran IPA Terpadu dengan Pendekatan SETS-Edutainment

PENDAHULUAN

Pendidikan sebagai suatu sistem mencerdaskan kehidupan bangsa saat ini dihadapkan pada berbagai persoalan, yakni berkaitan dengan masalah kesesuaian antara pendidikan dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi yang diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat, sehingga diperlukan pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk melek IPA dan teknologi, mampu berpikir logis, kritis, kreatif, dan kemampuan berpikir secara komprehensif dalam memecahkan berbagai persoalan dalam kehidupan sehari-hari (Subali, dkk., 2009).

Dalam BSNP lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006, diharapkan ada penekanan pembelajaran salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA. Selanjutnya pembelajaran IPA dimaksudkan sebagai sarana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap, dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah sehingga diharapkan memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut senada dengan kurikulum yang berlaku saat ini yakni Kurikulum 2013, mata pelajaran IPA SMP/MTs dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. Jika pembelajaran IPA diajarkan secara terpadu, hal itu sesuai dengan hakikat IPA yakni berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses penemuan dalam pembelajaran IPA atau sains itu terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah (Putra, 2013). Proses ilmiah tersebut harus dikembangkan terhadap siswa sebagai pengalaman yang bermakna. Oleh karena itu diperlukan kegiatan penyelidikan sebagai bagian dari kinerja ilmiah yang melibatkan keterampilan proses yang dilandasi sikap ilmiah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pengajar IPA di SMPN 1 Gondang, pembelajaran IPA belum terpadu. Selain itu, lembar kerja siswa (LKS) yang digunakan belum memuat keterampilan proses dan lebih menekankan pada penguasaan konsep.

Berdasarkan data pra-penelitian yang dilakukan pada siswa SMPN 1 Gondang, setelah diberikan beberapa soal berbasis keterampilan proses sains didapatkan hasil bahwa keterampilan proses sains siswa masih belum optimal. Kemudian berdasarkan angket respon siswa terhadap pembelajaran IPA yang disebar pada data pra-penelitian di SMPN 1 Gondang diperoleh bahwa 62% siswa menjawab pembelajaran IPA merupakan pelajaran yang sulit. Kemudian 65% siswa menyatakan bahwa pembelajaran IPA masih diajarkan secara terpisah, 97% siswa menganggap pembelajaran IPA perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, dan 82% siswa setuju jika pembelajaran IPA disajikan dalam bentuk permainan.

Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan di atas, perlu adanya optimalisasi dalam proses pembelajaran dengan mengaplikasikan pembelajaran IPA secara terpadu yang dikaitkan implikasinya dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat diterapkan pendekatan Science, Environment, Technology, and Society (SETS), melalui pendekatan SETS diharapkan siswa memandang suatu konsep secara terintegratif, dimana semua unsur dalam SETS ini terdapat hubungan saling timbal balik (Binadja, 1999). Pembelajaran akan lebih bermakna apabila disampaikan dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan, hal ini dapat direfleksikan melalui pembelajaran SETS yang disajikan secara edutainment. Penelitian Zin dan Zain (2010) menyatakan bahwa pembelajaran edutainment dapat meningkatkan pemahaman dan minat peserta didik dalam proses belajar Dalam penelitian ini edutainment yang digunakan berupa snowball throwing dan puzzle SETS.

Penelitian relevan yang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu

53

Page 4: PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN PENDEKATAN SETS-EDUTAINMENT TEMA BATERAI ALAMI UNTUK MENINGKATKAN  KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR DI SMPN 1 GONDANG

Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2014, 51-59. ISSN: 2252-7710

antara lain Minarti, dkk. (2012) menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran IPA terpadu bervisi SETS berbasis Edutainment pada tema pencernaan efektif digunakan karena dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa, serta mendapat respon positif dari siswa. Penelitian Atmojo, dkk. (2012) menunjukkan bahwa pembelajaran etnosains bervisi SETS merupakan suatu perpaduan yang sinergi dalam meningkatkan keterampilan proses terhadap siswa. Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan dibanding penelitian yang relevan yaitu peneliti menerapkan pendekatan SETS-edutainment untuk dilihat pengaruhnya terhadap keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa.

Pembelajaran IPA terpadu dapat dikemas dengan suatu tema (Depdiknas, 2010). Pada penelitian ini diambil tema baterai alami.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran IPA terpadu dengan pendekatan SETS-edutainment tema baterai alami di SMPN 1 Gondang; (2) Mendeskripsikan keterampilan proses sains siswa di SMPN 1 Gondang setelah mengikuti pembelajaran IPA terpadu dengan pendekatan SETS-edutainment tema baterai alami; (3) Mendeskripsikan hasil belajar siswa di SMPN 1 Gondang setelah mengikuti pembelajaran IPA terpadu dengan pendekatan SETS-edutainment tema baterai alami; (4) Mendeskripsikan respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu dengan pendekatan SETS-edutainment pada tema baterai alami di SMPN 1 Gondang.

METODE

Jenis penelitian ini merupakan penelitian pra-ekperimen dengan menggunakan rancangan One Group Pre-test and Post-test Design. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas VIII di SMPN 1 Gondang, Mojokerto dengan jumlah 224 siswa sedangkan sampel yang digunakan adlalah kelas VIII-D dengan jumlah 31 siswa.

Teknik pengumpulan data berupa metode observasi, tes, dan angket. Sedangkan teknik analisis data berupa anaisis keterlaksanaan, keterampilan proses sains, hasil belajar, dan respon siswa.

Teknik analisis data pada instrumen tes yang digunakan adalah analisis deskriptif berupa uji N-Gain ternormalisasi dan analisis inferensial berupa uji-t berpasangan.

Uji N-Gain dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:

<g> = % (S¿¿ f )−% (S¿¿ i)100−% (S¿¿ i)¿

¿¿

(Hake, 1999)Keterangan: <g>= skor gain ternormalisasi; Si= Skor Pre-test; Sf= Skor Post-test. Sedangkan uji-t berpasangan digunakan untuk mengetahui peningkatan antara hasil pre-test dan post-test, dengan rumus:

t =

Md

√ ∑ X2 d

N (N−1) (Arikunto, 2009)

Keterangan: Md = mean dari perbedaan pre-test dengan post- test ; Xd= deviasi masing-masing subjek (d-Md); Σx2d= jumlah kuadrat deviasi; N= jumlah subjek pada sampel.

Ketuntasan individu diperoleh dari nilai siswa pada instrumen tes dengan perhitungan:

Nilai= Jumlah jawaban benar

Jumlah seluruh soal x 100%

Berdasarkan keterangan dari guru IPA di SMPN 1 Gondang KKM untuk mata pelajaran IPA sebesar 75.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum pembelajaran diberikan pre-test untuk mengetahui kemampuan awal siswa baik kognitif maupun keterampilan proses sains siswa, kemudian pemberian materi selama tiga kali pertemuan dengan alokasi 2x40 menit, dan terakhir diberikan post-test untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dan siswa diminta mengisi angket respon untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang diterapkan. Pengamat terdiri atas dua orang pengamat yaitu guru IPA SMPN 1 Gondang dan mahasiswa Unesa.Keterlaksanaan PembelajaranPelaksanaan pembelajaran IPA terpadu dengan pendekatan SETS-edutainment pada materi baterai alami di kelas VIII-D SMPN 1 Gondang dilakukan dalam tiga kali pertemuan dan diamati

Page 5: PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN PENDEKATAN SETS-EDUTAINMENT TEMA BATERAI ALAMI UNTUK MENINGKATKAN  KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR DI SMPN 1 GONDANG

Pembelajaran IPA Terpadu dengan Pendekatan SETS-Edutainment

menggunakan lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran.

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa rata-rata pada aspek persiapan diperoleh persentase 4,00, pendahuluan sebesar 3,61, kegiatan inti diperoleh sebesar 3,40, penutup sebesar 3,60, pengelolaan waktu sebesar 3,17, suasana kelas sebesar 3,57. Adapun skor rata-rata yang paling rendah adalah pada tahap pengelolaan waktu dan skor rata-rata yang paling tinggi adalah pada tahap persiapan. Secara keseluruhan, skor keterlaksanaan sebesar 3,56 termasuk dalam kategori sangat baik.

Keterampilan Proses SainsKeterampilan proses sains (KPS) siswa dinilai menggunakan instrumen tes dan non-tes. Instrumen non-tes berupa lembar pengamatan KPS siswa. Keterampilan yang bisa diamati hanya keterampilan mengamati dan mengomunikasikan saja. Hasil pengamatan KPS siswa ditunjukkan pada grafik berikut:

Grafik 1. Hasil Pengamatan Keterampilan Mengamati Siswa

Grafik 2. Hasil Pengamatan Keterampilan Mengomunikasikan Siswa

Sedangkan instrumen tes KPS berupa pre-test dan post-test. Hasil tes KPS tiap individu ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 1. Hasil Tes KPS Siswa

No.Pre-test

Post-test

N-Gain

Kriteria Ketuntasan

1 39 74 0,6 Sedang TT

2 32 76 0,7 Sedang T

3 39 79 0,7 Sedang T

4 32 89 0,8 Tinggi T

5 47 82 0,7 Sedang T

6 55 79 0,5 Sedang T

7 53 84 0,7 Sedang T

8 34 82 0,7 Sedang T

9 39 68 0,5 Sedang TT

10 45 58 0,2 Rendah TT

11 42 84 0,7 Sedang T

12 42 68 0,5 Sedang TT

13 34 89 0,8 Tinggi T

14 37 95 0,9 Tinggi T

15 32 76 0,7 Sedang T

16 34 79 0,7 Sedang T

17 34 74 0,6 Sedang TT

18 42 74 0,5 Sedang TT

19 42 79 0,6 Sedang T

20 50 66 0,3 Sedang TT

21 53 82 0,6 Sedang T

22 55 89 0,8 Tinggi T

23 47 84 0,7 Sedang T

24 47 74 0,5 Sedang TT

25 55 84 0,6 Sedang T

26 53 79 0,6 Sedang T

27 34 84 0,8 Tinggi T

28 37 89 0,8 Tinggi T

29 37 79 0,7 Sedang T

30 34 95 0,9 Tinggi T

31 50 61 0,2 Rendah TT

32 - - - - -

x 42 79 0,6 Sedang

Keterangan:T: Tuntas; TT: Tidak Tuntas

Dari hasil pre-test dapat diketahui bahwa sampel berdistribusi normal. Pada pre-test didapatkan hasil bahwa tidak ada siswa yang tuntas, selanjutnya pada post-test terdapat 29% siswa yang tidak tuntas sehingga ketuntasan klasikal hasil belajar kognitif siswa sebesar 71%.

Hasil sensitivitas tes sebesar 0,71 sehingga dapat dikatakan bahwa soal yang digunakan

55

Page 6: PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN PENDEKATAN SETS-EDUTAINMENT TEMA BATERAI ALAMI UNTUK MENINGKATKAN  KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR DI SMPN 1 GONDANG

Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2014, 51-59. ISSN: 2252-7710

sensitif dan hasil post-test merupakan efek dari pembelajaran.

Adapun hasil uji-t berpasangan didapatkan bahwa thitung>ttabel (15,88>1,70) dengan α=0,05 sehingga hipotesis bahwa rata-rata hasil pre test siswa sama dengan post test ditolak, hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan antara nilai pre test dengan post test.

Adapun rata-rata hasil KPS siswa tiap aspek disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2. Hasil Tes Keterampilan Proses Sains Tiap Aspek

JenisKPS

Rata-rata N-Gain

KriteriaPretest Posttest

K1 30 84 0,8 Tinggi

K2 52 78 0,5 Sedang

K3 32 76 0,6 Sedang

K4 30 70 0,6 Sedang

K5 84 94 0,6 Sedang

K6 70 90 0,7 Sedang

K7 41 70 0,5 Sedang

x 48 80 0,6 Sedang

*Keterangan:K1= Mengajukan pertanyaanK2= Membuat hipotesisK3= Mengontrol variabelK4= MengamatiK5= Menginterpretasikan dataK6= Menarik kesimpulanK7= Mengomunikasian

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa pada pre-test KPS awal siswa masih rendah kecuali pada keterampilan menginterpretasikan data. Selanjutnya, ketika post-test dapat terlihat bahwa tiap jenis keterampilan proses sains mengalami peningkatan. Berdasarkan perhitungan N-gain, rata-rata dari ke-tujuh jenis KPS termasuk dalam kategori sedang kecuali keterampilan mengajukan pertanyaan termasuk kategori tinggi. Secara keseluruhan, rata-rata N-gain sebesar 0,6 dengan kategori sedang.

Hasil Belajar

Kognitif

Hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari nilai pre-test dan post-test. Berikut nilai pre-test dan post-test disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Belajar Kognitif SiswaNo.

Pre-test

Post-test

N-Gain

KriteriaKetuntasan

1 58 85 0,6 Sedang T

2 54 92 0,8 Tinggi T

3 58 96 0,9 Tinggi T

4 46 96 0,9 Tinggi T

5 62 100 1,0 Tinggi T

6 50 92 0,8 Tinggi T

7 50 92 0,8 Tinggi T

8 19 88 0,9 Tinggi T

9 23 73 0,6 Sedang TT

10 15 81 0,8 Tinggi T

11 19 92 0,9 Tinggi T

12 58 92 0,8 Tinggi T

13 54 81 0,6 Sedang T

14 62 81 0,5 Sedang T

15 46 81 0,6 Sedang T

16 38 81 0,7 Sedang T

17 19 77 0,7 Sedang T

18 19 85 0,8 Tinggi T

19 19 81 0,8 Tinggi T

20 46 88 0,8 Tinggi T

21 38 85 0,8 Tinggi T

22 50 92 0,8 Tinggi T

23 46 85 0,7 Sedang T

24 15 88 0,9 Tinggi T

25 38 81 0,7 Sedang T

26 41 85 0,7 Sedang T

27 58 81 0,5 Sedang T

28 54 77 0,5 Sedang T

29 58 85 0,6 Sedang T

30 54 81 0,6 Sedang T

31 62 88 0,7 Sedang T

32 - - - - -

x 43 86 0,7 Sedang

Keterangan:T: Tuntas; TT: Tidak Tuntas

Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan antara nilai pre-test dan post-test. Hal ini dapat dibuktikan dengan perhitungan N-gain rata-rata sebesar 0,7 dengan kategori sedang, sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar kognitif siswa meningkat dengan kriteria peningkatan sedang. Secara individu, kategori N-

Page 7: PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN PENDEKATAN SETS-EDUTAINMENT TEMA BATERAI ALAMI UNTUK MENINGKATKAN  KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR DI SMPN 1 GONDANG

Pembelajaran IPA Terpadu dengan Pendekatan SETS-Edutainment

gain siswa yaitu 15 kategori sedang dan 16 kategori tinggi.

Berdasarkan hasil post-test dapat dilihat bahwa hanya 3% siswa yang tidak tuntas sehingga ketuntasan klasikal hasil belajar kognitif siswa sebesar 97%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan siswa dan secara klasikal kelas dinyatakan tuntas karena melebihi 85% (Depdikbud, 2010).

Selanjutnya dilakukan analisis ketuntasan tiap sub-materi, hasilnya ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 4. KetuntasanMasing-masing Sub-Materi

Materi

Nilai Rata-rataN-gain

KriteriaPretest

Posttest

M1 35 85 0,8 TinggiM2 0 90 0,9 TinggiM3 52 82 0,6 SedangM4 67 99 1,0 Tinggi

Rata-rata

39 89 0,8 Tinggi

Keterangan:M1 = Materi Atom, Ion MolekulM2 = Materi Asam, Basa, dan GaramM3 = Materi Sumber Arus ListrikM4 = Materi Pencemaran Lingkungan

Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa peningkatan yang paling signifikan adalah pada materi pencemaran lingkungan sedangkan peningkatan yang paling rendah yakni pada materi sumber arus listrik.

Hasil sensitivitas tes diperoleh sebesar 0,97 sehingga dapat dikatakan bahwa soal yang digunakan sensitif dan hasil post-test merupakan efek dari pembelajaran.

Berdasarkan uji normalitas diperoleh χhitung<χtabel (9,35<11,1) dengan α=0,05, hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan analisis data berupa uji-t berpasangan, hasil yang didapatkan bahwa thitung > ttabel (15,47>1,70) dengan α = 0,05 sehingga hipotesis bahwa rata-rata hasil pre test siswa sama dengan post test ditolak, hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan antara nilai pre test dengan post test.

PsikomotorHasil belajar psikomotor siswa dinilai menggunakan lembar pengamatan psikomotor. Hasilnya ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 5. Hasil Pengamatan

Psikomotor SiswaAspek

Psikomotor

Persentase Kriteria

K1 80 BaikK2 81 Sangat baikK3 80 Sangat baikK4 91 Sangat baikK5 92 Sangat baikK6 90 Sangat baikK7 84 Sangat baikK8 95 Sangat baik

Rata-rata 87 Sangat baikKeterangan:K1 = Menyusun rangkaian baterai alami (baterai kentang)K2 = Mengkalibrasi voltmeterK3 = Cara membaca nilai menggunakan voltmeterK4 = Cara menghitung nilai pH menggunakan

indikator universalK5 = Menyusun rangkaian baterai alami

(baterai tomat)K6 = Mengkalibrasi amperemeterK7 =Cara membaca nilai menggunakan amperemeterK8 = Menyusun puzzle SETS dengan tepat

Dari Tabel 5 menunjukkan rata-rata hasil belajar psikomotor siswa sangat baik, kecuali keterampilan menyusun rangkaian baterai alami (baterai kentang) dan cara membaca nilai menggunakan voltmeter termasuk dalam kategori baik, hal itu karena masih pertemuan awal jadi siswa belum begitu optimal dalam melakukan keterampilan tersebut. Selanjutnya terdapat peningkatan keterampilan siswa dalam menyusun baterai alami, mengkalibrasi voltmeter, dan membaca nilai pada multimeter (voltmeter dan amperemeter). Adapun keterampilan siswa dalam menyusun puzzle SETS sangat baik, hal ini karena siswa antusias dalam menyusun puzzle SETS dan seluruh anggota kelompok saling bekerja sama dengan baik.

Afektif

Pada ranah afektif, aspek yang dinilai sama pada setiap pertemuan, terdiri atas disiplin dan teliti, bertanggungjawab, partisipasi dalam diskusi dan percobaan, serta inisiatif. Berikut hasil penilaian pengamatan ranah afektif siswa.

57

Page 8: PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN PENDEKATAN SETS-EDUTAINMENT TEMA BATERAI ALAMI UNTUK MENINGKATKAN  KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR DI SMPN 1 GONDANG

Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2014, 51-59. ISSN: 2252-7710

0.01.53.0

Pert. 1Pert. 2Pert. 3

Aspek

Persentase

Grafik 3. Hasil Belajar Afektif Siswa

Dari Grafik 3. di atas terlihat bahwa setiap aspek afektif yang dinilai mengalami peningkatan pada setiap pertemuan. Adapun persentase tertinggi yakni aspek inisiatif, awalnya siswa sedikit susah dalam menyampaikan pertanyaan dan pendapatnya, tetapi pada pertemuan selanjutnya aspek inisiatif mengalami peningkatan terutama pada pertemuan III ketika ada permainan snowball throwing. Persentase terendah pada aspek bertanggungjawab dengan persentase sebesar 81%, hal ini karena rasa tanggungjawab siswa terhadap tugas masih kurang terutama dalam menyelesaikan tugas yang terdapat pada lembar kerja siswa. Hasil persentase rata-rata hasil belajar afektif siswa secara keseluruhan sebesar 84% dengan kategori sangat baik.

Respon SiswaData respon siswa diperoleh dari angket respon siswa terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan, berikut disajikan tabel hasil rekapitulasi respon siswa:

Tabel 6. Hasil Respon Siswa

Aspek Pertanyaan terhadap

Pembelajaran

Respon (%)SS

S TS

STS

Hal yang baru 74 26 0 0Menarik dan menyenangkan

71 29 0 0

Melatihkan kerjasama di dalam kelompok

68 32 0 0

Lebih mudah memahami konsep dan menyelesaikan permasalahan

42 58 0 0

Bisa saling bertanya dan berani menyampaikan/ menyanggah pendapat

42 58 0 0

Berkaitan dengan lingkungan, teknologi, dan

68 32 0 0

Aspek Pertanyaan terhadap

Pembelajaran

Respon (%)SS

S TS

STS

masyarakatGuru lebih banyak berperan sebagai pengarah

39 58 3 0

Pemahaman lebih utuh dan luas

71 29 0 0

Dapat membantu meningkatkan KPS

61 39 0 0

Dari Tabel 6 terlihat bahwa rata-rata siswa setuju, bahkan ada yang sangat setuju dengan masing-masing pernyataan, hanya ada 3% siswa yang tidak setuju dengan salah satu pernyataan yakni guru lebih banyak berperan sebagai pengarah ketika mengajar. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPA terpadu dengan pendekatan SETS-edutainment pada materi baterai alami yang telah diajarkan mendapatkan respon yang positif dari siswa.

PembahasanBerdasarkan analisis data di atas, dapat diuraikan sebagai berikut:

Pada keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat bahwa keterampilan guru dalam mengajar mengalami peningkatan pada tiap pertemuan.

Skor rata-rata yang paling tinggi adalah pada tahap persiapan karena guru sudah mempersiapkan dengan matang terutama pada aspek motivasi yang diberikan sehingga bisa membuat siswa tertarik dalam mengikuti pembelajaran, hal ini didukung pada tahap kegiatan pendahuluan memperoleh skor tertinggi setelah tahap persiapan.

Pada aspek memberikan motivasi, skor rata-rata menunjukkan sangat baik. Siswa terlihat antusias ketika guru memberikan motivasi yang menarik dan secara langsung dapat diamati siswa, apalagi tema yang diajarkan merupakan hal yang baru bagi mereka sehingga rasa ingin tahu siswa semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan respon siswa 74% sangat setuju dan 26% setuju bahwa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti merupakan hal yang baru. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi sehingga siswa akan menyerap dan mengendapkan materi tersebut dengan lebih baik (Garner, et al. dalam Nur: 2008).

Page 9: PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN PENDEKATAN SETS-EDUTAINMENT TEMA BATERAI ALAMI UNTUK MENINGKATKAN  KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR DI SMPN 1 GONDANG

Pembelajaran IPA Terpadu dengan Pendekatan SETS-Edutainment

Pada pertemuan awal, guru masih canggung dan kurang dapat mengkondisikan siswa tetapi pada pertemuan selanjutnya guru lebih dapat menguasai kelas, terutama ketika pertemuan III dan siswa juga lebih antusias karena terdapat permainan snowball throwing dan puzzle SETS. Secara keseluruhan skor keterlaksanaan sebesar 3,56 termasuk dalam kategori sangat baik sedangkan pengelolaan pembelajaran sudah dikatakan efektif apabila kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran telah mencapai kategori baik atau cukup baik (Depdiknas, 2006).

Salah satu indikator kesesuaian dan kecukupan bahan ajar berbasis SETS meliputi melatihkan keterampilan proses sains kepada peserta didik melalui pengembangan sikap kritis, kreatif, inovatif, dan konstruktif (Binadja, 1999) sehingga pembelajaran yang dilaksanakan diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses siswa melalui praktikum dan permainan.

Pada tes keterampilan proses sains siswa, rata-rata nilai pre-test sebesar 45 kemudian diberikan post-test hasilnya rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 81. Adanya peningkatan tersebut sesuai dengan hasil penelitian Atmojo, dkk. (2012) yang menyatakan bahwa pembelajaran etnosains bervisi SETS merupakan suatu perpaduan yang sinergi dalam meningkatkan keterampilan proses terhadap siswa.

Pada tes hasil belajar kognitif, siswa yang tuntas sebanyak 97% sedangkan yang tidak tuntas 3%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Lestari (2012) yang menyatakan bahwa pembelajaran Integrated science berpendekatan SETS berpengaruh signifikan terhadap ketuntasan hasil belajar siswa. Ketuntasan yang diperoleh siswa sesuai dengan respon siswa yang menyatakan 42% sangat setuju dan 58% setuju bahwa dengan materi yang dikaitkan kehidupan sehari-hari dan disampaikan dalam permainan, mereka lebih mudah memahami konsep baterai alami dan menyelesaikan permasalahan. Hal ini didukung juga dengan pernyataan Riyadi (2009) yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan SETS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa karena dapat memberikan hasil belajar yang otentik, menyeluruh, dan dapat merekam kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.

Materi yang dibahas pada baterai alami meliputi konsep atom, ion, dan molekul; asam, basa, dan garam; sumber arus listrik; dan materi

penanganan pencemaran lingkungan. Siswa cenderung kesulitan pada materi sumber arus listrik, hal ini sesuai dengan skor N-gain yang diperoleh dari rata-rata pre-test dan post-test materi ini sebesar 0,6 dengan kategori sedang. Pada konsep atom, ion, dan molekul, skor N-gain yang diperoleh sebesar 0,8 dengan kategori tinggi, hal ini menunjukkan rata-rata siswa sudah memahami perbedaan atom, ion, dan molekul. Sedangkan pada materi asam, basa, dan garam, skor N-gain yang diperoleh sebesar 0,9 dengan kategori tinggi, adanya siswa yang belum tuntas pada materi ini karena siswa masih kebingungan membedakan antara tingkat keasamaan dan tingkat pH. Pada materi penanganan pencemaran lingkungan, menempati perolehan skor N-gain yang tertinggi sebesar 1,0 dengan kategori tinggi, hal ini menunjukkan rata-rata siswa sudah memahami dampak negatif dari baterai bekas terhadap lingkungan.

Pada hasil belajar psikomotor siswa rata-rata sebesar 87% termasuk kategori sangat baik. Hal ini karena siswa terlibat aktif dalam pembelajaran terutama ketika praktikum dan permainan baik snowball throwing maupun puzzle SETS. Terbukti dengan respon siswa sebanyak 71% sangat setuju dan 29% setuju bahwa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti menarik dan menyenangkan.

Keterampilan yang paling rendah yaitu keterampilan pada pertemuan I karena siswa baru mengenal multimeter sehingga perlu dibimbing terlebih dahulu. Keterampilan yang paling tinggi yaitu keterampilan dalam menyusun puzzle SETS, hal ini sesuai dengan pernyataan Park dan Park (2010) yang menyatakan bahwa permainan puzzle terbukti dapat mengembangkan kecerdasan, meningkatkan konsentrasi, dan membangkitkan minat.

Pada hasil belajar afektif siswa rata-rata sebesar 84% termasuk kategori sangat baik. Aspek afektif yang tertinggi adalah inisiatif, hal ini sesuai dengan respon siswa yang menyatakan 42% sangat setuju dan 58% setuju bahwa dengan kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti, siswa bisa saling bertanya dan berani menyampaikan/menyanggah pendapat. Hal ini karena snowball throwing dapat melatihkan siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat (Suprijono, 2009). Selain itu aspek partisipasi dalam diskusi dan percobaan juga tinggi, sesuai dengan respon siswa sebesar 68% sangat setuju dan 32% setuju bahwa kegiatan pembelajaran

59

Page 10: PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN PENDEKATAN SETS-EDUTAINMENT TEMA BATERAI ALAMI UNTUK MENINGKATKAN  KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR DI SMPN 1 GONDANG

Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2014, 51-59. ISSN: 2252-7710

yang mereka ikuti dapat melatihkan kerjasama di dalam kelompok.

Setelah pembelajaran dilaksanakan, guru menyebarkan respon siswa terhadap pembelajaran. Rata-rata siswa memberikan respon yang positif terhadap penerapan pembelajaran IPA terpadu dengan pendekatan SETS-edutainment pada materi baterai alami, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Binadja, dkk. (2008) yang menyatakan bahwa pembelajaran bervisi SETS membentuk kesan positif dalam diri siswa dan kesan positif tersebut berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.

PENUTUPSimpulanBerdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Pembelajaran IPA terpadu dengan pendekatan SETS-edutainment tema baterai alami di SMPN 1 Gondang terlaksana dengan sangat baik, dengan skor rata-rata keseluruhan aspek sebesar 3,56; (2) Keterampilan proses sains siswa di SMPN 1 Gondang meningkat setelah mengikuti pembelajaran IPA terpadu dengan pendekatan SETS-edutainment tema baterai alami. Berdasarkan hasil pengamatan, keterampilan proses sains siswa pada pertemuan I baik, pada pertemuan II dan III menjadi sangat baik dengan rata-rata keseluruhan sebesar 81%. Berdasarkan hasil tes keterampilan proses sains diperoleh rata-rata nilai sebesar 79, skor N-gain 0,6 dengan kategori sedang; (3) Hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah mengikuti pembelajaran IPA terpadu dengan pendekatan SETS-edutainment tema baterai alami. Hasil belajar kognitif mencapai nilai rata-rata 86 dengan ketuntasan klasikal sebesar 97%. Hasil belajar psikomotor siswa mencapai persentase 87% dengan kategori sangat baik dan hasil belajar afektif siswa juga mencapai persentase 84% dengan kategori sangat baik; dan (4) Siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran.

SaranBerdasarkan penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran yang diberikan sebagai berikut: Dalam pengerjaan LKS, siswa masih banyak yang merasa kesulitan apalagi konten LKS memuat keterampilan proses sains sehingga perlu diberikan arahan dahulu.sebaiknya siswa dibimbing terlebih dahulu agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai; Dalam menerapkan pembelajaran IPA terpadu dengan pendekatan SETS-edutainment hendaknya guru mampu mengelola waktu pelaksanaan dengan baik;

Keterampilan proses sains tidak cukup dilatihkan dalam beberapa pertemuan saja, sehingga perlu waktu yang lebih lama agar keterampilan proses sains siswa bisa lebih optimal. Dalam melakukan pengamatan keterampilan mengomunikasikan, guru hendaknya mengamati secara verbal dan non verbal; Pada penelitian lebih lanjut, pembelajaran IPA Terpadu dengan pendekatan SETS-edutainment bisa digunakan dengan tema lain untuk meningkatkan keterampilan proses sains serta hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Renika Cipta.

Atmojo, Setyo Eko., dkk. 2012. Pembelajaran Etnosains Bervisi SETS. (http://setyo atmojo.wordpress.com/ 2012/10/08/pembelajaran-etnosains-bervisi-sets/ diakses tanggal 04 Juli 2013).

Binadja, A. 1999. Pendidikan SETS dan Penerapannya pada Pengajaran. Makalah ini disajikan dalam Seminar Lokakarya Nasional Pendidikan SETS untuk bidang sains dan non sains, kerjasama antara SEAMEO RESCAM dan UNNES, Semarang, 14-15 Desember 1999.

Binadja, Achmad., dkk. 2008. Keberkesanan Pembelajaran Kimia Materi Ikatan Kimia Bervisi SETS pada Hasil Belajar Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, (Online). (http://www.journal. unnes.ac.id diakses tanggal 30 November 2013)

BSNP. 2006. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: BSNP.

Depdiknas. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2010. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu Draf Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs). Jakarta: www.puskur.net.

Hake, R. R. 1999. Analiyzing Change/Gain Scores. Woodland Hills: Indiana University.

Page 11: PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN PENDEKATAN SETS-EDUTAINMENT TEMA BATERAI ALAMI UNTUK MENINGKATKAN  KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR DI SMPN 1 GONDANG

Pembelajaran IPA Terpadu dengan Pendekatan SETS-Edutainment

Minarti, Ipah Budi., dkk. 2012. Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Bervisi SETS-edutainment pada Tema Pencernaan. Journal of Innovative Science Education. pp: 106-110.

Nur, Mohamad. 2008. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Pusat Sains dan Matematika Sekolah (PSMS).

Park, E. Y., Park Y. H. 2010. A Hicrarchical Interface Design of a Puzzle Game for Elementary Education. International Journal of Science and Technology, 3 (2): 43-50.

Putra, Sitiatava Rizema. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta: DIVA Press.

Riyadi, Slamet. 2009. Meningkatkan Prestasi Belajar Biologi melalui Pendekatan Pembelajaran Berjangka Berwawasan SETS (Science Environment Technology and Society) pada Kelas IX A SMP Negeri 2 Jatipurno Tahun 2009. Makalah ini disajikan dalam Seminar Lokakarya Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS, 18 Juli 2009.

Subali, Bambang. 2009. Pengembangan Tes Pengukur Keterampilan Proses Sains Pola Divergen Mata Pelajaran Biologi SMA. Jurnal Pendidikan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Zin, H. M., Zain, N. Z. M. 2010. The effects of Edutainment Towards Students Achievements. Regional Conference on Knowledge Integration in ICT (Online), 129: 2865. (http://www.academia. edu/489354/The_Effects_Of_Edutainment_Towards_Stud e ntSachievemen ts diakses tanggal 30 Agustus 2013).

61