Upload
phamthuy
View
236
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK
MENINGKATKAN KEAKTIFAN PESERTA DIDIK PADA
MATA PELAJARAN FISIKA MATERI POKOK KALOR
KELAS VII –A MTs NU 01 KRAMAT TEGAL SEMESTER
GASAL TAHUN AJARAN 2011/2012
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S-1)
dalam Ilmu Pendidikan Fisika
Oleh:
Iqtirobl Fudlla
NIM: 073611009
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
ABSTRAK
Judul : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
(Teams Games Tournament) Untuk Meningkatkan
Keaktifan Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Fisika
Materi Pokok Kalor Kelas VII-A MTs NU 01 Kramat
Tegal Semester Gasal Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi:
Program Studi Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang 2011
Penulis : Iqtirobul Fudlla
NIM : 073611009
Penelitian ini bertujuan: 1) Untuk menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) pada materi pokok kalor siswa
kelas VII-A MTs NU 01 Kramat Tegal tahun ajaran 2011/2012.. 2) Untuk
mengetahui adanya peningkatan keaktifan siswa pada materi pokok kalor siswa
kelas VII-A MTs NU 01 Kramat Tegal dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament).
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Pengumpulan data
menggunakan metode dokumentasi, observasi dan tes. Metode dokumentasi
digunakan untuk memperoleh daftar nama peserta didik serta nilai peserta didik,
metode observasi digunakan untuk pengambilan data siswa yang berkaitan dengan
aspek keaktifan, test digunakan untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa.
Dari hasil penelitian diperoleh dari penerapan model TGT (Teams Games
Tournament) pada siklus I naik sebesar 14,29% dari presentase ketuntasan temuan
awal 30,95% naik menjadi 45,24%. Kenaikan ini diikuti kenaikan aspek kognitif
sebesar 23,81% dari 14,29% pada temuan awal menjadi 38,10% pada siklus I.
Pada siklus II aspek keaktifan naik sebesar 45,24% dari 45,24% pada siklus I
menjadi 90,48% pada siklus II. Presentase ketuntasan aspek kognitif naik sebesar
38,09% dari 38,10% pada siklus I menjadi 76,19% pada siklus II. Sehingga
penerapan model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) berhasil
meningkatkan keaktifan siswa pada materi pokok kalor siswa kelas VII-A MTs
NU 01 Kramat dengan ketentuan ketuntasan klasikal keaktifan 75%.
Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa penerapan model pembelajaran
TGT (Teams Games Tournament) berhasil meningkatkan keaktifan siswa pada
materi pokok kalor siswa kelas VII-A MTs NU 01 Kramat.
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih,
tercurahkan kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, dan taufik serta
inayah-Nya dan tidak lupa pula penulis panjatkan shalawat serta salam kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah mengangkat derajat manusia dari Zaman
Jahiliyah ke Zaman Islamiyah.
Skripsi berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
TGT (Teams Games Tournament) Untuk Meningkatkan Keaktifan Peserta
Didik Pada Mata Pelajaran Fisika Materi Pokok Kalor Kelas VII –A MTs
NU 01 Kramat Tegal Semester Gasal Tahun Ajaran 2011/2012 “ ini disusun
guna memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana S-1 pada
Program Studi Tadris Fisika Jurusan Tadris Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang.
Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat bantuan baik moril
maupun materiil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan
kerendahan hati dan rasa hormat yang dalam penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dr. Suja’i, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam
rangka penyusunan skripsi ini.
2. Wenty Dwi Yuniarti, S.Pd, M.Kom, dosen wali studi sekaligus sebagai
Sekretaris Jurusan Tadris yang telah banyak berjasa kepada penulis untuk
membimbing penulis selama masa studi.
3. Andi Fadllan, S.Si., M.Sc. selaku dosen pembimbing I sekaligus Ketua Prodi
Tadris Fisika dan Amin Farih, M. Ag selaku dosen pembimbing II yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
4. Joko Budi Poernomo, M. Pd. Selaku Sekretaris Prodi Tadris Fisika, Para
Dosen , dan seluruh civitas akademika di lingkungan Fakultas Tarbiyah yang
telah membekali berbagai ilmu dan pengetahuan selama menempuh studi di
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
5. Mashuri, BA selaku Kepala MTs NU 01 Kramat yang telah memberikan izin
untuk mengadakan penelitian.
6. Turyani, S. Pd guru fisika MTs NU 01 Kramat, yang telah membantu
pencapaian keberhasilan dalam penelitian ini.
7. Ayahanda dan ibunda tercinta Drs.H.Abdul Mufid, MBA, MM dan
Hj.Maslicha, ini adalah bagian dari perjuangan, cita-cita, iringan doa restumu.
Karena jasa dan kasih sayangmu, saya akhirnya dapat menyelesaikan kuliah.
Pengorbananmu sungguh luar biasa.
8. Kakak dan Adikku tercinta Ingqirobatun Nu’ma, I’tirofur Ruf’a, Insyifaatul
Udma, doa dan motivasi darimu semoga mengantarkan saya menuju gerbang
kesuksesan
9. Sahabat dekat ku seperjuangan yang telah memberikan motivasi dan iringan
Do’a (Yanto, Kencees, Uki, Rohaidi, Siti Alimatul Farizal, Inayatur Rofiqoh,
Husni Robith, Rizal Xeon, Amrih Prayoga, Asrul Faruq, Rifki Mustofa)
10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang
11. Keluarga besar HIMATIF IAIN walisongo Semarang
12. Keluarga besar TSC (Tarbiyah Sport Club)
13. Keluarga besar PMII Rayon Tarbiyah
14. Keluarga besar Kos 29 (Bapak & Ibu Tohari, Mas Adi, Budi Thoet, Bayu,
Lukni, Huda, Dedi, Hery, Rahman, Firman, Samsul, Arwani, Thoni)
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu penulis hingga dapat diselesaikan penyusunan skripsi ini.
Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan apa-apa hanya
untaian terima kasih dengan tulus serta iringan doa, semoga Allah membalas
semua amal kebaikan mereka dan selalu melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah
serta inayah-Nya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
berkesempatan membacanya.
Pada akhirnya penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penulisan
skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya. Namun
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca umumnya. Amin
Semarang,
Penulis
Iqtirobul Fudlla
NIM: 073611009
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................. ii
PENGESAHAN ................................................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING ....................................................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Penegasan Istilah ......................................................................... 4
C. Rumusan Masalah ....................................................................... 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 6
BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK
MENINGKATKAN KEAKTIFAN PESERTA DIDIK PADA
MATERI POKOK KALOR
A. Kajian Pustaka ............................................................................. 8
B. Landasan Teori ............................................................................ 10
1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT) ................................................................ 10
2. Materi Pokok Kalor ............................................................... 12
3. Keaktifan ............................................................................... 20
C. Rumusan Hipotesis...................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 26
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 26
C. Pelaksana dan Kolaborator .......................................................... 26
D. Rancangan Penelitian .................................................................. 26
1. Siklus 1 .................................................................................. 27
2. Siklus 2 .................................................................................. 29
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 32
F. Teknik Analisis Data ................................................................... 33
1. Analisis Data Hasil Observasi ............................................... 33
2. Analisis Hasil Belajar ............................................................ 34
G. Indikator Keberhasilan ................................................................ 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ........................................................................... 36
1. Hasil Pra Siklus ..................................................................... 36
2. Penelitian Siklus 1 ................................................................. 38
3. Penelitian Siklus 2 ................................................................. 40
B. Pembahasan ................................................................................. 42
1. Siklus 1 .................................................................................. 42
2. Siklus 2 .................................................................................. 44
BAB V PENUTUP
A. Penutup ........................................................................................ 47
B. Simpulan ..................................................................................... 47
C. Saran ............................................................................................ 48
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Perubahan Wujud Zat ................................................................... 15
Gambar 3.1 alur siklus Kemmis dan Mc Targat ............................................. 32
Gambar 4.1. Grafik Analisis Nilai Keaktifan Awal Peserta Didik ................... 37
Gambar 4.2 Grafik Analisis Pra Siklus Nilai Kognitif Siswa .......................... 37
Gambar 4.3 Grafik Hasil Analisis Nilai Keaktifan Siswa Siklus I ................. 39
Gambar 4.4 Grafik Hasil Analisis Nilai Kognitif Siswa Pada Siklus I .......... 40
Gambar 4.5 Grafik Hasil Analisis Nilai Keaktifan Siswa Siklus II ................ 41
Gambar 4.6 Grafik Hasil Analisis Nilai Kognitif Siswa Siklus II ................... 42
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Analisis Nilai Keaktifan Awal Peserta Didik ........................... 36
Tabel 4.2 Hasil Analisis Pada Pra Siklus Nilai Kognitif Siswa ................... 37
Tabel 4.3 Hasil Analisis Nilai Keaktifan Siswa Siklus I.............................. 39
Tabel 4.4 Hasil Analisis Nilai Kognitif Siswa Pada Siklus I ....................... 40
Tabel 4.5 Hasil Analisis Nilai Keaktifan Siswa Siklus II ............................ 41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus ..................................................................................... 1
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ............... 4
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ............. 7
Lampiran 4 Kisi-Kisi Soal TGT Siklus I .................................................... 11
Lampiran 5 Lembar Soal TGT dan Jawaban Siklus I ................................. 13
Lampiran 6 Kisi-Kisi Soal Tes Siklus I ...................................................... 16
Lampiran 7 Lembar Soal Tes dan Jawaban Siklus I ................................... 17
Lampiran 8 Kisi-Kisi Soal TGT Siklus II ................................................... 20
Lampiran 9 Lembar Soal TGT dan Jawaban Siklus II ............................... 22
Lampiran 10 Kisi-Kisi Soal Tes Siklus II ..................................................... 26
Lampiran 11 Lembar Soal Tes dan Jawaban Siklus II ................................. 27
Lampiran 12 Bahan Ajar Materi Kalor ......................................................... 31
Lampiran 13 Lembar Observasi Keaktifan ................................................... 38
Lampiran 14 Daftar Nama Kelompok Siklus I ............................................. 40
Lampiran 15 Daftar Nama Kelompok Siklus II ........................................... 41
Lampiran 16 Analisis Keaktifan Pra Siklus .................................................. 42
Lampiran 17 Analisis Keaktifan Siklus I ...................................................... 44
Lampiran 18 Analisis Keaktifan Siklus II .................................................... 46
Lampiran 19 Analisis Aspek Kognitif Pra Siklus ......................................... 48
Lampiran 20 Analisis Aspek Kognitif Siklus I ............................................. 52
Lampiran 21 Analisis Aspek Kognitif Siklus II ........................................... 55
Lampiran 22 Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian ....................................... 60
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan
berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi
lingkungan yang ada, pengaruh informasi dan kebudayaan, serta
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.1 Pendidikan sering kali
menggunakan penguatan, guna memberikan motivasi kepada anak didik
untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Penguatan sendiri adalah hal-
hal yang disediakan oleh lingkungan, dalam hal ini pendidik bermaksud untuk
merangsang peserta didik agar belajar lebih keras dan lebih baik. Penguatan
itu akan bermanfaat apabila mengandung tujuan yang akan bermanfaat sebagai
kepuasan untuk kebutuhan psikologi anak didik, karena penguatan dapat untuk
memuaskan seseorang. Oleh karena seorang pendidik harus kreatif dan
imajinativ menyediakan penguatan tersebut. Kurangnya keaktifan peserta
didik serta layanan pendidikan yang belum mengoptimalkan kemampuan
peserta didik merupakan tantangan yang perlu dihadapi dan dijawab oleh
pendidik.
Strategi pembelajaran yang digunakan adalah strategi pembelajaran
yang melibatkan peran aktif peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.
Salah satu pembelajaran yang melibatkan peran aktif peserta didik adalah
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa
peserta didik akan lebih menemukan dan memahami konsep yang sulit jika
mereka saling berdiskusi dengan temannya. Peserta didik secara rutin bekerja
dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang
kompleks.2
Pentingnya suatu pendidikan juga sangat diwajibkan dalam islam,
sehingga di dalam Al Qur’an terkandung banyak sekali pedoman pokok dalam
1Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: CV. Irama Widya, 2006), Cet. 1,
hlm. 124 2Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007), Cet. 1, hlm. 2
kehidupan yang memuat ayat-ayat berkaitan dengan pendidikan. Salah
satunya yaitu dalam Q.S Al Alaq : ayat 1-5
“1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya”.3
Rasulullah SAW juga menyampaikan pentingnya belajar sebagai
berikut:
م ل عالت ب م ل االع من ا ون ي الد ي ف و م ه فاي ر ي خو ب الل د ر ي ن :ممل سوو ي لعىالل لصي ب النالف ق
)رواهالبخارى(
“Telah bersabda Rasulullah SAW: “barang siapa yang dikehendaki
baik oleh Allah maka ia akan dikaruniai kefahaman agama, dan
sesungguhnya ilmu pengetahuan itu hanya diperoleh dengan
belajar””.4
Strategi belajar mengajar yang digunakan oleh guru sangat
mempengaruhi hasil dari tujuan yang telah dirumuskan sebelum pengajaran
dilaksanakan. Terdapat empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang
meliputi mengidentifikasi peserta didik, memilih pendekatan belajar mengajar,
memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar, dan
menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan.5
3 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: Penerbit J-Art, 2005),
hlm. 598.
4 Al Imam Abu Abdullah Muhammad, Shahih Al Bukhari, (Semarang: Thoha Putra, t.th.),
hlm. 26.
5Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), hlm. 5
Strategi dalam belajar mengajar diartikan sebagai pola-pola umum
kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar
untuk mencapai tujuan yang digariskan. Strategi-strategi belajar mengacu
pada perilaku dan proses-proses berpikir yang digunakan oleh siswa dalam
mempengaruhi hal-hal yang dipelajari, termasuk proses memori dan
metakognitif. Strategi-strategi belajar adalah operator-operator kognitif
meliputi proses-proses yang secara langsung terlibat dalam menyelesaikan
suatu tugas belajar.6
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru IPA di MTs NU
01 Kramat, Bapak Turyani, S.Pd. menyatakan bahwa banyak siswa memiliki
tingkat keaktifan yang rendah. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh
guru dan peneliti selama pembelajaran berlangsung siswa yang aktif
hanya 45%. Sebagian siswa yang lainnya diam sebagai pendengar
dan mencatat dan ada pula yang ngomong sendiri. Sedangkan gurunya malah
asik menerangkan dan tidak menegur anak-anak yang bercanda sendiri di
belakang, Hal ini karena, siswa kesulitan menghafal rumus dalam materi
Kalor dan kebingungan menerapkan rumus-rumus yang ada, maka siswa tidak
aktif dalam pembelajaran Fisika yang diajarkan oleh guru dengan
menggunakan metode konvensional, yaitu guru sebagai teacher centered dan
menggunakan metode ceramah. Jumlah siswa di MTs NU 01 Kramat Kelas
VII A sebanyak 42 siswa yang terdiri dari 22 siswa Perempuan dan 20 siswa
Laki-laki.
Mengingat pentingnya variasi pembelajaran di kelas yang akan
berimplikasi dengan keaktifan belajar peserta didik, maka penulis tertarik
untuk meneliti lebih lanjut tentang salah satu model pembelajaran kooperatif
yaitu pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Model
pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan model pembelajaran kooperatif
yang mengandung unsur kerjasama antar peserta didik dalam kelompok,
tanggung jawab kelompok dalam pembelajaran individu dan penambahan skor
6Trianto, Model – Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep,
Landasan Teoritis – Praktis dan Implementasinya, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007),
hlm. 85
dilakuakn setelah kuis, dan antar kelompok dipertandingkan dalam permainan
yang edukatif. Jadi, setiap anggota harus memahami materi lebih dulu
sebelum mengikuti kuis dan game. Model pembelajaran ini diharapkan dapat
meningkatkan keaktifan belajar peserta didik dalam mempelajari fisika
sehingga peserta didik dapat mengoptimalkan kemampuannya dalam
menyerap informasi ilmiah dan dapat memotivasi peserta didik agar berperan
aktif dalam pembelajaran di kelas serta dapat meningkatkan hasil belajar dan
melatih kemampuan peserta didik dalam bekerjasama sekaligus menjelaskan
kepada teman sekelompok yang tidak paham. Dengan demikian peserta didik
tidak akan merasa bosan dan memperoleh manfaat yang maksimal dari segi
keaktifanya.
Berdasarkan uraian di atas, penulis mengambil judul “Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) untuk
Meningkatkan Keaktifan Peserta Didik pada Materi Pokok Kalor Kelas VII–A
MTs NU 01 Kramat Tegal Semester Gasal Tahun Ajaran 2011/2012”.
B. Penegasan Istilah
1. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk
meningkatkan partisipasi peserta didik, memfasilitasi peserta didik dengan
pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam
kelompok, serta memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar
belakangnya.7
pembelajaran kooperatif ini mempunyai ciri-ciri tertentu
dibandingkan dengan model lainnya yaitu sebagai berikut:
a. Peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajar.
7 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 42
b. Kelompok dibentuk dari peserta didik yang mempunyai kemampuan
tinggi, sedang, dan rendah
c. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,
jenis kelamin yang beragam.
d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.
2. Team Games Tournament (TGT)
Teams Games Tournament (TGT) menggunakan turnamen
akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu,
di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota
lain yang bekerja.8
Setidaknya terdapat lima komponen utama dalam TGT yaitu:
a. Penyajian kelas
b. Kelompok (Teams)
c. Permainan (Game)
d. Turnament
e. Penghargaan kelompok (teams recognize)
3. Kalor
Sebelum abad ke-17, orang berpendapat bahwa kalor merupakan zat
yang mengalir dari suatu benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang
suhunya lebih rendah jika kedua benda tersebut bersentuhan atau
bercampur. Jika kalor merupakan suatu zat tentunya akan memiliki massa
dan ternyata benda yang dipanaskan massanya tidak bertambah. Kalor
bukan zat tetapi kalor adalah suatu bentuk energi dan merupakan suatu
besaran yang dilambangkan Q dengan satuan Joule (J), sedang satuan
lainnya adalah Kalori (kal). Hubungan satuan joule dan kalori adalah 1
Kalori = 4,2 Joule dan 1 Joule = 0,24 Kalori.
4. Keaktifan
8 Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Diterjemahkan dari
Coopertive Learning: Theori, Reearch And Practice (London : Allymand Bacon :2005)
penerjemah Nurulita Nasron, (Bandung: Nusa Media, 2008), Cet. 1, hlm. 163
Keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti giat. Jadi keaktifan
belajar berarti kegiatan peserta didik dalam belajar.9 Peserta didik adalah
sesosok anak yang merupakan milik sang pencipta dan milik dirinya
sendiri. Keberhasilanya akan sangat bergantung dari pemanfatan potensi
yang dia miliki. Karenanya keaktifan peserta didik dalam menjalani KBM
(Kegiatan Belajar Mengajar) merupakan salah satu kunci keberhasilan
pencapaian tujuan pendidik. Peserta didik akan aktif dalam kegiatan
belajarnya apabila ada motivasi,baik motivasi ekstrinsik maupun
intrinsik.10
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan permasalahan
yaitu:
1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
(Teams Games Tournament) pada Materi Pokok Kalor Kelas VII MTs NU
01 Kramat Tegal?
2. Apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams
Games Tournament) dapat meningkatkan keaktifan siswa pada Materi
Pokok Kalor Kelas VII MTs NU 01 Kramat Tegal?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams
Games Tournament) pada materi pokok kalor siswa kelas VII-A MTs NU
01 Kramat Tegal tahun ajaran 2011/2012.
2. Untuk mengetahui adanya peningkatan keaktifan siswa pada materi pokok
kalor siswa kelas VII-A MTs NU 01 Kramat Tegal dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament).
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
9Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), hlm.17
10Masnur Muslich, KTSP Dasar Pemikiran Dan Pengembangan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), hlm.67
1. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan belajar
peserta didik pada mata pelajaran Fisika melalui pembelajaran kooperatif
tipe Team Games Turnament (TGT) pada materi pokok Kalor.
2. Bagi Guru
Guru dapat menerapkan metode yang sesuai dengan materi yang
disampaikan sehingga proses belajar mengajar lebih menyenangkan dan
dapat dijadikan contoh (model) alternatif dalam pembelajaran Fisika agar
pembelajaran dapat lebih berkualitas.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik bagi
sekolah dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
4. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat menambah pengalaman yang baru, yang dapat
digunakan dalam proses belajar mengajar di masa mendatang, khususnya
dalam pelajaran Fisika.
BAB II
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT
(TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN FISIKA
MATERI POKOK KALOR
A. Kajian Pustaka
1. Skripsi yang disusun oleh Laili Fathil Minnati NIM. 05361406, pada
tahun 2009 Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang Fakultas Tarbiyah
Jurusan Tadris Fisika, dengan judul : “Upaya Meningkatkan Motivasi
Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Fisika melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Turnament (TGT) Materi
Pokok Usaha dan Energi Kelas VIII MTs Manbail Futuh 2 Bancar
Tuban“. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Turnament
(TGT) dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada mata
pelajaran Fisika materi pokok Usaha dan Energi. Diperoleh hasil
penilaian motivasi pada siklus 1 sebesar 37,19; pada siklus II sebesar
44,52;. Persentase ketuntasan belajar siswa dari siklus I sampai siklus II,
yaitu pada siklus 1 sebesar 61,79% %, siklus II sebesar 74,38%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model
pembelajaran TGT (Team Games Tournament) dapat meningkatkan
motivasi belajar Fisika pada materi pokok usaha dan energi kelas VIII
MTs Manbail Futuh 2 Bancar Tuban tahun ajaran 2009/2010.
2. Skripsi yang disusun oleh Diyanto NIM : 4101905014 pada tahun 2006
mahasiswa UNNES Fakultas MIPA, Program Studi Pendidikan
Matematika. Dengan judul ”Penerapan Model Pembelajaran Cooperative
Learning Melalui Tipe TGT (Teams Games Tournaments) Dalam Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII 6 MTs Filial Al Iman
Adiwerna Tegal Pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat” Dalam penelitian
tersebut peneliti bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Turnament (TGT) dapat
Meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan bilangan bulat dan
sebagai obyek penelitinya adalah siswa kelas VII6 MTs. Filial Al Iman
Adiwerna Tegal. Berdasarkan pantauan dari observer dan penulis, pada
siklus I siswa yang memperhatikan penjelasan guru berjumlah 34 anak
dan yang memperhatikan pendapat dari teman sebanyak 27 anak. Tetapi
setelah diadakan pendekatan yang luwes akhirnya meningkat. Siswa yang
memperhatikan penjelasan meningkat menjadi 37 anak dan yang
menghargai pendapat teman menjadi 30 anak. Hal tersebut terjadi pada
siklus II. Sedangkan pada siklus III meningkat lagi menjadi 39 dan 35
anak. Dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Dengan model
pembelajaran cooperative learning melalui tipe TGT (Teams Games
Tournaments) dapat meningkatkan motifasi dan hasil belajar siswa kelas
VII–6 MTs Filial Al Iman Adiwerna Tegal pada pokok bahasan bilangan
bulat.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Laili
Fathil Minnati dan oleh Diyanto adalah tentang penerapan model
pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT). Sedangkan
perbedaan penelitian Laili Fathil Minnati dengan penelitian yang dilakukan
oleh Diyanto yaitu pada tujuan penelitian, materi pokok pembelajaran dan
subyek penelitian. Penelitian oleh Laili Fathil Minnati bertujuan untuk
meningkatkan motivasi belajar materi pokok Usaha dan Energi di Kelas VII
MTs Manbaul Futuh 2 Bancar Tuban. Penelitian oleh Diyanto bertujuan
untuk meningkatkan hasil belajar materi pokok bilangan bulat di kelas VII6
MTs. Filial Al Iman Adiwerna Tegal. Selanjutnya perbedaan penelitian ini
dengan penelitian yang dilakukan oleh diyanto terletak pada subyek
penelitian dan materi pokok pembelajaran. Penelitian yang dilakukan oleh
Diyanto dilakukan pada kelas VII 6 MTs Filial Al Iman Adiwerna Tegal pada
materi pokok Bilangan Bulat. Sedangkan pada penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan keaktifan siswa materi pokok Kalor pada peserta didik kelas
VII A MTs NU 01 Kramat Tegal Tahun Ajaran 2011 / 2012.
B. Landasan Teori
1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)
Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk
meningkatkan partisipasi peserta didik, memfasilitasi peserta didik dengan
pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam
kelompok, serta memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar
belakangnya.11
Pembelajaran kooperatif menjadi sangat efektif jika materi
pembelajaran tersedia lengkap di kelas, ruang guru, perpustakaan, ataupun
di pusat media. Apabila diperhatikan secara seksama, maka pembelajaran
kooperatif ini mempunyai ciri-ciri tertentu dibandingkan dengan model
lainnya yaitu sebagai berikut:
e. Peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajar.
f. Kelompok dibentuk dari peserta didik yang mempunyai kemampuan
tinggi, sedang, dan rendah
g. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku, jenis kelamin yang beragam.
h. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.
Dalam uraian tinjauan tentang pembelajaran kooperatif ini, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tersebut memerlukan
kerjasama antar siswa dan saling ketergantungan dalam struktur
pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan. Keberhasilan pembelajaran ini
tergantung dari keberhasilan masing-masing individu dalam kelompok, di
mana keberhasilan tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan
yang positif dalam belajar kelompok.
11
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 42
Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT) menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan
sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai
wakil tim mereka dengan anggota lain yang bekerja.12
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam
pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar
lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama,
persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Setidaknya terdapat lima
komponen utama dalam TGT yaitu:
1) Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam
penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau
dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian
kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami
materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja
lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor
game akan menentukan skor kelompok.
2) Kelompok (Teams)
Kelompok biasanya terdiri dari 5 sampai 7 orang siswa yang
anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin,
dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami
materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk
mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan
optimal pada saat game.
3) Permainan (Game)
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk
menguji pengetahuan yang didapat peserta didik dari penyajian kelas
dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-
pertanyaan sederhana bernomor. Peserta didik memilih kartu bernomor
12
Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Diterjemahkan dari
Coopertive Learning: Theori, Reearch And Practice (London : Allymand Bacon :2005)
penerjemah Nurulita Nasron, (Bandung: Nusa Media, 2008), Cet. 1, hlm. 163
dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu.
Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor
ini yang nantinya dikumpulkan untuk menentukan tim mana yang
mendapat skor tertinggi dan akan diberi penghargaan sebagai
pemenang dari game ini.
4) Turnament
Turnament adalah sebuah struktur di mana game berlangsung.
Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah
guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja
kelompok terhadap lembar kegiatan. Bagi tim yang telah
menyelesaikan soal-soal game terlebih dahulu, diminta untuk
memepresentasikan hasilnya dengan diwakili oleh masing-masing
anggota regunya yang menjawab. Kompetisi yang seimbang ini,
memungkinan pada para siswa dari semua tingkatan kinerja
sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka
jika mereka melakukan yang terbaik.
5) Penghargaan kelompok (teams recognize)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang,
masing-masing tim akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-
rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Suatu kelompok akan
mendapat julukan “Super Teams” jika rata-rata skor 45 atau lebih,
“Great Teams” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Teams”
apabila rata-ratanya 30-40.
2. Materi Pokok Kalor
a. Pengertian Kalor
Sebelum abad ke-17, orang berpendapat bahwa kalor merupakan
zat yang mengalir dari suatu benda yang suhunya lebih tinggi ke benda
yang suhunya lebih rendah jika kedua benda tersebut bersentuhan atau
bercampur. Jika kalor merupakan suatu zat tentunya akan memiliki
massa dan ternyata benda yang dipanaskan massanya tidak bertambah.
Kalor bukan zat tetapi kalor adalah suatu bentuk energi dan merupakan
suatu besaran yang dilambangkan Q dengan satuan Joule (J), sedang
satuan lainnya adalah Kalori (kal). Hubungan satuan joule dan kalori
adalah 1 Kalori = 4,2 Joule dan 1 Joule = 0,24 Kalori.
b. Kalor dapat Mengubah Suhu Benda
Semua benda dapat melepas dan menerima kalor. Benda-benda
yang bersuhu lebih tinggi dari lingkungannya akan cenderung
melepaskan kalor. Demikian juga sebaliknya benda-benda yang
bersuhu lebih rendah dari lingkungannya akan cenderung menerima
kalor untuk menstabilkan kondisi dengan lingkungan di sekitarnya.
Suhu zat akan berubah ketika zat tersebut melepas atau menerima kalor.
Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa kalor dapat
mengubah suhu suatu benda.
Peristiwa tersebut juga diterangkan pada ayat Al Qur’an QS.Ar-
ra’ad ayat 17 yang berbunyi
“Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, Maka mengalirlah air
di lembah-lembah menurut ukurannya, Maka arus itu membawa buih
yang mengambang. dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api
untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih
arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar
dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak
ada harganya; Adapun yang memberi manfaat kepada manusia, Maka ia
tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-
perumpamaan” (Q.S. Ar-Ra’ad/13:17)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kalor suatu zat antara lain
kalor jenis suatu zat dan kapasitas kalor. Kalor jenis suatu zat adalah
banyaknya kalor yang yang diperlukan oleh suatu zat bermassa 1 Kg
untuk menaikkan suhu 1°C. Sebagai contoh, kalor jenis air 4.200
J/kg°C, artinya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 Kg air
sebesar 1 °C adalah 4.200 J. Kalor jenis suatu zat dapat diukur dengan
alat kalorimeter.
Kapasitas kalor didefinisikan sebagai jumlah kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu 1 °C atau 1 K. Secara matematis
kalor jenis dan kapasitas kalor dirumuskan:
Keterangan:
Q = Jumlah kalor yang diserap atau dilepas (J)
C = Kapasitas kalor (J °C-1
Atau J K-1
)
∆T = Kenaikan suhu (°C atau K)
m = Massa benda (Kg)
c = Kalor jenis (J Kg-1
°C-1
)
Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan atau
menurunkan suhu suatu benda bergantung pada massa benda (m), kalor
jenis benda (c), perubahan suhu (ΔT). Hubungan banyaknya kalor,
massa zat, kalor jenis zat, dan perubahan suhu zat dapat dinyatakan
dalam persamaan.
Keterangan:
Q = Banyaknya kalor yang diserap atau dilepaskan (Joule)
m = Massa zat (kg)
c = Kalor jenis zat (Joule/Kg°C)
ΔT = Perubahan suhu (°C)
c. Kalor dapat Mengubah Wujud Zat
Suatu zat apabila diberi kalor terus-menerus dan mencapai suhu
maksimum, maka zat akan mengalami perubahan wujud. Peristiwa ini
juga berlaku jika suatu zat melepaskan kalor terus-menerus dan
mencapai suhu minimumnya. Oleh karena itu, selain kalor dapat
digunakan untuk mengubah suhu zat, juga dapat digunakan untuk
mengubah wujud zat.
Gambar 2.1 Perubahan Wujud Zat
Untuk memudahkan kamu mengingat perubahan wujud zat,
perhatikan diagram perubahan wujud zat di atas. Anak panah yang
bergaris tegas menyatakan bahwa dalam proses perubahan wujud, zat
tersebut memerlukan kalor. Adapun anak panah yang bergaris putus-
putus menyatakan bahwa dalam proses perubahan wujud, zat tersebut
melepaskan kalor.
Menyublim adalah peristiwa perubahan wujud dari padat
menjadi gas. Pada peristiwa menyublim, zat padat memerlukan kalor.
Adapun mengkristal adalah proses perubahan wujud dari gas menjadi
padat. Pada peristiwa menyublim, zat gas melepaskan kalor. Ciri dari
perubahan wujud yang memerlukan kalor adalah terjadinya kenaikan
suhu. Sedangkan ciri dari perubahan wujud yang melepaskan kalor
adalah terjadinya penurunan suhu.
1) Menguap
Pada waktu memanaskan air akan tampak uap keluar dari
permukaan air. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pada waktu
menguap zat memerlukan kalor. Jika air dipanaskan terus-menerus,
lama-kelamaan air tersebut akan habis. Habisnya air akibat
berubah wujud menjadi uap atau gas. Peristiwa ini disebut
menguap, yaitu perubahan wujud dari cair ke gas, karena molekul-
molekul zat cair bergerak meninggalkan permukaan zat cairnya.
Pada waktu menguap zat cair memerlukan kalor, kalor yang
diberikan pada zat cair akan mempercepat gerak molekul-
molekulnya sehingga banyak molekul zat air yang meninggalkan
zat cair itu menjadi uap. Penguapan zat cair dapat dipercepat
dengan cara sebagai berikut
a) Memanaskan Zat Cair
Pemanasan pada zat cair dapat meningkatkan volume
ruang gerak zat cair sehingga ikatan-ikatan antara molekul zat
cair menjadi tidak kuat dan akan mengakibatkan semakin
mudahnya molekul zat cair tersebut melepaskan diri dari
kelompoknya yang terdeteksi sebagai penguapan. Contohnya
pakaian basah dijemur di tempat yang mendapat sinar matahari
lebih cepat kering dari pada dijemur di tempat yang teduh.
b) Memperluas Permukaan Zat Cair
Peristiwa lepasnya molekul zat cair tidak dapat
berlangsung secara serentak akan tetapi bergiliran dimulai dari
permukaan zat cair yang punya kesempatan terbesar untuk
melakukan penguapan. Dengan demikian untuk mempercepat
penguapan kita juga bisa melakukannya dengan memperluas
permukaan zat cair tersebut. Contohnya air teh panas dalam
gelas akan lebih cepat dingin jika dituangkan ke dalam cawan
atau piring.
c) Mengurangi Tekanan pada Permukaan Zat Cair
Pengurangan tekanan udara pada permukaan zat cair
berarti jarak antar partikel udara di atas zat cair tersebut
menjadi lebih renggang. Akibatnya molekul air lebih mudah
terlepas dari kelompoknya dan mengisi ruang kosong antara
partikel-partikel udara tersebut. Hal yang sering terjadi di
sekitar kita adalah jika kita memasak air di dataran tinggi akan
lebih cepat mendidih daripada ketika kita memasak di dataran
rendah.
d) Meniupkan Udara di Atas Zat Cair
Pada saat pakaian basah dijemur, proses pengeringan
tidak sepenuhnya dilakukan oleh panas sinar matahari, akan
tetapi juga dibantu oleh adanya angin yang meniup pakaian
sehingga angin tersebut membawa molekul-molekul air keluar
dari pakaian dan pakaian menjadi cepat kering.
2) Mendidih
Mendidih adalah peristiwa penguapan zat cair yang terjadi
di seluruh bagian zat cair tersebut. Peristiwa ini dapat dilihat dengan
munculnya gelembung-gelembung yang berisi uap air dan bergerak
dari bawah ke atas dalam zat cair. Zat cair yang mendidih jika
dipanaskan terus-menerus akan berubah menjadi uap. Banyaknya
kalor yang diperlukan untuk mengubah 1 kg zat cair menjadi uap
seluruhnya pada titik didihnya disebut kalor uap (U). Besarnya
kalor uap dapat dirumuskan:
Keterangan
Q = Kalor yang diserap/dilepaskan (Joule)
m = Massa zat (Kg)
U = Kalor uap (Joule/Kg)
Jika uap didinginkan akan berubah bentuk menjadi zat cair,
yang disebut mengembun. Pada waktu mengembun zat melepaskan
kalor, banyaknya kalor yang dilepaskan pada waktu mengembun
sama dengan banyaknya kalor yang diperlukan waktu menguap dan
suhu di mana zat mulai mengembun sama dengan suhu di mana zat
mulai menguap.
3) Melebur
Melebur adalah peristiwa perubahan wujud zat padat
menjadi zat Cair. Banyaknya kalor yang diperlukan untuk
mengubah satu satuan massa zat padat menjadi cair pada titik
leburnya disebut kalor lebur (L). Besarnya kalor lebur dapat
dirumuskan sebagai berikut.
Keterangan
Q = Kalor yang diserap/dilepas (Joule)
m = Massa zat (Kg).
L = Kalor lebur (Joule/Kilogram)
Jika zat cair didinginkan akan membeku, pada saat
membeku zat melepaskan kalor. Banyaknya kalor yang dilepaskan
oleh satu satuan massa zat cair menjadi padat disebut kalor beku.
d. Perpindahan Kalor
Ada tiga cara dalam perpindahan kalor yaitu:
1) Perpindahan Kalor secara Konduksi
Perpindahan kalor dengan cara konduksi disebabkan karena
partikelpartikel penyusun ujung zat yang bersentuhan dengan
sumber kalor bergetar. Makin besar getarannya, maka energi
kinetiknya juga makin besar. Energi kinetik yang besar
menyebabkan partikel tersebut menyentuh partikel di dekatnya,
demikian seterusnya sampai akhirnya ujung yang lain terasa panas.
2) Perpindahan Kalor secara Konveksi
Perpindahan kalor secara konveksi terjadi karena adanya
perbedaan massa jenis dalam zat tersebut. Perpindahan kalor yang
diikuti oleh perpindahan partikel-partikel zatnya disebut
konveksi/aliran. Selain perpindahan kalor secara konveksi terjadi
pada zat cair, ternyata konveksi juga dapat terjadi pada gas/udara.
Peristiwa konveksi kalor melalui penghantar gas sama dengan
konveksi kalor melaui penghantar air.
Kegiatan tersebut juga dapat digunakan untuk menjelaskan
prinsip terjadinya angin darat dan angin laut.
a. Angin Darat
Angin darat terjadi pada malam hari dan berhembus dari
darat ke laut. Hal ini terjadi karena pada malam hari udara di
atas laut lebih panas dari udara di atas darat, sehingga udara di
atas laut naik diganti udara di atas darat. Maka terjadilah aliran
udara dari darat ke laut. Angin darat dimanfaatkan oleh para
nelayan menuju ke laut untuk menangkap ikan.
b. Angin Laut
Angin laut terjadi pada siang hari dan berhembus dari
laut ke darat. Hal ini terjadi karena pada siang hari udara di atas
darat lebih panas dari udara di atas laut, sehingga udara di atas
darat naik diganti udara di atas laut. Maka terjadilah aliran udara
dari laut ke darat. Angin laut dimanfaatkan oleh nelayan untuk
kembali ke darat atau pantai setelah menangkap ikan.
Pemanfaatan konveksi dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
pada sistem pendinginan mobil (radiator), pembuatan cerobong
asap, dan lemari es.
3) Perpindahan Kalor secara Radiasi
Bagaimanakah energi kalor matahari dapat sampai ke bumi?
Telah kita ketahui bahwa antara matahari dengan bumi berupa
ruang hampa udara, sehingga kalor dari matahari sampai ke bumi
tanpa melalui zat perantara. Perpindahan kalor tanpa melalui zat
perantara atau medium ini disebut radiasi/hantaran. Contoh
perpindahan kalor secara radiasi, misalnya pada waktu kita
mengadakan kegiatan perkemahan, di malam hari yang dingin
sering menyalakan api unggun. Saat kita berada di dekat api unggun
badan kita terasa hangat karena adanya perpindahan kalor dari api
unggun ke tubuh kita secara radiasi. Walaupun di sekitar kita
terdapat udara yang dapat memindahkan kalor secara konveksi,
tetapi udara merupakan penghantar kalor yang buruk (isolator). Jika
antara api unggun dengan kita diletakkan sebuah penyekat atau
tabir, ternyata hangatnya api unggun tidak dapat kita rasakan lagi.
Hal ini berarti tidak ada kalor yang sampai ke tubuh kita, karena
terhalang oleh penyekat itu
3. Keaktifan
Keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti giat. Jadi keaktifan
belajar berarti kegiatan peserta didik dalam belajar.13
Peserta didik adalah
sesosok anak yang merupakan milik sangpencipta dan milik dirinya
sendiri. Keberhasilanya akan sangat bergantung dari pemanfatan potensi
yang dia miliki. Karenanya keaktifan peserta didik dalam menjalani KBM
(Kegiatan Belajar Mengajar) merupakan salah satu kunci keberhasilan
pencapaian tujuan pendidik. Peserta ddik akan aktif dalam kegiatan
belajarnya apabila ada motivasi,baik motivasi ekstrinsik maupun
intrinsik.14
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan
dengan model pembelajaran tipe Team Games Tournament (TGT) pada
materi pokok Kalor yaitu peserta didik dikondisikan menjadi beberapa
kelompok. Setiap kelompok diberi modul pembelajaran materi pokok
Kalor dan diberikan bimbingan tentang materi pokok Kalor. Bagi peserta
didik yang sudah memahami materi diminta menjelaskan kepada anggota
di dalam kelompoknya dengan cara berdiskusi. Setelah diskusi selesai,
setiap kelompok diberikan soal tentang materi pokok Kalor dan setiap
kelompok diminta untuk menyelesaikan soal-soal tersebut untuk
berkompetisi dengan kelompok lain. Kelompok yang memperoleh nilai
tertinggi mendapatkan predikat sebagai kelompok terbaik dan berhak
memperoleh penghargaan.
13
Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), hlm.17 14
Masnur Muslich, KTSP Dasar Pemikiran Dan Pengembangan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), hlm.67
Tahap model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
meliputi Penyajian kelas yang dilakukan oleh guru dengan pengajaran
langsung atau dengan ceramah. Pada saat penyajian kelas, peserta didik
terbentuk dalam satu kelompok yang terdiri dari 5 sampai 7 orang,
diperoleh dari anggota heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis
kelamin, dan ras atau etnik. Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran,
guru mengadakan game (permainan) dengan sistem turnament. Game
yang disajikan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor.
Peserta didik memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan
yang sesuai dengan nomor itu. Peserta didik yang menjawab benar
pertanyaan itu akan mendapat skor. Sesuai dengan sistem Turnament yaitu
sebuah struktur di mana game berlangsung. Bagi tim yang telah
menyelesaikan soal-soal game terlebih dahulu, mempresentasikan hasil
penyelesaian soal-soal game dengan diwakili oleh ketua kelompok. Tahap
akhir pembelajaran dengan Teams Games Tournament (TGT) tim yang
memperoleh nilai rata-rata terbaik dan memenuhi kriteria yang ditentukan
akan memperoleh hadiah yang sudah dipersiapkan.
Dengan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
guru perlu menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses
interaksi yang baik dengan siswa, agar mereka dapat melakukan berbagai
aktifitas belajar yang afektif. Ilham berpendapat bahwa dalam
menciptakan interaksi yang baik diperlukan profesionalisme dan tanggung
jawab yang tinggi dari guru dalam usaha untuk membangkitkan serta
mengembangkan keaktifan belajar siswa. Sebab segala keaktifan siswa
dalam belajar sangat menentukan bagi keberasilan pencapaian tujuan
pembelajaran. Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasatyo mengemukakan bahwa
“proses belajar yang bermakna adalah proses belajar yang melibatkan
berbagai aktifitas para siswa. Untuk itu guru harus berupaya untuk
mengaktifkan kegiatan belajar mengajar tersebut.”15
Selanjutnya tingkat keaktifan belajar peserta didik dalam suatu
proses pembelajaran juga merupakan tolak ukur dari kualitas pembelajaran
itu sendiri. Mengenai hal ini E. Mulyasa mengatakan bahwa: pembelajaran
dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau sedikit-sedikit
sebagian sebesar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik,
mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping menunjukan
kegiatan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa
percaya pada diri sendiri.16
Agar peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran, maka
diperlukan berbagai upaya dari guru untuk dapat membangkitkan
keaktifan mereka. Sehubungan dengan pentingnya upaya guru dalam
membangkitkan keaktifan peserta didika dalam belajar, R Ibrahim dan
Nana Syaodih mengemukakan bahwa: mengajar merupakan upaya yang
dilakukan oleh guru agar peserta didik belajar. Dalam pengajaran peserta
didiklah yang menjadi subjek, dialah pelaku kegiatan belajar. Agar peserta
didik berperan sebagai pelakudalam kegiatan dalam kegiatan belajar, maka
hendaknya guru merencanakan pengajaran, yang menuntut peserta didik
banyak melakukan aktivitas belajar. Hal ini tidak berarti peserta didik
dibenahi banyak tugas. Aktivitas atau tugas-tugas yang dikerjakan peserta
didik hendaknya menarik minat peserta didik, dibutuhkan dalam
perkembanganya, serta bermanfaat bagi masa depanya.17
Menurut Dimyati dalam setiap proses belajar, peserta didik selalu
menampakan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai
dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang
susah kita amati. Kegiatan fisik biasanya berupa membaca, mendengar,
15
Ilham, Mengembangkan Keaktifan Belajar Siswa http.//abangilham.wordpress.com/
2009/03/31/pentingnya-upaya-guru-mengembangkan-keaktifan-belajar-siswa/Diakses tanggal 18
Juni 2011 Jam 19.30 WIB 16
Ilham, Ibid./Diakses tanggal 18 Juni 2011 Jam 19.30 WIB 17
Ilham, Ibid./Diakses tanggal 18 Juni 2011 Jam 19.30 WIB
menulis, berlatih ketrampilan-ketrampilan, dan sebagainya. Contoh
kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang
dimiliki dalam memecakan masalah yang dihadapi, membandingkan suatu
konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan
psikis yang lain.18
Menurut Ardhana dalam PTK (Penelitian Tindakan Kelas) ada
beberapa indikator keaktifan yang dapat dibuat sebagai penilaian pada
peserta didik yaitu perhatian peserta didik terhadap penjelasan guru,
kerjasama dalam kelompok, kemampuan peserta didik dalam
mengembangkan pendapat dalam kelompok ahli, kemampuan peserta
didik dalam mengemukakan pendapat dalam kelompok asal, memberi
kesempatan berpendapat kepada teman dalam berkelompok,
mendengarkan dengan baik ketika tema berpendapat, memberi gagasan
yang cemerlang, membuat perencanaan, dan pembagian kerja yang
matang, keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain,
memanfatkan potensi anggota kelompok, saling membantu dan
menyelesaikan masalah.19
Dalam proses pembelajaran, peserta didik mengaktifkan berbagai
macam indranya untuk dapat menyerap dan mencapai hasil belajar yang
maksimal. Keaktifan belajar peserta didik ini akan mempengaruhi hasil
belajar yang ia peroleh. Semakin tinggi tingkat keaktifan diharapkan
semakin besar hasil yang diperoleh. Sebenarnya terdaat berbagai macam
aktifitas peserta didik yang dilakukan ketika kegiatan pembelajaran
berlangsung, tetapi dapat dikelompokan menginga banyak aktivitas yang
sejenis.
Penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para
peserta didik, oleh karena :
18
Dimyati, Belajar dan Pembelajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hlm.45 19
Ardhana, Indikator Keaktifan Peserta Didik, http://ardhana12Wordprees.com/2009
/01/20/indikator-keaktifan-peserta-didik-yang-dapat-dijadikan-penilaian-dalam-ptk/diakses tanggal
19 Juni 2011 pada jam 19.30 WIB
a. Para peserta didik mencari pengalaman sendiri dan langsung
mengalami sendiri.
b. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi peserta
didik secara integral.
c. Memupuk kerja sama yang harmonis dikalangan peserta didik.
d. Para peserta didik bekerja untuk minat dan kemampuan sendiri.
e. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi
demokratis.
f. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara
orang tua dan guru.
g. Pengajaran diselenggarakan secara realitas dan konkrit sehingga
mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghilangkan
verbalitas.
h. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam
kehidupan bermasyarakat.20
Sudjana mengatakan bahwa keaktifan peserta didik dapat dilihat
dalam hal turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. Terlibat dalam
pemecahan masalah, bertanya kepada peserta didik lain atau kepada guru
jika tidak memahami persoalan yang dihadapinya. Selain itu, keaktifan
peserta didik ditandai pula dengan berusaha mencari berbagai informasi
yang diperlukan untuk pemecahan masalah, menilai kemampuan dirinya
dan hasil-hasil sejenis, kesempatan menggunakan atau menerapkan apa
yang telah diperoleh dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang
dihadapi.
C. Rumusan Hipotesis
Berdasarkan pada latar belakang dan kerangka berfikir maka
dirumuskan Hipotesis tindakan sebagai berikut: ”Terdapat peningkatan
keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran fisika materi pokok Kalor dengan
20
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), hlm.
175-176
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (teams games
tournament) siswa kelas VII–A MTs NU 01 Kramat Tahun Ajaran
2011/2012”
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang
mana dalam penelitian ini peneliti menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Dalam penelitian tindakan
kelas.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas VII-A MTs NU 01 Kramat Tegal.
Penelitian dilakukan pada tanggal 5 September 2011 s.d. 8 Oktober 2011.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII-A MTs NU 01 Kramat tahun
pelajaran 2011/2012, dengan jumlah 42 siswa yang terdiri dari 20 siswa dan
22 siswi.
C. Pelaksana dan Kolaborator
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas Bapak Turyani, S.Pd
sebagai guru Fisika perlu melakukan segala langkah penelitian secara
bersama-sama (kolaborasi) dari awal hingga akhir. Kegiatan kolaborasi
dilakukan agar dapat meringankan dan membantu guru mencari jalan keluar
permasalahan dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari melalui penelitian
tindakan kelas. Dalam penelitian tindakan kelas ini yang bertindak sebagai
kolaborator adalah peneliti sendiri.
D. Rancangan Penelitian
Kajian skripsi ini dirancang sebagai penelitian tindakan kelas dengan
menggunakan model siklus Kemmis dan Mc Targat. Penelitian tindakan kelas
model siklus Kemmis dan Mc Taggart merupakan hasil pengembangan dari
model siklus Kurt Lewin. Pada Model siklus Kurt Lewin meliputi
Perencanaan, Tindakan, Pengamatan, dan Refleksi. Pada model siklus
Kemmis dan Mc Taggart diawali dengan perencanaan, selanjutnya model
siklus Kemmis dan Mc Targat memandang komponen sebagai langkah dalam
siklus, sehingga antara tindakan (acting) dan pengamatan (observing) sebagai
satu kesatuan. Hasil dari tindakan dan pengamatan dijadikan dasar untuk
mencermati apa yang sudah terjadi (reflecting).21
Sehingga pada model
Kemmis dan Mc Taggart antara setiap langkah dalam siklus tersebut saling
terkait.22
Berawal dari model siklus Kemmis dan Mc Taggart, maka peneliti
mengambil langkah-langkah dalam penelitian sebagai berikut:
1. Siklus 1
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini:
1) Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan
pembelajaran berdasarkan program tahunan, program semester, dan
silabus mata pelajaran Fisika kelas VII MTs.
2) Merancang modul materi yang akan diajarkan kepada peserta didik.
3) Membuat lembar observasi aspek afektif peserta didik.
4) Membuat soal-soal turnamen, dan soal tes evaluasi.
b. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, guru melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya. Langkah – langkah
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1) Guru membuka pelajaran kemudian mengabsen kehadiran peserta
didik.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan
penjelasan pada peserta didik tentang pembelajaran menggunakan
model kooperatif tipe TGT.
3) Guru memberikan apersepsi tentang materi pokok Kalor
4) Guru memberikan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam
pembelajaran dengan model kooperatif tipe TGT. Yang meliputi:
21
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), hlm. 92 22
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), hlm. 214
a) Guru mengkondisikan peserta didik menjadi 4 kelompok, di
mana tiap kelompok beranggotakan 6 - 7 peserta didik.
b) Guru memberikan materi diskusi pada siklus I ini berupa
modul pembelajaran materi pokok Kalor secara individu dalam
kelompok. Dalam kegiatan ini guru memberi bimbingan pada
masing-masing individu pada tiap kelompok. Bagi peserta
didik yang sudah memahami materi diminta menjelaskan pada
teman lain dalam kelompoknya. Guru memberikan kesempatan
kepada anggota kelompok lain untuk menyampaikan ide atau
gagasannya.
c) Guru membimbing peserta didik dalam mendiskusikan konsep
Kalor dalam kehidupan sehari-hari.
d) Guru memberi soal TGT antar kelompok. Tiap kelompok
diminta menyelesaikan soal untuk berkompetisi. Dengan cara
ini peserta didik diharapkan akan bersemangat mengerjakan
soal yang diberikan.
e) Guru mengacak kartu soal dan dengan cara berebut antar
anggota kelompok untuk mengerjakan soal game di depan
kelas.
f) Bagi kelompok dan individu yang berani mengerjakan dan
dapat menyelesaikan soal di papan tulis diberikan penghargaan
nilai sebagai penguatan dan motivasi.
g) Guru bersama peserta didik membuat kesimpulan dari hasil
diskusi yang telah dilaksanakan pada siklus I.
h) Guru melakukan tes formatif.
5) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
c. Pengamatan
Peneliti melakukan pengamatan jalannya kegiatan pembelajaran
model kooperatif tipe TGT terhadap peserta didik yang terdiri dari
pengamatan aspek afektif yaitu sikap peserta didik selama
pembelajaran yang terdiri dari sikap saat mengikuti diskusi pada
materi pokok Kalor, bekerjasama dalam kelompok, memberikan
pendapat atau masukan dalam diskusi, dan menjelaskan hasil diskusi
pada materi pokok Kalor. Kriteria keaktifan peserta didik diperoleh
melalui lembar observasi keaktifan yang meliputi perhatian,
tanggapan, partisipasi peserta didik terhadap pembelajaran dan
pemberian tugas dari guru. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data
yang diperlukan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT.
d. Refleksi
Data yang diperoleh dari hasil pelaksanaan dan penelitian
selama proses pembelajaran pada siklus I ditinjau dari tingkat
keberhasilannya. Seseorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika
mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan
pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran.
Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang
mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65%, sekurang-
kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut.23
Hasil yang diperoleh dari siklus 1 dijadikan acuan untuk melaksanakan
siklus berikutnya.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini:
1) Menyempurnakan persiapan yang belum dilaksanakan pada siklus I.
2) Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan
pembelajaran berdasarkan program tahunan, program semester, dan
silabus mata pelajaran Fisika kelas VII MTs.
3) Merancang modul materi yang akan diajarkan kepada peserta didik.
4) Membuat lembar observasi aspek afektif peserta didik.
5) Membuat soal-soal turnamen, dan soal tes evaluasi.
23
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, Dan Implementasi,
(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 99.
b. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, guru melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya. Langkah – langkah
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1) Guru membuka pelajaran kemudian mengabsen kehadiran peserta
didik.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan
penjelasan pada peserta didik tentang pembelajaran menggunakan
model kooperatif tipe TGT.
3) Guru memberikan apersepsi tentang materi pokok Kalor
4) Guru memberikan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam
pembelajaran dengan model kooperatif tipe TGT. Yang meliputi:
a) Guru mengkondisikan peserta didik menjadi 4 kelompok, di
mana tiap kelompok beranggotakan 6 - 7 peserta didik.
b) Guru memberikan materi diskusi pada siklus I ini berupa modul
pembelajaran materi pokok Kalor secara individu dalam
kelompok. Dalam kegiatan ini guru memberi bimbingan pada
masing-masing individu pada tiap kelompok. Bagi peserta didik
yang sudah memahami materi diminta menjelaskan pada teman
lain dalam kelompoknya. Guru memberikan kesempatan kepada
anggota kelompok lain untuk menyampaikan ide atau
gagasannya.
c) Guru membimbing peserta didik dalam mendiskusikan konsep
Kalor dalam kehidupan sehari-hari.
d) Guru memberi soal TGT antar kelompok. Tiap kelompok
diminta menyelesaikan soal untuk berkompetisi. Dengan cara
ini peserta didik diharapkan akan bersemangat mengerjakan soal
yang diberikan.
e) Guru mengacak kartu soal dan dengan cara berebut antar
anggota kelompok untuk mengerjakan soal game di depan
kelas.
f) Bagi kelompok dan individu yang berani mengerjakan dan dapat
menyelesaikan soal di papan tulis diberikan penghargaan nilai
sebagai penguatan dan motivasi.
g) Guru bersama peserta didik membuat kesimpulan dari hasil
diskusi yang telah dilaksanakan pada siklus I.
h) Guru melakukan tes formatif.
5) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
c. Pengamatan
Peneliti melakukan pengamatan jalannya kegiatan pembelajaran
model kooperatif tipe TGT terhadap peserta didik yang terdiri dari
pengamatan aspek afektif yaitu sikap peserta didik selama
pembelajaran yang terdiri dari sikap saat mengikuti diskusi pada
materi pokok Kalor, bekerjasama dalam kelompok, memberikan
pendapat atau masukan dalam diskusi, dan menjelaskan hasil diskusi
pada materi pokok Kalor. Kriteria keaktifan peserta didik diperoleh
melalui lembar observasi keaktifan yang meliputi perhatian,
tanggapan, partisipasi peserta didik terhadap pembelajaran dan
pemberian tugas dari guru. Selain itu, diambil data hasil belajar
kognitif peserta didik. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang
diperlukan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
d. Refleksi
Data yang diperoleh dari hasil pelaksanaan dan penelitian
selama proses pembelajaran pada siklus II dikumpulkan dan dianalisis
agar diperoleh hasil dan kesimpulan dari pelaksanaan penelitian yang
dilaksanakan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT.
Deskripsi alur siklus seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 3.1 alur siklus Kemmis dan Mc Targat
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini ada tiga
cara yaitu:
1. Dokumentasi
Dokumentasi adalah barang-barang yang tertulis.24
Dokumentasi
ini dilakukan untuk memperoleh daftar nama peserta didik serta nilai
peserta didik.
2. Observasi
24
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), cet. 13, hlm. 158.
Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
Pelaksanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Refleksi
Siklus berikutnya
Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan evaluasi dengan
jalan pengamatan secara langsung menggunakan lembar pengamatan.
Lembar pengamatan ini digunakan untuk pengambilan data siswa yang
berkaitan dengan aspek keaktifan selama proses kegiatan pembelajaran
dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams
Games Tournament).
3. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.25
Di
dalam penelitian ini memiliki kecenderungan untuk mengetahui hasil
belajar siswa pada materi pokok kalor. Karena hal tersebut digunakan
untuk mengukur besarnya kemampuan objek, maka pengumpulan data
yang digunakan berupa tes. Tes yang digunakan tes prestasi (achievement
test), yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang
setelah mempelajari sesuatu.26
Tes prestasi yang digunakan adalah tes
buatan guru. Tes buatan guru yang dibuat berupa multiple choice test (tes
pilihan ganda). Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan peserta
didik dalam belajar fisika, khususnya pada materi pokok kalor.
F. Teknik Analisis Data
1. Analisis data hasil observasi
Data hasil observasi meliputi penilaian afektif dan psikomotor
yang dihitung dengan menggunakan rumus:
%100
maksimalskor
perolehanskorNilai
Keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu
aktif atau mencapai minimum 65 sekurang-kurangnya 75% dari jumlah
peserta didik yang ada di kelas tersebut.
25
Ibid., hlm. 150. 26
Ibid., hlm. 151
2. Analisis hasil belajar
Data yang dihasilkan dari penelitian ini berupa data kuantitatif,
maka di dalam analisis data menggunakan statistik deskriptif dengan cara
membandingkan hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar
siswa setelah tindakan. Untuk mengetahui hasil belajar siswa, digunakan
daftar nilai kognitif yang diperoleh dari tes prestasi yang berupa multiple
choice test (tes pilihan ganda) yang diperoleh pada setiap siklus.
Selanjutnya dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
%100N
RS
Keterangan:
S = Nilai yang diharapkan (yang dicari).
R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar.
N = Skor maksimum dari tes tersebut.27
Untuk menghitung nilai rata-rata hasil belajar siswa sebelum
tindakan dengan hasil belajar setelah tindakan, dihitung dengan
menggunakan rumus:
N
XX
Keterangan:
X = Nilai rerata.
X = Jumlah semua skor.
N = Banyaknya siswa.28
Untuk mencari persentase nilai rata-rata menggunakan persamaan:
X % = X × 100%.
27
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. 9, hlm. 112 28
Suharsimi Arikunto, Op Cit., hlm. 264
G. Indikator keberhasilan
Sesuai dengan tujuan penelitian yang nomor 1 maka penelitian ini
dapat dikatakan berhasil jika keaktifan siswa sebelum tindakan dengan
keaktifan siswa setelah tindakan mengalami peningkatan. Keberhasilan kelas
dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu aktif dengan nilai minimum 65
dan sekurang-kurangnya 75% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas
tersebut.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VII A MTs NU 01
Kramat Kab. Tegal tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini dirancang dalam
2 siklus dan pada masing-masing siklus terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi.
1. Hasil Pra Siklus
Pada hasil observasi awal diperoleh masalah yang terjadi dalam
pembelajaran fisika yaitu peserta didik memiliki tingkat keaktifan yang
rendah. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh guru selama
pembelajaran berlangsung peserta didik yang aktif hanya 30,95%.
Sedangkan peserta didik yang lainnya hanya diam sebagai pendengar
dan mencatat. Hal ini karena, peserta didik kesulitan menghafal rumus
dalam materi Kalor dan kebingungan menerapkan rumus-rumus yang ada,
maka peserta didik tidak aktif dalam pembelajaran Fisika yang diajarkan
oleh guru dengan menggunakan metode konvensional. Kondisi didukung
oleh hasil pengamatan keaktifan peserta didik pada materi sebelum
penelitian. Adapun hasil analisis aspek keaktifan yang dialami peserta
didik adalah sebagaimana tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil analisis nilai keaktifan awal peserta didik
No Kategori penilaian Keaktifan
Jumlah Peserta didik Persentase
1 Baik Sekali 1 2,38 %
2 Baik 12 28,57 %
3 Cukup 7 16,67 %
4 Kurang 22 52,38 %
Persentase Ketuntasan Kelas 30,95 %
Kriteria Kurang
Gambar 4.1. Grafik analisis nilai keaktifan awal peserta didik
Keterangan Nilai :
< 65 = Kurang
66 – 74 = Cukup
75 – 84 = Baik
> 84 = Baik Sekali
Tabel 4.2 Hasil analisis pada pra siklus nilai kognitif siswa
Hasil belajar kognitif siswa Pra Siklus
Jumlah siswa tuntas belajar 6
Jumlah siswa tidak tuntas belajar 36
Rata-rata nilai siswa 55,95
Persentase ketuntasan 14,29 %
Gambar 4.2 Grafik analisis pra siklus nilai kognitif siswa
0
10
20
30
40
50
60
Baik
Sekali
Baik Cukup Kurang
Jumlah Peserta didik
Persentase
0
20
40
60
Jumlah siswa
tuntas belajar
Jumlah siswa
tidak tuntas
belajar
Rata-rata nilai
siswa
Persentase
ketuntasan
Pra Siklus
Pra Siklus
Berdasarkan analisis hasil aspek keaktifan pada materi pokok
Pemuaian Zat sebelum dilakukan penelitian, ternyata hasil aspek keaktifan
peserta didik belum memenuhi harapan. Hal ini dapat diketahui dari
persentase ketuntasan aspek keaktifan menunjukkan kategori kurang,
dilihat dari presentase kelas sebesar 30,95 %. Sedangkan aspek kognitif,
nilai rata-rata peserta didik 55,59 dan persentase ketuntasan 14,29 %.
Hasil ini belum memenuhi kriteria jumlah siswa yang mampu
menyelesaikan atau mencapai nilai minimum 65 dan sekurang-kurangnya
75 % dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut. Berdasarkan
kondisi awal tersebut, maka dilakukan penelitian tindakan kelas untuk
mengetahui sejauh mana peningkatan hasil keaktifan peserta didik pada
materi pokok Kalor peserta didik kelas VII-A MTs NU 01 Kramat Tegal
dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams
Games Tournament).
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VII A MTs NU
01 Kramat Kab. Tegal tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini dirancang
dalam 2 siklus dan pada masing-masing siklus terdiri dari: perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
2. Penelitian Siklus I
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus I pada hari Selasa,
tanggal 4 Oktober 2011, jam 09.30 – 11.00 dengan materi Pengertian
Kalor dan Kalor dapat Mengubah Suhu Benda. Pada siklus I dilakukan
penilaian keaktifan siswa dan tes hasil belajar siklus I selama proses
pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Teams Games Tournament). Dari pengamatan siklus I diperoleh hasil
sebagai berikut:
a. Pengamatan aspek keaktifan peserta didik
Pengamatan afektif siswa pada siklus I meliputi: 1)
memperhatikan, 2) membaca, 3) mengeluarkan pendapat, 4)
menyalin/mencatat, 5) memecahkan soal. Kriteria pengamatan aspek
keaktifan dapat dilihat pada lampiran. Data pengamatan aspek
keaktifan siswa diambil dari lembar observasi pada saat pembelajaran
siklus I. Dari lembar observasi yang telah dilakukan diperoleh hasil
sebagaimana tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil analisis nilai keaktifan siswa siklus I
No Kategori penilaian Keaktifan
Jumlah Siswa Persentase
1 Baik Sekali 4 9,52 %
2 Baik 15 35,71 %
3 Cukup 7 16,67 %
4 Kurang 16 38,10 %
Persentase Kelas 45,24 %
Kriteria Kurang
Gambar 4.3 Grafik hasil analisis nilai keaktifan siswa siklus I
b. Pengamatan hasil belajar peserta didik
Data pengamatan aspek kognitif siswa diambil dari tes evaluasi
siswa pada akhir pembelajaran siklus I dan nilai tugas pada saat
pembelajaran berlangsung. Dari tes yang telah dilakukan diperoleh
hasil sebagaimana tabel 4.4.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Baik Sekali Baik Cukup Kurang
Jumlah Siswa
Persentase
Tabel 4.4 Hasil analisis nilai kognitif siswa pada siklus I
Hasil belajar kognitif siswa Siklus I
Jumlah siswa tuntas belajar 16
Jumlah siswa tidak tuntas belajar 26
Rata-rata nilai siswa 58,10
Persentase ketuntasan 38,10 %
Gambar 4.4 Grafik hasil analisis nilai kognitif siswa pada siklus I
3. Penelitian Siklus II
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus II pada hari Sabtu,
tanggal 8 Oktober 2011, jam 11.30 – 13.00 dengan materi Pengertian
Kalor dan Kalor dapat Mengubah Suhu Benda. Pada siklus II dilakukan
penilaian sikap/afektif siswa dan tes hasil belajar siklus II selama proses
pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Teams Games Tournament). Dari pengamatan siklus II diperoleh hasil
sebagai berikut:
a. Pengamatan aspek keaktifan peserta didik
Pengamatan keaktifan siswa pada siklus II meliputi: 1)
memperhatikan, 2) membaca, 3) mengeluarkan pendapat, 4)
menyalin/mencatat, 5) memecahkan soal. Kriteria pengamatan aspek
0
10
20
30
40
50
60
70
Jumlah siswa
tuntas belajar
Jumlah siswa
tidak tuntas
belajar
Rata-rata
nilai siswa
Persentase
ketuntasan
Siklus I
Siklus I
keaktifan dapat dilihat pada lampiran. Data pengamatan aspek
keaktifan siswa diambil dari lembar observasi pada saat pembelajaran
siklus I. Dari lembar observasi yang telah dilakukan diperoleh hasil
sebagaimana tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil analisis nilai keaktifan siswa siklus II
No Kategori penilaian Keaktifan
Jumlah Siswa Persentase
1 Baik Sekali 37 88,10 %
2 Baik 1 2,38 %
3 Cukup 4 9,52 %
4 Kurang - 0 %
Persentase Kelas 90,48 %
Kriteria Baik Sekali
Gambar 4.5 Grafik hasil analisis nilai keaktifan siswa siklus II
b. Pengamatan hasil belajar peserta didik
Data pengamatan aspek kognitif siswa diambil dari tes evaluasi
siswa pada akhir pembelajaran siklus II dan nilai tugas pada saat
pembelajaran berlangsung. Dari tes yang telah dilakukan diperoleh
hasil sebagaimana tabel 4.6.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Baik Sekali Baik Cukup Kurang
Jumlah Siswa
Persentase
Tabel 4.6 Hasil analisis nilai kognitif siswa siklus II
Hasil belajar kognitif siswa Siklus II
Jumlah siswa tuntas belajar 32
Jumlah siswa tidak tuntas belajar 10
Rata-rata nilai siswa 78,10
Persentase ketuntasan 76,19 %
Gambar 4.6 Grafik hasil analisis nilai kognitif siswa siklus II
B. Pembahasan
1. Siklus I
Proses pembelajaran pada siklus I dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) diperoleh
4 peserta didik dengan kategori penilaian baik sekali, 15 peserta didik
dengan kategori penilaian baik, 7 peserta didik dengan kategori penilaian
cukup, 16 peserta didik dengan kategori penilaian kurang dengan
persentase ketuntasan sebesar 45,24 %. Hasil ini tidak bagus karena tidak
sesuai dengan jumlah siswa yang mampu menyelesaikan atau mencapai
0102030405060708090
Jumlah
siswa tuntas
belajar
Jumlah
siswa tidak
tuntas
belajar
Rata-rata
nilai siswa
Persentase
ketuntasan
Siklus II
Siklus II
nilai minimum 65 dan sekurang-kurangnya 75 % dari jumlah peserta didik
yang ada di kelas tersebut. Jika dilihat dari analisis nilai temuan awal,
persentase ketuntasan kelas aspek keaktifan naik sebesar 14,29 % dari
persentase ketuntasan temuan awal 30,95 % naik menjadi 45,24 % pada
persentase ketuntasan siklus I.
Nilai rata-rata aspek kognitif naik sebesar 2,15 poin dari 55,95
pada nilai rata-rata temuan awal naik menjadi 58,10 pada nilai rata-rata
siklus I. Persentase ketuntasan kelas aspek kognitif naik sebesar 23,81 %
dari persentase ketuntasan kelas pada temuan awal 14,29 % naik menjadi
38,10 % pada persentase ketuntasan kelas siklus I dengan jumlah siswa
yang tuntas 16 siswa, dan yang tidak tuntas 26 siswa.
Hal ini dipengaruhi oleh banyak siswa yang belum memahami
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams
Games Tournament). Karena siswa belum pernah mengalami model
pembelajaran seperti ini, maka aktivitas belajar dengan permainan yang
dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan
siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab,
kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar tidak berjalan dengan
sebagaimana mestinya. Pada tahap awal pembelajaran kooperatif model
TGT guru menyampaikan materi dengan ceramah saja tidak diimbangi
dengan penyelesaian soal-soal yang berkaitan dengan materi Kalor. Hal ini
menyebabkan siswa kurang benar-benar memperhatikan dan memahami
materi yang disampaikan guru. Pada saat pembentukan kelompok,
pengelompokkan siswa oleh guru tidak sesuai dengan keinginan setiap
siswa, hal ini menyebabkan adanya kecemburuan antar kelompok. Selain
itu, setiap kelompok yang terdiri dari 7 orang siswa kurang mendalami
materi bersama teman kelompoknya dan lebih banyak bercanda dengan
kelompok lain dari pada bekerja sama dengan kelompoknya. Pada saat
pelaksanaan diskusi berlangsung jika ada siswa yang berpendapat kurang
sesuai, siswa yang lain akan berkomentar yang tidak baik dan tidak saling
menguatkan antar anggota kelompoknya. Sehingga setiap anggota
kelompok tidak bekerja dengan baik dan optimal pada saat game dan
pelaksanaan turnament. Pada tahap akhir, reward atau hadiah yang
dipersiapkan guru sudah bocor diketahui siswa. Hal ini dikarenakan hadiah
tidak dibungkus dengan kemasan yang menarik sehingga memungkinkan
siswa mengetahui apa yang akan diberikan jika berhasil menjadi juara
dalam turnament yang dilaksanakan.
Nilai persentase ketuntasan aspek keaktifan yang diperoleh pada
siklus I masih kurang dan belum memenuhi indikator keberhasilan
penelitian yaitu yaitu; nilai ketuntasan kelas 75% dari jumlah peserta didik
yang ada di kelas tersebut. Sehingga masih perlu dilaksanakan lagi siklus
II dengan memperbaiki kelemahan-kelemahan siklus I.
2. Siklus II
Proses pembelajaran pada siklus II dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament), diperoleh
37 peserta didik dengan kategori penilaian baik sekali, 1 peserta didik
dengan kategori penilaian baik, 4 peserta didik dengan kategori penilaian
cukup, dan tidak ada peserta didik dengan kategori penilaian kurang
dengan persentase ketuntasan sebesar 90,48 %. Persentase nilai ketuntasan
kelas dilihat dari aspek keaktifan antara siklus I dengan siklus II
menunjukkan kategori baik sekali, dilihat dari kenaikan sebesar 45,24 %
dari persentase nilai rata-rata kelas aspek keaktifan pada siklus I 45,24 %
naik menjadi 90,48 % pada siklus II. Hasil ini baik sekali karena tidak
sesuai dengan jumlah siswa yang mampu menyelesaikan atau mencapai
nilai minimum 65 dan sekurang-kurangnya 75 % dari jumlah peserta didik
yang ada di kelas tersebut.
Nilai rata-rata aspek kognitif naik sebesar 20 poin dari 58,10 pada
nilai rata-rata siklus I naik menjadi 78,10 pada nilai rata-rata siklus II.
Persentase ketuntasan naik sebesar 38,09 % dari persentase ketuntasan
siklus I 38,10 % naik menjadi 76,19 % pada persentase ketuntasan siklus
II. Jumlah siswa yang tuntas 32 siswa, dan yang tidak tuntas 10 siswa.
Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya siswa yang telah memahami
pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT (Teams Games Tournament). Karena siswa sebelumnya sudah
pernah mengalami model pembelajaran seperti ini pada siklus I. Pada
tahap awal pembelajaran kooperatif model TGT guru menyampaikan
materi dengan ceramah interaktif dengan penyelesaian soal-soal yang
berkaitan dengan materi Kalor. Hal ini menyebabkan siswa lebih semangat
memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru. Pada siklus
II pengelompokkan siswa sepenuhnya diserahkan sepenuhnya kepada
siswa dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Hal ini
dilakukan untuk memperbaiki kekacauan yang terjadi pada proses
pembelajaran siklus I. Pada saat pelaksanaan diskusi berlangsung setiap
anggota kelompok saling melengkapi dan menguatkan pendapat anggota
lainnya. Sehingga setiap anggota kelompok bekerja dengan baik dan
optimal pada saat game dan pelaksanaan turnamen. Pemberian hadiah
bagi pemenang turnamen yang dilaksanakan tidak diketahui oleh siswa.
Keaktifan siswa yang baik sekali dilihat dari data analisis siswa aspek
keaktifan mendukung pelaksanaan kompetisi. Peserta didik lebih siap
berpartisipasi dalam team untuk mensukseskan kelompoknya pada game
dan kompetisi yang dilaksanakan. Sebagai faktor pendukung kompetisi
yaitu hadiah, hadiah yang ditawarkan kali ini disembunyikan dari peserta
didik, dengan cara kemasan hadiah dibungkus dengan menarik, walaupun
hadiahnya tetap sama pada siklus I berupa permen.
Nilai persentase ketuntasan aspek keaktifan yang diperoleh pada
siklus II baik sekali dan sudah memenuhi indikator keberhasilan penelitian
yaitu nilai ketuntasan kelas 75% dari jumlah peserta didik yang ada di
kelas tersebut. Sehingga tidak dilaksanakan lagi siklus berikutnya.
Pada siklus II dapat diketahui keberhasilan dalam penelitian
tindakan kelas dengan dihasilkan beberapa hal sebagai berikut:
1) Siswa aktif dalam proses belajar mengajar dengan dibuktikan oleh
nilai aspek keaktifan siswa dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament).
2) Siswa mampu mengerjakan soal kompetisi dalam kelompok dengan
baik dan benar melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Teams Games Tournament).
3) Siswa mampu melaksanakan lima komponen utama dalam model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) yaitu
peserta didik memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan
guru, perserta didik mengoptimalkan seluruh anggota dalam
kelompoknya untuk menyelesaikan game dan tournament yang
diberikan oleh guru, dan serius berkompetisi untuk memperoleh
penghargaan bagi kelompok yang berhasil memperoleh nilai terbaik
agar berhasil mendapatkan hadiah dari guru.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Al Barry, Dahlan, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994.
Aqib, Zainal, Penelitian Tindakan Kelas, Cet. 1, Bandung: CV. Irama Widya,
2006.
Ardhana, “Indikator Keaktifan Peserta Didik”,
http://ardhana12Wordprees.com/2009 /01/20/indikator-keaktifan-
peserta-didik-yang-dapat-dijadikan-penilaian-dalam-ptk/ diakses 19 Juni
2011.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Cet. 13,
Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Bandung: Penerbit J-Art,
2005.
Dimyati, Belajar dan Pembelajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
Rineka Cipta, 2006.
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009.
Ilham, “Mengembangkan Keaktifan Belajar Siswa”, dalam
http.//abangilham.wordpress.com/ 2009/03/31/pentingnya-upaya-guru-
mengembangkan-keaktifan-belajar-siswa/ diakses 18 Juni 2011.
Muhammad, Al Imam Abu Abdullah, Shahih Al Bukhari, Semarang: Thoha
Putra, t.th.
Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, Dan
Implementasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008.
Muslich, Masnur, KTSP Dasar Pemikiran Dan Pengembangan, Jakarta: Bumi
Aksara, 2008.
Purwanto, Ngalim, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Cet. 9,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000.
Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, dalam
Coopertive Learning: Theori, Reearch And Practice, terj. Nurulita
Nasron, Cet. 1, Bandung: Nusa Media, 2008.
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta:
Bumi Aksara, 2009.
Trianto, Model–Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik
Konsep, Landasan Teoritis–Praktis dan Implementasinya, Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher, 2007.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS I
Sekolah : MTs NU 01 KRAMAT
Kelas / Semester : VII / I
Mata Pelajaran : IPA (Fisika)
Pertemuan Ke : Pertama
Standar Kompetensi
Memahami wujud zat dan perubahannya
Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu
benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator
• Menjelaskan pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan perubahan
wujud zat
• Menghitung banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu
zat
• Menyebutkan faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan
• Mengamati kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur
• Menerapkan hubungan Q = m c ∆t, Q = m U, dan Q = m L untuk
menyelesaikan masalah sederhana
Alokasi waktu: 2x 40 menit
Tujuan Pembelajaran
• Siswa mampu mendefinisikan pengertian kalor dalam peristiwa sehari-
hari dengan benar melalui diskusi.
• Siswa mampu menarik kesimpulan bahwa kalor dapat mempengaruhi
suhu dan wujud benda dengan benar melalui diskusi.
Lampiran 2
• Siswa mampu mengelompokkan perubahan wujud yang melepaskan
kalor dan menerima kalor dalam kehidupan sehari-hari dengan benar
melalui diskusi.
Materi Pembelajaran : Kalor
Langkah-langkah Kegiatan :
No Kegiatan pembelajaran Alokasi Waktu
1 Pendahuluan
Apersepsi
Mengapa kabel listrik jika siang hari menjadi
kendor ?
5 menit
2 Kegiatan Inti
Eksplorasi
• Guru menyiapkan peralatan dan buku
pembelajaran yang menyangkut dalam model
pembelajaran TGT
• Guru memberikan petunjuk-petunjuk yang
akan dilaksanakan dalam kegiatan
pembelajaran
Elaborasi
• Guru memberikan penjelasan pada peserta
didik tentang pembelajaran menggunakan
model kooperatif tipe TGT.
• Guru membentuk kelompok belajar, memilih
ketua kelompok dan mengatur tempat duduk
siswa agar setiap anggota kelompok dapat
saling berdiskusi dengan nyaman.
• Guru mengawali dengan menjelaskan materi
Pengertian Kalor, Kalor dapat Mengubah Suhu
Benda dengan menggunakan media ceramah
• Peserta didik diberi materi diskusi berupa
65 menit
modul pembelajaran materi pokok Kalor
secara individu dalam kelompok.
• Peserta didik yang sudah memahami materi
tersebut, diminta untuk menjelaskan kepada
teman yang belum faham.
• Guru membimbing peserta didik dalam
mendiskusikan konsep Kalor dalam
kehidupan sehari-hari.
• Guru memberi soal TGT antar kelompok. Tiap
kelompok diminta menyelesaikan soal
berkompetisi secepat mungkin.
Konfirmasi
• Peserta didik diberi informasi bahwa Bagi
kelompok yang dapat menyelesaikan lebih
dahulu, salah satu wakilnya diminta
menyampaikan pekerjaan kelompok di depan
kelas dengan bimbingan guru. Bagi kelompok
yang maju diberikan penghargaan nilai
sebagai penguatan dan motivasi.
3 Penutup
• Guru memberikan soal pilihan ganda kepada
setiap siswa.
• setiap kelompok diminta menyimpulkan
tentang materi yang telah dipelajari.
• Setelah semua kelompok mengutarakan
pendapatnya kemudian guru memberi
penguatan dari kesimpulan setiap kelompok
tentang materi yang telah dipelajari.
• Peserta didik diberi tugas untuk mempelajari
materi selanjutnya, dan memberi tahu
pembelajaran yang akan dilaksanakan pada
10 menit
pertemuan selanjutnya sama dengan
pembelajaran pada pertemuan ini.
Jumlah Waktu 80 menit
Sumber Belajar
• Wasis, dkk. Ilmu Pengetahuan Alam Jilid 1 untuk SMP dan MTs kelas VII,
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
• Dra. Anni Winarsih, dkk. IPA Terpadu Untuk MTs Kelas VII, Jakarta:
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Penilaian Hasil Belajar
• Jenis Penilaian :
• Tes tertulis
• Bentuk Instrumen :
• Tes Objektif pilihan ganda
Tegal, 4 Oktober 2011
Guru Mata Pelajaran Peneliti,
Turyani, S.Pd. Iqtirobul Fudlla
Mengetahui
Kepala Sekolah MTs NU 01 Kramat
H. Masyhuri, S.Pd.I
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II
Sekolah : MTs NU 01 KRAMAT
Kelas / Semester : VII / I
Mata Pelajaran : IPA (Fisika)
Pertemuan Ke : Kedua
Standar Kompetensi
Memahami wujud zat dan perubahannya
Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu
benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator
• Mengamati pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan perubahan
wujud zat
• Mengamati banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu
zat
• Mengamati faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan
• Mengamati kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur
• Menerapkan hubungan Q = m c ∆t, Q = m U, dan Q = m L untuk
menyelesaikan masalah sederhana
Alokasi waktu: 2x 40 menit
Tujuan Pembelajaran
• Siswa mampu mendefinisikan pengertian kalor dalam peristiwa sehari-
hari dengan benar melalui diskusi.
• Siswa mampu menarik kesimpulan bahwa kalor dapat mempengaruhi
suhu dan wujud benda dengan benar melalui diskusi.
Lampiran 3
• Siswa mampu mengelompokkan perubahan wujud yang melepaskan
kalor dan menerima kalor dalam kehidupan sehari-hari dengan benar
melalui diskusi.
Materi Pembelajaran : Kalor
Langkah-langkah Kegiatan :
No Kegiatan pembelajaran Alokasi Waktu
1 Pendahuluan
Apersepsi
Samakah yang diperlukan untuk menaikan suhu
suatu zat jika massanya berbeda ?
5 menit
2 Kegiatan Inti
Eksplorasi
• Guru menyiapkan peralatan dan buku
pembelajaran yang menyangkut dalam model
pembelajaran TGT
• Guru memberikan petunjuk-petunjuk yang
akan dilaksanakan dalam kegiatan
pembelajaran
Elaborasi
• Guru memberikan penjelasan pada peserta
didik tentang pembelajaran menggunakan
model kooperatif tipe TGT.
• Guru membentuk kelompok belajar, memilih
ketua kelompok dan mengatur tempat duduk
siswa agar setiap anggota kelompok dapat
saling berdiskusi dengan nyaman.
• Guru mengawali dengan menjelaskan materi
Wujud Zat dan Perpindahan Kalor dengan
menggunakan media ceramah
• Peserta didik diberi materi diskusi berupa
• 65 menit
modul pembelajaran materi pokok Kalor
secara individu dalam kelompok.
• Peserta didik yang sudah memahami materi
tersebut, diminta untuk menjelaskan kepada
teman yang belum faham.
• Guru membimbing peserta didik dalam
mendiskusikan konsep Kalor dalam
kehidupan sehari-hari.
• Guru memberi soal TGT antar kelompok. Tiap
kelompok diminta menyelesaikan soal
berkompetisi secepat mungkin.
Konfirmasi
• Peserta didik diberi informasi bahwa Bagi
kelompok yang dapat menyelesaikan lebih
dahulu, salah satu wakilnya diminta
menyampaikan pekerjaan kelompok di depan
kelas dengan bimbingan guru. Bagi kelompok
yang maju diberikan penghargaan nilai sebagai
penguatan dan motivasi.
3 Penutup
• Guru memberikan soal pilihan ganda kepada
setiap siswa.
• Guru meminta setiap kelompok menyimpulkan
tentang materi yang telah dipelajari.
• Setelah semua kelompok mengutarakan
pendapatnya kemudian guru memberi
penguatan dari kesimpulan setiap kelompok
tentang materi yang telah dipelajari.
• Guru memberikan tugas untuk mempelajari
materi selanjutnya, dan memberi tahu
pembelajaran yang akan dilaksanakan pada
10 menit
pertemuan selanjutnya sama dengan
pembelajaran pada pertemuan ini.
Jumlah Waktu 80 menit
Sumber Belajar
• Wasis, dkk. Ilmu Pengetahuan Alam Jilid 1 untuk SMP dan MTs kelas VII,
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
• Dra. Anni Winarsih, dkk. IPA Terpadu Untuk MTs Kelas VII, Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Penilaian Hasil Belajar
• Jenis Penilaian :
• Tes tertulis
• Bentuk Instrumen :
• Tes Objektif pilihan ganda
Tegal, 8 Oktober 2011
Guru Mata Pelajaran Peneliti,
Turyani, S.Pd. Iqtirobul Fudlla
Mengetahui
Kepala Sekolah MTs NU 01 Kramat
H. Masyhuri, S.Pd.I
KISI – KISI SOAL REBUTAN TGT SIKLUS 1
Satuan Pendidikan : MTs NU 01 Kramat
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : VII/1
Materi Pokok : Kalor
Alokasi Waktu/ Jumlah Soal : 1 10 menit/6 soal
Bentuk Soal : Uraian
Standar Kompetensi : Memahami wujud benda dan perubahannya.
Kompetensi Dasar Materi Indikator Nomor
Soal
Bentuk
Tes
Mendeskripsikan
peran kalor dalam
mengubah wujud zat
dan suhu suatu benda
serta penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari.
1. Kalor 1. Menjelaskan pengertian
dan pengaruh kalor
terhadap perubahan
suhu.
2. Mengidentifikasi benda
yang telah menerima dan
telah melepas kalor.
1 – 4
5
Uraian
Uraian
Lampiran 4
KISI – KISI SOAL KELOMPOK TGT SIKLUS 1
Satuan Pendidikan : MTs NU 01 Kramat
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : VII/1
Materi Pokok : Kalor
Alokasi Waktu/ Jumlah Soal : 1 10 menit/6 soal
Bentuk Soal : Uraian
Standar Kompetensi : Memahami wujud benda dan perubahannya.
Kompetensi Dasar Materi Indikator Nomor
Soal
Bentuk
Tes
Mendeskripsikan
peran kalor dalam
mengubah wujud zat
dan suhu suatu benda
serta penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari.
1. Kalor 1. Menghitung banyaknya
kalor yang diperlukan
untuk menaikkan suhu
zat.
2. Menerapkan hubungan
antara kalor dengan
kenaikan suhu, massa dan
jenis zat dalam soal.
1
2-6
Uraian
Uraian
Soal TGT Siklus 1
Soal rebutan
1. Apa yang dimaksud dengan kalor?
2. Sebutkan tiga faktor yang mempengaruhi kalor dapat mengubah suhu zat!
3. Satu kilo kalori sama dengan .....
4. Sebutkan bentuk perubahan wujud zat karena pengaruh kalor !
5. Sebutka 3 contoh kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan kalor !
Soal Kelompok
1. Berapa kalor yang diperlukan untuk memanaskan 500 g air dari 25 °C menjadi
100 °C, jika kalor jenis air adalah 4.200 J kg-1 °C-1?
2. Sebuah besi yang bermassa 2 kg dipanaskan dari 14 °C menjadi 30 °C. Jika
kalor yang diperlukan untuk memanaskan besi tersebut adalah 14.400 J,
berapakah kalor jenis besi tersebut?
3. Kalor 31,5 kJ dilepaskan dari 1,2 kg es pada suhu -15 °C. Berapakah suhu
akhirnya, jika kalor jenis es adalah 2.100 J kg-1 °C-1?
4. Untuk menaikkan suhu suatu benda dari 10 °C hingga 30 °C diperlukan kalor
60.000 J. Hitung besar kapasitas kalor benda tersebut!
5. Hitunglah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menguapkan 2 kg air suhu
100oC jika kalor uap 2.260.000 j/kg?
6. Hitunglah banyaknya kalor yang diperlukan untuk melebur 2 kg es 0 oC pada
titik leburnya jika kalor lebur es 336.000 J/kg!
Lampiran 5
JAWABAN SOAL TGT SIKLUS I
Jawaban Soal Rebutan
1. Kalor adalah energy yang berpindah dari benda bersuhu tinggi ke benda
yang bersuhu rendah saat benda bersentuhan
2. Massa, Kalor Jenis, Perubahan Suhu
3. 4,2 x 10 3 joule
4. Mencair, mengembun, menguap, menyublim, mengkristal dan membeku
5. Menjemur Pakaian, Menyetrika, Memasak, dll
Jawaban Soal Kelompok
Diketahui :
massa air (m) = 500 g = 0,5 kg
kalor jenis air (c) = 4.200 J kg-1 °C-1
kenaikan suhu air (∆T) = 100 °C – 25 °C = 75 °C
Ditanya Q = ...?
Jawab :
Q = m⋅ c ⋅ ∆T = (0,5 kg) × (4.200 J kg-1 °C-1) × (75 °C)
= 157.500 J
Jadi, kalor yang diperlukan adalah 157.500 J.
Diketahui :
massa besi (m) = 2 kg
kenaikan suhu besi (∆T) = 30 °C – 14 °C = 16 °C
energi kalor yang diperlukan (Q) = 14.400 J
Ditanya c = ...?
Jawab :
Diketahui :
suhu awal = -15 °C
massa es (m) = 1,2 kg
kalor jenis es (c) = 2.100 J kg-1 °C-1
energi kalor yang dilepaskan (Q) = 31,5 kJ = 31.500 J
Ditanya :suhu akhir = ...?
1.
2.
3.
Diketahui :
Q = 60.000 J
T1= 10 °C
T2= 30 °C
Ditanya : C = ….?
Jawab :
Diketahui :
m = 2 kg
U = 2.260.000 J/kg
Ditanyakan : Q……?
Jawab :
Q = m . U
= 2 kg × 2.260.000 J/kg
= 4.520.000 joule
Q = 4.520 kilojoule
Diketahui :
m = 2 kg
L = 336.000 J/kg
Ditanyakan : Q….?
Jawab :
Q = m . L
= 2 kg × 336.000 J/kg
= 672.000 J
Q = 672 kJ
4.
5.
6.
KISI – KISI SOAL TES SIKLUS 1
Satuan Pendidikan : MTs NU 01 Kramat
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : VII/1
Materi Pokok : Kalor
Alokasi Waktu/ Jumlah Soal : 2 40 menit/10
Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Standar Kompetensi : Memahami wujud benda dan perubahannya.
Kompetensi Dasar Materi Indikator Nomor
Soal
Bentuk
Tes
Mendeskripsikan
peran kalor dalam
mengubah wujud zat
dan suhu suatu benda
serta penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari.
1. Kalor 1. Menjelaskan pengertian
dan pengaruh kalor
terhadap perubahan
suhu.
2. Mengidentifikasi benda
yang telah menerima dan
telah melepas kalor.
3. Menghitung banyaknya
kalor yang diperlukan
untuk menaikkan suhu
zat.
1 – 3
4 – 6
7 – 10
Pilihan
Ganda
Pilihan
Ganda
Pilihan
Ganda
Lampiran 6
LEMBAR SOAL TES SIKLUS I
Nama :
Kelas : VII - A
Waktu : 10 Menit
Kerjakan soal di bawah ini dengan memilih jawaban a, b, c, dan d yang anda
anggap paling benar!
1. Dalam Sistem Internasional, kalor dinyatakan dalam satuan ....
a. Kalori
b. Joule
c. Egr
d. Kilokalori
2. Suatu benda jika diberi kalor akan mengalami ....
a. Perubahan wujud dan massa zat
b. Perubahan ukuran dan massa zat
c. Perubahan suhu dan wujud zat
d. Perubahan Suhu dan ukuran zat
3. Bila tekanan pada zat cair diperbesar maka ....
a. Titik bekunya akan lebih tinggi
b. Titik bekunya akan lebih rendah
c. Titik bekunya tidak berubah
d. Zat cair itu tidak membeku
4. Kalor adalah suatu bentuk energi yang secara alamiyah dapat berpindah
dari benda yang bersuhu ….
a. Rendah ke tinggi
b. Sama suhunya
c. Tetap
d. Tinggi ke rendah
5. Perpindahan kalor secara alamiah antara dua benda bergantung pada ….
a. Massa masing-masing benda
b. Suhu masing-masing benda
c. Tekanan masing-masing benda
Lampiran 7
d. Wujud benda
6. Sepotong es akan dipanaskan sampai menimbulkan uap untuk
membuktikan ….
a. Adanya kalor pada benda
b. Kalor dapat mengubah wujud zat
c. Kalor dapat pindah ke benda
d. Adanya perpindahan kalor pada setiap zat.
7. Bilangan yang menyatakan banyaknya kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu 1 kg zat sebesar 1°C adalah ....
a. Masa jenis
b. Kapasitas kalor
c. Kalor jenis
d. Rambatan kalor
8. Energi yang diperlukan untuk menaikan suhu 4 kg besi dari 20°C hingga
70°C dimana kalor jenis besi 460 j/ kg°C. adalah …
a. 9200 J
b. 32200 J
c. 92000 J
d. 394000 J
9. Factor-faktor berikut ini yang tidak mempengaruhi banyaknya kalor
adalah ….
a. Kalor jenis
b. Kenaikan suhu
c. Massa
d. Waktu
10. Jika pakaian hitam dan putih di jemur bersama, kain hitam akan lebih
cepat kering dari pada kain putih karena warna hitam ….
a. Banyak memancarkan kalor
b. Sedikit menyerap kalor
c. Banyak menyerap kalor
d. sedikit menyerap kalor
KUNCI JAWABAN
1. B
2. C
3. B
4. D
5. B
6. B
7. C
8. C
9. D
10. C
KISI – KISI SOAL REBUTAN SIKLUS II
Satuan Pendidikan : MTs NU 01 Kramat
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : VII/1
Materi Pokok : Kalor
Alokasi Waktu/ Jumlah Soal : 1 10 menit/6 soal
Bentuk Soal : Uraian
Standar Kompetensi : Memahami wujud benda dan perubahannya.
Kompetensi Dasar Materi Indikator Nomor
Soal
Bentuk
Tes
Mendeskripsikan
peran kalor dalam
mengubah wujud zat
dan suhu suatu benda
serta penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari.
1. Kalor 1. Menjelaskan
perpindahan kalor.
2. Mengaplikasikan
penerapan sifat-sifat
perpindahan kalor dalam
kehidupan sehari-hari.
1 – 3
4 – 5
Uraian
Uraian
Lampiran 8
KISI – KISI SOAL KELOMPOK SIKLUS II
Satuan Pendidikan : MTs NU 01 Kramat
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : VII/1
Materi Pokok : Kalor
Alokasi Waktu/ Jumlah Soal : 1 10 menit/6 soal
Bentuk Soal : Uraian
Standar Kompetensi : Memahami wujud benda dan perubahannya.
Kompetensi Dasar Materi Indikator Nomor
Soal
Bentuk
Tes
Mendeskripsikan
peran kalor dalam
mengubah wujud zat
dan suhu suatu benda
serta penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari.
1. Kalor 1. Menerapkan hubungan
antara kalor uap dan
kalor lebur dengan
massa dan jenis zat
dalam soal.
1 – 6
Uraian
Soal TGT Siklus II
1. Apakah yang dimaksud dengan menguap
2. Apakah yang dimaksud dengan mencair
3. Apakah yang dimaksud dengan membeku
4. Es krim dibiarkan beberapa saat dalam keadaan terbuka, apa yang terjadi
selanjutnya dengan es krim tersebut?
5. Jika kita memasak air didataran tinggi dan didataran rendah, manakah yang
paling cepat mendidih ?
Soal Kelompok
1. Berapakah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menguapkan 3 kg air pada
suhu 100 °C jika kalor uap air 2.260.000 J kg-1
?
2. Berapakah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menguapkan 5 kg air pada
suhu 70 °C jika kalor uap air 2.260.000 J kg-1
?
3. Hitunglah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menguapkan 2 kg air suhu
100 °C jika kalor uap 2.260.000 J/kg?
4. Berapakah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menguapkan 2 kg air pada
suhu 100 °C jika kalor uap air 206.000 J kg-1
?
5. Hitunglah banyaknya kalor yang diperlukan untuk melebur 4 kg es 0 °C pada
titik leburnya jika kalor lebur es 448.000 J/kg
6. Hitunglah banyaknya kalor yang diperlukan untuk melebur 2 kg es 0 °C pada
titik leburnya jika kalor lebur es 336.000 J/kg!
7. Berapakah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menguapkan 10 kg air pada
suhu 100 °C jika kalor uap air 206.000 J kg-1
?
8. Hitunglah banyaknya kalor yang diperlukan untuk melebur 1 kg es 0 °C pada
titik leburnya jika kalor lebur es 448.000 J/kg
Lampiran 9
JAWABAN SOAL TGT SIKLUS II
Kunci Jawaban Soal Rebutan
1. Perubahan wujud zat dari cair menjadi gas
2. Perubahan wujud zat dari padat menjadi cair
3. Perubahan wujud zat dari cair menjadi padat
4. Es krim tersebut akan mencair karena terkena kalor
5. Lebih cepat mendidih di dataran tinggi
Kunci Jawaban Soal Kelompok
1. Diketahui :
massa air (m) = 3 kg
kalor uap air (U) = 2.260.000 J
Ditanya : Q = ...?
Jawab :
Q = m · U = (3 kg) × (2.260.000 J kg-1) = 6.780.000 J
Jadi, banyaknya kalor yang diperlukan adalah 6.780.000 J.
2. Diketahui :
massa aluminium (m) = 5 kg
kalor lebur aluminium (L) = 403.000 J kg-1
Ditanya : Q = ….?
Jawab :
Q = m · L
= (5 kg) × (403.000 J kg-1) = 2.015.000 J
Jadi, banyaknya kalor yang diperlukan adalah sebesar 2.015.000 J.
3. Diketahui :
m = 2 kg
U = 2.260.000 J/kg
Ditanyakan : Q .....?
Jawab :
Q = m . U
= 2 kg × 2.260.000 J/kg
= 4.520.000 joule
Q = 4.520 kilojoule
Jadi, banyaknya kalor yang diperlukan adalah 4.520 KJ
4. Diketahui :
m = 2 kg
U = 206.000 J kg-1
Ditanyakan : Q .....?
Jawab :
Q = m . U
= 2 kg × 260.000 J/kg-1
= 412.000 joule
Q = 412 kilojoule
Jadi, banyaknya kalor yang diperlukan adalah 412 KJ.
5. Diketahui :
m = 4 kg
L = 448.000 J/kg
Ditanyakan : Q .... ?
Jawab :
Q = m . L
= 4 kg × 448.000 J/kg
= 1.792.000 J
Q = 1.792 kJ
Jadi, banyaknya kalor yang diperlukan adalah 1.792 KJ.
6. Diketahui :
m = 2 kg
L = 336.000 J/kg
Ditanyakan : Q .... ?
Jawab :
Q = m . L
= 2 kg × 336.000 J/kg
= 672.000 J
Q = 672 kJ
Jadi, banyaknya kalor yang diperlukan adalah 672 kJ.
7. Diketahui :
m = 10 kg
U = 206.000 J kg-1
Ditanyakan : Q .....?
Jawab :
Q = m . U
= 10 kg × 260.000 J/kg-1
= 2.600.000 joule
Q = 2.600 Kilojoule
Jadi, banyaknya kalor yang diperlukan adalah 2.600 KJ.
8. Diketahui :
m = 1 kg
L = 448.000 J/kg
Ditanyakan : Q .... ?
Jawab :
Q = m . L
= 1 kg × 448.000 J/kg
= 448.000 J
Q = 448 KJ
Jadi, banyaknya kalor yang diperlukan adalah 448 KJ.
KISI – KISI SOAL TES SIKLUS II
Satuan Pendidikan : MTs NU 01 Kramat
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : VII/1
Materi Pokok : Kalor
Alokasi Waktu/ Jumlah Soal : 2 40 menit/10
Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Standar Kompetensi : Memahami wujud benda dan perubahannya.
Kompetensi Dasar Materi Indikator Nomor
Soal
Bentuk
Tes
Mendeskripsikan
peran kalor dalam
mengubah wujud zat
dan suhu suatu benda
serta penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Kalor 1. Menjelaskan
perpindahan kalor.
2. Menerapkan hubungan
antara kalor uap dan
kalor lebur dengan
massa dan jenis zat
dalam soal.
3. Mengaplikasikan
penerapan sifat-sifat
perpindahan kalor dalam
kehidupan sehari-hari.
1 – 3
4 – 7
8 – 10
Pilihan
Ganda
Pilihan
Ganda
Pilihan
Ganda
Lampiran 10
LEMBAR SOAL TES
Nama :
Kelas : VII - A
Waktu : 10 Menit
Kerjakan soal di bawah ini dengan memilih jawaban a, b, c, dan d yang anda
anggap paling benar!
1. Banyaknya kalor yang diperlukan oleh zat untuk menguap dapat dicari
dengan persamaan ….
a. Q = t . U
b. Q = m . U
c. Q = m/U
d. Q = U/m
2. Bila alkohol ditetakan ke kulit tangan maka tangan akan terasa dingin,
sebab.....
a. Alkohol meresap ke kulit
b. Alkohol melepas kalor kekulit kita
c. Alkohol menguap sambil memberi kalor ke kulit kita
d. Alkohol menguap setelah menyerap kalor dari kulit kita
3. Berikut ini merupakan cara untuk mempercepat penguapan, kecuali....
a. Pemanasan atau menaikkan suhu
b. Meniup udara diatas permukaan
c. Memperluas permukaan atau diding penguapan
d. Menambah tekanan diatas permukaan
4. Pada setiap zat berlaku bahwa suhu zat tetap ketika zat berubah wujud
dengan syarat.....
a. Tekanannya tetap
b. Tekanannya di perbesar
c. Tekanannya di perkecil
d. Massanya tetap
Lampiran 11
5. Kalor yang diperlukan akan menguapkan 1 kg zat cair menjadi 1kg gas
pada titik didihnya disebut
a. Kalor lebur
b. Kalor jenis
c. Kalor embun
d. Kalor uap
6. Titik didih mormal zat adalah titik didih pada tekanan .....
a. 0,5 atm
b. 1,0 atm
c. 1,5 atm
d. 2,0 atm
7. Perpindahan medium tanpa disertai perpindahan partikel-partikel zat
perantara disebut..
a. Konduksi
b. Konveksi
c. Radiasi
d. Aliran
8. Perpindahan secara konveksi dapat terjadi pada.....
a. Zat cair secara aliran
b. Zat padat secara rambatan
c. Gas secara pancaran
d. Ruang hampa secara pancaran
9. Energi kalor yang diperlukan untuk memanaskan sebuah benda
bergantung pada ….
a. Jenis zat, masa zat dan perubahan suhu
b. Jenis zat, volume zat dan perubahan suhu
c. Masa jenis, jenis zat dan volume zat
d. Masa zat, volume zat dan perubahan suhu
10. Semakin besar masa benda maka semakin besar ….
a. Kalor jenisnya
b. Kalor leburnya
c. Kalor Uapnya
d. Kalor yang diserap untuk menaikan suhu benda 10C
KUNCI JAWABAN
1. B
2. D
3. A
4. B
5. B
6. C
7. A
8. A
9. A
10. D
BAHAN AJAR
KALOR
A. Pengertian Kalor
Sebelum abad ke-17, orang berpendapat bahwa kalor merupakan zat
yang mengalir dari suatu benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang
suhunya lebih rendah jika kedua benda tersebut bersentuhan atau bercampur.
Jika kalor merupakan suatu zat tentunya akan memiliki massa dan ternyata
benda yang dipanaskan massanya tidak bertambah. Kalor bukan zat tetapi
kalor adalah suatu bentuk energi dan merupakan suatu besaran yang
dilambangkan Q dengan satuan Joule (J), sedang satuan lainnya adalah
Kalori (kal). Hubungan satuan joule dan kalori adalah 1 Kalori = 4,2 Joule
dan 1 Joule = 0,24 Kalori.
B. Kalor dapat Mengubah Suhu Benda
Semua benda dapat melepas dan menerima kalor. Benda-benda yang
bersuhu lebih tinggi dari lingkungannya akan cenderung melepaskan kalor.
Demikian juga sebaliknya benda-benda yang bersuhu lebih rendah dari
lingkungannya akan cenderung menerima kalor untuk menstabilkan kondisi
dengan lingkungan di sekitarnya. Suhu zat akan berubah ketika zat tersebut
melepas atau menerima kalor. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan
bahwa kalor dapat mengubah suhu suatu benda.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kalor Suatu Zat antara lain Kalor
jenis suatu zat dan Kapasitas kalor. Kalor jenis suatu zat adalah banyaknya
kalor yang yang diperlukan oleh suatu zat bermassa 1 Kg untuk menaikkan
suhu 1°C. Sebagai contoh, kalor jenis air 4.200 J/kg°C, artinya kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu 1 Kg air sebesar 1 °C adalah 4.200 J. Kalor
jenis suatu zat dapat diukur dengan alat kalorimeter.
Kapasitas kalor didefinisikan sebagai jumlah kalor yang diperlukan
untuk menaikkan suhu 1 °C atau 1 K. Secara matematis kalor jenis dan
kapasitas kalor dirumuskan:
Lampiran 12
Keterangan:
Q = Jumlah kalor yang diserap atau dilepas (J)
C = Kapasitas kalor (J °C-1
Atau J K-1
)
∆T = Kenaikan suhu (°C atau K)
m = Massa benda (Kg)
c = Kalor jenis (J Kg-1
°C-1
)
Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan atau menurunkan
suhu suatu benda bergantung pada massa benda (m), kalor jenis benda (c),
perubahan suhu (ΔT ). Hubungan banyaknya kalor, massa zat, kalor jenis zat,
dan perubahan suhu zat dapat dinyatakan dalam persamaan.
Keterangan:
Q = Banyaknya kalor yang diserap atau dilepaskan (Joule)
m = Massa zat (kg)
c = Kalor jenis zat (Joule/Kg°C)
ΔT = Perubahan suhu (°C)
C. Kalor dapat Mengubah Wujud Zat
Suatu zat apabila diberi kalor terus-menerus dan mencapai suhu
maksimum, maka zat akan mengalami perubahan wujud. Peristiwa ini juga
berlaku jika suatu zat melepaskan kalor terus-menerus dan mencapai suhu
minimumnya. Oleh karena itu, selain kalor dapat digunakan untuk mengubah
suhu zat, juga dapat digunakan untuk mengubah wujud zat.
Untuk memudahkan kamu mengingat perubahan wujud zat,
perhatikan diagram perubahan wujud zat di atas. Anak panah yang bergaris
tegas menyatakan bahwa dalam proses perubahan wujud, zat tersebut
memerlukan kalor. Adapun anak panah yang bergaris putus-putus
menyatakan bahwa dalam proses perubahan wujud, zat tersebut melepaskan
kalor.
Menyublim adalah peristiwa perubahan wujud dari padat menjadi gas.
Pada peristiwa menyublim, zat padat memerlukan kalor. Adapun mengkristal
adalah proses perubahan wujud dari gas menjadi padat. Pada peristiwa
menyublim, zat gas melepaskan kalor. Ciri dari perubahan wujud yang
memerlukan kalor adalah terjadinya kenaikan suhu. Sedangkan ciri dari
perubahan wujud yang melepaskan kalor adalah terjadinya penurunan suhu.
a. Menguap
Pada waktu memanaskan air akan tampak uap keluar dari
permukaan air. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pada waktu menguap
zat memerlukan kalor. Jika air dipanaskan terus-menerus, lama-kelamaan
air tersebut akan habis. Habisnya air akibat berubah wujud menjadi uap
atau gas. Peristiwa ini disebut menguap, yaitu perubahan wujud dari cair
ke gas, karena molekul-molekul zat cair bergerak meninggalkan
permukaan zat cairnya.
Pada waktu menguap zat cair memerlukan kalor, kalor yang
diberikan pada zat cair akan mempercepat gerak molekul-molekulnya
sehingga banyak molekul zat air yang meninggalkan zat cair itu menjadi
uap. Penguapan zat cair dapat dipercepat dengan cara sebagai berikut
1) Memanaskan Zat Cair
Pemanasan pada zat cair dapat meningkatkan volume ruang
gerak zat cair sehingga ikatan-ikatan antara molekul zat cair menjadi
tidak kuat dan akan mengakibatkan semakin mudahnya molekul zat
cair tersebut melepaskan diri dari kelompoknya yang terdeteksi
sebagai penguapan. Contohnya pakaian basah dijemur di tempat
yang mendapat sinar matahari lebih cepat kering dari pada dijemur
di tempat yang teduh.
2) Memperluas Permukaan Zat Cair
Peristiwa lepasnya molekul zat cair tidak dapat berlangsung
secara serentak akan tetapi bergiliran dimulai dari permukaan zat
cair yang punya kesempatan terbesar untuk melakukan penguapan.
Dengan demikian untuk mempercepat penguapan kita juga bisa
melakukannya dengan memperluas permukaan zat cair tersebut.
Contohnya air teh panas dalam gelas akan lebih cepat dingin jika
dituangkan ke dalam cawan atau piring.
3) Mengurangi Tekanan pada Permukaan Zat Cair
Pengurangan tekanan udara pada permukaan zat cair berarti
jarak antar partikel udara di atas zat cair tersebut menjadi lebih
renggang. Akibatnya molekul air lebih mudah terlepas dari
kelompoknya dan mengisi ruang kosong antara partikel-partikel
udara tersebut. Hal yang sering terjadi di sekitar kita adalah jika kita
memasak air di dataran tinggi akan lebih cepat mendidih daripada
ketika kita memasak di dataran rendah.
4) Meniupkan Udara di Atas Zat Cair
Pada saat pakaian basah dijemur, proses pengeringan tidak
sepenuhnya dilakukan oleh panas sinar matahari, akan tetapi juga
dibantu oleh adanya angin yang meniup pakaian sehingga angin
tersebut membawa molekul-molekul air keluar dari pakaian dan
pakaian menjadi cepat kering.
b. Mendidih
Mendidih adalah peristiwa penguapan zat cair yang terjadi di
seluruh bagian zat cair tersebut. Peristiwa ini dapat dilihat dengan
munculnya gelembung-gelembung yang berisi uap air dan bergerak dari
bawah ke atas dalam zat cair. Zat cair yang mendidih jika dipanaskan
terus-menerus akan berubah menjadi uap. Banyaknya kalor yang
diperlukan untuk mengubah 1 kg zat cair menjadi uap seluruhnya pada
titik didihnya disebut kalor uap (U). Besarnya kalor uap dapat
dirumuskan:
Keterangan
Q = Kalor yang diserap/dilepaskan (Joule)
m = Massa zat (Kg)
U = Kalor uap (Joule/Kg)
Jika uap didinginkan akan berubah bentuk menjadi zat cair, yang
disebut mengembun. Pada waktu mengembun zat melepaskan kalor,
banyaknya kalor yang dilepaskan pada waktu mengembun sama dengan
banyaknya kalor yang diperlukan waktu menguap dan suhu di mana zat
mulai mengembun sama dengan suhu di mana zat mulai menguap.
c. Melebur
Melebur adalah peristiwa perubahan wujud zat padat menjadi zat
Cair. Banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah satu satuan
massa zat padat menjadi cair pada titik leburnya disebut kalor lebur (L).
Besarnya kalor lebur dapat dirumuskan sebagai berikut.
Keterangan
Q = Kalor yang diserap/dilepas (Joule)
m = Massa zat (Kg).
L = Kalor lebur (Joule/Kilogram)
Jika zat cair didinginkan akan membeku, pada saat membeku zat
melepaskan kalor. Banyaknya kalor yang dilepaskan oleh satu satuan
massa zat cair menjadi padat disebut kalor beku.
D. Perpindahan Kalor
Ada tiga cara dalam perpindahan kalor yaitu:
4) Perpindahan Kalor secara Konduksi
Perpindahan kalor dengan cara konduksi disebabkan karena
partikelpartikel penyusun ujung zat yang bersentuhan dengan sumber
kalor bergetar. Makin besar getarannya, maka energi kinetiknya juga
makin besar. Energi kinetik yang besar menyebabkan partikel tersebut
menyentuh partikel di dekatnya, demikian seterusnya sampai akhirnya
ujung yang lain terasa panas.
5) Perpindahan Kalor secara Konveksi
Perpindahan kalor secara konveksi terjadi karena adanya
perbedaan massa jenis dalam zat tersebut. Perpindahan kalor yang diikuti
oleh perpindahan partikel-partikel zatnya disebut konveksi/aliran. Selain
perpindahan kalor secara konveksi terjadi pada zat cair, ternyata
konveksi juga dapat terjadi pada gas/udara. Peristiwa konveksi kalor
melalui penghantar gas sama dengan konveksi kalor melaui penghantar
air.
Kegiatan tersebut juga dapat digunakan untuk menjelaskan prinsip
terjadinya angin darat dan angin laut.
c. Angin Darat
Angin darat terjadi pada malam hari dan berhembus dari darat ke
laut. Hal ini terjadi karena pada malam hari udara di atas laut lebih panas
dari udara di atas darat, sehingga udara di atas laut naik diganti udara di
atas darat. Maka terjadilah aliran udara dari darat ke laut. Angin darat
dimanfaatkan oleh para nelayan menuju ke laut untuk menangkap ikan.
d. Angin Laut
Angin laut terjadi pada siang hari dan berhembus dari laut ke
darat. Hal ini terjadi karena pada siang hari udara di atas darat lebih
panas dari udara di atas laut, sehingga udara di atas darat naik diganti
udara di atas laut. Maka terjadilah aliran udara dari laut ke darat. Angin
laut dimanfaatkan oleh nelayan untuk kembali ke darat atau pantai
setelah menangkap ikan. Pemanfaatan konveksi dalam kehidupan sehari-
hari, antara lain: pada sistem pendinginan mobil (radiator), pembuatan
cerobong asap, dan lemari es.
6) Perpindahan Kalor secara Radiasi
Bagaimanakah energi kalor matahari dapat sampai ke bumi?
Telah kita ketahui bahwa antara matahari dengan bumi berupa ruang
hampa udara, sehingga kalor dari matahari sampai ke bumi tanpa melalui
zat perantara. Perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara atau medium
ini disebut radiasi/hantaran. Contoh perpindahan kalor secara radiasi,
misalnya pada waktu kita mengadakan kegiatan perkemahan, di malam
hari yang dingin sering menyalakan api unggun. Saat kita berada di dekat
api unggun badan kita terasa hangat karena adanya perpindahan kalor
dari api unggun ke tubuh kita secara radiasi. Walaupun di sekitar kita
terdapat udara yang dapat memindahkan kalor secara konveksi, tetapi
udara merupakan penghantar kalor yang buruk (isolator). Jika antara api
unggun dengan kita diletakkan sebuah penyekat atau tabir, ternyata
hangatnya api unggun tidak dapat kita rasakan lagi. Hal ini berarti tidak
ada kalor yang sampai ke tubuh kita, karena terhalang oleh penyekat itu
LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN
NO NAMA SISWA
INDIKATOR
Memper-
hatikan
Memba-
Ca
Menge
luarkan
penda
pat
Menyalin/
Mencatat
Meme-
cahkan
soal
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Abu Widianto
2 Adi Pratama
3 Afif Hidayatullah
4 Akhmad Iin Parikhin
5 Amin Nurdin
6 Anaqoh Nurutsani
7 Aulia Nurul Izzati
8 Dedy Rijalussurur
9 Dwi Purwaningsih
10 Edo Darussalam
11 Fasyikha
12 Firgiawan Abdi Laksono
13 Ibdu Zakaria
14 Iis Yudi Sugiarto
15 Intan Nurcahyani Ilma
16 Intan Sari Anggraeni
17 Isnatul Baeti Farodisa
18 Joko Satriyo
19 Lutfi Ade Lestianingsih
20 Lutfiani
21 Maulana Akhsan
22 Mohamad Oka Afandi
23 Mohamad Abdul Jafar
24 Muhammad Hasby IU
25 Muhammad Ifan Refani
26 Mukhamad Afrian
27 Nindi Nurizah
28 Nungky Fadilah
29 Nur Khalimah
30 Nurul Fadilah
31 Nurul Khairun Nisa
32 Putri Asteria Arlita
33 Riska Monita Putri
34 Riska Zakiatus Zahro
35 Rizkon Arif Hidayat
36 Safinatun Asiyah
37 Sholawatun Indah NA
38 Siti Daripah
39 Tri Atika Sari
40 Viki Leksano Setya M
41 Wiwit Fatimatuzzahro
42 Zainul Irfan
No Indikator Skor Keterangan
1 Memperhatikan
1. Tidak memperhatikan sama sekali
2. Jarang memperhatikan
3. Memperhatikan dengan seksama
2 Membaca
1. Tidak membaca sama sekali
2. Jarang membaca
3. Membaca dengan seksama
3 Mengeluarkan
pendapat
1. Tidak mengeluarkan pendapat sama sekali
2. Mengeluarkan pendapat 1 atau 2 kali
3. Mengeluarkan pendapat lebih dari 2 kali
4 Menyalin /
Menyatat
1. Tidak mencatat sama sekali
2. Mencatat dengan asal-asalan
3. Mencatat dengan seksama
5 Memecahkan
soal
1. Tidak terlibat dalam memecahkan soal
2. Kadang-kadang terlibat dalam memecahkan soal
3. Selalu terlibat dalam memecahkan soal.
Tegal, 04 Oktober 2011
Observer
(Iqtirobul Fudlla)
07361100
DOKUMENTASI PELAKSANAAN PENELITIAN
Lampiran 14
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa:
Nama : Iqtirobul Fudlla
Tempat/Tanggal Lahir : Tegal, 09 Desember 1989
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Alamat : Jl. Sanderageni No.14 Kemantran Kramat Tegal
Pendidikan
1996 – 2001 : MI NU 01 Kramat Tegal
2001 – 2004 : MTs NU 01 Kramat Tegal
2004 – 2007 : MA NU 03 Seunan Katong Kaliwungu Kendal
2007 : IAIN Walisongo
Demikian daftar riwayat hidup pendidikan penulis ini dibuat dan harap
menjadikan maklum adanya.
Semarang, 29 Mei 2012
Iqtirobul Fudlla
NIM. 073611009