104
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN FISIKA MATERI POKOK KALOR KELAS VII A MTs NU 01 KRAMAT TEGAL SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2011/2012 Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S-1) dalam Ilmu Pendidikan Fisika Oleh: Iqtirobl Fudlla NIM: 073611009 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK

MENINGKATKAN KEAKTIFAN PESERTA DIDIK PADA

MATA PELAJARAN FISIKA MATERI POKOK KALOR

KELAS VII –A MTs NU 01 KRAMAT TEGAL SEMESTER

GASAL TAHUN AJARAN 2011/2012

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S-1)

dalam Ilmu Pendidikan Fisika

Oleh:

Iqtirobl Fudlla

NIM: 073611009

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2012

Page 2: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar
Page 3: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar
Page 4: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

ABSTRAK

Judul : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

(Teams Games Tournament) Untuk Meningkatkan

Keaktifan Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Fisika

Materi Pokok Kalor Kelas VII-A MTs NU 01 Kramat

Tegal Semester Gasal Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi:

Program Studi Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang 2011

Penulis : Iqtirobul Fudlla

NIM : 073611009

Penelitian ini bertujuan: 1) Untuk menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) pada materi pokok kalor siswa

kelas VII-A MTs NU 01 Kramat Tegal tahun ajaran 2011/2012.. 2) Untuk

mengetahui adanya peningkatan keaktifan siswa pada materi pokok kalor siswa

kelas VII-A MTs NU 01 Kramat Tegal dengan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament).

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Pengumpulan data

menggunakan metode dokumentasi, observasi dan tes. Metode dokumentasi

digunakan untuk memperoleh daftar nama peserta didik serta nilai peserta didik,

metode observasi digunakan untuk pengambilan data siswa yang berkaitan dengan

aspek keaktifan, test digunakan untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa.

Dari hasil penelitian diperoleh dari penerapan model TGT (Teams Games

Tournament) pada siklus I naik sebesar 14,29% dari presentase ketuntasan temuan

awal 30,95% naik menjadi 45,24%. Kenaikan ini diikuti kenaikan aspek kognitif

sebesar 23,81% dari 14,29% pada temuan awal menjadi 38,10% pada siklus I.

Pada siklus II aspek keaktifan naik sebesar 45,24% dari 45,24% pada siklus I

menjadi 90,48% pada siklus II. Presentase ketuntasan aspek kognitif naik sebesar

38,09% dari 38,10% pada siklus I menjadi 76,19% pada siklus II. Sehingga

penerapan model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) berhasil

meningkatkan keaktifan siswa pada materi pokok kalor siswa kelas VII-A MTs

NU 01 Kramat dengan ketentuan ketuntasan klasikal keaktifan 75%.

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa penerapan model pembelajaran

TGT (Teams Games Tournament) berhasil meningkatkan keaktifan siswa pada

materi pokok kalor siswa kelas VII-A MTs NU 01 Kramat.

Page 5: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

KATA PENGANTAR

بسم هللا الرحمن الرحيم

Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih,

tercurahkan kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, dan taufik serta

inayah-Nya dan tidak lupa pula penulis panjatkan shalawat serta salam kepada

Nabi Muhammad SAW yang telah mengangkat derajat manusia dari Zaman

Jahiliyah ke Zaman Islamiyah.

Skripsi berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

TGT (Teams Games Tournament) Untuk Meningkatkan Keaktifan Peserta

Didik Pada Mata Pelajaran Fisika Materi Pokok Kalor Kelas VII –A MTs

NU 01 Kramat Tegal Semester Gasal Tahun Ajaran 2011/2012 “ ini disusun

guna memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana S-1 pada

Program Studi Tadris Fisika Jurusan Tadris Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang.

Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat bantuan baik moril

maupun materiil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan

kerendahan hati dan rasa hormat yang dalam penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Dr. Suja’i, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam

Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam

rangka penyusunan skripsi ini.

2. Wenty Dwi Yuniarti, S.Pd, M.Kom, dosen wali studi sekaligus sebagai

Sekretaris Jurusan Tadris yang telah banyak berjasa kepada penulis untuk

membimbing penulis selama masa studi.

3. Andi Fadllan, S.Si., M.Sc. selaku dosen pembimbing I sekaligus Ketua Prodi

Tadris Fisika dan Amin Farih, M. Ag selaku dosen pembimbing II yang telah

bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Joko Budi Poernomo, M. Pd. Selaku Sekretaris Prodi Tadris Fisika, Para

Dosen , dan seluruh civitas akademika di lingkungan Fakultas Tarbiyah yang

Page 6: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

telah membekali berbagai ilmu dan pengetahuan selama menempuh studi di

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

5. Mashuri, BA selaku Kepala MTs NU 01 Kramat yang telah memberikan izin

untuk mengadakan penelitian.

6. Turyani, S. Pd guru fisika MTs NU 01 Kramat, yang telah membantu

pencapaian keberhasilan dalam penelitian ini.

7. Ayahanda dan ibunda tercinta Drs.H.Abdul Mufid, MBA, MM dan

Hj.Maslicha, ini adalah bagian dari perjuangan, cita-cita, iringan doa restumu.

Karena jasa dan kasih sayangmu, saya akhirnya dapat menyelesaikan kuliah.

Pengorbananmu sungguh luar biasa.

8. Kakak dan Adikku tercinta Ingqirobatun Nu’ma, I’tirofur Ruf’a, Insyifaatul

Udma, doa dan motivasi darimu semoga mengantarkan saya menuju gerbang

kesuksesan

9. Sahabat dekat ku seperjuangan yang telah memberikan motivasi dan iringan

Do’a (Yanto, Kencees, Uki, Rohaidi, Siti Alimatul Farizal, Inayatur Rofiqoh,

Husni Robith, Rizal Xeon, Amrih Prayoga, Asrul Faruq, Rifki Mustofa)

10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang

11. Keluarga besar HIMATIF IAIN walisongo Semarang

12. Keluarga besar TSC (Tarbiyah Sport Club)

13. Keluarga besar PMII Rayon Tarbiyah

14. Keluarga besar Kos 29 (Bapak & Ibu Tohari, Mas Adi, Budi Thoet, Bayu,

Lukni, Huda, Dedi, Hery, Rahman, Firman, Samsul, Arwani, Thoni)

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu penulis hingga dapat diselesaikan penyusunan skripsi ini.

Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan apa-apa hanya

untaian terima kasih dengan tulus serta iringan doa, semoga Allah membalas

semua amal kebaikan mereka dan selalu melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah

serta inayah-Nya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang

berkesempatan membacanya.

Pada akhirnya penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penulisan

skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya. Namun

Page 7: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan

pembaca umumnya. Amin

Semarang,

Penulis

Iqtirobul Fudlla

NIM: 073611009

Page 8: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................. ii

PENGESAHAN ................................................................................................... iii

NOTA PEMBIMBING ....................................................................................... iv

ABSTRAK ........................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Penegasan Istilah ......................................................................... 4

C. Rumusan Masalah ....................................................................... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 6

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK

MENINGKATKAN KEAKTIFAN PESERTA DIDIK PADA

MATERI POKOK KALOR

A. Kajian Pustaka ............................................................................. 8

B. Landasan Teori ............................................................................ 10

1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Games

Tournament (TGT) ................................................................ 10

2. Materi Pokok Kalor ............................................................... 12

3. Keaktifan ............................................................................... 20

C. Rumusan Hipotesis...................................................................... 24

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ............................................................................ 26

B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 26

C. Pelaksana dan Kolaborator .......................................................... 26

Page 9: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

D. Rancangan Penelitian .................................................................. 26

1. Siklus 1 .................................................................................. 27

2. Siklus 2 .................................................................................. 29

E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 32

F. Teknik Analisis Data ................................................................... 33

1. Analisis Data Hasil Observasi ............................................... 33

2. Analisis Hasil Belajar ............................................................ 34

G. Indikator Keberhasilan ................................................................ 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ........................................................................... 36

1. Hasil Pra Siklus ..................................................................... 36

2. Penelitian Siklus 1 ................................................................. 38

3. Penelitian Siklus 2 ................................................................. 40

B. Pembahasan ................................................................................. 42

1. Siklus 1 .................................................................................. 42

2. Siklus 2 .................................................................................. 44

BAB V PENUTUP

A. Penutup ........................................................................................ 47

B. Simpulan ..................................................................................... 47

C. Saran ............................................................................................ 48

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 10: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perubahan Wujud Zat ................................................................... 15

Gambar 3.1 alur siklus Kemmis dan Mc Targat ............................................. 32

Gambar 4.1. Grafik Analisis Nilai Keaktifan Awal Peserta Didik ................... 37

Gambar 4.2 Grafik Analisis Pra Siklus Nilai Kognitif Siswa .......................... 37

Gambar 4.3 Grafik Hasil Analisis Nilai Keaktifan Siswa Siklus I ................. 39

Gambar 4.4 Grafik Hasil Analisis Nilai Kognitif Siswa Pada Siklus I .......... 40

Gambar 4.5 Grafik Hasil Analisis Nilai Keaktifan Siswa Siklus II ................ 41

Gambar 4.6 Grafik Hasil Analisis Nilai Kognitif Siswa Siklus II ................... 42

Page 11: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Analisis Nilai Keaktifan Awal Peserta Didik ........................... 36

Tabel 4.2 Hasil Analisis Pada Pra Siklus Nilai Kognitif Siswa ................... 37

Tabel 4.3 Hasil Analisis Nilai Keaktifan Siswa Siklus I.............................. 39

Tabel 4.4 Hasil Analisis Nilai Kognitif Siswa Pada Siklus I ....................... 40

Tabel 4.5 Hasil Analisis Nilai Keaktifan Siswa Siklus II ............................ 41

Page 12: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus ..................................................................................... 1

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ............... 4

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ............. 7

Lampiran 4 Kisi-Kisi Soal TGT Siklus I .................................................... 11

Lampiran 5 Lembar Soal TGT dan Jawaban Siklus I ................................. 13

Lampiran 6 Kisi-Kisi Soal Tes Siklus I ...................................................... 16

Lampiran 7 Lembar Soal Tes dan Jawaban Siklus I ................................... 17

Lampiran 8 Kisi-Kisi Soal TGT Siklus II ................................................... 20

Lampiran 9 Lembar Soal TGT dan Jawaban Siklus II ............................... 22

Lampiran 10 Kisi-Kisi Soal Tes Siklus II ..................................................... 26

Lampiran 11 Lembar Soal Tes dan Jawaban Siklus II ................................. 27

Lampiran 12 Bahan Ajar Materi Kalor ......................................................... 31

Lampiran 13 Lembar Observasi Keaktifan ................................................... 38

Lampiran 14 Daftar Nama Kelompok Siklus I ............................................. 40

Lampiran 15 Daftar Nama Kelompok Siklus II ........................................... 41

Lampiran 16 Analisis Keaktifan Pra Siklus .................................................. 42

Lampiran 17 Analisis Keaktifan Siklus I ...................................................... 44

Lampiran 18 Analisis Keaktifan Siklus II .................................................... 46

Lampiran 19 Analisis Aspek Kognitif Pra Siklus ......................................... 48

Lampiran 20 Analisis Aspek Kognitif Siklus I ............................................. 52

Lampiran 21 Analisis Aspek Kognitif Siklus II ........................................... 55

Lampiran 22 Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian ....................................... 60

Page 13: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar
Page 14: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan

berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi

lingkungan yang ada, pengaruh informasi dan kebudayaan, serta

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.1 Pendidikan sering kali

menggunakan penguatan, guna memberikan motivasi kepada anak didik

untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Penguatan sendiri adalah hal-

hal yang disediakan oleh lingkungan, dalam hal ini pendidik bermaksud untuk

merangsang peserta didik agar belajar lebih keras dan lebih baik. Penguatan

itu akan bermanfaat apabila mengandung tujuan yang akan bermanfaat sebagai

kepuasan untuk kebutuhan psikologi anak didik, karena penguatan dapat untuk

memuaskan seseorang. Oleh karena seorang pendidik harus kreatif dan

imajinativ menyediakan penguatan tersebut. Kurangnya keaktifan peserta

didik serta layanan pendidikan yang belum mengoptimalkan kemampuan

peserta didik merupakan tantangan yang perlu dihadapi dan dijawab oleh

pendidik.

Strategi pembelajaran yang digunakan adalah strategi pembelajaran

yang melibatkan peran aktif peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.

Salah satu pembelajaran yang melibatkan peran aktif peserta didik adalah

pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa

peserta didik akan lebih menemukan dan memahami konsep yang sulit jika

mereka saling berdiskusi dengan temannya. Peserta didik secara rutin bekerja

dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang

kompleks.2

Pentingnya suatu pendidikan juga sangat diwajibkan dalam islam,

sehingga di dalam Al Qur’an terkandung banyak sekali pedoman pokok dalam

1Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: CV. Irama Widya, 2006), Cet. 1,

hlm. 124 2Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:

Prestasi Pustaka, 2007), Cet. 1, hlm. 2

Page 15: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

kehidupan yang memuat ayat-ayat berkaitan dengan pendidikan. Salah

satunya yaitu dalam Q.S Al Alaq : ayat 1-5

“1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia

telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan

Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan

perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak

diketahuinya”.3

Rasulullah SAW juga menyampaikan pentingnya belajar sebagai

berikut:

م ل عالت ب م ل االع من ا ون ي الد ي ف و م ه فاي ر ي خو ب الل د ر ي ن :ممل سوو ي لعىالل لصي ب النالف ق

)رواهالبخارى(

“Telah bersabda Rasulullah SAW: “barang siapa yang dikehendaki

baik oleh Allah maka ia akan dikaruniai kefahaman agama, dan

sesungguhnya ilmu pengetahuan itu hanya diperoleh dengan

belajar””.4

Strategi belajar mengajar yang digunakan oleh guru sangat

mempengaruhi hasil dari tujuan yang telah dirumuskan sebelum pengajaran

dilaksanakan. Terdapat empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang

meliputi mengidentifikasi peserta didik, memilih pendekatan belajar mengajar,

memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar, dan

menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan.5

3 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: Penerbit J-Art, 2005),

hlm. 598.

4 Al Imam Abu Abdullah Muhammad, Shahih Al Bukhari, (Semarang: Thoha Putra, t.th.),

hlm. 26.

5Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2006), hlm. 5

Page 16: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

Strategi dalam belajar mengajar diartikan sebagai pola-pola umum

kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar

untuk mencapai tujuan yang digariskan. Strategi-strategi belajar mengacu

pada perilaku dan proses-proses berpikir yang digunakan oleh siswa dalam

mempengaruhi hal-hal yang dipelajari, termasuk proses memori dan

metakognitif. Strategi-strategi belajar adalah operator-operator kognitif

meliputi proses-proses yang secara langsung terlibat dalam menyelesaikan

suatu tugas belajar.6

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru IPA di MTs NU

01 Kramat, Bapak Turyani, S.Pd. menyatakan bahwa banyak siswa memiliki

tingkat keaktifan yang rendah. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh

guru dan peneliti selama pembelajaran berlangsung siswa yang aktif

hanya 45%. Sebagian siswa yang lainnya diam sebagai pendengar

dan mencatat dan ada pula yang ngomong sendiri. Sedangkan gurunya malah

asik menerangkan dan tidak menegur anak-anak yang bercanda sendiri di

belakang, Hal ini karena, siswa kesulitan menghafal rumus dalam materi

Kalor dan kebingungan menerapkan rumus-rumus yang ada, maka siswa tidak

aktif dalam pembelajaran Fisika yang diajarkan oleh guru dengan

menggunakan metode konvensional, yaitu guru sebagai teacher centered dan

menggunakan metode ceramah. Jumlah siswa di MTs NU 01 Kramat Kelas

VII A sebanyak 42 siswa yang terdiri dari 22 siswa Perempuan dan 20 siswa

Laki-laki.

Mengingat pentingnya variasi pembelajaran di kelas yang akan

berimplikasi dengan keaktifan belajar peserta didik, maka penulis tertarik

untuk meneliti lebih lanjut tentang salah satu model pembelajaran kooperatif

yaitu pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Model

pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan model pembelajaran kooperatif

yang mengandung unsur kerjasama antar peserta didik dalam kelompok,

tanggung jawab kelompok dalam pembelajaran individu dan penambahan skor

6Trianto, Model – Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep,

Landasan Teoritis – Praktis dan Implementasinya, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007),

hlm. 85

Page 17: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

dilakuakn setelah kuis, dan antar kelompok dipertandingkan dalam permainan

yang edukatif. Jadi, setiap anggota harus memahami materi lebih dulu

sebelum mengikuti kuis dan game. Model pembelajaran ini diharapkan dapat

meningkatkan keaktifan belajar peserta didik dalam mempelajari fisika

sehingga peserta didik dapat mengoptimalkan kemampuannya dalam

menyerap informasi ilmiah dan dapat memotivasi peserta didik agar berperan

aktif dalam pembelajaran di kelas serta dapat meningkatkan hasil belajar dan

melatih kemampuan peserta didik dalam bekerjasama sekaligus menjelaskan

kepada teman sekelompok yang tidak paham. Dengan demikian peserta didik

tidak akan merasa bosan dan memperoleh manfaat yang maksimal dari segi

keaktifanya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis mengambil judul “Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) untuk

Meningkatkan Keaktifan Peserta Didik pada Materi Pokok Kalor Kelas VII–A

MTs NU 01 Kramat Tegal Semester Gasal Tahun Ajaran 2011/2012”.

B. Penegasan Istilah

1. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk

meningkatkan partisipasi peserta didik, memfasilitasi peserta didik dengan

pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam

kelompok, serta memberikan kesempatan pada peserta didik untuk

berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar

belakangnya.7

pembelajaran kooperatif ini mempunyai ciri-ciri tertentu

dibandingkan dengan model lainnya yaitu sebagai berikut:

a. Peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk

menuntaskan materi belajar.

7 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:

Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 42

Page 18: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

b. Kelompok dibentuk dari peserta didik yang mempunyai kemampuan

tinggi, sedang, dan rendah

c. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,

jenis kelamin yang beragam.

d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.

2. Team Games Tournament (TGT)

Teams Games Tournament (TGT) menggunakan turnamen

akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu,

di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota

lain yang bekerja.8

Setidaknya terdapat lima komponen utama dalam TGT yaitu:

a. Penyajian kelas

b. Kelompok (Teams)

c. Permainan (Game)

d. Turnament

e. Penghargaan kelompok (teams recognize)

3. Kalor

Sebelum abad ke-17, orang berpendapat bahwa kalor merupakan zat

yang mengalir dari suatu benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang

suhunya lebih rendah jika kedua benda tersebut bersentuhan atau

bercampur. Jika kalor merupakan suatu zat tentunya akan memiliki massa

dan ternyata benda yang dipanaskan massanya tidak bertambah. Kalor

bukan zat tetapi kalor adalah suatu bentuk energi dan merupakan suatu

besaran yang dilambangkan Q dengan satuan Joule (J), sedang satuan

lainnya adalah Kalori (kal). Hubungan satuan joule dan kalori adalah 1

Kalori = 4,2 Joule dan 1 Joule = 0,24 Kalori.

4. Keaktifan

8 Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Diterjemahkan dari

Coopertive Learning: Theori, Reearch And Practice (London : Allymand Bacon :2005)

penerjemah Nurulita Nasron, (Bandung: Nusa Media, 2008), Cet. 1, hlm. 163

Page 19: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

Keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti giat. Jadi keaktifan

belajar berarti kegiatan peserta didik dalam belajar.9 Peserta didik adalah

sesosok anak yang merupakan milik sang pencipta dan milik dirinya

sendiri. Keberhasilanya akan sangat bergantung dari pemanfatan potensi

yang dia miliki. Karenanya keaktifan peserta didik dalam menjalani KBM

(Kegiatan Belajar Mengajar) merupakan salah satu kunci keberhasilan

pencapaian tujuan pendidik. Peserta didik akan aktif dalam kegiatan

belajarnya apabila ada motivasi,baik motivasi ekstrinsik maupun

intrinsik.10

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan permasalahan

yaitu:

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

(Teams Games Tournament) pada Materi Pokok Kalor Kelas VII MTs NU

01 Kramat Tegal?

2. Apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams

Games Tournament) dapat meningkatkan keaktifan siswa pada Materi

Pokok Kalor Kelas VII MTs NU 01 Kramat Tegal?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams

Games Tournament) pada materi pokok kalor siswa kelas VII-A MTs NU

01 Kramat Tegal tahun ajaran 2011/2012.

2. Untuk mengetahui adanya peningkatan keaktifan siswa pada materi pokok

kalor siswa kelas VII-A MTs NU 01 Kramat Tegal dengan penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament).

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

9Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), hlm.17

10Masnur Muslich, KTSP Dasar Pemikiran Dan Pengembangan, (Jakarta: Bumi Aksara,

2008), hlm.67

Page 20: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

1. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan belajar

peserta didik pada mata pelajaran Fisika melalui pembelajaran kooperatif

tipe Team Games Turnament (TGT) pada materi pokok Kalor.

2. Bagi Guru

Guru dapat menerapkan metode yang sesuai dengan materi yang

disampaikan sehingga proses belajar mengajar lebih menyenangkan dan

dapat dijadikan contoh (model) alternatif dalam pembelajaran Fisika agar

pembelajaran dapat lebih berkualitas.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik bagi

sekolah dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik.

4. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat menambah pengalaman yang baru, yang dapat

digunakan dalam proses belajar mengajar di masa mendatang, khususnya

dalam pelajaran Fisika.

Page 21: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

BAB II

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

(TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN

KEAKTIFAN PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN FISIKA

MATERI POKOK KALOR

A. Kajian Pustaka

1. Skripsi yang disusun oleh Laili Fathil Minnati NIM. 05361406, pada

tahun 2009 Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang Fakultas Tarbiyah

Jurusan Tadris Fisika, dengan judul : “Upaya Meningkatkan Motivasi

Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Fisika melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Turnament (TGT) Materi

Pokok Usaha dan Energi Kelas VIII MTs Manbail Futuh 2 Bancar

Tuban“. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Turnament

(TGT) dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada mata

pelajaran Fisika materi pokok Usaha dan Energi. Diperoleh hasil

penilaian motivasi pada siklus 1 sebesar 37,19; pada siklus II sebesar

44,52;. Persentase ketuntasan belajar siswa dari siklus I sampai siklus II,

yaitu pada siklus 1 sebesar 61,79% %, siklus II sebesar 74,38%.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model

pembelajaran TGT (Team Games Tournament) dapat meningkatkan

motivasi belajar Fisika pada materi pokok usaha dan energi kelas VIII

MTs Manbail Futuh 2 Bancar Tuban tahun ajaran 2009/2010.

2. Skripsi yang disusun oleh Diyanto NIM : 4101905014 pada tahun 2006

mahasiswa UNNES Fakultas MIPA, Program Studi Pendidikan

Matematika. Dengan judul ”Penerapan Model Pembelajaran Cooperative

Learning Melalui Tipe TGT (Teams Games Tournaments) Dalam Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII 6 MTs Filial Al Iman

Adiwerna Tegal Pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat” Dalam penelitian

tersebut peneliti bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Team Games Turnament (TGT) dapat

Page 22: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

Meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan bilangan bulat dan

sebagai obyek penelitinya adalah siswa kelas VII6 MTs. Filial Al Iman

Adiwerna Tegal. Berdasarkan pantauan dari observer dan penulis, pada

siklus I siswa yang memperhatikan penjelasan guru berjumlah 34 anak

dan yang memperhatikan pendapat dari teman sebanyak 27 anak. Tetapi

setelah diadakan pendekatan yang luwes akhirnya meningkat. Siswa yang

memperhatikan penjelasan meningkat menjadi 37 anak dan yang

menghargai pendapat teman menjadi 30 anak. Hal tersebut terjadi pada

siklus II. Sedangkan pada siklus III meningkat lagi menjadi 39 dan 35

anak. Dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Dengan model

pembelajaran cooperative learning melalui tipe TGT (Teams Games

Tournaments) dapat meningkatkan motifasi dan hasil belajar siswa kelas

VII–6 MTs Filial Al Iman Adiwerna Tegal pada pokok bahasan bilangan

bulat.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Laili

Fathil Minnati dan oleh Diyanto adalah tentang penerapan model

pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT). Sedangkan

perbedaan penelitian Laili Fathil Minnati dengan penelitian yang dilakukan

oleh Diyanto yaitu pada tujuan penelitian, materi pokok pembelajaran dan

subyek penelitian. Penelitian oleh Laili Fathil Minnati bertujuan untuk

meningkatkan motivasi belajar materi pokok Usaha dan Energi di Kelas VII

MTs Manbaul Futuh 2 Bancar Tuban. Penelitian oleh Diyanto bertujuan

untuk meningkatkan hasil belajar materi pokok bilangan bulat di kelas VII6

MTs. Filial Al Iman Adiwerna Tegal. Selanjutnya perbedaan penelitian ini

dengan penelitian yang dilakukan oleh diyanto terletak pada subyek

penelitian dan materi pokok pembelajaran. Penelitian yang dilakukan oleh

Diyanto dilakukan pada kelas VII 6 MTs Filial Al Iman Adiwerna Tegal pada

materi pokok Bilangan Bulat. Sedangkan pada penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan keaktifan siswa materi pokok Kalor pada peserta didik kelas

VII A MTs NU 01 Kramat Tegal Tahun Ajaran 2011 / 2012.

Page 23: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

B. Landasan Teori

1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)

Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk

meningkatkan partisipasi peserta didik, memfasilitasi peserta didik dengan

pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam

kelompok, serta memberikan kesempatan pada peserta didik untuk

berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar

belakangnya.11

Pembelajaran kooperatif menjadi sangat efektif jika materi

pembelajaran tersedia lengkap di kelas, ruang guru, perpustakaan, ataupun

di pusat media. Apabila diperhatikan secara seksama, maka pembelajaran

kooperatif ini mempunyai ciri-ciri tertentu dibandingkan dengan model

lainnya yaitu sebagai berikut:

e. Peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk

menuntaskan materi belajar.

f. Kelompok dibentuk dari peserta didik yang mempunyai kemampuan

tinggi, sedang, dan rendah

g. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya,

suku, jenis kelamin yang beragam.

h. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.

Dalam uraian tinjauan tentang pembelajaran kooperatif ini, dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tersebut memerlukan

kerjasama antar siswa dan saling ketergantungan dalam struktur

pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan. Keberhasilan pembelajaran ini

tergantung dari keberhasilan masing-masing individu dalam kelompok, di

mana keberhasilan tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan

yang positif dalam belajar kelompok.

11

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:

Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 42

Page 24: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament

(TGT) menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan

sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai

wakil tim mereka dengan anggota lain yang bekerja.12

Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam

pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar

lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama,

persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Setidaknya terdapat lima

komponen utama dalam TGT yaitu:

1) Penyajian kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam

penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau

dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian

kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami

materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja

lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor

game akan menentukan skor kelompok.

2) Kelompok (Teams)

Kelompok biasanya terdiri dari 5 sampai 7 orang siswa yang

anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin,

dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami

materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk

mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan

optimal pada saat game.

3) Permainan (Game)

Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk

menguji pengetahuan yang didapat peserta didik dari penyajian kelas

dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-

pertanyaan sederhana bernomor. Peserta didik memilih kartu bernomor

12

Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Diterjemahkan dari

Coopertive Learning: Theori, Reearch And Practice (London : Allymand Bacon :2005)

penerjemah Nurulita Nasron, (Bandung: Nusa Media, 2008), Cet. 1, hlm. 163

Page 25: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu.

Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor

ini yang nantinya dikumpulkan untuk menentukan tim mana yang

mendapat skor tertinggi dan akan diberi penghargaan sebagai

pemenang dari game ini.

4) Turnament

Turnament adalah sebuah struktur di mana game berlangsung.

Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah

guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja

kelompok terhadap lembar kegiatan. Bagi tim yang telah

menyelesaikan soal-soal game terlebih dahulu, diminta untuk

memepresentasikan hasilnya dengan diwakili oleh masing-masing

anggota regunya yang menjawab. Kompetisi yang seimbang ini,

memungkinan pada para siswa dari semua tingkatan kinerja

sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka

jika mereka melakukan yang terbaik.

5) Penghargaan kelompok (teams recognize)

Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang,

masing-masing tim akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-

rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Suatu kelompok akan

mendapat julukan “Super Teams” jika rata-rata skor 45 atau lebih,

“Great Teams” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Teams”

apabila rata-ratanya 30-40.

2. Materi Pokok Kalor

a. Pengertian Kalor

Sebelum abad ke-17, orang berpendapat bahwa kalor merupakan

zat yang mengalir dari suatu benda yang suhunya lebih tinggi ke benda

yang suhunya lebih rendah jika kedua benda tersebut bersentuhan atau

bercampur. Jika kalor merupakan suatu zat tentunya akan memiliki

massa dan ternyata benda yang dipanaskan massanya tidak bertambah.

Kalor bukan zat tetapi kalor adalah suatu bentuk energi dan merupakan

Page 26: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

suatu besaran yang dilambangkan Q dengan satuan Joule (J), sedang

satuan lainnya adalah Kalori (kal). Hubungan satuan joule dan kalori

adalah 1 Kalori = 4,2 Joule dan 1 Joule = 0,24 Kalori.

b. Kalor dapat Mengubah Suhu Benda

Semua benda dapat melepas dan menerima kalor. Benda-benda

yang bersuhu lebih tinggi dari lingkungannya akan cenderung

melepaskan kalor. Demikian juga sebaliknya benda-benda yang

bersuhu lebih rendah dari lingkungannya akan cenderung menerima

kalor untuk menstabilkan kondisi dengan lingkungan di sekitarnya.

Suhu zat akan berubah ketika zat tersebut melepas atau menerima kalor.

Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa kalor dapat

mengubah suhu suatu benda.

Peristiwa tersebut juga diterangkan pada ayat Al Qur’an QS.Ar-

ra’ad ayat 17 yang berbunyi

“Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, Maka mengalirlah air

di lembah-lembah menurut ukurannya, Maka arus itu membawa buih

yang mengambang. dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api

untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih

arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar

dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak

ada harganya; Adapun yang memberi manfaat kepada manusia, Maka ia

tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-

perumpamaan” (Q.S. Ar-Ra’ad/13:17)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kalor suatu zat antara lain

kalor jenis suatu zat dan kapasitas kalor. Kalor jenis suatu zat adalah

banyaknya kalor yang yang diperlukan oleh suatu zat bermassa 1 Kg

Page 27: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

untuk menaikkan suhu 1°C. Sebagai contoh, kalor jenis air 4.200

J/kg°C, artinya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 Kg air

sebesar 1 °C adalah 4.200 J. Kalor jenis suatu zat dapat diukur dengan

alat kalorimeter.

Kapasitas kalor didefinisikan sebagai jumlah kalor yang

diperlukan untuk menaikkan suhu 1 °C atau 1 K. Secara matematis

kalor jenis dan kapasitas kalor dirumuskan:

Keterangan:

Q = Jumlah kalor yang diserap atau dilepas (J)

C = Kapasitas kalor (J °C-1

Atau J K-1

)

∆T = Kenaikan suhu (°C atau K)

m = Massa benda (Kg)

c = Kalor jenis (J Kg-1

°C-1

)

Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan atau

menurunkan suhu suatu benda bergantung pada massa benda (m), kalor

jenis benda (c), perubahan suhu (ΔT). Hubungan banyaknya kalor,

massa zat, kalor jenis zat, dan perubahan suhu zat dapat dinyatakan

dalam persamaan.

Keterangan:

Q = Banyaknya kalor yang diserap atau dilepaskan (Joule)

m = Massa zat (kg)

c = Kalor jenis zat (Joule/Kg°C)

ΔT = Perubahan suhu (°C)

c. Kalor dapat Mengubah Wujud Zat

Suatu zat apabila diberi kalor terus-menerus dan mencapai suhu

maksimum, maka zat akan mengalami perubahan wujud. Peristiwa ini

Page 28: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

juga berlaku jika suatu zat melepaskan kalor terus-menerus dan

mencapai suhu minimumnya. Oleh karena itu, selain kalor dapat

digunakan untuk mengubah suhu zat, juga dapat digunakan untuk

mengubah wujud zat.

Gambar 2.1 Perubahan Wujud Zat

Untuk memudahkan kamu mengingat perubahan wujud zat,

perhatikan diagram perubahan wujud zat di atas. Anak panah yang

bergaris tegas menyatakan bahwa dalam proses perubahan wujud, zat

tersebut memerlukan kalor. Adapun anak panah yang bergaris putus-

putus menyatakan bahwa dalam proses perubahan wujud, zat tersebut

melepaskan kalor.

Menyublim adalah peristiwa perubahan wujud dari padat

menjadi gas. Pada peristiwa menyublim, zat padat memerlukan kalor.

Adapun mengkristal adalah proses perubahan wujud dari gas menjadi

padat. Pada peristiwa menyublim, zat gas melepaskan kalor. Ciri dari

perubahan wujud yang memerlukan kalor adalah terjadinya kenaikan

suhu. Sedangkan ciri dari perubahan wujud yang melepaskan kalor

adalah terjadinya penurunan suhu.

1) Menguap

Pada waktu memanaskan air akan tampak uap keluar dari

permukaan air. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pada waktu

menguap zat memerlukan kalor. Jika air dipanaskan terus-menerus,

lama-kelamaan air tersebut akan habis. Habisnya air akibat

Page 29: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

berubah wujud menjadi uap atau gas. Peristiwa ini disebut

menguap, yaitu perubahan wujud dari cair ke gas, karena molekul-

molekul zat cair bergerak meninggalkan permukaan zat cairnya.

Pada waktu menguap zat cair memerlukan kalor, kalor yang

diberikan pada zat cair akan mempercepat gerak molekul-

molekulnya sehingga banyak molekul zat air yang meninggalkan

zat cair itu menjadi uap. Penguapan zat cair dapat dipercepat

dengan cara sebagai berikut

a) Memanaskan Zat Cair

Pemanasan pada zat cair dapat meningkatkan volume

ruang gerak zat cair sehingga ikatan-ikatan antara molekul zat

cair menjadi tidak kuat dan akan mengakibatkan semakin

mudahnya molekul zat cair tersebut melepaskan diri dari

kelompoknya yang terdeteksi sebagai penguapan. Contohnya

pakaian basah dijemur di tempat yang mendapat sinar matahari

lebih cepat kering dari pada dijemur di tempat yang teduh.

b) Memperluas Permukaan Zat Cair

Peristiwa lepasnya molekul zat cair tidak dapat

berlangsung secara serentak akan tetapi bergiliran dimulai dari

permukaan zat cair yang punya kesempatan terbesar untuk

melakukan penguapan. Dengan demikian untuk mempercepat

penguapan kita juga bisa melakukannya dengan memperluas

permukaan zat cair tersebut. Contohnya air teh panas dalam

gelas akan lebih cepat dingin jika dituangkan ke dalam cawan

atau piring.

c) Mengurangi Tekanan pada Permukaan Zat Cair

Pengurangan tekanan udara pada permukaan zat cair

berarti jarak antar partikel udara di atas zat cair tersebut

menjadi lebih renggang. Akibatnya molekul air lebih mudah

terlepas dari kelompoknya dan mengisi ruang kosong antara

partikel-partikel udara tersebut. Hal yang sering terjadi di

Page 30: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

sekitar kita adalah jika kita memasak air di dataran tinggi akan

lebih cepat mendidih daripada ketika kita memasak di dataran

rendah.

d) Meniupkan Udara di Atas Zat Cair

Pada saat pakaian basah dijemur, proses pengeringan

tidak sepenuhnya dilakukan oleh panas sinar matahari, akan

tetapi juga dibantu oleh adanya angin yang meniup pakaian

sehingga angin tersebut membawa molekul-molekul air keluar

dari pakaian dan pakaian menjadi cepat kering.

2) Mendidih

Mendidih adalah peristiwa penguapan zat cair yang terjadi

di seluruh bagian zat cair tersebut. Peristiwa ini dapat dilihat dengan

munculnya gelembung-gelembung yang berisi uap air dan bergerak

dari bawah ke atas dalam zat cair. Zat cair yang mendidih jika

dipanaskan terus-menerus akan berubah menjadi uap. Banyaknya

kalor yang diperlukan untuk mengubah 1 kg zat cair menjadi uap

seluruhnya pada titik didihnya disebut kalor uap (U). Besarnya

kalor uap dapat dirumuskan:

Keterangan

Q = Kalor yang diserap/dilepaskan (Joule)

m = Massa zat (Kg)

U = Kalor uap (Joule/Kg)

Jika uap didinginkan akan berubah bentuk menjadi zat cair,

yang disebut mengembun. Pada waktu mengembun zat melepaskan

kalor, banyaknya kalor yang dilepaskan pada waktu mengembun

sama dengan banyaknya kalor yang diperlukan waktu menguap dan

suhu di mana zat mulai mengembun sama dengan suhu di mana zat

mulai menguap.

3) Melebur

Page 31: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

Melebur adalah peristiwa perubahan wujud zat padat

menjadi zat Cair. Banyaknya kalor yang diperlukan untuk

mengubah satu satuan massa zat padat menjadi cair pada titik

leburnya disebut kalor lebur (L). Besarnya kalor lebur dapat

dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan

Q = Kalor yang diserap/dilepas (Joule)

m = Massa zat (Kg).

L = Kalor lebur (Joule/Kilogram)

Jika zat cair didinginkan akan membeku, pada saat

membeku zat melepaskan kalor. Banyaknya kalor yang dilepaskan

oleh satu satuan massa zat cair menjadi padat disebut kalor beku.

d. Perpindahan Kalor

Ada tiga cara dalam perpindahan kalor yaitu:

1) Perpindahan Kalor secara Konduksi

Perpindahan kalor dengan cara konduksi disebabkan karena

partikelpartikel penyusun ujung zat yang bersentuhan dengan

sumber kalor bergetar. Makin besar getarannya, maka energi

kinetiknya juga makin besar. Energi kinetik yang besar

menyebabkan partikel tersebut menyentuh partikel di dekatnya,

demikian seterusnya sampai akhirnya ujung yang lain terasa panas.

2) Perpindahan Kalor secara Konveksi

Perpindahan kalor secara konveksi terjadi karena adanya

perbedaan massa jenis dalam zat tersebut. Perpindahan kalor yang

diikuti oleh perpindahan partikel-partikel zatnya disebut

konveksi/aliran. Selain perpindahan kalor secara konveksi terjadi

pada zat cair, ternyata konveksi juga dapat terjadi pada gas/udara.

Peristiwa konveksi kalor melalui penghantar gas sama dengan

konveksi kalor melaui penghantar air.

Page 32: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

Kegiatan tersebut juga dapat digunakan untuk menjelaskan

prinsip terjadinya angin darat dan angin laut.

a. Angin Darat

Angin darat terjadi pada malam hari dan berhembus dari

darat ke laut. Hal ini terjadi karena pada malam hari udara di

atas laut lebih panas dari udara di atas darat, sehingga udara di

atas laut naik diganti udara di atas darat. Maka terjadilah aliran

udara dari darat ke laut. Angin darat dimanfaatkan oleh para

nelayan menuju ke laut untuk menangkap ikan.

b. Angin Laut

Angin laut terjadi pada siang hari dan berhembus dari

laut ke darat. Hal ini terjadi karena pada siang hari udara di atas

darat lebih panas dari udara di atas laut, sehingga udara di atas

darat naik diganti udara di atas laut. Maka terjadilah aliran udara

dari laut ke darat. Angin laut dimanfaatkan oleh nelayan untuk

kembali ke darat atau pantai setelah menangkap ikan.

Pemanfaatan konveksi dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

pada sistem pendinginan mobil (radiator), pembuatan cerobong

asap, dan lemari es.

3) Perpindahan Kalor secara Radiasi

Bagaimanakah energi kalor matahari dapat sampai ke bumi?

Telah kita ketahui bahwa antara matahari dengan bumi berupa

ruang hampa udara, sehingga kalor dari matahari sampai ke bumi

tanpa melalui zat perantara. Perpindahan kalor tanpa melalui zat

perantara atau medium ini disebut radiasi/hantaran. Contoh

perpindahan kalor secara radiasi, misalnya pada waktu kita

mengadakan kegiatan perkemahan, di malam hari yang dingin

sering menyalakan api unggun. Saat kita berada di dekat api unggun

badan kita terasa hangat karena adanya perpindahan kalor dari api

Page 33: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

unggun ke tubuh kita secara radiasi. Walaupun di sekitar kita

terdapat udara yang dapat memindahkan kalor secara konveksi,

tetapi udara merupakan penghantar kalor yang buruk (isolator). Jika

antara api unggun dengan kita diletakkan sebuah penyekat atau

tabir, ternyata hangatnya api unggun tidak dapat kita rasakan lagi.

Hal ini berarti tidak ada kalor yang sampai ke tubuh kita, karena

terhalang oleh penyekat itu

3. Keaktifan

Keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti giat. Jadi keaktifan

belajar berarti kegiatan peserta didik dalam belajar.13

Peserta didik adalah

sesosok anak yang merupakan milik sangpencipta dan milik dirinya

sendiri. Keberhasilanya akan sangat bergantung dari pemanfatan potensi

yang dia miliki. Karenanya keaktifan peserta didik dalam menjalani KBM

(Kegiatan Belajar Mengajar) merupakan salah satu kunci keberhasilan

pencapaian tujuan pendidik. Peserta ddik akan aktif dalam kegiatan

belajarnya apabila ada motivasi,baik motivasi ekstrinsik maupun

intrinsik.14

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan

dengan model pembelajaran tipe Team Games Tournament (TGT) pada

materi pokok Kalor yaitu peserta didik dikondisikan menjadi beberapa

kelompok. Setiap kelompok diberi modul pembelajaran materi pokok

Kalor dan diberikan bimbingan tentang materi pokok Kalor. Bagi peserta

didik yang sudah memahami materi diminta menjelaskan kepada anggota

di dalam kelompoknya dengan cara berdiskusi. Setelah diskusi selesai,

setiap kelompok diberikan soal tentang materi pokok Kalor dan setiap

kelompok diminta untuk menyelesaikan soal-soal tersebut untuk

berkompetisi dengan kelompok lain. Kelompok yang memperoleh nilai

tertinggi mendapatkan predikat sebagai kelompok terbaik dan berhak

memperoleh penghargaan.

13

Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), hlm.17 14

Masnur Muslich, KTSP Dasar Pemikiran Dan Pengembangan, (Jakarta: Bumi Aksara,

2008), hlm.67

Page 34: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

Tahap model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

meliputi Penyajian kelas yang dilakukan oleh guru dengan pengajaran

langsung atau dengan ceramah. Pada saat penyajian kelas, peserta didik

terbentuk dalam satu kelompok yang terdiri dari 5 sampai 7 orang,

diperoleh dari anggota heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis

kelamin, dan ras atau etnik. Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran,

guru mengadakan game (permainan) dengan sistem turnament. Game

yang disajikan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor.

Peserta didik memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan

yang sesuai dengan nomor itu. Peserta didik yang menjawab benar

pertanyaan itu akan mendapat skor. Sesuai dengan sistem Turnament yaitu

sebuah struktur di mana game berlangsung. Bagi tim yang telah

menyelesaikan soal-soal game terlebih dahulu, mempresentasikan hasil

penyelesaian soal-soal game dengan diwakili oleh ketua kelompok. Tahap

akhir pembelajaran dengan Teams Games Tournament (TGT) tim yang

memperoleh nilai rata-rata terbaik dan memenuhi kriteria yang ditentukan

akan memperoleh hadiah yang sudah dipersiapkan.

Dengan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

guru perlu menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses

interaksi yang baik dengan siswa, agar mereka dapat melakukan berbagai

aktifitas belajar yang afektif. Ilham berpendapat bahwa dalam

menciptakan interaksi yang baik diperlukan profesionalisme dan tanggung

jawab yang tinggi dari guru dalam usaha untuk membangkitkan serta

mengembangkan keaktifan belajar siswa. Sebab segala keaktifan siswa

dalam belajar sangat menentukan bagi keberasilan pencapaian tujuan

pembelajaran. Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasatyo mengemukakan bahwa

“proses belajar yang bermakna adalah proses belajar yang melibatkan

Page 35: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

berbagai aktifitas para siswa. Untuk itu guru harus berupaya untuk

mengaktifkan kegiatan belajar mengajar tersebut.”15

Selanjutnya tingkat keaktifan belajar peserta didik dalam suatu

proses pembelajaran juga merupakan tolak ukur dari kualitas pembelajaran

itu sendiri. Mengenai hal ini E. Mulyasa mengatakan bahwa: pembelajaran

dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau sedikit-sedikit

sebagian sebesar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik,

mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping menunjukan

kegiatan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa

percaya pada diri sendiri.16

Agar peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran, maka

diperlukan berbagai upaya dari guru untuk dapat membangkitkan

keaktifan mereka. Sehubungan dengan pentingnya upaya guru dalam

membangkitkan keaktifan peserta didika dalam belajar, R Ibrahim dan

Nana Syaodih mengemukakan bahwa: mengajar merupakan upaya yang

dilakukan oleh guru agar peserta didik belajar. Dalam pengajaran peserta

didiklah yang menjadi subjek, dialah pelaku kegiatan belajar. Agar peserta

didik berperan sebagai pelakudalam kegiatan dalam kegiatan belajar, maka

hendaknya guru merencanakan pengajaran, yang menuntut peserta didik

banyak melakukan aktivitas belajar. Hal ini tidak berarti peserta didik

dibenahi banyak tugas. Aktivitas atau tugas-tugas yang dikerjakan peserta

didik hendaknya menarik minat peserta didik, dibutuhkan dalam

perkembanganya, serta bermanfaat bagi masa depanya.17

Menurut Dimyati dalam setiap proses belajar, peserta didik selalu

menampakan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai

dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang

susah kita amati. Kegiatan fisik biasanya berupa membaca, mendengar,

15

Ilham, Mengembangkan Keaktifan Belajar Siswa http.//abangilham.wordpress.com/

2009/03/31/pentingnya-upaya-guru-mengembangkan-keaktifan-belajar-siswa/Diakses tanggal 18

Juni 2011 Jam 19.30 WIB 16

Ilham, Ibid./Diakses tanggal 18 Juni 2011 Jam 19.30 WIB 17

Ilham, Ibid./Diakses tanggal 18 Juni 2011 Jam 19.30 WIB

Page 36: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

menulis, berlatih ketrampilan-ketrampilan, dan sebagainya. Contoh

kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang

dimiliki dalam memecakan masalah yang dihadapi, membandingkan suatu

konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan

psikis yang lain.18

Menurut Ardhana dalam PTK (Penelitian Tindakan Kelas) ada

beberapa indikator keaktifan yang dapat dibuat sebagai penilaian pada

peserta didik yaitu perhatian peserta didik terhadap penjelasan guru,

kerjasama dalam kelompok, kemampuan peserta didik dalam

mengembangkan pendapat dalam kelompok ahli, kemampuan peserta

didik dalam mengemukakan pendapat dalam kelompok asal, memberi

kesempatan berpendapat kepada teman dalam berkelompok,

mendengarkan dengan baik ketika tema berpendapat, memberi gagasan

yang cemerlang, membuat perencanaan, dan pembagian kerja yang

matang, keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain,

memanfatkan potensi anggota kelompok, saling membantu dan

menyelesaikan masalah.19

Dalam proses pembelajaran, peserta didik mengaktifkan berbagai

macam indranya untuk dapat menyerap dan mencapai hasil belajar yang

maksimal. Keaktifan belajar peserta didik ini akan mempengaruhi hasil

belajar yang ia peroleh. Semakin tinggi tingkat keaktifan diharapkan

semakin besar hasil yang diperoleh. Sebenarnya terdaat berbagai macam

aktifitas peserta didik yang dilakukan ketika kegiatan pembelajaran

berlangsung, tetapi dapat dikelompokan menginga banyak aktivitas yang

sejenis.

Penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para

peserta didik, oleh karena :

18

Dimyati, Belajar dan Pembelajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hlm.45 19

Ardhana, Indikator Keaktifan Peserta Didik, http://ardhana12Wordprees.com/2009

/01/20/indikator-keaktifan-peserta-didik-yang-dapat-dijadikan-penilaian-dalam-ptk/diakses tanggal

19 Juni 2011 pada jam 19.30 WIB

Page 37: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

a. Para peserta didik mencari pengalaman sendiri dan langsung

mengalami sendiri.

b. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi peserta

didik secara integral.

c. Memupuk kerja sama yang harmonis dikalangan peserta didik.

d. Para peserta didik bekerja untuk minat dan kemampuan sendiri.

e. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi

demokratis.

f. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara

orang tua dan guru.

g. Pengajaran diselenggarakan secara realitas dan konkrit sehingga

mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghilangkan

verbalitas.

h. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam

kehidupan bermasyarakat.20

Sudjana mengatakan bahwa keaktifan peserta didik dapat dilihat

dalam hal turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. Terlibat dalam

pemecahan masalah, bertanya kepada peserta didik lain atau kepada guru

jika tidak memahami persoalan yang dihadapinya. Selain itu, keaktifan

peserta didik ditandai pula dengan berusaha mencari berbagai informasi

yang diperlukan untuk pemecahan masalah, menilai kemampuan dirinya

dan hasil-hasil sejenis, kesempatan menggunakan atau menerapkan apa

yang telah diperoleh dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang

dihadapi.

C. Rumusan Hipotesis

Berdasarkan pada latar belakang dan kerangka berfikir maka

dirumuskan Hipotesis tindakan sebagai berikut: ”Terdapat peningkatan

keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran fisika materi pokok Kalor dengan

20

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), hlm.

175-176

Page 38: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (teams games

tournament) siswa kelas VII–A MTs NU 01 Kramat Tahun Ajaran

2011/2012”

Page 39: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang

mana dalam penelitian ini peneliti menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Dalam penelitian tindakan

kelas.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas VII-A MTs NU 01 Kramat Tegal.

Penelitian dilakukan pada tanggal 5 September 2011 s.d. 8 Oktober 2011.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII-A MTs NU 01 Kramat tahun

pelajaran 2011/2012, dengan jumlah 42 siswa yang terdiri dari 20 siswa dan

22 siswi.

C. Pelaksana dan Kolaborator

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas Bapak Turyani, S.Pd

sebagai guru Fisika perlu melakukan segala langkah penelitian secara

bersama-sama (kolaborasi) dari awal hingga akhir. Kegiatan kolaborasi

dilakukan agar dapat meringankan dan membantu guru mencari jalan keluar

permasalahan dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari melalui penelitian

tindakan kelas. Dalam penelitian tindakan kelas ini yang bertindak sebagai

kolaborator adalah peneliti sendiri.

D. Rancangan Penelitian

Kajian skripsi ini dirancang sebagai penelitian tindakan kelas dengan

menggunakan model siklus Kemmis dan Mc Targat. Penelitian tindakan kelas

model siklus Kemmis dan Mc Taggart merupakan hasil pengembangan dari

model siklus Kurt Lewin. Pada Model siklus Kurt Lewin meliputi

Perencanaan, Tindakan, Pengamatan, dan Refleksi. Pada model siklus

Kemmis dan Mc Taggart diawali dengan perencanaan, selanjutnya model

Page 40: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

siklus Kemmis dan Mc Targat memandang komponen sebagai langkah dalam

siklus, sehingga antara tindakan (acting) dan pengamatan (observing) sebagai

satu kesatuan. Hasil dari tindakan dan pengamatan dijadikan dasar untuk

mencermati apa yang sudah terjadi (reflecting).21

Sehingga pada model

Kemmis dan Mc Taggart antara setiap langkah dalam siklus tersebut saling

terkait.22

Berawal dari model siklus Kemmis dan Mc Taggart, maka peneliti

mengambil langkah-langkah dalam penelitian sebagai berikut:

1. Siklus 1

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini:

1) Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan

pembelajaran berdasarkan program tahunan, program semester, dan

silabus mata pelajaran Fisika kelas VII MTs.

2) Merancang modul materi yang akan diajarkan kepada peserta didik.

3) Membuat lembar observasi aspek afektif peserta didik.

4) Membuat soal-soal turnamen, dan soal tes evaluasi.

b. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, guru melaksanakan kegiatan

pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya. Langkah – langkah

kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1) Guru membuka pelajaran kemudian mengabsen kehadiran peserta

didik.

2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan

penjelasan pada peserta didik tentang pembelajaran menggunakan

model kooperatif tipe TGT.

3) Guru memberikan apersepsi tentang materi pokok Kalor

4) Guru memberikan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam

pembelajaran dengan model kooperatif tipe TGT. Yang meliputi:

21

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2006), hlm. 92 22

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2009), hlm. 214

Page 41: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

a) Guru mengkondisikan peserta didik menjadi 4 kelompok, di

mana tiap kelompok beranggotakan 6 - 7 peserta didik.

b) Guru memberikan materi diskusi pada siklus I ini berupa

modul pembelajaran materi pokok Kalor secara individu dalam

kelompok. Dalam kegiatan ini guru memberi bimbingan pada

masing-masing individu pada tiap kelompok. Bagi peserta

didik yang sudah memahami materi diminta menjelaskan pada

teman lain dalam kelompoknya. Guru memberikan kesempatan

kepada anggota kelompok lain untuk menyampaikan ide atau

gagasannya.

c) Guru membimbing peserta didik dalam mendiskusikan konsep

Kalor dalam kehidupan sehari-hari.

d) Guru memberi soal TGT antar kelompok. Tiap kelompok

diminta menyelesaikan soal untuk berkompetisi. Dengan cara

ini peserta didik diharapkan akan bersemangat mengerjakan

soal yang diberikan.

e) Guru mengacak kartu soal dan dengan cara berebut antar

anggota kelompok untuk mengerjakan soal game di depan

kelas.

f) Bagi kelompok dan individu yang berani mengerjakan dan

dapat menyelesaikan soal di papan tulis diberikan penghargaan

nilai sebagai penguatan dan motivasi.

g) Guru bersama peserta didik membuat kesimpulan dari hasil

diskusi yang telah dilaksanakan pada siklus I.

h) Guru melakukan tes formatif.

5) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

c. Pengamatan

Peneliti melakukan pengamatan jalannya kegiatan pembelajaran

model kooperatif tipe TGT terhadap peserta didik yang terdiri dari

pengamatan aspek afektif yaitu sikap peserta didik selama

pembelajaran yang terdiri dari sikap saat mengikuti diskusi pada

Page 42: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

materi pokok Kalor, bekerjasama dalam kelompok, memberikan

pendapat atau masukan dalam diskusi, dan menjelaskan hasil diskusi

pada materi pokok Kalor. Kriteria keaktifan peserta didik diperoleh

melalui lembar observasi keaktifan yang meliputi perhatian,

tanggapan, partisipasi peserta didik terhadap pembelajaran dan

pemberian tugas dari guru. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data

yang diperlukan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT.

d. Refleksi

Data yang diperoleh dari hasil pelaksanaan dan penelitian

selama proses pembelajaran pada siklus I ditinjau dari tingkat

keberhasilannya. Seseorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika

mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan

pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran.

Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang

mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65%, sekurang-

kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut.23

Hasil yang diperoleh dari siklus 1 dijadikan acuan untuk melaksanakan

siklus berikutnya.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini:

1) Menyempurnakan persiapan yang belum dilaksanakan pada siklus I.

2) Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan

pembelajaran berdasarkan program tahunan, program semester, dan

silabus mata pelajaran Fisika kelas VII MTs.

3) Merancang modul materi yang akan diajarkan kepada peserta didik.

4) Membuat lembar observasi aspek afektif peserta didik.

5) Membuat soal-soal turnamen, dan soal tes evaluasi.

23

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, Dan Implementasi,

(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 99.

Page 43: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

b. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, guru melaksanakan kegiatan

pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya. Langkah – langkah

kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1) Guru membuka pelajaran kemudian mengabsen kehadiran peserta

didik.

2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan

penjelasan pada peserta didik tentang pembelajaran menggunakan

model kooperatif tipe TGT.

3) Guru memberikan apersepsi tentang materi pokok Kalor

4) Guru memberikan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam

pembelajaran dengan model kooperatif tipe TGT. Yang meliputi:

a) Guru mengkondisikan peserta didik menjadi 4 kelompok, di

mana tiap kelompok beranggotakan 6 - 7 peserta didik.

b) Guru memberikan materi diskusi pada siklus I ini berupa modul

pembelajaran materi pokok Kalor secara individu dalam

kelompok. Dalam kegiatan ini guru memberi bimbingan pada

masing-masing individu pada tiap kelompok. Bagi peserta didik

yang sudah memahami materi diminta menjelaskan pada teman

lain dalam kelompoknya. Guru memberikan kesempatan kepada

anggota kelompok lain untuk menyampaikan ide atau

gagasannya.

c) Guru membimbing peserta didik dalam mendiskusikan konsep

Kalor dalam kehidupan sehari-hari.

d) Guru memberi soal TGT antar kelompok. Tiap kelompok

diminta menyelesaikan soal untuk berkompetisi. Dengan cara

ini peserta didik diharapkan akan bersemangat mengerjakan soal

yang diberikan.

e) Guru mengacak kartu soal dan dengan cara berebut antar

anggota kelompok untuk mengerjakan soal game di depan

kelas.

Page 44: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

f) Bagi kelompok dan individu yang berani mengerjakan dan dapat

menyelesaikan soal di papan tulis diberikan penghargaan nilai

sebagai penguatan dan motivasi.

g) Guru bersama peserta didik membuat kesimpulan dari hasil

diskusi yang telah dilaksanakan pada siklus I.

h) Guru melakukan tes formatif.

5) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

c. Pengamatan

Peneliti melakukan pengamatan jalannya kegiatan pembelajaran

model kooperatif tipe TGT terhadap peserta didik yang terdiri dari

pengamatan aspek afektif yaitu sikap peserta didik selama

pembelajaran yang terdiri dari sikap saat mengikuti diskusi pada

materi pokok Kalor, bekerjasama dalam kelompok, memberikan

pendapat atau masukan dalam diskusi, dan menjelaskan hasil diskusi

pada materi pokok Kalor. Kriteria keaktifan peserta didik diperoleh

melalui lembar observasi keaktifan yang meliputi perhatian,

tanggapan, partisipasi peserta didik terhadap pembelajaran dan

pemberian tugas dari guru. Selain itu, diambil data hasil belajar

kognitif peserta didik. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang

diperlukan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

d. Refleksi

Data yang diperoleh dari hasil pelaksanaan dan penelitian

selama proses pembelajaran pada siklus II dikumpulkan dan dianalisis

agar diperoleh hasil dan kesimpulan dari pelaksanaan penelitian yang

dilaksanakan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT.

Page 45: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

Deskripsi alur siklus seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 3.1 alur siklus Kemmis dan Mc Targat

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini ada tiga

cara yaitu:

1. Dokumentasi

Dokumentasi adalah barang-barang yang tertulis.24

Dokumentasi

ini dilakukan untuk memperoleh daftar nama peserta didik serta nilai

peserta didik.

2. Observasi

24

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2006), cet. 13, hlm. 158.

Perencanaan

Refleksi

Pelaksanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Refleksi

Siklus berikutnya

Page 46: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan evaluasi dengan

jalan pengamatan secara langsung menggunakan lembar pengamatan.

Lembar pengamatan ini digunakan untuk pengambilan data siswa yang

berkaitan dengan aspek keaktifan selama proses kegiatan pembelajaran

dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams

Games Tournament).

3. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.25

Di

dalam penelitian ini memiliki kecenderungan untuk mengetahui hasil

belajar siswa pada materi pokok kalor. Karena hal tersebut digunakan

untuk mengukur besarnya kemampuan objek, maka pengumpulan data

yang digunakan berupa tes. Tes yang digunakan tes prestasi (achievement

test), yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang

setelah mempelajari sesuatu.26

Tes prestasi yang digunakan adalah tes

buatan guru. Tes buatan guru yang dibuat berupa multiple choice test (tes

pilihan ganda). Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan peserta

didik dalam belajar fisika, khususnya pada materi pokok kalor.

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis data hasil observasi

Data hasil observasi meliputi penilaian afektif dan psikomotor

yang dihitung dengan menggunakan rumus:

%100

maksimalskor

perolehanskorNilai

Keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu

aktif atau mencapai minimum 65 sekurang-kurangnya 75% dari jumlah

peserta didik yang ada di kelas tersebut.

25

Ibid., hlm. 150. 26

Ibid., hlm. 151

Page 47: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

2. Analisis hasil belajar

Data yang dihasilkan dari penelitian ini berupa data kuantitatif,

maka di dalam analisis data menggunakan statistik deskriptif dengan cara

membandingkan hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar

siswa setelah tindakan. Untuk mengetahui hasil belajar siswa, digunakan

daftar nilai kognitif yang diperoleh dari tes prestasi yang berupa multiple

choice test (tes pilihan ganda) yang diperoleh pada setiap siklus.

Selanjutnya dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

%100N

RS

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan (yang dicari).

R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar.

N = Skor maksimum dari tes tersebut.27

Untuk menghitung nilai rata-rata hasil belajar siswa sebelum

tindakan dengan hasil belajar setelah tindakan, dihitung dengan

menggunakan rumus:

N

XX

Keterangan:

X = Nilai rerata.

X = Jumlah semua skor.

N = Banyaknya siswa.28

Untuk mencari persentase nilai rata-rata menggunakan persamaan:

X % = X × 100%.

27

Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. 9, hlm. 112 28

Suharsimi Arikunto, Op Cit., hlm. 264

Page 48: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

G. Indikator keberhasilan

Sesuai dengan tujuan penelitian yang nomor 1 maka penelitian ini

dapat dikatakan berhasil jika keaktifan siswa sebelum tindakan dengan

keaktifan siswa setelah tindakan mengalami peningkatan. Keberhasilan kelas

dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu aktif dengan nilai minimum 65

dan sekurang-kurangnya 75% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas

tersebut.

Page 49: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VII A MTs NU 01

Kramat Kab. Tegal tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini dirancang dalam

2 siklus dan pada masing-masing siklus terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan

tindakan, observasi, dan refleksi.

1. Hasil Pra Siklus

Pada hasil observasi awal diperoleh masalah yang terjadi dalam

pembelajaran fisika yaitu peserta didik memiliki tingkat keaktifan yang

rendah. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh guru selama

pembelajaran berlangsung peserta didik yang aktif hanya 30,95%.

Sedangkan peserta didik yang lainnya hanya diam sebagai pendengar

dan mencatat. Hal ini karena, peserta didik kesulitan menghafal rumus

dalam materi Kalor dan kebingungan menerapkan rumus-rumus yang ada,

maka peserta didik tidak aktif dalam pembelajaran Fisika yang diajarkan

oleh guru dengan menggunakan metode konvensional. Kondisi didukung

oleh hasil pengamatan keaktifan peserta didik pada materi sebelum

penelitian. Adapun hasil analisis aspek keaktifan yang dialami peserta

didik adalah sebagaimana tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil analisis nilai keaktifan awal peserta didik

No Kategori penilaian Keaktifan

Jumlah Peserta didik Persentase

1 Baik Sekali 1 2,38 %

2 Baik 12 28,57 %

3 Cukup 7 16,67 %

4 Kurang 22 52,38 %

Persentase Ketuntasan Kelas 30,95 %

Kriteria Kurang

Page 50: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

Gambar 4.1. Grafik analisis nilai keaktifan awal peserta didik

Keterangan Nilai :

< 65 = Kurang

66 – 74 = Cukup

75 – 84 = Baik

> 84 = Baik Sekali

Tabel 4.2 Hasil analisis pada pra siklus nilai kognitif siswa

Hasil belajar kognitif siswa Pra Siklus

Jumlah siswa tuntas belajar 6

Jumlah siswa tidak tuntas belajar 36

Rata-rata nilai siswa 55,95

Persentase ketuntasan 14,29 %

Gambar 4.2 Grafik analisis pra siklus nilai kognitif siswa

0

10

20

30

40

50

60

Baik

Sekali

Baik Cukup Kurang

Jumlah Peserta didik

Persentase

0

20

40

60

Jumlah siswa

tuntas belajar

Jumlah siswa

tidak tuntas

belajar

Rata-rata nilai

siswa

Persentase

ketuntasan

Pra Siklus

Pra Siklus

Page 51: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

Berdasarkan analisis hasil aspek keaktifan pada materi pokok

Pemuaian Zat sebelum dilakukan penelitian, ternyata hasil aspek keaktifan

peserta didik belum memenuhi harapan. Hal ini dapat diketahui dari

persentase ketuntasan aspek keaktifan menunjukkan kategori kurang,

dilihat dari presentase kelas sebesar 30,95 %. Sedangkan aspek kognitif,

nilai rata-rata peserta didik 55,59 dan persentase ketuntasan 14,29 %.

Hasil ini belum memenuhi kriteria jumlah siswa yang mampu

menyelesaikan atau mencapai nilai minimum 65 dan sekurang-kurangnya

75 % dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut. Berdasarkan

kondisi awal tersebut, maka dilakukan penelitian tindakan kelas untuk

mengetahui sejauh mana peningkatan hasil keaktifan peserta didik pada

materi pokok Kalor peserta didik kelas VII-A MTs NU 01 Kramat Tegal

dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams

Games Tournament).

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VII A MTs NU

01 Kramat Kab. Tegal tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini dirancang

dalam 2 siklus dan pada masing-masing siklus terdiri dari: perencanaan,

pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

2. Penelitian Siklus I

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus I pada hari Selasa,

tanggal 4 Oktober 2011, jam 09.30 – 11.00 dengan materi Pengertian

Kalor dan Kalor dapat Mengubah Suhu Benda. Pada siklus I dilakukan

penilaian keaktifan siswa dan tes hasil belajar siklus I selama proses

pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

(Teams Games Tournament). Dari pengamatan siklus I diperoleh hasil

sebagai berikut:

a. Pengamatan aspek keaktifan peserta didik

Pengamatan afektif siswa pada siklus I meliputi: 1)

memperhatikan, 2) membaca, 3) mengeluarkan pendapat, 4)

menyalin/mencatat, 5) memecahkan soal. Kriteria pengamatan aspek

keaktifan dapat dilihat pada lampiran. Data pengamatan aspek

Page 52: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

keaktifan siswa diambil dari lembar observasi pada saat pembelajaran

siklus I. Dari lembar observasi yang telah dilakukan diperoleh hasil

sebagaimana tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil analisis nilai keaktifan siswa siklus I

No Kategori penilaian Keaktifan

Jumlah Siswa Persentase

1 Baik Sekali 4 9,52 %

2 Baik 15 35,71 %

3 Cukup 7 16,67 %

4 Kurang 16 38,10 %

Persentase Kelas 45,24 %

Kriteria Kurang

Gambar 4.3 Grafik hasil analisis nilai keaktifan siswa siklus I

b. Pengamatan hasil belajar peserta didik

Data pengamatan aspek kognitif siswa diambil dari tes evaluasi

siswa pada akhir pembelajaran siklus I dan nilai tugas pada saat

pembelajaran berlangsung. Dari tes yang telah dilakukan diperoleh

hasil sebagaimana tabel 4.4.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Baik Sekali Baik Cukup Kurang

Jumlah Siswa

Persentase

Page 53: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

Tabel 4.4 Hasil analisis nilai kognitif siswa pada siklus I

Hasil belajar kognitif siswa Siklus I

Jumlah siswa tuntas belajar 16

Jumlah siswa tidak tuntas belajar 26

Rata-rata nilai siswa 58,10

Persentase ketuntasan 38,10 %

Gambar 4.4 Grafik hasil analisis nilai kognitif siswa pada siklus I

3. Penelitian Siklus II

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus II pada hari Sabtu,

tanggal 8 Oktober 2011, jam 11.30 – 13.00 dengan materi Pengertian

Kalor dan Kalor dapat Mengubah Suhu Benda. Pada siklus II dilakukan

penilaian sikap/afektif siswa dan tes hasil belajar siklus II selama proses

pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

(Teams Games Tournament). Dari pengamatan siklus II diperoleh hasil

sebagai berikut:

a. Pengamatan aspek keaktifan peserta didik

Pengamatan keaktifan siswa pada siklus II meliputi: 1)

memperhatikan, 2) membaca, 3) mengeluarkan pendapat, 4)

menyalin/mencatat, 5) memecahkan soal. Kriteria pengamatan aspek

0

10

20

30

40

50

60

70

Jumlah siswa

tuntas belajar

Jumlah siswa

tidak tuntas

belajar

Rata-rata

nilai siswa

Persentase

ketuntasan

Siklus I

Siklus I

Page 54: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

keaktifan dapat dilihat pada lampiran. Data pengamatan aspek

keaktifan siswa diambil dari lembar observasi pada saat pembelajaran

siklus I. Dari lembar observasi yang telah dilakukan diperoleh hasil

sebagaimana tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil analisis nilai keaktifan siswa siklus II

No Kategori penilaian Keaktifan

Jumlah Siswa Persentase

1 Baik Sekali 37 88,10 %

2 Baik 1 2,38 %

3 Cukup 4 9,52 %

4 Kurang - 0 %

Persentase Kelas 90,48 %

Kriteria Baik Sekali

Gambar 4.5 Grafik hasil analisis nilai keaktifan siswa siklus II

b. Pengamatan hasil belajar peserta didik

Data pengamatan aspek kognitif siswa diambil dari tes evaluasi

siswa pada akhir pembelajaran siklus II dan nilai tugas pada saat

pembelajaran berlangsung. Dari tes yang telah dilakukan diperoleh

hasil sebagaimana tabel 4.6.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Baik Sekali Baik Cukup Kurang

Jumlah Siswa

Persentase

Page 55: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

Tabel 4.6 Hasil analisis nilai kognitif siswa siklus II

Hasil belajar kognitif siswa Siklus II

Jumlah siswa tuntas belajar 32

Jumlah siswa tidak tuntas belajar 10

Rata-rata nilai siswa 78,10

Persentase ketuntasan 76,19 %

Gambar 4.6 Grafik hasil analisis nilai kognitif siswa siklus II

B. Pembahasan

1. Siklus I

Proses pembelajaran pada siklus I dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) diperoleh

4 peserta didik dengan kategori penilaian baik sekali, 15 peserta didik

dengan kategori penilaian baik, 7 peserta didik dengan kategori penilaian

cukup, 16 peserta didik dengan kategori penilaian kurang dengan

persentase ketuntasan sebesar 45,24 %. Hasil ini tidak bagus karena tidak

sesuai dengan jumlah siswa yang mampu menyelesaikan atau mencapai

0102030405060708090

Jumlah

siswa tuntas

belajar

Jumlah

siswa tidak

tuntas

belajar

Rata-rata

nilai siswa

Persentase

ketuntasan

Siklus II

Siklus II

Page 56: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

nilai minimum 65 dan sekurang-kurangnya 75 % dari jumlah peserta didik

yang ada di kelas tersebut. Jika dilihat dari analisis nilai temuan awal,

persentase ketuntasan kelas aspek keaktifan naik sebesar 14,29 % dari

persentase ketuntasan temuan awal 30,95 % naik menjadi 45,24 % pada

persentase ketuntasan siklus I.

Nilai rata-rata aspek kognitif naik sebesar 2,15 poin dari 55,95

pada nilai rata-rata temuan awal naik menjadi 58,10 pada nilai rata-rata

siklus I. Persentase ketuntasan kelas aspek kognitif naik sebesar 23,81 %

dari persentase ketuntasan kelas pada temuan awal 14,29 % naik menjadi

38,10 % pada persentase ketuntasan kelas siklus I dengan jumlah siswa

yang tuntas 16 siswa, dan yang tidak tuntas 26 siswa.

Hal ini dipengaruhi oleh banyak siswa yang belum memahami

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams

Games Tournament). Karena siswa belum pernah mengalami model

pembelajaran seperti ini, maka aktivitas belajar dengan permainan yang

dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan

siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab,

kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar tidak berjalan dengan

sebagaimana mestinya. Pada tahap awal pembelajaran kooperatif model

TGT guru menyampaikan materi dengan ceramah saja tidak diimbangi

dengan penyelesaian soal-soal yang berkaitan dengan materi Kalor. Hal ini

menyebabkan siswa kurang benar-benar memperhatikan dan memahami

materi yang disampaikan guru. Pada saat pembentukan kelompok,

pengelompokkan siswa oleh guru tidak sesuai dengan keinginan setiap

siswa, hal ini menyebabkan adanya kecemburuan antar kelompok. Selain

itu, setiap kelompok yang terdiri dari 7 orang siswa kurang mendalami

materi bersama teman kelompoknya dan lebih banyak bercanda dengan

kelompok lain dari pada bekerja sama dengan kelompoknya. Pada saat

pelaksanaan diskusi berlangsung jika ada siswa yang berpendapat kurang

sesuai, siswa yang lain akan berkomentar yang tidak baik dan tidak saling

menguatkan antar anggota kelompoknya. Sehingga setiap anggota

Page 57: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

kelompok tidak bekerja dengan baik dan optimal pada saat game dan

pelaksanaan turnament. Pada tahap akhir, reward atau hadiah yang

dipersiapkan guru sudah bocor diketahui siswa. Hal ini dikarenakan hadiah

tidak dibungkus dengan kemasan yang menarik sehingga memungkinkan

siswa mengetahui apa yang akan diberikan jika berhasil menjadi juara

dalam turnament yang dilaksanakan.

Nilai persentase ketuntasan aspek keaktifan yang diperoleh pada

siklus I masih kurang dan belum memenuhi indikator keberhasilan

penelitian yaitu yaitu; nilai ketuntasan kelas 75% dari jumlah peserta didik

yang ada di kelas tersebut. Sehingga masih perlu dilaksanakan lagi siklus

II dengan memperbaiki kelemahan-kelemahan siklus I.

2. Siklus II

Proses pembelajaran pada siklus II dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament), diperoleh

37 peserta didik dengan kategori penilaian baik sekali, 1 peserta didik

dengan kategori penilaian baik, 4 peserta didik dengan kategori penilaian

cukup, dan tidak ada peserta didik dengan kategori penilaian kurang

dengan persentase ketuntasan sebesar 90,48 %. Persentase nilai ketuntasan

kelas dilihat dari aspek keaktifan antara siklus I dengan siklus II

menunjukkan kategori baik sekali, dilihat dari kenaikan sebesar 45,24 %

dari persentase nilai rata-rata kelas aspek keaktifan pada siklus I 45,24 %

naik menjadi 90,48 % pada siklus II. Hasil ini baik sekali karena tidak

sesuai dengan jumlah siswa yang mampu menyelesaikan atau mencapai

nilai minimum 65 dan sekurang-kurangnya 75 % dari jumlah peserta didik

yang ada di kelas tersebut.

Nilai rata-rata aspek kognitif naik sebesar 20 poin dari 58,10 pada

nilai rata-rata siklus I naik menjadi 78,10 pada nilai rata-rata siklus II.

Persentase ketuntasan naik sebesar 38,09 % dari persentase ketuntasan

siklus I 38,10 % naik menjadi 76,19 % pada persentase ketuntasan siklus

II. Jumlah siswa yang tuntas 32 siswa, dan yang tidak tuntas 10 siswa.

Page 58: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya siswa yang telah memahami

pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT (Teams Games Tournament). Karena siswa sebelumnya sudah

pernah mengalami model pembelajaran seperti ini pada siklus I. Pada

tahap awal pembelajaran kooperatif model TGT guru menyampaikan

materi dengan ceramah interaktif dengan penyelesaian soal-soal yang

berkaitan dengan materi Kalor. Hal ini menyebabkan siswa lebih semangat

memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru. Pada siklus

II pengelompokkan siswa sepenuhnya diserahkan sepenuhnya kepada

siswa dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Hal ini

dilakukan untuk memperbaiki kekacauan yang terjadi pada proses

pembelajaran siklus I. Pada saat pelaksanaan diskusi berlangsung setiap

anggota kelompok saling melengkapi dan menguatkan pendapat anggota

lainnya. Sehingga setiap anggota kelompok bekerja dengan baik dan

optimal pada saat game dan pelaksanaan turnamen. Pemberian hadiah

bagi pemenang turnamen yang dilaksanakan tidak diketahui oleh siswa.

Keaktifan siswa yang baik sekali dilihat dari data analisis siswa aspek

keaktifan mendukung pelaksanaan kompetisi. Peserta didik lebih siap

berpartisipasi dalam team untuk mensukseskan kelompoknya pada game

dan kompetisi yang dilaksanakan. Sebagai faktor pendukung kompetisi

yaitu hadiah, hadiah yang ditawarkan kali ini disembunyikan dari peserta

didik, dengan cara kemasan hadiah dibungkus dengan menarik, walaupun

hadiahnya tetap sama pada siklus I berupa permen.

Nilai persentase ketuntasan aspek keaktifan yang diperoleh pada

siklus II baik sekali dan sudah memenuhi indikator keberhasilan penelitian

yaitu nilai ketuntasan kelas 75% dari jumlah peserta didik yang ada di

kelas tersebut. Sehingga tidak dilaksanakan lagi siklus berikutnya.

Pada siklus II dapat diketahui keberhasilan dalam penelitian

tindakan kelas dengan dihasilkan beberapa hal sebagai berikut:

Page 59: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

1) Siswa aktif dalam proses belajar mengajar dengan dibuktikan oleh

nilai aspek keaktifan siswa dengan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament).

2) Siswa mampu mengerjakan soal kompetisi dalam kelompok dengan

baik dan benar melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT

(Teams Games Tournament).

3) Siswa mampu melaksanakan lima komponen utama dalam model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) yaitu

peserta didik memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan

guru, perserta didik mengoptimalkan seluruh anggota dalam

kelompoknya untuk menyelesaikan game dan tournament yang

diberikan oleh guru, dan serius berkompetisi untuk memperoleh

penghargaan bagi kelompok yang berhasil memperoleh nilai terbaik

agar berhasil mendapatkan hadiah dari guru.

Page 60: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Al Barry, Dahlan, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994.

Aqib, Zainal, Penelitian Tindakan Kelas, Cet. 1, Bandung: CV. Irama Widya,

2006.

Ardhana, “Indikator Keaktifan Peserta Didik”,

http://ardhana12Wordprees.com/2009 /01/20/indikator-keaktifan-

peserta-didik-yang-dapat-dijadikan-penilaian-dalam-ptk/ diakses 19 Juni

2011.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Cet. 13,

Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Bandung: Penerbit J-Art,

2005.

Dimyati, Belajar dan Pembelajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:

Rineka Cipta, 2006.

Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009.

Ilham, “Mengembangkan Keaktifan Belajar Siswa”, dalam

http.//abangilham.wordpress.com/ 2009/03/31/pentingnya-upaya-guru-

mengembangkan-keaktifan-belajar-siswa/ diakses 18 Juni 2011.

Muhammad, Al Imam Abu Abdullah, Shahih Al Bukhari, Semarang: Thoha

Putra, t.th.

Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, Dan

Implementasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008.

Muslich, Masnur, KTSP Dasar Pemikiran Dan Pengembangan, Jakarta: Bumi

Aksara, 2008.

Purwanto, Ngalim, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Cet. 9,

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000.

Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, dalam

Coopertive Learning: Theori, Reearch And Practice, terj. Nurulita

Nasron, Cet. 1, Bandung: Nusa Media, 2008.

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta:

Bumi Aksara, 2009.

Page 61: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

Trianto, Model–Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik

Konsep, Landasan Teoritis–Praktis dan Implementasinya, Jakarta:

Prestasi Pustaka Publisher, 2007.

Page 62: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SIKLUS I

Sekolah : MTs NU 01 KRAMAT

Kelas / Semester : VII / I

Mata Pelajaran : IPA (Fisika)

Pertemuan Ke : Pertama

Standar Kompetensi

Memahami wujud zat dan perubahannya

Kompetensi Dasar

Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu

benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Indikator

• Menjelaskan pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan perubahan

wujud zat

• Menghitung banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu

zat

• Menyebutkan faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan

• Mengamati kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur

• Menerapkan hubungan Q = m c ∆t, Q = m U, dan Q = m L untuk

menyelesaikan masalah sederhana

Alokasi waktu: 2x 40 menit

Tujuan Pembelajaran

• Siswa mampu mendefinisikan pengertian kalor dalam peristiwa sehari-

hari dengan benar melalui diskusi.

• Siswa mampu menarik kesimpulan bahwa kalor dapat mempengaruhi

suhu dan wujud benda dengan benar melalui diskusi.

Lampiran 2

Page 63: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

• Siswa mampu mengelompokkan perubahan wujud yang melepaskan

kalor dan menerima kalor dalam kehidupan sehari-hari dengan benar

melalui diskusi.

Materi Pembelajaran : Kalor

Langkah-langkah Kegiatan :

No Kegiatan pembelajaran Alokasi Waktu

1 Pendahuluan

Apersepsi

Mengapa kabel listrik jika siang hari menjadi

kendor ?

5 menit

2 Kegiatan Inti

Eksplorasi

• Guru menyiapkan peralatan dan buku

pembelajaran yang menyangkut dalam model

pembelajaran TGT

• Guru memberikan petunjuk-petunjuk yang

akan dilaksanakan dalam kegiatan

pembelajaran

Elaborasi

• Guru memberikan penjelasan pada peserta

didik tentang pembelajaran menggunakan

model kooperatif tipe TGT.

• Guru membentuk kelompok belajar, memilih

ketua kelompok dan mengatur tempat duduk

siswa agar setiap anggota kelompok dapat

saling berdiskusi dengan nyaman.

• Guru mengawali dengan menjelaskan materi

Pengertian Kalor, Kalor dapat Mengubah Suhu

Benda dengan menggunakan media ceramah

• Peserta didik diberi materi diskusi berupa

65 menit

Page 64: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

modul pembelajaran materi pokok Kalor

secara individu dalam kelompok.

• Peserta didik yang sudah memahami materi

tersebut, diminta untuk menjelaskan kepada

teman yang belum faham.

• Guru membimbing peserta didik dalam

mendiskusikan konsep Kalor dalam

kehidupan sehari-hari.

• Guru memberi soal TGT antar kelompok. Tiap

kelompok diminta menyelesaikan soal

berkompetisi secepat mungkin.

Konfirmasi

• Peserta didik diberi informasi bahwa Bagi

kelompok yang dapat menyelesaikan lebih

dahulu, salah satu wakilnya diminta

menyampaikan pekerjaan kelompok di depan

kelas dengan bimbingan guru. Bagi kelompok

yang maju diberikan penghargaan nilai

sebagai penguatan dan motivasi.

3 Penutup

• Guru memberikan soal pilihan ganda kepada

setiap siswa.

• setiap kelompok diminta menyimpulkan

tentang materi yang telah dipelajari.

• Setelah semua kelompok mengutarakan

pendapatnya kemudian guru memberi

penguatan dari kesimpulan setiap kelompok

tentang materi yang telah dipelajari.

• Peserta didik diberi tugas untuk mempelajari

materi selanjutnya, dan memberi tahu

pembelajaran yang akan dilaksanakan pada

10 menit

Page 65: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

pertemuan selanjutnya sama dengan

pembelajaran pada pertemuan ini.

Jumlah Waktu 80 menit

Sumber Belajar

• Wasis, dkk. Ilmu Pengetahuan Alam Jilid 1 untuk SMP dan MTs kelas VII,

Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

• Dra. Anni Winarsih, dkk. IPA Terpadu Untuk MTs Kelas VII, Jakarta:

Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

Penilaian Hasil Belajar

• Jenis Penilaian :

• Tes tertulis

• Bentuk Instrumen :

• Tes Objektif pilihan ganda

Tegal, 4 Oktober 2011

Guru Mata Pelajaran Peneliti,

Turyani, S.Pd. Iqtirobul Fudlla

Mengetahui

Kepala Sekolah MTs NU 01 Kramat

H. Masyhuri, S.Pd.I

Page 66: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SIKLUS II

Sekolah : MTs NU 01 KRAMAT

Kelas / Semester : VII / I

Mata Pelajaran : IPA (Fisika)

Pertemuan Ke : Kedua

Standar Kompetensi

Memahami wujud zat dan perubahannya

Kompetensi Dasar

Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu

benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Indikator

• Mengamati pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan perubahan

wujud zat

• Mengamati banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu

zat

• Mengamati faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan

• Mengamati kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur

• Menerapkan hubungan Q = m c ∆t, Q = m U, dan Q = m L untuk

menyelesaikan masalah sederhana

Alokasi waktu: 2x 40 menit

Tujuan Pembelajaran

• Siswa mampu mendefinisikan pengertian kalor dalam peristiwa sehari-

hari dengan benar melalui diskusi.

• Siswa mampu menarik kesimpulan bahwa kalor dapat mempengaruhi

suhu dan wujud benda dengan benar melalui diskusi.

Lampiran 3

Page 67: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

• Siswa mampu mengelompokkan perubahan wujud yang melepaskan

kalor dan menerima kalor dalam kehidupan sehari-hari dengan benar

melalui diskusi.

Materi Pembelajaran : Kalor

Langkah-langkah Kegiatan :

No Kegiatan pembelajaran Alokasi Waktu

1 Pendahuluan

Apersepsi

Samakah yang diperlukan untuk menaikan suhu

suatu zat jika massanya berbeda ?

5 menit

2 Kegiatan Inti

Eksplorasi

• Guru menyiapkan peralatan dan buku

pembelajaran yang menyangkut dalam model

pembelajaran TGT

• Guru memberikan petunjuk-petunjuk yang

akan dilaksanakan dalam kegiatan

pembelajaran

Elaborasi

• Guru memberikan penjelasan pada peserta

didik tentang pembelajaran menggunakan

model kooperatif tipe TGT.

• Guru membentuk kelompok belajar, memilih

ketua kelompok dan mengatur tempat duduk

siswa agar setiap anggota kelompok dapat

saling berdiskusi dengan nyaman.

• Guru mengawali dengan menjelaskan materi

Wujud Zat dan Perpindahan Kalor dengan

menggunakan media ceramah

• Peserta didik diberi materi diskusi berupa

• 65 menit

Page 68: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

modul pembelajaran materi pokok Kalor

secara individu dalam kelompok.

• Peserta didik yang sudah memahami materi

tersebut, diminta untuk menjelaskan kepada

teman yang belum faham.

• Guru membimbing peserta didik dalam

mendiskusikan konsep Kalor dalam

kehidupan sehari-hari.

• Guru memberi soal TGT antar kelompok. Tiap

kelompok diminta menyelesaikan soal

berkompetisi secepat mungkin.

Konfirmasi

• Peserta didik diberi informasi bahwa Bagi

kelompok yang dapat menyelesaikan lebih

dahulu, salah satu wakilnya diminta

menyampaikan pekerjaan kelompok di depan

kelas dengan bimbingan guru. Bagi kelompok

yang maju diberikan penghargaan nilai sebagai

penguatan dan motivasi.

3 Penutup

• Guru memberikan soal pilihan ganda kepada

setiap siswa.

• Guru meminta setiap kelompok menyimpulkan

tentang materi yang telah dipelajari.

• Setelah semua kelompok mengutarakan

pendapatnya kemudian guru memberi

penguatan dari kesimpulan setiap kelompok

tentang materi yang telah dipelajari.

• Guru memberikan tugas untuk mempelajari

materi selanjutnya, dan memberi tahu

pembelajaran yang akan dilaksanakan pada

10 menit

Page 69: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

pertemuan selanjutnya sama dengan

pembelajaran pada pertemuan ini.

Jumlah Waktu 80 menit

Sumber Belajar

• Wasis, dkk. Ilmu Pengetahuan Alam Jilid 1 untuk SMP dan MTs kelas VII,

Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

• Dra. Anni Winarsih, dkk. IPA Terpadu Untuk MTs Kelas VII, Jakarta: Pusat

Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

Penilaian Hasil Belajar

• Jenis Penilaian :

• Tes tertulis

• Bentuk Instrumen :

• Tes Objektif pilihan ganda

Tegal, 8 Oktober 2011

Guru Mata Pelajaran Peneliti,

Turyani, S.Pd. Iqtirobul Fudlla

Mengetahui

Kepala Sekolah MTs NU 01 Kramat

H. Masyhuri, S.Pd.I

Page 70: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

KISI – KISI SOAL REBUTAN TGT SIKLUS 1

Satuan Pendidikan : MTs NU 01 Kramat

Mata Pelajaran : IPA

Kelas/Semester : VII/1

Materi Pokok : Kalor

Alokasi Waktu/ Jumlah Soal : 1 10 menit/6 soal

Bentuk Soal : Uraian

Standar Kompetensi : Memahami wujud benda dan perubahannya.

Kompetensi Dasar Materi Indikator Nomor

Soal

Bentuk

Tes

Mendeskripsikan

peran kalor dalam

mengubah wujud zat

dan suhu suatu benda

serta penerapannya

dalam kehidupan

sehari-hari.

1. Kalor 1. Menjelaskan pengertian

dan pengaruh kalor

terhadap perubahan

suhu.

2. Mengidentifikasi benda

yang telah menerima dan

telah melepas kalor.

1 – 4

5

Uraian

Uraian

Lampiran 4

Page 71: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

KISI – KISI SOAL KELOMPOK TGT SIKLUS 1

Satuan Pendidikan : MTs NU 01 Kramat

Mata Pelajaran : IPA

Kelas/Semester : VII/1

Materi Pokok : Kalor

Alokasi Waktu/ Jumlah Soal : 1 10 menit/6 soal

Bentuk Soal : Uraian

Standar Kompetensi : Memahami wujud benda dan perubahannya.

Kompetensi Dasar Materi Indikator Nomor

Soal

Bentuk

Tes

Mendeskripsikan

peran kalor dalam

mengubah wujud zat

dan suhu suatu benda

serta penerapannya

dalam kehidupan

sehari-hari.

1. Kalor 1. Menghitung banyaknya

kalor yang diperlukan

untuk menaikkan suhu

zat.

2. Menerapkan hubungan

antara kalor dengan

kenaikan suhu, massa dan

jenis zat dalam soal.

1

2-6

Uraian

Uraian

Page 72: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

Soal TGT Siklus 1

Soal rebutan

1. Apa yang dimaksud dengan kalor?

2. Sebutkan tiga faktor yang mempengaruhi kalor dapat mengubah suhu zat!

3. Satu kilo kalori sama dengan .....

4. Sebutkan bentuk perubahan wujud zat karena pengaruh kalor !

5. Sebutka 3 contoh kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan kalor !

Soal Kelompok

1. Berapa kalor yang diperlukan untuk memanaskan 500 g air dari 25 °C menjadi

100 °C, jika kalor jenis air adalah 4.200 J kg-1 °C-1?

2. Sebuah besi yang bermassa 2 kg dipanaskan dari 14 °C menjadi 30 °C. Jika

kalor yang diperlukan untuk memanaskan besi tersebut adalah 14.400 J,

berapakah kalor jenis besi tersebut?

3. Kalor 31,5 kJ dilepaskan dari 1,2 kg es pada suhu -15 °C. Berapakah suhu

akhirnya, jika kalor jenis es adalah 2.100 J kg-1 °C-1?

4. Untuk menaikkan suhu suatu benda dari 10 °C hingga 30 °C diperlukan kalor

60.000 J. Hitung besar kapasitas kalor benda tersebut!

5. Hitunglah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menguapkan 2 kg air suhu

100oC jika kalor uap 2.260.000 j/kg?

6. Hitunglah banyaknya kalor yang diperlukan untuk melebur 2 kg es 0 oC pada

titik leburnya jika kalor lebur es 336.000 J/kg!

Lampiran 5

Page 73: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

JAWABAN SOAL TGT SIKLUS I

Jawaban Soal Rebutan

1. Kalor adalah energy yang berpindah dari benda bersuhu tinggi ke benda

yang bersuhu rendah saat benda bersentuhan

2. Massa, Kalor Jenis, Perubahan Suhu

3. 4,2 x 10 3 joule

4. Mencair, mengembun, menguap, menyublim, mengkristal dan membeku

5. Menjemur Pakaian, Menyetrika, Memasak, dll

Jawaban Soal Kelompok

Diketahui :

massa air (m) = 500 g = 0,5 kg

kalor jenis air (c) = 4.200 J kg-1 °C-1

kenaikan suhu air (∆T) = 100 °C – 25 °C = 75 °C

Ditanya Q = ...?

Jawab :

Q = m⋅ c ⋅ ∆T = (0,5 kg) × (4.200 J kg-1 °C-1) × (75 °C)

= 157.500 J

Jadi, kalor yang diperlukan adalah 157.500 J.

Diketahui :

massa besi (m) = 2 kg

kenaikan suhu besi (∆T) = 30 °C – 14 °C = 16 °C

energi kalor yang diperlukan (Q) = 14.400 J

Ditanya c = ...?

Jawab :

Diketahui :

suhu awal = -15 °C

massa es (m) = 1,2 kg

kalor jenis es (c) = 2.100 J kg-1 °C-1

energi kalor yang dilepaskan (Q) = 31,5 kJ = 31.500 J

Ditanya :suhu akhir = ...?

1.

2.

3.

Page 74: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

Diketahui :

Q = 60.000 J

T1= 10 °C

T2= 30 °C

Ditanya : C = ….?

Jawab :

Diketahui :

m = 2 kg

U = 2.260.000 J/kg

Ditanyakan : Q……?

Jawab :

Q = m . U

= 2 kg × 2.260.000 J/kg

= 4.520.000 joule

Q = 4.520 kilojoule

Diketahui :

m = 2 kg

L = 336.000 J/kg

Ditanyakan : Q….?

Jawab :

Q = m . L

= 2 kg × 336.000 J/kg

= 672.000 J

Q = 672 kJ

4.

5.

6.

Page 75: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

KISI – KISI SOAL TES SIKLUS 1

Satuan Pendidikan : MTs NU 01 Kramat

Mata Pelajaran : IPA

Kelas/Semester : VII/1

Materi Pokok : Kalor

Alokasi Waktu/ Jumlah Soal : 2 40 menit/10

Bentuk Soal : Pilihan Ganda

Standar Kompetensi : Memahami wujud benda dan perubahannya.

Kompetensi Dasar Materi Indikator Nomor

Soal

Bentuk

Tes

Mendeskripsikan

peran kalor dalam

mengubah wujud zat

dan suhu suatu benda

serta penerapannya

dalam kehidupan

sehari-hari.

1. Kalor 1. Menjelaskan pengertian

dan pengaruh kalor

terhadap perubahan

suhu.

2. Mengidentifikasi benda

yang telah menerima dan

telah melepas kalor.

3. Menghitung banyaknya

kalor yang diperlukan

untuk menaikkan suhu

zat.

1 – 3

4 – 6

7 – 10

Pilihan

Ganda

Pilihan

Ganda

Pilihan

Ganda

Lampiran 6

Page 76: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

LEMBAR SOAL TES SIKLUS I

Nama :

Kelas : VII - A

Waktu : 10 Menit

Kerjakan soal di bawah ini dengan memilih jawaban a, b, c, dan d yang anda

anggap paling benar!

1. Dalam Sistem Internasional, kalor dinyatakan dalam satuan ....

a. Kalori

b. Joule

c. Egr

d. Kilokalori

2. Suatu benda jika diberi kalor akan mengalami ....

a. Perubahan wujud dan massa zat

b. Perubahan ukuran dan massa zat

c. Perubahan suhu dan wujud zat

d. Perubahan Suhu dan ukuran zat

3. Bila tekanan pada zat cair diperbesar maka ....

a. Titik bekunya akan lebih tinggi

b. Titik bekunya akan lebih rendah

c. Titik bekunya tidak berubah

d. Zat cair itu tidak membeku

4. Kalor adalah suatu bentuk energi yang secara alamiyah dapat berpindah

dari benda yang bersuhu ….

a. Rendah ke tinggi

b. Sama suhunya

c. Tetap

d. Tinggi ke rendah

5. Perpindahan kalor secara alamiah antara dua benda bergantung pada ….

a. Massa masing-masing benda

b. Suhu masing-masing benda

c. Tekanan masing-masing benda

Lampiran 7

Page 77: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

d. Wujud benda

6. Sepotong es akan dipanaskan sampai menimbulkan uap untuk

membuktikan ….

a. Adanya kalor pada benda

b. Kalor dapat mengubah wujud zat

c. Kalor dapat pindah ke benda

d. Adanya perpindahan kalor pada setiap zat.

7. Bilangan yang menyatakan banyaknya kalor yang diperlukan untuk

menaikkan suhu 1 kg zat sebesar 1°C adalah ....

a. Masa jenis

b. Kapasitas kalor

c. Kalor jenis

d. Rambatan kalor

8. Energi yang diperlukan untuk menaikan suhu 4 kg besi dari 20°C hingga

70°C dimana kalor jenis besi 460 j/ kg°C. adalah …

a. 9200 J

b. 32200 J

c. 92000 J

d. 394000 J

9. Factor-faktor berikut ini yang tidak mempengaruhi banyaknya kalor

adalah ….

a. Kalor jenis

b. Kenaikan suhu

c. Massa

d. Waktu

10. Jika pakaian hitam dan putih di jemur bersama, kain hitam akan lebih

cepat kering dari pada kain putih karena warna hitam ….

a. Banyak memancarkan kalor

b. Sedikit menyerap kalor

c. Banyak menyerap kalor

d. sedikit menyerap kalor

Page 78: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

KUNCI JAWABAN

1. B

2. C

3. B

4. D

5. B

6. B

7. C

8. C

9. D

10. C

Page 79: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

KISI – KISI SOAL REBUTAN SIKLUS II

Satuan Pendidikan : MTs NU 01 Kramat

Mata Pelajaran : IPA

Kelas/Semester : VII/1

Materi Pokok : Kalor

Alokasi Waktu/ Jumlah Soal : 1 10 menit/6 soal

Bentuk Soal : Uraian

Standar Kompetensi : Memahami wujud benda dan perubahannya.

Kompetensi Dasar Materi Indikator Nomor

Soal

Bentuk

Tes

Mendeskripsikan

peran kalor dalam

mengubah wujud zat

dan suhu suatu benda

serta penerapannya

dalam kehidupan

sehari-hari.

1. Kalor 1. Menjelaskan

perpindahan kalor.

2. Mengaplikasikan

penerapan sifat-sifat

perpindahan kalor dalam

kehidupan sehari-hari.

1 – 3

4 – 5

Uraian

Uraian

Lampiran 8

Page 80: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

KISI – KISI SOAL KELOMPOK SIKLUS II

Satuan Pendidikan : MTs NU 01 Kramat

Mata Pelajaran : IPA

Kelas/Semester : VII/1

Materi Pokok : Kalor

Alokasi Waktu/ Jumlah Soal : 1 10 menit/6 soal

Bentuk Soal : Uraian

Standar Kompetensi : Memahami wujud benda dan perubahannya.

Kompetensi Dasar Materi Indikator Nomor

Soal

Bentuk

Tes

Mendeskripsikan

peran kalor dalam

mengubah wujud zat

dan suhu suatu benda

serta penerapannya

dalam kehidupan

sehari-hari.

1. Kalor 1. Menerapkan hubungan

antara kalor uap dan

kalor lebur dengan

massa dan jenis zat

dalam soal.

1 – 6

Uraian

Page 81: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

Soal TGT Siklus II

1. Apakah yang dimaksud dengan menguap

2. Apakah yang dimaksud dengan mencair

3. Apakah yang dimaksud dengan membeku

4. Es krim dibiarkan beberapa saat dalam keadaan terbuka, apa yang terjadi

selanjutnya dengan es krim tersebut?

5. Jika kita memasak air didataran tinggi dan didataran rendah, manakah yang

paling cepat mendidih ?

Soal Kelompok

1. Berapakah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menguapkan 3 kg air pada

suhu 100 °C jika kalor uap air 2.260.000 J kg-1

?

2. Berapakah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menguapkan 5 kg air pada

suhu 70 °C jika kalor uap air 2.260.000 J kg-1

?

3. Hitunglah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menguapkan 2 kg air suhu

100 °C jika kalor uap 2.260.000 J/kg?

4. Berapakah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menguapkan 2 kg air pada

suhu 100 °C jika kalor uap air 206.000 J kg-1

?

5. Hitunglah banyaknya kalor yang diperlukan untuk melebur 4 kg es 0 °C pada

titik leburnya jika kalor lebur es 448.000 J/kg

6. Hitunglah banyaknya kalor yang diperlukan untuk melebur 2 kg es 0 °C pada

titik leburnya jika kalor lebur es 336.000 J/kg!

7. Berapakah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menguapkan 10 kg air pada

suhu 100 °C jika kalor uap air 206.000 J kg-1

?

8. Hitunglah banyaknya kalor yang diperlukan untuk melebur 1 kg es 0 °C pada

titik leburnya jika kalor lebur es 448.000 J/kg

Lampiran 9

Page 82: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

JAWABAN SOAL TGT SIKLUS II

Kunci Jawaban Soal Rebutan

1. Perubahan wujud zat dari cair menjadi gas

2. Perubahan wujud zat dari padat menjadi cair

3. Perubahan wujud zat dari cair menjadi padat

4. Es krim tersebut akan mencair karena terkena kalor

5. Lebih cepat mendidih di dataran tinggi

Kunci Jawaban Soal Kelompok

1. Diketahui :

massa air (m) = 3 kg

kalor uap air (U) = 2.260.000 J

Ditanya : Q = ...?

Jawab :

Q = m · U = (3 kg) × (2.260.000 J kg-1) = 6.780.000 J

Jadi, banyaknya kalor yang diperlukan adalah 6.780.000 J.

2. Diketahui :

massa aluminium (m) = 5 kg

kalor lebur aluminium (L) = 403.000 J kg-1

Ditanya : Q = ….?

Jawab :

Q = m · L

= (5 kg) × (403.000 J kg-1) = 2.015.000 J

Jadi, banyaknya kalor yang diperlukan adalah sebesar 2.015.000 J.

3. Diketahui :

m = 2 kg

U = 2.260.000 J/kg

Ditanyakan : Q .....?

Jawab :

Q = m . U

= 2 kg × 2.260.000 J/kg

Page 83: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

= 4.520.000 joule

Q = 4.520 kilojoule

Jadi, banyaknya kalor yang diperlukan adalah 4.520 KJ

4. Diketahui :

m = 2 kg

U = 206.000 J kg-1

Ditanyakan : Q .....?

Jawab :

Q = m . U

= 2 kg × 260.000 J/kg-1

= 412.000 joule

Q = 412 kilojoule

Jadi, banyaknya kalor yang diperlukan adalah 412 KJ.

5. Diketahui :

m = 4 kg

L = 448.000 J/kg

Ditanyakan : Q .... ?

Jawab :

Q = m . L

= 4 kg × 448.000 J/kg

= 1.792.000 J

Q = 1.792 kJ

Jadi, banyaknya kalor yang diperlukan adalah 1.792 KJ.

6. Diketahui :

m = 2 kg

L = 336.000 J/kg

Ditanyakan : Q .... ?

Jawab :

Q = m . L

= 2 kg × 336.000 J/kg

Page 84: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

= 672.000 J

Q = 672 kJ

Jadi, banyaknya kalor yang diperlukan adalah 672 kJ.

7. Diketahui :

m = 10 kg

U = 206.000 J kg-1

Ditanyakan : Q .....?

Jawab :

Q = m . U

= 10 kg × 260.000 J/kg-1

= 2.600.000 joule

Q = 2.600 Kilojoule

Jadi, banyaknya kalor yang diperlukan adalah 2.600 KJ.

8. Diketahui :

m = 1 kg

L = 448.000 J/kg

Ditanyakan : Q .... ?

Jawab :

Q = m . L

= 1 kg × 448.000 J/kg

= 448.000 J

Q = 448 KJ

Jadi, banyaknya kalor yang diperlukan adalah 448 KJ.

Page 85: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

KISI – KISI SOAL TES SIKLUS II

Satuan Pendidikan : MTs NU 01 Kramat

Mata Pelajaran : IPA

Kelas/Semester : VII/1

Materi Pokok : Kalor

Alokasi Waktu/ Jumlah Soal : 2 40 menit/10

Bentuk Soal : Pilihan Ganda

Standar Kompetensi : Memahami wujud benda dan perubahannya.

Kompetensi Dasar Materi Indikator Nomor

Soal

Bentuk

Tes

Mendeskripsikan

peran kalor dalam

mengubah wujud zat

dan suhu suatu benda

serta penerapannya

dalam kehidupan

sehari-hari.

2. Kalor 1. Menjelaskan

perpindahan kalor.

2. Menerapkan hubungan

antara kalor uap dan

kalor lebur dengan

massa dan jenis zat

dalam soal.

3. Mengaplikasikan

penerapan sifat-sifat

perpindahan kalor dalam

kehidupan sehari-hari.

1 – 3

4 – 7

8 – 10

Pilihan

Ganda

Pilihan

Ganda

Pilihan

Ganda

Lampiran 10

Page 86: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

LEMBAR SOAL TES

Nama :

Kelas : VII - A

Waktu : 10 Menit

Kerjakan soal di bawah ini dengan memilih jawaban a, b, c, dan d yang anda

anggap paling benar!

1. Banyaknya kalor yang diperlukan oleh zat untuk menguap dapat dicari

dengan persamaan ….

a. Q = t . U

b. Q = m . U

c. Q = m/U

d. Q = U/m

2. Bila alkohol ditetakan ke kulit tangan maka tangan akan terasa dingin,

sebab.....

a. Alkohol meresap ke kulit

b. Alkohol melepas kalor kekulit kita

c. Alkohol menguap sambil memberi kalor ke kulit kita

d. Alkohol menguap setelah menyerap kalor dari kulit kita

3. Berikut ini merupakan cara untuk mempercepat penguapan, kecuali....

a. Pemanasan atau menaikkan suhu

b. Meniup udara diatas permukaan

c. Memperluas permukaan atau diding penguapan

d. Menambah tekanan diatas permukaan

4. Pada setiap zat berlaku bahwa suhu zat tetap ketika zat berubah wujud

dengan syarat.....

a. Tekanannya tetap

b. Tekanannya di perbesar

c. Tekanannya di perkecil

d. Massanya tetap

Lampiran 11

Page 87: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

5. Kalor yang diperlukan akan menguapkan 1 kg zat cair menjadi 1kg gas

pada titik didihnya disebut

a. Kalor lebur

b. Kalor jenis

c. Kalor embun

d. Kalor uap

6. Titik didih mormal zat adalah titik didih pada tekanan .....

a. 0,5 atm

b. 1,0 atm

c. 1,5 atm

d. 2,0 atm

7. Perpindahan medium tanpa disertai perpindahan partikel-partikel zat

perantara disebut..

Page 88: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

a. Konduksi

b. Konveksi

c. Radiasi

d. Aliran

8. Perpindahan secara konveksi dapat terjadi pada.....

a. Zat cair secara aliran

b. Zat padat secara rambatan

c. Gas secara pancaran

d. Ruang hampa secara pancaran

9. Energi kalor yang diperlukan untuk memanaskan sebuah benda

bergantung pada ….

a. Jenis zat, masa zat dan perubahan suhu

b. Jenis zat, volume zat dan perubahan suhu

c. Masa jenis, jenis zat dan volume zat

d. Masa zat, volume zat dan perubahan suhu

10. Semakin besar masa benda maka semakin besar ….

a. Kalor jenisnya

b. Kalor leburnya

c. Kalor Uapnya

d. Kalor yang diserap untuk menaikan suhu benda 10C

Page 89: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

KUNCI JAWABAN

1. B

2. D

3. A

4. B

5. B

6. C

7. A

8. A

9. A

10. D

Page 90: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

BAHAN AJAR

KALOR

A. Pengertian Kalor

Sebelum abad ke-17, orang berpendapat bahwa kalor merupakan zat

yang mengalir dari suatu benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang

suhunya lebih rendah jika kedua benda tersebut bersentuhan atau bercampur.

Jika kalor merupakan suatu zat tentunya akan memiliki massa dan ternyata

benda yang dipanaskan massanya tidak bertambah. Kalor bukan zat tetapi

kalor adalah suatu bentuk energi dan merupakan suatu besaran yang

dilambangkan Q dengan satuan Joule (J), sedang satuan lainnya adalah

Kalori (kal). Hubungan satuan joule dan kalori adalah 1 Kalori = 4,2 Joule

dan 1 Joule = 0,24 Kalori.

B. Kalor dapat Mengubah Suhu Benda

Semua benda dapat melepas dan menerima kalor. Benda-benda yang

bersuhu lebih tinggi dari lingkungannya akan cenderung melepaskan kalor.

Demikian juga sebaliknya benda-benda yang bersuhu lebih rendah dari

lingkungannya akan cenderung menerima kalor untuk menstabilkan kondisi

dengan lingkungan di sekitarnya. Suhu zat akan berubah ketika zat tersebut

melepas atau menerima kalor. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan

bahwa kalor dapat mengubah suhu suatu benda.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kalor Suatu Zat antara lain Kalor

jenis suatu zat dan Kapasitas kalor. Kalor jenis suatu zat adalah banyaknya

kalor yang yang diperlukan oleh suatu zat bermassa 1 Kg untuk menaikkan

suhu 1°C. Sebagai contoh, kalor jenis air 4.200 J/kg°C, artinya kalor yang

diperlukan untuk menaikkan suhu 1 Kg air sebesar 1 °C adalah 4.200 J. Kalor

jenis suatu zat dapat diukur dengan alat kalorimeter.

Kapasitas kalor didefinisikan sebagai jumlah kalor yang diperlukan

untuk menaikkan suhu 1 °C atau 1 K. Secara matematis kalor jenis dan

kapasitas kalor dirumuskan:

Lampiran 12

Page 91: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

Keterangan:

Q = Jumlah kalor yang diserap atau dilepas (J)

C = Kapasitas kalor (J °C-1

Atau J K-1

)

∆T = Kenaikan suhu (°C atau K)

m = Massa benda (Kg)

c = Kalor jenis (J Kg-1

°C-1

)

Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan atau menurunkan

suhu suatu benda bergantung pada massa benda (m), kalor jenis benda (c),

perubahan suhu (ΔT ). Hubungan banyaknya kalor, massa zat, kalor jenis zat,

dan perubahan suhu zat dapat dinyatakan dalam persamaan.

Keterangan:

Q = Banyaknya kalor yang diserap atau dilepaskan (Joule)

m = Massa zat (kg)

c = Kalor jenis zat (Joule/Kg°C)

ΔT = Perubahan suhu (°C)

C. Kalor dapat Mengubah Wujud Zat

Suatu zat apabila diberi kalor terus-menerus dan mencapai suhu

maksimum, maka zat akan mengalami perubahan wujud. Peristiwa ini juga

berlaku jika suatu zat melepaskan kalor terus-menerus dan mencapai suhu

minimumnya. Oleh karena itu, selain kalor dapat digunakan untuk mengubah

suhu zat, juga dapat digunakan untuk mengubah wujud zat.

Untuk memudahkan kamu mengingat perubahan wujud zat,

perhatikan diagram perubahan wujud zat di atas. Anak panah yang bergaris

tegas menyatakan bahwa dalam proses perubahan wujud, zat tersebut

Page 92: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

memerlukan kalor. Adapun anak panah yang bergaris putus-putus

menyatakan bahwa dalam proses perubahan wujud, zat tersebut melepaskan

kalor.

Menyublim adalah peristiwa perubahan wujud dari padat menjadi gas.

Pada peristiwa menyublim, zat padat memerlukan kalor. Adapun mengkristal

adalah proses perubahan wujud dari gas menjadi padat. Pada peristiwa

menyublim, zat gas melepaskan kalor. Ciri dari perubahan wujud yang

memerlukan kalor adalah terjadinya kenaikan suhu. Sedangkan ciri dari

perubahan wujud yang melepaskan kalor adalah terjadinya penurunan suhu.

a. Menguap

Pada waktu memanaskan air akan tampak uap keluar dari

permukaan air. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pada waktu menguap

zat memerlukan kalor. Jika air dipanaskan terus-menerus, lama-kelamaan

air tersebut akan habis. Habisnya air akibat berubah wujud menjadi uap

atau gas. Peristiwa ini disebut menguap, yaitu perubahan wujud dari cair

ke gas, karena molekul-molekul zat cair bergerak meninggalkan

permukaan zat cairnya.

Pada waktu menguap zat cair memerlukan kalor, kalor yang

diberikan pada zat cair akan mempercepat gerak molekul-molekulnya

sehingga banyak molekul zat air yang meninggalkan zat cair itu menjadi

uap. Penguapan zat cair dapat dipercepat dengan cara sebagai berikut

1) Memanaskan Zat Cair

Pemanasan pada zat cair dapat meningkatkan volume ruang

gerak zat cair sehingga ikatan-ikatan antara molekul zat cair menjadi

tidak kuat dan akan mengakibatkan semakin mudahnya molekul zat

cair tersebut melepaskan diri dari kelompoknya yang terdeteksi

sebagai penguapan. Contohnya pakaian basah dijemur di tempat

yang mendapat sinar matahari lebih cepat kering dari pada dijemur

di tempat yang teduh.

2) Memperluas Permukaan Zat Cair

Page 93: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

Peristiwa lepasnya molekul zat cair tidak dapat berlangsung

secara serentak akan tetapi bergiliran dimulai dari permukaan zat

cair yang punya kesempatan terbesar untuk melakukan penguapan.

Dengan demikian untuk mempercepat penguapan kita juga bisa

melakukannya dengan memperluas permukaan zat cair tersebut.

Contohnya air teh panas dalam gelas akan lebih cepat dingin jika

dituangkan ke dalam cawan atau piring.

3) Mengurangi Tekanan pada Permukaan Zat Cair

Pengurangan tekanan udara pada permukaan zat cair berarti

jarak antar partikel udara di atas zat cair tersebut menjadi lebih

renggang. Akibatnya molekul air lebih mudah terlepas dari

kelompoknya dan mengisi ruang kosong antara partikel-partikel

udara tersebut. Hal yang sering terjadi di sekitar kita adalah jika kita

memasak air di dataran tinggi akan lebih cepat mendidih daripada

ketika kita memasak di dataran rendah.

4) Meniupkan Udara di Atas Zat Cair

Pada saat pakaian basah dijemur, proses pengeringan tidak

sepenuhnya dilakukan oleh panas sinar matahari, akan tetapi juga

dibantu oleh adanya angin yang meniup pakaian sehingga angin

tersebut membawa molekul-molekul air keluar dari pakaian dan

pakaian menjadi cepat kering.

b. Mendidih

Mendidih adalah peristiwa penguapan zat cair yang terjadi di

seluruh bagian zat cair tersebut. Peristiwa ini dapat dilihat dengan

munculnya gelembung-gelembung yang berisi uap air dan bergerak dari

bawah ke atas dalam zat cair. Zat cair yang mendidih jika dipanaskan

terus-menerus akan berubah menjadi uap. Banyaknya kalor yang

diperlukan untuk mengubah 1 kg zat cair menjadi uap seluruhnya pada

titik didihnya disebut kalor uap (U). Besarnya kalor uap dapat

dirumuskan:

Page 94: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

Keterangan

Q = Kalor yang diserap/dilepaskan (Joule)

m = Massa zat (Kg)

U = Kalor uap (Joule/Kg)

Jika uap didinginkan akan berubah bentuk menjadi zat cair, yang

disebut mengembun. Pada waktu mengembun zat melepaskan kalor,

banyaknya kalor yang dilepaskan pada waktu mengembun sama dengan

banyaknya kalor yang diperlukan waktu menguap dan suhu di mana zat

mulai mengembun sama dengan suhu di mana zat mulai menguap.

c. Melebur

Melebur adalah peristiwa perubahan wujud zat padat menjadi zat

Cair. Banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah satu satuan

massa zat padat menjadi cair pada titik leburnya disebut kalor lebur (L).

Besarnya kalor lebur dapat dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan

Q = Kalor yang diserap/dilepas (Joule)

m = Massa zat (Kg).

L = Kalor lebur (Joule/Kilogram)

Jika zat cair didinginkan akan membeku, pada saat membeku zat

melepaskan kalor. Banyaknya kalor yang dilepaskan oleh satu satuan

massa zat cair menjadi padat disebut kalor beku.

D. Perpindahan Kalor

Ada tiga cara dalam perpindahan kalor yaitu:

4) Perpindahan Kalor secara Konduksi

Perpindahan kalor dengan cara konduksi disebabkan karena

partikelpartikel penyusun ujung zat yang bersentuhan dengan sumber

kalor bergetar. Makin besar getarannya, maka energi kinetiknya juga

makin besar. Energi kinetik yang besar menyebabkan partikel tersebut

Page 95: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

menyentuh partikel di dekatnya, demikian seterusnya sampai akhirnya

ujung yang lain terasa panas.

5) Perpindahan Kalor secara Konveksi

Perpindahan kalor secara konveksi terjadi karena adanya

perbedaan massa jenis dalam zat tersebut. Perpindahan kalor yang diikuti

oleh perpindahan partikel-partikel zatnya disebut konveksi/aliran. Selain

perpindahan kalor secara konveksi terjadi pada zat cair, ternyata

konveksi juga dapat terjadi pada gas/udara. Peristiwa konveksi kalor

melalui penghantar gas sama dengan konveksi kalor melaui penghantar

air.

Kegiatan tersebut juga dapat digunakan untuk menjelaskan prinsip

terjadinya angin darat dan angin laut.

c. Angin Darat

Angin darat terjadi pada malam hari dan berhembus dari darat ke

laut. Hal ini terjadi karena pada malam hari udara di atas laut lebih panas

dari udara di atas darat, sehingga udara di atas laut naik diganti udara di

atas darat. Maka terjadilah aliran udara dari darat ke laut. Angin darat

dimanfaatkan oleh para nelayan menuju ke laut untuk menangkap ikan.

d. Angin Laut

Angin laut terjadi pada siang hari dan berhembus dari laut ke

darat. Hal ini terjadi karena pada siang hari udara di atas darat lebih

panas dari udara di atas laut, sehingga udara di atas darat naik diganti

udara di atas laut. Maka terjadilah aliran udara dari laut ke darat. Angin

laut dimanfaatkan oleh nelayan untuk kembali ke darat atau pantai

setelah menangkap ikan. Pemanfaatan konveksi dalam kehidupan sehari-

hari, antara lain: pada sistem pendinginan mobil (radiator), pembuatan

cerobong asap, dan lemari es.

6) Perpindahan Kalor secara Radiasi

Bagaimanakah energi kalor matahari dapat sampai ke bumi?

Telah kita ketahui bahwa antara matahari dengan bumi berupa ruang

hampa udara, sehingga kalor dari matahari sampai ke bumi tanpa melalui

Page 96: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

zat perantara. Perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara atau medium

ini disebut radiasi/hantaran. Contoh perpindahan kalor secara radiasi,

misalnya pada waktu kita mengadakan kegiatan perkemahan, di malam

hari yang dingin sering menyalakan api unggun. Saat kita berada di dekat

api unggun badan kita terasa hangat karena adanya perpindahan kalor

dari api unggun ke tubuh kita secara radiasi. Walaupun di sekitar kita

terdapat udara yang dapat memindahkan kalor secara konveksi, tetapi

udara merupakan penghantar kalor yang buruk (isolator). Jika antara api

unggun dengan kita diletakkan sebuah penyekat atau tabir, ternyata

hangatnya api unggun tidak dapat kita rasakan lagi. Hal ini berarti tidak

ada kalor yang sampai ke tubuh kita, karena terhalang oleh penyekat itu

Page 97: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN

NO NAMA SISWA

INDIKATOR

Memper-

hatikan

Memba-

Ca

Menge

luarkan

penda

pat

Menyalin/

Mencatat

Meme-

cahkan

soal

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 Abu Widianto

2 Adi Pratama

3 Afif Hidayatullah

4 Akhmad Iin Parikhin

5 Amin Nurdin

6 Anaqoh Nurutsani

7 Aulia Nurul Izzati

8 Dedy Rijalussurur

9 Dwi Purwaningsih

10 Edo Darussalam

11 Fasyikha

12 Firgiawan Abdi Laksono

13 Ibdu Zakaria

14 Iis Yudi Sugiarto

15 Intan Nurcahyani Ilma

16 Intan Sari Anggraeni

17 Isnatul Baeti Farodisa

18 Joko Satriyo

19 Lutfi Ade Lestianingsih

20 Lutfiani

21 Maulana Akhsan

22 Mohamad Oka Afandi

23 Mohamad Abdul Jafar

24 Muhammad Hasby IU

25 Muhammad Ifan Refani

26 Mukhamad Afrian

27 Nindi Nurizah

28 Nungky Fadilah

29 Nur Khalimah

30 Nurul Fadilah

31 Nurul Khairun Nisa

32 Putri Asteria Arlita

33 Riska Monita Putri

34 Riska Zakiatus Zahro

35 Rizkon Arif Hidayat

36 Safinatun Asiyah

Page 98: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

37 Sholawatun Indah NA

38 Siti Daripah

39 Tri Atika Sari

40 Viki Leksano Setya M

41 Wiwit Fatimatuzzahro

42 Zainul Irfan

No Indikator Skor Keterangan

1 Memperhatikan

1. Tidak memperhatikan sama sekali

2. Jarang memperhatikan

3. Memperhatikan dengan seksama

2 Membaca

1. Tidak membaca sama sekali

2. Jarang membaca

3. Membaca dengan seksama

3 Mengeluarkan

pendapat

1. Tidak mengeluarkan pendapat sama sekali

2. Mengeluarkan pendapat 1 atau 2 kali

3. Mengeluarkan pendapat lebih dari 2 kali

4 Menyalin /

Menyatat

1. Tidak mencatat sama sekali

2. Mencatat dengan asal-asalan

3. Mencatat dengan seksama

5 Memecahkan

soal

1. Tidak terlibat dalam memecahkan soal

2. Kadang-kadang terlibat dalam memecahkan soal

3. Selalu terlibat dalam memecahkan soal.

Tegal, 04 Oktober 2011

Observer

(Iqtirobul Fudlla)

07361100

Page 99: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

DOKUMENTASI PELAKSANAAN PENELITIAN

Lampiran 14

Page 100: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

ii

Page 101: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

iii

Page 102: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

iv

Page 103: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

v

Page 104: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain... · 10. Keluarga besar Fisika IAIN Walisongo Semarang 11. Keluarga besar

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa:

Nama : Iqtirobul Fudlla

Tempat/Tanggal Lahir : Tegal, 09 Desember 1989

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Alamat : Jl. Sanderageni No.14 Kemantran Kramat Tegal

Pendidikan

1996 – 2001 : MI NU 01 Kramat Tegal

2001 – 2004 : MTs NU 01 Kramat Tegal

2004 – 2007 : MA NU 03 Seunan Katong Kaliwungu Kendal

2007 : IAIN Walisongo

Demikian daftar riwayat hidup pendidikan penulis ini dibuat dan harap

menjadikan maklum adanya.

Semarang, 29 Mei 2012

Iqtirobul Fudlla

NIM. 073611009