23
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII-G SMP NEGERI 1 SALATIGA JURNAL Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika Oleh: Ika Kusumarani 202013064 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14595/2/T1_202013064_Full... · pada saat proses belajar mengajar guru masih menggunakan model

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14595/2/T1_202013064_Full... · pada saat proses belajar mengajar guru masih menggunakan model

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII-G

SMP NEGERI 1 SALATIGA

JURNAL

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Ika Kusumarani

202013064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 2: PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14595/2/T1_202013064_Full... · pada saat proses belajar mengajar guru masih menggunakan model
Page 3: PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14595/2/T1_202013064_Full... · pada saat proses belajar mengajar guru masih menggunakan model
Page 4: PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14595/2/T1_202013064_Full... · pada saat proses belajar mengajar guru masih menggunakan model
Page 5: PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14595/2/T1_202013064_Full... · pada saat proses belajar mengajar guru masih menggunakan model
Page 6: PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14595/2/T1_202013064_Full... · pada saat proses belajar mengajar guru masih menggunakan model

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII-G

SMP NEGERI 1 SALATIGA

Ika Kusumarani

1, Erlina Prihatnani

2

Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 1Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email:[email protected] 2Dosen Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email:[email protected]

ABSTRAK

Permasalahan pencapaian hasil belajar di kelas VIIIG SMP Negeri 1 Salatiga yang belum sesuai

harapan menjadi dasar dilakukannya penelitian tindakan kelas (PTK) ini. Tujuan PTK ini adalah

untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa tersebut dengan menerapkan model

Discovery Learning. Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang berbasis penemuan

dimana siswa mengkonstruksi pengetahuan yang sedang dipelajari. Penelitian ini dilakukan pada

materi Bangun Ruang Sisi Datar dengan jumlah subjek 26 siswa. Penelitian PTK ini menggunakan

model Kemmis & Mc Taggart yang terdiri dari 2 siklus dengan 4 tahap pada setiap siklusnya, yaitu

perencanaan(plan), tindakan(act), observasi dan refleksi. Metode yang digunakan adalah metode

dokumentasi (untuk mendapatkan data prasiklus), metode observasi (mengukur keterlaksanaan

penerapan Discovery Learning) dan metode tes (mengukur hasil belajar). Keterlaksanaan penerapan

Discovery Learning mencapai 75,23% (masuk kategori baik) pada siklus I dan semakin baik 95,23%

(masuk kategori sangat baik) pada siklus II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil

belajar pada siklus I sebesar 80,3 dan meningkat pada siklus II menjadi 91,11 (masing-masing siklus

telah mencapai KKM). Persentase ketuntasan klasikal pada siklus I (61,53%) belum mencapai batas

ketuntasan klasikal, dan telah mencapai batas ketuntasan klasikal pada siklus II (84,61%). Oleh

karena itu disimpulkan bahwa penerapan model Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar

matematika pada siswa kelas VIIIG SMP Negeri 1 Salatiga.

Kata Kunci: model discovery learning, hasil belajar, bangun ruang sisi datar, PTK

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Tujuan pembelajaran matematika meliputi dua hal, yaitu mempersiapkan siswa agar

sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan yang selalu berkembang

melalui latihan bertindak dengan dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur,

efisien, maupun efektif dan mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika serta

pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan menerapkannya dalam mempelajari

ilmu pengetahuan lainnya (Suherman, dkk. 2003:58). Salah satu indikator tercapai atau

tidaknya tujuan pembelajaran adalah dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh siswa

(Djamarah, 2000:25).

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar

yang dicapai dalam bentuk angka atau skor setelah diberikan tes (Dimyati dan Mudjiono,

Page 7: PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14595/2/T1_202013064_Full... · pada saat proses belajar mengajar guru masih menggunakan model

2013:3). Adapun hasil belajar menurut Nasution (2006:36) adalah hasil dari suatu interaksi

tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru, tes

tersebut dapat berupa ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan

selama pembelajaran berlangsung, tes akhir semester, dan sebagainya.

Kenyataannya, belum semua hasil belajar sesuai yang diharapkan. Salah satunya

adalah hasil belajar di SMP Negeri 1 Salatiga khususnya pada kelas VIIIG. Berdasarkan data

daftar nilai dari guru terlihat bahwa dari 26 siswa kelas VIIIG terdapat 57,70% (15 siswa)

yang tidak tuntas dan hanya 42,30% (11 siswa) saja yang dapat mencapai KKM yang telah

ditetapkan yaitu 80. Selain itu, menurut hasil wawancara kepada bapak Edi Waspodo yang

merupakan salah satu guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 1 Salatiga

khususnya kelas VIIIG beserta observasi dalam pembelajaran matematika, terlihat bahwa

pada saat proses belajar mengajar guru masih menggunakan model pembelajaran yang masih

berpusat pada guru. Dalam pelaksanakan pembelajaran di kelas, guru langsung memberikan

dan menjelaskan materi, sedangkan siswa duduk dan mendengarkan untuk menerima materi.

Proses pembelajaran matematika yang terjadi di kelas tersebut adalah proses transfer

pengetahuan dari guru ke siswa tanpa adanya upaya guru untuk menggali pengetahuan yang

dimiliki siswa maupun memberi kesempatan siswa untuk mengkonstruksi sendiri materi yang

sedang dipelajari. Hasil dari proses pembelajaran seperti itu kurang optimal. Oleh karena itu

perlu adanya tindak lanjut dari permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran matematika di

kelas VIIIG SMPN 1 Salatiga.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memilih dan menerapkan model

pembelajaran yang hendaknya memperhatikan hakikat belajar, karakteristik siswa dan juga

karakteristik mata pelajaran. Belajar menurut paham konstruktivisme adalah bagaimana siswa

mengkonstruksikan suatu konsep berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dan

peran guru hanya sebagai fasilitator untuk membantu siswa dalam menciptakan iklim belajar

yang kondusif (Heruman, 2013:5). Oleh karena itu, guru perlu merancang pembelajaran yang

dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap suatu materi (Suleman, 2013). Salah

satu pembelajaran yang mementingkan adanya perolehan konsep adalah model Discovery

Learning.

Menurut Cahyo (2013: 100), model Discovery Learning merupakan salah satu model

pembelajaran dimana guru tidak langsung memberikan hasil akhir atau kesimpulan dari

materi yang disampaikannya melainkan siswa diberi kesempatan mencari dan menemukan

hasil data tersebut, sehingga proses pembelajaran ini yang akan diingat oleh siswa sepanjang

masa dan hasil yang ia dapat tidak mudah dilupakan. Bruner (Schunk, 2012: 372)

Page 8: PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14595/2/T1_202013064_Full... · pada saat proses belajar mengajar guru masih menggunakan model

mengatakan bahwa Discovery Learning mengacu pada penguasaan pengetahuan untuk

dirinya sendiri dengan cara perumusan dan pengujian hipotesis-hipotesis, bukan sekedar

membaca dan mendengarkan penjelasan dari guru melainkan dengan penalaran induktif.

Keberhasilan model Discovery Learning untuk meningkatkan hasil belajar

matematika sudah dibuktikan dalam beberapa penelitian, diantaranya penelitian Supriyanto

(2014), Sinatra (2012) dan Zunaidi (2015). Supriyanto (2014) menerapkan Discovery

Learning pada siswa kelas VI SD pada materi keliling dan luas lingkaran, Sinatra (2012)

menerapkan Discovery Learning pada siswa kelas X SMK pada materi bentuk pangkat, akar

dan logaritma , sedangkan Zunaidi (2015) menerapkan Discovery Learning pada siswa kelas

IX SMP pada materi bangun ruang sisi lengkung. Ketiga penelitian ini telah membuktikan

bahwa model Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika.

Adanya teori tentang Discovery Learning dan beberapa hasil penelitian tentang

Discovery Learning menjadi dasar pemilihan model Discovery Learning sebagai salah satu

bentuk upaya mengatasi masalah rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas VIIIG SMP

Negeri 1 salatiga. Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar matematika

siswa kelas VIIIG SMP Negeri 1. Diharapkan penelitian ini dapat memberi kesempatan

kepada siswa untuk dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang dipelajari sehingga hal

ini dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa.

KAJIAN TEORI

Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar

yang dicapai dalam bentuk angka atau skor setelah diberikan tes (Dimyati dan Mudjiono,

2013:3). Menurut Nasution (2006:36), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi

tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru, tes

tersebut dapat berupa ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan

selama pembelajaran berlangsung, tes akhir semester, dan sebagainya. Adapun menurut

Supratiknya (2012:5), hasil belajar adalah objek penilaian kelas berupa kemampuan-

kemampuan baru yang diperoleh murid sesudah mereka mengikuti proses belajar-mengajar

tentang mata pelajaran tertentu dimana pemerolehan kemampuan baru tersebut akan terwujud

dalam perubahan tingkah laku tertentu, seperti dari tidak tahu menjadi tahu tentang seluk-

beluk gejala tertentu, dari acuh-tak-acuh menjadi menyukai objek atau aktivitas tertentu, serta

dari tidak bisa menjadi cakap melakukan ketrampilan tertentu. Berdasarkan uraian tersebut

Page 9: PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14595/2/T1_202013064_Full... · pada saat proses belajar mengajar guru masih menggunakan model

maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil suatu interaksi tindak belajar

mengajar yang dicapai dalam bentuk angka atau skor setelah diberikan tes oleh guru.

Model Discovery Learning

Menurut Cahyo (2013: 100) dan Ba’ru (2016), model discovery learning adalah salah

satu cara mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa dimana guru tidak langsung

memberikan hasil akhir atau kesimpulan dari materi yang disampaikannya melainkan siswa

memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya, dengan mencari dan

menemukan sendiri hasil data tersebut, sehingga proses pembelajaran ini yang akan diingat

oleh siswa sepanjang masa sehingga hasil yang ia dapat tidak mudah dilupakan. Model

Discovery learning merupakan suatu model pemecahan masalah yang akan bermanfaat bagi

anak didik dalam menghadapi kehidupannya di kemudian hari (Rosarina :2016). Bruner

(Schunk, 2012: 372) mengatakan bahwa Discovery Learning mengacu pada penguasaan

pengetahuan untuk dirinya sendiri dengan cara perumusan dan pengujian hipotesis-hipotesis,

bukan sekedar membaca dan mendengarkan penjelasan dari guru melainkan dengan

penalaran induktif. Penalaran induktif berarti siswa mempelajari contoh-contoh spesifik

dahulu, setelah itu barulah merumuskan aturan-aturan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip

umum.

Menurut Kemendikbud (2016), pembelajaran menemukan (Discovery Learning),

adalah pembelajaran untuk menemukan konsep, makna, dan hubungan kausal melalui

pengorganisasian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Pembelajaran dalam

Discovery Learning memiliki tiga ciri utama yaitu: 1) mengeksplorasi dan memecahkan

masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; 2) berpusat

pada peserta didik; 3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan

yang sudah ada. Adapun langkah-langkah model Discovery Learning, menurut Syah

(Hosnan, 2014: 289), Richard (Hamdani, 2011: 185), Wahyudi (2015) dan Joko Tri Prasetya

(Illahi, 2012: 87) adalah sebagai berikut.

1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)

Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan,

kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi agar timbul keinginan untuk

menyelidiki sendiri. Guru mengajukan pertanyaan, menganjurkan membaca buku, dan

aktivitas belajar yang menunjang dalam persiapan memecahkan masalah.

2. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)

Dalam hal ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi

sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,

Page 10: PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14595/2/T1_202013064_Full... · pada saat proses belajar mengajar guru masih menggunakan model

kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban

sementara atas pertanyaan masalah)

3. Data collection (pengumpulan data)

Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection)berbagai

informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara

sumber, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya.

4. Data processing (pengolahan data)

Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data atau informasi yang telah diperoleh

para peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya. Selanjutnya

ditafsirkan, dan semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu

dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada kepercayaan tertentu.

5. Verifikasi (pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar

atau tidaknya hipotesis yang telah ditetapkan dengan temuan alternatif, dihubungkan

dengan data processing.

6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

Pada tahap ini dilakukan proses penarikan sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan

prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan

memperhatikan hasil verifikasi.

Takdir (2012: 70-71), mengemukakan bahwa Model Disecovery Learning memiliki

kelebihan-kelebihan diantaranya sebagai berikut.

1) Dalam penyampaian bahan, digunakan kegiatan dan pengalaman langsung yang akan

lebih menarik perhatian anak didik dan memungkinkan pembentukan konsep-konsep

abstrak yang mempunyai makna.

2) Lebih realistis dan mempunyai makna, sebab para anak didik dapat bekerja langsung

dengan contoh-contoh nyata.

3) Discovery merupakan suatu model pemecahan masalah yang akan memberikan peluang

para anak didik untuk belajar lebih intens dalam memecahkan masalah sehingga dapat

berguna dalam menghadapi kehidupan dikemudian hari.

4) Dengan sejumlah transfer secara langsung, maka kegiatan Discovery Learning akan

lebih mudah diserap oleh anak didik dalam memahami kondisi tertentu yang berkenaan

dengan aktivitas pembelajaran.

5) Discovery Learning banyak memberikan kesempatan bagi para anak didik untuk terlibat

langsung dalam kegiatan belajar.

Page 11: PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14595/2/T1_202013064_Full... · pada saat proses belajar mengajar guru masih menggunakan model

Selain memiliki kelebihan-kelebihan, ternyata model Discovery Learning juga

memiliki kekurangan-kekurangan. Berikut Kekurangan dari model pembelajaran Discovery

Learning menurut Takdir (2012: 72-73).

1) Belajar mengajar menggunakan Discovery Learning membutuhkan waktu yang lebih

lama.

2) Bagi anak didik yang berusia muda, kemampuan berpikir rasional mereka masih terbatas.

3) Kesukaran dalam menggunakan faktor subjektifitas ini menimbulkan kesukaran dalam

memahami suatu persoalan yang berkenaan dengan pengajaran Discoery Learning.

4) Faktor kebudayaan dan kebiasaan,

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

Kelas (PTK). Dalam penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan guru kelas dalam

mengidentifikasi permasalahan. Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan dalam penelitian

ini adalah model spiral Kemmis & Mc Taggart yang terdiri dari beberapa siklus. Setiap siklus

terdiri dari 4 komponen yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (act), observasi dan refleksi.

Siklus ini akan terus berjalan dengan tahap berurutan sampai mencapai tujuan yang

diinginkan, sesuai dengan indikator kinerja. Adapun indikator keberhasilan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Rata-rata nilai hasil belajar siswa mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 80;

2. Persentase siswa yang masuk kategori tuntas mencapai 75%;

3. Terjadi peningkatan rata-rata kelas setelah pemberian tindakan;

Penelitian ini dikatakan berhasil jika dapat mencapai ketiga indikator tersebut.

Subjek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIIIG SMP

Negeri 1 Salatiga yang terdiri dari 26 siswa (13 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan).

Data dalam penelitian tindakan kelas berupa data kualitatif dan kuantitatif. Metode

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi,

observasi, dan tes.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Prasiklus

Data daftar nilai ulangan matematika dari guru menunjukkan bahwa siswa yang

mencapai KKM hanya mencapai 42,30%. Rekapitulasi hasil belajar matematika siswa pada

prasiklus dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan data tersebut, maka dilakukan wawancara

Page 12: PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14595/2/T1_202013064_Full... · pada saat proses belajar mengajar guru masih menggunakan model

dengan guru dan juga observasi dalam pembelajaran matematika di kelas sebagai upaya

untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab rendahnya hasil belajar

matematika tersebut.

Tabel 1

Hasil Belajar Matematika Siswa pada Prasiklus

Jumlah

Siswa Nilai Tertinggi Nilai Terendah

Nilai Rata-

rata Kelas

Siswa yang Tuntas Siswa yang Belum

Tuntas

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

26 94 44 71,92 11 42,30% 15 57,70%

Proses pembelajaran matematika di kelas VIIIG SMP Negeri 1 Salatiga menggunakan

model pembelajaran yang berpusat pada guru dengan menggunakan metode ceramah.

Dimana guru berperan sebagai sumber informasi dan siswa sebagai penerima informasi.

Dalam pembelajaran guru memberikan contoh soal yang hampir mirip pengerjaannya dengan

latihan soal yang akan diberikan sehingga tidak ada kesempatan siswa untuk mencari strategi

sendiri dalam memecahkan soal.

B. Siklus I

1. Perencanaan

Perencaanaan tindakan yang dilakukan pada siklus I adalah berdiskusi dengan guru

untuk menentukan materi dan waktu pelaksanaan tindakan, dilanjutkan perancangan skenario

pembelajaran dengan memperhatikan model Discovery Learning, penyusunan RPP sesuai

standar proses kurikulum 2013, penyusunan lembar observasi untuk kegiatan guru dan

lembar observasi siswa. Peneliti juga menyiapkan alat peraga berupa bangun ruang kubus,

balok, prisma dan limas, dan membuat lembar kerja siswa (LK) yang digunakan dalam

pembelajaran sesuai dengan skenario yang ada serta instrumen penilaian yang digunakan

untuk mengukur hasil belajar pada siklus I. Adapun peneliti melakukan validasi instrumen

dengan bantuan pakar yaitu 2 guru matematika SMP Negeri 1 Salatiga (Bapak Edi Waspodo,

S.Pd dan Bapak Nur Rozi, S.Pd) serta satu dosen dari pendidikan matematika (Prof.

Sutriyono).

2. Tahap Pelaksanaan dan Observasi Siklus I

Siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan (5 jam pelajaran) yang dilakukan pada

tanggal 13, 17, 18 bulan Maret tahun 2017. Tujuan pertemuan pertama yaitu siswa dapat

menentukan luas permukaan kubus dan balok. Pertemuan kedua bertujuan agar siswa dapat

menentukan luas permukaan prisma, sedangkan pertemuan terakhir bertujuan agar siswa

dapat menentukan luas permukaan limas. Kegiatan pembelajan pada siklus I dapat dilihat

pada Tabel 2.

Page 13: PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14595/2/T1_202013064_Full... · pada saat proses belajar mengajar guru masih menggunakan model

Tabel 2

Kegiatan Pembelajaran Siklus I Sintaks

Discovery

Learning

Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III

1. Stimulation 1. Guru memperlihatkan bangun

ruang kubus dan balok

1. Guru memperlihatkan bangun

ruang prisma

1. Guru memperlihatkan bangun

ruang limas.

2. Problem

satement

2. Guru bertanya:

a. Manakah yang

merupakan permukaan

dari kubus dan balok

b. Apa itu luas permukaan?

c. Bagaimana cara

menentukan luas

permukaan dari kubus

dan balok?

2. Guru bertanya:

a. Manakah yang merupakan

permukaan dari prisma?

b. Bagaimana cara menentukan

luas permukaan prisma?

2. Guru bertanya:

a. Manakah yang merupakan

permukaan dari limas?

b. Bagaimana cara

menentukan luas

permukaan limas?

3. Data

Collection

3. Guru membagikan kubus dan

balok dengan jaring-jaring

berbeda.

4. Guru membagikan LK yang

dilengkapi petunjuk untuk

merumuskan luas permukaan

kubus dan balok

3. Guru menggali lebih dalam lagi

pemahaman mereka tentang

prisma guna mendapatkan data

yang dibutuhkan dalam

menentukan rumus luas

permukaan prisma dengan

mengajukan pertanyaan sbb:

a. manakah yang merupakan

alas prisma?

b. Manakah yang merupakan

tutup prisma?

c. Kenapa ini merupakan alas

dan tutup prissma?

d. Manakah yang merupakan

tinggi dari prisma?

e. Manakah yang termasuk sisi

tegak?

f. Apa itu sisi tegak prisma?

3. Guru menggali lebih dalam lagi

pemahaman mereka tentang

limas guna mendapatkan data

yang dibutuhkan dalam

menentukan rumus luas

permukaan limas dengan

mengajukan pertanyaan sbb:

a. manakah yang merupakan

alas limas?

b. Manakah yang merupakan

sisi tegak limas?

c. Manakah tinggi limas?

d. Manakah yang merupakan

tinggi sisi tegak limas?

e. Apakah tinggi limas dan

tinggi sisi tegak limas

sama?

f. Bagaimana cara mencari

tinggi sisi tegak limas

apabila diketahui panjang

alas dan tinggi limasnya?

5. Data

Prosesing

5. Siswa mengerjakan LK. 4. Siswa bersama guru mulai

mengolah data yang mereka

temukan pada tahap sebelumnya

4. Siswa bersama guru mulai

mengolah data yang mereka

temukan pada tahap

sebelumnya

6. Verifikasi 6. Beberapa perwakilan

kelompok menyajikan secara

tertulis dan lisan hasil temuan

mereka kedepan kelas

5. Dua siswa diminta maju kedepan

kelas dan mencoba menghitung

luas permukaan alat peraga

berbentuk prisma.

5. Dua siswa diminta maju

kedepan kelas dan mencoba

menghitung luas permukaan

alat peraga berbentuk limas.

7. Generaliza-

tion,

7. Guru menuliskan kesimpulan

dari keseluruhan presentasi

dan tanya jawab di papan

tulis

6. Guru menuliskan kesimpulan

dari keseluruhan pembelajaran di

papan tulis

6. Guru menuliskan kesimpulan

dari keseluruhan pembelajaran

di papan tulis

Pelaksanaan pembelajaran dengan model Discovery Learning peneliti sebagai guru

diobservasi oleh bapak Edi Waspodo, S.Pd. selaku guru kelas VIIIG SMP Negeri 1 Salatiga.

Dilaksanakan penilaian yang terdiri dari 6 aspek, yaitu aspek penguasaan materi ajar,

kesesuaian dengan kurikulum 2013, kesesuaian dengan RPP, penerapan Discovery Learning,

penguasaan kelas dan karakteristik guru. Hasil pengisian lembar observasi guru pada siklus I

dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 14: PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14595/2/T1_202013064_Full... · pada saat proses belajar mengajar guru masih menggunakan model

Tabel 3

Hasil Lembar Observasi Guru pada Siklus I Aspek Persentase Kategori

Penguasaan Materi Ajar 80% Baik

Kesesuaian dengan Kurikulum 2013 84% Sangat Baik

Kesesuaian dengan RPP 92,3% Sangat Baik

Penerapan Discovery Learning 75,23% Baik

Penguasaan Kelas 82,6% Sangat Baik

Karakteristik Guru 80% Baik

Tabel 3 menunjukkan bahwa semua aspek observasi guru pada siklus I tidak ada satu

pun yang masuk dalam kategori kurang baik. Meski sudah dalam kategori baik namun

persentase ketercapaian terkecil adalah aspek penerapan Discovery learning (75,23%) hal ini

dikarenakan pembelajaran siklus I yang telah berlangsung khususnya pada pertemuan kedua

dan ketiga, hampir semua tahapan penemuan masih dibantu oleh guru. Sehingga belum

memberi kesempatan penuh kepada siswa untuk menemukan sendiri.

Pengamatan terhadap siswa pada saat kegiatan pembelajaran dilakukan dengan mengisi

lembar observasi siswa. Hasil pengisian lembar observasi siswa pada siklus I dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4

Hasil Lembar Observasi Siswa pada Siklus I

Aspek

Kategori

Kurang Baik Baik Sangat Baik

Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase

Kedisiplinan (Kedatangan dan Pengumpulan

Tugas) 5 19,23% 11 42,30% 10 38,46%

Keaktifan (Interaktif dalam tanya jawab dan

Berperan dalam diskusi kelompok) 4 15,38% 8 30,76% 14 53,84%

Antusiasme/Minat (Mau bertanya dengan

teman sekelompoknya dan Membantu teman

yang bertanya) 6 23,07% 8 30,76% 14 53,84%

Tabel 4 memperlihatkan bahwa terdapat 5 siswa yang tergolong kurang baik dalam

aspek kedisiplinan, ini dikarenan kelima siswa tersebut pada saat mengumpulkan tugas selalu

menunda-nunda pengumpulannya. Pada aspek keaktifan terdapat 4 siswa yang tergolong

kurang baik dikarenakan pada waktu diskusi kelompok keempat siswa tersebut tidak ikut

berdiskusi dengan kelompoknya malah asyik ngobrol dan bermain sendiri. Selanjutnya pada

aspek antusiasme/minat terdapat 6 siswa yang tergolong kurang baik, hal ini dikarenakan

pada waktu ada presentasi kelompok lain, keenam siswa ini tidak memperhatikan malah

ngobrol dan asyik bermain sendiri.

3. Refleksi

Nilai tertinggi yang dicapai pada siklus I adalah 100, sedangkan nilai terendahnya

adalah 60. Nilai rata-rata kelas 80,3 yang menunjukkan telah mengalami peningkatan dari

prasiklus dan telah mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 80. Siswa yang tuntas sebanyak

Page 15: PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14595/2/T1_202013064_Full... · pada saat proses belajar mengajar guru masih menggunakan model

62% (16 siswa) sehingga belum mencapai batas minimal ketuntasan klasikal (75%). Masih

terdapat 10 siswa yang belum tuntas dikarenakan siswa kurang memahami soal cerita yang

diberikan dan siswa masih kurang teliti dalam meghitung sehingga mereka tidak menemukan

pilihan jawaban yang benar, selain itu faktor perkiraan waktu yang tidak sesuai membuat

mereka kekurangan waktu dalam mengerjakan tes. Hasil belajar matematika siswa pada

siklus I dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5

Hasil Belajar Matematika Siswa pada Siklus I

Jumlah

Siswa

Nilai

Tertinggi

Nilai

Terendah

Nilai Rata-

rata Kelas

Siswa yang Tuntas Siswa yang Belum

Tuntas

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

26 100 60 80,3 16 62% 10 38%

Perbandingan hasil belajar matematika siswa pada prasiklus dan siklus I dapat dilihat

pada Gambar 1, sedangkan perubahan hasil belajar matematika siswa pada prasiklus dan

siklus I dapat dilihat pada Diagram 1.

Diagram 1 menunjukkan bahwa siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar

matematika pada siklus I sebanyak 73%, walaupun ada juga sebanyak 23% siswa mengalami

penurunan dikarenakan pada waktu tes mereka kekurangan waktu dalam mengerjakan.

Walaupun demikian, hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar

matematika pada siswa dibandingkan pada saat prasiklus. Berdasarkan analisis terhadap data

hasil belajar matematika siswa pada siklus I, disimpulkan bahwa masih perlu diadakan siklus

II guna memenuhi syarat minimal klasikal yang dapat dilihat dari ketercapaian klasikal siswa

yang tuntas mencapai 75%.

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526

No absen siswa

Grafik Hasil Belajar Matematika Siswa pada Prasiklus dan Siklus I

Pra Siklus Siklus I

Gambar 1 :Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa pada

Prasiklus dan Siklus I

23%

4% 73%

Diagram Perubahan Hasil Belajar

Matematika Siswa pada Prasiklus

dan siklus 1

Penurunan

Tetap

Peningkatan

Diagram 1 : perubahan hasil belajar

matematika siswa pada prasiklus dan Siklus I

Page 16: PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14595/2/T1_202013064_Full... · pada saat proses belajar mengajar guru masih menggunakan model

Berdasarkan hasil pengamatan baik terhadap pelaksanan pembelajaran oleh guru

maupun aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan berdasarkan analisis hasil

belajar matematika siswa, maka diperoleh beberapa kelebihan siklus I, diantaranya

pelaksanaan siklus I sudah terlaksana sesuai rencana dan siswa sudah mulai bisa

mengkonstruk sendiri materi yang dipelajari dengan berbantuan LK sehingga beberapa siswa

mengalami peningkatan pada hasil belajarnya.

Kekurangan yang ditemukan pada siklus I diantaranya adalah keterampilan guru dalam

hal mengatur jalannya diskusi dan presentasi masih kurang, hal ini terlihat pada saat diskusi

kelompok masih ada beberapa siswa yang malah asyik mengobrol dan bermain sendiri serta

pada waktu presentasi kelompok hanya dua siswa saja yang aktif mempresentasikan hasil

diskusi mereka, anggota lainnya hanya diam dan sekedar ikut maju ke depan kelas. Selain itu

pada pertemuan kedua dan ketiga tahapan penemuan masih dibantu oleh guru sehingga belum

memberi kesempatan penuh kepada siswa untuk menemukan sendiri.

C. Siklus II

1. Perencanaan

Perencanaan tindakan siklus II tidak jauh berbeda dengan perencanaan pada siklus I.

Adapun perbedaannya adalah menyusun strategi untuk mengatasi permasalahan pada siklus I,

yaitu mengatur jalannya diskusi dan presentasi serta proses penemuan dilakukan dengan

diskusi kelompok semua agar memberikan kesempatan penuh kepada siswa untuk

menemukan sendiri. Strategi yang digunakan dalam mengatur jalannya diskusi adalah

mewajibkan pembagian tugas kepada setiap anggota kelompok untuk presentasi. Misal

menentukan siapa yang bertugas mempresentasikan soal materi, dan siapa yang akan

membantu untuk menggunakan alat peraga.

2. Pelaksanaan dan Observasi Siklus II

Siklus II dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan (6 jam pelajaran) dilakukan pada

tanggal 22, 23 bulan Maret 2017 dan tanggal 7 bulan April tahun 2017. Tujuan pertemuan

pertama yaitu siswa dapat menentukan volume kubus dan balok. Pertemuan kedua bertujuan

agar siswa dapat menentukan volume prisma, sedangkan pertemuan terakhir bertujuan agar

siswa dapat menentukan volume limas. Kegiatan pembelajaran pada siklus II dapat dilihat

pada Tabel 6.

Page 17: PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14595/2/T1_202013064_Full... · pada saat proses belajar mengajar guru masih menggunakan model

Tabel 6

Kegiatan Pembelajaran Siklus II

Sintaks

Discovery

Learning

Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III

1. Stimulation 1. Guru memperlihatkan

bangun ruang kubus dan

balok serta kubus satuan.

1. Guru memperlihatkan bangun

ruang balok yang tersusun dari

dua buah prisma.

2. Guru seolah-olah memotong

balok tersebut menjadi dua

bagian sama besar yang

menghasilkan dua buah prisma

segitiga.

1. Guru memperlihatkan bangun

ruang limas.

2. Guru membagikan bangun

ruang kubus dan limas kepada

setiap kelompok

3. Problem

satement

2. Guru bertanya:

a. Apa yang dimaksud

dengan volume?

b. Bagaimana cara

menentukan volume

dari kubus dan balok?

3. Guru bertanya:

a. Bangun apakah yang

terbentuk dari perpotongan

balok tersebut?

b. Bagaimana hubungan

volume balok dan volume

bangun yang diperoleh?

c. Bagaimana prosedur

memperoleh volume

bangun yang diperoleh jika

bermula dari volume

balok?

3. Guru bertanya:

a. Cermati apakah luas alas

limas dan kubus sama

b. Apakah tinggi limas dan

panjang rusuk kubus

sama? Kalau tidak,

berapakah tinggi limas?

c. Bagaimana prosedur

memperoleh volume

limas?

3. Data

Collection

4. Guru membagikan kubus

dan balok beserta kubus-

kubus kecil sebagai kubus

satuan kepada setiap

kelompok.

5. Guru membagikan LK

yang dilengkapi petunjuk

untuk merumuskan volume

kubus dan balok

4. Guru membagikan LK yang

dilengkapi petunjuk untuk

merumuskan volume prisma

kepada setiap kelompok.

4. Guru membagikan LK yang

dilengkapi petunjuk untuk

merumuskan volume limas.

6. Data

Prosesing

6. Siswa mengerjakan LK. 5. Siswa mengerjakan LK. 5. Siswa mengerjakan LK.

7. Verifikasi 7. Beberapa perwakilan

kelompok menyajikan

secara tertulis dan lisan

hasil temuan mereka

kedepan kelas

6. Beberapa perwakilan kelompok

menyajikan secara tertulis dan

lisan hasil temuan mereka

kedepan kelas

6. Beberapa perwakilan

kelompok menyajikan secara

tertulis dan lisan hasil temuan

mereka kedepan kelas

8. Generaliza-

tion,

8. Guru menuliskan

kesimpulan dari

keseluruhan presentasi dan

tanya jawab di papan tulis

7. Guru menuliskan kesimpulan

dari keseluruhan pembelajaran

di papan tulis

7. Guru menuliskan kesimpulan

dari keseluruhan pembelajaran

di papan tulis

Seperti halnya siklus I, pada siklus II juga dilakukan observasi terhadap peneliti sebagai

guru. Rekapitulasi hasil lembar observasi guru tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7

Hasil Lembar Observasi Guru pada Siklus II Aspek Persentase Kategori

Penguasaan Materi Ajar 84% Sangat Baik

Kesesuaian dengan Kurikulum 2013 86,6% Sangat Baik

Kesesuaian dengan RPP 100% Sangat Baik

Penerapan Discovery Learning 95% Sangat Baik

Penguasaan Kelas 86% Sangat Baik

Karakteristik Guru 90% Sangat Baik

Tabel 7 menunjukkan bahwa sama seperti siklus I, semua aspek observasi guru pada

siklus II tidak ada satu pun yang masuk dalam kategori kurang baik. Namun demikian, jika

Page 18: PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14595/2/T1_202013064_Full... · pada saat proses belajar mengajar guru masih menggunakan model

pada siklus I penerapan disecovery Learning mendapatkan nilai persentase terendah, pada

siklus II penerapan Discovery Learning meningkat dan masuk kategori sangat baik. Hal ini

dikarenakan dalam siklus II proses penemuan tidak didominasi oleh guru lagi namun siswa

melakukan penemuan sendiri, dan guru hanya sekedar memfasilitasi dengan LK yang

didalamnya terdapat langkah-langkah yang bisa dilakukan dalam proses penemuan.

Pengamatan terhadap siswa pada saat kegiatan pembelajaran dilakukan dengan mengisi

lembar observasi siswa. Hasil pengisian lembar observasi siswa pada siklus II dapat dilihat

pada Tabel 8.

Tabel 8

Hasil Lembar Observasi Siswa pada Siklus II

Aspek

Kategori

Kurang Baik Baik Sangat Baik

Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase

Kedisiplinan (Kedatangan dan Pengumpulan

Tugas) 2 7,69% 5 19,23% 19 73,07%

Keaktifan (Interaktif dalam tanya jawab dan

Berperan dalam diskusi kelompok) 2 7,69% 4 15,38% 20 76,92%

Antusiasme/Minat (Menunjukkan sikap fokus

pada pembelajaran, Menunjukkan ekspresi

senang dan semangat dalam mengikuti

pembelajaran)

2 7,69% 4 15,38% 20 76,92%

Tabel 8 menunjukkan bahwa pada siklus II siswa yang masuk kategori sangat baik

lebih dari 50% (untuk semua aspek). Namun masih terdapat 2 siswa masuk kategori kurang

baik dalam aspek kedisiplinan, hal ini dikarenan kedua siswa tersebut pada saat

mengumpulkan tugas masih selalu menunda-nunda pengumpulannya. Pada aspek keaktifan

terdapat 2 siswa yang tergolong kurang baik dikarenakan siswa tersebut masih suka

mengobrol dengan temannya pada saat diskusi kelompok berlangsung. Selanjutnya pada

aspek antusiasme/minat terdapat 2 siswa yang tergolong kurang baik, hal ini dikarenakan

pada waktu ada presentasi kelompok lain, kedua siswa ini tidak memperhatikan malah asyik

mengobrol dengan temannya.

3. Refleksi

Nilai tertinggi yang dicapai pada siklus II adalah 100, sedangkan nilai terendahnya

adalah 60. Nilai rata-rata kelas 91,11 yang menunjukkan telah mengalami peningkatan

dibanding saat siklus I dan telah mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 80. Masih terdapat 4

siswa yang belum tuntas, kesulitan yang dialami keempat siswa tersebut pada siklus II adalah

kurang dapat memahami soal cerita yang diberikan dan masih kurang teliti dalam

menghitung. Siswa yang tuntas sebanyak 85% (22 siswa) sehingga dari ketercapaian klasikal

siswa yang tuntas sudah mencapai 75%. Hasil belajar matematika siswa pada siklus II dapat

dilihat pada Tabel 9.

Page 19: PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14595/2/T1_202013064_Full... · pada saat proses belajar mengajar guru masih menggunakan model

Tabel 9

Hasil Belajar Matematika Siswa pada Siklus II

Jumlah

Siswa

Nilai

Tertinggi

Nilai

Terendah

Nilai Rata-

rata Kelas

Siswa yang Tuntas Siswa yang Belum

Tuntas

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

26 100 60 91,11 22 85% 4 15%

Perbandingan hasil belajar matematika siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat

pada Gambar 2, sedangkan perubahan hasil belajar matematika siswa pada siklus I dan siklus

II dapat dilihat pada Diagram 2.

Diagram 2 menunjukkan bahwa siswa yang mengalami penurunan hasil belajar

matematika pada siklus II sebanyak 8% (2 siswa). Hal tersebut dikarenakan kedua siswa

tersebut kurang teliti dalam membaca soal yang diberikan, misalkan pada soal diminta

volumenya berubah menjadi liter tetapi jawaban yang dipilih masih dalam bentuk .

Berdasarkan hasil analisis terhadap data hasil belajar matematika siswa pada siklus II,

disimpulkan bahwa tidak perlu diadakan siklus selanjutnya. Hal tersebut dikarenakan semua

indikator keberhasilan telah tercapai dan telah terbukti bahwa penggunaan model Discovery

Learning mampu meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas VIIIG SMP

Negeri 1 Salatiga.

Berdasarkan hasil pengamatan baik terhadap pelaksanan pembelajaran oleh guru

ataupun aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan berdasarkan analisis hasil

belajar matematika siswa, maka diperoleh beberapa kelebihan siklus II yaitu dalam berdiskusi

siswa sudah berdiskusi dengan baik, pembagian tugas sudah merata. Pada presentasi, siswa

sudah tidak hanya maju saja dan diam, namun sudah terorganisasi tentang siapa yang

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526

No absen siswa

Grafik Hasil belajar Matematika Siswa pada Siklus I dan Siklus II

Siklus I siklus II

Gambar 2: Grafik Hasil belajar Matematika Siswa pada Siklus

I dan Siklus II

8%

27% 65%

Diagram Perubahan hasil Belajar Matematika Siswa pada Siklus I dan Siklus II

Penurunan

Tetap

Peningkatan

Diagram 2: Perubahan hasil Belajar

Matematika Siswa pada Siklus I dan

Siklus II

Page 20: PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14595/2/T1_202013064_Full... · pada saat proses belajar mengajar guru masih menggunakan model

mengkomunikasikan dan siapa yang memperagakan. Kekurangan yang ditemukan pada

siklus II ini adalah pada pertemuan pertama masih terdapat siswa yang harus dinasehati

terlebih dahulu agar mau bekerja bersama kelompok yang telah ditentukan.

4. Deskripsi Antar Siklus

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga tahapan pelaksanaan yaitu tahap prasiklus,

siklus I dan siklus II. Ketiga tahapan tersebut merupakan suatu rangkaian kegiatan yang

saling berkaitan satu sama lain, artinya pelaksanaan siklus I merupakan perbaikan dari hasil

belajar prasiklus. Hal ini dikarenakan pada siklus I dalam proses pembelajaran yang

berlangsung siswa tidak hanya menerima begitu saja materi yang disampaikan oleh guru

tetapi siswa melakukan suatu kegiatan dalam mempelajari materi, sehingga memungkinkan

pemikiran siswa untuk dapat membentuk konsep-konsep abstrak yang mempunyai makna.

Adapun pelaksanaan siklus II merupakan pemantapan dan perbaikan dari kekurangan yang

dialami pada siklus I, misalnya pada siklus I serta pemantapan dari kegiatan pada siklus I.

Berdasarkan Tabel 3 dan 7 terlihat bahwa keterlaksanaan penerapan model Discovery Learning

mencapai 75,23% (masuk kategori baik) pada siklus I dan semakin baik 95,23% (masuk kategori

sangat baik) pada siklus II.

Selain itu para siswapun setiap siklusnya mengalami perubahan yang lebih baik dalam

semua aspek, berdasarkan Tabel 4 dan 8 terlihat bahwa pada siklus I aspek kedisiplinan

terdapat 5 siswa yang tergolong kurang baik, namun pada siklus II hanya 2 siswa saja yang

tergolong kurang baik. Aspek keaktifan pada siklus I terdapat 4 siswa yang tergolong kurang

baik, namun pada siklus II hanya 2 siswa saja yang tergolong kurang baik. Aspek minat pada

siklus I terdapat 6 siswa yang tergolong kurang baik, namun pada siklus II hanya 2 siswa saja

yang tergolong kurang baik.

Perbandingan hasil belajar matematika antar siklus setiap siswa dapat dilihat pada pada

Gambar 3, sedangkan hasil rekapitulasi data tersebut dapat dilihat pada Tabel 10.

Gambar 3: Perbandingan Hasil Belajar antar Siklus

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526

Nila

i

No absen siswa

Grafik Perbandingan Hasil Belajar Matematika Antar Siklus

Setiap Siswa

Pra Siklus Siklus I siklus II

KKM

Page 21: PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14595/2/T1_202013064_Full... · pada saat proses belajar mengajar guru masih menggunakan model

Tabel 10

Hasil Belajar Matematika antar Siklus

Sik

lus

Jumlah

Siswa

Nilai

Tertinggi

Nilai

Terendah

Nilai

Rata-

rata

Kelas

Siswa yang Tuntas Siswa yang Belum

Tuntas

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

Pra 26 94 44 71,92 11 42,30% 15 57,70%

I 26 100 60 80,3 16 61,53% 10 38,46%

II 26 100 60 91,1 22 84,61% 4 15,38%

Berdasarkan Tabel 10 terlihat bahwa nilai tertinggi pada siklus I dan II dapat mencapai

100. Adapun nilai terendah masih sama di setiap siklusnya, nilai rata-rata kelas yang dicapai

dan telah mencapai KKM di setiap siklusnya. Persentase ketuntasan juga semakin meningkat

dan baru mencapai nilai yang diinginkan pada siklus II.

Berdasarkan data hasil belajar yang diperoleh pada siklus I dan II, maka penelitian ini

menemukan data bahwa penerapan model Discovery Learning dapat meningkatkan hasil

belajar semua kategori siswa, baik siswa berkemampuan tinggi, sedang maupun rendah.

Model ini dapat meningkatkan hasil belajar 55,5% siswa berkemampuan tinggi, 66,6% siswa

berkemampuan sedang dan 100% siswa berkemampuan rendah. Hal ini dapat disimpulkan

karena pada masing-masing kategori lebih dari 50% siswa yang hasil belajarnya meningkat.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa

penerapan model Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada

siswa kelas VIIIG SMP Negeri 1 Salatiga. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata hasil

belajar siswa pada siklus I sebesar 80,3 dan meningkat pada siklus II menjadi 91,1 (masing-

masing siklus telah mencapai KKM). Persentase ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar

61,53% belum mencapai batas ketuntasan klasikal, namun telah dicapai pada siklus II dimana

persentase ketuntasan klasikal sebesar 84,61%. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga indikator

keberhasilan telah tercapai pada akhir siklus II.

Saran

Berdasarkan hasil simpulan tersebut maka disarankan bagi guru untuk dapat memahami

karakteristik dan sintaks model Discovery Learning serta menerapkannya pada mata

pelajaran matematika materi bangun ruang ataupun pada materi selanjutnya. Bagi siswa,

disarankan untuk dapat secara aktif mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang dipelajari.

Adapun bagi peneliti lainnya, hasi penelitin ini dapat dijadikan dasar untuk penelitian

Page 22: PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14595/2/T1_202013064_Full... · pada saat proses belajar mengajar guru masih menggunakan model

selanjutnya. Misalnya menerapkan model Discovery Learning pada siswa-siswa yang

mengalami permasalahan yang sama baik dalam materi bangun ruang ataupun materi lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret University

Press

Ba’ru, Yusem. 2016. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran terhadap Hasil Belajar

Matematika Ditinjau dari Minat Siswa Kelas VII SMP Negeri di Kota Rantepao.

Jurnal Daya Matematis, Volume 4 No. 1 halaman 83-89. diakses melalui:

http://ojs.unm.ac.id/ pada tanggal 30 April 2017 pukul 08.40 WIB

Cahyo, N Agus. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan

Terpopuler. Jogjakarta: DIVA press

Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah. 2012. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Heruman. 2013. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor:

Ghalia Indonesia.

Ibrahim, Muslimin. 2012. Pembelajaran kooperatif. Surabaya: Unesa.

Illahi, Mohammad Takdir. 2012. Pembelajaran Discovery Strategy & Mental Vocational

Skill. Jogjakarta: DIVA Press.

Kemendikbud. 2013. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud.

Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi

Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Mertler, Craig A. 2014. Penelitian Tindakan kelas. Jakarta: Permata Puri Media.

Nasution. 2006. Metode Penelitian Naturalistik dan Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Rizal, Suleman. 2013. Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Penjumlahan di SDN 3

Tapa Kabupaten Bone Bolang. Diakses melalui:http://ung.ac.id/ pada tanggal 8

Agustus 2016 pukul 06.22 WIB

Rosarina, Gina. 2016. Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil

belajar Siswa pada Materi Perubahan Wujud. Jurnal Pena Ilmiah, Volume 1, No.1,

halaman 371-380. Diakses melalui : http://ejournal.upi.edu/ pada tanggal 30 April

2016 pukul 08.50 WIB

Ruseffendi, E. T. 2006.Pengantar kepada Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam

Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung:Tarsito

Sinatra, Yanuar. 2012. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Discovery

Learning. diakses melalui: http://jurnal.stt.web.id/ pada tanggal 6 Juni 2016 pukul

21.34 WIB

Schunk, Dale H. 2012. Teori-Teori Pembelajaran: Perspektif Pendidikan. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Sudjana, Nana. 1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:

RemajaRosdakarya Offset.

Sudjana, Nana. 2004. Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algesindo.

Sugiyono. 2013. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Suherman, E. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia

Page 23: PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14595/2/T1_202013064_Full... · pada saat proses belajar mengajar guru masih menggunakan model

Suparno, Paul. 2004. Filsafat Konstruktifisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Supriyanto, Bambang. 2014. Penerapan Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Kelas VI B Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Keliling dan

Luas Lingkaran di SDN Tanggul Wetan 02 Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember.

Pancaran, Vol 3, No 2, hal 165-174. Diakses melalui:http://jurnal.unej.ac.id/ pada

tanggal 9 juni 2016 pukul 10.20 WIB

Wahjudi, Eko. 2015. Penerapan Model Discovery Learning dalam Pembelajaran IPA Sebagai

Upaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX-I di SMP Negeri 1

Kalianget. Jurnal Lensa, Volume 5 jilid 1, halaman 1-15. Diakses melalui:

http://artikel.dikti.go.id/ pada tanggal 30 April pukul 09.16 WIB.

Wahyudi dan Inawati. 2012. Pemecahan Masalah Matematika. Salatiga: Widya Sari Press

Zunaedi, Ahmad. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning untuk

Meningkatkan Hasil belajar Matematika Materi Bangun ruang Sisi Lengkung pada

siswa Kelas IX-E SMPN Ngusikan Tahun Pelajaran 2014-2015. Vol 1, No 1,

halaman 1-9. Diakses melalui: http://www.majalahsuarapendidikan.net/ pada

tanggal 10 April 2017 pukul 08.02 WIB