Upload
hathien
View
238
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERHADAP PRODUK ASURANSI
KECELAKAAN DIRI PADA PT. ASURANSI UMUM BUMIPUTERA
MUDA 1967 (UNIT SYARIAH)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Puri Pratiwi
1112046200021
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
v
ABSTRAK
Puri Pratiwi. 1112046200021. Penerapan Manajemen Risiko Terhadap
Produk Asuransi Kecelakaan Diri pada PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda
1967 (Unit Syariah). Konsentrasi Asuransi Syariah, Program Studi Muamalat
(Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2016.
PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah) adalah
perusahaan yang bergerak dalam bisnis perasuransian dan berlandaskan syariah.
Dalam bisnis perasuransian tidaklah lepas dari sebuah risiko. Produk asuransi
kecelakaan diri adalah salah satu produk yang dimiliki PT. Asuransi Umum
Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah) yang mempunyai risiko tinggi, dimana
produk tersebut terdapat rumpun kelas pekerjaan yang memiliki risiko tinggi,
sehingga penerapan manajemen risiko sangatlah penting untuk perusahaan.
Terutama metode untuk pengukuran risiko dari masing-masing risiko tidaklah
sama. Dengan begitu sebuah kewajiban dan keharusan pada setiap perusahaan
agar memiliki dan menerapkan manajemen risiko dengan baik.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analisis kualitatif yang bersifat
analisis deskriptif yaitu dengan mengumpulkan, menyusun, dan mendeskripsikan
berbagai dokumen data dan informasi yang aktual. Penelitian ini merupakan
penelitian laporan yaitu penelitian terhadap data primer melalui wawancara
dengan Kepala Bagian Divisi Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda
1967 (Unit Syariah), sedangkan data skunder yang didapatkan berupa data laporan
keuangan Loss and profit pada produk, buku dan internet.
Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa, Pertama, penerapan
manajemen risiko pada produk asuransi kecelakaan diri mempunyai strategi yang
baik dan diterapkan sesuai dengan Standard Operational Procedure Management
of Risk, sehinggan Rasio Klaim dalam tiga tahun terakhir terjaga dengan aman,
yaitu pada tahun 2013 sebesar 36%, tahun 2014 sebesar 7%, dan tahun 2015
sebesar 21%. Kedua, proses underwriting memiliki metode-metode yang cukup
efektif dan baik, dengan mengikuti Standard Operational Procedure
Underwriting. Ketiga, kendala-kendala pada proses underwriting juga dapat
diatasi dengan baik dan memiliki solusi yang tepat sehingga kendala yang dimiliki
PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit Syaiah) hanya berupa kendala
eksternal saja.
Kata Kunci : Manajemen Risiko, Produk Asuransi Kecelakaan Diri, Proses
Underwriting, Rasio Klaim.
Pembimbing : Hendra Pertaminawati, MA
vi
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum wr.wb,
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat kasih sayang, berkah, hidayah serta
karunia-Nya kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini yang berjudul
“PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERHADAP PRODUK
ASURANSI KECELAKAAN DIRI PADA PT. ASURANSI UMUM
BUMIPUTERA MUDA 1967 (UNIT SYARIAH)” dapat diselesaikan.
Penelitian ini disusun untuk menyelesaikan tugas akhir di Program Sarjana khusus
konsentrasi Asuransi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas
dari dukungan, bantuan serta do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan untaian terimakasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terkhusus kepada:
1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak AM Hasan Ali, MA dan Bapak Abdurrauf, Lc., MA., sebagai Ketua
dan Sekretaris Prodi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
3. Ibu Hendra Pertaminawati, MA., selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan segenap waktu, arahan, motivasi dan kesabarannya
dalam membimbing penulis hingga akhir penulisan skripsi ini.
4. Seluruh Bapak dan Ibu dosen beserta staf dan karyawan Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
dengan ikhlas memberikan ilmunya kepada penulis selama masa kuliah.
5. Staf Karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang sangat membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Kedua orang tua, Bapak Ir. Supandi dan Ibu Ernawati, terimakasih atas
doa yang tidak pernah terputus, atas kasih sayang dan ketulusan, dukungan
moril dan materil dan segala hal yang tidak ternilai yang telah diberikan
pada penulis.
7. Kakak-kakak, dan adik penulis, Ryan Aryo Wibowo, Ayu Andini dan
Gibran Muhammad Akmal yang sudah memberikan semangat tiada henti.
8. Sahabat-sahabat GB, Ramadita, Titis Zunatul Islami, Dhita Widhihastuti
M, Desy Anggrarini, Debby Eldira Malbet, Ilham Maulana, Ulul Albab
Badru Zaman, Maulana Ihsan yang selalu ada untuk penulis sampai saat
ini, yang selalu membagi kesedihan dan kebahagiaan bersama.
Terimakasih untuk segala nasehat, dukungan, bantuan, canda dan tawa
yang kalian berikan.
9. Sahabat-sahabat seperjuangan BDRX, Debby Eldira Malbet, Titis Zunatul
Islami, Ratih Ika Trisyana, Nilam Anggraini, Muliana Defi, dan Iqlima
viii
Fauziah yang selalu ada untuk penulis sejak semester pertama hingga
sekarang. Tempat berbagi isi hati, kesedihan, kebahagiaan, dan berbagi
ilmu bersama, dan tidak henti untuk saling memberikan semangat agar
dapat maju bersama. Terimakasih untuk segala nasehat, dukungan,
bantuan, canda dan tawa yang kalian berikan.
10. Teman-teman Asuransi Syariah angkatan 2012 yang saling memberikan
bantuan sejak awal perkuliahan, semangat dan doa satu sama lain. Tidak
lupa juga kepada kakak-kakak senior Asuransi yang sudah memberikan
bantuan dan masukan kepada penulis.
Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang sudah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penyususnan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, akan tetapi penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membutuhkannya. Aamiin.
Jakarta, Juli 2016
Puri Pratiwi
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................... 5
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................... 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................... 7
E. Metode Penelitian ....................................................... 8
F. Sistematika Penulisan ................................................. 11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Umum Manajemen Risiko .......................... 13
1. Pengertian Risiko .................................................. 13
2. Hal- hal yang Berkatian dengan Risiko ................. 14
3. Macam-macam Risiko ........................................... 15
4. Pengertian Manajemen Risiko ............................... 16
5. Proses Manajemen Risiko ...................................... 17
x
B. Underwriting ............................................................... 19
1. Pengertian Underwriitng ....................................... 19
2. Tujuan Underwriting ............................................. 20
3. Tugas dan Fungsi Underwriting ............................. 21
C. Rasio Klaim ................................................................ 21
1. Rasio Klaim............................................................ 21
D. Asuransi Syariah ......................................................... 23
1. Pengertian Asuransi Syariah .................................. 23
2. Prinsip Dasar Asuransi Syariah.............................. 24
E. Asuransi Kerugian ...................................................... 29
1. Pengertian Asuransi Kerugian ............................... 29
2. Asuransi Kecelakaan Diri ...................................... 30
F. Kerangka Konsep ........................................................ 37
G. Review Studi Terdahulu ............................................. 39
BAB III PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PRODUK ASURANSI
KECELAKAAN DIRI PADA PT. ASURANSI UMUM BUMI
PUTERA 1967
A. Gambaran Umum PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda
1967 Unit Syariah ....................................................... 42
1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ................ 42
2. Visi dan Misi ........................................................ 43
3. Legalitas Perusahaan ............................................ 44
4. Struktur Permodalan ............................................. 44
xi
B. Manajemen Risiko Produk Asuransi Kecelakaan Diri
pada PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967
(Unit Syariah) ............................................................ 45
1. Tahapan Proses Manajemen Risiko Asuransi
Kecelakaan Diri ...................................................... 45
2. Pengendalian Risiko Asuransi Kecelakaan
Diri ......................................................................... 47
C. Proses Underwriting ................................................... 51
1. Syarat Risiko yang Dapat Diasuransikan ............... 51
2. Objek dalam Pertanggungan Produk Asuransi
Kecelakaan Diri ...................................................... 51
3. Risiko yang Dijamin Produk Asuransi
Kecelakaan Diri ...................................................... 52
4. Proses Underwriting Produk Asuransi
Kecelakaan Diri ...................................................... 54
5. Faktor-faktor pertimbangan Underwriting. ............ 56
D. Proses Klaim ............................................................... 56
1. Proses Klaim Produk Asuransi Kecelakaan
Diri ......................................................................... 56
2. Dokumen Pendukung Klaim .................................. 57
3. Dokumen Dalam hal Peserta Meninggal Dunia ..... 57
4. Dokumen Dalam hal Peserta Hilang ..................... 57
5. Dokumen Dalam hal Peserta Mengalami Cacat
Tetap....................................................................... 57
xii
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Penerapan Manajemen Risiko Terhadap Produk Asuransi
Kecelakaan Diri pada PT. Asuransi Umum Bumiputera
Muda 1967 (Unit Syariah) .......................................... 59
B. Rasio Klaim ................................................................ 63
C. Proses Underwriting Produk Asuransi Kecelakaan Diri 68
D. Kendala Proses Underwriting ..................................... 71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................. 75
B. Saran ........................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 77
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Review Studi Terdahulu.......................................................... 39
Tabel 4.1 Tabel Risk and Loss Profile of General Accident 2013.......... 64
Tabel 4.2 Tabel Risk and Loss Profile of General Accident 2014.......... 65
Tabel 4.3 Tabel Risk and Loss Profile of General Accident 2015.......... 65
Tabel 4.4 Tabel Rasio Klaim of General Accident for the Past
Three Years (2013-2015)........................................................ 66
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perusahaan asuransi adalah perusahaan yang mengendalikan risiko
dengan cara mengalihkan atau mentransfer risiko dari satu pihak kepada pihak
lain. Sehingga aktivitas keseharian perusahaan adalah mengelola risiko dari
pihak tertanggung. Risiko merupakan suatu ketidakpastian akan terjadinya
suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian. Hal ini menyebabkan
pentingnya penerapan manajemen risiko pada setiap perusahaan asuransi.
Manajemen risiko merupakan suatu cara, metode dan ilmu
pengetahuan yang mempelajari berbagai jenis risiko, bagaimana risiko terjadi
dan bagaimana cara mengelola risiko tersebut agar terhindar dari kerugian.1
Kecukupan proses manajemen risiko dari mulai proses identifikasi risiko
hingga proses perlakuan risiko, akan menjadi tantangan yang besar, terutama
metode untuk pengukuran risiko dari masing-masing risiko yang tidak selalu
sama. Dengan begitu sebuah kewajiban dan keharusan pada setiap perusahaan
agar memiliki dan menerapkan manajemen risiko dengan baik.
Perusahaan asuransi sebagai lembaga pengalihan risiko mulai mencoba
menerapkan manajemen risiko dengan merumuskan masalah-masalah yang
ada melalui proses underwriting. Underwriting merupakan proses
penyelesaian dan pengelompokan risiko yang akan ditanggung oleh
1 Syarif ayat, Manajemen Risiko ( Jakarta: Gema Akastri, 2003) hal,1.
2
perusahaan.2 Seorang underwriter pada umumnya meramalkan kemungkinan
tertanggung menderita kerugian, tugas underwriter merupakan elemen yang
sangat esensial dalam operasi perusahan asuransi, sebab tujuan underwriting
adalah meningkatkan keuntungan perusahaan melalui penerimaan distribusi
risiko yang diperkirakan akan mendatangkan keuntungan. Tanpa underwriting
yang efisien, perusahaan asuransi tidak akan mampu bersaing dengan
perusahaan asuransi lainnya.
Namun sejauh apapun risiko yang dapat diprediksi oleh manusia, ada
beberapa hal juga yang tidak mudah untuk diprediksi. Contohnya adalah
produk asuransi kecelakaan diri. Risiko kecelakaan diri pada produk ini adalah
risiko yang tidak dapat diketahui dengan pasti kapan dan dimana akan
terjadinya kecelakaan, karena akan ada banyak hal-hal yang dapat
menyebabkan seseorang mengalami kecelakaan. Dengan begitu perusahaan
asuransi mempunyai tantangan yang besar dalam menghadapi setiap risiko
yang ada.
Menurut satistik perasuransian Non Life Insurance And Reinsurance
Business In 2014, Lini Usaha: Kecelakaan Diri & Kesehatan dan Asuransi
Jiwa, sebanyak terdapat 69 Perusahaan Asuransi Umum Nasional, dan 19
Perusahaan Asuransi Umum Patungan, dan 5 Perusahaan Reasuransi. Dalam
data tersebut PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 dari total
keseluruhan cabang yang ada di Indonesia, baik unit syariah dan konvensional
memiliki pendapatan premi 192,039,000,000 dan beban klaim 160,
2 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah ( Life and General) Konsep dan System
Operasional) hal, 183.
3
986,000,000. Dibandingkan dengan perusahaan asuransi lainnya terdapat 9
Perusahaan Asuransi Umum Nasional yang memiliki klaim diatas 100% premi
yang dimiliki. Dan 22 Perusahaan Asuransi Umum Nasional yang tidak
memiliki pendapatan premi maupun klaim. 5 Perusahaan Asuransi Umum
Patungan tidak memiliki pendapatan premi dan klaim, 3 Perusahaan Reasuransi
tidak memiliki pendapatan premi dan klaim, 1 Perusahaan Reasuransi yang
memiliki klaim diatas 100% premi yang dimiliki. Ini membuktikan PT.
Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 dapat mengatasi permasalahan Klaim
dengan baik.3
Produk asuransi kecelakaan diri adalah produk yang dimiliki oleh
asuransi kerugian, dimana produk ini menghubungkan kesenjangan antara
produk asuransi jiwa dan kesehatan, karena asuransi jiwa reguler umumnya
mencakup proteksi atas kematian, sedangkan asuransi kecelakaan diri tidak
hanya memberi santunan meninggal akibat kecelakaan, melainkan juga
menyediakan manfaat asuransi kesehatan saat seseorang mengalami cacat
karena kecelakaan.
Produk asuransi kecelakaan diri pada perusahaan Bumiputera Muda
1967 adalah produk yang menyangkut dan menjamin tertanggung akibat dari
suatu kecelakaan yang menimpa dirinya selama 24 jam dalam periode
pertanggungan tertentu, misalnya selama satu tahun atau selama satu
3http://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/data-dan-statistik/asuransi/Pages/Perasuransian-
Indonesia-2014.aspx , Diakses pada hari dan tanggal: Jumat, 23 September 2016, Jam 4:27 WIB
4
perjalanan. Produk asuransi kecelakaan diri ini termasuk dalam ketegori pure
risk, yaitu risiko yang selalu menyebabkan kerugian.4
Pada dasarnya setiap perusahaan asuransi pasti lebih memilih calon
tertanggung yang sehat dan jauh dari risiko meninggal. Uniknya produk
asuransi kecelakaan diri pada perusahaan Bumiputera Muda 1967 ini
mempunyai ruang lingkup kelas kecelakaan diri yang sangat luas
dibandingkan dengan produk asuransi kecelakaan diri yang dimiliki oleh
perusahaan-perusahaan asuransi lain. Pada produk asuransi kecelakaan diri
tersebut mempunyai rumpun kelas pekerjaan pada kecelakaan diri yang
merata, yaitu kelas pekerjaan bawah seperti pedagang kaki lima hingga kelas
pekerjaan menengah dan atas yaitu guru, pengusaha, ahli hukum dan masih
banyak lagi. Berbeda dengan perusahaan asuransi lain yang juga mempunyai
produk asuransi kecelakaan diri, produk asuransi kecelakaan diri pada
perusahaan Bumiputera Muda 1967 ini berani memberikan kelas pekerjaan
yang rentan risikonya terhadap kecelakaan diri, yaitu kelas pekerjaan yang
memiliki risiko berbahaya dan mengancam keselamatan bagi pihak
tertanggung, contohnya adalah pemadam kebakaran, penggali tambang,
pekerja yang menggunakan bahan peledak,crew pesawat udara darat dan laut,
pembuat terowongan, penyelam dan masih banyak lagi. Produk asuransi
kecelakaan diri ini termasuk produk yang memiliki tingkat risiko yang sangat
tinggi karena kecelakaan adalah hal yang tidak mudah diprediksi dan kapan
saja bisa terjadi oleh manusia. Dengan begitu semakin besar ruang lingkup
4 Abbas Salim. Asuransi dan Manajemen Risiko. (Cetakan 8, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada2005) hal, 5.
5
risiko yang dimiliki produk asuransi kecelakaan diri pada perusahaan
Bumiputera Muda 1967 ini, maka semakin besar juga potensi risiko yang
dihadapi oleh perusahaan pada produk tersebut.
Berdasarkan pada masalah yang ada, penerapan manajemen risiko
sangat penting pada produk asuransi kecekaan diri untuk kemajuan
perusahaan, maka hal ini menjadi menarik untuk diteliti. Sehingga, penulis
mengambil judul “PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERHADAP
PRODUK ASURANSI KECELAKAAN DIRI PADA PT ASURANSI
UMUM BUMIPUTERA MUDA 1967 (UNIT SYARIAH) .”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan dalam latar belakang, maka identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan manajemen risiko yang dilakukan PT. Asuransi
Umum Bumiputera Muda 1967 ( Unit Syariah) pada produk asuransi
kecelakaan diri?
2. Bagaimana proses underwriting dalam menerima dan menolak calon
peserta asuransi kecelakaan diri pada PT. Asuransi Umum Bumiputera
Muda 1967 (Unit Syariah)?
3. Bagaimana proses penerimaan dan penolakan klaim terhadap produk
asuransi kecelakaan diri pada PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda
1967 (Unit Syariah)?
6
4. Apa kendala-kendala yang dihadapi oleh underwriter dalam menyeleksi
kelayakan risko calon peserta asuransi kecelakaan diri pada PT. Asuransi
Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah)?
5. Bagaimana tingkat keberhasilan perusahaan dalam menghindari dan
mengurangi risiko yang terjadi pada produk asuransi kecelakaan diri di
PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah)?
6. Bagaimana tingkat kesehatan keuangan dana tabarru pada PT. Asuransi
Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah) khususnya pada produk
asuransi kecelakaan diri?
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Peniliti tidak meneliti seluruh masalah yang ada, tetapi peneliti hanya
membatasi masalah pada beberapa hal yaitu :
a. Penelitian ini dibatasi pada produk asuransi kecelakaan diri. Produk
ini mempunyai keunikan pada ruang lingkup kelas pekerjaan yang
luas terhadap risiko kecelakaan diri, juga memiliki kelas-kelas
pekerjaan yang risikonya sangat berbahaya.
b. Penelitian ini dibatasi pada PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda
1967 (Unit Syariah) karena perusahaan tersebut memiliki produk
asuransi kecelakaan diri yang unik yang tidak dimiliki oleh
perusahaan lain.
c. Penelitian ini lebih menitik beratkan pada penerapan manajemen
risiko di PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah)
7
untuk menghindari dan mengurangi risiko-risiko yang terjadi pada
produk asuransi kecelakaan diri.
2. Perumusan masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana manajemen risiko yang diterapkan PT. Asuransi Umum
Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah) pada produk asuransi
kecelekaan diri?
b. Bagaimana proses underwriting dalam menerima dan menolak calon
peserta asuransi kecelakaan diri pada PT. Asuransi Umum Bumiputera
Muda 1967 (Unit Syariah)?
c. Apa saja kendala yang dihadapi underwriter dalam menyeleksi
kelayakan calon peserta asuransi kecelakaan diri pada PT. Asuransi
Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah)?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui penerapan manajemen risiko di PT. Asuransi
Umum Bumiputera 1967 (Unit Syariah) pada produk asuransi
kecelakaan diri.
b. Untuk mengetahui proses underwriting yang dilakukan perusahaan
dalam penerapan manajemen risiko pada produk asuransi kecelakaan
diri.
c. Untuk mengetahui langkah langkah yang dilakukan perusahaan
8
dalam menghindari dan mengurangi risiko yang terjadi pada produk
asuransi kecelekaan diri.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Dari segi ilmiah penilitian ini diharapkan dapat menambah
khasanah ilmu pengetahuan tentang penerapan manajemen risiko
pada produk asuransi kecelakaan diri dan dapat digunakan sebagai
bahan acuan dalam penerapan manajemen risiko.
b. Manfaat praktisi
Diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti untuk
PT Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 dalam penerapan
manajemen risiko pada produk asuransi kecelakaan diri.
c. Manfaat Masyarakat
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
memperkaya wawasan masyarakat khususnya terhadap penerapan
manajemen risiko.
E. Metode Penelitian
1. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah penerapan manajemen risiko terhadap
produk asuransi kecelakaan diri pada PT. Asuransi Umum Bumiputera
Muda 1967 unit syariah yang berlokasi di Jl. Wolter Monginsidi No. 63/43
Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
9
2. Jenis dan Sifat Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, penelitian ini
menggunakan jenis penelitian analisis kualitatif yang bersifat analisis
deskriptif yaitu dengan mengumpulkan, menyusun, dan mendeskripsikan
berbagai dokumen data dan informasi yang aktual5.
3. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini meggunakan pendekatan kualitatif, artinya
pembahasan dititik-beratkan pada deskripsi data berupa kata- kata.
Penelitian ini merupakan penelitian laporan yaitu penelitian terhadap data
primer melalui wawancara dan data skunder yang didapatkan melalui
beberapa sumber tidak langsung.
a. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Data primer adalah hasil wawancara langsung yang dilakukan
kepada divisi underwriting mengenai informasi penerapan
manajemen risiko pada produk asuransi kecelakaan diri, dan proses
underwriting yang dilakukan underwriter pada PT Asuransi Umum
Bumiputera Muda 1967.
2) Data sekunder, yaitu data yang dipublish oleh perusahaan
mengenai penerapan manajemen risiko : a) Data Rasio Klaim
(Risk and Lost Profile General Accident) Pada PT Asuransi Umum
Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah) Tahun 2013-2015 untuk
5 Sugiono, Metodologi Peneliian Bisnis (Bandung: Alvabeta1999) hal, 209.
10
mengetahui dampak positive dan negative pada penerapan
manajemen risiko yang dilakukan perusahaan dengan melihat
tingkat rasio klaim pada produk yang dapat mempengaruhi
kesehatan dana tabarru perusahaan.
b. Teknik Pengumpulan Data
Dalam hal ini untuk memperoleh data yang relevan, maka
penelitian menggunakan metode pengumpulan data dengan cara :
1) Studi Kepustakaan
Pengumpulan data atau informasi dilakukan dengan cara mepelajari
berbagai literatur yang diperoleh dari buku maupun jurnal yang
berhubungan dengan penerapan manajemen risiko asuransi.
2) Riset Lapangan
Penelitian lapangan riset lapangan yaitu penulis mengumpulkan
data secara langsung ketempat objek penelitian. Teknik
pengumpulan data dengan cara :
a) Wawancara yaitu merupakan salah satu cara pengumpulan data
dengan tanya jawab secara bertahap dengan muka responden.
Peneliti akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pihak
yang berkompeten juga respresentatif dengan masalah yang
diteliti, yaitu divisi underwriting, berkaitan dengan penerapan
manajemen risiko yang dilakukan PT.Asuransi Umum
Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah) pada produk asuransi
11
kecelakaan diri, tujuannya untuk memperoleh informasi data
yang valid dan akurat.
4. Pedoman Penulisan Skripsi
Adapun teknik penulisan dalam skripsi ini adalah menggunakan
buku “Pedoman Penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014”.
F. Sistematika Penulisan
Untuk lebih mempermudah pemahaman dalam pembahasan isi
laporan ini secara keseluruhan , maka penulis membagi penyusunan yang
lebih sistematika penulisan skripsi ini kedalam lima bab, yang masing masing
dari bab sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menguraikan latar belakang masalah dari
penelitian, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini penulis akan yang memuat pengertian manajemen risiko,
proses manajemen risiko, macam- macam risiko, Underwriting,
asuransi kecelakaan diri, landasan manajemen risiko pada
perusahaan Bumiputera Muda 1967, teori, kerangka konsep dan
kajian terdahulu.
12
BAB III PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PRODUK ASURANSI
KECELAKAAN DIRI PT. ASURANSI UMUM
BUMIPUTERA MUDA 1967 (UNIT SYARIAH)
Bab ini penulis menjelaskan gambaran umum atau sejarah
perkembangan perusahaan PT. Asuransi Umum Bumiputera
Muda 1967 (Unit Syariah), dan memaparkan fakta lapangan
mengenai penerapan manajemen risiko produk asuransi kecelakaan
diri pada PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit
Syariah), proses underwriting dan proses klaim produk asuransi
kecelakaan diri.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Bab ini penulis menjelaskan hasil dan analisis penelitian
penerapan manajemen risiko pada PT. Asuransi Umum
Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah) terhadap produk asuransi
kecelakaan diri,.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini merupakan penutupan dari skripsi ini, yang
didalamnya memuat kesimpulan dan saran-saran untuk para
pembaca terutama perusahaan dan peneliti selanjutnya.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Umum Manajemen Risiko
1. Pengertian Risiko
Menurut salah satu definisi, risiko merupakan ketidaktentuan atau
uncertainty yang mungkin melahirkan kerugian (Loss). Unsur ketidaktentuan
ini bisa mendatangkan kerugian dalam asuransi, ketidaktentuan dapat dibagi
menjadi: a) ketidaktentuan ekonomi, b) ketidaktentuan yang disebabkan alam,
c) ketidaktentuan yang diperoleh sebab prilaku manusia. Diantara ketiga jenis
ketidaktentuan di atas, yang bisa dipertanggungkan ialah ketidaktentuan alam
dan manusia, sedangkan yang pertama tidak bisa dipertanggungkan atau
diasuransikan karna bersifat spekulatif dan tidak bisa di ukur. 1
Dengan demikian risiko dapat diartikan sebuah kemungkinan akan
terjadinya hasil yang tidak diinginkan, yang dapat menimbukan kerugian
apabila tidak diantisipasi dan dikelola dengan baik. Risiko dapat
diklasifikasikan sebagai berikut ; a) Speculatif Risk yaitu risiko yang bersifat
spekulatif yaitu risiko yang bisa mendatangkan untung atau rugi (misalnya
seorang pedangan bisa untung atau rugi), b) Pure Risk yaitu risiko yang
selalu menyebabkan kerugian (Kematian, kapal tenggelam, kebakaran dan
sebagainya). 2
1 Abbas Salim. Asuransi dan Manajemen Risiko (Cetakan.7. Jakarta; PT RajaGrafindo
Persada, 2003) hal, 4. 2 Abbas Salim. Asuransi dan Manajemen Risiko (Cetakan.7. Jakarta; PT RajaGrafindo
Persada, 2003) hal, 4.
14
2. Hal-Hal yang Berkaitan dengan Risiko
a. Peril ialah segala sesuatu yang bisa menimbulkan kerugian. Antara
peril dan risk erat sekali hubungannya.
b. Hazard ialah suatu keadaan yang menambah kemungkinan
terjadinya peril (Kerugian), atau disebutkan pula hazard is a
condition that increases the chance of loss arising from peril. Yaitu
keadaan yang dapat menimbulkan atau menyebabkan terjadinya
kerugian.
Mengenai Hazard dapat kita bagi menjadi:
a. Physical hazard, yaitu hazard yang berbentuk fisik dan mengandung
unsur objektif, misalnya dinding yang mudah terbakar, orang yang
mempunyai pekerjaan yang berisiko dan lainnya. Dengan begitu
physical hazard dapat disebut hal yang berkaitan pada fisik risiko
yang dapat menimbulkan sebuah kerugian.
b. Moral hazard, yaitu hazard yang menyangkut diri seseorang yaitu
tingkah laku dan sikap seseorang terkait suatu risiko dan
mengandung unsur subjektif. Misalnya dengan sengaja menubrukan
mobil kepohon, agar bisa mendapatkan ganti rugi.3 Dengan begitu
Moral hazard dapat disebut hal yang berkaitan pada tingkah laku
atau kebiasaan seseorang yang dapat menimbulkan sebuah kerugian.
3 Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Risiko (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005)
hal, 4-5.
15
3. Macam-Macam Risiko
Menurut sifatnya risiko dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Risiko yang tidak disengaja (Risiko Murni) adalah risiko yang
apabia terjadi tertentu dapat menimbulkan kerugian dan terjadinya
tanpa disengaja, misalnya terjadinya kebakaran, bencana alam,
pencurian, penggelapan, pengacuan dan sebagaiannya
b. Risiko yang disengaja (Risiko spekulatif), adalah risiko yang sengaja
ditimbulkan oleh seseorang agar terjadinya ketidakpastian untuk
mendapatkan keuntungan kepadanya, misalnya risiko utang piutang,
perjudian, perdagangan berjangka dan sebagainya.
c. Risiko Fundamental, risiko yang penyebabnya tidak dapat
dilimpahkan kepada seseorang dan yang menderita tidak hanya satu
atau beberapa orang saja tetapi banyak orang, seperti banjir, angin
topan dan sebagainya.
d. Risiko Khusus, adalah risiko yang bersumber dari peristiwa yang
mandiri dan umumnya mudah diketahui penyebabnya, seperti kapal
kandas, pesawat jatuh, tabrakan mobil dan sebagainya.
e. Risiko Dinamis, adalah Risiko yang timbul karena (dinamika)
perkembangan dan kemajuan masyarakat dibidang ekonomi, ilmu
dan teknologi, seperti risiko keuangan, risiko luar angkasa.
Kebalikannya disebut risiko statis, yaitu risiko hari tua, risiko
kematian dan sebagainya.
16
Dapat tidaknya risiko dialihkan pada pihak lain, maka risiko dapat
dibedakan menjadi :
a. Risiko yang dapat dialihkan pada pihak lain, dengan
mempertanggungkan suatu objek yang akan terkena risiko kepada
perusahaan asuransi, dengan mebayar sejumlah premi asuransi, sehingga
semua kerugian menjadi tanggungan perusahaan asuransi.
b. Risiko yang tidak dapat dialihkan kepada pihak lain (tidak dapat
diasuransikan), umumnya sejenis risiko yang spekulatif.
Menurut sumber atau penyebab timbulnya, risiko dapat dibedakan
menjadi:
a. Risiko intern, yaitu risiko yang berasal dari perusahaan itu sendiri, seperti
kecelakaan kerja, kerusakan aktiva karena karyawan, kesalahan
manajemen, dll.
b. Risiko ekstern, yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan, seperti
risiko pencurian penipuan, persaingan, fluktuasi harga, perubahan
kebijakan pemerintah dan lainya. 4
4. Pengertian Manajemen Risiko
Manajemen risiko merupakan suatu cara, metode atau ilmu
pengetahuan yang mempelajari berbagai jenis risiko, bagaimana risiko itu
terjadi, dan bagaimana risiko itu dikelola dengan baik agar terhidar dari
kerugian.5 Manajemen risiko mempunyai arti yang lebih luas, yaitu
semua risiko yang terjadi dalam masyarakat (Kerugian harta, jiwa,
4 Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-prinsip Manajemen Risiko Asuransi, (Jakarta: Salemba
Empat, 2003) hal, 3. 5 Syarif Ayat, Manajemen Risiko, (Jakarta : Gema Akastri, 2003) hal.1.
17
keuangan, usaha dan lain-lain) ditinjau dari segi manajemen perusahaan.6
Manajemen risiko adalah proses pengelolaan risiko yang mencangkup
identifikasi, evaluasi, dan pengendalian risiko yang dapat mengancam
kelangsungan usaha atau aktivitas perusahaan. Manajemen risiko juga
berhubungan erat dengan fungsi perusahaan (Fungsi keuangan, fungsi
akuntansi, fungsi pemasaran, fungsi produksi, fungsi personalia, fungsi
teknik serta pemeliharaan), dan fungsi-fungsi tersebut mengandung
banyak risiko dalam pengelolaan perusahaan.7 Proses atau langkah yang
biasanya dilakukan dalam upaya menghadapi atau mengelolasuatu risiko
(risk manajemen process) sangat tergantung pada konsep dasar yang
digunakan oleh perusahaan.8
Dengan demikian manajemen risiko dapat diartikan sebuah
pendekatan terstruktur atau metode untuk mengelola ketidakpastian yang
berkaitan dengan ancaman suatu rangkaian aktivitas manusia yang
bertujuan untuk menghidari sebuah kerugian pada perusahaan.
5. Proses Manajemen Risiko
Manajemen Risiko mencakup beberapa tahapan yaitu:
a. Identifikasi Risiko :
Tujuan dari identifikasi risiko adalah untuk mengenali semua
aspek risiko yang dapat memberikan dampak pada aset-aset atau
kapasitasnya dari suatu organisasi. Identifikasi dilakukan dengan
6 Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Risiko (Cetakan 7, Jakarta: PT Grafindo Persada,
2003) hal, 195,.Edisi Revisi ke-2. 7 Abbas Salim. Asuransi dan Manajemen Risiko (Cetakan.7. Jakarta; PT RajaGrafindo
Persada, 2003) hal, 199. 8 Safri Ayat, Manajemen Risiko , (Jakarta: Gema Akastri, 2003) hal, 62.
18
menganalisis sejumlah faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan kecendrungan seseorang atau objek lain akan terjadinya
kehilangan. 9
1) Physical hazard, yaitu hazard yang berbentuk fisik dan
mengandung unsur objektif, misalnya dinding yang mudah
terbakar, orang yang mempunyai pekerjaan yang berisiko dan
lainnya.
2) Moral hazard, yaitu hazard yang menyangkut diri seseorang dan
mengandung unsur subjektif. Misalnya dengan sengaja
menubrukan mobil kepohon, agar bisa mendapatkan ganti rugi.
b. Analisis Risiko
Setelah diidentifikasi, risiko dianalisis sejauh mana peluang
terjadinya (Frequency) dan apabila benar-benar terjadi berapa
besarkah dampak kerugian yang bisa ditimbulkan (Severity).
c. Kontrol Risiko/ Risk Control
Tahap akhir dalam proses manajemen risiko setelah risiko
diidentifikasi dan dianalisis ditetapkan bahwa risiko tersebut memiliki
tingkat ancaman dan memerlukan pengendalian. Dalam pengendalian
risiko terdapat dua elemen, yaitu pengendalian risiko yang berupa
fisik dan pengendalian finansial (financial).
1) Pengendalian risiko fisik berhubungan dengan upaya untuk
mengurangi tingkat risiko sejauh mungkin, baik dalam
9 Rini Endang Kusumarini, Pengantar Underwriting (Jakarta: PT. ReIndo, 2010) hal, 10.
19
frekuensiya maupun peluang kejadian dan besaran kerugian
apabila terjadi.
2) Pengendalian risiko finansial lebih jauh dapat dibagi menjadi dua
kategori, yakni retensi risiko dan pembagian atau penyebaran
risiko. Retensi risiko berhubungan dengan risiko-risiko yang telah
diidentifikasi dengan baik, dianalisis yaitu pemilik risiko telah
dipertimbangkan bahwa sumber daya sudah cukup aman untuk
menghadapi risiko-risiko tersebut apabila terjadi. Pembagian
risiko berhubungan dengan risiko-risiko yang pemiliknya telah
diperhitungkan tidak mempunyai sumber daya internal yang
cukup untuk menghadapi risiko-risiko tersebut apabila terjadi.10
B. Underwriting
1. Pengertian Underwriting
Underwriting disebut juga seleksi risiko. Underwriting merupakan
proses penaksiran, dan penggolongan tingkat risiko yang terdapat pada
calon tertanggung. Tugas itu merupakan sebuah elemen yang esensial
dalam operasi perusahaan asuransi, sebab tujuan underwriter adalah
meningkatkan keuntungan melalui penerimaan distribusi risiko yang
diperkirakan akan mendatangkan keuntungan. Tanggung jawab utama
dari underwriter dalam seleksi risiko tersebut adalah memastikan tidak
ada risiko yang bisa menyebabkan kesulitan besar bagi perusahaan . 11
10
Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah dalam Praktik. ( Jakarta: Gema Insani, 2006)
hal, 157. 11
AM. Hasan Ali. Asuransi dalam Persepektif Hukum Islam ( Jakarta: Prenada Medi,
2005) hal, 89.
20
Dengan begitu underwriting dapat diartikan sebuah proses
identifikasi dan seleksi resiko dari calon tertanggung yang
mengasuransikan dirinya di sebuah perusahaan asuransi.
2. Tujuan Underwriting
Tujuan utama underwriting adalah melindungi perusahaan terhadap
seleksi kerugian. Namun, proses underwriting perusahaan asuransi tetap
berfokus pada pemberian persetujuan dan penerbitan pertanggungan
diantaranya:
a. Bertanggung jawab dalam risk assessment (penilaian risiko yaitu
proses penentuan tingkat risiko setiap orang atau group calon
tertanggung dimana setiap tertanggung membayar premi yang
mencerminkan tingkat risiko yang dimiliki dan sesuai dengan produk
asuransi yang diterima.
b. Wajar dan adil pada tertanggung dan perusahaan.
c. Delivery by the agent (dapat disampaikan oleh agen)
Seorang pemohon asuransi perorang mebuat keputusan akhir yaitu
akan menerima polis asuransi pada saat diserahkan. Jika sipembeli
memilih untuk tidak menerima polis asuransi pada saat agen asuransi
berusaha untuk menyerahkan polisnya, maka polis tersebut
dikatakan undeliverable (tidak dapat disampaikan).
d. Memberikan profit pada perusahaan.12
12
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah dan Konvensional (Konsep dan Sistem
Operasional), (Jakarta: Gema Insani, 2004) hal, 183-184.
21
3. Tugas dan Fungsi Underwriting
Seorang underwriter merupakan bagian yang sangat penting pada
perusahaan asuransi. Untuk itu tugas dan fungsi underwriter harus
dijalankan dengan prinsip keadilan, baik untuk peserta dan perusahaan
asuransi. Adapun tugas dan fungsi underwriter adalah sebagai berikut:
a. Tugas utama underwriter antara lain mengatur dana seefektif
mungkin dan menguntungkan. Peranan lain underwriter, yaitu:13
1) Mempertimbangkan risiko yang diajukan
2) Memutuskan untuk menerima atau tidak risiko-risiko tersebut.
3) Menentukan syarat, ketentuan, dan lingkup ganti rugi.
4) Mengenakan biaya upah pada dana kontribusi peserta.
5) Mengamankan margin profit.
b. Fungsi Underwriting
1) Menilai dan menggolongkan tingkat risiko yang dimiliki oleh
seorang calon tertanggung atau sekelompok orang dalam
pertanggungkan sehubungan dengan produk asuransi tertentu.
2) Mengambil keputusan untuk menerima atau menolak risiko.
C. Rasio Klaim
1. Pengertian Klaim
Menurut salah satu definisi, klaim asuransi merupakan sebuah
permintaan resmi kepada perusahaan asuransi, untuk meminta
pembayaran berdasarkan ketentuan perjanjian. Klaim Asuransi yang
13
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah dan Konvensional (Konsep dan Sistem
Operasional), (Jakarta:Gema Insani, 2004) hal, 257.
22
diajukan akan ditinjau oleh perusahaan untuk validitasnya dan kemudian
dibayarkan kepada pihak tertanggung setelah disetujui.14
Menurut Ikatan
Akuntan Indonesia klaim adalah Ganti rugi yang dibayarkan atau yang
menjadi kewajiban kepada tertanggung oleh perusahaan asuransi (Ceding
Company) sehubungan dengan telah terjadinya kerugian.15
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, klaim merupakan tuntutan pengakuan
atas suatu fakta bahwa seseorang berhak memiliki atau mempunyai atas
sesuatu. Pengukuran kinerja perusahaan selain dilihat dari aspek
keuangan, juga dapat dilihat dari aspek operasional perusahaan Untuk
mengukur rasio klaim dalam perusahaan asuransi kerugian dilakukan
dengan perbandingan antara klaim bruto dengan premi bruto. Rasio ini
mencerminkan pengalaman klaim ( loss ratio ) yang terjadi serta kualitas
usaha penutupannya.
Dengan begitu, klaim dapat diartikan salah satu kegiatan
operasional perusahaan asuransi yang harus diselesaikan antara pihak
asuransi dengan tertanggung atau pemegang polis. Perusahaan dapat
mengetahui berapa besar pembayaran klaim yang telah dilakukan akibat
terjadinya kerugian yang dialami oleh pemegang polis (tertanggung).
dan rasio merupakan tolak ukur untuk mengukur tingkat kualitas dari
perusahaan asuransi. Perusahaan dapat mengetahui berapa besar
14
http://ilmihandayanip.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-premi-asuransi-polis.html
Diakses pada hari dan tanggal : Senin, 18 April 2016. Jam 12:64 WIB. 15
http://pengertian-pengertian-info.blogspot.co.id/2016/04/pengertian-klaim-asuransi-menurut-para.html Diakses pada hari dan tanggal, Jumat 23 september 2016, jam 4:50 WIB
23
pembayaran klaim yang telah dilakukan akibat terjadinya kerugian yang
dialami oleh pemegang polis (tertanggung).
D. Asuransi Syariah
1. Pengertian Asuransi syariah
Dalam bahasa arab asuransi disebut at-ta‟min, penanggungan
disebut mu‟ammin, sedangkan tertanggung disebut mu‟amman lahu atau
musta‟min. At-ta‟min diambil dari kata amana yang memiliki arti
memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut.
Dari definisi tersebut maka dapat diartikan menta‟minkan adalah
seseorang membayar atau menyerahkan uang cicilan untuk dia atau ahli
warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah
disepakati, atau untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang
hilang.16
Menurut Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Majelis Ulama
Indonesia (MUI), Asuransi Syariah adalah usaha saling melindungi dan
tolong menolong di antara sejumlah orang atau pihak melalui investasi
dalam bentuk aset atau tabarru yang memberikan pola pengembalian
untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad perikatan yang sesuai
dengan syariah.17
Asuransi jika dilihat secara syariah pada hakikatnya
bentuk kegiatan saling memikul risiko diantara sesama manusia sehingga
16
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah dan Konvensional (Konsep dan Sistem
Operasional), (Jakarta: Gema Insani 2004) hal.28 17
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama no:21/DSN-MUI/x/2001: Pedoman
Umum Asuransi Syariah.
24
antara satu dengan lainnya menjadi penanggung atas risiko yang
lainnya.18
Dengan begitu asuransi syariah merupakan sebuah sistem di mana
para peserta mendonasikan sebagian atau seluruh kontribusi/premi yang
mereka bayar untuk digunakan membayar klaim atas musibah yang
dialami oleh sebagian peserta.
2. Prinsip Dasar Asuransi Syariah
Dalam asuransi syariah menerapkan prinsip tolong menolong
(ta‟awun). Prinsip ini merupakan pondasi dasar dalam menegakan konsep
asuransi syariah. 19
Prinsip utama dalam asuransi syariah adalah ta‟awuna
„alal birri wa al-taqwa (tolong menolonglah kamu sekalian dalam
kebaikan dan takwa) dan al-takmin (rasa aman).
Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
taqwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran…” (QS.Al Maidah:2)
Para ulama dan ahli ekonomi islam mengemukakan bahwa
asuransi syariah ditegaskan atas tiga prinsip20
:
18
Abdullah Amrin, Meraih Berkah Melalui asuransi Syariah, (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo 2011) hal.35. 19
Abdullah Amrin, Asuransi Syariah keberadaan dan kelebihannya ditengah asuransi
konvensional (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo 2006) hal.83. 20
Abdullah Amrin, Meraih Berkah Melalui asuransi Syariah, (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo 2011) hal.144.
25
a. Saling bertanggung jawab
b. Saling bekerja sama atau saling membantu
c. Saling melindungi
Selain itu terdapat prinsip-prinsip pengelolaan asuransi syariah
sebagai berikut:
a. Prinsip Tauhid
Tauhid merupakan prinsip dasar dalam asuransi syariah.
Karena pada hakekatnya setiap muslim harus melandasi dirinya
dengan tauhid dalam menjalankan segala aktivitas kehidupannya,
tidak terkecuali dalam bermuamalah
b. Prinsip Keadilan
Prinsip kedua yang menjadi nilai-nilai dalam
pengimplementasian asuransi syariah adalah prinsip keadilan.
Artinya bahwa asuransi syariah harus benar-benar bersikap adil,
khususnya dalam membuat pola hubungan antara nasabah dengan
nasabah, maupun antara nasabah dengan perusahaan asuransi
syariah, terkait dengan hak dan kewajiban masing-masing. Asuransi
syariah tidak boleh mendzalimi nasabah dengan hal-hal yang akan
menyulitkan atau merugikan nasabah.
c. Prinsip Tolong menolong
Semangat tolong menolong merupakan aspek yang sangat
penting dalam operasional asuransi syariah. Karena pada
hakekatnya, konsep asuransi syariah didasarkan pada prinsip ini.
26
Dimana sesama peserta bertabarru‟ untuk kepentingan nasabah
lainnya yang tertimpa musibah.
d. Prinsip Kerjasama
Antara nasabah dengan perusahaan asuransi syariah terjalin
kerjasama, tergantung dari akad apa yang digunakannya. Dengan
akad mudharabah musytarakah, terjalin kerjasama dimana nasabah
bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) sedangkan
perusahaan asuransi syariah sebagai mudharib (pengelola/
pengusaha).
e. Prinsip Amanah
Amanah juga merupakan prinsip yang sangat penting. Karena
pada hakekatnya kehidupan ini adalah amanah yang kelak harus
dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT. Perusahaan dituntut
untuk amanah dalam mengelola dana premi. Demikian juga nasabah,
perlu amanah dalam aspek risiko yang menimpanya. Jangan sampai
nasabah tidak amanah dalam artian mengada-ada sesuatu sehingga
yang seharusnya tidak terjadinya klaim menjadi klaim yang tentunya
akan berakibat pada ruginya para peserta yang lainnya. Perusahaan
pun juga demikian, tidak boleh semena-mena dalam mengambil
keuntungan, yang berdampak pada ruginya nasabah.
f. Prinsip Saling Ridha
Dalam transaksi apapun, aspek an-taradhin atau saling
meridhai harus selalu menyertai. Nasabah ridha dananya dikelola
27
oleh perusahaan asuransi syariah yang amanah dan profesional. Dan
perusahaan asuransi syariah ridha terhadap amanah yang dibebankan
nasabah dalam mengelola kontribusi (premi) mereka. Demikian juga
nasabah ridha dananya dialokasikan untuk nasabah-nasabah lainnya
yang tertimpa musibah, untuk meringankan beban penderitaan
mereka. Dengan prinsip inilah, asuransi syariah menjadikan saling
tolong menolong memiliki arti yang luas dan mendalam, karena
semuanya menolong dengan ikhlas dan ridha.
g. Prinsip Menghindari Riba
Riba merupakan bentuk transaksi yang harus dihindari
sejauh-jauhnya khususnya dalam berasuransi. Karena riba
merupakan sebatil-batilnya transaksi muamalah.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan
riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah
supaya kamu mendapat keberuntungan. QS Ali Imran : 130.
h. Prinsip Menghindari Maisir
Asuransi jika dikelola secara konvensional akan
memunculkan unsur maisir (gambling). Karena seorang nasabah bisa
jadi membayar premi hingga belasan kali namun tidak pernah klaim.
28
Di sisi yang lain terdapat nasabah yang baru satu kali membayar
premi lalu klaim. Hal ini terjadi, karena konsep dasar yang
digunakan dalam asuransi konvensional adalah konsep transfer of
risk. Dimana perusahaan asuransi konvensional ketika menerima
premi, otomatis premi tersebut menjadi milik perusahaan, dan ketika
membayar klaim pun adalah dari rekening perusahaan. Sehingga
perusahaan bisa untung besar (maka premi banyak dan klaim
sedikit), atau bisa rugi banyak (ketika premi sedikit dan klaimnya
banyak).
i. Prinsip Menghindari Gharar
Gharar adalah ketidakjelasan. Dan berbicara mengenai risiko,
adalah berbicara tentang ketidakjelasan. Karena risiko bisa terjadi
bisa tidak. Dan dalam syariat Islam, kita tidak diperbolehkan
bertransaksi yang menyangkut aspek ketidakjelasan. Dalam asuransi
(konvensional), peserta tidak mengetahui apakah ia mendapatkan
klaim atau tidak, karena klaim sangat bergantung pada risiko yang
menimpanya. Jika ada risiko, maka ia akan dapat klaim, namun jika
tidak maka ia tidak mendapakan klaim. Hal seperti ini menjadi
gharar adanya, karena akad atau konsep yang digunakan adalah
transfer of risk. Sedangkan jika menggunakan aspek sharing of risk,
ketidakjelasan tadi tidak menjadi gharar. Namun menjadi sesuatu
yang perlu diwaspadai, yang apabila terjadi sesama nasabah akan
saling bantu-membantu terhadap peserta lainnya yang tertimpa
29
musibah, yang diambil dari dana tabarru‟ yang dikelola oleh
perusahaan asuransi syariah (bukan dari dana perusahaan)
j. Prinsip Menghindari Riswah
Dalam menjalankan bisnisnya, baik pihak asuransi syariah
maupun pihak nasabah harus menjauhkan diri sejauh-jauhnya dari
aspek risywah (sogok-menyogok atau suap-menyuap).
E. Asuransi Kerugian
1. Pengertian Asuransi Kerugian
Menurut Tino Warsito Asuransi kerugian merupakan
pertanggungan atas risiko yang mengalami kerugian karena kerusakan
atas kemusnahan harta benda yang dipertanggungkan karena sebab-sebab
atas kejadian yang dipertanggungkan seperti kerusakan, kehilangan,
tanggung jawab hukum pihak ketiga atau sebab-sebab atau bahaya-
bahaya yang disebut dalam kontrak atau polis yang mengakibatkan
kerugian atas objek yang dipertanggungkan.21
Sedangkan Asuransi Kerugian menurut Molengraaff yang di
kutip oleh Djojosoedarso, merupakan persetujuan dengan mana satu
pihak penanggung mengikatkan diri terhadap yang lain (tertanggung)
untuk mengganti kerugian yang dapat diderita oleh tertanggung, karena
terjadinya suatu peristiwa yang telah ditunjuk dan yang belum tentu
21
Tino Warsito, Manajemen Teknik Asuransi Syariah, Asuransi Syariah (untuk tingkat
pemula), hal, 3
30
secara kebetulan, dengan mana pula tertanggung berjanji untuk
membayar premi.22
Dari kedua defenisi tersebut dapat diketahui asuransi kerugian
merupakan kesediaan peserta membayar kerugian yang sedikit untuk
masa sekarang agar bisa menghadapi kerugian-kerugian besar yang
mungkin terjadi dimasa yang akan datang.
2. Asuransi Kecelakaan Diri
Asuransi Kecelakaan Diri menjamin tertanggung akibat dari suatu
kecelakaan yang menimpa dirinya selama 24 jam dalam periode
pertanggungan tertentu, misalnya selama satu tahun atau selama satu
perjalanan. Yang dimaksud dengan Kecelakaan yaitu kekerasan,
termasuk yang bersifat fisika maupun yang bersifat kimia, ditujukan dari
luar terhadap badan tertanggung yang seketika itu (secara tiba-tiba,
tidak dikehendaki dan tidak ada unsur kesengajaan) mengakibatkan luka
yang sifat tempatnya dapat ditentukan oleh dokter.23
a. Yang dianggap sebagai kecelakaan
1) Keracunan karena terhirup gas atau uap yang beracun , kecuali
keracunan kerenadengan sengaja oleh tertanggung dipakai obat
bius atau zat lain yang dapat disangka akibat-akibatnya yang
buruk atau dipakainya obat-obatan dalam arti kata yang seluas-
luasnya.
22
http://solusismart.com/pengertian-asuransi-kerugian-menurut-para-ahli-terbaru-2016/ Diakses pada hari dan tangggal : Selasa, 19 April 2016. Jam 12:20 WIB.
23 http://www.bumida.co.id/index.php/main_ind/product_detail/31/1/2010/04/08/Asuransi-
Kecelakaan-Diri . Diakses pada hari dan tanggal : Senin, 18 April 2016. Jam 01:24 WIB.
31
2) Penjangkitan dengan zat-zat yang mengandung hama penyakit
sebagai akibat Tertanggung dengan tidak sengaja tercemplung
dalam air atau suatu zat yang cair atau padat.
3) Mati lemas atau terbenam.
4) Pengasingan ditempat sunyi karena bencana dari luar, misalnya
kapal karam, pendaratan darurat dan keruntuhan hanya sejauh
akibat tertanggung kelaparan, kehausan atau kehilangan tenaga
5) Terjadinya sengal pinggang (lumbago) atau radang kandung urat
(tendo vaginities erepitans) tetapi hanya mengenai akibat-
akibatnya yang berikut :
a) Tidak mampu bekerja dalam batas waktu ke 20 hari pertama
yang dapat dihitung dari hari yang berikut dimana hai
keadaan itu bermulai, tetapi yang baru mulai berjalan pada
hari berikut hari perawatan dokter atau tabib berijasah
dimulai.
b) Ongkos-ongkos perawatan dokter selama waktu ke 20 hari
pertama, terhitung dari hari perawatan oleh dokter atau tabib
berijasah bermulai, yaitu mengenai cacat sementara sampai
setinggi-tingginya 18 x jumlah uang yang ditanggung untuk
ketidakmampuan bekerja sementara dan mengenai biaya
perawatan dokter sampai setinggi-tingginya sepersepuluh dari
jumlah uang yang ditanggung untuk perawatan dokter.
32
c) Masuknya hama penyakit lepas dari kecelakaan sendiri, baik
seketika itu juga maupun kemudian, dalam luka yang terjadi
karena kecelakaan dan sifatnya serta tempatnya dapat
ditentukan oleh dokter.
d) Komplikasi atau bertambahnya penyakit yang disebabkan
kecelakaan karena perawatan yang diberikan atau
diperintahkan oleh dokter atau tabib yang berijasah.
b. Yang termasuk akibat kecelakaan
1) Akibat-akibat atau masuknya "allergenen" atau hama penyakit
dalam arti kata seluas-luasnya seperti "hoorikoosts", typhus,
paratyphus, dysentrie dan botulisme.
2) Pengobatan dengan obat untuk dipakai diluar atau didalam, dengan
atri kata seluas-luasnya, yang dilakukan atas badan tertanggung
atau yang dilakukan oleh orang itu atau badannya sendiri, tidak
terkecuali pengobatan untuk mempercantik diri (kosmetik) yang
umumnya dijalankan dengan tidak meminta nasehat dokter atau
ahli kecantikan yang berijasah.
c. Risiko yang dijamin
1) Risiko Meninggal Dunia (Risiko "A")
Dalam hal terjadi kecelakaan yang membawa akibat meninggal
dunia dengan batas waktu 180 (seratus delapan puluh) hari sejak
terjadinya kecelakaan.
33
2) Risiko Cacat Tetap (Risiko "B")
Dalam hal terjadi kecelakaan yang membawa akibat suatu keadaan
cacat tetap/terus menerus selama hidup dan sudah tidak mungkin
diadakan lagi penyembuhannya, termasuk dalam hal ini ialah
keadaan cacat badani sehingga bagian dari badan yang cacat
tersebut tidak dapat berfungsi lagi sama sekali.
3) Risiko Cacat Sementara (Risiko "C")
Tidak berfungsi sebagian atau sementara / tidak mampu bekerja.
Hanya diberikan untuk karyawan harian, artinya tidak diberikan
kepada karyawan yang memiliki penghasilan bulanan.
4) Risiko Biaya Pengobatan/Perawatan Dokter/Rumah Sakit (Risiko
"D") Maskapai akan membayar segala perongkosan atas
pengobatan / perawatan dokter/rumah sakit yang diakibatkan oleh
suatu kecelakaan. Pembayaran dilakukan berdasarkan bukti-bukti
pembayaran yang asli dengan jumlah maksimum tidak akan
melebihi jumlah pertanggungan yang tercantum dalam polis.
d. Risiko yang tidak dijamin
Beberapa kecelakaan apabila tertanggung:
1) Bertindak sebagai pengemudi sepeda motor ( kecuali disebutkan
khusus dalam polis dengan klausula tersendiri, dengan syarat
membayar tambahan premi).
34
2) Turut serta dalam lalulintas udara, kecuali jika ia menjadi
penumpang yang syah dalam pesawat terbang bermotor yang telah
diperlengkapkan untuk mengangkut penumpang.
3) Bertinju, bergulat, turut serta dalam jiujitsu, judo, rugby, main
hocky diatas es, bersky, bobsled, mendaki gunung, diatas 2500m,
mendaki sungai es, memburu binatang besar, atau jika tertanggung
pergi berlayar seorang diri atau jika ia berlatih untuk atau turut
serta dalam balapan kecepatan/ketangkasan perlombaan.
4) Dengan sengaja melakukan kejahatan atau turut serta dalam
kejahatan.
5) Menjalankan tugasnya dalam ketentaraan, kecuali jika telah
disetujui.
6) Kecelakaan yang disebabkan atau menjadi mungkin karena
tertanggung mengalami penyakit, cacat badan atau keadaan luar
biasa yang lain, baik rohani maupun jasmani.
7) Bertambah besarnya akibat-akibat kecelakaan karena keadaan
seperti di atas misalnya penyakit gula, peredaran darah yang
kurang baik, pembuluh mekar, mata satu buta jika mata yang lain
tertimpa kecelakaan.Dalam hal ini santunan yang diberikan tidak
lebih tinggi dari yang akan diberikan jika tidak ada keadaan yang
membesarkan akibat-akibat kecelakaan itu
35
e. Kondisi dan bentuk penutupan
1) Variasi Dari Risiko-risiko Yang Boleh Ditutup
a) Risiko Meninggal Dunia saja.
b) Risiko Meninggal Dunia dan Cacat Tetap.
c) Risiko Meninggal Dunia, Cacat tetap dan Cacat Sementara
d) Risiko Meninggal Dunia, Cacat Tetap, Cacat sementara dan
Biaya Pengobatan.
e) Risiko Meninggal Dunia dan Biaya Pengobatan
f. Yang Dianggap Sebagai Kecelakaan
1) Kelas I :
a) Pegawai administrasi, ahli hukum, akuntan, dokter, guru, ibu
rumah tangga, penunggu toko
b) Olahragawan/wati : Anggar, badminton, tenis, basket,
bowling, catur, senam, volley ball, bridge , golf.
2) Kelas II:
a) Mahasiswa, pelajar, pengusaha, pedagang, tourists/traveler,
artis/ aktor, arsitek, dinas luar/sales, kurir.
b) Olah ragawan/wati : Hockey, softball, atletik.
3) Kelas III:
a) Pekerja-pekerja pabrik (buruh), sopir, engineers, crew
pesawat udara/darat/laut, penjaga malam, satpam.
b) Olahragawan/wati : Sepak bola, renang, polo air, lomba
layar, menembak, sepatu roda, skate board.
36
4) Kelas IV:
a) Penebang kayu (loggers), penggali tambang (miners),
penyelam (divers),surveyor di pedalaman, pembuat
terowongan.
b) Olahragawan/wati : Judo, karate, kempo, kungfu, silat, tinju,
gulat, ski, balap kuda, balap sepeda, rugbi.
5) Kelas V:
a) Pekerja-pekerja yang menggunakan bahan peledak,
stuntment, akrobatik
b) Olahragawan/wati : Balap mobil/motor, go kart, terjun
payung, terbang layang, layang gantung.
37
F. Kerangka Konsep
Asuransi Risiko
Peserta
Perusahaan
Kecelakaan diri
Proses Penerapan manajemen
risiko
Identifikasi Risiko
Evaluasi Risko
(Tingkat severity dan
frekuensi)
Kontrol Risiko (Fisik dan
keuangan)
Mengeliminasi risiko
Mengurangi risiko
Menaggung risiko itu
sendiri
Membagi risiko
Data :
Data primer ( Hasil
wawancara pada divisi
underwriter)
Data Skunder ( Data
Risk and Loss Profile of
Products berupa Rasio
Klaim)
Reduksi data
Kesimpulan
38
Penjelasan:
Perusahaan Asuransi pada produk asuransi kecelakaan diri memiliki dua
risiko yang harus dihadapi, yaitu risiko peserta asuransi kecelakaan diri dan risiko
perusahaan, risiko peserta adalah risiko terhadap kecelakaan diri tersebut yang
dapat membahayakan perusahaan, sehingga perusahaan perlu menerapkan
manajemen risiko untuk menghindari kerugian yang akan terjadi dari risiko
kecelakaan diri, diantara prosesnya adalah: a) identifikasi risiko, b) evaluasi
risiko, c) kontrol risiko.
Penelitian ini juga membutuhkan data pendukung terkait penerapan
manajemen risiko, yaitu data primer berupa data hasil wawancara pada divisi
underwriter, dan data skunder berupa data Risk and Loss Profile of Product untuk
mengetahui sejauh mana tingkat rasio klaim pada perusahaan, setelah semua data
terkumpul maka dilakukan reduksi data, menurut Miles & Huberman
sebagaimana ditulis Malik diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstakan, dan transformasi data “kasar”
yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.24
Setelah proses reduksi
data selesai maka peneliti dapat menarik kesimpulan pada penelitian.
24
http://www.menulisproposalpenelitian.com/2012/07/reduksi-data-dalam-analisis-
penelitian.html diakses pada hari dan tanggal : Jumat, 23 September 2016. Jam 12:28 WIB.
39
G. Review Studi Terdahulu
Tabel 2.1
NAMA, KONSENTRASI,
JUDUL
PEMBAHASAN PERBEDAAN
Irwan Saputra S1
konsentrasi Asuransi
Syariah, Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah (2014). Judul:
Analisis pertimbangan
Underwriter dalam
Menyeleski Kelayakan
Risiko Calon Peserta
Asuransi Kebakaran.
Analisis pertimbangan
underwriter dalam
menyeleksi kelayakan
risiko calon peserta
asuransi kebakaran yang
objeknya merupakan
bangunan berupa rumah
tinggal, ruko,
perkantoran, hotel,
gedung dan perkantoran,
hotel, dll
Perbedaan terdapat
pada objek dan judul,
skripsi saya membahas
Penerapan manajemen
Risiko Terhadap
Produk Asuransi
Kecelakaan Diri, yang
mencangkup penerapan
manajemen risiko,
underwriting, klaim-
rasio klaim, kendala
dan lainnya.
Amalia Novia Mardini S1
Konsentrasi Asuransi
Syariah, Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah (2013). Judul:
Manajemen risiko dalam
Penerapan manajemen
risiko yang dilakukan
perusahaan asuransi jiwa
PT. Bringin Life Syariah
dalam pengelolaan klaim
yang dilakukan nasabah
Perbedaan terdapat
pada objek dan judul,
skripsi saya membahas
Penerapan manajemen
Risiko Terhadap
Produk Asuransi
40
pengelolaan klaim nasabah
asuransi pada PT Asuransi
Jiwa Bringin Life Syariah.
pada perusahaan
tersebut.
Kecelakaan Diri, yang
mencangkup penerapan
manajemen risiko,
underwriting, klaim-
rasio klaim, kendala
dan lainnya.
Hendra Agus Wijaya S1
Konsentrasi Asuransi
Syriah, Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah (2007) .
Judul: Analisis risiko
dalam meningkatkan laba
pada perusahaan asuransi
jiwa PT Bringin Life
Syariah
Penerapan manajemen
risiko yang dilakukan
perusahaan asuransi jiwa
di PT. Bringin Life
Syariah dan fokusnya
dalam meningkatkan
laba perusahaan
Perbedaan terdapat
pada objek dan judul,
skripsi saya membahas
Penerapan manajemen
Risiko Terhadap
Produk Asuransi
Kecelakaan Diri, yang
mencangkup penerapan
manajemen risiko,
underwriting, klaim-
rasio klaim, kendala
dan lainnya.
Kelebihan pada skripsi ini terdapat pada analisis penerapan manajemen
risiko pada produk asuransi kecelakaan diri PT. Asuransi Umum Bumiputera
Muda 1967 ( Unit Syariah). Produk ini memiliki rumpun kelas pekerjaan yang
merata, yaitu kelas bawah menengah dan atas. Produk ini juga memiliki rumpun
41
kelas pekerjaan yang rentan risikonya terhadap kecelakaan diri dan kelas
pekerjaan yang memiliki risiko yang sangat tinggi, sehingga membutuhkan
penerapan manajemen risiko yang baik.
Demikian penjelasan diatas mengenai teori penerapan manajemen risiko
produk asuransi kecelakaan diri pada PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda
1967 (Unit Syariah) yang meliputi : definisi manajemen risiko, proses manajemen
risiko, underwriting, asuransi syariah, rasio klaim. Dan kerangka konsep alur
penelitian, review studi terdahulu.
42
BAB III
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PRODUK ASURANSI
KECELAKAAN DIRI PT. ASURANSI UMUM BUMIPUTERA MUDA 1967
(UNIT SYARIAH) .
A. Gambaran Umum PT.Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit
Syariah).
1. Sejarah dan perkembangan PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda
1967 (Unit Syariah)
Berdasarkan laporan tahunan PT Asuransi Umum Bumiputera
Muda 1967 Unit Syariah (disingkat Bumida Syariah), memperoleh izin
pendirian sejak 19 Februari 2004, sesuai dengan surat keputusan Menteri
Keuangan RI No. Kep-075/KM.6/2004. Secara resmi beroperasi sejak
bulan April 2004. Induknya sendiri, PT Asuransi Umum Bumiputera
Muda 1967 Atau Bumida, memperoleh ijin operasi dari Direktorat
Lembaga Keuangan, Direktorat Jenderal Moneter Dalam Negeri,
Departemen Keuangan Republik Indonesia No. KEP.
350/DJM/111.3/71973 tanggal 24 Juli 1973. Kantor Pusat : Jl. Wolter
Monginsidi No. 63/43 Kebayoran Baru Jakarta Selatan.1 Demikianlah
perkembangan PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Unit Syariah
yang terdapat pada laporan tahuhan perusahaan.
1 Laporan Tahunan 2012 annual Report, PT Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, 2012.
43
2. Visi dan Misi
Berdasarkan laporan tahunan PT. Asuransi Umum Bumiputera
Muda 1967 (BUMIDA), memiliki Visi untuk menjadi perusahaan
Asuransi Umum yang memberikan nilai lebih bagi Stakeholder.
Perusahaan ini juga memiliki misi untuk:
a. Menciptakan SDM yang unggul
b. Mengintegrasikan sistem dan teknologi informasi
c. Melakukan inovasi terus-menerus
d. Mengembangkan jaringan layanan yang luas
e. Mengoptimalkan BUMIPUTERA grup
Selain itu, falsafah dan nilai dasar yang dimiliki oleh PT. Asuransi
Umum Bumiputera Muda 1967 (BUMIDA) adalah sebagai berikut:
1) Idealisme
2) Dipercaya
3) Profesionalisme
4) Berkualitas
5) Menguntungkan
6) Kerjasama
Demikian visi dan misi PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda
1967(Unit syariah) berdasarkan laporan tahunan perusahaan.
44
3. Legalitas Perusahaan
Berdasarkan laporan tahunan, PT. Asuransi Umum Bumiputera
Muda 1967 (Unit Syariah) memperoleh ijin operasional dari Direktorat
Jenderal Moneter Dalam Negri, Departeman Keuangan Republik
Indonesia melalui surat No. KEP.350/DJM/111.3/7/1973 tanggal 24 Juli
1973 dan diperpanjang sesuai Keputusan Menteri Keuangan Tahun 1986.
Sedangkan PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Unit Syariah
(BUMIDA Syariah) memperoleh izin pendirian sejak 19 Februari 2004,
sesuai dengan surat keputusan Menteri Keuangan RI No. Kep-
075/KM.6/2004. Kepemilikan Perusahaan sesuai dengan UU No. 40
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dimiliki oleh AJB Bumiputera
1912 sebesar 99,45% dan PT Eurasia Wisata 0,55%.2 Demikian laporan
tahunan legalitas laporan tahuna pada PT. Asuransi Umum Bumiputera
Muda 1967.
4. Struktur Permodalan
Berdasarkan laporan tahunan PT. Asuransi Umum Bumiputera
Muda 1967 (Unit Syariah) Kepemilikan Perusahaan sesuai dengan UU
No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dimiliki oleh AJB
Bumiputera 1912 sebesar 99,29 % dan PT Eurasia Wisata 0,71 %.
Struktur permodalan Perusahaan telah dipenuhi, sesuai ketentuan modal
setor minimum yang dipersyaratkan dalam UU No. 2 Tahun 1992, dari
Rp 25 M menjadi Rp 100 M. Untuk Bumida Syariah, sejak awal tahun
2 Laporan Tahunan 2012 annual Report, PT Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, 2012.
45
2009 modal disetor yang dipisahkan dari modal induknya dari Rp 12,5
M, kemudian Tahun 2010 sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah RI. 39
Tahun 2008 telah memenuhi persyaratan modal minimum sebesar 25 No
M.3 Demikian laporan tahunan mengenai strutktur permodalan yang
dimiliki PT. Asuransi Umum Bumiputera.
B. Manajemen Risiko Produk Asuransi Kecelakaan Diri pada PT Asuransi
Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah)
1. Tahapan Proses Manajemen Risiko Asuransi Kecelakaan Diri:
a. Proses Klasifikasi Risk of Management, yaitu dengan memilih risiko
mana saja yang masuk kedalam pasar dan dipilih oleh perusahaan,
proses itu disebut Risk Apetitte (suatu keadaan di mana organisasi
memilih untuk menerima, memantau, mempertahankan diri, atau
memaksimalkan diri melalui peluang-peluang yang ada).
Risk Tolerance pada garis kuning adalah sejumlah dampak negatif
yang berani diambil oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan
mereka.
b. Proses Identifikasi, yaitu dengan menganalisis sejumlah faktor yang
dapat meningkatkan dan menurunkan kecendrungan seseorang atau
3 Laporan Tahunan 2012 annual Report, PT Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, 2012.
46
objek lain akan terjadinya kehilangan atau kerugian. Berdasarkan
Physical Hazard dan Moral Hazard yang ada. Berdasarkan Physical
Hazard ialah hazard yang berkaitan pada aspek fisik dari objek
tersebut yang dapat meningkatkan dan menurunkan kecendrungan
seseorang terhadap risiko, sedangkan Moral Hazard ialah Hazard
yang berkaitan dengan sikap dan tingkah laku seseorang terkait suatu
risiko. Kedua hazard ini sangat berpengaruh terhadap besarnya
tingkat keparahan kerugian.
c. Proses Analisis, yaitu dengan mengukur tingkat frekuensi
(frequency) dan severity pada produk asuransi kecelakaan diri.
Risiko dianalisis sejauh mana peluang terjadinya (Frequency) dan
apabila benar-benar terjadi berapa besarkah dampak kerugian yang
bisa ditimbulkan (Severity).
d. Proses Pengendalian Risiko, Setelah dianalisis maka dapat
ditetapkan bahwa risiko tersebut memiliki tingkat ancaman dan
memerlukan pengendalian. Dalam pengendalian risiko terdapat dua
elemen penting, yaitu pengendalian risiko berupa fisik dan
pengendalian risiko berupa finansial (financial). Pengendalian risiko
fisik berhubungan dengan upaya untuk mengurangi tingkat risiko
sejauh mungkin, baik dalam frekuensi maupun peluang kejadian dan
besaran kerugian apabila terjadi. Pengendalian risiko finansial dapat
dibagi menjadi dua kategori, yakni retensi risiko dan pembagian
atau penyebaran risiko. Retensi risiko berhubungan dengan risiko-
47
risiko yang telah diidentifikasi dengan baik, dianalisis yaitu pemilik
risiko telah dipertimbangkan bahwa sumber daya sudah cukup aman
untuk menghadapi risiko-risiko tersebut apabila terjadi. Pembagian
risiko berhubungan dengan risiko-risiko yang pemiliknya telah
diperhitungkan tidak mempunyai sumber daya internal yang cukup
untuk menghadapi risiko-risiko tersebut apabila terjadi. 4
2. Pengendalian Risiko Produk Asuransi Kecelakaan Diri
a. Pengendalian Fisik
Dengan adanya pengendalian fisik, perusahaan dapat
menghindari kemungkinan risiko-risiko yang akan terjadi. Dalam
pengendalian fisik produk asuransi kecelakaan diri berupa:
1) Menerapkan K3 (Keamanan, Kesehatan, Keselamatan), Tujuan
dari K3: 1) Melindungi kesehatan, keamanan dan keselamatan
dari tenaga kerja. 2) Meningkatkan efisiensi kerja. 3) Mencegah
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Contoh pengendalian fisik untuk asuransi kecelakaan diri :
keadaan ruang lingkup pekerjaan yang sudah teruji aman bagi
peserta asuransi kecelakaan diri dari bahaya, alat pelindung diri
yaitu perlengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai
bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu
4 Berdasarkan hasil wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Teknis Syariah PT. Asuransi
Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah), Landung Eko Hardiono,AAIK, Jakarta, 24 Mei
2016.
48
sendiri dan orang di sekelilingnya. Adapun bentuk peralatan dari
alat pelindung:
a. Safety helmet , Berfungsi: sebagai pelindung kepala dari
benda-benda yang dapat melukai kepala.
b. Safety belt, Berfungsi: sebagai alat pengaman ketika
menggunakan alat transportasi.
c. Penutup telinga, Berfungsi: sebagai penutup telinga ketika
bekerja di tempat yang bising.
d. Kaca mata pengamanan, Berfungsi: sebagai pengamanan
mata ketika bekerja dari percikan.
e. Alat Pelindung Muka dan Mata: Secara umum tujuan
penggunaan alat pelindungan muka dan mata / face shield
yaitu melindungi muka dan mata dari : Lemparan benda-
benda kecil,lemparan benda-benda panas, pengaruh
cahaya , pengaruh radiasi tertentu. Secara umum pelindungan
mata dan wajah terdiri atas kaca mata pelindung, goggle,
pelindung wajah dan pelindung mata khusus yaitu goggle
yang menyatu dengan masker khusus untuk melindungi mata
dan wajah dari radiasi dan bahaya mata.
f. Alat pelindung pernafasan, Berfungsi: Memberikan
perlindungan terhadap sumber-sumber bahaya seperti:
kekurangan oksigen, pencemaran oleh partikel (debu, kabut,
asap dan uap logam), pencemaran oleh gas atau uap. Alat
49
pelindung pernafasan sangat beragam seperti masker debu,
masker kimia, respirator dan breathing apparatus (BA).
g. Alat pelindung tangan : Adapun fungsi dari alat pelindung
tangan yaitu untuk melindungi tangan melepuh karena
gesekan. untuk melindungi tangan dari panas, untuk
keperluan las, untuk melindungi tangan dari benda-benda
tajam seperti lembaran logam atau baja. untuk melindungi
tangan dari asam,basa,larutan dan minyak misalnya sarung
tangan kain terpal ( kanvas ), asbes, karet, metal.
h. Alat pelindung kaki : Fungsi dari alat pelindung kaki untuk
melindungi bagian telapak kaki, tumit atau betis dari benda
panas, cair, kejatuhan benda, tertusuk benda tajam dan
lainnya misalnya sepatu karet, sepatu kulit, sepatu asbes.
i. Alat pelindung badan : Alat pelindung badan berfungsi untuk
melindungi bagian tubuh khususnya dada dari percikan benda
cair, padat, radiasi sinar dan panas misalnya apron dari kulit,
plastik dan asbes.
2) Untuk pekerjaan yang mengandung risiko tinggi dapat diterapkan
warranty yang merupakan syarat fundamental yang harus
dilakukan pihak tertanggung asuransi kecelakaan diri.
Contoh warranty yang diterapkan:
a) Pelatihan anggota pasukan penjinak bom, dalam hal ini
perusahaan tidak sembarang menerima calon peserta.
50
Pelatihan hanya dilakukan beberapa hari sesuai kesepakatan
yang ada, dan adanya pemantauan lingkungan kerja yang
sudah teruji aman, calon peserta juga wajib menerapkan K3.
b) Penyelam, bagi calon peserta asuransi kecelakaan diri dalam
bidang penyelam, perusahaan mewajibkan penyelam
mempunyai sertifikat yang menyatakan calon peserta mahir
dalam bidang profesinya tersebut, kedalaman pada saat
menyelam sudah terukur sesuai kesepakatan, penyelam juga
harus menerapkan K3 dengan baik demi keselamatan peserta.
b. Pengendalian Finansial
1) Sharing of Risk
Ketika perusahaan tidak mampu membayarkan klaim yang
sangat tinggi, perusahaan mengalihkan risiko kepada perusahaan
lain yaitu Reasuransi. Maka dana tabarru akan dibagi kepada
perusahaan tersebut. Dan klaim pun ditanggung bersama sesuai
pembagian dan kesepakatan bersama.
2) Retensi
Retensi risiko berhubungan dengan risiko-risiko yang telah
diidentifikasi dengan baik, dan dianalisis yaitu pemilik risiko telah
dipertimbangkan bahwa sumber daya sudah cukup aman untuk
menghadapi risiko-risiko apabila terjadi..5
5 Berdasarkan hasil wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Teknis Syariah PT. Asuransi
Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah), Landung Eko Hardiono,AAIK, Jakarta, 24 Mei
2016.
51
C. Proses Underwriting
1. Risiko yang dapat diasuransi kan harus memenuhi syarat- syarat tertentu
yaitu :
a. Risiko tidak bisa diprediksi yaitu harus terjadi secara kebetulan dan
tidak direncanakan atau disengaja.
b. Apabila risiko itu terjadi, maka tertanggung akan mengalami kerugian,
dalam arti lain tertanggung memiliki insurable interest atas apa yang
dipertanggungkan.
c. Risiko tersebut tidak bertentangan dengan dengan kepentingan umum
dan kepentingan hukum, contohnya: narkoba, judi tidak boleh dijadikan
objek pertanggungan.
2. Objek dalam pertanggungan produk asuransi kecelakaan diri:
a. Kelas 1 :
1) Pegawai administrasi, ahli hukum, akuntan, dokter, guru, ibu rumah
tangga, penunggu took
2) Olahragawan/wati: Anggar, badminton, tenis, basket, bowling, catur,
senam, volley ball, bridge, golf.
b. Kelas 2 :
1) Mahasiswa, pelajar, pengusaha, pedagang, tourists/traveler, artis/
aktor, arsitek, dinas luar/sales, kurir.
2) Olah ragawan/wati : Hockey, softball, atletik
52
c. Kelas 3 :
1) Pekerja-pekerja pabrik (buruh), sopir, engineers, crew pesawat
udara/darat/laut, penjaga malam, satpam.
2) Olahragawan/wati : Sepak bola, renang, polo air, lomba layar,
menembak, sepatu roda, skate board
d. Kelas 4 :
1) Penebang kayu (loggers), penggali tambang (miners), penyelam
(divers),surveyor di pedalaman, pembuat terowongan
2) Olahragawan/wati : Judo, karate, kempo, kungfu, silat, tinju, gulat,
ski, balap kuda, balap sepeda, rugby.
e. Kelas 5 :
1) Pekerja-pekerja yang menggunakan bahan peledak, stuntment,
akrobatik.
2) Olahragawan/wati : Balap mobil/motor, go kart, terjun payung,
terbang layang, layang gantung.
3. Risiko yang dijamin pada produk asuransi kecelakaan diri ini:
a. Kematian (jaminan A)
Jaminan A akan diberikan dalam hal Peserta: Meninggal dunia
dalam batas waktu 12 (dua belas) bulan sejak terjadinya kecelakaan,
atau hilang dan tidak diketemukan dalam waktu sekurang-kurangnya
60 hari sejak terjadinya kecelakaan sebagai akibat langsung dari suatu
kecelakaan yang dijamin dalam polis.
53
b. Cacat tetap (Jaminan B)
Jaminan B akan diberikan dalam hal Peserta mangalami cacat
tetap sebagai akibat langsung dari suatu kecelakaan yang dijamin
dalam polis, yang terdiri dari :
1) Cacat tetap keseluruhan , cacat tetap keseluruhan meliputi:
a) kehilangan penglihatan kedua belah mata, atau
b) hilang atau tidak berfungsinya kedua lengan, atau
c) hilang atau tidak berfungsinya kedua tungkai kaki, atau
d) hilang atau tidak berfungsinya: penglihatan satu mata dan
satu lengan; penglihatan satu mata dan satu tungkai kaki; atau
satu tungkai kaki dan satu lengan.
Dapat diartikan pula sebagai cacat tetap keseluruhan, dalam
hal kegilaan atau kelumpuhan total yang diderita peserta sebagai
akibat langsung dari suatu kecelakaan yang dijamin polis. Cacat Tetap
ini harus terjadi dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak terjadinya
kecelakaan.
c. Cacat tetap sebagian
Cacat tetap sebagian berupa hilang atau tidak berfungsinya
sebagian dari anggota tubuh. Hak atas santunan ini berlaku setelah
dokter menetapkan keadaan cacat tetap yang diderita. Apabila peserta
telah menerima santunan dalam hal cacat tetap, kemudian akibat
kecelakaan yang sama itu peserta meninggal dunia maka hak atas
54
santunan dalam hal kematian akan diberikan setelah dikurangi dengan
jumlah santunan cacat tetap yang telah dibayarkan. Jika santunan
cacat tetap yang telah dibayar lebih besar daripada santunan kematian,
maka Peserta tidak berhak atas santunan kematian.
d. Biaya perawatan atau pengobatan jaminan (C)
Jaminan C akan diberikan dalam hal pembayaran atas
penggantian biaya-biaya perawatan dan atau pengobatan yang
dilakukan dalam usaha untuk penyembuhan atau pemulihan sakit atau
cidera yang diderita Peserta sebagai akibat langsung dari suatu
kecelakaan yang dijamin polis. Hak atas penggantian ini diberikan
sesuai dengan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Peserta namun tidak
melampaui Nilai Pertanggungan yang tercantum didalam Ikhtisar
Pertanggungan.
4. Proses underwriting peserta asuransi kecelakaan diri:
a. Underwriter menerima SPPA (Surat Permintan Penutupan Asuransi)
dari agen (marketing) dengan data-data pendukungnya.
b. Pengecekan kelengkapan data SPPA yang diberikan, jika ada hal yang
kurang atau tidak lengkap maka dapat ditolak oleh underwriter, dan
akan dikembalikan pada agen (marketing) beserta alasan
penolakannya.
c. Ketika data sudah lengkap, maka dilakukan identifikasi dan analisis
risiko. Penanggung menganalisis objek pertanggungan, apakah
permintaa asuransi diterima atau tidak. Jika diterima, kondisi apa yang
55
diterapkan, termasuk berapakah besaran premi yang harus dibayarkan
oleh tertanggung. Dalam hal ini penanggung sangat dipengaruhi
keputusannya oleh keterangan tertulis yang disampaikan.
d. Jika semua sudah oke dan diterima, maka peserta akan membayar
premi yang telah ditentukan, dan mendapatkan polis.
Proses yang paling penting pada underwriting adalah proses
analisis risiko, proses ini dilakukan sesuai dengan Standard Operation
Procedure Underwriting, yaitu dengan mengidentifikasi risiko yang
ada pada calon peserta asuransi kecelakaan diri berupa identifikasi
hazard, hazard terbagi menjadi dua yaitu physical hazard dan moral
hazard. Physical hazard merupakan hal yang berkenaan dengan
aspek-aspek fisik dari risiko yang dapat mempengaruhi timbulnya atau
besarnya suatu kerugian, baik dari segi sering atau jarang
terjadinya (frequency) maupun dari segi tingkat keparahan dari kerugian/
kerusakannya (severity), contohnya dalam asuransi kecelakaan diri
adalah orang yang mempunyai pekerjaan yang sangat berisiko.
Sedangkan moral hazard adalah hal yang berkenaan dengan sikap dan
tingkah laku orang-orang yang terkait dengan suatu risiko. Moral
hazard ini sangat berpengaruh terhadap besarnya atau tingkat
keparahan kerugian., dan dapat meningkatkan kemungkinan risiko
terjadi, contohnya adalah kurang hati-hati pada pihak tertanggung.
Ada beberapa orang menganggap bahwa bila risiko sudah
diasuransikan maka tidak perlu lagi untuk berhati-hati. Biasanya
56
dalam polis asuransi diberlakukannya kondisi yang menegaskan
bahwa tertanggung harus berkelanjutan untuk melaksanakan tindakan
berhati-hati untuk menghindari kerugian atau mengurangi kerugian.6
5. Faktor-faktor pertimbangan underwriting :
a. Jumlah peserta
b. Pekerjaan / hobby
c. Usia peserta
d. Jumlah pertanggungan yang diminta
e. Risiko individu/ risiko akumulasi
f. L/R Lost Rasio (Klaim/Premi)
D. Proses klaim
1. Proses Klaim Asuransi Kecelakaan Diri:
a. Underwriter menerima berkas pengajuan klaim.
b. Pengecekan berkas klaim, apabila data tidak lengkap makan akan
ditolak.
c. Analisis klaim, apabila pada proses klaim (survey risiko) tidak
sesuai, maka klaim akan ditolak.
d. Ketika berkas pengajuan sudah lengkap, maka underwriter
memberikan laporan klaim kepada pihak keuangan. Lalu dropping
biaya kalim dari kantor pusat.
6 Berdasarkan hasil wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Teknis Syariah PT. Asuransi
Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah), Landung Eko Hardiono,AAIK, Jakarta, 24 Mei
2016.
57
2. Dokumen pendukung klaim :
a. Formulir laporan pengajuan klaim berikut kronologis kecelakaan
yang terjadi.
b. Polis asli atau fotocopy
c. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP).
3. Dalam hal Peserta meninggal dunia:
a. Surat keterangan mengenai hasil pemeriksaan jenazah (Visum et
Repertum).
b. Fotocopy surat keterangan meninggal dunia dari Lurah atau
kepolisian setempat.
c. Surat keterangan para saksi
4. Dalam hal Peserta hilang :
a. surat keterangan tentang kecelakaan dan penghentian pencarian dari
pihak yang berwenang
b. surat pernyataan dari ahli waris akan mengembalikan santunan
apabila Peserta diketemukan kembali dalam keadaan hidup
5. Dalam hal Peserta mengalami cacat tetap,
a. Surat keterangan pemeriksaan (Visum) dari Dokter yang melakukan
perawatan atau pengobatan
b. Surat keterangan para saksi
c. kwitansi asli dari dokter, rumah sakit, laboratorium, apotik, dalam
hal Tertangggung menjalani perawatan atau pengobatan. Apabila
kwitansi asli digunakan untuk memperoleh penggantian dari asuransi
58
yang bersifat wajib maka peserta harus menyerahkan fotocopy
kwitansi yang telah dilegalisir oleh perusahaan asuransi bersifat
wajib tersebut.
d. Dokumen lain yang relevan, wajar dan patut diminta oleh Pengelola
sehubungan dengan penyelesaian klaim.
e. Pengelolaan wajib menyelesaikan pembayaran klaim dalam waktu
30 (tiga puluh) hari kalender sejak adanyan kesepakatan tertulis
antara pengelola dan peserta menegnai jumlah klaim yang harus
dibayar.7
Demikian penjelasan diatas mengenai gambaran umum PT. Asuransi
Umum Bumipueta Muda 1967 (Unit Syariah) dan penerapan manajemen
risiko terhada produk asuransi kecelakaan diri pada PT. Asuransi Umum
Bumiputera muda 1967 (Unit Syariah) yang meliputi; penerapan
manajemen risiko produk asuransi kecelakaan diri, proses underwriting
produk asuransi kecelakaan diri, proses klaim produk asuransi kecelakaan
diri.
7 Berdasarkan hasil wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Teknis Syariah PT. Asuransi
Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah), Landung Eko Hardiono,AAIK, Jakarta, 24 Mei
2016.
59
BAB IV
ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERHADAP PRODUK
ASURANSI KECELAKAAN DIRI PADA PT. ASURANSI UMUM
BUMIPUTERA MUDA 1967 (UNIT SYARIAH).
A. Penerapan Manajemen Risiko Produk Asuransi Kecelakaan Diri pada
PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah).
Penerapan manajemen risiko terhadap produk asuransi kecelakaan diri
pada PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah) diterapkan
sesuai dengan Standard Operational Management of Risk, yaitu dengan
melalui beberapa tahapan proses manajemen risiko, diantaranya adalah : a)
klasifikasi risk of management, b) proses identifikasi risiko, c) proses analisis
risiko, d) proses pengendalian pada risiko. Namun terdapat proses awal yang
membedakan PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah)
dengan perusahaan asuransi lain dan proses tersebut sangat mempengaruhi
pada tingkat risiko produk asuransi kecelakaan diri.
Proses klasifikasi Risk of Management merupakan proses pemilihan
risiko yang akan diambil sebuah perusahaan, untuk memaksimalkan peluang-
peluang yang ada, proses ini disebut juga Risk Appetite. Risk Appetite secara
harafiah adalah selera/ nafsu, dan secara definisi adalah suatu keadaan dimana
organisasi memilih untuk menerima, memantau, mempertahankan diri, atau
memaksimalkan diri melalui peluang-peluang yang ada .1
1 Berdasarkan hasil wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Teknis Syariah PT.
Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah), Landung Eko Hardiono,AAIK, Jakarta,
24 Mei 2016.
60
Dengan begitu dapat disimpulkan Risk Appetite merupakan proses
pemilihan risiko yang dapat diambil oleh suatu organisasi atau perusahaan
sesuai selera yang terdapat pada perusahaan, guna memaksimalkan peluang
yang ada. Proses Risk Apetitte inilah yang membedakan PT. Asuransi Umum
Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah) dengan perusahaan asuransi lainnya,
karena metode pengukuran Risk Apettite masing-masing perusahaan tidaklah
sama
RISK APPETITE PERSONAL ACCIDENT
Penjelasan:
1. Risiko 1 : Risiko aman dan risiko dapat diambil, risiko memiliki
pengendalian yang baik.
2. Risiko 2: Risiko aman dan risiko dapat diambil, risiko memiliki
pengendalian yang baik.
61
3. Risiko 3: Risiko aman dan risiko dapat diambil, risiko memiliki
pengendalian yang baik.
4. Risiko 4: Risiko tinggi bagi perusahaan dan perusahaan harus
berhati-hati, namum risiko boleh diterima/diambil. Risiko pada
prinsip yang dikecualikan namun pada pertimbangan tertentu dapat
dimintakan izin pada Kantor Pusat Syariah (non automatic
accepted):
a. Usia dibawah 18 tahun dan diata 60 tahun (selain siswakoe dan
mahasiswakoe)
b. Anggota TNI atau POLRI
c. Okupasi pekerjaan kelas IV antara lain: Pemburu, Pembalab,
Pendaki, Penyelam, Petinju dan jenis olahraga lain yang berisiko
tinggi
d. Pilot, Air Crew dan Sea Crew
Dalam hal jenis risiko 4 dapat diterima, dengan menerapkan hal-hal
dibawah ini:
1) Warranty/ syarat dan ketentuan yang bersifat fundamental bagi
setiap peserta yang memiliki risiko tinggi (waktu, tempat,
keadaan fisik maupun non fisik)
2) Sertifikat khusus untuk setiap risiko tinggi dan sertifikat dalam
masa berlaku pada saat mengikuti asuransi
3) Premi yang sesuai dengan tingkat risiko
62
4) Jumlah pertanggungan yang sesuai dengan risiko2
Dalam memilih dan menerima setiap risiko PT. Asuransi Umum
Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah) memiliki perhitungan yang sangat
akurat dan hati-hati. PT. Asuransi Umum Bumiputera muda 1967 (Unit
Syariah) juga mempunya batas toleransi terhadap setiap risiko dalam pasar
(Risk Tolerance), yaitu sejumlah dampak negatif yang berani diambil oleh
suatu perusahaan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai perusahaan.
strategi khusus dan pengendalian untuk risiko sangat diperhatikan, baik
pengendalian fisik dan finansial sangat penting untuk menghadapi setiap
risiko tersebut. Sehingga perusahaan dapat mengambil keputusan untuk
menerima setiap risiko guna memaksimalkan peluang-peluang yang ada.
Berdasarkan permasalahan penerapan manajemen risiko produk
asuransi kecelakaan diri, menurut Bapak. Landung Eko Hardiono, AAAIK
dalam proses penerapan manajemen risiko produk asuransi kecelakaan diri,
terdapat langkah strategis PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit
Syariah) untuk menghindari risiko yang ada pada produk asuransi kecelakaan
diri:
a. Proses penerapan manajemen risiko produk asuransi kecelakaan diri PT.
Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah) diterapkan
sesuai Standard Operational Procedure Management of Risk .
2 Berdasarkan hasil wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Teknis Syariah PT.
Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah), Landung Eko Hardiono,AAIK, Jakarta,
24 Mei 2016.
63
b. Proses penerapan manajemen risiko produk asuransi kecelakaan diri PT.
Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah) diterapkan
sesuai dengan prinsip syariah dan tidak melanggar hukum negara.
c. PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah) mengambil
setiap peluang yang ada pada setiap risiko (Risk Apetitte). Tingkat risiko
yang akan diambil merupakan tingkat dan jenis risiko yang bersedia
diambil perusahaan dalam rangka mencapai sasaran perusahaan.
d. Mempunyai batas toleransi terhadap setiap risiko dalam pasar (Risk
Tolerance), yaitu sejumlah dampak negatif yang berani diambil oleh
suatu perusahaan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai perusahaan.
Dalam hal ini perusahaan harus menentukan dengan baik pengendalian
risiko pada masing-masing risiko.
e. Menerapkan pengendalian sesuai dengan tingkat dan jenis risiko.
Pengendalian fisik dan finansial sesuai dengan ketentuan yang ada.
B. Rasio Klaim
Pengukuran kinerja perusahaan selain dilihat dari aspek keuangan, juga
dapat dilihat dari aspek operasional perusahaan. Menurut Ikatan Akuntan
Indonesia klaim merupakan ganti rugi yang dibayarkan atau yang menjadi
kewajiban kepada tertanggung oleh perusahaan asuransi (Ceding Company)
sehubungan dengan telah terjadinya kerugian.3
Dengan begitu, klaim dapat diartikan salah satu kegiatan operasional
perusahaan asuransi yang harus diselesaikan antara pihak asuransi dengan pihak
3http://pengertian-pengertian-info.blogspot.co.id/2016/04/pengertian-klaim-asuransi-
menurut-para.html Diakses pada hari dan tanggal, Jumat 23 september 2016, jam 4:50 WIB
64
tertanggung atau pemegang polis. Perusahaan dapat mengetahui berapa besar
pembayaran klaim yang telah dilakukan akibat terjadinya kerugian yang dialami
oleh pemegang polis (tertanggung). Untuk mengukur rasio klaim dalam
perusahaan asuransi kerugian dilakukan dengan perbandingan antara klaim bruto
dengan premi bruto. Rasio ini mencerminkan pengalaman klaim ( loss ratio )
yang terjadi serta kualitas usaha penutupannya.
Data risk and loss profile of general accident
For the past 3 (three years)
*)In Million Rupiah
Tabel 4.1
TAHUN 2013
PREMI JUMLAH KLAIM JUMLAH
SUM
INSURED
/RISK
BASIS IN AMOUNT NO
IN
AMOUNT NO
Up to - 50 508.21 3073 939.24 371
50 - 75 68.45 681 0 0
75 - 100 216.18 446 92.45 9
100 - 150 175.42 1031 0 0
150 - 200 110.25 595 0 0
200 - 250 62.76 502 0 0
250 - 300 106.04 347 0 0
300 - 400 346.2 381 116.41 3
400 - 500 24.63 341 0 0
500 - 750 367.25 578 0 0
750 - 1,000 187.95 210 0 0
1,000 - 1,250 126.14 167 0 0
1,250 - 1,500 138.19 70 0 0
1,500 - 2,001 170.47 94 98.38 5
2,001 Or over 890.24 278 0 0
Total 3,498.38 8794 1,246.48 388
65
Tabel 4.2
TAHUN 2014
PREMI JUMLAH KLAIM JUMLAH
SUM
INSURED
/RISK
BASIS IN AMOUNT NO
IN
AMOUNT NO
Up to - 50 562.77 5,483 1.2 1
50 - 75 102.45 1,669 4.13 2
75 - 100 145.31 2,856 13.03 10
100 - 150 174.27 2,884 73.1 2
150 - 200 184.3 2,352 2.25 2
200 - 250 200.96 1,877 3.6 4
250 - 300 144.62 1,051 0.5 3
300 - 400 350.02 1,189 6.74 6
400 - 500 265.03 1,083 16.97 12
500 - 750 348.52 1,269 1.99 10
750 - 1,000 375.97 917 18 4
1,000 - 1,250 156.78 533 7.3 7
1,250 - 1,500 160.56 318 7.1 8
1,500 - 2,001 298.23 275 117.79 70
2,001 Or over 1,216.39 435 98.36 13
Total 4,686.18 24,191 338.11 154
Tabel 4.3
TAHUN 2015
PREMI JUMLAH KLAIM JUMLAH
SUM
INSURED
/RISK
BASIS IN AMOUNT NO
IN
AMOUNT NO
Up to - 50 243.98 2,190 146.22 41
50 - 75 36.77 418 0 0
75 - 100 156.17 662 10 1
100 - 150 146.32 931 66.65 3
150 - 200 144.78 722 0 0
200 - 250 93.43 470 0.75 1
250 - 300 116.13 289 29.36 2
300 - 400 234.65 403 82.77 3
66
400 - 500 341.68 348 0.8 1
500 - 750 256.3 452 39 4
750 - 1,000 375.65 544 128.48 15
1,000 - 1,250 141.17 676 4.46 3
1,250 - 1,500 135.55 576 176.87 4
1,500 - 2,001 233.76 853 10.86 10
2,001 Or over 1,012.11 2,625 62.97 20
T otal 3,668.44 12,159 759.18 108
*Claim Ratio of General Accident
Tabel 4.4
TAHUN PREMI KLAIM RASIO KLAIM
2013 3,498.38 1,246.48 36%
2014 4,686.18 338.11 7%
2015 3,668.44 759.18 21%
*Rasio Klaim = Beban Klaim
Beban Premi
1. Produk General Accident:
a. Asuransi kecelakaan diri (Personal Accident)
b. Asuransi uang
c. Liability
d. Aneka ( produk yang tidak termasuk grup basis lain seperti asuransi
harta benda, asuransi kendaraan bermotor, asuransi pengangkutan,
asuransi kerangka kapal, asuransi rekayasa, asuransi pembiayaan)4.
4 Berdasarkan hasil wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Teknis Syariah PT.
Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah), Landung Eko Hardiono,AAIK, Jakarta,
24 Mei 2016.
67
Berdasarkan analisis data tersebut, PT. Asuransi Umum Bumiputera
Muda 1967 (Unit syariah) Pusat, pada tahun 2013 dalam produk General
Accident perusahaan memiliki rasio klaim sebesar 36%, dan ditahun 2014
rasio klaim mengalami penurunan menjadi 7% dan pada tahun 2015 rasio
klaim meningkat sedikit dengan batas aman sebesar 21%. Semakin tinggi
angka rasio klaim menunjukan proses underwriting pada penerapan
manajemen risiko kurang baik, dan sebaliknya semakin renda rasio klaim
yang ada pada perusahaan menunjukan kualitas underwriting yang baik pada
penerapan manajemen risikonya. Pada perusahaan Bumiputera Muda 1967
batas rasio klaim yang aman ditunjukan pada batas klaim yang tidak melebihi
batas premi yang ada, dan pada produk general accident PT. Asuransi Umum
Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah) sudah diberikan reasuransi dalam
bentuk quota shared, yaitu berapapun nilainya akan dibagi dua sesuai dengan
proporsi, dengan begitu terdapat pembagian premi yang dibayarkan oleh
nasabah terhadap reasuransi sesuai dengan proporsi yang ditentukan, untuk
produk General Accident PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit
Syariah) hanya menahan 50% dari risiko yang ada, sedangkan 50% diberikan
pada reasuransi, sehingga pembayaran klaim tidak sepenuhnya ditanggung
oleh perusahaan, Maka dengan begitu dapat disimpulkan bahwa penerapan
manajemen risiko yang diterapkan PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda
1967 (Unit Syariah) pada produk General Accident sangat baik dan cukup
aman.5
5 Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), diakses pada hari Jumat, tanggal 23 September. Jam
68
C. Proses Underwriting Produk Asuransi Kecelakaan Diri
Proses underwriting produk asuransi pada produk asuransi kecelakaan
diri diterapkan sesuai Standard Operation Procedure Underwriting, yaitu
dengan mengidentifikasi risiko yang ada pada calon peserta asuransi
kecelakaan diri pada proses seleksi berupa identifikasi hazard, yaitu
physical hazard dan moral hazard yang dapat mempengaruhi tingkat kejadian
dari risiko (frequency) dan tingkat keparahan dari risiko tersebut (severity).
Proses underwriting:
1. Underwriter menerima SPPA (Surat Permintan Penutupan Asuransi)
dari agen (marketing) dengan data-data pendukungnya.
2. Pengecekan kelengkapan data SPPA yang diberikan, jika ada hal yang
kurang atau tidak lengkap maka dapat ditolak oleh underwriter, dan
akan dikembalikan pada agen (marketing) beserta alasan
penolakannya.
69
3. Ketika data sudah lengkap, maka dilakukan identifikasi dan analisis
risiko. Penanggung menganalisis objek pertanggungan, apakah
permintaa asuransi diterima atau tidak. Jika diterima, kondisi apa yang
diterapkan, termasuk berapakah besaran premi yang harus dibayarkan
oleh tertanggung. Dalam hal ini penanggung sangat dipengaruhi
keputusannya oleh keterangan tertulis yang disampaikan.
4. Jika semua sudah oke dan diterima, maka peserta akan membayar
premi yang telah ditentukan, dan mendapatkan polis.
Penilaian risiko dilakukan berdasarkan jumlah peserta asuransi,untuk
menentukan jumlah pertanggungan dan besaran premi. Usia calon peserta
asuransi kecelakaan diri, usia peserta tidak disarankan untuk melebihi usia 60
tahun. Kebiasaan atau aktivitas keseharian peserta dan jenis pekerjaan,
menentukan besaran premi yang akan dibayarkan pada calon peserta
nantinya, semakin besar risiko yang ada maka semakin besar juga nilai
preminya. Produk asuransi kecelakaan diri pada PT. Asuransi Umum
Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah) mempunyai keunikan pada kelas
pekerjaan yang dapat diasuransikan, produk tersebut memiliki tingkat risiko
yang tinggi, maka perlakuan pada setiap risiko pun berbeda-beda.
Proses underwriting PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967
(Unit Syariah) diterapkan sesuai prinsip syariah. Underwriter mempunyai
tujuan yang berbeda dengan konsep konvensional. Underwriter mempunyai
kewajiban utama untuk menjaga dana tabarru (dana peserta) untuk keamanan
para peserta asuransi kecelakaan diri, underwriter juga wajib menerapkan
70
prinsip bijaksana dan adil dalam menentukan tarif premi calon peserta
asuransi kecelakaan diri.
Berdasarkan permasalahan penerapan manajemen risiko produk
asuransi kecelakaan diri, menurut Bapak. Landung Eko Hardiono, AAAIK
Proses seleksi risiko (Proses Underwriting) pada PT. Asuransi Umum
Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah) diterapkan dengan beberapa strategi
untuk meminimalisir risiko yang ada pada produk asuransi kecelakaan diri:
1) Risiko memenuhi persyaratan yang diberikan perusahaan. Tidak
melanggar hukum islam dan hukum negara.
2) Objek pertanggungan pada risiko sesuai dengan yang ada pada
perjanjian. jika tidak, maka akan diterapkan persyaratan lainnya.
3) Risiko pertanggungan yang akan dijamin sesuai pada perjanjian.
4) Identifikasi dan analisis risiko sesuai dengan Standard Operational
Procedure Underwriting.
5) Memberikan besaran premi sesuai tingkat risiko yang dimiliki
peserta (Faktor-faktor pertimbangan underwriting). Diberikan
ekstrak premi untuk risiko yang tinggi.
6) Menerapkan pengendalian risiko baik fisik berupa K3 pada saat
bekerja (Kesehatan, keselamatan, keamanan) berupa keadaan ruang
lingkup kerja yang aman dan penerapan alat pelindung sesuai risiko
peserta.
7) Memberikan warranty (Syarat dan ketentuan yang bersifat
fundamental untuk setiap peserta asuransi kecelakaan diri).
71
8) Menerapkan pengendalian finansial untuk produk asuransi
kecelakaan diri berupa retensi dan sharing of risk/ reasuransi.
Reasuransi diterapkan dalam bentuk Quota Shared pada
keseluruhan produk General Accident 50:50
9) Sertifikat khusus dalam bidang pekerjaan yang berbahaya untuk
menyatakan peserta tersebut profesional dalam bidangnya, seritifikat
mempunyai masa berlaku pada saat mengikuti asuransi.
10) Observasi pada setiap risiko asuransi kecelakaan diri.6
D. Kendala Proses Underwrting
Kendala yang dihadapi proses underwriting produk asuransi
kecelakaan diri pada PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit
Syariah) hanya berupa kendala eksternal, yaitu kendala yang dihadapi dari
luar perusahaan berupa kendala calon peserta asuransi kecelakaan diri. Tidak
ditemukan kendala internal yang merupakan kendala dari dalam proses
underwriting pada PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 (unit
Syariah) hal ini membuktikan perusahaan menerapkan manajemen risiko
dengan baik dalam proses underwriting internal. 7
Kendala eksternal merupakan kendala yang memang sulit untuk
dihindari, setiap perusahaan pasti memiliki kendala tersebut karena kendala
eksternal proses underwriting merupakan kendala yang berupa Moral
6 Berdasarkan hasil wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Teknis Syariah PT.
Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah), Landung Eko Hardiono,AAIK, Jakarta,
24 Mei 2016. 7 Berdasarkan hasil wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Teknis Syariah PT.
Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah), Landung Eko Hardiono,AAIK, Jakarta,
24 Mei 2016.
72
hazard. Perilaku setiap calon peserta dan peserta asuransi kecelakaan diri
sangatlah berbeda-beda, hal inilah yang menyebabkan kendala eksternal lebih
sulit dihindari dibanding kendala internal, namun kendala tersebut dapat
diselesaikan dengan solusi yang tepat.
PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah) dapat
dengan mudah menghadapi setiap kendala yang dihadapi dengan solusi yang
tepat, termasuk kendala eksternal pada proses underwriting. Dengan demikian
penerapan manajemen risiko terhadap produk asuransi kecelakaan diri pada
PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah) diterapkan
dengan proses yang baik dan hati-hati.8
Berdasarkan permasalahan kendala eksternal proses underwriting,
menurut Bapak. Landung Eko Hardiono, AAAIK dalam mengahadapi
kendala-kendala berikut sangat dibutuhkan solusi yang tepat, diantaranya:
1. Kurang lengkapnya data informasi yang diperoleh underwriting (Data
peserta tidak lengkap).
2. Menghadapi penutupan yang tidak benar atau kecurangan, peserta
melakukan pemalsuan dengan menyampaikan informasi yang tidak
benar.
3. Tertanggung tidak jujur. Hal ini terjadi saat pengajuan klaim atau saat
penutupan asuransi. Ketidakjujuran bisa berupa pengajuan klaim yang
dibesar-besarkan yang dianggapnya dapat diterima.
8 Berdasarkan hasil wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Teknis Syariah PT.
Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah), Landung Eko Hardiono,AAIK, Jakarta,
24 Mei 2016.s
73
Solusi yang diterapkan underwriter dalam menghadapi kendala eksternal
proses underwriting :
a. Ketika ada data peserta yang tidak lengkap, maka solusi yang
dilakukan underwriter adalah dengan meminta data-data yang belum
lengkap kepada agen atau marketing yang bersangkutan pada peserta.
b. Underwriter harus berhati-hati dalam menerima dan memasukan data
yang diterima dari marketing, agar terhidar dari dari kesalahan dalam
proses seleksi risiko, dan untuk menghindari kesalahan dalam
menentuukan besaran tarif premi pada saat diterima dan dikelola.
c. Menekankan kepada agen atau marketing, agar menghimbau pada
calon peserta untuk mengisi data- data yang sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya, karena jika informasi data yang diterima tidak
benar, pada saat proses klaim tidak dapat diproses bisa ditunda atau
ditolak.
d. Melakukan survey terhadap setiap risiko yang dinilai mencurigakan
dan mengandung unsur kecurangan lalu menganalisis risiko yang
telah terjadi agar tidak ada kecurangan, dengan melakukan observasi
langsung ketempat peserta asuransi dan melakukan analisis risiko
dengan cara mengumpulkan berbagai informasi data yang
bersangkutan.9
Demikian hasil analisis penelitian penerapan manajemen risiko
terhadap produk asuransi kecelakaan diri pada PT. Asuransi Umum
9 Berdasarkan hasil wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Teknis Syariah PT. Asuransi
Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah), Landung Eko Hardiono,AAIK, Jakarta, 24 Mei
2016.s
74
Bumiputera Muda 1967 (unit syariah). Meliputi penerapan manajemen risiko
produk asuransi kecelakaan diri, proses underwriting produk asuransi
kecelakaan diri, rasio klaim, dan kendala-kendala yang dihadapi pada proses
underwriting.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan riset penelitian, wawancara dan data-data yang telah
diperoleh, maka penulis dapat menyimpulkan:
1. Penerapan manajemen risiko terhadap rpduk asuransi kecelakaan
diri pada PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit
Syariah) diterapkan dengan baik dan optimal, melalui tahapan
proses berupa klasifikasi risiko berdasarkan Risk Apettite, proses
identifikasi dan analisis risiko dengan mengukur tingkat severity dan
frequency pada produk asuransi kecelakaan diri, proses
pengendalian terhadap setiap risiko produk. penerapan manajemen
risiko pada produk asuransi kecelakaan diri mempunyai strategi
yang baik dan diterapkan sesuai dengan Standard Operational
Procedure Management of Risk, sehinggan Rasio Klaim dalam tiga
tahun terakhir terjaga dengan aman, yaitu pada tahun 2013 sebesar
36%, tahun 2014 sebesar 7%, dan tahun 2015 sebesar 21%.
2. Proses underwriting dilakukan dengan cukup hati-hati dan ketat,
sesuai dengan Standard Operational Prosedure Underwriting.
3. Kendala kendala yang dihadapi undewriter dapat dihadapi dengan
memberikan solusi yang tepat, kendala tersebut hanya berupa
76
kendala eksternal yaitu kendala yang berasal dari calon peserta
asuransi kecelakaan diri.
B. Saran
1. Mempertahankan dan mengembangkan kembali penerapan
manajemen risiko pada produk asuransi kecelakaan diri PT. Asuransi
Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah) karna memiliki
dampat positif pada perusahaan.
2. Mempertahankan kinerja proses underwriting yang baik karna,
proses underwriting sangat mempengaruhi keberhasilan perusahaan.
3. Mempertahankan dan menggali lagi solusi-solusi yang ada untuk
meminimalisir kendala-kendala yang ada pada proses underwriting
4. Merealisasikan program yang belum dilaksanakan terkait kegiatan
penerapan manajemen risiko untuk meningkatkan kualitas kinerja
yang sudah baik
5. Meningkatkan kerja sama perusahaan denga pihak lembaga atau
perusahaan lain untuk kemajuan perusahaan
6. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat meningkatkan dan
mengembangkan penelitiannya jauh lebih baik dari penelitian ini.
77
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an .
Ayat Syarif. Manajemen Risiko, (Jakarta: Gema Akastri, 2003).
Amrin Abdullah. Asuransi Syariah, (Jakarta: Gramedia, 2006).
Amrin Abdullah, Meraih Berkah Melalui asuransi Syariah, (Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo 2011)
Amrin Abdullah, Asuransi Syariah keberadaan dan kelebihannya ditengah
asuransi konvensional (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo 2006)
Ali Hasan. Asuransi dalam Persepektif Hukum Islam ( Jakarta: Prenada Media,
2005)
Dzajuli Ahmad dan Yadi Janwari. Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat
,Sebuah Pengenalan, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2002).
Darmawi Herman. Manajemen Risiko, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004).
Danim Suderwan. Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: CV Pustaka Setia,
2002).
Djojosoedarso Soeisno, Prinsip-prinsip Manajemen Risiko Asuransi, (Jakarta:
Salemba Empat 2003)
Endang Rini, Pengantar Underwriting (Jakarta: PT. ReIndo 2010)
Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Majelis Ulama Indonesia no: 21/DSN-
MUI/X/2001, tentang: Pedoman Umum Asuransi Syariah.
Gunawan Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek, (
Jakarta: Pragonatama Jaya, 2013).
78
Hartono Sri Rejeki. Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, ( Jakarta: Sinar
Grafika, 2008).
Hasibuan Malayu. Dasar-Dasar Perbankan, ( Jakarta: Bumi Aksara,2004).
Iqbal Muhaimin, Asuransi Umum Syariah dalam Praktik. ( Jakarta: Gema Insani,
2006)
Prihantono Wahyu. Aneka Produk Asuransi dan Karakterisiknya, (Yogyakarta:
Kanisiu, 2000).
Sula Syakir M. Asuransi Syariah ( Life and General) Konsep dan Sistem
Operasional, (Jakarta: Gema Insani Press 2004). Cet-1.
Salim Abbas. Asuransi dan Manajemen Risko, (Jakarta: PT Grafindo Persada,
2003) Cet-7.
Salim Abbas. Asuransi dan Manajemen Risiko, ( Jakarta; PT Grafindo Persada
2005), Cet-8.
Sastrawidjaja M Suparman. Endang. Hukum Asuransi, ( bandung: Alumni, 1993).
Siahaan Hinsa. Manajemen Rsiko ( Konsep, kasus, dan Impelementasi),
(Jakarta:PT Elex Media Komputindo, 2007).
Jurnal:
Sindi Nurfadila, Raden Rustam Hidayat, Sri Sulasmiyat. Analisis Rasio Keuangan
dan Risk Based Capital untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi
pada PT. Asei Reasuransi Indonesia (Persero) Periode 2011-2013) .
Warsito Tino, Manajemen Teknik Asuransi Syariah, Asuransi Syariah (untuk
tingkat pemula.
79
Internet:
http://www.bumida.co.id/index.php/main_ind/product_detail/31/1/2010/04/08/As
uransi-Kecelakaan-Diri
http://ilmihandayanip.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-premi-asuransi-
polis.html
http://www.menulisproposalpenelitian.com/2012/07/reduksi-data-dalam-analisis-
penelitian.html
http://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/data-dan
Statistik/asuransi/Pages/Perasuransian-Indonesia-2014.aspx
http://solusismart.com/pengertian-asuransi-kerugian-menurut-para-ahli-terbaru-
2016/
http://pengertian-pengertian-info.blogspot.co.id/2016/04/pengertian-klaim
asuransi-menurut-para.html
WAWANCARA
Wawancara kepada ketua bagian teknik syariah PT. Asuransi Umum
Bumiputera Muda 1967 :
Landung Eko Hardiono, AAAIK.
Jam : 13.20 – 14:30 WIB.
Hari dan tanggal : Selasa, 24 Mei 2016.
1) Bagaimana manajemen risiko yang diterapkan PT. Asuransi
Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah) pada produk
asuransi kecelekaan diri?
2) Bagaimana proses underwriting dalam menerima dan menolak
calon peserta asuransi kecelakaan diri pada PT. Asuransi Umum
Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah)?
3) Apa saja kendala yang dihadapi oleh underwriter dalam
menyeleksi kelayakan calon peserta asuransi kecelakaan diri pada
PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 (Unit Syariah)?
JAWABAN:
Menurut saya manajemen risiko itu bisa dipandang minimal dua sudut,
sudut pertama peserta asuransi, karena setiap orang, badan hukum atau
perusahaan pasti mempunyai risiko, jadi sangat penting sekali penerapan
manajemen risiko. Bahkan individupun sama mereka memiliki risiko, contohnya
ketika saya ingin berpergian untuk bekerja berangkat dipagi hari dan pulang
dimalam hari pasti saya memiliki risiko, dan itu harus dimanage dan diidentifikasi
risiko apa saja yang saya miliki dan bagaimana perlakuan terhadap risiko
tersebut, sehingga ditetapkan saya butuh asuransi karna ketika saya naik motor
bisa saja terjadi kecelakaan jadi saya bisa prepare.
Kemudian dari sisi perusahana asuransi, perusahaan asuransi itu juga
sudah ada di ojk yaitu corporate is management, karna setiap perusahaan
mempunyai risiko, khususnya perusahaan asuransi karena tujuan utama mengelola
risiko, karena itu risiko harus dimanage dan diukur risikonya apa saja sehingga
memiliki tingkat severity dan frekuensinya dan dari situ lah kita mengukurnya.
Dari sisi yang lebih mikro lagi yaitu risiko-risiko yang ada pada underwriting.
Artinya untuk setiap pengelolaan risiko asuransi itu harus ada risk management
juga yaitu dipilih pilah manajemen risiko yang baik mana yang tidak yang mana.
Misalnya kalo kita pakai parameternya sama pakai impact sama lettyhod, impact
itu severity dan lettyhod itu frekuensi. Diukur pakai itu, sama kemudian misalnya
di personal accident, akan diberlakukan dengan ini artinya setiap penutupan sama
aja ko melalui proses itu. (Penjelasan melalui grafik yang terdapat pada power
point perusahaan).
Risiko diklasifikasi melalui proses risk appetite yaitu selera terhadap
risiko.. masing masing underwriter atau perusahaan asuransi memiliki kebijakan
tertentu yaitu risiko mana saja yang akan masuk kedalam batasan selera
mereka,dan mana saja risiko yang tidak termasuk selera mereka. Jika oke ya oke
jika tidak sesuai ya tidak dipakai, artinya begini seperti ada sajian makanan
dimeja makan, mana yang selera mereka ya dimakan jika tidak ya tidak. Nah risk
apetite itu lah yang kemudian diwujud nyatakan dalam bentuk perusahaan
asuransi khususnya Bumida yaitu kebijakan underwriting, disitu disebutkan mana-
mana risiko yang boleh ditutup mana-mana risiko yang tidak boleh ditutup, sama
kalau kita balik ke risk map misalnya garis merah garis risk apettite yaitu kalau
tingkat severitynya tinggi jika melebihi ya tidak boleh diambil. Garis merah dalam
bentuk dokumen yaitu ketetapan underwriting asuransi syariah yang didalamnya
terdapat proses underwriting asuransi kecelakaan diri. Disini disebutkan risiko-
risko mana yang tidak boleh diambil yaitu misalnya risiko-risiko yang haram
misalnya judi itu tidak boleh atau menjamin sesuatu yang tidak boleh diislam
salah satu contohnya itu, seperti asuransi pengangkutan kalau konvensional tdk
masalah angkut yang halal atau tidak kecuali asuransi syariah itu tidak boleh harus
yang halal itu misalnya. (Penjelasan melalui document berbentuk power point).
Dalam pengecualian risiko akan diberikan persyaratan-persyaratan
tertentu, jadi kecelakaaan diri pada bumida memiliki grouping. Kalau dibumida
kita cluster dalam empat golongan risiko yaitu kelas satu risiko yang paling
rendah hingga kekelas empat yang paling tinggi. Misalnya digolongan empat
memiliki tariff tertentu sesuai tingkat risiko yang dimiliki. Dalam penutupan
asuransi harus memiliki izin dari pusat, jadi cabang-cabang itu harus izin dulu
kepusat jika ingin menerbitkan polis. Misalnya ada penyelam underwater,
penyelam harus profesional dan memiliki sertifikat yang menyatakan dirinya
professional dalam bidangnya untuk menjamin agar risiko tersebut dapat kita
accept. Kelas empat adalah kelas yang memiliki tingkat risiko yang tinggi yaitu
kelas hobby, risiko tinggi dapat perusahaan accept tentunya dengan syarat syarat
tertentu, misalnya kita lekatkan warranty ( sesuatu yang harus dilakukan pserta
asuransi atau tidak boleh dilakukan) contohnya penyelam harus memiliki
sertifikat yang artinya dia diakui bahwa dia mahir menyelam. Untuk risiko-risiko
tinggi mungkin kita akan menemui zona-zona bebahaya yaitu tingkat severity dan
frekuensinya yang tinggi. Itu tidak muncul dengan begitu saja pasti ada nilai
statistiknya. Hanya saja kan bisa kita kendalikan bagaimana bisa accepteble
misalnya dengan mitigasi dan warranty tersebut, contohnya TNI boleh masuk
tapi tidak dijamin pada saat latihan, atau satpol PP juga ada syaratnya. Kemudian
terdapat faktor hukum bilangan besar, semakin besar populasinya itu akan
memungkinkan risiko itu akan jauh lebih dikendalikan, oleh karna itu kenapa
ditable kita seperti ini semakin besar jumlah peserta semakin kecil bilangan
preminya. Ada kalanya kita mesti ngitung estimated maksimun loss yaitu
probability jika terjadi klaim jadi bisa dihitung sebelum kejadian.
Proses akseptasi itu memiliki faktor2 penting:
a) Jumlah peserta
b) Pekerjaan atau hobby peserta
c) Usia peserta
d) Jumlah pertanggungan yang diminta semakin besar severitynya
semakin besar juga ya frekuensinya.
e) Risiko individu ata rsiko akumulasi
f) L/R Lost Rasio (Klaim/Premi)
Bagian underwriting wajib meihat kebiasaan dan tingkah laku pesertanya yang
akan mengikuti asuransi kecelakaan diri. Contoh, sebuah bengkel las mengikuti
asuransi kecelakaan diri, namun dari tahun ketahun tingkat klaim yang diajukan
semakin tinggi, maka akan dilakukan observasi untuk mengetahui penyebab
meningkatnya risiko tersebut, semisal bengkel las tersebut tidak menerapkan K3
dengan baik, maka akan disampaikan pada bengkel las tersebut untuk adanya
pengendalian fisik seperti improvement of Risk yait harus adanya penerapan K3.
Itulah fungsi asuransi tidak hanya menerima peserta asuransi saja, melainkan
memberikan edukasi seperti adanya standar ketika bekerja untuk keselamatan,
misalnya orang yang melakukan pekerjaan las itu dipakaikan kacamata las agar
savety. Pengendalian risiko itu bisa kita lakukan seperti contoh yang tadi
dianalisis risikonya lalu dikendalikan pilihannya bisa ditolak bisa diterima atau
bisa diterima dengan improvement of Risk.
Mungkin yang perlu ditekankan lagi underwriting asuransi syariah dan
konvensional itu mirip tetapi tidak sama, menurut saya sebagai praktisi dalam
underwriting syariah uang yang masuk tidak sepenuhnya masuk untuk perusahaan
karna underwriter syariah itu tugasnya bagaimana menyaring risiko-risko yang
masuk itu aman untuk dana tabarru. Sebaliknya konvensional secara akumulasi itu
aman untuk perusahaan. Oke akhir dari tujuannya sama untuk mengamankan
perusahaan namun disyariah harus mengutamakan dana tabarru aman untuk yang
lain. Maka harus ada seleksi risiko yang benar benar.
Proses underwriting benar-benar harus teliti yaitu proses identifikasi,
analisis risiko dan perlakuan terhadap risiko, risiko yang masuk harus aman dan
tidak merusak stabilitas perusahaan agar dana tabarru tetap aman, yang kedua
adalah risiko itu sendiri harus kita kendalikan yaitu dengan pengendalian fisik dan
pengendalian financial dengan menahan risiko itu sendiri atau direasuransikan
oleh perusahaan lain, harus mengetahui jumlah dan bagaimana jika risiko
perusahaan menahan sendiri. Contohnya, kasus penutupan asuransi dengan
jumlah 1M, maka akan dianalisis dulu wajar atau tidaknya, dan jangan sampai ada
penipuan klaim.
Wajarnya nilai pertanggungan menggunakan PSAKDI standar
Risiko A : (Meninggal Dunia) 60 x Penghasilan
Risiko B : ( Cacat tetap) 60 x Penghasilan
Risiko C : (Pengobatan) 10% dari Risiko A
Dinilai juga kewajarannya, selain risiko kewajaran nilai pertanggungannya
juga harus dinilai. Seperti itu wajib diketahui. Oleh karena itu proses administrasi
juga sangat penting. Jangan sampai kita lepas kontrolnya karna nanti bisa merusak
dana tabarrunya.
Strategi khusus:
Begini perusahaan asuransi dan semua perusahaan lain dan pendidikan itu
penting, apalagi untuk perusahaan asuransi yang background penyeleksian risiko,
artinya untuk bisa melaksanakan fungsi underwriting itu dengan baik orag yang
melakukan underwriting tersebut harus mengerti maka pendidikan dan pelatihan
itu penting dan harus dilakukan. Sertified of management itu ada pada coorporate
is management , namun khusus underwriting itu OJK juga mensyaratkan
underwriting harus punya sertifikasi misalnya Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi
Indonesia (AAMAI) adalah asosiasi profesi yang beranggotakan pemegang gelar
profesional yang dikeluarkan oleh AAMAI bagi mereka yang telah memenuhi
ketentuan dan persyaratan yang diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga AAMAI.
Bagamiana risiko tersebut bisa dinilai dan mengapa perusahaan berani
ambil kelas yang berbahaya itu semua tergantung bagaimana risiko dapat kita
kendalikan. Contohnya, crue uji coba bom mengikuti asuransi kcelakaan diri,
dalam hal ini perusahaan memberikan syarat-syarat khusu yaitu tidak dapat
mengambil dengan jumlah yang besar, dan dilakukan hanya 4 hari pelaksanaan,
preminya juga bagus jika terjadi risiko kita akan meminta back up pada
reasuransi. Alhamdulillah sampai sekarang belum terjadi apa apa, karna kan kita
juga cari tahu bagaimana proses uji coba bom itu jika oke ya oke.
Perjanjian asuransi itu suka sama suka, artinya jika sama sama oke oke
jadilah dan apa yang dikecualikan bisa dijadikan. Misalnya penyelam kan polis
standar asuransi itu dikecualikan tapi bisa saja dihapuskan berdasarkan syarat dan
kesepakatan. Misalnya ketika ada crue pesawat udara yang menerbangkan
pesawat dipedalaman, maka akan kita hitung risikonya, jika oke nanti ada
endorsement yang mendelete itu. Polisi juga begitu itu semua tergantung
kebijakan perusahaan. Atau pembalap misalnya mau dijamin jangan dikecualikan
kita hitunglah risikonya. Keputusan underwriting itu minimal ada tiga : diterima,
diterima dengan syarat dan ditolak.
Proses klaim:
Ini juga penting dalam underwriting tergantung perusahaan dengan
kebijakannya biasanya terdapat departemennya, namun kalau disini dibumida
kami yang hendle, yaitu departemen teknik.
Prinsip utama klaim untuk syariah :
1) kita harus yakinkan benarkah kejadian kecelakaan itu terjadi
2) jika memang terjadi kecelakaan tersebut apakah sesuai atau tidak dengan
kondisi polis atau tidak, jangan-jangan kejadiannya itu terjadi disaat
kerusuhan (Risiko yang dikecualikan)
3) Kalau terjadi kerugian, berapakah pertanggungan yang akan kita bayar.
Karena akan dibayarkan dengan uang dana tabarru bukan perusahaan jadi
underwriter harus sangat amanah dan benar-benar objektif.
Syarat klaim :
1. formil laporan kronologi kecelakaan diri
2. Polis asli atau fotocopy
3. Fotocopy ktp untuk cek identifikasi
a. Dalam hal peserta meninggal dunia : Surat keterangan
mengenai hasil pemeriksaan jenazah (Visum et Repertum)
b. Fotocopy Surat keterangan meninggal dunia dari lurah atau
kepolisian setempat
c. Surat keterangan para saksi
4. Dalam hal peserta Hilang :
a. Surat keterangan tentang kecelakaan dan penghentian
pencarian dari pihak yang berwenang
b. Surat pernyataan dari ahli waris akan mengembalikan
santunan apabila peserta diketemukan kembali dalam
keadaan hidup
5. Dalam hal peserta mengalami cacat tetap:
a. Surat keterangan pemeriksaan (Visum) dari dokter yang
melakukan perawatan dan pengobatan.
b. Surat keterangan para saksi
c. Kwitansi asli dari dokter, rumah sakit, laboratorium, apotik
dalam hal tertanggung menjalani perawatan dan pengobatan
6. Apabila kwitansi asli digunakan untuk memperoleh pergantian dari
asuransi yang bersifat wajib maka peserta harus menyerahkan
fotocopy kwitansi yang telah dilegalisir oleh peserta asuransi bersifat
wajib tersebut.
7. Dokumen lain yang relevan, wajar dan patut diminta oleh pengelola
sehubungan dengan penyelesaian klaim.
Laporan tidak benar
Peserta tidak berhak mendapatkan santunan atau penggantian biaya apabila
dengan sengaja:
1. Mengungkapkan fakta atau mebuat pernyataan yang tidak benar tentang
hal-hal yang berkaitan dengan permohonan yang disampaikan pada waktu
pembuatan polis ini dan berkaitan dengan kecelakaan yang terjadi
2. Memperbesar jumlah kerugia yang terjadi
3. Mempergunakan surat atau alat bukti palsu, dusta atau tipuan
Pembayaran klaim : pengelola wajib menyelesaikan pembayaran klaim dalam
waktu 30 hari kalender sejak adanya kesepakatan tertulis antara pengelola dan
peserta mengenai jumlah klaim yang harus dibayar.
1. Kendala yang Dihadapi Perusahaan PT. Asuransi Umum Bumiputera
Muda 1967 (unit syariah):
a. Kurang lengkapnya data informasi yang diperoleh underwriting
(Data peserta tidak lengkap)
b. Menghadapi penutupan yang tidak benar atau kecurangan, peserta
melakukan pemalsuan dengan menyampaikan informasi yang
tidak benar.
c. Tertanggung tidak jujur. Hal ini terjadi saat pengajuan klaim atau
saat penutupan asuransi. Ketidakjujuran bisa berupa pengajuan
klaim yang dibesar-besarkan yang dianggapnya dapat diterima.
1. Solusi yang Diterapkan Underwriter Dalam Menghadapi Kendala :
a. Underwriter harus berhati-hati dalam menerima dan
memasukan data yang diterima dari marketing, agar terhidar
dari dari kesalahan dalam proses seleksi risiko, dan untuk
menghindari kesalahan dalam menentuukan besaran tarif premi
pada saat diterima dan dikelola.
b. Ketika ada data peserta yang tidak lengkap, maka solusi yang
dilakukan underwriter adalah dengan meminta data-data yang
belum lengkap kepada agen atau marketing yang bersangkutan
pada peserta.
c. Menekankan kepada agen atau marketing, agar menghimbau
pada calon peserta untuk mengisi data- data yang sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya, karena jika informasi data yang
diterima tidak benar, pada saat proses klaim tidak dapat
diproses bisa ditunda atau ditolak.
d. Melakukan survey terhadap setiap risiko yang dinilai
mencurigakan dan mengandung unsur kecurangan lalu
menganalisis risiko yang telah terjadi agar tidak ada
kecurangan, dengan melakukan observasi langsung ketempat
peserta asuransi dan melakukan analisis risiko dengan cara
mengumpulkan berbagai informasi data yang bersangkutan
- 380 - | 08 Polis Asuransi Syariah Kecelakaan Diri Revisi 02.2012
POLIS ASURANSI SYARIAH KECELAKAAN DIRI INDONESIA
Bahwa Peserta telah mengajukan suatu permohonan penutupan asuransi syariah secara tertulis dan membayar Kontribusi yang telah ditetapkan sebagaimana disebut dalam Ikhtisar kepada Pengelola yang menjadi dasar dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari Polis ini, Pengelola yang bertindak untuk dan atas nama Kumpulan Peserta Asuransi Syariah yang dikelolanya dimana para peserta telah bersepakat untuk saling menolong dan menanggung akan membayarkan klaim kepada Peserta sebagaimana disebut dalam Ikhtisar Polis terhadap kerugian dan atau kerusakan pada kepentingan yang dipertanggungkan yang disebabkan oleh risiko yang dijamin dan ditegaskan dalam syarat dan kondisi yang dicetak, dicantumkan dan atau dilekatkan pada Polis ini.
BAB I DEFINISI Menyimpang dari arti yang berbeda yang mungkin diberikan oleh peraturan hukum yang berlaku, untuk keperluan Polis ini, maka istilah-istilah dalam polis diartikan sebagaimana diuraikan berikut ini:
1. Asuransi syariah adalah usaha saling tolong menolong (ta’awuni) dan melindungi (takafuli) di antara para Peserta melalui pembentukan kumpulan dana (Dana Tabarru’) yang dikelola sesuai prinsip syariah untuk menghadapi risiko tertentu.
2. Akad adalah perjanjian tertulis yang memuat kesepakatan tertentu, beserta hak dan kewajiban para pihak sesuai prinsip syariah.
3. Pengelola adalah perusahaan asuransi yang menerima amanah dari Peserta.
4. Peserta adalah orang atau badan yang menjadi peserta program asuransi dengan prinsip syariah.
5. Akad Tabarru’ adalah akad hibah dalam bentuk pemberian dana dari satu peserta kepada Dana Tabarru’ untuk tujuan tolong menolong di antara para peserta, yang tidak bersifat dan bukan untuk tujuan komersial.
6. Akad Tijarah adalah akad antara peserta secara kolektif atau secara individual dan perusahaan dengan tujuan komersial.
7. Akad Wakalah bil Ujrah adalah akad tijarah yang memberikan kuasa kepada Perusahaan sebagai wakil peserta untuk mengelola dana tabarru’ dan atau Dana Investasi Peserta, sesuai kuasa atau wewenang yang diberikan, dengan imbalan berupa ujrah (fee).
8. Akad Mudharabah adalah akad tijarah yang memberkan kuasa kepada Perusahaan sebagai mudharib untuk mengelola investasi dana tabarru’ dan/atau Dana Investasi Peserta, sesuai kuasa atau wewenang yang diberikan, dengan imbalan berupa bagi hasil (nisbah) yang besarnya telah disepakati sebelumnya.
9. Kontribusi adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh Peserta kepada Pengelola untuk dikelola sebagai dana tabarru’ dan ujrah sesuai dengan akad.
10. Santunan/klaim adalah sejumlah dana yang diberikan kepada pihak yang mengalami musibah atau pihak lain yang berhak.
11. Dana Tabarru’ adalah kumpulan dana yang berasal dari kontribusi Peserta, yang mekanisme penggunaannya sesuai dengan akad Tabarru’ yang disepakati.
12. Ujrah adalah dana yang dihibahkan oleh Peserta kepada Pengelola sebagai imbalan atas pengelolaan dana dan/atau kegiatan lainnya yang dilakukan oleh Pengelola.
13. Surplus Underwriting adalah selisih lebih total kontribusi Peserta ke dalam Dana Tabarru’ setelah dikurangi pembayaran santunan/klaim, kontribusi reasuransi dan penyisihan (cadangan) teknis, dalam satu periode tertentu.
14. Qardh adalah pinjaman dana dari Perusahaan kepada Dana Tabarru’ untuk menanggulangi ketidakcukupan kekayaan Dana Tabarru’, untuk membayar santunan/klaim kepada Peserta.
15. Cadangan Dana Tabarru’ adalah sejumlah dana yang diperoleh dari surplus underwriting dana tabarru’ yang tidak dibagikan kepada Peserta dan atau Perusahaan.
16. Insentif Surplus Underwriting adalah sejumlah dana yang diperoleh dari surplus underwriting dana tabarru’ yang dibagikan kepada Peserta dan atau Perusahaan
- 381 - | 08 Polis Asuransi Syariah Kecelakaan Diri Revisi 02.2012
17. Rate Insentif Surplus Underwriting adalah suatu nilai dalam bentuk persen yang merupakan hasil konversi besaran alokasi Insentif Surplus Underwriting yang dibagikan kepada Peserta terhadap nilai kontribusi Peserta.
18. Kerusuhan adalah tindakan suatu kelompok orang minimal sebanyak 12 (dua belas) orang yang dalam melaksanakan suatu tujuan bersama menimbulkan suasana gangguan ketertiban umum dengan kegaduhan dan menggunakan kekerasan serta pengrusakan harta benda orang lain, yang belum dianggap sebagai suatu Huru-hara.
19. Pemogokan adalah tindakan pengrusakan yang disengaja oleh sekelompok pekerja, minimal sebanyak 12 (dua belas) pekerja atau separuh dari jumlah pekerja (dalam hal jumlah seluruh pekerja kurang dari dua puluh empat orang), yang menolak bekerja sebagaimana biasanya dalam usaha untuk memaksa majikan memenuhi tuntutan dari pekerja atau dalam melakukan protes terhadap peraturan atau persyaratan kerja yang diberlakukan oleh majikan.
20. Penghalangan Bekerja adalah tindakan pengrusakan yang sengaja dilakukan oleh sekelompok pekerja, minimal sebanyak 12 (dua belas) pekerja atau separuh dari jumlah pekerja (dalam hal jumlah seluruh pekerja kurang dari dua puluh empat orang), akibat dari adanya pekerja yang diberhentikan atau dihalangi bekerja oleh majikan.
21. Perbuatan Jahat adalah tindakan seseorang yang dengan sengaja merusak harta benda orang lain karena dendam, dengki, amarah atau vandalistis, kecuali tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang berada di bawah pengawasan atau atas perintah Peserta atau yang mengawasi atau menguasai harta benda tersebut, atau oleh pencuri/perampok/ penjarah.
22. Pencegahan adalah tindakan pihak yang berwenang dalam usaha menghalangi, menghentikan atau mengurangi dampak atau akibat dari terjadinya risiko-risiko yang dijamin.
23. Huru-hara adalah keadaan di satu kota di mana sejumlah besar massa secara bersama-sama atau dalam kelompok-kelompok kecil menimbulkan suasana gangguan ketertiban dan keamanan masyarakat dengan kegaduhan dan menggunakan kekerasan serta rentetan pengrusakan sejumlah besar harta benda, sedemikian rupa sehingga timbul ketakutan umum, yang ditandai dengan terhentinya lebih dari separuh kegiatan normal pusat perdagangan/pertokoan atau perkantoran atau sekolah atau transportasi umum di kota tersebut selama minimal 24 (duapuluh empat) jam secara terus-menerus yang dimulai sebelum, selama atau setelah kejadian tersebut.
24. Pembangkitan Rakyat adalah gerakan sebagian besar rakyat di Ibukota Negara, atau di tiga atau lebih Ibukota Propinsi dalam kurun waktu 12 (duabelas) hari, yang menuntut penggantian Pemerintah yang sah de jure atau de facto, atau melakukan penolakan secara terbuka terhadap Pemerintah yang sah de jure atau de facto, yang belum dianggap sebagai suatu Pemberontakan.
25. Pengambilalihan Kekuasaan adalah keadaan yang memperlihatkan bahwa Pemerintah yang sah de jure atau de facto telah digulingkan dan digantikan oleh suatu kekuatan yang memberlakukan dan atau memaksakan pemberlakuan peraturan-peraturan mereka sendiri.
26. Revolusi adalah gerakan rakyat dengan kekerasan untuk melakukan perubahan radikal terhadap sistem ketatanegaraan (pemerintahan atau keadaan sosial) atau menggulingkan Pemerintah yang sah de jure atau de facto, yang belum dianggap sebagai suatu Pemberontakan.
27. Pemberontakan adalah tindakan terorganisasi dari suatu kelompok orang yang melakukan pembangkangan dan atau penentangan terhadap Pemerintah yang sah de jure atau de facto dengan kekerasan yang menggunakan senjata api, yang dapat menimbulkan ancaman terhadap kelangsungan Pemerintah yang sah de jure atau de facto.
28. Kekuatan Militer adalah kelompok angkatan bersenjata baik dalam maupun luar negeri minimal sebanyak 30 (tiga puluh) orang yang menggunakan kekerasan untuk menggulingkan Pemerintah yang sah de jure atau de facto atau menimbulkan suasana gangguan ketertiban dan keamanan umum.
29. Invasi adalah tindakan kekuatan militer suatu negara memasuki wilayah negara lain dengan maksud menduduki atau menguasainya secara sementara atau tetap.
30. Perang Saudara adalah konflik bersenjata antar daerah atau antar faksi politik dalam batas teritorial suatu negara dengan tujuan memperebutkan legitimasi kekuasaan.
31. Perang dan Permusuhan adalah konflik bersenjata secara luas (baik dengan atau tanpa pernyataan perang) atau suasana perang antara dua negara atau lebih, termasuk latihan perang suatu negara atau latihan perang gabungan antar negara.
- 382 - | 08 Polis Asuransi Syariah Kecelakaan Diri Revisi 02.2012
32. Makar adalah tindakan seseorang yang bertindak atas nama atau sehubungan dengan suatu organisasi atau sekelompok orang dengan kegiatan yang diarahkan pada penggulingan dengan kekerasan Pemerintah yang sah de jure atau de facto atau mempengaruhinya dengan Terorisme atau Sabotase atau kekerasan.
33. Terorisme adalah suatu tindakan, termasuk tetapi tidak terbatas pada penggunaan pemaksaan atau kekerasan dan atau ancaman dengan menggunakan pemaksaan atau kekerasan, oleh seseorang atau sekelompok orang, baik bertindak sendiri atau atas nama atau berkaitan dengan sesuatu organisasi atau pemerintah, dengan tujuan politik, agama, ideologi atau yang sejenisnya termasuk intensi untuk memengaruhi pemerintahan dan/atau membuat publik atau bagian dari publik dalam ketakutan.
34. Sabotase adalah tindakan pengrusakan harta benda atau penghalangan kelancaran pekerjaan atau yang berakibat turunnya nilai suatu pekerjaan, yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, baik bertindak sendiri atau atas nama atau berkaitan dengan sesuatu organisasi atau pemerintah dalam usaha mencapai tujuan politik, agama, ideologi atau yang sejenisnya termasuk intensi untuk memengaruhi pemerintahan dan/atau membuat publik atau bagian dari publik dalam ketakutan.
BAB II AKAD
PASAL 1 AKAD
1. Polis ini dibuat berdasarkan akad wakalah bil ujrah dan akad mudharabah.
2. Akad wakalah bil ujrah digunakan dalam pengelolaan risiko dana tabarru’ yang meliputi kegiatan administrasi, pengelolaan dana, pembayaran santunan/klaim, underwriting, pengelolaan portofolio risiko, pemasaran dan/atau investasi.
3. Akad mudharabah digunakan untuk pengelolaan investasi dana tabarru’.
4. Berdasarkan akad wakalah bil ujrah, kontribusi yang dibayarkan oleh peserta terdiri dari dana tabarru’ dan ujrah dengan besaran sebagai berikut :
4.1.1 Tabarru’ : 60% (enam puluh persen) 4.1.2 Ujrah : 40% (empat puluh persen)
Sedang hasil investasi dana tabarru’ melalui akad mudharabah akan diberikan sesuai nisbah bagi hasil dengan besaran sebagai berikut :
4.2.1 Dana Tabarru’ : 50% (lima puluh persen) 4.2.2 Pengelola : 50% (lima puluh persen)
5. Apabila pada akhir periode polis terdapat surplus underwriting dana tabarru’ yang dihitung berdasarkan kekayaan/aktiva dalam bentuk kas (cash basis), maka hasilnya akan dialokasikan kepada cadangan dana tabarru’, Peserta dan atau Pengelola dengan proporsi sebagai berikut :
5.1 Alokasi Cadangan Dana Tabarru’ sebesar 2,50% (dua koma lima persen) 5.2 Alokasi Kepada Peserta sebesar 30% (tiga puluh persen) 5.3 Alokasi Kepada Pengelola sebesar 67,5% (enampuluh tujuh koma lima persen)
6. Syarat Peserta yang berhak mendapatkan alokasi surplus underwriting dana tabarru’ setelah periode polis
berakhir adalah: 6.1. Peserta tidak pernah menerima pembayaran klaim atau tidak sedang mengajukan klaim;
dan 6.2. Peserta tidak membatalkan polis; dan 6.3. Peserta telah melunasi kontribusi.
7. Dalam hal pembagian surplus underwriting dana tabarru’ kepada Peserta secara ekonomis membutuhkan biaya yang lebih besar daripada bagian yang akan dibagikan, maka:
7.1. Pengelola tidak dapat mengambil bagian Peserta tersebut, dan dapat menambahkannya ke dalam dana tabarru’
7.2. Memperhitungkannya untuk mengurangi kontribusi Peserta periode berikutnya atau 7.3. Memanfaatkannya untuk dana sosial.
8. Surplus underwriting tidak dapat dibagikan dalam hal: 8.1. Masih terdapat Qardh di dalam kewajiban Dana Tabarru’, atau
- 383 - | 08 Polis Asuransi Syariah Kecelakaan Diri Revisi 02.2012
8.2. Pembagian surplus underwriting dapat mengakibatkan tingkat solvabilitas Dana Tabarru’ tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, surplus underwriting akan ditambahkan ke dalam Dana Tabarru’.
9. Perlindungan asuransi syariah seperti yang dinyatakan dalam ketentuan dan kondisi kontrak yang telah disepakati
berlaku apabila Peserta telah membayarkan Kontribusi.
10. Besaran Rate Insentif Surplus Underwriting dihitung pada akhir tahun pembukuan dan ditetapkan dalam suatu Surat Keputusan dari Manajemen Perusahaan.
PASAL 2 QARDH
1. Qardh wajib disetorkan ke dalam Dana Tabarru’ secara tunai/kas oleh Pengelola dalam hal Dana Tabarru’ tidak
mencukupi untuk membayar santunan/klaim Kepada Peserta.
2. Pengelola setiap saat wajib memiliki kemampuan untuk memberikan pinjaman dalam bentuk Qardh kepada Dana Tabarru’ dalam hal:
a. Tingkat solvabilitas Dana Tabarru’ kurang dari jumlah minimum yang dipersyaratan; b. Jumlah investasi dalam kekayaan yang dapat diperhitungkan dalam perhitungan tingkat kesehatan
keuangan Dana Tabarru’, lebih kecil dari jumlah penyisihan/cadangan teknis dan kewajiban pembayaran santunan/klaim retensi sendiri dari Dana Tabarru’;
c. Terjadi selisih kurang atau defisit underwriting Dana Tabarru’; d. Dana Tabarru’ tidak cukup untuk membayar santunan/klaim kepada Peserta.
3. Pengembalian Qardh kepada Pengelola dilakukan dari Surplus Underwriting dan/atau dari Dana Tabarru’.
BAB III JAMINAN
Pengelola memberikan ganti rugi kepada Peserta dengan Syarat-syarat Pertanggungan sesuai POLIS STANDAR ASURANSI KECELAKAAN DIRI INDONESIA sebagai berikut :
PASAL 3 RISIKO YANG DIJAMIN
1. Polis ini menjamin risiko Kematian, Cacat Tetap, Biaya Perawatan dan atau Pengobatan yang secara langsung disebabkan oleh suatu kecelakaan yaitu suatu kejadian atau peristiwa yang mengandung unsur kekerasan baik yang bersifat fisik maupun kimia, yang datangnya secara tiba-tiba, tidak dikehendaki atau direncanakan, dari luar, terlihat, langsung terhadap Peserta yang seketika itu mengakibatkan luka badani yang sifat dan tempatnya dapat ditentukan oleh Ilmu Kedokteran, termasuk :
1.1. keracunan karena terhirup gas atau uap beracun, kecuali Peserta dengan sengaja memakai obat-obat bius atau zat lain yang telah diketahui akibat-akibat buruknya termasuk juga pemakaian obat-obatan terlarang,
1.2. terjangkit virus atau kuman penyakit sebagai akibat Peserta dengan tidak sengaja terjatuh ke dalam air atau suatu zat cair lainnya,
1.3. mati lemas atau tenggelam,
2. Polis ini menjamin risiko Kematian, Cacat Tetap, Biaya Perawatan dan atau Pengobatan yang diakibatkan oleh :
2.1. Masuknya virus atau kuman penyakit ke dalam luka yang diderita sebagai akibat dari suatu kecelakaan yang dijamin polis.
2.2. Komplikasi atau bertambah parahnya penyakit yang disebabkan oleh suatu kecelakaan yang dijamin dalam polis selama dalam perawatan atau pengobatan yang dilakukan oleh dokter.
PASAL 4 HAK ATAS SANTUNAN
1. KEMATIAN (JAMINAN A)
- 384 - | 08 Polis Asuransi Syariah Kecelakaan Diri Revisi 02.2012
Jaminan A akan diberikan dalam hal Peserta:
1.1. meninggal dunia dalam batas waktu 12 (dua belas) bulan sejak terjadinya kecelakaan, atau
1.2. hilang dan tidak diketemukan dalam waktu sekurang-kurangnya 60 hari sejak terjadinya kecelakaan
sebagai akibat langsung dari suatu kecelakaan yang dijamin dalam polis.
2. CACAT TETAP (JAMINAN B)
Jaminan B akan diberikan dalam hal Peserta mangalami cacat tetap sebagai akibat langsung dari suatu kecelakaan yang dijamin dalam polis, yang terdiri dari :
2.1. CACAT TETAP KESELURUHAN
Cacat Tetap Keseluruhan meliputi:
2.1.1. kehilangan penglihatan kedua belah mata, atau
2.1.2. hilang atau tidak berfungsinya kedua lengan, atau
2.1.3. hilang atau tidak berfungsinya kedua tungkai kaki, atau
2.1.4. hilang atau tidak berfungsinya: penglihatan satu mata dan satu lengan; penglihatan satu mata dan satu tungkai kaki; atau satu tungkai kaki dan satu lengan.
Dapat diartikan pula sebagai Cacat Tetap Keseluruhan, dalam hal kegilaan atau kelumpuhan total yang diderita Peserta sebagai akibat langsung dari suatu kecelakaan yang dijamin polis.
Cacat Tetap ini harus terjadi dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak terjadinya kecelakaan.
2.2. CACAT TETAP SEBAGIAN
Cacat Tetap Sebagian berupa hilang atau tidak berfungsinya sebagian dari anggota tubuh. Hak atas santunan ini berlaku setelah dokter menetapkan keadaan cacat tetap yang diderita.
Apabila Peserta telah menerima santunan dalam hal Cacat Tetap, kemudian akibat kecelakaan yang sama itu Peserta meninggal dunia maka hak atas santunan dalam hal Kematian akan diberikan setelah dikurangi dengan jumlah santunan Cacat Tetap yang telah dibayarkan. Jika santunan Cacat Tetap yang telah dibayar lebih besar daripada santunan Kematian, maka Peserta tidak berhak atas santunan Kematian.
3. BIAYA PERAWATAN ATAU PENGOBATAN (JAMINAN C)
Jaminan C akan diberikan dalam hal pembayaran atas penggantian biaya-biaya perawatan dan atau pengobatan yang dilakukan dalam usaha untuk penyembuhan atau pemulihan sakit atau cidera yang diderita Peserta sebagai akibat langsung dari suatu kecelakaan yang dijamin polis.
Hak atas penggantian ini diberikan sesuai dengan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Peserta namun tidak melampaui Nilai Pertanggungan yang tercantum didalam Ikhtisar Pertanggungan.
PASAL 5 BESARNYA SANTUNAN
1. KEMATIAN:
Santunan sebesar 100% (seratus persen) Nilai Pertanggungan untuk Jaminan A akan dibayarkan kepada Pemegang Polis atau Ahli Waris yang namanya tercantum dalam Ikhtisar Pertanggungan.
2. CACAT TETAP :
2.1. CACAT TETAP KESELURUHAN
Santunan sebesar 100% (seratus persen) Nilai Pertanggungan untuk Jaminan B akan dibayarkan kepada Peserta.
2.2. CACAT TETAP SEBAGIAN
Santunan akan dibayarkan kepada Peserta berdasarkan tabel persentase dari Nilai Pertanggungan untuk Jaminan B, sebagai berikut :
- 385 - | 08 Polis Asuransi Syariah Kecelakaan Diri Revisi 02.2012
No U r a i a n Tabel
%
1. Lengan kanan mulai dari sendi bahu 60 %
2. Lengan kiri mulai dari sendi bahu 50 %
3. Lengan kanan mulai dari atasnya sendi siku 50 %
4. Lengan kiri mulai dari atasnya sendi siku 40 %
5. Tangan kanan mulai dari atasnya pergelangan tangan 40 %
6. Tangan kiri mulai dari atasnya pergelangan tangan 30 %
7. Satu kaki mulai dari lutut sampai pangkal paha. 50 %
8. Satu kaki mulai dari mata kaki sampai lutut. 25 %
9. Ibu jari tangan kanan 15 %
10. Ibu jari tangan kiri 10 %
11. Jari telunjuk tangan kanan 10 %
12. Jari telunjuk tangan kiri 8 %
13. Jari kelingking tangan kanan 8 %
14. Jari kelingking tangan kiri 6 %
15. Jari tengah atau manis tangan kanan 5 %
16. Jari tengah atau manis tangan kiri 4 %
17. Satu ibu jari kaki 8 %
18. Satu jari kaki lainnya 5 %
19. Sebelah mata 50 %
20. Pendengaran pada kedua belah telinga 50 %
21. Pendengaran pada sebelah telinga 25 %
22. Sebelah daun telinga secara keseluruhan 5 %
Dengan ketentuan :
2.2.1. Jumlah persentase dari seluruh cacat tetap yang diderita selama jangka waktu pertanggungan tidak melebihi 100% Nilai Pertanggungan untuk Jaminan B.
2.2.2. Bagi orang kidal pengertian kata ”kanan” dibaca ”kiri” dan sebaliknya.
2.2.3. Dalam hal kehilangan atas sebagian dari salah satu yang disebutkan di dalam tabel diatas, maka akan diberikan jumlah santunan secara berbanding (menurut perbandingan) dalam angka persentase yang lebih kecil dari skala persentase yang bersangkutan dengan bagian yang hilang itu.
2.2.4. Dalam hal kehilangan atau tidak berfungsinya lebih dari satu jari, maka santunan yang diberikan untuk itu tidak melebihi yang telah ditetapkan untuk kehilangan tangan dari pergelangan tangan.
2.2.5. Dalam hal tidak berfungsinya anggota badan yang tercantum dalam tabel, santunan diberikan apabila tidak berfungsinya anggota badan tersebut mencapai 50% (lima puluh persen) atau lebih berdasarkan Surat Keterangan Dokter yang melakukan perawatan.
3. BIAYA PERAWATAN ATAU PENGOBATAN.
Jaminan ini dibayarkan kepada Peserta berdasarkan kuitansi asli yang dikeluarkan oleh dokter yang melakukan perawatan atau pengobatan tersebut. Jumlah penggantian selama jangka waktu pertanggungan setinggi-tingginya sebesar Nilai Pertanggungan Jaminan C.
- 386 - | 08 Polis Asuransi Syariah Kecelakaan Diri Revisi 02.2012
Jaminan ini tidak berlaku bagi kuitansi yang dikeluarkan oleh pengobatan alternatif.
BAB IV PENGECUALIAN
PASAL 6 PENGECUALIAN Pengelola memberikan ganti rugi kepada Peserta sesuai POLIS STANDAR ASURANSI KECELAKAAN DIRI INDONESIA sebagai berikut : 1. Kecelakaan yang terjadi sebagai akibat langsung dari Peserta :
1.1. turut serta dalam lalu-lintas udara, kecuali sebagai penumpang yang sah (memiliki tiket resmi) dalam suatu pesawat udara pengangkut penumpang oleh Maskapai Penerbangan yang memiliki izin untuk itu,
1.2. bertinju, bergulat dan semua jenis olah raga beladiri, rugby, hockey, olah raga diatas es atau salju, mendaki gunung atau gunung es dan semua jenis olah raga kontak fisik, bungy jumping dan sejenisnya, memasuki gua-gua atau lubang-lubang yang dalam, berburu binatang, atau jika Peserta berlayar seorang diri, atau berlatih untuk atau turut serta dalam perlombaan kecepatan atau ketangkasan mobil atau sepeda motor, olah raga udara dan olah raga air,
1.3. dengan sengaja melakukan atau turut serta dalam tindak kejahatan,
1.4. melanggar Peraturan dan Perundang-undangan yang berlaku,
1.5. menderita burut (hernia), ayan (epilepsy), sengatan matahari,
1.6. terserang atau terjangkit gangguan-gangguan atau virus atau kuman penyakit dalam arti yang seluas-luasnya dan mengakibatkan antara lain timbulnya demam (hayfever), typhus, paratyphus, disentri, peracunan dalam makanan (botulism), malaria, sampar (leptospirosis), filaria dan penyakit tidur karena gigitan atau sengatan serangga kedalam tubuh,
1.7. mengalami bertambah parahnya akibat-akibat kecelakaan karena mengidap penyakit gula, peredaran darah yang kurang baik, pembesaran pembuluh darah, butanya satu mata jika mata yang lain tertimpa kecelakaan.
Dalam hal ini besarnya santunan diberikan tidak lebih tinggi dari yang akan diberikan jika tidak ada keadaan yang memberatkan akibat-akibat kecelakaan itu.
2. Kecelakaan-kecelakaan yang disebabkan atau ditimbulkan oleh :
2.1. Peserta menjalankan tugasnya dalam Dinas Kemiliteran atau Kepolisian dan atau yang berhubungan dengan atau yang diperbantukan untuk itu, kecuali jika telah disetujui Pengelola dengan tidak mengurangi apa yang ditetapkan dalam ayat (2.2.)
2.2. baik langsung maupun tidak langsung karena :
2.2.1. Kerusuhan, Pemogokan, Penghalangan Bekerja, Perbuatan Jahat, Huru-hara, Pembangkitan Rakyat, Pengambil-alihan Kekuasaan, Revolusi, Pemberontakan, Kekuatan Militer, Invasi, Perang Saudara, Perang dan Permusuhan, Makar, Terorisme, atau Sabotase,
2.2.2. tindakan-tindakan kekerasan termasuk pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, penculikan dengan tidak memandang apakah tindakan-tindakan itu ditujukan terhadap Peserta atau orang-orang lain,
2.2.3. ditahannya Peserta di dalam tempat tawanan atau tempat pengasingan karena deportasi atau dilaksanakan secara sah atau tidak sah suatu perintah dari pembesar-pembesar atau instansi kemiliteran, sipil kehakiman, kepolisian, atau politik yang telah diambil sehubungan dengan keadaan yang tersebut diatas atau bahaya yang akan timbul dari keadaan yang demikian itu
Jika Peserta atau orang-orang yang ditunjuk dalam polis ini menuntut santunan berdasarkan pertanggungan ini, maka yang bersangkutan wajib membuktikan kecelakaan tersebut tidak mempunyai hubungan apapun juga baik langsung maupun tidak langsung dengan kejadian-kejadian yang dikecualikan seperti tersebut dalam ayat ini.
2.3. baik langsung maupun tidak langsung karena atau terjadi pada reaksi-reaksi inti atom dan atau nuklir.
- 387 - | 08 Polis Asuransi Syariah Kecelakaan Diri Revisi 02.2012
3. Pengelola tidak berkewajiban membayar santunan atau penggantian atas :
3.1. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mencegah atau mengurangi kerugian kecuali jika telah disetujui Pengelola.
3.2. Kecelakaan dan akibat-akibatnya yang disebabkan oleh tindakan yang dilakukan dengan sengaja, direncanakan, dikehendaki oleh Peserta atau pihak yang berhak menerima santunan, kecuali :
3.2.1. Karena Peserta menjalankan pekerjaannya, sebagaimana yang diterangkan dalam polis ini, atau
3.2.2. Karena Peserta berusaha menyelamatkan dirinya, orang lain, hewan-hewan, barang-barang atau mempertahankan dan atau melindunginya secara sah dengan tidak mengurangi apa yang ditetapkan pada ayat (2.2.) diatas.
4. Pengobatan atau tunjangan yang timbul sebagai akibat langsung atau tidak langsung dari infeksi virus HIV (Human Immuno Deficiency Virus) atau varian-varian virus HIV, termasuk penyakit kehilangan daya tahan tubuh/kekebalan atau AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) dan penyakit yang berhubungan atau sejenis AIDS (AIDS RelatedComplex - ARC).
BAB V PERSYARATAN
PASAL 7 USIA
Pertanggungan ini hanya berlaku bagi Peserta yang telah berusia diatas 17 (tujuh belas) tahun sampai dengan usia 60 (enam puluh) tahun.
PASAL 8 WILAYAH
Pertanggungan ini berlaku di seluruh dunia.
PASAL 9 KEWAJIBAN UNTUK MENGUNGKAPKAN FAKTA
1. Peserta wajib :
1.1. mengungkapkan fakta material yaitu informasi, keterangan, keadaan dan fakta yang mempengaruhi pertimbangan Pengelola dalam menerima atau menolak suatu permohonan penutupan asuransi dan dalam menetapkan suku Kontribusi apabila permohonan dimaksud diterima;
1.2. membuat pernyataan yang benar tentang hal-hal yang berkaitan dengan penutupan asuransi;
yang disampaikan baik pada waktu pembuatan perjanjian asuransi maupun selama jangka waktu pertanggungan.
2. Jika Peserta tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diatur dalam ayat (1) pasal ini, Pengelola tidak wajib membayar kerugian yang terjadi dan berhak menghentikan pertanggungan serta tidak wajib mengembalikan Kontribusi.
3. Ketentuan pada ayat (2) diatas tidak berlaku dalam hal fakta material yang tidak diungkapkan atau yang dinyatakan dengan tidak benar tersebut telah diketahui oleh Pengelola, namun Pengelola tidak mempergunakan haknya untuk menghentikan pertanggungan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah Pengelola mengetahui pelanggaran tersebut.
PASAL 10 PEMBAYARAN KONTRIBUSI
1. Merupakan syarat dari tanggung jawab Pengelola atas jaminan asuransi berdasarkan Polis ini, setiap Kontribusi terhutang harus sudah dibayar lunas dan secara nyata telah diterima seluruhnya oleh Pengelola:
1.1 jika jangka waktu pertanggungan tersebut 30 (tiga puluh) hari kalender atau lebih, maka pelunasan pembayaran Kontribusi harus dilakukan dalam tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari kalender dihitung dari tanggal mulai berlakunya Polis;
- 388 - | 08 Polis Asuransi Syariah Kecelakaan Diri Revisi 02.2012
1.2 jika jangka waktu pertanggungan tersebut kurang dari 30 (tiga puluh) hari kalender, pelunasan pembayaran Kontribusi harus dilakukan dalam tenggang waktu sesuai dengan yang diperjanjikan antara Pengelola dan Peserta.
2. Pembayaran Kontribusi dapat dilakukan dengan cara tunai, cek, bilyet giro, transfer atau dengan cara lain yang disepakati antara Pengelola dan Peserta.
Pengelola dianggap telah menerima pembayaran Kontribusi, pada saat :
2.1. diterimanya pembayaran tunai, atau
2.2. Kontribusi bersangkutan sudah masuk ke rekening Bank Pengelola, atau
2.3. Pengelola telah menyepakati pelunasan Kontribusi bersangkutan secara tertulis.
3. Apabila jumlah Kontribusi sebagaimana dimaksudkan di atas tidak dibayar sesuai cara dan dalam jangka waktu yang ditetapkan pada ayat (1) pasal ini, Pertanggungan ini batal dengan sendirinya terhitung mulai tanggal berakhirnya tenggang waktu tersebut dan Pengelola dibebaskan dari semua tanggung jawab sejak tanggal dimaksud, tanpa mengurangi jaminan pertanggungan yang telah menjadi tanggung jawab Pengelola sebelum tanggal itu, dengan tidak mengurangi kewajiban pihak Peserta atas pembayaran Kontribusi untuk:
3.1. jangka waktu pertanggungan tersebut 30 (tiga puluh) hari kalender atau lebih, sebesar 20% (dua puluh persen) dari Kontribusi tahunan,
3.2. jangka waktu pertanggungan tersebut kurang dari 30 (tiga puluh) hari kalender, sebesar jumlah Kontribusi yang tercantum dalam pertanggungan,
kecuali jika diperjanjikan lain.
PASAL 11 PERUBAHAN RISIKO
1. Jika terjadi perubahan atas pekerjaan dan atau jabatan Peserta, sehingga risiko yang dijamin menjadi lebih besar dan Peserta tahu atau seharusnya mengetahui perihal keadaan tersebut, maka Peserta wajib memberitahukannya kepada Pengelola.
2. Sehubungan dengan perubahan risiko pada ayat (1) di atas, Pengelola berhak :
2.1. menetapkan pertanggungan ini diteruskan dengan suku Kontribusi yang sudah ada atau dengan suku Kontribusi yang lebih tinggi, atau
2.2. menghentikan pertanggungan sama sekali dengan pengembalian Kontribusi sebagaimana diatur pada Pasal 19 ayat (19.2.)
PASAL 12 KEWAJIBAN PESERTA DALAM HAL TERJADI SUATU KECELAKAAN
Dalam hal terjadi suatu kecelakaan yang dijamin dalam pertanggungan ini, maka :
1. Peserta wajib dengan segera mengambil langkah guna memperoleh pertolongan untuk pengobatan serta perawatan yang diperlukan atas luka yang dideritanya dari dokter.
2. Peserta atau wakil atau keluarganya yang sah wajib memberitahukan kepada Pengelola dalam waktu 5 (lima) hari kalender terhitung sejak terjadinya kecelakaan tersebut.
Pemberitahuan dimaksud dilakukan secara tertulis atau secara lisan yang diikuti dengan tertulis kepada Pengelola.
3. Dalam hal terjadi kematian sebagai akibat kecelakaan, maka Ahli Waris atau keluarga Peserta wajib:
3.1. melaporkan kepada Lurah setempat untuk mendapat surat keterangan meninggal dunia.
3.2. meminta surat keterangan pemeriksaan jenazah (Visum et Repertum) dari Dokter atau Rumah Sakit, dan
3.3. memberikan kesempatan kepada Pengelola untuk mengadakan pemeriksaan jenazah sebelum dilaksanakannya pemakaman atau pembakaran jenazah (kremasi).
4. Jika kewajiban-kewajiban yang tersebut diatas tidak dipenuhi maka segala hak atas santunan atau penggantian menjadi batal.
- 389 - | 08 Polis Asuransi Syariah Kecelakaan Diri Revisi 02.2012
PASAL 13 DOKUMEN PENDUKUNG KLAIM
Jika terjadi kecelakaan yang mungkin akan menimbulkan tuntutan penggantian, Peserta wajib menyampaikan dokumen-dokumen pendukung klaim sebagai berikut :
1. Formulir laporan pengajuan klaim berikut kronologis kecelakaan yang terjadi.
2. Polis asli atau fotocopy
3. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP).
4. Dalam hal Peserta meninggal dunia:
4.1. Surat keterangan mengenai hasil pemeriksaan jenazah (Visum et Repertum).
4.2. Fotocopy surat keterangan meninggal dunia dari Lurah atau kepolisian setempat.
4.3. Surat keterangan para saksi
5. Dalam hal Peserta hilang :
5.1. surat keterangan tentang kecelakaan dan penghentian pencarian dari pihak yang berwenang
5.2. surat pernyataan dari ahli waris akan mengembalikan santunan apabila Peserta diketemukan kembali dalam keadaan hidup
6. Dalam hal Peserta mengalami cacat tetap,
6.1. Surat keterangan pemeriksaan (Visum) dari Dokter yang melakukan perawatan atau pengobatan
6.2. Surat keterangan para saksi
7. kwitansi asli dari dokter, rumah sakit, laboratorium, apotik, dalam hal Tertangggung menjalani perawatan atau pengobatan.
Apabila kwitansi asli digunakan untuk memperoleh penggantian dari asuransi yang bersifat wajib maka Peserta harus menyerahkan fotocopy kwitansi yang telah dilegalisir oleh perusahaan asuransi bersifat wajib tersebut.
8. Dokumen lain yang relevan, wajar dan patut diminta oleh Pengelola sehubungan dengan penyelesaian klaim.
PASAL 14 LAPORAN TIDAK BENAR
Peserta tidak berhak mendapatkan santunan atau penggantian biaya apabila dengan sengaja :
1. mengungkapkan fakta dan atau membuat pernyataan yang tidak benar tentang hal-hal yang berkaitan dengan permohonan yang disampaikan pada waktu pembuatan Polis ini dan yang berkaitan dengan kecelakaan yang terjadi
2. memperbesar jumlah kerugian yang diderita
3. mempergunakan surat atau alat bukti palsu, dusta atau tipuan.
PASAL 15 PERTANGGUNGAN LAIN
1. Pada waktu pertanggungan ini dibuat, Peserta wajib memberitahukan kepada Pengelola pertanggungan lain untuk kepentingan yang sama.
2. Jika setelah pertanggungan ini dibuat, Peserta kemudian menutup pertanggungan lainnya untuk kepentingan yang sama, maka hal itupun wajib diberitahukan kepada Pengelola.
PASAL 16 PERTANGGUNGAN RANGKAP
1. Dalam hal terjadi kerugian atas Jaminan C pada Polis ini yang dijamin pula oleh satu atau lebih polis lain, maka jumlah penggantian maksimum yang dapat diperoleh berdasarkan Polis ini dihitung secara proporsional antara nilai pertanggungan pada Polis ini terhadap jumlah nilai pertanggungan semua Polis.
- 390 - | 08 Polis Asuransi Syariah Kecelakaan Diri Revisi 02.2012
2. Ketentuan di atas akan dijalankan, walaupun segala pertanggungan yang dimaksud itu dibuat dengan beberapa polis yang diterbitkan pada hari yang berlainan, yaitu jika pertanggungan atau semua pertanggungan itu tanggalnya lebih dahulu daripada tanggal Polis ini dan tidak berisi ketentuan sebagaimana tersebut pada ayat (1) pasal ini.
3. Dalam hal terdapat polis lain yang bersifat wajib dengan jaminan yang sama maka polis ini memberikan penggantian setelah polis yang bersifat wajib tersebut memberikan penggantian terlebih dahulu, yang besarnya dihitung dari selisih antara biaya perawatan atau pengobatan yang dikeluarkan dengan penggantian yang diperoleh dari polis yang bersifat wajib tersebut.
4. Dalam hal terjadi kecelakaan, Peserta wajib memberitahukan secara tertulis pertanggungan lain yang masih berlaku.
Dalam hal Peserta tidak memenuhi persyaratan ini maka haknya atas penggantian menjadi hilang.
PASAL 17 PEMBAYARAN KLAIM
Pengelola wajib menyelesaikan pembayaran klaim dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak adanya kesepakatan tertulis antara Pengelola dan Peserta mengenai jumlah klaim yang harus dibayar.
PASAL 18 HILANGNYA HAK ATAS GANTI RUGI
1. Hak Peserta atas ganti rugi berdasarkan pertanggungan ini hilang, apabila Peserta :
1.1. tidak mengajukan tuntutan ganti rugi dalam waktu 12 (duabelas) bulan sejak terjadinya kecelakaan, walaupun pemberitahuan tentang adanya kejadian telah disampaikan,
1.2. tidak memenuhi kewajiban berdasarkan Pertanggungan ini
1.3. tidak mengajukan keberatan atau menempuh penyelesaian melalui upaya hukum dalam waktu 6 (enam) bulan sejak Pengelola memberitahukan secara tertulis bahwa Peserta tidak berhak untuk mendapatkan ganti rugi
2. Hak Peserta atas ganti rugi yang lebih besar daripada yang disetujui Pengelola akan hilang apabila dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak Pengelola memberitahukan secara tertulis mengenai harga ganti rugi yang telah disetujuinya, Peserta tidak mengajukan keberatan atau menempuh penyelesaian melalui upaya hukum.
PASAL 19 MATA UANG
Dalam hal Kontribusi dan atau klaim berdasarkan polis ini ditetapkan dalam mata uang asing tetapi pembayarannya dilakukan dengan mata uang rupiah, maka pembayaran tersebut dilakukan dengan menggunakan kurs jual Bank Indonesia pada saat pembayaran.
PASAL 20 PENGHENTIAN PERTANGGUNGAN
Pertanggungan akan berakhir dalam hal-hal sebagai berikut :
1. Berakhirnya jangka waktu pertanggungan.
Pertanggungan berakhir dengan sendirinya sesudah berakhirnya jangka waktu pertanggungan menurut polis ini.
2. Pembatalan pertanggungan.
Pengelola dan Peserta masing-masing berhak setiap waktu menghentikan pertanggungan ini dengan memberitahukan alasannya.
Pemberitahuan penghentian tersebut dilakukan secara tertulis dengan surat tercatat atau cara lain yang dapat dibuktikan dengan bukti pengiriman oleh pihak yang menghendaki penghentian pertanggungan kepada pihak lainnya di alamat terakhir yang diketahui.
- 391 - | 08 Polis Asuransi Syariah Kecelakaan Diri Revisi 02.2012
Pengelola bebas dari segala kewajiban berdasarkan pertanggungan ini 5 (lima) hari kalender terhitung sejak tanggal pengiriman pemberitahuan tertulis tersebut.
Peserta berhak atas pengembalian Kontribusi secara prorata untuk jangka waktu pertanggungan yang belum dijalani, setelah dikurangi biaya akuisisi, namun demikian bila telah terjadi klaim yang jumlahnya melebihi jumlah Kontribusi yang tercantum dalam Ikhtisar Pertanggungan, maka Peserta tidak berhak atas pengembalian Kontribusi untuk jangka waktu pertanggungan yang belum dijalani.
3. Jika Peserta meninggal dunia.
4. Jika Peserta telah menerima santunan cacat tetap keseluruhan.
5. Jika Peserta telah menerima santunan cacat tetap sebagian yang jumlahnya mencapai 100% (seratus persen) Nilai Pertanggungan untuk Jaminan B.
6. Jika Peserta mengalami cacat mental dalam jangka waktu pertanggungan.
7. Jika Peserta mencapai umur 60 tahun dalam jangka waktu pertanggungan.
8. Jika Peserta tidak lagi bertempat tinggal tetap di Indonesia, kecuali jika disetujui secara tertulis oleh Pengelola.
9. Jika Peserta dikenakan tahanan / hukuman penjara.
PASAL 21 PERSELISIHAN
Apabila timbul sengketa antara Pengelola dan Peserta sebagai akibat penafsiran atau pelaksanaan pertanggungan ini akan diselesaikan melalui perdamaian atau musyawarah dalam waktu paling lama 60 (enam puluh) hari sejak terjadi perselisihan. Perselisihan dianggap terjadi sejak Peserta atau Pengelola menyatakan secara tertulis ketidaksepakatan atas hal yang diperselisihkan. Apabila penyelesaian perselisihan melalui perdamaian atau musyawarah tidak dapat dicapai, Pengelola memberikan kebebasan kepada Peserta untuk memilih Penyelesaian Sengketa melalui Pengadilan Agama atau Pengadilan Negeri yang memiliki yurisdiksi atas domisili Pemegang Polis (Peserta) di wilayah Republik Indonesia sepanjang tidak bertentangan dengan kaidah syariah. Peserta wajib memberitahukan pilihannya tersebut secara tertulis kepada Pengelola untuk selanjutnya tidak dapat dicabut atau dibatalkan.
PASAL 22
PENUTUP
Untuk hal-hal yang belum atau tidak cukup diatur dalam Polis ini, berlaku ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan atau Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
******