32
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PENENTUAN TITIK BEKU LARUTAN Nama : Ratna Wahyu N NIM : 121810301029 Kelompok : I (Satu) Asisten : Putri Zakiah B

Penentuan Titik Beku Larutan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Penentuan Titik Beku Larutan

Citation preview

Page 1: Penentuan Titik Beku Larutan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKPENENTUAN TITIK BEKU LARUTAN

Nama : Ratna Wahyu NNIM : 121810301029Kelompok : I (Satu)Asisten : Putri Zakiah B

LABORATORIUM KIMIA FISIKAJURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS JEMBER

2014

Page 2: Penentuan Titik Beku Larutan

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Larutan merupakan kata lain dari campuran homogen, disebut campuran

homogen dikarenakan komponen penyusunnya sulit dipisahkan secara fisik. Larutan

tersusun atas zat terlarut dan pelarut. Larutan memiliki jumlah pelarut selalu lebih

besar dari zat terlarutnya. Sifat koligatif larutan merupakan salah satu sifat larutan

yang dipengaruhi oleh penambahan zat lain yang tidak tergantung pada jenis zatnya

namun pada jumlah partikel-partikelnya.

Titik beku merupakan suhu dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap

padatannya. Titik beku larutan lebih rendah daripada titik beku pelarut murni. Hal ini

disebabkan karena zat pelarutnya harus membeku telebih dahulu baru zat terlarutnya.

Jadi larutan akan membeku lebih lama daripada pelarut. Setiap larutan memiliki titik

beku yang berbeda. Titik beku suatu cairan akan berubah jika tekanan uap berubah,

biasanya diakibatkan oleh masuknya suatu zat terlarut atau dengan kata lain, jika

cairan tersebut tidak murni maka titik bekunya berubah (nilai titik beku akan

berkurang). Titik beku pelarut murni berada pada suhu 0 C , tapi dengan adanya zat

terlarut misalnya saja gula yang ditambahkan ke dalam air maka titik beku larutan

tidak ini tidak akan sama dengan 0 C lagi, melainkan akan turun menjadi dibawah 0

C. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan zat terlarut ke dalam zat pelarut murni

menyebabkan terjadinya penurunan titik beku, sehingga dalam praktikum kali ini

dilakukan untuk mengetahui pengaruh adanya zat terlarut terhadap penurunan titik

beku pelarut dan untuk menentukan besarnya berat molekul zat terlarut non volatil.

Aplikasi penurunan titik beku larutan dalam kehidupan sehari-hari yaitu

pembuatan es puter. Pembuatan es puter ini memanfaatkan campuran antara es

dengan garam yang sudah berada pada suhu yang lebih rendah. Oleh karena itu, untuk

mengetahui cara menentukan tetapan titik beku dan menentukan berat molekul zat

non volatil dilakukan percobaan “Penurunan Titik Beku Larutan” ini.

Page 3: Penentuan Titik Beku Larutan

1.2 Tujuan Praktikum

- Menetukan tetapan penurunan titik beku molal pelarut

- Menentukan berat molekul zat non volatil yang tidak diketahui

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Page 4: Penentuan Titik Beku Larutan

2.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)

2.1.1 Asam cuka atau Asam Asetat

Asam asetat merupakan senyawa organik yang rumus molekulnya

CH3COOH. Nama IUPAC dari asam asetat adalah asam etanoat. Massa molar asam

asetat yaitu 60,05 g/mol. Asam asetat ini berupa cairan yang tidak berwarna dan

bersifat higroskopis. Asam asetat ini merupakan asam karboksilat yang sederhana dan

memiliki titik didih sebesar 118,1 0C dan titik lebur sebesar 16,5 0C. Larutan asam

asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian

menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan

baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti

polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam

serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur

keasaman (Sciencelab, 2014).

2.1.2 Naftalena

Naftalena adalah hidrokarbon kristalin aromatik berbentuk padatan berwarna

putih dengan rumus molekul C10H8 dan berbentuk dua cincin benzena yang bersatu.

Senyawa ini bersifat volatil, mudah menguap walau dalam bentuk padatan. Uap yang

dihasilkan bersifat mudah terbakar. Naftalena paling banyak dihasilkan dari destilasi

tar batu bara, dan sedikit dari sisa fraksionasi minyak bumi. Sifat fisika lain dari

naftalena yaitu massa molar sebesar 125,17 g/mol dengan kepadatan sebesar 1,14

g/cm3. Naftalena dapat larut dalam air sekitar 30 mg/L dan titik didih serta titik

leburnya adalah sebesar 218 oC dan 80,26 oC (Sciencelab, 2014).

2.1.3 Aquades

Aquades disebut juga Aqua Purificata (air murni) H2O dengan. Air murni

adalah air yang dimurnikan dari destilasi. Satu molekul air memiliki dua hidrogen

atom kovalen terikat untuk satu oksigen. Aquades merupakan cairan yang jernih,

tidak berwarna dan tidak berbau. Aquades juga memiliki berat molekul sebesar 18,0

Page 5: Penentuan Titik Beku Larutan

g/mol dan PH antara 5-7. Rumus kimia dari aquades yaitu H2O. Titik didih aquades

sebesar 1000C dan titik bekunya sebesar 00C. Ionisasi aquades menghasilkan ion

H3O+ dan ion OH- (Sarjoni, 2003).

Aquades ini memiliki allotrop berupa es dan uap. Senyawa ini tidak berwarna,

tidak berbau dan tidak meiliki rasa. Aquasdes merupakan elektrolit lemah. Air

dihasilkan dari pengoksidasian hidrogen dan banyak digunakan sebagai bahan pelarut

bagi kebanyakan senyawa dan sumber listrik (Sarjoni, 2003).

2.1.4 Garam dapur

Natrium klorida merupakan suatu senyawa kimia dengan rumus kimia NaCl.

Senyawa ini merupakan suatu garam karena dengan pH sekitar 7,0. Senyawa ini

berbentuk kristal putih tidak berbau dan tidak berwarna. Titik didih NaCl sebesar

1465 °C dan memiliki titik leleh sebesar 801 °C. Senyawa ini larut dalam air dengan

kelarutannya sebesar 35,9 g/100 mL. Selain itu, natrium klorida memiliki densitas

sebesar 2,16 g/cm3 (Sciencelab, 2014).

2.2 Dasar Teori

Larutan merupakan suatu campuran yang homogen dan dapat berwujud

padatan, maupun cairan. Akan tetapi larutan yang paling umum dijumpai adalah

larutan cair, dimana suatu zat tertentu dilarutkan dalam pelarut berwujud cairan yang

sesuai hingga konsentrasi tertentu (Brady, 2003 ).

Titik beku larutan ialah temperatur pada saat larutan setimbang degan

pelarut padatnya. Larutan akan membeku pada temperature lebih rendah dari

pelarutnya. Alat yang biasa dipakai untuk menetapkan ∆Tf ialah alat dari Beckman

(Sukardjo, 2002).

Titik beku adalah suhu pada perpotongan garis tekanan tetap pada 1 atm

dengan kurva peleburan. Sedangkan titik didih adalah suhu pada perpotongan garis

tekanan tetap pada 1 atm dengan kurva penguapan. Penurunan titik beku dan

Page 6: Penentuan Titik Beku Larutan

peningkatan titik didih, sama seperti penurunan tekanan uap sebanding dengan

konsentrasi fraksi molnya (Pettruci, 1987).

Penurunan energi bebas ini mengikuti persamaan Nernst.

Go1 - Go

x = RT ln x ………………………………(1)

Go1 - Gox = Penurunan energi bebas pelarut

dimana, R= tetapan gas umum, T= suhu mutlak, x= fraksi mol pelarut dalam larutan.

Penurunan energi bebas ini akan menurunkan kemampuan zat pelarut untuk berubah

menjadi fasa uapnya, sehingga tekanan uap pelarut dalam larutan akan lebih rendah

bila dibandingkan dengan tekanan uap pelarut yang sama dalam keadaan murni.

Pengaruh penurunan tekanan uap terhadap titik beku larutan mudah dipahami

dengan bantuan diagram fasa gambar 2.1.

Gambar 2.1 Diagram fasa

dalam diagram ini terlihat bahwa titik beku larutan Tf lebih rendah dibandingkan

dengan titik beku pelarut murni T0f. Dari uraian di atas jelas bahwa penurunan titik

beku larutan besarnya tergantung pada fraksi mol pelarut:

Tf = T0f -Tf…………………………………………(2)

(Tim Kimia Fisik, 2014).

Suhu dimana fase padat dan fase cair suatu zat dapat berada dalam keadaan

seimbang pada tekanan satu atmosfer disebut titik beku cairan, atau suhu di mana

bentuk padatan dan cairan suatu zat mempunyai tekanan uap sama. Titik beku larutan

Page 7: Penentuan Titik Beku Larutan

lebih rendah daripada titik beku pelarutnya yang murni. Perbedaan titik beku larutan

dan pelarut murninya (ΔTf) disebut depresi titik beku (Arifin, 1993).

Pelarut murni akan terkristalisasi lebih dahulu sebelum ada zat terlarut yang

mengkristalisasi jika larutan encer didinginkan,. Suhu dimana kristal-kristal pertama

dalam keseimbangan dengan larutan disebut titik beku larutan.  Titik beku larutan

demikian selalu lebih rendah dari titik beku berbanding lurus dengan banyaknya

molekul zat terlarut (atau molnya) di dalam massa tertentu pelarut, jadi penurunan

titik beku ΔTf dapat dituliskan sebagai berikut:

ΔT f=(titik beku pelarut – titik beku larutan)

¿ K f × m……………………………………..(3)

m ialah molaritas larutan.  Jika persamaan ini berlaku sampai konsentrasi 1 molal,

penurunan titik beku larutan 1 molal setiap non elektrolit yang tersebut di dalam

pelarut itu ialah Kf  yang karena itu dinamakan tetapan titik beku molal (molal freeze

point constant) pelarut itu.  Nilai numerik Kf adalah khas pelarut itu masing-masing

(Syukri, 1999).

Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan sehingga jarak

antar partikel sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya tarik

menarik antar molekul yang sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari zat terlarut

akan menghasilkan proses pergerakan molekul-molekul pelarut terhalang, akibatnya

untuk mendekatkan jarak antar molekul diperlukan suhu yang lebih rendah.

Perbedaan suhu adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan titik beku.

Ketika zat non volatil ditambahkan ke dalam larutan maka akan terjadi penurunan

titik beku larutan tersebut (Kusmawati, 1999).

Gejala penurunan titik beku analog dengan peningkatan titik didih. Jika zat

terlarut mengkristal bersama pelarut, maka situasinya akan lebih rumit. Pelarut padat

murni berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut,

sebagimana ditentukan oleh suhunya. Pelarut dalam larutan berada dalam

kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut. Adanya zat padat dan

Page 8: Penentuan Titik Beku Larutan

pelarut air dalam larutan bersama-sama, mereka harus memiliki tekanan uap yang

sama. Ini berarti bahwa suhu beku larutan dapat diidentifikasi selagi suhu ketika

kurva tekanan uap pelarut padat murninya berpotongan dengan kurva larutan. Jika zat

terlarut ditambahkan ke dalam larutan, tekanan uap pelarut turun dan titik beku.

Selisih dengan demikian bertanda negatif dan penurunan titik beku dapat diamati

(Oxtoby, 2001).

Zat terlarut harus diketahui agar bisa ditentukan ketergantungan sifat

koligatif larutan dengan konsentrasinya. Susunan kimia zat terlarut tidak menjadi

masalah, tetapi konsentrasi partikel zat terlarutnya yang penting. Karena itu, kita

dapat menggunakan gejala-gejala ini untuk menghitung massa molekul zat. Cara

untuk mendapatkan massa molekul suatu zat dalam percobaan harus ditentukan dua

macam nilai yaitu, massa dari zat dan jumlah molnya. Sesudah diketahui maka

perbandingan antara jumlah gram dan molnya merupakan harga dari massa molekul

zat (BM). Jika harga penurunan titik beku ∆Tb, serta konstanta penurunan titik beku

diketahui maka dapat dihitung molalitas zat dalam larutan dengan menggunakan

persamaan:

m=∆ Tb/ Kb…………………………………………(4)

Molalitas yang didapat menyatakan jumlah mol solut per kg solven. Jadi, harga

perbandingan ini dengan jumlah kilogram solven yang sebenarnya ada dalam larutan

akan didapat jumlah mol solut dalam larutan yang kita cari tersebut. Akhirnya massa

molekul atau berat molekul (Mr) adalah perbandingan gram solut dan mol solut

(Brady, 1999).

Larutan yang mengandung zat terlarut non volatil dapat menurunkan tekanan

uap pelarut. Semakin tinggi konsentrasinya maka semakin besar penurunan tekanan

uapnya. Biasanya bila berbicara tentang titik beku atau titik didih, orang sepakat

bahwa itu berlaku untuk kondisi 1 atm. Istilah yang lebih eksak untuk titik itu adalah

titik beku dan titik beku normal. Dalam lampiran kita dapat mempunyai harga-harga

Tf dan Tb untuk sejumlah zat. Metode untuk menduga Tb biasanya kurang baik.

Seperti yang diungkapkan oleh Bondi sfus lebih besar bila molekul dapat memiliki

Page 9: Penentuan Titik Beku Larutan

sejumlah orientasi dalam fase cair dibanding dalam wujud padatnya. Jadi sfus lebih

kecil untuk molekul sferik, kauk dan Tf lebih tinggi dari pada untuk molekul

berukuran sama yang anisometrik dan lentur. Bagaimanapun Eston mengusulkan

penggunaan metode interpolasi untuk mengkorelasikan titik-titik beku pada deret

homolog. Deret yang seperti itu, Eston membuat grafik (Tb.Tf) / Tf Vs berat molekul.

Kecuali barang kali untuk anggota pertama deret grafik tersebut menghasilkan sebuah

garis lurus (Reis, 1999).

Perubahan suhu berbanding lurus dengan perubahan tekanan uap untuk

konsentrasi zat terlarut yang cukup rendah, penurunan titik beku berkaitan dengan

molalitas total melalui persamaan berikut ini:

∆Tf = ∆Tfo - Tf = Kf ∆m……………………………………(5)

Kf adalah tetapan positif yang hanya bergantung pada sifat pelarut. Gejala penurunan

titik beku menyebabkan kenyataan bahwa air laut yang mengandung garam terlarut

memiliki titik beku yang lebih rendah daripada air segar. Larutan garam pekat

memiliki titik beku yang lebih rendah lagi. Pengukuran titik beku seperti halnya

peningkatan titik didih yang dapat digunakan untuk menentukan massa molar zat

yang tidak diketahui. Jika suatu zat berdisosiasi dalam larutan maka molalitas total

semua spesies yang ada (ionik atau netral) harus digunakan dalam perhitungan

(Norman, 2001).

BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

Page 10: Penentuan Titik Beku Larutan

Asam Cuka Glasial

Dicatat suhu pada termometer A tiap-tiap menit setelah 20 mL asam cuka glasial pada dimasukkan dalam tabung B.Diamati pelarut sudah membeku atau belum ketika suhu sudah mulai tetap.Diulang langkah kedua langkah tersebut sekali lagi dan dicatat titik beku pelarut murni Tof.Dibiarkan pelarut mencair kembali.Dimasukkan naftalen (BM=128) sebagai zat pelarut.Dilakukan percobaan seperti ketiga langkah awal dan dicatat Tf (titik beku larutan). Diperoleh Tf = Tof - Tf

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Bahan

- Asam cuka glasial

- Naftalen

- Zat X

- Garam dapur

- Es batu

- Akuades

3.1.2 Alat

- Gelas beaker

- Erlenmeyer

- Gelas ukur 100 cc

- Stopwatch

- Batang pengaduk

- Tabung gelas

3.2 Skema Kerja

3.2.1 Persiapan

- Diisikan ke dalam gelas E secukupnya.

- Diisikan air secukupnya pada tabung D.

- Diambil pelarut sebanyak 20 mL dan dimasukkan ke dalam tabung gelas B.

- Digunakan pelarut asam cuka glasial.

3.2.2 Penentuan Tetapan Penurunan Titik Beku Molal

Air, es, garam

Hasil

Page 11: Penentuan Titik Beku Larutan

Zat X

Hasil

Ditambahkan 2 gram zat x pada larutan hasil pada skema 2.2.2 setelah dibiarkan mencair.Diamati Tf campuran seperti pada skema kerja 2.2.2.Dihitung TfDihitung berat molekul zat x tersebut

3.2.3 Penentuan Berat Molekul Zat X

3.2.4 Gambar Alat

Page 12: Penentuan Titik Beku Larutan

Keterangan:

A. Termometer Alkohol

B. Tabung gelas I

C. Pengaduk

D. Tabung gelas II

E. Tabung gelas III

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 13: Penentuan Titik Beku Larutan

4.1 Hasil Percobaan

4.1.1 Pengukuran Titik Beku Asam Asetat Glasial

Suhu awal = 28 oC

Menit ke- Temperatur (oC)

1 21

2 19

3 18

4 17

5 16,5

6 16

7 16

8 16

9 16

4.1.2 Pengukuran Titik Beku Asam Asetat Galsial Setelah Penambahan Naftalen

Suhu awal = 28 oC

Menit ke- Temperatur (oC)

1 21

2 16

3 15

4 14,5

5 14

6 14

7 14

4.1.3 Pengukuran Titik Beku Asam Asetat Glasial Setelah Penambahan Naftalen

dan Zat X

Suhu awal = 27 oC

Page 14: Penentuan Titik Beku Larutan

Menit ke- Temperatur (oC)

1 17

2 14

3 13

4 12,5

5 12,5

4.2 Pembahasan

Percobaan kali ini adalah penentuan titik beku larutan. Larutan mempunyai

sifat-sifat yang berbeda dari pelarutnya. Salah satu sifat penting dari suatu larutan

adalah penurunan titik beku. Titik beku adalah temperatur tetap dimana suatu zat

tepat mengalami perubahan wujud dari cair ke padat. Setiap zat yang mengalami

pembekuan memiliki tekanan 1 atm. Penambahan zat terlarut nonvolatil ke dalam

suatu pelarut menyebabkan terjadinya penurunan titik beku. Bahan yang dipakai

dalam percobaan ini adalah asam cuka glasial, naftalen dan zat X yang akan dicari

berat molekulnya. Larutan mempunyai sifat-sifat yang berbeda dari pelarutnya.

Keberadaan partikel-partikel zat pelarut mengalami proses pengaturan molekul-

molekul dalam pembentukan susunan kristal padat, sehingga diperlukan suhu yang

lebih rendah untuk mencapai susunan kristal padat dari fasa cairnya. Hal ini lah yang

menyebabkan terjadinya penurunan titik beku suatu larutan yang keadaannya

ditambahkan zat terlarut.

Titik beku merupakan salah satu sifat koligatif larutan selain tekanan uap, titik

didih, dan tekanan osmosis. Sifat koligatif ini berbanding lurus dengan banyaknya

partikel yang ada dalam larutan atau konsentrasi. Banyaknya partikel yang ada dalam

larutan untuk menentukan penurunan titik didih larutan umumnya menggunakan

satuan molalitas. Molalitas yaitu banyaknya zat terlarut dalam 1 kg pelarut. Oleh

Page 15: Penentuan Titik Beku Larutan

karena itu, selisih daru titik beku larutan juga akan berbanding lurus dengan

banyaknya partikel dalam larutan.

Percobaan kali ini diawali dengan melakukan pengukuran titik beku larutan..

langkah pertama yang dilakukan yaitu menghancurkan es batu dan memasukkannya

ke dalam bealer gelas besar yang sudah diberi garam. Penambahan garam ini

berfungsi untuk menurunkan titik beku es jadi es tidak akan membeku pada suhu 0oC.

Fungsi dari menurunkan titik beku es yaitu agar es tidak cepat meleleh dan mengatasi

pengukuran titik beku larutan yang akan diuji apabila penurunan suhunya melewati

0oC. Beaker glass berfungsi untuk mencegah agar proses pendinginan berjalan terlalu

cepat. Garam yang digunakan adalah garam dapur yang strukturnya kristalnya kasar

bukan yang halus. Meskipun masih banyak zat atau bahan yang dapat digunakan

untuk menurunkan suhu es, namun garam lebih dipilih karena mudahnya garam

diperoleh dan harganya relatif murah. Selanjutnya dimasukkan sebuah beaker gelas

yang lebih kecil. Selanjutnya diambil 20 mL larutan asam asetat glasial yang sudah

diukur suhu awalnya. Kemudian setiap satu menit suhu asam asetat glasial diukur dan

dihentikan ketika sudah didapatkan suhu yang konstan dan semua bagian zat sudah

menjadi padat. Data perubahan titik beku asam asetat glasial pada setiap waktu akan

disajikan dalam bentuk grafik seperti di bawah ini:

0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.50

5

10

15

20

Grafik Penurunan Titik Beku CH3COOH

Series2

Waktu (Menit)

Suhu

(C)

Page 16: Penentuan Titik Beku Larutan

Berdasarkan grafik tersebut, titik beku asam asetat glasial adalah 16 oC. Menurut

literatur, suhu asam asetat glasial adalah 16,7 oC. Jadi hasil percobaan ini tidak terlalu

menyimpang dari literatur.

Percobaan selanjutnya dilakukan langkah yang sama seperti di atas. Bedanya

yaitu asam asetat glasial yang sudah membeku dicairkan kembali. Ketika asam asetat

glasial sudah cair, ditambahkan sebanyak 2 gram naftalen. Data yang diperoleh dari

percobaan akan disajikan dalam bentuk grafik seperti di bawah ini:

0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.50

10

20

Grafik Penurunan Titik Beku CH3COOH

Setelah Penambahan NaftalenSeries2

Waktu (Menit)

Suhu

(C)

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa penurunan titik beku asam asetat glasial

adalah 14 oC setelah ditambahkan dengan naftalen. Penambahan naftalen ini dapat

menurunkan titik beku asam asetat glasial. Penurunan ini diakibatkan oleh adanya

partikel naftalen yang menghalangi interaksi molekul asam asetat glasial untuk

menjadi padat. Naftalen melemahkan interaksi molekul antar molekul dalam asam

asetat sehingga asam asetat terganggu dan suhu yang digunakan untuk membeku

menjadi semakin kecil. Dengan demikian, titik beku larutan asam asetat glasial akan

menurun setelah terjadi penambahan naftalen. Berdasarkan perhitungan nilai Kf dari

asam asetat glasial sebesar 2,68 gK/mol. Hasil pengamatan tentang penurunan titik

beku larutan, diperoleh titik beku asam asetat glasial atau asam cuka ini adalah 2K,

dan Kf dari asam asetat glasial itu sendiri adalah 2,68 gK/mol. Harga Kf asam asetat

Page 17: Penentuan Titik Beku Larutan

glasial yang diperoleh pada praktikum kali ini sedikit berbeda dengan Kf asam asetat

secara teori, dimana harga Kf asam asetat secara teori adalah 3,9 KKg/mol.

Percobaan terakhir digunakan untuk menentukan berat molekul dari zat X.

Langkah yang dilakukan dalam percobaan sama dengan perlakuan penambahan

naftalen. Bahan yang digunakan adalah asam asetat dan naftalen yang sudah

membeku dicairkan kembali dan ditambahkan dengan 2 gram zat X. Data yang

diperoleh disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.50

5

10

15

20

Grafik Penurunan Titik Beku CH3COOHSetelah Penambahan Zat X

Series2

Waktu (Menit)

Suhu

(C)

Berdasarkan grafik di atas dapat dijelaskan bahwa pada menit pertama suhu larutan

17 oC dan suhu konstan diperoleh sekitar 12,5 oC. Penambahan zat kembali ke dalam

larutan asam asetat glasial yang bercampur dengan naftalena membuat titik beku

larutan ini menjadi lebih rendah. Hasil ini sesuai dengan teori yang ada dimana

semakin banyak zat yang terlarut dalam suatu larutan maka semakin menurun titik

beku larutannya.

Penentuan berat molekul zat X dilakukan dengan cara menggunakan data perubahan titik beku di atas dan menggunakan rumus seperti di bawah ini:

∆ Tf =1000 × Kfw

× {( w zat x

Mr zat x)+( wnaftalen

Mr nafatalen)}

Page 18: Penentuan Titik Beku Larutan

Berdasarkan hasil perhitungan, berat molekul zat X yang diperoleh yaitu 72,99 g/mol.

Hasil ini jauh berbeda dengan literatur, sebab zat X yang digunakan adalah NaCl

yang memiliki berat molekul 58,5g/mol. Perbedaan ini bisa saja disebabkan oleh

human error ataupun dari bahan yang digunakan mungkin telah terkontaminasi,

sehingga sulit didapat hasil yang sesuai dengan literatur.

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum penentuan titik beku larutan ini

antara lain:

- Nilai Kf larutan asam asetat glasial yang diperoleh pada percobaan ini adalah

2,68 g.K/mol.

Page 19: Penentuan Titik Beku Larutan

- Berat molekul zat X yang digunakan dalam percobaan ini yaitu 72,99 g/mol.

5.2 Saran

Saran untuk praktikum penentuan titik beku larutan ini antara lain:

- Sebaiknya beaker gelas yang digunakan untuk tempat es batu berukuran lebih

besar lagi agar mudah mengisi dan mengatur es batu yang digunakan.

- Sebaiknya penambahan es batu pada setiap percobaan dibuat konstan agar

temperatur yang dihasilkan sesuai dengan harapan.

- Sebaiknya pembacaan termometer dilakukan lebih teliti lagi.

Page 20: Penentuan Titik Beku Larutan

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. 1993. Diktat Kuliah: Kimia Dasar I (Kimia Anorganik). Banjarbaru: Pustaka.

Brady, James.E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Bina Rupa

Aksara.

Brady, James.E. 2003. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Bina Rupa

Aksara.

Kusmawati, T.M. 1999. Sains Kimia. Jakarta: Bumi Aksara.

Material Safety Data Sheet. 2014. MSDS Asam Asetat [serial online].

http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9922769 [diakses tanggal 15

September 2014 pukul 13.52 WIB].

Material Safety Data Sheet. 2014. MSDS Naftalen [serial online].

http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927671 [diakses tanggal 15

September 2014 pukul 13.57 WIB].

Material Safety Data Sheet. 2014. MSDS Natrium Klorida [serial online].

http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927593 [diakses tanggal 15

September 2014 pukul 14.00].

Norman. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.

Oxtoby, David W. 2001. Kimia Dasar, Prinsip dan Terapan Kimia Modern. Jakarta:

Erlangga.

Petrucci, Ralph M., 1987. Kimia Dasar Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Reis. 1999. Sifat-Sifat Gas dan Zat Cair. Jakarta: Gramedia.

Sarjoni, 2003. Kamus Kimia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Syukri. 1999. Kimia Dasar Jilid 1. Bandung: ITB.

Tim Kimia Fisika. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Fisik II. Jember:

Laboratorium Kimia Fisika Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Jember.

Page 21: Penentuan Titik Beku Larutan

LAMPIRAN

1. Penentuan titik beku larutan Asam Cuka Glasial

Tof = 16oC = 289 K

Tf = 14oC = 287 K

ΔTf = Tof - Tf = 289 K – 287 K = 2 K

ρasam cuka=wasam cuka

V asam cuka

wasamcuka=ρasam cuka x V asam cuka

wasamcuka=¿ 1,049g

mL x 20 mL

wasamcuka=20,98 g

Sehingga:

Kf =wasamcuka × Mrnaftalen × ∆ Tf

1000 × wnaftalen

Kf =20,98 g × 128

gmol

×2 K

1000 ×2 g

Kf =2,68g

molK

2. Penentuan Massa Zat X

Tof asam cuka = 289 K

Tf zat x = 12,5 oC = 285,5 K

ΔTf2 = Tof asam cuka – Tof zat X

Page 22: Penentuan Titik Beku Larutan

ΔTf2 = 289 K – 285,5 K = 3,5 K

∆ T f total=∆ T f 2−∆ T f 1

∆ T f total=3,5 K−2 K

∆ T f total=1,5 K

∆ Tf =1000 × Kfw

× {( w zat x

Mr zat x)+( wnaftalen

Mr nafatalen)}

1,5 K=1000 ×2,68

gmol

K

20,98 g×{( 2 g

Mr zat x)+( 2 g

128g

mol )}1,5 K=127,74 ×( 2g

Mr zat X

+ 2 g

128g

mol )1.5 K = 127.74 x ( 2

Mr zat X

−2

128 ) 1.5 K = ( 255,48

Mr zat X

−255,48

128 )

1.5 K = 255,48Mr zat X

- 2,00

3.5 X Mr zat X = 255,48

Mr zat X = 72,99 gr/mol