17
PENENTUAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK BERKELANJUTAN DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Utojo, Akhmad Mustafa, Rachmansyah, dan Hasnawi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka-Maros, Sulawesi Selatan 9051 E-mail: [email protected] (Naskah diterima: 1 September 2008; Disetujui publikasi: 1 April 2009) ABSTRAK Penelitian ini memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk menentukan lokasi yang layak bagi pengembangan budidaya tambak di Kabupaten Lampung Selatan. Data sekunder yang diperoleh berupa data iklim, peta Rupa Bumi Indonesia kawasan Lampung Selatan skala 1:50.000, citra digital landsat-7 ETM+ dan peta batimetri skala 1:200.000. Data primer diperoleh dengan metode survai di lokasi penelitian yaitu kondisi kualitas perairan, kualitas air, dan pasang surut. Penentuan stasiun pengamatan dilakukan secara acak dan sistematik. Setiap lokasi pengambilan contoh ditentukan posisi koordinatnya dengan alat Global Positioning System (GPS). Data lapangan (fisika-kimia perairan), data sekunder, dan data citra satelit (Landsat ETM + ) digital, dianalisis secara spasial dengan metode PATTERN menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG). Berdasarkan hasil survai dan evaluasi kelayakan budidaya tambak udang di wilayah pesisir Lampung Selatan seluas 4.052,3 ha. Pada umumnya yang memiliki tingkat kelayakan tinggi (1.223,1 ha), sedang (2.065,4 ha), dan rendah (763,8 ha) tersebar di wilayah pesisir Kecamatan Sragi, Ketapang, dan Panengahan, sedangkan sebagian kecil terdapat di Kecamatan Kalianda, Sidomulyo, dan Katibung, serta lokasi yang tidak layak berupa perbukitan, masing-masing dituangkan dalam peta prospektif skala 1:50.000. KATA KUNCI: budidaya tambak, kelayakan lahan, Sistem Informasi Geografi, Lampung Selatan ABSTRACT: Site selection for sustainable brackishwater ponds culture development using geographic information system in South Lampung Regency. By: Utojo, Akhmad Mustafa, Rachmansyah, and Hasnawi This research used GIS technique to find location suitable to develop sustainable brackishwater pond culture in South Lampung Regency. Secondary data such as weather data, Indonesia earth surface map of South Lampung area scale of 1:50,000, landsat-7ETM digital imagery, and navigation map scaled 1:200,000. Primary data (water quality) and tide were collected using survey method. Simple systematic random sampling was used to allocate sampling points. Digital Remote sensing (Landsat ETM + ) data, secondary data, and field data (water quality) were analyzed using PATTERN method and Geographic Information System (GIS). Tematic map of area suitability as the main expected output of the study was created through spatial analysis and GIS as suggested by reference. The potential areas which are suitable for shrimp brackishwater pond culture development in South Lampung Regency are 4,052.3 ha, consisting of high suitability area (1,223.1 ha), moderate (2,065.4 ha), and low (763.8 ha) and are distributed in the coastline areas of Subdistrict of Sragi, Penentuan lokasi pengembangan budidaya tambak ..... (Utojo) 407

PENENTUAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK

  • Upload
    others

  • View
    25

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENENTUAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK

PENENTUAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAKBERKELANJUTAN DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Utojo, Akhmad Mustafa, Rachmansyah, dan Hasnawi

Balai Riset Perikanan Budidaya Air PayauJl. Makmur Dg. Sitakka-Maros, Sulawesi Selatan 9051

E-mail: [email protected]

(Naskah diterima: 1 September 2008; Disetujui publikasi: 1 April 2009)

ABSTRAK

Penelitian ini memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografi (SIG) untukmenentukan lokasi yang layak bagi pengembangan budidaya tambak di KabupatenLampung Selatan. Data sekunder yang diperoleh berupa data iklim, peta Rupa BumiIndonesia kawasan Lampung Selatan skala 1:50.000, citra digital landsat-7 ETM+ danpeta batimetri skala 1:200.000. Data primer diperoleh dengan metode survai di lokasipenelitian yaitu kondisi kualitas perairan, kualitas air, dan pasang surut. Penentuanstasiun pengamatan dilakukan secara acak dan sistematik. Setiap lokasi pengambilancontoh ditentukan posisi koordinatnya dengan alat Global Positioning System (GPS).Data lapangan (fisika-kimia perairan), data sekunder, dan data citra satelit (LandsatETM+) digital, dianalisis secara spasial dengan metode PATTERN menggunakan SistemInformasi Geografi (SIG). Berdasarkan hasil survai dan evaluasi kelayakan budidayatambak udang di wilayah pesisir Lampung Selatan seluas 4.052,3 ha. Pada umumnyayang memiliki tingkat kelayakan tinggi (1.223,1 ha), sedang (2.065,4 ha), dan rendah(763,8 ha) tersebar di wilayah pesisir Kecamatan Sragi, Ketapang, dan Panengahan,sedangkan sebagian kecil terdapat di Kecamatan Kalianda, Sidomulyo, dan Katibung,serta lokasi yang tidak layak berupa perbukitan, masing-masing dituangkan dalampeta prospektif skala 1:50.000.

KATA KUNCI: budidaya tambak, kelayakan lahan, Sistem Informasi Geografi,Lampung Selatan

ABSTRACT: Site selection for sustainable brackishwater ponds culturedevelopment using geographic information system in SouthLampung Regency. By: Utojo, Akhmad Mustafa, Rachmansyah,and Hasnawi

This research used GIS technique to find location suitable to develop sustainablebrackishwater pond culture in South Lampung Regency. Secondary data such asweather data, Indonesia earth surface map of South Lampung area scale of 1:50,000,landsat-7ETM digital imagery, and navigation map scaled 1:200,000. Primary data(water quality) and tide were collected using survey method. Simple systematic randomsampling was used to allocate sampling points. Digital Remote sensing (LandsatETM+) data, secondary data, and field data (water quality) were analyzed usingPATTERN method and Geographic Information System (GIS). Tematic map of areasuitability as the main expected output of the study was created through spatialanalysis and GIS as suggested by reference. The potential areas which are suitablefor shrimp brackishwater pond culture development in South Lampung Regency are4,052.3 ha, consisting of high suitability area (1,223.1 ha), moderate (2,065.4 ha),and low (763.8 ha) and are distributed in the coastline areas of Subdistrict of Sragi,

Penentuan lokasi pengembangan budidaya tambak ..... (Utojo)

407

Page 2: PENENTUAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK

Ketapang, and Panengahan, as well as small areas in Kalianda, Sidomulyo, andKatibung Subdistrict. Not suitable areas are hilly areal, distributed in the prospectivemap with 1:50,000 in scale.

KEYWORDS: brackishwater pond culture, area suitability, GIS, SouthLampung

PENDAHULUAN

Untuk memenuhi kebutuhan udang di pasardunia dalam rangka meningkatkan perolehandevisa negara dan pendapatan masyarakatpembudidaya, diperlukan percepatanproduksi budidaya tambak yang berkelanjutan.Ke depan, pembangunan budidaya perikanantersebut harus mampu mendayagunakanteknologi budidaya intensif secara ber-kelanjutan dengan memanfaatkan potensisumber daya pesisir melalui kelayakan lahanbudidaya tambak yang ada.

Pada umumnya dalam pengembanganusaha budidaya tambak berkelanjutan seringkali terdapat permasalahan yaitu terjadinyabenturan kepentingan dalam penggunaansumber daya lahan pesisir, baik dari sektorperikanan sendiri maupun dengan sektor lain.Kompetisi pemanfaatan sumber daya lahanpesisir ini disebabkan meningkatnyapermintaan akan lokasi dan sumber daya lahantersebut oleh berbagai jenis kegiatan, yangseiring dengan meningkatnya degradasikualitas lingkungan di sekitarnya. Semuakegiatan ini mengakibatkan adanya perubahanekosistem dan fungsi lahan sehingga dapatmenyebabkan berkurangnya akses dan kontrolbagi sumber daya perikanan serta terjadinyakerusakan ekosistem habitat perikanan.

Usaha budidaya tambak udang yangberkelanjutan dapat diartikan dengan kegiatanbudidaya tambak udang ramah lingkunganyaitu usaha budidaya yang dalam pengem-bangannya mempertimbangkan karakteristikbiofisik lokasi yang sesuai dengan dayadukung lingkungan wilayahnya.

Menurut Beveridge (1996), pemilihan lokasibudidaya merupakan langkah awal danumumnya sebagai tahapan yang sangatpenting untuk menentukan perikanan budi-daya yang berkelanjutan, dan salah memilihlokasi menyebabkan kegiatan budidayamengalami kegagalan. Dalam hal ini, kondisilingkungan biofisika-kimia tanah dan airmenjadi salah satu acuan penting bagipemilihan lokasi pengembangan kawasan

budidaya tambak. Keberlanjutan manfaatsumber daya lahan pesisir bagi usahaperikanan budidaya dalam jangka waktu yangpanjang sangat dipengaruhi oleh dinamikakondisi kualitas lingkungan sekitarnya yangmemiliki pengaruh yang kecil bagi kegiatantersebut.

Beberapa faktor yang mempengaruhikesesuaian lingkungan untuk perikananbudidaya antara lain: karakteristik biofisiklokasi (biologi, hidrologi, meteorologi, kualitastanah dan air); karakter spesifik dari biota yangdibudidayakan; metode budidaya (konstruksidan desain, level produksi dan operasi);kemampuan akses untuk pinjaman daninformasi serta teknologi yang sesuai (Radiartaet al., 2005). Kegiatan usaha perikananbudidaya berkelanjutan harus dilandasidengan perencanaan yang tepat, menyeluruh,dan terpadu dengan rencana sektor lainnya,menjaga kelestarian sumber daya danlingkungan dengan mempertahankankarakteristik wilayah dan daya dukung lahanyang stabil serta memperhatikan kepentingansektor lain (Naamin et al., 1991).

Pada umumnya kegagalan yang dialamioleh pembudidaya tambak udang dimulaidengan kesalahan dalam perencanaanpengembangan, yang salah satunya di-sebabkan kurangnya pengetahuan tentanglingkungan dan data parameter kualitas tanahserta air yang sesuai bagi kegiatan budidayatambak di lokasi tersebut. Agar kegiatanbudidaya tambak udang dapat berhasil,kegiatan tersebut harus ditempatkan padalokasi yang memiliki karakteristik biofisiksesuai dengan jenis udang yang dibudi-dayakan.

Untuk memudahkan dalam mendapatkandata dan informasi secara cepat dan akurattentang kelayakan lahan, pengembanganbudidaya tambak disajikan dalam bentuk petatematik dengan menggunakan teknologiinformasi geografis (SIG) yang diintegrasikandengan penginderaan jauh (inderaja). Banyakdata dan informasi tentang lingkungan yangsudah dikumpulkan dalam rangka pemilihan

408

J. Ris. Akuakultur Vol. 4 No. 3, Desember 2009: 407-423

Page 3: PENENTUAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK

lokasi tersebut, namun masih kurang diminatioleh pengguna. Penelitian dengan meng-gunakan teknologi ini baru diterapkan karenamemiliki kemampuan untuk mengkonversidata tabular menjadi data spasial (peta)dengan jalan menginterpolasi setiap parameterlingkungan yang terdapat pada setiap titikpengambilan contoh. Di sisi lain, menggunakanteknologi SIG ini dapat menyediakan danmenyajikan banyak informasi dalam bentukgambar yang lebih disukai dan mudah dipahamioleh pengguna. SIG memiliki kemampuanmembuat model dalam rangka menyusun petakelayakan lahan yang disajikan secara cepatdan akurat untuk aktivitas yang berbeda,sedangkan inderaja memiliki kemampuanmengidentifikasi dan melakukan pemantauanterhadap perubahan sumber daya alam danlingkungan dalam periode tertentu secaracepat dan berkelanjutan serta data yangdihasilkan selalu yang terbaru (Hendiarti et al.,2006). Data inderaja yang diintegrasikandengan SIG akan membentuk data base yangdapat menunjang kebutuhan pengelolaanwilayah pesisir dan lautan, khususnya untukpenyusunan tata ruang wilayah pesisir.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapat-kan potensi dan kelayakan lahan untukpengembangan budidaya tambak denganmemanfaatkan teknologi SIG. Hasil daripenelitian ini diharapkan menjadi masukan bagipemerintah daerah untuk mengalokasikanpengembangan budidaya tambak sebagaibahan penyusunan rencana tata ruangwilayah.

BAHAN DAN METODE

Kegiatan riset pemetaan kelayakan lahanbudidaya tambak dilaksanakan pada bulan Meidan Desember 2007 di pantai timur selatandan pantai selatan Kabupaten LampungSelatan. Pemilihan lokasi survai masuk dalamperencanaan dan pengembangan tata ruangwilayah pesisir Pemerintah Daerah ProvinsiLampung dan Kabupaten Lampung Selatanyang menetapkan kawasan pantai timurselatan dan pantai selatan sebagai zonasipengembangan perikanan budidaya tambak(Anonim, 2003). Penyusunan tata ruang wilayahdilakukan dengan memperhatikan morfologipantainya dan keragaman kawasan lahanbudidaya yang disurvai (McRae & Burnham,1981). Data dan informasi beberapa parameterkelayakan lahan tambak yang diperoleh dalambentuk peta tematik, selanjutnya data tersebut

oleh pengambil keputusan digunakan sebagaidasar untuk mengevaluasi tata ruang danmenetapkan sistem teknologi budidaya yangdapat dikembangkan.

Penelitian ini menggunakan metodesurvai yang dirancang berdasarkan SistemInformasi Geografis (SIG). Pengamatan danpengambilan sampel di lapangan berdasarkanmetode transek dengan menentukan titik-titikpengamatan yang dianggap mewakili daerahyang disurvai berdasarkan kondisi lahan dantingkat keseragaman lahan (Duivenbooden,1995). Posisi setiap pengamatan danpengambilan sampel ditentukan koordinatnyadengan alat Global Positioning System (GPS).Contoh air dan tanah dianalisis di laboratorium.Metode pengambilan contoh air dan tanahserta metode analisisnya mengacu pada APHA(2005). Sebaran titik stasiun pengamatan dilokasi penelitian disajikan pada Gambar 1.Selain itu juga dilakukan pengamatanmengenai vegetasi mangrove dan aspekpenunjang lainnya.

Diagram alur analisis spasial padapemetaan kelayakan lokasi budidaya tambakudang dengan menggunakan teknologi SIGdisajikan pada Gambar 2.

Data yang dikumpulkan dalam penelitianini terdiri atas data primer dan data sekunder.Data primer yang dikumpulkan meliputitopografi pantai dan dasar perairan, jarak daripantai, jarak dari sungai, tekstur tanah, pH yangdiukur langsung di lapangan (pHF), pH yangdiukur setelah larutan dioksidasi dengan H2O2

30% (pHFOX), potensial redoks, Fe, Al, SO4, PO4,dan bahan organik total (Melville, 1993),perbedaan pasang surut, keberadaan sungaihidup/sumber air tawar. Kualitas air yangdiamati meliputi salinitas, suhu, pH, oksigenterlarut, NO2, NH4, NO3, PO4, Fe, padatantersuspensi total, dan bahan organiktotal (APHA, 2005). Selain itu juga diperlukandata dan informasi mengenai kemudahanmendapatkan air laut dan air tawar, frekuensibanjir, curah hujan, adanya jalur hijau, dansaluran irigasi. Faktor penunjang yang diamatimeliputi ketersediaan jalan hingga lokasi,listrik, tenaga kerja, kemudahan memperolehsarana produksi tambak, keamanan, dan pasar.Data sekunder berupa peta dasar digital lokasipenelitian. Peta dasar ini bersumber dari hasilscan dan digitasi peta rupabumi Indonesiaskala 1:50.000, lembar 1110-14; 1110-21;1110-22; 1110-23, dan 1110-24 tahun 2006

Penentuan lokasi pengembangan budidaya tambak ..... (Utojo)

409

Page 4: PENENTUAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK

Gambar 1. Peta sebaran stasiun pengamatan kelayakan lahan budidaya tambak diKabupaten Lampung Selatan

Figure 1. Map of sampling stations for land suitability for brackishwater pondsculture in South Lampung Regency

575000 580000 585000 590000 595000

575000 580000 585000 590000 595000

93

50

00

09

35

50

00

93

75

00

09

36

00

00

93

65

00

09

37

00

00

93

80

00

0

93

50

00

09

35

50

00

93

75

00

09

36

00

00

93

65

00

09

37

00

00

93

80

00

0

2 0 2 4

Scale 1: 50.000

N

Kilometers

Legenda

Titik sampling/Sampling point

Sumber data:- Citra Satelit Landsat, Akusisi 2002 dan 2005,

LAPAN, Jakarta- Peta Rupa Bumi Indonesia, Skala 1:50.000

BAKOSURTANAL, Jakarta, 1991- Survei Lapang Tim Sumberdaya Perikanan Budidaya,

BRPBAP Maros, 2007

Data Source:- Imagery of Landsat, Acquisition on 2002

and 2005, LAPAN, Jakarta- Thopographic Map of Indonesia, Scale

1: 50,000 BAKOSURTANAL, Jakarta, 1991- Field Survey by Resources Coastal

Aquaculture Team, RICA Maros, 2007

Batas study/Boundary of study

Jalan/Road

Sungai kecil/SaluranSmall river/Canal

Laut/Sungai besarSea/Large river

Permukiman/SettlementHutan/Forest

Semak belukar/ShrubKebun/Plantation

Sawah/Paddy fieldLadang/Dry field

Tambak/Brackish water pond

Pasir/Sand

410

J. Ris. Akuakultur Vol. 4 No. 3, Desember 2009: 407-423

Page 5: PENENTUAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK

keluaran Badan Koordinasi Survai danPemetaan Nasional (Bakosurtanal), dan citralandsat-7 ETM, nomor Path/Row 123/064tahun 2005 keluaran Lembaga Penerbangandan Antariksa Nasional (Lapan).

Citra landsat yang digunakan merupakancitra yang sudah terkoreksi geometrik,terkoreksi radiometrik, dan teregistrasi.Penajaman citra dengan cara modifikasikontras data citra dengan bantuan program “ErMapper”. Untuk mengurangi pengaruh cerahatau gelap dari titik citra di dalam citra makadilakukan pentapisan citra. Data citra landsat-

7 ETM memiliki 8 kanal, dengan reduksi kanalmenggunakan metode pemilihan kombinasikanal spektral yang umum digunakan hanya 3kanal yaitu kombinasi kanal 543 (Red GreenBlue) dari sensor landsat ETM+. Dari hasilanalisis menunjukkan bahwa kombinasi kanal543 (Red Green Blue) dari sensor landsat ETM+

menampakkan secara jelas perbedaan spektraluntuk setiap tutupan lahan pada wilayahdaratan dan perairan, sehingga akanmemudahkan pengklasifikasian secara tepatuntuk lahan yang sesuai. Kemudian dilakukanklasifikasi yang nantinya dapat digunakan

Gambar 2. Diagram analisis integrasi SIG dan Inderaja pada pembuatan peta kelayakanwilayah pesisir untuk budidaya tambak

Figure 2. Flow chart of integration analysis of GIS and remote sensing in mapping areasuitability for brackishwater pond culture

Penentuan lokasi pengembangan budidaya tambak ..... (Utojo)

411

Page 6: PENENTUAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK

Tabel 1. Persyaratan tingkat kelayakan lahan untuk budidaya tambak

Table 1. Qualification of land suitability level for brackishwater ponds culture

B o bo t Sko r N ilai Weight Sco re Value

0 – 2 15 3 45>2 – 4 2 30

>4 1 15

TeksturTexture

Lempung liat berpasir, liat berdebu, lempung berpasir (Sandy clay loam, silty clay, sandy loam )

15 3 45

Lempung, lempung berdebu, liat berdebu, liat berpasir (Loam, silty loam, silty clay, sandy clay )

2 30

Debu, pasir, bergambut, kandungan pirit tinggi (Silt, sand, peaty, high content o f pyrite )

1 15

6.5-8.0 10 3 30 5.0-< 6.5 2 20

< 5.0 & > 8.0 1 10

2.000-2.500 mm/tahun 2,000-2,500 mm/year

10 3 30

1.000-<2.000 mm/tahun 1,000-<2,000 mm/year

2 20

<1.000 & >2.500 mm/tahun <1,000 & >2,500 mm/year

1 10

Terjal, karang berpasir, terbuka (Extremely steep, sandy coral, cleared )

10 3 30

Terjal, karang berpasir, sedikit berlumpur, terbuka (Extremely steep, sandy coral, a bit muddy,

cleared )

2 20

Agak landai, pasir berlumpur, terbuka (Slope slightly, muddy sand, cleared)

1 10

300-1.000 10 3 30>1.000-3.000 2 20

>3.000 1 10

Penutup lahanLand cover

Lahan kering, kebun, padang rumput Dry land, garden, grassfield

8 3 24

Sawah, belukar (Ricefield, brushwood ) 2 16M angrove, rawa (M angrove, swamp ) 1 8

M emadai (Enough ) 8 3 24Kurang memadai Enough missing

2 16

Tipis (Thin ) 1 8

M udah (Good) 4 3 12Agak sulit (Fair) 2 8

Sulit (Poor ) 1 4

Aman (Secure ) 4 3 12Cukup aman (Fairly secure ) 2 8

Tidak aman (Not secure ) 1 4

Banyak (M any ) 3 3 9Cukup tersedia (Available enough ) 2 6

Tidak tersedia (Not available ) 1 3

Lancar (Smooth ) 3 3 9Cukup lancar (Smooth enough ) 2 6

Tidak lancar (Not smooth ) 1 3

Kisaran R ange

LerengSlopes (%)

pH tanah Soil pH

Curah hujan Rainfall

Tenaga kerjaLabour

Pemasaran M arketing

P arameterP arameter

Tipe dasar pantai Coastal bed type

Jarak dari garis pantai Distance from coastal line (m)

Keterjangkauan Accessibility

Keamanan Security

Jalur hijauGreen belt

412

J. Ris. Akuakultur Vol. 4 No. 3, Desember 2009: 407-423

Page 7: PENENTUAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK

untuk membedakan penggunaan lahan secaratepat dan sesuai.

Informasi dari peta dasar yang diambilmeliputi morfologi dan garis pantai, sungai,garis batas wilayah, jalan, lumpur (sedimen-tasi), mangrove, penggunaan lahan, sebaranpenduduk, letak dan nama lokasi, garis konturatau ketinggian daratan dan kedalaman laut.Kriteria yang digunakan sebagai dasar skalapenilaian dan bobot terhadap kelayakan lahanuntuk budidaya tambak mengacu padapersyaratan yang disarankan oleh Poernomo(1992) dan disajikan pada Tabel 2.

Evaluasi kelayakan lahan dilakukan denganmetode PATTERN (Planning AssisstanceThrough Technical Evaluation of RelevantNumbers) yang diterapkan untuk menghitungtingkat relatif dari kontribusi di setiap faktorlahan geografis sampai pada tujuan akhir.Faktor-faktor lahan geografis tersebutdisajikan dalam bentuk peta-peta tematik, dantujuan akhir adalah peta kelayakan lahan untukbudidaya tambak (Karthik et al., 2005). Padametode ini setiap kategori di setiap faktorditentukan dengan angka skor, dan total skordihitung sebagai jumlah pembobotan darisetiap skor kategori. Bobot ditentukan melaluiketergantungan dari setiap faktor yangdikaitkan dengan tujuan (Treece, 2000).

Penilaian terhadap tingkat kelayakan lahanbudidaya tambak dilakukan secara kuantitatifmelalui skoring dengan faktor pembobot(Tabel 1). Parameter yang pengaruhnyadominan dan relatif tidak dapat berubahmemiliki faktor pembobot yang paling tinggi.

Parameter yang pengaruhnya samadengan parameter yang lain memiliki faktorpembobot yang sama, sedangkan parameteryang kurang dominan pengaruhnya memilikifaktor pembobot yang lebih rendah. Nilaitotal faktor pembobot dari setiap parameterberjumlah 100. Lahan yang masuk kategorikelayakan tinggi (S1) memiliki skor 3, kategorikelayakan sedang (S2) memiliki skor 2, dankategori kelayakan rendah (S3) memiliki skor1. Analisis secara kuantitatif menggunakanpendekatan:

Untuk mendapatkan selang nilai pada setiapkategori ditentukan dari nilai persentase darihasil perhitungan di atas. Dengan demikianakan diperoleh kisaran persentase setiapkategori sebagai berikut: kategori kelayakantinggi (S1): Y= 85%-100%, kategori kelayakansedang (S2): Y = 70%-84%, dan kategorikelayakan rendah (S3): Y= 55%-69%.

Menurut Hidayat et al. (1995), pengertianskala penilaian pada setiap kolom adalahsebagai berikut: S1 (kelayakan tinggi), apabilalahan tidak memiliki pembatas yang berartiuntuk mempertahankan tingkat pengelolaanyang harus diterapkan; S2 (kelayakan sedang),apabila lahan memiliki pembatas yangagak berarti untuk mempertahankan tingkatpengelolaan yang harus diterapkan; S3(kelayakan rendah), apabila lahan memilikipembatas yang berarti untuk mempertahankantingkat pengelolaan yang harus ditetapkan.

Data sekunder dan primer yang sudahdikumpulkan, selanjutnya dilakukanpengolahan data dengan menggunakananalisis spasial dalam Sistem InformasiGeografis (SIG) (Burrough & McDonnell, 1998),bertujuan untuk menentukan kelayakan lahanbudidaya tambak. Pada proses analisis petatersebut dengan menggunakan perangkatlunak ArcView 3.3, data primer hasil survaipada setiap pengamatan dimasukkan dalampeta dasar digital dengan menginterpolasi padasetiap titik koordinat pengamatan menjadi area(polygon) menggunakan metode “NearestNeighbour” (Morain, 1999). Dari hasil interpolasisetiap pengamatan, disusun dalam bentuk petatematik dengan mempertimbangkan tingkatpembobotan dan skala penilaian serta melalui“overlay” (tumpang susun) untuk mendapatkannilai kelayakan lahan budidaya tambak (tinggi,sedang, dan rendah) dan peta yang layak bagiperuntukan budidaya tambak skala 1:50.000.

HASIL DAN BAHASAN

Kondisi Umum Wilayah

Wilayah pesisir Kabupaten LampungSelatan membentang mulai dari sebelah utarayaitu Muara Way Sekampung di KecamatanSragi hingga sebelah selatan yaitu DesaBawang Kecamatan Punduh Pidada KabupatenPesawaran yang memiliki panjang garis pantai45 km. Secara geografis Kabupaten LampungSelatan terletak pada posisi antara 105o-105o45’ Bujur Timur dan 5o15’-6o LintangSelatan dengan batas wilayah sebelah utara

di mana:

Y = Nilai tingkat kesesuaian lahan

ai = Faktor pembobot

Xn = Skor

Y = Σ ai . Xn

Penentuan lokasi pengembangan budidaya tambak ..... (Utojo)

413

Page 8: PENENTUAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK

berbatasan dengan Kabupaten Lampung Timur,sebelah selatan dengan Selat Sunda, sebelahtimur dengan Laut Jawa, dan sebelah baratdengan Kabupaten Tanggamus. Morfologipantai di Kabupaten Lampung Selatanumumnya bertopografi landai, hanya diKecamatan Kalianda, Sidomulyo, dan Katibungyang sebagian mengarah ke daratan berbukit,tipe garis pantainya berkelok kelok, ber-hadapan dengan Laut Jawa, jenis tanahnyaalluvial dengan kondisi lahan yang relatifseragam, sepanjang tepi pantai ditumbuhimangrove dengan lebar jalur hijau berkisar50—150 m, memiliki elevasi pantai 1,0—10,0m, kemiringan pantai 0%—3% dan curah hujanrata-rata 160,99 mm/bulan. Lokasi yangdemikian cukup potensial untuk pengem-bangan budidaya tambak.

Kondisi perairan pesisir KabupatenLampung Selatan, masuk dalam kawasan LautJawa yang lebih banyak dipengaruhi oleh aruspasang surut dengan kecepatan arusmaksimum rata-rata bulanan 45 cm/detik yangterjadi pada bulan Januari dan Februari denganarah arus pada umumnya mengalir ke arahselatan, sedangkan kecepatan arus minimumrata-rata bulanan 10 cm/detik yang terjadipada bulan Maret mengalir ke arah timur laut(Anonim, 2002).

Keseragaman kondisi lahan tambak danjenis tanahnya alluvial serta tekstur tanahnyayang didominasi lempung, liat, dan debupada kedalaman 0—0,5 m, kemungkinandisebabkan adanya akumulasi sedimen yangtelah berlangsung secara kontinu dalam kurunwaktu yang lama. Sedimen tersebut merupakanbahan induk yang berasal dari erosi lahan dibagian hulu sungai yang terbawa aliran sungaimelalui muara sungai selanjutnya tersebar disepanjang pantai yang mengarah ke laut.

Potensi lahan tambak di KabupatenLampung Selatan yang tersebar di 6kecamatan antara lain di Kecamatan Sragi,Ketapang, Penengahan, Kalianda, Sidomulyo,dan Katibung seluas 15.000 ha, yang saat inidimanfaatkan oleh masyarakat pesisir untukkegiatan budidaya tambak udang windu sajamaupun bersama dengan bandeng secaratradisional plus seluas 5.000 ha, dapatmeningkatkan produksi udang sebanyak6.000 ton/tahun udang dan bandeng 12.000ton/tahun. Di samping itu, juga terdapatkegiatan budidaya udang vaname secara semiintensif dan intensif yang dikelola olehpengusaha lokal seluas 1.470 ha dengan

produksi 44.100 ton/tahun. Dalam prospekpengembangan kawasan budidaya tambakudang diperlukan pasok benih yang memadai.Saat ini terdapat 148 unit hatcheri skala rumahtangga, 70 unit di antaranya masih beroperasidi Kecamatan Kalianda, Sidomulyo, danRajabasa dengan produksi benur 1,2 milyarekor, yang memenuhi kebutuhan benur untukwilayah Kabupaten Lampung Selatan padatambak tradisional 1 milyar ekor/tahun danuntuk tambak semi-intensif dan intensif 3,5milyar ekor/tahun. Terdapat juga 2 unithatcheri, masing-masing dengan produksibenur lebih dari 4 milyar ekor/tahun dan 3milyar ekor/tahun (Anonim, 2006). MenurutAhmad et al. (1996), pengembangan usahabudidaya perikanan pesisir berbasis budidayatambak dapat dilakukan pada kawasan pesisiryang memiliki kondisi lingkungan yang sesuaiuntuk persyaratan lokasi tambak antara lain:adanya sumber air laut dan air tawar, pasangsurut 11—21 dm, topografi pantai relatif landai,kualitas tanah yang sesuai untuk teknologiyang akan diterapkan, curah hujan kurang dari2.000 mm/tahun, bebas dari banjir, terlindungdari pengaruh arus kuat, gelombang besar,angin kencang serta bebas cemaran.

Vegetasi

Daerah vegetasi mangrove merupakanpenyedia sumber daya perikanan pesisir danpelindung pantai dari gelombang besar sertaangin kencang, yang dalam pemanfaatansecara terkendali dapat pulih kembali. Untukitu, harus dilakukan dengan tepat agar tidakmelebihi kemampuannya untuk memulihkandiri pada periode tertentu sehingga efeknyatidak merusak lingkungan sekitarnya.Terjadinya kerusakan ekosistem mangrovedisebabkan oleh beberapa faktor antara lain:a). Konversi kawasan hutan mangrove menjadiberbagai peruntukan lain seperti pemukiman,pertambakan, dan kawasan industri secaratidak terkendali, b). Penebangan vegetasimangrove untuk kayu bakar, bahan bangunan,bahan industri kertas, dan kegunaan lainnyayang melebihi kemampuan daya dukungnya,c). Pengendapan (sedimentasi) akibat kegiatanpengelolaan lahan di daerah hulu DAS yangkurang terkendali, dan d). Belum adanyakejelasan tentang tata ruang dan rencanapengembangan wilayah pesisir, sehinggabanyak terjadi tumpang tindih pemanfaatankawasan hutan mangrove untuk berbagaikegiatan pembangunan (Wirasantosa, 2004).Kondisi tambak di daerah yang disurvai pada

414

J. Ris. Akuakultur Vol. 4 No. 3, Desember 2009: 407-423

Page 9: PENENTUAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK

umumnya memiliki karakteristik lahan denganvegetasi mangrove yang tumbuh relatif sama,hal ini terlihat pada jenis vegetasi yangtumbuh di pantai dan sisa vegetasi yang masihtertinggal di dalam tambak. Vegetasi tersebutdidominasi oleh bakau, Rhizophora sp. (R.apiculata dan R. mucronata), api-api, Avicenniasp. (A. Alba dan A. marina), sebagian darivegetasi nipah (Nypa fruticans), gelagah(Saccahrum spontaneum), dan rumput liar(Paspalum sp.). Vegetasi yang tumbuh dikawasan ini diduga banyak dipengaruhi olehkarakteristik tanah dan pengaruh salinitasserta perbedaan pasang surut. MenurutBengen (2004), karakteristik habitat hutanmangrove umumnya tumbuh pada daerahintertidal yang jenis tanahnya berlumpur,berlempung atau berpasir, menerima pasokanair tawar yang cukup atau mendapatkan airbersalinitas payau (2—22 ppt) hingga asin(mencapai 38 ppt), dan terlindung darigelombang besar dan arus pasang surut yangkuat.

Tanah

Untuk menentukan kelayakan lahantambak yang disurvai, kualitas tanah jugamemegang peranan penting (Tabel 2).Koordinat lokasi tambak tersebut: X (540726—590936) dan Y (9348048—9386141). Hasilanalisis tekstur tanah pada kedalaman 0—0,5m cukup bervariasi seperti liat, lempung, debu,liat berpasir, lempung berdebu, lempungberliat, lempung liat berdebu, lempung liatberpasir, dan pasir berlempung. Tekstur tanahtersebut didominasi oleh fraksi liat dan debuyang berasal dari hulu daerah aliran sungai,sedangkan fraksi pasir yang berasal dari lautrelatif sedikit hanya didapatkan di lokasitambak yang sedikit mangrovenya. MenurutPoernomo (1992), tekstur tanah tambak yangbaik untuk budidaya udang sistem tradisionalyang hanya menggantungkan pada jasad renikbentik seperti klekap dan lumut yaitu lempungliat berpasir, sedangkan tekstur tanah tambaksistem semi-intensif dan intensif yaitulempung liat berpasir hingga lempungberpasir. Pada tambak udang intensifdiperlukan dasar tambak yang kompak dankeras agar dapat menyimpan air saatpelaksanaan budidaya sampai dengan panen(Poernomo, 1989b). Apabila tekstur tanah dilokasi tambak dominan pasir atau berkarangmenyebabkan poros dan tambak tidak dapatmenyimpan air dalam waktu yang lama dandapat mengakibatkan kematian pada udang

yang dibudidayakan. Lokasi dengan teksturtanah yang demikian tidak layak digunakanuntuk kegiatan pertambakan. Nilai pH tanahtambak di lokasi yang disurvai secara umumtergolong netral, masih dalam kategori baik,dan mendukung kegiatan budidaya tambak.

Kisaran nilai pH tanah tambak yangdidapatkan di permukaan yaitu 5,91—7,24dan pada kedalaman 0,5 m yaitu 5,97—7,16relatif sama. Pada umumnya kondisi pH tanahtersebut terdapat pada tambak-tambak yanglama dan hanya sedikit terdapat akumulasibahan organik sisa-sisa vegetasi serta tidakmenunjukkan potensi kemasaman. RendahnyapHFOX tanah dasar tambak pada permukaan dankedalaman 0,5 m disebabkan pengambilansampel dan pengukuran di lokasi beberapatambak yang telah diremediasi, banyak bahanorganik, dan dalam kondisi aerob atau keringsehingga tanah saat teroksidasi memilikitingkat kemasaman agak tinggi.

Secara alami, potensial oksidasi danreduksi dalam tanah dasar tambak pentingperanannya dalam meremediasi tanah dandapat mengurangi senyawa atau unsur yangbersifat toksik seperti NH3, H2S, Fe, Al, dan SO4.Nilai potensial oksidasi dan reduksi tanah yangdidapatkan di lokasi survai pada permukaandan kedalaman 0,5 m berkisar (-) 381 – (+) 148mV dan (-) 357 – (+) 132 mV. Variasi nilaipotensial oksidasi dan reduksi tanah sesuaidengan letak pengambilan sampel danpengukuran di lokasi survai. Menurut Noor(2004), kondisi tanah di dasar tambak yangtergenang (anaerob), laju oksidasi dan prosesperombakan bahan organik lebih lambat,tetapi memiliki laju pereduksi sulfur dan besilebih cepat dari pada di dasar tambak yangkering (aerob). Variasi nilai potensial redokstergantung dari perbedaan tekstur danbanyaknya kandungan bahan organik dalamtanah. Tanah dasar tambak yang berteksturdominan pasir dalam kondisi aerob lajuoksidasi lebih cepat daripada yang memilikibanyak kandungan bahan organik. Besaranrelatif yang berlaku untuk potensial redoksberkisar dari ± 660 mV untuk air tambak yangteroksidasi sampai minus (-) 350 mV untuksedimen yang telah tereduksi sangat kuat(Chamberlain, 1988). Untuk mengembalikankondisi dasar tambak yang baik diperlukan nilaipotensial redoks minimal plus (+) 50 mVdengan nilai pH 6,5—8,5 (Boyd dalamWidigdo, 2003). Untuk proses reduksi sulfatterjadi pada keadaan potensial redoks (Eh) =

Penentuan lokasi pengembangan budidaya tambak ..... (Utojo)

415

Page 10: PENENTUAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK

Tabel 2. Kisaran nilai parameter tekstur dan kualitas tanah di lokasi tambak KabupatenLampung Selatan

Table 2. Value range of soil quality parameters in brackishwater ponds of SouthLampung Regency

P arameter kualitas tanahSo il quality parameters

Kedalaman D epth (m)

Kisaran nilaiValue range

N ilai idealIdeal value

Tekstur (Texture ):Pasir (Sand ) (%) Liat (Clay ) (%)Debu (Silt ) (%)

014–56 0–60 0–82

Lempung berdebu, liat, liat berpasir, debu, lempung berliat, lempung liat berdebu (Silty loam, clay, sandy clay, silt, clay clay loam, silty clay loam )

Lempung liat berpasir (Sandy claley clay ): tambak tradisional –semiintensif (Traditional–intensive pond )*)

Tekstur (Texture ):Pasir (Sand ) (%) Liat (Clay ) (%)Debu (Silt ) (%)

0.516–80 0–70 2–80

Liat, liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung berdebu, pasir berlempung, lempung liat berpasir, lempung berliat, debu, lempung (Clay, sandy clay, silty clay loam, silty loam, loamy sand, sandy clay loam, clay loam, silt, loam )

Lempung berpasir(Sandy clay ): tambak intensif (intensive pond )*)

pH F 0 5.91–7.24 6.5–7.0*)0.5 5.97–7.16

pHFOX 0 3.80–7.50

0.5 4.25–7.53

0 (–381)–(+148)

0.5 (–357)–(+132)

SO4 (mg/L) 00.5

1,284.40–13,120.00495.60–12,072.00

Tergantung kandungan pirit yang teroksidasi saat kering (Depend on pyrite content that oxydated when dry )*)

PO4 (mg/L) 00.5

0.3802–7.11430.1963–5.9981

> 60 mg/L: tambak tradisional (for tradisional pond ), tambak intensif kurang diperlukan (not necessary for intensive pond )***)

Bahan Organik Total Total Organic M atter (%)

00.5

0.0079–5.77310.0246–4.3714

137.50 mg/L: tambak intensif s/d minggu ke–14 (Resulted from intensive pond on the week of the fourteen )*)

Fe (ppm) 00.5

20.25–171.6321.50–106.50

Tergantung kandungan pirit yang teroksidasi saat kering (Depend on pyrite content that oxydated when dry )*)

Al (ppm) 00.5

7.50–81.250.00–118.75

Sda (Same up )

M inimal (M inimum ) + 50 mV**)

Potensial redoks Redox potential

Sumber (Source):* ) = Poernomo (1992)**) = Boyd dalam Widigdo (2003)***) = Karthik et al. (2005)

416

J. Ris. Akuakultur Vol. 4 No. 3, Desember 2009: 407-423

Page 11: PENENTUAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK

200–300 mV, sedangkan reduksi besi terjadipada keadaan potensial redoks (Eh) = 180 mV(Noor, 2004).

Konsentrasi SO4 dan Fe pada permukaantanah dasar tambak di lokasi survai berkisar1.284,40—13.120,00 mg/L dan 20,25—171,63 mg/L, sedangkan pada kedalaman 0,5m berkisar 495,60—12.072,00 mg/L dan21,50—106,50 mg/L. Kisaran nilai konsentrasiSO4 dan Fe tanah tersebut masih dalamkategori baik untuk kegiatan budidaya tambak.Tingginya nilai konsentrasi SO4 dan Fe padapermukaan tanah sesuai dengan lokasipengambilan sampel di kawasan tambak bekasmangrove dan rumput liar sehingga sumberSO4 dan Fe yang didapatkan berasal daritanah sulfat masam. Tanah sulfat masam adalahtanah atau sedimen yang mengandung pirit(FeS2) yang apabila kondisinya kering dapatteroksidasi dan melarutkan SO4 dan Fe sertamenghasilkan kondisi kemasaman yang tinggiatau terjadi penurunan pH tanah. PenurunanpH tanah berdampak pula pada peningkatankelarutan Al seperti terlihat pada Tabel 2, dimana konsentrasi Al yang tinggi umumnyadidapatkan pada permukaan tanah dasartambak yaitu berkisar 7,50—81,25 ppm,sedangkan tingginya konsentrasi Al padakedalaman 0,5 m mencapai 118,75 ppm karenapada lapisan tanah sampai kedalaman tersebutmasih terdapat kandungan pirit. MenurutPoernomo (1992), pengembangan rawa pantaidi kawasan intertidal yang tertutup olehvegetasi mangrove menjadi pertambakan,tanahnya mengandung pirit. Setelah selesaikonstruksi, kemudian dilakukan pengeringan,tanah dasar pertambakan memiliki tingkatkemasaman tinggi yaitu dengan pH 2,5—5,0dan kemasaman akan meningkat setelah piritteroksidasi.

Kisaran nilai konsentrasi fosfat dipermukaan tanah dasar tambak yaitu 0,3802—7,1143 ppm dan pada kedalaman 0,5 m yaitu0,1963—5,9981 ppm di lokasi survai tergolongrendah. Di tambak, fosfat termasuk unsuresensial untuk tumbuh dan berkembangnyaproduktivitas primer dan penambahan fosfatdapat meningkatkan produksi ikan herbivordi tambak (Boyd, 1995; Hickling, 1971).Ketersediaan fosfat >60 mg/L dalam tanahtambak dapat digolongkan sebagai slight atautergolong baik dengan faktor pembatas yangsangat mudah diatasi (Karthik et al., 2005).Untuk penerapan teknologi intensif, lokasiyang demikian tidak menimbulkan masalah

yang berarti karena tambak intensif lebihmengutamakan pakan buatan untukmendukung pertumbuhan dan sintasan udangyang dipelihara.

Kisaran nilai konsentrasi bahan organiktotal di permukaan tanah yaitu 0,0079%—5,7731% dan pada kedalaman 0,5 m yaitu0,0246%—4,3714% di lokasi survai masih dalamkategori baik untuk kegiatan budidaya tambakterutama untuk penerapan teknologi intensif.Tambak intensif tidak memerlukan konsentrasibahan organik total tanah yang tinggi karenaakumulasi sisa pakan dan kotoran udang yangterdapat di dasar tambak sesudah panenmerupakan introduksi bahan organik yangpada tahap persiapan harus dibersihkansehingga saat operasional kualitas air tetapdalam kondisi baik.

Sumber Air

Wilayah pertambakan Kabupaten LampungSelatan yang disurvai rata-rata memiliki sumberair yang cukup menunjang untuk kegiatanbudidaya tambak karena lokasinya berdekatandengan laut, sungai yang cukup lebar, danterdapat saluran pemasukan utama yangdapat menjangkau semua unit pertambakansehingga tambaknya terjangkau pasang surutair laut. Laut Jawa merupakan perairan terbukadan dangkal dengan jarak 500—1.000 m darigaris pantai memiliki kedalaman 10-20 m. Saatini perairan laut tersebut sebagai sumberpemasok utama unit pertambakan di wilayahpesisir dengan kondisi perairannya relatifjernih, bersalinitas 30—32 ppt, di saluranutama tambak 16—25 ppt, di tambaknya 3—35 ppt (Tabel 3) dan pada saat musim hujanyang agak keruh hanya terdapat di sekitarmuara sungai karena siltasi akibat sedimentasidi lokasi bagian hulu sungai.

Hasil pengukuran langsung dan analisispasang surut di daerah ini terjadi perbedaanpasang surut yang cukup besar dengankisaran 56—215 cm dengan tunggang pasang159 cm. Kondisi pasang surut yang demikianini cukup mempengaruhi kualitas lingkunganperairan budidaya tambak. Tinggi permukaanair selama pasang tinggi untuk mengairi tambakdi Kabupaten Lampung Selatan dipengaruhioleh frekuensi amplitudo pasang, kontur tanahdan elevasi. Pada umumnya wilayah yangdekat pantai memiliki elevasi 1—1,5 m yangposisinya lebih rendah dari rataan pasangtertinggi yaitu 215 cm dan lebih tinggi darirataan surut terendah yaitu 56 cm, posisi lokasi

Penentuan lokasi pengembangan budidaya tambak ..... (Utojo)

417

Page 12: PENENTUAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK

tambak yang demikian secara gravitasi cukupbaik untuk pembangunan unit pertambakanyaitu saat konstruksi untuk pembangunantambak, saat persiapan tambak dan panendapat dikeringkan secara tuntas, dan saatpelaksanaan tambak dapat dimasukkan airdengan debit air yang cukup. MenurutPoernomo (1992), dalam penerapan budidayaekstensif dan semi-intensif di kawasan inter-tidal yang pemasukan dan pembuangan airnyadilakukan secara gravitasi pada saat pasangtinggi dan pasang rendah, lokasi yangelevasinya sedang dan dapat diairi oleh rataanpasang tinggi dan dikeringkan pada saat rataansurut rendah merupakan lahan yang ideal bagipembangunan pertambakan.

Nilai suhu yang didapatkan di lokasi survaiyaitu di tambak udang yang sedang aktifdengan kedalaman 0,5—1,2 m berkisar26,0oC—36,1oC. Tingginya nilai suhu tersebutdidapatkan pada tambak-tambak tradisionalyang relatif dangkal, namun demikian kisaran

nilai suhu tersebut masih dalam kategori baikdan mendukung kegiatan budidaya tambak.Menurut Poernomo (1992), suhu optimumsebagai persyaratan tambak udang berkisar29oC—31oC, kecepatan dan besarnyakonsumsi oksigen meningkat pada suhu yanglebih tinggi serta udang tumbuh pesat padasuhu 30oC—31oC.

Nilai pH yang didapatkan di lokasi survaiberkisar 7,34—8,71. Kisaran nilai pH tambaktersebut umumnya netral hingga alkalis danmasih dalam batas yang layak sebagai mediabudidaya tambak udang. Pada tambak yangsudah lama beroperasi umumnya pH air alka-lis, berkisar 7,5—8,5; sedangkan tambak baruterutama pada kawasan mangrove dan belumdilakukan remediasi pH air sangat rendah yaitudi bawah 5. Pengaruh langsung pH yangrendah pada kegiatan budidaya udang yaituudang menjadi kropos dan selalu lembekkarena tidak dapat membentuk kulit baru,sebaliknya pH yang tinggi menyebabkan

Tabel 3. Kisaran nilai parameter kualitas air di tambak Kabupaten Lampung Selatan

Table 3. Value range of water quality parameters in the brackishwater ponds ofSouth Lampung Regency

Sumber (Source):*) = Poernomo (1992); **) = KLH (2004)

Parameter kualitas airWater quality parameters

SatuanUnit

Kisaran nilaiValue range

Nilai idealIdeal value

Salinitas (Salinity ): - Laut (Sea ) ppt 30–32 30–35*)

- Saluran (Canal ) ppt 16–25 10–20*)

- Tambak (Brackishwater pond ) ppt 3–35 15–25*)

Suhu (Temperature ) oC 26.0–36.1 29–31*)

pH 7.34–8.71 7.0–8.5**)

Tunggang pasang surut Tidal range

cm 159 110–210*)

Oksigen terlarut Dissolved oxygen

mg/L 2.6–11.0 4–7*)

NH4 mg/L 0.0104–0.5641 0.30**)

NO2 mg/L 0.0005–1.1099 0.25*)

NO3 mg/L 0.0007–1.2966 0.008**)

PO4 mg/L 0.0001–0.1318 0.015**)

Fe mg/L 0.0055–0.1371 0.01*)

Padatan tersuspensi total Total suspended solid

mg/L 6–1610

Bahan organik total Total organic matter

mg/L 9.78–26.46 29.50*)

418

J. Ris. Akuakultur Vol. 4 No. 3, Desember 2009: 407-423

Page 13: PENENTUAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK

peningkatan konsentrasi ammonia yangsecara tidak langsung membahayakan udang.Nilai pH yang optimum sebagai persyaratankualitas air bagi tambak udang berkisar 8,0—8,5; sedangkan nilai pH yang diperbolehkanbagi persyaratan baku mutu air laut untuk biotalaut 7—8,5 (Poernomo, 1988; 1992; KLH, 2004).

Nilai konsentrasi oksigen terlarut di lokasisurvai berkisar 2,6—11,0 mg/L. Kisaran nilaikonsentrasi oksigen terlarut tersebut masihdalam kategori baik untuk kegiatan budidayatambak. Rendah dan tingginya nilai konsentrasioksigen terlarut didapatkan pada tambak-tambak tradisional yang airnya relatif dangkal,banyak tanaman air dan subur sehinggamenyebabkan oksigen terlarut sangatberfluktuatif pada pagi dan sore hari.Konsentrasi oksigen terlarut di tambak-tambakintensif berkisar 5,0—7,3 mg/L. Udang dapattumbuh normal dengan konsentrasi oksigenterlarut dalam batas optimum yaitu 4—7 mg/L.Konsentrasi oksigen terlarut terlalu rendahatau terlalu tinggi dapat mengganggukesehatan udang yang menyebabkanpertumbuhannya lambat. Jika konsentrasioksigen terlarut 2,1 mg/L pada suhu 30oC,udang sudah mulai menunjukkan gejala abnor-mal yaitu berenang di permukaan air tambak(Poernomo, 1988).

Kisaran nilai konsentrasi amoniak (NH4)dalam tambak di lokasi survai yaitu 0,0104—0,5641 mg/L dan masih dalam kategori baikdan mendukung kegiatan budidaya tambak.Konsentrasi amoniak total (NH3) air laut yangdipersyaratkan untuk kehidupan biota lautyaitu 0,30 mg/L, sedangkan persyaratankualitas air tambak udang yaitu 0,25 mg/L(Poernomo, 1992; KLH, 2004). Tingginyakonsentrasi amoniak (0,5641 mg/L) didapatkanpada tambak udang sesudah dipanen dan padatambak tradisional yang dangkal dan banyakklekap, konsentrasi amoniak berkisar 0,0104—0,1885 mg/L, sedangkan pada tambak intensif,konsentrasi amoniak berkisar 0,0238–0,1417mg/L. Amoniak dalam bentuk molekul (NH3)lebih beracun dari pada yang berbentuk ion(NH4

+), daya racun amoniak semakin meningkatseiring dengan meningkatnya pH, suhu, dansalinitas serta kesadahan air tambak yangrendah. Konsentrasi NH3 0,45 mg/L dapatmenghambat laju pertumbuhan udang sampai50%, sedangkan konsentrasi NH3 1,29 mg/Lsudah membunuh beberapa jenis udangpenaeid. Konsentrasi NH3 0,05—0,2 mg/Lsudah menghambat laju pertumbuhan

organisme akuatik pada umumnya (Poernomo,1988). Menurunnya konsentrasi amoniak dapatdisebabkan oleh aktivitas aerasi, pengencerandi dalam tandon, proses nitrifikasi oleh bakteriNitrobacter dan Nitrosomonas, danpenyerapan oleh plankton yang terdapat didalam air tambak. Pada nilai pH 7 atau kurangdi dalam tambak secara alami, sebagian besaramoniak akan mengalami ionisasi, sebaliknyapada pH>7 berada dalam jumlah yang lebihbanyak (Syafiuddin, 2000).

Konsentrasi nitrit (NO2) merupakan produkdari proses nitrifikasi yang beracun terhadapikan dan udang. Nilai konsentrasi NO2 di lokasisurvai berkisar 0,0005—1,1099 mg/L,umumnya masih dalam kategori baik untukkegiatan budidaya tambak. Konsentrasi NO2yang digunakan sebagai persyaratan kualitasair tambak udang yaitu 0,25 mg/L (Poernomo,1992). Tingginya nilai konsentrasi NO2 (1,1099mg/L) didapatkan pada tambak baru bekasmangrove dan rumput liar. Perairan alamiumumnya mengandung NO2 sekitar 0,001 mg/L dan sebaiknya tidak melebihi 0,06 mg/L (Ca-nadian Council of Resource and EnvironmentMinisters, 1987). Konsentrasi NO2 6,4 mg/Lmenghambat laju pertumbuhan udang putih,Penaeus indicus sebanyak 50% (Poernomo,1988).

Konsentrasi nitrat (NO3) merupakan produkakhir dari proses nitrifikasi sebagai sumberunsur N yang esensial untuk pertumbuhan algadan tanaman air. Nilai konsentrasi NO3 di lokasisurvai berkisar 0,0007—1,2966 mg/L, masihdalam kategori baik untuk kegiatan budidayatambak. Tingginya konsentrasi NO3 didapatkanpada tambak tradisional yang ditumbuhibanyak tanaman air dan klekap. Untukpenerapan tambak tradisional, nitrat anorganiksangat diperlukan untuk menstimulirpertumbuhan klekap, plankton, dan lumutsebagai pakan alami utama bagi ikan dan udang,tetapi untuk penerapan teknik intensifkonsentrasi nitrat kurang diperlukan karenaadanya eutrofikasi dalam tambak akanmenurunkan kualitas air tambak. Konsentrasinitrat air laut yang dipersyaratkan untukkehidupan biota laut yaitu 0,008 mg/L (KLH,2004).

Konsentrasi fosfat (PO4) ini umumnya dalambentuk anorganik sebagai sumber unsur P yangesensial untuk pertumbuhan tanaman air,klekap, plankton, dan lumut di tambak.Konsentrasi PO4 di lokasi survai berkisar0,0001—0,1318 mg/L, masih dalam kategori

Penentuan lokasi pengembangan budidaya tambak ..... (Utojo)

419

Page 14: PENENTUAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK

baik untuk kegiatan budidaya tambak.Tingginya nilai tersebut (0,1318 mg/L) jugadidapatkan pada tambak tradisional yangdangkal dengan warna air hijau dan terdapatbanyak tanaman air, klekap dan plankton.Konsentrasi fosfat pada perairan alami berkisar0,005—0,020 mg/L, sedangkan pada air tanahbiasanya sekitar 0,02 mg/L. Konsentrasi fosfatpada perairan alami jarang yang melebihi dari1 mg/L (Boyd, 1988). Konsentrasi fosfat airtambak sangat diperlukan untuk kegiatantambak udang tradisional yang pentingperanannya dalam menumbuhkan klekap,plankton, dan lumut sebagai pakan alami utamabagi pertumbuhan dan kehidupan ikan danudang, tetapi kurang diperlukan untuk kegiatanbudidaya tambak udang intensif yang hanyamengutamakan pakan buatan. Menurut KLH(2004), konsentrasi fosfat air laut yangdipersyaratkan untuk kehidupan biota lautyaitu 0,015 mg/L.

Konsentrasi besi (Fe2+) di lokasi survaiberkisar 0,0055—0,1371 mg/L dan masihdalam kategori baik untuk kegiatan budidayatambak. Tingginya nilai tersebut (0,1371 mg/L) didapatkan pada tambak baru yang didalamnya masih terdapat sisa tanaman man-grove dan rumput liar. Di tambak yang sudahdiremediasi seperti ini, kandungan Fe2+ yangdidapatkan merupakan hasil oksidasi pirit yangberlangsung secara kimiawi dan biologis.Menurut Poernomo (1988), konsentrasi Fe2+

yang dipersyaratkan sebagai mutu air bagitambak udang berkisar 0,01—0,03 mg/L.

Tingkat kesuburan air tambak yang mem-pengaruhi kualitas air juga ditentukan daribanyaknya konsentrasi bahan organik dananorganik serta keberadaannya di dalam airmelayang-layang atau langsung mengendapke dasar tambak. Konsentrasi bahan organiktotal di lokasi survai berkisar 9,78—26,46mg/L, sedangkan padatan tersuspensi totalberkisar 6–1610 mg/L. Kisaran nilaikonsentrasi bahan organik total dan padatantersuspensi total yang didapatkan masih dalamkategori baik dan mendukung kegiatanbudidaya tambak, sedangkan tingginya nilaikekeruhan akibat lumpur halus didapatkanpada tambak dekat muara sungai. Menurut Reid(1961), perairan dengan kandungan bahanorganik total di atas 26 mg/L adalah tergolongsubur. Kondisi tambak yang demikian baikuntuk penerapan kegiatan budidaya tambaktradisional, sedangkan untuk kegiatan tambakintensif dapat menurunkan kualitas air.

Infrastruktur dan aspek penunjang lainyaitu lokasi survai unit pertambakan di 6kecamatan dapat dijangkau dengan kendaraanroda 2 dan 4, dekat dengan jalan raya yangmenghubungkan antar kecamatan hingga kotaBandar Lampung sehingga memudahkan didalam transportasi pengangkutan benih dansarana produksi tambak saat operasionalbudidaya serta pengangkutan produksi udangdari hasil budidaya. Terdapat 148 unit hatcheriskala rumah tangga dan 2 unit hatcheri diKecamatan Kalianda, Sidomulyo, dan Rajabasayang cukup memadai untuk melayanikebutuhan benih udang bagi pembudidaya.Pada setiap kecamatan umumnya terdapatbeberapa pengumpul yang selalu datang dilokasi tambak saat panen udang, kemudianpengumpul menjual udang tersebut keeksportir di Bandar Lampung dan siap untukdiekspor.

Lokasi Pengembangan BudidayaTambak

Dari hasil skoring dan pembobotan biofisiklokasi, analisis kualitas tanah dan air, curahhujan, serta didukung oleh kondisi lokasipenelitian dan status peruntukan lahan,infrastruktur dan aspek penunjang lainnya,maka tingkat kelayakan lahan untuk budidayatambak dapat diidentifikasi dan disajikandalam bentuk peta kelayakan lahan(Gambar 3). Dari hasil analisis tersebut denganmempertimbangkan aspek jalur hijau, dapatdiestimasi potensi dan kelayakan lahan tambakdi wilayah pesisir Kabupaten Lampung Selatanseluas 4.052,3 ha. Pada umumnya yangmemiliki tingkat kelayakan tinggi (1.223,1 ha),kelayakan sedang (2.065,4 ha) dan kelayakanrendah (763,8 ha), tersebar di wilayah pesisirKecamatan Sragi, Ketapang, dan Panengahan,hanya sebagian kecil terdapat di KecamatanKalianda, Sidomulyo, dan Katibung, sedangkanlokasi yang tidak layak berupa wilayahperbukitan.

Lebar jalur hijau minimal 130 x nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi danterendah setempat (m) yang diukur dari garispantai saat air surut terendah dan lebar jalurhijau di tepi sungai minimal berjarak 100 mdari kiri dan kanan sungai besar serta 50 mdari kiri dan kanan sungai kecil yang berada diluar pemukiman. Dengan perbedaan pasangsurut sebesar 159 cm, maka lebar jalur hijau dipantai timur Kabupaten Lampung Selatanadalah 207 m.

420

J. Ris. Akuakultur Vol. 4 No. 3, Desember 2009: 407-423

Page 15: PENENTUAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK

Gambar 3. Peta kelayakan lahan budidaya tambak di Kabupaten Lampung Selatan

Figure 3. Map of land suitability for brackishwater pond culture in South LampungRegency

2 0 2

Scale 1:50.000

N

Kilometers

Legenda

Sumber data:- Citra Satelit Landsat, Akusisi 2002 dan 2005,

LAPAN, Jakarta- Peta Rupa Bumi Indonesia, Skala 1:50.000

BAKOSURTANAL, Jakarta, 1991- Survei Lapang Tim Sumberdaya Perikanan Budidaya,

BRPBAP Maros, 2007

Data Source:- Imagery of Landsat, Acquisition on 2002

and 2005, LAPAN, Jakarta- Thopographic Map of Indonesia, Scale

1: 50,000 BAKOSURTANAL, Jakarta, 1991- Field Survey by Resources Coastal

Aquaculture Team, RICA Maros, 2007

575000 580000 585000 590000 595000

575000 580000 585000 590000 595000

93

50

00

09

35

50

00

93

75

00

09

36

00

00

93

65

00

09

37

00

00

93

80

00

0

93

50

00

09

35

50

00

93

75

00

09

36

00

00

93

65

00

09

37

00

00

93

80

00

0

4

Batas study/Boundary of study

Jalan/Road

Sungai kecil/SaluranSmall river/Canal

Laut/Sungai besarSea/Large river

Buffer zone

Kelayakan tambak/Pond suitability

S1 : Tinggi (1.209,7 ha)High (1,209.7 ha)

S2 : Sedang (2.027,4 ha)Moderate (2,027.4 ha)

S3 : Rendah (529,8 ha)Low (529.8 ha)

N : Tidak layak/Not suitable

Penentuan lokasi pengembangan budidaya tambak ..... (Utojo)

421

Page 16: PENENTUAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK

Untuk pengembangan usaha budidayatambak yang ramah lingkungan dan ber-kelanjutan, maka potensi yang ada sekiranyatidak dimanfaatkan seluruhnya, harusdisediakan untuk kawasan penyangga, saluranirigasi tambak, rumah jaga dan sarana produksitambak, dan lain-lain. Dari luasan tersebutsekitar 55% dari potensi lahan (4.052,3 ha)yang dapat dijadikan tambak, maka sekitar2.228,7 ha yang efektif dapat digunakan untukkegiatan budidaya tambak dengan kelayakantinggi 672,7 ha; kelayakan sedang 1.135,9 ha;dan kelayakan rendah 420,1 ha. Lokasi yangmemiliki tingkat kelayakan tinggi diguna-kan untuk pengembangan budidaya udangdengan menggunakan teknologi sistemtradisional plus hingga semi intensif, yangmemiliki tingkat kelayakan sedang digunakanuntuk kegiatan budidaya udang (monokultur)atau udang bersama bandeng (polikultur)dengan menggunakan teknologi tradisionalhingga tradisional plus, dan yang memilikitingkat kelayakan rendah digunakan untukkegiatan budidaya bandeng (monokultur) ataubandeng bersama rumput laut (polikultur)dengan menggunakan teknologi tradisional,namun masih banyak yang harus diperbaikiterutama saluran irigasi sebagai jalan untukmendapatkan pasok air tambak serta faktorlainnya.

KESIMPULAN

Dengan memanfaatkan data inderaja(landsat 7ETM) yang dipadukan dengan datalapangan dan dianalisis dengan SIGmenunjukkan bahwa lokasi yang potensialdikembangkan untuk budidaya tambak diwilayah pesisir Kabupaten Lampung Selatanseluas 4.052,3 ha. Lokasi yang efektifdimanfaatkan untuk kegiatan budidaya tambaksekitar 55% dari total potensi lahan yaitu yangmemiliki tingkat kelayakan tinggi (672,7 ha),kelayakan sedang (1.135,9 ha) dan kelayakanrendah (420,1 ha), tersebar di wilayah pesisirKecamatan Sragi, Ketapang, dan Panengahan,hanya sebagian kecil terdapat di KecamatanKalianda, Sidomulyo, dan Katibung, sedangkanlokasi yang tidak layak berupa wilayahperbukitan. Kondisi biofisik, kualitas tanah danair (parameter fisika dan kimia) di lokasipenelitian masih dalam kriteria yang baik untukkegiatan budidaya tambak. Pada lokasi dengankelayakan tinggi masih diperlukanpembersihan vegetasi yang tersisa dalamtambak, pendalaman tambak dan peninggianpematang tambak jika untuk budidaya udang

windu, sedangkan pada kelayakan sedang danrendah disarankan untuk budidaya udang,bandeng dan rumput laut. Kawasanpertambakan daerah yang disurvai perlutindakan untuk merehabilitasi hutan mangroveyang semakin menipis sebagai daerahpenyangga maupun sebagai jalur hijau.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih ditujukan kepada sdri.Rosiana Sabang dan Sutrisyani yang telahmembantu dalam menganalisis kualitas tanahdan air pada pelaksanaan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, T., Mustafa, A., & Hanafi, A. 1996.Konsep pengembangan desa pantai men-dukung keberlanjutan produksi perikananpesisir. Dalam Poernomo, A., H.E. Irianto, S.Nurhakim, Murniyati, dan E. Pratiwi (Eds.).Prosiding Rapat Kerja Teknis PeningkatanVisi Sumberdaya Manusia PenelitiPerikanan Menyongsong Globalisasi IPTEK,Serpong, 19-20 November 1996. BadanLitbang Pertanian, Pulsitbang Perikanan,Jakarta, hlm. 91-106.

Anonim. 2002. Atlas sumberdaya wilayah pesisirLampung. Dalam Wiryawan, B., B. Marsden,H.A. Susanto, A.K. Mahi, M. Ahmad, dan H.Poespitasari (Eds.). Kerjasama PemerintahDaerah Provinsi Lampung dengan ProyekPesisir-PKSPL, IPB. Edisi Cetakan ke 2,Bandar Lampung, 109 pp.

Anonim. 2003. Masterplan PengembanganBudidaya Air Payau di Indonesia. ProvinsiLampung. Direktorat Jenderal Perikanan,Jakarta, 397 pp.

Anonim. 2006. Laporan Tahunan DinasPerikanan dan Kelautan KabupatenLampung Selatan Tahun Anggaran 2006.Dinas Perikanan dan Kelautan KabupatenLampung Selatan, Kalianda, 19 pp.

APHA (American Public Health Association).2005.. Standart Methods for Examinition ofWater and Wastewater. 21st edition,Centennial edition. APHA-AWWA-WEF,Washington, DC., 1,288 pp.

Bengen, D.G. 2004. Pedoman TeknisPengenalan dan Pengelolaan EkosistemMangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisirdan Lautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor,59 pp.

Beveridge, M.C.M. 1996. CageAqua-culture.Second edition. Fishing News Books LTD.Farnham, Surrey, England, 352 pp.

422

J. Ris. Akuakultur Vol. 4 No. 3, Desember 2009: 407-423

Page 17: PENENTUAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK

Boyd, C.E. 1995. Bottom Soil, Sediment, andPond Aquaculture. Chapman and Hall, NewYork, 46 pp.

Burrough, P.A. & R.A. McDonnel. 1998. Principleof Geographical Information Systems.Oxford University Press, 327 pp.

Camberlain, W.G. 1988. Tinjauan kembalipengelolaan tambak udang. Dalam PrinsipPengelolaan Budidaya Udang. TechnicalBulletin. hlm. 48-64.

Canadian Council of Resource and Environ-ment Ministers. 1987. Canadian WaterQuality. Canadian Council of Resource andEnvironment Ministers, Ontario, 92 pp.

Duivenbooden, N.V. 1995. Land Use SystemsAnalysis as A Tool in Land Use Planning,176 pp.

Hendiarti, N., Sadly, M., Frederik, M.C.G.,Andiastuti, R., & Sulaiman, A. 2006. SatelitOseanografi. Riset dan TeknologiPemantauan Dinamika Laut Indonesia.Badan Riset Kelautan dan Perikanan,Departemen Kelautan dan Perikanan,Jakarta, hlm. 20-46.

Hidayat, A., Soekardi, M., & Ponidi. 1995. Kajiankesesuaian lahan untuk mendukung pem-bangunan perikanan pantai dan pertaniandi daratan Kasipute-Lainea, SulawesiTenggara. Dalam Laporan Akhir HasilPenelitian Potensi dan Hasil KesesuaianLahan untuk Pengembangan PerikananPantai (Tingkat Tinjau Mendalam) DaerahKasipute-Lainea, Sulawesi Tenggara.Pusat Penelitian Tanah dan AgroklimatBekerjasama dengan Proyek PembinaanKelembagaan Penelitian Pertanian Nasional,Jakarta, hlm. 96-162.

Hickling, C.F. 1971. Fish Culture. Secondedition. Faber and Faber, London, 125 pp.

Karthik, M., Suri, J., Saharan, N., & Biradar, R.S.2005. Brackishwater aquaculture siteselection in Palghar Taluk, Thane Districtof Maharashtra, India, using the techniquesof remote sensing and GeographicalInformation System. AquaculturalEngineering, 32: 285-302.

KLH. 2004. Keputusan Menteri NegaraKependudukan dan Lingkungan Hidup,No. 51 tahun 2004, tanggal 8 April 2004tentang Baku Mutu Air Laut. KementerianLingkungan Hidup, Jakarta, 11 hlm.

McRae, S.G. & Burnham, C.P. 1981. Land Evalu-ation. Clanrendon Press Oxford, 239 pp.

Melville, M.D. 1993. Soil Laboratory ManualSchool of Geography, University of New

South Wales, Sydney, 74 pp.Morain, S. 1999. GIS Solution in Natural

Resource Management: Balancing theTechnical-Political Equation. on Word Press.USA, 361 pp.

Naamin, N., Cholik, F., Ilyas, S., Dwiponggo,Ahmad, T., Widodo, J., & Ismail, W. 1991.Petunjuk Teknis Pengelolaan Perairan Lautdan Pantai Bagi Pembangunan Perikanan.Pusat Penelitian dan PengembanganPerikanan, Badan Penelitian danPengembangan Pertanian, DepartemenPertanian, 88 pp.

Noor, M. 2004. Lahan Rawa. Sifat danPengelolaan Tanah Bermasalah SulfatMasam. Edisi ke-1, cetakan 1, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 229 hlm.

Poernomo, A. 1989b. Indonesia ought to learnfrom the failure of shrimp culture inTaiwan. Proc. Sci. Workshop on ResearchSupport to the National Shrimp IndustryDevelopment Program, 1: 81-161.

Poernomo, A. 1988. Pembuatan Tambak diIndonesia. Seri Pengembangan No. 7, 1988.Departemen Pertanian, Badan Penelitiandan Pengembangan Pertanian, BalaiPenelitian Perikanan Budidaya Pantai,Maros, 30 hlm.

Poernomo, A. 1992. Pemilihan Lokasi TambakUdang Berwawasan Lingkungan. PusatPenelitian dan Pengembangan Perikanan,Jakarta, 40 hlm.

Radiarta, I N., Saputra, A., & Priono, B. 2005.Identifikasi kelayakan lahan budidaya ikandalam keramba jaring apung denganaplikasi Sistem Informasi Geografis di TelukPangpang, Jawa Timur. Jurnal PenelitianPerikanan Indonesia, 5(11): 31-42.

Reid, G.K. 1961. Ecology Inland WaterEstuaries. Rein Hald Published Co. NewYork, 37 pp.

Syafiuddin. 2000. Kualitas air media peme-liharaan udang windu (Penaeus monodonFabricus) yang dipelihara secara bertingkatdalam sistem resirkulasi. Jurnal Torani 10(1):45-52.

Treece, G.D. 2000. Site Selection. In Stickney,R.R. Encyclopedia of Aquaculture. JohnWiley & Sons, Inc., p. 869-879.

Wirasantosa, S. 2004. Pengawasan EkosistemLaut dan Permasalahannya. PengawasanSemakin Menggigit. Media Informasi danKomunikasi Internal Ditjen PengawasanSumberdaya Kelautan dan PerikananBarracuda, 1(2): 33-37.

Penentuan lokasi pengembangan budidaya tambak ..... (Utojo)

423