144

Click here to load reader

PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

PENELITIAN TINDAKAN KELASTeori dan Implementasinya

Kisyani-Laksono

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA2008

1

Page 2: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI TUJUANMATERIA. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian PTK 2. Karakteristik PTK3. Prinsip-Prinsip PTK4. Tujuan PTK 5. Manfaat PTK 6. Perbandingan PTK dengan Penelitian Formal

B. Prosedur Pelaksanaan PTK 1. Pengantar 2. Penetapan Fokus Masalah Penelitian 3. Perencanaan Tindakan4. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi-Interpretasi5. Analisis dan Refleksi 6. Perencanaan Tindak Lanjut 7. Prosedur Observasi

C. Penyusunan Proposal PTK 1. Pendahuluan 2. Tujuan 3. Bidang Kajian 4. Luaran Penelitian 5. Format Usulan PTK 6. Rambu-Rambu Penilaian Proposal PTK

D. Laporan PTK 1. Pengantar2. Isi Laporan PTK 3. Penutup

RANGKUMANPELATIHANDAFTAR PUSTAKALAM PIRAN

TUJUAN

2

Page 3: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

Pada kesempatan kali ini, Anda akan mempelajari penelitian tindakan kelas (PTK). Pernahkah Anda mendengar istilah itu? Pastilah Anda pernah mendengarnya dan bahkan mungkin juga Anda pernah melaksanakannya. Bagi Anda yang sudah mempelajarinya, buku ini dapat digunakan sebagai bahan penyegaran dan Anda yang belum pernah mempelajarinya diharapkan akan memperoleh sesuatu yang baru yang lain daripada penelitian yang pemah Anda peroleh ketika masih bergelut dengan bangku kuliah. Setelah mempelajari bahan pelatihan ini, diharapkan Anda dapat memiliki kompetensi sebagai berikut:1. memahami konsep dasar PTK:

a.menjelaskan konsep dasar PTK,b.menjelaskan karakteristik PTK,c. menjelaskan tujuan PTK,d. menjelaskan manfaat PTK, e. membedakan PTK dengan penelitian formal;

2. memahami prosedur pelaksanaan PTK:a.mengidentifikasi permasalahan PTK,b.menganalisis dan merumuskan masalah PTK,c. merencanakan tindakan perbaikan d.menjelaskan tahap pelaksanaan tindakan dan cara

observasi-interpretasi dalam PTK,e. melakukan analisis hasil observasi dan melakukan refleksi,f. membuat perencanaan tindak lanjut dalam siklus PTK;

3. mampu menyusun proposal PTK:a.mengenal format usulan PTK,b.menyusun usulan PTK,c. melakukan evaluasi usulan PTK;

4. mampu melaksanakan PTK:a.menyusun rencana tindakan,

3

Page 4: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

b.melaksanakan rencana tindakan,c. mengobservasi pelaksanaan PTK,d.merefleksi hasil tindakan dan merevisi kembali untuk

menyusun rencana perbaikan berikutnya;5.mampu menyusun laporan PTK:

a.mengenal format laporan PTK,b.menyusun laporan PTK.

A. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas

4

Page 5: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

Mutu pendidikan di Indonesia sering dikeluhkan oleh banyak kalangan. Sebagai contoh adalah rendahnya kemampuan membaca peserta didik-peserta didik di Indonesia. Anda tahu bahwa jika dilihat dalam jajaran anak-anak di dunia, kemampuan membaca anak Indonesia masih jauh berada di bawah. Untuk kawasan Asia pun kemampuan anak Indonesia itu masih rendah. Banyak upaya dilakukan untuk memperbaiki mutu yang rendah semacam itu.

Salah satu pemecahan berbagai masalah dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan adalah pemanfaatan penelitian pendidikan. Namun, kita semua tahu bahwa dampak hasil penelitian pendidikan itu dalam bentuk peningkatan kualitas pembelajaran di kelas dirasakan masih sangat kurang. Penyebabnya adalah (1) penelitian pendidikan itu dilakukan oleh pakar atau peneliti dari luar, (2) penyebarluasan hasil penelitian ke kalangan praktisi pendidikan memakan waktu yang sangat panjang.

Peneliti dari luar yang bukan guru kelas, misalnya, dosen atau pakar pendidikan yang lain, kurang memahami benar masalah yang terjadi di dalam kelas. Permasalahan penelitian yang diangkat para peneliti itu kurang dihayati oleh guru kelas dan guru kelas dengan sendirinya tidak atau sukar sekali untuk dapat memanfaatkan hasil penelitian itu secara langsung. Di samping itu, penyebaran hasil penelitian pendidikan semacam itu lazimnya memakan waktu yang cukup lama. Tahukah Anda bahwa untuk mengkomunikasikan hasil penelitian semacam itu melalui jalur jurnal ilmiah, diperlukan waktu dua sampai tiga tahun. Apalagi, belum tentu guru sekolah itu tersentuh oleh jurnal ilmiah yang relatif menggunakan bahasa ilmiah yang tidak mudah untuk dipahami serta tidak terjangkau oleh guru dari segi harga langganannya.

5

Page 6: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

Dengan semakin mantapnya psikologi kognitif yang mengedepankan asas konstruktivisme, para guru tidak lagi dianggap sekadar sebagai penerima pembaharuan yang diturunkan dari atas, tetapi guru bertanggung jawab dan berperan aktif untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya scndiri melalui penelitian tindakan dalam proses pembelajaran yang dikelolanya. Latar belakang itulah yang melahirkan konsep PTK. Dengan PTK, guru akan memperoleh manfaat praktis; ia dapat mengetahui secara jelas masalah-masalah yang ada di kelasnya dan bagaimana mengatasi masalah itu.

Dengan demikian, pembelajaran di kelas diperbaiki oleh guru itu sendiri secara sadar dan terencana dengan baik. Dosen perguruan tinggi di LPTK akan memperoleh manfaat dengan berkolaborasi dengan guru sekolah mengadakan PTK, yakni ia akan lebih akrab dengan lapangan, memperoleh masukan dalam pembinaan calon guru, dan kemitraan antara dosen dan guru akan menjadi lebih baik.

1. Pengertian Penelitian Tindakan KelasPenelitian Tindakan Kelas (PTK) telah mulai berkembang sejak perang dunia kedua. Oleh sebab itu, sebenarnya ragam penelitian itu telah banyak membuahkan berbagai definisi. Berdasarkan uraian sebelumnya, bagaimanakah definisi PTK menurut Anda? Bandingkanlah jawaban Anda dengan definisi berikut ini!

Suyanto (1997), misalnya, mendefinisikan PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional. Definisi lain yang tidak jauh berbeda dikemukakan oleh Tim pelatih Proyek PGSM (1999) yang menyatakan

6

Page 7: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

PTK sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi di mana praktek pembelajaran tersebut dilakukan.

Stephen Kemmis (dalam Hopkins, 1992) menyatakan PTK sebagai suatu bentuk penelahaan atau inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari (a) praktik-praktik sosial atau kependidikan yang mereka lakukan sendiri, (b) pemahaman mereka terhadap praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi di tempat praktik itu dilaksanakan.

Berdasarkan beberapa definisi PTK tersebut, dapatkah kita menarik benang merah kesejajaran pengertian bahwa PTK merupakan (a) bentuk kajian yang sistematis reflektif, (b) dilakukan oleh pelaku tindakan (guru), dan (c) dilakukan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran.

PTK bersifat reflektif. Artinya, dalam proses penelitian itu Anda sebagai guru sekaligus peneliti selalu memikirkan apa dan mengapa suatu dampak tindakan tetjadi di kelas. Dari pemikiran itu, Anda kemudian dapat mencari pemecahannya melalui tindakan-tindakan pembelajaran tertentu (Suyanto, 1997). Jika Anda dengan bekal refleksi kemudian mengadakan penelitian, pada akhir tindakan itu pun Anda kembali mengadakan refleksi untuk memperbaiki tindakan dan melakukan rencana untuk perbaikan tahap berikutnya. Anda akan terus-menerus mengadakan refleksi itu sampai pembelajaran di kelas berhasil dengan baik. 0leh sebab itu, PTK dilaksanakan daalam wujud proses pengkajian berdaur yang

7

Page 8: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan, pellaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

2. Karakteristik PTKDengan PTK, Anda akan berupaya untuk memperbaiki pembelajaran agar menjadi lebih efektif. Pertanyaan selanjutnya adalah: Haruskah Anda mengorbankan proses pembelajaran karena melakukan PTK? PTK jangan sekali-kali menjadikan proses belajar mengajar terganggu. Anda tidak perlu mengubah jadwal rutin di kelas yang sudah direncanakan hanya untuk PTK. PTK haruslah sejalan dengan rencana rutin Anda sebagai guru. PTK juga diharapkan tidak lagi memberikan beban tambahan yang lebih berat bagi Anda. PTK justru harus dikerjakan terintegrasi dengan kegiatan sehari-hari di kelas (Suyanto, 1997).

Pada sisi lain, PTK dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan. Hal itu dapat terjadi karena setelah Anda meneliti kegiatan-sendiri di kelas Anda--dengan melibatkan siswa--Anda akan memperoleh balikan yang bagus dan sistematis untuk perbaikan pembelajaran. Dengan demikian, Anda dapat membuktikan apakah suatu teori belajar mengajar dapat diterapkan dengan baik atau tidak di kelas. Anda juga dapat mengadaptasi atau mengadopsi teori itu untuk diterapkan di kelas agar pembelajaran efektif, efisien, optimal, dan fungsional.

Berdasarkan uraian tersebut, dapatkah Anda merumuskan karakteristik PTK? Marilah kita diskusikan jawaban Anda dan membandingkannya dengan pendapat beberapa pakar berikut ini!

Menurut Suyanto (1997), PTK mempunyai karakteristik sebagai berikut. Pertama, permasalahannya diangkat dari dalam kelas tempat guru mengajar yang benar-benar dihayati oleh guru sebagai masalah yang harus diatasi. Masalah tidak berasal

8

Page 9: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

dari luar atau disarankan oleh orang lain yang tidak tahu-menahu masalah yang terjadi di dalam kelas. Masalah juga bukan berasal dari hasil penelitian atau atau hasil kajian lain yang di luar penghayatan guru. Kedua, PTK adalah penelitian yang bersifat kolaboratif. Guru tidak harus sendirian berupaya memperbaiki pembelajarannya. Ia dapat dibantu oleh pakar pendidikan, oleh dosen LPTK, atau oleh kepala sekolah, pengawas, atau bahkan oleh guru lain. Ketiga, PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. Penelitian yang dilakukan di kelas tidaklah selalu menampakkan PTK. Penelitian di kelas yang tanpa memberikan tindakan apa-apa di kelas untuk perbaikan pembelajaran bukanlah PTK. Itu hanya merupakan penelitian kelas. Misalnya, penelitian tentang kemampuan membaca siswa kelas dua sekolah dasar adalah penelitian kelas, bukan PTK. Penelitian semacam itu hanya mendeskripsikan kemampuan membaca siswa kelas dua tanpa ada tindakan perbaikan jika teryata kemampuan membaca siswa itu rendah. Sebaliknya, jika guru berupaya untuk memperbaiki kondisi kemampuan membaca yang rendah itu dengan tindakan tertentu, misalnya memilih bahan bacaan yang menarik yang bergambar, yang berisi ceritera-ceritera lucu, dan sebagainya, maka penelitian semacam itu adalah PTK.

Menurut Hopkins (1992), PTK mempunyai karakteristik sebagai berikut.a. Perbaikan pembelajaran dari dalam (An inquiry on practice

from within),b.Usaha kolaboratif antara guru dan dosen (A collaborative effort

between school teachers and teacher educators),c. Bersifat reflektif (A reflective practice made public).

9

Page 10: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

Adakah kesamaan jawaban Anda dengan pendapat tersebut? Memang, PTK haruslah dilhami oleh permasalahan praktis yang dihayati oleh guru sebagai pelaku pembelajaran di kelas. Guru merasakan ada masalah di kelasnya ketika dia mengajar. Guru berusaha untuk mengatasi masalah di kelas itu dengan sebuah penelitian yang disebut PTK. PTK bukanlah penelitian yang dilakukan oleh pihak luar yang tidak tahu tentang seluk-beluk yang terjadi dalam kelas. PTK bukan penelitian yang disarankan oleh pihak lain kepada guru, melainkan muncul dari dalam diri guru sendiri yang merasakan adanya masalah. PTK pada hakikatnya bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas secara langsung. Oleh sebab itu, penelitian ini sering juga disebut sebagai penelitian praktis karena memusatkan perhatiannya pada permasalahan yang spesifik kontekstual sehingga tidak terlalu hirau akan teknik sampling maupun syarat-syarat lain penelitian yang ketat. PTK lebih longgar karena analisis datanya tidak harus menggunakan statistik yang rumit dan kaku. Metodologinya pun lebih longgar dalam arti tidak terlalu membakukan instrumentasi. Namun sebagai penelitian, ia tetap menekankan pada objektivitas. Jadi, upaya perbaikan pembelajaran itu berasal dari dalam, yakni dari guru itu sendiri.

Karakteristik PTK yang lain adalah sifatnya yang kolaboratif. Hal itu dapat Anda laksanakan dengan cara berkolaborasi dengan dosen LPTK maupun dengan teman sejawat. Dengan cara itu, sebagai guru, Anda akan banyak menerima masukan tentang prosedur PTK yang benar. Dosen dapat bertindak sebagai mitra diskusi yang baik untuk merumuskan masalah yang tepat, menentukan hipotesis tindakan yang baik, serta membantu analisis data penelitian. Sebaliknya, dosen LPTK dapat memperoleh masukan yang berharga dari orang yang benar-benar berkecimpung di kancah

10

Page 11: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

yang tahu secara persis tentang permasalahan yang terjadi di kelasnya. Yang lebih penting lagi ialah terbentuknya hubungan kesejawatan yang harmonis antara guru dengan guru ataupun antara guru dengan dosen LPTK. Kehadiran dosen LPTK dalam kancah PTK adalah sebagai mitra sejawat dan bukan sebagai sang mahatahu yang akan mendikte guru dalam penelitian.

3. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan KelasBerdasarkan uraian mengenai pengertian dan karakteristik PTK, tentunya Anda dapat mulai mengidentifikasi prinsip-prinsip PTK. Bagimana hasil identifikasi Anda?

Marilah kita bandingkan hasil identifikasi Anda dengan pendapat Hopkins (1992) yang menyatakan ada enam prinsip penting dalam PTK. Prinsip tersebut sebagai berikut.a. Tidak mengganggu komitmen mengajar PTK,artinya tidak

boleh mengganggu kegiatan guru mengajar di kelasnya.b. Tidak terlalu menyita waktu. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut

waktu yang berlebihan sehingga mengganggu proses pembelajaran. Oleh sebab itu, sejauh mungkin harus digunakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri oleh guru sementara ia tetap aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh.

c.Metode yang digunakan harus cukup andal (reliable) sehingga memungkinkan guru mengindentifikasikan serta merumuskan hipotesis secara meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk menjawab hipotesis yang dikemukakannya. Meskipun ada kelonggaran, penerapan asas-asas dasar telaah yang taat kaidah tetap harus dipertahankan.

d. Merupakan masalah guru

11

Page 12: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

Masalah penelitian yang diangkat oleh guru seharusnya merupakan masalah yang memang benar-benar merisaukannya dan bertolak dari tanggung jawab profesionalnya.

e. Konsisten terhadap prosedur etika Dalam menyelenggarakan PTK guru harus selalu bersikap

konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Prakarsa penelitian harus dikomunikasikan kepada pimpinan lembaga, disosialisasikan kepada teman sejawat, dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah, dilaporkan hasilnya sesuai dengan tata krama penyusunan karya ilmiah, di samping tetap mengedepankan kemaslahatan subjek didik.

f. Permasalahan ada dalam perspektif misi sekolah Dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin guru harus

menggunakan wawasan yang lebih luas daripada perspektif kelas. Artinya, permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas dan atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam perspektif misi dan visi sekolah secara keseluruhan.

4. Tujuan Penelitian Tindakan KelasApabila kita mencermati pengertian PTK, akan sangat jelas bahwa tujuan PTK tidak lain adalah untuk memperbaiki pembelajaran. Dengan PTK, diharapkan kualitas proses belajar mengajar menjadi lebih baik. Sebagai guru, Anda dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanan dalam mengajar dan pada gilirannya prestasi atau kinerja siswa akan meningkat. Secara lebih luas PTK juga merupakan sarana untuk dapat meningkatkan pelayanan sekolah secara keseluruhan terhadap anak didik dan masyarakat. PTK dapat meningkatkan kualitas program sekolah secara keseluruhan.

12

Page 13: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

Dasar utama dilaksanakannya PTK adalah untuk perbaikan pembelajaran khususnya dan perbaikan program sekolah pada umunmya. PTK pada dasarnya juga merupakan sebuah upaya untuk meningkatkan keterampilan Anda untuk menanggulangi berbagai masalah yang muncul di kelas atau di sekolah dengan atau tanpa masukan khusus berupa berbagai program pelatihan yang eksplisit. Dengan kata lain, PTK mewujudkan proses latihan dalam jabatan yang unik. Mengapa demikian? Pertama, kebutuhan pelaksanaannya tumbuh dari guru itu sendiri. Kedua, proses pelatihan terjadi secara hands-on, tidak dalam situasi artifisial. Raka Joni (1998) dengan sangat jelas membedakan kedua bentuk kegiatan tersebut. Menurutnya, ada tujuan penyerta yang muncul dalam PTK, yakni tumbuhnya budaya meneliti di kalangan para guru.

5. Manfaat Penelitian Tindakan KelasMenurut Anda, apa sajakah manfaat PTK? Pada bagian awal telah disebutkan bahwa PTK pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran. Dari tujuan itu jelaslah bahwa PTK akan sangat bermanfaat bagi Anda untuk mengembangkan proses belajar mengajar di kelas. Berdasarkan pengetahuan tentang teori belajar dan mengajar yang sesuai dengan bidang studi, Anda dapat mengembangkan teknik, metode, atau pendekatan yang akan terus Anda kaji untuk melihat efektivitasnya di kelas, di tempat Anda mengajar. Hal itu dapat terus Anda lakukan karena setiap tahun Anda akan berhadapan dengan anak-anak yang berbeda-beda, baik tingkat kelas, tingkat umurnya, latar sosial budayanya, maupun Iatar kecerdasannya. Dengan demikian, Anda akan dapat mengembangkan proses belajar mengajar yang optimal bagi anak didik yang Anda asuh di kelas. Proses belajar mengajar

13

Page 14: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

dapat dikembangkan terus-menerus sehingga terjadilah inovasi dalam proses belajar mengajar.

Di samping itu, PTK merupakan bahan refleksi bagi Anda untuk terus mengembangkan kurikulum di tingkat sekolah atau kelas. Pemilihan tujuan yang tepat, materi yang sesuai, serta metode ataupun teknik serta media dan evaluasi yang tepat adalah sasaran yang dapat dicapai. Itu berarti bahwa Anda akan terus memperbaiki kurikulum di tingkat sekolah ataupun kelasnya. Anda tahu bahwa guru yang profesionai adalah guru yang terus rnenerus mau belajar untuk menjadi guru yang baik. Untuk itu, perubahan terus-menerus dikembangkannya. Dengan PTK, guru, pada hakikatnya akan semakin pofesional sebab ia akan terus merefleksi proses belajar mengajarnya. Ia akan terus melakukan tindakan-tindakan yang tepat untuk perbaikan, dan mengadakan evaluasi atas kinerjanya sendiri.

Dalam hal manfaat PTK ini, secara ringkas, Suyanto (1997) menyatakan bahwa manfaat PTK adalah (1) inovasi pembelajaran, (2) pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas, (3) peningkatan profesionalitas guru. (Setujukah Anda?)

6. Perbandingan PTK dengan Penelitian FormalJika Anda pernah berkolaborasi dengan dosen LPTK dalam PTK, Anda tentu dapat mengungkapkan suka duka Anda dalam pelaksanaan PTK. Kemukakanlah hal itu kepada teman-teman Anda!

Berdasarkan pengamatan, pelaksanaan PTK yang berkolaborasi antara guru dengan dosen LPTK masih menampakkan kekurangtepatan persepsi. Yang pertama adalah persepsi yang menampilkan pendekatan misionaris; dosen LPTK menempatkan dirinya sebagai pembina guru, baik dalam konteks

14

Page 15: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

sekolah dasar maupun dalam konteks sekolah menengah. Dosen masih merasakan bahwa dirinya adalah pakar yang harus mengarahkan kalau perlu mendiktekan idenya kepada para guru. Permasalahan PTK lalu tidak berakar di kelas, tetapi berakar pada gagasan dosen LPTK. Guru tidak atau kurang menghayati permasalahan yang dilontarkan oleh dosen dengan cara seperti itu. Kedua, kekurangtepatan persepsi itu berkaitan dengan pendekatan penelitian yang diterapkannya, yakni penelitian formal. Dalam hal semacam itu dosen LPTK cenderung memberikan pelatihan pada para guru dan yang terjadi bukanlah PTK melainkan pengembangan staf atau program pelatihan bagi guru.

Oleh sebab itu, haruslah dibedakan antara penelitian formal dengan PTK, terutama jika dilihat pada pemetik keuntungan langsungnya (direct beneficiary). Dalam program pelatihan pemetik keuntungan langsung adalah guru yang dilatih, sedangkan untuk PTK pemetik keuntungan langsung adalah peserta didik. Perbedaan antara PTK dengan penelitian formal dapat digambarkan sebagai berikut (Ardiana dan Kisyani, 2004).

Perbandingan Karakteristik PTK dengan Penelitian Formal

Dimensi PTK Penelitian FormalMotivasi tindakan kebenaranSumber Masalah diagnosis status induksi-deduksiTujuan mengembangkan

pembelajaranverifikasi dan menemukan pengetahuan yang dapat

15

Page 16: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

digeneralisasikan Keterlibatan Peneliti oleh pelaku dari

dalamoleh orang luar

Sampel kasus khusus representatifMetodologi longgar, tetapi

berusaha objektifbaku objektif yang melekat

Tafsiran Temuan memahami melalui refleksi dan penteorian oleh praktisi

memerikan, mengabstrasikan, membangun teori oleh ilmuwan

Hasil Akhir pembelajaran yang lebih baik bagi siswa (proses dan produk)

menguji pengetahuan, prosedur, dan material

B. Prosedur Pelaksanaan Peneilitian Tindakan Kclas1. PengantarPenelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan secara kolaboratif antara guru maupun dengan kepala sekolah bertujuan untuk meningkatkan kinerja guru serta hasil belajar siswa. Dengan kata lain, PTK bertujuan bukan hanya berusaha mengungkapkan penyebab dari berhagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi, misalnya kesulitan siswa dalam memahami pokok-pokok bahasan tertentu, tetapi yang lebih penting lagi adalah memberikan solusi berupa tindakan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran tersebut.

Pada bagian terdahulu telah dipaparkan dengan jelas tentang hakikat dan karakteristik PTK dan pada bagian ini akan dilanjutkan dengan mengemukakan uraian tentang prosedur PTK yang mencakup penetapan fokus permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan yang disertai observasi dan

16

Page 17: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

interpretasi, analisis dan refleksi, serta-apabila perlu--perencanaan tindak lanjut. Dengan demikian, Anda dapat memahami hakikat dan prosedur pelaksanaan PTK dan tidak mudah terjebak masuk kembali ke dalam wilayah penelitian formal.

PTK merupakan proses pengkajian melalui sistem berdaur dan berbagai kegiatan pembelajaran. Dengan menggunakan kerangka pikir yang dikemukakan oleh Raka Joni dkk. (1998), dapat dikenali adanya 5 (lima) tahap pelaksanaan PTK, termasuk tahap awal berupa proses penghayatan mengenai adanya permasalahan yang perlu mendapat penanganan (pengembangan fokus masalah penelitian). Namun, dalam kenyataannya tahap-tahap tersebut merupakan titik-titik dalam semacam estafet yang terdapat dalam suatu siklus. Adapun tahap-tahap tersebut adalah (1) pengembangan fokus masalah penelitian, (2) perencanaan tindakan perbaikan, (3) pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi, dan interpretasi, (4) analisis dan refleksi, (5) perencanaan tindak lanjut.

Dalam pelaksanaannya, PTK diawali dengan diagnosis masalah, kesadaran akan permasalahan yang Anda rasakan mengganggu dan menghalangi pencapaian tujuan pendidikan sehingga ditengarai telah berdampak kurang baik terhadap proses dan/atau hasil belajar siswa, dan/atau implementasi program sekolah.

Secara rinci berikut ini adalah pokok-pokok PTK yang dapat Anda gunakan sebagai pemandu penyusunan proposal PTK (Kisyani, 2007).(a) Ada masalah apa di kelas? (bukan kajian teoretis, tapi

masalah nyata di kelas Anda)(b) Tunjukkan bukti-bukti yang mendukung adanya masalah itu(c) Identifikasilah akar penyebab masalah

17

Page 18: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

(d) Identifikasilah beberapa alternatif tindakan/obat yang dianggap dapat mengatasi akar penyebab masalah (lengkap dengan kelebihan dan kekurangan tiap tindakan)

(e) Tentukan salah satu tindakan yang akan dipilih (secara kajian teori, tindakan itu memang dapat mengatasi masalah). Setelah langkah ini, dapat disusun judul PTK yang mengandung UMOS (urutan dapat dibolak-balik), yakni upaya (misalnya "peningkatan"), masalah, obat (tindakan), dan setting (kelas Anda).

(f) Tentukan indikator keberhasilan tindakan (jika indikator keberhasilan sudah dicapai, berarti siklus PTK sudah selesai).

(g) Susunlah rumusan masalah  dalam bentuk rumusan masalah PTK

(h) Tujuan penelitian disesuaikan dengan rumusan masalah(i) Manfaat penelitian disesuaikan dengan rumusan masalah

dan tujuan(j) Tinjauan pustaka disusun sesuai dengan rumusan masalah.

Selain itu dalam tinjauan pustaka dikemukakan juga bahasan terhadap penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.

(k) Prosedur penelitian mengikuti prosedur PTK(l) Jadwal penelitian disesuaikan dengan jadwal sekolah.(m) Daftar Pustaka harus sesuai dengan catatan pustaka yang

ada di bagian dalam(n) RPP dilampirkan (sesuaikan dengan prosedur penelitian).

Satu siklus dapat diwujudkan dalam dua kali pertemuan atau lebih.

(o) Lampiran lain yang perlu.

Cobalah Anda identifikasi masalah-masalah yang Anda anggap mengganggu itu dan menuliskannya dalam format berikut ini!

18

Page 19: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

Masalah yang mengganggu dan menghalangi Anda dalam pencapaian tujuan pendidikan.

1. …

2. …

3. …

Bertolak dari kesadaran mengenai adanya permasalahan tersebut—yang mungkin masih tergambarkan secara kabur, baik oleh Anda sendiri sebagai guru maupun dalam kolaborasi dengan guru lain yang menjadi mitra—Anda kemudian menetapkan fokus permasalahan secara lebih tajam, kalau perlu dengan mengumpulkan tambahan data lapangan secara lebih sistematis dan/atau melakukan kajian pustaka yang relevan. Anda dapat menuliskan fokus permasalahan ke dalam format berikut.

Fokus permasalahan PTK

1.…

2…

3 …

19

Page 20: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

Selanjutnya, dengan perumusan permasalahan yang lebih tajam itu dapat dilakukan diagnosis kemungkinan-kemungkinan penyebab permasalahan secara lebih cermat, sehingga terbuka peluang untuk menjajaki alternatif-alternatif tindakan perbaikan yang diperlukan sebagai upaya mengatasi/memecahkan masalah yang perlu ditunjang dengan data lapangan yang sistematis dan kajian pustaka yang relevan. Hal itu dapat Anda torehkan dalam format berikut.

Diagnosis penyebab permasalahan: …

Alternatif tindakan perbaikan: (lebih dari satu)

Selanjutnya, alternatif pengatasan permasalahan yang dinilai terbaik, kemudian diterjemahkan menjadi program tindakan perbaikan yang akan dicobakan. Hasil percobaan tindakan perbaikan itu dinilai dan direfleksikan dengan mengacu kepada kriteria-kriteria perbaikan yang dikehendaki, yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Penetapan Fokus Masalah Penelitiana. Merasakan Adanya MasalahJika Anda tergolong pemula dalam PTK, pertanyaan yang mungkin timbul adalah bagaimana memulai PTK? Untuk dapat

20

Page 21: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

menjawab pertanyaan tersebut, yang harus Anda miliki adalah perasaan tidak puas terhadap praktik pembelajaran yang selama ini Anda lakukan. Meskipun sebenarnya terdapat banyak hambatan yang Anda alami dalam pengelolaan proses pembelajaran, mungkin agaak sulit bagi Anda untuk memunculkan pertanyaan seperti di atas, yang

0leh sebab itu, agar Anda dapat menerapkan PTK sebagai upaya untuk memperbaiki dan/atau meningkatkan layanan pembelajaran secara lebih profesional, Anda dituntut untuk berani mengatakan secara jujur khususnya kepada diri sendiri mengenai sisi-sisi lemah yang masih terdapat dalam implementasi program pembelajaran yang Anda kelola. Dengan kata lain, Anda harus mampu merefleksi, merenung. serta berpikir balik, mengenai apa saja yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran dalam rangka mengidentifikasikan sisi-sisi lemah yang mungkin ada. Dalam proses perenungan itu, terbuka peluang bagi Anda untuk menemukan kelemahan-kelemahan praktik pembelajaran yang selama ini mungkin Anda lakukan secara tanpa Anda sadari. Oleh karena itu, untuk memanfaatkan secara maksimal potensi PTK bagi perbaikan proses pembelajaran, Anda perlu memulainya sedini mungkin begitu merasakan adanya persoalan-persoalan dalam proses pembelajaran.

Jadi, permasalahan yang diangkat dalam PTK harus benar-benar merupakan masalah-masalah yang Anda hayati sebagai guru dalam praktik pembelajaran, bukan permasalahan yang disarankan, apalagi ditentukan oleh pihak luar termasuk oleh Kepala Sekolah yang menjadi mitra. Permasalahan tersebut dapat berangkat (bersumber) dari siswa, guru, bahan ajar, kurikulum, interaksi pembelajaran, dan hasil belajar siswa.

b. ldentifikasi Masalah PTK

21

Page 22: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

(1) Saya berkeinginan memperbaiki ….

(2) Berapa orangkah yang merasa kurang puas tentang ….

(3) Saya dibingungkan oleh ….(4) Saya memilih untuk mengujicobakan di kelas saya gagasan tentang …., dst.

Sebagaimana telah dikemukakan, penetapan arah PTK berangkat dari diagnosis terhadap keadaan yang bersifat umum. Anda juga bisa memicu proses penemuan permasalahan tersebut dengan bertolak dari gagasan-gagasan yang masih bersifat umum mengenai keadaan yang perlu diperbaiki.

Menurut Hopkins (1992), untuk mendorong pikiran-pikiran dalam mengembangkan fokus

PTK, kita bisa bertanya kepada diri sendiri, misalnya:

(1) Apa yang sedang terjadi sekarang?

(2) Apakah yang terjadi itu mengandung permasalahan?

(3) Apa yang bisa saya lakukan untuk mengatasinya?

Bila pertanyaan tersebut ada dalam pikiran guru sebagai aktor PTK, langkah tersebut dapat dilanjutkan dengan mengembangkan beberapa pertanyaan seperti berikut ini.

Pada tahap ini yang paling penting adalah menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan aktual yang Anda alami sebagai guru di kelas. Dengan berangkat dan gagasan-gagasan awal tersebut, Anda dapat berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan dengan menggunakan PTK. Masalah yang Anda rasakan atau pernah Anda alami dapat Anda catat/

22

Page 23: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

daftar (masalah dapat berasal dari guru, siswa, bahan ajar, kurikulum, interaksi pembelajaran, hasil belajar, media).

Jika mengalami kesulitan dalam mengidentifikasikan permasalahan, Anda dapat meminta bantuan pada sesama guru, berdiskusi dengan dosen mitra dan/atau melacak sumber-sumber kepustakaan yang relevan. Namun, para kolega itu perlu memaklumi bahwa ada kemungkinan Anda akan lebih terfokus pada kesulitannya daripada kepada tujuan dan perubahan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.

Bila menghadapi hal seperti ini, Anda perlu mendalami lebih jauh permasalahan yang dihadapi. Mitra dan kepala sekolah harus siap menjadi pendengar yang baik dan terbuka agar semua permasalahan yang Anda hadapi di dalam tugas dapat diidentifikasi. Sebaliknya, mitra dan kepala sekolah harus berupaya keras, agar mereka tidak terperosok dan menempatkan diri sebagai pembina atau pengarah, sebab mereka juga ada pada posisi membutuhkan kesempatan belajar, baik dalam memahirkan diri dalam PTK maupun dalam mengakrabi lapangan.

Kemukakan pula bukti-bukti kongkret tentang masalah yang terjadi di kelas Anda.

c. Analisis MasalahSetelah memperoleh sederet permasalahan melalui proses

identifikasi ini, Anda sebagai peneliti —secara individu atau bermitra dengan guru lain—melakukan analisis terhadap masalah-masalah tersebut untuk menentukan urgensi pengatasan. Dalam hubungan ini, akan tertemukan permasalahan yang sangat mendesak untuk diatasi seperti penguasaan operasi matematika, atau yang dapat ditunda pengatasannya tanpa kerugian yang besar, seperti kemampuan membaca peta buta. Bahkan, memang ada permasalahan yang

23

Page 24: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

tidak dapat diatasi dengan PTK, seperti kesalahan-kesalahan faktual dan/atau konseptual yang terdapat dalam buku paket. Menurut Abimanyu (1998), arahan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan permasalahan untuk PTK adalah sebagai berikut.1) Pilih permasalahan yang dirasa penting oleh guru sendiri dan

peserta didiknya, atau topik yang melibatkan guru dalam serangkaian aktivitas yang memang diprogramkan oleh sekolah.

2) Jangan memilih masalah yang berada di luar kemampuan dan/atau kekuasaan guru untuk mengatasinya.

3) Pilih dan tetapkan permasalahan yang skalanya cukup kecil dan terbatas (managable).

4) Usahakanlah untuk bekerja secara kolaboratif dalam pengembangan fokus penelitian.

5) Kaitkan PTK yang akan dilakukan dengan prioritas-prioritas yang ditetapkan dalam rencana pengembangan sekolah.

Untuk mengatasi akar masalah perlu diungkapkan beberapa alternatif tindakan perbaikan yang kemudian salah satunya diidentifikasi sebagai alternatif tindakan yang paling baik untuk memecahkan masalah.

3. Perencanaan Tindakana. Formulasi Solusi dalam Bentuk Hipotesis TindakanDilihat dari sudut lain, alternatif tindakan perbaikan juga dapat dilihat sebagai hipotesis dalam arti mengindikasikan dugaan mengenai perubahan dalam arti perbaikan yang bakal terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Misalnya, jika kebiasaan membaca ditingkatkan melalui penugasan mencari kata atau istilah serapan, perbendaharaan kata akan meningkat rata-rata 10% setiap bulannya. Dari contoh ini hipotesis tindakan merupakan

24

Page 25: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

tindakan yang diduga akan dapat memecahkan masalah yang ingin diatasi dengan penyelenggaraan PTK .

Bentuk umum rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan hipotesis

penelitian formal.

Jika hipotesis penelitian formal menyatakan adanya hubungan antara dua variabel atau lebih atau menyatakan adanya perbedaan antara dua kelompok atau lebih, maka hipotesis tindakan tidak menyatakan demikian, tetapi menyatakan “kita percaya tindakan kita akan merupakan suatu solusi yang dapat memecahkan permasalahan yang diteliti”. Sebagai contoh lain, “pelibatan orang tua dalam perencanaan kegiatan akademik sekolah, akan berdampak meningkatkan perhatian mereka terhadap penyelesaian tugas siswa di rumah”.

Agar dapat menyusun hipotesis tindakan dengan tepat, sebagai peneliti, Anda

dapat melakukan kegiatan berikut ini.

1) Pengkajian teoretik di bidang pembelajaran/pendidikan.

2) Pengkajian hasil-hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan.

3) Diskusi dengan rekan sejawat, pakar pendidikan, peneliti lain dan

sebagainya.

4) Pengkajian pendapat dan saran pakar pendidikan khususnya yang

dituangkan dalam bentuk program, dan

5) Perefleksian pengalaman Anda sebagai guru.

Dari hasil pengkajian/diskusi tersebut, dapat diperoleh landasan untuk membangun hipotesis tindakan. Menurut Soedarsono (1997) beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut.

25

Page 26: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

1) Rumuskan alternatif tindakan perbaikan berdasarkan hasil kajian. Dengan kata lain, alternatif tindakan perbaikan hendaknya mempunyai landasan yang mantap secara konseptual.

2) Kaji ulang setiap alternatif tindakan perbaikan yang dipertimbangkan dan evaluasi dan segi relevansinya dengan tujuan, kelaikan teknis, serta keterlaksanaannya. Di samping itu, tetapkan juga cara penilaiannya sehingga dapat memfasilitasi pengumpulan serta analisis data secara cepat namun tepat selama program tindakan perbaikan itu diimplementasikan.

3) Pilih alternatif tindakan serta prosedur implementasi yang dinilai paling menjanjikan hasil yang optimal namun masih tetap ada dalam jangkauan kemampuan guru untuk melakukannya dalam kondisi dan situsasi sekolah yang aktual.

4) Pikirkan dengan saksama perubahan-perubahan atau perbaikan-perbaikan yang secara implisit dijanjikan melalui hipotesis tindakan itu, baik yang berupa proses dan hasil belajar siswa maupun teknik mengajar guru.

b. Perumusan Masalah dan Perumusan JudulSetelah menetapkan fokus permasalahan serta menganalisisnya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, selanjutnya Anda perlu merumuskan permasalahan secara lebih jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah yang jelas akan membuka peluang bagi Anda untuk menetapkan tindakan perbaikan (alternatif solusi) yang perlu dilakukannya, jenis data yang perlu dikumpulkan termasuk prosedur perekamannya serta cara mengintenpretasikanñya, khususnya yang perlu dilakukan sementara tindakan perbaikan dilaksanakan dan data mengenai proses dan/atau hasilnya itu direkam.

26

Page 27: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

Di samping itu, penetapan tindakan perbaikan yang akan diujicobakan itu juga memberikan arahan kepada Anda untuk melakukan berbagai persiapan termasuk yang berbentuk latihan guna meningkatkan keterampilan untuk melakukan tindakan perbaikan yang dimaksud. Sebagaimana yang telah dikemukakan dalam bagian I, dalam PTK, Anda merupakan aktor pelaksana tindakan perbaikan di samping sebagai peneliti. Rumusan masalah dalam PTK mengandung unsur UMOS (upaya, masalah, obat/tindakan, dan setting).

Contoh rumusan masalah:

1) Bagaimanakah peningkatan kualitas pembelajaran siswa kelas IB SMPN 12

Surabaya melalui strategi pembelajaran kooperatif?

2) Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis siswa kelas VIII c SMAN 3

Solo melalui koreksi berpasangan?

Upaya = peningkatanMasalah: kualitas pembelajaran (1); keterampilan menulis (2)Obat/tindakan: strategi pembelajaran kooperatif (1); koreksi berpasangan (2)Setting: siswa kelas IB SMPN 12 Surabaya (1); siswa kelas VIII C SMAN 3 Solo (2)

Judul dalam PTK juga mengandung unsur UMOS (upaya, masalah, obat/tindakan, dan setting) seperti dalam rumusan masalah. Berikut ini adalah contoh judul PTK berdasarkan rumusan masalah tersebut.

Contoh Judul

1) Peningkatan Kualitas Pembelajaran Siswa Kelas I B SMPN 12 Surabaya Melalui

27

Page 28: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

Strategi Pembelajaran Kooperatif?

2) Peningkatan Keterampilan Menulis Siswa Kelas VIII C SMAN 3 Solo Melalui

Koreksi Berpasangan

c. Persiapan TindakanSebelum PTK dilaksanakan, apa saja yang perlu Anda persiapkan? Tim PTK perlu melakukan berbagai persiapan sehingga semua komponen yang direncanakan dapat dikelola dengan baik. Langkah-langkah persiapan yang perlu ditempuh setelah menetapkan masalah, akar masalah, alternatif tindakan dan indiktor keberhasilan adalah sebagai berikut.1) Membuat skenario pembelajaran yang berisikan langkah-

langkah yang dilakukan guru di samping bentuk—bentuk kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka implementasi tindakan perbaikan yang telah direncanakan.

2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, seperti gambar-gambar dan alat-alat peraga.

3) Mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan perbaikan, kalau perlu juga dalam bentuk pelatihan-pelatihan.

4) Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlakasanaan rancangan, sehingga dapat menumbuhkan serta mempertebal kepercayaan diri dalam pelaksanaannya yang sebenamya. Sebagai aktor PTK, guru harus terbebas dari rasa takut gagal dan takut berbuat kesalahan.

4. Pelaksanaan Tindakan

28

Page 29: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

Jika semua tindakan persiapan telah selesai, skenario tindakan perbaikan yang telah direncanakan itu dapat Anda laksanakan dalam situasi yang aktual. Kegiatan pelaksanaan tindakan perbaikan ini merupakan tindakan pokok dalam siklus PTK, dan sebagaimana telah diisyaratkan di atas, pada saat yang bersamaan kegiatan pelaksanaan ini juga disertai dengan kegiatan observasi dan interpretasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi.

Observasi dan interpretasi memang lazim dalam konteks supervisi pengajaran, akan tetapi sebagaimana diisyaratkan dalam bagian terdahulu dan kembali ditekankan di atas, PTK bukan supervisi pengajaran, meskipun memang mungkin saja dalam PTK juga tergelar dimensi supervisi pengajaran. Sebagaimana telah diisyaratkan, yang penting dicatat adalah bahwa dalam konteks PTK, supervisi pengajaran yang berpeluang terjadi adalah supervisi kesejawatan (peer supervision). Dengan kata lain, berbeda dan konteks supervisi pada umumnya di mana terdapat peranan supervisor-supervisee dalam tata hubungan yang bersifat subordinatif, sebaliknya dalam konterks PTK terdapat keterlibatan dua pihak yang setara sehingga mekanisme yang tergelar lebih menyerupai interaksi kesejawatan (peer to peer).

Observasi dan interpretasi juga memang lazim dalam konteks penelitian formal, namun sebagaimana ditekankan dalam bagian terdahulu, konteks dan filosofi PTK berbeda dari konteks dan filosofi penelitian formal. Dengan kata lain, berbeda dari yang terjadi dalam konteks PTK , observasi dan interpretasi dalam konteks penelitian formal itu dilakukan oleh orang luar bukan oleh pelaku yang terlibat secara langsung dalam pembelajaran.

5. Observasi dan Interpretasi

29

Page 30: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

Secara umum, observasi adalah upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantu. Yang penting dicatat pada kesempatan ini adalah kadar interpretasi yang terlibat dalam rekaman hasil observasi. Sebagaimana diketahui, kadar interpretasi yang terlibat dalam penelitian dapat direntang dari 0 (nol) seperti yang dilakukan dalam kerangka pikir analisis interaksi (interaction analysis) yang dikembangkan oleh Flanders (1970) sehingga hanya menghasilkan tiga kategori yang relatif miskin makna yaitu (i) ujaran guru (teacher talk), (ii) ujaran siswa (pupil talk), dan (iii) diam/kacau (silence/confusion). OIeh karena sama sekali tidak disertai interpretasi, pendekatan observasi sebagaimana dikembangkan oleh Flanders ini dinamakan observasi yang berinferensi rendah (low-inference observation).

Sebaliknya, sesuai dengan hakikat data yang dikehendaki, ada pula observasi yang justru harus dilakukan secara bersamaan dengan interpretasi. Sebagai contoh, interpretasi itu perlu dilakukan pada saat yang bersamaan dengan pelaksanaan observasi seperti yang lazim diperlukan dalam mengamati dan/atau mengakses keputusan dan/atau tindakan profesional Anda dalam interaksi pembelajaran. Observasi semacam itu dinamakan observasi yang berinferensi tinggi (high-inference observation) yang merupakan pendekatan interpretatif dalam observasi yang digunakan dalam rangka penerapan Alat Penilai Kemampuan guru (APKG) sebagai piranti pengumpulan data mengenai kinerja calon guru dalam pelaksanaan PPL.

Perlu dirancang mekanisme perekaman hasil observasi yang tidak mencampuradukkan fakta dengan interpretasi. Akan tetapi, Anda sebagai peneliti seharusnya juga tidak terseret oleh kaidah umum yang secara tanpa kecuali menaifkan interpretasi dalam pelaksanaan observasi. Apabila yang terakhir ini dilakukan, sehingga yang direkam hanyalah fakta tanpa

30

Page 31: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

interpretasi, maka akan dapat timbul risiko bahwa makna dari perangkat fakta yang telah Anda amati itu tidak lagi dapat dibangkitkan kembali secara utuh karena proses erosi yang terjadi dalam ingatan, terlebih-lebih apabila pengamat adalah juga aktor tindakan. Dalam hubungan ini, agaknya prosedur perekaman hasil observasi yang telah banyak digunakan dalam penelitian kualitatif, dapat dimanfaatkan secara produktif.

6. Diskusi BalikanSebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, meskipun dirujuk supervisi klinis dalam menetapkan kerangka observasi PTK , perlu selalu diingat kekhasannya yaitu observasi oleh dan untuk sejawat (Hopkins, 1992). Dalam observasi kesejawatan ini, mitra pengamat dapat mengggelar berbagai fungsi sesuai dengan kebutuhan yang kontekstual, melakukan pengamatan secara umum, memusatkan perhatian kepada suatu fokus, secara langsung melakukan semacam verifikasi kepada siswa di saat-saat yang tepat sementara kegiatan pembelajaran berlangsung, dan/atau mencatat sesuatu insiden penting yang mungkin luput dari perhatian guru sebagai aktor tindakan perbaikan.

Observasi kelas akan memberikan kemanfaatan apabila pelaksanaannya diikuti dengan diksusi balikan (review discussion). Balikan yang terburuk adalah yang terlalu dipusatkan pada kekurangan dan/atau kesalahan guru aktor tindakan perbaikan, diberikan secara satu arah yaitu dari pengamat kepada guru, yang bertolak dari kesan-kesan yang kurang didukung data, dan/atau dilaksanakan terlalu lama setelah observasi dilakukan.

Diskusi balikan menjanjikan kemanfaatan yang optimal, apabila:

31

Page 32: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

1) diberikan tidak lebih dari 24 jam setelah observasi,

2) digelar dalam suasana yang saling membantu dan tidak menimbulkan

ancaman,

3) bertolak dan rekaman data yang dibuat oleh pengamat,

4) diinterpretasikan secara bersama-sama oleh aktor tindakan perbaikan

dan pengamat dengan kerangka pikir tindakan perbaikan yang tengah

digelar, dan

5) pembahasan mengacu kepada penetapan sasaran serta

pengembangan strategi perbaikan untuk menentukan perencanaan

berikutnya.

a. Analisis DataBerbeda dan interpretasi data hasil tiap observasi yang dijadikan bahan diskusi balikan sebagai tindak lanjut dan suatu observasi sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, analisis data dalam rangka refleksi setelah implementasi suatu paket tindakan perbaikan mencakup proses dan dampak seperangkat tindakan perbaikan dalam sesuatu siklus PTK sebagai keseluruhan. Dalam hubungan ini analisis data adalah proses menyeleksi, meyederhanakan, memfokuskan, mengabstraksikan, mengorganisasikan data secara sistematik dan rasional untuk menampilkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan PTK.

Analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, paparan data, dan penyimpulan. Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna. Paparan data adalah proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan naratif, representasi tabular termasuk dalam format matniks, representasi grafis, dan sebagainya. Sedangkan penyimpulan adalah proses pengambilan intisari dan sajian data yang telah terorganisasi tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat

32

Page 33: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

dan/atau formula yang singkat dan padat, tetapi mengandung pengertian luas.

b. RefleksiSebagaimana telah dikemukakan di atas, refleksi dalam PTK adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah dan/atau tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil dituntaskan oleh tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil refleksi itu digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan PTK (indikator keberhasilan). Dengan kata lain, refleksi .merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan sementara dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka mencapai tujuan akhir yang mungkin ditetapkan dalam nangka pencapaian berbagai tujuan sementara lainnya. Apabila dicermati, dalam proses refleksi tersebut dapat ditemukan komponen-komponen sebagai berikut: analisis, pemaknaan, penjelasan, penyusunan simpulan, dan identifikasi tindak lanjut. Kesemuanya itu dilakukan dalam kerangka pikir tindakan perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya (jika indikator keberhasilan belum tercapai).

Meskipun di antara kelima komponen tersebut tampak terdapat urutan yang logis, dalam kenyataannya kelima komponen terkunjungi secara bersamaan dan bolak-balik selama refleksi berlangsung. Dengan bertolak dan gambaran menyeluruh mengenai apa yang telah terjadi pada siklus PTK yang baru terselesaikan, maka pelaksana PTK ada pada posisi untuk menetapkan tindak lanjut. Apabila memang masih dipandang perlu, kembali dengan selalu merujuk pada kerangka pikir tindakan perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Untuk menetapkan tindakan yang akan diambil pada tahap berikutnya, seorang pelaksana PTK tidak boleh hanya terpaku

33

Page 34: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

pada pemikiran tentang sebab-sebab dan kejadian-kejadian pada fase sebelumnya, namun juga perlu merenungkan kembali mengenai kekuatan dan kelemahan tindakan yang telah dilakukan, memprakirakan peluang keberhasilan, di samping memperhitungkan kcndala-kendala yang kemungkinan menghadang di depan. Juga perlu dipertimbangkannya kemungkinan-kemungkinan dampak samping dan tindakan yang direncanakan itu.

Dengan menggunakan gambaran yang diperoleh dari pengalaman pada fase sebelumnya serta menilai kembali sasaran perbaikan yang telah ditetapkan, yang dibingkai dalam kerangka pikir hajat perbaikan yang merupakan fokus PTK , maka terbuka peluang untuk mengidentifikasi sasaran-sasarán perbaikan yang baru, dan pada gilirannya, menyusun rencana tindakan perbaikan yang baru. ini juga berarti apabila keseluruhan hajat perbaikan dalam sebuah PTK dapat diwujudkan, maka guru dapat merambah permasalahan-permasalahan lain yang masih memerlukan penanganan dan melancarkan paket PTK yang baru. Kemungkinan berlangsungnya perbaikan yang berkelanjutan karena dipicu oleh PTK inilah yang menyebabkan Hopkins (1992) membahas observasi dalam konteks pengembangan staf dan pengembangan sekolah sebagaimana telah diutarakan sebelumnya.

6. Perencanaan Tindak LanjutSebagaimana telah diisyaratkan, hasil analisis dan refleksi akan menentukan apakah tindakan yang telah dilaksanakan dapat mengatasi masalah yang memicu penyelenggaraan PTK atau belum (sudah memenuhi indikator keberhasilan atau belum). Jika hasilnya belum memuaskan atau masalahnya belum terselesaikan, maka dilakukan tindakan perbaikan lanjutan

34

Page 35: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

dengan memperbaiki tindakan perbaikan sebelumnya atau, dengan menyusun tindakan perbaikan yang betul-betul baru untuk mengatasi masalah yang ada.

Jika masalah yang diteliti belum tuntas atau belum memuaskan pengatasannya, maka PTK harus dilanjutkan pada siklus ke-2 dengan prosedur yang sama seperti pada siklus ke-1, yaitu perumusan masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, dan analisis-refleksi. Jika pada siklus ke-2 ini permasalahannya sudah terselesaikan (memuaskan), maka tidak perlu dilanjutkan dengan siklus ke-3. Namun, jika pada siklus ke-2 masalahnya belum terselesaikan, maka perlu dilanjutkan dengan siklus ke-3, dan seterusnya.

Siklus dalam PTK sebenarnya tidak dapat ditentukan lebih dahulu jumlahnya sebab sesuai dengan hakikat permasalahannya yang kebetulan menjadi pemicunya. Ada penelitian yang cukup hanya dilakukan dalam satu siklus karena masalahnya dapat diselesaikan. Namun, ada juga yang memer!ukan atau melalui beberapa siklus. Dengan demikian, dapat dikatakan banyak sedikitnya jumlah siklus dalam PTK itu bergantung pada terselesaikannya masalah yang diteliti dan munculnya faktor-faktor lain yang berkaitan dengan masalah itu. Di pihak lain, memang ada kemungkinan bahwa jumlah siklus tindakan perbaikan itu dapat diperkirakan sebelumnya berdasarkan bobot masalah yang dijadikan sasaran garapan PTK dengan mempertimbangkan kondisi siswa, guru, dan faktor masukan dan proses lainnya (Sugiyanto, 1998).

Sebagaimana telah dikemukakan, diskusi balikan harus dilaksanakan dalam situasi yang tidak menakutkan melainkan saling mendukung (mutually supportive) serta didasarkan pada informasi yang diperoleh selama observasi. Penentuan serta penetapan target dilakukan berdasarkan pembahasan yang terjadi dalam diskusi balikan ini. Targer-target yang ditetapkan

35

Page 36: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

itu harus bersifat realistis dalam arti laik untuk dicapai dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Pada gilirannya, rencana tindakan untuk pengembangan berikutnya juga disusun dengan bertolak dari diskusi balikan di tempat segala sesuatu yang terjadi dan/atau tidak terjadi selama implementasi tindakan perbaikan itu direfleksikan.

C. Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas1. PendahuluanDalam setiap penelitian perlu adanya pemandu yang mengarahkan berlangsungnya penelitian. Pemandu semacam itu adalah proposal penelitian. Pada hakikatnya proposal penetitian itu merupakan rancangan atau usulan yang akan dilaksanakan dalam penelitian Ia adalah rambu-rambu yang membatasi penelitian, baik dan sisi teknis metodologis maupun dan sisi administratif financial.

Dalam PTK yang disponsori oleh proyek PGSM atau Dit Ketenagaan Dikti, misalnya, telah ditentukan kerangka acuan penyusunan proposal semacam itu. Dari sisi teknis metodologis, PTK seperti halnya penelitian ilmiah yang lain harus dirancang dengan mengindahkan kaidah-kaidah tertentu dalam penelitian yang selalu taat kaidah. Di samping memiliki kaidah universal dalam penelitian, PTK juga memiliki kaidah yang khas PTK. Jika kaidah umum dan kaidah yang khas PTK itu tidak ditaati, maka akan terjadi penyimpangan, yang jelas tidak sesuai dengan rambu-rambu penelitian umum maupun PTK.

Setiap penelitian lazimnya memerlukan dukungan dana. Dukungan dana itu dapat berasal dan berbagai sumber. Sumbernya dapat dari pemerintah maupun dari swasta, serta sumber dana peneliti sendiri. Dukungan dana dan pemerintah juga beragam asal-usulnya. Ia dapat berasal dan suatu departemen maupun berasal dan pemerintah daerah, dan

36

Page 37: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

sebagainya. Dari swasta pun sumber dana itu juga cukup beragam. Lazimnya para penyandang dana itu telah membuat aturan-aturan tententu dan sisi administnatif finansial. Hal itu mencakup format usulan, kelengkapan-kelengkapan administratif, maupun rincian anggaran yang harus digunakan dalam penelitian, pagu anggaran penelitian, jadwal pelaksanaan penelitian, dan sebagainya yang mencakup masalah pemantauan, seminar, dan laporan penelitian.

Seorang peneliti yang ingin mendapatkan dukungan dana dari suatu lembaga sponsor, harus menaati kaidah dan aturan yang dikeluarkan oleh penyandang dana itu. Jika tidak, ia tidak akan dapat dukungan dana. Misalnya, jadwal penyerahan proposal terlambat. Proposal semacam itu jelas akan masuk keranjang sampah dan tidak akan diikutkan dalam kompetisi perebutan penelitian. Format yang tidak sesuai, serta bobot proposalnya dan sisi teknis metodologis dan sebagainya. Lazimnya penyandang dana juga menyertakan kriteria penilaian proposal secara gamblang. Dengan demikian, penyusun proposal dapat mengadakan swaevaluasi terhadap proposalnya sendiri apakah sudah layak atau tidak untuk ikut bersaing dalam memperebutkan dana penelitian itu.

2. Format Usulan PTKPada umumnya usulan PTK itu terdiri atas dua bagian penting, yakni bagian awal dan bagian isi usulan PTK.

a. Bagian Awal Usulan PTKBagian awal usulan PTK itu berisi halaman judul luar, halaman pengesahan. Halaman judul luar berisi judul PTK yang diusulkan, nama peneliti, dan lembaga tempat peneliti bekerja. Bagian pengesahan berisi:1)Judul PTK; bidang ilmu; dan kategori penelitian,

37

Page 38: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

2)Tim peneliti termasuk nama ketua tim dan anggota-anggotanya. Lazimnya menyebutkan identitas para peneliti, termasuk, nama lengkap dengan gelar, golongan , pangkat, dan NIP, jabatan fungsional, sekolah atau lembaganya.

3)Lokasi penelitian,4)Biaya penelitian,5)Sumber dana penelitian.

b. Bagian Isi Usulan PTKBagian ini lazimnya berisikan judul penelitian, pendahuluan/latar belakang masalah, perumusan masalah, cara pemecahan masalah, tinjuan pustaka (kerangka teori dan hipotesis tindakan), tujuan penelitian, kontribusi/manfaat, metode penelitian atau rencana penelitian, jadwal penelitian, rencana anggaran penelitian, daftar pustaka, lampiran dan lain-lain (Ditjen Dikti, 2004). Urutan itupun masih dapat dipertukarkan. Berikut ini adalah penejlasan bagian-bagian itu.

1) Judul Penelitian.Judul PTK hendaknya menyatakan dengan cermat dan padat permasalahan serta bentuk tindakan yang dilakukan peneliti sebagai upaya pemecahan masalah. Formulasi judul hendaknya singkat, spesifik, jelas, dan sederhana, namun secara tersirat telah menampilkan sosok PTK dan bukan sosok penelitian formal. Dengan kata lain, judul cukup jelas mewakili gambaran tentang masalah yang akan diteliti dan tindakan yang dipilih untuk menyelesaikan atau sebagai solusi terhadap masalah yang dihadapi.

Judul penelitian berikut ini bukanlah judul yang baik untuk sebuah PTK.

38

Page 39: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

(a)Kemampuan Menulis Siswa Kelas 6 Sekolah Dasar Se-Kecamatan Jambangan,

Surabaya

(b) Dampak Pembelajaran Kooperatif terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 6 Sekolah

Dasar Se-Kecamatan Lembeyan, Kabupaten Magetan.

(c)Pembelajaran Bahasa Inggris dengan Metode Langsung

(d)Sopan Santun Siswa SMU Kodya Surabaya

(e)Belajar Mandiri dan Dampaknya terhadap Prestasi Siswa

Judul-judul itu tidak menggambarkan sosok PTK. Judul-judul itu lebih menampakkan penelitian kelas. Di dalam judul itu belum tersirat atau tersurat usaha atau upaya untuk meningkatkan atau memperbaiki keadaan di dalam kelas menjadi lebih baik daripada keadaan sebelumnya.

Judul berikut ini merupakan judul PTK.

(a) Upaya Peningkatan Daya Serap Siswa dengan Mengkomunikasikan Tujuan Pembelajaran

Khusus (TPK) di AwaI Pertemuan pada Pembelajaran Biologi di Kelas I-5 SMUN

Pekanbaru

(b) Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas II-5 SMUN I Mataram akan Beberapa Konsep

Ilmu Kimia melalui Metode Eksperimen

(c) Optimalisasi Pembelajaran Matematika melalui Pengorganisasian Tugas Terstruktur dan

Kuis pada Siswa Kelas II SMUN I Godean Yogyakarta Tahun Pembelajaran 1999/2000

(d) Strategi Pengembangan Kinerja Guru dalam Melaksanakan Penilaian Portofolio untuk

Meningkatkan Mutu Pembelajaran Pendidikan IPS

(e) Mengoptimalkan Kemampuan Guru Bahasa Indonesia dalam Mengembangkan

Kompetensi Komunikatif Siswa Melalui Pembelajaran Menulis Terpadu di Kelas II SLTP

Negeri Kendari

(f) Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Keterampilan Menulis Bahasa lnggris di SMU

Melalui Pendekatan Proses

(g) Efektivitas Pembimbingan Guru Baru Bahasa Inggris di SLTP dalam

Mengimplementasikan Teknik Membaca Terpadu untuk Meningkatkan Keterampilan

Komunikatif Siswa

39

Page 40: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

(h) Upaya Meningkatkan Ketuntasan Belajar Biologi pada Siswa Kelas I F SMUN 5 Bengkulu

melalui Penerapan Strategi Pemetaan Konsep

(i) Upaya Meminimalkan Kesalahan Konsep Fisis Siswa Kelas II-2 SMU Negeri 11 Binjai

melalui Peningkatan Pembelajaran Fisika Model Konstruktivis

2) Pendahuluan/Latar BelakangDalam pendahuluan/latar belakang masalah ini hendaknya diuraikan urgensi penanganan masalah yang akan diajukan oleh peneliti melalui PTK. Untuk itu, harus ditunjukkan kesenjangan antara das Sollen dan das Sein, antara apa yang seharusnya dan apa yang terjadi di lapangan, antara de jure dan de facto. Perlu disampaikan fakta-fakta yang mendukung atas dasar pengalaman guru atau pengamatan guru selama mengajar dan pengamatan guru melalui kajian dari berbagai bahan pustaka yang relevan. Dukungan dari hasil penelitian terdahulu sangat diharapkan untuk dapat memperkukuh alasan mengangkat permasalahan penelitian dan memperkukuh alasan dilakukannya PTK itu. Karakteristik khas PTK yang berbeda dengan penelitian formal hendaknya tercermin dalam uraian dalam bagian ini.

Perlu diperhatikan pula bahwa PTK dilakukan untuk memecahkan permasalahan pendidikan dan pembelajaran. Oleh sebab itu, masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah yang nyata terjadi di sekolah dan diagnosis oleh guru dan/atau tenaga kependidikan lainnya di sekolah. Lebih lanjut, masalah itu merupakan sebuah masalah penting dan mendesak untuk dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya, dan daya dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian tersebut. Setelah didiagnosis (diidentifikasi) masalah penelitiannya, maka selanjutnya perlu diidentifikasi dan dideskripsikan secara cermat

40

Page 41: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

akar penyebab dari masalah tersebut. Penting juga digambarkan situasi kolaboratif antaranggota peneliti dalam mencari masalah dan akar penyebab munculnya masalah tersebut. Di samping itu, prosedur dan alat yang digunakan dalam melakukan identifikasi (inventarisasi) perlu dikemukakan secara jelas dan sistematis. Selanjutnya, dikemukakan beberapa alternatif pemecahan masalah. Berdasarkan kelebihan dan kekurangan beberapa alternatif tindakan itu, akhirnya salah satu alternatif dipilih sebagai tindakan yang akan dilakukan.

3) Perumusaan MasalahPermasalahan yang diusulkan untuk ditangani melalui PTK itu dijabarkan secara lebih rinci dalam bagian ini. Masalah hendaknya benar-benar diangkat dari masalah keseharian di sekolah yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui PTK. Sebaliknya, permasalahan yang dimaksud sebaiknya bukan permasalahan yang secara teknis metodologis di luar jangkauan PTK. Uraian permasalahan yang ada hendaknya didahului oleh identifikasi masalah yang dilanjutkan dengan analisis masalah serta diikuti dengan refleksi awal sehingga gambaran permasalahan yang perlu ditangani itu tampak menjadi lebih jelas. Dengan kata lain, bagian ini dikunci dengan perumusan masalah tersebut. Dalam bagian ini pun sosok PTK harus secara konsisten tertampilkan.

Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Rumusan masalah sebaiknya menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan alternatif tindakan yang akan diambil dan hasil positif yang diantisipasi.

4) Tujuan Penelitian

41

Page 42: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

Tujuan PTK hendaknya dirumuskan secara singkat dengan mendasarkan pada permasalahan yang dikemukakan. Tujuan umum dan khusus diuraikan dengan jelas, sehingga tampak keberhasilannya.secara jelas. Sasaran antara dan sasaran akhir tindakan penelitian hendaknya dipaparkan secara gamblang dalam bagian ini. Perumusan tujuan harus taat asas dengan hakikat permasalahan yang dikemukakan dalam bagian-bagian sebelumnya. Dengan sendirinya, artikulasi tujuan PTK berbeda dengan penelitian formal. Sebagai contoh dapat dikemukakan PTK di bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran IPA melalui penerapan strategi PBM, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, dan sebagainya. Pengujian dan/atau pengembangan strategi PBM baru bukan merupakan rumusan tujuan PTK. Selanjutnya ketercapaian tujuan hendaknya dapat diverifikasi secara objektif, dapat juga dikuantifikasikan.

5) Kontribusi/Kemanfaatan Hasil PenelitianDi samping tujuan PTK, juga perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan penelitian. Dalam hubungani, perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan-keuntungan yang dijanjikan terhadap kualitas pendidikan dan/atau pembelajaran, sehingga tampak manfaatnya bagi siswa sebagai pemetik manfaat langsung hasil PTK, di samping bagi guru khususnya guru pelaksana PTK, bagi rekan-rekan guru lainnya, bagi para dosen LPTK sebagai pendidik guru., maupun komponen pendidikan di sekolah lainnya. Kemukakan inovasi yang akan dihasilkan dari penelitian ini.Berbeda dari konteks penelitian formal, kemanfaatan bagi pengembangan ilmu, teknologi, dan seni tidak merupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun kemungkinan kehadirannya tidak ditolak.

42

Page 43: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

6) Tinjauan Pustaka (Kerangka Teori dan Hipotesis Tindakan)Dalam bagian ini diuraikan landasan substantif--dalam arti teoretik dan/atau metodologik yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternatif tindakan yang akan diimplementasikan. Untuk keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan kajian terhadap pengalaman peneliti pelaku PTK sendiri yang relevan dan pelaku-pelaku tindakan PTK lain di samping terhadap teori-teori yang lazim termuat dalam berbagai kepustakaan. Jadi, kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari penelitian yang akan dilakukan perlu dilakukan. Teori, temuan dan bahan penelitian lain yang dipahami sebagai acuan, yang dijadikan landasan untuk menunjukkan ketepatan tentang tindakan yang akan dilakukan dalam mengatasi permasalahan penelitian tersebut juga dikemukakan. Uraian itu digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian.Argumentasi logik dan teoretik diperlukan guna menyusun kerangka konseptual. Atas dasar kerangka konseptual yang disusun itu, hipotesis tindakan yang menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan yang diharapkan/diantisipasi dirumuskan pada bagian akhir.

7) Prosedur PenelitianProsedur penelitian yang akan dilakukan diuraikan secara jelas, demikian juga subjek, setting, dan lokasi penelitian. Prosedur hendaknya dirinci dari perencanaan-tindakan-observasi/evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklus. Siklus-siklus kegiatan penelitian hendaknya menguraikan tingkat keberhasilan yang dicapai dalam satu siklus sebelum pindah ke siklus lainnya. Jumlah-jumlah siklus diusahakan lebih dari satu siklus, meskipun harus diingat juga jadwal kegiatan belajar di sekolah (cawu/semester).

43

Page 44: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

a) Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitianPada bagian ini disebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik dan kelas tersebut seperti komposisi siswa pria dan wanita, latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan, tingkat kemampuan dan lain sebagainya. Aspek substantif permasalahan seperti matematika kelas II SMP atau bahasa Inggris kelas III SMU, dikemukakan pada bagian ini.

b) Variabel yang ditelitiDalam penelitian ini ditentukan variabel Penelitian yang dijadikan titik-titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa (1) variabel masukan (input) yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya; (2) variabel proses penyelengganaan KBM seperti interaksi belajar mengajar, keterampilan bertanya guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan sebagainya, dan (3) variabel keluaran (output) seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan, motivasi, siswa, hasil belajar siswa, sikap siswa terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan, dan sebagainya.

c) Rencana tindakanPada bagian ini dikemukakan rencana tindakan untuk meningkatkan mutu pembelajanan seperti:(1) Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan

dengan PTK yang diprakarsai seperti penetapan entry

44

Page 45: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

behaviour, pelancaran tes diagnostik untuk menspesifikasi masalah, pembuatan skenario pembelaj aran, pengadaan alat-alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain-lain yang terkait dengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Di samping itu, juga diuraikan alternatif-alternatif solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah. Format kemitraan misalnya, antara guru dengan dosen LPTK, atau antara guru dengan guru lain, antara guru dengan kepala sekolah, antara guru dengan pengawas sekolah juga dikemukakan pada bagian ini.

(2) Implementasi tindakan, yaitu deskripsi tindakan yang akan digelar, skenanio kerja tindakan perbaikan, dan prosedur tindakan yang akan diterapkan.

(3) Observasi dan interpretasi, yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan produk dan implementasi tindakan perbaikan yang dirancang.

(4) Analisis dan refleksi, yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar, personel yang akan dilibatkan, serta kriteria dan rencana bagi tindakan daur berikutnya.

d) Indikator kinerja/ indikator keberhasilan Pada bagian ini tolok ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya. Untuk tindakan perbaikan melalui PTK yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa, misalnya, perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pengurangan (jenis dan/atau tingkat kegawatan) miskonsepsi yang tertampilkan. Untuk hasil pembelajaran, besaran nilai perlu ditetapkan. Indikator

45

Page 46: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

keberhasilan diperlukan untuk menetapkan apakah penelitian perlu dilanjutkan atau masih berlangsung. Jika indikator keberhasilan sudah dicapai, berarti penelitian dapat dihentikan, tetapi apabila indikator keberhasilan belum tercapai, penelitian masih tetap berlangsung (ada siklus berikutnya).

8) Jadwal PenelitianJadwal kegiatan penelitian disusun dalam matriks yang menggambarkan urutan kegiatan dari awal sampai akhir. Dalam petunjuk pelaksanaan PTK dari Dikti, jadwal kegiatan penelitian yang meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan hasil penelitian disusun selama 10 bulan.

9) Rencana AnggaranBerikut ini adalah beberapa hal yang berhubungan dengan perencanaan anggaran. a) Komponen PembiayaanRencana anggaran meliputi kebutuhan dukungan untuk tahap persiapan, pelaksanaan penelitian, dan pelaporan.

Secara lebih rinci, pembiayaan yang termasuk dalam setiap bidang adalah sebagai berikut.(1) Persiapan

Kegiatan persiapan di antaranya meliputi pertemuan anggota tim peneliti untuk menetapkan jadwal penelitian dan pembagian kerja, menyusun instrumen penelitian, menetapkan format pengumpulan data, menetapkan teknik analisis data, dan sebagainya.

(2) Kegiatan operasional di lapangan Dalam kegiatan operasional dapat tercakup di antaranya

pelancaran tes diagnostik dan analisis hasilnya, gladi bersih

46

Page 47: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

implementasi tindakan perbaikan, pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi pelaksanaan tindakan perbaikan, pertemuan refleksi, perencanaan tindakan ulang, dan sebagainya.

(3) Penyusunan laporan hasil PTK Pembiayaan dalam bagian ini adalah penyusunan konsep

awal laponan, reviu konsep laporan, penyusunan konsep laporan akhir, seminar lokal hasil penelitian, seminar nasional hasil penelitian, dan sehagainya. Juga termasuk dalam pembiayaan adalah penggandaan dan pengiriman laporan hasil PTK , serta pembuatan artikel hasil PTK (dalam bahasa Indonesia dan bahasa lnggris).

b) Cara Merinci Kegiatan dan PembiayaanBiaya penelitian harus dirinci berdasarkan kegiatan operasional yang dijabarkan dan metodologi yang dikemukakan. Agar dapat dihitung biayanya, kegiatan operasional itu harus jelas namanya, tempatnya, lamanya, jumlah pesertanya, sarana yang diperlukan dan kelüaran yang diharapkan.

10) Personalia PenelitianDalam bagian ini hendaknya dicantumkan nama-nama anggota tim peneliti dan uraian/tugas peran setiap anggota peneliti serta jam kerja yang dialokasikan setiap minggu untuk kegiatan penelitian.

11) Daftar PustakaDaftar pustaka disusun menurut urutan abjad pengarang. Pustaka yang ditulis hendaknya benar-benar relevan dan sungguh-sungguh dipergunakan dalam penelitian

12) Lampiran dan Lain-lain

47

Page 48: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

Bagian ini dapat berisi curriculum vitae ketua dan para anggota tim peneliti, menyangkut identitas, riwayat pendidikan, pelatihan di bidang penelitian yang telah diikuti, baik sebagai penatar/pelatih maupun sebagai peserta, dan pengalaman dalam penelitian termasuk dalam PTK. Hal-hal lain yang dapat mempenjelas karakteristik kancah PTK yang diusulkan juga dapat disertakan dalam usulan penelitian ini.

D. Laporan Penelitian Tindakan Kelas1. PengantarAlur sebuah penelitian pada akhirnya akan bermuara pada pembuatan laporan penelitian. OIeh sebab itu, laporan penelitian merupakan bagian yang sangat penting dalam proses penelitian. Ia merupakan pertanggungjawaban peneliti terhadap ilmu yang digelutinya. Ia ]uga merupakan pertanggungjawaban peneliti terhadap lembaga atau badan sponsor yang mendukung penelitiannya. Bagaimanapun pentingnya teori dan hipotesis, bagaimana pun telitinya kita membuat rancangan penelitian, serta betapa hebatnya pun kita menghasilkan sebuah penelitian, penelitian hanya akan mempunyai arti apabila hasilnya dilaporkan secara memadai melalui laponan penelitian (Shah, 1985).

Laporan penelitian dapat beragam bentuk atau formatnya. Hal itu sangat bergantung pada tuntutan lembaga dan/atau sponsor yang mendukung dana penelitian tersebut. Meski beragam bentuk atau formatnya, secara mendasar laporan itu sama dalam hal tuntutan isi, struktur, maupun bahasanya. Bagaimana menyusun laponan PTK? Berikut ini akan diuraikan secara garis besar tentang teknik penyusunan laponan PTK.

2. Isi Laporan PTK

48

Page 49: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

Secara umum, laporan penelitian pada hakikatnya berisi tiga hal pokok, yakni bagian awal, bagian isi atau tubuh laporan, dan bagian akhir (Balian, 1982). Laporan PTK secara hakiki juga berisi tiga hal? penting tersebut (Cf. Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999; Departemen Pendidikan Nasional, 2000).

a. Bagian AwaI Laporan PTKBagian awal laporan PTK terdiri atas:1) halaman judul2) halaman pengesahan3) kata pengantar4) daftar isi5) daftar tabel (kalau ada)6) daftar grafik (kalau ada)7) daftar gambar (kalau ada)8) daftar lambang/singkatan (ka!au ada)

1) Halaman JudulHalaman judul lazimnya berisi (I) judul penelitian, (2) logo lembaga (bila diperlukan), (3) nama peneliti, (4) lembaga tempat peneliti bekerja, (5) tahun pembuatan laponan, dan (6) lain-lain yang dianggap perlu, misalnya nomor laporan, sumber dana, dan sebagainya.

2) Halaman PengesahanHalaman pengesahan berisi pengesahan oleh lembaga. Dalam halaman ini dimuat hal-hal sebagai berikut (1) judul PTK, bidang ilmu, dan kategori penelitian, (2) identitas peneliti, (3) lokasi penelitian, (4) biaya penelitian, dan (5) sumber dana penelitian.

3) Kata Pengantar

49

Page 50: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

Bagian ini lazimnya berisi ucapan terima kasih, baik kepada Tuhan Yang Maha Kuasa maupun kepada Sejawat atau siapa saja yang terlibat dalam penelitian itu sampai pada pembuatan laporannya.

4) Daflar lsiBagian ini memuat bab dan subbab yang ada dalam laporan penelitian lengkap dengan halamannya. Juga dari daftar isi ini dapat diketahui segala sesuatu yang ada dalam laporan penelitian itu. Artinya, pembaca akan mengetahui di mana ada kata pengantar, abstrak, daftar gambar, dan sebagainya.

5) Daftar Tabel, Gambar, Graflk, dun Lain-lainBagian ini menunjukkan tabel, grafik, gambar, atau lambang-lambang lain yang ada dalam laporan penelitian tensebut.

6) Daftar LampiranDaftar lampiran berisi lampiran yang diperlukan dalam laporan penelitian tensebut. Lampiran itu dapat berupa, misalnya, data yang telah diseleksi, hitungan hasil analisis data kuantitatif yang rumit, instrumen penelitian, contoh surat, dokumen, foto, dan sebagainya.

7) AbstrakBagian ini memuat sari laporan penelitian. Lazimnya bagian ini secara ringkas menjelaskan tentang latar belakang, masalah dan tujuan penelitian, manfaat, metode penelitian, hasil penelitian, simpulan dan saran. Abstrak PTK lazim ditulis dalam bahasa Indonesia dan ada terjemahannya dalam bahasa Inggris. Ukuran abstrak kira-kira 300--500 kata. Abstrak penelitian diketik dengan spasi tunggal. Kata kunci, jumlahnya kurang lebih lima buah kata, dicantumkan. Kata kunci itu diperlukan untuk

50

Page 51: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

komputerisasi sistem informasi ilmiah. Dengan kata kunci itu, kita dengan mudah dapat menemukan informasi laporan penelitian tersebut.

b) Bagian Tubuh LaporanBagian ini terdiri atas empat bab, yakni Bab I Pendahuluan, Bab II Prosedur Penelitian Tindakan, Bab III Hasil Penelitian dan Pembahasan, Bab IV Simpulan dan Saran.

1) Bab I PendahuluanDalam bab pendahuluan terdapat (a) masalah dan latar belakang masalah, (b) tindakan yang dipilih, (c) tujuan, (d) lingkup penelitian, (e) signifikansi hasil penelitian.

(a)Masalah dan Latar Belakang MasalahLatar belakang masalah berisi rasional mengapa penelitian itu dilaksanakan. Dalam bagian ini dipaparkan kesenjangan yang ada antara harapan (das Sollen) dan kenyataan (das Sein), baik kesenjangan teoretik maupun kesenjangan praktis yang melatanbelakangi masalah yang diteliti. Dalam bagian ini perlu dipaparkan secara ringkas, tetapi tajam tentang kajian dan berbagai bahan pustaka yang relevan yang dapat mendukung kesenjangan antara hanapan dan kenyataan yang dilontarkan peneliti. Di samping itu, tidak kalah penting adalah pengalaman peneliti sebagai pengajar serta pengamatan peneliti sebagai guru di dalam kelasnya perlu dikaji secara kritis. Dukungan hasil penelitian terdahulu dapat digunakan sebagai dasar yang kukuh untuk mengangkat masalah PTK. Yang tak kalah pentingnya dalam latar belakang masalah itu ialah penggarapan wama khas PTK.

Dalam bagian ini, setelah diadakan identifikasi masalah, perlu dirumuskan secara tajam masalah yang diangkat dalam

51

Page 52: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

penelitan tersebut. Masalah hendaknya memang khas PTK dan benar-benar dirasakan ada dalam keseharian sekolah atau kelas yang dibina guru yang memang layak untuk dipecahkan melalui PTK. Harus dihindari benar masalah yang tidak bercirikan PTK, yakni masalah yang bercirikan penelitian formal. Identifikasi masalah yang dilakukan peneliti sebaiknya diikuti dengan refleksi awal sehingga gambaran permasalahan yang diteliti itu sosoknya menjadi semakin jelas. Bagian ini seharusnya ditutup dengan rumusan masalah yang bercirikan PTK.

(b)Tindakan yang DipilihDalam bagian ini diuraikan secara tajam tentang tindakan yang dipilih dalam PTK. Uraian itu diikuti dengan argumentasi teoretis maupun praktis terhadap pemilihan tindakan tersebut. Pada bagian ini hendaknya dirumuskan hipotesis sebagai landasan tindakan yang digunakan, bila dipandang memungkinkan.

(c)TujuanTujuan penelitian selalu mengacu pada permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian. Dalam bagian ini tujuan penelitian harus dirumuskan dan bahkan hasil penelitian yang diharapkan dapat dicanangkan.

(d)Lingkup PenelitianDalam bagian ini diuraikan lingkup atau batas-batas tindakan yang diambil oleh peneliti dan penjelasan yang akurat mengapa penelitian membatasi tindakan tersebut pada lingkup itu.

(e)Signifikansi PenelitianDalam bagian ml perlu diuraikan kemanfaatan PTK itu, khususnya bagi siswa yang merupakan pemetik keuntungan secara langsung atas PTK tersebut. Perlu juga diuraikan manfaat

52

Page 53: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

PTK yang dikerjakan peneliti itu bagi pengembangan kurikulum, bagi pengambil kebijakan, bagi guru, maupun bagi lembaga sekolah, serta bagi pengembangan proses belajar mengajar di kelas, dan sebagainya.

2) Bab II Kajian PustakaBagian ini berisi kajian penelitian terdahulu yang relevan; kajian teori (khususnya mengenai masalah yang ada dan tindakan); serta kerangka berpikir. Kajian penelitian terdahulu yang relevan dapat juga menyatu dengan kajian teori. Contoh: Judul penelitian adalah ”Peningkatan X melalui Y di Z.”

Kajian penelitian terdahulu yang relevan mengupas penelitian sebelumnya mengenai X atau mengenai Y atau mengenai X dalam kaitannya dengan Y. Selain itu dapat pula ditambah dengan penelitian yang pernah dilakukan untuk Z. Bagian ini dapat menyatu dengan kajian teori.

Kajian teori mengupas mengenai X dan Y serta beberapa indikator keberhasilan yang ditetapkan yang merupakan sub dari X atau Y.

Kerangka berpikir berisi gambar , bagan, diagram alir, atau deskripsi mengenai alur pikir penelitian.

3) Bab III Prosedur Penelitian Tindakan KelasDalam bab ini terdapat subbab (a) setting penelitian, dan (b) prosedur penelitian.

a) Setting PenelitianDalam bagian ini perlu dipaparkan lokasi penelitian, yakni sekolah, kelas. Di samping itu perlu juga dipaparkan waktu penelitian, misalnya cawu I, II, II, dan sebagainya. Perlu juga dipaparkan karakteristik ketompok sasaran yang menjadi subjek penelitian, misalnya komposisi pria dan wanita (jika memang

53

Page 54: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

dipandang perlu), latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan yang diangkat, tingkat kemampuan siswa, dan sebagainya.

b) Prosedur PenelitianDalam bagian ini dipaparkan gambaran umum penelitian yang dilakukan termasuk jumlah dan prosedur siklus penelitian yang dilakukan. Perlu juga diadakan penjelasan secara tajam tentang rincian prosedur PTK sebagai berikut ini (Cf Tim Pelatih PGSM, 1999; Hopkins, 1992; Soedarsono, 1997).

(1) Persiapan TindakanPerlu dipaparkan persiapan yang dilakukan peneliti seperti tes diagnostik untuk menspesifikasi masalah dan rincian penyebab timbulnya masalah, pembuatan alat-alat dalam rangka tindakan dan lain-lain perencanaan yang terkait dengan pelaksanaan tindakan di kelas.(2) Implementasi tindakanDalam bagian ini dipaparkan tindakan yang diambil, skenario kerja tindakan, dan prosedur tindakan yang digunakan peneliti.(3) Pemantauan dan EvaluasiPerlu diuraikan prosedur pemantauan dan evaluasi tindakan, alat-alat pemantauan dan evaluasi yang digunakan, beserta kriteria keberhasilan tindakannya.(4) Analisis dan RefleksiProsedur analisis hasil pemantauan dan refleksi, kriteria dan rencana bagi tindakan daur ulang perlu dipaparkan secara tajam dalam bagian ini.

4) Bab IV Hasil Penelitian dan PembahasanDalam bagian ini disajikan hasil penelitian atau temuan penelitian setelah tindakan diterapkan. Penyajian temuan harus

54

Page 55: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan. Temuan hasil penelitian itu kemudian dibahas secara tajam dan lengkap. Pembahasan tersebut hendaknya memberikan penjelasan tentang kegagalan atau keberhasilan tindakan yang telah dilakukan dalam penelitian tersebut. Peneliti dapat membahasnya dengan mengadu pada berbagai teori atau hasil penelitian yang relevan serta dapat pula mengacu pada fakta-fakta objektif di lapangan yang merupakan pengalamannya atau observasinya selama menjadi guru di kelas.

5) Bab V Simpulan dan SaranBagian ini berisi dua subbagian, yakni simpulan dan saran. Dalam bagian simpulan peneliti menyimpulkan hasil penelitian sccara lengkap sesuai dengan masalah yang diteliti. Simpulan tidak boleh menyimpang dari masalah yang diangkat dalam penelitian itu. Hal itu perlu digarisbawahi karena masih banyak peneliti yang membuat simpulan tidak berdasar atau tidak mengacu pada rumusan masalah yang telah dicanangkan sebelumnya.

Saran yang disampaikan peneliti selayaknya juga tetap mengacu pada permasalahan serta simpulan. Kadang-kadang muncul saran yang begitu saja jatuh dari langit. Artinya, saran itu tidak relevan dengan hasil penelitian. Saran itu dapat berupa penerapan hasil penelitian dan kemungkinan penelitian lanjutan di masa yang akan datang.

6) Bagian Akhir Laporan PenelitianBagian ini berisi (a) daftar pustaka, (b) lampiran

a) Daftar PustakaKesalahan yang sering terjadi dalam penyusunan daftar

pustaka adalah sebagai berikut.

55

Page 56: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

1) Pustaka tidak ditulis sesuai dengan pedoman penulisan daftar pustaka. Kesalahan seperti itu, misalnya: tidak ditulis berdasarkan urutan abjad, tidak ditulis secara bertaat asas, komponen daftar pustaka yang terdiri atas nama pengarang, tahun, judul tulisan, kota tempat penerbitan, dan penerbit ditulis tidak lengkap,

2) Daftar pustaka yang dicantumkan tidak dirujuk dalam tubuh laporan. Kadang-kadang daftar pustaka merupakan ajang pamer buku pustaka.

3) Pustaka yang dirujuk dalam tubuh laporan teryata tidak tercantum dalam daftar pustaka.

b) LampiranBagian ini berisi lampiran yang diperlukan dalam penelitian. Dalam PTK hal-hal yang perlu dilampirkan adalah sebagai berikut.1) Model program yang sekaligus memperlihatkan skenario

tindakan.2) Instrumen penelitian.3) Data pendukung, seperti hasil rekap tabulasi data, foto, dan

lain-lain yang dianggap perlu.4) Curriculum vitae peneliti.

3. PenutupLaporan penelitian merupakan pertanggunjawaban peneliti. Ia harus dikemas secara baik, baik dari sudut format, struktur, isi, maupun bahasanya. Oleh sebab itu, peneliti haruslah menyiapkan laporan penelitian dengan baik. Ia harus menata, menyusun dengan persiapan dan pengetahuan yang baik tentang laporan penelitian dan harus dikerjakan secara profesional. Laporan penelitian tidak dapat dianggap sebagai karya yang dapat dikerjakan sambil lalu. Peneliti harus benar-

56

Page 57: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

benar mengerjakannya dengan sungguh-sungguh sehingga hasilnya benar-benar maksimal.

RANGKUMAN

Penelitian pendidikan ternyata tidak mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapi guru di dalam kelas. Ia dilakukan oleh orang di luar dunia pendidikan yang tidak menghayati masalah pendidikan dan penyebaran basil penelitian pendidikan memakan waktu yang lama untuk sampai pada guru. Oleh sebab itu, PTK merupakan alternatif yang sangat tepat untuk menggantikan posisi penelitian formal atau penelitian kelas yang selama ini banyak dikerjakan untuk dapat meningkatkan pembelajaran dari dalam dengan cara kolaboratif dan reflektif.

PTK adalah penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran dengan memanfaatkan pengahayatan guru akan masalah pendidikan dengan cara kotaboratif dan reflektif Penelitian kelas dibatasi sebagai penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara profesional. PTK bercirikan perbaikan pembelajaran dari dalam, kolaboratif, dan reflektif PTK mempunyai manfaat untuk inovasi pembelajaran, pengembangan kurikulum di tingkat sekolah, dan peningkatan profesionalitas guru.

PTK berbeda dengan penelitian formal dalam berbagai cara sebagai berikut. PTK itu metodologinya longgar, instrumentasinya dan analisisnya tidak harus ketat seperti pada penelitian formal. PTK mengembangkan pembelajaran sedangkan penelitian formal verifikasi dan menemukan pengetahuan yang akan digeneralisasikan. PTK dikerjakan oleh orang dalam (baca guru) sedangkan penelitian formal dikerjakan

57

Page 58: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

oleh orang luar yang tidak menghayati masalah di kelas secara mendalam. Sampel PTK khusus sedangkan penelitian formal represertatifPTK dilaksanakan dengan prosedur berdaur, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi; begitu seterusnya sampai penelitian itu dirasakan sudah dapat memperbaiki pembelajaran.

Masalah PTK adalah masalah yang memang benar-benar dirasakan oleh guru dan bukan masalah yang diturunkan dari atasan atau dan pihak dosen. Dengan masalahnya itu guru berupaya untuk mencoba mencari pemecahan masalah dengan menetapkan hipotesis tindakan yang dikajinya dan berbagai teori, basil penelitian, serta pengalaman mengajarnya. Tahap selanjutnya guru dengan berkolaborasi bersama teman sejawat, dosen, atau kepala sekolah/birokrat pendidikan yang lain membuat rencana tindakan yang dipersiapkan secara matang dan melaksanakannya di dalam kelas. Pada saat pelaksanaan itu guru mengadakan observasi yang berupa nontes, yakni pengamatan, wawancara, dan sebagainya serta dengan tes untuk melihat kemajuan pembelajaran siswa. Hasilnya kemudian direfleksi oleh guru dibantu oleh teman kolaborasinya. Jika hasilnya belum baik, maka guru barus siap mengadakan revisi terhadap tindakan yang dilakukan dan menetapkan tindakan baru yang kemudian akan dilaksanakan dan diobservasi dan direfleksi. Begitu seterusnya, dan tetjadilah daur PTK .

Seorang peneliti PTK selayaknya membuat usulan penelitian yang

merupakan panduan di dalam melaksanakan penelitian. Rambu-rambu

penyusunan proposal itu sebagai berikut.

Rambu-rambu Keterangan Singkat

Judul Judul penelitian harus mencerminkan PTK

Latar Belakang Bagian ini berisi rasional dilakukannya PTK.

Rumusan masalah. Masalah harus benar-benar dari guru dan dihayati guru. Sosok

58

Page 59: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

PTK harus sudah tampak dari masalah ini.

Cara pemecahan

masalah.

Untuk memecahkan masalah harus dirumuskan hipotesis

tindakan yang didasarkan kajian yang mendalam tentang teori,

konsep, hasil penelitian, serta pengalaman guru.

Tujuan dan manfaat

penelitian.

Tujuan dan manfaat harus dirumuskan secara jelas dan taat

asas dengan masalah dan tindakan yang telah dirumuskan

terdahulu.

Kerangka teori dan

hipotesis tindakan.

Bagian ini membahas berbagai konsep, teori yang relevan,

hasil pertelitian, serta akhirnya dirumuskan hipotesis tindakan.

Rencana penelitian. Bagian ini memuat setting penelitian, variabel yang diteliti,

rencana tindakan (perencanaan, implementasi tindakan,

observasi dan interpretasi, analisis dan refleksi) data dan cara

mengumpulkan data, indikator kerja.

Jadwal penelitian,

anggaran penelitian

Jadwal dan anggaran perlu dirinci secara baik.

Bagian akhir Pada bagian akhir harus disebutkan daftar pustaka, lampiran,

dan lain-lain.

Laporan PTK mempunyai format yang agak berbeda dengan format penelitian formal. Bagian tubuh laporan terdiri atas Bab I, yakni Bab Pendahuluan yang mencakup masalah dan tata belakang masalah, tindakan yang dipilih, tujuan penelitian, lingkup penelitian, dan signifikansi penelitian. Bab II Kajian teori, Prosedur Penelitian Tindakan Ke!as yang mencakup setting penelitian, dan prosedur penelitian Prosedur tindakan mencakup persiapan tindakan, implementasi tindakan, pemantauan tindakan, analisis dan refleksi. Bab II Hasll Penelitian dan Pembahasan yang mencakup hsil penelitian dan pembabasan hasil/temuan penelitian. Bab IV Simpulan dan Saran.

59

Page 60: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

PELATIHAN

Untuk mengukur pemahaman Anda akan PTK, berikut ini disajikan soal-soal) evaluasi. Kerjakanlah dengan balk. Kerjakanlah sendiri tanpa bantuan atau mendiskusikannya dengan orang lain. Setelah selesai, coba hitunglah berapa skor Anda. Gunakan rambu-ambu untuk menghitung skor. Jika Anda sudah memperoleh skor 80 ke atas, Anda sudah dapat dikatakan menguasai PTK dengan baik. Jika belum, silakan lacak bagian manakah yang belum Anda kuasai dengan baik dan coba berikan tekanan pada bagian tersebut. Setelah itu cobalah sekali lagi menjawab pertanyaan yang Anda rasakan masih belum mampu menjawabnya dengan baik. Selamat bekerja!Soal II. PTK bersifat kolaboratif Apa artinya, jelaskan!2. PTK bersifat reflektif. Apa artinya, jelaskan!3. Bagaimana cananya supaya tujuan perbaikan dan

peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses belajar mengajar dapat dicapai?

4. Jelaskan bahwa PTK dapat bermanfaat untuk inovasi pendidikan!

5. Jelaskan perbedaan PTK dengan penelitian formal jika ditilik dan tujuan, pelaku, dan interpretasi temuannya!

6. Jelaskan bahwa refleksi itu dapat dilakukan sebelum, ketika, dan sesudah mengajar

(pelaksanaan tindakan)

60

Page 61: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

7. Arahan apa yang perlu diperhatikan ketika hendak merumuskan masalah?

8. Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan ketika peneliti akan menentukan hipotesis tindakan. Sebutkan hal-hal tersebut!

Soal II 1. Mengapa penelitian pendidikan selama ini kurang bermanfaat

untuk meningkatkan pembelajaran?2. Apa sajakah karakteristik PTK itu?3.Apa tujuan PTK?4. Apa manfaat PTK?5. Apa perbedaan antara PTK dengan penelitian formal?6. Bagaimanakah siklus PTK itu?7. Buatlah contoh perumusan masalah yang khas PTK!8. Buatlah hipotesis tindakan berdasarkan masalah tersebut!9.Kapan guru mengadakan refleksi dalam PTK?10. Buatlah kerangka penyusunan proposal PTK!

Rambu-Rambu Jawaban PelatihanSoal I1. Hasil penelitian pendidikan kurang berdampak langsung dalam peningkatan kualitas pendidikan karena:a. dilakukan oleh orang luar yang tidak menghayati

permasalahan yang terjadi di dalam kelas/sekolah;b. penyebarluasan hasil penelitian pendidikan memakan waktu

yang relatif lama.2.Karakteristik PTK adalah:

a. perbaikan pembelajaran dari dalam,b. kolaboaratif,c. reflektif.

61

Page 62: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

3.Tujuan PTK adalah:a. perbaikan pembelajaran,b. pengembangan keterampilan guru,c. tumbuhnya budaya meneliti.

4. Manfaat PTK adalaha. inovasi pembelajaranb. pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat

kelasc. peningkatan profesionalisme guru.

5. Perbedaan PTK dengan penelitian formal:a. PTK dilakukan oleh pelaku dan dalam (guru) itu sendiri,

sedangkan penelitian formal dikerjakan oleh orang di luar atau bukan pelaku pengajaran.

b. PTK menggunakan metodologi yang agak longgar sedangkan penelitian formal ketat sekali.

c. PTK pada hakikatnya berupaya untuk meningkatkan atau memperbaiki pembelajaran sedangkan penelitian formal ingin meberikan, mengabstraksikan dan membangun teori tentang pembelajaran atau pendidikan.

6. Siklus PTK adalah perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.7. Contoh perumusan masalah PTK:

a. Kinerja membaca siswa kelas 2 SD Laboratorium Unesa Surabaya rendah.

b. Kecepatan membaca siswa kelas 1 SMP Negeri Pare-Pare rendah.

8. Hipotesis tindakannya sebagai berikut.a. Dengan metode VAKT kemampuan membaca siswa kelas 2

SD Laboratorium Unesa akan meningkat.b. Dengan metode membaca buku berseri kecepatan

membaca siswa kelas 1 SMP Pare-Pare akan meningkat.

62

Page 63: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

9. Guru mengadakan refleksi sebelum, sedang, dan sesudah mengajar10. Kerangka penyusunan proposal PTK sebagai berikut.

Judul, latar belakang masalah, masalah, cara pemecahan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teoretik dan hipotesis tindakan, rencana penelitian, data dan cara pengambilan data, anggaran dana penelitian.

Soal II1. PTK dapat dikerjakan bersama dengan orang lain, terutama

dosen perguruan tinggi atau guru lain, kepala sekolah, serta birokrat pendidikan, baik dalam hal menentukan masalah, merencanakan, menentukan hipotesis tindakan, observasi, maupun refleksi.

2. Artinya, dalam penelitisan itu peneliti selalu memikirkan apa dan mengapa suatu dampak tindakan terjadi di kelas. Dan pemikiran itu kemudian peneliti akan mencari pemecahannya dengan melalui tindakan-tindakan pembelajaran tertentu.

3. Tujuan itu dapat dicapai dengan melakukan refleksi untuk mendiagnosis keadaan, kemudian mencobakan secara sistematis berbagai tindakan altematif dalam pemecahan masalah pembelajaran di kelas dan atau implementasi program sekolah yang tengah dirasakan itu. Dengan kata lain, dilakukan perencanaan tindakan alternatif oleh guru kemudian dicobakan dan dievaluasi efektivitasnya dalam memecahkan persoalan pembalajaran yang sedang dihadapi oleh guru.

4. Dalam inovasi pembelajaran guru perlu selalu mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar ia mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya. Guru sealu berhadapan dengan siswa yang berbeda dari tahun ke tahun. Oleh sebab

63

Page 64: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

itu, jika guru melakukan PTK dari kelasnya sendiri dan berangkat dari persoalannya sendiri kemudian menghasilkan solusi terhadap persoalan tersebut, maka secara tidak langsung ia telah terlibat dalam proses inovasi pembelajaran. Dengan cara seperti itu, inovasi pembelajaran benar-benar berangkat dan realitas permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam mengajar di kelas. Inovasi pembelajaran seperti itu dengan sendirinya akan jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan penataran-penataran untuk tujuan serupa.

5. Perbedaan PTK dengan penelitian formal dari sudut tujuan, pelaku, dan interpretasi hasil temuan.

Tujuan PTK : memperbaiki pembelajaran penelitian formal verifikasi dan menemukan pengetahuan yang dapat digeneralisasikan.

Pelaku PTK: dikerjakan oleh orang dalam (baca guru), sedangkan penelitian formal dilakukan oleh orang luar.

Interpretasi temuan: PTK memahami prakis pembelajaran melalui refleksi dan teorisasi oleh guru, sedangkan penelitian formal memerikan, mengabstraksikan dan membangun teori.

6. Sebelum melakukan tindakan atau merencanakan tindakan pelaku penelitian tindakan sudah mengadakan refleksi terlebih dulu atas segala yang dikejakan selama ini, selama ia mengajar dan mencoba melihat apa dan bagaimana dampak pengajarannya dan mengapa hal itu terjadi. Dari hasil refleksi awal itulah masalah ditetapkan, rencana dibuat. Ketika guru atau peneliti melakukan tindakan ia juga dapat mengadakan refleksi selama pelaksanaan tindakan itu dengan sangat cepat dan hati-hati yang digunakannya untuk memperbaiki hal-hal kecil yang berlangsung dalam pelaksanaan tindakan. Sesudah pelaksanaan tindakan, peneliti mengadakan refleksi lagi untuk mengetahui sejauh mana dampak tindakannya dan mengapa hasil seperti itu. Refleksinya itu digunakan untuk menyusun

64

Page 65: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

dan memperbaiki rencana selanjutnya dalam pembelajarannya.

7. Arahan yang diperlukan oleh peneliti dalam menentukan dan merumuskan masalah adalah sebagai berikut.a. Memilih masalah yang dirasakan penting bagi guru dan

peserta didik.b. Memilih masalah yang sesuai dengan kemampuan guru.c. Memilih masalah yang cakupannya tidak terlalu luas dan

mudah untuk dikelola guru.d. Berkolaborasi ketika mengembangkan masalah dengan

dosen atau guru lain/kepala sekolah dan birokrat pendidikan.e. Mengaitkan masalah PTK yang akan dikembangkan

dengan prioritas yang ditetapkan dalam pengembangan sekolah.

8. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan hipotesis tindakan.

a. Dirumuskan berdasankan basil kajian; berarti mantap secara konseptual.

b. Dipertimbangkan dan dikaji ulang dan dievaluasi dari segi relevansinya dengan tujuan, keterlaksanannya; ditetapkan cara evaluasinya.

c. Dipilih yang paling menjanjikan hasil optimal, tetapi masih dalam jangkauan guru.

d. Dipikirkan secara saksama perbaikan yang dijanjikan dalam hipotesis tindakan itu.

65

Page 66: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

PenskoranCocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban yang terdapat pada hagian akhir modul ini. Tiap soal mendapatkan skor 10. Karena soal dalam evaluasi bersifat esai, maka cobalah menilainya sendiri berdasarkan pengalaman Anda memberikan skor pada tes esai. Jika jawaban Anda memang seratus persen benar, berilah skor 10, tetapi jika kurang dari seratus persen pentimbangkanlah baik-baik, berapa sebaiknya skor yang anda peroleh untuk nomor tersebut. Jurnlahkanlah skor Anda tersebut secara keseluruhan dan nomor satu sampai dcngan nomor delapan. Dengan menggunakan rumus di hawah ini Anda akan mengetahui tingkat penguasaan Anda.

(Jumlah skor yang diperoleh: Skor tingkat penguasaan) X 100Jumlah soalAnti tingkat penguasaan yang Anda capai:

90—100 = baik sekali80—89 = baik70—79 = sedang<70 = kurang

Apabila skor tingkat penguasaan Anda telah mencapai 80 ke atas, Anda dapat dikatakan telah berhasil. Selamat untuk Anda! Tetapi, bila perolehan skor Anda masih di bawah 80, Anda harus tetap bersemangat untuk kembali mengkaji modul ini agar pemahaman Anda tentang modul ini semakin baik. Berikanlah tekanan pada bagian yang Anda anggap masih agak sukar. Jika

66

Page 67: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

Anda sudah merasa yakin akan penguasaan Anda, coba sekali lagi menjawab pertanyaan tersebut dan yakinlah bahwa Anda pasti dapat memperoleh skor di atas 80. Selamat mencoba!

LAMPIRAN 1

Pokok-pokok PTK (blogs Kisyani-Laksono dalam www.ktiguru.org)(p) Ada masalah apa di kelas? (bukan kajian teoretis, tapi

masalah nyata di kelas Anda)(q) Tunjukkan bukti-bukti yang mendukung adanya masalah itu(r) Identifikasilah akar penyebab masalah(s) Identifikasilah beberapa alternatif tindakan/obat yang

dianggap dapat mengatasi akar penyebab masalah (lengkap dengan kelebihan dan kekurangan tiap tindakan)

(t) Tentukan salah satu tindakan yang akan dipilih (secara kajian teori, tindakan itu memang dapat mengatasi masalah). Setelah langkah ini, dapat disusun judul PTK yang mengandung UMOS (urutan dapat dibolak-balik), yakni upaya (misalnya "peningkatan"), masalah, obat (tindakan), dan setting (kelas Anda).

(u) Tentukan indikator keberhasilan tindakan (jika indikator keberhasilan sudah dicapai, berarti siklus PTK sudah selesai).

(v) Susunlah rumusan masalah  dalam bentuk rumusan masalah PTK

(w) Sususnlah hipotesis tindakan (jika ada)(x) Tujuan penelitian disesuaikan dengan rumusan masalah(y) Manfaat penelitian disesuaikan dengan rumusan masalah

dan tujuan(z) Tinjauan pustaka disusun sesuai dengan rumusan masalah.

Selain itu dalam tinjauan pustaka dikemukakan juga bahasan terhadap penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.

(aa) Prosedur penelitian mengikuti prosedur PTK(bb) Jadwal penelitian disesuaikan dengan jadwal sekolah.(cc) Daftar Pustaka harus sesuai dengan catatan pustaka yang

ada di bagian dalam(dd) RPP dilampirkan (sesuaikan dengan prosedur penelitian).

Satu siklus dapat diwujudkan dalam dua kali pertemuan atau lebih.

(ee) Lampiran lain yang perlu.

67

Page 68: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

LAMPIRAN 2Contoh proposal PTK secara garis besar (belum dinarasikan):

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULISSISWA KELAS XI SMAN 25 MELALUI KOREKSI

BERPASANGAN

A. Latar BelakangMasalah: Kemampuan siswa kelas XI SMAN 25 Surabaya dalam hal menulis karya ilmiah rendah.Buktia. Banyak siswa yang tidak teliti sehingga kesalahan penulisan/ketikan sering terjadi, misalnya: dasr (seharusnya ”dasar”), ejaa (seharusnya ”ejaan”), hakekat (seharusnya ”hakikat”), teoritis (seharusnya ”teoretis”).b. Banyak terjadi kesalahan sistematika penomoran, misalnya: A. 1. 1. 2.c. Daftar pustaka banyak yang tidak sesuai dengan catatan pustaka, misalnya: Dalam daftar pustaka muncul: Arikunto, Suharsimi. 2006. .... (Catatan pustaka yang terdapat dalam teks tidak pernah menyebutkan Arikunto, 2006).

Akar Penyebab Masalaha. Siswa tidak telitib. Siswa enggan membaca lagi tulisannya (menyunting tulisannya)

Alternatif Tindakana. Koreksi Berpasanganb. Diskusi Kelompok

68

Page 69: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

Yang dipilih: Koreksi Berpasangan karena diskusi kelompok biasanya berlarut-larut dan memakan waktu relatif lama.

B. Rumusan MasalahBagaimanakah peningkatan keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas XI SMAN 25 Surabaya melalui koreksi berpasangan?Hipotesis Tindakan: Koreksi berpasangan akan meningkatkan keterampilan siswa kelas XI SMAN 25 Surabaya dalam menulis karya ilmiah

C. Tujuan Menghasilkan deskripsi peningkatan keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas XI SMAN 25 Surabaya melalui koreksi berpasangan

Indikator keberhasilan tindakan (tercapainya tujuan)a, siswa aktif melakukan koreksi berpasanganb. siswa aktif mendiskusikan hasil koreksi secara berpasanganc. siswa memperbaiki tulisan sehingga tidak ada kesalahan penulisan/pengetikan, tidak ada kesalahan penulisan sistematika penomoran, dan semua daftar pustaka sesuai dengan catatan pustaka

D. ManfaatBagi siswa: dapat meningkatkan keterampilan menulis karya ilmiah Bagi guru: dapat memperdalam dan memperbaiki strategi koreksi berpasanganBagi sekolah: dapat memperbaiki prestasi sekolah dalam lomba penulisan karya ilmiah

E. Tinjauan Pustaka1. Penelitian Sebelumnya yang Relevan2. Keterampilan Menulis secara umum, kemudian difokuskan pada a. Kata Baku b. Sistematika Penomoran c. Daftar Pustaka dan Catatan Pustaka3. Koreksi Berpasangan (Dimulai dari teknik think-pair-share dalam pendekatan kooperatif) Koreksi berpasangan dilakukan dengan prosedur:a. siswa dipasangkan sesuai dengan urutan nomor presensi. Jika ada siswa yang tidak mendapatkan pasangan karena jumlah gasal, berarti ada koreksi berpasangan yang beranggotakan tiga orang.

69

Page 70: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

b. Siswa menerima instrumen untuk koreksi berpasangan dengan kisi-kisi kesalahan penulisan/ketikan, kesalahan sistematika penomoran, dan ketidaksesuaian catatan pustaka dengan daftat pustaka. Selain itu, komentar lain dapat juga dilakukan, misalnya mengenai isi, ketepatan judul, ketepatan rumusan masalah, kajian pustaka, dll.c. Siswa aktif melakukan koreksi berpasangan d. Siswa aktif mendiskusikan hasil koreksi secara berpasangan (ada blangko keaktifan siswa untuk koreksi berpasangan)e. Siswa memperbaiki tulisan

F. Prosedur (Metode)1. Subjek penelitian: 35 siswa kelas XI SMAN 25 Surabaya. 2. Siklus I:Refleksi AwalRefleksi yang dilakukan terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung adalah mengemukanya berbagai kelemahan siswa dalam menulis karya ilmiah, yakni: banyaknya keselahan penulisan, kesalahan sistematika penomoran, dan ketidaksesuaian daftar pustaka dengan catatan pustaka. Setelah ditelusur, akar masalah terdapat pada ketidaktelitian dan keengganan siswa untuk membaca lagi tulisannya. Oleh sebab itu, diidentifikasi alternatif tindakan yang dianggap tepat untuk mengatasi masalah itu, yakni koreksi berpasangan.

PerencanaanDilakukan penentuan indikator keberhasilan tindakan,

yakni: siswa aktif melakukan koreksi berpasangan; siswa aktif mendiskusikan hasil koreksi secara berpasangan; siswa memperbaiki tulisan sehingga tidak ada kesalahan penulisan/pengetikan, tidak ada kesalahan penulisan sistematika penomoran, dan semua daftar pustaka sesuai dengan catatan pustaka. Disusun RPP untuk memenuhi tujuan, yakni peningkatan keterampilan menulis melalui koreksi berpasangan. Selain itu, disusun pula tiga instrumen yang diperlukan untuk observasi, yakni: (1) instrumen keaktifan siswa saat koreksi berpasangan, (2) instrumen untuk catatan perbaikan melalui koreksi berpasangan, dan (3) instrumen pendapat siswa dan guru mitra mengenai pembelajaran dengan koreksi berpasangan.

Tindakan Pembelajaran menulis dengan koreksi berpasangan dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah disusun. Pada saat yang sama, dilakukan pula observasi

70

Page 71: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

ObservasiGuru dan guru mitra mitra melaksanakan observasi terhadap keaktifan siswa dalam melakukan koreksi berpasangan, mendiskusikan hasil koreksi secara berpasangan, dan memperbaiki tulisan. Setelah itu dilakukan evaluasi apakah tulisan yang sudah diperbaiki sudah tidak mengandung kesalahan penulisan/pengetikan, tidak mengandung kesalahan penulisan sistematika penomoran, dan sudah mengandung kesesuaian daftar pustaka dan catatan pustaka. Pada bagian akhir, siswa dan guru mitra memberi masukan terhadap pembelajaran dengan koreksi berpasangan.

RefleksiDilakukan pencocokan hasil tulisan mereka dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Jika hal itu (indikator keberhasilan) belum terpenuhi, diperlukan siklus berikutnya untuk memperbaiki hal itu. Dalam hal ini dilakukan refleksi terhadap pembelajaran yang sudah berlangsung, mungkin saja masih ada hal-hal yang kurang dalam prosedur, misalnya: instrumen masih belum dapat menjaring data dengan baik, siswa merasa tidak nyaman, dst. Pada tahap ini dilakukan upaya perbaikan untuk perencanaan siklus berikutnya.

2. Siklus II Perencanaan: Disusun RPP untuk memenuhi tujuan, yakni pembelajaran menulis dengan koreksi berpasangan berdasarkan hasil dari siklus I. Jika dalam refleksi siklus I ditemukan adanya kelemahan tindakan, tindakan itu diperbaiki lagi dalam perencanaan untuk siklus II, dst.

G. JadwalPersiapan : Minggu ke-1 Oktober 2007 Pelaksanaan : Minggu ke-2 dan ke-3 Oktober 2007 (4 x

pertemuan)Penulisan Laporan

: Minggu ke-4 Oktober 2007

H. Daftar PustakaDisesuaikan dengan catatan pustaka

I. LampiranRPPInstrumen (tiga jenis)

71

Page 72: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

LAMPIRAN 3 Contoh Garis Besar Laporan PtkKisyani-Laksono

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARYA ILMIAH SISWA KELAS … SMAN … SURABAYA MELALUI KOREKSI

BERPASANGAN

... (berbagai hal yang berhubungan dengan bagian awal laporan, termasuk abstrak)

BAB I PENDAHULUAN

J. Latar BelakangPada dasarnya, keterampilan menulis--khususnya menulis karya ilmiah--merupakan suatu keterampilan yang wajib dikuasai para siswa. Akan tetapi, dalam beberapa tulisan, siswa kelas ...

72

Page 73: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

SMAN ... Surabaya belum menunjukkan hal itu. Berdasarkan pengamatan terhadap beberapa tulisan siswa kelas ... SMAN ... Surabaya tampak bahwa keterampilan menulis mereka, khususnya dalam hal karya ilmiah masih rendah. Hal itu terlihat dari masih banyaknya kesalahan yang selalu berulang, yakni banyaknya keselahan penulisan, kesalahan sistematika penomoran, dan ketidaksesuaian daftar pustaka dengan catatan pustaka. Beberapa bukti yang ditemukan di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Banyak siswa yang tidak teliti sehingga kesalahan penulisan/ketikan sering terjadi, misalnya: dasr (seharusnya ”dasar”), ejaa (seharusnya ”ejaan”), hakekat (seharusnya ”hakikat”), teoritis (seharusnya ”teoretis”).

2. Banyak terjadi kesalahan sistematika penomoran, misalnya:

A. 1. 1. 2.

c. Daftar pustaka banyak yang tidak sesuai dengan catatan

pustaka, misalnya: Dalam daftar pustaka muncul: Arikunto, Suharsimi. 2006. .... (Catatan pustaka yang terdapat dalam buku teks tidak pernah menyebutkan Arikunto, 2006).

Setelah dilakukan penelusuran, akar masalah terdapat pada monotonnya guru dalam pembelajaran menulis karena

73

Page 74: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

setiap kali pembelajaran menulis guru menyuruh siswa menulis dan mengumpulkannya. Selain itu, aa juga faktor ketidaktelitian siswa dan keengganan siswa untuk membaca lagi tulisannya (sebagian besar siswa mengakui hal itu).

Oleh sebab itu, diajukan alterantif tindakan yang diasumsikan dapat mengatasi masalah itu, yakni: (1) Koreksi Berpasangan atau (2) Diskusi Kelompok. Diskusi kelompok pada siswa kelas ... SMAN ... Surabaya dianggap kurang tepat karena ruang kecil, terasa panas, suara kelompok dapat mengganggu kelompok lainnya. Selain itu, diskusi kelompok memakan waktu relatif lama dan biasanya berlarut-larut. Adapun koreksi berpasangan dipandang lebih sederhana dan dapat diterapkan di kelas kecil. Oleh sebab itu, dipilihlan koreksi berpasangan untuk mengatasi masalah rendahnya keterampilan menulis siswa kelas ... SMAN ... Surabaya. K. Rumusan MasalahBagaimanakah peningkatan keterampilan menulis siswa kelas ... SMAN ... Surabaya melalui koreksi berpasangan?

L. Tujuan Menghasilkan deskripsi peningkatan keterampilan menulis siswa kelas ... SMAN ... Surabaya melalui koreksi berpasangan

Indikator keberhasilan tindakan (tercapainya tujuan)1. Ssiswa aktif melakukan koreksi berpasangan2. Siswa aktif mendiskusikan hasil koreksi secara berpasangan3. Siswa memperbaiki tulisan sehingga tidak ada kesalahan

penulisan/pengetikan, tidak ada kesalahan penulisan sistematika penomoran, dan semua daftar pustaka sesuai dengan catatan pustaka

74

Page 75: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

M.ManfaatBagi siswa: dapat meningkatkan keterampilan menulis Bagi guru: dapat memperdalam dan memperbaiki strategi koreksi berpasanganBagi siswa: ...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Keterampilan Menulis Memulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa di samping menyimak, berbicara, dan membaca. Tarigan (1986:21) menyatakan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut. Menulis juga berarti kemampuan seseorang mengungkapkan ide, pikiran, pengetahuan, ilmu dan pengalaman-pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis yang runtut, jelas, ekspresif, enak dibaca, dan bisa dipahami orang lain. Menulis erat kaitannya dengan kegiatan ilmiah (Marwoto, dkk. 1985:12). Penelitian mengenai menulis sudah banyak dilakukan, antara lain oleh ….

Menulis bertolak dari ide, merupakan pengungkapan kandungan benak pengarang/penulis, berisi muatan pengetahuan dan berbagai pengalaman hidup. Dapat dikatakan

75

Page 76: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

bahwa fungsi utama menulis adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung antara pembaca dan penulis. Pemahaman dapat terjadi jika antara pembaca dan penulis saling memahami lambang-lambang grafik tersebut. Oleh karena itu, yang paling utama dalam menulis adalah penulis dapat menyampaikan pesan kepada pembaca sehingga pembaca memahami maksudnya. Dalam tulisan ilmiah, pesan itu dapat terbaca dengan baik jika tulisan itu bersih dari kesalahan-kesalahan, termasuk kesalahan penulisan kata (berhubungan dengan kata baku), kesalahan penulisan sistematika penomoran, dan kesalahan karena ketidaksesuaian daftar pustaka dengan catatan pustaka.

Untuk mengetahui ada tidaknya kesalahan-kesalahan itu, perlu dipahami dahulu mengenai kata baku, sistematika penomoran, serta daftar pustaka dan catatan pustaka. Berikut adalah penjelasan ketiga hal itu.

1. Kata BakuKebakuan bahasa dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, salah satunya adalah dari kosakata dan istilah. Karya ilmiah seharusnya menggunakan kata atau istilah yang baku. Berikut ini diberikan contoh kata yang sering digunakan secara tidak tepat/salah (cf. Moeliono, 2001b:75).

SALAH BENAR SALAH BENAR

apotik apotek karir karier

atlit atlet varitas varietas

atmosfir atmosfer metoda metode

difinisi definisi aktip aktif

diskripsi deeskripsi aktifitas aktivitas

konkrit konkret positip positif

sistim sistem Pebruari Februari

76

Page 77: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

teoritis teoretis Nopember November

hakekat hakikat kwalifikasi kualifikasi

kaedah kaidah kwalitas kualitas

nasehat nasihat trampil terampil

hirarki hierarki otentik autentik

Kebakuan bukan hanya berhubungan dengan penulisan vokal atau konsonan yang benar, tetapi juga berkaitan dengan ketidaksengajaan penghilangan atau penambahan huruf dalam suatu tulisan. Selain itu, ada juga kesalahan yang terjadi dalam bentuk kata yang berkaitan dengan masalah afiksasi dan reduplikasi. Dalam afiksasi sering terjadi kesalahan karena (1) penghilangan imbuhan, (2) penambahan imbuhan secara tidak tepat, (3) nasalisasi yang tidak tepat, dan (4) interferensi bahasa daerah atau bahasa asing (cf. Ardiana, 1987; Moeliono, 1989, 1991, 2001a; Arifin dan Hadi, 1993). Contoh:

SALAH BENAR

nonton menonton

kerja bekerja

kuliah berkuliah

ketabrak tertabrak

kekecilan terlalu kecil

duluan lebih dulu

memperluaskan memperluas; meluaskan

memperlebarkan melebarkan

mentaati menaati

melola mengelola

mengetrapkan menerapkan

mencat mengecat

menyolok mencolok

merubah mengubah

mengkikis mengikis

77

Page 78: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

Berikut ini diberikan beberapa contoh kesalahan dalam reduplikasi.

SALAH BENAR

gonta-ganti berganti-ganti

lika-liku liku-liku

mengira-ira mengira-ngira

Pada dasarnya, Kamus Besar Bahasa Indonesia sudah menawarkan bentuk-bentuk yang disarankan penggunaannya (baku) dan bentuk-bentuk yang tidak disarankan penggunaannya. Penelitian mengenai kata baku sudah sering dilakukan, di ataranya oleh Farida (2000). Menurutnya, banyak kesalahan siswa dalam menuliskan kata baku, khususnya dalam hal penulisan kata yang sudah populer penggunaannya, misalnya: sekedar (seharusnya “sekadar”), tehnik (seharusnya “teknik”). Selain Farida, penelitian tentang kata baku juga dilakukan oleh ....

2. Sistematika PenomoranSistematika penomoran dapat menggunakan sistem huruf dan angka atau sistem digit dengan model lurus atau model lekuk. Apabila sistem yang digunakan sistem digit, penomoran hendaknya dibatasi sampai empat angka, setelah itu dapat meminjam model dari sistem huruf dan angka (peminjaman mulai dari a.).Contoh: a. Sistem Huruf dan Angka model lurus model lekukI. BAB I. BAB

78

Page 79: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

A. Subbab A. Subbab1. ............. 1. .....2. ............. 2. .....a. ............. a. .......b. ............. b. .......1) ............. 1) ......2) ............. 2) ......a) ............. a) ......b) ............. b) ......(1) ............ (1) .....(2) ............ (2) .....(a) ............ (a) ...(b) ............ (b) ...

b. Sistem Digit model lurus model lekukI. BAB I. BAB1.1 Subbab 1.1 Subbab 1.1.1 .............. 1.1.1 .............1.1.1.1 ............... 1.1.1.1 ........atau:BAB I ..... BAB I .....1.1 Subbab 1.1 Subbab1.l.l ............ 1.1.1 ..........1.1.1.1 ...............

1.1.1.1 .......

79

Page 80: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

3. Catatan Pustaka dan Daftar Pustaka Daftar pustaka berisi daftar buku, majalah, artikel, makalah, dll. yang digunakan sebagai acuan dalam suatu karya ilmiah. Daftar pustaka dapat dipakai sebagai salah satu indikator untuk menunjukkan seberapa jauh wawasan penulis. Selain itu, daftar pustaka juga akan memudahkan pembaca untuk menemukan sumber acuan yang digunakan. Sebelum membahas daftar pustaka secara rinci, berikut ini akan disajikan hal-hal yang erat kaitannya dengan daftar pustaka, yaitu catatan pustaka dan catatan kaki. Setelah itu barulah akan dibicarakan daftar pustaka.

a. Catatan Pustaka Daftar pustaka erat kaitannya dengan catatan pustaka (catatan untuk menjelaskan sumber informasi) yang terdapat di dalam karya ilmiah. Dalam karya ilmiah resmi, sumber informasi yang terdapat dalam catatan pustaka harus terdapat dalam daftar pustaka.

Catatan pustaka bisa langsung dicantumkan dalam teks sehingga memudahkan pembaca. Penggunaan singkatan ibid, op. cit., dan loc. cit. sudah mulai ditinggalkan karena sering menyulitkan pembaca.

Ada beberapa teknik penyusunan catatan pustaka yang lazim digunakan (cf. Sudjiman dan Sugono, 1987; Arifin, 1987, Effendi, 1978):1) Apabila nama pengarang dicantumkan dalam teks, nama

pengarang atau nama akhir pengarang langsung diikuti tanda kurung yang berisi tahun terbit, tanda titik dua, dan nomor halaman.

Contoh: Harsojo (1988:23) mengatakan bahwa ...2) Apabila nama pengarang tidak dicantumkan dalam teks,

nama akhir pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman

80

Page 81: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

dapat dicantumkan di dalam kurung pada akhir pernyataan sebelum tanda baca (tanda titik). Urutan pencantuman: nama akhir pengarang, tanda koma, tahun terbit, tanda titik dua, nomor halaman.

Contoh: "Nilai surat sebagai sarana komunikasi terletak pada mudah tidaknya surat itu dipahami pembaca " (Kisyani-Laksono, l990: 33).

3) Apabila ada dua pengarang, kedua nama akhir pengarang dicantumkan di dalam kurung dengan urutan seperti yang terdapat pada sumber dan dihubungkan dengan kata dan, diikuti tanda koma, tahun terbit, tanda titik dua, dan nomor halaman.

Contoh: "Catatan merupakan tambahan keterangan tentang fakta, teori, atau pernyataan yang dikemukakan dalam uraian" (Sudjiman dan Sugono, 1986: 14).

4) Apabila pengarang lebih dari dua orang, cara penulisan seperti pada butir c dengan ketentuan yang dicantumkan adalah nama akhir pengarang pertama diikuti singkatan dkk.

Contoh: Menurut Sirait dkk. (1985:25--26), jenis-jenis khusus narasi adalah: otobiografi dan biografi, anekdot dan insiden, sketsa, serta profil.

5) Apabila sumber berasal dari internet tanpa nama penulis, dapat ditulis website-nya (lamannya) atau berita/artikelnya, misalnya: www.ktiguru.org (25 Oktober 2007).

6) Apabila ada lebih dari satu karya yang diterbitkan dalam tahun yang sama dari seorang pengarang, digunakan huruf kecil sebagai pembeda di belakang tahun terbit. Hal ini harus disesuaikan dengan daftar pustaka dengan aturan: urutan huruf pembeda didasarkan pada huruf awal judul buku.

Contoh: a) Judul buku: Argumentasi dan Narasi

81

Page 82: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

Penolakan merupakan sebuah proses penalaran dalam kerangka berargumentasi (Keraf, 1985a:80).

b) Judul buku: Eksposisi dan Deskripsi Menurut Keraf (1985b:34), "klasifikasi merupakan

suatu proses yang bersifat alamiah untuk menampilkan pengelompokan-pengelompokan sesuai dengan pengalaman manusia".

6) Apabila beberapa pengarang diacu bersama, nama-nama akhir pengarang , tahun terbit, dan nomor halaman ditulis dalam satu kurung dengan pemisah tanda titik koma.

Contoh: ...dalam suatu waktu (Koentjaraningrat, 1985:12; Harsojo, 1987: 23; Ahmadi, 1988: 17).

7) Apabila pustaka acuan berjilid, nomor jilid ditulis dengan angka Arab sesudah tahun terbit dengan dinaikkan setengah spasi.

Contoh: Tim A3 (19871:20) berpendapat bahwa argumentasi dapat terdiri atas satu kalimat saja, atau terdiri atas beberapa kalimat.

8) Apabila pustaka acuan tidak mempunyai tahun terbit, dituliskan Tanpa Tahun pada bagian tahun.

Contoh: ... dalam lingkup sastra (Sutopo,Tanpa Tahun:25). 9) Apabila pustaka acuan mengacu pada pendapat orang lain,

cara penulisan sama seperti pada cara-cara yang telah disebutkan, hanya saja petunjuk tahun dan nomor halaman buku asli tidak usah dituliskan.

Contoh: Buku acuan (Tarigan,1984:32) berbunyi: Kemampuan membaca sepintas ini memang sangat

bermanfaat. Oleh karena itu, sang guru harus mengajarakan keterampilan ini kepada anak didiknya (Burmeister, 1978: 296).

Apabila pendapat ini diacu, cara penulisannya : Burmeister (Tarigan, 1984:32) berpendapat bahwa

82

Page 83: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

kemampuan membaca sepintas sangat bermanfaat. Oleh sebab itu, guru harus mengajarkan keterampilan ini kepada anak didiknya.

atau: "Kemampuan membaca sepintas ini memang sangat

bermanfaat. Oleh karena itu, maka sang guru harus mengajarkan keterampilan ini kepada anak didiknya" (Burmeister dalam Tarigan, 1984:32).

10) Apabila penulis menambah pendapat, mengurangi pendapat, atau mengubah pendapat pada bahan acuan, atau penulis meminta pembaca untuk membandingkan lebih dari satu acuan cantumkanlah cf. atau conf. (confer berarti ‘bandingkan’) sebelum nama akhir pengarang.

Contoh: Buku acuan (Sumantri, 1978:14) berbunyi: Jenis surat

dapat dilihat dari segi isi, pengirim, wujud, sifat, cara menyampaikan, urgensi penyelesaiannya, sasaran, maksud dan tujuan dan sebagainya.

menjadi: Jenis surat dapat digolongkan berdasarkan isi dan pengirim,

sifat, keamanan isi, wujud, maksud dan tujuan, dan urgensi penyelesaiannya (cf. Sumantri,1978:14).

Catatan pustaka bisa berwujud ulasan atau kutipan pendapat orang lain maupun diri sendiri. Kutipan yang diungkapkan dengan bahasa dan gaya pengutip disebut sebagai kutipan tak langsung, sedangkan kutipan yang sama persis seperti aslinya disebut sebagai kutipan langsung.

Beberapa teknik penulisan kutipan langsung yang lazim dipakai adalah sebagai berikut (cf. Sudjiman dan Sugono, 1986:18; Keraf, 1980:183)1) Kutipan langsung yang kurang dari empat baris langsung

83

Page 84: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

ditempatkan di dalam teks di antara tanda petik dengan jarak baris sama dengan jarak baris dalam teks.

Contoh: Jadi, kita harus menggunakan tanda pisah. "Dalam

pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya" (Depdikbud, 1988:414).

2) Kutipan langsung yang terdiri atas empat baris atau lebih dari empat baris ditempatkan tersendiri di bawah baris terakhir teks yang mendahuluinya. Kutipan ditulis tanpa tanda petik, menjorok ke dalam lima ketukan dari margin kiri (seperti alinea), dengan jarak antarbaris satu spasi.

Contoh: Menurut Keraf (1982:3), Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha

untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara. Melalui argumentasi penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak.

3) Apabila sumber acuan tertulis dalam bahasa asing, semua unsur bahasa asing diberi garis bawah pada tiap katanya atau dicetak dengan huruf miring.

b. Daftar PustakaDaftar pustaka sebagai tajuk ditulis dengan huruf kapital. Penyusunan daftar pustaka tidak didasarkan pada nomor urut tetapi didasarkan pada susunan abjad-awal nama-nama

84

Page 85: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

pengarang (lihat keterangan cara penulisan nama pengarang dalam daftar pustaka!) atau nama lembaga (jika tidak ada nama pengarangnya).

Daftar pustaka diketik dengan jarak antarbaris sama dengan teks, demikian juga dengan jarak antaracuan. Apabila satu sumber acuan tidak dapat dituliskan dalam satu baris, digunakan baris-baris tambahan yang menjorok ke dalam sepuluh ketukan dari margin kiri (Sudjiman dan Sugono,1986:19).

Ada beberapa cara penulisan daftar pustaka. Semua cara sebetulnya baik asal diikuti dengan konsisten. Cara penulisan yang akan diungkap di sini adalah cara penulisan daftar pustaka yang disesuaikan dengan contoh yang terdapat dalam EYD edisi ke-2. Contoh penulisan daftar pustaka ini terdapat dalam petunjuk penggunaan tanda titik butir ke-5 yang berbunyi ”Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.”Contoh: Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara.Waltervreden: Balai Poestaka (Pedoman Umum EYD dalam Depdikbud, 1988:1036).

Dari contoh tersebut terlihat bahwa urut-urutan pokok yang terdapat dalam daftar pustaka adalah: nama pengarang, tahun terbit, judul buku, tempat terbit, dan nama penerbit. Masing-masing bagian dibatasi dengan tanda titik kecuali sesudah tempat terbit/sebelum nama penerbit bertanda titik dua. Berikut adalah penjelasan masing-masing bagian secara rinci.

1) Nama Pengaranga) Nama pengarang ditulis lengkap tetapi tanpa gelar

85

Page 86: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

kesarjanaan.b) Penulisan nama pengarang yang terdiri atas dua kata atau

lebih dimulai dengan nama akhir, diikuti tanda koma, kemudian nama pertamanya. Jika nama pengarang terdiri atas dua kata atau lebih tetapi mengunakan tanda hubung, kata-kata yang menggunakan tanda hubung dianggap satu kata. Nama Cina tidak perlu dibalik urutannya karena unsur pertama nama pertama Cina merupakan nama keluarga.

Contoh: Sutan Takdir Alisyahbana menjadi Alisyahbana, Sutan Takdir Siti Baroroh-Baried menjadi Baroroh-Baried, Siti Luk Siau Fung tetap Luk Siau Fungc) Apabila nama yang tercantum dalam acuan nama editor,

penulisan nama pengarang ditambah dengan tulisan (Ed.). Contoh: Halim, Amran (Ed.). 1985.

d) Apabila ada dua pengarang, nama pengarang pertama dibalik urutannya, diikuti kata dan, dilanjutkan nama pengarang kedua yang ditulis biasa (tidak dibalik urutannya).

Contoh: Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 1985.e) Apabila pengarang terdiri atas tiga orang atau lebih, nama

pengarang pertama saja yang ditulis dengan ketentuan dibalik urutannya diikuti singkatan dkk. (dan kawan-kawan).

Contoh: Sirait, Bistok dkk. 1978. f) Apabila beberapa buku yang diacu ditulis oleh seorang

pengarang, nama pengarang disebutkan sekali pada buku yang diterbitkan paling awal (susunan urutannya berdasarkan tahun terbit). Untuk buku selanjutnya diberi garis sepanjang sepuluh ketukan dari margin kiri diakhiri dengan tanda titik dilanjutkan dengan tahun terbit dst.

Contoh:

86

Page 87: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

Keraf, Gorys. 1980. __________. 198l.

2) Tahun Terbita) Tahun terbit ditempatkan sesudah nama pengarang dan

diakhiri dengan tanda titik.b) Apabila beberapa acuan ditulis oleh seorang pengarang

dalam tahun yang sama. penempatan urutan berdasarkan pada urutan abjad judul buku dengan ciri pembeda penambahan huruf sesudah tahun terbit (lihat catatan pustaka!).

Contoh: Suwito. 1985a. Fonologi. __________. 1985b. Pengantar Awal Sosiolinguistik.c) Apabila acuan yang digunakan tidak menyebutkan tahun

terbit, disebutkan Tanpa Tahun dalam kolom tahun terbit. Contoh: Harahap, Dahrim. Tanpa Tahun.

3) Judul Buku a) Judul buku dituliskan sesudah tahun terbit dan diakhiri

dengan tanda titik. b) Judul buku dituliskan dengan huruf miring atau dengan

garis bawah pada tiap-tiap katanya. Judul dengan anak judul dipisahkan dengan tanda titik dua.

Contoh: Zoetmulder, P.J. 1985. Kalangwan: Sastra Jawa Kuno Selayang

Pandang. c) Artikel, laporan penelitian, makalah, skripsi, tesis, disertasi

ditulis diantara tanda petik ganda. Contoh: Kisyani.1985. "Pisuhan sebagai Cermin Nilai Rasa dan Sikap

Jiwa".

87

Page 88: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

d) Keterangan yang menyertai judul (misal: jilid, edisi, dsb.) ditempatkan sesudah judul dan diakhiri dengan tanda titik.

Contoh: Kridalaksana, Harimurti. 1988. Kamus Linguistik. Edisi

Kedua. e) Acuan yang berbahasa asing, unsur-unsur keterangannya

diindonesiakan. Contoh: Second Edition menjadi Edisi Kedua.

4) Tempat Terbit dan Nama Penerbita) Tempat terbit ditempatkan setelah judul buku dan

keterangan yang menyertainya, diikuti tanda titik dua, dilanjutkan dengan penulisan nama penerbit, dan diakhiri dengan tanda titik.

Contoh: Samsuri.1985. Analisis Bahasa. Cetakan Keenam. Jakarta:

Erlangga.b) Apabila lembaga berkedudukan sebagai pengarang dan

penerbit, nama lembaga dicantumkan dalam kolom pengarang dan tidak perlu disebut lagi dalam kolom nama penerbit.

Contoh: BP-7 Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur. 1985. Buku

Serapan Bahan Penataran P4, UUD 1945, GBHN. Surabaya.

5) Sumber dari internet: Sumber dari internet dapat menuliskan nama pengarang, tahun, judul (cetak miring) jima berupa buku, alamat laman, tanggal akses. Contoh:Wu, H.H., (2002). Basic Skills versus Conceptual Understanding.

Tersedia pada http://www.aft.org/ publications. Diakses

88

Page 89: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

pada 11 Februari 2006.Jika tidak ada nama penulisnya, laman dapat langsung dirujuk.http://www.aft.org/ publications. (2002). Basic Skills versus

Conceptual Understanding. Diakses pada 11 Februari 2006.

5) Dua Judul, Satu PengarangApabila ada dua judul, tetapi hanya ada satu pengarang (misal: artikel di surat kabar atau majalah), penulisan daftar pustaka tetap sama urutannya, tetapi cara penulisan judulnya yang agak lain. Judul utama (judul artikel) ditulis dengan tanda petik ganda, diikuti tanda titik, dilanjutkan dengan pencantuman kata Dalam yang diikuti dengan judul kedua (judul surat kabar atau majalah) yang dicetak miring atau diberi garis bawah tiap katanya. Keterangan yang menyertai surat kabar (tanggal, bulan, dan tahun terbit) ditempatkan setelah nama surat kabar dengan pembatas koma dan diakhiri dengan tanda titik. Majalah biasanya lebih rumit karena disertai dengan nomor majalah, bulan terbit, dan tahun terbitan. Keterangan yang menyertai majalah ini dapat ditempatkan setelah nama majalah dengan urutan: nama majalah dengan huruf miring atau garis bawah, tanda koma,nomor majalah (dengan angka Arab), tanda kurung buka, bulan terbit dan tahun terbit, tanda koma, tahun terbitan keberapa (dengan angka Romawi), tanda kurung tutup, dan diakhiri dengan tanda titik. Apabila tahun pembuatan artikel tidak dicantumkan, tahun pembuatan artikel dianggap sama dengan tahun terbitnya surat kabar atau majalah.

Contoh: Kisyani-Laksono, 1994."Demokratisasi dalam Bahasa Indonesia:

Siapa yang Diutamakan?".Dalam Jawa Pos, 28 Oktober 1994. Surabaya.

89

Page 90: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

Sunarto, H. 1990. "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemantapan Warga Transmigrasi Asal Jawa Timur di Sulawesi Selatan". Dalam Media Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan, 50 (September 1990, XIII). Surabaya: IKIP Surabaya.

7) Dua Judul, Dua PengarangApabila ada dua judul dan dua pengarang (misal: antologi), urutan penulisan pada dasarnya sama. Secara rinci urutan penulisan itu adalah: nama pengarang utama (dengan sistem pembalikan urutan), tanda titik. tahun pembuatan karangan, tanda titik, judul karangan dengan tanda petik ganda, tanda titik, nama editor yang didahului dengan kata Dalam diikuti dengan tanda kurung yang menunjukkan editor (Ed.) dan diakhiri dengan tanda titik (nama editor yang terletak pada urutan kedua ini tidak dibalik), tahun terbit buku (antologi), tanda titik. judul buku (antologi) dengan huruf miring atau dengan garis bawah tiap katanya, tanda titik, tempat terbit, tanda titik dua, nama penerbit (kalau ada), kemudian diakhiri dengan tanda titik. Catatan: Apabila karangan tidak mencantumkan tahun pembuatan, tahun pembuatan karangan dianggap sama dengan tahun terbit buku. Contoh:Moeliono, Anton M. 1975. "Ciri-Ciri Bahasa Indonesia yang Baku".

Dalam Amran Halim (Ed.). 1985.Politik Bahasa Nasional. Jilid 2. Jakarta: Balai Pustaka.

B. Koreksi BerpasanganBerkaitan dengan kesalahan dalam menulis, Norish berpendapat bahwa penting untuk mendorong pembelajar dapat menyusun kalimat-kalimat mereka secara tertulis sehingga kesalahan-

90

Page 91: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

kesalahan yang dibuat hendaknya direduksi bahkan dihilangkan sama sekali....”it was vital that people should be educated to construct grammatically acceptable sentence and be able to spell correctly...because of this, a great deal of attention has traditionally been given to writing and error in the medium tend to be regarded as indicative of some type of failure”(Norrish, 1983: 65).

Untuk itu, Norish mengajukan beberapa alternatif koreksi kesalahan dalam menulis antara lain, (1) memeriksa pekerjaan dalam kelompok atau secara berpasangan, (2) melakukan aktivitas dengan keahlian terpadu, (3) mempergunakan kode-kode koreksi untuk menandai pembetulan atas kesalahan yang dibuat pembelajar (Norrish, 1972: 80).

Pendapat Norrish itu menunjukkan bahwa koreksi berpasangan merupakan cara yang dianggap tepat untuk melakukan koreksi kesalahan dalam menulis. Hal itulah yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Adapun koreksi berpasangan dalam penelitian ini dilakukan dengan prosedur:a. siswa dalam baris paling depan dipasangkan dengan siswa di

baris paling belakang, baris ke-2 dari depan dipasangkan dengan baris ke-2 dari belakang, dst. Jika ada siswa yang tidak mendapatkan pasangan karena jumlah gasal, berarti ada koreksi berpasangan yang beranggotakan tiga orang (siklus I)

siswa dipasangkan berdasarkan nomor urut presensi (siklus II)b. siswa menerima instrumen untuk koreksi berpasangan

dengan kisi-kisi kesalahan penulisan/ketikan, kesalahan sistematika penomoran, dan ketidaksesuaian catatan pustaka dengan daftat pustaka. Selain itu, komentar lain dapat juga dilakukan, misalnya mengenai isi, ketepatan judul, ketepatan rumusan masalah, kajian pustaka, dll.

91

Page 92: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

c. siswa aktif melakukan koreksi berpasangan (keaktifan dilihat dari kegiatan mengisi instrumen dan menandai kesalahan-kesalahan tersebut di dalam tulisan).

d. siswa aktif mendiskusikan hasil koreksi secara berpasangan (keaktifan dilihat dari ada atau tidaknya diskusi yang dilakukan)

e. siswa memperbaiki tulisanf. siswa berpendapat terhadap pelaksanaan koreksi

berpasanganPenelitian sejenis dari Nusantari dkk. (2006)

menunjukkan bahwa model kooperatif tipe pair cheks dapat meningkatkan keterampilan belajar biologi siswa kelas II SMPN 2 Kota Gorontalo. Ada perbedaan mendasar antara pair checks dan koreksi berpasangan karena dalam pair checks, satu siswa dalam pasangan mengerjakan lembar kegiatan atau masalah dan siswa pasangannya membantu atau melatih, kemudian mereka saling mengecek dan bertukar peran. Penelitian mengenai koreksi berpasangan ini juga pernah dilakukan oleh ...

C. Kerangka PikirKerangka Pikir dapat diisi dengan bagan, diagram alir, atau deskripsi mengenai penelitian ini (pilih salah satu), mulai dari awal sampai akhir penelitian.

92

Page 93: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN

A. Subjek PenelitianSubjek penelitian ini adalah 35 siswa kelas ... SMAN ... Surabaya . Kelas ini diampu oleh dua guru, yakni: X dan Y. Kelas terletak di ujung .... (alamat). Kelas relatif kecil (sekitar 4 x 5 m). Keterangan tambahan mengenai kondisi kelas/siswa, misalnya: Biasanya ada AC untuk menyejukkan ruang, akan tetapi pada saat pembelajaran dilaksanakan (dalam semester ini), AC rusak sehingga kelas terasa panas biarpun sudah ada kipas angin besar (baling-baling) di tengah ruang.

B. Desain Penelitian Desain penelitian menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK) . PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar

93

Page 94: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional (Suyanto, 1997).

PTK merupakan proses pengkajian melalui siklus dalam berbagai kegiatan pembelajaran (cf. Ardiana, 2004; Hopkins, 1992; Mills,2003). Dengan menggunakan kerangka pikir yang dikemukakan oleh Raka Joni dkk. (1998), dapat dikenali adanya 5 (lima) tahap pelaksanaan PTK, termasuk tahap awal berupa proses penghayatan mengenai adanya permasalahan yang perlu mendapat penanganan (pengembangan fokus masalah penelitian). Adapun tahap-tahap tersebut adalah (1) pengembangan fokus masalah penelitian, (2) perencanaan tindakan perbaikan, (3) pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi, (4) analisis dan refleksi, (5) perencanaan tindak lanjut. Berikut ini adalah bagan yang menunjukkan hal itu.

IdentifikasiMasalah

(Refleksi Awal)

PerumusanMasalah

HipotesisTindakan (jika ada)

PerencanaanTindakan

PelaksanaanTindakan

dan Observasi

Analisis Data

Refleksi

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Indikator KeberhasilanBelumTercapai Tercapai

STOP atau

Pemantapan

Tujuan/Ind.Kebhsl.

KajianTeori danEmpiris

Secara lebih jelas, siklus dalam PTK yang meliputi empat tahap (plan, action, observation, reflection) dapat digambarkan sebagai berikut.

DesainDesain PenelitianPenelitian TindakanTindakan KelasKelasReflection

Plan

Action/Observation

Reflection

Revised Plan

Action/Observation

Reflection

Revised Plan

Action/Observation

Reflection

Revised Plan

Siklus 1

Siklus 2

Siklus 3

94

Page 95: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

C. Pelaksanaan Siklus I (22 dan 29 November 2007)Refleksi AwalRefleksi yang dilakukan terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung adalah mengemukanya berbagai kelemahan siswa dalam menulis karya ilmiah, yakni: banyaknya keselahan penulisan, kesalahan sistematika penomoran, dan ketidaksesuaian daftar pustaka dengan catatan pustaka. Setelah ditelusur, akar masalah terdapat pada gaya monoton guru untuk menyuruh siswa menulis dan mengumpulkannya. Selain itu, ada juga ketidaktelitian dan keengganan siswa untuk membaca lagi tulisannya. Oleh sebab itu, diidentifikasi alternatif tindakan yang dianggap tepat untuk mengatasi masalah itu, yakni koreksi berpasangan.

PerencanaanDilakukan penentuan indikator keberhasilan tindakan,

yakni: siswa aktif melakukan koreksi berpasangan; siswa aktif mendiskusikan hasil koreksi secara berpasangan; siswa memperbaiki tulisan sehingga tidak ada kesalahan penulisan/pengetikan, tidak ada kesalahan penulisan sistematika penomoran, dan daftar pustaka sesuai dengan catatan pustaka. Setelah itu, disusun RPP untuk memenuhi tujuan, yakni peningkatan keterampilan menulis melalui koreksi berpasangan. Selain itu, disusun pula beberapa instrumen yang diperlukan untuk observasi, yakni: instrumen keaktifan siswa saat koreksi berpasangan dan instrumen untuk catatan perbaikan melalui koreksi berpasangan.

Tindakan

95

Page 96: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

Pembelajaran menulis dengan koreksi berpasangan dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah disusun. Pada saat yang sama, dilakukan pula observasi. Hasil koreksi oleh pasangan siswa pada pertemuan pertama siklus I dicocockkan dan dikoreksi lagi pada pertemuan kedua oleh korektor yang sama.

ObservasiGuru dan guru mitra melaksanakan observasi terhadap keaktifan siswa dalam melakukan koreksi berpasangan, mendiskusikan hasil koreksi secara berpasangan, dan memperbaiki tulisan.

Dalam lembar pengamatan, ada tiga kategori keaktifan, yakni: kurang, sedang, dan baik. siswa dikategorikan ”kurang aktif” jika mereka tidak mau atau tampak malas mengerjakan koreksi berpasangan; siswa dikategorikan ”sedang” jika mereka melakukan koreksi berpasangan dengan biasa saja, tanpa semangat; siswa dikategorikan ”baik” jika mereka melakukan koreksi berpasangan dengan bersemangat dan antusias tinggi.

Selain itu, dalam lembar pengamatan, ada tiga kategori keaktifan, yakni: kurang, sedang, dan baik. siswa dikategorikan ”kurang aktif” jika mereka tidak mau atau tampak malas berdiskusi; siswa dikategorikan ”sedang” jika mereka berdiskusi secara sepintas dengan hanya menunjuk tulisan minim suara; siswa dikategorikan ”baik” jika mereka melakukan diskusi dengan bersemangat, bersuara, atau membawa hasil diskusi yang tidak terselesaikan ke guru.

Setelah itu dilakukan evaluasi apakah tulisan yang sudah diperbaiki sudah tidak mengandung kesalahan penulisan/pengetikan, tidak mengandung kesalahan penulisan sistematika penomoran, dan sudah mengandung kesesuaian daftar pustaka dan catatan pustaka.

96

Page 97: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

RefleksiDilakukan pencocokkan hasil tulisan mereka dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Jika hal itu (indikator keberhasilan) belum terpenuhi, diperlukan siklus berikutnya untuk memperbaiki hal itu. Dalam siklus I dilakukan refleksi terhadap pembelajaran yang sudah berlangsung. Saat itu dijumpai bahwa pembentukan pasangan agak menganggu karena begitu siswa dipasangkan duduk berdekatan sebelum dimulainya koreksi, pelaksanaan koreksi diawali dengan debat antar siswa dalam pasangan. Padahal yang dimkasudkan adalah siswa mengoreksi dulu baru berdiskusi (berdebat) mengenai hasil koreksi. Berdasarkan hal inilah disusun cara untuk siklus berikutnya (siklus II) supaya siswa tidak berdebat dahulu, yakni dengan tidak mendekatkan tempat duduk pasangan sebelum mereka selesai mengoreksi.

D. Pelaksanaan Siklus II (6 dan 13 Desember 2007)Perencanaan: Disusun RPP untuk memenuhi tujuan, yakni pembelajaran menulis dengan koreksi berpasangan berdasarkan hasil dari siklus I. Kelemahan tindakan dalam siklus I berupa posisi tempat duduk dalam pembentukan kelompok koreksi berpasangan diperbaiki.

Tindakan Pembelajaran menulis dengan koreksi berpasangan dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah disusun. Pada saat yang sama, dilakukan pula observasi. Hasil koreksi pada pertemuan pertama siklus II dicocockkan dan dikoreksi lagi pada pertemuan kedua oleh korektor yang sama

97

Page 98: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

ObservasiGuru dan guru mitra melaksanakan observasi terhadap keaktifan siswa dalam melakukan koreksi berpasangan, mendiskusikan hasil koreksi secara berpasangan, dan memperbaiki tulisan. Setelah itu dilakukan evaluasi apakah tulisan yang sudah diperbaiki sudah tidak mengandung kesalahan penulisan/pengetikan, tidak mengandung kesalahan penulisan sistematika penomoran, dan sudah mengandung kesesuaian daftar pustaka dan catatan pustaka.

RefleksiDilakukan pencocokan hasil tulisan mereka dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Pada akhir sikus II ini ternyata indikator keberhasilan telah tercapai dengan catatan bahwa: masih ada satu siswa yang masih melakukan dua kesalahan penulisan kata (siswa menyadari dan langsung melakukan perbaikan). Pada akhirnya, semua hasil observasi ditabulasikan dan direkap sehingga ada tiga jenis rekap: (1) keaktifan siswa, (2) hasil koreksi berpasangan, (3) pendapat siswa terhadap pelaksanaan koreksi berpasangan.

98

Page 99: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Keaktifan siswa dalam Koreksi BerpasanganBerdasarkan pengamatan guru (dua guru) tampak bahwa semua siswa aktif melakukan koreksi berpasangan di kelas. Bahkan saat ada siswa yang tampak agak mengantuk saat mengoreksi, teman pasangannya segera menyemangatinya karena dia berkepentingan langsung dengan hasil koreksi temannya. Oleh sebab itu, semua siswa terlihat aktif melakukan koreksi berpasangan.

Menurut siswa, koreksi berpasangan membuat siswa aktif bekerja melaksanakan koreksi. Secara lebih rinci, hal itu tergambar dari pendapat mereka dalam angket yang mereka isi:

99

Page 100: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

dari 35 siswa, 21 menyatakan koreksi berpasangan ”baik”, ” 10 menyatakan ”sangat baik”, dan 4 siswa menyatakan ”sedang”. B. Keaktifan Siswa dalam Mendiskusikan Hasil Koreksi BerpasanganBerdasarkan pengamatan, tampak bahwa semua siswa aktif mendiskusikan koreksi berpasangan di kelas. Bahkan saat siklus I, antarsiswa dalam pasangan sudah sibuk dengan debat di tengah-tengah koreksi sehingga menghambat penyelesaian koreksi. Oleh karena itu, pada siklus II, pembentukan pasangan dilakukan tidak dengan mendekatkan tempat duduk terlebih dahulu, tetapi melakukan koreksi dulu, baru setelah selesai mereka boleh duduk berdekatan untuk berdiskusi.

Pada pertemuan kedua, bahkan sudah ada siswa yang membawa buku ejaan,bahkan kamus untuk memperkuat pendapat mereka. Diskusi mereka tampak hangat. Andaikan ada masalah yang tidak terselesaikan, guru memberikan solusi. Saat guru memberikan solusi, semua siswa diminta menghentikan sementara kegiatan mereka, kemudian guru mengajak semua siswa menyampaikan solusi terhadap permasalahan itu. Jika sudah ada siswa yang memberikan solusi dengan tepat, tepuk tangan akan menyertai, tetapi jika tidak ada yang mampu memberikan solusi dengan tepat, guru akan mengarahkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing sehingga mereka dapat menemukan solusinya.

Menurut siswa, koreksi berpasangan membuat siswa aktif mendiskusikan hasil koreksi. Secara lebih rinci, hal itu tergambar dari pendapat mereka dalam angket: dari 35 siswa, 21 menyatakan ”baik”, ” 4 menyatakan ”sangat baik”, dan 10 siswa menyatakan ”sedang”.

100

Page 101: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

Adapun hasil pengamatan langsung untuk keaktifan siswa dalam melakukan koreksi berpasangan dan mendiskusikannya adalah sebagai berikut.

INSTRUMEN KEAKTIFAN SISWA(Diisi oleh guru atau guru-mitra dengan pembubuhan tanda cek/

√)1 = kurang; 2 = sedang; 3 = baik

No

Nama siswa Keaktifan siswa

Mengoreksi

Keaktifan siswa

Berdiskusi

1 2 3 1 2 31 Siswa ke-1 V V2 Siswa ke-2 V V3 Siswa ke-3 V V4 Siswa ke-4 V V5 Siswa ke-5 V V6 Siswa ke-6 V V7 Siswa ke-7 V V8 Siswa ke-8 V V9 Siswa ke-9 V V10 Siswa ke-10 V V11 Siswa ke-11 V V12 Siswa ke-12 V V13 Siswa ke-13 V V14 Siswa ke-14 V V15 Siswa ke-15 V V16 Siswa ke-16 V V17 Siswa ke-17 V V18 Siswa ke-18 V V19 Siswa ke-19 V V

101

Page 102: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

20 Siswa ke-20 V V21 Siswa ke-21 V V22 Siswa ke-22 V V23 Siswa ke-23 V V24 Siswa ke-24 V V25 Siswa ke-25 V V26 Siswa ke-26 V V27 Siswa ke-27 V V28 Siswa ke-28 V V29 Siswa ke-29 V V30 Siswa ke-30 V V31 Siswa ke-31 V V32 Siswa ke-32 V V33 Siswa ke-33 V V34 Siswa ke-34 V V35 Siswa ke-35 V V36 Siswa ke-36 V V37 Siswa ke-37 V V38 Siswa ke-38 V VC. Hasil Koreksi BerpasanganPada umumnya siswa berpendapat bahwa koreksi berpasangan dapat (1) memperbaiki kesalahan penulisan pengetikan: 23 siswa menyatakan ”baik”, 8 ”cukup baik”, dan 4 ”sedang” ; (2) memperbaiki kesalahan penulisan sistematika penomoran:21 siswa menyatakan ” baik”, 9 ”cukup baik”, dan 5 ”sedang”; (3) memperbaiki penulisan daftar pustaka, catatan pustaka, dan kesesuaian antarkeduanya: 21 siswa menyatakan ” baik”, 9 ”cukup baik”, dan 5 ”sedang”. Adapun hasil dari koreksi berpasangan adalah sebagai berikut. Data Kesalahan Siswa Siklus I (22 dan 29 November 2007)

I= kesalahan penulisan, II= kesalahan sistematika, III= ketidaksesuaian daftar

pustaka

102

Page 103: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

No

Nama siswa Siklus I

I II III I II III1 Siswa ke-1 15 2 1 25 5 42 Siswa ke-2 10 7 3 8 0 03 Siswa ke-3 31 3 - 8 0 04 Siswa ke-4 29 2 6 15 2 -5 Siswa ke-5 12 2 - 7 0 06 Siswa ke-6 26 6 - 9 0 07 Siswa ke-7 26 3 7 5 1 08 Siswa ke-8 29 4 2 34 4 09 Siswa ke-910 Siswa ke-10 15 0 111 Siswa ke-11 21 3 112 Siswa ke-12 29 5 3 9 0 013 Siswa ke-13 29 4 3 8 0 014 Siswa ke-14 20 10 - 12 0 015 Siswa ke-15 10 10 6 5 0 016 Siswa ke-16 6 4 7 1 0 017 Siswa ke-17 19 5 4 17 6 018 Siswa ke-18 7 3 0 19 0 019 Siswa ke-19 26 9 5 6 2 020 Siswa ke-20 43 2 1 12 3 021 Siswa ke-21 13 3 0 16 2 022 Siswa ke-22 19 3 1 6 0 023 Siswa ke-23 18 11 3 8 1 024 Siswa ke-24 11 6 125 Siswa ke-25 45 3 5 25 0 026 Siswa ke-26 30 10 0 23 0 027 Siswa ke-27 19 0 0 9 0 028 Siswa ke-28 16 - 2 2 0

103

Page 104: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

29 Siswa ke-2930 Siswa ke-30 25 1 431 Siswa ke-31 18 0 - 7 0 032 Siswa ke-32 15 14 7 12 0 033 Siswa ke-33 12 3 134 Siswa ke-34 37 2 - 7 0 035 Siswa ke-35 26 9 -36 Siswa ke-36 5 2 337 Siswa ke-37 8 2 438 Siswa ke-38 8 1

Ternyata hasil akhir siklus I belum mencapai indikator keberhasilan. Selain itu tampak bahwa secara umum jumlah kesalahan mengecil, akan tetapi ternyata ada juga beberapa orang yang jumlah kesahannya semakin banyak. Setelah ditelususr ternyata mereka mengakui bahwa saat mengoreksi kurang teliti (korektor) dan perbaikan hanya dilakukan pada butir-butir yang diberi tanda koreksi saja (yang dikoreksi). Meraka masih malas untuk membaca ulang tulisan mereka lagi. Oleh sebab itu, untuk siklus berikutnya dilakukan perbaikan bahwa yang dikoreksi harus membaca ulang keselurahan tulisan meraka. Hasil dari siklus II adalah sebagai berikut.

Data Kesalahan Siswa Siklus II (6 dan 13 Desember 2007)I= kesalahan penulisan, II= kesalahan sistematika, III= ketidaksesuaian daftar

pustaka

No

Nama siswa SIKLUS II

I II III I II III1 Siswa ke-1 6 0 0 2 0 02 Siswa ke-2 5 0 0 0 0 03 Siswa ke-3 5 0 0 0 0 0

104

Page 105: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

4 Siswa ke-4 0 0 0 0 0 05 Siswa ke-5 3 0 0 0 0 06 Siswa ke-6 4 0 0 0 0 07 Siswa ke-7 8 0 0 0 0 08 Siswa ke-8 2 0 0 0 0 09 Siswa ke-9 8 0 0 0 0 010 Siswa ke-10 0 0 011 Siswa ke-11 5 0 0 0 0 012 Siswa ke-12 3 2 1 0 0 013 Siswa ke-13 7 2 0 0 0 014 Siswa ke-14 2 0 0 0 0 015 Siswa ke-15 0 2 0 0 0 016 Siswa ke-16 0 0 0 0 0 017 Siswa ke-17 2 3 218 Siswa ke-18 3 0 0 0 0 019 Siswa ke-19 3 0 0 0 0 020 Siswa ke-20 0 0 021 Siswa ke-21 8 2 0 0 0 022 Siswa ke-22 1 0 0 0 0 023 Siswa ke-23 1 0 0 0 0 024 Siswa ke-24 0 0 025 Siswa ke-25 4 0 1 0 0 026 Siswa ke-26 2 0 0 0 0 027 Siswa ke-27 2 1 0 0 0 028 Siswa ke-28 2 0 0 0 0 029 Siswa ke-29 2 4 0 0 0 030 Siswa ke-3031 Siswa ke-31 2 0 032 Siswa ke-32 4 0 0 0 0 033 Siswa ke-33 12 2 4 0 0 0

105

Page 106: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

34 Siswa ke-34 0 0 0 0 0 035 Siswa ke-35 12 1 1 0 0 036 Siswa ke-3637 Siswa ke-37 5 2 3 0 0 038 Siswa ke-38 13 0 0 0 0 0

Hasil dari siklus II menunjukkan bahwa kesalahan siswa dalam penulisan, sistematika, dan kesesuaian daftar pustaka dengan catatan pustaka sudah minimal. Biarpun demikian, ternyata masih ada satu siswa yang masih melakukan dua kesalahan penulisan kata. Siswa yang bersangkutan akhirnya menyadari dan melakukan perbaikan segera. Sampai saat akhir, semua tulisan siswa dikoreksi oleh guru dan ternyata tulisan mereka bersih dari ketiga kesalahan itu.

D. Pendapat Siswa Terhadap Koreksi BerpasanganPendapat siswa (ada 35 angket yang terkumpul) terhadap pelaksanaan koreksi berpasangan adalah sebagai berikut. (1 = kurang; 2 = sedang; 3 = baik; 4= sangat baik)

No

Kegiatan Hasil Pengamatan

1 2 3 41 Pembentukan pasangan dalam koreksi

berpasangan adil0 7 20 8

2 Koreksi berpasangan dapat memperbaiki kesalahan penulisan/pengetikan

0 4 23 8

3 Koreksi berpasangan dapat memperbaiki kesalahan penulisan sistematika penomoran

0 5 21 9

4 Koreksi berpasangan dapat memperbaiki penulisan daftar pustaka, catatan pustaka, dan kesuaian antarkeduanya

0 5 21 9

5 Koreksi berpasangan membuat siswa aktif 0 4 21 10

106

Page 107: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

bekerja melaksanakan koreksi6 Koreksi berpasangan membuat siswa aktif

mendiskusikan hasil koreksi0 10 21 4

7 Koreksi berpasangan dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa

0 8 18 9

8 Koreksi berpasangan disukai 0 14 15 6JUMLAH 0 57 160 63

Berdasarkan tabel tersebut tampak bahwa tidak ada siswa yang memberi tanda cek pada kolom ”kurang”. Jika dicermati lagi, urutan jumlah terbanyak terdapat pada pengisian tanda cek untuk kolom ”baik” (160), kemudian kolom ”sangat baik” (63), kolom ”sedang” (57), dan kolom ”kurang” (0).

Selain itu, pembentukan pasangan dalam koreksi berpasangan juga dinilai adil oleh siswa, dengan urutan terbanyak: 20 siswa menyatakan ”baik”, 8 menyatakan ”sangat baik”, dan 7 menyatakan ”sedang”. siswa ternyata juga menyukai koreksi berpasangan: 15 orang menyatakan ”baik”, 14 menyatakan ”sedang”, dan 6 orang menyatakan ”sangat baik”.

107

Page 108: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. SimpulanSecara umum dapatlah disimpulkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan menulis siswa kelas ... SMAN ... Surabaya melalui koreksi berpasangan. Hal itu tergambar lewat semakin kecilnya kesalahan yang mereka buat dan semakin telitinya mereka melakukan koreksi berpasangan. Secara lebih khusus, hal itu tampak dalam 1. keaktifan semua siswa melakukan koreksi berpasangan2. keaktifan semua siswa mendiskusikan hasil koreksi secara

berpasangan3. perbaikan tulisan siswa sehingga hampir tidak ada kesalahan

penulisan/pengetikan (ada satu orang yang sampai siklus II masih ada dua kesalahan pengetikan, tetapi langsung diperbaiki dengan segera), tidak ada kesalahan penulisan sistematika penomoran, dan semua daftar pustaka sesuai dengan catatan pustaka

B. SaranKesalahan penulisan dalam karya siswa memang sering terjadi. Hal itu tentu akan berpengaruh terhadap kualitas tulisan yang

108

Page 109: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

dihasilkan. Dalam hal ini, guru seharusnya selalu melakukan inovasi dalam pembelajaran sehingga pembelajaran tidak terkesan monoton. Selain itu, guru seharusnya juga mengingatkan supaya setiap kali menyelesaikan sebuah tulisan, siswa harus secara sadar melakukan penyuntingan untuk melatih dan meningkatkan keterampilan menulisnya.

Pada sisi lain, andaikan ada software untuk penulisan dalam bahasa Indonesia, hal itu akan sangat berarti dalam penulisan.

DAFTAR RUJUKAN

Arifin, E. Zaenal. 1987.Petunjuk Praktis Penyusunan Karya Tulis. Jakarta: Media Sarana Press.

Brotowidjoyo, Mukayat D. 1985. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Akademika Pressindo.

Arifin, E. Zaenal dan Farid Hadi. 1993. Seribu Satu Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Akademika Pressindo.

Ardiana, Leo Idra. 1987. “Membina Keterampilan Berbahasa Indonesia”. Surabaya: FPBS, IKIP Surabaya.

Ardiana, Leo Idra dan Kisyani-Laksono. 2004. Bahan Pelatihan Terintegrasi Guru SMP: Penelitian Tindakan Kelas”. Jakarta: Dit PLP, Depdiknas.

Depdikbud. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka.

__________. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Effendi, S. 1978. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: P3B Depdikbud.

109

Page 110: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

Farida. 2000. “Analisis Kesalahan Berbahasa Siswa Unipa”. Surabaya.

Hopkins, David. 1992. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Second Edition. Philadephia: Open University Press.

Joni, T. Raka. 1998. Penelitian Tindakan Kelas: Beberapa Permasalahan. PCP, PPGSM Ditjen Dikti, Bogor.

Keraf, Gorys. 1980. Komposisi. Ende: Nusa Indah.Marwoto, dkk. 1985. Komposisi Praktis. Yogjakarta: Hanindita.Mills, Geoffrey E. 2003. Action Research : A Guide for the Teacher

Researcher. 2nd Edition. Ohio: Merrill Prentice Hall.Moeliono, Anton M. (ed). 2001a. Bahan Penyuluhan Bahasa

Indonesia: Bentuk dan Pilihan Kata. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.

__________ (ed). 2001b. Bahan Penyuluhan Bahasa Indonesia: Tata Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.

__________ . 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.__________ . 1991. Santun Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama. Norissh, John. 1983. Language Learners and Theirs Errors.

London : The Macmillan Press.Nusantari, Elya dkk. 2006. “Meningkatkan Keterampilan Belajar

Biologi Melalui Model Kooperatif Tipe Pair Checks Siswa Kelas II SMPN2 Kota Gorontalo”. Laporan PIPS. Jakarta: Dikti.

Sudjiman, Panuti dan Dendy Sugono. 1986. Diktat Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Kelompok 24 Pengajar Bahasa Indonesia.

Suyanto. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: BP3SD, Dirjen Dikti, Depdikbud.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung.

110

Page 111: PENELITIAN TINDAKAN KELAS · Web viewTeori dan Implementasinya Kisyani-Laksono UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2008 DAFTAR ISI

Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

LAMPIRAN A. RPPB. Instrumen

111