39
PENDUGAAN BOBOT BADAN SAPI PERSILANGAN LIMOUSIN BERDASARKAN PANJANG BADAN DAN LINGKAR DADA SKRIPSI Oleh: Muhammad Akbar NIM. 0310513007 JURUSAN PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008

Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

PENDUGAAN BOBOT BADAN SAPI PERSILANGAN LIMOUSIN BERDASARKAN PANJANG BADAN DAN

LINGKAR DADA

SKRIPSI

Oleh:

Muhammad Akbar

NIM. 0310513007

JURUSAN PRODUKSI TERNAK

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2008�

Page 2: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

PENDUGAAN BOBOT BADAN SAPI PERSILANGAN LIMOUSIN BERDASARKAN PANJANG BADAN DAN

LINGKAR DADA

SKRIPSI

Oleh:

Muhammad Akbar NIM. 0310513007

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

JURUSAN PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2008 �

PENDUGAAN BOBOT BADAN SAPI PERSILANGAN LIMOUSIN BERDASARKAN PANJANG BADAN DAN

LINGKAR DADA

Page 3: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

SKRIPSI

Oleh:

Muhammad Akbar NIM. 0310513007

Telah dinyatakan lulus dalam Ujian Sarjana Pada Hari/Tanggal : Kamis, 22 Mei 2008

Menyetujui :

Susunan Tim Penguji

Pembimbing Utama, Anggota Tim Penguji : Ir. Kuswati, MS Ir. Bambang Soejoso Poetro, MS Tanggal : ……………….. Tanggal : ……………………… Pembimbing Pendamping, �

Ir. Hary Nugroho, MS Tanggal : …………………

Mengesahkan, Dekan Fakultas Peternakan

Universitas Brawijaya

Prof. Dr. Ir. Hartutik, MP Tanggal : ………………....

RIWAYAT HIDUP

Page 4: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

Peneliti dilahirkan di Bima pada tanggal 4 Januari 1985 sebagai putra ketiga

Bapak H. Muhammad Noer Zaitun dan Ibu Hj. Kalisom Idris. Pada Tahun1997 lulus SD

Negeri 1 Raba, tahun 2000 lulus SLTP Negeri 1 Raba dan tahun 2003 lulus SMU Negeri

1 Raba.

Peneliti aktif pada Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak (HMPT) periode 2005-

2006 sebagai ketua bidang minat dan bakat serta bertindak sebagai ketua pelaksana pada

kegiatan Animal Husbandry in Action (AHIA) Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

Tahun 2006.

Disamping itu peneliti memperoleh sertifikat Pendidikan dan Latihan

Kepemimpinan dan Kewirausahaan angkatan ke-23 tahun 2005 dari Universitas

Brawijaya.

Page 5: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, sehingga dapat

terselesaikan penulisan skripsi yang berjudul ”Pendugaan Bobot Badan Sapi

Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada”. Latar

belakang penelitian ini adalah peternak belum banyak memiliki alat timbang

dalam mengukur bobot badan sapi karena hargnya mahal sehingga kesulitan

dalam memonitor perkembangan ternaknya serta menentukan harga jual atau beli

sapi di pasar sapi yang lebih sering tidak menguntungkan bagi peternak. Oleh

karena itu, estimasi bobot badan menggunakan rumus berdasarkan ukuran statistik

vital (panjang badan dan lingkar dada) dapat digunakan sebagai alternatif dalam

melakukan pendugaan bobot badan sapi.

Penelitian dilakukan di Kabupaten Malang, Jombang dan Nganjuk pada

bulan Agustus – September 2007. Materi yang digunakan adalah sapi persilangan

Limousin jantan dengan umur dua tahun (PI2) sebanyak 500 ekor. Metode

penelitian yang digunakan adalah survei. Teknik pengambilan sampel dilakukan

secara purposive sampling. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah

bobot badan (BB), panjang badan (PB) dan lingkar dada (LD). Data yang

diperoleh dimasukkan dalam rumus pendugaan bobot badan yaitu rumus Schoorl,

Smith dan Winter. Dicoba juga pendugaan bobot badan menggunakan analisis

regresi sederhana dengan memperhatikan korelasi antara kombinasi panjang

badan dan lingkar dada dengan bobot badan yang kemudian akan dilihat nilai

penyimpangan terhadap bobot badan timbang.

Peneliti juga sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu

proses penelitian ini, diantaranya kepada yang terhormat :

Page 6: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

1. Ibu Ir. Kuswati, MS selaku pembimbing utama dan Bapak Ir. Harry Nugroho, MS

selaku pembimbing pendamping atas saran dan bimbingannya.

2. Ibu Dr. Ir. Sucik Maylinda, MS selaku Ketua Jurusan produksi Ternak Fakultas

Peternakan Universitas Brawijaya

3. Ibu Prof. Dr. Ir. Hartutik, MP selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas

Brawijaya .

Demikian skripsi ini peneliti susun untuk dapat memberikan manfaat kepada

pengguna hasil penelitian dalam melakukan pendugaan bobot badan pada sapi

persilangan Limousin.

Malang, 26 Mei 2008

Peneliti

Page 7: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

ABSTRACT

ESTIMATION BODY WEIGHT OF LIMOUSIN CROSS CATTLE BASED ON BODY LENGTH AND HEART GIRTH

This study was conducted in district Karangploso of Malang Regency,

district Wonosalam and Ngoro of Jombang Regency and district Pace of Nganjuk Regency on August to September 2007. The aim of this study to know formula that is most precise to estimate body weight (BW) used body measurement including body length (BL) and chest girth (CG) for Limousin cross cattle.

The material was used in this study were 500 limousin cross cattle. Method used is survey. Variabel observed are body weight (BW), body length (BL) and chest girth (CG). Data used to estimate body weight using Schoorl, Smith and Winter formula. Body weight also estimate using simple regretion model by correlating body weight and body measurement (body length and chest girth).

Estimation body weight of Limousin cross cattle using Schoorl formula, showing the average of estimation body weight 430.02 ± 30.64 kg, while body weight average value deliberates 546.24 ± 36,03 kg so that average of deviation value equal to 21.27%. Result of estimation using Smith formula is 413.61 ± 30,05 kg with deviation value reachs 24.28%. Estimation of Winter formula is 482.32 ± 46,31 kg with deviation value reaching 11.7%. Deviation value from thus formula indicate that the formulas can not be use to estimate body weight of Limousin cross cattle because percentage of deviation more than 10%. Equation of simple linear regression that is : BW = - 5963 + 3346 x (BL+CG). The obtained value for coefficient correlation is 0.961 and coefficient determination 0.924 with deviation values mean reachs 2.8%

Schoorl, Smith and Winter formula can not apply to estimate body weight of Limousin cross cattle. Combination between body length and chest girth of limousin cross cattle has hightly relationship with body weight, so that referable in doing estimation body wight of Limousin cross cattle.

Keyword :body weight, body lenght, chest girth, limousin cross cattle, correlation.

Page 8: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

RINGKASAN

PENDUGAAN BOBOT BADAN SAPI PERSILANGAN LIMOUSIN BERDASARKAN PANJANG BADAN DAN LINGKAR DADA

Penelitian dilakukan di Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang, Kecamatan Wonosalam dan Ngoro Kabupaten Jombang serta Kecamatan Pace Kabupaten Nganjuk pada bulan Agustus – September 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rumus yang paling tepat untuk memprediksi bobot badan dengan menggunakan ukuran panjang badan dan lingkar dada pada sapi persilangan Limousin.

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi persilangan Limousin jantan dengan umur dua tahun (PI2) sebanyak 500 ekor. Metode penelitian yang digunakan adalah survei. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah bobot badan (BB), panjang badan (PB) dan lingkar dada (LD). Data yang diperoleh juga pendugaan bobot badan menggunakan analisis regresi sederhana dengan dimasukkan dalam rumus pendugaan bobot badan yaitu rumus Schoorl, Smith dan Winter. Dicoba juga pendugaan bobot badan menggunakan analisis regresi sederhana dengan memperhatikan korelasi antara ukuran panjang badan dan lingkar dada dengan bobot badan.

Nilai rata-rata bobot badan timbang sebesar 546,24 ± 36,03 kg yang berarti kisarannya antara 510,21 - 582,27 kg. Rata-rata pendugaan bobot badan sapi persilangan Limousin menggunakan rumus Schoorl sebesar 430,02 ± 30,64 kg dengan nilai penyimpangan terhadap bobot badan timbang sebesar 21,27%. Hasil pendugaan menggunakan rumus Smith adalah sebesar 413,61 ± 30,05 kg dengan nilai penyimpangan mencapai 24,28%. Pendugaan rumus Winter adalah sebesar 482,32 ± 46,31 kg dengan nilai penyimpangan sebesar 11,7%. Hasil perhitungan penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata pendugaan bobot badan sapi persilangan Limousin menggunakan rumus lebih rendah daripada bobot badan timbang. Nilai penyimpangan dari ketiga rumus diatas menunjukkan bahwa rumus-rumus tersebut kurang layak dijadikan sebagai acuan untuk menduga bobot badan sapi persilangan Limousin karena prosentase penyimpangan lebih dari 10%. Persamaan regresi linier sederhana antara bobot badan dengan jumlah panjang badan dan lingkar dada adalah : BB = -596.3 + 3.346 x (PB+LD) dengan nilai koefisien korelasi antara bobot badan dengan jumlah panjang badan dan lingkar dada diperoleh sebesar 0,961 dan koefisien determinasi sebesar 0,924. Rata-rata rata pendugaan bobot badan sapi persilangan Limousin menggunakan persamaan regresi linier sederhana lebih rendah dari bobot badan timbang yaitu sebesar 546 ± 34,63 kg dengan nilai penyimpangan rata-rata mencapai 2,8%

Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Rumus Schoorl, Smith dan Winter kurang layak dipakai untuk menduga bobot badan sapi Limousin. Pendugaan bobot badan menggunakan persamaan regresi linier sederhana memiliki nilai penyimpangan yang sangat rendah sehingga dapat dijadikan acuan dalam melakukan pendugaan bobot badan sapi persilangan Limousin. Disarankan untuk melakukan uji lapang terhadap rumus persamaan regresi sederhana pada lokasi diluar tempat penelitian dan pada berbagai variasi umur sapi persilangan Limousin.

Page 9: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

DAFTAR ISI

Halaman RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ i KATA PENGANTAR ................................................................................... ii ABSTRACT .................................................................................................. iv RINGKASAN ................................................................................................ v DAFTAR ISI ................................................................................................. vi DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 3 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 3 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 4 1.5 Kerangka Pikir ...................................................................................... 4 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Persilangan Limousin .................................................................... 6 2.2 Bobot Badan ......................................................................................... 7 2.3 Pengukuran Panjang Badan dan Lingkar Dada Sapi ............................... 7 2.4 Pendugaan Bobot Badan Menggunakan Rumus ..................................... 8 2.5 Korelasi antara Bobot Badan dengan Statistik Vital ............................... 9 III MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 11 3.2 Materi Penelitian ................................................................................... 11 3.3 Metode Penelitian ................................................................................. 11 3.4 Analisis Data ......................................................................................... 12 3.5 Batasan Istilah ....................................................................................... 14 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Penelitian .................................................................... 15 4.2 Penimbangan Bobot Badan dan Pengukuran Statistik Vital ................... 16 4.3 Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Rumus Schoorl, Smith dan

Winter .................................................................................................. 18 4.4 Korelasi Bobot Badan dengan Statistik Vital ......................................... 20 V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 24 5.2 Saran .................................................................................................... 24 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 25

Page 10: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Penentuan Umur Sapi Berdasarkan Gigi Seri Tetap .................................. 7 2. Rataan Bobot Badan dan Statistik Vital Sapi Persilangan Limousin .................................................................................................. 16 3. Rataan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Rumus Schoorl, Smith dan Winter ........................................................... 18 4. Nilai penyimpangan rumus persamaan regresi linier sederhana ................ 22

Page 11: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Kurva hubungan jumlah antara bobot badan dengan jumlah panjang

badan dan lingkar dada .............................................................................. 23 2. Penimbangan bobot badan sapi persilangan Limousin .............................. 32 3. Pengukuran lingkar dada .......................................................................... 32 4. Pengukuran panjang badan ....................................................................... 33

Page 12: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data penimbangan bobot badan, pengukuran statistik vital, bobot badan hasil pendugaan rumus serta nilai penyimpangannya pada sapi persilangan Limousin ............................................................... 28

2. Persamaan regresi linier sederhana antara bobot badan dengan jumlah panjang badan dan lingkar dada .................................................................. 29

3. Data perhitungan selisih bobot badan timbang dengan bobot badan badan hasil pendugaan menggunakan persamaan regresi linier sederhana ........................................................................................ 31

4. Dokumentasi pelaksanaan penelitian ........................................................ 32

Page 13: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang pesat

maka kebutuhan pangan sumber protein juga ikut meningkat. Salah satunya yaitu

dengan peningkatan permintaan akan daging sapi. Permintaan daging sapi untuk

kebutuhan dalam negeri maupun untuk ekspor ke luar negeri seperti Malaysia dan

Singapura terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun permintaan tersebut belum

dapat diimbangi dengan suplai yang seimbang. Berdasarkan data dari Direktorat

Jenderal Peternakan, populasi sapi potong di Indonesia tahun 2006 adalah sebesar

10.875.125 ekor. Jumlah ini belum mampu memenuhi kebutuhan daging sapi

dalam negeri terbukti pada tahun 2006 Indonesia masih mengimpor 100.340.332

kg daging sapi terutama dari Australia.

Penyebab utama dari hal tersebut adalah masih rendahnya produktivitas

sapi lokal, oleh karena itu upaya peningkatan mutu genetik ternak lokal harus

terus dilakukan salah satunya yaitu melalui jalan persilangan. Menurut Hadi dan

Ilham (2002) salah satu jenis sapi impor yang didatangkan ke Indonesia ialah sapi

Limousin, yang memiliki keunggulan dibanding sapi lokal yaitu pertambahan

bobot badan harian (PBBH) berkisar antara 0,80-1,60 kg/hari, konversi pakan

tinggi dan komposisi karkas tinggi dengan komponen tulang lebih rendah

sedangkan PBBH sapi PO hanya memcapai 0,4 kg/hari. Romjali, Mariyono,

Wijono dan Hartati (2007) menambahkan bahwa usaha peningkatan produksi

melalui persilangan antara sapi lokal dengan sapi luar negeri antara lain

Page 14: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

Simmental atau Limousin, menunjukkan perkembangan yang semakin meningkat

dan disenangi peternak karena bentuk tubuh yang lebih besar.

Bobot badan sangat penting diketahui karena sangat menentukan harga

jual atau pembelian sapi, namun kenyataannya bobot badan tersebut sangat sulit

diukur, hal ini disebabkan karena sapinya kurang jinak, alat pengukur bobot badan

terlalu besar dan mahal serta tidak selalu tersedia timbangan di pasar-pasar hewan

sehingga para peternak kesulitan dalam menentukan harga jual atau beli sapi yang

lebih sering tidak menguntungkan bagi peternak. Menurut Hassen, Wilson, Rouse

dan Tait (2004) menyatakan bahwa ukuran bobot badan merupakan salah satu

representasi ekonomi yang penting dalam peternakan sapi potong. Selain itu,

bobot badan juga sangat berkaitan erat dengan karakter ekonomi lainnya meliputi

produksi dan reproduksi.

Kelemahan sistem perdagangan ternak khususnya sapi di Indonesia yaitu

hingga saat ini, perdagangan sapi di pasar hewan hanya berdasarkan estimasi

visual dengan melihat performan ternak yang dilakukan oleh blantik sehingga

faktor human error cukup tinggi. Belum adanya kebijakan standarisasi proses

penjualan ternak, mengakibatkan peternak mengalami kerugian. Oleh karena itu

perlu dikembangkan cara pendugaan bobot badan ternak dengan ketepatan yang

dapat digunakan sebagai alternatif oleh peternak dapat memonitor pertumbuhan

ternaknya dan mempermudah proses pendugaan bobot badan ternak di pasar

hewan pada saat dijual.

Ukuran statistik vital mempunyai hubungan dengan bobot badan. Hal ini

didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Francis, Sibanda dan Kristensen

(2002) pada 116 sapi lokal Zimbabwe, 72 Friesian, 95 Brahman, 88 Red dane dan

Page 15: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

123 sapi silangan dari 42 peternakan di Lancashire Zimbabwe diketahui bahwa

nilai korelasi antara bobot badan dengan panjang badan adalah sebesar 0,90

sedangkan nilai korelasi antara bobot badan dengan lingkar dada adalah sebesar

0,96 dengan koefisien determinan sebesar 0,97. Hal tersebut menunjukkan bahwa

pengukuran terhadap statistik vital dapat digunakan secara efektif untuk menduga

bobot badan sapi.

Pembentukan model hubungan antara statistik vital dengan bobot badan

dalam penelitian ini dapat dinyatakan dalam beberapa hal yaitu nilai korelasi,

serta analisis regresi yang nantinya akan menghasilkan persamaan yang dapat

dijadikan acuan untuk menduga bobot badan berdasarkan ukuran statistik vital

(panjang badan dan lingkar dada) sebagai bahan perbandingan terhadap

pendugaan bobot badan menggunakan rumus Schoorl, Smith dan Winter.

1.2 Rumusan Masalah

Pengukuran bobot badan pada sapi yang akurat menggunakan alat

timbang, namun karena harganya mahal maka tidak banyak peternak

menggunakannya. Oleh karena itu, estimasi bobot badan menggunakan rumus

berdasarkan ukuran statistik vital (panjang badan dan lingkar dada) dapat

digunakan sebagai alternatif dalam melakukan pendugaan bobot badan sapi.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rumus pendugaan bobot badan

berdasarkan ukuran statistik vital (panjang badan dan lingkar dada) yang paling

tepat untuk memprediksi bobot badan sapi persilangan Limousin.

Page 16: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

1.4 Manfaat Penelitian

Diharapkan dengan mengetahui rumus pendugaan bobot badan sapi

persilangan Limousin yang akurat berdasarkan ukuran statistik vital (panjang

badan dan lingkar dada) maka dapat digunakan sebagai alternatif dalam

melakukan pendugaan bobot badan sapi sehingga estimasi bobot badan lebih

efisien.

1.5 Kerangka Pikir

Statistik vital merupakan ukuran-ukuran tubuh yang bermanfaat untuk

mengetahui karakteristik seekor ternak, salah satunya dapat digunakan untuk

mengestimasi bobot badan ternak. Penelitian yang dilakukan oleh Francis,

Sibanda dan Kristensen (2002) pada 116 sapi lokal Zimbabwe, 72 Friesen, 95

Brahma, 88 Red dane dan 123 sapi silangan dari 42 peternakan di Lancashire

Zimbabwe diketahui bahwa nilai korelasi antara bobot badan dengan panjang

badan adalah sebesar 0,90 sedangkan nilai korelasi antara bobot badan dengan

lingkar dada adalah sebesar 0,96 dengan koefisien determinan sebesar 0,97.

Pendugaan bobot badan menggunakan ukuran statistik vital (panjang

badan, tinggi badan dan lingkar dada) dapat dilakukan dengan mengasumsikan

tubuh sapi sebagai sebuah silinder dimana panjang badan sama dengan tinggi

silinder dan lingkar dada sama dengan keliling silinder sehingga volume tubuh

sapi sama dengan volume silinder. Djokosulistijo (1987) menambahkan bahwa

berat badan sapi Madura hasil pendugaan dari kombinasi antara ukuran panjang

badan dan lingkar dada memberikan hasil yang lebih baik dari pada pendugaan

bobot badan menggunakan lingkar dada.

Page 17: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

Pendugaan bobot badan menggunakan ukuran statistik vital belum

dilakukan pada sapi persilangan Limousin, oleh karena itu perlu adanya suatu

penelitian yang dapat dijadikan acuan untuk menduga bobot badan sapi

persilangan Limousin sehingga pengukuran bobot badan lebih efisien.

Page 18: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sapi Persilangan Limousin

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Peternakan, populasi sapi

potong di Indonesia tahun 2006 adalah sebesar 2.524.573 10.875.125 ekor.

Jumlah ini belum mampu memenuhi kebutuhan daging sapi dalam negeri terbukti

dari tahun 2006 Indonesia masih mengimpor 100.340.332 daging sapi kg terutama

dari Australia

Anonimus (2006a) sapi Limousin merupakan bangsa sapi yang berasal dari

Prancis. Ciri-ciri sapi Limousin yaitu konformasi kepala menyerupai persegi

(perbandingan antara ukuran panjang dan lebar kepala hampir sama) , leher

pendek, warna tubuh merah keemasan dengan warna yang lebih terang pada

bagian perut bagian bawah, paha bagian dalam, daerah sekitar mata, mulut, anus

dan ekor, konformasi badan kompak. Hadi dan Ilham (2002) menambahkan

bahwa salah satu jenis sapi impor yang didatangkan ke Indonesia ialah sapi

Limousin, yang memiliki keunggulan dibanding sapi lokal yaitu pertambahan

bobot badan harian (PBBH) berkisar antara 0,80-1,60 kg/hari, konversi pakan

tinggi dan komposisi karkas tinggi dengan komponen tulang lebih rendah

Balai Inseminasi Buatan Singosari pada tahun 2006 memiliki sapi

limousin Murni (pure breed) sebanyak 24 ekor dengan rata-rata bobot badan

sebesar 895,6 ± 68,2 kg, rata-rata panjang badan 183,8 ± 9,1 cm, dan rata-rata

lingkar dada 231,6 ± 12,1 cm.

Page 19: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

Menurut Taylor (1995) dalam bukunya Scientific Farm Animal Production

menyatakan bahwa penentuan umur sapi dapat dilakukan dengan memperhatikan

jumlah gigi seri tetap (poel) yang tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Penetuan Umur Sapi Berdasarkan Gigi Seri Tetap

Kondisi Permanent Incicors Perkiraan Umur Ternak

Gigi seri belum tanggal (PI0) Dibawah 1 tahun

Gigi seri ganti 2 buah (PI2) 1,5 – 2 tahun

Gigi seri ganti 4 buah (PI4) 2,5 – 3 tahun

Gigi seri ganti 6 buah (PI6) 3,25 – 4 tahun

Gigi seri ganti 8 buah (PI8) Lebih dari 4 tahun

Sumber : Taylor (1995)

2.2 Bobot Badan

Menurut Hassen, Wilson, Rouse dan Tait (2004) Ukuran bobot badan

merupakan salah satu representasi ekonomi yang penting dalam peternakan sapi

potong. Selain itu, bobot badan juga sangat berkaitan erat dengan aspek ekonomi

lainnya meliputi produksi dan reproduksi. Djagra (2007) manyatakan bahwa

pertumbuhan tubuh secara keseluruhan umumnya diukur dengan bertambahnya

berat badan sedangkan besarnya badan dapat diketahui melalui pengukuran pada

tinggi badan, panjang badan dan lingkar dada. Taylor (1995) menambahkan

bahwa berdasarkan curva sigmoid pertumbuhan sapi, pertumbuhan yang konstan

dimulai pada saat ternak berumur 22 bulan atau lebih kurang 1 tahun.

Page 20: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

2.3 Pengukuran Panjang Badan, Tinggi Badan dan Lingkar Dada Sapi

Menurut Gilbert, Bailey dan shannon (1993) bahwa pengukuran lingkar

dada dilakukan dengan cara melingkari pita ukur pada tubuh ternak tepat

dibelakang kaki depan. Pita ukur harus dikencangkan sehingga pita ukur pada

bagian dada terasa. Fry (2008) menambahkan bahwa pengukuran panjang badan

dilakukan dengan cara membentangkan mistar ukur mulai dari sendi bahu

(scapula lateralis) sampai tulang tapis (tuber ischii). Sebelum dilakukan

pengukuran di atas ternak harus dalam posisi normal, kaki depan dan belakang

harus sejajar satu sama lain dan kepala ternak harus menghadap kedepan.

Anonimus (2006b) ternak sebaiknya dipuasakan selama 12 jam sebelum

dilakukan pengukuran. Hal ini bertujuan agar kondisi ternak tersebut mencapai

bobot badan kosong.

Menurut Willian dan Jenkins (1998) bobot badan kosong yaitu bobot

badan ternak meliputi berat dari isi saluran pencernaan.

2.4 Pendugaaan Bobot Badan Menggunakan Rumus

Menurut Gafar (2007) rumus-rumus yang dapat digunakan untuk menduga

bobot badan adalah :

Rumus Schoorl (lbs) = 100

)22( 2)( +cmLD

Rumus Winter (lbs) =300

)( )(2

)( inchiinchi xPBLD

Rumus Smith (lbs) = 100

)18( 2)( +cmLD

Keterangan: LD = Lingkar Dada, PB = Panjang Badan

Page 21: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

Mcculloch dan Talbot, (2007) menyatakan bahwa pengukuran statistik

vital berupa panjang badan dan lingkar dada untuk menduga bobot badan sudah

dilakukan pada beberapa bangsa sapi baik pada umur maupun jenis kelamin yang

berbeda. Rata-rata penyimpangan yang diperoleh dalam pendugaan bobot badan

tersebut mencapai 5-10%. Selaras dengan pernyataan tersebut Williamson dan

Payne (1978) juga menyatakan bahwa penyimpangan pendugaan bobot badan

umumnya berkisar antara 5% sampai 10 % dari bobot badan sebenarnya.

2. 5 Korelasi antara Ukuran Statistik Vital dengan Bobot Badan

Dalam usaha peternakan, seleksi dapat dilakukan berdasarkan produk-

tivitas ternak, penilaian sifat karkas maupun berbagai dimensi tubuh. Dimensi

tubuh yang merupakan faktor yang erat hubungannya dengan penampilan dan

sifat produksi seekor ternak dapat digunakan untuk menduga berat badan ternak

sapi (Bugiwati, 2007)

Penelitian yang dilakukan oleh Francis, Sibanda dan Kristensen (2002)

pada 116 sapi lokal Zimbabwe, 72 Friesen, 95 Brahma, 88 Red dane dan 123 sapi

silangan dari 42 peternakan di Lancashire Zimbabwe diketahui bahwa nilai

korelasi antara bobot badan dengan panjang badan adalah sebesar 0,90 sedangkan

nilai korelasi antara bobot badan dengan lingkar dada adalah sebesar 0,96 dengan

koefisien determinan sebesar 0,97.

Pendugaan Bobot Badan (BB) sapi Bali jantan dengan menggunakan

lingkar dada (LD) dan Panjang Badan (PB) dapat dilakukuan dengan

mengumpamakan bentuk tubuh sapi jantan sebagai bentuk Silinder (Sampurna

dan Batan, 2000).

Page 22: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

Menurut Nutt, Holloway dan Butts (1998) hubungan antara berat isi rumen

dengan bobot badan kuat yang ditunjukkan dengan nilai koefesien determinasi

hubungan sebesar 0,70. Sugiyono (2005) menambahkan bahwa interval nilai

koefisien korelasi antara 0,80 sampai 1,00 menunjukkan hubungan yang sangat

kuat.

Page 23: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

BAB III

MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di beberapa wilayah di Jawa Timur yaitu Kecamatan

Karangploso Kabupaten Malang, Kecamatan Wonosalam dan Ngoro Kabupaten

Jombang serta Kecamatan Pace Kabupaten Nganjuk. Penelitian dilaksanakan pada

bulan Agustus – September 2007.

3.2 Materi Penelitian

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi persilangan

Limousin jantan yang berasal dari persilangan Peranakan Ongole dengan

Limousin dan rata-rata umur sapi tersebut adalah dua tahun (PI2) sebanyak 500

ekor. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Timbangan digital merk ICONIC digunakan untuk penimbangan bobot

badan dengan skala ketelitian 2 kg.

2. Pita ukur merk Butterfly digunakan untuk mengukur lingkar dada dengan

skala ketelitian 0,1 cm

3. Tongkat ukur untuk mengukur panjang badan dengan skala ketelitian

0,1 cm.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah survei. Teknik pengambilan

sampel dilakukan dengan cara purposive sampling atau dilakukan dengan cara

mengambil subyek didasarkan atas kriteria tertentu yaitu sapi persilangan

Page 24: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

Limousin jantan berumur dua tahun (PI2). Data yang diambil berupa bobot badan

tiap sapi yang diukur menggunakan timbangan digital, ukuran panjang badan

diukur dengan menggunakan mistar ukur serta lingkar dada yang diukur

menggunakan pita ukur. Data diperoleh dengan cara pengukuran secara langsung

pada ternak.

3.4 Analisis Data

Data yang diperoleh dari ukuran statistik vital yang meliputi panjang

badan dan lingkar dada dimasukkan dalam rumus pendugaan bobot badan yaitu

rumus Schoorl, Smith dan Winter. Menurut Gafar (2007) rumus-rumus yang dapat

digunakan untuk menduga bobot badan adalah :

Rumus Schoorl (lbs) = 100

)22( 2)( +cmLD

Rumus Winter (lbs) =300

)( )(2

)( inchiinchi xPBLD

Rumus Smith (lbs) = 100

)18( 2)( +cmLD

Keterangan: LD = Lingkar Dada

PB = Panjang Badan

Selanjutnya untuk mengetahui ketepatan rumus pendugaan maka dihitung

besarnya nilai penyimpangan antara bobot badan hasil pendugaan menggunakan

rumus dengan bobot badan timbang. Besarnya nilai penyimpangan dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P = %100xBBT

BBTBBR −

Keterangan: P = Prosentase penyimpangan BBR = Bobot badan hasil pendugaan menggunakan rumus BBT = Bobot badan hasil timbang

Page 25: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

Nilai penyimpangan merupakan dasar penerimaan atau penolakan terhadap

rumus Schoorl, Smith dan Wnter apabila diaplikasikan terhadap sapi persilangan

Limousin. Mcculloch dan Talbot, (2007) menyatakan bahwa pengukuran statistik

vital tubuh untuk menduga bobot badan sudah dilakukan pada beberapa bangsa

sapi baik pada umur maupun jenis kelamin yang berbeda. Rata-rata penyimpangan

yang diperoleh dalam pendugaan bobot badan tersebut mencapai 5-10%.

Apabila nilai penyimpangan yang diperoleh lebih besar dari 10%, maka

perlu dibuat rumus baru dengan memperhatikan korelasi antara panjang badan dan

lingkar dada dengan bobot badan. Korelasi tersebut dapat dihitung dengan

menggunakan analisis regresi linier sederhana (Seni, 2005)

� = a + bX

dimana: � = variabel terikat (dependent)

X = variabel bebas (independent)

a = nilai konstanta

b = koefisien arah regresi (kemiringan)

Anonimus (2007) menambahkan bahwa harga a dapat dihitung dengan rumus:

(XXnXXYaΣΣΣ=

22

2

)(.)(

XXnYXXY

aΣ−Σ

ΣΣ−ΣΣ=

Harga b dapat dihitung dengan rumus:

22 )(.XXn

XYXXYnb

Σ−ΣΣΣ−Σ=

Gunarto (2006) menjelaskan bahwa koefisien korelasi (r) adalah ukuran

hubungan linier peubah X (variabel bebas) yang dalam penelitian adalah panjang

badan dan lingkar dada dan Y (variabel terikat) yaitu bobot badan. Sedangkan

Page 26: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

koefisien determinasi (R2) adalah ukuran proporsi keragaman total nilai peubah Y

yang dapat dijelaskan oleh nilai peubah X melalui hubungan linier. Rumus

koefisien korelasi dan koefisien determinasi adalah sebagai berikut :

R2 = (r)2

Batasan Istilah

1. Bobot Badan Timbang merupakan berat total individu ternak setelah

dilakukan penimbangan

2. Panjang Badan adalah jarak lurus dari sendi bahu (scapula lateralis)

sampai tulang tapis (tuber ischii).

3. Lingkar Dada adalah lingkaran keliling dada yang diukur didekat kaki

depan bagian belakang (belakang siku)

2222 )(.)(

.

YYnXXn

YXXYnr

�−��−�

ΣΣ−Σ=

Page 27: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Penelitian

Penelitian dilaksanakan dibeberapa peternakan penggemukan sapi potong

skala besar yang berada di wilayah Jawa Timur yaitu di Kabupaten Malang,

Kabupaten Jombang dan Kabupaten Nganjuk. Jumlah sapi Limousin yang

ditimbang dan diukur statistik vitalnya (panjang badan dan lingkar dada) adalah

sebanyak 500 ekor dengan perincian 110 ekor di Kabupaten Malang, 235 ekor di

Kabupaten Jombang dan 155 ekor di Kabupaten Nganjuk.

Sapi persilangan Limousin yang diukur statistik vitalnya umumnya

memiliki ciri antara lain warna tubuh merah keputihan, konformasi kepala

kompak atau menyerupai persegi, leher pendek, warna yang lebih terang pada

bagian sekitar mata dan mulut serta konformasi badan kompak. Anonimus (2006a)

meyatakan bahwa ciri-ciri sapi Limousin yaitu konformasi kepala menyerupai

persegi (perbandingan antara ukuran panjang dan lebar kepala hampir sama), leher

pendek, warna tubuh merah keemasan dengan warna yang lebih terang pada

bagian perut bagian bawah, paha bagian dalam, daerah sekitar mata, mulut, anus

dan ekor, konformasi badan kompak.

Penimbangan bobot badan dan pengukuran statistik vital dilakukan pada

sapi persilangan Limousin jantan yang berumur dua tahun sebanyak 500 ekor.

Umur ternak dapat diduga melalui komposisi gigi seri tetap (permanent incisor)

yang tanggal (poel). Menurut Taylor (1995) sapi yang memiliki gigi poel

sebanyak satu pasang (PI2) diperkirakan umurnya mencapai 1,5 – 2 tahun

Page 28: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

Pemilihan umur ternak yang berumur dua tahun dimaksudkan agar terjadi

keseragaman dari segi umur sehingga variasi data tidak dipengaruhi oleh umur

ternak. Sapi yang telah mencapai umur dua tahun umunya memiliki pertambahan

bobot badan yang konstan. Hal ini didukung Taylor (1995) menambahkan bahwa

berdasarkan curva sigmoid pertumbuhan ternak, pertumbuhan yang konstan

dimulai pada saat ternak berumur 22 bulan atau lebih kurang 1 tahun.

4.2 Penimbangan Bobot Badan dan Pengukuran Statistik Vital

Penimbangan bobot badan dilakukan dengan cara sapi dinaikkan ke atas

bantalan timbangan dengan posisi kaki sejajar satu sama lain. Sapi diusahakan

tidak banyak bergerak saat dilakukan pencatatan bobot badan. Penimbangan

dilakukan pada pagi hari sebelum ternak diberi pakan, hal ini dilakukan agar

ternak dalam kondisi bobot badan kosong (empty body weight) karena ternak telah

berpuasa sejak diberi makan pada sehari sebelumnya, tepatnya pada sore hari.

Anonimus (2006b) Ternak sebaiknya dipuasakan selama 12 jam sebelum

dilakukan pengukuran. Hal ini bertujuan agar kondisi ternak tersebut mencapai

bobot badan kosong bobot Menurut Willian dan Jenkins (1998) bobot badan

kosong yaitu bobot badan ternak meliputi berat dari isi saluran pencernaan.

Hasil penimbangan bobot badan dan pengukuran statistik vital dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Bobot Badan dan Statistik Vital Sapi Persilangan Limousin

Variabel Rataan Bobot Badan 546,24 ± 36,03 kg Lingkar Dada 185,24 ± 7,41 cm Panjang Badan 156,18 ± 4,74 cm

Page 29: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

Hasil penimbangan menunjukkan bahwa rata-rata bobot badan sapi

persilangan Limousin yang ditimbang adalah sebesar 546,24 ± 36,03 kg dengan

bobot badan tertinggi sebesar 582,27 kg dan terendah sebesar 510,21 kg.

Rataan panjang badan hasil pengukuran 156,18 ± 4,74 cm dengan nilai

panjang badan tertinggi sebesar 160,92 cm dan terendah sebesar 151,44 cm.

Lingkar dada rata-ratanya sebesar 185,24 ± 7,41 cm dengan nilai panjang badan

tertinggi sebesar 192,65 cm dan terendah sebesar 177,83 cm. Rata-rata ukuran

statistik vital ini masih lebih kecil dibandingan dengan sapi Limousin murni yang

terdapat di Balai Inseminasi Buatan Singosari yang merupakan sumber bibit sapi

Limousin untuk program inseminasi buatan di wilayah Jawa Timur. Balai

Inseminasi Buatan Singosari pada tahun 2006 memiliki sapi Limousin Murni

(pure breed) sebanyak 24 ekor dengan rata-rata bobot badan sebesar 895,6 ± 68,2

kg, rata-rata panjang badan 183,8 ± 9,1 cm dan rata-rata lingkar dada 231,6 ± 12,1

cm. Perbedaan tersebut disebabkan karena perpaduan genetik antara sapi lokal

Indonesia dengan sapi Limousin, dimana statistik vital sapi lokal lebih rendah

daripada sapi Limousin sehingga rata-rata statistik vital sapi persilangan Limousin

akan lebih rendah daripada sapi Limousin murni.

Perkawinan silang (crossbreeding) antara sapi Limousin murni dengan sapi

lokal Indonesia menghasilkan sapi persilangan Limousin yang memiliki rata-rata

bobot badan dan nilai statistik vital yang lebih rendah dari induk sapi Limousin

murni.

Page 30: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

4.3 Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Rumus Schoorl, Smith dan Winter

Hasil pendugaan bobot badan sapi Limousin berdasarkan rumus Schoorl,

Smith dan Winter dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Rumus

Schoorl, Smith dan Winter

Rumus Pendugaan

Bobot Badan Timbang (kg)

Bobot Badan Rumus (kg)

BBT - BBR kg (%)

Schoorl 546,24 ± 36,03 430,02 ± 30,64 116,21 ± 11,26 21,29 Smith 546,24 ± 36,03 413,16 ± 30,05 132,63 ± 11,48 24,28 Winter 546,24 ± 36,03 482,32 ± 46,31 63,92 ± 13,39 11,87 Sumber : Perhitungan data penelitian

Pendugaan bobot badan sapi persilangan Limousin menggunakan rumus

Schoorl diketahui sebesar 430,02 ± 30,64 kg dengan nilai tertinggi sebesar 460,66

kg dan terendah sebesar 399,38 kg sedangkan rata-rata bobot badan timbang

546,24 ± 36,03 kg sehingga rata-rata penyimpangannya sebesar 116,21 ± 11,26 kg

yang berarti bahwa nilai bobot badan hasil pendugaan menggunakan rumus

Schoorl memiliki penyimpangan tertinggi dari bobot badan timbang sebesar 127,5

kg dan terendah 104 kg dengan prosentase penyimpangan mencapai 21,29%

(lampiran 1). Tingginya nilai penyimpangan pada rumus schoorl terjadi karena

rumus Schoorl biasa digunakan pada sapi perah yang memiliki konformasi tubuh

yang berbeda dengan sapi potong. Hal ini sesuai dengan Wiliamson dan Payne

(1978) yang menyatakan bahwa pendugaan berat badan sapi menggunakan rumus

Schoorl biasa dilakukan pada sapi FH.

Hasil pendugaan bobot badan sapi persilangan Limousin dengan

menggunakan rumus Smith adalah sebesar 413,61 ± 30,05 kg sedangkan rata-rata

bobot badan timbang sebesar 546,24 ± 36,03 kg sehingga rata-rata

Page 31: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

penyimpangannya sebesar 132,63 ± 11,48 kg yang berarti bahwa nilai bobot

badan hasil pendugaan menggunakan rumus Smith memiliki penyimpangan

tertinggi dari bobot badan timbang sebesar 144,1 kg dan terendah 121,2 kg

dengan prosentase penyimpangan mencapai 24,28% (lampiran 1). Bobot badan

hasil pendugaan menggunakan rumus Smith memberikan hasil dengan selisih

yang lebih besar dibandingkan dengan bobot badan hasil pendugaaan

menggunakan rumus Schoorl. Hal ini disebabkan karena nilai konstanta rumus

Smith (18) lebih kecil dibandingkan dengan konstanta rumus Schoorl (22).

Rata-rata bobot badan hasil pendugaan rumus Winter adalah sebesar

482,32 ± 46,31 kg sedangkan rata-rata bobot badan timbang sebesar 546,24 ±

36,03 kg sehingga rata-rata penyimpangannya sebesar 63,92 ± 13,39 kg yang

berarti bahwa nilai bobot badan hasil pendugaan menggunakan rumus Winter

memiliki penyimpangan tertinggi dari bobot badan timbang sebesar 77,3 kg dan

terendah 50,5 kg dengan prosentase penyimpangan mencapai 11,7% (lampiran 1).

Wiliamson dan Payne (1978) menyatakan bahwa tingginya nilai penyimpangan

pada rumus Winter terjadi karena pendugaan bobot badan sapi menggunakan

rumus Winter biasa dilakukan terhadap sapi Zebu

Nilai penyimpangan dari ketiga rumus diatas menunjukkan bahwa rumus-

rumus tersebut kurang layak dijadikan sebagai acuan untuk menduga bobot badan

sapi persilangan Limousin� di Indonesia, khususnya di wilayah penelitian. Nilai

penyimpangan bobot badan hasil pendugaan yang cukup tinggi dari bobot badan

sebenarnya dapat mengakibatkan kerugian bagi peternak baik dalam memonitor

pertumbuhan maupun dalam proses jual beli ternak. Hal ini didukung oleh

Mcculloch dan Talbot, (2007) yang menyatakan bahwa pengukuran statistik vital

Page 32: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

tubuh untuk menduga bobot badan sudah dilakukan pada beberapa bangsa sapi

baik pada umur maupun jenis kelamin yang berbeda. Rata-rata penyimpangan

yang diperoleh dalam pendugaan bobot badan tersebut mencapai 5-10%.

Tingginya nilai penyimpangan tersebut dapat disebabkan karena rumus

Schoorl, Smith dan Winter diperoleh dengan penelitian terhadap hubungan bobot

badan ternak dengan ukuran statistik vital yang dilakukan pada kondisi

lingkungan dan bangsa sapi yang berbeda dengan kondisi penelitian ini. Variasi

berat alat pencernaan merupakan sumber utama penyimpangan dalam

pengukuran bobot badan ternak. Menurut Nutt, Holloway dan Butts (1998)

hubungan antara berat isi rumen dengan bobot badan sangat kuat yang

ditunjukkan dengan nilai koefesien determinan sebesar 0,70.

4.4 Korelasi Ukuran Statistik Vital dengan Bobot Badan

Dalam usaha peternakan, seleksi dapat dilakukan berdasarkan produk-

tifitas ternak, penilaian sifat karkas maupun berbagai dimensi tubuh. Dimensi

tubuh yang merupakan faktor yang erat hubungannya dengan penampilan dan

sifat produksi seekor ternak dapat digunakan untuk menduga berat badan ternak

sapi (Bugiwati, 2007). Djagra (2007) menambahkan bahwa pertumbuhan tubuh

secara keseluruhan umumnya diukur dengan bertambahnya berat badan

sedangkan besarnya badan dapat diketahui melalui pengukuran pada panjang

badan dan lingkar dada.

Hasil analisa menunjukkan bahwa kecenderungan hubungan antara bobot

badan dengan ukuran tubuh berupa garis linier terdapat pada hubungan antara

bobot badan dengan penjumlahan panjang badan dan lingkar dada. Hal ini

Page 33: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sampurna dan Batan (2000) bahwa

pendugaan bobot badan sapi jantan dengan menggunakan lingkar dada dan

panjang badan dapat dilakukan dengan mengumpamakan bentuk tubuh sapi Bali

jantan sebagai bentuk silinder.

Korelasi antara kombinasi panjang badan dan lingkar dada dengan bobot

badan pada penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier

sederhana menghasilkan persamaan regresi, koefisien korelasi dan koefisien

determinan (R2). Berdasarkan hasil analisis regresi linear sederhana diperoleh

persamaan regresi � = -596,3 + 3,346.X dimana variabel Y adalah bobot badan

dan X adalah jumlah panjang badan dan lingkar dada. Nilai koefisien korelasi

kedua varibel tersebut adalah sebesar 0.961 dan koefisien determinasi sebesar

0.924. Nilai koefisien korelasi dan koefisien determinasi dari hubungan antara

kombinasi panjang badan dan lingkar dada dengan bobot badan lebih tinggi

dibandingkan dengan nilai koefisien korelasi dan koefisien determinasi dari

hubungan antara panjang badan dengan bobot badan maupun lingkar dada dengan

bobot badan. Hubungan antara panjang badan dengan bobot badan memiliki nilai

koefisien korelasi sebesar 0,6 dan koefisien determinasi sebesar 0,36. Sedangkan

hubungan antara lingkar dada dengan badan dengan bobot badan memiliki nilai

koefisien korelasi sebesar 0,95 dan koefisien determinasi sebesar 0,91.

Nilai -596,3 dalam persamaan tersebut berarti bahwa bila variabel bebas

berupa jumlah antara panjang badan dengan lingkar dada memiliki nilai nol, maka

variabel terikat berupa bobot badan akan turun sebesar -596,3 kg. Nilai 3,346

dalam persamaan tersebut berarti bahwa bila variabel bebas ditingkatkan satu

satuan maka akan meningkatkan variabel terikat sebesar 3,346 kg. Nilai koefisien

Page 34: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

korelasi sebesar 0.961 menunjukkan bahwa keeratan hubungan antara bobot

badan dengan jumlah panjang badan dan lingkar dada sangat kuat. Menurut

sugiyono (2005) nilai koefisien korelasi antara 0,80 – 1,00 menunjukkan

hubungan yang sangat kuat. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,924 artinya

variasi bobot badan sebesar 92,4% dipengaruhi oleh statistik vital yaitu ukuran

panjang badan dan lingkar dada sedangkan 7,6% sisanya dipengaruhi oleh faktor

lain diluar kedua variabel tersebut.

Perhitungan pendugaan bobot badan sapi persilangan Limousin

menggunakan persamaan regresi linier adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Nilai penyimpangan rumus persamaan regresi linier sederhana

Variabel Rataan Bobot badan timbang (Kg) 546,24 ± 36,03 Bobot badan hasil persamaan regresi (Kg) 546 ± 36,63 Penyimpangan (Kg) 15 Penyimpangan (%) 2,8

Sumber : Perhitungan data penelitian

Nilai penyimpangan rata-rata mencapai 2,8% (lampiran 3) yang

merupakan salah satu indikasi bahwa persamaan tersebut dapat dijadikan acuan

untuk menduga bobot badan. Hal ini didukung oleh Williamson dan Payne (1978)

yang menyatakan bahwa penyimpangan pendugaan bobot badan umumnya

berkisar antara 5% sampai 10 % dari bobot badan sebenarnya.�Keseragaman nilai

pengukuran dengan mengunakan rumus regresi dapat dilihat dalam bentuk

diagram garis yang titik-titik penyebarannya mendekati garis linier.

Kurva hubungan antara bobot badan dengan jumlah panjang badan dan

lingkar dada dapat dilihat pada gambar 2.

Page 35: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

Gambar 1. Kurva hubungan jumlah antara panjang badan dan lingkar dada dengan bobot badan

Page 36: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Rumus Schoorl, Smith dan Winter

menghasilkan penyimpangan yang cukup tinggi dalam menduga bobot badan sapi

persilangan Limousin sedangkan pendugaan menggunakan persamaan regresi

linier sederhana dengan peubah panjang badan dan lingkar dada menghasilkan

penyimpangan sebesar 2,8%.

5.2 Saran

Pemakaian persamaan regresi linier sederhana untuk menduga bobot

badan berdasarkan ukuran statistik vital perlu dibuktikan lagi ketepatannya di luar

lokasi penelitian terhadap materi yang memiliki variasi umur, kondisi tubuh dan

bangsa sapi potong sehingga nantinya akan diperoleh rumus umum yang lebih

akurat dan dapat diterapkan pada semua bangsa sapi dan memiliki penyimpangan

yang rendah terhadap bobot badan timbang.

� �

Page 37: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus.2006a. History of Limousin Cattle. http://www.thedairysite.com

. 2006b.Getting Your Cattle Weight without Scala.

www.piedmontese napa.com

. 2007. Korelasi Linier Sederhana. http:/analistat.com/feed.php

. 2008. Evaluate weights for common livestock www.tractorsuppl.com

Balai Inseminasi Buatan Singosari. 2006. Katalog Pejantan Sapi Potong. http://www.bbibsingosari.com

Bugiwati, A, S, R. 2007. Pertumbuhan Dimnesi Tubuh Pedet Jantan Sapi Bali di Kabupaten Bone dan Barru Sulawesi Selatan. http://www.pascaunhas.net/jurnal

Direktorat Jenderal Peternakan. 2006. Basis Data Pertanian. http://deptan.go.id

Djagra. I.B. 1994. Pertumbuhan Sapi Bali : Analisis Berdasarkan Dimensi Tubuh. Fakultas Peternakan Universitas Udayana. http://www.jvetunud.com.

Djoko, E. S. 1987. Pemakaian Berbagai Cara Pendugaan Bobot Badan Sapi terhadap Sapi Madura. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang

Fry, G. 2008. Linear Measurement Male. http://www.bovineengineering.com Francis, S Sibanda, T Kristensen, 2002. Estimating Body Weight of Cattle

Using Linear Body Measurements. Zimbabwe veteriner journal. www.blacwel-sinergy.com

Gafar, S. 2007. Memilih dan Memilah Hewan Qurban.

http//www.disnksumbar.org

Page 38: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

Gilbert, R. P., D. R. Bailey dan N. H. Shannon. 1993. Linear Body Measurements of Cattle before and after 20 Years of Selection for Postweaning Gain when Fed Two Different Diets. http://jas.fass.org

Gunarto, T. Y. 2006. Regresi dan Korelasi Linier Sederhana. www.gunadarma.ac.id

Hadi, P. U dan N. Ilham. 2002. Problem dan Prospek Pengembangan Usaha

Pembibitan Sapi Potong Di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. www.deptan.go.id

Hassen, A., D. E. Wilson., R. Rouse dan G. R. Tait Jr. 2004. Use of Linear and

Non-linear Growth Curves to Describe Body Weight Changes of Young Angus Bulls and Heifers. Iowa State University Animal Industry Report. www. Iowauniversity.com

Knapp, B dan A. C. Cook. 1993. A Comparison of Body Measurement of Beef

and Dual Purpose Cattle. Journal Animal Science. http://jas.fass.org McCulloch, J.G.S. dan L. M. Talbot. 2007. Comparation of Weight Estimation

Method for Wild Animal and Domestic Animal. Journal of Aplied Biology. http://link.JStor.org

Nutt, B, G., J. W. Holloway dan W. T. Butts, Jr. 1998. Relationship of Rumen

Capacity of Mature Angus Cows to Body Measurements, Animal Performance and Forage Consumption on Pasture. Journal Animal Science. http://jas.fass.org

Oltjen, J. W., A. C. Bywater dan R. L. Baldwin. 1986. Development Of Dynamic Model of Beef Cattle Growth and Composition. Journal Animal Science. http://jas.fass.org

Romjali, E., B, D, Wijono., Mariyono dan Hartati. 2007. Rakitan Teknologi Pembibitan Sapi Potong. http://jatim.litbang.deptam.go.id

Sampurna, I. P. dan I. W. Batan. 2000. Menduga Bobot Badan Sapi Bali Jantan

Berberat di atas 500 Kilogram. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. http://www.jvetunud.com

Seni, J. M. 2005. Analisis Multiregresi. STT Telkom Bandung.

www.library.sttelkom.com

Page 39: Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan Dan Lingkar Dada

Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian ; Cetakan ketujuh. Alfabeta, CV.

Bandung

Taylor, R. E. 1995. Scientific Farm Animal Production ; An Introduction to Animal Science, Fifth Edition. Prentice-Hall Inc. New Jersey

Willian, B. C dan Jenkins, T. G. 1998. A Computer Model to Predict Empty Body Weight Change in Cattle at all States of Maturity. http://jass.fass.org

Williamson, G. dan W. J. A Payne. 1978. An Introduction to Animal

Husbandry in The Tropics. Third Edition. Longman Inc. London