Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
54
PENDIDIKAN AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KARAKTER RELIGIUS DI ERA
PANDEMI COVID-19 DI TPQ DARUL FATAA DUSUN BALUNGOMBO DESA
TEMBELANG KECAMATAN TEMBELANG
Muhammad Hariyanto
Institut Agama Islam Al-Falah As-Sunniyyah Jember
ABSTRACT The implementation of a work program in the form of mentoring the youth activities of Al-Hasan mosque
balungombo village tembelang tembelang district of Jombang district as a bridge in achieving an organizing
goal, unifying youth harmony in building a relationship with the local community through the educational
activities of the Qur'an during the covid-19 pandemic.
The partner of this community service activity is the Youth Association of Masjid Al-Hasan balungombo
village Tembelang sub-district of Tembelang Jombang Regency. The background of this devotion is the
importance of a teenage person in the introduction of the law of tajwid science as well as improving reading
in reading the Holy Qur'an early on by always improving the makhorijul of letters. The purpose of this
community service activity is to unify the relationship between the youth in Balungombo village tembelang
tembelang sub-district of Jombang district, and to add santri knowledge about tajwid science and improve
the makhorijul letters to the youth of Al-Hasan mosque balungombo village to the Education of the Qur'an.
The method used in this devotion is the first, bottom up approach using "participation". The approach does
not depart from the outside but from the inside. A set of problems and needs are formulated together, a
number of values and systems are understood together. The second is that when applying the reading method
to the Qur'an many adolescents have difficulty reading, choking, and loss of concentration, then a researcher
immediately takes a step. The way to re-focus the youth on props. The goal is to better understand the
concept, and know where the difficulties are.
Keywords : Qur‟an Education, Religious Characters
ABSTRAK
Terselenggaranya program kerja berbentuk pendampingan kegiatan remaja masjid Al-Hasan dusun
Balungombo desa Tembelang kecamatan Tembelang kabupaten Jombang sebagai jembatan dalam
mencapai sebuah tujuan berorganisasi, pemersatu keharmonisan remaja dalam membangun sebuah
relasi dengan masyarakat setempat melewati kegiatan pendidikan Al-Qur‟an di masa pandemi covid
19. Mitra dari hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah perkumpulan Remaja Masjid Al-
Hasan dusun Balungombo desa Tembelang kecamatan Tembelang Kabupaten Jombang. Latar
belakang dari pengabdian ini adalah pentingnya seseorang remaja dalam pengenalan hukum ilmu
tajwid serta memperbaiki bacaan dalam membaca kitab suci Al-Qur‟an sejak dini dengan selalu
memperbaiki makhorijul huruf. Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk
pemersatu relasi antara remaja di dusun Balungombo desa Tembelang kecamatan Tembelang
kabupaten Jombang, dan menambah pengetahuan santri mengenai ilmu tajwid dan memperbaiki
makhorijul huruf kepada remaja masjid Al-Hasan dusun Balungombo melewai Pendidikan Al-
Qur‟an. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah yang pertama, pendekatan (bottom
up) memakai “partisipasi”. Pendekatan yang dilakukan tidak berangkat dari luar melainkan dari
dalam. Seperangkat masalah dan kebutuhan dirumuskan bersama, sejumlah nilai dan sistem
dipahami bersama. Yang kedua, metode baca simak pada saat menerapkan metode baca simak
dengan Al-Qur‟an banyak remaja yang mengalami kesulitan membaca, tersendat, dan hilang
konsentrasi, maka seorang peneliti segera mengambil langkah. Caranya dengan kembali
memusatkan perhatian remaja pada alat peraga. Tujuannya adalah untuk lebih memahamkan
konsep, dan mengetahui dimana letak kesulitan yang dialami. Kata kunci : Pendidikan Al-Qur‟an, Karakter Religius
55
1. PENDAHULUAN
Dusun Balongombo Desa Tembelang kecamatan Tembelang Kab. Jombang
merupakan suatu dusun yang mempunyai fanatisme terhadap keagaman. Keagamaannya
sangat terlihat begitu kental Dan masyarakat sangat antusias dengan kegiatan islami. Sholat
berjama‟ah, pengajian, tahlilan, musyawarah menjadi nuansa yang menghiasi madjis al-Hasan
sehingga masyarakat terlihat rukun dan antusias.
Namun dengan adanya perselisihan antara remaja yang menyebabkan keadaan
berbanding terbalik seperti biasanya. Di mana remaja terpecah yang mengimbas kepada
keguyuban masyarakat balongombo. Tak terlukiskan sebuah kegiatan sebagaimana mestinya.
Masa pandemic covid-19 menjadi bumbu pelengkap dalam permasalahan yang ada di
dusun balongombo ini. Dengan adanaya peraturan stay at home dan social distancing para
remaja banyak menggunakan waktunya untuk bermain budget.
Al-Qur‟an merupakan firman Allah yang dijadikan pedoman hidup (way of life) oleh
kaum muslim yang tidak ada keraguan di dalamnya. Al-Qur‟an mengandung ajaran-ajaran
pokok (prinsip dasar) menyangkut segala aspek kehidupan manusia dan dalam berbagai
permasalahannya. Al-Qur‟an bagaikan sumber mata air yang tidak pernah kering ketika
manusia mengambil dan mengkaji hikmah isi kandungannya. Sudah tentu tergantung
kemampuan dan daya nalar setiap orang dan kapan pun masanya akan selalu hadir secara
fungsional memecahkan problem kemanusiaan.(Quraisy Syihab, Bandung 1992: 173)
Berbagai teori yang dikembangkan saat ini telah mewarnai proses dan praktik
pendidikan. Sumbangsih para tokoh dalam menciptakan teori telah memberikan
perkembangan dan kemajuan dalam proses pendidikan. Lahirnya teori dalam bidang
pendidikan memberikan warna baru terhadap sistem pendidikan, proses belajar mengajar,
manajemen sekolah dan metode pembelajaran. Adanya pergeseran metode dan pola didik
pengajar terhadap peserta didik merupakan proses dari pelaksanaan teori dalam bidang
pendidikan. Sebagai contoh berkembangnya pola pendidikan active learning dimana proses
pembelajaran tidak hanya terpusat pada pengajar akan tetapi peserta didik mempunyai
peranan sangat menentukan hasil belajar. Hal ini dipelopori oleh teori yang berkembang yaitu
teori behaviorisme dimana setiap manusia mempunyai kemampuan untuk berfikir dan
melakukan setiap aktifitas dalam proses belajar. Sehingga dengan teori ini setiap peserta didik
diberikan ruang kebebasan untuk melakukan kegiatan yang disesuaikan dengan kemampuan
peserta didik, tugas pengajar bersifat pengarah dan fasilitator, hal ini memungkinkan
terbentuknya rasa percaya diri serta kemampuan peserta didik untuk menciptakan hal-hal
yang inovatif dan kreatif. (Abdul Mujib, Jakarta : 2006 : 57).
56
Karakter religius adalah suatu penghayatan ajaran agama yang dianutnya dan telah
melekat pada diri seseorang dan memunculkan sikap atau perilaku dalam kehidupan sehari-
hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak yang dapat membedakan dengan karakter
orang lain.
Pendidikan agama dan pendidikan karakter adalah dua hal yang saling berhubungan.
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter di Indonesia diidentifikasikan
berasal dari empat sumber yaitu, agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional.
Salah satu strategi atau metode yang dipergunakan dalam pendidikan untuk
membentuk karakter religius adalah dengan pembentukan kebiasaan yang baik dan
meninggalkan yang buruk melalui bimbingan, latihan dan kerja keras. Pembentukan
kebiasaan tersebut akan menjadi sebuah karakter seseorang. Maka karakter yang kuat
biasanya dibentuk oleh penanaman nilai yang menekankan tentang baik dan buruk. Nilai ini
dibangun melalui penghayatan dan pengalaman.(Muchlisin Riadi, Nlai dan Metode
Pembentukan Karakter Religius, Bandung 2019 : 13).
2. METODE DAN LANGKAH-LANGKAH
2.1 Metode
Metode atau teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang
memenuhi standar data yang ditetapkan.
Selanjutnya jika dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik
pengumpulan data kualitatif dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview
(wawancara),dokumentasi.
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting
(kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak
pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (in depth
interview) dan dokumentasi.
Jadi sesuai dengan paparan di atas, untuk memperoleh data dari lapangan peneliti
menggunakan teknik observasi, interview/wawancara dan dokumentasi.
2.1.1 Metode pengumpulan data dengan observasi
Nasution menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu
pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta
mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu
dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih.
57
Sesuai kutipan di atas Peneliti memperoleh keterangan penelitian dengan
melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang
diteliti dan data yang dihasilkan berdasarkan penmuan peneliti dideskripsikan
sesuai pandangan subjektif peneliti mengenai apa yang diperoleh selama
penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi terstruktur karena
dalam melakukan observasi peneliti membawa pedoman-pedoman penelitian yang
telah baku serta peneliti telah mengetahui variabel penelitiannya. Adapun data
yang diperoleh dari metode observasi ini adalah:
a. Data letak geografis lokasi penelitian
b. Kondisi sarana prasarana di lokasi penelitian
c. Kegiatan Pendidikan Al-Qur‟an Masjid Al- Hasan Dususn Balungombo
2.1.2 Metode pengumpulan data dengan Wawancara/ Interview
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan
tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan
atau keyakinan pribadi.
Dalam penelitian kualitatif, sering menggabungkan teknik observasi
partisipatif dengan wawancara mendalam. Selama melakukan observasi, peneliti
juga melakukan interview kepada orang-orang yang ada didalamnya. Teknik
pengumpulan data yang utama adalah observasi dan wawancara. Dalam
prakteknya kedua metode tersebut dapat digunakan secara bersama-sama, artinya
sambil wawancara juga melakukan observasi atau sebaliknya. Wawancara akan
berlangsung baik kalau telah tercipta rapport antara peneliti dengan yang
diwawancarai.
Jadi sesuai dengan pengertian di atas wawancara digunakan untuk
mendapatkan data pelengkap dan data tersebut hanya dapat diperoleh langsung
kepada informan yang telah ditentukan oleh peneliti, dimana yang menjadi sasaran
utama dalam penelitian ini adalah kepala TPQ, guru atau ustad-ustadzah tpq.
Adapun data yang telah peneliti dapat adalah :
a. Kegiatan pembelajaran daring di TPQ Darul Fataa Jatisari
b. Keadaan sarana prasarana di tpq
58
c. Faktor pendukung dan faktor penghambat pembelajaran daring dari tpq
d. Sosialisasi pelaksanaan kegiatan Pendidikan Al-Qur‟an
2.1.3 Metode pengumpulan data dengan Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan,
kriteria, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya
foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap
dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
Data yang didapat peneliti melelui teknik dokumentasi ini, berupa
dokumen tentang :
a. Kegiatan pendidikan Al-Qur‟an
b. Jumlah guru dan santri
c. Dokumentasi kegiatan pendidikan Al-Qur‟an yang telah berjalan
Adapun metode pendukung yang digunakan dalam pengabdian ini adalah
yang pertama, pendekatan (bottom up) memakai “partisipasi”. Pendekatan yang
dilakukan tidak berangkat dari luar melainkan dari dalam. Seperangkat masalah dan
kebutuhan dirumuskan bersama, sejumlah nilai dan sistem dipahami bersama. Yang
kedua, metode baca simak pada saat menerapkan metode baca simak dengan Al-
Qur‟an banyak santri yang mengalami kesulitan membaca, tersendat, dan hilang
konsentrasi, maka ustad/ustadzah segera mengambil langkah.
Caranya dengan kembali memusatkan perhatian santri pada alat peraga.
Tujuannya adalah untuk lebih memahamkan konsep, dan mengetahui dimana letak
kesulitan yang dialami. Penggabungan klasikal peraga dengan baca simak yaitu
santri membaca ayat suci Al-Qur‟an, santri yang lain mendengarkan, kemudian jika
ada kesalahan dikoreksi, pengulangan konsep di lakukan secara singkat. Dan metode
yang ketiga adalah, dengan teknik santri diajarkan cara membaca Al-Quran hingga
fasih terlebih dahulu kemudian perlahan pengajar mulai memperkenalkan macam-
macam Tajwid dan bagaimana metode cara menghafal dan memahami Ilmu Tajwid
dengan cepat serta penerapannya dalam bacaan Al-Qur‟an sehingga siswa dapat
dengan sendirinya mengetahui hukum-hukum bacaan Tajwid dan contoh-contohnya.
Metode dan strategi yang digunakan dalam pengabdian ini adalah
pendampingan kepada remaja dalam proses pembelajaran dan membentuk karakter
religius sehingga para remaja dapat menjadi generasi yang rahmatan lil alamiin.
1. Mengidentifikasi problematika remaja
59
2. Mengintegrasikan digital
3. Membangun relasi
4. Membuat pelatihan
5. Memanfaatkan digital
6. Memonitoring setiap tahapan dan rencana
2.2 Langkah-Langkah
2.2.1 Mengidentifikasi problematika remaja
2.2.2 Mengintegrasikan digital
2.2.3 Membangun relasi
2.2.4 Membuat pelatihan
2.2.5 Memanfaatkan digital
2.2.6 Memonitoring setiap tahapan dan rencana
2.2.7 Meminta izin kepada peragkat desa (RT) untuk membuat program remaja masjid
2.2.8 Mapping di rumah masyarakat
2.2.9 Membuat jadwal kegiatan remaja masjid
2.2.10 Pelaksanaan program remaja masjid
2.2.11 Evaluasi program remaja masjid
3. HASIL
Terselenggaranya program kerja berbentuk pendampingan kegiatan remaja masjid Al-
Hasan dusun Balungombo desa Tembelang kecamatan Tembelang kabupaten Jombang
sebagai jembatan dalam mencapai sebuah tujuan berorganisasi, pemersatu keharmonisan
remaja dalam membangun sebuah relasi dengan masyarakat setempat melewati kegiatan
pendidikan Al-Qur‟an di masa pandemi covid 19.
Mitra dari hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah perkumpulan Remaja
Masjid Al-Hasan dusun Balungombo desa Tembelang kecamatan Tembelang Kabupaten
Jombang. Latar belakang dari pengabdian ini adalah pentingnya seseorang remaja dalam
pengenalan hukum ilmu tajwid serta memperbaiki bacaan dalam membaca kitab suci Al-
Qur‟an sejak dini dengan selalu memperbaiki makhorijul huruf. Tujuan dari kegiatan
pengabdian masyarakat ini adalah untuk pemersatu relasi antara remaja di dusun Balungombo
desa Tembelang kecamatan Tembelang kabupaten Jombang, dan menambah pengetahuan
santri mengenai ilmu tajwid dan memperbaiki makhorijul huruf kepada remaja masjid Al-
Hasan dusun Balungombo melewai Pendidikan Al-Qur‟an.
Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah yang pertama, pendekatan
(bottom up) memakai “partisipasi”. Pendekatan yang dilakukan tidak berangkat dari luar
melainkan dari dalam. Seperangkat masalah dan kebutuhan dirumuskan bersama, sejumlah
60
nilai dan sistem dipahami bersama. Yang kedua, metode baca simak pada saat menerapkan
metode baca simak dengan Al-Qur‟an banyak remaja yang mengalami kesulitan membaca,
tersendat, dan hilang konsentrasi, maka seorang peneliti segera mengambil langkah. Caranya
dengan kembali memusatkan perhatian remaja pada alat peraga. Tujuannya adalah untuk lebih
memahamkan konsep, dan mengetahui dimana letak kesulitan yang dialami. Penggabungan
klasikal peraga dengan baca simak yaitu santri membaca ayat suci Al-Qur‟an, remaja yang
lain mendengarkan, kemudian jika ada kesalahan dikoreksi, pengulangan konsep di lakukan
secara singkat. Dan metode yang ketiga adalah, dengan teknik remaja diajarkan cara
membaca Al-Quran hingga fasih terlebih dahulu kemudian perlahan pengajar mulai
memperkenalkan macam-macam Tajwid dan bagaimana metode cara menghafal dan
memahami Ilmu Tajwid dengan cepat serta penerapannya dalam bacaan Al-Qur‟an sehingga
siswa dapat dengan sendirinya mengetahui hukum-hukum bacaan Tajwid dan contoh-
contohnya.
1. Harapan dari hasil pengabdian perogram remaja masjid yang kami laksanakan yaitu :
a. Seluruh remaja dusun Balungombo desa Tembelang kecamatan Tembelang Kabupaten
Jombang dapat membaca Al-Qur‟an dengan tartil dan sesuai dengan makhorijul huruf
(tempat keluarnya huruf) meskipun dalam situasi masih pandemi covid 19.
b. Seluruh remaja masjid dusun Balungombo desa Tembelang kecamatan Tembelang
kabupaten Jombang dapat memahami, mengingat dan menerapkan ilmu tajwid dengan
mudah meskipun masih berada dalam situasi pandemi covid 19.
c. Dengan program pendampingan ini sangat diharapkan dapat menemukan kader baru
yang siap mengabdi di organisasi remaja masjid dusun Balungombo dengan tujuan
pembentukan regenerasi yang optimal.
d. Harapan selanjutnya yaitu agar fasilitas atau sarana prasarana di masjid Al-Hasan
dusun Balungombo dapat terpenuhi semua sesuai dengan kebutuhan.
2. Hasil dari pengabdian ini antara lain juga bertambahnya anggota remaja yang siap
mengabdi yaitu seseorang yang telah kembali berdomisili di sekitar masjid Al-Hasan
setelah menjalani pendidikan di pondok pesantren. Sementara hambatan dalam
pengabdian ini adalah terbatasnya waktu dan kurangnya sarana pendukung dalam
melaksanakan kegiatan.
4. PEMBAHASAN DAN DISEMINASI
4.1 Pembahasan Pengertian Pendidikan Al-Qur’an
Al-Qur‟an merupakan firman Allah yang dijadikan pedoman hidup (way of life)
oleh kaum muslim yang tidak ada keraguan di dalamnya. Al-Qur‟an mengandung ajaran-
ajaran pokok (prinsip dasar) menyangkut segala aspek kehidupan manusia dan dalam
61
berbagai permasalahannya. Al-Qur‟an bagaikan sumber mata air yang tidak pernah kering
ketika manusia mengambil dan mengkaji hikmah isi kandungannya. Sudah tentu
tergantung kemampuan dan daya nalar setiap orang dan kapan pun masanya akan selalu
hadir secara fungsional memecahkan problem kemanusiaan.(Quraisy Syihab, Bandung
1992: 173)
Berbagai teori yang dikembangkan saat ini telah mewarnai proses dan praktik
pendidikan. Sumbangsih para tokoh dalam menciptakan teori telah memberikan
perkembangan dan kemajuan dalam proses pendidikan. Lahirnya teori dalam bidang
pendidikan memberikan warna baru terhadap sistem pendidikan, proses belajar mengajar,
manajemen sekolah dan metode pembelajaran. Adanya pergeseran metode dan pola didik
pengajar terhadap peserta didik merupakan proses dari pelaksanaan teori dalam bidang
pendidikan. Sebagai contoh berkembangnya pola pendidikan active learning dimana
proses pembelajaran tidak hanya terpusat pada pengajar akan tetapi peserta didik
mempunyai peranan sangat menentukan hasil belajar. Hal ini dipelopori oleh teori yang
berkembang yaitu teori behaviorisme dimana setiap manusia mempunyai kemampuan
untuk berfikir dan melakukan setiap aktifitas dalam proses belajar. Sehingga dengan teori
ini setiap peserta didik diberikan ruang kebebasan untuk melakukan kegiatan yang
disesuaikan dengan kemampuan peserta didik, tugas pengajar bersifat pengarah dan
fasilitator, hal ini memungkinkan terbentuknya rasa percaya diri serta kemampuan peserta
didik untuk menciptakan hal-hal yang inovatif dan kreatif. (Abdul Mujib, Jakarta : 2006 :
57).
Berperannya keluarga dan masyarakat dalam melakukan bimbingan pengetahuan,
sejalan dengan definisi pendidikan menurut Edgar Dalle yang menjelaskan bahwa
pendidikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan
pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung di
sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar
dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang
akan datang.
Untuk itu dalam dunia pendidikan, keluarga, sekolah dan masyarakat merupakan
tri pusat pendidikan. Ketiga lembaga ini mempunyai peranan yang sama untuk
mengantarkan manusia menjadi makhluk yang berbudaya dan berpengetahuan. Pola
pendidikan yang dikembangkan dalam keluarga adalah pendidikan informal berupa
pembentukan pembiasaan-pembiasaan dan cara melakukan kegiatan sehari-hari seperti
cara makan, berbicara, berpakaian, tatakrama dan lain-lain. Pendidikan di keluarga
merupakan pijakan awal dalam meletakkan dasar pembentukan kepribadian anak. Hal ini
62
sebagaimana di katakana Unang Wahidin bahwa: “keluarga sering disebut sebagai
lembaga pertama dan utama bagi pendidikan anak-anakyang dilahirkan. Disebut lembaga
pertama, karena setiap anak manuisia yang dilahirkan pasti berbeda dalam sebuah
keluarga dan dan menerima pendidikan pertama dari keluarga sebelum lembaga-lembaga
pendidikan lainnya. Pendidikan pertama yang diberikan sesuai denga system pendidikan
yang berlaku dimana keluarga tersebut berbeda. Dan keluarga disebut lembaga utama
dalam dalam pendidikan anak, karena keluarga memang peranan paling penting dalam
pendidikan anak yang dilahirkan bila disbanding dengan lembaga-lembaga lainnya.
(Qurasy Syihab, Bandung 1992 : 178).
4.2 Dasar-Dasar Pendidikan Al-Qur’an
Pendidikan Islam di Indonesia terwujud dalam berbagai kegiatan institusi tersebut,
tidak terlepas dari ajaran Islam itu sendiri sebagai ajaran agama yang rahmatan lil‟alamin.
Maka pendidikan Islam tidak bisa melepaskan diri dari historis, sosial, ekonomi, politik
yang mempengaruhi umat Islam itu sendiri, semakin umat Islam melakukan kontak
dengan dunia di sekitarnya, maka pendidikan juga semakin berkembang dan semakin
kompleks. Begitu pula ketika dunia Islam masih terbatas pada masa Rasulullah,
pendidikan Islam masih relatif sederhana, dan segala persoalan keislaman dapat
ditanyakan langsung kepada Beliau atau mendapat jawaban dari al-Quran. Akan tetapi
ketika Islam semakin berkembang dan meluas, maka pendidikan Islam pun semakin
berkembang sesuai dengan perkembangan dunia saat itu.
Pada dasarnya semua dasar agama Islam akan kembali kepada kedua sumber
utama yaitu al-Quran dan as-Sunnah. Hal ini sejalan dengan pesan Rasulullah agar umat
Islam tidak tersesat dalam menjalani hidupnya, sebagaimana Sabdanya sebagai berikut:
“Aku telah meninggalkan padamu dua perkara, jika kamu berpegang teguh padanya
kamu tidak akan sesat sesudahnya, yaitu kitabullah dan sunnah nabinya”.
4.2.1 Al-Qur’an
Dari segi bahasa Lafadz Al-Quran berasal dari lafadz qira‟ah, yaitu mashdar
(infinitif) dari lafadz qara‟a, qira‟atan, qur‟anan. Dari aspek bahasa, lafadz ini
memiliki arti “mengumpulkan dan menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu
dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapih”. Sedangkan secara istilah
al-Qur‟an ialah kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw yang ditulis
dalam mushaf yang diriwayatkan sampai kepada kita dengan jalan yang mutawatir,
tanpa ada keraguan.
63
Al-Qur‟an ( القرآن ) adalah kitab suci agama Islam. Umat Islam memercayai
bahwa Al-Qur‟an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan
bagi manusia, yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui
perantaraan Malaikat Jibril. Jadi dapat disimpulkan Al-Qur‟an Al-Qur‟an ialah wahyu
berupa kalamullah yang diamanatkan kepada malaikat jibril, disampaikannya kepada
Nabi Muhammad Saw, isinya tak dapat ditandingi oleh siapapun dan diturunkan
secara bertahap, lalu disampaikan kepada umatnya dengan jalan mutawatir dan
dimushafkan serta membacanya dihukumkan sebagai suatu ibadah
4.2.1.1 Kedudukan Al-Qur‟an sebagai Sumber Hukum
Al-Qur‟an berfungsi sebagai hakim atau wasit yang mengatur
jalannya kehidupan manusia agar berjalan lurus. Itulah sebabnya ketika umat
Islam berselisih dalam segala urusan hendaknya ia berhakim kepada al-
Qur‟an. Al-Qur‟an lebih lanjut memerankan fungsi sebagai pengontrol dan
pengoreksi tehadap perjalanan hidup manusia di masa lalu. Misalnya kaum
Bani Israil yang telah dikoreksi oleh Allah. Al-Qur„an juga mampu
memecahkan problem-problem kemanusiaan dengan berbagai segi
kehidupan, baik rohani, jasmani, sosial, ekonomi, maupun politik dengan
pemecahan yang bijaksana, karena ia diturunkan oleh yang Maha Bijaksana
dan Maha Terpuji
Pada setiap problem itu al-Qur‟an meletakkan sentuhannya yang
mujarab dengan dasar-dasar yang umum yang dapat dijadikan landasan untuk
langkah-langkah manusia dan yang sesuai pula dengan zaman. Dengan
demikian, al-Qur‟an selalu memperoleh kelayakannya di setiap waktu dan
tempat, karena Islam adalah agama yang abadi. Alangkah menariknya apa
yang dikatakan oleh seorang juru dakwah abad ke-14 ini, “Islam adalah suatu
sistem yang lengkap, ia dapat mengatasi segala gejala kehidupan. Ia adalah
negara dan tanah air atau pemerintah dan bangsa. Ia adalah moral dan potensi
atau rahmat dan keadilan. Ia adalah undang-undang atau ilmu dan keputusan.
Ia adalah materi dan kekayaan atau pendapatan dan kesejahteraan. Ia adalah
jihad dan dakwah atau tentara dan ide. Begitu pula ia adalah akidah yang
benar dan ibadah yang sah”.
4.2.1.2 Hukum-hukum dalam Al-Qur‟an
Hukum-hukum yang terkandung di dalam al-Qur‟an itu ada 3 macam,
yaitu:Pertama, hukum-hukumi’tiqadiyah. Yakni, hukum-hukum yang
64
berkaitan dengan kewajiban para mukallaf untuk beriman kepada Allah,
Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya. Rasul-rasul-Nya dan hari
pembalasan. Kedua, hukum-hukum akhlaq. Yakni, tingkah laku yang
berhubungan dengan kewajiban mukallaf untuk menghiasi dirinya dengan
sifat-sifat keutamaan dan menjauhkan dirinya dan sifat-sifat yang tercela.
Ketiga, hukum-hukum amaliah.
Yakni, yang berkaitan dengan perkataan-perkataan, perbuatan-
perbuatan, perjanjian-perjanjian dan mu‟amalah (kerja sama) sesama
manusia. Kategori yang ketiga inilah yang disebut Fiqhul Qur‟an dan itulah
yang hendak dicapai oleh Ilmu Ushul Fiqih. Hukum-hukum amaliah di dalam
Al-Qur‟an itu terdiri atas dua macam, yakni:
a) Hukum ibadat. Misalnya, shalat, shaum, zakat, haji dan sebagainya.
Hukum-hukum ini diciptakan dengan tujuan untuk mengatur hubungan
hamba dengan Tuhan
b) Hukum-hukum mu‟amalat. Misalnya, segala macam perikatan, transaksi-
transaksi kebendaan, jinayat dan ‘uqubat (hukum pidana dan sanksi-
sanksinya). Hukum-hukum mu‟amalah ini diciptakan dengan tujuan
untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia, baik sebagai
perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat.Hukum-hukum selain
ibadat menurut syara‟ disebut dengan hukum mu‟amalat. Hasil
penyelidikan para ulama tentang ayat-ayat Al-Qur‟an yang berhubungan
dengan hukum-hukum menunjukkan bahwa hukum-hukum Al-Qur‟an
yang berkaitan dengan ibadat dan ahwalus-syakhshiyahsudah terperinci.
Kebanyakan dari hukum-hukum ini bersifat ta‟abudi (ibadat) sehingga
tidak banyak memberikan kesempatan ahli pikir untuk menganalisanya
dan hukum ini bersifat permanen, tetap tidak berubah-ubah lantaran
perubahan suasana dan lingkungan
c) Adapun selain hukum-hukum ibadat dan ahwal al-syakhshiyah, seperti
hukum perdata, pidana (jinayat), perundang-undangan (dusturiyah),
internasional (dauliyah) dan ekonomi dan keuangan (iqtishadiyah wa al-
maliyah), maka dalil-dalil hukumnya masih merupakan ketentuan yang
umum atau masih merupakan dasar-dasar yang asasi. Sedikit sekali yang
sudah terperinci. Hal itu disebabkan karena hukum-hukum tersebut
berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat dan kemaslahatan
yang sangat dihajatkan Dalam hal ini Al-Qur‟an hanya memberi
65
ketentuan-ketentuan umum dan dasar-dasar yang asasi saja agar penguasa
setiap saat mempunyai kebebasan dalam menciptakan perundang-
undangan dan melaksanakannya sesuai dengan kemaslahatan yang
dihajatkan pada saat itu, asal tidak bertentangan dengan ketentuan-
ketentuan (dalil-dalil) dan jiwa syari‟at.
4.2.2 As-Sunnah
As-Sunnah atau al-hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada
Nabi Saw, baik berupa qaul (ucapan), fi‟il (perbuatan) maupun taqrir (sikap diam
tanda setuju) Nabi Saw. Sesuai dengan tiga hal tersebut yang disandarkan kepada
Rasulullah Saw, maka sunnah itu dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
Sunnah qauliyyah ialah sabda yang beliau sampaikan dalam beraneka tujuan
dan kejadian. Misalnya sabda beliau sebagai berikut.“Tidak ada kemudharatan dan
tidak pula memudharatkan”. (HR. Malik)
Hadis di atas termasuk sunnah qauliyyah yang bertujuan memberikan sugesti
kepada umat Islam agar tidak membuat kemudharatan kepada dirinya sendiri dan
orang lain.
Sunnah fi‟liyyah ialah segala tindakan Rasulullah Saw. Misalnya tindakan
beliau melaksanakan shalat 5 waktu dengan menyempurnakan cara-cara, syarat-
syarat dan rukun-rukunnya, menjalankan ibadah haji, dan sebagainya
Sunnah taqririyah ialah perkataan atau perbuatan sebagian sahabat, baik di
hadapannya maupun tidak di hadapannya, yang tidak diingkari oleh Rasulullah Saw
atau bahkan disetujui melalui pujian yang baik. Persetujuan beliau terhadap
perkataan atau perbuatan yang dilakukan oleh sahabat itu dianggap sebagai
perkataan atau perbuatan yang dilakukan oleh beliau sendiri
4.2.2.1 Kehujjahan atau kedudukan As-Sunnah
Kedudukan As-Sunnah sebagai sumber ajaran Islam, selain
didasarkan pada keterangan ayat-ayat al-Qur‟an dan hadits, juga didasarkan
kepada kesepakatan para sahabat. Para sahabat telah bersepakat menetapkan
kewajiban mengikuti sunnah Rasulullah Saw. Para ulama telah sepakat
bahwa As-Sunnah dapat dijadikan hujjah (alasan) dalam menentukan hukum.
Namun demikian, ada yang sifatnya mutaba’ah(diikuti) yaitu tha’ah dan
qurbah (dalam taat dan taqarrub kepada Allah) misalnya dalam urusan aqidah
dan ibadah, tetapi ada juga yang ghair mutaba’ah (tidak diikuti)
yaitu jibiliyyah (budaya) dan khushushiyyah (yang dikhususkan bagi Nabi).
66
Contoh jibiliyyah seperti mode pakaian, cara berjalan, makanan yang disukai.
Adapun contoh khushushiyyah adalah beristri lebih dari empat, shaum wishal
sampai 2 hari dan shalat 2 rakaat ba‟da Ashar.
Hukum-hukum yang dipetik dari As-Sunnah wajib ditaati
sebagaimana hukum-hukum yang diistinbathkan dari al-Qur‟an sebagaimana
diungkapkan dalam QS Ali- Imran: 32, An- Nisa: 80, 59 dan 65, dan Al-
ahzab: 36
4.2.2.2 Hubungan As-Sunnah dengan Al-Qur‟an
As-Sunnah, dalam tinjauan hukum dan penafsiran, dapat dilihat dari
dua aspek, yakni hubungannya dengan Al-Qur‟an dan As-Sunnah yang
bersifat mandiri. Dari aspek hubungannya dengan al-Quran, As-Sunnah
adalah sumber hukum yang kedua setelah Al-Qur‟an. Hubungan ini disebut
hubungan struktural. Sementara dari aspek lain, As-Sunnah sebagai penjelas
bagi Al-Qur‟an disebut hubungan fungsional. Di antara dasarnya adalah
firman Allah Ta‟ala dalam QS. al- Hasyr: 7, an- Nahl: 44, dan an- Nahl: 64
4.2.2.3 Fungsi As-Sunnah terhadap Al-Qur‟an
Fungsi As-Sunnah terhadap al-Qur‟an dari segi kandungan hukum
mempunyai 3 fungsi sebagai berikut
a) As-Sunnah berfungsi sebagai ta‟kid (penguat) hukum-hukum yang telah
ada dalam Al-Qur‟an. Hukum tersebut mempunyai 2 dasar hukum, yaitu
Al-Qur‟an sebagai penetap hukum dan As-Sunnah sebagai penguat dan
pendukungnya. Misalnya, perintah mendirikan shalat, mengeluarkan
zakat, larangan syirik, riba dan sebagainya.
b) As-Sunnah sebagai bayan (penjelas)
c) takhshish (pengkhusus) dan taqyid (pengikat) terhadap ayat-ayat yang
masih mujmal (global), „am (umum) atau muthlaq (tidak terbatasi), yaitu
ayat-ayat Al-Qur‟an yang belum jelas petunjuk pelaksanaannya, kapan
dan bagaimana, dijelaskan dan dijabarkan dalam As-Sunnah. Misalnya,
perintah shalat yang bersifat mujmal dijabarkan dengan As-Sunnah. Nabi
Saw bersabda: “Shalatlah kalian seperti kalian melihat (mendapatkan)
aku shalat.” (HR. Bukhari)
4.2.3 Ijma’
Menurut ulama Ushul Fiqh, ijma adalah kesepakatan para imam mujtahid di
antara umat Islam pada suatu masa setelah Rasulullah saw wafat, terhadap hukum
67
syara tentang suatu masalah. Karena itu, jika terdapat suatu kejadian yang
dihadapkan kepada seluruh mujtahid di kalangan umat Islam pada suatu waktu,
mereka kemudian bersepakat terhadap suatu hukum mengenai kejadian tersebut.
Kesepakatan mereka itulah yang disebut ijma.
4.2.3.1 Kehujjahan Ijma‟
Apabila keempat rukun ijma‟ terpenuhi (1. Adanya sejumlah mujtahid
saat terjadinya peristiwa, 2. Adanya kesepakatan mujtahid tentang
peristiwa tanpa memandang latar belakang, 3. Adanya pendapat dari masing-
masing mujtahid, 4. Realisasi dari kesepakatan mujtahid) dengan
diadakan perhitungan pada suatu masa diantara masa-masa sesudah
Rasulullah SAW wafat terhadap semua mujtahid Umat Islam menurut
perbedaan latar belakang para mujtahid, kemudian mereka dihadapkan kepada
suatu kejadian untuk diketahui hukum syara‟nya dan masing-masing mujtahid
mengemukakan pendapat , baik secara kolektif ataupun secara individual,
kemudia mereka sepakat atas suatu hukum mengenai suatu peristiwa maka
hukum yang disepakati ini adalah suatu undang-undang syar‟I yang wajib
diikuti dan tidak boleh ditentang Jadi kehujjahan ijma‟ sebagaimana dalam
Qur‟an Surat An-Nisa ayat 59, Allah memerintahkan orang yang beriman
untuk menaati Perintah-Nya, Rasul, dan juga Ulil Amri. Ibnu Abbas
menafsirkan Ulil Amrisebagai Ulama‟, jika ulama‟ telah sepakat mengenai
sesuatu hukum hendaknya hukum itu diikuti dan ditaati.
4.2.3.2 Macam-Macam Ijma‟
Dilihat dari segi melakukan ijtihadnya, ijma itu ada dua bagian yaitu
a) Ijma Sharih yaitu kesepakatan para mujtahid pada suatu waktu terhadap
suatu kejadian dengan menyajikan pendapat masing-masing secara jelas
yang dilakukan dengan cara memberi fatwa atau memberi keputusan
b) Ijma Syukuty yaitu sebagian mujtahid pada satu waktu mengemukakan
pendapatnya secara jelas terhadap suatu kejadian yang dilakukan dengan
cara memberi fatwa dan mujtahid lainnya tidak menanggapi pendapat
tersebut dalam hal persesuaiannya atau perbedaannya
4.2.4 Qiyas
Al-Qiyas menurut bahasa adalah mengukur sesuatu dengan sesuatu yang lain
yang bisa menyamainya. Contohnya, mengukur pakaian dengan meteran. Sedangkan
menurut ulama Ushul Fiqh, Qiyas adalah menyamakan satu kejadian yang tidak ada
nashnya kepada kejadian lain yang ada nashnya pada hukum yang telah menetapkan
68
lantaran adanya kesamaan di antara dua kejadian itu dalam illat hukumnya.
Misalnya, masalah meminum khamr merupakan suatu perbuatan yang hukumnya
telah ditetapkan dalam nash. Hukumnya haram berdasarkan QS Al-Maidah ayat 90.
Dengan illat memabukkan. Oleh karena itu setiap minuman yang terdapat illat
memabukkan hukumnya sama dengan khamr dan haram meminumnya.
4.2.4.1 Rukun-rukun qiyas
Setiap qiyas terdiri dari 4 rukun, yaitu :
a) Al-Ashl ialah sesuatu yang hukumnya terdapat dalam nash. Rukun ini
biasanya disebut Maqis „Alaih (yang dipakai sebagai ukuran)
b) Al-Far‟u ialah sesuatu yamg hukumnya tidak terdapat di dalam nash dan
hukumnya disamakan kepada al-ashl, biasa disebut juga Al Maqis (yang
diukur)
c) Hukmul Ashl ialah hukum syara yang terdapat nashnya menurut al ashl
dan dipakai sebagai hukum asal bagi al-Far‟u.
d) Al-Illat ialah keadaan tertentu yang dipakai dasar bagi hukum ashl,
kemudian al-Far‟u itu disamakan kepada ashl dalam hal hukumnya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Ijma‟ dan Qiyas merupakan
hukum islam yang mesti kita ikuti, karena tanpa Ijma‟ dan Qiyas kita tidak akan
mngetahui hukum dalam suatu permasalahan jikalau kita tidak mendapatkan dalil
yang pasti dari Al Qur‟an dan Hadits.
4.3 Karakter Religius
Karakter religius adalah suatu penghayatan ajaran agama yang dianutnya dan telah
melekat pada diri seseorang dan memunculkan sikap atau perilaku dalam kehidupan
sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak yang dapat membedakan dengan
karakter orang lain.
4.3.1 Pengertian
Karakter religius adalah suatu penghayatan ajaran agama yang dianutnya
dan telah melekat pada diri seseorang dan memunculkan sikap atau perilaku dalam
kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak yang dapat
membedakan dengan karakter orang lain.
Pendidikan agama dan pendidikan karakter adalah dua hal yang saling
berhubungan. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter di
Indonesia diidentifikasikan berasal dari empat sumber yaitu, agama, pancasila,
budaya, dan tujuan pendidikan nasional.
69
Salah satu strategi atau metode yang dipergunakan dalam pendidikan
untuk membentuk karakter religius adalah dengan pembentukan kebiasaan yang
baik dan meninggalkan yang buruk melalui bimbingan, latihan dan kerja keras.
Pembentukan kebiasaan tersebut akan menjadi sebuah karakter seseorang. Maka
karakter yang kuat biasanya dibentuk oleh penanaman nilai yang menekankan
tentang baik dan buruk. Nilai ini dibangun melalui penghayatan dan
pengalaman.(Muchlisin Riadi, Nlai dan Metode Pembentukan Karakter Religius,
Bandung 2019 : 13).
4.3.2 Nilai Karakter Religius
4.3.2.1 Aqidah
Aqidah berasal dari bahasa arab aqidah yang bentuk jamaknya
adalah aqa‟id yang berarti faith, belief (keyakinan, kepercayaan), sedang
menurut Louis Ma‟luf ialah mauqida‟ „alayh al-qlb wa al-dlamir yang
artinya sesuatu yang mengikat hati dan perasaan. Dari arti etimologi di atas
bisa diketahui bahwa yang dimaksud dengan akidah ialah keyakinan atau
keimanan, dan hal itu diistilahkan sebagai akidah (aqidah) karena ia
meningkatkan hati seseorang kepada sesuatu yang diyakini dan diimaninya
dan ikatan tersebut tidak boleh dilepaskan selama hidupnya. Inilah makna
asal aqidah yang merupakan derivasi dari kata „aqada-ya‟qidu-„aqdan yang
artinya mengikat.
a) Rukun Iman
Kalau berbicara tentang akidah maka yang menjadi topik
pembicaraan adalah masalah keimanan yang berkaitan dengan rukun-
rukun iman dan peranannya dalam kehidupan agama. Rukun iman yang
berupa keimanan kepada Allah dan sifat-sifatnya, para rasulnya,
malaikat, kitab-kitab yang diturunkan kepada rasul, hari akhir dan
qadha‟ serta qadar.
70
b) Rukun Islam
Rukun islam adalah lima tindakan dasar dalam islam, dianggap
sebagai pondasi wajib bagi orang-orang beriman dan merupakan dasar
dari kehidupan umat muslim. Rukun islam itu ada lima : Bersaksi
bahwa tiada tuhan selain Allah dan nabi muhammad adalah utusan
Allah, mengerjakan sholat, mengeluarkan zakat, puasa ramadhan,
menunaikan ibadah haji bagi yang mampu. (Muchlisin Riadi, Nilai dan
Metode Pembentukan Karakter Religius, Bandung, 2019 : 13).
4.3.2.2 Syari’at
Kata syari‟ah menurut bahasa artinya taat (bahasa arab, tha‟at). Taat
artinya patuh, tunduk dengan setunduk-tunduknya, artinya mengikuti
semua perintah dan menjauhi semua larangan yang dikehendaki oleh Allah
Swt. Karena makna aslinya menghamba, dapat pula diartikan sebagai
bentuk perbuatan yang menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah Swt.
4.3.2.3 Akhlak
Menurut Mawardi Lubis mengutip dari Al-Ghazali dalam kitabnya
Ikhya‟ Ulumuddin menjelaskan bahwa khuluq adalah suatu sifat yang
teguh terhujam pada jiwa, yang timbul dari padanya tindakan-tindakan
dengan mudah tidak membutuhkan kepada pikiran dan pertimbangan.
Pernyataan tersebut menunjukan bahwa akhlak adalah kebiasaan
dan kehendak. Kebiasaan adalah perbuatan yang selalu dilakukan berulang-
ulang sehingga mudah untuk mrelaksanakannya, sedangkan kehendak
adalah menangnya keinginan manusia setelah ia mengalami kebimbangan.
Kebiasaan yang berkaitan dengan akhlak adalah keimanan yang kuat
tentang sesuatu yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi adat
kebiasaan yang mengarah kepada kepribadian kebaikan dan keburukan.
71
4.4 Metode Pembentukan Karakter Religius
4.4.1 Keteladanan
Keteladanan dalam pendidikan adalah cara yang paling efektif dan berhasil
dalam mempersiapkan anak dari segi akhlak, membentuk mental dan rasa
sosialnya. Anak akan meniru baik akhlaknya, perkataannya, perbuatannya dan
akan senantiasa tertanam dalam diri anak. Secara psikologis seorang anak itu
memang senang untuk meniru, tidak hanya hal baik saja yang ditiru oleh anak
bahkan terkadang anak juga meniru yang buruk.
Dalam mendidik anak tanpa adanya keteladanan, pendidikan apapun tidak
berguna bagi anak dan nasihat apapun tidak berpengaruh untuknya. Mudah bagi
pendidik untuk memberikan satu pelajaran kepada anak, namun sangat sulit bagi
anak untuk mengikutinya ketika orang yang memberikan pelajaran tersebut tidak
mempraktikkan apa yang diajarkannya.
4.4.2 Pembiasaan
Pembiasaan adalah sebuah cara yang dilakukan untuk membiasakan anak
didik berfikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.
Pembiasaan merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif
menetap melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang.
Pendidikan hanya akan menjadi angan-angan belaka, apabila sikap ataupun
perilaku yang ada tidak diikuti dan didukung dengan adanya praktik dan
pembiasaan pada diri. Pembiasaan mendorong dan memberikan ruang kepada
anak didik pada teori-teori yang membutuhkan aplikasi langsung, sehingga teori
yang pada mulanya berat menjadi lebih ringan bagi anak didik bila seringkali
dilaksanakan.
4.4.3 Nasehat
Nasihat merupakan metode yang efektif dalam membentuk keimanan
anak, mempersiapkan akhlak, mental dan sosialnya, hal ini dikarenakan nasihat
memiliki pengaruh yang besar untuk membuat anak mengerti tentang hakikat
sesuatu dan memberinya kesadaran tentang prinsip-prinsip Islam.,
Fungsi nasihat adalah untuk menunjukkan kebaikan dan keburukan, karena
tidak semua orang bisa menangkap nilai kebaikan dan keburukan.Metode nasihat
akan berjalan baik pada anak jika seseorang yang memberi nasihat juga
melaksanakan apa yang dinasihatkan yang dibarengi dengan teladan atau uswah.
Bila tersedia teladan yang baik maka nasihat akan berpengaruh terhadap jiwanya
dan akan menjadi suatu yang sangat besar manfaatnya dalam pendidikan rohani.
72
4.4.4 Perhatian/Pengawasan
Maksud dari pendidikan perhatian adalah senantiasa mencurahkan
perhatian penuh, mengikuti perkembangan anak dan mengawasinya dalam
membentuk akidah, akhlak, mengawasi kesiapan mental, rasa sosialnya dan juga
terus mengecek keadaannya dalam pendidikan fisik maupun intelektualnya.
Metode perhatian dapat membentuk manusia secara utuh yang mendorong
untuk menunaikan tanggung jawab dan kewajibannya secara sempurna.Metode ini
merupakan salah satu asas yang kuat dalam membentuk muslim yang hakiki
sebagai dasar untuk membangun pondasi Islam yang kokoh.
4.4.5 Hukuman
Metode hukuman merupakan suatu cara yang dapat digunakan oleh guru
dalam mendidik anak apabila metode-metode yang lain tidak mampu membuat
anak berubah menjadi lebih baik. Dalam menghukum anak, tidak hanya
menggunakan pukulan saja, akan tetapi bisa menggunakan sesuatu yang bersifat
mendidik.
4.5 Diseminasi
4.5.1 Perencanaan : pada tahap ini kami mempersiapkan program yang akan kami
jalankan. Dengan mencari informasi problematika yang ada di dusun sekitar.
4.5.2 Perizinan : pada bagian ini kami melakukan kunjungan kepada perangkat desa
setempat (RT/RW) dan takmir untuk meminta izin terkait program remaja masjid
(remas) di dusun balongombo. Selanjutnya kami juga melakukan mapping ke
rumah masyarakat agar mengizinkan anak-anak mereka untuk mengikuti program
remaja masjid (remas).
4.5.3 Menyusun jadwal : kami menyusun pertemuan belajar dengan para remaja
berikut menyesuaikan jadwal pelajaran mereka.
4.5.4 Pelaksanaan program : Program ini dilaksanakan selama 40 hari sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan.
4.5.5 Evaluasi : Program remaja masjid (remas) terlaksana dengan baik sesuai dengan
perencanaan dan jadwal yang telah kami bentuk.
73
5. KESIMPULAN
Terselenggaranya program kerja berbentuk pendampingan kegiatan remaja masjid Al-
Hasan dusun Balungombo desa Tembelang kecamatan Tembelang kabupaten Jombang
sebagai jembatan dalam mencapai sebuah tujuan berorganisasi, pemersatu keharmonisan
remaja dalam membangun sebuah relasi dengan masyarakat setempat melewati kegiatan
pendidikan Al-Qur‟an di masa pandemi covid 19.
Mitra dari hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah perkumpulan Remaja
Masjid Al-Hasan dusun Balungombo desa Tembelang kecamatan Tembelang Kabupaten
Jombang. Latar belakang dari pengabdian ini adalah pentingnya seseorang remaja dalam
pengenalan hukum ilmu tajwid serta memperbaiki bacaan dalam membaca kitab suci Al-
Qur‟an sejak dini dengan selalu memperbaiki makhorijul huruf. Tujuan dari kegiatan
pengabdian masyarakat ini adalah untuk pemersatu relasi antara remaja di dusun Balungombo
desa Tembelang kecamatan Tembelang kabupaten Jombang, dan menambah pengetahuan
santri mengenai ilmu tajwid dan memperbaiki makhorijul huruf kepada remaja masjid Al-
Hasan dusun Balungombo melewai Pendidikan Al-Qur‟an.
Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah yang pertama, pendekatan
(bottom up) memakai “partisipasi”. Pendekatan yang dilakukan tidak berangkat dari luar
melainkan dari dalam. Seperangkat masalah dan kebutuhan dirumuskan bersama, sejumlah
nilai dan sistem dipahami bersama. Yang kedua, metode baca simak pada saat menerapkan
metode baca simak dengan Al-Qur‟an banyak remaja yang mengalami kesulitan membaca,
tersendat, dan hilang konsentrasi, maka seorang peneliti segera mengambil langkah. Caranya
dengan kembali memusatkan perhatian remaja pada alat peraga. Tujuannya adalah untuk lebih
memahamkan konsep, dan mengetahui dimana letak kesulitan yang dialami. Penggabungan
klasikal peraga dengan baca simak yaitu santri membaca ayat suci Al-Qur‟an, remaja yang
lain mendengarkan, kemudian jika ada kesalahan dikoreksi, pengulangan konsep di lakukan
secara singkat. Dan metode yang ketiga adalah, dengan teknik remaja diajarkan cara
membaca Al-Quran hingga fasih terlebih dahulu kemudian perlahan pengajar mulai
memperkenalkan macam-macam Tajwid dan bagaimana metode cara menghafal dan
memahami Ilmu Tajwid dengan cepat serta penerapannya dalam bacaan Al-Qur‟an sehingga
siswa dapat dengan sendirinya mengetahui hukum-hukum bacaan Tajwid dan contoh-
contohnya.
1. Harapan dari hasil pengabdian perogram remaja masjid yang kami laksanakan yaitu :
a. Seluruh remaja dusun Balungombo desa Tembelang kecamatan Tembelang Kabupaten
Jombang dapat membaca Al-Qur‟an dengan tartil dan sesuai dengan makhorijul huruf
(tempat keluarnya huruf) meskipun dalam situasi masih pandemi covid 19.
74
b. Seluruh remaja masjid dusun Balungombo desa Tembelang kecamatan Tembelang
kabupaten Jombang dapat memahami, mengingat dan menerapkan ilmu tajwid dengan
mudah meskipun masih berada dalam situasi pandemi covid 19.
c. Dengan program pendampingan ini sangat diharapkan dapat menemukan kader baru yang
siap mengabdi di organisasi remaja masjid dusun Balungombo dengan tujuan
pembentukan regenerasi yang optimal.
b. Harapan selanjutnya yaitu agar fasilitas atau sarana prasarana di masjid Al-Hasan dusun
Balungombo dapat terpenuhi semua sesuai dengan kebutuhan.
2. Hasil dari pengabdian ini antara lain juga bertambahnya anggota remaja yang siap mengabdi
yaitu seseorang yang telah kembali berdomisili di sekitar masjid Al-Hasan setelah menjalani
pendidikan di pondok pesantren. Sementara hambatan dalam pengabdian ini adalah
terbatasnya waktu dan kurangnya sarana pendukung dalam melaksanakan kegiatan.
75
REFERENSI
Abdulhak, Ishak dan Suprayogi, Ugi. 2012. Penelitian Tindakan dalam Pendidikan Nonformal.
Jakarta: Rajawali Pers.
Tafsir, Ahmad. 2007. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Shihab, Quraisy. 1996. Wawasan Al-Qur‟an. Bandung. Mizan.
Riadi, Muchlisin. (2018, Juni 21). https://www.kajianpustaka.com/2018/06/pengertian-karakteristik-
jenis-dan-metode-homeschooling.html
sdn3cijemit. (2012, Maret 01). /http://sdn3cijemit.blogspot.com/2012/03/produktivitas-kerja-
guru.html
Ulwah, A. Nashih. 2013. Pendidikan Anak dalam Islam. Jakarta: Khatulistiwa Press
Sahlan, Asmaun. 2009. Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah. Malang: UIN-Maliki Press.
Maimun, Agus dan Fitri, A. Zainul. 2010. Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan Alternatif di
Era Kompetitif. Malang: UIN-Maliki Press.
Ulwah, A. Nashih. 2013. Pendidikan Anak dalam Islam. Jakarta: Khatulistiwa Press
Winataputra, U. S., Delfi, R., Pannen, P., & Mustafa, D. (2014). Hakikat Belajar dan
Pembelajaran, 1-46.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.