22
54 PENDIDIKAN AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KARAKTER RELIGIUS DI ERA PANDEMI COVID-19 DI TPQ DARUL FATAA DUSUN BALUNGOMBO DESA TEMBELANG KECAMATAN TEMBELANG Muhammad Hariyanto Institut Agama Islam Al-Falah As-Sunniyyah Jember [email protected] ABSTRACT The implementation of a work program in the form of mentoring the youth activities of Al-Hasan mosque balungombo village tembelang tembelang district of Jombang district as a bridge in achieving an organizing goal, unifying youth harmony in building a relationship with the local community through the educational activities of the Qur'an during the covid-19 pandemic. The partner of this community service activity is the Youth Association of Masjid Al-Hasan balungombo village Tembelang sub-district of Tembelang Jombang Regency. The background of this devotion is the importance of a teenage person in the introduction of the law of tajwid science as well as improving reading in reading the Holy Qur'an early on by always improving the makhorijul of letters. The purpose of this community service activity is to unify the relationship between the youth in Balungombo village tembelang tembelang sub-district of Jombang district, and to add santri knowledge about tajwid science and improve the makhorijul letters to the youth of Al-Hasan mosque balungombo village to the Education of the Qur'an. The method used in this devotion is the first, bottom up approach using "participation". The approach does not depart from the outside but from the inside. A set of problems and needs are formulated together, a number of values and systems are understood together. The second is that when applying the reading method to the Qur'an many adolescents have difficulty reading, choking, and loss of concentration, then a researcher immediately takes a step. The way to re-focus the youth on props. The goal is to better understand the concept, and know where the difficulties are. Keywords : Qur‟an Education, Religious Characters ABSTRAK Terselenggaranya program kerja berbentuk pendampingan kegiatan remaja masjid Al-Hasan dusun Balungombo desa Tembelang kecamatan Tembelang kabupaten Jombang sebagai jembatan dalam mencapai sebuah tujuan berorganisasi, pemersatu keharmonisan remaja dalam membangun sebuah relasi dengan masyarakat setempat melewati kegiatan pendidikan Al-Qur‟an di masa pandemi covid 19. Mitra dari hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah perkumpulan Remaja Masjid Al- Hasan dusun Balungombo desa Tembelang kecamatan Tembelang Kabupaten Jombang. Latar belakang dari pengabdian ini adalah pentingnya seseorang remaja dalam pengenalan hukum ilmu tajwid serta memperbaiki bacaan dalam membaca kitab suci Al-Qur‟an sejak dini dengan selalu memperbaiki makhorijul huruf. Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk pemersatu relasi antara remaja di dusun Balungombo desa Tembelang kecamatan Tembelang kabupaten Jombang, dan menambah pengetahuan santri mengenai ilmu tajwid dan memperbaiki makhorijul huruf kepada remaja masjid Al-Hasan dusun Balungombo melewai Pendidikan Al- Qur‟an. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah yang pertama, pendekatan ( bottom up) memakai “partisipasi”. Pendekatan yang dilakukan tidak berangkat dari luar melainkan dari dalam. Seperangkat masalah dan kebutuhan dirumuskan bersama, sejumlah nilai dan sistem dipahami bersama. Yang kedua, metode baca simak pada saat menerapkan metode baca simak dengan Al-Qur‟an banyak remaja yang mengalami kesulitan membaca, tersendat, dan hilang konsentrasi, maka seorang peneliti segera mengambil langkah. Caranya dengan kembali memusatkan perhatian remaja pada alat peraga. Tujuannya adalah untuk lebih memahamkan konsep, dan mengetahui dimana letak kesulitan yang dialami. Kata kunci : Pendidikan Al-Qur‟an, Karakter Religius

PENDIDIKAN AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENDIDIKAN AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …

54

PENDIDIKAN AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KARAKTER RELIGIUS DI ERA

PANDEMI COVID-19 DI TPQ DARUL FATAA DUSUN BALUNGOMBO DESA

TEMBELANG KECAMATAN TEMBELANG

Muhammad Hariyanto

Institut Agama Islam Al-Falah As-Sunniyyah Jember

[email protected]

ABSTRACT The implementation of a work program in the form of mentoring the youth activities of Al-Hasan mosque

balungombo village tembelang tembelang district of Jombang district as a bridge in achieving an organizing

goal, unifying youth harmony in building a relationship with the local community through the educational

activities of the Qur'an during the covid-19 pandemic.

The partner of this community service activity is the Youth Association of Masjid Al-Hasan balungombo

village Tembelang sub-district of Tembelang Jombang Regency. The background of this devotion is the

importance of a teenage person in the introduction of the law of tajwid science as well as improving reading

in reading the Holy Qur'an early on by always improving the makhorijul of letters. The purpose of this

community service activity is to unify the relationship between the youth in Balungombo village tembelang

tembelang sub-district of Jombang district, and to add santri knowledge about tajwid science and improve

the makhorijul letters to the youth of Al-Hasan mosque balungombo village to the Education of the Qur'an.

The method used in this devotion is the first, bottom up approach using "participation". The approach does

not depart from the outside but from the inside. A set of problems and needs are formulated together, a

number of values and systems are understood together. The second is that when applying the reading method

to the Qur'an many adolescents have difficulty reading, choking, and loss of concentration, then a researcher

immediately takes a step. The way to re-focus the youth on props. The goal is to better understand the

concept, and know where the difficulties are.

Keywords : Qur‟an Education, Religious Characters

ABSTRAK

Terselenggaranya program kerja berbentuk pendampingan kegiatan remaja masjid Al-Hasan dusun

Balungombo desa Tembelang kecamatan Tembelang kabupaten Jombang sebagai jembatan dalam

mencapai sebuah tujuan berorganisasi, pemersatu keharmonisan remaja dalam membangun sebuah

relasi dengan masyarakat setempat melewati kegiatan pendidikan Al-Qur‟an di masa pandemi covid

19. Mitra dari hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah perkumpulan Remaja Masjid Al-

Hasan dusun Balungombo desa Tembelang kecamatan Tembelang Kabupaten Jombang. Latar

belakang dari pengabdian ini adalah pentingnya seseorang remaja dalam pengenalan hukum ilmu

tajwid serta memperbaiki bacaan dalam membaca kitab suci Al-Qur‟an sejak dini dengan selalu

memperbaiki makhorijul huruf. Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk

pemersatu relasi antara remaja di dusun Balungombo desa Tembelang kecamatan Tembelang

kabupaten Jombang, dan menambah pengetahuan santri mengenai ilmu tajwid dan memperbaiki

makhorijul huruf kepada remaja masjid Al-Hasan dusun Balungombo melewai Pendidikan Al-

Qur‟an. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah yang pertama, pendekatan (bottom

up) memakai “partisipasi”. Pendekatan yang dilakukan tidak berangkat dari luar melainkan dari

dalam. Seperangkat masalah dan kebutuhan dirumuskan bersama, sejumlah nilai dan sistem

dipahami bersama. Yang kedua, metode baca simak pada saat menerapkan metode baca simak

dengan Al-Qur‟an banyak remaja yang mengalami kesulitan membaca, tersendat, dan hilang

konsentrasi, maka seorang peneliti segera mengambil langkah. Caranya dengan kembali

memusatkan perhatian remaja pada alat peraga. Tujuannya adalah untuk lebih memahamkan

konsep, dan mengetahui dimana letak kesulitan yang dialami. Kata kunci : Pendidikan Al-Qur‟an, Karakter Religius

Page 2: PENDIDIKAN AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …

55

1. PENDAHULUAN

Dusun Balongombo Desa Tembelang kecamatan Tembelang Kab. Jombang

merupakan suatu dusun yang mempunyai fanatisme terhadap keagaman. Keagamaannya

sangat terlihat begitu kental Dan masyarakat sangat antusias dengan kegiatan islami. Sholat

berjama‟ah, pengajian, tahlilan, musyawarah menjadi nuansa yang menghiasi madjis al-Hasan

sehingga masyarakat terlihat rukun dan antusias.

Namun dengan adanya perselisihan antara remaja yang menyebabkan keadaan

berbanding terbalik seperti biasanya. Di mana remaja terpecah yang mengimbas kepada

keguyuban masyarakat balongombo. Tak terlukiskan sebuah kegiatan sebagaimana mestinya.

Masa pandemic covid-19 menjadi bumbu pelengkap dalam permasalahan yang ada di

dusun balongombo ini. Dengan adanaya peraturan stay at home dan social distancing para

remaja banyak menggunakan waktunya untuk bermain budget.

Al-Qur‟an merupakan firman Allah yang dijadikan pedoman hidup (way of life) oleh

kaum muslim yang tidak ada keraguan di dalamnya. Al-Qur‟an mengandung ajaran-ajaran

pokok (prinsip dasar) menyangkut segala aspek kehidupan manusia dan dalam berbagai

permasalahannya. Al-Qur‟an bagaikan sumber mata air yang tidak pernah kering ketika

manusia mengambil dan mengkaji hikmah isi kandungannya. Sudah tentu tergantung

kemampuan dan daya nalar setiap orang dan kapan pun masanya akan selalu hadir secara

fungsional memecahkan problem kemanusiaan.(Quraisy Syihab, Bandung 1992: 173)

Berbagai teori yang dikembangkan saat ini telah mewarnai proses dan praktik

pendidikan. Sumbangsih para tokoh dalam menciptakan teori telah memberikan

perkembangan dan kemajuan dalam proses pendidikan. Lahirnya teori dalam bidang

pendidikan memberikan warna baru terhadap sistem pendidikan, proses belajar mengajar,

manajemen sekolah dan metode pembelajaran. Adanya pergeseran metode dan pola didik

pengajar terhadap peserta didik merupakan proses dari pelaksanaan teori dalam bidang

pendidikan. Sebagai contoh berkembangnya pola pendidikan active learning dimana proses

pembelajaran tidak hanya terpusat pada pengajar akan tetapi peserta didik mempunyai

peranan sangat menentukan hasil belajar. Hal ini dipelopori oleh teori yang berkembang yaitu

teori behaviorisme dimana setiap manusia mempunyai kemampuan untuk berfikir dan

melakukan setiap aktifitas dalam proses belajar. Sehingga dengan teori ini setiap peserta didik

diberikan ruang kebebasan untuk melakukan kegiatan yang disesuaikan dengan kemampuan

peserta didik, tugas pengajar bersifat pengarah dan fasilitator, hal ini memungkinkan

terbentuknya rasa percaya diri serta kemampuan peserta didik untuk menciptakan hal-hal

yang inovatif dan kreatif. (Abdul Mujib, Jakarta : 2006 : 57).

Page 3: PENDIDIKAN AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …

56

Karakter religius adalah suatu penghayatan ajaran agama yang dianutnya dan telah

melekat pada diri seseorang dan memunculkan sikap atau perilaku dalam kehidupan sehari-

hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak yang dapat membedakan dengan karakter

orang lain.

Pendidikan agama dan pendidikan karakter adalah dua hal yang saling berhubungan.

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter di Indonesia diidentifikasikan

berasal dari empat sumber yaitu, agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional.

Salah satu strategi atau metode yang dipergunakan dalam pendidikan untuk

membentuk karakter religius adalah dengan pembentukan kebiasaan yang baik dan

meninggalkan yang buruk melalui bimbingan, latihan dan kerja keras. Pembentukan

kebiasaan tersebut akan menjadi sebuah karakter seseorang. Maka karakter yang kuat

biasanya dibentuk oleh penanaman nilai yang menekankan tentang baik dan buruk. Nilai ini

dibangun melalui penghayatan dan pengalaman.(Muchlisin Riadi, Nlai dan Metode

Pembentukan Karakter Religius, Bandung 2019 : 13).

2. METODE DAN LANGKAH-LANGKAH

2.1 Metode

Metode atau teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang

memenuhi standar data yang ditetapkan.

Selanjutnya jika dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik

pengumpulan data kualitatif dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview

(wawancara),dokumentasi.

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting

(kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak

pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (in depth

interview) dan dokumentasi.

Jadi sesuai dengan paparan di atas, untuk memperoleh data dari lapangan peneliti

menggunakan teknik observasi, interview/wawancara dan dokumentasi.

2.1.1 Metode pengumpulan data dengan observasi

Nasution menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu

pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta

mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu

dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih.

Page 4: PENDIDIKAN AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …

57

Sesuai kutipan di atas Peneliti memperoleh keterangan penelitian dengan

melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang

diteliti dan data yang dihasilkan berdasarkan penmuan peneliti dideskripsikan

sesuai pandangan subjektif peneliti mengenai apa yang diperoleh selama

penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi terstruktur karena

dalam melakukan observasi peneliti membawa pedoman-pedoman penelitian yang

telah baku serta peneliti telah mengetahui variabel penelitiannya. Adapun data

yang diperoleh dari metode observasi ini adalah:

a. Data letak geografis lokasi penelitian

b. Kondisi sarana prasarana di lokasi penelitian

c. Kegiatan Pendidikan Al-Qur‟an Masjid Al- Hasan Dususn Balungombo

2.1.2 Metode pengumpulan data dengan Wawancara/ Interview

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan

ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan

tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan

atau keyakinan pribadi.

Dalam penelitian kualitatif, sering menggabungkan teknik observasi

partisipatif dengan wawancara mendalam. Selama melakukan observasi, peneliti

juga melakukan interview kepada orang-orang yang ada didalamnya. Teknik

pengumpulan data yang utama adalah observasi dan wawancara. Dalam

prakteknya kedua metode tersebut dapat digunakan secara bersama-sama, artinya

sambil wawancara juga melakukan observasi atau sebaliknya. Wawancara akan

berlangsung baik kalau telah tercipta rapport antara peneliti dengan yang

diwawancarai.

Jadi sesuai dengan pengertian di atas wawancara digunakan untuk

mendapatkan data pelengkap dan data tersebut hanya dapat diperoleh langsung

kepada informan yang telah ditentukan oleh peneliti, dimana yang menjadi sasaran

utama dalam penelitian ini adalah kepala TPQ, guru atau ustad-ustadzah tpq.

Adapun data yang telah peneliti dapat adalah :

a. Kegiatan pembelajaran daring di TPQ Darul Fataa Jatisari

b. Keadaan sarana prasarana di tpq

Page 5: PENDIDIKAN AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …

58

c. Faktor pendukung dan faktor penghambat pembelajaran daring dari tpq

d. Sosialisasi pelaksanaan kegiatan Pendidikan Al-Qur‟an

2.1.3 Metode pengumpulan data dengan Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan,

kriteria, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya

foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap

dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Data yang didapat peneliti melelui teknik dokumentasi ini, berupa

dokumen tentang :

a. Kegiatan pendidikan Al-Qur‟an

b. Jumlah guru dan santri

c. Dokumentasi kegiatan pendidikan Al-Qur‟an yang telah berjalan

Adapun metode pendukung yang digunakan dalam pengabdian ini adalah

yang pertama, pendekatan (bottom up) memakai “partisipasi”. Pendekatan yang

dilakukan tidak berangkat dari luar melainkan dari dalam. Seperangkat masalah dan

kebutuhan dirumuskan bersama, sejumlah nilai dan sistem dipahami bersama. Yang

kedua, metode baca simak pada saat menerapkan metode baca simak dengan Al-

Qur‟an banyak santri yang mengalami kesulitan membaca, tersendat, dan hilang

konsentrasi, maka ustad/ustadzah segera mengambil langkah.

Caranya dengan kembali memusatkan perhatian santri pada alat peraga.

Tujuannya adalah untuk lebih memahamkan konsep, dan mengetahui dimana letak

kesulitan yang dialami. Penggabungan klasikal peraga dengan baca simak yaitu

santri membaca ayat suci Al-Qur‟an, santri yang lain mendengarkan, kemudian jika

ada kesalahan dikoreksi, pengulangan konsep di lakukan secara singkat. Dan metode

yang ketiga adalah, dengan teknik santri diajarkan cara membaca Al-Quran hingga

fasih terlebih dahulu kemudian perlahan pengajar mulai memperkenalkan macam-

macam Tajwid dan bagaimana metode cara menghafal dan memahami Ilmu Tajwid

dengan cepat serta penerapannya dalam bacaan Al-Qur‟an sehingga siswa dapat

dengan sendirinya mengetahui hukum-hukum bacaan Tajwid dan contoh-contohnya.

Metode dan strategi yang digunakan dalam pengabdian ini adalah

pendampingan kepada remaja dalam proses pembelajaran dan membentuk karakter

religius sehingga para remaja dapat menjadi generasi yang rahmatan lil alamiin.

1. Mengidentifikasi problematika remaja

Page 6: PENDIDIKAN AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …

59

2. Mengintegrasikan digital

3. Membangun relasi

4. Membuat pelatihan

5. Memanfaatkan digital

6. Memonitoring setiap tahapan dan rencana

2.2 Langkah-Langkah

2.2.1 Mengidentifikasi problematika remaja

2.2.2 Mengintegrasikan digital

2.2.3 Membangun relasi

2.2.4 Membuat pelatihan

2.2.5 Memanfaatkan digital

2.2.6 Memonitoring setiap tahapan dan rencana

2.2.7 Meminta izin kepada peragkat desa (RT) untuk membuat program remaja masjid

2.2.8 Mapping di rumah masyarakat

2.2.9 Membuat jadwal kegiatan remaja masjid

2.2.10 Pelaksanaan program remaja masjid

2.2.11 Evaluasi program remaja masjid

3. HASIL

Terselenggaranya program kerja berbentuk pendampingan kegiatan remaja masjid Al-

Hasan dusun Balungombo desa Tembelang kecamatan Tembelang kabupaten Jombang

sebagai jembatan dalam mencapai sebuah tujuan berorganisasi, pemersatu keharmonisan

remaja dalam membangun sebuah relasi dengan masyarakat setempat melewati kegiatan

pendidikan Al-Qur‟an di masa pandemi covid 19.

Mitra dari hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah perkumpulan Remaja

Masjid Al-Hasan dusun Balungombo desa Tembelang kecamatan Tembelang Kabupaten

Jombang. Latar belakang dari pengabdian ini adalah pentingnya seseorang remaja dalam

pengenalan hukum ilmu tajwid serta memperbaiki bacaan dalam membaca kitab suci Al-

Qur‟an sejak dini dengan selalu memperbaiki makhorijul huruf. Tujuan dari kegiatan

pengabdian masyarakat ini adalah untuk pemersatu relasi antara remaja di dusun Balungombo

desa Tembelang kecamatan Tembelang kabupaten Jombang, dan menambah pengetahuan

santri mengenai ilmu tajwid dan memperbaiki makhorijul huruf kepada remaja masjid Al-

Hasan dusun Balungombo melewai Pendidikan Al-Qur‟an.

Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah yang pertama, pendekatan

(bottom up) memakai “partisipasi”. Pendekatan yang dilakukan tidak berangkat dari luar

melainkan dari dalam. Seperangkat masalah dan kebutuhan dirumuskan bersama, sejumlah

Page 7: PENDIDIKAN AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …

60

nilai dan sistem dipahami bersama. Yang kedua, metode baca simak pada saat menerapkan

metode baca simak dengan Al-Qur‟an banyak remaja yang mengalami kesulitan membaca,

tersendat, dan hilang konsentrasi, maka seorang peneliti segera mengambil langkah. Caranya

dengan kembali memusatkan perhatian remaja pada alat peraga. Tujuannya adalah untuk lebih

memahamkan konsep, dan mengetahui dimana letak kesulitan yang dialami. Penggabungan

klasikal peraga dengan baca simak yaitu santri membaca ayat suci Al-Qur‟an, remaja yang

lain mendengarkan, kemudian jika ada kesalahan dikoreksi, pengulangan konsep di lakukan

secara singkat. Dan metode yang ketiga adalah, dengan teknik remaja diajarkan cara

membaca Al-Quran hingga fasih terlebih dahulu kemudian perlahan pengajar mulai

memperkenalkan macam-macam Tajwid dan bagaimana metode cara menghafal dan

memahami Ilmu Tajwid dengan cepat serta penerapannya dalam bacaan Al-Qur‟an sehingga

siswa dapat dengan sendirinya mengetahui hukum-hukum bacaan Tajwid dan contoh-

contohnya.

1. Harapan dari hasil pengabdian perogram remaja masjid yang kami laksanakan yaitu :

a. Seluruh remaja dusun Balungombo desa Tembelang kecamatan Tembelang Kabupaten

Jombang dapat membaca Al-Qur‟an dengan tartil dan sesuai dengan makhorijul huruf

(tempat keluarnya huruf) meskipun dalam situasi masih pandemi covid 19.

b. Seluruh remaja masjid dusun Balungombo desa Tembelang kecamatan Tembelang

kabupaten Jombang dapat memahami, mengingat dan menerapkan ilmu tajwid dengan

mudah meskipun masih berada dalam situasi pandemi covid 19.

c. Dengan program pendampingan ini sangat diharapkan dapat menemukan kader baru

yang siap mengabdi di organisasi remaja masjid dusun Balungombo dengan tujuan

pembentukan regenerasi yang optimal.

d. Harapan selanjutnya yaitu agar fasilitas atau sarana prasarana di masjid Al-Hasan

dusun Balungombo dapat terpenuhi semua sesuai dengan kebutuhan.

2. Hasil dari pengabdian ini antara lain juga bertambahnya anggota remaja yang siap

mengabdi yaitu seseorang yang telah kembali berdomisili di sekitar masjid Al-Hasan

setelah menjalani pendidikan di pondok pesantren. Sementara hambatan dalam

pengabdian ini adalah terbatasnya waktu dan kurangnya sarana pendukung dalam

melaksanakan kegiatan.

4. PEMBAHASAN DAN DISEMINASI

4.1 Pembahasan Pengertian Pendidikan Al-Qur’an

Al-Qur‟an merupakan firman Allah yang dijadikan pedoman hidup (way of life)

oleh kaum muslim yang tidak ada keraguan di dalamnya. Al-Qur‟an mengandung ajaran-

ajaran pokok (prinsip dasar) menyangkut segala aspek kehidupan manusia dan dalam

Page 8: PENDIDIKAN AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …

61

berbagai permasalahannya. Al-Qur‟an bagaikan sumber mata air yang tidak pernah kering

ketika manusia mengambil dan mengkaji hikmah isi kandungannya. Sudah tentu

tergantung kemampuan dan daya nalar setiap orang dan kapan pun masanya akan selalu

hadir secara fungsional memecahkan problem kemanusiaan.(Quraisy Syihab, Bandung

1992: 173)

Berbagai teori yang dikembangkan saat ini telah mewarnai proses dan praktik

pendidikan. Sumbangsih para tokoh dalam menciptakan teori telah memberikan

perkembangan dan kemajuan dalam proses pendidikan. Lahirnya teori dalam bidang

pendidikan memberikan warna baru terhadap sistem pendidikan, proses belajar mengajar,

manajemen sekolah dan metode pembelajaran. Adanya pergeseran metode dan pola didik

pengajar terhadap peserta didik merupakan proses dari pelaksanaan teori dalam bidang

pendidikan. Sebagai contoh berkembangnya pola pendidikan active learning dimana

proses pembelajaran tidak hanya terpusat pada pengajar akan tetapi peserta didik

mempunyai peranan sangat menentukan hasil belajar. Hal ini dipelopori oleh teori yang

berkembang yaitu teori behaviorisme dimana setiap manusia mempunyai kemampuan

untuk berfikir dan melakukan setiap aktifitas dalam proses belajar. Sehingga dengan teori

ini setiap peserta didik diberikan ruang kebebasan untuk melakukan kegiatan yang

disesuaikan dengan kemampuan peserta didik, tugas pengajar bersifat pengarah dan

fasilitator, hal ini memungkinkan terbentuknya rasa percaya diri serta kemampuan peserta

didik untuk menciptakan hal-hal yang inovatif dan kreatif. (Abdul Mujib, Jakarta : 2006 :

57).

Berperannya keluarga dan masyarakat dalam melakukan bimbingan pengetahuan,

sejalan dengan definisi pendidikan menurut Edgar Dalle yang menjelaskan bahwa

pendidikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan

pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung di

sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar

dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang

akan datang.

Untuk itu dalam dunia pendidikan, keluarga, sekolah dan masyarakat merupakan

tri pusat pendidikan. Ketiga lembaga ini mempunyai peranan yang sama untuk

mengantarkan manusia menjadi makhluk yang berbudaya dan berpengetahuan. Pola

pendidikan yang dikembangkan dalam keluarga adalah pendidikan informal berupa

pembentukan pembiasaan-pembiasaan dan cara melakukan kegiatan sehari-hari seperti

cara makan, berbicara, berpakaian, tatakrama dan lain-lain. Pendidikan di keluarga

merupakan pijakan awal dalam meletakkan dasar pembentukan kepribadian anak. Hal ini

Page 9: PENDIDIKAN AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …

62

sebagaimana di katakana Unang Wahidin bahwa: “keluarga sering disebut sebagai

lembaga pertama dan utama bagi pendidikan anak-anakyang dilahirkan. Disebut lembaga

pertama, karena setiap anak manuisia yang dilahirkan pasti berbeda dalam sebuah

keluarga dan dan menerima pendidikan pertama dari keluarga sebelum lembaga-lembaga

pendidikan lainnya. Pendidikan pertama yang diberikan sesuai denga system pendidikan

yang berlaku dimana keluarga tersebut berbeda. Dan keluarga disebut lembaga utama

dalam dalam pendidikan anak, karena keluarga memang peranan paling penting dalam

pendidikan anak yang dilahirkan bila disbanding dengan lembaga-lembaga lainnya.

(Qurasy Syihab, Bandung 1992 : 178).

4.2 Dasar-Dasar Pendidikan Al-Qur’an

Pendidikan Islam di Indonesia terwujud dalam berbagai kegiatan institusi tersebut,

tidak terlepas dari ajaran Islam itu sendiri sebagai ajaran agama yang rahmatan lil‟alamin.

Maka pendidikan Islam tidak bisa melepaskan diri dari historis, sosial, ekonomi, politik

yang mempengaruhi umat Islam itu sendiri, semakin umat Islam melakukan kontak

dengan dunia di sekitarnya, maka pendidikan juga semakin berkembang dan semakin

kompleks. Begitu pula ketika dunia Islam masih terbatas pada masa Rasulullah,

pendidikan Islam masih relatif sederhana, dan segala persoalan keislaman dapat

ditanyakan langsung kepada Beliau atau mendapat jawaban dari al-Quran. Akan tetapi

ketika Islam semakin berkembang dan meluas, maka pendidikan Islam pun semakin

berkembang sesuai dengan perkembangan dunia saat itu.

Pada dasarnya semua dasar agama Islam akan kembali kepada kedua sumber

utama yaitu al-Quran dan as-Sunnah. Hal ini sejalan dengan pesan Rasulullah agar umat

Islam tidak tersesat dalam menjalani hidupnya, sebagaimana Sabdanya sebagai berikut:

“Aku telah meninggalkan padamu dua perkara, jika kamu berpegang teguh padanya

kamu tidak akan sesat sesudahnya, yaitu kitabullah dan sunnah nabinya”.

4.2.1 Al-Qur’an

Dari segi bahasa Lafadz Al-Quran berasal dari lafadz qira‟ah, yaitu mashdar

(infinitif) dari lafadz qara‟a, qira‟atan, qur‟anan. Dari aspek bahasa, lafadz ini

memiliki arti “mengumpulkan dan menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu

dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapih”. Sedangkan secara istilah

al-Qur‟an ialah kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw yang ditulis

dalam mushaf yang diriwayatkan sampai kepada kita dengan jalan yang mutawatir,

tanpa ada keraguan.

Page 10: PENDIDIKAN AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …

63

Al-Qur‟an ( القرآن ) adalah kitab suci agama Islam. Umat Islam memercayai

bahwa Al-Qur‟an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan

bagi manusia, yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui

perantaraan Malaikat Jibril. Jadi dapat disimpulkan Al-Qur‟an Al-Qur‟an ialah wahyu

berupa kalamullah yang diamanatkan kepada malaikat jibril, disampaikannya kepada

Nabi Muhammad Saw, isinya tak dapat ditandingi oleh siapapun dan diturunkan

secara bertahap, lalu disampaikan kepada umatnya dengan jalan mutawatir dan

dimushafkan serta membacanya dihukumkan sebagai suatu ibadah

4.2.1.1 Kedudukan Al-Qur‟an sebagai Sumber Hukum

Al-Qur‟an berfungsi sebagai hakim atau wasit yang mengatur

jalannya kehidupan manusia agar berjalan lurus. Itulah sebabnya ketika umat

Islam berselisih dalam segala urusan hendaknya ia berhakim kepada al-

Qur‟an. Al-Qur‟an lebih lanjut memerankan fungsi sebagai pengontrol dan

pengoreksi tehadap perjalanan hidup manusia di masa lalu. Misalnya kaum

Bani Israil yang telah dikoreksi oleh Allah. Al-Qur„an juga mampu

memecahkan problem-problem kemanusiaan dengan berbagai segi

kehidupan, baik rohani, jasmani, sosial, ekonomi, maupun politik dengan

pemecahan yang bijaksana, karena ia diturunkan oleh yang Maha Bijaksana

dan Maha Terpuji

Pada setiap problem itu al-Qur‟an meletakkan sentuhannya yang

mujarab dengan dasar-dasar yang umum yang dapat dijadikan landasan untuk

langkah-langkah manusia dan yang sesuai pula dengan zaman. Dengan

demikian, al-Qur‟an selalu memperoleh kelayakannya di setiap waktu dan

tempat, karena Islam adalah agama yang abadi. Alangkah menariknya apa

yang dikatakan oleh seorang juru dakwah abad ke-14 ini, “Islam adalah suatu

sistem yang lengkap, ia dapat mengatasi segala gejala kehidupan. Ia adalah

negara dan tanah air atau pemerintah dan bangsa. Ia adalah moral dan potensi

atau rahmat dan keadilan. Ia adalah undang-undang atau ilmu dan keputusan.

Ia adalah materi dan kekayaan atau pendapatan dan kesejahteraan. Ia adalah

jihad dan dakwah atau tentara dan ide. Begitu pula ia adalah akidah yang

benar dan ibadah yang sah”.

4.2.1.2 Hukum-hukum dalam Al-Qur‟an

Hukum-hukum yang terkandung di dalam al-Qur‟an itu ada 3 macam,

yaitu:Pertama, hukum-hukumi’tiqadiyah. Yakni, hukum-hukum yang

Page 11: PENDIDIKAN AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …

64

berkaitan dengan kewajiban para mukallaf untuk beriman kepada Allah,

Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya. Rasul-rasul-Nya dan hari

pembalasan. Kedua, hukum-hukum akhlaq. Yakni, tingkah laku yang

berhubungan dengan kewajiban mukallaf untuk menghiasi dirinya dengan

sifat-sifat keutamaan dan menjauhkan dirinya dan sifat-sifat yang tercela.

Ketiga, hukum-hukum amaliah.

Yakni, yang berkaitan dengan perkataan-perkataan, perbuatan-

perbuatan, perjanjian-perjanjian dan mu‟amalah (kerja sama) sesama

manusia. Kategori yang ketiga inilah yang disebut Fiqhul Qur‟an dan itulah

yang hendak dicapai oleh Ilmu Ushul Fiqih. Hukum-hukum amaliah di dalam

Al-Qur‟an itu terdiri atas dua macam, yakni:

a) Hukum ibadat. Misalnya, shalat, shaum, zakat, haji dan sebagainya.

Hukum-hukum ini diciptakan dengan tujuan untuk mengatur hubungan

hamba dengan Tuhan

b) Hukum-hukum mu‟amalat. Misalnya, segala macam perikatan, transaksi-

transaksi kebendaan, jinayat dan ‘uqubat (hukum pidana dan sanksi-

sanksinya). Hukum-hukum mu‟amalah ini diciptakan dengan tujuan

untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia, baik sebagai

perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat.Hukum-hukum selain

ibadat menurut syara‟ disebut dengan hukum mu‟amalat. Hasil

penyelidikan para ulama tentang ayat-ayat Al-Qur‟an yang berhubungan

dengan hukum-hukum menunjukkan bahwa hukum-hukum Al-Qur‟an

yang berkaitan dengan ibadat dan ahwalus-syakhshiyahsudah terperinci.

Kebanyakan dari hukum-hukum ini bersifat ta‟abudi (ibadat) sehingga

tidak banyak memberikan kesempatan ahli pikir untuk menganalisanya

dan hukum ini bersifat permanen, tetap tidak berubah-ubah lantaran

perubahan suasana dan lingkungan

c) Adapun selain hukum-hukum ibadat dan ahwal al-syakhshiyah, seperti

hukum perdata, pidana (jinayat), perundang-undangan (dusturiyah),

internasional (dauliyah) dan ekonomi dan keuangan (iqtishadiyah wa al-

maliyah), maka dalil-dalil hukumnya masih merupakan ketentuan yang

umum atau masih merupakan dasar-dasar yang asasi. Sedikit sekali yang

sudah terperinci. Hal itu disebabkan karena hukum-hukum tersebut

berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat dan kemaslahatan

yang sangat dihajatkan Dalam hal ini Al-Qur‟an hanya memberi

Page 12: PENDIDIKAN AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …

65

ketentuan-ketentuan umum dan dasar-dasar yang asasi saja agar penguasa

setiap saat mempunyai kebebasan dalam menciptakan perundang-

undangan dan melaksanakannya sesuai dengan kemaslahatan yang

dihajatkan pada saat itu, asal tidak bertentangan dengan ketentuan-

ketentuan (dalil-dalil) dan jiwa syari‟at.

4.2.2 As-Sunnah

As-Sunnah atau al-hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada

Nabi Saw, baik berupa qaul (ucapan), fi‟il (perbuatan) maupun taqrir (sikap diam

tanda setuju) Nabi Saw. Sesuai dengan tiga hal tersebut yang disandarkan kepada

Rasulullah Saw, maka sunnah itu dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

Sunnah qauliyyah ialah sabda yang beliau sampaikan dalam beraneka tujuan

dan kejadian. Misalnya sabda beliau sebagai berikut.“Tidak ada kemudharatan dan

tidak pula memudharatkan”. (HR. Malik)

Hadis di atas termasuk sunnah qauliyyah yang bertujuan memberikan sugesti

kepada umat Islam agar tidak membuat kemudharatan kepada dirinya sendiri dan

orang lain.

Sunnah fi‟liyyah ialah segala tindakan Rasulullah Saw. Misalnya tindakan

beliau melaksanakan shalat 5 waktu dengan menyempurnakan cara-cara, syarat-

syarat dan rukun-rukunnya, menjalankan ibadah haji, dan sebagainya

Sunnah taqririyah ialah perkataan atau perbuatan sebagian sahabat, baik di

hadapannya maupun tidak di hadapannya, yang tidak diingkari oleh Rasulullah Saw

atau bahkan disetujui melalui pujian yang baik. Persetujuan beliau terhadap

perkataan atau perbuatan yang dilakukan oleh sahabat itu dianggap sebagai

perkataan atau perbuatan yang dilakukan oleh beliau sendiri

4.2.2.1 Kehujjahan atau kedudukan As-Sunnah

Kedudukan As-Sunnah sebagai sumber ajaran Islam, selain

didasarkan pada keterangan ayat-ayat al-Qur‟an dan hadits, juga didasarkan

kepada kesepakatan para sahabat. Para sahabat telah bersepakat menetapkan

kewajiban mengikuti sunnah Rasulullah Saw. Para ulama telah sepakat

bahwa As-Sunnah dapat dijadikan hujjah (alasan) dalam menentukan hukum.

Namun demikian, ada yang sifatnya mutaba’ah(diikuti) yaitu tha’ah dan

qurbah (dalam taat dan taqarrub kepada Allah) misalnya dalam urusan aqidah

dan ibadah, tetapi ada juga yang ghair mutaba’ah (tidak diikuti)

yaitu jibiliyyah (budaya) dan khushushiyyah (yang dikhususkan bagi Nabi).

Page 13: PENDIDIKAN AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …

66

Contoh jibiliyyah seperti mode pakaian, cara berjalan, makanan yang disukai.

Adapun contoh khushushiyyah adalah beristri lebih dari empat, shaum wishal

sampai 2 hari dan shalat 2 rakaat ba‟da Ashar.

Hukum-hukum yang dipetik dari As-Sunnah wajib ditaati

sebagaimana hukum-hukum yang diistinbathkan dari al-Qur‟an sebagaimana

diungkapkan dalam QS Ali- Imran: 32, An- Nisa: 80, 59 dan 65, dan Al-

ahzab: 36

4.2.2.2 Hubungan As-Sunnah dengan Al-Qur‟an

As-Sunnah, dalam tinjauan hukum dan penafsiran, dapat dilihat dari

dua aspek, yakni hubungannya dengan Al-Qur‟an dan As-Sunnah yang

bersifat mandiri. Dari aspek hubungannya dengan al-Quran, As-Sunnah

adalah sumber hukum yang kedua setelah Al-Qur‟an. Hubungan ini disebut

hubungan struktural. Sementara dari aspek lain, As-Sunnah sebagai penjelas

bagi Al-Qur‟an disebut hubungan fungsional. Di antara dasarnya adalah

firman Allah Ta‟ala dalam QS. al- Hasyr: 7, an- Nahl: 44, dan an- Nahl: 64

4.2.2.3 Fungsi As-Sunnah terhadap Al-Qur‟an

Fungsi As-Sunnah terhadap al-Qur‟an dari segi kandungan hukum

mempunyai 3 fungsi sebagai berikut

a) As-Sunnah berfungsi sebagai ta‟kid (penguat) hukum-hukum yang telah

ada dalam Al-Qur‟an. Hukum tersebut mempunyai 2 dasar hukum, yaitu

Al-Qur‟an sebagai penetap hukum dan As-Sunnah sebagai penguat dan

pendukungnya. Misalnya, perintah mendirikan shalat, mengeluarkan

zakat, larangan syirik, riba dan sebagainya.

b) As-Sunnah sebagai bayan (penjelas)

c) takhshish (pengkhusus) dan taqyid (pengikat) terhadap ayat-ayat yang

masih mujmal (global), „am (umum) atau muthlaq (tidak terbatasi), yaitu

ayat-ayat Al-Qur‟an yang belum jelas petunjuk pelaksanaannya, kapan

dan bagaimana, dijelaskan dan dijabarkan dalam As-Sunnah. Misalnya,

perintah shalat yang bersifat mujmal dijabarkan dengan As-Sunnah. Nabi

Saw bersabda: “Shalatlah kalian seperti kalian melihat (mendapatkan)

aku shalat.” (HR. Bukhari)

4.2.3 Ijma’

Menurut ulama Ushul Fiqh, ijma adalah kesepakatan para imam mujtahid di

antara umat Islam pada suatu masa setelah Rasulullah saw wafat, terhadap hukum

Page 14: PENDIDIKAN AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …

67

syara tentang suatu masalah. Karena itu, jika terdapat suatu kejadian yang

dihadapkan kepada seluruh mujtahid di kalangan umat Islam pada suatu waktu,

mereka kemudian bersepakat terhadap suatu hukum mengenai kejadian tersebut.

Kesepakatan mereka itulah yang disebut ijma.

4.2.3.1 Kehujjahan Ijma‟

Apabila keempat rukun ijma‟ terpenuhi (1. Adanya sejumlah mujtahid

saat terjadinya peristiwa, 2. Adanya kesepakatan mujtahid tentang

peristiwa tanpa memandang latar belakang, 3. Adanya pendapat dari masing-

masing mujtahid, 4. Realisasi dari kesepakatan mujtahid) dengan

diadakan perhitungan pada suatu masa diantara masa-masa sesudah

Rasulullah SAW wafat terhadap semua mujtahid Umat Islam menurut

perbedaan latar belakang para mujtahid, kemudian mereka dihadapkan kepada

suatu kejadian untuk diketahui hukum syara‟nya dan masing-masing mujtahid

mengemukakan pendapat , baik secara kolektif ataupun secara individual,

kemudia mereka sepakat atas suatu hukum mengenai suatu peristiwa maka

hukum yang disepakati ini adalah suatu undang-undang syar‟I yang wajib

diikuti dan tidak boleh ditentang Jadi kehujjahan ijma‟ sebagaimana dalam

Qur‟an Surat An-Nisa ayat 59, Allah memerintahkan orang yang beriman

untuk menaati Perintah-Nya, Rasul, dan juga Ulil Amri. Ibnu Abbas

menafsirkan Ulil Amrisebagai Ulama‟, jika ulama‟ telah sepakat mengenai

sesuatu hukum hendaknya hukum itu diikuti dan ditaati.

4.2.3.2 Macam-Macam Ijma‟

Dilihat dari segi melakukan ijtihadnya, ijma itu ada dua bagian yaitu

a) Ijma Sharih yaitu kesepakatan para mujtahid pada suatu waktu terhadap

suatu kejadian dengan menyajikan pendapat masing-masing secara jelas

yang dilakukan dengan cara memberi fatwa atau memberi keputusan

b) Ijma Syukuty yaitu sebagian mujtahid pada satu waktu mengemukakan

pendapatnya secara jelas terhadap suatu kejadian yang dilakukan dengan

cara memberi fatwa dan mujtahid lainnya tidak menanggapi pendapat

tersebut dalam hal persesuaiannya atau perbedaannya

4.2.4 Qiyas

Al-Qiyas menurut bahasa adalah mengukur sesuatu dengan sesuatu yang lain

yang bisa menyamainya. Contohnya, mengukur pakaian dengan meteran. Sedangkan

menurut ulama Ushul Fiqh, Qiyas adalah menyamakan satu kejadian yang tidak ada

nashnya kepada kejadian lain yang ada nashnya pada hukum yang telah menetapkan

Page 15: PENDIDIKAN AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …

68

lantaran adanya kesamaan di antara dua kejadian itu dalam illat hukumnya.

Misalnya, masalah meminum khamr merupakan suatu perbuatan yang hukumnya

telah ditetapkan dalam nash. Hukumnya haram berdasarkan QS Al-Maidah ayat 90.

Dengan illat memabukkan. Oleh karena itu setiap minuman yang terdapat illat

memabukkan hukumnya sama dengan khamr dan haram meminumnya.

4.2.4.1 Rukun-rukun qiyas

Setiap qiyas terdiri dari 4 rukun, yaitu :

a) Al-Ashl ialah sesuatu yang hukumnya terdapat dalam nash. Rukun ini

biasanya disebut Maqis „Alaih (yang dipakai sebagai ukuran)

b) Al-Far‟u ialah sesuatu yamg hukumnya tidak terdapat di dalam nash dan

hukumnya disamakan kepada al-ashl, biasa disebut juga Al Maqis (yang

diukur)

c) Hukmul Ashl ialah hukum syara yang terdapat nashnya menurut al ashl

dan dipakai sebagai hukum asal bagi al-Far‟u.

d) Al-Illat ialah keadaan tertentu yang dipakai dasar bagi hukum ashl,

kemudian al-Far‟u itu disamakan kepada ashl dalam hal hukumnya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Ijma‟ dan Qiyas merupakan

hukum islam yang mesti kita ikuti, karena tanpa Ijma‟ dan Qiyas kita tidak akan

mngetahui hukum dalam suatu permasalahan jikalau kita tidak mendapatkan dalil

yang pasti dari Al Qur‟an dan Hadits.

4.3 Karakter Religius

Karakter religius adalah suatu penghayatan ajaran agama yang dianutnya dan telah

melekat pada diri seseorang dan memunculkan sikap atau perilaku dalam kehidupan

sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak yang dapat membedakan dengan

karakter orang lain.

4.3.1 Pengertian

Karakter religius adalah suatu penghayatan ajaran agama yang dianutnya

dan telah melekat pada diri seseorang dan memunculkan sikap atau perilaku dalam

kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak yang dapat

membedakan dengan karakter orang lain.

Pendidikan agama dan pendidikan karakter adalah dua hal yang saling

berhubungan. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter di

Indonesia diidentifikasikan berasal dari empat sumber yaitu, agama, pancasila,

budaya, dan tujuan pendidikan nasional.

Page 16: PENDIDIKAN AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …

69

Salah satu strategi atau metode yang dipergunakan dalam pendidikan

untuk membentuk karakter religius adalah dengan pembentukan kebiasaan yang

baik dan meninggalkan yang buruk melalui bimbingan, latihan dan kerja keras.

Pembentukan kebiasaan tersebut akan menjadi sebuah karakter seseorang. Maka

karakter yang kuat biasanya dibentuk oleh penanaman nilai yang menekankan

tentang baik dan buruk. Nilai ini dibangun melalui penghayatan dan

pengalaman.(Muchlisin Riadi, Nlai dan Metode Pembentukan Karakter Religius,

Bandung 2019 : 13).

4.3.2 Nilai Karakter Religius

4.3.2.1 Aqidah

Aqidah berasal dari bahasa arab aqidah yang bentuk jamaknya

adalah aqa‟id yang berarti faith, belief (keyakinan, kepercayaan), sedang

menurut Louis Ma‟luf ialah mauqida‟ „alayh al-qlb wa al-dlamir yang

artinya sesuatu yang mengikat hati dan perasaan. Dari arti etimologi di atas

bisa diketahui bahwa yang dimaksud dengan akidah ialah keyakinan atau

keimanan, dan hal itu diistilahkan sebagai akidah (aqidah) karena ia

meningkatkan hati seseorang kepada sesuatu yang diyakini dan diimaninya

dan ikatan tersebut tidak boleh dilepaskan selama hidupnya. Inilah makna

asal aqidah yang merupakan derivasi dari kata „aqada-ya‟qidu-„aqdan yang

artinya mengikat.

a) Rukun Iman

Kalau berbicara tentang akidah maka yang menjadi topik

pembicaraan adalah masalah keimanan yang berkaitan dengan rukun-

rukun iman dan peranannya dalam kehidupan agama. Rukun iman yang

berupa keimanan kepada Allah dan sifat-sifatnya, para rasulnya,

malaikat, kitab-kitab yang diturunkan kepada rasul, hari akhir dan

qadha‟ serta qadar.

Page 17: PENDIDIKAN AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …

70

b) Rukun Islam

Rukun islam adalah lima tindakan dasar dalam islam, dianggap

sebagai pondasi wajib bagi orang-orang beriman dan merupakan dasar

dari kehidupan umat muslim. Rukun islam itu ada lima : Bersaksi

bahwa tiada tuhan selain Allah dan nabi muhammad adalah utusan

Allah, mengerjakan sholat, mengeluarkan zakat, puasa ramadhan,

menunaikan ibadah haji bagi yang mampu. (Muchlisin Riadi, Nilai dan

Metode Pembentukan Karakter Religius, Bandung, 2019 : 13).

4.3.2.2 Syari’at

Kata syari‟ah menurut bahasa artinya taat (bahasa arab, tha‟at). Taat

artinya patuh, tunduk dengan setunduk-tunduknya, artinya mengikuti

semua perintah dan menjauhi semua larangan yang dikehendaki oleh Allah

Swt. Karena makna aslinya menghamba, dapat pula diartikan sebagai

bentuk perbuatan yang menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah Swt.

4.3.2.3 Akhlak

Menurut Mawardi Lubis mengutip dari Al-Ghazali dalam kitabnya

Ikhya‟ Ulumuddin menjelaskan bahwa khuluq adalah suatu sifat yang

teguh terhujam pada jiwa, yang timbul dari padanya tindakan-tindakan

dengan mudah tidak membutuhkan kepada pikiran dan pertimbangan.

Pernyataan tersebut menunjukan bahwa akhlak adalah kebiasaan

dan kehendak. Kebiasaan adalah perbuatan yang selalu dilakukan berulang-

ulang sehingga mudah untuk mrelaksanakannya, sedangkan kehendak

adalah menangnya keinginan manusia setelah ia mengalami kebimbangan.

Kebiasaan yang berkaitan dengan akhlak adalah keimanan yang kuat

tentang sesuatu yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi adat

kebiasaan yang mengarah kepada kepribadian kebaikan dan keburukan.

Page 18: PENDIDIKAN AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …

71

4.4 Metode Pembentukan Karakter Religius

4.4.1 Keteladanan

Keteladanan dalam pendidikan adalah cara yang paling efektif dan berhasil

dalam mempersiapkan anak dari segi akhlak, membentuk mental dan rasa

sosialnya. Anak akan meniru baik akhlaknya, perkataannya, perbuatannya dan

akan senantiasa tertanam dalam diri anak. Secara psikologis seorang anak itu

memang senang untuk meniru, tidak hanya hal baik saja yang ditiru oleh anak

bahkan terkadang anak juga meniru yang buruk.

Dalam mendidik anak tanpa adanya keteladanan, pendidikan apapun tidak

berguna bagi anak dan nasihat apapun tidak berpengaruh untuknya. Mudah bagi

pendidik untuk memberikan satu pelajaran kepada anak, namun sangat sulit bagi

anak untuk mengikutinya ketika orang yang memberikan pelajaran tersebut tidak

mempraktikkan apa yang diajarkannya.

4.4.2 Pembiasaan

Pembiasaan adalah sebuah cara yang dilakukan untuk membiasakan anak

didik berfikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.

Pembiasaan merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif

menetap melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang.

Pendidikan hanya akan menjadi angan-angan belaka, apabila sikap ataupun

perilaku yang ada tidak diikuti dan didukung dengan adanya praktik dan

pembiasaan pada diri. Pembiasaan mendorong dan memberikan ruang kepada

anak didik pada teori-teori yang membutuhkan aplikasi langsung, sehingga teori

yang pada mulanya berat menjadi lebih ringan bagi anak didik bila seringkali

dilaksanakan.

4.4.3 Nasehat

Nasihat merupakan metode yang efektif dalam membentuk keimanan

anak, mempersiapkan akhlak, mental dan sosialnya, hal ini dikarenakan nasihat

memiliki pengaruh yang besar untuk membuat anak mengerti tentang hakikat

sesuatu dan memberinya kesadaran tentang prinsip-prinsip Islam.,

Fungsi nasihat adalah untuk menunjukkan kebaikan dan keburukan, karena

tidak semua orang bisa menangkap nilai kebaikan dan keburukan.Metode nasihat

akan berjalan baik pada anak jika seseorang yang memberi nasihat juga

melaksanakan apa yang dinasihatkan yang dibarengi dengan teladan atau uswah.

Bila tersedia teladan yang baik maka nasihat akan berpengaruh terhadap jiwanya

dan akan menjadi suatu yang sangat besar manfaatnya dalam pendidikan rohani.

Page 19: PENDIDIKAN AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …

72

4.4.4 Perhatian/Pengawasan

Maksud dari pendidikan perhatian adalah senantiasa mencurahkan

perhatian penuh, mengikuti perkembangan anak dan mengawasinya dalam

membentuk akidah, akhlak, mengawasi kesiapan mental, rasa sosialnya dan juga

terus mengecek keadaannya dalam pendidikan fisik maupun intelektualnya.

Metode perhatian dapat membentuk manusia secara utuh yang mendorong

untuk menunaikan tanggung jawab dan kewajibannya secara sempurna.Metode ini

merupakan salah satu asas yang kuat dalam membentuk muslim yang hakiki

sebagai dasar untuk membangun pondasi Islam yang kokoh.

4.4.5 Hukuman

Metode hukuman merupakan suatu cara yang dapat digunakan oleh guru

dalam mendidik anak apabila metode-metode yang lain tidak mampu membuat

anak berubah menjadi lebih baik. Dalam menghukum anak, tidak hanya

menggunakan pukulan saja, akan tetapi bisa menggunakan sesuatu yang bersifat

mendidik.

4.5 Diseminasi

4.5.1 Perencanaan : pada tahap ini kami mempersiapkan program yang akan kami

jalankan. Dengan mencari informasi problematika yang ada di dusun sekitar.

4.5.2 Perizinan : pada bagian ini kami melakukan kunjungan kepada perangkat desa

setempat (RT/RW) dan takmir untuk meminta izin terkait program remaja masjid

(remas) di dusun balongombo. Selanjutnya kami juga melakukan mapping ke

rumah masyarakat agar mengizinkan anak-anak mereka untuk mengikuti program

remaja masjid (remas).

4.5.3 Menyusun jadwal : kami menyusun pertemuan belajar dengan para remaja

berikut menyesuaikan jadwal pelajaran mereka.

4.5.4 Pelaksanaan program : Program ini dilaksanakan selama 40 hari sesuai dengan

jadwal yang telah ditentukan.

4.5.5 Evaluasi : Program remaja masjid (remas) terlaksana dengan baik sesuai dengan

perencanaan dan jadwal yang telah kami bentuk.

Page 20: PENDIDIKAN AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …

73

5. KESIMPULAN

Terselenggaranya program kerja berbentuk pendampingan kegiatan remaja masjid Al-

Hasan dusun Balungombo desa Tembelang kecamatan Tembelang kabupaten Jombang

sebagai jembatan dalam mencapai sebuah tujuan berorganisasi, pemersatu keharmonisan

remaja dalam membangun sebuah relasi dengan masyarakat setempat melewati kegiatan

pendidikan Al-Qur‟an di masa pandemi covid 19.

Mitra dari hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah perkumpulan Remaja

Masjid Al-Hasan dusun Balungombo desa Tembelang kecamatan Tembelang Kabupaten

Jombang. Latar belakang dari pengabdian ini adalah pentingnya seseorang remaja dalam

pengenalan hukum ilmu tajwid serta memperbaiki bacaan dalam membaca kitab suci Al-

Qur‟an sejak dini dengan selalu memperbaiki makhorijul huruf. Tujuan dari kegiatan

pengabdian masyarakat ini adalah untuk pemersatu relasi antara remaja di dusun Balungombo

desa Tembelang kecamatan Tembelang kabupaten Jombang, dan menambah pengetahuan

santri mengenai ilmu tajwid dan memperbaiki makhorijul huruf kepada remaja masjid Al-

Hasan dusun Balungombo melewai Pendidikan Al-Qur‟an.

Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah yang pertama, pendekatan

(bottom up) memakai “partisipasi”. Pendekatan yang dilakukan tidak berangkat dari luar

melainkan dari dalam. Seperangkat masalah dan kebutuhan dirumuskan bersama, sejumlah

nilai dan sistem dipahami bersama. Yang kedua, metode baca simak pada saat menerapkan

metode baca simak dengan Al-Qur‟an banyak remaja yang mengalami kesulitan membaca,

tersendat, dan hilang konsentrasi, maka seorang peneliti segera mengambil langkah. Caranya

dengan kembali memusatkan perhatian remaja pada alat peraga. Tujuannya adalah untuk lebih

memahamkan konsep, dan mengetahui dimana letak kesulitan yang dialami. Penggabungan

klasikal peraga dengan baca simak yaitu santri membaca ayat suci Al-Qur‟an, remaja yang

lain mendengarkan, kemudian jika ada kesalahan dikoreksi, pengulangan konsep di lakukan

secara singkat. Dan metode yang ketiga adalah, dengan teknik remaja diajarkan cara

membaca Al-Quran hingga fasih terlebih dahulu kemudian perlahan pengajar mulai

memperkenalkan macam-macam Tajwid dan bagaimana metode cara menghafal dan

memahami Ilmu Tajwid dengan cepat serta penerapannya dalam bacaan Al-Qur‟an sehingga

siswa dapat dengan sendirinya mengetahui hukum-hukum bacaan Tajwid dan contoh-

contohnya.

1. Harapan dari hasil pengabdian perogram remaja masjid yang kami laksanakan yaitu :

a. Seluruh remaja dusun Balungombo desa Tembelang kecamatan Tembelang Kabupaten

Jombang dapat membaca Al-Qur‟an dengan tartil dan sesuai dengan makhorijul huruf

(tempat keluarnya huruf) meskipun dalam situasi masih pandemi covid 19.

Page 21: PENDIDIKAN AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …

74

b. Seluruh remaja masjid dusun Balungombo desa Tembelang kecamatan Tembelang

kabupaten Jombang dapat memahami, mengingat dan menerapkan ilmu tajwid dengan

mudah meskipun masih berada dalam situasi pandemi covid 19.

c. Dengan program pendampingan ini sangat diharapkan dapat menemukan kader baru yang

siap mengabdi di organisasi remaja masjid dusun Balungombo dengan tujuan

pembentukan regenerasi yang optimal.

b. Harapan selanjutnya yaitu agar fasilitas atau sarana prasarana di masjid Al-Hasan dusun

Balungombo dapat terpenuhi semua sesuai dengan kebutuhan.

2. Hasil dari pengabdian ini antara lain juga bertambahnya anggota remaja yang siap mengabdi

yaitu seseorang yang telah kembali berdomisili di sekitar masjid Al-Hasan setelah menjalani

pendidikan di pondok pesantren. Sementara hambatan dalam pengabdian ini adalah

terbatasnya waktu dan kurangnya sarana pendukung dalam melaksanakan kegiatan.

Page 22: PENDIDIKAN AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …

75

REFERENSI

Abdulhak, Ishak dan Suprayogi, Ugi. 2012. Penelitian Tindakan dalam Pendidikan Nonformal.

Jakarta: Rajawali Pers.

Tafsir, Ahmad. 2007. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Shihab, Quraisy. 1996. Wawasan Al-Qur‟an. Bandung. Mizan.

Riadi, Muchlisin. (2018, Juni 21). https://www.kajianpustaka.com/2018/06/pengertian-karakteristik-

jenis-dan-metode-homeschooling.html

sdn3cijemit. (2012, Maret 01). /http://sdn3cijemit.blogspot.com/2012/03/produktivitas-kerja-

guru.html

Ulwah, A. Nashih. 2013. Pendidikan Anak dalam Islam. Jakarta: Khatulistiwa Press

Sahlan, Asmaun. 2009. Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah. Malang: UIN-Maliki Press.

Maimun, Agus dan Fitri, A. Zainul. 2010. Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan Alternatif di

Era Kompetitif. Malang: UIN-Maliki Press.

Ulwah, A. Nashih. 2013. Pendidikan Anak dalam Islam. Jakarta: Khatulistiwa Press

Winataputra, U. S., Delfi, R., Pannen, P., & Mustafa, D. (2014). Hakikat Belajar dan

Pembelajaran, 1-46.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.