Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing Tk-wna

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga AsingTKAHukum Ketenagakerjaan

Citation preview

  • PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING

    (TK-WNA) DI INDONESIA

    Dr. Untung Suseno Sutardjo, M.Kes

    BADAN PPSDMK

    KEMENTERIAN KESEHATAN RI

  • Pendahuluan

    Indonesia meliputi 17 504 pulau dengan 240 juta penduduk dengan luas daerah separuh Eropa

    Produksi tenaga kesehatan masih kurang, kebutuhan pelayanan tinggi, distribusi lebih buruk lagi

    Ancaman TK-WNA Prinsip Pro Rakyat dan Patient Safety Indonesia telah meratifikasi Persetujuan Pembentukan

    WTO melalui UU Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia).

    Regulasi apa sudah cukup

  • Batasan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing

    WNA pemegang ijin tinggal terbatas Memiliki pengetahuan dan/ ketrampilan melalui

    pendidikan kesehatan Bermaksud bekerja atau berpraktik (pelayanan/konsultasi,

    bakti sosial, alih Iptek, penelitian telemedicine) di fasyankes di wil Indonesia

    Jabatan tertentu, khusus personalia tidak boleh, hanya spesialisasi yang tidak ada ahlinya

    Sesuai UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, bahwa TK-WNA dilarang menduduki jabatan direktur

    Bekerja sementara atau menetap (ijin tinggal) Tempat tinggal (dapat membeli apartemen) Harus Ikut SJSN

  • Jabatan Tertentu

    Pasal 46 ayat (1) UUK menentukan bahwa tenaga kerja asing dilarang menduduki jabatan yang mengurusi personalia dan/atau jabatan-jabatan tertentu.Lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2012 tentang Jabatan-Jabatan Tertentu yang Dilarang Diduduki Tenaga Kerja Asinglebih spesifik lagi menyebutkan jabatan-jabatan apa saja yang dilarang untuk diduduki oleh TKA di Indonesia

    CPC untuk global 8 jabatan

  • Keimigrasian

    Pasal 56 ayat (2) UU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (UU Keimigrasian) mengenai perolehan KITAP, harus mendapatkan visa izin tinggal terbatas terlebih dahulu untuk kemudian ditingkatkan menjadi visa izin tinggal tetap. Berdasarkan Pasal 60 ayat (1) UU Keimigrasian, Izin Tinggal tetap akan diberikan kepada Tenaga Kerja Asing setelah tinggal menetap 3 tahun berturut-turut dan menandatangani Pernyataan Integrasi kepada Pemerintah Republik Indonesia. Untuk permohonan pengajuan alih status dari Izin Tinggal Tetap (ITAS) menjadi Izin Tinggal Tetap (ITAP) diatur lebih jauh dalam Petunjuk Pelaksanaan Direktur Jenderal Imigrasi Nomor F-310,IZ.01.01.10 tahun 1995 tentang Tata Cara Alih Status Izin Keimigrasian.

  • Regulasi yang mengatur Tenaga Kesehatan Asing di Indonesia

    1. UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan (Ps. 21)

    2. UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit (Ps. 14)

    3. UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran (Ps.30)

    4. Perkonsil No. 17/KKI/KEP/IV/2008 Tentang Pedoman Tatacara registrasi sementara dan registrasi bersyarat dokter & dokter gigi Warga Negara Asing (WNA)

    5. Perkonsil No. 157/KKI/PER/XII/2009 Tentang Tatacara registrasi dokter & dokter gigi Warga Negara ASEAN yang akan melakukan praktek kedokteran di Indonesia

    6. Permenkes 317/2010 Tentang Pendayagunaan TK-WNA di Indonesia (Ps.11)

    7. Keputusan Menteri Kesehatan No. 2574/Menkes/SK/XII/2011 Tentang Tim Koordinasi Perizinan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing di Indonesia

    8. Permenkes No. 2052 Tahun 2011 Tentang Izin praktek dan pelaksanaan kedokteran (Ps.17-18)

  • BAKTI

    SOSIAL

    PELAYANAN

    KESEHATAN ALIH

    IPTEK PENELITIAN

    VERIFIKASI DOKUMEN (Kemenkes)

    BAKTI

    SOSIAL PELAYANAN

    KESEHATAN

    ALIH IPTEK PENELITIAN

    Evaluasi

    Kompetensi (KKI/MTKI/KFN)

    REKOMENDASI (Kemenkes)

    ALUR PENDAYAGUNAAN TKWNA DI INDONESIA

    Ijin

    Penyelenggaraan (Kemenkes)

    RPTKA (Kemenakertrans)

    IMTA (Kemenakertrans)

    Ijin

    Penyelenggaraan (Kemenkes)

    REKOMENDASI (Kemenkes)

    RPTKA (Kemenakertrans)

    IMTA Kemenakertrans

    SIP Dinkes Kab/Kota

    BEKERJA

  • AFTA

    AFTA (ASEAN Free Trade Area) mulai disepakati oleh para kepala negara anggota Asean pada Asean Summit Ke-4 di Singapura (1992)

    Tahun 2015 AFTA diharapkan mulai berjalan (To Achieve Asean Economic Community by 2015)

    ASEAN CHARTER, mempererat kaitan ASEAN (menghilangkan THE ASEAN WAY)

  • Dua hal penting dalam AFTA

    1) Komitmen AFAS (ASEAN Framework Agreement on Services)

    a. Meminimalisasi/meniadakan hambatan terhadap penyediaan pelayanan jasa oleh profesional asing

    b. Penyediaan Jasa pelayanan yang tidak dibatasi oleh wilayah suatu negara

    c. 4 Modes of supply : Mode 1 : Cross-border supply Mode 2 : Consumption abroad Mode 3 : Commercial presence Mode 4 : Presence of Natural persons

    2) Mutual Recognition Arrangement (MRA) a. Nursing (2006) : AJCCN (Asean Joint Coordinating Committee on Nursing) b. Medical Practitioners (2009) : AJCCM (Asean Joint Coordinating Committee

    on Medical practitioner) c. Dental Practitioners (2009) : AJCCD (Asean Joint Coordinating Committee on

    Dentistry)

  • Mutual Recognition Arrangement (MRA)

    Diinisiasi pada Asean Summit ke-7 di Brunei, 5

    November 2001, tidak ada yang mau menyusun MRA (disparitas yang tinggi)

    Disepakati perubahan pengertian AGREEMENT menjadi ARRANGEMENT (persiapan)

    MRA membantu memfasilitasi capacity building di antara negara menuju Sistem Sertifikasi yang setara

    Dengan MRA (ASEAN) memungkinkan seluruh negara ASEAN menggunakan sistem yang sama

    Dengan adanya MRA tidak berarti terjadi pergerakan bebas para profesional asing, tetapi tetap berpedoman domestic regulation dan mekanisme pasar dalam negeri

  • How to Implement the Healthcare MRAs?

    Highly Over-regulated professions

    Exchange of Information

    Compilation

    Adoption of Best

    Practices

    Standardised Procedures

    Publication trhough website

    Facilitate Mobility

    Registration through

    AJCCs

    PRAs Process

    (Evaluation , Registration etc)

    Capacity Building

    Visits Conferences

    OBJECTIVES

  • Beberapa hal yang sudah dilakukan Indonesia dalam menyikapi MRA-ASEAN

    1. Pertukaran Informasi tentang standarisasi dan kualifikasi Memberikan informasi tentang standar kompetensi dan kualifikasi

    tenaga kesehatan Indonesia (dokter,dokter gigi, perawat)

    Melakukan Publikasi informasi mengenai regulasi terkait pendayagunaan Nakes Asing melalui website

    2. Memfasilitasi pergerakan/perpindahan para profesional Nakes di wilayah Asean Tim Koordinasi perizinan TK-WNA

    Pembuatan animasi dan alur pendayagunaan TK-WNA

    Membuat aturan tentang Pendayagunaan Perawat Indonesia yang akan ke LN

    Mengintegrasikan Global Code Practices dalam peraturan yang menyangkut tenaga kesehatan di Indonesia

  • 3. Kesempatan dalam memperoleh informasi tentang sistem dan kualifikasi tenaga profesional kesehatan di Negara anggota Asean Mengunjungi Nursing home di Singapore, untuk mengetahui

    sistem jenjang keperawatan di SIngapore

    Mengunjungi Malaysia dalam melihat sistem kualifikasi perawat dan jenjang karier perawat Malaysia

  • Isu Strategi dalam AFTA

    1. AFAS Masih bisa diantisipasi dengan beberapa

    limitation Market Access dan National Treatment

    2. MRA Belum pada tahapan Agreement tetapi masih dalam tahapan Arrangement

    3. Tenaga kesehatan warga negara asing yang akan

    didayagunakan di Indonesia harus berasal dari negara

    yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia.

    4. MNP (Movement of Natural Persons) akan berkembang

    melalui/bersamaan dengan Mode 3

    5. Bakti Sosial mulai meningkat dan belum diatur

    6. Antisipasi Nomenkalur Nakes khusus : Nakes Ambulans, Asisten dokter (belum ada)

  • 7. Nomenklatur ISCO Codes dari WHO belum

    menjadi dasar 27 jenis nakes

    8. Sistem pencatatan dan pelaporan Nakes Asing

    belum baik

    9. Pemerintah daerah memberikan perizinan

    tersendiri terhadap Nakes Asing

    10. Terbentuknya Tim Koordinasi Perizinan TK-Asing yang akan bekerja di Indonesia

    11. Tersedianya Domestic Regulation dalam Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Asing yang

    bekerja di Indonesia

    12. Sudah banyak Tenaga Kesehatan Warga Negara

    Indonesia bekerja di ASEAN (week end)

  • REVISI Permenkes 317/2010

    Mengatur Bakti Sosial dan penelitian berbasis pelayanan kesehatan

    Pengaturan pada alih teknologi yang lebih rinci

    Sistem pelaporan yang mengarah pada kinerja, dan manfaat

    Pengawasan perlu ditingkatkan

    Perlu pemikiran dalam health tourism