9
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Latar belakang Menurut Departemen Kesehatan pada tahun 2000 Paradigma sehat sebagai suatu gerakan nasional dalam rangka pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2015 merupakan upaya meningkatkan kesehatan bangsa yang bersifat proaktif dalam menjaga kesehatannya dan menyadari pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. 1 Saat ini perhatian penyakit tidak menular semakin meningkat karena frekuensi kejadiannya pada masyarakat semakin meningkat salah satunya diabetes milletus. 2 Berdasarkan data organisasi kesehatan dunia WHO Indonesia merupakan urutan ke-4 terbesar, dalam jumlah penderita Diabetes Melitus di dunia. Prevalensi diabetes mellitus di dunia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Data statistik organisasi kesehatan dunia menurut WHO pada tahun 2003 menunjukkan jumlah penderita diabetes di dunia sekitar 194 juta dan

PENDAHULUANhe.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ada

Citation preview

Page 1: PENDAHULUANhe.doc

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Latar belakang

Menurut Departemen Kesehatan pada tahun 2000 Paradigma sehat sebagai

suatu gerakan nasional dalam rangka pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat

2015 merupakan upaya meningkatkan kesehatan bangsa yang bersifat proaktif dalam

menjaga kesehatannya dan menyadari pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat

promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.1 Saat ini

perhatian penyakit tidak menular semakin meningkat karena frekuensi kejadiannya

pada masyarakat semakin meningkat salah satunya diabetes milletus.2 Berdasarkan

data organisasi kesehatan dunia WHO Indonesia merupakan urutan ke-4 terbesar,

dalam jumlah penderita Diabetes Melitus di dunia. Prevalensi diabetes mellitus di

dunia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Data statistik organisasi kesehatan

dunia menurut WHO pada tahun 2003 menunjukkan jumlah penderita diabetes di

dunia sekitar 194 juta dan diprediksikan akan mencapai 333 juta jiwa tahun 2025 dan

setengah dari angka tersebut terjadi di negara berkembang terutama di Indonesia. Di

Asia Tenggara terdapat 46 juta jiwa dan diprediksikan meningkat hingga 119 juta

jiwa. Di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 diperkirakan menjadi 21,3 juta pada

tahun 2030 menurut WHO tahun 2008. 1

Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

prevalensi global penderita DM pada tahun 2012 sebesar 8,4 % dari populasi

penduduk dunia, dan mengalami peningkatan menjadi 382 kasus pada tahun 2013.

IDF memperkirakan pada tahun 2035 jumlah insiden DM akan mengalami

peningkatan menjadi 55% (592 juta) di antara usia penderita DM 40-59 tahun (IDF,

Page 2: PENDAHULUANhe.doc

2013). Indonesia merupakan negara urutan ke 7 dengan kejadian diabetes mellitus

tertinggi dengan jumlah 8,5 juta penderita setelah Cina (98,4 juta), India (65,1 juta),

Amerika (24,4 juta), Brazil (11,9 juta), Rusia (10,9 juta), Mexico (8,7 juta), Indonesia

(8,5 juta) Jerman (7,6 juta), Mesir (7,5 juta), dan Jepang (7,2 juta). Antara 2010 dan

2030, kasus DM pada orang dewasa akan meningkat 69% di Negara berkembang dan

20% di Negara maju (Shaw, 2010). Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi

diabetes mellitus di Pulau Jawa adalah di provinsi DKI Jakarta sebesar 1,8%, diambil

dari pola penyakit terpilih diwilayah kecamatan pasar rebo berdasarkan pasien yang

berkunjung ke puskesmas yaitu 10 penyakit terbanyak sabagai berikut pertama ispa

dengan jumlah 3101 orang ke dua penyakit pulpa dan jaringan periapikal dengan

jumlah 1505 orang, ke tiga penyakit pada system otot dan jaringan pengikat dengan

jumlah 958 orang, ke empat penyakit darah tinggi dengan jumlah 652 orang, ke lima

penyakit diabetes milletus dengan jumlah penderita 595 orang, ke enam pneumonia

dengan jumlah 586 orang, ke tujuh diare dengan jumlah 376 orang, ke delapan

tonsillitis dengan jumlah 367 orang, ke sembilan penyakit lainnya dengan jumlah 363

orang dan yang terakhir penyakit kulit alergi dengan jumlah 319 orang. Dari data

tersebut dapat diketahui bahwa penyakit diabetes milletus menduduki peringkat ke 5

di kecamatan pasar rebo dengan jumlah penduduk di wilayah kecamatan pasar rebo

Jakarta timur tahun 2013 berjumlah 204.599 jiwa, sedangkan di provinsi Jawa Barat

sebesar 0,8%, di provinsi Jawa Tengah sebesar 0,8%, di provinsi D.I Yogyakarta

sebesar 1,1%, di provinsi Jawa Timur sebesar 1,0%, dan di provinsi Banten sebesar

0,5%. 3 Studi global menunjukan bahwa jumlah penderita diabetes melitus pada tahun

2011 telah mencapai 366 juta orang. Jika tidak ada tindakan yang dilakukan, jumlah

ini diperkirakan akan meningkat menjadi 552 juta pada tahun 2030. 2

Page 3: PENDAHULUANhe.doc

Menurut World Health Organisazation (WHO) pada tahun 2014 menunjukkan

adanya kecenderungan peningkatan angka insiden dan prevalensi DM tipe II di

berbagai penjuru dunia serta Indonesia menempati urutan keempat terbesar yang

menderita dm tipe II. Data dari Ditjen Bina Yanmedik tahun 2009 mencatat kasus

diabetes melitus II sebesar 2.178 atau sekitar 2,38%. Menurut data Non-

Communicable pada Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2013 tercatat

jumlah penduduk di Indonesia yang mengidap penyakit diabetes melitus tipe II

sebesar 5,7% dari keseluruhan jumlah penduduk dan 1,1% diantaranya meninggal

dunia karena penyakit tersebut. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia

jumlah penduduk Indonesia dengan prevalensi diabetes melitus tipe II di daerah urban

sebesar 14,7% dan daerah rural 7,2% dan diperkirakan pada tahun 2030 jumlah

penduduk dengan asumsi prevalensi diabetes melitus tipe II mencapai 12 juta. 3

Menurut Departemen Kesehatan ada beberapa jenis diabetes mellitus yaitu

Diabetes Mellitus Tipe I, Diabetes Mellitus Tipe II, Diabetes Mellitus Tipe

Gestasional, dan Diabetes Mellitus Tipe Lainnya. Jenis Diabetes Mellitus yang paling

banyak diderita adalah Diabetes Mellitus Tipe II.4

Menurut penelitian di Swiss dikutip oleh Suwondo pada tahun 2012 bahwa

pada usia lebih dari 60 tahun tiga kali lebih banyak dari usia muda terkena diabetes

karena pada usia tua fungsi tubuh secara fisiologis menurun sehingga terjadinya

penurunan sekresi atau resistensi insulin yang fungsinya untuk membawa gula ke sel-

sel tubuh sehingga dikarenakan fungsi insulin menurun kemampuan terhadap

pengendallian glukosa darahnya menjadi tinggi.5 Pada saat ini, jumlah usia lanjut

berumur >65 tahun di dunia diperkirakan mencapai 450 juta orang 7% dari seluruh

penduduk dunia, dan nilai ini diperkirakan akan terus meningkat. Sekitar 50% lansia

mengalami intoleransi glukosa dengan kadar gula darah puasa normal.3,4 Studi

Page 4: PENDAHULUANhe.doc

epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi Diabetes Melitus maupun Gangguan

Toleransi Glukosa (GTG) meningkat seiring dengan pertambahan usia, menetap

sebelum akhirnya menurun.6 Dari data WHO didapatkan bahwa setelah mencapai

usia 30 tahun, kadar glukosa darah akan naik 1-2 mg%/tahun pada saat puasa dan

akan naik sebesar 5,6-13 mg%/ tahun pada 2 jam setelah makan. Seiring dengan

pertambahan usia, lansia mengalami kemunduran fisik dan mental yang menimbulkan

banyak konsekuensi.2

Penyakit Diabetes Mellitus ini pun sebagian besar dapat dijumpai pada

perempuan dibandingkan laki – laki. Hal ini disebabkan karena pada perempuan

memiliki LDL atau kolesterol jahat tingkat trigliserida yang lebih tinggi dibandingkan

dengan laki – laki, dan juga terdapat perbedaan dalam melakukan semua aktivitas dan

gaya hidup sehari –hari yang sangat mempengaruhi kejadian suatu penyakit, dan hal

tersebut merupakan salah satu factor risiko terjadinya penyakit Diabetes Mellitus.

Jumlah lemak pada laki – laki dewasa rata – rata berkisar antara 15 – 20 % dari berat

badan total, dan pada perempuan sekitar 20 – 25 %. Jadi peningkatan kadar lipid

(lemak darah) pada perempuan lebih tinggi dibandingkan pada laki -laki, sehingga

faktor risiko terjadinya Diabetes Mellitus pada perempuan 3-7 kali lebih tinggi

dibandingkan pada laki – laki yaitu 2-3 kali, menurut Imam Soeharto tahun pada

tahun 2003 . 7 Tingkat pendidikan juga mempengaruhi aktivitas fisik seseorang

karena terkait dengan pekerjaan yang dilakukan . orang yang tingkat pendidikan

tinggi biasanya lebih banyak bekerja di kantor dengan aktifitas fisik sedikit

sementara orang dengan tingkat pendidikan rendah lebih banyak menjadi buruh

maupun petani dengan aktivitas fisik cukup berat. 8 Berdasarkan data Riskesdas 2007,

prevalensi kurang melakukan aktivitas fisik di DKI Jakarta sebesar 54,7%, di Jawa

Page 5: PENDAHULUANhe.doc

Barat sebesar 52,4%, di Jawa Tengah sebesar 44,2%, di D.I Yogyakarta sebesar

45,3%, di Jawa Timur sebesar 44,7%, dan di Banten sebesar 55,0%.2

Diperkirakan naiknya risiko diabetes pada group pendapatan rendah terkait

dengan prevalensi obesitas . Selama ini sudah jelas bahwa rendahnya status sosio-

ekonomi dikaitkan dengan lebih tingginya prevalensi obesitas, khususnya pada

perempuan. Sedangkan pada sumber lain dikatakan prevalensi diabetes menjadi 2

kali lipat pada populasi masyarakat dengan pendapatan yang lebih tinggi.9

Berdasarkan data Riskesdas 2007, prevalensi penduduk menurut IMT di masing-

masing kabupaten/kota. Prevalensi IMT di provinsi DKI Jakarta adalah kurus 12,5%,

60,6% normal, 11,9% berat badan lebih, dan 15,0% obes, di provinsi Jawa Barat

adalah 14,6% kurus, 63,3% normal, 9,3% berat badan lebih, dan 12,8% obes, di

provinsi Jawa Tengah adalah 17,0% kurus, 65,9% normal, 8,0% berat badan lebih,

dan 9,0% obes, di provinsi D.I Yogyakarta adalah 17,6% kurus, 63,7% normal, 8,5%

berat badan lebih, dan 10,2% obes, di provinsi Jawa Timur adalah 15,1% kurus,

64,5% normal, 9,1% berat badan lebih, dan 11,3% obes, dan di provinsi Banten

adalah 16,4% kurus, 67,0% normal, 8,1% berat badan lebih, dan 8,5% obes.3

Timbulnya penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 sangat dipengaruhi oleh genetik. Bila

terjadi mutasi gen menyebabkan kekacauan matabilisme yang berujung pada

timbulnya dm tipe 2 menurut kaban 2007. Resiko seorang anak mendapat dm tipe 2

adalah 15 % bila salah satu orang tuanya menderita DM. Jika kedua orang tuanya

memiliki DM maka resiko untuk menderita DM adalah 75 %, orang yang memiliki

ibu dengan DM memiliki resiko 10 – 30 % lebih besar dari pada orang yang memiliki

ayah dengan DM ini karena penuruna gen sewaktu dalam kandungan lebih besar dari

ibu.10 Sebuah penelitian oleh Fatmawati di RSUD Sunan Kalijaga tahun 2010

memakai desain studi kasus kontrol dari hasil penelitian didapatkan bahwa riwayat

Page 6: PENDAHULUANhe.doc

keluarga merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus tipe

2. Orang yang memiliki riwayar keluarga dm memiliki risiko 2,97 kali untuk

kejadian dm tipe 2 dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat.4