Upload
fitrah-qolbina
View
82
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Gagasan Tertulis
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg.
Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps,2005). Hipertensi seringkali
disebut dengan pembunuh gelap (silent killer), karena termasuk dalam
penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu
(asimptomatik) sebagai peringatan bagi penderitanya. Kalaupun muncul,
gejala tersebut seringkali dianggap sebagai gangguan biasa, sehingga
penderitanya terlambat menyadari akan datangnya penyakit (Sustrani
Lanny;2004).
Data WHO tahun 2000 menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta
orang atau 26,4% penduduk dunia mengidap hipertensi dengan perbandingan
26,6% pria dan 26,1%wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat
menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta
berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang,
temasuk Indonesia (Andra,2007)
Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat.8 Hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3%
penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun
2004. Pada tahun 2008, prevalensi hipertensi 83 per 1.000, pada tahun 2009
sekitar 15-20% masyarakat Indonesia menderita hipertensi.9 Hasil SKRT
1995, 2001 dan 2004 menunjukkan penyakit kardiovaskuler merupakan
penyakit nomor satu penyebab kematian di Indonesia dan sekitar 20–35%
dari kematian tersebut disebabkan oleh hipertensi.9 Penelitian
1
epidemiologi membuktikan bahwa hipertensi berhubungan secara linear
dengan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular.8-12
Menurut Depkes RI tahun 2010, prevalensi hipertensi di Indonesia pada
laki-laki dari 134 (13,6%) naik menjadi 165 (16,5 %) dan pada perempuan dari
174 (16,0%) naik menjadi 176 (17,6 %). Pada sebuah penelitian, 13% kasus
hipertensi terjadi pada usia dibawah 30 tahun sedangkan 87 % kasus temukan
pada usia 50 sampai 59 tahun. (Kuswardhani, 2007)
Faktor resiko hipertensi diantaranya adalah : jenis kelamin
([email protected]), ras, riwayat hipertensi karena keturuna( Astawan,2002 )
diet tinggi natrium yang berpengaruh dalam patogenesis hipertensi (Basha,
2004), obesitas, stress dan faktor usia (Julianti, 2005). Hipertensi dengan faktor
resiko berupa usia terjadi perubahan struktural dan fungsional pada sistem
pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat,
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung
dan peningkatan tahanan perifer (Corwin,2001).
Hipertensi yang tidak terkontrol akan menimbulkan komplikasi
diantaranya yaitu: terjadinya gangguan pada organ-organ tubuh, seperti pada
otak atau sistem saraf pusat akan menyebabkan stroke iskemik ,pada jantung
dan aorta saat kondisi kronik akan menyebabkan gagal jantung, pada ginjal
menyebabkan gagal ginjal, pada retina akan menyebabkan retinopathy, dan
komplikasi pada pembuluh darah tepi (Santoso, 1989).
Pada saat ini, penatalaksanaan hipertensi masih terbatas pada upaya
kuratif dengan menggunakan farmakoterapi. Farmakoterapi yang digunakan
antara lain diuretik tiazid (misalnya bendroflumetiazid), beta‐bloker, (misalnya
propanolol, atenolol,) penghambat angiotensin converting enzymes (misalnya
2
captopril, enalapril), antagonis angiotensin II (misalnya candesartan, losartan),
calcium channel blocker (misalnya amlodipin, nifedipin) dan alphablocker
(misalnya doksasozin). NICE;2006 , Royal College of Physician:2006. Upaya kuratif
ini cenderung memiliki banyak efek samping seperti hipokalemia,
hiponatriemi, hipomagnesiemi, mengganggu toleransi glukosa (resisten
terhadap insulin) sehingga mengakibatkan peningkatan resiko diabetes mellitus
tipe 2 dan hiperlipidemia yang menyebabkan peningkatan LDL dan trigliserida
dan penurunan HDL. Royal College of Physician:2006
Jahe merupakan tanaman asli Indonesia dimana hasil produksinya
sangat melimpah dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Tanaman jahe telah
lama dikenal dan tumbuh baik di negara kita. Rimpangnya sangat luas dipakai,
antara lain sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan
seperti roti, kue, biscuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe juga
digunakan dalam industri obat, minyak wangi dan jamu tradisional. Di
Indonesia tanaman ini dibudidayakan secara luas. Tanaman ini sering ditanam
di pekarangan rumah sebagai tanaman obat yang dikenal dengan istilah apotek
hidup. (Sutrisno Koswara). Banyak khasiat yang didapat dari kandungan
tanaman jahe terutama untuk kesehatan , salah satunya adalah menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi. H. Ali Badreldin, Blunden, Tanira M,
Nemmer, 2007
Aromaterapi merupakan salah satu cara pengobatan penyakit dengan
menggunakan bau-bauan yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan yang
berbau harum, gurih, enak dan biasanya disebut juga dengan minyak atsiri
(Agusta, 2000).Aromaterapi sangat efektif dalam menurunkan tekanan darah
sistolik dan aktivitas sistem saraf simpatik. Jolanta B,1 999;39:20–23. Banyak
variasi bentuk dari aromaterapi, seperti dupa, minyak essensial dan lilin. Dalam
hal ini lilin aromaterapy merupakan salah satu bentuk yang unik dan praktis
digunakan sebagai terapi untuk menurunkan tekanan darah dan aktivitas sistem
saraf sistolik secara efektif yang aman dan nyaman.
3
Kombinasi antar lilin aromaterpi dengan jahe menghasilkan aroma
jahe yang khas dimana keduanya mampu bekerja dengan sinergis dalam
menurunkan tekanan darah. Oleh sebab itu lilin aromaterapi jahe merupakan
alternatif pengobatan hipertensi yang efektif dan efisien.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana cara pembuatan lilin aromaterapi yang dikombinasikan
dengan oleoresin jahe?
1.2.2 Bagaimana potensi lilin aromaterapi jahe dalam mencegah hipertensi
pada usia lanjut?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahui cara pembuatan lilin aromaterapi yang dikombinasikan
dengan oleoresin jahe.
1.3.2 Mengetahui potensi lilin aromaterapi jahe dalam mencegah hipertensi
pada usia lanjut.
1.4 Manfaat Penulisan
Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada berbagai pihak antara lain sebagai berikut:
1. Memberikan alternatif lain dalam mencegah hipertensi pada usia lanjut
2. Menstimulus eksplorasi jahe di alam untuk mempermudah
pemanfaatannya oleh masyarakat.
3. Memperkaya khasanah medis Indonesia dalam upaya preventif hipertensi
pada lanjut usia, khususnya pada penggunaan jahe.
4
Santoso T. 1989. Penyakit jantung hipertensif. Cermin Dunia Kedokteran No. 57:
6-9.
JAHE, RIMPANG DENGAN SEJUTA KHASIAT
Oleh : Sutrisno Koswara
Ebookpangan.com
Sustrani Lanny, Syamsir Alam dan Iwan Hadibroto. 2004. Hipertensi. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Astawan M. 2003. Cegah hipertensi dengan pola makan. PT. Kompas Cyber
Media.
Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia Maj Kedokt Indon,
Volum: 59, Nomor: 12, Desember 2009
6. WHO-ISH Hypertension Guideline Committee. Guidelines of the
management of hypertension. J Hypertension. 2003;21(11):1983-92.
7. Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure (JNC). The Sevent Report of the JNC
(JNC-7). JAMA. 2003;289(19):2560-72.
8. Hipertensi di Indonesia. In: Mansjoer A, ed. Kapita Selekta Kedokteran.
Jakarta: Media Aesculapius;1999.p.518-21.
9. Departemen Kesehatan. Survei kesehatan nasional. Laporan Departemen
Kesehatan RI. Jakarta. 2004.
10. Basuki B, Setianto B. Age, body posture, daily working load – past
antihypertensive drugs and risk of hypertension: a rural Indonesia study.
Med J Indon. 2001;10(1):29-33
11. Darmojo B. Mengamati penelitian epidemiologi hipertensi di Indonesia.
Disampaikan pada seminar hipertensi PERKI. 2000.
5
12. Setiawan, Zamhir. Karakteristik sosiodemografi sebagai faktor resiko
hipertensi studi ekologi di pulau Jawa tahun 2004 [Tesis]. Jakarta: Program
Studi Epidemiologi Program Pasca Sarjana FKM-UI; 2006.
National Institute for Health and Clinical Excellence. Hypertension. Management of hypertension in adults in primary care. London:NICE;2006.
The National Collaborating Centre for Chronic Conditions. Hypertension. Management of hypertension in adults in primary care: partial update. London;Royal College of Physician:2006.
H. Ali Badreldin, Blunden, Tanira M, Nemmer, 2007, Some Phytochemical, Pharmacological, and Toxikological Properties of Ginger (Zingiberaceae Officinaleae Roscoe): A Review Of Rcent Research. Sience direct, elsevier
Jolanta B. The effects of aromatherapy treatment on raised arterial blood pressure-pilot study. Positive Health News 1999;39:20–23
Andra, 2007. Ancaman Serius Hipertensi di Indonesia.(http ://www.majalah-farmacia.com/rubric/one_news.asp?IDNews=256), diakses 27 Maret 2009
Kuswardhani,Tuty.2007. Penatalaksanaan Hipertensi pada Lansia . (http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/ penatalaksanaan%20hipertensi%20pada%20usia%20lanjut.pdf .), diakses 8 April 2009
6