4
A. PENDAHULUAN Sampah merupakan konsekuensi dari semua aktifitas yang dilakukan manusia. Apabila tidak terdapat kemampuan masyarakat dalam pengelolaan sampah, sampah dapat menimbulkan permasalahan lingkungan. Pertambahan jumlah penduduk di perkotaan yang pesat berdampak terhadap peningkatan jumlah sampah yang di hasilkan. Peningkatan jumlah sampah yang tidak diikuti oleh perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan sampah mengakibatkan permasalahan sampah menjadi komplek, antara lain sampah tidak terangkut dan terjadi pembuangan sampah liar, sehingga dapat menimbulkan berbagai penyakit, kota kotor, bau tidak sedap, mengurangi daya tampung sungai dan lain-lain (Artiningsih, 2012). Menurut laporan yang dikeluarkan oleh Bank Dunia (2013) dengan judul What a Waste: A Global Review of Solid Waste Management, dinyatakan bahwa total limbah padat yang dihasilkan di seluruh dunia mencapai sekitar 1,3 milyar ton pertahun. Pada tahun 2025 mendatang volume limbah dunia diproyeksikan akan meningkat hampir dua kali lipat, yaitu mendekati 2,2 milyar ton pertahun. Berdasarkan jumlah sebesar itu, saat ini limbah menyumbang hampir 5% emisi gas rumah kaca global serta gas metana yang dihasilkan dari tempat pembuangan sampah (terutama tempat pembuangan sampah akhir/TPA)

Penda Hulu An

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pendahuluan

Citation preview

A. PENDAHULUAN

Sampah merupakan konsekuensi dari semua aktifitas yang dilakukan manusia. Apabila tidak terdapat kemampuan masyarakat dalam pengelolaan sampah, sampah dapat menimbulkan permasalahan lingkungan. Pertambahan jumlah penduduk di perkotaan yang pesat berdampak terhadap peningkatan jumlah sampah yang di hasilkan. Peningkatan jumlah sampah yang tidak diikuti oleh perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan sampah mengakibatkan permasalahan sampah menjadi komplek, antara lain sampah tidak terangkut dan terjadi pembuangan sampah liar, sehingga dapat menimbulkan berbagai penyakit, kota kotor, bau tidak sedap, mengurangi daya tampung sungai dan lain-lain (Artiningsih, 2012).Menurut laporan yang dikeluarkan oleh Bank Dunia (2013) dengan judul What a Waste: A Global Review of Solid Waste Management, dinyatakan bahwa total limbah padat yang dihasilkan di seluruh dunia mencapai sekitar 1,3 milyar ton pertahun. Pada tahun 2025 mendatang volume limbah dunia diproyeksikan akan meningkat hampir dua kali lipat, yaitu mendekati 2,2 milyar ton pertahun. Berdasarkan jumlah sebesar itu, saat ini limbah menyumbang hampir 5% emisi gas rumah kaca global serta gas metana yang dihasilkan dari tempat pembuangan sampah (terutama tempat pembuangan sampah akhir/TPA) dengan jumlah mencapai 12% dari total emisi gas metana global. Laporan Bank Dunia ini juga merilis 10 (sepuluh) besar negara penghasil limbah tertinggi di dunia, di antaranya : Amerika Serikat dengan 236, Rusia 200, Jepang 52.4, Jerman 48.8, Inggris 34.9, Meksiko 32.2, Perancis 32.2, Italia 29.7, Spanyol 26.3, dan Turki 26.0 (kesemuanya dalam juta ton).Negara Indonesia sendiri oleh data Bank Dunia (2013) disebutkan bahwa produksi sampah padat secara nasional mencapai 151.921 ton per hari. Hal ini berarti, setiap penduduk Indonesia membuang sampah padat rata-rata0,85 kg per hari. Data yang sama juga menyebutkan, dari total sampah yang dihasilkan secara nasional, hanya 80%yang berhasil dikumpulkan. Sisanya terbuang mencemari lingkungan. Fakta menunjukkan limbah domestic merupakan penyumbang terbesar, yaitu setengah dari jumlah total limbah yang dihasilkan. Data yang dikeluarkan oleh The Packaging and Industrial Films Association (PIFA) diketahui bahwa limbah padat, di antaranya dari limbah rumah tangga, menyumbang sebesar 39% dari total limbah domestik. Limbah rumah tangga tersebut didominasi oleh sampah dapur sebesar 30%, diikuti sampah dari koran dan majalah 20% dan kertas sebesar 10%.Timbulan sampah terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Ironisnya, fasilitas pengelolaan sampah di hampir semua kota di Indonesia masih terbatas. Data survey yang diungkapkan oleh JICA (2008) menunjukkan pengelolaan sampah di Pulau Jawa baru mampu melayani 59% dari total jumlah penduduk. Dilaporkan pula, tingkat pelayanan pengelolaan sampah pada tingkat nasional hanya mencapai 56%. Sedangkan menurut laporan Bank Dunia (2013), mengungkapkan biaya pengelolaan limbah di seluruh dunia dalam kurun waktu 13 tahun mendatang akan meningkat tajam dari US$ 205 Milyar (Rp. 1.845 Trilyun) pada tahun 2012 menjadi US$ 376 Milyar (Rp. 3.375 Trilyun) pada tahun 2025.

INI ADA DATA DARI RISKESDAS 2010, BARANGKALI MAU DI PAKE JUGA BUAT TAMBAHAN YANG RISKESDAS 2013Data pembuangan sampah yang ada dalam Riskesdas 2010 ini adalah cara pembuangannya. Dikategorikan baik apabila rumah tangga pembuangannya diambil petugas, dibuat kompos dan dikubur dalam tanah. Sedangkan bila dibakar, dibuang ke sungai atau sembarangan dikategorikan kurang baik. Untuk penanganan sampah, secara nasional umumnya rumah tangga di Indonesia dilakukan dengan cara dibakar (52,1%) dan diangkut oleh petugas (23,4%). Menurut tempat tinggal, di perkotaan cara penanganan sampah yang menonjol adalah dengan cara diangkut petugas (42,9%), sedangkan di perdesaan yang paling umum adalah dengan cara dibakar (64,1%). Baik di perkotaan (0,5%) maupun perdesaan (1,7%), hanya sedikit yang penanganan sampahnya dibuat kompos. Berdasarkan kemungkinan adanya pencemaran terhadap air maupun udara, penanganan sampah dikategorikan sebagai baik dan kurang baik. Penanganan sampah secara nasional belum dilaksanakan secara baik, yaitu baru mencapai 28,7 persen. Rumah tangga dengan penanganan sampah yang baik di perkotaan (46,6%) lebih tinggi daripada di perdesaan (9,6%). Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga, semakin tinggi pula persentase rumah tangga dengan penanganan sampah baik.