Upload
arbhy-indera-i
View
233
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit
1/24
MAKALAH PENCEGAHAN PENCEMARAN
PENCEMARAN PADA INDUSTRI SAWIT
oleh
Arbhy Indera Ikhwansyah1007113576
Kalas A
JURUSAN SARJANA TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2011
8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit
2/24
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
mencurahkan segala rahmat dan hidayah-Nya serta kesehatan kepada penulis
sehingga mampu menyelesaikan tugas makalah Pencegahan Pencemaran
tentang Pencemaran Pada Industri Sawit ini tepat pada waktunya.
Penulis Mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing
Pencegahan Pencemaran serta semua pihak yang telah memberikan saran dan
arahan kepada penulis dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan,mengingat refrensi yang
didapat tidak terlalu banyak. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini
dimasa mendatang.
Pekanbaru, Oktober 2011
Arbhy Indera I
8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit
3/24
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1.Latar Belakang .................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah ............................................................... 2
1.3.Tujuan Penulisan ................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 3
2.1.Proses Pengolahan CPO dan Limbahnya ........................... 3
2.1.1.Stasiun Penerimaan TBS ........................................... 3
2.1.2.Stasiun Rebusan (Sterilizer Station) ........................... 4
2.1.3.Stasiun Penebahan (Thresing Station) ....................... 5
2.1.4.Stasiun Pembakaran Janjangan
Kosong (Incenerator Station) ..................................... 6
2.1.5.Stasiun Pengempaan (Pressing Station) .................... 6
2.1.6.Stasiun Pemurnian (Clarification Station) ................... 72.1.7.Stasiun Pengolahan Biji (Karnel Station) .................... 10
2.2.Jenis dan Potensi Limbah Industri Sawit ............................. 14
2.3.Karakteristik Limbah Industri Sawit ...................................... 17
BAB III KESIMPULAN .......................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 21
8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit
4/24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Minyak sawit mentah (Crude Palm Oil, CPO) merupakan komoditas
andalan penghasil devisa bagi Indonesia dari sektor industri agro. Indonesia
memagang peranan penting dalam penguasaan pasar CPO dunia dimana
sekitar 80% minyak kelapa sawit yang beredar dipasaran dunia dihasilkan oleh
Indonesia dan Malaysia. Selain itu dinyatakan juga bahwa kontribusi minyak
sawit terhadap ekspor nasional mencapai 6%, sehingga menbuat komoditas ini
menjadi nomor dari produksi Indonesia. Sejak tahun 2005 minyak sawit telah
minjadi minyak makan terbesar di dunia. Konsumsi minyak sawit dunia
mencapai 26% dari total konsumsi minyak makan dunia. Pasokan CPO untuk
produksi dalam negeri juga meningkat menjadi 12,8 juta ton pada tahun 2005,
bila dibandingkan dengan tahun 2004 yang hanya mencapai 12,5 juta ton.
Permintaan atas minyak nabati dan penyediaan untuk biofuel telah
mendorong peningkatan permintaan minyak nabati yang bersumber dari Crude
Palm Oil (CPO). Hal ini disebabkan tanaman kelapa sawit memiliki potensimenghasilkan minyak sekitar 7 ton / hektar bila dibandingkan dengan kedelai
yang hanya 3 ton / hektar. Indonesia memiliki potensi pengembangan
perkebunan kelapa sawit yang sangat besar karena memiliki cadangan lahan
yang cukup luas, ketersediaan tenaga kerja, dan kesesuaian agroklimat.
Luas perkebunan kelapa sawit Indonesia pada tahun 2007 sekitar 6,8
juta hektar (Ditjen Perkebunan, 2008 dalam Hariyadi, 2009) yang terdiri dari
sekitar 60% diusahakan oleh perkebunan besar dan sisanya sekitar 40%diusahakan oleh perkebunan rakyat (Soetrisno, 2008). Luas perkebunan kelapa
sawit diprediksi akan meningkat menjadi 10 juta hektar pada 5 tahun
mendatang. Mengingat pengembangan kelapa sawit tidak hanya dikembangkan
di wilayah Indonesia bagian barat saja, tetapi telah menjangkau wilayah
Indonesia bagian timur.
Dengan bertambahnya produksi CPO berarti akan bertambah pula
jumlah limbah yang dihasilkan. Baik limbah cair, limbah padat, maupun gas.
8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit
5/24
Limbah yang dihasilkan PKS termasuk kategori limbah berat dengan kuantitas
yang tinggi dan kandungan kontamina mencapai hingga 20.000-60.000 mg/l
untuk BOD (biochemical oxygen demand) dan 40.000-120.000 mg/l untik COD
(chemocal oxygen demand). Kadar air 95%, padatan terlarut/tersuspensi 4,5%,
serta sisa minyak dan lemak emulsi 0,5-1% (Buku panduaan Teknologi
Pengendalian Dampak Lingkungan Industri Kelapa Sawit Di Indonesia).
1.2. Rumusan Masalah
Pengembangan perkebunan kelapa sawit memiliki dampak positif dan
dampak negatif. Dampak positif yang ditimbulkan antara lain adalah
meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan penerimaan devisa
negara, memperluas lapangan pekerjaan, meningkatkan produktivitas, dan
daya saing, serta memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri
dalam negeri. Selain dampak positif ternyata juga memberikan dampak negatif.
Secara ekologis sistem monokultur pada perkebunan kelapa sawit telah
merubah ekosistem hutan, hilangnya keanekaragaman hayati dan ekosistem
hutan hujan tropis, serta plsama nutfah, sejumlah spesies tumbuhan dan
hewan. Selain itu juga mengakibatkan hilangnya sejumlah sumber air, sehingga
memicu kekeringan, peningkatan suhu, dan gas rumah kaca yang mendorongterjadinya bencana alam. Secara sosial juga sering menimbulkan terjadinya
konflik antara perusahaan dengan masyarakat sekitar baik yang disebabkan
oleh konflik kepemilikan lahan atau karena limbah yang dihasilkan oleh industri
kelapa sawit. Limbah yang dihasilkan oleh industri kelapa sawit merupakan
salah satu bencana yang mengintip, jika pengelolaan limbah tidak dilakukan
secara baik dan profesional, mengingat industri kelapa sawit merupakan
industri yang sarat dengan residu hasil pengolahan.Namun dalam makalah ini akan dititik beratkan mengenai limbah-limbah
apa saja yang berasal dari industri CPO dan berasal dari proses apa limbah
tersebut serta jumlah kandungannya.
1.3. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh dosen pengampu mata kuliah pencegahan Pencemaran tentang limbah
yang berasal dari industri CPO dan besaral dari proses apa limbah tersebut.
8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit
6/24
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Proses Pegnolahan CPO dan Limbahnya
Bahan baku yang digunakan dalam proses ini adalah tandan buah segas
(TBS). Minyak kelapa sawit (Palm Oil) berasal dari serabut kelapa sawit,
sedangkan minyak inti sawit (Palm Kernet Oil) berasal dari inti buah kelapa
sawit. CPO atau minyak sawit mentah didapat dari hasil pengepresan serabut
(fiber) kelapa sawit.Untuk mendapatkan minyak kelapa sawit yang berkualitas
baik, diperlukan proses panjang dan kontrol yang cermat. Mulai dari
pengangkutan tandan buah segar (TBS) dari kebun ke pabrik sampai dihasilkan
minyak sawit dan hasil sampingan lain. Secara garis besar, Proses Pengolahan
Kelapa sawit melalui tahap tahap:
1. Stasiun Penerimaan TBS (fruit Reception Station)
2. Stasiun Perebusan (Sterilizer Station)
3. Stasiun Penebahan (Threshing Station)
4. Stasiun Pembakaran Jajangan Kosong (Incenerator Station)
5. Stasiun Pengepressan (Pressing Station)6. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification Station)
7. Stasiun Pengolahan Biji (Kernel Station)
2.1.1. Stasiun Penerimaan TBS
Sebelum TBS sampai ke stasiun penerimaan buah. Buah terlebih dahulu
dipanen di kebun sawit. Dari proses pemanenan, limbah yang ada berupa
pelepah pohon sawit yang ikut dipotong sebelum mengambil buah. Pelepah inibiasanya disusun disuatu tempat dan kemudian dibiarkan membusuk. Ini
merupakan limbah padat yang berasal dari perkebunan. Namun karena
dibiarkan membusuk, hal ini berpotensi menimbulkan emisi gas CO2 yang
berasal dari proses pembusukan.
Sedangkan stasiun penerimaan buah berfungsi sebagai tempat
penerimaan TBS dari kebun. Kualitas minyak kelapa sawit yang baik adalah
dihasilkan dari kualitas yang baik. Stasiun penerimaan buah adalah stasiun
8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit
7/24
pertama yang paling menentukan hasil pabrik. Bila operasi di stasiun
penerimaan buah sudah tidak baik, maka tujuan dan tugas pabrik dapat
dinyatakan gagal. Pada stasiun ini terdapat beberapa peralatan, yaitu:
1. Jembatan Timbang (Weight Bridge)
Jembatan Timbang (Weight Bridge) berfungsi untuk menimbang berapa
banyak TBS yang masuk ke dalam pabrik. Selain itu, jembatan timbang juga
berfungsi untuk Menimbang minyak kelapa sawit dan kernel yang dipasarkan.
2. Loading Ramp
Loading ramp adalah tempat penerimaan buah di dalam pabrik yang salah
satu fungsingnya adalah untuk mengurangi kadar kotoran TBS, seperti pasir,
batu, kelopak buah, dan lain-lain. Kesemuanya itu merupakan limbah padat
yang dihasilkan pada tahap loading ramp ini..
3. Alat Penarik (Capstan)
Fungsi capstan adalah untuk menarik lori keluar dan masuk sterilizer.
4. Lori Buah (FruitCages)
Dari loading ramp, TBS diisikan kedalam lori lori yang terbuat dari besi
plat dan mempunyai lubang lubang kecil yang berfungsi untuk meratakan
distribusi steam dan pengeluaran air kondensat.5. Jaringan Rail (Rail Track)
Rail Track adalah sebagai fasilitator untuk pergerakan lori dari dank e
loading ramp, transfer carriage dan rebusan. Lori berisi TBS ditarik kedalam
sterilizer untuk diteruskan kepengolahan berikutnya.
6. Transfer Carriage System
Fungsi transfer carriage system adalah :
a. Memindahkan lori berisi TBS ke jalur rebusanb. Memindahkan lori kosong ke jalur loading ramp
2.1.2. Stasiun Rebusan (SterilizerStation)
Lori yang telah berisi TBS dimasukkan kedalam sterilizer untuk proses
perebusan. Sterilizer merupakan bejana tekan yang menggunakan uap dengan
tekanan sekitar 3.5 kg/cm2 dan dilengkapi dengan pintu (depan dan belakang).
8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit
8/24
Proses perebusan adalah menggunakan panas uap untuk merebus TBS
dengan cara perpindahan panas, yaitu :
1. Perpindahan secara konveksi, yaitu dari uap ke fruitlet
2. Perpindahan secara konduksi, yaitu panas masuk ke dalam kernel dan
lapisan dalam buah
Pada stasiun ini, buah serta lorinya direbus dalam tempat rebusan dengan
mengalirkan / menekankan uap panas selama 60 menit ke dalam tempat
rebusan. Suhu uap yang digunakan adalah 125 0C dan tekanan dalam ruang
sterilisasi 2,5 atmosfir. Adapun tujuan perebusan TBS :
Menonaktifkan enzym-enzym (lipase) yang dapat menyebabkan
kenaikan ALB (asam lemak bebas), karena enzym lipase non aktif
pada suhu 45 derajat celcius
Memudahkan proses pelepasan fruitlet (brondolan) dari janjang
Mengkondisikan daging buah, sehingga sel minyak dapat terlepas untuk
diekstraksi di stasiun press dan dimurnikan di stasiun klarifikasi.
Mengurangi kadar air pada biji, sehingga memudahkan pemecahan dan
menaikkan efisiensi pemecahan
Untuk memudahkan terlepasnya inti dari cangkangnya.
Untuk mengkoagulasikan protein sehingga proses pemurnian minyak lebih
mudah.
Hal yang perlu diperhatikan dalam proses perebusan ini adalah
sebaiknya perebusan jangan terlalu lama dan jangan terlalu cepat. Perebusan
yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan minyak.
Sebaliknya, perebusan yang terlalu cepat menyebabkan semakin banyak buah
yang tidak lepas dari tandannya.
2.1.3. Stasiun Penebahan (ThreshingStation)
Stasiun penebahan merupakan stasiun setelah proses perebusan. Stasiun
ini berfungsi untuk melepaskan/ mengeluarkan/ memisahkan buah dari tandan
atau janjangan. Lori yang berisikan TBS masak dituangkan ke dalam automatic
feeder. Automatic feeder (pengumpan otomatis) adalah alat yang berfungsi
untuk mengatur pemasukan buah yang akan ditebahkan ke dalam thresher. Di
8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit
9/24
thresher terjadi pemisahan brondolan dengan janjangan kosong. Janjangan
kosong akan masuk pada horizontal Empty Bunch Conveyor, sedangkan
brondolan jatuh melalui kisi kisi thresher dan masuk ke Conveyor janjangan.
Below Thresher, yang kemudian diteruskan ke fruit elevator untuk dinaikkan ke
Top Cross Conveyor dan kemudian masuk ke Disgester.
Janjangan kosong pada proses ini merupakan limbah padat, namun
dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler untuk menghasilkan uap atau
sebagai pupuk.
2.1.4. Station Pembakaran Janjangan Kosong (Incenerator Station)
Tandan buah kosong yang sudah tidak mengandung buah diangkut oleh
horizontal Empty Bunch Conveyor ke tempat pembakaran (incinerator) sampai
menjadi abu yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan
uap yang digunakan dalam proses sterilisasi. Sisa pembakaran berupa abu
yang mengandung 30% K2O, yang digunakan untuk pemupukan Kalium di
kebun. Sebagian tandan kosong digunakan sebagai bahan mulsa. Incenerator
dilengkapi dengan :
Pintu masuk janjangan kosong
Cerobong asap
Celah celah pada bagian bawahnya
Pintu tempat pengeluaran abu, tempat masuknya udara untuk
memperlancar pembakaran.
2.1.5 Stasiun Pengempaan (PressingStation)
Berondolan yang terpisah dari janjangan (tandan) selanjutnya akan di
proses pada stasiun pengempaan (Press Station). Tujuan utama proses
pengempaan adalah untuk mengeluarkan minyak dari buah. Press station
terdiri dari beberapa unit peralatan, yaitu:
1. Fruit Elevator dan Distributing Conveyor
Alat ini berfungsi untuk membawa buah yang telah dipipil atau ditebas menuju
ketel aduk atau digester guna mempersiapkan proses pelumatan buah.
8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit
10/24
2. Digester (Ketel Aduk)
Fungsi Digester :
Melepaskan sel - sel minyak dari daging buah dengan cara mencabik dan
mengaduknya
Memisahkan daging buah dengan nut dan Menghomogenkan massa
brondolan/fruitlet sebelum diumpan ke press.
Mempertahankan temperatur massa campuran fruitlet agar tetap pada suhu
90 - 95 derajat celcius , untuk dapat menghasilkan pengutipan minyak yang
efektif pada proses pengepresan.
Hal hal yang perlu diperhatikan pada digester :
Pelumatan (peremasan) buah harus baik, maksudnya daging buah dengan
sempurna terlepas dari bijinya
Temperatur digester harus tetap dijaga yaitu antara 90 100oC
Pisau pisau pengaduk harus pada kondisi baik, jika aus segera diganti.
3. Screw Press
Fungsi alat pengempa (Screw Press) adalah untuk memisahkan minyak
kasar (crude oil) dari daging buah (mesocarp) dan biji (nut). Proses
pengempaan bertujuan untuk membantu mengeluarkan minyak dan melarutkan
sisa-sisa minyak yang terdapat di dalam ampas. Proses pengempaan
dilakukan dengan melakukan penekanan dan pemerasan pulp yang dicampur
dengan air yang bersuhu 95o C. Prinsip kerja screw press adalah menekan
bahan lumatan dalam tabung yang berlubang dengan alat ulir yang berputar
sehingga minyak akan keluar lewat lubang lubang tabung. Minyak dari screw
press ditampung oil gutter dan dialirkan ke sand trap tank sedangkan ampas
press di umpan ke Cake Breaker Conveyor (CBC) untuk diproses lebih lanjut.
Pada proses ini terdapat limbah padat berupa ampas atau serat dan biji
dari berondolan sawit. Ampas nantinya akan digunakan sebagai bahan bakar
boiler guna menghasilkan uap panas dan biji akan diproses lebih lanjut lagi.
2.1.6 Stasiun Pemurnian (ClarificationStation)
Cairan yang dihasilkan dari stasiun pengempaan pada awalnya ditampung
pada crude oil gutter (talang minyak). Selanjutnya minyak akan dikirim ke
8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit
11/24
stasiun pemurnian. Stasiun ini merupakan stasiun terpenting di dalam usaha
memperkecil kehilangan minyak (oil losses). Peralatan utama yang digunakan :
1. Sand Trap Tank
Minyak yang berasal dari screw press ditampung dalam oil gutter.
Selanjutnya minyak tersebut dialirkan ke sand trap tank untuk mengendapkan
pasir pasir yang terikut secara gravitasi. Minyak yang telah terpisah dengan
pasir selanjutnya akan dialirkan ke ayakan getar (vibration screen).
Pasir-pasir yang terikut merupakan pengotor minyak atau limbah padat
yang terdapat pada proses ini.
2. Vibrating Screen
Minyak kasar dari sand trap tank dipompakan ke vibrating screen untuk
memisahkan kotoran yang bukan padatan/non oil solid (NOS) yang masih
terbawa oleh minyak dimana kotoran dikembalikan ke digester sedangkan
minyak ditampung pada crude oil tank.
Fraksi yang dipisahkan dalam ayakan getar ini dan juga merupakan
limbah atau pengotor dari CPO adalah :
Pasir dan tanah yang berasal dari panenan
Serat atau ampas yang terikut dalam minyak
3. Crude Oil Tank
Alat ini berfungsi untuk mengendapkan partikel partikel yang tidak larut
dan lolos dari ayakan getar (vibrating screen). Di dalamnya terjadi proses
pemanasan dengan menggunakan coil pemanas yang bertujuan untuk
memprtahankan suhu pada 90o C.
4. Clarifier Tank
Minyak yang berada di lapisan atas crude oil tankdipompakan ke clarifiertank setelah melalui distributing tank untuk proses sentrifusi. Prinsip dari proses
pemurnian minyak di tangki pemisah (clarifier tank) adalah melakukan
pemisahan bahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga campuran minyak
kasar dapat terpisah dari air. Tangki ini berupa dua ruangan bersekat untuk
memisahkan minyak pada bagian atas tangki dan sludge di bagian bawah
tangki. Minyak yang mengalir dari atas dipompakan oleh skimmer menuju wet
oil tank sedangkan bagian bawah dipompakan menuju sludge tank.
8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit
12/24
5. Wet Oil Tank
WO Tank merupakan tempat penampungan minyak yang berasal dari
clarifier tank yang untuk selanjutnya akan dipompakan pada oil purifier.
6. Sludge Tank
Sludge tank berfungsi sebagai penampung sludge dari clarifier yang masih
mengandung minyak sekitar 7 9 %.
7. Sand Cyclone
Alat ini berfungsi untuk mengurangi jumlah pasir dan padatan yang
mungkin masih terdapat pada minyak yang berasal dari sludge tank. Alat ini
terbuat dari logam yang dapat memisahkan lumpur/ pasir secara grafitasi dan
ditempatkan pada pipa aliran antara sludge tank dengan sand tank yang
kemudian dialirkan menuju buffer tank.
8. Buffer Tank
Buffer tank berfungsi untuk menampung minyak yang berasal dari sludge
tank untuk diteruskan ke decanter. Letaknya disamping Hot Water Tank yaitu
wadah yang berisikan air panas yang diperlukan untuk menambah kebutuhan
air pengenceran disamping air kondensat, dan untuk pencucian decanter dan
purifier.9. Decanter
Decanter merupakan peralatan untuk menjernihkan minyak dari buffer
tank, dimana crude oil dipisah menjadi solid, light phase (oil), dan heavy phase
(sludge). Solid akan jatuh pada decanter solid conveyer dan diangkut keluar
pabrik untuk dijadikan pupuk. Minyak yang terdapat pada sludge dipompakan
ke crude oil tank melalui oil recovery tank. Light phase (oil) dialirkan ke wet oil
tank menuju oil purifier untuk dimurnikan dari Lumpur yang masih ada.10. Oil Purifier
Berfungsi untuk memisahkan minyak dengan air dan kotoran kotoran
halus yang masih ada di dalam minyak.
11. Vacuum Dryer
Minyak yang terpisah oleh tekanan dari oil purifier akan naik ke vacuum
dryer untuk dikeringkan kandungan airnya dengan system pengapan hampa.
8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit
13/24
Pemisahan air dari minyak dalam vacuum dryer dipengaruhi oleh suhu minyak,
kehampaan udara dan interaksi suhu minyak dengan kehampaan.
12. Strorage Tank
Storage tank merupakan tangki penimbunan minyak sementara sebelum
dikirim ke konsumen. Tangki ini dilengkapi dengan alat pemanas dimana agar
kondisi minyak tetap berkualitas baik.
13. Collecting Tank
Colleting tank berfungsi untuk menampung minyak yang over flow dari
semua tangki. Alat ini terletak di lantai bawah sehingga mudah menampung
minyak yang berlebih tersebut.
14. Fat Pit
Di dalam fat pit ini dilakukan pengutipan minyak untuk mengurangi
banyaknya minyak yang hilang pada buangan akhir. Minyak hasil kutipan ini
dikumpulkan di recovery tank.
2.1.7. Station Pengolahan Biji (KernelStation)
Pada stasiun ini biji yang tidak dipakai untuk mendapatkan minyak akan
diolah sehingga dapat menjadi barang produksi. Peralatan yang digunakandalam stasiun pengolahan biji ini :
1. Cake Breaker Conveyor (CBC)
CBC berfungsi sebagai pemecah cake yang bergumpal dari pressan,
sehingga serat dan biji dapat dipisahkan.
2. Depericarper
Depericarper berfungsi untuk memisahkan ampas dan biji yang telah terurai
pada CBC, dimana terjadi pemisahan fraksi ringan dan fraksi berat. Fraksiringan akan keluar melalui bagian atas menuju shell hopper untuk dijadikan
bahan bakar boiler. Fraksi berat diolah dengan Polishing Drum. Pada
depericarper ampas buah yang masih mengandung serabut dan biji diaduk dan
dipanaskan sampai keduanya terpisah. Selanjutnya dilakukan pemisahan
secara pneumatis. Serabut selanjutnya dibawa ke boiler, sedangkan biji
disalurkan ke dalam nut cleaning atau polishing drum. Tujuannya adalah agar
biji bersih dan seragam.
8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit
14/24
3. Polishing Drum
Polishing Drum berfungsi menghilangkan serat serat yang asih melekat
pada biji yang dapat mengganggu jalannya proses pemecahan biji pada Nut
Creaker.
4. Secondary Depericarper
Serat yang telah dipisahkan dari biji pada polishing drum akan diteruskan
ke secondary depericarter, sehingga biji akan jatuh ke ripple mill.
5. Ripple Mill
Ripple Mill berfungsi untuk memecahkan biji. Pada Ripple Mill, biji akan
dipecah menjadi kernel (inti) dan cangkang (shell).
6. Shell Winower
Shell Winower berfungsi untuk memisahkan cangkang dari kernel.
7. Hydrocyclone
Hydrocyclone berfungsi untuk mengutip kernel dari cracked mixture
terutama broken kernel.
8. Kernel Drying (pengering inti)
Kernel drying berfungsi untuk menurunkan kandungan air dengan
menghembuskan udara panas dan keluar dari lubang lubang yang sudahada, sehingga pengeringan inti setiap lapisan terjadi dengan baik.
9. Bunker Kernel
Bunker kernel berfungsi untuk penyimpanan kernel produksi sebelum
dipasarkan atau dikirim pada proses lebih lanjut.
Untuk melihat limbah padat ataupun cairan pada proses industri CPO
secara lengkap dengan menggunakan bagan aliran proses adalah dibawah ini :
8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit
15/24
Weight Bridge
Loading Ramp
Fresh FruitBunches
Thresher
Digester
Screw Press
Sand Trap TankDepericarper
Nut Polishing Drum
Ripple Mill
LTDS
KernelSeparating Drum
Hidrocyclone
Kernel Dryer
Bunker Kernel
Vibrating Screen
CO Tank
Clarifier Tank
Bak Penampungan
Oil TankSludge Tank
Sand Cyclone
Buffer Tank
Decanter
Oil Purifier
Float Tank
Vacuum Dryer
Strorage Tank
CPO Despat
Recycle TankBak Penampung
Efluent Treatment
Sludge Pit
Boiler
Sterilizer
JanjanganKosong
Crude OilBiji - Ampas
Minyak + Sludge Minyak
Solid Oil
Perkebunan
Limbah padatberupa pelepah Limbah gas berupa CO2
dari pembusukanpelepah
Pasir
Pasir yang masih terbawa
Serat yang terikut
Pertikel kecil yang masih lolos
Pasir, lumpur atau padatan lain
Air dan kotoran halus dalam minyak
Air dan limbah cair lainnya
Serabut
Gambar 1: Proses Industri Sawit dan Jenis Limbahnya Berdasarkan Tahapan
Proses.
8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit
16/24
8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit
17/24
2.2 Jenis dan Potensi Limbah Industri Sawit
Jenis limbah industri sawit pada generasi pertama adalah limbah limbah
padat yang terdiri dari tandan kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain.
Sedangkan limbah cair terjadi pada in house keeping. Limbah padat dan limbah
cair pada generasi berikutnya dapat di lihat pada Gambar 3. Pada gambar
tersebut terlihat bahwa limbah yang terjadi pada generasi pertama dapat
dimanfaatkan dan terjadi limbah berikutnya. Pada Gambar 4 dan Tabel 1
terlihat potensi limbah yang dapet dimanfaatkan sehingga memiliki nilai
ekonomi yang tidak sedikit. Salah satunya adalah potensi limbah yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara yang mampu menggantikan pupuk
sentesis.
8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit
18/24
8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit
19/24
Limbah padat tandan kosong merupakan limbah padat yang jumlahnya
cukup besar yaitu sekitar 6 juta ton yang tercatat pada tahun 2004, namun
pemanfaatanya masih terbatas. Limbah tersebut selama ini dibakar dan
sebagian ditebarkan dolapangan sebagai mulsa. Presentase tankos terhadap
TBS sekitar 20% dan setiap ton tankos menganding unsur hara N, P, K dan Mg
yang berturut-turut setara dengan 3 Kg Urea; 0,6 Kg CIRP; 12 Kg MOP; dan 2
Kg Kieserit. Dengan demikian dari satu unit PKS kapasitas 30 ton TBS/jam atau
600 ton TBS/hari akan menghasilkan pupuk N, P, K, dan Mg berturut-turut
adalah 360 Kg Urea; 72 Kg CIRP; 1.440 Kg MOP; dan 240 Kg Kieserit (Lubis
dan Tobing, 1989). Potensi dan pemanfaatan limbah PKS sebagai hara dalam
suatu areal tertentu dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini :
Sedangkan limbah padat seperti cangkang dan serat sebesar 1,73 juta
ton dan 3,74 jut ton. Dari hasil perhitungan untuk setiap hektar tanaman
memberikan gambaran dan informasi untuk menentukan kelayakan daur ulanglimbah sawit sebagai pupuk tanaman. Pada Tabel 3 dibawah ini disajikan
potensi limbah padat sawit sebagai hara.
8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit
20/24
Satu hektar sawit menghasilkan pelepah daun dengan bobot kering
14,47 ton sekali dalam 30 tahun (peremajaan) dan sekitar 10,40 ton pangkasan
setahun. Produksi TBS setahun sekitar 20,08 ton dengan bobot kering 10,59
ton dan tandan kosong 22% dari jumlah TBS yaitu 4,42 ton dengan bobot
kering 1,55 ton.
2.3 Karakteristik Limbah Industri Sawit
Hampir seluruh air buangan PKS mengandung bahan organik yang dapat
mengalami degradasi. Oleh karenanya dalam pengolahan limbh perlu diketahui
karakteristik limbah tersebut, antara lain yaitu :
Dari Balance Sheet ekstraksi minyak kelapa sawit diketahui bahwa jumlah
air limbah yang dihasilkan dari 1 ton CPO yang diproduksi adalah 2,50 ton,
disajikan pada Tabel 4
Efisiensi pabrik sawit dapat ditingkatkan dengan pemakaian Decanter
yang hanya menghasilkan limbah cair sekitar 0,3-0,4 ton untuk setiap 1 ton
TBS yang diolah, sehungga limbah cair yang dihasilkan dapt ditekan hanya 24
ton/jam atau 1,667 m
3
per 1 ton CPO yang dihasilkan. Limbah cair yangdihasilkan dari seluruh proses pruduksi minyak sawit diperkirakan maksimal
sekitar 60% dari seluruh tandan buah segar yang diolah.
Berdasrkan hasil penelitian terhadap beberapa PKS milik PTP (dianggap
mewakili PKS pada umumnya) oleh Bank Dunia diketahui bahwa kualitas
limbah cair (inlet) yang dihasilkan berpotensi mencemari badan air
penerima limbah adalah seperti yang disajikan pada Tabel 5
8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit
21/24
Kandungan hara spesifik dari limbah sawit scara keseluruhan dpat dilihatpada Tabel 6 dibawah ini
8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit
22/24
Kandungan hara dalam abu pembakaran tandan kosong dan serat serta
cangkang dapat dilihat pada Tabel 7 dibawah ini
8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit
23/24
BAB III
KESIMPULAN
Permintaan atas minyak nabati dan penyediaan untuk biofuel telah
mendorong peningkatan permintaan minyak nabati yang bersumber dari Crude
Palm Oil (CPO). Hal ini disebabkan tanaman kelapa sawit memiliki potensi
menghasilkan minyak sekitar 7 ton / hektar bila dibandingkan dengan kedelai
yang hanya 3 ton / hektar.
Dengan bertambahnya produksi CPO berarti akan bertambah pula
jumlah limbah yang dihasilkan. Baik limbah cair, limbah padat, maupun gas.
Limbah yang dihasilkan PKS termasuk kategori limbah berat dengan kuantitas
yang tinggi dan kandungan kontamina mencapai hingga 20.000-60.000 mg/l
untuk BOD (biochemical oxygen demand) dan 40.000-120.000 mg/l untik COD
(chemocal oxygen demand). Kadar air 95%, padatan terlarut/tersuspensi 4,5%,
serta sisa minyak dan lemak emulsi 0,5-1% (Buku panduaan Teknologi
Pengendalian Dampak Lingkungan Industri Kelapa Sawit Di Indonesia).
Secara ekologis sistem monokultur pada perkebunan kelapa sawit telah
merubah ekosistem hutan, hilangnya keanekaragaman hayati dan ekosistemhutan hujan tropis, serta plsama nutfah, sejumlah spesies tumbuhan dan
hewan. Selain itu juga mengakibatkan hilangnya sejumlah sumber air, sehingga
memicu kekeringan, peningkatan suhu, dan gas rumah kaca yang mendorong
terjadinya bencana alam. Secara sosial juga sering menimbulkan terjadinya
konflik antara perusahaan dengan masyarakat sekitar baik yang disebabkan
oleh konflik kepemilikan lahan atau karena limbah yang dihasilkan oleh industri
kelapa sawit. Limbah yang dihasilkan oleh industri kelapa sawit merupakansalah satu bencana yang mengintip, jika pengelolaan limbah tidak dilakukan
secara baik dan profesional, mengingat industri kelapa sawit merupakan
industri yang sarat dengan residu hasil pengolahan.
8/2/2019 Pencegahan Pence Mar An Industri Sawit
24/24
DAFTAR PUSTAKA
Bapedal. 1995. Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup No. 51/Kep-
MenLH/-10/1995. Jakarta. Lampiran B.IV
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2006. Statistik Kelapa Sawit 2005.
Departemen Pertanian
Subdit Pengolahan Lingkungan Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen
PPHP, Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Pengolahan Limbah
Industri Kelapa Sawit. Jakarta:Departemen Pertanian
Indriyati. 2008. Potensi Limbah Industri Kelapa Sawit Di Indonesia. Jakarta :
M.Tek.Ling Vol. 4, ISSN : 016.7735