21
PENCANGKOKAN BIBIT UNGGUL KALIANDRA (Calliandra calothyrsus) SEBAGAI KAYU ENERGI DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN USULAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN YENITA RIANI B1J012102

PENCANGKOKAN BIBIT UNGGUL KALIANDRA.doc

Embed Size (px)

Citation preview

PENCANGKOKAN BIBIT UNGGUL KALIANDRA (Calliandra calothyrsus) SEBAGAI KAYU ENERGI DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN

USULAN PRAKTIK KERJA LAPANGANYENITA RIANI

B1J012102

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGI

PURWOKERTO2014

PENCANGKOKAN BIBIT UNGGUL KALIANDRA (Calliandra calothyrsus) SEBAGAI KAYU ENERGI DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN YENITA RIANI

B1J012102

Diajukan sebagai pedoman pelaksanaan praktik kerja lapangan

pada Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman

Purwokerto

Disetujui dan disahkan

Pada tanggal Desember 2014Pembimbing,Pembimbing Lapangan,Drs. Lucky Prayoga, M.P. Dr.Ir. Rina Laksmi Hendrati, M.P.NIP. 19570221 198203 1 003 NIP. 19640122 199003 2 001Mengetahui, Pembantu Dekan I Fakultas Biologi

Universitas Jenderal Soedirman

Drs. Agus Hery Susanto, M.S.

NIP. 19590814 198603 1 004

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan rencana kerja Praktik Kerja Lapangan dengan judul Pencangkokan Bibit Unggul Kaliandra (Calliandra Calothyrsus) Sebagai Kayu Energi Di Persemaian Dan Lapangan ini telah terselesaikan.

Rencana kerja praktek kerja lapangan ini digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan hingga penyelesaian rencana kerja praktek kerja lapangan ini, khususnya kepada:

(1) Drs. Agus Hery Susanto, M.S. selaku Pembantu Dekan I yang telah memberikan izin untuk pelaksanaan PKL(2) Drs. Lucky Prayoga, M. P. selaku dosen pembimbing PKL yang telah membimbing dalam menyusun rencana PKL(3) Dr.rer.nat. Erwin Riyanto Ardli selaku dosen pembimbing akademik yang telah mengarahkan untuk melaksanakan PKL(4) Dr.Ir. Rina Laksmi Hendrati, M.P. selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan izin untuk pelaksanaan PKL di Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BBPBPTH)(5) Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan rencana PKL ini. Penulis menyadari bahwa rencana kerja Praktek Kerja Lapangan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa mendatang dan bermanfaat bagi semuanya.

Purwokerto, Desember 2014Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Juduli

Lembar Pengesahanii

PrakataiiiDaftar IsiivDaftar TabelvI. Pendahuluan 1II. Materi dan Rencana Cara Kerja A.Materi4

B.Rencana Cara Kerja4

III. Rencana Kerja Harian 6Daftar ReferensiDAFTAR TABELTabel 3.1. Rencana Kerja Harian8

I. PENDAHULUANJumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan semakin banyaknya industri yang ada. Kebutuhan sumber energi yang tidak terbarukan (konvensional) dalam dunia industri mengalami perkembangan yang sangat pesat, seperti minyak bumi, batu bara dan gas, namun sumber energi tersebut semakin lama mengalami kelangkaan. Hal ini berakibat pada semakin tingginya harga minyak bumi di pasar dunia sehingga pencarian sumber-sumber energi alternatif yang terbarukan sangat diperlukan. Salah satu bentuk energi yang terbarukan dan mulai dikembangkan saat ini adalah yang berasal dari biomasa kayu termasuk dalam bentuk pelet kayu (Sylviani et al., 2013).Pelet kayu menjadi perhatian utama saat ini karena faktor kemudahan dalam bahan baku dan memiliki karakteristik yang ramah lingkungan. Pelet kayu menghasilkan emisi yang lebih rendah dibanding limbah pertanian seperti jerami atau sekam padi (Passalacqua & Zaetta (2004) dalam Sylviani et al., 2013). Keuntungan lain pelet kayu dibanding bahan bakar kayu lain seperti chip kayu (wood chip) antara lain : memiliki kalori lebih tinggi (pelet kayu 4,3 juta kal/ton; chip kayu 3,4 juta kal/ton); (Choi & Kim (2010) dalam Sylviani et al., 2013). Bahan baku pelet kayu dapat berasal dari limbah eksploitasi seperti sisa penebangan, cabang dan ranting, limbahindustri perkayuan seperti sisa potongan, chip, serbuk gergaji dan kulit kayu (Sanusi (2010) dalam Sylviani et al., 2013).

Indonesia sebagai negara tropis, kaya akan sumberdaya alam hutan menyediakan banyak spesies tanaman hutan yang potensial dikembangkan sebagai pemasok bahan baku pelet kayu. Selain itu letaknya yang berada di daerah tropis dengan sinar matahari dan curah hujan yang melimpah menyediakan lingkungan yang menunjang tanaman untuk tumbuh secara optimal dan cepat. Saat ini ketersediaan bahan baku untuk produk ini masih berasal dari limbah alam maupun di industri pengolahan kayu. Untuk masa datang orientasi bahan baku dapat diarahkan kepada sumber yang dikelola secara berkelanjutan dan terjamin keberadaannya, melalui pengusahaan tanaman kehutanan. Spesies tanaman berdaur pendek seperti kaliandra (Calliandra calothyrsus) merupakan pilihan yang menguntungkan sebagai alternatif bahan baku potensial untuk dikembangkan karena pertumbuhannya dan kualitas kayunya untuk energi (Darmawan, 2012).

Kaliandra (Calliandra calothyrsus) merupakan tanaman leguminosa berupa pohon kecil atau perdu yang termasuk kedalam keluarga leguminosae. Tanaman Kaliandra mulai diintroduksikan dari Amerika Tengah ke Indonesia pada akhir tahun 1936 (Hendrati, 2014). Spesies Calliandra calothyrsus adalah salah satu spesies kaliandra yang sangat populer di Indonesia, terutama di masyarakat yang berada pada areal kawasan hutan di pulau Jawa sebagai tanaman multiguna untuk konservasi lahan, reklamasi lahan marginal, hijauan pakan ternak, pakan lebah, penyedia pupuk hijau dan bubur kayu (pulp) untuk membuat kertas (Tangendjaja et al., 1992). Kaliandra membentuk semak belukar multi cabang dengan tinggi kurang dari 12 m dan diameter 20 cm. Ukuran tanaman yang kecil menjadikannya jarang diminati untuk tujuan komersial. Pada tapak yang sesuai pohon ini tumbuh dengan sangat cepat. Sembilan bulan setelah ditanam pohon ini mampu tumbuh setinggi 3,5 m dan pada umur satu tahun sudah mampu dipanen sebagai kayu bakar. Trubusan akan muncul dalam waktu enam bulan dan bisa mencapai tinggi yang sama. Karena kemampuannya ini kaliandra sangat potensial sebagai sumber kayu energi karena kayunya mempunyai nilai kalor yang tinggi. Cabang Kaliandra mempunyai nilai kalor sebesar 3931 kcal/kg sedangkan batangnya mempunyai nilai kalor sebesar 4059 kcal/kg (Mulyasari, 2013). Pohon ini sangat cocok untuk daerah dengan iklim tropis seperti Indonesia (NAS, 1983). Tanaman ini mampu tumbuh optimal pada ketinggian 200 1.800 mdpl dengan curah hujan antara 1.000 4.000 mm/tahun dan bulan kering tidak lebih dari 4 bulan (Darmawan, 2012).

Kementerian Kehutanan Republik Indonesia dan Rencana Penelitian Integratif Balai Besar Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BBPBPTH) Yogyakarta memandang perlu adanya kegiatan penelitian pemuliaan untuk kayu energi periode tahun 2010-2014, khususnya di Pulau Jawa yang telah banyak menggunakan kayu Kaliandra di area dataran rendah sampai dataran tinggi untuk tujuan kayu bakar. Oleh sebab itu Kaliandra (Calliandra calothyrsus) termasuk salah satu jenis yang dipilih untuk dimuliakan karena kecepatan tumbuhnya, budidayanya yang mudah, benihnya yang melimpah, kemampuannya tumbuh di lahan lahan-lahan masyarakat serta kecocokannya sebagai kayu energi karena nilai kalornya yang relatif tinggi (Hendrati, 2014).

Pemuliaan tanaman sendiri didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman untuk merakit varietas unggul dengan tujuan tertentu yang berguna bagi kehidupan manusia (Carsono, 2008). Tujuan pemuliaan kaliandra adalah untuk membentuk bibit unggul sebagai sumber kayu energi yang berproduksi tinggi dan berkualitas baik. Kegiatan pemuliaan dilakukan dalam beberapa tahap dari pengumpulan materi genetik di distribusi yang luas, mengujinya di lapangan dengan desain tertentu, menentukan karakter yang tepat untuk seleksi sesuai tujuan akhir, serta seleksi berulang sehingga didapatkan individu terbaik dan akhirnya didapatkan klon unggul. Individu terbaik ini diperbanyak secara vegetatif sehingga menjadi klon unggul yang dapat digunakan untuk pembangunan kebun benih klon untuk produksi biji dan populasi produksi untuk menyediakan suplai bahan baku pelet. Persiapan dalam membuat kebun benih klon membutuhkan tanaman kaliandra yang identik dengan induknya. Oleh karena itu dilakukan perbanyakan kaliandra secara vegetatif buatan untuk mendapatkan individu baru yang sama dengan induknya dan sangat cepat yaitu dengan cara cangkok. Tujuan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan ini yaitu untuk mengetahui perbedaan antara pelaksanaan cangkok diarea persemaian dengan cangkok yang dilaksanakan di lapangan.

I. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Alat yang akan digunakan dalam pencangkokan kaliandra yaitu plastik mika, cutter, wadah plastik, tali rafia, label, spidol dan stepler. Bahan yang digunakan untuk pencangkokan kaliandra antara lain ZPT (Root-up), air, lumut (moss), tanah, dan pupuk kompos. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan 12 Januari s/d 6 Februari 2015 di Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BBPBPTH) Jalan Palagan Tentara Pelajar Km.15, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta.B. Rencana Cara Kerja

Pencangkokan Kaliandra akan dilakukan di dua area yaitu :

Pencangkokan di Persemaian

1. Cabang kaliandra dipilih yang sehat dengan diameter rata-rata 2-4 cm disayat sepanjang 5-8 cm dengan menggunakan cutter, disisakan sedikit bagian kulitnya yang tidak tersayat.2. Sayatan cabang dikerik tersebut hingga cabang bersih dari kambium.3. Bagian atas sayatan diolesi dengan larutan ZPT yang berbentuk pasta untuk memacu pertumbuhan akar.

4. Sayatan tersebut ditutup dengan media berupa lumut bersamaan dengan mika plastik, diusahakan media tidak bergeser agar hormon tidak tercampur dengan media dan bagian atas mika di gunting sedikit agar air mudah masuk kedalam media.5. Bagian bawah mika disteples kemudian bagian atasnya dilanjutkan ke bagian tengah

6. Media yang sudah disteples diIkat dengan tali rafia dan diberi label sesuai dengan nomor pada peta.

7. Pemeliharaan dilakukan apabila media kurang memperoleh air, dengan memasukkan air secukupnya ke dalam media lewat celah bagian atas mika.

Pencangkokan di Lapangan

1. Media cangkok disiapkan dengan komposisi lumut (moss), top soil, dan pupuk organik yang dicampur dalam wadah. Sebelum digunakan media disiram dengan air sampai cukup kelembabannya.2. Langkah selanjutnya tidak berbeda dengan mencangkok diPersemaian, cabang kaliandra dipilih yang sehat dengan diameter rata-rata 2-4 cm disayat sepanjang 5-8 cm dengan menggunakan cutter, disisakan sedikit bagian kulitnya yang tidak tersayat.

3. Sayatan cabang dikerik tersebut hingga cabang bersih dari kambium.

4. Bagian atas sayatan diolesi dengan larutan ZPT yang berbentuk pasta.

5. Sayatan tersebut ditutup dengan media berupa lumut bersamaan dengan mika plastik, diusahakan media tidak bergeser agar hormon tidak tercampur dengan media dan bagian atas mika di gunting sedikit agar air mudah masuk kedalam media.

6. Bagian bawah mika disteples kemudian bagian atasnya dilanjutkan ke bagian tengah.

7. Media yang sudah disteples diIkat dengan tali rafia dan diberi label sesuai dengan nomor pada peta.II. RENCANA KERJA HARIANKegiatan Harian Mahasiswa Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Nama & NIM: Yenita Riani (BIJ012102)

Judul PKL: Pencangkokan Bibit Unggul Kaliandra (Calliandra calothyrsus) Sebagai Kayu Energi Di Persemaian Dan LapanganLokasi: Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BBPBPTH) YogyakartaWaktu

: 12 Januari s/d 6 Februari 2015Pembimbing

: Drs. Lucky Prayoga, M.P. Dr.Ir. Rina Laksmi Hendrati, M.P.Tabel 3.1. Rencana Kerja HarianNoHari, TanggalKegiatan

1Senin, 12 Januari 2015Survey tanaman Kaliandra (Calliandra calothyrsus) yang akan dicangkok dipersemaian

2Selasa, 13 Januari 2015Penanaman hasil cangkok tanaman Kaliandra (Calliandra calothyrsus) yang telah dicangkok sebelumnyaPelabelan tanaman Kaliandra (Calliandra calothyrsus)

3Rabu, 14 Januari 2015Pelabelan tanaman Kaliandra (Calliandra calothyrsus) dengan bahan seng

4Kamis, 15 Januari 2015Pelabelan tanaman Kaliandra (Calliandra calothyrsus) dengan bahan seng dan label warna

5Jumat, 16 Januari 2015Pemilihan tanaman yang akan ditanamPenanaman Kaliandra (Calliandra calothyrsus) di area tanam

6Senin, 19 Jnuari 2015Penyaringan pupuk kandangPengambilan lumut (moss)

Teknis mencangkok yang dilakukan di area tanam (Balai)

7Selasa, 20 Januari 2015Persiapan alat dan bahan stekPembuatan media stek

8Rabu, 21 Januari 2015Pembuatan media stekPengambilan bahan stek (cabang Kaliandra (Calliandra calothyrsus))

Penyetekan Kaliandra (Calliandra calothyrsus)

Memupuk Kaliandra (Calliandra calothyrsus) yang ditanam diarea tanam (Balai)

9Kamis, 22 Januari 2015Pengambilan lumut dan batang Kaliandra (Calliandra calothyrsus)Menyetek Kaliandra (Calliandra calothyrsus)

Memupuk Kaliandra (Calliandra calothyrsus) yang ditanam diarea tanam (Balai)

10Jumat, 23 Januari 2015Mencangkok tanaman yang ditanam di area tanam (Balai)

11Sabtu, 24 Januari 2015Pengambilan lumut di Kaliurang

12Senin, 26 Januari 2015Pengamatan perkembangan stekPendataan benih

Persiapan pengujian viabilitas benih

13Selasa, 27 Januari 2015Pengujian viabilitas benihMenimbang benih

Pengamatan stek

14Rabu, 28 Januari 2015Persiapan alat dan bahan cangkok di lapanganPembuatan label dari bahan seng

15Kamis, 29 Januari 2015Mencangkok di lapangan (Hutan Penelitian Wonogiri)

16Jumat, 30 Januari 2015Pengamatan viabilitas benihPengamatan stek

17Senin, 2 Februari 2015Persiapan bahan stek Penyetekan tanaman Kaliandra (Calliandra calothyrsus)

18Selasa, 3 Februari 2015Penimbangan bor kayu Acacia Auriculiformis

19Rabu, 4 Februari 2015Penimbangan berat basah sampel balok kayu Acacia auriculiformis

20Kamis, 5 Februari 2015Penimbangan berat kering sampel balok kayu Acacia auriculiformis

21Jumat, 6 Februari 2015Penyetekan Kaliandra (Calliandra calothyrsus)

DAFTAR PUSTAKA

Carsono, N., 2008. Peran Pemuliaan Tanaman dalam Meningkatkan Produksi Pertanian di Indonesia. Disampaikan dalam Seminar on Agricultural Sciences Mencermati Perjalanan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dalam kajian terbatas bidang Produksi Tanaman Pangan. Tokyo.

Choi Y. & Js Kim, 2010. The Comparative Study of Wood Fuels Using Life Cycle Assesment. Korea : Kangwon National University in republic of Korea.

Darmawan, Ujang .W., 2012. Pengembangan Kaliandra (Calliandra Calothyrsus) Sebagai Kayu Energi. Mitra Hutan Tanama, 7(2), pp. 39-50.

Hendrati, Rina L., Nur H., 2014. Budidaya Kaliandra (Calliandra calothyrsus) Untuk Bahan Baku Sumber Energi. Jakarta: IPB Press.

Mulyasari, Tia. 2013. Karakteristik Beberapa Jenis Kayu Sebagai Bahan Baku Energi Biomassa. Skripsi. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

National Academy of Sciences (NAS). 1983. Firewood crops: shruband tree species for energy production Vol. 2, Washington DC: National Academy of Sciences.

Passalacqua, F. & Zaetta, 2004. Pellets In Southern Europe, The State Of The Art Of Pellets Utilisation In Southern Europe, New Perspectives Of Pellets From Agri-Residues. Italy : 2nd World Conference on Biomass for Energy, Industry and Climate Protection.

Sanusi, 2010. Karakteristik Pelet Kayu Sengon. Makassar : Universitas Hasanudin.

Sylviani & Elvida Yosefi S., 2013. Potensi Pengembangan Industri Pelet Kayu Sebagai Bahan Bakar Terbarukan. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 10, pp.235-246.

Tangendjadja, B., E. Wina., T. Ibrahim & B. Palmer, 1992. Kaliandra dan Pemanfaatannya. Jakarta: ACIAR dan Balitnak.