15
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL’S PALSY DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA Naskah Publikasi Diajukan Guna Menyelesaikan Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi Disusun oleh : RATIH DWI PUSPANINGTYAS J 100 120 033 PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL’S …eprints.ums.ac.id/36613/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Pemeriksaan fisioterapi pada kasus ini meliputi Inspeksi (statis dan dinamis),

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL’S …eprints.ums.ac.id/36613/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Pemeriksaan fisioterapi pada kasus ini meliputi Inspeksi (statis dan dinamis),

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL’S PALSY

DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

Naskah Publikasi

Diajukan Guna Menyelesaikan Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk

Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

Disusun oleh :

RATIH DWI PUSPANINGTYAS

J 100 120 033

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

Page 2: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL’S …eprints.ums.ac.id/36613/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Pemeriksaan fisioterapi pada kasus ini meliputi Inspeksi (statis dan dinamis),

ii

Page 3: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL’S …eprints.ums.ac.id/36613/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Pemeriksaan fisioterapi pada kasus ini meliputi Inspeksi (statis dan dinamis),

iii

PHYSIOTHERAPY MANAGEMENT IN CASE OF BELL’S PALSY

IN RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

(Ratih Dwi Puspaningtyas, 2015, 42 pages)

ABSTRACT

Background: Bell’s Palsy is a weakness of facial muscle with the type of lower

motor neurons causes by idiopathic facial nerve involvement outside the central

nervous system, in the absence of other neurologic disease. Which can lead to a

problem of physical capasity in the form of Infra Red (IR), Faradic (electrical

Stimulation), Massage, and Exercise Mirror which can increase the strength of

muscle of the face and can restore functional ability of facial muscles on the

condititon of Bell’s Palsy.

Objective: Benefits ans purpose in granting Infra Red (IR), Faradic (electrical

Stimulation), Massage, and Exercise Mirror can improve strength facial muscles

and restore functional ability of facial muscles on the condition of Bell’s Palsy.

Result: After the therapy 6 times in getting the result increas examination of the

facial muscles to scale Ugo Fisch rest position (T1= 14 – T6=14), Frowning (T1= 3

– T6= 7), Blinfolding (T1= 9 – T6= 21), Smiling (T1= 9 – T6= 21), Whistling (T1=

3 – T6= 3) and the functional ability (T1= 38 – T6= 66).

Conclusion: Ny. SS with the case of Bell’s Palsy, After treatment for 6 times with

modalities Infrared (IR), Faradic (Electrical Stimulation), massage, and exercise

Mirror an increase in facial muscle strength and functional abilities Increase in

facial muscles.

Keywords: Management of physicaltherapy in the case of Bell’s Palsy, Infra Red

(IR), Faradic (electrical Stimulation), Massage, and Exercise Mirror.

Page 4: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL’S …eprints.ums.ac.id/36613/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Pemeriksaan fisioterapi pada kasus ini meliputi Inspeksi (statis dan dinamis),

1

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL’S PALSY

DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Bell’s palsy merupakan kelemahan wajah dengan tipe lower motor neuron

yang disebabkan oleh keterlibatan saraf fasialis idiopatik di luar sistem saraf

pusat, tanpa adanya penyakit neurologik lainnya (Lowis, 2012).

Menururt Munilson dkk. (2012) insiden bell’s palsy dilaporkan sekitar 40-

70% dari semua kelumpuhan saraf fasialis perifer akut. Prevalensi rata-rata

berkisar antara 10-30 pasien per 100.000 populasi per tahun dan meningkat sesuai

pertambahan umur. Insiden meningkat pada penderita diabetes dan wanita hamil.

Sekitar 8-10% kasus berhubungan dengan riwayat keluarga pernah menderita

penyakit ini. Biasanya penderita mengetahui ketidaksimetrisan wajah dari teman

atau keluarga atau pada saat bercermin atau berkumur. Pada saat penderita

menyadari bahwa ia mengalami kelemahan pada wajahnya, maka ia mulai merasa

takut, malu, rendah diri, dan kadangkala jiwanya tertekan terutama pada penderita

yang masih aktif dalam bersosialisasi. Seringkali timbul pertanyaan di dalam

hatinya, apakah wajahnya bisa secepatnya kembali secara normal atau tidak.

Peran fisioterapi untuk mengatasi kasus pada kondisi Bell’s Palsy berupa

(1) Infrared (IR) yang bertujuan untuk memperlancar peredaran darah, sehingga

peradangan dapat berkurang dan mengurangi spasme otot-otot wajah, (2) Faradic

(Electrical Stimulation) yang bertujuan untuk merangsang sistem saraf melalui

permukaan kulit, (3) Massage yang bertujuan untuk memelihara fisiologi otot dan

memberikan efek rileksasi, (4) Mirror exercise yang bertujuan untuk

meningkatkan kekuatan otot wajah dan melatih kembali gerakan fungsional otot-

otot wajah.

Page 5: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL’S …eprints.ums.ac.id/36613/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Pemeriksaan fisioterapi pada kasus ini meliputi Inspeksi (statis dan dinamis),

2

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan permasalahan yang muncul pada kasus Bell’s Palsy, maka

penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1) Apakah pemberian Infrared

(IR), Faradic (Electrical Stimulation), Massage, dan Mirror exercise dapat

meningkatkan kekuatan otot-otot wajah pada kondisi bell’s palsy ?, 2) Apakah

pemberian Infrared (IR), Faradic (Electrical Stimulation), Massage, dan Mirror

exercise dapat meningkatkan kemampuan fungsional otot-otot wajah pada kondisi

bell’s palsy ?

Tujuan Penulisan

Tujuan dari penyusunan rumusan masalah tersebut adalah Untuk

mengetahui pengaruh Infrared (IR), Faradic (Electrical Stimulation), Massage,

dan Mirror exercise dapat meningkatkan kekuatan otot-otot wajah dan dapat

meningkatkan kemampuan fungsional otot-otot wajah.

Manfaat penulisan

Manfaat dari penyusunan rumusan masalah tersebut adalah Untuk

mengetahui manfaat Infrared (IR), Faradic (Electrical Stimulation), Massage,

dan Mirror exercise dapat meningkatkan kekuatan otot-otot wajah dan dapat

meningkatkan kemampuan fungsional otot-otot wajah.

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Menurut Lumbantobing (2012), istilah Bell’s Palsy (kelumpuhan Bell)

biasanya digunakan untuk kelumpuhan nervus VII jenis perifer yang timbul secara

akut, yang penyebabnya belum diketahui, tanpa adanya kelainan neurologik lain.

Etiologi

Pranata (2008) penyebab bell’s palsy yaitu angin dingin yang masuk ke

dalam foramen stilomastoideus mengakibatkan nervus fasialis bisa sembab lalu

membengkak. Pembengkakan saraf fasialis ini mengakibatkan pasokan darah ke

saraf tersebut terhambat. Hal ini menyebabkan iskemik bahkan nekrosis sehingga

Page 6: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL’S …eprints.ums.ac.id/36613/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Pemeriksaan fisioterapi pada kasus ini meliputi Inspeksi (statis dan dinamis),

3

fungsi penghantar impuls akan rangsangnya terganggu dan menimbulkan

kelumpuhan fasialis.

Patologi

Menurut Sidharta (2008), patologi saraf VII karena kelumpuhan fasialis dapat

disebabkan karena :

1) Lesi di korteks lobus frontalis,

2) Lesi di korteks somatomotorik,

3) Lesi jenis nuklearis,

4) Lesi di radiks nervus fasialis dekat inti nervus abdusens,

5) Lesi saraf VII di sekitar meatus akustikus internus sampai genu kanalis

fasialis

6) Lesi saraf VII di kanalis fasialis sekitar tabling lateral tebing os petrosum,

7) Lesi saraf VII di kanalis fasialis sekitar mastoid dan membrane timpani,

dan

8) Lesi saraf VII disekitar foramen stilomastoideus baik yang masih berada

di kanalis fasialis maupun setelah melewati foramen sampai ke otot-otot

wajah.

Tanda dan Gejala

Bell’s palsy dapat berupa kelumpuhan wajah pada satu sisi berupa gangguan

pengecapan pada pengecapan pada lidah, hilangnya kerutan dahi, kesulitan

menutup mata, mulut perot atau mencong (Harsono, 2011).

Komplikasi

1. Kontraktur

2. Synkinesis

3. Spasme spontan

Diagnosis Banding

a. Herpes Zoster Otikus

b. Paresis Fasialis Unilateral akibat Otitis media Akut/Kronik

Page 7: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL’S …eprints.ums.ac.id/36613/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Pemeriksaan fisioterapi pada kasus ini meliputi Inspeksi (statis dan dinamis),

4

c. Syndrome Guillain Bare

d. Tumor

Teknologi Intervensi Fisioterapi

1. Infra Red (IR)

2. Electrical Stimulation

3. Massage

4. Mirror exercise

PROSES FISIOTERAPI

Pengkajian Fisioterapi

Identitas Pasien

Dari hasil anamnesis yang berhubungan dengan kasus ini di dapatkan hasil

sebagai berikut, nama Ny. SS, usia 73 tahun, jenis kelamin perempuan, agama

islam, pekerjaan pensiunan dengan alamat Candi gebang no.4 beran, tridadi-

sleman, kab. Kodya, sleman, kec. Sleman.

Keluhan Utama

keluhan utama yang dirasakan pasien adalah mengeluh wajah kanan

mencong ke sisi kiri.

Pemeriksaan Fisioterapi

Pemeriksaan fisioterapi pada kasus ini meliputi Inspeksi (statis dan

dinamis), pemeriksaan gerak aktif, pemeriksaan Manual Muscle Testing (MMT),

Ugo Fisch Scale, dan rasa pada 2/3 anterior lidah.

Problematika Fisioterapi

Adanya kelemahan otot wajah, tidak bisa mengerutkan dahi secara

maksimal, tidak bisa mengangkat alis, tersenyum mulai simetris dan

bersiul/mecucu asimetris.

Page 8: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL’S …eprints.ums.ac.id/36613/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Pemeriksaan fisioterapi pada kasus ini meliputi Inspeksi (statis dan dinamis),

5

Keterbatasan fungsi yang dirasakan oleh pasien dengan kondisi bell’s

palsy ini adalah : (1) adanya gangguan saat makan karena makanan terkumpul di

sisi kanan, (2) adanya gangguan ekspresi.

Pasien masih sering ikut acara pengajian dan masih aktif dalam

bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

Tujuan Fisioterapi

(1)memelihara fisiologi otot, (2) meningkatkan kekuatan otot-otot wajah

pada sisi yang lesi, (3) mengembalikan gerak fungsional yang melibatkan otot -

otot wajah, seperti mengunyah, menutup kelopak mata, mengangkat alis dan

berkumur.

Pelaksanaan Terapi

Pelaksanaan pada kondisi bell’s palsy ini dilakukan pada tanggal 06

januari 2015 (hari pertama terapi), dengan modalitas Infra Red, Faradik

(Electrical Stimulation), Massage Dan Mirror Exercise.

Evaluasi

1. Evaluasi kekeuatan otot-otot wajah dengan Manual Muscle Testing

(MMT)

Tabel 1 Hasil evaluasi kekuatan otot-otot wajah

MMT T1 T2 T3 T4 T5 T6

Mengangkat alis 1 1 3 3 3 3

Mendekatkan kedua alis 1 1 1 3 3 3

Mengerinyitkan hidung 1 1 1 1 1 1

Menutup mata 1 1 3 3 3 3

Tersenyum 1 1 1 3 3 3

Mecucu/bersiul 1 1 1 1 1 1

Page 9: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL’S …eprints.ums.ac.id/36613/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Pemeriksaan fisioterapi pada kasus ini meliputi Inspeksi (statis dan dinamis),

6

2. Evaluasi kemampuan fungsional otot-otot wajah dengan skala Ugo Fisch

Tabel 2 Hasil evaluasi kemampuan fungsional otot-otot wajah

-

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

1. Kekuatan otot-otot wajah

Setelah menjalani terapi sebanyak 6 kali dan dilakukan evaluasi

dengan menggunakan Manual Muscle Testing (MMT), terdapat adanya

peningkatan kekuatan otot wajah.

Grafik 1 Hasil kekuatan otot wajah dengan Manual Muscle Testing (MMT)

Peningkatan kekuatan otot wajah didapatkan hasil dari didapatkan hasil

dari mengangkat alis (T1= 1 – T6= 3), mendekatkan kedua alis (T1= 1 –

T6= 3), menutup mata (T1= 1 – T6= 3), tersenyum (T1= 1 – T6= 3).

00.5

11.5

22.5

33.5

Mengangkat alis

Mendekatkan keduaalis

Mengerinyitkanhidung

Menutup mata

UGO FISCH T1 T2 T3 T4 T5 T6

Istirahat 14 14 14 14 14 14

Mengerutkan dahi 3 3 3 7 7 7

Menutup mata 9 9 21 21 21 21

Tersenyum 9 9 9 9 9 21

Bersiul/mecucu 3 3 3 3 3 3

Jumlah 38 38 50 54 54 66

Page 10: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL’S …eprints.ums.ac.id/36613/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Pemeriksaan fisioterapi pada kasus ini meliputi Inspeksi (statis dan dinamis),

7

2. Kemampuan fungsional otot-otot wajah

Setelah menjalani terapi sebanyak 6 kali dan dilakukan evaluasi

dengan menggunakan Ugo Fisch Scale terdapat adanya peningkatan

kemampuan fungsional otot wajah.

Grafik 2 Hasil kemampuan fungsional otot wajah dengan skala Ugo Fisch

Peningkatan kemampuan fungsional otot wajah didapatkan hasil dari

mengerutkan dahi (T1= 3 – T6= 7), menutup mata (T1= 9 – T6= 21),

tersenyum (T1= 9 – T6= 21).

Pembahasan

1. Kekuatan Otot Wajah

Peningkatan kekuatan otot wajah setelah dilakukan 6 kali terapi

didapatkan hasil dari mengangkat alis (T1= 1 – T6= 3), mendekatkan

kedua alis (T1= 1 – T6= 3), menutup mata (T1= 1 – T6= 3), tersenyum

(T1= 1 – T6= 3). Dari hasil tersebut ada peningkatan kekuatan otot wajah

karena diberikan modalitas Infrared (IR), Faradic (Electrical Stimulation),

Massage, dan Mirror exercise.

Infra Red mempunyai efek fisiologis untuk meningkatkan metabolisme

pada lapisan superfisial kulit sehingga suplai oksigen dan nutrisi ke

jaringan akan meningkat sehingga akan membantu rileksasi otot dan

meningkatkan kemampuan otot untuk berkontraksi (Sujatno, 2002).

0

5

10

15

20

25

Terapi1

Terapi2

Terapi3

Terapi4

Terapi5

Terapi6

Istirahat

Mengerutkan dahi

Menutup mata

Tersenyum

Bersiul

Page 11: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL’S …eprints.ums.ac.id/36613/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Pemeriksaan fisioterapi pada kasus ini meliputi Inspeksi (statis dan dinamis),

8

Infra Red juga mempunyai efek terapiutik untuk relaksai otot karena

efek sedatif akan mudah dicapai bila jaringan otot dalam keadaan hangat

(Sujatno, 2002).

Faradik (electrical stimulation) merupakan intervensi fisioterapi yang

bertujuan untuk memberikan stimulasi pada otot yang titik rangsangnya

terletak pada kulit dan untuk meningkatkan kerja otot baik yang letaknya

diluar maupun bagian dalam (Singh, 2005).

Faradik (electrical stimulation) akan menimbulkan efek terapiutik

berupa fasilitasi kontraksi otot, melatih kerja otot, dan melatih kerja otot

baru (Singh, 2005).

Massage merupakan stimulasi pada jaringan lunak untuk meningkatkan

fleksibilitas, merangsang reseptor sensoris jaringan pada kulit sehingga

memberikan efek rileksasi, dan mengurangi spasme pada wajah (Prentice,

2012).

Pemberian massage secara halus (gentle) pada wajah dapat mengurangi

rasa kaku atau rasa tebal pada wajah yang terkena lesi, juga meningkatkan

proses metabolisme sehingga sifat fisiologi otot terpelihara serta untuk

rileksasi otot-otot wajah (Prentice, 2012).

Mirror exercise merupakan latihan yang menggunakan cermin agar

dapat memberikan ”biofeedback” yang dilakukan dengan tenang agar

pasien bisa lebih berkonsentrasi dalam melakukan latihan gerakan pada

wajah (Raj, 2006).

Pemberian Mirror Exercise yang bertujuan untuk meningkatkan

kekuatan otot wajah dan melatih kembali gerakan fungsional otot-otot

wajah (Raj, 2006).

2. Kemampuan Fungsional Otot Wajah

Peningkatan kemampuan fungsional otot wajah setelah dilakukan 6 kali

terapi didapatkan hasil dari mengerutkan dahi (T1= 3 – T6= 7), menutup

mata (T1= 9 – T6= 21), tersenyum (T1= 9 – T6= 21). Dari hasil tersebut

ada peningkatan kemampuan fungsional otot wajah karena diberikan

Page 12: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL’S …eprints.ums.ac.id/36613/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Pemeriksaan fisioterapi pada kasus ini meliputi Inspeksi (statis dan dinamis),

9

modalitas Infrared (IR), Faradic (Electrical Stimulation), Massage, dan

Mirror exercise.

Infra Red mempunyai efek fisiologis untuk meningkatkan metabolisme

pada lapisan superfisial kulit sehingga suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan

akan meningkat sehingga akan membantu rileksasi otot dan meningkatkan

kemampuan otot untuk berkontraksi (Sujatno, 2002).

Infra Red juga mempunyai efek terapiutik untuk relaksai otot karena efek

sedatif akan mudah dicapai bila jaringan otot dalam keadaan hangat

(Sujatno, 2002).

Faradik (electrical stimulation) merupakan intervensi fisioterapi yang

bertujuan untuk memberikan stimulasi pada otot yang titik rangsangnya

terletak pada kulit dan untuk meningkatkan kerja otot baik yang letaknya

diluar maupun bagian dalam (Singh, 2005).

Faradik (electrical stimulation) akan menimbulkan efek terapiutik

berupa fasilitasi kontraksi otot, melatih kerja otot, dan melatih kerja otot

baru (Singh, 2005).

Massage merupakan stimulasi pada jaringan lunak untuk meningkatkan

fleksibilitas, merangsang reseptor sensoris jaringan pada kulit sehingga

memberikan efek rileksasi, dan mengurangi spasme pada wajah (Prentice,

2012).

Pemberian massage secara halus (gentle) pada wajah dapat mengurangi

rasa kaku atau rasa tebal pada wajah yang terkena lesi, juga meningkatkan

proses metabolisme sehingga sifat fisiologi otot terpelihara serta untuk

rileksasi otot-otot wajah (Prentice, 2012).

Mirror exercise merupakan latihan yang menggunakan cermin agar dapat

memberikan ”biofeedback” yang dilakukan dengan tenang agar pasien bisa

lebih berkonsentrasi dalam melakukan latihan gerakan pada wajah (Raj,

2006).

Pemberian Mirror Exercise yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan

otot wajah dan melatih kembali gerakan fungsional otot-otot wajah (Raj,

2006).

Page 13: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL’S …eprints.ums.ac.id/36613/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Pemeriksaan fisioterapi pada kasus ini meliputi Inspeksi (statis dan dinamis),

10

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa setelah dilakukan terapi

sebanyak 6 kali secara teratur dan rutin pada pasien bernama Ny. SS, usia 73

tahun, dengan diagnosa Bell’s palsy didapatkan hasil berupa :

1. Adanya peningkatan kekuatan otot-otot wajah.

2. Adanya peningkatan kemampuan fungsional otot-otot wajah.

Saran

Setelah melakukan proses fisioterapi dengan menggunakan modalitas

fisioterapi berupa terapi latihan pada pasien Bell’s Palsy, maka penulis

memberikan saran :

1. Saran kepada pasien, yaitu bagi penderita diharapkan kerjasama yang baik

dengan terapis selama proses terapi berlangsung. Pasien diharapkan tetap

selalu rutin menjalani program - program terapi yang telah diberikan dan

ditentukan serta tetap menjalani home program seperti yang telah

diedukasikan oleh fisioterapis mengangkat alis dan mengerutkan dahi,

menutup mata, mengembang kempiskan cuping hidung, tersenyum

menarik sudut mulut kesamping kanan, mecucu.

2. Kepada keluarga hendaknya selalu memberikan motivasi kepada pasien

untuk latihan dan membantu dalam proses latihan. Dengan kerjasama

yang baik antara terapis, pasien dan keluarga pasien diharapkan akan

dapat tercapai keberhasilan terapi.

3. Kepada fisioterapi dalam memberikan pelayanan harus sesuai dengan

standar yang telah baku dan prosedur yang berlaku agar mendapatkan

hasil yang memuaskan.

4. Saran kepada pembaca, yaitu apabila sekiranya pembaca mendapati suatu

kondisi seperti yang telah dipaparkan oleh penulis pada Karya Tulis

Ilmiah ini, maka diharapkan untuk segera memeriksakan diri ke dokter

atau rumah sakit terdekat untuk mengikuti program fisioterapi selama satu

bulan ditambah pemberian sejumlah obat dan vitamin. Jika penyakit

Page 14: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL’S …eprints.ums.ac.id/36613/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Pemeriksaan fisioterapi pada kasus ini meliputi Inspeksi (statis dan dinamis),

11

initidak segera ditangani, maka dapat menimbulkan komplikasi lebih

lanjut terutama pada bagian mata karena akan terjadi iritasi pada mata dan

otomatis penglihatanpun terganggu. Penyakit ini tidak akan memicu

penyakit lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bachr, Frontcher. 2005. Duus Tropical Diagnosis in Neurologi: Anatomy,

Fisiologi, Sign, Symptom (4th ed). Mc-Graw Hill Companies, New York

Djamil, Yulius., A, Basjirrudin. 2003. Kapita Selekta Neurologi; Cetakan Ketiga,

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Fuller, Geraint. 2008. Panduan Praktis Pemeriksaan Neurologis; Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta

Harsono. 2011. Buku Ajar Neurologi Klinis; Cetakan kelima, Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta

Lowis, Handoko. 2012. Bell’s Palsy, Diagnosis dan Tata Laksana di Pelayanan

Primer. Universitas Pelita Harapan, Tangerang

Lumbantobing, S.M. 2012. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental;

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Martini, Frederick H. Et all. 2012. Fundamental of Anatomy and Physiology (9th

ed.) Pearson Education Inc, USA

Munilson, Jacky., Yan, Edward, dan Wahyu, Triana. 2012. Diagnosis dan

penatalaksanaan Bell’s Palsy. Fakultas Kedokteran Universitas

Andalas/RSUP. Dr.M. Djamil Padang

Putz, R & Pabst, R, 2005. Sobotta Atlas Anatomi Manusia; Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta

Pranata, Hardi. 2008. Bell’s Palsy. Retrieved April, 26, 2015, from

http://www.republika.co.id/korandetail.asp?id=287657&kat_id=13

Prentice, William E. 2012. Therapiutic Modalities in Rehabilitation; Mc Graw

Hill Medical, New York

Page 15: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL’S …eprints.ums.ac.id/36613/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Pemeriksaan fisioterapi pada kasus ini meliputi Inspeksi (statis dan dinamis),

12

Raj, Glady Samuel. 2006. Physiotherapy in Neuro-conditions: Jaype Brothers

Medical Published, Delhi

Sidharta, Priguna. 2008. Tata Pemeriksaan Klinis dalam Praktek Umum; edisi ke

– 15, Dian Rakyat, Jakarta

Singh, Jagmohan. 2005. Textbook of Electrotherapy; Jaype Brothers Medical

Published, Delhi

Sujatno. 2002. Sumber Fisis; Akademi Fisioterapi Surakarta Depkes RI, Surakarta

Trisnowiyanto, Bambang. 2012. Instrumen Pemeriksaan Fisioterapi dan

Penelitian Kesehatan; Cetakan kedua Nuha Medika, Yogyakarta