Upload
peter-ahab
View
260
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PENATAAN RUANG DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN
EKONOMI MASYARAKAT
DI KECAMATAN KUPANG TIMUR
Oleh : Peter Ahab, M.A (Alumni PLOD UGM Angkatan XV)
PENGANTAR
Penataan ruang yang salah akan mengakibatkan tidak terbukanya akses
bagi masyarakat guna menjangkau infrastruktur perekonomian dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan mereka. Demikian pula dengan kemiskinan yang
terjadi pada wilayah desa, yang mana seharusnya wilayah desa adalah merupakan
daerah yang harus dilayaninya atau daerah belakangnya (hinterland) namun
dikarenakan keterbatasan akses yang dimiliki oleh masyarakat desa terhadap
infrastruktur yang ada maka mereka tidak secara total terlayani.
Hal ini juga akan berdampak pada keseimbangan pertumbuhan ekonomi
antar daerah dimana daerah-daerah yang merupakan daerah subur akan lebih maju
dibandingkan dengan daerah-daerah yang minim sumber daya sehingga terjadinya
kesenjangan ekonomi antara daerah yang satu dengan yang lainnya serta turunnya
kelayakan standar hidup.
Kabupaten Kupang yang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi
Nusa Tenggara Timur, dengan luas wilayah daratan seluas 5.898,26 km2 dan
jumlah penduduk sebanyak 355.347 orang yang tersebar pada 29 kecamatan4.
Menurut data BPS Tahun 2004 Kabupaten Kupang masuk dalam kategori wilayah
miskin dengan presentase penduduk miskin sebesar 39,27% atau sebanyak
135.115 orang dari jumlah penduduknya sebanyak 344.008 jiwa5. Sementara itu,
pada tahun 2008, bahkan secara signifikan terjadi peningkatan jumlah penduduk
miskin di kabupaten ini yaitu sebesar 74,57% atau sebanyak 270.551 jiwa dari
jumlah penduduknya sebanyak 362.790 jiwa6. Sedangkan tingkat kehidupan
4 Kepala Bappeda Kabupaten Kupang, Makalah, Pro Poor Planning dan Budgeting di Kabupaten Kupang: Tantangan dan Peluang BPEM
(Bantuan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat), Disampaikan pada Seminar Lokakarya Nasional Seri I: “Rencana Aksi Penanggulangan
Kemiskinan” di Kabupaten Manggarai-Nusa Tenggara Timur, 3-5 September 2007
5 BPS Provinsi NTT, Provinsi Nusa Tenggara Timur Dalam Angka Tahun 2008
6 BPS Kabupaten Kupang, 2007, Kabupaten Kupang Dalam Angka 2007
1
perekonomian di Kabupaten Kupang dalam lima tahun terakhir belum
menunjukan adanya peningkatan, hal ini ditunjukan dengan belum stabilnya
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2004-2007, demikian juga dengan rata-rata
pendapatan per kapita yang masih relatif rendah. Demikian juga yang terjadi pada
sektor pendidikan, kesehatan dan ekonomi belum menunjukkan peningkatan
angka-angka yang menggembirakan.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa Kabupaten Kupang adalah
merupakan salah satu kabupaten dengan tingkat angka kemiskinan yang tinggi,
namun tidak semua dari 29 kecamatan yang ada di Kabupaten Kupang termasuk
dalam kategori miskin, meskipun ada tetapi tidak banyak dibandingkan dengan
jumlah penduduk miskin yang ada di Kecamatan Kupang Timur, dengan jumlah
penduduk miskin sebanyak 28.476 orang dari jumlah penduduk sebanyak 38.969
orang dengan luas wilayah sebesar 160,99 km2 dan tingkat kepadatan penduduk
sebanyak 217 orang/km2. Kecamatan ini termasuk salah satu kecamatan dari 10
kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak dan merupakan salah satu
kecamatan dengan luas lahan persawahan sebesar 4.234 Ha dan hasil produksi
padi per tahun sebesar 15.798,0 ton/tahun, sehingga menjadikan kecamatan ini
sebagai penyumbang hasil pertanian terbesar di Kabupaten Kupang7.
Meskipun sebagai kecamatan lumbung di Kabupaten Kupang tetapi apa
yang dihasilkan oleh kecamatan tersebut tidak dengan serta merta dapat
mengurangi kemiskinan di daerah tersebut, ditambah lagi dengan infrastruktur
yang ada di kecamatan tersebut, seperti sarana kesehatan yang ada di kecamatan
tersebut hanya mempunyai 1 puskemas yang dilayani oleh 3 dokter umum dan 5
puskesmas pembantu, belum lagi dengan sarana penunjang lainnya seperti
pendidikan, listrik, air, jalan dan perumahan.
Sedangkan, PBB menetapkan Human Poverty Index (HPI) yang salah satu
parameternya adalah kelayakan standar hidup (a decent standard of living) yang
diukur berdasarkan kelayakan akses individu terhadap seluruh peluang ekonomi.
Indikator ini diukur berdasarkan presentase jumlah penduduk yang tidak memiliki
7 Ibid
2
akses terhadap air bersih dan presentase jumlah anak-anak yang memiliki berat
badan di bawah usia normal. Digunakannya akses terhadap seluruh kesempatan
ekonomi dan air sebagai indikator adalah cerminan basic need manusia untuk
memiliki kesempatan mendapatkan pengetahuan, kesempatan mendapatkan
pelayanan kesehatan, dan kesempatan hidup yang lebih panjang8. Salah satu cara
untuk mencapai HPI yang memadai ini adalah melalui pembagunan infrastruktur
guna membuka akses bagi pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat.
Demikianlah problematika dari salah satu kecamatan di Kabupaten
Kupang yang juga merupakan salah satu kantong kemiskinan di kabupaten
tersebut, walaupun dengan kondisi alam yang cukup subur untuk pertanian tetapi
masyarakat masih dihadapkan pada pelaksanaan program pembangunan yang
tidak pro poor sehingga mengakibatkan angka kemiskinan pada wilayah tersebut
makin meningkat dari tahun ke tahun.
CARA PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan maksud
untuk memperoleh gambaran yang mendalam tentang penataan ruang dan
implikasinya terhadap peningkatan perekonomian masyarakat di Kecamatan
Kupang Timur. Secara teoritis, metode kualitatif digunakan dengan berbagai
pertimbangan, pertama penyesuaiannya lebih mudah apabila berhadapan dengan
kenyataan ganda, kedua metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan
antara peneliti dan responden dan ketiga metode ini lebih peka dan dapat
menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap
pola-pola nilai yang dihadapi9.
Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah studi kasus (case study),
yakni pendekatan penelitian yang penelaahannya diarahkan kepada suatu kasus
secara intensif mendalam, dan mendetail serta komprehensif. Oleh karena itu
peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun data yang terjadi di lapangan,
mempelajari secara intensif fenomena-fenomena yang telah terjadi dan belum
8 Syahbuddin, Haris; Makalah, Penataan Ruang Wilayah: Perjalanan Panjang Bangsa, Inovasi Online Vol VII/XVIII/Juni 2006
9 Moeloeng, Lexy, J, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosadakarya, Bandung 2001
3
terungkap secara eksplisit, dengan cara menggali sebanyak-banyaknya pendapat
masyarakat yang ada dan dianggap berkompeten dengan masalah yang diteliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. TERBUKANYA AKSES
Kecamatan Kupang Timur yang juga merupakan kawasan Ibukota
Kabupaten Kupang yang baru, berdasarkan hasil kajian dari Universitas Nusa
Cendana Kupang, yang melakukan studi kelayakan calon alternatif Ibukota
Kabupaten Kupang terhadap tiga kawasan yakni Sulamu, Simpang Tiga Oelamasi
dan Oebelo. Dari hasil studi tersebut tim peneliti ini memberikan skoring
berdasarkan keunggulan dan kelemahan masing-masing kawasan, adapun aspek
yang dikaji oleh mereka meliputi aspek sosial ekonomi, aspek sosial politik, aspek
sosial budaya, aspek kependudukan dan aspek hukum, dari kesemua aspek
tersebut yang memiliki skor tertinggi yakni Kawasan Simpang Tiga Oelamasi
yang juga merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Kupang Timur.
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa didalam proses
perencanaan penataan ruang khususnya untuk kawasan Ibukota Kabupaten
Kupang yang baru, kontribusi dari para aktor-aktor politik sangat besar
pengaruhnya, dan kontribusi tersebut dapat sangat mempengaruhi hasil dari
produk hukum penataan ruang, seperti yang diungkapkan10, hal ini yang kemudian
menjelaskan bahwa produk penataan ruang untuk kawasan tersebut bukan saja
merupakan pengalokasian sumber daya akan tetapi juga merupakan dislokasi dari
penggunaan sumber daya yang terbatas tersebut.
Untuk kasus penataan ruang yang terjadi di kecamatan ini, dapat
dijelaskan bahwa penataan ruang tersebut dilakukan guna membangun pusat-pusat
pertumbuhan baru yang akan berdampak terhadap terbukanya akses bagi
masyarakat baik akses terhadap pelayanan pemerintahan untuk memnuhi
kebutuhan dasar mereka, maupun terhadap peningkatan ekonomi masyarakat
10 Lo Cit hal 70
4
tersebut. Namun menurut peneliti akses merupakan alat yang netral, bisa saja
dengan makin terbukanya akses bisa berakibat positif dan negatif.
Akibat negatif dari terbukanya akses pada kecamatan ini bisa dilihat pada
saat pemberian status sebagai kawasan agropolitan oleh Pemerintah Pusat pada
waktu yang lalu, dimana pada saat itu kecamatan ini dijadikan sebagai kawasan
pertumbuhan baru pada bidang pertanian baik itu pertanian lahan basah maupun
pertanian lahan kering. Dengan adanya status tersebut yang kemudian menjadikan
kawasan ini sebagai salah satu daerah tujuan arus urbanisasi dari wilayah-wilayah
disekitarnya, yang selanjutnya berdampak terhadap peningkatan jumlah penduduk
yang hanya terkonsentrasi pada wilayah-wilayah tertentu secara sporadis.
Positifnya adalah dengan makin terbukanya akses maka pelayanan
pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat seperti kesehatan dan
pendidikan dapat dilaksanakan dengan baik. Dari data sarana pendidikan yang ada
pada Kecamatan Kupang Timur untuk tingkat Sekolah dasar (SD) hampir ditiap
desa mempunyai satu SD, sedangkan untuk SMP hanya terdapat tiga SMP dan
untuk SMU berjumlah 4. Sedangkan untuk sarana kesehatan seperti Puskesmas
berjumlah satu dan 10 puskemas pembantu.
Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa penataan ruang yang dilakukan
selama ini di Kecamatan Kupang Timur belum secara maksimal dilaksanakan dari
dokumen perencanaan penataan ruang yang ada belum tergambar dengan jelas
adanya pengalokasian ruang untuk pembangunan sarana dan prasarana penunjang
kebutuhan dasar masyarakat seperti sarana pendidikan dan kesehatan. Sedangkan
untuk pembangunan jalan walaupun telah diatur dalam dokumen perencanaan
penataan ruang tersebut namun pada kenyataannya belum maksimal dapat
dilaksanakan. Sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1. Rencana dan Realisasi Penataan Ruang yang telah dilaksanakan
5
No Rencana Realisasi/Kenyataan1. Kebijakan pemanfaatan
kawasan lindungTelah dilaksanakan tapi masih adanya tumpang tindih antara kawasan hutan lindung dan perkebunan juga masih terdapatnya penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan di dalam kawasan tersebut
2. Kebijakan pemanfaatan kawasan
Belum dapat dilaksanakan karena keterbatasan dana untuk pengembangan Hutan Tanaman Industri, sedangkan untuk pertanian lahan basah tidak dapat dilaksanakan lagi karena terjadinya penurunan ketersediaan lahan olahan secara eksisting
3. Arahan pengembangan kawasan perikanan
Belum dilaksanakan, fasilitas penunjang dalam hal ini dermaga yang ada saat ini hanya digunakan untuk mendukung transportasi laut saja
4. Arahan pengembangan kawasan perindustrian
Sudah ada infrastruktur penunjangnya seperti bangunan untuk pabrik akan tetapi sampai dengan saat ini belum dimanfaatkan karena belum adanya pemilik modal yang berminat untuk berinvestasi
5. Arahan pengembangan kawasan pariwisata
Kawasan pariwisata sudah ada akan tetapi fasilitas penunjang aksesibilitas dan mobilitas belum tersedia
6. Arahan pengembangan kawasan pertambangan
Sudah dilaksanakan akan tetapi baru sebatas bahan galian C sedangkan yang lainnya belum dilaksanakan.
7. Arahan pengembangan sistem transportasi
Belum secara maksimal dilaksanakan terutama pada jalan-jalan yang memungkinkan terjadinya interkoneksi dan transaksi ekonomi antar kecamatan
8. Pengembangan kawasan agropolitan
Belum maksimal dilaksanakan karena infrastruktur penunjang kawasan agropolitan seperti jaringan irigasi, jaringan jalan dan fasilitas perdagangan belum memadai
9. Pengembangan kawasan khusus Ibukota Kabupaten Kupang
Sudah dilaksanakan tetapi baru hanya sebatas pusat pemerintahan sedangkan fasilitas sosial lainnya belum dilaksanakan
Sumber: Hasil Analisis Peneliti terhadap Dokumen Perencanaan Penataan
Ruang Kabupaten Kupang
Sementara itu, kebijakan yang menyangkut pengembangan sarana
transportasi dalam hal ini sarana jalan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
6
Kupang lebih mempertimbangkan kepentingan ekonomi dari pada pembukaan
akses kepada daerah-daerah terpencil sehingga dapat terlayani oleh pemerintah.
Secara historis beberapa desa yang berada dalam wilayah kecamatan ini
merupakan desa-desa yang mempunyai potensi ekonomi tinggi, terlebih hasil
bumi. Pemerintah pada waktu itu membuka jalur-jalur perdagangan yang saling
menghubungkan antara desa-desa sehingga desa-desa tersebut mempunyai nilai
tukar yang lebih tinggi dibandingkan desa-desa lainnya yang kurang bahkan tidak
mempunyai hasil bumi sama sekali.
Menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan, fungsi
jalan dibagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu jalan arteri, kolektor dan lokal, sedangkan
jalan menurut peranannya dibagi atas sistem primer dan sistem sekunder serta
lokal. Di Kecamatan Kupang Timur panjang jalan seluruhnya adalah 286,80 Km,
yang terdiri dari jalan aspal 54,5 Km dan jalan tanah 116,60 Km, jalan kerikil/
perkerasan 115,7 Km.11
Kenyataan di lapangan dan sesuai dengan pengalaman yang dialami oleh
peneliti, bahwa tidak semua desa dapat dijangkau karena kondisi jalan yang
sangat buruk terutama pada musim hujan ditambah lagi dengan tidak adanya jalur
transportasi yang melayani desa-desa tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 2. Nama Ibukota Desa, Jarak ke Ibukota Kecamatan dan Kabupaten
dirinci per Desa
No DesaNama Ibukota
DesaJarak Ibukota Desa ke
Kecamatan Kabupaten1. Oefafi Oefafi 3 282. Tuatuka Tuatuka 8 333. Pukdale Pukdale 9 344. Kel. Oesao Kel. Oesao 3 285. Naibonat Naibonat 5 306. Nunkurus Nunkurus 13 387. Babau Babau 1 268. Merdeka Merdeka 1 259. Tuapukan Tuapukan 2 23
11 Kecamatan Kupang Timur Dalam Angka Tahun 2008
7
No DesaNama Ibukota
DesaJarak Ibukota Desa ke
Kecamatan Kabupaten10. Manusak Manusak 8 3411. Desa Oesao Desa Oesao 6 3212. Oelatimo Oelatimo 15 4513. Tanah Putih Tanah Putih 3 22
Sumber : Kantor Kecamatan Kupang Timur
Hal tersebut yang kemudian menjelaskan bahwa, pembangunan jalan
baik itu pembukaan jalan baru ataupun pemeliharaan yang dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten Kupang di Kecamatan Kupang Timur, maish mengikuti
pola atau jalur-jalur perdagangan yang telah ada sejak zaman Belanda. Sehingga
wilayah-wilayah lainnya yang dulunya tidak atau bukan wilayah yang dilalui oleh
jalur perdagangan tersebut sampai sekarang masih tetap terisolasi dalam artian
bahwa wilayah tersebut memang sudah memiliki sarana jalan (yang dibangun
secara swadaya) akan tetapi dalam kondisi yang tidak layak dan tidak bisa
dijadikan sebagai jalan yang berfungsi sebagai jalur produksi untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi masyarakat di wilayah tersebut.
Data tersebut di atas menggambarkan bahwa dengan tidak terbukanya
akses yakni jalan maka pelayanan yang diberikan oleh pemerintah pun tidak
secara maskimal dapat dirasakan oleh masyarakat. Dengan adanya jalan maka
wilayah yang dulunya terisolasi dapat lebih terbuka sehingga pemerintah dapat
mendekatkan pelayanan kepada masyarakat di wilayah tersebut secara maksimal,
sehingga bukan saja aspek ekonomi yang ikut meningkat melainkan juga
merupakan efek positif bagi pertumbuhan sosial ekonomi pada wilayah tersebut,
maka masalah kemiskinan yang ada di wilayah tersebut dapat dikurangi.
Keterkaitan kemiskinan dengan pendidikan sangat besar karena
pendidikan memberikan kemampuan untuk berkembang dan menambah wawasan
bagi masyarakat lewat penguasaan ilmu dan ketrampilan. Penduduk miskin dalam
konteks pendidikan berkaitan dengan pemberdayaan, partisipasi, demokratisasi
dan kepercayaan diri, sehingga dapat diatasinya kebodohan, keterbelakangan dan
ketertinggalan sosial ekonominya. Dari data pendidikan di atas dapat dijelaskan
bahwa tingkat pendidikan di Kecamatan Kupang Timur masih rendah karena
8
sebaran fasilitas pendidikan yang tidak merata pada setiap desa sehingga
masyarakat cenderung bersekolah hanya sampai pada tingkat sekolah dasar saja
dan enggan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi karena jarak yang
ditempuh dari tempat tinggal mereka ke sekolah tersebut cukup jauh dan mereka
harus menempuhnya dengan berjaan kaki.
Dengan adanya jalan maka efek sosial ekonomi yang dapat dirasakan
oleh masyarakat adalah makin terbukanya akses baik itu untuk hubungan dengan
wilayah sekitarnya maupun dengan pusat-pusat pemerintahan dan makin
tingginya nilai lahan yang ada dalam wilayah tersebut, serta adanya
perkembangan positif dari dinamika kehidupan sosial ekonomi masyarakat pada
wilayah tersebut, yakni semakin terbukanya peluang untuk mencari pekerjaan
pada wilayah-wilayah sekitarnya dan tidak menutup kemungkinan masuknya
modal dari luar untuk berusaha pada wilayah tersebut.
B. NILAI LAHAN
Dengan adanya pembangunan terhadap suatu wilayah tertentu maka
akses terhadap wilayah tersebut akan makin terbuka maka dengan sendiri lahan
yang dulunya belum mempunyai nilai ekonomi akan mempunyai nilai ekonomi
karena perubahan tersebut, maka dari itu dapat disimpulkan bahwa tinggi
rendahnya nilai lahan dapat ditentukan dari ada tidaknya akses terhadap lahan
tersebut dan juga perkembangan dari wilayah tersebut. Hal yang demikian juga
terjadi di Kecamatan Kupang Timur, pada masa yang lalu sebelum ditetapkan
sebagai Ibukota Kabupaten Kupang yang baru, berdasarkan hasil wawancara
dengan masyarakat di Kecamatan Kupang Timur dan cross check data di kantor
Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Kupang nilai lahan pada kecamatan
tersebut berkisar antara Rp. 10.000 – Rp. 15.000/meter untuk lahan yang berada
dipinggir maupun dekat dengan jalan provinsi sedangkan untuk yang berada dekat
dengan jalan kabupaten seharga Rp. Rp. 10.000/meter.
Untuk keadaan sekarang setelah ditetapkannya kecamatan tersebut
sebagai Ibukota Kabupaten Kupang yang baru, telah terjadi peningkatan nilai
harga lahan dari harga sebelumnya terutama pada lokasi akan dibangunnya pusat
9
pemerintahan (civic center) yaitu sekitar Rp. 20.000 – Rp. 25.000/meter,
sedangkan untuk harga lahan yang berada jauh dari kawasan civic center tersebut
belum mengalami perubahan, perubahan nilai lahan ini bisa dikatakan sebagai
akibat dari adanya pembangunan pusat pertumbuhan baru di kawasan tersebut.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Daftar Harga Lahan Sebelum dan Sesudah Pemindahan Ibukota
Kabupaten Kupang ke Kecamatan Kupang Timur
Kelas Lahan
DiskripsiHarga/Meter
Persentase (%)
Sebelum (Rp)
Sesudah (Rp)
I Berada dipinggir jalan provinsi, infrastruktur listrik, air, telepon dan fasilitas sosial lainnya serta lahan-lahan produktif seperti sawah dan kebun
10.000 s/d 15.000
20.000 s/d 25.000
60
II Berada dipinggir jalan kabupaten
7.000 s/d 10.000
15.000 s/d 18.000
55,6
III Berada 500 meter dari jalan kabupaten dan didalam pemukiman penduduk
5.000 s/d 7.000
Tidak terjadi kenaikan
-
IV Tegalan tidak subur, jauh dari jalan raya (+ 500-1000 meter) dan jauh dari pusat pemukiman penduduk
3.000 Idem -
Sumber: Hasil wawancara dan cross check di BPN Kabupaten Kupang
Adanya pembangunan pusat pertumbuhan baru pada kawasan ini
mempunyai akibat langsung terhadap nilai lahan di kawasan tersebut. Perubahan
nilai lahan sebagai akibat dari pembangunan tersebut bisa mempunyai dampak
yang negatif maupun positif. Dampak positifnya adalah lahan-lahan yang dulunya
tidak jelas penggunaannya setelah adanya pembangunan menjadikan lahan
tersebut sebagai lahan produktif yang akan menaikan nilai lahan tersebut,
sedangkan negatifnya adalah dengan makin tingginya nilai lahan mengakibatkan
adanya erosi komitmen dari para petani yang berada di sekitar kawasan civic
10
center tersebut, maka yang dulunya lahan tersebut merupakan lahan-lahan
pertanian beralih fungsi untuk kegunaan yang lain diluar bidang pertanian seperti
perumahan dan jasa lainnya.
Keadaan seperti ini sebenarnya telah diantisipasi oleh Pemerintah
Kabupaten Kupang dengan mengeluarkan rancangan peraturan daerah yang
mengatur tentang pengalih fungsiaan lahan-lahan pertanian untuk fungsi yang
lain, maksud dari rancangan perda ini adalah untuk melarang masyarakat agar
tidak menjual lahan-lahan pertanian mereka untuk kegunaan di luar bidang
pertanian sehingga tidak terjadinya proses pemiskinan yang diakibatkan oleh
pembangunan yang dilaksanakan pada wilayah tersebut. Namun, kenyataannya
sampai dengan sekarang rancangan peraturan daerah tersebut masih tetap menjadi
sebuah rancangan dengan tujuan yang mulia dan belum dapat dilegalkan juga
dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Kupang. Tanpa peraturan tersebut
sebenarnya pemerintah masih mempunyai kuasa untuk mengatur alih fungsi lahan
tersebut melalui BPN yang mengeluarkan izin prinsip alih fungsi lahan pertanian,
akan tetapi setelah dikonfirmasikan ke lembaga tersebut sampai dengan sekarang
sesuai dengan keadaan di lapangan bahwa sebagian besar penduduk yang menjual
lahan pertanian atau melakukan alih fungsi lahan pertanian ke fugnsi yang lainnya
tidak pernah melaporkan kepada BPN sehingga lembaga inipun kesulitan untuk
mendata kenyataan yang terjadi di lapangan.
C. DINAMIKA PENGGUNAAN LAHAN
Untuk kasus Kecamatan Kupang Timur, setelah dimekarkan dengan
maksud untuk mendekatkan pelayanan menjadi tiga kecamatan yakni Kecamatan
Kupang Timur, Amabi Oefeto Timur dan Amabi Oefeto, maka rencana tata ruang
yang sebelumnya telah dibuat mengalami perubahan karena pemekaran tersebut.
Sebagai salah satu kawasan sentra pertanian, kecamatan ini juga merupakan
kawasan agropolitan, maka dari itu penggunaan lahan untuk lahan-lahan pertanian
seharusnya tidak boleh dikonversikan. Namun kenyataan di lapangan berkata
sebaliknya, seperti apa yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4. Evaluasi Penyimpangan Penutupan Lahan di Kabupaten Kupang
11
No Uraian PemanfaatanLuas Tutupan Lahan (Ha)
Rencana Realisasi Deviasi1. Sawah 67,68 58,59 -8,782. Permukiman 42,46 44,61 2,153. Tegalan ladang 141,94 327,24 185,304. Padang rumput 1.229,67 204,59 -1.095,085. Tambak, kolam, rawa 34,35 94,90 60,556. Hutan 3.353,66 4.322,60 968,947. Perkebunan 116,12 133,70 17,588. Lain-lain 132,86 2,20 -130,66
Jumlah 5.188,74 5.188,74 -Sumber : Bappeda Kabupaten Kupang
Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa terdapat sejumlah arahan
rencana yang mengalami deviasi dalam implementasinya, walaupun deviasi
tersebut kecil, namun telah terjadi beberapa pergeseran yang membawa dampak
besar antara lain perluasan kawasan permukiman pada daerah potensial pertanian
di Kecamatan Kupang Timur pada wilayah Oesao, Naibonat, Noekele dan
Pukdale yang adalah merupakan kawasan agropolitan dan juga telah terjadi
perluasan kawasan permukiman di daerah sekitar hutan lindung pada Kecamatan
Kupang Timur.
Luasan peruntukan lahan pada tiap kecamatan telah diatur berdasarkan
rencana tata ruang wilayah yang pernah dibuat, luasan peruntukan lahan ini dibagi
menjadi beberapa jenis peruntukan seperti permukiman, hutan, hutan bakau,
belukar, kebun, ladang/tegalan, rumput/tanah kosong, sawah irigasi, sawah tadah
hujan, rawa-rawa, tambak garam dan area terisi air/laut/sungai. Untuk Kecamatan
Kupang Timur dengan total luas lahan yang digunakan seluas 650,66 Km2, maka
luasan penggunaan lahan untuk permukiman seuas 83,90 Km2, hutan 12,30 Km2,
hutan bakau 2,72 Km2, belukar 419,59 Km2, kebun 5,15 Km2, ladang/tegalan
44,38 Km2, rumput/tanah kosong 34,91 Km2, sawah irigasi 0,63 Km2, sawah
tadah hujan 24,92 Km2, rawa-rawa 19,04 Km2, tambak garam 0,88 Km2, area
terisi air/laut/sungai 2,24 Km2.
Dari data total luas penggunaan lahan di Kecamatan Kupang Timur
dapat dilihat bahwa penggunaan lahan untuk permukiman masih mendominasi
12
wilayah tersebut, sedangkan penggunaan lahan untuk pertanian dalam hal ini
sawah irigasi dan sawah tadah hujan masih belum maksimal digunakan, hal ini
yang kemudian menjadi sangat kontras dengan statusnya sebagai kawasan
agropolitan yang produk unggulannya adalah padi. Sedangkan lahan yang masih
dapat dimanfaatkan untuk pembukaan lahan-lahan pertanian baru masih cukup
banyak.
Fenomena yang menarik dari perencanaan penataan ruang di Kecamatan
Kupang Timur ini bukan hanya sekedar sebagai kawasan agropolitan dan calon
ibukota kabupaten saja, akan tetapi dalam dokumen rencana tata ruang dinyatakan
bahwa proyeksi perkembangan luas lahan produksi padi sawah pada tahun 2002
untuk kecamatan ini dengan luas panen padi seluas 3.625,00 Ha dan luas yang
tersedia 399,63 Ha dengan selisih -3.225,37 Ha, sedangkan untuk tahun 2009
sapai dengan 2014 tidak bisa, dalam artian bahwa sebagai kecamatan penghasil
padi sawah dominan eksisting teridentifikasi menggunakan lahan persawahan
yang overlapping terhadap arahan kesesuaian peruntukannya, sehingga
direkomendasikan untuk digunakan sebagai lahan budidaya wana tani karena
untuk budidaya padi sawah jauh lebih kecil dari peruntukan eksisting.
Wilayah Kecamatan Kupang Timur yang nantinya akan dijadikan
sebagai calon ibukota kabupaten yang baru pada lokasi Oelamasi akan dibangun
pusat pemerintahan (civic center), berada pada Kelurahan Naibonat yang juga
merupakan salah satu wilayah dalam Kecamatan Kupang Timur yang termasuk
dalam kawasan agropolitan. Maka dari itu, dengan selesai dibangunnya ibukota
kabupaten yang baru maka lokasi tersebut bukan saja berhimpitan dengan
kawasan agropolitan melainkan termasuk didalam kawasan tersebut.
Dengan dibangunnya civic center dalam kawasan agropolitan, tentunya
penataan ruang yang berkaitan dengan penggunaan lahan perlu dikaji ulang untuk
mengantisipasi berbagai permasalahan yang nantinya akan muncul seiring dengan
berkembangnya wilayah tersebut menjadi pusat pemerintahan baru.
D. TEKANAN PENDUDUK
13
Kecamatan Kupang Timur merupakan kecamatan yang majemuk dan
bercirikan masyarakat urban karena secara historis telah terjadinya arus migrasi
secara besar-besaran yang dipromotori oleh Pemerintah Belanda pada waktu itu
kedalam wilayah tersebut, sehingga menjadikan wilayah tersebut sebagai salah
satu wilayah yang cukup berkembang pada waktu itu terutama sebagai basis
pertahanan Pemerintah Belanda dari serangan Raja-raja di pedalaman Timor dan
juga sebagai lumbung yang menyediakan bahan makanan dan tenaga kerja bagi
Pemerintah Belanda yang berpusat di Kupang.
Menurut data statistik, Kecamatan Kupang Timur merupakan kecamatan
yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak di Kabupaten Kupang dengan
tingkat kepadatan yang tinggi juga. Peningkatan jumlah penduduk yang terjadi
pada kecamatan ini disebabkan karena banyak faktor, salah satunya adalah apabila
dibandingkan dengan kecamatan lainnya yang ada di dalam wilayah Kabupaten
Kupang, Kecamatan Kupang Timur merupakan salah satu wilayah kecamatan
yang cukup berkembang terutama di bidang pertanian secara umum, sehingga hal
ini menjadi salah satu faktor penarik bagi penduduk dari tempat lain untuk pindah
dan menetap di kecamatan tersebut.
Arus perpindahan yang masuk ke dalam wilayah kecamatan ini, bisa
mempunyai dampak yang positif dan sekaligus negatif. Dampak positif yang
timbul karena arus migrasi ini adalah salah satu penyeimbang ketimpangan
ekonomi wilayah karena penduduk dalam hal ini dianggap sebagai sumber daya
manusia dengan kemampuan produksi yang cukup. Sedangkan dampak negatifnya
adalah dengan makin banyaknya penduduk pada satu wilayah maka permintaan
akan lahan akan semakin meningkat karena lahan atau ruang tidak bertambah
sedangkan yang bertambah adalah kegiatan penduduk yang mendiaminya.
Pada kenyataannya dampak negatif dari migrasi inilah yang sering
muncul dan juga sekaligus menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat sehari-
hari. Dari dampak tersebut masalah yang sering muncul adalah masalah
kemiskinan yang kemudian mejadikan wilayah tersebut sebagai kantong-kantong
penduduk miskin. Masalah semacam ini juga terjadi di Kecamatan Kupang Timur
14
sehingga menjadikan kecamatan ini sebagai salah satu kantong kemiskinan
terbesar yang ada di dalam wilayah Kabupaten Kupang.
Dengan jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 sebanyak 28.476
orang dari jumlah penduduk sebanyak 33.771 orang12, data ini menjadi sangat
fenomatik karena kecamatan ini juga sebagai kecamatan penyumbang terbesar
produk hasil pertanian, maka dapat dikatakan bahwa kecamatan ini adalah
wilayah sentra pertanian dengan angka kemiskinan yang tinggi.
Data kemiskinan di atas menggambarkan bahwa telah adanya fenomena
kemiskinan pada daerah sentra pertanian, dengan jumlah penduduk miskin hampir
84% dari jumlah penduduk yang ada di kecamatan tersebut, yang kemudian dapat
dijelaskan bahwa adanya pemisahan pendekatan pembangunan antara kawasan
perdesaan dan perkotaan, hal ini yang kemudian mengakibatkan terjadinya urban
bias. Douglas13, berpendapat bahwa urban bias adalah pengembangan kawasan
pedesaan yang pada awalnya ditujukan untuk meningkatkan kawasan
kesejahteraan masyarakat pedesaan malah berakibat sebaliknya, yaitu tersedotnya
potensi pedesaan ke perkotaan baik itu dari sisi sumber daya manusia, alam
bahkan modal.
Tekanan penduduk yang berlebih pada kecamatan ini, menyebabkan
penyebaran penduduk terjadi secara sporadis dalam artian bahwa terjadinya
konsentrasi-konsentrasi penduduk dengan tingkat kepadatan yang tingga pada
wilayah-wilayah tertentu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-tabel
berikut :
Tabel 5. Banyaknya Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk
dirinci per Desa Tahun 2007
No DesaJumlah
PendudukLuas Daerah
(Km2)Kepadatan
per Km2
1. Oefafi 1.830 15,37 1192. Tuatuka 2.593 14,81 175
12 Kecamatan Kupang Timur Dalam Angka Tahun 2008
13 Douglas (1986) dalam Huri, Daman, dkk., Demokrasi dan Kemiskinan, Program Sekolah Demokrasi PlaCIDS (Public Policy Analysis
and Community Development Studies) Averroes Malang, 2008
15
No DesaJumlah
PendudukLuas Daerah
(Km2)Kepadatan
per Km2
3. Pukdale 3.033 9,38 3234. Kel. Oesao 3.826 11,22 3415. Naibonat 6.388 22,47 2846. Nunkurus 1.671 30,10 567. Babau 4.318 14,91 2908. Merdeka 2.718 10,50 2599. Tuapukan 2.634 3,06 86110. Manusak 1.464 9,38 15611. Desa Oesao 1.083 10,00 10812. Oelatimo 1.302 20,24 6413. Tanah Putih 911 6,19 147
Jumlah 33.771 177,63 190Sumber : Kantor Kecamatan Kupang Timur
Tabel 6. Jumlah Rumah Tangga dan Anggota Rumah Tangga Miskin dirinci
menurut Desa/Kelurahan Tahun 2007
No DesaJumlah RT
MiskinJumlah ART
Miskin1. Oefafi 263 1.1972. Tuatuka 380 1.6633. Pukdale 294 1.2644. Kel. Oesao 854 3.5935. Naibonat 1.493 7.1186. Nunkurus 409 1.7097. Babau 554 2.4648. Merdeka 375 1.5749. Tuapukan 951 3.93210. Manusak 184 98511. Desa Oesao 208 90812. Oelatimo 210 95213. Tanah Putih 286 1.117
Jumlah 6.461 28.476Sumber : Kantor Kecamatan Kupang Timur
Dari data tersebut di atas tergambar jelas bahwa desa-desa dengan
jumlah penduduk yang banyak dan tingkat kepadatan yang tinggi mempunyai
jumlah penduduk miskin yang banyak juga. Desa-desa dalam wilayah Kecamatan
Kupang Timur dengan jumlah penduduk yang banyak merupakan desa-desa yang
memang secara spatial lebih aksesibel sehingga memudahkan mobilitas keluar
16
masuknya penduduk ke dalam wilayah-wilayah tersebut. Hal ini yang kemudian
menjelaskan bahwa adanya korelasi antara tekanan penduduk dan kemiskinan,
karena penduduk yang masuk kedalam wilayah tersebut tidak semuanya memiliki
skill yang memadai lebih banyak dari mereka unskill, sehingga mereka kesulitan
untuk mengakses pekerjaan yang lebih baik pada sektor pertanian yang memang
merupakan sektor unggulan wilayah tersebut.
Banyak faktor yang bisa menjelaskan mengapa terjadinya migrasi dari
satu desa ke desa lainnya di dalam wilayah Kecamatan Kupang Timur.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan masyarakat dinyatakan bahwa pada
sekitar tahun 1960-1970an14, masyarakat Kecamatan Kupang Timur terutama
yang mempunyai sawah yang luas selalu memakai jasa tenaga para penduduk dari
desa-desa maupun kecamatan lain untuk membantu mengelola sawah, mulai dari
menanam sampai dengan panen, tenaga penduduk yang digunakan ini selain
dibayar mereka juga dibuatkan lak15 untuk tempat tinggal mereka dalam artian
mereka tinggal hanya sementara selama musim tanam sampai dengan panen dan
setelah itu mereka boleh kembali ke tempat mereka masing-masing, akan tetapi
ada sebagian dari mereka yang tidak kembali lagi ke desa mereka melainkan tetap
tinggal dan mencoba mencari pekerjaan agar dapat bertahan hidup di wilayah
yang baru tersebut.
Awalnya orang-orang yang tinggal ini hanya sendiri, bekerja secara
serabutan sesuai dengan kemampuan yang dimiliknya. Namun, setelah orang
tersebut kembali dari tempat asalnya, sudah bisa dipastikan bahwa diat tidak akan
datang sendiri lagi melainkan bersama-sama dengan kerabatnya yang lain, dengan
tujuan untuk mencari pekrjaan yang lebih layak karena menurut mereka peluang
untuk hidup lebih baik ada di tempat dimana mereka bekerja. Selain faktor
tersebut, faktor lainnya adalah mereka lebih senang tinggal di tempat yang lebih
mudah mengakses pelayanan, terutama pendidikan dan kesehatan.
14 Kebiasaan menyewa tenaga dari desa-desa maupun kecamatan sekitar bagi keluarga-keluarga tertentu yang mempunyai lahan sawah luas
masih terus dipertahankan sampai dengan sekarang dan biasanya sistem pembayaran jasa ini bukan menggunakan uang tetapi dibayar
dengan padi yang dipanen tersebut. Biasanya orang-orang yang membantu ini dalam istilah setempat disebut dengan nama Orang Koru
15 Lak istilah setempat untuk rumah yang dibangun untuk pemakaian secara sementara
17
Hal ini yang kemudian menjelaskan, bahwa adanya arus migrasi dari
desa-desa di dalam wilayah Kecamatan Kupang Timur ke dalam wilayah desa-
desa lainnya yang lebih maju dalam hal pembangunannya baik itu secara ekonomi
maupun sosial disebabkan oleh faktor-faktor tersebut, namun migrasi ini yang
kemudian secara perlahan-lahan menimbulkan masalah sosial baru yakni
kemiskinan di wilayah tersebut karena kebanyakan dari para migran yang datang
tidak memiliki kemampuan yang memadai sehingga mereka hanya bekerja
sebagai buruh pertanian yang mana secara ekonomis pengghasilan mereka tidak
cukup untuk memberikan kehidupan yang lebih layak bagi mereka.
Kenyataan-kenyataan seperti ini yang harus diantisipasi oleh pemerintah
daerah agar dalam melaksanakan pembangunan tidak hanya pada daerah-daerah
yang mempunyai potensi ekonomi lebih besar saja akan tetapi daerah-daerah yang
kurang mempunyai potensi ekonomi diabaikan. Perlu adanya pemerataan
pembangunan baik itu pembangunan di bidang ekonomi maupun bidang sosial
sehingga dapat mengurangi jumlah angka kemiskinan dan sekaligus dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, yang juga sekaligus mengurangi
kesenjangan pembangunan antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya,
sehingga tekanan penduduk terhadap daerah-daerah yang menjadi sasaran migrasi
dapat dikurangi karena pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah juga
dirasakan oleh daerah-daerah yang tidak aksesibel tersebut.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penataan ruang adalah salah satu bentuk kebijakan politik pemerintah
yang dilaksanakan untuk menata wilayah dan ruang-ruang di dalamnya guna
pemerataan penggunaan sumber daya terbatas seperti lahan dan air serta juga
berfungsi sebagai pemerataan pelayanan pemerintah kepada masyarakat.
Terlepas dari fungsi tersebut, penelitian tentang penataan ruang di Kecamatan
Kupang Timur ini memperlihatkan beberapa catatan penting, baik itu dalam
proses penyusunan sampai dengan pelaksanaan dan implikasinya terhadap
peningkatan ekonomi masyarakat di kecamatan tersebut, sebagai berikut :
18
1. Mengacu pada proses penyusunannya, maka kebijakan penataan ruang ini
dalam proses penyusunannya mendapatkan tekanan dari aktor-aktor politik
maupun ekonomi sehingga menjadikan kebijakan ini lebih didominasi
oleh kedua faktor tersebut, walaupun kedua faktor ini juga merupakan
faktor yang menentukan dari faktor-faktor lainnya dalam proses
penyusunan perencanaan penataan ruang, namun penetrasi yang berlebih
dari kedua faktor ini yang kemudian menjadikan kebijakan penataan ruang
ini sarat akan kepentingan, maka dari itu tujuan yang hendak dicapai yaitu
pengalokasian sumber daya dan pemerataan pembangunan bagi seluruh
masyarakat belum secara maksimal dapat dicapai melainkan yang
tergambar adalah proses disalokasi dan proses pemiskinan dari
pembangunan yang dilaksanakan selama ini;
2. Sedangkan mengacu pada pelaksanaannya, sesuai dengan fakta riil di
lapangan bahwa hampir sebagian besar perencanaan penataan ruang yang
telah dituangkan dalam dokumen penataan ruang tidak dapat dilaksanakan,
dalam artian selalu saja terjadi penyimpangan dari apa yang telah
direncanakan sebelumnya. Hal ini yang kemudian menjelaskan bahwa
pemerintah daerah belum mampu melakukan fungsinya sebagai pelayan
masyarakat secara maksimal dan juga lembaga yang mempunyai fungsi
sebagai lembaga pengawas penggunaan ruang pun tidak dapat berbuat
banyak terhadap penyimpangan yang terjadi tersebut, sekecil apapun
penyimpangan penggunaan ruang atau lahan dari yang sudah direncanakan
dalam dokumen perencanaan penataan ruang akan mempunyai dampak
yang sangat besar pada masa yang akan datang karena salah satu tolak
ukur penggunaan ruang adalah tingkat pertumbuhan penduduk yang
semakin hari semakin bertambah banyak sedangkan ruang/lahan tidak
bertambah seiring dengan semakin banyaknya kegiatan dari penduduk
yang semakin padat tersebut.
3. Penataan ruang yang dilaksanakan dapat berimplikasi langsung terhadap
kehidupan masyarakat yakni dengan tertatanya ruang dengan baik dan
19
sesuai dengan yang direncanakan maka akan semakin terbukanya akses
sehingga masyarakat dapat dengan mudah menjangkau pusat-pusat
perekonomian yang ada, namun dengan makin terbukanya akses tersebut
tidak dapat langsung dikatakan bahwa hal tersebut dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat akan tetapi akses adalah merupakan sesuatu hal
yang sangat netral sehingga dengan makin terbukanya akses dapat
mengakibatkan terjadinya kehilangan komitmen dari para petani untuk
terus bertani karena nilai lahan akan cenderung meningkat.
4. Masih banyak hal yang belum dijangkau oleh penataan ruang salah
satunya adalah kemiskinan, justru kebalikan penataan ruang bisa juga
menjadi salah satu penyebab kemiskinan pada wilayah ini, karena selama
ini masyarakat hanya dilihat sebagai satu kesatuan yang menempati ruang
tanpa dilihat adanya kemampuan produksi dari masyarakat tersebut, maka
dari itu penataan ruang dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk
memberantas kemiskinan (one step to poverty eradication by pro poor
spatial planning)
B. SARAN
Merujuk pada fakta-fakta lapangan dan hasil temuan penelitian ini,
maka dalam rangka perbaikan penataan ruang, disarankan beberapa hal
sebagai berikut :
1. Penataan ruang dapat mengentaskan kemiskinan melalui peranan serta
masyarakat secara aktif dalam prosesnya, sehingga pembangunan yang
dilakukan memang betul-betul dibutuhkan oleh masyarakat dan
meningkatkan kesejahteraan mereka;
2. Untuk menyelesaikan kemiskinan yang ada di Kecamatan Kupang bisa
dilakukan dengan cara melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan
karena hanya mereka yang paling paham dengan kondisi dan keadaan
mereka;
20
3. Pemerintah Kabupaten Kupang harus mempunyai itikad baik dengan
membentuk Focus Group Discussion (FGD) yang tersebar disemua desa
sehingga aspirasi masyarakat tersebut dapat tertampung melalui FGD-
FGD ini;
4. Logika pembangunan infrastruktur baik itu jalan ataupun fasilitas-fasilitas
sosial lainnya kiranya tidak hanya menggunakan logika ekonomi saja
melainkan penggabungan antara logika ekonomi dan pelayanan sehingga
dapat menyelesaikan masalah kemiskinan yang telah lama diderita oleh
masyarakat pada wilayah tersebut;
5. Untuk mengantisipasi terjadinya penyimpangan pelaksanaan penataan
ruang maka Pemerintah Kabupaten Kupang harus membuat peraturan
daerah yang mengikat beserta dengan sangsi terhadap pelanggaran dari
pelaksanaan penataan ruang tersebut sehingga dapat meminimalisir
penyimpangan yang akan terjadi dikemudian hari.
21
DAFTAR PUSTAKA
Kepala Bappeda Kabupaten Kupang, Makalah, Pro Poor Planning dan
Budgeting di Kabupaten Kupang: Tantangan dan Peluang BPEM
(Bantuan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat), Disampaikan pada
Seminar Lokakarya Nasional Seri I: “Rencana Aksi Penanggulangan
Kemiskinan” di Kabupaten Manggarai-Nusa Tenggara Timur, 3-5
September 2007;
BPS Provinsi NTT, Provinsi Nusa Tenggara Timur Dalam Angka Tahun 2008;
BPS Kabupaten Kupang, 2007, Kabupaten Kupang Dalam Angka 2007;
Syahbuddin, Haris; Makalah, Penataan Ruang Wilayah: Perjalanan Panjang
Bangsa, Inovasi Online Vol VII/XVIII/Juni 2006;
Moeloeng, Lexy, J, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosadakarya,
Bandung 2001;
Kecamatan Kupang Timur Dalam Angka Tahun 2008;
Review Rencana Umum Tata Ruang Zona I Kabupaten Kupang (Daratan Timor);
Kecamatan Kupang Timur Dalam Angka Tahun 2008;
Huri, Daman, dkk., Demokrasi dan Kemiskinan, Program Sekolah Demokrasi
PlaCIDS (Public Policy Analysis and Community Development
Studies) Averroes Malang, 2008.
22