Upload
devis-rachmawan
View
104
Download
15
Embed Size (px)
DESCRIPTION
studi kasus di Sungai sekonyer
Citation preview
KATA PENGANTAR
Dalam usaha mengembangkan potensi yang kami miliki dengan
mengeluarkan ide sederhana dan mencurahkan sebuah gagasan ilmiah untuk
kepentingan masyarakat. Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatnya yang selalu menaungi kami
mulai dari awal membuat makalah ini sampai rampungnya.
Keterbatasan ilmu, wawasan dan pengalaman yang kami miliki tidak
menjadi suatu hambatan. Timbulnya berbagai masalah yang dihadapi
masyarakat mendorong kami untuk mencetuskan gagasan ini. Mengkaji lebih
dalam masalah yang terjadi dengan mencari latar belakang dan mengerti makna
apa yang didapat didalamnya.
Memandang kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang
menimbulkan alam marah dengan berbagai kekesalannya. Banyak terjadi
bencana alam yang sering kali masyarakat hanya dapat mengerutu atasnya dan
tidak menyadari kesalahan apa yang telah mereka perbuat terhadap lingkungan.
Pro dan kontra terjadi serta kontroversi pun semakin meningkat.
Tiada gading yang tidak retak, menyadari dalam penulisan makalah ini
baik dari segi materi maupun redaksi tentu ada kekurangan kami menerima
saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi terciptanya sebuah karya yang
lebih baik lagi dihari mendatang.
Kami hanya dapat berdoa dengan harapan buah pikir yang telah kami
telurkan dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Bogor, 1 October 2011
Penulis
PERTAMBANGAN ILEGAL SUMBER PENCEMARAN SUNGAI
(Kasus pencemaran Sungai Sekonyer, Kotawaringin Barat
Kalimantan Tengah)
Oleh
Devis Rachmawan Uni Konservasi Fauna IPB, Divisi Konservasi Primata, Angkatan 0 (Nol)
PENDAHULUAN
Sungai adalah bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari
tanah di sekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke laut,
danau, rawa atau ke sungai yang lain. Sumber dari air yang mengalir di sungai
dapat berasal dari hujan, mata air ataupun salju. Sungai memiliki fungsi yang
sangat penting dalam siklus kehidupan, tidak hanya untuk manusia tetapi seluruh
mahluk hidup yang memerlukan sumber air sungai dalam kelangsungan
hidupnya. Beberapa fungsi penting dari sungai ialah sebagai sumber air minum,
jalur transportasi, pengatur sistem hidrologi dan lainnya.
Sebagian besar sungai yang mengalir di kota maju kondisinya sangat
memprihatinkan bahkan sangat sulit air di sungai untuk dijadikan sumber air yang
bisa dimanfaatkan untuk diminum. Sungai diperkotaan tak ubahnya hanya
sebagai tempat pembuangan akhir untuk limbah rumah tangga ataupun limbah
industri. Tidak hanya itu sebagian fisik sungai (lahan di pingiran sungai) berubah
fungsinya menjadi lahan perumahan dan fungsi lainnya, hal ini menjadi
penyebab tanah di sepanjang sungai mudah longsor. Berbeda dengan kondisi
sungai yang alirannya berada di tengah perkotaan dan pemukinan manusia yang
padat. Sungai-sungai yang mengalir di kawasan hutan dan pegunungan memiliki
kondisi yang lebih baik, walaupun ada sebagian sungai tersebut telah tercemar
dengan adanya pertambangan salah satunya contohnya Sungai Sekonyer yang
berada di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
Sungai Sekonyer atau disebut juga Sei Sekonyer merupakan sungai yang
berbatasan langsung dengan Taman Nasional Tanjung Puting di bagian hulu
sebagai salah satu sungai terpenting. Sei Sekonyer merupakan sungai utama
yang dipakai sebagai jalur wisata air menuju pusat konservasi orangutan Camp
Leaky, sarana transportasi, dan merupakan sumber untuk mencari nafkah sehari-
hari bagi masyarakat yang hidup di sepanjang aliran sungai untuk menangkap
ikan dan udang, serta dipakai sebagai sarana MCK (mandi, cuci dan kakus) bagi
masyarakat Desa Tanjung Harapan dan masyarakat pertambangan di Natai
Tengah.
Pada akhir tahun 1996 telah terjadi pencemaran berat dan disebabkan
oleh limbah industri yang mengandung polutan di atas ambang batas baku mutu
limbah cair.
LANDASAN TEORI
Jika dilihat secara fisik, sungai dibagi kedalam 3 bagian yaitu bagian hulu,
bagian tengah dan bagian hilir. Bagian-bagian sungai tersebut memiliki ciri,
diantaranya:
a. Bagian Hulu. Bagian hulu memiliki ciri-ciri: arusnya deras, daya erosinya
besar, arah erosinya (terutama bagian dasar sungai) vertikal. Palung sungai
berbentuk V dan lerengnya cembung (convecs), kadang-kadang terdapat air
terjun atau jeram dan tidak terjadi pengendapan.
b. Bagian Tengah. Bagian tengah mempunyai ciri-ciri: arusnya tidak begitu
deras, daya erosinya mulai berkurang, arah erosi ke bagian dasar dan
samping (vertikal dan horizontal), palung sungai berbentuk U (konkaf), mulai
terjadi pengendapan (sedimentasi) dan sering terjadi meander yaitu kelokan
sungai yang mencapai 180° atau lebih.
c. Bagian Hilir. Bagian hilir memiliki ciri-ciri: arusnya tenang, daya erosi kecil
dengan arah ke samping (horizontal), banyak terjadi pengendapan, di bagian
muara kadang-kadang terjadi delta serta palungnya lebar.
Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan menjadi tiga macam yaitu: sungai
hujan, sungai gletser dan sungai campuran.
a. Sungai Hujan, adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber
mata air. Contohnya adalah sungai-sungai yang ada di pulau Jawa dan Nusa
Tenggara.
b. Sungai Gletser, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es. Contoh
sungai yang airnya benar-benar murni berasal dari pencairan es saja (ansich)
boleh dikatakan tidak ada, namun pada bagian hulu sungai Gangga di India
(yang berhulu di Peg. Himalaya) dan hulu sungai Phein di Jerman (yang
berhulu di Pegunungan Alpen) dapat dikatakan sebagai contoh jenis sungai
ini.
c. Sungai Campuran, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es
(gletser), dari hujan, dan dari sumber mata air. Contoh sungai jenis ini adalah
sungai Digul dan sungai Mamberamo di Papua (Irian Jaya).
Berdasarkan debit airnya (volume airnya), sungai dibedakan menjadi 4
macam yaitu sungai permanen, sungai periodik, sungai episodik, dan sungai
ephemeral.
a. Sungai Permanen, adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif
tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan
Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
b. Sungai Periodik, adalah sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak,
sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak
terdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di
Jawa Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa
Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.
c. Sungai Episodik, adalah sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan
pada musim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai
Kalada di pulau Sumba.
d. Sungai Ephemeral, adalah sungai yang ada airnya hanya pada saat musim
hujan. Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik,
hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.
Pencemaran air atau polusi air adalah masuk atau dimasukannya mahluk
hidup, zat, energi dan komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan
komposit air oleh kegiatan manusia proses alam sehingga kualitas air turun
sampai pada tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau tidak
dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya SK Menteri KLH No.
02/MKLH/1988). Pencemaran air dapat berasal dari berbagai sumber
pencemaran, antara lain:
1. Industri
Pabrik industri mengeluarkan limbah yang dapat mencemari ekosistem air,
pembuangan limbah industri ke sungai-sungai dapat menyebabkan merubahnya
susunan kimia, bakteriologi, dan fisik air. Polutan yang dihasilkan oleh pabrik
dapat berupa:
a. Logam berat: timbal, merkuri, tembaga, seng dan lain-lain.
b. Panas: Air yang tinggi temperaturnya sulit menyerap oksigen yang pada
akhirnya akan mematikan.
2. Limbah rumah tangga
Dari rumah tangga dapat dihasilkan berbagai macam zat organik dan
anorganik yang dialirkan melalui selokan-selokan dan akhirnya bermuara di
sungai-sungai. Selain dalam bentuk zat organik dan anorganik dari limbah rumah
tangga biasa terbawa bibit-bibit penyakit yang dapat menular pada hewan dan
manusia sehingga menimbulkan epidemik yang luas di masyarakat.
3. Limbah pertanian
Penggunaan pupuk di daerah pertanian akan mencemari air yang keluar
dari pertanian, air ini mengandung bahan makanan bagi ganggang, sehingga
mengalami pertumbuhan dengan cepat. Ganggang yang menutupi permukaan
air akan berpengaruh jelek terhadap ikan-ikan dan komponen biotik air ekosistem
dari air tersebut. Dari daerah pertanian terlarut pula sisa-sisa pestisida yang
terbawa ke sungai atau bendungan, pestisida yang bersifat toksit akan
mematikan hewan-hewan air, burung, dan bahkan manusia.
Dengan adanya berbagai indikasi-indikasi pencemaran diatas maka pada
tahun 2001 pemerintah menetapkan baku mutu air badan air (Baku Mutu Air
Badan Air PP No. 82 Tahun 2001). Air limbah yang akan dibuang kebadan air
atau sungai, harus memenuhi kadar baku mutu pada setiap golongan seperti
diatas juga harus disesuaikan dengan peruntukan badan air yang disajikan
sebagai media buangan limbah.
Standar kualitas air untuk memantau batasan parameter yang ada dalam
air yang akan dikonsumsi. Besarnya standar kualitas air ini merupakan peraturan
yang digunakan agar intensitas parameter yang ada tidak melebihi ambang
batas baku untuk lingkungan dengan tujuan untuk melindungi para pemakai air.
Untuk memantau pencemaran air sungai digunakan kombinasi parameter fisika,
biologi, dan kimia. Tapi seringnya digunakan parameter fisika seperti temperatur,
warna, bau, rasa, dan kekeruhan air, ataupun parameter kimia seperti: partikel
terlarut, kebutuhan oksigen biokimia (BOD), partikel tersuspensi (TSS), dan
Amonia (NH3).
PEMBAHASAN
Sungai Sekonyer atau disebut juga Sei Sekonyer merupakan sungai yang
berbatasan langsung dengan Taman Nasional Tanjung Puting di bagian hulu
sebagai salah satu sungai terpenting yang berada di Kabupaten Kotawaringan
Barat, Kalimantan Tengah (Gambar.1). Dengan panjang mencapai 47.05 Km,
sungai melintas di beberapa tipe vegetasi hutan diantaranya rawa air tawar, rawa
semak, nipah dan hutan mangrove di bagian hilir.
Gambar.1 Peta Sungai Sekonyer
Jika dilihat dari sumber airnya sungai ini termasuk sungai hujan yang
airnya berasal dari hujan, bukan dari mata air, hal ini terlihat karena tidak adanya
mata air di hulu sungai. Sedangkan jika dilihat dari volume airnya selama
setahun Sungai Sekonyer termasuk kedalam sungai periodik dimana pada saat
kemarau terjadi kekurangan volume air dan pada saat musim hujan volume air
melimpah dan bahkan dapat menenggelamkan sebagian lantai rumah di Desa
Tanjung Harapan.
Sungai Sekonyer merupakan sungai utama yang dipakai sebagai jalur
wisata air menuju pusat konservasi orangutan di Camp Leakey,TNTP. Bukan
hanya sebagai sarana transportasi sebagian masyarakat Desa Tanjung Harapan
Desa Jerumbun, dan masyarakat perikanan di Natai Tengah memanfaatkan
Sungai Sekonyer sebagai sumber penghidupan mereka sehari-hari dengan
menangkap ikan dan udang. Sungai ini juga menjadi habitat bagi beberapa
satwa dilindungi dan biota aquatik seperti buaya muara (Crocodylus porosus),
buaya sapit (Tomistoma schlegelii), biawak (Varanus salvator) dan ikan arwana
merah (Scleropages formosus).
Dari sepanjangan jalur sungai ini terdapat pertambangan di hulu
sungainya, dengan nama daerahnya Aspai. Pertambangan di sepanjang sungai
ini mulai beroperasi sekitar tahun 1980-an, tetapi pada saat itu skala
pertambangannya masih kecil dan tidak merusak landskap hutan. Bahan mineral
yang dihasilkannya berupa emas dan pasir sirkon dimana pasir sirkon memiliki
kualitas lebih baik jika dibandikan dengan pasir sungai biasa untuk membuat
bangunan.
Pertambangan ilegal di sekitar Aspai semakin meningkat setelah tahun
1998, seiring dengan zaman reformasi dan pembalakan liar besar-besaran di
sebagian besar kawasan Taman Nasional Tanjung Puting. Dengan adanya
peningkatan pertambangan ilegal maka terjadilah perubahan bentang alam
secara besar-besaran, yang mana hampir menyerupai seperti padang pasir.
Gambar dibawah menunjukan perubahan drastis dari kawasan hutan setelah
adanya kegiatan pertambangan emas dan pasir sirkon.
Gambar.2 Perubahan lanskep hutan di daerah Aspai
Kerusakan yang terjadi bukan hanya di kawasan hutan yang berbatasan
dengan TNTP tetapi terjadinya perubahan fisik Sungai Sekonyer. Warna air yang
awalnya hitam berubah menjadi coklat berlumpur (Gambar.3).
Gambar.3 Degradasi warna pertemuan dua sungai
Berdasarkan laporan yang telah dipublikasi oleh Sekretariat Bersama
Pengembangan Taman Nasional Tanjung Puting pada akhir tahun 2002
menyatakan telah terjadi pencemaran berat di Sungai Sekonyer. Laporan
tersebut berdasarkan hasil investigasi gabungan dari berbagai lembaga swadaya
masyarakat (LSM) antara lain : Conservation International Indonesia (CI),
Information Centre for Natural Conservation, Friend for National Park Foundation
(FNPF), Pilek dan Safier. Dari laporan yang berjudul “Sekonyer Tercemar Berat
Oleh Limbah Beracun” menjelaskan bahwa telah terjadi pencemaran berat dan
penyebab terjadinya pencemaran itu disebabkan oleh limbah industri yang
mengandung polutan di atas ambang batas baku mutu limbah cair. Dari hasil
perhitungan Chemical Oxygen Demand (COD) yang merupakan parameter
pengendalian kualitas air yang menunjukkan banyaknya oksigen yang
dibutuhkan untuk mengurai zat organik secara kimiawi dengan Metode Stream
Standard, Sungai Sekonyer mengalami pencemaran (Munajat, 2005) dengan
nilai diatas ambang batas yang diijinkan.
Menurut penduduk Desa Tanjung Harapan perubahan fisik sungai itu
terjadi setelah tahun 1996. Mereka memaparkan saat tahun 1996 mudah sekali
melihat ikan berenang dengan mata, air sangat segar untuk di pakai mandi dan
mudah mendapatkan ikan dengan cara memancing tetapi setelah tahun 1996
penduduk merasa lebih susah mendapatkan ikan dengan cara memancing. Di
awal pencemaran pada tahun 1997 telah menyebabkan banyaknya jenis ikan
dan beberapa buaya si Sungai Sekonyer yang mati. Selain merugikan manusia
pencemaran Sungai Sekonyer ini menyebabkan perubahan fisik satwa, hal ini
ditemukan perbedaan warna kulit buaya sapit, dimana warna kulit buaya
tersebut.lebih terang dan kusam jika dibandingan buaya sapit yang ditemukan di
Sungai Sekonyer Kanan yang mana kondisi sungainya tidak mengalami
pencemaran. Menurut Bonke (2008) anakan buaya sapit tidak lebih banyak
ditemukan di Sungai Sekonyer (tercemar) jika dibandingkan dengan Sungai
Sekonyer Kanan (tidak tercemar).
Pencemaran di Sungai Sekonyer merupakan masalah yang sangat
serius, yang sudah menghancurkan habitat satwa dan biota aquatik. Selain itu
pencemaran telah merugikan sebagian masyarakat Desa Tanjung Harapan,
bukan hanya merugikan dengan berkurangnya hasil mata pencaharian tetapi
juga merugikan masyarakat yang mengkonsumsi ikan, penimbunan bahan kimia
dan mineral dalam ikan memberikan efek yang buruk bagi kesehatan masyarakat
dalam jangka waktu ke depan. Langkah-langkah pengurangan pencemaran perlu
dilakukan dengan kerjasama para pihak untuk kelestarian DAS Sekonyer,
komunikasi yang terbuka antar pemangku kepentingan (pemerintah, peneliti,
masyarakat, perusahaan) perlu dijaga dan terus berkesinambungan.
Beberapa langkah yang diperlukan untuk mengurangi pencemaran di
Sungai Sekonyer ialah :
1. Penegakan hukum dengan tegas kepada para penambang, yang
melakukan aktivitas penambangan secara illegal dan menggunakan bahan-
bahan yang membahayakan ekosistem Sungai Sekonyer. Penegakan hukum
tidak hanya dilakukan kepada para penambang tetapi dilakukan juga kepada
perusahaan yang berada di hulu Sungai Sekonyer yang dengan sengaja
membuang limbah industrinya ke Sungai.
2. Perlunya kerjasama dengan para pemangku kepentingan untuk
berkomitmen dan menyikapai masalah pencemaran Sungai Sekonyer ini.
3. Perlu sosialisasi tentang undang-undang dan peraturan pemerintah
tentang baku mutu air badan air ke masyarakat luas, serta perlu tindakan tegas
dan nyata dalam menjalankannya dengan memberikan sangsi hukum kepada
siapa saja baik perorangan, organisasi atau perusahaan yang aktifitasnya telah
terbukti melanggar, sehingga menyebabkan terjadinya pencemaran air sungai di
Sungai Sekonyer.
4. Perlu diadakan monitoring secara berkala tingkat pencemaran dan
penelitian lebih lanjut tentang pencemaran air di Sungai Sekonyer ini.
PENUTUP
Sungai Sekonyer yang merupakan salah satu sungai yang berada di
Kalimantan menjadi satu sumber kehidupan bagi manusia dan mahluk lainnnya,
pencemaran yang terjadi telah memberikan kerugian bagi sebagian masyarakat
Desa Tanjung Harapan dan Masyakat lainnya pada umumnya, selain itu
kerusakan ekosistem Sungai Sekonyer mempengaruhi dan dapat memusnahkan
jenis satwa dan biota aquatik yang menjadikan sungai itu sebagai habitat.
Pencemaran yang telah terjadi selama ± 16 tahun perlu di upayakan jalan
keluarnya, karena hal ini dapat mengancam keberlangsungan ekosistem Sungai
Sekonyer di masa depan. Upaya dan komitmen dari berbagai pihak dengan
displin ilmu diperlukan untuk saling mengisi akan terciptanya kelestarian Sungai
Sekonyer.
DAFTAR PUSTAKA
Bonke, R. 2008. Population Ecology of Tomistoma (Tomistoma schlegelii, Muller
1838) in The Tanjung Puting National Park, Central Kalimantan.
Zoologisches Forschungsmuseum Alexander Koenig. Bonn, Germany.
Brend, S. 2006. Taman Nasional Tanjung Puting: Orangutan dan Habitatnya.
Orangutan Foundation &Yayasan Orangutan Indonesia. Pangkalan Bun,
Indonesia.
Munajat, C. 2005. Analisis Pencemaran Sungai Sekonyer Bagian Hulu Dengan
Paramater TDS, TTS dan COD. Skripsi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas MUhamadiyah Yogyakarta. Yogyakarta, Indonesia.
Rahayu, S., Widodo, R.H, van Noordwijk, M., Suryadi, I & Verbist, B. 2009.
Monitoring Air di Daerah Aliran Sungai. World Agroforestry Center. ICRAF
Asia Tenggara. Bogor, Indonesia.
Setiawan, J., Sutoyo, S., Supriatna, I. S & Dewanto, F. 2008. Tumbuhan &
Satwaliar : Taman Nasional Tanjung Puting. TNTP. Pangkalan Bun,
Indonesia.
www.Bamboomedia.onnet