7
1 PEMODELAN DISTRIBUSI AIR PANAS BAWAH PERMUKAAN PADA MANIFESTASI AIR PANAS CISARUA, NATAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK Reza Syindhica b , Susanti Alawiyah a , Nono Agus Santoso b a Teknik Geofisika, Institut Teknologi Bandung b Teknik Geofisika, Institut Teknologi Sumatera * Corresponding E-mail: [email protected] Abstract The Cisarua hot spring, South Lampung Natar is surrounded by rice fields, far from the mountains, and there is not even a volcano around it. But it is located around the Lampung-Panjang Fault which trending Northwest-Southeast. The results based on magnetic anomaly maps, reduce to pole, upward continuation, regional and residual anomalies are manifestations of new hot water in this study area having the same pattern that is a low anomaly while the manifestation of old hot water a high anomalies, in accordance with the presence and the condition of the hot springs in the study area, where the old hot springs are no longer active and the new hot springs are still active. And based on the results of the 2.5D forward modeling supported by geological information, there are three layers in general, namely the first layer is classified as a soil and claystone, the second layer is classified as a tuffaceous sandstone and the third layer is classified as a metamorphic rock, and there is an indication of the Lampung- Panjang fault which trending Northwest-Southeast is the place for the flow of heat to the area of manifestation. While the results of 3D inverse modeling show the distribution of hot water can be found at a depth of 60m above sea level with the possibility of spreading from the Southeast-Northwest direction. Based on the ClSO 4 HCO 3 ternary triangle diagram, it is found that the type of hot water is bicarbonate water with estimated reservoir temperature using Na-K-Mg ternary triangle diagram which is 240° C, and with Na-K geothermometer (Giggenbach, 1988) is 238° C. Keywords: Cisarua, geothermal, magnetic anomaly, modeling , geochemistry. Abstrak Mata air panas Cisarua, Natar Lampung Selatan di kelilingi area persawahan, jauh dari pegunungan, bahkan tidak ada gunung berapi di sekitarnya. Namun berada di sekitar jalur Sesar Lampung-Panjang yang memiliki arah Barat Laut-Tenggara. Hasil yang diperoleh berdasarkan peta anomali magnetik, reduce to pole, kontinuasi ke atas, anomali regional dan residual adalah manifestasi air panas baru pada daerah penelitian memiliki pola yang sama yaitu pada anomali yang rendah sedangkan manifestasi air panas lama pada anomali yang tinggi, sesuai dengan keberadaan dan kondisi mata air panas pada daerah penelitian, dimana mata air panas lama sudah tidak aktif dan mata air panas baru masih aktif. Dan berdasarkan hasil forward modeling 2,5D yang didukung oleh informasi geologi, terdapat tiga lapisan secara umum yaitu lapisan pertama digolongkan sebagai lapisan soil dan batulempung tufan, lapisan kedua digolongkan sebagai lapisan batupasir tufan dan lapisan ketiga digolongkan sebagai lapisan batuan metamorf, serta adanya indikasi struktur sesar yang memiliki arah Barat Laut-Tenggara yang menjadi tempat mengalirnya panas ke daerah manifestasi. Sedangkan hasil dari inverse modeling 3D memperlihatkan distribusi air panas nya dapat ditemukan pada kedalaman sekitar 60m di atas permukaan laut dengan kemungkinan penyebarannya dari arah Tenggara-Barat Laut. Berdasarkan diagram segitiga ternary ClSO 4 HCO 3 didapatkan tipe air panas nya yaitu air bikarbonat dengan perkiraan temperatur reservoir menggunakan diagram segitiga ternary Na- K-Mg yaitu sekitar 240°C, dan geotermometer Na-K (Giggenbach, 1988) yaitu sebesar 238°C. Kata Kunci : Cisarua, panas bumi, anomali magnetik, pemodelan, geokimia.

PEMODELAN DISTRIBUSI AIR PANAS BAWAH PERMUKAAN …repo.itera.ac.id › assets › file_upload › SB2006230070 › 12116002_20… · air panas nya yaitu air bikarbonat dengan perkiraan

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    PEMODELAN DISTRIBUSI AIR PANAS BAWAH PERMUKAAN PADA

    MANIFESTASI AIR PANAS CISARUA, NATAR DENGAN MENGGUNAKAN

    METODE MAGNETIK

    Reza Syindhica b, Susanti Alawiyah

    a, Nono Agus Santoso

    b

    a Teknik Geofisika, Institut Teknologi Bandung

    b Teknik Geofisika, Institut Teknologi Sumatera

    * Corresponding E-mail: [email protected]

    Abstract

    The Cisarua hot spring, South Lampung Natar is surrounded by rice fields, far from the mountains, and there is not

    even a volcano around it. But it is located around the Lampung-Panjang Fault which trending Northwest-Southeast.

    The results based on magnetic anomaly maps, reduce to pole, upward continuation, regional and residual anomalies

    are manifestations of new hot water in this study area having the same pattern that is a low anomaly while the

    manifestation of old hot water a high anomalies, in accordance with the presence and the condition of the hot

    springs in the study area, where the old hot springs are no longer active and the new hot springs are still active. And

    based on the results of the 2.5D forward modeling supported by geological information, there are three layers in

    general, namely the first layer is classified as a soil and claystone, the second layer is classified as a tuffaceous

    sandstone and the third layer is classified as a metamorphic rock, and there is an indication of the Lampung-

    Panjang fault which trending Northwest-Southeast is the place for the flow of heat to the area of manifestation.

    While the results of 3D inverse modeling show the distribution of hot water can be found at a depth of 60m above sea

    level with the possibility of spreading from the Southeast-Northwest direction. Based on the Cl–SO4–HCO3 ternary

    triangle diagram, it is found that the type of hot water is bicarbonate water with estimated reservoir temperature

    using Na-K-Mg ternary triangle diagram which is 240° C, and with Na-K geothermometer (Giggenbach, 1988) is

    238° C.

    Keywords: Cisarua, geothermal, magnetic anomaly, modeling , geochemistry.

    Abstrak

    Mata air panas Cisarua, Natar Lampung Selatan di kelilingi area persawahan, jauh dari pegunungan, bahkan tidak

    ada gunung berapi di sekitarnya. Namun berada di sekitar jalur Sesar Lampung-Panjang yang memiliki arah Barat

    Laut-Tenggara. Hasil yang diperoleh berdasarkan peta anomali magnetik, reduce to pole, kontinuasi ke atas,

    anomali regional dan residual adalah manifestasi air panas baru pada daerah penelitian memiliki pola yang sama

    yaitu pada anomali yang rendah sedangkan manifestasi air panas lama pada anomali yang tinggi, sesuai dengan

    keberadaan dan kondisi mata air panas pada daerah penelitian, dimana mata air panas lama sudah tidak aktif dan

    mata air panas baru masih aktif. Dan berdasarkan hasil forward modeling 2,5D yang didukung oleh informasi

    geologi, terdapat tiga lapisan secara umum yaitu lapisan pertama digolongkan sebagai lapisan soil dan batulempung

    tufan, lapisan kedua digolongkan sebagai lapisan batupasir tufan dan lapisan ketiga digolongkan sebagai lapisan

    batuan metamorf, serta adanya indikasi struktur sesar yang memiliki arah Barat Laut-Tenggara yang menjadi tempat

    mengalirnya panas ke daerah manifestasi. Sedangkan hasil dari inverse modeling 3D memperlihatkan distribusi air

    panas nya dapat ditemukan pada kedalaman sekitar 60m di atas permukaan laut dengan kemungkinan

    penyebarannya dari arah Tenggara-Barat Laut. Berdasarkan diagram segitiga ternary Cl–SO4–HCO3 didapatkan tipe

    air panas nya yaitu air bikarbonat dengan perkiraan temperatur reservoir menggunakan diagram segitiga ternary Na-

    K-Mg yaitu sekitar 240°C, dan geotermometer Na-K (Giggenbach, 1988) yaitu sebesar 238°C.

    Kata Kunci : Cisarua, panas bumi, anomali magnetik, pemodelan, geokimia.

    mailto:[email protected]

  • 2

    Pendahuluan

    Natar adalah salah satu daerah prospek panas bumi di

    Provinsi Lampung. Di Natar terdapat 2 prospek

    panas bumi yaitu pada daerah Cisarua dan Merak

    Batin. Pada mata air panas Cisarua terdapat dua

    manifestasi yaitu adanya manifestasi air panas lama

    yang sudah tidak aktif dan manifestasi air panas baru

    yang masih aktif. Daerah penelitian ini di kelilingi

    area persawahan, jauh dari pegunungan, bahkan tidak

    ada gunung berapi di sekitarnya. Namun berada di

    sekitar jalur Sesar Lampung-Panjang.

    Peneliti yang pernah melakukan penelitian di Cisarua

    adalah Suharno dkk. (2012) dan Iqbal dkk. (2019).

    Penelitan oleh Suharno dkk. (2012) tentang sistem

    panas bumi daerah Cisarua, Natar yang memberikan

    informasi bahwa mata air panas Cisarua bekorelasi

    dengan struktur Sesar Lampung-Panjang yang

    tertimbun oleh Formasi Lampung. Penelitian oleh

    Iqbal dkk (2019) tentang hidrogeokimia pada air

    panas Cisarua, Natar yang memberikan informasi

    bahwa tipe air panas pada daerah penelitian yaitu tipe

    air bikarbonat.

    Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi

    penelitian yang dilakukan oleh Suharno dkk. (2012)

    dan Iqbal dkk. (2019) yaitu belum ada yang

    menggunakan metode geofisika pada daerah

    penelitian. Oleh karena itu, penulis melakukan

    penelitian pada daerah Cisarua Natar dengan

    menggunakan metode geofisika yaitu metode

    magnetik dan geokimia untuk mendapatkan

    pemodelan distribusi air panas bawah permukaan

    berdasarkan nilai kontras suseptibilitas magnetik

    batuan serta menentukan tipe air panas dan

    temperatur reservoar dengan menggunakan data

    geokimia.

    Metode Tahapan dalam melakukan penelitian dari data

    magnetik dapat dilakukan dengan melakukan koreksi

    data magnetik dan di plot menjadi peta anomali

    magnetik. Dilakukan proses RTP dan kontinuasi ke

    atas, dari hasil RTP dilakukan pemisahan anomali

    regional dan residual, lalu berdasarkan anomali

    residual dilakukan pemodelan 2,5D dan 3D.

    Sedangkan tahapan untuk data geokimia yaitu dengan

    melakukan plotting pada segitiga ternary untuk

    perkiraan tipe air panas dan temperatur reservoar.

    Gambar 1 . Diagram Alir Penelitian

  • 3

    Hasil dan Pembahasan

    1. Peta Anomali Magnetik

    Luas daerah survei 1,35 km2. Pada daerah itu

    dilakukan akuisisi data magnetik 90 titik dengan jarak

    antar titik sekitar 25 meter kemudian di plot menjadi

    peta anomali seperti pada Gambar 2.

    Gambar 2. Peta Anomali Magnetik

    Proses transformasi Reduce to Pole dilakukan pada

    data anomali magnetik. Proses ini mengubah nilai

    inklinasi dan deklinasi daerah penelitian dari sekitar -

    27.92o dan 0.47o menjadi 90o dan 0o. Proses ini akan

    mengubah sifat respon benda anomali magnetik dari

    dipole menjadi monopole sehingga proses interpretasi

    akan lebih sederhana.

    Gambar 3. Reduce To Pole

    Kontinuasi ke atas dilakukan untuk menonjolkan

    sumber anomali yang relatif lebih dalam dengan

    mereduksi sumber anomali yang terlalu dangkal sesuai

    besar nilai pengangkatan kontinuasi tersebut.

    Gambar 4. Hasil Kontinuasi Ke Atas (a) Kontinuasi

    10 m (b) Kontinuasi 20 m (c) Kontinuasi 30 m (d)

    Kontinuasi 40 m (e) Kontinuasi 50 m (f) Kontinuasi

    60 m

    Pemisahan anomali magnetik yang telah di reduksi ke

    kutub dengan menggunakan filter Gaussian

    menghasilkan peta anomali regional dan residual,

    seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5 dan

    Gambar 6 Berdasarkan kedua peta tersebut dapat

    dilihat bahwa posisi mata air panas baru berada di

    anomali rendah dan mata air panas lama berada pada

    anomali tinggi. Hal tersebut sesuai dengan

    keberadaan mata air panas pada daerah penelitian,

    dimana mata air panas baru masih aktif dan mata air

    panas lama sudah tidak aktif.

  • 4

    Gambar 5. Peta Anomali Regional

    Gambar 6. Peta Anomali Residual

    2. Forward Modeling 2,5D

    Hasil forward modeling pada lintasan A-A’

    didapatkan berdasarkan slice pada peta anomali

    residual pada Gambar 7 yang memiliki panjang dari

    A-A‘ sekitar 316 m dengan kedalaman sekitar 450 m

    dan melintasi titik manifestasi air panas Pada

    Lintasan A-A’ terdapat kondisi geologi seperti yang

    ditunjukan oleh Gambar 8, dimana terdapat tiga

    lapisan secara umum, dengan nilai suseptibilitas

    magnetik dalam satuan SI. Lapisan pertama

    digolongkan sebagai lapisan soil dan batulempung

    tufan dengan nilai suseptibilitas sebesar 0,004 dalam

    satuan SI dengan ketebalan sekitar 50 m, dimana pada

    lapisan ini terdapat singkapan travertine yang

    mengandung gampingan yang merupakan alterasi

    argilic. Lapisan kedua digolongkan sebagai lapisan

    batupasir tufan dimana memiliki nilai suseptibilitas

    sekitar 0.000495 dalam satuan SI dengan ketebalan

    rata-rata sekitar 200 m. Jika dilihat dari respon

    anomali magnetik pada penampang A-A’ pada

    lapisan ketiga secara lateral tidak dibuat sama dengan

    asumsi bahwa adanya pengaruh panas atau sumber

    panas atau aliran panas itu sendiri, yang digolongkan

    sebagai lapisan batuan metamorf dimana memiliki

    suseptibilitas tertinggi sekitar 0.125 dalam satuan SI

    dengan ketebalan rata-rata lapisan ini sekitar 200 m.

    Adanya indikasi bidang sesar ditunjukan oleh garis

    hitam putus-putus pada Gambar 8, dimana pada

    daerah tersebut ditemukan manifestasi air panas

    yang diduga dibawah permukaan nya terdapat

    struktur sesar sebagai tempat keluar nya air panas

    ke permukaan. Sesar tersebut diduga merupakan

    perpanjangan sesar Lampung-Panjang. Hal tersebut

    memang sudah diperkirakan oleh Mangga dkk

    (1993).

    Gambar 7. Hasil Slice Lintasan A-A’

    Gambar 8. Hasil Forward Modeling Lintasan A-A’

  • 5

    3. Model 3D Inversi Data Magnetik

    Hasil dari pemodelan ini akan menunjukkan model

    3D distribusi air panas bawah permukaan. Dari hasil

    inversi data magnetik daerah Cisarua, Natar dibagi 3

    macam nilai kontras suseptibilitas magnetik, yaitu

    nilai kontras rendah, sedang dan tinggi. Kontras

    rendah bernilai -0,0061 sampai -0,0004 yang ditandai

    dengan warna biru tua hingga hijau. Kontras sedang

    bernilai -0,0001 sampai 0,0028 yang ditandai dengan

    warna kuning hingga merah. Terakhir kontras tinggi

    bernilai 0,0041 ke atas ditandai dengan warna merah

    muda. Bentuk dari model inversi 3D dapat dilihat

    pada Gambar 9.

    Gambar 9. Hasil 3D Inversi dilihat dari arah Timur

    Laut

    Daerah dengan kontras suseptibilitas magnetik rendah

    yang berada di bawah lokasi manifestasi dapat

    diindikasikan sebagai distribusi air panas nya. Model

    inversi 3D dengan kontras suseptibilitas magnetik

    rendah dapat dilihat pada Gambar 10.

    Gambar 10. Model 3D Anomali Rendah dilihat dari

    arah Timur Laut

    Berdasarkan model 3D Inversi data magnetik yang

    diperoleh memperlihatkan bahwa distribusi panas

    bumi nya kemungkinan memiliki arah Tenggara-

    Barat Laut dan dapat ditemukan pada kedalaman

    sekitar 60 meter diatas permukaan laut hingga 113

    meter di bawah permukaan laut yang ditunjukkan

    pada warna biru muda sampai biru tua dengan nilai

    kontras suseptibilitas nya nya dari -0.0034 hingga -

    0.0061 dalam satuan SI.

    3.a Hasil Slice Model Inversi 3D Secara Horizontal

    Gambar 11. Hasil Slice 3D Inversi Secara Horizontal

    Berdasarkan hasil slice pada Gambar 11 dapat

    diketahui bahwa distribusi air panas nya memiliki

    arah Tenggara-Barat Laut yang ditunjukkan dengan

    warna biru muda-biru tua. Dimana semakin kearah

    atas per kedalamannya maka distribusi air panas nya

    semakin kecil sedangkan semakin kearah bawah

    distribusi air panas nya semakin besar atau terlihat

    jelas. Hal itu dikarenakan semakin ke arah atas maka

    panas yang mengalir semakin menjauhi sumber

    panas, distribusi panas nya semakin mengecil dan

    hanya bisa muncul ke permukaan melalui struktur

    sesar yang ada dan mata air panas Cisarua, Natar

    mulai terlihat kepermukan pada kedalaman sekitar

    60m diatas permukaan laut.

  • 6

    4. Geokimia

    Diagram segitiga ternary Cl–SO4–HCO3 (Simmons,

    1998) digunakan untuk mengklasifikasikan tipe air

    pada panas bumi. Kandungan relatif yang digunakan

    sebagai parameternya adalah kandungan klorida (Cl),

    bikarbonat (HCO3) dan sulfat (SO4) Pengolahan data

    dilakukan dengan menghitung persentase unsur Cl,

    HCO3 dan SO4. Dan Diagram segitiga ternary Na–K–

    Mg, (Simmons, 1998) merupakan sebuah metode

    yang digunakan untuk pendugaan temperatur

    reservoir. Pengolahan data dilakukan dengan

    menghitung persentase unsur Na, K dan Mg.

    Gambar 12. Diagram Segitiga Ternary Cl-SO4-HCO3

    Gambar 13. Diagram Segitiga Ternary Na-K-Mg

    Dari hasil plotting pada diagram segitiga ternary Cl-

    SO4-HCO3, diketahui bahwa jenis tipe air panas pada

    daerah penelitian merupakan tipe air bikarbonat, Air

    bikarbonat dari mata air panas tersebut termasuk

    dalam zona peripheral water yang merupakan tipikal

    komposisi daerah outflow ataupun daerah kondensasi

    (Nicholson, 1993). Dan pada diagram segitiga ternary

    Na-K-Mg pada Gambar 13 posisi mata air panas

    Cisarua, Natar memiliki temperatur reservoir sebesar

    240°C yang terletak pada Partial Equilibrium,

    sebagai indikasi manifestasi yang muncul ke

    permukaan yang dipengaruhi oleh interaksi antara

    fluida dengan batuan dalam keadaan panas sebelum

    bercampur dengan air permukaan (air meteorik).

    4.a Geotermometer Na-K

    Perkiraan temperatur reservoir panas bumi dapat

    dilakukan dengan data Na-K (Fournier, 1979 ;

    Giggenbach, 1988) pada daerah manifestasi mata air

    panas didaerah penelitian.

    1. Geotermometer Na-K (Fournier, 1979)

    (

    )

    (1)

    Berdasarkan perhitungan temperatur dengan

    menggunakan persamaan diatas, maka didapatkan

    hasil temperature reservoir sebesar 223°C.

    2. Geotermometer Na-K (Giggenbach, 1988)

    (

    )

    (2)

    Berdasarkan perhitungan temperatur dengan

    menggunakan persamaan diatas, maka didapatkan

    hasil temperatur sebesar 238°C.

    5. Model Sistem Panas Bumi Daerah Penelitian

    Pada Gambar 14 merupakan konseptual model

    sistem panas bumi pada daerah penelitian Cisarua,

    Natar.

    Gambar 14 Model Sistem Panas Bumi Daerah

    Penelitian

  • 7

    Kesimpulan

    Dengan mengacu kepada tujuan dan hasil penelitian

    maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

    1. Berdasarkan peta anomali magnetik, reduce to pole, kontinuasi ke atas, anomali regional dan

    residual menunjukkan bahwa manifestasi air

    panas baru pada daerah penelitian memiliki pola

    yang sama yaitu pada anomali yang rendah

    sedangkan manifestasi air panas lama pada

    anomali yang tinggi, sesuai dengan keberadaan

    dan kondisi mata air panas pada daerah

    peneltian, yaitu untuk mata air panas lama sudah

    tidak aktif dan mata air panas baru masih aktif.

    2. Berdasarkan hasil 2,5D forward modeling dan 3D inverse modeling dari peta anomali residual

    diperoleh hasil sebagai berikut:

    a) Hasil forward modeling didapatkan tiga lapisan yaitu pada lapisan pertama merupakan

    lapisan soil dan batulempung tufan, lapisan

    kedua digolongkan sebagai lapisan batupasir

    tufan, dan lapisan ketiga digolongkan sebagai

    lapisan batuan metamorf.

    b) Hasil inverse modeling yang didukung oleh peta anomali magnetik, reduce to pole,

    kontinuasi keatas, anomali regional dan

    residual, didapatkan bahwa distribusi air

    panas bawah permukaan pada daerah

    penelitian kemungkinan penyebarannya dari

    arah Tenggara-Barat Laut, dan dapat

    ditemukan pada kedalaman sekitar 60m di

    atas permukaan laut.

    3. Berdasarkan hasil geokimia didapatkan hasil bahwa tipe mata air panas menurut diagram

    segitiga ternary Cl-SO4-HCO3 (Simmons, 1998)

    yaitu tipe bikarbonat, dengan perkiraan

    temperatur reservoir menggunakan diagram

    segitiga ternary Na-K-Mg (Simmons, 1998)

    yaitu sekitar 240°C, geotermometer Na-K

    (Fournier, 1979) sekitar 223°C dan

    geotermometer Na-K (Giggenbach, 1988) yaitu

    suhu reservoir sekitar 238°C.

    Acknowledgement

    Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada staf

    tenaga didik Teknik Geofisika Institut Teknologi

    Sumatera yang telah membantu dalam penyelesaian

    penelitian ini.

    Saran

    Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kata

    sempurna. Maka dari itu penulis memiliki beberapa

    saran untuk penelitian-penelitian di masa yang akan

    datang.

    1. Perlu memperluas area penelitian agar interpretasi model anomali dapat lebih

    dalam.

    2. Perlu dilakukan penelitian dengan metode geofisika yang lain agar keakuratan hasil

    lebih tinggi terutama pada daerah yang

    terindikasi kuat adanya struktur sesar bawah

    permukaan.

    Daftar Pustaka

    [1] Fournier, R.O., 1979. A Revised Equation for

    theNA/K Geothermometer. US Geol. Surv. 3.

    [2] Giggenbach, WF. 1988. Chemical Techniques in

    Geothermal Exploration. New Zealand:

    Chemistry Division, DSIR, Private Bag.

    [3] Iqbal, M ., Juliarka, B.R., Ashuri, W,, Al Farishi,

    B. 2019. Hydrogeochemistry of Natar and

    Cisarua Hot springs in South Lampung,

    Indonesia. Institut Teknologi Sumatera:

    Lampung.

    [4] Mangga, S.A., Amirudin, Suwarti, T., Gafoer, S.,

    Sidarto, 1993. Peta Geologi Lembar

    Tanjungkarang, Sumatera skala 1:250.000.

    [5] Nicholson, K., 1993, Geothermal Fluids ;

    Chemistry and Exploration Tecniques, Springer

    Verlag, Inc, Berlin.

    [6] Simmons S.F .1998. Geochemistry Lecture Note

    1998. University of Auckland, Auckland.

    [7] Suharno.2012.Sistem Panas Bumi Cisarua Natar

    Lampung Selatan. Universitas Negeri Lampung:

    Lampung.