Upload
windu-nur-mohamad
View
11
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ghgjui
Citation preview
Prof. Dr. H.M. QURAISH SHIHAB,
M.A
SARMIYATI(20080720001)
FIFIN PERMATASARI(20080720012)
SITI NOORJANNAH(20080720035)
ABDUR ROZAQ(20080720037)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2008
A. Pengantar
Dalam mata kuliah Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam maka tidak lepas dari para
tokoh-tokoh pemikir pendidikan dari masa Rasul sampai saat ini. Salah satu diantaranya
adalah Prof. Dr. H.M Quraish Shihab, M.A.
Perumusan konsep pendidikan Islam yang digunakan pada berbagai lembaga
pendidikan di Indonesia belum banyak dilakukan karena pada umumnya hanya menjiplak
alias meniru konsep pendidikan yang diterapkan di tempat lain dengan cara mengambil hal-
hal yang baik.
Upaya perumusan konsep pendidikan pada dasarnya bertolak dari Al Qur’an dan As
Sunah. Prof. Dr. H.M. Quraish Shihab sebagai pakar tafsir lulusan Universitas Al Azhar,
Kairo telah mencoba merumuskan konsep pendidikan berdasarkan perspektif Al Qur’an.
Beliau juga berpengalaman memimpin IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta setelah menjadi
Menteri Agama RI dan Duta Besar Indonesia di Mesir sehingga beliau dengan leluasa
mengemukakan gagasan yang dimiliki, selanjutnya mengimplementasikan.
B. Riwayat Hidup
Prof. Dr. H.M. Quraish Shihab lahir tanggal 16 Februari 1944 di Rapang, Sulawesi
Selatan. Ayahnya bernama Abdurrahman Shihab adalah keluarga keturunan Arab yang
terpelajar, dan ulama sekaligus guru besar tafsir di IAIN Alauddin, Ujung Pandang.
Abdurrahman percaya bahwa pendidikan adalah merupakan agen perubahan. Sikap dan
pandangannya dapat dilihat dari latar belakang pendidikannya, yaitu Jami’atul Khair. Murid-
murid yang belajar di lembaga ini diajari tentang gagasan-gagasan pembaruan gerakan dan
pemikiran Islam. Hubungan yang erat dengan sumber-sumber pembaruan di Timur Tengah
seperti Hadramaut, Haramaian dan Mesir. Salah satu guru yang didatangkan yaitu Syaikh
Ahmad Soorkati yang berasal dari Sudan, Afrika.
Quraish Shihab menyelesaikan sekolah dasarnya di kota Ujung Pandang kemudian
sekolah menengahnya di kota Malang sambil belajar agama di Pesantren Dar al-Hadits al
Fiqhiyah. Pada tahun 1958, ketika berusia 14 tahun, ia berangkat ke Kairo, Mesir dan
diterima di kelas II Tsanawiyah Al Azhar. Setelah itu ia diterima di Universitas Al Azhar
dengan mengambil Jurusan Tafsir dan Hadits, Fakultas Ushuludin hingga menyelesaikan Lc
tahun 1967 dan pada tahun 1969 mendapatkan gelar M.A.
Setelah menyelesaikan studinya ia kembali ke Ujung Pandang kemudian kurang
lebih sebelas tahun (1969-1980) ia terjun ke berbagai aktivitas sambil menimba pengalaman
empirik di IAIN Alauddin maupun di berbagai institusi pemerintah setempat.
Ia diangkat sebagai Pembantu Rektor III IAIN Ujung Pandang dan juga terlibat dalam
pengembangan pendidikan perguruan tinggi swasta wilayah Timur Indonesia dan diserahi
tugas sebagai koordinator wilayah. Beberapa penelitian dilakukannya diantaranya ia meneliti
tentang “Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di Timur Indonesia” (1975), dan “Masalah
Wakaf di Sulawesi Selatan” (1978).
Pada tahun 1980, Quraish Shihab kembali ke Mesir untuk meneruskan studinya di
Program Pascasarjana Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadits, Universitas Al Azhar.
Hanya dalam waktu dua tahun (1982) dia berhasil menyelesaikan disertasinya yang berjudul
“Nazm al-Durar li al-Biqai Tahqiq wa Dirasah”.
Tahun 1984 ia pindah tugas dari IAIN Ujung Pandang ke Fakultas Ushuluddin di
IAIN Jakarta. Ia aktif mengajar bidang Tafsir dan Ulum Al Quran di Program S1, S2 dan S3
sampai tahun 1998 dan menduduki jabatan Rektor IAIN Jakarta selama dua periode (1992-
1996 dan 1997-1998), Menteri Agama kurang lebih dua bulan di awal tahun 1998.
Kehadiran Quraish Shihab di Ibukota Jakarta telah memberikan suasana baru dan
disambut baik oleh masyarakat. Di samping mengajar, ia juga dipercaya menduduki
sejumlah jabatan di antaranya yaitu:
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat (sejak 1984)
Anggota Lajnah Pentashhih Al Qur’an Departemen Agama (1989)
Beberapa organisasinya antara lain:
Asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI)
Pengurus Perhimpunan Ilmu-ilmu Syariah
Pengurus Konsorsium Ilmu-ilmu Agama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Dewan Redaksi Studia Islamika
H.M. Quraish Shihab juga sebagai penulis dan penceramah yang handal karena
keilmuannya kokoh yang ia tempuh melalui pendidikan formal. Kemampuannya
menyampaikan pendapat dan gagasan dengan bahasa yang sederhana, lugas, rasional, dan
kecenderungan pemikiran yang moderat sehingga dapat diterima di masyarakat. Beberapa
stasiun televisi seperti RCTI dan Metro TV juga diasuh olehnya dalam kajiannya di bulan
Ramadhan.
Selain itu ia juga tercatat sebagai penulis yang sangat prolifik, bukunya antaralain
berisi kajian di sekitar epistemologi Al Qur’an hingga menyentuh permasalahan hidup dan
kehidupan dalam konteks masyarakat Indonesia kontemporer. Di majalah Amanah dia
mengasuh rubrik “Tafsir al Amanah”, di Harian Pelita ia pernah mengasuh rubrik “Pelita
Hati” dan di Harian Republika dia mengasuh rubrik atas nama dirinya yaitu “Quraish Shihab
Menjawab”.
Muhammad Quraish Shihab adalah sarjana Muslim kontemporer Indonesia yang
berhasil tidak hanya dalam karier keilmuannya tetapi juga dalam karier sosial
kemasyarakatan, terutama dalam bidang pemerintahan. Keahliannya dalam bidang tafsir
untuk diabdikan dalam bidang pendidikan. Ia adalah seorang ulama yang memanfaatkan
keahliannya untuk mendidik umat dengan sikap dan sifatnya yang patut diteladani.
Penampilannya yang sederhana, tawadlu’, sayang kepada semua orang, jujur, amanah, dan
tegas dalam prinsip. Semua itu merupakan sifat yang harus dimiliki seorang guru.
C. Gagasan dan Pemikiran Pendidikan
Dari seluruh karya tulis Quraish Shihab yang dianalisis Kusmana, menyimpulkan
bahwa secara umum karakteristik pemikiran keislaman Quraish Shihab adalah bersifat
rasional dan moderat. Ia tidak memaksakan agama mengikuti kehendak realitas kontemporer
namun memberikan penjelasan atau mengapresiasi kemungkinan pemahaman dan penafsiran
baru tetapi dengan tetap sangat menjaga kebaikan tradisi lama dan mengambil tradisi baru
yang lebih baik. Gagasan dan pemikiran Quraish Shihab antara lain:
1) Tujuan pendidikan , merujuk dalam QS. Al Jumu’ah: 2
. “ Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka,
yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan
mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar
dalam kesesatan yang nyata,”
H.M. Quraish Shihab berkesimpulan bahwa tujuan pendidikan Al Qur’an adalah
membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya
sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep
yang ditetapkan Allah. Atau dengan kata yang lebih singkat sering digunakan oleh Al Qur’an
untuk bertakwa kepada-Nya.
Selanjutnya Quraish Shihab menjelaskan bahwa manusia yang dibina melalui
pendidikan adalah makhluk yang memiliki unsur-unsur material (jasmani) dan immaterial
(akal dan jiwa). Pembinaan akalnya menghasilkan ilmu. Pembinaan jiwanya menghasilkan
kesucian dan etika, sedangkan pembinaan jasmaninya menghasilkan ketrampilan. Dengan
penggabungan unsur-unsur tersebut, terciptalah makhluk dwidimensi dalam satu
keseimbangan dunia dan akhirat, ilmu dan iman.
Quraish Shihab juga mencoba menghubungkan tujuan pendidikan dalam Al Qur’an
dengan tujuan pendidikan nasional. Menurutnya tujuan pendidikan Islam itu bersifat
universal, berlaku untuk seluruh bangsa dan umat di dunia. Hal ini sejalan dengan misi Al
Qur’an yang ditujukan untuk membawa rahmat bagi seluruh alam. Manusia itulah yang
dapat melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi.
2) Metode pendidikan
Materi-materi pendidikan yang disajikan oleh Al Qur’an hampir selalu mengarah
kepada jiwa, akal, dan raga manusia. Terdapat dalam QS Al Anfal: 17 yang artinya
“…Bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar.
(Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan
kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha
mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Al Qur’an membuktikan kebenaran materi tersebut melalui pembuktian-pembuktian,
baik dengan argumen maupun yang dibuktikan melalui penalaran akalnya. Quraish Shihab
mengatakan bahwa menceritakan kisah-kisah dalam Al Qur’an dengan menggaris bawahi
akibat kelemahan atau melukiskan saat kesadaran manusia dan kemenangannya mengatasi
kelemahan tadi.
H.M. Quraish Shihab juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati. Al
Qur’an juga menggunakan metode pembiasaan dalam menanamkan ajaran kepada umat
manusia. Ia berpendapat bahwa pendidikan kita khususnya dalam bidang metodologi sering
kali menitik beratkan hafalan, atau contoh-contoh yang dipaparkan menyentuh hati,
ditambah lagi nasihat yang di berikan tidak ditunjang oleh panutan pemberinya.
3) Sifat pendidikan
Menurut Quraish Shihab sifat pendidikan Al Qur’an adalah rabbaniy yang oleh
dijelaskan cirri-cirinya antara lain:
Mengajarkan Kitab Allah, baik yang tertulis (Al Qur’an) maupun yang tidak
tertulis (alam raya)
Mempelajarinya secara terus menerus.
Quraish Shihab sejalan dengan konsepsi Al Qur’an tentang keharusan menuntut ilmu dan
memperoleh pendidikan sepanjang hayat melalui jalur-jalur formal, informal dan non formal.
Dengan kata lain pendidikan seumur hidup menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat
dan pemerintah..
Berdasarkan uraian di atas terbukti bahwa Quraish Shihab aktif dalam kegiatan dan
pemikiran yang berkaitan dengan pendidikan. Pemikirannya sangat dipengaruhi dalam
bidang tafsir Al Qur’an yang dipadukan dengan penguasaannya terhadap ilmu keislaman
maupun pengetahuan umum serta konteks masyarakat Indonesia.
Pemikiran dan gagasan H.M. Quraisy Shihab menunjukkan bahwa di dalam Al
Qur’an terdapat ayat-ayat yang memiliki implikasi terhadap munculnya konsep pendidikan
yang cukup menarik. Selain itu perlunya melakukan studi secara lebih mendalam tentang
pendidikan dalam perspektif Al Qur’an.
Umat Islam akan lebih memahami dan terinternalisasi esensi rasa agama itu sendiri
yaitu:
a) Rasa bertuhan, merasa ada sesuatu yang Maha Besar yang berkuasa atas dirinya
dan alam semesta, rasa dekat, rasa rindu, rasa kagum dan lain-lain.
b) Rasa taat, meliputi rasa ingin mengarahkan diri pada kehendak-Nya dan rasa ingin
mengikuti aturan-aturan-Nya.
D. Kesimpulan
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan yaitu:
Riwayat hidup Quraish Shihab sangat dekat dengan aktivitas pendidikan, bahkan
sebagai pemikir dan praktisi pendidikan. Secara formal selain menjadi dosen bidang tafsir
dan ilmu-ilmu keislaman lainnya, dia konsen dengan manajemen proses-proses pendidikan.
Quraish Shihab tercatat sebagai Rektor dan Guru Besar Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dilihat dari segi keahliannya, Quraish Shihab tercatat sebagai ahli tafsir Al Qur’an
yang amat disegani dan penulis yang amat produktif. Dia berusaha menyampaikan pesan-
pesan moral dan pendidikan kepada umat, oleh sebab itu, pada topic kajiannya selalu
mengemukakan nilai-nilai edukatif.
Terdapat tiga topic kajian yang secara langsung berhubungan dengan pendidikan,
yaitu:
Konsep pendidikan dalam Al Qur’an
Ilmu pengetahuan dan teknologi
Akhlak.
Dalam topic kajian tentang konsep pendidikan dalam Al Qur’an, Quraish Shihab
menjelaskan pengertian pendidikan, tujuan pendidikan, kurikulum pendidikan, metode
pendidikan, dan sifat pendidikan Islam.
Dari segi sifat dan coraknya, Quraish Shihab memiliki konsep dan
gagasan tentang pendidikan yang sejalan dengan pandangan Al Qur’an yang menjadi bidang
keahliannya.
Pendidikan agama adalah bentuk pendidikan nilai, karena itu
maksimal dan tidaknya pendidikan agama tergantung dari factor yang dapat memotivasi
untuk memahami nilai agama.
Agama tidak hanya dipandang sebagai kebutuhan orang-orang
tertentu, namun agama memang menjadi kebutuhan setiap pribadi seseorang. Proses
penyadaran dan perubahan untuk meningkatkan nilai jiwa keagamaan pun akan mudah
dikembangkan.
E. Sumber
Nata, H. Abuddin. 2004. Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia.
Jakarta: Rajagrafindo.
Internet (Google)
PEPATAH
Kalau kamu berfikir untuk masa satu tahun,
Tanamlah jagung
Kalau kamu berfikir untuk masa 10 tahun,
Tanamlah pohon
Kalau kamu berfikir untuk masa 100 tahun,
Didiklah anak
Kalau kamu berfikir untuk masa 1000 tahun,
Didiklah anakmu dengan Al Qur’an
Karena Al Qur’an yang akan memperpanjang usia dunia
Selama Al Qur’an masih ada di muka bumi
Kiamat tidak akan pernah terjadi.