165

PemimpinRedaksi SitiSakdiyah(KasubditBinaGTKRA) Ainurrofiq

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020
iii
Tim Redaksi MADARIS Jurnal Pendidikan Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah
Pelindung Fahrul Razi (Menteri Agama RI) Kamaruddin Amin (Direktur Jenderal Pendidikan Islam)
Penanggung jawab Amien Suyitno (Direktur GTK Madrasah)
Pemimpin Redaksi Siti Sakdiyah (Kasubdit Bina GTK RA) Ainurrofiq (Kasubdit Bina GTK MI/MTs) Kastolan (Kasubdit Bina GTK MA/MAK)
Mitra bestari Bahrul Hayat Mark Oliver Heyward Imam Machalli Yazid Hady
Administrasi M Sidik Sisdiyanto (Kasubag TU Dit GTK Madrasah) M Fatihul Afham (Admin Simnas GTK Madrasah) M Habiburrohman (Admin Simnas GTK Madrasah)
Dewan Redaksi Ameliasari Tauresia Kesuma Nurchaili Suyitman Reza Hesti Nur Habibah Farida Hanum Nova Indriati Ahmad Hamdani Naning Maryana Novita Purwa Hadi Mohammad Holis Noor Shofiyati Darwin Gilang Tri Subekti Muhammad Abdul Ghofur Fajar Senjaya Umi Fadilah Anis Nurowidah Shorihatul Inayah Zian Alfiana
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020
iv
“Guru madrasah harus menjadi garda terdepan dalam transformasi pendidikan
bangsa,” pesan Direktur Dit. GTK Madrasah, Prof. Dr. H. Suyitno, M.Ag. dalam
sambutannya pada Simposium Nasional GTK Kemenag RI Tahun 2019. Pesan
tersebut menjadi motivasi tersendiri bagi 20 pemakalah simposium untuk menjadi
pionir dalam pembaruan pendidikan nasional. Penerbitan Madaris: Jurnal Guru
Inovatif sebagai jurnal nasional di bawah pembinaan Direktorat GTK.
Tentu upaya melahirkan jurnal ilmiah tidaklah mudah. Butuh diskusi panjang untuk
memilih nama, gaya selingkung, dewan redaksi, dan mengurus ISSN. Tapi kami
harus memulainya, tak harus menunggu sempurna. Edisi perdana ini menjadi cikal
bakal menuju jurnal yang terakreditasi sebagaimana kata Prof. Bahrul Hayat, P.Hd.:
“Begin your journey of growth today.”
Pada edisi ini, terdapat 10 artikel yang berasal dari 10 pemakalah simposium.
Sebagian artikel merupakan karya yang dipresentasikan saat simposium dan
sebagian lainnya merupakan hasil penelitian dari pemakalah. Jurnal ini diawali
dengan naskah dari Nurchaili tentang RPP Digital Perangkat Pembelajaran Guru 4.0.
Bagi guru, RPP memiliki peran yang urgen dalam pembelajaran. Tentu, RPP di era
digital ini berbeda dengan RPP konvensional. Tema era digital juga ditulis oleh
Novita Purwa Hadi dengan artikel berjudul, “Pengembangan Media Pembelajaran
Audio Visual Dengan Pendekatan Saintifik Berbasis Android Di Kelas V Madrasah
Ibtidaiyah. Edisi ini diakhiri dengan tulisan dari Muhammad Abdul Ghofur tentang
“Nilai-nilai Tasawuf Akhlaki dalam Gurindam Dua Belas untuk Pembinaan Akhlak
Siswa Madrasah Di Era Disrupsi (Kajian Pasal Keempat Gurindam 12 Raja Ali Haji).
Akhirulkalam, penerbitan jurnal ini sekadar langkah kecil dalam mewujudkan
guru madrasah sebagai garda terdepan dalam transformasi pendidikan bangsa.
Tentunya, kami sangat berterima kasih kepada Direktur GTK, Prof. Dr. H. Suyitno,
M.Ag. beserta jajarannya yang telah membimbing dan mempercayai kami untuk
membidani lahirnya Madaris sebagai jurnal Direktorat Guru dan Tenaga
Kependidikan Madrasah, Direktorat Pendidikan Islam, Kemenag RI. Terima kasih
juga kami ucapkan kepada kontributor naskah, reviewer, dan editor yang telah
menyumbangkan ide dan pemikirannya untuk Madaris.
Guru Hebat, Madrasah Bermartabat
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020
v
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DIGITAL PERANGKAT PEMBELAJARAN GURU 4.0.................................................................................................1 NURCHAILI PEMANFAATAN MEDIA “WAYANG AKHLAK” SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII F MTs NEGERI 1 KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2018/2019........................................................................................12 SUYITMAN PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS ANDROID DI MADRASAH IBTIDAIYAH......26 NOVITA PURWA HADI GEOMETRI BERBASIS ETNOMATEMATIKA SEBAGAI INOVASI PEMBELAJARAN DI MADRASAH TSANAWIYAH UNTUK MEMBENTUK KARAKTER ISLAMI............ 43 NOOR SHOFIYATI SUPERVISI PEMBELAJARAN ERA 4.0 DENGAN MODEL LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN DOUBLE PROFESIONALISME......................................................... 57 NUR HABIBAH STRATEGI “S-M-A-R-T” DALAM PENGELOLAAN LITERASI MADRASAH MENUJU GOOD PRACTICE SCHOOL DI MTs PESANTREN TERPADU AL FAUZAN..................................................................................................................................70 NANING MARYANA HARMONISASI PENDIDIKAN SAINS DAN ISLAM MELAUI PENDEKATAN STEAMER (MEMBANGUN GENERASI KIMIA ABAD 21)............................................. 84 SHORIHATUL INAYAH PENGEMBANGAN LKS KARELISA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI MA SEBAGAI SOLUSI MENGAHADAPI TANTANGAN PEMBELAJARAN ABAD 21.......................................................................97 ANIS NUROWIDAH GURU MADRASAH YANG PROFESIONAL DAN MODERAT DI ERA DISRUPSI. 117 DARWIN NILAI-NILAI TASAWUF AKHLAKI DALAM GURINDAM DUA BELAS UNTUK PEMBINAAN AKHLAK SISWA MADRASAH DI ERA DISRUPSI (KAJIAN PASAL KEEMPAT GURINDAM 12 RAJA ALI HAJI)...................................................................139 MUHAMMAD ABDUL GHOFUR
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 12-23
1
Nurchaili [email protected]
ABSTRAK
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan salah satu perangkat pembelajaran wajib yang harus disusun oleh guru. Baik tidaknya pembelajaran, salah satunya ditentukan oleh kualitas perencanaan yang dijabarkan guru dalam RPP. RPP Digital merupakan salah satu wujud pengembangan diri guru dalam menghadapi pembelajaran abad 21 dan Revolusi Industri 4.0. yang juga dinamakan era disrupsi. Guru 4.0 merupakan guru kreatif dan inovatif yang mampu membuat perangkat pembelajaran dalam format digital dan bisa mengikuti perkembangan zaman. RPP digital menjadi salah satu peluang guru dalam menjawab tantangan era disrupsi. RPP digital merupakan perangkat pembelajaran paket komplit (complete package) kegiatan pembelajaran dan powerful, karena memuat rencana pembelajaran yang dilengkapi dengan bahan ajar, baik teks, gambar maupun video pembelajaran, soal-soal online dan tautan (link) materi pelajaran yang dapat diakses langsung dari RPP tersebut. RPP digital mudah direvisi, biaya pembuatan murah, menarik, dan mudah dibagi (share), serta dapat diakses dimana saja dan kapan saja.
Kata Kunci: RPP Digital, Guru 4.0
ABSTRACT Lesson Plan (RPP) is one of the mandatory learning tools that must be compiled by the teacher. Whether the learning is good or not, one of them is determined by the quality of the planning described by the teacher in the lesson plan. Digital RPP is one form of teacher self-development in the face of 21st century learning and the Industrial Revolution 4.0. which is also called the era of disruption. Teacher 4.0 is a creative and innovative teacher who is able to make learning devices in digital format and can keep up with the times. Digital RPP is one of the opportunities for teachers to answer the challenges of the disruption era. Digital RPP is a complete package of learning activities and powerful, because it contains a learning plan that is equipped with teaching materials, both text, image and video learning, online questions and links subject matter that can be accessed directly from the RPP. Digital RPP is easily revised, low-cost, attractive and easily shared, and can be accessed anywhere and anytime.
Key words: Digital RPP, Teacher 4.0
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 12-23
2
profesional dan proses pembelajaran akan terprogram dengan baik. Perangkat
pembelajaran harus disusun dengan lengkap agar dapat dijadikan referensi dalam
merancang, melaksanakan, sampai mengevaluasi proses pembelajaran. Beberapa
perangkat pembelajaran yang harus disiapkan guru diantaranya, program tahunan,
program semester, silabus, lembar kerja peserta didik, instrumen penilaian sikap,
buku materi ajar, buku absensi, buku jurnal, portofolio, bank soal, media
pembelajaran, daftar laporan penilaian kelas, dan rencana pelaksanaan
pembelajaran.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan salah satu perangkat
pembelajaran pokok yang harus dibuat guru. RPP merupakan perangkat yang berisi
prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu atau beberapa
kompetensi dasar (KD). Karena pentingnya RPP, menjadikan ia sebagai perangkat
pembelajaran yang wajib dibuat oleh guru. Guru wajib membuat RPP setiap mata
pelajaran yang diampunya. Sedikitnya dalam setahun, guru membuat dua RPP untuk
semester ganjil dan genap, dan menghabiskan rata-rata dua rim kertas untuk
menyusunnya.
RPP pun terkadang kerap direvisi mengikuti perkembangan dan kondisi
peserta didik. Belum lagi jika terjadi perubahan atau revisi kurikulum yang mau tidak
mau guru juga harus merombak RPP-nya. Imbasnya, guru menghabiskan kertas
lebih banyak untuk menyesuaikan RPP dengan kondisi dan kebijakan yang
ditetapkan. Sampai kapan guru harus boros menggunakan kertas? Sudah saatnya
guru menjadi pelopor paperless dan berperan dalam melestarikan alam guna
menyelamatkan bumi dari pemanasan global yang semakin membara.
Di samping itu saat ini kita telah berada di dasawarsa ketiga abad 21, yaitu
tahun 2020. Kita juga sudah berada di era Revolusi Industri 4.0, dimana digitalisasi
dan otomasi hampir merambah setiap aspek kehidupan. Era ini ditopang oleh
teknologi abad 21 seperti internet of things, artificial intelligence, teknologi robotik
dan sensor, digitalization, big database analysis, machine interface, dan
teknologi 3D printing (Suyanto, S., 2019)
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 12-23
3
Era ini dinamakan juga dengan era disrupsi, dimana pergeseran dunia
nyata ke dunia maya menjadi sangat fundamental karena sudah menyangkut hidup
dan gaya hidup. Generasi saat ini mengalami perubahan drastis pada pola pikir dan
pola hidup. Salah satu perubahan yang nyata yaitu pergeseran budaya komunikasi
dan akses informasi. Mereka membutuhkan pengalaman belajar yang berbeda.
Karenanya guru harus mampu memenuhi tuntutan kebutuhan peserta didik sesuai
dengan zamannya. Situasi ini menjadi salah satu tantangan yang dihadapi dunia
pendidikan, dimana sekolah atau madrasah harus mampu membangun keterampilan
abad 21 bagi peserta didik. Madrasah harus mendorong peserta didik untuk memiliki
keterampilan masa depan (future skill).
Walaupun sedikit tertinggal, dimana pembelajaran abad 21 baru hangat
dibicarakan di Indonesia sekitar tahun 2015, kita harus segera bangkit untuk
memulainya. Banyak hal yang harus disiapkan guru agar mampu melaksanakan
pembelajaran abad 21. Mencermati pernyataan Anies Baswedan saat masih
menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, yang menyatakan,
“Pendidikan kita sedang berada di abad 21, namun sayangnya peserta didiknya
masih abad 20, ironisnya gurunya masih abad 19” (Subagiyo, E., 2018). Sebagai
pendidik kita harus menyikapi pernyataan tersebut dengan lapang dada dan
bertekad untuk mengejar ketinggalan dengan berbagai upaya.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam Modul Pembelajaran Abad
21, keterampilan yang harus dimiliki untuk membangun masyarakat berpengetahuan
(knowledge-based society) pada abad 21 antara lain: keterampilan literasi teknologi
informasi dan komunikasi serta media, keterampilan berpikir kritis (critical thinking
skills), keterampilan memecahkan masalah (problem-solving skills), keterampilan
berkomunikasi efektif (effective communication skills), dan keterampilan bekerja
sama secara kolaboratif (collaborative skills). Kelima keterampilan abad 21 tersebut
dapat dibangun melalui pengintegrasian Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
atau digitalisasi dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu guru dituntut untuk
menguasai teknologi digital.
Guru sekarang, dituntut untuk mampu melahirkan peserta didik yang terus
menjadi manusia pembelajar atau long life learner. Dalam dunia pendidikan,
kemajuan teknologi informasi sangat bermanfaat untuk menunjang kegiatan
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 12-23
4
pembelajaran. Digitalisasi media pembelajaran bisa menjadi salah satu solusi dalam
mengatasi rendahnya minat belajar. Salah satu hal sederhana yang dapat dilakukan
guru adalah meningkatkan kemampuan literasi digital peserta didik melalui bahan
ajar digital dan RPP digital. RPP digital menjadi salah satu peluang guru dalam
menjawab tantangan era disrupsi sehingga ia layak dilabelkan sebagai Guru 4.0.
B. KAJIAN PUSTAKA
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan salah satu perangkat
pembelajaran wajib yang harus disediakan guru. Baik tidaknya pembelajaran,
salah satunya ditentukan oleh kualitas perencanaan yang dijabarkan guru dalam
RPP. RPP dapat memudahkan pencapaian kompetensi dasar yang ditetapkan
dalam standar isi serta dijabarkan dalam silabus. Ada beberapa alasan penting
mengapa guru harus menyusun RPP, diantaranya: pertama, RPP adalah acuan atau
pedoman bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.
Kedua, RPP adalah langkah awal dari seorang guru dalam merancang dan
mengembangkan metode terbaik dan mudah dalam pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan kompetensi peserta didik sebagimana diharapkan, dan ketiga, dengan
adanya RPP guru dapat sedini mungkin memprediksi efektivitas pengelolaan kelas,
baik terkait dengan waktu, metode, suasana kelas, dan hal-hal lainnya yang
mendukung pencapaian tujuan pembelajaran.
Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP. Jika guru
menyusun RPP secara lengkap dan sistematis, diharapkan pembelajaran dapat
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, dan
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik sebagaimana diharapkan pada
standar proses. Selain RPP, guru juga harus mempersiapkan media dan sumber
belajar, serta penilaian pembelajaran yang dikembangkan baik secara individual
maupun kelompok.
menyatakan bahwa RPP sebagai taught curriculum yang bermakna, apa yang
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 12-23
5
dirancang dalam kurikulum harus tertuang dalam RPP untuk mencapai hasil belajar
peserta didik atau learned curriculum yang merupakan hasil langsung dari
pengalaman belajar yang dirancangkan dalam RPP. Agar harapan ini dapat tercapai
dengan baik, maka guru harus menyusun perencanaan pembelajaran secara
lengkap dan sistematis termasuk penilaiannya.
RPP sering menjadi kendala tersendiri di kalangan guru. Adapun faktor
penyebabnya antara lain (1) guru belum memahami esensi dari masing-masing
komponen penyusun RPP, (2) guru belum membaca peraturan yang mengatur
tentang pembelajaran secara utuh atau bahkan tidak pernah membacanya, (3)
kemudahan mendapatkan file RPP dari guru lain dan internet yang sebenarnya tidak
bisa diterapkan di kelas karena modalitas, karakteristik, potensi peserta didiknya
berbeda. dan (4) guru memiliki anggapan RPP merupakan pemenuhan administrasi
saja. Kendala ini dapat teratasi jika guru mau berubah, dari pemahaman RPP
sebagai pemenuhan administrasi menuju RPP sebagai kewajiban profesional.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud)
nomor 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran, dinyatakan bahwa RPP merupakan
rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci mengacu pada silabus,
buku teks pelajaran, dan buku panduan guru. Adapun komponen RPP sesuai
dengan Permendikbud tersebut paling sedikit memuat: (1) identitas sekolah, mata
pelajaran, dan kelas/semester; (2) alokasi waktu; (3) KI, KD, indikator pencapaian
kompetensi; (4) materi pembelajaran; (5) kegiatan pembelajaran; (6) penilaian; serta
(7) media/alat, bahan, dan sumber belajar.
Selanjutnya, dalam Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses,
bahwa komponen RPP terdiri atas identitas sekolah, identitas mata pelajaran,
kelas/semester, materi pokok, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, KD dan IPK,
materi pembelajaran, metode, media, sumber belajar, langkah-langkah pembelajaran
dan penilaian hasil pembelajaran.
Berdasarkan Permendikbud tersebut terdapat tiga alternatif penyusunan RPP: (1)
berdasarkan komponen Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014, (2) berdasarkan
pada komponen Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, dan (3) memadukan
komponen dari dua Permendikbud (saling melengkapi).
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 12-23
6
Kementerian Agama Republik Indonesia melalui Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Islam Nomor 5164 Tahun 2018, menetapkan kebijakan tersendiri
mengenai petunjuk teknis penyusunan RPP pada madrasah. Pada Bab II tentang
RPP dijelaskan bahwa perencanaan pembelajaran adalah tahap pertama dalam
pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan RPP.
RPP merupakan rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci
mengacu pada: (1) Silabus, (2) Kompetensi Dasar (KD), (3) Buku teks pelajaran, dan
buku panduan guru, (4) Ciri khas pembelajaran abad 21, yang meliputi: (a)
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK meliputi penguatan karakter moderasi
beragama atau keseimbangan dalam beragama atau Islam Wasathiyah, religius,
nasionalis, mandiri, gotong-royong dan integritas), (b) Literasi (literasi dasar atau
keluasan wawasan bacaan dan budaya, literasi media atau keluasan wawasan
dalam penggunaan media, literasi perpustakaan, literasi teknologi dan literasi visual),
(c) Merangsang tumbuhnya 4C (Critical thinking atau merangsang tumbuhnya
kemampuan peserta didik berpikir kritis, Collaborative atau merangsang tumbuhnya
kemampuan peserta didik untuk bekerja sama dengan berbagai pihak, Creativity
atau merangsang tumbuhnya kemampuan peserta didik berpikir kreatif inovatif atau
munculnya ide-ide baru (orisinal), dan Communicative atau merangsang tumbuhnya
kemampuan peserta didik untuk mengomunikasikan pikiran dan ide-ide yang
dimilikinya, (d) High Order Thinking Skill (HOTS) atau keterampilan mengaitkan
komponen-komponen berpikir tingkat tinggi atau mengaitkan antara pengetahuan
dengan kompleksitas realitas kehidupan sekitarnya.
Berikutnya (5) RPP mencakup: (a) identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran,
dan kelas/semester; (b) alokasi waktu; (c) KI, KD, indikator pencapaian kompetensi;
(d) materi pembelajaran; (e) kegiatan pembelajaran; (f) penilaian; dan (g) media/alat,
bahan, dan sumber belajar.
Sebagai perangkat pembelajaran yang wajib dibuat oleh setiap guru, RPP
harus mengikuti perkembangan zaman, baik isi, format maupun bentuk. Saat ini kita
telah berada di abad 21 dan era Revolusi Industri 4.0, sudah masanya guru tidak lagi
menyusun RPP dalam bentuk manual.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 12-23
7
RPP Digital merupakan salah satu wujud pengembangan diri guru dalam
menghadapi pembelajaran abad 21 dan Revolusi Industri 4.0. Guru yang kreatif dan
inovatif bisa membuat perangkat pembelajaran dalam format digital. RPP digital
pada prinsipnya serupa dengan RPP manual. Ia juga menjabarkan kompetensi dasar
(KD), Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) dan langkah- langkah pembelajaran.
Namun RPP Digital lebih powerful karena diformat dalam bentuk elektronik (e-book).
Mengapa RPP digital lebih powerful? Ini disebabkan karena mudah direvisi,
biaya pembuatan yang murah, menarik, dan dapat dilengkapi dengan berbagai
media pembelajaran yang menarik. Dalam RPP digital juga bisa disisipkan video-
video pembelajaran, soal-soal online dan tautan (link) materi pelajaran yang dapat
diakses langsung dari RPP tersebut. Selain itu RPP digital bisa diakses kapan dan
dimana saja karena dapat disimpan di smartphone dan perangkat digital lainnya.
Jadi RPP digital merupakan perangkat pembelajaran berupa paket komplit (complete
package) kegiatan pembelajaran.
RPP digital juga mendukung open learning dan dapat dimiliki oleh peserta didik
karena mudah dibagikan (share) misalnya melalui media sosial seperti Facebook,
WhatsApp, Telegram dan sejenisnya. Sehingga peserta didik benar-benar
mengetahui kompetensi dasar apa yang harus dikuasainya pada setiap pelaksanaan
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan keterampilan pembelajaran abad 21. Peserta
didik dapat belajar mandiri dengan menggunakan RPP digital yang telah disusun
oleh guru mata pelajarannya. Selain itu orang tua juga dapat memonitor kualitas
pembelajaran yang diberikan kepada putra-putrinya.
RPP digital memiliki berbagai fungsi, antara lain: (a) sebagai salah satu
alternatif media belajar; (b) berbeda dengan RPP cetak, RPP digital dapat
memuat konten multimedia di dalamnya sehingga dapat menyajikan bahan ajar
yang lebih menarik dan membuat pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan; (c) sebagai media berbagi informasi; dan (d) dibandingkan
dengan RPP cetak, RPP digital dapat disebarluaskan secara lebih mudah, baik
melalui media seperti website, kelas maya, e-mail dan media digital lainnya.
Disamping itu RPP digital juga bersifat ramah lingkungan dan mendukung
gerakan paperless.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 12-23
8
buku elektronik, seperti kvisoft, sigil, indesign, pdf flipbook maker dan sejenisnya.
Namun electronic publication (e-Pub) merupakan sebuah format buku digital yang
disepakati oleh International Digital Publishing Forum (IDPF) pada Oktober
2011. e-Pub menggantikan peran Open eBook sebagai format buku terbuka. e-Pub
terdiri atas file multimedia, html, css, xhtml, xml yang dikemas dalam satu file.
Sebagai format yang tidak mengacu kepada salah satu pengembang tertentu,
e-Pub dapat dibaca di banyak perangkat, seperti: komputer (AZARDI, Calibre, plugin
firefox, plugin google chrome), Android (FBReader, Ideal Reader), iOS (ireader),
Kobo eReader, Blackberry playbook, Barnes and Noble Nook, Sony Reader, dan
berbagai perangkat lainnya (Anonimous, 2016).
4. GURU 4.0
Guru sebagai pendidik harus menyadari bahwa segala sesuatu yang ada
di dunia ini tidak ada yang kekal, serba berubah, bahkan perubahannya
bisa berlangsung sangat cepat. Apa yang dulu dianggap mustahil, ternyata
sekarang sudah lumrah dilakukan. Apa yang hari ini terlihat istimewa,
beberapa tahun kemudian akan tampak biasa saja. Oleh karena itu sebagai
pendidik, guru harus mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi masa
depan sesuai zamannya. Hal ini telah ditegaskan oleh Ali bin Abi Thalib belasan
abad yang lalu melalui pernyataannya, “Didiklah anak-anakmu sesuai
zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu”.
RPP digital sangat mendukung pembelajaran mandiri maupun kelompok. RPP
digital akan memberikan pedoman pelaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai
rencana yang disusun oleh guru. Untuk kebutuhan administrasi madrasah, RPP
digital dapat disimpan dalam compact disc (CD) atau pada laman (website) sekolah.
Di saat penggunaan teknologi semakin masif, tak terkecuali dalam dunia
pendidikan, guru harus mampu mengimbanginya. Guru yang gagap teknologi
(gaptek) harus rela dilabeli “Guru Jadoel”, gaya mengajarnya monoton dan tidak
terampil mengaitkan materi ajar dengan kehidupan kekinian. Guru yang terlahir di
“zaman old’ harus beradaptasi agar bisa masuk dalam dunia peserta didik “zaman
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 12-23
9
now”. Guru harus melahirkan gaya mengajar baru yang lebih efektif dan sesuai
dengan gaya belajar, tuntutan kebutuhan, dan kemajuan zaman.
Penerapan teknologi informasi dalam pembelajaran diyakini bisa meningkatkan
hasil belajar peserta didik. Banyak riset telah membuktikan penggunaan teknologi
informasi memberi dampak positif dalam pembelajaran. Nurchaili (2010) menyatakan
penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi informasi dalam proses
pembelajaran dapat memberi pengaruh nyata terhadap peningkatan hasil belajar
peserta didik. Kelas tampak lebih ceria dan bersemangat. Terlebih teknologi dapat
menghadirkan kehidupan nyata dalam pembelajaran.
C. PEMBAHASAN
Era disrupsi ini hendaknya memotivasi guru untuk berinovasi tiada henti.
Madrasah tidak perlu anti terhadap peserta didik yang gandrung dengan internet dan
smartphone. Sebaliknya, semua elemen pendidikan harus mampu memanfaatkan
potensi internet dan smartphone di era digital ini agar peserta didik dapat
memanfaatkannya untuk pembelajaran. Dengan berbagai keunggulan dan daya
tariknya, RPP digital diharapkan mampu menumbuhkan minat belajar peserta didik
sehingga hasil belajar semakin meningkat. Dengan demikian akan terwujud
masyarakat pembelajar (learning society) yang akan menjadikan Indonesia sebagai
bangsa yang cerdas (educated nation) dan berakhlak mulia.
Sebagai pendidik, guru memiliki tanggung jawab untuk membawa peserta didik
bertahan dengan kehidupan di masa mendatang dan mempersiapkan peserta didik
dengan keterampilan masa depan (future skill). Guru 4.0 yang bisa diposisikan
sebagai kelompok Digital Immigrant keberadaannya sangat penting bagi peserta
didik. Guru harus bisa membimbing dan mengarahkan peserta didik agar belajar
memanfaatkan teknologi digital ke arah yang lebih positif guna menunjang
pembelajaran, sehingga guru layak disebut sebagai teladan penerang bangsa. RPP
digital sangat mendukung pembelajaran mandiri maupun kelompok. RPP digital akan
memberikan pedoman pelaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai rencana yang
disusun oleh guru. Untuk kebutuhan administrasi madrasah, RPP digital dapat
disimpan dalam compact disc (CD) atau pada laman (website) sekolah.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 12-23
10
Tidak hanya sebatas RPP digital, guru 4.0 juga bisa menjawab tantangan era
disrupsi dengan menghasilkan produk-produk pembelajaran digital yang berguna
dalam penerapan pembelajaran abad 21. Produk-produk pembelajaran tersebut
dapat berupa buku digital, media pembelajaran interaktif, kelas maya (digital class),
soal-soal online, website/blog pribadi sebagai sarana pembelajaran, dan produk
digital lainnya yang berdaya guna dalam dunia pendidikan. Guru yang melek digital
(digital literate) sangat dibutuhkan untuk melayani peserta didik 4.0.
D. PENUTUP
digital memberikan pedoman pelaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai rencana
yang disusun guru berdasarkan tuntutan kurikulum. Untuk kebutuhan administrasi
madrasah, RPP digital dapat disimpan dalam compact disc (CD) atau pada laman
(website) sekolah.
membawa peserta didik untuk belajar dengan memanfaatkan teknologi digital ke
arah yang lebih positif. Disamping itu RPP digital juga sangat mendukung paperless
dan guru harus menjadi pelopor dan berperan dalam melestarikan alam guna
menyelamatkan bumi dari pemanasan global.
Kesiapan guru dan madrasah dalam mempersiapkan gaya belajar di era
Revolusi Industri 4.0 akan berdampak pada meningkatnya mutu lulusan, karena
peserta didik memiliki keterampilan literasi digital yang baik dan Insyaa Allah siap
berkontribusi di era disrupsi ini.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 12-23
11
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous 2016. Memahami Buku Digital. Materi Online Workshop Digital Book Batch 1. SEAMEO-SEAMOLEC: Jakarta.
Anonimous 2017. Modul Pembelajaran Abad 21. Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan, Kemendikbud: Jakarta.
Anonimous 2017. Model Pengembangan RPP. Direktorat Pembinaan SMA. Kemendikbud: Jakarta.
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 5164 Tahun 2018. Kementerian Agama RI: Jakarta.
Nurchaili. 2010. Pengaruh Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Dalam Proses Pembelajaran Kimia Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Peserta didik. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 16 No. 6, Nopember 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Nasional: Jakarta.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI: Jakarta.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI: Jakarta.
Subagiyo, E. 2018. Gaya Belajar Abad 21. https://adin200.blogspot.com. (diakses 13 Nopember 2019)
Suyanto, S. 2019. Pengembangan Kompetensi Guru Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Biologi & Saintek (SNPBS) Ke-IV Pendidikan Biologi, FKIP UMS Surakarta, 27 April 2019. https://publikasiilmiah.ums.ac.id. (diakses 13 Nopember 2019)
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 12-23
12
PEMANFAATAN MEDIA “WAYANG AKHLAK” SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII F MTs
NEGERI 1 KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Suyitman [email protected]
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kebumen
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemanfaatan wayang akhlak dalam pembelajaran dan untuk mengetahui peningkatan kreativitas dan hasil belajar Akidah Akhlak menggunakan media wayang akhlak. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan instrumen pengumpulan data menggunakan observasi dan tes hasil belajar. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dan persentase. Penerapan wayang akhlak digunakan mulai pengamatan sampai komunikasi. Bentuk wayang akhlak dapat dibuat berbagai macam seperti wayang daun singkong, wayang suket, wayang sedotan, wayang gambar atau wayang bentuk lain yang dapat dibuat oleh peserta didik. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan wayang akhlak mampu meningkatkan kreativitas peserta didik. Pada Siklus I, rata-rata kreativitas peserta didik hanya 65% dan meningkat menjadi 91% pada Siklus II. Hasil belajar pun mengalami kenaikan. Pada Siklus 1, nilai rata-rata tes tulis 1 sebesar 79.00 dan naik menjadi 92.38 pada Siklus II. Begitu juga untuk nilai tes tulis 2 dan unjuk kerja yang naik dari 81.00 menjadi 93.00 dan 80.00 menjadi 92.00. Dengan demikian, pemanfaatan wayang akhlak dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Akidah Akhlak.
Kata kunci : wayang akhlak, kreativitas, hasil belajar
ABSTRACT This study aims to describe the use of moral puppets in learning and to find out the increase in creativity and learning outcomes of moral character using moral puppet media. This research is a classroom action research with data collection instruments using observation and learning outcomes tests. Data analysis techniques using descriptive analysis and percentages. The application of moral puppets is not only as an introduction to the media to deliver material, but is also used from observation to communication. The forms of moral puppets can be made in various kinds such as cassava leaf puppets, grass puppet, straws puppet, picture puppets or other forms of puppets that can be made by students. Based on the results of the study, the use of moral puppets can increase student creativity. In Cycle I, the average creativity of students was only 65% and increased to 91% in Cycle II. Learning outcomes have increased. In Cycle 1, the average value of written test 1 was 79.00 and rose to 92.38 in Cycle II. Likewise for the written test score 2 and the performance which rose from 81.00 to 93.00 and 80.00 to 92.00. Thus, the use of moral puppets can increase the creativity and learning outcomes of students.
Key word: moral puppet, creativity, learning outcomes
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 12-23
13
1. Latar Belakang Masalah
Wayang kulit telah menjadi ikon wisata budaya bangsa Indonesia. Salah satu
alasan wisatawan datang ke Indonesia adalah untuk menyaksikan pertunjukan wayang.
Bahkan banyak warga asing yang justru tertarik untuk mempelajari wayang dengan
segala aspek budanya. Namun meningkatnya perhatian dunia, tidak diiringi dengan
meningkatnya perhatian generasi muda terhadap wayang. Bahkan di kalangan pelajar,
banyak peserta didik yang tidak kenal nama-nama tokoh wayang, apalagi mengetahui
cerita yang terkandung di dalam wayang. Kondisi ini sangat memprihatinkan.
Bagaimana mungkin peserta didik yang notabene sebagai generasi penerus bangsa
dapat memelihara warisan budaya jika mereka tidak mengenalnya?
Ketidakpedulian generasi muda pada umumnya dan pelajar pada khusunya
merupakan preseden buruk bagi pewarisan budaya bangsa. Bisa jadi negara lain
justru mengakui tradisi bangsa Indonesia. Beberapa tahun lalu, Malaysia
mengklaim bahwa wayang kulit, batik, angklung, dan juga kuda lumping
merupakan tradisi yang berasal dari negeri tetangga tersebut (Liputan6.com).
Publik pun kaget dengan klaim sepihak yang dilakukan Malaysia. Warganet ramai-
ramai melayangkan protes sambil menunjukkan bukti-bukti bahwa tradisi tersebut
berasal dari Indonesia.
Tentunya kasus tersebut tidak akan terjadi jika bangsa Indonesia, khususnya
lembaga pendidikan turut berperan aktif dalam melestarikan budaya bangsa.
Pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia
dan tanggap terhadap tuntutan perubahan Zaman.
Kepritahinan itulah yang melatarbelakangi penulis untuk mengenalkan wayang
dalam pembelajaran. Cerita wayang yang penuh dengan nilai-nilai moral sangat
sesuai dengan materi pembelajaran Akidah Akhlak. Selain itu, dengan pemanfaatan
wayang sebagai media pembelajaran juga menuntut peserta didik untuk berkreasi
dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kedua sikap tersebut merupakan modal
utama bagi setiap orang dalam bersaing pada Abad Revolusi Industri Keempat
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 12-23
14
atau 4.0. Pada abad itu, generasi muda harus dibekali dengan lima kemampuan
yang harus dimiliki antara lain, kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif,
kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerja sama, dan percaya diri.
Selama ini, peserta didik kurang kreatif. Akibatnya, hasil belajarpun kurang
maksimal. Peserta didik cenderung meniru apa yang dicontohkan guru tanpa
melakukan modifikasi. Begitu juga saat mereka presentasi di depan kelas, mereka
masih ragu, belum tampil penuh percaya diri. Oleh karena itulah penulis menyusun
karya ilmiah dengan judul “Pemanfaatan Media ‘Wayang Akhlak’” sebagai Upaya
Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Peserta Didik pada Pembelajaran
Akidah Akhlak Kelas VIII F MTs Negeri 1 Kebumen Semester Gasal Tahun
Pelajaran 2018/2019.
a. Bagaimana pemanfaatan media wayang akhlak dalam pembelajaran Akidah Akhlak
di Kelas VIII F MTs Negeri 1 Kebumen Semester Gasal Tahun Pelajaran 2018/2019?
b. Bagaimana peningkatan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran dengan
memanfaatkan media Wayang Akhlak dalam pembelajaran Akidah Akhlak di Kelas
VIII F MTs Negeri 1 Kebumen Semester Gasal Tahun Pelajaran 2018/2019?
c. Bagaimana peningkatan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran dengan
memanfaatkan media Wayang Akhlak dalam pembelajaran Akidah Akhlak di Kelas
VIII F MTs Negeri 1 Kebumen Semester Gasal Tahun Pelajaran 2018/2019?
3. Tujuan
a. Untuk mendeskripsikan pemanfaatan media wayang akhlak dalam pembelajaran
Akidah Akhlak di Kelas VIII F MTs Negeri 1 Kebumen Semester Gasal Tahun
Pelajaran 2018/2019.
dengan memanfaatkan media Wayang Akhlak dalam pembelajaran Akidah Akhlak di
Kelas VIII F MTs Negeri 1 Kebumen Semester Gasal Tahun Pelajaran 2018/2019.
c. Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran
dengan memanfaatkan media Wayang Akhlak dalam pembelajaran Akidah Akhlak di
Kelas VIII F MTs Negeri 1 Kebumen Semester Gasal Tahun Pelajaran 2018/2019.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 12-23
15
4. Manfaat
a. Secara teoretis hasil penelitian juga berfungsi sebagai salah satu referensi dalam
penelitian lebih lanjut, baik yang terkait dengan pemanfaatan wayang sebagai media
pembelajaran maupun pembelajaran akhlak terpuji dan tercela.
b. Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi siswa untuk meningkatkan kreativitas
dan hasil belajar. Bagi guru penelitian ini menjadi inovasi baru yang dapat digunakan
guru ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Sedangkan bagi madrasah
penelitian ini bermanfaat sebagai pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan
dalam proses pembelajaran di masa yang akan datang.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Wayang Akhlak
Wayang Akhlak berasal dari kata ”wayang” dan ”akhlak.” Secara etimologi
wayang berarti gambar atau tiruan orang yang dibuat dari kulit, kayu dan sebagainya
untuk mempertunjukkan suatu lakon. (W.J.S. Poerwadarminta, 2007: 1365) Dalam
bahasa Jawa kata wayang berarti “bayangan,” dalam bahasa Melayu disebut
bayang-bayang. Sedangkan dalam bahasa Bugis, wayang berarti bayang. (Sri
Mulyono, 1982: 13) Penamaan wayang berasal dari bayang-bayang dikarenakan
dalam pertunjukan wayang, ada bayang-bayang yang membuat pertunjukan lebih
eksotis. Bayang-bayang tersebut dihasilkan dari damar yang berada di atas dalang.
Sedangkan akhlak menurut al-Ghazali adalah keadaan di dalam jiwa yang
melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. (al-Ghazali, 2003: 108). Akhlak telah menjadi bagian dari mata
pelajaran yang digabungkan dengan Akidah menjadi Akidah Akhlak. Dalam
Lampiran Keputusan Menteri Agama No. 165 Tahun 2013 dijelaskan bahwa Akidah
Akhlak merupak mata pelajaran yang menekankan pada kemampuan memahami
keimanan dan keyakinan Islam dan akhlak menekankan pada pembiasaan untuk
menerapkan dan menghiasi diri dengan akhlak terpuji (mahmudah) dan menjauhi
serta menghindari diri dari akhlak tercela (mazmumah). Dengan demikian, wayang
akhlak adalah wayang yang digunakan dalam pembelajaran akhlak. Wayang akhlak
merupakan media pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan materi yang
berkaitan dengan akhlak terpuji dan akhlak tercela.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 12-23
16
Adapun jenis-jenis wayang berdasarkan bahan pembuatan dan daerah yang
ada di Indonesia antara lain: wayang kulit purwa, wayang golek sunda, wayang
orang, wayang betawi, wayang bali, wayang banjar, wayang suluh, wayang
palembang, wayang krucil, wayang thengul, wayang timplong, wayang kancil,
wayang rumput, wayang cepak, wayang jemblung, wayang sasak (lombok), dan
wayang beber. (Nursodik Gunarjo: 2011: 16) Dalam pembelajaran ini, peserta didik
diberi kebebasan dalam membuat wayang seperti wayang daun singkong, wayang
suket, dan wayang kertas.
2. Kreativitas Peserta Didik
Istilah kreativitas berasal dari bahasa Inggris, yaitu to create yang berarti
menciptakan, menimbulkan, dan membuat. Dari kata to create terbentuk kata benda
creativity yang berarti daya cipta. (John M. Echols dan Hassan Shadily, 2000: 154)
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kreativitas diartikan dengan kemampuan
untuk mencipta, daya cipta, perihal berkreasi, dan kekreatifan. (W.J.S
Poerwadarminta, 2007: 619) Secara operasional kreativitas dapat dirumuskan
sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan
orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan,
memperkaya, dan memerinci) suatu gagasan. Kemampuan memberikan penilaian
atau evaluasi terhadap suatu objek atau situasi juga mencerminkan kreativitas, jika
dalam penilaiannya seseorang mampu melihat objek, situasi, atau masalahnya dari
sudut pandang yang berbeda-beda. Misalnya anak diberi gambar atau uraian
mengenai suatu objek atau keadaan dan ia diminta mengatakan apa saja yang
kurang atau tidak cocok pada gambar atau uraian tersebut.
Joyce Wycoff menyatakan sebagian besar penelitian menunjukkan empat ciri
khas orang kreatif, yaitu: 1) Keberanian 2) Ekspresif 3) Humor 4) Intuisi. (Joyce
Wycoff, 2007: 19-50) Berdasarkan ciri-ciri orang kreatif di atas dapat dipahami bahwa
apabila peserta didik telah menemukan kreativitasnya, maka mereka cenderung
untuk 1) mandiri dalam mengerjakan tugas; 2) berani berbeda; 3) percaya diri saat
presentasi; 4) cermat dalam mengerjakan tugas; 5) detail dalam berkarya; 6) senang
menerima kritikan.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 12-23
17
Hasil belajar menurut Nana Sudjana adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah mereka menerima pengalaman belajarnya. (Nana Sudjana,
2006: 156) Mulyono Abdurrahman berpendapat, hasil belajar adalah kemampuan
yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. (Mulyono Abdurrahman, 2003:
37) Sedangkan Dimyati dan Mudjiono berpendapat, hasil belajar merupakan hasil
dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dimyati dan Mudjiono, 2006:
3-4) Hasil belajar tersebut dibedakan menjadi dampak pembelajaran, dan dampak
pengiring. Dampak pembelajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang
dalam angka rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan melonjat setelah latihan.
Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain. (M.
Dalyono, 1997: 55) Hasil belajar yang diukur dengan UN adalah hasil belajar pada
aspek kognitif. UN belum dilakukan terhadap aspek afektif dan psikomotor siswa.
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari
dalam diri siswa (internal) dan faktor yang datang dari luar diri siswa (eksternal).
Faktor internal datang dari dalam diri siswa meliputi a) kesehatan, b) inteligensi, c)
bakat, d) minat, e) motivasi, f) serta cara belajar. Adapun faktor eksternal merupakan
faktor yang berasal dari luar peserta didik. Hasil belajar yang dapat diraih oleh siswa
juga dipengaruhi oleh faktor eksternal atau lingkungan. Faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi hasil belajar meliputi yaitu a) keluarga, b) sekolah, c) masyarakat
atau lingkungan sekitar.
4. Urgensi Media Wayang dalam Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar
Pemanfaatan wayang akhlak tidak ubahnya seperti penggunaan media
pembelajaran yang memiliki peranan penting dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Penggunaan media pembelajaran yang tepat dapat membantu guru menyampaikan
informasi kepada peserta didik. Adanya ketertarikan terhadap proses pembelajaran
akan menumbuhkan sikap antusias dalam diri peserta didik. Hamalik menyatakan
bahwa penggunaan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar dapat
membangkitkan minat, motivasi, merangsang peserta didik belajar, serta membawa
pengaruh psikologis bagi peserta didik. (Oemar Hamalik, 2009: 85)
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 12-23
18
membangkitkan kreativitas sehingga peserta didik tertarik dan meningkatkan
pemahanan peserta didik pada materi pelajaran. Nanda mengatakan media wayang
merupakan seni kerajinan yang masih erat kaitannya dengan keadaan sosiokultural
dan religi bangsa Indonesia. Media wayang digunakan karena menarik bagi peserta
didik untuk proses pembelajaran, selain melestarikan budaya khususnya Jawa dan
memelihara kebudayaan tradisional dengan baik. Media wayang juga dapat
memotivasi peserta didik dalam belajar. (Nanda, 2010: 45)
Media wayang merupakan media yang menarik untuk digunakan dalamproses
pembelajaran. Selain untuk mengajarkan tentang kebudayaan Indonesia, media
wayang dapat dikembangkan menjadimedia pembelajaran yang disesuaikan dengan
materi pembelajaran yang akan dipelajari. Media wayang dapat diciptakan dengan
bahan-bahan yang mudah. Guru dapat membuat kemasan cerita yang menarik
perhatian peserta didik pada materi pelajaran akhlak. Dengan memadukan materi
pelajaran sebagai isi dalam cerita pertunjukan wayang maka pembelajaran akhlak
mampu meningkatkan kreativitas peserta didik.
C. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada peserta didik Kelas VIIIF MTs Negeri 1 Kebumen
Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019. Waktu penelitian mulai bulan Maret
sampai dengan April 2019. Prosedur penelitian menggunakan penelitian tindakan
kelas yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin MC. Taggart dengan
empat kompenen tindakan dalam setiap sikulus yaitu 1) planning (perencanaa), 2)
acting (tindakan), 3) obeserving (observasi), dan 4) reflecting (refleksi). Penelitian ini
terdiri dari 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 3 pertemuan. Instrumen
pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan tes hasil belajar. Adapun
teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dan presentase.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 12-23
19
a. Langkah Pembelajaran dengan Wayang Akhlak
Di awal tahun ajaran baru penulis telah melakukan perbaikan pembelajaran
berdasarkan evaluasi diri pada pembelajaran tahun sebelumnya. Dalam proses ini
ditentukan penggunaan wayang akhlak sebagai media pembelajaran. Lalu, penulis
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang di dalamnya telah
menyebutkan tentang pemanfaatan wayang akhlak sebagai media pembelajaran.
Penulis juga mencari beberapa contoh wayang yang dapat dibuat oleh peserta didik
seperti wayang daun singkong, wayang suket, dan wayang dari kertas. Pembelajaran
Akhlak dengan menggunakan wayang akhlak dilakukan sesuai dengan program
semester yang telah disusun, yakni pada Agustus dan September untuk Akhal
Terpuji dan pada Oktober untuk Akhlak Tercela. Adapun secara umum tahapan
pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Pendahuluan
bersama-sama, pengkondisian fisik dan psikis peserta didik untuk menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan, mendiskusikan kompetensi yang sudah
dipelajari sebelumnya berkaitan dengan kompetensi yang akan dipelajari dan
dikembangkan, menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya
dalam kehidupan sehari-hari, menyampaikan garis besar cakupan materi dan
kegiatan yang akan dilakukan dan menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang
akan digunakan.
- Peserta didik mengamati gambar yang berkaitan dengan contoh perilaku akhlak
terpuji dan akhlak tercela.
- Peserta didik mengamati pertunjukan wayang yang berisi tentang materi akhlak
terpuji dan akhlak tercela.
- Peserta didik membaca kisah yang berkaitan dengan akhlak terpuji dan tercela yang
ada di buku siswa.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 12-23
20
terpuji dan tercela. Setelah penayangan wayang, peserta didik nampak antusias
untuk bertanya.
c) Mengumpulkan dan Mengolah Informasi
- Guru membimbing peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang telah disusun
dengan memanfaatkan buku siswa dan sumber lainnya.
- Guru memberi peserta didik untuk membuat materi pertunjukan wayang dan wayang
yang akan ditampilkan di depan kelas.
- Guru membimbing peserta didik untuk membuat wayang yang akan digunakan
dalam pertunjukkan di depan kelas.
d) Mengkomunikasikan
akhlak terpuji dan tercela dengan menggunakan media wayang akhlak. Kelompok
lain diberi kesempatan untuk memberi saran dan kritik terhadap penampilan setiap
kelompok.
Membuat rangkuman/simpulan pelajaran, refleksi terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan dan mengerjakan kolom refleksi yang terdapat pada buku siswa,
melakukan penilaian sikap peserta didik dan memberikan umpan balik terhadap
proses dan hasil pembelajaran, menyampaikan rencana pembelajaran pada
pertemuan berikutnya dalam bentuk penilaian pengetahuan.
2. Evaluasi
pengembangan terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan wayang akhlak.
Salah satu pengembangan yang dilakukan adalah dengan mengundang Yulihadi,
S.Pd. untuk menampilkan pertunjukan wayang kulit di hadapan peserta didik Kelas
8F.
Untuk mengetahui peningkatan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran
menggunakan media wayang, penulis melakukan observasi terhadap proses
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 12-23
21
dijelaskan dalam tabel berikut:
Berdasarkan graffik di atas dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan media
wayang mampu meningkatkan kreativitas peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari
indikator kreativitas, yaitu:
1. Mandiri yakni mampu menyelesaikan tugasnya tanpa ketergantungan kepada orang
lain. Pada awalnya guru banyak terlibat dalam pembuatan wayang, tetapi setelah
beberapa kali pertemuan, peserta didik dapat membuatnya dengan baik. Apalagi
ketika mereka diberi tugas membuat wayang di rumah. Hasilnya wayang buatan
peserta didik menjadi lebih baik. Mereka dengan kemampuan teknologinya,
menggunakan video youtube sebagai tutorial dalam pembuatan wayang.
Kemandirian peserta didik terus meningkat dari yang semulah hanya 23 anak atau
72% pada Siklus I, meningkat menjadi 31 anak atau 97% pada Siklus II .
2. Berani untuk melakukan sesuatu tanpa takut berbuat salah atau khawatir dimarahi
orang lain. Awalnya peserta didik membuat wayang sesuai arahan dan petunjuk
dari guru, mereka takut untuk membuat wayang yang berbeda. Tetapi pada
perkembangannya peserta didik mampu membuat wayang beraneka rupa. Ada yang
membuat wayang daun singkong, wayang suket, dan wayang gambar. Gambaran
peningkatan keberanian peserta didik terlihat dari peningkatan jumlah anak. Pada
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 12-23
22
Siklus I hanya 25 peserta didik atau 78% meningkat menjadi 32 atau 100% pada
Siklus II.
3. Percaya diri yaitu berani tampil di depan teman-temannya tanpa ragu. Ketika
pertama kali menampilkan simulasi akhlak terpuji dan tercela, peserta didik tampak
malu dan kurang percaya diri. Hanya sekitar 16 peserta didik atau 50%, tetapi pada
Siklus II naik menjadi 29 peserta didik atau 91% yang memiliki rasa percaya diri.
4. Cermat yang berarti bahwa peserta didik membuat tugas dengan lengkap dan
sempurna. Pada Siklus I ada 23 peserta didik atau 72%. Namun pada pertemuan
berikutnya kecermatan peserta didik terus meningkat hingga mencapai 88% atau
sebanyak 28 peserta didik pada Siklus II.
5. Detail yang berarti bahwa dalam mengerjakan tugas, peserta didik bukan hanya
membuatnya dengan baik, tetapi detail dan lengkap. Bahkan peserta didik sering
memberikan aksesoris tambahan pada wayang yang mereka buat. Detail wayang yang
dibuat peserta didik menunjukkan kecermatan mereka dalam menyelesaikan
tugasnya. Apa yang dilakukan peserta didik melebihi apa yang diwajibkan oleh guru
dalam pembuatan wayang. Pada Siklus I hanya 20 peserta didik atau 63% yang
membuat karya dengan detail, tetapi pada Siklus II terdapat 29 anak atau 91%.
6. Pada Siklus I hanya 17 peserta didik atau 53% yang senang dalam pembelajaran
menggunakan media wayang akhlak. Pada Siklus II peserta didik yang senang
meningkat menjadi 26 peserta didik atau 81%.
7. Pada Siklus I, rata-rata kreativitas peserta didik hanya 65% dan meningkat menjadi 91%
pada Siklus II. Peserta didik tampak senang dan antusias dalam mengerjakan tugas.
Termasuk saat mereka harus presentasi di depan kelas. Pesaerta didik menjadi
humoris dan tidak mudah tersinggung jika ditertawakan atau diledek temannya.
Seringkali beberapa teman tertawa saat melihat penampilan masing-masing
kelompok. Tetapi hal itu tidak membuat mereka tersinggung.
4. Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik
Pemanfaatan media wayang mampu meingkatkan hasil belajar peserta didik. Hal
ini dapat dilihat dari kenaikan rata-rata nilai harian peserta didik. Nilai tersebut terdiri
dari nilai tes tulis 1, tes tulis 2, dan unjuk kerja, baik materi akhlak terpuji maupun
akhlak tercela. Untuk lebih jelasnya, peningkatan hasil belajar peserta didik
dijelaskan dalam grafik berikut:
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 12-23
23
Berdasarkan grafik di atas, hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan.
Pada materi Akhlak Terpuji, penilaian harian peserta didik pada Siklus I yang terdiri
dari tes tulis 1, tes tulis 2, dan unjuk kerja terus meningkat. Pada Siklus 1, nilai rata-
rata Tes Tulis 1 sebesar 79.00 dan naik menjadi 92.38 pada Siklus II. Begitu juga
untuk nilai tes tulis 2 dan unjuk kerja yang naik dari 81.00 menjadi 93.00 dan 80.00
menjadi 92.00. Pemanfaatan wayang mampu menaikkan kreativitas dan hasil belajar
peserta didik sebagaimana tampak pada gambar berikut:
Gambar 04: Peningkatan Unjuk Kerja dengan Wayang
Hasil belajar kompetensi keterampilan dilakukan dengan menilai unjuk
kerja/praktik peserta didik dalam mesimulasikan dampak akhlak terpuji dan tercela
dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat kemampuan
peserta didik dalam mensimulasikan atau mempraktikkan. Keterampilan peserta didik
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 12-23
24
dapat dilihat dari produk wayang yang mereka buat dan dari kemampuan peserta
didik dalam berperan. Hal ini sejalan dengan pendapat Oemar Hamalik bahwa
pemanfaatan media dapat meningkatkan dan merangsang minat belajar peserta
didik sehingga hasil belajar pun mengalami kenaikan.
E. KESIMPULAN
1. Penerapan wayang akhlak tidak jauh berbeda dengan pemanfaatan media
pembelajaran lainnya. Jika media hanya sebagai pengantar guru dalam
menyampaikan materi, maka wayang akhlak digunakan oleh guru mulai dari
kegiatan pengamatan sampai komunikasi. Bentuk wayang akhlak dapat dibuat
berbagai macam seperti wayang daun singkong, wayang suket, wayang sedotan,
wayang gambar atau wayang bentuk lain yang dapat dibuat oleh peserta didik.
2. Penggunaan wayang akhlak mampu meningkatkan kreativitas peserta didik. Mereka
yang semula malu untuk mensimulasikan hikmah dari akhlak terpuji dan tercela
berubah menjadi percaya diri. Kreativitas peserta didik lainnya juga terlihat dari
aneka bentuk wayang yang dibuat oleh peserta didi, mulai dari wayang daun
singkong, wayang suket, wayang sedotan, wayang gambar. Pembuatan wayang
akhlak juga menyebabkan peserta didik menjadi antusias dalam mengikuti
pembelajaran sejak awal hingga akhir. Pada Siklus I, rata-rata kreativitas peserta didik
hanya 65% dan meningkat menjadi 91% pada Siklus II. Peserta didik tampak senang
dan antusias dalam mengerjakan tugas. Termasuk saat mereka harus presentasi di
depan kelas.
3. Pada materi Akhlak Terpuji, penilaian harian peserta didik pada Siklus I yang terdiri
dari tes tulis 1, tes tulis 2, dan unjuk kerja terus meningkat. Pada Siklus 1, nilai rata-
rata Tes Tulis 1 sebesar 79.00 dan naik menjadi 92.38 pada Siklus II. Begitu juga
untuk nilai tes tulis 2 dan unjuk kerja yang naik dari 81.00 menjadi 93.00 dan 80.00
menjadi 92.00. Peserta didik mampu mesimulasikan dampak negatif dan positif dari
akhlak terpuji dan tercela dengan baik. Wayang akhlak yang dibuat juga beraneka
macam.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 12-23
25
DAFTAR PUSTAKA
Echols, John M. dan Hassan Shadily. 2000. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Al-Ghazali, Imam. 2003. Ihya Ulum al-Din. Terj. Moh. Zuhri, Semarang: Asy-Syifa. Gunarjo, N u r s o d i k . Wayang Sebagai Media Komunikasi Tradisional dalam
Diseminasi Informasi. Jakarta: Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, 2011.
Hamalik, O em a r . 2009 Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Kementerian A g am a , Lampiran Keputusan Menteri Agama Nomor 165 tentang Pedoman Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab, Jakarta: tp, tt.
Mardinata, S u l u n g Lahitani. “8 Warisan Budaya Indonesia yang Pernah Diklaim Malaysia,” https://www.liputan6.com/citizen6/read/2156339/8-warisan- budaya- indonesia-yang-pernah-diklaim-malaysia, (diakses tanggal 21 Desember 2018, pukul 15.20 WIB)
Mulyono, S r i . 1982. Wayang dan Filsafat Nusantara. Jakarta: CV Haji Masagung.
Nanda. 2010. Ensiklopedi Wayang. Yogyakarta: Absolut. P o e r w a d a r m i n t a , W.J.S. (2007) Kamus Umum Bahasa Indonesia. Edisi III.
Jakarta: Balai Pustaka. Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Bab I, Pasal 1. Ayat 2. Wycoff, J o y c e . 2002. Menjadi Super Kreatif dengan Metode Pemetaan Pikiran.
Terj. Rina S. Marzuki. Bandung: Kaifa.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 26--42
26
Novita Purwa Hadi [email protected]
Madrasah Ibtidaiyah Swasta Al Hidayah Trowulan
ABSTRAK Pengembangan Media Pembelajaran Audio Visual dengan Pendekatan Saintifik Berbasis Android di Madrasah Ibtidaiyah ini dalam rangka memenuhi tantangan dan peluang di era 4.0. Metode yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah (Research and Development) yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Model pengembangan yang digunakan adalah ADDIE. Adapun langkah-langkah penulisannya adalah sebagai berikut: Analisis, Desain, Pengembangan, Implementasi, dan Evaluasi. Media ini diimplementasikan pada peserta didik kelas V di MI Al Hidayah Domas Trowulan Mojokerto yang dibagi menjadi 2 tahap. Hasilnya bahwa persentase rata-rata hasil validasi ahli materi dan ahli media adalah 92% dan 93%, maka media tersebut sangat layak dan tidak memerlukan revisi. Persentase rata-rata hasil tes daya tarik siswa pada media pembelajaran adalah 96%. Media pembelajaran audio visual dengan pendekatan ilmiah menarik siswa dalam menerima informasi tentang proses belajar mengajar.
Kata kunci: Media Pembelajaran Audio Visual, Pendekatan Saintifik, Android, Tes Daya Tarik.
ABSTRACT Development of Audio Visual Learning Media with scientific approach based Android in Madrasah Ibtidaiyah in order to meet the challenges and opportunities in Era 4.0. This research type is development research by using ADDIE model, namely: Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation. The product is implemented to students Fifth grade students in MI Al Hidayah Domas Trowulan Mojokerto which are divided into 2 stages. Furthermore, it can be seen that the average percentage of results of the validation of material experts and media experts are 92% and 93%, it shows that the media are very feasible and do not require revision. The average percentage of students' attractiveness test results on learning media is 96%. Audio visual learning media with a scientific approach attracts students in receiving information on the teaching and learning process.
Keywords: Audio Visual Learning Media, Scientific Approach, Android, Attractiveness Test.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 26--42
27
yang mampu membantu sebagian besar kebutuhan manusia. Perkembangan
teknologi selaras dengan peningkatan literasi komputer. Perkembangan teknologi
harus disikapi dengan serius, menguasai, dan mengendalikan peran teknologi
dengan baik agar era digital membawa manfaat bagi kehidupan khususnya dalam
bidang pendidikan.
digitalisasi. Pendidik harus mampu mengajarkan materi dengan pendekatan
penerapan Teknologi Informasi (TI) dalam proses pembelajaran. Pendidik harus
dapat memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar. Peran guru sebagai pendidik tidak akan dapat tergantikan oleh kemajuan
teknologi tersebut ketika mampu beradaptasi.
Pendekatan saintifik akan membuat proses belajar mengajar menjadi
bermakna. pendekatan saintifik mendorong dan menginspirasi peserta didik agar
dapat memahami, menerapkan, serta mengembangkan pola berfikir yang rasional
dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. Asis Saefuddin (2014).
Pendekatan Saintifik merupakan pendekatan proses pembelajaran yang akan
memberikan kesempatan agar peserta didik mendapatkan pengalaman belajar
melalui tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan
menkomunikasikan. Daryanto (2017). Pendekatan saintifik dapat membantu peserta
didik untuk berkesempatan untuk belajar secara aktif dan mandiri sesuai dengan
tahapan pendekatan saintifik dalam proses belajar mengajar. Andik Safani (2014).
Sebagaimana tercantum pada Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 bahwa
kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik dan mata pelajaran. Wachyu Sundayana (2014). Model pembelajaran harus
sesuai dengan perkembangan teknologi. Metode pembelajaran harus sesuai dengan
peserta didik yang berada pada tahapan operasional kongkret karena menurut
Piaget pada tahapan operasional konkret individu pada tahap ini berpusat pada
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 26--42
28
sesuai dengan kurikulum nasional.
pembelajaran audio visual berbasis android dengan pendekatan saintifik. Alasan
yang telah diuraikan menjadi faktor-faktor yang melatar belakangi peneliti untuk
mengadakan penelitian yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Audio
Visual dengan Pendekatan Saintifik Berbasis Android di Madrasah Ibtidaiyah”.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Menghasilkan produk berupa media pembelajaran
audio visual dengan pendekatan saintifik berbasis android; (2) Mendeskripsikan
tahapan pengembangan produk media pembelajaran audio visual dengan
pendekatan saintifik berbasis android; (3) Mendeskripsikan daya tarik penggunaan
media pembelajaran audio visual dengan pendekatan saintifik berbasis android.
B. KAJIAN PUSTAKA
Media pembelajaran audio visual merupakan rekaman gambar hidup atau
bergerak yang disertai suara yang berisi tentang segala sesuatu yang
memungkinkan audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara
sekuensial (Prastowo, 2012). Memahami karakteristik media pembelajaran
merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh pendidik yaitu
memahami keungguluan, cara pembuatan, maupun cara penggunaannya.
Disamping itu agar pendidik dapat menggunakan berbagai jenis media pembelajaran
yang bervariasi. Media pembelajaran audio visual merupakan suatu medium yang
sangat efektif untuk membanu proses pembelajaran, baik untuk p embelajaran masal,
individual, maupun berkelompok. Pada pembelajaran yang bersifat masal (mass
instruction), manfaat media pembelajaran audio visual sangat nyata. Media
pembelajaran audio visual juga merupakan bahan ajar yang kaya akan informasi
karena akan sampai kehadapan peserta didik secara lansung. Disamping itu, media
pembelajaran audio visual menambah suatu dimensi baru terhadap suatu proses
pembelajaran. Hal ini karena karakteristik tekhnologi media pembelajaran audio
visual yang dapat menyajika gambar bergerak kepada peserta didik, disamping
suara yang menyertainya. Dengan demikian peserta didik merasa seperti berada
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 26--42
29
pada suatu tempat yang sama dengan program yang ditayangkan dalam media
pembelajaran audio visual. Disamping itu retensi (daya serap dan daya ingat)
peserta didik meningkat secara signifikan terhadap materi pembelajaran jika proses
pemerolehan informasi ybesar melaui indera pendengaran dan penglihatan
(Daryanto, 2012).
dapat memungkinkan audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak.
Program audio visual dapat dimanfatkan dalam proses pembelajaran karena dapat
memberikan pengalaman yang tidak terduga kepada peserta didik. Selain itu didalam
program audio visual dapat dikombinasikan dengan animasi dan pengaturan
kecepatan untuk mendemonstrasikan perubahan dari waktu ke waktu. Kemampuan
video dalam menvisualisasikan materi sangat efektif untuk membantu pendidik
menyampaikan materi yang bersifat dinamis. Materi yang memerlukan visualisasi
seperti mendemonstrasikan hal-hal seperti gerakan motorik tertentu, ekspresi wajah,
ataupun suasana lingkungan tertentu yang merupakan media yang terbaik yang
dapat disajikan melalui pemanfaat media pembelajaran audio visual. Misalkan
fenomena perubahan kepompong yang menjadi kupu-kupu tergambar dengan jelas
melalui teknologi audio visual.
bagaimana konten suatu pelajaran dapat diberikan. Adapun pendekatan dalam
pembelajaran, meliputi: Teacher Centred, yakni sebuah pendekatan dimana pendidik
memegang peran sebagai pemimpin. Mereka mengendalikan seluruh kegiatan
pelajaran dan memberi penjelasan sedangkan peserta didik dengan pasif menerima
informasi. Beberapa metode yang dilakukan dengan pendekatan seperti ini misalnya,
metode demonstrasi, menerangkan, bercerita, dan metode ceramah (Doyle,2008).
Student Centred, yakni sebuah pendekatan dimana peserta didik didorong
untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pendidik hanya sebagai fasilitator
dan memandu peserta didik dalam pembelajaran. Beberapa metode, strategi, dan
teknik yang digunakan dalam pendekatan pembelajaran ini seperti, metode inquiry-
discovery (penemuan), metode induktif, metode deduktif, metode praktik langung,
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 26--42
30
diskusi dan teknik bertanya.
memainkan peranan penting dan instruksi pembelajaran. Materi ini dapat berupa
materi pembelajaran atau materi mengajar. Materi mengajar adalah materi yang
digunakan oleh pendidik seperti diagram, model, gambar, slide, peralatan audio
visual, proyektor, dan contoh contoh. Materi pembelajaran terrmasuk buku teks,
worksheet (lembar kerja), material cetak, material manipulatif, komputer dan
hardware lainnya. Metode dan strategi yang dilakukan dalam pendekatan ini seperti
metode konstruktivisme, metode kerjasama kelompok, metode instruksional bantuan
komputer, dan strategi menggunakan diagram, model gambar, dan peralatan
teknologi.
Pendidik yang profesional tidak hanya berfikir tentang apa yang akan
diajarkan dan bagaimana mengajarkannya, namun juga tentang siapa yang
menerima pelajaran, apa makna belajar bagi siswa dan kemampuan apa yang ada
pada suswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Memahami karakter setiap
peserta didik adalah hal yang penting dalam mentukan strategi pengajaran yang
terbaik, karena setiap keberagaman karakter akan berpengaruh besar terhadap cara
belajar mereka sesuai dengan gaya belajar. Karena itulah, Pendidik akan
bertanggung jawab untuk mengenal peserta didik pada setiap tahun ajaran baru.
Kemampuan peserta didik untuk mendengar, berbicara, membaca, dan menulis,
serta dapat mengembangkan kemampuan akademis lainnya adalah merupakan
sistem kognitif yang dimiliki oleh peserta didik. Dalam sistem kognitif terdapat input
sensoris, pemrosesan informasi, dan beberapa sistem penyimpanan memori yang
ketiga hal ini merupakan sebuah proses untuk mengontruksi pengetahuan.
Sehingga selanjutnya dibutuhkan suatu pendekatan yang merupakan sudut
pandang tertentu yang menggambarkan bagaimana cara berfikir serta sikap seorang
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dalam mencapai tujuannya.
Pendekatan Saintifik merupakan konsep dasar yang akan mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran
selanjutnya dapat diterapkan berdasarkan teori tertentu (Saefuddin, 2014).
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 26--42
31
menkomunikasikan (Daryanto, 2014).
Android adalah sistem operasi berbasis Linux yang dirancang untuk perangkat
bergerak layar sentuh seperti telepon pintar dan komputer tablet. Android dirancang
sebagai sistem operasi yang menyediakan platform yang bersifat open source bagi
para pengembang untuk menciptakan sebuah aplikasi. Pada pengembangan media
pembelajaran yang dikembangkan penulis dalam penelitian ini dapat digunakan pada
smartphone berbasis Android dengan tanpa memahami coding dan memanfaatkan
aplikasi Gen Apk Shell 2. Pada tahun 2007 perkembangan Android mulai naik tajam.
Google mulai mendaftarkan paten Android di bidang telepon seluler. Langkah google
ini ternyata mengundang banyak perhatian, karena sebuah “Mesin Pencari Raksasa”
ini mulai merambah ke dunia ponsel dengan sistem operasi yang baru. Sehingga
berbagai perusahaan ponsel semakin banyak menggunakan sistem operasi
ponselnya (Seng, 2011).
C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian
pengembangan R&D (Research and Development). Penelitian pengembangan
bertujuan untuk menghasilkan suatu produk yang dalam pengaplikasiannya
meningkatkan hasil kualitas pendidikan baik dalam prosesnya maupun hasil
pembelajarannya. Penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk penelitian (Setyosari, 2010).
Dalam pengembangan media pembelajaran, Penulis menggunakan model
pengembangan ADDIE yang terdiri dari lima tahapan, yaitu: Analysis (Tahap analisis),
design (Tahap perancangan), development (Tahap pengembangan), implementation
(Tahap pelaksanaan), dan evaluation (Tahap untuk penilaian). Dewi Salma (2008).
Pemilihan model ini didasarkan atas pertimbangan bawa model pengembangan
ADDIE terprogram dengan urutan-urutan kegiatan yang sistematis sehingga
digunakan dalam upaya pemecahan masalah pembelajaran khususnya dalam
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 26--42
32
seperangkat prosedur iniberurutan untuk mencapai tujuannya.
Produk media pembelajaran audio visual dengan pendekatan saintifik
berbasis android ini divalidasi oleh ahli media dan ahli materi. Tingkat validitas
diketahui melalui hasil analisis kegiatan uji coba yang dilaksanakan melalui dua
tahap, yaitu: Uji coba ahli media pembelajaran dan ahli materi pembelajaran yang
akan mereview produk awal dan memberikan masukan untuk revisi, serta angket
respon peserta didik dalam kegiatan ini untuk mengetahui daya tarik terhadap media
pembelajaran.
Aspek-aspek yang digunakan dalam kriteria kelayakan validator ahli materi dan
ahli media adalah sebagai berikut:
Tabel 1 : Kriteria Kelayakan Ahli Materi
No Kriteria
1. Pemilihan jenis huruf dan ukuran huruf memudahkan peserta
didik untuk memahami konteks kalimat.
2. Pemilihan bahasa memudahkan peserta didik untuk memahami
konteks kalimat.
memahami konteks kalimat.
6. Media ini tepat digunakan pada tahapan peserta didik tingkat
SD/MI kelas 5.
8. Media ini meningkatkan motivasi belajar peserta didik
Aspek materi dalam pembelajaran
10. Materi sesuai dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
11. Pemberian kesimpulan untuk memudahkan peserta didik dalam
memahami materi.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 26--42
33
terhadap materi.
materi
No Kriteria
Aspek huruf
Aspek audio
5. Penggunaan intonasi suara mudah dipahami.
6. Audio sesuai digunakan pada tahapan peserta didik tingkat
SD/MI kelas 5.
Aspek tokoh animasi
8. Ilustrasi animasi tokoh pensilu memperjelas materi.
Aspek gambar/tampilan
11. Ilustrasi gambar dan video memperjelas materi.
Aspek Aplikasi
13 Aplikasi dapat digunakan secara offline
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 26--42
34
15 Ukuran file < 500 MB
Pada penelitian pengembangan media pembelajaran ini, subjek penilaian terdiri
dari 3 pakar ahli media dan materi. Daftar subjek penilaian dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
No Nama Lengkap Institusi
2 Moh. Saiful Anam, S.Ag,
M.Pd.I
3 Nurul Ma’rifah, S.Pd.I Guru MI Al Hidayah Trowulan
Mojokerto
Produk hasil pengembangan media pembelajaran audio visual yang sudah
melalui tahap revisi akan diuji cobakan di kelas V MI Al Hidayah Trowulan Kabupaten
Mojokerto. Penulis menyampaikan materi pembelajaran perubahan wujud benda
sekaligus menerapkan media pembelajaran audio visual dengan pendekatan tematik
berbasis android dalam proses pembelajaran.
Pada penelitian pengembangan, jenis data yang digunakan merupakan jenis
data kuantitatif dan jenis kualitatif. Data kualitatif menekankan pada hasil deskriptif
pada angket validator ahli yang berisi tentang komentar dan saran yang digunakan
Penulis untuk mengembangkan media pembelajaran audio visual. Data Kuantitatif
disusun dengan skala Likert yang merupakan skala bertingkat digunakan untuk
penulis dalam mengetahui kelayakan, kesesuaian, dan daya tarik media yang
dikembangkan.
Instrumen yang digunakan dalam pengembangan ini berupa kuesioner/angket
berbentuk tabel pada validator ahli dan berbentuk cek list pada peserta didik.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 26--42
35
Keduanya terdiri dari beberapa aspek penilaian. Pada validasi ahli media terdiri dari
kesesuaian materi, visualisasi media, dan kesesuai dengan prinsip pengembangan
media. Pada validasi ahli materi meliputi kesesuaian materi, kelayakan, penyajian,
dan kompetensi. Pada peserta didik terdiri dari kemandirian belajar, keaktifan belajar,
minat terhadap media, penyajian media, penggunaan media, dan kemudahan
pemahaman.
Analisis data dilakukan penulis untuk melihat hasil dari setiap aspek yang
dikembangkan. Data yang didapatkan akan dihitung dengan hasil prosentase
(Arikunto, 2006). Data kuantitatif maupun kualitatif akan dianalisis secara terpisah
dalam metode penelitian campuran (Creswell, 2017).
D. PEMBAHASAN
peningkatan literasi digital. Penggunaan android kebanyakan hanya dimanfaatkan
peserta didik untuk penggunaan social meda saja dan hanya sebagian kecil yang
memanfaatkannya untuk membantu kegiatan pembelajaran (Muyaroah, 2017).
Peserta didik tingkat madrasah ibtidaiyah berada pada tahapan operasional kongkret.
Peserta didik membutuhkan suatu media yang kongkret dan dekat dengan TI.
Penulis menganalisis masalah pada pendidik yang jarang sekali membuat
media sendiri yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. Gaya mengajar
pendidik kepada siswa untuk menghafalkan materi tanpa disertai pemahaman
terhadap konsep itu sendiri (Prasetyo, 2017). Pembelajaran dengan pendekatan
saintifik perlu didesain oleh pendidik agar membuat proses belajar mengajar menjadi
bermakna, sehingga peserta didik tidak hanya menghafal namun juga memahami
materi pembelajaran. Media pembelajaran akan membantu mengkongkritkan bahan
belajar yang abstrak, (Kuswanto, 2018). Media pembelajaran yang menarik dapat
meningkatkan motivasi maupun gairah belajar peserta didik (Setyawan, 2019). Media
yang didesain oleh pendidik akan diharapkan dekat dengan peserta didik karena
pendidik akan memahami karakteristik dan kebutuhan peserta didik dalam proses
belajar mengajar. Pembelajaran yang aktif akan dapat mentransfer ilmu
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 26--42
36
pengetahuan yang secara tidak langsung dapat memupuk kebiasaan pada diri
peserta didik untuk selalu memiliki rasa ingin tahu (Alfaris, 2018).
Kompetensi atau pokok bahasan pada materi perubahan wujud benda. Materi
perubahan wujud benda yang mempunyai karakteristik yang bersifat kongkret. Pada
materi perubahan wujud benda peserta didik dituntut untuk dapat menjelaskan
perbedaan dan mengidentifikasi peristiwa perubahan wujud benda.
Tampilan media yang dibutuhkan peserta didik pada tahapan operasional
kongkret merupakan media interaktif dan animatif serta dapat menarik minat belajar
peserta didik (Sugiyanto, 2018). Suara anak-anak diharapkan dekat dengan telinga
peserta didik sehingga peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan
menyenangkan. Memperhatikan setiap ukuran huruf, jenis huruf, dan warna huruf
yang mudah dibaca dan menarik perhatian peserta didik. Menganalisis karakter atau
tokoh animasi yang yang dekat dengan mereka namun didesain semenarik mungkin.
1. Tahap Desain (Design)
kompetensi inti dan kompetensi dasar peserta didik, tahapannya yaitu menyusun
tujuan pembelajaran, penyusunan materi, penyusunan story board yang
menggunakan pendekatan saintifik, penyusunan evaluasi berdasarkan indikator.
Djamarah (2006) mengungkapkan kriteria-kriteria berikut ini sebagai landasan
dasar dalam melakukan perancangan media pembelajaran, yaitu:
1) media dapat menarik minat pesera didik untuk belajar didalam proses belajar
mengajar, 2) materi yang terkandung dalam media pembelajaran adalah penting dan
berguna bagi peserta didik, 3) media sebagai sumber pembelajaran pokok harus
relevan dan sesuai isinya dengan kurikulum yang berlaku, 4) materi yang disajikan
otentik dan aktual, 5) materi yang disajikan merupakan fakta yang sebenarnya, 6)
format penyajian media berdasarkan tata urutan yang logis, 7) materi bersifat objektif
yang tidak akan menimbulkan propaganda maupun hasutan lain untuk peserta didik,
8) narasi, gambar, efek, warna, dan sebagainya memenuhi standar kualitas teknis, 9)
bobot penggunaan bahasa, simbol-simbol dan ilustrasinya sesuai dengan tigkat
kematangan berfikir peserta didik, dan sudah diuji kesahihannya yaitu validitas media
pembelajaran.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 26--42
37
apersepsi dalam media pembelajaran yaitu merupakan suatu kegiatan untuk
menafsirkan buah pikiran melalui penyatuan dan asimilasi suatu pengamatan
dengan pengalaman yang telah dimiliki oleh peserta didik. Penggunaan apersepsi
pada peserta didik agar supaya peserta didik dapat memahami dan menafsirkannya.
Nasution (2012).
Apersepsi mengilustrasikan kesukaan peserta didik kepada eskrim yang akan
mencair jika tidak segera dimakan. Kemudian menarik perhatian peserta didik jika
keadaan atau situasi es krim yang mencair tersebut adalah bagian dari materi
perubahan wujud benda.
Dalam tahap pertama pengembangan, Penulis menggambarkan karakter
Pensilu yang dekat dengan peserta didik melalui aplikasi Gimp. Desain Pensilu yang
berasal dari pensil yang selalu dekat dengan peserta didik, kemudian didesain
dengar warna yang cerah, dapat menarik minat peserta didik dalam menerima materi.
Gambar 2 :Tokoh Animasi Pensilu
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 26--42
38
melalui Aplikasi Pengubah Suara. Suara anak-anak yang dekat dengan peserta didik,
seperti sedang belajar dengan teman sebaya. Menggabungkan suara dengan gerak
bibir menggunakan Papagayo dan Menggabungkan background, karakter Pensilu,
dan gerakan bibir melalui aplikasi Synfig. Sehingga Gerakan bibir pada karakter
Pensilu yang seusai dengan suara meningkatkan daya tarik media pembelajaran,
sehingga video media pembelajaran audio visual tidak membosankan.
Ketiga, menyusun materi melalui aplikasi Power Point dan merubahnya
menjadi video pendek. Ilustrasi wujud cair dapat digambarkan secara kongkret dan
berurutan. Untuk menunjukkan bahwa air adalah benda cair, maka penulis
mengilustrasikan bahwa air didalam cetakan dapat tumpah dan saat sudah
membeku menjadi bentuk padat. Maka air yang membeku tidak dapat tumpah
meskipun cetakan digoyang-goyangkan.
aplikasi Movie Maker. Menyusun dan mengisi halaman aplikasi melalui aplikasi
Power Point kemudian menkonversi materi pembelajaran atau halaman aplikasi pada
Power Point melalui aplikasi Touch Show menjadi aplikasi Apk. Pembuatan aplikasi
dapat digunakan tanpa memahami Coding, sehingga mempermudah Penulis dalam
menyusun aplikasi. Aplikasi multimedia berbasis teknologi akan membuat peserta
didik menjadi lebih interaktif dan membuat peserta didik dapat terlibat secara aktif.
Felix A. Kronenberg (2015).
Kelima, menyusun dan mengisi menu aplikasi melalui aplikasi Power Point.
Menkonversi menu aplikasi pada Power Point melalui aplikasi Touch Show menjadi
aplikasi Apk. Menkonversi file Apk yang dapat diinstall dan dijalankan pada HP
Android melalui aplikasi Gen Apk Shell 2. Menjadikan media pembelajaran audio
visual menjadi aplikasi android dalam rangka memenuhi tantangan dan peluang era
digitalisasi 4.0. Pembuatan aplikasi dapat digunakan tanpa memahami Coding,
sehingga mempermudah Penulis dalam menyusun aplikasi.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 26--42
39
Video pembelajaran dapat menaikkan ingatan peserta didik sampai dengan
171% dari ingatan sebelumnya, sehingga ingatan peserta didik bertahan lebih lama
dibandingkan dengan menggunakan audio atau pendengaran saja. Hartono (2008).
Media berbasis android ini menarik untuk dipelajari karena menawarkan
kemungkinan pembelajaran kolaboratif dan belajar mandiri. Genevieve Stanton dan
Jacques Ophoff (2013). Pembelajaran berbasis android biasanya didefinisikan
sebagai pembelajaran yang terjadi melalui perangkat nirkabel, seperti ponsel, asisten
digital pribadi, komputer tablet, dll. Namun, ketika mempertimbangkan mobilitas dari
sudut pandang pelajar, itu bisa dikemukakan bahwa pembelajaran mobile dapat
terjadi di mana-mana. Giasemi dan Vavoula dan Charalampos Karagiannidis (2003)
3. Tahap Penerapan (Implementation)
Dalam tahap penerapan Penulis mengimplementasikan media pembelajaran
melalui 2 tahapan, yaitu: pada Tahap Pertama kelompok 1 menggunakan media
pembelajaran video konvensional dan kelompok 2 menggunakan media
pembelajaran audio visual dengan pendekatan saintifik berbasis android. Tahap
Kedua kelompok 2 menggunakan media pembelajaran video konvensional dan
kelompok 1 menggunakan media pembelajaran audio visual dengan pendekatan
saintifik berbasis android.
mengetahui hasil capaian peserta didik yang kemudian digunakan untuk memenuhi
tujuan pengembangan media pembelajaran, yaitu mengetahui uji kemenarikan media
pada proses belajar mengajar. Sehingga kelayakan produk pembelajaran dalam
proses belajar mengajar dapat diketahui. Sehingga dapat dilihat hasil prosentase
terkait tingkat ketertarikan penggunaan pada uji coba tersebut sebesar 96%.
Berdasarkan kriteria skala Likert, yaitu: 0% - 25% Kurang Layak; 26% - 50% Cukup
Layak; 51% - 75% Layak; dan 75% - 100% Sangat Layak. Jadi dapat disimpulkan
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 26--42
40
android sangat layak untuk digunakan peserta didik.
Penelitian pengembangan ini menghasilkan produk media pembelajaran audio
visual dengan pendekatan saintifik berbasis android dengan mengggunakan metode
ADDIE, yaitu: analysis, design, development, implementation, dan evaluation.
Pemilihan model ini didasarkan atas pertimbangan bawa model pengembangan
ADDIE terprogram dengan urutan-urutan kegiatan yang sistematis sehingga
digunakan dalam upaya pemecahan masalah pembelajaran khususnya dalam
masalah tersedianya media pembelajaran yang berpendekatan saintifik dapat sesuai
dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik.
Penelitian pengembangan ini melalui tahap analisis penulis dalam melakukan
identifikasi terhadap potensi, masalah, kompetensi, dan tampilan media yang terdiri
dari audio, huruf, dan tokoh animasi. Media ini dikembangkan dan divalidasi oleh ahli
desain dan ahli materi sebelum diuji coba dalam proses belajar mengajar. Hasil uji
coba oleh peserta didik dilakukan 2 tahap.
Hasil validasi ahli materi dan ahli media, diperoleh rata-rata tingkat kelayakan
adala 93%. Dan hasil menunjukkan kriteria sangat layak dan tidak memerlukan revisi.
Hasil uji coba media diperoleh rata-rata yaitu 96 %. Hasil tersebut menunjukkan
kriteria sangat layak.
Berdasarkan hasil validasi dan respon peserta didik terhadap media pembelajaran
audio visual dengan pendekatan saintifik berbasis android, maka dapat disimpulkan
bahwa media ini dikembangkan dengan sangat baik. Oleh sebab itu media
pembelajaran audio visual dengan pendekatan tematik berbasis android ini dapat
digunakan dalam proses pembelajaran. Link download aplikasi media pembelajaran:
bit.ly/MISALHIDAYAH
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1, Februari 2020: 26--42
41
visual dengan pendekatan saintifik berbasis android layak digunakan berdasarkan
hasil validasi oleh ahli materi dan ahli media. Media audio visual dengan pendekatan
saintifik berbasis android layak digunakan berdasarkan angket respon peserta didik.
Saran yang dapat diberikan untuk penelitian ini adalah supaya hasil penelitian
dan pengembangan ini dapat dilanjutkan untuk memenuhi kebutuhan ketersediaan
media pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum, karakteristik peserta didik, dan
perkembangan teknologi yang berkembang dengan pesat.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Ary, Donald. 2002. Introduction to Research in Education. USA : Wadsworth. Creswell, John. W. 2017. Research Design, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Daryanto. 2017. Pembelajaran Abad 21. Daerah Istimewa Yogyakarta: Gava Media. Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Guru dan Peserta Didik: dallam Interaksi Edukatif.
Jakarta: PT Rineka Cipta. Hartono. 2008 Strategi Pembelajaran Active Learning,
https://sd