Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020
iii
Tim Redaksi MADARIS Jurnal Pendidikan Direktorat Guru dan Tenaga
Kependidikan Madrasah
Pelindung Fahrul Razi (Menteri Agama RI) Kamaruddin Amin (Direktur
Jenderal Pendidikan Islam)
Penanggung jawab Amien Suyitno (Direktur GTK Madrasah)
Pemimpin Redaksi Siti Sakdiyah (Kasubdit Bina GTK RA) Ainurrofiq
(Kasubdit Bina GTK MI/MTs) Kastolan (Kasubdit Bina GTK
MA/MAK)
Mitra bestari Bahrul Hayat Mark Oliver Heyward Imam Machalli Yazid
Hady
Administrasi M Sidik Sisdiyanto (Kasubag TU Dit GTK Madrasah) M
Fatihul Afham (Admin Simnas GTK Madrasah) M Habiburrohman (Admin
Simnas GTK Madrasah)
Dewan Redaksi Ameliasari Tauresia Kesuma Nurchaili Suyitman Reza
Hesti Nur Habibah Farida Hanum Nova Indriati Ahmad Hamdani Naning
Maryana Novita Purwa Hadi Mohammad Holis Noor Shofiyati Darwin
Gilang Tri Subekti Muhammad Abdul Ghofur Fajar Senjaya Umi Fadilah
Anis Nurowidah Shorihatul Inayah Zian Alfiana
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020
iv
“Guru madrasah harus menjadi garda terdepan dalam transformasi
pendidikan
bangsa,” pesan Direktur Dit. GTK Madrasah, Prof. Dr. H. Suyitno,
M.Ag. dalam
sambutannya pada Simposium Nasional GTK Kemenag RI Tahun 2019.
Pesan
tersebut menjadi motivasi tersendiri bagi 20 pemakalah simposium
untuk menjadi
pionir dalam pembaruan pendidikan nasional. Penerbitan Madaris:
Jurnal Guru
Inovatif sebagai jurnal nasional di bawah pembinaan Direktorat
GTK.
Tentu upaya melahirkan jurnal ilmiah tidaklah mudah. Butuh diskusi
panjang untuk
memilih nama, gaya selingkung, dewan redaksi, dan mengurus ISSN.
Tapi kami
harus memulainya, tak harus menunggu sempurna. Edisi perdana ini
menjadi cikal
bakal menuju jurnal yang terakreditasi sebagaimana kata Prof.
Bahrul Hayat, P.Hd.:
“Begin your journey of growth today.”
Pada edisi ini, terdapat 10 artikel yang berasal dari 10 pemakalah
simposium.
Sebagian artikel merupakan karya yang dipresentasikan saat
simposium dan
sebagian lainnya merupakan hasil penelitian dari pemakalah. Jurnal
ini diawali
dengan naskah dari Nurchaili tentang RPP Digital Perangkat
Pembelajaran Guru 4.0.
Bagi guru, RPP memiliki peran yang urgen dalam pembelajaran. Tentu,
RPP di era
digital ini berbeda dengan RPP konvensional. Tema era digital juga
ditulis oleh
Novita Purwa Hadi dengan artikel berjudul, “Pengembangan Media
Pembelajaran
Audio Visual Dengan Pendekatan Saintifik Berbasis Android Di Kelas
V Madrasah
Ibtidaiyah. Edisi ini diakhiri dengan tulisan dari Muhammad Abdul
Ghofur tentang
“Nilai-nilai Tasawuf Akhlaki dalam Gurindam Dua Belas untuk
Pembinaan Akhlak
Siswa Madrasah Di Era Disrupsi (Kajian Pasal Keempat Gurindam 12
Raja Ali Haji).
Akhirulkalam, penerbitan jurnal ini sekadar langkah kecil dalam
mewujudkan
guru madrasah sebagai garda terdepan dalam transformasi pendidikan
bangsa.
Tentunya, kami sangat berterima kasih kepada Direktur GTK, Prof.
Dr. H. Suyitno,
M.Ag. beserta jajarannya yang telah membimbing dan mempercayai kami
untuk
membidani lahirnya Madaris sebagai jurnal Direktorat Guru dan
Tenaga
Kependidikan Madrasah, Direktorat Pendidikan Islam, Kemenag RI.
Terima kasih
juga kami ucapkan kepada kontributor naskah, reviewer, dan editor
yang telah
menyumbangkan ide dan pemikirannya untuk Madaris.
Guru Hebat, Madrasah Bermartabat
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020
v
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DIGITAL PERANGKAT PEMBELAJARAN
GURU
4.0.................................................................................................1
NURCHAILI PEMANFAATAN MEDIA “WAYANG AKHLAK” SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM
PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII F MTs
NEGERI 1 KEBUMEN TAHUN PELAJARAN
2018/2019........................................................................................12
SUYITMAN PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL DENGAN
PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS ANDROID DI MADRASAH
IBTIDAIYAH......26 NOVITA PURWA HADI GEOMETRI BERBASIS
ETNOMATEMATIKA SEBAGAI INOVASI PEMBELAJARAN DI MADRASAH TSANAWIYAH
UNTUK MEMBENTUK KARAKTER ISLAMI............ 43 NOOR SHOFIYATI
SUPERVISI PEMBELAJARAN ERA 4.0 DENGAN MODEL LESSON STUDY UNTUK
MENINGKATKAN DOUBLE
PROFESIONALISME.........................................................
57 NUR HABIBAH STRATEGI “S-M-A-R-T” DALAM PENGELOLAAN LITERASI
MADRASAH MENUJU GOOD PRACTICE SCHOOL DI MTs PESANTREN TERPADU AL
FAUZAN..................................................................................................................................70
NANING MARYANA HARMONISASI PENDIDIKAN SAINS DAN ISLAM MELAUI
PENDEKATAN STEAMER (MEMBANGUN GENERASI KIMIA ABAD
21)............................................. 84 SHORIHATUL
INAYAH PENGEMBANGAN LKS KARELISA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA
MATERI LAJU REAKSI KELAS XI MA SEBAGAI SOLUSI MENGAHADAPI TANTANGAN
PEMBELAJARAN ABAD
21.......................................................................97
ANIS NUROWIDAH GURU MADRASAH YANG PROFESIONAL DAN MODERAT DI ERA
DISRUPSI. 117 DARWIN NILAI-NILAI TASAWUF AKHLAKI DALAM GURINDAM DUA
BELAS UNTUK PEMBINAAN AKHLAK SISWA MADRASAH DI ERA DISRUPSI (KAJIAN
PASAL KEEMPAT GURINDAM 12 RAJA ALI
HAJI)...................................................................139
MUHAMMAD ABDUL GHOFUR
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 12-23
1
Nurchaili
[email protected]
ABSTRAK
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan salah satu
perangkat pembelajaran wajib yang harus disusun oleh guru. Baik
tidaknya pembelajaran, salah satunya ditentukan oleh kualitas
perencanaan yang dijabarkan guru dalam RPP. RPP Digital merupakan
salah satu wujud pengembangan diri guru dalam menghadapi
pembelajaran abad 21 dan Revolusi Industri 4.0. yang juga dinamakan
era disrupsi. Guru 4.0 merupakan guru kreatif dan inovatif yang
mampu membuat perangkat pembelajaran dalam format digital dan bisa
mengikuti perkembangan zaman. RPP digital menjadi salah satu
peluang guru dalam menjawab tantangan era disrupsi. RPP digital
merupakan perangkat pembelajaran paket komplit (complete package)
kegiatan pembelajaran dan powerful, karena memuat rencana
pembelajaran yang dilengkapi dengan bahan ajar, baik teks, gambar
maupun video pembelajaran, soal-soal online dan tautan (link)
materi pelajaran yang dapat diakses langsung dari RPP tersebut. RPP
digital mudah direvisi, biaya pembuatan murah, menarik, dan mudah
dibagi (share), serta dapat diakses dimana saja dan kapan
saja.
Kata Kunci: RPP Digital, Guru 4.0
ABSTRACT Lesson Plan (RPP) is one of the mandatory learning tools
that must be compiled by the teacher. Whether the learning is good
or not, one of them is determined by the quality of the planning
described by the teacher in the lesson plan. Digital RPP is one
form of teacher self-development in the face of 21st century
learning and the Industrial Revolution 4.0. which is also called
the era of disruption. Teacher 4.0 is a creative and innovative
teacher who is able to make learning devices in digital format and
can keep up with the times. Digital RPP is one of the opportunities
for teachers to answer the challenges of the disruption era.
Digital RPP is a complete package of learning activities and
powerful, because it contains a learning plan that is equipped with
teaching materials, both text, image and video learning, online
questions and links subject matter that can be accessed directly
from the RPP. Digital RPP is easily revised, low-cost, attractive
and easily shared, and can be accessed anywhere and anytime.
Key words: Digital RPP, Teacher 4.0
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 12-23
2
profesional dan proses pembelajaran akan terprogram dengan baik.
Perangkat
pembelajaran harus disusun dengan lengkap agar dapat dijadikan
referensi dalam
merancang, melaksanakan, sampai mengevaluasi proses pembelajaran.
Beberapa
perangkat pembelajaran yang harus disiapkan guru diantaranya,
program tahunan,
program semester, silabus, lembar kerja peserta didik, instrumen
penilaian sikap,
buku materi ajar, buku absensi, buku jurnal, portofolio, bank soal,
media
pembelajaran, daftar laporan penilaian kelas, dan rencana
pelaksanaan
pembelajaran.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan salah satu
perangkat
pembelajaran pokok yang harus dibuat guru. RPP merupakan perangkat
yang berisi
prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu atau
beberapa
kompetensi dasar (KD). Karena pentingnya RPP, menjadikan ia sebagai
perangkat
pembelajaran yang wajib dibuat oleh guru. Guru wajib membuat RPP
setiap mata
pelajaran yang diampunya. Sedikitnya dalam setahun, guru membuat
dua RPP untuk
semester ganjil dan genap, dan menghabiskan rata-rata dua rim
kertas untuk
menyusunnya.
RPP pun terkadang kerap direvisi mengikuti perkembangan dan
kondisi
peserta didik. Belum lagi jika terjadi perubahan atau revisi
kurikulum yang mau tidak
mau guru juga harus merombak RPP-nya. Imbasnya, guru menghabiskan
kertas
lebih banyak untuk menyesuaikan RPP dengan kondisi dan kebijakan
yang
ditetapkan. Sampai kapan guru harus boros menggunakan kertas? Sudah
saatnya
guru menjadi pelopor paperless dan berperan dalam melestarikan alam
guna
menyelamatkan bumi dari pemanasan global yang semakin
membara.
Di samping itu saat ini kita telah berada di dasawarsa ketiga abad
21, yaitu
tahun 2020. Kita juga sudah berada di era Revolusi Industri 4.0,
dimana digitalisasi
dan otomasi hampir merambah setiap aspek kehidupan. Era ini
ditopang oleh
teknologi abad 21 seperti internet of things, artificial
intelligence, teknologi robotik
dan sensor, digitalization, big database analysis, machine
interface, dan
teknologi 3D printing (Suyanto, S., 2019)
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 12-23
3
Era ini dinamakan juga dengan era disrupsi, dimana pergeseran
dunia
nyata ke dunia maya menjadi sangat fundamental karena sudah
menyangkut hidup
dan gaya hidup. Generasi saat ini mengalami perubahan drastis pada
pola pikir dan
pola hidup. Salah satu perubahan yang nyata yaitu pergeseran budaya
komunikasi
dan akses informasi. Mereka membutuhkan pengalaman belajar yang
berbeda.
Karenanya guru harus mampu memenuhi tuntutan kebutuhan peserta
didik sesuai
dengan zamannya. Situasi ini menjadi salah satu tantangan yang
dihadapi dunia
pendidikan, dimana sekolah atau madrasah harus mampu membangun
keterampilan
abad 21 bagi peserta didik. Madrasah harus mendorong peserta didik
untuk memiliki
keterampilan masa depan (future skill).
Walaupun sedikit tertinggal, dimana pembelajaran abad 21 baru
hangat
dibicarakan di Indonesia sekitar tahun 2015, kita harus segera
bangkit untuk
memulainya. Banyak hal yang harus disiapkan guru agar mampu
melaksanakan
pembelajaran abad 21. Mencermati pernyataan Anies Baswedan saat
masih
menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, yang
menyatakan,
“Pendidikan kita sedang berada di abad 21, namun sayangnya peserta
didiknya
masih abad 20, ironisnya gurunya masih abad 19” (Subagiyo, E.,
2018). Sebagai
pendidik kita harus menyikapi pernyataan tersebut dengan lapang
dada dan
bertekad untuk mengejar ketinggalan dengan berbagai upaya.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam Modul Pembelajaran
Abad
21, keterampilan yang harus dimiliki untuk membangun masyarakat
berpengetahuan
(knowledge-based society) pada abad 21 antara lain: keterampilan
literasi teknologi
informasi dan komunikasi serta media, keterampilan berpikir kritis
(critical thinking
skills), keterampilan memecahkan masalah (problem-solving skills),
keterampilan
berkomunikasi efektif (effective communication skills), dan
keterampilan bekerja
sama secara kolaboratif (collaborative skills). Kelima keterampilan
abad 21 tersebut
dapat dibangun melalui pengintegrasian Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK)
atau digitalisasi dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu guru
dituntut untuk
menguasai teknologi digital.
Guru sekarang, dituntut untuk mampu melahirkan peserta didik yang
terus
menjadi manusia pembelajar atau long life learner. Dalam dunia
pendidikan,
kemajuan teknologi informasi sangat bermanfaat untuk menunjang
kegiatan
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 12-23
4
pembelajaran. Digitalisasi media pembelajaran bisa menjadi salah
satu solusi dalam
mengatasi rendahnya minat belajar. Salah satu hal sederhana yang
dapat dilakukan
guru adalah meningkatkan kemampuan literasi digital peserta didik
melalui bahan
ajar digital dan RPP digital. RPP digital menjadi salah satu
peluang guru dalam
menjawab tantangan era disrupsi sehingga ia layak dilabelkan
sebagai Guru 4.0.
B. KAJIAN PUSTAKA
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan salah satu
perangkat
pembelajaran wajib yang harus disediakan guru. Baik tidaknya
pembelajaran,
salah satunya ditentukan oleh kualitas perencanaan yang dijabarkan
guru dalam
RPP. RPP dapat memudahkan pencapaian kompetensi dasar yang
ditetapkan
dalam standar isi serta dijabarkan dalam silabus. Ada beberapa
alasan penting
mengapa guru harus menyusun RPP, diantaranya: pertama, RPP adalah
acuan atau
pedoman bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.
Kedua, RPP adalah langkah awal dari seorang guru dalam merancang
dan
mengembangkan metode terbaik dan mudah dalam pembelajaran sehingga
dapat
meningkatkan kompetensi peserta didik sebagimana diharapkan, dan
ketiga, dengan
adanya RPP guru dapat sedini mungkin memprediksi efektivitas
pengelolaan kelas,
baik terkait dengan waktu, metode, suasana kelas, dan hal-hal
lainnya yang
mendukung pencapaian tujuan pembelajaran.
Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP. Jika
guru
menyusun RPP secara lengkap dan sistematis, diharapkan pembelajaran
dapat
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
efisien, dan
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik sebagaimana
diharapkan pada
standar proses. Selain RPP, guru juga harus mempersiapkan media dan
sumber
belajar, serta penilaian pembelajaran yang dikembangkan baik secara
individual
maupun kelompok.
menyatakan bahwa RPP sebagai taught curriculum yang bermakna, apa
yang
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 12-23
5
dirancang dalam kurikulum harus tertuang dalam RPP untuk mencapai
hasil belajar
peserta didik atau learned curriculum yang merupakan hasil langsung
dari
pengalaman belajar yang dirancangkan dalam RPP. Agar harapan ini
dapat tercapai
dengan baik, maka guru harus menyusun perencanaan pembelajaran
secara
lengkap dan sistematis termasuk penilaiannya.
RPP sering menjadi kendala tersendiri di kalangan guru. Adapun
faktor
penyebabnya antara lain (1) guru belum memahami esensi dari
masing-masing
komponen penyusun RPP, (2) guru belum membaca peraturan yang
mengatur
tentang pembelajaran secara utuh atau bahkan tidak pernah
membacanya, (3)
kemudahan mendapatkan file RPP dari guru lain dan internet yang
sebenarnya tidak
bisa diterapkan di kelas karena modalitas, karakteristik, potensi
peserta didiknya
berbeda. dan (4) guru memiliki anggapan RPP merupakan pemenuhan
administrasi
saja. Kendala ini dapat teratasi jika guru mau berubah, dari
pemahaman RPP
sebagai pemenuhan administrasi menuju RPP sebagai kewajiban
profesional.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Permendikbud)
nomor 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran, dinyatakan bahwa RPP
merupakan
rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci mengacu pada
silabus,
buku teks pelajaran, dan buku panduan guru. Adapun komponen RPP
sesuai
dengan Permendikbud tersebut paling sedikit memuat: (1) identitas
sekolah, mata
pelajaran, dan kelas/semester; (2) alokasi waktu; (3) KI, KD,
indikator pencapaian
kompetensi; (4) materi pembelajaran; (5) kegiatan pembelajaran; (6)
penilaian; serta
(7) media/alat, bahan, dan sumber belajar.
Selanjutnya, dalam Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar
Proses,
bahwa komponen RPP terdiri atas identitas sekolah, identitas mata
pelajaran,
kelas/semester, materi pokok, alokasi waktu, tujuan pembelajaran,
KD dan IPK,
materi pembelajaran, metode, media, sumber belajar, langkah-langkah
pembelajaran
dan penilaian hasil pembelajaran.
Berdasarkan Permendikbud tersebut terdapat tiga alternatif
penyusunan RPP: (1)
berdasarkan komponen Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014, (2)
berdasarkan
pada komponen Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, dan (3)
memadukan
komponen dari dua Permendikbud (saling melengkapi).
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 12-23
6
Kementerian Agama Republik Indonesia melalui Keputusan Direktur
Jenderal
Pendidikan Islam Nomor 5164 Tahun 2018, menetapkan kebijakan
tersendiri
mengenai petunjuk teknis penyusunan RPP pada madrasah. Pada Bab II
tentang
RPP dijelaskan bahwa perencanaan pembelajaran adalah tahap pertama
dalam
pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan RPP.
RPP merupakan rencana pembelajaran yang dikembangkan secara
rinci
mengacu pada: (1) Silabus, (2) Kompetensi Dasar (KD), (3) Buku teks
pelajaran, dan
buku panduan guru, (4) Ciri khas pembelajaran abad 21, yang
meliputi: (a)
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK meliputi penguatan karakter
moderasi
beragama atau keseimbangan dalam beragama atau Islam Wasathiyah,
religius,
nasionalis, mandiri, gotong-royong dan integritas), (b) Literasi
(literasi dasar atau
keluasan wawasan bacaan dan budaya, literasi media atau keluasan
wawasan
dalam penggunaan media, literasi perpustakaan, literasi teknologi
dan literasi visual),
(c) Merangsang tumbuhnya 4C (Critical thinking atau merangsang
tumbuhnya
kemampuan peserta didik berpikir kritis, Collaborative atau
merangsang tumbuhnya
kemampuan peserta didik untuk bekerja sama dengan berbagai pihak,
Creativity
atau merangsang tumbuhnya kemampuan peserta didik berpikir kreatif
inovatif atau
munculnya ide-ide baru (orisinal), dan Communicative atau
merangsang tumbuhnya
kemampuan peserta didik untuk mengomunikasikan pikiran dan ide-ide
yang
dimilikinya, (d) High Order Thinking Skill (HOTS) atau keterampilan
mengaitkan
komponen-komponen berpikir tingkat tinggi atau mengaitkan antara
pengetahuan
dengan kompleksitas realitas kehidupan sekitarnya.
Berikutnya (5) RPP mencakup: (a) identitas sekolah/madrasah, mata
pelajaran,
dan kelas/semester; (b) alokasi waktu; (c) KI, KD, indikator
pencapaian kompetensi;
(d) materi pembelajaran; (e) kegiatan pembelajaran; (f) penilaian;
dan (g) media/alat,
bahan, dan sumber belajar.
Sebagai perangkat pembelajaran yang wajib dibuat oleh setiap guru,
RPP
harus mengikuti perkembangan zaman, baik isi, format maupun bentuk.
Saat ini kita
telah berada di abad 21 dan era Revolusi Industri 4.0, sudah
masanya guru tidak lagi
menyusun RPP dalam bentuk manual.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 12-23
7
RPP Digital merupakan salah satu wujud pengembangan diri guru
dalam
menghadapi pembelajaran abad 21 dan Revolusi Industri 4.0. Guru
yang kreatif dan
inovatif bisa membuat perangkat pembelajaran dalam format digital.
RPP digital
pada prinsipnya serupa dengan RPP manual. Ia juga menjabarkan
kompetensi dasar
(KD), Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) dan langkah- langkah
pembelajaran.
Namun RPP Digital lebih powerful karena diformat dalam bentuk
elektronik (e-book).
Mengapa RPP digital lebih powerful? Ini disebabkan karena mudah
direvisi,
biaya pembuatan yang murah, menarik, dan dapat dilengkapi dengan
berbagai
media pembelajaran yang menarik. Dalam RPP digital juga bisa
disisipkan video-
video pembelajaran, soal-soal online dan tautan (link) materi
pelajaran yang dapat
diakses langsung dari RPP tersebut. Selain itu RPP digital bisa
diakses kapan dan
dimana saja karena dapat disimpan di smartphone dan perangkat
digital lainnya.
Jadi RPP digital merupakan perangkat pembelajaran berupa paket
komplit (complete
package) kegiatan pembelajaran.
RPP digital juga mendukung open learning dan dapat dimiliki oleh
peserta didik
karena mudah dibagikan (share) misalnya melalui media sosial
seperti Facebook,
WhatsApp, Telegram dan sejenisnya. Sehingga peserta didik
benar-benar
mengetahui kompetensi dasar apa yang harus dikuasainya pada setiap
pelaksanaan
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan keterampilan pembelajaran abad
21. Peserta
didik dapat belajar mandiri dengan menggunakan RPP digital yang
telah disusun
oleh guru mata pelajarannya. Selain itu orang tua juga dapat
memonitor kualitas
pembelajaran yang diberikan kepada putra-putrinya.
RPP digital memiliki berbagai fungsi, antara lain: (a) sebagai
salah satu
alternatif media belajar; (b) berbeda dengan RPP cetak, RPP digital
dapat
memuat konten multimedia di dalamnya sehingga dapat menyajikan
bahan ajar
yang lebih menarik dan membuat pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan; (c) sebagai media berbagi informasi; dan (d)
dibandingkan
dengan RPP cetak, RPP digital dapat disebarluaskan secara lebih
mudah, baik
melalui media seperti website, kelas maya, e-mail dan media digital
lainnya.
Disamping itu RPP digital juga bersifat ramah lingkungan dan
mendukung
gerakan paperless.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 12-23
8
buku elektronik, seperti kvisoft, sigil, indesign, pdf flipbook
maker dan sejenisnya.
Namun electronic publication (e-Pub) merupakan sebuah format buku
digital yang
disepakati oleh International Digital Publishing Forum (IDPF) pada
Oktober
2011. e-Pub menggantikan peran Open eBook sebagai format buku
terbuka. e-Pub
terdiri atas file multimedia, html, css, xhtml, xml yang dikemas
dalam satu file.
Sebagai format yang tidak mengacu kepada salah satu pengembang
tertentu,
e-Pub dapat dibaca di banyak perangkat, seperti: komputer (AZARDI,
Calibre, plugin
firefox, plugin google chrome), Android (FBReader, Ideal Reader),
iOS (ireader),
Kobo eReader, Blackberry playbook, Barnes and Noble Nook, Sony
Reader, dan
berbagai perangkat lainnya (Anonimous, 2016).
4. GURU 4.0
Guru sebagai pendidik harus menyadari bahwa segala sesuatu yang
ada
di dunia ini tidak ada yang kekal, serba berubah, bahkan
perubahannya
bisa berlangsung sangat cepat. Apa yang dulu dianggap mustahil,
ternyata
sekarang sudah lumrah dilakukan. Apa yang hari ini terlihat
istimewa,
beberapa tahun kemudian akan tampak biasa saja. Oleh karena itu
sebagai
pendidik, guru harus mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi
masa
depan sesuai zamannya. Hal ini telah ditegaskan oleh Ali bin Abi
Thalib belasan
abad yang lalu melalui pernyataannya, “Didiklah anak-anakmu
sesuai
zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu”.
RPP digital sangat mendukung pembelajaran mandiri maupun kelompok.
RPP
digital akan memberikan pedoman pelaksanaan kegiatan pembelajaran
sesuai
rencana yang disusun oleh guru. Untuk kebutuhan administrasi
madrasah, RPP
digital dapat disimpan dalam compact disc (CD) atau pada laman
(website) sekolah.
Di saat penggunaan teknologi semakin masif, tak terkecuali dalam
dunia
pendidikan, guru harus mampu mengimbanginya. Guru yang gagap
teknologi
(gaptek) harus rela dilabeli “Guru Jadoel”, gaya mengajarnya
monoton dan tidak
terampil mengaitkan materi ajar dengan kehidupan kekinian. Guru
yang terlahir di
“zaman old’ harus beradaptasi agar bisa masuk dalam dunia peserta
didik “zaman
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 12-23
9
now”. Guru harus melahirkan gaya mengajar baru yang lebih efektif
dan sesuai
dengan gaya belajar, tuntutan kebutuhan, dan kemajuan zaman.
Penerapan teknologi informasi dalam pembelajaran diyakini bisa
meningkatkan
hasil belajar peserta didik. Banyak riset telah membuktikan
penggunaan teknologi
informasi memberi dampak positif dalam pembelajaran. Nurchaili
(2010) menyatakan
penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi informasi dalam
proses
pembelajaran dapat memberi pengaruh nyata terhadap peningkatan
hasil belajar
peserta didik. Kelas tampak lebih ceria dan bersemangat. Terlebih
teknologi dapat
menghadirkan kehidupan nyata dalam pembelajaran.
C. PEMBAHASAN
Era disrupsi ini hendaknya memotivasi guru untuk berinovasi tiada
henti.
Madrasah tidak perlu anti terhadap peserta didik yang gandrung
dengan internet dan
smartphone. Sebaliknya, semua elemen pendidikan harus mampu
memanfaatkan
potensi internet dan smartphone di era digital ini agar peserta
didik dapat
memanfaatkannya untuk pembelajaran. Dengan berbagai keunggulan dan
daya
tariknya, RPP digital diharapkan mampu menumbuhkan minat belajar
peserta didik
sehingga hasil belajar semakin meningkat. Dengan demikian akan
terwujud
masyarakat pembelajar (learning society) yang akan menjadikan
Indonesia sebagai
bangsa yang cerdas (educated nation) dan berakhlak mulia.
Sebagai pendidik, guru memiliki tanggung jawab untuk membawa
peserta didik
bertahan dengan kehidupan di masa mendatang dan mempersiapkan
peserta didik
dengan keterampilan masa depan (future skill). Guru 4.0 yang bisa
diposisikan
sebagai kelompok Digital Immigrant keberadaannya sangat penting
bagi peserta
didik. Guru harus bisa membimbing dan mengarahkan peserta didik
agar belajar
memanfaatkan teknologi digital ke arah yang lebih positif guna
menunjang
pembelajaran, sehingga guru layak disebut sebagai teladan penerang
bangsa. RPP
digital sangat mendukung pembelajaran mandiri maupun kelompok. RPP
digital akan
memberikan pedoman pelaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai rencana
yang
disusun oleh guru. Untuk kebutuhan administrasi madrasah, RPP
digital dapat
disimpan dalam compact disc (CD) atau pada laman (website)
sekolah.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 12-23
10
Tidak hanya sebatas RPP digital, guru 4.0 juga bisa menjawab
tantangan era
disrupsi dengan menghasilkan produk-produk pembelajaran digital
yang berguna
dalam penerapan pembelajaran abad 21. Produk-produk pembelajaran
tersebut
dapat berupa buku digital, media pembelajaran interaktif, kelas
maya (digital class),
soal-soal online, website/blog pribadi sebagai sarana pembelajaran,
dan produk
digital lainnya yang berdaya guna dalam dunia pendidikan. Guru yang
melek digital
(digital literate) sangat dibutuhkan untuk melayani peserta didik
4.0.
D. PENUTUP
digital memberikan pedoman pelaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai
rencana
yang disusun guru berdasarkan tuntutan kurikulum. Untuk kebutuhan
administrasi
madrasah, RPP digital dapat disimpan dalam compact disc (CD) atau
pada laman
(website) sekolah.
membawa peserta didik untuk belajar dengan memanfaatkan teknologi
digital ke
arah yang lebih positif. Disamping itu RPP digital juga sangat
mendukung paperless
dan guru harus menjadi pelopor dan berperan dalam melestarikan alam
guna
menyelamatkan bumi dari pemanasan global.
Kesiapan guru dan madrasah dalam mempersiapkan gaya belajar di
era
Revolusi Industri 4.0 akan berdampak pada meningkatnya mutu
lulusan, karena
peserta didik memiliki keterampilan literasi digital yang baik dan
Insyaa Allah siap
berkontribusi di era disrupsi ini.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 12-23
11
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous 2016. Memahami Buku Digital. Materi Online Workshop
Digital Book Batch 1. SEAMEO-SEAMOLEC: Jakarta.
Anonimous 2017. Modul Pembelajaran Abad 21. Pusat Teknologi
Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan, Kemendikbud:
Jakarta.
Anonimous 2017. Model Pengembangan RPP. Direktorat Pembinaan SMA.
Kemendikbud: Jakarta.
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 5164 Tahun 2018.
Kementerian Agama RI: Jakarta.
Nurchaili. 2010. Pengaruh Media Pembelajaran Berbasis Teknologi
Informasi Dalam Proses Pembelajaran Kimia Terhadap Peningkatan
Hasil Belajar Peserta didik. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol.
16 No. 6, Nopember 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan,
Kementerian Pendidikan Nasional: Jakarta.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI: Jakarta.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI: Jakarta.
Subagiyo, E. 2018. Gaya Belajar Abad 21.
https://adin200.blogspot.com. (diakses 13 Nopember 2019)
Suyanto, S. 2019. Pengembangan Kompetensi Guru Menghadapi Era
Revolusi Industri 4.0. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional
Pendidikan Biologi & Saintek (SNPBS) Ke-IV Pendidikan Biologi,
FKIP UMS Surakarta, 27 April 2019.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id. (diakses 13 Nopember 2019)
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 12-23
12
PEMANFAATAN MEDIA “WAYANG AKHLAK” SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN
AKIDAH AKHLAK PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII F MTs
NEGERI 1 KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Suyitman
[email protected]
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kebumen
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemanfaatan
wayang akhlak dalam pembelajaran dan untuk mengetahui peningkatan
kreativitas dan hasil belajar Akidah Akhlak menggunakan media
wayang akhlak. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas
dengan instrumen pengumpulan data menggunakan observasi dan tes
hasil belajar. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif
dan persentase. Penerapan wayang akhlak digunakan mulai pengamatan
sampai komunikasi. Bentuk wayang akhlak dapat dibuat berbagai macam
seperti wayang daun singkong, wayang suket, wayang sedotan, wayang
gambar atau wayang bentuk lain yang dapat dibuat oleh peserta
didik. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan wayang akhlak mampu
meningkatkan kreativitas peserta didik. Pada Siklus I, rata-rata
kreativitas peserta didik hanya 65% dan meningkat menjadi 91% pada
Siklus II. Hasil belajar pun mengalami kenaikan. Pada Siklus 1,
nilai rata-rata tes tulis 1 sebesar 79.00 dan naik menjadi 92.38
pada Siklus II. Begitu juga untuk nilai tes tulis 2 dan unjuk kerja
yang naik dari 81.00 menjadi 93.00 dan 80.00 menjadi 92.00. Dengan
demikian, pemanfaatan wayang akhlak dapat meningkatkan kreativitas
dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Akidah
Akhlak.
Kata kunci : wayang akhlak, kreativitas, hasil belajar
ABSTRACT This study aims to describe the use of moral puppets in
learning and to find out the increase in creativity and learning
outcomes of moral character using moral puppet media. This research
is a classroom action research with data collection instruments
using observation and learning outcomes tests. Data analysis
techniques using descriptive analysis and percentages. The
application of moral puppets is not only as an introduction to the
media to deliver material, but is also used from observation to
communication. The forms of moral puppets can be made in various
kinds such as cassava leaf puppets, grass puppet, straws puppet,
picture puppets or other forms of puppets that can be made by
students. Based on the results of the study, the use of moral
puppets can increase student creativity. In Cycle I, the average
creativity of students was only 65% and increased to 91% in Cycle
II. Learning outcomes have increased. In Cycle 1, the average value
of written test 1 was 79.00 and rose to 92.38 in Cycle II. Likewise
for the written test score 2 and the performance which rose from
81.00 to 93.00 and 80.00 to 92.00. Thus, the use of moral puppets
can increase the creativity and learning outcomes of
students.
Key word: moral puppet, creativity, learning outcomes
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 12-23
13
1. Latar Belakang Masalah
Wayang kulit telah menjadi ikon wisata budaya bangsa Indonesia.
Salah satu
alasan wisatawan datang ke Indonesia adalah untuk menyaksikan
pertunjukan wayang.
Bahkan banyak warga asing yang justru tertarik untuk mempelajari
wayang dengan
segala aspek budanya. Namun meningkatnya perhatian dunia, tidak
diiringi dengan
meningkatnya perhatian generasi muda terhadap wayang. Bahkan di
kalangan pelajar,
banyak peserta didik yang tidak kenal nama-nama tokoh wayang,
apalagi mengetahui
cerita yang terkandung di dalam wayang. Kondisi ini sangat
memprihatinkan.
Bagaimana mungkin peserta didik yang notabene sebagai generasi
penerus bangsa
dapat memelihara warisan budaya jika mereka tidak
mengenalnya?
Ketidakpedulian generasi muda pada umumnya dan pelajar pada
khusunya
merupakan preseden buruk bagi pewarisan budaya bangsa. Bisa jadi
negara lain
justru mengakui tradisi bangsa Indonesia. Beberapa tahun lalu,
Malaysia
mengklaim bahwa wayang kulit, batik, angklung, dan juga kuda
lumping
merupakan tradisi yang berasal dari negeri tetangga tersebut
(Liputan6.com).
Publik pun kaget dengan klaim sepihak yang dilakukan Malaysia.
Warganet ramai-
ramai melayangkan protes sambil menunjukkan bukti-bukti bahwa
tradisi tersebut
berasal dari Indonesia.
Tentunya kasus tersebut tidak akan terjadi jika bangsa Indonesia,
khususnya
lembaga pendidikan turut berperan aktif dalam melestarikan budaya
bangsa.
Pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang
Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah pendidikan
yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia
Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia
dan tanggap terhadap tuntutan perubahan Zaman.
Kepritahinan itulah yang melatarbelakangi penulis untuk mengenalkan
wayang
dalam pembelajaran. Cerita wayang yang penuh dengan nilai-nilai
moral sangat
sesuai dengan materi pembelajaran Akidah Akhlak. Selain itu, dengan
pemanfaatan
wayang sebagai media pembelajaran juga menuntut peserta didik untuk
berkreasi
dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kedua sikap tersebut
merupakan modal
utama bagi setiap orang dalam bersaing pada Abad Revolusi Industri
Keempat
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 12-23
14
atau 4.0. Pada abad itu, generasi muda harus dibekali dengan lima
kemampuan
yang harus dimiliki antara lain, kemampuan berpikir kritis, kreatif
dan inovatif,
kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerja sama, dan percaya
diri.
Selama ini, peserta didik kurang kreatif. Akibatnya, hasil
belajarpun kurang
maksimal. Peserta didik cenderung meniru apa yang dicontohkan guru
tanpa
melakukan modifikasi. Begitu juga saat mereka presentasi di depan
kelas, mereka
masih ragu, belum tampil penuh percaya diri. Oleh karena itulah
penulis menyusun
karya ilmiah dengan judul “Pemanfaatan Media ‘Wayang Akhlak’”
sebagai Upaya
Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Peserta Didik pada
Pembelajaran
Akidah Akhlak Kelas VIII F MTs Negeri 1 Kebumen Semester Gasal
Tahun
Pelajaran 2018/2019.
a. Bagaimana pemanfaatan media wayang akhlak dalam pembelajaran
Akidah Akhlak
di Kelas VIII F MTs Negeri 1 Kebumen Semester Gasal Tahun Pelajaran
2018/2019?
b. Bagaimana peningkatan kreativitas peserta didik dalam
pembelajaran dengan
memanfaatkan media Wayang Akhlak dalam pembelajaran Akidah Akhlak
di Kelas
VIII F MTs Negeri 1 Kebumen Semester Gasal Tahun Pelajaran
2018/2019?
c. Bagaimana peningkatan hasil belajar peserta didik dalam
pembelajaran dengan
memanfaatkan media Wayang Akhlak dalam pembelajaran Akidah Akhlak
di Kelas
VIII F MTs Negeri 1 Kebumen Semester Gasal Tahun Pelajaran
2018/2019?
3. Tujuan
a. Untuk mendeskripsikan pemanfaatan media wayang akhlak dalam
pembelajaran
Akidah Akhlak di Kelas VIII F MTs Negeri 1 Kebumen Semester Gasal
Tahun
Pelajaran 2018/2019.
dengan memanfaatkan media Wayang Akhlak dalam pembelajaran Akidah
Akhlak di
Kelas VIII F MTs Negeri 1 Kebumen Semester Gasal Tahun Pelajaran
2018/2019.
c. Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar peserta didik
dalam pembelajaran
dengan memanfaatkan media Wayang Akhlak dalam pembelajaran Akidah
Akhlak di
Kelas VIII F MTs Negeri 1 Kebumen Semester Gasal Tahun Pelajaran
2018/2019.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 12-23
15
4. Manfaat
a. Secara teoretis hasil penelitian juga berfungsi sebagai salah
satu referensi dalam
penelitian lebih lanjut, baik yang terkait dengan pemanfaatan
wayang sebagai media
pembelajaran maupun pembelajaran akhlak terpuji dan tercela.
b. Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi siswa untuk
meningkatkan kreativitas
dan hasil belajar. Bagi guru penelitian ini menjadi inovasi baru
yang dapat digunakan
guru ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Sedangkan bagi
madrasah
penelitian ini bermanfaat sebagai pertimbangan dalam mengambil
suatu keputusan
dalam proses pembelajaran di masa yang akan datang.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Wayang Akhlak
Wayang Akhlak berasal dari kata ”wayang” dan ”akhlak.” Secara
etimologi
wayang berarti gambar atau tiruan orang yang dibuat dari kulit,
kayu dan sebagainya
untuk mempertunjukkan suatu lakon. (W.J.S. Poerwadarminta, 2007:
1365) Dalam
bahasa Jawa kata wayang berarti “bayangan,” dalam bahasa Melayu
disebut
bayang-bayang. Sedangkan dalam bahasa Bugis, wayang berarti bayang.
(Sri
Mulyono, 1982: 13) Penamaan wayang berasal dari bayang-bayang
dikarenakan
dalam pertunjukan wayang, ada bayang-bayang yang membuat
pertunjukan lebih
eksotis. Bayang-bayang tersebut dihasilkan dari damar yang berada
di atas dalang.
Sedangkan akhlak menurut al-Ghazali adalah keadaan di dalam jiwa
yang
melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan
pemikiran dan
pertimbangan. (al-Ghazali, 2003: 108). Akhlak telah menjadi bagian
dari mata
pelajaran yang digabungkan dengan Akidah menjadi Akidah Akhlak.
Dalam
Lampiran Keputusan Menteri Agama No. 165 Tahun 2013 dijelaskan
bahwa Akidah
Akhlak merupak mata pelajaran yang menekankan pada kemampuan
memahami
keimanan dan keyakinan Islam dan akhlak menekankan pada pembiasaan
untuk
menerapkan dan menghiasi diri dengan akhlak terpuji (mahmudah) dan
menjauhi
serta menghindari diri dari akhlak tercela (mazmumah). Dengan
demikian, wayang
akhlak adalah wayang yang digunakan dalam pembelajaran akhlak.
Wayang akhlak
merupakan media pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan
materi yang
berkaitan dengan akhlak terpuji dan akhlak tercela.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 12-23
16
Adapun jenis-jenis wayang berdasarkan bahan pembuatan dan daerah
yang
ada di Indonesia antara lain: wayang kulit purwa, wayang golek
sunda, wayang
orang, wayang betawi, wayang bali, wayang banjar, wayang suluh,
wayang
palembang, wayang krucil, wayang thengul, wayang timplong, wayang
kancil,
wayang rumput, wayang cepak, wayang jemblung, wayang sasak
(lombok), dan
wayang beber. (Nursodik Gunarjo: 2011: 16) Dalam pembelajaran ini,
peserta didik
diberi kebebasan dalam membuat wayang seperti wayang daun singkong,
wayang
suket, dan wayang kertas.
2. Kreativitas Peserta Didik
Istilah kreativitas berasal dari bahasa Inggris, yaitu to create
yang berarti
menciptakan, menimbulkan, dan membuat. Dari kata to create
terbentuk kata benda
creativity yang berarti daya cipta. (John M. Echols dan Hassan
Shadily, 2000: 154)
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kreativitas diartikan dengan
kemampuan
untuk mencipta, daya cipta, perihal berkreasi, dan kekreatifan.
(W.J.S
Poerwadarminta, 2007: 619) Secara operasional kreativitas dapat
dirumuskan
sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan
(fleksibilitas), dan
orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi
(mengembangkan,
memperkaya, dan memerinci) suatu gagasan. Kemampuan memberikan
penilaian
atau evaluasi terhadap suatu objek atau situasi juga mencerminkan
kreativitas, jika
dalam penilaiannya seseorang mampu melihat objek, situasi, atau
masalahnya dari
sudut pandang yang berbeda-beda. Misalnya anak diberi gambar atau
uraian
mengenai suatu objek atau keadaan dan ia diminta mengatakan apa
saja yang
kurang atau tidak cocok pada gambar atau uraian tersebut.
Joyce Wycoff menyatakan sebagian besar penelitian menunjukkan empat
ciri
khas orang kreatif, yaitu: 1) Keberanian 2) Ekspresif 3) Humor 4)
Intuisi. (Joyce
Wycoff, 2007: 19-50) Berdasarkan ciri-ciri orang kreatif di atas
dapat dipahami bahwa
apabila peserta didik telah menemukan kreativitasnya, maka mereka
cenderung
untuk 1) mandiri dalam mengerjakan tugas; 2) berani berbeda; 3)
percaya diri saat
presentasi; 4) cermat dalam mengerjakan tugas; 5) detail dalam
berkarya; 6) senang
menerima kritikan.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 12-23
17
Hasil belajar menurut Nana Sudjana adalah kemampuan-kemampuan
yang
dimiliki siswa setelah mereka menerima pengalaman belajarnya. (Nana
Sudjana,
2006: 156) Mulyono Abdurrahman berpendapat, hasil belajar adalah
kemampuan
yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. (Mulyono
Abdurrahman, 2003:
37) Sedangkan Dimyati dan Mudjiono berpendapat, hasil belajar
merupakan hasil
dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dimyati
dan Mudjiono, 2006:
3-4) Hasil belajar tersebut dibedakan menjadi dampak pembelajaran,
dan dampak
pengiring. Dampak pembelajaran adalah hasil yang dapat diukur,
seperti tertuang
dalam angka rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan melonjat
setelah latihan.
Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang
lain. (M.
Dalyono, 1997: 55) Hasil belajar yang diukur dengan UN adalah hasil
belajar pada
aspek kognitif. UN belum dilakukan terhadap aspek afektif dan
psikomotor siswa.
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni
faktor dari
dalam diri siswa (internal) dan faktor yang datang dari luar diri
siswa (eksternal).
Faktor internal datang dari dalam diri siswa meliputi a) kesehatan,
b) inteligensi, c)
bakat, d) minat, e) motivasi, f) serta cara belajar. Adapun faktor
eksternal merupakan
faktor yang berasal dari luar peserta didik. Hasil belajar yang
dapat diraih oleh siswa
juga dipengaruhi oleh faktor eksternal atau lingkungan. Faktor
eksternal yang dapat
mempengaruhi hasil belajar meliputi yaitu a) keluarga, b) sekolah,
c) masyarakat
atau lingkungan sekitar.
4. Urgensi Media Wayang dalam Peningkatan Kreativitas dan Hasil
Belajar
Pemanfaatan wayang akhlak tidak ubahnya seperti penggunaan
media
pembelajaran yang memiliki peranan penting dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
Penggunaan media pembelajaran yang tepat dapat membantu guru
menyampaikan
informasi kepada peserta didik. Adanya ketertarikan terhadap proses
pembelajaran
akan menumbuhkan sikap antusias dalam diri peserta didik. Hamalik
menyatakan
bahwa penggunaan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar
dapat
membangkitkan minat, motivasi, merangsang peserta didik belajar,
serta membawa
pengaruh psikologis bagi peserta didik. (Oemar Hamalik, 2009:
85)
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 12-23
18
membangkitkan kreativitas sehingga peserta didik tertarik dan
meningkatkan
pemahanan peserta didik pada materi pelajaran. Nanda mengatakan
media wayang
merupakan seni kerajinan yang masih erat kaitannya dengan keadaan
sosiokultural
dan religi bangsa Indonesia. Media wayang digunakan karena menarik
bagi peserta
didik untuk proses pembelajaran, selain melestarikan budaya
khususnya Jawa dan
memelihara kebudayaan tradisional dengan baik. Media wayang juga
dapat
memotivasi peserta didik dalam belajar. (Nanda, 2010: 45)
Media wayang merupakan media yang menarik untuk digunakan
dalamproses
pembelajaran. Selain untuk mengajarkan tentang kebudayaan
Indonesia, media
wayang dapat dikembangkan menjadimedia pembelajaran yang
disesuaikan dengan
materi pembelajaran yang akan dipelajari. Media wayang dapat
diciptakan dengan
bahan-bahan yang mudah. Guru dapat membuat kemasan cerita yang
menarik
perhatian peserta didik pada materi pelajaran akhlak. Dengan
memadukan materi
pelajaran sebagai isi dalam cerita pertunjukan wayang maka
pembelajaran akhlak
mampu meningkatkan kreativitas peserta didik.
C. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada peserta didik Kelas VIIIF MTs Negeri 1
Kebumen
Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019. Waktu penelitian mulai
bulan Maret
sampai dengan April 2019. Prosedur penelitian menggunakan
penelitian tindakan
kelas yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin MC. Taggart
dengan
empat kompenen tindakan dalam setiap sikulus yaitu 1) planning
(perencanaa), 2)
acting (tindakan), 3) obeserving (observasi), dan 4) reflecting
(refleksi). Penelitian ini
terdiri dari 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 3
pertemuan. Instrumen
pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan tes hasil
belajar. Adapun
teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dan
presentase.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 12-23
19
a. Langkah Pembelajaran dengan Wayang Akhlak
Di awal tahun ajaran baru penulis telah melakukan perbaikan
pembelajaran
berdasarkan evaluasi diri pada pembelajaran tahun sebelumnya. Dalam
proses ini
ditentukan penggunaan wayang akhlak sebagai media pembelajaran.
Lalu, penulis
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang di dalamnya
telah
menyebutkan tentang pemanfaatan wayang akhlak sebagai media
pembelajaran.
Penulis juga mencari beberapa contoh wayang yang dapat dibuat oleh
peserta didik
seperti wayang daun singkong, wayang suket, dan wayang dari kertas.
Pembelajaran
Akhlak dengan menggunakan wayang akhlak dilakukan sesuai dengan
program
semester yang telah disusun, yakni pada Agustus dan September untuk
Akhal
Terpuji dan pada Oktober untuk Akhlak Tercela. Adapun secara umum
tahapan
pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Pendahuluan
bersama-sama, pengkondisian fisik dan psikis peserta didik untuk
menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan, mendiskusikan kompetensi yang
sudah
dipelajari sebelumnya berkaitan dengan kompetensi yang akan
dipelajari dan
dikembangkan, menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan
manfaatnya
dalam kehidupan sehari-hari, menyampaikan garis besar cakupan
materi dan
kegiatan yang akan dilakukan dan menyampaikan lingkup dan teknik
penilaian yang
akan digunakan.
- Peserta didik mengamati gambar yang berkaitan dengan contoh
perilaku akhlak
terpuji dan akhlak tercela.
- Peserta didik mengamati pertunjukan wayang yang berisi tentang
materi akhlak
terpuji dan akhlak tercela.
- Peserta didik membaca kisah yang berkaitan dengan akhlak terpuji
dan tercela yang
ada di buku siswa.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 12-23
20
terpuji dan tercela. Setelah penayangan wayang, peserta didik
nampak antusias
untuk bertanya.
c) Mengumpulkan dan Mengolah Informasi
- Guru membimbing peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang
telah disusun
dengan memanfaatkan buku siswa dan sumber lainnya.
- Guru memberi peserta didik untuk membuat materi pertunjukan
wayang dan wayang
yang akan ditampilkan di depan kelas.
- Guru membimbing peserta didik untuk membuat wayang yang akan
digunakan
dalam pertunjukkan di depan kelas.
d) Mengkomunikasikan
akhlak terpuji dan tercela dengan menggunakan media wayang akhlak.
Kelompok
lain diberi kesempatan untuk memberi saran dan kritik terhadap
penampilan setiap
kelompok.
Membuat rangkuman/simpulan pelajaran, refleksi terhadap kegiatan
yang
sudah dilaksanakan dan mengerjakan kolom refleksi yang terdapat
pada buku siswa,
melakukan penilaian sikap peserta didik dan memberikan umpan balik
terhadap
proses dan hasil pembelajaran, menyampaikan rencana pembelajaran
pada
pertemuan berikutnya dalam bentuk penilaian pengetahuan.
2. Evaluasi
pengembangan terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan wayang
akhlak.
Salah satu pengembangan yang dilakukan adalah dengan mengundang
Yulihadi,
S.Pd. untuk menampilkan pertunjukan wayang kulit di hadapan peserta
didik Kelas
8F.
Untuk mengetahui peningkatan kreativitas peserta didik dalam
pembelajaran
menggunakan media wayang, penulis melakukan observasi terhadap
proses
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 12-23
21
dijelaskan dalam tabel berikut:
Berdasarkan graffik di atas dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan
media
wayang mampu meningkatkan kreativitas peserta didik. Hal ini dapat
dilihat dari
indikator kreativitas, yaitu:
1. Mandiri yakni mampu menyelesaikan tugasnya tanpa ketergantungan
kepada orang
lain. Pada awalnya guru banyak terlibat dalam pembuatan wayang,
tetapi setelah
beberapa kali pertemuan, peserta didik dapat membuatnya dengan
baik. Apalagi
ketika mereka diberi tugas membuat wayang di rumah. Hasilnya wayang
buatan
peserta didik menjadi lebih baik. Mereka dengan kemampuan
teknologinya,
menggunakan video youtube sebagai tutorial dalam pembuatan
wayang.
Kemandirian peserta didik terus meningkat dari yang semulah hanya
23 anak atau
72% pada Siklus I, meningkat menjadi 31 anak atau 97% pada Siklus
II .
2. Berani untuk melakukan sesuatu tanpa takut berbuat salah atau
khawatir dimarahi
orang lain. Awalnya peserta didik membuat wayang sesuai arahan dan
petunjuk
dari guru, mereka takut untuk membuat wayang yang berbeda. Tetapi
pada
perkembangannya peserta didik mampu membuat wayang beraneka rupa.
Ada yang
membuat wayang daun singkong, wayang suket, dan wayang gambar.
Gambaran
peningkatan keberanian peserta didik terlihat dari peningkatan
jumlah anak. Pada
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 12-23
22
Siklus I hanya 25 peserta didik atau 78% meningkat menjadi 32 atau
100% pada
Siklus II.
3. Percaya diri yaitu berani tampil di depan teman-temannya tanpa
ragu. Ketika
pertama kali menampilkan simulasi akhlak terpuji dan tercela,
peserta didik tampak
malu dan kurang percaya diri. Hanya sekitar 16 peserta didik atau
50%, tetapi pada
Siklus II naik menjadi 29 peserta didik atau 91% yang memiliki rasa
percaya diri.
4. Cermat yang berarti bahwa peserta didik membuat tugas dengan
lengkap dan
sempurna. Pada Siklus I ada 23 peserta didik atau 72%. Namun pada
pertemuan
berikutnya kecermatan peserta didik terus meningkat hingga mencapai
88% atau
sebanyak 28 peserta didik pada Siklus II.
5. Detail yang berarti bahwa dalam mengerjakan tugas, peserta didik
bukan hanya
membuatnya dengan baik, tetapi detail dan lengkap. Bahkan peserta
didik sering
memberikan aksesoris tambahan pada wayang yang mereka buat. Detail
wayang yang
dibuat peserta didik menunjukkan kecermatan mereka dalam
menyelesaikan
tugasnya. Apa yang dilakukan peserta didik melebihi apa yang
diwajibkan oleh guru
dalam pembuatan wayang. Pada Siklus I hanya 20 peserta didik atau
63% yang
membuat karya dengan detail, tetapi pada Siklus II terdapat 29 anak
atau 91%.
6. Pada Siklus I hanya 17 peserta didik atau 53% yang senang dalam
pembelajaran
menggunakan media wayang akhlak. Pada Siklus II peserta didik yang
senang
meningkat menjadi 26 peserta didik atau 81%.
7. Pada Siklus I, rata-rata kreativitas peserta didik hanya 65% dan
meningkat menjadi 91%
pada Siklus II. Peserta didik tampak senang dan antusias dalam
mengerjakan tugas.
Termasuk saat mereka harus presentasi di depan kelas. Pesaerta
didik menjadi
humoris dan tidak mudah tersinggung jika ditertawakan atau diledek
temannya.
Seringkali beberapa teman tertawa saat melihat penampilan
masing-masing
kelompok. Tetapi hal itu tidak membuat mereka tersinggung.
4. Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik
Pemanfaatan media wayang mampu meingkatkan hasil belajar peserta
didik. Hal
ini dapat dilihat dari kenaikan rata-rata nilai harian peserta
didik. Nilai tersebut terdiri
dari nilai tes tulis 1, tes tulis 2, dan unjuk kerja, baik materi
akhlak terpuji maupun
akhlak tercela. Untuk lebih jelasnya, peningkatan hasil belajar
peserta didik
dijelaskan dalam grafik berikut:
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 12-23
23
Berdasarkan grafik di atas, hasil belajar peserta didik mengalami
peningkatan.
Pada materi Akhlak Terpuji, penilaian harian peserta didik pada
Siklus I yang terdiri
dari tes tulis 1, tes tulis 2, dan unjuk kerja terus meningkat.
Pada Siklus 1, nilai rata-
rata Tes Tulis 1 sebesar 79.00 dan naik menjadi 92.38 pada Siklus
II. Begitu juga
untuk nilai tes tulis 2 dan unjuk kerja yang naik dari 81.00
menjadi 93.00 dan 80.00
menjadi 92.00. Pemanfaatan wayang mampu menaikkan kreativitas dan
hasil belajar
peserta didik sebagaimana tampak pada gambar berikut:
Gambar 04: Peningkatan Unjuk Kerja dengan Wayang
Hasil belajar kompetensi keterampilan dilakukan dengan menilai
unjuk
kerja/praktik peserta didik dalam mesimulasikan dampak akhlak
terpuji dan tercela
dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan gambar di atas dapat
dilihat kemampuan
peserta didik dalam mensimulasikan atau mempraktikkan. Keterampilan
peserta didik
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 12-23
24
dapat dilihat dari produk wayang yang mereka buat dan dari
kemampuan peserta
didik dalam berperan. Hal ini sejalan dengan pendapat Oemar Hamalik
bahwa
pemanfaatan media dapat meningkatkan dan merangsang minat belajar
peserta
didik sehingga hasil belajar pun mengalami kenaikan.
E. KESIMPULAN
1. Penerapan wayang akhlak tidak jauh berbeda dengan pemanfaatan
media
pembelajaran lainnya. Jika media hanya sebagai pengantar guru
dalam
menyampaikan materi, maka wayang akhlak digunakan oleh guru mulai
dari
kegiatan pengamatan sampai komunikasi. Bentuk wayang akhlak dapat
dibuat
berbagai macam seperti wayang daun singkong, wayang suket, wayang
sedotan,
wayang gambar atau wayang bentuk lain yang dapat dibuat oleh
peserta didik.
2. Penggunaan wayang akhlak mampu meningkatkan kreativitas peserta
didik. Mereka
yang semula malu untuk mensimulasikan hikmah dari akhlak terpuji
dan tercela
berubah menjadi percaya diri. Kreativitas peserta didik lainnya
juga terlihat dari
aneka bentuk wayang yang dibuat oleh peserta didi, mulai dari
wayang daun
singkong, wayang suket, wayang sedotan, wayang gambar. Pembuatan
wayang
akhlak juga menyebabkan peserta didik menjadi antusias dalam
mengikuti
pembelajaran sejak awal hingga akhir. Pada Siklus I, rata-rata
kreativitas peserta didik
hanya 65% dan meningkat menjadi 91% pada Siklus II. Peserta didik
tampak senang
dan antusias dalam mengerjakan tugas. Termasuk saat mereka harus
presentasi di
depan kelas.
3. Pada materi Akhlak Terpuji, penilaian harian peserta didik pada
Siklus I yang terdiri
dari tes tulis 1, tes tulis 2, dan unjuk kerja terus meningkat.
Pada Siklus 1, nilai rata-
rata Tes Tulis 1 sebesar 79.00 dan naik menjadi 92.38 pada Siklus
II. Begitu juga
untuk nilai tes tulis 2 dan unjuk kerja yang naik dari 81.00
menjadi 93.00 dan 80.00
menjadi 92.00. Peserta didik mampu mesimulasikan dampak negatif dan
positif dari
akhlak terpuji dan tercela dengan baik. Wayang akhlak yang dibuat
juga beraneka
macam.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 12-23
25
DAFTAR PUSTAKA
Echols, John M. dan Hassan Shadily. 2000. Kamus Inggris Indonesia.
Jakarta: Gramedia.
Al-Ghazali, Imam. 2003. Ihya Ulum al-Din. Terj. Moh. Zuhri,
Semarang: Asy-Syifa. Gunarjo, N u r s o d i k . Wayang Sebagai
Media Komunikasi Tradisional dalam
Diseminasi Informasi. Jakarta: Kementerian Komunikasi dan
Informatika RI Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik,
2011.
Hamalik, O em a r . 2009 Perencanaan Pengajaran Berdasarkan
Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Kementerian A g am a , Lampiran Keputusan Menteri Agama Nomor 165
tentang Pedoman Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam dan Bahasa Arab, Jakarta: tp, tt.
Mardinata, S u l u n g Lahitani. “8 Warisan Budaya Indonesia yang
Pernah Diklaim Malaysia,”
https://www.liputan6.com/citizen6/read/2156339/8-warisan- budaya-
indonesia-yang-pernah-diklaim-malaysia, (diakses tanggal 21
Desember 2018, pukul 15.20 WIB)
Mulyono, S r i . 1982. Wayang dan Filsafat Nusantara. Jakarta: CV
Haji Masagung.
Nanda. 2010. Ensiklopedi Wayang. Yogyakarta: Absolut. P o e r w a d
a r m i n t a , W.J.S. (2007) Kamus Umum Bahasa Indonesia. Edisi
III.
Jakarta: Balai Pustaka. Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Bab I, Pasal 1. Ayat 2. Wycoff, J o y c e .
2002. Menjadi Super Kreatif dengan Metode Pemetaan Pikiran.
Terj. Rina S. Marzuki. Bandung: Kaifa.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 26--42
26
Novita Purwa Hadi
[email protected]
Madrasah Ibtidaiyah Swasta Al Hidayah Trowulan
ABSTRAK Pengembangan Media Pembelajaran Audio Visual dengan
Pendekatan Saintifik Berbasis Android di Madrasah Ibtidaiyah ini
dalam rangka memenuhi tantangan dan peluang di era 4.0. Metode yang
digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah (Research
and Development) yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu
dan menguji keefektifan produk tersebut. Model pengembangan yang
digunakan adalah ADDIE. Adapun langkah-langkah penulisannya adalah
sebagai berikut: Analisis, Desain, Pengembangan, Implementasi, dan
Evaluasi. Media ini diimplementasikan pada peserta didik kelas V di
MI Al Hidayah Domas Trowulan Mojokerto yang dibagi menjadi 2 tahap.
Hasilnya bahwa persentase rata-rata hasil validasi ahli materi dan
ahli media adalah 92% dan 93%, maka media tersebut sangat layak dan
tidak memerlukan revisi. Persentase rata-rata hasil tes daya tarik
siswa pada media pembelajaran adalah 96%. Media pembelajaran audio
visual dengan pendekatan ilmiah menarik siswa dalam menerima
informasi tentang proses belajar mengajar.
Kata kunci: Media Pembelajaran Audio Visual, Pendekatan Saintifik,
Android, Tes Daya Tarik.
ABSTRACT Development of Audio Visual Learning Media with scientific
approach based Android in Madrasah Ibtidaiyah in order to meet the
challenges and opportunities in Era 4.0. This research type is
development research by using ADDIE model, namely: Analysis,
Design, Development, Implementation, and Evaluation. The product is
implemented to students Fifth grade students in MI Al Hidayah Domas
Trowulan Mojokerto which are divided into 2 stages. Furthermore, it
can be seen that the average percentage of results of the
validation of material experts and media experts are 92% and 93%,
it shows that the media are very feasible and do not require
revision. The average percentage of students' attractiveness test
results on learning media is 96%. Audio visual learning media with
a scientific approach attracts students in receiving information on
the teaching and learning process.
Keywords: Audio Visual Learning Media, Scientific Approach,
Android, Attractiveness Test.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 26--42
27
yang mampu membantu sebagian besar kebutuhan manusia.
Perkembangan
teknologi selaras dengan peningkatan literasi komputer.
Perkembangan teknologi
harus disikapi dengan serius, menguasai, dan mengendalikan peran
teknologi
dengan baik agar era digital membawa manfaat bagi kehidupan
khususnya dalam
bidang pendidikan.
digitalisasi. Pendidik harus mampu mengajarkan materi dengan
pendekatan
penerapan Teknologi Informasi (TI) dalam proses pembelajaran.
Pendidik harus
dapat memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan kualitas
proses belajar
mengajar. Peran guru sebagai pendidik tidak akan dapat tergantikan
oleh kemajuan
teknologi tersebut ketika mampu beradaptasi.
Pendekatan saintifik akan membuat proses belajar mengajar
menjadi
bermakna. pendekatan saintifik mendorong dan menginspirasi peserta
didik agar
dapat memahami, menerapkan, serta mengembangkan pola berfikir yang
rasional
dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. Asis Saefuddin
(2014).
Pendekatan Saintifik merupakan pendekatan proses pembelajaran yang
akan
memberikan kesempatan agar peserta didik mendapatkan pengalaman
belajar
melalui tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasi, dan
menkomunikasikan. Daryanto (2017). Pendekatan saintifik dapat
membantu peserta
didik untuk berkesempatan untuk belajar secara aktif dan mandiri
sesuai dengan
tahapan pendekatan saintifik dalam proses belajar mengajar. Andik
Safani (2014).
Sebagaimana tercantum pada Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016
bahwa
kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran,
media
pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta
didik dan mata pelajaran. Wachyu Sundayana (2014). Model
pembelajaran harus
sesuai dengan perkembangan teknologi. Metode pembelajaran harus
sesuai dengan
peserta didik yang berada pada tahapan operasional kongkret karena
menurut
Piaget pada tahapan operasional konkret individu pada tahap ini
berpusat pada
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 26--42
28
sesuai dengan kurikulum nasional.
pembelajaran audio visual berbasis android dengan pendekatan
saintifik. Alasan
yang telah diuraikan menjadi faktor-faktor yang melatar belakangi
peneliti untuk
mengadakan penelitian yang berjudul “Pengembangan Media
Pembelajaran Audio
Visual dengan Pendekatan Saintifik Berbasis Android di Madrasah
Ibtidaiyah”.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Menghasilkan produk berupa media
pembelajaran
audio visual dengan pendekatan saintifik berbasis android; (2)
Mendeskripsikan
tahapan pengembangan produk media pembelajaran audio visual
dengan
pendekatan saintifik berbasis android; (3) Mendeskripsikan daya
tarik penggunaan
media pembelajaran audio visual dengan pendekatan saintifik
berbasis android.
B. KAJIAN PUSTAKA
Media pembelajaran audio visual merupakan rekaman gambar hidup
atau
bergerak yang disertai suara yang berisi tentang segala sesuatu
yang
memungkinkan audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak
secara
sekuensial (Prastowo, 2012). Memahami karakteristik media
pembelajaran
merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh
pendidik yaitu
memahami keungguluan, cara pembuatan, maupun cara
penggunaannya.
Disamping itu agar pendidik dapat menggunakan berbagai jenis media
pembelajaran
yang bervariasi. Media pembelajaran audio visual merupakan suatu
medium yang
sangat efektif untuk membanu proses pembelajaran, baik untuk p
embelajaran masal,
individual, maupun berkelompok. Pada pembelajaran yang bersifat
masal (mass
instruction), manfaat media pembelajaran audio visual sangat nyata.
Media
pembelajaran audio visual juga merupakan bahan ajar yang kaya akan
informasi
karena akan sampai kehadapan peserta didik secara lansung.
Disamping itu, media
pembelajaran audio visual menambah suatu dimensi baru terhadap
suatu proses
pembelajaran. Hal ini karena karakteristik tekhnologi media
pembelajaran audio
visual yang dapat menyajika gambar bergerak kepada peserta didik,
disamping
suara yang menyertainya. Dengan demikian peserta didik merasa
seperti berada
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 26--42
29
pada suatu tempat yang sama dengan program yang ditayangkan dalam
media
pembelajaran audio visual. Disamping itu retensi (daya serap dan
daya ingat)
peserta didik meningkat secara signifikan terhadap materi
pembelajaran jika proses
pemerolehan informasi ybesar melaui indera pendengaran dan
penglihatan
(Daryanto, 2012).
dapat memungkinkan audio dapat dikombinasikan dengan gambar
bergerak.
Program audio visual dapat dimanfatkan dalam proses pembelajaran
karena dapat
memberikan pengalaman yang tidak terduga kepada peserta didik.
Selain itu didalam
program audio visual dapat dikombinasikan dengan animasi dan
pengaturan
kecepatan untuk mendemonstrasikan perubahan dari waktu ke waktu.
Kemampuan
video dalam menvisualisasikan materi sangat efektif untuk membantu
pendidik
menyampaikan materi yang bersifat dinamis. Materi yang memerlukan
visualisasi
seperti mendemonstrasikan hal-hal seperti gerakan motorik tertentu,
ekspresi wajah,
ataupun suasana lingkungan tertentu yang merupakan media yang
terbaik yang
dapat disajikan melalui pemanfaat media pembelajaran audio visual.
Misalkan
fenomena perubahan kepompong yang menjadi kupu-kupu tergambar
dengan jelas
melalui teknologi audio visual.
bagaimana konten suatu pelajaran dapat diberikan. Adapun pendekatan
dalam
pembelajaran, meliputi: Teacher Centred, yakni sebuah pendekatan
dimana pendidik
memegang peran sebagai pemimpin. Mereka mengendalikan seluruh
kegiatan
pelajaran dan memberi penjelasan sedangkan peserta didik dengan
pasif menerima
informasi. Beberapa metode yang dilakukan dengan pendekatan seperti
ini misalnya,
metode demonstrasi, menerangkan, bercerita, dan metode ceramah
(Doyle,2008).
Student Centred, yakni sebuah pendekatan dimana peserta didik
didorong
untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pendidik hanya
sebagai fasilitator
dan memandu peserta didik dalam pembelajaran. Beberapa metode,
strategi, dan
teknik yang digunakan dalam pendekatan pembelajaran ini seperti,
metode inquiry-
discovery (penemuan), metode induktif, metode deduktif, metode
praktik langung,
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 26--42
30
diskusi dan teknik bertanya.
memainkan peranan penting dan instruksi pembelajaran. Materi ini
dapat berupa
materi pembelajaran atau materi mengajar. Materi mengajar adalah
materi yang
digunakan oleh pendidik seperti diagram, model, gambar, slide,
peralatan audio
visual, proyektor, dan contoh contoh. Materi pembelajaran terrmasuk
buku teks,
worksheet (lembar kerja), material cetak, material manipulatif,
komputer dan
hardware lainnya. Metode dan strategi yang dilakukan dalam
pendekatan ini seperti
metode konstruktivisme, metode kerjasama kelompok, metode
instruksional bantuan
komputer, dan strategi menggunakan diagram, model gambar, dan
peralatan
teknologi.
Pendidik yang profesional tidak hanya berfikir tentang apa yang
akan
diajarkan dan bagaimana mengajarkannya, namun juga tentang siapa
yang
menerima pelajaran, apa makna belajar bagi siswa dan kemampuan apa
yang ada
pada suswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Memahami
karakter setiap
peserta didik adalah hal yang penting dalam mentukan strategi
pengajaran yang
terbaik, karena setiap keberagaman karakter akan berpengaruh besar
terhadap cara
belajar mereka sesuai dengan gaya belajar. Karena itulah, Pendidik
akan
bertanggung jawab untuk mengenal peserta didik pada setiap tahun
ajaran baru.
Kemampuan peserta didik untuk mendengar, berbicara, membaca, dan
menulis,
serta dapat mengembangkan kemampuan akademis lainnya adalah
merupakan
sistem kognitif yang dimiliki oleh peserta didik. Dalam sistem
kognitif terdapat input
sensoris, pemrosesan informasi, dan beberapa sistem penyimpanan
memori yang
ketiga hal ini merupakan sebuah proses untuk mengontruksi
pengetahuan.
Sehingga selanjutnya dibutuhkan suatu pendekatan yang merupakan
sudut
pandang tertentu yang menggambarkan bagaimana cara berfikir serta
sikap seorang
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dalam mencapai
tujuannya.
Pendekatan Saintifik merupakan konsep dasar yang akan mewadahi,
menginspirasi,
menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode
pembelajaran
selanjutnya dapat diterapkan berdasarkan teori tertentu (Saefuddin,
2014).
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 26--42
31
menkomunikasikan (Daryanto, 2014).
Android adalah sistem operasi berbasis Linux yang dirancang untuk
perangkat
bergerak layar sentuh seperti telepon pintar dan komputer tablet.
Android dirancang
sebagai sistem operasi yang menyediakan platform yang bersifat open
source bagi
para pengembang untuk menciptakan sebuah aplikasi. Pada
pengembangan media
pembelajaran yang dikembangkan penulis dalam penelitian ini dapat
digunakan pada
smartphone berbasis Android dengan tanpa memahami coding dan
memanfaatkan
aplikasi Gen Apk Shell 2. Pada tahun 2007 perkembangan Android
mulai naik tajam.
Google mulai mendaftarkan paten Android di bidang telepon seluler.
Langkah google
ini ternyata mengundang banyak perhatian, karena sebuah “Mesin
Pencari Raksasa”
ini mulai merambah ke dunia ponsel dengan sistem operasi yang baru.
Sehingga
berbagai perusahaan ponsel semakin banyak menggunakan sistem
operasi
ponselnya (Seng, 2011).
C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
penelitian
pengembangan R&D (Research and Development). Penelitian
pengembangan
bertujuan untuk menghasilkan suatu produk yang dalam
pengaplikasiannya
meningkatkan hasil kualitas pendidikan baik dalam prosesnya maupun
hasil
pembelajarannya. Penelitian pengembangan adalah suatu proses yang
dipakai untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk penelitian (Setyosari,
2010).
Dalam pengembangan media pembelajaran, Penulis menggunakan
model
pengembangan ADDIE yang terdiri dari lima tahapan, yaitu: Analysis
(Tahap analisis),
design (Tahap perancangan), development (Tahap pengembangan),
implementation
(Tahap pelaksanaan), dan evaluation (Tahap untuk penilaian). Dewi
Salma (2008).
Pemilihan model ini didasarkan atas pertimbangan bawa model
pengembangan
ADDIE terprogram dengan urutan-urutan kegiatan yang sistematis
sehingga
digunakan dalam upaya pemecahan masalah pembelajaran khususnya
dalam
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 26--42
32
seperangkat prosedur iniberurutan untuk mencapai tujuannya.
Produk media pembelajaran audio visual dengan pendekatan
saintifik
berbasis android ini divalidasi oleh ahli media dan ahli materi.
Tingkat validitas
diketahui melalui hasil analisis kegiatan uji coba yang
dilaksanakan melalui dua
tahap, yaitu: Uji coba ahli media pembelajaran dan ahli materi
pembelajaran yang
akan mereview produk awal dan memberikan masukan untuk revisi,
serta angket
respon peserta didik dalam kegiatan ini untuk mengetahui daya tarik
terhadap media
pembelajaran.
Aspek-aspek yang digunakan dalam kriteria kelayakan validator ahli
materi dan
ahli media adalah sebagai berikut:
Tabel 1 : Kriteria Kelayakan Ahli Materi
No Kriteria
1. Pemilihan jenis huruf dan ukuran huruf memudahkan peserta
didik untuk memahami konteks kalimat.
2. Pemilihan bahasa memudahkan peserta didik untuk memahami
konteks kalimat.
memahami konteks kalimat.
6. Media ini tepat digunakan pada tahapan peserta didik
tingkat
SD/MI kelas 5.
8. Media ini meningkatkan motivasi belajar peserta didik
Aspek materi dalam pembelajaran
10. Materi sesuai dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
11. Pemberian kesimpulan untuk memudahkan peserta didik dalam
memahami materi.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 26--42
33
terhadap materi.
materi
No Kriteria
Aspek huruf
Aspek audio
5. Penggunaan intonasi suara mudah dipahami.
6. Audio sesuai digunakan pada tahapan peserta didik tingkat
SD/MI kelas 5.
Aspek tokoh animasi
8. Ilustrasi animasi tokoh pensilu memperjelas materi.
Aspek gambar/tampilan
11. Ilustrasi gambar dan video memperjelas materi.
Aspek Aplikasi
13 Aplikasi dapat digunakan secara offline
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 26--42
34
15 Ukuran file < 500 MB
Pada penelitian pengembangan media pembelajaran ini, subjek
penilaian terdiri
dari 3 pakar ahli media dan materi. Daftar subjek penilaian dapat
dilihat pada tabel
berikut ini:
No Nama Lengkap Institusi
2 Moh. Saiful Anam, S.Ag,
M.Pd.I
3 Nurul Ma’rifah, S.Pd.I Guru MI Al Hidayah Trowulan
Mojokerto
Produk hasil pengembangan media pembelajaran audio visual yang
sudah
melalui tahap revisi akan diuji cobakan di kelas V MI Al Hidayah
Trowulan Kabupaten
Mojokerto. Penulis menyampaikan materi pembelajaran perubahan wujud
benda
sekaligus menerapkan media pembelajaran audio visual dengan
pendekatan tematik
berbasis android dalam proses pembelajaran.
Pada penelitian pengembangan, jenis data yang digunakan merupakan
jenis
data kuantitatif dan jenis kualitatif. Data kualitatif menekankan
pada hasil deskriptif
pada angket validator ahli yang berisi tentang komentar dan saran
yang digunakan
Penulis untuk mengembangkan media pembelajaran audio visual. Data
Kuantitatif
disusun dengan skala Likert yang merupakan skala bertingkat
digunakan untuk
penulis dalam mengetahui kelayakan, kesesuaian, dan daya tarik
media yang
dikembangkan.
Instrumen yang digunakan dalam pengembangan ini berupa
kuesioner/angket
berbentuk tabel pada validator ahli dan berbentuk cek list pada
peserta didik.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 26--42
35
Keduanya terdiri dari beberapa aspek penilaian. Pada validasi ahli
media terdiri dari
kesesuaian materi, visualisasi media, dan kesesuai dengan prinsip
pengembangan
media. Pada validasi ahli materi meliputi kesesuaian materi,
kelayakan, penyajian,
dan kompetensi. Pada peserta didik terdiri dari kemandirian
belajar, keaktifan belajar,
minat terhadap media, penyajian media, penggunaan media, dan
kemudahan
pemahaman.
Analisis data dilakukan penulis untuk melihat hasil dari setiap
aspek yang
dikembangkan. Data yang didapatkan akan dihitung dengan hasil
prosentase
(Arikunto, 2006). Data kuantitatif maupun kualitatif akan
dianalisis secara terpisah
dalam metode penelitian campuran (Creswell, 2017).
D. PEMBAHASAN
peningkatan literasi digital. Penggunaan android kebanyakan hanya
dimanfaatkan
peserta didik untuk penggunaan social meda saja dan hanya sebagian
kecil yang
memanfaatkannya untuk membantu kegiatan pembelajaran (Muyaroah,
2017).
Peserta didik tingkat madrasah ibtidaiyah berada pada tahapan
operasional kongkret.
Peserta didik membutuhkan suatu media yang kongkret dan dekat
dengan TI.
Penulis menganalisis masalah pada pendidik yang jarang sekali
membuat
media sendiri yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. Gaya
mengajar
pendidik kepada siswa untuk menghafalkan materi tanpa disertai
pemahaman
terhadap konsep itu sendiri (Prasetyo, 2017). Pembelajaran dengan
pendekatan
saintifik perlu didesain oleh pendidik agar membuat proses belajar
mengajar menjadi
bermakna, sehingga peserta didik tidak hanya menghafal namun juga
memahami
materi pembelajaran. Media pembelajaran akan membantu
mengkongkritkan bahan
belajar yang abstrak, (Kuswanto, 2018). Media pembelajaran yang
menarik dapat
meningkatkan motivasi maupun gairah belajar peserta didik
(Setyawan, 2019). Media
yang didesain oleh pendidik akan diharapkan dekat dengan peserta
didik karena
pendidik akan memahami karakteristik dan kebutuhan peserta didik
dalam proses
belajar mengajar. Pembelajaran yang aktif akan dapat mentransfer
ilmu
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 26--42
36
pengetahuan yang secara tidak langsung dapat memupuk kebiasaan pada
diri
peserta didik untuk selalu memiliki rasa ingin tahu (Alfaris,
2018).
Kompetensi atau pokok bahasan pada materi perubahan wujud benda.
Materi
perubahan wujud benda yang mempunyai karakteristik yang bersifat
kongkret. Pada
materi perubahan wujud benda peserta didik dituntut untuk dapat
menjelaskan
perbedaan dan mengidentifikasi peristiwa perubahan wujud
benda.
Tampilan media yang dibutuhkan peserta didik pada tahapan
operasional
kongkret merupakan media interaktif dan animatif serta dapat
menarik minat belajar
peserta didik (Sugiyanto, 2018). Suara anak-anak diharapkan dekat
dengan telinga
peserta didik sehingga peserta didik dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan
menyenangkan. Memperhatikan setiap ukuran huruf, jenis huruf, dan
warna huruf
yang mudah dibaca dan menarik perhatian peserta didik. Menganalisis
karakter atau
tokoh animasi yang yang dekat dengan mereka namun didesain
semenarik mungkin.
1. Tahap Desain (Design)
kompetensi inti dan kompetensi dasar peserta didik, tahapannya
yaitu menyusun
tujuan pembelajaran, penyusunan materi, penyusunan story board
yang
menggunakan pendekatan saintifik, penyusunan evaluasi berdasarkan
indikator.
Djamarah (2006) mengungkapkan kriteria-kriteria berikut ini sebagai
landasan
dasar dalam melakukan perancangan media pembelajaran, yaitu:
1) media dapat menarik minat pesera didik untuk belajar didalam
proses belajar
mengajar, 2) materi yang terkandung dalam media pembelajaran adalah
penting dan
berguna bagi peserta didik, 3) media sebagai sumber pembelajaran
pokok harus
relevan dan sesuai isinya dengan kurikulum yang berlaku, 4) materi
yang disajikan
otentik dan aktual, 5) materi yang disajikan merupakan fakta yang
sebenarnya, 6)
format penyajian media berdasarkan tata urutan yang logis, 7)
materi bersifat objektif
yang tidak akan menimbulkan propaganda maupun hasutan lain untuk
peserta didik,
8) narasi, gambar, efek, warna, dan sebagainya memenuhi standar
kualitas teknis, 9)
bobot penggunaan bahasa, simbol-simbol dan ilustrasinya sesuai
dengan tigkat
kematangan berfikir peserta didik, dan sudah diuji kesahihannya
yaitu validitas media
pembelajaran.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 26--42
37
apersepsi dalam media pembelajaran yaitu merupakan suatu kegiatan
untuk
menafsirkan buah pikiran melalui penyatuan dan asimilasi suatu
pengamatan
dengan pengalaman yang telah dimiliki oleh peserta didik.
Penggunaan apersepsi
pada peserta didik agar supaya peserta didik dapat memahami dan
menafsirkannya.
Nasution (2012).
Apersepsi mengilustrasikan kesukaan peserta didik kepada eskrim
yang akan
mencair jika tidak segera dimakan. Kemudian menarik perhatian
peserta didik jika
keadaan atau situasi es krim yang mencair tersebut adalah bagian
dari materi
perubahan wujud benda.
Dalam tahap pertama pengembangan, Penulis menggambarkan
karakter
Pensilu yang dekat dengan peserta didik melalui aplikasi Gimp.
Desain Pensilu yang
berasal dari pensil yang selalu dekat dengan peserta didik,
kemudian didesain
dengar warna yang cerah, dapat menarik minat peserta didik dalam
menerima materi.
Gambar 2 :Tokoh Animasi Pensilu
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 26--42
38
melalui Aplikasi Pengubah Suara. Suara anak-anak yang dekat dengan
peserta didik,
seperti sedang belajar dengan teman sebaya. Menggabungkan suara
dengan gerak
bibir menggunakan Papagayo dan Menggabungkan background, karakter
Pensilu,
dan gerakan bibir melalui aplikasi Synfig. Sehingga Gerakan bibir
pada karakter
Pensilu yang seusai dengan suara meningkatkan daya tarik media
pembelajaran,
sehingga video media pembelajaran audio visual tidak
membosankan.
Ketiga, menyusun materi melalui aplikasi Power Point dan
merubahnya
menjadi video pendek. Ilustrasi wujud cair dapat digambarkan secara
kongkret dan
berurutan. Untuk menunjukkan bahwa air adalah benda cair, maka
penulis
mengilustrasikan bahwa air didalam cetakan dapat tumpah dan saat
sudah
membeku menjadi bentuk padat. Maka air yang membeku tidak dapat
tumpah
meskipun cetakan digoyang-goyangkan.
aplikasi Movie Maker. Menyusun dan mengisi halaman aplikasi melalui
aplikasi
Power Point kemudian menkonversi materi pembelajaran atau halaman
aplikasi pada
Power Point melalui aplikasi Touch Show menjadi aplikasi Apk.
Pembuatan aplikasi
dapat digunakan tanpa memahami Coding, sehingga mempermudah Penulis
dalam
menyusun aplikasi. Aplikasi multimedia berbasis teknologi akan
membuat peserta
didik menjadi lebih interaktif dan membuat peserta didik dapat
terlibat secara aktif.
Felix A. Kronenberg (2015).
Kelima, menyusun dan mengisi menu aplikasi melalui aplikasi Power
Point.
Menkonversi menu aplikasi pada Power Point melalui aplikasi Touch
Show menjadi
aplikasi Apk. Menkonversi file Apk yang dapat diinstall dan
dijalankan pada HP
Android melalui aplikasi Gen Apk Shell 2. Menjadikan media
pembelajaran audio
visual menjadi aplikasi android dalam rangka memenuhi tantangan dan
peluang era
digitalisasi 4.0. Pembuatan aplikasi dapat digunakan tanpa memahami
Coding,
sehingga mempermudah Penulis dalam menyusun aplikasi.
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 26--42
39
Video pembelajaran dapat menaikkan ingatan peserta didik sampai
dengan
171% dari ingatan sebelumnya, sehingga ingatan peserta didik
bertahan lebih lama
dibandingkan dengan menggunakan audio atau pendengaran saja.
Hartono (2008).
Media berbasis android ini menarik untuk dipelajari karena
menawarkan
kemungkinan pembelajaran kolaboratif dan belajar mandiri. Genevieve
Stanton dan
Jacques Ophoff (2013). Pembelajaran berbasis android biasanya
didefinisikan
sebagai pembelajaran yang terjadi melalui perangkat nirkabel,
seperti ponsel, asisten
digital pribadi, komputer tablet, dll. Namun, ketika
mempertimbangkan mobilitas dari
sudut pandang pelajar, itu bisa dikemukakan bahwa pembelajaran
mobile dapat
terjadi di mana-mana. Giasemi dan Vavoula dan Charalampos
Karagiannidis (2003)
3. Tahap Penerapan (Implementation)
Dalam tahap penerapan Penulis mengimplementasikan media
pembelajaran
melalui 2 tahapan, yaitu: pada Tahap Pertama kelompok 1 menggunakan
media
pembelajaran video konvensional dan kelompok 2 menggunakan
media
pembelajaran audio visual dengan pendekatan saintifik berbasis
android. Tahap
Kedua kelompok 2 menggunakan media pembelajaran video konvensional
dan
kelompok 1 menggunakan media pembelajaran audio visual dengan
pendekatan
saintifik berbasis android.
mengetahui hasil capaian peserta didik yang kemudian digunakan
untuk memenuhi
tujuan pengembangan media pembelajaran, yaitu mengetahui uji
kemenarikan media
pada proses belajar mengajar. Sehingga kelayakan produk
pembelajaran dalam
proses belajar mengajar dapat diketahui. Sehingga dapat dilihat
hasil prosentase
terkait tingkat ketertarikan penggunaan pada uji coba tersebut
sebesar 96%.
Berdasarkan kriteria skala Likert, yaitu: 0% - 25% Kurang Layak;
26% - 50% Cukup
Layak; 51% - 75% Layak; dan 75% - 100% Sangat Layak. Jadi dapat
disimpulkan
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 26--42
40
android sangat layak untuk digunakan peserta didik.
Penelitian pengembangan ini menghasilkan produk media pembelajaran
audio
visual dengan pendekatan saintifik berbasis android dengan
mengggunakan metode
ADDIE, yaitu: analysis, design, development, implementation, dan
evaluation.
Pemilihan model ini didasarkan atas pertimbangan bawa model
pengembangan
ADDIE terprogram dengan urutan-urutan kegiatan yang sistematis
sehingga
digunakan dalam upaya pemecahan masalah pembelajaran khususnya
dalam
masalah tersedianya media pembelajaran yang berpendekatan saintifik
dapat sesuai
dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik.
Penelitian pengembangan ini melalui tahap analisis penulis dalam
melakukan
identifikasi terhadap potensi, masalah, kompetensi, dan tampilan
media yang terdiri
dari audio, huruf, dan tokoh animasi. Media ini dikembangkan dan
divalidasi oleh ahli
desain dan ahli materi sebelum diuji coba dalam proses belajar
mengajar. Hasil uji
coba oleh peserta didik dilakukan 2 tahap.
Hasil validasi ahli materi dan ahli media, diperoleh rata-rata
tingkat kelayakan
adala 93%. Dan hasil menunjukkan kriteria sangat layak dan tidak
memerlukan revisi.
Hasil uji coba media diperoleh rata-rata yaitu 96 %. Hasil tersebut
menunjukkan
kriteria sangat layak.
Berdasarkan hasil validasi dan respon peserta didik terhadap media
pembelajaran
audio visual dengan pendekatan saintifik berbasis android, maka
dapat disimpulkan
bahwa media ini dikembangkan dengan sangat baik. Oleh sebab itu
media
pembelajaran audio visual dengan pendekatan tematik berbasis
android ini dapat
digunakan dalam proses pembelajaran. Link download aplikasi media
pembelajaran:
bit.ly/MISALHIDAYAH
Madaris: Jurnal Guru Inovatif ISSN : 2716-4489 Volume 1, Nomor 1,
Februari 2020: 26--42
41
visual dengan pendekatan saintifik berbasis android layak digunakan
berdasarkan
hasil validasi oleh ahli materi dan ahli media. Media audio visual
dengan pendekatan
saintifik berbasis android layak digunakan berdasarkan angket
respon peserta didik.
Saran yang dapat diberikan untuk penelitian ini adalah supaya hasil
penelitian
dan pengembangan ini dapat dilanjutkan untuk memenuhi kebutuhan
ketersediaan
media pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum, karakteristik
peserta didik, dan
perkembangan teknologi yang berkembang dengan pesat.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara. Ary, Donald. 2002. Introduction to Research
in Education. USA : Wadsworth. Creswell, John. W. 2017. Research
Design, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Daryanto. 2017. Pembelajaran
Abad 21. Daerah Istimewa Yogyakarta: Gava Media. Djamarah dan Aswan
Zain. 2006. Guru dan Peserta Didik: dallam Interaksi
Edukatif.
Jakarta: PT Rineka Cipta. Hartono. 2008 Strategi Pembelajaran
Active Learning,
https://sd