Upload
tony-stark-jr
View
66
Download
18
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bambamabam
Citation preview
ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHA JAMUR
TIRAM PUTIH MODEL PUSAT PELATIHAN PERTANIAN
PERDESAAN SWADAYA (P4S) NUSA INDAH
Muhamad Zulfahmi
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M / 1432
ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHA JAMUR
TIRAM PUTIH MODEL PUSAT PELATIHAN PERTANIAN
PERDESAAN SWADAYA (P4S) NUSA INDAH
Muhamad Zulfahmi
107092003408
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M / 1432
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi berjudul “Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih
Model Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah”,
yang ditulis oleh Muhamad Zulfahmi NIM 107092003408, telah diuji dan
dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Kamis tanggal
28 Juli 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis.
Menyetujui,
Penguji I
Achmad Tjachja Nugraha, SP, MP
Penguji II
Ir. Junaidi, M.Si
Pembimbing I
Ir. Siti Rochaeni, M.Si
Pembimbing II
Drs. Acep Muhib, MM
Mengetahui,
Dekan
Fakultas Sains dan Teknologi
Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis
NIP. 19680117 200112 1 001
Ketua
Program Studi Agribisnis
Drs. Acep Muhib, MM
NIP. 19690605 200112 1 001
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANA PUN
Jakarta, Agustus 2011
Muhamad Zulfahmi
107092003408
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Muhamad Zulfahmi, SP
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 18 April 1989
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Tinggi, Berat Badan : 170 cm, 65 kg
Agama : Islam
Alamat : Jl. Olahraga II No. 18, Rt. 012 Rw. 05, Kel. Cililitan,
Kec. Kramat Jati, Jakarta Timur, 13640
Nomor Kontak : Hp. 0857-80061671 / 021-91952739
Hm. 021-8001560
e-mail : [email protected]
IPK : 3,84
2007 – 2011 : S-1 Agribisnis, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
2004 – 2007 : SMA Negeri 48 Jakarta
2001 – 2004 : SMP Negeri 126 Jakarta
1. Mampu mengoperasikan Microsoft Office, Internet dan aplikasi e-mail serta
berbagai program piranti lunak (software).
2. Kreatif, inisiatif, jujur, disiplin, bekerja keras, memiliki jiwa kepemimpinan,
kemauan untuk belajar, mampu bekerja mandiri maupun di dalam tim, dan
mampu berkomunikasi dengan sangat baik.
2008 – 2009 : Staf Litbang, BEMJ (Badan Eksekutif Mahasiswa
Jurusan) Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
2010 : Wakil Ketua Program KKN/S (Kuliah Kerja Nyata /
Sosial) Mengembangkan Potensi Perdesaan Menuju
Masyarakat Mandiri dengan Proyek Utama Agribisnis
Ikan Lele kerjasama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan Desa Tajur Halang, Kec. Cijeruk, Kab. Bogor.
IDENTITAS DIRI
RIWAYAT PENDIDIKAN
PENGALAMAN ORGANISASI
PENGALAMAN TUGAS
KEMAMPUAN
RINGKASAN
MUHAMAD ZULFAHMI, Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Jamur Tiram
Putih Model Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah
(di bawah bimbingan IR. SITI ROCHAENI, M.Si dan DRS. ACEP MUHIB, MM)
Jamur tiram putih adalah komoditi yang dapat dikembangkan dan diarahkan
untuk memberdayakan masyarakat, meningkatkan pendapatan masyarakat dan
memperbaiki keadaan gizi. Usaha jamur tiram putih terlihat menjanjikan karena
melihat minat masyarakat untuk mengkonsumsi jamur terus meningkat sehingga
berpengaruh positif terhadap permintaan jamur. Model usaha jamur tiram putih
yang dijalankan oleh Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa
Indah saat ini memiliki beberapa variasi kegiatan, yaitu produksi baglog (media
tanam) jamur tiram putih siap panen, jasa paket kemitraan investasi usahatani jamur
tiram putih, dan budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Oleh karena
itu, terjadi perubahan pada struktur biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang
diterima unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah sehingga dinilai perlu
dilakukan analisis mengenai kondisi tersebut mengingat suatu usaha harus mampu
mengelola usahanya secara tepat.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis besar biaya dan tingkat
pendapatan pada P4S Nusa Indah dalam menjalankan usaha jamur tiram putih, dan
(2) mengetahui kelayakan usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah ditinjau dari
analisis penerimaan atas biaya, keuntungan atas biaya, dan break event point (BEP).
Penelitian yang dibahas melingkupi kajian kegiatan unit usaha jamur tiram putih
P4S Nusa Indah serta struktur biaya dan pendapatan selama periode kemitraaan
dengan wirausahawan jamur tiram putih.
Penelitian ini dilaksanakan di unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah,
Kampung Sukamanah, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat pada bulan Mei - Juni 2011. Data yang dipergunakan dalam penelitian
ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi
di lapangan dan wawancara (depth interview). Data sekunder diperoleh melalui
pengumpulan data dan informasi dari berbagai literature ilmiah, buku-buku dan
lembaga-lembaga terkait.
Metode pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode tabulasi
dengan bantuan piranti lunak (software) program Microsoft Excel 2003. Metode
analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Metode
kualitatif dilakukan dengan analisis deskriptif untuk melihat kegiatan usaha jamur
tiram putih di P4S Nusa Indah, sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan
analisis finansial untuk mengetahui besar biaya, tingkat pendapatan dan kelayakan
usaha jamur tiram putih. Analisis finansial meliputi analisis pendapatan usaha,
analisis rasio penerimaan atas biaya, analisis rasio keuntungan atas biaya, dan
analisis Break Event Point (BEP).
vi
Berdasarkan hasil penelitian diketahui besar biaya yang dikeluarkan P4S
Nusa Indah dalam menjalankan usaha jamur tiram putih adalah sebesar Rp.
245.852.240,-. Sejumlah dana yang dikeluarkan tersebut terdiri dari biaya tunai
yang menyumbang 96,57% dan biaya diperhitungkan dengan porsi 3,43% dari
keseluruhan biaya. Usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah memperoleh
pendapatan bersih sebesar Rp. 38.168.010,- dengan 73,65% berasal dari produksi
baglog jamur tiram putih siap panen, 18,99% berasal dari paket kemitraan investasi
usahatani jamur tiram putih, dan 7,35% berasal dari budidaya jamur tiram putih
dengan sistem kemitraan. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha tersebut mampu
menutup keseluruhan pengeluaran dengan penerimaan yang diperoleh dan
menghasilkan keuntungan.
Berdasarkan hasil analisis perbandingan penerimaan atas biaya (R/C ratio)
diperolah nilai sebesar 1,16 yang berarti usaha jamur tiram putih tersebut mampu
menghasilkan penerimaan Rp. 1.160,- dari setiap seribu rupiah uang yang
dikeluarkan. Kemudian pada hasil analisis perbandingan keuntungan atas biaya
(B/C ratio) mengeluarkan nilai sebesar 0,16 yang mengindikasikan dari setiap Rp.
1.000,- pengeluaran mampu memberikan keuntungan sebesar Rp. 160,-. Pada hasil
analisis break even point (BEP) untuk produksi baglog jamur tiram putih dihasilkan
nilai 48.155 baglog (BEP volume produksi), Rp. 1.498,13,- (BEP harga jual), dan
Rp. 18.283.272,- (BEP penerimaan), sedangkan untuk paket kemitraan investasi
usahatani jamur tiram putih diperoleh nilai sebesar 3,25 kumbung (BEP volume
produksi), Rp. 8.187.500,- (BEP harga jual), dan Rp. 3.750.000,- (BEP penerimaan)
kemudian untuk budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan didapatkan
nilai sebesar 13.690,50 kg (BEP volume produksi), Rp. 8.799,62,- (BEP harga jual),
dan Rp. 62.209.803,- (BEP penerimaan). Hal tersebut mengindikasikan bahwa
usaha jamur tiram putih yang dijalankan P4S Nusa Indah mampu memberikan
keuntungan dan tidak merugikan P4S Nusa Indah mengingat kondisi aktual
produksinya lebih tinggi dari pada nilai titik impas (BEP).
Pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa besar biaya yang dikeluarkan
P4S Nusa Indah dalam menjalankan usaha jamur tiram putih merupakan gabungan
dari biaya tunai yang menyumbang sebesar 96,57% dan biaya diperhitungkan
dengan porsi 3,43%. Biaya tunai dan biaya diperhitungkan dengan persentase
tersebut masing-masing terdiri dari biaya produksi baglog jamur tiram putih siap
panen sebesar 35,78% dan 58,65%, biaya paket kemitraan investasi usahatani jamur
tiram putih sebesar 13,48% dan 8,9%, serta biaya budidaya jamur tiram putih
dengan sisitem kemitraan sebesar 50,74% dan 32,45%. Usaha jamur tiram putih
P4S Nusa Indah memperoleh pendapatan bersih yang bernilai positif sehingga
mengindikasikan usaha tersebut menguntungkan. Unit usaha ini memperoleh
pendapatan dari produksi baglog jamur tiram putih siap panen (73,65%), paket
kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih (18,99%), dan budidaya jamur
tiram putih dengan sistem kemitraan (7,35%). Usaha jamur tiram putih yang
dijalankan oleh P4S Nusa Indah dapat dikatakan layak untuk terus dilanjutkan
mengingat perolehan pendapatan yang cenderung menguntungkan. Hal ini juga
ditunjang oleh beberapa hasil analisis usaha yang dapat digunakan sebagai salah
satu indikator kelayakan suatu usaha, yaitu analisis R/C ratio, B/C ratio, dan BEP
yang menyatakan bahwa usaha tersebut menguntungkan dan memberikan manfaat.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena dengan nikmat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih Model
Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah“. Shalawat dan
salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para
sahabat, dan umatnya yang senantiasa istiqomah dijalan Allah SWT.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian. Sejak awal penyusunan skripsi ini hingga terbentuknya suatu karya
ilmiah yang utuh dibutuhkan proses yang tidak mudah. Namun, hal tersebut dapat
terlewati dengan adanya peran serta orang-orang di sekitar penulis yang selalu
memberi dorongan dan dukungan hingga skripsi ini tersusun. Pada kesempatan
kali ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada
semua pihak yang turut membantu, terutama kepada:
1. Kedua orang tua penulis yang tercinta, Papa Ahmad Zayadi dan Mama
Fauziah yang tidak pernah letih memberikan kasih sayang, nasihat, motivasi,
doa, semangat, dan dorongan serta bantuan baik moril maupun materil.
Sesungguhnya ananda tak akan pernah dapat membalas semua itu, semoga
Allah SWT. selalu memberikan pahala, berkah, kasih sayang, dan
perlindungan-Nya kepada mama dan papa tercinta. Syukron jazakumullah
khairan katsir atas perjuangannya.
2. Adikku tersayang, Siti Nurochmah dan Muhammad Ilham Ramdani yang
memberikan doa, semangat, dan keceriaan disaat penulis merasakan
penurunan motivasi dan semangat. Semoga Allah SWT. membalas kebaikan
kalian dengan pahala yang berlipat. Amin.
3. Bibi dan Paman terhormat, Uwa Hj. Tafsiyah dan Uwa H. Ilyas yang sangat
baik membantu penulis menyelesaikan anggaran biaya kuliah selama ini. Semoga
kebaikannya terbalas dengan pahala berlipat ganda oleh Allah SWT. Amin
viii
4. Ir. Siti Rochaeni, M.Si selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah membimbing,
memberikan saran, motivasi, nasihat dan arahan serta meluangkan waktu,
tenaga dan pemikiran dalam penyusunan skripsi ini. Syukron jazakumullah
khairan katsir.
5. Drs. Acep Muhib selaku Dosen Pembimbing 2 sekaligus Ketua Program Studi
Agribisnis yang telah membimbing, memberikan saran, motivasi, nasihat dan
arahan serta meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran dalam penyusunan
skripsi ini. Syukron jazakumullah khairan katsir.
6. Achmad Tjahcha Nugraha, SP, MP selaku Dosen Penguji 1 dalam sidang
munaqosyah skripsi penulis yang telah memberikan saran, motivasi, nasihat dan
arahan untuk kesempurnaan skripsi ini. Syukron jazakumullah khairan katsir.
7. Ir. Junaidi, M.Si selaku Dosen Penguji 2 dalam sidang munaqosyah skripsi
penulis yang telah memberikan saran, motivasi, nasihat, dan arahan untuk
kesempurnaan skripsi ini. Syukron jazakumullah khairan katsir.
8. Seluruh dosen pengajar Program Studi Agribisnis, yaitu Ir. Mudatsir
Najamuddin, M.MA, Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si, Ir. Iwan Aminuddin,
M.Si, Dr. Edmon Daris, MS, Rizki Adi Puspita Sari, SP, M.MA, Rahmi
Purnowati, SP, M.Si, dan masih banyak lagi yang tidak penulis sebutkan satu
persatu tanpa mengurangi rasa hormat dan terimakasih penulis sampaikan atas
segala ilmu dan pelajaran selama di bangku perkuliahan maupun di luar itu.
Semoga Allah SWT membalasnya.
9. Seluruh jajaran pimpinan dan staff Fakultas Sains dan Teknologi, Dekan
Fakultas, yaitu Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis, Pembantu Dekan, yaitu Ir.
Mudatsir Najamuddin, MMA, Dr. Agus Salim, M.Si, Drs. Tabah Rosyadi,
MA. Selain itu, Ibu Tari, Pak Amin, Pak Somari, khususnya Kak Dewi
Rohmawati dan semua yang selama ini membantu penulis dalam penyelesaian
surat-surat administrasi untuk seminar proposal, seminar hasil, sampai ujian
munaqosyah skripsi. Semoga Allah SWT membalasnya.
10. Cucu Komalasari dan segenap keluarga selaku pengelola P4S Nusa Indah
yang telah menerima penulis untuk melakukan penelitian dan banyak
membantu penulis selama pengumpulan data.
ix
11. Umi Haji, Bapak Haji, Dede Supriatna, Teteh Yuyun beserta keluarga, dan
Teteh Nyai beserta keluarga yang berkenan menyediakan penulis tempat
bernaung sementara selama penelitian dilakukan dan memberikan segala doa,
bantuan, dan pengalaman. Semoga Allah membalas dengan Nikmat yang tidak
terhingga untuk kalian dan tali silaturahmi kita tetap terjaga.
12. Sahabat, mitra, sekaligus kekasih hati, Rukiyah yang selalu memberikan
perhatian, doa, dorongan, semangat, motivasi, dan bantuan yang tiada henti.
Semoga mahabbah ini akan selalu menautkan kita kepada Allah SWT. Amin
13. Keluarga baru, Ibu Umi Kalsum, Bapak Rahmadi, Kakak Rahmi Yuningsih,
Umi Arifiyani, Annisa Mareta, dan Sabrina Alifia Nadira serta Kakak Upuko
Usamah yang banyak memberikan doa, bantuan, harapan, dan motivasi. Semoga
tali silaturahmi dan persaudaraan ini akan selalu terjaga dengan baik. Amin.
14. My pal (“braders” Irvan, Lisan, Andry, Adam, Teguh, Suryadi, Aan, Wahyu,
Mico, Abdul, Mamet, Arul, Faisal, Dana, Rian, dan Dudi) serta Agri‟s Girl
2007 atas diskusi, doa dan dukungannya. Semoga Allah membalas dengan
Nikmat tak terhingga untuk kalian “brad”, dan tali silaturahmi ini tetap terjaga.
15. Rekan-rekan senior (Ka Mughni ‟04, Ka Buyung „05, Ka Aris ‟05, Ka Jelita
‟05, Ka Reza ‟06, Ka Ajeng ‟06, Ka Ulfa ‟06, Ka Purwanto ‟06, Ka Andi ‟06)
dan adik kelas penulis di seluruh angkatan atas doa dan dukungannya.
16. Semua pihak yang telah membantu namun penulis tidak dapat sebutkan satu
persatu tanpa mengurangi rasa hormat. Terima kasih banyak.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Semoga Allah
SWT memberi keberkahan kepada kita semua. Amiin Ya Allah Ya Rabbal Allamin.
Jakarta, Agustus 2011
Muhamad Zulfahmi
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................ 6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7
2.1 Biaya Usahatani ................................................................................... 7
2.2 Pendapatan Usahatani ......................................................................... 8
2.3 Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani .......................................... 9
2.3.1 Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya (R/C Ratio) ................ 10
2.3.2 Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya (B/C Ratio)................ 10
2.3.2 Analisis Break Event Point (BEP) .......................................... 11
2.4 Jamur Tiram Putih ............................................................................. 12
2.4.1 Deskripsi Jamur Tiram Putih .................................................. 12
2.4.2 Manfaat Jamur Tiram Putih .................................................... 16
2.5 Usaha Jamur Tiram Putih .................................................................. 18
2.5.1 Sarana Produksi dalam Usaha Jamur Tiram Putih .................. 19
2.5.2 Tatalaksana Usaha Jamur Tiram Putih.................................... 24
2.6 Kemitraan Usaha ............................................................................... 30
2.7 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 36
2.8 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 42
xi
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 45
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 45
3.2 Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 45
3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................... 46
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data .............................................. 46
3.4.1 Analisis Deskriptif .................................................................. 47
3.4.2 Analisis Finansial .................................................................... 47
3.5 Definisi Operasional .......................................................................... 51
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ..................................... 53
4.1 Sejarah dan Perkembangan P4S Nusa Indah .................................... 53
4.2 Azas dan Prinsip P4S Nusa Indah ..................................................... 54
4.4.1 Azas ......................................................................................... 54
4.4.2 Prinsip ..................................................................................... 55
4.3 Lokasi P4S Nusa Indah ..................................................................... 55
4.4 Struktur Organisasi P4S Nusa Indah ................................................. 59
4.5 Kegiatan Usaha P4S Nusa Indah ....................................................... 62
4.5.1 Keragaan Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah............. 67
4.5.2 Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah ......................... 69
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 87
5.1 Hasil Analisis Biaya Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah ......... 87
5.1.1 Biaya Tunai ............................................................................. 87
5.1.2 Biaya Diperhitungkan ............................................................. 98
5.1.3 Biaya Total ............................................................................ 103
5.2 Hasil Analisis Penerimaan Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah ... 104
5.2.1 Penerimaan dari Produksi Baglog Jamur Tiram Putih
Siap Panen ............................................................................. 105
5.2.2 Penerimaan dari Paket Kemitraan Investasi Usahatani
Jamur Tiram Putih ................................................................ 106
5.2.3 Penerimaan dari Budidaya Jamur Tiram Putih dengan
Sistem Kemitraan ................................................................. 108
5.2.4 Penerimaan Total .................................................................... 109
xii
5.3 Hasil Analisis Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih P4S
Nusa Indah ...................................................................................... 110
5.4 Hasil Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Jamur Tiram
Putih P4S Nusa Indah ..................................................................... 111
5.4.1 Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya (R/C Ratio) .............. 112
5.4.2 Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya (B/C Ratio).............. 114
5.4.3 Analisis Break Even Point (BEP) ......................................... 116
5.5 Pemasaran Produk Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah ...... 122
5.5.1 Pemasaran Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen ............... 124
5.5.2 Pemasaran Jamur Tiram Putih Segar .................................... 126
5.6 Model Kemitraan Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah ... 128
5.7 Biaya dan Pendapatan yang Diperoleh Mitra (Wirausahawan
Jamur Tiram Putih) dalam Kemitraan dengan P4S Nusa Indah ..... 131
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 136
6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 136
6.2 Saran ................................................................................................ 137
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Nilai Gizi Beberapa Jenis Jamur dan Sayuran .................................................... 2
2. Produksi Jamur Tiram Putih di Kabupaten Bogor Tahun 2007 .......................... 3
3. Faktor Lingkungan yang Menentukan Pertumbuhan Jamur Tiram ................... 15
4. Gizi Jamur Tiram Putih per 100 g ..................................................................... 16
5. Kebutuhan Bahan-bahan dalam Pembuatan Baglog Jamur Tiram .................... 25
6. Hasil Penelitian Terdahulu yang Dapat Digunakan Sebagai Acuan ................. 41
7. Data Nama Desa, Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Kecamatan
Tamansari Tahun 2011 ...................................................................................... 57
8. Jenis Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Tamansari Tahun 2011 ........... 57
9. Komposisi Penduduk Kecamatan Tamansari Menurut Usia Tahun 2011......... 58
10. Komposisi Penduduk Kecamatan Tamansari Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Tahun 2011 ..................................................................................... 59
11. Data Biodata Pengurus dan Anggota P4S Nusa Indah Tahun 2011 ................. 60
12. Sarana dan Prasarana P4S Nusa Indah .............................................................. 63
13. Unit Usaha di P4S Nusa Indah Tahun 2011 ...................................................... 65
14. Penggunaan Input Produksi Baglog Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah
per Satu Paket (155 Baglog) .............................................................................. 70
15. Komponen Biaya Tunai Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen
di P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 ................................. 88
16. Komponen Biaya Tunai Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur
Tiram Putih di P4S Nusa Indah, Periode November - Desember 2010 ............ 95
17. Komponen Biaya Tunai Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem
Kemitraan di P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - April 2011 ............. 96
18. Komponen Biaya Diperhitungkan Produksi Baglog Jamur Tiram Putih
Siap Panen di P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 .............. 99
xiv
19. Komponen Biaya Diperhitungkan Paket Kemitraan Investasi Usahatani
Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah, Periode November - Desember 2010 .... 100
20. Komponen Biaya Diperhitungkan Budidaya Jamur Tiram Putih dengan
Sistem Kemitraan di P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - April 2011 .... 101
21. Komponen Biaya Total Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah,
Periode November 2010 - Mei 2011 ............................................................... 103
22. Komponen Penerimaan P4S Nusa Indah dari Produksi Baglog Jamur
Tiram Putih Siap Panen, Periode November 2010 - Mei 2011 ....................... 105
23. Komponen Penerimaan P4S Nusa Indah dari Paket Kemitraan Investasi
Usahatani Jamur Tiram Putih, Periode November 2010 - Januari 2011 ......... 107
24. Komponen Penerimaan P4S Nusa Indah dari Budidaya Jamur Tiram Putih
dengan Sistem Kemitraan, Periode November 2010 - Mei 2011 .................... 108
25. Komponen Penerimaan Total Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah,
Periode November 2010 - Mei 2011 ............................................................... 109
26. Analisis Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah, Periode
November 2010 - Mei 2011 ............................................................................ 110
27. Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya Usaha Jamur Tiram Putih P4S
Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 ........................................... 112
28. Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya Usaha Jamur Tiram Putih P4S
Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 ........................................... 114
29. Komponen Biaya (Berdasarkan Jumlah Output yang Dihasilkan) Usaha
Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 ..... 117
30. Analisis Break Even Point Volume Produksi dan Harga Jual pada Usaha
Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 ..... 118
31. Analisis Break Even Point Penerimaan pada Usaha Jamur Tiram Putih
P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 ................................... 120
32. Data Permintaan Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa
Indah Pada Bulan November 2010 - Mei 2011 ............................................... 124
33. Harga Jual Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen P4S Nusa Indah ............... 125
34. Volume Produksi Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah pada Satu Unit
Kumbung Budidaya Selama Bulan November 2010 - April 2011 .................. 127
xv
35. Komponen Biaya Total Bagi Mitra (Wirausahawan Jamur Tiram Putih)
dalam Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan bersama
P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - April 2011 ................................. 131
36. Komponen Penerimaan Total Bagi Mitra (Wirausahawan Jamur Tiram
Putih) dalam Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan
bersama P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - April 2011 ................... 133
37. Analisis Pendapatan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih Wirausahawan
Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan Bersama P4S Nusa Indah,
Periode November 2010 - April 2011 ............................................................. 134
DAFTAR GAMBAR
1. Jamur Tiram Putih ............................................................................................. 13
2. Kerangka Pemikiran .......................................................................................... 44
3. Susunan Pengurus P4S Nusa Indah, Bogor Tahun 2011 ................................... 61
4. Beberapa Fasilitas P4S Nusa Indah di Unit Usaha Jamur Tiram Putih ............ 62
5. Saluran Pemasaran Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah ................................. 119
6. Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih ......................................... 129
7. Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan .................................. 130
DAFTAR LAMPIRAN
1. Rincian Biaya Investasi Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen
di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011 ................................ 143
2. Rincian Biaya Penyusutan Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap
Panen di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011...................... 144
3. Rincian Biaya (Berdasarkan yang Langsung Dikeluarkan dan
Diperhitungkan) Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S
Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011 ............................................ 145
4. Rincian Biaya (Berdasarkan Jumlah Output yang Dihasilkan) Produksi
Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa Indah Periode
November 2010 - Mei 2011 ............................................................................ 146
5. Rincian Penerimaan dari Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen
di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011 ................................ 147
6. Rincian Pendapatan dari Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen
di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011 ................................ 147
7. Rincian Biaya (Berdasarkan yang Langsung Dikeluarkan dan
Diperhitungkan) Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih
di P4S Nusa Indah Periode November - Desember 2010 ................................ 148
8. Rincian Biaya (Berdasarkan Jumlah Output yang Dihasilkan) Paket
Kemitraan Investasi Budidaya Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah
Periode November - Desemeber 2010 ............................................................. 148
9. Rincian Penerimaan dari Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur
Tiram Putih di P4S Nusa Indah Periode November - Desemeber 2010 .......... 149
10. Rincian Pendapatan dari Paket Kemitraan Investasi Budidaya Jamur
Tiram Putih di P4S Nusa Indah Periode November - Desemeber 2010 .......... 149
11. Rincian Biaya Investasi Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem
Kemitraan di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - April 2011 ............ 150
12. Rincian Biaya Penyusutan Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem
Kemitraan di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011 .............. 150
13. Rincian Biaya (Berdasarkan yang Langsung Dikeluarkan dan
Diperhitungkan) Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan
di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - April 2011 .............................. 151
xviii
14. Rincian Biaya (Berdasarkan yang Langsung Dikeluarkan dan
Diperhitungkan) Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan
di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - April 2011 .............................. 151
15. Rincian Penerimaan dari Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem
Kemitraan di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - April 2011 ............ 152
16. Rincian Pendapatan dari Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem
Kemitraan di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - April 2011 ............ 152
17. Denah Unit Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah Tahun 2011.............. 153
18. P4S (Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya) Nusa Indah .................. 154
19. Kegiatan Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah Tahun 2011.............. 155
20. Surat Keterangan Selesai Penelitian ................................................................ 156
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dengan kondisi
alam yang baik. Daratan yang subur, iklim tropis dengan curah hujan tinggi,
matahari yang bersinar sepanjang tahun, serta keanekaragaman hayatinya
membuat Indonesia sebagai negara agraris yang potensial. Salah satu yang
dimiliki adalah potensi untuk mengembangkan produksi jamur. Hal tersebut
dikarenakan sumber daya alam yang dimiliki dan dapat dijadikan sebagai bahan
produksi jamur. Bahan tersebut tersedia dalam jumlah banyak dan tersedia
sepanjang tahun.
Sebagai contoh adalah serbuk gergaji yang berasal dari sisa-sisa
penggergajian kayu yang menjadi limbah dan belum termanfaatkan. Menurut
Chang (1991) dalam Meiganati (2007:20), serbuk gergaji tersebut dapat
digunakan sebagai bahan baku bagi media pertumbuhan jamur kayu karena jamur
kayu dapat tumbuh di semua bahan yang mengandung selulosa, termasuk serbuk
kayu yang merupakan limbah industri penggergajian karena mengandung selulosa
yang ada dalam semua bagian dalam kayu. Jamur kayu yang umum
dibudidayakan dan dikonsumsi antara lain jamur tiram, jamur merang, jamur
champignon, jamur morel, jamur lingzhi, jamur emas, dan jamur payung
(Suriawiria, 1986:33).
2
Pembangunan pertanian di bidang pangan khususnya hortikultura pada
saat ini ditujukan untuk lebih memantapkan swasembada pangan, meningkatkan
pendapatan masyarakat, memperbaiki keadaan gizi melalui penganekaragaman
jenis bahan makanan. Salah satu jenis komoditi tersebut adalah jamur tiram putih
yang dapat dikembangkan dan diarahkan untuk memberdayakan masyarakat,
meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperbaiki keadaan gizi melalui
penganekaragaman jenis bahan makanan.
Jamur tiram putih memiliki kandungan gizi yang baik bagi tubuh. Jamur
tiram memiliki kandungan protein yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
jamur dan sayuran lainnya. Kandungan lemak jamur tiram relatif lebih rendah
dibandingkan jamur shitake dan tauge. Oleh sebab itu mengkonsumsi jamur tiram
sangat baik untuk kesehatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Nilai Gizi Beberapa Jenis Jamur dan Sayuran
No Kandungan Gizi
Jenis Sayuran
Jamur
Kuping
Jamur
Shitake
Jamur
Tiram
Jamur
Merang Tauge Bayam
1 Protein (%) 7,7 17,7 30,4 16,0 9,0 3,5
2 Lemak (%) 0,8 8,0 2,2 0,9 2,6 0,5
3 Karbohidrat (%) 87,6 67,5 57,6 64,5 6,4 6,5
4 Serat (%) 14,6 8,0 8,7 4,0 - -
5 Vitamin C (mg) - - 0 0 - 80,6
6 Kalori (Kkal) 347 387 345 274 67 36
7 Calcium (mg) 287 98 33 51 - 257
Sumber : Departemen Pertanian (1982) dalam Manullang (2008:2)
Keterangan : (-) Tidak ada data
Salah satu penghasil jamur tiram putih di Jawa Barat adalah di Kabupaten
Bogor. Produksi jamur tiram putih di beberapa Kecamatan di Kabupaten Bogor
pada tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
3
Tabel 2. Produksi Jamur Tiram Putih di Kabupaten Bogor Tahun 2007
No. Kecamatan Produksi (kg)
1 Cisarua 173.250
2 Tamansari 38.300
3 Pamijahan 8.638
4 Rancabungur 4.420
5 Leuwi Sadeng 3.000
6 Cijeruk 2.040
Jumlah 229.648
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2007:47)
Minat masyarakat untuk mengkonsumsi jamur terus meningkat pada
tahun 2004 - 2008 sehingga berpengaruh positif terhadap permintaan jamur.
Permintaan jamur yang terus meningkat berapapun jumlah jamur yang diproduksi
petani selalu habis terserap oleh pasar. Kenaikannya sekitar 20-25 % per tahun
(www.agrina-online.com/show_article, 2008 dalam Manullang, 2008:3).
Walaupun demikian, berdasarkan penelitian Meiganati pada tahun 2007,
menunjukkan bahwa usaha petani jamur akhir-akhir ini mengalami banyak
kemunduran, bahkan di daerah Cisarua, kelompok tani Kaliwung Kalimuncar
yang dibina oleh Bina Usaha Tani Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, terhenti
karena naiknya biaya operasional. Di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea,
usaha jamur rakyat atas swadaya masyarakat terhenti karena kurangnya SDM
yang mampu bekerja pada budidaya jamur.
Hal tersebut salah satunya diakibatkan karena bagian tersulit dan paling
beresiko dalam kegiatan budidaya jamur adalah dalam pembuatan media tanam
(baglog) yang akan diberi bibit (diinokulasi). Kegagalan pada pembuatan baglog
tidak akan menghasilkan pertumbuhan jamur. Banyak petani jamur yang belum
menguasai teknik pembuatan baglog. Itu sebabnya banyak petani jamur yang
4
memilih untuk membeli baglog yang sudah berusia 40 – 45 hari untuk kemudian
dibudidayakan karena petani cukup membuka tutup dan melakukan perawatan,
maka jamur tiram putih pun segera tumbuh.
Usaha pembuatan baglog (media tanam) jamur tiram putih siap panen
inilah yang menjadi fokus utama unit usaha jamur tiram putih di Pusat Pelatihan
Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah, namun dalam perjalanannya juga
membudidaya dan memasarkan jamur tiram putih apabila ada mitra usaha atau
pembeli baglog yang ingin bekerjasama dalam hal tersebut. Salah satu unit usaha
unggulan di P4S Nusa Indah ini telah lama berkecimpung pada usaha pembuatan
baglog jamur tiram putih siap panen sehingga mampu menghasilkan baglog
berkualitas yang siap panen dalam waktu 4 – 5 hari.
Dalam pengamatan penulis selama survei pra penelitian, saat ini unit
usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah ini memproduksi sekitar tujuh paket
yang setara dengan mampu menghasilkan 1155 baglog ukuran 17 cm x 35 cm
dalam kurun waktu satu pekan. Sementara produksi yang lebih besar dilakukan
berdasarkan pesanan. Jika ada yang memesan dalam jumlah besar, maka produksi
bisa mencapai 10.000 baglog per bulan. Selain itu, saat ini P4S Nusa Indah juga
bekerjasama dengan wirausahawan jamur tiram putih dalam hal budidaya jamur
tiram putih yang diwujudkan berupa kemitraan investasi, pengelolaan, perawatan,
dan pemasaran jamur tiram putih. Oleh karena itu, terjadi perubahan pada sumber
penerimaan di unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah yang dilihat perlu
dilakukan analisis mengenai kondisi tersebut.
5
Suatu usaha harus mampu mengelola usahanya secara tepat, mengingat
masih terbukanya peluang pasar untuk jamur tiram putih dan perkembangan dunia
usaha saat ini yang mengalami kemajuan cukup pesat, namun tingkat persaingan
cukup ketat, dan banyak bermunculan berbagai macam jenis usaha baru yang
sejenis. Dengan demikian diperlukan suatu analisis terhadap usaha yang
dilakukan, oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti dan menganalisis biaya
dan pendapatan usaha jamur tiram putih yang mengambil lokasi penelitian di
Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan (P4S) Nusa Indah pada unit usaha jamur
tiram putih yang terletak di Ciapus, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini penelitian ini dapat disusun
dalam kalimat pertanyaan sebagai berikut :
1. Berapakah besar biaya dan tingkat pendapatan pada unit usaha jamur tiram
putih P4S Nusa Indah dalam menjalankan usaha jamur tiram putih?
2. Bagaimanakah kelayakan usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah ditinjau
dari analisis penerimaan atas biaya, keuntungan atas biaya, dan titik impas
(break event point)?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis besar biaya dan tingkat pendapatan pada P4S Nusa Indah
dalam menjalankan usaha jamur tiram putih.
6
2. Mengetahui kelayakan usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah ditinjau
dari analisis penerimaan atas biaya, keuntungan atas biaya, dan titik impas
(break event point).
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang
berkepentingan. Pihak-pihak tersebut antara lain,
1. P4S Nusa Indah, hasil penelitian ini dapat berfungsi sebagai bahan
informasi dalam melihat dan mengevaluasi kinerja usaha jamur tiram putih.
2. Peneliti, hasil peneltian ini dapat bermanfaat untuk melatih kemampuan
penerapan teori perkuliahan, menambah pengetahuan mengenai jamur tiram
putih, dan bahan masukan bagi penelitian selanjutnya.
3. Perguruan Tinggi dan masyarakat umum, hasil penelitian ini berfungsi
untuk menambah bahan literature serta pengetahuan mengenai usaha jamur
tiram putih.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang dibahas dalam analisis usaha ini meliputi kajian kegiatan
unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah yang terdiri dari produksi baglog
jamur tiram putih siap panen, jasa paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram
putih, dan kegiatan budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Selain
itu juga dibahas analisis deskriptif untuk mengetahui keragaan unit usaha jamur
tiram putih P4S Nusa Indah. Serta dilakukan pula analisis finansial untuk
mengetahui tingkat kelayakan usaha jamur tiram putih yang dapat dilihat melalui
hasil analisis biaya dan pendapatan, R/C Ratio, B/C Ratio, dan BEP.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biaya Usahatani
Pengertian biaya dalam usahatani adalah sejumlah uang yang dibayarkan
untuk pembelian barang dan jasa bagi kegiatan usahatani. Biaya usahatani
merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani) dalam mengelola
usahanya dalam mendapatkan hasil yang maksimal (Soekartawi, 1994:2).
Menurut Hermanto (1989:30), biaya dalam usahatani dapat dibedakan
berdasarkan atas :
a. Berdasarkan jumlah output yang dihasilkan terdiri dari :
1) Biaya tetap, adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung kepada
besar kecilnya produksi, misalnya : pajak tanah, sewa tanah, penyusutan
alat-alat bangunan pertanian dan bunga pinjaman.
2) Biaya variabel, adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah
produksi, misalanya : pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-
obatan dan biaya tenaga kerja.
b. Berdasarkan yang langsung dikeluarkan dan diperhitungkan terdiri dari:
1) Biaya tunai, adalah untuk biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar
tunai. Biaya tetap misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan
biaya variabel misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan
tenaga luar keluarga. Biaya tunai ini berguna untuk melihat pengalokasian
modal yang dimiliki oleh petani.
8
2) Biaya tidak tunai (diperhitungkan) adalah biaya penyusutan peralatan,
bangunan, sewa lahan milik sendiri (biaya tetap) dan tenaga kerja dalam
keluarga (biaya variabel). Biaya tidak tunai ini untuk melihat bagaimana
manajemen suatu usahatani.
2.2 Pendapatan Usahatani
Menurut Soekartawi, dkk (1994:76), untuk menganalisis pendapatan
usahatani diperlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan
pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan usahatani adalah
hasil perkalian dari jumlah produksi total dan harga satuan. Menurut Soekartawi
(1994:5) penerimaan adalah total nilai produk yang dijalankan yang merupakan
hasil perkalian antara jumlah fisik output dengan harga atau nilai uang yang
diterima dari penjualan pokok usahatani tersebut. Penerimaan usaha yaitu
penerimaan dari semua sumber usaha. Sedangkan biaya atau pengeluaran
usahatani yang dimaksud adalah nilai penggunaan sarana produksi, upah dan lain-
lain yang dibebankan pada proses produksi yang bersangkutan.
Analisis pendapatan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
pendapatan yang sesungguhnya diperoleh oleh petani dan untuk membantu
perbaikan pengelolaan usaha pertanian. Pendapatan yang diperoleh akan
digunakan untuk memenuhi biaya hidup, biaya produksi, dan cadangan untuk
perkembangan usahatani. Analisis pendapatan mempunyai kegunaan bagi petani
maupun bagi pemilik faktor produksi. Bagi seorang petani, analisis pendapatan
membantu untuk mengukur apakah usaha pada saat itu berhasil atau tidak
(Soeharjo dan Patong, 1973:23).
9
Lebih lanjut Soeharjo dan Patong (1973:25) menambahkan bahwa
usahatani dikatakan sukses bila pendapatannya memenuhi syarat-syarat berikut :
a. Cukup untuk membayar semua pembelian sarana produksi termasuk biaya
angkutan dan biaya administrasi yang melekat pada pembelian tersebut.
b. Cukup membayar bunga modal yang ditanamkan (termasuk pembayaran sewa
tanah atau pembayaran dana depresiasi modal).
c. Cukup untuk membayar tenaga kerja yang dibayar atau bentuk-bentuk upah
lainnya untuk tenaga kerja yang tidak diupah.
2.3 Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani
Beberapa pengukuran dalam analisis biaya dan pendapatan usahatani yang
dikenal adalah pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total.
Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari selisih antara penerimaan total dengan
biaya tunai yang benar-benar dikeluarkan, dan merupakan ukuran kemampuan
usaha untuk menghasilkan uang tunai. Pendapatan atas biaya total diperoleh dari
total penerimaan dikurangi dengan biaya total termasuk didalamnya biaya-biaya
yang diperhitungkan.
Pendapatan tunai usahatani adalah selisih antara penerimaan usaha dengan
pengeluaran tunai usaha dan merupakan ukuran kemampuan usahatani untuk
menghasilkan uang. Ukuran ini berguna sebagai langkah permulaan untuk menilai
hutang usahatani yang mungkin terjadi. (Soekartawi dkk, 1994:78). Selain itu,
untuk menganalisis biaya dan pendapatan usahatani, umumnya disertai dengan
analisis lain seperti analisis rasio penerimaan atas biaya, analisis rasio keuntungan
atas biaya, dan analisis titik impas (break even point).
10
2.3.1 Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya (R/C Ratio)
Soeharjo dan Patong (1991:19) menyatakan bahwa rasio penerimaan atas
biaya menunjukkan berapa besarnya penerimaan yang akan diperoleh dari setiap
rupiah yang dikeluarkan dalam produksi usahatani. Rasio penerimaan atas biaya
produksi dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan
usahatani, artinya dari angka rasio penerimaan atas biaya tersebut dapat diketahui
apakah suatu usahatani menguntungkan atau tidak.
Nilai R/C Ratio lebih besar dari satu menunjukkan bahwa penambahan
biaya satu satuan mata uang (dalam hal ini rupiah) maka akan menghasilkan
tambahan penerimaan yang lebih besar daripada satu satuan mata uang.
Sebaliknya, jika nilai rasio lebih kecil dari satu berarti penambahan biaya satu
satuan mata uang maka akan menghasilkan penerimaan kurang dari satu satuan
mata uang. Suatu usahatani dapat dikatakan layak dan menguntungkan apabila
nilai R/C Ratio lebih besar dari satu, begitupun sebaliknya.
2.3.2 Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya (B/C Ratio)
Menurut Soeharto (1997:441), B/C Ratio merupakan metode yang
dilakukan untuk melihat berapa manfaat yang diterima oleh proyek untuk satu
satuan mata uang (dalam hal ini rupiah) yang dikeluarkan. B/C Ratio adalah suatu
rasio yang membandingkan antara benefit atau pendapatan dari suatu usaha
dengan biaya yang dikeluarkan.
Suatu usaha dikatakan layak dan memberikan manfaat apabila nilai B/C
lebih besar dari nol, semakin besar nilai B/C maka semakin besar pula manfaat
11
yang diperoleh dari usaha tersebut dan menunjukkan semakin besar pula
pendapatan yang diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan.
2.3.3 Analisis Break Even Point (BEP)
Menurut Harmaizar dan Rosidayati (2004:261), analisis break even point
(BEP) atau titik impas atau sering juga disebut titik pulang pokok adalah suatu
metode yang mempelajari hubungan antara biaya, keuntungan, dan volume
penjulaan / produksi dan juga dikenal dengan analisis CPV (Cost-Profit-Volume)
untuk mengetahui tingkat kegiatan minimal yang harus dicapai, dimana pada
tingkat tersebut perusahaan atau suatu usaha tidak mengalami keuntungan maupun
kerugian.
Titik impas (break even point) merupakan jumlah penjualan output yang
akan menyamakan pendapatan dengan biaya total atau dalam kalimat lain dapat
disebutkan bahwa jumlah penjualan output yang akan menghasilkan laba operasi
Rp. 0 (nol rupiah) (Horngren, dkk (2005:75). Break even point menjelaskan
berapa banyak output harus terjual agar tidak menanggung rugi operasi.
Kegunaan dari analisis titik impas antara lain untuk mengetahui volume
penjualan minimum agar perusahaan tidak menderita kerugian tetapi belum
memperoleh laba, menentukan volume penjualan yang harus dicapai untuk
memperoleh tingkat keuntungan tertentu, sebagai dasar untuk mengendalikan
kegiatan operasi perusahaan, dan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
harga jual.
12
2.4 Jamur Tiram Putih
2.4.1 Deskripsi Jamur Tiram Putih
Menurut Redaksi Trubus (2010:4), jamur merupakan tumbuhan sederhana.
Tubuhnya hanya terdiri dari dua bagian, yaitu tudung dan batang. Tumbuhan ini
tidak mempunyai klorofil sehingga tidak mampu menolah sendiri makanannya.
Tudung merupakan bagian yang selama ini dikonsumsi adalah tubuh buah, salah
satu fase dalam siklus hidup. Tubuh buah akan menghasilkan spora yang
merupakan alat perkembangbiakan. Tudung pada jamur merupakan penciri kelas
Basidiomycetes (jamur tingkat tinggi).
Salah satu jamur kelas tinggi tersebut adalah jamur tiram (Pleurotus). Di
antara semua anggota spesies Pleurotus yang terdiri dari jamur tiram kuning
(Pleurotus citrinipileatus), jamur tiram abu-abu (Pleurotus cystidius), jamur tiram
merah muda (Pleurotus flabellatus), jamur tiram cokelat (Pleurotus cystidiosus),
jamur tiram raja (Pleurotus umbellatus), dan jamur tiram putih (Pleurotus
ostreatus), hanya jamur tiram putih yang akhirnya dikenal khalayak. Sekujur
tubuh buah jamur tiram ini berwarna putih karena sporanya tak berwarna.
Permukaan tudung licin dan agak berminyak. Pada kondisi lembap, tepiannya
bergelombang. Jamur tiram putih merupakan salah satu jamur kayu yang sangat
baik untuk dikonsumsi manusia. Selain karena memiliki cita rasa yang khas, enak,
gurih, dan agak kenyal, jamur tiram juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Selain
dikonsumsi dalam keadaan segar, jamur juga kerap dikonsumsi setelah mengalami
pengeringan untuk pengawetan (Redaksi Trubus, 2010:7).
13
Batang jamur tiram putih setinggi 5 - 10 cm. Batang tersebut menopang
tudung tetapi „pertemuan‟ tidak pada pusat lingkaran, melainkan bergeser
beberapa sentimeter (cm). Pada jamur liar, di bagian atas batang terdapat cincin
yang melingkari batang. Di pangkal, tumbuh cabang-cabang atau batang kecil
yang juga menopang tudung. Spora terdapat di permukaan dan di dalam batang.
Bagian dalam sering dimanfaatkan untuk perbanyakan di laboratorium karena
spora lebih steril (Redaksi Trubus, 2010:4).
Jamur tiram putih dikenali dari sosoknya yang seperti payung dengan
bentuk tudung (cap) membulat, lonjong, dan agak cekung sehingga mirip
cangkang tiram. Lebar tudung 4 - 14 cm, bahkan ada yang mencapai 25 cm.
Warna tudung jamur tiram putih adalah sesuai dengan namanya, yaitu putih. Daya
tahan tubuh buah (tudung) hanya 1 - 2 hari, setelah itu layu dan keriput. Bentuk
tudung ada dua macam, yakni tiram dan corong. Pada bagian bawah dari tudung
terdapat sekat-sekat yang disebut gill. Sekat-sekat panjang itu mulai dari batang
menuju tudung. Setelah mencapai tudung, sekat bercabang dua. Di sekat-sekat itu
juga terdapat jutaan spora sebagai alat generatif yang memenuhi hampir sekujur
tubuh buah dan berukuran sangat kecil (Redaksi Trubus, 2010:4-5). Rupa bentuk
jamur tiram putih secara umum dapat dilihat pada gambar 1.
.
Gambar 1. Jamur Tiram Putih
14
Faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan sirkulasi udara sangat
berpengaruh pada pertumbuhan jamur tiram putih. Suhu pada saat inkubasi lebih
tinggi dibandingkan suhu pada saat pertumbuhan. Suhu inkubasi jamur tiram
berkisar antara 26-280C dengan kelembaban 60-80%. Sedangkan suhu pada
pembentukan tubuh buah (fruiting body) berkisar antara 22-250C dengan
kelembaban 80-90 % (Redaksi Trubus, 2010:46).
Lebih lanjut Redaksi Trubus (2010:16) menjelaskan bahwa terdapat tiga
faktor lingkungan yang perlu menjadi pertimbangan bila membudidayakan jamur
tiram, yaitu kelembapan, suhu, dan cahaya. Di samping itu, pertumbuhan jamur
tiram memerlukan beberapa parameter persyaratan, terutama mencakup
temperatur, kelembapan relatif, waktu, kandungan, CO2 , dan cahaya. Parameter
tersebut memilki pengaruh berbeda terhadap setiap stadium atau tingkatan
pertumbuhan, misalnya:
a) terhadap pertumbuhan miselia pada substrat tanam;
b) terhadap pembentukan bakal kuncup jamur;
c) terhadap pembentukan tubuh buah;
d) terhadap siklus panen; dan
e) terhadap rasio antara berat hasil jamur dengan berat substrat log tanam jamur
Tabel 3 berikut ini menunjukkan faktor lingkungan yang menentukan
pertumbuhan budidaya jamur tiram.
15
Tabel 3. Faktor Lingkungan yang Menentukan Pertumbuhan Jamur Tiram
Parameter Pertumbuhan Besaran
Pertumbuhan Miselia pada Substrat Tanam
a. Temperatur Inkubasi 240C – 29
0C
b. RH 90% - 100%
c. Waktu Tumbuh 10 – 14 hari
d. Kandungan CO2 5.000 – 20.000 ppm
e. Cahaya 500 – 1000 lux
f. Sirkulasi Udara 1 – 2 jam
Pembentukan Bakal Kuncup
a. Temperatur inisiasi pertumbuhan 210C – 27
0C
b. RH 90% – 100%
c. Waktu Tumbuh 3 – 5 hari
d. Kandungan CO2 < 1.000 ppm
e. Cahaya 500 – 1.000 lux
f. Sirkulasi Udara 4 – 8 jam
Pembentukan Tubuh Buah
a. Temperatur inisiasi pertumbuhan 210C – 28
0C
b. RH 90% – 95%
c. Waktu Tumbuh 3 – 5 hari
d. Kandungan CO2 < 1.000 ppm
e. Cahaya 500 – 1.000 lux
Siap Panen
a. Interval Waktu 3 - 4 kali / 10 – 14 hari
b. Jangka Waktu Masa Panen 2 - 4 kali / 7 – 10 hari
c. Nilai BER 40 - 85
d. Produksi Rata-rata per log tanam 350 gr
Sumber : Suriawiria (2002:22)
16
Kandungan gizi jamur tiram putih sangat lengkap. Nutrisinya dapat dibagi
menjadi tiga kelompok, yaitu unsur makro, vitamin, dan mineral, seperti yang
dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini. Karena kelengkapannya itulah maka
tumbuhan ini dapat diolah menjadi bahan farmasi. Di antaranya sebagai
antikolesterol.
Tabel 4. Gizi Jamur Tiram Putih per 100 g
Kelompok Nutrisi Kandungan
Unsur Makro
Protein 10 - 30 g
Lemak 0,3 g
Karbohidrat 4,6 g
Serat 2,3 g
Energi 20 kkal
Vitamin
Vitamin A 30 - 144 mg
Vitamin C 4 mg
Niacin 76,90 mg
Vitamin B 65 mg
Karotene 10 mg
Mineral
Kalsium 5 mg
Fosfor 86 mg
Kalium 258 mg
Besi 1 mg
Sumber : Redaksi Trubus (2010:9)
2.4.2 Manfaat Jamur Tiram Putih
Jamur tiram putih mempunyai kadar protein tinggi dengan asam amino
yang lengkap dan mengandung Vitamin Bl, B2, dan beberapa gram mineral dari
unsur-unsur Ca, P, Fe, Na, dan K (Pikiran Rakyat (1992) dalam Wati (2000:10)).
Manurut Redaksi Trubus (2010:4), kandungan logam berat di jamur tiram juga
17
masih jauh di bawah batas yang ditetapkan dalam undang-undang Fruit Product
Order and Prevention of Food Adulteration Act tahun 1954. Oleh karena itu
jamur tiram aman dikonsumsi setiap hari. Jamur tiram dapat disajikan sebagai
sayuran yang bisa diolah menjadi “daging” dan sebagai sayur dalam bakso.
Lebih lanjut Redaksi Trubus (2010:10) menambahkan bahwa selain lezat,
jamur tiram mempunyai manfaat sebagai obat beberapa penyakit. Jamur tiram
dikenal masyarakat luas sebagai penurun kolesterol yang ampuh. Berdasarkan
hasil penelitian, pleurotus mengandung 2,8 % lovastatin yang dapat menurunkan
kolesterol. Selain itu, jamur tiram putih juga memiliki kandungan serat mulai
7,4% sampai 24,6% yang sangat baik bagi pencernaan
Paduan jamur tiram-yoghurt sebagai makanan kesehatan sangat sesuai.
Yoghurt terkenal sebagai probiotik, sementara jamur tiram sebagai antikolesterol.
Jamur tiram yang digunakan dalam perpaduan ini dapat berupa bentuk potongan
ataupun serbuk. Penambahan serbuk jamur tiram mampu menaikkan kadar protein
yoghurt menjadi 2,10 % dari sebelumnya 1,84 %, dan kandungan asam laktat
menjadi 1,53 % dari sebelumnya 1,08 %. Di samping itu, juga mampu
menurunkan kadar lemak yoghurt dari 7,73 % menjadi 4,40 % dan kadar
keasaman (pH) dari 3,53 % menjadi 3,45 % (Redaksi Trubus, 2010:10).
Peneliti mycoremediation menggunakan jamur tiram untuk
mengembalikan atau mengurangi polutan pada tanah. Jamur itu menghasilkan
enzim yang dapat memecah senyawa anorganik seperti minyak, racun, dan
pestisida. Jamur kayu itu sangat efektif menurunkan kontaminasi pada lahan
(Redaksi Trubus, 2010:10).
18
Jamur yang ditanam pada serbuk limbah penggergajian akan merombak
limbah tersebut menjadi suatu komoditas yang bermanfaat untuk mengurangi
dampak negatif dari limbah serbuk tersebut dan juga dapat menjadi suatu bidang
usaha bagi masyarakat. Hal tersebut dikarenakan karakteristik jamur kayu yang
dimiliki jamur tiram putih sehingga mampu tumbuh di semua bahan yang
mengandung selulosa (Meiganati, 2007:15).
Budidaya jamur tiram putih, selain hasilnya memuaskan dilihat dari
produktivitas dan peluang pasarnya, juga masih mempunyai nilai tambah dari
baglognya. Baglog jamur tiram putih siap panen dapat dijual kepada petani untuk
dibudidayakan, hal ini karena hal tersulit dan berisiko tinggi dalam usaha
budidaya jamur tiram putih adalah dalam pembuatan baglog (Wati, 2000:22).
2.5 Usaha Jamur Tiram Putih
Berdasarkan penelitian Windyastuti di tahun 2000, usaha jamur tiram
putih adalah organisasi dari alam, kerja dan modal yang ditujukan pada produksi
tanaman jamur tiram putih. Organisasi ini ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan
sengaja diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial, baik
yang terikat geneologis, politis maupun teritorial sebagai pengelolanya.
Usaha jamur tiram putih yang dilaksanakan dengan tujuan komersil dan
bukan untuk keperluan petaninya sendiri mengandung beberapa unsur, seperti
unsur lahan, tenaga kerja, modal dan pengelolaan. Keempat unsur tersebut
digunakan untuk menghasilkan produk berupa jamur tiram putih yang dipasarkan.
Secara umum pemilihan lokasi lahan untuk kepentingan budidaya jamur
tiram putih didasarkan pada sifat-sifat hidup jamur, kelembaban dan temperatur.
19
Unsur yang kedua adalah tenaga kerja. Kebutuhan akan tenaga kerja disesuaikan
dengan besar kecilnya usaha itu sendiri. Tenaga kerja tetap diperlukan untuk
pekerjaan-pekerjaan yang menuntut kemampuan khusus, misalnya pemeliharaan,
inokulasi dan penangkaran bibit. Tenaga kerja tetap harus diberi bekal
kemampuan khusus yang dituntut dalam tugasnya.
Unsur usaha jamur tiram putih yang ketiga adalah modal. Modal yang
dibutuhkan dalam budidaya jamur tiram putih terdiri dari modal tetap (investasi)
dan modal kerja. Unsur yang keempat adalah pengelolaan. Pengelolaan usaha
jamur tiram putih mensyaratkan kemampuan petani untuk melakukan perencanaan
dan pelaksanaan usaha dengan mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-
faktor produksi yang dikuasai dengan baik untuk menghasilkan produksi yang
diharapkan dan memberikan keuntungan bagi usahanya.
2.5.1 Sarana Produksi dalam Usaha Jamur Tiram Putih
Menurut Cahyana, dkk (1999:30), sarana produksi yang diperlukan dalam
usaha budidaya jamur tiram putih antara lain bangunan, peralatan dan bahan-
bahan. Budidaya jamur tiram putih secara komersial memerlukan beberapa
bangunan yang diperlukan dalam kegiatan usahanya. Bangunan jamur sederhana
dapat dibuat dari kerangka kayu (bambu) beratap daun rumbia, anyaman bambu
atau anyaman jerami padi. Ukuran kumbung yang ideal adalah 84 m2 (12 m x 7m)
dan tinggi 3,5 m. Pada umumnya kumbung atau bangunan jamur terdiri atas
beberapa ruangan, yaitu ruang persiapan, ruang inokulasi, ruang inkubasi, ruang
penanaman, dan ruang pembibitan.
20
Ruang atau bangunan persiapan digunakan untuk persiapan pembuatan
media tanam. Kegiatan yang dilakukan pada ruang persiapan antara lain kegiatan
pengayakan, pencampuran, pewadahan dan sterilisasi. Ruang persiapan dapat
digunakan pula sebagai tempat untuk menyimpan bahan-bahan seperti bekatul dan
kapur apabila skala produksi usaha itu tidak terlalu besar. Namun, bila skala
produksi sudah besar maka bahan-bahan itu sebaiknya ditempatkan pada ruang
terpisah (gudang bahan).
Ruang inokulasi adalah ruang yang digunakan untuk kegiatan menanam
bibit pada media tanam. Ruang inokulasi harus mudah dibersihkan dan disterilkan
untuk menghindari terjadinya kontaminasi oleh mikroba lain. Pada ruang
inokulasi diusahakan tidak banyak terdapat fentilasi yang terbuka lebar. Fentilasi
sebaiknya dipasang filter atau saringan dari kawat kassa atau kassa plastik. Hal ini
untuk menghindari serangga dan debu yang terlalu banyak yang dapat
meningkatkan kontaminan atau adanya mikroba lain. Pada perusahaan-perusahaan
budidaya jamur tiram putih skala besar, biasanya ruang inokulasi dilengkapi
dengan alat pendingin udara (air conditioning). Sterilisasi ruang inokulasi dapat
dilakukan dengan menyemprotkan larutan formalin 2% ke dalam ruangan.
Ruang inkubasi adalah ruang yang digunakan untuk menumbuhkan
miserium jamur tiram putih pada media tanam yang sudah diinokulasi. Ruang
inkubasi biasa disebut dengan ruang spawning. Ruang ini tidak boleh terlalu
lembab, kondisi ruang sebaiknya diatur pada suhu 22-280C dengan kelembaban
60-80%. Ruang ini dilengkapi dengan rak-rak inkubasi untuk menempatkan media
tanam dalam kantong plastik yang sudah diinokulasi.
21
Ruang penanaman atau sering disebut juga dengan ruang growing
digunakan untuk menumbuhkan jamur tiram putih. Ruang ini dilengkapi pula
dengan rak-rak penanaman dan alat penyemprot/pengabutan yang dipasang pada
rak penanaman ataupun pengabutan yang terpisah dari rak. Pengabutan tersebut
berfungsi untuk menyemprotkan air sehingga ruangan dapat diatur dalam kondisi
yang optimal (suhu 16-22°C dengan kelembaban 80-90%).
Ruang pembibitan adalah ruang yang khusus digunakan untuk proses
produksi bibit. Ruang ini diperlukan bila produksi sudah besar. Namun, bila yang
digunakan masih sedikit maka lebih efektif bibit dibeli dari produsen bibit
sehingga ruang pembibitan tidak diperlukan lagi.
Usaha budidaya jamur tiram putih secara sederhana dapat dilakukan
dengan menggunakan alat-alat yang mudah diperoleh seperti cangkul, sekop,
botol atau kayu (untuk memadatkan media tanam), alat pensteril, lampu spiritus
dan keranjang pengangkutan yang dibuat dari anyaman bambu atau keranjang
plastik. Sprayer penyemporotan (pengabut) untuk penyiraman yang paling
sederhana dapat dibuat dari plastik mirip dengan semprotan nyamuk. Sprayer
yang cukup efektif untuk penyiraman pada kumbung besar adalah sprayer tabung
yang dilengkapi pompa tangan atau tangkai nozzle yang dihubungkan dengan pipa
dari tower atau pompa.
Untuk kapasitas produksi yang cukup besar diperlukan peralatan yang
cukup besar seperti mesin ayakan, mixer (sebagai alat pencampur), filler (sebagai
alat pengisi media ke dalam kantong plastik), boiler (sebagai sumber pemanas),
dan chamber sterilizer (sebagai alat untuk sterilisasi).
22
Bahan yang perlu disediakan dalam pembuatan subrat jamur adalah serbuk
kayu, bekatul, kapur (CaCO3), gips (CaSO4), dapat pula ditambahkan tepung
tapioka atau tepung biji-bijian yang lain. Adapun bahan yang perlu disediakan
dalam pemeliharaan jamur tiram adalah bibit jamur, kapur, air bersih, lembaran
plastik, kawat kasa, daun rumbia, paku, tali dan lain-lainnya.
Serbuk kayu yang digunakan sebagai tempat tumbuh jamur mengandung
karbohidrat, serat lignin dan lain-lain. Dari kandungan kayu tersebut ada yang
berguna dan membantu pertumbuhan jamur, tetapi ada pula yang menghambat.
Kandungan yang dibutuhkan bagi pertumbuhan jamur tiram putih antara lain
karbohidrat, lignin dan serat, sedangkan faktor yarig menghambat antara lain
adanya getah dan zat ekstraktif (zat pengawet alami yang terdapat pada kayu).
Oleh karena itu, kayu atau serbuk kayu yang digunakan untuk budidaya jamur
tiram putih sebaiknya berasal dari jenis kayu yang tidak banyak mengandung zat
pengawet alami. Beberapa contoh kayu seperti itu antara lain kayu albasia, randu
dan meranti.
Serbuk kayu dapat diperoleh secara melimpah pada industri penggergajian
atau pabrik-pabrik penggergajian kayu. Serbuk kayu hasil penggergajian dapat
digunakan sebagai bahan baku papan partikel dan dapat pula digunakan sebagai
bahan bakar. Namun, hingga saat ini masih banyak pabrik penggergajian kayu
yang hanya membuang serbuk kayu tersebut. Pemilihan serbuk kayu sebagai
bahan baku media penanaman jamur tiram putih perlu memperhatikan kebersihan
dan kekeringan. Selain itu, serbuk kayu yang digunakan tidak busuk dan tidak
ditumbuhi oleh jamur atau kapang lain. Serbuk kayu yang terbaik adalah serbuk
23
yang terdiri kayu keras dan tidak banyak mengandung minyak ataupun getah.
Namun demikian, serbuk kayu yang banyak mengandung minyak maupun getah
dapat pula digunakan sebagai media dengan cara merendamnya lebih lama
sebelum proses lebih lanjut.
Bekatul ditambahkan untuk meningkatkan nutrisi media tanam sebagai
sumber karbohidrat, sumber karbon (C), dan nitrogen (N). Bekatul yang
digunakan dapat berasal dari berbagai jenis padi, misalnya padi jenis IR, pandan
wangi, rojo lele ataupun jenis lainnya. Bekatul sebaiknya dipilih yang masih baru,
belum berbau dan tidak rusak.
Kapur merupakan bahan yang ditambahkan sebagai sumber kalsium (Ca).
Kapur juga digunakan untuk mengatur pH media. Kapur yang digunakan adalah
kapur pertanian yaitu kalsium karbonat (CaCO3). Unsur kalsium dan karbon
digunakan untuk meningkatkan mineral yang dibutuhkan jamur tiram putih bagi
pertumbuhannya. Di samping itu, penggunaan bahan gips juga dilakukan guna
memperkokoh media agar media tidak mudah rusak.
Penggunaan kantong plastik bertujuan untuk mempermudah pengaturan
kondisi (jumlah oksigen dan kelembaban media) dan penanganan media selama
pertumbuhan. Kantong plastik yang digunakan adalah plastik yang kuat dan tahan
panas sampai dengan suhu 100°C. Jenis plastik dipilih dari jenis plastik
polipropilen (PP). Ukuran dan ketebalan plastik terdiri dari berbagai macam.
Beberapa ukuran plastik yang biasa digunakan dalam budidaya jamur tiram putih
antara lain 20 cm x 30 cm, 17 cm x 35 cm, 14cm x 25 cm dengan ketebalan 0,3
mm - 0,7 mm atau dapat juga lebih tebal.
24
2.5.2 Tatalaksana Usaha Jamur Tiram Putih
Menurut Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura (2007:55) tahapan
dalam usahatani jamur tiram putih meliputi pemilihan lokasi, pembuatan kumbung,
pembuatan media tanam, inokulasi, inkubasi, produksi, penyiraman, pengendalian
hama penyakit, pengaturan suhu ruangan dan panen. Penjelasan lebih lanjut
mengenai setiap tahapan tersebut dapat dilihat pada penjelasan berikut ini.
a. Pemilihan Lokasi
Memilih dan menentukan lokasi tanam harus sesuai dengan persyaratan
tumbuh jamur tiram putih. Lokasi yang baik untuk tumbuh jamur tiram putih adalah
(a) ketinggian tempat 600-1200 m dpl; (b) suhu udara 20-30ºC; (c) lahan produksi
diusahakan dekat dengan sumber bahan baku media tanam; (d) terdapat sarana jalan
untuk mempermudah transportasi; dan (e) terdapat sumber air yang selalu tersedia.
b. Pembuatan Kumbung
Kumbung adalah bangunan tempat menyimpan baglog sebagai media
tumbuhnya jamur tiram putih yang terbuat dari bilik bambu atau tembok
permanen. Ukuran kumbung bervariasi tergantung dari luas lahan yang dimiliki.
Adapun tujuannya untuk menyimpan baglog yang tersusun di dalam rak-rak
tempat media tumbuh jamur tiram putih. Rak dalam kumbung disusun sedemikian
rupa sehingga memudahkan dalam pemeliharan dan sirkulasi udara terjaga.
c. Pembuatan Media Tanam
1) Persiapan
Bahan-bahan disiapkan sesuai dengan kebutuhan. Pada Tabel 5 berikut ini
terdapat berbagai formulasi media untuk pertumbuhan jamur tiram. Formulasi tersebut
25
umum digunakan oleh beberapa pengusaha jamur kayu. Formulasi dapat dipilih
sesuai dengan kondisi tempat budidaya jamur tiram putih. Perbandingan kebutuhan
bahan-bahan tersebut seperti terlihat pada Tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5. Kebutuhan Bahan-bahan dalam Pembuatan Baglog Jamur Tiram
No. Formulasi
Serbuk Kayu
(kg)
Bekatul
(kg)
Kapur
(kg)
Gips
(kg)
Tapioka
(kg)
TSP
(kg)
1 I 100,0 15,0 5,0 1,0 - -
2 II 100,0 5,0 2,5 0,5 - 0,5
3 III 100,0 10,0 2,5 0,5 - 0,5
4 IV 100,0 10,0 5,0 1,0 5,0 0,5
Sumber : Cahyana, dkk (1999:62)
2) Pengayakan
Serbuk kayu yang diperoleh dari penggergajian mempunyai tingkat
keseragaman yang kurang baik karena didalamnya biasanya terdapat potongan
kayu yang cukup besar. Hal ini akan mengakibatkan tingkat pertumbuhan miselia
kurang merata dan kurang baik. Untuk itu maka serbuk gergaji perlu diayak.
dengan memisahkan serbuk kayu gergaji yang besar dan kecil sehingga
didapatkan serbuk kayu gergaji yang halus dan seragam. Tujuannya untuk
mendapatkan media tanam yang memiliki kepadatan tertentu dan mendapatkan
tingkat pertumbuhan miselia yang merata. Serbuk gergaji yang dipilih berasal dari
pohon berdaun lebar yang tidak bergetah seperti albasia, akasia dan kaliandra.
3) Pencampuran
Bahan-bahan yang telah ditimbang sesuai dengan kebutuhan, selanjutnya
dicampur dengan serbuk gergaji. Pencampuran dapat dilakukan secara manual
atau dengan mesin pencampur (mixer). Pencampuran harus dilakukan secara
merata. Pencampuran serbuk gergaji, dedak, kapur dan gips sebagai bahan utama
26
untuk mendapatkan komposisi media yang merata. Tujuannya menyediakan
sumber hara atau nutrisi yang cukup bagi pertumbuhan dan perkembangan jamur
tiram sampai siap dipanen. Bahan-bahan tersebut telah ditimbang sesuai dengan
kebutuhan dicampur dengan serbuk gergaji selanjutnya disiram dengan air sekitar
50 – 60 % atau bila kita kepal serbuk tersebut menggumpal tapi tidak keluar air.
Hal ini menandakan kadar air sudah cukup.
4) Pemeraman
Kegiatan menimbun campuran serbuk gergaji kemudian menutupnya
secara rapat dengan menggunakan plastik selama satu malam. Tujuannya untuk
menguraikan senyawa-senyawa kompleks dengan bantuan mikroba agar diperoleh
senyawa-senyawa yang lebih sederhana, sehingga lebih mudah dicerna oleh jamur
dan memungkinkan pertumbuhan jamur yang lebih baik.
5) Pewadahan
Pewadahan dilakukan dengan cara memasukkan adonan atau campuran
media ke dalam plastik polipropiline (PP) yang relatif tahan panas kemudian
dipadatkan dengan kepadatan tertentu menggunakan botol atau alat yang lain agar
miselia jamur dapat tumbuh maksimal. Media/baglog yang kurang padat akan
menyebabkan hasil panen yang tidak optimal. Adapun tujuannya adalah untuk
menyediakan media tanam bagi bibit jamur.
6) Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses yang dilakukan untuk menonaktifkan
mikroba, baik bakteri, kapang, maupun khamir yang dapat mengganggu
pertumbuhan jamur yang ditanam. Menurut Cahyana, dkk (1999:73) sterilisasi
27
dilakukan dengan mempergunakan alat sterilizer. Sterilisasi dilakukan pada suhu
80-90°C selama 6-8 jam.
7) Pendinginan
Proses pendinginan merupakan upaya menurunkan suhu media tanam
setelah disterilkan agar bibit yang akan dimasukan ke dalam baglog tidak mati.
Pendinginan dilakukan selama 8-12 jam sebelum inokulasi.
8) Inokulasi
Kegiatan proses pemindahan sejumlah kecil miselia jamur dari biakan
induk ke dalam media tanam yang telah disediakan. Tujuannya adalah untuk
menumbuhkan miselia jamur pada media tanam sehingga menghasilkan jamur
siap panen. Inokulasi dapat dilakukan dengan beberapa cara. Diantaranya dengan
taburan dan tusukan. Inokulasi secara taburan yaitu menaburkan bibit sekitar ±3
sendok makan ke dalam media tanam secara langsung. Sementara itu, inokulasi
secara tusukan dilakukan dengan cara membuat lubang dibagian tengah media
melalui cincin sedalam 3/4 dari tinggi media. Selanjutnya dalam lubang tersebut
diisi bibit yang telah dihancurkan.
9) Inkubasi
Inkubasi dilakukan dengan cara menyimpan media yang telah diisi dengan
bibit pada kondisi tertentu, agar miselia jamur tumbuh. Suhu yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan miselia adalah antara 22-28°C. Inkubasi dilakukan hingga
seluruh media berwarna putih merata. Biasanya media akan tampak putih secara
merata antara 40-60 hari sejak dilakukan inokulasi. Keberhasilan pertumbuhan
miselia jamur dapat diketahui sejak 2 minggu setelah inkubasi.
28
d. Penumbuhan
Kegiatan menstimulasi media tanam yang telah maksimal pertumbuhan
miselianya agar terjadi pertumbuhan badan jamur. Adapun tujuannya adalah
untuk mendapatkan perubahan pertumbuhan miselia ke arah pembentukan
primordia badan buah jamur. Hal ini dapat dilakukan dengan membuka tutup
baglog agar terjadi proses aerasi. Media tumbuh jamur yang sudah putih oleh
miselia jamur sudah siap untuk dilakukan penanaman {growing or farming).
Penanaman dengan cara membuka plastik media tumbuh yang sudah penuh
miselia tersebut. Satu sampai dua minggu setelah media dibuka biasanya akan
tumbuh tubuh buah. Tubuh buah yang sudah tumbuh tersebut, selanjutnya
dibiarkan selama 2-3 hari atau sampai tercapainya pertumbuhan yang optimal
Kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh buah adalah pada suhu 16-
22°C dengan kelembaban 80-90%.
e. Penyiraman
Kegiatan penyemprotan dengan menggunakan air bersih yang ditujukan
pada ruang kubung dan media tumbuh jamur. Adapun tujuannya adalah untuk
menjaga kelembaban kubung. Penyiraman dilakukan dengan cara pengkabutan
atau disemprot dengan butiran air lembut.
f. Pengendalian Hama dan Penyakit
Kegiatan yang dilakukan untuk mengkondisikan media tumbuh dan tubuh
buah yang bebas dari organisme pengganggu. Tujuannya untuk menghindari
kegagalan panen yang diakibatkan oleh serangan hama, penyakit dan cendawan
pengganggu. Umumnya hama dan penyakit utama pada jamur tiram adalah tikus
29
dan jamur Neurospora sp (cendawan oncom), Trichoderma sp (cendawam hijau)
dan Aspergillus sp (cendawan jelaga). Dalam pengendalian hama pada jamur
tiram tidak menggunakan pestisida tetapi menggunakan perangkap serangga.
Selain itu, pengendalian penyakit juga dilakukan dengan memperbaiki proses
sterilisasi sebagai langkah preventif serta dengan menyingkirkan baglog jamur
tiram putih yang terinfeksi penyakit dari kumbung budidaya jamur tiram putih.
g. Pengaturan Suhu Ruangan
Pengaturan suhu ruangan merupakan suatu kegiatan membuka dan
menutup pintu dan jendela (ventilasi) kumbung. Hal ini bertujuan untuk mengatur
suhu dan kelembaban agar sesuai dengan kebutuhan budidaya jamur tiram putih
yang. Sasaran perlakuan ini yaitu mendapatkan pertumbuhan jamur yang optimal.
h. Pemanenan
Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai tingkat yang
optimal, yaitu cukup besar dengan diameter rata-rata 5-10 cm, tetapi belum mekar
penuh. Kegiatan memetik badan buah jamur tiram yang telah cukup umur ini
umumnya pada 30 hari sejak inokulasi atau seminggu setelah baglog dibuka atau
2-3 hari setelah munculnya primordia. Menurut Cahyana, dkk (1999:84)
pertumbuhan jamur mencapai tingkat yang optimal, pada umur 5 hari setelah
tumbuh calon jamur. Jamur yang sudah dipanen tidak perlu dipotong hingga
menjadi bagian per bagian tudung, tetapi hanya perlu dibersihkan kotoran yang
menempel dibagian akarnya saja. Sehingga disamping kebersihannya lebih
terjaga, daya tahan simpan jamur pun akan lebih lama.
30
2.6 Kemitraan Usaha
Secara harfiah kemitraan diartikan sebagai suatu strategi bisnis yang
dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih
keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan
(Hafsah, 2000:18). Lebih lanjut Hafsah (2000:25) menambahkan bahwa kemitraan
adalah strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu
tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan
saling membesarkan. Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis maka
keberhasilannya sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan di antara yang bermitra
dalam menjalankan etika bisnis. Kemitraan merupakan sebuah solusi untuk
mengurangi masalah ketimpangan yang dihadapi sebagian lapisan masyarakat
dewasa ini dan sebagai antisipasi munculnya masalah yang sama di masa
mendatang. Kemitraan dijadikan solusi karena baik keberadaannya maupun fungsi
dan perannya diperlukan untuk memberdayakan semua lapisan masyarakat
Menurut Kartasasmita dalam Badan Agribisnis (1999b
: 97), kemitraan
usaha mengandung pengertian adanya hubungan kerja sama usaha antara badan
usaha yang sinergis bersifat sukarela dan dilandasi oleh prinsip saling
membutuhkan, menghidupi, memperkuat dan menguntungkan yang hasilnya
bukanlah zero sum game melainkan positive sum game atau win-win solution.
Dalam kemitraan usaha jangan sampai ada pihak yang diuntungkan di atas
kerugian pihak lain yang merupakan mitra usahanya. Semua pihak yang bermitra
harus merasakan keuntungan dan manfaat yang diperoleh dari kemitraan.
31
Adapun definisi kemitraan secara resmi diatur dalam Undang-Undang
Usaha Kecil No 9 Tahun 1995. Pasal 1 ayat 8 Undang-Undang Usaha Kecil
menyatakan bahwa kemitraan merupakan kerjasama antara usaha kecil dengan
usaha menengah atau besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan,
saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Sementara berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pertanian No. 940/Kpts/OT.210/10/97 yang dimaksud dengan
kemitraan usaha pertanian adalah kerjasama usaha antara perusahaan mitra
dengan kelompok mitra di bidang usaha pertanian.
Kemitraan merupakan suatu jawaban untuk meningkatkan kesempatan
berkiprahnya pengusaha kecil dan menengah dalam percaturan perekonomian
nasional, sekaligus meningkatkan kesejahteraan rakyat serta mengurangi
kesenjangan sosial. Kemitraan yang ideal adalah kemitraan antara usaha
menengah dan usaha besar yang kuat dengan pengusaha kecil yang kuat yang
didasari oleh kesejajaran kedudukan dan derajat yang sama bagi kedua pihak
yang bermitra (Hafsah, 2000:33).
Sementara tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan, adalah
(1) meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat, (2) meningkatkan
perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan, (3) meningkatkan pemerataan dan
pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil, (4) meningkatkan pertumbuhan
ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional, (5) memperluas kesempatan kerja, dan
(6) meningkatkan ketahanan ekonomi nasional (Hafsah, 2000: 45).
32
Adapun pola-pola kemitraan yang banyak dilaksanakan oleh beberapa
kemitraan usaha pertanian di Indonesia menurut Direktorat Pengembangan Usaha
Departemen Pertanian (2002:52) meliputi :
1. Inti-Plasma
Merupakan hubungan kemitraan antara perusahaan mitra dengan
kelompok mitra. Perusahaan mitra bertindak sebagai inti dan kelompok mitra
bertindak sebagai plasma. Dalam hal ini, perusahaan mitra mempunyai
kewajiban : (1) berperan sebagai perusahaan inti, (2) menampung hasil
produksi, (3) membeli hasil produksi, (4) memberi bimbingan teknis dan
pembinaan manajemen kepada kelompok mitra, (5) memberikan pelayanan
kepada kelompok mitra berupa permodalan/kredit, sarana produksi, dan
teknologi, (6) mempunyai usaha budidaya pertanian/memproduksi kebutuhan
perusahaan, dan (7) menyediakan lahan.
Sementara kewajiban kelompok mitra : (1) berperan sebagai plasma, (2)
mengelola seluruh usaha budidaya sampai dengan panen, (3) menjual hasil
produksi kepada perusahaan mitra, (4) memenuhi kebutuhan perusahaan sesuai
dengan persyaratan yang telah disepakati. Keunggulan dari pola ini adalah : (1)
kedua belah pihak saling mempunyai ketergantungan dan sama-sama
memperoleh keuntungan, (2) terciptanya peningkatan usaha, dan (3) dapat
mendorong perkembangan ekonomi. Namun, dikarenakan belum adanya
kontrak kemitraan yang menjamin hak dan kewajiban komoditas plasma,
kelemahan pola ini menyebabkan perusahaan inti mempermainkan harga
komoditi plasma.
33
2. Subkontrak
Subkontrak merupakan hubungan kemitraan antara perusahaan mitra
dengan kelompok mitra. Kelompok mitra dalam hal ini memproduksi
komponen yang diperlukan oleh perusahaan mitra sebagai bagian dari
produksinya. Tugas perusahaan mitra dalam pola subkontrak, meliputi : (1)
menampung dan membeli komponen produksi perusahaan yang dihasilkan
oleh kelompok mitra, (2) menyediakan bahan baku / modal kerja, dan (3)
melakukan kontrol kualitas produksi.
Sementara tugas kelompok mitra adalah : (1) memproduksi kebutuhan
yang diperlukan perusahaan mitra sebagai komponen produksinya, (2)
menyediakan tenaga kerja, dan (3) membuat kontrak bersama yang
mencantumkan volume, harga, dan waktu. Pola subkontrak ini sangat kondusif
bagi terciptanya alih teknologi, modal, keterampilan, dan produktivitas serta
terjaminnya pemasaran produk pada kelompok mitra. Namun sisi
kelemahannya tampak dari hubungan yang terjalin semakin lama cenderung
mengisolasi produsen kecil dan mengarah pada monopoli atau monopsoni.
3. Dagang Umum
Salah satu pola kemitraan di mana perusahaan mitra berfungsi
memasarkan hasil produksi kelompok mitranya atau kelompok mitra memasok
kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra. Keuntungan pola ini adalah
pihak kelompok mitra tidak perlu bersusah payah dalam memasarkan hasil
produksnya sampai ke konsumen. Sementara kelemahannya terletak pada
34
harga dan volume produk yang sering ditentukan secara sepihak oleh
perusahaan mitra sehingga merugikan kelompok mitra.
4. Keagenan
Pola keagenan merupakan hubungan kemitraan di mana kelompok mitra
diberi hak khusus untuk memasarkan barang atau jasa usaha perusahaan mitra.
Sementara perusahaan mitra bertanggung jawab atas mutu dan volume produk.
Keuntungan pola ini bagi kelompok mitra bersumber dari komisi yang
diberikan perusahaan mitra sesuai dengan kesepakatan. Namun disisi lain pola
ini memiliki kelemahan dikarenakan kelompok mitra dapat menetapkan harga
produk secara sepihak. Selain itu kelompok mitra tidak dapat memenuhi target
dikarenakan pemasaran produknya terbatas pada beberapa mitra usaha saja.
5. Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA)
Dalam pola ini perusahaan mitra menyediakan biaya, modal, manajemen
dan pengadaan sarana produksi untuk mengusahakan atau membudidayakan
suatu komoditi pertanian, sedangkan kelompok mitra menyediakan lahan,
sarana, dan tenaga kerja. Keunggulan pola ini hampir sama dengan pola inti-
plasma, namun dalam pola ini lebih menekankan pada bentuk bagi hasil.
6. Waralaba
Merupakan pola hubungan antara kelompok mitra dengan perusahaan
mitra, di mana perusahaan mitra memberikan hak lisensi, merek dagang,
saluran distribusi perusahaannya kepada kelompok mitra usahanya sebagai
penerima waralaba. Kelebihan pola ini, kedua belah pihak sama-sama
mendapatkan keuntungan sesuai dengan hak dan kewajibannya. Keuntungan
35
tersebut dapat berupa adanya alternatif sumber dana, penghematan modal, dan
efisiensi. Selain itu pola ini membuka kesempatan kerja yang luas.
Kelemahannya, bila salah satu pihak ingkar dalam menepati kesepakatan
sehingga terjadi perselisihan. Selain itu, pola ini menyebabkan ketergantungan
yang sangat besar dari perusahaan terwaralaba terhadap perusahaan pewaralaba
dalam hal teknis dan aturan atau petunjuk yang mengikat. Sebaliknya
perusahaan pewaralaba tidak mampu secara bebas mengontrol atau
mengendalikan perusahaan terwaralaba terutama dalam hal jumlah penjualan.
7. Pola Kemitraan (Penyertaan) Saham
Dalam pola kemitraan ini, terdapat penyertaan modal (equity) antara usaha
kecil dengan usaha menengah atau besar. Penyertaan modal usaha kecil dimulai
sekurang-kurangnya 20 % dari seluruh modal saham perusahaan yang baru
dibentuk dan ditingkatkan secara bertahap sesuai kesepakatan kedua belah pihak.
Lebih lanjut Williamson dalam LPM–UNILA (2006:37) menyatakan
bahwa terdapat beberapa kemungkinan hubungan kontrak yang bisa diciptakan
antara pihak perusahaan besar dan petani. Hubungan kontrak tersebut dapat
dilahat lebih rinci pada penjelasan berikut ini.
a. Marketing Contract adalah kontrak yang menetapkan macam dan jumlah
produk pertanian yang akan diserahkan, tetapi jarang menyebutkan kegiatan-
kegiatan atau metode-metode khusus yang harus diikuti oleh proses produksi.
Selain itu, kontrak ini tidak mengharuskan pihak pengelola (inti) untuk
menyediakan masukan seperti bibit, makanan, atau peralatan. Kontrak ini
merupakan kesepakatan untuk membeli hasil produksi di kemudian hari.
36
b. Production Contract adalah kesepakatan antara petani dengan perusahaan
bukan pertanian yang menentukan macam dan jumlah produk tertentu yang
dihasilkan, serta dapat menetapkan varietas bibit, kegiatan-kegiatan dalam
proses produksi dan masukan-masukan yang digunakan. Bantuan teknis
disediakan oleh perusahaan (pemberi kontrak).
c. Vertical Integration, yakni semua tahap produksi dilaksanakan oleh suatu
perusahaan, dimana pasar tidak berperan dalam pengkoordinasian beberapa
faktor produksi. Dalam kasus ini, petani bukan pemilik bahan baku, sarana-
sarana produksi, atau hasil produksi. Petani lebih berperan sebagai manajer,
pengawas upahan atau seorang pekerja borongan.
Ketiga model di atas pada intinya membahas hubungan yang mengikat
para petani untuk bersedia menyediakan sejumlah produk pertanian sekaligus
membebani para petani dengan kriteria mutu, kuantitas, dan harga disertai dengan
bantuan teknis. Model atau bentuk kelembagaan organisasi sebagai wadah
koordinasi vertikal antara para petani dan perusahaan bisa mengambil salah satu
atau gabungan dari beberapa model di atas atau sama sekali mengambil pola lain
yang berbeda dari model di atas.
2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebelumnya dengan
mengangkat komoditi jamur tiram putih terdiri dari penelitian mengenai analisis
usahatani jamur tiram putih, analisis tataniaga jamur tiram putih, analisis finansial
dan kelembagaan usaha jamur tiram putih, analisis efisiensi saluran pemasaran
jamur tiram segar, dan analisis kelayakan usahatani jamur tiram putih.
37
Puspa Herawati Nasution di tahun 2010 melakukan penelitian dengan
judul “Analisis Usahatani Jamur Tiram Putih, Kasus di Komunitas Petani Jamur
Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor”. Berdasarkan
analisis usaha jamur tiram putih KPJI, diperoleh nilai R/C atas biaya tunai
sebesar 1,63 sedangkan nilai R/C atas biaya total adalah 1,58. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa kegiatan usahatani jamur tiram putih di Komunitas Petani
Jamur Ikhlas dapat dikatakan efisien dan layak untuk diusahakan karena memiliki
nilai R/C > 1. Total penerimaan pihak KPJI diperoleh dari hasil penjualan jamur
tiram putih yang dihasilkan oleh petani, 20 % dari hasil produksi petani dan
pengembalian pinjaman baglog dari petani.
Juanto dalam penelitiannya pada tahun 2008 yang berjudul ”Analisis
Usahatani dan Tataniaga Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) di Kecamatan
Tamansari, Bogor”. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa besarnya R/C
atas biaya tunai sebesar 1,63, sedangkan berdasarkan pendekatan Return to
Family Labor yaitu sebesar Rp 61,418,- per HOK dan Return to Total Capital
sebesar 36,91 %. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa usahatani
jamur tiram putih tersebut menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.
Adapun saluran tataniaga jamur tiram putih yang terjadi terdiri dari tiga saluran.
Pada saluran I dan saluran II jamur yang dihasilkan petani dijual di sekitar
wilayah Bogor. Sedangkan pada saluran III jamur di jual ke luar wilayah Bogor,
dari ketiga saluran tersebut pola saluran I lebih efisien, hal ini dilihat dari alokasi
penjualan per hari di wilayah Bogor sebesar 65,51 %.
38
Maharani melakukan penelitian yang berjudul ”Analisis Usahatani dan
Tataniaga Jamur Tiram Putih (Studi Kasus : Desa Kertawangi, Kecamatan
Cisarua, Kabupaten Bandung)” pada 2007 yang bertujuan untuk menganalisis
efisiensi usahatani dan sistem pemasaran jamur tiram putih di Desa Kertawangi.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa besarnya R/C atas biaya tunai
adalah 2,69 dan besarnya R/C atas biaya total adalah 2,20. Berdasarkan kedua
perhitungan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa usahatani jamur tiram putih
ini menguntungkan dan sudah efisien. Bibit jamur tiram putih, serbuk kayu dan
minyak tanah merupakan variabel yang berpengaruh nyata pada peningkatan
produksi jamur tiram putih. Oleh karena itu dengan memperhatikan penggunaan
ketiga variabel tersebut, maka efisiensi usahatani jamur tiram putih dapat
dipertahankan. Berdasarkan hasil analisis tataniaga, dapat disimpulkan bahwa
secara keseluruhan tidak ada saluran tataniaga yang efisien. Hal ini dikarenakan
keuntungan yang dioeroleh petani hampir sama, bahkan lebih kecil dari
keuntungan yang diperoleh lembaga tataniaga.
“Analisis Finansial dan Kelembagaan Usaha Jamur Tiram Putih untuk
Pemanfaatan Limbah Industri Penggergajian” adalah judul penelitian Kustin
Bintani Meiganati pada tahun 2007 yang mendapatkan hasil analisis finansial dari
dua komunitas menunjukkan hasil yang positif, yaitu Internal Rate Return (IRR) >
r, Benefit Cost Ratio (BCR) > 1 dan hasil analisis sensitivitas juga menunjukkan
hasil yang positif. Hasil analisis SWOT aspek finansial pada komunitas P4S berada
pada kuadran III sedangkan komunitas Kertawangi pada kuadran I. Analisis SWOT
aspek kelembagaan menunjukkan hasil yang sama, yaitu pada kuadran I.
39
Penelitian Ruillah di tahun 2006 dengan judul “Analisis Usahatani jamur
Tiram Putih (Kasus Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung,
Propinsi Jawa Barat)”, menggunakan tiga skala usahatani dalam menganalisis
perbandingan pendapatan. Pendapatan usahatani jamur tiram putih lebih
ditentukan oleh jumlah log dibandingkan luas kumbung. Hal ini ditunjukkan dari
pendapatan skala I yang mempunyai luas kumbung paling sempit lebih tinggi
dibandingkan skala II dan skala III. Usahatani jamur tiram putih di desa
Kartawangi masih menguntungkan akan tetapi produksi masih belum dapat
memenuhi permintaan pasar. Hal ini dikarenakan petani masih kekurangan modal
untuk menambah produksi. Penyebab lain dikarenakan meningkatnya harga faktor
produksi jamur tiram putih diikuti pula oleh meningkatnya harga jamur tiram
putih.. Hasil analisis faktor produksi menunjukkan bahwa faktor produksi bibit,
serbuk kayu, kapur, bekatul dan tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi.
Elastisitas produksi yang terbesar bibit yaitu sebesar 0,22 %.
Penelitian Novita di tahun 2004 mengambil judul “Analisis Kelayakan
Finansial Usahatani Jamur Tiram (kasus di Kecamatan Parungkuda dan Kecamatan
Cicurug, Kabupaten Sukabumi)”, yang diketahui bahwa terdapat 3 pola usahatani
yang dilakukan yaitu usahatani pembibitan dan pembudidayaan jamur tiram,
usahatani pembudidayaan jamur tiram dengan 2 skala usaha serta usahatani
pembudidayaan jamur tiram pemeliharaan baglog. Hasil analisis kelayakan finansial
yang dilakukan pada semua pola usahatani yang dilakukan layak untuk diusahakan.
Pada pola 1 nilai NPV sebesar Rp 26.783.397,-, NPV pada pola 2A1 dan 2A2
masing-masing sebesar Rp 11.191.770,- dan Rp 8.133.275,-. nilai NPV pada pola
40
2B1 dan 2B2 masing-masing sebesar Rp 36.495.436,- dan Rp 45.748.183,-
sedangkan pada pola 3 sebesar Rp 3.378.776,-. IRR yang dihasilkan berkisar antara
20 - 41 % dengan Net B/C >1. Hal ini menunjukkan bahwa setiap pola usahatani
yang dijalankan layak dan menguntungkan untuk diusahakan.
Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan pentingnya mengetahui
pendapatan usahatani dan efisiensi. Suatu usahatani layak atau tidak layak untuk
diusahakan dapat dilihat dari besarnya keuntungan usaha tersebut dan tingkat
efisiensi usahatani. Penelitian yang telah dilakukan memiliki persamaan dan
perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya adalah pada analisis usahataninya
yaitu mengenai analisis pendapatan yang terdiri dari penerimaan, pengeluaran
(biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan) dan R/C rasio.
Perbedaannya adalah penelitian Juanto dan Maharani yaitu menambahkan
dengan sistem saluran Tataniaga Jamur Tiram Putih. Penelitian Ruillah membagi atas
tiga skala, sedangkan Novita meneliti tentang Analisis Kelayakan Finansial rencana
usaha budidaya jamur tiram putih. Perbedaan lainnya yaitu pada lokasi penelitian
yang dilakukan, yaitu di P4S Nusa Indah yang berada di Kecamatan Tamansari,
Kabupaten Bogor. Pada penelitian ini, objek penelitian merupakan suatu lembaga
pendidikan pertanian yang melakukan kerjasama berupa kemitraan, yaitu antara P4S
Nusa Indah dengan dengan wirusahawan jamur tiram putih. Hasil penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan penelitian tertera pada Tabel 6 berikut ini.
41
Tabel 6. Hasil Penelitian Terdahulu yang Dapat Digunakan sebagai Acuan
Nama Tahun Judul Lokasi Penelitian Metode
Analisis
Nasution 2010 Analisis Usahatani
Jamur Tiram Putih
Kecamatan
Pamijahan,
Kabupaten Bogor
Pendapatan,
R/C rasio
Juanto 2008
Analisis Usahatani
dan Tataniaga
Jamur Tiram Putih.
Kecamatan
Tamansari, Bogor
Pendapatan,
R/C rasio
Maharani 2007
Analisis Usahatani
dan Tataniaga
Jamur Tiram Putih.
Desa Kartawangi,
Kecamatan Cisarua,
Kabupaten Bandung.
Pendapatan,
R/C rasio
Meiganati 2007
Analisis Finansial
dan Kelembagaan
Usaha Jamur
Tiram Putih
Kecamatan
Tamansari, Bogor
NPV, IRR,
SWOT
Ruillah 2006 Usahatani Jamur
Tiram Putih
Kecamatan Cisarua,
Kabupaten Bandung,
Propinsi Jawa Barat
Pendapatan,
R/C rasio
Novita 2004
Analisis Kelayakan
Finansial
Usahatani Jamur
Tiram Putih.
Kecamatan
Parungkuda dan
Kecamatan Cicurug,
Kabupaten Sukabumi
NPV, Net
B/C, IRR,
PP
Sumber : Data Sekunder, diolah
42
2.8 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini membahas mengenai analisis
biaya dan pendapatan usaha jamur tiram putih pada P4S Nusa Indah yang
memeiliki beberapa model usaha, yaitu produksi baglog jamur tiram putih siap
panen, paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih, dan budidaya jamur
tiram putih dengan sistem kemitraan.
Penelitian ini dimulai dengan pencarian mengenai karakteristik pelaku
usaha jamur tiram putih yang meliputi umur, pendidikan, dan jumlah anggota
keluarga. Hal ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kemampuan pelaku usaha
dalam mengelola usaha jamur tiram putih yang berpengaruh terhadap keberlanjutan
usaha jamur tiram putih ini selanjutnya. Gambaran umum mengenai usaha jamur
tiram putih yang dibahas dalam penelitian ini meliputi jumlah baglog jamur tiram
putih, produktivitas jamur tiram putih, dan tatalaksana usaha jamur tiram putih.
Penelitian mengenai gambaran umum usaha jamur tiram putih penting dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana manajemen bisnis yang dilakukan.
Analisis biaya usaha jamur tiram putih merupakan semua masukan yang
terpakai atau dikeluarkan dalam produksi usaha jamur tiram putih yang berbentuk
biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Penerimaan atau nilai produksi yang
dihasilkan dalam bentuk penerimaan usaha jamur tiram putih diperoleh dari hasil
kali antara jumlah produk dengan tingkat harga yang berlaku. Penerimaan ini
meliputi penerimaan penjualan. Analisis penerimaan dapat digunakan untuk
mengetahui seberapa besar nilai produksi yang dihasilkan dalam satu periode
pemeliharaan sehingga mampu menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani.
43
Analisis pendapatan usaha jamur tiram putih selalu diikuti dengan
pengukuran agar dapat diketahui apakah suatu usaha jamur tiram putih
menguntungkan atau merugikan. Ukuran laba dapat diperoleh berdasarkan selisih
antara penerimaan dengan biaya. Nilai positif yang diperoleh dari selisih tersebut
merupakan indikator bahwa usaha tersebut mampu menutup keseluruhan
pengeluaran serta dapat memberikan keuntungan.
Analisis biaya dan pendapatan umumnya disertai dengan perbandingan
penerimaan total dengan biaya total yang dikeluarkan dan keuntungan dengan biaya
total serta penentuan titik impas. Rasio penerimaan atas biaya (R/C ratio)
menunjukkan berapa penerimaan total yang diterima petani jamur untuk setiap
biaya yang dikeluarkan petani dalam proses produksi. Nilai R/C ratio lebih dari satu
mengindikasikan usaha jamur tiram putih tersebut menguntungkan.
Perbandingan antara keuntungan dengan biaya (B/C ratio) digunakan dalam
rangka mengukur tingkat keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan total
biaya yang dikeluarkan oleh petani jamur tiram putih. Usaha jamur tiram putih
dikatakan mendatangkan manfaat apabila nilai B/C lebih besar daripada nol.
Semakin besar nilai B/C, maka semakin bermanfaat usaha jamur tiram putih.
Kemudian untuk mengetahui tingkat produksi yang tidak menyebabkan
kerugian maupun keuntungan dapat ditunjukkan dengan analisis break event point
atau titik impas. Dalam analisis ini, BEP selain dinyatakan dalam kuantitas, juga
dinyatakan dalam harga jual dan hasil penjualan dengan satuan rupiah. Berdasarkan
uraian di atas, maka gambaran kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 2 berikut ini.
44
Gambar 2. Kerangka Pemikiran “Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Jamur
Tiram Putih Model Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya
(P4S) Nusa Indah”
Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah
1. Besar Biaya dan Tingkat Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih
2. Kelayakan Usaha Jamur Tiram Putih
Unit Usaha Jamur Tiram Putih
- Analisis Deskriptif Tabulasi
- Analisis Finansial
R/C rasio
B/C rasio
BEP
Berlanjut atau Tidak
1. Unit Usaha Jamur Tiram Putih
2. Unit Usaha Tanaman Hias
3. Unit Usaha Ayam Buras
4. Unit Usaha Palawija
Karakteristik Pelaku
Usaha Jamur Tiram Putih
Gambaran Usaha Jamur
Tiram Putih
Biaya dan Penerimaan
Usaha Jamur Tiram Putih
Pendapatan Usaha Jamur
Tiram Putih
Model Usaha Produksi
Baglog Jamur Tiram Putih
Siap Panen
Model Usaha Kemitraan
Investasi Usahatani Jamur
Tiram Putih
Model Usaha
BudidayaJamur Tiram Putih
dengan Sistem Kemitraan
BAB III
METODE PENELITAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di unit usaha jamur tiram putih Pusat Pelatihan
Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah, Kampung Sukamanah, Desa
Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi
penelitian dipilih secara purposive (sengaja), berdasarkan pertimbangan bahwa
P4S Nusa Indah merupakan suatu lembaga pelatihan dan pendidikan pada bidang
pertanian yang menjalankan usaha jamur tiram putih dan berada di bawah binaan
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei - Juni 2011. Periode tersebut
digunakan untuk memperoleh data dan keterangan dari pihak-pihak
berkepentingan dengan penelitian, sebanyak dan selengkap mungkin. Sebelum
melakukan penelitian, penulis telah terlebih dahulu melakukan pra-penelitian yang
terangkum dalam survei pendahuluan, wawancara ketua P4S Nusa Indah, serta
turut mengikuti kegiatan praktik pembuatan baglog jamur tiram putih siap panen
dan budidaya jamur tiram putih.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah berupa data primer
dan data sekunder. Data primer yang digunakan berupa data komponen biaya
investasi, harga input, biaya operasional, biaya yang diperhitungkan, produksi dan
harga jual output (keluaran). Data sekunder yang digunakan antara lain berupa
46
data-data P4S Nusa Indah, data kondisi sosial-ekonomi wilayah setempat, teori-
teori dan hasil-hasil penelitian terkait dengan penelitian ini.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data primer diperoleh melalui observasi di lapangan dan wawancara
(depth interview) dengan ketua P4S Nusa Indah menggunakan panduan
pertanyaan penelitian yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder
diperoleh melalui pengumpulan data dari studi literatur atau dari buku-buku yang
berkaitan dengan penelitian ini dan dari lembaga-lembaga terkait seperti
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Pertanian dan
Kehutanan Kabupaten Bogor, BP4 Bogor, BP3K Wilayah Dramaga Bogor,
Kecamatan Tamansari, serta instansi lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan
metode tabulasi dengan bantuan piranti lunak (software) program Microsoft Excel
2003. Data yang diperoleh baik berupa data primer maupun data sekunder disusun
dan disederhanakan serta disajikan dalam bentuk tabulasi. Setelah proses tabulasi
selesai, maka data dianalisis sesuai dengan tujuan dari penelitian ini.
Metode analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif dan
kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan analisis deskriptif untuk melihat
kegiatan usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah, sedangkan metode
kuantitatif dilakukan dengan analisis finansial untuk mengetahui besar biaya,
tingkat pendapatan dan kelayakan usaha jamur tiram putih.
47
3.4.1 Analisis Deskriptif
Analisa deskriptif tabulasi dilakukan untuk mengetahui gambaran
mengenai karakteristik pelaku usaha jamur tiram putih dan gambaran umum
kegiatan usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah, serta melengkapi hasil
analisis kuantitatif yang dilakukan. Data yang digunakan dalam analisis deskriptif
adalah baik data primer maupun data sekunder yang berupa data kualitatif ataupun
data kuantitatif.
3.4.2 Analisis Finansial
Analisis yang dilakukan meliputi kegiatan usaha jamur tiram putih yang
menjadi fokus utama P4S Nusa Indah yaitu produksi baglog jamur tiram putih
siap panen serta ditambah dengan kegiatan jasa paket kemitraan investasi
usahatani jamur tiram putih dan budidaya jamur tiram putih yang dilakukan P4S
Nusa Indah bersama mitra. Usaha jamur tiram putih yang dilakukan pada akhirnya
akan dinilai besarnya biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh.
Selisih antara keduanya (penerimaan dikurangi biaya), akan menghasilkan
pendapatan yang akan digunakan sebagai indikator awal tingkat kelayakan usaha
jamur tiram putih tersebut.
Analisis finansial dalam penelitian ini meliputi analisis pendapatan usaha,
analisis rasio penerimaan atas biaya (R/C ratio), analisis rasio keuntungan atas
biaya (B/C ratio), dan analisis titik impas (Break Event Point). Beberapa
penjelasan mengenai alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dilihat pada penjelasan berikut ini.
48
1. Analisis Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih
Menurut Soeharjo dan Patong (1991:26), analisis pendapatan usaha jamur
tiram putih digunakan untuk menghitung pendapatan petani jamur dari hasil usaha
jamur tiram putih. Pendapatan usaha jamur tiram putih dibedakan menjadi dua,
pertama pendapatan atas seluruh biaya tunai yaitu biaya yang benar-benar
dikeluarkan oleh petani, dan kedua pendapatan atas biaya total dimana semua
input milik petani juga diperhitungkan sebagai biaya.
Pendapatan jenis pertama disebut pendapatan tunai, dan pendapatan jenis
kedua disebut juga pendapatan total.Analisis pendapatan usaha jamur tiram putih
dapat dinyatakan dalam persamaan sebagi berikut:
π tunai = NP - BT
π total = NP - (BT + BD)
Dimana:
π = Pendapatan (Rp)
NP = Nilai produkatau penerimaan total (Rp).
BT = Biaya tunai (Rp).
BD = Biaya yang diperhitungkan (Rp).
Penerimaan atau nilai produksi merupakan jumlah fisik produk dikalikan
dengan tingkat harga yang sedang berlaku. Rumus penerimaan adalah sebagai
berikut :
NP = HJ x PT
Dimana:
NP = Nilai produkatau penerimaan total (Rp)
HP = Harga jual produk (Rp/Kg)
P = Produksi total (Kg)
49
Biaya tunai merupakan adalah seluruh biaya yang dibayarkan dengan
uang, seperti biaya pembelian sarana produksi dan biaya untuk membayar tenaga
kerja. Biaya tunai merupakan biaya yang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap
per usahatanidengan satuan rupiah.
Biaya diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa pendapatan
kerja petani jika tenaga kerja dalam keluarga, penyusutan investasi dan nilai sewa
lahan sendiri diperhitungkan.
2. Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya Total
Menurut Tjakrawiralaksana (1983:8), untuk mengukur efisiensi usaha
jamur tiram putih dapat diketahui dari perbandingan antara total penerimaan
dengan total biaya, yang dirumuskan sebagai berikut:
BiayaTotal
TotalPenerimaanR/C
Usaha jamur tiram putih dapat dikatakan menguntungkan apabila nilai R/C
rasio lebih dari satu. Semakin besar nilai R/C rasio, maka semakin
menguntungkan usaha jamur tiram putih tersebut karena setiap nilai rupiah yang
dikeluarkan akan memberikan manfaat sejumlah nilai penerimaan.
3. Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya
Menurut Rahardi dan Hartono (2003:69), rasio keuntungan atas biaya
merupakan perbandingan antara keuntugan atau pendapatan bersih yang diperoleh
dari setiap biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Perbandingan B/C ratio
dapat dirumuskan sebagai berikut:
50
BiayaTotal
Bersih PendapatanB/C
Usaha jamur tiram putih dapat dikatakan efisien apabila nilai B/C lebih
dari nol. Semakin besar nilai B/C, maka semakin efisien dan bermanfaat usaha
jamur tiram putih tersebut.
4. Analisis Break Event Point
Analisis titik impas atau BEP merupakan cara untuk mengetahui batas
penjualan minimum agar suatu perusahaan tidak menderita kerugian tetapi belum
memperoleh laba atau laba sama dengan nol. Hal yang perlu diketahui untuk
menentukan BEP yaitu biaya produksi total dan penerimaan total. Biaya produksi
total dibedakan antara biaya tetap dan biaya variabel, namun Harmaizar dan
Rosidayati (2004:261) memberikan tambahan biaya semi variabel (biaya yang
ikut berubah dengan perubahan volume penjualan atau produksi tetapi tidak
secara proporsional).
Secara matematik, analisis BEP dapat dihitung dengan rumus (Gray C,
dkk (1993)dalam Rochaeni, 2010:7) sebagai berikut :
Jual HargaTotal Biaya
BEP produksi
atau
Total Produksi VolumeTotal Biaya
BEP jual harga
atau
)Total Penerimaan
Total Variabel Biaya( - 1
Total Tetap BiayaBEP penerimaan
51
3. 5 Definisi Operasional
Menurut Bungin (2006:36), definisi operasional adalah definisi yang
didasarkan atas sifat-sifat hal definitif yang dapat diukur dan diamati, sebagai titik
tolak persamaan persepsi dalam penelitian. Definisi operasional dalam penelitian
ini adalah:
1. Usaha jamur tiram putihadalah suatu usaha budidaya jamur tiram putih untuk
menghasilkan jamur tiram putih segar dan baglog jamur tiram putih.
2. Jamur tiram putih adalah jamur kayu warna putih yang layak dikonsumsi.
3. Inokulasi adalah pemasukan bibit jamur ke dalam baglog yang steril.
4. Bibit jamur F2 dan F3 adalah bibit jamur tiram putih yang merupakan anakan
keturunan kedua dan ketiga dari induk murni.
5. Baglog adalah media tanam jamur tiram putih dalam plastik.
6. Tatalaksana usaha jamur tiram putihadalah tahapan dalam usahatani jamur
tiram putih meliputi pemilihan lokasi, pembuatan kumbung, pembuatan media
tanam, inokulasi, inkubasi, produksi, penyiraman, pengendalian hama
penyakit, pengaturan suhu ruangan dan panen.
7. Produktivitas jamur tiram putihadalah banyaknya jamur tiram putih yang
dihasilkan oleh satu buah baglog jamur tiram putih yang dinyatakan dalam
persen (%).
8. Total biaya adalah semua jenis pengeluaran dalam usahatani jamur tiram putih
baik yang tunai maupun yang diperhitungkan.
9. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk tunai. Biaya tunai
umumnya terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap misalnya
52
pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel misalnya
pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga luar keluarga.
10.Biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada volume produksi atau
tidak habis dipakai dalam satu kali produksi. Biaya ini terdiri dari sewa lahan
dan iuran-iuran seperti iuran PBB, listrik dan telepon.
11. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan mengalami perubahan
sebanding dengan hasil produksi atau volume kegiatan, tetapi untuk setiap
satuan produksi akantetap.
12. Biaya diperhitungkanadalah biaya faktor produksi milik sendiri yang
digunakan dalam usahatani. Biaya ini sebenarnya tidak dibayarkan secara
tunai hanya diperhitungkan saja untuk melihat pendapatan petani.
13. Biaya penyusutanmerupakan biaya karena pemakaian peralatan dan bangunan
yang menyebabkan penurunan nilai inventaris. Biaya inidihitung per tahun
dengan dengan diasumsikan penyusutan tiap tahun konstan.
17. Nilai lahan sendiri dihitung berdasarkan nilai sewa lahan di daerah penelitian.
18. Penerimaan petani adalah nilai semua produk yang dihasilkan dari suatu usaha
baik yang dijual maupun digunakan sendiri seperti konsumsi keluarga dan
lainnya, diukur berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan dikali tingkat
harga yang berlaku ditingkat petani pada saat penelitian, dihitung dalam
rupiah/tahun.
19. Pendapatan usaha jamur tiram putihadalah nilai uang yang diperoleh dari
usaha jamur tiram putih yang merupakan selisih antara penerimaan total
dengan biaya total usaha jamur tiram putih, dihitung dalam rupiah/tahun.
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah dan Perkembangan P4S Nusa Indah
Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah awalnya
adalah kelompok tani yang berkumpul dan mendirikan wadah Kelompok Wanita
Tani (KWT) Nusa Indah. KWT Nusa Indah berdiri pada 17 Juli 1996 dan
kemudian pada tahun 1998 berubah menjadi P4S Nusa Indah yang diresmikan
oleh Penyuluh Pertanian Kabupaten Bogor.
Setelah beberapa tahun P4S Nusa Indah melaksanakan kegiatan yang
berperan dalam peningkatan sumberdaya manusia pertanian pedesaan, maka pada
tahun 2003 dikukuhkan dengan Surat Keputusan Kepala Kantor Informasi dan
Penyuluhan Pertanian Kabupaten Bogor pada tanggal 17 Juli 2003 dengan Nomor
520.13/242/KIPP/VII/2003, yang diketuai oleh Ibu Cucu Komalasari dengan
anggota berjumlah 20 orang.
Dibentuknya P4S Nusa Indah dalam rangka menyebarluaskan teknologi
dan keterampilan yang dimilikinya dan sebagai mitra pemerintah dalam
peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang usahatani yang berorientasi
agribisnis. Pengelola P4S adalah petani atau kelompok tani yang memenuhi
syarat, yaitu mempunyai jiwa kepemimpinan, mampu menjalin kerjasama,
mempunyai jiwa sosial yang tinggi, memiliki sarana dan prasarana untuk
penyelenggaraan pamagangan dan mampu menularkan kemampuannya kepada
orang lain.
54
4.2 Azas dan Prinsip P4S Nusa Indah
4.2.1 Azas
a. Keswadayaan
P4S dikembangkan dengan tetap menjaga kemandirian melalui kemampuan
memecahkan sendiri masalah yang dihadipi baik masalah teknis, sosial
maupun ekonomi.
b. Demokrasi
Dalam melaksanakan setiap kegiatan, pengelola P4S dan pengguna jasa
mengadakan kesepakatan dan keterlibatan bersama secara aktif.
c. Kekeluargaan
P4S tumbuh dan berkembang sebagai satu kesatuan keluarga yang utuh
menjalin kekerabatan antara pengelola dan fasilitator dengan peserta yang
mengikuti pelatihan / pemagangan.
d. Kemanfaatan
Keberadaan P4S dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan
pengguna jasa lainnya.
e. Keterpaduan
Penumbuhan dan pengembangan P4S merupakan bagian integral dari
pembangunan pertanian dan pedesaan, sehingga tercapai keselarasan,
keserasian, dan sinergi.
f. Kesederhanaan
Pelatihan / permagangan di P4S dilaksanakan secara sederhana dan bertahap
sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa.
55
4.2.2 Prinsip
a. Kemandirian
Dukungan pihak lain tidak boleh menyebabkan ketergantungan P4S, namun
sebaliknya harus mampu mendorong tumbuh kembangnya keswadayaan.
b. Kerakyatan
Penumbuhan dan pengembangan P4S dilakukan dari, oleh dan untuk petani
serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya
dengan memanfaatkan secara optimal sumberdaya yang dimiliki.
c. Kemitraan
P4S merupakan mitra kerja pemerintah dalam pengembangan sumber daya
manusia pertanian, khususnya petani dan masyarakat perdesaan.
d. Sinergi
Keberadaan P4S merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian /
perdesaan dan dilakukan dengan mengerahkan segala sumberdaya pada
berbagai pemangku kepentingan secara sinergis.
e. Berkelanjutan
Aktivitas P4S dilaksanakan sesuai kemampuan dan kondisi setempat secara
berkelanjutan.
4.3 Lokasi P4S Nusa Indah
P4S Nusa Indah berada di Kecamatan Tamansari dan merupakan P4S
unggulan kecamatan seluas 2.630.936 ha ini. Kecamatan ini terletak 35 km dari
Ibukota Kabupaten Bogor, 120 km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat dan 60 km
dari Ibukota Negara Republik Indonesia, Jakarta. Luas wilayah Kecamatan
Tamansari tempat P4S Nusa Indah berada ini terdiri dari 1.364.711 ha tanah darat
dan 1.266.225 ha tanah sawah (Laporan Bulanan Kecamatan Tamansari, 2011:1).
56
Lokasi P4S (Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya) Nusa Indah
berada di Jl. Ciapus Raya, Gg. Pala No. 51 RT. 02 RW. 01, Desa Tamansari,
Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini berada
pada salah satu kawasan berbukit karena terletak di kaki Gunung Salak, oleh
sebab itu secara geografis permukaan tanah di Kecamatan Tamansari dapat
dikatakan berombak dengan ketinggian 600-700 m dpl. Kondisi udara di
kecamatan ini sejuk dengan suhu rata-rata 270-28
0 C, dan curah hujan 250-300
mm/th (Laporan Bulanan Kecamatan Tamansari, 2011:1). Berdasarkan ciri-ciri
topografi tersebut, Kecamatan Tamansari termasuk sebagai daerah dataran tinggi
sehingga cukup baik untuk budidaya dan pengembangan komoditas jamur tiram
putih.
Kecamatan Tamansari merupakan wilayah pemekaran dari Kecamatan
Ciomas pada tahun 2001 dengan jumlah desa sebayak 8 desa, meliputi 91 RW dan
361 RT. Sedangkan klasifikasi desanya adalah desa swakarya. Berdasarkan
Laporan Kinerja Tahunan Kecamatan Tamansari (2010:3), Kecamatan
Tamanasari tempat P4S Nusa Indah ini berbatasan wilayah dengan Kecamatan
Ciomas dan Bogor Selatan pada sebelah utara, sebelah selatan dengan Kabupaten
Sukabumi dan Gunung Salak, dengan Kecamatan Cijeruk pada sebelah Timur,
dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tenjoloya dan Dramaga. Secara
administratif Kecamatan Tamansari terbagi dalam delapan desa seperti yang
terlihat dalam Tabel 7 berikut ini.
57
Tabel 7. Data Nama Desa, Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Kecamatan
Tamansari Tahun 2011
No. Nama Desa Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Luas Wilayah
(Ha)
1 Sukamantri 13.484 639.000
2 Sirnagalih 12.598 200.592
3 Pasir Eurih 11.206 210.880
4 Tamansari 10.897 181.200
5 Sukaresmi 10.881 306.310
6 Sukaluyu 8.568 301.000
7 Sukajaya 10.057 288.650
8 Sukajadi 7.765 503.304
9 Total 85.456 2.630.936
Sumber: Laporan Kinerja Bulanan Kecamatan Tamansari (2011:15)
Ditinjau dari segi mata pencaharian penduduk Kecamatan Tamansari dapat
dilihat pada Tabel 8 di bawah ini. Mayoritas penduduk Kecamatan Tamansari
bekerja sebagai petani sebanyak 17.867 orang atau sebanyak 82,6 %. Sedangkan
persentase terkecil adalah sebagai pengemudi sebanyak 0,51 %.
Tabel 8. Jenis Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Tamansari Tahun 2011
No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Persentase
(%)
1 Petani 17.867 82,6
2 Pengusaha 311 1,44
3 Pengrajin 361 1,67
4 Buruh Buruh Industri 735 3,40
Buruh Bangunan 1.744 8,06
5 Pedagang 115 0,53
6 Pengemudi 110 0,51
7 Pegawai Negeri Sipil 265 1,23
8 TNI / POLRI 124 0,57
9 Total 21.632 100
Sumber: Laporan Kinerja Bulanan Kecamatan Tamansari (2011:2), diolah
58
Jumlah penduduk Kecamatan Tamansari sebanyak 85.456 jiwa, yang
terdiri dari 43.678 orang laki-laki dan 41.778 orang perempuan (Laporan Kinerja
Bulanan Kecamatan Tamansari, 2011:15). Porsi terbesar ada pada usia muda (di
bawah 20 tahun) seperti terlihat pada Tabel 9 di bawah ini.
Tabel 9. Komposisi Penduduk Kecamatan Tamansari Menurut Usia Tahun 2011
No. Kelompok Usia Jumlah Jiwa Jumlah Penduduk
(Jiwa) Laki-laki Perempuan
1. 0-4 tahun 5.455 5.338 10.793
2. 5-9 tahun 4.474 4.394 8.868
3. 15-19 tahun 4.325 4.156 8.481
4. 11-14 tahun 3.972 3.596 7.568
5. 20-24 tahun 3.922 4.083 8.005
6. 25-29 tahun 3.823 3.803 7.626
7. 30-34 tahun 3.681 3.540 7.221
8. 35-39 tahun 3.247 3.105 6.352
9. 40-44 tahun 2.913 2.685 5.598
10. 45-49 tahun 2.745 2.409 5.154
11. 50-54 tahun 1.948 1.752 3.700
12. 55-59 tahun 1.537 1.374 2.911
13. 60-64 tahun 1.344 1.286 2.630
14. 65-69 tahun 873 878 1.751
15. 70 tahun ke atas 413 392 805
Sumber: Laporan Kinerja Bulanan Kecamatan Tamansari (2011:2)
Komposisi penduduk di Kecamatan tempat P4S Nusa Indah berada
berdasarkan tingkat pendidikan paling banyak ada pada tamatan SD/sederajat,
selain itu sudah terdapat penduduk Kecamatan Tamansari yang tamat akademi
atau perguruan tinggi, namun masih ada penduduk yang masih buta huruf sampai
bulan Maret 2011 seperti yang terlihat pada Tabel 10 di bawah ini.
59
Tabel 10. Komposisi Penduduk Kecamatan Tamansari Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Tahun 2011
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk
(Jiwa)
1. Buta huruf 478
2. Belum sekolah 1.918
3. Tidak tamat SD / sederajat 528
4. Tamat SD / sederajat 9.357
5. Tamat SLTP / sederajat 7.355
6. Tamat SMU / sederajat 6.356
7. Tamat D1, D2, D3, D4 465
8. Tamat S1 635
9. Tamat S2 51
10. Tamat S3 32
Sumber: Laporan Kinerja Bulanan Kecamatan Tamansari (2011:3)
4.3 Struktur Organisasi P4S Nusa Indah
Struktur organisasi P4S Nusa Indah saat ini lebih mengarah kepada
kepengurusan unit usaha jamur tiram putih. Hal ini dikarenakan unit-unit usaha
yang ada telah mampu mandiri dan menjalankan usaha masing-masing
berdasarkan prinsip yang berbeda-beda pula. Sebelumnya ketua dari unit-unit
usaha yang ada di P4S Nusa Indah masuk dalam kepengurusan struktural
organisasi P4S Nusa Indah, namun karena berbagai hal serta untuk mempermudah
koordinasi maka struktur organisasi P4S Nusa Indah saat ini disusun dengan
mengarah kepada kepengurusan usaha jamur tiram putih. Pada P4S Nusa Indah
ini, anggota berperan sebagai tenaga kerja dan ketua P4S Nusa Indah berperan
sebagai pemilik usaha jamur tiram putih. Pada Tabel 11 berikut ini tersaji
karakteristik biodata pengurus dan anggota P4S Nusa Indah saat ini.
60
Tabel 11. Data Biodata Pengurus dan Anggota P4S Nusa Indah Tahun 2011
No. Nama Jabatan Jenis
Kelamin Usia Pendidikan
Jumlah
Tanggungan
1. Cucu
Komalasari Ketua Perempuan 55 SMA 1
2. Andri, M.H Wakil Ketua Laki-laki 29 SMA 3
3. Endang
Rukmana Bendahara Laki-laki 20 SMP -
4. Fian
Alfiandi Sekretaris I Laki-laki 20 SMA -
5. M. Oib Sekretaris II Laki-laki 18 SMP -
6. Syaeful Seksi SDM Laki-laki 19 SMP -
7. Koko Seksi
Produksi Laki-laki 17 SMP -
8. Dika Seksi
Produksi Laki-laki 18 SMA -
9. Piah Seksi
Pasca Panen Perempuan 47 SD -
10. Reno R. Seksi
Pemasaran Laki-laki 22 SMP -
11. Anjay Seksi
Pemasaran Laki-laki 17 SMP -
12. Nana
Permana Anggota Laki-laki 22 SMP -
13. Jana Anggota Laki-laki 22 SMP -
14. Heri H. Anggota Laki-laki 17 SMP -
15. Eko S. Anggota Laki-laki 16 SMP -
16. Agung Anggota Laki-laki 17 SMP -
17. Mulyadi Anggota Laki-laki 20 SMP -
18. Dani Anggota Laki-laki 16 SMP -
Sumber : Data Primer, diolah
Struktur organisasi ini dibuat untuk mengatur pembagian pekerjaan yang
ada, dan membentuk perbedaan tingkat pekerjaan, tanggung jawab, dan jabatan.
Terdapatnya pembagian kerja mempermudah karyawan dalam melakukan
kegiatan atau pekerjaan mereka, meskipun dalam pelaksanaan di lapangan hal ini
tidak dilaksanakan atau diterapkan secara kaku.
61
P4S Nusa Indah memiliki pengurus yang cukup sederhana namun
mencakup seluruh kegiatan yang ada di dalam P4S Nusa Indah. Ketua berperan
sebagai pemegang kekuasaan yang dinaungi oleh Camat Tamansari dan BP3K
Wilayah Dramaga. Ketua dibantu oleh beberapa staf seperti sekretaris, bendahara,
seksi SDM, seksi produksi, seksi pasca panen, dan seksi pemasaran. Susunan
Pengurus P4S Nusa Indah Tamansari adalah seperti pada Gambar 3 di bawah ini.
Gambar 3. Susunan Pengurus P4S (Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya)
Nusa Indah, Bogor Tahun 2011
Sumber : Profil P4S Nusa Indah (2011:5)
Pembina
1. Camat Tamansari
2. BP3K Wilayah Dramaga
Seksi
SDM
Syaeful
Ketua
Cucu Komalasari
Bendahara
Endang Rukmana
Sekretaris
1. Fian Alfiandi
2.M. Oib
Seksi
Pascapanen Piah
Seksi
Produksi
1. Koko / Omen
2. Dika
Seksi
Pemasaran
1. Reno
2. M. Ajay
Wakil Ketua
Andri, M.H
62
4.5 Kegiatan Usaha P4S Nusa Indah
Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) adalah Lembaga
Pendidikan dan Pelatihan di bidang pertanian dan pedesaan yang dimiliki dan
dikelola langsung oleh petani baik perorangan maupun kelompok, dimana
lembaga ini berkembang karena keberhasilan petani dalam melaksanakan usaha
lainnya. Tujuan umum P4S adalah terselenggaranya program-program pelatihan
bagi petani dibidang pertanian, perindustrian dan usaha pedesaan lainnya secara
teratur dan berkesinambungan.
Fasilitas yang dimiliki P4S Nusa Indah saat ini adalah satu ruangan
pelatihan, kamar penginapan, satu ruangan pembuatan baglog, satu satu ruangan
sterilisasi, ruangan isolasi, dan satu kumbung inkubasi. Sebagai gambaran,
beberapa fasilitas tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Beberapa Fasilitas P4S Nusa Indah di Unit Usaha Jamur Tiram Putih
Keterangan : A. Ruangan Pelatihan; B. Ruangan Pembuatan Baglog; C. Drum
Sterilisasi; D. Ruangan Isolasi; E. Ruangan Inkubasi Sumber : Data Primer, diolah
63
Sarana dan prasarana P4S Nusa Indah berlokasi di tanah milik Ibu Cucu,
berada tepat di depan rumah dan dekat lokasi produksi baglog siap panen. Adapun
sarana dan prasarana yang dimiliki oleh P4S Nusa Indah dapat dilihat pada Tabel
12 di bawah ini.
Tabel 12. Sarana dan Prasarana P4S Nusa Indah
No Sarana dan Prasarana Satuan/Ukuran Jumlah Kapasitas
(Orang) Kondisi
1. Bangunan
- Kantor m2
(4x6) 1 5 – 6 Baik
- Ruang Belajar m2 (8x10) 1 40 - 50 Baik
- Bengkel m2
(2x6) 1 5 – 7 Baik
- Asrama Unit 2 20 – 30 Baik
- Gudang Unit (2x2) 2 - -
- MCK m2 (2x4) 2 - -
2. Meubeler
- Kursi Unit 30 30 Baik
- Meja Unit 3 - Baik
- Papan tulis Unit 2 - Baik
- Lemari Buku Unit 2 - Baik
3. Sound System Unit 2 - Baik
4. Handy Cam. Unit 1 - Baik
5. Kendaraan (Motor) Unit 2 - Baik
6. Lahan Praktik Baik
- Lahan Percontohan ha 0.5 - Baik
- Lahan Usahatani ha 1.5 - Baik
Sumber : Profil P4S Nusa Indah (2011:9)
Pendidikan pelatihan yang terdapat di P4S Nusa Indah adalah program
pembelajaran atau pelatihan yang dibutuhkan masyarakat sesuai dengan situasi
dan kondisi setempat. Program-program tersebut adalah sebagai berikut :
64
Teknologi pembibitan dan budidaya
Penanganan panen
Pengolahan pasca panen
Pemasaran
Pengembangan usaha
Kegiatan pemagangan yang dilaksanakan di P4S Nusa Indah adalah
pemagangan jamur tiram putih dan tanaman hias. Sejak awal berdirinya sampai
sekarang P4S Nuda Indah telah menyelenggarakan lebih dari 100 kali pelatihan
dengan jumlah peserta lebih dari 1000 orang yang berasal dari berbagai provinsi.
Selain menyelenggarakan pelatihan sendiri P4S Nuda Indah juga seringkali
diminta untuk menyelenggarakan pelatihan agribisnis baik jamur tiram putih
maupun komoditi lain yang masih bernaung di P4S Nusa Indah oleh instansi baik
pemerintah maupun non pemerintah.
P4S Nusa Indah merupakan lembaga swadaya yang permodalannya
berjalan secara mandiri walaupun terkadang ada bantuan atau hibah dari instansi
pemerintah, namun secara keseluruhan lembaga ini bergerak dari usaha sendiri.
P4S memang suatu lembaga, namun bagaimanapun juga agar lembaga tersebut
dapat berjalan sesuai dengan tujuannya maka pasti dibutuhkan dana. Dalam hal
ini, P4S mendapatkan dana dari usaha yang dijalankan, salah satu usaha unggulan
adalah unit usaha jamur tiram putih.
Unit usaha P4S Nusa Indah ini pada awalnya bergerak di bidang produksi
dan pemasaran baglog jamur tiram putih dan jamur tiram putih, namun karena
suatu hal saat ini fokus utama unit usaha unggulan P4S Nusa Indah adalah
produksi dan pemasaran baglog jamur. Hal ini didorong oleh faktor keterbatasan
65
keterampilan petani jamur dalam hal pembuatan media yang memang cukup
beresiko jika terjadi kesalahan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin
bertambahnya mitra dan relasi P4S Nusa Indah maka walaupun tidak lagi
bergerak di bidang produksi dan pemasaran jamur tiram putih namun banyak
mitra dan pelanggan yang membeli baglog jamur tiram putih mempercayakan
pengelolaan usaha jamur tiram putihnya kepada Ibu Cucu (Ketua P4S Nusa Indah)
dan tenaga kerja unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah sebagai staf ahli.
Usaha baglog jamur tiram yang dijalankan lebih kepada usaha home
industry, dimana sistem manajemen yang terlaksana cukup sederhana dan
direncanakan, diorganisasikan, dipimpin serta diawasi sepenuhnya oleh pemilik
usaha. Dalam kegiatan usahanya, usaha Ibu Cucu ini memiliki dua pekerja tetap.
Untuk pesanan besar, Ibu Cucu menggunakan tenaga kerja dengan upah borongan
yang bersifat musiman. Adapun dua pekerja tetap ini merupakan anggota dari P4S
Nusa Indah sendiri. Sementara untuk manajerial, seluruhnya diurus oleh Ibu Cucu
dengan dibantu oleh Bapak Dayat (suami Ibu Cucu).
Unit usaha yang terdapat di P4S Nusa Indah antara lain jamur tiram putih,
tanaman hias, palawija, dan ayam buras. Beberapa unit usaha yang dimiliki P4S
Nusa Indah, seperti ada pada Tabel 13 di bawah ini.
Tabel 13. Unit Usaha di P4S Nusa Indah Tahun 2011
No Unit Usaha Jumlah Anggota
1 Jamur Tiram Putih 20
2 Tanaman Hias 40
3 Palawija 20
4 Ayam Buras 20
5 Total 100
Sumber : Data Primer, diolah
66
Saat ini berbagai unit usaha ini bukan merupakan sumber dana keuangan
tetap bagi P4S Nusa Indah, setiap laba dan rugi pada unit usaha tersebut dikelola
dan ditanggung oleh menajemen unit usaha tersebut namun P4S Nusa Indah tidak
serta merta melepas tanggung jawab begitu saja. Terkadang P4S Nusa Indah
mendapatkan beberapa bagian dari laba yang didapatkan unit usaha tersebut dan
terkadang juga P4S Nusa Indah turut memberikan bantuan atas rugi yang diderita
unit usaha tersebut.
Manajemen setiap unit usaha tersebut berbeda dengan unit usaha jamur
tiram putih yang berada langsung di bawah kendali P4S Nusa Indah, sehingga unit
usaha inilah yang menjadi sumber dana bagi P4S Nusa Indah sebagai lembaga
pendidikan pertanian swadaya. Hal ini terkait dengan sejarah terbentuknya P4S
Nusa Indah yang awalnya merupakan sebuah kelompok tani jamur tiram putih.
Sehingga sumber keuangan dan operasional lembaga pendidikan dan pelatihan ini
berasal dari unit usaha jamur tiram putih dan pelatihan mengenai jamur tiram putih.
Kegunaan dari unit-unit usaha lain adalah sebagai sumber keuangan dan
operasional P4S Nusa Indah yaitu pada saat ada kebutuhan pelatihan dan
pendidikan mengenai tanaman hias, palawija, dan ayam buras maka unit usaha
tersebut diamanatkan untuk menjadi narasumber pada pelatihan tersebut sesuai
dengan unit usaha yang bersangkutan dan kompeten di bidangnya. Setiap
pemasukan dari pelatihan dan pendidikan tersebut akan dibagi secara adil
berdasarkan kesepakatan dan musyawarah bersama antara unit usaha pengisi
pelatihan dan pendidikan dengan P4S Nusa Indah.
67
4.5.1 Keragaan Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah
Usaha jamur tiram putih pada unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah
berada di Kampung Sukamanah, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat ini dilakukan sejak tahun 1996. Pada tahun
2006-2010 unit usaha unggulan P4S Nusa Indah yang beberapa tahun sebelumnya
menjalankan usaha jamur tiram putih dari hulu ke hilir, kini hanya bergerak di
bidang produksi dan pemasaran baglog jamur tiram putih siap panen. Namun pada
penghujung tahun 2010, seiring semakin bertambahnya mitra dan relasi P4S Nusa
Indah, maka walaupun tidak lagi bergerak di bidang produksi dan pemasaran jamur
tiram putih segar namun kini ada mitra dan pelanggan baglog jamur tiram putih
yang mempercayakan pengelolaan usaha jamur tiram putih dari mulai aspek
pemeliharan sampai pemasaran jamur tiram putih segar kepada P4S Nusa Indah).
Sehingga kini, selain memproduksi dan memasarkan baglog jamur tiram
putih siap panen namun P4S Nusa Indah juga membudidayakan dan memasarkan
jamur tiram putih segar dengan sistem kemitraan bersama wirausahawan jamur
tiram putih. Hal ini didorong oleh kenyataan bahwa beberapa tahun sebelumnya
P4S Nusa Indah juga memproduksi jamur tiram putih segar dan memahami pasar
jamur tiram putih. Serta ditambah lagi karena lokasi budidaya milik wirausahawan
jamur yang berada dalam jangkauan P4S Nusa Indah, namun sebaliknya, jauh dari
wirausahawan jamur yang berada di Jakarta.
Awalnya Ibu Cucu selaku ketua P4S Nusa Indah hanya menginginkan
menjual dan memasok media tanam jamur tiram putih saja, namun karena jiwa
sosial yang tinggi dan merasa turut bertanggung jawab mengingat lokasi budidaya
68
jamur milik wirausahawan jamur tersebut berada dalam satu kawasan kecamatan
dengan P4S Nusa Indah. Jadi mulai penghujung tahun lalu pun P4S Nusa Indah
memproduksi dan memasarkan jamur tiram putih segar selama periode kemitraan
berlangsung, tanpa mengesampingkan fokus utama usaha yang memproduksi dan
memasarkan baglog jamur tiram putih siap panen.
Baglog jamur tiram putih siap panen merupakan murni output P4S Nusa
Indah, sedangkan jamur tiram putih segar merupakan hasil produksi
wirausahawan jamur yang bermitra dengan P4S Nusa Indah dalam hal perawatan
dan pemasaran. Jadi dapat dikatakan jamur tiram putih segar juga merupakan
output P4S Nusa Indah walaupun biaya investasi kumbung dan baglog jamur
tiram putih siap panen untuk budidaya jamur merupakan korbanan yang
dikeluarkan wirausahawan jamur tersebut. Dalam kalimat lain dapat dijelaskan
bahwa wirausahawan jamur tiram putih bekerja sama dengan P4S Nusa Indah
dalam usaha jamur tiram putih yang diwujudkan berupa kemitraan yang memilki
syarat dan ketentuan tertentu. Kemitraan yang terjadi ada dua macam, pertama
kemitraan dalam investasi usahatani jamur tiram putih yang terdiri dari jasa
pembangunan kumbung budidaya jamur tiram puih. Kemitraan yang kedua adalah
budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan yang terdiri dari
pengelolaan, perawatan, produksi dan pemasaran jamur tiram putih segar.
Pola usaha budidaya jamur tiram putih segar di P4S Nusa Indah
diimplementasikan dalam bentuk kemitraan dengan wirausahawan jamur tiram
putih selaku mitra. Wirausahawan jamur juga meminta jasa P4S Nusa Indah
menentukan lokasi budidaya yang tepat dan mendirikan empat kumbung budidaya
69
jamur tiram putih dengan memberikan dana sebesar Rp. 40.000.000,- dan
kemudian mitra membeli baglog jamur tiram putih siap panen dari P4S Nusa
Indah untuk dibudidayakan di kumbung budidaya tersebut.
Kemudian dalam hal perawatan hingga pemasaran jamur tiram putih
dilakukan oleh P4S Nusa Indah karena diminta oleh mitra tersebut. Hasil panen
jamur tiram putih segar dipasarkan langsung oleh P4S Nusa Indah ke pedagang
dengan harga Rp. 9.000,- per kg, kemudian penerimaan yang diperoleh dibagi
hasil dengan mitra dengan kesepakatan tertentu, yaitu 94 % untuk mitra dan 6%
untuk P4S Nusa Indah. P4S Nusa Indah sudah bekerja sama dengan pedagang
sehingga jamur tiram putih segar diantar ke pedagang. Pedagang dalam hal ini
bertindak selaku supllier jamur tiram putih segar di pasar tradisional Bogor
dengan pembayaran dilakukan sehari setelah pengiriman jamur tiram putih.
4.5.2 Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah
Proses budidaya jamur tiram putih secara keseluruhan yang terdiri dari
dari persiapan sampai pemanenan membutuhkan waktu 40-50 hari. Kegiatan
usaha ini secara menyeluruh dimulai dari pemilihan lokasi, pembuatan kumbung,
pembuatan media tanam, inokulasi bibit, inkubasi, penyiraman, pengendalian
hama, pengaturan suhu ruangan dan panen. Skala usaha produksi pada P4S Nusa
Indah sebesar 10.000 baglog/3 pekan dan kapasitas empat kumbung produksi
jamur milik wirausahawan jamur masing-masing sebesar 10.000 baglog dengan
luas setiap kumbung 70 m2
(7 m x 10 m).
Proses budidaya jamur tiram putih dimulai dari penyediaan input usahatani
yang terdiri dari bibit jamur tiram putih dan media tanam. Selain itu, juga
70
diperlukan sarana pendukung dalam kegiatan usahatani jamur tiram adalah kayu
bakar, spritus, plastik, karet, alkohol, dan cincin bambu. Input tenaga kerja
diperoleh dari dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Berikut ini disajikan
penggunaan input produksi baglog jamur tiram putih siap panen P4S Nusa Indah
yang dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini.
Tabel 14. Penggunaan Input Produksi Baglog Jamur Tiram Putih di P4S Nusa
Indah per Satu Paket (155 Baglog)
No. Input Produksi Satuan Penggunaan
1 Bibit Jamur Baglog 3
2 Media
Tanam
Serbuk Gergaji Karung* 7
Kapur Kg 2
Gips Kg 1
Dedak Kg 12,5
Air % 30-40
Keterangan : * = Karung pakan ternak ukuran 120 cm x 80 cm
Sumber : Data Primer, diolah
Berdasarkan Tabel 14 di atas, penggunaan input produksi baglog jamur
tiram putih tergantung dari jumlah baglog dan formulasi media. Semakin besar
jumlah baglog yang digunakan untuk budidaya jamur tiram, maka penggunaan
jumlah inputnya akan lebih banyak. Perbedaan komposisi input disebabkan oleh
formulasi media yang dipakai. Pemakaian formulasi media ini juga dipengaruhi
oleh pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh masing- masing petani.
Menurut Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura (2007:55) tahapan
dalam usahatani jamur tiram putih meliputi pemilihan lokasi, pembuatan
kumbung, pembuatan media tanam, inokulasi, inkubasi, produksi, penyiraman,
pengendalian hama penyakit, pengaturan suhu ruangan dan panen. Kegiatan usaha
jamur tiram putih yang menjadi fokus utama di P4S Nusa Indah meliputi
71
persiapan bibit, pembuatan media tanam, pembibitan (inokulasi), dan inkubasi.
Selain itu kegiatan usaha jamur tiram putih yang dlilakukan dengan kemitraan
bersama wirausahawan jamur antara lain pemilihan lokasi budidaya,
pembangunan kumbung, penumbuhan, penyiraman, pengendalian hama,
pengaturan suhu ruangan, panen, dan pasca panen.
4.5.2.1 Pemilihan Lokasi
Lokasi usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah berada di Desa
Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor yang merupakan wilayah
dataran di atas ketinggian 600 meter dari permukaan laut. Sedangkan lokasi
budidaya jamur tiram putih berada pada tempat yang lebih tinggi, yaitu sekitar
700 meter dari permukaan laut, namun masih berada pada satu kawasan
kecamatan dengan P4S Nusa Indah.
Berdasarkan wawancara diketahui bahwa lokasi tersebut didukung dengan
kondisi iklim yang cocok untuk usahatani jamur tiram putih serta dekat dengan
sumber bahan baku dan pasar. Pabrik penggergajian kayu, penggilingan padi, dan
hutan untuk pengambilan kayu bakar, yang merupakan sumber-sumber bahan
baku produksi yang dekat dengan lokasi usaha sehingga sedikit mengeluarkan
biaya tambahan dalam pengadaan bahan baku tersebut. Pasar tradisional Bogor
sebagai pasar sasaran utama produksi berada sekitar 30 km dari lokasi budidaya.
Berdasarkan hal tersebut, maka usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah layak
untuk diusahakan karena dekat dengan sumber-sumber bahan baku dan pasar.
72
4.5.2.2 Pembuatan Kumbung
Usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah memiliki kumbung inkubasi
kapasitas 5000 baglog dengan luas 39 m2
(6 m x 6,5 m). Sedangkan kumbung
budidaya sebanyak empat unit dengan luas 70 m2 (7 m x 10 m) yang memiliki
kapasitas 10.000 baglog setiap unitnya merupakan milik wirausahawan jamur.
Kumbung inkubasi yang digunakan dalam usaha jamur tiram putih P4S
Nusa Indah merupakan kumbung yang terbuat perpaduan dinding beton dengan
bilik bambu dan beratapkan asbes sedangkan kumbung budidaya terbuat dari
kerangka bambu yang dikombinasikan dengan jaring net sebagai dinding dan
beratapkan serabut daun kelapa kering (rumbia). Dalam kumbung terdapat rak-rak
bertingkat yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan baglog pada saat
pertumbuhan dan pemeliharaan. Kumbung dilengkapi dengan ventilasi udara yang
berfungsi untuk mengatur dan menjaga suhu dan kelembaban di dalam kumbung.
Pada kumbung inkubasi terdapat empat rak dengan enam tingkat pada
setiap rak kecuali satu rak di tengah yang bertingkat lima. Sedangkan kumbung
budidaya jamur memiliki lima rak dengan lima tingkat di setiap rak. Ukuran rak
pada kumbung inkubasi rata-rata adalah 5,5 m x 0,75 m dengan jarak setiap
tingkat rata-rata adalah 0,6 m dan ukuran rak pada kumbung budidaya jamur rata-
rata adalah 9,5 m x 1 m dengan jarak setiap tingkat rata-rata adalah 1 m.
4.5.2.3 Persiapan Bibit
Budidaya jamur yang berhasil dengan baik dipengaruhi beberapa faktor
yang perlu mendapatkan perhatian secara seksama, diantaranya adalah bibit
jamur. Meskipun semua faktor dalam budidaya jamur telah dipenuhi dengan baik
73
tetapi bibit jamur yang digunakan berkualitas kurang baik maka produksi jamur
yang diharapkan akan kurang optimal atau tidak akan menghasilkan sama sekali
Bibit jamur tiram putih yang digunakan dalam usaha jamur tiram putih ini
merupakan bibit F2 yang berasal dari Bapak Tono sebagai salah seorang
pensiunan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonsesia) yang berkediaman di
dekat lokasi P4S Nusa Indah. Kualitas merupakan kunci keberhasilan dalam
budidaya jamur tiram putih. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan bibit jamur tiram putih ini adalah sebagai berikut:
1) Bibit berasal dari strain atau varietas unggul.
2) Umur bibit optimal 45-60 hari.
3) Warna bibit merata.
4) Bibit tidak terkontaminasi.
5) Belum ditumbuhi jamur.
4.5.2.4 Pembuatan Media Tanam
Dalam usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah membuat media tanam
jamur (baglog) dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Persiapan
Dalam melakukan budidaya jamur tiram putih dengan menggunakan
serbuk kayu sebagai komposisi utama untuk media tumbuh. Serbuk kayu yang
biasa digunakan dalam kegiatan budidaya jamur tiram putih adalah berasal dari
serbuk gergaji kayu sengon (Parasientes falcataria). Selain serbuk kayu, bahan-
bahan lain seperti dedak, gips, kapur (CaCO3) juga digunakan dalam
mempersiapakan media tanam jamur tiram putih. Semua bahan-bahan pembuat
media tanam disiapkan sesuai dengan kabutuhan dan komposisi yang sesuai.
74
b. Pengayakan
Serbuk gergaji yang diperoleh dari pengrajin mempunyai tingkat
keseragaman yang kurang baik karena di dalamnya biasa terdapat potongan-
potongan yang cukup besar dan tajam yang dapat merusak plastik sebagai media
tempat tanam yang berpotensi menyebabkan pertumbuhan miselia jamur tidak
merata. Serbuk kayu yang diperoleh dari penggergajian disortir terlebih dahulu
untuk melihat kondisi fisik dari serbuk kayu tersebut. Untuk mengatasi hal
tersebut maka dilakukan pengayakan serbuk gergaji. Serbuk kayu diayak secara
manual dengan tenaga manusia. Ukuran ayakan yang digunakan sama dengan
ukuran ayakan yang digunakan untuk mengayak pasir.
c. Pencampuran
Bahan-bahan yang telah disediakan dicampur yang sebelumnya dilakukan
penimbangan. Bahan-bahan tersebut adalah serbuk gergaji, dedak, gips, kapur dan
air. Pencampuran dilakukan secara manual dengan tenaga manusia. Bahan-bahan
yang dicampur mempunyai komposisi seperti pada Tabel 14 tersebut. Pencampuran
dilakukan dengan terlebih dahulu menebarkan serbuk kayu, lalu meratakannya.
Kemudian dedak, gips, dan kapur ditaburkan satu per satu secara merata di atas
permukaan serbuk kayu. Setelah itu, bahan-bahan terebut dicampur dicampur
hingga rata dan diberikan air kurang lebih sebanyak 40% dari jumlah adonan.
Kadar penggunaan air ini tidaklah mutlak. Untuk mengukur kadar air yang
sesuai dapat dilakukan dengan mengepal adonan yang telah tecampur air. Kepalan
adonan adonan yang tidak mudah hancur dan tidak meneteskan air menandakan
air yang digunakan sebagai campuran sudah cukup. Pencampuran harus dilakukan
75
secara merata, diusahakan tidak terdapat gumpalan terutama serbuk gergaji dan
kapur. Gumpalan tersebut dapat mengakibatkan kompoisi media yang diperoleh
tidak merata sehingga dapat berpengaruh terhadap produksi jamur.
d. Pengomposan
Setelah semua bahan pembuat media tanam jamur (baglog) dicampur,
kemudian bahan-bahan tersebut dikomposkan selama satu hari. Pengomposan
dilakukan dengan cara menimbun campuran serbuk gergaji kemudian menutupnya
secara rapat dengan menggunakan terpal. Kadar air pada saat pengomposan harus
diatur pada kondisi 50-65 %. Adonan yang terlalu banyak air akan memacu
pertumbuhan mikroba lain yang dapat merusak media.
e. Pewadahan dan Pembuatan Media Tanam
Setelah dilakukan pengomposan maka media tanam tersebut dimasukkan
ke dalam plastik polipropilen karena plastik ini relatih tahan panas dalam proses
sterilisasi (pengukusan). Ukuran plastik yang digunakan oleh P4S Nusa Indah
dalam pembuatan media tanam jamur tiram putih selama November 2010-Mei
2011 adalah 17 cm x 35 cm dengan ketebalam 0,3 mm.
Pewadahan dilakukan dengan cara memasukkan adonan media hasil
pengomposan ke dalam kantong plastik pengisian baglog. Kemudian adonan
tersebut dipadatkan dengan botol atau alat lainnya. Media yang kurang padat akan
menyebabkan hasil panen yang tidak optimal karena media cepat busuk sehingga
produktifitas akan rendah. Berat media sekitar 1,2 kg per baglog. Setelah media
padat, baglog yang sudah terisi tersebut diikat dengan karet.
76
f. Sterilisasi
Media yang telah diisi dengan adonan, kemudian disterilisasi. Sterilisasi
baglog adalah suatu proses yang dilakukan untuk mensterilkan baglog dari
berbagai miroba yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur. Hal ini dilakukan
untuk menginaktifkan mikroba, baik bakteri, kapang maupun khamir yang dapat
mengganggu pertumbuhan miselium jamur yang akan ditanam.
Pada unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah ini, sterilisasi media
tanam menggunakan drum dengan kapasitas 900 - 1100 baglog. Proses sterilisasi
dilakukan pada suhu 900-120
0 C dengan cara memasukkan baglog ke dalam drum
lalu mengukus baglog selama 8 - 10 jam. Setelah itu, baglog didinginkan selama
6 - 8 jam dan temperatur baglog menjadi 300
- 400 C sebelum diinokulasi.
4.5.2.5 Inokulasi (Pemberian Bibit)
Inokulasi yaitu memasukkan bibit ke dalam media tanam jamur yang telah
disterilisasi. Dalam melakukan inokulasi harus dilakukan dengan hati-hati dan
cermat, sehingga P4S Nusa Indah sangat memerhatikan tiga hal berikut:
a. Kebersihan
Kebersihan meliputi alat, tempat dan sumber daya atau pelaksananya.
Dalam hal ini, kebersihan diukur dari tingkat sterilitasnya. Oleh karena itu, alat
dan tempat inokulasi disterilisasi terlebih dulu sebelum digunakan. Sterilisasi alat
dilakukan dengan menggunakan alkohol 70% dan lampu spritus. Peralatan yang
digunakan dalam inokulasi dicelupkan ke dalam larutan alkohol 70% kemudian
dinyalakan beberapa saat jangan sampai peralatan yang terbuat dari kayu hangus.
77
Sementara itu, sterilisasi tempat atau ruangan dilakukan dengan
menggunakan alkohol 70% selama 15 menit. Ruang yang digunakan untuk
inokulasi merupakan ruang yang terbatas (bukan tempat lalu-lalang) dan tertutup.
b. Bibit
P4S Nusa Indah selalu bertujuan menghasilkan output produk yang
berkualitas, baik baglog jamur tiram putih siap panen maupun jamur tiram putih.
Untuk itu, bibit yang digunakan dalam usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah
ini merupakan bibit yang memiliki keunggulan, diantaranya jamur tiram putih
yang dihasilkan berwarna putih bersih, berkadar air rendah, bertekstur kenyal,
bertudung banyak (4-5 tudung dalam satu batang), tebal dan tidak mudah patah.
c. Teknik Inokulasi
Inokulasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah
dengan taburan dan tusukan. Pada unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah
ini, inokulasi dilakukan dengan taburan, yaitu menaburkan bibit ke dalam baglog
secara langsung. Unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah menggunakan 1
(satu) baglog bibit jamur tiram putih untuk inokulasi pada 50 (lima puluh) media
tanam jamur tiram putih.
Proses inokulasi yaitu bibit jamur ditabur di atas permukaan media tanam
jamur sebanyak kurang lebih tiga sendok spatula atau hingga kurang lebih
mencapai 2 cm menggunakan spatula atau garpu. Kemudian ujung plastik
disatukan dan dipasang cincin bambu. Setelah itu, ditutup dengan kertas steril
yang kemudian diikat rapat dengan karet pada bagian leher plastik media tanam
jamur sehingga menjadi menyerupai sebuah botol.
78
Penutupan tersebut dimaksudkan untuk menciptakan kondisi yang baik
bagi pertumbuhan miselia jamur yang tidak terlalu membutuhkan banyak oksigen.
Namun penutupan yang dilakukan dengan terlalu rapat tidak baik, karena akan
menghambat pertumbuhan miselia jamur sehingga akan berakibat dalam
pembentukan tubuh buahnya.
4.5.2.6 Inkubasi
Pada P4S Nusa Indah, seluruh media tanam jamur yang sudah diinokulasi
kemudian diangkut ke dalam kumbung inkubasi dan disusun rapi pada rak. Media
tanam jamur dalam tahap inkubasi (proses penumbuhan miselia jamur sampai
memenuhi seluruh media tanam) akan tampak putih merata antara 30-40 hari
sejak dilakukan inokulasi. Suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan miselia
jamur adalah 250
- 300 C. Apabila suhu kurang optimal, misalnya terlalu tinggi
maka suhu ruangan perlu diatur. Untuk mengatur suhu dan kelembaban kumbung,
dilakukan teknik pengembunan (tidak langsung pada baglog jamur) dengan
menyemprotkan air menggunakan handsprayer.
Keberhasilan pertumbuhan miselia jamur dapat diketahui sejak dua pekan
setelah inkubasi. Apabila setelah dua pekan tidak terdapat tanda-tanda adanya
miselia jamur berwarna putih yang merambat ke bawah maka kemungkinan besar
jamur tersebut tidak tumbuh. Untuk mengatasi media tanam yang gagal ditumbuhi
miselia jamur tersebut maka perlu dilakukan sterilisasi ulang pada media sampai
inokulasi kembali. Namun apabila setelah diinokulasi tidak tumbuh lagi, maka
media tanam jamur dibuang karena biasanya media tersebut tidak baik (rusak).
79
4.5.2.7 Penumbuhan
Media tanam jamur (baglog) yang sudah berumur + 30-40 hari dan telah
putih oleh miselia jamur berarti sudah siap untuk dilakukan penumbuhan tubuh
buah jamur dengan cara membuka media tanam (baglog) jamur. Pembukaan
baglog jamur yang umum dilakukan pada skala usaha jamur tiram putih ini
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan membuka cincin dan kertas
penutup baglog, atau pun dengan menyobek plastik baglog (disobek sedikit) di
berbagai sisi baglog.
Pada prinsipnya pembukaan media bertujuan untuk memberikan oksigen
(O2) yang cukup bagi pertumbuhan tubuh buah jamur tiram putih. Dengan oksigen
yang cukup maka dapat memberikan kesempatan bagi jamur untuk membentuk
tubuh buah dengan baik. Jamur tiram yang merupakan jamur mesofil (jamur kayu)
menunjukkan pertumbuhan yang baik pada suhu 180
- 250 C, kelembaban relatif
75-90 %.
Setelah tujuh sampai sepuluh hari setelah media dibuka, maka akan
muncul bakal buah. Tubuh buah yang sudah tumbuh tersebut akan tumbuh
optimal selama empat sampai enam hari. Agar mendapatkan tubuh buah jamur
tiram putih secara optimal unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah
melakukan pengendalian suhu dan kelembaban dengan penyiraman. Setelah itu,
pada hari ke tujuh akan muncul primordiam dan akan berkembang pada hari ke
delapan. Pada hari ke sembilan terbentuk basidioma dewasa (tubuh buah) yang
siap dipanen.
80
4.5.2.8 Penyiraman dan Pengaturan Suhu Ruangan
Penyiraman diawali oleh pembukaan cincin baglog yang ditutup kertas dan
diikat dengan karet. Selama proses pemeliharaan, baglog disiram dengan air
bersih dengan frekuensi yang berbeda pada musim hujan dan kemarau. Pada
musim hujan, penyiraman dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari, sedangkan
pada musim kemarau penyiraman dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari
dengan menggunakan sprayer. Tujuan penyiraman adalah untuk menjaga
kelembaban media sehingga miselia dapat tumbuh dengan baik.
Pengaturan suhu ruangan dilakukan dengan cara membuka dan atau
menutup ventilasi kumbung serta membasahi dinding dan lantai kumbung agar
suhu dan kelembaban kumbung tetap terjaga dan sesuai untuk pertumbuhan
optimal miselia jamur.
4.5.2.9 Pengendalian Hama dan Penyakit
Sebagai tumbuhan, jamur juga tidak luput dari gangguan hama dan
penyakit. Saat masih dalam proses inkubasi saja, penyakit sudah mulai
mengunjungi. Setelah masa pertumbuhan tubuh buah pun masih ada binatang yang
suka menyambangi (Redaksi Trubus, 2010:52). Pengendalian hama pada jamur
tiram putih dilakukan tidak menggunakan pestisida. Kegiatan pengendalian hama
dilakukan secara manual yaitu dengan membuang hama yang ada agar tidak
memakan baglog dan tubuh buah jamur tiram putih. Hama yang mengganggu dapat
mengakibatkan baglog cepat rusak dan mudah terkontaminasi mikroorganisme
sehingga berujung pada terjangkit penyakit.
81
Hama dan penyakit dapat dikendalikan dengan menjaga kebersihan
sewaktu proses produksi. Oleh karena itu, alat-alat yang digunakan, rak-rak, dan
ruang pemeliharaan harus bersih dan steril dimana pembersihan dan pensterilan
tidak menggunakan zat sintetis kimia buatan yang berbahaya.
Hama yang menyerang baglog antara lain ulat, serangga kecil, dan lain-
lain. Sedangkan yang menyerang tubuh buah jamur tiram putih antara lain adalah
kumbang, kutu, dan sebagainya. Penjelasan singkat mengenai hama-hama tersebut
dan cara pengendaliannya dapat dilihat di bawah ini.
a. Ulat (Lycoriella sp)
Hama ini menyerang saat kelembapan udara berlebihan yang biasanya
menyerang saat musim hujan namun jarang saat musim kemarau. Penyebab lain
ialah kumbung kurang bersih. Serangan hama ini tertuju pada baglog lama, atau
pada hari ke-80. Pengendalian hama ini dilakukan dengan menyegerakan panen
semua jamur tiram putih hingga tak tersisa pada waktu panen. Selain itu, baglog
dan kumbung dibersihkan dengan menyemprot insektisida organik. Kemudian
kondisi lingkungan pun harus diperbaiki, di antaranya membuat sirkulasi udara
menjadi lancar yang dapat dilakukan dengan melengkapi kumbung dengan jendela
yang dapat dibuka dan ditutup.
b. Serangga Kecil
Kumbung budidaya jamur tiram putih yang kurang bersih juga
mengundang serangga-serangga kecil. Penyebabnya adalah sisa-sisa baglog atau
tangkai jamur yang banyak berserakan di sekitar rak. Baglog apkir dan limbah itu
mengundang serangga kecil datang dan kemudian bersembunyi di lamela jamur.
82
Untuk mengendalikan hama ini, dapat memanfaatkan gelas air mineral
putih. Limbah itu kemudian di cat kuning agar lebih menarik perhatian hama kecil
tersebut. Dinding gelas kemudian diberi perekat dan sedikit minyak agar serangga
yang hinggap sulit lepas hingga akhirnya mati di sana.
c. Kumbang (Cyllodes bifacies)
Kumbang Cyllodes merusak jamur dengan cara memakan tubuh buah dan
menggerogoti tudung. Tudung jamur tiram putih yang terserang akan menjadi
lembek berair dan akan terlepas dalam waktu singkat (2 - 3 hari) sehingga tidak
dapat dipanen. Cara mengendalikan hama ini adalah dengan membersihkan areal
sekitar dan di dalam kumbung. Selain itu, dapat pula dilakukan pengendalian
dengan menyemprotkan insektisida nabati, seperti bawang putih dan tembakau.
d. Kutu
Kehadiran kutu pada tudung akan merugikan pertumbuhan jamur tiram
ptuih. Namun pengendalian hama ini dengan insektisida kimia tidak mungkin
dilakukan. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan
menyemprotkan air saringan bawang putih (Allium sativum) yang telah di-
blender.
Baglog jamur tiram putih yang terserang penyakit umumnya disebabkan
karena sudah terkontaminasi mikroorganisme. Pengendaliannya adalah baglog
yang terkontaminasi dibuang karena jika tidak disingkirkan dari populasi baglog
yang di dalam kumbung maka umumnya akan menular kepada baglog lain.
Musuh utama usaha budidaya jamur tiram putih adalah kapang. Jenis kapang pada
baglog yang terkontaminasi diantaranya adalah:
83
a. Kapang Aspergillus niger
Kapang ini menyebabkan baglog jamur berwarna hijau kehitaman. Hal ini
disebabkan pada saat melakukan pembibitan, alat yang digunakan kurang steril.
b. Kapang mucor sp
Baglog jamur tiram putih berwarna hitam merupakan dampak dari
kontaminasi kapang ini. Hal tersebut disebabkan pada saat pencampuran bahan
baku, adonan terlalu basah.
c. Kapang Oncom Merah atau Neurospora sito philla
Kontaminasi kapang jenis ini mengakibatkan baglog jamur berwana kunig
seperti jamur oncom. Hal ini disebabkan kurang lamanya proses sterilisasi.
Baglog jamur yang terkontaminasi kapang ini cepat sekali menular atau menyebar
pada baglog lain belum terkontaminasi.
d. Jamur Parasit/Saprofit
Jamur ini mengganggu pertumbuhan dan kehidupan jamur tiram putih.
Jamur parasit ini dideteksi dengan melihat perubahan pada warna spora dan
miselia jamur tiram putih. Hal ini disebabakan oleh persiapan yang kurang baik
atau terkontaminasi pada saat inkubasi dan penumbuhan.
4.5.2.10 Panen dan Pasca Panen
Kegiatan pemanenan ikut menentukan kualitas jamur tiram putih yang
dipanen, sehingga P4S Nusa Indah mempertimbangkan beberapa hal berikut:
a. Penentuan Waktu Panen
Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur tiram putih mencapai tingkat
yang optimal, yaitu cukup besar namun belum mekar penuh. Pemanenan ini
84
biasanya dilakukan lima hari setelah tumbuh calon jamur (bakal buah). Pada saat
itu, ukuran jamur tiram putih sudah cukup besar dengan diameter rata-rata antara
5-10 cm dan bagian daun terasa tipis saat disentuh. Pemanenan dilakukan setiap
hari selama periode produktif baglog jamur tirma putih (4 - 6 bulan) yang
sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk mempertahankan kesegarannya.
Pada model usaha budidaya jamur tiram putih P4S Nusa Indah bersama
dengan mitra wirausahawan jamur pemanenan dilakukan pada sore hari yaitu
sekitar pukul 15.00 WIB. Hal ini dilakukan juga untuk menjaga kesegaran jamur
tiram putih dan mempermudah pemasaran. Setiap baglog jamur tiram putih dapat
dipanen 8-9 kali dalam 4-6 bulan dan dapat menghasilkan produk dengan berat
rata-rata 0,4 kg per baglog. Rentang waktu antara panen pertama dan seterusnya
pada setiap baglog jamur tiram putih rata-rata berkisar pada 9 – 10 hari.
b. Teknik Pemanenan
Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut atau memetik seluruh
rumpun jamur tiram putih yang ada. Hal ini dilakukan agar semua bagian jamur
tercabut dan tidak meninggalkan sisa yang dapat menyebabkan kebusukan.
Pemanenan tidak dapat dilakukan dengan cara hanya memotong atau mencabut
cabang jamur tiram putih yang ukurannya besar saja sebab dalam satu rumpun
jamur tiram putih mempunyai stadia pertumbuhan yang sama. Oleh karenanya,
apabila pemanenan hanya dilakukan pada jamur tiram putih yang ukurannya besar
saja maka jamur tiram putih yang berukuran kecil tidak akan bertambah besar,
bahkan kemungkinan akan mati (layu atau busuk).
85
Pemanenan perlu dilakukan dengan mencabut keseluruhan rumpun hingga
akar-akarnya untuk menghindari adanya akar atau batang jamur tiram putih yang
tertinggal. Adanya bagian jamur tiram putih yang tertinggal tersebut dapat
membusuk sehingga akan menyebabkan kerusakan media, bahkan dapat merusak
pertumbuhan jamur tiram putih yang lain. Pemanenan dilakukan oleh tenaga kerja
secara bergilir setiap hari sebanyak 3 - 4 orang.
c. Penanganan Pascapanen
Jamur yang sudah dipanen tidak dipotong hingga menjadi bagian per
bagian tudung, tetapi hanya dibersihkan kotoran yang menempel di bagian akar
dan pangkal batang. Dengan cara tersebut, disamping keberhasilannya lebih
terjaga, daya simpan jamur tiram putih akan lebih lama. Kemudian membuang
atau memisahkan batang tubuh yang rusak atau terkena penyakit dengan
menggunakan pisau atau gunting kecil. Hal tersebut dilakukan tanpa mencuci
jamur tiram hasil putih panen.
Jamur tiram putih yang tergolong baik selain dilihat dari keutuhan batang
dan tudungnya juga dilihat dari ada atau tidaknya hama ulat yang menempel di
sela-sela bagian bawah permukaan tudung, jamur tiram putih yang terlalu tua dan
dihinggapi ulat akan dipisahkan dan kemudian dibuang. Tingkat keberhasilan
panen produksi diperkirakan 80 % berdasarkan tingkat pengalaman dalam
melakukan usaha tersebut.
86
Jamur tiram putih ditempatkan pada wadah yang bersih dan diletakkan di
suhu kamar dengan temperatur + 200 C. Kemudian dilakukan pengemasan
menggunakan kantung plastik transparan ukuran 5 kg. Pengemasan merupakan
suatu cara untuk melindungi produk. Syarat-syarat yang perlu dipertimbangkan
dalam menentukan kemasan yang akan digunakan diantaranya harus melindungi
komoditas yang dikemas dan tidak mengandung zat yang dapat mengandung
kesehatan manusia. Pengemasan yang baik, maka akan dapat memperoleh
beberapa keuntungan, yaitu produk yang dikemas dapat terhindar dari kerusakan
mekanis dan fisiologi, selain itu mutu produk dapat dipertahankan sampai ke
tangan pedagang dan konsumen akhir sehingga tidak menurunkan nilai jual dan
memudahkan dalam pemasarannya. Pengemasan hasil panen yang akan
dipasarkan menggunakan plastik kemasan ukuran 40 cm x 60 cm. Plastik yang
dibutuhkan sehari kurang lebih 18 lembar plastik. Proses pengemasan
divakumkan agar jamur tiram putih lebih awet, setelah selesai kemudian langkah
selanjutnya siap dipasarkan.
87
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Analisis Biaya Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah
Biaya usaha jamur tiram putih yang dikeluarkan adalah seluruh biaya yang
dikeluarkan dalam menjalankan usaha jamur tiram putih. Biaya total yang
dikeluarkan terdiri atas biaya tunai dan biaya diperhitungkan (biaya tidak tunai).
Biaya tunai adalah biaya yang langsung dikeluarkan petani dalam bentuk Rupiah
yang harus dimiliki petani dalam menjalankan kegiatan usahataninya seperti biaya
pembelian bibit, pembelian bahan baku dan pendukung serta upah tenaga kerja.
Biaya diperhitungkan (biaya tidak tunai) digunakan untuk menghitung
berapa sebenarnya pendapatan kerja petani, modal, dan menilai kerja keluarga.
Tenaga kerja keluarga dinilai berdasarkan upah yang berlaku. Biaya penyusutan
peralatan, bangunan dan sewa lahan milik sendiri juga dapat dimasukkan ke
dalam biaya diperhitungkan.
5.1.1 Biaya Tunai
Biaya tunai merupakan biaya yang harus dikeluarkan dalam bentuk tunai.
Biaya tunai dalam penelitian ini meliputi biaya pembelian bibit, serbuk kayu,
dedak, kapur, gipsum, plastik media, karet gelang, kayu bakar, cincin bambu,
kertas, spirtus, alkohol, gaji tenaga kerja baglog, bonus lembur tenaga kerja
baglog, biaya transportasi baglog, biaya listrik dan air, biaya paket pembangunan
kumbung budidaya, plastik kemasan jamur, transportasi pemasaran jamur, gaji
tenaga kerja jamur, dan bagi hasil.
88
Biaya tunai pada usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah dikelompokan
menjadi tiga, yaitu biaya tunai untuk produksi baglog jamur tiram putih siap panen,
paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih, dan budidaya jamur tiram
putih dengan sistem kemitraan. Pengelompokan ini didasarkan karena P4S Nusa
Indah mampu menghasilkan produk dan jasa yang berbeda selama periode
November 2010 - Mei 2011 sehingga perlu adanya pengelompokan biaya beserta
komponennya, termasuk pada perhitungan biaya tunai ini. Informasi mengenai
keseluruhan komponen biaya tunai pada masing-masing produksi disajikan pada
Tabel 15, 16, dan 17. Kelompok biaya tunai yang pertama yaitu biaya tunai
produksi baglog jamur tiram putih siap panen di P4S Nusa Indah dapat dilihat pada
Tabel 15 di bawah ini.
Tabel 15. Komponen Biaya Tunai Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen
di P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011
No. Komponen Biaya Tunai Kebutuhan Satuan Harga
(Rp)
Nilai
(Rp) %
1 Bibit 1.200 Baglog 5.000 6.000.000 7.06
2 Serbuk Kayu 3.190 Karung 2.000 6.379.355 7.51
3 Dedak 4.839 Kg 1.600 7.741.935 9.11
4 Kapur 774 Kg 3.000 2.322.581 2.73
5 Gipsum 387 Kg 5.000 1.935.484 2.28
6 Plastik Media 9 Karung 440.000 3.960.000 4.66
7 Karet Gelang 6 Kg 53.000 318.000 0.37
8 Kayu Bakar 2 Mobil 200.000 400.000 0.47
9 Cincin Bambu 40.000 Ring 25 1.000.000 1.18
10 Kertas 60 Kg 1.000 60.000 0.07
11 Spirtus 18 L 7.000 126.000 0.15
12 Alkohol 6 L 15.000 90.000 0.11
13 Gaji Tenaga Kerja Baglog 3.114 HOK 15.000 46.710.000 54.99
14 Bonus Lembur Tenaga Kerja 519 HOK 10.000 5.190.000 6.11
15 Transportasi Baglog 10 Hari/Mobil 250.000 2.500.000 2.94
16 Listrik dan Air 7 Bulan 30.000 210.000 0,25
Total Biaya Tunai 84.943.355 100 Sumber : Data Primer, diolah
89
Pada Tabel 15 tersebut terlihat bahwa biaya tunai terbesar yang dikeluarkan
P4S Nusa Indah dalam produksi baglog jamur tiram putih siap panen selama
November 2010 - Mei 2011 adalah untuk gaji tenaga kerja. Selama durasi tersebut
terdapat 212 hari, sedangkan untuk hari kerja unit usaha jamur tiram putih P4S
Nusa Indah berjumlah 173 hari. Tenaga kerja sekaligus anggota P4S Nusa Indah ini
bekerja dari hari Senin hingga Sabtu (kecuali hari libur nasional) dengan jam kerja
selama + 8 jam ditambah dengan istirahat masing-masing 15 menit pada saat
sarapan dan waktu Ashar serta 30 menit pada waktu Zuhur. Satu hari orang kerja
(HOK) di unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah dihargai Rp. 15.000,-/orang
ditambah dengan sarapan pada pukul 10.00 WIB, makanan ringan dan kopi saat
istirahat Zuhur, serta makan sore pada penghujung kerja (pukul 17.00 WIB) untuk
18 orang tenaga kerja.
Penggunaan bibit jamur tiram putih selama masa produksi November 2010-
Mei 2011 yaitu sebanyak 1.200 baglog bibit. Selama periode tersebut P4S Nusa
Indah memproduksi 60.000 baglog jamur tiram putih siap panen sehingga
kebutuhan bibit yang diperlukan adalah 1.200 baglog bibit. Hal ini disebabkan
setiap baglog bibit ukuran 18 cm x 35 cm yang digunakan dapat menginokulasi
lima puluh (50) media tanam (baglog) jamur tiram putih. Harga jual satuan untuk
satu baglog bibit jamur tiram putih dari pemasok bibit ini adalah Rp. 7.000,-, namun
P4S Nusa Indah membeli dengan harga Rp. 5.000,- per baglog bibit karena volume
pembelian dalam kuantitas banyak, yaitu 200 baglog bibit jamur tiram putih setiap
kali transaksi dan kestabilan pembelian bibit dari P4S Nusa Indah.
90
Serbuk kayu yang digunakan sebagai bahan baku produksi baglog jamur
tiram putih siap panen selama masa produksi November 2010 - Mei 2011 adalah
sebanyak 3.190 karung. Baglog jamur tiram putih siap panen yang dihasilkan
sebanyak 60.000 ternyata menggunakan 2.710 karung serbuk kayu sebagai
campuran adonan media tanam jamur tiram putih atau setara dengan penggunaan
untuk 388 paket (1 paket menghasilkan 155 baglog jamur tiram putih), dan 480
karung (80 karung untuk pengukusan 10.000 baglog jamur tiram putih) sebagai
campuran bahan bakar pensterilan dan pengukusan media tanam jamur tiram putih.
Karung yang digunakan sebagai satuan serbuk kayu adalah karung pakan
ternak dengan ukuran + 120 cm x 80 cm dengan berat isi rata-rata 35 kg. Satuan ini
pula yang digunakan industri penggergajian kayu sebagai pemasok serbuk kayu
dalam menentukan harga jual limbah penggergajian kayu, yaitu Rp. 2.000,- untuk
setiap karung serbuk kayu yang dihasilkan. Untuk tetap menjaga kualitas baglog
jamur tiram putih, P4S Nusa Indah meminta industri penggergajian tersebut tidak
mencampur serbuk dari kayu yang banyak mengandung getah dengan kayu yang
tidak bergetah. Getah kayu dapat mengurangi optimalisasi produksi jamur tiram
putih karena akan menghasilkan suhu baglog menjadi panas sehingga miselia jamur
tiram putih tidak mampu tumbuh optimal. Jumlah pemasok serbuk kayu untuk usaha
jamur tiram putih sebanyak tiga tempat penggergajian kayu dengan lokasi yang relatif
dekat, baik dari P4S Nusa Indah maupun dari setiap tempat penggergajian tersebut.
Dedak sebagai salah satu bahan pembuat media tanam (baglog) jamur tiram
putih yang digunakan P4S Nusa Indah menjadi bahan baku dengan biaya terbesar
dibandingkan dengan bahan baku lainnya, yaitu serbuk kayu, kapur, dan gipsum.
91
Sebanyak 4.839 kg dedak atau bekatul dengan harga beli Rp. 1.600,- per kg
digunakan sebagai bahan campuran adonan media tanam jamur tiram putih untuk
menghasilkan 60.000 baglog jamur tiram putih siap panen atau setara dengan 388
paket selama November 2010 - Mei 2011. Sedangkan pemakaian kapur dan gipsum
sehingga menghasilkan 60.000 baglog jamur tiram putih siap panen pada masa
produksi yang sama adalah sebanyak 774 kg dan 387 kg dengan harga masing-
masing Rp. 3.000,-/kg dan Rp. 5.000,- /kg (1 paket membutuhkan 12,5 kg dedak, 2
kg kapur, dan 1 kg gipsum untuk menghasilkan 155 baglog).
Penggunaan plastik sebagai wadah media tanam (baglog) dalam memproduksi
60.000 baglog jamur tiram putih siap panen selama masa produksi November 2011 -
Mei 2011 adalah sebanyak 9 karung dengan harga beli Rp. 440.000,- untuk setiap
karung plastik sedangkan untuk harga beli eceran plastik tersebut adalah Rp.
11.500,- untuk setiap ikat (1 ikat = 2 pack = 140 helai plastik). Penggunaan plastik
tergantung pada banyaknya media tanam yang dihasilkan dalam setiap paket.
Perhitungan secara detail adalah untuk setiap karung plastik memiliki berat 25 kg
yang berisi 100 pack plastik dengan isi 70 helai plastik ukuran 17 cm x 35 cm. Jadi
setiap karung plastik berisi 7.000 helai plastik, sedangkan baglog jamur tiram putih
siap panen yang dihasilkan adalah 60.000 baglog. Berdasarkan wawancara dengan
Ketua P4S Nusa Indah, untuk menghasilkan 10.000 baglog dibutuhkan 1,5 karung
plastik sehingga untuk membuat sejumlah baglog selama November 2010 - Mei
2011 tersebut dibutuhkan 9 karung plastik baglog (media tanam) ukuran 17 cm x 35
cm. Hal ini dilakukan dalam rangka memperhitungkan plastik media tanam yang
rusak atau sobek saat proses pemasukkan adonan media tanam ke dalam plastik.
92
Sarana produksi lain yang termasuk dalam biaya tunai adalah pembelian
karet gelang. Selama periode November 2010 - Mei 2011, pemakaian karet gelang
dalam produksi baglog jamur tiram putih siap panen mencapai 6 kg dengan harga
Rp 53.000/kg. Banyaknya karet yang digunakan dalam tiap paket tergantung dari
banyaknya log yang dihasilkan, karena karet gelang yang digunakan untuk
mengikat ujung plastik baglog yang telah diisi adonan media tanam. Sebanyak 1 kg
karet gelang atau setara dengan 2 bungkus dapat digunakan untuk memproduksi
10.000 baglog jamur tiram putih siap panen, sehingga untuk 60.000 baglog
membutuhkan 6 kg karet gelang.
Kayu bakar yang digunakan P4S Nusa Indah dalam memproduksi 60.000
baglog jamur tiram putih siap penen selama November 2010-Mei 2011 adalah
sebanyak 2 mobil atau setara dengan 3 kubik kayu bakar. Mobil yang dimaksud
adalah mobil bak terbuka (pick up) yang mampu menampung 1,5 kubik kayu bakar
dengan harga Rp. 200.000,- untuk satu mobil pick up. Setiap muatan maksimal
mobil pick up tersebut mampu dimanfaatkan untuk 30 kali mengukus sehingga
mampu menghasilkan 30.000 media tanam (baglog) steril yang siap diinokulasi.
Jadi, untuk menghasilkan 60.000 baglog jamur tiram putih membutuhkan 3 kubik
kayu bakar atau setara dengan 2 mobil pick up.
Dana sebesar Rp. 1.400.000,- harus dikeluarkan P4S Nusa Indah untuk
memenuhi kebuhan 40.000 ring cincin bambu agar mampu menghasilkan 60.000
baglog jamur tiram putih siap panen. Cincin bambu yang digunakan berukuran
diameter + 5 cm dan ketebalan + 2 cm dengan harga satuan Rp. 25,-. Penggunaan
40.000 ring cincim bambu selama periode November 2010 - Mei 2011 untuk
93
menghasilkan sejumlah baglog jamur tiram putih siap panen tersebut berdasarkan
perhitungan bahwa setiap baglog harus menggunakan satu cincin bambu, namun
satu cincin bambu dapat digunakan untuk beberap baglog yang berbeda. Hal ini
dikarenakan cincin bambu yang ada pada 35.000 baglog yang dibudidayakan dapat
digunakan kembali mengingat setelah panen pertama, cincin baglog jamur tiram
putih tersebut dilepaskan dari leher baglog jamur tiram putih.
Pada tahap inokulasi (pemberian bibit), dibutuhkan kertas untuk menutup
baglog jamur tiram putih yang telah diinokulasi dan dipasangkan cincin bambu.
Kebutuhan P4S Nusa Indah selama November 2010 - Mei 2011 pada kertas tersebut
adalah 60 kg, karena setiap 10 kg kertas dengan harga Rp. 1.000,-/kg dapat digunakan
untuk 10.000 baglog yang telah diinokulasi.
Jumlah spirtus sebanyak 18 liter digunakan sebagai bahan bakar lampu
bunsen untuk mensterilkan alat saat proses inokulasi dilakukan. Bahan tersebut
merupakan salah satu kebutuhan P4S Nusa Indah selama November 2010 - Mei
2011 dalam memproduksi 60.000 baglog jamur tiram putih siap panen. Setiap 3
liter spirtus dapat digunakan untuk memproduksi 10.000 baglog pada unit usaha
jamur tiram putih P4S Nusa Indah, sehingga 60.000 baglog yang diproduksi selama
periode tersebut menggunakan 18 liter spirtus dengan harga Rp. 7.000,-/l..
Penggunaan alkohol dalam memproduksi baglog jamur tiram putih bertujuan
untuk mensterilkan ruangan inokulasi dan petugas yang menginokulasi. Alkohol
dengan konsentrasi 70% itu dibeli dengan harga Rp. 15.000,-/l. Selama periode
November 2010 - Mei 2011, jumlah alkohol yang digunakan sebanyak 6 liter mengingat
setiap liter alkohol cukup untuk produksi 10.000 baglog jamur tiram putih siap panen.
94
Selain pengeluaran untuk tenaga kerja yang telah dipaparkan di atas, P4S
Nusa Indah juga memiliki komponen biaya untuk bonus lembur para tenaga kerja
baglog jamur tiram putih siap panen. Perhitungan bonus lembur tenaga kerja adalah
Rp. 10.000,- untuk setiap orang yang dihitung mulai dari pukul 19.00 s/d 22.00
WIB. Tidak semua tenaga kerja mengambil bonus lembur ini, sehingga hanya
tenaga kerja yang mengingingkan saja. Berdasarkan wawancara dengan ketua P4S
Nusa Indah, rata-rata setiap hari kerja hampir selalu ada tenaga kerja yang lembur
yaitu + 3 orang per hari.
Jumlah pesanan baglog jamur tiram putih siap panen sebanyak 10 kali
dengan jumlah pembelian yang lebih dari 1.500 baglog selama periode November
2010 - Mei 2011 pada setiap kali pesanan. Pesanan dengan volume pembelian di
atas 1.500 baglog diperkenankan untuk menggunakan jasa pengiriman baglog
dengan syarat dan ketentuan tertentu. Syarat dan ketentuan tersebut adalah
pelanggan dibebankan biaya tambahan sebesar Rp. 100,- untuk setiap baglog.
Transportasi pengantaran pesanan baglog dengan volume pembelian > 1.500 ini
menggunakan mobil pick up yang disewa dengan harga Rp. 250.000,- untuk sebuah
mobil yang sudah termasuk bahan bakar minyak (BBM) selama satu hari. Biaya
penggunaan mobil pick up yang tergolong mahal dimanfaatkan bukan hanya untuk
mengantar pesanan baglog, namun juga sekaligus untuk membeli bahan-bahan
kebutuhan produksi. Jadi setiap kali mengantar pesanan baglog jamur tiram putih
siap panen, transportasi baglog juga digunakan untuk membeli faktor produksi, baik
sebelum mengantar pesanan baglog maupun sesudahnya. Penggunaan mobil bak
terbuka (pick up) yang disewa sebagai transportasi baglog jamur tiram putih siap
95
panen tidak dimanfaatkan untuk pemasaran jamur tiram putih segar. Hal ini
dikarenakan panen jamur tiram putih dilakukan pada sore hari dan pemasarannya
dilakukan pada malam hari, sehingga tidak dapat menggunakan mobil sewaan
tersebut mengingat mobil tersebut sudah dikembalikan dan telah habis masa
penyewaan untuk sehari.
Salah satu komponen biaya tunai yang terakhir dan termasuk ke adalah
pengeluaran untuk penggunaan listrik dan air. Biaya listrik pada unit usaha jamur
tiram putih P4S Nusa Indah dalam memproduksi baglog merupakan pengeluaran
untuk pembayaran abodemen listrik ditambah dengan penggunaan rata-rata listrik
pada mesin jet pump air setiap bulan selama periode November 2010 - Mei 2011.
Pada periode tersebut, berdasarkan paparan ketua P4S Nusa Indah pada saat
wawancara, pengeluaran untuk listrik dan air berarti pembayaran listrik pasca bayar
untuk 7 bulan dengan biaya rata-rata setiap bulan Rp. 30.000,-.
Kemudian kelompok biaya tunai yang kedua yaitu biaya tunai untuk paket
kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih. Komponen biaya tunai dalam paket
kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih di P4S Nusa Indah ini terdiri dari
pengeluaran untuk pembangunan kumbung budidaya jamur tiram putih. Informasi
tersebut disajikan pada Tabel 16 di bawah ini.
Tabel 16. Komponen Biaya Tunai Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram
Putih di P4S Nusa Indah, Periode November - Desember 2010
No. Komponen Biaya Tunai Kebutuhan Satuan Harga
(Rp)
Nilai
(Rp) %
1 Pembangunan Kumbung 4 unit 8.000.000 32.000.000 100
Total Biaya Tunai 32.000.000 100
Sumber : Data Primer, diolah
96
Pola kemitraan antara P4S Nusa Indah dengan mitra dalam investasi
usahatani jamur tiram putih meliputi jasa pembangunan kumbung budidaya.
Berdasarkan Tabel 16 tersebut, untuk jasa pembangunan kumbung, P4S Nusa
Indah menganggarkan dana sebagai biaya pembangunan kumbung budidaya
adalah sebesar Rp. 8.000.000,- pada setiap unit kumbung budidaya. Kumbung
budidaya yang didirikan sebanyak 4 unit dengan ukuran 7 m x 10 m yang di
dalamnya terdapat 5 unit rak dengan 5 - 6 tingkat pada setiap rak.
Selanjutnya kelompok biaya tunai yang ketiga yaitu biaya tunai untuk
budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Budidaya jamur tiram putih
dengan sistem kemitraan ini meliputi kerjasama P4S Nusa Indah dengan mitra
dalam rangka pengelolaan, perawatan, dan pemasaran jamur tiram putih segar.
Komponen biaya tunai itraan ini meliputi pengeluaran untuk pembelian plastik
kemasan jamur, biaya transportasi pemasaran jamur, gaji tenaga kerja jamur, dan
bagi hasil seperti yang tersaji pada Tabel 17 di bawah ini.
Tabel 17. Komponen Biaya Tunai Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem
Kemitraan di P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - April 2011
No. Komponen Biaya Tunai Kebutuhan Satuan Harga
(Rp)
Nilai
(Rp) %
1 Plastik Kemasan Jamur 28 Kg 20.000 560.000 0,46
2 Tranportasi Pemasaran Jamur 146 Hari 10.000 1.460.000 1,21
3 Bagi Hasil 118.459.035 98,32
Total Biaya Tunai 120.479.035 100 Sumber : Data Primer, diolah
Pada Tabel 17 di atas terlihat bahwa biaya tunai terbesar yang dikeluarkan
P4S Nusa Indah dalam budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan adalah
untuk bagi hasil. Bagi hasil di sini mengandung arti bahwa P4S Nusa Indah
membagi perolehan hasil penjualan jamur tiram putih segar kepada wirusahawan
97
jamur selaku mitra yang meminta bantuan jasa budidaya jamur tiram putih kepada
P4S Nusa Indah. Kesepakatan yang terjadi dalam bagi hasil ini adalah mitra
memperoleh 94% dan P4S Nusa Indah mendapatkan 6% dari hasil penjualan jamur
tiram putih segar. Selama periode November 2010 - April 2011, jamur tiram putih
segar dihasilkan sebanyak 14.002,25 kg sehingga diperoleh penerimaan sebesar Rp.
126.020.250,-. Berdasarkan kesepakatan tersebut, maka P4S Nusa Indah memberikan
bagi hasil penerimaan kepada mitra sebesar Rp. 118.459.035,- .
P4S Nusa Indah selama periode November 2010 - Mei 2011, sebanyak
35.000 baglog jamur tiram putih mampu memproduksi 14.002,25 kg jamur tiram
putih segar sehingga membutuhkan plastik kemasan ukuran 40 cm x 60 cm
sebanyak 28 kg plastik untuk proses pemasarannya. Harga beli plastik kemasan
adalah Rp. 20.000,- untuk setiap kilogram plastik yang terdiri dari dari 2 pack
dengan isi masing-masing 45 lembar plastik ukuran 40 cm x 60 cm. Setiap lembar
plastik kemasan tersebut mampu menampung + 5 kg jamur tiram putih segar.
Budidaya jamur tiram putih oleh P4S Nusa Indah bersama dengan
wirausahawan jamur tiram putih memiliki durasi + 146 hari pada periode
November 2010 - April 2011 (terhitung saat panen pertama hingga panen
terakhir). Budidaya jamur tiram putih ini mampu memproduksi jamur tiram putih
segar sebanyak 14.002,25 kg yang dihasilkan dari 35.000 baglog jamur tiram
putih di empat kumbung budidaya. Panen jamur tiram putih dilakukan setiap sore
hari itu dikarenakan pemasaran dilakukan pada malam hari mengingat pusat
aktivitas pemasokan (supply) barang dan komoditi pertanian di pasar tradisional
Bogor dilakukan saat dini hari. Jamur tiram putih yang dipasarkan di pasar
98
tradisional Bogor untuk dijual kembali oleh para pedagang pasar sehingga P4S
Nusa Indah harus memasok jamur tiram putih pada malam hari. Pada periode
produksi tersebut, jamur tiram putih dipanen selama + 146 hari dan pemasaran
jamur tiram putih segar dilakukan pada setiap kali panen, sehingga penggunaan
transportasi pemasaran jamur tiram putih sebanyak 146 kali dengan
memanfaatkan kendaraan pribadi milik wakil ketua P4S Nusa Indah yang
menelan biaya Rp. 10.000,- setiap kali memasarkan jamur tiram putih segar.
5.1.2 Biaya Diperhitungkan
Biaya yang diperhitungkan merupakan biaya-biaya yang harus dikeluarkan
tidak dalam bentuk tunai atau tidak secara langsung dikeluarkan, namun harus
diperhitungkan karena bagaimana pun juga biaya itu tetap ada. Biaya yang
diperhitungkan dalam penelitian ini meliputi biaya tenaga kerja dalam keluarga,
biaya penyusutan peralatan, penyusutan bangunan, dan biaya sewa lahan sendiri.
Biaya diperhitungkan dalam penelitian ini dikelompokan menjadi tiga
berdasarkan output (keluaran) yang dihasilkan P4S Nusa Indah, yaitu biaya
diperhitungkan pada produksi baglog jamur tiram putih siap panen, paket
kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih, dan budidaya jamur tiram putih
dengan sistem kemitraan. Informasi mengenai keseluruhan komponen biaya
diperhitungkan pada setiap kelompok biaya diperhitungkan di masing-masing
output (keluaran) P4S Nusa Indah tersaji pada Tabel 18, 19 dan 20. Kelompok
biaya diperhitungkan yang pertama yaitu biaya diperhitungkan produksi baglog
jamur tiram putih siap panen di P4S Nusa Indah, seperti yang dapat dilihat pada
Tabel 18 berikut ini.
99
Tabel 18. Komponen Biaya Diperhitungkan Produksi Baglog Jamur Tiram Putih
Siap Panen di P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011
No. Komponen Biaya
Diperhitungkan Kebutuhan Satuan
Harga
(Rp)
Nilai
(Rp) %
1 Tenaga Kerja dalam Keluarga 173 HOK 15.000 2.595.000 52,48
2 Penyusutan Peralatan 740.133 14,97
3 Penyusutan Bangunan 1.540.000 31,15
4 Nilai Sewa Lahan Sendiri 0,0594 / 7 Bulan Ha / Tahun 2.000.000 69.300 1,40
Total Biaya Diperhitungkan 4.944.433 100
Sumber : Data Primer, diolah
Berdasarkan Tabel 18 di atas, biaya untuk memperhitungkan tenaga
anggota keluarga yang terpakai di P4S Nusa Indah dalam memproduksi baglog
jamur tiram putih siap panen ini memiliki porsi yang paling besar yaitu sebesar
52,48% dari keseluruhan biaya tidak tunai. Anggota keluarga yang ikut serta
dalam menjalankan usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah ini hanya satu
orang. Tenaga yang dikeluarkan oleh anggota keluarga yang turut serta dalam
produksi baglog jamur tiram putih siap panen termasuk ke dalam salah satu
komponen biaya mengingat bagaimanapun juga tenaga yang dipakai tersebut
harus mendapatkan imbalan yang sesuai walaupun terkadang sering terlupa dalam
perhitungan akhir pada laporan laba-rugi suatu usaha. Pada usaha produksi baglog
jamur tiram putih siap panen di P4S Nusa Indah ini, anggota keluarga yang turut
mengorbankan tenaga untuk menjalankan usaha ini dihargai Rp. 15.000,-/hari.
Peralatan yang digunakan unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah dalam
menghasilkan 60.000 baglog jamur tiram putih siap panen selama periode November
2010 - Mei 2011 mengalami suatu penurunan nilai yang biasa dimasukkan ke dalam
biaya penyusutan peralatan. Besarnya biaya penyusutan peralatan selama periode
yang berdurasi 7 bulan tersebut adalah sebesar Rp. 740.133,-.
100
Biaya penyusutan bangunan pada P4S Nusa Indah dalam memproduksi
baglog jamur tiram putih siap panen selama periode November 2010 - Mei 2011
ternyata merupakan penyumbang porsi terbesar kedua dalam keseluruhan biaya
yang diperhitungkan. Komponen biaya penyusutan bangunan menyumbang
31,15% dari keseluruhan biaya yang diperhitungkan. Biaya penyusutan bangunan
ini selama periode produksi tersebut menelan biaya sebesar Rp. 1.540.000,-.
Lahan yang digunakan unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah dalam
memproduksi baglog jamur tiram putih siap panen adalah seluas 594 m2.
Berdasarkan informasi dari Ketua P4S Nusa Indah dan beberapa masyarakat
sekitar, diketahui biaya sewa lahan di daerah lokasi penelitian adalah Rp.
2.000.000,- per hektar selama setahun, sehingga perhitungan biaya sewa lahan
sendiri untuk penggunaan 594 m2
lahan selama November 2010 - Mei 2011 dalam
memproduksi baglog jamur tiram putih siap panen akan bernilai Rp. 69.300,-.
Kemudian kelompok biaya diperhitungkan yang kedua yaitu biaya
diperhitungkan pada paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih.
Komponen biaya diperhitungkan dalam paket kemitraan ini meliputi pengeluaran
dan pengalokasian anggaran untuk upah tenaga kerja dalam keluarga. Informasi
mengenai komponen biaya diperhitungkan yang melekat pada paket kemitraan
investasi usahatani jamur tiram putih dapat dilihat pada Tabel 19 di bawah ini.
Tabel 19. Komponen Biaya Diperhitungkan Paket Kemitraan Investasi Usahatani
Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah, Periode November - Desember 2010
No. Komponen Biaya
Diperhitungkan Kebutuhan Satuan
Harga
(Rp)
Nilai
(Rp) %
1 Tenaga Kerja dalam Keluarga 50 HOK 15.000 750.000 100
Total Biaya Diperhitungkan 750.000 100
Sumber : Data Primer, diolah
101
Pada Tabel 19 tersebut dapat terlihat bahwa satu-satunya pengisi komponen
biaya diperhitungkan pada paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih
adalah pengeluaran untuk upah tenaga kerja dalam keluarga yang turut serta dalam
kegiatan pembangunan kumbung budidaya jamur tiram putih. Pengeluaran ini
memakan biaya sebesar Rp. 1.500.000,- yang ditujukan kepada seorang anggota
keluarga yang ambil bagian dalam kegiatan tersebut. Perhitungan biaya ini adalah
anggota keluarga tersebut dihargai Rp. 15.000,- untuk setiap hari kerja pada Senin
s/d Sabtu (kecuali hari libur nasional) selama dua bulan. Pengerjaan paket
kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih ini memakan waktu selama dua
bulan yang terhitung sejak awal November hingga akhir Desember 2010.
Selanjutnya kelompok biaya diperhitungkan yang ketiga yaitu biaya
diperhitungkan pada budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan.
Komponen biaya diperhitungkan ini terdiri dari pengeluaran untuk upah tenaga
kerja dalam keluarga dan biaya penyusutan peralatan. pada Tabel 20 di bawah ini
tersaji informasi mengenai keseluruhan komponen biaya diperhitungkan yang ada
pada budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan.
Tabel 20. Komponen Biaya Diperhitungkan Budidaya Jamur Tiram Putih dengan
Sistem Kemitraan di P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - April 2011
No. Komponen Biaya
Diperhitungkan Kebutuhan Satuan
Harga
(Rp)
Nilai
(Rp) %
1 Tenaga Kerja dalam
Keluarga 180 HOK 15.000 2.700.000 98,71
2 Penyusutan Peralatan 35.417 1,29
Total Biaya Diperhitungkan 2.735.417 100
Sumber : Data Primer, diolah
102
Berdasarkan Tabel 20 tersebut, dapat diketahui bahwa biaya untuk
memperhitungkan tenaga anggota keluarga di P4S Nusa Indah yang terpakai dalam
budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan ini memiliki porsi yang paling
besar yaitu sebesar 98,71% dari keseluruhan biaya tidak tunai ini. Anggota keluarga
yang ikut serta dalam menjalankan budidaya jamur tiram putih dengan sistem
kemitraan di P4S Nusa Indah ini hanya satu orang. Tenaga yang dikeluarkan oleh
anggota keluarga yang turut serta dalam budidaya jamur tiram putih termasuk ke
dalam salah satu komponen biaya mengingat bagaimana pun juga tenaga yang
dipakai tersebut harus mendapatkan imbalan yang sesuai walaupun terkadang sering
terlupa dalam perhitungan akhir pada laporan laba-rugi suatu usaha. Pada budidaya
jamur tiram putih dengan sistem kemitraan di P4S Nusa Indah ini, anggota keluarga
yang turut mengorbankan tenaga untuk menjalankan usaha ini dihargai Rp. 10.000,-
/hari. Selama periode November 2010 - April 2011 hari kerja untuk budidaya jamur
tiram putih dengan sistem kemitraan ini sebanyak 180 hari. Tenaga kerja dalam
keluarga yang turut serta dalam pembudidayaan jamur tiram putih ini
mengalokasikan tenaga dan waktunya pada pukul 14.00 s/d 17.00 WIB setiap satu
pekan dalam budidaya jamur tiram putih (kecuali hari libur nasional).
Peralatan yang digunakan unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah
dalam menghasilkan 14.002,25 kg jamur tiram putih segar selama periode
November 2010 - April 2011 mengalami suatu penurunan nilai yang biasa
dimasukkan ke dalam biaya penyusutan peralatan. Biaya penyusutan akibat
penurunan nilai peralatan selama periode tersebut adalah sebesar Rp. 35.417,-.
103
5.1.3 Biaya Total
Biaya total usaha jamur tiram putih pada P4S Nusa Indah selama periode
November 2010 - Mei 2011 merupakan penjumlahan seluruh komponen biaya,
baik biaya tunai maupun biaya yang diperhitungkan. Keseluruhan komponen
biaya total pada usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah dapat dilihat pada
Tabel 21 di bawah ini.
Tabel 21. Komponen Biaya Total Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah,
Periode November 2010 - Mei 2011
Jenis Biaya Kelompok Produksi Nilai
(Rp)
Jumlah
(Rp) %
I. Biaya Tunai
Baglog Jamur Tiram Putih
Siap Panen 84.943.355
237.422.390 96,57 Paket Kemitraan Investasi
Usahatani Jamur Tiram Putih 32.000.000
Budidaya Jamur Tiram Putih
dengan Sistem Kemitraan 120.479.035
II. Biaya
Diperhitungkan
Baglog Jamur Tiram Putih
Siap Panen 4.944.433
8.429.850 3,43 Paket Kemitraan Investasi
Usahatani Jamur Tiram Putih 750.000
Budidaya Jamur Tiram Putih
dengan Sistem Kemitraan 2.735.417
Biaya Total 245.852.240 100 Sumber : Data Primer, diolah
Berdasarkan Tabel 21 di atas, komponen biaya terbesar dalam porsi
keseluruhan biaya total usaha jamur tiram putih adalah biaya tunai dengan
persentase 96,57%. Besarnya biaya tunai tersebut didominasi oleh tingginya biaya
pada budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Sedangkan porsi
terkecil dalam keseluruhan biaya total usaha jamur tiram putih adalah biaya
diperhitungkan dengan biaya yang melekat pada paket kemitraan investasi
usahatani jamur tiram putih sebagai komponen biaya diperhitungkan yang terkecil.
104
Tingkat persentase yang tinggi dari pengeluaran tunai pada biaya total yang
didominasi biaya tunai budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan ini
disebabkan oleh besarnya biaya untuk bagi hasil dengan wirausahawan jamur tiram
putih selaku mitra. Hal ini dilakukan mengingat P4S Nusa Indah bekerjasama
dengan mitra dalam mengelola, merawat, dan memasarkan jamur tiram putih segar.
Selanjutnya porsi terkecil dalam keseluruhan biaya (biaya total) usaha jamur
tiram putih yang dijalankan P4S Nusa Indah adalah biaya diperhitungkan. Selaku
biaya dengan persentase terkecil dari keseluruhan biaya (biaya total) pada usaha
jamur tiram putih, biaya diperhitungkan pada paket kemitraan investasi usahatani
jamur tiram putih memiliki sumbangsih terkecil. Hal ini dikarenakan biaya tenaga
kerja dalam keluarga sebagai satu-satunya pengisi komponen biaya diperhitungkan
pada paket kemitraan investasi tersebut hanya menyumbang sedikit sekali
pengeluaran. Rendahnya tingkat sumbangsih biaya ini dikarenakan jumlah anggota
keluarga yang ikut serta dalam kegiatan ini sedikit dan ditambah lagi dengan durasi
kerja yang relatif singkat karena hanya memakan waktu dua bulan.
5.2 Hasil Analisis Penerimaan Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah
Penerimaan usaha ini merupakan nilai produksi yang diterima usaha jamur
tiram putih P4S Nusa Indah. Penerimaan utama unit usaha jamur tiram putih P4S
unggulan Kecamatan Tamansari ini diperoleh dari produksi baglog jamur tiram
putih siap panen yang merupakan hasil kali antara produksi dengan harga jual
baglog jamur tiram putih tersebut atau yang biasa disebut dengan hasil penjualan.
Selain itu, saat ini penerimaan bagi P4S Nusa Indah juga diperoleh dari
budidaya jamur tiram putih yang jika dilihat lebih rinci bersumber bukan hanya dari
105
hasil penjualan baglog jamur tiram putih siap panen saja, namun juga berasal dari
jasa pembangunan kumbung budidaya jamur tiram putih, dan penjualan jamur tiram
putih segar yang dibudidayakan dengan sistem kemitraan. Lebih lanjut setiap
penerimaan yang diperoleh unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah ini akan
dibahas berikut ini.
5.2.1 Penerimaan dari Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen
Selama periode November 2010 - Mei 2011, unit usaha jamur tiram putih
P4S Nusa Indah telah menghasilkan 60.000 baglog jamur tiram putih siap panen
dengan ukuran 17 cm x 35 cm dan berat rata-rata 1,2 kg untuk setiap baglog. Data
penerimaan P4S Nusa Indah yang diperoleh dari produksi baglog jamur tiram putih
siap panen dapat pada Tabel 22 di bawah ini.
Tabel 22. Komponen Penerimaan P4S Nusa Indah dari Produksi Baglog Jamur
Tiram Putih Siap Panen, Periode November 2010 - Mei 2011
No. Komponen Penerimaan Volume Produksi
(baglog)
Harga Jual
(Rp.)
Penerimaan
(Rp.)
1 Penjualan
Baglog
Sistem Pembelian Borongan 40.000 1.800 72.000.000
Sistem Pembelian Eceran 20.000 2.000 40.000.000
2 Jasa Pengiriman Baglog 60.000 100 6.000.000
Total 118.000.000
Sumber : Data Primer, diolah
Berdasarkan Tabel 22 di atas, dapat dijelaskan bahwa terdapat dua macam
harga jual baglog jamur tiram putih siap panen yang ditetapkan P4S Nusa Indah.
Harga jual yang pertama ditetapkan untuk pembelian borongan dan yang kedua
harga jual untuk pembelian eceran. Pembelian borongan atau sistem partai merupakan
pembelian baglog jamur tiram putih siap panen dengan volume lebih dari sama
dengan lima ribu baglog (> 5.000 baglog) dan harga jual yang ditetapkan sebesar
106
Rp. 1.800,- untuk setiap media tanam (baglog) jamur tiram putih siap panen.
Selama periode November 2010 - Mei 2010 terdapat 3 kali pesanan baglog dengan
sistem partai dan telah menjual 40.000 baglog jamur tiram putih siap panen.
Sedangkan harga jual media tanam (baglog) jamur tiram putih siap panen sebesar
Rp. 2.000,-/baglog ditetapkan untuk pembelian eceran atau sistem satuan. Harga
jual baglog jamur tiram putih siap panen tersebut diberikan terhadap pembelian
baglog dengan jumlah < 5.000 baglog. Pada periode yang sama unit usaha jamur
tiram putih P4S Nusa Indah ini juga telah menjual 20.000 baglog tiram putih siap
panen untuk 7 kali pesanan baglog dengan sistem pembelian satuan (eceran).
Kemudian pada Tabel 22 tersebut, dapat juga terlihat bahwa terdapat
sumber penerimaan dari jasa pengiriman baglog jamur tiram putih siap panen. Jasa
pengiriman ini dapat digunakan oleh pelanggan baglog jamur tiram putih siap panen
P4S Nusa Indah dengan syarat dan ketentuan tertentu. Volume pembelian minimal
adalah 1.500 baglog dan akan dikenakan biaya tambahan sebesar Rp. 100,-/baglog
untuk dapat memanfaatkan fasilitas ini. Selama periode November 2010 - Mei
2011, setiap volume pembelian adalah lebih dari 1.500 baglog dan semua pelanggan
meminta pesanan baglog jamur tiram putih siap panen dikirim ke lokasi budidaya.
5.2.2 Penerimaan dari Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih
Pada selang waktu November 2010 - Mei 2011 P4S Nusa Indah dalam
menjalankan usaha jamur tiram putih memperoleh penerimaan bukan hanya dari
fokus usaha yang selama ini dijalankan, yaitu produksi baglog jamur tiram putih
siap panen, namun juga berasal dari dua sumber lain yang salah satunya adalah
paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih. Sumber penerimaan yang
107
satu ini diperoleh P4S Nusa Indah dengan memberikan jasa pembangunan kumbung
budidaya jamur tiram putih yang dilakukan selama rentang waktu dua bulan
(November - Desember 2010).
Paket kemitraan investasi ini merupakan penjualan jasa P4S Nusa Indah
dalam membangun kumbung budidaya jamur tiram putih. Hal ini dilakukan
mengingat wirausahawan jamur tiram putih yang pada awalnya hanya berniat
membeli baglog jamur tiram putih siap panen dari P4S Nusa Indah saja, namun
pada suatu momentum akhirnya meminta P4S Nusa Indah untuk mendirikan
kumbung budidaya jamur tiram putih dan menentukan lokasi penempatan kumbung
budidaya yang sesuai. Kumbung budidaya jamur tiram putih merupakan salah satu
investasi pokok dalam usahatani jamur tiram putih. Informasi lebih lanjut tersaji
pada Tabel 23 di bawah ini.
Tabel 23. Komponen Penerimaan P4S Nusa Indah dari Paket Kemitraan Investasi
Usahatani Jamur Tiram Putih, Periode November 2010 - Januari 2011
No. Jenis Penerimaan Volume
Produksi Satuan
Harga Jual
(Rp.)
Penerimaan
(Rp.)
1 Jasa Pembangunan Kumbung
Budidaya Jamur Tiram Putih 4 Unit 10.000.000 40.000.000
Total 40.000.000 Sumber : Data Primer, diolah
Berdasarkan Tabel 23 di atas, paket kemitraan investasi ini sepakat untuk
mendirikan kumbung budidaya sebanyak 4 unit dengan ukuran 7 m x 10 m. Pola
kemitraan antara P4S Nusa Indah dengan mitra dalam investasi usahatani jamur
tiram putih meliputi jasa pembangunan kumbung budidaya. Secara lebih rinci
dijelaskan bahwa untuk jasa pembangunan kumbung budidaya jamur tiram putih,
P4S Nusa Indah menawarkan harga Rp. 10.000.000,- kepada mitra untuk setiap unit
kumbung.
108
5.2.3 Penerimaan dari Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan
Sumber perolehan peneriman lain bagi P4S Nusa Indah berasal dari
budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. P4S Nusa Indah bermitra
dengan wirausahawan jamur tiram putih untuk membudidayakan jamur tiram putih
selama periode November 2010 - April 2011. Sistem kemitraan yang terjadi yaitu
mitra meminta P4S Nusa Indah untuk melakukan pengelolaan, perawatan hingga
pemasaran jamur tiram putih. Kemudian dilakukan pembagian hasil perolehan
penjualan jamur tiram putih segar antara P4S Nusa Indah dengan mitra dengan
perbandingan 94% untuk wirausahawan jamur tiram putih dan 6% untuk P4S Nusa
Indah. Harga jual di pasaran untuk setiap kilogram jamur tiram putih segar yang
ditetapkan P4S Nusa Indah adalah Rp. 9.000,-/kg. Informasi lebih lanjut dapat
dilihat pada Tabel 24 di bawah ini.
Tabel 24. Komponen Penerimaan P4S Nusa Indah dari Budidaya Jamur Tiram
Putih dengan Sistem Kemitraan, Periode November 2010 - Mei 2011
No. Kumbung Kapasitas
(Baglog)
Volume Produksi
(Kg)
Harga Jual
(Rp./Kg)
Nilai
(Rp.)
1 I 10.000 4.101,50
9.000
36.913.500
2 II 10.000 3.937,50 35.437.500
3 III 10.000 3.864,85 34.783.650
4 IV 5.000 2.098,40 18.885.600
Total 35.000 14.002,25 126.020.250 Sumber : Data Primer, diolah
Berdasarkan Tabel 24 di atas, dapat dilihat bahwa kumbung budidaya
sebagai tempat budidaya jamur tiram putih hasil kerjasama P4S Nusa Indah dengan
mitra dalam menghasilkan jamur tiram putih segar yang terisi dengan 35.000 baglog
mampu menghasilkan 14.002,25 kg jamur tiram putih segar. Hal ini mengindikasikan
bahwa setiap baglog jamur tiram putih mampu menghasilkan rata-rata 4 ons jamur
109
tiram putih segar. Kemudian dari sejumlah jamur tiram putih segar hasil budidaya
tersebut, dipasarkan dan dijual oleh P4S Nusa Indah dengan harga Rp. 9.000,-/kg.
Oleh karena itu, penerimaan yang diperoleh P4S Nusa Indah pada budidaya jamur
tiram putih dengan sistem kemitraan dari hasil penjualan jamur tiram putih segar
adalah sebesar Rp. 126.020.250,-.
5.5.3 Penerimaan Total
Seluruh pemasukan pada usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah
merupakan penerimaan total. Penerimaan yang terjadi di P4S Nusa Indah dalam
menjalankan usaha jamur tiram putih bersumber dari produksi baglog jamur tiram
putih siap panen, paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih, dan
budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Keseluruhan penerimaan pada
usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah dapat dilihat pada Tabel 25 berikut ini.
Tabel 25. Komponen Penerimaan Total Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah,
Periode November 2010 - Mei 2011
No. Sumber Penerimaan Nilai
(Rp.) %
1 Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen 118.000.000 41,55
2 Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih 40.000.000 14,08
3 Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan 126.020.250 44,37
Penerimaan Total 284.020.250 100 Sumber : Data Primer, diolah
Berdasarkan Tabel 25 tersebut, terlihat bahwa penerimaan dari budidaya
jamur tiram putih dengan sistem kemitraan menyumbang pemasukan terbesar
terhadap keseluruhan penerimaan, yaitu sebesar 44,37%. Sedangkan penerimaan
yang diperoleh dari paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih
memiliki porsi terkecil yaitu sebesar 14,08% pada komponen penerimaan total.
110
Besarnya penerimaan yang diperoleh dari budidaya jamur tiram putih
dengan sistem kemitraan tersebut didukung oleh sumbangsih hasil penjualan jamur
tiram putih segar. Hasil penjualan 14.002,25 kg jamur tiram putih segar tersebut
memunculkan perolehan penerimaan dengan nilai nominal Rp. 126.020.250,-. Nilai
penerimaan dari hasil penjualan jamur tiram putih segar ini dapat menyumbang
dengan porsi yang cukup besar pada penerimaan total karena kuantitas volume
produksi yang cukup banyak dan ditunjang dengan tingkat harga jual yang stabil.
5.3 Hasil Analisis Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah
Pendapatan usaha jamur tiram putih merupakan selisih antara keseluruhan
penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan usaha jamur tiram
putih. Analisis pendapatan dibagi menjadi dua, yaitu pendapatan atas biaya tunai
dan pendapatan atas biaya total. Analisis pendapatan usaha jamur tiram putih P4S
Nusa Indah dapat dilihat pada Tabel 26 berikut ini.
Tabel 26. Analisis Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah, Periode
November 2010 - Mei 2011
No. Uraian Nilai
(Rp)
1 Penerimaan 284.020.250
2 Biaya Tunai 237.422.390
3 Biaya yang Diperhitungkan 8.429.850
4 Biaya Total (2 + 3) 245.852.240
5 Pendapatan atas Biaya Tunai (1 - 2) 46.597.860
6 Pendapatan atas Biaya Total (1 - 4) 38.168.010 Sumber : Data Primer, diolah
Berdasarkan Tabel 26 di atas dapat diketahui bahwa nilai pendapatan atas
biaya tunai (pendapatan kotor) terlihat lebih besar dari nilai pendapatan atas biaya
total (pendapatan bersih). Hal ini terjadi karena pendapatan atas biaya tunai tidak
111
memperhitungkan biaya yang diperhitungkan seperti gaji tenaga kerja dalam
keluarga, biaya penyusutan, dan nilai lahan sendiri. Sedangkan pendapatan atas
biaya total memasukkan seluruh biaya baik biaya tunai maupun biaya yang
diperhitungkan untuk diperhitungkan selisihnya dengan penerimaan total. Nilai
pendapatan total tersebut menggambarkan keuntungan yang sebenarnya diperoleh
oleh unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah.
Besarnya pendapatan usaha jamur tiram putih ini telah cukup memadai
karena pendapatan yang diperoleh telah cukup untuk membayar seluruh biaya
pembelian sarana produksi termasuk seluruh biaya adrninistrasi yang melekat pada
pembelian tersebut. Usaha jamur tiram putih seperti ini sudah dapat dikatakan
berhasil karena penerimaan yang diperoleh sudah mencukupi untuk membayar
seluruh biaya yang dikeluarkan selama masa produksi baik tunai maupun yang
diperhitungkan dan masih tetap menghasilkan selisih yang positif berupa laba.
5.4 Hasil Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah
Nilai pendapatan yang diperoleh dari selisih penerimaan dengan biaya
belum cukup menunjukkan keberhasilan, keefisiensian, bahkan kelayakan suatu
usaha, termasuk pada usaha jamur tiram putih yang dijalankan P4S Nusa Indah.
Dibutuhkan analisa lebih mendalam utnuk melihat hal tersebut.
Analisis tersebut dapat dilakukan melalui analisis R/C Ratio, B/C Ratio,
dan BEP (titik impas). Analisis lebih mendalam mengenai usaha jamur tiram putih
yang dijalankan P4S Nusa Indah dengan menggunakan beberapa alat analisis yang
telah disebutkan di atas dapat dilihat pada penjelasan berikut ini.
112
5.4.1 Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya (R/C Ratio)
Keuntungan relatif dari usaha jamur tiram putih ini dapat dihitung dengan
menggunakan analisis R/C ratio. Analisis ini membandingkan keseluruhan
penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan. Analisis rasio penerimaan atas
biaya (R/C ratio) dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua jenis, yaitu R/C
ratio atas biaya tunai dan R/C ratio atas biaya total. Pengelompokan ini dilakukan
untuk melihat imbangan antara penerimaan yang diterima dengan pengeluaran
tunai dan memantau imbangan yang terjadi pada penerimaan dengan biaya yang
diperhitungkan seperti yang dapat dilahat pada Tabel 27 di bawah ini.
Tabel 27. Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya Usaha Jamur Tiram Putih P4S
Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011
No. Uraian
Nilai
(Rp)
1 Penerimaan 284.020.250
2 Biaya Tunai 237.422.390
3 Biaya yang Diperhitungkan 8.429.850
4 Biaya Total (2 + 3) 245.852.240
5 R/C ratio atas Biaya Tunai (1 / 2) 1,20
6 R/C ratio atas Biaya Total (1 / 4) 1,16
Sumber : Data Primer, diolah
Berdasarkan Tabel 27 di atas, maka dapat dilihat bahwa nilai R/C ratio atas
biaya tunai sebesar 1,20. Hal ini berarti setiap Rp. 1.000,- biaya tunai yang
dikeluarkan P4S Nusa Indah dalam menjalankan usaha jamur tiram putih maka
akan memberikan penerimaan kembali sebesar Rp 1.120,-. Sedangkan nilai R/C
ratio atas biaya total diperoleh sebesar 1,16 yang mengindikasikan bahwa setiap
Rp. 1.000,- atas keseluruhan biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan
sebesar Rp 1.160,- kepada unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah.
113
Dari kedua nilai R/C atas biaya tunai dan atas biaya total tersebut, walaupun
berbeda namun dapat menunjukkan bahwa usaha jamur tiram putih yang dilakukan
P4S Nusa Indah menguntungkan. Usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah dapat
dikatakan efisien karena memiliki nilai rasio penerimaan atas biaya yang lebih dari
satu (R/C ratio > 1) sehingga kegiatan usaha jamur tiram putih layak karena
memberikan penerimaan lebih besar dari pada pengeluarannya.
Nilai R/C ratio pada analisis imbangan penerimaan dengan biaya ini
memiliki nada yang sama dengan penelitian-penelitian tentang analisis usaha jamur
tiram putih yang pernah dilakukan sebelumnya. Pada penelitian Juanto di tahun
2008 yang mengambil lokasi penelitian di Kecamatan Tamansari misalnya, nilai
R/C ratio atas biaya tunai diperoleh sebesar 1,63. Hal serupa juga dikemukakan
penelitian Nasution di tahun 2010 yang menyebutkan bahwa usaha jamur tiram
putih mampu memberikan penerimaan yang lebih besar daripada pengeluaran
dengan nilai R/C ratio atas biaya tunai sebesar 1,63. Pada penelitian ini, walaupun
nilai R/C ratio yang diperoleh tidak sebesar beberapa penelitian di atas, namun
perbedaannya tidak terpaut jauh.
Kecilnya nilai R/C ratio penelitian ini tidak menyurutkan makna bahwa
usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah tidak menguntungkan dan tidak layak,
namun hasil R/C ratio tetap berada di atas indikator analisis perbandingan
penerimaan atas biaya. Selain itu, usaha jamur tiram putih yang dijalankan oleh
P4S Nusa Indah bukan semata-mata profit oriented (orientasi keuntungan) namun
lebih kepada social oriented yang mengajarkan petani dan masyarakat sekitar
tentang usaha jamur tiram putih dengan menjadi contoh langsung.
114
5.4.2 Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya (B/C Ratio)
Dalam melaksanakan suatu usaha, terlebih itu merupakan usaha di bidang
pertanian maka sasaran utama adalah mendapatkan hasil semaksimal mungkin.
Oleh karena itu diperlukan sesuatu yang diberikan (inputi) pada komoditi
pertanian yang dibisniskan, baik mengeluarkan biaya atau tidak sehingga dapat
diperoleh sesuatu output. Upaya para pelaku usaha dalam memperhitungkan input
dan output semakin nyata dilakukan dan dikenal dengan sebutan analisis usaha
yang salah satu alatnya adalah analisis B/C Ratio.
Perbandingan antara pendapatan yang diperoleh dengan biaya yang
dikeluarkan dalam menjalankan usaha seperti usaha jamur tiram putih di P4S
Nusa Indah ini merupakan analisis yang digunakan untuk melihat tingkat nilai
pendapatan yang diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan. Nilai B/C ratio
yang digunakan pada analisis ini meliputi nilai B/C ratio atas biaya tunai dan nilai
B/C ratio atas biaya total. Komponen rasio keuntungan atas biaya pada usaha
jamur tiram putih P4S Nusa Indah dapat dilihat pada Tabel 28 di bawah ini.
Tabel 28. Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya Usaha Jamur Tiram Putih P4S
Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011
No. Uraian Nilai
(Rp)
1 Penerimaan 284.020.250
2 Biaya Tunai 237.422.390
3 Biaya yang Diperhitungkan 8.429.850
4 Biaya Total (2 + 3) 245.852.240
5 Pendapatan atas Biaya Tunai (1 - 2) 46.597.860
6 Pendapatan atas Biaya Total (1 - 4) 38.168.010
7 B/C ratio atas Biaya Tunai (E / B) 0,20
8 B/C ratio atas Biaya Total (F / D) 0,16
Sumber : Data Primer, diolah
115
Berdasarkan Tabel 28 tersebut, dapat diketahui bahwa nilai B/C ratio atas
biaya tunai selama periode November 2010 - Mei 2011 sebesar 0,20 yang
mengindikasikan bahwa setiap Rp. 1.000,- biaya tunai yang dikeluarkan untuk
usaha jamur tiram putih akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 200,-.
Sedangkan nilai B/C ratio atas biaya total sebesar 0,16 dapat mengandung arti
bahwa setiap Rp. 1.000,- yang dikeluarkan untuk biaya total pada unit usaha jamur
tiram putih P4S Nusa Indah akan memberikan pendapatan sebesar Rp. 160,-.
Perbedaan pada hasil perhitungan B/C ratio atas biaya tunai dengan B/C
ratio atas biaya total dikarenakan perbedaan pada biaya yang dipakai dalam
perhitungan sehingga membuat nilai B/C raio atas biaya total lebih kecil
dibandingkan B/C ratio atas biaya tunai. Nilai B/C ratio atas biaya total
menggunakan biaya secara keseluruhan baik biaya tunai maupun biaya yang
diperhitungkan dalam perhitungan perbandingan dengan keuntungan yang
diperoleh.
Nilai B/C ratio atas biaya tunai dan B/C ratio atas biaya total memang
menunjukkan perbedaaan. Akan tetapi jika dilihat lebih lanjut akan menunjukkan
bahwa usaha jamur tiram putih yang dijalankan unit usaha jamur tiram putih P4S
Nusa Indah masih mendatangkan keuntungan mengingat baik nilai B/C ratio atas
biaya tunai maupun B/C ratio atas biaya total lebih besar dari nol (B/C ratio > 0).
Hal ini berarti usaha jamur tiram putih tersebut dapat memberikan manfaat dan
bahkan dapat dikatakan layak untuk terus dilanjutkan.
116
5.4.3 Analisis Break Even Point (BEP)
Break Even Point adalah keadaan suatu usaha ketika tidak memperoleh
laba dan tidak menderita rugi. Oleh karena itu analisis break even point atau titik
impas produksi digunakan guna menunjukkan tingkat produksi, dalam hal ini
produksi pada usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah yang tidak
menyebabkan kerugian maupun keuntungan. Selain itu, analisis BEP yang
dilakukan dapat mengetahui jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan
agar perusahaan tidak mengalami kerugian, mengetahui jumlah penjualan yang
harus dicapai untuk memperoleh tingkat keuntungan tertentu, mengetahui
seberapa jauh berkurangnya penjualan, serta mengetahui bagaimana efek
perubahan harga jual, biaya, dan volume penjualan terhadap keuntungan.
Dengan kata lain, dalam kondisi demikian laba yang diperoleh adalah nol
(impas). Pada analisis ini, titik impas produksi selain dinyatakan dalam satuan
kilogram, juga dinyatakan dalam satuan rupiah. Menurut Halim (2007:188),
penggunaan rumus BEP agar bisa diterapkan, harus memenuhi asumsi bahwa suatu
perusahaan dengan produk output lebih dari satu maka perhitungan BEP-nya
dilakukan satu per satu secara terpisah.
Dalam menentukan titik impas (BEP) produksi perlu diketahui biaya
produksi total dan penerimaan total. Untuk biaya produksi total harus diketahui
terlebih dahulu biaya tetap total dan biaya variabel total seperti yang terlihat pada
Tabel 29 berikut ini.
117
Tabel 29. Komponen Biaya (Berdasarkan Jumlah Output yang Dihasilkan) Usaha
Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011
Komponen Biaya Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen Jumlah
Biaya Tetap
1) Listrik dan Air 210.000
5.154.433
2) Penyusutan Peralatan 740.133
3) Penyusutan Bangunan 1.540.000
4) Nilai Sewa Lahan Sendiri 69.300
5) Tenaga Kerja dalam Keluarga 2.595.000
Biaya
Variabel
1) Bibit 6.000.000
84.733.355
2) Serbuk Kayu 6.379.355
3) Dedak 7.741.935
4) Kapur 2.322.581
5) Gipsum 1.935.484
6) Plastik Media 3.960.000
7) Karet Gelang 318.000
8) Kayu Bakar 400.000
9) Cincin Bambu 1.000.000
10) Kertas 60.000
11) Spirtus 126.000
12) Alkohol 90.000
13) Gaji TK (Tenaga Kerja) 46.710.000
14) Bonus Lembur TK 5.190.000
15) Transportasi Baglog 2.500.000
Total Biaya Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen 89.887.788
Komponen Biaya Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih Jumlah
Biaya Tetap 1) Tenaga Kerja dalam Keluarga 750.000 750.000
Biaya
Variabel 1) Jasa Pembangunan Kumbung 32.000.000 32.000.000
Total Biaya Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih 32.750.000
Komponen Biaya Budidaya Jamur Tiram Putih Dengan Sistem Kemitraan Jumlah
Biaya Tetap 1) Penyusutan Peralatan 35.417
2.735.417 2) Tenaga Kerja dalam Keluarga 2.700.000
Biaya
Variabel
1) Plastik Kemasan Jamur 560.000
120.479.035 2) Tranportasi Pemasaran Jamur 1.460.000
3) Bagi Hasil 118.459.035
Total Biaya Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan 123.214.452
Biaya Total 245.852.240
Sumber : Data Primer, diolah
118
Pada Tabel 29 tersebut, dapat diketahui nilai biaya tetap dan biaya variabel.
Oleh karena itu maka dapat dilakukan analisis break even point di usaha jamur
tiram putih P4S Nusa Indah seperti yang terlihat pada Tabel 30 di bawah ini.
Tabel 30. Analisis Break Even Point Volume Produksi dan Harga Jual pada Usaha
Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011
No. Kelompok
Produksi
Volume
Produksi
Biaya Total
(Rp.)
Harga Jual
(Rp.)
BEP Volume
Produksi
BEP Harga Jual
(Rp.)
1
Baglog Jamur
Tiram Putih Siap
Panen
60.000
Baglog 89.887.788 1.866,67
*
48.155
Baglog 1.498,13
2
Paket Kemitraan
Investasi Usahatani
Jamur Tiram Putih
4
Kumbung 32.750.000 10.000.000
3,25
Kumbung 8.187.500
3
Budidaya Jamur
Tiram Putih dengan
Sistem Kemitraan
14.002,25
Kg
123.214.45
2 9.000
13.690,50
Kg 8.799,62
Sumber : Data Primer, diolah
Keterangan : * Harga Jual Pokok untuk Setiap Produk Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen
Berdasarkan hasil analisis break even point seperti yang terlihat pada Tabel
30 di atas, maka dapat dijelaskan bahwa usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah
mampu mendatangkan keuntungan karena volume produksi dan harga jual baglog
jamur tiram putih siap panen, paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih,
dan budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan yang dihasilkan lebih
tinggi daripada titik impasnya atau BEP (Break Even Point).
Produk baglog jamur tiram putih siap panen yang dihasilkan sebanyak
60.000 baglog dengan harga jual pokok sebesar Rp. 1.866,67,- yang berarti lebih
tinggi daripada nilai titik impas produksi sebesar 48.155 baglog dan titik impas
harga jual sebesar Rp. 1.498,13,-. Begitu pun dengan volume produksi dan harga
jual paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih yang diberikan P4S Nusa
Indah juga lebih tinggi daripada titik impasnya. Nilai BEP volume produksi yang
119
dihasilkan sebanyak 3,25 kumbung (setara dengan 3 kumbung ukuran 70 m2 dan 1
kumbung ukuran 17,5 m2) dan BEP harga jual sebesar Rp. 8.187.500,- sedangkan
volume produksi pada jasa paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih
sebanyak 4 kumbung ukuran 70 m2 serta harga jual dalam paket ini sebesar Rp.
10.000.000,-. Hal yang sama juga terjadi pada hasil analisis BEP volume produksi
dan BEP harga jual pada budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan.
Volume produksi dan harga jual yang ada ternyata lebih tinggi dari nilai titik impas
volume produksi dan harga jual. Volume produksi pada budidaya jamur tiram putih
dengan sistem kemitraan berada pada tingkat 14.002,25 kg sedangkan BEP volume
produksi menempati level (tingkat) 13.690,50 kg dan harga jual yang ditetapkan
sebesar Rp. 9.000,- sedangkan nilai titik impasnya sebesar Rp. 8.799,62,-.
Walaupun perbedaan antara nilai BEP volume produksi dan harga jual
dengan volume produksi dan harga jual yang ada tidak terlalu besar bahkan
cenderung relatif kecil. Hal ini tidak sampai menggeser makna bahwa usaha jamur
tiram putih yang dijalankan P4S Nusa Indah selama perode November 2010 - Mei
2011 menjadi tidak menguntungkan dan tidak layak. Namun justru sebaliknya,
usaha tersebut telah mampu memberikan keuntungan bagi pelaku usahanya
berdasarkan hasil analisis break even point.
Lebih lanjut analisis break even point dapat pula dinyatakan dalam nilai
BEP penerimaan. Nilai BEP penerimaan merupakan suatu titik yang dapat menjadi
salah satu indikator keseimbangan antara laba dan rugi suatu usaha. Pada usaha
jamur tiram putih di P4S Nusa Indah, saat dianalisis menggunakan BEP penerimaan
maka akan diperoleh nilai sebesar Rp. 18.283.272,- untuk titik impas produksi
120
baglog jamur tiram putih siap panen, nilai BEP penerimaan sebesar Rp. 3.750.000,-
sebagai titik impas paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih, nilai BEP
penerimaan sebesar Rp. 62.209.803,- sebagai titik impas pada budidaya jamur
tiram putih dengan sistem kemitraan. Informasi lebih lanjut dapat terlihat seperti
yang ada pada Tabel 31 di bawah ini.
Tabel 31. Analisis Break Even Point Penerimaan pada Usaha Jamur Tiram Putih
P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011
No. Kelompok
Produksi
Penerimaan Total
(Rp,)
Biaya Variabel Total
(Rp.)
Biaya Tetap Total
(Rp.)
BEP Penerimaan
(Rp.)
1
Baglog Jamur
Tiram Putih Siap
Panen
118.000.000 84.733.355 5.154.433 18.283.272
2
Paket Kemitraan
Investasi Usahatani
Jamur Tiram Putih
40.000.000 32.000.000 750.000 3.750.000
3
Budidaya Jamur
Tiram Putih dengan
Sistem Kemitraan
126.020.250 120.479.035 2.735.417 62.209.803
Sumber : Data Primer. Diolah
Hasil penjualan 60.000 baglog jamur tiram putih siap panen menghasilkan
penerimaan sebesar Rp. 118.000.000,- sedangkan titik impas (break even point)
penerimaan yang diperoleh berada pada nilai Rp. 18.283.272,-, berarti tingkat
penerimaan yang diperoleh lebih tinggi dari pada nilai BEP penerimaan. Hal serupa
juga ditemui pada paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih yang
memperoleh penerimaan lebih tinggi daripada hasil perhitungan titik impas.
Penerimaan yang diperoleh P4S Nusa Indah pada paket kemitraan investasi
usahatani jamur tiram putih adalah sebesar Rp. 40.000.000,-. sedangkan nilai
perolehan rupiah minimum berdasarkan hasil perhitungan BEP penerimaan berada
pada posisi Rp. 3.750.000,-. Kemudian sama halnya pada budidaya jamur tiram
121
putih dengan sistem kemitraan yang memperoleh penerimaan yang lebih tinggi dari
pada nilai titik impas. Hasil perhitungan analisis BEP penerimaan memunculkan
nilai sebesar Rp. 62.209.803,-, sedangkan jumlah penerimaan yang diperoleh adalah
sebesar Rp. 126.020.250,-. Hal tersebut dapat digunakan sebagai salah satu
indikator keuntungan dan bahkan kelayakan suatu usaha. Ini berarti dapat
ditafsirkan bahwa usaha jamur tiram putih yang dijalankan P4S Nusa Indah selama
periode November 2010 - Mei 2011 mampu memberikan keuntungan karena
kondisi dan posisi penerimaan yang ada saat itu lebih tinggi daripada nilai titik
impas yang dimunculkan oleh hasil analisis BEP penerimaan.
Hal ini berarti untuk mencegah kerugian dan mempertahankan tingkat
penerimaan maka unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah harus menstabilkan
volume produksi lebih dari titik minimum. Untuk baglog jamur tiram putih siap
panen yang dijual harus dipertahankan pada titik produksi lebih dari 48.155 baglog
dan harga jual per baglog tidak kurang dari Rp. 1.498,13,-. Selain itu, dari sejumlah
baglog yang dihasilkan tersebut batas minimum hasil penjualan baglog jamur tiram
putih siap penen adalah Rp. 18.283.272,-. Sedangkan untuk paket kemitraan investasi
usahatani jamur tiram putih agar tetap berada pada kondisi menguntungkan maka
minimal permintaan jasa adalah pembangunan 3,25 unit kumbung (setara dengan 3
unit kumbung ukuran 70 m2 dan 1 unit kumbung ukuran 17,5 m
2) dengan tingkat
penerimaan harus lebih dari Rp. 3.750.000,-. Kemudian untuk budidaya jamur tiram
putih dengan sistem kemitraan, batas minimum produksi jamur tiram putih segar
adalah 13.690,50 kg dan harga jual tidak kurang dari Rp. 8.799,62,-/kg dengan
tingkat terendah penerimaan akan hasil penjualan sebesar Rp. 62.209.803,-.
122
Semua fenomena di atas mengindikasikan bahwa kegiatan-kegiatan
produktif yang dijalankan unit usaha jamur tiram putih tidak merugikan P4S Nusa
Indah mengingat nilai titik impas ketiganya yang lebih rendah daripada volume
produksi, harga jual, dan nilai penjualan (penerimaan). Oleh karena itu, produksi
sejumlah 60.000 baglog jamur tiram putih siap panen, dan 14.002,25 kg jamur
tiram putih segar serta jasa pembangunan 4 kumbung dengan harga jual masing-
masing yang menghasilkan sejumlah penerimaan dari setiap produk mampu
memberikan keuntungan.
Selama periode November 2010 - Mei 2011 tersebut. P4S Nusa Indah
mampu memproduksi dan menjual produknya pada tingkat yang lebih tinggi
daripada batas minimum penjualan dan memperoleh penerimaan yang lebih tinggi
daripada tingkat terendah hasil penjualan. Sehingga dapat dikatakan usaha jamur
tiram putih yang dijalankan menguntungkan dan layak untuk terus dilanjutkan.
5.5 Pemasaran Produk Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah
Usaha jamur tiram putih yang dilakukan P4S Nusa Indah saat ini dapat
dikatakan menghasilkan tiga output yang terdiri dari produk dan jasa, yaitu baglog
(media tanam) jamur tiram putih siap panen, paket kemitraan investasi usahatani
jamur tiram putih, dan budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan.
Produksi baglog menghasilkan baglog jamur tiram putih siap panen, paket
kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih meliputi jasa pembangunan
kumbung budidaya, dan budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan terdiri
dari jasa pengelolaan, perawatan, produksi dan pemasaran jamur tiram putih segar
dengan bekerja sama dalam suatu sistem kemitraan.
123
Masing-masing output (keluaran) tersebut memiliki karakteristik pemasaran
yang berbeda. Output baglog jamur tiram putih yang dihasilkan P4S Nusa Indah
bisa dikatakan sudah memiliki pasar tetap dengan jumlah pelanggan yang masih
terus bertambah. Semenjak dimulainya kerjasama antara P4S Nusa Indah dengan
wirausahawan jamur tiram putih pada bulan November 2010 hingga bulan Mei
2011. jumlah output baglog jamur tiram putih siap panen yang dihasilkan P4S
Nusa Indah adalah 60.000 baglog.
Paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih yang oleh ditawarkan
P4S Nusa Indah sejauh ini baru yang pertama kali. Pelanggannya adalah
wirausahawan jamur tiram putih yang sebenarnya merupakan pemain baru dalam
usaha budidaya jamur tiram putih. Sehingga mitra tersebut tertarik untuk
menempatkan dan mendirikan kumbung budidaya yang tepat dan sesuai dalam
usahatani jamur tiram putih Wirausahawan jamur tiram putih tersebut berasal dari
daerah Jakarta dengan domisili berada di wilayah Ciputat, Tangerang Selatan.
Kemudian untuk paket kemitraan budidya jamur tiram putih ini juga baru
pertama kali dilakukan oleh P4S Nusa Indah. Pelanggan yang memakai jasa P4S
Nusa Indah ini merupakan orang yang sama dengan pelanggan pada paket
kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih di atas. Pada paket kemitraan ini,
didalamnya terdapat aktivitas produksi jamur tiram putih segar dan P4S Nusa
Indah berkewajiban memasarkannya. Dalam memasarkan produk jamur tiram
putih, P4S Nusa Indah memilih pasar lokal seperti pasar Bogor, pasar Kemang
(Parung), dan pasar Cisarua.
124
Pada pembahasan mengenai pemasaran kali ini, akan lebih ditampilkan
pemasaran ouput P4S Nusa Indah yang berwujud produk, seperti baglog jamur
tiram putih siap panen dan jamur tiram putih segar. Berikut dipaparkan mengenai
pemasaran produk-produk pada usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah.
5.5.1 Pemasaran Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen
Usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah yang menghasilkan baglog jamur
tiram putih siap panen ini telah memiliki beberapa pelanggan tetap. Pada dasarnya
pelanggan tersebut merupakan kalangan petani dan wirausahawan jamur tiram
putih. Pelanggan baglog jamur tiram putih ini bukan hanya di daerah Bogor, namun
juga dari luar Bogor seperti Lampung, Jakarta, Cipanas, Parung, dan lain-lain. Data
pelanggan baglog jamur tiram putih P4S Nusa Indah dapat dilihat pada Tabel 32 di
bawah ini.
Tabel 32. Data Permintaan Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa
Indah Pada Bulan November 2010 - Mei 2011
No. Pelanggan
Volume
Pembelian
(baglog)
Jumlah
(Baglog)
1 Pelanggan
Tetap
1) Pak Isa 20.000
45.000
2) Pak H. Rifai (Lampung) 3.000
3) Pak Isa 15.000
4) Dipa 4.000
5) Pak H. Rifai (Lampung) 3.000
2 Pelanggan
Baru
1) Pak Ismail 5.000
15.000
2) Ibu Hj. Beti 3.000
3) Pak Rudi 2.000
4) Herman 3.000
5) Edi 2.000
Total 60.000 Sumber : Data Primer. diolah
125
Permintaan terhadap jamur tiram putih segar masih tinggi sehingga
peluang masih terbuka dan memungkinkan bertambahnya pendatang baru pada
usaha jamur tiram putih, khususnya budidaya jamur tiram putih. Secara tidak
langsung, permintaan akan jamur tiram putih segar ini juga akan meningkatkan
permintaan baglog jamur tiram putih siap panen. Hal ini dikarenakan tingkat
risiko pada pembuatan media tanam (baglog) yang tinggi membuat banyak petani
dan wirausahawan jamur tiram putih memilih untuk membeli dan menggunakan
baglog jamur tiram putih yang siap panen.
Harga jual untuk baglog jamur tiram putih siap panen bervariasi
berdasarkan jumlah pembelian. Dengan kata lain, ada dua variasi harga yang
berlaku. yaitu harga partai (borongan) dan harga satuan (eceran). Namun pada
dasarnya harga jual baglog jamur tiram putih siap panen P4S Nusa Indah mengacu
kepada harga jual pokok, harga partai digunakan sebagai bentuk diskon atau
potongan harga karena membeli dalam jumlah banyak. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 33 di bawah ini.
Tabel 33. Harga Jual Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen P4S Nusa Indah
No Sistem Pembelian Harga
(Rp.) Keterangan
1 Partai (Borongan) 1.800 Pembelian > 5.000 baglog
2 Satuan (Eceran) 2.000 Pembelian < 5.000 baglog
Sumber : Data Primer. diolah
Sistem pembayaran yang berlaku adalah sistem pembayaran tunai (cash) ,
baik transaksi pembelian langsung maupun pesanan. Pada pembelian pesanan,
pembayaran dilakukan secara tunai dan pada umumnya dibayar di muka walaupun
produk diproduksi.
126
5.5.2 Pemasaran Jamur Tiram Putih Segar
Memasarkan jamur relatif mudah karena jamur termasuk komoditi yang
langka dan juga istimewa karena memiliki banyak manfaat untuk kesehatan serta
harganya terjangkau oleh semua kalangan. Untuk mempertahankan kesegaran
jamur hingga ke tangan konsumen maka pemasarannya harus dilakukan sesegera
mungkin. Jamur tiram putih P4S Nusa Indah yang dihasilkan memiliki dua
saluran pemasaran seperti dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini.
Gambar 5. Saluran Pemasaran Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah Sumber : Data Primer. diolah
Pada saluran pertama, P4S Nusa Indah langsung menjual ke pedagang
pengumpul dengan harga Rp. 9.000.- per kg. Pada saluran pemasaran ini, harga
jual jamur tiram putih segar P4S Nusa Indah lebih rendah dibandingkan pada
saluran pemasaran kedua. Hal ini disebabkan jamur tiram putih akan dijual
kembali oleh pedagang pengumpul ke pedagang pengecer atau konsumen akhir di
pasar sehingga keuntungan dari pedagang pengumpul diperoleh dari harga beli
yang lebih rendah dari harga beli konsumen akhir yang berada di sekitar lokasi
usaha P4S Nusa Indah. dan karena volume pembelian pedagang pengumpul jauh
lebih besar dibandingkan dengan konsumen akhir di sekitar lokasi usaha P4S
Nusa Indah. Volume pembelian pedagang pengumpul adalah total jumlah jamur
tiram putih yang dihasilkan P4S Nusa Indah setiap kali panen.
P4S Nusa
Indah
Konsumen
Akhir
Pedagang
Pengecer
Pedagang
Pengumpul
127
Berdasarkan wawancara dengan beberapa pedagang pengecer dan
pengumpul, pasar tradisional Bogor dapat menyerap jamur tiram putih setiap hari
600 kg tetapi baru terpenuhi 400 kg, sedangkan penawaran yang tersedia di P4S
Nusa Indah saat ini masih berkisar rata-rata 28 kg setiap hari untuk satu kumbung
budidaya, seperti dapat dilihat pada Tabel 34. Selisih penawaran dan permintaan
yang tinggi tersebut menyebabkan jamur tiram putih selalu terjual habis di pasar.
P4S Nusa Indah memilih sasaran utama yaitu pasar tradisional Bogor karena jarak
dari lokasi usaha jamur tiram putih tergolong tidak terlalu jauh (hanya sekali naik
kendaran umum). sehingga dapat menghemat waktu dan biaya transportasi.
Tabel 34. Volume Produksi Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah pada Satu Unit
Kumbung Budidaya Selama Bulan November 2010 - April 2011
No. Bulan Jumlah Hari Volume Produksi
(kg)
1 November 14 hari 471
2 Desember 31 hari 1020
3 Januari 31 hari 961.5
4 Februari 28 hari 683.5
5 Maret 31 hari 658
6 April 11 hari 307.7
Total 146 hari 4.101,50
Rata-rata Produksi per Hari 28,09
Sumber : Data primer. diolah
Selain itu, pasar dan pelanggan jamur tiram putih P4S Nusa Indah juga
merupakan konsumen akhir yang mendatangi langsung lokasi usaha karena dekat
dengan kediaman konsumen akhir tersebut. Hal ini merupakan saluran pemasaran
yang kedua pada pemasaran output jamur tiram putih segar P4S Nusa Indah.
128
Pada saluran pemasaran ini, harga jual jamur tiram putih segar dari P4S
Nusa Indah selaku produsen lebih tinggi dari pada harga jual ke pedagang
pengumpul, yaitu Rp. 10.000,- per kg. Hal ini karena oleh konsumen akhir jamur
tiram putih segar tidak dijual kembali tetapi langsung dikonsumsi dan konsumen
akhir tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi untuk membeli jamur tiram putih
segar di pasar, serta volume pembelian konsumen akhir yang lebih sedikit (+ 2 kg
per hari) dibandingkan dengan pedagang pengumpul.
5.6 Model Kemitraan Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah
Pada periode November 2010 – April 2011 di P4S Nusa Indah terdapat
suatu kerjasama dalam usaha jamur tiram putih. Bentuk kerjasama tersebut
diwujudkan dalam suatu model kemitraan yang di dalamnya saat ini terdiri dari
kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih dan budidaya jamur tiram putih
dengan sistem kemitraan. Model kemitraan yang terjadi oleh P4S Nusa Indah dalam
kaitannya dengan usaha jamur tiram putih yang selama ini digeluti merupakan suatu
hal yang baru pertama kali dilakukan.
Kerjasama yang dilakukan bersama wirausahawan jamur tiram putih selaku
mitra ini diwujudkan dalam suatu model kemitraan. Kemitraan yang terjadi adalah
kerjasama dalam paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih dan
budidaya jamur tiram putih. Pada paket kemitraan investasi usahatania jamur tiram
putih ini, kerjasama dilakukan dalam pembangunan kumbung budidaya jamur tiram
putih yang merupakan suatu investasi pokok dalam usahatani jamur tiram putih.
Sistem kemitraan ini yaitu mitra memberikan sejumlah dana untuk pendirian
kumbung budidaya jamur tiram putih kepada P4S Nusa Indah, kemudian P4S Nusa
129
Indah melakukan pembangunan kumbung budidaya. Pada kesempatan kali ini,
kesepakatan yang terjadi adalah pembangunan empat (4) unit kumbung budidaya
jamur tiram putih dengan ukuran 7 m x 10 m di lahan milik mitra yang ternyata
memiliki kesesuaian dengan habitat hidup jamur tiram putih. Secara umum, garis
besar skema kemitraan ini dapat dilihat pada Gambr 6 di bawah ini.
Gambar 6. Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih Sumber : Data Primer, diolah
Kemudian pada model kemitraan selanjutnya yang dilakukan P4S Nusa
Indah bersama wirausahawan jamur tiram putih selaku mitra yang sama dengan
model kemitraan di atas adalah budidaya jamur tiram putih dengan sistem
kemitraan. P4S Nusa Indah pada beberapa tahun belakangan ini yang hanya
memiliki fokus kegiatan usaha produksi baglog jamur tiram putih siap panen saja
namun pada periode kali ini kembali membudidayakan jamur tiram putih dengan
sistem kemitraan. Secara garis besar kemitraan ini dapat dijelaskan bahwa mitra
yang telah membangun kumbung budidaya jamur tiram putih tadi dan mengisi
kumbungnya dengan baglog jamur tiram putih yang dibeli dari P4S Nusa Indah
kemudian meminta P4S Nusa Indah untuk membudidayakan serta memasarkan
jamur tiram putih. Skema kemitraan ini dapat dilihat pada Gambar 7 berikut ini.
Mitra (Wirausahawan
Jamur Tiram Putih)
P4S Nusa Indah Paket Kemitraan
Investasi Usahatani
Jamur Tiram Putih
Pembangunan
Kumbung Budidaya
Jamur Tiram Putih
Dana Kemitraan
Investas
130
Gambar 7. Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan Sumber : Data Primer, diolah
Wirausahawan jamur tiram putih tersebut merupakan pemain baru dalam
usaha jamur tiram putih sehingga belum cukup pengalaman dan pengetahuan
membudidayakan jamur tiram putih. Oleh karena itu, mitra tersebut meminta jasa
P4S Nusa Indah untuk merawat, mengelola, memproduksi, dan memasarkan jamur
tiram putih mengingat lokasi kumbung budidaya yang relatif dekat dengan P4S
Nusa Indah karena masih dalam satu kawasan kecamatan dan ditambah dengan
peranan P4S Nusa Indah sebagai suatu lembaga dengan label pusat pelatihan
pertanian maka hal ini yang membuat P4S Nusa Indah bersedia bermitra dengan
wirausahawan jamur tiram putih dalam hal budidaya sampai pemasaran jamur tiram
putih. Tentu saja hal ini dilakukan bukan tanpa balas jasa walaupun P4S Nusa Indah
tidak berorientasi pada keuntungan. Oleh karena itu terjadi suatu kesepakatan bagi
hasil atas hasil penjualan jamur tiram putih segar tersebut. Kesepakatannya adalah
setiap hasil penjualan jamur tiram putih segar maka di antara kedua belah pihak
akan meneriman penerimaan masing-masing sebesar 6% untuk P4S Nusa Indah dan
94% untuk wirausahawan jamur tiram putih.
Produksi dan
Penjualan Jamur Tiram
Putih Segar
Bagi Hasil
Mitra (Wirausahawan
Jamur Tiram Putih)
P4S Nusa Indah
Budidaya Jamur Tiram
Putih dengan Sistem
Kemitraan
131
5.7 Biaya dan Pendapatan yang Diperoleh Mitra (Wirausahawan Jamur
Tiram Putih) dalam Kemitraan dengan P4S Nusa Indah
Pada kesempatan kali ini, akan dipaparkan secara garis besar komponen
pengeluaran dan penerimaan yang diterima wirausahawan jamur tiram putih selaku
mitra dalam melakukan kemitraan dengan P4S Nusa Indah. Yang pertama adalah
biaya yang dikeluarkan mitra tersebut saat bekerjasama dalam menjalankan bisnis
jamur tiram putihnya dengan P4S Nusa Indah. Pengeluaran yang ada pada mitra
adalah biaya untuk jasa P4S Nusa Indah dalam pembangunan kumbung budidaya
jamur tiram putih, pembelian baglog jamur tiram putih siap panen, biaya
penyusutan kumbung budidaya, dan biaya sewa lahan sendiri. Komponen
keseluruhan biaya pada mitra tersebut dapat dilihat pada Tabel 35 di bawah ini.
Tabel 35. Komponen Biaya Total Bagi Mitra (Wirausahawan Jamur Tiram Putih)
dalam Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan bersama
P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - April 2011
Komponen Biaya Kebutuhan Satuan Harga Beli
(Rp.)
Nilai
(Rp.)
I. Biaya
Tunai
Pembangunan
Kumbung 4 Unit 10.000.000 40.000.000
Pembelian
Baglog 35.000 Baglog 1.800 63.000.000
Pengantaran
Baglog 35.000 Baglog 100 3.500.000
Total Biaya Tunai 106.500.000
II. Biaya
Diperhitungkan
Penyusutan
Bangunan 3.800.000
Sewa Lahan
Sendiri 0,0875 / 7 Bulan Ha 2.000.000 / Tahun 102.083
Total Biaya Diperhitungkan 3.902.083
Biaya Total 110.402.083 Sumber : Data Primer, diolah
132
Berdasarkan Tabel 35 tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa pengeluaran
untuk pembangunan kumbung termasuk komponen biaya dengan porsi terbesar dari
keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh wirausahawan jamur tiram putih. Hal ini
terjadi karena pembangunan kumbung budidaya jamur tiram putih tersebut
berukuran cukup besar. Ukuran kumbung budidaya jamur tiram putih yang
dibangun adalah 7 m x 10 m yang dapat diisi baglog jamur tiram putih sebanyak
10.000 baglog.
Pembangunan kumbung ini melalui penggunaan jasa P4S Nusa Indah yang
terlebih dahulu menentukan lokasi yang sesuai dengan habitat jamur tiram putih dan
kemudian membangun kumbung budidaya jamur tiram putih. Oleh karena itu
wirausahawan jamur tiram putih tidak perlu susah payah untuk menyediakan satu
per satu bahan dan material pendukung untuk pembangunan kumbung budidaya
jamur tiram putih karena semua sudah ditangani oleh P4S Nusa Indah, dan
wirausahawan jamur tiram putih hanya tinggal menunggu penyelesaian
pembangunan kumbung budidaya jamur tiram putih.
Wirausahawan jamur tiram putih juga memperoleh penerimaan setelah
adanya sejumlah biaya yang dikorbankan di atas. Penerimaan bagi wirausahawan
jamur tiram putih ini diperoleh dari bagi hasil penjualan jamur tiram putih segar.
Hal ini dikarenakan pemasaran dan penjualan jamur tiram putih segar dilakukan
oleh P4S Nusa Indah selaku mitra dalam budidaya jamur tiram putih dengan sistem
kemitraan ini.
133
Sehingga setiap penerimaan akan hasil penjualan jamur tiram putih segar
yang diperoleh wirausahawan jamur tiram putih ini berasal dari kegiatan pemasaran
jamur tiram putih segar yang dilakukan oleh P4S Nusa Indah. Keseluruhan
penerimaan wirausahawan jamur tiram putih tersaji pada Tabel 36 di bawah ini.
Tabel 36. Komponen Penerimaan Total Bagi Mitra (Wirausahawan Jamur Tiram
Putih) dalam Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan
bersama P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - April 2011
Komponen
Penerimaan
Volume Produksi
(Kg)
Harga Jual
(Rp)
Nilai
(Rp)
Rasio Bagi
Hasil
Penerimaan
(Rp.)
Bagi Hasil
Penjualan
Jamur Tiram
Putih Segar
14.002,25 9.000 126.020.250 94% 118.459.035
Penerimaan Total 118.459.035
Sumber : Data Primer, diolah
Pada Tabel 36 di atas dapat dilihat bahwa penerimaan bagi wirausahawan
jamur tiram putih berasal hanya dari satu sumber, yaitu bagi hasil penjualan jamur
tiram putih segar. Penerimaan dengan sistem bagi hasil yang terjadi tersebut
memiliki perbandingan atau rasio yaitu 94% : 6%. Persentase yang lebih tinggi
sebagai milik wirausahawan jamur tiram putih dan sisanya hak P4S Nusa Indah.
Selama periode produksi November 2010 - April 2011, budidaya jamur
tiram putih dengan sistem kemitraan tersebut menghasilkan jamur tiram putih segar
sebanyak 14.000,25 kg yang kemudian dipasarkan oleh P4S Nusa Indah sehingga
memberikan penerimaan bagi wirausahawan jamur tiram putih sebesar 94% dari
nilai penjualan jamur tiram putih segar yang dihasilkan P4S Nusa Indah.
Penerimaan 94% tersebut berasal dari hasil penjualan sejumlah jamur tiram putih
segar yang dilakukan oleh P4S Nusa Indah selaku mitra sehingga memberikan
pundi-pundi pemasukan yang setara dengan nominal Rp. 118.459.035,-.
134
Sejumlah penerimaan yang diperoleh wirausahawan jamur tiram putih
dalam melakukan usaha budidaya jamur tiram putih dan sejumlah biaya yang turut
serta dikeluarkan pada usaha ini lebih lanjut akan dianalisis secara sederhana untuk
melihat tingkat pendapatan yang diterima. Langkah-langkah yang dilakukan pada
analisis ini meliputi perlakuan selisih antara keseluruhan penerimaan yang
diperoleh dengan biaya total yang dikeluarkan. Selisih di antara keduanya apabila
memberikan hasil yang bernilai positif maka dapat diindikasikan bahwa usaha
budidaya jamur tiram putih tersebut menguntungkan, dan begitu pun sebaliknya.
Pada Tabel 37 di bawah ini dapat dilihat analisis pendapatan pada usaha budidaya
jamur tiram putih yang dijalankan wirausahawan jamur tiram putih bersama P4S
Nusa Indah dengan sistem kemitraan.
Tabel 37. Analisis Pendapatan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih Wirausahawan
Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan Bersama P4S Nusa Indah,
Periode November 2010 - April 2011
No. Uraian Nilai
(Rp)
1 Penerimaan 118.459.035
2 Biaya Tunai 106.500.000
3 Biaya yang Diperhitungkan 3.902.083
4 Biaya Total (2 + 3) 110.402.083
5 Pendapatan atas Biaya Tunai (1 - 2) 11.959.035
6 Pendapatan atas Biaya Total (1 - 4) 8.056.952 Sumber : Data Primer, diolah
Berdasarkan Tabel 37 di atas dapat diketahui bahwa pendapatan bagi
wirausahawan jamur tiram putih bernilai positif, baik pendapatan atas biaya total
maupun pendapatan atas biaya tunai. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha
budidaya jamur tiram dengan sistem kemitraan yang dijalankan bersama P4S Nusa
Indah dapat dikatakan menguntungkan.
135
Informasi pada Tabel 37 tersebut lebih lanjut menjelaskan bahwa
pendapatan atas biaya total terlihat lebih besar dari pada pendapatan atas biaya
tunai. Perbedaan yang terjadi tersebut dikarenakan pendapatan atas biaya tunai
menselisihkan keseluruhan penerimaan dengan biaya tunai tanpa memperhitungkan
biaya penyusutan bangunan (kumbung budidaya) dan biaya sewa lahan sendiri.
Sedangkan pendapatan atas biaya total justru memasukkan komponen biaya-biaya
tersebut, oleh karena itu pendapatan atas biaya total merupakan selisih antara
penerimaan total dengan keseluruhan biaya yang terdiri dari biaya tunai dan biaya
diperhitungkan. Walaupun muncul perbedaan hasil di antara kedua perhitungan
pendapatan tersebut, namun tetap memberikan makna yang menunjukkan bahwa
usaha tersebut menguntungkan.
Pendapatan yang diperoleh ini selain dapat menutup semua biaya yang
dikeluarkan dalam budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan bersama
P4S Nusa Indah selama periode November 2010 - April 2011 juga ternyata dapat
memberikan keuntungan materi berupa laba. Di samping harga beli baglog jamur
tiram putih siap panen yang relatif murah yang juga memberikan keuntungan lain
walaupun secara tidak langsung, ada juga keuntungan lain yang berasal dari pasar
sasaran penjualan jamur tiram putih segar. Hal ini dikarenakan pada debut
pertamanya, produksi jamur tiram putih segar telah memiliki pasar yang dapat
menyerap seluruh volume produksi yang dihasilkan. Selain itu, keuntungan lain
yang diperoleh adalah wirausahawan jamur tiram putih tersebut pada periode
perdana usaha budidaya jamur tiram putih tidak perlu terlalu repot terjun langsung
memproduksi jamur tiram putih segar karena telah di-handle oleh P4S Nusa Indah.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
P4S (Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya) Nusa Indah merupakan
suatu lembaga pelatihan dan pendidikan di bidang pertanian yang memiliki
spesifikasi keahlian dan keterampilan pada bidang hortikultura, khususnya jamur
tiram putih. Usaha jamur tiram putih yang dilakukan P4S Nusa Indah saat ini terdiri
dari kegiatan utama yang menjadi fokus utama usaha dan ditambah dengan kegiatan
lain yang dilakukan dengan kemitraan bersama wirausahawan jamur tiram putih.
Fokus utama usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah adalah model usaha produksi
baglog jamur tiram putih siap panen. Tambahan kegiatan terdiri dari jasa
pembangunan kumbung budidaya jamur tiram putih yang terangkum dalam model
usaha kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih dan model usaha budidaya
jamur tiram putih dengan sistem kemitraan.
Besar biaya yang dikeluarkan P4S Nusa Indah dalam menjalankan usaha
jamur tiram putih merupakan gabungan dari biaya tunai yang menyumbang sebesar
96,57% dan biaya diperhitungkan dengan porsi 3,43%. Biaya tunai dan biaya
diperhitungkan dengan persentase tersebut masing-masing terdiri dari biaya
produksi baglog jamur tiram putih siap panen sebesar 35,78% dan 58,65%, biaya
paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih sebesar 13,48% dan 8,9%,
serta biaya budidaya jamur tiram putih dengan sisitem kemitraan sebesar 50,74%
dan 32,45%.
137
Usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah memperoleh pendapatan bersih
yang bernilai positif sehingga mengindikasikan usaha tersebut menguntungkan.
Unit usaha ini memperoleh pendapatan berasal dari produksi baglog jamur tiram
putih siap panen, paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih, dan
budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Pendapatan yang
disumbangkan beberapa model usaha tersebut terhadap keseluruhan pendapatan
yang diperoleh unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah adalah masing-
masing sebesar 73,65%, 18,99%, dan 7,35%.
Usaha jamur tiram putih yang dijalankan oleh P4S Nusa Indah selama
periode November 2010 – Mei 2011 dengan menghasilkan produk dan jasa dapat
dikatakan layak untuk terus dilanjutkan mengingat perolehan pendapatan yang
cenderung menguntungkan. Hal ini juga ditunjang oleh beberapa hasil analisis
usaha, yaitu analisis perbandingan penerimaan atas biaya (R/C ratio), perbandingan
keuntungan atas biaya (B/C ratio), dan titik impas (break even point) yang
menyatakan bahwa usaha tersebut menguntungkan dan memberikan manfaat
sehingga dapat digunakan sebagai salah satu indikator kelayakan suatu usaha.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka saran yang
dapat diberikan berkaitan dengan penelitian ini antara lain adalah :
138
1. Diperlukan pencatatan dan pembukuan keungan secara lebih seksama
sehingga akan lebih mudah memantau kondisi keungan. Selain itu, perlu
dilakukan evaluasi laporan keuangan secara periodik di P4S Nusa Indah, baik
dalam menjalankan usaha jamur tiram putih maupun pada kegiatan lain seperti
pelatihan dan pemagangan pertanian.
2. Berdasarkan pengalaman yang dipaparkan Ketua P4S Nusa Indah 2011 pada
saat wawancara, maka dapat disarankan bahwa usaha budidaya jamur tiram
putih dengan sistem kemitraan lebih baik menggunakan bilik bambu sebagai
dinding kumbung budidaya agar produktiftas jamur tiram putih dapat
meningkat, mengingat bilik bambu bersifat lebih dapat menahan kelembaban
di dalam kumbung budidya dibandingkan dengan jaring net serta dilakukan
peningkatan intensitas penyiraman pada waktu hujan jarang turun.
DAFTAR PUSTAKA
Amaliah. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Itik Petelur Sebelum dan Sesudah Isu
Flu Burung (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Itik Insani Sejahtera,
Kelurahan Duri Kosambi, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat)
[Skripsi]. Jakarta: UIN, Fakultas Sains dan Teknologi; 2010.
Badan Agribisnis. Kebijaksanaan dan Pola Kemitraan Usaha Pertanian. (Jakarta:
Departemen Pertanian; 1999b)
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Rajawali Pers; 2006).
Cahyana, Y.A., M. Muchrodji, dan Bakrun. Jamur Tiram (Pembibitan,
Pembudidayaan, Analisis Usaha). (Jakarta: Penebar Swadaya; 1999).
Debertin, David L. Agricultural Production Economics. (New York: Macmilian
Publishing Company; 1986)
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Jumlah, Produksi, dan
Produktifitas Jamur Tiram Putih di Kabupaten Bogor. (Jakarta: Departemen
Pertanian; 2007).
Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Luas Panen, Produktivitas dan
Produkis Jamur Tiram Putih. (Bogor: Departemen Pertanian; 2007).
Direktorat Pengembangan Usaha. Pedoman Kemitraan Usaha Agribisnis. (Jakarta:
Departemen Pertanian; 2002)
Downey, W. David dan Steven P. Erickson.Manajemen Agribisnis. (Jakarta:
Erlangga, 1987).
Faiq, AZ. Analisis Pendapatan Getah Damar (Agathis Loranthifolia. S) di Hutan
Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi Jawa Barat [Skripsi]. Jakarta:
UIN, Fakultas Sains dan Teknologi; 2010.
Firdaus, Muhammad. Manajemen Agribisnis. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009).
Gumbira-Said, E. dan A. Harizt Intan. Manajemen Agribisnis. (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2004).
140
Hafsah, M.J. Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi. (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan; 2000)
Halim, Abdul. Manajemen Keuangan Bisnis. (Bogor: Ghalia Indonesia; 2007).
Harmaizar dan Rosidayati Rozalina. Pedoman Lengkap Pendirian &
Pengembangan Usaha (Studi Kelayakan Bisnis). (Bekasi: CV Dian
Anugerah Prakasa, 2004).
Hernanto, Fadholi. Ilmu Usahatani. (Jakarta: PT Penebar Swadaya; 1995).
Horngren, Charles T, Srikant M. Datar, dan George Foster. Akuntansi Biaya ;
Penekanan Manajerial. (Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia, 2005).
Juanto. Analisis Usahatani dan Tataniaga Jamur Tiram Putih Kecamatan
Tamansari, Bogor [Skripsi]. Bogor: IPB, Fakultas Pertanian; 2008.
Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Laporan Kinerja Tahunan Kecamatan
Tamansari Kabupaten Bogor Tahun 2010. (Bogor: Kecamatan Tamansari;
2010).
Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Laporan Kinerja Bulanan Kecamatan
Tamansari Kabupaten Bogor Bulan Maret 2011. (Bogor: Kecamatan
Tamansari; 2011).
Keown. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. (Jakarta: Salemba 4, 2001).
Kotler, P dan Armstrong, G. Dasar-Dasar Pemasaran. (Jakarta: Inremedia, 1994).
LPM UNILA. Pengembangan Model Kemitraan Agroindustri Ketan di Kabupaten
Subang dan Garut. (Lampung: UNILA, Lembaga Pengabdian Masyarakat;
2006)
Maharani. Analisis Usahatani dan Tataniaga Jamur Tiram Putih di Kartawangi
Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung [Skripsi]. Bogor: IPB, Fakultas
Pertanian; 2007.
Manullang, NE. Kajian Pengembangan Bisnis Peningkatan Kapasitas Produksi
Baglog Jamur Tiram Putih pada Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan
Swadaya (P4S) Nusa Indah, Tamansari - Bogor [Tugas Akhir]. Bogor: IPB,
Direktorat Program Diploma; 2008.
141
Meiganati, KB. Analisis Finansial dan Kelembagaan Usaha Jamur Tiram Putih
untuk Pemanfaatan Limbah Industri Penggergajian [Tesis]. Bogor: IPB,
Sekolah Pasca Sarjana; 2007.
Nasution, Andi Hakim. Pengantar ke Ilmu-Ilmu Pertanian. (Bogor: PT Pustaka
Litera Antar Nusa, 2000).
Napitupulu,Debie N.F.F. Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup
Belimbing Manis dan Jambu Biji Merah (Studi Kasus CV Winner Perkasa
Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat)[Skripsi]. Bogor: IPB, Fakultas
Pertanian; 2009.
Nasution, PH. Analisis Usahatani Jamur Tiram Putih (Kasus di Komunitas Petani
Jamur Ikhlas, Desa Cibening,Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor
[Skripsi]. Bogor: IPB, Fakultas Ekonomi dan Manajemen; 2010.
Novita, I. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Jamur Tiram Putih di
Kecamatan Parungkuda dan Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi
[Skripsi]. Bogor: IPB, Fakultas Pertanian; 2004.
Nugraha, AP. Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran Jamur Tiram Segar di Bogor,
Propinsi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: IPB, Fakultas Pertanian; 2006.
Pasaribu, T., D.R. Permana, dan E.R. Alda. Aneka Jamur Unggulan Yang
Menembus Pasar. (Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia; 2002)
Purnawisuda, W. Analisis Tataniaga Ayam Buras Ramah Lingkungan (Studi
Kasus: Pusat Pelatihan Penyuluhan Pertanian Pertanian Swadaya Eka Jaya
- Ciganjur Jakarta Selatan) [Skripsi]. Jakarta: UIN, Fakultas Sains dan
Teknologi; 2008.
Rahardi, F. dan Rudi Hartono. Agribisnis Peternakan. (Jakarta: Penebar Swadaya,
2003).
Redaksi Trubus. Jamur Tiram Dua Alam; Dataran Rendah dan Dataran Tinggi.
(Jakarta: Trubus, 2010).
Rochaeni, Siti. Kelayakan Usaha Pembesaran Lele Dumbo Secara Intensif pada
Kolam Terpal. (Bogor, 2010)
Ruillah. Analisis Usahatani Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) di Desa
Kartawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa
Barat [Skripsi]. Bogor: IPB, Fakultas Pertanian; 2006.
142
Soeharjo dan Patong. Ilmu Usahatani. (Bogor: Departemen Ilmu-ilmu Sosial
Ekonomi Institut Pertanian, 1973).
Soeharto, Iman. Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional. (Jakarta:
Penerbit Erlangga, 1997).
Soekartawi, A. Soeharjo, J.L. Dillon dan J.B. Hardaker. Ilmu Usahatani dan
Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. (Jakarta: UI-Press, 1994).
Soetriono, Anik Suwandari, dan Rijanto. PengantarIlmuPertanian ;Agraris,
Agribisnis, dan Industri. (Jember:Bayu Media Publishing, 2003).
Suriawiria, U. Pengantar untuk Mengenal dan Menanam Jamur. (Bandung:
Angkasa, 1986).
Suriawiria, H.U. Budidaya Jamur Tiram. (Yogyakarta: Kanisius, 2002).
Tjaksawiralaksana. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani
Kecil. (Jakarta: PT Gramedia, 1983).
Umar, H. Studi Kelayakan Bisnis. (Jakarta: PT Gramedia; 1997).
Wati, R. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-faktor Produksi dan Titik Impas
Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreoatus) (Studi Kasus Usaha Agribisnis
Supa Jamur Tiram Mandiri di Kebun Percobaan Cikabayan Faperta IPB,
Darmaga, Bogor, Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor: IPB, Fakultas Pertanian;
2000.
Windyastuti, PW. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktor-faktor
Produksi Usahatani Jamur Tiram Putih (Studi Kasus di Desa Tugu
Utara,Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)
[Skripsi]. Bogor: IPB, Fakultas Pertanian; 2000.
Lampiran 1. Rincian Biaya Investasi Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011
Komponen Biaya Investasi Kebutuhan Satuan Harga Beli
(Rp.)
Nilai
(Rp.)
Bangunan
Kumbung Inkubasi + rak 39 m2 100.000 3.900.000
Ruang Inokulasi 13 m2 400.000 5.200.000
Ruang Sterilisasi 28 m2 400.000 11.200.000
Ruang Pencampuran 26 m2 700.000 18.200.000
Total Investasi Bangunan 38.500.000
Peralatan
Drum 1 unit (d= 1.5 m ; T= 2 m) 4.000.000 4.000.000
Pompa Air (jet pump) 1 unit 300.000 300.000
Selang 50 m (d= 3.5 cm) 5.000 250.000
Karung gbgbbdfx 300 buah (120 cm x 80 cm) 1.000 300.000
Bak air 2 unit (d= 90 cm ; T= 30 cm) 10.000 20.000
Sekop 1 unit 35.000 35.000
Ember 2 unit (d= 30 cm ; T= 50 cm) 25.000 50.000
Gayung 4 unit 3.000 12.000
Terpal 144 m2 7.000 1.008.000
Pisau Cutter 3 unit 10.000 30.000
Timbangan 1 unit (kapasitas 10 kg) 75.000 75.000
Ayakan Serbuk 1 unit (150 cm x 100 cm) 39.000 39.000
Handsprayer 1 unit 250.000 250.000
Botol 18 buah (d= 10 cm ; T= 25 cm) 1.000 18.000
Kapak 1 unit 35.000 35.000
Spatula 2 unit 6.000 12.000
Lampu spirtus 1 unit 15.000 15.000
Cangkul 1 unit 30.000 30.000
Total Investasi Peralatan 6.479.000
Total Investasi 44.979.000
144
Lampiran 2. Rincian Biaya Penyusutan Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011
Komponen Biaya Penyusutan Biaya Investasi
(Rp.)
Umur Ekonomis
(Tahun)
Nilai Sisa
(Rp.)
Penyusutan
per Tahun
Penyusutan
per Bulan
Penyusutan
selama Periode
Bangunan
Kumbung Inkubasi + Rak 3.900.000 10 1.000.000 290.000 24.167 169.167
Ruang Inokulasi 5.200.000 10 1.000.000 420.000 35.000 245.000
Ruang Sterilisasi 11.200.000 10 1.000.000 1.020.000 85.000 595.000
Ruang Pencampuran 18.200.000 20 - 910.000 75.833 530.833
Total Penyusutan Bangunan 1.540.000
Peralatan
Drum 4.000.000 5 500.000 700.000 58.333 408.333
Pompa Air (jet pump) 300.000 5 - 60.000 5.000 35.000
Selang 250.000 10 - 25.000 2.083 14.583
Karung 300.000 5 - 60.000 5.000 35.000
Bak air 20.000 5 - 4.000 333 2.333
Sekop 35.000 5 - 7.000 583 4.083
Ember 50.000 5 - 10.000 833 5.833
Gayung 12.000 1 - 12.000 1.000 7.000
Terpal 1.008.000 5 - 201.600 16.800 117.600
Pisau Cutter 30.000 0.50 - 60.000 5.000 35.000
Timbangan 75.000 10 - 7.500 625 4.375
Ayakan Serbuk 39.000 5 - 7.800 650 4.550
Handsprayer 250.000 10 - 25.000 2.083 14.583
Botol 18.000 0.25 - 72.000 6.000 42.000
Kapak 35.000 10 - 3.500 292 2.042
Spatula 12.000 5 - 2.400 200 1.400
Lampu spirtus 15.000 3 - 5.000 417 2.917
Cangkul 30.000 5 - 6.000 500 3.500
Total Penyusutan Peralatan 740.133
145
Lampiran 3. Rincian Biaya (Berdasarkan yang Langsung Dikeluarkan dan Diperhitungkan) Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen
di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011
Komponen Biaya Kebutuhan Satuan Harga Beli
(Rp.)
Nilai
(Rp.)
Biaya Tunai
1. Bibit 1.200 Baglog 5.000 6.000.000
2. Serbuk Kayu 3.190 Karung 2.000 6.379.355
3. Dedak 4.839 Kg 1.600 7.741.935
4. Kapur 774 Kg 3.000 2.322.581
5. Gipsum 387 Kg 5.000 1.935.484
6. Plastik Media 9 Karung 440.000 3.960.000
7. Karet Gelang 6 Kg 53.000 318.000
8. Kayu Bakar 2 Mobil 200.000 400.000
9. Cincin Bambu 40.000 Ring 25 1.000.000
10. Kertas 60 Kg 1.000 60.000
11. Spirtus 18 L 7.000 126.000
12. Alkohol 6 L 15.000 90.000
13. Gaji TK (Tenaga Kerja) 3.114 HOK 15.000 46.710.000
14. Bonus Lembur TK 519 HOK 10.000 5.190.000
15. Transportasi Baglog 10 Hari/Mobil 250.000 2.500.000
16. Listrik dan Air 7 Bulan 30.000 210.000
Total Biaya Tunai 84.943.355
Biaya
Diperhitungkan
1. Penyusutan Peralatan 740.133
2. Penyusutan Bangunan 1.540.000
3. Nilai Sewa Lahan Sendiri 0,0594 / 7 Bulan Ha / Tahun 2.000.000 69.300
4. Tenaga Kerja dalam Keluarga 173 HOK 15.000 2.595.000
Total Biaya Diperhitungkan 4.944.433
Biaya Total 89.887.788
146
Lampiran 4. Rincian Biaya (Berdasarkan Jumlah Output yang Dihasilkan) Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa
Indah Periode November 2010 - Mei 2011
Komponen Biaya Kebutuhan Satuan
(Rp.)
Harga Beli
(Rp.)
Nilai
(Rp.)
Biaya Tetap
1. Listrik dan Air 7 Bulan 30.000 210.000
2. Penyusutan Peralatan 740.133
3. Penyusutan Bangunan 1.540.000
4. Nilai Lahan Sendiri 0,0594 / 7 Bulan Ha / Tahun 2.000.000 69.300
5. Tenaga Kerja dalam Keluarga 173 HOK 15.000 2.595.000
Total Biaya Tetap 5.154.433
Biaya Variabel
1. Bibit 1.200 Baglog 5.000 6.000.000
2. Serbuk Kayu 3.190 Karung 2.000 6.379.355
3. Dedak 4.839 Kg 1.600 7.741.935
4. Kapur 774 Kg 3.000 2.322.581
5. Gipsum 387 Kg 5.000 1.935.484
6. Plastik Media 9 Karung 440.000 3.960.000
7. Karet Gelang 6 Kg 53.000 318.000
8. Kayu Bakar 2 Mobil 200.000 400.000
9. Cincin Bambu 40.000 Ring 25 1.000.000
10. Kertas 60 Kg 1.000 60.000
11. Spirtus 18 L 7.000 126.000
12. Alkohol 6 L 15.000 90.000
13. Gaji TK (Tenaga Kerja) 3.114 HOK 15.000 46.710.000
14. Bonus Lembur TK 519 HOK 10.000 5.190.000
15. Transportasi Baglog 10 Hari/Mobil 250.000 2.500.000
Total Biaya Variabel 84.733.355
Biaya Total 89.887.788
147
Lampiran 5. Rincian Penerimaan dari Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011
Komponen Penerimaan Volume Produksi
(baglog)
Harga Jual
(Rp.)
Penerimaan
(Rp.) Waktu
Penjualan Baglog Jamur Tiram
Putih Siap Panen
20.000 1.800 36.000.000 November 2010
3.000 2.000 6.000.000 Desember 2010
5.000 1.800 9.000.000 Januari 2011
3.000 2.000 6.000.000 Januari 2011
15.000 1.800 27.000.000 Februari 2011
4.000 2.000 8.000.000 Februari 2011
3.000 2.000 6.000.000 Maret 2011
2.000 2.000 4.000.000 April 2011
3.000 2.000 6.000.000 Mei 2011
2.000 2.000 4.000.000 Mei 2011
Jasa Pengiriman Baglog Jamur
Tiram Putih Siap Panen 60.000 100 6.000.000
Total 118.000.000
Lampiran 6. Rincian Pendapatan dari Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - Mei 2011
Uraian Nilai
(Rp)
A. Penerimaan 118.000.000
B. Biaya Tunai 84.943.355
C. Biaya yang Diperhitungkan 4.944.433
D. Biaya Total (B+C) 89.887.788
E. Pendapatan Atas Biaya Tunai (A-B) 33.056.645
F. Pendapatan Atas Biaya Total (A-D) 28.112.212
148
Lampiran 7. Rincian Biaya (Berdasarkan yang Langsung Dikeluarkan dan Diperhitungkan) Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur
Tiram Putih di P4S Nusa Indah Periode November - Desember 2010
Komponen Biaya Kebutuhan Satuan Harga Beli
(Rp.) Nilai
Biaya Tunai Pembangunan Kumbung 4 unit 8.000.000 32.000.000
Total Biaya Tunai 32.000.000
Biaya Diperhitungkan Tenaga Kerja dalam Keluarga 50 HOK 15.000 750.000
Total Biaya Diperhitungkan 750.000
Biaya Total 32.750.000
Lampiran 8. Rincian Biaya (Berdasarkan Jumlah Output yang Dihasilkan) Paket Kemitraan Investasi Budidaya Jamur Tiram Putih di P4S
Nusa Indah Periode November - Desemeber 2010
Komponen Biaya Kebutuhan Satuan Harga
(Rp.)
Nilai
(Rp.)
Biaya Tetap Tenaga Kerja dalam Keluarga 50 HOK 15.000 750.000
Total Biaya Tetap 1.500.000
Biaya Variabel Paket Pembangunan Kumbung 4 unit 8.000.000 32.000.000
Total Biaya Variabel 32.000.000
Biaya Total 32.750.000
149
Lampiran 9. Rincian Penerimaan dari Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah Periode
November - Desemeber 2010
Jenis Penerimaan Volume
Produksi Satuan
Harga Jual
(Rp.)
Penerimaan
(Rp.)
Jasa Pembangunan Kumbung
Budidaya Jamur Tiram Putih 4 Unit 10.000.000 40.000.000
Penerimaan Total 40.000.000
Lampiran 10. Rincian Pendapatan dari Paket Kemitraan Investasi Budidaya Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah Periode
November - Desemeber 2010
Uraian Nilai
(Rp)
A. Penerimaan 40.000.000
B. Biaya Tunai 32.000.000
C. Biaya yang Diperhitungkan 750.000
D. Biaya Total (B+C) 32.750.000
E. Pendapatan Atas Biaya Tunai (A-B) 8.000.000
F. Pendapatan Atas Biaya Total (A-D) 7.250.000
150
Lampiran 11. Rincian Biaya Investasi Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan di P4S Nusa Indah Periode
November 2010 - April 2011
Komponen Biaya Investasi Kebutuhan Satuan Harga Beli
(Rp.)
Nilai
(Rp.)
Keranjang Panen 2 unit 50.000 100.000
Pisau Cutter 3 unit 10.000 30.000
Timbangan 1 unit (kapasitas 10 kg) 75.000 75.000
Total Investasi 205.000
Lampiran 12. Rincian Biaya Penyusutan Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan di P4S Nusa Indah Periode
November 2010 - Mei 2011
Komponen Biaya Penyusutan Biaya Investasi
(Rp.)
Umur Ekonomis
(Tahun)
Nilai Sisa
(Rp.)
Penyusutan
per Tahun
Penyusutan
per Bulan
Penyusutan
selama Periode
Keranjang Panen 100.000 3 - 33.333 2.778 16.667
Pisau Cutter 30.000 1 - 30.000 2.500 15.000
Timbangan 75.000 10 - 7.500 625 3.750
Total Biaya Penyusutan 35.417
151
Lampiran 13. Rincian Biaya (Berdasarkan yang Langsung Dikeluarkan dan Diperhitungkan) Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem
Kemitraan di P4S Nusa Indah Periode November 2010 - April 2011
Komponen Biaya Kebutuhan Satuan Harga Beli
(Rp.) Nilai
Biaya Tunai
1. Plastik Kemasan Jamur 28 Kg 20.000 560.000
2. Tranportasi Pemasaran Jamur 146 Hari 10.000 1.460.000
3. Bagi Hasil 118.459.035
Total Biaya Tunai 120.479.035
Biaya Diperhitungkan
1. Penyusutan Peralatan 35.417
2. Tenaga Kerja dalam Keluarga 180 HOK 15.000 2.700.000
Total Biaya Diperhitungkan 2.735.417
Biaya Total 123.214.452
Lampiran 14. Rincian Biaya (Berdasarkan Jumlah Output yang Dihasilkan) Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan di P4S
Nusa Indah Periode November 2010 - April 2011
Komponen Biaya Kebutuhan Satuan Harga
(Rp.)
Nilai
(Rp.)
Biaya Tetap
1. Tenaga Kerja dalam Keluarga 180 HOK 15.000 2.700.000
2. Penyusutan Peralatan 35.417
Total Biaya Tetap 2.735.417
Biaya Variabel
1. Plastik Kemasan Jamur 28 Kg 20.000 560.000
2. Tranportasi Pemasaran Jamur 146 Hari 10.000 1.460.000
3. Bagi Hasil 118.459.035
Total Biaya Variabel 120.479.035
Biaya Total 123.214.452
152
Lampiran 15. Rincian Penerimaan dari Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan di P4S Nusa Indah Periode
November 2010 - April 2011
Kumbung Kapasitas
(Baglog)
Volume
Produksi
(Kg)
Harga Jual
(Rp.)
Nilai
(Rp.)
I 10.000 4.101,50
9.000
36.913.500
II 10.000 3.937,50 35.437.500
III 10.000 3.864,85 34.783.650
IV 5.000 2.098,40 18.885.600
Total 35.000 14.002,25 126.020.250
Lampiran 16. Rincian Pendapatan dari Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan di P4S Nusa Indah Periode
November 2010 - April 2011
Uraian Nilai
(Rp)
A. Penerimaan 126.020.250
B. Biaya Tunai 120.479.035
C. Biaya Diperhitungkan 1.835.417
D. Biaya Total (B+C) 122.314.452
E. Pendapatan Atas Biaya Tunai (A-B) 5.541.215
F. Pendapatan Atas Biaya Total (A-D) 3.705.798
153
Ruang P e n c a m p u r a n
Aula
Pelatihan
Kumbung
Inkubasi
SERBUK & DEDAK
TOILET
GUDANG
TOILET
LOCKER
ROOM
RUANG PENDINGINAN BAGLOG
KAPUR
& GIPS
RUANG PENDINGINAN
BAGLOG
RUANG
INOKULASI
DRUM
STERILISASI
KAYU BAKAR
RUANGAN STERILISASI
LIMBAH
PEKARANGAN
Lampiran 17. Denah Unit Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah Tahun 2011
U
Keterangan :
: Pintu
: Alur Produksi
=== : Pagar
: Dinding
Skala 1 : 200
154
Lampiran 18. P4S (Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya) Nusa Indah
A
B
Keterangan Gambar :
A. Pintu Masuk P4S Nusa Indah
B. Kumbung Budidaya Jamur Tiram Putih
155
Lampiran 19. Kegiatan Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah Tahun 2011
A B C
D E F
G H I
Keterangan Gambar :
A. Pengambilan Bahan Baku (Serbuk Kayu) dari Tempat Penggergajian Kayu
B. Pengambilan Bahan Tambahan (Dedak) dari Tempat Penggilingan Padi
C. Pencampuran dan Pengadukan Bahan-bahan
D. Pembuatan Baglog (Media Tanam)
E. Pensterilan Baglog (Media Tanam)
F. Inokulasi (Pemberian Bibit)
G. Inkubasi Baglog (Media Tanam)
H. Pemindahan ke Kumbung Budidaya
I. Panen Jamur Tiram Putih
156
Lampiran 20. Surat Keterangan Selesai Penelitian
SURAT KETERANGAN
Nomor : I / NI / 6 / 2011
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : CUCU KOMALASARI
Jabatan : Ketua P4S Nusa Indah
Dengan ini menerangkan bahwa :
Nama : MUHAMAD ZULFAHMI
NIM : 107092003408
Prodi / Semester : Agribisnis / VIII (Delapan)
Tahun Akademik : 2010/2011
Program : S-1
Fakultas : Sains dan Teknologi
Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Berdasarkan surat Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Nomor
Un.01/F9/TL.00/4071/2011 perihal Permohonan Penelitian/Riset, dengan ini
menyatakan bahwa yang bersangkutan benar telah melaksanakan Penelitian/Riset
dengan judul “Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih Model
Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah” dari tanggal
9 Mei – 9 Juni 2011 di P4S Nusa Indah, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Bogor, 9 Juli 2011
Ketua P4S Nusa Indah
CUCU KOMALASARI
113