Pemikiran_Politik_Cokroaminoto

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/19/2019 Pemikiran_Politik_Cokroaminoto

    1/21

    Pemikiran Politik Pra Kemerdekaan

    Haji Oemar Sahid Tjokroaminoto

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pemikiran politik merupakan bagian dari ilmu politik yang mengkhususkan diri dalam penyelidikan

    tentang pemikiran – pemikiran yang terdapat dalam bidang politik, sejak dari dahulu kala di masa

    Yunani Kuno sampai ke masa sekarang. Dalam pengertian lain juga disebutkan bahwa, pemikiran

    politik adalah suatu bagian ilmu pengetahuan politik dimana nilai, moral, norma, dan etika selalu

    menjadi pokok pembahasan yang tidak pernah absen. Kareana itu, mengesampingkan pemikiran

    politik berarti mengesampingkan suatu unsur yang sangat agung dalam studi politik.

    Pemikiran politik sangat erat hubungannya dengan sejarah, filsafat politik, dan juga dengan hal-hal

    yang berkaitan dengan etika, moralitas, dan idealisme politik pada umumnya. Pemikiran politik

    sering disebut dengan political theory.

    Van Dyke juga berpendapat bahwa ada dua pengertian yang dimaksud dengan teori itu. Pertaman,

    Teori itu berkenaan dengan system keyakinan politik secara umum dan menyeluruh, sehingga dapat

    dinamakan dasar pendapat atau ideology. Kedua, Berkenaan dengan filsafat politik, yaitu pemikiran

    tentang pemikiran politik.

    Pemikiran politik selalu berkembang dan berubah sesuai dengan waktu dan tempat dimana setiap

    tempat juga memiliki perbedaan dan ciri tersendiri. Hal ini karena jiwa yang dimiliki seorang

    pemimpin dipengaruhi oleh masa kecil, budaya, adat-istiadat, pendidikan, agama, lingkungan, nilai,

    suku bangsa dll. Untuk itu mempelajari pemikiran politik sangat menarik, karena adanya banyak

    pemikiran yang berbeda tapi juga menakjubkan.

    Dalam mata kuliah ini, terkhusus membahas tentang Pemikiran Politik di Indonesia, sehinggah yang

    menjadi pokok kajian adalah sejarah bangsa ini berikut dengan para pemikir-pemikir dan pejuang

    kemerdekaan. Diantara para the founding fathers dan kawan-kawannya Dan diantara para tokoh

    pergerakan itu, yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini adalah Pemikiran Politik H.O.S

    Tjokroaminoto. Beliau merupakan tokoh pergerakan yang agamais, nasionalis, dan sosialis. Beliau

    memiliki idealisme untuk memerdekakan indonesia yang saat itu teracuni oleh politik pecah bela

    Belanda, sehingga kepentingan golongan lebih ditinggikan dibandingkan kepentingan umum. Ini

    bukanlah Tjokroisme melainkan beliau hanya meneruskan pemahamannya berdasarkan nilai-nilai

    islam kepada masyarakat Indonesia. Disini akan dijelaskan bagaimana kehidupan beliau serta

    beberapa pencapaian yang pantas diacungi jempol. Beliau adalah bapak “Pergerakan Nasional”

    karena keberaniannya beliaulah yang mengawali pergerakan melawan pemerintahan belanda.

  • 8/19/2019 Pemikiran_Politik_Cokroaminoto

    2/21

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas, sedikitnya ada beberapa masalah yang akan dibahas dalam

    tulisan ini, antara lain :

    a. Bagaimanakah perjalanan hidup H.O.S. Tjokroaminoto ?

    b. Bagaimana Pemikiran politik Tjokroaminoto mengenai nasionalisme yang berdasarkan islam ?

    c. Bagaimana Pemikiran politik Tjokroaminoto mengenai sosialisme yang berdasarkan islam ?

    d. Bagaimana Pandangan Tjokroaminoto tentang Demokrasi dan Sistem Parlemen?

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Definisi Politik

    Definisi Atau Pengertian Politik Secara etimologis, politik berasal dari kata Yunani polis yang berarti

    kota atau negara kota. Kemudian arti itu berkembang menjadi polites yang berarti warganegara,

    politeia yang berarti semua yang berhubungan dengan negara, politika yang berarti pemerintahan

    negara dan politikos yang berarti kewarganegaraan.

    Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah bermacam-macam kegiatan dalam

    suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu

    dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Pengambilan keputusan (decision making) mengenai apakah

    yang menjadi tujuan dari sistem politik itu menyangkut seleksi terhadap beberapa alternatif dan

    penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih. Sedangkan untuk melaksanakan

    tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijakan-kebijakan umum (public policies) yang menyangkut

    pengaturan dan pembagian (distribution) atau alokasi (allocation) dari sumber-sumber (resources)

    yang ada.

     Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki. Namun banyak

    pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya berkisar di lingkungan kekuasaan negara atau

    tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh penguasa negara. Dalam beberapa aspek kehidupan,

    manusia sering melakukan tindakan politik, baik politik dagang, budaya, sosial, maupun dalam

    aspek kehidupan lainnya. Demikianlah politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh

    masyarakat (public goals) dan bukan tujuan pribadi seseorang (private goals). Politik menyangkut

    kegiatan berbagai kelompok, termasuk partai politik dan kegiatan-kegiatan perseorangan

    B. Nasionalisome

    Secara etimologis kata nasionalisme atau nation atau natie diambil melalui bahasa Prancis dari

    bahasa Latin natio yang berakar dalam nasci yang juga baru muncul, dan dalam kosakata Klasik

  • 8/19/2019 Pemikiran_Politik_Cokroaminoto

    3/21

    cenderung bermakna jelek untuk ras, suku, atau ’bibit’ manusia yang dianggap tidak beradab oleh

    standar Romawi. Dalam berbagai bahasa Romawi yang mewariskan kata nation sebagai bagian

    dari pendudukan, atau bahasa non Latin yang kemudian mengadopsinya karena pengaruh

    Renaisans, kata nation telah mengalami sejumlah pergeseran semantik sebelum digunakan untuk

    menunjukkan kesatuan budaya dan kedaulatan politik tertentu yang mencakup suatu masyarakat.

    Menurut Rupert Emerson nasionalisme adalah komunitas orang-orang yang merasa bahwa

    mereka bersatu atas dasar elemen-elemen yang mendalam dari warisan bersama dan bahwa

    mereka memiliki takdir bersama menuju masa depan.

    Sementara menurut Ernest Renan, yang sering dikutip Soekarno, nasionalisme merupakan

    unsur yang dominan dalam kehidupan sosial-politik sekelompok manusia dan telah mendorong

    terbentuknya suatu bangsa atau nation guna menyatukan kehendak untuk bersatu.

    C. Sosialisme

    Istilah sosialisme selalu diidentikkan dengan seorang Karl Marx. Padahal cita-cita sosialisme udah

     dicetuskan jauh sebelum Marx mulai memikirkan revolusi proletariat. Banyak dari gagasan-

    gagasan yang akan menjadi pokok pemikirannya diperolehnya dari tulisan para pemikir sosialis

    sebelumnya. Cita- cita yang sekarang disebut sosialisme itu sudah ditemukan dalam budaya Yunani

    kuno. Kasta para filosof yang menurut Plato harus memimpin negara tidak boleh mempunyai milik

    pribadi dan tidak berkeluarga, memiliki segalanya bersama, dan hidup menurut aturan yang sama.

    Namun sosialisme ini terbatas pada kasta calon pemimpin.

    Kata ’sosialisme’ sendiri muncul di Prancis sekitar tahun 1830, begitu juga kata ’komunisme’. Dua

    kata ini semula sama artinya, tetapi segera ’komunisme’ dipakai untuk aliran sosialis yang lebih

    radikal, yang menuntut penghapusan total hak milik pribadi dan kesamaan konsumsi serta

    mengharapkan keadaan komunis itu bukan dari kebaikan pemerintah, melainkan semata-mata

     dari perjuangan kaum terhisap sendiri.

    Sementara itu untuk membedakan ajarannya dari gagasan-gagasan Sosialis Utopis, Marx

     menamakan ajarannya Sosialisme Ilmiah (scientific socialism). Untuk keperluan itu ia menyusun

    suatu teori sosial yang menurut dia didasari hukum-hukum ilmiah dan karena itu pasti akan

    terlaksana. Saintisme Marx mempunyai keyakinan bahwa terdapat ’hukum-hukum gerak’ dalam

    masyarakat yang dijalankan dengan prinsip ’kebutuhan yang mutlak’ didasarkan pada

    penjelasan yang naif dari kemajuan-kemajuan ilmu alam.

    Klaimnya atas keilmiahan sosialismenya ini sangat penting dalam memahami teorinya. Marx

    menolak pendasaran sosialisme pada pertimbangan- pertimbangan moral. Sosialisme tidak akan

    datang karena dinilai baik atau karena kapitalisme dinilai jahat, melainkan karena, dan kalau,

    syarat-syarat objektif penghapusan hak milik pribadi atas alat-alat produksi terpenuhi. Dengan kata

    lain, Marx mengklaim bahwa sosialismenya bersifat ilmiah karena sosialisme tersebut berdasarkan

  • 8/19/2019 Pemikiran_Politik_Cokroaminoto

    4/21

    pengetahuan tentang hukum - hukum objektif perkembangan masyarakat. Pengetahuan itulah yang

    disebut ’Pandangan Materialis Sejarah.

    Dalam menyusun teori mengenai perkembangan masyarakat, Marx sangat tertarik oleh gagasan

    filsuf Jerman George Hegel mengenai dialektika karena di dalamnya terdapat unsur kemajuan

    melalui konflik dan pertentangan. Dan unsur inillah yang dia perlukan menyusun teorinya mengenai

    perkembangan masyarakat melalui revolusi. Untuk melandasi teori sosial, maka dia merumuskan

    terlebih dahulu teori mengenai materialisme dialektik (dialectical materialism). Kemudian konsep-

    konsep itu dipakainya untuk menganalisa sejarah perkembangan masyarakat yang dinamakannya

    materialisme historis (historical materialism). Dan karena materi oleh Marx diartikan sebagai

    keadaan ekonomi, maka teori marx juga sering disebut ’analisa ekonomis terhadap sejarah’. Dalam

    menjelaskan teorinya Marx menekankan bahwa sejarah (yang dimaksud hanyalah sejarah Barat)

    menunjukkan bahwa masyarakat zaman lampau telah berkembang menurut hukum-hukum dialektis

    yaitu maju melalui pergolakan yang disebabkan oleh kontradiksi-kontradiksi intern melalui suatu

    gerak spiral ke atas sampai menjadi masyarakat dimana Marx berada. Atas dasar analisa terakhir ia

    sampai pada kesimpulan bahwa menurut hukum ilmiah dunia kapitalis akan mengalami revolusi

    -yang disebutnya revolusi proletariat- yang akan menghancurkan sendi- sendi masyarakat kapitalis

    tersebut, dan akan meratakan jalan untuk timbulnya masyarakat komunis.

    BAB III

    PEMBAHASAN

    A. Perjalanan Hidup Tjokroaminoto

    Biografi HOS Tjokroaminoto

    Raden Mas Oemar Said Tjokroaminoto yang dikenal sebagai Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto

    lahir di ponorogo, 16 Agustus 1883. Terlahir dari perpaduan keluarga priyayi yang religious.

    Tjokroaminoto adalah anak kedua dari 12 bersaudara. Kakeknya, RM Adipati Tjokronegoro adalah

    seorang bupati di ponorogo, jawa timur, sedangkan ayahnya, Raden Mas Tjokroamiseno adalah

    wedana distrik kleco, madiun. Ia secara formal tak pernah nyantri, sekolah ditempuhnya dengan

    system pendidikan barat. Karena itu, ia menguasai bahasa inggris dan belanda.Didalam ensiklopedi

    islam disebutkan bahwasannya HOS Tjokroaminoto lahir di Bukur, Madiun 16 Agustus 1882

    Yogyakarta.

    Pendidikan HOS Tjokroaminoto

    Pendidikan dasarnya ditempuh di madiun, disekolah belanda. Kemudian pendidikan lanjutnya ia

    tempuh di OSVIA (opleiding school voor inlandsche ambtenaren “sekolah pendidikan untuk pegawai

    pribumi”) di magelang (1902). Di OSVIA, lama pendidikan adalah 5 tahun dan bahasa pengantarnya

  • 8/19/2019 Pemikiran_Politik_Cokroaminoto

    5/21

    adalah bahasa belanda. Sekolah ini tidak saja terbuka bagi anak-anak golongan priyai, tetapi

    terbuka juga bagi anak-anak golongan biasa yang ingin memasuki dinas pengreh praja.

    Setelah lulus dari OSVIA, Pada tahun 1902 sampai 1905 Tjokroaminoto menjadi juru tulis patih di

    ngawi (jawa timur), kemudian menjadi patih (pejabat dalam lingkungan pegawai negara pribumi),

    pembantu utama pada seorang bupati (regent). Pada bulan september 1905 ia minta berhenti dari

     jabatan. Alasannya, karena ia merasa tidak puas dalam kehidupan kepegawaian, tidak banyak

    menggembirakan hati dan terus-menerus berjongkok dan menyembah. tak lama setelah ia menikah

    dengan Suharsikin, putri dari patih ponorogo. Lalu ia pindah ke Surabaya dan bekerja di sebuah

    perusahaan swasta.

    Sambil bekerja, Tjokroaminoto masih menyempatkan diri untuk mengikuti sekolah lanjutan di sore

    hari, yaitu di BAS (Burgerlijke Avond School). Selain sebagai pegawai swasta, dirumahnya juga

    tjokro menerima kos-kosan yang dikelola oleh istrinya. Diantara anak kosnya adalah soekarno/bung

    karno, yang merupakan presiden pertama RI, ketika ia duduk di HBS Surabaya. Belakangan,

    soekarna adalah salah satu kader di bidang politik, dan pernah menjadi menantunya. Di mana Netty

    Utari, anak Tjokro adalah merupakan istri pertama dari bung karno. Tepatnya Tahun 1916 pemuda

    soekarno menjadi salah seorang anak indekosnya.

    Sesudah menyelesaikan pendidikannya, HOS tjokroaminoto mendapat pekerjaan pada sebuah

    pabrik gula (1907-1912) dan menulis di harian bintang surabaya. Di pabrik gula ini ia mula-mula

    magang sebagai masinis dan kemudian diangkat sebagai ahli kimia. Namun pekerjaannya ditekuni

    hanya sampai bulan mei 1912, selanjutnya ia bekerja pada sebuah biro teknik disurabaya.

    Bergabungnya HOS Tjokroaminoto pada organisasi sarekat islam. Dan peranan dia dalam

    menangani Sarekat Islam

    Suatu keanehan sebenarnya bahwa tokoh kita ini berkenalan dan masuk ke dalam Sarekat Islam

    bukan didorong oleh keyakinan yang diharapkan dari seorang pejuang, melainkan lebih terletak

    pada soal kebetulan. Waktu Sarekat Islam (SI) didirikan (dengan nama Sarekat Dagang Islam [SDI])

    pada tahun 1911 di surakarta, pimpinan berada ditangan K H. Samanhoeddhi.

    Dalam pandangan Samanhoedhi SDI (Sarekat Dagang Islam) mestilah diperlebar cakupannya, tak

    hanya mengurusi soal –soal dagang saja, tapi juga politik dan dakwah. Ia menyadari bahwa kader

    yang bisa membawa kearah cita-cita tersebut tidaklah banyak, belum lagi soal keberanian.

    Maka dicarilah orang yang berani dan punya visi kedepan. Para pencari dan pemburu bakat disebar,

    telinga dipasang, informasi di gali. Maka mereka pun mendengar, bahwa di Surabaya ada seorang

    pribumi, yang dididik secara barat, namun mempunyai keberanian yang memadai. Sebagai indikasi

    keberaniannya itu adalah, orang tersebut berani keluar sebagai pegawai negeri, dengan alasan tak

    mau terus-menerus merunduk pada pemimpin belanda. Maka orang tersebut adalah Tjokroaminoto

  • 8/19/2019 Pemikiran_Politik_Cokroaminoto

    6/21

    yang mempunyai mata elang, kumis melintang, bicara lantang, dan punya visi dan misi dalam

    perjuangan hidupnya.

    Dalam periode inilah, tepatnya pada bulan mei 1912, Tjokroaminoto berhubungan dengan beberapa

    wakil sarekat dagang islam surakarta-solo- yang sengaja mendatanginya. Kontraknya yang masih

    berjalan dengan perusahaan biro teknik Surabaya ditebus oleh pimpinan SDI (haji samanhoeddhi),

    agar ia dapat memberikan seluruh tenaganya kepada perkumpulan yang baru itu. Ia kemudian

    diminta untuk menyusun anggaran dasar (statuten) sarekat dagang islam (SDI) dan duduk sebagai

    komisaris. Ketika itu ia dikenal dengan sikapnya yang radikal dan menentang kebiasaan-kebiasaan

    yang berlaku bagi anak jajahan. Ia dikenal sebagai seorang yang menuntut persamaan derajat

    dengan pihak mana pun juga, apakah dengan seorang belanda atau dengan seorang pejabat

    pemerintah. Ia berkeinginan untuk melihat sikap ini dimiliki oleh kawan sebangsanya terutama

    dalam berhubungan dengan orang-orang asing. Ia mempunyai keberanian untuk duduk di kursi

    sewaktu menemui seorang belanda atau seorang pejabat pemerintah. Ia berkata kepada atasannya

    tanpa menundukkan muka ke bawah. Ia duduk diatas kursi dengan meletakkan sebelah kakinya

    diatas kakinya yang lain. Semua ini adalah soal-soal kecil tetapi pada masa itu dianggap pantang

    dilakukan.

    Pada tanggal 10 september 1912 Di tangan Tjokroaminoto SDI (sarekat dagang islam) mengubah

    namanya menjadi Sarekat Islam (SI). Ia lalu mengubah haluan, menjadikan SI sebagai kumpulan

    umat islam yang hendak menegakkan islam sebagai agama dan mengilmui islam. Maka, para

    anggotanya pun tak semuanya para pedagang, tetapi dari semua unsur masyarakat. Saat itulah SI

    merambah ke berbagai bidang kehidupan umat, tak hanya beredar disolo dan jawa, tetapi juga

    melebar ke wilayah-wilayah luar jawa.

    Corak Da’wah HOS Tjokroaminoto

    Sebenarnya secara formal Tjokroaminoto tidak pernah nyantri, sehingga pemahaman dia tentang

    agama islam sangatlah kurang, berdasarkan referensi yang penulis baca dan temukan

    bahwasannya Tjokroaminoto secara tidak langsung belajar Islam sewaktu dia bergabung dengan

    Sarekat Islam. Memang Sikap atau corak yang dimiliki oleh Tjokroaminoto tentang keberaniannya

    tidak dapat diragukan lagi. Dan dengan bekal keberaniannya inilah dia dikagumi oleh masyarakat.

    Tjokroaminoto adalah seorang demagoog yang bisa memainkan perasaan dan tingkah laku

    pendengarnya. Hadirin akan bergantung dibibirnya apabila mendengar ia berpidato; tanpa mike.

    Dan menjaga keseimbangan di antara mereka yang berselisih pendapat adalah salah satu

    kelihaiannya.

    Dapat disimpulkan bahwasannya Tjokroaminoto sangat pandai dan lihai dalam berpidato, dan tidak

    kalah hebatnya tulisannya juga sangat banyak dalam berbagai buku atau artikel, salah satunya yaitu

    fadjar Asia, yang banyak memuat artikel-artikel Tjokroaminoto. Adapun karya monumental

  • 8/19/2019 Pemikiran_Politik_Cokroaminoto

    7/21

    Tjokroaminoto yang sampai masa tahun 1950-an tidak dapat diubah adalah tafsir program asas dan

    program tandhim partai syarikat islam Indonesia, diterbitkan oleh badan pekerja PSII (Partai sarekat

    islam Indonesia) tahun 1954. Di dalamnya berisi tentang arah dan gerak perlawanan partai, antara

    lain:

    1. bersandarkan kepada kebersihan tauhid,

    2. bersandar kepada ilmu, dan

    3. bersandarkan kepada siyasah (politik) yang berkaitan dengan bangsa, tumpah darah, dan

    menyatukan negeri-negeri berpenduduk muslim (dikenal dengan pan islamisme).

    Dalam pendahuluannya, tjokro menulis:

    Pergerakan kita yang mula-mula bernama sarekat islam atau harus ditulis syarikat islam, kemudian

    diganti dengan nama partai syarekat islam india- timur pada tahun 1927, dan akhirnya pada tahun

    1930 diganti lagi dengan nama partai syarekat islam Indonesia, sesungguhnya mulai menampak

    betul-betul sifat, maksud, dan tujuannya ialah ketika sudah ditetapkan program –asasnya (beginsel-

    program) yang pertama-tama dan program-pekerjaannya (program Van Actie) di dalam kongresnya

    pada tahun 1917 dikota Jakarta (betawi), yang kemudian program-asas dan program-pekerjaan itu

    diubah di dalam kongres di kota mataram (Yogyakarta) pada tahun 1920 dan akhirnya diubah lagi di

    dalam kongres di mataram pada tahun 1930, di mana program-asas itu ditambah dalam dan luas

    pahamnya, dan program-pekerjaan yang biasanya hanya berlaku buat beberapa tahun saja

    lamanya, diganti dengan program-tandhim (program perlawanan), yang kekuatannya hampir sama

    kekalnya sebagai program-asas, sedang buat selanjutnya di mana ada perlunya, pada tiap-tiap

    kongres hendaknya ditetapkan suatu program-pekerjaan yang harus dilakukan pada tahun

    berikutnya.

    Pergerakan kita partai syarekat islam Indonesia yang maksudnya dikatakan dengan singkat: akan

    menjalankan islam dengan seluas-luas dan sepenuh-penuhnya, supaya kita bisa mendapat sesuatu

    dunia islam yang sejati dan bisa menurut kehidupan muslim yang sesungguh-sungguhnya, nyatalah

    perlu sekali mempunyai suatu program-asas dan suatu program-tandhim, yang harus menjadi dasar

    dan pedoman bagi segala cita-cita yang kita tuju dan bagi segala perbuatan yang kita lakukan untuk

    mencapai maksud itu.

    Sungguh pun islam itu agama Allah dan ialah peraturan yang sempurna-purnanya yang diberikan

    oleh Allah Ta’ala kepada manusia untuk mencapai keselamatan di dunia dan akhirat, haruslah kita

    ingat, bahwa manusia itulah yang membikin riwayatnya sendiri. Oleh karena itu, maka dalam usaha

    kita menuju kehidupan muslim yang sesungguh-sungguhnya itu haruslah mengetahui sifat dan

    keadaan-keadaan pergaulan hidup manusia, yang kita hidup di dalamnya sekarang ini, dan dengan

    sejelas-jelasnya kita harus mengetahui kecelaan-kecelaan dan kebusukan-kebusukannya, yang

    harus lenyap dan mesti dilenyapkan karena menjadi sebabnya tidak bisa ada kehidupan muslim

  • 8/19/2019 Pemikiran_Politik_Cokroaminoto

    8/21

    yang sesungguh-sungguhnya sebagai yang kita harapkan, ataupun sedikitnya menjadi rintangan

    bagi usaha kita akan mencapai kehidupan muslim yang demikian itu.

    Dari kutipan diatas tampak jelas apa yang dicita-citakan oleh Tjokroaminoto dengan partai yang

    dibesarkannya itu. Itu pula sebabnya, mengapa ia mengganti nama dari SDI menjadi partai syarikat

    islam Indonesia. Islam sebagai jalan hidup adalah pilihan yang terus diperjuangkan oleh

    Tjokroaminoto.

    Dalam salah satu artikelnya yang bejudul “pemberi ingat dan penunjuk jalan kepada umat islam”

    yang ditulis pada tahun 1930-an, Tjokro memberi peringatan kepada umat islam secara tandas,

    yakni, untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat, maka hendaklah

    seseorang itu melaksanakan agamanya (Islam) dan berilmu. “hanya dua perkara ini saja yang bisa

    menghindarkan dirimu dari kerendahan derajat dan kesengsaraan.”

    Sebagai seorang aktivis yang mengilhami banyak pejuang di tanah air, Tjokroaminoto juga berkiprah

    dan mendorong terbentuknya organisasi-organisasi yang bersifat keilmuan. Ia, antara lain,

    mendorong didirikannya Indonesische Studie Club (ISC) yang didirikan oleh Dr. Soetomo pada juli

    1924 di Surabaya. Setahun kemudian, bersama Haji Agus Salim, membidani Jong Islamieten Bond

    (JIB), yang merupakan himpunan para mahasiswa dan pelajar islam agar tak lalai dengan

    agamanya, meskipun sekolah atau kuliah dengan cara barat. JIB inilah yang merupakan cikal bakal

    lahirnya para cendekiawan muslim di Indonesia.

    Dan mengenai bersandar kepada siyasah (politik),setelah penerbitan buku itu perkataan siyasah

    dipergunakan di kalangan para pejuang bangsa khususnya dan di dalam bangsa Indonesia pada

    umumnya. pemakaiannya bergandenagan dengan perkataan politik yang diwarisi dari bahasa

    belanda-yunani. Karya tulisnya yang lain di antaranya adalah islam dan sosialisme (1924), tarikh

    agama (1954), dan terjemahan al-qur’an ke dalam bahasa Indonesia.

    Akhir Hayat HOS Tjokroaminoto

    Tjokroaminoto, singa podium itu, menghadap Ilahi pada 17 Desember 1934 di Yogyakarta. Dan

    dimakamkan di TMP Pekuncen Yogyakarta. Kepergian Tjokroaminoto membawa perpecahan di

    tubuh PSII. Ini menunjukkan bahwa Tjokroaminoto adalah faktor pemersatu. Semangat pan

    islamismenya memang telah membawanya selalu mencari titik temu, bukan titik beda. Karena

    kondisi social politik saat itu. Dan rupanya, Tjokroaminoto tak sempat menyiapkan kader-kadernya

    untuk memimpin PSII sebagaimana yang ia cita-citakan.

    B. Pemikiran Politik Tjokro : Nasionalisme Berdasarkan Islam

    Menurut Tjokroaminoto makna istilah nasional merupakan suatu usaha untuk meningkatkan

    seseorang pada tingkat natie (bangsa). Selanjutnya, ditambahkan pengertian nasional sebagai

    usaha untuk memperjuangkan tuntutan Pemerintahan Sendiri atau sekurang-kurangnya agar orang-

    orang Indonesia diberi hak untuk mengemukakan suaranya dalam masalah-masalah politik . Hal

  • 8/19/2019 Pemikiran_Politik_Cokroaminoto

    9/21

    ini menunjukkan adanya beberapa fase, dimana ketika seorang individu yang berbeda

    karakteristiknya seperti suku, agama, atau kultur disatukan dengan individu lain yang juga memiliki

    karakteristik berbeda sehingga membentuk suatu identitas baru yang mempersatukan diantara

    mereka menjadi suatu bangsa. Kemudian bangsa tersebut memperjuangkan hak-hak politiknya

    untuk dapat membentuk pemerintahan sendiri, mengatur bangsa dan wilayahnya sendiri, sehingga

    pada akhirnya dapat menentukan nasib bangsanya sendiri.

    Disini dapat dilihat bagaimana Tjokroaminoto terinspirasi dan bersimpati terhadap gerakan Pan-

    Islamisme. Ia dan rekan-rekannya di SI memang mencita- citakan politik Pan-Islamisme. Ia

    berharap dapat mempersatukan kekuatan Islam di Hindia (Indonesia) dalam rangka mewujudkan

     gagasan besarnya, Pan-Islamisme. Pan-Islamisme melihat perjuangan umat Islam di Hindia

     sebagai bagian dari perjuangan umat Islam di Asia dan Afrika untuk menyingkirkan penjajah Eropa.

    Ia menjadikan referensi kemenangan Turki atas Yunani dan Armenia sebagai teladan bagi gerakan

    pembebasan Islam atas dominasi kolonial barat. Namun demikian penekanan utamanya tetap

     pada ’masalah-masalah nasional dan problem-problem umat Islam di Hindia.

    Tjokroaminoto pernah merumuskan bahwa untuk menjalankan Islam dalam segala aspek

     kehidupan, ”bangsa Hindia (Indonesia) harus bersandar kepada sijasah (politik) yang berkenaan

    dengan bangsa dan Negeri tumpah darah sendiri, dan politik menuju maksud akan mencapai

    persatuan atau perhubungan dengan ummat Islam di lain-lain negeri (Pan Islamisme) agar dapat

    mencapai kemuliaan dan keluhuran derajat.” Atau dengan kata lain Tjokroaminoto menganggap

    bahwa ”pergerakan sijasah (politik) itu suatu kewajiban yang penting bagi orang Islam” karena dua

    kepentingan, yaitu untuk mencapai kemerdekaan umat dan agar kita dapat melaksanakan apa-apa

    yang diperintahkan oleh Allah S.W.T. Upaya untuk mencapai kemerdekaan dipertegas lagi bahwa

    ”tak boleh tidak kita kaum muslimin mempunyai kemerdekaan umat atau kemerdekaan kebangsaan

    (nationale urijbeid) dan mesti berkuasa atas Negeri tumpah darah kita sendiri.”

    Tjokroaminoto melihat kebangkitan kembali Pan-Islamisme di negara- negara Islam yang

    pergerakannya semakin baik, kuat, dan terorganisir. Tjokroaminoto dengan demikian meyakini

    bahwa sejarah akan berulang dimana umat Islam di seluruh dunia akan bersatu menjadi suatu

    bangsa yang kuat dan kemudian akan mengambil alih kepemimpinannya yang dahulu untuk

    menginternalisasi kembali nilai-nilai Islam kepada golongan lain sehingga dapat menundukkan

    negeri Barat dan Timur. Arti dari gerakan Pan Islamisme ini, menyiratkan bahwa setidaknya yang

    dibayangkan oleh Tjokroaminoto persatuan nasib. Islam maupun sekuler diakui sebagai unsur yang

    sedang berjuang demi nasionalisme. Tjokroaminoto sendiri amat menyadari adanya perbedaan

    karakteristik tersebut hingga menciptakan pluralisme dan kemajemukan dalam diri bangsa

    Indonesia. Kemajemukan ini terutama terletak pada beragamnya suku-suku yang ada di Indonesia.

    Dan kemajemukan ini pula-lah yang menjadi ’senjata’ bagi pemerintah Belanda untuk memecah

  • 8/19/2019 Pemikiran_Politik_Cokroaminoto

    10/21

    belah bangsa Indonesia. Dengan jitu mereka menerapkan politik devide et impera lewat

    pembentukan kelas-kelas sosial yang berbeda di dalam kemajemukan suku tadi. Sehingga masing-

    masing suku membentuk eksklusifitasnya masing-masing dan mengedepankan ikatan primordialnya

    saja.

    Mengenai kentalnya ikatan primordial ini juga dinyatakan Tjokroaminoto dalam suatu pidato di tahun

    1915 yang menyatakan bahwa di kalangan rakyat Indonesia masih terlalu sedikit perasaan

    persatuan kebangsaan. Orang Madura tidak merasa satu dengan orang Jawa, orang Jawa pun

    demikian dengan orang Sunda, dan orang Sunda demikian pula dengan orang Palembang. Namun,

    demi kemajuan dan kebangkitannya, di atas segala-galanya rakyat Indonesia harus berhati-hati.

    Sarana untuk mencapainya adalah agama Islam. Islam menghimpun semua orang karena tidak

    seorang pun di Hindia yang mau disebut bukan orang Islam, walaupun sedikit sekali

    pengetahuannya tentang agama Islam ini. Dalam istilah ’Oetoesan Hindia’, Islam adalah semen

    pengikat puluhan juta orang Indonesia. Islam juga sebagai alat untuk meningkatkan nasionalisme

    dan cinta tanah air.

    Yang kemudian dipertegas lagi oleh beliau dalam pendapat yang disampaikannya di depan Kongres

    PSII XIX yang diadakan di Jakarta pada tahun 1933 yang judul pre-advisenya adalah Cultuur dan

    Adat Islam. Pada pidatonya tersebut Tjokroaminoto mengingatkan agar kaum muslimin jangan

    sampai meninggalkan kultur dan adat Islam atau bahkan sampai menukarnya dengan kultur

    segelintir golongan rakyat Indonesia. Walaupun perselisihan ini belum tampak terlalu besar namun

    kaum muslimin tidak boleh hanya bersikap netral atau diam dalam menghadapi perselisihan antara

    kultur Islam dengan kultur lainnya itu karena hanya akan merugikan kultur Islam saja.

    Maka seandainya umat muslim hanya diam saja dalam menghadapi perselisihan antar kultur

    tersebut, Tjokroaminoto mengkhawatirkan ikatan yang ada di antara umat muslim akan rusak dan

    menyebabkan mereka akan mudah terpecah belah satu sama lainnya ke dalam beberapa kelompok

    Islam dan satu sama lainnya saling membesarkan cita-cita kesukuannya masing-masing seperti ke-

    Maduraan, ke-Sundaan, ke-Jawaan, ke-Lampungan, ke-Minagkabauan, ke- Bugisan, ke-Ambonan,

    dan lainnya. Tentu hal ini merupakan bahaya laten karena amat rentan untuk disusupi politik devide

    et impera Belanda. Jadi akan semakin sulitlah untuk mencapai persatuan. Untuk mengantisipasi

     hal tersebut kaum muslimin wajib menciptakan kultur Islam dengan dasar-dasar yang sebenarnya

    dan berusaha meng-sinkronkannya dengan pemikiran dan cita-cita modern.

    Namun bukan berarti hanya umat Islam saja yang dapat mempersatukan dirinya ke dalam suatu

    bangsa (natie). Dalam Kongres Central Sarekat Islam (CSI) di Bandung (1916), Tjokroaminoto

    mengatakan bahwa:

    ”Kita cinta bangsa sendiri dengan kekuatan ajaran agama kita, agama Islam, kita berusaha untuk

    mempersatukan seluruh bangsa kita, atau sebagian besar dari bangsa kita. Kita cinta tanah air,

  • 8/19/2019 Pemikiran_Politik_Cokroaminoto

    11/21

     dimana kita dilahirkan, dan kita cinta Pemerintah yang melindungi kita. Karena itu, kita tidak takut

    untuk meminta perhatian atas segala sesuatu, yang kita anggap baik, dan menuntut apa saja, yang

    dapat memperbaiki bangsa kita, tanah air kita dan pemerintah kita.”

    Ucapan ini tentu yang dimaksudkan agar umat Islam dengan kekuatan agamanya dapat berperan

    mempersatukan bangsanya yang pluralis. Bukan dalam arti menjadikan seluruh bangsanya menjadi

    Islam. Karena ketika itu, bangsa Indonesia, termasuk di dalamnya umat agama lain, beradapada

    posisi termarjinalkan oleh penjajah Belanda, selalu diperintah tetapi tak pernah mendapatkan hak

    untuk ikut memerintah. Hal ini semakin menguatkan perspektif beliau bahwa untuk membangun

    nasionalisme dalam arti yang luas, tidak dapat dibangun dari sesuatu yang general. Nasionalisme

    harus dibangun atas dasar kesamaan dan untuk itu diperlukan unsur pembeda guna

    membersihkannya dari unsur lain. Tjokroaminoto percaya unsur pembeda itu adalah Islam.

    Bahkan dengan kesadaran yang tinggi tentang pluralitas bangsanya sebagai realitas sosial,

    budaya, dan politik yang memang nyata ada di tengah- tengah masyarakat, Tjokroaminoto lebih

    banyak bicara tentang nasionalisme, sosialisme, dan demokrasi yang berasaskan Islam namun

    bukan mengarah pada berdirinya sebuah Negara Teokrasi (Negara Agama). Dengan perjuangan

    yang berlandaskan semangat nasionalisme dan demokrasi, berarti mengajak seluruh komponen

    bangsa yang beragam ini untuk berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah, tak mengenal istilah

    mayoritas-minoritas yang cenderung bermakna diskriminatif, untuk bersama-sama melepaskan diri

    dari cengkeraman penjajah.

    Jadi yang berusaha dijelaskan oleh beliau adalah bahwa Nasionalisme Islam bukanlah suatu

    nasionalisme yang buta, fanatis, atau cenderung fundamental. Melainkan nasionalisme yang

    menuju kepada sosialisme yang berdasarkan Islam.

    ”Islam sepertujuh bagian rambut pun tidak menghalangi dan merintangi kemajuan nasionalisme

    yang sejati, tetapi memajukan dia. Nasionalisme yang dimajukan oleh Islam bukannya ’eng’

    nasionalisme (yang sempit) dan berbahaya, tetapi yang menuntun kepada sosialisme berdasar

    Islam. Yakni sosialisme yang menghendaki mono-humanisme (persatuan manusia) dikuasai oleh

    satu Yang Maha Kuasa, Allah SWT, dengan lantaran (melalui) hukum-hukum yang sudah

    dipermaklumkan kepada Utusan-Nya Nabi penutup Muhammad SAW.”

    C. Pemikiran Politik Tjokro : Sosialisme Berdasarkan Islam

    Tjokroaminoto mulai mengangkat tentang sosialisme ini pada Kongres SI di Batavia pada Oktober

    1917. Di Kongres tersebut Tjokroaminoto mulai mengecam kapitalisme Belanda. Ia berkata:

    “Yang kita inginkan adalah sama rasa, terlepas dari perbedaan agama. CSI ingin mengangkat

    persamaan semua ras di Hindia sedemikian hingga mencapai tahap berpemerintahan sendiri. CSI

    menentang kapitalisme berdosa, CSI tidak akan mentolerir dominasi manusia atas manusia

    lainnya. CSI akan bekerja sama dengan siapa saja yang mau bekerja untuk kepentingan ini.”

  • 8/19/2019 Pemikiran_Politik_Cokroaminoto

    12/21

    Ia menyebutnya sebagai ’kapitalisme yang berdosa’, sesuatu yang mendasari pemikiran teoritiknya

    ’Sosialisme Islam’. Tak dapat disangkal pertarungannya dengan kelompok komunis selam beberapa

    tahun telah membuatnya semakin sungguh untuk membuktikan Islam juga sebagai ajaran yang

    mengadakan keberpihakan terhadap kaum tertindas (Musthadh’afin), Tjokroaminoto mengatakan

     ’de Islam is de godsdient van de armen en de verdrukten’ (Islam adalah agamanya kaum

    miskin dan yang tertindas).

    Pada bulan Desember 1924, Tjokroaminoto menuangkan pemikirannya mengenai Sosialisme

    Islam tersebut ke dalam sebuah buku yang berjudul Islam dan Sosialisme. Menurut beliau di

     bukunya itu ’Sosialisme’ asalnya dari perkataan bahasa Latin socius, yang artinya dalam

     bahasa Belanda: Makker; dalam bahasa Indonesia: teman-sahabat; dalam bahasa Jawa: kanca;

    dan dalam bahasa Arab: asyrat atau sahabat. Sosialisme mengutamakan paham ’pertemanan’ atau

    ’persahabatan’ sebagai unsur pengikat di dalam pergaulan masyarakat. Jadi paham Sosialisme itu

    bertentangan sama sekali dengan paham individualisme, yang hanya mengutamakan kepentingan

    ’individu’ (kepentingan diri sendiri).

    Sosialisme menghendaki cara hidup satu buat semua dan semua buat satu, yaitu cara hidup yang

    memperlihatkan kepada kita, bahwa kita semua memikul pertanggung jawaban atas perbuatan kita

    bersama, satu sama lain. Sedang individualisme mengutamakan paham tiap-tiap orang buat dirinya

    sendiri.

    Dalam menuangkan pemikirannya tersebut, Tjokroaminoto banyak membaca tulisan-tulisan

    pengarang dari Barat terutama karangan Prof.Quack (bangsa Belanda).Dari dalam kitab itu beliau

    bisa mengenal kaum sosialis dari berbagai abad dengan aturan masing-masing yang dibuat.

    Ternyata berdasarkan penelaahan beliau terdapat begitu besar perbedaan pengertian sosialisme

    antara satu dengan yang lainnya. Satu hal yang disepakati di antara mereka adalah sosialisme itu

    hendak melindungi kepentingan, hak-hak dan kewajiban bersama di atas hawa nafsunya orang

    perorang atau segolongan manusia saja.

    Beliau menguraikan bahwa pergerakan-pergerakan sosialistis zaman dahulu tersebut

     pertama kali timbul tidak hanya karena disebabkan kerusakan masyarakat pada masing-masing

    zaman yang bersangkutan, tetapi juga terutama sekali mendapat impuls dari perasaan keagamaan

    yang mendalam. Namun secara perlahan-lahan unsur kebaikan dan Agama yang banyak terdapat

    pada kalangan rakyat tersebut semakin lemah dan perlahan-lahan pergerakan rakyat yang bersifat

    sosialistis itu semakin lama semakin bertambah kuat berkiblat pada unsur kebendaan belaka

    (stoffelijke dingen), terutama sekali di negeri-negeri Barat.

    Seperti yang juga diungkapkan oleh Marx dalam Materialism Dialectic dan Historis Materialism.

    Materialism Dialectic adalah pandangan hidup yang menekankan pada aspek perkembangan

    kebendaan. Sedangkan Historis Materialism adalah ilmu sejarah yang disandarkan pada sejarah

  • 8/19/2019 Pemikiran_Politik_Cokroaminoto

    13/21

    perubahan sistem produksi yang berasal pada benda yang nyata. Marx juga mengatakan bahwa

    dunia itu terdiri atas benda yang dapat ditangkap oleh panca indera, dan dunia yang seperti itulah

    yang ada. Sedangkan pikiran, perasaan walaupun tampaknya berada di atas panca indera namun

    hanya merupakan hasil dari pemikiran otak tentang adanya benda. Kenyataan ini membuktikan

    Historis Materialism nyata-nyata menentang akan eksistensi Tuhan, malaikat, roh dan perkara gaib

    lainnya yang diajarkan oleh semua agama terutama sekali oleh Islam. Menurut Hegel sebagaimana

     yang ditirukan juga oleh Marx bahwa: ‘agama itu adalah kebingungan otak yang dibuat-

    buat oleh manusia untuk meringankan hidup yang sulit ini sehingga agama itu merupakan candunya

    rakyat.

    Sekalipun teori-teori sosialisme tersebut juga mempunyai maksud dan tujuan untuk memperbaiki

    nasib golongan manusia yang termiskin dan dominan jumlahnya agar mereka bisa mendapatkan

     nasib yang sesuai dengan derajat mereka yaitu dengan jalan memerangi penyebab yang

    menimbulkan kemiskinan mereka. Namun teori-teori tadi juga bermaksud menentang kehidupan

    sosial masyarakat yang ada sekarang ini, baik yang berkaitan dengan soal ekonomi, pengadilan,

    bahkan soal kehidupan beragama.

    Ia kemudian menentang konsep-konsep sosialismenya Marx dan kapitalisme itu, karena konsep

    Marx menjauhkan manusia dari agama sedangkan kapitalisme memperlihatkan watak

    individualisme yang berlebihan untuk menimbun harta yang pada akhirnya digunakan sebagai

     alat penindas rakyat. Dalam pandangan Tjokroaminoto, sosialisme Marx dan kapitalisme

    menjadikan benda sebagai segalanya, dan manusia sebagai objek. Sedangkan yang dilihat dari

    sudut pandang Islam, manusia itu khalifah, subjek yang merupakan muara atas semua sistem

    sosial, ekonomi, budaya dan lain sebagainya.

    Cita-cita sosialisme dalam Islam itu, tidak kurang berumur tiga belas abad, dan tidak dapat

    dikatakan bahwa berasal dari pengaruh orang Eropa. Walaupun tidak dapat dikatakan saat itu

    sudah ada propaganda sosialisme yang tersistematis seperti sekarang, namun sesungguhnya

     azas-azas sosialisme itu telah dikenal dalam masyarakat Islam pada zaman nabi Muhammad

     SAW dan azas-azas tersebut lebih banyak lebih mudah dilakanakan pada masa itu jika

    dibandingkan dengan pelaksanaannya di Eropa pada masa kapan pun juga.

    Kemudian ia mencontohkan tentang dasar-dasar sosialisme dalam pengertian Nabi Muhammad

    adalah kemajuan akhlak dan budi pekerti rakyat. Diyakininya tiap-tiap sosialisme yang sejati tidak

    akan tercapai selamanya kalau tidak dengan kemajuan akhlak budi pekerti rakyat itu. Akhlak dan

    budi pekerti yang baik itu umumnya ada pada bangsa Timur terutama bagi yang beragama Islam.

    Meski umat Islam seperti juga bangsa-bangsa Timur telah turun derajatnya di mata dunia, tapi

     mereka itu masih memiliki sifat dan tabiat yang sangat diperlukan untuk menjadi dasar

    kemajuan sosialisme.

  • 8/19/2019 Pemikiran_Politik_Cokroaminoto

    14/21

    Tabiat dan nafsu manusia itu pada dasarnya tergantung keadaan tempatnya, yang masing-masing

    akan berusaha membesar-besarkan dan menjunjung setinggi-tingginya diri sendiri, pribadi dan

    egonya. Maka obat untuk mengatasi atau mencegah datangnya penyakit tersebut adalah agama.

    Sosialisme haruslah berdasar atau sesuai dengan kepercayaan agama. Kalau tidak maka

    sosialisme akan menyimpang dan membawa kerusakan pada manusia. Terutama dalam dunia yang

    dikuasai oleh nafsu kebendaan, dimana tujuan hidup manusia hanya untuk memenuhi nafsunya

    kebendaannya semata, maka dalam dunia yang seperti itu akan sulit diharapkan seorang

     manusia mengorbankan kepentingan pribadinya demi kepentingan masyarakat. Dan dalam dunia

    yang hanya dikuasai oleh akal dan materialisme saja, segala keahlian itu pasti hanya untuk

    kepentingan ‘si kuat’ guna menindas ‘si lemah’.

    Orang-orang sosialis Barat terlebih orang Bolsyevik atau komunis pada masa sekarang ini

    menjalankan sosialisme itu dari puncak dan tidak dimulai dari dasar. Sebaliknya, Nabi Muhammad

    SAW dalam menjalankan sosialisme itu berbeda dengan orang-orang sosialis Barat, yaitu

    dimulainya dari bawah. Mula- mula beliau mengubah sifat dan tabiat masing-masing orang sehingga

    mampu untuk membangun masyarakat yang sosialistis dengan terlebih dahulu membangun sifat

    dan tabiat yang menjadi dasar dan sandaran dari suatu negara yang tinggi tingkat sosialisnya.

    Tjokroaminoto juga menegaskan kalau Nabi Muhammad ialah seorang nabi sejati dalam arti yang

     sebenarnya, tidak pernah melakukan paksaan atau pengerdilan dalam sosialisme. Nabi

     Muhammad pun tidak pernah melakukan suatu perjuangan kelas (klassen stijd) dan tidak pernah

    pula beliau melakukan atau memerintah orang untuk melakukan diktatur van het proletariat

    (kekuasaan hanya dimonopoli oleh kaum miskin). Segala sesuatu yang beliau lakukan untuk

    memajukan masyarakat, merupakan pelajaran yang hak dan petunjuk jalan yang benar. Beliau

    melakukan interaksi dengan semua manusia, tanpa membedakan kepandaiannya, derajatnya, atau

    tempat tinggal mereka. Yang pertama sekali dilakuka n beliau adalah memperbaiki dan

    mempertinggi akhlak masing-masing orang dan dengan demikian berarti beliau telah membersihkan

    masyarakat dari segala kekurangan, celaan, dan keburukan.

    Tjokroaminoto kemudian menerangkan berbagai contoh dari pemerintahan Islam yang pada

    dasarnya mengenal dua macam sosialisme, masing-masing ialah Staats-socialisme, dan Industrie-

    socialisme. Menurut beliau sosialisme yang pertama itulah yang penting karena inilah yang

     dijalankan Islam. Jika suatu negara bersifat sosialistis, maka hendaknya pekerjaan kerajinan

    (industri) diaturnya secara sosialistis dengan seluas-luasnya. Maka dalam negara yang seperti itu,

    tanahlah yang menjadi sumber penghasil dan sumber pekerjaan industri besar, itupun jika

    dijalankan sebaik-baik Landsocialisme dan Staats-socialisme. Dengan begitu tanah menjadi milik

    negara, kemudian alat-alat produksi yang dapat menghasilkan barang diberikan negara kepada

    rakyat. Maka sosialisme seperti inilah yang terutama sekali dijalankan oleh Islam. Sejak Nabi

  • 8/19/2019 Pemikiran_Politik_Cokroaminoto

    15/21

    Muhammad SAW memegang kekuasaan negara, maka secepatnya diaturnya secara sosialistis dan

    semua tanah dijadikan milik negara.

    Terakhir beliau mengatakan bahwa keistimewaan sosialisme Islam ialah tidak merusak semangat

     berkarya dan kegiatan seseorang serta tidak menjadi penghambat cita-cita seseorang untuk

    maju sebaliknya dipantangkan bagi seseorang menindas dan merusak orang lain, atau menjadi

    kaya dengan cara merugikan atau memakai hasil usaha orang lain. Sosialisme Islam tentu saja

    dapat mencapai tujuannya karena setiap orang baik pria maupun wanita telah mampu untuk

     menerima azas sosialistis karena akhlak, sifat, serta tabiatnya telah diperbaiki terlebih dahulu.

    Dasarnya sosialisme Islam adalah agama. Orang Islam baik pria maupun wanita semuanya

    berusaha untuk melakukan perbuatan yang baik dan benar.

    Tjokroaminoto disini berusaha memperlihatkan keunggulan Sosialisme Islam dalam konsep

    pembangunan masyarakat dibanding konsep-konsep lainnya, termasuk sosialisme Marx,

    komunisme, dan kapitalisme. Tjokroaminoto hanya memperkenalkan kandungan ajaran Islam

    tentang nasionalisme dan sosialisme yang manusiawi, tanpa harus melahirkan tirani jiwa seperti

    sosialisme yang dibangun atas dasar diktator proletariat. Dengan sistem pasar tunggal yang

    dikuasai negara, dan mencabut hak-hak rakyat atas kepemilikan alat-alat produksi, ternyata yang

    lahir adalah pemerataan kemiskinan dan kondisi anti demokrasi. Sementara itu Sosialisme Islam

     justru memperbolehkan setiap orang untuk berusaha dan berkompetisi secara jujur dan adil.

    Dengan Sosialisme Islam, hak individu masyarakat tetap terjamin. Yang penting bukan membangun

    kondisi sama rata sama rasa belaka, tetapi membangun semangat berkompetisi dengan skill

    masing-masing, karena setiap orang memang dilahirkan tidak untuk sama rata sama rasa,

     apalagi kalau kemudian disama ratakan melalui proses yang dipaksakan secara diktator. Setiap

    orang bebas mengembangkan keahliannya, memperoleh kekayaan dengan keahliannya itu namun

    tidak dengan jalan menindas orang lain. Bahkan beliau menambahkan, dengan berusaha untuk

    menjadi kaya raya melalui cara yang halal, maka kekayaan atau harta benda yang menurut Islam

    hanya titipan Tuhan itu dalam persentase tertentu harus diberikan kepada orang yang tidak mampu

    yang disebut sedekah atau zakat. Sosialisme model ini tidak melahirkan kondisi sama rata, tetapi

    menimbulkan kondisi sama rasa seperti yang ditekankannya dalam pidato di Kongres SI di batavia

    sebelumnya, yang mana maksudnya sama-sama merasakan kebahagiaan satu sama lainnya.

    Maka Tjokroaminoto telah tiba pada pada suatu kesimpulan akhir bahwa sosialisme itu mudah

     dijalankan oleh mereka yang beragama Islam karena landasan nasionaliteit mereka adalah

    agama. Terhadap hal ini Tjokroaminoto tiba pada uraian kaitan sosialisme dengan kebangsaan dan

    berpendapat :

    ”Sosialisme Islam mudah ditanam dan dilakukannya, oleh karena Nasionaliteit (kebangsaannya)

    orang Islam itu tidak terbatas oleh batas- batas kenegaraan, oleh perbedaan warna kulit, oleh

  • 8/19/2019 Pemikiran_Politik_Cokroaminoto

    16/21

    perlainan bahasa, oleh perbedaan tanah air dan benua, tetapi kebangsaannya orang Islam adalah

    berdasarkan kepada agama, yang batas-batasnya sangat luas, melampaui batas-batas yang

    sempit.. Di tempat mana saja orang Islam tinggal, bagaimanapun juga jauhnya dari negeri tempat

     kelahirannya, di dalam negeri yang baru itu, ia masih menjadi satu bagian dari masyarakat Islam,

    di tempat manapun orang Islam itu berdiam, disitulah ia harus mencintai dan bekerja untuk

    keperluan negeri itu dan rakyatnya. Nasionalisme yang semacam itulah Nasionalisme Islam, yang

    menjadi dasar sosialisme yang tersiar di seluruh muka bumi.”

    D. Pandangan Tjokroaminoto tentang Demokrasi dan Sistem Parlemen

    Bagi Tjokroaminoto pondasi dari sistem demokrasi harus didasarkan pada tauhid yaitu segala

    sesuatu berasal dari Allah, untuk Allah, dan kembali pada Allah. Bukan pondasi yang dianut oleh

    paham Kapitalisme dan Komunisme yang berakar pada pandangan hidup materialisme. Dalam

    pandangan Tjokroaminoto, bila umat Islam bersungguh-sungguh melaksanakan ajaran agamanya,

     maka dengan sendirinya dia akan menjadi seorang demokrat, dan demikian juga sosialis. Tetapi

    tidak berarti dalam pengertian demokrat dan sosialis yang mengesampingkan agama. Sebab jika

    seseorang dengan sungguh-sungguh menjalankan perintah-perintah Allah maka ia tidak akan lagi

    dipenuhi nafsu egoisme, individualisme, despotisme, maupun kapitalisme. Jika tidak maka ia

     belum dapat dikatakan seorang muslim yang baik.

    Demokrasi yang dimaksudkannya disini jelas adalah demokrasi yang Islami sebab menekankan

    pada musyawarah yang didukung oleh pendapat rakyat. Tjokroaminoto menyatakan hal tersebut

    dalam Program Asas PSII yaitu “Negeri merdeka (Indonesia) yang kaum Partai SI Indonesia wajib

    mencapainya, pemerintahannya haruslah bersifat demokratis, sebagaimana yang dicantumkan di

    dalam Al-Qur’an:

    “Dan bagi orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan sholat,

    sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka.” (Asy-Syura: 38)

    Selanjutnya, Tjokroaminoto menjelaskan bahwa:

    “Menurut faham kaum partai SI Indonesia dan juga mengingat contoh- contoh pada zaman

    Khulafaur Rasyidin, pemerintahan yang dimaksudkan didalam ayat-ayat tersebut, terlebih-lebih buat

    zaman kita yang sekarang ialah harus suatu pemerintahan yang kekuasaannya bersandar kepada

    kemauan Rakyat (Ummat), yang menyatakan sepenuh-penuh suaranya di dalam suatu Majelis Usy-

    Syura, yaitu berupa Majelis Perwakilan Rakyat, susunan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya

    harus berdasar kepada asas-asas demokrasi yang seluas-luasnya.”

    Dengan mengambil sampel tentang kehidupan politik di desa-desa, ia berharap demokrasi juga

    dapat diterapkan di Hindia secara menyeluruh. Ia mengatakan di desa-desa demokrasi telah ada

    dalam bentuk Dewan Kampung, tempat semua warga desa dapat saling berdiskusi untuk

  • 8/19/2019 Pemikiran_Politik_Cokroaminoto

    17/21

    memecahkan masalahnya sehari-hari. Belum lagi pemilihan kepala kampung telah menjadi

    model demokrasi di Hindia.

    Perintah mengadakan pemerintahan yang bersifat musyawarah menurut beliau turun di Makkah

    ketika kaum muslimin masih berjumlah sedikit dan hidup dalam penindasan dan ketidakadilan.

    Perintah tersebut ternyata bermaksud agar kaum muslimin, walaupun dalam keadaan tertindas,

    perlu menyiapkan organisasi untuk membicarakan dan memutuskan perkara-perkara mengenai

    umat. Organisasi ini adalah majelis yang disebut sebagai Majelis Usy Syura dan waktu itu

     modelnya dapat disamakan dengan parlemen masa sekarang. Musyawarah itulah yang menjadi

    dasar corak pemerintahan Islam era Khulafaur Rasyidin.

    Di dalam Islam, pemerintahan baik yang berbentuk republik atau kerajaan dengan parlemen harus

    berlandaskan ‘sosialisme yang sejati’ sebagaimana yang dipraktekkan oleh Nabi Muhammad

     SAW. Didalam sistem ini, baik rakyat maupun penguasanya akan dapat terbebas dari sikap

    saling membenci dan bermusuhan disebabkan perbedaan golongan, perbedaan bangsa atau warna

    kulit; tidak ada perbedaan kebutuhan dan keperluan antar yang diperintah dan yang memerintah;

    atau penduduk tidak perlu lagi memakai kekuasaan dan polisi untuk menjaga ketertiban.

     Pemerintahan mendapat kontrol dari seluruh rakyat yang berpegang pada hukum Tuhan yaitu

    Al-Quran. Kedaulatan Negara dipegang oleh rakyat yang berlandaskan nilai-nilai Islami inilah yang

    menjadi perhatian Tjokroaminoto.

    Untuk menduku ng pemerintahan yang sosialistis yang kedaulatan Negara ada di tangan rakyat ini,

     mula-mula tabiat tiap rakyat harus diubah sehingga mampu untuk membangun masyarakat yang

    sosialistis. Pendidikan politik harus ditanamkan pada rakyat agar mengerti hak dan

     kewajibannya. Tjokroaminoto menandaskan “tiap-tiap kali terasa perlunya ada usaha untuk

    memperbaiki soal pemerintahan dan Negara, maka tiap-tiap kali pula tambah perlunya diadakan

    usaha untuk memperbaiki tabiat dan perangai dari tiap-tiap rakyat dalam Negara tersebut.”

    Kemudian mengenai parlemen yang dimaksudkan oleh beliau adalah Dewan Rakyat. Dalam

    kongres SI di Bandung pada tahun 1916 ia mengemukakan:

    “Untuk mencapai tujuan kita, dan untuk memudahkan cara kerja kita agar rencana raksasa itu dapat

    dilaksanakan, maka perlulah, dan kita harapkan dengan sangat agar diadakan peraturan, yang

    memberi kita penduduk bumiputera hak untuk ikut serta dalam mengadakan bermacam-macam

    peraturan yang sekarang sedang kita pikirkan. Tidak boleh terjadi lagi, bahwa dibuat perundang-

    undangan untuk kita, bahwa kita diperintah tanpa kita, dan tanpa keikutsertaan kita”. Dilanjutkan lagi

    “Kita terus mengharapkan dengan ikhlas dan jujur datangnya status berdiri sendiri bagi Hindia

    Belanda, atau paling sedikit Dewan Jajahan (Dewan Rakyat), agar kita dapat berbicara dalam

    urusan pemerintahan.”

  • 8/19/2019 Pemikiran_Politik_Cokroaminoto

    18/21

    Dewan Rakyat yang akan dibentuk pada tahun 1917 itu, walaupun tidak dapat disebut ideal,

    menurut Tjokroaminoto tetap harus disambut dengan gembira sebagai langkah pertama untuk

    mencapai tujuan akhir, ialah pemerintahan sendiri untuk Indonesia. Karena memang pada saat

     itu, komposisi dari para anggota Volksraad amat tidak seimbang dan tidak menguntungkan rakyat.

    Apalagi wewenang Volksraad hanya sebagai penasihat pemerintah kolonial Belanda. Volksraad

    bukan badan legislatif sebagaimana tuntutan Kongres SI yakni badan legislatif sebagai badan

    pembuat undang-undang yang akan dikenakan kepada

    rakyat.

    Namun apabila Dewan Rakyat maupun partai-partai politik tidak mampu untuk memperjuangkan

    kepentingan rakyat, maka rakyat harus memberikan kesempatan untuk menyatakan sikapnya dalam

    bentuk referendum agar pemerintah dan parlemen dapat mengetahui secara pasti tentang suatu

    Undang- Undang yang akan disahkan itu apakah dapat diterima oleh rakyat atau tidak. Bahkan

    dalam rangka kepentingan secara menyeluruh, rakyat pun harus diberi kesempatan untuk

    menyampaikan inisiatif rakyat sendiri secara langsung yang disebut dengan istilah Belanda

     Volksinitiatief. Perihal ini seperti yang sudah berlaku di Swiss kira-kira sejak pertengahan dan

    penghabisan abad ke-19.

    Jadi menurut pandangan Tjokroaminoto, apa yang dimaksud referendum tidak lain ialah hak rakyat

    atau ummat untuk menyatakan pendapatnya terhadap rancangan Undang-Undang baik yang

     disampaikan oleh pemerintah ke forum parlemen atau yang berasal dari usul inisiatif anggota

    Dewan Rakyat (parlemen) sendiri. Sedang yang dimaksud dengan volksinitiatief disini ialah hak

    rakyat untuk mengajukan. Rancangan Undang-Undang sendiri langsung kepada parlemen tentang

    apa yang menjadi keinginan rakyat. Adanya referendum dan volksinitiatief oleh beliau bukan untuk

    meniadakan parlemen, tetapi justru untuk memperkuat dan memperluas pengaruh parlemen dan

     juga sebagai bukti bahwa parlemen itu adalah hasil penjelmaan dan kemauan rakyat dan

     karena itu parlemen harus bergantung kepada dan senantiasa mengumandangkan suara dan

     kepentingan rakyat.

    Selanjutnya Tjokroaminoto menyatakan bahwa dalam sistem pemerintahan Islam, sudah sejak

     lama terdapat peraturan atau undang-undang mengenai orang-orang yang mempunyai hak

    memilih yang disebut ahlul ikhtiyar atau ahlul aqd wal hall yaitu orang-orang yang membuat dan

    membatalkan undang-undang, dan mengenai orang-orang yang mempunyai hak untuk dipilih atau

    ahlul imamat yaitu orang-orang yang bertugas memegang dan menjalankan kekuasaan.

    Tjokroaminoto sendiri semasa masih aktif menginginkan banyak tokoh Islam yang moderat duduk

    dalam pemerintahan, namun tidak berarti ingin pemerintahan menjadi Negara Islam karena ini

     akan mengingkari sendiri ajarannya tentang perlunya menghargai semua agama yang ada di

    Indonesia tanpa diskriminasi, tanpa ada yang menjadi kelompok penguasa atas nama agama.

  • 8/19/2019 Pemikiran_Politik_Cokroaminoto

    19/21

    Dengan konstitusi nasional berdasarkan suatu agama, maka pemeluk agama lain langsung atau

    tidak akan terdiskriminasi bahkan termarjinalkan. Karena itu pulalah dia lebih banyak

    mengedepankan pemahaman bahwa muslim itu demokrat dan sosialis. Dengan pengertian dari

    prinsip-prinsip ini, berarti setiap umat Islam wajib menjalankan ajaran agamanya dengan

    menegakkan demokrasi dan menjalankan fungsi sosialnya di masyarakat. Tjokroaminoto tidak

     mengedepankan kekuasaan Islam melainkan pengabdian Islam di tengah masyarakat yang

    pluralistik.

    BAB IV

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    1. H.O.S. Tjokroaminoto adalah sosok pemimpin yang multitalenta, dia memulai kariernya dari Nol

    walaupun dia punya latar belakang keluarga terhormat. Beliau memilih meninggalkan semua itu dan

    mencari kerja sesuai kemampuannya.

    2. Menurutnya Nasionalisme Islam bukanlah suatu nasionalisme yang buta, fanatis, atau

    cenderung fundamental. Melainkan nasionalisme yang menuju kepada sosialisme yang

    berdasarkan Islam.

    3. Dia berpandangan bahwa Sosialisme Islam mudah ditanam dan dilakukannya, oleh karena

    Nasionaliteit (kebangsaannya) orang Islam itu tidak terbatas oleh batas- batas kenegaraan, oleh

    perbedaan warna kulit, oleh perlainan bahasa, oleh perbedaan tanah air dan benua, tetapi

    kebangsaannya orang Islam adalah berdasarkan kepada agama, yang batas-batasnya sangat luas,

    melampaui batas-batas yang sempit.

    4. Yang menjadi perhatian Tjokroaminoto adalah Kedaulatan Negara dipegang oleh rakyat yang

    berlandaskan nilai-nilai Islami, sistem kenegaraan dalam pemikiran Tjokroaminoto adalah negara

    demokrasi Islam.

    B. Saran

    1. Untuk mengenang jasanya dalam bidang pembangunan Indonesia maka H.O.S Tjokroaminoto

    amat layak dijuluki sebagai ’Bapak Pergerakan Kebangsaan’ karena jasa-jasanya dalam dunia

    pergerakan pada masa pra-kemerdekaan Indonesia.

    2. Para tokoh Islam saat ini sebaiknya memberikan karya nyata bukan hanya sekadar karya kata

    belaka. Malah mereka sering memanfaatkan momentum di tengah-tengah penderitaan sesama

    kaum muslim hanya untuk mempromosikan dirinya.

    3. Umat Islam sebagai penganut agama mayoritas di Indonesia seharusnya lebih sering untuk

    mengoreksi dirinya masing- masing dan bukannya membuang-buang waktu untuk mencari-cari

  • 8/19/2019 Pemikiran_Politik_Cokroaminoto

    20/21

    kesalahan orang lain. Melainkan mengingatkan satu sama lainnya diantara dan bukannya saling

    menjatuhkan.

    Daftar Pustaka

    Al-Qur’an

    Ajisaka, Arya, Mengenal Pahlawan Indonesia, Jakarta: Kawan Pustaka, 2008

    Amelz, HOS Tjokroaminoto Hidup dan Perjuangannya Jilid I, Jakarta: Bulan bintang, 1952

    Suryanegara, Ahmad Mansyur, Api Sejarah, Bandung: Salamadani Pustaka Semesta, 2009

    Amin, M.Masyhur, H.O.S Tjokroaminoto, Rekonstruksi Pemikiran dan Perjuangannya, Yogyakarta :

    Cokroaminoto Universty Press, 1995

    Arifin, Imron dan Agus Sunyoto, Darul Arqam Gerakan Mesianik Melayu, Malang:

    Kalimasahada Press, 1996

    Budiarjo, Prof.Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1986

    Dault, Adhyaksa, Islam dan Nasionalisme, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005

    Drs. Salim dan Drs. Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Citapustaka Media,

    2007

    Eatwell, Roger dan Anthony Wright (ED), Ideologi Politik Kontemporer, Yogyakarta: Jendela,

    2004

    Elster, Jon, Karl Marx, Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2000

    F.Isjwara S.H, Pengantar Ilmu Politik, Bandung : Binacipta, 1982

    Furchan, Arief dan Agus Maimun, Studi Tokoh, Metode Penelitian Tokoh, Yogyakarta: Pustaka

    Pelajar, 2005

    Gonggong, Anhar, H.O.S Tjokroaminoto, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985

    Harahap, Prof.Dr.Syahrin, Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam, Medan: Istiqamah Mulya

     Press, 2006

    Hering, Soekarno Bapak Indonesia Merdeka, Jakarta: Hasta Mitra, 2003

    H.O.S Tjokroaminoto, Islam dan Sosialisme, Bandung: Sega Arsy, 2008

    H.O.S Tjokroaminoto, Tafsir Program Asas dan Program Tandhim PSII, Jakarta: Lajnah Tanfidiyah

    PSII, 1965

    Ingleson, John, Jalan Ke Pengasingan, Pergerakan Nasionalis Indonesia, Tahun 1927-1934,

    Jakarta: LP3ES, 1983

    Korver, A.P.E, Sarekat Islam, Gerakan Ratu Adil, Jakarta: Gratifipers, 1985

    Mertolojo, Soemartono, Sosialisme Indonesia, Semarang: Mitra Jaya, 1961

    Noer, Deliar, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES, 1996

    Pranoto, Suhartono W., Teori dan Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010

  • 8/19/2019 Pemikiran_Politik_Cokroaminoto

    21/21

    Rambe, Safrizal, Sarekat Islam Pelopor Bangkitnya Nasionalisme Indonesia 1905-1942,

    Jakarta: Yayasan Kebangkitan Insan Cendekia, 2008

    Shiraisi, Takashi, Zaman Bergerak Radikalisme Rakyat di Jawa 1912 - 1926, Jakarta: Graffiti,

    1977

    Soedarmanta, J.B., Jejak-Jejak Pahlawan, Jakarta: Grasindo, 2007

    Suseno, Frans Magnis, Pemikiran Karl Marx Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan

    Revisionis, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003

    Tashadi dkk, Tokoh-Tokoh Pemikir Paham Kebangsaan, Jakarta: Depdikbud, 1993

    Van Niel, Robert, Munculnya Elite Modern Indonesia, Jakarta: Pustaka Jaya, 2009