Upload
harli-feryadi
View
49
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Pemeriksaan Penderita Kusta
2.8.1 Anamnesis
Subyektif : Keluhan penderita, Kelainan kulit, Mati rasa, Gangguan fungsi pada saraf.
Obyektif : Riwayat kontak dengan penderita, Latar belakang keluarga misalnya Keadaan sosial
ekonomi.
Evaluasi data : Untuk menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya, Sebagai sumber acuan
pengobatan MDT dan klasifikasi penyakit kusta.
2.8.2 Pemeriksaan fisik
Inspeksi : Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilaksanakan secara sistematik. Observasi
dilaksanakan dengan menggunakan indra penglihatan, pendengaran, penciuman sebagai suatu alat
untuk mengumpulkan data. Inspeksi dimulai pada saat berinteraksi dengan penderita dan dilanjutkan
dengan pemeriksaan lebih lanjut. Ruangan membutuhkan cahaya yang adekuat (terang) diperlukan
agar petugas dapat membedakan warna dan bentuk tubuh.
Palpasi : Pemeriksaan saraf tepi dan fungsinya dilakukan pada: n. auricularis magnus, n. ulnaris, n.
radialis, n. medianus, n. peroneus, dan n. tibialis posterior. Hasil pemeriksaan yang perlu dicatat
adalah pembesaran, konsistensi, penebalan, dan adanya nyeri tekan. Perhatikan raut muka pasien
apakah ia kesakitan atau tidak saat saraf diraba.2
Saraf ulnaris - untuk memeriksa saraf ulnaris kiri, pegang lengan bawah kiri penderita dengan tangan
kiri Anda; raba di bawah siku penderita dengan tangan kanan Anda. Anda akan menemukan saraf
ulnaris di cekungan pada sisi median (dalam). Lakukan sebaliknya untuk memeriksa saraf ulnaris
lengan kanan.2
Gambar 3.pemeriksaan saraf ulnaris
Saraf medianus - untuk memeriksa saraf medianus, pegang pergelangan penderita dengan telapak
tangannya menghadap ke atas; raba hati-hati di tengah-tengah pergelangan. Saraf medianus
mungkin tidak teraba, tapi ada tidaknya nyeri tekan tetap dapat terdeteksi.2
Gambar 4 : Pemeriksaan Saraf Medianus
Saraf peroneus - untuk meraba saraf peroneus kanan, minta penderita duduk di kursi dan kemudian
Anda duduk atau berlutut di depannya. Gunakan tangan kiri Anda untuk meraba saraf di sisi luar betis
sedikit di bawah lutut dan lekukan sekitar tulang di bawah lutut. Gunakan tangan kanan Anda untuk
memeriksa saraf Peroneus kiri.2
Gambar 5 : Pemeriksaan Saraf Perineus
Fungsi sensorik : Dilakukan pemeriksaan fungsi saraf sensorik pada telapak tangan, daerah yang
sisarafi oleh n.ulnaris dan medianus juga pada daerah telapak kaki untuk daerah yang disarafi oleh
n.tibialis posterior.2,4,5
Fungsi motoric : N.fasialis dengan memeriksa kekuatan penutupan bola mata. N.ulnaris dengan
memeriksa kekuatan m.abductor pollicis minimi. N.medianus, dengan memeriksa kekuatan
m.abductor pollicis brevis. N.radialis, dengan memeriksa kekuatan fleksi dorsal pergelangan tangan.
N.peroneous, dengan memeriksa kekuatan fleksi dorsal pergelangan kaki baik pada arah eversi
maupun inverse. N.tibialis posterior, dengan memeriksa kekuatan otot truceps surae, tibialis posterior,
flexor hallucis longus dan flexor digitorum longus.2,4,5
Fungsi Otonom : Fungsi Otonom diperiksa dengan memegang tangan atau kaki penderita untuk
menilai kebasahan telapak tangan maupun kaki (fungsi kelenjar keringat). Pemeiksaan bersama
dengan gerak Olah raga.2,4,5
Tanda pasti kusta adalah: a) kulit dengan bercak putih atau kemerahan dengan mati rasa, b)
penebalan pada saraf tepi disertai kelainan fungsinya berupa mati rasa dan kelemahan pada otot
tangan , kaki, dan mata, c) pada pemeriksaan kerokan kulit BTA positif. Klien dikatakan menderita
kusta apabila ditemukan satu atau lebih dari Cardinal Signs Kusta, pada waktu pemeriksaan klinis.11
2.9 Penanggulangan Penyakit Kusta
2.9.1 Pengobatan
Pengobatan berdasarkan regimen MDT (Multi Drug Therapy) dalam buku Pedoman Diagnosis dan
Terapi BAG/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSU Dokter Soetomo Surabaya adalah sebagai
berikut :4,7
1. Pausibasiler
Rifampicine 600 mg/bulan, diminum di depan petugas (dosis supervisi)
DSS 100 mg/hari
Pengobatan diberikan secara teratur selama 6 bulam dan diselesaikan dalam waktu maksimal 19
bulan. Setelah selesai minum 6 dosis dinyatakan RFT (Release From Treatment)
2. Multibasiler
Rifampicine 600 mg/bulan, dosis supervisi.
Lamprene 300 mg/hari, dosis supervisi.
Ditambahkan
Lamprene 50 mg/hari
DDS 100 mg/hari
Pengobatan dilakukan secara teratur sebanyak 12 dosis (bulan) dan deselesaikan dalam waktu
maksimal 18 bulan. Setelah selesai 12 dosis dinyatakan RFT, meskipun secara klinis lesinya masih
aktif dan BTA (+).
Cara Pemeriksaan Kusta
1.Cara Pemeriksaan
a.Anamnese:
1). Keluhan yang ada/kapan timbul bercak .
2). Apakah ada riwayat kontak .
3). Riwayat pengobatan sebelumnya.
b.Pemeriksaan kulit / rasa raba.
Untuk memeriksa rasa raba dengan memakai ujung kapas yang
dilancipkan kemudian disentuhkan secara tegak lurus pada kelainan kulit yang
dicurigai, sebaiknya penderita duduk pada waktu pemeriksaan .Terlebih dulu
petugas menerangkan bahwa bilamana merasa disentuh bagian tubuh dengan
kapas, ia harus menunjuk kulit yang disentuh dengan jari telunjuknya,menghitung
jumlah sentuhan atau dengan menunjukkan jari tangan keatas untuk bagian yang
sulit dijangkau, ini dikerjakan dengan mata terbuka bilamana hal ini telah jelas,
maka ia diminta menutup matanya.Kelainan-kelainan dikulit diperiksa secara
bergantian untuk mengetahui ada tidaknya anestesi . pada telapak tangan dan kaki
memakai bolpoin karena pada tempat ini kulit lebih tebal.
c.Pemeriksaan saraf (nervus )
Peroneus, dan tibialis posterior, namun pemeriksaan yang sering diutamakan pada
saraf ulnaris, peroneus, tibialis posterior, pada umumnya cacat kusta mengikuti kerusakan pada saraf-saraf utama