4
Pemeriksaan Penderita Kusta 2.8.1 Anamnesis Subyektif : Keluhan penderita, Kelainan kulit, Mati rasa, Gangguan fungsi pada saraf. Obyektif : Riwayat kontak dengan penderita, Latar belakang keluarga misalnya Keadaan sosial ekonomi. Evaluasi data : Untuk menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya, Sebagai sumber acuan pengobatan MDT dan klasifikasi penyakit kusta. 2.8.2 Pemeriksaan fisik Inspeksi : Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilaksanakan secara sistematik. Observasi dilaksanakan dengan menggunakan indra penglihatan, pendengaran, penciuman sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data. Inspeksi dimulai pada saat berinteraksi dengan penderita dan dilanjutkan dengan pemeriksaan lebih lanjut. Ruangan membutuhkan cahaya yang adekuat (terang) diperlukan agar petugas dapat membedakan warna dan bentuk tubuh. Palpasi : Pemeriksaan saraf tepi dan fungsinya dilakukan pada: n. auricularis magnus, n. ulnaris, n. radialis, n. medianus, n. peroneus, dan n. tibialis posterior. Hasil pemeriksaan yang perlu dicatat adalah pembesaran, konsistensi, penebalan, dan adanya nyeri tekan. Perhatikan raut muka pasien apakah ia kesakitan atau tidak saat saraf diraba. 2 Saraf ulnaris - untuk memeriksa saraf ulnaris kiri, pegang lengan bawah kiri penderita dengan tangan kiri Anda; raba di bawah siku penderita dengan tangan kanan Anda. Anda akan menemukan saraf ulnaris di cekungan pada sisi median (dalam). Lakukan sebaliknya untuk memeriksa saraf ulnaris lengan kanan. 2 Gambar 3.pemeriksaan saraf ulnaris Saraf medianus - untuk memeriksa saraf medianus, pegang pergelangan penderita dengan telapak tangannya menghadap ke atas; raba hati-hati di tengah-tengah pergelangan. Saraf medianus mungkin tidak teraba, tapi ada tidaknya nyeri tekan tetap dapat terdeteksi. 2 Gambar 4 : Pemeriksaan Saraf Medianus

Pemeriksaan Penderita Kusta

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pemeriksaan Penderita Kusta

 Pemeriksaan Penderita Kusta

2.8.1         Anamnesis

Subyektif : Keluhan penderita, Kelainan  kulit, Mati rasa, Gangguan fungsi pada saraf.

Obyektif :  Riwayat kontak dengan penderita, Latar belakang keluarga misalnya Keadaan sosial

ekonomi.

Evaluasi data : Untuk menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya, Sebagai sumber acuan

pengobatan MDT dan klasifikasi penyakit kusta.

2.8.2        Pemeriksaan fisik

Inspeksi : Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilaksanakan secara sistematik. Observasi

dilaksanakan dengan menggunakan indra penglihatan, pendengaran, penciuman sebagai suatu alat

untuk mengumpulkan data. Inspeksi dimulai pada saat berinteraksi dengan penderita dan dilanjutkan

dengan pemeriksaan lebih lanjut. Ruangan membutuhkan cahaya yang adekuat (terang) diperlukan

agar petugas dapat membedakan warna dan bentuk tubuh.

 Palpasi : Pemeriksaan saraf tepi dan fungsinya dilakukan pada: n. auricularis magnus, n. ulnaris, n.

radialis, n. medianus, n. peroneus, dan n. tibialis posterior. Hasil pemeriksaan yang perlu dicatat

adalah pembesaran, konsistensi, penebalan, dan adanya nyeri tekan. Perhatikan raut muka pasien

apakah ia kesakitan atau tidak saat saraf diraba.2

Saraf ulnaris - untuk memeriksa saraf ulnaris kiri, pegang lengan bawah kiri penderita dengan tangan

kiri Anda; raba di bawah siku penderita dengan tangan kanan Anda. Anda akan menemukan saraf

ulnaris di cekungan pada sisi median (dalam). Lakukan sebaliknya untuk memeriksa saraf ulnaris

lengan kanan.2

Gambar 3.pemeriksaan saraf ulnaris

Saraf medianus - untuk memeriksa saraf medianus, pegang pergelangan penderita dengan telapak

tangannya menghadap ke atas; raba hati-hati di tengah-tengah pergelangan. Saraf medianus

mungkin tidak teraba, tapi ada tidaknya nyeri tekan tetap dapat terdeteksi.2

Gambar 4 : Pemeriksaan Saraf Medianus

Saraf peroneus - untuk meraba saraf peroneus kanan, minta penderita duduk di kursi dan kemudian

Anda duduk atau berlutut di depannya. Gunakan tangan kiri Anda untuk meraba saraf di sisi luar betis

sedikit di bawah lutut dan lekukan sekitar tulang di bawah lutut. Gunakan tangan kanan Anda untuk

memeriksa saraf Peroneus kiri.2

Page 2: Pemeriksaan Penderita Kusta

Gambar 5 : Pemeriksaan Saraf Perineus

Fungsi sensorik : Dilakukan pemeriksaan fungsi saraf sensorik pada telapak tangan, daerah yang

sisarafi oleh n.ulnaris dan medianus juga pada daerah telapak kaki untuk daerah yang disarafi oleh

n.tibialis posterior.2,4,5

 Fungsi motoric : N.fasialis dengan memeriksa kekuatan penutupan bola mata. N.ulnaris dengan

memeriksa kekuatan m.abductor pollicis minimi. N.medianus, dengan memeriksa kekuatan

m.abductor pollicis brevis. N.radialis, dengan memeriksa kekuatan fleksi dorsal pergelangan tangan.

N.peroneous, dengan memeriksa kekuatan fleksi dorsal pergelangan kaki baik pada arah eversi

maupun inverse. N.tibialis posterior, dengan memeriksa kekuatan otot truceps surae, tibialis posterior,

flexor hallucis longus dan flexor digitorum longus.2,4,5

Fungsi Otonom : Fungsi Otonom diperiksa dengan memegang tangan atau kaki penderita untuk

menilai kebasahan telapak tangan maupun kaki (fungsi kelenjar keringat). Pemeiksaan bersama

dengan gerak Olah raga.2,4,5

Tanda pasti kusta adalah: a) kulit dengan bercak putih atau kemerahan dengan mati rasa, b)

penebalan pada saraf tepi disertai kelainan fungsinya berupa mati rasa dan kelemahan pada otot

tangan , kaki, dan mata, c) pada pemeriksaan kerokan kulit BTA positif. Klien dikatakan menderita

kusta apabila ditemukan satu atau lebih dari Cardinal Signs Kusta, pada waktu pemeriksaan klinis.11

2.9  Penanggulangan Penyakit Kusta

2.9.1        Pengobatan

Pengobatan berdasarkan regimen MDT (Multi Drug Therapy) dalam buku Pedoman Diagnosis dan

Terapi BAG/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSU Dokter Soetomo Surabaya adalah sebagai

berikut :4,7

1.      Pausibasiler

         Rifampicine 600 mg/bulan, diminum di depan petugas (dosis supervisi)

         DSS 100 mg/hari

Pengobatan diberikan secara teratur selama 6 bulam dan diselesaikan dalam waktu maksimal 19

bulan. Setelah selesai minum 6 dosis dinyatakan RFT (Release From Treatment)

2.      Multibasiler

         Rifampicine 600 mg/bulan, dosis supervisi.

         Lamprene 300 mg/hari, dosis supervisi.

Ditambahkan

         Lamprene 50 mg/hari

         DDS 100 mg/hari

Page 3: Pemeriksaan Penderita Kusta

Pengobatan dilakukan secara teratur sebanyak 12 dosis (bulan) dan deselesaikan dalam waktu

maksimal 18 bulan. Setelah selesai 12 dosis dinyatakan RFT, meskipun secara klinis lesinya masih

aktif dan BTA (+).

Cara Pemeriksaan Kusta

1.Cara Pemeriksaan

a.Anamnese:

1). Keluhan yang ada/kapan timbul bercak .

2). Apakah ada riwayat kontak .

3). Riwayat pengobatan sebelumnya.

b.Pemeriksaan kulit / rasa raba.

Untuk memeriksa rasa raba dengan memakai ujung kapas yang

dilancipkan kemudian disentuhkan secara tegak lurus pada kelainan kulit yang

dicurigai, sebaiknya penderita duduk pada waktu pemeriksaan .Terlebih dulu

petugas menerangkan bahwa bilamana merasa disentuh bagian tubuh dengan

kapas, ia harus menunjuk kulit yang disentuh dengan jari telunjuknya,menghitung

jumlah sentuhan atau dengan menunjukkan jari tangan keatas untuk bagian yang

sulit dijangkau, ini dikerjakan dengan mata terbuka bilamana hal ini telah jelas,

maka ia diminta menutup matanya.Kelainan-kelainan dikulit diperiksa secara

bergantian untuk mengetahui ada tidaknya anestesi . pada telapak tangan dan kaki

memakai bolpoin karena pada tempat ini kulit lebih tebal.

c.Pemeriksaan saraf (nervus )

Peroneus, dan tibialis posterior, namun pemeriksaan yang sering diutamakan pada

saraf ulnaris, peroneus, tibialis posterior, pada umumnya cacat kusta mengikuti kerusakan pada saraf-saraf utama

Page 4: Pemeriksaan Penderita Kusta